fisiologi ereksi

8
HUBUNGAN SEKS ANTARA PRIA DAN WANITA Pada akhirnya, penyatuan gamet pria dan wanita untuk melaksanakan reproduksi pada manusia mengharuskan penyaluran semen yang mengandung sperma ke dalam vagina wanita melalui suatu tindakan seks, yang juga dikenal sebagai hubungan seks, koitus, atau kopulasi. Tindakan seks pria ditandai oleh ereksi dan ejakulasi Tindakan seks proa melibatkan dua komponen: (1) ereksi, atau mengerasnya penis yang normalnya lunak agar penis dapat masuk ke dalam vagina, dan (2) ejakulasi, atau penyemprotan kuat semen ke dalam uretra dan keluar dari penis. Selain komponen-komponen yang berkaitan erat dengan reroduksi ini, siklus respons seks mencakup respons fisiologik yang lebih luas yang dapat dibagi menjadi empat fase: 1. Fase eksitasi, yang mencakup ereksi dan meningkatnya perasaan seksual. 2. Fase plato yang ditandai oleh intensifikasi respons- respons ini, ditambah respons yang lebih menyeluruh misalnya peningkatan kecepatan jantung, tekanan darah, pernapasan, dan ketegangan otot.

description

fisiologi ereksi ejakulasi

Transcript of fisiologi ereksi

Page 1: fisiologi ereksi

HUBUNGAN SEKS ANTARA PRIA DAN WANITA

Pada akhirnya, penyatuan gamet pria dan wanita untuk melaksanakan reproduksi pada

manusia mengharuskan penyaluran semen yang mengandung sperma ke dalam vagina wanita

melalui suatu tindakan seks, yang juga dikenal sebagai hubungan seks, koitus, atau

kopulasi.

Tindakan seks pria ditandai oleh ereksi dan ejakulasi

Tindakan seks proa melibatkan dua komponen: (1) ereksi, atau mengerasnya penis

yang normalnya lunak agar penis dapat masuk ke dalam vagina, dan (2) ejakulasi, atau

penyemprotan kuat semen ke dalam uretra dan keluar dari penis.

Selain komponen-komponen yang berkaitan erat dengan reroduksi ini, siklus respons

seks mencakup respons fisiologik yang lebih luas yang dapat dibagi menjadi empat fase:

1. Fase eksitasi, yang mencakup ereksi dan meningkatnya perasaan seksual.

2. Fase plato yang ditandai oleh intensifikasi respons-respons ini, ditambah respons

yang lebih menyeluruh misalnya peningkatan kecepatan jantung, tekanan darah,

pernapasan, dan ketegangan otot.

3. Fase orgasme yang mencakup ejakulasi serta respons lain yang menjadi puncak

eksitasi seksual dan secara kolekif dialami sebagai kenikmatan fisik yang intens.

4. Fase resolusi, yaitu kembalinya genitalia dan system tubuh ke keadaan sebelum

rangsangan.

Respons seks manusia adalah suatu pengalaman multikomponen yang, selain berbagai

fenomena fisiologik di atas, mencakup faktor emosi, psikologis, dan sosiologis.

Ereksi terjadi karena vasokongesti penis

Page 2: fisiologi ereksi

Ereksi dicapai melalui pembengkakan penis oleh darah. Penis hampir seluruhnya terdiri

dari jaringan erektil yang dibentuk oleh tiga kolom rongga-rongga vascular yang mirip

spons yang terdapat di sepanjang organ ini.

Tanpa rangsangan seks, jaringan erektil hanya mengandung sedikit darah karena

arteriol yang mendarahi rongga-rongga vascular ini berkonstriksi. Akibatnya penis tetap kecil

dan lunak. Selama rangsangan seks, arteriol-arteriol ini secara reflex melebar dan jaringan

erektil terisi oleh darah sehingga penis bertambah panjang dan besar serta menjadi kaku.

Vena-vena yang mengalirkan darah dari jaringan erektil penis tertekan secara mekanis oleh

pembengkakan dan ekspansi rongga-rongga vascular ini sehingga aliran keluar vena

berkurang dan hal ini ikut berkontribusi dalam penumpukan darah, atau vasokongesti.

Respons vascular local ini mengubah penis menjadi organ yang mengeras dan memanjang

yang mampu menembus vagina.

Page 3: fisiologi ereksi

Reflex Ereksi

Reflex ereksi adalah suatu reflex spinal yang dipicu stimulasi mekanoreseptor yang

sangat peka di glans penis, yang menutupi ujung penis. Di medulla spinalis bagian bawah

baru-baru ini ditemukan adanya pusat pembentuk ereksi. Melalui pusat ini, stimulasi taktil

pada glans akan secara reflex memicu peningkatan aktivitas vasodilatasi parasimpatis dan

penurunan aktivitas vasokonstriksi simpatis ke arteriol-arteriol penis. Akibatnya adalah

vasodilatasi hebat dan cepat arteriol-arteriol tersebut dan ereksi. Selama lengkung reflex

spinal utuh maka ereksi tetap dapat terjadi bahkan pada pria yang lumpuh akibat cedera

medulla spinalis yang lebih tinggi.

Vasodilatasi yang dipicu oleh aktivitas parasimpatis ini adalah contoh utama kontrol

parasimpatis langsung atas diameter pembuluh darah di tubuh. Stimulasi parasimpatis

menyebabkan relaksasi otot polos arteriol penis oleh nitrat oksida, yang menyebabkan

vasodilatasi arteriol sebagai res pons terhadap perubahan jaringan lokal di bagian lain tubuh.

Arteriol biasanya hanya disarafi oleh sistem simpatis, dengan peningkatan aktivitas simpatis

menyebab- kan vasokonstriksi dan penurunan aktivitas simpatis menye babkan vasodilatasi.

Stimulasi parasimpatis dan inhibisi simpatis secara bersamaan pada arteriol penis

menyebabkan vasodilatasi yang lebih cepat dan kuat dibandingkan yang mungkin terjadi di

arteriol lain yang hanya mendapat persarafan simpatis. Melalui cara peningkatan cepat aliran

darah ke dalam penis yang efisien ini, penis dapat mengalami ereksi sempurna hanya dalam

Page 4: fisiologi ereksi

hitungan 5 sampai 10 detik. Pada saat yang sama, impuls parasimpatis men dorong sekresi

mukus pelumas dari kelenjar bulbouretra dan kelenjar uretra sebagai persiapan untuk koitus.

Berbagai riset terakhir memperlihatkan adanya banyak daerah di otak yang dapat

mempengaruhi respons seks pria. Bagian-bagian di otak yang mempengaruhi ereksi

tampaknya saling berkaitan erat dan berfungsi sebagai suatu kesatuan untuk mempermudah

atau menghambat refleks ereksi spinal dasar, bergantung pada situasi sesaat. Salah satu

contoh fasilitasi, rangsangan psikis, misalnya melihat sesuatu yang merangsang syahwat,

dapat memicu ereksi meskipun tidak terjadi stimulasi taktil sama sekali pada penis.

Sebaliknya, kegagalan mengalami ereksi meskipun mendapat rangsangan yang sesuai dapat

disebabkan oleh inhibisi refleks ereksi oleh pusat-pusat yang lebih tinggi di otak.

Ejakulasi mencakup emisi dan ekspulsi.

Komponen kedua pada tindakan seks pria adalah ejakulasi. Seperti ereksi, ejakulasi

adalah suatu refleks spinal. Rangsangan taktil dan psikis yang sama yang menyebabkan

ereksi akan menyebabkan ejakulasi ketika tingkat eksitasi meningkat mencapai suatu puncak.

Respons ejakulasi keseluruhan terjadi dalam dua fase: emisi dan ekspulsi.

Emisi

Pertama, impuls simpatis menyebabkan rangkaian kontraksi otot polos di prostat,

saluran reproduksi, dan vesikula seminalis. Aktivitas kontraktil ini mengalirkan cairan

prostat, kemudian sperma, dan akhirnya cairan vesikula seminalis (secara kolektif disebut

semen) ke dalam uretra. Fase refleks ejakulasi ini disebut emisi. Selama waktu ini, sfingter di

leher kandung kemih tertutup erat untuk mencegah semen masuk ke kandung kemih dan urin

keluar bersama dengan ejakulat melalui uretra.

Ekspulsi

Kedua, pengisian uretra oleh semen memicu impuls saraf yang mengaktifkan

serangkaian otot rangka di pangkal penis. Kontraksi ritmik otot-otot terjadi pada interval 0,8

detik dan meningkatkan tekanan di dalam penis, memaksa semen keluar melalui uretra ke

eksterior. Ini adalah fase ekspulsi dari ejakulasi.

Orgasme

Kontraksi ritmik terjadi yang selama ekspulsi semen disertai oleh denyut ritmik

involunter otot-otot panggul dan me muncaki intensitas respons tubuh keseluruhan yang naik

selama fase-fase sebelumnya. Bernapas berat, kecepatan jantung hingga 180 kali per menit,

Page 5: fisiologi ereksi

kontraksi otot rangka generalisata yang mencolok, dan peningkatan emosi merupakan cirinya.

Respons panggul dan sistemik yang memuncaki tindakan seks ini berkaitan dengan rasa

nikmat intens yang ditandai oleh perasaan lepas dan puas, suatu pengalaman yang dikenal

sebagai orgasme.

VOLUME DAN KANDUNGAN SPERMA EJAKULAT

Volume dan kandungan sperma ejakulat bergantung pada lama waktu antar ejakulasi.

Volume rerata semen adalah 2,75 ml, berkisal dari 2 sampai 6 ml, dengan volume lebih

banyak setelah abstinensia (tidak berhubungan seks selama beberapa waktu). Ejakulat

manusia rerata mengandung sekitar 180 juta sperma (66 juta/ml), tetapi sebagian ejakulat

mengandung hingga 400 juta sperma.

CATATAN KLINIS. Baik kuantitas maupun kualitas sperma berperan besar dalam

kesuburan. Seorang pria dianggap infertil secara klinis jika konsentrasi spermanya turun di

bawah 20 juta/ml semen. Meskipun hanya satu spermatozoa yang sebenarnya membuahi

ovum, namun diperlukan banyak penyerta untuk menghasilkan enzim akrosom yang

memadai untuk menguraikan sawar yang mengelilingi ovum sampai sperma pemenang

berhasil menembus sito plasma ovum. Kualitas sperma juga harus diperhitungkan ketika kita

menilai potensi fertilitas suatu sampel semen. Adanya sperma dengan motilitas atau struktur

abnormal dalam jumlah bermakna, misalnya sperma dengan ekor cacat mengurangi

kemungkinan fertilisasi.