Hubungan Fisika Kimia Obat Anti Disfungsi Ereksi Terhadap Aktivitas Obat (Kimia Medisinal)

21
TUGAS KIMIA MEDISINAL ‘’ANTI DISFUNGSI EREKSI” Kelompok V : Alfina Faizah 1041311169 Rinda Ayu Herawati 1041211182 Sari R. Djahilape 1041211184 SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI “YAYASAN PHARMASI” SEMARANG 2013

description

Kimia Medisinal

Transcript of Hubungan Fisika Kimia Obat Anti Disfungsi Ereksi Terhadap Aktivitas Obat (Kimia Medisinal)

Page 1: Hubungan Fisika Kimia Obat Anti Disfungsi Ereksi Terhadap Aktivitas Obat (Kimia Medisinal)

TUGAS KIMIA MEDISINAL

‘’ANTI DISFUNGSI EREKSI”

Kelompok V :

Alfina Faizah 1041311169

Rinda Ayu Herawati 1041211182

Sari R. Djahilape 1041211184

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI “YAYASAN PHARMASI”

SEMARANG

2013

Page 2: Hubungan Fisika Kimia Obat Anti Disfungsi Ereksi Terhadap Aktivitas Obat (Kimia Medisinal)

BAB IPENDAHULUAN

Salah satu aspek penting yang ikut menentukan kualitas hidup manusia ialah

kehidupan seksual. Karena itu aktivitas seksual menjadi salah satu bagian dalam penilaian

kualitas hidup manusia. Kehidupan seksual yang menyenangkan memberikan pengaruh

positif bagi kualitas hidup. Sebaliknya, kalau kehidupan seksual tidak menyenangkan, maka

kualitas hidup terganggu.

Dalam perkawinan, fungsi seksual mempunyai beberapa peran, yaitu sebagai sarana

untuk reproduksi (memperoleh keturunan), sebagai saranan untuk memperoleh kesenangan

atau rekreasi, serta merupakan ekspresi rasa cinta dan sebagai sarana komunikasi yang

penting bagi pasangan suami-istri. Fungsi seksual merupakan bagian yang turut menentukan

warna, keharmonisan dan kekompakan pasangan suami-istri.

Suatu penelitian di Amerika, pada wanita, dilaporkan 33% mengalami penurunan

hasrat seksual, 19% kesulitan dalam lubrikasi, dan 24% tidak dapat mencapai orgasme.

Statistik pada pria juga bermakna. Kesulitan yang umum dilaporkan pada pria meliputi

ejakulasi dini (29%), kecemasan terhadap kemampuan seksual (17%), dan rendahnya hasrat

seksual (16%). Selain itu 10% dari pria yang disurvei melaporkan kesulitan ereksi bermakna,

angka prevalensi menurut usia-lebih dari 20% pria berusia di atas 50 tahun melaporkan

masalah ereksi.

Disfungsi ereksi atau impotensi adalah ketidakmampuan yang persisten dalam

mencapai atau mempertahankan fungsi ereksi untuk aktivitas seksual yang memuaskan.

Batasan tersebut menunjukkan bahwa proses fungsi seksual laki-laki mempunyai dua

komponen yaitu mencapai keadaan ereksi dan mempertahankannya.

Disfungsi ereksi merupakan salah satu disfungsi seksual pria yang banyak

dijumpai,selain ejakulasi dini. Disfungsi seksual dikelompokkan menjadi dua faktor, yaitu

faktor fisik dan faktor psikis. Yang termasuk dalam faktor fisik adalah semua gangguan atau

penyakit yang berkaitan dengan gangguan hormon, pembuluh darah dan saraf. Faktor fisik

juga berkaitan dengan gaya hidup tidak sehat, efek samping obat, serta akibat operasi

didaerah kelamin pria.Namun, apa pun penyebab disfungsi ereksi, pada akhirnya pria yang

mengalami juga akan merasakan masalah psikis, seperti merasa kecewa, malu, rendah diri,

dan jengkel. Faktor psikis ini selanjutnya semakin memperburuk disfungsi ereksi.

Page 3: Hubungan Fisika Kimia Obat Anti Disfungsi Ereksi Terhadap Aktivitas Obat (Kimia Medisinal)

Beberapa contoh penyakit yang dapat mengakibatkan disfungsi ereksi adalah

gangguan fungsi hati, gangguan kelenjar gondok, diabetes, kolesterol tinggi, tekanan darah,

penyakit jantung,dan penyakit ginjal. Gaya hidup tidak sehat justru kerap tidak disadari dapat

mengakibatkan disfungsi ereksi dan disfungsi seksual lainnya. Beberapa contoh gaya hidup

tidak sehat adalah merokok berlebihan,alkohol berlebihan,penyalahgunaan obat, dan kurang

tidur. Sementara itu, faktor spikis mempengaruhi disfungsi ereksi, antara lain meliputi stress,

kecemasan, kejenuhan, kejengkelan, perasaan bersalah, dan kekecewaan.

Sejak dahulu gangguan ereksi ditangani dengan afrodisiaka yakni zat-zat yang dapat

membangkitkan syahwat seksual, seperti obat terkenal yohimbin atau dengan sediaan

androgen, tetapi hasilnya sering kali mengecewakan. Obat kuno atau morfin yang betul-betul

berdaya meningkatkan syahwat semula dianggap tidak cocok digunakan karena efek

sampingnya (mual, muntah-muntah) terlalu hebat. Tetapi dengan munculnya sildenafil dan

meledaknya minat untuk obat-obat ereksi, apomorfin telah dipasarkan lagi.

Pada akhir tahun 80-an mulai digunakan papaverin yang diinjeksikan ke badan

pengembang (corpora cavernosa). Juga dikembangkan cara-cara mekanis berupa pompa

vakum dan implantasi prothesis penis. Namun semua penanganan ini hingga sekarang tidak

begitu banyak dipraktekkan, karena terlalu invasif atau sulit penggunaannya.

Baru akhir 1990-an telah ditemukan suatu obat ampuh, sildenafil yang dipasarkan

untuk indikasi disfungsi ereksi. Obat revolusioner ini dalam waktu singkat menjadi sangat

populer. Dewasa ini beberapa obat ereksi lain telah dipasarkan, antara lain Vardenafil

(Levitra,Nuviva,efek lebih cepat), Tadalafil (Cialis,daya kerja lebih lama), Vasomax dan ICS.

Page 4: Hubungan Fisika Kimia Obat Anti Disfungsi Ereksi Terhadap Aktivitas Obat (Kimia Medisinal)

BAB IIISI

Hormon androgen, seperti testosteron dan dihidrotestosteron, terutama dihasilkan oleh

testis, dan dalam jumlah jumlah yang lebih kecil oleh korteks adrenalis dan ovarium. Pada

laki-laki hormon androgen mempunyai beberapa fungsi fisiologis, seperti mengontrol

perkembangan dan pemeliharaan organ kelamin, mempengaruhi kemampuan penampilan

seksual, untuk pertumbuhan tulang rangka dan otot rangka, dan merangsang perkembangan

masa pubertas. Penggunaan utama hormon androgen adalah untuk pengobatan keadaan

ketidakcukupan hormon pada laki-laki (hipogonadisme, hipopituitarisme), impotensi,

osteoporosis, dan tumor payudara. Selain itu, hormon androgen juga digunakan sebagai

anabolik steroid untuk meningkatkan pertumbuhan (pada anak-anak) karena mempercepat

anabolisme protein, dan merangsang hematopoiesis untuk pengobatan anemia. Kadang-

kadang androgen, dalam dosis rendah digunakan untuk pengobatan dismenorhu, menghambat

laktasi dan pengobatan frigiditas pada wanita. Penggunaan hormon androgen sebagai

anabolik sering disalahgunakan, misal untuk doping bagi olahragawan. Efek samping yang

ditimbulkan oleh hormon androgen antara lain kelaki-lakian, tumbuh rambut sekunder, mual,

berjerawat, hiperkalsemia, gangguan fungsi hati, sembab, dan gangguan siklus menstruasi

(pada wanita).

Mekanisme kerja hormon androgen, hormon androgen dapat meningkatkan transkripsi

dan atau translasi ARN khas pada biosintesis protein. Testosteron oleh enzim 5α-reduktase

diubah menjadi 5α-dehidrotestosteron dan bentuk aktif ini dapat mengikat reseptor khas yang

terdapat pada testis, prostat, hipofisis dan hipotalamus. Pengikatan ini menyebabkan

perubahan konformasi dan menimbulkan pengaktifan kompleks androgen-reseptor.

Kompleks akan berpindah dari sitoplasma ke inti sel sasaran, mengikat tempat aseptor pada

inti kromatin dan mengaktifkan proses translasi. Pengaktifan ini merangsang sintesis mARN

khas, dan mARN yang terbentuk meninggalkan inti dan mulai mengatur sintesis protein serta

merangsang pertumbuhan sel.

Berdasarkan aktivitasnya hormon androgen dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :

a. Senyawa androgenik, contoh : testosteron, metiltestosteron, fluoksimesteron, mesterolon

dan metanbrostenolon.

b. Senyawa anabolik, contoh : oksimetolon, stanozolon, nandrolon dan etilestrenol.

Page 5: Hubungan Fisika Kimia Obat Anti Disfungsi Ereksi Terhadap Aktivitas Obat (Kimia Medisinal)

Hubungan struktur dan aktivitas

a. Pemasukan gugus 3-keto dan 3α-hidroksi dapat meningkatkan aktivitas androgenik.

b. Gugus 17β-hidroksi penting dalam hubungannya dengan pengikatan reseptor, oleh akrena

itu isomer 17β-hidroksi lebih aktif dibanding 17α-hidroksi.

c. Testosteron, tidak dapat diberikan secara oral karena oleh bakteri usus gugus 17β-hidroksi

akan dioksidasi menjadi 17β-keto yang tidak aktif. Sealain itu testisteron mempunyai

waktu paro pendek karena cepat diabsorbsi dalam saluran cerna dan cepat mengalami

degradasi hepatik.

d. Adanya gugus alkil pada C17α mencegah perubahan metabolisme gugus 17β-hidroksi

sehingga senyawa dapat diberikan secara oral. Contoh 17α-metiltestosteron, dapat

diberikan secara oral, walaupun aktivtasnya hanya setengah kali aktivitas testosteron bila

dibandingkan dengan pemberian secara intramuskular. Makin panjang rantai C gugus

alkil makin menurun aktivitas androgenik dan makin meningkat toksisitasnya. Contoh :

17α-metiltestosteron lebih aktif dibanding 17α-etiltestosteron.

e. Esterifikasi pada gugus 17β-hidroksi dapat memperpanjang masa kerja obat. Bentuk ester

bersifat lebih non-polar, lebih mudah larut dalam jaringan lemak dan bila diberikan secara

intramuskular dapat menghasilkan respon sampai ± 2-4 minggu. Contoh : testosteron

propionat, testosteron enantat, testosteron fenilpropionat dan testosteron dekanoat.

Testosteron propionat mempunyai awal kerja cepat dan masa kerja yang lebih pendek

dibanding ester-ester lain.

f. Substitusi atom halogen menurunkan aktivitas androgenik senyawa, kecuali substitusi

pada atom C4 dan C9. Contoh : fluoksimesteron, mempunyai aktivitas androgenik 5-10

kali lebih besar dibanding testosteron. Analog testosteron yang sering digunakan sebagai

androgenik antara lain adalah mesterolon dan metandrostenolon. Metandrostenolon

mempunyai aktivitas androgenik ± sama dengan testosteron.

OH

HO CH3 CH3

CH3

F

O

Gambar 1. Fluoksimesteron

Page 6: Hubungan Fisika Kimia Obat Anti Disfungsi Ereksi Terhadap Aktivitas Obat (Kimia Medisinal)

OH

CH3

CH3CH3

O

Gambar 2. Mesterolon

OH

CH3 CH3

CH3

O

Gambar 3. Metandrostenolon

g. Pemasukan atom C terhibridisasi sp2 pada cincin A membuat cincin menjadi lebih planar

dan meningkatkan aktivitas anabolik. Contoh : oksimetolon, mempunyai aktivitas

androgenik : anabolik = 1 : 2,5 dan stanozolol mempunyai aktivitas androgenik : anabolik

= 1 : 5.

Gambar 4. Oksimetolon

Page 7: Hubungan Fisika Kimia Obat Anti Disfungsi Ereksi Terhadap Aktivitas Obat (Kimia Medisinal)

Gambar 5. Stanozolol

Gambar 6. Danazol

h. Hilangnya gugus metil pada C19 (19-norandrogen) juga meningkatkan aktivitas anabolik.

Contoh : nandrolon (nortestosteron) dan etilestrenol, mempunyai aktivitas androgenik :

anabolik = 1 : 3.

Gambar 7. Nandrolon

Gambar 8. Etilestrenol

Page 8: Hubungan Fisika Kimia Obat Anti Disfungsi Ereksi Terhadap Aktivitas Obat (Kimia Medisinal)

Gambar 9. Tibolon

Nandrolon tidak mempunyai gugus alkil pada atom C17-a, sehingga gugus 17β-OH mudah

dioksidasi oleh bakteri usus menjadi bentuk keto yang tidak aktif. Oleh karena

itunandrolon hanya diberikan secara intramuskular dalam bentuk ester fenilpropionat atau

dekanoat.

i. Adanya ikatan rangkap pada atom C5-C10 (tibolon), akan memperlemah efek androgenik,

demikian pula terhadap efek estrogenik dan progestogenik.

Contoh senyawa androgenik :

a. Metiltestosteron, dalam sediaan sering dikombinasi dengan vitamin (androtol, Neo-

testophos, Hormoviton), untuk pengobatan impotensi pada laki-laki. Dosis oral : 5 mg 3

dd.

b. Testosteron enantat (Testoviron-Depot), merupakan obat terpilih untuk hipogonadisme,

dan untuk mengembangkan atau memelihara karakteristik seksual sekunder pada pria

yang kekurangan androgen. Testosteron enantat merupakan pra-obat dengan masa kerja

panjang. Di tubuh obat terhidrolisis secara perlahan-lahan melepaskan testosteron aktif.

Kadar darah tertinggi dicapai 2-3 hari setelah pemberian intramuscular. Dosis I.M. : 200

mg, tiap 2 minggu atau 400 mg tiap 1 bulan. Testosteron propionat, mempunyai awal

kerja lebih cepat dengan masa kerja yang lebih pendek disbanding ester-ester testosteron

lain. Dosis I.M. : 25 mg 3 kali per minggu.

c. Fluoksimesteron (Halotestin), merupakan androgen dengan aktivitas tinggi, 5-10 kali

lebih aktif disbanding testosteron. Dapat diberikan secara oral, terutama digunakan untuk

pengobatan pria yang kekurangan androgen. Dosis oral : 2-10 mg per hari.

d. Mesterolon (Proviron), merupakan androgen yang dapat digunakan secara oral. Dosis

oral awal : 25 mg 1 dd.

e. Metandrostenolon (Neo Anabolene, Dianabol), merupakan senyawa androgen yang

digunakan untuk pengobatan osteoporosis, terutama pada wanita setelah menopause,

sering pula digunakan sebagai anabolik untuk hewan. Dosis oral : 2,5-5 mg 1 dd.

Page 9: Hubungan Fisika Kimia Obat Anti Disfungsi Ereksi Terhadap Aktivitas Obat (Kimia Medisinal)

Contoh senyawa anabolik :

a. Etillestrenol (orgabolin), selain sebagai anabolik juga digunakan untuk pengobatan

penyakit debil yang kronik pada usia lanjut. Dosis oral : 2 mg 1-2 dd.

b. Nandrolon fenilpropionat (durabolin), digunakan untuk anabolik pada anak-anak,

pengobatan osteoporosis dan penyakit debil yang kronik. Dosis I.M. : 25-50 mg, setiap

minggu. Nandrolon dekanoat (deca-durabolin), dosis I.M. : 50-100 mg setiap 2-4

minggu.

c. Stanozolol (Winstrol), merupakan anabolik yang kuat dan dapat diberikan secara oral.

Anabolik ini sering disalahgunakan sebagai doping. Dosis oral : 2 mg 3 dd.

Contoh hormon androgen untuk penggunaan lain-lain :

a. Tibolon (Livial), digunakan untuk pengobatan gejala pasca menopause. Dosis oral : 2,5

mg 1 dd.

b. Danazol (Azol,Danocrine), senyawa androgen dengan efek yang relatif lemah untuk

memperkecil efek samping. Dosis oral untuk pengobatan endometriosis : 200 mg 2 dd.

Karena sediaan androgen hasilnya sering kali mengecewakan, maka ditemukan

adanya obat baru yang lebih efektif untuk pengobatan disfungsi ereksi yaitu sildenafil beserta

derivatnya (vardenavil dan tardanavil) dan apomorfin.

1. Sildenafil

Gambar 10. Sildenafil

Sildenafil sitrat merupakan bahan aktif pertama yang digunakan sebagai terapi

gangguan ereksi peroral Sildenafil sitrat berupa serbuk kristalin berwarna putih sampai

keputihan dengan kelarutan 3,5 mg/ml dalam air.

Obat ini telah mengakibatkan suatu gejolak pada kelompok penderita impotensi di

seluruh dunia. Penjualannya di AS selama 6 bulan pertama (1998) sudah memecahkan

Page 10: Hubungan Fisika Kimia Obat Anti Disfungsi Ereksi Terhadap Aktivitas Obat (Kimia Medisinal)

semua rekor obat baru, termasuk obat antidepresi fluoksetin (prozac). Penemuan “pil

ereksi” ini terjadi secara kebetulan oleh Dr. Ian Osterloh, A.S., pada waktu sildenafil

dites sebagai vasodilator koroner untuk terapi angina pectoris. Efek vasodilatasinya

terhadap myocard kurang memuaskan, tetapi ternyata efektif untuk memelihara ereksi

selama beberapa jam. Dengan demikian sildenafil termasuk obat-obat serendipity, yakni

obat yang ditemukan tidak sengaja sewaktu seorang ilmuwan menyelidiki atau mentes

suatu zat mengenai khasiatnya untuk indikasi lain. Contoh terkenal adalah penemuan

penisillin.

Sildenafil bekerja secara kompetitif menghambat enzim PDE 5, sehingga

perombakan cGMP yang terbentuk dengan terlepasnya NO akibat stimulasi seksual akan

terhambat. Dengan demikian akan terjadi relaksasi otot polos korpora kavernosa yang

cukup lama untuk suatu ereksi yang memuaskan. Dengan dosis yang dianjurkan,

sildenafil tidak akan berfungsi bila tidak ada rangsangan seksual. Sildenafil bekerja

selektif terhadap PDE5 dibandingkan terhadap PDE yang lain. Dengan demikian, efek

utamanya adalah terhadap korpus kavernosus di penis, namun karena PDE5 juga terdapat

pada pembuluh darah maka pengaruh sildenafil terhadap pembuluh darah juga tidak bisa

diabaikan. Sildenafil hanya 10 kali lebih kuat untuk PDE 5 dibandingkan PDE 6 yang

banyak terdapat di retina. Biasanya sildenafil mulai bekerja satu jam setelah dikonsumsi

dan ereksi akan terjadi sebagai respon bila terdapat stimulasi seksual. Dosis yang

digunakan 25 – 100 mg dengan dosis maksimal 100 mg dianjurkan hanya untuk

penggunaan sekali sehari. Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan kadar

sildenafil plasma yaitu : umur 65 tahun, gangguan hati seperti sirosis, gangguan ginjal

berat (kreatinin klirens < 30ml / menit), obat- obatan (eritromisin, ketokonazol,

itrakonazol). Oleh karena itu, pada pasien di atas tersebut disarankan hanya diberikan

dosis 25 mg bila memerlukan penggunaan sildenafil.

Resorbsinya dari usus cepat dengan BA 41% dan efeknya sudah tampak setelah k.l.

20 menit. Kadar puncak dicapai setelah 0,5-2 jam, PP-nya diatas 95 %, plasma-t1/2-nya

3-5 jam. Dalam hati di rombak oleh enzim CYP3A4 menjadi N-desmetilsildenafil dengan

aktivitas 50% dan masa paruh 4 jam. Ekskresinya sebagai metabolit terutama dengan tinja

(80%) dan untuk 13% dengan kemih.

Page 11: Hubungan Fisika Kimia Obat Anti Disfungsi Ereksi Terhadap Aktivitas Obat (Kimia Medisinal)

Gambar 11. Mekanisme kerja sildenafil

Efek samping umumnya bersifat singkat, tidak begitu serius dan tergantung dari

dosis. Paling sering timbul sakit kepala (10%), muka merah (flushing) dan gangguan

penglihatan (guram sampai melihat segala sesuatu kebiru-biruan, 3%) dan mual. Semua

efek ini berkaitan dengan blokade (‘black out’) akibat turunnya tensi terlalu drastis,

terutama dalam kombinasi dengan nitrogliserin atau antihipertensiva lainnya. Beberapa

kematian dianatra pemakai telah dilaprkan, tetapi tidak ditemukan hubungan kausal

dengan sildenafil. Namun, lansia diatas 60 tahun yang mengindap penyakit jantung,

hipertensi atau diabetes hendaknya berhati-hati menggunakan sildenafil.

Kontraindikasi. Penggunaan bersamaan dengan obat yang juga dirombak oleh enzim

CYP3A4 meningkatkan kadarnya dalam darah, seperti simetidin, ketokonazol,

itrakonazol, eritromisin dan obat anti-HIV penghambat-protease (AZT, DDI, dll).

Ritonavir malah meningkatkan kadar sildenafil dalam darah dengan 300%, maka perlu

ditakarkan 1x25 mg per 48 jam. Dosis : 25-100 mg (sebagai sitrat) 1 jam sebelumnya

aktivitas seksual, maksimal 1xsehari. Bersama obat perintang-enzim diatas selalu dimulai

dengan 25 mg.

a. Vardenafil (levitra) adalah isomer sildenafil (2002) dengan efek dan penggunaan

sama. Pada stimulasi seksual terbentuk NO yang mendorong produksi cGMP, yang

kadarnya meningkat akibat penghambatan PDE-5. Masa paruhnya 4 jam. Efeknya

adalah relaksasi otot polos, peningkatan penyaluran darah dan ereksi dipertahankan

selama 4-6 jam. Dosisnya : 1dd 5-40 mg.

Page 12: Hubungan Fisika Kimia Obat Anti Disfungsi Ereksi Terhadap Aktivitas Obat (Kimia Medisinal)

Gambar 12. Vardenafil

b. Tardanafil (tadalafil, Cialis) adalah derivat pula dengan khasiat dan penggunaan sama,

tetapi maa paruhnya lebih panjang, k.l. 17 jam, maka efeknya bertahan sampai 36

jam. Juga hanya bekerja setelah stimulasi seksual. Dosisnya : 1dd 10-20 mg.

2. Apomorfin : Uprima

Gambar 13. Apomorfin

Apomorfin atau 5,6,6a,7-tetrahidro-6-metil-4H-dibenzo(de,g)quinolin-10,11-diol

dengan struktur seperti pada gambar diatas adalah salah satu alkaloid dari golongan

aporfin yaitu suatu alkaloid minor.

Pemanasan morfin dengan asam klorida pada suhu 1400C akan mengakibatkan

hilangnya satu molekul air dan menyebabkan terjadinya penaataan ulang molekul

menghasilkan aporfin katekol atau sering disebut apomorfin (apo, cincin terbuka).

Derivat morfin ini tanpa khasiat opiat adalah agonis dopamin yang digunakan

sebagai obat Parkinson. Disamping itu sejak 1998 juga digunakan sebagai obat disfungsi

ereksi dengan mekanisme kerja yang sama meperti sildenafil, yakni melalui NO. Setelah

penggunaan sublingual kadarnya dalam darah memuncak dalam 40-60 menit dan ereksi

dapat terjadi sesudah 20 menit. Masa-paruhnya 3 jam.

Page 13: Hubungan Fisika Kimia Obat Anti Disfungsi Ereksi Terhadap Aktivitas Obat (Kimia Medisinal)

Efek samping utama adalah mual (7%), juga sakit kepala (7%), dan pusing-pusing

(4%). Lebih jarang terjadi perasaan mengantuk, menguap, batuk, pilek dan sakit

tenggorok. Penderita jantung dan hipotensi tidak dianjurkan minum apomorfin. Tetapi

berlainan dengan sildenafil dapat dikombinasi dengan nitrat.

Dosis s.l. 2 mg dilarutkan dibawah lidah k.l 20 menit menjelang aktivitas seksual.

Bila perlu dosis dapat ditingkatkan sampai 3 mg. Dosis kedua baru boleh diminum

setealah 8 jam. Untuk penyakit Parkinson dosisnya lebih tinggi, sampai 4 dd 10 mg.

Page 14: Hubungan Fisika Kimia Obat Anti Disfungsi Ereksi Terhadap Aktivitas Obat (Kimia Medisinal)

BAB IIIPENUTUP

A. Kesimpulan

1. Disfungsi ereksi merupakan salah satu disfungsi seksual pria dan disebabkan oleh

beberapa faktor yaitu faktor fisik dan faktor psikis.

2. Anti disfungsi ereksi yang digunakan adalah obat testosteron, metiltestosteron,

fluoksimesteron, mesterolon dan metanbrostenolon, oksimetolon, stanozolon,

nandrolon, etilestrenol, sildenafil dan apomorfin. Namun yang seringkali digunakan

pada saat ini adalah sildenafil.

3. Struktur dan sifat fisika kimia dari obat anti disfungsi ereksi mempengaruhi aktivitas

suatu obat.

B. Saran

Untuk pasien yang mengidap penyakit jantung, hipertensi atau diabetes hendaknya

berhati-hati dalam menggunakan obat disfungsi ereksi.

Page 15: Hubungan Fisika Kimia Obat Anti Disfungsi Ereksi Terhadap Aktivitas Obat (Kimia Medisinal)

DAFTAR PUSTAKA

Siswandono dan Bambang Soekardjo. 1995. Kimia Medisinal 1. Surabaya : Airlangga University Press.

Siswandono dan Bambang Soekardjo. 2000. Kimia Medisinal 2. Surabaya : Airlangga University Press.

Tjay,Tan Hoan dan Kirana Rahardja. 2007. Obat-Obat Penting Edisi VI. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo

http://www.bmodtcenter.com/files/Disfungsi%20Ereksi%20atau%20Impotensi.pdf