ppt case
-
Upload
maiia-dwinta-sentani -
Category
Documents
-
view
27 -
download
2
description
Transcript of ppt case
NAMA : Maya Dwinta Sentani, S. Ked
Tri Wahyu Ningsih, S.Ked
PEMBIMBING : dr. Riliani Hastuti, Sp.KK
SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN RUMAH SAKIT KUSTA DR.RIVAI ABDULLAH
Laporan Kasus Laporan Kasus
I. Pendahuluan
II.Tinjauan Pustaka
III.Laporan Kasus
IV.Analisa Kasus
I. Pendahuluan
II.Tinjauan Pustaka
III.Laporan Kasus
IV.Analisa Kasus
MATERI MATERI
ACNE VULGARIS
Penyakit peradangan menahun folikel pilosebasea yang
umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri.
Gambaran klinis akne vulgaris sering polimorfi; terdiri atas
berbagai kelainan kulit berupa komedo, papul, pustule, nodul,
dan jaringan parut yang terjadi akibat kelaianan aktif tersebut,
baik jaringan parut yang hipotofik maupun hipertrofik.
Penyakit peradangan menahun folikel pilosebasea yang
umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri.
Gambaran klinis akne vulgaris sering polimorfi; terdiri atas
berbagai kelainan kulit berupa komedo, papul, pustule, nodul,
dan jaringan parut yang terjadi akibat kelaianan aktif tersebut,
baik jaringan parut yang hipotofik maupun hipertrofik.
DEFINISIDEFINISI
EPIDEMIOLOGI
Salah satu penelitian mengenai prevalensi akne vulgaris di Indonesia
menyatakan bahwa prevalensi akne vulgaris di Palembang mencapai 68,2% pada
penduduk usia 15-16 tahun.
Salah satu penelitian mengenai prevalensi akne vulgaris di Indonesia
menyatakan bahwa prevalensi akne vulgaris di Palembang mencapai 68,2% pada
penduduk usia 15-16 tahun.
Umumnya insiden terjadi pasa umur 14-17 tahun pada wanita, 16-19 tahun
pada pria dan masa itu lesi yang pradominan adalah komedo dan papul dan jarang
terlihat lesi beradang. Namun kadang-kadang, terutama pada wanita , akne
vulgaris menetap sampai decade umur 30-an atau bahkan lebih.
Umumnya insiden terjadi pasa umur 14-17 tahun pada wanita, 16-19 tahun
pada pria dan masa itu lesi yang pradominan adalah komedo dan papul dan jarang
terlihat lesi beradang. Namun kadang-kadang, terutama pada wanita , akne
vulgaris menetap sampai decade umur 30-an atau bahkan lebih.
GEJALA KLINIS
• Erupsi kulit polimorfi, dengan gejala predominan salah satunya,
komedo, papul yang tidak beradang dan pustul, nodus dan kista
yang beradang.
• Dapat disertai rasa gatal, namun umumnya keluhan penderita adalah
keluhan estetis.
• Predileksi akne vulgaris adalah muka, bahu, dada bagian atas, dan
punggung bagian atas. Lokasi lain misalnya leher, lengan atas, dan
glutea kadang terkena.
GRADASI
Ringan, bila :Beberapa lesi tak beradang pada 1 predileksiSedikit lesi tak beradang pada beberapa tempat predileksiSedikit lesi tak beradang pada 1 predileksi
Sedang, bila :Banyak lesi tak beradang pada 1 predileksiBeberapa lesi tak beradang pada lebih dari 1 predileksiBeberapa lesi beradang pada 1 predileksiSedikit lesi beradang pada lebih dari 1 predileksi
Berat, bila :Banyak lesi tak beradang pada lebih dari 1 predileksiBanyak lebih beradang pada 1 atau lebih predileksi
Catatan : sedikit < 5, beberapa 5 – 10, banyak > 10 lesitak beradang : komedo putih, komedo hitam, papulberadang : pustul, nodus, kista
Ringan, bila :Beberapa lesi tak beradang pada 1 predileksiSedikit lesi tak beradang pada beberapa tempat predileksiSedikit lesi tak beradang pada 1 predileksi
Sedang, bila :Banyak lesi tak beradang pada 1 predileksiBeberapa lesi tak beradang pada lebih dari 1 predileksiBeberapa lesi beradang pada 1 predileksiSedikit lesi beradang pada lebih dari 1 predileksi
Berat, bila :Banyak lesi tak beradang pada lebih dari 1 predileksiBanyak lebih beradang pada 1 atau lebih predileksi
Catatan : sedikit < 5, beberapa 5 – 10, banyak > 10 lesitak beradang : komedo putih, komedo hitam, papulberadang : pustul, nodus, kista
PENATALAKSANAAN
Pencegahan• Menghindari terjadinya jumlah lipid sebum dan perubahan isi
sebum dengan :• Diet rendah lemak dan karbohidrat• Perawatan kulit
• Hindari faktor pemicu :• Hidup teratur dan sehat, cukup istirahat, olahraga sesuai
kondisi tubuh, hindari stress.• Penggunaan kosmetika secukupnya,• Menjauhi terpacunya kelenjar minyak• Menghindari polusi debu,
• Memberikan informasi yang cukup pada penderita mengenai penyebab penyakit, pencegahan dan cara maupun lama pengobatannya, serta prognosisnya.
Pencegahan• Menghindari terjadinya jumlah lipid sebum dan perubahan isi
sebum dengan :• Diet rendah lemak dan karbohidrat• Perawatan kulit
• Hindari faktor pemicu :• Hidup teratur dan sehat, cukup istirahat, olahraga sesuai
kondisi tubuh, hindari stress.• Penggunaan kosmetika secukupnya,• Menjauhi terpacunya kelenjar minyak• Menghindari polusi debu,
• Memberikan informasi yang cukup pada penderita mengenai penyebab penyakit, pencegahan dan cara maupun lama pengobatannya, serta prognosisnya.
PROGNOSIS
Umumnya prognosis penyakit baik. Akne vulgaris umumnya
sembuh sebelum mencapai usia 30-40an. Jarang terjadi akne vulgaris
yang menetap sampai tua atau mencapai gradasi sangat berat hingga
perlu di rawat inap di rumah sakit.
Umumnya prognosis penyakit baik. Akne vulgaris umumnya
sembuh sebelum mencapai usia 30-40an. Jarang terjadi akne vulgaris
yang menetap sampai tua atau mencapai gradasi sangat berat hingga
perlu di rawat inap di rumah sakit.
IDENTITAS PASIEN
Nama : SamJenis Kelamin : Laki-lakiUmur : 39 tahunAlamat : Dusun Mulan BatunAgama : IslamTanggal Pemeriksaan : 19 Oktober 2015
Nama : SamJenis Kelamin : Laki-lakiUmur : 39 tahunAlamat : Dusun Mulan BatunAgama : IslamTanggal Pemeriksaan : 19 Oktober 2015
RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT
Tiga bulan yang lalu pasien mengeluh muncul bintil-bintil kecil seukuran
jarum pentul di seluruh wajah. Pasien mengatakan bintil terasa gatal dan nyeri
sehingga pasien suka menggaruk jerawatnya. Terkadang karena tanpa sadar terlalu
kuat menggaruk bintil pecah dan keluar darah serta nanah. Menurut pasien bintil ini
muncul setelah pasien berhenti mengkonsumsi pil putih yang didapat dari RSMH.
Tiga bulan yang lalu pasien mengeluh muncul bintil-bintil kecil seukuran
jarum pentul di seluruh wajah. Pasien mengatakan bintil terasa gatal dan nyeri
sehingga pasien suka menggaruk jerawatnya. Terkadang karena tanpa sadar terlalu
kuat menggaruk bintil pecah dan keluar darah serta nanah. Menurut pasien bintil ini
muncul setelah pasien berhenti mengkonsumsi pil putih yang didapat dari RSMH.
Kurang lebih satu tahun yang lalu, pasien mengeluh muncul benjolan
seukuran telur puyuh pada tengkuk kiri. Keluhan juga disertai rasa sakit kepala.
Awalnya pasien hanya mengkonsumsi obat warung untuk mengatasi keluhannya,
tetapi karena sakit kepala dirasakan makin mengganggu, pasien memutuskan untuk
berobat ke RSMH. Dari RSMH pasien mengaku mendapat pil berwarna putih, pasien
rutin mengkonsumsi pil ini untuk mengatasi keluhannya.
Kurang lebih satu tahun yang lalu, pasien mengeluh muncul benjolan
seukuran telur puyuh pada tengkuk kiri. Keluhan juga disertai rasa sakit kepala.
Awalnya pasien hanya mengkonsumsi obat warung untuk mengatasi keluhannya,
tetapi karena sakit kepala dirasakan makin mengganggu, pasien memutuskan untuk
berobat ke RSMH. Dari RSMH pasien mengaku mendapat pil berwarna putih, pasien
rutin mengkonsumsi pil ini untuk mengatasi keluhannya.
RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT
Pasien mengatakan keluhan baru pertama kali dialami, pasien juga
mengatakan tidak ada riwayat keluarga mengalami keluhan yang sama.
Pasien tidak ada alergi makanan dan obat, dan tidak ada riwayat asma pada
pasien dan keluarga. Pasien mengaku suka mengkonsumi makanan pedas
dan berminyak.
Pasien mengatakan keluhan baru pertama kali dialami, pasien juga
mengatakan tidak ada riwayat keluarga mengalami keluhan yang sama.
Pasien tidak ada alergi makanan dan obat, dan tidak ada riwayat asma pada
pasien dan keluarga. Pasien mengaku suka mengkonsumi makanan pedas
dan berminyak.
Setengah bulan yang lalu, bintil juga dirasakan muncul pada daerah dada dan punggung. Bintil dirasakan makin gatal jika terkena sabun, untuk itu pasien mengaku sudah setengah bulan ini mandi tanpa menggunakan sabun.
Setengah bulan yang lalu, bintil juga dirasakan muncul pada daerah dada dan punggung. Bintil dirasakan makin gatal jika terkena sabun, untuk itu pasien mengaku sudah setengah bulan ini mandi tanpa menggunakan sabun.
Riwayat Penyakit Keluarga• Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama. • Pasien dan keluarga tidak ada riwayat asma. • Pasien tidak ada riwayat alergi makanan, seperti telur, ikan, udang.• Pasien dan keluarga tidak ada riwayat alergi obat sebelumnya.
Riwayat Penyakit Keluarga• Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama. • Pasien dan keluarga tidak ada riwayat asma. • Pasien tidak ada riwayat alergi makanan, seperti telur, ikan, udang.• Pasien dan keluarga tidak ada riwayat alergi obat sebelumnya.
Riwayat Penyakit DahuluPasien mengatakan pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya.
Riwayat Penyakit DahuluPasien mengatakan pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya.
STATUS DERMATOLOGIKUS
Regio frontalis, regio buccaliss dextra et sinistra, regio nasalis, regio mentalis tampak sikatrik, papul, pustul dan nodul, multiple, ukuran 0,1-0,2 x 0,1-0,2 cm, diskret dengan komedo diatasnya.Regio pectoralis, regio scapularis, regio lumbaris, regio sacralis, tampakpapul eritem, multiple, ukuran0,2 cm-0,5cmx0,2cm-0,5cm, diskret
DIAGNOSIS BANDING
1.Acne Vulgaris2.Erupsi Acneiformis
3.Acne Venenata
1.Acne Vulgaris2.Erupsi Acneiformis
3.Acne Venenata
PROGNOSIS
quo ad vitam : bonam
quo ad functionam : bonam
quo ad sanationam : dubia ad bonam
quo ad cosmetica : dubia ad bonam
quo ad vitam : bonam
quo ad functionam : bonam
quo ad sanationam : dubia ad bonam
quo ad cosmetica : dubia ad bonam
PEMBAHASAN
Pada kasus ini pasien bernama Tn. Sam, umur 39 tahun dengan keluhan
bintil-bintil kecil yang disertai nanah pada wajah, dada, dan punggung sejak ± 3
bulan yang lalu. Pasien ini didiagnosis acne vulgaris berdasarkan hasil dari
anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Dari anamnesis ± 3 bulan yang lalu timbul bintil- bintil kecil diwajah,
dada, dan punggung pasien dan jumlahnya semakin hari semakin bertambah. Ini
sesuai dengan penjelasan pada acne vulgaris yang merupakan penyakit
peradangan menahun folikel pilosebasea. Predileksi akne yaitu pada muka, bahu,
dada bagian atas, dan punggung bagian atas, dan kadang-kadang glutea juga
terkena.1-4
Pada kasus ini pasien bernama Tn. Sam, umur 39 tahun dengan keluhan
bintil-bintil kecil yang disertai nanah pada wajah, dada, dan punggung sejak ± 3
bulan yang lalu. Pasien ini didiagnosis acne vulgaris berdasarkan hasil dari
anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Dari anamnesis ± 3 bulan yang lalu timbul bintil- bintil kecil diwajah,
dada, dan punggung pasien dan jumlahnya semakin hari semakin bertambah. Ini
sesuai dengan penjelasan pada acne vulgaris yang merupakan penyakit
peradangan menahun folikel pilosebasea. Predileksi akne yaitu pada muka, bahu,
dada bagian atas, dan punggung bagian atas, dan kadang-kadang glutea juga
terkena.1-4
PEMBAHASAN
Lesi yang muncul pada pasien ini berbagai macam lesi, berupa sikatrik, komedo, papul, pustul dan nodul. Ini sesuai dengan gambaran klinis akne vulgaris berupa lesi yang polimorfik seperti komedo, papul,pustul, nodus, dan jaringan parut.1-5,8
Lesi yang muncul dapat berupa lesi noninflamasi berupa komedo tertutup maupun komedo terbuka. Dan lesi inflamatori berupa papul, pustul, nodul, dan kista. Lesi tersebut biasanya sering muncul di wajah dan tubuh bagian atas walaupun pada keadaan normal hal tersebut merupakan hal yang biasa tetapi pada akne terjadi produksi sebum yang berlebihan.2,3,5,6Pada pasien ini lesi yang ditemukan ada lesi inflamasi berupa papul dan pustul dan lesi noninflamatori berupa komedo terbuka dan tertutup.
Lesi yang muncul pada pasien ini berbagai macam lesi, berupa sikatrik, komedo, papul, pustul dan nodul. Ini sesuai dengan gambaran klinis akne vulgaris berupa lesi yang polimorfik seperti komedo, papul,pustul, nodus, dan jaringan parut.1-5,8
Lesi yang muncul dapat berupa lesi noninflamasi berupa komedo tertutup maupun komedo terbuka. Dan lesi inflamatori berupa papul, pustul, nodul, dan kista. Lesi tersebut biasanya sering muncul di wajah dan tubuh bagian atas walaupun pada keadaan normal hal tersebut merupakan hal yang biasa tetapi pada akne terjadi produksi sebum yang berlebihan.2,3,5,6Pada pasien ini lesi yang ditemukan ada lesi inflamasi berupa papul dan pustul dan lesi noninflamatori berupa komedo terbuka dan tertutup.
PEMBAHASAN
Pengobatan yang diterapkan pada pasien ini bertujuan untuk mengurangi gejala klinis yang ada dan mencegah penyebaran dari akne. Karena pada wajah pada bagian pipi pasien terdapat pustul dan pupul maka diberikan Benzoil peroksida 2,5%, merupakan bahan iritan yang diharapakan dapat mengelupas kulit (peeling) sehingga dengan pemberian benzoil peroksida diharapkan kulit dapat terkelupas dan pori-pori kulit dapat terbuka.1,2 Dengan demikian oksigen dapat masuk dan dapat menghilangkan bakteri porpionibacter acne yang merupakan bakteri anaerob. Benzoil peroksida juga dapat bekerja sebagai antiseptik yang dapat mengurangi bakteri yang merupakan salah satu faktor dari acne. Benzoil peroksida juga merupakan komedolitik, yang dapat mengurangi jumlah komedo di permukaan kulit.8Benzoil peroksida 2,5% digunakan2 kali sehari dioles secara tipis dan merata pada jerawat setelah muka dicuci dengan air atau sabun.
Pengobatan yang diterapkan pada pasien ini bertujuan untuk mengurangi gejala klinis yang ada dan mencegah penyebaran dari akne. Karena pada wajah pada bagian pipi pasien terdapat pustul dan pupul maka diberikan Benzoil peroksida 2,5%, merupakan bahan iritan yang diharapakan dapat mengelupas kulit (peeling) sehingga dengan pemberian benzoil peroksida diharapkan kulit dapat terkelupas dan pori-pori kulit dapat terbuka.1,2 Dengan demikian oksigen dapat masuk dan dapat menghilangkan bakteri porpionibacter acne yang merupakan bakteri anaerob. Benzoil peroksida juga dapat bekerja sebagai antiseptik yang dapat mengurangi bakteri yang merupakan salah satu faktor dari acne. Benzoil peroksida juga merupakan komedolitik, yang dapat mengurangi jumlah komedo di permukaan kulit.8Benzoil peroksida 2,5% digunakan2 kali sehari dioles secara tipis dan merata pada jerawat setelah muka dicuci dengan air atau sabun.
PEMBAHASAN
Terapi sistemik yang diberikan pada pasien ini adalah antibiotik
Tetrasiklin 3x250mg/hari. Pemberian obat ini bertujuan untuk menghambat
sintesis protein pada ribosomnya sehingga menghalangi perkembang biakan
mikroba. Selain itu tetrasiklin merupakan anti mikroba yang bersifat
bakteriotoksik dan memiliki kerja spektrum luas.1,2,5,6,8 Dengan demikian dengan
pemberian tetrasiklin dapat bermanfaat untuk pasien ini, karena salah satu
penyebab dari akne adalah karena peningkatan flora folikel seperti S. Epidermidis
dan corynebacterium acnes pityrosporum ovale. Diberikan antihistamin cetirizin
1x10mg/hari selama 7 hari untuk mengurangi keluhan gatal pada pasien.
Terapi sistemik yang diberikan pada pasien ini adalah antibiotik
Tetrasiklin 3x250mg/hari. Pemberian obat ini bertujuan untuk menghambat
sintesis protein pada ribosomnya sehingga menghalangi perkembang biakan
mikroba. Selain itu tetrasiklin merupakan anti mikroba yang bersifat
bakteriotoksik dan memiliki kerja spektrum luas.1,2,5,6,8 Dengan demikian dengan
pemberian tetrasiklin dapat bermanfaat untuk pasien ini, karena salah satu
penyebab dari akne adalah karena peningkatan flora folikel seperti S. Epidermidis
dan corynebacterium acnes pityrosporum ovale. Diberikan antihistamin cetirizin
1x10mg/hari selama 7 hari untuk mengurangi keluhan gatal pada pasien.
DAFTAR PUSTAKA1. Wasitaatmadja SM. Akne, Erupsi Akneiformis, Rosasea, Rinofima. Dalam:
Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 6. Jakarta: FKUI; 2013. H.253-260.
2. Landow R. Kenneth. Kapita Selekta Terapi Dermatologik. Jakarta: EGC; 1994. H.1-8.
3. Harahap M. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates; 2000. H.35-45.
4. Baumann L. Cosmetic Dermatology (Principles and Practice). New York: McGraw-Hill; 2009. H.55-61.
5. Tjekyan RMS. Kejadian dan Faktor Resiko Akne Vulgaris. Media Medika Indonesiana. 2008. Vol 43.
6. Baran R, Maibach HI, Dunitz M. Cosmetic Dermatology. H.433-44.
7. Wood MJ. Acne. In: Farar WE, Wood MJ, Innes JA, Hugh T. Infectious Disease. Times Mirror International Publisher Ltd. Copyright© 1995. On CD-ROM.
8. Kraft J, Freiman A. Management of Acne. CMAJ. 2011. Vol 4. 183(7).