ppid2.acehprov.go.id 2012.pdf · LKPJ GUBERNUR ACEH TAHUN 2012 i KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum...

512
LKPJ GUBERNUR ACEH TAHUN 2012 24 7 LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN (LKPJ) GUBERNUR ACEH TAHUN ANGGARAN 2012 PEMERINTAH ACEH TAHUN 2013

Transcript of ppid2.acehprov.go.id 2012.pdf · LKPJ GUBERNUR ACEH TAHUN 2012 i KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum...

  • LKPJ GUBERNUR ACEH TAHUN 2012

    24

    7

    LAPORAN KETERANGAN

    PERTANGGUNGJAWABAN (LKPJ)

    GUBERNUR ACEH

    TAHUN ANGGARAN 2012

    PEMERINTAH ACEH

    TAHUN 2013

  • LKPJ GUBERNUR ACEH TAHUN 2012

    i

    KATA PENGANTAR

    Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

    Mengawali pengantar penyampaian LKPJ ini, marilah kita mengucapkan puji dan

    syukur kepada Allah SWT, yang telah menciptakan bumi beserta isinya yang menjadi

    sumber kehidupan umat manusia. Selawat dan salam kita sampaikan kepada junjungan kita,

    Nabi Muhammad SAW, Rasul yang telah membawa risalah di atas permukaan bumi ini.

    Dengan karunia Allah pulalah kami telah dapat menyelesaikan Laporan Keterangan

    Pertanggungjawaban (LKPJ) Gubernur Aceh tahun 2012 untuk memenuhi amanat Pasal 42

    ayat (1) huruf f Undang Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh. Hal ini

    juga sesuai dengan Pasal 16 dan Pasal 17 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun

    2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah, Laporan

    Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah,

    dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Masyarakat.

    Penyampaian LKPJ merupakan kewajiban Pemerintah Aceh untuk

    melaporkan implementasi Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) Tahun 2012

    sebagai penjabaran dari RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah) Aceh. Selain

    itu, LKPJ ini juga menjadi gambaran realisasi program/kegiatan urusan wajib, urusan

    pilihan, dan urusan wajib lainnya sebagai capaian kinerja Satuan Kerja Perangkat Aceh

    (SKPA) selama tahun 2012.

    Atas nama Pemerintah Aceh, kami menyampaikan terima kasih serta memberikan

    apresiasi yang setinggi-tingginya kepada pimpinan dan anggota DPRA atas kerjasamanya

    yang terjalin selama ini. Demikian juga kepada Satuan Kerja Perangkat Aceh, instansi

    vertikal dan pemerintah kabupaten/kota se Aceh yang telah memberikan konstribusi, mulai

    dari tahapan perencanaan, pelaksanaan kegiatan, sampai selesainya penyusunan laporan ini,

    kami juga menyampaikan terima kasih.

    Harapan kami, hendaknya laporan ini dapat menjadi acuan penilaian serta

    terbentuknya garis kemitraan kerja antara Gubernur Aceh dengan DPRA dalam

    pelaksanaan pemerintahan di Aceh. Kerjasama ini sangat penting maknanya bagi

    kepentingan daerah. Kita berharap agar ke depan kerjasama seperti ini senantiasa terbuka

    ke arah yang lebih baik, sehingga muncul pula gagasan dan ide baru untuk penyempurnaan

    tata hubungan kemitraan antara legislatif dan eksekutif, sebagai bagian tak terpisahkan dari

    sistem pemerintahan sesuai dengan amanat MoU Helsinki dan UU Nomor 11 tahun 2006.

  • LKPJ GUBERNUR ACEH TAHUN 2012

    ii

    Akhirnya kami menyadari sungguhpun laporan ini telah dijadikan sebuah buku yang

    berisi narasi dan angka-angka, namun kami mengakui masih terdapat kekurangannya baik

    bentuk maupun isinya. Oleh karena itu, pada tempatnyalah atas nama Pemerintah Aceh

    kami menyampaikan permohonan maaf atas segala kekurangannya.

    Billahi taufiq wal hidayah,

    Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

    Banda Aceh, 31 Maret 2013

    GUBERNUR ACEH,

    dr. H. ZAINI ABDULLAH

  • LKPJ GUBERNUR ACEH TAHUN 2012

    iii

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i

    DAFTAR ISI ....................................................................................................................... iii

    BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

    A. DASAR HUKUM ........................................................................................................... 1

    B. GAMBARAN UMUM DAERAH .................................................................................. 3

    BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH ................................................... 13

    A. VISI DAN MISI .............................................................................................................. 13

    B. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN DAERAH ...................................................... 14

    C. PRIORITAS DAERAH .................................................................................................. 22

    BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH .............. 26

    A. PENGELOLAAN PENDAPATAN DAERAH .............................................................. 27

    1. Intensifikasi Pendapatan Daerah .............................................................................. 27

    2. Target dan Realisasi Pendapatan ............................................................................. 28

    3. Permasalahan dan Solusi ......................................................................................... 33

    B. PENGELOLAAN BELANJA DAERAH ....................................................................... 34

    1. Kebijakan Umum Keuangan Daerah ....................................................................... 35

    2. Target dan Realisasi Belanja.................................................................................... 36

    3. Permaslahan dan Solusi ........................................................................................... 41

    BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH .............. 43

    A. URUSAN WAJIB YANG DILAKSANAKAN ............................................................. 43

    B. URUSAN PILIHAN YANG DILAKSANAKAN ......................................................... 404

    BAB V PENELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN ............................................ 459

    A. TUGAS PEMBANTUAN YANG DITERIMA ............................................................. 459

    B. TUGAS PEMBANTUAN YANG DIBERIKAN ........................................................... 473

    BAB VI PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN ..................... 474

    A. KERJASAMA ANTAR DAERAH ................................................................................ 474

    B. KERJASAMA DAERAH DENGAN PIHAK KETIGA ................................................ 476

    C. KOORDINASI DENGAN INSTANSI VERTIKAL DI DAERAH ............................... 480

    D. PEMBINAAN BATAS WILAYAH .............................................................................. 481

    E. PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BENCANA ....................................... 481

  • LKPJ GUBERNUR ACEH TAHUN 2012

    iii

    F. PENGELOLAAN KAWASAN KHUSUS ..................................................................... 481

    G. PENYELENGGARAAN KETENTRAMAN DAN KETERTIBAN UMUM ............... 503

    BAB VII PENUTUP .......................................................................................................... 508

    24

  • LKPJ GUBERNUR ACEH TAHUN 2012

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I. DASAR HUKUM

    Provinsi Aceh yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1956

    memiliki kewenangan yang luas dalam penyelenggaraan pemerintahan. Undang-Undang

    Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh (UUPA) memberikan kewenangan kepada

    Pemerintahan Aceh untuk mengatur dan mengurus urusan Pemerintahan dalam semua sektor

    publik kecuali urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah. Kewenangan

    yang dilaksanakan oleh Pemerintah Aceh harus dilaporkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat

    Aceh (DPRA). Pasal 42 ayat (1) huruf f UUPA menegaskan salah satu tugas dan wewenang

    gubernur adalah: memberikan laporan keterangan pertanggungjawaban mengenai

    penyelenggaraan pemerintahan kepada DPRA.

    Penyelenggaraan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban mengenai

    penyelenggaraan Pemerintahan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah

    Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada

    Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada Dewan

    Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

    kepada Masyarakat. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) disusun berdasarkan

    Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) yang merupakan penjabaran tahunan Rencana

    Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dengan berpedoman pada Rencana

    Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD), dan disampaikan kepada DPRA paling

    lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir. Oleh karena itu, LKPJ Gubernur Aceh

    tahun 2012 ini didasarkan pada RKPA tahun 2012 yang telah ditetapkan dengan Peraturan

    Gubernur Aceh Nomor 23 Tahun 2011 tentang Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA)

    Tahun 2012.

    Dasar hukum penyusunan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)

    Gubernur Aceh Tahun 2012 ini adalah sebagai berikut:

    1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Propinsi

    Atjeh dan Perubahan Peraturan Propinsi Sumatera Utara;

    2. Undang-Undang Nomor 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan

    Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme;

    3. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Keistimewaan Provinsi

    Daerah Istimewa Aceh;

    4. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Retribusi Dasar;

    5. Undang-Undang 37 Tahun 2000 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti

    Undang-Undang Nomor 2 tahun 2000 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan

    Pelabuhan Bebas Sabang menjadi Undang-Undang;

    6. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;

    7. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;

  • LKPJ GUBERNUR ACEH TAHUN 2012

    2

    8. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan Keuangan dan

    tanggungjawab Keuangan Negara;

    9. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan

    Nasional;

    10. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah

    beberapa kali diubah terakhir dengan Undang–Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang

    Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

    Daerah;

    11. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan

    Daerah;

    12. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh;

    13. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang

    Menengah Tahun 2005-2025;

    14. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah Pusat dan

    Pemerintah Provinsi sebagai Daerah Otonom;

    15. Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 2000 tentang Dana Perimbangan sebagaimana

    telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2001 tentang Perubahan atas

    Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 2000 tentang Dana Perimbangan;

    16. Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2000 tentang Kedudukan Keuangan Kepala

    Daerah dan Wakil Kepala Daerah;

    17. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah;

    18. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah;

    19. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan

    Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah

    diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2005 tentang Kedudukan

    Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD;

    20. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penghapusan Piutang

    Negara/Daerah;

    21. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan;

    22. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah;

    23. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan

    Daerah;

    24. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005 tentang Hibah Kepada Daerah;

    25. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;

    26. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan

    Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;

  • LKPJ GUBERNUR ACEH TAHUN 2012

    3

    27. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Laporan Keuangan dan Kinerja

    Instansi Pemerintah;

    28. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan

    Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban

    Kepala Daerah Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan

    Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Masyarakat;

    29. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah;

    30. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka

    Menengah Nasional 2010-2014;

    31. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2011 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun

    2012;

    32. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas

    Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan

    Keuangan Daerah;

    33. Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002 tentang Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban

    dan Pengawasan Keuangan Daerah serta Tata Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan

    dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan

    Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja.

    34. Qanun Aceh Nomor 1 tahun 2008 tentang Pengelolaan Keuangan Aceh.

    35. Peraturan Gubernur Aceh Nomor 21 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka

    Menengah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam 2007-2012;

    36. Peraturan Gubernur Aceh Nomor 26 tahun 2010 tentang perubahan Rencana

    Pembangunan Jangka Menengah Aceh 2007-2012;

    37. Peraturan Gubernur Aceh Nomor 23 Tahun 2011 tentang Rencana Kerja Pemerintah

    Aceh (RKPA) Tahun 2012.

    II. GAMBARAN UMUM DAERAH

    1. Kondisi Georafis Daerah Aceh terletak di ujung barat Pulau Sumatera pada posisi 01

    0 58’ 37,2”– 06

    0 04’ 33,6”

    Lintang Utara dan 57’ 57,6”– 980 17’ 13,2” Bujur Timur dengan ketinggan rata-rata

    125 meter di atas permukaan laut. Ibu Kota Aceh adalah Banda Aceh dengan luas

    wilayah 5.677,08 Km2 (12,26% dari luas pulau Sumatera), dengan batas wilayahnya

    sebagai berikut:

    - Sebelah utara dan Timur dengan Selat Malaka,

    - Sebelah selatan dengan Provinsi Sumatera Utara,

    - Sebelah barat dengan Samudera Indonesia, dan

    - Sebelah timur dengan Selat Malaka.

    Aceh terdiri dari 18 kabupaten dan 5 kota, dengan perincian 284 kecamatan, 755

    mukim dan 6.450 gampong. Secara Topografi Aceh terdiri dari 47,58% wilayahnya

    bergunung, 24,63% dataran, 10,25% berbukit, 10,55% berombak dan selebihnya

  • LKPJ GUBERNUR ACEH TAHUN 2012

    4

    bergelombang. Kalau diklasifikasan dalam bentuk slope (kelerengan), maka

    persentasenya adalah: < 2% dataran, 2-8% berombak, 8-15% bergelombang, 15-25

    % berbukit dan > 25% bergunung. Adapun luas daratan Aceh menurut penggunaan

    lahan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

    Tabel 1.1

    Luas Daratan Aceh Menurut Penggunaan Lahan

    No Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase

    1 Perkampungan 1.254,39 2,21

    2 Industri 39,28 0,07

    3 Pertambangan 2.060,49 3,63

    4 Persawahan 3.149,91 5,55

    5 Pertanian tanah kering semusim 1.390,49 2,45

    6 Kebun 3.056,24 5,38

    7 Perkebunan

    - Perkebunan Besar

    - Perkebunan Rakyat

    2.006,80

    8.004,01

    3,53

    14,10

    8 Padang (padang Rumput, alang-

    alang, semak)

    2.320,23 4,09

    9 Hutan (Lebat,belukar,sejenis) 22.910,80 40,36

    10 Perairan Darat

    (Kolam air tawar, tambak,

    Penggaraman, waduk, danau, rawa)

    2.067,41

    3,64

    11 Tanah terbuka (tandus, rusak, land

    clearing)

    444,39 0,78

    12 Lain-lain 8,066,37 14,21

    Jumlah 56.770,81 100,00

    Sumber : Badan Pertanahan Nasional Provinsi Aceh (Aceh Dalam Angka 2012)

    2. Gambaran Umum Demografis

    Jumlah penduduk Aceh berdasarkan data pada Biro Tata Pemerintahan Setda

    Aceh tahun 2012 adalah sebesar 5.015.234 jiwa. Jumlah penduduk terbanyak adalah

    Kabupaten Aceh Utara yaitu 558.295 jiwa dan yang memiliki jumlah penduduk

    terkecil adalah Kota Sabang yaitu 35.982 jiwa.

    Tingkat kepadatan penduduk di Aceh bervariasi, Kota Banda Aceh memiliki tingkat

    kepadatan tertinggi yaitu 45,44 jiwa/Ha, sedangkan Kabupaten Gayo Lues memiliki

    kepadatan penduduk terendah yaitu 0,17 jiwa/Ha. Secara rinci luas wilayah, jumlah

    penduduk dan tingkat kepadatan penduduk Aceh dapat dilihat pada tabel di bawah

    ini:

  • LKPJ GUBERNUR ACEH TAHUN 2012

    5

    Tabel 1.2

    Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Aceh

    No Kabupaten/Kota Luas Wilayah

    (Ha)*

    Jumlah

    Penduduk

    (Jiwa)*)

    Kepadatan

    (Jiwa/Ha)

    1 Aceh Selatan 417.659 222.849 0,53

    2 Aceh Tenggara 416.963 211.171 0,51

    3 Aceh Timur 542.709 403.417 0,74

    4 Aceh Tengah 445.404 213.732 0,48

    5 Aceh Barat 275.872 198.853 0,72

    6 Aceh Besar 290.256 375.494 1,29

    7 Pidie 316.924 422.564 1,33

    8 Aceh Utara 269.466 558.295 2,07

    9 Simeulue 182.735 86.443 0,47

    10 Aceh Singkil 185.803 122.996 0,66

    11 Bireuen 179.631 409.899 2,28

    12 Aceh Barat Daya 188.205 142.731 0,76

    13 Gayo Lues 554.991 92.641 0,17

    14 Aceh Jaya 387.725 83.211 0,21

    15 Nagan Raya 354.491 167.769 0,47

    16 Aceh Tamiang 211.973 280.367 1,32

    17 Bener Meriah 190.401 148.616 0,78

    18 Pidie Jaya 94.795 148.854 1,57

    19 Banda Aceh 5.617 255.243 45,44

    20 Sabang 12.209 35.982 2,95

    21 Lhokseumawe 15.344 184.885 12,05

    22 Langsa 20.341 173.263 8,52

    23 Sabulussalam 117.571 75.959 0,65

    Provinsi Aceh 5.677.081 5.015.234 0,88

    Sumber : - Luas wilayah (Aceh Dalam Angka 2012)

    - Jumlah Penduduk (Biro Tata Pemerintahan Setda Aceh)

    3. Kondisi Ekonomi

    a. Potensi Unggulan Daerah

    Aceh memiliki kekayaan sumber daya alam yang sangat potensial dan

    beragam. Luas areal daratan Aceh adalah 56.770,81 km2, dengan panjang garis

    pantai sekitar 1.660 km serta luas perairan lautnya sekitar 295.370 km2,

    terdiri

    dari perairan teritorial dan perairan kepulauan seluas 56.563 km2

    dan Zona

    Ekonomi Ekslusif (ZEE) 238.807 km2

    dengan jumlah pulau sebanyak 119

    buah.

    Sektor-sektor yang menjadi unggulan perekonomian Aceh diantaranya:

    pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, pertambangan, dan pariwisata.

  • LKPJ GUBERNUR ACEH TAHUN 2012

    6

    Pada sektor pertanian dan perkebunan komoditi yang menjadi unggulan

    daerah diantaranya padi, kedelai, kacang tanah, kopi, kakao, nilam, kelapa sawit,

    kelapa, karet dan pinang. Di sektor Perikanan komoditi yang menjadi unggulan

    adalah kerapu, bandeng, Udang, lobster, dan kelompok ikan pelagis seperti tuna,

    tongkol, cakalang, kembung, selar, tenggiri dan layang. Sektor pariwisata,

    wisata bahari, agrowisata, historis, petualang, pemburuan (hama babi) sangat

    potensial untuk dikembangkan dimasa yang akan datang, dan lainnya. Demikian

    pula di sektor pertambangan masih banyak jenis-jenis bahan tambang yang

    belum dieksplorasi secara optimal.

    Pada sektor pertanian salah satu subsektornya adalah tanaman pangan.

    Pertanian tanaman pangan mencakup tanaman padi (padi, sawah, dan padi

    ladang), jagung, kacang, kacang kedelai, kacang tanah, ubi kayu dan ubi jalar.

    Secara rinci luas panen, produksi, dan produktivitas komoditi pertanian tanaman

    pangan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

    Tabel 1.3

    Produksi Tanaman Pangan menurut Komoditi Aceh

    No Jenis Tanaman Pangan Luas Panen

    (Ha)

    Produksi

    (Ton)

    Produktivitas

    (Ton/Ha)

    1 Padi Sawah 375.860 1.760.657 4,68

    2 Padi Ladang 4.826 12.304 2,55

    2 Jagung 41.853 168.860 4,03

    3 Kedelai 35.370 50.007 1,41

    4 Kacang Tanah 4.999 6.171 1,23

    6 Ubi Kayu 3.085 39.384 12,77

    7 Ubi Jalar 1.137 11.843 10,42

    Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh

    Sektor perkebunan terdiri dari kelapa sawit, karet, coklat, kelapa, kopi,

    cengkeh, pala, jambu mete, nilam, kemiri, tembakau, lada, tebu, pinang, kapok

    randu. Secara keseluruhan produksi perkebunan terbesar adalah kelapa sawit,

    dimana luas area tanam 365.996 Ha dengan produksi 572.953 Ton yang

    dihasilkan baik dari Perkebunan Besar dan Perkebunan rakyat. Secara lebih

    jelas dapat dilihat pada tabel berikut:

    Tabel 1.4

    Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Perkebunan Rakyat di Aceh

    No. Komoditi Luas/Area

    (Ha)

    Produksi

    (Ton)

    Produktivitas

    (Ton/Ha)

    1 Kelapa Sawit

    - Perkebunan Rakyat

    - Perkebunan Besar

    183.369

    182.627

    165.711

    407.242

    0,90

    2,23

    2 Karet

    - Perkebunan Rakyat

    - Perkebunan Besar

    122.660

    21.631

    69.972

    17.435

    0,57

    0,81

    3 Coklat

    - Perkebunan Rakyat

    - Perkebunan Besar

    87.481

    2.031

    37.250

    344

    0,43

    0,17

    4 Kelapa 106.542 62.926 0,59

    5 Kopi Robusta 3.565 1.534 0,43

  • LKPJ GUBERNUR ACEH TAHUN 2012

    7

    6 Cengkeh 22.071 1.435 0,07

    7 Pala 21.522 5.261 0,24

    8 Jambu Mete 106 0,49 0,005

    9 Nilam 3.859 253 0,07

    10 Kemiri 20.557 12.472 0,61

    11 Tembakau 941 951 1,01

    12 Lada 897 261 0.29

    13 Tebu 9.727 54.667 5,62

    14 Pinang 42.184 28.076 0,67

    15 Kapok Randu 1.774 499 0,28

    Jumlah 678.039 430.067 0,63

    Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh

    Hasil produksi peternakan berupa daging, telur dan susu. Produksi

    peternakan terbesar berupa daging dengan produksi 27.230.137 Kg, dimana

    jumlah daging terbesar dihasilkan berasal dari produksi daging sapi sebesar

    9.462.222 Kg. Secara rinci hasil produksi peternakan dapat dilihat pada tabel

    berikut:

    Tabel 1.5

    Produksi daging, telur dan susu pada bidang peternakan

    No. Komoditi Daging (Kg) Telur (Kg) Susu (Kg)

    1 Sapi 9.462.222 - -

    2 Kerbau 3.826.950 - -

    3 Kambing 1.697.640 - -

    4 Domba 394.020 -

    5 Ayam Buras 4.396.807 3.390.435 -

    6 Ayam Ras

    Petelur

    Pedaging

    56.195

    6.302.305

    2.753.748

    -

    -

    -

    -

    -

    7 Itik 1.093.595 8.520.848 -

    8 Puyuh 403 - -

    9 Sapi Perah - - 23.520

    Jumlah 27.230.137 14.665.031 23.520

    Sumber : Dinas Kesehatan Hewan dan Peternakan Aceh

    Di sektor perikanan secara keseluruhan pertumbuhan rata-rata produksi

    perikanan tangkap selama tahun 2011 adalah sebesar 145.970,1 ton dan

    perikanan budidaya sebesar 37.225,3 ton. Produksi perikanan tangkap

    umumnya didominasi oleh kelompok ikan pelagis seperti tuna, tongkol,

    kembung, cakalang, selar, tenggiri dan layang. Kelompok udang dan bandeng

    memberi sumbangan terbesar dari subsektor budidaya perikanan.

  • LKPJ GUBERNUR ACEH TAHUN 2012

    8

    Tabel 1.6

    Produksi Perikanan di Aceh

    No Klasifikasi Jumlah Produksi (Ton)

    1 Perikanan Tangkap 145.970,1

    2 Perikanan Budidaya 37.225,3

    Total 183.195,4

    Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Aceh

    b. Struktur Ekonomi berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

    Salah satu indikator makro yang dapat digunakan untuk mengetahui

    produktivitas ekonomi pada suatu daerah ialah PDRB. Berdasarkan pengukuran

    terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dengan migas atas dasar

    harga konstan 2000, pada tahun 2008 pertumbuhan ekonomi Aceh mengalami

    penurunan sebesar -5,24 persen, pada tahun 2009 juga mengalami penurunan

    yakni sebesar -5,51 persen. Namun, pada tahun 2010 dan 2011 pertumbuhan

    ekonomi di Aceh mengalami kenaikan sebesar 2,79 dan 5,02 persen. Sedangkan

    pertumbuhan ekonomi Aceh tanpa migas pada tahun 2008 tumbuh sebesar 1,92

    persen, pada tahun 2009 tumbuh 3,97 persen, tahun 2010 tumbuh sebesar 5,49

    persen serta pada tahun 2011 sebesar 5,89 persen.

    Rendahnya pertumbuhan ekonomi Aceh (PDRB dengan Migas) pada tahun

    2008 sampai dengan 2009 terutama disebabkan oleh semakin menurunnya

    secara signifikan lifting migas Aceh. Sebagaimana diketahui bahwa sampai

    dengan tahun 2011 kontribusi sektor migas tidak lagi dominan terhadap

    pembentukan PDRB Aceh, sehingga penurunan volume dan nilai jual produksi

    dari sektor tersebut kurang memberi pengaruh yang signifikan terhadap

    pertumbuhan ekonomi Aceh secara keseluruhan. Sedangkan pertumbuhan

    ekonomi Aceh (PDRB tanpa Migas) menunjukkan nilai yang semakin

    meningkat dari tahun 2008 – 2011.

    Tabel 1.7

    Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000

    Menurut Sektor Tahun 2011

    No Sektor PDRB (%)

    1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 5,55

    2 Pertambangan dan Penggalian 0,12

    3 Industri Pengolahan 1,90

    4 Listrik, Gas dan Air Bersih 8,57

    5 Kontruksi (Bangunan) 6,22

    6 Perdag, Hotel dan Restoran 6,82

    7 Transport dan Komunikasi 7,97

    8 Keuangan dan Perbankan 6,49

    9 Jasa-Jasa 4,30

    Pertumbuhan Ekonomi dengan Migas 5,02

    Pertumbuhan Ekonomi Tanpa Migas 5,89

    Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh

  • LKPJ GUBERNUR ACEH TAHUN 2012

    9

    Tabel 1.8

    Perkembangan Nilai PDRB Aceh Tahun 2008 – 2011

    Tahun

    Atas Dasar Harga Berlaku

    (triliun rupiah)

    Atas Dasar Harga Konstan 2000

    (triliun rupiah)

    Dengan Migas Tanpa Migas Dengan Migas Tanpa Migas

    2008 73,55 54,21 34,10 26,52

    2009 71,99 58,91 32,22 27,57

    2010* 77,98 65,09 33,12 29,09

    2011** 85,54 71,66 34,80 30,80

    Sumber BPS : *Angka sementara

    ** Angka sangat sementara

    Nilai PDRB Aceh ADHB dengan migas pada tahun 2011mencapai Rp 85,54

    triliun, meningkat sebesar Rp 7,56 triliun dibanding tahun 2010 atau Rp 13,55

    triliun dibanding tahun 2009 dan 11,99 triliun dibanding tahun 2008. Sedangkan

    tanpa migas, nilai PDRB Aceh pada tahun 2011 mencapai nilai sebesar Rp 71,66

    triliun, meningkat sebesar Rp 6,57 triliun dibanding tahun sebelumnya atau

    sebesar Rp 12,75 triliun dibanding tahun 2009 dan 17,45 dibanding tahun 2008.

    Capaian ini mengindikasikan tren peningkatan agregat ekonomi di Aceh selama

    empat tahun terakhir.

    Sementara itu, nilai PDRB Aceh berdasarkan AHDK 2000 dengan migas pada

    tahun 2011 mencapai Rp 34,78 triliun, meningkat sebesar Rp 1,68 triliun

    dibanding tahun 2010 atau sebesar Rp 2,58 triliun dibanding tahun 2009 dan

    1,68 triliun dari tahun 2008. Sedangkan nilai PDRB Aceh ADHK 2000 tanpa

    migas tahun 2011mencapai Rp 30,80 triliun, bertambah sebesar Rp 1,71 triliun

    dari tahun 2010 atau bertambah sebesar Rp 3,23 triliun atas tahun 2009dan 4,28

    triliun dari tahun 2008.

    Gambar 1.1

    Perkembangan Nilai PDRB Aceh Tahun 2008 – 2011

    Sumber BPS : *Angka sementara

    ** Angka sangat sementara

  • LKPJ GUBERNUR ACEH TAHUN 2012

    10

    Tabel 1.9

    Struktur Perekonomian Aceh ADHK 2000 Tahun 2007-2011

    Sektor Ekonomi 2007

    (%)

    2008

    (%)

    2009

    (%)

    2010*

    (%)

    2011**

    (%)

    (1) (3) (4) (5) (6) (7)

    1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan, & Perikanan

    25,51 26,37 28,36 28,17 27,89

    2. a. Pertambangan & Penggalian

    b. Pertambangan & Penggalian

    tanpa migas

    22,48

    1,07

    18,87

    1,07

    11,47

    1,12

    11,06

    1,13

    11,64

    1,16

    3. a. Industri Pengolahan

    b. Industri Pengolahan tanpa minyak dan

    gas

    11,16

    2,51

    11,14

    2,64

    10,82

    3,00

    9,63

    3,02

    8,82

    3,06

    4. Listrik & Air Bersih 0,24 0,27 0,36 0,43 0,47

    5. Konstruksi 7,62 8,52 9,50 9,84 10,06

    6. Perdagangan, Hotel, & Restoran 12,98 13,90 14,92 15,43 16,03

    7. Pengangkutan & Komunikasi 8,08 8,78 10,35 10,58 10,95

    8. Keuangan, Persewaan, & Jasa Perusahaan 1,90 2,01 2,49 2,63 2,63

    9. Jasa-jasa 10,02 10,15 11,72 12,13 11,52

    PRODUK DOMESTIK REGIONAL

    BRUTO 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

    Kontribusi Minyak dan Gas 30,07 26,29 18,17 16,54 16,23

    Kontribusi Bukan Minyak dan Gas

    69,93 73,71 81,83 83,46 83,77

    Sumber BPS : *Angka sementara

    ** Angka sangat sementara

    Gambar 1.2 Peranan Sektor Terhadap PDRB Aceh ADHK 2000 Tahun 2011* (persen)

  • LKPJ GUBERNUR ACEH TAHUN 2012

    11

    Sedangkan untuk struktur perekonomian yang disumbangkan oleh masing-

    masing sektor pada kondisi tahun 2012 secara rata-rata (data sementara; triwulan

    I sd III), dapat dilihat Gambar 1.4 di bawah ini:

    Gambar 1.3

    Peranan Sektor Terhadap PDRB Aceh Triwulan III Tahun 2012 (persen)

    Gambar 1.4

    Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Sektor

    Tahun 2007-2011 (persen)

  • LKPJ GUBERNUR ACEH TAHUN 2012

    12

    Tabel 1.10

    Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Sektor Tahun 2012 (persen)

    SEKTOR TRI.I (%) TRI. II (%) TRI.III (%)

    1. PERTANIAN 28,39 28,34 27,96

    2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 11,62 11,45 11,30

    3. INDUSTRI PENGOLAHAN 8,67 8,55 8,48

    4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 0,48 0,48 0,48

    5. BANGUNAN 9,62 9,65 9,87

    6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 16,54 16,69 16,95

    7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 11,33 11,33 11,44

    8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 2,82 2,98 2,91

    9. JASA-JASA 10,54 10,54 10,62

    Tabel 1.11

    Pesentase Kegiatan Ekonomi Berdasarkan Kelompok Sektor Ekonomi

    Triwulan I -III Tahun 2012

    NO. SEKTOR TRI.I (%) TRI. II (%) TRI.III (%)

    1. PRIMER 40,01 39,79 39,26

    2. SEKUNDER 18,77 18,68 18,83

    3. TERSIER 41,23 41,54 41,92

    Pada triwulan III tahun 2012, nilai PDRB atas dasar harga berlaku

    mencapai Rp 24,72 triliun. Nilai ini mengalami peningkatan dibanding nilai

    PDRB pada triwulan II 2012 yang sebesar Rp 23,57 triliun. Begitu juga, PDRB

    tanpa migas triwulan II 201 tercatat sebesar Rp 19,85 triliun dan meningkat

    menjadi Rp 20,32 triliun pada triwulan III 2012. Berdasarkan harga konstan

    2000, PDRB dengan migas triwulan III 2012 sedikit meningkat dari triwulan II

    2012 yaitu dari Rp 9,86 triliun menjadi Rp 9,20 triliun. PDRB tanpa migas

    triwulan III 2012 berdasarkan harga konstan 2000, juga mengalami peningkatan

    dari Rp 8,10 triliun menjadi Rp 8,23 triliun pada triwulan II tahun yang sama.

  • LKPJ GUBERNUR ACEH TAHUN 2012

    13

    BAB II

    KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

    A. VISI

    Visi pembangunan Aceh tahun 2012-2017 adalah kondisi Aceh yang diharapkan menjadi

    “Aceh yang Bermartabat, Sejahtera, Berkeadilan, dan Mandiri berlandaskan

    Undang-Undang Pemerintahan Aceh sebagai Wujud MoU Helsinki”

    Bermartabat kondisi masyarakat Aceh yang dicirikan dengan ketahanan dan daya juang

    yang tinggi, cerdas, taat aturan, kooperatif dan inovatif yang menjunjung tinggi harkat

    dan martabat manusia berlandaskan penerapan syariat Islam yang kaffah Perwujudannya

    antara lain melalui penuntasan peraturan-peraturan hasil turunan UUPA dan peraturan

    perundangan lainnya, pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih, bebas

    dari praktek Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme, serta penegakan supremasi hukum dan

    HAM, mengangkat kembali budaya Aceh yang islami dan pelaksanaan nilai-nilai Dinul

    Islam dalam tatanan kehidupan bermasyarakat.

    Sejahtera adalah terwujudnya kesejahteraan masyarakat Aceh melalui pembangunan

    ekonomi berazaskan pada potensi unggulan lokal dan berdaya saing, pengoptimalisasi

    pemanfaatan sumber daya alam dan geopolitik Aceh, peningkatan indeks pembangunan

    manusia dan mengembangkan kemampuan menguasai kemajuan ilmu

    pengetahuan dan teknologi.

    Berkeadilan adalah terwujudnya pembangunan yang adil dan merata yang dilakukan

    secara partisipatif, proporsional dan berkelanjutan berdasarkan prinsip kebutuhan dan

    azas manfaat bagi masyarakat Aceh.

    Mandiri adalah Aceh mampu memanfaatkan potensi sumber daya alam yang melimpah

    dan keunggulan geostrategis melalui penguatan kapasitas sumberdaya manusia, efesiensi

    dan efektifitas anggaran, serta penguasaan teknologi informasi, sehingga bermanfaat

    sebesar-besarnya untuk kesejahteraan masyarakat Aceh.

    MISI

    1. Memperbaiki tata kelola Pemerintahan Aceh yang amanah melalui implementasi dan penyelesaian peraturan pelaksana Undang-Undang Nomor 11

    Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh (UUPA) untuk menjaga perdamaian

    yang abadi. Ini bermaksud mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang bersih

    dan amanah melalui implementasi peraturan-peraturan turunan UUPA. Selanjutnya,

    peningkatan profesionalisme dan pengelolaan sumber daya aparatur, penguatan

    sistem pendataan penyelenggaraan pemerintahan, peningkatan kualitas pelayanan

    publik melalui efesiensi struktur pemerintahan, membangun tranparansi dalam

    perencanaan dan penganggaran pembangunan daerah. Menjadikan UUPA dan

    turunan peraturannya sebagai acuan pelaksanaan dan percepatan pembangunan Aceh

    secara menyeluruh serta mewujudkan perdamaian abadi di Provinsi Aceh;

    2. Menerapkan nilai-nilai budaya Aceh dan Nilai-Nilai Dinul Islam di semua sektor kehidupan masyarakat adalah membangun masyarakat Aceh yang beriman,

    bertakwa, berakhlak mulia, beretika dan berkarakter, dengan mengangkat kembali budaya

  • LKPJ GUBERNUR ACEH TAHUN 2012

    14

    Aceh yang bernafaskan Islami dalam upaya pengembalian harkat dan martabat masyarakat

    Aceh. Mengimplementasikan budaya Aceh dan nilai-nilai Dinul Islam dalam tatanan

    pemerintahan dan kehidupan bermasyarakat secara efektif dan tepat.

    3. Memperkuat struktur ekonomi dan kualitas sumber daya manusia adalah mengembangkan kerangka ekonomi kerakyatan melalui peningkatan potensi sektor

    unggulan daerah dalam upaya membangun kualitas hidup masyarakat secara optimal;

    menurunkan angka kemiskinan dan pengangguran dalam memenuhi capaian

    Millenium Development Goals (MDGs), memperluas kesempatan kerja melalui

    pembangunan infrastruktur ekonomi sektor riil dan pemihakan kepada UKM dan

    koperasi. Pembangunan ekonomi yang difokuskan kepada sektor pertanian yang

    berbasis potensi lokal masing-masing wilayah.

    Meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan masyarakat Aceh adalah mewujudkan

    kualitas pelayanan pendidikan melalui peningkatan angka partisipasi sekolah,

    menurunkan angka buta aksara, meningkatkan angka partisipasi kasar (APK) dan angka

    partisipasi murni (APM) dalam berbagai tingkat pendidikan, menurunkan disparitas

    partisipasi antar wilayah, gender dan sosial ekonomi serta antar satuan pendidikan.

    Mewujudkan pelayanan kesehatan yang berkualitas melalui meningkatnya umur harapan

    hidup, menurunya angka kematian bayi, menurunnya angka prevalensi gizi buruk serta

    efektifitas penanganan penyakit menular guna pencapaian MDGs dan pengendalian

    penyakit tidak menular ditengah-tengah masyarakat;

    4. Melaksanakan pembangunan Aceh yang proporsional, terintegrasi dan berkelanjutan adalah terwujudnya pembangunan daerah yang berbasis kebutuhan

    dan kemanfaatan melalui perencanaan yang tepat, fokus dan tuntas. Terwujudnya

    penanganan tata ruang terpadu dalam pelaksanaan pembangunan daerah melalui

    pembangunan berbasis lingkungan, pengelolaan dan pengendalian bencana,

    perbaikan sistem dan jaringan sarana dan prasarana transportasi dalam mendukung

    pertumbuhan ekonomi yang adil dan merata;

    5. Mewujudkan peningkatan nilai tambah produksi masyarakat dan optimalisasi pemanfaatan SDA adalah terwujudnya masyarakat Aceh yang mampu memanfaatkan

    potensi-potensi sumber daya alam yang berdaya guna dan berhasil guna secara optimal

    dengan mendorong masyarakat yang lebih produktif, kreatif, dan inovatif.

    B. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN DAERAH

    Berdasarkan visi dan misi yang telah ditetapkan, ditetapkan tujuan, sasaran, strategi dan

    arah kebijakan yang akan dicapai tahun 2012 - 2017, antara lain sebagai berikut:

    1. Memperbaiki tata kelola Pemerintahan Aceh yang amanah melalui Implementasi dan penyelesaian peraturan pelaksana Undang-Undang Nomor

    11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh (UUPA) untuk menjaga

    perdamaian yang abadi.

    Tujuan :

    Mewujudkan tata kelola Pemerintahan Aceh yang amanah melalui penyelesaian

    peraturan pelaksana dan Implementasi UUPA untuk menjaga perdamaian yang abadi

    Sasaran: a) Meningkatnya jumlah peraturan pelaksana UUPA yang harus diselesaikan 100

    persen sampai tahun 2015 (6 PP, 1 Perpres dan 21 Qanun Aceh). b) Meningkatnya implementasi UUPA dalam percepatan pembangunan dan menjaga

    keberlanjutan perdamaian

  • LKPJ GUBERNUR ACEH TAHUN 2012

    15

    c) Meningkatnya tata kelola pemerintahan yang good governance dan clean government (perolehan dari WDP menjadi WTP, akuntabilitas, LAKIP Pemerintah Aceh dari C++ menjadi B, indeks kepuasan masyarakat).

    d) Meningkatnya pelayanan publik yang transparan (lama waktu perizinan dari 7 hari menjadi 3 hari dan tersedianya akses informasi dokumen publik (RPJPA, RTRWA, RPJMA, RKPA, Statistik Daerah, APBA, LKPJ, LPPD) pada website pemerintah).

    e) Meningkatnya peran serta masyarakat dalam pembangunan Aceh (meningkatnya persentase partisipasi masyarakat dalam penyusunan rencana pembangunan, pengawasan dan pelaksanaan) dan meningkatnya persentase usulan masyarakat yang diakomodir dalam dokumen anggaran).

    f) Meningkatnya pemahaman masyarakat tentang keberlanjutan perdamaian. g) Meningkatnya pemberdayaan masyarakat untuk menjaga keberlanjutan

    perdamaian.

    Strategi: a) Percepatan penyelesaian dan penerapan berbagai peraturan pelaksana UUPA

    secara transparan dan akuntabel. b) Pelaksanaan tatakelola birokrasi yang optimal dalam pelayanan publik melalui

    pelayanan terpadu yang didukung teknologi.

    c) Penempatan pejabat yang sesuai dengan kopetensi dan profesionalismenya. d) Peningkatan kualitas sumberdaya aparatur pemerintah. e) Peningkatan partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan f) Pembangunan kepercayaan (trust building) kepada berbagai stakeholder dalam

    rangka keberlanjutan perdamaian (peace sustainability) yang sesuai dengan prinsip-prinsip pencegahan dan resolusi konflik serta penuntasan proses reintegrasi.

    Arah Kebijakan: a) Menyelesaikan dan menerapkan seluruh peraturan pelaksana UUPA secara

    transparan dan akuntabel. b) Melaksanakan reformasi birokrasi dan tatakelola Pemerintahan yang Baik dan

    Bersih c) Menyediakan ruang dialog publik yang bebas dan demokratis. d) Melaksanakan sosialisasi tentang Keberlanjutan Perdamaian kepada masyarakat

    serta mendorong penuntasan kegiatan reintegrasi

    2. Menerapkan nilai-nilai budaya Aceh dan Nilai-Nilai Dinul Islam di semua sektor kehidupan masyarakat

    Tujuan : Mewujudkan nilai-nilai budaya Aceh dan nilai-nilai Dinul Islam di semua sektor

    kehidupan.

    Sasaran:

    a) Meningkatnya penyelenggaraan kehidupan masyarakat yang sesuai dengan nilai-nilai budaya Aceh yang sejalan dengan nilai-nilai Dinul Islam.

    b) Meningkatnya pemahaman, penghayatan, pengamalan dan ketaatan masyarakat serta aparatur pemerintah terhadap pelaksanaan nilai-nilai Dinul Islam

    c) Meningkatnya peran ulama terhadap penetapan kebijakan penyelenggaraan pemerintahan untuk pengefektifan penerapan nilai-nilai Dinul Islam dan

    mengangkat kembali budaya-budaya Aceh yang Islami.

    Strategi:

    a) Peningkatan pemahaman dan penghayatan masyarakat terhadap sejarah Aceh sebagai nilai budaya dalam tatanan kehidupan.

  • LKPJ GUBERNUR ACEH TAHUN 2012

    16

    b) Peningkatan pemahaman, penghayatan, pengamalan dan ketaatan masyarakat serta aparatur pemerintah terhadap pelaksanaan nilai-nilai Dinul Islam.

    c) Peningkatan peran ulama dalam setiap pengambilan kebijakan dalam penyelenggaraan pemerintahan

    Arah Kebijakan:

    a) Melaksanakan sosialisasi tentang pemahaman dan penghayatan terhadap nilai budaya dan sejarah Aceh

    b) Memperbaiki kurikulum pendidikan, pelatihan dan sosialisasi kepada masyarakat dan aparatur pemerintah tentang penerapan dinul Islam

    c) Melibatkan ulama dalam setiap pengambilan kebijakan dalam penyelenggaraan pemerintahan

    3. Memperkuat struktur ekonomi dan kualitas sumber daya manusia

    Tujuan:

    Mewujudkan struktur ekonomi dan Kualitas Sumber Daya Manusia yang handal.

    Sasaran: a) Meningkatnya struktur perekonomian yang mantap berlandaskan keunggulan

    kompetitif wilayah pada sektor pertanian, industri, perdagangan dan pariwisata. b) Meningkatnya sentra-sentra agribisnis dalam penyediaan produk-produk pertanian

    yang cukup, bermutu dan aman konsumsi. c) Meningkatnya pengembangan sektor pertanian berbasis komoditi unggulan sesuai

    dengan sumberdaya alam dan agro ekosistem wilayah. d) Meningkatnya pertumbuhan ekonomi Aceh tanpa migas dari 5,89 persen menjadi

    7,3-8 persen (ADHK). e) Meningkatnya pertumbuhan ekonomi daerah terpencil dan pesisir. f) Meningkatnya pendapatan asli daerah (PAD) dari 900 milyar menjadi 1,5 Triliun. g) Meningkatnya pendapatan perkapita masyarakat non migas (ADHK) dari 6,7 juta

    menjadi 8,5 juta. h) Menurunnya angka pengangguran terbuka Aceh dari 7,43 persen menjadi 5

    persen; i) Menurunnya angka kemiskinan Aceh dari 19,57 persen menjadi 9,50 persen. j) Meningkatnya profesionalisme Badan Usaha Milik Aceh (BUMA) k) Meningkatnya investasi asing dari USD 2,3 M menjadi USD 10 M. l) Meningkatnya investasi dalam negeri dari Rp 6,3 T menjadi Rp 30 T. m) Meningkatnya peran dan fungsi lembaga otoritas investasi dalam

    mengembangkan usaha penjamin hasil produksi pertanian dan perikanan. n) Meningkatnya keberdayaan dan kemandirian ekonomi masyarakat lokal. o) Tercapainya tujuan pembangunan milenium (MDGs) bidang pendidikan pada

    tahun 2015. p) Meningkatnya kualitas pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan

    dayah, pendidikan vokasional dan pendidikan tinggi dalam memenuhi kebutuhan ketenagakerjaan.

    q) Tercapainya tujuan pembangunan milenium (MDGs) bidang kesehatan pada tahun 2015.

    r) Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan melalui pemenuhan kebutuhan sumberdaya kesehatan dengan menjaga keseimbangan antar wilayah.

    s) Meningkatnya penyediaan pelayanan medik spesialistik dan kesehatan jiwa serta tersedianya obat esensial di sarana pelayanan dasar dan rujukan.

    t) Terjaminnya pelayanan kesehatan gratis bagi masyarakat miskin Aceh dengan jaminan kesehatan berbasis asuransi sosial atau Jaminan Kesehatan Masyarakat Aceh (JKMA).

  • LKPJ GUBERNUR ACEH TAHUN 2012

    17

    u) Menurunnya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit menular dan tidak menular.

    Strategi: a) Pengembangan agroindustri dan kepariwisataan berdasarkan potensi wilayah. b) Peningkatan pertumbuhan ekonomi Aceh, PAD dan pendapatan perkapita

    masyarakat c) Pengembangan dan peningkatan keahlian tenaga kerja lokal yang kompetitif untuk

    menurunkan angka pengangguran terbuka dan kemiskinan d) Peningkatan kualitas SDM yang mendukung profesionalisme peran Badan Usaha

    Milik Pemerintah Aceh (BUMA) untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi Aceh.

    e) Peningkatan pertumbuhan investasi asing dan dalam negeri serta peran lembaga otoritas investasi

    f) Pemberdayaan ekonomi lokal masyarakat dengan penyediaan fasilitas usaha mikro dan menengah.

    g) Pencapaian tujuan pembangunan milenium (MDGs) bidang pendidikan pada tahun 2015.

    h) Peningkatan kualitas pendidikan berbasis keahlian dan kebutuhan pasar tenaga kerja.

    i) Pencapaian tujuan pembangunan milenium (MDGs) bidang Kesehatan pada tahun 2015

    j) Peningkatan pelayanan kesehatan yang profesional dan pelayanan kesehatan gratis bagi masyarakat miskin.

    k) Penurunan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit menular dan tidak menular

    Arah Kebijakan: a) Meningkatkan produksi dan nilai tambah produk pertanian, mengembangkan agro

    industri, perdagangan dan pariwisata. b) Mendorong berkembangnya investasi swasta dan BUMA serta menyelesaikan

    infrastruktur pendukung ekonomi untuk daerah terpencil dan pesisir. c) Menyediakan lapangan kerja dan kesempatan berusaha serta meningkatkan

    kualitas tenaga kerja. d) Mendorong pengembangan sektor usaha produktif dan penyertaan modal serta

    meningkatkan profesionalisme pengelolaan BUMA. e) Meningkatkan promosi investasi dan memberi kemudahan investasi serta

    meningkatkan peran lembaga otoritas investasi. f) Menyediakan akses modal dan pasar bagi usaha mikro dan menengah. g) Meningkatkan kualitas dan distribusi guru, penyediaan sarana dan prasarana

    pendidikan yang berkualitas secara proporsional serta menerapkan bebas biaya pendidikan wajib belajar 12 tahun

    h) Menyediakan sarana dan prasarana pendidikan yang berkualitas. i) Meningkatkan kualitas dan kuantitas tenaga medis dan paramedis yang didukung

    sarana prasarana kesehatan yang sesuai standar. j) Melakukan pencegahan (preventif ) dan pengobatan (kuratif) terhadap penyakit

    menular dan tidak menular serta sosialisasi PHBS yang didukung tenaga penyuluh kesehatan yang memadai dan berkualitas.

    4. Melaksanakan pembangunan Aceh yang proporsional, terintegrasi dan berkelanjutan

    Tujuan:

    Mewujudkan pembangunan Aceh yang proporsional, terintegrasi dan berkelanjutan

  • LKPJ GUBERNUR ACEH TAHUN 2012

    18

    Sasaran:

    a) Meningkatnya pembangunan yang terintegrasi dengan berbagai sector pembangunan secara berkelanjutan.

    b) Meningkatnya keselarasan dan keserasian program pembangunan Aceh antara RKPA, RPJMA, RPJPA, RTRWA dan dokumen lainnya;

    c) Meningkatnya pembangunan infrastruktur antara wilayah dan daerah yang seimbang dan proporsional sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan potensi

    daerah;

    d) Meningkatnya kondisi mantap jalan provinsi dari 80 persen menjadi 100 persen; e) Berkurangnya panjang jalan provinsi yang belum tembus dari 70 km menjadi 0

    km;

    f) Meningkatnya indeks areal terairi dari 56,07 persen menjadi 75 persen. g) Meningkatnya kapasitas adaptasi dan mitigasi masyarakat terhadap bencana dan

    pengelolaan lingkungan yang berkualitas.

    Strategi: a) Peningkatan pembangunan yang terintegrasi dan berkelanjutan b) Pemeliharaan dan peningkatan infrastruktur (jalan, irigasi, pelabuhan) terutama di

    daerah tertinggal, daerah terdepan, daerah terluar dan pasca konflik.

    c) Peningkatan kapasitas kelembagaan dan kesadaran masyarakat dalam pelestarian lingkungan.

    Arah Kebijakan: a) Meningkatkan dan mengoptimalkan pembangunan infrastruktur yang terintegrasi

    dan berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan daerah.

    b) Memelihara dan meningkatkan pembangunan infrastruktur jalan, irigasi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi antar wilayah.

    c) Meningkatkan sosialisasi tentang adaptasi dan mitigasi bencana serta pengelolaan lingkungan.

    5. Mewujudkan peningkatan nilai tambah produksi masyarakat dan optimalisasi pemanfaatan SDA

    Tujuan:

    Mewujudkan peningkatan nilai tambah produksi masyarakat dan optimalisasi

    pemanfaatan SDA

    Sasaran: a) Meningkatnya ketahanan dan kemandirian pangan Aceh. b) Menurunnya jumlah daerah rawan pangan (kecamatan) dari 52,99 persen menjadi

    20 persen. c) Meningkatnya produktivitas dan nilai tambah pertanian, perkebunan, peternakan,

    perikanan, dan kehutanan d) Meningkatnya luasan areal pertanian yang baru. e) Terciptanya pusat pertumbuhan ekonomi (growth pole and growth center) sebagai

    daya saing wilayah. f) Meningkatnya kapasitas kelembagaan dan kesadaran masyarakat dalam

    pelestarian lingkungan g) Meningkatnya produk unggulan lokal yang kreatif, inovatif, serta memiliki nilai

    kekhasan. h) Meningkatnya pemanfaatan sumber daya alam terbarukan dan tidak terbarukan

    yang berkelanjutan; i) Meningkatnya eksplorasi sumberdaya alam secara lestari dan berkelanjutan

  • LKPJ GUBERNUR ACEH TAHUN 2012

    19

    Strategi: a) Peningkatan produksi, produktivitas dan kontinyuitas produk pertanian,

    kehutanan, kelautan dan perikanan unggulan untuk mendukung ketahanan pangan

    dan nilai tambah produk berbasis pangsa pasar

    b) Peningkatan pendapatan masyarakat melalui intensifikasi dan ekstensifikasi areal pertanian

    c) Pembangunan pusat pertumbuhan ekonomi sebagai daya saing wilayah. d) Peningkatan pemahaman masyarakat terhadap bencana dan kelestarian

    lingkungan.

    e) Peningkatan produk unggulan lokal masyarakat yang dapat bersaing di pasar lokal dan internasional.

    f) Pemanfaatan sumberdaya energi terbarukan dan tidak terbarukan secara optimal dan berkelanjutan.

    Arah Kebijakan: a) Meningkatkan produksi, produktifitas, distribusi pangan serta pemanfaatan

    teknologi untuk meningkatkan nilai tambah produk pertanian.

    b) Mengidentifikasi dan memanfaatkan lahan terlantar untuk mengembangkan kawasan pertanian berbasis komoditi unggulan daerah.

    c) Menyediakan sarana dan prasarana pendukung dan kelembagaan serta SDM profesional untuk pembangunan pusat pertumbuhan ekonomi.

    d) Melaksanakan pelatihan dan sosialisasi tentang kelestarian lingkungan. e) Meningkatkan keterampilan pelaku ekonomi masyarakat dan dukungan terhadap

    permodalan serta akses pasar.

    f) Mengidentifikasi dan memanfaatkan sumber energi terbarukan dan tidak terbarukan secara lestari.

    Arah kebijakan adalah pedoman untuk mengarahkan rumusan strategi yang dipilih agar

    lebih terarah dalam mencapai tujuan dan sasaran dari waktu ke waktu selama 5 (lima)

    tahun. Rumusan arah kebijakan merasionalkan pilihan strategi agar memiliki fokus dan

    sesuai dengan pengaturan pelaksanaannya. Oleh karena itu, selama periode RPJM Aceh

    2012-2017 arah kebijakan pembangunan Aceh untuk setiap tahunnya diuraikan sebagai

    berikut.

    1) Arah Kebijakan Pembangunan Tahun Pertama (2013) Arah kebijakan pembangunan tahun pertama difokuskan pada upaya untuk mengatasi

    berbagai permasalahan pembangunan untuk segera ditangani, antara lain: kemiskinan,

    pengangguran, pangan, infrastruktur (jalan, irigasi, pelabuhan) dan perumahan layak

    huni untuk masyarakat miskin serta peningkatan produktivitas komoditi unggulan

    daerah. Upaya untuk menurunkan angka kemiskinan dan pengangguran juga

    difokuskan melalui pengembangan ekonomi masyarakat lokal. Disamping itu, upaya

    pembenahan birokrasi pemerintahan yang lebih akuntabel dan transparan serta

    penyelenggaraan pelayanan publik yang lebih baik menjadi fokus prioritas yang akan

    ditangani pada tahun pertama. Peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat juga

    didorong untuk lebih ditingkatkan melalui pelayanan kesehatan dan pendidikan yang

    terjangkau semua lapisan masyarakat. Demikian juga upaya pemerintah untuk

    menjaga keberlanjutan perdamaian, mengatasi permasalahan sosial dan budaya serta

    penerapan dinul islam menjadi fokus prioritas pada tahun pertama.

  • LKPJ GUBERNUR ACEH TAHUN 2012

    20

    2) Arah Kebijakan Pembangunan Tahun Kedua (2014) Arah kebijakan pembangunan tahun kedua merupakan lanjutan dari tahun pertama

    pelaksanaan RPJM Aceh 2012-2017. Penanganan permasalahan pembangunan yang

    mendesak seperti kemiskinan, pengangguran, pangan, infrastruktur (jalan, irigasi,

    pelabuhan) dan perumahan layak huni untuk masyarakat miskin serta peningkatan

    produktivitas komoditi unggulan daerah terus dilaksanakan secara konsisten untuk

    memastikan adanya penyelesaian yang komprehensif terhadap permasalahan tersebut.

    Demikian juga pengembangan ekonomi masyarakat lokal terus dilanjutkan secara

    konsisten untuk menurunkan angka pengangguran dan kemiskinan. Peningkatan

    kualitas pelayanan kesehatan dan pelayanan pendidikan kepada masyarakat terus

    dilaksanakan dengan terus melakukan penyempurnaan dan perbaikan terhadap sistem

    dan mekanisme pelayanan yang diberikan. Peningkatan kapasitas aparatur

    pemerintahan yang profesional dan kredibel serta penyelenggaraan pelayanan publik

    yang lebih baik terus dilakukan agar terwujud pemerintahan daerah yang bersih dan

    berwibawa.

    Selain terus melakukan upaya penanganan diatas, pada tahun kedua pelaksanaan

    RPJM Aceh 2012-2017 diarahkan juga pada pengembangan budaya dalam

    pembangunan daerah melalui berbagai program dan kegiatan untuk mendorong

    pengembangan budaya dalam kehidupan sehari-hari. Upaya untuk mendorong peran

    serta masyarakat dalam pembangunan daerah perlu terus ditingkatkan dengan

    pemberdayaan lembaga kemasyarakatan, pemberdayaan gender, peningkatan peran

    pemuda dan pembangunan keolahragaan yang melibatkan masyarakat. Reformasi

    birokrasi secara menyeluruh akan dilaksanakan dalam semua aspek pemerintahan

    daerah sehingga terjadi percepatan penyelenggaraan pemerintahan yang lebih baik

    yang mendukung keberlanjutan perdamaian. Pada tahap ini, peletakan dasar untuk

    mendukung pengembangan agroindustri telah dilakukan dengan memfasilitasi

    berkembangnya investasi sesuai dengan komoditi unggulan daerah.

    3) Arah Kebijakan Pembangunan Tahun Ketiga (2015) Arah kebijakan pembangunan tahun ketiga dilaksanakan untuk memastikan

    kesinambungan upaya-upaya yang telah dilaksanakan dalam periode pembangunan

    tahun pertama dan kedua dengan tetap menekankan pada perbaikan dan

    penyempurnaan pelayanan pemerintahan daerah. Kebijakan pembangunan daerah

    lebih menekankan pada orientasi hasil di lapangan berdasarkan upaya yang telah

    dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya. Penanganan permasalahan pembangunan

    yang mendesak seperti kemiskinan dan pengangguran, permukiman layak huni,

    pangan, pengangguran, pangan, infrastruktur (jalan, irigasi, pelabuhan) dan perumahan

    layak huni untuk masyarakat miskin serta peningkatan produktivitas komoditi

    unggulan daerah harus menunjukan hasil nyata di lapangan yang dapat dirasakan

    masyarakat serta adanya perkembangan yang berarti dalam penyelesaian masalah

    tersebut. Agroindustri komoditas unggulan daerah sudah berkembang sehingga dapat

    diandalkan untuk meningkatkan pendapatan asli Aceh.

    Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan dan pelayanan pendidikan sudah menjadi

    sistem pelayanan yang melembaga dan lebih profesional untuk pencapaian target

    pembangunan milenium pada tahun 2015. Peningkatan pelayanan publik dapat diukur

    secara langsung berdasarkan tingkat kepuasan masyarakat yang memanfaatkan

    pelayanan tersebut. Pelayanan kesehatan tidak lagi terpusat di ibukota provinsi

    melainkan dapat diakses di regional melalui pembangunan rumah sakit di 4 (empat)

    regional. Pengembangan budaya dalam pembangunan sudah diapresiasi oleh

    masyarakat yang terlihat dari penyelenggaraan even budaya baik di dalam daerah

  • LKPJ GUBERNUR ACEH TAHUN 2012

    21

    maupun di luar daerah yang dapat mendorong berkembangnya pariwisata. Demikian

    juga dengan karakter budaya yang dimiliki oleh masyarakat sudah menjadi jati diri dan

    kebanggaan masyarakat Aceh.

    Peran serta masyarakat dalam pembangunan daerah, pemberdayaan lembaga

    kemasyarakatan, pemberdayaan gender, peningkatan peran pemuda dan pembangunan

    keolahragaan yang melibatkan masyarakat juga menjadi fokus pembangunan.

    Pelaksanaan reformasi birokrasi terus dilaksanakan secara konsisten sehingga terjadi

    perubahan signifikan dalam wajah birokrasi pemerintahan Aceh.

    Pada tahun ketiga ini investasi telah berkembang untuk meningkatkan pendapatan asli

    Aceh yang didukung oleh sumberdaya manusia yang handal dan Badan usaha milik

    Aceh yang dikelola secara profesional. Selanjutnya investasi diarahkan untuk

    mengembangkan sumber daya alam terbarukan sebagai potensi energi untuk

    mengatasi krisis energi dengan memperhatikan kelestarian lingkungan.

    4) Arah Kebijakan Pembangunan Tahun Keempat (2016) Arah kebijakan pembangunan tahun keempat adalah untuk memantapkan capaian

    pembangunan yang telah dilaksanakan pada tahun-tahun sebelumnya dengan terus

    melakukan perbaikan dan penyempurnaan pada upaya-upaya yang dilakukan

    pemerintah daerah. Pelaksanaan kebijakan, program dan kegiatan pada tahun keempat

    diarahkan pada upaya untuk mensinergikan capaian pembangunan di masing-masing

    bidang/sektor agar terwujud pembangunan Aceh yang terintegrasi.

    Arah kebijakan pembangunan Aceh ditekankan pada pengembangan kawasan-

    kawasan strategis yang memiliki potensi ekonomi yang melibatkan para pemangku

    kepentingan termasuk dukungan terhadap kemudahan investasi yang terkait dengan

    pengembangan agroindustri. Pemerintah Aceh mendorong bagaimana penataan dan

    revitalisasi kawasan dapat meningkatkan daya saing ekonomi Aceh di tingkat global

    dan regional. Pada tahap ini, angka kemiskinan dan pengangguran Aceh diharapkan

    telah mengalami penurunan yang signifikan dan daerah-daerah yang mengalami rawan

    pangan sudah teratasi. Nilai tambah produk komoditas unggulan sudah menunjukkan

    hasil yang nyata. Akses jalan yang menjangkau wilayah terisolir sudah dapat

    diselesaikan secara baik. Selain itu, pencapaian target tujuan pembangunan milenium

    khususnya pelayanan kesehatan dan mutu pendidikan tidak hanya dijaga agar tetap

    konsisten, melainkan juga pelayanan kesehatan dan pendidikan menjadi daya tarik

    bagi masyarakat luar dan dalam Aceh sehingga dapat menambah pendapatan Asli

    Aceh.

    5) Arah Kebijakan Pembangunan Tahun Kelima (2017) Pada tahun kelima pelaksanaan RPJM Aceh 2012-2017 merupakan tahap konsolidasi

    untuk memastikan terjadinya perubahan dan pencapaian sasaran pembangunan jangka

    menengah daerah sesuai dengan target yang ditetapkan. Arah kebijakan pembangunan

    tahun kelima difokuskan pada bidang/sektor yang masih perlu ditingkatkan

    pencapaian kinerjanya berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi terhadap capaian

    program prioritas yang telah dilaksanakan selama 4 tahun terakhir. Selain itu, capaian

    pembangunan daerah pada tahun kelima menjadi dasar untuk penyusunan rencana dan

    kebijakan pembangunan pada periode ketiga pelaksanaan RPJP Aceh 2005-2025.

    Pelaksanaan kebijakan, program dan kegiatan pada tahun kelima tetap diarahkan pada

    upaya untuk mensinergikan capaian pembangunan di masing-masing bidang/sektor

    dengan memperhatikan program-program prioritas yang perlu dipercepat pencapaian

  • LKPJ GUBERNUR ACEH TAHUN 2012

    22

    targetnya. Pada tahun kelima ini, target pembangunan Aceh sudah dapat dicapai secara

    menyeluruh sesuai dengan yang telah ditetapkan.

    C. PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH

    Visi dan Misi pembangunan Pemerintah Aceh perlu dijabarkan kedalam kebijakan umum

    dan program prioritas. Berdasarkan analisis strategi dan arah kebijakan pembangunan

    maka pemerintah Aceh menyusun 10 (sepuluh) prioritas pembangunan sebagai berikut:

    1. Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola; 2. Keberlanjutan Perdamaian; 3. Dinul Islam, Adat dan Budaya; 4. Ketahanan Pangan dan Nilai Tambah Produk; 5. Penanggulangan Kemiskinan; 6. Pendidikan; 7. Kesehatan; 8. Infrastruktur yang Terintegrasi; 9. Sumber Daya Alam Berkelanjutan; 10. Kualitas Lingkungan dan Kebencanaan

    Selanjutnya kebijakan umum yang disusun berdasarkan 10 (sepuluh) prioritas

    pembangunan tersebut mengacu kepada arah kebijakan pembangunan setiap tahunnya.

    Kebijakan umum pada hakekatnya merupakan acuan untuk menyusun program unggulan

    dengan target indikator kinerja menurut urusan. Dengan demikian, kebijakan umum dan

    program unggulan yang disampaikan dalam RPJM Aceh ini hanya yang bersifat prioritas

    yang menjadi acuan dalam penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Satuan Kerja

    Perangkat Aceh (SKPA) dan pedoman penyusunan RPJM Kabupaten/Kota. Selanjutnya

    operasional dan program prioritas pemerintah Aceh yang disertai dengan target capaian

    program dan pendanaannya untuk 5 (lima) tahun dituangkan. Selanjutnya, penjelasan

    kebijakan umum berdasarkan 10 (sepuluh) prioritas pembangunan Aceh adalah sebagai

    berikut:

    1. Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola a. Penuntasan Penyelesaian peraturan-peraturan pelaksana UUPA b. Peningkatan transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan c. Penguatan birokrasi pemerintahan dan penegakan supremasi hukum d. Peningkatan peran serta masyarakat dan seluruh stakeholder dalam perencanaan,

    penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan

    e. Penguatan pengawasan keuangan dan pembinaan administrasi anggaran secara transparan dan akuntabel

    f. Penataan tatalaksana yang efektif, efisien dan berbasis teknologi informasi g. Peningkatan efisiensi dan efektifitas pendapatan Aceh

    2. Keberlanjutan Perdamaian a. Pengarusutamaan Perdamaian dalam Perencanaan, Monitoring dan Evaluasi

    pembangunan

    b. Peningkatan pemahaman tentang bina pembangunan perdamaian c. Pencegahan, Mitigasi, dan Resolusi Konflik d. Promosi, Konsolidasi, dan Transformasi Pembangunan Perdamaian e. Pendidikan Politik dan Kewarganegaraan f. Pemberdayaan dan pembinaan masyarakat korban konflik

  • LKPJ GUBERNUR ACEH TAHUN 2012

    23

    3. Dinul Islam, Adat dan Budaya a. Peningkatan pengetahuan dan wawasan sejarah dan nilai-nilai budaya Aceh

    dalam kehidupan masyarakat

    b. Pelaksanaan nilai-nilai Dinul Islam di dalam penyelenggaraan pemerintahan c. Peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin dan penyandang masalah sosial d. Peningkatan kapasitas kelembagaan gampong dan mukim e. Peningkatan kualitas dan efektifitas penyebaran nilai-nilai Dinul Islam dalam

    kehidupan masyarakat

    f. Peningkatan kapasitas aparatur pelaksana nilai-nilai Dinul Islam dan peran serta ulama dalam penyelenggaraan pemerintahan

    g. Penjaminan hak-hak kerukunan beragama dalam upaya peningkatan toleransi dan kedamaian

    h. Peningkatan dan Pemberdayaan Pemuda dan Olahraga i. Peningkatan kualitas anak dan kapasitas perempuan

    4. Ketahanan Pangan dan Nilai Tambah Produk a. Fasilitasi dan pengembangan pengolahan hasil pertanian dan sistem usaha secara

    berkelanjutan

    b. Fasilitasi pengembangan penanganan pasca panen pertanian melalui penguatan sistem pemasaran daerah

    c. Peningkatan inovasi dan kreatifitas yang memberikan nilai tambah pada produksi masyarakat

    d. Pengembangan konsep agribisnis dalam meningkatkan nilai tambah produk pertanian

    e. Pengembangan kawasan potensi perikanan tangkap untuk menjadi kawasan minapolitan

    f. Pemantapan ketahanan pangan dan kemandirian pangan g. Peningkatan inovasi teknologi untuk menciptakan pemanfaatan sumber daya

    alam terbarukan

    h. Revitalisasi industri strategis i. Revitalisasi BUMA yang telah ada dan membentuk BUMA sesuai kebutuhan

    yang profesional, untuk peningkatan pendapatan asli daerah (PAD)

    j. Peningkatan iklim investasi dan promosi potensi sumber daya alam

    5. Penanggulangan Kemiskinan a. Penyediaan sarana dan prasarana perumahan layak huni untuk masyarakat

    miskin;

    b. Peningkatan kesejahteraan petani dan nelayan melalui pengembangan sistem produksi dan pemasaran hasil

    c. Pengembangan kawasan industri wisata melalui pemanfaatan sumberdaya alam dan ekonomi kreatif masyarakat

    d. Pembinaan dan penguatan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) untuk mengembangkan hasil pemanfaatan sumber daya alam

    e. Pengembangan komoditas unggulan daerah yang sesuai dengan agro ekosistem wilayah

    f. Perluasan areal pertanian serta optimalisasi penggunaan lahan terlantar g. Penataan regulasi untuk menjamin kepastian hukum atas lahan h. Peningkatan akses kesempatan kerja dan perlindungan tenaga kerja

    6. Pendidikan

  • LKPJ GUBERNUR ACEH TAHUN 2012

    24

    a. Penerapan pendidikan formal universal 12 tahun dan pendidikan untuk semua (education for all)

    b. Peningkatan kualitas lulusan pendidikan nonformal sesuai dengan standar nasional pendidikan

    c. Pengembangan pendidikan vokasional dan kewirausahaan (Entrepreneurship) yang memenuhi Kualifikasi Keahlian Nasional Indonesia (KKNI)

    d. Peningkatan penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan yang efektif dan efisien untuk pencapaian standar nasional pendidikan

    e. Pengembangan Pendidikan Dayah

    7. Kesehatan a. Peningkatan pelayanan kesehatan yang berkualitas melalui pemenuhan

    kebutuhan fasilitas dan infrastruktur kesehatan dengan membangun 4 (empat)

    rumah sakit regional serta peningkatan kualitas sumberdaya kesehatan

    b. Peningkatan layanan kesehatan bagi ibu dan anak serta penyiagaan dampak gizi buruk dan pengendalian penyakit dalam pencapaian sasaran milenium

    development goals (MDGs)

    c. Peningkatan ketersediaan obat-obatan publik dan perbekalan kesehatan serta pelayanan kesehatan rujukan bagi keluarga miskin serta masyarakat yang tinggal

    di daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan

    d. Peningkatan pengetahuan dan paradigma masyarakat terhadap pengembangan perilaku hidup bersih dan sehat serta lingkungan sehat

    8. Infrastruktur yang Terintegrasi a. Pengembangan wilayah berbasis tata ruang b. Peningkatan koordinasi perencanaan, pengendalian dan evaluasi pembangunan c. Pembangunan dan pemeliharaan sarana transportasi dan angkutan yang melayani

    daerah-daerah sentra produksi pertanian

    d. Peningkatan aksesibilitas dengan mempertahankan, meningkatkan dan membangun jalan/jembatan untuk mencapai kondisi mantap

    e. Peningkatan akses penduduk terhadap air minum, layanan pengelolaan persampahan dan air limbah, sarana prasarana lingkungan permukiman

    f. Pemantapan sarana penampungan air (waduk, embung, situ) dan peningkatan fungsi jaringan irigasi untuk dapat melayani ketersediaan air areal persawahan

    g. Pemantapan kelembagaan pengelolaan dalam penyelenggaraan infrastruktur dan kebencanaan

    h. Peningkatan sarana dan prasarana perhubungan dan telekomunikasi (e-Aceh) yang mendukung percepatan pembangunan Aceh

    i. Peningkatan kesiapsiagaan aparatur pemerintah dan masyarakat dalam menghadapi bencana sesuai dengan standar internasional

    9. Sumber Daya Alam Berkelanjutan a. Pengembangan seluruh potensi sumber daya alam dan lingkungan hidup secara

    seimbang dan berdaya guna sesuai dengan fungsi dan daya dukung wilayah

    Aceh

    b. Pembangunan sistem pengelolaan dan pemanfaatan hasil pertambangan sebagai kawasan industri dengan memperhatikan dampak lingkungan dan risiko bencana

    10. Kualitas Lingkungan dan Kebencanaan a. Peningkatan infrastruktur pembangunan daerah dengan memperhatikan aspek

    lingkungan dan dampak resiko bencana

  • LKPJ GUBERNUR ACEH TAHUN 2012

    25

    b. Peningkatan perlindungan, pemulihan kawasan kritis, pemeliharaan dan pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara integrasi sebagai modal

    dasar pembangunan dalam rangka memperbaiki kualitas kehidupan

    c. Penanganan kondisi kejadian-kejadian pra bencana, bencana, pasca bencana (tanggap darurat), dan pasca bencana (rehabilitasi dan rekonstruksi)

  • LKPJ GUBERNUR ACEH TAHUN 2012

    26

    BAB III

    KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

    Keuangan Daerah berkaitan erat dengan pembangunan Aceh. Sejak dilakukan

    reformasi tata kelola pemerintahan termasuk tata kelola keuangan daerah di tahun 1999,

    Keuangan Daerah mengalami refomasi yang cukup siginifikan melalui Desentralisasi Fiscal

    dengan memberikan kewenangan kepada daerah dalam perpajakan (Tax Assigment) dan

    menerima transfer dana perimbangan pemerintah sebagai sumber pendanaan untuk mencapai

    tujuan pembangunan daerah yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka

    Menengah Daerah (RPJMD) yang diuraikan dalam prioritas pembangunan Aceh diantaranya:

    a. Rencana alokasi pengeluaran prioritas I, yakni berkaitan dengan tema atau program pembangunan daerah yang menjadi unggulan (dedicated) Kepala Daerah sebagaimana

    diamanatkan dalam RPJMA dan amanat/kebijakan nasional yang definitif harus

    dilaksanakan oleh daerah pada tahun rencana, termasuk untuk prioritas bidang pendidikan

    20% (duapuluh persen) dan kesehatan sebesar 10% (sepuluh persen). Selain itu program

    prioritas I berhubungan langsung dengan kepentingan publik, bersifat monumental,

    berskala besar, dan memiliki kepentingan dan nilai manfaat yang tinggi, memberikan

    dampak luas pada masyarakat dengan daya ungkit yang tinggi pada capaian visi/misi

    daerah. Selain itu, prioritas I juga diperuntukkan bagi prioritas belanja wajib sesuai

    dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    b. Rencana alokasi pengeluaran prioritas II, yakni berkaitan dengan program prioritas di tingkat SKPA yang merupakan penjabaran dari analisis per urusan serta paling

    berdampak luas pada masing-masing segementasi masyarakat yang dilayani sesuai

    dengan prioritas dan permasalahan yang dihadapi berhubungan dengan layanan dasar

    serta tugas dan fungsi SKPA termasuk peningkatan kapasitas kelembagaan yang

    berhubungan dengan itu.

    c. Rencana alokasi pengeluaran prioritas III, yakni berkaitan dengan alokasi belanja-belanja tidak langsung seperti: tambahan penghasilan PNS, belanja hibah, belanja bantuan sosial

    organisasi kemasyarakatan, belanja bantuan keuangan kepada provinsi/kabupaten/kota

    dan pemerintahan desa serta belanja tidak terduga. Pengalokasian dana pada prioritas III

    baru akan dipenuhi setelah pemenuhan dana pada prioritas I dan II terlaksana.

    Pada tahun anggaran 2012 Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh ditetapkan tanggal

    7 Februari 2012, walaupun penetapan APBA terlambat Pemerintah Aceh dapat merealisasikan

    Belanjanya hingga mencapai 90,17% dan Pendapatannya mencapai 105,72% sehingga

    menyisakan anggaran tahun berkenaan (SILPA) untuk digunakan tahun berikutnya sebesar

    Rp.1.931.655.835.364,93 dari yang direncanakan semula. Gambaran secara kumulatif APBA

    TA. 2012 dapat dilihat pada tabel berikut ini :

    Tabel 3.1

    Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh (APBA)

    Tahun Anggaran 2012

    No Uraian Rencana (Rp) Realisasi (Rp) %

    1 Pendapatan 8.683.092.406.384,00 9.180.137.161.065,81 105,72%

    2 Belanja 9.711.938.653.801,00 8.757.321.934.552,18 90,17%

    3 Pembiayaan Netto 1.028.846.247.417,00 1.508.840.608.851,30 146,65%

    Sisa Lebih Pembiayaan

    Anggaran Tahun Berkenaan

    (SILPA)

    0,00 1.931.655.835.364,93

    Sumber : Dinas keuangan Aceh (Unaudited), 2013

  • LKPJ GUBERNUR ACEH TAHUN 2012

    27

    A. PENGELOLAAN PENDAPATAN DAERAH

    Dasar hukum Pengelolaan Pendapatan Daerah yang menjadi landasan utama

    kebijakan umum Pemerintah Aceh yaitu :

    a. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; b. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara; c. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Perencanaan Nasional; d. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh; e. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.

    Adapun landasan hukum yang secara khusus mengatur pengelolaan pendapatan

    daerah adalah:

    a. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah; b. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 16 Tahun 2005 tentang Perhitungan Dasar

    Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor.

    c. Qanun Aceh Nomor 2 tahun 2012 tentang Pajak Aceh.

    Berdasarkan landasan hukum tersebut diatas maka kebijakan umum dalam

    pengelolaan pendapatan daerah dapat digambarkan sebagai berikut :

    1. Intensifikasi Pendapatan Daerah

    Pendapatan daerah diarahkan pada peningkatan penerimaan daerah melalui

    optimalisasi pendapatan daerah sesuai dengan aspek legalitas dan karakteristik

    daerah, peningkatan keterampilan Aparat Pengelola Pendapatan Daerah agar

    mendukung tingkat produktifitas yang tinggi, meningkatkan intensitas hubungan

    perimbangan keuangan pusat dan daerah secara adil dan proporsional berdasarkan

    potensi, otonomi khusus dan pemerataan serta meningkatkan kesadaran masyarakat

    untuk memenuhi kewajibannya kepada daerah dengan berbagai kebijakan yang

    terkait dengan pengelolaan pendapatan daerah.

    Arah dan Strategi terhadap upaya peningkatan Pendapatan Asli Aceh selama tiga

    tahun terakhir didasarkan pada beberapa faktor yaitu: a. Peningkatan pendataan objek dan subjek pajak yang lebih intensif dan akurat.

    b. Peningkatan pelayanan kepada wajib pajak, melalui peningkatan prasarana dan

    sarana kerja dan pembentukan Kantor SAMSAT baru secara bertahap di setiap

    ibukota Kabupaten/Kota.

    c. Peningkatan kerjasama dengan instansi terkait (Kepolisian/Ditlantas, Jasa

    Raharja, DLLAJ, Pertamina serta Dinas Pertambangan dan Energi).

    d. Peningkatan ketrampilan petugas pemungut pajak.

    e. Sosialisasi dan peningkatan operasional pemeriksaan lapangan terhadap wajib

    pajak.

    f. Menggali sumber-sumber pendapatan baru, sesuai dengan peluang dalam

    Undang-Undang Pemerintahan Aceh.

    Disamping itu beberapa kebijakan umum dan strategi untuk meningkatkan

    penerimaan Transfer dana perimbangan sebagai berikut :

    a. Optimalisasi tugas Pejabat Pengelolaan Keuangan Aceh selaku Bendahara Umum Aceh yang harus bertindak pro aktif terhadap perhitungan bagi hasil

    pajak dan dana transfer lainnya. Salah satu langkah pertama yang telah ditempuh

    untuk merealisasikan kebijakan ini adalah dengan merevisi Qanun Nomor 5

    Tahun 2007 tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Dinas, Lembaga Teknis

    Daerah, Dan Lembaga Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dengan

    membentuk Dinas Pendapatan dan Kekayaan Aceh untuk lebih fokus pada

    optimalisasi perolehan pendapatan Aceh.

  • LKPJ GUBERNUR ACEH TAHUN 2012

    28

    b. Mempercepat proses pencairan dana transfer dari Pemerintah Pusat, dengan membentuk sistem pertanggungjawaban dan pencairan keuangan yang lebih

    efisien dan efektif melalui mekanisme konsultasi dan kesepakatan bersama

    antara Pemerintah dan Pemerintah Aceh termasuk ketepatan waktu dalam proses

    penyalurannya.

    c. Mengatur prosedur dan mekanisme yang adil dan merata terhadap penerimaan dan pengalokasian dana otonomi khusus antara Pemerintah Aceh dengan

    Kabupaten/Kota. Hal ini akan ditempuh dengan berpedoman pada revisi Qanun

    Aceh tentang Tata Cara Pengalokasian Dana Tambahan Migas dan Penggunaan

    Dana Otsus yang baru, yang rancangannya sedang dibahas bersama dengan DPR

    Aceh melalui mekanisme down to top.

    2. Target dan Realisasi Pendapatan

    Kinerja pendapatan secara keseluruhan mengalami peningkatan setiap

    tahunnya, meskipun masih ada beberapa kendala pada jenis-jenis penerimaan Aceh

    menurut UU no 11 tahun 2006 pasal 179 yang bersumber dari PAD, Dana

    Perimbangan, Dana Otonomi Khusus dan lain-lain pendapatan yang sah. Untuk

    sumber penerimaan PAD dan lain-lain pendapatan yang sah, masih dibutuhkan

    penyesuaian dan pendekatan spesifik dalam penanganannya guna mengoptimalkan

    sumber penerimaan ini, sementara untuk dana perimbangan, secara khusus Bagi

    Hasil Pajak dan Bukan Pajak, kendala seperti ketidaktersediaan data akurat adalah

    masalah utama pada sumber penerimaan ini.

    Dalam beberapa tahun ini, Pemerintah Aceh telah menempuh langkah-

    langkah yang dapat menjamin peningkatan kinerja Pendapatan Daerah tanpa

    memberikan beban yang lebih berat kepada masyarakat. Hal ini harus menjadi

    komitmen karena merupakan implementasi dari upaya mewujudkan masyarakat

    Aceh yang adil dan sejahtera. Pengelolaan Pendapatan Daerah harus diarahkan pada upaya penggalian potensi yang dimiliki daerah. Selain berbagai sumber

    pendapatan yang telah dikelola selama ini, upaya-upaya yang lebih intensif perlu

    ditujukan pada berbagai sumber pendapatan potensial, tentu saja dengan

    memperhitungkan secara cermat kemampuan ekonomi masyarakat.

    Untuk Tahun Anggaran 2012 Pendapatan Aceh diperkirakan sebesar Rp

    8.683.092.406.384,00 dengan realisasi hingga berakhirnya tahun 2012 adalah sebesar

    Rp 9.180.137.161.065,81 atau sebesar 105,72%. Rincian target dan realisasi

    pendapatan tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut ini :

    Tabel 3.2

    Rencana dan Realisasi Pendapatan Aceh

    Tahun Anggaran 2012

    No Uraian Rencana (Rp) Realisasi (Rp) %

    1 2 3 4 5

    1 Pendapatan Asli Aceh 804.284.999.424,00 901.714.489.248,81 112,11%

    2 Dana Perimbangan 1.940.522.472.960,00 2.359.784.326.817,00 121,61%

    3 Dana Otonomi Khusus 5.476.288.764.000,00 5.476.288.764.000,00 100,00%

    4 Lain-lain pendapatan yang sah 461.996.170.000,00 442.349.581.000,00 95,75%

    Jumlah 8.683.092.406.384,00 9.180.137.161.065,81 105,72% Sumber : Dinas Keuangan Aceh (Unaudited), 2013

  • LKPJ GUBERNUR ACEH TAHUN 2012

    29

    a. Pendapatan Asli Aceh (PAA) Pendapatan Asli Aceh yang terdiri dari penerimaan pajak Aceh, retribusi

    Aceh, hasil pengelolaan kekayaan Aceh yang dipisahkan dan hasil penyertaan

    modal Aceh, zakat dan lain-lain Pendapatan Asli Aceh Yang Sah, mempunyai

    peranan penting dalam Pendapatan Aceh. Untuk memaksimalkan penerimaan

    tersebut dibutuhkan penggalian potensi sumber-sumber pendapatan daerah

    secara optimal berdasarkan kewenangan yang dimiliki Satuan Kerja Pengelola

    Keuangan Daerah dengan menetapkan target secara rasional dan terukur dengan

    melaksanakan beberapa kegiatan yang mampu mendorong pertumbuhan

    pendapatan dengan memperhatikan Peraturan Perundang-undangan yang

    mendasarinya. Rincian target yang dianggarkan untuk diterima serta realisasi

    Pendapatan Asli Aceh untuk tahun 2012 tergambar dalam tabel 3.3 berikut:

    Tabel 3.3

    Rencana dan Realisasi Pendapatan Asli Aceh

    Tahun Anggaran 2012

    No Uraian Rencana (Rp) Realisasi (Rp) %

    1 Pajak Aceh 622.705.834.000,00 687.468.221.122,00 110,40%

    2 Retribusi Aceh 21.095.694.260,00 6.317.974.149,00 29,95%

    3

    Hasil Pengelolaan Kekayaan Aceh yg

    Dipisahkan dan Hasil Penyertaan Modal

    Aceh

    102.000.000.000,00 96.317.227.941,52

    94,43%

    4 Zakat 8.961.710.458,00 10.466.975.170,82 116,80%

    5Lain-lain Pendapatan Asli Aceh yang Sah 49.521.760.706,00 101.144.090.865,47 204,24%

    Jumlah 804.284.999.424,00 901.714.489.248,81 112,11%

    Sumber : Dinas Keuangan Aceh (unaudited), 2013

    Pajak Aceh

    Dalam APBA tahun 2012 Pajak Aceh direncanakan sebesar Rp

    622.705.834.000,00. Dari rencana tersebut dapat direalisasikan sebesar

    Rp687.468.221.122,00 atau sebesar 110,4%. Rincian rencana dan realisasi dapat

    dilihat pada tabel 3.4 berikut:

    Tabel 3.4

    Rencana dan Realisasi Pendapatan Pajak Aceh

    Tahun Anggaran 2012

    No Uraian Rencana (Rp) Realisasi (Rp) %

    1 Pajak kendaraan bermotor 210.759.772.525,00 221.090.215.927,00 104,90%

    2 Bea balik nama kendaraan bermotor 239.729.118.535,00 288.712.313.345,00 120,43%

    3 Pajak bahan bakar kendaraan bermotor 170.916.942.940,00 176.486.256.660,00 103,26%

    4

    Pajak pengambilan dan pemanfaatan air

    permukaan1.300.000.000,00 1.179.435.190,00 90,73%

    Jumlah 622.705.834.000,00 687.468.221.122,00 110,40%

    Sumber : Dinas Keuangan Aceh (Unaudited), 2013

    Untuk pendapatan Pajak Aceh secara keseluruhan dibandingkan dengan tahun-

    tahun sebelumnya baik rencana maupun penerimaan pajak daerah secara

    nominal terus meningkat. Hal ini dapat terjadi karena:

    1. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah serta ditindak lanjuti dengan Qanun Nomor 2

    Tahun 2012 tentang Pajak Aceh, maka objek pajak telah bertambah hingga

    kendaraan milik pemerintah harus membayar pajak kendaraannya yang

  • LKPJ GUBERNUR ACEH TAHUN 2012

    30

    diterapkan petunjuk teknisnya melalui Pergub nomor 11 tahun 2012 tentang

    pelaksanaan Qanun Aceh nomor 2 tahun 2012.

    2. Setiap tahun dilakukan pengkajian terhadap pelaksanaan pemungutan pajak dan dalam tahun 2012 telah diterapkan Pergub Nomor 35 Tahun 2012

    tentang penghitungan dasar Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor Dan Bea

    Balik Nama Kendaraan Bermotor Tahun 2012 dengan melakukan penilaian

    kembali nilai jual kendaraan bermotor.

    3. Sosialisasi pendapatan daerah, terutama pajak daerah melalui baliho, spanduk dan penyebaran leaflet.

    4. Operasi lapangan (razia) kendaraan bermotor yang menunggak pembayaran pajak

    5. Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk mendaftarkan kendaraan bermotor ke dalam wilayah Aceh

    6. Meningkatnya jumlah kendaraan baru dan bekas sekaligus melakukan mutasi Kendaraan Bermotor.

    7. Meningkatnya konsumsi bahan bakar minyak seiring dengan meningkatnya jumlah Kendaraan Bermotor.

    Retribusi Aceh

    Untuk tahun 2012 Retribusi Aceh direncanakan pendapatannya sebesar Rp

    21.095.694.260,00 dan dapat direalisasikan sebesar Rp 6.317.974.149,00 atau

    29,95% dengan rincian sebagaimana tabel 3.5 berikut:

    Tabel 3.5

    Rencana dan Realisasi Retribusi Aceh

    Tahun Anggaran 2012

    No Uraian Rencana (Rp) Realisasi (Rp) %

    1 Retribusi Jasa Umum 18.084.394.260,00 1.383.906.475,00 7,65%

    2 Retribusi Jasa Usaha 2.724.600.000,00 4.142.751.224,00 152,05%

    3 Retribusi Perizinan Tertentu 286.700.000,00 791.316.450,00 276,01%

    JUMLAH 21.095.694.260,00 6.317.974.149,00 29,95%

    Sumber : Dinas Keuangan Aceh (Unaudited), 2013

    Penerimaan retribusi dibandingkan tahun lalu menurun. Tahun 2011 retribusi

    sebesar Rp 9.416.021.790,22 sedangkan tahun 2012 Rp 6.317.974.149,00.

    Terjadi penurunan sebesar 33%. Hal ini disebabkan berkurangnya Retribusi

    Pelayanan Kesehatan mencapai 52% dari total Retribusi Aceh.

    Penurunan ini diakibatkan beralihnya status ketiga Rumah sakit daerah yaitu

    Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin, Rumah Sakit Jiwa dan Rumah

    Sakit Ibu dan Anak yang semula sebagai Satuan Kerja Perangkat Aceh menjadi

    Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) dimana dalam tata kelola keuangannya

    dikecualikan dari keuangan daerah yaitu pendapatannya tidak lagi disetorkan ke

    rekening kas umum daerah serta dapat digunakan langsung untuk mendukung

    pelayanan masyarakat di Rumah Sakit tersebut.

    Hasil Pengelolaan Kekayaan Aceh yang Dipisahkan dan Hasil Penyertaan Modal

    Aceh. Rincian rencana dan realisasi dapat dilihat pada tabel 3.6 berikut:

  • LKPJ GUBERNUR ACEH TAHUN 2012

    31

    Tabel 3.6

    Rencana dan Realisasi

    Hasil Pengelolaan Kekayaan Aceh yang Dipisahkan

    dan Hasil Penyertaan Modal Aceh

    Tahun Anggaran 2012

    No Uraian Rencana (Rp) Realisasi (Rp) %

    1 Bagian Laba atas Penyertaan Modal Pada

    Perusahaan Milik Aceh/ BUMA; -BPR.

    Mustakim Sukamakmur

    2.000.000.000,00 1.807.661.720,00 90,38%

    2 Bagian Laba atas Penyertaan Modal Pada

    Perusahaan Milik Pemerintah/ BUMN/

    Lembaga Keuangan/Bank, -PT. BANK

    ACEH

    100.000.000.000,00 94.497.795.221,52 94,50%

    3 Bagian Laba atas Penyertaan Modal Pada

    Perusahaan Patungan/ milik Swasta:

    -PINBUK

    0,00 11.771.000,00 #DIV/0!

    JUMLAH 102.000.000.000,00 96.317.227.941,52 94,43%

    Sumber : Dinas Keuangan Aceh (Unaudited), 2013

    Komponen Pendapatan Asli Aceh yang bersumber dari Perusahaan milik

    Pemerintah Aceh dan hasil penyertaan modal pemerintah Aceh dalam tahun

    2012 dengan realisasi sebesar 94,43% dari target penerimaan atau realisasinya

    sebesar Rp 96.317.227.941,52 dari rencana yang ditetapkan yang merupakan

    penerimaan pembagian deviden dari PT. Bank BPD Aceh, BPR Mustakim

    Sukamakmur serta PINBUK.

    Zakat

    Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan

    Aceh, dan pasal 24 ayat 2 Qanun Nomor 10 Tahun 2007 tentang Baitul Mal serta

    pasal 4 Bab III Peraturan Gubernur Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 60

    Tahun 2008 tentang Mekanisme Pengelolaan Zakat, zakat telah ditetapkan

    sebagai salah satu penerimaan PAD. Dalam tahun 2008 rencana penerimaan

    zakat sebesar Rp. 8.961.710.458,00 dan Realisasi melalui Kas Daerah sebesar

    Rp 10.537.210.820,82.

    Berdasarkan realisasi zakat ini telah terjadi peningkatan yang cukup signifikan

    sejak diterapkan Zakat sebagai PAD di tahun 2008, hal ini dikarenakan dengan

    terus dilakukan kegiatan sosialisasi zakat dan infaq serta pemantapan pemahaman terhadap penerimaan maupun penyaluran zakat oleh Badan Baitul

    Mal Aceh sehingga penerimaan zakat diharapkan terus semakin meningkat dan

    pengelolaannya dapat dilakukan sesuai dengan prinsip syariah.

    Tahun 2012 target Zakat Rp.8.961.710.458,-. Zakat merupakan bagian

    Pendapatan Asli Aceh melebihi dari yang ditargetkan, hal ini disebabkan

    pengelolaan Zakat dilakukan oleh Baitul Mal dan penyetoran zakat ke rekening

    zakat baitul mal yang ada pada bank konvensional, setelah terkumpulkan setiap

    bulannya disetorkan ke Rekening Kas Daerah, sehingga realisasi zakat

    tergambarkan sebesar Rp. 10.466.975.170,82.

  • LKPJ GUBERNUR ACEH TAHUN 2012

    32

    Lain-Lain Pendapatan Asli Aceh Yang Sah

    Penerimaan dari lain-lain Pendapatan Asli Aceh yang sah terealisir sebesar Rp

    101.144.090.865,47 atau 204,24% dari target Anggaran yang ditetapkan sebesar

    Rp 49.521.760.706,00. Adapun rinciannya sebagaimana tabel 3.5 berikut:

    Tabel 3.7

    Rencana dan Realisasi

    Lain-Lain Pendapatan Asli Aceh Yang Sah

    Tahun Anggaran 2012

    No Uraian Rencana (Rp) Realisasi (Rp) %

    1Hasil penjualan aset daerah yang tidak

    dipisahkan 70.000.000,00 346.769.053,00 495,38%

    2 Jasa giro 9.251.760.706,00 24.331.330.436,21 262,99%

    3 Pendapatan Bunga 0,00 0,00 0,00%

    4Pendapatan Denda atas keterlambatan

    pelaksanaan pekerjaan0,00 712.512.