poposal iqbal2

download poposal iqbal2

of 28

Transcript of poposal iqbal2

PENGARUH DEBT DEFAULT, KUALITAS AUDIT, DAN OPINI AUDIT TERHADAP PENERIMAAN OPINI GOING CONCERN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Proposal Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat Sarjana S 1

Disusun oleh Mokhamad Iqbalulmuna 0502030010

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO 2011

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Tujuan dari keberadaan suatu entitas bisnis ketika didirikan adalah untuk mempertahankan kelangsungan hidup (going concern) usahanya. Kelangsungan hidup usaha selalu dihubungkan dengan kemampuan manajemen dalam mengelola perusahaan. Setiap investor pasti mengharapkan keuntungan ketika ingin menanamkan modalnya pada suatu perusahaan. Salah satu pertimbangan investor ketika ingin menginvestasikan modalnya pada suatu perusahaan adalah melalui opini auditor atas laporan keuangan perusahaan tersebut. Oleh karena itu auditor mempunyai peranan yang penting sebagai perantara akan kepentingan investor maupun kepentingan perusahaan sebagai penyedia laporan keuangan. Peran auditor diperlukan untuk mencegah diterbitkannya laporan keuangan yang menyesatkan, sehingga dengan menggunakan laporan keuangan yang telah diaudit para pemakai laporan keuangan dapat mengambil keputusan dengan benar. Auditor juga bertanggungjawab untuk menilai apakah ada kesangsian terhadap perusahaan dalam

mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam periode waktu tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan audit (SPAP Seksi 341, 2001). Masalah timbul ketika banyak terjadi kesalahan opini yang dibuat oleh auditor meyangkut opini going concern (Sekar, 2003).

Beberapa penyebabnya antara lain, pertama, masalah self fulfilling prophecy yang mengakibatkan auditor enggan mengungkapkan status going concern yang muncul ketika auditor khawatir bahwa opini going concern yang dikeluarkan dapat mempercepat kegagalan perusahaan yang bermasalah (Venuti, 2007). Meskipun demikian, opini going concern harus diungkapkan dengan harapan dapat segera mempercepat upaya penyelamatan perusahaan yang bermasalah. Masalah yang kedua yang menyebabkan kesalahan opini adalah tidak terdapatnya prosedur penetapan status going concern yang terstuktur (Joanna Hlo, 1994). Bagaimana pun juga hampir tidak ada panduan yang jelas atau penelitian yang sudah ada yang dapat dijadikan acuan pemilihan tipe opini going concern yang harus dipilih (La Salle dan Anandarajan, 1996). Mutchler et al, (1997) menemukan bukti bahwa keputusan opini going concern sebelum terjadinya kebangkrutan secara signifikan berkorelasi dengan probabilitas kebangkrutan dan variable lag laporan audit serta informasi berlawanan yang ekstrim (contrary information), seperti default. Jika default ini telah terjadi atau proses negoisasi tengah berlangsung dalam rangka menghindari default selanjutnya, auditor mungkin cenderung untuk mengeluarkan opini going concern. Pemberian opini going concern oleh auditor juga tidak terlepas dari opini audit yang diberikan tahun sebelumnya, karena kegiatan usaha pada suatu perusahaan untuk tahun tertentu tidak terlepas dari keadaan yang terjadi pada tahun sebelumnya.

Penelitian oleh Carcello dan Neal (2000) serta Ramadhany (2004) membuktikan mengenai opini audit going concern tahun berjalan yaitu ditemukannya hubungan positif yang signifikan antara opini audit going concern tahun berjalan. Apabila pada tahun sebelumnya auditor telah menerbitkan opini audit going concern, maka akan semakin besar kemungkinan auditor untuk menerbitkan kembali opini audit going concern pada tahun berikutnya. Mutcher (1995) menyatakan bahwa perusahaan yang kecil akan lebih beresiko menerima opini audit going concern dibandingkan dengan perusahaan yang lebih besar. Hal ini dimungkinkan karena auditor mempercayai bahwa perusahaan yang lebih besar dapat menyelesaikan kesulitan-kesulitan keuangan yang dihadapinya daripada perusahaan yangb lebih kecil. Preferensi perusahaan terhadap kualitas audit bisa tergantung pada apa yang ingin disampaikan manajemen kepada publik berkaitan dengan karakteristik perusahaan. Manajemen mengiginkan audit berkualitas tinggi agar investor dan pemakai laporan keuangan mempunyai keyakinan lebih terhadap reliabilitas angka-angka akuntansi dalam laporan keuangan. Pemilihan auditor dengan kualitas tinggi dapat meningkatkan kredibilitas laporan keuangan. Preferensi semacam ini bisa dilihat dari auditor yang ditunjuk perusahaan untuk melakukan audit. Dalam hal ini, perusahaan akan memilih auditor berkualitas tinggi dengan demikian auditor ini dapat meningkatkan kredibilitas laporan keuangan perusahaan. Sebaliknya,

perusahaan bisa saja memilih auditor hanya sebagai formalitas untuk memenuhi ketentuan otoritas pasar modal. Konsekuensi dari pilihan terhadap auditor formalitas ini adalah hasil auditnya tidak memberikan pengaruh yang berarti terhadap kredibilitas laporan keuangan. 1.2 Rumusan Masalah Apakah default, kualitas audit dan opini audit berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern secara parsial. 1.3 Pembatasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini adalah meneliti tentang debt default, kualitas audit, dan opini audit sebagai variabel independen dan opini going concern sebagai variabel dependen dengan objek yang diambil adalah perusahaan manufaktur yang listing di BEI sebelum periode pengamatan perusahaan tersebut terdaftar di BEI pada tahun 2007 hingga tahun 2009.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis secara empiris serta untuk mengetahui pengaruh debt default, kualitas audit dan opini audit berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern secara parsial. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :1. Bagi investor

Sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi pada suatu perusahaan yang mempunyai kinerja tertentu berdasarkan laporan audit.

2. Bagi Pembaca dan Peneliti Lain Sebagai referensi tambahan dan memberikan informasi empirik bagi peneliti-peniliti lain yang berminat untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi opini going concern pada perusahaan di masa yang akan datang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Audit American Accounting Association Committee dalam Basic Audit Concepts (1991:2) telah mendefinisikan audit sebagai Suatu proses sistematis yang secara objektif memperoleh dan mengevaluasi bukti yang terkait dengan pernyataan mengenai tindakan atau kejadian ekonomi untuk menilai tingkat kesesuaian antar pernyataan tersebut dan kriteria yang telah ditetapkan serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Menurut definisi diatas maka terdapat unsur-unsur penting yang mendasari istilah auditing yaitu proses sistematik, pengumpulan dan pengevalusian bukti secara objektif, pernyataan mengenai kejadian atau kegiatan ekonomi, tingkat kesesuaian antara pernyataan dengan kriteria yang telah ditetapkan, penyampaian hasil kepada pihak yang berkepentingan.

a. Proses Sistematik Auditing merupakan suatu proses sistematik yaitu berupa suatu rangkaian langkah atau prosedur yang logis terstruktur dan jelas tujuannya bagi pengambilan keputusan dan audit bukan merupakan proses yang tidak terancang dan asal jadi.b. Pengumpulan dan pengevaluasian bukti secara objektif

Audit berkaitan dengan pengumpulan bukti-bukti tentang informasi yang akan mempengaruhi proses keputusan auditor. Bukti

diartikan sebagai semua informasi yang digunakan auditor dalam menentukan kesesuaian informasi yang sedang diaudit dengan kriteria yang telah ditetapkan. Bukti audit dapat diperoleh dalam berbagai bentuk, seperti pernyataan lisan dari pihak yang diaudit (klien), komunikasi tertulis dengan pihak ketiga dan hasil pengamatan auditor. Demi tercapainya sasaran dari kegiatan auditing ini, diperlukan bukti-bukti dengan mutu dan jumlah yang memadai. Proses penentuan jumlah bahan bukti yang diperlukan dan penilaian kelayakan informasi sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, yang merupakan bagian penting dari audit.c. Pernyataan mengenai kejadian atau kegiatan ekonomi

Pernyataan mengenai kejadian atau kegiatan ekonomi adalah hasil proses akuntansi. Akuntasi merupakan proses pengidentifikasian, pengukuran dan penyampaian informasi ekonomi yang dinyatakan dalam satuan uang dalam bentuk yang teratur dan logis dengan tujuan menyajikan informasi keuangan yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan. Setiap kali audit dilakukan ruang lingkup pertanggungjawaban auditor harus dinyatakan dengan jelas, hal terutama yang harus dilakukan adalah menegaskan entitas atau satuan usaha yang dimaksud dengan periode waktunya.d. Tingkat kesesuaian antara pernyataan dengan kriteria yang telah

ditetapkan Ketika melakukan proses audit, tujuan auditor adalah menentukan apakah pernyataan pihak yang diaudit sesuai dengan kriteria yang telah

ditetapkan. Kriteria atau standar yang dipakai sebagai dasar untuk menilai pernyataan yang berupa proses akuntansi dapat berupa : 1. Peraturan yang ditetapkan oleh suatu badan tertentu. 2. Anggaran atau ukuran prestasi pemilik satuan usaha. 3. Standar Akuntansi Keuangan (SAK). e. Penyampaian hasil kepada pihak yang berkepentingan Penyampaian hasil ini dilakukan dengan tertulis dalam bentuk laporan audit (audit report) yang merupakan penyampaian hasil-hasil temuan kepada para pemakai laporan. Laporan yang satu dapat berbeda dengan laporan lainnya. Tetapi pada dasarnya semuanya harus mampu menyampaikan kepada pihak yang berkepentingan.

2.2 Debt Default Dalam PSAK 30, indikator going concern yang banyak digunakan auditor dalam memberikan keputusan opini audit adalah kegagalan dalam memenuhi kewajiban hutangnya (default). Debt default didefinisikan sebagai kegagalan debitor (perusahaan) untuk membayar hutang pokok dan / atau bunganya pada waktu jatuh tempo (Chen dan Church, 1992). Manfaat status default hutang sebelumnya telah diteliti oleh Chen dan Church (1992) yang menemukan hubungan yang kuat status default terhadap opini going concern. Semenjak auditor lebih cenderung disalahkan karena tidak berhasil mengeluarkan opini going concern setetelah peristiwa-peristiwa yang menyarankan bahwa opini seperti itu mungkin telah sesuai, biaya kegagalan untuk mengeluarkan opini going concern ketika perusahaan dalam keadaan

default,

tinggi

sekali,

karenanya,

diharapkan

status

default

dapat

meningkatkan kemungkinan auditor mengeluarkan laporan going concern.

2.3 Kualitas Audit Kualitas Audit menurut Deangelo (1981) dalam Schwartz (1997) didefinisikan sebagai probabilitas error dan irregularities yang dapat dideteksi dan dilaporkan. Probabilitas pendeteksian dipengaruhi oleh isu yang merujuk pada audit yang dilakukan oleh auditor untuk menghasilkan pendapatnya. Isu-isu yang berhubungan dengan isu audit adalah kompetensi auditor, persyaratan yang berkaitan dengan pelaksanaan audit dan persyaratan pelaporan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa KAP yang besar akan berusaha untuk menyajikan kualitas audit yang lebih besar dibandingkan dengan KAP yang lebih kecil. Economics Of Scale yang besar akan memberikan insentif yang kuat untuk mematuhi aturan SEC sebagai cara pengembangan dan pemasaran keahlian KAP tersebut. Kantor akuntan publik diklasifikasi menjadi dua yaitu kantor akuntan publik yang berafiliasi dengan KAP Big Four dan kantor akuntan publik lainnya. Barnes dan Huan (1993) menyatakan bahwa perusahaan yang gagal dan tidak menjelaskan going concern pada opini auditnya menunjukkan bahwa auditor tersebut lebih mementingkan aspek komersial, hal ini berdampak buruk pada citra auditor dan hilangnya kepercayaan investor terhadap perusahaan auditan.

2.4 Opini Audit Going Concern Beberapa penelitian menemukan bahwa auditor lebih sering mengeluarkan opini audit going concern jika opini audit tahun sebelumnya yang diterima perusahaan adalah opini going concern, oleh karena itu opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap pengungkapan opini going concern. Mutchler (1985) menguji pengaruh ketersediaan informasi publik terhadap prediksi opini audit going concern, yaitu tipe opini audit yang telah diterima perusahaan. Hasilnya menunjukkan bahwa model discriminant analysis yang memasukkan tipe opini audit tahun sebelumnya mempunyai akurasi prediksi keseluruhan yang paling tinggi sebesar 89,9 persen dibanding model yang lain. Mutchler juga melakukan wawancara dengan praktisi auditor yang menyatakan bahwa perusahaan yang menerima opini audit going concern pada tahun sebelumnya lebih cenderung untuk menerima opini yang sama pada tahun berjalan.

2.5 Opini Audit Menurut standar professional akuntan publik SAP Seksi 110, tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajiban dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Laporan audito merupakan sarana bagi auditor untuk menyatakan pendapatnya atau apabila keadaan mengharuskan, untuk menyatakan tidak memberikan pendapat,

sebagai pihak yang independen, auditor tidak dibenarkan untuk memihak kepentingan siapapun dan untuk tidak mudah dipengaruhi, serta harus bebas dari setiap kewajiban terhadap kliennya dan tidak memiliki suatu kepentingan denga kliennya (IAI, 1994). Standar Profesional Akuntansi Publik (SPAP) mengharuskannya dibuat laporan setiap kali kantor akuntan publik dikaitkan dengan laporan keuangan. Auditor mempunyai tanggung jawab untuk menilai apakah terdapat kesangsian besar terhadap suatu entitas bisnis dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam periode waktu yang pantas. Pendapat atau opini audit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan audit. Laporan audit sangat penting dalam suatu audit atau proses atestasi lainnya karena laporan tersebut menginformasikan pemakai informasi tentang apa yang dilakukan auditor dan kesimpulan yang diperolehnya. Opini audit diberikan oleh auditor melalui beberapa tahap audit sehingga auditor dapat memberikan kesimpulan atas opini yang harus diberikan atas laporan keuangan yang diauditnya. Berdasarkan standar profesional akuntan publik seksi 508 ada 5 (lima) tipe pendapat auditor yaitu : 1. Pendapat wajar tanpa pengecualian Pendapat wajar tanpa pengecualian diberikan auditor jika tidak terjadi pembatasan dalam lingkup audit dan tidak terdapat pengecualian yang signifikan mengenai kewajaran dan penerapan standar akuntansi keuangan dalam penyusunan laporan keuangan. Laporan audit yang

berisi pendapat wajar tanpa pengecualian adalah laporan yang paling dibutuhkan oleh semua pihak, baik oleh klien, pemakai informasi keuangan, maupun auditor. Laporan keuangan dianggap menyajikan secara wajar posisi

keuangandan hasil usaha suatu organisasi, sesuai dengan standar akuntansi keuangan, jika memenuhi kondisi berikut : a. standar akuntansi keuangan digunakan sebagai pedoman untuk menyusun laporan keuangan. b. perubahan standar akuntansi keuangan dari periode ke periode telah cukup dijelaskan. c. informasi dalam catatan-catatan yang mendukungnya telah digambarkan dan dijelaskan dengan cukup dalam laporan keuangan, sesuai dengan standar akuntansi keuangan. 2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan. Keadaan tertentu mungkin mengharuskan auditor menambahkan suatu paragraf penjelasan atau bahasa penjelasan lain dalam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan. 3. Pendapat wajar dengan pengecualian. Jika auditor menemukan kondisi-kondisi berikut ini maka ia akan memberikan pendapat wajar dengan pengecualian pada laporan audit berikut : a. lingkup audit dibatasi oleh klien,

b. auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting atau tidak dapat memperoleh informasi penting karena kondisikondisi yang berada diluar kekuasaan klien maupun auditor. c. Laporan tidak disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan.d. standar akuntansi keuangan yang digunakan dalam penyusunan

laporan keuangan tidak diterapkan secara konsisten. 4. Pendapat tidak wajar. Pendapat tidak wajar merupakan kebalikan pendapat wajar tanpa pengecualian, akuntan memberikan pendapat tidak wajar jika laporan keuangan klien tidak disusun berdasarkan standaakuntansi keuangan sehingga tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas perusahaan klien dan laporan keuangan yang disajikan klien dalam laporan keuangan sama sekali tidak dapat dipercaya, sehingga tidak dapat dipakai oleh pemakai informasi keuangan untuk pengambilan keputusan. 5. Pernyataan tidak memberikan pendapat. Jika auditor tidak memberikan pendapat atas laporan keuangan auditan, maka laporan audit ini disebut laporan tanpa pendapat (adverse opinion). Kondisi yang menyebabkan audit tidak memberikan pendapat adalah : a. Pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkungan audit. b. Auditor tidak independen dalam hubungannya dengan kliennya.

2.6 Going Concern Going concern adalah kelangsungan hidup suatu badan usaha, dengan adanya going concern maka suatu badan usaha dianggap mampu mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka waktu panjang dan tidak akan dilikuidasi dalam jangka waktu pendek. PSAK 30 menyatakan bahwa going concern dipakai sebagai asumsi dalam pelaporan keuangan sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang menunjukkan hal yang berlawanan. Biasanya informasi yang secara signifikan dianggap berlawanan dengan asumsi kelangsungan hidup suatu badan usaha adalah berhubungan dengan ketidakmampuan satuan usaha dalam memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo tanpa melakukan penjualan sebagian besar aktiva kepada pihak luar secara bisnis biasa, restrukturisasi utang, perbaikan operasi yang dipaksakan dari luar atau kegiatan serupa lainnya. Menurut Altman dan McGough (1974) masalah going concern terbagi dua, yaitu masalah keuangan yang meliputi kekurangan (defisiensi) likuiditas, defisiensi ekuitas, penunggakan utang, kesulitan memperoleh dana, serta masalah operasi yang meliputi kerugian operasi yang terus-menerus, prospek pendapatan yang meragukan, kemampuan operasi terancam, dan pengendalian yang lemah atas operasi. Audit report dengan modifikasi mengenai going concern mengindikasikan bahwa dalam penilaian auditor terdapat resiko perusahaan tidak dapat bertahan dalam bisnis. Auditor harus mempertimbangkan hasil dari operasi, kondisi ekonomi yang mempengaruhi

perusahaan, kemampuan pembayaran hutang, dan kebutuhan likuiditas dimasa yang akan datang (Lenard dkk,1998). Dalam pelaksanaan prosedur audit, auditor dapat mengidentifikasi informasi mengenai kondisi atau peristiwa tertentu yang dipertimbangkan secara keseluruhan, menunjukkan adanya kesangsian besar tentang

kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalm jangka waktu yang pantas. Signifikan atau tidaknya kondisi atau peristiwa tersebut akan tergantung atas keadaan, dan beberapa diantaranya kemungkinan hanya menjadi signifikan jika ditinjau bersama-sama dengan kondisi atau peristiwa yang lain. Berikut beberapa contoh, namun tidak terbatas pada kondisi dan peristiwa tersebut. 1. Trend negatif Sebagai contoh, kerugian operasi yang berulang kali terjadi, kekurangan modal kerja, arus kas negatif dari kegiata usaha, rasio keuangan penting yang jelek. 2. Petunjuk lain tentang kemungkinan kesulitan keuangan. Sebagai contoh, kegagalan dalam memenuhi kewajiban utangnya, atau perjanjian serupa, penunggakan pembayaran deviden, penolakan oleh pemasok terhadap pengajuan permintaan kredit biasa, restrukturisasi utang, kebutuhan untuk mencari sumber atau metode pembelanjaan baru, atau penjualan sebagian besar aktiva. 3. Masalah intern

Sebagai contoh, pemogokan kerja atau kesulitan hubungan perburuhan yang lain, ketergantungan besar atas sukses proyek tertentu, komitmen jangka panjang yang tidak bersifat ekonomi, kebutuhan untuk secara signifikan memperbaikin operasi. 4. Masalah luar yang terjadi Sebagai contoh, pengajuan gugatan pengadilan, keluarnya undangundang, atau masalah-masalah lain yang kemungkinan

membahayakan kemampuan satuan usaha untuk beroperasi, kehilangan frenchise, lisensi, atau paten yang penting, kehilangan pelanggan atau pemasok utama, kerugian akibat bencana besar, kekeringan yang tidak diasuransikan atau diasuransikan dengan pertanggungan rendah. 2.6 Kerangka Konseptual Berdasarkan uraian teoritis dan penelitian terdahulu, maka variabel independen penelitian adalah debt default, kualitas audit dan opini audit dan veriabel dependennya adalah opini going concern yang diterima. Debt default didefinisikan sebagai kegagalan debitor (perusahaan) untuk membayar hutang pokok dan atau bunganya pada waktu jatuh tempo, oleh karena itu apabila status perusahaan sedang dalam keadaan default yang mengindikasikan terdapat resiko perusahaan tidak dapat bertahan dalam bisnis, maka auditor cenderung untuk memberikan opini audit going concern Auditor berskala besar dapat memberikan kualitas audit yang lebih baik dibandingkan auditor berskala kecil, termasuk dalam mengungkapkan

masalah going concern. Semakin besar skala auditor, akan semakin besar kemungkinan auditor untuk menerbitkan opini audit going concern . Terdapat hubungan positif yang signifikan antara opini audit going concern tahun sebelumnya dengan opini audit going concern tahun berjalan. Apabila pada tahun sebelumnya auditor telah menerbitkan opini audit going concern, maka akan semakin besar kemungkinan auditor untuk menerbitkan kembali opini audit going concern pada tahun berikutnya.

Debt default

Kualitas audit

going concern

Opini audit

Gambar 2.1 Kerangka pemikiran

2.7 Opini Audit Tahun Sebelumnya Beberapa penelitian menemukan bahwa auditor lebih sering

mengeluarkan opini audit going concern jika opini tahun sebelumnya adalah opini going concern, oleh karena itu opini tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap pengungkapan opini going concern. Mutchler (1985) menguji pengaruh ketersediaan infiormasi publik terhadap prediksi opini audit going concern, yaitu tipe opini audit yang telah diterima perusahaan. Hasilnya menunjukkan bahwa model discriminant analysis yang memasukkan tipe opini audit tahun sebelumnya mempunyai akurasi prediksi secara keseluruhan yang paling tinggi sebesar 89,9 persen dibanding model yang lain. Mutchler juga melakukan wawancara dengan praktisi auditor yang menyatakan bahwa perusahaan yang menerima opini audit going concern pada tahun sebelumnya lebih cenderung untuk menerima opini yang sama pada tahun berjalan.

2.8 Hipotesis penelitian Hipotesis yang diperoleh dari kerangka konseptual adalah : debt default, kualitas audit dan opini audit berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern secara parsial.

Ha1

:

Debt default, berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern secara parsial.

Ha2

:

Kualitas audit terhadap penerimaan opini going concern secara parsial

Ha3

:

Opini audit berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern secara parsial.

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian 3.1.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan pada pengujian teori-teori melalui pengukuran variabel-variabel penelitian dengan angka yang bertujuan menguji hipotesis. Peneliti

menggunakan desain kausal, desain ini berguna untuk menganalisis hubungan antar variabel atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya (Umar, 2003:30). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah debt default, kualitas audit, dan opini audit sebagai variabel independen dan opini going concern sebagai variabel dependen. 3.1.2 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono,2006:55). 3.1.3 Teknik Pengambilan Sampel Sampel dipilih dengan metode purposive sampling, yaitu mengambil sampel yang telah ditentukan sebelumnya berdasarkan maksud dan tujuan penelitian. Pertimbangan yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut :

a.

perusahaan tersebut terdaftar di BEI pada tahun 2007 hingga tahun 2009 dan tidak sedang berada pada proses delisting pada periode tersebut,

b. sampel yang diambil adalah perusahaan manufaktur yang telah listing di BEI sebelum periode pengamatan, c. mempunyai laporan auditor independen yang dipublikasikan bersamaan dengan periode pengamatan, dan opini yang diterima adalah going concern unqualified / qualified opinion dan going concern disclaimer opinion maupun opini non going concern, d. mengalami laba bersih setelah pajak yang negatif sekurangkurangnya dua periode laporan keuangan selama periode pengamatan (2007-2009). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah opini going concern. Opini audit dengan modifikasi going concern mengindikasikan bahwa dalam penilaian auditor terdapat resiko perusahaan tidak dapat bertahan dalam bisnis. Opini audit going concern dalam penelitian ini merupakan variabel dikotomus, opini audit going concern diberi kode 1, sedangkan opini audit non going concern diberi kode 0. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah. 3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.2.1. Variabel Dependen (tidak bebas) Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah opini audit going concern. Opini audit dengan modifikasi going concern mengindikasikan bahwa dalam penilaian auditor terdapat resiko perusahaan tidak dapat bertahan dalam bisnis. Opini audit going concern dalam penelitian ini merupakan variabel

dikotomus, opini audit going concern diberi kode 1, sedangkan opini audit non going concern diberi kode 0. 3.2.2. Variabel Independen (bebas) Variabel independen adalah variabel yang dapat mempengaruhi variabel lain. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah. a. Debt Default Debt default atau kegagalan membayar hutang didefinisikan sebagai kelalaian atau kegagalan perusahaan untuk membayar hutang pokok atau bunganya pada saat jatuh tempo (Chen dan Church, 1992) Variabel dummy digunakan (1 = status debt fault, 0 = tidak debt default) untuk menunjukkan apakah perusahaan dalam keadaan default atau tidak sebelum pengeluaran opini audit.b.

Kualitas Audit Kualitas audit diproksikan dengan menggunakan ukuran KAP.

Ukuran KAP ini dibedakan menjadi dua yaitu untuk KAP big-four dan KAP non big-four. Variabel ini diukur dengan menggunakan variabel dummy dimana angka 1 diberikan jika auditor yang mengaudit

perusahaan merupakan auditor dari KAP big-four dan 0 jika ternyata ada. Adapun KAP big-four yang digunakan dalam penelitian ini adalah :1. Price Water House Coopers (PWC), dengan partnernya di Indonesia

Haryono Sahari dan Rekan.2. Deloitte Touch Tohmatsu, dengan partnernya di Indonesia Osman,

Ramli, Satrio dan Rekan.

3. Keynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG) International, dengan

partnernya di Indonesia Siddharta, dan Harsono.4. Ernst and Young (EY), dengan partnernya di Indonesia Prasetyo,

Sarwoko, dan Sandjaja.

Opini Audit Tahun Sebelumnya. Opini audit tahun sebelumnya merupakan opini yang diberikan oleh auditor independen terhadap laporan keuangan pada periode sebelumnya. Variabel ini menggunakan variabel dummy, 1 jika opini audit tahun sebelumnya adalah opini going concern dan 0 jika opini bukan going concern.

3.3 Metode Analisis Data

3.3.1 Pengujian Asumsi Klasik Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, maka perlu dilakukan uji asumsi klasik. Dikarenakan Uji yang digunakan adalah regresi logistik, dimana uji ini mengabaikan uji normalitas dan heterokedasitas, maka uji asumsi klasik yang digunakan adalah uji multikolonieritas dan uji autokorelasi.a. Uji Multikolonieritas

Regresi yang baik adalah regresi dengan tidak adanya gejala korelasi yang kuat antara variabel bebasnya. Multikolonieritas adalah situasi adanya korelasi antar variabel-variabel independen yang satu dengan yang lainnya, dalam hal ini kita sebut variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabelvariabel yang bersifat ortogonal adalah variabel yang memiliki nilai korelasi diantaranya sama dengan nol. Dalam penelitian ini jejak multikolonieritas dapat dilihat dari nilai korelasi antar variabel yang terdapat dalam matriks korelasi.

b. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Run test digunakan untuk menguji ada tidaknya gejala autokorelasi pada penelitian ini, bila hasil output SPSS menunjukkan probabilitas signifikansi dibawah 0.05 disimpulkan terdapat gejala autokorelasi pada model regresi tersebut. 3.3.2 Uji Model Fit Adanya pengurangan nilai antara -2LL awal (initial -2LL function) dengan nilai 2LL pada langkah berikutnya menunjukkan bahwa model regresi logistik mirip dengan pengertian Sum of Square Error pada model regresi, sehingga penurunan Log likehood menunjukkan model regresi semakin baik. 3.3.3 Menguji Kelayakan Model Regresi Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and Lameshows Goodness of Fit Test lebih besar dari 0,05, maka hipotesis nol tidak dapat ditolak dan berarti model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena sesuai dengan data observasinya (Ghozali,2005)

3.4 Pengujian Hipotesis Model analisis data yang digunakan dengan analisis multivariant dengan menggunakan regresi logistik (logistic regression). Regresi logistik adalah bentuk khusus analisa regresi dengan variabel dependen bersifat kategori dan variabel independennya bersifat kategori, kontinu atau gabungan antara keduanya. Regresi logistik ini digunakan untuk menguji apakah probabilitas terjadinya variabel terikat dapat diprediksi dengan variabel bebasnya. Teknik analisis ini tidak memerlukan lagi uji normalitas dan uji asumsi klasik pada variabel bebasnya (Ghozali,2005). Gujarati (2003) menyatakan bahwa regresi logistik mengabaikan heteroscedasity, artinya variabel dependen tidak memerlukan homoscedacity untuk masing-masing variabel independennya.

Model regresi logistik yang digunakan untuk menguji hipotesis sebagai berikut : GC = a + b1 DEF + b2 ADTR + b3 PO + e Keterangan : GC = Opini Going Concern (variabel dummy, 1 jika opini

going concern, 0 jika opini non going concern) DEF = Debt Default (variabel dummy, 1 jika perusahaan

dalam keadaan default, dan 0 jika tidak) ADTR = Kualitas auditor yang diproksikan (variabel dummy,

1 jika untuk auditor dalam skala besar, dan 0 untuk yang bukan) PO = Opini audit yang diterima tahun sebelumnya

(kateggori 1 bila opini audit going concern, dan 0 jika bukan) B1,b2,b3 E = = Koefisien Regresi Error

DAFTAR PUSTAKA

Sugiyono. 2007. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV ALFABETA. Ikatan Akuntansi Indonesia. 2004. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta: Salemba Empat. 2002. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. Praptitorinini, Mirna Dyah & Januarti, Indira. 2007. Analisis Pengaruh Kualitas Audit, Debt Default Dan Opinion Shopping Terhadap Penerimaan Opini Going Concern. Universitas Diponegoro Semarang. Januarti, Indira & fitrianasari, Ella. 2007. Analisis Pengaruh Faktor Perusahaan, Kualitas Auditor, Kepemilikan Perusahaan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern. Universitas Diponegoro Semarang. Diyanti, Fitri Tri. 2010. Effect Of Debt Default, Turnover Auditors, And Size Its Going To Acceptance Of Audit Opinion Concern. Gunadarma University. Bisara Tamba, Revol Ulung & Hasan Sakti Siregar. 2008. Pengaruh Debt Default, Kualitas Audit, Dan Opini Audit Terhadap Penerimaan Opini Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Universitas Sumatera Utara. Ramadhany, Alexander. 2004. Opini Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Mengalami Financial Distress Di Bursa Efek Jakarta. Universitas Diponegoro Semarang. Santosa, Arga Fajar & Wedari, Linda Kusumaning. 2007. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Kecenderungan Penerimaan Opini Audit Going Concern. UNIKA Soegidjapranata Semarang. Ghozali,Iimam, 2005. Aplikasi Analisis Multivariant Dengan Program SPSS, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Mutchler, J., 1985. A Multivariate Analysis of the Auditor,s Going Concern Opini Decision Journal of Accountong Research. Autumn.