Poposal pemda.docx

26
JARINGAN PERDAGANGAN DAN INTEGRASI EKONOMI: SEJARAH EKONOMI SULAWESI BAGIAN SELATAN 1906-1930 A. LATAR BELAKANG MASALAH Penduduk Sulawesi Selatan sejak lama dikenal sebagai pedagang dan pelaut ulung dan cekatan. Mereka melakukan pelayaran niaga ke berbagai pusat perdagangan dan daerah produksi komoditi di wilayah yang mengitari daerahnya dan menjalin hubungan niaga yang baik dengan berbagai pihak. Peranan mereka tidak pernah memudar hingga pada abad ke-19. Sebagian dari mereka tidak pernah berniaga dibandar niaga yang berada dalam pengawasan pemerintah., khususnya pedagang dan pelaut dari kerajaan sekutu di Sulawesi Selatan dan mereka yang telah meninggalkan wilayahnya dan menjadikan bandar niaga juga daerah lain sebagai koloni dagang. 1 Di samping itu juga akibat pergolakan politik yang terus berlangsung di Sulawesi Selatan antara Belanda dan kerajaan-kerajaan sekutu. Sejak Belanda kembali berkuasa di tahun 1816, persoalan baru mulai muncul kembali. Pemerintahan 1 Faktor penyebabnya, seperti yang dinyatakan oleh penguasa mereka dalam pertemuan di Sidenreng 1824, adalah larangan bagi mereka melakukan pelayaran niaga ke Maluku dan kesulitan pengurusan surat izin berlayar dari pihak Belanda.Lihat, Wong Lim Ken, The Trade of Singapore, 1819-1869, Singapore: Tie Wah Press (JMBRAS Vol. XXXIII, No.1), hlm.14.

Transcript of Poposal pemda.docx

Page 1: Poposal pemda.docx

JARINGAN PERDAGANGAN DAN INTEGRASI EKONOMI:

SEJARAH EKONOMI SULAWESI BAGIAN SELATAN 1906-1930

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Penduduk Sulawesi Selatan sejak lama dikenal sebagai pedagang

dan pelaut ulung dan cekatan. Mereka melakukan pelayaran niaga ke

berbagai pusat perdagangan dan daerah produksi komoditi di wilayah

yang mengitari daerahnya dan menjalin hubungan niaga yang baik

dengan berbagai pihak. Peranan mereka tidak pernah memudar hingga

pada abad ke-19. Sebagian dari mereka tidak pernah berniaga dibandar

niaga yang berada dalam pengawasan pemerintah., khususnya pedagang

dan pelaut dari kerajaan sekutu di Sulawesi Selatan dan mereka yang

telah meninggalkan wilayahnya dan menjadikan bandar niaga juga daerah

lain sebagai koloni dagang.1 Di samping itu juga akibat pergolakan politik

yang terus berlangsung di Sulawesi Selatan antara Belanda dan kerajaan-

kerajaan sekutu.

Sejak Belanda kembali berkuasa di tahun 1816, persoalan baru

mulai muncul kembali. Pemerintahan Hindia Belanda mulai mencoba

menata kembali wilayah kekuasaannya di timur. Pemerintah Hindia

Belanda tampak meneruskan dan melaksanakan monopoli, bahkan pada

mulanya jauh lebih tegas lagi. Bila pada masa kompeni, pedagang dan

pelaut Cina diperkenankan mengunjungi sejumlah pelabuhan di koloninya

seperti, Surabaya, Semarang, Batavia, Malaka, Banjarmasin dan

Makassar, tetapi pada awal pemerintahannya dan berdasarkan peraturan

1Faktor penyebabnya, seperti yang dinyatakan oleh penguasa mereka dalam pertemuan di Sidenreng 1824, adalah larangan bagi mereka melakukan pelayaran niaga ke Maluku dan kesulitan pengurusan surat izin berlayar dari pihak Belanda.Lihat, Wong Lim Ken, The Trade of Singapore, 1819-1869, Singapore: Tie Wah Press (JMBRAS Vol. XXXIII, No.1), hlm.14.

Page 2: Poposal pemda.docx

hanya dibuka di Batavia. Hubungan niaga ini dimungkinkan karena

dipandang tidak mengancam monopoli pemerintah.2

Wilayah jajahan Pemerintahan Hindia Belanda setidaknya harus

dapat memberi manfaat yang besar. Salah satu yang dilakukan oleh

Pemerintah Hindia Belanda adalah dengan memperkenalkan apa yang

dikenal dengan Sistem Tanam Paksa3. Sistem Tanam Paksa ini untuk

sementara waktu memberi keuntungan yang demikian besar, namun di

lain pihak menimbulkan kesengsaraan bagi rakyat pribumi yang akhirnya

dihapuskan pada tahun 1870.

Berdasarkan Perjanjian London 1824, yang mengakibatkan

dibukanya Pelabuhan Makassar bagi para pedagang asing.

Kebijaksanaan itu pada dasarnya merupakan langkah percobaan

pemerintah melaksanakan perdagangan bebas. Kebijaksanan itu

pemerintah masih tetap mempertahankan monopoli bagi komoditi tertentu,

larangan memperdagangkan peralatan perang dan memungut pajak

perdagangan yang tinggi. Politik perdagangan ini pada dasarnya hanya

membatalkan larangan bagi pedagang asing untuk berniaga dan

pembatasan jumlah jung Cina yang boleh mengunjungi kota pelabuhan

ini.

Politik itu bertujuan untuk membatasi perniagaan penduduk ke

Singapura dan meningkatkan perniagaan mereka ke Makassar, namun

dalam perkembangan kemudian Belanda berusaha untuk mengimbangi

kedudukan dan mengikuti metode Inggris yang membangun dan

2Gerrit J. Knaap, Transport 1819-1949 (Amsterdam: Royal Tropical Institute, 1989, volume IX dari Changing Economi in Indonesia: A Selection of Statistical Sources Material from the early 19th century up to 1940) hlm 19 .

3Dalam bahasa Belanda dikenal dengan istilah Cultuurstelsel. Dari sudut pandang Bangsa Indonesia dikenal dengan istilah Sistem Tanam Paksa. Gagasan Tanam Paksa ini diperkenalkan oleh van den Bosch. Di atas kertas, system ini pada dasarnya cukup baik, namun dalam pelaksanaannya menyimpan jauh dari syarat-syarat Sistem Tanam Paksa itu sendiri. Sistem ini mulai diterapkan dari tahun 1830 – 1870..

Page 3: Poposal pemda.docx

meningkatkan perdagangan Singapura pada tahun 1847. Dalam waktu

singkat pedagang dan pelaut Sulawesi Selatan membanjiri bandar niaga

Singapura, yang datang dari berbagai pusat perdagangan dan daerah

produksi yang merupakan dunia kegiatan niaga mereka, baik di Sulawesi,

Kalimantan, Nusa Tenggara maupun Maluku, juga pedagang dan pelaut

Melayu, Jawa dan Cina. Dalam perkembangannya Singapura secara

pelan tapi pasti berhasil menjadi satu pelabuhan yang sangat sibuk dan

penting ketika itu.4

Setelah Inggris berhasil menang dalam Perang Candu pada tahun

1839 – 1842, lima pelabuhan di Cina5 terbuka untuk pedagang asing. Hal

ini membuat perkembangan perdagangan semakin bertambah ramai dan

lancar. Pemerintah Hindia Belanda yang dalam banyak hal masih

menerapkan apa yang dimaksudkan dengan monopoli, tidak semuanya

diterapkan secara menyeluruh di Nusantara, Ada daerah-daerah tertentu

saja yang masuk daerah larangan, misalnya larangan berdagang di

Kepulauan Maluku.6

4 Edward Poelinggomang, Proteksi dan Perdagangan Bebas, Kajian Tentang Perdagangan Makassar Pada Abad Ke-19, (Desertasi), Leiden,1991,hlm. 64.

5 Lima pelabuhan itu adalah Shanghai, Amoy, Fucou dan Nimpo, yang sebelumnya hanya Kanton yang terb uka untuk perdagangan asing. Di samping itu Hongkong yang kemudian dikembangkan oleh Inggris sebagai bandar niaga terpenting untuk Asia Timur, menjadi pusat perdagangan candu dan komoditi lainnya. Kenyataan itu menunjukkan bahwa Inggris berhasil menguasai sepenuhnya perdagangan Cina seusai perang. Keadaan itu yang menyebabkan harapan pemerintah Belanda akan kehadiran jung ke Makassar akibat pertentangan politik itu tidak akan terwujud, apabila pemerintah tetap melasanakan peraturan tarif perdagangan, Lihat Edward Poelinggomang, op.cit, hlm.78.

6

Pedagang-pedagang asing dan Bumiputra di wilayah Indonesia lainnya dilarang keras melakukan pelayaran niaga di wilayah kepulauan Maluku. Sementara di Makassar tidak begitu tegas dan ketat seperti di Maluku dan tetap terbuka bagi pedagang dan pelaut bumiputra. Edward Poelinngomang, op.cit, hlm 16.

Page 4: Poposal pemda.docx

Usaha-usaha yang dilakukan oleh Belanda dihambat kemajuannya

dengan perkembangan politik yang terjadi di abad XIX. Setelah Belanda

menyerang Kerajaan Bone pada tahun 1824-1825 karena penolakan

penguasa Bone atas Perjanjian Bungaya7 yang diperbaharui, perang itu

sendiri tidak menghasilkan keputusan politik. Perkembangan politik yang

terjadi setelah penyerangan itu, telah menimbulkan suasana politik yang

kurang baik, terutama jika dilihat dari sudut pandang ekonomi.

Perkembangan politik yang tidak menentu, dan usaha-usaha yang

dilakukan oleh James Brooke, seorang petualang Inggris yang mencoba

membangun kerjasama perdagangan dengan beberapa kerajaan yang

ada di Sulawesi Selatan, hal itu sangat mengkhawatirkan Belanda dan

tindakan yang lebih keraspun diterapkan. 8

Perkembangan politik yang tidak menentu akhirnya membuat

Pemerintah Hindia Belanda memutuskan untuk melakukan ekspedisi

besar-besaran dan Kerajaan Bone dikuasai pada tahun 1905. Kemudian

satu-persatu kerajaan-kerajaan besar lainnya dikuasai, termasuk Kerajaan

Bone9, dan Kerajaan Gowa10

7 Perjanjian Bongaya di tanda tangani 18 November 1667, di mana kekuasaan Makasar atas Celebes akhirnya dihancurkan.

8 La Side Dg Tapala, Zaman Kebangkitan Nasional Sulawesi Selatan 1900-1942, Ujung Pandang, Proyek, Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1977/1978, hlm.110

9Dalam sejarah panjang daerah ini, Kerajaan Bone dan Gowa, meskipun dalam hal-hal tertentu sering timbul konflik yang berakhir dengan peperangan Namun harus pula diakui bahwa secara tradisional kedua kerajaan ini memiliki ikatan eneologis yang sangat dekat dan antara kedua kerajaan ini telah terjalin ikatan geneologis yang dirintis oleh Arung Palakka pada akhir abad XVII. terjalin hubungan yang demikian erat. Elite bangsawan Bone dan Gowa sudah begitu erat sehingga arus hati-hati dalam memberi setiap kesempatan yang dapat mengancam keberadaan Belanda. Lihat Suriadi Mappangara, SULSEL, Dimensi Sosial-Budaya Untuk Pariwisata, Kerjasama Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dengan Universitas Hasanuddin 2008, hlm. 285.

Page 5: Poposal pemda.docx

Pada tahun 1905 Belanda melakukan satu ekspedisi bersenjata ke

Sulawesi Selatan. Pemerintah Hindia Belanda memutuskan untuk

menguasai Sulawesi Selatan. Pada tahun 1906 hampir dapat dikatakan

seluruh kerajaan-kerajaan yang ada di Sulawesi Selatan sudah jatuh di

bawah kekuasaan Belanda dan akhirnya pada tahun 1911 Gowa

diletakkan di bawah pemerintahan langsung. Setelah kekalahan Gowa,

Belanda mengulangi pola penyerahan lahan subur kepada sekutu yang

menggunakan para budak dan pengikutnya untuk menggarap tanah-tanah

produksi dan para Karaeng atau para bangsawan lokal menyerahkan

sebagian panen beras kepada Belanda.11

Perkembangan politik yang terjadi selanjutnya memaksa Belanda

untuk mengubah kebijakan ekonominya, terutama dalam bidang

perdagangan hasil komoditi-komoditi yang ada di Sulawsi Selatan.

Pemerintah Hindia Belanda juga dapat memperluas pengaruhnya

terhadap kerajaan-kerajaan yang berdaulat di wilayah ini, sehingga dapat

mencegah keinginan dari negara-negara asing yang bergiat melakukan

10Sebelum Kerajaan Gowa ditaklukan oleh Imperialisme Belanda pada tahun 1667, Pelabuhan Makassar merupakan pelabuhan bebas. Sesudah Belanda berkuasa, Pelabuhan Makassar dinyatakan kembali sebagai pelabuhan bebas setelah tanggal 1 Januari 1847 dan pada saat itu peranan bandar Makassar lebih penting lagi, setelah terjadi penaklukan dan penghancuran kota pantai di Jawa oleh Mataram, banyak saudagar-saudagar pindah secara besar-besaran ke Makassar. Lihat, Mukhlis Paeni, Mobilitas Sosial kota Makassar 1900-1950, Jakarta, Depaertemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1984, hlm. 61.

11Satu-satunya perhatian penting pada Makassar adalah perdagangan pantai beras Maros di Utara serta Takalar di Selatan. Daerah ini terbuka bagi suatu produksi berukuran besar selama kemunculan Kerajaan Gowa pada abad XVI, dan telah lama menarik kapal yang mencari beras sebagai muatan bagi Maluku ataupun sebagai barang dagangan, lihat. BKI, tahun 2000, jilid 156 dan lihat juga, Shuterheim, Frank Broze (ed), “Brides of the Sea Port of Asia from 16th-20th Centuries”Australia: New South Wales, University Press National Liibrary of Australia, 1989, hlm. 106-107

Page 6: Poposal pemda.docx

perdagangan ke Asia Tenggara untuk menjalin hubungan kekuasaan

dengan kerajaan-kerajaan itu. 12 Tetapi perhatian Pemerintah Hindia

Belanda yang lebih besar pada Pulau Jawa, membuat Pemerintah tidak

dapat secara objektif dalam melihat potensi besar yang dimiliki oleh

daerah-daerah, terutama di wilayah Timur Indonesia.

Perkembangan Makassar meningkat setelah sebagai kota dagang

dan kota yang berfungsi sebagai Pusat Pemerintahan Belanda di

Sulawesi pada khususnya dan kawasan timur nusantara pada umumnya

sesudah kejatuhan Gowa.13 Menurut laporan tahun 1915, rata-rata setiap

tahun sekitar 30-40 pedewakang (perahu besar) dan membawa produksi

sekitar 70-80 koyang atau 120-150 ton dari berbagai komoditi seperti

beras dan kopra. Di Makassar orang membeli beras yang kemudian

diperdagangkan ke Maluku dan sekembalinya mereka banyak membawa

pala, lada, dan berbagai hasil-hasil laut. Para pedagang-pedagang itu juga

bekerja sama dengan perahu-perahu Cina.14.

Hubungan-hubungan dagang Makassar dengan dunia luar cukup

terlihat dengan jelas sejak pada abad ke 19, Makassar memiliki fungsi

yang sangat penting dalam perdagangan komoditi. Dari Makassar

komoditi-komoditi dikapalkan ke daerah lainnya dan hubungan-hubungan

itu telah melahirkan kontak dagang dengan dunia luar dan sekaligus

menciptakan lalu lintas penting di Makassar. Politik perluasan hubungan

perdagangan ini berhasil mewujudkan tujuan untuk menempatkan

Makassar sebagai satu-satunya pusat perdagangan di wilayah itu.

12Jaarverslag van de handelsvereeninging Makassar Exporteurs Vereeniging Makassar 1905-1938, Kamer van Koophandel en nijverheid te Makassar Jaarverslag 1905-1940.

13 Mukhlis.op.cit, hal 9

14ANRI, Arsip Makassar No 291/81: Schinne,”Verslag van de Havenmeester Makassar ” Ukuran berat koyang bervariasi, di Batavia satu koyang sama dengan 27 pikul, sementara di Semarang 28 pikul dan di Surabaya 30 pikul. berat satu ton sama dengan 16 pikul, sehingga satu koyang sekitar 1,75 ton.

Page 7: Poposal pemda.docx

Pedagang dan pelaut Bugis, Makassar, Selayar, Melayu yang melakukan

pelayaran niaga menjadikan Makassar sebagai pasar produksi mereka.

Oleh karena itu Makassar tampil sebagai pusat perdagangan bagi daerah

produksi dan menjalin hubungan dengan para pedagang-pedagang

lainnya yang berada dibagian timur, selatan, barat dan utara. 15

Kerjasama perdagangan itu mengembirakan karena memberikan

jalan pedagang dan pelaut bumiputra mempererat hubungan niaga

diantara mereka. Dengan demikian Makassar semakin pesat menjadi titik

pusat persebaran pelayaran niaga penduduk antar pulau Indonesia Timur.

Bila dibandingkan dengan keadaan sebelum abad ke-20, maka tampak

bahwa terjadi peningkatan kunjungan pedagang-pedagang bumiputra di

Makassar. Meskipun demikian kedudukan Makassar belum berubah,

masih tetap berkedudukan sebagai pasar untuk pertukaran komoditi atau

transaksi bagi pedagang, pelaut, dan nelayan yang mengunjunginya.16

Komoditi yang dibawa penduduk pribumi, tampak jauh lebih banyak dari

pada yang ingin dibeli atau diperoleh, atau dengan kata lain penawaran

lebih banyak dari pada permintaan.17

Dalam bidang ekonomi orang-orang pribumi khususnya Bugis dan

Makassar memiliki sifat khas yang pada umumnya merasa terikat dengan

perdagangan, merasa berkembang bagi hubungan ekonomi dan berusaha

15Permulaan abad 16 diberitakan bahwa pedagang-pedagang dari kepulauan Makassar datang ke Malaka dengan membawa beras dan sedikit emas. Maka dalam hubungan niaga ini dinyatakan setiap tahun diekspor beras dan rempah-rempah di Malaka. Demikian juga dengan pusat niaga dan daerah produksi lainnya seperti Banten, Surabaya, Sumbawa Bima, Endeh, Alor, pelabuhan-pelabuhan Maluku, Banjarmasin, pelabuhan-pelabuhan di philipina dan lainnya. Lihat, Edward Poelinngomang, Proteksi dan Perdagangan Bebas, Kajian Tentang Perdagangan Makassar Pada Abad Ke-19, (Desertasi), Leiden,1991, hlm 29

16Andaya, L.Y. 1991’ Local Trade Networks in Maluku in The 16th, 17th and 18th Centuries, Cakalele (II) 2, hlm. 17-20.

17J.Noorduyn, The Wajorese Merchant Community in Makassar. BKI, tahun 2000, jilid 156.

Page 8: Poposal pemda.docx

memanfaatkan kondisi yang menguntungkan. Tidak diragukan lagi bahwa

perdagangan kecil berkembang baik dan juga dalam perdagangan besar

nampak terwakili untuk Indonesia. Sejak akhir tahun 1930an atau awal

tahun 40-an telah berdiri organisasi-organisasi perkumpulan dagang yang

dipelopori oleh orang-orang Bugis Makassar sendiri. Khususnya di Wajo,

Soppeng, dan Bone Utara dijumpai banyak pedagang besar Indonesia

yang memiliki hubungan sangat luas di dalam dan dibelakang kerajaan.

Sejak dahulu daerah disekitar Danau Tempe merupakan pusat

perdagangan, para pedagang dari Welado dan Ujung.18

Dominasi pedagang-pedagang Bugis Makassar dalam

perdagangan hasil bumi tampaknya masih sangat sulit begeser tangan

kekelompok etnik lainnya. Hal ini disebabkan jaringan usaha itu umumnya

mengikuti jalur kekerabatan. Akan tetapi dalam bidang perdagangan

umum diluar perdagangan hasil bumi dominasi orang Bugis rupanya sulit

bertahan, sementara organisasi perniagaan sudah memasuki tingkat yang

lebih modern yang merupakan tantangan berat yang bagi usahawan Bugis

Makassar yang umumnya masih memutar modalnya dalam gerak

spekulasi yang sangat tergantung pada situasi yang untung-untungan.

Dengan demikian tidak mengherankan jika selepas tahun 1950-an

perdagangan di luar hasil bumi jatuh ke tangan orang Cina, sampai

sekarang.19

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian mengenai sejarah ekonomi Indonesia menarik untuk

dikaji terlebih bagi daerah-daerah yang berada di luar Pulau Jawa,

18Bone Utara, dengan banyak agennya yang berkeliling melalui Sulawesi dengan berbagai barang dagangan telah dikenal. Sejak tahun 1700 di Wajo orang memiliki khas daerah dimana rata-rata pedagang bisa memperoleh modal dengan syarat-syarat yang menguntungkan, dibawah Aru Matoa Lasare Aru Kampiri. Lihat Tijdschrift van Het kononklijk Nederlandsch, Aardrijkskundundig Genootschap, Deel LII, 1935, hlm. 74-75

19 Mukhlis Paeni, op. cit. hlm. 97-98

Page 9: Poposal pemda.docx

terutama sejak masuknya faham liberal pada akhir abad XIX. Salah satu

daerah yang dianggap menguntungkan adalah wilayah Sulawesi,

khususnya Sulawesi Selatan. Daerah Sulawesi Selatan secara ekologis

dan demografis mendukung bagi penerapan kebijakan itu. Selain itu,

Sulawesi juga memiliki fasilitas pelabuhan yang memadai untuk

kepentingan ekspor, sehingga pengembangan beberapa komoditi ekspor

di Sulawesi Selatan terus digalakkan khususnya komoditi-komoditi

ekspor.20. Proses produksi dan perdagangan di Sulawesi Selatan

mengalami fluktuasi sehingga berpengaruh pada petani.21

Thomas Lindblad melihat bahwa ekonomi luar meningkat pesat

pada awal abad XX, itu semua disebabkan oleh terintegrasinya dengan

pasar dunia. Menurutnya bahwa pengaruh integrasi ekonomi luar Jawa

dengan pasar dunia, jauh lebih kuat bila dibandingkan dengan integrasi

ekonomi antara pulau di wilayah Hindia Belanda. Thomas menambahkan

bahwa ada tiga faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi pada

waktu itu, Pertama, cepatnya pertumbuhan penduduk pribumi, kedua

tingginya ekspor perkapita dan yang ketiga kuatnya hubungan ekspor dan

impor.22

Di luar Jawa terbukti betapa kecilnya perhatian pemerintah raja-raja

dalam memajukan kesejahteraan daerahnya. Memang pemerintahan

mereka telah memahami keuntungan yang mucul dari perdagangan,

namun mereka mengambil sebagian atau memungut pajak yang jadi

penghasilan langsung bagi raja dan kaum bangsawan daerah ini. Namun

20 F.A.M. Husken, Negara dan Petani di Jawa, Sebuah Perbandingan Tiga Zaman, (Universiteit van Amsterdam, 1982), hlm 3.

21 J.H. Boeke, The Structure of Netherlands Indies Economy, ( New York: Institute of Pasific Relations 1942), hlm.112, P. Creutzberg, Het Economisch Beleid in Nederlansch-Indie, tweede stuk, (H.D Tjeenk Willink BV/Groningen, 1974), hlm.171.

22 J.Th. Lindblad, Het Belang van de Buitengewesten: Economische Expansie en Koloniale Staatsvorming in de Buitengewesten van Nederlands-Indie, 1870-1942, Amsterdam : Neha 1989.

Page 10: Poposal pemda.docx

mereka hanya sedikit sekali menerima penghasilan yang dinikmati oleh

penduduk dari pertanian dan perdagangan.

Pada pemerintahan raja-raja lama, tidak mengambil langkah yang

mudah untuk memajukan hasil panen yang tidak pasti perkembangannya.

Kekurangan hasil panen ini tidak menunjukkan intensifikasi dan semakin

besar pengaruh pemerintah Belanda di daerah luar Jawa, semakin banyak

orang melihat pejabat disibukkan dengan pemungutan atas tanaman padi.

Namun perhatian oleh pemerintah merupakan hal yang baru bagi

penduduk, yang sejak beberapa generasi diserahkan nasibnya pada

penghasilan kecil.

Secara garis besar studi ini akan mengkaji tentang jaringan dan

perdagangan di Sulawesi Selatan pada tahun 1906-1930. Cakupan

wilayah penelitian adalah wilayah Sulawesi bagian Selatan dan

sekitarnya,

Dalam perspektif tahun 1906, ini menjadi penting bagi sejarah

Sulawesi Selatan jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Selain itu

tahun 1906 menarik untuk dijadikan penelitian ini karena tahun ini untuk

pertama kalinya Belanda dapat menanamkan kekuasaannya secara resmi

menguasai seluruh Sulawesi Selatan secara langsung. Pada awalnya

dalam kebijakan politik, Belanda masih malu-malu untuk melakukan

penguasaan secara langsung kini mulai dikaji kembali. Pemerintah Hindia

Belanda merasa perlu untuk mengambil tindakan secepatnya, walaupun

diketahui bahwa tindakan itu dapat dikatakan sudah sangat terlambat.23

Batas waktu temporalnya pada tahun 1930 adalah dasar

pertimbangan bahwa diimana tahun 1930-an adalah kemerosotan

ekonomi dimana terjadi krisis ekonomi. Tahun 1930 terjadi penurunan

penghasilan dari perdaganagn ekspor impor dan terjadi depresi golden.

23 Apa yang dilakukan oleh Belanda di awal abad ke-20, dapat dianggap adanya rasa kekhawatiran pihak Belanda akan kemungkinan terlibatnya bangsa Eropah lainnya. Kebijakan Belanda untuk memulai penaklukan atas kerajaan-kerajaan yang berada diluar Pulau Jawa dipercepat ketika Gubernur Jendral Van Heuts diangkat menjadi Gubernur Jendral Belanda.

Page 11: Poposal pemda.docx

Ada beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam tulisan ini,

antara lain:

1. Faktor-faktor apa yang menunjang perkembangan ekonomi dan

bagaimana jaringan perdagangan di Sulawesi bagian Selatan?

2. Mengapa penguasa sangat dominan terhadap jaringan perdagangan di

Sulawesi Selatan ?

3. Bagaimana hubungan jaringan-jaringan perdagangan pada

pelabuhan-pelabuhan yang ada di jazirah selatan seperti, pelabuhan di

Buton, Kolaka Palima, Sinjai dan Selayar.

4. Apa yang terjadi dalam perdagangan pada masa krisis ekonomi pada

tahun 1930-an?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan daripada penelitian ini untuk mengetahui sejauh mana

perdagangan di Sulawesi bagian Selatan pada masa Sulawesi Selatan

dalam penguasaan Pemerintahan Hindia Belanda sampai terjadinya krisis

ekonomi pada tahun 1930-an di Sulawesi bagian Selatan. Penelitian ini

memiliki beberapa tujuan yaitu:

Pertama memberikan gambaran mengenai Jaringan Perdagangan

di Sulawesi Selatan.

Kedua memperkuat pandangan tentang terlibatnya para elit politik

dan pengaruhnya pada ekonomi perdagangan dan pajak yang berlaku di

Sulawesi Selatan.

Ketiga bagaimana kegiatan ekspor impor, tenaga kerja, pedagang

perantara dan dalam perdagangan yang berkaitan dengan tersebut diatas

penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan, pelayaran KPM dan hubungan

antara pulau dengan pulau lain pada masa depresi.

D. Landasan Teori

Page 12: Poposal pemda.docx

Menurut Karl Marx, setiap masyarakat, apapun tahap

perkembangan historisnya, berada pada landasan ekonomi. Marx

menyebut ini “mode produksi” dari komoditi-komoditi dan mode produksi

itu mempunyai dua komponen. Pertama adalah “kekuatan produksi” atau

pengaturan fisik dan teknologi dari kegiatan ekonomi. Kedua, adalah

hubungan-hubungan sosial dari produksi, atau kelengkapan mutlak

manusia bahwa orang-orang itu harus berhubungan satu sama lain dalam

melaksanakan kegiatan ekonomi ini. Selanjutnya Marx mengasumsikan

hubungan antara kekuatan ekonomi dengan kekuatan politik bahwa kelas

kapitalis itu memiliki akses pada kekuasaan, karena posisinya dalam

struktur ekonomi, ia memiliki alat-alat produksi dan membeli jasa-jasa

buruh. Sebaliknya buruh hanya memiliki tenaga kerja untuk di jual dan

hanya upah yang diterimanya sebagai imbalan.24

Marx mempunyai pandangan yang kompleks tentang hubungan

antara kekuatan ekonomi dan politik. Dalam tahap vital perkembangan

suatu sistem ekonomi, pengaturan politik mendukung pengaturan

ekonomi, dalam tahap degenerasi, kekuatan ekonomi dan politik saling

bertentangan dan konflik ini akhirnya membawa kepada kehancuran

sistem politik itu dan kemudian kehancuran sistem ekonominya. Pada

setiap waktu hubungan fungsional antara kekuatan ekonomi dan politik itu

bergantung pada tahap perkembangan masyarakat tersebut.25

Adapun rencana artikel yang akan dipublikasikan sebagai berikut :

No Jenis Publikasi Judul PublikasiNama Jurnal/

Seminar

1 Desertasi S3 Jaringan Perdagangan dan

Integrasi Ekonomi:

Humaniora, UGM

24 Neil J. Smelser, The Sociology of Economic Life, Prentice- Hall, INC, Englewood Cliffs, New Jersey, 1963, hlm. 7-8.

25 Peter Burke,Sejarah dan Teori Sosial, Jakarta;Yayasan Obor Indonesia, 2003, hlm. 98-102.

Page 13: Poposal pemda.docx

Sejarah Ekonomi Sulawesi

Bagian Selatan 1906-1930

VI. JADWAL PENELITIAN

No KegiatanWaktu (Bulan Ke…..)

1 2 3 4 5 6 7 81 Pengumpulan

Data                                   

2 Pengolahan Data                                    

3 Analisis Data                                    4 Interprestasi &

Kesimpulan                                   

5 Penyusunan Laporan

                               

6 Seminar                                    7 Penyusunan

Laporan Akhir Penelitian

                                   

VII. PERSONALIA

NoNama Lengkap

dan gelarPosisi dalam

KegiatanGol-Pangkat NIP/NIDN

JabatanBidang

keahlianAlokasi Waktu

1 Dra. Nahdia Nur. M.Hum.

Peneliti Utama III/c 132215512

Asisten Ahli

Sejarah6

VIII. PEMBIAYAAN

Rekapitulasi biaya yang diusulkan

No Uraian Jumlah (Rp)1 Upah Terjemahan 10.850.000,002 Bahan Habis Pakai 4.750.000,003 Peralatan 4.850.000,004 Perjalanan 21.400.000,005 Lain-lain 5.750.000,000

Page 14: Poposal pemda.docx

Jumlah Biaya 47.600.000,00

BIODATA PENGUSUL PENELITIAN UNTUK MAHASISWA DOKTOR

I. IDENTITAS DIRI

1.1 Nama Lengkap Dra. Nahdia Nur, M.Hum

1.2 Jabatan Fungsional Asisten Ahli/IIIc

1.3 NIDN 132215512

1.4 Tempat dan Tanggal

Lahir

Ujung Pandang, 21 Maret 1965

1.5 Alamat rumah Komp.Dosen. Unhas Blok Gb./1. Tamalanrea,

Makassar

1.6 Nomor Telepon -

1.7 Nomor HP 081355385000

1.8 Alamat Kantor Kampus Universitas Hasanuddin. Jln. Perintis

Kemerdekaan, Tamalanrea. Km. 10

1.9 Nomor Telepon

Kantor

0411 587900

1.10 Alamat Email Email. [email protected]

II. PENDIDIKAN

II.1. Program S1 S2 S3

2.2. Nama PT UNHAS UGM UGM

2.3. Bidang Ilmu Sejarah dan Arkeologi Sejarah Sejarah

2.4. Tahun Masuk 1985 1999 2009

1.5. Tahun Lulus 1991 2003 Sementara

1.6. Judul Skripsi/

Tesis

S1 : Arsitektur Makam Sultan

Hasanuddin di Katangka

Gowa

S2 : Pemasaran dan

Page 15: Poposal pemda.docx

Perdagangan Beras di

Sulawesi Selatan 1900-

1943

S3 : Jaringan Perdagangan di

jasirah Selatan

1.7. Nama

Pembimbing /

Promotor

S1 : Dra. Ida Harun.

S2 : Prof. Dr. Bambang Purwanto,

MA.

S3 :

1. Prof. Djoko Suryo. MA

2. Prof. Dr. Bambang Purwanto.

M.A

III. PENGALAMAN PENELITIAN (bukan skripsi maupun tesis)

No Tahun Judul Penelitian Jurnal/ Buku

1 2008

2 2009

3 2010

4 2011

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar

dan dapat dipertanggung jawabkan secara hukum dan apabila dikemudian hari

ternyata ditemukan ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya siap di proses sesuai

dengan hukum yang berlaku.

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi

persyaratan sebagai syarat pengajuan hibah penelitian Disertasi Doktor

Page 16: Poposal pemda.docx

Yogyakarta, 16 Januari 2012

Pengusul

Dra. Nahdia Nur, M.Hum

NIDN: 132215512

Lampiran 2

JUSTIFIKASI ANGGARAN

Justifikasi anggaran berisi rincian biaya kegiatan (dalam ribuan) :

Rekapitulasi biaya yang diusulkan

No. Uraian Jumlah (Rp)1 Upah Terjemahan Bhs Belanda 10.850.000,002 Bahan Habis Pakai 4.750.000,003 Peralatan 4.850.000,004 Perjalanan 21.400.000,005 Lain-lain 5.750.000,00

  Jumah Biaya 47.600.000,00

Page 17: Poposal pemda.docx

1. BAHAN HABIS PAKAI

No.

Bahan VolumeBiaya

Satuan (Rp)Biaya(Rp)

1 Kertas HVS A4 Sinar Dunia 20 rim 30.000,00 600.000,002 Tinta Komputer Canon IP – 1600 6 unit 180.000,00 1.080.000,0

03 Tip-ex 6 buah 7.000,00 42.000,004 Foto Kopi bahan dan buku

pustaka1 1.500.000,0

01.500.000,0

05 Buku Bergaris paniang 6 pak 12.500,00 60.000,006 Buku Bergaris 6 pak 25.000,00 150.000,007 Disket Komputer 6 pak 52.500,00 315.000,008 Polpen 6 pak 15.000,00 90.000,009 Kaset Tape Recoder 60 biji 7.000,00 420.000,0010 Batu baterai 120 biji 1.500,00 180.000,0011 Cutter 6 buah 7.500,00 45.000,0012 Kertas Manila 60 Imbr 4.000,00 240.000,0013 Isi Staples 6 dos 1.000,00 6.000,0014 Box file dokumen 18 buah 20.000,00 360.000,0015 Penjepit kertas 6 buah 1.500,00 9.000,0016 Lak Ban 6 gulung 7.500,00 45.000,0017 Gunting pemotong 6 buah 7.000,00 42.000,0018 Kaset Video 18 biji 50.000,00 900.000,0019 Plastik transparasi 3 pak 52.500,00 157.500,0020 Kertas Folio 6 rim 35.000,00 210.000,0021 Penggaris 6 buah 4.500,00 27.000,0022 Penghapus pensil 6 pak 10.250,00 61.500,0023 Spidol besar 18 buah 7.000,00 126.000,0024 Pensil 6 pak 14.000,00 84.000,00

Jumlah Biaya 4.750.000,00

2. PERALATAN

No.

Bahan VolumeBiaya Satuan

(Rp)Biaya(Rp)

1 Sewa Lap top 1 unit x 7 bln 350.000,00 2.450.000,002 Sewa Kamera video 1 unit x 6 bln 250.000,00 1.500.000,003 Sewa Kamera foto 1 unit x 6 bln 100.000,00 600.000,004 Sewa Tape recorder 1 unit x 6 bln 50.000,00 300.000,00

  Jumlah Biaya 4.850.000,00

Page 18: Poposal pemda.docx

3. PERJALANAN

No. Tujuan VolumeBiaya Satuan

(Rp)Biaya(Rp)

1 Transportasi Makassar- Jkt 1 org x 4 3.000.000,00 12.000.000,002 Transportasi Kdi - Bau-Bau 3 org x 3 400.000,00 2.400.000,003 Transportasi BB –

Mawasangka1 org x 2 200.000,00 4.00.000,00

1 Lumpsum selama di Kendari 1 org x 7 hari 200.000,00 1.400.000,002 Lumpsum di Bau-Bau 3 org x 3 hari 200.000,00 1.800.000,003 Lumpsum di Mawasangka 1 org x 5 hari 200.000,00 1.000.000,004 Lumpsum di Muna 1 org x 7 hari 200.000,00 1.400.000,00

Jumlah Biaya 21.400.000,00

4. LAIN-LAIN

No.

Uraian Kegiatan VolumeBiaya Satuan

(Rp)Biaya(Rp)

1 Cuci cetak film     500.000,002 Voucher isi ulang 18 50.000,00 900.000,003 Publikasi Ilmiah   750.000,004 Foto copy bahan seminar 1 750.000,00 750.000,005 Seminar hasil penilaian 1 1.500.000,00 1.500.000,006 Jaminan/ Konsumsi rapat 100 15.000,00 1.500.000,00

Jumlah   5.750.000,00