Bab I, II, III Poposal

50
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan suatu bahan kajian yang memiliki objek abstrak dan dibangun melalui proses penalaran dedukatif, yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sudah diterima, sehingga keterkaitan antar konsep dalam matematika bersifat sangat kuat dan jelas. Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari Sekolah Dasar (SD) yang berumur berkisar antara 6 atau 7 tahun, sampai 12 tahun atau 13 tahun. Menurut piaget, anak-anak berada fase operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase operasional konkret. 1 Pembelajaran matematika di sekolah dasar merupakan basic atau dasar yang sangat penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Matematika berfungsi sebagai pengembang kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan-bilangan, simbol-simbol serta ketajaman penalaran yang dapat membantu memperjelas dan mempermudah menyelesaikan permasalahan yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Lebih lanjut pada jenjang sekolah dasar ini diutamakan agar siswa mengenal, memahami serta 1 Heruman. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar (bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007) , 1.

Transcript of Bab I, II, III Poposal

Page 1: Bab I, II, III Poposal

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan suatu bahan kajian yang memiliki objek abstrak

dan dibangun melalui proses penalaran dedukatif, yaitu kebenaran suatu

konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sudah

diterima, sehingga keterkaitan antar konsep dalam matematika bersifat

sangat kuat dan jelas. Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada

semua siswa mulai dari Sekolah Dasar (SD) yang berumur berkisar antara 6

atau 7 tahun, sampai 12 tahun atau 13 tahun. Menurut piaget, anak-anak

berada fase operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase

operasional konkret.1

Pembelajaran matematika di sekolah dasar merupakan basic atau dasar

yang sangat penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Matematika

berfungsi sebagai pengembang kemampuan berkomunikasi dengan

menggunakan bilangan-bilangan, simbol-simbol serta ketajaman penalaran

yang dapat membantu memperjelas dan mempermudah menyelesaikan

permasalahan yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Lebih lanjut pada

jenjang sekolah dasar ini diutamakan agar siswa mengenal, memahami serta

1 Heruman. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar (bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2007) , 1.

Page 2: Bab I, II, III Poposal

2

mahir menggunakan bilangan dalam kaitannya dengan kehidupan sehari-

hari.2

Fungsi matematika adalah mengembangkan kemampuan berhitung,

mengukur, menurunkan rumus, dan menggunakan rumus yang diperlukan

dalam kehidupan sehari-hari melalui pengukuran dan geometri, aljabar,

peluang dan statistika, kalkulus dan trigonometri.3

Dari uraian di atas menunjukkan bahwa tujuan diberikannya

matematika di sekolah adalah kita dapat melihat bahwa matematika sekolah

memegang peranan sangat penting. Anak didik memerlukan matematika

untuk memenuhi kebutuhan praktis dan memecahkan masalah dalam

kehidupan sehari-hari. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan siswa/siswi

dari pembelajaran matematika, diantaranya :

1. Dapat berhitung,

2. Dapat menghitung isi dan berat,

3. Dapat mengumpulkan,

4. Dapat mengolah data,

5. Dapat menyajikan data,

6. Dapat menafsirkan data dan

7. Dapat menggunakan kalkulator dan komputer.

Sebagai warga negara Indonesia yang berhak mendapatkan pendidikan

seperti yang tertuang dalam UUD 1945, tentunya harus memiliki

pengetahuan umum minimum. Pengetahuan minimum itu diantaranya adalah

2 Saepul A, Kusaeri dkk, Pembelajaran Matematika I, (Surabaya: LAPIS PGMI, 2008), 6. 3 Depdiknas. Standar Kompetensi Matematika.

Page 3: Bab I, II, III Poposal

3

matematika. Oleh sebab itu, matematika sekolah sangat berarti baik bagi para

siswa yang melanjutkan studi maupun yang tidak.

Bagi mereka yang tidak melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih

tinggi, matematika dapat digunakan dalam berdagang dan berbelanja, dapat

berkomunikasi melalui tulisan/gambar seperti membaca grafik dan

persentase, dapat membuat catatan-catatan dengan angka, dan lain-lain.

Kalau diperhatikan pada berbagai media massa, seringkali informasi

disajikan dalam bentuk persen, tabel, bahkan dalam bentuk diagram. Dengan

demikian, agar orang dapat memperoleh informasi yang benar dari apa yang

dibacanya itu, mereka harus memiliki pengetahuan mengenai persen, cara

membaca tabel, dan juga diagram. Dalam hal inilah matematika memberikan

peran pentingnya.

Jadi pada dasarnya matematika sangat bermanfaat bagi kehidupan

sehari-hari, seperti halnya pada KD 4.3. Menentukan nilai tempat puluhan

dan ratusan. Dalam matematika, nilai tempat bilangan cacah perlu dipahami

oleh peserta didik terutama untuk menuliskan lambang bilangan. Nilai tempat

juga berguna untuk penamaan, pembandingan, pembulatan bilangan,

memahami algoritma penjumlahan, pengurangan, perkalian dan

pembagian.4

Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara peneliti dengan guru

Matematika di MI Tarbiyatul Athfal Gresik kelas II semester I

memperlihatkan bahwa penguasaan mata pelajaran matematika pada

4 Tridayat, BSE Matematika 2. (Jakarta : Pusat perbukuan, 2009), 22.

Page 4: Bab I, II, III Poposal

4

Kompetensi Dasar 4.3. Menentukan nilai tempat puluhan dan satuan masih

rendah. Rendahnya penguasaan siswa terhadap materi nilai tempat

ditunjukkan dengan hasil Uji Kompetensi 4.3, dimana diperoleh data dari 36

siswa yang mendapat nilai 75 keatas baru 10 siswa, sedangkan 26 siswa

memperoleh nilai kurang dari 75. Itu berarti tingkat keberhasilannya masih

4,0%.5

Dalam hal ini penyebab rendahnya hasil belajar siswa dalam

pembelajaran matematika di MI Tarbiyatul Athfal Gresik adalah guru ketika

mengajar matematika terkait materi nilai tempat masih kurang dalam

penggunaan media pembelajaran. Dalam hal ini guru ketika mengajar

hanya menggunakan contoh yang abstrak saja tanpa menggunakan contoh

konkret, sehingga siswa sangat kesulitan untuk memahami dan mengerti

tentang apa yang menjadi tujuan yang harus dicapai.

Melihat keadaan tersebut, peneliti ingin meningkatkan hasil belajar

siswa pada mata pelajaran Matematika terkait materi nilai tempat dengan

menggunakan media sedotan (Drinking Straws) dan kantong bilangan.

Media ini diharapkan dapat memberikan solusi bagi siswa yang kurang

memahami dalam materi nilai tempat.

Penggunaan media yang baik adalah media yang dapat

mengefektifkan dan mengefesienkan pembelajaran. Salah satunya adalah

menggunakan media sedotan (Drinking Straws) dan kantong bilangan,

5 Sumber: Dokumen Data Kelas 2 Semester I, MI Tarbiyatul Athfal Gresik.

Page 5: Bab I, II, III Poposal

5

sehingga siswa tidak mudah cepat bosan, dan media yang sangat efektif yang

membantu siswa untuk mencapai tujuan yang diinginkan.6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang

diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana hasil belajar matematika siswa kelas II MI Tarbiyatul Athfal

Gresik sebelum diberi tindakan?

2. Bagaimana penerapan media sedotan (Drinking Straws) dan kantong

bilangan dalam meningkatkan hasil belajar matematika kelas II di MI

Tarbiyatul Athfal Gresik?

3. Bagaimana peningkatan hasil belajar matematika kelas II materi nilai

tempat dengan media sedotan (Drinking Straws) dan kantong bilangan di

MI Tarbiyatul Athfal Gresik ?

C. Tindakan yang dipilih

Tindakan yang dipilih untuk meningkatkan hasil belajar matematika

materi nilai tempat tersebut adalah dengan menggunakan media sedotan

(Drinking Straws) dan kantong bilangan. Penggunaan media sedotan

(Drinking Straws) dan kantong bilangan ini, dikarenakan dapat

mempermudah peserta didik dalam memahami materi operasi hitung dalam

matematika.

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian sebagai berikut:

6 Abd. Wahab Rosyidi dan Mamlu’atul Ni’mah, Memahami Konsep Dasar Pembelajaran Bahasa

Arab. (Malang: UIN-Maliki Press, 2011), 79.

Page 6: Bab I, II, III Poposal

6

1. Untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa kelas II MI Tarbiyatul

Athfal Gresik sebelum diberi tindakan.

2. Untuk mendeskripsikan penerapan media sedotan (Drinking Straws) dan

kantong bilangan dalam meningkatkan hasil belajar matematika kelas II

di MI Tarbiyatul Athfal Gresik.

3. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar matematika kelas II materi

nilai tempat dengan media sedotan (Drinking Straws) dan kantong

bilangan di MI Tarbiyatul Athfal Gresik.

E. Lingkup Penelitian

Agar penelitian ini bisa tuntas dan terfokus, sehingga hasil

penelitiannya akurat, permasalahan tersebut di atas akan dibatasi pada hal-hal

tersebut dibawah ini :

1) Subjek penelitian adalah pada siswa kelas II MI Tarbiyatul Athfal Gresik

semester I tahun ajaran 2013/2014, karena kelas ini terdapat kesulitan

pada mata pelajaran matematika terutama pada paningkatan hasil belajar

matematika pada materi nilai tempat. PTK ini dilakukan sebanyak 2

Siklus atau 2 Pertemuan @2 jam pelajaran (2 RPP).

2) Penelitian ini difokuskan pada mata pelajaran matematika kelas II

Semester I, dengan Kompetensi Dasar 4.3. Menentukan nilai tempat

puluhan dan satuan.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Page 7: Bab I, II, III Poposal

7

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah sebagai acuan bagi penulis lain

dalam menyusun karya ilmiah mengenai penggunaan media sedotan

(Drinking Straws) dan kantong bilangan untuk meningkatkan hasil belajar

matematika materi nilai tempat pada siswa kelas II MI.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

1) Dapat meningkatkan keprofesionalan peneliti dalam mengajar.

2) Peneliti dapat berbagi media dalam mengajar, terutama media

sedotan (Drinking Straws) dan kantong bilangan dalam

mengajarkan materi nilai tempat.

3) Memudahkan peneliti dalam menyampaikan materi pelajaran

karena menggunakan media pembelajaran.

b. Bagi Siswa

1) Dapat meningkatkan penguasaan materi nilai tempat.

2) Dapat memudahkan siswa dalam menerima materi nilai tempat

karena menggunakan media pembelajaran.

3) Dapat berinteraksi dengan pasangan diskusinya dan bekerjasama

dengan baik.

c. Bagi Sekolah

1) Meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah, khususnya mata

pelajaran matematika.

2) Tumbuhnya iklim pembelajaran siswa aktif di sekolah.

3) Tumbuhnya pembelajaran yang menyenangkan di kelas.

Page 8: Bab I, II, III Poposal

8

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Hasil Belajar

1. Teori Hasil Belajar

Belajar pada hakikatnya adalah suatu proses yang kompleks yang

terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi

karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh

karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Salah satu

pertanda bahwa seseorang itu belajar adalah adanya perubahan tingkah

laku pada diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh terjadinya

perubahan pada tingkat pengetahuan, ketrampilan, atau sikapnya.7

Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus

dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya

kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat

ditangkap melalui alat indra. Sedangkan respon yaitu reaksi yang

dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran,

perasaan, atau gerakan dan tindakan.8

Seperti yang dikemukakan oleh Hubermas, bahwa belajar adalah

sesuatu yang akan terjadi jika ada interaksi antara individu dengan

7 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997), 1.

8 Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), 21.

Page 9: Bab I, II, III Poposal

9

lingkungannya. Lingkungan belajar yang dimaksud adalah lingkungan

alam, lingkungan sosial, sebab antara keduanya tidak dapat dipisahkan.9

Adapun hasil belajar menurut Hamalik adalah perubahan tingkah

laku subjek yang meliputi kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor

dalam situasi tertentu berkat pengalamannya berulang-ulang.10

Sedangkan

menurut Abdurrahman, hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh

anak melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan proses dari

seseorang, di mana hasil belajar dipengaruhi oleh inteligensi dan

penguasaan anak tentang materi yang akan dipelajarinya.

Para ahli biasanya merumuskan bahwa hasil belajar secara relatif

bersifat konstan dan berbekas. Dikatakan “secara relatif”, karena ada

kemungkinan suatu hsil belajar ditiadakan atau dihapus dan diganti dengan

hasil yang baru; ada kemungkinan pula suatu hasil terlupakan. Sedangkan

yang di maksud konstan dan berbekas adalah perubahan akibat belajar itu

akan bertahan lama, bahkan sampai taraf tertentu tidak menghilang lagi.

Kemampuan yang diperoleh menjadi milik pribadi yang tidak akan

terhapus begitu saja. Misalnya, orang yang pernah belajar berbahasa

inggris sampai mampu berbicara dengan cukup lancar, tidak akan

mengalami bahwa pada suatu hari kemampuan itu hilang begitu saja.

Sedangkan, kemampuan yang di peroleh dalam hasil belajar itu

digolongkan menjadi kemampuan kognitif yang meliputi pengetahuan dan

pemahaman, kemampuan sensotik-motorik yang meliputi keterampilan

9 Ibid, 73.

10 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta:Bumi Aksara, 1995), 34.

Page 10: Bab I, II, III Poposal

10

melakukan rangkaian gerak-gerik badan dalam urutan tertentu,

kemampuan dinamik-afektif yang meliputi sikap dan nilai, yang meresai

perilaku dan tindakan.11

Penggolongan ini sepadan dengan penggolongan

atas tiga bidang yang dikemukaan oleh Bloom, yaitu belajar kognitif,

belajar sensorik-motorik dan belajar dinamik-afektif yang merupakan

suatu hasil belajar dan mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan

tingkah lakunya.

Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa, hasil belajar

merupakan sebuah perubahan (cara pandang, tingkah laku, dan lain-lain)

yang dihasilkan dari adanya sebuah proses yang disebut pembelajaran.

Seberapa besar perubahan yang dihasilkan akan sangat bergantung pada

proses yang diberikan. Salah satunya dapat diwujudkan dengan

penggunaan metode yang proposional terhadapat aktivitas pebelajar, dan

ketersediaan waktu yang memadai untuk kelangsungan proses

pembelajaran tersebut.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Secara garis besar, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

seorang siswa digolongkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor

eksternal. Menurut Ahmadi faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

adalah:

a. Faktor internal merupakan faktor yang ada dalam diri individu yang

sedang belajar. Faktor internal meliputi: faktor jasmaniah (fisiologi)

11

W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Yogyakarta: Media Abadi, 2004), 57.

Page 11: Bab I, II, III Poposal

11

baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, misalnya

penglihatan, pendengaran, struktur tubuh dan sebagainya. Faktor

psikologis yang terdiri atas faktor intelektif misalnya kecerdasan dan

bakat, serta faktor non-intelektif yaitu unsur-unsur kepribadian

tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi

dan penyesuaian diri. Faktor kematangan fisik maupun psikis.

b. Faktor eksternal adalah faktor dari luar individu. Kedua faktor

tersebut mempunyai arti yang sangat penting dalam rangka membantu

siswa dalam mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya. Dan yang

tergolong dalam faktor eksternal adalah : faktor sosial yang terdiri

atas lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat

dan lingkungan kelompok. Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu

pengetahuan, teknologi dan kesenian. Faktor lingkungan fisik seperti

fasilitas rumah, fasilitas belajar, dan iklim. Faktor lingkungan spiritual

atau keamanan.

3. Ranah-Ranah Pembelajaran

Menurut Bloom, bentuk perilaku sebagai tujuan yang harus

dirumuskan dapat digolongkan ke dalam tiga klasifikasi atau tiga domain

(bidang), yaitu:12

a. Domain kognitif

12 Tim Pengembang MKDP, Kurikulim dan Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), 48.

Page 12: Bab I, II, III Poposal

12

Domain kognitif adalah tujuan pendidikan yang berhubungan

dengan kemampuan intelektual dan kemampuan memecahkan masalah.

Domain kognitif menurut Bloom terdiri dari enam tingkatan, yaitu:

1) Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan (Knowledge) adalah kemampuan mengingat dan

kemampuan mengungkapkan kembali informasi yang sudah

dipelajarinya (recall). yakni mengetahui tentang hal-hal khusus,

peristilahan, fakta-fakta khusus, prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah.

Kemampuan pengetahuan ini merupakan kemampuan taraf yang

paling rendah.

2) Pemahaman (comprehension)

Pemahaman adalah kemampuan untuk memahami suatu

objek atau subjek pembljaran. Kemampuan untuk memahami akan

mungkin terjadi manakala didahului sejumlah pengetahuan

(Knowledge). Oleh sebab itu, pemahaman tingkatannya lebih tinggi

daripada pengetahuan. Pemahaman bukan hanya sekedar mengingat

fakata, tetapi berkenaan dengan kemampuan menjelaskan,

menerangkan, menafsirkan, atau kemampuan menangkap makna

atau arti suatu konsep.

3) Penerapan (aplication)

Penerapan adalah kemampuan untuk menggunakan konsep,

prinsip, prosedur pada situasi tertentu. Kemampuan menerapkan

merupakan tujuan kognitif yang lebih tinggi tingkatannya

Page 13: Bab I, II, III Poposal

13

dibandingkan dengan pengetahuan dan pemahaman. Tujuan ini

berhubungan dengan kemampuan mengaplikasika suatu bahan

pelajaran yang sudah dipelajari seperti teori, rumus-rumus, dalil,

hukum, konsep, ide dan lain sebagainya ke dalam situasi baru yang

konkret.

4) Analisis

Analisis adalah kemampuan menguraikan atau memecah

sustu bahan pelajaran ke dalam bagian-bagian atau unsur-unsur serta

hubungan antar bagian bahan itu. Analisis merupakan tujuan

pembelajaran yang kompleks yang hanya mungkin dipahami dan

dikuasai oleh siswa yang telah dapat menguasai kemampuan

memahami dan menerapkan. Analisis berhubungan dengan

kemampuan nalar.

5) Sintesis

Sintesis adalah kemampuan untuk menghimpun bagian-

bagian ke dalam suatu keseluruhan yang bermakna, seperti

merumuskan tema, rencana atau hubungan abstrak dari berbagai

informasi yang tersedia. Sintesis merupakan kebaikan dari analisis.

Kalau analisisa mampu menguraikan menjadi bagian-bagian, maka

sintesis adalah kemampuan menyimpan unsur atau bagian-bagian

menjadi sesuatu yang utuh.

6) Evaluasi

Page 14: Bab I, II, III Poposal

14

Evaluasi adalah tujuan yang paling tinggi dalam domain

kognitif. Tujuan ini berkenaan dengan kemampuan membuat

penilaian terhadap sesuatu berdasarkan maksud atau kriteria tertentu

serta kemampuan untuk memberikan suatu keputusan dengan

berbagai pertimbangan dan ukuran-ukuran tertentu.

Penguasaan kognitif diukur dengan menggunakan tes lisan dikelas

atau berupa tes tulis. Ranah kognitif juga dapat diukur dengan

menggunakan portofolio.

b. Domain afektif

Domain afektif berkenaan dengan sikap, nilai-nilai, dan apresiasi.

Domain ini merupakan bidang tujuan pendidikan kelanjutan dari domain

kognitif. Domain afektif memiliki tngkatan, yaitu:13

1) Penerimaan

Penerimaan adalah sikap kesadaran atau kepekaan seseorang

terhadap gejala, kondisi, keadaan atau suatu masalah. Seseorang

memiliki perhatian yang positif terhadap gejala-gejala tertentu

manakala mereka memiliki kesadaran tentang gejala, kondisi atau objek

yang ada.

2) Merespons

Merespons atau menanggapi ditunjukkan oleh kemauan untuk

menyelesaikan tugas tepat waktu, kemauan untuk mengikuti diskusi,

kemauan untuk membantu orang lain dan sebagainya.

13 Ibid, 51-52.

Page 15: Bab I, II, III Poposal

15

3) Menghargai

Tujuan ini berkenaan dengan kemauan untuk memberi penilaian

atau kepercayaan kepada gejala atau objek tertentu.

4) Mengorganisasi

Tujuan yang berkenaan dengan organisasi ini berkenaan

pengembangan nilai ke dalam sistem organisasi tertentu, termasuk

hubungan antar nilai dan tingkat prioritas nilai-nilai itu.

5) Karakteristik Nilai

Tujuan ini adalah mengadakan sintesis dan internalisasi sistem

nilai dengan pengkajian secara mendalam, sehingga nilai-nilai yang

dibangunnya itu dijadikan pandanagn (falsafah) hidup serta dijadikan

pedoman bertindak dan berperilaku.

Ada beberapa skala yang digunakan untuk mengukur sikap:

1) Skala likert

Skala ini disusun dalam bentuk suatu pernyataan dan diikuti oleh 5

respon yang menunjukkan tingkatan, misal :

SS : sangat setuju

S : setuju

TB : tidak berpendapat

TS : tidak setuju

STS : sangat tidak setuju

2) Skala Pilihan Ganda

Bentuknya seperti soal bentuk pilihan ganda.

Page 16: Bab I, II, III Poposal

16

3) Skala Thursione

Merupakan skala mirip skala buatan likert, karena merupakan suatu

instrumen yang jawabannya menunjukkan tingkatan.

4) Skala Guttmctu

Berupa tiga atau empat buah pernyataan yang masing-masing harus

di jawab “ya”atau “tidak”

5) Smantic Differential

Mengukur konsep-konsep untuk tiga dimensi yaitu baik – tidak

baik, kuat- lemah dan cepat-lambat atau aktif-pasif.

6) Pengukuran Minat

c. Domain Psikomotor

Domain psikomotor adalah tujuan yang berhubungan dengan

kemampuan keterampilan atau skill seseorang. Ada tujuh tungkatan yang

termasuk dalam domain ini:14

1) Persepsi (perception)

Persepsi merupakan kemampuan seseorang dalam memandang

sesuatu yang dapat dipermasalahkan.

2) Kesiapan (set)

14 Ibid, 52.

Page 17: Bab I, II, III Poposal

17

Kesiapan merupakan berhubungan dengan kesediaan seseorang

untuk melatih diri tentang keterampilan tertentu yang direfleksikan

dengan prilaku-prilaku khusus.

3) Meniru (imitation)

Meniru adalah kemampuan seseorang dalam mempraktikkan

gerakan-gerakan sesuai dengan contoh yang diamatinya.

4) Membiasakan (Habitual)

Membiasakan merupakan kemampuan seseorang untuk

mempraktikkan gerakan-gerakan tertentu tanpa harus melihat contoh.

5) Menyesuaikan (Adaptation)

Menyesuaiakan merupakan kemampuan beradaptasi gerakan atau

kemampuan itu sudah disesuaikan dengan keadaan situasi dan kondisi

yang sudah ada.

6) Menciptakan (Organization)

Menciptakan merupakan kemampuan seseorang untuk berkreasi

dan mencipta sendiri suatu karya.

Tes untuk mengukur aspek psikomotorik adalah tes yang dilakukan

untuk mengukur penampilan atau perbuatan atau kinerja (performance)

yang telah dikuasai siswa. Contoh tes penampilan atau kinerja diantaranya

yaitu: a) Tes tertulis, b) Tes identifikasi, dan c) Tes simulasi.

B. Pembelajaran Matematika

1. Teori Pembelajaran Matematika

Page 18: Bab I, II, III Poposal

18

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik

dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran

merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses

perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta

pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain,

pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat

belajar dengan baik.15

Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari motivasi

pelajar dan kreatifitas pengajar. Pembelajar yang memiliki motivasi tinggi

ditunjang dengan pengajar yang mampu memfasilitasi motivasi tersebut

akan membawa pada keberhasilan pencapaian target belajar. Target belajar

dapat diukur melalui perubahan sikap dan kemampuan siswa melalui

proses belajar. Desain pembelajaran yang baik, ditunjang fasilitas yang

memandai, ditambah dengan kreatifitas guru akan membuat peserta didik

lebih mudah mencapai target belajar.

Menurut James and James, matematika adalah ilmu tentang logika

mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang berhubungan

satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak dan terbagi kedalam

tiga bidang, yaitu aljabar, analisis dan geometri.

Adapun matematika menurut Johnson dan Rising adalah pola fikir,

pola mengorganisasikan, pembuktian yang logik, matematika itu adalah

bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas

15 Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineke Cipta, 2005), 19.

Page 19: Bab I, II, III Poposal

19

dan akurat, representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa

simbol mengenai ide daripada mengenai bunyi. Matematika Menurut

Suwarsono adalah ilmu yang memiliki sifat khas yaitu: objek bersifat

abstrak, menggunakan lambang-lambang yang tidak banyak digunakan

dalam kehidupan sehari-hari, dan proses berpikir yang dibatasi oleh

aturan-aturan yang ketat.16

Dari definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa matematika

merupakan ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar yang

menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat,

representasinya dengan lambang-lambang atau simbol dan memiliki arti

serta dapat digunakan dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan

bilangan.

Pengertian pembelajaran matematika menurut Tim MKPBM

terbagi dua macam:

a. Pengertian pembelajaran matematika secara sempit, yaitu proses

pembelajaran dalam lingkup persekolahan, sehingga terjadi proses

sosialisasi individu siswa dengan lingkungan sekolah, seperti guru,

sumber atau fasilitas, dan teman sesama siswa.

b. Pengertian pembelajaran matematika secara luas, yaitu upaya penataan

lingkungan yang memberi nuansa agar program belajar matematika

tumbuh dan berkembang secara optimal.

16 Catur Supatmono, Matematika Asyik, (Jakarta: Grasindo, 2002), 101.

Page 20: Bab I, II, III Poposal

20

Nickson berpendapat bahwa pembelajaran matematika adalah

pemberian bantuan kepada siswa untuk membangun konsep-konsep dan

prinsip-prinsip matematika dengan kemampuan sendiri melalui proses

internalisasi (arahan terbimbing) sehingga konsep atau prinsip itu

terbangun.17

Pendapat tersebut menandakan bahwa guru dituntut untuk

dapat mengaktifkan siswanya selama pembelajaran berlangsung. Proses

pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru melainkan pada siswa. Guru

bukan mentransfer pengetahuan pada siswa tetapi membantu agar siswa

membentuk sendiri pengetahuannya.

Dari beberapa pendapat tentang pengertian pembelajaran

matematika, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika

merupakan serangkaian aktivitas guru dalam memberikan pengajaran

terhadap siswa untuk membangun konsep-konsep dan prinsip-prinsip

matematika dengan kemampuan sendiri melalui proses internalisasi,

sehingga konsep atau prinsip itu terbangun dengan metode atau

pendekatan mengajar dan aplikasinya agar dapat meningkatkan

kompetensi dasar dan kemampuan siswa.

2. Tujuan Pembelajaran Matematika

Adapun tujuan pembelajaran khususnya pelajaran matematika

adalah:

17 Jajang, Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar, (Bandung: Sinar Jaya,2005), 5.

Page 21: Bab I, II, III Poposal

21

a. Melatih cara berpikir dan menalar dalam menarik kesimpulan,

misalnya melalui kegiatan penyelidikan, ekplorasi, eksperimen,

menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten dan inkonsisten.

b. Mengembang aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi dan

penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil rasa

ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan serta mencoba-coba.

c. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.

d. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau

mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan,

catatan, garfik, peta, diagram dalam menjelaskan gagasan.18

3. Ciri-ciri Pembelajaran Matematika

Adapun ciri-ciri pembelajaran matematika adalah sebagai berikut:19

a. Pembelajaran matematika menggunakan metode spiral.

(mengkaitkan dengan pelajaransebelumnya, konsep diberikan ll benda

benda konkrit).

b. Pembelajaran matematika bertahap (dari konsep sederhana ke

konsep yang lebih sulit, contohmenggunakan kelereng, untuk

memulai perkalian).

c. Pembelajaran matematika menggunakan metode induktif.

d. Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi.

e. Pembelajaran matematika hendaknya bermakna.

4. Ruang Lingkup

18

Depag RI, Standar Kompetensi SD/MI, (Jakarata: Depdiknas, 2005), hal. 21. 19 Ibid, 11.

Page 22: Bab I, II, III Poposal

22

Mata pelajaran Matematika pada satuan pendidikan SD/MI meliputi

aspek-aspek sebagai berikut:

a. Bilangan

b. Geometri dan pengukuran

c. Pengolahan data

5. Nilai Tempat

a. Pengertian nilai tempat

Setiap angka pada suatu bilangan, memiliki nilai, yang nilainya

tergantung pada posisi/letak/tempat angka tersebut pada bilangan yang

dimaksud. Nilai ini dinamakan dengan nilai tempat.20

Nilai tempat bilangan-bilangan mulai dari posisi paling kanan

menuju ke posisi kiri berturut-turut adalah: satuan, puluhan, ratusan,

ribuan, puluh ribuan, ratus ribuan, jutaan, dan seterusnya. Sebagai

contoh misalnya terdapat bilangan 31527.

3 1 5 2 7

Puluh ribuan Ribuan Ratusan Puluhan Satuan

Nilai angka 5 dalam 31527 adalah ratusan, atau nilainya 500. Nilai

angka 1 dalam 31527 adalah ribuan, atau nilainya 1000.

Setiap bilangan yang terdiri dari dua angka/lebih dapat dituliskan

dalam bentuk panjang dengan menggunakan nilai tempat. Tabel 1.2

20 Rahma Johar, Pembelajaran Matematika SD 1, (Jakarta: Pustaka Media, 2007), 4.

Page 23: Bab I, II, III Poposal

23

berikut menunjukkan perbedaan penulisan bilangan bentuk standar dan

bentuk panjang.

Tabel 1.2

Bentuk Standar Bentuk Panjang

376 300 + 70 + 6

1735 1000 + 700 + 30 + 5

C. Media Sedotan (Drinking Straws) dan Kantong Bilangan

1. Pengertian Media Sedotan (Drinking Straws) dan Kantong Bilangan

Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah

berarti “tengah, perantara, atau pengantar”. Dalam bahasa arab, media

adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima

pesan. Gerlach dan Ely mengatakan bahwa media apabila dipahami secara

garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun

kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan,

ketrampilan, atau sikap.21

Schramm, mengatakan media teknologi pembawa informasi atau

pesan instruksional. Sedangkan Briggs mengatakan media adalah segala

wahana atau alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang

pembelajar untuk belajar.

21 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo,1997), 3.

Page 24: Bab I, II, III Poposal

24

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa media adalah sarana

pendidikan yang dapat digunakan sebagai perantara dalam proses

pembelajaran untuk mempertinggi efektifitas dan efisiensi dalam

mencapai tujuan pengajaran. Dalam pengertian yang luas media adalah

alat, metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih

mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara pengajar dan

pembelajaran dalam proses pembelajaran di kelas.22

Adapun Media pembelajaran Sedotan (Drinking Straws) dan

Kantong Bilangan merupakan suatu alat sederhana yang ditujukan untuk

mempermudah siswa dalam memahami materi operasi hitung dalam

matematika.

Media ini berbentuk segi empat dengan empat kotak yang menempel

atau disebut dengan kantong bilangan. Kantong bilangan tersebut

berfungsi sebagai penentu nilai suatu bilangan, yaitu satuan, puluhan,

ratusan, dan ribuan. Dengan adanya pengelompokan nilai suatu bilangan,

maka akan memudahkan siswa untuk melakukan operasi hitung baik

penjumlahan maupun pengurangan. Sedotan pada media ini digunakan

sebagai penentu jumlah suatu bilangan. Apabila satu sedotan diletakkan

pada kantong yang bernilai tempat ribuan, maka nilai satu sedotan tersebut

adalah seribu. Begitu juga bila sedotan tersebut diletakkan pada kantong

22 Hujair Sanaky, Media Pembelajaran, (Yogyakarta: Safiria Insania Press, 2009), 79.

Page 25: Bab I, II, III Poposal

25

nilai tempat ratusan maka satu sedotan tersebut bernilai seratus dan

seterusnya.23

2. Desain Media Sedotan (Drinking Straws) dan Kantong Bilangan

Media pembelajaran Sedotan (Drinking Straws) dan Kantong

Bilangan dibuat berbentuk kotak dengan empat kantong yang menempel

dibagian tengah kotak utama. Sedangkan sedotan sendiri digunakan

sebagai pengisi kantong-kantong yang tersedia sebagai indikator jumlah

bilangan yang akan dihitung. Adapun desain media pembelajaran

Sedotan (Drinking Straws)dan Kantong Bilangan dapat digambarkan

sebagai berikut :

Media Pembelajaran Sedotan (Drinking Straws) dan Kantong Bilangan

3. Langkah-langkah Media Sedotan (Drinking Straws) dan Kantong

Bilangan

Penggunaan media pembelajaran Sedotan (Drinking Straws) dan

Kantong Bilangan sangatlah mudah, yaitu hanya dengan memasukkan

23 Rostina Sundayan, Media Pembelajaran Matematika, (Jakarta: Graha Pustaka, 2010), 101.

Page 26: Bab I, II, III Poposal

26

sedotan sesuai dengan nilai angka yang akan kita hitung kemudian

masukkan atau ambil sedotan lagi sesuai dengan nilai angka yang

digunakan sebagai angka penambah, pengurang, pengali ataupun

pembaginya. Agar lebih jelas lagi, berikut prosedur penggunaan media

pembelajaran Sedotan (Drinking Straws) dan Kantong Bilangan dalam

pembelajaran:

a. Persiapkan sedotan dan kantong bilangan yang akan digunakan

untuk melakukan operasi hitung.

b. Letakkan sedotan sesuai dengan nilai tempatnya, misalnya 1312

berarti 2 sedotan berada pada kantong satuan, 4 sedotan berada pada

kantong puluhan, 3 sedotan berada pada kantong ratusan, dan 1

sedotan berada pada kantong ribuan.

c. Lakukan operasi hitung (penjumlahan, pengurangan, perkalian

ataupun pembagian) dengan menambahkan sedotan ataupun

mengurangi sedotan yang ada dalam kantong sesuai dengan angka

penjumlah atau pengurangnya.

d. Sedotan yang masih ada dalam kantong merupakan hasil operasi

hitung yang dilakukan.

e. Hitung jumlah sedotan yang masih ada dalam kantong bilangan

sesuai dengan nilai tempatnya.

f. Jika dalam satu kantong terdapat lebih dari sepuluh sedotan, maka

ambil sepuluh sedotan pada kantong tersebut, kemudian tambahkan

Page 27: Bab I, II, III Poposal

27

satu sedotan pada kantong nilai yang bernilai tempat lebih besar

yang ada di sampingnya.

Contoh penerapan media Sedotan (Drinking Straws) dan Kantong

Bilangan dalam menyelesaikan soal penjumlahan : Soal : 1342 + 245 = …

Maka langkah yang dilakukan yaitu :

1) Letakkan sedotan sesuai dengan nilai tempatnya, yaitu 1 sedotan pada

kantong ribuan, 3 sedotan pada kantong ratusan, 4 sedotan pada

kantong puluhan, dan 2 sedotan pada kantong satuan.

2) Tambahkan sedotan pada kantong berdasarkan nilai tempatnya, yaitu

2 sedotan pada kantong ratusan, 4 sedotan pada kantong puluhan, dan

5 sedotan pada kantong satuan.

3) Hitung sedotan yang ada pada masing-masing kantong.

4) Tulis hasil penghitungan sedotan ke dalam lembar jawab.

4. Kelebihan dan Kekurangan Media Sedotan (Drinking Straws) dan

Kantong Bilangan

a. Kelebihan Media sedotan Sedotan (Drinking Straws) dan Kantong

Bilangan

1) Membantu guru untuk menyampaikan materi pembelajaran dengan

lebih menarik.

2) Membantu guru untuk bisa menyampaikan suatu konsep

pembelajaran yang abstrak menjadi sebuah situasi yang nyata.

3) Memantapkan pengetahuan siswa dalam memahami nilai tempat

suatu bilangan.

Page 28: Bab I, II, III Poposal

28

4) Membantu siswa untuk menyelesaikan masalah operasi hitung

dengan cara yang sistematis.

b. Kekurangan Media Sedotan (Drinking Straws) dan Kantong

Bilangan

1) Tidak bisa digunakan dalam pembelajaran operasi hitung

yang melibatkan bilangan negatif maupun desimal.

Page 29: Bab I, II, III Poposal

29

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian

Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan untuk

melakukan penelitian pembelajaran di kelas dalam rangka perbaikan mutu

pembelajaran. Dalam penelitian ini, peneliti langsung terjun ke lapangan

dalam kegiatan pembelajaran bersama guru dan siswa selama

pembelajaran berlangsung, yakni menggunakan bentuk kolaboratif, yang

mana guru merupakan mitra kerja peneliti. Adapun unsur-unsur yang

dapat dijadikan sasaran/objek PTK tersebut adalah: (1) guru, (2) siswa, (3)

materi pembelajaran, (4) peralatan atau sarana pendidikan, (5) hasil

pembelajaran, (6) lingkungan dan (7) pengelolaan.

Menurut Suharsimi Arikunto menjelaskan PTK dengan

memisahkan kata-kata dari penelitian – tindakan – kelas:24

1. Penelitian adalah menunjukkan pada kegiatan mencermati suatu objek,

dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk

memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan

mutu suatu hal yang diminati.

24

Rido Kurniyanto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Surabaya: LAPIS PGMI, 2009), paket. 3,

hal. 9.

Page 30: Bab I, II, III Poposal

30

2. Tindakan menunjukkan pada suatu gerak kegiatan yang sengaja

dilakukan dengan tujuan tertentu, dalam penelitian berbentuk

rangkaian siklus kegiatan untuk peserta didik.

3. Kelas adalah dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas,

tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik, yakni sekelompok peserta

didik dalam waktu sama, menerima pelajaran yang sama dari guru

yang sama pula.

Penelitian ini menggunakan media sedotan (Drinking Straws) dan

Kantong Bilangan, yang merupakan variasi dalam pembelajaran

matematika. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dengan

menggunakan bentuk kolaboratif, yang mana guru merupakan mitra kerja

peneliti. Masing-masing memusatkan perhatiannya pada aspek-aspek

penelitian tindakan kelas yang sesuai dengan keahliannya, guru sebagai

praktisi pembelajaran, peneliti sebagai perancang dan pengamat yang

kritis.25

Dalam melaksanakan media sedotan (Drinking Straws) dan

Kantong Bilangan, peneliti menggunakan model PTK “guru sebagai

observer” dengan acuan model siklus PTK yang dikembangkan oleh Kurt

Lewin, yang menyatakan bahwa dalam satu siklus terdiri atas empat

langkah pokok, yaitu: 1) perencanaan (planning), 2) aksi atau tindakan

(Acting), 3) observasi (observing), dan 4) refleksi (reflecting).26

25 Mohammad Asrori, Penelitian tindakan kelas, (Bandung:CV Wacana Prima, 2007), 158. 26 Eni Purwati, dkk, Penelitian Tindakan Kelas Paket 5, (Surabaya: LAPIS PGMI, 2009), hal. 12.

Page 31: Bab I, II, III Poposal

31

Bagan prosedur PTK model Kurt Lewin:

Identifikasi

masalah

Perencanaan

(planning)

Tindakan

(Acting)

Refleksi

(reflecting)

Observasi

(observing)

Siklus I

Perencanaan

ulang

Siklus II

dst

Gambar 1 Model Kurt Lewin

Page 32: Bab I, II, III Poposal

32

Secara keseluruhan, bagan tersebut mempunyai empat tahapan

dalam PTK yang membentuk suatu siklus PTK yang digambarkan dalam

bentuk spiral.

Untuk mengatasi masalah dan memperbaiki proses pembelajaran

agar lebih bermutu maka mungkin diperlukan lebih dari satu siklus.

Tahapan-tahapan dalam siklus tersebut meliputi: pertama, sebalum

melaksanakan tindakan, peneliti harus menyusun perencanaan (planning),

yaitu dengan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),

mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan dikelas,

mempersiapkan instrumen untuk merekam dan menganalisis data

mengenai proses dan hasil tindakan. Kedua, setelah perencanaan tersusun

dengan rapi dan matang, barulah peneliti melaksanakan tindakan (acting)

yang telah dirumuskan pada RPP pada situasi yang aktual, yang meliputi

kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Ketiga, pada tahapan ini

peneliti melaksanakan pengamatan (observing) dikelas yang meliputi: 1)

mengamati perilaku siswa-siswi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran;

2) memantau kegiatan diskusi/kerja sama antar siswa-siswi dalam

kelompok; 3) mengamati pemahaman tiap-tiap anak terhadap penguasaan

materi pembelajaran yang telah dirancang sesuai dengan tujuan PTK.

Page 33: Bab I, II, III Poposal

33

B. Setting Penelitian dan Karakteristik Subjek Penelitian

1. Setting Penelitian

a. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kelas II MI Tarbiyatul Athfal

Panceng Gresik pada mata pelajaran Matematika.

b. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada pertengahan semester

ganjil yaitu pada bulan Oktober 2014.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas II MI Tarbiyatul Athfal

Panceng Grasik tahun pelajaran 2014/2015, dengan jumlah siswa dalam

satu kelas 36 siswa, yaitu 16 siswa laki-laki dan 20 siswi perempuan.

Kompetensi Dasar yang digunakan adalah 4.3. “Menentukan nilai

tempat puluhan dan satuan”. Objek penelitian ini adalah siswa kelas II

MI Tarbiyatul Athfal Panceng Grasik yang hasil belajar masih di bawah

KKM. Selain itu pembelajaran dengan menggunakan media sedotan

(Drinking Straws) dan Kantong Bilangan belum pernah di terapkan

pada sekolah tersebut.

C. Variabel yang Diteliti

Variabel yang menjadi sasaran dalam PTK ini adalah

meningkatkan hasil belajar dengan menerapkan media sedotan (Drinking

Straws) dan Kantong Bilangan pada mata pelajaran matematika kelas 2

Page 34: Bab I, II, III Poposal

34

tentang nilai tempat. Disamping variabel tersebut masih ada beberapa

variabel yang lain yaitu :

1. Variabel input : Siswa kelas II MI Tarbiayatul Athfal Panceng

Gresik

2. Variabel Proses : Penerapan media sedotan (Drinking Straws) dan

Kantong Bilangan.

3. Variabel output : hasil belajar siswa materi nilai tempat (puluhan

dan ratusan) pada mata pelajaran matematika.

D. Rencana Tindakan

Penelitian ini di rancang dengan menggunakan model siklus, dan

dilaksanakan dalam dua siklus, setiap siklus terdiri atas beberapa tahap,

yaitu: tahap membuat rencana tindakan, melaksanakan tindakan,

mengadakan pemantauan atau observasi, mengadakan refleksi.

Peneliti memilih model siklus karena apabila pada awal

pelaksanaan adanya kekurangan, maka peneliti bisa mengulang kembali

dan memperbaiki pada siklus-siklus selanjutnya sampai apa yang di

inginkan peneliti tercapai. Jika sampai pada siklus dua belum berhasil,

maka peneliti melanjutkan ke siklus berikutnya.

Siklus 1

1. Menyusun Perencanaan (Planning)

Pada tahap ini peneliti membuat rancangan RPP, menyusun

fasilitas atau sarana seperti media yang di perlukan dikelas,

mempersiapkan instrumen untuk menganalis data mengenai proses

Page 35: Bab I, II, III Poposal

35

dan hasil tindakan yaitu : lembar kerja, lembar observasi guru dan

siswa.

2. Tahap pelaksanaan

Tahap ini peneliti (guru) melaksanakan pembelajaran dengan

materi pengolahan data dengan media sedotan (Drinking Straws) dan

Kantong Bilangan . Adapun kegiatan yang dilakukan guru sebagai

berikut:

a. Guru melakukan apersepsi dan motivasi, agar siswa siap menerima

materi yang akan diajarkan dengan penuh semangat.

b. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

c. Guru memperkenalkan media sedotan (Drinking Straws) dan

Kantong Bilangan yang akan dilaksanakan selama proses

pembelajaran.

d. Guru memberikan post tes/ kuis kepada setiap siswa secara

individu dan melakukan pembelajaran dengan menerapkan media

sedotan (Drinking Straws) dan Kantng Bilangan sesuai dengan

langkah-langkah yang direncanakan dalam RPP I, yaitu:

Kegiatan awal

- Membuka pelajaran dengan mengucapkan salam

- Berdoa dengan di pimpin oleh perwakilan siswa

- Menyampaikan tujuan pembelajaran

- Mengaitkan pembelajaran yang sudah dipelajari dengan

pembelajaran yang akan di pelajari saat ini.

Page 36: Bab I, II, III Poposal

36

- Menumbuhkan motivasi dan minat untuk meningkatkan hasil

belajar matematika khususnya pada menyebutkan puluhan dan

ratusan pada materi nilai tempat dengan menanamkan manfaat

bagi mereka mengetahui nilai tempat puluhan dan ratusan.

Kegiatan Inti

- Siswa diminta berkelompok sesuai dengan aturan yang dibuat

guru.

- Guru memberikan media sedotan (Drinking Straws) dan

Kantong Bilangan pada setiap kelompok.

- Guru memberi Lembar kegiatan pada setiap kelompok beserta

instruksinya.

- Setiap kelompok diminta untuk mengerjakan soal yang ada di

lembar kegiatan.

- Siswa meletakkan sedotan sesuai dengan nilai tempatnya,

misalnya 1312 berarti 2 sedotan berada pada kantong satuan, 4

sedotan berada pada kantong puluhan, 3 sedotan berada pada

kantong ratusan, dan 1 sedotan berada pada kantong ribuan.

- Siswa melakukan operasi hitung (penjumlahan, pengurangan,

perkalian ataupun pembagian) dengan menambahkan sedotan

ataupun mengurangi sedotan yang ada dalam kantong sesuai

dengan angka penjumlah atau pengurangnya.

- Siswa menghitung jumlah sedotan yang masih ada dalam

kantong bilangan sesuai dengan nilai tempatnya.

Page 37: Bab I, II, III Poposal

37

- Setelah berdiskusi, jawaban yang sudah di peroleh ditempel di

dinding, masing-masing kelompok menunjuk salah satu teman

untuk menjaga galerynya yang bertugas menjaga galeri dan

menjawab apabila ada kelompok lain yang ingin bertanya.

- Siswa yang tidak bertugas menjaga galery di wajibkan untuk

mengunjungi dari masing-masing galery yang ada, (tidak boleh

mengunjungi galerynya sendiri).

- Setelah selesai siswa-siswi diharapkan kembali ke kelompok

semula.

Kegiatan Penutup

- Guru memberikan penilaian tentang diskusi kelompok.

- Untuk kegiatan akhir guru mengulang lagi tentang apa yang

sudah dipelajari dan manfaatnya.

- Guru menutup pembelajaran dengan berdoa dan mengingatkan

siswa-siswi untuk belajar dan di akhiri dengan salam.

e. Menyiapkan lembar pengumpulkan data dengan bantuan guru yang

bertugas selama pembelajaran. Peneliti melakukan observasi

terhadap aktivitas siswa dalam belajar selama proses pembelajaran

yang diterapkan dengan menggunakan media sedotan (drinking

straws) dan kantong bilangan.

f. Melaksanakan tes/ evaluasi untuk semua siswa pada akhir siklus.

Page 38: Bab I, II, III Poposal

38

3. Tahap observasi (Pengumpulan data)

Tahap ini, peneliti melakukan pengamatan terhadap

berlangsungnya proses perbaikan pembelajaran Pengelolahan Data pada

mata pelajaran Matematika dengan media sedotan (drinking straws) dan

kantong bilangan di kelas II MI Tarbiyatul Athfal Panceng Gresik. Hal

yang dilakukan pengamat adalah:

a. Mengamati dan mencatat semua gejala yang muncul selama proses

perbaikan pembelajaran dalam lembar observasi.

b. Menyeleksi data yang diperlukan dalam penelitian, yaitu:

1) Lembar pengamatan kegiatan siswa.

2) Lembar pengamatan kegiatan guru.

3) Lembar tes tertulis.

4) Lembar kerja diskusi.

5) Lembar kerja siswa (LKS).

4. Tahap Refleksi

Pada tahap ini yang harus dilakukan adalah : mencatat hasil

observasi, mengevaluasi hasil observasi, menganalisis hasil pembelajaran,

mencatat kelemahan-kelemahan untuk dijadikan bahan penyusunan

perancangan siklus berikutnya sampai tujuan PTK tercapai.

Refleksi terhadap proses belajar mengajar ini perlu dilakukan

anatara penelitian dan pengamatan untuk menemukan penyebab mencari

jalan pemecahannya. Dengan demikian diharapkan pada akhir siklus

tujuan yang telah direncanakan dapat tercapai.

Page 39: Bab I, II, III Poposal

39

E. Data dan Cara Pengumpulan

1. Sumber data

Sumber data PTK ini adalah :

a. Siswa

Untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa selama

proses kegiatan belajar mengajar

b. Guru

Untuk melihat tingkat keberhasilan implementasi media

sedotan (drinking straws) dan kantong bilangan terhadap hasil

belajar siswa pada materi nilai tempat dalam proses pembelajaran.

2. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini diupayakan agar bisa

mendapatkan data yang yang benar-benar valid, maka peneliti

melakukan pengumpulan data dengan cara sebagai berikut :

1) Observasi

Merupakan proses pengamatan atau pengindraan langsung

terhadap kondisi, situasi, proses, dan prilaku saat proses

pembelajaran berlangsung. Observasi dipergunakan untuk

mengumpulkan data tentang aktivitas siswa dalam proses belajar

mengajar dan penerapan materi dengan media sedotan (drinking

straws) dan kantong bilangan yang dilaksanakan guru dan peneliti.

Lembar observasi terlampir.

Page 40: Bab I, II, III Poposal

40

2) Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan informasi

melalui komunikasi secara langsung dengan responden. Teknik

wawancara dilakukan sebagai upaya untuk memperoleh data

tentang pendapat siswa mengenai proses belajar yang di alami.

F. Indikator Kinerja

Indikator kinerja adalah suatu kriteria yang digunakan untuk melihat

tingkat keberhasilan dari kegiatan PTK dalam meningkatkan atau

memperbaiki PBM dikelas. Indikator kinerja harus realistik dan data dapat

diukur (jelas cara pengukurannya).27

Adapun indikator yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini

adalah sebagai berikut :

1. Setelah penelitian ini dilakukan diharapkan hasil belajar siswa pada

pelajaran matematika materi pengolahan data meningkat. Diukur dari

presentase ketingkatan hasil belajar siswa sebelum menggunakan media

sedotan (drinking straws) dan kantong bilangan dan sesudah

menggunakan media sedotan (drinking straws) dan kantong bilangan.

2. Meningkatnya prosentase ketuntasan belajar ≥ 80%.

3. Meningkatnya hasil belajar siswa rata-rata menjadi ≥75.

27 Nana Sudjana, Evaluasi Hasil Belajar, (Bandung: Pustaka Mertiana, 1998), 127.

Page 41: Bab I, II, III Poposal

41

Lembar Observasi Aktifitas Siswa Siklus I

Nama Sekolah : MI Tarbiyatul Athfal Gresik

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas / Semester : II / I (ganjil)

Hari / Tanggal : Selasa, 06 Mei 2014

Hasil pengamatan aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan media

sedotan (drinking straws) dan kantong bilangan.

No Indikator / Aspek Yang Diamati

Pengamat

Skor Skor Penilaian

1 2 3

1. Siswa merespon apersepsi/motivasi yang

diberikan oleh guru.

2

2. Siswa mendengarkan saat tujuan pembelajaran

disampaikan.

√ 2

3. Siswa memusatkan perhatian pada materi

pembelajaran yang dipelajari.

√ 2

4. Siswa antusias ketika diperkenalkan dan

dijelaskan oleh guru tentang nilai tempat

dengan media sedotan dan kantong bilangan.

√ 2

5. Siswa melakukan pekerjaan mencari nilai

tempat (puluhan dan ratusan) pada suatu

bilangan dengan media sedotan dan kantong

√ 3

Page 42: Bab I, II, III Poposal

42

bilangan.

6. Siswa mengerjakan dengan tertib lembar kerja

kelompok.

√ 2

7. siswa mempresentasikan hasil pekerjaanya.

2

8. Siswa memberi tanggapan saat guru mengecek

pemahaman.

√ 3

9. Siswa mengerjakan dengan tertib saat

dilaksanakan tes evaluasi tertulis perorangan

oleh guru.

√ 3

10. Siswa merespon kesimpulan materi

pembelajaran yang disampaikan guru.

√ 2

Skor perolehan 23

Persentase = x 100 = x 100 = 76

Skor Maksimal 30

76 %

Page 43: Bab I, II, III Poposal

43

Keterangan:

Pengisian Lembar Observasi Guru dengan memberi tanda Checklist (√)

1 : Jika aktivitas siswa sangat kurang.

2 : jika aktivitas siswa cukup.

3 : jika aktivitas siswa sangat baik.

Skor perolehan

4 : Persentase = x 100

Skor Maksimal

Gresik, 06 Mei 2014

Peneliti

Ummu Kholisatin

NIM. D07211031

Page 44: Bab I, II, III Poposal

44

Lembar Observasi Aktifitas Guru Siklus I

Nama Sekolah : MI Tarbiyatul Athfal Gresik

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas / Semester : II / I (ganjil)

Hari / Tanggal : Selasa, 06 Mei 2014

Hasil Checklist Aktivitas Guru

No Kegiatan

Skor

1 2 3 4

1 Membuka pelajaran

a. Menarik perhatian

b. Menimbulkan motivasi

b. Menunjukkan kaitan

c. Menyampaikan tujuan

2 Penguasaan materi ajar

a. Orientasi, motivasi, dan bahasa(sederhana dan

jelas).

b. Sistematika dan variasi penjelasan.

c. Kevakuman materi terhadap kompetensi.

d. Keluasan materi ajar.

3 Strategi yang digunakan

a. Kesesuaian strategi dengan indikator

pembelajaran.

Page 45: Bab I, II, III Poposal

45

b. Kesesuaian strategi dengan karakter peserta didik.

c. Kesesuaian strategi dengan karakter materi ajar.

d. Variasi strategi.

4 Performance

a. Suara intonasi, nada, dan irama.

b. Posisi dan gerakan guru.

c. Pola interaksi perhatian pada siswa.

d. Ekspresi roman muka.

5 Media, bahan, sumber pembelajaran(MBSP)

a. Kesesuaian MBSP dengan indikator

pembelajaran.

b. Kesesuaian MBSP dengan karakter materi ajar.

c. Kesesuaian MBSP dengan karakter peserta didik.

d. Variasi MBSP

6 Bertanya

a. Pertanyaan jelas dan konkrit.

b. Pertanyaan memberikan waktu berfikir.

c. Pemerataan pertanyaan pada siswa.

d. Pertanyaan sesuai indikator kompetensi.

7 Reinforment(memberi penguatan)

a. Penguatan verbal.

b. Penguatan non verbal.

c. Variasi penguatan.

Page 46: Bab I, II, III Poposal

46

d. Feed back.

8 Menutup pembelajaran

a. Memberi reward / penghargaan pada siswa.

b. Menarik kesimpulan.

c. Memberi dorongan psikologis.

d. Mengevaluasi.

Skor perolehan 21

Persentase = x 100 = x 100 = 65,6

Skor maksimal 32

65,6 %

Keterangan :

1 : jika ada satu dari empat butir

2 : jika ada dua dari empat butir

3 : jika ada tiga dari empat butir

4 : jika lengkap empat butir

Skor perolehan

5: Prosentase = x 100

Skor Maksimal

Page 47: Bab I, II, III Poposal

47

Gresik, 06 Mei 2014

Peneliti

Ummu Kholisatin

NIM. D07211031

Page 48: Bab I, II, III Poposal

48

Pedoman Wawancara untuk Siswa

Nama Siswa :

Tanggal :

1. Apakah kamu suka materi tentang nilai tempat?

...............................................................................................................................

2. Kesulitan apa yang kamu hadapi dalam menyelesaikan soal terkait materi nilai

tempat?

...............................................................................................................................

3. Bagaimana tanggapan kalian terhadap pelaksanaan pembelajaran menggunakan

media sedotan (Drinking Straws) dan kantong bilangan?

...............................................................................................................................

4. Apakah kalian lebih mudah memahami materi nilai tempat ketika

menggunakan media sedotan (Drinking Straws) dan kantong bilangan?

...............................................................................................................................

5. Bagaimana kesannya dalam mempelajari nilai tempat dengan menggunakan

media sedotan (Drinking Straws) dan kantong bilangan?

...............................................................................................................................

Kesimpulan:

.................................................................................................................... ...........

...............................................................................................................................

........................................................................................................................

Page 49: Bab I, II, III Poposal

49

Pedoman Wawancara untuk Guru

Nama Guru :

Tanggal :

1. Bagaimana menurut Ibu tentang media sedotan (Drinking Straws) dan

kantong bilangan?

...............................................................................................................................

2. Apakah Ibu mengetahui tentang langkah-langkah dalam menggunakan media

sedotan (Drinking Straws) dan kantong bilangan?

...............................................................................................................................

3. Menurut Ibu apakah keuntungan media sedotan (Drinking Straws) dan kantong

bilangan ini dalam pembelajaran nilai tempat di kelas 2?

...............................................................................................................................

4. Bagaimana kesannya terhadap sedotan (Drinking Straws) dan kantong

bilangan?

...............................................................................................................................

5. Bagaimana aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan menerapkan media

sedotan (Drinking Straws) dan kantong bilangan?

............................................................................................................................

Page 50: Bab I, II, III Poposal

50

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Wahab Rosyidi dan Mamlu’atul Ni’mah. 2011. Memahami Konsep Dasar

Pembelajaran Bahasa Arab. Malang: UIN-Maliki Press.

Arsyad, Azhar. 1997. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Asrori, Mohammad. 2007. Penelitian tindakan kelas. Bandung:CV Wacana

Prima.

Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Eni Purwati, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas Paket 5. Surabaya: LAPIS

PGMI.

Hamalik, Oemar. 1995. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:Bumi Aksara.

Heruman. 2007. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. bandung:

PT. Remaja Rosdakarya.

Jajang. 2005. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung: Sinar Jaya.

Johar, Rahma. 2007. Pembelajaran Matematika SD 1. Jakarta: Pustaka Media.

Rido Kurniyanto, dkk. 2000. Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya: LAPIS PGMI.

Sanaky, Hujair. 2009. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Safiria Insania Press.

Sudjana, Nana. 1998. Evaluasi Hasil Belajar. Bandung: Pustaka Mertiana.

Supatmono, Catur. 2002. Matematika Asyik. Jakarta: Grasindo.

Tridayat. 2009. BSE Matematika 2. Jakarta : Pusat perbukuan.

W.S. Winkel. 2004. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi.