POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...

90
POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NANGGALO KOTA PADANG KARYA TULIS ILMIAH MEGA PUSPITA SARI 153110215 JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG TAHUN 2018

Transcript of POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...

Page 1: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...

POLTEKKES KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN

DEFISIT PERAWATAN DIRI DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS NANGGALO KOTA PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

MEGA PUSPITA SARI

153110215

JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG

TAHUN 2018

Page 2: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...

POLTEKKES KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN

DEFISIT PERAWATAN DIRI DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS NANGGALO KOTA PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Ahli Madya Keperawatan

MEGA PUSPITA SARI

153110215

JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG

TAHUN 2018

Page 3: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...
Page 4: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan

rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan

Keperawatan Jiwa pada Keluarga dengan Defisit Perawatan Diri di Wilayah

Kerja Puskesmas Nanggalo Kota Padang Tahun 2018”. Penulisan Karya Tulis

Ilmiah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar

Diploma III pada Program Studi D III Keperawatan Padang Poltekkes Kemenkes

Padang. Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,

dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, sangatlah

sulit bagi penulis untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Selama proses penyusunan ini, penulis tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang

telah membantu dan membimbing dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Oleh

karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Renidayati, S.Kp, M.Kep, Sp.Jiwa selaku pembimbing I dan Bapak H.

Sunardi, SKM., M.Kes selaku pembimbing II yang telah mengarahkan,

membimbing dan memberikan masukan dengan penuh kesabaran dan perhatian

dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.

2. Bapak Dr. Burhan Muslim, S.KM, M.Si selaku Direktur Poltekkes Kemenkes RI

Padang

3. Ibu Dra. Hj Novita Latina, Apt selaku kepala bidang Dinas Kesehatan Kota

Padang

4. Bapak Drg Darius selaku pimpinan Puskesmas Nanggalo Kota Padang

5. Ibu Ns. Fitiri Diah NP, S. Kep selaku pemegang program kesehatan jiwa di

Puskesmas Nanggalo Kota Padang

6. Ibu Hj. Murniati Muchtar, SKM. M.Biomed selaku Ketua Jurusan Keperawatan

Poltekkes Kemenkes Padang

Page 5: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...

7. Ibu Ns. Idrawati Bahar, S.Kep., M.Kep selaku Ketua Prodi D III Keperawatan

Padang Poltekkes Kemenkes Padang.

8. Bapak Tasman SKP M. Kep SP. Kom selaku pembimbing akademik di Poltekkes

Kemenkes Padang yang telah memberikan dukungan selama proses pembuatan

Karya Tulis Ilmiah.

9. Staf dosen Program Studi D III Keperawatan Poltekkes Kemenkes RI Padang

yang telah memberikan bekal ilmu untuk bekal penulis

10. Orangtua dan keluarga penulis yang telah memberikan bantuan dukungan

material dan moral; dan

11. Teman-teman yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan Karya

Tulis Ilmiah ini.

Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala

kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini

membawa manfaat bagi pengembangan ilmu keperawatan.

Padang, Juni 2018

Penulis

Page 6: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...
Page 7: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...
Page 8: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2018

Mega Puspita Sari

Asuhan Keperawatan Jiwa pada Keluarga Dengan Defisit Perawatan Diri di

Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Kota Padang

ix + 74 Halaman, 1 Gambar, 13 Lampiran

ABSTRAK

Defisit perawatan diri jika tidak dilakukan intervensi akan menyebabkan kurangnya

keinginan melakukan kegiatan sehari – hari, melakukan hubungan sosial dan

melakukan hal yang menyenangkan. Oleh karena itu penyebab terjadinya masalah

gangguan jiwa defisit perawatan diri salah satunya dapat akibat oleh psikososial.

angka gangguan jiwa skizofrenia di Puskesmas Nanggalo Kota Padan yang terdata

sebanyak 38 orang. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui asuhan keperawatan

pada keluarga pasien defisit perawatan diri di wilayah kerja Puskesmas Nanggalo

Kota Padang.

Desain penelitian yaitu deskriptif berupa studi kasus. Penelitian dilakukan dari bulan

Oktober 2017 sampai Juni 2018. Pengambilan sampel penelitian menggunakan

metode purposive sampling. Pengambilan sampel dilakukan dengan melakukan

screening terhadap populasi lalu mengambil 2 pasien yang sesuai dengan kriteria.

Pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, pemeriksaan fisik dan

dokumentasi.

Hasil penelitian pada kedua partisipan didapatkan diagnosa pada partisipan 1 defisit

perawatan diri sebagai diagnosa utama, halusinasi sebagai penyebab dan harga diri

rendah sebagai akibat. Diagnosa pada partisipan 2 defisit perawatan diri sebagai

diagnosa utama, halusinasi sebagai penyebab dan prilaku kekerasan sebagai akibat.

Intervensi dan implementasi pada kedua partisipan dan keluarga dilakukan sesuai

dengan rencana. Evaluasi keperawatan yaitu pasien sudah dapat menjaga kebersihan

diri, mengontrol halusinasi, mengalami peningkatan harga diri pada partisipan 1 dan

bisa mengontrol rasa marah pada partisipan 2.

Melalui kepala Puskesmas Nanggalo Kota Padang diharapkan perawat pemegang

program kesehatan gangguan jiwa serta perawat lainnya dapat lebih meningkatkan

asuhan keperawatan jiwa pada pasien dan keluarga terutama defisit perawatan diri

pada pasien dan keluarga melalui pendekatan keperawatan jiwa secara komprehensif.

Kata Kunci : defisit perawatan diri , asuhan keperawatan jiwa

Daftar Pustaka : 29 (2007 – 2017)

Page 9: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. ii

KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii

LEMBAR ORISINALITAS ............................................................................. v

LEMBAR PERSETUJUAN .............................................................................. vi

ABSTRAK ........................................................................................................ vii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... x

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 7

C. Tujuan . ........................................................................................................ 7

D. Mamfaat . .................................................................................................... 8

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Defisit Peperawatan Diri

1. Defenisi Defisit Perawatan Diri .......................................................... 9

2. Jenis – Jenis Defisit Perawatan Diri ................................................... 9

3. Penyebab Defisit Perawatan Diri ........................................................ 10

4. Tanda dan Gejala Defisit Perawatan Diri ........................................... 12

5. Dampak Defisit Perawatan Diri .......................................................... 13

6. Penatalaksanaan Defisit Perawatan Diri ........................................... 13

B. Asuhan Keperawatan Defisit Perawatan diri

1. Pengkajian .......................................................................................... 16

2. Pohon Masalah ................................................................................... 29

3. Diagnosa Keperawatan ...................................................................... 29

4. Intervensi Keperawatan ....................................................................... 30

5. Implementasi Keperawatan ................................................................ 35

6. Evaluasi Keperawatan ........................................................................ 35

BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian ........................................................................................ 37

B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 37

C. Populasi dan Sampel . .................................................................................. 37

D. Alat atau Instrument Pengumpulan Data . ................................................. 39

E. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data ................................................ 40

F. Analisa ...................................................................................................... 42

Page 10: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...

BAB IV PEMBAHASAN

A. Deskripsi Kasus

1. Pengkajian Keperawatan ........................................................................ 43

2. Diagnosa Keperawatan ........................................................................... 48

3. Intervensi Keperawatan .......................................................................... 50

4. Implementasi Keperawatan ..................................................................... 51

5. Evaluasi Keperawatan ............................................................................. 53

B. Pembahasan

1. Pengkajian Keperawatan ......................................................................... 56

2. Diagnosa Keperawatan ........................................................................... 61

3. Intervensi Keperawatan .......................................................................... 62

4. Implementasi Keperawatan ..................................................................... 64

5. Evaluasi Keperawatan ............................................................................. 67

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................................... 70

B. Saran ............................................................................................................... 71

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 11: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Pohon masalah defisit perawatan diri ............................................ 29

Page 12: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Ganchart Penelitian

Lampiran 2. Format Screening Defisit Perawatan

Lampiran 3. Diri Format Observasi Defisit Perawatan Diri

Lampiran 4. Lembar Inform Consent

Lampiran 5. Format Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Partisipan 1

Lampiran 6. Format Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Partisipan 2

Lampiran 7. Format Konsultasi Proposal bimbingan 1

Lampiran 8. Format Konsultasi Proposal Bimbingan 2

Lampiran 9. Format Konsultasi KTI Bimbingan 1

Lampiran 10. Format Konsultasi KTI Bimbingan 2

Lampiran 11. Surat izin pengambilan data

Lampiran 12. Surat izin penelitian

Lampiran 13. Surat izin selesai penelitian

Page 13: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Mega Puspita Sari

NIM : 153110215

Tempat / tanggal lahir : Sumanik, 18 Oktober 1995

Agama : Islam

Status perkawinan : belum kawin

Nama orang tua

Ayah : Kasman

Ibu : Nilawati

Alamat : Jorong III ninik Nagari Situmbuk, Kecamatan

Salimpaung Kab. Tanah Datar

Riwayat pendidikan

No Pendidikan Tahun Ajaran

1. SDN 17 Situmbuk 2002 - 2008

2. MTsN Situmbuk 2008 - 2011

3. SMA 1 Sungai Tarab 2011 - 2014

4. Prodi keperawatan Padang, Jurusan Keperawatan,

Poltekkes Kemenkes Padang

2015 - 2018

Page 14: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan jiwa menurut WHO atau World Health Organization (2016) adalah

ketika orang tersebut sehat dan bahagia mampu menghadapi tantangan hidup dan

mampu menerima orang lain sebagaimana seharusnya serta mempunyai sikap

positif terhadap diri sendiri dan orang lain. UU Nomor 18 tahun 2014 menyatakan

kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara

fisik, mental, spiritual dan sosial sehingga individu tersebut menyadari

kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif dan

mampu memberikan konstribusi untuk komunitasnya. Kesehatan jiwa adalah

kondisi jiwa seseorang yang terus tumbuh berkembang dan mempertahankan

keselarasan dalam pengendalian diri serta terbebas dari stress yang serius. Seorang

yang tidak mampu mengendalikan dirinya sendiri dalam menghadapi sebuah

masalah bisa berakibat stress sehingga menyebabkan gangguan jiwa (Kusuma,

2010).

Gangguan jiwa adalah pola prilaku atau psikologis seseorang yang dapat

menyebabkan penderita yang signifikan seperti gangguan fungsi sehari – hari dan

penurunan kualitas hidup (Stuart, 2013). Salah satu gangguan jiwa berat adalah

skizofrenia. Skizofrenia adalah kepribadian yang terpecah antara pikiran perasaan

dan prilaku. Dalam artian apa yang dilakukan tidak sesuai dengan pikiran dan

perasaannya. Secara spesifik skizofrenia adalah orang yang mengalami gangguan

emosi, pikiran dan prilaku (Prabowo, 2014)

Di Indonesia dengan berbagai faktor biologis, psikologis dan sosial dengan

keanekaragaman penduduk, maka jumlah kasus skizofrenia terus bertambah yang

berdampak pada penambahan beban negara dan penurunan produktivitas manusia

untuk jangka panjang. Penderita gangguan jiwa di Indonesia sekitar 60 juta orang

Page 15: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...

terkena bipolar, 47,5 juta terkena dimensia, 35 juta orang terkena depresi serta 21

juta orang terkena skizofrenia atau dengan prevalensi 1,7 permil perduduk

Indonesia. Prevalensi skizofrenia di Indonesia tertinggi di Jogjakarta dan Aceh

dengan prevalensi 2,7 permil dan terendah di Kalimantan Barat dengan prevalensi

skizofrenia mencapai 0,7 permil sedangkan Sumatera Barat menduduki peringkat

ke 9 dari 34 provinsi dengan prevalensi 1.9 permil penduduk Sumatera Barat. Di

Sumatera Barat jumlah pasien skizofrenia berdasarkan kunjungan ke Rumah Sakit

yaitu ada 977.433 orang kunjungan rawat jalan dan 120.055 orang kunjungan

rawat inap (Kemenkes, 2016).

Peningkatan gangguan jiwa berat (skizofrenia) yang terjadi saat ini akan

menimbulkan masalah baru yang disebabkan ketidakmampuan dan gejala-gejala

yang ditimbulkan oleh penderita (Rikesdas, 2013 ). Gejala pada pasien skizofrenia

dibagi atas dua yaitu gejala positif dan gejala negatif. Gejala positif adalah gejala

yang mencolok yang mudah dikenali dan mengganggu keluarga dan masyarakat.

Gejala positif diantaranya adalah waham, halusinasi, gangguan proses pikir

(bentuk, langkah dan isi pikiran), gangguan afek dan emosi serta gangguan

kemauan. Sedangkan gejala negatif adalah gejala yang tersamar dan tidak

mengganggu keluarga dan masyarakat. Gejala negatif penderita skizofrenia seperti

menarik diri dari pergaulan sosial, harga diri rendah dan defisit perawatan diri

(Prabowo, 2014 ).

Defisit perawatan diri menurut Townsend (2009) adalah hambatan kemampuan

untuk melakukan atau menyelesaikan aktifitas perawatan diri (mandi, berpakaian,

makan dan eliminasi). Menurut Fitria (2012), defisit perawatan diri adalah suatu

kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan dalam

melakukan atau melengkapi aktivitas perawatan diri secara mandiri seperti mandi,

berpakaian atau berhias, makan dan minum, buang air besar dan buang air kecil

(toiletting).

Page 16: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...

Defisit perawatan diri yang dialami pasien dapat juga berakibat lanjut pada

masalah psikososial karena akan berakibat pada gangguan integritas kulit,

gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga atau gangguan

fisik pada kuku menyebabkan pasien tersebut akan dijauhi atau dikucilkan oleh

masyarakat, hal ini akan berdampak munculnya harga diri rendah dan isolasi

sosial pada pasien. Pasien akan mengurangi kontak dengan orang lain dan

lingkungannya, sedangkan bagi orang lain dan lingkungan dapat mengganggu

kenyaman dan ketertiban masyarakat (Dermawan, Rusdi, 2013 ). Penanganan

terhadap pasien gangguan defisit perawatan diri harus segera dilakukan untuk

mencegah gangguan lain yang akan terjadi pada pasien defisit perawatan diri

(Irman, 2016).

Penanganan tersebut membutuhkan peran perawat yang optimal untuk melakukan

pendekatan dan memecahkan masalah yang dihadapi pasien dan keluarga.

Keluarga merupakan sebuah kelompok kecil yang terdiri dari beberapa individu

yang memiliki hubungan erat satu sama lain, saling tergantung yang di organisir

dalam satu unit tunggal dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Kesanggupan

keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan terhadap anggotanya dapat dilihat

dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakannya diantaranya mengenal

masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat,

memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit, mempertahankan suasana

rumah yang sehat dan menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat

(Padila, 2012).

Dengan demikian keterlibatan keluarga dalam asuhan keperawatan pada pasien

defisit perawatan diri sangat menentukan keberhasilan peran perawat dalam

pencapaian tujuan asuhan keperawatan pada pasien tersebut. Peran perawat dalam

menangani pasien dengan defisit perawatan diri salah satunya melakukan asuhan

keperawatan berupa penerapan strategi pelaksanaan defisit perawatan diri baik

pada pasien maupun pada keluarga (Irman, 2016).

Page 17: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...

Strategi pelaksanaan pada pasien defisit perawatan diri mencakup melatih pasien

cara perawatan kebersihan diri, melatih pasien berdandan atau berhias, melatih

pasien makan dan minum secara mandiri dan mengajarkan pasien melakukan

buang air besar dan buang air kecil secara mandiri. Strategi pelaksanaan pada

keluarga berupa melatih cara merawat dan membimbing pasien kebersihan diri,

berdandan, makan dan minum, buang air besar dan buang air kecil (Irman, 2016).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Yuza (2015) di Puskesmas Belimbing

Kota Padang, angka skizofrenia sebanyak 114 orang pasien di wilayah kerja

Puskesmas Nanggalo Kota Padang. Penelitian tersebut mengatakan bahwa hasil

observasi yang didapatkan pada pasien defisit perawatan diri yang berkunjung,

badan pasien berbau, rambut acak – acakan dan berdaki. Hasil wawacara pasien

mengatakan malas mandi. Hasil wawancara dengan keluarga, keluarga

mengatakan pasien dirumah sering buang air besar dan buang air kecil tidak pada

tempatnya, ada juga keluarga yang mengatakan pasien malas mandi dan tidak

mau keluar kamar. Keluarga juga tidak tahu bagaimana cara merawat pasien

defisit perawatan diri.

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Padang (2017), terdapat 22

Puskesmas di Kota Padang pada tahun 2016 dengan angka gangguan jiwa

sebanyak 9.355 orang yang melakukan kunjungan jiwa yaitu terdiri dari 5.574

orang berjenis kelamin laki – laki dan 3.781 orang berjenis kelamin perempuan.

Pasien skizofrenia yang melakukan kunjungan 60 % dari jumlah kunjungan

gangguan jiwa atau dengan jumlah 5.641 orang pasien skizofrenia.

Terdapat 22 Puskesmas di Kota Padang, dengan angka tertinggi penderita

skizofrenia di tahun 2016 adalah di Puskesmas Lubuak Buayo sebanyak 756

orang, di Puskesmas Air Dingin sebanyak 711 orang, di Puskesmas Andalas

sebanyak 467 orang, di Puskesmas Seberang Padang sebanyak 506 orang, di

Puskesmas Nanggalo sebanyak 471 orang. Puskesmas Nanggalo merupakan salah

Page 18: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...

satu dari 22 Puskesmas yang ada di kota Padang dengan angka gangguan jiwa

skizofrenia yang cukup tinggi. Puskesmas Nanggalo menduduki peringkat ke- 5

dari 22 Puskesmas di Kota Padang pada tahun 2016 dengan angka gangguan jiwa

skizofrenia sebanyak 471 orang, dengan jumlah kunjungan 446 orang pasien

skizofrenia lama dan 25 orang jumlah kunjungan pasien skizofrenia yang baru.

Berdasarkan pendokumentasian data yang didapatkan dari Rekam medis

Puskesmas Nanggalo (2017), Puskesmas Nanggalo terdiri dari tiga wilayah kerja

yaitu Kelurahan Surau Gadang, Kelurahan Kurao Pagang dan Kelurahan Gurun

Laweh. Jumlah seluruh pasien yang berkunjung tercatat dari bulan Januari 2017

sampai Desember 2017 sebanyak 106 orang kunjungan ke poli jiwa Puskesmas

Nanggalo Kota Padang, yang terdiri dari kunjungan pasien epilepsi, ansietas,

gangguan jiwa skizofrenia dan gangguan lainnya. Sedangkan angka skizofrenia di

Puskesmas Nanggalo tersebut sebanyak 77 orang, dengan jumlah pasien laki –

laki sebanyak 49 orang dan 28 orang jumlah pasien skizofrenia berjenis kelamin

perempuan. Jumlah pasien terbanyak berada di Kelurahan Surau Gadang yaitu

sebanyak 51 orang, selanjutnya dari Kelurahan Kurao Pagang sebanyak 25 orang,

dan yang berada di Kelurahan Gurun Laweh sebanyak 1 orang pasien skizofrenia.

Studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh penulis di Puskesmas Nanggalo

pada bulan November tahun 2017. Berdasarkan pendokumentasian data rekam

medis Puskesmas Nanggalo Kota Padang (2017) pasien jiwa skizofrenia yang

berkunjung selama 3 bulan terakhir yaitu bulan Oktober 2017 sampai bulan

Desember 2017 sebanyak 38 orang skizofrenia.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada bulan November tahun 2017,

didapatkan dari 5 orang pasien skizofrenia yang berkunjung ke Puskesmas

Nanggalo Padang terdapat 3 diantaranya mengalami defisit perawatan diri. Hal

ini ditandai dari badan pasien yang berbau, kotor, rambut acak - acakan, pakaian

Page 19: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...

kotor, kuku panjang dan kotor, mulut berbau, gigi kotor, berdaki, tidak memakai

sandal.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada pasien dan keluarga

didapatkan pasien mengatakan tidak mau mandi karena malas, sedangkan

keluarga mengatakan pasien malas mandi, ketika makan berceceran dan juga

jarang kontak dengan anggota keluarga lainnya serta keluarga juga mengatakan

tidak tahu bagaimana cara menyuruh pasien membersihkan diri, keluarga

mengatakan tidak tahu bagaimana cara merawat pasien dengan defisit perawatan

diri.

Adapun wawancara yang dilakukan pada pemegang program kesehatan jiwa di

Poli Jiwa Puskesmas Nanggalo Kota Padang yang bernama Ns. Fitria Diah NP, S.

Kep, pasien dan keluarga berkunjung hanya untuk mengambil obat, bahkan ada

juga yang berkunjung ke puskesmas hanya keluarga saja, tindakan keperawatan

yang telah diberikan kepada pasien yang berkunjung ke Puskesmas adalah dengan

tindakan medis kepada setiap pasien gangguan jiwa yang berkunjung ke

Puskesmas Nanggalo pemberian atau penambahan obat dan kurang optimal

pemberian tindakan keperawatan terhadap keluarga pasien terkait cara perawatan

pasien dengan defisit perawatan diri karena terkait keterbatasan tenaga kerja.

perawat juga telah melakukan kunjungan rumah pada keluarga tapi kurang

optimal dan kurang rutin dengan alasan ada keluarga yang tidak sedang di rumah,

ada juga keluarga yang tidak mau menerima kehadiran perawat atau tenaga

pelayanan kesehatan yang lainnya.

Berdasarkan pemaparan yang telah dijelaskan diatas, maka penulis telah

melakukan penelitian tentang asuhan keperawatan jiwa pada keluarga dengan

pasien defisit perawatan diri di wilayah kerja Puskesmas Nanggalo Kota Padang

tahun 2018 “

Page 20: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang diangkat oleh penulis adalah “Bagaimana asuhan

keperawatan jiwa pada keluarga dengan pasien defisit perawatan diri di wilayah

kerja Puskesmas Nanggalo Kota Padang tahun 2018 ?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan asuhan

keperawatan jiwa keluarga dengan pasien defisit perawatan diri di wilayah

kerja Puskesmas Nanggalo Kota Padang.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian keperawatan jiwa pada

keluarga dengan pasien defisit perawatan diri di wilayah kerja

Puskesmas Nanggalo Padang.

b. Mampu mendeskripsikan diagnosa keperawatan jiwa pada keluarga

dengan pasien defisit perawatan diri di wilayah kerja Puskesmas

Nanggalo Padang.

c. Mampu mendeskripsikan rencanaan tindakan keperawatan jiwa pada

keluarga dengan pasien defisit perawatan diri di Puskesmas Nanggalo

Padang.

d. Mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan jiwa pada keluarga

dengan pasien defisit perawatan diri di wilayah kerja Puskesmas

Nanggalo Padang.

e. Mampu mendeskripsikan hasil tindakan keperawatan jiwa pada keluarga

dengan pasien defisit perawatan diri di wilayah kerja Puskesmas

Nanggalo Padang.

f. Mampu mendeskripsikan hasil dokumentasi asuhan keperawatan jiwa

pada keluarga dengan pasien defisit perawatan diri di wilayah kerja

Puskesmas Nanggalo Padang.

Page 21: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...

D. Manfaat

1. Bagi penulis

Penulisan ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan pengalaman

serta mengetahui masalah pada keluarga dengan pasien defisit perawatan

diri.

2. Bagi Lokasi Penelitian

Penulisan ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan masukan bagi

petugas kesehatan dalam meningkatkan asuhan keperawatan jiwa pada

keluarga dengan pasien defisit perawatan diri di wilayah kerja Puskesmas

Nanggalo Padang.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Penulisan ini diharapkan dapat digunakan sebagai perbandingan atau acuan

untuk penulis lainnya dalam pengembangan praktik keperawatan jiwa dan

pemecahan masalah keperawatan jiwa pada keluarga dengan pasien defisit

perawatan diri.

Page 22: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Defisit Perawatan Diri

1. Defenisi Defisit Perawatan Diri

Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi

kebutuhannya untuk mempertahankan kehidupannya, kesehatan dan

kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, pasien dinyatakan terganggu

perawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri. Defisit perawatan

diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri

diantaranya mandi, berpakaian dan berhias, makan dan minum serta buang air

besar dan buang air kecil. Merawat diri adalah suatu tindakan untuk memelihara

kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis,

kurang perawatan diri kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan

perawatan kebersihan untuk dirinya (Dermawan, 2013). Menurut Fitria (2012)

defisit perawatan diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang mengalami

kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas perawatan

diri secara mandiri seperti mandi, berpakaian atau berhias, makan dan minum

serta buang air besar dan buang air kecil.

2. Jenis – Jenis Defisit Perawatan Diri

Jenis – jenis defisit perawatan diri menurut Dermawan (2013) terdiri dari :

a. Defisit perawatan diri mandi atau kebersihan

Defisit perawatan diri mandi adalah gangguan kemampuan untuk

melakukan aktivitas mandi, menggosok gigi dan aktifitas perawatan diri

untuk diri sendiri

b. Defisit perawatan diri berpakaian dan berdandan

Defisit perawatan diri berpakaian dan berhias adalah gangguan kemampuan

seseoarang dalam memakai pakaian dan aktivitas berdandan atau berhias

untuk diri sendiri

Page 23: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...

c. Defisit perawatan diri makan dan minum

Defisit perawatan diri makan adalah gangguan kemampuan pasien untuk

menyelesaikan aktivitas makan dan minum sendiri.

d. Defisit perawatan diri toileting

Defisit perawatan diri toileting adalah gangguan kemampuan seseorang

untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas buang air besar dan buang air

kecil secara mandiri

3. Penyebab Defisit Perawatan Diri

Menurut Irman (2016) penyebab defisit perawatan diri sebagai berikut :

a. Faktor predisposisi

1) Faktor Biologis

Faktor biologis yang bisa menyebabkan defisit perawatan diri

diantaranya :

a) Faktor herediter

Faktor keturunan seperti adanya anggota keluarga lain yang

mengalami gangguan jiwa

b) Penyakit fisik berupa struktur otak abnormal, atropik otak,

pembesaran ventikal, perubahan besar serta bentuk sel kortikal dan

limbik dan mental berupa yang menyebabkan pasien tidak mampu

melakukan perawatan diri serta gangguan fungsi otak.

Menurut Keliat (2013) jenis – jenis gangguan fungsi otak

diantaranya :

(1) Gangguan kognitif

Gangguan kognitif pada pasien defisit perawatan diri ditandai

dengan gejala diantaranya tidak mampu berfikir dan memiliki

persepsi yang tidak realistik, tidak mampu berespon baik

terhadap aktivitas perawatan diri

Page 24: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...

(2) Gangguan afek

Gangguan efek yang terjadi pada pasien defisit perawatan diri

ditandai dengan gejala diantaranya perasaan yang tidak sesuai,

tidak peduli terhadap diri sendiri maupun aktivitas perawatan

diri

(3) Gangguan prilaku

Gejala gangguan prilaku pada pasien defisit perawatan diri

diantaranya rasa takut berinteraksi dengan orang lain, tidak

bersosialisasi dengan orang lain, tidak peduli dengan diri

sendiri dan lingkungan, tidak peduli terhadap aktivitas

perawatan diri

2) Faktor Psikologis

Faktor psikologis yang menyebabkan seseorang mengalami defisit

perawatan diri diantaranya adalah :

(1) Faktor perkembangan yang disebabkan oleh keluarga terlalu

melindungi dan memanjakan pasien sehingga perkembangan

inisiatif pasien terganggu.

(2) Kemampuan realitas menurun, pasien gangguan jiwa dengan

kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian

dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.

3) Faktor Sosial

Faktor yang datang dari lingkungan sekitar dapat berupa kurang

dukungan dan situasi lingkungan mempengaruhi kemampuan dalam

perawatan diri.

b. Faktor presipitasi

Faktor presipitasi yang dapat menimbulkan defisit perawatan diri adalah

penurunan motivasi, kerusakan kognitif atau persepsi, cemas, lelah, lemah

Page 25: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...

yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu

melakukan perawatan diri.

4. Tanda dan Gejala Defisit Perawatan Diri

Tanda dan gejala defisit perawatan diri menurut Irman (2016) dapat dinilai

dari pernyataan pasien tentang kebersihan diri, berdandan dan berpakaian,

makan dan minum, Bbuang air besar dan buang air kecil dan didukung

dengan data hasil observasi diantaranya sebagai berikut :

a. Data subjektif

Pasien defisit perawatan diri mengatakan tentang :

1) Malas mandi

2) Tidak mau menyisir rambut

3) Tidak mau menggosok gigi

4) Tidak mau memotong kuku

5) Tidak mau berhias atau berdandan

6) Tidak bisa atau tidak mau menggunakan alat mandi atau alat

kebersihan diri

7) Tidak menggunakan alat makan dan minum saat makan dan minum

8) Buang air besar dan buang air kecil tidak pada tempatnya

9) Tidak membersihkan diri dan tempat setelah Buang air besar dan

buang air kecil

10) Tidak mengetahui cara perawatan diri yang benar

b. Data objektif

1) Badan bau, kotor, berdaki, rambut kotor, gigi kotor, kuku panjang,

tidak menggunakan alat – alat mandi, tidak mandi dengan benar.

2) Rambut kusut, berantakan, kumis dan jenggot tidak rapi, pakaian tidak

rapi, tidak mau berdandan, tidak mau memilih mengambil dan

memakai pakaian, tidak memakai sandal, sepatu, resleting dan tidak

memakai barang – barang yang perlu dalam berpakaian.

Page 26: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...

3) Makan dan minum sembarangan, berceceran, tidak menggunakan alat

mandi, tidak mampu menyiapkan makanan dan memindahkan

makanan ke alat makan, membawa makanan dari piring ke mulut,

tidak mengunyah, menelan makanan secara aman dan juga tidak

menyelesaikan makan.

4) Buang air besar dan buang air kecil tidak pada tempatnya, tidak

membersihkan diri setelah buang air besar dan buang air kecil

5. Dampak Defisit Perawatan Diri

Menurut Dermawan (2013) dampak yang sering timbul pada masalah defisit

perawatan diri sebagai berikut :

a. Dampak fisik

Banyak gangguan kesehatan yang diderita pasien karena tidak

terpeliharanya kebersihan pasien dengan baik, gangguan fisik yang sering

terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa

mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.

b. Dampak psikososial

masalah sosial yang berhubungan dengan defisit perawatan diri adalah

gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai,

kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi social

6. Penatalaksanaan Keperawatan Defisit Perawatan Diri

Menurut Purba (2010) perencanaan tindakan keperawatan untuk pasien defisit

perawatan diri juga ditujukan untuk keluarga sehingga keluarga mampu

mengarahkan pasien dalam melakukan perawatan diri Tindakan keperawatan

defisit perawat diri sebagai berikut :

a. Tindakan keparawatan untuk pasien defisit perawatan diri

1) Tujuan dari tindakan keperawatan defisit perawatan diri

a) Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri

Page 27: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...

b) Pasien mampu melakukan berhias dan berdandan secara baik

c) Pasien mampu melakukan makan dengan baik

d) Pasien mampu melakukan buang air besar dan buang air kecil

secara mandiri

2) Tindakan keperawatan pasien defisit perawatan diri

Menurut Purba (2010), tindakan keperawatan pada pasien defisit

perawatan diri diantaranya :

a) Melatih pasien cara – cara perawatan kebersihan diri

Untuk melatih pasien dalam menjaga kebersihan diri perawat harus

dapat melakukan tahapan tindakan yang meliputi :

(1) Menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan diri

(2) Menjelaskan alat - alat untuk menjaga kebersihan diri

(3) Menjelaskan cara melakukan kebersihan diri

(4) Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri

b) Melatih pasien berhias atau berdandan

Perawat dapat melatih pasien berdandan, pasien laki – laki harus di

bedakan dengan wanita. Untuk pasien laki – laki meliputi :

berpakaian, menyisir rambut dan bercukur. Sedangkan untuk

pasien perempuan meliputi : berpakaian, menyisir rambut dan

berhias

c) Melatih pasien makan dan minum secara mandiri

Untuk melatih pasien perawat dapat melakukan tahapan sebagai

berikut :

(1) Menjelaskan cara mempersiapkan makan dan minum

(2) Menjelaskan cara makan dan minum yang tertib dan baik

(3) Menjelaskan cara merapikan peralatan makan dan minum

setelah makan dan minum

Page 28: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...

(4) Praktek makan dan minum sesuai dengan tahapan makan dan

minum yang baik

d) Mengajarkan pasien melakukan buang air besar dan buang air kecil

secara mandiri.

Perawat dapat melatih pasien buang air besar dan buang air kecil

mandiri sesuai tahapan berikut :

(1) Menjelaskan tempat buang air besar dan buang air kecil

(2) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah buang air besar

dan buang air kecil

(3) Menjelaskan cara membersihkan tempat buang air besar dan

buang air kecil

b. Tindakan keperawatan pada keluarga pasien defisit perawatan diri

1) Pentingnya tindakan keperawatan keluarga

Keluarga merupakan orang yang sangat dekat dengan pasien dan tahu

dengan kondisi pasien sehingga dukungan keluarga dalam

penatalaksanaan pasien sangat dibutuhkan. Menurut Fitria (2009)

keluarga dapat meneruskan dan melatih pasien dan mendukung agar

kemampuan pasien dalam perawatan diri meningkat namun dalam

memberikan asuhan keperawatan perlu di perhatikan tingkat

kemandirian keluarga, dimana setiap keluarga memiliki tingkat

kemandirian yang berbeda – beda.

2) Tujuan tindakan keperawatan pada keluarga dengan pasien defisit

perawatan diri yaitu keluarga mampu merawat anggota keluarga yang

mengalami masalah defisit perawatan diri

3) Tindakan keperawatan pada keluarga dengan pasien defisit perawatan

diri perawat harus melakukan tindakan kepada keluarga agar keluarga

Page 29: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...

dapat meneruskan melatih pasien dan mendukung agar kemampuan

pasien dalam perawatan diri meningkat. maka perawat harus

melakukan intervensi diantaranya :

a) Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas kebersihan diri yang

dibutuhkan oleh pasien untuk menjaga perawatan diri pasien

b) Anjurkan keluarga untuk terlibat merawat diri pasien dan

membantu mengingatkan pasien dalam merawat diri (sesuai

jadwal yang telah disepakati)

c) Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian atas keberhasilan

pasien dalam merawat diri

B. Asuhan Keperawatan Defisit Perawatan Diri

Menurut Keliat (2013), asuhan keperawatan jiwa dengan defisit perawatan diri

terdiri dari pengkajian, diagnosis keperawatan, tindakan keperawatan pada pasien

dan keluarga, evaluasi kemampuan pasien dan keluarga serta melakukan

dokumentasi keperawatan.

1. Pengkajian keperawatan

a. Pengkajian keperawatan pada pasien

Menurut Stuart (2013), pengkajian merupakan tahapan awal dan dasar

utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas

pengumpulan data meliputi data biologis, psikologis, sosial dan spiritual.

Data pada pengkajian kesehatan jiwa dapat dikelompokkam menjadi

faktor predisposisi, faktor presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber

koping dan kemampuan koping yang dimiliki klien.

Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi kepada

pasien dan keluarga. Menurut Keliat (2013), pengkajian keperawatan

pada pasien dengan defisit perawatan diri adalah sebagai berikut :

Page 30: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...

1) Identitas klien

Perawat yang merawat pasien melakukan perkenalan dengan pasien

tentang : nama perawat, nama pasien, panggilan perawat, panggilan

pasien, tujuan, waktu dan tempat pertemuan, topik yang akan

dibicarakan.

2) Keluhan utama

Biasanya pasien mengeluh malas mandi, tidak mau menggosok gigi,

tidak mau memotong kuku, tidak mau berhias atau berdandan, tidak

bisa dan tidak mau menggunakan alat mandi atau alat kebersihan diri,

tidak mau menggunakan alat makan dan minum saat makan dan

minum, tidak mau membersihkan diri dan tempat buang air besar dan

buang air kecil setelah buang air besar dan buang air kecil atau tidak

mengetahui cara perawatan diri yang benar.

3) Faktor predisposisi

Menurut Irman (2016), hal – hal yang mempengaruhi terjadinya defisit

perawatan diri diantaranya meliputi :

a) Faktor biologis

Pada pasien yang mengalami defisit perawatan diri ditemukan

adanya faktor penyakit fisik dan mental serta adanya faktor

herediter yang menyebabkan pasien tidak mampu melakukan

perawatan diri.

b) Faktor biologis

Pada pasien yang mengalami defisit perawatan diri dapat

ditemukan adanya masalah dalam faktor perkembangan yang

disebabkan oleh keluarga terlalu memanjakan pasien sehingga

perkembangan inisiatif terganggu, kemampuan realitas menurun.

Pasien gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang

Page 31: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...

menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk

perawatan diri

c) Sosial

Pasien dengan defisit perawatan diri didapatkan kurang dukungan

dan situasi lingkungan yang mempengaruhi kemampuan dalam

perawatan diri.

4) Faktor presipitasi

Stressor presipitasi pada pasien dengan defisit perawatan diri

ditemukan adanya kerusakan kognitif atau persepsi, menurunnya

motivasi, cemas, lelah, lemah, yang dialami individu sehingga

menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.

5) Agama

Data ini menjelaskan tentang agama yang dianut oleh masing-masing

keluarga, perbedaan kepercayaan yang dianut serta kepercayaan yang

dapat mempengaruhi kesehatan

6) Prilaku

Menurut Keliat (2013) prilaku yang dapat ditemukan pada pasien

dengan defisit perawatan diri biasanya pasien tampak malas mandi,

tidak mau menyisir rambut, tidak mau menggosok gigi, tidak mau

memotong kuku, tidak mau berhias dan berdandan, tidak mau

menggunakan alat mandi atau kebersihan diri, tidak mau menggunakan

alat makan dan minum saat makan dan minum, tidak mau

membersihkan diri dan tempat buang air besar dan buang air buang air

kecil, tidak mengetahui cara perawatan diri yang benar

Page 32: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...

Prilaku lain yang dapat ditemukan ada pasien dengan defisit perawatan

diri antara lain pasien tampak tidak menggunakan alat mandi dengan

benar, memilih, mengambil dan memakai alat sembarangan, tidak

memakai sendal dan sepatu, makan dan minum berceceran dan

sembarangan, tidak menggunakan alat makan dan minum, tidak

mampu menyiapkan makanan, tidak mampu memindahkan makanan

ke alat makan, buang air besar dan buang air kecil tidak pada

tempatnya, tidak mampu menjaga kebersihan toilet, tidak mmpu

menyiram toilet (Keliat, 2013)

7) Mekanisme koping

Menurut Dermawan (2013), mekanisme koping pada pasien dengan

defisit perawatan diri adalah sebagai berikut :

(a) Regresi

Menghindari stress, kecemasan dan menampilkan prilaku kembali

seperti pada prilaku perkembangan anak atau berhubungan dengan

masalah proses informasi dan upaya untuk mengulangi ansietas.

(b) Penyangkalan

Melindungi diri terhadap kenyataan yang tidak menyenangkan

dengan menolak menghadapi hal itu, yang sering dilakukan

dengan cara melarikan diri seperti menjadi sakit atau kesibukan

serta tidak berani melihat dan mengakui kenyataan yang

menakutkan (Yusuf, 2015).

(c) Menarik diri

Reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik maupun

psikologis, reaksi fisik yaitu individu pergi atau lari menghindari

sumber stressor. Reaksi psikologis individu menunjukkan prilaku

Page 33: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...

apatis, mengisolasi diri, tidak berminat, sering disertai rasa takut

dan bermusuhan

(d) Intelektualisasi diri

Suatu bentuk penyekatan emosional karena beban emosi dalam

suatu keadaan yang menyakitkan, diputuskan atau diubah

misalnya rasa sedih karena kematian orang terdekat maka

mengatakan sudah nasibnya (Yusuf, 2015).

8) Sumber koping

Sumber koping merupakan suatu evaluasi terhadap pilihan koping dari

strategi seseorang individu dapat mengatasi stress dan ansietas dengan

menggunakan sumber koping yang ada di lingkungannya. Sumber

koping tersebut dijadikan sebagai modal untuk menyelesaikan

masalah. Dukungan sosial dan keyakinan budaya dapat membantu

seseorang mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan stress dan

mengadopsi strategi koping yang efektif.

9) Psikosial

(a) Genogram

Pada genogram biasanya terlihat ada anggota keluarga yang

mengalami kelainan jiwa, pola komunikasi pasien terganggu

begitu juga dengan pengambilan keputusan dan pola asuh yang

terganggu.

(b) Konsep Diri

Biasanya gambaran dari pasien mengeluh dengan keadaan

tubuhnya, ada bagian yang dia sukai dan ada bagian yang tidak dia

sukai. Identits pasien sebelum sakit : pasien biasanya mampu

menilai identitasnya, pasien menyadari peran dirinya sebelum

Page 34: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...

sakit, saat dirawat peran pasien terganggu, ideal diri tidak menilai

diri, pasien memiliki harga diri rendah yang akan berakibat pasien

tidak peduli akan perawatan diri sehingga terjadi defisit perawatan

diri

(c) Hubungan Sosial

Biasanya pasien kurang bergaul dan bersosialisasi dilingkungan

keluarga maupun masyarakat.

(d) Spritual

Biasanya nilai dan keyankinan pasien dengan gangguan jiwa

dipandang tidak sesuai dengan agama dan budaya, kegiatan ibadah

: pasien biasanya melakukan kegiatan agama dirumah, saat sakit

ibadah pasien terganggu.

10) Mental

(a) Penampilan

Biasanya penampilan diri yang tidak rapi, kotor, tidak serasi atau

tidak cocok dan berubah dari biasanya

(b) Pembicaraan

Biasanya tidak teroganisir dan bentuk yang maladaptif seperti

kehilangan, tidak logis, dan berbelit-belit

(c) Aktivitas Motorik

Biasanya aktivitas motorik meningkat atau menurun, impulsif,

kataton dan beberapa gerakan yang abnormal.

(d) Alam Perasaan

Biasanya Beberapa suasana emosi yang memanjang akibat dari

faktor presipitasi misalnya sedih dan putus asa disertai apatis.

(e) Afek : biasanya afek sering tumpul, datar, tidak sesuai dengan

ambivalen

Page 35: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...

(f) Interaksi selama wawancara

Biasanya selama interaksi dapat dideteksi sikap pasien yang

tampak komat-kamit, tertawa sendiri, tidak terkait dengan

pembicaraan, menggaruk – garuk, gatal dan juga kacau

(g) Persepsi

Biasanya pada pasien defisit perawatan diri yang terjadi pada

pasien yaitu malas melakukan perawatan diri, tidak mau mandi,

mencuci rambut, tidak mau menggososk gigi, tidak bisa

memperhatikan penampilan ( berdandan dan berhias ), tidak

makan dan minum dengan benar, tidak buang air besar dan buang

air kecil ditempatnya.

(h) Proses pikir

Biasanya pasien tidak mampu mengorganisir dan menyusun

pembicaraan logis dan koheren, tidak berhubungan, berbelit.

Ketidakmampuan pasien ini sering membuat lingkungan takut dan

merasa aneh terhadap pasien

(i) Tingkat kesadaran

Biasanya klien akan mengalami disorientasi terhadap orang,

tempat dan waktu.

(j) Memori

Biasanya terjadi gangguan daya ingat jangka panjang dan jangka

pendek, mudah lupa, klien kurang mmapua menjalankan peraturan

yang telah disepakati, tidak mudah tertarik. pasien berulang kali

menanyakan waktu.

Page 36: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...

(k) Tingkat kosentrasi dan berhitung

Biasanya Kemampuan kosentrasi menurun terhadap realitas

ekternal, seperti sukar menyelesaikan tugas, sukar berkosentrsi

pada kegiatan atau pekerjaan dan mudah mengalihkan perhatian,

mengalami masalah dalam memberikan perhatian.

(l) Kemampuan menilai

Biasanya pasien mengalami kemampuan meilai yang kurang,

pasien tidak bisa membedakan keadaan yang bersih dan kotr,

pasien juga tidak bisa menilai mana yang baik untuk dirinya.

(m) Daya titik diri

Biasanya pasien mengalami ketidakmampuan dalam mengambil

keputusan. Menilai dan mengevaliuasi diri sendiri, penilaian

terhadap lingkungan dan stimulus, membuat rencana termasuk

memutuskan, melaksnakan keputusan yang telah disepakatai.

pasien yang sama sekali tidak dapat mengambil keputusan, situsi

ini sering mempegaruhi motivasi dan insiatif pasien

11) Kebutuhan sehari – hari pasien

(a) Makan

Biasanya pada pasien defisit perawatan diri tidak mnegtahui cara

makan yang benar, pasien tidak bisa membandingkan makan an

yang bersih dan kotor, pasien juga tidak bisa mengetahui cara

makan yang benar.

(b) Buang air besar dan buang air kecil

Biasanya pasien tidak buang air besar dan buang air kecil di

tempatnya (toilet), pasien juga tidak membersihkan diri setelah

buang air besar dan buang air kecil

Page 37: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...

(c) Mandi : biasanya pasien malas mandi, mencuci rambut, pasien

juga malas menggosok gigi,

(d) Berpakaian : biasanya pakaian pasien kotor, bau, robek – robek,

tidak rapi, tidak sesuai dan tidak diganti, pasien juga tidak

mengetahui cara memakainya dengan benar.

(e) Tidur : biasanya lama waktu tidur siang dan malam : biasanya

istirahat pasien terganggu bila terjadinya komlikasi seperti

penyakit kulit yang diakibatkan dari defisit perawatan diri

(f) Pemeliharaan Kesehatan

Pemeliharaan kesehatan pasien selanjutnya, peran keluarga dan

sistem pendukung sangat menentukan.

(g) Aktivitas dalam rumah

Biasanya pasien tidak mampu melakukan aktivitas didalam rumah

seperti menyapu

12) Aspek Medis

(a) Diagnosa Medis : Skizofrenia

(b) Terapi yang diberikan

Obat yang diperika pada pasien dengan defisit perawatan diri

biasanya diberikang antipsikotik seperti haloperidol (HLP),

chlorpromazine (CPZ), Triflnu perazin(TFZ), dan anti parkinson

trohenski phenidol (THP), triplofrazine arkine.

b. Pengkajian keperawatan pada keluarga

1) Identitas lengkap penanggung jawab pasien

Meliputi nama KK, umur, Jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,

alamat, nomor telepon, dan komposisi atau susunan anggota keluarga.

Komposisi keluarga mejelaskan anggota keluarga yang diidentifikasi

sebagai bagian dari keluarga mereka

Page 38: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...

2) Tipe Keluarga

Menjelaskan mengenai tipe keluarga beserta kendala mengenai jenis

tipe keluarga atau masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga

tradisional dan non tradisional

3) Riwayat keluarga dan Tahap Perkembangan

a) Tahap perkembangan keluarga saat ini

Dari beberapa tahap perkembangan keluarga, identifikasi tahap

perkembangan keluarga saat ini. Tahap perkembangan keluarga

ditentukan oleh anak tertua dari keluarga inti.

b) Tahap Perkembangan keluarga yang belum tercapai

Identifikasi tahap perkembangan keluarga yang sudah terpenuhi

dan yang belum terpenuhi. Pengkajian ini juga menjelaskan

kendala – kendala yang membuat tugas perkembangan keluarga

tersebut belum terpenuhi.

c) Riwayat keluarga inti

Pengkajian dilakukan mengenai riwayat kesehatan keluarga inti,

meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing –

masing anggota keluarga meliputi penyakit yang pernah diderita

oleh keluarga, terutama gangguan jiwa.

d) Riwayat keluarga sebelumnya

Pengkajian mengenai riwayat kesehatan orang tua dari suami dan

istri, serta penyakit keturunan dari nenek dan kakek mereka. Berisi

tentang penyakit yang pernah diderita oleh keluarga pasien, baik

berhubungan dengan panyakit yang diderita oleh pasien, maupun

penyakit keturunan dan menular lainnya

Page 39: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...

4) Status Sosial dan Ekonomi

Data ini menjelaskan pendapatan baik dari kepala keluarga maupun

anggota keluarga lainnya. Selain itu status ekonomi sosial keluarga

ditentukan pula oleh kebutuhan – kebutuhan yang dikeluarkan oleh

keluarga serta barang – barang yang dimiliki oleh keluarga.

5) Data Lingkungan

a) Karakteristik rumah

Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah,

tipe rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, jarak septic tank

dengan sumber air, sumber air minum yang digunakan serta

dilengkapi dengan denah rumah.

b) Karakteristik tetangga dan komunitas RW

Identifikasi mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas

setempat meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan atau

kesepakatan penduduk setempat serta budaya setempat yang

memengaruhi kesehatan.

c) Mobilitas geografis keluarga

Mobilitas geografis keluarga dapat diketahui melalui kebiasaan

keluarga berpindah tempat.

d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Identifikasi mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk

berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh

mana interaksi keluarga dengan masyarakat.

Page 40: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...

6) Struktur Keluarga

a) Sistem pendukung keluarga

Hal yang perlu dalam identifikasi sistem pendukung keluarga

adalah jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas – fasilitas

yang dimiliki keluarga untuk menunjang kesehatan mencakup

fasilitas fisik, fasilitas psikologis atau dukungan dari anggota

keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan dari masyarakat

setempat.

b) Pola komunikasi keluarga

Identifikasi cara berkomunikasi antar anggota keluarga, respon

anggota keluarga dalam komunikasi, peran anggota keluarga,

pola komunikasi yang digunakan, dan kemungkinan terjadinya

komunikasi disfungsional.

c) Struktur kekuatan keluarga

Mengenai kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan

mempengaruhi orang lain untuk mengubah prilaku.

d) Struktur peran

Mengetahui peran masing – masing anggota keluarga baik secara

formal maupun informal

e) Nilai dan norma keluarga

Mengetahui nilai dan norma yang dianut oleh keluarga yang

berkaitan dengan kesehatannya.

Page 41: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...

4) Fungsi Keluarga

a) Fungsi afektif

Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga,

perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan

keluarga terhadap anggota keluarga lainnya, bagaiman

kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan bagaimana

keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.

b) Fungsi sosialisasi

Kaji mengenai interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh

mana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya, serta

prilaku.

c) Fungsi perawatan kesehatan

Mengetahui sejauh mana keluarga menyediakan makanan,

pakaian, perlingdungan, serta perawatan anggota keluarga yang

sakit. Kesanggupan anggota keluarga dalam melaksanakan

perawatan kesehatan dilihat dari kemampuan keluarga dalam

melaksanakan lima tugas kesehatan keluarga, yaitu mengenal

masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan

tindakan, melakukan perawatan terhadap anggota yang sakit,

menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan,

dan mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di

lingkungan tempat tinggal.

d) Fungsi reproduksi

Fungsi Reproduksi perlu dikaji mengenai jumlah anak, rencana

mengenai jumlah anggota keluarga, dan upaya mengendalikan

jumah anggota keluarga.

Page 42: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...

e) Fungsi ekonomi

Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga adalah

sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan,

dan papan, sejauh mana keluarga memanfaatkan sumberdaya

dimasyarakat untuk meningkatkan status kesehatannya

2. Pohon masalah

Pohon maslah pada masalah defisit perawatan diri dapat diuraikan sebagai

berikut (Fitria, 2009)

Gambar 1.1 Pohon masalah defisit perawatn diri (Fitria, 2009)

3. Diagnosa keperawatan pasien perawatan diri

Diagnosa keperawatan adalah identifikasi atau penilaian terhadap pola

respons pasien baik aktual maupun potensial (Direja, 2011). Rumusan

diagnosa adalah problem atau masalah berhubungan dengan etiologi dan

keduanya saling berhubungan sebab akibat secara ilmiah. Diagnosis ini juga

bisa permasalahan, penyebab dan simtom atau gejala sebagai data penunjang.

Jika diagnosis tersebut sudah diberikan tindakan keperawatan, tetapi

permasalahan belum teratasi, maka perlu dirumuskan diagnosis baru sampai

tindakan keperawatan tersebut dapat diberikan hingga masalah tuntas

(Kusuma, 2010).

Resiko tinggi isolasi sosial

Defisit perawatan diri

Harga diri rendah

Effect atau akibat

Core Problem

Causa atau Etiologi

Page 43: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...

Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan tanda dan gejala defisit

perawatan diri yang ditemukan. Jika hasil pengkajian menunjukkan tanda dan

gejala defisit perawatan diri, maka diagnosa keperawatan yang ditegakkan

adalah defisit perawatan diri : kebersihan diri, berdandan, makan dan minum,

buang air besar dan buang air kecil.

Berdasarkan data yang didapat dari pasien defisit perawatan diri ditetapkan

diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien defisit perawatan

diri diantaranya :

a. Defisit perawatan diri

b. Harga diri rendah

c. Isolasi sosial

4. INTERVENSI

Menurut Direja (2011) penatalaksanaan defisit perawatan diri dapat dilakukan

dengan pendekatan strategi pelaksanaan diagnosa keperawatan jiwa baik itu

pada pasien maupun pada keluarga.

a. Defisit perawatan diri

1) Strategi pelaksaan pada pasien defisit perawatan diri

Strategi pelaksanaan pada pasien dengan defisit perawatan diri adalah

sebagai berikut :

Strategi pelaksanaan pasien pertemuan 1 :

a) Identifikasi masalah perawatan diri, kebersihan diri, berdandan,

makan dan minum, buang air besar dan buang air kecil.

b) Jelaskan pentingnya kebersihan diri

c) Jelaskan alat dan cara kebersihan diri

d) Latihan cara menjaga kebersihan diri, mandi, ganti pakaian, sikat

gigi, cuci rambut, dan potong kuku

Page 44: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...

e) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan mandi, sikat gigi ( 2

kali per hari), cuci rambut ( 2 kali per minggu ), potong kuku (

satu kali per minggu )

Strategi pelaksanaan pasien pertemuan 2 :

a) Evaluasi kegiatan kebersihan diri, beri pujian

b) Jelaskan cara dan alat untuk berdandan

c) Latihan cara berdandan setelah kebersihan diri, sisiran, rias muka

untuk perempuan, cukuran untuk pria

d) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk kebersihan diri dan

berdandan

Strategi pelaksanaan pasien pertemuan 3 :

a) Evaluasi kegiatan kebesihan diri berdandan dan beri pujian

b) Jelaskan cara dan alat untuk makan dan minum

c) Latihan cara makan dan minum yang baik

d) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk kebersihan diri, berdandan

makan dan minum

Strategi pelaksanaan pasien pertemuan 4 :

a) Evaluasi kegiatan kebesihan diri, berdandan makan dan minum

dan beri pujian

b) Jelaskan cara dan alat buang air besar dan buang air kecil yang

baik

c) Latihan cara buang air besar dan buang air kecil yang baik

d) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk kebersihan diri, berdandan,

makan dan minum serta buang air besar dan buang air kecil

Page 45: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...

2) Strategi pelaksanaan pada keluarga pasien defisit perawatan diri

Strategi pelaksanaan keluarga pertemuan 1 :

a) Diskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien

b) Jelaskan pengertian tanda dan gejala serta proses terjadinya defisit

perawatan diri

c) Jelaskan cara merawat pasien dengan defisit perawatan diri

d) Latihan cara merawat kebersihan diri

e) Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberikan pujian

Strategi pelaksanaan keluarga pertemuan 2 :

a) Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat dan melatih pasien

kebersihan diri dan beri pujian

b) Bimbing keluarga membantu pasien berdandan

c) Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberikan pujian

Strategi pelaksanaan keluarga pertemuan 3 :

a) Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat dan melatih pasien

kebesihan diri berdandan dan beri pujian

b) Bimbing keluarga untuk membantu makan dan minum pasien

c) Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberikan pujian

d) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk kebersihan diri, berdandan,

makan dan minum

Strategi pelaksanaan keluarga pertemuan 4 :

a) Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat dan melatih pasien

kebesihan diri berdandan, makan dan minum dan beri pujian

b) Bimbing keluarga merawat buang air besar dan buang air kecil

pasien

c) Jelaskan follow up Puskesmas, mengenal tanda kambuh dan

rujukan

Page 46: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...

b. Harga diri rendah

1) Strategi pelaksanaan pada pasien harga diri rendah

Strategi pelaksanaan pada pasien pertemuan 1 :

a) Mengidentifikasi pandangan atau penilaian pasien tentang diri

sendiri dan pengaruhnya terhadap hubungan dengan orang lain,

harapan telah dan belum tercapai, upaya yang dilakukan untuk

mencapai harapan yang belum terpenuhi

b) Mengidentifikasi kemampuan melakukan kegiatan dan aspek

positif pasien ( buat daftar kegiatan )

c) Membantu pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan

d) Membantu pasien dapat memilih dan menetapkan kegiatan

berdasarkan daftar kegiatan yang dapat dilakukan

e) Melatih kegiatan yang telah dipilih sesuai kemampuan yaitu

kegiatan pertama ( alat dan cara melakukan )

f) Bantu pasien memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan

perhari

g) Berikan dukungan dan pujian yang nyata setiap selesai latihan

Strategi pelaksanaan pasien pertemuan 2 :

a) Evaluasi kegiatan pertama dan beri pujian

b) Bantu pasien memilih kegiatan kedua yang akan dilatih

c) Latih kegiatan kedua ( alat dan cara )

d) Berikan dukungan dan pujian untuk meningkatkan harga diri

pasien

e) Masukkan pada jadwal kegiatan perhari untuk latihan

Strategi pelaksanaan pasien pertemuan 3 :

a) Evaluasi kegiatan pertama dan kedua serta berikan dukungan serta

tingkatan harga diri pasien

b) Bantu pasien memilih kegiatan ketiga yang akan dilatih

Page 47: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...

c) Latih kegiatan ketiga ( alat dan cara )

d) Berikan pujian dan dukungan serta tingkatkan harga diri pasien

e) Masukkan pada jadwal kegiatan harian pasien

Strategi pelaksanaan pasien pertemuan 4 :

a) Evaluasi kegiatan pertama kedua dan ketiga serta berikan

dukungan serta tingkatan harga diri pasien

b) Bantu pasien memilih kegiatan keempat yang akan dilatih

c) Latih kegiatan keempat ( alat dan cara )

d) Berikan pujian dan dukungan serta tingkatkan harga diri pasien

e) Masukkan pada jadwal kegiatan harian pasien

2) Strategi pelaksaan pada keluarga harga diri rendah

Strategi pelaksanaan keluarga pertemuan 1 :

a) Diskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien

b) Jelaskan pengertian tanda dan gejala serta proses terjadinya harga

diri rendah

c) Jelaskan cara merawat pasien dengan harga diri rendah

d) Latihan cara merawat harga diri rendah latihan kegiatan pertama

e) Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberikan pujian,

dukungan untuk meningkatkan harga diri pasien

Strategi pelaksanaan keluarga pertemuan 2 :

a) Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat dan melatih pasien

kegiatan pertama

b) Bimbing keluarga membantu pasien latihan kedua

c) Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberikan pujian

serta tingkatkan harga diri pasien

d) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan kegiatan

Page 48: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...

Strategi pelaksanaan keluarga pertemuan 3 :

a) Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat dan melatih pasien

kegiatan pertama dan kedua

b) Bimbing keluarga untuk membantu pasien latihan ketiga

c) Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberikan pujian

d) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan kegiatan

Strategi pelaksanaan keluarga pertemuan 4 :

a) Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat dan melatih pasien

kegiatan pertama, kedua dan ketiga

b) Bimbing keluarga utuk membantu pasien latihan kegiatan keempat

c) Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberikan pujian

d) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan kegiatan

e) Jelaskan follow up Puskesmas, mengenal tanda kambuh dan

rujukan

5. Implementasi

Tindakan keperawatan dilakukan berdasarkan intervensi yang telah dibuat

oleh perawat sesuai dengan diagnosa pasien tersebut. sedangkan standart

asuhan keperawatan terdiri dari tindakan keperawatan untuk pasien maupun

keluarga

6. Evaluasi

Evaluasi menurut Keliat (2013) adalah proses yang berkelanjutan untuk

menilai efek dari tindakan keperawatan kepada klien. Evaluasi dilakukan terus

menerus pada respon klien terhadap tindakan keperawatan yang dilaksanakan.

Evaluasi dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu evaluasi proses atau formatif

yang dilakukan tiap selesai melakukan tindakan keperawatan dan evaluasi

hasil atau sumatif yang dilakukan dengan membandingkan respons pasien

dengan tujuan yang telah ditentukan.

Page 49: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...

Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP dengan

penjelasan sebagai berikut:

S : Respon subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan.

Dapat diukur dengan menanyakan pertanyaan sederhana terkait dengan

tindakan keperawatan seperti “coba bapak sebutkan kembali bagaimana cara

mandi dan apa saja alat yang digunakan ?”.

O : Respon objektif dari pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah

diberikan. Dapat diukur dengan mengobservasi perilaku pasien pada saat

tindakan dilakukan.

A : Analisis ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan

apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang

kontradiksi dengan masalah yang ada. Dapat pula membandingkan hasil

dengan tujuan.

P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon klien

yang terdiri dari tindak lanjut klien dan tindak lanjut perawat

Tanda bahwa asuhan keperawatan yang diberikan perawat kepada pasien

defisit perawatan diri berhasil :

a. Pasien dapat menyebutkan penyebab tidak merawat diri, mamfaat menjaga

perawatan diri, tanda – tanda bersih dan rapi, gangguan yang dialami jika

perawatan diri tidak diperhatikan

b. Pasien dapat melaksanakan perawatan diri secara mandiri seperti

melakukan kebersihan diri, berhias dan dandan, makan dan minum, buang

air besar dan buang air kecil

c. Keluarga memberikan dukungan dalam melakukan perawatan diri

a) Keluarga mampu mengenal masalah yang dirasakan dalam merawat

pasien defisit perawatan diri

Page 50: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...

b) Menyediakan fasilitas kebersihan diri yang dibutuhkan oleh pasien

c) Keluarga ikut serta dalam mendampingi, merawat dan membimbing

pasien dalam perawatan diri

d) Follow up ke puskesmas, mengenal tanda kekambuhan dan rujukan

Page 51: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif yaitu

suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat

gambaran tentang suatu keadaan objektif dengan pendekatan studi kasus (Setiadi,

2007). Hasil yang diharapkan penulis adalah mengetahui asuhan keperawatan

jiwa pada keluaga dengan pasien defisit perawatan diri di Wilayah Kerja

Puskesmas Nanggalo Kota Padang tahun 2018.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Nanggalo Kota Padang

di Surau Gadang. Waktu penelitian dimulai dari bulan Oktober 2017 sampai

dengan Juni 2018. Waktu dilaksanakan asuhan keperawatan pada kedua

partisipan 14 kali kunjungan yaitu dari tanggal 13 Maret 2018 sampai 06 April

2018.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari objek yang diteliti atau subjek yang diteliti

(Notoadmodjo, 2012). Populasi dari penelitian ini adalah seluruh pasien

gangguan jiwa skizofrenia yang berkunjung ke Puskesmas Nanggalo Kota

Padang tahun 2018 yang tercatat pada periode 3 bulan terakhir yaitu dari

bulan Januari sampai Maret di Puskesmas Nanggalo sebanyak 8 orang pasien

skizofrenia.

2. Sampel

Sampel terdiri dari bagian populasi yang dapat dipergunakan sebagai subjek

penelitian melalui sampling. Penulis akan melakukan pemilihan pada

responden skizofrenia dengan melakukan screening defisit perawatan diri

Page 52: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...

terhadap 8 orang pasien skizofrenia yang berkunjung ke Puskesmas Nanggalo

Kota Padang. Screening dilakukan dengan menggunakan format screening

defisit perawatan diri dan format observasi defisit perawatan diri (format

terlampir)

Berdasarkan hasil screening dan dan hasil observasi didapatkan sampel pasien

defsit perawatan diri, pengambilan sampel selanjutnya dilakukan secara

purposive sampling yaitu suatu teknik pengambilan sampel yang mempunyai

suatu tujuan atau dilakukan dengan sengaja, cara penggunaan sampel ini

diantara populasi sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik

populasi yang telah dikenal sebelumnya (Mardalis, 2010).

Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini yaitu:

a. Kriteria Inklusi

d. Pasien bersedia menjadi responden

e. Pasien yang bersedia diberikan asuhan keperawatan

f. Pasien gangguan jiwa yang sudah kooperatif dan sudah bisa

berkomunikasi verbal yang cukup baik.

g. Keluarga pasien bersedia pasien menjadi responden dan mau

berpartisipasi dalam penelitian

b. Kriteria ekslusi

pasien dengan disertai penyakit lain yang menghambat proses penelitian

seperti pasien tuli, buta, bisu dan lain – lain.

Sampel penelitian ini adalah dua orang pasien gangguan jiwa skizofrenia

dengan defisit perawatan diri yang sesuai kriteria sampel yang berkunjung ke

Puskesmas Nanggalo kota Padang tahun 2018.

Page 53: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...

Berdasarkan hasil screening didapatkan 2 orang partisipan Skizofrenia dengan

defisit perawatan diri yang berkunjung ke Puskesmas Nanggalo Kota Padang

dimana masing – masing keluarga memiliki kemandirian tingkat pertama

dengan tipe keluarga inti. Kedua partisipan beralamat di kelurahan surau

gadang.

D. Alat atau Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah format screening defisit

perawatan diri yang terdiri dari 10 pertanyaan dengan metode menjawab ya dan

tidak. Jika pasien menjawab pertanyaan tidak satu saja maka pasien tersebut

mengalami defisit perawatan diri.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik dan

observasi dan studi dokumentasi.

1. Format observasi defisit perawatan diri yang terdiri dari petunjuk penilaian,

tanda – tanda defisit perawatan diri dilihat dari kebersihan diri, berdandan,

makan atau minum serta buang air besar dan buang air kecil.

2. Format pengkajian keperawatan yang terdiri dari identitas pasien, keluhan

utama, faktor predisposisi, fisik, psikologis, status mental dan kebutuhan

sehari – hari.

3. Format analisa data yang terdiri dari data dan masalah keperawatan

4. Format diagnosa keperawatan terdiri dari pohon masalah dan diagnosa

keperawatan pada pasien defisit perawatan diri

5. Format rencana tindakan keperawatan terdiri dari diagnosa keperawatan,

rencana tindakan yang terdiri dari tujuan, kriteria evaluasi dan intervensi.

6. Format implementasi dan evaluasi keperawatan terdiri dari hari, tanggal dan

jam, diagnosa keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi

keperawatan.

7. Format evaluasi keperawatan terdiri dari nama pasien, hari dan tanggal,

diagnosa keperawatan, evaluasi keperawatan berupa kemampuan pasien dan

keluarga dalam melakukan kebersihan diri pasien.

Page 54: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...

E. Jenis – jenis data dan teknik pengumpulan data

1. Jenis data

a. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari pasien dan keluarga

seperti pengkajian kepada pasien berdasarkan format pengkajian asuhan

keperawatan jiwa. Data primer diperoleh dari hasil wawancara, observasi

langsung dan pemeriksaan fisik terhadap partisipan.

b. Data sekunder

Data penelitian yang diperoleh langsung dari data rekam medis di

Puskesmas Nanggalo Kota Padang berupa nama, jenis kelamin, alamat,

No telepon dan diagnosa medis.

2. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara screening

menggunakan format screening defisit perawatan diri, wawancara, observasi

pasien, pemeriksaan fisik, anamnesa.

a. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila penulis

ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahn yang

diteliti, tetapi juga apabila penulis ingin mengetahui hal-hal dari

responden lebih mendalam (Sugiyono, 2014). Wawancara dilakukan

dengan menggunakan format keperawatan jiwa pasien defisit perawatan

diri. Wawancara dilakukan tentang identitas pasien, keluahan utama,

faktor predisposisi, keluhan fisik, psikososial, kebutuhan sehari – hari,

mekanisme koping, masalah psikososial dan lingkungan, pengetahuan,

aspek medis dan pengkajian defisit perawatan diri pada partisipan.

Page 55: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...

b. Observasi

Dalam obeservasi ini penulis mengobservasi atau melihat kondisi dari

pasien, seperti status mental, tanda – tanda defisit perawatan diri dilihat

dari kebersihan diri, berdandan, makan dan minum dan buang air besar

dan buang air kecil.

c. Hasil pemeriksaan fisik

Pengukuran yaitu melakukan pemantauan kondisi pasien dengan metoda

mengukur dengan menggunakan alat ukur pemeriksaan fisik, seperti

melakukan pengukuran suhu, pengkuran napas, nadi, dan tekanan darah.

d. Dokumentasi

Peneliti mendokumentasikan tindakan yang telah dilakukan.

Adapun langkah – langkah pengumpulan data yang digunakan oleh

penulis adalah :

1) Penulis meminta surat rekomendasi pengambilan data dan surat izin

penelitian dari institusi pendidikan Poltekkes Kemenkes RI Padang

2) Penulis mendatangi Dinas Kesehatan Kota Padang dan menyerahkan

izin penelitian dari institusi ke ruangan kepala Dinas Kesehatan Kota

Padang

3) Penulis meminta data rekam medis pasien skizofrenia dalam 3 bulan

terakhir yang berada di seluruh Puskesmas Kota Padang

4) Meminta surat rekomendasi ke Puskesmas Nanggalo Kota Padang

5) Meminta izin kepada kepala Puskesmas Nanggalo Kota Padang

6) Pennulis meminta data ruangan pasien skizofrenia dalam 3 bulan

terakhir

7) Penulis memilih partisipan dengan menggunakan format screening

8) Mendatangi responden dan keluarga penanggung jawab, lalu

menjelaskan tujuan penelitian

Page 56: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...

9) Informed consent diberikan pada pasien diketahui oleh keluarga

penanggung jawab pasien

10) Pasien dan keluarga diberikan kesempatan untuk bertanya

11) Keluarga penanggung jawab pasien menandatangani informed

consent

12) Penulis meminta waktu kepada keluarga penanggung jawab dan

pasien untuk melakukan asuhan keperawatan.

Sedangkan langkah – langkah dalam proses asuhan keperawatan yang

dilakukan oleh penulis adalah :

1) Penulis melakukan pengkajian pada pasien melalui wawancara,

observasi dan pemeriksaan fisik

2) Penulis merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien

3) Penulis membuat perencanaan tindakan keperawatan pada pasien

4) Penulis melakukan implementasi keperawatan pada pasien

5) Penulis mengevaluasi tindakan keperawatan pada pasien

6) Penulis mendokumentasikan asuhan keperawatan pada pasien

F. Analisis Data

Analisis yang telah dilakukan pada penelitian ini adalah menganalisis semua

temuan pada tahapan proses keperawatan dengan menggunakan konsep dan teori

keperawatan pada pasien gangguan jiwa dengan defisit perawatan diri. Data yang

telah didapatkan berdasarkan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian,

penegakkan diagnosa, merencanakan tindakan, melakukan tindakan sampai

mengevaluasi hasil tindakan akan dinarasikan dan dibandingkan dengan teori

asuhan keperawatan jiwa dengan defisit perawatan diri.

Page 57: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...

BAB IV

DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KASUS

A. Deskripsi Kasus

Deskripsi kasus menjelaskan pelaksanaan asuhan keperawatan mulai dari

pengkajian, analisa data, menegakkan diagnosa, intervensi keperawatan,

implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan di wilayah kerja

Puskesmas Nanggalo Kota Padang yang dilakukan mulai dari tanggal 13 Maret

2018 sampai tanggal 06 April 2018. Didapatkan 2 orang partisipan dengan

jumlah kunjungan sebanyak 14 kali kunjungan.

Hasil dari asuhan keperawatan kesehatan jiwa pada kedua partisipan sebagai

berikut :

1. Pengkajian Keperawatan

a. Identitas Partisipan

Hasil pengkajian identitas pada kedua partisipan yaitu partisipan 1

dengan inisial Ny. I berjenis kelamin perempuan, berusia 40 tahun,

status belum menikah, pendidikan terakhir SMA, tidak bekerja, agama

islam, alamat di Jl Solok V Kelurahan Surau Gadang, Kecamatan

Nanggalo Kota Padang Sumatera Barat. Sumber informasi dari

partisipan dan keluarga.

Sedangkan partisipan 2 dengan inisial Tn. A berjenis kelamin laki – laki

berusia 24 tahun, status belum menikah, agama islam, pendidikan

terakhir kelas SD, tidak bekerja, beralamat di Jl Agam Raya Kelurahan

Surau Gadang, Kecamatan Nanggalo Kota Padang Sumatera Barat.

b. Keluhan saat pengkajian

Keluhan saat dilakukan pengkajian pada partisipan 1 pada tanggal 13

Maret 2018 jam 14.00 WIB, partisipan mengatakan belum mandi karena

malas. keluarga mengatakan partisipan malas mandi, sudah 3 hari tidak

mandi, tidak bisa berdandan, tidak suka memakai bedak dan tidak mau

Page 58: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...

menyisir rambut dan merawat diri. Keluarga juga mengatakan partisipan

sering memakai pakaian yang robek. Pada saat di lakukan observasi

wajah tampak kusam, rambut acak – acakan, kusam dan berketombe,

badan partisipan berbau, gigi tampak kuning, kuku tangan dan kaki

tampak panjang dan kotor.

Keluhan saat pengkajian pada partisipan 2 pada tanggal 18 Maret 2018

pukul 16.30 WIB, partisipan mengatakan malas mandi karena itu tidak

penting bagi dirinya, keluarga mengatakan partisipan sudah 2 hari tidak

mau mandi dan tidak menggunakan sabun saat mandi, tidak mencuci

rambut, tidak menggosok gigi, sering memakan odol, sering membuka

celana di depan orang banyak dan tidak menggunakan pakaian dalam,

menggunakan pakaian yang robek serta pemakain baju dan celana yang

masih belum benar. Partisipan sering makan dan minum pada piring

atau gelas yang bekas dipakai, sering minum air bekas mencuci piring

atau air sabun, sering buang air kecil tidak pada tempatnya, berbicara

sendiri, marah bahkan sampai memukul orang tuanya. Dari hasil

observasi partisipan tidak bisa berdandan dan merawat diri, wajah

tampak kusam, badan bau, gigi kuning, kuku tangan dan kaki tampak

panjang dan kotor. Serta keluar rumah tidak memakai sandal.

c. Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi pada kedua partisipan adalah partisipan 1 sudah

mengalami gangguan jiwa selama 17 tahun dan sudah menjalankan

perawatan di RS. HB. Saanin Padang selama 4 kali, tidak ada anggota

keluarga partisipan yang mengalami gangguan jiwa, tidak ada

mengalami aniaya fisik, seksual, penolakan, kekerasan dalam keluarga

dan tindakan kriminal. Sedangkan Faktor predisposisi pada partisipan 2

adalah partisipan sudah mengalami gangguan jiwa di masa lalu selama

12 tahun dan sudah dirawatdi RS. HB. Saanin Padang 4 kali perawatan,

Page 59: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...

tidak ada anggota yang mengalami gangguan jiwa, partisipan pernah

mengalami aniaya fisik sewaktu masih duduk di bangku kelas 6 Sdoleh

gurunya, tidak pernah mengalami aniaya seksual, penolakan, kekerasan

dalam rumah tangga, serta tidak pernah mengalami tindakan kriminal

d. Pemeriksaan Fisik

Hasil pemeriksaan fisik pada partipan 1 didapatkan tanda-tanda vital

yaitu tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 82 x/menit, frekuensi

pernapasan 23 x/menit, suhu 36,60C, berat badan 60 kg, dan tinggi

badan 156 cm. Partisipan mengatakan tidak mengalami keluahan fisik.

Hasil pemeriksaan fisik pada partipan 2 didapatkan tanda-tanda vital

yaitu tekanan darah 130/90 mmHg, nadi 89 x/menit, frekuensi

pernapasan 20 x/menit, suhu 36,90C, berat badan 25 kg, tinggi badan

155 cm. Partisipan tidak ada keluhan fisik

e. Konsep diri

Pada identitas diri, Partisipan 1 merupakan seorang perempuan berumur

40 tahun, anak pertama dari tiga bersaudara. Saat ini partisipan memiliki

masih belum menikah dan mengetahui perannya sebagai anak yang

tinggal bersama kedua orang tuanya. Pada gambaran diri, partisipan

menyukai menyukai bentuk tubuh yang dimilikinya Kemudian untuk

peran, partisipan berperan sebagai seorang anak. Lalu pada ideal diri,

partisipan berharap bisa cepat sembuh dan bisa berkeluarga. Pada harga

diri, partisipan merasa tidak percaya diri, merasa tidak berharga, tidak

berguna bagi keluarga karna tidak bisa memberikan keturunan bagi

kedua orang tua karna statusnya yang belum menikah dan mengalami

ganguan jiwa.

Page 60: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...

Pada identitas diri partisipan 2 merupakan seorang laki –laki berumur

24 tahun, anak kedua dari tiga bersaudara serta tinggal bersama orang

tua dan saudaranya. untuk gambaran diri, partisipan mengatakan

menyukai seluruh anggota tubuhnya. Kemudian untuk peran, partisipan

tidak mengetahui tentang peran. Lalu pada ideal diri, partisipan berharap

bisa cepat sembuh. Dan pada harga diri, partisipan merasa tidak merasa

malu terhadap masyarakat karena penyakit gangguan jiwa yang

dialaminya.

f. Hubungan Sosial

Hasil pengkajian hubungan sosial pada kedua partisipan adalah

partisipan 1 mengatakan orang yang berarti baginya adalah ayah dan

ibunya, partisipan mengatakan tidak pernah ikut serta dalam kegiatan

kelompok di lingkungannya, tidak mempunyai hambatan dalam

berinteraksi dengan orang lain. Sedangkan hubungan sosial pada

partisipan 2 ibu yang menjadi orang yang berarti baginya, partisipan

mengatakan tidak pernah ikut dalam kegiatan kelompok karena tidak

mengerti tujuan diadakan kegiatan tersebut, partisipan tidak memilki

hambatan dalam berhubungan dengan orang lain.

g. Spiritual

Hasil pengkajian spiritual pada partisipan 1 beragama islam, mengerti

dengan alquran dan bacaan shalat, namun partisipan tidak melaksanakan

shalat lengkap 5 waktu. Sedangkan hasil pengkajian spiritual pada

partisipan 2 beragama islam, tidak melaksanakan shalat 5 waktu karena

tidak mengerti dengan bacaan shalat, tidak bisa membaca alquran.

h. Status Mental

Hasil pengkajian status mental partisipan 1 yaitu penampilan tampak

tidak rapi dan memakai baju robek. Dari hasil observasi selama

Page 61: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...

pengkajian, partisipan berbicara lambat, gagap, tidak mampu memulai

pembicaraan. Pengkajian aktivitas motorik, partisipan tampak lesu dan

tidak bersemangat, dalam berjalan juga lambat dan tegang. Pengkajian

alam perasaan didapatkan partisipan mengatakan ia merasa sedih dan

khawatir dengan kondisi kesehatannya saat ini. Afek partisipan pada

saat interaksi sesuai dengan keadaan saat perawat bercerita, ekspresi

wajah saat sedih maupun senang sesuai dengan kondisi yan di ceritakan.

Pada saat interaksi dengan partisipan kontak mata kurang, tidak

kooperatif dalam menjawab pertanyaan. Partisipan mengalami

gangguan persepsi sensori pendengaran. partisipan mengatakan sering

mendengar suara yang mengganggunya di malam hari yang.

Pengkajian proses pikir partisipan 1 ketika saat berbicara beralih dari

satu topik ke topik lain, pada saat berceritta pembicaraan sering terhenti

tanpa alasan yang jelas namun pembicaraan dilanjutkan setelah itu.

Pengkajian isi pikir partisipan mengatakan daya ingat partisipan,

kesadaran kompos mentis, tidak mengalami gangguan daya ingat.

Pengkajian tingkat konsentrasi partisipan mudah beralih topik ketika

berbicara, kemampuan penilaian gangguan ringan, daya tilik yang tidak

ada masalah.

Hasil pengkajian status mental partisipan 2 yaitu penampilan partisipan

tidak rapi, cara berpakaian yan tidak benar. Dari hasil observasi selama

pengkajian partisipan berbicara dengan lambat dan nada yang keras,

tidak mampu memulai pembicaraan, dan tidak terlalu peduli dengan

pembicaraan orangl ain. Pengkajian aktivitas motorik, partisipan tampak

lesu dan tegang serta dalam berjalan juga sangat lambat. Pengkajian

alam perasaan didapatkan partisipan mengatakan ia merasa sedih jika

orang tidak memberikan uang padanya. Afek partisipan pada saat

interaksi ekspresi wajah partisipan sesuai dengan keadaan dalam cerita

Page 62: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...

yang diceritakan perawat. Pada saat interaksi tidak kooperatif dalam

menjawab pertanyaan, mudah tersinggung jika ditanya masalah pribadi

bahkan jika orang berkomentar tentang dirinya. Partisipan mengalami

sensori pendengaran. Pada pengkajian proses pikir dan isi pikir

partisipan sirkumtansial dimana partisipan berbicara dengan berbelit –

belit namun masih bisa menjawab pertanyaan yang diajukan lawan

bicara dengan beberapa kali pengulangan pertanyaan..

i. Masalah kebiasaan sehari – hari

Hasil pengkajian masalah kebiasaan sehari – hari pada partisipan 1

adalah partisipan mengatakan suka memakan makanan yang sudah jatuh

ke lantai, tidak mencuci tangan sebelum makan. tidak menyiram kloset

kamar mandi setelah buang air besar dan buang air kecil tersebut,

memakai baju yang robek dan jarang mengganti celana dalam.

Hasil pengkajian kebiasaan sehari – hari pada partisipan 2 adalah makan

dan minum dipiring yang kotor, minum air kotor yang ada diember,

memakai baju yang robek dan jarang mengganti celana dalam.

Partisipan buang air kecil ditempat tidur, ditempat umum yang bukan

kamar mandi, tidak mau mandi, mandi diingatkan oleh keluarganya,

memakai baju robek, kotor serta pemakaiannya yang terbalik, tidak

menggunakan pakain dalam.

j. Terapi Medis

Terapi Medis yang diberikan kepada partisipan 1 yaitu

Thrihexyphenidyl 2 x 2 mg, clozapine 2 x 1 sehari dengan dosis pagi 25

mg dan malam 50 mg, chlorpromazine HCL 1 x 75 mg, risperidone 2 x

3 mg. Terapi medis yang diberikan pada partisipan 2 yaitu

Thrihexyphenidyl 2 x 2 mg, clozapine 2 x 1 sehari dengan dosis pagi 25

Page 63: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...

mg dan malam 50 mg, chlorpromazine HCL 1 x 75 mg dan risperidone

2 x 3 mg.

2. Diagnosa Keperawatan

Hasil pengkajian didapatkan diagnosa keperawatan yang sama pada kedua

partisipan yaitu defisit perawatan diri dan halusinasi. Sedangkan diagnosa

keperawatan lainnya pada partisipan 1 yaitu harga diri rendah dan pada

partisipan 2 yaitu prilaku kekerasan.

Diagnosa keperawatan utama pada partisipan 1 yaitu defisit perawatan diri

yang ditandai dengan partisipan mengatakan malas mandi sudah 3 hari tidak

mandi. Dan pada saat observasi, partisipam tampak badan berbau, gigi

tampak kuning, kuku tangan dan kaki tampak panjang dan kotor, rambut

kusam dan berketombe, kuku tangan dan kuku kaki panjang, tidak mau

menyisir rambut.

Diagnosa keperawatan 1 pada partisipan 2 yaitu defisit perawatan diri,

ditandai dengan partisipan malas mandi, menggosok gigi, mencuci rambut,

suka memakai pakaian yang robek, tidak memakai pakaian dalam, tidak

memakai sendal keluar rumah, makan dan minum di piring dan gelas yang

kotor, serta buang air besar dan buang air kecil di tempat yang bukan

kamar mandi seperti di kasur. Saat diobservasi partisipan bau badan, gigi

tampak kuning, rambut kusam dan berketombe, kuku panjang dan kotor.

Diagnosa keperawatan ke 2 pada partisipan 1 yaitu halusinasi yang ditandai

dengan partisipan mengatakan sering mendengar suara – suara yang

mengganggunya, suara yang didengarnya berupa suara yang sering

menyuruhnya untuk membuka pakaian dalamnya. Suara tersebut

didengarnya pada saat malam hari lewat jam 9 bahkan sampai subuh hingga

membuat jarang tidur pada malam hari, partisipan memberikan respon

Page 64: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...

terhadap suara yang di dengarnya tersebut Dan pada saat observasi,

partisipan tampak tertawa sendiri, berbicara sendiri, mondar mandir.

Diagnosa keperawatan ke 2 pada partisipan 2 yaitu halusinasi ditandai

dengan partisipan mengatakan sering mendengar suara yang

menganggunya, suara tersebut menyuruh partisipan utuk meminta sesuatu

kepada orang lain. Pada saat observasi partisipan tampak berbicara sendiri,

tertawa sendiri.

Diagnosa ke 3 pada partisipan 1 yaitu harga diri rendah ditandai dengan

partisipan mengatakan ia merasa kurang percaya diri dengan kondisinya

saat ini, ia merasa kurang berguna bagi keluarganya karena belum menikah

dan tidak bisa memberikan keturunan karena penyakitnya saat ini. Pada saat

observasi, kontak mata kurang, menunduk saat sedang berbicara, tampak

sering diam dan tampak jarang berkomunikasi dengan keluarganya.

Diagnosa ke 3 prilaku kekerasan ditandai dengan partisipan mengatakan

dirinya sulit mengendalikan marah dan mudah tersinggung, dan pada

observasi, partisipan berbicara kasar dengan nada yang keras, sering

berteriak ketika berbicara, mudah tersinggung jika orang lain berkomentar

tentang penampilannya.

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan dilakukan terhadap partisipan dan juga keluarga

partisipan. Intervensi dari diagnosa defisit perawatan diri yang diberikan

kepada kedua partisipan dengan melakukan strategi pelaksanaan defisit

perawatan diri pada partisipan yaitu tentang mengajarkan cara menjaga

kebersihan diri (mandi, mencuci rambut, menggosok gigi, dan memotong

kuku), berdandan dan berhias, makan dan minum yang baik, buang air besar

dan buang air kecil dengan benar.

Page 65: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...

Intervensi keperawatan diagnosa kedua halusinasi yang dilakukan kepada

kedua partisipan dan keluarga partisipan dengan melakukan strategi

pelaksanaan halusinasi tentang mengajarkan cara mengontrol halusinasi

melalui cara minum obat secara teratur, cara menghardik, bercakap – cakap

dan melakukan aktivitas.

Intervensi keperawatan diagnosa ke tiga pada partisipan 1 tentang harga diri

rendah dengan melakukan strategi pelaksanaan harga diri rendah dengan

mengidentifikasi pandangan atau penilaian partisipan tentang diri sendiri

dan pengaruhnya terhadap hubungan dengan orang lain, harapan yang telah

dan belum tercapai, upaya yang dilakukan untuk mencapai harapan yang

belum dipenuhi, mengidentifikasi kemampuan melakukan kegiatan dan

aspek positif partisipan, bantu partisipan menilai kegiatan yang bisa

dilakukan saat ini, Bantu memilih salah satu kegiatan yang dapat dilakukan

saat ini untuk dilatih, latih kegiatan pertama yang dipilih, latih kegiatan

kedua yang dipilih, latih kegaitan ketiga yang dipilih, latih kegaiatan

keempat yang dipilih dan berikan pujian setiap partisipan selesai melakukan

kegiatan.

Intervensi ke tiga pada partisipan 2 tentang prilaku kekerasan dengan

melakukan strategi pelaksanaan prilaku kekerasan membantu partisipan

cara mengontrol rasa marah melalui minum obat secara teratur, latihan firik

(latihan nafas dalam dan memukul bantal), latihan verbal (berbicara dengan

baik, meminta dan menolak), dan cara spiritual.

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan yang dilakukan pada kedua partisipan dan

keluarga partisipan untuk diagnosa defisit perawatan diri yaitu

melaksanakan strategi pelaksanaan 1 yaitu membina hubungan saling

percaya, mengidentifikasi masalah perawatan diri, berdandan, makan dan

Page 66: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...

minum, buang air besar dan buang air kecil, menjelaskan pentingnya

kebersihan diri, menjelaskan alat dan cara kebersihan diri, melatih cara

menjaga kebersihan diri (mandi, ganti pakaian, sikat gigi, cuci rambut dan

memotong kuku). Strategi pelaksanaan 2 yaitu mengevaluasi dan

memvalidasi kegiatan kebersihan diri, melatih cara berdandan setelah

kebersihan diri (sisiran dan cukuran untuk pria ).

Strategi pelaksanaan 3 defisit perawatan diri yaitu mengevaluasi kegiatan

kebersihan diri dan berdandan serta berikan pujian, menjelaskan serta

melatih cara makan dan minum yang benar. Strategi pelaksanaan 4 yaitu

mengevaluasi kegiatan kebersihan diri, berdandan, makan dan minum yang

baik serta berikan pujian, menjelaskan serta melatih cara buang air besar

dan buang air kecil yang baik.

Implementasi keperawatan diagnosa kedua halusinasi yang dilakukan pada

kedua partisipan dan keluarga yaitu melaksanakan strategi pelaksanaan 1

mengidentifikasi halusinasi (isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi, pencetus,

perasaan, respon), menjelaskan dan melatih cara mengontrol halusinasi

melalui minum obat secara teratur. Stategi pelaksaan 2 halusinasi yaitu

mengevaluasi dan validasi kegiatan minum obat dan berikan pujian,

menjelaskan dan melatih cara mengontrol halusinasi dengan cara

menghardik. Strategi pelaksanaan 3 halusinasi yaitu mengevaluasi kegiatan

latihan minum obat secara teratur, cara menghardik dan berikan pujian,

menjelaskan dan melatih cara mengontrol halusinasi dengan cara bercakap

– cakap. Strategi pelaksanaan 4 halusinasi yaitu mengevaluasi kegiatan

minum obat secara teratur, cara menghardik, bercakap – cakap dan berikan

pujian, menjelaskan dan melatih cara mengontrol halusinasi dengan cara

melakukan aktivitas sehari – hari

Page 67: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...

Implementasi keperawatan diagnosa ketiga harga diri rendah yang

dilakukan pada partisipan 1 dan keluarga yaitu melaksanakan strategi

pelaksanaan 1 mengidentifikasi pandangan atau penilaian partisipan tentang

diri sendiri dan pengaruhnya terhadap hubungan dengan orang lain, harapan

yang telah dan belum tercapai, upaya yang dilakukan untuk mencapai

harapan yang belum dipenuhi, mengidentifikasi kemampuan melakuakan

kegiaan dan aspek positif partisipan, bantu partisipan menilai dan memilih

kegiatan yang bisa dilakukan saat ini, melatih kegiatan pertama yang dipilih

(menyapu).

Strategi pelaksaan 2 harga diri rendah yaitu mengevaluasi dan validasi

kegiatan pertama dan berikan pujian, menjelaskan dan melatih kegiatan

kedua yaitu menyiram bunga, Strategi pelaksanaan 3 harga diri rendah

yaitu mengevaluasi dan validasi kegiatam pertama (menyapu) dan kegiatan

kedua (menyiram bunga) lalu berikan pujian, jelaskan dan latih kegiaatan

ketiga yang dipilih yaitu mencuci piring, Strategi pelaksanaan 4 harga diri

rendah yaitu mengevaluasi dan validasi kegiatam pertama (menyapu),

kegiatan kedua (menyiram bunga), kegiatan ketiga (mencuci piring), lalu

berikan pujian, jelaskan dan latih kegiatan keempat yang telah dipilih

partisipan.

Implementasi keperawatan diagnosa ketiga prilaku kekerasan yang

dilakukan pada partisipan 2 dan keluarga yaitu melaksanakan strategi

pelaksanaan 1 mengajarkan cara mengontrol rasa marah melalui minum

obat secarra teratur dan 6 benar minum obat. Stategi pelaksaan 2 prilaku

kekerasan yaitu mengevaluasi dan validasi minum obat secara teratur dan 6

benar minum obat, menjelaskan dan melatih cara mengontrol rasa marah

dengan latihan fisik (tarik nafas dalam dan memukul bantal). Strategi

pelaksanaan 3 prilaku kekerasan yaitu mengevaluasi dan validasi minum

obat secara teratur, latihan fisik (tarik nafas dalam dan memukul bantal).

Page 68: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...

Menjelaskan dan melatih cara mengontrol rasa marah melalui latihan verbal

(berbicara, meminta dan menolak dengan baik dan sopan), Strategi

pelaksanaan 4 prilaku kekerasan yaitu mengevaluasi dan validasi minum

obat secara teratur, latihan fisik (tarik nafas dalam dan memukul bantal) dan

latihan verbal, menjelaskan dan melatih cara mengontrol rasa marah melalui

spiritual

5. Evaluasi Keperawatan

Hasil evaluasi keperawatan setelah diberikan asuhan keperawatan jiwa yang

diberikan pada kedua partisipan dan keluarga selama 14 hari. Hasil evaluasi

pada diagnosa keperawatan defisit perawatan diri pada partisipan 1 dan

keluarga yaitu partisipan sudah mengerti cara menjaga kebersihan diri,

berdandan dan berhias, makan dan minum dengan baik, serta buang air

besar dan buang air kecil dengan benar. Keluarga sudah mengerti cara

merawat partisipan dengan defisit perawatan diri, partisipan sudah mandi 2

kali sehari. Partisipan tampak berpenampilan rapi, sudah memakai baju

dengan benar, sudah menyisir rambut dan memakai bedak, sudah mencuci

tangan sebelum makan, sudah menyiram kamar mandi setelah buang air

besar.

Hasil evaluasi pada diagnosa keperawatan defisit perawatan diri pada

partisipan 2 dan keluarga yaitu partisipan sudah mengerti cara menjaga

kebersihan diri, berdandan dan berhias, makan dan minum dengan baik,

serta buang air besar dan buang air kecil dengan benar. Keluarga sudah

mengerti cara merawat partisipan dengan defisit perawatan diri, partisipan

sudah mandi 2 kali sehari. Partisipan tampak berpenampilan rapi, sudah

memakai baju dengan benar, sudah makan dan minum di tempat yang

bersih, sudah buang air kecil di kamar mandi, sudah memakai sendal keluar

rumah.

Page 69: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...

Hasil evaluasi pada diagnosa halusinasi pada partisipan 1 dan keluarga yaitu

partisipan sudah mengerti cara mengontrol halusinasi melalui minum obat

secara teratur, menghardik, bercakap cakap, dan melakukan aktifitas sehari

– hari. Partisipan mengatakan masih mendengar suara yang

mengganggunya, partisipan masih berbicara sendiri, partisipan sudah bisa

melakukan cara menghardik. Partisipan sudah bercakap – cakap dengan

orang sekitar, partisipan sudah melakukan aktivitas harian seperti menyapu,

meencuci piring. Keluarga mengatakan mengerti cara merawat partisipan

dengan halusinasi, partisipan masih sudah tidak berbicaara sendiri lagi.

Hasil evaluasi pada diagnosa halusinasi pada partisipan 2 dan keluarga yaitu

partisipan sudah mengerti cara mengontrol halusinasi melalui minum obat

secara teratur, menghardik, bercakap – cakap, dan melakukan aktifitas

sehari – hari. Partisipan mengatakan masih mendengar suara yang

mengganggunya, partisipan masih berbicara sendiri, partisipan sudah bisa

melakukan cara menghardik. Partisipan sudah bercakap – cakap dengan

orang sekitar, partisipan sudah melakukan aktivitas harian seperti menyapu.

Keluarga mengatakan mengerti cara merawat partisipan dengan halusinasi,

partisipan masih berbicara sendiri.

Hasil evaluasi pada diagnosa harga diri rendah pada partisipan 1 dan

keluarga dengan yaitu partisipan sudah merasa berguna dan tidak

merasakan putus asa lagi, dan partisipan merasa bahagia dikarenakan

partisipan sudah bisa menyapu, menyiram bunga, mencuci piring dan

meelipat pakaian secara mandiri, Kontak mata ada, masih tampak lesu, dan

masih banyak bermenung. Partisipan sudah memulai pembicaraan dengan

orang lain.

Hasil evaluasi pada diagnosa prilaku kekerasan pada partisipan 2 dan

keluarga yaitu partisipan sudah mengerti cara mngontrol rasa marah dengan

Page 70: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...

cara minum obat secara teratur, latihan fisik (tarik nafas dalam dan

memukul bantal), latihan verbal, dan spiritual. Partisipan masih mudah

tersinggung, partisipan sudah bisa mengontrol rasa marah dengan memukul

bantal, partisipan tidak mengerti dengan bacaan shalat.

B. Pembahasan Kasus

Pembahasan pada kasus ini penulis akan membahas hubungan antara teori

dengan laporan kasus asuhan keperawatan jiwa defisit perawatan diri pada pasien

1 dan pasien 2 yang telah dilakukan sejak tanggal 13 Maret 2018 sampai 06 April

2018 di Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Kota Padang. Kegiatan yang

dilakukan meliputi pengkajian, menegakkan diagnosa keperawatan, membuat

intervensi keperawatan, melakukan implementasi keperawatan, dan melakukan

evaluasi keperawatan.

1. Pengkajian Keperawatan

a. Identitas Pasien

Berdasarkan data hasil pengkajian didapatkan data pasien 1 Ny. I berjenis

kelamin perempuan berusia 40 tahun, status belum menikah, agama

islam, pendidikan terakhir SMA, tidak bekerja, sumber informasi dari

pasien dan keluarga, alamat Jl solok V Kelurahan Surau Gadang,

Kecamatan Nanggalo, Kota Padang, Sumatera Barat. Dan pasien 2 Tn. A

berjenis kelamin laki - laki berusia 24 tahun, status belum menikah,

agama islam, pendidikan terakhir SD, belum bekerja, sumber informasi

dari pasien dan keluarga, alamat Jl Agam Raya Kelurahan Surau Gadang,

Kecamatan Nanggalo, Kota Padang, Sumatera Barat

Hal ini sesuai dengan teori menurut Keliat (2013), pengkajian

keperawatan jiwa meliputi inisial, umur, informan dan alamat,.

b. Keluhan saat pengkajian

Keluhan saat pengkajian pada pasien 1 yaitu keluarga mengatakan pasien

malas mandi, pasien mengatakan belum mandi karena malas. keluarga

Page 71: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...

mengatakan Ny. I malas mandi, sudah 3 hari tidak mandi, tidak bisa

berdandan, tidak suka memakai bedak dan tidak mau menyisir rambut

dan merawat diri. Keluarga juga mengatakan pasien sering memakai

pakaian yang robek. Keluarga mengatakan pasien sering bicara sendiri,

tertawa sendiri, tidak fokus pada topik yang dibicarakan. Keluarga

mengatakan pasien tidak mau bercerita dengan keluarganya jika ada

masalah. Pada saat di lakukan observasi wajah tampak kusam, rambut

acak – acakan, kusam dan berketombe, badan pasien berbau, gigi tampak

kuning, kuku tangan dan kaki tampak panjang dan kotor. Pasien tampak

menunduk saat berinteraksi, kontak mata kurang. Pasien mengatakan

malu dengan dirinya karena belum menikah dan terus hidup dengan orang

tuanya. Pasien merasa dirinya tidak berguna bagi orangtuanya karena

belum bisa memberikan keturunan bagi keluarganya. Pasien tampak

sedang berbicara dan tertawa sendiri.

Keluhan utama pada pasien 2 mengatakan malas mandi karena itu tidak

penting bagi dirinya, keluarga mengatakan pasien sudah 2 hari tidak mau

mandi dan tidak menggunakan sabun saat mandi, tidak mencuci rambut,

tidak menggosok gigi, sering memakan odol, sering membuka celana di

depan orang banyak dan tidak menggunakan pakaian dalam,

menggunakan pakaian yang robek serta pemakain baju dan celana yang

masih belum benar. Pasien sering makan dan minum pada piring atau

gelas yang bekas dipakai, sering minum air bekas mencuci piring atau air

sabun, sering buang air kecil tidak pada tempatnya, berbicara sendiri,

tertawa sendiri, mudah marah bahkan sampai memukul orang tuanya.

Dari hasil observasi pasien tidak bisa berdandan dan merawat diri, wajah

tampak kusam, badan bau, gigi kuning, kuku tangan dan kaki tampak

panjang dan kotor. Serta keluar rumah tidak memakai sandal.

Page 72: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...

Berdasarkan keluhan dan observasi pada pasien 1 dan 2, sesuai dengan

teori menurut Fitri (2012), defisit perawatan diri adalah suatu kondisi

pada seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan dalam

melakukan atau melengkapi aktivitas perawatan diri secara mandiri

seperti mandi, berpakaian atau berhias, makan dan minum serta buang air

besar dan buang air kecil. Gangguan tersebut diakibatkan penurunan

motivasi, kerusakan kognitif atau persepsi, cemas, lelah, lemah yang

dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu

melakukan perawatan diri.

Berdasarkan analisa penulis, kerusakan kognitif dan persepsi sangat

mempengaruhi seorang individu kurang mampu melakukan perawatan

diri secara mandiri. Terlihat pada kasus diatas, pasien 1 dan 2 sangat

rentan mengalami defisit perawatan diri yang diakibatkan karena

kerusakan kognitif atau persepsi seperti gangguan persepsi halusinasi

pendengaran, ditandai dengan pasien tampak sedang berbicara sendiri dan

tertawa sendiri. Berdasarkan data yang ditemukan pada kedua pasien,

terdapat kesesuaian antara kasus dengan konsep teori. Asumsi penulis

tidak terdapat perbedaan antara teori dan praktek yang ditemukan di

lapangan.

c. Faktor Predisposisi

Penelitian yang dilakukan pada pasien 1 di dapatkan faktor predisposisi

yang menyebabkan terjadinya gangguan jiwa yaitu pasien mengalami

stress karena pengalaman masa lalu yang kurang menyenangkan yaitu

pada saat lulus dari jenjang SMA pasien diputuskan oleh kekasihnya,

pasien sangat kecewa pada saat itu. Pasien sering bermenung dan

mendengar suara – suara.

Page 73: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...

Penelitian yang dilakukan pada pasien 2 di dapatkan data pasien pernah

mengalami masa lalu yang tidak menyenangkan yaitu pasien pernah

menjadi korban aniaya fisik oleh gurunya ketika pasien sedang

menduduki bangku kelas 6 SD, hal ini sangat mengakibatkan pasien

stress dan trauma, pasien juga memiliki pegalaman masa lalu yang tidak

menyenangkan yaitu saat ayah pasien meninggal dunia.

Faktor predisposisi yang ditemukan pada pasien 1 terjadi karena faktor

psikologis. Hal ini sesuai dengan teori menurut PPSDM (2012), bahwa

penyebab terjadinya defisit perawatan diri karena adanya faktor

psikologis salah satunya pada pasien terdapat pengalaman masa lalu yang

tidak menyenangkan yang mengakibatkan pasien sering mendengar suara

– suara yang mengganggunya.

Faktor predisposisi yang ditemukan pada pasien 2 karena faktor biologis

dan faktor psikologis. Hal ini sesuai dengan teori menurut PPSDM

(2012), bahwa penyebab defisit perawatan diri karena adanya faktor

bilogis seperti trauma pada kepala yang dialami pasien saat kelas 6 SD,

serta faktor psikologis pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan

seperti ayah pasien yang meninggal dunia yang menyebabkan pasien

mengalami gangguan jiwa, bermenung, berbicara sendiri dan tertawa

sendiri, sehingga mengakibatkan pasien mengalami penurunan

kemampuan dalam melakukan perawatan diri

Berdasarkan asumsi penulis tidak terdapat perbedaan antara teori dan

praktek yang ditemukan dilapangan. Penulis mengemukakan bahwa tidak

terdapat perbedaan faktor predisposisi pada kedua pasien. Kedua pasien

mengalami defisit perawatan diri karena faktor psikologis yang

mengakibatkan pasien mengalami gangguan jiwa sehingga tidak mampu

melakukan perawatan diri secara mandiri.

Page 74: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...

d. Konsep Diri

Penelitian yang dilakukan pada pasien 1, di dapatkan untuk gambaran

diri, pasien menyukai menyukai bentuk tubuh yang dimilikinya Pada

identitas diri, Pasien 1 merupakan seorang perempuan berumur 40 tahun,

anak pertama dari tiga bersaudara. Saat ini pasien memiliki masih belum

menikah dan mengetahui perannya sebagai anak yang tinggal bersama

kedua orang tuanya. Kemudian untuk peran, pasien berperan sebagai

seorang anak. Lalu pada ideal diri, pasien berharap bisa cepat sembuh dan

bisa berkeluarga. Pada harga diri, pasien merasa tidak percaya diri,

merasa tidak berharga, tidak berguna bagi keluarga karna tidak bisa

memberikan keturunan bagi kedua orang tua karna statusnya yang belum

menikah dan mengalami ganguan jiwa.

Penelitian yang dilakukan pada pasien 2 didapatkan untuk gambaran diri,

pasien mengatakan menyukai seluruh anggota tubuhnya. Pada identitas

diri, pasien merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Pasien seorang

anak laki - laki tamatan SD. Kemudian untuk peran, pasien tidak

mengetahui tentang peran. Lalu pada ideal diri, pasien berharap bisa cepat

sembuh dan pada harga diri, pasien merasa tidak merasa malu terhadap

masyarakat karena penyakit gangguan jiwa yang dialaminya.

Menurut Muhith (2015) konsep diri dibagi menjadi 5 bagian yaitu

gambaran diri, ideal diri, peran, identitas diri dan harga diri. Yang

pertama gambaran diri yang dimiliki oleh kedua pasien sesuai dengan

teori, dimana gambaran diri merupakan sikap seseorang terhadap

tubuhnya secara sadar maupun tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi

dan perasaan tentang tubuhnya. Sedangkan yang kedua identitas diri. Hal

yang penting dalam identitas adalah jenis kelamin, dimana pasien pertama

jenis kelamin perempuan dan pasien kedua memiliki jenis kelamin laki –

laki .

Page 75: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...

Selanjutnya yang ketiga peran merupakan sikap dan perilaku nilai serta

tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya

dimasyarakat. Pasien 1 menjalankan peran sesuai posisinya di dalam

keluarga sebagai anak, namun pasien kedua tidak mengetahui tentang

peran. Lalu yang ke empat ideal diri. Menurut teori Stuart and Sundeen

dalam Muhith (2015) menyatakan bahwa ideal diri merupakan persepsi

individu tentang bagaimana ia harus berprilaku berdasarkan standar,

aspirasi, tujuan atau penilaian personal tertentu. Hal ini sesuai dengan

penemuan ideal diri kedua pasien dilapangan.

Konsep diri yang kelima adalah harga diri, Menurut teori Muhith (2015),

jika individu sering gagal, maka cenderung individu tersebut mengalami

harga diri rendah. Gangguan harga diri rendah dapat digambarkan sebagai

perasaan negatif terhadap diri sendiri termasuk hilangnya percaya diri dan

harga diri. Teori ini sesuai dengan yang ditemukan peneliti pada pasien 1.

Pada pasien 1 merasa tidak dihargai karena belum menikah, pasien malu

terhadap orang di lingkungannya dan juga keluarganya belum bisa

menikah karena penyakit yang dia alami saat ini. namun pada pasien 2

merasa tidak malu dengan kondisinya saat ini.

2. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan diagnosa keperawatan jiwa yang ditemukan peneliti pada kedua

pasien yang mengalami defisit perawatan diri berbeda yaitu pada pasien 1

halusinasi sebagai penyebab dan harga diri rendah sebagai akibat. Sedangkan

pada pasien dua halusinasi sebagai peyebab dan prilaku kekerasan sebagai

akibat.

Hal yang penulis temui di lapangan berbeda dengan teori yang ada. Menurut

Teori Direja (2011), menyatakan bahwa pohon masalah pasien dengan defisit

Page 76: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...

perawatan diri yaitu isolasi sosial sebagai penyebab, defisit perawatan diri

sebagai diagnosa utama dan harga diri rendah sebagai akibat.

Diagnosa keperawatan pertama yang ditemukan pada pasien 1 dan pasien 2

adalah defisit perawatan diri. Data yang memperkuat peneliti mengangkat

diagnosa defisit perawatan diri yaitu pada pasien 1 ditemukan pasien malas

mandi, suka memakai pakaian yang robek, serta setelah buang air besar tidak

bisa membersihkan diri dan lingkungan. Sedangkan pada pasien 2 didapatkan

data pasien malas mandi, suka memakan odol, memakai baju robek dan

terbalik, makan dan minum di piring atau gelas yang kotor, tidak memakai

sendal, buang air kecil di tepat umum. Hal ini sesuai dengan teori yang

dikemukakan oleh Irman (2016) tentang tanda dan gejala defisit perawatan

diri.

Diagnosa keperawatan kedua pada pasien 1 dan pasien 2 adalah halusinasi

sebagai penyebab. Pada pasien 1 ditemukan data pasien pasien mengatakan

sering mendengar suara yang menyuruh dia untuk emmbuaka pakaiannya,

suara tersebut lebih sering didengarnya dimalam hari ketika pasien hendak

tidur, dri hasil observasi pasien sering berbicara sendir dan tertawa sendiri.

Sedangkan pada pasien 2 didapatkan data pasien mengataan sering mendengar

suara yang menganggunya, pasien merespon setiaap suara yang didengarnya.

Dari hasil observasi pasien tmpak tertawa sendiri dan berbicara sendiri, pasien

juga sering mondar mandir serta tidak bisa fokus pada satu pembicaraan.

Diagnosa keperawatan ketiga pada pasien 1 yaitu harga diri rendah, dengan

data yang ditemukan artisipan merasa malu dengan orang sekitar dan keluarga

karena belum bisa menikah dan memberikan keturunan untuk keluarga, pasien

merasa tidak berguna bagi keluarga dan dirinya sendiri karena belum bisa

menikah diumunya saat ini. Pasien sering menunduk saat berinterksi, kontak

mata kurang, pasien sering bermenung dan pandangan kosong. Sedangkan

Page 77: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...

diagnosa ketiga pada pasien 2 adalah prilaku kekerasan, dimana data yang

ditemukan pasien mudah tersiggung jika ditanya tentag kebersihan diri, pasien

mudah marah dan memukul orang, berbicara dengan nada keras dan cepat.

Berdasarkan asumsi penulis, ada perbedaan antara teori dan kenyataan yang

ditemukan dilapangan pada pasien dengan diagnosa yang ditemukan pada

pasien defisit perawatan diri, dimana diagnosa yang di temukan penulis

dilapangan pada kedua partisipan halusinasi bisa mengakibatkan seseorang

mengalami defisit perawatan diri, dan akibat dari defisit perawatan diri

tersebut pada partisipan 1 harga diri rendah dan pada partisipan 2 prilaku

kekerasan.

3. Intervensi Keperawatan

Sesuai dengan diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kedua pasien sama

yaitu diagnosa utama defisit perawatan diri, diagnosa kedua halusinasi sebagai

akibat dari defisit perawatan diri. Sedangkan diagnosa ketiga pada kedua

pasien berbeda yaitu pada pasien 1 harga diri rendah sebagai akibat dan pasien

2 prilaku kekersan sebagai akibat. Penulis membuat rencana keperawatan

sesuai dengan teori yang telah ada dengan membuat strategi pelaksanaan

tindakan keperawatan terhadap pasien dan keluarga.

Pada pasien 1 dan pasien 2 rencana tindakan untuk diagnosa keperawatan

prioritas pertama defisit perawatan diri adalah menggunakan strategi

pelaksanaan tindakan keperawatan dengan membina hubungan saling percaya,

mengidentifikasi defiist perawatan diri pada pasien, mengajarkan cara

menjaga kebersihan diri (mandi, mencuci rambut, menggosok gigi, dan

memotong kuku), berdandan dan berhias, makan dan minum yang baik, buang

air besar dan buang air kecil dengan benar.

Page 78: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...

Diagnosa keperawatan kedua adalah halusinasi. Adapun rencana tindakan

keperawatan melakukan strategi pelaksanaan halusinasi tentang mengajarkan

cara mengontrol halusinasi melalui cara minum obat secara teratur, cara

menghardik, bercakap – cakap dan melakukan aktivitas.

Diagnosa keperawatan ketiga pada partisian 1 adalah harga diri rendah .

Rencana tindakan keperawatan yang diberikan pada diagnosa ini adalah

melakukan strategi pelaksanaan harga diri rendah dengan mengidentifikasi

pandangan atau penilaian pasien tentang diri sendiri dan pengaruhnya

terhadap hubungan dengan orang lain, harapan yang telah dan belum tercapai,

upaya yang dilakukan untuk mencapai harapan yang belum dipenuhi,

mengidentifikasi kemampuan melakukan kegiatan dan aspek positif pasien,

bantu pasien menilai kegiatan yang bisa dilakukan saat ini, Bantu memilih

salah satu kegiatan yang dapat dilakukan saat ini untuk dilatih, latih kegiatan

pertama yang dipilih, latih kegiatan kedua yang dipilih, latih kegaitan ketiga

yang dipilih, latih kegaiatan keempat yang dipilih dan berikan pujian setiap

pasien selesai melakukan kegiatan.

Diagnosa ketiga pada pasien 2 dalah prilaku kekerasan, rencana tindakan yang

dilakukan adalah melakukan strategi pelaksanaan prilaku kekerasan

membantu pasien cara mengontrol rasa marah melalui minum obat secara

teratur, latihan firik (latihan nafas dalam dan memukul bantal), latihan verbal

(berbicara dengan baik, meminta dan menolak), dan cara spiritual.

Menurut Yusuf (2015) dengan membuat rencana tindakan diharapkan penulis

tidak mengalami kesulitan saat wawancara atau melaksanakan intervensi

keperawatan pada pasien dan keluarga pasien gangguan jiwa. Hal ini terjadi

karena semua pertanyaan yang akan diajukan sudah dirancang, serta tujuan

pertemuan dan program antisipasi telah dibuat jika tindakan atau wawancara

tidak berhasil.

Page 79: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...

4. Implementasi Keperawatan

Tindakan yang telah dilakukan pada kedua pasien dan keluarga pasien sama,

untuk diagnosa keperawatan defisit perawatan diri meliputi strategi

pelaksanaan 1 melaksanakan strategi pelaksanaan 1 yaitu membina hubungan

saling percaya, mengidentifikasi masalah perawatan diri, berdandan, makan

dan minum, buang air besar dan buang air kecil, menjelaskan pentingnya

kebersihan diri, menjelaskan alat dan cara kebersihan diri, melatih cara

menjaga kebersihan diri (mandi, ganti pakaian, sikat gigi, cuci rambut dan

memotong kuku). Strategi pelaksanaan 2 yaitu mengevaluasi dan memvalidasi

kegiatan kebersihan diri, melatih cara berdandan setelah kebersihan diri

(sisiran dan cukuran untuk pria).

Strategi pelaksanaan 3 defisit perawatan diri yaitu mengevaluasi kegiatan

kebersihan diri dan berdandan serta berikan pujian, menjelaskan serta melatih

cara makan dan minum yang benar. Strategi pelaksanaan 4 yaitu

mengevaluasi kegiatan kebersihan diri, berdandan, makan dan minum yang

baik serta berikan pujian, menjelaskan serta melatih cara buang air besar dan

buang air kecil yang baik.

Tindakan keperawatan dengan diagnosa halusinasi yaitu melaksanakan

strategi pelaksanaan 1 mengidentifikasi halusinasi (isi, frekuensi, waktu

terjadi, situasi, pencetus, perasaan, respon), menjelaskan dan melatih cara

mengontrol halusinasi melalui minum obat secara teratur. Stategi pelaksaan 2

halusinasi yaitu mengevaluasi dan validasi kegiatan minum obat dan berikan

pujian, menjelaskan dan melatih cara mengontrol halusinasi dengan cara

menghardik. Strategi pelaksanaan 3 halusinasi yaitu mengevaluasi kegiatan

latihan minum obat secara teratur, cara menghardik dan berikan pujian,

menjelaskan dan melatih cara mengontrol halusinasi dengan cara bercakap –

cakap. Strategi pelaksanaan 4 halusinasi yaitu mengevaluasi kegiatan minum

obat secara teratur, cara menghardik, bercakap – cakap dan berikan pujian,

Page 80: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...

menjelaskan dan melatih cara mengontrol halusinasi dengan cara melakukan

aktivitas sehari – hari.

Tindakan keperawatan dengan diagnosa keperawatan ketiga pada pasien 1

yaitu harga diri rendah dengan melakukan strategi pelaksanaan harga diri

rendah, strategi pelaksanaan 1 mengidentifikasi pandangan atau penilaian

pasien tentang diri sendiri dan pengaruhnya terhadap hubungan dengan orang

lain, harapan yang telah dan belum tercapai, upaya yang dilakukan untuk

mencapai harapan yang belum dipenuhi, mengidentifikasi kemampuan

melakuakan kegiaan dan aspek positif pasien, bantu pasien menilai dan

memilih kegiatan yang bisa dilakukan saat ini, melatih kegiatan pertama yang

dipilih (menyapu).

Strategi pelaksaan 2 harga diri rendah yaitu mengevaluasi dan validasi

kegiatan pertama dan berikan pujian, menjelaskan dan melatih kegiatan kedua

yaitu menyiram bunga, Strategi pelaksanaan 3 harga diri rendah yaitu

mengevaluasi dan validasi kegiatam pertama (menyapu) dan kegiatan kedua

(menyiram bunga) lalu berikan pujian, jelaskan dan latih kegiaatan ketiga

yang dipilih yaitu mencuci piring, Strategi pelaksanaan 4 harga diri rendah

yaitu mengevaluasi dan validasi kegiatam pertama (menyapu), kegiatan

kedua (menyiram bunga), kegiatan ketiga (mencuci piring), lalu berikan

pujian, jelaskan dan latih kegiatan keempat yang telah dipilih pasien.

Tindakan keperawatan diagnosa ketiga prilaku kekerasan yang dilakukan pada

pasien 2 dan keluarga yaitu melaksanakan strategi pelaksanaan 1 mengajarkan

cara mengontrol rasa marah melalui minum obat secara teratur dan 6 benar

minum obat. Stategi pelaksaan 2 prilaku kekerasan yaitu mengevaluasi dan

validasi minum obat secara teratur dan 6 benar minum obat, menjelaskan dan

melatih cara mengontrol rasa marah dengan latihan fisik (tarik nafas dalam

dan memukul bantal).

Page 81: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...

Strategi pelaksanaan 3 prilaku kekerasan yaitu mengevaluasi dan validasi

minum obat secara teratur, latihan fisik (tarik nafas dalam dan memukul

bantal). Menjelaskan dan melatih cara mengontrol rasa marah melalui latihan

verbal ( berbicara, meminta dan menolak dengan baik dan sopan ), Strategi

pelaksanaan 4 prilaku kekerasan yaitu mengevaluasi dan validasi minum obat

secara teratur, latihan fisik (tarik nafas dalam dan memukul bantal) dan latihan

verbal, menjelaskan dan melatih cara mengontrol rasa marah melalui spiritual.

Tindakan keperawatan dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasien

saat ini. Tujuannya adalah memberdayakan pasien agar mampu mandiri

memenuhi kebutuhan perwatan diri (PPSDM, 2012). Penulis tidak

menemukan kesulitan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan hanya saja

tingkat pencapaian masing-masing pasien berbeda, ditandai dengan pasien 1

yang lebih cepat menangkap semua kegiatan yang telah diajarkan

dibandingkan dengan pasien 2 yang bisa menangkap setalah diulang tindakan

keperawatan sebanyak 2 sampai 3 kali. Pasien dan keluarga bekerja sama

dengan baik bersama penulis.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi dilakukan untuk menilai perkembangan kemampuan pasien dalam

memenuhi kebutuhan dan menyelesaikan masalah, hal ini dikemukakan oleh

badan PPSDM (2012). Penulis melakukan evaluasi dari tindakan keperawatan

dilakukan selama 12 hari dari tanggal 16 Maret 2018 sampai 06 April 2018.

ketiga masalah masing-masing pasien dapat teratasi dan pasien bisa mandiri

dalam melakukan kegiatan.

Evaluasi yang penulis lakukan pada kedua pasien adalah meliputi hubungan

saling percaya antara perawat dengan pasien dan keluarga ditandai dengan

pasien bersedia duduk berhadapan dengan penulis dan mau berkenalan serta

berjabat tangan dengan penulis.

Page 82: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...

Evaluasi ada diagnosa keperawatan defisit perawatan diri pada pasien 1 adalah

pasien sudah mengerti cara menjaga kebersihan diri, berdandan dan berhias,

makan dan minum dengan baik, serta buang air besar dan buang air kecil

dengan benar. Keluarga sudah mengerti cara merawat pasien dengan defisit

perawatan diri, pasien sudah mandi 2 kali sehari. Pasien tampak

berpenampilan rapi, sudah memakai baju dengan benar, sudah menyisir

rambut dan memakai bedak, sudah mencuci tangan sebelum makan, sudah

menyiram kamar mandi setelah buang air besar.

Hasil evaluasi pada diagnosa keperawatan defisit perawatan diri pada pasien 2

dan keluarga yaitu pasien sudah mengerti cara menjaga kebersihan diri,

berdandan dan berhias, makan dan minum dengan baik, serta buang air besar

dan buang air kecil dengan benar. Keluarga sudah mengerti cara merawat

pasien dengan defisit perawatan diri, pasien sudah mandi 2 kali sehari. Pasien

tampak berpenampilan rapi, sudah memakai baju dengan benar, sudah makan

dan minum di tempat yang bersih, sudah buang air kecil dikamar mandi, suah

memakai sendal keluar rumah.

Hasil evaluasi pada diagnosa halusinasi pada pasien 1 dan keluarga yaitu

pasien sudah mengerti cara mengontrol halusinasi melalui minum obat secara

teratur, menghardik, bercakap cakap, dan melakukan aktifitas sehari – hari.

Pasien mengatakan masih mendengar suara yang mengganggunya, pasien

masih berbicara sendiri, pasien sudah bisa melakukan cara menghardik.

Pasien sudah bercakap – cakap dengan orang sekitar, pasien sudah melakukan

aktivitas harian seperti menyapu, meencuci piring. Keluarga mengatakan

mengerti cara merawat pasien dengan halusinasi, pasien masih sudah tidak

berbicaara sendiri lagi.

Hasil evaluasi pada diagnosa halusinasi pada pasien 2 dan keluarga yaitu

pasien sudah mengerti cara mengontrol halusinasi melalui minum obat secara

Page 83: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...

teratur, menghardik, brakap cakap, dan melakukan aktifitas sehari – hari.

Pasien mengatakan masih mendengar suara yang mengganggunya, pasien

masih berbicara sendiri, pasien sudah bisa melakukan cara menghardik.

Pasien sudah bercakap – cakap dengan orang sekitar, pasien sudah melakukan

aktivitas harian seperti menyapu. Keluarga mengatakan mengerti cara

merawat pasien dengan halusinasi, pasien masih berbicara sendiri.

Hasil evaluasi pada diagnosa harga diri rendah pada pasien 1 dan keluarga

dengan yaitu pasien sudah merasa berguna dan tidak merasakan putus asa lagi,

dan pasien merasa bahagia dikarenakan pasien sudah bisa menyapu,

menyiram bunga, mencuci piring dan meelipat pakaian secara mandiri,

Kontak mata pasien ada, masih tampak lesu, dan masih banyak bermenung.

Pasien sudah memulai pembicaraan dengan orang lain.

Hasil evaluasi pada diagnosa prilaku kekerasan pada pasien 2 dan keluarga

yaitu pasien sudah mengerti cara mngontrol rasa marah dengan cara minum

obat secaara teratur, latihan fisik ( tarik nafas dalam dan memukul bantal ),

latihan verbal, dan spiritual. Pasien masih mudah tersinggung, pasien sudah

bisa mngontrol rasa marah dengan memukul bantal,pasien tidak mengerti

dengan bacaan shalat.

Menurut asumsi penulis, evaluasi yang dilakukan sesuai dengan tindakan

keperawatan yang telah dilakukan. Menurut teori Afnuhazi (2015), evaluasi

merupakan proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan

keperawatan pada pasien.

Page 84: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian asuhan keperawatan jiwa defisit perawatan diri di

wilayah kerja puskesmas Nanggalo Kota Padang tahun 2018, penulis dapat

mengambil kesimpulan sebagai beikut :

1. Hasil pengkajian yang didapatkan dari pasien mengatakan tidak mau

melakukan perawatan diri karena malas. Dari hasil observasi didapatkan badan

berbau, gigi kuning, rambut kusam dan berketombe, kuku panjang dan kotor,

memakai pakaian robek.

2. Diagnosa utama yang muncul berdasarkan prioritas yaitu adalah defisit

perawatan diri sebagai masalah utama, halusinasi sebagai penyebab, sedangkan

untuk akibat terdapat perbedaan antara kudua pasien dimana pasien 1 prilaku

kekerasan yang menjadi akibat dan pasien 2 harga diri rendah yang menjadi

akibat dari defisit perawatan diri.

Dalam pengumpulan data dan menegakkan diagnosa penulis menemukan

hambatan berupa hambatan komunikasi dan konsentrasi namun keluarga pasien

sangat terbuka dengan penulis

3. Intervensi yang dilakukan dirumuskan berdasarkan diagnosa yang ditegakkan

pada kedua partisipan, pada intervensi ditemukan perbedaan antara kedua

partisipan dimana intervensi ketiga yang dilakukan pada pasien 1 yaitu strategi

pelaksanaan prilaku kekerasan sedangkan pada pasien 2 dilakukan strategi

pelaksanaan harga diri rendah. intervensi yang dibuat oleh penulis berdasarkan

teori yang ada dan ditujukan kepada pasien dan keluarga. Intervensi yang

dilakukan pada diagnosa defisit perawatan diri adalah mengajarkan pasien

melakukan perawatan diri, berdandan dan berhias, makan dan minum serta

buang air besar dan buang air kecil dengan benar. Pada diagnosa halusinasi

Page 85: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...

dilakukan strategi pelaksanaan cara mengontrol halusinasi dengan cara minum

obat secara teratur, cara menghardik, bercakap –cakap dan melakukan aktivitas

kecil. Pada diagnosa prilaku kekerasan dilakukan strategi pelaksanaan prilaku

kekerasan cara mengontrol marah dengan minum obat secara teratur, latihan

fisik (tarik nafas dalam dan memukul bantal), latihan verbal (meminta dan

menolak dengan cara baik), serta cara spiritual. Pada diagnosa harga diri rendah

dilakukan intervensi diantaranya mengidentifikasi aspek positif yang dimiliki

dan melakukan kegiatan untuk meningkatkan hargaa diri pasien

4. Implementasi keperawatan dilakukan sesuai dengan perencanaan yang telah

penulis susun. Pelaksanaan implementasi yang dilakukan adalah diagnosis

defisit perawatan diri, halusinasi prilaku kekerasan dan harga diri rendah yang

dilakukan sampai strategi pelaksanaan empat sesuai dengan yang

direncanakan.

5. Pada tahap akhir, penulis mengevaluasi kedua partisipan. Evaluasi yang

dilakukan mengenai tindakan yang telah dilakukan berdasarkan catatan

perkembangan dengan metode SOAP pada partisipan 1 dan 2. Partisipan 1 dan

2 mengalami kemajuan dimana partisipan sudah bisa melakukan perawatan diri

secara mandiri

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, peneliti memberikan saran sebagai berikut:

1. Bagi Penulis

Agar dapat menambah wawasan mahasiswa dan pengalaman mahasiswa

dalam melakukan asuhan keperawatan jiwa dengan mengaplikasikan ilmu

dan teori yang diperoleh dijenjang perkuliahan khususnya pada pasien

dengan defisit perawatan diri .

Page 86: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...

2. Bagi Pemimpin Puskesmas

Melalui pimpinan puskesmas diharapkan dapat memberikan pelayanan pada

pasien dan keluarga secara optimal di Puskesmas Nanggalo Kota Padang dan

meningkatkan mutu pelayanan di rumah dalam melakukan asuhan

keperawatan dan memaksimalkan implementasi yang dilakukan.

3. Institusi Pendidikan

Sebagai bahan bacaan dan referensi Karya Tulis Ilmiah perpustakaan untuk

menambah ilmu pengetahuan tentang keperawatan jiwa bagi mahasiswa

yang bersangkutan di Poltekkes Kemenkes RI Padang khususnya pada

pasien dengan defisit perawatan diri.

Page 87: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...

DAFTAR PUSTAKA

Afnuhazi, Ridhyalla. 2015. Komunikasi Terapeutik Dalam keperawatan Jiwa.

Yogyakarta: Gosyen Publishing

Badan PPSDM.2012. Modul pelatihan Kesehatan Jiwa Masyarakat. Jakarta:

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Dermawan, Deden dan Rusdi. 2013. Keperawatan Jiwa; Konsep dan Kerangka Kerja

Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Gosyen Publishing.

Direja, Ade Herman Surya. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:

Nuha Medika

Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba

Medika

Fitria, Nita. 2012. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba

Medika

Friedman, Marilyn m, dkk. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori,

dan Praktik. Jakarta : EGC.

Irman, Veolina. 2016. Ilmu keperawatan jiwa, Ed.1 Padang : Press Padang

Keliat, Budi, Ana, dkk. 2013. Manajemen keperawatan psikososial dan kader

kesehatan jiwa. Jakarta : EGC

Kemenkes. 2012. Modul Pelatihan Keperawatan Kesehatan Jiwa Masyarakat.

Jakarta: Badan PPSDM Kesehatan

Kementrian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013.

www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%202013

.pdf diakses 25 Agustus 2017

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Peran Keluarga Dukung

Kesehatan Jiwa Masyarakat. Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat.

Diakses dalam:http://www.depkes.go.id/article/print/16100700005/peran-

keluarga-dukung-kesehatan-jiwa-masyarakat.html Diakses pada tanggal 26

Agustus 2017

Kusuma, Farida dan Hartono, Yudi. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Salemba

Medika, Jakarta.

Page 88: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...

Mardalis. (2010). Metode penelitian (Suatu Pendekatan Proposal). Jakarta: Bumi

Aksara.

Muhith, Abdul. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: CV Andi Offset

Notoadmojo, Soekidjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka

Cipta

Nursalam, 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan Praktis,

Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika.

Padila. 2012. Bahan ajar keperawatan keluarga. Yogyakarta : Nuha Medika

Prabowo, Eko. 2014. Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta :

Numed.

Purba. 2010. Asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah psikososial dan

gangguan jiwa. Medan : USU

Raco, J.R. 2010. Metode Penelitian Kualitatif Jenis, Karakterisitik dan

Keunggulannya. Jakarta: Grasindo

Riskesdas. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Mentri Kesehatan RI

Stuart, G.W. 2013. Prinsip dan Praktek Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart. Ed 1.

St Louis, Missouri : Mosby Elsevier.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung :

Alfabeta.

Townsend, Marry C. 2009. Buku Saku Diagnosis Keperawatan

Psikiatri : Rencana Asuhan dan Medikasi Psikotropi, Ed. 5.

Jakarta : EGC

Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2014 Tentang

Kesehatan Jiwa

WHO. 2016. Health For the Worlds Adolescents a Second Chance In The Second

Decade. Geneva, Switerland

Yusuf, Ah dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:

SalembaMedi

Page 89: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...
Page 90: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ...