Politik Rasul (Autosaved) 2 Print

22
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merujuk pada Al Qur’an, Islam tidak menganjurkan pada pemeluknya untuk membentuk negara, tetapi Islam mengajarkan bagaimana membentuk masyarakat (civil society atau ummat) dalam merumuskan tatanan masyarakat yang ideal dan beradab. Bentuk pemerintahan dan sistem politik Islam adalah merupakan konsekuensi sekunder dari civil society. Dalam tatanan masyarakat sipil, hal yang paling fundamental mempengaruhi perubahan sosial adalah faktor ekonomi. Faktor ini pula yang mempengaruhi kelahiran agama Islam dalam masyarakat Arab, bahkan sistem politik yang lahir dalam Islam hanyalah cerminan dari kondisi ekonomi waktu itu. Agama dan masyarakat Arabia abad ke tujuh mencerminkan realitas-realitas kesukuan semenanjung ini. Suku-suku Badui mengikuti gaya hidup pastoral dan nomadic dari satu wilayah ke wilayah lain untuk mencari air dan padang rumput bagi ternak-ternak - domba dan unta – mereka. Bentang daratan ini juga ditandai dengan kota-kota dan desa-desa oasis. Diantara yang terkemuka adalah Makkah, pusat perdagangan dan jual beli, serta 1

description

makalah politik rasulullah

Transcript of Politik Rasul (Autosaved) 2 Print

Page 1: Politik Rasul (Autosaved) 2 Print

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Merujuk pada Al Qur’an, Islam tidak menganjurkan pada pemeluknya

untuk membentuk negara, tetapi Islam mengajarkan bagaimana membentuk

masyarakat (civil society atau ummat) dalam merumuskan tatanan masyarakat

yang ideal dan beradab. Bentuk pemerintahan dan sistem politik Islam adalah

merupakan konsekuensi sekunder dari civil society. Dalam tatanan masyarakat

sipil, hal yang paling fundamental mempengaruhi perubahan sosial adalah faktor

ekonomi. Faktor ini pula yang mempengaruhi kelahiran agama Islam dalam

masyarakat Arab, bahkan sistem politik yang lahir dalam Islam hanyalah

cerminan dari kondisi ekonomi waktu itu.

Agama dan masyarakat Arabia abad ke tujuh mencerminkan realitas-

realitas kesukuan semenanjung ini. Suku-suku Badui mengikuti gaya hidup

pastoral dan nomadic dari satu wilayah ke wilayah lain untuk mencari air dan

padang rumput bagi ternak-ternak - domba dan unta – mereka. Bentang daratan ini

juga ditandai dengan kota-kota dan desa-desa oasis. Diantara yang terkemuka

adalah Makkah, pusat perdagangan dan jual beli, serta Yatsrib (Madinah) sebuah

perkampungan pertanian yang penting. Sumber-sumber kehidupan utama disini

adalah penggembalaan ternak, pertanian, perdagangan dan penyerobotan.

Peperangan antar suku adalah kegiatan yang sudah berumur lama yang diatur

dengan tata-cara dan aturan main yang jelas. Misalnya, penyerobotan dianggap

illegal selama empat bulan suci untuk haji. Tujuan penyerobotan adalah untuk

merampas ternak suku-suku Badui musuhnya dengan korban minimum. Tujuan

akhirnya adalah untuk memperlemah, dan pada akhirnya untuk menyerap suku-

suku mereka dengan kemerosotannya dalam status “dibawah kekuasaan” atau

“klien”.

1

Page 2: Politik Rasul (Autosaved) 2 Print

Masyarakat kesukuan Arabia dengan Badui serta etos polities menjadi

konteks bagi lahirnya Islam. Sama pentingnya, periode ini ditandai dengan

ketegangan-ketegangan dan persoalan yang menyertai perubahan dalam sebuah

masyarakat tradisional. Sebab ini adalah periode ketika kota-kota seperti Makkah

dan madinah mengalami kemakmuran dan mengalihkan banyak orang dari

kehidupan nomadic ke kehidupan menetap. Munculnya Makkah sebagai pusat

dagang mempercepat awal orde politik, social dan ekonomi yang baru. Kekayaan

baru, munculnya oligarkhi dagang baru dalam suku Quraisy, menajamnya

pemisahan antar kelas social, melebarnya kesenjangan antara kaya dan miskin

mengguncang system nilai kesukuan Arab dan keamanan social sebagai

pandangan hidupnya. Kondisi obyektif masyarakat yang eksploitatif itulah yang

menjadi titik tumpu pergerakan Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah tentang kondisi obyektif

masyarakat Arab yang mendasari kelahiran Agama dan politik Islam diatas, maka

makalah ini hanya akan dibatasi dalam membahas tentang :

1. Bagaimana bentuk politik dan pemerintahan Islam pada masa Nabi

Muhammad?

2

Page 3: Politik Rasul (Autosaved) 2 Print

BAB II

PEMBAHASAN

A. POLITIK ISLAM ZAMAN NABI MUHAMMAD

Kebanyakan masyarakat merasa dan mengetahui bahwa hubungan antara

agama dan politik dalam Islam sudah sangat jelas. Yaitu bahwa antara keduanya

terkait erat secara tidak terpisahkan. Agama adalah wewenang pemangku syariah

yaitu nabi Muhammad melalui wahyu dari Tuhan. Sedangkan politik adalah

wewenang kemanusiaan, sepanjang menyangkut masalah teknis structural dan

procedural. Dalam hal ini peran ijtihad manusia sangat besar.

Persoalan penting antara bidang agama dan bidang politik (atau bidang

duniawi manapun) ialah bahwa dari segi etis, khususnya dari segi tujuan yang

merupakan jawaban atau pertanyaan “untuk apa” tidak dibenarkan terlepas dari

pertimbangan nilai-nilai keagamaan. Atas dasar adanya pertimbangan nilai-nilai

keagamaan itu diharapkan tumbuh kegiatan politik bermoral tinggi. Inilah makna

bahwa politik tidak bias dipisahkan dari agama. Tetapi dalam susunan formalnya

atau struktur praktis dan teknisnya, politik adalah wewenang manusia melalui

pemikiran rasionalnya. dalam hal inilah politik dapat dibedakan dari agama. Maka

dalam segi structural dan procedural politik itu, dunia islam sepanjang sejarahnya

mengenal berbagai variasi dari masa ke masa dan dari kawasan ke kawasan tanpa

satupun dari variasi itu dipandang secara doctrinal paling absah. 

1. Bentuk Politik dan Pemerintahan di Mekah

Nabi Muhammad dilahirkan 12 Rabi`ul Awal tahun 571 masehi di kota

Makkah tepat pada tahun Gajah. Kelahiran nabi Muhammad merupakan

momentum awal, babak baru kejayaan Islam dalam konteks penyebaran agama

Islam. Tugas dan tanggung jawab nabi Muhammad sangat berat, karena pada saat

3

Page 4: Politik Rasul (Autosaved) 2 Print

itu nabi Muhammad dihadapkan dengan zaman yang penuh kejahiliahan

(kebodohan). Penyakit jahiliah ini sudah pada tingkat kronis, keyakinan dan

kepercayaan keberadaan pada saat itu hanya menyembah berhala (patung-patung)

yang diyakini memberikan kebaikan dan kebahagiaan. Posisi perempuan saat itu

dimarjinalkan, perempaun dianggap hanya sebagai pelayan untuk pemuas nafsu

birahi, boleh dibunuh karena dianggap sebagai peyebar aib di keluarga. Maka

persoalan inilah yang harus dientaskan oleh seorang nabi Muhammad.

Dalam surat Al-Anbiya` ayat 107 mengatakan “tidaklah kami mengutusmu

melainkan untuk menjadi rahmat sekalian alam. Dalam hadits disampaikan

bahwasanya ; “ia di utus kemuka bumi ini untuk membenahi akhlak manusia”.

Secara tegas ayat dan hadits ini mengatakan bahwa tugas nabi Muhammad adalah

merekonstruksi moralitas, akhlak dan perilaku manusia.

Untuk merevolusi persoalan tersebut nabi Muhammad mengawali

dakwahnya dengan cara sembunyi-sembunyi, diwali dengan mengajak orang-

orang terdekatnya untuk mengikuti ajaran Islam. Selanjutnya dakwah rasulullah

dilancarkan secara terang-terangan serta di dukung oleh orang-orang terdekatnya

yang telah mengikuti ajaran Islam.

Sebagai pembawa risalah yang rahmatan lil’alamin nabi Muhammad Saw

merupakan Rasul akhir zaman dan risalahnya juga merupakan risalah yang

terakhir. Dengan risalah yang dibawa Muhammad Saw yang relatif singkat selama

23 tahun, Muhammad Saw barhasil dan sukses merekonstruksi kehidupan

masyarakat menjadi lebih baik. Keberhasilan dakwah yang dilakukan nabi

Muhammad Saw didukung oleh metode yang digunakan terutama metode dakwah

amaliyah. kefasihan lidah yang dimilikinya serta kepribadian yang kuat penuh

daya tarik dan daya pikat, penguasaan terhadap audience, juga karena sikap

mental yang membaja1.

1 (Latief Rusdi, Retorika, Komunikasi, dan Informasi 1986)

4

Page 5: Politik Rasul (Autosaved) 2 Print

Rasulullah Saw berhasil membuat suatu revolusi kemanusiaan yang total

dan prontal, yang sekaligus membuat suatu perubahan wajah dan bentuk

kehidupan manusia di dunia ini. Perubahan tersebut adalah merombak sistim

kehidupan bangsa arab pada masa jahiliyah yang ditanda dengan berkembangnya

kemusyrikan, khurafat dan tahayyul, kemudian rasulullah Saw membangunnya

menjadi masyarakat baru yang yang melandaskan sikap, pandangan dan tatanan

kehidupan di atas landasan Tauhidiyah dan Taqwallah yang mengangkat derajat

manusia kepada kemuliaan dan peradaban.2

Aktualisasi dakwah rasullah tidak hanya berisi ketauhidan dan ketaqwaan

kepada Allah Swt. Al-Qur’an dan Sunnah menyimpulkan, bahwa dakwah yang

dilakukan nabi Muhammad Saw dan para sahabat, selain bersifat ritual, spiritual

dan moral, nabi Muhammad Saw dan para sahabat juga melakukan dakwah yang

bersifat politik.

Pada sepuluh sampai dua belas tahun aktivitas dakwah nabi Muhammad

Saw berisi tentang pemantapan tauhid, iman dan aqidah. Ketika nabi Muhammad

saw, dituduh oleh kaum Quraisy bahwa rasul adalah sebagai pembawa aspirasi

politik tertentu. Al-Qur’an memerintahkan untuk menjawab, bahwa ia hanyalah

seorang pemberi peringatan bagi seluruh manusia.

Untuk meng-Islamkan masyarakat Arab, nabi Muhammad Saw melakukan

dakwah dengan metode pendekatan politis. Pendekatan politik yang dilakukan

Nabi Muhammad Saw dalam menjalankan dakwah ternyata membawa dampak

yang sangat positif dan banyak membawa perubahan.

Politik dakwah Nabi Muhammad

Pertama, Sebelum diangkat menjadi nabi dan rasul beliau bertahanust di

Gua Hira. Ketika menuju Gua Hira yang terletak di Jabal Nur, yaitu hampir 2 mil

dari Mekah, beliau biasa membawa roti yang terbuat dari gandum dan bekal air,

Gua itu merupakan gua yang sejuk panjangnya 4 hasta, lebarnya 1,75 hasta

23 (Noor, Dinamika, dan Akhlak Dakwah, 1981 : 72).

5

Page 6: Politik Rasul (Autosaved) 2 Print

dengan ukuran dzira’ al-Hadid (hasta ukuran besi)3. Beliau tinggal di dalam gua

itu pada waktu bulan Ramadhan. Disana beliau memberi makan orang-orang

miskin yang dikunjunginya, menghabiskan waktunya dalam beribadah dan

berfikir mengenai pemandangan alam disekitarnya dan kekuasaan yang

menciptakan sedemikaian sempurna dibalik itu. Beliau tidak dapat tenang melihat

kondisi kaumnya yang masih terbelenggu oleh keyakinan syirik yang usang dan

gambaran tentang dirinya yang demikian rapuh.

Beliau menjalani hidup didalam gua itu (beruzlah) selama sebulan hingga

akhirnya Allah menurunkan wahyunya, yaitu datanglah seorang mailakat kepada

beliau, dan malaikat itu adalah malaikat Jibril dengan membawa wahyu untuk

disampaikan kepada beliau dan menyuruh neliau untuk membacanya, yang

awalnya beliau tidak mampu untuk membaca, sampai tibalah akhirnya beliau

mampu mengusainya semunya.

Pasca pengangkatannya menjadi rasul, beliau langsung diperintahkan

untuk memberikan peringatan ditengah-tengah masyarakat mulai dari keluarga

terdekat dan para sahabatnya. Yaitu dengan cara sembunyi-sembunyi

sebagaimana menurut firman yang diturunkan Allah kepadanya yakni dalam surat

Al Mudassir: 1-7. Dakwah secara sembunyi-sembunyi ini dilakukan beliau selama

3 tahun. Kemudian beliau diperintahkan utuk berdakwah secara terang-terangan.

Kedua, Nabi Muhammad melakukan penataan aqidah. Sejak awal, nabi

Muhammad Saw memproklamasikan “La ilaha illa Allah, Muhammad

Rasulullah. Mena’ati Allah SWT hendaknya dengan mengikuti utusan-Nya,

disembah, diibadahi dan dipatuhi.

Ketiga, Dakwah nabi Muhammad Saw, menyerukan pengurusan

masyarakat (ri’ayah syu’un al-ummahi). Ayat-ayat Makkiyah banyak mengajari

akidah seperti takdir, hidayah dan dhalalah, rezeki, tawakal kepada Allah Swt.

Ratusan ayat berbicara tentang Hari Kiamat, tentang pengaturan akhirat yang

3 Syaikh Syafuyurrahman al-Mubarakfuri, Perjalanan hidup Rasul yang agung Muhammad, Darul haq Jakarta,..hal 81

6

Page 7: Politik Rasul (Autosaved) 2 Print

berkaitan dengan nasehat dan bimbingan, membangkitkan rasa takut terhadap

azab Allah Swt, serta memberikan semangat untuk terus beramal demi menggapai

ridha Allah Swt. Selain itu ratusan Ayat Al-Qur’an dan hadits di Mekah dan

Madinah diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad Saw tentang pengaturan

masyarakat di dunia.

Keempat, Nabi Muhammad melakukan pergaulan pemikiran. Pemikiran

dan pemahaman bathil masyarakat Arab pada waktu itu dapat direformasi oleh

Nabi Muhammad Saw. Konsekwensinya, hukum-hukum dan undang-undang

yang berlaku pada waktu itu digantikan dengan pemikiran dan pemahaman agama

Islam.

Nabi Muhammad dalam Al-Qur’an menyerang kekufuran, syirik,

kepercayaan terhadap berhala, ketidak percayaan dengan hari berbangkit,

anggapan nabi Isa sebagai anak Tuhan, dan lain-lain dengan menggunakan senjata

yang sangat ampuh yaitu dengan menggunakan senjata hikmah, nasehat, dan

debat secara sesehat. Hal ini tertuang pada Qur’an : “Serulah (manusia) kepada

jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka

dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui

tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui

orang-orang yang mendapat petunjuk” (Q.S. An-Nahl : 125).

Kelima, Para pembesar Quraisy banyak menzalimi masyarakat, kasar,

menyebarkan fitnah, dan banyak bersumpah tanpa ditepati. Rasulullah Saw,

dengan sangat tegas menantang dan melawan mereka karena kesombongan

mereka dan penentangan mereka. Rasulullah melakukan penyerangan atas

perintah dari Allah SWT. Disamping memerangi kesombongan kaum Quraisy,

Rasulullah juga menyampaikan wahyu yang berisi pembongkaran terhadap tipu

daya dan kesombongan para penguasa Quraisy.

Keenam, Nabi Muhammad Saw menentang hubungan-hubungan yang

rusak di masyarakat dan menyerukan Islam sebagai gantinya. Pada saat itu,

7

Page 8: Politik Rasul (Autosaved) 2 Print

kecurangan dalam takaran sudah merupakan hal yang lumrah dalam jual beli.

Banyak penyimpangan-penyimpangan pada waktu itu, seperti : pembunuhan

anak-anak karena takut miskin, perzinaan merajalela, masyarakat banyak

melakukan dosa besar dan yang lain-lainnya. Pada kondisi ini Rasulullah tampil di

tengah-tengah masyarakat untuk membela kepentingan masyarakat, menentang

aturan dan sistem yang rusak, serta mendakwahkan Islam sebagai gantinya.

2. Bentuk Politik dan Pemerintahan di Madinah

Hubungan antara agama dan politik pada zaman Nabi Muhammad

terwujud dalam masyarakat Madinah. Pasca Hijrahnya dari Mekkah ke Madinah,

nabi Muhammad Saw mendirikan institusi politik berupa Negara Madinah.

Setelah itu beliau langsung mengurusi masyarakat. Dalam mengurusi masyarakat,

nabi Muhammad Saw mengawali langkahnya pertama kali adalah membangun

masyarakat. Setelah mempersaudarakan pengikut dari Mekkah (muhajirin)

dengan pengikut di Madinah (anshor), beliau membangun masyarakat atas dasar

pluralitas baik dari etnis maupun agama. Disinilah, disamping nabi Muhammad

Saw mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari, nabi juga menyusun dan

sekaligus menjadikannya sebagai landasan masyarakat madaniah pada waktu itu.

Sering dikenal namanya “Konstitusi madinah” atau “Piagam Madinah”.4

Nabi Muhammad selama sepuluh tahun di kota hijrah itu telah tampil

sebagai penerima berita suci dan seorang pemimpin masyarakat politik. Dalam

menjalankan peran sebagai seorang nabi, beliau adalah seorang yang tidak boleh

dibantah karena mengemban mandat. Sedangkan dalam menjalankan peran

sebagai kepala Negara, beliau melakukan musyawarah – sesuai dengan perintah

Tuhan yang dalam musyawarah itu beliau tidak jarang mengambil pendapat orang

lain dan meninggalkan pendapatnya sendiri.

Sejarah mencatat bahwa kota hijrah nabi adalah sebuah lingkungan oase

yang subur dan dihuni oleh orang-orang pagan dari suku utama Aus dan Khazraj,

4 Syaikh Syafuyurrahman al-Mubarakfuri, Perjalanan hidup Rasul yang agung Muhammad, Darul haq Jakarta, hlm. 114

8

Page 9: Politik Rasul (Autosaved) 2 Print

dan juga orang-orang yahudi dari suku-suku utama bani Nadzir, Bani Qoinuqo,

Bani Quraizhah. Kota ini awalnya adalah bernama Yatsrib lalu diubah oleh nabi

menjadi Madinah. Madinah yang digunakan oleh Nabi untuk menukar nama kota

hijrah beliau itu kita menangkapnya sebagai isyarat langsung bahwa ditempat baru

itu hendak mewujudkan suatu masyarakat yang teratur sebagaimana sebuah

masyarakat. Maka sebuah konsep Madinah adalah pola kehidupan social yang

sopan, yang ditegakkan atas dasar kewajiban dan kesadaran umum untuk patuh

pada peraturan atau hukum yang berlaku.

Kalau menganalisis sejarah, system pemerintahan yang dibentuk oleh nabi

Muhammad adalah bercorak system Teodemokratis, disatu sisi tatanan

masyarakat harus berdasarkan pada hukum-hukum yang mana hukum tersebut

berdasarkan pada wahyu yang diturunkan oleh Tuhan dalam menyikapi setiap

peristiwa waktu itu. Disisi lain bentuk pemerintahan dan tatanan social

dirumuskan lewat proses musyawarah yang dilakukan secara bersama suku-suku

yang ada dalam masyarakat Madinah. Bila dikontekskan dengan system

pemerintahan sekarang, bentuk struktur tatanan pemerintahan terdiri dari

Eksekutiv, yudikatif dan legislative. Eksekutiv dimana kepala pemerintahan

dipegang oleh Nabi Muhammad, begitupun dalam mahkamah konstitusi dan

hukum semua ditentukan oleh Nabi sebagai pengambil kebijakan selain dalam

masalah menentukan bentuk tatanan masyarakat yang menyangkut pluralitas

warga Negara Madinah. Dalam ranah legislativ, setiap suku yang ada di Madinah

mempunyai persamaan hak dalam menyampaikan pendapat dalam menentukan

tatanan social masyarakat seperti dalam menciptakan konstitusi Piagam Madinah.

Dalam Piagam Madinah : “orang-orang yang tinggal di Madinah, baik

Muhajirin, Anshor maupun dari berbagai etnis dan agama lainnya seperti Yahudi

membuat skenario untuk hidup bersama-sama dengan damai dan sekaligus saling

melindungi dan mengamankan, saling menegakkan hak dan kewajiban, serta

merasa satu nasib dalam artian hidup dengan rukun5 .

5 (Azizy, 2004 : 154).

9

Page 10: Politik Rasul (Autosaved) 2 Print

Dalam Piagam Madinah semua golongan dan lapisan masyarakat,

sekalipun berbeda etnis maupun agama dianggap sebagai “ummah wahidah”

(ummat masyarakat atau ummat yang satu) sebagaimana dalam pasal duanya yang

berbunyi “annahum ummatun wahidah min dun al-nas” (mereka adalah ummat

yang satu, terlepas dari manusia) . Semua kelompok harus saling menjaga dan

saling membela, jika ada musuh dari luar dan mereka saling mendapat

perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM). Nabi Muhammad menghargai hak-hak

masyarakat secara internasional. Kelahiran piagam madinah dijadikan sebagai

rambu-rambu peperangan dan kedaulatan pemimpin. Nabi Muhammad

mengajarkan etika berbangsa, moralitas kepemimpinan dan moralitas sebuah

institusi, baik yang berlatar berbeda keyakinan dan kepercayaan maupun

pemerintahan.

Nabi Muhammad menyediakan kebutuhan masyarakat. Dalam mengurusi

masyarakat, nabi Muhammad Saw juga bergerak dalam peningkatan mutu dan

kualitas pendidikan, dalam memberantas kemiskinan Rasulullah menyediakan

modal dan menciptakan lapangan pekerjaan bagi yang membutuhkan, Rasulullah

juga mengeluarkan kebijakan tentang pembagian saluran air bagi para petani, dan

banyak lagi yang lainnya.

Dalam membiayai pemerintahan nabi mengambil zakat (zakat fitrah dan

zakat maal) untuk umat muslim, serta mengambil Jizyah dari non muslim yang

ada dalam masyarakat Madinah6. Selain lewat militer, konsolidasi pemerintahan

yang dilakukan oleh Nabi juga menggunakan diplomasi dan lewat perkawinan

politik. Sebagai pusat pemerintahan Nabi menggunakan masjid sebagai ruang

publik. Pada awalnya masjid adalah bangunan yang mengekspresikan cita-cita

awal Islam. Batang- batang pohon yang menyangga atap, sebiah batu menandai

kiblat dan Nabi berdiri di salah satu tiang penyangga untuk berkhotbah. Juga

terdapat sebuah halaman tempat umat Islam bertemu dan membiocarakan semua

persoalan ummat baik dalam tataran politik, social, militer, dan agama.

Muhammad dan istri-istrinya tinggal dibilik-bilik kecil. Disekeliling halaman.

6 Karen Armstrong, Sejarah Islam Singkat, Yogyakarta: Elbanin Media, 2008…hal 28-29.

10

Page 11: Politik Rasul (Autosaved) 2 Print

Tidak seperti gereja Kristen yang terpisah dari aktivitas keduniaan dan hanya

digunakan untuk peribadatan, tidak ada kegiatan yang dikecualikan dari masjid.

Dalam visi Al Qur’an tidak ada dikotomi antara yang sacral dan yang profan,

antara agama, politik, seksualitas dan ibadah. Seluruh kehidupan berpotensi

menjadi suci dan harus dibawa kepada kesucian. Tujuannya adalah tauhid

(mengesakan), integrasi seluruh kehidupan dalam satu masyarakat yang akan

memberikan perasaan dekat dengan yang satu, yaitu Tuhan.

Nabi Muhammad mempraktikkan Demokrasi dalam menjalankan roda

pemerintahannya, Sudah sering diungkapkan bahwasannya Nabi Muhammad

akan selalu berpedoman pada Al Qur’an dalam memutuskan sesuatu. Akan tetapi

apabila ada perkara yang belum diatur dalam Al Qur’an tidak jarang Nabi

mengajak Musyawarah sahabat-sahabatnya. Tentu saja kalau kita kaitkan dengan

konteks Negara modern yang jauh lebih kompleks seperti sekarang, proses

musyawarah yang dijalankan pada zaman Nabi sebenarnya secara secara

substantive tidak berbeda dengan dengan apa yang diperlihatkan dengan proses

politik sekarang, yaitu apa yang kita kenal dengan representative democracy,

karena kita juga memahami bahwa Nabi dalam melakukan musyawarah tidak

melibatkan segenap warga masyarakat yang telah memiliki “political franchise”,

akan tetapi musyawarah yang melibatkan para sahabat yang tentu saja sangat

berpengaruh dalam lingkungan masyarakat.7

B. Tatanan Ekonomi dalam masyarakat tauhid

Islam lahir pada awal kelahirannya bukan hanya kritik terhadap relijiusitas

masyarakat arab yang menyembah berhala pada waktu itu tetapi merupakan

gerakan ekonomi. Islam dengan Al Qur’an sangat menentang struktur social yang

tidak adil dan menindas yang secara umum melingkupi kota makkah sebagai

tempat asal mula Islam. Bagi orang yang memperhatikan Al Qur’an secara teliti,

keadilan untuk golongan masyarakat lemah merupakan ajaran Islam yang sangat

pokok. Al Quran mengajarkan pada umat Islam untuk berlaku adil dan berbuat

7 Bernard Lewis, Islam Liberalisme Demokrasi: membangun sinergi warisan sejarah, doktrin dan konteks global, Jakarta : Paramadina, 2002. .hal 123.

11

Page 12: Politik Rasul (Autosaved) 2 Print

kebaikan dan dalam Al Quran keadilan merupakan bagian integral dari

ketakwaan. Takwa dalam Islam bukan Cuma dalam tataran ritualistic namun

sangat terkait erat dengan keadilan ekonomi dan social.

Al Quran bukan saja menentang penimbunan harta (dalam arti tidak

disumbangkan untuk fakir miskin, janda-janda, dan anak yatim) namun juga

menentang kemewahan dan tindakan yang menghambur-hamburkan uang untuk

kesenangan diri sementara banyak sekali orang yang miskin dan membutuhkan.

Kedua tindakan tersebut adalah kejahatan dan merusak keseimbangan social.

Maka keadilan didalam Al Quran bukan hanya berarti norma hukum namun juga

keadilan distribusi pendapatan. Keseimbangan social hanya dapat dijaga bila

kekayaan social dimanfaatkan secara merata untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat. Penumpukan kekayaan dan penggunaan yang tidak sebagaimana

mestinya tidak akan dapat menjaga keseimbangan tersebut dan akan berujung

kehancuran. Jika orang mengkaji Al Quran sebagai sumber ajaran Islam. Ia akan

banyak sekali menjumpai ayat tentang konsep keadilan distributive tersebut.

Misalnya ada ayat yang berbunyi “dan manusia tidak akan mendapatkan kecuali

yang diusahakan” (Al Quran 23:84). Ungkapan ini adalah penentangan secara

langsung terhadap system kapitalisme karena yang menjadi pemilik sebenarnya

adalah produsen, bukan pemilik alat produksi.

Nabi sangat memperhatikan berbagai praktek dalam perdagangan dan

perniagaan.satu penolakan yang tegas adalah penolakan terhadap spekulasi.

Sebenarnya sangat banyak masalah dalam masyarakat industrial atau niaga yang

berasal dari praktek-praktek spekulasi yang membuka jalan untuk meraih

keuntungan dengan cepat. Semua praktek ini ditentang tegas dalam Al Quran.

Dilarang menjual buah yang belum masak dan belum dipetik karena tidak

diketahui jumlahnya, juga tidak boleh menjual bayi hewan dalam kandungan,

tidak boleh mengurangi dan melebihkan takaran dalam jual beli, inilah prinsip-

prinsip yang perdagangan yang diatur dalam Islam.

12

Page 13: Politik Rasul (Autosaved) 2 Print

Konsep tauhid dalam Islam bukan hanya berimplikasi pada tataran

teologis tentang pengesaan Tuhan dengan segala tata cara ritualnya, tetapi juga

berimplikasi pada tatanan masyarakat dan secara otomatis berpengaruh pada

sistem ekonomi. Dalam Islam mengajarkan bahwa manusia diciptakan bersuku-

suku dan berbangsa-bangsa tujuannya adalah untuk saling mengenal, dan tidak

ada perbedaan stratifikasi social dalam Islam kecuali dalam hal ketakwaan. Islam

menginginkan bentuk system ekonomi sosialistis yang tidak ada kepemilikan alat

produksi mutlak oleh seseorang. Semua praktek yang mengarah pada eksploitasi

sesama manusia termasuk industry dan perniagaan yang tidak adil dianggap

sebagai riba. Dakwah Nabi pada waktu periode Makkah adalah merupakan kritik

terhadap system merkantilisme dan akumulasi kekayaan yang dilakukan oleh elit-

elit Quraisy sehingga mengakibatkan hancurnya kode etik kesukuan yang

berasaskan solidaritas dan egalitarianism berganti menjadi system untung rugi dan

eksploitasi. 8

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

8 Asghar Ali Engineer, Islam dan Teologi Pembebasan, Yogyakarta , 2009. Hlm. 98

13

Page 14: Politik Rasul (Autosaved) 2 Print

Islam adalah agama yang natural dimana factor kelahirannya sangat

dipengaruhi oleh kondisi social ekonomi pilitik yang ada. Muhammad tidak

pernah menetapkan sistem pemerintahan dalam Islam tetapi hal itu diserahkan

pada ummat Islam itu sendiri. Disatu sisi sistem masyarakat yang hendak

dibangun oleh Islam mempunyai implikasi langsung terhadap corak politik dan

bentuk pemerintahan yang dibentuk. Di sisi lain hal yang ingin dibangun oleh

Islam adalah civil society yang mana setiap warga Negara berhak mendapat

keadilan dalam hukum, ekonomi, politik dan kesetaraan dalam hubungan social.

Di zaman nabi Muhammad sistem pemerintahan ketika merujuk pada piagam

madinah terdiri dari Eksekutif, Yudikatif, dan legislative, dimana bidang

Eksekutif dan yudikatif dipegang oleh Nabi secara langsung, sementara legislative

diserahkan pada setiap suku dengan konsep musyawarah. Sistem kesetaraan

dalam Islam berimplikasi pada sistem Ekonomi yang hendak dibangun oleh Nabi

yaitu ekonomi yang tidak ada unsure eksploitatif dan akumulatif yang nantinya

melahirkan riba. Konsep ekonomi ini adalah kritik terhadap sistem merkantilis

yang dibentuk oleh elit Quraisy Makkah. Dalam sistem ekonomi Islam setiap

manusia mendapatkan dari hasil kerjanya dan setiap Muslim harus menafkahkan

kelebihan hartanya dari kebutuhan pokoknya.

DAFTAR PUSTAKA

Asghar Ali Engineer, Islam dan Teologi Pembebasan, Yogyakarta , 2009.

14

Page 15: Politik Rasul (Autosaved) 2 Print

Bernard Lewis, Islam Liberalisme Demokrasi: membangun sinergi warisan

sejarah, doktrin dan konteks global, Jakarta : Paramadina, 2002.

John L. Esposito, Islam Warna Warni : Ragam Ekspresi Menuju Jalan Lurus,

Jakarta : Paramadina, 2004.

Karen Armstrong, Sejarah Islam Singkat, Yogyakarta: Elbanin Media, 2008.

Syaikh Syafuyurrahman al-Mubarakfuri, Perjalanan hidup Rasul yang agung

Muhammad, Darul haq Jakarta,..

15