Ensefalitis (Autosaved)

25
PENDAHULUAN Ensefalitis merupakan peradangan pada jaringan otak, epidemiologi ensefalitis sangat bervariasi sesuai dengan faktor resiko yang mempengaruhi masing-masing individu. Penyebab ensefalitis sendiri sangat banyak, mulai dari virus, bakteri, jamur, sampai dengan yang penyebabnya tidak diketahui secara pasti. Namun berdasarkan penelitian yang dilakukan, penyebab ensefalitis terbanyak di indonesia yaitu virus Japanese B encephalitis. Sebagaimana telah dilaporkan pada tahun 1998 hingga 1999 wabah ensefalitis pada manusia telah terjadi di malaysia. Hasil identifikasi CDC menunjukkan bahwa kasus ensefalitis ini disebabkan oleh Japanese B encephalitis. Di indonesia, kasus encephalitis pada manusia telah banyak dilaporkan, tetapi penyebab ensefalitis tersebut masih belum banyak terungkap karena sulitnya diagnosis dan keterbatasan perangkat diagnostik yang dapat mendiagnosa antigen dan antibodi virus yang menyebabkan ensefalitis pada manusia. Sementara itu, penyakit ensefalitis di indonesia sangat dikaitkan erat dengan infeksi virus Japanese B encephalitis. Di indonesia Japanese B encephalitis telah banyak dilaporkan, baik secara klinis, serologis, maupun isolasi virus. Gejala ensefalitis tidak dipengaruhi oleh jenis kuman penyebab, karena semua manifestasi penyakit yang ditimbulkan oleh 1

description

servisitis

Transcript of Ensefalitis (Autosaved)

Page 1: Ensefalitis (Autosaved)

PENDAHULUAN

Ensefalitis merupakan peradangan pada jaringan otak, epidemiologi ensefalitis sangat

bervariasi sesuai dengan faktor resiko yang mempengaruhi masing-masing individu.

Penyebab ensefalitis sendiri sangat banyak, mulai dari virus, bakteri, jamur, sampai dengan

yang penyebabnya tidak diketahui secara pasti. Namun berdasarkan penelitian yang

dilakukan, penyebab ensefalitis terbanyak di indonesia yaitu virus Japanese B encephalitis.

Sebagaimana telah dilaporkan pada tahun 1998 hingga 1999 wabah ensefalitis pada manusia

telah terjadi di malaysia. Hasil identifikasi CDC menunjukkan bahwa kasus ensefalitis ini

disebabkan oleh Japanese B encephalitis. Di indonesia, kasus encephalitis pada manusia telah

banyak dilaporkan, tetapi penyebab ensefalitis tersebut masih belum banyak terungkap

karena sulitnya diagnosis dan keterbatasan perangkat diagnostik yang dapat mendiagnosa

antigen dan antibodi virus yang menyebabkan ensefalitis pada manusia. Sementara itu,

penyakit ensefalitis di indonesia sangat dikaitkan erat dengan infeksi virus Japanese B

encephalitis.

Di indonesia Japanese B encephalitis telah banyak dilaporkan, baik secara klinis, serologis,

maupun isolasi virus. Gejala ensefalitis tidak dipengaruhi oleh jenis kuman penyebab, karena

semua manifestasi penyakit yang ditimbulkan oleh berbagai kuman adalah sama. Hanya

dapat dibedakan berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan.

Terapi ensefalitis sendiri dilakukan secara suportif dan didasarkan atas hasil pemeriksaan

laboratorium yang dilakukan. Enam puluh persen penyebab ensefalitis tidak diketahui, dari

penyebab yang diketahui tersebut kira-kira 67 persen berhubungan dengan penyakit infeksi

pada anak.

Ensefalitis mempunyai komplikasi yang sangat kompleks dapat berupa retardasi mental,

iritabel, emosi tidak stabil, halusinasi bahkan epilepsi. Komplikasi yang terjadi tidak dapat

diketahui dengan pasti kapan akan bermanifestasi.

1

Page 2: Ensefalitis (Autosaved)

PEMBAHASAN

DEFINISI

Ensefalitis adalah reaksi peradangan pada jaringan otak atau parenkim otak oleh berbagai

macam penyebab seperti infeksi virus, bakteri, toksin, dan autoimun, yang ditandai dengan

gejala-gejala umum dan manifestasi neurologis. Infeksi virus merupakan penyebab yang

tersering.

Ensefalitis adalah infeksi jaringan otak oleh berbagai macam mikroorganisme (Hassan,

1997). Pada ensefalitis terjadi peradangan jaringan otak yang dapat mengenai selaput

pembungkus otak dan medulla spinalis.

ETIOLOGI

Ensefalitis disebabkan oleh:

Bakteri : ensefalitis supurativa, ensefalitis siphylis

Virus : virus RNA (parotitis, morbili, rabies, rubella, polio,dll) dan virus DNA

(herpes, variola, vaksinia,dll)

Parasit: malaria serebral, toxoplasmosis, amebiasis, dan sistiserkosis

Fungus : oleh karena candida albicans, aspergillus, fumagatus, mucor mycosis, dll.

Riketsia: riketsiosis serebri.

EPIDEMIOLOGI

Peradangan otak merupakan penyakit yang jarang. Angka kejadiannya yaitu 0,5 per 100.000

individu. Yang paling banyak menyerang anak-anak, orang tua, dan pada orang-orang dengan

sistem imun yang lemah, seperti pada penderita HIV/AIDS, kanker, dan anak gizi buruk.

KLASIFIKASI

Klasifikasi ensefalitis berdasarkan etiologi adalah sebagai berikut:

A. infeksi virus

2

Page 3: Ensefalitis (Autosaved)

Penyebarannya hanya dari manusia ke manusia.

Gondongan; sering, kadang bersifat ringan.

Campak; dapat memberikan sekuele berat.

Kelompok virus entero; sering pada semua umur, keadaannya lebih berat pada

neonatus.

Rubela; jarang, sekuele jarang, kecuali pada rubela kongenital

Kelompok virus herpes

Kelompok virus poks, vaksinia, dan variola; jarang tetapi dapat terjadi

kerusakan Sistem Saraf Pusat yang berat.

Agen-agen yang ditularkan oleh artropoda

Virus arbo: Eastern Equine, Western Equine, Venezuela Equine, St. Louis,

California, Powassan, Japanese B encephalitis.

Penyebarannya oleh mamalia berdarah panas.

Rabies; saliva mamalia jinak dan liar.

B. Infeksi Nonvirus

1. Riketsia; komponen ensefalitik dari vaskulitis serebral.

2. Mycoplasma pneumonia

3.Bakteri tuberkulosa dan meningitis bakterial lainnya, sering memiliki gejala

ensefalitik.

4. Spirokaeta; kongenital atau akuisita; leptospirosis

5. Jamur; penderita dengan gangguan-gangguan imunologis mempunyai resiko

khusus; kriptokokosis; histoplasmosis, aspergilosis; mukor mikosis; moniliasis;

koksidiodomiosis.

6. Protozoa; plasmoidium sp; Tripanosoma sp; Naegleria sp; Acanthamoeba;

Toxoplasma gondii.

7. Metazoa; Trikinosis; Ekinokokus, Sistiserkosis; Skistosomiasis.

C. Parainfeksiosa-pascainfeksiosa, alergi

3

Page 4: Ensefalitis (Autosaved)

1. Berhubungan dengan penyakit-penyakit spesifik.

2. Berhubungan dengan vaksin.

D. Penyakit-penyakit virus manusia yang lambat

1. Panensefalitis sklerosis subakut (PESS); Campak

2. Ensefalitis spongifrmis

3. Leukoensefalopati multivokal progresif

4. Kuru

E. Kelompok kompleks yang tidak diketahui

Klasifikasi encephalitis berdasarkan jenis virus dan epidemiologinya ialah

a) Infeksi virus yang bersifat endemik

I. Golongan enterovirus: poliomyelitis, virus Coxsackie, virus ECHO.

II. Golongan virus ARBO: Eastern Equine, Western Equine, Venezuela Equine,

St. Louis, California,Powassan, Japanese B encephalitis.

b) Infeksi virus yang bersifat sporadik : rabies, Herpes simpleks, hespes zoster,

Limfogranuloma, Mumps, dll.

c) Encephalitis pasca-infeksi : pasca-morbili, pasca-varisela, pasca-rubela, dll.

GEJALA KLINIS

Gejala klinis yang timbul sangat bervariasi dari ringan sampai berat, dapat berlangsung akut

dan perlahan-lahan. Masa prodromal berlangsung antara 1-4 hari. Pada umumnya pasien

ensefalitis menunjukkan gejala seperti meningitis namun tanpa disertai adanya tanda-tanda

perangsangan meningeal. Perangsangan meningeal dapat dijumpai jika telah melibatkan

meningen, yang disebut sebagai meningoensefalitis, diantaranya berupa:

Nyeri kepala

Demam

Penurunan kesadaran

Pusing, gangguan kognitif, perubahan tingkah laku

4

Page 5: Ensefalitis (Autosaved)

Kejang-kejang, yang dapat bersifat umum, fokal, atau twitching saja (kejang di

wajah)

Munculnya tanda-tanda gangguan neurologis fokal bersamaan dengan demam dan

sakit kepala.

Tanda neurologis fokal berupa:

I. Afasia

II. Hemiparesia

III. Hemiplegia

IV. Ataksia

V. Paralisis saraf otak

Gejala yang terjadi termasuk ditandai dengan tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial

seperti sakit kepala yang hebat, vertigo, mual, kejang, dan gangguan mental. Gejala lain yang

mungkin terjadi yaitu fotofobia, gangguan sensorik, dan kekakuan leher. Namun bedanya

dengan meningitis, pada ensefalitis tidak ditemukan adanya tanda-tanda perangsangan

meningeal berupa kaku kuduk, brudzinski 1 dan 11, ataupun kernig.

Sebagaimana disebutkan diatas, penyebab terbanyak ensefalitis yaitu oleh karena virus, maka

dalam literatur juga yang banyak dibahas yaitu mengenai infeksi virus ensefalitis yaitu virus

Japanese B encephalitis.

Ensefalitis Virus

Ensefalitis virus yaitu infeksi virus pada jaringan otak. Tidak seperti meningitis virus,

ensefalitis virus bersifat self limiting tergantung patogenisitas virus dan kekuatan daya tahan

tubuh penderita.

PATOGENESIS

Patogenesis ensefalitis yang disebabkan oleh virus adalah:

o primer, yaitu termasuk infeksi virus langsung ke otak dan medulla spinalis.

o sekunder, yaitu infeksi virus pertama sekali terjadi di tempat lain dari tubuh yang

kemudian akan mencapai susunan saraf pusat. Selain itu infeksi virus pada otak

memiliki sifat:

5

Page 6: Ensefalitis (Autosaved)

o neurotropisme, yaitu kemampuan virus untuk menginfeksi sel syaraf, virus yang

mempunyai sifat ini adalah:rabies, mempunyai daya neuroinvasivitas dan

neurovirulensi yang tinggi (dapat penyebarannya ke susunan saraf pusat

menyebabkan angka mortalitas hampir 100% pada kasus yang tidak ditangani).

HSV, mempunyai daya neuroinvasif yang rendah tetapi punya daya

neurovirulensi yang tinggi (biasanya masuk melalui sistem saraf perifer dan

jarang yang mencapai susunan saraf pusat, tetapi dapat menyebabkan efek

yang sangat fatal jika mencapai susunan saraf pusat).

Mumps virus, mempunyai daya neuroinvasif yang tinggi tetapi mempunyai

daya neurovirulensi yang rendah (sering menginvasi susunan saraf pusat tetapi

hanya sedikit yang menimbulkan gangguan neurologis yang berarti).

o Hematogen

Penyebaran secara hematogen adalah jalur irama penyebaran virus untuk mencapai

susunan saraf pusat, virus secara bebas akan mencapai susunan saraf pusat dengan larut

dalam plasma darah akan menempel pada sel atau melalui keduanya. Cara yang pasti

yaitu dengan cara virus akan keluar dari aliran darah dan akan menginvasi susunan

saraf pusat belum diketahui. Sawar darah otak terdiri dari tautan antara sel-sel

kapiler dinding pembuluh darah dan membrana basalis yang padat akan

memisahkannya dari jaringan otak. Virus akan menembus sawar darah otak melalui

berbagai mekanisme sebagai berikut:

Neuroinvasif

1. Virus akan menginvasi susunan saraf pusat melalui sel kapiler endotel

pembuluh darah yang tidak saling berkaitan atau melalui membrana

basalis yang tipis seperti pleksus koroid. Infeksi pada sel epitel pleksus

koroid yang akan menyebabkan virus memasuki ventrikel otak dan akan

melibatkan sel ependim dan jaringan subependim.

2. virus akan secara langsung menginfeksi sel endotel kapiler pembuluh darah

otak dan akan menyebar disekeliling jaringan otak.

3. virus mungkin akan menginfeksi melalui sel-sel yang bersirkulasi monosit,

makrofag, neutrofil, dan limfosit yang akan masuk ke susunan saraf

pusat melalui diapedesis.

Neural

6

Page 7: Ensefalitis (Autosaved)

Merupakan mekanisme yang sangat penting dalam proses masuknya virus ke

susunan saraf pusat. Banyak sel-se neuron yang akan memasuki susunan saraf

pusat (termasuk motor neuron medulla spinalis, dan neuron olfaktorius)

mempunyai proses yang membahas bagaimana mereka dapat memasuki

susunan saraf pusat melalui menembus sawar darah otak, dan transport secara

aksoplasmik pada sel saraf yang akan menyebabkan perpindahan virus secara

langsung ke susunan saraf pusat. Penyebaran secara neural ini merupakan

metode primer infeksi susunan saraf pusat pada kuman rabies dan HSV. Virus

rabies memasuki akson saraf motorik pada neuromuskular junction (dimana

virus tersebut akan bereplikasi setelah terinokulasi melalui gigitan) dan akan

dipindahkan langsung secara retrograde ke dalam SSP, sedangkan HSV secara

laten akan tinggal ganglia serabut dorsalis. Sementara proses reaktivasi virus

akan ditranspor secara neural secara anterograd melalui kulit yang mengalami

lesi. Atau virus itu akan secara retrograd ke SSP dan menyebabkan ensefalitis.

Neurovirulensi

Penyebarannya dapat secara langsung, atau dapat juga di mana virus

neurotropik akan menginfeksi saraf dan akan menghasilkan infeksi yang laten

(sel akan mengecil atau tidak terjadi perubahan bentuk atau fungsi) yang

mempengaruhi fungsi sel atau sel akan mati melalui proses nekrosis atau

apoptosis.kematian sel melalui proses nekrosis yaitu proses penghacuran

integritas membran sitoplasma dengan mengijinkan protein sel keluar sebagai

respon terhadap inflamasi. Manifestasi klinis dari kematian sel saraf dan atau

disfungsinya tergantung lokasi anatomi yang terlibat(infeksi korteks akan

menyebabkan perubahan fungsi neurokognitif, infeksi batang otak akan

menyebabkan koma atau gagal nafas).

Dalam literatur disebutkan bahwa virus dapat masuk ke tubuh pasien baik

melalui kulit, saluran nafas, maupun saluran cerna. Selanjutnya, virus akan

menyebar ke seluruh tubuh melalui beberapa cara:

1. Setempat, virus hanya terbatas menginfeksi selaput lendir

organ tertentu.

2. Hematogen primer, virus masuk ke dalam darah kemudian

menyebar ke organ tertentu dan berkembang biak di organ

tersebut.

7

Page 8: Ensefalitis (Autosaved)

3. Hematogen sekunder, virus berkembang biak pada daerah

pertama kali masuk lalu menyebar ke organ lain.

4. Melalui saraf, virus menyebar melalui sistem saraf.

Gejala klinis pada ensefalitis oleh karena virus:

Tanda-tanda kardinal dan gejala ensefalitis yaitu: sakit kepala, demam, gangguan

kesadaran (dari letargi sampai koma), pusing kepala, gangguan kognitif, perubahan

kepribadian, kelemahan motorik, kejang, gangguan gerak, refleks tendon yang

meningkat, dan respon akstensor plantaris. Peningkatan tekanan intrakranial dapat

terjadi dengan manifestasi papil edema, kelumpuhan saraf kranial, dan dapat mencapai

koma. Ensefalitis virus merupakan penyakit akut, dengan atau tanpa tanda prodromal,

tetapi merupakan suatu penyakit yang bergerak secara progresif lambat menuju

kerusakan otak yang lebih parah.

Faktor Resiko:

Usia (anak-anak dan orang tua)

Sistem imun yang lemah (HIV/AIDS, orang yang mengalami transplantasi)

Kondisi geografis

Aktifitas di luar rumah

Musim

DIAGNOSIS:

Anamnesa

Penegakan diagnosa ensefalitis dimulai dengan proses anamnesa secara lengkap

mengenai adanya riwayat terpapar dengan sumber infeksi, status imunisasi, gejala

klinis yang diderita, riwayat menderita gejala yang sama sebelumya serta ada tidaknya

faktor resiko yang menyertai.

Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik dilihat tanda-tanda penyakit sistemik seperti dijumpai adanya

rash, limfadenopati, meningismus, kekakuan leher, penurunan kesadaran, peningkatan

tekanan intrakranial yang ditandai dengan adanya papil edema, tanda-tanda neurologis

fokal seperti kelemahan, gangguan berbicara, peningkatan tonus otot, dan hiperrefleks

ekstensor plantaris.

Pemeriksaan Penunjang

a. Lumbal pungsi

8

Page 9: Ensefalitis (Autosaved)

Merupakan cara mendiagnosa ensefalitis yang umum dilakukan melalui analisa cairan

otak. Normalnya analisa cairan otak: pressure=9-18 cmH2O; cell count=0-5

WBC/mm3; cell type= lymph; glucose= 50-75 mg/dL; protein=15-40 mg/dL.

Sedangkan pada viral meningitis/encephalitis: pressure=9-20 cmH2O; cell count=10-

500 WBC/mm3; cell type=lymph; glucose=N; protein= 50-100 mg/dL. Ditemukan

warna cairan jernih, leukosit meningkat, glukosa normal, dan tekanan intrakranial yang

meningkat.

b. Elektroensefalografi

Prosedur pemeriksaan ini merupakan suatu cara untuk mengukur aktifitas

gelombang listrik dari otak. Pemeriksaan ini biasanya digunakan untuk

mendiagnosa adanya gangguan kejang. Sejumlah elektroda kecil diletakkan pada

kulit kepala yang kemudian merangsang otak sehingga gelombang listrik dari otak

akan dikirim ke dalam EEG. Terlihat aktivitas listrik (gelombang) yang menurun,

sesuai dengan tingkat kesadaran yang menurun.

c. Pemeriksaan imaging otak

Diantaranya CT Scan dan MRI yang dapat mendeteksi adanya pembengkakan otak.

Membantu melokalisasi lesi, melihat ukuran/letak ventrikel, hematom, daerah

cerebral, hemoragic, atau tumor. Jika pemeriksaan imaging memiliki tanda-tanda

dan gejala yang menjurus ke ensefalitis maka lumbal pungsi harus dilakukan untuk

melihat apakah terdapat peningkatan tekanan intrakranial.

d. Biopsi otak

Jarang dilakukan, kecuali untuk mendiagnosa adanya herpes simpleks ensefalitis

yang jika tidak mungkin dilakukan metode DNA atau CT scan dan MRI.

e. Pemeriksaan darah

Polymerase Chain Reaction, merupakan metode yang digunakan untuk mendeteksi

adanya infeksi HSV 1 dan enterovirus pada SSP.

DIAGNOSIS BANDING:

Diagnosa banding ensefalitis adalah

i. Meningitis TB

Radang selaput otak. Ditemukan tanda rangsang meningeal pada

pemeriksaan fisik.

ii. Abses otak

9

Page 10: Ensefalitis (Autosaved)

Radang bernanah pada jaringan otak. Dalam otak mula-mula terjadi radang

lokal disertai serbukan leukosit polimorfonuklear. Disekeliling daerah yang

meradang, berproliferasi jaringan ikat dan astrosit, yang membentuk kapsul.

Jaringan yang rusak, mencair dan terbentuklah abses.

Pada kasus ensefalitis supurativa (bakteri):

Neoplasma

Hematoma subdural kronik

Tuberkuloma

Hematoma intraserebri.

PENATALAKSANAAN

Terapi suportif

Tujuannya untuk mempertahankan fungsi organ, dengan mengusahakan jalan nafas

tetap terbuka (pembersihan jalan nafas, pemberian oksigen, pemasangan respirator

bila henti nafas, intubasin dan trakeostomi), pemberian makanan enteral atau

parenteral, menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, serta koreksi gangguan asam

basa darah. Untuk pasien dengan gangguan menelan, akumulasi lendir pada

tenggorokan dapat dilakukan drainase postural dan aspirasi mekanis yang periodik.

Terapi kausal

Pada ensefalitis yang disebabkan oleh virus, diberikan pengobatan antivirus. Dengan

memberikan asiklovir 10 mg/kgBB/hari IV setiap 8 jam selama 10-14 hari.

Pemberian antibiotik untuk kemungkinan infeksi sekunder dan ensefalitis karena

bakteri.

Terapi ganciklovir merupakan pilihan utama untuk infeksi citomegalo virus. Dosisnya

5 mg/kgBB dua kali sehari. Kemudian dosis diturunkan menjadi satu kali, lalu dengan

terapi maintenance.

Preparat sulfa untuk ensefalitis karena toxoplasmosis.

Vaksin antirabies.

Semua penyakit yang disebabkan oleh ARBOvirus sampai saat ini tidak ada terapi

yang spesifik, sehingga terapi yang digunakan hanya terapi suportif dan simptomatik.

10

Page 11: Ensefalitis (Autosaved)

Terapi simptomatik

Obat antikonvulsif diberikan sesegera mungkin untuk menghilangkan kejang.

Tergantung dari kebutuhan obat yang diberikan IM atau IV. Obat yang dapat

diberikan adalah valium dan luminal.

Untuk mengatasi hiperpireksia, diberikan surface cooling dengan menempatkan es

pada permukaan tubuh yang mempunyai pembuluh besar, misalnya pada kiri dan

kanan leher, ketiak, selangkangan, daerah proksimal betis dan di atas kepala.

Sebagai hibernasi dapat diberikan largaktil 2 mg/kgBB/hari dan phenergan 4

mg/kgBB/hari IV atau IM dibagi dalam 3 kali pemberian.

Diberikan antipiretik seperti parasetamol, bila keadaan telah memungkinkan

pemberian obat peroral.

Untuk mengurangi edema serebri dengan deksametason 0,2 mg/kgBB/hari IM dibagi

3 dosis dengan cairan rendah natrium.

Bila terdapat tanda peningkatan tekanan intrakranial, dapat diberikan manitol 0,5-2

g/kgBB IV dalam periode 8-12 jam.

PENCEGAHAN

Ensefalitis merupakan penyakit infeksi, oleh karena itu dapat dicegah dengan meminimalkan

kontak. Cara terbaik untuk mencegah ensefalitis adalah menghindari virus yang

menyebabkan penyakit tersebut.hal ini juga berarti bahwa anak perlu untuk diimunisasi

chicken pox, measles, mumps, dan rubella (german measles) atau dengan imunisasi MMR.

Penyemprotan terhadap vektor serangga.

PROGNOSIS

Prognosis dari ensefalitis tergantung dari umur penderita, kesadaran saat datang berobat,

virulensi virus, imunitas tubuh penderita, dan kondisi neurologis. Penderita dibawah umur 30

tahun dengan gangguan kesadaran tidak berat biasanya sembuh dibandingkan dengan

penderita yang datang dalam keadaan koma dan lanjut usia. Angka kematian untuk ensefalitis

masih tinggi, dan mempunyai komplikasi atau gejala sisa berupa paresis atau paralisis,

gangguan penglihatan atau gejala neurologis lain. Penderita yang sembuh tanpa kelainan

11

Page 12: Ensefalitis (Autosaved)

neurologis yang nyata dalam perkembangan selanjutnya masih mungkin mengalami retardasi

mental dan masalah tingkah laku.

KOMPLIKASI

Komplikasi pada ensefalitis adalah:

I. Retardasi mental

II. Iritabel

III. Gangguan motorik

IV. Epilepsi

V. Emosi tidak stabil

VI. Sulit tidur

VII. Halusinasi

VIII. Enuresis

IX. Perubahan tingkah laku

12

Page 13: Ensefalitis (Autosaved)

KESIMPULAN

Ensefalitis adalah infeksi jaringan otak oleh berbagai macam mikroorganisme,yang ditandai dengan gejala-gejala umum dan manifestasi neurologis. Infeksi

virus merupakan penyebab yang tersering.

Ensefalitis disebabkan oleh: Bakteri, Virus, Parasit, Fungus, dan Riketsia

Gejala klinis ensefalitis antara lain:

Nyeri kepala

Demam

Penurunan kesadaran

Pusing, gangguan kognitif, perubahan tingkah laku

Kejang-kejang, yang dapat bersifat umum, fokal, atau twitching saja

(kejang di wajah)

Munculnya tanda-tanda gangguan neurologis fokal bersamaan dengan

demam dan sakit kepala.

Tanda neurologis fokal berupa:

1. Afasia

2. Hemiparesia

3. Hemiplegia

4. Ataksia

5. Paralisis saraf otak

Diagnosis ensefalitis dibuat berdasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang (laboratorium/ darah, pungsi lumbal, CT scan, MRI,

EEG)

Penatalaksanaan ensefalitis terdiri dari terapi suportif, terapi kausal, dan terapi

simptomatik.

Prognosis dari ensefalitis tergantung dari umur penderita, kesadaran saat datang

berobat, virulensi virus, imunitas tubuh penderita, dan kondisi neurologis.

13

Page 14: Ensefalitis (Autosaved)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan berkah dan rahmat-Nya,

saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Ensefalitis”. Makalah ini merupakan

salah satu tugas Kepaniteraan Klinik Senior SMF ilmu penyakit syaraf di RS Haji medan.

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan dan pengetahuan

setiap pembacanya mengenai ensefalitis.

Saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Untuk itu saya mengharapkan kritik

dan saran yang membangun guna perbaikan makalah ini. Saya juga meminta maaf atas

kesalahan yang ada pada makalah ini.

Saya mengucapkan terima kasih kepada dr. Sumarnita Tarigan, sp.S yang telah membimbing

saya dalam penyusunan makalah ini.

Medan, oktober 2013

Dian Anggraeni

14

Page 15: Ensefalitis (Autosaved)

DAFTAR ISI

Halaman Kata pengantar..................................................................................................................iDaftar Isi...........................................................................................................................iiPendahuluan.....................................................................................................................1Pembahasan

1. Definisi.................................................................................................................22. Etiologi dan Epidemiologi....................................................................................23. Klasifikasi.............................................................................................................24. Gejala klinis..........................................................................................................45. Patogenesis............................................................................................................56. Diagnosis dan Diagnosis Banding........................................................................57. Penatalaksanaan dan Pencegahan.........................................................................108. Prognosis dan Komplikasi....................................................................................11

Kesimpulan.......................................................................................................................13Daftar Pustaka...................................................................................................................14

15

Page 16: Ensefalitis (Autosaved)

DAFTAR PUSTAKA

1. Mardjono, Mahar, Sidarta, Priguna. NEUROLOGI KLINIS DALAM

PRAKTEK UMUM. Dian Rakyat. 1999. Hal, 36-40.

2. Mardjono, Mahar, Sidarta, Priguna. NEUROLOGI KLINIS DASAR. Dian

Rakyat. Jakarta 2000.

3. Mansjoer, arif. Suprohaita. Wardhani, Wahyu Ika. Setiowulan, Wiwiek.

KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN. Media Aesculapius. Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia. Jilid 2. Edisi Ketiga, 2000.

4. FKUI. Standar Pelayanan Medis Departemen Ilmu Kesehatan anak RSCM.

UI. Jakarta 2005.

5. Markam, Soemarmo. KAPITA SELEKTA NEUROLOGI. Gajah Mada

University Press. Edisi Ke Dua. 2003.

16

Page 17: Ensefalitis (Autosaved)

KEPANITERAAN KLINIK SENIORDEPARTEMEN SMF ILMU PENYAKIT SYARAF

MAKALAH

ENSEFALITIS

DISUSUN OLEH :

NAMA : DIAN ANGGRAENI NPM : 07310064

PEMBIMBING: dr. Sumarnita Tarigan, Sp.S

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTERFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

BANDAR LAMPUNG2013

17