POAC

9
Untuk melaksanakan manajemen, seorang pada posisi pimpinan di level manapun, harus melakukan fungsi-fungsi manajemen. Di dalam fungsi-fungsi manajemen ada fungsi organik yang mutlak harus dilaksanakan dan ada fungsi penunjang yang bersifat sebagai pelengkap. Jika fungsi organik tersebut tidak dilakukan dengan baik maka terbuka kemungkinan pencapaian sasaran menjadi gagal. George R. Terry telah merumuskan fungsi-fungsi tersebut sebagai POAC (Planning, Organizing, Actuating dan Controlling) P lanning S pecific artinya perencanaan harus jelas maksud maupun ruang lingkupnya. Tidak terlalu melebar dan terlalu idealis. M easurable artinya program kerja atau rencana harus dapat diukur tingkat keberhasilannya. A chievable artinya dapat dicapai. Jadi bukan anggan-angan. R ealistic artinya sesuai dengan kemampuan dan sumber daya yang ada. Tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit. Tapi tetap ada tantangan. T ime artinya ada batas waktu yang jelas. Mingguan, bulanan, triwulan, semesteran atau tahunan. Sehingga mudah dinilai dan dievaluasi. Planning adalah proses yang secara sistematis mempersiapkan kegiatan guna mencapai tujuan dan sasaran tertentu. Kegiatan diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan dalam rangka pekerjaan konstruksi, baik yang menjadi tanggung jawab pelaksana (kontraktor) maupun pengawas (konsultan). Kontraktor maupun konsultan, harus mempunyai konsep planning” yang tepat untuk mencapai tujuan sesuai dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing. Pada proses planning perlu diketahui hal-hal sebagai berikut :  Permasalahan yang terkait dengan tujuan dan sumber daya yang tersedia.  Cara mencapai tujuan dan sasaran dengan memperhatikan sumber daya yang tersedia.  Penerjemahan rencana kedalam program-program kegiatan yang kongkrit.  Penetapan jangka waktu yang dapat disediakan guna mencapai tujuan dan sasaran, (seluruh tahap: -proses pengadaan, -pelaksanaan dan pengawasan konstruksi; dan FHO). O rganizing Agar tujuan tercapai maka dibutuhkan pengorganisasian. Dalam perusahaan biasanya diwujudkan dalam bentuk bagan org anisasi. Yang kemudian dipecah menjadi berbagai jabatan. Pada setiap jabatan biasanya memiliki tugas, tanggung jawab, wewenang dan uraian jabatan (Job Description). Semakin tinggi suatu jabatan biasanya semakin tinggi tugas, tanggung jawab dan wewenangnya. Biasanya juga semakin besar penghasilannya. Dengan pembagian tugas tersebut maka pekerjaan menjadi ringan. Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Disinilah salah satu prinsip dari manajemen. Yaitu membagi-bagi tugas sesuai dengan ke ahliannya masing-masing. Organizing (pengorganisasian kerja) dimaksudkan sebagai pengaturan atas suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang, dipimpin oleh pimpinan kelompok dalam suatu wadah

Transcript of POAC

7/16/2019 POAC

http://slidepdf.com/reader/full/poac55cf9dfb550346d033b021d8 1/9

Untuk melaksanakan manajemen, seorang pada posisi pimpinan di level manapun, harus

melakukan fungsi-fungsi manajemen. Di dalam fungsi-fungsi manajemen ada fungsi organik 

yang mutlak harus dilaksanakan dan ada fungsi penunjang yang bersifat sebagai pelengkap. Jikafungsi organik tersebut tidak dilakukan dengan baik maka terbuka kemungkinan pencapaian

sasaran menjadi gagal. George R. Terry telah merumuskan fungsi-fungsi tersebut sebagai POAC

(Planning, Organizing, Actuating dan Controlling)

P lanning

S pecific artinya perencanaan harus jelas maksud maupun ruang lingkupnya. Tidak terlalu melebar dan terlalu

idealis.

M easurable artinya program kerja atau rencana harus dapat diukur tingkat keberhasilannya.

A chievable artinya dapat dicapai. Jadi bukan anggan-angan.

R ealistic artinya sesuai dengan kemampuan dan sumber daya yang ada. Tidak terlalu mudah dan tidak terlalu

sulit. Tapi tetap ada tantangan.

T ime artinya ada batas waktu yang jelas. Mingguan, bulanan, triwulan, semesteran atau tahunan. Sehingga mudah

dinilai dan dievaluasi.

Planning adalah proses yang secara sistematis mempersiapkan kegiatan guna mencapai tujuandan sasaran tertentu. Kegiatan diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan dalam rangka pekerjaankonstruksi, baik yang menjadi tanggung jawab pelaksana (kontraktor) maupun pengawas

(konsultan). Kontraktor maupun konsultan, harus mempunyai konsep planning” yang tepat untuk 

mencapai tujuan sesuai dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing.

Pada proses planning perlu diketahui hal-hal sebagai berikut :

  Permasalahan yang terkait dengan tujuan dan sumber daya yang tersedia.

  Cara mencapai tujuan dan sasaran dengan memperhatikan sumber daya yang tersedia.

  Penerjemahan rencana kedalam program-program kegiatan yang kongkrit.

  Penetapan jangka waktu yang dapat disediakan guna mencapai tujuan dan sasaran,(seluruh tahap: -proses pengadaan, -pelaksanaan dan pengawasan konstruksi; dan FHO).

O rganizing

Agar tujuan tercapai maka dibutuhkan pengorganisasian. Dalam perusahaan biasanyadiwujudkan dalam bentuk bagan organisasi. Yang kemudian dipecah menjadi berbagai jabatan.

Pada setiap jabatan biasanya memiliki tugas, tanggung jawab, wewenang dan uraian jabatan (JobDescription).

Semakin tinggi suatu jabatan biasanya semakin tinggi tugas, tanggung jawab dan wewenangnya. Biasanya juga

semakin besar penghasilannya.

Dengan pembagian tugas tersebut maka pekerjaan menjadi ringan. Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing.

Disinilah salah satu prinsip dari manajemen. Yaitu membagi-bagi tugas sesuai dengan keahliannya masing-masing.

Organizing (pengorganisasian kerja) dimaksudkan sebagai pengaturan atas suatu kegiatan yangdilakukan oleh sekelompok orang, dipimpin oleh pimpinan kelompok dalam suatu wadah

7/16/2019 POAC

http://slidepdf.com/reader/full/poac55cf9dfb550346d033b021d8 2/9

organisasi. Wadah organisasi ini menggambarkan hubungan-hubungan struktural dan fungsional

yang diperlukan untuk menyalurkan tanggung jawab, sumber daya maupun data.

Dalam proses manajemen, organisasi digunakan sebagai alat untuk :

  menjamin terpeliharanya koordinasi dengan baik.  membantu pimpinannya dalam menggerakkan fungsi-fungsi manajemen.

  mempersatukan pemikiran dari satuan organisasi yang lebih kecil yang berada di dalam

kordinasinya.

Dalam fungsi organizing, koordinasi merupakan mekanisme hubungan struktural maupunfungsional yang secara konsisten harus dijalankan. Koordinasi dapat dilakukan melalui

mekanisme :

  koordinasi vertikal (menggambarkan fungsi komando),

  koordinasi horizontal (menggambarkan interaksi satu level); dan

  koordinasi diagonal (menggambarkan interaksi berbeda level tapi di luar fungsikomando).

Koordinasi diagonal apabila diintegrasikan dengan baik akan memberikan kontribusi signifikan

dalam menjalankan fungsi organizing.

A ctuating

Perencanaan dan pengorganisasian yang baik kurang berarti bila tidak diikuti dengan

 pelaksanaan kerja. Untuk itu maka dibutuhkan kerja keras, kerja cerdas dan kerjasama.

Semua sumber daya manusia yang ada harus dioptimalkan untuk mencapai visi, misi dan program kerja organisasi.

Pelaksanaan kerja harus sejalan dengan rencana kerja yang telah disusun. Kecuali memang ada hal-hal khusus

sehingga perlu dilakukan penyesuian.

Setiap SDM harus bekerja sesuai dengan tugas, fungsi dan perannya masing-masing. Tidak boleh saling jegal untuk 

memperebutkan lahan basah misalnya.

Karena pada dasarnya pekerjaan utama pada organisasi bisnis adalah mencari laba. Namun untuk kemudahan dan

efektifitas maka pekerjaan tersebut dibagi-bagi sesuai dengan keahlian dan kompetensi masing-masing SDM.

Begitupun dalam organisasi da’wah. Tidak boleh saling serobot  pekerjaan. Yang memiliki kompetensi tabligh

menjadi khatib. Yang memiliki potensi membina dia menjadi murabbi (pendidik). Yang memiliki kompetensikeuangan akuntansi menjadi business support (pendukung bisnis).

Actuating diartikan sebagai fungsi manajemen untuk menggerakkan orang yang tergabung dalam

organisasi agar melakukan kegiatan yang telah ditetapkan di dalam planning. Pada tahap ini

diperlukan kemampuan pimpinan kelompok untuk menggerakkan; mengarahkan; danmemberikan motivasi kepada anggota kelompoknya untuk secara bersama-sama memberikan

7/16/2019 POAC

http://slidepdf.com/reader/full/poac55cf9dfb550346d033b021d8 3/9

kontribusi dalam menyukseskan manajemen proyek mencapai tujuan dan sasaran yang telah

ditetapkan.

C ontrolling

Agar pekerjaan berjalan sesuai dengan visi, misi, aturan dan program kerja maka dibutuhkan

pengontrolan. Baik dalam bentuk supervisi, pengawasan, inspeksi hingga audit.

Kata-kata tersebut memang memiliki makna yang berbeda, tapi yang terpenting adalah bagaimana sejak

dini dapat diketahui penyimpangan-penyimpangan yang terjadi. Baik dalam tahap perencanaan,

pelaksanaan maupun pengorganisasian.

Sehingga dengan hal tersebut dapat segera dilakukan koreksi, antisipasi dan penyesuaian-penyesuaian

sesuai dengan situasi, kondisi dan perkembangan zaman.

Controlling diartikan sebagai kegiatan guna menjamin pekerjaan yang telah dilaksanakan sesuai

dengan rencana. Didalam manajemen proyek jalan atau jembatan, controlling terhadap pekerjaankontraktor dilakukan oleh konsultan melalui kontrak supervisi, dimana pelaksanaan pekerjaan

konstruksinya dilakukan oleh kontraktor. General Superintendat berkewajiban melakukancontrolling (secara berjenjang) terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh staf di bawah kendalinya

yaitu Site Administration, Quantity Surveyor, Materials Superintendant, Construction Engineer,

dan Equipment Engineer untuk memastikan masing-masing staf sudah melakukan tugasnya

dalam koridor “quality assurance”. Sehingga, tahap-tahap pencapaian sasaran sebagaimanadirencanakan dapat dipenuhi.

Kegiatan ini juga berlaku di dalam kegiatan internal konsultan supervisi; artinya kepada pihak luar konsultan supervisi itu bertugas mengawasi kontraktor, selain itu secara internal Site

Engineer juga melakukan controlling terhadap Quantity Engineer dan Quality Engineer. Secarakeseluruhan internal controlling ini dapat mendorong kinerja konsultan supervisi lebih baik didalam mengawasi pekerjaan kontraktor.

Ruang lingkup kegiatan controlling mencakup pengawasan atas seluruh aspek pelaksanaanrencana, antara lain adalah:

  Produk pekerjaan, baik secara kualitatif maupun kuantitatif 

  Seluruh sumber-sumber daya yang digunakan (manusia, uang , peralatan, bahan)

  Prosedur dan cara kerjanya

  Kebijaksanaan teknis yang diambil selama proses pencapaian sasaran.

Controlling harus bersifat obyektif dan harus dapat menemukan fakta-fakta tentang pelaksanaan

 pekerjaan di lapangan dan berbagai faktor yang mempengaruhinya. Rujukan untuk menilainyaadalah memperbandingkan antara rencana dan pelaksanaan, untuk memahami kemungkinan

terjadinya penyimpangan.

7/16/2019 POAC

http://slidepdf.com/reader/full/poac55cf9dfb550346d033b021d8 4/9

Fungsi Manajemen

A. Planning 

B. Organizing 

Sebagai contoh, dapat dijelaskan sebagai berikut:

- Koordinasi vertikal dan bersifat hirarkis:

  Pelaksana Konstruksi : koordinasi antara General Superintendant dengan Material

Superintendant atau dengan Construction Engineer atau dengan Equipment

Superintendant.

  Field Supervision Team, koordinasi antara Site Engineer dengan Quantity Engineer atau

dengan Quality Engineer merupakan koordinasi vertikal dan bersifat hirarkis.

- Koordinasi horizontal dan bersifat satu level:

  Pelaksanaan konstruksi, koordinasi antara Material Superintendant dengan ConstructionEngineer atau dengan Equipment Superintendant merupakan.

Field Supervision Team, koordinasi antara Quantity Engineer atau dengan Quality

Engineer merupakan koordinasi horizontal dan bersifat satu level.

- Koordinasi diagonal:

Koordinasi antara General Superintendant dengan Site Engineer merupakan koordinasihorizontal dan bersifat satu level, sedangkan koordinasi antara Kepala Satuan Kerja Pekerjaan

Civil Works dengan General Superintendant atau dengan Site Engineer merupakan koordinasivertikal.

C. Actuating Berikut ini beberapa metoda mensukseskan “actuating” yang dikemukakan oleh George R.

Terry, yaitu:

  Hargailah seseorang apapun tugasnya sehingga ia merasa keberadaannya di dalam

kelompok atau organisasi menjadi penting.

  Instruksi yang dikeluarkan seorang pimpinan harus dibuat dengan mempertimbangkanadanya perbedaan individual dari pegawainya, hingga dapat dilaksanakan dengan tepat

oleh pegawainya.

  Perlu ada pedoman kerja yang jelas, singkat, mudah difahami dan dilaksanakan oleh

 pegawainya.

  Lakukan praktek partisipasi dalam manajemen guna menjalin kebersamaan dalam

 penyelenggaraan manajemen, hingga setiap pegawai dapat difungsikan sepenuhnya

sebagai bagian dari organisasi.

7/16/2019 POAC

http://slidepdf.com/reader/full/poac55cf9dfb550346d033b021d8 5/9

  Upayakan memahami hak pegawai termasuk urusan kesejahteraan, sehingga tumbuh

sense of belonging dari pegawai tersebut terhadap tempat bekerja yang diikutinya.

  Pimpinan perlu menjadi pendengar yang baik, agar dapat memahami dengan benar apayang melatarbelakangi keluhan pegawai, sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan

dalam pengambilan sesuatu keputusan.

  Seorang pimpinan perlu mencegah untuk memberikan argumentasi sebagai pembenaranatas keputusan yang diambilnya, oleh karena pada umumnya semua orang tidak suka pada alasan apalagi kalau dicari-cari agar bisa memberikan dalih pembenaran atas

keputusannya.

  Jangan berbuat sesuatu yang menimbulkan sentimen dari orang lain atau orang lainmenjadi naik emosinya.

  Pimpinan dapat melakukan teknik persuasi dengan cara bertanya sehingga tidak 

dirasakan sebagai tekanan oleh pegawainya.

  Perlu melakukan pengawasan untuk meningkatkan kinerja pegawai, namun haruslahdengan cara-cara yang tidak boleh mematikan kreativitas pegawai.

D. Controlling 

Manajemen proyek dimulai dari kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

a) perencanaan/rencana kerja (planning) yaitu kegiatan menyiapkan rencana

kerja sesuai dengan metode konstruksi terhadap semua urutan kegiatan yang

akan dilakukan dan waktu yang diperlukan pada setiap kegiatan pelaksanaan

proyek. Adapun hal-hal yang menyangkut kegiatan rencana kerja dapat

dijelaskan sebagai berikut:

- rencana kerja yang disusun meliputi:

1) penentuan urutan/tahapan kegiatan pekerjaan;

2) prosedur pengawasan pekerjaan;

3) prosedur persetujuan gambar, baik gambar kerja (shop drawing)

maupun gambar terbangun (as built drawing);

4) prosedur pengujian bahan dan hasil pekerjaan;

5) penentuan standar rujukan dan standar operasi pelaksanaan;

6) prosedur perubahan pekerjaan;

7) prosedur pengadaan barang;

8) prosedur pengamanan proyek;

9) prosedur keuangan;

10) prosedur lainnya disesuaikan situasi dan konsisi proyek.

- Manfaat dan kegunaan rencana kerja adalah :

1) alat koordinasi bagi pimpinan, pimpinan pelaksana dapat

memanfaatkan rencana kerja untuk melakukan koordinasi terhadap

semua kegiatan pelaksanaan konstruksi di lapangan;

2) pedoman kerja para pelaksana, rencana kerja dapat dijadikan

7/16/2019 POAC

http://slidepdf.com/reader/full/poac55cf9dfb550346d033b021d8 6/9

pedoman bagi para pelaksana konstruksi di lapangan terhadap urutan

kegiatan dan batas waktu penyelesaian pekerjaan untuk setiap item

pekerjaan;

1-21

3) alat untuk menilai kemajuan pekerjaan, kemajuan pekerjaan dapat

dipantau dari realisasi yang dicapai dibandingan rencana terhadap

waktu kegiatan dari setiap item pekerjaan;

4) alat untuk evaluasi pekerjaan, evaluasi pekerjaan terhadap prestasi

yang dicapai yaitu selisih rencana dan realisasi yang akan dipakai

sebagai bahan evaluasi untuk menetapkan rencana selanjutnya.

- Data-data untuk rencana kerja

Adapun data-data yang perlu dikumpulkan sebagai bahan pertimbangan

untuk menyusun rencana kerja pelaksanaan konstruksi, antara lain:

1) lokasi quarry, termasuk persiapan yang diperlukan, jalan masuk dan

 jembatan-jembatan, harga dan jumlah/jenis material yang akan

digunakan;

2) rencana lokasi base camp, dipilih lokasi yang mempunyai pengaruh

pengangkutan yang terkecil ke lokasi pelaksanaan proyek. Jika

dimungkinkan lokasi base camp dan quarry dapat diletakkan pada satu

lokasi sehingga angkutan material lebih efisien;

3) keadaan topografi lokasi proyek, hal ini akan menentukan metode

pelaksanaan yang berbeda-beda untuk daerah datar, bukit dan

gunung;

4) data curah hujan di lokasi proyek, untuk memperhitungkan waktu kerja

masing-masing item kegiatan terhadap pengaruh musim hujan;

5) kemungkinan kesulitan-kesulitan yang akan dijumpai di jalur

pengangkutan material, jalan rusak/sempit, daerah padat

penduduk/lalu lintas, kondisi jembatan, sarana utilitas kemungkinan

terganggu (telepon, PLN, PAM, Gas, irigasi, dll), adat penduduk dan

sumbangan proyek untuk penduduk, dan gangguan terhadap fasilitas

umum lainnya;

6) pengadaan peralatan konstruksi jalan dan jembatan, jalur mobilisasi

dan agen/suplier alat-alat/ suku cadang konstruksi yang mendukung

kelancaran pelaksanaan proyek;

7) sumber daya manusia, kemampuan tenaga kerja yang ada disekitar

proyek, kemungkinan dapat bekerja diproyek berdasarkan kriteria

keahliannya;

8) fasilitas komunikasi dan akomodasi;

9) fasilitas keselamatan dan kesehatan (K 3) , puskesmas/rumah sakit,

dokter, apotik/toko obat, dll;

1-22

10) fasilitas jaringan listrik dan air, PLN dan PAM;

7/16/2019 POAC

http://slidepdf.com/reader/full/poac55cf9dfb550346d033b021d8 7/9

11) fasilitas stasiun bahan bakar minyak (BBM), aspal, dll;

12) fasilitas perbankan disekitar proyek;

13) fasilitas stasiun pemadam kebakaran, peralatan pemadam, dll;

14) fasilitas bantuan dari instansi-instansi pemerintah pada proyek;

15) pekerjaan pemeliharaan rutin pada jalan masuk dan jembatanjembatan;

16) kemungkinan adanya revisi desain dan konstruksi;

17) kemungkinan adanya pekerjaan tambahan dan item pekerjaan baru;

18) kemungkinan adanya peristiwa kompensasi yang dapat mempengaruhi

rencana kerja;

19) kemungkinan adanya peraturan/kebijaksanaan pemerintah mengenai

moneter, keadaan darurat militer/sipil;

20) lingkungan hidup yang tidak boleh terganggu, cagar alam, bangunan

bersejarah atau makam pahlawan, dll;

21) data-data lain yang berguna.

b) organisasi kerja (organizing) yaitu kegiatan pembentukan organisasi kerja

yang akan ditugasi melakukan kegiatan pelaksanaan konstruksi yang

dipimpin oleh seorang ahli pelaksana jalan dan jembatan yaitu Pimpinan

Pelaksana (General Superintendent/ GS). Dalam organisasi ini, disamping

General Superintendent/ GS ditentukan jabatan-jabatan lainnya seperti

pimpinan-pimpinan divisi proyek (peralatan, laboratorium, jalan, jembatan,

pengukuran, logistik, umum, base camp) bendahara proyek, pengawas

pelaksanaan proyek, dan sebagainya. Setiap jabatan diuraikan tugas,

wewenang dan tanggungjawabnya dalam melaksanakan pengendalian

pelaksanaan konstruksi.

c) pelaksanaan pekerjaan (actuating) yaitu merupakan aktualisasi pelaksanaan

dari perencanaan dan pengorganisasian yang telah diuraikan diatas dalam

pelaksanaan konstruksi.

d) kontrol/pengendalian kerja (controlling) yaitu kegiatan pengawasan terhadap

pelaksanaan pekerjaan meliputi kegiatan: pemeriksaan, pengujian apakah

pelaksanaan konstruksi sesuai dengan prosedur dan rujukan yang telah

ditetapkan dalam pelaksanaan.

Bila sempat mengelilingi Kota Padang hingga beberapa pekan setelah gempa 30September 2009, Anda akan dapat menyimpulkan, mayoritas bangunan yang rusakberat dan roboh akibat gempa adalah bangunan bertingkat. Sebelum pembersihan

puing-puing bangunan yang roboh, sebelum berbagai gedung bertingkat diperbaiki olehpemiliknya, pemandangan itu amat mudah terpantau.

 Antara lain, terlihat pada banyak ruko di Kawasan Pondok, Hotel Ambacang, hinggaberbagai gedung perkantoran di sepanjang Khatib Sulaiman. Sebagian gedungbertingkat itu memakan korban jiwa yang besar karena roboh dan rusak berat denganberbagai variasi. Ada yang „hilang‟ satu lantai seperti yang terjadi pada Gedung

7/16/2019 POAC

http://slidepdf.com/reader/full/poac55cf9dfb550346d033b021d8 8/9

Bappeda dan Dispenda. Sementara, sebagian bangunan bertingkat lagi, meski selamatdari roboh, masih harus diperbaiki dan diperkuat.

Proses ini, dalam ilmu konstruksi disebut retrofitting. Perbaikan dan perkuatan tersebutdilakukan, untuk meningkatkan keamanan bangunan yang sudah berdiri terhadap

gempa. Baik bangunan yang rusak akibat gempa, maupun untuk memenuhi syarat-syarat bangunan yang aman sesuai peraturan aman gempa.

Menurut ahli konstruksi Teddy Boen, dalam buku „Cara Memperbaiki BangunanSederhana yang Rusak akibat Gempa Bumi‟, kerusakan pada struktur bangunandisebabkan berbagai faktor. Kondisi tanah, misalnya, sangat mempengaruhi kerusakanpada bangunan. Karakteristik goncangan gempa akan dipengaruhi oleh jenis lapisantanah yang mendukung bangunan.

Selain itu juga bisa disebabkan, konfigurasi bangunan yang tidak teratur dan tidaksimetris pada seluruh bagian bangunan. Ukuran bukaan pada dinding juga cenderung

untuk memperlemah dinding. Semakin sedikit bukaan pada dinding, semakin berkurangkerusakan yang akan terjadi.

Hal lain yang menyebabkan kerusakan, yakni tidak meratanya distribusi kekakuansecara vertikal maupun horizontal. Perbedaan kekakuan suatu bangunan dari satulantai ke lantai berikutnya, menurut Teddy Boen, meningkatkan kecenderunganrusaknya bangunan jika digoyang gempa. Jarak pusat massa dan pusat kekakuan yangberjauhan juga meningkatkan kecenderungan rusaknya bangunan.

Kekuatan struktur juga merupakan faktor yang mempengaruhi ketahanan bangunanterhadap gempa. Semua komponen bangunan sejak dari pondasi, kolom, balok,dinding, rangka atap dan atap harus tersambung menjadi satu kesatuan. Sehingga, biladigoncang gempa, bangunan akan bergetar sebagai satu kesatuan.

Penyebab lain adalah daktilitas. Ini merupakan kemampuan struktur untuk mengalamilendutan yang besar tanpa mengalami keruntuhan. Suatu struktur akan tahan terhadapgempa, bila keseluruhan struktur bangunan mempunyai daktilitas yang tinggi. Daktilitasini, terutama diperlukan untuk bangunan yang akan mengalami lendutan besar kalaudigoncang gempa: gedung bertingkat banyak. Sehingga, pada bangunan dengantingkat banyak, selain kekuatan juga diperlukan daktilitas.

Kemudian, faktor pondasi juga berpengaruh besar terhadap keamanan gedung darigempa. Bangunan yang kuat pada bagian atas, kadang-kadang mengalami kegagalankarena pondasinya tidak kuat. Likuifaksi dan perbedaan penurunan pondasi, dapatmembuat gedung miring, retak, bahkan hancur.

7/16/2019 POAC

http://slidepdf.com/reader/full/poac55cf9dfb550346d033b021d8 9/9

Demikian juga soal mutu bahan maupun mutu pengerjaan. Mutu bahan dan pengerjaanyang rendah, jelas menjadi penyebab umum kerusakan bangunan. Bukan saja gedungbertingkat, bahkan juga termasuk rumah sederhana.

Hal-hal di atas mesti turut menjadi pertimbangan, sebelum melakukan retrofitting

(perbaikan dan perkuatan) terhadap bangunan yang rusak akibat gempa, termasukbangunan bertingkat. Sehingga kita tidak menghadapi persoalan yang sama di masadatang, bila gempa kembali datang.

Strategi retrofit tersebut, menurut Teddy Boen, meliputi peningkatan kekakuan dan ataukekuatan, peningkatan daktilitas, peningkatan energi dispasi, merubah karakter gerakantanah dengan menggunakan „base isolation‟ serta merubah peruntukan bangunan. 

Untuk meningkatkan kekuatan, dapat dilakukan dengan menambah dinding baru,menambah bracing, mempertebal dinding geser, penggunaan carbon fiber reinforcedplastic (CFRP), pemasangan bandage, jacketing atau kombinasi berbagai cara itu.

Selain bisa meningkatkan kekuatan, pemasangan bandage, CFRP dan jacketing jugaberguna untuk bisa meningkatkan daktilitas. Selain, dengan menggunakan external pre-stressing.

Secara teknis ilmu konstuksi, retrofitting bisa dilakukan terhadap bangunan bertingkatdengan tingkat kerusakan tidak parah. Untuk mengukur bangunan bertingkat manayang masih bisa diperkuat dan diperbaiki, diperlukan kajian teknik konstruksi oleh ahli.Secara garis besarnya bisa dijelaskan dengan jalan menilai sejauh mana kerusakanyang terjadi. Secara rinci, sulit dijelaskan dengan bahasa awam, karena sangat teknisdan penuh hitungan rumit.

Untuk itu, perkuatan dan perbaikan yang kini mayoritas dijalankan sendiri-sendiri olehpemilik gedung, mestinya mendapat perhatian pemerintah daerah. Apakah retrofit yangdilakukan sudah sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu retrofit? Bila tidak, retrofit yangdilakukan tidak akan berarti apa-apa.

Bila gempa kembali terjadi di kawasan yang rawan ini, kemungkinan bangunan runtuhmenimpa orang-orang yang berada di dalamnya masih mungkin terjadi. Dan, korbanmanusia yang tidak kita harapkan, masih akan terus berjatuhan. (***)

*) Artikel ini merupakan bagian dari kampanye pendidikan publik “Rumah Aman

Gempa” yang didukung oleh Kemitraan Australia Indonesia. Australia berkomitmenmemberikan lebih dari A$15 juta untuk membantu masyarakat Sumatera Barat pasca

bencana gempa bumi September 2009 lalu.