Pneumonia

8
BAB II KONSEP MEDIS A. Definisi Pneumonia Pneumonia adalah peradangan akut pada parenkim paru, bronkiolus respiratorius dan alveoli, menimbulkan konsolidasi jaringan paru sehingga dapat mengganggu pertukaran oksigen dan karbon dioksida di paru-paru. Pneumonia adalah peradangan paru biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri (stafilokokus, pneumokokus, atau streptokokus) (Speer, 2007). Pneumonia adalah infeksi saluran pernapasan akut bagian bawah yang mengenai parenkim paru (Mansjoer, 2000). Pneumonia adalah suatu peradangan paru yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit) (PDPI, 2003). Pneumonia adalah radang parenkim paru yang banyak disebabkan oleh virus baik infeksi primer atau komplikasi dari suatu penyakit virus (Nur Salam, 2005). Pneumonia adalah proses inflamasi parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh agens infeksius (Smeltzer, 2001). Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pneumonia adalah suatu infeksi saluran pernapasan akut bagian bawah yang mengenai parenkim paru yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit) maupun benda asing. B. Etiologi Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme yaitu bakteri, virus, jamur, dan protozoa. Tabel berikut memuat daftar mikroorganisme dan masalah patologis yang menyebabkan pneumonia (Jeremy, 2007). Tabel.Daftar mikroorganisme yang menyebabkan pneumonia Infeksi Infeksi Infeksi Jamur Streptococcus pneumoniae Haemophillus influenza Klebsiella pneumoniae Mycoplasmapneum onia Legionella pneumophillia Coxiella burnetii Aspergillus Histoplasmosis Candida Nocardia

description

askep pneumonia

Transcript of Pneumonia

Page 1: Pneumonia

BAB IIKONSEP MEDIS

A. Definisi Pneumonia

Pneumonia adalah peradangan akut pada parenkim paru, bronkiolus respiratorius dan alveoli, menimbulkan konsolidasi jaringan paru sehingga dapat mengganggu pertukaran oksigen dan karbon dioksida di paru-paru. Pneumonia adalah peradangan paru biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri (stafilokokus, pneumokokus, atau streptokokus) (Speer, 2007). Pneumonia adalah infeksi saluran pernapasan akut bagian bawah yang mengenai parenkim paru (Mansjoer, 2000). Pneumonia adalah suatu peradangan paru yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit) (PDPI, 2003). Pneumonia adalah radang parenkim paru yang banyak disebabkan oleh virus baik infeksi primer atau komplikasi dari suatu penyakit virus (Nur Salam, 2005). Pneumonia adalah proses inflamasi parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh agens infeksius (Smeltzer, 2001).

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pneumonia adalah suatu infeksi saluran pernapasan akut bagian bawah yang mengenai parenkim paru yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit) maupun benda asing.

B. Etiologi

Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme yaitu bakteri, virus, jamur, dan protozoa. Tabel berikut memuat daftar mikroorganisme dan masalah patologis yang menyebabkan pneumonia (Jeremy, 2007).

Tabel.Daftar mikroorganisme yang menyebabkan pneumonia

Infeksi Bakteri Infeksi Atipikal Infeksi JamurStreptococcus pneumoniae Haemophillus influenza

Klebsiella pneumoniae Pseudomonas

Mycoplasmapneumonia

Legionella pneumophillia

Coxiella burnetii Chlamydia psittaci

Aspergillus

Histoplasmosis Candida Nocardia

Infeksi Virus Infeksi Protozoa Penyebab Lain

Influenza

Coxsackie

Adenovirus

Pneumocytiscarinii

Toksoplasmosis

Amebiasis

Aspirasi

Pneumonia lipoid Bronkiektasis Fibrosis kistik

(Jeremy, 2007)

C. Klasifikasi Pneumonia

Menurut Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003, pneumonia dapat diklasifikasikan berdasarkan klinis, penyebab dan predileksi infeksi:1. Berdasarkan klinis dan epidemologis

Berdasarkan klinis dan epidemologis pneumonia terdiri dari:a. Pneumina komuniti(community acquired pneumonia)b. Pneumonia nosokomial (hospital aquired pneumonia /

sosicomial pneumonia)c. Pneumonia aspirasi

Page 2: Pneumonia

d. Pneumonia pada penderita immunocompromised

2. Berdasarkan bakteri penyebabBerdasarkan bakteri penyebab, pneumonia terdiri atas

:a. Pneumonia bacterial/tipikalb. Pneumonia atipikal disebabkan mycoplasma,

legionella dan Chlamydiac. Pneumonia virusd. Pneumonia jamur

3. Berdasarkan predileksi InfeksiBerdasarkan predileksi infeksi, pneumonia terdiri atas

:a. Pneumonia Lobaris

Pnumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen kemungkinan sekunder disebabkan oleh obstruksi bronkus.

b. BronchopneumoniaBronchopneumonia ditandai dengan bercak-

bercak infiltrate pada lapangan paru. Dapat disebabkan oleh bakteri maupun virus.

c. Pneumonia InterstitialisGambar Pneumonia

D. Manifestasi Klinis

Menurut Said(2010) gambaran klinis pneumonia bergantung pada berat-ringannya infeksi, tetapi secara umum adalah sebagai berikut: Gejala infeksi umum, yaitu demam, sakit kepala,

gelisah, malaise, penurunan nafsu makan, keluhan Gastro Intestinal Tarcktus (GIT) seperti mual,

muntah atau diare: kadang-kadang ditemukan gejala infeksi ekstrapulmoner.

Gejala gangguan respiratori, yaitu batuk, sesak napas, retraksi dada, takipnea, napas cuping hidung, airhunger, merintih, dan sianosis. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda klinis seperti pekak perkusi, suara napas melemah, dan ronki, akan tetapi pada neonatus dan bayi kecil, gejala dan tanda pneumonia lebih beragam dan tidak selalu jelas terlihat. Pada perkusi dan auskultasi paru umumnya tidak ditemukan kelainan.

E. Patofisiologi

Bakteri penyebab terhisap ke paru perifer melalui saluran nafas menyebabkan reaksi jaringan berupa edema, yang mempermudah proliferasi dan penyebaran kuman.

Gambar. Proses Masuknya Kuman

Bagian paru yang terkena mengalami konsolidasi, yaitu terjadinya sebukan sel PMNs (polimorfnuklears), fibrin, eritrosit, cairan edema dan kuman dialveoli.

Page 3: Pneumonia

Proses ini termasuk dalam stadium hepatisasi merah. Sedangkan stadium hepatisasi kelabu adalah kelanjutan proses infeksi berupa deposisi fibrin ke permukaan pleura. Ditemukan pula fibrin dan leukosit PMNs di alveoli dan proses fagositosis yang cepat dilanjutkan stadium resolusi, dengan peningkatan jumlah sel makrofag dialveoli, degenerasi sel dan menipisnya fibrin, serta menghilangnya kuman dan debris (Mansjoer, 2000).

Pneumonia bakterial menyerang baik ventilasi maupun difusi. Suatu reaksi inflamasi yang dilakukan oleh pneumokokus terjadi pada alveoli dan menghasilkan eksudat yang mengganggu gerakan dan difusi oksigen serta karbondioksida. Sel-sel darah putih kebanyakan neutrofil juga berimigrasi kedalam alveoli dan memenuhi ruang yang biasanya mengandung udara. Area paru tidak mendapat ventilasi yang cukup karena sekresi, edema mukosa dan bronkospasme menyebabkan oklusi parsial bronkhi atau alveoli dengan mengakibatkan penurunan tahanan oksigen alveolar. Darah vena yang memasuki paru-paru lewat melalui area yang kurang terventilasi dan keluar ke sisi kiri jantung. Percampuran darah yang teroksigenasi dan tidak teroksigenasi ini akhirnya mengakibatkan hipoksemia arterial (Smeltzer,2002).

F. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada pasien Pneumonia meliputi :

1. Penatalaksanaan MedisMenurut Riyadi, 2009, pengobatan diberikan

berdasarkan etiologi dan uji resistensi, akan tetapi, karena hal itu perlu waktu, dan pasien perlu therapy secepatnya maka biasanya diberikan:

a. Penisilin 50.000 u/kg BB/hari ditambah dengan kloram fenikol 50–70 mg/kg BB/hari atau diberikan antibiotik yang mempunyai spektrum luas seperti ampisilin. Pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam 4 – 5 hari. Pemberian obat kombinasi bertujuan untuk menghilangkan penyebab infeksi yang kemungkinan lebih dari 1 jenis juga untuk menghindari resistensi antibiotic.

b. Koreksi gangguan asam basa dengan pemberian oksigen dan cairan intravena, biasanya diperlukan campuran glukosa 5% dan NaCl 0,9% dalam perbandingan 3:1 ditambah larutan KCl 10 mEq/500ml/botolinfus.

c. Karena sebagian besar pasien jatuh ke dalam asrdosis metabolik akibat kurang makan dan hipoksia, maka dapat diberikan koreksi sesuai dengan hasil analisis gas darah arteri.

d. Pemberian makanan enteral bertahap melalui selang NGT pada penderita yang sudah mengalami perbaikan sesak nafasnya.

e. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier seperti pemberian terapi nebulizer dengan flexoid dengan ventolin. Selain bertujuan mempermudah mengeluarkan dahak juga dapat meningkatkan lebar lumen bronkus.

2. Penatalaksanaan KeperawatanPenatalaksanaan keperawatan dalam hal ini

dilakukan adalah :a. Menjaga kelancaran pernapasan

Klien pneumonia berada dalam keadaan dispnea dan sianosis karena adanya radang paru dan

Page 4: Pneumonia

banyaknya lendir di dalam bronkus atau paru. Agar klien dapat bernapas secara lancar, lendir tersebut harus dikeluarkan dan untuk memenuhi kebutuhan O2 perlu dibantu dengan memberikan O2 2 l/menit secara rumat.

Pada anak yang agak besar dapat dilakukan :

1) Berikan sikap berbaring setengah duduk2) Longgarkan pakaian yang menyekat seperti

ikat pinggang, kaos yang sempit.3) Ajarkan bila batuk, lendirnya dikeluarkan dan

katakan kalau lendir tersebut tidak dikeluarkan sesak nafasnya tidak akan segera hilang,

4) Beritahukan pada anak agar ia tidak selalu berbaring ke arah dada yang sakit, boleh duduk/miring ke bagian yang lain.

Pada bayi dapat dilakukan :1) Baringkan dengan letak kepala ekstensi dengan

memberikan ganjal dibawah bahunya.2) Bukalah pakaian yang ketat seperti gurita.3) Isaplah lendir dan berikan O2 rumat

sampai 2 l/menit.Pengisapan lender harus sering yaitu pada

saat terlihat lender di dalam mulut, pada waktu akan memberikan minum, mengubah sikap baring/tindakanlain.

4) Perhatikan dengan cermat pemberian infus, perhatikan apakah infuse lancar.

b. Kebutuhan IstirahatKlien Pneumonia adalah klien payah, suhu

tubuhnya tinggi, sering hiperpireksia maka klien perlu cukup istirahat, semua kebutuhan klien harus ditolong di tempat tidur. Usahakan pemberian obat secara tepat, usahakan keadaan

tenang dan nyaman agar pasien dapat istirahat sebaik-baiknya.

c. Kebutuhan Nutrisi dan CairanPasien pneumonia hampir selalu

mengalami masukan makanan yang kurang. Suhu tubuh yang tinggi selama beberapa hari dan masukan cairan yang kurang dapat menyebabkan dehidrasi. Untuk mencegah dehidrasi dan kekurangan kalori dipasang infus dengan cairan glukosa 5% dan NACL 0,9% dalm perbandingan 3:1 ditambahkan KCL10mEq/500ml/botolinfus.

Pada bayi yang masih minum ASI, bila tidak terlalu sesak ia boleh menetek selain memperoleh infuse. Beritahukan ibunya agar pada waktu bayi menetek puting susunya harus sering-sering dikeluarkan untuk memberikan kesempatan bayi bernafas.

G. Komplikasi

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003, komplikasi pneumonia yaitu: 1. EfusiPleura2. Empiema3. AbsesParu4. Pneumothoraks5. Gagal nafas6. Sepsis

H. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosa pneumonia menurut Mansjoer, 2000 :1. Pemeriksaan darah

Page 5: Pneumonia

Pemeriksaan darah menunjukkan leukositosis dengan predominan PMN atau dapat ditemukan leucopenia yang menandakan prognosis buruk. Dapat ditemukan anemia ringan atau sedang.

2. Pemeriksaan radiologisPemeriksaan radiologis memberikan gambaran

bervariasi :a. Bercak konsolidasi merata pada bronkopneumoniab. Bercak konsolidasi satu lobus pada pneumonia

lobarisc. Gambaran bronkopneumonia difus atau infiltrat

interstisialis pada pneumonia stafilokok.3. Pemeriksaan cairan pleura4. Pemeriksaan mikrobiologik, spesimen usap

tenggorok, sekresi nasofaring, aspirasi trakea.A. Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan

obstruksi saluran pernafasan akibat peningkatan mucus

yang berlebih.

2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan

pengembangan paru yang menurun.

3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan

membran alveolar kapiler oleh adanya edema alveoli.

4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan

ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen,

kelemahan umum.

5. Hipertermia berhubungan dengan proses peradangan.

6. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan

dengan kehilangan cairan berlebihan terhadap evaporasi

yang berlebih.

7. Resiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan intake yang tidak adekuat sekunder

terhadap anoreksia, peningkatan kebutuhan metabolic

sekunder terhadap demam dan proses infeksi.