PNBP-Pengambilan Keputusanan Berbasis Komputerisasi
-
Upload
rudi-penalaran-unm -
Category
Documents
-
view
79 -
download
13
Transcript of PNBP-Pengambilan Keputusanan Berbasis Komputerisasi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Membahas tentang proses pengambilan keputusan, maka harus dipahami
bahwa hal tersebut tidak dapat dipisahkan dari administrasi, manajemen, dan
kepemimpinan. Dikatakan demikian, karena pada hakikatnya salah satu unsur dari
administrasi adalah manajemen. Sebagaimana kita ketahui bahwa inti dari
manajemen adalah kepemimpinan dan pengambilan keputusan merupakan inti dari
kepemimpinan itu sendiri. Rentetan proses tersebut terjadi secara sistematis dalam
upaya penyelesaian setiap masalah yang terjadi dan dihadapi dalam suatu organisasi.
Setiap organisasi merupakan wadah administrasi, baik itu organisasi besar
atau kecil, maupun organisasi publik atau privat, tentu saja ada masalah yang perlu
diselesaikan. Dalam menghadapi permasalahan organisasi itu, tentu memerlukan
penyelesaian dengan mengambil keputusan yang cepat dan tepat. Keputusan yang
diambil itu haruslah dapat menyelesaikan masalah agar roda organisasi dan kegiatan
administrasi berjalan terus dan lancar. Oleh karena itu, pimpinan organisasi harus
cerdas dalam mengambil keputusan.
Setiap keputusan harus diikuti pelaksanaan dan pembuat atau pengambil
keputusan itulah pertama-tama bertanggung jawab atas pelaksanaannya. Oleh karena
itu, pimpinan dalam mengambil keputusan harus memahami betul inti permasalah
dan apa yang harus dilakukan, mengapa itu dilakukan, kapan, dimana, bagaimana,
1
2
dan siapa yang harus melaksanakannya. Oleh karena itu, suatu keputusan
memerlukan suatu informasi menyangkut tentang apa yang akan diputuskan, siapa
pengambil keputusan/media yang digunakan, kapan dan di mana keputusan itu
dilakukan, mengapa keputusan itu diambil, dan bagaimana cara melakukannya.
Pengambilan keputusan dapat mengembangkan kesadaran dan kepercayaan
akan diri sendiri. Kepercayaan akan diri sendiri merupakan salah satu syarat bagi
kepemimpinan, terutama kepemimpinan diri sendiri. Teori pengambilan keputusan
banyak menolong dalam meningkatkan kemampuan berpikir secara praktis dan
realistis, kemampuan mengenal masalah, merumuskan dan sekaligus menganalisis
dan mengidentifikasi masalah serta menemukan jalan atau cara terbaik untuk
mengatasi dan menyelesaikan masalah tersebut.
Paradigma yang berkembang selama ini ketika seorang pimpinan akan
mengambil keputusan cenderung sangat lamban disebabkan karena semua pihak yang
terkait dalam proses pengambilan keputusan mesti dihadirkan dalam sebuah
pertemuan, terlebih dahulu menentukan jadwal pertemuan tersebut, sehingga
membutuhkan waktu serta menghabiskan biaya yang cukup besar.
Menurut Davids (1993:4) bahwa :
Sebuah sistem informasi komputer adalah sebuah sistem manusia atau mesin yang terpadu intergrated, untuk menyajikan informasi guna mendukung sistem operasi manajemen, dan pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi.
Definisi di atas menekankan saling ketergantungan antara manusia sebagai
pengolah informasi dengan mesin yang digunakan untuk memperoleh dukungan
3
sistem informasi manajemen pada fungsi operasi manajemen, dan pengambilan
keputusan.
Sedangkan Cushing (1995:11) menyatakan bahwa :
Sistem informasi komputer adalah suatu kumpulan manusia dan sumber modal di dalam suatu organisasi yang bertujuan untuk pengumpulan dan pengolahan data untuk mendapatkan informasi yang berguna bagi setiap tingkat manajemen dalam perencanaan dan pengambilan aktivitas-aktivitas organisasi.
Perkembangan tehnologi yang cepat ini kemudian dimanfaatkan oleh banyak
instansi dalam melaksanakan kegiatan kantor termasuk pimpinan dalam mengambil
sebuah kebijakan. Hal ini pulalah yang mendorong balai pengembangan pendidikan
nonformal dan informal regional V Makassar memanfaatkan tehnologi komputer
dalam menjalankan kegiatan di kantor tersebut. Satu hal yang dilakukan pimpinan
kantor tersebut adalah menggunakan tehnologi komputer dalam mengambil
keputusan. Dengan menggunakan komputer keputusan diambil relatif cepat,
keputusannya valid, tidak menggunakan biaya yang cukup besar, informasinya
lengkap, sistem pengarsipannya rapih dan sebagainya. Yang jelas pengambilan
keputusan dengan sistem komputer relatif simpel dibandingkan dengan
menggunakan sistem manual.
Balai pengembangan pendidikan nonformal dan informal regional V
Makassar melaksanakan pengkajian dan pengembangan program dan serta fasilitas
pengembangan sumberdaya di bidang pendidikan nonformal serta pengembangan dan
pengolahan sistem informasi di bidang pendidikan non formal yang memiliki wilayah
kerja Propinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorongtalo,
4
Sulawesi Utara, dan Propinsi Sulawesi Barat. Dalam pelaksanaan kegiatannya
menggunakan kecanggihan tehnologi komputer.
Optimalnya pemanfaatan tehnologi komputer sebagai pendukung dalam
pengambilan keputusan dibutuhkan profesionalisme para birokrasi, serta dukungan
sistem komputerisasi atau teknologi komputer yang lebih canggih. Hal ini sejalan
dengan pendapat Rochaety (2005:73) bahwa:
Teknologi informasi saat ini telah menjadi perbincangan yang sangat menarik, mengingat teknologi informasi ini merupakan salah satu unsur penting yang dapat mendorong keunggulan bersaing sebuah organisasi, baik organisasi bisnis maupun organisasi sosial. Hal ini diyakini bahwa sebuah lembaga yang dapat menguasai teknologi informasi maka lembaga tersebut akan memenangkan persaingan.
Sutedjo (Rochaety, 2005:73) mengemukakan “pemanfaatan teknologi
informasi difokuskan untuk peningkatan produktivitas dan memperkecil biaya. Bagi
organisasi yang mulai menerapkan teknologi tersebut akan melakukan otomatisasi
kegiatan rutinnya, seperti pengambilan keputusan surat-menyurat, slide persentasi,
dan pembuatan neraca”.
Dalam pengambilan keputusan dengan menggunakan komputer seorang
pimpinan membutuhkan informasi yang akurat. Ketika kita berbicara masalah
informasi, maka yang tergambar adalah suatu sistem yang diciptakan untuk
melaksanakan pengolahan data yang akan dimanfaatkan oleh organisasi. Pemanfaatan
data disini dapat berarti penunjangan pada tugas-tugas rutin, evaluasi terhadap
prestasi organisasi, atau untuk pengambilan keputusan oleh organisasi yang
bersangkutan. Informasi yang baik, benar tepat, dan mutakhir sebagai pendukung
5
keputusan, dapat menghasilkan keputusan yang baik. Oleh karena itu, sistem
informasi untuk mendukung pengambilan keputusan sangatlah penting.
Informasi yang lengkap merupakan hasil pengolahan data. Karena itu, data
yang diolah harus lengkap, terpercaya, dan mutakhir. Pengolahan informasi dikelolah
melalui sistem komputerisasi yang lebih dikenal dengan sistem data base. Data yang
telah diolah menjadi informasi harus selalu tersedia dan siap mendukung pimpinan
dalam melaksanakan tugas pokoknya. Untuk itu, informasi yang tersedia perlu
disusun dan disimpan secara sistematis agar mudah diketemukan kembali dengan
cepat bila diperlukan oleh pimpinan.
Sistem informasi bagi pimpinan, tekanannya pada sistemnya, bukan pada
manajemennya. Namun, agar sistem informasi itu berlangsung secara efektif dan
efisien maka perlu dikelolah dengan baik. Sistem informasi merupakan suatu
pemikiran yang terus menerus mencari data, kemudian pengelolaannya baik untuk
menghasilkan suatu informasi sesuai dengan kebutuhan organisasi.
Sistem informasi merupakan jaringan informasi yang diperlukan dan
dibutuhkan oleh pimpinan dalam rangka mempermudah dan memperlancar tugas-
tugas perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan, terutama dalam pengambilan
keputusan. Untuk dapat membuat atau mengambil atau mengambil keputusan,
pimpinan harus didukung oleh informasi yang mutakhir.
Pendapat di atas menunjukkan betapa pentingnya sistem komputerisasi
diterapkan dewasa ini dalam pengambilan keputusan sebab pengambilan keputusan
berbasis komputerisasi dapat dilakukan secara cepat, tepat, efisien dan efektif bagi
6
masyarakat. Akan tetapi kadang-kadang keberadaan teknologi informasi berupa
komputer kurang didukung oleh profesionalisme pegawai dalam pengoperasinnya.
Tetapi kenyataannya senantiasa terkendala dengan faktor sumber daya manusia,
seperti rendahnya penguasaan pengoperasian komputer, sehingga pada akhirnya tetap
mempengaruhi keputusan yang diambil.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan kegiatan pada balai
pengembangan pendidikan nonformal dan informal regional V Makassar sudah
menerapkan sistem ITC yang berbasis komputerisasi yang ditopang dengan sistem
on-line
Kenyataan inilah yang menjadi alasan bagi peneliti untuk mencoba
mengangkat permasalahan dengan judul“Penerapan Sistem Komputerisasi dalam
Proses Pengambilan Keputusan Pada Balai Pengembangan Pendidikan Nonformal
dan Informal Regional V Makassar”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut di atas, maka
permasalahan pokok yang menjadi inti kajian penelitian ini adalah:
A. Bagaimanakahpenerapan sistem komputerisasi dalam pengambilan
keputusan yang dilakukan oleh kepala balai pengembangan pendidikan
nonformal dan informal regional V Makassar?
B. Faktor-faktor apa sajakah yang mendukung dan menghambat proses
pengambilan keputusan dengan menggunakan sistem komputerisasi pada
7
balai pengembangan pendidikan nonformal dan informal regional V
Makassar?
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pengambilan Keputusan
Sebelum membicarakan arti pengambilan keputusan, terlebih dahulu perlu
diketahui arti pengambilan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2002)
kata pengambilan berasal dari akar kata ambil yang berarti ”pegang lalu di bawah
atau diangkat”. Jadi, pengambil keputusan adalah orang yang mengambil keputusan.
Sedangkan pengambilan diartikan sebagai proses, cara, perbuatan pengambil. Jadi
pengambilan keputusan dapat diartikan sebagai proses, cara, atau perbuatan
mengambil keputusan.
Pada umumnya, para penulis sependapat bahwa kata keputusan (decision)
berarti pilihan (choice), yaitu pilihan dari dua atau lebih kemungkinan. Namun, ia
hampir tidak merupakan pilihan benar dan salah, tetapi yang justru sering terjadi
adalah pilihan antara yang ”hampir benar” dan yang ”mungkin salah” Drucker
(Handayaningrat, 1996:51). Menurut Davis, Keputusan (Syamsu, 1989:3) adalah
”hasil pemecahan masalah yang dihadapinya dengan tegas”.
Sedangkan menurut Salusu (2000) mengatakan bahwa pengambilan keputusan
adalah proses memilih suatu alternatif cara bertindak dengan metode yang efisien
sesuai dengan situasi.
Pengambilan keputusan adalah proses memilih suatu alternatif cara bertindak
dengan metode yang efisien sesuai dengan situasi. Menurut Terry (dalam Syamsu,
8
9
1989:5) pengambilan keputusan adalah tindakan pimpinan untuk memecahkan
masalah yang dihadapi dalam organisasi yang dipimpinnya dengan melalui pemilihan
satu diantara alternatif-alternatif yang dimungkinkan.
Menurut Atmosudirdjo (1970), bahwa struktur dan sistem dari kerangka
pengambilan keputusan tergantung pada;
1. Posisi orang yang berwenang, berwajib, dan atau bertanggung jawab
untuk mengambil keputusan;
2. Problem atau masalah yang dihadapi dan harus ditangani atau dipecahkan;
3. Situasi tempat si pengambil keputusan dan problem itu ada;
4. Kondisi si pengambil keputusan, kekuatan dan kemampuannya untuk
mengahadapi problem tersebut;
5. Tujuan yang harus dicapai oleh pengambil keputusan tersebut.
Suyadi (2002:5) mengemukakan bahwa pengambilan keputusan adalah
bagaimana memberikan pedoman atau pegangan kepada orang-orang atau organisasi
dalam mengambil keputusan, sekaligus memperbaiki proses pengambilan keputusan
dalam kondisi tidak pasti.
B. Dasar Pengambilan Keputusan
Dasar pengambilan keputusan bermacam-macam, tergantung
permasalahannya. Suatu keputusan dapat diambil berdasarkan perasaan semata-mata,
dapat pula suatu keputusan diambil berdasarkan rasio. Namun tidak mustahil banyak
10
keputusan dalam lingkup publik maupun pada organisasi bisnis, diambil berdasarkan
wewenang yang dimiliki pengambil keputusan.
Menurut Terry (dalam Hanafie, 2007) mengemukakan dasar pengambilan
keputusan sebagai berikut:
1. Intuisi: Keputusan yang diambil secara intuisi atau perasaan memiliki sifat
subyektif. Keputusan yang bersifat intuisi memiliki kelebihan,
yaitu: (a) yang memutuskan hanya seseorang, sehingga waktu yang
digunakan relatif lebih pendek, (b) Kalau pengambilan keputusan
memiliki olah rasa yang cukup tinggi, maka keputusan banyak yang tepat
dan memberikan kepuasan pada umumnya, (c) lebih tepat untuk
memutuskan masalah-masalah yang bersifat kemanusiaan.
2. Rasional: Pengambilan keputusan yang berdasarkan rasional banyak
berkaitan dengan pertimbangan dari segi daya guna, sehingga keputusan
yang dihasilkan bersifat obyektif, logis, lebih transparan, dan konsisten
untuk memaksimalkan hasil atau nilai dalam batas tertentu, sehingga dapat
mendekati kebenaran.
3. Fakta: Keputusan ini berdasarkan sejumlah fakta, data atau informasi
yang cukup.
4. Pengalaman: Suatu pengalaman dapat dijadikan dasar dalam pengambilan
keputusan. Keputusan berdasarkan pengalaman sangat bermanfaat sebagai
pengetahuan praktis dalam menyelesaikan masalah.
11
5. Wewenang: Setiap orang yang menjadi pemimpin organisasi mempunyai
tugas dan wewenang untuk mengambil keputusan dalam rangka
menjalankan kegiatan demi tercapainya tujuan organisasi secara efesien
dan efektif.
C. Tingkat-Tingkat Keputusan
Brincloe (dalam Salusu, 2000) menawarkan bahwa sebenarnya ada empat
tingkat keputusan sebagai berikut:
1. Keputusan otomatis (automatic decision). Keputusan ini dibuat sangat
sederhana. Meski ia sederhana, informasi ini sangat diperlukan. Hanya
informasi yang ada itu sekaligus melahirkan satu keputusan. Pada jenis ini
informasi diidentikkan dengan keputusan, artinya seseorang mengambil
keputusan sesaat setelah menerima informasi.
2. Keputusan berdasar informasi yang diharapkan (Expected information
decision). Tingkat informasi disini mulai kompleks, artinya informasi
yang ada sudah memberi aba-aba untuk mengambil keputusan. Akan
tetapi keputusan tidak segera dibuat, karena informasi itu masih perlu
dipelajari. Setelah hasil studi diketahui, keputusan langsung diambil.
3. Keputusan berdasar berbagai pertimbangan (Factor weigthing decision).
Keputusan jenis ini lebih kompleks lagi. Lebih banyak informasi yang
diperlukan. Informasi-informasi harus dikumpulkan dan dianalisis. Setiap
faktor yang berperan dalam informasi dipertimbangkan dan
12
diperhitungkan (dianalisis). Selain itu setiap faktor (unsur) dari informasi
dibandingkan kemudian dicari yang paling menguntungkan. Mungkin
memerlukan waktu yang relatif lama sebelum menjatuhkan putusan.
4. Keputusan berdasar ketidak pastian ganda (dual uncertainty decision).
Keputusan tingkat empat meruupakan tingkat keputusan yang paling
kompleks. Jumlah informasi yang diperlukan semakin bertambah banyak.
Selain itu dalam setiap informasi yang sudah ada atau informasi yang
masih akan diharapkan terdapat tidak kepastian. Semakin luas ruang
lingkup dan semakin jauh dampak dari suatu keputusan, semakin banyak
informasi yang dibutuhkan dan semakin tinggi ketidak pastian itu.
Menurut Syamsi (1986) membedakan keputusan menurut tingkatanya
kedalam;
1. Keputusan otomatis. Pada dasarnya merupakan keputusan yang bersifat
biologis atau fisis. Lebih tegasnya lagi keputusan otomatis ini adalah
keputusan yang berdasar gerak refleks atau insting.
2. Keputusan memoris. Keputusan yang mendasarkan diri pada kemampuan
mengingat akan wewenang dan tugas yang diberikan kepada yang
bersangkutan. Dalam hal ini kemampuan pengingatan kembali (memori)
sangat dibutuhkan untuk kelancaran pengambilan keputusan.
3. Keputusan kognitif. Keputusan yang pembuatannya berdasarkan ilmu
pengetahuan, dan ini akan berhasil apabila pembuat keputusan itu
memperhatikan faktor lingkungan, pengetahuan dan pengalaman.
13
D. Jenis Pengambilan Keputusan
Teknik pengambilan keputusan yang diperkenankan dalam berbagai literatur
cukup bervariasi tetapi pada umumnya dapat dikelompokkan ke dalam dua jenis
yaitu:
1. Keputusan terprogram
Keputusan terprogram yaitu tindakan menjatuhkan pilihan yang berlangsung
berulang kali dan diambil secara rutin dalam organisasi.
a. Tradisional, adapun keputusan yang termasuk keputusan tradisional
adalah (1) kebiasaan, (2) pekerjaan rutin sehari-hari, prodsedur
operasional yang baku, (3) struktur organisasi: ada harapan bersama,
melalui perumusan sub-sub tujuan, dengan menggunakan informasi yang
terumus dengan jelas.
b. Modern, adapun yang termasuk keputusan modern adalah (1) riset
operasional; analisis matematik, model-model, simulasi komputer,
(2) proses data elektronik.
2. Keputusan tidak teprogram
Keputusan ini biasanya diambil dalam usaha memecahkan masalah-masalah
baru, yang belum pernah dialami sebelumnya, tidak repetitif, tidak terstruktur, dan
sukar mengenali bentuk, hakikat dan dampaknya.
a. Tradisional, yang termasuk keputusan tradisional adalah (a) heuristic,
yaitu mendorong seseorang untuk mencari dan menemukan sendiri intuisi,
14
kreatifitas, (b) rule of thumbs, yaitu suatu prosedur praktis yang tidak
menjamin penyelesaian optimal, (c) dengan seleksi dan latihan bagi para
eksekutif.
b. Modern, yang termasuk keputusan modern adalah (a) menyelenggarakan
pelatihan bagi para pengambil keputusan, (b) dengan menciptakan
program komputer.
Menurut Syamsi (1986). Ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk
pembuatan keputusan kelompok, antara lain :
a. Teknik delphi, pada teknik ini, setelah pucuk pimpinan memberitahukan
adanya masalah yang perlu dipecahkan bersama, para pimpinan diminta
pendapat atau ide mereka, saran-saran dan pandangan secara tertulis
mengenai rencana keputusan yang akan diambilnya.
b. Teknik kelompok nominal, dalam pertemuan kelompok, masalah yang
dihadapi organisasinya disampaikan kepada mereka, untuk dimintakan
tanggapan dan sarannya tertulis.
E. Pendekatan terhadap Pengambilan Keputusan
Hingga saat ini berbagai model tentang pendekatan terhadap pengambilan
keputusan telah diperkenalkan oleh para ahli teori pengambilan keputusan. Dengan
tidak mengesampingkan model-model lain, berikut ini dikemukakan dua model.
15
1. Model Brincloe
Menurut Brincloe (dalam Salusu, 2000) seorang eksekutif dapat membuat
keputusan dengan menggunakan satu atau beberapa pendekatan sebagai berikut ;
a. Fakta seorang eksekutif yang selalu bekerja secara sistematis akan
mengumpulkan semua fakta mengenai satu masalah dan hasilnya ialah
kemungkinan keputusan akan lahir dengan sendirinya. Artinya, fakta
itulah yang akan memberi petunjuk keputusan apa yang akan diambil.
b. Pengalaman. Pengalaman adalah sosok guru yang baik. Seorang eksekutif
dapat memutuskan boleh tidaknya sesuatu dilaksanakan berdasarkan
pengalamannya.
c. Intuisi. Tidak jarang eksekutif menggunakan intuisinya dalam mengambil
keputusan dan tidak jarang keputusan-keputusan itu dikritik sebagai
immoral.
d. Logika. Pengambilan keputusan yang berdasar logika adalah suatu ”studi
yang rasional” terhadap semua unsur pada setiap sisi dalam proses
pengambilan keputusan.
e. Analisis sistem. Kecanggihan dari komputer telah merangsang banyak
orang untuk berkesimpulan bahwa pengambilan keputusan kuantitatif
lebih superior terhadap penilaian dan pemikiran manusia.
16
2. Model Mc Grew
Mc Grew (dalam siagian, 1985) hanya melihat adanya tiga pendekatan
sebagai berikut:
a. Pendekatan proses pengambilan keputusan rasional memberi perhatian
utama pada hubungan antara keputusan dengan tujuan dan sasaran dari
pengambilan keputusan.
b. Model proses organisational menangani masalah yang jelas tanpa
perbedaannya antara pengambil keputusan individu dan organisasi.
c. Model tawar-menawar politik melihat kedua pendekatan itu mengatakan
bahwa pengambilan keputusan kolektif sesungguhnya dilaksanakan
dengan tawar-menawar.
F. Metode Pengambilan Keputusan
Handayaningrat (1996) lebih cenderung menganalisis pengambilan keputusan
dari sudut metode sebagai berikut:
1. Metode rasional yang disebut juga model rasional. Ini adalah
metode klasik yang secara inflisit mencakup model biokratik dari
pengambilan keputusan.
2. Metode tawar menawar inkremental (incremental-bargaining) yang
justru dipandang sebagai model paling mendasar dalam aktivitas politik,
yaitu penyelesaian konflik melalui negosiasi.
17
3. Metode agregatif (agregative methods) sering kali metode ini
dimanfaatkan konsultan dan tim-tim staf yang bekerja keras dalam
merumuskan kebijaksanaan-kebijaksanaan politik.
4. Metode keranjang sampah (the gerbage can) atau nondecision-
making model yang dikembangkan oleh March dan Olsen (Salusu, 2000).
Ia lebih tertarik pada karakter yang ditampilkan dalam pengambilan
keputusan, pada isu yang bermacam-macam dari peserta pengambil
keputusan, dan pada masalah-masalah yang timbul pada saat itu.
G. Pemecahan Masalah dan Pengambilan Keputusan
1. Identifikasi dan definisi hakikat masalah
Dalam menghadapi dan memecahkan masalah, seorang pemimpin memiliki
dan menggunakan rasionalitas tertentu untuk bertindak. Rasionalitas tersebut lalu
diwujudkan dalam serangkaian langkah yang logis, yang dimulai dari kesadaran
tentang adanya situasi problematik dengan definisinya yang jelas hingga diambilnya
langkah implementasi untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
Kemampuan mengenai hakekat masalah yang dihadapi pada gilirannya akan
mempermudah pemecahannya. Masalah hendaknya dirumuskan dengan jelas, yakni
dengan merumuskannya secara spesifik. Hendaknya masalah :
a. Jangan terlampau luas
b. Jangan terlampau sempit
c. Jangan terlampau mengandung emosi dan keinginan.
18
Dengan identifikasi dan definisi yang jelas tentang hakikat situasi masalah
yang dihadapi, seorang pengambil keputusan akan dapat menggunakan berbagai teori
ilmiah dengan berbagai ragam paradigma, model, metode dan teknik-teknik tertentu
digabung dengan kreatifitas, inovasi , intuisi, perasaan dan hasil pemikiran bersifat
subyektif lainnya sehingga keputusan yang diambil merupakan keputusan yang tepat.
2. Pengumpulan dan pengolahan informasi
Informasi yang mempunyai nilai tinggi sebagai alat bantu dalam pemecahan
masalah ialah bahwa informasi yang dinilai dapat dipercaya, artinya tidak terjadi
manipulasi sehingga seolah-olah informasi itu mempunyai nilai intrinsik yang lebih
tinggi dari yang sebenarnya. Informasi yang tidak lengkap sudah barang tentu
mempunyai nilai yang rendah. Akan tetapi sebaliknya dalam kehidupan organisasi
memang sukar untuk memiliki informasi yang selengkap mungkin tanpa tenaga,
biaya , dan waktu untuk mengumpulkan dan menganalisisnya. Karena itu setiap
pemimpin yang menghadapi satu situasi problematis harus memberikan interpretasi
yang tepat tentang apa yang dimaksud dengan informasi yang lengkap itu.
3. Pencarian dan penemuan berbagai alternatif
Salah satu pertanyaan menarik dalam usaha pemecahan masalah, yang hingga
kini belum terdapat kesepakatan tentang jawabnya, ialah apakah dalam pemecahan
masalah atau pengambilan keputusan selalu ada alternatif atau tidak. Artinya dalam
memecahkan masalah hanya tersedia satu jalan apakah pemilihan satu-satunya jalan
itu merupakan keputusan atau tidak. Bahkan dapat dikatakan secara aksiomatis, tidak
19
ada satu masalah pun betapapun sederhananya, yang dapat dipecahkan secara tuntas
dengan hanya menggunakan satu jalan. Usaha untuk mencari dan menemukan
berbagai alternatif lebih penting lagi apabila diiingat bahwa faktor-faktor penyebab
timbulnya masalah selalu bersifat khas yang mengakibatkan hakikat masalah tersebut
menjadi khas pula.
4. Pengkajian berbagai alternatif
Pemecahan masalah pada hakikatnya harus diarahkan untuk menghilangkan
kesenjangan yang timbul antara keadaan nyata dengan keadaan yang diinginkan. Jika
telah disadari bahwa ada situasi problematik yang dihadapi, usaha mencari jalan
keluar adalah langkah berikutnya. Langkah ini mencakup berbagai kegiatan seperti
merumuskan suatu strategi pencarian sehingga tersedia informasi yang memenuhi
berbagai persyaratan, termasuk kesediaan untuk menerima informasi baru meskipun
informasi tersebut berbeda, atau bahkan mungkin bertentangan dengan informasi
yang telah dimiliki sebelumnya. Menumbuhkan berbagai alternatif yang mungkin
ditempuh sehingga mendatangkan keputusan yang paling tepat dengan
memperhitungkan berbagai faktor, baik yang sifatnya internal bagi organisasi
maupun faktor-faktor yang berada diluar organisasi yang bersangkutan yang sifatnya
mungkin mendorong kelancaran usaha pemecahan masalah atau mungkin pula justru
akan menjadi kendala.
5. Penentuan Pilihan atau alternatif terbaik
Kriteria utama dalam penentuan kriteria itu adalah :
20
a. Mendatangkan manfaat yang paling besar bagi organisasi
b. Mengakibatkan kerugian yang paling kecil bagi organisasi
c. Menimbulkan masalah baru yang paling sedikit
d. Telah dikaji dengan menggunakan metode dan teknik ilmiah
e. Telah memperhitungkan faktor subyektifitas yang memang tidak
mungkin dihilangkan seluruhnya.
Setiap pemimpin yang bertanggung jawab memecahkan masalah perlu
menyadari pula, bahwa meskipun kelima kriteria diatas telah diusahakan agar
terpenuhi, tetapi tidak ada jaminan bahwa alternatif terpilih memang merupakan
alaternatif terbaik. Karena itu seorang pemimpin harus berani mengambil resiko
bahwa pilihannya bukanlah merupakan pilihan yang paling tepat meskipun pada
waktu pilihan dijatuhkan pada satu alternatif tertentu, pilihan itu tampaknya
merupakan keputusan yang terbaik.
6. Pelaksanaan keputusan
Tepat tidaknya pilihan yang dilakukan hanya akan diuji dalam pelaksanaanya.
Apabila hasil yang diperoleh sesuai dengan harapan, baik dalam arti mendatangkan
manfaat yang paling optimal atau juga ternyata pilihan itu tidak tepat, hal itu
bukkanlah merupakan keadaan yang perlu disesali. Yang penting bersangkutan mau
menarik pelajaran dari padanya agar kemampuan memilih semakin meningkat di
masa depan.
21
7. Penilaian
Penilaian biasanya didefenisikan sebagai usaha yang rasional untuk
membandingkan hasil yang diharapkan dicapai berdasarkan standar dan kriteria yang
telah ditetapkan sebelumnya dalam rencana dengan hasil yang nyatanya dicapai
sebagai akibat dari tindakan-tindakan operasional yang telah dilakukan. Pentingnya
penilaian dilakukan terlihat dari kenyataan, bahwa semua kegiatan administrasi dan
manajemen bersifat proses, yang antara lain berarti bahwa tingkat efektifitas dan
produktivitas yang lebih tinggi hanya mungkin dicapai setelah melalui berbagai tahap
dan kurun waktu tertentu. Manfaat yang dapat dipetik dari penilaian yang rasional.
8. Proses pengambilan keputusan
Proses pengambilan keputusan dapat diartikan secara terminology adalah
serangkain tindakan, perbuatan, aktifitas yang dilakukan oleh pengambil keputusan
dengan menghasilkan keputusan. Sedangkan pengambil keputusan adalah manajemen
stratejik puncak pada suatu organisasi.
Dalam proses pengambilan keputusan perlu suatu analisis untuk memilih
alternatif yang terbaik yang dapat menguntungkan organisasi atau pengambil
keputusan serta dapat diimplementasikan.
Berbagai tipe dan bentuk pengambilan keputusan, bentuk dan tipe banyak
dipengaruhi karakter dari pengambil keputusan itu. Seorang pengambil keputusan
yang teliti, akan memerlukan banyak informasi dan pertimbangan dalam proses itu
hanya saja kadang-kadang keputusan sangat lamban dihasilkan, sehingga bisa timbul
22
anggapan bahwa yang bersangkutan takut mengambil keputusan. Namun terdapat
pula seorang pengambil keputusan yang cenderung ingin cepat, sehingga terkesan
kurang hati-hati dan kurang cermat dalam proses pengambilan keputusan (Salusu,
2000) memperkenalkan tiga macam tipe proses pengambilan keputusan yaitu;
a. Sporadic proces, karakteristik dari proses ini adalah banyak penundaaan,
banyak ketidak teraturan, informasi yang sangat bervariasi, akibat
diperlukan waktu yang cukup lama baru tiba pada keputusan.
b. Fluid proces (proses lancar). Proses ini kebalikan dari proses sporadic,
sungguhpun banyak juga negosiasi dilakukan, semua diskusi dijalankan
melalui saluran formal. Informasi yang masuk kebanyakan dari para ahli.
Prosesnya berjalan lancar, sehingga ada keputusan yang hanya memerlukan
waktu singkat.
c. Constricted process (proses terbatas) Proses ketiga ini sangat berbeda
dengan proses lancar, tetapi lebih dekat pada proses sporadis. Sumber
informasi cukup banyak, sangat bervariasi, tetapi kurang usaha untuk
mencari dan mengejar informasi.
Proses pengambilan keputusan memerlukan langkah-langkah yang tepat. Para
pakar mengemukakan pandangan tentang langkah-langkah pengambilan keputusan
terutama keputusan. Supranto (1998) mengemukakan langkah dalam proses
pengambilan keputusan, yaitu :
a. Rumuskan / difinisikan persoalan keputusan;
b. Kumpulkan informasi yang relevan;
23
c. Cari alternatif tindakan;
d. Analisis alternatif yang fleksibel;
e. Memilih alternatif terbaik.
Secara khusus, Salusu (2000) mengemukakan, bahwa sekurang-kurangnya
diperlukan delapan langkah untuk dapat membuat keputusan stratejik, yaitu :
a. Identifikasi stakeholder;
b. Peninjauan kembali terhadap tujuan dan sasaran;
c. Spesifikasi kendala-kendala organisasi;
d. Peninjauan kembali pilihan-pilihan stratejik yang sementara dianut;
e. Menggarap pilihan strategi tambahan;
f. Memisahkan pilihan stratejik yang bernilai untuk dipertimbangkan;
g. Evaluasi pilihan stratejik;
h. Memilih seperangkat pilihan stratejik.
H. Pengertian Sistem Komputerisasi
Sistem merupakan salah satu unsur konsep yang digunakan dan dikaji dalam
penelitian ini. Secara garis besarnya pengertian sistem telah banyak dikemukakan
oleh para ahli.
Sutarto (1993:74) mengemukakan “sistem adalah keterpaduan berbagai faktor
yang saling berhubungan dan saling tergantung terkait oleh asas-asas tertentu dalam
rangka pencapaian tujuan”. Sementara Winardi (1990:174) mengemukakan bahwa
“sistem merupakan elemen yang terkait satu sama lain yang membantu mencapai
24
suatu tujuan atau melaksanakan suatu fungsi, apabila sebuah elemen dipengaruhi
maka elemen-elemen yang lain dipengaruhi pula”.
Pendapat di atas, menekankan sistem sebagai totalitas dari sub-sub sistem
yang dibagi lagi ke dalam subsistem-subsistem yang lebih kecil, di mana bagian-
bagian tersebut saling berhubungan atau terkait. Moekijat (1996:4) mengemukakan:
Sistem adalah keseluruhan yang terdiri atas sejumlah variabel yang berinteraksi. Suatu sistem pada dasarnya adalah suatu susunan yang teratur dari kegiatan yang berhubungan satu sama lain dan prosedur-prosedur yang berkaitan yang melaksanakan dan memudahkan pelaksanaan kegiatan utama dari suatu organisasi.
Pendapat tentang sistem di atas, menekankan pada suatu susunan yang teratur
dari kegiatan-kegiatan yang saling bergantung dan prosedur yang saling berhubungan
dalam pelaksanaan tugas terutama dalam organisasi guna mencapai tujuan. Hal ini
senada dengan pendapat Komaruddin (1994) bahwa sistem adalah:
1. Metode atau aturan yang teratur
2. Metode atau skema (rancangan) yang membimbing dan
mengatur, metode, prosedur, atau klasifikasi.
3. Seperangkat doktrin atau prinsip yang terorganisasi, biasanya
dirancang untuk menjelaskan susunan atau fungsi dari keseluruhan.
4. Kelompok obyek atau satuan yang bergabung untuk membentuk
suatu keseluruhan bekerja atau berfungsi atau bergerak saling tergantung
dan harmonis.
25
5. Suatu jaringan kerja yang terdiri atas prosedur-prosedur yang
berhubungan satu sama lain yang bergabung bersama-sama untuk
membentuk suatu kegiatan atau untuk mencapai sasaran spesifik.
6. Suatu keseluruhan yang terdiri atas sejumlah variabel yang
berinteraksi.
Berdasarkan berbagai pendapat di atas, maka pada hakikatnya sistem
merupakan susunan yang teratur dari kegiatan yang berhubungan satu sama lain dan
prosedur-prosedur yang berkaitan yang melaksanakan dan memudahkan pelaksanaan
kegiatan utama dari suatu organisasi. Suatu sistem sangat berkaitan dengan prosedur,
di mana prosedur adalah rangkaian yang tepat yang terdiri dari instruksi-instruksi,
langkah-langkah yang menjelaskan apa, siapa, kapan, dan bagaimana melaksanakan
sesuatu. Jadi prosedur menyatakan bagaimana suatu komponen yang terkait dalam
suatu sistem dapat dibuat menjadi satu kesatuan yang menyeluruh untuk mencapai
suatu tujuan tertentu. Dengan demikian, sistem pada hakikatnya mengandung
berbagai ciri-ciri yaitu:
1. Sistem merupakan suatu kebulatan yang utuh (totalitas) dari sub-
sub sistem.
2. Sub-sub sistem berupa seperangkat unsur-unsur seperti kegiatan-
kegiatan, prosedur-prosedur, dan lain-lain.
3. Sub-sub sistem dalam suatu sistem saling berkaitan, berinteraksi,
berhubungan, saling mempengaruhi dan melengkapi.
26
4. Sistem terdiri dari sub-sub sistem dan setiap sub-sub sistem
terdiri lagi atas sub-sub sistem yang lebih kecil dan demikian seterusnya.
5. Sistem terdiri dari sub-sub sistem secara bersama-sama
melakukan peranan dan fungsi tertentu dan memudahkan pekerjaan guna
mencapai tujuan tertentu pula.
Jika sistem dikaitkan dengan komputerisasi, maka hal tersebut berkaitan
dengan rangkaian kegiatan yang melibatkan berbagai unsur atau komponen dalam
menunjang kegiatan dengan menggunakan komputer sebagai alat atau media dalam
pelaksanaan tugas.
Suryatmo (2000:3) mengemukakan “komputer adalah alat elektronic yang
dapat mengolah data dengan perantaraan program dan memberikan hasil pengolahan.
Dengan kata lain, komputer adalah alat pengolah data, bukan mesin hitung”. Hal ini
berarti komputer merupakan perangkat elektronik digunakan sebagai tempat
penyimpanan data, pengolahan data, dan penyajian data dengan berdasar pada
instruksi-instruksi yang diberikan oleh operator komputer.
Nugroho (2003) mengemukakan berbagai perangkat yang dimiliki komputer,
yaitu:
1. Perangkat keras yang lebih dikenal dengan istilah hardware
adalah perangkat fisik yang menyusun sebuah komputer dan ikut
memungkinkan komputer bekerja. Disebut dengan istilah keras, karena
sifatnya yang berupa peralatan fisik, dapat disentuh/ dipegang dan terlihat.
27
2. Perangkat lunak, lebih dikenal dengan istilah software, adalah
perangkat intelektual yang tidak turut menyusun sebuah komputer secara
fisik, namun penting artinya untuk memerintahkan komputer bekerja
sesuai dengan keinginan. Disebut istilah lunak karena sifatnya yang tidak
berupa peralatan fisik, tidak terlihat, namun dapat dirasakan hasilnya,
misalnya perangkat lunak yang memerintahkan komputer untuk dapat
mengetik, menghitung angka, membuat data, berkomunikasi, dan
memainkan lagu.
Sedangkan menurut Pardoski (1996) mengemukakan bahwa komputer
merupakan electronik komputer yang lazim disebut juga mesin pengolah data secara
electronik (Elektronic Data Processing Unit) adalah suatu alat electro magnetik untuk
menyampaikan dan mengelolah data.
Berdasarkan pengertian di atas, maka sistem komputerisasi dapat diartikan
sebagai kegiatan yang dilakukan dalam rangkaian tujuan tertentu dengan
menggunakan alat bantu atau media berupa perangkat komputer sebagai salah satu
bagian yang tak terpisahkan dalam suatu organisasi. Sistem komputerisasi dilakukan
dengan mempertimbangkan keberadaan komputer sebagai alat dalam membantu
pelaksanaan pekerjaan, ketersediaan sumber daya manusia sebagai operator
komputer, dan berbagai faktor lainnya yang mendukung penggunaan komputer
sebagai penunjang pelaksanaan tugas administrasi.
28
I. Sistem Informasi Berbasis Komputer
Seorang manager harus mampu mengatur pemanfaatan sumber daya manusia
dan sumber daya lainnya secara terarah untuk mencapai tujuan tertentu. Keberhasilan
suatu organisasi pada hakikatnya ditentukan oleh penggabungan yang tepat antara
kepemimpinan yang efektif dan pelaksanaan kegiatan yang operational selain itu,
juga ditentukan oleh sistem informasinya khususnya sistem informasi yang berbasis
komputer.
Menurut Scott (1999:167) Sistem informasi berbasis computer
mengemukakan bahwa Sistem informasi komputer yang lebih dari sekedar informasi
yang disiapkan komputer. Seorang manager adalah bagian dari sistem informasi,
terutama yang sumbernya selain dari komputer.
Sedangkan Simon (1990:22) mengemukakan bahwa pengambilan keputusan
berbasis computer adalah menggunakan computer untuk menyelesaikan, secara lebih
cepat, lebih murah, tugas-tugas yang dulunya dilaksanakan dengan mesin hitung dan
mesin tik sekaran bias dilakukan dengan sistem computer.
1. Unit Pemroses Pusat (Central Processing
Unit, CPU)
Unit pemproses pusat (central processing unit, cpu) adalah jantung system
komputer. Cpu terdiri dari tiga bagian utama, yaitu:
a) Memori utama
b) Bagian kendali
c) Unit logika aritmetika
29
Cpu tersusun atas rangkaian elektronik, termasuk didalamnya adalah pencatat
atau register yang digunakan untuk menyimpan data dan instruksi dalam komputer
sama seperti cara yang digunakan pencatat dalam kalkulator.
Tujuan utama fungsi ALU adalah melaksanakan segala perhitungan dan
pembandingan logis dari seluruh sistem komputer. Ia menghitung dan melakukan
pembandingan logis atas data yang ada dalam pencatat. Walau ALU dapat
memproses hanya satu instruksi untuk membuat satu perhitungan atau pembandingan,
namun kecepatannya untuk mengikuti suatu instruksi diukur dalam mikro detik atau
bahkan nano detik.
Bagian pengendalian dari CPU memiliki beberapa fungsi. Ia berisi sebuah
master-clock yang secara tepat mengalokasi dan menjaga lintasan waktu dari setiap
kegiatan CPU. Bagian pengendalian akan menerima dan menguraikan perintah dari
program, menafsirkannya, dan kemudian meletakkan bagian kegiatan operator
didalam catatan ALU. Ia juga mengarahkan lalu lintas data dalam CPU. Misalnya ia
mengendalikan gerakan data kedalam ALU untuk diproses.
2. Program sistem
Perangkat keras komputer harus dikelolah oleh software komputer yang
dikenal dengan nama program sistem. Sebuah program sistem juga dapat
mengalokasikan sumber daya sistem komputer masing-masing pekerjaan dan
penggunaannya. Misalnya, mereka memerintahkan lokasi penyimpanan sekunder
kesuatu program. Tanpa program sistem, maka perangkat keras tidak akan dapat
30
berfungsi. Yang terpenting dari serangkaian program sistem, dan memang merupakan
elemen terpenting dari seluruh sistem komputer, adalah sistem pengoperasi. Tujuan
utama dari serangkaian program ini adalah untuk mengelolah pekerjaan-sistem
pengoprasi yang akan memulai, menjadwalkan, memantau, dan mengendalikan
berbagai pekerjaan di dalam sistem komputer. Sebagai bagian dari tugas ini, sistem
pengoperasi akan mengalokasikan sumber daya sistem komputer. Misalnya, ia
menempatkan pekerjaan (program dan data) di penyimpanan data utama, menentukan
piranti input-output yang akan digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan, dan
mengelola faile data di dalam memori skunder.
3. File data dan sistem record
a. File computer versus manual
Terpadu dengan pemahaman sistem komputer adalah konsep tentang file data
dan bagaimana caranya data disimpan dalam sistem komputer. Bagian ini
memberikan konsepsi dasar tentang kedua topik tersebut, yang akan membantu
menguak “mistik” dibalik sistem komputer.
b. Penyajian data internal
Walau untuk sebagaian besar inti tidak lagi digunakan dalam sistem komputer
baru, namun karakteristiknya akan membantu menjelaskan bagaimana cara data
disimpan secara internal didalam cpu komputer dan file data. Didalam inti
31
penyimpanan, serangkaian kawat yang melintas akan membentuk kisi, sebagaimana
yang terlihat.
1) Memori utama. Seluruh industri mendasarkan
dirinya pada perancangan dan pembuatan chips untuk penyimpanan data
dan logika. Walau tekhnologi chips sangat rumit, namun esensi dari
pengembangan chips sangat mudah dipahami. Logika chips atau struktur
memori pertama kali dikembangkan oleh seorang perancang pada media
berskala besar, misalnya kertas, diatas meja gambar. Kemudian lewat
proses fotografis rancangan tersebut di kecilkan skalanya, biasanya hanya
sebesar ½ inchi persegi. Kemudian dilakukan proses kimia untuk megetsa
wafer silicon yang dilapisi semikonduktor maghnetik oksida didalam suatu
proses produksi yang mampu menghasilkan ratusan bahkan ribuan chips
dalam satu proses batch. Chips yang telah sempurna mamungkinkan
gerakan cepat didalam lintasan rangkaian, atau penyimpanan data didalam
chips.
2) Memori sekunder. Memori sekunder lebih murah
dibanding memori primer, dan memori sekunder mudah diakses, dibaca
serta diperbaharui lebih cepat dibanding memori utama. Kedalam
tekhnologi memori sekunder termasuk penyimpanan data dalam bentuk
konseptual, teknologi memori sekunder bekerja serupa dengan
penyimpanan data suara diatas pita kaset.
32
3) Reel tape magnetic. Reel tape Magnetik biasa
digunakan sebagai media memori sekunder khususnya pada sistem
komputer skala menengah dan besar. Sistem memori sekunder untuk
komputer mikro biasanya berupa kaset, dan biasa dilengkapi dengan tape
recorder yang kemudian disambungkan kepada komputer mikro yang
berperan untuk pemindahan data.
4) Hard Disk. Hard disk yang berisi dua susunan
piringan, yang masing-masing susunan berisi beberapa piringan seperti
piringan hitam. Teknologi hard disk telah berumur dua dekade dan terus-
menerus disempurnakan. Sehingga kepadatan data diatas piringan semakin
besar, pengambilan data semakin cepat dan biaya per unit data lebih rendah
dibanding sebelumnya.
5) Memori gelembung. Memori gelembung terdiri atas
wafer tipis yang disisipi gelembung paduan logam dan dapat dialiri arus
listrik. Apabila arus listrik lewat, maka terbukalah gelembung. Biasanya
lewat rangkaian didekat wafer gelembung, dan polarisasi pada gelembung
paduan logam ini dapat dibalikkan sehingga dapat terjadi gerakan bit lewat
sistem gelembung dan kemudian menyimpan data atau mengambilnya dari
memori gelembung.
6) Floppy disk.Floppy disk adalah media penyimpanan
data yang paling banyak digunakan pada computer mikro dan murah
harganya. Floppy disk dapat diakses langsung, namun waktu
33
pengaksesannya tidak secepat hard disk. Setiap disk-drive hanya dapat diisi
sbuah floppy disk dan dapat diganti dengan disket lain lewat pergantian
selama beberapa detik.
4. Sistem informasi komputer
Seluruh masukan pada sebuah sistem komputer masuk kedalam memori
utama melalui saluran pemasukan data yang dikenal dengan nama port. Pada sistem
komputer yang berskala besar, masing-masing port komputer disambungkan dengan
kabel pengalir data berkecepatan tinggi menuju piranti saluran, yakni perangkat keras
yang mengatur lalu-lintas data yang menuju ataupun yang berasal dari port. Sebuah
piranti saluran akan menerima data dari piranti saluran, kemudian menumpuknya
didalam memori penyangga yakni memori barkapasitas kecil dan hanya sesaat, dan
kemudian mengalirkan data menuju memori utama dengan kecepatan tinggi
sebagaimana yang diarahkan oleh sistem operasi. Sebaliknya, sistem operasi akan
mengarahkan arus data dari memori utama menuju sebuah piranti utama menuju
sebuah piranti saluran, dan kemudian mendistribusikan data ini menuju piranti output.
Ada dua jenis piranti saluran. Yang pertama adalah piringan atau saluran pita
berkecepatan tinggi yang dirancang khusus untuk menerima data dari piranti input
berkecepatan tinggi dan data ini menuju memori utama. Sedang yang lainnya adalah
saluran multiplexor berkecepatan rendah, yang akan menerima data dari piranti yang
berkecepatan rendah, kemudian menggabungkan sehingga membentuk lapisan data
34
sehingga mengunakan kapasitas penuh dari port input berkapasitas tinggi, dan
kemudian mengarahkan data menuju memori utama.
Kaitan hubungan antara CPU, piranti saluran, dan piranti I/O menggambarkan
prinsip utama dari operasi sebuah sistem komputer, yaitu mendelegasikan tugas
pengendalian didalam sebuah sistem komputer. Sistem operasi akan menggerakkan
arus data masuk dari piranti saluran dan arus data keluar dari memori utama menuju
piranti saluran. Kemudian sistem informasi akan mendelegasikan pemantauan arus
lini kepada piranti arus saluran. Apabila saluran sistem informasi memantau arus itu
sendiri, maka ALU dapat dipenuhi dengan pengendalian piranti saluran selama
seluruh periode pengaktifan piranti saluran, dan mungkin tidak akan dapat melakukan
pemrosesan yang lainnya. Oleh sebab itu, apabila sistem operasi memiliki data untuk
dilewatkan melalui piranti saluran, maka ia akan mengirimkan perintah kepada piranti
tersebut sekaligus mengaktifkannya untuk memberi tahu sistem operasi kepada saat
tugas selesai dilaksanakan. Selanjutnya sistem operasi dan ALU akan melaksanakan
tugas lainnya, seperti memproses transaksi internal, sampai CPU disela sinyal dari
piranti saluran yang menunjukkan bahwa tugas telah dilaksanakan dengan baik.
Sistem operasi memang mengenali pesan ini dan mungkin selanjutnya
memerintahkan tugas lain kepada piranti saluran.
5. Pengumpulan data dan sistem input-output
Yang dimaksud dengan sampah disini adalah data yang menyesatkan, tidak
wajar, tidak relevan, dan keliru yang apabila di inputkan kedalam sistem komputer
35
maka input yang dihasilkannya juga menyesatkan, tidak wajar, tidak relevan dan
keliru juga. Dalam kenyataanya, kemungkinan terbesar bagi terjadinya galat dalam
sistem komputer adalah ada pengimputan data disebabkan oleh kegiatan pengimputan
yang mengkonfersikan data kedalam bentuk yang dapat dibaca mesin yang sampai
batas tertentu adalah pengoperasian yang manual. Pada organisasi yang besar,
transaksi harus diolah melewati beberapa langkah sebelum masuk kedalam komputer
sebagai input, sehingga semakin memungkinkan terjadinya galat.
J. Penerapan Sistem Komputerisasi dalam Pengambilan Keputusan
Keberadaan komputer dewasa ini telah digunakan dalam berbagai bidang
kehidupan. Melalui penerapan sistem komputerisasi, maka memungkinkan data tetap
tersimpan di dalam file yang dapat digunakan secara luas sehingga setiap orang baik
secara perorangan maupun secara kelompok (organisasi/instansi) semakin menyadari
pentingnya penerapan sistem komputerisasi dalam pelaksanaan tugas administrasi
perkantoran. Seperti dalam pengambilan keputusan yang berbasis komputerisasi.
Scott (1995) mengemukakan alasan penerapan sistem komputerisasi dalam
suatu organisasi yaitu:
1. Kemampuan komputer untuk memperoleh
informasi yang ekstensif tentang kehidupan pribadi dan kemudian
menggunakannya untuk komputer melaksanakan perintah dengan amat
cepat, yakni melaksanakan perhitungan dan pembandingan logis.
36
2. Komputer sangat tepat dalam mengolah data,
bahkan komputer jarang membuat kekeliruan elektronis sehingga hampur
seluruh kekeliruan yang terjadi dalam pengolahan data karena disebabkan
oleh program yang disusun oleh manusia atau data yang dimasukkan oleh
manusia.
3. Komputer sangat dapat diandalkan, karena hampir
semuanya bersifat elektronis, dan tidak ada lagi bagian suku cadang yang
bergerak, sehingga jarang mengalami kekeliruan.
Gabungan sifat sekaligus alasan penerapan sistem komputerisasi dalam suatu
organisasi di atas menyebabkan meningkatkan kebutuhan dan penggunaan komputer
dalam organisasi. kecepatan, kecermatan, dan kehandalan komputer melaksanakan
sebagian besar kegiatan administrasi, dan bukan sekadar mengolah data. Komputer
juga mempengaruhi cara pimpinan dalam mengelola, dan cara organisasi
melaksanakan kegiatan, serta penataan fungsional dalam organiasi yakni siapa
melapor kepada siapa, dan siapa melaksanakan apa.
Melalui penerapan sistem komputerisasi, maka pengambilan keputusan akan
semakin cepat, tepat, akurat, bahkan dapat lebih ekonomis dengan perhitungan waktu
dalam pengerjaan administrasi. Dengan sistem komputerisasi, maka operator dapat
menyimpan data sesuai kebutuhan, mengolah data, sekaligus dapat menyajikan data
menjadi suatu informasi yang akurat dalam mengambil keputusan.
Kecermatan komputer juga sangat tergantung dari cara kerja dan mutu
komputer yang bersangkutan. Di satu pihak komputer mempunyai kemampuan yang
37
menakjubkan. Tetapi bagaimanapun pandainya komputer ada hal yang tidak dapat
dijangkau oleh komputer karena masalah organisasi bukan sekedar masalah masalah
pemikiran, namun juga masalah perasaan. Inilah tidak dapat dilakukan oleh
komputer, sehingga bantuan konsultan tetap tidak diabaikan. Komputer hanya dapat
menyajikan alternatif-alternatif hasil analisis. Hasil analisis komputer hanya dapat
dijadikan bahan pertimbangan. Pimpinan tetap dominan dalam mengambil keputusan
terakhir, begitu juga staf ahli tetap berperanan juga. Namun dibalik kelebihan-
kelebihan komputer pun ada kekurangannya. Komputer diciptakan oleh manusia
sebagai alat yang netral sifatnya.
Menurut Ibnu Syamsi (2000) kelemahan dari komputer adalah sebagai berikut:
1. Dapat digunakan untuk maksud kejahatan
(disamping dapat juga untuk tujuan yang baik tentu saja)
2. Apabila diketahui rahasia kerjanya, maka
komputer dapat doperdaya mengingat ia dapat berpikir rasional seperti
manusia. Sekali namanya alat maka akibatnya dapat diperalat.
3. Komputer tidak dapat mengambil
keputusan sendiri, tetapi hanya mampu menyajikan data atau informasi
bagi seseorang untuk mengambil keputusan.
4. Komputer hanya dapat mengolah data
yang dapat diangkakan (kuantitatif). Untuk data kualitatif tidak dapat
dilakukan dengan komputer.
38
5. Komputer barulah dapat digunakan
dengan efesien apabila data kuantitatifnya jumlahnya cukup banyak, dan
kompleks. Apabila jumlahnya hanya sedikit dan perhitungannya
sederhana, penggunaan komputer merupakan pemborosan.
Perbandingan segi positif dan negatifnya, maka penggunaan komputer perlu
dilakukan secara intensif. Memang diakui bahwa komputer telah banyak sekali
membantu manusia, baik dalam menjalankan kegiatan perencanaan, pelaksanaan,
maupun dalam kegiatan pengendalian. Karena begitu praktisnya dalam menggunakan
(meskipun harus ditangani oleh tenaga ahli). Demikian halnya dengan penerapan
sistem komputerisasi dalam pengambilan keputusan, maka sudah seharusnya dapat
dilaksanakan sesuai dengan prosedur, efektif, dan efisien sehingga dapat memuaskan
semua pihak yang berkaitan dengan tugas dan fungsi instansi yang bersangkutan.
K. Kerangka Pikir
Di dalam organisasi, banyak keputusan yang tidak berulang (non-recorning/
non-repetitive decisions) yang harus dibuat oleh para manajer atau pembuat
keputusan. Keputusan-keputussan itu biasanya bersifat sangat stratejik dan
menghadapkan para manajer pada situasi-situasi unik yang belum pernah terjadi
sebelumnya.
Untuk mengambil keputusan yang tepat, manajer membutuhkan informasi
yang akurat, lengkap sesuai dengan kebutuhan, dapat dipercaya, dan up to-date.
39
Untuk keperluan tersebut, dibutuhkan model pengolahan data yang sesuai atau cocok
dengan keputusan.
Seorang pimpinan sangat membutuhkan pengelolaan data yang data yang
baik, data yang telah disusun sedemikian rupa sehingga bermakna dan bermanfaat
karena dapat dikomunikasikan kepada seseorang yang akan menggunakan untuk
membuat keputusan atau mengambil keputusan
Proses pengambilan keputusan tratejik berbasis komputerisasi merupakan
pengolahan data dengan cara menggunaan sistem data base. Data yang telah
tersimpan itu kemudian menghasilkan informasi, dari informasi inilah seorang
pimpinan dapat menjadikan acuan dalam mengambil keputusan stratejik
Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan skema kerangka pikir di bawah ini.
BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN NONFORMAL DAN INFORMAL
REGIONAL V MAKASSAR
IDENTIFIKASI MASALAH
PILIHAN-PILIHAN ALTENATIF KEPUTUSAN
PENYUSUNAN ALTERNATIF KEPUTUSAN
KEPUTUSAN
INFORMASI INPUT DATA MENGOLAH DATA
40
Gambar1. Skema kerangka pikir
BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Pada dasarnya tujuan penelitian adalah untuk menjawab rumusan masalah
seperti yang telah dirumuskan di atas, yang selengkapnya sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui alur proses penerapan sistem komputerisasi
dalam proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pimpinan.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendukugn dan menghambat
proses pengambilan keputusan dengan menggunakan sistem komputerisasi
B. Manfaat Penelitian
Dengan mengacu pada latar belakang dan rumusan masalah serta tujuan
penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
41
1. Pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya bagi peneliti lainnya
pada substansi yang sama pada lokasi yang sama atau pada lokus yang
berbeda.
2. Memberikan gambaran tentang proses pengambilan keputusan
dengan menggunakan sistem komputersisasi yang dilakukan oleh kepala
pada balai pengembangan pendidikan nonformal dan informal regional V
Makassar.
3. Selain hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat pada pengambil
kebijakan dan keputusan, khususnya bagi pimpinan yang memanfaatkan
sistem komputerisasi sebagai instrument dalam melakukan pengambilan
keputusan.
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif, karena data dan informasi
yang diharapkan dari responden seperti pendapat, pertimbangan, dan saran melalui
wawancara terhadap suatu persoalan, memerlukan penjelasan (eksplonatory) dan
penafsiran (interpretative) terhadap data dan informasi.
Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengembangan Pendidikan Nonformal
dan Informal Regional V Makassar dengan alasan bahwa kantor tersebut sudah
menerapkan komputerisasi dengan sistem on line.
40
42
B. Fokus Penelitian
Adapun yang menjadi fokus penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penerapan sistem komputerisasi dalam pengambilan
keputusan yang dilakukan oleh Kepala Balai Pengembangan Pendidikan
Nonformal dan Informal Regional V Makassar.
2. Kendala-kendala yang dihadapi Kepala Balai
Pengembangan Pendidikan Nonformal dan Informal Regional V Makassar
dalam mengambil keputusan dengan sistem komputerisasi.
C. Defenisi Konsep Penelitian
Untuk menghindari perbedaan persepsi, maka dibuat defenisi operasional
sebagai berikut:
1. Pengambilan keputusan adalah proses memilih suatu
alternatif cara bertindak dengan metode yang efisien sesuai dengan situasi.
2. Keputusan adalah hasil pemecahan masalah yang
dihadapinya dengan tegas.
3. Sistem komputerisasi adalah sebagai kegiatan yang
dilakukan dalam rangkaian tujuan tertentu dengan menggunakan alat
bantu atau media berupa perangkat komputer sebagai salah satu bagian
yang tak terpisahkan dalam suatu organisasi.
41
43
D. Jenis dan Sumber Data
Jenis data dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. data
primer dikumpulkan secara langsung dari responden dengan menggunakan teknik
wawancara (interview guide) dan pengamatan (observasi), sedangkan data sekunder
adalah data yang diperoleh dari pengkajian bahan pustaka berupa buku-buku,
peraturan perundang-undangan, dokumen-dokumen pada instansi yang berhubungan
dengan masalah yang diteliti dengan menggunakan teknik dokumentasi.
E. Teknik Pengumpulan Data
Mengacu pada urgensi pengkajian yang dikembangkan dalam penelitian ini,
maka digunakan beberapa tehnik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Teknik wawancara, merupakan teknik pengumpulan data
dengan cara melakukan tanya jawab dengan kepala,kepala bagian, dan staf
balai Pengembangan Pendidikan Nonformal dan Informal Regional V
Makassar,.
2. Teknik observasi, merupakan teknik pengumpulan data
dengan cara melakukan pengamatan secara langsung proses pengambilan
keputusan berbasis komputerisasi.
3. Teknik dokumentasi, merupakan teknik pengumpulan
data dengan cara mencatat data langsung dari dokumen berupa hasil-hasil
keputusan yang berbasis komputerisasi.
4. Terlibat langsung dalam proses pengambilan keputusan.
44
F. Teknik Analisis Data
Sebelum data dianalisis terlebih dahulu diolah secara ringkas dan sistematis.
Pengolahan data adalah proses penyusunan (yang dimulai dari menulis hasil
pengamatan, wawancara, menklasifikasi, mereduksi dan menyajikan) data agar dapat
ditafsir dan dianalisa secara deduktif. Dalam hubungan ini Miles (1992: 20)
mengemukakan bahwa “analisa dalam penelitian kualitatif terdiri dari empat alur
kegiatan yang terjadi secara bersamaan. Alur itu : pengumpulan data, reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan (verifikasi)”. Konsekuensi dari itu,
pengumpulan dan analisis data harus berjalan pada waktu bersamaan. Dengan
demikian teknik yang dipakai dalam pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu
data yang berupa konsep-konsep dan pernyataan-pernyataan dianalisis dengan
menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, dimana analisis data hasil penelitian
bersifat naratif atau dengan kata lain menggambarkan penerapan sistem
komputerisasi dalam proses pengambilan keputusan pada lokus penelitian.
Menganalisis data dalam penelitian ini melalui tahapan dan langkah-langkah
sebagai berikut, yaitu :
1. Pengumpulan data, yakni melalui tiga cara yaitu teknik oservasi, teknik
wawancara dan teknik dokumentasi.
2. Reduksi data, yakni membuat abstraksi atau rangkuman
3. Penyajian data, yaitu penyajian dengan mengambil yang pokok-pokok
namun dapat dijamin kesahihannya
45
4. Kesimpulan dan verifikasi, yaitu menarik permasalahan sehingga
memungkinkan verifikasi selama penelitian berlangsung.
46
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Balai pengembangan pendidikan nonformal dan informal regional V
Makassar merupakan Institusi yang mengembangkan pendidikan pelaksanaan
program pendidikan non formal dan informal yang membutuhkan dukungan data dan
informasi yang cepat, akurat dan upto date sehingga diperlukan suatu sistem
informasi alat pengumpul data melalui sebuah software komputer. Institusi ini
mempunyai:
1. Visi
Balai yang unggul dalam pengkajian dan pengembangan program serta fasilitasi
sumber daya pendidikan nonformal dan informal tahun 2014
2. Misi
a. Mewujudkan pengkajian dan pengembangan program pendidikan
nonformal dan informal;
b. Mewujudkan sumberdaya pendidikan nonformal dan informal yang
bermutu guna mendukung pemerataan dan perluasan akses, peningkatan mutu
dan relevansi, serta akuntabilitas dan pencitraan publik pendidikan;
47
c. Menyediakan layanan informasi pendidikan nonformal dan informal
yang cepat, tepat dan akurat;
d. Menyiapkan pendidik dan tenaga kependidikan nonformal yang
bermutu melalui berbagai akses pendidikan dan pelatihan, pengembangan dan
pemberdayaan;
e. Menyediakan layanan bimbingan, monitoring, evaluasi serta
standarisasi pendidikan nonformal;
f. Membangun hubungan kemitraan dengan berbagai pemangku
kepentingan guna meningkatkan kualitas layanan pendidikan nonformal dan
informal.
3. Tugas
Melaksanakan pengkajian dan pengembangan program serta fasilitasi
pengembangan sumberdaya di bidang pendidikan nonformal dan informal
berdasarkan kebijakan Departemen Pendidikan Nasional
4. Fungsi
a. Pengkajian pelaksanaan dibidang pendidikan nonformal dan
informal;
b. Pengembangan program di bidang pendidikan nonformal dan
informal;
c. Fasilitas pengembangan sunberdaya di bidang pendidikan
nonformal dan informal sesuai kebutuhan daerah;
45
48
d. Pengembangan dan pengelolaan sistem informasi di bidang
pendidikan nonformal dan informal di wilayah kerjanya;
e. Pemberiaan bimbingan dan evaluasi pelaksanaan program di bidang
pendidikan nonformal dan informal; dan
f. Pelaksanaan urusan ketatusahaan Balai.
Disamping itu, Balai Pengembangan Pendidikan Nonformal dan Informal
Regional V Makassar memiliki wilayah kerja antara lain: Propinsi Sulawesi Selatan,
Propinsi Sulawesi Tengah, Propinsi Sulawesi Tenggara, Propinsi Gorontalo, Propinsi
Sulawesi Utara, dan Propinsi Sulawesi Barat.
Dalam mengembang tugas dan wewenangnya balai pengembangan
pendidikan nonformal dan informal Regional V Makassar memiliki 3 kasi yang
terdiri dari; kasi fasilitas sumber daya, kasi informasi, kasi program yang dibantu oleh
personil, ketiga kasi ini saling bekerja sama dan membantu kepala balai dalam
menjalankankan kegiatan kantor sekaligus memberikan masukan kepala dalam
mengambil keputusan/kebijakan. Adapun struktur organisasi Balai Pengembangan
Pendidikan Nonformal dan Informal Regional V Makassar sebagai berikut:
Seksi Program
KEPALA
Sub. Bagian Tata Usaha
Seksi Fasilitas Sumber Daya
Seksi Informasi
Kelompok Jabatan Fungsional
49
Gambar 2. Struktur Organisasi Balai Pengembangan PendidikanNonformal dan Informal Regional V Makassar 2011
B. Proses Pengambilan Keputusan Berbasis Komputer
Pada era kecanggihan tehnologi, peranan komputer telah merebak hampir
disegala bidang termasuk bidang informasi dan digunakan oleh instansi pemerintah
maupun swasta untuk menunjang pelaksanaan tugas pegawai dalam menjalankan
kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan membantu pimpinan
mengambil keuputusan, karena komputer mampu menerima masukan dan keluaran,
mengolah data, dan mempunyai sifat berupa kecepatan yang tinggi, teliti, dan mampu
menyimpan instruksi sesuai keinginan operator.
Sehubungan dengan penjelasan di atas maka Syamsi (1986:137)
mengemukakan bahwa dengan menggunakan komputer dapat dianalisis dan
diramalkan hasilnya serta adanya efisiensi penggunaan waktu, pikiran, tenaga dan
meminimalisasi risiko.
Pendapat senada dikemukakan oleh Moekijat (1996:64) bahwa Komputer
sebagai suatu perlengkapan elektronik yang mengolah data, mampu menerima
masukan dan keluaran, dan mempunyai sifat seperti kecepatan yang tinggi, ketelitian,
dan kemampuan menyimpan instruksi-instruksi untuk memecahkan masalah
50
Dari kedua pandangan di atas di kaitkan dengan penerapan komputersiasi
dapat disimpulkan bahwa sistem komputerisasi sangat membantu seorang pimpinan
dalam pengambilan keputusan.
Sejalan dengan itu oleh Muhammad Hasbi, Kepala BPPNFI Regional V
Makassar (wawancara, 15 Agustus 2011) bahwa sistem komputerisasi sangat
membantu dalam menjalankankan tugasnya sebagai seorang pimpinan terutama
dalam pengambilan sebuah kebijakan.
Pandangan yang sama dikemukakan oleh Hasnah, Kasi Informasi BPPNFI
regional V Makassar mengemukakan bahwa:” Jika melihat kenyataan yang ada, maka
keberadaan tehnologi komputer sangat bermanfaat dalam rangka membantu dalam
pelaksanaan kegiatan kantor terutama dalam mengolah, menganalisis dan menyimpan
data, apalagi kantor tersebut memiliki wilaya kerja yang cukup luas (wawancara 19
Agustus 2011)”.
Komputer kebanyakan dapat melaksanakan jenis pengolahan informasi yang
dapat dilaksanakan oleh manusia dengan cepat dan dengan kesalahan-kesalahan yang
lebih sedikit. Komputer dapat membaca data dari ratusan kartu pons dalam waktu
yang sangat singkat, menyimpan jutaan sifat atau angka untuk kemudian dapat
diperoleh kembali seketika, melaksanakan bermacam-macam perhitungan yang
sangat sulit, menulis surat yang telah diprogramkan, membuat gambar, kurva, grafik,
dan sebagainya.
Komputer tidak dapat memulai berpikir, membetulkan kesalahan sendiri, atau
melakukan pengolahan yang sifatnya kreatif. Akan tetapi penemuan kesalahan yang
51
sifatnya rutin dapat diprogramkan ke dalam komputer sehingga komputer tersebut
dapat memberi peringatan kepada operatornya mengenai kesalahan-kesalahan yang
sedang dibuat. Hal ini berarti dalam penyajian informasi atau pengolahan data pada
komputer sangat tergantung dari operatornya.
Komputer menggunakan bagian-bagian atau komponen-komponen yang
disebut perangkat keras dan perangkat lunak. Dalam rangka pengoperasian komputer
dalam menunjang pelaksanaan tugas sistem informasi dalam suatu kantor atau
instansi, maka operator komputer harus betul-betul menguasai bahasa komputer dan
operasi sistem komputer itu sendiri sehingga dapat digunakan sebagai suatu alat atau
media dalam menunjang pelaksanaan tugas, khususnya berkaitan dengan
penyimpanan data, pengolahan data, dan penyajian data secara cepat, tepat dan
akurat.
Penerapan sistem komputerisasi dapat membantu seorang pimpinan dapat
mengambil keputusan karena informasinya cepat, tepat, akurat, valid bahkan dapat
lebih ekonomis dengan perhitungan waktu dalam pengerjaan administrasi. Dengan
sistem komputerisasi, maka operator dapat menyimpan data sesuai kebutuhan,
mengolah data, sekaligus dapat menyajikan data menjadi suatu informasi yang akurat
kepada pihak yang terkait.
Untuk memperoleh gambaran bagaimana proses penerapan komputerisasi
pada BPPNFI V Makassar mulai dari pengumpulan data yang menghasilkan
informasi kemudian dikaji dan diolah sehingga melahirkan sebuah keputusan sebagai
berikut:
52
Gambar 3. Skema pengumpulan data/informasi
1. Tahap Pertama
Balai pengembangan pendidikan nonformal dan informal regional V
Makassar yang memiliki tugas utama sebagai berikut:
Ditjen PLS Ditjen PMPTK Forum PTK PNF Pusat
PSP Balitbang
Bagren PLS
BP-PLSP Regional
Dinas Prop.
Dinas Kab./Kot
a
BPKB Prop.
SKB
Penilik
Desa/Kelurahan
a
b
a
b
TIM PUSAT
TIM PROPINSI
TIM KABUPATEN / KOTA
Keterangan :
Alur Distribusi Instrument
Alur Publikasi & Info Data
Alur Statistik
Alur Pengumpulan DataElektronik dan ManualAlur Kendali Instrument
Data Elektronik
Data Manual
Responden / Lembaga PNF
53
a. Menyelenggarakan program pembelajaran dalam rangka uji coba model
pendidikaan keaksaraan, pendidikan anak usian dini, pendidikakan
kesetaraan, dan perluasan akses pem,belajaran masyarakat.
b. Menyelenggarakan peningkatan mutu pendidikan dan tenaga
kependidikan non formal melalui berbagai akses pendidikan dan pelatihan,
pemberdayaan forum ketenagaan, meningkatkan mutu dan relevansi
penyelenggaraan pendidikan bagi peserta didik, serta mediasi
penyempurnaan kebijakan melalui pengkajian dan pengembangan
program.
c. Menyediakan sarana dan prasarana dan sumber daya pendidikan guna
mendukung pemerataan, perluasaan akses dan mutu hasil pembelajaran.
d. Menyediakan layanan informasi pendidikan dan pembelajaran baik
melalui media cetak, elektronik maupun multi media.
e. Menyelenggarakan monitoring, bimbingan teknis, penyuluhan,
pendampingan, evaluasi serta pelaksanaan standarnisasi kelembangaan
dan pembelajaraan di bidang pendidikan nonformal dan informal.
Program-program kegiatan yang akan dilakukan oleh kantor tersebut sangat
berkaitan dengan masyarakat yang memiliki kondisi masyarakat dengan lokasi daerah
jauh dari pusat perkotaan dan informasi, memiliki masyarakat yang strata pendidikan
yang rendah. Sehingga untuk mewujudkan program-program kegiatan yang relevan
54
dengan keadaan masyarakat atau progaram-program kegiatan yang sangat dibutuhkan
oleh masyarakat setempat.
Data dan informasi menghasilkan beberapa variabel data, diantaranya data
pendidik dan tenaga kependidikan pendidikan non formal (PTK-PNF), data
Kelembagaan (BPKB, SKB, PKBM, TBM), data Program Pembelajaran serta data
Tutor beserta Warga Belajarnya. Walaupun data yang tersedia masih dalam bentuk
data rekapan namun telah dapat digunakan sebagai bahan acuan pengambilan
kebijakan / keputusan para pimpinan
Untuk memperoleh data dan informasi tentang keadaan masyarakat
sesungguhnya, maka mula-mula data dan informasi tersebut dikumpulkan secara
manual oleh tim penilik yang telah dibentuk oleh BPPNFI Regional V Makassar
dengan bekerja sama dengan pemerintah setempat dalam hal ini aparat
desa/kelurahan serta melakukan survei langsung kepada masyarakat.
Data sasaran pendidikan non formal adalah seluruh warga masyarakat mulai
dari anak usia dini hingga pada warga masyarakat usia produktif yang berkeinginan
mengeyam pendidikan non formal namun tidak memiliki kesempatan karena
beberapa faktor seperti : faktor sosial, geografis, pekerjaan, ekonomi, kultur/budaya,
agama dan sebagainya. data sasaran tersebut meliputi :
a. Calon Warga Belajar,yaitu warga masyarakat yang
diproyeksikan untuk mengikuti program PNF, antara lain :
1) Anak putus sekolah/tidak melanjutkan sekolah
2) Masyarakat buta huruf/aksara
55
3) Masyarakat Pengangguran
4) Masyarakat Terpencil/Pesisir/Suku Terasing.
b. Warga Belajar (WB), yaitu warga masyarakat yang
sementara mengikuti program pembelajaran PNF dan tergabung dalam
kelompok tertentu seperti Paket A, B, C dan seterusnya.
Adapun tujuan dari pengumpulan data dan informasi yang dilakukan oleh
penilik tersebut untuk:
a. Memperoleh data masyarakat sasaran PLS termasuk Warga Belajar.
b. Program Kegiatan yang akan dilakukan maupun Tenaga Pendidik dan
Kependidikan Pendidikan NonFormal se wilayah kerja BPPNFI
Regional V
c. Memberikan gambaran tentang jumlah dan besaran data se wilayah
kerja BPPNFI Regional V
d. Mendukung penyusunan perencanaan program kegiatan Pendidikan
Non Formal serta peningkatan mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan
PNF pada tahun berikutnya.
Mekanisme pengumpulan data dan informasi yang dilakukan oleh dilakukan
oleh petugas lapangan yang ditetapkan oleh UPTD/SKB kabupaten/kota sebagai
leading sector bekerjasama dengan tenaga penilik dan berkoordinasi dengan kepala
Dinas Pendidikan kabupaten/kota cq. Subdin PLS dengan mekanisme sebagai
berikut:
56
a. Pendataan dilaksanakan berdasarkan instrumen yang telah diterima
dari pusat dan disosialisasikan serta disebarkan pada lembaga
PNF/masyarakat sasaran, misal: untuk instrumen data Pamong
Belajar(PB) diarahkan untuk lembaga Unit Pelaksana Teknis Daerah
UPTD SKB. Instrument data Penilikdiarahkan untuk lembaga Subdin PLS
Prop. Kab./Kota. Instrumen Warga Belajar (WB) diarahkan untuk
lembaga Subdin PLS, SKB, PKBM, serta Kelompok Belajar lain yang
menyelenggarakan pembelajaran PNF, instrument Data Sasaran PNF
diarahkan kepada instansi pemerintah yang memiliki data dimaksud per
kab./kotanya misalnya BPS, pada Kantor Dinas yang bersangkutan dst,
namun perlu diperhatikan jangan sampai terdapat data duplikasi atau
tumpang tindih data antar lembaga.
b. Instrument akan disosialisasikan, disebar dan dikumpulkan kembali
oleh petugas lapangan dikoordinir langsung oleh tenaga penilik pada
masing-masing kecamatan, yakni dengan mendatangi lembaga
PNF/Instansi Pemerintah & swasta/masyarakat yang dimaksud dan
memberikan penjelasan tujuan kegiatan pendataan dan cara pengisian
instrument. Setiap instrument harus dicermati, sehingga tidak terjadi
kesalahan dalam pengisian.
c. Tenaga Penilik bertanggung jawab penuh terhadap pelaksanaan
pengumpulan data di lapangan pada tingkat desa/kecamatan dengan tugas
mengkoordinir petugas lapangan pendataan yang bertugas pada desa di
57
kecamatan masing-masing, agar lembar instrumen dapat terisi dengan baik
dan instrumen pendataan yang telah terisi dapat kembali secara terkendali
dan utuh ke SKB.
d. Petugas lapangan yang ditunjuk langsung oleh UPTD SKB masing-
masing Kab./kota wajib berkonsultasi dan berkoordinasi dengan tenaga
penilik didaerah tugasnya menyangkut tugas dan tanggungjawab petugas
lapangan.
e. Jika instrument tidak dapat diisi langsung oleh lembaga/warga
masyarakat dimaksud, petugas wajib membantu mengisikan instrumen
tersebut berdasarkan keterangan dari lembaga/warga masyarakat yang
bersangkutan.
f. Setiap instrumen harus diketahui (ditandatangani dan distempel) oleh
penanggung jawab lembaga/masyarakat yang bersangkutan.
g. Instrumen yang telah dikumpulkan harus diketahui (ditandatangani
dan distempel) oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.
h. Instrumen yang telah terisi dan dikumpul kembali oleh petugas
lapangan lalu diserahkan ke UPTD SKB kabupaten kota bersangkutan
untuk diverfikasi keabsahan dan kelengkapan data tiap lembaga PNF dan
ditembuskan sebagai arsip ke koordinator/penilik pada masing-masing
daerah tugas desa/kecamatan. Selanjutnya dikirim ke Tim Propinsi
(BPKB/BPPLSP).
58
i. Pihak UPTD/SKB (Petugas Pengelola Data) bekerjasama dengan
seluruh petugas lapangan melakukan penginputan data ke komputer
berdasarkan format instrument dengan menggunakan program microsoft
Excel dan Microsoft Word.
j. Hasil pengumpulan data, oleh petugas pendataan tim kab./kota
dibuatkan statistik sederhana, baik dibuat oleh petugas pengolah data SKB
itu sendiri maupun oleh penilik yang selanjutnya diserahkan ke Kepala
UPTD SKB Kab/kota dan Kepala Subdin PLS kab./kota.
Data dan informasi yang telah dikumpulkan secara manual oleh penilikyaitu
Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas dan tanggung jawab, wewenang, dan hak
secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan penilikan
pendidikan luar sekolah yang selanjutnya disingkat PLS yang meliputi pendidikan
masyarakat, kepemudaan, pendidikan anak usia dini dan keolahragaan. Data itu
kemudian di serahkan ke SKB. SKB kemudian memeriksa kembali semua data dan
informasi yang telah diserahkan oleh penilik.
Dalam tahap ini sistem komputerisasi mulai diterapkan, data dan informasi
yang telah dikumpulkan kemudian di input kedalam komputer. Data yang telah di
input itu kemudian diolah dan dianalisis antar data dan informasi yang penting dan
mana yang tidak. Setelah data dan informasi tersebut telah dianalisis dan diolah itu
kemudian di data basekan secara elektronik dengan cara measukkan kedalam
komputer program exel.
59
Gambar 4. Proses pengumpulan data dan informasi di Desa/Kelurahan
2. Tahap Kedua
Data dan informasi yang telah dianalisis, diolah dan didata basekan pada
bagian UPTD Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Kab./Kota, Yaitu lembaga pendidikan
non formal milik pemerintah daerah yang berkedudukan di setiap kabupaten dan atau
kota dan berada dalam naungan dinas pendidikan kabupaten atau kota, yang diberi
tanggung jawab mendampingi sekaligus menjadi pelaksana teknis program,
Pendidikan Non Formal (PNF) yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan
SKBDinas Pend. Kab./Kota
Penilik
Petugas Lapangan :
- TLD
- FDI (fasiltator binaan desa)
- Staf Subdin PLS
- Staf SKB
- Forum PTK PNF Kab.
Petugas Lapangan :
- TLD
- FDI
- Staf Subdin PLS
- Staf SKB
- Forum PTK PNF Kab.
Petugas Lapangan :
- TLD
- FDI
- Staf Subdin PLS
- Staf SKB
- Forum PTK PNF Kab.
Desa/Kelurahan
Keterangan :Alur Pengembalian
Alur Statistik
Distribusi Instrument
Pengumpulan Data
Responden / Lbg PNF /Masyarakat
60
Kabupaten dan atau yang diselenggarakan oleh pusat. Kemudian disalurkan secara
elektronik melalui satelit (lewat email) ke bagian informasi pada BPPNFI regional V
Makassar.
Oleh Tawakkal Talib, koordinator bagian informasi ( wawancara,5 September
2011) mengemukakan bahwa bahwa semua pendataan yang telah dilakukan oleh tim
penilik yang telah di olah, dianalisis dan didata basekan di bagian SKB itu kemudian
distransfer ke bagian informasi BPPNFI regional V Makassar untuk dianalis, diolah
dan didtabeskan kembali.
Kegiatan yang akan dilakukan Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) adalah :
1. Pengumpulan/penjaringan data;
2. Pengolahan data;
3. Verifikasi dan analisis hasil pendataan;
4. Pengembangan aplikasi pendataan berbasis Teknologi Informasi (IT);
5. Publikasi data melalui media cetak & elektronik;
6. Pemutakhiran data Pendidikan Non Formal (PNF).
Proses pengolahan data/informasi yang cukup panjang dengan penerapan
sistem komputerisasi memerlukan alur proses. Untuk melihat bagaimana proses
pengolahan data tersebut dapat dilihar gambar ilustrasi sebagai berikut:
61
Gambar 5. Gambar Ilustrasi Pengambilan Keputusan berbasis Komputerisasi
62
1. Tahap Ketiga
Data yang telah sampai di Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB)
Propinsi di bagian informasi yang dikirim secara elektronik lewat internet (email)
dipelajari dan dianalisis kembali agar data tersebut menjadi data yang akurat dan
valid karena akan menjadi patokan pimpinan untuk mengambil sebuah keputusan
program-program yang tepat untuk dilakukan di daerah tersebut, artinya tidak semua
data yang dikirim oleh SKB itu kemudian disimpan dengan sistem data base, data
yang dianggap tidak berguna di hilangkan saja.
Oleh karena itu, perlu adanya pengkajian lebih mendalam terhadap data dan
informasi yang telah dikirim oleh SKB. Hasnah Kasi Informasi (wawancara
5September 2011) mengemukakan bahwa untuk memperoleh data yang valid dan
akurat, pengolahan data serta penyimpanan data dengan sistem data base dilakukan
sebanyak 2 kali.
Hasil penelitian menunjukkan beberapa rekapitulasi pengumpulan data mulai
dari tahap pengumpulan data/informasi secara manual sampai pada tahap dimana data
tersebut telah dianalisis, disimpan secara data base oleh bagian informasi di BPPNFI
Regional V Makassar dan dijadikan acuan kepala balai dalam mengambil sebuah
kebijakan atau program-program kegiatam yang akan dilaksanakan sesuai realita
yang ada di lapangan. Adapun rekaputasi data tersebut sebagai berikut:
63
Tabel 1. Rekapitulasi Angka Putus Sekolah Tingkat SD/MI Tahun 2011
No. PROPINSI
JUMLAH SISWA SD/MI
TOTALMasih Sekolah Kelas 1-3 kelas 4-6 Siswa LulusMelanjutkan ke-
SMP/MTs Paket B
L P L P L P L P L P L P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 Sul-Sel 227.580 238.079 4.441 4.335 4.033 3.813 37.564 41.729 27.118 27.197 1.900 1.920 619.709
2 Sul-Bar 294.130 300.797 8.939 9.682 8.880 8.298 52.689 57.739 37.312 38.361 2.193 2.205 821.225
3 Sul-Teng 65.197 63.653 331 340 12.824 12.066 5.139 5.077 2.975 2.982 520 479 171.583
4 Sul-Tengg 48.063 32.755 5.897 6.266 3.658 3.807 13.600 14.674 11.849 13.096 2.145 2.264 158.074
5 Gorontalo 58.713 56.649 4.671 4.649 5.352 5.636 13.325 14.329 8.128 12.223 684 853 185.212
6 Sulut 60.613 57.556 2.483 2.313 3.006 3.049 25.310 23.583 52.740 15.630 1.200 265 247.748
Jumlah 754.296 749.489 26.762 27.585 37.753 36.669 147.627 157.131 140.122 109.489 8.642 7.986 2.203.551
Sumber. Kantor BPPNFI Regional V Makassar 2011
Tabel 2. Rekapitulasi Angka Putus Sekolah Tingkat SMP/MTs Tahun 2011
No. PROPINSI
JUMLAH SISWA SD/MI
TOTALMasih SekolahSiswa Putus
SekolahSiswa Lulus
Melanjutkan ke-
SMA/MA SMK/MAK Paket C
L P L P L P L P L P L P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 Sul-Sel 83.008 91.306 7.640 6.972 24.587 27.067 13.900 16.139 2.816 2.166 1.420 1.445 278.466
2 Sul-Bar 4.120 3.948 5.241 5.021 412 437 397 394 0 0 102 78 20.150
3 Sul-Teng 48.663 35.064 11.664 11.278 6.641 6.110 18.327 18.860 14.197 1.480 1.057 845 174.186
4 Sul-Tengg 24.177 24.732 5.211 4.903 12.184 12.450 24.069 18.170 2.256 2.477 1 993 131.623
5 Gorontalo 12.476 13.671 1.920 1.914 5.628 6.322 3.527 4.186 712 791 159 202 51.508
6 Sulut 27.801 25.883 5.542 2.958 14.583 14.233 15.779 9.157 301 250 1.246 1.146 118.879
Jumlah 200.245 194.604 37.218 33.046 64.035 66.619 75.999 66.906 20.282 7.164 3.985 4.709 774.812
Sumber. Kantor BPPNFI Regional V Makassar 2011
64
Tabel 3. Rekapitulasi Program Pendidikan Keaksaraan Tahun 2011
No. PROPINSIJumlah Penduduk Buta Aksara Berdasarkan Kelompok Usia
TOTAL15-24 Thn 25-44 Thn 45 Thn ke atasL P L P L P
1 2 1 2 3 4 5 6 71 Sul-Sel 25.170 26.140 33.363 43.423 46.962 56.396 231.4542 Sul-Bar 3.427 5.351 4.740 6.815 4.564 6.562 31.4593 Sul-Teng 7.497 5.619 10.890 11.869 14.795 16.188 66.8584 Sul-Tengg 6.100 6.355 8.241 9.410 8. 591 10.263 40.3695 Gorontalo 3.375 3.289 4.770 4.409 4.439 14.157 34.4396 Sulut 3.747 1.302 1.470 1.302 1.382 674 9.877
Jumlah 49.316 48.056 63.474 77.228 72.142 104.240 414.456Sumber. Kantor BPPNFI Regional V Makassar 2011
Tabel 4. Rekapitulasi Taman Penitipan Anak (TPA)
No. PROPINSI
JUMLAH WARGA BELAJARJumlah
PendidikTenaga
Kependidikan TOTAL0,1 Thn 2,4 Thn 5,6 Thn Total
L P L P L P L P L P L P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 Sul-Sel 243 183 425 429 614 442 1.282 1.054 98 3 8 1 4.782
2 Sul-Bar 24 12 11 21 22 34 57 67 27 27 1 3 306
3 Sul-Teng 0 3 42 51 58 43 92 97 25 25 0 0 436
4 Sul-Tengg 4 0 20 26 4 10 28 36 5 5 2 3 143
5 Gorontalo 0 0 8 8 14 16 22 25 34 34 0 0 161
6 Sulut 13 18 16 22 1 0 30 40 8 8 3 5 164Jumlah 284 216 522 557 713 545 1.511 1.319 197 102 14 12 5.992
Sumber. Kantor BPPNFI Regional V Makassar 2011
65
Tabel 5. Rekapitulasi Kelompok Bermain (SKB)
No. PROPINSI
JUMLAH WARGA BELAJARJumlah
PendidikJumlah
Pendidik TOTAL2-4 Thn 5-6 Thn Total
L P L P L P L P L P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 Sul-Sel 4.428 11.115 4.378 5.829 8.798 16.144 50 1.465 104 558 2.177
2 Sul-Bar 3.242 2.478 2.292 2.480 5.533 4.958 0 495 0 122 617
3 Sul-Teng 78 92 254 321 332 413 0 190 12 118 320
4 Sul-Tengg 826 977 747 994 1.673 1.971 59 264 58 103 484
5 Gorontalo 3.948 4.822 2.822 3.187 6.770 7.129 29 924 15 101 1.069
6 Sulut 574 564 615 612 1.189 1.176 0 256 33 89 378Jumlah 13.096 20.048 11.108 13.423 24.295 31.791 138 3.594 222 1.091 5.045
Sumber. Kantor BPPNFI Regional V Makassar 2011
Tabel 6. POS Pendidikan Anak Usia Dini {PAUD)
No. PROPINSI
JUMLAH WARGA BELAJARJumlah
PendidikTenaga
Pengelolah TOTAL0-1 Thn 2-4 Thn 5-6 Thn Total
L P L P L P L P L P L P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 Sul-Sel 0 0 52 78 92 117 162 158 13 31 1 3 707
2 Sul-Bar 292 211 372 338 314 396 553 536 22 30 12 18 3.094
3 Sul-Teng 1 3 66 62 50 47 117 112 0 29 0 8 495
4 Sul-Tengg 7 9 85 61 63 66 161 126 4 14 2 20 618
5 Gorontalo 54 44 298 809 72 189 419 268 15 34 16 12 2.230
6 Sulut 48 69 103 125 80 84 0 0 0 14 3 4 530Jumlah 402 336 976 1.473 671 899 1.412 1.200 54 152 34 65 7.674
Sumber. Kantor BPPNFI Regional V Makassar 2011
66
Tabel 7. Taman Bacaaan Masyarakat (TBM)
No. PROPINSIJUMLAH PENGELOLAH KOLEKSI BUKU
L PJumlah Judul
Jumlah Eksemplar
1 2 3 4 9 101 Sul-Sel 151 233 21.909 46.6772 Sul-Bar 97 89 13.309 5663 Sul-Teng 18 31 1.680 2.3804 Sul-Tenggara 16 29 2.804 4.2205 Gorontalo 10 38 4.601 11.1396 Sulut 26 43 4.800 11.578
Jumlah 318 463 49.103 5.483Sumber. Kantor BPPNFI Regional V Makassar 2011
Tabel 8. Sasaran Program Kursus Tahun 2011
No. PROPINSI
JUMLAH WARGA BELAJARJumlah
Pendidik
Tenaga Pengelolah
Perguruan Tinggi Jenis Kursus
Kehar Paket A
SD/MI Kejar Paket B SMP/MTs Kejar Paket C SMA/MA
L P L P L P L P L P L P L P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
1 Sul-Sel 39 20 115 166 150 241 296 459 213 224 985 1.710 180 47 Menjahit, Sablon, Kecantikan,
Bengkel, Automotif,
Komputer, Bhs Inggris,
Mengemudi, Penangkapan Ikan Laut, Budidiaya Tanaman Hias
2 Sul-Bar 1.079 254 290 249 337 363 339 310 385 314 273 287 74 27
3 Sul-Teng 42 78 103 116 88 152 97 119 108 169 164 245 55 103
4 Sul-Tengg 75 47 150 154 185 265 149 118 127 130 460 625 362 27
5 Gorontalo 10 10 10 6 80 70 7 4 2 9 54 132 4 4
6 Sulut 271 257 107 139 265 248 87 166 222 243 84 338 21 22
Jumlah 1.516 666 775 830 1.105 1.339 975 1.176 1.057 1.089 2.020 3.337 696 230
Sumber. Kantor BPPNFI Regional V Makassar 2011
2. Tahap keempat
Selajutnya hasil analisis yang telah dilakukan di bagian informasi dan telah di
simpan dengan sistem data base, kemudian data/informasi tersebut di salurkan secara
67
elektronik atau sistem komputer karena kantor tersebut telah menerapkan sistem
online pada bagian fasilitas sumber daya apabila data/informasi itu berkaitan pada
bagian tersebut dan bagian program ketika berkaitan pada bagian tersebut untuk
dijadikan patokan dalam mengambil keputusan atau kebijakan
Seluruh data/informasi yang masuk pada balai pengembangan pendidikan
nonformal dan informal regional V Makassar berpusat pada bagian informasi,
dengan penerpan sistem on-line pada kantor tersebut sangat membantu dalam proses
pengambilan keputusan. Selain itu, keputusan akan diambil berdasarkan
data/informasi yang diberikan yang telah diolah oleh bagian informasi.
3. Tahap Kelima
Kepala bagian Fasilitas Sumber Daya maupun kepala Bagian Program setelah
menerima hasil olahan data/informasi dari bagian informasi, data tersebut dijadikan
patokan untuk mengambil keputusan. Dari hasil olahan data di atas melahirkan
beberapa alternatif keputusan tentang program-program yang akan dilakukan serta
fasilitas-fasilitas yang akan disediakan yang berkaitan dengan tugas pokok kantor
seperti yang telah dijelaskan di atas.
Alternatif-alternatif keputusan yang telah diambil oleh masing-masing kepala
bagian itu kemudian di tembuskan kepada BPPNFI regional V Makassar untuk
mengambil keputusan akhir.
Muhammad Hasbi Kepala BPPNFI Regional V Makassar (wawancara 7
September 2011) mengemukakan bahwa keputusan yang diambil oleh pimpinan
kantor berdasarkan beberapa alternatif-alternatif keputusan yang disodorkan oleh
68
kepala-kepala bagian. Terkadang alternatif keputusan itu dikirim secara elektronik
maupun secara manual tergantung kondisi, ketika pimpinan berada dikantor di
beritahukan secara manual, tetapi ketika berada diluar kantor atau daerah di dikirim
secara elektronik.
Keputusan yang diambil di kantor tersebut tidak mesti dikeluarkan oleh
pimpinan kantor terkadang keputusan itu dikeluarkan oleh kepala-kepala bagian
ketika masalah tersebut berkaitan dengan bagian-bagian tersebut.
4. Tahap Keenam
Keputusan yang telah di ambil baik oleh pimpinan kantor maupun kepala-
kepala bagian yang berkaitan dengan realisasi program kerja kegiatan yang akan
dilakukan kemudian ditembuskan ke PSP Balibangda Bagren PLS, Dirjen PLS, Dinas
Propinsi secara elektronik untuk dijadikan data base pusat. Informasi tersebut dapat
dikembangkan menjadi:
a. Bahan pengambilan kebijakan Ditjen PLS dan Ditjen PMPTK;
b. Direktori Data PNF
c. Bahan Publikasi baik cetak maupun Elektronik
d. Acuan pengukuran tingkat keberhasilan program PNF pada tahun
sebelumnya.
Penerapan sistem on line sangat membantu kelancaran segala aktifitas di
kantor tersebut, bukan hanya pada persoalan dalam pengambilan keputusan tetapi
juga dalam hal ketata usahan, bahkan Hasnah (wawancara 5 September 2011)
69
mengemukakan bahwa sistem persuratan yang dilakukan di kantor tersebut
menggunakan secara elektronik atau menggunakan sistem email dalam mengirim
surat, yang jelasnya semua kegiatan yang dilakukan dikantor tersebut menggunakan
sistem komputerisasi.
C. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pengambilan Keputusan Berbasis Komputerisasi
Untuk memaparkan gambaran faktor pendukung dan penghambat dalam
pengambilan keputusan berbasis komputerisasi maka perlu dikemukakan sarana dan
prasarana penunjang dalam pelaksanaan segala aktifitas kegiatan kantor yang
berkaitan dalam pengambilan keputusan sebagai berikut:
1. Faktor Pendukung
Tingkat keberhasilan pelaksanaan kegiatan di sebuah instansi/lembaga
tergantung bagaimana faktor yang mendukung kegiatan tersebut. Khususnya dalam
pengambilan keputusan yang dilakukan oleh kepala BPPNFI regional V Makassar,
adapun gambaran faktor penunjang tersebut sebagai berikut:
a. Tenaga operator komputer yang profesional
Salah satu yang menjadi faktor penunjang dalam pengambilan keputusan
dengan sistem komputerisasi adalah tenaga operator komputer yang handal dan
propesional karena semua proses kegiatan mulai dari pengumpulan data dan
informasi menggunakan sistem komputer sampai dengan pengambilan keputusan.
70
Nurhidayah AS Kasi Program (wawancara 7September 2011)
mengemukakan bahwa hampir semua pegawai yang ada di kantor tersebut memiliki
basic komputer minimal bagaimana cara mengoperasikan komputer karena semua
kegiatan yang dilaksanakan dikantor tersebut menggunakan sistem on-line, khusus
tenaga operatornya berjumlah 10 orang. Bahkan target kantor tersebut adalah
menjadikan kantor tersebut sebagai kantor percontohan dimakassar yang
mengembangkan sistem ITC.
b. Sistem on line
Penerapan sistem komputerisasi akan berjalan dengan lancar ketika
menerapkan sistem on line. Begitupula yang diterapkan oleh BPPNFI regional V
Makassar yang menerapkan sistem on line tersebut sehingga dapat memperlancar
semua kegiatan kantor. Jadi semua kegiatan di kantor tersebut menerapkan
komputerisasi dengan sistem on line sehingga pekerjaan dapat terlaksana secara
efektif dan efesien.
71
Gambar 6. Pusat Informasi
c. Perangkat komputer/eleptop
Pengambilan keputusan berbasis komputerisasi sangat ditunjang dengan
perangkap komputer/eleptop yang baik. Khusus di BPPNFI regional V Makassar,
hampir di semua meja kerja terdapat seperangkat unit komputer bahkan ada yang
tidak digunakan karena hampir semua pegawainya menggunakan eleptop pribadi,
selain itu kantor tersebut memiliki 1 laboratorium komputer.
Gambar 7. Perangkat Komputer/Eleptop
72
d. Kapal pembelajaran
BPPNFI regional V Makassar yang memiliki wilaya kerja Pulau Sulawesi
yang begitu luas, bahkan sampai di daerah-daerah kepulauan yang tidak mampu
dijangkau oleh transportasi darat, sangat ditopang dengan dilengkapi sebuah kapal
pembelajaran. Kapal pembelajaran tersebut dilengkapi perlengkapan ITC yang cukup
memadai seperti dilengkapi perlengkapan komputer, internet, telepon seluler, satelit
kecil. Sehingga data/informasi yang dikirim dari daerah tempat terpencil sangat
menunjang, bahkan semua awak kapal tersebut menguasai sistem komputerisasi.
Gambar 8. Kapal Pembelajaran
e. Satelit pemancar
Salah satu fasilitas penunjang dari kantor tersebut yang tidak dimiliki oleh
kantor lain adalah dengan memiliki satelit pemancar tersendiri, satelit pemancar
tersebut sangat membantu transformasi data yang dilakukan baik dikantor itu sendiri
maupun tranformasi data yang dilakukan antar kantor apalagi dengan sistem on line
yang diterapkan kantor tersebut.
73
Gambar 9. Satelit Pemancar
2. Faktor Penghambat
Selain adanya faktor penunjang yang telah dijelaskan di atas, kantor tersebut
sering diperhadapkan pada berbagai hambatan atau faktor yang menjadi penghambat
dalam pelaksanan pengambilan keputusan berbasis komputerisasi. Adapun yang
menjadi faktor penghambat tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
a. Listrik
Penggunaan tehnologi elektronik dalam hal ini komputer yang dijadikan sebagai
media dalam pelaksanaan kegiatan kantor terutama dalam pengambilan keputusan
sangat tergantung pada penggunaan arus listrik. Ketika listrik tidak stabil maka
segala kegiatan kantor juga tidak stabil.
Hal yang sama dikemukakan oleh Muhammad Hasbi, kepala BPPNFI Regional V
Makassar (wawancara 7September 2011) bahwa dengan penerapan sistem
komputer maka tergantung bagaimana stabilitas listrik, beliau mengemukakan
74
ketika mati lampu di kantor tersebut maka segala aktifitas lumpuh total atau
kegiatan kantor tidak jalan.
b. Jaringan
Transformasi data yang dilakukan secara elektronik dalam hal ini lewat internet
dengan penerapan sistem on-line maka sangat pula tergantung pada jaringan,
ketika jaringan tergannggu maka akan menghambat semua kegiatan khususnya
ketika ingin menstransfer data dan informasi lewat internet.
c. Virus komputer
Perkembangan tehnologi komputer yang sangat canggih sekarang ini di iringi
pula dengan banyaknya berkembang virus komputer seperti trojan horse, worm,
brontoks dan sebagainya. Kegiatan akan terganggu ketika perangkat komputer
terserang oleh virus yang dapat mengganggu unit-unit yang ada dalam komputer.
D. Pengambilan Keputusan Kepala BPPNFI Regional V Makassar
Penerapan pengambilan keputusan berbasis komputer dengan sistem data base
yang dilakukan BPPNFI regional V Makassar menggunakan sistem on-line yang
dapat menghubungkan komputer yang satu dengan yang lainnya meskipun jaraknya
berjauhan. Meskipun demikian harus diciptakan sistem-sistem pendukung dalam
pengambilan keputusan, karena informasi yang dihasilkan oleh komputer hanya
sebagai bahan pertimbangan seorang pimpinan dalam mengambil keputusan. Adapun
sistem-sistem pendukung tersebut sebagai berikut:
75
1. Sistem pendukung keputusan (decision support system)
Untuk dapat mengambil keputusan yang tepat, maka pimpinan membutuhkan
informasi yang akurat, lengkap sesuai dengan kebutuhan, dapat dipercaya
kebenarannya, dan up to date, maka dibutuhkan model pengolahan data yang sesuai
(cocok). Ada 3 macam pengolahan data berdasarkan DSS, yaitu:
a. Institusional DSS, yaitu sistem pendukung
pengambilan keputusan untuk jangka panjang;
b. DSS Generators, yaitu sistem pendukung
pengambilan keputusan yang harus cepat mengingat situasi dan kondisi
permasalahannya;
c. DSS Tols, yaitu sistem pendukung keputusan yang
harus cepat namun penerapnnya sangat terbatas. Meskipun demikian
kemungkinan dapat pula menjadi Institusional DSS lainnya.
2. Sistem pendukung kelompok kerja (work graoup support
system)
Dalam organisasi yang kompleks, maka keputusan yang diambil secara
kolektif, mengingat masing-masing unit itu berkepentingan sesuai bidannya. Adapun
langkah yang ditempuh dalam WGSS ini secara berturut-turut sebagai berikut:
a. Mengadakan pertemuan koordinasi antar unit/organisasi yang terkait;
b. Menjelaskan tujuan kelompok yang hendak dicapai;
c. Permasalahan yang masing-masing dihadapi;
76
d. Strukturisasi situasi dan kondisi;
e. Memberikan kesempatan maing-masing untuk mengemukakan
pendapat untuk pemecahan masalah;
f. Menyimpulkan beberpa alternatif pemecahan masalah;
g. Menyimpumpulkan beberapa altenatif pemecahan dari masalah
h. Penilaian terhadap masing-masing alternatif, baik mengenai
keunggulan maupun kelemahannya;
i. Memilih satu alternatif yang dianggap terbaik untuk memecahkan
masalah bersama;
j. Memonitor pelaksanaan dan mengevaluasi hasil monitor secara
bertahap;
k. Apabila sudah tepat maka dijadikan pola pelaksanaan untuk tindak
selanjutnya. Tetapi kalau ternyata gagal diganti dengan alternatif lainnya
yang telah tersedia.
3. Sistem kemampuan pakar (expert system)
Expert system adalah perangkat lunak yang memanfaatkan penyimpangan
data komputer daln pengolahannya untuk menirukan seorang pakar. ES ini
mempunyai kesamaan dengan DSS yaitu sama-sama digunakan dalam masalah yang
kurnag berstruktur, kurang terpola, kurang menentu. Pada umumnya sistem ini
digunakan untuk menjaring kemampuan pakar terutama jika resiko salah besar dan
banyak informasi yang harus dikuasai sebelum mampu mengambil keputusan.
77
Dengan menggunakan expert system yang canggih, maka pimpinan organisasi dapat
memanfaatkannya terutama untuk mengambil keputusan memecahkan masalah-
masalah yang sulit.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengambilan keputusan yang diambil
kepala BPPNFI regional V Makassar yang berbasis kompuiterisasi tetap
menggunakan beberapa model pendekatan yang digunakan seperti yang telah
dikemukaan diatas. Sehingga keputusan yang diambil nantinya dapat sesui dengan
apa yang telah direncanakan.
Arah penyelenggaraan kegiatan BPPNFI Regional V Makassar tahun 2011
berpijak pada skema sistem program telah ditetapkan oleh pusat melalui Ditjen PLS
dan Ditjen PMPTK, yang secara garis besar terdiri dari 3 level tim yakni Tim pusat,
Tim Propinsi dan Tim Kab./Kota. Jenis kumpulan dan olahan data dibagi menjadi 2
bagian besar yakni data manual dan data elektronik. Untuk optimalisasi pelaksanaan
kegiatan pada tahun 2011 Dit. PTK-PNF bekerjasama dengan Ditjen PNFI dan pusat
informasi & data balitbang Depdiknas. Pada tingkat propinsi akan dikerjasamakan
dengan lembaga LPMP sebagai data centre propinsi dan juga SKB sebagai data
centre kab./kota
Pada akhirnya kegiatan BPPNFI regional V Makassar ini bertujuan untuk
menghasilkan data olahan, baik dalam bentuk agregat maupun berdasarkan individu
yang telah distatistikkan oleh lembaga penyelenggara informasi, yang siap untuk di
analisis dan dipublikasikan kepada pemangku kepentingan dengan 4 kelompok besar
jenis data yakni : 1). Data Kelembagaan 2). Data PTK-PNF 3). Data Program
78
kegiatan BPPNFI regional V Makassar, serta 4). Data sasaran Balai Pengembangan
Pendidikan Nonformal dan Informal Regional V Makassar.
Target sasaran kegiatan tahun 2011 diprioritaskan pada: pengelola PKBM,
pengelola Kursus dan tutor kesetaraan paket A, B dan C dan tutor keaksaraan
fungsional yang pada tahun sebelumnya telah dilakukan, agar kegiatan dapat
terselenggara secara efisien dan efektif diperlukan adanya pedoman dalam
melaksanakan kegiatan pendidik dan tenaga kependidikan pendidikan non formal
yang mengacu pada suatu mekanisme dan instrumen yang sama mulai dari tingkat
pusat, propinsi dan kabupaten kota.
Program pendidikan non formal adalah program yang dilaksanakan oleh
tenaga BPPNFI regional V Makassar yang terdiri dari tenaga pendidik, tenaga
kependidikan dan difasilitasi oleh lembaga balai pengembangan pendidikan
nonformal dan informal regional V Makassar seperti Subdin PLS Dinas Pendidikan,
BPKB, SKB, PKBM, Forum, LSM dan lembaga lainnya dalam rangka pencapaian
sasaran/target Balai Pengembangan Pendidikan Nonformal dan Informal Regional V
Makassar secara nasional.
Beberapa kebijakan/keputusan yang dikeluarkan oleh kepala balai BPPNFI
regional V Makassar yang direalisasikan dengan program kegiatan meliputi:
pemberantasan buta huruf, perluasan akses pendidikan dan kecakapan hidup,
peningkatan taraf hidup masyarakat khususnya masyarakat miskin, terpencil dan
tidak tersentuh ataupun gagal dalam pendidikan formal. Program-program kegiatan
sebagai berikut:
79
a. Program PAUD, yaitu program yang ditujukan untuk pelayanan
dibidang pendidikan anak usia dini seperti program kelompok bermain
(KB), program taman penitipan anak (TPA) serta program Satuan Paud
Sejenis (SPS).
Gambar 10. Tempat Penitipan Anak
b. Program KF, yaitu program yang ditujukan untuk pelayanan dibidang
pemberantasan buta aksara (keaksaraan fungsional) dengan sasaran warga
belajar yang buta huruf pada berbagai tingkatan umur.
Gambar 11. Pemberantasan Buta Aksara
80
c. Program Kesetaraan, yaitu Program yang ditujukan untuk pelayanan di
bidang pembelajaran paket mulai pada tingkat Paket A, Paket B, dan
Paket C dalam upaya penyediaan wadah belajar bagi masyarakat yang
putus sekolah dan tidak dapat bersekolah karena berbagai kendala.
Gambar 12. Perpustakaan Keliling
d. Program Diklanjut, yaitu program yang ditujukan untuk pelayanan
dibidang keterampilan hidup (life skill) serta program penunjang output
dari program pembelajaran lainnya, meliputi program magang, kursus,
pemberdayaan olahraga, serta keterampilan-keterampilan penunjang
lainnya.
81
Gambar 13. Kursus Merias
82
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasill penelitian dan pembahasan maka dapat di tarik simpulan
sebagai berikut:
1. Secara umum bahwa pengambilan keputusan berbasis komputerisasi Pada
balai pengembangan pendidikan nonformal dan informal regional V
Makassar sangat besar pengaruhnya. Hal ini dapat dibuktikan dengan
besarnya dukungan operator komputer dalam mengolah, menganalisis data
dan informasi yang dijadikan patokan oleh pimpinan dalam mengambil
sebuah keputusan/kebijakan.
2. Keputusan yang diambil dengan sistem komputerisasi pada balai
pengembangan pendidikan nonformal dan informal regional V Makassar
menghasilkan sebuah keputusan yang valid, akurat, efektif dan efesien
karena prosesnya dengan menggunakan sistem elektronik (komputer) yang
sistem kerjanya on line.
3. Berdasarkan analisis yang dilakukan masih ditemukan hambatan yang
dapat menggangu kelancaran dalam pengambilan keputusan berbasis
komputersisasi seperti terjadinya gangguan jaringan, gangguan arus listrik
dan terserang virus komputer.
82
83
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka dapat di sarankan
sebagai berikut:
1. Pimpinan harus memberikan perhatian yang lebih serius untuk sebagai
kontrol, pembinaan dan pengembangan instansi khususnya operator
komputer ini mengingat akan manfaat yang diberikan oleh para operator
komputer dalam mengolah data/informasi yang dijadikan patokan oleh
pimpinan kantor dan kepala bagian dalam pengambilan
keputusan/kebijakan.
2. Untuk mempertahankan efisiensi pengolahan data/informasi pada instansi
haruslah memperbaiki segala kelemahan yang ada sekarang, terutama
pada jaringan dan pola jaringan kerja komputer, serta menyediakan
peralatan komputer yang lebih canggih.
3. Penerapan sistem ITC dalam pelaksanaan kegiatan pada balai
pengembangan pendidikan nonformal dan informal regional V Makassar
sekiranya dapat disosialisasikan ke instansi-instansi lain sehingga kantor
tersebut dapat dijadikan acuan kantor lain sebagai kantor percontohan
dalam penerapan ITC dalam pelaksanaan semua kegiatan kantor.