PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kortikosteroid, antihistamin, analgesik, obat gangguan...

96
EVALUASI PERESEPAN KASUS PEDIATRI DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA YANG MENERIMA RESEP RACIKAN PERIODE JULI 2007 (Kajian Kasus Gangguan Sistem Saluran Cerna) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) Program Studi Farmasi Oleh : Amanda Marselin NIM : 048114022 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2008 ii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kortikosteroid, antihistamin, analgesik, obat gangguan...

  • EVALUASI PERESEPAN KASUS PEDIATRI DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA YANG MENERIMA

    RESEP RACIKAN PERIODE JULI 2007 (Kajian Kasus Gangguan Sistem Saluran Cerna)

    SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) Program Studi Farmasi

    Oleh :

    Amanda Marselin NIM : 048114022

    FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA 2008

    ii

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • Akulah jalan dan kebenaran dan hidup

    (Yohanes 14 : 6)

    Kupersembahkan untuk:

    Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat, perlindungan dan kasih

    sayang-Nya

    Kedua orang tuaku atas semua kasih sayang, doa, perjuangan,

    dan pengorbanannya

    Almamaterku

    v

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • Prakata

    Puji dan syukur penulis panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa, karena

    hanya dengan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan

    skripsi yang berjudul Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak

    Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta yang Menerima Resep Racikan Periode

    Juli 2007 (Kajian Kasus Gangguan Sistem Saluran Cerna) ini dengan baik.

    Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat

    memperoleh gelar sarjana farmasi pada program studi Ilmu Farmasi, Jurusan

    Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

    Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini bukanlah sesuatu hal yang

    mudah, banyak pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan sehingga

    penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar. Oleh karena itu,

    penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

    1. Direktur Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta yang telah memberikan ijin bagi

    penulis untuk melakukan penelitian di Rumah Sakit Bethesda.

    2. Rita Suhadi M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi dan dosen

    pembimbing yang telah memberikan bimbingan, saran, dan dukungan dalam

    proses penyusunan skripsi.

    3. Aris Widayati, M.Si., Apt. selaku dosen penguji yang telah memberikan saran

    dan masukan yang berharga dalam proses penyusunan skripsi ini.

    4. Yosef Wijoyo, M.Si., Apt. yang telah bersedia menjadi dosen penguji serta

    memberikan saran dan masukan yang berharga dalam proses penyusunan

    skripsi ini.

    vi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 5. Dra. L. Endang Budiarti, M.Pharm., Apt. yang telah bersedia menjadi dosen

    penguji serta memberikan bimbingan selama penulis melakukan pengambilan

    data untuk penelitian ini.

    6. Ibu Wiwin beserta semua perawat yang bertugas di Bangsal Anak Rumah

    Sakit Bethesda Yogyakarta atas bantuan selama proses pengambilan data

    penelitian ini.

    7. Kepala dan staf Instalasi Rekam Medik Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta

    atas bantuan yang diberikan selama penulis melakukan pengambilan data

    penelitian.

    8. Ayahanda Benny Heimbach dan Ibunda Cecilia Linggawati yang telah

    membesarkan dan mendidik penulis, selalu memberikan kasih sayang,

    perhatian, pengorbanan serta doa yang tulus sepanjang hidup penulis.

    9. Adikku tersayang Rinaldo yang selalu memberikan dukungan kepada penulis.

    10. Mas Agus yang dengan setia menemani penulis, selalu memberikan doa dan

    dukungan selama proses penyusunan skripsi ini.

    11. Wiwid, Octav, Pipit, Reni, Made, Rina, Atin, Retry, atas persahabatan,

    kekompakan dan dukungannya selama ini.

    12. Novi atas kebersamaan, bantuan, dan semangat selama menjalani kuliah dan

    penyusunan skripsi ini. Kita memang selalu senasib.

    13. Wida, Sisca, Anna, Rissa, Nur, Henny, Bosco, Limdra, Rosa, Sisil dan semua

    teman-teman kelas FKK 2004 atas kebersamaan dan dukungannya selama ini.

    14. Tata dan Erline atas kerjasama, dukungan dan semangat kepada penulis

    selama proses penyusunan skripsi ini.

    vii

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 15. Mbak Dhian, Mas Yoyok, Mas Rinto, Mas Andri, Amrih, Galuh, Desta, Meta,

    Angger, Mbak Dita, Clara, Mas Dita, semua teman-teman Mudika Gonzaga

    yang selalu memberikan dukungan dan semangat kepada penulis. Mas Badrun

    terima kasih terjemahannya.

    16. Mbak Etty, Mbak Anis, dan Elina atas dukungan dan doa kepada penulis.

    Mbak Etty terima kasih jawaban tugasnya.

    17. Mbak Tatik yang selalu menemani dan memberikan dukungan kepada penulis.

    18. Kak Rosa yang telah memberikan dukungan dan doa kepada penulis. Terima

    kasih pinjaman bukunya.

    19. Mbak Isye, Mas Ardi, dan si kecil Grace yang selalu memberikan dukungan

    dan doa untuk penulis.

    20. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

    Akhirnya, penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna di dunia

    ini. Keterbatasan pikiran, waktu, dan tenaga membuat penulisan skripsi ini tidak

    sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

    membangun agar skripsi ini lebih baik lagi. Akhir kata, semoga skripsi ini

    bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan.

    Yogyakarta, 29 Januari 2008

    Penulis

    viii

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • INTISARI

    Pasien pediatri merupakan kelompok pasien yang rentan terhadap terjadinya adverse drug reaction (ADR). Kelompok pasien pediatri sulit menerima bentuk sediaan obat padat sehingga harus digerus atau diracik. Proses peracikan dapat mengakibatkan perubahan sifat dan terjadinya interaksi obat. Gangguan sistem saluran cerna merupakan kasus yang banyak terjadi di bangsal anak RS Bethesda Yogyakarta.

    Tujuan penelitian ini untuk mengetahui latar belakang penggunaan resep racikan oleh dokter, apoteker, perawat, dan orang tua pasien, mengetahui profil kasus meliputi umur, jenis kelamin, dan diagnosis utama, mengetahui pola peresepan racikan dan non racikan, serta mengetahui kerasionalan dan dampak terapi kasus pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta yang menerima resep racikan periode Juli 2007 (kajian kasus gangguan sistem saluran cerna). Penelitian ini termasuk jenis penelitian non eksperimental rancangan penelitian deskriptif evaluatif yang bersifat prospektif.

    Seluruh kasus yang menerima resep racikan sebanyak 99 kasus. Kasus terbanyak berumur 1 bulan-2 tahun (50,5%), jenis kelamin terbanyak laki-laki (59,6%), jumlah racikan terbanyak yang diterima sebanyak satu jenis racikan (54,4%). Golongan obat non racikan yang digunakan antara lain obat antiinfeksi, kortikosteroid, antihistamin, analgesik, obat gangguan saluran cerna, obat gangguan saluran nafas, obat gangguan sistem saraf pusat, serta nutrisi dan darah.

    Jumlah kasus gangguan saluran cerna sebanyak 32 kasus. Jenis drug related problem yang terjadi, yaitu: interaksi obat sebanyak 24 kasus, obat tanpa indikasi 31 kasus, dosis terlalu tinggi sebanyak 2 kasus, dan dosis terlalu rendah sebanyak 11 kasus. Kasus terbanyak menjalani rawat inap selama 3-5 hari. Sebagian besar kasus pulang dengan kondisi klinis yang membaik.

    Kata kunci : pasien pediatri, resep racikan, saluran cerna, DRP

    x

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • ABSTRACT

    Pediatric patient are a group of patient who is susceptible toward adverse drug reaction (ADR). Group of pediatric patient have difficulty to accept a kind of solid dosage form then it must be grind or compound. The process of compound can cause characteristic change and drug interaction. Gastrointestinal system disorder is a case that often happens at pediatric ward Bethesda Hospital Yogyakarta.

    The objective of this study is to identify the medical doctors, pharmacists, nurses, and patient parents background for the using of compound prescription, to identify the case profiles such as age, gender, and main diagnosis, to identify the prescription pattern of compound and non compound prescription, and to identify the rationally and the effect of therapy on pediatric cases in pediatric ward of Bethesda Hospital Yogyakarta that receive compound prescription on July 2007 period (case studies of gastrointestinal system disorder). This research includes the kind of non experimental research plan descriptive evaluative research which have prospective characteristic.

    All case which accepts compound prescription is 99 cases. The most frequency case between 1 month-2 year (50.5%), the most gender is male (59.6%), the amount of most prescription accepted as many as one prescription type (54.4%). Group of non prescription medicine that utilize are anti infection, corticosteroid, antihistamine, analgesic, gastrointestinal system disorder medicine, respiratory disorder medicine, central nervous system disorder medicine, also nutrition and blood medicine.

    The total of gastrointestinal system disorder case is 32 cases. The type of drug related problem that happen which is drug interaction 24 cases, unnecessary drug therapy 31 cases, dosage too high 2 case, and dosage too low 11 cases. The most cases undergo stay overnight treatment for 3-5 days. Mostly, the cases return home with good clinical condition. Key word: pediatric patient, compound prescription, gastrointestinal, DRP

    xi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL.............................................................................................. ii

    HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... iii

    HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ iv

    HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ v

    PRAKATA............................................................................................................. vi

    PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................ ix

    INTISARI............................................................................................................... x

    ABSTRACT ............................................................................................................. xi

    DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii

    DAFTAR TABEL.................................................................................................. xv

    DAFTAR GAMBAR ............................................................................. ............... xix

    DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... ............... xx

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

    1. Permasalahan ................................................................................. 3

    2. Keaslian penelitian ......................................................... ............... 4

    3. Manfaat penelitian.......................................................................... 4

    B. Tujuan Penelitian

    1. Tujuan umum ................................................................................. 5

    2. Tujuan khusus ................................................................................ 5

    BAB II PENELAAHAN PUSTAKA

    A. Peresepan Kelompok Anak.................................................................. 6

    B. Anatomi dan Fisiologi Saluran Cerna .................................................. 8

    C. Drug Related Problems (DRPs) .......................................................... 9

    1. Definisi dan jenis ........................................................................... 9

    2. Interaksi obat.................................................................................. 11

    D. Diare Akut............................................................................................ 12

    1. Definisi........................................................................................... 12

    2. Epidemiologi .................................................................................. 12

    3. Etiologi............ ............................................................................... 12

    xii

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 4. Patofisiologi ................................................................................... 13

    5. Manifestasi klinik........................................................................... 14

    6. Langkah pencegahan ..................................................................... 15

    E. Diare Disentri ....................................................................................... 15

    1. Definisi........................................................................................... 15

    2. Epidemiologi .................................................................................. 16

    3. Etiologi........................................................................................... 16

    4. Patofisiologi ................................................................................... 16

    5. Manifestasi klinik........................................................................... 17

    F. Penatalaksanaan Terapi........................................................................ 17

    1. Tujuan terapi .................................................................................. 17

    2. Sasaran terapi ................................................................................. 17

    3. Terapi ............................................................................................. 18

    G. Keterangan Empiris.............................................................................. 19

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    A. Jenis dan Rancangan Penelitian ........................................................... 20

    B. Definisi Operasional ............................................................................ 20

    C. Subyek Penelitian................................................................................. 23

    D. Bahan Penelitian................................................................................... 23

    E. Lokasi Penelitian.................................................................................. 23

    F. Tata Cara Penelitian ............................................................................. 24

    1. Tahap orientasi ............................................................................... 24

    2. Tahap pengambilan data ................................................................ 24

    3. Tahap penyelesaian data ................................................................ 25

    G. Tata Cara Analisis Hasil....................................................................... 25

    H. Kesulitan penelitian.............................................................................. 27

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Latar Belakang Penggunaan Resep Racikan........................................ 28

    1. Dokter............................................................................................. 28

    2. Apoteker......................................................................................... 29

    3. Perawat........................................................................................... 30

    xiii

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 4. Orang tua pasien............................................................................. 31

    B. Profil Kasus Pediatri yang Menerima Resep Racikan ......................... 31

    1. Berdasarkan kelompok umur ......................................................... 32

    2. Berdasarkan jenis kelamin ............................................................. 33

    3. Berdasarkan diagnosis utama......................................................... 33

    C. Pola Peresepan Kasus yang Menerima Resep Racikan........................ 35

    1. Jenis resep racikan ......................................................................... 35

    2. Kelas terapi obat non racikan......................................................... 38

    a) Antiinfeksi................................................................................ 38

    b) Kortikosteroid .......................................................................... 39

    c) Antihistamin............................................................................. 40

    d) Analgesik ................................................................................. 40

    e) Obat gangguan saluran nafas ................................................... 41

    f) Obat gangguan saluran cerna ................................................... 42

    g) Obat gangguan sistem saraf pusat ............................................ 42

    h) Obat nutrisi dan darah .............................................................. 43

    D. Drug Related Problem (DRP) dan Dampak Terapi ............................. 44

    1. Drug related problem (DRP) ......................................................... 44

    2. Dampak terapi ................................................................................ 57

    E. Rangkuman pembahasan...................................................................... 58

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan .......................................................................................... 61

    B. Saran..................................................................................................... 62

    DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 63

    LAMPIRAN........................................................................................................... 65

    BIOGRAFI............................................................................................................. 106

    xiv

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • DAFTAR TABEL

    Tabel I Penyebab-penyebab drug related problems (DRPs)............................ 10

    Tabel II Tingkat signifikansi interaksi obat ....................................................... 11

    Tabel III Terapi cairan untuk pengobatan dehidrasi ........................................... 18

    Tabel IV Pengelompokkan umur kasus pediatri

    di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta

    yang menerima resep racikan periode Juli 2007 ................................. 32

    Tabel V Pengelompokkan jenis kelamin kasus pediatri

    di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta

    yang menerima resep racikan periode Juli 2007.................................. 33

    Tabel VI Pengelompokkan diagnosis utama kasus pediatri

    di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta

    yang menerima resep racikan periode Juli 2007.................................. 34

    Tabel VII Jenis resep racikan yang digunakan pada kasus pediatri

    di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta

    yang menerima satu jenis racikan periode Juli 2007 ........................... 35

    Tabel VIII Jenis resep racikan yang digunakan pada kasus pediatri

    di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta

    yang menerima dua jenis racikan periode Juli 2007 ............................ 36

    Tabel IX Jenis resep racikan yang digunakan pada kasus pediatri

    di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta

    yang menerima tiga jenis racikan periode Juli 2007............................ 37

    Tabel X Jenis resep racikan yang digunakan pada kasus pediatri

    di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta

    yang menerima empat jenis racikan periode Juli 2007 ........................ 38

    Tabel XI Golongan dan jenis obat antiinfeksi pada kasus pediatri

    di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta

    yang menerima resep racikan periode Juli 2007.................................. 39

    Tabel XII Golongan dan jenis obat kortikosteroid pada kasus pediatri

    di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta

    yang menerima resep racikan periode Juli 2007.................................. 40

    xv

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • Tabel XIII Golongan dan jenis obat antihistamin pada kasus pediatri

    di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta

    yang menerima resep racikan periode Juli 2007 .............................. 40

    Tabel XIV Golongan dan jenis obat analgesik pada kasus pediatri

    di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta

    yang menerima resep racikan periode Juli 2007............................... 41

    Tabel XV Golongan dan jenis obat gangguan saluran nafas

    pada kasus pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda

    Yogyakarta yang menerima resep racikan periode Juli 2007 ........... 41

    Tabel XVI Golongan dan jenis obat gangguan saluran cerna

    pada kasus pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda

    Yogyakarta yang menerima resep racikan periode Juli 2007 ........... 42

    Tabel XVII Golongan dan jenis obat gangguan sistem saraf pusat

    pada kasus pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda

    Yogyakarta yang menerima resep racikan periode Juli 2007 ........... 43

    Tabel XVIII Golongan dan jenis obat nutrisi dan darah pada kasus pediatri

    di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta

    yang menerima resep racikan periode Juli 2007............................... 43

    Tabel XIX Kelompok kasus DRP dosis terlalu rendah pada kasus pediatri

    di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta

    yang menerima resep racikan dengan diagnosis utama

    gangguan sistem saluran cerna periode Juli 2007............................. 45

    Tabel XX Kelompok kasus DRP obat tanpa indikasi pada kasus pediatri

    di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta

    yang menerima resep racikan dengan diagnosis utama

    gangguan sistem saluran cerna periode Juli 2007............................. 46

    Tabel XXI Kelompok kasus DRP interaksi obat pada kasus pediatri

    di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta

    yang menerima resep racikan dengan diagnosis utama

    gangguan sistem saluran cerna periode Juli 2007............................. 48

    xvi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • Tabel XXII Kelompok kasus DRP dosis terlalu tinggi pada kasus pediatri

    di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta

    yang menerima resep racikan dengan diagnosis utama

    gangguan sistem saluran cerna periode Juli 2007.......................... 49

    Tabel XXIII Contoh kasus DRP pada kasus pediatri

    di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta

    yang menerima resep racikan dengan diagnosis utama

    gangguan sistem saluran cerna periode Juli 2007.......................... 50

    Tabel XXIV Contoh kasus DRP pada kasus pediatri

    di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta

    yang menerima resep racikan dengan diagnosis utama

    gangguan sistem saluran cerna periode Juli 2007.......................... 51

    Tabel XXV Contoh kasus DRP pada kasus pediatri

    di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta

    yang menerima resep racikan dengan diagnosis utama

    gangguan sistem saluran cerna periode Juli 2007.......................... 52

    Tabel XXVI Contoh kasus DRP pada kasus pediatri

    di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta

    yang menerima resep racikan dengan diagnosis utama

    gangguan sistem saluran cerna periode Juli2007........................... 53

    Tabel XXVII Contoh kasus DRP pada kasus pediatri

    di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta

    yang menerima resep racikan dengan diagnosis utama

    gangguan sistem saluran cerna periode Juli 2007.......................... 54

    Tabel XXVIII Contoh kasus DRP pada kasus pediatri

    di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta

    yang menerima resep racikan dengan diagnosis utama

    gangguan sistem saluran cerna periode Juli 2007.......................... 55

    xvii

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • Tabel XXIX Contoh kasus DRP pada kasus pediatri

    di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta

    yang menerima resep racikan dengan diagnosis utama

    gangguan sistem saluran cerna periode Juli 2007.......................... 56

    Tabel XXX Kondisi keluar pada kasus pediatri

    di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta

    yang menerima resep racikan dengan diagnosis utama

    gangguan sistem saluran cerna periode Juli 2007.......................... 57

    xviii

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1 Anatomi saluran cerna.................................................................... 8

    Gambar 2 Persentase jenis resep racikan kasus pediatri

    di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta

    yang menerima resep racikan periode Juli 2007............................ 37

    Gambar 3 Jumlah kasus DRP pada kasus pediatri

    di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta

    yang menerima resep racikan periode Juli 2007

    dengan diagnosis utama gangguan sistem saluran cerna ............... 57

    Gambar 4 Lama rawat inap kasus pediatri

    di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta

    yang menerima resep racikan periode Juli 2007

    dengan diagnosis utama gangguan sistem saluran cerna ............... 58

    xix

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Data rekam medis kasus pediatri di Bangsal Anak

    Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta yang menerima

    resep racikan periode Juli 2007...................................................... 65

    Lampiran 2 Rangkuman hasil wawancara dengan Apoteker Rawat Inap

    Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta................................................ 97

    Lampiran 3 Rangkuman hasil wawancara dengan Orang Tua Pasien

    Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta

    yang menerima resep racikan periode Juli 2007............................ 98

    Lampiran 4 Rangkuman hasil wawancara dengan Perawat yang bertugas

    di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta .................... 100

    Lampiran 5 Rangkuman hasil wawancara dengan Dokter yang bertugas

    di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta .................... 101

    Lampiran 6 Daftar nama obat yang digunakan pada kasus pediatri

    di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima

    resep racikan periode Juli 2007...................................................... 102

    Lampiran 7 Pemeriksaan feses rutin pada kasus pediatri

    di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima

    resep racikan periode Juli 2007...................................................... 104

    Lampiran 8 Pemeriksaan Mikrobiologi pada Kasus Pediatri

    di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima

    Resep Racikan Periode Juli 2007................................................... 105

    xx

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Pasien pediatri adalah salah satu kelompok populasi yang rentan terhadap

    adverse drug reaction (ADR). Suatu penelitian di beberapa rumah sakit di USA

    menunjukkan sejumlah pasien pediatri harus menjalani rawat inap karena ADR

    penggunaan obat meskipun persentasenya tidak sebesar kejadian pada orang tua

    (Mitchell, Lacouture, Sheehan, Kaufman, dan Shapiro, 1988). Penelitian lain

    menyebutkan efek samping akibat penggunaan obat pada anak di bawah 2 tahun

    menimbulkan tingkat kematian yang cukup besar (Moore, Weiss, Kaplan, dan

    Blaidel, 2002).

    Pada pasien pediatri umumnya sulit menerima bentuk sediaan obat padat

    sehingga bentuk sediaan obat padat tersebut baik dalam sediaan tunggal maupun

    campuran digerus menjadi bentuk serbuk (puyer). Sebagian besar obat hasil

    racikan yang digunakan di rumah sakit di Indonesia tidak dilakukan pengujian

    baik kualitatif maupun kuantitatif, sehingga belum ada jaminan keamanan dan

    khasiat penggunaannya. Dari sisi farmasetik obat jadi merupakan produk akhir

    yang berarti tidak layak untuk direformulasikan kembali terlebih bila dicampur

    dengan obat jadi lainnya.

    Dalam proses peracikan juga dapat terjadi interaksi obat yang

    mengakibatkan perubahan sifat fisika, kimia dan klinis dari obat tersebut.

    Perubahan sifat fisika yang dapat terjadi ialah stabilitas sediaan, sedangkan untuk

    1

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 2

    mengetahui perubahan sifat kimia dapat dilakukan dengan pengujian

    kadar zat aktif dalam sediaan racikan tersebut. Selain itu, juga muncul masalah

    dalam hal khasiat dan keamanan obat, misalnya timbulnya efek toksik obat,

    berkurangnya dosis obat, dan lainnya.

    Gangguan sistem saluran cerna terutama diare merupakan salah satu

    penyakit yang banyak diderita oleh pasien pediatri. Di negara berkembang, diare

    adalah penyebab utama penyakit dan kematian pada anak-anak. Faktor yang

    mempengaruhi meliputi sanitasi yang buruk, nutrisi yang buruk dan banyak

    terjadi pada anak-anak usia kurang dari 5 tahun. Kira-kira 1,3 milyar peristiwa

    terjadi setiap tahun dan 4 juta kematian disebabkan diare di negara-negara tersebut

    (Spruill dan Wade, 2005).

    Pada tahun 2006, jumlah penderita diare di Indonesia mencapai 26.000

    jiwa, sedangkan Oktober tahun 2007 sudah mencapai 23.000 jiwa, sebagian besar

    penderita diare tersebut adalah anak-anak (Anonim, 2007). Banyak pasien anak

    yang mengalami diare dan dirawat di rumah sakit karena keparahan diare yang

    dialami juga disertai dengan dehidrasi.

    Penelitian ini dilakukan sebagai bentuk kerjasama antara Fakultas

    Farmasi Universitas Sanata Dharma dan pihak Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta

    dalam rangka peningkatan pelayanan farmasi klinis di rumah sakit. Rumah Sakit

    Bethesda merupakan rumah sakit swasta tipe utama dengan akreditasi ISO 9000

    versi 2001 dan merupakan salah satu rumah sakit swasta terbesar di Daerah

    Istimewa Yogyakarta (DIY). Rumah sakit ini memiliki 8 orang apoteker dan telah

    mulai menjalankan kegiatan farmasi klinis.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 3

    Sediaan racikan juga banyak digunakan dalam pengobatan gangguan

    sistem saluran cerna pada pasien pediatri yang dirawat di Bangsal Anak Rumah

    Sakit Bethesda Yogyakarta untuk beberapa indikasi sesuai kondisi pasien. Melihat

    fenomena tersebut muncul pertanyaan mengenai kerasionalan terapinya terkait

    kemungkinan terjadinya drug related problems (DRPs) dan dampak terapi yang

    dialami pasien, untuk itu perlu dilakukan kajian mengenai evaluasi peresepan obat

    racikan pada pasien tersebut.

    1. Permasalahan

    Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka dapat dirumuskan

    permasalahan sebagai berikut:

    a. Apakah alasan atau latar belakang pemilihan dan/atau penggunaan sediaan

    racikan oleh dokter, apoteker, perawat, dan orang tua pasien pada kasus

    pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda?

    b. Seperti apakah profil kasus pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda

    yang menerima resep racikan periode Juli 2007 meliputi umur, jenis kelamin,

    dan diagnosis utama?

    c. Seperti apakah pola peresepan pada kasus pediatri di Bangsal Anak Rumah

    Sakit Bethesda yang menerima resep racikan periode Juli 2007 meliputi jenis

    obat racikan maupun non racikan?

    d. Seperti apakah kerasionalan dan dampak terapi yang diterima oleh kasus

    pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan

    periode Juli 2007 (kajian kasus gangguan sistem saluran cerna) berdasarkan

    hasil penelusuran pustaka?

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 4

    2. Keaslian penelitian

    Penelitian mengenai Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak

    Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan Periode Juli 2007 (Kajian

    Kasus Gangguan Sistem Saluran Cerna) belum pernah dilakukan. Penelitian yang

    terkait dengan masalah peresepan pada anak telah dilakukan oleh beberapa

    peneliti lain dengan judul sebagai berikut ini:

    a. Evaluasi Peresepan Obat Bagi Penderita Gastroenteritis Akut Anak di Instalasi

    Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih pada Tahun 1998 (Pati, 2000)

    b. Pola Peresepan Diare Akut pada Pasien Pediatri di Instalasi Rawat Inap RS

    Panti Rapih Yogyakarta periode Juli-Desember tahun 2002 (Lestari, 2004)

    c. Pola Pengobatan Penyakit Diare Akut Anak di Instalasi Rawat Inap Rumah

    Sakit Bethesda Yogyakarta Periode Juli-Desember Tahun 2004 (Adesispanti,

    2006)

    Penelitian tersebut berbeda pada hal tujuan penelitian, waktu penelitian,

    dan sifat pengambilan data. Pada penelitian yang dilakukan saat ini ingin melihat

    dan melakukan evaluasi peresepan resep racikan yang dihubungkan dengan

    adanya drug related problems (DRPs) berdasarkan hasil penelusuran pustaka

    dengan sifat pengambilan data yang prospektif.

    3. Manfaat penelitian

    Manfaat teoritis penelitian ini, diharapkan dapat menjadi sumber

    informasi mengenai penggunaan resep racikan pada pasien pediatri di Rumah

    Sakit Bethesda Yogyakarta. Manfaat praktis penelitian ini, diharapkan dapat

    digunakan sebagai evaluasi dan bahan pertimbangan dalam pemilihan terapi untuk

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 5

    pasien pediatri, khususnya dalam penggunaan resep racikan demi meningkatkan

    pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta.

    B. Tujuan Penelitian

    1. Tujuan umum

    Secara umum penelitian ini bertujuan mengkaji peresepan obat pada

    kasus pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep

    racikan periode Juli 2007 (kajian kasus gangguan sistem saluran cerna).

    2. Tujuan khusus

    Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:

    a. Mengetahui alasan atau latar belakang pemilihan dan atau penggunaan sediaan

    racikan oleh dokter, apoteker, perawat, dan orang tua pasien di Bangsal Anak

    Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta.

    b. Mengetahui profil kasus pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang

    menerima resep racikan periode Juli 2007 meliputi umur, jenis kelamin dan

    diagnosis utama.

    c. Mengetahui pola peresepan pada kasus pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit

    Bethesda yang menerima resep racikan periode Juli 2007 meliputi jenis

    racikan maupun non racikan.

    d. Mengetahui kerasionalan dan dampak terapi yang diterima oleh kasus pediatri

    di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan periode

    Juli 2007 (kajian kasus gangguan sistem saluran cerna) berdasarkan hasil

    penelusuran pustaka.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • BAB II

    PENELAAHAN PUSTAKA

    A. Peresepan Kelompok Anak

    Menurut The British Paediatric Association (BPA), kelompok anak

    dibagi dalam beberapa kategori menurut perubahan biologis yang terjadi sebagai

    berikut: 1) neonatus adalah awal kelahiran sampai usia 1 bulan (dengan subseksi

    tersendiri untuk bayi yang lahir saat usia kurang dari 37 minggu dalam

    kandungan), 2) bayi adalah usia 1 bulan sampai 2 tahun, 3) anak-anak adalah usia

    2 tahun sampai 12 tahun, dengan subseksi bahwa anak usia di bawah 6 tahun

    memerlukan bentuk sediaan yang sesuai, 4) remaja 12 sampai 18 tahun (Prest,

    2003).

    Menurut Ridwan (2007), berdasarkan tumbuh kembangnya umur pada

    anak-anak dapat dikelompokkan menjadi:

    1. masa neonatal (0-4 minggu sesudah lahir)

    2. masa bayi (1 bulan-2 tahun)

    3. masa pra sekolah (2-6 tahun)

    4. masa sekolah (6-12 tahun)

    5. masa remaja (12-18 tahun)

    Kelompok anak mempunyai risiko yang cukup tinggi terhadap kejadian

    medication error. Beberapa faktor berkontribusi terhadap hal tersebut termasuk

    penentuan regimen dosis obat yang terkait dengan berat badan pasien anak,

    ketersediaan obat-obatan dalam bentuk sirup atau yang sesuai untuk anak,

    6

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 7

    hambatan komunikasi dengan pasien anak, kegagalan pemberian obat sesuai

    dengan aturan pakainya, fungsi fisiologi yang belum optimal terkait dengan

    adverse drug reaction (ADR) yang kemungkinan muncul dalam proses

    farmakokinetikanya seperti fungsi ginjal dan fungsi hepar (Kaushal, Jaggi, Walsh,

    Fortescue, dan Bates 2004).

    Dosis pada anak tidak dapat diekstrapolasikan dari dosis dewasa karena

    anak bukan orang dewasa yang berukuran kecil. Dosis anak harus ditetapkan

    dengan seksama merujuk pada panduan dosis anak atau dihitung menggunakan

    rumus. Pemilihan bentuk sediaan dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu rute

    pemberian yang diinginkan, usia anak, ketersediaan bentuk sediaan, pengobatan

    lain yang sedang dijalani dan kondisi penyakit. Rute pemberian secara oral cukup

    mudah dilakukan dengan bentuk sediaan cair untuk anak yang kurang dari 6

    tahun. Untuk anak yang lebih besar dapat diberikan tablet. Pemberian tablet

    dengan menggerus harus dipertimbangkan apakah akan merusak tujuan formulasi

    bentuk sediaannya, misalnya, sustained release atau tablet salut tidak tepat apabila

    digerus untuk dibuat puyer atau racikan (Prest, 2003).

    Rute pemberian pada pasien anak dapat melalui oral, rektal, inhalasi,

    kulit (topikal), dan intramuskular. Sebagian besar obat pada anak diberikan

    melalui rute pemberian oral, meskipun dapat menimbulkan muntah. Bentuk

    sediaan oral yang digunakan ialah tablet, kapsul, dan sirup. Sebagian besar anak

    yang berusia 4 tahun ke atas dapat menelan tablet yang berukuran kecil, namun

    sulit untuk kapsul yang berukuran besar. Tablet dapat dihancurkan menggunakan

    dua buah sendok dan serbuknya dicampur dengan minuman atau makanan. Tablet

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 8

    sustained release tidak boleh dihancurkan, tetapi untuk beberapa kapsul dapat

    dikeluarkan isinya dan dicampur dengan cairan tanpa gula seperti tablet yang

    dihancurkan (Barnes, Craft, George, Milner, 1987).

    B. Anatomi dan Fisiologi Saluran Cerna

    Sistem pencernaan berhubungan dengan penerimaan makanan dan

    mempersiapkannya untuk diasimilasi oleh tubuh. Saluran pencernaan terdiri dari:

    mulut, faring, esofagus, lambung, usus halus, dan usus besar. Seluruh saluran

    pencernaan dibatasi oleh selaput lendir (membran mukosa). Dalam proses

    pencernaan, makanan dihancurkan menjadi zat-zat yang dapat diserap dan

    digunakan oleh sel-sel dalam tubuh (Pearce, 2002).

    Gambar 1. Anatomi Saluran Cerna (Wakefield, 2005)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 9

    Proses pencernaan dimulai dari mulut, dalam mulut makanan dikunyah

    untuk dihaluskan sambil bercampur dengan ludah yang mengandung enzim

    amilase dan ptialin. Selanjutnya oleh gerakan peristaltik, makanan masuk ke

    lambung melalui esofagus. Kemudian bercampur dengan getah lambung, yang

    terdiri dari asam hidroklorida dan pepsin. Oleh pengaruh asam ini, pilorus

    membuka dan menutup secara refleks.

    Makanan yang sudah setengah cair (cimus) melewati pilorus masuk ke

    dalam usus dua belas jari. Di dalam usus, cimus dinetralisir oleh cairan alkalis dari

    getah pankreas dan empedu. Oleh pengaruh enzim pankreas, karbohidrat dan

    lemak dibentuk menjadi suatu emulsi cimus dengan garam kolat untuk

    memudahkan penyerapan oleh usus. Di dalam usus besar bagian air dalam cimus

    dan garam diserap kembali dan sisanya dikeluarkan melalui dubur sebagai tinja

    (Heaton dan Lewis, 1997).

    C. Drug Related Problems (DRPs)

    1. Definisi dan jenis

    Drug related problems (DRPs) merupakan masalah-masalah yang tidak

    diinginkan yang dialami pasien yang berkaitan dengan penggunaan obat sehingga

    dapat mengganggu tercapainya tujuan terapi. Identifikasi DRPs merupakan

    perhatian dari penilaian dan keputusan akhir yang dibuat dalam tahap proses

    patient care. Diketahui ada tujuh jenis DRPs yang dapat disebabkan oleh obat

    yang harus dicarikan solusinya dan menjadi tanggung jawab dari pharmaceutical

    care (Strand, Morley, dan Cipolle, 1998).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 10

    Tabel I. Penyebab-penyebab Drug Related Problems (DRPs) (Strand et al., 1998) No Jenis DRPs Kemungkinan penyebab DRPs

    1. Ada obat tanpa indikasi (unnecessary drug therapy)

    Ada indikasi obat yang sudah tidak valid saat itu Terapi dengan dosis toksik Penggunaan obat lebih dari satu dengan kondisi dapat menggunakan terapi tunggal Kondisi pasien lebih baik diterapi non-farmakologi (tanpa obat) Terapi efek samping akibat suatu obat yang sebenarnya dapat digantikan dengan yang lebih aman Kondisi pasien berkaitan dengan penyalahgunaan obat, alkohol, dan merokok

    2. Butuh tambahan obat (need for additional drug therapy)

    Munculnya kondisi medis baru yang membutuhkan tambahan obat baru Kondisi kronis yang membutuhkan terapi lanjutan secara terus-menerus Terapi untuk mencegah timbulnya resiko atau kondisi medis yang baru atau terapi profilaksis Kondisi yang membutuhkan terapi kombinasi

    3. Pemilihan obat yang salah (wrong drug)

    Obat yang digunakan tidak efektif atau bukan yang paling efektif Pasien alergi atau kontraindikasi terhadap obat tersebut Obat efektif tetapi relatif mahal atau bukan yang paling aman Kondisi yang sukar disembuhkan dengan obat tersebut Pasien mengalami infeksi diberi obat yang sudah resisten Terapi untuk mencegah timbulnya resiko atau kondisi medis yang baru Kombinasi obat yang salah

    4. Dosis terlalu rendah (dosage too low)

    Dosis yang digunakan terlalu rendah untuk mendapatkan respon pada pasien Konsentrasi obat dalam darah tidak berada pada rentang terapi yang diharapkan Waktu pemberian obat yang tidak tepat, misalnya antibiotik profilaksis untuk operasi Obat, dosis, rute, frekuensi pemberian atau formulasi kurang sesuai untuk pasien

    5. Efek samping dan interaksi obat (adverse drug reaction)

    Obat diberikan terlalu cepat Pasien memiliki reaksi alergi atau idiosinkrasi terhadap obat Pasien teridentifikasi memiliki resiko terhadap obat tersebut Bioavailabilitas obat diubah oleh interaksi dengan obat lain atau makanan Efek obat diubah karena adanya induksi atau inhibisi enzim, serta pergeseran tempat ikatan Hasil laboratorium dipengaruhi oleh adanya obat

    6. Dosis terlalu tinggi (dosage too high)

    Dosis terlalu tinggi Konsentrasi obat dalam darah di atas rentang terapi yang diharapkan Dosis obat dinaikkan terlalu cepat Akumulasi obat karena terapi jangka panjang Obat, dosis, rute, frekuensi pemberian atau formulasi kurang sesuai untuk pasien

    7. Kepatuhan pasien (compliance)

    Pasien gagal menerima obat yang sesuai karena medication error Pasien tidak mematuhi aturan yang ditetapkan baik dengan sengaja maupun karena tidak mengerti Pasien tidak mampu menebus obat karena masalah biaya

    Jenis DRPs ada obat tanpa indikasi dan butuh obat tambahan merupakan

    DRPs yang berhubungan dengan indikasi. Pemilihan obat yang salah dan dosis

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 11

    pemberian yang terlalu rendah berhubungan dengan masalah keefektifan. Efek

    samping dan interaksi obat serta dosis pemberian yang terlalu tinggi berhubungan

    dengan masalah keamanan, sedangkan jenis DRPs yang terakhir berhubungan

    dengan masalah kepatuhan pasien (Strand et al., 1998).

    2. Interaksi obat

    Tingkat signifikansi interaksi obat berdasarkan pustaka yang digunakan

    berupa angka 1 sampai 5, dengan tingkatan sebagai berikut:

    Tabel II. Tingkat Signifikansi Interaksi Obat (Tatro, 2001) Tingkat Signifikansi Keparahan Laporan

    1 Berat (major) Terbukti 2 Sedang (moderate) Terbukti 3 Ringan (minor) Terbukti 4 Berat/Sedang (major/moderate) Mungkin terjadi

    Ringan (minor) Mungkin terjadi 5 Tidak ada Tidak mungkin terjadi

    Onset terjadinya interaksi obat dapat terbagi menjadi 2, yaitu cepat dan

    tertunda. Cepat berarti efek akan terjadi selama 24 jam setelah pemberian obat

    yang berinteraksi, dibutuhkan penanganan segera untuk menghindari efek

    interaksi obat. Tertunda berarti efek akan terjadi setelah pemberian obat yang

    berinteraksi selama beberapa hari atau minggu (Tatro, 2001).

    Potensi keparahan interaksi obat penting untuk menilai resiko dan

    manfaat alternatif terapi, dengan modifikasi dosis dan waktu pemberian obat dapat

    mengatasi terjadinya efek interaksi obat. Ada 3 tingkat keparahan, yaitu berat

    (major), sedang (moderate), dan ringan (minor). Tingkat keparahan berat

    kemungkinan berpotensi menimbulkan kerusakan organ yang permanen. Efek dari

    tingkat keparahan sedang tergantung dari kondisi klinis pasien, dapat berupa

    butuh terapi tambahan, rawat inap di rumah sakit, maupun semakin lamanya

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 12

    pasien menjalani rawat inap di rumah sakit. Pada tingkat keparahan ringan efek

    yang ditimbulkan tidak diketahui dan tidak mempengaruhi tujuan terapi secara

    signifikan, biasanya juga tidak membutuhkan terapi tambahan (Tatro, 2001).

    D. Diare Akut

    1. Definisi

    Diare akut adalah buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan

    konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu. Kematian disebabkan

    karena dehidrasi. Penyebab terbanyak pada usia 0-2 tahun adalah karena infeksi

    rotavirus. Diare menyebabkan gangguan gizi dan kematian (Soenarto et. al.,

    2004).

    2. Epidemiologi

    Diare akut merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah umum

    di berbagai negara. Tingkat kematian karena diare pada usia anak masih sangat

    tinggi, mencapai 5 juta balita per tahun di dunia. Sebanyak 80% di antara

    kematian tersebut, terjadi sebelum menginjak usia 2 tahun. Diare yang disebabkan

    virus lebih banyak terjadi dibandingkan diare akibat bakteri. Salah satu virus

    penyebab diare, yaitu rotavirus yang sebagian besar dialami bayi usia 6-24 bulan

    (Anonim, 2007).

    3. Etiologi

    Diare akut dapat disebabkan oleh beberapa agen penginfeksi seperti

    virus, bakteri, dan parasit (Entamoeba histolytica). Penyebab terbanyak pada

    kasus diare ialah rotavirus. Jenis bakteri yang dapat menyebabkan diare akut

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 13

    antara lain Escherichia coli, Salmonella, Shigella, Vibrio, Clostridium perfingens,

    Staphylococcus, dan beberapa jenis bakteri lainnya (Anonim, 1997).

    4. Patofisiologi

    Diare akut infeksi dapat diklasifikasikan secara klinis dan patofisiologis

    menjadi diare non inflamasi dan diare inflamasi. Diare inflamasi disebabkan

    invasi bakteri dan sitotoksin di kolon dengan manifestasi sindroma disentri

    dengan diare yang disertai lendir dan darah. Pada pemeriksaan feses rutin secara

    makroskopis ditemukan lendir dan atau darah, serta mikroskopis didapati sel

    leukosit polimorfonuklear. Diare non inflamasi disebabkan oleh enterotoksin yang

    mengakibatkan diare cair dengan volume yang besar tanpa lendir dan darah. Pada

    pemeriksaan tinja secara rutin tidak ditemukan leukosit (Zein, Sagala, dan

    Ginting, 2004).

    Mekanisme terjadinya diare akut maupun kronik dapat dibagi menjadi

    kelompok osmotik, sekretorik, eksudatif dan gangguan motilitas. Diare osmotik

    terjadi bila ada bahan yang tidak dapat diserap meningkatkan osmolaritas dalam

    lumen yang menarik air dari plasma sehingga terjadi diare. Contohnya adalah

    malabsorbsi karbohidrat akibat defisiensi laktase atau akibat garam magnesium

    (Zein et al., 2004).

    Diare sekretorik bila terjadi gangguan transpor elektrolit baik absorbsi

    yang berkurang ataupun sekresi yang meningkat. Hal ini dapat terjadi akibat

    toksin yang dikeluarkan bakteri misalnya toksin kolera atau pengaruh garam

    empedu, asam lemak rantai pendek, atau laksatif non osmotik. Beberapa hormon

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 14

    intestinal seperti gastrin vasoactive intestinal polypeptide (VIP) juga dapat

    menyebabkan diare sekretorik (Zein et al., 2004).

    Diare eksudatif, inflamasi akan mengakibatkan kerusakan mukosa baik

    usus halus maupun usus besar. Inflamasi dan eksudasi dapat terjadi akibat infeksi

    bakteri atau bersifat non infeksi seperti gluten sensitive enteropathy, inflamatory

    bowel disease (IBD) atau akibat radiasi. Kelompok lain adalah akibat gangguan

    motilitas yang mengakibatkan waktu transit usus menjadi lebih cepat. Hal ini

    terjadi pada keadaan tirotoksikosis, sindroma usus iritabel atau diabetes melitus

    (Zein et al., 2004).

    Diare dapat terjadi akibat lebih dari satu mekanisme. Pada infeksi bakteri

    paling tidak ada dua mekanisme yang bekerja peningkatan sekresi usus dan

    penurunan absorbsi di usus. Infeksi bakteri menyebabkan inflamasi dan

    mengeluarkan toksin yang menyebabkan terjadinya diare. Infeksi bakteri yang

    invasif mengakibatkan perdarahan atau adanya leukosit dalam feses (Zein et al.,

    2004).

    Pada dasarnya mekanisme terjadinya diare akibat kuman enteropatogen

    meliputi penempelan bakteri pada sel epitel dengan atau tanpa kerusakan mukosa,

    invasi mukosa, dan produksi enterotoksin atau sitotoksin. Satu bakteri dapat

    menggunakan satu atau lebih mekanisme tersebut untuk dapat mengatasi

    pertahanan mukosa usus (Zein et al., 2004).

    5. Manifestasi klinik

    Diare dapat disertai dengan kejang, nyeri perut, kembung, dan mual.

    Selain itu, tergantung dari penyebabnya, penderita juga dapat mengalami demam

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 15

    atau tinja yang berdarah. Anak-anak harus dibawa ke dokter bila menunjukkan

    gejala-gejala sebagai berikut: tinja mengandung nanah dan darah atau tinja

    berwarna hitam, suhu badan di atas 38C, setelah 24 jam tidak ada perbaikan, dan

    menunjukkan tanda-tanda dehidrasi (Anonim, 2004).

    Gejala umum dehidrasi antara lain: haus, frekuensi buang air kecil

    menurun, kulit kering, fatigue, urin berwarna gelap. Gejala dehidrasi pada anak-

    anak di antaranya, lidah dan mulut kering, jika menangis tidak mengeluarkan air

    mata, popok yang digunakan tidak basah selama 3 jam atau lebih, perut, mata dan

    pipi cekung, demam tinggi, lesu atau mudah marah, kulit tidak kembali rata jika

    ditekan dan kemudian dilepaskan (Anonim, 2004).

    6. Langkah pencegahan

    Menurut Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak dari Ikatan Dokter

    Anak Indonesia (2004), yang termasuk langkah pencegahan antara lain

    mengajarkan pola makan yang benar, mengandung cukup serat, pemberian cairan

    yang cukup, dan melatih berdefekasi yang benar. Toilet training mulai diajarkan

    sejak usia 1 tahun dan dikatakan gagal apabila pada usia 3 tahun anak belum dapat

    buang air besar dengan benar.

    E. Diare Disentri

    1. Definisi

    Disentri merupakan suatu infeksi yang menimbulkan luka yang menyebabkan tukak

    terbatas di usus yang ditandai dengan gejala khas yang disebut sebagai sindroma disentri, yakni:

    sakit di perut yang sering disertai dengan tenesmus, mencret, serta tinja mengandung darah dan

    lendir (Simanjuntak, 1991).

    2. Epidemiologi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 16

    Angka kejadian disentri sangat bervariasi di beberapa negara. Di

    Bangladesh dilaporkan selama sepuluh tahun (19741984) angka kejadian disentri

    berkisar antara 19,3-42%. Di Indonesia dilaporkan dari hasil survei evaluasi tahun

    19891990 diperoleh angka kejadian disentri sebesar 15%. Proporsi penderita

    diare dengan disentri di Indonesia dilaporkan berkisar antara 5-15 % (Anonim,

    2000).

    3. Etiologi

    Penyebab utama disentri adalah Shigella, Salmonela, Compylobacter

    jejui, Escherichia coli, dan Entamoeba histolytica. Disentri berat ummunya

    disebabkan oleh Shigella dysentery, kadang-kadang dapat juga disebabkan oleh

    Shigella flexneri, Salmonella, dan EIEC (Enteroinvasive Escherichia coli). Infeksi ini

    menyebar melalui makanan dan air yang terkontaminasi dan biasanya terjadi pada

    daerah dengan sanitasi dan kondisi lingkungan perorangan yang buruk (Anonim,

    2000).

    4. Patofisiologi

    Shigella menghasilkan sekelompok eksotoksin yang dinamakan

    shigatoksin (ST) kelompok toksin ini mempunyai 3 efek: neurotoksik, sitotoksik,

    dan enterotoksik. Beberapa bakteri enterik lain menghasilkan toksin dengan efek

    yang sama, dinamakan shiga like toksin (sit). Toksin ini mempunyai dua unit,

    yaitu unit fungsional, yang menimbulkan kerusakan, dan unit pengikat yang

    menentukan afinitas toksin terhadap reseptor tertentu. Perbedaan unit inilah yang

    menetapkan bentuk komplikasi yang terjadi. Infeksi Shigella dysentery dan

    flexneri telah dibuktikan menurunkan imunitas, antara lain disebabkan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 17

    peningkatan aktifitas sel T suppressor dan penekanan kemampuan fagositosis

    makrofag (Anonim, 2000).

    5. Manifestasi klinik

    Diare pada disentri umumnya diawali oleh diare cair, kemudian pada hari

    kedua atau ketiga akan muncul darah, dengan maupun tanpa lendir, kemudian

    akan mengalami sakit perut yang diikuti munculnya tenesmus disertai hilangnya

    nafsu makan dan badan terasa lemah. Pada saat tenesmus terjadi, biasanya pada

    sebagian besar penderita akan mengalami penurunan volume diarenya dan

    mungkin feses hanya berupa darah dan lendir. Disentri dapat menimbulkan

    dehidrasi, dari yang ringan sampai dengan dehidrasi berat walaupun kejadiannya

    lebih jarang jika dibandingkan dengan diare akut. Komplikasi disentri dapat

    terjadi lokal di saluran cema maupun sistemik (Anonim, 2000).

    F. Penatalaksanaan Terapi

    1. Tujuan terapi

    a. meringankan gejala

    b. mengobati penyebab diare

    c. menangani gangguan sekunder yang dapat menyebabkan diare

    2. Sasaran terapi

    a. gejala

    b. penyebab diare

    3. Terapi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 18

    Menurut Standar Pelayanan Medis Rumah Sakit Bethesda (1997), dasar

    pengobatan diare terdiri dari:

    1) pemberian cairan, baik untuk pencegahan dehidrasi maupun untuk

    pengobatan dehidrasi

    2) pemberian makanan (refeeding) yang adekuat secepat mungkin

    3) pemberian obat-obatan berupa antibiotika sesuai dengan penyebabnya.

    Obat-obat antispasmodik (HCl papaverin, loperamid, ekstrak beladona,

    dan lain-lain) dapat digunakan untuk pengobatan gejala yang dialami.

    Penggunaan obat pengeras tinja serta karbon adsorbent (norit, kaolin,

    pektin, dan lainnya) tidak dibenarkan untuk diberikan.

    Pemberian terapi cairan dan elektrolit untuk pengobatan dehidrasi dapar

    dilihat pada tabel III.

    Tabel III. Terapi Cairan untuk Pengobatan Dehidrasi (Standar Pelayanan Medis Rumah Sakit Bethesda, 1997)

    Derajat dehidrasi

    Umur Jenis cairan Dosis (ml/kg BB) Lama pemberian

    (jam) Ringan Semua umur Oralit per os 50 4 Sedang Semua umur Oralit per os 100 4

    Ringer Laktat intra vena

    30 (10-12 tetes/kgBB/menit)

    1

    kemudian Ringer Laktat

    intra vena 10 (3-10 tetes/kgBB/menit) 7

    kemudian

    Bayi (0-1 tahun), Anak 2 tahun

    Oralit per os 100 ml/kgBB/hari 20

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 19

    Menurut Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak dari Ikatan Dokter

    Anak Indonesia (2004), terapi yang direkomendasikan untuk pengobatan diare

    sebagai berikut:

    1) tidak boleh diberikan obat antidiare

    2) antibiotik sesuai hasil pemeriksaan penunjang. Pilihan antibiotik yang dapat

    diberikan adalah kotrimoksazol, amoksisilin, dan atau sesuai hasil uji

    sensitivitas

    3) antiparasit yang dapat diberikan ialah metronidazol

    G. Keterangan Empiris

    Penelitian mengenai Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak

    Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta yang Menerima Resep Racikan Periode Juli

    2007 (Kajian Kasus Gangguan Sistem Saluran Cerna) dapat meningkatkan

    kerasionalan penggunaan resep racikan pada terapi kasus pediatri di Bangsal Anak

    Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Jenis dan Rancangan Penelitian

    Penelitian mengenai Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak

    Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta yang Menerima Resep Racikan Periode Juli

    2007 (Kajian Kasus Gangguan Sistem Saluran Cerna) merupakan jenis penelitian

    non eksperimental dengan rancangan deskriptif evaluatif yang bersifat prospektif.

    Penelitian non eksperimental merupakan penelitian yang observasinya dilakukan

    terhadap sejumlah ciri (variabel) subyek menurut keadaan apa adanya (in nature),

    tanpa ada manipulasi atau intervensi peneliti (Pratiknya, 2007).

    Rancangan penelitian deskriptif evaluatif karena data yang diperoleh dari

    lembar catatan medik kemudian dievaluasi berdasarkan studi pustaka, dan

    dideskripsikan dengan memaparkan fenomena yang terjadi, yang ditampilkan

    dalam bentuk tabel dan gambar. Penelitian ini bersifat prospektif karena data yang

    digunakan dalam penelitian ini diambil dengan mengamati keadaan kasus selama

    mendapatkan perawatan di rumah sakit dengan melihat lembar catatan mediknya.

    B. Definisi Operasional

    1. Kasus adalah kasus pada pasien pediatri yang dirawat di Bangsal Anak Rumah

    Sakit Bethesda Yogyakarta dan mendapatkan resep racikan pada periode Juli

    2007.

    20

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 21

    2. Lembar catatan medik adalah catatan pengobatan dan perawatan pasien yang

    memuat data tentang karakteristik pasien meliputi usia, jenis kelamin, alamat,

    diagnosis, catatan keperawatan, catatan penggunaan obat, hasil laboratorium,

    lama perawatan, dan lembar resume kasus pediatri yang menerima resep

    racikan di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta periode Juli

    2007.

    3. Resep racikan adalah resep dengan komposisi campuran dua obat atau lebih

    yang disiapkan/diproduksi/diracik di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesda.

    4. Alasan pemilihan dan atau penggunaan resep racikan dideskripsikan

    berdasarkan hasil wawancara dengan dokter yang bertugas di Klinik Anak,

    apoteker rawat inap, perawat di Bangsal Anak, dan orang tua pasien pediatri di

    Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta yang menerima resep

    racikan periode Juli 2007.

    5. Jenis obat yang dikaji peresepannya dalam penelitian ini ialah jenis racikan

    dan jenis non racikan dengan menggunakan nama generik serta nama dagang

    untuk obat kombinasi.

    6. Pola peresepan adalah gambaran penggunaan obat racikan yang meliputi jenis

    racikan, maupun obat non racikan, yang meliputi kelas terapi, penggolongan

    obat, dan jenis obat pada kasus pediatri yang dirawat di Bangsal Anak Rumah

    Sakit Bethesda Yogyakarta periode Juli 2007.

    7. Evaluasi kerasionalan terapi yang dilihat dalam penelitian ini adalah

    kesesuaian terapi yang diberikan dan kemungkinan terjadinya drug related

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 22

    problem (DRP) pada kasus dengan diagnosis utama gangguan sistem saluran

    cerna berdasarkan standar terapi dan hasil penelusuran pustaka.

    8. Jenis DRP yang dapat diamati dalam penelitian ini, yaitu interaksi obat, terjadi

    efek samping, obat tanpa indikasi, butuh obat tambahan, salah obat, dosis

    terlalu tinggi, dosis terlalu rendah, sedangkan kepatuhan pasien dalam

    menggunakan obat tidak dapat diamati.

    9. Standar terapi yang digunakan ialah Standar Pelayanan Medis Rumah Sakit

    Bethesda dan Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak dari Ikatan Dokter

    Anak Indonesia (IDAI).

    10. Evaluasi dosis berdasarkan sumber referensi dari buku Drug Information

    Handbook (Lacy, Armstrong, Goldman, dan Lance, 2006).

    11. Interaksi obat yang dilihat dalam penelitian ini adalah interaksi antar obat

    dalam satu jenis racikan maupun interaksi antara obat racikan dan obat non

    racikan berdasarkan sumber referensi Drug Interaction Fact (Tatro, 2001).

    12. Penggolongan obat berdasarkan golongan obat yang ada pada sumber

    referensi British National Formulary 52 (Anonim, 2006).

    13. Dampak terapi pada penelitian ini dievaluasi berdasarkan lama perawatan di

    bangsal dan kondisi saat keluar dari rumah sakit (mengalami kesembuhan,

    efek samping, terjadi komplikasi, bertambah parah atau meninggal) pada

    kasus dengan diagnosis utama gangguan sistem saluran cerna.

    14. Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan selama satu bulan pada

    periode Juli 2007 yang dimulai dari tanggal 4 Juli sampai dengan 4 Agustus

    2007.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 23

    C. Subyek Penelitian

    Subyek penelitian ini adalah kasus yang dirawat di Bangsal Anak Rumah

    Sakit Bethesda Yogyakarta dan menerima resep racikan periode Juli 2007. Pada

    kajian kerasionalan terapi subyek penelitian dibatasi hanya kasus dengan

    diagnosis utama gangguan sistem saluran cerna. Berdasarkan data yang

    didapatkan, jumlah subyek penelitian untuk permasalahan latar belakang

    pemilihan dan atau penggunaan resep racikan, profil kasus, dan pola peresepan

    sebanyak 99 kasus. Pada permasalahan kerasionalan dan dampak terapi jumlah

    subyek penelitian sebanyak 32 kasus.

    D. Bahan Penelitian

    Bahan penelitian yang digunakan adalah lembar catatan medik kasus

    pediatri yang menerima resep racikan dan dirawat di Bangsal Anak Rumah Sakit

    Bethesda Yogyakarta periode Juli 2007 yang ditulis oleh dokter, perawat, dan

    apoteker mengenai data klinis pasien. Hasil wawancara dengan dokter, apoteker,

    perawat, dan orang tua pasien digunakan untuk membantu menggambarkan latar

    belakang penggunaan dan pemilihan resep racikan.

    E. Lokasi Penelitian

    Penelitian Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak yang

    Menerima Resep Racikan Periode Juli 2007 (Kajian Kasus Gangguan Sistem

    Saluran Cerna) dilakukan di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 24

    F. Tata Cara Penelitian

    Ada tiga tahapan yang dijalani dalam penelitian ini, yaitu tahap orientasi,

    tahap pengambilan data, dan tahap penyelesaian data.

    1. Tahap orientasi

    Pada tahap ini penelitian dimulai dengan mencari informasi mengenai

    penggunaan resep racikan pada kasus pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit

    Bethesda Yogyakarta. Tujuan tahap ini juga untuk mencari teknis pengambilan

    data yang sesuai agar tidak mengganggu aktivitas yang ada di bangsal anak

    tersebut. Orientasi dilakukan selama satu minggu.

    2. Tahap pengambilan data

    a. Pengumpulan data

    Pada proses ini, subyek penelitian ditentukan berdasarkan kriteria inklusi

    secara prospektif selama periode waktu satu bulan. Pengumpulan data ini

    dilakukan dengan mengikuti perkembangan kasus melalui lembar catatan medis

    kasus. Data yang dikumpulkan meliputi identitas, tanda vital, riwayat pengobatan,

    riwayat penyakit, anamnesis, diagnosis, obat yang diberikan, dan data

    laboratorium serta keterangan kesembuhan kasus.

    b. Tahap wawancara

    Pada proses ini dilakukan wawancara terhadap dokter yang bertugas di

    Klinik Anak, perawat di Bangsal Anak, dan orang tua pasien. Data hasil

    wawancara digunakan sebagai data penunjang untuk membantu mendeskripsikan

    latar belakang penggunaan dan pemilihan resep racikan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 25

    3. Tahap penyelesaian data

    a. Pengolahan data

    Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dengan beberapa

    keterangan, yaitu tabel tentang golongan obat, dosis serta cara pemakaian, tanggal

    pemberian obat, data laboratorium, tanda vital, serta jenis obat yang diberikan

    kepada kasus pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta yang

    menerima resep racikan. Data tersebut digunakan untuk identifikasi drug related

    problem (DRP) yang mungkin terjadi.

    b. Evaluasi data

    Penggolongan jenis obat non racikan yang digunakan pada kasus

    berdasarkan referensi dari British National Formulary 52 (2006). Evaluasi

    penggunaan resep racikan pada kasus pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit

    Bethesda dilakukan dengan mengidentifikasi kasus DRP (drug related problem)

    yang terjadi berdasarkan pembanding standar yang bersumber dari Standar

    Pelayanan Medis Rumah Sakit Bethesda, Standar Pelayanan Medis Kesehatan

    Anak dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Drug Information Handbook

    (Lacy et.al., 2006), dan Drug Interaction Fact (Tatro, 2001). Evaluasi dilakukan

    secara kasus per kasus.

    G. Tata Cara Analisis Hasil

    Data dibahas secara evaluatif dengan bantuan tabel atau gambar:

    a. Persentase umur kasus dikelompokkan menjadi bayi (1 bulan-2 tahun), anak

    masa pra sekolah (>2 tahun- 6 tahun), anak masa sekolah (>6 tahun-12

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 26

    tahun), dan remaja (>12 tahun-18 tahun), dihitung dengan cara menghitung

    jumlah kasus pada tiap kelompok umur dibagi jumlah keseluruhan kasus yang

    dirawat dan mendapatkan resep racikan kemudian dikalikan 100%.

    b. Persentase jenis kelamin kasus dikelompokkan menjadi kasus dengan jenis

    kelamin laki-laki dan perempuan, dihitung dengan cara menghitung jumlah

    kasus pada tiap kelompok jenis kelamin dibagi dengan jumlah keseluruhan

    kasus yang dirawat dan mendapatkan resep racikan kemudian dikalikan 100%.

    c. Persentase jenis penyakit dihitung dengan cara menghitung jumlah kasus

    setiap jenis penyakit kemudian dibagi dengan jumlah keseluruhan kasus yang

    dirawat dan mendapatkan resep racikan kemudian dikalikan 100%.

    d. Persentase jenis resep racikan yang digunakan dihitung dengan cara

    menjumlahkan berapa kali jenis resep racikan digunakan pada setiap kasus,

    dibagi jumlah keseluruhan kasus yang dirawat dan mendapatkan resep racikan

    kemudian dikalikan 100%.

    e. Golongan obat non racikan yang digunakan dihitung berdasarkan jumlah

    kasus yang menggunakan jenis obat tertentu dibagi jumlah seluruh pasien

    yang dirawat dan mendapatkan resep racikan kemudian dikalikan 100%.

    f. Persentase dampak terapi yang terjadi dihitung dengan cara menjumlahkan

    berapa kali dampak terapi tersebut terjadi pada kasus dibagi jumlah

    keseluruhan kasus yang dirawat dan mendapatkan resep racikan kemudian

    dikalikan 100%.

    g. Evaluasi dampak terapi dilakukan dengan membandingkan persentase dampak

    terapi yang terjadi dari penggunaan resep racikan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 27

    H. Kesulitan Penelitian

    Dalam proses pengambilan data pada penelitian ini, peneliti menemui

    beberapa kesulitan, antara lain kurangnya pengalaman penulis dalam membaca

    tulisan dokter maupun perawat yang ada pada lembar catatan medis dan terkadang

    peneliti tidak mengerti beberapa istilah atau adanya lokal terminologi yang ditulis

    pada lembar catatan medis tersebut. Kesulitan tersebut dapat diatasi dengan

    bertanya pada perawat yang bertugas jaga di bangsal anak pada saat itu.

    Peneliti juga mengalami kesulitan dalam proses evaluasi data, yaitu

    adanya data yang tidak lengkap pada lembar catatan medis. Ada kemungkinan

    dokter maupun perawat tidak mencantumkan beberapa catatan klinis kasus ke

    dalam lembar catatan medis. Salah satu catatan klinis yang tidak dituliskan secara

    lengkap ialah diagnosis pasien, terkadang hanya ada satu diagnosis yang tertulis

    pada lembar catatan medis, sedangkan kasus mengalami diagnosis lain yang tidak

    dituliskan dalam lembar catatan medis kasus tersebut. Proses evaluasi peresepan

    hanya berdasarkan catatan yang terdapat pada lembar catatan medis kasus

    tersebut.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Latar Belakang Penggunaan Resep Racikan

    1. Dokter

    Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada dokter anak yang

    bertugas di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta ada beberapa hal penting mengenai

    penggunaan resep racikan untuk pasien pediatri. Dasar pertimbangan penggunaan

    resep racikan, antara lain ketepatan dosis dapat disesuaikan dengan berat badan

    dan kondisi pasien, dan lebih efisien untuk pasien yang membutuhkan beberapa

    jenis obat sehingga lebih mudah dalam pemberian serta nyaman bagi pasien.

    Alasan lain adalah resep racikan lebih murah jika dibandingkan bentuk sediaan

    sirup untuk anak-anak.

    Prinsip jumlah obat yang diracik dibuat seminimal mungkin dan sesuai

    kebutuhan pasien. Penentuan dosis obat dalam resep racikan berdasarkan umur

    dan berat badan pasien. Obat yang berbeda aturan dosis dan aturan pakainya tidak

    dicampur menjadi satu racikan. Sediaan racikan hanya terdiri dari obat yang

    aturan pakainya sama. Dari pihak dokter ketika meresepkan obat untuk diracik

    sudah mempertimbangkan interaksi obat yang mungkin terjadi, dan terkadang ada

    pemberitahuan dari bagian instalasi farmasi kepada dokter jika ada interaksi obat

    maupun penggantian obat.

    Pemberian resep racikan oleh dokter ditujukan untuk mendapatkan dosis

    yang sesuai dan tepat untuk anak-anak, hal ini dikarenakan masih kurangnya

    28

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 29

    bentuk sediaan obat yang khusus untuk anak-anak. Menurut penulis, sebaiknya

    pemberian resep racikan dilakukan hanya dilakukan pada pasien anak yang benar-

    benar membutuhkan sesuai dengan kondisinya, jika pasien sudah mampu

    menerima bentuk sediaan obat padat dengan baik tanpa digerus maka resep

    racikan tidak perlu diberikan atau diberikan dalam bentuk sediaan sirup. Jumlah

    obat yang diresepkan dalam bentuk racikan juga harus diperhatikan karena

    semakin banyak obat yang diracik menjadi satu maka kemungkinan terjadinya

    interaksi juga semakin besar.

    2. Apoteker

    Instalasi Farmasi merupakan bagian yang melakukan proses peracikan

    untuk obat racikan yang diresepkan oleh dokter, karena itu apoteker bertanggung

    jawab mengawasi semua hal yang berkaitan dengan proses peracikan tersebut.

    Berdasarkan hasil wawancara dengan apoteker yang bertugas di instalasi rawat

    inap, dalam proses peracikan sudah dipertimbangkan adanya interaksi obat dalam

    resep racikan, baik interaksi antar komponen dalam satu jenis racikan maupun

    interaksi antar obat yang diracik dengan obat non racikan yang ada dalam resep

    tersebut. Apoteker akan memberitahu dokter jika terjadi interaksi obat dalam

    racikan atau jika ada penggantian obat dengan zat aktif yang sama.

    Menurut apoteker, sebaiknya resep racikan tidak ada karena bentuk

    sediaan obat yang sudah jadi tidak boleh direformulasi. Hal ini berhubungan

    dengan ketepatan dosis dan kebersihan saat proses peracikan. Sebaiknya industri

    farmasi dapat menambah jenis produk khusus untuk anak-anak baik untuk bentuk

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 30

    sediaan oral maupun parenteral untuk memudahkan peresepan obat pada anak-

    anak.

    Pemberian informasi mengenai penggunaan obat untuk pasien yang

    dirawat di bangsal termasuk di Bangsal Anak belum dapat dilakukan langsung

    oleh apoteker tetapi disampaikan melalui perawat. Hal ini disebabkan jumlah

    apoteker yang ada belum mencukupi untuk berkeliling ke bangsal.

    Resep untuk pasien anak harus mendapat perhatian yang lebih karena

    kelompok pasien anak merupakan kelompok yang sangat rentan terhadap

    terjadinya adverse drug reactions (ADR) terutama jika mendapat resep racikan.

    Apoteker sebagai penanggungjawab terhadap kegiatan di Instalasi Farmasi harus

    dapat menjalin komunikasi yang baik dengan dokter sebagai penulis resep dan

    dengan perawat sebagai petugas yang memberikan obat kepada pasien yang

    menjalani rawat inap di bangsal agar terapi yang diberikan tepat dan sesuai

    dengan kondisi pasien.

    3. Perawat

    Perawat bertanggung jawab memberikan obat langsung kepada pasien.

    Cara meminumkan obat racikan oleh perawat kepada pasien di bangsal anak

    biasanya dicampurkan dengan air putih, air teh, gula, madu atau sirup tergantung

    kebiasaan pasien sehingga mudah dalam pemberian. Jika saat meminum obat

    racikan pasien mengalami muntah maka obat diberikan lagi, tetapi ada juga

    perawat yang tidak memberikan lagi karena menganggap sudah ada obat yang

    masuk.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 31

    4. Orang Tua Pasien

    Berdasarkan hasil wawancara dengan orang tua pasien, bentuk sediaan

    obat yang dapat diterima oleh pasien anak-anak antara lain sirup, racikan dan

    tablet. Sirup merupakan bentuk sediaan obat yang paling disukai oleh pasien

    anak-anak. Dari tiga belas responden, tujuh orang pasien anak pernah mengalami

    muntah saat minum obat racikan, dan enam orang pasien anak tidak pernah

    mengalami muntah. Bagi sebagian besar orang tua pasien tidak bermasalah

    dengan adanya resep racikan.

    Orang tua pasien juga perlu mendapatkan informasi yang jelas mengenai

    obat yang diberikan pada anak mereka karena orang tua juga berperan dalam

    proses terapi tersebut. Informasi yang diberikan dapat berupa keterangan dosis,

    indikasi, aturan dan cara pemakaian, serta keterangan lain dari obat yang

    diberikan. Pada pasien anak sering mengalami muntah saat meminum resep

    racikan karena rasanya yang pahit, maka orang tua pasien juga perlu diberikan

    informasi hal yang boleh dilakukan jika hal tersebut terjadi.

    B. Profil Kasus Pediatri yang Menerima Resep Racikan

    Profil kasus pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta

    yang menerima resep racikan periode Juli 2007 meliputi persentase kasus pasien

    pediatri berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin, dan indikasi.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 32

    1. Berdasarkan kelompok umur

    Umur kasus pediatri yang dirawat di Bangsal Anak dikelompokkan

    menjadi bayi (1 bulan-2 tahun), anak masa pra sekolah (>2 tahun- 6 tahun), anak

    masa sekolah (>6 tahun-12 tahun), dan remaja (>12 tahun-18 tahun).

    Tabel IV. Pengelompokkan Umur Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta yang Menerima Resep Racikan Periode Juli 2007

    Umur Jumlah kasus (n = 99) Persentase (%) 1 bulan 2 tahun 50 50,5

    > 2 tahun 6 tahun 36 36,4 > 6 tahun 12 tahun 12 12,1 > 12 tahun 18 tahun 1 1,0

    Dari data didapatkan, yang paling banyak menerima resep racikan adalah

    adalah kasus dengan kelompok umur 1 bulan2 tahun dan yang kedua adalah

    kelompok umur >2-6 tahun. Berdasarkan pustaka yang didapatkan anak usia 4

    tahun ke atas sudah dapat menelan tablet yang berukuran kecil. Dalam pustaka

    lain juga menyebutkan bentuk sediaan obat cair diberikan untuk anak berumur di

    bawah 6 tahun, sedangkan anak dengan umur 6 tahun ke atas dapat diberikan

    tablet. Hal ini sesuai dengan data yang didapatkan bahwa kelompok umur kasus

    yang banyak menerima resep racikan ialah kelompok umur 1 bulan2 tahun dan

    kelompok umur >2-6 tahun, karena pada kelompok umur tersebut masih sulit

    menerima bentuk sediaan obat padat dengan baik. Semakin bertambah umur anak

    maka akan semakin mudah untuk menerima bentuk sediaan padat secara oral.

    Kelompok umur kasus yang paling sedikit menerima resep racikan ialah

    kelompok remaja yang berumur lebih dari 12 tahun, hal ini disebabkan pada

    kelompok umur ini sudah dapat menerima atau menelan bentuk sediaan obat padat

    dengan baik sehingga dokter jarang meresepkan obat racikan untuk kelompok

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 33

    umur tersebut. Rata-rata umur kasus yang menerima resep racikan di Bangsal

    Anak Rumah Sakit Bethesda pada periode Juli 2007 ialah 2,92,9 tahun (rata-rata

    SD), yaitu rentang umur antara 05,8 tahun.

    2. Berdasarkan jenis kelamin

    Masing-masing kasus pediatri di bangsal anak yang menerima resep

    racikan dikelompokkan berdasarkan jenis kelaminnya, yaitu kelompok laki-laki

    dan kelompok perempuan. Kasus pediatri yang dirawat di bangsal anak yang

    menerima resep racikan paling banyak berjenis kelamin laki-laki sebanyak 59,6%,

    sedangkan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 40,4%. Pada penelitian ini

    tidak dapat dihubungkan antara jenis kelamin dengan penggunaan resep racikan.

    Hal tersebut dikarenakan tidak adanya perbedaan penggunaan resep racikan, baik

    alasan, jenis racikan maupun dosis yang digunakan pada kelompok laki-laki dan

    kelompok perempuan. Jenis kelamin kasus pediatri dalam penelitian ini digunakan

    untuk menggambarkan kondisi kasus pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit

    Bethesda Yogyakarta yang menerima resep racikan periode Juli 2007.

    Tabel V. Pengelompokkan Jenis Kelamin Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta yang Menerima Resep Racikan Periode Juli 2007

    Jenis Kelamin Jumlah kasus (n = 99) Persentase (%)Laki-laki 59 59,6

    Perempuan 40 40,4

    3. Berdasarkan diagnosis utama

    Kasus pediatri di bangsal anak yang menerima resep racikan dapat dibagi

    menjadi lima kelompok besar, yaitu kasus dengan satu diagnosis utama, kasus

    dengan dua diagnosis utama, kasus dengan empat diagnosis utama, dan kasus

    tanpa diagnosis utama. Jumlah keseluruhan kasus pediatri di Bangsal Anak

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 34

    Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta yang menerima resep racikan sebanyak 99

    kasus. Penggunaan resep racikan paling banyak untuk diagnosis utama gangguan

    saluran cerna, dan yang kedua untuk diagnosis utama gangguan saluran nafas.

    Kasus dengan satu diagnosis utama yang mengalami gangguan saluran cerna

    sebanyak 30 kasus, dan kasus yang mengalami gangguan saluran nafas sebanyak

    15 kasus.

    Tabel VI. Pengelompokkan Diagnosis Utama Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta yang Menerima Resep Racikan Periode Juli

    2007 No. Diagnosis Utama Jumlah kasus Persentase (%) Dengan satu diagnosis Gangguan saluran nafas 1. ISPA 1 1,0 2. Tonsilitis kronis 1 1,0 3. Asma 1 1,0 4. Bronkitis 7 7,1 5. Bronkiolitis 1 1,0 6. Pneumonia 4 4,0

    Gangguan saluran cerna 7. Diare akut 20 20,0 8. Diare disentriform 9 9,1 9. Stomatitis 1 1,0 Lain-lain 10. Febris 5 5,1 11. Kejang demam 2 2,0 12. Epilepsi 1 1,0 13. Dengue fever 4 4,0 14. Infeksi virus tidak khas 11 11,1 15. Infeksi non spesifik 1 1,0 16. Infeksi Saluran Kencing (ISK) 2 2,0 17. Obs. trauma capitis 1 1,0 Dengan dua diagnosis 18. ISPA + Gastroenteritis akut (GEA) 1 1,0 19. Bronkitis + GEA 1 1,0 20. Bronkitis asmatis + CP 1 1,0 21. Pneumonia + asmatis 1 1,0 22. PKTB + Dengue fever 1 1,0 23. Kejang demam + GEA 1 1,0 24. Sefalgia + GEA 1 1,0 Dengan empat diagnosis 25. Bronkitis + GEA dehidrasi + DHF + kejang 1 1,0 Tanpa diagnosis 19 19,2 JUMLAH 99 100

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 35

    C. Pola Peresepan Kasus Pediatri yang Menerima Resep Racikan

    1. Jenis resep racikan

    Resep racikan yang diterima pada kasus pediatri di Bangsal Anak

    dikelompokkan menurut jumlah dan jenis resep racikan yang diresepkan. Jumlah

    kasus paling banyak menerima satu jenis racikan, yaitu sebanyak 54 kasus,

    dengan jenis resep racikan yang paling banyak adalah parasetamol dan

    fenobarbital sebanyak 39 kasus. Berdasarkan data yang didapatkan, rata-rata

    setiap kasus yang dirawat di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda menerima satu

    sampai dua jenis racikan (rata-rata SD = 1,6 0,8).

    Tabel VII. Jenis Resep Racikan yang Digunakan pada Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta yang Menerima Satu Jenis Racikan

    Periode Juli 2007

    No. Jenis Racikan Jumlah kasus Presentase

    (%) 1. Parasetamol + Fenobarbital 39 39,4 2. Siproheptadin + Vitamin B 3 3,0 3. Parasetamol + Deksametason + Karbazokrom-

    Na-Sulfonat+ Vitamin K 2 2,0

    4. Ketotifen + Siproheptadin 1 1,0 5. Parasetamol + Metilprednisolon + Kodein 1 1,0 6. Polimiksin + Strocain + Fenobarbital 1 1,0 7. Kotrimoksazol + Setirizin + Vitamin B1 1 1,0 8. Prokaterol-HCl + Dekstrometorfan + CTM 1 1,0 9. Prokaterol-HCl + Dekstrometorfan +

    Eritromisin 1 1,0

    10. Metilprednisolon + Homoklorsiklizin-HCl + Salbutamol 1 1,0

    11. Aminofilin + Ambroksol 1 1,0 12. Kotrimoksazol + Metronidazol 1 1,0 13. Kanamisin + Tanalbin 1 1,0 JUMLAH 54 54,5

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 36

    Tabel VIII. Jenis Resep Racikan yang Digunakan pada Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta yang Menerima Dua Jenis Racikan

    Periode Juli 2007

    No. Jenis Racikan Jumlah kasus Persentase

    (%) Parasetamol + Fenobarbital

    1. Parasetamol + Deksametason + Karbazokrom-Na-Sulfonat + Vitamin K

    1 1,0

    Parasetamol + Fenobarbital 2. Siproheptadin + Ko-enzim B12 2 2,0

    Parasetamol + Fenobarbital 3. Polimiksin + Vitamin B1 6 6,1

    Parasetamol + Fenobarbital 4. Ketotifen + Setirizin + Prokaterol HCl 1 1,0

    Parasetamol + Fenobarbital 5. Ketotifen + Siproheptadin + Setirizin 1 1,0

    Parasetamol + Fenobarbital 6. Kotrimoksazol + Ketotifen + Setirizin 1 1,0

    Parasetamol + Fenobarbital 7. Ketotifen + Siproheptadin 11 11,1

    Parasetamol + Fenobarbital 8. Parasetamol + Diazepam 1 1,0

    Parasetamol + Fenobarbital 9. Sefiksim + Vitamin B1 1 1,0

    Parasetamol + Fenobarbital 10. Kotrimoksazol + Setirizin + Vitamin B1 1 1,0

    Parasetamol + Fenobarbital 11. Eritromisin + Homoklorsiklizin-HCl + Vitamin

    B1 1 1,0

    Parasetamol + Fenobarbital 12. Salbutamol + Metilprednisolon + Pseudoefedrin

    + Homoklorsiklizin-HCl + Ambroksol 1 1,0

    Parasetamol + Fenobarbital 13. Salbutamol + Metilprednisolon +

    Homoklorsiklizin-HCl + Ambroksol 1 1,0

    Parasetamol + Fenobarbital 14. Isoniazid + Rifampisin 1 1,0

    Parasetamol + Deksametason + Karbazokrom-Na-Sulfonat + Vitamin K 15. Kanamisin + Tanalbin

    1 1,0

    Parasetamol + Deksametason + Karbazokrom-Na-Sulfonat + Vitamin K 16. Ketotifen + Mebhidrolina Napadisilat

    1 1,0

    Parasetamol + Deksametason + Karbazokrom-Na-Sulfonat + Vitamin K 17. Sefadroksil + Dimenhidrinat

    1 1,0

    Ketotifen + Setirizin 18. Siproheptadin + Ko-enzim B12 2 2,0

    JUMLAH 35 35,4

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 37

    Tabel IX. Jenis Resep Racikan yang Digunakan pada Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta yang Menerima Tiga Jenis Racikan

    Periode Juli 2007

    No. Jenis Racikan Jumlah kasus Persentase

    (%) Parasetamol + Fenobarbital Polimiksin + Vitamin B1 1. Ranitidin + Vitamin B1

    1 1,0

    Parasetamol + Fenobarbital Polimiksin + Homoklorsiklizin-HCl + Vitamin B1 2.

    Ketotifen + Setirizin + Pseudoefedrin

    1 1,0

    Parasetamol + Fenoberbital Polimiksin + Vitamin B1 3. Ketotifen + Setirizin

    1 1,0

    Parasetamol + Fenobarbital Ketotifen + Setirizin 4. Prokaterol-HCl + Ambroksol

    1 1,0

    Parasetamol + Fenobarbital Ketotifen + Siproheptadin 5. Metilprednisol