Pkn fix
-
Upload
nurul-puspita-ningrum -
Category
Documents
-
view
38 -
download
0
Transcript of Pkn fix
TUGAS KELOMPOKPENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
“PRO DAN KONTRA UJIAN NASIONAL (UN) DI INDONESIA”
DISUSUN OLEH: 1. Banan Syaiful Islam 1400013200
2. Titik Soviyana 1400013202
3. I Putu Tara A 1400013199
4. Muhammad Ichal Rizani 1400013203
5. Nurul Puspita Ningrum 1400013201
KELAS : C
DOSEN : Gatot Sugiharto, SH., M.H.
FAKULTAS PSIKOLOGIUNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA 2014
Ujian Nasional biasa disingkat UN / UNAS adalah sistem evaluasi standar pendidikan dasar dan menengah secara nasional dan persamaan mutu tingkat pendidikan antar daerah yang dilakukan oleh Pusat Penilaian Pendidikan, Depdiknas di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 menyatakan bahwa dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional dilakukan evaluasi sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Lebih lanjut dinyatakan bahwa evaluasi dilakukan oleh lembaga yang mandiri secara berkala, menyeluruh, transparan, dan sistematik untuk menilai pencapaian standar nasional pendidikan dan proses pemantauan evaluasi tersebut harus dilakukan secara berkesinambungan.
Penentuan standar yang terus meningkat diharapkan akan mendorong peningkatan mutu pendidikan, yang dimaksud dengan penentuan standar pendidikan adalah penentuan nilai batas (cut off score).
Seseorang dikatakan sudah lulus / kompeten bila telah melewati
nilai batas tersebut berupa nilai batas antara peserta didik yang sudah
menguasai kompetensi tertentu dengan peserta didik yang belum
menguasai kompetensi tertentu.
Manfaat pengaturan standar ujian akhir:
- Adanya batas kelulusan setiap mata pelajaran sesuai dengan tuntutan
kompetensi minimum.
- Adanya standar yang sama untuk setiap mata pelajaran sebagai standar
minimum pencapaian kompetensi.
Selama ini penentuan batas kelulusan ujian nasional ditentukan
berdasarkan kesepakatan antara pengambil keputusan saja. Batas
kelulusan itu ditentukan sama untuk setiap mata pelajaran. Padahal
karakteristik mata pelajaran dan kemampuan peserta didik tidaklah sama.
Hal itu tidak menjadi pertimbangan para pengambil keputusan
pendidikan.
APA TUJUAN DAN FUNGSI DILAKSANAKAN UN?
Tujuan diadakan Ujian Nasional (UN) Menurut Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 153/U/2003 Tentang Ujian Akhir Nasional Tahun Pelajaran 2003/2004 bahwa tujuan dan fungsi ujian nasional seperti yang tercantum dalam SK Mendiknas 153/U/2003 yaitu:Tujuan Ujian Nasional (Pasal 2):1. Mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.2. Mengukur mutu pendidikan di tingkat nasional, propinsi, kabupaten/kota, dan sekolah / madrasah.3. Mempertanggungjawabkan penyelenggaraan pendidikan secara nasional, propinsi, kabupaten/kota, sekolah/madrasah, dan kepada masyarakat. Mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 77 tahun 2008 tanggal 5 Desember 2008 tentang Ujian Nasional Sekolah Menengah Atas atau Madrasah Aliyah (SMA/MA) Tahun Pelajaran 2008/2009 tujuan Ujian Nasional (UN) adalah untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi.
Fungsi UN dalam Keputusan Mendiknas. Nomor 153, yang
terdapat dalam pasal 3, yaitu berfungsi sebagai:
a. Alat pengendali mutu pendidikan secara nasional;
b. Pendorong peningkatan mutu pendidikan;
c. Bahan dalam menentukan kelulusan peserta didik.
Jadi, pelaksanaan UN ini berfungsi sebagai alat untuk
mengendalikan mutu pendidikan sehingga diketahui mutu pendidikan
yang telah dilaksanakan secara nasional dan dapat berfungsi sebagai
pendorong agar pendidikan di Indonesia dapat terus meningkat dalam
hal mutunya. Dalam pelaksanaan UN juga berfungsi sebagai penentu
kelulusan dan sebagai bahan pertimbangan bagi lembaga pendidikan
yang lebih tinggi melakukan seleksi dalam penerimaan siswa baru.
Selama ini penentuan batas kelulusan ujian nasional ditentukan
berdasarkan kesepakatan antara pengambil keputusan saja. Batas
kelulusan itu ditentukan sama untuk setiap mata pelajaran. Padahal
karakteristik mata pelajaran dan kemampuan peserta didik tidaklah sama.
Hal itu tidak menjadi pertimbangan para pengambil keputusan
pendidikan.
Keadaan ini lah menjadi tidak adil bagi peserta didik, karena dituntut
melebihi kapasitas kemampuan maksimalnya.
Kemendiknas menerapkan standar kelulusan tertentu pada
setiap pelaksanaan Ujian Nasional. Standar kelulusan ujian nasional yang
ditetapkan oleh Kemendiknas adalah setiap peserta didik yang
menempuh ujian nasional wajib memiliki nilai rata-rata minimal 5,50
berlaku untuk semua mata pelajaran yang diujikan. Khusus untuk para
siswa SMK, nilai praktik kejuruan akan ditambahkan pada standar
kelulusan ujian dengan poin minimal 7,00.
APA ALASAN PEMERINTAH MENYELENGGARAKAN UN?
Pemerintah menilai Ujian Nasional (UN) tetap diperlukan untuk mengukur
kompetensi kelulusan peserta pendidikan di setiap daerah. Penjelasan itu disampaikan
terkait desakan sejumlah pihak agar UN dihapuskan dari sistem pendidikan di Indonesia.
Anggota Badan Standarisasi Nasional Pendidikan, Teuku Ramli, di Jakarta, Sabtu 20 April
2013, menyatakan soal-soal yang diberikan kepada siswa sesuai dengan standar nasional.
Standar nasional, katanya, diperlukan karena pendidikan di daerah sangat beragam. "Kalau
UN dihapus, Indonesia tidak mempunyai standar pendidikan nasional," kata Ramli dalam
diskusi tentang "Ujian Setengah Nasional" di Warung Daun, Cikini. Pemerintah
menginginkan siswa harus menguasai pendidikan pada tingkat tertentu. "Misalnya SMP
ditetapkan harus bisa meloncat 75 cm, maka semua di daerah harus bisa meloncat setinggi
itu," kata dia.
Dari hasil ujian nasional, pemerintah dapat mengetahui dan memetakan daerah
mana saja tingkat pendidikan rendah. Sehingga pemerintah dapat memberikan bantuan yang
terbaik untuk daerah tersebut. Dengan alasan itulah, kata Ramli, pemerintah memberikan
ujian nasional.
BAGAIMANA HUBUNGAN UN DENGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005?
a. Bahwa Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan perlu diselaraskan dengan dinamika perkembangan masyarakat, lokal, nasional, dan global guna mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional;
b. Bahwa dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa diperlukan komitmen nasional untuk meningkatkan mutu dan daya saing bangsa melalui pengaturan kembali Standar Kompetensi Lulusan, standar isi, standar proses, dan standar penilaian, serta pengaturan kembali kurikulum;
b. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan;
BAGAIMANA TANGGAPAN KELOMPOK YANG MENOLAK UN?
a. Dilihat dari UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu Pasal 8 ayat 1: “Evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemampuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan”. Karena sifat ujiannya nasional, maka bidang kajian yang di-UN-kan dianggap lebih penting daripada pelajaran lain, sehingga sebagian besar upaya sekolah hanya ditujukan untuk mengantarkan peserta didik mencapai keberhasilan dalam UN.
b. Padahal materi UN hanya mencakup aspek intelektual, belum mampu mengukur seluruh aspek pendidikan secara utuh. Dalam hal ini telah terjadi malpraktik dengan kesan penyempitan terhadap makna dan hakekat pendidikan yang utuh menjadi hanya menyangkut aspek kognitif untuk beberapa pelajaran yang diujikan. Kecakapan motorik, sosial, emosional, moral atau budi pekerti, dan aspek spiritual dianggap diabaikan.
BAGAIMANA TANGGAPAN KELOMPOK YANG MENDUKUNG UN?
a. UN perlu dilaksanakan dalam rangka menegakkan akuntabilitas pengelola dan penylenggara pendidikan terhadap pihak-pihak yang berkepentingan dan masyarakat pada umumnya.
b. Tidak sedikit pula pendapat yang mendukung dilaksanakan UN terutama didasarkan pada argumentasi tentang pentingnya UN sebagai pengendali mutu pendidikan secara nasional dan pendorong atau motivator bagi peserta didik dan penyelenggara pendidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan.
APA DAMPAK POSITIF PENYELENGGARAN UN?
1. Siswa akan semangat untuk belajar.
2. Siswa akan mulai bersaing dengan murid yang lain untuk
mendapatkan nilai ujian nasional yang lebih tinggi.
3. Ujian nasional sebagai indikator pengukur untuk para siswa sudah
sampai manakah siswa sudah belajar serius untuk masa depan mereka.
4. Menciptakan generasi-generasi bangsa yang berkompeten
5. Peraturan dan pelaksanaan UN dapat memacu daya kreativitas dan
cara berpikir murid sehingga menjadi generasi yang kreatif.
1. Siswa harus menyiapkan tenaga ekstra untuk mengikuti les atau
bimbingan belajar.
2. Sisi negatifnya yang lainnya adalah, siswa kehilangan waktu
untuk bermain.
3. UN telah membuat para siswa, guru, dan orangtua merasa
tertekan dan stess.
4. UN juga berpotensi menyempitkan kurikulum sekolah (curriculum
narrowing) dan mendegrasi arti penting pelajaran itu.
5. Guru hanya menerangkan beberapa topik dan kompetensi
(berdasarkan panduan SKL) kemudian mengabaikan kompetensi lain
yang diujikan dalam UN
KESIMPULAN Begitu banyak pertentangan tentang kebijakan UN dengan konsep pandidikan
seutuhnya, yang pada dasarnya , tujuan pendidikan nasional maupun dengan tujuan UN
itu sendiri adalah sana . Kecurangan sistematik tidak hanya mengaburkan pemetaan
mengenai kondisi pendidikan nasional tapi juga berdampak buruk bagi guru dan murid
dan juga kreativitas murid terkungkung karena perhatian dan porsi pembelajaran lebih
besar pada mata pelajaran pilihan pemerintah. Dengan melihat fakta-fakta di atas, dapat
simpulkan sebagai salah satu kegagalan dunia pendidikan di Indonesia dan juga sebagai
penghambat kreatifitas siswa.
Seharusnya UN lebih menekankan pada inteligensi siswa, bukan kemampuan
mengingat dan mengingat saja, UN juga hanya mengajarkan kepada guru untuk melatih
siswa dngn soal-soal latihan yang hanya berdasarkan materi UN yang hanya akan
menghambat kemampuan siswa berpikir secara kritis. Padahal tujuan pendidikan
sesungguhnya adalah membentuk manusia cerdas, penuh kreativitas dan mandiri serta
dapat mengatasi segala persoalan yang dihadapi.