PIKKG - Skenario 4 2015
-
Upload
faiz-abdurrahman -
Category
Documents
-
view
147 -
download
47
description
Transcript of PIKKG - Skenario 4 2015
1
TENTIR PIKKG
PRINSIP PROMOTIF-PREVENTIF DALAM KESEHATAN
SIE PEND FKG UI 2015
#CERDAS, OPTIMAL, BERKUALITAS
UNIVERSITAS INDONESIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
2015
2
KELAINAN GIGI DAN MULUT YANG UTAMA
Penyakit gigi dan mulut menduduki urutan pertama dari daftar 10 besar penyakit
yang paling sering dikeluhkan masyarakat Indonesia. Persepsi dan perilaku masyarakat
Indonesia terhadap kesehatan gigi dan mulut masih buruk. Ini terlihat dari masih
besarnya angka karies gigi dan penyakit mulut di Indonesia yang cenderung meningkat.
Sementara ada dua penyakit mulut yang sering dialami masyarakat yaitu karies gigi dan
periodental.
A. KARIES GIGI
Tanda – tanda terjadinya karies pada gigi :
Perubahan warna gigi (bintik putih atau bintik hitam)
Lubang kecil pada permukaan gigi
Lubang yang kentara
Makanan mudah melekat pada permukaan gigi.
Rasa sakit dan ngilu bila minum air panas / dingin
Daerah permukaan gigi yang mudah terkena karies adalah :
Celah - celah gigi depan dan belakang
Daerah gigi yang berlapis
Permukaan gigi geraham
Cara – cara pencegahan karies pada gigi :
1. Sikat gigi dengan pasta gigi berfluoride 2x sehari, pada pagi hari setelah sarapan dan
malam hari sebelum tidur.
2. Lakukan flossing menggunakan benang gigi (dental floss) untuk mengangkat plak
dan sisa makanan yang tersangkut di anatara celah gigi-geligi.
3. Hindari makanan yang terlalu manis dan lengket juga kurangi minum minuman yang
manis seperti soda.
4. Lakukan kunjungan rutin ke dokter gigi paling tidak setiap enam bulan sekali,
khususnya untuk membersihkan karang gigi.
3
5. Perhatikan diet pada ibu hamil dan pastikan kelengkapan asupan nutrisi, terutama
kalsium dan fluor, karena pembentukan benih gigi bayi dimulai pada awal
trisemester pertama.
6. Penggunaan fluoride baik secara sistemik (vitamin, makanan) atau lokal (pasta gigi,
aplikasi topikal fluor)
B. PERIODONTAL DISEASE
Faktor penyebab penyakit periodontal :
Plak
Plak merupakan lapisan organik berisi bakteri yang begitu lengket sehingga hanya
dengan menyikat gigi secara menyeluruh yang akan menghilangkannya.
Kalkulus
Kalkulus merupakan suatu massa yang mengalami kalsifikasi yang terbentuk dan
melekat erat pada permukaan gigi. Kalkulus merupakan plak terkalsifikasi.
Faktor Genetik
Hubungan keluarga, tali darah / persaudaraan, serta ras juga sedikit banyak menjadi
pemicu rangsang terjadinya penyakit periodontal. Kecenderungan ayah / ibu yang
mengalami penyakit periodontal, dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya
penyakit periodontal kepada anak – anaknya. Perbedaan suku ras dan bangsa juga
sedikit banyak memberikan potensi besar kecilnya terkena penyakit periodontal ini.
Seperti kecenderungan ras keturunan Afrika, yang lebih berpotensi terkena penyakit
periodontal dibandingkan keturunan Amerika.
Faktor Usia
Semakin tua / dewasa seorang individu, maka potensi untuk mengalami kelainan
penyakit periodontal akan semakin besar juga. Karena pertumbuhan gigi yang
memanjang, akan lebih berpotensi menyebabkan kemudahan kerusakan yang akan
terjadi pada gigi – geligi mereka.
4
Faktor Kebiasaan
Kebiasaan buruk seperti jarang menggosok gigi, jarang mengontrol gigi ke dokter
gigi paling tidak 6 bulan sekali, menyukai makanan manis dan mengonsumsinya
berlebihan, dsb. Menjadi pemicu terjadinya penyakit periodontal yang akan merusak
gigi – geligi.
Cara – cara sederhana untuk mencegah penyakit periodontal :
Menyikat gigi
Pemberian Fluoride
Mengurangi makanan yang manis dan lengket
Ke dokter gigi
KARIES PERIODONTAL DISEASE
Gigi berlubang, penyakit kronis yang
prosesnya berlangsung lama (inkubasi
hingga 6 bulan) berupa hilangnya ion
mineral dari enamel (email) mahkota
hingga permukaan akar
Kondisi dalam mulut yang ditandai dengan
peradangan gingivitis (gusi) yang dapat
menyebar ke jaringan lunak (periodonti)
dan tulang gigi disebabkan plak oleh
bakteri oral hygiene.
Streptococcus Mutans Porphyromonas Gingivalis
Treponema denticola
B. foshytus
DEMINERALISASI INFLAMASI (Peradangan)
Rubor (panas) – Color – Dolor (Nyeri)
FAKTOR RISIKO
Faktor Primer
Faktor yang berpengaruh langsung pada
biofilm
– Gula (glukosa)
Faktor Lokal
subgingiva
Faktor Sistemik
Umumnya pada periodontitis kronis
5
Faktor Primer
PENGELOLAAN FAKTOR RISIKO
- Mengatur pola diet
Konsumsi gula :
(Slowly dissolve – solid – liquid)
-Meningkatkan kebersihan mulut
Oral Hygiene – Peningkatan kebersihan
mulut dan saliva
Pemilihan sikat gigi, metode aplikasi
menyikat gigi yang baik dan benar
I. PRINSIP PROMOTIF DAN PREVENTIF
Pelayanan preventif dan promotif adalah pelayanan bagi kelompok masyarakat yang
sehat, agar kelompok ini tetap sehat dan bahkan meningkat status kesehatannya. Pada
dasarnya pelayann ini dilakukan oleh kelompok profesi kesehatan masyarakat.
1. Preventif (pencegahan)
adalah mencegah jangan sampai terkena penyakit atau menjaga orang yang
sehat agar tetap sehat, Misalnya yang paling sederhana melakukan cuci tangan sebelum
makan dan sesudah buang air besar akan mencegah terjadinya penyakit diare.sedangkan
2. Promotif (peningkatan)
Adalah meningkatkan agar status statuskesehatan menjadi semakin meningkat,
misalnya pemberian inisiasimenyusui dini (IMD) dan ASI eksklusif yang dapat
membantumeningkatkan kekebalan terhadap penyakit karena kolostrum dan zat-zatgizi
yang terkandung dalam ASI. Anak tidak mudah terkena penyakit
Menurut Leavell dan Clark (1965), dari sudut pandang kesehatan masyarakat,
terdapat 5 tingkat pencegahan terhadap penyakit, yaitu :
1. Promotion of health
6
2. Specifik protection
3. Early diagnosis and prompt treatment
4. Limitation of disability
5. Rehabilitation.
Menurut Ottawa Charter, bahwa promosi kesehatan adalah suatu proses
yang memungkinkan individu untuk meningkatkan derajat kesehatannya. Sedangkan
menurut WHO (1998) menyebutkan bahwa promosi kesehatan adalah strategi inti untuk
pengembangan kesehatan, yang merupakan suatu proses yang berkembang dan
berkesinambungan pada status sosial dan kesehatan individu dan masyarakat.
Ruang Lingkup Berdasarkan Aspek Kesehatan:
a.Promosi kesehatan pada aspek promotif.
b.Promosi kesehatan pada aspek pencegahan dan penyembuhan:
- Pencegahan tingkat pertama (Primary prevention)
-Pencegahan tingkat kedua (Secondary prevention)
- Pencegahan tingkat tiga (Tertiary prevention)
A. Upaya Promotif
Upaya promotif adalah upaya promosi kesehatan yang ditujukanuntuk
meningkatkan status/ derajad kesehatan yang optimal. Sasarannya adalah kelompok
orang sehat. Tujuan upaya promotif adalah agar masyarakatmampu meningkatkan
kesehatannya. Dalam suatu survey di negara-negara
berkembang, dalam suatu populasi hanya terdapat antara 80%-85% orang yang benar-
benar sehat.
Upaya kesehatan dalam pelayanan kebidanan secara promotif sangat penting untuk
mengurangi AKI, AKA dan AKB. Pendekatan pemeliharaan pada ibu hamil merupakan
upaya kesehatan yang pari purna dan berkesinambungan melalui upaya peningkatan kes
ehatan (promotif).
7
B. Upaya Preventif
Upaya preventif adalah upaya promosi kesehatan untuk mencegahterjadinya penyakit.
Bentuk kegiatannya adalah imunisasi, pemeriksaanan tenatal care, postnatal care,
perinatal dan neonatal. Sasaran promosikesehatan pada aspek ini adalah kelompok
masyarakat yang berisiko tinggi (high risk).
Tujuan upaya promosi kesehatan pada kelompok ini adalah agar mereka tidak jatuh
sakit atau terkena penyakit (primary prevention).
Upaya preventif adalah sebuah usaha yang dilakukan individudalam mencegah
terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan. Prevensi secaraetimologi berasal dari bahasa
latin, Pravenire yang artinya datang sebelumatau antisipasi atau mencegah untuk tidak
terjadi sesuatu. yang sangat luas, prevensi diartikan sebagai upaya secara sengaja
dilakukanuntuk mencegah terjadinya gangguan, kerusakan, atau kerugian bagiseseorang
atau masyarakat (Notosoedirjo dan Latipun, 2005 : 145 ).
UPAYA PENCEGAHAN
A. Eliminasi reservoir
Eliminasi reservoir manusia sebagai sumber penyebaran penyakit dapat
dilakukan dengan cara :
1. Mengisolasi penderita : menempatkan pasien di tempat khusus untuk mengurangi
kontak dengan orang lain
2. Karantina : membatasi ruang gerak penderita dan menempatkan bersama-sama
penderita sejenis ditempat khusus yang didesain untuk itu
B. Memutus mata rantai
Dilakukan dengan cara meningkatkan sanitasi lingkungan dan hygiene program
C. Melindungi orang/kelompok rentan
1. Memberi perlindungan khusus pada bayi dan anak balita dengan imunisasi.
Obat-obat tertentu juga dapat mencegah penyakit malaria, meningitis, disentri
2. Meningkatkan gizi anak karena anak usia muda dengan gizi kurang akan
menyebabkan kerentanan pada anak tersebut
8
II. KONSEP SEHAT-SAKIT-PENCEGAHAN
SEHAT
Suatu keadaan sejahtera sempurna jasmani, rohani dan sosial yang
memungkinkan untuk hidup produktif sosialndan ekonomi, jadi tidak hanya dalam arti
tidak adanya penyakit atau kelumpuhan.
Definisi WHO tentang sehat mempunyai karakteristik berikut yang dapat meningkatkan
konsep sehat yang positif (Edelman dan mendle, 1994):
Sehat adalah kemampuan optimal individu untuk menjalankan peran dan
tugasnya secara efektif.
Kesimpulan :
Sehat adalah keadaan optimal baik fisik, mental maupun sosial seseorang
beraktivitas secara efektif.
SAKIT
Sakit adalah ketidakseimbangan fungsi normal tubuh manuasia termasuk
sejumlkah sistem biologis dan kondisi penyesuaian.
Tiga criteria adanya sakit adalah adanya gejala, persepsi tentang sakit yang
dirasakan dan ketidakmampuan beraktivitas
Bukti sakit adalah tanda dan gejala
Sakit adalah keadaan tidak menyenangkan yang menimpa seseorang sehingga
menimbulkan gangguan pada aktifitas sehari-hari baik jasmani maupun sosial.
Kesimpulan :
Sakit adalah ketidakseimbangan fungsi normal tubuh ynag disertai dengan tanda
dan gejala yang dapat mengganggu kegiatan sehari-hari.
9
III. FAKTOR RESIKO PENYAKIT DAN PENGELOLAANNYA
Risk Factor atau Faktor Resiko adalah hal-hal atau variabel yang terkait dengan
peningkatan suatu resiko dalam hal ini penyakit tertentu. Faktor resiko di sebut juga
faktor penentu, yaitu menentukan berapa besar kemungkinan seorang yang sehat
menjadi sakit. Faktor penentu kadang-kadang juga terkait dengan peningkatan dan
penurunan resiko terserang sutu penyakit
1. Faktor resiko yang tidak dapat diintervensi. Antara lain:
–faktor genetik
–faktor jenis kelamin
–faktor usia
2. Faktor resiko yang dapat di intervensi, antara lain:
–Kebiasaan buruk
–gaya hidup
– pola makan
–obesitas
Kegunaannya dari pada faktor resiko ini, pada dasarnya untuk mengetahui proses
terjadinya penyakit dalam hal ini penyakit tidak menular. Misalnya :
• Untuk memprediksi, meramalkan kejadian penyakit, misalnya perokok berat
mempunyai kemungkinan 10 kali untuk kanker paru daripada bukan perokok.
• Untuk memperjelas penyebab artinya kejelasan atau beratnya faktor resiko
dapat menjadikannya sebagai faktor penyebab, tentunya setelah menghilangkan
pengaruh dan faktor pengganggu sehingga faktor resiko itu adalah faktor
penyebab.
• Untuk mendiagnosa artinya membantu proses diagnosa
10
Menentukan besar faktor resiko dapat dilakukan dengan menghitung
besarnya resiko relative atau odds rasio. Perhitungan ini berdasarkan perbedaan rate
antara inciden populasi yang terpapar (Exposure) dengan yang tidak terpapar (Non
Exposure) pada kelompok yang sakit (kasus) dan tidak sakit (kontrol). Perhitungan ini
dikaitkan dengan jenis-jenis metode penelitian epidemiologi dan bisa juga dengan
melihat frekuensi penyakitnya.
Selain itu ada pendekatan yang menggabungkan ketiga bentuk pencegahan dengan 4
faktor utama yang mempengaruhi terjadinya penyakit :
• Gaya hidup (life style)
• Lingkungan (environment)
• Biologis
• Pelayanan kesehatan (delivery health)
FIVE LEVELS OF PREVENTION
Dimensi tingkat pelayanan kesehatan gigi, dapat dilakukan berdasarkan lima tingkat
pencegahan (five levels of prevention) dari Leavel and Clark sebagai berikut:
1) Promosi Kesehatan (Health Promotion)
Dalam tingkat ini pendidikan kesehatan gigi diperlukan untukmeningkatkan derajat
kesehatan gigi, misalnya dengan memilihmakanan yang menyehatkan gigi,
mengatur pola makanan yangmengandung gula.
2) Perlindungan Khusus (Specific Protection)
Yang termasuk dalam program upaya pelayanan perlindungan khususini, misalnya
pembersihan karang gigi, menyikat gigi segera setelahmakan, topical aplikasi,
fluoridasi air minum dan sebagainya.Pendidikan kesehatan gigi pada tingkat ini
diperlukan agarmasyarakat menjadi sadar untuk memelihara kesehatan gigi,
terutamauntuk daerah yang belum menyadari pentingnya pemeliharaankesehatan
gigi.
11
3) Diagnosis Dini dan Pengobatan Segera (Early Diagnosis and PromptTreatment)
Diagnosis dan pengobatan sedini mungkin perlu dilakukan, misalnyapemeriksaan
gigi dengan sinar-X secara berkala, penambalan gigiyang terkena karies,
penambalan fissure yang terlalu dalam dansebagainya.Pada tingkat ini pendidikan
kesehatan diperlukan karena masihrendahnya pengetahuan dan kesadaran
masyarakat mengenaikesehatan gigi, sehingga seringkali mereka membiarkan
giginya yang berlubang tidak segera ditambal dan mengakibatkan penyakit
yanglebih parah.
4) Pembatasan Cacat (Disability Limitation)
Pembatasan cacat merupakan tindakan pengobatan penyakit yangparah, misalnya
pulp capping, pengobatan urat saraf, pencabutan gigidan sebagainya.Pada tingkat
ini pendidikan kesehatan diperlukan karena merekasering tidak mengobati
penyakitnya secara tuntas. Misalnya, padaperawatan urat saraf yang memerlukan
beberapa kali kunjungan ataumereka ingin segera mencabut giginya walaupun
sebenarnya masihdapat dilakukan penambalan.
5) Rehabilitasi (Rehabilitation)
Rehabilitasi merupakan upaya pemulihan atau pengembalian fungsidan bentuk
sesuai dengan aslinya, misalnya pembuatan gigi tiruan.Pendidikan kesehatan pada
tingkat ini masih diperlukan untukmenyadarkan masyarakat akan pentingnya
mengembalikan fungsipengunyahan setelah dilakukan pencabutan dengan
pembuatan geligitiruan. Selain itu, juga diberikan penerangan tentang kemungkinan
- kemungkinan yang dapat terjadi akibat tidak dilakukan pembuatangeligi tiruan.
Tindakan yang dilakukan pada masa pasca erupsi ini terdiri dari pencegahanprimer,
sekunder dan tertier.:
a) Pencegahan Primer
Yaitu pencegahan sebelum gejala klinik timbul yaitu dengan cara peningkatan dan
perlindungan khusus. Peningkatan kesehatan : pendidikan kesehatan,
meningkatkan keadaan sosio ekonomi seseorang, standart nutrisi yang baik,
membatasi frekuensi makanan dan minuman yang manis-manis dan pemeriksaan
12
berkala (Tarigan, 1991).
b) Pencegahan Sekunder
Diagnosa dini dengan pengobatan yang tepat dan membatasi
ketidakmampuan/cacat yaitu pengobatan yang cepat untuk menghentikan proses
penyakitdan mencegah terjadinya komplikasi. Pada gigi yang terserang karies dan
masihdapat dilakukan penambalan maka dilakukan perawatan gigi/restorasi
gigi.Dengan demikian, lengkung geligi dapat dipertahankan dalam keadaan
utuh,fungsi pengunyahan dipertahankan, infeksi dan peradangan kronis
dapatdihilangkan sehingga kesehatan jaringan mulut yang baik dapat
dipertahankan.Selain itu, mempertahankan gigi anterior dapat mempertahankan
fungsi estetik,membantu fungsi bicara dan mencegah timbulnya efek psikologis bila
gigitersebut harus dicabut (Tarigan, 1991).
c) Pencegahan Tertier
Gigi dengan karies yang sudah dilakukan pencabutan terhadap rehabilitasi dengan
pembuatan gigi palsu (Tarigan, 1991).
Becker (1979) mengajukan beberapa klasifikasi perilaku yang berhubungandengan
kesehatan (Health Related Behaviour) salah satu diantaranya adalah
perilakukesehatan (Health Behaviour), yaitu hal-hal yang berkaitan dengan
tindakan ataukegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatannya. Termasukjuga tindakan-tindakan untuk mencegah penyakit,
kebersihan perorangan, memilihmakanan, sanitasi dan sebagainya (Herijulianti,
2002).
STATUS GIZI MASYARAKAT
a. Gizi, adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara
normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan
pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehdupan,
pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi
13
b. Keadaan gizi, adalah keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan
penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut, atau keadaan fisiologik akibat
dari tersdianya zat gizi dalam seluler tubuh
c. Malnutrition (Gizi salah), adalah keadaan patofisiologis akibat dari kekurangan atau
kelebihan secara relatif maupun absolut satu atau lebih zat gizi, ada empat bentuk
malnutrisi diantaranya adalah : (1) Under nutrition, kekurangan konsumsi pangan secara
relatif atau absolut untuk periode tertentu, (2) Specific deficiency, kekurangan zat gizi
tertentu, (3) Over nutrition, kelebihan konsumsi pangan untuk periode tertentu, (4)
Imbalance, karena disproporsi zat gizi, misalnya kolesterol terjadi karena tidak
seimbangnya LDL (Low Density Lipoprotein), HDL (High Density Lipoprotein), dan
VLDL (Very Low Density Lipoprotein), (5) Kurang energi protein (KEP), adalah
seseorang yang kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi protein
dalam makanan sehari-hari atau gangguan penyakit tertentu. Anak dikatakan KEP bila
berat badan kurang dari 80% berat badan menurut umur (BB/U) baku WHO-NHCS.
Indikator Status Gizi
Indikator status gizi yaitu tanda-tanda yang dapat memberikan gambaran tentang
keadaan keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi oleh tubuh. Indikator status
gizi umumnya secara langsung dapat terlihat dari kondisi fisik atau kondisi luar
seseorang.
contoh: pertumbuhan fisik → ukuran tubuh → antropometri (berat badan, tinggi badan,
dan lainnya).
1. Berat Badan per Umur
Berdasarkan klasifikasi dari Universitas Harvard, keadaan gizi anak
diklasifikasikan menjadi tiga tingkat, yaitu :
- Gizi Baik : apabila berat badan bayi atau anak menurut umurnya lebih dari 89 %
standard Harvard
- Gizi kurang : apabila berat badan bayi atau anak menurut umur berada di antara 60,1
% - 80 % standard Harvard
14
- Gizi buruk : apabila berat badan bayi atau anak menurut umurnya 60 % atau kurang
dari standard Harvard
2. Tinggi Badan Menurut Umur
Pengukuran Status Gizi bayi atau anak berdasarkan tinggi badan menurut umur
dari Universitas Harvard, keadaan gizi anak diklasifikasikan menjadi tiga tingkat, yaitu :
- Gizi Baik : apabila panjang tinggi badan bayi atau anak lebih dari 80 % standard
Harvard
- Gizi kurang : apabila panjang tinggi badan bayi atau anak menurut umur berada di
antara 70,1 % - 80 % standard Harvard
- Gizi buruk : apabila panjang tinggi badan bayi atau anak menurut umurnya 70 % atau
kurang dari standard Harvard
3. Berat Badan Menurut Tinggi
Pengukuran berat badan menurut tinggi badan ini diperoleh dengan
mengkombinasikan berat badan dan tinggi badan per umur menurut standar Harvard :
- Gizi Baik : apabila berat badan bayi atau anak menurut panjang atau tingginya lebih
dari 90 % standard Harvard
- Gizi kurang : apabila berat bdan bayi atau anak menurut panjang atau tingginya
berada di antara 70,1 % - 90 % standard Harvard
- Gizi buruk : apabila berat badan bayi atau anak menurut panjang atau tingginya
menurut umurnya 70 % atau kurang dari standard Harvard
4. Lingkar Lengan Atas (LLA) Menurut Umur
Klasifikasi pengukuran status gizi bayi atau anak berdasarkan lingkar lengan
atas, yang sering digunakan adalah mengac kepada standar Harvard, klasifikasinya
adalah :
- Gizi Baik : apabila LLA bayi atau anak menurut umurnya lebih dari 85 % standard
Wolanski
- Gizi kurang : apabila b LLA bayi atau anak menurut umurnya berada di antara 70,1
% - 85 % standard Wolanski
- Gizi buruk : apabila LLA bayi atau anak menurut umurnya 70 % atau kurang dari
standard Wolanski
15
5. Indeks Masa Tubuh (IMT)
Untuk menentukan status gizi orang dewasa dapat menggunakan indeks masa
tubuh . Formula untuk menentukan IMT adalah :
Perlu pula dipahami bahwa antara status
gizi dan indikator status giziterdapat
suatu perbedaan yaitu: bahwa indikator
memberikan refleksi tidak hanya status
gizi tetapi juga dapat merupakan refleksi
pengaruh – pengaruh non – Gizi. Oleh
karenanya indikator yang digunakan
walaupun sensitif tetapi tidak selalu
spesifik untuk status gizi.
Antropometri : Antropometri dapat berarti ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari
sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam
pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat
gizi. Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan
protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan
proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.
Dalam pembahasan tentang status gizi, ada 3 konsep yang harus dipahami ketiga
konsep ini saling berkaitan antara satu dengan lainnya. Ketiga konsep pengertian
tersebut adalah:
a. Proses dari organisme dalam menggunakan bahan makanan melalui
proses pencernaan, penyerapan, transportasi, penyimpanan metabolisme dan
pembuangan untuk
pemeliharaan hidup. pertumbuhan fisik organ tubuh dan produksi energi proses ini
disebut gizi
atau (Nutrition)
b. Keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara pemasukan zat gizi di satu
pihak dan
pengeluaran oleh organisme di pihak lain. keadaan ini disebut Nutriture
16
c. Tanda-tanda atau penampilan yang diakibatkan oleh nutriture dapat terlihat melalui
variabel
tertentu. Hal ini disebut status gizi (Nutritional status). Oleh karena itu dengan mengacu
tentang
keadaan gizi seseorang perlu disebutkan variabel yang digunakan untuk menentukannya
(misalnya: tinggi badan atau variabel pertumbuhan dan sebagainya variabel – variabel
yang
digunakan untuk menentukan status gizi selanjutnya disebut sebagai indikator status
gizi.
DHDS (DENTAL HEALTH DIET SCORE)
Dental Health Diet Score adalah alat pengukur atau prosedur penilaian sederhana yang
dapat mengungkapkan masalah diet potensial yang mungkin dapat mempengaruhi
kesehatan gigi.
Perhitungan Food Score
Food No. Of Servings Points
Meat .... x 8
Milk .... x 12
Fruit & Vegetables .... x 8
Others .... x 6
Bread & Cereals .... x 6
Perhitungan Nutrient Score
Berikan 1 skor pada setiap gizi yang dikonsumsi
1. Protein : cheese, eggs, fish, meat, liver, milk, and spinach
2. Iron : beef, eggs, liver, green leafy vegetables
3. Folic acid : cereals, spinach, yeast
4. Vitamin C : grape, green peppers, oranges, strawberries,tomatoes
5. Calcium : cheese, eggs, green leafy vegetables, milk
FOOD SCORE + NUTRIENT SCORE – SWEET SCORE = DHDS
17
Perhitungan Sweet Score
Yaitu menghitung kandungan gula yang dikonsumsi
1. Liquid (x5) : soft drinks, fruit drinks, sugar&honey in beverages, ice cream,
flavored yoghurt, puding, custard
2. Solid & Sticky (x10) : cake, donut, pastry,cookies, chocolate candy, caramel,
dried fruits, jelly, jam, chewy gum
3. Slowly dissolving (x15) : hard cand, breath mints, cough drops
Akumulasi DHDS
Score Result Interpretation
72-96 Excellent Conseling not required
64-72 Adequate Educate the patient
56-64 Barely adequate Conseling required
56 or less Not adequate Conseling with diet
modification
Menurut buku Promosi Kesehatan, perencanaan promosi kesehatan adalah suatu
proses diagnosis penyebab masalah, penetapan prioritas, dan alokasi sumber daya yang
ada untuk mencapai tujuan. Dalam perencanaan hal yang penting adalah menetapkan
dimensi kebutuhan dan prioritas kebutuhan promosi kesehatan. Sehingga menghasilkan
rumusan rencana, rumusan tujuan (yaitu, rumusan peningkatan perilaku yang diinginkan
setelah mengkaji fakta perilaku, faktor-faktor internal dan eksternal), dan rumusan
kegiatan.
IV. Perencanaan Promosi Kesehatan Berdasarkan Kebutuhan
Model Perencanaan Promosi Kesehatan
1. Model Pert
Dikembangkan sejak tahun 1960 (Rose dan Mico). Terdiri atas 6 fase, yaitu
initiation, needs assesment, goal settings, planning/programming,
implementation, dan evaluation. Perhatian langsung atau dimensi model ini
adalah sebagai berikut :
1. Dimensi isi. Diperlukan informasi pada setiap fase
2. Dimensi metode. Cara mendapatkan dan menganalisis informasi
18
3. Dimensi proses. Adanya tahap tertentu secara sistematis
2. Model PRECEDE-PROCEED
Awalnya dikembangkan oleh Green dan Kreuter (1991) pada tahun 1980 dikenal
dengan model PRECEDE (Predisposing, Reinforcing and Enabling, Causes in
Educational Diagnosis and Evaluation). PRECEDE merupakan kerangka untuk
membantu perencana mengenal masalah, mulai dari kebutuhan pendidikan
sampai pengembangan program. Pada tahun 1991, model ini disempurnakan
menjadi PRECEDE-PROCEED. PROCEED merupakan singkatan dari Policy,
Regulatory and Organizational, Contructs in Educational and Environmental
Development.
Dalam aplikasinya, PRECEDE-PROCEED dilakukan bersama-sama dalam
proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. PRECEDE digunakan pada fase
diagnosis masalah, penetapan prioritas dan tujuan program, sedangkan
PROCEED digunakan utnuk menetapkan sasaran dan kriteria kebijakan,
pelaksanaan, dan evaluasi.
Langkah-langkah Perencanaan Promosi Kesehatan
A. Menentukan Kebutuhan Promosi Kesehatan
Diagnosis Masalah
Menggunakan model PRECEDE-PROCEED. Ada 5 fase, diantaraya
adalah :
Fase 1 (Diagnosis Sosial)
Proses menentukan persepsi masyarakat terhadap kebutuhannya
dan aspirasi masyarakat untk meningkatkan kualitas hidupnya,
melalui partisipasi dan penerapan berbagai informasi
Fase 2 (Diagnosis Epidemiologi)
Proses mencari tahu kelompok mana yang terkena masalah
kesehatan, bagaimana pengaruh serta cara menanggulangi
masalah kesehatan tersebut
Fase 3 (Diagnosis Perilaku dan Lingkungan)
Proses mengidentifikasi masalah perilaku dan lingkungan yang
memengaruhi perilaku dan status kesehatan seseorang
19
Fase 4 (Diagnosis Pendidikan dan Organisasional)
Dilakukan berdasarkan determinan perilaku yang memengaruhi
status kesehatan seseorang/masyarakat
Fase 5 (Diagnosis Administrasi dan Kebijakan)
Proses menganalisis kebijakan, sumber daya, dan peraturan yang
berlaku yang dapat memfasilitasi atau menghambat
pengembangan program promosi kesehatan
Prioritas Masalah
Langkah-langkahnya sebagai berikut :
1. Menentukan status kesehatan masyarakat
2. Menentukan pola pelayanan kesehatan masyarakat yang ada
3. Menentukan hubungan antara status kesehatan dan pelayanan
kesehatan di masyarakat
4. Menentukan determinan masalah kesehatan masyarakat (tingkat
pendidikan, umur, jenis kelamin, dll)
Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan antara lain beratnya
masalah dan akibat yang ditimbulkan, pertimbangan poitis, dan sumber
daya yang ada di masyarakat.
B. Mengembangkan Komponen Promosi Kesehatan
Tujuan Program
Merupakan refleksi dari fase sosial dan epidemiologi, berupa pernyataan
tentang apa yang akan dicapai dalam periode tertentu yang berhubungan
dengan status kesehatan
Menentukan Sasaran
Individu atau kelompok, atau keduanya
Menentukan Isi
Bahan yang akan disampaikan kepada sasaran untuk meningkatkan
pencapaian tujuan
Menentukan Metode
20
Beberapa hal yang harus diperhatikan : aspek yang ingin dicapai, sumber
daya yang dimiliki masyarakat, serta jenis dan jumlah sasaran
Menentukan Media
Beberapa hal yang harus diperhatikan : jenis sasaran, tingkat pendidikan
sasaran, aspek yang ingin dicapai, metode yang digunakan, dan sumber
daya yang ada
Menentukan Evaluasi
Kapan evaluasi dilaksanakan, dimana, kelompok sasaran mana yang
akan dievaluasi, serta siapa yang akan melakukan evaluasi
Menyusun Jadwal Pelaksanaan
Penjabaran waktu, tempat, dan pelaksanaan. Biasanya disajikan dalam
bentuk Gantt chart.
21
Bentuk Nyata Program Kesehatan Gigi dan Mulut di Indonesia
UKGS
Menurut Depkes RI (1996) Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) merupakan
bagian integral dari Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) yang melaksanakan pelayanan
kesehatan gigi dan mulut secara terencana pada para siswa terutama siswa Sekolah
Tingkat Dasar (STD) dalam suatu kurun waktu tertentu dan diselenggarakan
secara berkesinambungan melalui paket UKS yaitu paket minimal, paket standar dan
paketoptimal. Menurut Depkes (1983 cit.Priyono, 1995), UKGS merupakan sarana
utama dalam rangka meningkatkan kesehatan gigi dan mulut anak-anak sekolah.
Melalui UKGS dapat ditanamkan sikap yang baik terhadapkesehatan gigi dan mulut
lewat kegiatan penyuluhan dan pendidikan kesehatanyang dilakukan serta tindakan dan
perawatan yang ada.
Kegiatan UKGS
◦ Kegiatan promotif, meliputi:
Menurut Depkes RI, 1996, Upaya promotif dilakukan dengan pelatihan guru dan
petugas kesehatan dalam bidang kesehatan gigi serta pendidikan/penyuluhan kesehatan
gigi dan mulut yang dilakukan oleh guru sesuai kurikulum Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan 1994.
◦ Kegiatan preventif
Menurut Depkes RI, 1996, Upaya preventif meliputi sikat gigi masal minimal
untuk kelas I, II dan kelas IIIdengan memakai pasta gigi yang mengandung fluor
minimal 1 kali per bulan dan penjaringan kesehatan gigi dan mulut.
Menurut WHO (1987,cit.Sriyono, 2007), tindakan pencegahan karies gigi dapat
dilakukan sebagai berikut:
1. Tindakan masyarakat
Berupa fluoridasi air minum, fluoridasi air minum sekolah, fluoridasi
garamdapur, fluoridasi minuman susu, dan peningkatan diet yang sehat.
2. Tindakan perseorangan
Tindakan sendiri di bawah supervisi
Kumur-kumur cairan F
Tablet fluor
Menyikat gigi dengan cairan F, jeli dan pasta profilaksis
Tindakan aplikasi topikal oleh profesional
Aplikasi topikal F
Profilaksis F pasta
Pit dan fisur silen
Profilaksis dan pengambilan plak.
Kombinasi antara tindakan sendiri dibawah supervisi dan tindakan
22
oleh profesional
Tindakan pencegahan sendiri
Pemakaian pasta F
Kontrol diet oleh individu
Kumur-kumur F dan penggunaan F tablet di rumah
◦ Kegiatan kuratif
Upaya kuratif yang dilaksanakan di UKGS adalah pengobatan darurat
untuk menghilangkan rasa sakit, pelayanan medik dasar baik berdasarkan
permintaanmaupun sesuai kebutuhan, dan rujukan bagi siswa yang memerlukan
perawatan(Depkes RI, 1996).
Tahap-tahap UKGS
Menurut Depkes RI (1996) terdapat tiga tahap UKGS berdasarkankeadaan tenaga dan
fasilitas kesehatan gigi di Puskesmas, yaitu:
1. UKGS Tahap I (paket minimal UKS)
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi siswa yang belum terjangkautenaga
dan fasilitas kesehatan gigi yang meliputi:
a. Pendidikan/penyuluhan kesehatan gigi dan mulut
Kegiatan ini dilakukan oleh guru sesuaidengan Kurikulum Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan 1994 (BukuPendidikan Kesehatan).
b. Pencegahan penyakit gigi dan mulut bagi siswa SD/MI
Kegiatan ini adalah sikat gigimasal minimal untuk kelas I, II dan kelas III dengan
memakai pasta gigiyang mengandung fluor minimal 1 kali/bulan.
c. Untuk siswa SLTP/SLTA disesuaikan dengan program UKS daerah masing-masing.
2. UKGS tahap II ( paket standar UKS)
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi siswa yang sudah terjangkau tenaga
dan fasilitas kesehatan gigi yang terbatas. Paket standar UKS yaitu UKGS tahap II
meliputi seluruh paket minimal UKS atau UKGS tahap Iditambah dengan:
a. Pelatihan guru dan petugas kesehatan dalam bidang kesehatan gigi (terintegrasi)
b. Penjaringan kesehatan gigi dan mulut untuk kelas I diikuti dengan pencabutan gigi
sulung yang sudah waktunya tanggal
c. Pengobatan darurat untuk menghilangkan rasa sakit
d. Pelayanan medik gigi dasar atas permintaan pada kelas I sampai dengankelas VI (care
on demand )
e. Rujukan bagi yang memerlukan
3. UKGS tahap III (paket optimal UKS)
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi siswa yang sudah terjangkautenaga dan
fasilitas kesehatan gigi yang sudah memadai.UKGS tahap IIImemakai sistem
23
inkremental dengan pemeriksaan ulang setiap 2 tahun untuk gigi tetap. Paket optimal
UKS yaitu UKGS Tahap III meliputi seluruh paketstandar UKS atau UKGS Tahap II
ditambah dengan pelayanan medik gigi dasar pada kelas terpilih sesuai kebutuhan.
Sasaran UKGS
Menurut Departemen Kesehatan RI (1996) sasaran progam UKGS adalah semua
murid usia sekolah yang dalam lingkup wilayah kerja puskesmas yaitu :
1. 100% SD melaksanakan pendidikan/penyuluhan kesehatan gigi dan mulut sesuai
kurikulum Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
2. Minimal 80% SD/MI melaksanakan sikat gigi massal.
3. Minimal 50% SD/MI mendapatkan pelayanan medik gigi dasar atas permintaan(care
on demand ).
4. Minimal 30% SD/MI mendapatkan pelayanan medik gigi atas dasar
kebutuhan perawatan (treatment need ).
Dalam Departemen Kesehatan RI tahun 2000 juga dijelaskan bahwa :
1. Frekuensi pembinaan UKGS ke SD minimal 2 kali per tahun
2. Minimal 75% murid SD mendapatkan pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut
3. Minimal 80% murid SD mendapatkan perawatan medik gigi dasar, dari seluruh murid
SD yang telah terjaring untuk mendapatkan perawatan lanjutan
Sasaran kegiatan UKGS yang dilakukan oleh mahasiswa kepaniteraan di bagian
IKGP dan IKGM FKG UGM angkatan 58 adalah siswa kelas 3B(7 siswa)dan kelas 6B
(6 siswa) SD Kanisius Sengkan, Kecamatan Depok, Sleman,Yogyakarta yang telah
menjalin kerjasama dengan FKG UGM.
24
Perancangan Pencegahan Terjadinya Penyakit Gigi dan Mulut yang Disebabkan Oleh
Perilaku dan Kurangnya Asupan Gizi
Rancangan yang tepat untuk mencegah terjadinya penyakit gigi dan mulut yang
disebabkan oleh perilaku masyarakat adalah:
1. Perlunya mangubah kebiasaan buruk yaitu malas menggosok gigi.
2. Perlunya mengetahui bahaya dari tidak menggosok gigi.
3. Rutin melakukan pemeriksaan gigi setiap 6 bulan sekali.
4. Menggosok gigi dengan baik yaitu menggunakan sikat gigi yang lembut dan
nyaman untuk digunakan, menggunakan pasta gigi yang mengandung fluor dan
memakainya jangan berlebihan yaitu hanya sebesar biji kacang polong,
menyikat gigi dengan gerakan memutar dan vertikal, menyikat gigi minimal 2
menit untuk hasil yang terbaik, dan jangan lupa mengganti sikat gigi maksimal
sebulan sekali.
5. Program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah.
6. Membentuk Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat (UKGM) melalui posyandu.
7. Bisa dipertimbangkan untuk pelaksanaan Program Dokter Gigi Keluarga.
8. Pengefektifan pelaksanaan Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut untuk
masyarakat yang bersifat promotif preventif.
Rancangan yang tepat untuk mencegah terjadinya penyakit gigi dan mulut yang
disebabkan oleh asupan gizi masyarakat:
1. Menjaga pola makan yang tepat dan teratur.
2. Konseling diet makanan.
3. Fluoridasi (menambahkan sejumlah fluor) dalam air minum, garam dapur,
minuman susu dan makanan yang lain.
4. Jangan terlalu sering mengonsumsi minuman asam karena akan membuat email
gigi menjadi rapuh.
5. Kurangi mengonsumsi gula terutama berasal dari makanan yang lengket.
6. Mengonsumsi sayuran segar, roti gandum, keju sebagai makanan ringan.
25
7. Kunyah permen karet bebas gula setelah makan untuk memproduksi air liur
yang dapat menetralkan asam pada mulut.
V. PUBLIC HEALTH DENTIST
Dalam Dental Public Health, keterlibatan seorang dokter gigi menjadi peran
penting dalam hal tersebut. Karena seorang dokter gigi memiliki tugas yang berkaitan
dengan tersebut yang secara langsung diterapkan kepada masyarakat. Public Health
Dentist atau Dokter gigi bidang keseahatan masyarakat memiliki peran dan tugas
tersendiri. Selain kewajiban menjadi seorang dokter gigi, public health dentist juga
memiliki tugas yang berbeda dari dokter gigi pada umumnya. Yang dimaksud dengan
Public Health Dentist adalah orang yang melakukan atau menjalankan tugas yang
berkaitan dengan kesehatan masyarakat, dalam hal ini berinteraksi langsung dalam
pemberian dan penerapan ilmu kedokteran gigi. Dalam kedokteran gigi, dokter gigi
dibagi menjadi dua yaitu Dokter gigi klinik dan dokter gigi Public Health.
Perbedaan dari pembagian tersebut terlihat dari peran dan tugas mereka masing-masing.
Tugas seorang dokter gigi klinik lebih focus pada pasien individual, sedangkan
Doktergigi Public Health lebih focus pada komunitas yang mencakup
geografi,pandangan poltik, karakteristik social demografi, serta status kesehatan dari
masyarakat itu sendiri. Lalu dokter gigi klinik lebih ke melakukan pemerikasaan,
sedangkan dokter gigi public health lebih ke pengimplementasian ilmu kedokteran
mulut kepada masyarakat dalam pengawasan kesehatan gigi dan mulut masyarakat.
Kemudian dokter gigi klinik juga sering menetapkan diagnosis, sedangkan dokter gigi
public health menganalisis dan menafsirkan data dari survei , sistem pengawasan , dan
sumber data lainnya terlebih dahulu. Selain itu dokter gigi klinik juga sering membahas
dengan pasien tentang pertemuan perawatan selanjut-selanjutnya, sedangkan Dokter
gigi Public Health langsung Melibatkan mitra masyarakat dan membentuk koalisi
kesehatan mulut masyarakat ; mengembangkan rencana kesehatan mulut masyarakat
untuk mengatasi temuan dari lisan surveilans kesehatan ; berencana pencegahan dan
pengobatan berbasis komunitas program ; serta mengembangkan kebijakan untuk
mengatasi kebutuhan yang diidentifikasi. Dokter gigi klinik juga lebih kepenyediaan
pengobatan sedangkan dokter gigi public health lebih ke Mengimplementasikan
program kesehatan mulut berbasis masyarakat , yang membutuhkan mengumpulkan
26
sumber daya secara terorganisasi , sistematis dan rasional dan sebaiknya dengan
dukungan masyarakat berbasis luas dan keterlibatannya. Selanjutnya dokter gigi klinik
menerima pembayaran untuk melakukan pelayanan sedangkan dokter gigi public health
Memperoleh pendanaan untuk mengoperasikan program , yang mungkin berasal dari
berbagai sumber termasuk pemerintah , yayasan swasta , filantropis organisasi , dan
lembaga donor komersial atau pribadi . dan yang terakhir dokter gigi klinik jadwal
tindak lanjut pasiennya secara berkala sedangkan dokter gigi public health langsung
melakukan evaluasi program.
Jadi, Prinsip Promotif –preventif dalam kesehatan mempengaruhi faktor
risiko penyakit seperti status gizi masyarakat. Cara pencegahan suatu
penyakit dapat dilakukan baik dari faktor risiko (lingkungan, genetik,
perilaku dan gaya hidup) maupun faktor lainnya.
COMMON RISK FACTOR APPROACH
Common Risk Factor Approach merupakan suatu pendekatan yang terintegrasi.
Maksudnya adalah antar setiap komponen saling berhungan membentuk suatu kesatuan
hubungan. Penyebab utama dari sebagian besar penyakit kronis adalah diet, smoking,
stress, alcohol, control, exercise, hygiene, dan injuries. Hal tersebut dapat dianalogikan
dalam skema menurut Sheiham & Watt berikut:
27
Kunci dari konsep Common Risk Factor Approach adalah mempromosikan
kesehatan umum dengan mengontrol factor risiko dalam jumlah kecil yang dapat
memberikan dampak pada penyakit kronis dalam jumlah besar. Jadi, pendekatan
dilakukan pada factor risikonya. Bukan pada kasus penyakitnya. Sehingga dari satu
factor risiko, dapat mencakup beberapa penyakit kronis. Contohnya, factor risiko
buruknya penyakit mulut dapat juga menjadi factor risiko penyakit kronis lainnya.
Sehingga dalam penerapan Common Risk Factor Approach diperlukan partnership
working. Partnership working ini merupakan kesempatan yang ideal dalam
pengintegrasian oral dengan general health. Ahli oral health harus berkolaborasi dengan
agensi dan sector terkait.
Common Risk Factor Appproach menjelaskan mengenai the causes of the
causes, yaitu sebab dari suatu sebab. Maksud pernyataan tersebut dapat dianalogikan
dengan gambar berikut:
Prinsip yang digunakan adalah focus pada seluruh populasi. Keuntungan pendekatan
ini dibandingkan dengan pendekatan pada penyakit spesifik antara lain:
Harga lebih murah
Lebih efisien
Lebih efektif