PHRS JKN
-
Upload
annisamegalisna -
Category
Documents
-
view
3 -
download
0
description
Transcript of PHRS JKN
MASALAH LAYANAN KESEHATAN PESERTA
JKN/BPJS
DI PUSKESMAS TANJUNG PINANG KOTA JAMBI
Disusun Oleh :
1. Annisa Mega Lisna S.Ked G1A214015
2. Ayu Ivotika Ardila S.Ked G1A214016
KEPANITERAAN KLINIK SENIOR
BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT/KOMUNITAS
PUSKESMAS TANJUNG PINANG
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2014
1
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
PHRS tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (JKN). Selanjutnya sholawat
beserta salam penulis haturkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, manusia
biasa yang luar biasa yang telah mengukir sejarah peradaban dalam kejayaan
Islam dengan tinta emas. Semoga Kejayaan Islam tersebut bisa terwujud kembali.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu hingga laporan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya: Kepala
Puskesmas Tanjung Pinang dr. Emildan Pasai selaku pembimbing, petugas
puskesmas yang menangani masalah jamkesmas/da/BPJS, perawat-perawat yang
telah memberikan banyak masukan, dan teman-teman satu kelompok di
Puskesmas Tanjung Pinang Jambi.
Demikianlah kata pengantar yang penulis sampaikan. Penulis menyadari
bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu saran dan kritik
dari semua pihak sangat diperlukan agar pada penulisan yang akan datang dapat
diperbaiki.
Jambi, Januari 2015
Penulis
2
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di wilayah kerjanya. Sebagai penyelenggara pembangunan kesehatan,
puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan per orangan
dan upaya kesehatan masyarakat, yang ditinjau dari Sistem Kesehatan Nasional
sebagai pelayanan kesehatan tingkat pertama.1
Sekalipun telah banyak keberhasilan yang dicapai oleh puskesmas dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, namun dalam pelaksanaanya masih
banyak terjadi masalah-masalah yang dapat menghambat puskesmas berfungsi
maksimal. Masalah-masalah tersebut dapat memengaruhi pemanfaatan puskesmas
yang pada ujungnya berpengaruh pada status kesehatan masyarakat di wilayah
kerjanya. Masalah pelayanan kesehatan itu sendiri adalah masalah yang terkait
erat dengan masalah sosial yang paling dirasakan oleh penduduk maupun
masyarakat.
Dilihat dari indikator keberhasilan secara umum, angka harapan hidup 70,5,
angka kematian ibu 248 per 100.000 kelahiran hidup, dan angka kematian bayi
26,9 per 1.000 kelahiran hidup. Status kesehatan tersebut dapat menjadi lebih
buruk pada kelompok masyarakat miskin, dikarenakan keterbatasan pengetahuan,
akses layanan kesehatan dan kemampuan membayar pelayanan kesehatan yang
semakin mahal. Berdasarkan Pendataan Sosial Ekonomi (PSE 2005) diperoleh
rumah tangga miskin (RTM) di Indonesia sebanyak 19,1 juta atau sekitar 76,4 juta
jiwa.2
Undang-undang dasar 1945 pasal 28 H dan undang-undang nomor 23
Tahun 1992 tentang kesehatan, menetapkan bahwa setiap orang berhak
mendapatkan pelayanan kesehatan. Karena itu setiap individu, keluarga dan
masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya, dan Negara
3
bertanggung jawab mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya
termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu.1
Dalam undang-undang disebutkan bahwa pemerintah bertanggung jawab
merencanakan, mengatur, menyelenggarakan, membina, dan mengawasi
penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat.
(UU No.36 tahun 2009 tentang kesehatan). Puskesmas dan jaringannya sebagai
sarana pelayanan kesehatan terdepan mempunyai tugas menjangkau masyarakat,
sebaliknya puskesmas dan jaringannya diharapkan dapat dijangkau oleh
masyarakat di wilayah kerja sehingga puskesmas dan jaringannya bertanggung
jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan di wilayah kerja secara proaktif
dan responsif.3
Untuk mengatasi hal itu, pada Tahun 2004 dikeluarkan Undang- Undang
No.40 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). UU ini mengamanatkan
bahwa jaminan sosial wajib bagi seluruh penduduk termasuk Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) melalui suatu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).1, 2
Undang -Undang No. 24 Tahun 2011 juga menetapkan, Jaminan Sosial
Nasional akan diselenggarakan oleh BPJS, yang terdiri atas BPJS Kesehatan dan
BPJS Ketenagakerjaan. Khusus untuk Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) akan
diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan yang implementasinya dimulai 1 Januari
2014. Secara operasional, pelaksanaan JKN dituangkan dalam Peraturan
Pemerintah dan Peraturan Presiden, antara lain: Peraturan Pemerintah No.101
Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran (PBI); Peraturan Presiden No. 12
Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan; dan Peta Jalan JKN (Roadmap Jaminan
Kesehatan Nasional). 1, 2
1.1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat disimpulkan rumusan
masalah sebagai berikut:
a. Apa yang dimaksud dengan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) /
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)?
b. Apa landasan hukum dari JKN/BPJS?
4
c. Apa saja manfaat dari JKN/BPJS?
d. Apa tujuan dan prinsip-prinsip JKN/BPJS?
e. Bagaimana kepesertaan JKN/BPJS?
f. Bagaimana pembiayaan JKN/BPJS?
g. Bagaimana pelayanan JKN/BPJS?
h. Bagaimana pengorganisasian JKN/BPJS?
1.2. Tujuan Penulisan
1.2.1. Tujuan Umum
Untuk mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang terjadi
dalam layanan kesehatan peserta jamkesmas/da dan BPJS/JKN di
Indonesia khususnya Puskesmas Tanjung Pinang.
1.2.2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran pelaksanaan program jaminan
kesehatan di Indonesia khususnya di Puskesmas Tanjung
Pinang.
b. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab masalah dalam
pelaksanaan program jaminan kesehatan di Indonesia
khususnya di Puskesmas Tanjung Pinang.
1.3. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Senior
Melalui tugas ini diharapkan dapat menambah wawasan di bagian Ilmu
Kesehatan Masyarakat
2. Bagi Puskesmas Tanjung Pinang
a. Puskesmas Tanjung Pinang dapat mengetahui pelaksanaan
program JKN/BPJS di wilayah kerjanya.
5
b. Puskesmas Tanjung Pinang dapat melakukan identifikasi dan
analisis masalah, mencari penyebab dan latar belakang serta
hambatan masalah dari program JKN/BPJS di wilayah kerjanya.
3. Bagi Peneliti Lain
a. Dapat digunakan sebagai bahan acuan atau data untuk
melaksanakan penelitian terkait.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian JKN/BPJS
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari Sistem
Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan dengan menggunakan
mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory)
berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN dengan
tujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak
yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya
dibayar oleh Pemerintah.4
Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan (BPJS) adalah Badan
Hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial. BPJS
terdiri dari BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.4
2.2 Landasan Hukum
1. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H ayat (1) bahwa setiap orang
berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapat
lingkungan yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan. Pasal 34 mengamanatkan ayat (1) bahwa fakir miskin dan anak-
anak yang terlantar dipelihara oleh negara, sedangkan ayat (3) bahwa
negara bertanggungjawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan
dan fasilitas umum yang layak.
2. UU No. 40 tahun 2004 tentang SJSN menggantikan program-program
jaminan sosial yang ada sebelumnya (Askes, Jamsostek, Taspen dan
Asabri).
3. Peraturan Presiden republik Indonesia No. 12 Tahun 2013 tentang Jaminan
Kesehatan.
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2011 tentang
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.
7
Pasal 1: Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang selanjutnya disingkat
BPJS adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan
program jaminan sosial.
Pasal 3: BPJS bertujuan untuk mewujudkan terselenggaranya pemberian
jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap
Peserta dan/atau anggota keluarganya.
5. UU No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
6. PP No.101 Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran (PBI)
2.3 Tujuan dan prinsip JKN
Tujuan JKN
Agar semua penduduk indonesia terlindungi dalam sistem asuransi
sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang
layak.4
Prinsip-prinsip JKN
a. Prinsip Kegotongroyongan
Gotong-royong sesungguhnya sudah menjadi salah satu prinsip dalam
hidup bermasyarakat dan juga merupakan salah satu akar dalam
kebudayaan kita. Dalam SJSN, prinsip gotong royong berarti peserta yang
mampu membantu peserta yang kurang mampu, peserta yang sehat
membantu yang sakit atau yang berisiko tinggi, dan peserta yang sehat
membantu yang sakit. Hal ini terwujud karena kepesertaan SJSN bersifat
wajib untuk seluruh penduduk, tanpa pandang bulu. Dengan demikian,
melalui prinsip gotongroyong jaminan sosial dapat menumbuhkan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
b. Prinsip Nirlaba
Pengelolaan dana amanat oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS) adalah nirlaba bukan untuk mencari laba (for profit oriented).
Sebaliknya, tujuan utama adalah untuk memenuhi sebesar-besarnya
kepentingan peserta. Dana yang dikumpulkan dari masyarakat adalah dana
8
amanat, sehingga hasil pengembangannya, akan di manfaatkan sebesar-
besarnya untuk kepentingan peserta.
c. Prinsip Keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, efisiensi, dan efektivitas.
Prinsip-prinsip manajemen ini mendasari seluruh kegiatan pengelolaan
dana yang berasal dari iuran peserta dan hasil pengembangannya.
d. Prinsip Portabilitas
Prinsip portabilitas jaminan sosial dimaksudkan untuk memberikan
jaminan yang berkelanjutan kepada peserta sekalipun mereka berpindah
pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
e. Prinsip Kepesertaan Bersifat Wajib
Kepesertaan wajib dimaksudkan agar seluruh rakyat menjadi peserta
sehingga dapat terlindungi. Meskipun kepesertaan bersifat wajib bagi
seluruh rakyat, penerapannya tetap disesuaikan dengan kemampuan
ekonomi rakyat dan pemerintah serta kelayakan penyelenggaraan program.
Tahapan pertama dimulai dari pekerja di sektor formal, bersamaan dengan
itu sektor informal dapat menjadi peserta secara mandiri, sehingga pada
akhirnya Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dapat mencakup seluruh
rakyat.
f. Prinsip Dana Amanat
Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan dana titipan kepada
badan-badan penyelenggara untuk dikelola sebaik-baiknya dalam rangka
mengoptimalkan dana tersebut untuk kesejahteraan peserta.
g. Prinsip Hasil Pengelolaan Dana Jaminan Sosial
9
Dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan untuk
sebesar-besar kepentingan peserta.4
2.4 Kepesertaan JKN
Peserta tersebut meliputi: Penerima Bantuan Iuran (PBI) JKN dan
bukan PBI JKN dengan rincian sebagai berikut:
a. PBI (Penerima Bantuan Iuran ) Jaminan Kesehatan
Peserta PBI jaminan kesehatan meliputi orang yang tergolong fakir miskin
dan orang tidak mampu.
b. Peserta Bukan PBI Jaminan Kesehatan
Peserta bukan PBI jaminan kesehatan merupakan peserta yang tidak
tergolong fakir miskin dan orang tidak mampu, yang terdiri atas :
1. Pekerja penerima upah dan anggota keluarganya. Yaitu:
a. Pegawai negeri sipil
b. Anggota TNI
c. Anggota POLRI
d. Pejabat Negara
e. Pegawai pemerintah non pegawai negeri (pegawai tidak tetap,
pegawai honorer,staf khusus dan pegawai lain yang dibayarkan
oleh anggaran pendapatan belanja negara atau anggaran pendapatan
belanja daerah).
f. Pegawai swasta dan
g. Pekerja lain yang memenuhi kriteria pekerja penerima upah.
2. Pekerja bukan penerima upah dan anggota keluarganya
a. Pekerja di luar hubungan kerja atau Pekerja mandiri
b. Pekerja yang tidak termasuk huruf a yang bukan penerima Upah.
10
Pekerja sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b, termasuk
warga negara asing yang bekerja di Indonesia paling singkat 6
(enam) bulan.
3. Bukan pekerja dan anggota keluarganya
a. Investor
b. Pemberi Kerja
c. Penerima Pensiun
d. Veteran
e. Perintis Kemerdekaan
f. Bukan Pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai dengan huruf e
yang mampu membayar iuran.
Penerima pensiun terdiri atas:
a. Pegawai Negeri Sipil yang berhenti dengan hak pensiun
b. Anggota TNI dan Anggota Polri yang berhenti dengan hak pensiun
c. Pejabat Negara yang berhenti dengan hak pensiun
d. Penerima Pensiun selain huruf a, huruf b, dan huruf c
e. Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun
sebagaimana dimaksud pada huruf a sampai dengan huruf d yang
mendapat hak pensiun.
Anggota keluarga bagi pekerja penerima upah meliputi:
- Istri atau suami yang sah dari Peserta; dan
- Anak kandung, anak tiri dan/atau anak angkat yang sah dari
Peserta, dengan kriteria: tidak atau belum pernah menikah atau
tidak mempunyai penghasilan sendiri; dan belum berusia 21 (dua
puluh satu) tahun atau belum berusia 25 (duapuluh lima) tahun
yang masih melanjutkan pendidikan formal.
Sedangkan Peserta bukan PBI JKN dapat juga mengikutsertakan
anggota keluarga yang lain.
11
WNI di Luar Negeri
Jaminan kesehatan bagi pekerja WNI yang bekerja di luar negeri diatur
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan tersendiri. 4
Prosedur pendaftaran peserta JKN
a. Pemerintah mendaftarkan PBI JKN sebagai Peserta kepada BPJS
Kesehatan.
b. Pemberi Kerja mendaftarkan pekerjanya atau pekerja dapat mendaftarkan
diri sebagai Peserta kepada BPJS Kesehatan.
c. Bukan pekerja dan peserta lainnya wajib mendaftarkan diri dan
keluarganya sebagai Peserta kepada BPJS Kesehatan.
2.5 Pembiayaan JKN
Sistem Kesehatan Nasional pada prinsipnya terdiri dari dua bagian
besar yaitu sistem pendanaan dan sistem layanan kesehatan. Subsistem
pendanaan kesehatan menggambarkan dan mengatur sumber-sumber
keuangan yang diperlukan untuk terpenuhinya kebutuhan kesehatan
penduduk. Pendanaan kesehatan dapat bersumber dari (1) pendanaan langsung
dari masyarakat (disebut out of pocket) yang dibayarkan dari
perorangan/rumah tangga kepada fasilitas kesehatan; (2) pendanaan dari
Pemerintah dan atau Pemda; (3) pembayaran iuran asuransi sosial yang wajib
sebagaimana diatur dalam UU SJSN; (4) Pendanaan oleh pihak ketiga, baik
oleh pemberi kerja atau oleh peserta asuransi; dan (5) bantuan pendanaan dari
berbagai sumber baik dalam maupun luar negeri. Berdasarkan UU Nomor
40/2004 tentang SJSN dan UU Nomor 36/2009 tentang Kesehatan, pendanaan
layanan kesehatan perorangan akan bertumpu dari iuran wajib yang akan
dikelola oleh BKesehatan. Sementara pendanaan bersumber dari kantong
perorangan/keluarga, pemberi kerja baik langsung atau melalui asuransi
kesehatan swasta akan menjadi sumber dana tambahan (top up) layanan
kesehatan perorangan. Sedangkan sumber dana dari Pemerintah/Pemda tetap
12
diperlukan untuk mendanai bantuan iuran bagi penduduk miskin dan tidak
mampu serta pendanaan program kesehatan masyarakat yang tidak ditujukan
untuk layanan orang per orang.1
1. Iuran
Iuran Jaminan Kesehatan adalah sejumlah uang yang dibayarkan secara
teratur oleh peserta, Pemberi Kerja, dan/atau Pemerintah untuk Program
Jaminan Kesehatan, (pasal 16, Perpres No. 12/2013 tentang Jaminan
Kesehatan Nasional).
2. Pembayar Iuran
Bagi peserta PBI, Iuran dibayar oleh pemerintah
Bagi Peserta Pekerja Penerima Upah, Iurannya dibayar oleh Pemberi
kerja dan pekerja.
Bagi peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta Bukan Pekerja,
Iuran dibayar oleh peserta yang bersangkutan.
Besarnya Iuran Jaminan Kesehatan Nasional di tetapkan melalui
peraturan Presiden dan ditinjau ulang secara berkala sesuai dengan
perkembangan social, ekonomi dan kebutuhan dasar hidup yang layak.
3. Pembayaran Iuran
Setiap peserta wajib membayar iuran yang besarnya ditetapkan
berdasarkan persentase dari upah (untuk pekerja penerima upah) atau suatu
jumlah nominal tertentu (bukan penerima upah dan PBI)3
Setiap pemberi kerja wajib memungut iuran dari pekerjanya,
menambahkan iuran peserta yang menjadi tanggung jawabnya dan
membayarkan iuran tersebut setiap bulan kepada BPJS Kesehatan secara
berkala (paling lambat tanggal 10 setiap bulan). Apabila tanggal 10
(sepuluh) jatuh pada hari libur, maka iuran dibayarkan pada hari kerja
berikutnya. Keterlambatan pembayaran iuran untuk pekerja penerima upah
dikenakan denda administratif sebesar 2% (dua persen) per bulan dari total
13
iuran yang tertunggak paling banyak untuk waktu 3 (tiga) bulan, yang
dibayarkan bersamaan dengan total iuran yang tertunggak oleh pemberi
kerja. Sedangkan, Keterlambatan pembayaran iuran untuk peserta bukan
penerima upah dan bukan pekerja dikenakan denda keterlambatan sebesar
2% (Dua persen) perbulan dari total iuran yang tertunggak paling banyak
untuk waktu 6 (Enam) bulan yang dibayarkan bersamaan dengan total iuran
yang tertunggak.3
Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta bukan pekerja
wajib membayar iuran JKN pada setiap bulan yang dibayarkan paling
lambat tanggal 10 (sepuluh) setiap bulan kepada BPJS Kesehatan.
Pembayaran iuran JKN dapat dilakukan diawal.3
4. Cara Pembayaran Fasilitas Kesehatan
BPJS Kesehatan akan membayar kepada Fasilitas Kesehatan tingkat
pertama dengan system kapitasi.3 Tarif kapitasi yang harus dibayarkan yaitu :
2.6 Pelayanan JKN
Adapun pelayanan kesehatan yang dijamin yaitu pelayanan tingkat
primer rawat jalan dan rawat inap, dan pelayanan rujukan tingkat lanjutan.
a. Pelayanan rawat Jalan Tingkat Primer
Pelayanan rawat jalan tingkat primer yang dimaksud adalah
pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Puskesmas dan jaringannya
14
No Jenis fasilitas kesehatan
tingkat pertama
Kapitasi (Rp)
1. Puskesmas 3000 – 6000
2. RS Pratama/Klinik
Pratama/Dokter Praktek
8.000 – 10.000
3. Dokter Gigi Praktek 2.000
termasuk UKBM (Poskesdes, Posyandu, Pos UKK, dll) diwilayah
tersebut yang mencakup :
a) Pemeriksaan kesehatan dan konsultasi kesehatan
b) Pelayanan pengobatan umum
c) Pelayanan gigi termasuk cabut dan tambal
d) Penanganan gawat darurat
e) Pelayanan gizi kurang/buruk
f) Tindakan medis/operasi kecil
g) Pelayanan kesehatan Ibu dan Anak (pemeriksaan ibu hamil, ibu nifas,
dan neonatus, bayi, anak balita)
h) Pelayanan imunisasi wajib bagi bayi dan ibu hamil
i) Pelayanan kesehatan melalui kunjungan rumah
j) Pelayanan Keluarga Berencana (alat kontrasepsi disediakan BKKBN)
termasuk penanganan efek samping dan komplikasi.
k) Pemberian obat
l) Rujukan
Tempat pelayanan kesehatan rawat jalan tingkat Primer tersebut dapat
dilakukan di Puskesmas dan Jaringannya baik berupa kegiatan
pelayanan kesehatan di dalam gedung maupun kegiatan pelayanan
kesehatan di luar gedung yang meliputi :3-6
a) Puskesmas perawatan
b) Puskesmas
c) Puskesmas Keliling
d) Puskesmas Pembantu
e) Pos Kesehatan Desa
f) Pos UKBM (Posyandu, Pos UKK, Pos Obat Desa dan lainnya)
g) Atau sarana lainnya yang tersedia di wilayah tersebut termasuk
rumah penduduk.
b. Pelayanan Kesehatan Rawat Inap Tingkat Primer
Pada kondisi pasien rawat jalan perlu dilakukan perawatan maka
sebagai alternatif untuk perawatan lanjutan adalah dilakukan rawat inap
15
di Puskesmas perawatan sesuai dengan kemampuan sarana yang
dimiliki, apabila tidak memiliki kemampuan perawatan lanjutan harus
dilakukan rujukan ke PPK lanjutan yang memberikan pelayanan
program Jamkesmas. Jenis pelayanan pada Puskesmas perwatan
tersebut:
a. Penanganan gawat darurat
b. Perawatan pasien rawat inap termasuk perawatan gizi buruk dan gizi
kurang
c. Perawatan persalinan
d. Perawatan satu hari (one day care)
e. Tindakan medis yang diperlukan
f. Pemberian obat
g. Pemeriksaan laboratorium dan penunjang medis lainnya
h. Rujukan
c. Pelayanan Pertolongan Persalinan
Pelayanan pertolongan persalinan normal dapat dilakukan di
Puskesmas dan Jaringannya termasuk Poskesdes, bidan dan dokter
praktek sedanglan pertolongan persalinan pervaginam dengan penyulit
dapat dilakukan di Puskesmas dengan Fasilitas PONED sesuai
kompetensinya. Pelayanan pertolongan persalinan tersebut mencakup :3-6
a) Observasi proses persalinan
b) Pertolongan persalinan normal
c) Pertolongan persalinan pervaginam dengan penyulit (Puskesmas
dengan fasilitas PONED)
d) Pelayanan gawat darurat persalinan
e) Perawatan nifas (Ibu dan neonatus)
f) Pemeriksaan laboratorium dan penunjang diagnostik lain
g) Pemberian obat
h) Akomodasi dan makan pasien
i) Rujukan.
16
Tempat pelayanan pertolongan persalinan dapat dilakukan di
sarana pelayanan kesehatan yaitu Puskesmas dan jaringannya,
Poskesdes, bidan, dokter praktek, rumah bersalin maupun dirumah
penduduk oleh tenaga kesehatan yang berkompeten.3-6
Bayi baru lahir dari peserta Jamkesmas secara otomatis
menjadi peserta Jamkesmas, apabila bayi baru lahir memerlukan
pertolongan lanjutan di PPK rujukan dapat dilakukan rujukan dari
Puskesmas dan Jaringannya tanpa harus diterbitkan kartu Jamkesmas
baru, cukup kartu dari pihak orang tua dan keterangan rujukan dari
Puskesmas.
d. Pelayanan Spesialistik
Pada dasarnya Program Jamkesmas di Puskesmas dan Jaringannya
termasuk Poskades adalah pelayanan kesehatan perorangan Primer tetapi
dalam rangka peningkatan akses pelayanan kesehatan perorangan
sekunder apabila Puskesmas memiliki fasilitas pelayanan spesialistik
baik berupa pelayanan dokter spesialis yang bersifat tetap (rawat jalan)
maupun pelayanan penunjang spesialistik (laboratorium, Radiologi, dll)
maka kegiatan tersebut dapat menjadi bagian kegiatan program
Jamkesmas di Puskesmas dan jaringannya tetapi perlu pengaturan secara
khusus (perlu pembatasan khususnya berbagai jenis tindakan dengan
memperhatikan kondisi sarana, prasarana, kompetensi, dan ketersediaan
dana).
e. Pelayanan Rujukan
Rujukan pelayanan kesehatan yang dimaksud adalah proses
rujukan kasus maupun rujukan spesimen/penunjang diagnostik yang
dapat berasal dari Poskesdes, Pustu ke Puskesmas/Puskesmas perawatan,
antar Puskesmas dan dari Puskesmas ke PPK rujukan (RS, BBKPM,
BKPM, BKMM,BKIM) atau sarana penunjang medis lainnya. Prosedur
rujukan dilaksanakan secara berjenjang dan terstruktur dengan prinsip
17
portabilitas. Pelaksanaan rujukan harus didasarkan pada indikasi medis
sehingga Puskesmas harus dapat melakukan kendali dalam hal rujukan,
sehingga Puskesmas dapat melakukan filtrasi rujukan (kasus yang dapat
ditangani Puskesmas sesuai kompetensi dan tidak memerlukan rujukan
harus ditangani di Puskesmas).
Prosedur rujukan harus disertai sengan surat rujukan. Pengendalian
rujukan oleh Puskesmas tersebut akan sangat berdampak pada
pengendalian biaya karena dana Jamkesmas yang ada di Puskesmas
termasuk di dalamnya adalah dana untuk transportasi rujukan.
Pada kondisi gawat darurat proses rujukan dapat langsung dari
Puskesmas pembantu, Poskesdes ke PPK rujukan terdekat. Pelayanan
rujukan diatas adalah berupa penyediaan biaya transportasi dari Pustu,
Poskesdes/Polindes ke Puskesmas atau dari Puskesmas pembantu,
Poskesdes, Puskesmas ke PPK rujukan dan biaya rujukan pemeriksaan
spesimen/penunjang medis. Semua jenis pelayanan kesehatan dasar yang
tersedia di Puskesmas wajib diberikan kepada peserta Jamkesmas atas
indikasi medis.
Pelayanan kesehatan yang tidak dijamin oleh BPJS :
a. Tidak sesuai prosedur
b. Di Fasilitas kesehatan yang tidak bekerjasama dengan BPJS (kecuali
untuk kasus gawat darurat)
c. Pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan
kecelakaan kerja terhadap penyakit atau cedera akibat kecelakaan
kerja atau hubungan kerja
d. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di Luar Negeri
e. Pelayanan kesehatan untuk tujuan estetik
f. Pelayanan untuk mengatasi infertilitas
g. Meratakan gigi (ortodonsi)
h. Ganggauan kesehatan akibat ketergantungan obat atau alkohol
i. Gangguan kesehatan akibat sengaja menyakiti diri sendiri
18
j. Pengobatan komplementer, alternatif dan tradisional
k. Pengobatan yang dikatagorikan sebagai percobaan
l. Alat kontrasepsi, kosmetik, makan bayi dan susu
m.Perbekalan rumah tangga
n. Pelayanan kesehatan akibat bencana pada masa tanggap darurat, KLB
o. Biaya pelayanan lainnya yang tidak ada hubungan dengan manfaat
Jaminan kesehatan yang diberikan.
2.7 Manfaat JKN
Manfaat Jaminan Kesehatan terdiri atas 2 jenis yaitu manfaat medis
berupa pelayanan kesehatan dan manfaat non medis meliputi akomodasi dan
ambulans. Ambulans hanya diberikan untuk pasien rujukan dari Fasilitas
Kesehatan dengan kondisi tertentu yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan.3
Manfaat medis bersifat pelayanan perorangan: promotif, preventif,
kuratif & rehabilitatif termasuk bahan medis habis pakai sesuai
dengan kebutuhan medis. Manfaat pelayanan promotif dan preventif
meliputi pemberian pelayanan:
- Penyuluhan kesehatan perorangan, meliputi paling sedikit
penyuluhan mengenai pengelolaan faktor risiko penyakit dan
perilaku hidup bersih dan sehat
- Imunisasi dasar, meliputi Baccile Calmett Guerin (BCG), Difteri
Pertusis Tetanus dan HepatitisB (DPTHB), Polio, dan Campak.
- Keluarga berencana, meliputi konseling, kontrasepsi dasar,
vasektomi, dan tubektomi bekerja sama dengan lembaga yang
membidangi keluarga berencana. Vaksin untuk imunisasi dasar
dan alat kontrasepsi dasar disediakan oleh Pemerintah dan/atau
Pemerintah Daerah.
- Skrining kesehatan, diberikan secara selektif yang ditujukan
untuk mendeteksi risiko penyakit dan mencegah dampak lanjutan
dari risiko penyakit tertentu.
19
Manfaat non medis meliputi akomodasi dan ambulans. Ambulan
hanya diberikan untuk pasien rujukan dari Fasilitas Kesehatan dengan
kondisi tertentu yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan, Sedangkan
akomodasi berupa pembagian ruang perawatan yang terdiri atas 3
kelas :
1. Ruang perawatan kelas I, digunakan oleh : ejabat negara dan
anggota keluarga, PNS dan penerima pensiun golongan III dan IV
serta anggota keluarga, TNI dan penerima pensiun serta keluarga
yang setara PNS golongan III & IV, polri dan penerima pensiun
serta keluarga yang setara PNS golongan III & IV, pegawai
pemerintah Non PNS yang setara PNS golongan III & IV, veteran
dan perintis kemerdekaan serta anggota keluarga, pekerja penerima
upah bulanan lebih dari 2 kali PTKP.
2. Ruang perawatan kelas II, digunakan oleh : PNS dan ensiun PNS
golongan I dan II serta anggota keluarga, anggota TNI dan
pensiunan TNI setara dengan PNS golongan I dan II, anggota polri
dan pensiunan polri setara dengan PNS golongan I dan II, pegawai
pemerintah Non Pegawai pemerintah yang disetarakan PNS
golongan I dan II.
3. Ruang perawatan kelas III, digunakan oleh : PBI, peserta pekerja
bukan penerima upah dan peserta bukan pekerja.4, 5
2.8 Pengorganisasian JKN
1. Lembaga Penyelenggara Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
20
JKN diselenggarakan oleh BPJS yang merupakan badan hukum
publik milik Negara yang bersifat non profit dan bertanggung jawab
kepada Presiden. BPJS terdiri atas Dewan Pengawas dan Direksi.
Dewan Pengawas terdiri atas 7 (tujuh) orang anggota: 2 (dua)
orang unsur Pemerintah, 2 (dua) orang unsur Pekerja, 2 (dua) orang unsur
Pemberi Kerja, 1 (satu) orang unsur Tokoh Masyarakat. Dewan
Pengawas tersebut diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.
Direksi terdiri atas paling sedikit 5 (lima) orang anggota yang
berasal dari unsur profesional. Direksi sebagaimana dimaksud diangkat
dan diberhentikan oleh Presiden.5
A. Fungsi, Tugas, dan Wewenang Dewan Pengawas
Dalam melaksanakan pekerjaannya, Dewan Pengawas
mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pelaksanaan tugas BPJS
dengan uraian sebagai berikut:
1) Fungsi Dewan Pengawas adalah melakukan pengawasan atas
pelaksanaan tugas BPJS.
2) Dewan Pengawas bertugas untuk:
a. Melakukan pengawasan atas kebijakan pengelolaan BPJS dan
kinerja Direksi;
b. Melakukan pengawasan atas pelaksanaan pengelolaan dan
pengembangan Dana Jaminan Sosial oleh Direksi;
c. Memberikan saran, nasihat, dan pertimbangan kepada Direksi
mengenai kebijakan dan pelaksanaan pengelolaan BPJS; dan
d. Menyampaikan laporan pengawasan penyelenggaraan Jaminan
Sosial sebagai bagian dari laporan BPJS kepada Presiden
dengan tembusan kepada DJSN.
3) Dewan Pengawas berwenang untuk:
a. menetapkan rencana kerja anggaran tahunan BPJS;
b. mendapatkan dan/atau meminta laporan dari Direksi;
21
c. mengakses data dan informasi mengenai penyelenggaraan
BPJS;
d. melakukan penelaahan terhadap data dan informasi mengenai
penyelenggaraan BPJS; dan
e. memberikan saran dan rekomendasi kepada Presiden mengenai
kinerja Direksi.
B. Fungsi, Tugas, dan Wewenang Direksi
Dalam menyelenggarakan JKN, Direksi BPJS mempunyai
fungsi, tugas, dan wewenang sebagai berikut:
1) Direksi berfungsi melaksanakan penyelenggaraan kegiatan
operasional BPJS yang menjamin Peserta untuk mendapatkan
Manfaat sesuai dengan haknya.
2) Direksi bertugas untuk:
a. Melaksanakan pengelolaan BPJS yang meliputi perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi;
b. Mewakili BPJS di dalam dan di luar pengadilan; dan
c. Menjamin tersedianya fasilitas dan akses bagi Dewan
Pengawas untuk melaksanakan fungsinya.
3) Direksi berwenang untuk:
a. Melaksanakan wewenang BPJS;
b. Menetapkan struktur organisasi beserta tugas pokok dan fungsi,
tata kerja organisasi, dan sistem kepegawaian;
c. Menyelenggarakan manajemen kepegawaian BPJS termasuk
mengangkat, memindahkan, dan memberhentikan pegawai BPJS
serta menetapkan penghasilan pegawai BPJS;
d. Mengusulkan kepada Presiden penghasilan bagi Dewan
Pengawas dan Direksi;
e. Menetapkan ketentuan dan tata cara pengadaan barang dan jasa
dalam rangka penyelenggaraan tugas BPJS dengan
22
memperhatikan prinsip transparansi, akuntabilitas, efisiensi, dan
efektivitas;
f. Melakukan pemindahtanganan aset tetap BPJS paling banyak
Rp100.000.000.000 (seratus miliar rupiah) dengan persetujuan
Dewan Pengawas;
f. Melakukan pemindahtanganan aset tetap BPJS lebih dari
Rp100.000.000.000 (seratus miliar rupiah) sampai dengan
Rp500.000.000.000 (lima ratus miliar rupiah) dengan
persetujuan Presiden; dan
h. Melakukan pemindahtanganan aset tetap BPJS lebih dari
Rp500.000.000.000 (lima ratus miliar rupiah) dengan
persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.
Ketentuan mengenai tata cara pelaksanaan fungsi, tugas, dan
wewenang Direksi diatur dengan Peraturan Direksi.
Persyaratan untuk menjadi Dewan Pengawas dan Dewan
Direksi diatur dalam UU Nomor 24 tahun 2011.
2. Hubungan Antar Lembaga
BPJS melakukan kerja sama dengan lembaga pemerintah, lembaga
lain di dalam negeri atau di luar negeri dalam rangka meningkatkan
kualitas penyelenggaraan program Jaminan Sosial (JKN).
3. Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan evaluasi penyelenggaraan Jaminan Kesehatan
Nasional merupakan bagian dari sistem kendali mutu dan biaya. Kegiatan
ini merupakan tanggung jawab Menteri Kesehatan yang dalam
pelaksanaannya berkoordinasi dengan Dewan Jaminan Kesehatan
Nasional.
23
4. Pengawasan
Pengawasan terhadap BPJS dilakukan secara eksternal dan internal.
Pengawasan internal oleh organisasi BPJS meliputi: a. Dewan penga-
was; dan b. Satuan pengawas internal. Sedangkan Pengawasan eksternal
dilakukan oleh: a. DJSN; dan b. Lembaga pengawas independen.
5. Tempat dan kedudukan BPJS
Kantor Pusat BPJS berada di ibu kota Negara, dengan jaringannya
di seluruh kabupaten/kota.
24
BAB III
MASALAH PELAYANAN KESEHATAN JAMINAN KESEHATAN
NASIONAL DI PUSKESMAS
3.1 Profil Puskesmas Tanjung Pinang
Puskesmas Inpres 5/74 Tanjung Pinang Kota Jambi berdiri Tahun
1974, dengan nama Puskesmas Inpres 5/74. Puskesmas Tanjung Pinang
berada bersama 3 puskesmas lainnya dalam Kecamatan Jambi Timur.
Keberadaannya strategis dengan wilayah kerja yang luas dan jumlah
penduduk yang banyak.
Wilayah kerja puskesmas mencakup 5 kelurahan, yaitu:
- Kelurahan Tanjung Pinang
- Kelurahan Kasang
- Kelurahan Kasang Jaya
- Kelurahan Rajawali
- Kelurahan Sijenjang.
Batas-batas wilayah Puskesmas Inpres 5/74 Tanjung Pinang adalah :
Sebelah Timur berbatasan Kelurahan Tanjung Sari
Sebelah Barat berbatasan Kelurahan Pasar Jambi
Sebelah Utara berbatasan Sungai Batanghari
Sebelah Selatan berbatasan Kelurahan Talang Banjar
DI Puskesmas Tanjung Pinang terdapat 6 program pokok yakni :
- Pemberantasan Penyakit menular,
- Kesehatan ibu dan anak,
- Gizi,
- Promosi kesehatan,
- Kesehatan lingkungan serta
- pelayanan kesehatan yang bermutu pada masyarakat
Puskesmas Inpres 5/74 Tanjung Pinang memiliki luas wilayah 2.021 km2.
Dengan jumlah penduduk sampai Desember Tahun 2013 berdasarkan data
dari kecamatan adalah 38.171, yang terdiri dari :
25
No Kelurahan Jumlah penduduk
1. Tanjung Pinang 12.883 jiwa
2. Rajawali 8.090 jiwa
3. Kasang 6.015 jiwa
4. Kasang Jaya 7.022 jiwa
5. Sijenjang 4.162 jiwa
J U M L A H 38.171 jiwa
3.2 Jumlah kepesertaan JKN di Puskesmas Tanjung Pinang
3.2.1. Jumlah Peserta JKN tahun 2014
Bulan Jumlah Peserta
Januari 19.371
Februari 16.717
Maret 17.892
April 18.286
Mei 20.631
Juni 21.507
Juli 22.219
Agustus 22.392
September 22.476
Oktober 22.778
3.2.2. Jumlah Kunjungan peserta BPJS di Puskesmas Tanjung Pinang
Januari-Oktober Tahun 2014
Bulan Jumlah Kunjungan
Januari 927
Februari 1372
Maret 1300
April 1269
Mei 1638
Juni 1627
26
Juli 2254
Agustus 2506
September
Kepesertaan JKN (BPJS) merupakan salah satu masalah yang dihadapi
di Puskesmas Tanjung Pinang karena masih banyak warga dari luar wilayah
kerja Pusksemas yang datang berobat ke Puskesmas Tanjung Pinang
“ ….. masyarakat banyak yang belum memahami pelaksanaan BPJS
itu sendiri. Banyak warga yang berasal dari luar wilayah kerja puskesmas
Tanjung Pinang dimana kartu BPJSnya tidak terdaftar dipuskesmas datang
berobat ke puskesmas Tanjung Pinang, padahal mereka bukan masyarakat
yang tinggal di 5 kelurahan wilayah kerja puskesmas sehingga mereka mau
tidak mau harus membayar secara mandiri. Sama halnya di Perusahan,
dimana BPJS pelayananannya tidak tersedia poli gigi, banyak karyawan yang
berobat ke poli gigi Puskesmas Tanjung Pinang tidak mau membayar padahal
dia tidak termasuk anggota BPJS wilayah tersebut. Lalu masyarakat yang
dahulunya tidak mengikuti bpjs ketika ia menderita sakit dan harus dioperasi
kemudian mengikuti bpjs dan membayar iuran bjs namun kemudian orang
tersebut setelah dilakukan operasi tidak lagi membayar iuran pada bulan-
bulan berikutnya…...”(Sumber: Hasil wawancara dengan petugas puskesmas
Tanjung Pinang, kak Dyah)
Berdasarkan pengamatan dan wawancara pada pasien BPJS yang kami
lakukan, terdapat juga masalah pada pelaksaan perujukan pasien BPJS yang
seharusnya pasien dirujuk terlebih dahulu ke tempat layanan kesehatan strata
kedua (Rumah Sakit Kota atau Rumah Sakit Arrafah), dan selanjutnya jika
belum dapat ditatalaksana, maka pasien dirujuk ke strata ketiga (RSUD Raden
Mattaher Jambi). Hal ini terjadi karena menurut pasien pelayanan di rumah
sakit kota kurang memuaskan di bandingakn rumah sakit umum.
3.3 Pelayanan Kesehatan bagi Peserta JKN/BPJS
27
Puskesmas yaitu suatu unit pelaksana fungsional yang
berfungsi sebagai pusat pembangunan kesehatan, pusat pembinaan
peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan serta pusat pelayanan
kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan kegiatannya secara
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan pada suatu masyarakat
yang bertempat tinggal dalam suatu wilayah tertentu.
Puskesmas Tanjung Pinang merupakan pusat pelayanan kesehatan
rawat jalan tingkat pertama. Pelayanan yang diberikan sudah cukup baik
dan tidak membedakan antara pasien BPJS ataupun pasien umum. Pasien
yang sudah mendaftar dan mengambil karcis di loket, menunggu di ruang
tunggu untuk dapat berobat. Khusus untuk pasien yang menggunakan
kartu BPJS akan di cek terlebih dahulu mengenai nomor register kartu
BPJS. Setelah pasien berobat, selanjutnya memberikan resep obat ke ruang
apotik. Obat yang diberikan tidak dibedakan antara pasien dengan
menggunakan kartu layanan kesehatan dengan pasien umum.
3.4 Pendanaan Program JKN/BPJS di Puskesmas Tanjung Pinang
Pendanaan program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas)
berasal dari APBN. Sedangkan dana BPJS yang didapatkan dari sistem
kapitasi. Jumlah peserta BPJS dikalikan Rp.6000. berdasarkan hasil
wawancara dengan petugas Puskesmas, menyebutkan bahwa sekitar 75%
dana yang turun dari pusat digunakan untuk jasa layanan medik umum,
sedangkan 25% lainnya digunakan untuk obat-obatan, bahan habis pakai,
yang dikelola oleh dinas kesehatan.
BAB IV
28
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan desain
deskriptif kualitatif mengenai Evaluasi Program JKN/BPJS di Puskesmas
Tanjung Pinang, didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Jumlah peserta JKN/BPJS yang termasuk dalam wilayah kerja Puskesmas
Tanjung Pinang sampai bulan Oktober 2014 yang telah memiliki kartu
adalah sebanyak 204795 orang, dengan jumlah kunjungan pasien pada
bulan September 2014 ke Puskesmas Tanjung Pinang sebanyak 14189.
2. Kepesertaan BPJS merupakan salah satu masalah yang dihadapi oleh
Puskesmas Tanjung Pinang dikarenakan pasien yang berobat di Puskesmas
Tanjung Pinang adalah pasien yang tidak terdaftar diwilayah kerja
puskesmas.
3. Puskesmas Tanjung Pinang merupakan pusat pelayanan kesehatan rawat
jalan dan rawat inap tingkat pertama. Dalam hal pelayanan, Puskesmas
Tanjung Pinang sudah menjalani tugasnya sebagai pelayanan kesehatan
rawat. Pasien merasa puas dengan pelayanan yang diberikan di Puskesmas.
4. Dana BPJS didapatkan dengan cara iuran, Setiap peserta wajib membayar
iuran yang besarnya ditetapkan berdasarkan persentase dari upah (untuk
pekerja penerima upah) atau suatu jumlah nominal tertentu (bukan
penerima upah dan PBI). BPJS Kesehatan akan membayar kepada Fasilitas
Kesehatan tingkat pertama dengan sistem Kapitasi.
4.2 SARAN
29
1. Puskesmas diharapkan dapat melakukan promosi kepada
masyarakat mengenai program BPJS, agar masyarakat mengetahui
dan memahami alur pelaksaan BPJS yang benar. Hal ini juga dapat
dilakukan mengingat sebagian masyarakat yang tinggal di daerah
pelosok mungkin belum mengetahui tentang adanya program BPJS
ini yang dapat mereka gunakan untuk berobat secara gratis.
2. Puskesmas diharapakan dapat lebih meningkatkan dan
memperbanyak upaya-upaya kesehatan diluar gedung untuk
mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat sehingga
cakupan akan meningkat sehingga seluruh masyarakat khususnya
masyarakat miskin dapat mengakses pelayanan kesehatan dasar.
DAFTAR PUSTAKA
30
1. Depkes RI. (2009). Petunjuk Teknis Program Jaminan Kesehatan
Masyarakat di Puskesmas dan Jaringannya tahun 2009. Jakarta
2. Kementerian Kesehatan RI. Buletin Jendela Data dan Informasi
Kesehatan.
3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Pegangan Sosialisasi
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dalam Sistem Jaminan Sosial
Nasional.
4. Kemenkes RI. Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan dalam Sistem Jaminan
Sosial Nasional Jakarta: Kemenkes RI. 2012.
31