Pertimbangan Restorasi Pasca Perawatan Endodontik Pada Gigi Anterior
-
Upload
aryagustanti -
Category
Documents
-
view
142 -
download
8
Transcript of Pertimbangan Restorasi Pasca Perawatan Endodontik Pada Gigi Anterior
Pertimbangan Restorasi Pasca Perawatan Endodontik pada Gigi Anterior (Nonvital)
Ary Agustanti (1006667030)
Efek perawatan endodontik pada gigi
1. Kehilangan struktur gigi
Menurunnya kekuatan pada gigi yang telah dirawat endodontik terutama disebabkan oleh
kehilangan struktur koronal. Akses endodontik menuju kamar pulpa menyebabkan rusaknya
integritas struktural yang diberikan oleh dentin koronal pada bagian atap kamar pulpa dan
menyebabkan peregangan gigi yang lebih besar saat gigi tersebut difungsikan. Pada kasus
dengan pengurangan sisa struktur gigi yang signifikan, gaya fungsional yang normal pun dapat
mengakibatkan fraktur pada cusp yang rusak atau fraktur pada area sirkumferen yang terkecil-
biasanya pada CEJ. Penurunan volume struktur gigi sebagai hasil dari kombinasi efek prosedur
perawatan gigi sebelumnya menyebabkan potensi fraktur yang signifikan pada gigi yang telah
dirawat endodontik.
2. Alterasi karakter fisik
Struktur gigi yang tersisa pasca perawatan endodontik menunjukkan adanya alterasi
karakter fisik yang bersifat irreversible. Perubahan pada cross-linking collagen dan dehidrasi
dentin menyebabkan pengurangan kekuatan dan kekerasan gigi yang telah dirawat endodontik.
Gigi rahang atas lebih kuat daripada gigi rahang bawah, gigi insisif mandibula merupakan yang
paling lemah. Adanya gabungan kehilangan integritas struktural, kehilangan kelembaban dan
kehilangan kekerasan dentin menyebabkan restorasi pada gigi yang sudah tidak berpulpa
membutuhkan perawatan yang khusus.
3. Alterasi karakter estetik pada struktur gigi yang tersisa
Secara biokimia, dentin yang mengalami alterasi akan memodifikasi pembiasan cahaya
melalui gigi dan memodifikasi penampilannya. Adanya darkening pada gigi anterior yang
nonvital merupakan fenomena yang umum. Cleaning dan shaping yang inadekuat pada area
koronal juga berkontribusi pada diskolorasi yang disebabkan adanya staining pada dentin dari
degradasi jaringan yang tersisa pada tanduk pulpa. Medikamen yang digunakan pada perawatan
endodontik dan sisa material pengisi saluran akar dapat berpengaruh pada penampilan gigi yang
telah dirawat endodontik. Perawatan endodontik dan restorasi pada zona estetik membutuhkan
kontrol prosedur dan material yang cermat untuk mempertahankan penampilan yang natural.
Rencana perawatan untuk Restorasi Gigi Nonvital
Perubahan yang menyertai perawatan endodontik mempengaruhi pemilihan prosedur restoratif
untuk gigi yang telah dirawat endodontik. Pertimbangannya meliputi:
1. Banyaknya struktur gigi yang tersisa
Kehilangan struktur gigi dapat berkisar dari preparasi akses yang minimal pada gigi yang
masih utuh hingga kerusakan meluas yang membahayakan ketahanan gigi tersebut. Banyaknya
kerusakan struktur gigi merupakan salah satu aspek penting dalam restorasi gigi yang telah
dirawat endodontik. Gigi dengan lebih dari setengah strukturnya utuh memiliki kekuatan yang
lebih besar daripada gigi yang telah rusak dan dapat direstorasi secara konservatif dengan
restorasi koronal tanpa pasak di dalam akar. Sebaliknya, kehilangan struktur gigi yang meluas
akibat karies, fraktur, dan restorasi sebelumnya akan melemahkan gigi secara signifikan
sehingga diperlukan pasak, inti dan crown.
Gigi dengan struktur yang tersisa minimal memiliki beberapa masalah klinis seperti:
- Meningkatnya risiko fraktur akar
- Potensi adanya karies rekuren pasca restorasi
- Angka kejadian yang lebih tinggi pada hilangnya/lepasnya restorasi
- Meningkatnya insiden invasi lebar biologis selama preparasi
Banyaknya dentin yang tersisa jauh lebih penting dipertimbangkan pada prognosis jangka
panjang daripada pemilihan material pasak, inti dan crown. Perbedaan antara restorasi jangka
panjang yang efektif dan gagal bisa jadi hanya sebesar 1 mm tambahan struktur gigi pada area
marginal. Tambahan dentin ini ketika tertutup oleh margin crown atau ferrule, dapat memberikan
proteksi yang lebih besar daripada pertimbangan pasak dan inti yang lain. Dalam rencana
perawatan dibutuhkan semua pertimbangan untuk mendapatkan struktur gigi yang kuat, untuk
mendesain kompleks pasak-inti-crown untuk retensi atraumatik, dan untuk memprediksi ketika
prognosisnya ternyata buruk. Ketika restorasi fungsional yang tahan lama tidak memungkinkan
untuk dibuat, ekstraksi gigi perlu dipertimbangkan.
2. Posisi anatomis gigi
Gigi anterior nonvital yang utuh-yang tidak kehilangan struktur gigi melebihi preparasi
akses endodontik, memiliki risiko fraktur yang minimal. Umumnya, gigi tersebut tidak
membutuhkan crown, inti, atau pasak. Perawatan restoratifnya hanya sebatas menutup kavitas
akses. Gigi anterior nonvital yang telah kehilangan struktur gigi secara signifikan membutuhkan
crown. Crown pada gigi ini didukung dan ditahan oleh pasak dan inti. Sifat fisik pasak yang
diinginkan akan menentukan pemilihan material pasak, inti, dan crown. Pasak estetik tersedia
dengan bahan zirconia yang memiliki radiopasitas dan modulus elastisitas yang tinggi, ada juga
bahan fiberglass-reinforced composite dengan radiopasitas dan stiffness yang rendah.
3. Beban fungsional gigi
Gaya horizontal dan torquing force yang ditahan oleh gigi abutment untuk gigi tiruan
cekat maupun lepasan membutuhkan proteksi dan retensi yang meluas. Gigi abutment untuk gigi
tiruan jembatan dengan long-span dan gigi tiruan sebagian lepasan dengan distal extension
menyerap transverse load yang lebih besar dan membutuhkan proteksi yang lebih daripada gigi
abutment untuk gigi tiruan jembatan yang lebih kecil dan gigi tiruan sebagian lepasan dengan
dukungan gigi sekitarnya. Sama halnya, pada gigi yang menunjukkan extensive wear dari
bruxism, oklusi yang berat atau fungsi lateral yang berat membutuhkan komplemen yang penuh
dari pasak, inti, dan crown.
4. Persyaratan estetik gigi
Gigi anterior, premolar, dan kadang gigi molar pertama rahang atas merupakan
komponen zona estetik. Alterasi pada warna atau translusensi jaringan keras akan memberikan
pengaruh estetik yang negatif pada zona ini. Gigi-gigi pada zona estetik memerlukan pemilihan
bahan restorasi yang cermat, penanganan jaringan yang berhati-hati, dan intervensi endodontik
yang tepat waktu untuk mencegah adanya darkening akar gigi sejalan dengan kehilangan
vitalitas gigi. Bahan restorasi untuk gigi-gigi ini meliputi: pasak sewarna gigi, resin komposit
atau inti keramik sewarna gigi, semen sewarna gigi, dan berbagai bahan crown porselen atau
keramik.
Komponen Dasar yang Digunakan untuk Restorasi Gigi Nonvital
Restorasi untuk gigi yang telah dirawat endodontik dirancang untuk melindungi gigi yang tersisa
dari fraktur dan untuk menggantikan struktur gigi yang hilang. Restorasi akhir meliputi kombinasi (1)
pasak/pasak, (2) inti/inti, dan (3) restorasi koronal. Pemilihan komponen ini tergantung pada besarnya
struktur koronal yang hilang. Tidak semua gigi yang telah dirawat endodontik memerlukan crown atau
pasak, beberapa membutuhkan ketiga komponen tersebut namun beberapa hanya membutuhkan penutup
akses untuk restorasi koronalnya.
Ketika gigi anterior nonvital terlah kehilangan struktur gigi yang signifikan, dibutuhkan restorasi
koronal. Pasak dan inti digunakan untuk mendukung dan menahan crown. Konfigurasi finalnya meliputi
empat bagian sebagai berikut:
1. Struktur gigi yang tersisa dan perlekatan periodontal
2. Bahan pasak di dalam akar
3. Bahan inti pada area koronal gigi
4. Restorasi koronal definitif
Pasak, inti dan crown berfungsi secara bersamaan dan dipertimbangkan sebagai suatu kesatuan.
Bagian inti menggantikan struktur koronal gigi yang hilang dan memberikan retensi untuk crown.
Bagian pasak memberikan retensi untuk inti dan harus dirancang untuk meminimalkan potensi fraktur
akar akibat tekanan fungsional. Bagian crown mengembalikan fungsi dan estetik, serta melindungi sisa
struktur koronal dan akar dari fraktur. Desain khusus untuk masing-masing pasak dan inti ditentukan
dari kebutuhan klinis masing-masing fungsinya.
Dowel (Pasak)
Dowel merupakan pasak atau bahan restoratif rigid yang ditempatkan di akar gigi yang nonvital.
Dowel dapat terbuat dari metal atau variasi bahan baru non-metal. Dowel terutama penting pada
restorasi gigi nonvital yang telah mengalami kerusakan signifikan dan tidak memiliki sisa struktur gigi
yang kuat di atas perlekatan periodontal untuk melindungi restorasi koronal. Dowel di dalam akar
memanjang secara apikal untuk menjangkar bahan inti yang mendukung crown. Fungsi utama dowel
adalah memberikan retensi untuk inti dan restorasi koronal. Dowel memiliki fungsi rententif dan
protektif: menyediakan retensi untuk restorasi dan melindungi gigi dengan cara menghamburkan atau
menyalurkan tekanan sepanjang akar. Dowel tidak memperkuat gigi, sebaliknya, gigi menjadi lebih
lemah karena dentinnya terbuang untuk memberikan ruangan bagi dowel. Properti dowel yang ideal:
- Perlindungan maksimum terhadap akar gigi
- Retensi yang adekuat dalam akar gigi
- Retensi maksimum untuk inti dan crown
- Perlindungan maksimum terhadap crown margin cement seal
- Estetik yang baik
- Visibilitas radiografik yang tinggi
- Retrievability, Biocompatibility
Fitur klinis tersebut mencerminka sifat fisik dowel. Sifat fisik dowel didapatkan dari sistem
kombinasi unik komposisi, bentuk, ukuran, dan konfigurasi permukaan. Selain itu, semen, teknik
preparasi ruang dowel, fitur tambahan restoratif antirotasi, dan adaptasi internal terhadap dinding saluran
akar mempengaruhi hasil klinis perawatan dengan dowel.
Klasifikasi dowel terdiri dari beberapa variasi meliputi preformed dan custom cast, metal dan
nonmetal, kaku dan lentur, serta estetik dan nonestetik. Tiga fitur klinis yang penting dapat
dikategorikan sebagai berikut:
1. Kualitas retentif dowel
Retensi harus cukup secara klinis untuk menjangkar dowel di dalam akar dan untuk
menjangkar inti ke struktur gigi yang tersisa. Besar retensi dowel ke gigi yang optimal adalah
besar yang cukup untuk menahan dowel selama fungsi klinisnya. Retensi dowel bervariasi
tergantung pada desain, komposisi, dan tipe semen yang digunakan. Pada dowel metal, retensi
lebih besar didapatkan pada dowel dengan sisi sejajar, permukaan bergerigi, dan panjang. Dowel
dengan sisi sejajar mendistribusikan tekanan fungsional secara lebih pasif; permukaan bergerigi
menyediakan undercut untuk retensi semen; dan semakin panjang dowel, semakin meningkat
retensinya. Komposisi material dowel dapat berupa metal, fiber-reinforced composite resin, dan
carbon fiber. Jenis semen yang digunakan bisa berupa zinc fosfat (tradisional), GIC, semen resin,
dan RM GIC.
2. Kualitas protektif dowel
Dowel harus dapat memberikan resistensi maksimum terhadap fraktur akar selain juga
memberikan retensi antara akar dan inti. Cast dowel and core menunjukkan tingkat kejadian
fraktur akar yang tinggi karena sifatnya yang rigid, tapered, dan adaptasi yang dekat dengan
dinding dentin. Dowel harus tahan terhadap deformasi atau bending permanen juga melindungi
integritas margin crown dan cement seal.
3. Kualitas estetik dowel
Prosedur restorasi yang ada memungkinkan adanya restorasi koronal berbahan keramik
yang estetik dan tidak mengandung metal. Restorasi estetik untuk gigi nonvital dapat dilakukan
dengan menggunakan bahan dowel dan inti yang sewarna gigi/putih. Inti berbahan karbon dan
dowel berbahan zirconia atau fiberglass-reinforced composite resin dapat memberikan hasil
klinis yang estetik. Pemilihan dowel untuk kasus estetik tergantung pada evaluasi sifat fisik
dowel estetik yang berhubungan dengan banyaknya struktur gigi yang tersisa dan perkiraan
potensi kebutuhan perawatan endodontik ulang.
Core (Inti)
Inti terdiri dari bahan restoratif yang ditempatkan pada bagian koronal. Bahan ini menggantikan
struktur gigi yang rusak karena karies atau fraktur atau hilang, sekaligus menahan crown. Inti ini
menjangkar pada gigi dengan cara meluas ke aspek koronal saluran akar atau melalui dowel.
Penggunaan bahan restorasi yang dapat berikatan secara kimia dengan struktur gigi dapat meningkatkan
retensi dan resistensi inti tanpa perlu membuang dentin yang ada. Jika pada inti diperlukan restorasi
tambahan untuk menambah retensi dan antirotasi, pembuangan struktur dentin harus dilakukan secara
minimal. Karakter fisik inti yang baik ialah sebagai berikut:
- Compressive strength yang tinggi
- Memiliki stabilitas dimensional
- Mudah dalam manipulasinya
- Setting time yang singkat untuk semen
- Kemampuan untuk berikatan dengan gigi dan dowel
Inti dapat terbuat dari cast metal / ceramic, amalgam, GIC, dan komposit resin, serta RM GIC (kadang).
Restorasi Koronal
Komponen final dari rekonstruksi endodontik adalah restorasi koronal. Semua restorasi koronal
membangun kembali fungsi dentin dan mengisolasi dentin dan bahan pengisi endodontik dari
microleakage. Gigi anterior yang strukturnya sudah rusak sebaiknya direstorasi dengan crown. Gigi
anterior yang telah dirawat endodontik tidak memerlukan crown atau dowel kecuali telah terjadi
kehilangan struktur gigi yang meluas, sehingga fungsi integritas dan estetiknya harus dikembalikan.
Restorasi koronal untuk gigi anterior yang telah dirawat endodontik namun masih utuh meliputi
penutupan kavitas pada akses lingual.
Preparasi desain crown pada gigi nonvital yang kerusakannya meluas sangat penting. Sisa
struktur gigi yang tersisa harus dapat digunakan secara efektif agar crown dapat mengembalikan
fungsinya tanpa membahayakan akar atau perlekatan periodontalnya. Sisa gigi antara inti dan sulkus
gingiva harus kuat secara struktural dan memiliki tinggi minimal 2 mm untuk ferrule dan margin.
Rekomendasi perawatan untuk gigi anterior non vital
Kondisi klinis
Pendekatan Konservatif
Tidak ada diskolorasi atau ada
diskolorasi namun merespon
terhadap bleaching
Diskolorasi yang resistan
terhadap bleaching
Kavitas lingual akses konservatif +/- bleaching (internal dan/atau
eksternal) + direct composite
Direct composite (kamar pulpa
dan kavitas akses)
Veneer atau full crown
Kavitas kelas III ( + kavitas
lingual akses konservatif)
+/- bleaching (internal dan/atau
eksternal) + direct composite
Direct composite (kamar pulpa
dan kavitas akses)
Veneer atau full crown
Kavitas kelas IV ( + kavitas
lingual akses konservatif)
+/- bleaching (internal dan/atau
eksternal) + direct composite
Direct composite (kamar pulpa
dan kavitas akses)
Veneer atau full crown
Kondisi klinis
Pendekatan Protektif
Over-bite dan stress fungsional
terbatas (fungsi dan anterior
guidance normal)
Deep over-bite dan stres
fungsional meningkat
(moderate/severe parafunction,
oklusi/anterior guidance
abnormal)
Kerusakan besar namun > ½ gigi
yang tersisa dan ada efek ferrule
Adhesive core + full crown Pasak dan inti berbahan fiber,
keramik, atau metal + full crown
< ½ gigi tersisa dan efek ferrule
terbatas
Pasak dan inti berbahan fiber atau metal + full crown
Referensi:
Hargreaves, KM; Cohen, Stephen. Cohen’s Pathway of the Pulp 10th Edition. 2011. Mosby Elsevier.
Stock, C; Walker, R; Gulabivala, K. Endodontics 3rd Edition. 2004. Mosby Elsevier.