Persepsi Dan Pengambilan Keputusan Individual

23
KATA PENGANTAR Puji syukur kami ucap kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat kehendak-Nya kami diberikan kemudahan dan kelancaran sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Persepsi dan Pengambilan Keputusan Individual” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas kelompok pada mata kuliah “Perilaku Organisasi”. Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran perbaikan dari semua pihak yang terkait. Sehingga kekurangan yang ada dapat diperbaiki dan disempurnakan. Dalam penyusunan makalah ini, kami berharap semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat sebagaimana mestinya, khususnya bagi kami dan rekan-rekan mahasiswa lainnya. Terima Kasih. Bandung, Maret 2014 Tim Penyusun

description

Persepsi Dan Pengambilan Keputusan Individual

Transcript of Persepsi Dan Pengambilan Keputusan Individual

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucap kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat kehendak-Nya kami diberikan kemudahan dan kelancaran sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Persepsi dan Pengambilan Keputusan Individual ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas kelompok pada mata kuliah Perilaku Organisasi.

Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini jauh dari kesempurnaan, untukitu kami sangat mengharapkan kritik dan saran perbaikan dari semua pihak yang terkait. Sehingga kekurangan yang ada dapat diperbaiki dan disempurnakan.Dalam penyusunan makalah ini, kami berharap semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat sebagaimana mestinya, khususnya bagi kami dan rekan-rekan mahasiswa lainnya. Terima Kasih.

Bandung, Maret 2014

Tim Penyusun

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangDalam memahami perilaku keorganisasian, penting bagi kita untuk mempelajari persepsi dan pengambilan keputusan individul. Persepsi merupakan keadaan integrated dari individu terhadap stimulus yang diterimanya. Apa yang ada dalam diri individu, pikiran, perasaan, pengalaman-pengalaman individu akan ikut aktif berpengaruh dalam proses persepsi. Pengambilan Keputusan adalah suatu proses untuk menentukan satu pilihan dari beberapa hal untuk menentukan satu pilihan dari beberapa alternatif sebagai upaya untuk memecahkan suatu masalah yang dihadapi, yang tentunya memiliki risiko.Dengan memahami sedikit pengertian di atas mengenai persepsi dan pengambilan keputusan individual, (yang selanjutnya akan dibahas lebih lengkap pada Bab II), maka kita dapat mengetahui pentingnya memahami kedua hal tersebut. Setiap individu dalam organisasi tentunya memiliki perbedaan perilaku pada masing-masing hal tersebut. Untuk itu, perlu mengetahui usaha-usaha apa saja yang perlu dilakukan agar suatu organisasi dapat membentuk suatu perilaku organisasi sesuai dengan yang diharapkan.1.2 Perumusan Masalah1. Apa pengertian dari Persepsi dan Pengambilan Keputusan?2. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dan pengambilan keputusan?3. Bagaimana aplikasi persepsi dan pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi?4. Bagaimana hubungan persepsi dengan pengambilan keputusan?1.3 Tujuan PenulisanAdapun tujuan penulis dalam pembuatan makalah ini adalah selain untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Perilaku Organisasi. Ada juga tujuan lain diantaranya yaitu :a. Pembaca mengetahui pengertian persepsi dan pengambilan keputusanb. Pembaca mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dan pengambilan keputusanc. Pembaca mengetahui aplikasi persepsi dan pengambilan keputusan dalam organisasid. Pembaca mengetahui hubungan persepsi dengan pengambilan keputusan

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Persepsi 2.1.1 Pengertian Persepsi Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu suatu stimulus yang diterima oleh individu melalui alat reseptor yaitu indera. Alat indera merupakan penghubung antara individu dengan dunia luarnya. Persepsi merupakan stimulus yang diindera oleh individu, diorganisasikan kemudian diinterpretasikan sehingga individu menyadari dan mengerti tentang apa yang diindera.Dengan kata lain persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia. Persepsi merupakan keadaan integrated dari individu terhadap stimulus yang diterimanya. Apa yang ada dalam diri individu, pikiran, perasaan, pengalaman-pengalaman individu akan ikut aktif berpengaruh dalam proses persepsi.

2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsiFaktor-faktor yang mempengaruhi persepsi pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu Faktor Internal dan Faktor Eksternal.1. Faktor Internal yang mempengaruhi persepsi, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu, yang mencakup beberapa hal antara lain : Fisiologis. Informasi masuk melalui alat indera, selanjutnya informasi yang diperoleh ini akan mempengaruhi dan melengkapi usaha untuk memberikan arti terhadap lingkungan sekitarnya. Kapasitas indera untuk mempersepsi pada tiap orang berbeda-beda sehingga interpretasi terhadap lingkungan juga dapat berbeda. Perhatian. Individu memerlukan sejumlah energi yang dikeluarkan untuk memperhatikan atau memfokuskan pada bentuk fisik dan fasilitas mental yang ada pada suatu obyek. Energi tiap orang berbeda-beda sehingga perhatian seseorang terhadap obyek juga berbeda dan hal ini akan mempengaruhi persepsi terhadap suatu obyek. Minat. Persepsi terhadap suatu obyek bervariasi tergantung pada seberapa banyak energi atau perceptual vigilance yang digerakkan untuk mempersepsi. Perceptual vigilance merupakan kecenderungan seseorang untuk memperhatikan tipe tertentu dari stimulus atau dapat dikatakan sebagai minat. Kebutuhan yang searah. Faktor ini dapat dilihat dari bagaimana kuatnya seseorang individu mencari obyek-obyek atau pesan yang dapat memberikan jawaban sesuai dengan dirinya. Pengalaman dan ingatan. Pengalaman dapat dikatakan tergantung pada ingatan dalam arti sejauh mana seseorang dapat mengingat kejadian-kejadian lampau untuk mengetahui suatu rangsang dalam pengertian luas. Suasana hati. Keadaan emosi mempengaruhi perilaku seseorang, mood ini menunjukkan bagaimana perasaan seseorang pada waktu yang dapat mempengaruhi bagaimana seseorang dalam menerima, bereaksi dan mengingat.

2. Faktor Eksternal yang mempengaruhi persepsi, merupakan karakteristik dari linkungan dan obyek-obyek yang terlibat didalamnya. Elemen-elemen tersebut dapat mengubah sudut pandang seseorang terhadap dunia sekitarnya dan mempengaruhi bagaimana seseoarang merasakannya atau menerimanya. Sementara itu faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi adalah : Ukuran dan penempatan dari obyek atau stimulus. Faktor ini menyatakan bahwa semakin besrnya hubungan suatu obyek, maka semakin mudah untuk dipahami. Bentuk ini akan mempengaruhi persepsi individu dan dengan melihat bentuk ukuran suatu obyek individu akan mudah untuk perhatian pada gilirannya membentuk persepsi. Warna dari obyek-obyek. Obyek-obyek yang mempunyai cahaya lebih banyak, akan lebih mudah dipahami (to be perceived) dibandingkan dengan yang sedikit. Keunikan dan kekontrasan stimulus. Stimulus luar yang penampilannya dengan latarbelakang dan sekelilingnya yang sama sekali di luar sangkaan individu yang lain akan banyak menarik perhatian. Intensitas dan kekuatan dari stimulus. Stimulus dari luar akan memberi makna lebih bila lebih sering diperhatikan dibandingkan dengan yang hanya sekali dilihat. Kekuatan dari stimulus merupakan daya dari suatu obyek yang bisa mempengaruhi persepsi. Motion atau gerakan. Individu akan banyak memberikan perhatian terhadap obyek yang memberikan gerakan dalam jangkauan pandangan dibandingkan obyek yang diam.

2.1.3 Tehnik Membuat Penilaian Terhadap Orang LainAda beberapa teknik dalam menilai orang yang memungkinkan kita membuat persepsi yang lebih akurat dengan cepat dan memberikan data yang valid (sahih) untuk membuat ramalan. Namun teknik-teknik ini akan menceburkan kita dalam kesulitan karena tidak foolproof. Karena itu, pemahaman akan jalan pintas ini dapat membantu kita mewaspadai bila teknik- teknik ini menghasilkan distorsi.

Stereotype.Yang dimaksud dengan stereotype adalah kecenderungan melihat orang bukan berdasarkan perilaku individual orang tersebut tetapi berdasarkan perilaku kelompoknya. Stereotype biasanya didasarkan pada jenis kelamin, ras, umur, agama, kewarganegaraan, atau pekerjaan.

Halo effect.Halo effect hampir sama dengan stereotype. Bedanya adalah dalam halo effect orang yang mempersepsi mempergunakan satu kepribadian seseorang sebagai dasar untuk menilai orang tersebut secara keseluruhan.Salah satu aplikasi penting dalam kesalahan mempersepsi yang disebabkan karena halo effect adalah ketika seorang supervisor menilai kinerja bawahan. Jika misalnya salah satu atribut dari orang yang dinilai kinerjanya mempengaruhi persepsi Sang Supervisor dan sang Supervisor mengaitkannya dengan atribut lain yang tidak relevan dengan penilaian kinerja, bukan tidak mungkin penilaian kinerja yang dilakukan supervisor tidak fair dan menyesatkan

Perceptual defence.Kadang-kadang kita berhadapan dengan stimulus yang membuat kita sendiri merasa malu atau mengancam diri kita. Oleh karena itu bukan tidak mungkin kita enggan menghadapinya. Kondisi semacam ini disebut perceptual defence. Informasi yang secara personal akan mengancam kedudukan kita atau secara kultural tidak bisa diterima biasanya cenderung diabaikan kecuali informasi tersebut datang bertubi-tubi.

Mempersepsi secara selektif.Yang dimaksud dengan mempersepsi secara selektif adalah proses menyaring informasi secara sistematis untuk hal-hal yang tidak ingin kita dengar. Proses ini biasanya terjadi sebagai respon atas hal-hal yang tidak menyenangkan yang pernah terjadi pada masa-masa sebelumnya.

Membuat teori kepribadian sendiri.Karena kita sering berinteraksi dengan beberapa kelompok orang, misalnya dengan orang-orang akuntansi, asuransi, seniman, atau pegawai negeri, kita biasanya kenyang pengalaman dan paham betul dengan perilaku kelompok-kelompok orang tersebut. Oleh karena itu kita cenderung membuat teori sendiri mengenai profil kepribadian kelompok-kelompok orang tersebut. Misalnya akuntan adalah orang yang pemalu, jujur, patuh, tidak asertif, dan berkata lembut. Sementara orang-orang asuransi memiliki kepribadian sebaliknya. Dalam batas-batas tertentu boleh jadi profil yang kita buat cukup akurat, tidak banyak keliru. Berdasarkan pengalaman ini pula tidak jarang kita bisa secara cepat dan akurat mempersepsi kelompok orang tersebut. Meski demikian kita tidak boleh lupa bahwa setiap orang mempunyai kekhasan tersendiri sehingga teori yang kita buat sesungguhnya hanya sebagai ancar-ancar saja agar bisa mengkategorikan kelompok orang. Jika mencermati lebih detail boleh jadi situasinya berbeda. Misalnya, tidak selalu orang yang merasa bahagia dalam pekerjaannya, pasti orang yang lebih produktif.

Menggunakan karakteristik diri sendiri untuk menilai orang lain.Seringkali ketika menilai orang lain menggunakan karakteristik yang kita miliki. Bahasa simboliknya mengukur sepatu orang dengan ukuran sepatu kita. Cara penilaian seperti ini biasa disebut sebagai projection. Seperti halnya kesalahan dam mempersepsi, projection juga bisa menjadi cara yang efisien untuk mempersepsi orang lain. Permasalahan yang berkaitan dengan projection adalah bukan sekedar menilai orang lain dengan karakteristik diri sendiri tetapi lebih dari itu yakni menilai secara negatif perilaku orang lain meski orang lain tersebut sesungguhnya tidak berperilaku demikian. Penilaian negatif kepada orang lain tersebut lebih disebabkan karena diri kita sendiri yang sesungguhnya berperilaku negatif namun kita tidak mau mengakuinya sehingga ditimpakan kepada orang lain. Dalam bahasa Sigmund Freud upaya ini disebut mekanisme mempertahankan diri sendiri (self defense mechanism) yang tujuannya adalah untuk memproteksi diri sendiri dan seolah-olah kita mampu menghadapi orang lain yang dianggap tidak sempurna.

Kesan pertama.Tidak jarang ketika kita bertemu pertama kali dengan orang lain kita mempunyai kesan tertentu, entah kesan baik atau buruk. Namun seringkali kita terpengaruh terhadap kesan pertama tersebut dan dijadikan dasar untuk memberi penilaian berikutnya.

2.1.4 Aplikasi Persepsi Dalam OrganisasiPenilaian memiliki banyak konsekuensi bagi organisasi.Didalamnya orang- orang selalu saling menilai. Berikut ini adalah beberapa penerapannya yang lebih jelas (Robins, 2003):

Wawancara karyawan : Dalam wawancara seringkali penilaian perseptual yang dibuat tidak akurat. Pewawancara yang berlainan akan melihat hal-hal yang berlainan dalam diri seorang calon yang sama. Jika wawancara merupakan suatu masukan yang penting dalam keputusan mempekerjakan, perusahaan harus mengenali bahwa faktor-faktor perseptual mempengaruhi siapa yang dipekerjakan dan akhirnya mempengaruhi kualitas dari angkatan kerja suatu organisasi. Pengharapan kinerja : Orang akan berupaya untuk mensahihkan persepsi mereka mengenai realitas, bahkan jika persepsi tersebut keliru. Pengharapan kita mengenai seseorang/sekelompok orang akan menentukan perilaku kita. Misalnya manager memperkirakan orang akan berkinerja minimal, mereka akan cenderung berperilaku demikian untuk memenuhi ekspektasi rendah ini. Evaluasi kinerja : Penilaian kinerja seorang karyawan sangat bergantung pada proses perseptual. Walaupun penilaian ini bisa objektif, namun banyak yang dievaluasi secara subjektif. Ukuran subjektif adalah berdasarkan pertimbangan, yaitu penilai membentuk suatu kesan umum mengenai karyawan. Semua persepsi dari penilai akan mempengaruhi hasil penilaian tersebut. Upaya karyawan : Dalam banyaknya organisasi, tingkat upaya seorang karyawan dinilai sangat penting, jadi bukan hanya kinerja saja. Namun penilaian terhadap upaya ini sering merupakan suatu pertimbangan subjektif yang rawan terhadap distorsi-distorsi dan prasangka perseptual. Kesetiaan karyawan : Hal yang sering dilakukan seorang manajer terhadap karyawan adalah pertimbangan apakah karyawan tersebut setia atau tidak kepada organisasi. Sayangnya, banyak dari penilaian kesetiaan tersebut bersifat pertimbangan. Misalnya saja individu yang melaporkan tindakan tak etis dari atasan dapat dilihat sebagai bertindak demi kesetiaan kepada organisasi ataupun sebagai pengacau.

2.2 Pengambilan Keputusan Individual

2.2.1 Pengertian Pengambilan KeputusanPengambilan keputusan sangat diperlukan saat kita menghadapi masalah yang harus diselesaikan, terlebih lagi dalam organisasi. Pengambilan keputusan memerlukan pengetahuan, pengalaman, dan data-data yang telah diperoleh atau dikumpulkan, berkaitan dengan masalah yang dihadapi. Sebagai seni, pengambilan keputusan adalah proses mengambil keputusan pada situasi dan kondisi yang berbeda karena adanya keragaman yang bersifat unik. Sedangkan sebagai ilmu, pengambilan keputusan adalah suatu aktivitas yang memiliki metode, cara, dan pendekatan tertentu secara sistematis, teratur dan terarah. Berikut ini adalah beberapa pengertian mengenai pengambilan keputusan dalam aktivitas manajemen pada sebuah organisasi berdasarkan pendapat para ahli: Menurut Winarda (1990) pengambilan keputusan merupakan salah satu peranan manajer yang disebut peranan desisional. Menurut Sutisna (1985:149) suatu putusan ialah proses memilih tindakan tertentu antara sejumlah tindakan alternatif yang mungkin. Menurut Drummond (1985) berpendapat bahwa pengambilan keputusan merupakan usaha penciptaan kejadian-kejadian dan pembentukan masa depan (peristiwa-peristiwa pada saat pemilihan dan sesudahnya).Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian dari pengambilan keputusan adalah suatu proses untuk menentukan satu pilihan dari beberapa altuntuk menentukan satu pilihan dari beberapa alternatif sebagai upaya untuk memecahkan suatu masalah yang dihadapi, yang tentunya memiliki risiko.

2.2.2 Langkah-langkah Pengambilan Keputusan

Dalam melakukan pengambilan keputusan tentunya terdapat langkah-langkah yang dilakukan sampai terpilihnya suatu pilihan dari berbagai alternative yang ada sebagai solusi terhadap suatu masalah. Langkah-langkah dalam pengambilan keputusan tersebut idealnya terdiri dari: Tahap IdentifikasiTahap ini adalah tahap pengenalan masalah dan diagnosa dibuat. Tingkat diagnosa tergantung dari kompleksitas masalah yang dihadapi. Tahap pengembangan Tahap ini merupakan aktivitas pencarian prosedur atau solusi standar yang ada atau mendesain solusi yang baru. Proses desain ini merupakan proses pencarian dan percobaan di mana pembuat keputusan baru memiliki ide solusi ideal yang belum jelas dan tidak detail. Tahap seleksiTahap ini pilihan solusi dibuat, dengan tiga cara pembentukan seleksi yakni dengan penilaian pembuat keputusan: berdasarkan pengalaman atau intuisi, bukan analisis logis, dengan analisis alternatif yang logis dan sistematis, dan dengan tawar-menawar saat seleksi melibatkan kelompok pembuat keputusan dan semua manuver politik yang ada. Kemudian keputusan diterima secara formal dan otorisasi dilakukan.Terdapat beberapa pendapat lain mengenai langkah-langkah dalam pembuatan keputusan, yaitu: Menurut Herbert A. Simon, terdiri atas tiga langkah utama, yaitu:1. Kegiatan IntelijenTahap ini menyangkut pencarian berbagai kondisi lingkungan yang diperlukan bagi keputusan.2. Kegiatan DesainTahap ini menyangkut pembuatan perkembangan dan analisa dari berbagai rangkaian kegiatan yang mungkin dilakukan.3. Kegiatan PemilihanTahap ini menyangkut pemilihan serangkaian kegiatan tertentu dari beberapa alternatif yang tersedia. Sedangkan menurut Scott dan Mitchell, langkah-langkah pengambilan keputusan meliputi:1. Proses pencarian atau penemuan tujuan2. Formulasi tujuan3. Pemilihan alternatif4. Mengevaluasi hasil-hasil Pendapat lain dari Drummond (1995:3) menegaskan bahwa langkah-langkah pengambilan keputusan ada enam, yaitu : Mengidentifikasi suatu masalah Memperjelas dan menyusun prioritas sasaran-sasaran Menciptakan pilihan-pilihan Menilai pilihan-pilihan Memperbandingkan akibat-akibat yang diramalkan pada masing-masing pilihan dengan sasaran-sasaran Memilih pilihan dengan konsekuensi-konsekuensi dengan sasaran-sasaran

2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Terdapat enam faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan,yaitu:1. FisikFaktor ini didasarkan pada rasa yang dialami pada tubuh, seperti rasa tidak nyaman, atau kenikmatan. Ada kecenderungan menghindari tingkah laku yang menimbulkan rasa tidak senang, sebaliknya memilih tingkah laku yang memberikan kesenangan.2. EmosionalFaktor ini didasarkan pada perasaan atau sikap. Orang akan bereaksi pada suatu situasi secara subjectif.3. RasionalFaktor ini didasarkan pada pengetahuan orang-orang mendapatkan informasi, memahami situasi dan berbagai konsekuensinya.4. PraktikalFaktor ini didasarkan pada keterampilan individual dan kemampuannya melakukan sesuatu. Seseorang akan menilai potensi diri dan kepercayaan dirinya melalui kemampuanya dalam bertindak.5. InterpersonalFaktor ini didasarkan pada pengaruh jaringansosialyang ada. Hubungan antar satu orang dengan orang lainnya dapat mempengaruhi tindakan individual.6. StrukturalFaktor ini didasarkan pada lingkup sosial, ekonomi dan politik.

Selanjutnya, John D. Miller (2009) menjelaskan faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan adalah: jenis kelamin pria atau wanita, peranan pengambilan keputusan, dan keterbatasan kemampuan.

Dalam pengambilan suatu keputusan individu ada tiga faktor utama yang mempengaruhi, yaitu nilai individu, kepribadian, dan kecenderungan dalam pengambilan resiko.1. Nilai Individu: seorang individu dalam pengambilan keputusan akan membuat keputusan yang merupakan keyakinan dasar yang digunakan seseorang jika ia dihadapkan pada permasalahan dan harus mengambil suatu keputusan. Nilai-nilai ini telah tertanam sejak kecil melalui suatu proses belajar dari lingkungan keluarga dan masyarakat.2. Kepribadian: keputusan yang diambil seseorang juga dipengaruhi oleh faktor psikologis seperti kepribadian. Dua variabel utama kepribadian yang berpengaruh terhadap keputusan yang dibuat adalah ideologiataukekuasaan dan emosional atau objektivitas. Beberapa pengambil keputusan memiliki suatu orientasi ideologi tertentu yang berarti keputusan dipengaruhi oleh suatu filosofi atau suatu perangkat prinsip tertentu. Sementara itu pengambil keputusan atau orang lain mendasarkan keputusannya pada suatu yang secara politis akan meningkatkan kekuasaannya secara pribadi.3. Kecenderungan terhadap pengambilan risiko: ketidakpastian adalah kurangnya pengetahuan hasil tindakan, sedangkan risiko adalah kurangnya kendali atas hasil tindakan dan menganggap bahwa pengambil keputusan memiliki pengetahuan hasil tindakan walaupun ia tidak dapat mengendalikannya. Lebih sulit membuat keputusan dalam situasi ketidakpastian dibanding di dalam situasi bahaya. Di bawah ketidakpastian, pengambil keputusan tidak memiliki dasar rasional terhadap pilihan satu strategi atas strategi lainnya.Adapun dalam referensi lain pengambilan keputusan yang dipengaruhi oleh faktor- faktor personal, yaitu:1. Kognisi: kualitas dan kuantitas pengetahuan yang di miliki oleh pembuat keputusan. Misalnya, kemampuan menalar, kemampuan berfikir secara logis.2. Motif: suatu keadaan tekanan dalam diri individu yang mempengaruhi, memelihara dan mengarahkan perilaku pembuat keputusan menuju suatu sasaran.3. Sikap: bagaimana keberanian pembuat keputusan dalam mengambil risiko keputusan, pemilihan suasana emosi dan waktu yang tepat, mempertimbangkan konsekuensi yang mungkin terjadi.

Sedangkan faktor-faktor yang memberi peran penting dalam pengambilan keputusan dalam organisasi adalah:1. Keadaan internal organisasi tersebut2. Tersedianya informasi yang diperlukan, yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi3. Keadaan eksternalisasi4. Kepribadian dan kecakapan sang pengambil keputusan

Pengambilan keputusan juga dapat dipengaruhi oleh perilaku seperti:1. Nilai: nilai-nilai dianggap sebagai pedoman jika seseorang menghadapi situasi dimana harus dilakukan suatu pilihan2. Kepribadian: aspek kepribadian meliputi sikap, kepercayaan dan kebutuhan individu 3. Mengambil resiko: ada yang berani ambil resiko, ada yang penuh pertimbangan dan ada yang kurang berani ambil resiko4. Disonasi kognitif: adanya rasa cemas pada pengambilan keputusan terhadap akibat dari keputusan yang diambil.

2.2.4 Jenis-jenis Keputusan

Keputusan adalah hasil yang dicapai dari proses pengambilan keputusan. Menentukan pilihan atau memutuskan suatu pilihan atau arah tindakan tertentu bagi organisasi adalah keputusan. Menurut Drummond (1995:13), secara umum keputusan dibagi menjadi dua jenis sebagai berikut:a. Keputusan strategiSetiap organisasi melahirkan berbagai kebijakan atau keputusan organisasional. Kebijakan dan arah organisasi merupakan keputusan strategis.b. Keputusan operasionalKeputusan operasional menyangkut pengelolaan organisasi dalam aktivitas dan kegiatannya sehari-hari. Keputusan operasional sangat menentukan efektivitas keputusan strategis yang diambil oleh para manajer puncak.Disisi lain, ada pula pembagian jenis keputusan berdasarkan masalah yang dihadapi, yaitu:a. Keputusan yang diprogramkan (program decision)Keputusan ini adalah keputusan yang dibuat berdasarkan pada masalah yang diketahui secara baik (well-structured problems) atau masalahnya diketahui secara jelas.b. Keputusan yang tidak diprogram (non-programmed decision) Keputusan ini adalah keputusan yang dibuat berdasarkan masalah yang tidak diketahui secara jelas (ill-structured problems) atau data dan informasi yang dibutuhkan kurang tersedia sebagaimana mestinya untuk mendukung pembuatan keputusan.

2.2.5 Tujuan dan Fungsi Pengambilan KeputusanPengambilan keputusan pastinya memiliki tujuan yang hendak dicapai. Tujuan pengambilan keputusan dapat dibedakan atas dua yaitu:a. Tujuan bersifat tunggal yaitu apabila yang dihasilkan hanya menyangkut satu masalah artinya sekali diputuskan dan tidak akan ada kaitannya dengan masalah lain.b. Tujuan bersifat ganda yaitu apabila keputusan yang dihasilkan menyangkut lebih dari satu masalah, artinya bahwa satu keputusan yang diambil dapat memecahkan dua masalah atau lebih yang bersifat kontradiktif atau bersifat tidak kontradiktif.Sedangkan fungsi dari pengambilan keputusan adalah:a. Permulaan atas segala aktivitas individu yang sadar dan terarah baik secara individual maupun secara kelompok, baik secara institusional maupun secara organisasionalb. Menyangkut dengan hari depan atau masa yang akan datang, di mana efeknya atau pengaruhnya berlangsung cukup lama.

2.2.6 Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi

Proses pengambilan keputusan dalam organisasi ialah kumpulan yang terdiri dari beberapa orang untuk mencapai tujuan bersama, didalam organisasi rentan terjadinya selisih pendapat begitu juga keputusan dalam mengambil sikap, dapat diartikan cara organisasi dalam pengambilan keputusan. Dalam proses pengambilan keputusan ada beberapa metode yang sering di gunakan oleh para pemimpin, yaitu :

Kewenangan Tanpa Diskusi (Authority Rule Without Discussion)Metode pengambilan keputusan ini seringkali digunakan oleh para pemimpin otokratik atau dalam kepemimpinan militer. Metode ini memiliki beberapa keuntungan, yaitu cepat, dalam arti ketika organisasi tidak mempunyai waktu yang cukup untuk memutuskan apa yang harus dilakukan. Selain itu, metode ini cukup sempurna dapat diterima kalau pengambilan keputusan yang dilaksanakan berkaitan dengan persoalan-persoalan rutin yang tidak mempersyaratkan diskusi untuk mendapatkan persetujuan para anggotanya.Namun demikian, jika metode pengambilan keputusan ini terlalu sering digunakan, ia akan menimbulkan persoalan-persoalan, seperti munculnya ketidak percayaan para anggota organisasi terhadap keputusan yang ditentukan pimpinannya, karena mereka kurang bahkan tidak dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan akan memiliki kualitas yang lebih bermakna, apabila dibuat secara bersama-sama dengan melibatkan seluruh anggota kelompok,daripada keputusan yang diambil secara individual.

Pendapat Ahli (expert opinion)Kadang-kadang seorang anggota organisasi oleh anggota lainnya diberi predikat sebagai ahli (expert), sehingga memungkinkannya memiliki kekuatan dan kekuasaan untuk membuat keputusan. Metode pengambilan keputusan ini akan bekerja dengan baik, apabila seorang anggota organisasi yang dianggap ahli tersebut memang benar-benar tidak diragukan lagi kemampuannya dalam hal tertentu oleh anggota lainnya.Dalam banyak kasus, persoalan orang yang dianggap ahli tersebut bukanlah masalah yang sederhana, karenasangat sulit menentukan indikator yang dapat mengukur orang yang dianggap ahli (superior). Ada yang berpendapat bahwa orang yang ahli adalah orang yang memiliki kualitas terbaik; untuk membuat keputusan, namun sebaliknya tidak sedikit pula orang yang tidak setuju dengan ukuran tersebut. Karenanya, menentukan apakah seseorang dalam kelompok benar-benar ahli adalah persoalan yang rumit.

Kewenangan Setelah Diskusi (authority rule after discussion)Sifat otokratik dalam pengambilan keputusan ini lebih sedikit apabila dibandingkan dengan metode yang pertama. Karena metode authority rule after discussion ini pertimbangkan pendapat atau opini lebih dari satu anggota organisasi dalam proses pengambilan keputusan. Dengan demikian, keputusan yang diambil melalui metode ini akan mengingkatkan kualitas dan tanggung jawab para anggotanya disamping juga munculnya aspek kecepatan (quickness) dalam pengambilan keputusan sebagai hasil dari usaha menghindari proses diskusi yang terlalu meluas. Dengan perkataan lain, pendapat anggota organisasi sangat diperhatikan dalam proses pembuatan keputusan, namun perilaku otokratik dari pimpinan, kelompok masih berpengaruh.Metode pengambilan keputusan ini juga mempunyai kelemahan, yaitu pada anggota organisasi akan bersaing untukmempengaruhi pengambil atau pembuat keputusan. Artinya bagaimana para anggota organisasi yang mengemukakan pendapatnya dalam proses pengambilan keputusan, berusaha mempengaruhi pimpinan kelompok bahwa pendapatnya yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan.

Kesepakatan (consensus)Kesepakatan atau konsensus akan terjadi kalau semua anggota dari suatu organisasi mendukung keputusan yang diambil. Metode pengambilan keputusan ini memiliki keuntungan, yakni partisipasi penuh dari seluruh anggota organisasi akan dapat meningkatkan kualitas keputusan yang diambil, sebaik seperti tanggung jawab para anggota dalam mendukung keputusan tersebut. Selain itu metode konsensus sangat penting khususnya yang berhubungan dengan persoalan-persoalan yang kritis dan kompleks.Namun demikian, metodepengambilan keputusan yang dilakukan melalui kesepakatn ini, tidak lepas juga dari kekurangan-kekurangan. Yang paling menonjol adalah dibutuhkannya waktu yang relatif lebih banyak dan lebih lama, sehingga metode ini tidak cocok untuk digunakan dalam keadaan mendesak atau darurat.

Keempat metode pengambilan keputusan di atas, menurut Adler dan Rodman, tidak ada yang terbaik dalam arti tidak ada ukuran-ukuran yang menjelaskan bahwa satu metode lebih unggul dibandingkan metode pengambilan keputusan lainnya. Metode yang paling efektif yang dapat digunakan dalam situasi tertentu, bergantung pada faktor-faktor:a. Jumlah waktu yang ada dan dapat dimanfaatkan,b. Tingkat pentingnya keputusan yang akan diambil oleh kelompok, danc. Kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh pemimpin kelompok dalam mengelola kegiatan pengambilan keputusan tersebut.

2.3 Pengaruh Kepribadian Terhadap Pengambilan Keputusan

Setiap orang memiliki tipe kepribadian yang berbeda beda atau tertentu yang dominan dibandingkan dengan tipe kepribadian lainnya, adapun pendapat kelompok kami mengenai karakteristik seseorang dalam pengambilan keputusan yang disesuaikan dengan tipe kepribadian yaitu sebagai berikut :

Tipe Kepribadian SanguinisTipe ini paling baik dalam hal berurusan dengan orang lain secara antusias; menyatakan pemikiran dengan penuh gairah; memperlihatkan perhatian. Kelemahan tipe ini adalah berbicara terlalu banyak; mementingkan diri sendiri; sulit berkonsentrasi; kurang disiplin.

Cara pengambilan keputusan :Mengutamakan musyawarah kelompok untuk menghasilkan mufakat, dengan demikian tipe pemimpin seperti ini masih mempertimbangkan opini, saran, pendapat dari bawahannya. (meminta saran dari orang lain)Kurang cepat dalam mengambil keputusan, karena butuh masukan dari orang lain.

Tipe Kepribadian MelankolisTipe ini paling baik dalam hal mengurus perincian dan pemikiran secara mendalam, memelihara catatan, bagan dan grafik; menganalisis masyarakat yang terlalu sulit bagi orang lain. Kelemahan tipe ini adalah mudah tertekan; menunda - nunda suatu pekerjaan; mempunyai citra diri yang rendah; mengajukan tuntutan yang tidak realistis pada orang lain.

Cara pengambilan keputusan :Kurang cepat dalam menganbil keputusan, dalam artian tidak tergesa-gesa. Dia ingin hasil yang perfect, maka dari itu butuh pemikira yang matang sehingga hasil yang dicapai dapat dengan mudah dikomunikasikan atau disampaikan kepada orang lain.

Tipe Kepribadian KolerisTipe ini paling baik dalam hal pekerjaan yang memerlukan keputusan cepat; persoalan yang memerlukan tindakan dan pencapaian seketika; bidang-bidang yang menuntut kontrol dan wewenang yang kuat. Kelemahan tipe ini adalah tidak tahu bagaimana cara menangani orang lain; sulit mengakui kesalahan; sulit bersikap sabar; terlalu pekerja keras.

Cara pengambilan keputusan :Mengambil keputusan dengan cepat, tetapi belum tentu tepat karena dia menganggap dirinya paling benar, dia mengabaikan saran saran dari orang lain.

Tipe Kepribadian PhlegmatisTipe ini paling baik dalam posisi penengahan dan persatuan; badai yang perlu diredakan; rutinitas yang terus membosankan bagi orang lain. Kelemahan tipe ini adalah kurang antusias; malas; tidak berpendirian; sering mengalami perasaan sangat khawatir, sedih dan gelisah.

Cara pengambilan keputusan :Cara mengambil keputusan dengan ragu ragu, karena dia terbayang banyang rasa cemas dan takut. Akhirnya sia sia memikirkan solusi tetapi tidak dijalankan karena takut akan kegagalan.

2.4 Hubungan Persepsi Dengan Pengambilan KeputusanPengambilan kuputusan individual, baik ditingkat bawah maupun atas, merupakan suatu bagian yang penting dari perilaku organisasi. Tetapi bagaimana individu dalam organisasi mengambil keputusan dan kualitas dari pilihan mereka sebagian besar dipengaruhi oleh persepsi mereka.Pengambilan keputusan terjadi sebagai suatu reaksi terhadap suatu masalah. Terdapat suatu penyimpangan antara suatu keadaan dewasa ini dan sesuatu keadaan yang diinginkan, yang menuntut pertimbangan arah tindakan alternatif. Misalnya, seorang manager suatu divisi menilai penurunan penjualan sebesar 2% sangat tidak memuaskan, namun didivisi lain penurunan sebesar itu dianggap memuaskan oelh managernya.Perlu diperhatikan bahwa setiap keputusan menuntut penafsiran dan evaluasi terhadap informasi. Karena itu, data yang diterima perlu disaring, diproses, dan ditafsirkan. Misalnya, data mana yang relevan dengan pengambilan keputusan. Persepsi dari pengambil keputusan akan ikut menentukan hal tersebut, yang akan mempunyai hubungan yang besar pada hasil akhirnya.Dalam kenyataannya pengambilan keputusan yang dilakukan oleh seseorang tidak sistematis seperti proses yang dikemukakan sebelumnya. Keputusan individu dalam organisasi biasanya dilakukan untuk permasalahan-permasalahan yang tidak kompleks. Dalam pengambilan suatu keputusan individu dipengaruhi oleh empat faktor utama yaitu nilai individu, kepribadian, kecenderungan dalam pengambilan resiko dan kemungkinan ketidakcocokan.Persepsi merupakan fungsi penting bagi individu dalam membuat keputusan (decission making) karena persepsi mejadi landasan bagi individu untuk meyusun identifikasi, analisa, serta menyimpulkan suatu objek atau subjek yang dipersepsikan.

BAB IIIPENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan mengenai persepsi dan pengambilan keputusan individual di atas, maka kita dapat mengetahui pentingnya memahami kedua hal tersebut. Keduanya saling berhubungan dalam membentuk suatu perilaku organisasi. Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia. Persepsi merupakan keadaan integrated dari individu terhadap stimulus yang diterimanya. Apa yang ada dalam diri individu, pikiran, perasaan, pengalaman-pengalaman individu akan ikut aktif berpengaruh dalam proses persepsi.Sedangkan pengambilan keputusan adalah suatu proses untuk menentukan satu pilihan dari beberapa hal untuk menentukan satu pilihan dari beberapa alternatif sebagai upaya untuk memecahkan suatu masalah yang dihadapi, yang tentunya memiliki risiko. Setiap keputusan menuntut penafsiran dan evaluasi terhadap informasi. Karena itu, data yang diterima perlu disaring, diproses, dan ditafsirkan. Persepsi dari pengambil keputusan akan ikut menentukan hal tersebut, yang akan mempunyai hubungan yang besar pada hasil akhirnya.Dalam pengambilan suatu keputusan individu dipengaruhi oleh empat faktor utama yaitu nilai individu, kepribadian, kecenderungan dalam pengambilan resiko dan kemungkinan ketidakcocokan. Persepsi merupakan fungsi penting bagi individu dalam membuat keputusan (decission making) karena persepsi mejadi landasan bagi individu untuk menyusun identifikasi, analisa, serta menyimpulkan suatu objek atau subjek yang dipersepsikan.Dengan membuat persepsi yang benar terhadap suatu informasi akan memperkecil kemungkinan terjadinya kesalahan dalam proses pengambilan keputusan. Dengan memperkecil kemungkinan terjadinya kesalahan tersebut maka memperbesar kemungkinan tercapainya visi dan misi dari suatu organisasi.

DAFTAR PUSTAKAAnzizhan dan Syafaruddin. Sistem Pengambilan Keputusan Pendidikan. Jakarta: Grasindo.http://eprints.undip.ac.id/5787/1/Pengambilan_Keputusan_-_AYUN_SRIATMI.pdfhttp://sugenk.staff.gunadarma.ac.idhttp://lukmancoroners.blogspot.com/2010/05/persepsi-dan-pembuatan-keputusan.html, diakses pada Maret 2014Modul 3 kepribadian, emosi, dan keputusan.pdf/ Modul UNPAD Robbins, Stephen P. Organizational Behaviour. 2013. San Diego:Pearsonhttp://www.duniapsikologi.com/persepsi-pengertian-definisi-dan-faktor-yang-mempengaruhi/http://hutantropis.com/metode-pengambilan-keputusan-dalam-organisasi