PERPUSTAKAAN NASIONAL R.I PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN...
Transcript of PERPUSTAKAAN NASIONAL R.I PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN...
PERPUSTAKAAN NASIONAL R.I
PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 13 TAHUN 2016
TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA
DI LINGKUNGAN PERPUSTAKAAN NASIONAL
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan kualitas
penyelenggaraan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah di lingkungan Perpustakaan Nasional,
perlu menyusun pedoman pelaksanaan Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah di
lingkungan Perpustakaan Nasional;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan
Kepala Perpustakaan Nasional tentang Pedoman
Pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah di Lingkungan Perpustakaan Nasional;
Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
2. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang
Perpustakaan (Lembaran Negara Republik Indonesia
- 2-
Tahun 2007 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4774);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang
Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006
Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4614);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2014 tentang
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007
tentang Perpustakaan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 76, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5531);
5. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 80);
6. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan
Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non
Kementerian sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 145 Tahun
2015 tentang Perubahan Kedelapan atas Keputusan
Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan,
Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan
Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Kementerian
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 322);
7. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
Tahun 2015-2019 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 3);
8. Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman
Penyusunan dan Penelaahan Rencana Strategis
Kementerian/Lembaga 2015-2019;
- 3-
9. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014
tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan
Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja
Instansi Pemerintah;
10. Keputusan Kepala Perpustakaan Nasional Nomor 3
Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Perpustakaan Nasional sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional
Nomor 1 Tahun 2012 tentang Perubahan atas
Keputusan Kepala Perpustakaan Nasional Nomor 3
Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Perpustakaan Nasional;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL
TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM
AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DI
LINGKUNGAN PERPUSTAKAAN NASIONAL.
Pasal 1
Pedoman Pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah di Lingkungan Perpustakaan Nasional
yang selanjutnya disingkat SAKIP tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Kepala ini.
Pasal 2
Pedoman Pelaksanaan SAKIP di Lingkungan Perpustakaan
Nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 merupakan
acuan bagi unit organisasi di lingkungan Perpustakaan
Nasional dalam melaksanakan akuntabilitas kinerja.
- 5-
LAMPIRAN
PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 13 TAHUN 2016
TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM
AKUNTABILITAS KINERJA DI LINGKUNGAN
PERPUSTAKAAN NASIONAL
PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA
DI LINGKUNGAN PERPUSTAKAAN NASIONAL
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap instansi pemerintah sebagai unsur penyelenggaran negara wajib
mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas, fungsi dan peranannya
dalam pengelolaan sumber daya dan kebijakan yang dipercayakan
kepadanya berdasarkan perencanaan strategis yang telah ditetapkan.
Dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan negara yang bersih dan
bebas KKN menuju tercapainya pemerintahan yang baik (good
governance) dan bertanggung jawab (clean government), maka pemerintah
menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang
Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, sedangkan untuk
penerapan sistem pertanggungjawaban yang jelas, teratur dan efektif
telah ditetapkan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Kinerja Pemerintah.
Pertanggungjawaban penyelenggara negara yang dimaksud berupa
laporan kinerja yang disampaikan kepada pemberi mandat, pimpinan,
lembaga pengawasan dan penilai akuntabilitas, dan akhirnya
disampaikan kepada Presiden selaku Kepala Pemerintahan. Laporan
tersebut menggambarkan kinerja instansi pemerintah melalui suatu
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP).
Perpustakaan Nasional (selanjutnya disebut Perpusnas) sebagai salah
satu unsur penyelenggara pemerintahan negara wajib menyusun laporan
kinerja dan laporan keuangan untuk mempertanggungjawabkan
pelaksanaan kegiatan sesuai tugas dan fungsi, termasuk pengelolaan
sumber daya dengan didasarkan suatu perencanaan strategis. Laporan
tersebut menggambarkan kinerja Perpusnas melalui SAKIP. Dengan
diimplementasikannya SAKIP ini diharapkan dapat mendorong
- 6-
terciptanya akuntabilitas kinerja ke arah terwujudnya pemerintahan yang
baik dan terpercaya. Secara operasional, sasaran yang diinginkan dalam
akuntabilitas kinerja adalah menjadikan Perpusnas akuntabel dalam
melaksanakan aktivitas, responsif terhadap perubahan yang terjadi,
terbuka, dipercaya masyarakat, dan mendorong partisipasi masyarakat
dalam pelaksanaan pembangunan nasional.
Dengan adanya penerapan SAKIP, Perpusnas bersama seluruh jajaran
pegawai harus memahami ruang lingkup akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah yang meliputi semua kegiatan dan sasaran dalam
memberikan kontribusi bagi pencapaian visi dan misi Perpusnas.
Kegiatan yang menjadi perhatian utama adalah mengenai tugas dan
fungsi, program kerja yang menjadi isu nasional/internasional bagi
pencapaian visi dan misi Perpusnas.
Instrumen SAKIP ini diharapkan menjadi sistem yang handal untuk
memperbaiki proses pengambilan keputusan mulai dari perencanaan
strategis, perumusan kebijakan, pengukuran kinerja, pelaporan kinerja,
serta evaluasi dan tindak lanjutnya berupa perbaikan atau pemecahan
atas masalah yang dihadapi secara berkelanjutan.
B. Maksud dan Tujuan
1. Pedoman Pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah di Lingkungan Perpusnas ini dimaksudkan sebagai acuan
bagi pimpinan Satuan Kerja (Satker), Unit Kerja setingkat Eselon I
dan II, serta UPT di lingkungan Perpusnas sehingga mempunyai
gambaran jelas dan komprehensif mengenai implementasi SAKIP
dalam penyusunan Rencana Strategis (RENSTRA), Rencana Kerja
(Renja), Perjanjian Kinerja (PK), Indikator Kinerja Utama (IKU),
Laporan Kinerja serta Reviu dan Evaluasi atas Laporan Kinerja;
2. Agar terwujudnya kesamaan persepsi antara Satker, unit kerja
setingkat Eselon I dan II, UPT, serta Aparat Pengawasan di lingkungan
Perpusnas dan dihasilkannya dokumen-dokumen perencanaan
kinerja yang berkualitas bagi kepentingan akuntabilitas kinerja
Perpusnas secara keseluruhan;
3. Menjadi salah satu rujukan pelaksanaan audit kinerja Aparat
Pengawasan, dalam hal ini Inspektorat Perpusnas;
4. Meningkatkan keterpaduan dan keselarasan perencanaan dan
program agar terwujudnya perencanaan yang optimal, terarah, dan
tepat waktu pada Satker dan unit kerja di lingkungan Perpusnas;
5. Menjadikan kinerja Perpusnas lebih berbasis akuntabilitas, efisien,
responsive terhadap aspirasi masyarakat dan dapat memberikan
masukan serta umpan balik (feedback) bagi pihak-pihak
berkepentingan;
6. Terpeliharanya kepercayaan masyarakat luas dengan dilibatkannya
dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan kinerja
Perpusnas; dan
- 7-
7. Meningkatkan kualitas kinerja dan opini publik.
C. Ruang Lingkup
1. Sistem Akuntabilitas Kinerja Perpusnas diterapkan terhadap semua
tujuan, sasaran, kebijakan, program dan kegiatan yang telah
ditetapkan Perpusnas bagi pencapaian visi dan misi organisasi;
2. Sistem Akuntabilitas Kinerja Perpusnas dilakukan oleh Satker, setiap
Unit Kerja setingkat Eselon I dan II, dan UPT di lingkungan
Perpusnas;
3. Implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Perpusnas dilakukan
untuk menyelaraskan antar dokumen-dokumen untuk perencanaan
kinerja dan perencanaan pengganggaran.
D. Pengertian Umum
Dalam Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional ini yang dimaksud
dengan:
1. Akuntabilitas adalah kewajiban untuk menyampaikan
pertanggungjawaban atau menjawab dan menerangkan kinerja
kolektif suatu organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau
berkewenangan untuk meminta pertanggungjawaban.
2. Kinerja adalah keluaran/hasil dari kegiatan/program yang telah atau
hendak dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan
kuantitas dan kualitas terukur.
3. Akuntabilitas Kinerja adalah perwujudan kewajiban suatu instansi
pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan
dalam pelaksanaan program/ kegiatan yang telah diamanatkan para
pemangku kepentingan dalam rangka mencapai misi organisasi secara
terukur dengan sasaran/target kinerja yang telah ditetapkan melalui
laporan kinerja instansi pemerintah yang disusun secara periodik.
4. Kinerja Instansi Pemerintah adalah gambaran tingkat pencapaian
sasaran sebagaimana penjabaran dari visi dan misi yang
mengindikasikan tingkat keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan
kegiatan-kegiatan sesuai dengan program dan kebijakan yang
ditetapkan.
5. Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) adalah perwujudan
kewajiban suatu instansi pemerintah untuk
mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan
misi organisasi dalam mencapai sasaran dan tujuan yang telah
ditetapkan melalui sistem pertanggungjawaban secara periodik.
6. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang selanjutnya
disebut SAKIP adalah rangkaian sistematik dari berbagai aktivitas,
alat, dan prosedur yang dirancang untuk tujuan penetapan,
pengukuran, pengumpulan data, pengklasifikasian, pengikhtisaran,
- 8-
dan pelaporan kinerja pada instansi pemerintah dalam rangka
pertanggungjawaban dan peningkatan kinerja instansi pemerintah.
7. Entitas Akuntabilitas Kinerja Kementerian/Lembaga adalah unit kerja
kementerian/lembaga yang melakukan pencatatan, pengolahan,
pengikhtisaran, dan pelaporan data kinerja tingkat kementerian
negara/lembaga.
8. Entitas Akuntabilitas Kinerja Unit Organisasi adalah unit instansi
pemerintah pusat yang melakukan pencatatan, pengolahan,
pengikhtisaran, dan pelaporan data kinerja tingkat eselon I.
9. Entitas Akuntabilitas Kinerja Satuan Kerja adalah unit instansi
pemerintah pusat selaku kuasa pengguna anggaran yang melakukan
kegiatan pencatatan, pengolahan, dan pelaporan.
10. Unit Kerja Mandiri adalah unit organisasi di lingkungan instansi
pemerintah yang memiliki dan mengelola sendiri sumber daya berupa
sumber daya manusia, anggaran, serta sarana dan prasarana yang
ada di lingkungannya.
11. Pengguna Anggaran adalah pejabat pemegang kewenangan
pemerintah pusat atau unsur penyelenggaraan pemerintah daerah.
12. Indikator kinerja adalah ukuran keberhasilan yang akan dicapai dari
kinerja program dan kegiatan yang telah direncanakan.
13. Indikator Kinerja Program adalah ukuran atas hasil (outcome) dari
suatu program yang merupakan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi
suatu kementerian negara/lembaga.
14. Indikator Kinerja Kegiatan adalah ukuran atas keluaran (output) dari
suatu kegiatan yang terkait secara logis dengan Indikator Kinerja
Program.
15. Unit Organisasi adalah Unit Organisasi Eselon I dan II di lingkungan
Kementerian/Lembaga.
16. Visi adalah rumusan umum mengenai keadaaan yang diinginkan
pada akhir periode perencanaan.
17. Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan
dilaksanakan untuk mewujudkan visi.
18. Tujuan adalah hal-hal yang akan dicapai atau dihasilkan pada jangka
waktu 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) tahun untuk mewujudkan visi
dan misi pemerintahan dengan didasarkan pada isu-isu dan analisis
strategis.
19. Sasaran adalah hasil (outcome) yang diharapkan dari suatu program.
20. Target adalah keluaran (output) yang diharapkan dari suatu kegiatan.
21. Strategi adalah langkah-langkah berisikan program-program indikatif
untuk mewujudkan visi dan misi.
- 9-
22. Sasaran Strategis adalah hasil yang akan dicapai secara nyata oleh
instansi pemerintah dalam rumusan yang lebih spesifik, terukur,
dalam periode tahunan, semesteran, triwulan atau bulanan.
23. Masukan (input) adalah sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan
kegiatan dan program dapat berjalan atau agar menghasilkan
keluaran (output).
24. Keluaran (output) adalah barang atau jasa yang dihasilkan oleh
kegiatan yang dilaksanakan untuk mendukung pencapaian sasaran
dan tujuan program dan kebijakan.
25. Hasil (outcome) adalah segala sesuatu yang mencerminkan
berfungsinya keluaran dari kegiatan-kegiatan dalam satu program.
26. Kebijakan adalah ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh
pimpinan untuk dijadikan pedoman, pegangan atau petunjuk dalam
pengembangan ataupun pelaksanaan program dan kegiatan, guna
tercapainya kelancaran dan keterpaduan dalam perwujudan sasaran,
tujuan, serta visi dan misi instansi pemerintah..
27. Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu
atau beberapa satuan kerja pada kementerian negara/lembaga
sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu program
dan terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya baik
yang berupa personil (SDM), barang modal termasuk peralatan dan
teknologi, dana, atau kombinasi dari beberapa atau kesemua jenis
sumber daya tersebut sebagai masukan (input) untuk meghasilkan
keluaran (output) dalam bentuk barang dan jasa.
28. Program adalah penjabaran kebijakan kementerian negara/lembaga
dalam bentuk upaya yang berisi satu atau beberapa kegiatan dengan
menggunakan sumber daya yang disediakan untuk mencapai hasil
yang terukur sesuai dengan misi kementerian negara/lembaga.
Program terdiri dari program generik dan program teknis.
29. Program Generik adalah program yang dilaksanakan oleh 1 (satu) unit
organisasi kementerian negara/lembaga setingkat eselon I yang
bersifat memberikan pelayanan internal dan menunjang pelaksanaan
program teknis.
30. Program Teknis adalah program yang dilaksanakan oleh 1 (satu) unit
organisasi kementerian/lembaga setingkat eselon I yang bersifat
memberikan pelayanan eksternal (kelompok sasaran/masyarakat)
sesuai dengan tugas dan fungsinya ataupun sesuai dengan mandat
yang diberikan oleh Menteri/Kepala Lembaga yang bersangkutan.
31. Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa
depan yang tepat, melalui urutan pilihan dengan memperhitungkan
sumber daya yang tersedia.
32. Perencanaan Strategis adalah suatu proses yang berorientasi pada
hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu 1 (satu) sampai dengan
- 10-
5 (lima) tahun secara sistematis dan berkesinambungan dengan
memperhitungkan potensi, peluang, dan kendala yang ada atau yang
mungkin timbul, dengan hasil akhir berupa rencana strategis instansi
pemerintah, yang memuat visi, misi, tujuan, sasaran, strategi,
kebijakan, dan program.
33. Perencanaan Kinerja adalah proses penetapan kegiatan tahunan dan
indikator kinerja berdasarkan program, kebijakan dan sasaran yang
telah ditetapkan. Ini merupakan proses penyusunan Rencana Kinerja
sebagai penjabaran dari Sasaran dan Program yang telah ditetapkan
dalam Rencana Strategis, yang akan dilaksanakan oleh instansi
pemerintah melalui berbagai kegiatan tahunan.
34. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, yang selanjutnya
disingkat RPJMN, adalah dokumen perencanaan pembangunan
nasional untuk periode 5 (lima) tahun.
35. Rencana Kerja Pemerintah, yang selanjutnya disebut RKP, adalah
dokumen perencanaan pembangunan nasional untuk periode 1 (satu)
tahun.
36. Rencana Strategis Kementerian/Lembaga, yang selanjutnya disingkat
Renstra K/L, adalah dokumen perencanaan Kementerian/Lembaga
untuk periode 5 (lima) tahun yang memuat tujuan, sasaran, arah
kebijakan, dan strategi Kementerian/Lembaga sesuai dengan tugas
dan fungsinya dengan berpedoman pada RPJMN.
37. Rencana Kerja Kementerian/Lembaga, yang selanjutnya disingkat
Renja K/L, adalah dokumen perencanaan Kementerian/Lembaga yang
merupakan penjabaran dari Renstra K/L untuk periode 1 (satu) tahun
anggaran tertentu, serta selaras dengan Rencana Kerja Pemerintah.
38. Rencana Kerja dan Anggaran adalah dokumen perencanaan dan
penganggaran yang berisi program dan kegiatan suatu kementerian
negara/lembaga yang merupakan penjabaran dari Rencana Kerja
Pemerintah dan Rencana Kerja Kementerian Negara/Lembaga yang
bersangkutan dalam satu tahun anggaran serta anggaran yang
diperlukan untuk melaksanakannya.
39. Perjanjian Kinerja adalah lembar/dokumen yang berisikan penugasan
dari pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi
yang lebih rendah untuk melaksanakan program/kegiatan yang
disertai dengan indikator kinerja.
40. Pengukuran Kinerja adalah proses sistematis dan berkesinambungan
untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan
sesuai dengan program, kebijakan, sasaran dan tujuan yang telah
ditetapkan dalam mewujudkan visi, misi dan strategi, atau kegiatan
manajemen yang membandingkan tingkat kinerja yang dicapai dengan
standar, rencana, atau target sebagaimana indikator kinerja yang
telah ditetapkan.
- 11-
41. Indikator Kinerja Utama (Key Performance Indicator) adalah ukuran
keberhasilan organisasi dari suatu tujuan dan sasaran strategis
organisasi.
42. Indikator Kinerja Sasaran adalah ukuran keberhasilan dari suatu
sasaran yang telah ditentukan.
43. Laporan Kinerja adalah ikhtisar yang menjelaskan secara ringkas dan
lengkap tentang pencapaian kinerja yang disusun berdasarkan
Rencana Kerja yang ditetapkan dalam rangka pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara/Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBN/APBD).
44. Reviu atas Laporan Kinerja adalah penelaahan atas laporan kinerja
untuk memastikan bahwa laporan kinerja telah menyajikan informasi
kinerja yang andal, akurat dan berkualitas.
45. Evaluasi Kinerja adalah rangkaian kegiatan yang mengukur efisiensi
pemanfataan sumber daya dan efektivitas pencapaian tujuan dan
sasaran dengan membandingkan realisasi keluaran (output) dan hasil
(outcome) terhadap perencanaan program dan kegiatan.
46. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah
dokumen yang berisi perwujudan AKIP yang disusun dan
disampaikan secara sistematik dan melembaga.
E. Komponen-Komponen SAKIP
Penyelenggaraan SAKIP dalam suatu unit organisasi meliputi:
1. Rencana Strategis;
2. Perjanjian Kinerja;
3. Pengukuran Kinerja;
4. Pengelolaan Data Kinerja;
5. Pelaporan Kinerja; dan
6. Reviu dan Ealuasi Kinerja.
Siklus implementasi SAKIP dapat dilihat pada Gambar 1 berikut:
- 12-
F. Tahapan Pelaksanaan Akuntabilitas Kinerja
Tahapan pelaksanaan Akuntabilitas Kinerja pada setiap Unit Organisasi
adalah sebagai berikut :
1. Menyusun perencanaan jangka menengah (rencana strategis)
Menetapkan Visi, Misi, Tujuan, Sasaran dan indikator kinerja serta
target yang ingin dicapai dalam jangka menengah.
2. Menyusun perencanaan kinerja tahunan
Menjabarkan rencana jangka menengah dengan menetapkan hasil-
hasil yang ingin dicapai serta program dan kegiatan yang akan
dilaksanakan dalam satu tahun beserta indikator kinerja dan
targetnya.
3. Membuat perjanjian kinerja
Menandatangani komitmen mengenai kinerja yang akan diwujudkan
dalam satu tahun mendatang melalui penetapan target kinerja.
4. Melaksanakan rencana
Melaksanakan program/kegiatan yang telah direncanakan.
5. Mengukur pencapaian kinerja
Membandingkan realisasi kinerja dengan sasaran (target) kinerja yang
keberhasilan dan kegagalan pencapaian target.
6. Mengelola data kinerja
Mempertimbangkan kebutuhan informasi pada setiap tingkatan
organisasi, kebutuhan manajerial, data/laporan keuangan yang
dihasilkan.
7. Melaporkan capaian kinerja
Membuat laporan akuntabilitas kinerja yang memberikan informasi
mengenai keberhasilan maupun kegagalan dalam mencapai target
(Laporan Kinerja)
8. Reviu dan evaluasi kinerja
Reviu dan evaluasi atas laporan kinerja yang dihasilkan.
G. Penyampaian Dokumen SAKIP
1. Dokumen SAKIP tingkat Lembaga yang sudah direviu dan dievaluasi
oleh Inspektorat disampaikan kepada Presiden RI dan Wakil Presiden
RI melalui Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi (Meneg PAN dan RB).
2. Dokumen SAKIP yang disusun oleh Unit Kerja setingkat Eselon I di
lingkungan Perpusnas disampaikan kepada Kepala Perpusnas dengan
tembusan kepada Kepala Biro Hukum dan Perencanaan dan
Inspektur Perpusnas.
3. Dokumen SAKIP yang disusun oleh Unit Kerja setingkat Eselon II dan
UPT di lingkungan Perpusnas disampaikan kepada Kepala Perpusnas
dengan tembusan kepada Eselon I di atasnya, Kepala Biro Hukum
dan Perencanaan dan Inspektur Perpusnas.
- 13-
BAB II
RENCANA STRATEGIS
Rencana Strategis (Renstra) merupakan landasan dan pedoman dalam
penyusunan perencanaan dan penyelenggaraan program pembangunan di
setiap Kementerian/Lembaga, yang berfungsi sebagai petunjuk
arah/kompas dalam melakukan perencanaan program ataupun kegiatan di
masa depan sebagai produk dari sistem pemerintahan yang berorientasi
pada hasil dan proses sekaligus. Penyusunan Renstra sudah diatur dalam
Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas
Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan dan Penelaahan
Rencana Strategis Kementererian/Lembaga 2015-2019.
Gambar 2 : Hubungan Kerangka Kerja Logis K/L dengan Pencapaian
Pembangunan Nasional
Rencana Strategis Unit Kerja Eselon I bertujuan untuk menjabarkan
amanat rencana pembangunan jangka menengah dalam bentuk sasaran
program yang bersifat hasil (outcome) dan sasaran kegiatan yang bersifat
keluaran (output). Sasaran masing-masing program dalam Rencana Srategis
Unit Kerja Eselon I harus bersinergi dengan sasaran strategis dan tujuan
dalam Rencana Strategis Kementerian/Lembaga. Selanjutnya sasaran
keluaran dari masing-masing kegiatan pokok harus bersinergi dengan
sasaran hasil dari program induknya.
Strategi dan pendanaan Unit Kerja Eselon I disusun sampai dengan detail
kegiatan dalam Unit Kerja Eselon I yang dilengkapi dengan indikator kinerja
keluaran dari kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan. Detail kinerja
dan rencana pendanaan program dan kegiatan disusun dalam matrik
kinerja Unit Kerja Eselon I dan matrik pendanaan Unit Kerja Eselon I.
- 14-
Rencana Strategis Unit Kerja Eselon II bertujuan untuk menjabarkan
amanat rencana pembangunan jangka menengah dan sasaran program
yang bersifat hasil (outcome) dalam bentuk sasaran kegiatan yang bersifat
keluaran (output). Sasaran masing-masing kegiatan dalam Rencana Srategis
Unit Kerja Eselon II harus bersinergi dengan sasaran strategis dan tujuan
dalam Rencana Strategis Unit Kerja Eselon I dan Rencana Strategis
Kementerian/Lembaga. Strategi dan pendanaan Unit Kerja Eselon II
disusun sampai dengan detail kegiatan dalam Unit Kerja Eselon II yang
dilengkapi dengan indikator kinerja keluaran dari kegiatan yang
direncanakan dan dilaksanakan. Detail kinerja dan rencana pendanaan
program dan kegiatan disusun dalam matrik kinerja Unit Kerja Eselon II
dan matrik pendanaan Unit Kerja Eselon II.
Pada dasarnya seluruh visi, misi, tujuan dan sasaran serta strategi pada
unit Eselon I dan Eselon II harus selaras dengan apa yang telah
dirumuskan pada tingkat kementerian/lembaga.
A. Komponen Rencana Strategis
Penyusunan dokumen Rencana Strategis di Perpustakaan Nasional
mengikuti sistematika sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Kondisi Umum
1.2 Potensi dan Permasalahan
a. Internal
b. Eksternal
BAB II VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS
2.1 Visi dan Misi Pemerintah Kabinet Kerja
2.2 Visi dan Misi Perpustakaan Nasional
2.3 Tujuan Perpustakaan Nasional
2.4 Sasaran Strategis Perpustakaan Nasional
BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA
KELEMBAGAAN
3.1 Arah Kebijakan dan Strategi Nasional
a. Arah Kebijakan dan Strategi Nasional
b. Arah Kebijakan dan Strategi Perpustakaan Nasional
3.2 Program dan Kegiatan
3.3 Kerangka Regulasi
3.4 Kerangka Kelembagaan
BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN
4.1 Target Kinerja
4.2 Kerangka Pendanaan
BAB V PENUTUP
LAMPIRAN
- Matriks Kinerja dan Pendanaan Rencana Strategis Perpustakaan Nasional
- Matriks Kinerja Rencana Strategis Perpustakaan Nasional yang Pendanaannya Belum Teralokasi
- Matriks Kerangka Regulasi Rencana Strategis Perpustakaan Nasional
- 15-
Keterangan:
1. Identifikasi Kondisi Umum dan Permasalahan
Identifikasi kondisi umum merupakan langkah untuk
menggambarkan pencapaian selama implementasi Rencana Strategis
sebelumnya serta aspirasi masyarakat terkait dengan pemenuhan
kebutuhan layanan publik.
Sedangkan identifikasi permasalahan merupakan langkah untuk
menganalisa kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman serta untuk
mewujudkan visi dan misi Perpustakaan Nasional.
2. Visi
Visi merupakan komitmen murni untuk menjadi milik bersama dan
diyakini bersama. Visi berkaitan dengan pandangan ke depan
menyangkut kemana unit organisasi harus dibawa dan diarahkan
agar dapat berkarya secara konsisten dan tetap eksis, antisipatif,
inovatif dan produktif. Organisasi yang efektif selalu mempunyai visi,
agenda dan berorientasi pada proses serta hasil.
Dalam penentuan visi, perlu mempertimbangkan beberapa rumusan
visi sebagai berikut:
a. Memberikan arah pandangan ke depan terkait dengan kinerja dan
peranan organisasi;
b. Memiliki orientasi terhadap masa depan dan mencerminkan apa
yang ingin dicapai unit kerja;
c. Ditetapkan secara rasional, realistis dan mudah dipahami;
d. Memberikan arah dan fokus strategi yang jelas serta dapat
dilaksanakan secara konsisten dalam pencapaiannya;
e. Mampu menjadi perekat dan menyatukan berbagai gagasan
strategis yang terdapat dalam suatu unit organisasi;
f. Menumbuhkan komitmen seluruh jajaran unit organisasi;
g. Mampu menjamin kesinambungan kepemimpinan; dan
h. Mempunyai sifat fleksibel sehingga visi bisa selalu berlaku pada
semua kemungkinan perubahan yang mungkin terjadi;
3. Misi
Misi sebagai penjabaran visi merupakan pernyataan yang menetapkan
tujuan dan sasaran yang ingin diacapai suatu unit organisasi. Misi
adalah tonggak dari perencanaan strategis.
Rumusan misi :
a. Melingkup semua pesan yang terdapat dalam visi;
b. Memberikan petunjuk terhadap tujuan yang akan dicapai;
- 16-
c. Memberikan petunjuk kelompok sasaran mana yang akan dilayani;
d. Memperhitungkan berbagai masukan dari stakeholders.
4. Tujuan dan sasaran strategis Perpusnas
Tujuan ditetapkan dengan mengacu kepada pernyataan visi dan misi
serta didasarkan pada isu dan analisis strategis. Tujuan dapat
dinyatakan dalam bentuk kuantitatif ataupun kualitatif dan harus
dapat menunjukkan suatu kondisi yang ingin dicapai di masa
mendatang.
Tujuan akan mengarahkan perumusan sasaran, kebijakan, program
dan kegiatan dalam rangka merealisasikan misi. Penetapan tujuan
juga untuk mempertajam fokus pelaksanaan misi dan tujuan harus
dapat menyediakan dasar yang kuat untuk menetapkan indikator
kinerja.
Kriteria tujuan sebagai berikut :
a. Tujuan harus sejalan dengan visi dan misi pada periode jangka
menengah;
b. Tujuan harus dapat menunjukkan suatu kondisi yang ingin
dicapai pada periode jangka menengah;
c. Tujuan harus dilengkapi dengan indikator;
d. Tujuan harus dapat dicapai dengan kemampuan yang dimiliki;
e. Tujuan harus dapat mengarahkan perumusan sasaran strategis,
strategi dan kebijakan, serta program dan kegiatan dalam rangka
merealisasikan misi.
Sedangkan sasaran merupakan penjabaran dari tujuan, yang
diupayakan dapat dicapai dalam kurun waktu tertentu secara
berkesinambungan sejalan dengan tujuan tersebut. Sasaran strategis
sebagai bagian integral dalam proses perencanaan strategis
merupakan hasil yang akan dicapai secara nyata oleh unit organisasi
dalam rumusan yang lebih spesifik, terukur, dalam kurun waktu yang
lebih pendek dari tujuan. Dalam sasaran dirancang indikator kinerja
utama (IKU) unit organisasi.
5. Arah kebijakan, Strategi dan Kerangka Regulasi
Arah kebijakan dan strategi memuat langkah-langkah berupa
program-program indikatif untuk memecahkan permasalahan yang
penting dan mendesak untuk segera dilaksanakan dalam kurun
waktu tertentu (jangka menengah) serta memiliki dampak besar
terhadap pencapaian visi, misi, tujuan dan sasaran stratgis.
Strategi menentukan garis besar pedoman pencapaian tujuan dan
sasaran. Strategi dijabarkan kedalam kebijakan dan program.
- 17-
a. Kebijakan
Kebijakan merupakan ketentuan yang telah ditetapkan oleh yang
berwenang untuk dijadikan pedoman dalam pelaksanaan atau
pengembangan program/kegiatan guna perwujudan sasaran,
tujuan, serta visi misi unit organisasi.
b. Program
Program adalah kumpulan kegiatan yang sistematis dan terpadu
untuk mendapatkan hasil, yang dilaksanakan oleh satu atau
beberapa Unit Kerja Eselon I/Satuan Kerja Eselon II/Subunit Kerja
Pelaksana Teknis ataupun dalam rangka kerjasama dengan
masyarakat, guna mencapai sasaran tertentu.
6. Target Kinerja
Target kinerja ditetapkan setelah penyusunan indikator kinerja.
Target kinerja menunjukkan tingkat sasaran kinerja spesifik yang
akan dicapai oleh unit Eselon I.
Dasar penentuan target kinerja antara lain:
1. Ketersediaan sumber daya yang dimiliki seperti pendanaan yang
tersedia, sumber daya manusia, dan peralatan;
2. Target kinerja kementerian/lembaga maupun nasional;
3. Hasil evaluasi terhadap penetapan kinerja periode sebelumnya.
Penetapan target kinerja perlu memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Specific (Spesifik) : sifat dan tingkat kinerja dapat diidentifikasi
dengan jelas dan nyata;
2. Measurable (Dapat Terukur) : target kinerja dinyatakan dengan
jelas dan terukur baik secara kualitatif maupun kuantitatif, dan
merupakan standar yang dapat dipakai untuk mengukur
kemajuan organisasi yang bersangkutan;
3. Achievable (Dapat Dicapai) : target kinerja dapat dicapai melalui
kepastian dukungan sumber daya yang ada, baik sumber daya
manusia maupun anggaran;
4. Relevant (Relevan) : mencerminkan keterkaitan antara target
outcome dalam rangka mencapai target impact yang ditetapkan;
5. Timebound/Timeliness : waktu/periode penetapan pencapaian
kinerja sepanjang kurun waktu tertentu.
7. Kerangka Pendanaan
Sumber pendanaan program atau lintas program berasal dari
pemerintah (APBN).
Langkah penyusunan pendanaan unit Eselon I sebagai berikut :
- 18-
a. Penelaahan (review) program dan kegiatan
Bertujuan untuk menetapkan apakah program dan kegiatan pada
periode sebelumnya akan dilanjutkan, ditinjau kembali, atau
dihentikan berdasarkan evaluasi yang dilakukan oleh unit
organisasi.
b. Penyusunan program dan kegiatan
Mencakup penyusunan indikator kinerja beserta target kinerjanya
c. Penyusunan anggaran bagi program dan kegiatan
Anggaran tahun dasar diperoleh dari hasil pemetaan antara
pendanaan program dan kegiatan periode lima tahun sebelumnya
dan hasil evaluasi terhadap struktur program dan kegiatan baru
d. Menyusun Prakiraan Maju Jangka Menengah
Perhitungan prakiraan maju dilakukan menggunakan baseline
terhadap struktur program dan kegiatan baru, minimal harus
memperhitungkan :
- Kebutuhan untuk pembayaran gaji dan tunjangan (untuk
kerangka pendanaan tingkat K/L)
- Kebutuhan operasional dan pemeliharaan kantor (untuk
kerangka pendanaan tingkat K/L)
- Kebutuhan anggaran untuk kegiatan yang bersifat tahun jamak
- Kebutuhan penyelesaian kegiatan yang telah dilaksanakan
B. Formulir Rencana Strategis
Untuk memudahkan penyusunan digunakan alat bantu berupa formulir
Rencana Strategis yang menunjukkan keterkaitan visi, misi, tujuan,
sasaran serta kebijakan dan program, sebagai berikut:
1. Formulir Rencana Strategis
Tabel 1 : Formulir Rencana Strategis
Rencana Strategis
Tahun : ... s/d ...
Unit Organisasi :
Visi :
Misi :
Tujuan Sasaran Cara Mencapai
Tujuan dan Sasaran Ket
Uraian Indikator Uraian Indikator n n+1 n+2 n+3 n+4 Kebijakan Program
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
- 19-
Petunjuk pengisian formulir :
Tahun : Diisi dengan tahun periode perencanaan strategis yang
dimaksud
Unit Organisasi : Diisi nama Unit Organisasi yang
bersangkutan
Visi : Diisi pernyataan visi dari Unit Organisasi yang
bersangkutan
Misi : Diisi pernyataan misi dari Unit Organisasi yang
bersangkutan
Kolom 1 : Diisi Uraian tujuan-tujuan yang akan diwujudkan
dalam rangka melaksanakan misi yang telah
ditetapkan
Kolom 2 : Diisi indikator yang menunjukkan
keberhasilan/kegagalan pencapaian tujuan
Kolom 3 : Diisi uraian sasaran strategis tahunan dalam rangka
mewujudkan tujuan pada akhir periode renstra
Kolom 4 : Diisi indikator yang menunjukkan
keberhasilan/kegagalan sasaran
Kolom 5-9 : Pada kolom ini diberi tanda √ pada kolom tahun
dimana sasaran tersebut akan dicapai
Kolom 10 : Diisi kebijakan operasional yang ditetapkan untuk
mencapai tujuan dan sasaran
Kolom 11 : Diisi nama program yang akan dilaksanakan sesuai
dengan kebijakan operasional yang ditetapkan
Kolom 12 : Diberi keterangan yang berkaitan dengan Rencana
Strategis
2. Formulir indikator kinerja program/kegiatan
Tabel 2 : Formulir Indikator Kinerja/Kegiatan
Petunjuk pengisian formulir :
Kolom 2 : Diisi dengan sasaran organisasi sesuai dengan
dokumen Rencana Strategis;
1. Unit Organisasi :
2. Tugas dan Fungsi :
No Sasaran Indikator Kinerja
Program
Cara Penghitungan Sumber Data
(1) (2) (3) (4) (5)
- 20-
Kolom 3 : Diisi dengan indikator kinerja program dari organisasi
sesuai dengan Rencana Strategis Indikator Kinerja
pada tingkat ini adalah indikator outcome;
Kolom 4 : Diisi dengan rumus atau formula untuk menghitung
indikator dimaksud;
Kolom 5 : Diisi dengan sumber untuk memperoleh data dan
informasi yang digunakan dalam perhitungan
indikator;
Dokumen ini ditandatangani oleh pimpinan unit kerja dan diketahui
oleh atasannnya.
3. Target Pembangunan Unit Kerja Eselon I
Program/Kegiat
an
Sasar
an
Indikat
or
Target Kinerja Unit
Penanggu
ng Jawab n n+1 n+2 n+3 n+4
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Program
Dukungan
Manajemen dan
Pelaksanaan
Tugas Teknis
Lainnya
Kegiatan1
Kegiatan2
dst.....
Program
Peningkatan
Sarana dan
Prasarana
Aparatur
Perpustakaan
Nasional
Kegiatan1
Kegiatan2
dst.....
Program
Pengembangan
Perpustakaan
Kegiatan1
Kegiatan2
dst.....
Tabel 3 : Matrik Kinerja
Petunjuk pengisian formulir:
Tahun : Diisi masa berlaku Renstra;
Kolom (1) : Diisi dengan nomenklatur program dan kegiatan;
- 21-
Kolom (2) : Diisi dengan outcome untuk program dan output
untuk kegiatan yang akan dicapai;
Kolom (3) : Diisi dengan indikator program dan kegiatan yang
pencapaiannya sesuai dengan tupoksi unit organisasi
pelaksana. Indikator dapat disusun dalam bentuk
kuantitas atau kualitas;
Kolom (4 s/d 8) : Diisi dengan target pencapaian program dan
kegiatan ;
Kolom (9 : Diisi dengan unit organisasi pelaksana yang
bertanggungjawab melaksanakan program dan
kegiatan.
4. Rencana Pendanaan Pembangunan Unit Kerja Eselon I
No Program/Kegiatan
Alokasi Anggaran Baseline Total
Alokasi
Anggaran
2010-2014
2010 201
1
201
2
201
3
20
14
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Program 1
Kegiatan 1
Kegiatan 2
dst.....
Total Program
Program 2
Kegiatan1
Kegiatan2
dst.....
Total Program
Program 3
Kegiatan 1
Kegiatan 2
dst.....
Total Pro
gram
Total Unit Organisasi
Tabel 4 : Matrik Pendanaan
Petunjuk pengisian formulir :
Tahun : Diisi masa berlaku Renstra;
Kolom (1) : Diisi sesuai nomenklatur program dan kegiatan dalam
RENSTRA;
Kolom (2 s/d 6) :Diisi dengan alokasi pendanaan bagi program dan
kegiatan;
Kolom (7) : Diisi dengan jumlah alokasi pendanaan bagi program
dan kegiatan.
- 22-
BAB III
RENCANA KERJA
A. Tujuan Rencana Kerja
Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja K/L) merupakan dokumen
perencanaan tahunan yang merupakan penjabaran dari Renstra K/L serta
disusun mengacu pada RKP. Selanjutnya Renja K/L menjadi acuan dalam
penyusunan Perjanjian Kinerja dan pelaksanaan kinerja K/L. Renja sangat
membantu dalam proses pencapaian akuntabilitas sebagai alat untuk
mengelola kinerja organisasi serta mendorong para pimpinan unit lebih
terfokus dalam menjalankan strategi organisasi dengan menerapkan
Manajemen Berbasis Kinerja.
Prinsip akuntabel menjadi sandaran pokok bagi pimpinan unit untuk
berkomitmen dan bertanggung jawab dalam penggunaan sumber daya yang
ada agar tercapai visi dan misi serta manfaat yang dapat dirasakan
langsung oleh masyarakat. Manfaat kepada masyarakat ini merupakan
outcome yang harus direncanakan sejak awal. Membuat Perencaaan Kinerja
berarti membuat rencana (secara langsung atau berjenjang) mengenai
output dan outcome yang akan dihasilkan oleh organisasi.
B. Formulir Rencana Kerja
Penyusunan Rencana Kerja di setiap Kementerian/Lembaga terdiri dari tiga
formulir berupa:
1. Formulir 1 (satu) berupa Penjelasan Umum Renja K/L untuk
memberikan gambaran singkat mengenai sasaran yang akan dicapai,
kebijakan yang akan digunakan, serta program dan kegiatan yang
diprioritaskan oleh Kementerian/Lembaga.
2. Formulir 2 (dua) untuk menjabarkan visi, misi, dan sasaran strategis
ke dalam program yang akan dilaksanakan oleh
Kementerian/Lembaga. Formulir ini diisi sesuai dengan jumlah
program yang dimiliki dan akan dilaksanakan oleh
Kementerian/Lembaga; dan
3. Formulir 3 (tiga) untuk menjabarkan program dan sasaran program
yang didukung melalui kegiatan yang akan dilaksanakan oleh
Kementerian/Lembaga. Formulir ini diisi sesuai dengan jumlah
kegiatan yang dimiliki dan akan dilaksanakan oleh
Kementerian/Lembaga.
- 23-
BAB IV
PERJANJIAN KINERJA
Perjanjian Kineja (PK) adalah lembar/dokumen yang berisikan penugasan
dari pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang
lebih rendah untuk melaksanakan program/kegiatan yang disertai dengan
indikator kinerja. PK merupakan wujud komitmen penerima amanah dan
kesepakatan antara penerima dan pemberi amanah atas kinerja terukur
tertentu berdasarkan tugas, fungsi dan wewenang serta sumber daya yang
tersedia.
Kinerja yang disepakati tidak dibatasi pada kinerja yang dihasilkan atas
kegiatan tahun bersangkutan, tetapi termasuk kinerja (outcome) yang
seharusnya terwujud akibat kegiatan tahun-tahun sebelumnya. Dengan
demikian target kinerja yang diperjanjikan juga mencakup outcome yang
dihasilkan dari kegiatan tahun-tahun sebelumnya, sehingga terwujud
kesinambungan kinerja setiap tahunnya.
Perjanjian Kinerja disusun setelah diterimanya DIPA sebagai wujud
keseriusan dalam merealisasikan DIPA yang telah diterima oleh unit
organisasi masing-masing dan harus ditandatangani oleh pihak-pihak yang
menyepakati. Oleh karena itu, PK yang disusun pasca DIPA telah
menyesuaikan diri dengan alokasi anggaran maupun target yang ditetapkan
dari setiap kegiatan sesuai dengan ketersediaan anggaran secara
keseluruhan dalam DIPA.
A. Tujuan Perjanjian Kinerja
Tujuan ditetapkannya Perjanjian Kinerja adalah :
1. Meningkatkan Akuntabilitas, Transparansi, dan Kinerja Aparatur;
2. Wujud nyata komitmen antara penerima dan pemberi amanah;
3. Sebagai dasar penilaian keberhasilan maupun kegagalan dalam
pencapaian tujuan dan sasaran organisasi, serta sebagai dasar
pemberian penghargaan dan sanksi (reward dan punishment);
4. Sebagai dasar evaluasi kinerja aparatur;
5. Dasar untuk melakukan monitoring, evaluasi dan supervisi;
6. Dasar penetapan sasaran kinerja pegawai.
B. Format Perjanjian Kinerja
Format Perjanjian Kinerja secara umum terdiri atas 2 (dua) bagian, yaitu:
1. Pernyataan Perjanjian Kinerja
- 24-
Merupakan suatu pernyataan kesanggupan dari pimpinan
instansi/unit organisasi penerima amanah kepada atasan
langsungnya untuk mewujudkan suatu target kinerja tertentu.
Pernyataan Perjanjian Kinerja terdiri atas:
a. Pernyataan untuk mewujudkan suatu kinerja pada suatu tahun
tertentu;
b. Tanda tangan pihak yang berjanji/para pihak yang bersepakat.
Format Perjanjian Kinerja pada Perpustakaan Nasional adalah sebagai
berikut:
Gambar 4 : Format Lembar Pernyataan Perjanjian Kinerja Kepala Perpusnas
Pimpinan Instansi/Unit Organisasi
PERJANJIAN KINERJA TAHUN ......
Dalam rangka mewujudkan managemen pemerintah yang efektif, bersih, transparan dan
akuntabel serta berorientasi pada hasil guna, yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Jabatan :
Berjanji akan mewujudkan target kinerja yang seharusnya sesuai lampiran perjanjian ini, dalam
rangka mencapai target kinerja jangka menengah seperti yang telah di tetapkan dalam dokumen
perencanaan.
Keberhasilan dan kegagalan pencapaian target kinerja tersebut menjadi tanggung jawab kami.
Jakarta, ............. 20...
Kepala Perpustakaan Nasioanal RI
.......................................
- 25-
Gambar 5 : Format Lembar Pernyataan Perjanjian Kinerja Tingkat
Satuan Kerja Eselon I dan II
2. Lampiran Perjanjian Kinerja
Merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam dokumen Perjanjian
Kinerja. Informasi yang disajikan dalam Lampiran Perjanjian Kinerja
disesuaikan dengan tingkatan organisasi.
PERJANJIAN KINERJA TAHUN ......
Dalam rangka mewujudkan managemen pemerintah yang efektif, bersih, transparan dan
akuntabel serta berorientasi pada hasil guna, yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Jabatan :
Selanjutnya disebut pihak pertama
Nama :
Jabatan :
Selaku atasan pihak pertama, selanjutnya disebut pihak kedua
Pihak pertama berjanji akan mewujudkan target kinerja yang seharusnya sesuai lampiran
perjanjian ini, dalam rangka mencapai target kinerja jangka menengah seperti yang telah di
tetapkan dalam dokumen perencanaan. Keberhasilan dan kegagalan pencapaian target kinerja
tersebut menjadi tanggung jawab kami.
Pihak kedua akan melakukan supervise yang diperlukan serta akan melakukan evaluasi terhadap
capaian kinerja dari perjanjian ini dan mengambil tindakan yang diperlukan dalam rangka
pemberian penghargaan dan sangsi.
Jakarta, ............. 20...
Pihak Kedua, Pihak Pertama,
................................... ...................................
.......................................
- 26-
PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016
PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
No Sasaran Strategis
Indikator Kinerja Target
(1) (2) (3) (4)
Program/Kegiatan Anggaran
1 ...................... Rp. ..........................
2 ...................... Rp. ..........................
Jakarta, ............. 20...
Kepala Perpustakaan Nasional RI
..........................................
Tabel 5 : Lampiran Perjanjian Kinerja Tingkat Kepala Perpustakaan Nasional
Petunjuk Pengisian :
Kolom (1) : Diisi dengan nomor kode Sasaran Strategis K/L sesuai
dengan RENSTRA K/L, Sasaran Strategis K/L adalah
outcome;
Kolom (2) : Diisi dengan Sasaran Strategis K/L sesuai dengan
RENSTRA K/L, Sasaran Strategis K/L adalah outcome;
Kolom (3) : Diisi nomor kode Indikator Kinerja Sasaran yang relevan
untuk mengukur Sasaran Strategis K/L sesuai dengan
Rencana Strategis K/L ataupun berdasarkan penetapan
IKU. (Indikator kinerja setiap sasaran dimungkinkan lebih
dari satu indikator);
Kolom (4) : Diisi dengan angka target yang diperjanjikan akan dicapai
dari setiap indikator kinerja;
- 27-
Tabel 6 : Lampiran Perjanjian Kinerja Unit Organisasi setingkat Es I,
Es II dan UPT
Petunjuk Pengisian :
Header (A) : Diisi dengan nama Unit Kerja setingkat Eselon I;
Kolom (1) : Diisi dengan nomor
Kolom (2) : Diisi dengan uraian sasaran strategis eselon I/ sasaran
program sesuai dengan dokumen perencanaan kinerja
jangka menengah. Sasaran strategis eselon I/sasaran
program adalah outcome atau output penting;
Kolom (3) : Diisi dengan indikator kinerja sasaran dari organisassi
eselon I sesuai dengan dokumen perencanaan kinerja
jangka menengah atau berdasarkan penetapan IKU. IKU
PERJANJIAN KINERJA TAHUN ......... UNIT ORGANISASI ............ (A)
No Sasaran Program/kegiatan Indikator Kinerja Target
(1) (2) (3) (4)
Program/Kegiatan Anggaran
1 ...................... Rp. ..........................
2 ...................... Rp. ..........................
Jakarta, ................. 20..
Atasan Pimpinan Unit Kerja Pimpinan Unit Kerja
.....................................
....................................
- 28-
pada tingkat ini adalah indikator kinerja outcome dan
atau output penting;
Kolom (4) : Diisi dengan angka target yang diperjanjikan akan dicapai
dari setiap
Hal yang perlu diperhatikan di sini, bahwa dokumen Perjanjian Kinerja
adalah dokumen yang berisi janji atau komitmen penerima amanah
kepada pemberi amanah, untuk menghasilkan kinerja yang telah
disepakati beserta anggaran yang dibutuhkan. Selain itu, Perjanjian
Kinerja bukanlah rincian seluruh kegiatan (pekerjaan) yang akan
dilakukan, melainkan janji kinerja atau janji hasil (outcome) yang akan
diwujudkan selama 1 (satu) tahun.
- 29-
BAB V
INDIKATOR KINERJA UTAMA
A. Pengertian Indikator Kinerja Utama
Dalam rangka pengukuran dan peningkatan kinerja serta sebagai upaya
untuk lebih meningkatkan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah,
maka setiap instansi pemerintah perlu menetapkan Indikator Kinerja
Utama (IKU). Hal pertama yang perlu dilakukan dalam menyusun
komponen IKU adalah menentukan apa yang menjadi kinerja utama dari
instansi pemerintah tersebut. Kinerja utama dari instansi adalah kegiatan
utama apa yang akan diwujudkan oleh instansi bersangkutan. Dalam hal
ini, IKU turut merefleksikan apa yang menjadi kepentingan kebijakan
strategis dan alasan pembentukan organisasi terkait core area/business
yang tertuang dalam tugas dan fungsi maupun kewenangan utama
instansi pemerintah tersebut.
Dengan demikian kinerja utama terkandung dalam tujuan dan sasaran
strategis organisasi, sehingga IKU (Key Perfomance Indicator) merupakan
ukuran keberhasilan dari suatu tujuan dan sasaran strategis organisasi.
Dengan kata lain IKU digunakan sebagai ukuran keberhasilan dari unit
organisasi yang bersangkutan.
B. Tujuan Penetapan Indikator Kinerja Utama
Tujuan dari ditetapkannya Indikator Kinerja Utama bagi setiap instansi
pemerintah adalah:
1. Untuk memperoleh informasi kinerja yang penting, strategis dan
utama yang diperlukan dalam menyelenggarakan manajemen kinerja
secara baik; dan
2. Untuk memperoleh ukuran keberhasilan yang digunakan bagi
perbaikan kinerja dan peningkatan akuntabilitas kinerja.
IKU dapat menjadi referensi dalam penyusunan beberapa dokumen
perencanaan kinerja antara lain:
1. Perencanaan Jangka Menengah (RENSTRA);
2. Perencanaan Anggaran (RKA-KL);
3. Penyusunan Dokumen Perjanjian Kinerja (PK);
4. Pengukuran Kinerja;
5. Pelaporan Akuntabilitas Kinerja;
6. Pelaporan Akuntabilitas Kinerja (LAKIP);
7. Evaluasi Kinerja Instansi Pemerintah;
- 30-
8. Pemantauan dan Pengendalian Kinerja Pelaksanaan Program dan
Kegiatan-Kegiatan.
Dalam penyusunan perencanaan jangka menengah (Renstra), maka IKU
digunakan untuk mengukur sejauh mana keberhasilan pelaksanaan
dokumen perencanaan tersebut, karena dokumen perencanaan yang baik
adalah jika dokumen tersebut dapat dievaluasi sejauh mana
keberhasilannya. Evaluasi keberhasilan tersebut dapat dilakukan jika
dalam dokumen perencanaan telah dilengkapi dengan Indikator Kinerja
Utama yang akan mengukur capaian pelaksanaan perencanaan.
Selanjutnya program dan kegiatan yang telah direncanakan diajukan
usulan anggarannya dalam dokumen Rencana Kerja dan Anggaran (RKA-
KL) unit organisasi. Setelah pelaksanaan program dan kegiatan, maka
dilakukan pengukuran berdasarkan IKU yang telah ditetapkan tersebut.
Hasil pengukuran ini selanjutnya dituangkan dalam laporan kinerja
instansi yang bersangkutan serta sebagai dasar pelaksanaan evaluasi
kinerja untuk mewujudkan perbaikan kinerja secara berkesinambungan.
C. Langkah-Langkah Penetapan Indikator Kinerja Utama
IKU ditetapkan untuk mengukur keberhasilan pada masing-masing
tingkatan. IKU pada setiap tingkatan unit organisasi meliputi indikator
keluaran (output) dan hasil (outcome) dengan tatanan sebagai berikut:
1. Pada tingkat kementerian/lembaga menggunakan indikator hasil
(outcome) sesuai dengan kewenangan, tugas dan fungsi;
2. Pada unit kerja Eselon I menggunakan indikator hasil (outcome) dan
atau keluaran (output) yang setingkat lebih tinggi dari keluaran
(output) unit kerja di bawahnya;
3. Pada satuan kerja Eselon II/subunit kerja menggunakan indikator
keluaran (output);
4. IKU ditetapkan sesuai dengan periode Renstra.
Langkah-langkah umum dalam menentukan IKU unit organisasi dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Tahap Pertama. Klarifikasi apa yang menjadi kinerja utama,
pernyataan hasil (result statement) atau tujuan dan sasaran yang
ingin dicapai.
Untuk menetapkan indikator kinerja utama perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
a. Tentukan hasil yang akan dicapai dengan hati-hati;
b. Hindari pernyataan hasil yang terlalu luas atau makro;
c. Pastikan jenis perubahan yang dimaksudkan;
d. Pastikan dimana perubahan akan terjadi;
- 31-
e. Identifikasi target khusus perubahan dengan lebih cepat;
f. Pelajari kegiatan dan strategi yang diarahkan dalam mengupayakan
perubahan.
2. Tahap Kedua. Menyusun daftar awal Indikator Kinerja Utama yang
dapat digunakan.
Daftar awal indikator kinerja utama ini disusun setelah
mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan akan informasi kinerja dan
kewajiban-kewajiban pelaporan akuntabilitas, dengan memperhatikan
hal-hal yang diuraikan dalam kerangka kerja penyusunan indikator.
Hal-hal yang perlu dilakukan dalam menyusun daftar awal indikator
kinerja utama, adalah:
a. Brainstorming internal oleh tim perumus;
b. Konsultasi dengan para ahli dibidang yang sedang dibahas; dan
c. Menggunakan pengalaman pihak lain dengan kegiatan yang sama.
3. Tahap Ketiga. Melakukan penilaian setiap indikator kinerja utama
yang terdapat dalam daftar awal.
Penilaian dilakukan dengan membandingkan setiap indikator kinerja
utama dalam daftar dengan kinerjanya. Dengan skala sederhana,
misalnya satu sampai lima, setiap indikator kinerja yang dievaluasi
dapat ditetapkan nilainya. Pendekatan dengan metode ini harus
ditetapkan secara fleksibel dan dengan pertimbangan yang matang,
karena setiap kriteria tidak memiliki bobot yang sama.
4. Tahap Keempat. Memilih Indikator Kinerja Utama
Tahap akhir dari proses ini adalah memilih indikator kinerja utama.
Indikator-indikator kinerja tersebut harus disusun dalam suatu set
indikator yang optimal yang dapat memenuhi kebutuhan manjemen
dan harus selektif serta mewakili dimensi yang paling mendasar dan
penting dari setiap tujuan dan sasaran.
D. Sumber Data Kinerja
Berdasarkan pendekatan sumber data, data kinerja dapat dibagi menjadi:
1. Data primer, adalah data kinerja yang diperoleh langsung dari
responden. Data primer dikumpulkan sendiri pada setiap unit kerja
terendah atau pelaksana layanan, lazimnya diperoleh dari pencatatan
pelaksanaan kegiatan beserta hasilnya (registrasi).
2. Data sekunder adalah data kinerja yang diperoleh secara tidak
langsung dari responden tetapi dari pihak lain.
- 32-
E. Pelibatan Stakeholder
Pelibatan stakeholder ini dimaksudkan untuk menyatukan persepsi
tentang apa yang patut menjadi ukuran kinerja instansi dan melakukan
sosialisasi terhadap tugas dan fungsi instansi tersebut agar dapat
memberikan layanan dan memenuhi kebutuhan para stakeholder.
Agar diperoleh hasil yang optimal dalam pelibatan stakeholder ini, maka
dilakukan pemilihan terhadap pihak-pihak yang dianggap mempengaruhi
ataupun pihak-pihak yang dianggap akan menerima perubahan atas
kinerja instansi tersebut. Pihak-pihak yang akan menerima perubahan
atas kinerja instansi tersebut merupakan masyarakat yang menjadi target
dari instansi yang bersangkutan.
F. Penetapan Indikator Kinerja Utama
Penyusunan Indikator Kinerja Utama harus dapat memenuhi berbagai
kebutuhan akan informasi kinerja yang diminta oleh berbagai sistem
pelaporan. Pertimbangan penyusunan indikator kinerja utama harus
mengacu pada kebutuhan untuk tujuan pelaporan :
1. Keuangan;
2. Kinerja; dan
3. Program-program prioritas regional dan nasional.
Dengan demikian satu sistem dapat memproduksi berbagai informasi
yang digunakan dalam pelaporan tersebut. Proses selanjutnya setelah
IKU ditetapkan akan dimanfaatkan dalam proses perencanaan,
penganggaran, pengukuran dan pelaporan sesuai ketentuan berlaku.
G. Matriks Indikator Kinerja Utama
INDIKATOR KINERJA UTAMA
PERPUSTAKAAN NASIONAL RI
TAHUN ……
Nama Unit Organisasi : …………….
Tugas : …………….
Fungsi : …………….
Indikator Kinerja Utama : …………….
No. Uraian Alasan
(1) (2) (3)
Tabel 7 : Indikator Kinerja Utama Perpustakaan Nasional RI
- 33-
Cara Pengisian :
Tahun : Diisi dengan tahun;
Nama unit organisasi : Diisi nama Satuan Kerja;
Tugas : Diisi tugas Satuan Kerja;
Fungsi : Diisi fungsi Satuan Kerja;
Kolom (1) : Diisi nomor urut;
Kolom (2) : Diisi uraian IKU Satuan Kerja;
Kolom (3) : Diisi alasan dari penetapan IKU (sejalan dengan
perhitungan manual IKU).
INDIKATOR KINERJA KEGIATAN
UNIT KERJA........ (a)
TAHUN ……
Nama Unit Kerja : …………….
Tugas : …………….
Fungsi : …………….
Indikator Kinerja Kegiatan : …………….
No. Uraian Alasan
(1) (2) (3)
Tabel 8 : Indikator Kinerja Kegiatan
Cara Pengisian :
Tahun : Diisi dengan tahun;
Nama unit kerja : Diisi nama Unit Kerja;
Tugas : Diisi tugas Unit Kerja;
Fungsi : Diisi fungsi Unit Kerja;
Kolom (1) : Diisi nomor urut;
Kolom (2) : Diisi uraian IKK Unit Kerja;
Kolom (3) : Diisi alasan dari penetapan IKK
- 34-
BAB VI
PENGUKURAN KINERJA
A. Kerangka Pengukuran
Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan
suatu kebijakan/program/kegiatan dalam mewujudkan sasaran, tujuan,
misi dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan rencana
strategis suatu organisasi.
Pengukuran kinerja dapat digunakan sebagai dasar untuk menilai
keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan sasaran
dan tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan
misi organisasi. Pengukuran merupakan hasil dari suatu penilaian yang
sistematik dan didasarkan pada kelompok indikator kinerja kegiatan yang
berupa indikator-indikator masukan (input), keluaran (output) dan hasil
(outcome).
Sistem pengukuran kinerja adalah sistem untuk mengukur keberhasilan
kinerja organisasi. Pengukuran kinerja diawali pada penyusunan sasaran
dalam Renstra yang memiliki indikator sasaran berikut targetnya.
Indikator sasaran tersebut pada intinya merupakan kumpulan dari
kegiatan rinci yang dilakukan oleh suatu organisasi.
Pengukuran kinerja dilakukan dengan cara:
1. Menggunakan indikator kinerja yang telah ditetapkan dalam
lembar/dokumen Perjanjian Kinerja;
2. Membandingkan realisasi kinerja dengan sasaran (target) kinerja yang
dicantumkan dalam lembar/dokumen Perjanjian Kinerja dalam
rangka pelaksanaan APBN/APBD tahun berjalan;
3. Membandingkan realisasi Kinerja Program sampai dengan tahun
berjalan dengan sasaran (target) kinerja 5 (lima) tahunan yang
direncanakan dalam Rencana Strategis Kementerian/Lembaga.
Gambar 6 : Keselaranasan antara sistem perencanaan, penganggaran, dan
implementasi SAKIP
- 35-
B. Tata Cara Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja dilakukan dengan membandingkan antara rencana
capaian kinerja (target) dengan realisasinya yang dinyatakan dengan
prosentase. Perhitungan prosentase pencapaian rencana kinerja/tingat
capaian perlu memperhatikan karakteristik komponen. Pengukuran
kinerja yang terdiri dari :
1. Pengukuran Evaluasi
a. Aspek Implementasi
Penyerapan anggaran
Penyerapan anggaran diukur dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
P : Penyerapan anggaran
RA : Akumulasi realisasi anggaran
PA : Akumulasi pagu anggaran
Konsistensi antara perencanaan dan implementasi
Pengukuran konsistensi antara perencanan dan implementasi
dilakukan berdasarkan ketepatan waktu penyerapan setiap
bulan.
Rumus untuk pengukuran tersebut adalah sebagai berikut :
Keterangan:
K : Konsistensi antara perencanaan dan implementasi
RA : Realisasi anggaran seluruh satuan kerja
RPD : Rencana penarikan dana seluruh satuan kerja
n : Jumlah bulan
Pencapaian Keluaran
Pencapaian Keluaran diukur dengan rumus sebagai berikut :
Selama masa transisi, pengukuran pencapaian keluaran hanya
diperoleh dengan cara merata-ratakan perbandingan realisasi
volume output dan target volume output seperti berikut :
K =
PK =
- 36-
Setelah masa transisi, pengukuran pencapaian keluaran
diperoleh dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan :
PK : Pencapaian Keluaran
RVK : Realisasi volume keluaran
TVk : Target volume keluaran
n : Jumlah jenis keluaran
RKKi : Realisasi indikator kinerja keluaran ke i
TKKi : Target indikator kinerja keluaran ke i
m : Jumlah indikator keluaran
Masa Transisi :
Untuk pengukuran pencapaian keluaran dan capaian hasil
dilaksanakan paling lambat 2 (dua) tahun setelah PMK No.
249/PMK.02/2011 diundangkan;
Jangka waktu 2 (dua) tahun merupakan masa transisi
digunakan untuk memperbaiki rumusan indikator kinerja
keluaran dan indikator indikator kinerja utama;
Selama mas transisi, pengukuran pencapaian keluaran
dilakukan berdasarkan rata-rata pencapaian setiap jenis
keluaran rata-rata pencapaian setiap jenis keluaran pada setiap
satker yang diperoleh dengan membandingkan realisasi volume
keluaran dengan target volume keluaran (seperti di atas);
PMK No. 249/PMK.02/2011 ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan (28 Desember 2011)
Efisiensi
Rumus pengukuran efisiensi :
Keterangan:
PK : Pencapaian keluaran
RAK : Realisasi anggaran per keluaran
PAK : Pagu anggaran per keluaran
RVK : Realisasi volume keluaran
E =
PK =
- 37-
TVK : Target volume keluaran
n : Jumlah jenis keluaran
Rumus Pengukuran Nilai Efisiensi :
Keterangan:
NE : Nilai efisiensi
E : Efisiensi
Catatan :
Rumus nilai efisiensi diperoleh dengan asumsi bahwa nilai minimal
yang dicapai K/L dalam formula efisiensi sebesar -20% dan nilai
maksimalnya sebesar 20%. Oleh karena itu, perlu dilakukan
transformasi skala efisiensi agar diperoleh range nilai yang berkisar
antara 0% sampai degan 100%.
b. Aspek Manfaat
Indikator yang diukur pada aspek manfaat adalah capaian hasil.
Capaian hasil ukur dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
CH : Capaian hasil
RKU : Realisasi indikator kinerja utama
TKU : Target indikator kinerja utama
n : Jumlah indikator kinerja utama
2. Penilaian Aspek Evaluasi
Untuk mendapatkan nilai kinerja, maka seluruh indikator (penyerapan
anggaran, konsistensi antara perencanaan dan implementasi pencapaian
keluaran, dan efisiensi serta capaian hasil) harus memiliki skala yang
sama, yaitu dari 0% - 100%. Dari kelima indikator pengukuran tersebut,
indikator efisiensi tidak memiliki skala 0% - 100%.
Rumus perhitungan Nilai Kinerja (NK) adalah sebagai berikut:
dimana
Keterangan:
NK : Nilai Kinerja
I : Nilai aspek implementasi
NK = (I x WI) + (CH x WCH)
NK = (P x Wp) + (K x Wk) + (PK x Wpk) + (NE x WE)
- 38-
WI : Bobot aspek implementasi
CH : Capaian hasil
WCH : Bobot capaian hasil
P : Penyerapan anggaran
WP : Bobot penyerapan anggaran
K : Konsistensi antara perencanaan dan implementasi
WK : Bobot konsistensi antara perencanaan dan implementasi
PK : Pencapaian keluaran
WPK : Bobot pencapaian keluaran
NE : Nilai efisiensi
WE : Bobot efisiensi
Catatan :
Pengukuran pencapaian Kinerja diatur tersendiri dengan PERKA tentang
Pengukuran dan Evaluasi Kinerja atas Pelaksanaan Rencana Kerja dan
Anggaran Perpustakaan Nasional RI.
C. Matriks Pengukuran Kinerja
1. Matriks Pengukuran Kinerja Tingkat Kementerian/Lembaga
Tabel 9. : Matriks Pengukuran Kinerja Tingkat Kementerian/Lembaga
Petunjuk Pengisian:
Kolom (1) : Diisi dengan sasaran strategis Kementerian/Lembaga
sesuai dengan dokumen Penetapan Kinerja;
Kolom (2) : Diisi dengan indikator kinerja sasaran strategis dari
Kementerian/Lembaga sesuai dengan dokumen
Penetapan Kinerja;
Kolom (3) : Diisi dengan angka target yang akan dicapai untuk setiap
indikatorkinerja sesuai dengan dokumen Penetapan
Kinerja;
Kementerian Negara/Lembaga : ..........................
Tahun Anggaran : ..........................
Sasaran
Strategis
Indikator
Kinerja Target Realisasi % Program
Anggaran
Pagu Realisasi %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Jumlah Anggaran : .......................... (a)
Realisasi Pagu Anggaran Tahun : .......................... (b)
- 39-
Kolom (4) : Diisi dengan Realisasi dari masing-masing Indikator
Kinerja;
Kolom (5) : Diisi dengan persentase pencapaian target dari masing-
masing indikator kinerja;
Kolom (6) : Diisi dengan nama program yang digunakan untuk
pencapaian sasaran strategis organisasi sesuai dengan
dokumen Penetapan Kinerja;
Kolom (7) : Diisi dengan pagu anggaran program;
Kolom (8) : Diisi dengan realisasi anggaran;
Kolom (9) : Diisi dengan persentase realisasi anggaran (realisasi/pagu
dikali 100%);
Footer (a) : Diisi total jumlah/nilai pagu anggaran yang direncanakan
untuk mencapai sasaran strategis;
Footer (b) : Diisi total jumlah/nilai realisasi anggaran yang digunakan
untuk mencapai sasaran strategis;
2. Matriks Pengukuran Kinerja Unit Organisasi Setingkat Eselon I
Tabel 10 : Matriks Pengukuran Kinerja Unit Organisasi Setingkat Eselon I
Petunjuk Pengisian :
Header (a) : Diisi dengan nama Unit Kerja setingkat Eselon I;
Header (b) : Diisi dengan tahun pencapaian sasaran;
Kolom (1) : Diisi dengan sasaran strategis unit organisasi setingkat
Eselon I sesuai dengan dokumen Penetapan Kinerja;
Kolom (2) : Diisi dengan indikator kinerja sasaran strategis dari unit
organisasi setingkat Eselon I sesuai dengan dokumen
Penetapan Kinerja;
PENGUKURAN PENCAPAIAN SASARAN
Unit Organisasi Eselon I : .......................... (a)
Tahun Anggaran : .......................... (b)
Sasaran
Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi %
(1) (2) (3) (4) (5)
Jumlah Anggaran Program Tahun : .......................... (c)
Jumlah Realisasi Anggaran Program Tahun : .......................... (d)
- 40-
Kolom (3) : Diisi dengan angka target yang akan dicapai untuk setiap
indikator kinerja sesuai dengan dokumen Penetapan
Kinerja;
Kolom (4) : Diisi dengan Realisasi dari masing-masing Indikator
Kinerja;
Kolom (5) : Diisi dengan angka persentase pencapaian target dari
masing-masing indikator kinerja (realisasi/target x 100)%;
Footer (a) : Diisi total jumlah/nilai pagu anggaran yang direncanakan
untuk mencapai sasaran strategis;
Footer (b) : Diisi total jumlah/nilai realisasi anggaran yang digunakan
untuk mencapai sasaran strategis
Footer (c) : Diisi dengan total jumlah/nilai pagu anggaran yang
direncanakan untuk mencapai sasaran strategis;
Footer (d) : Diisi total jumlah/nilai realisasi anggaran kegiatan yang
digunakan untuk mencapai sasaran strategis.
3. Matriks Pengukuran Kinerja Unit Organisasi Setingkat Eselon II
Tabel 11 : Matriks Pengukuran Kinerja Unit Organisasi Setingkat Eselon II
Petunjuk Pengisian :
Header (A) : Diisi dengan nama Unit Kerja setingkat Eselon II;
Header (B) : Diisi dengan tahun pengukuran kinerja kegiatan;
PENGUKURAN KINERJA KEGIATAN
Unit Organisasi Eselon I : .......................... (a)
Tahun Anggaran : .......................... (b)
Sasaran Rincian Kegiatan % Pencapaian
Rencana
Tingkat
Capaian
Ket Uraian
Indikator
Sasaran
Rencana
Tingkat
Capaian
(Target)
Uraian Indikator
Kinerja Satuan
Rencana
Tingkat
Capaian
(Target)
Realisasi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
XXX XXX XXX XXX Input :
Output/
Outcome :
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX Input :
Output/
Outcome :
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX XXX XXX XXX Input :
Output/
Outcome :
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
dst...
Jumlah Anggaran : .......................... (a)
Realisasi Pagu Anggaran Tahun : .......................... (b)
- 41-
Kolom (1) : Diisi dengan uraian Sasaran yang telah ditetapkan dan
direncanakan untuk tahun yang bersangkutan
sebagaimana ditetapkan pada dokumen RENSTRA Unit
Kerja;
Kolom (2) : Diisi dengan Indikator Sasaran yang mengindikasikan
pencapaian Sasaran RENSTRA. Setiap Sasaran dapat
memiliki lebih dari satu Indikator Sasaran;
Kolom (3) : Diisi dengan rencana tingkat capaian (target) masing-
masing indikator sasaran sebagaimana tertulis pada
kolom (2). Rencana tingkat capaian (target) harus
ditetapkan secara realistis sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki unit Kerja;
Kolom (4) : Diisi dengan nama rincian kegiatan (kegiatan operasional)
yang akan dilaksanakan unit kerja;
Kolom (5) : Diisi dengan uraian indikator kinerja kegiatan
berdasarkan kelompok masukan (input) dan memilih
antara keluaran (output) atau hasil (outcome) yang
ditetapkan sesuai matrik Penetapan Kinerja;
Kolom (6) : Diisi dengan satuan dari setiap indikator kinerja kegiatan;
misal : Rupiah, Orang, Persentase, Set, Dokumen,
Laporan dan lain-lain;
Kolom (7) : Diisi dengan rencana tingkat capaian (target) yang
diperjanjikan akan dicapai dari masing-masing indikator
kinerja kegiatan (kolom 6);
Kolom (8) : Diisi dengan realisasi dari masing-masing indikator
kinerja;
Kolom (9) : Diisi dengan persentase pencapaian target dari masing-
masing indikator kinerja; (realisasi / target x 100%).
Kolom (10) : Diisi dengan hal-hal yang perlu dijelaskan berkaitan
dengan sasaran, kebijakan, program dan kegiatan;
Footer (C) : Diisi dengan total jumlah/nilai pagu anggaran yang
direncanakan untuk mencapai sasaran strategis;
Footer (D) : Diisi total jumlah/nilai realisasi anggaran kegiatan yang
digunakan untuk mencapai sasaran strategis.
D. Evaluasi Kinerja
Evaluasi bertujuan untuk mengetahui pencapaian realisasi, kemajuan
dan kendala, agar dapat dinilai dan dipelajari guna perbaikan
pelaksanaan program/kegiatan berikutnya. Berdasarkan hasil-hasil
perhitungan formulir pengukuran kinerja, dilakukan evaluasi terhadap
pencapaian setiap indikator kinerja kegiatan untuk memberikan
- 42-
penjelasan lebih lanjut tentang hal-hal yang mendukung keberhasilan
dan kegagalan pelaksanaan suatu kegiatan. Evaluasi juga dilakukan
terhadap setiap perbedaan kinerja (performance gap) yang terjadi, baik
penyebab terjadinya gap maupun strategi pemecahan masalah yang telah
dan akan dilaksanakan.
Dalam melakukan evaluasi kinerja digunakan beberapa pembanding,
yaitu:
1. Kinerja nyata dengan kinerja yang direncanakan;
2. Kinerja nyata dengan kinerja tahun-tahun sebelumnya.
E. Analisis Akuntabilitas Kinerja
Analisis Akuntabilitas Kinerja meliputi urutan keterkaitan pencapaian
kinerja kegiatan dengan program dalam mewujudkan sasaran
sebagaimana ditetapkan dalam Rencana Strategis. Karena dalam Laporan
Akuntabilitas kinerja harus menyajikan data informasi relevan bagi
pembuat keputusan agar dapat menginterpretasikan keberhasilan dan
kegagalan secara lebih luas dan mendalam, maka perlu dibuat suatu
analisis tentang pencapaian akuntabilitas kinerja instansi secara
keseluruhan (tingkat eselon II sampai dengan tingkat
kementerian/lembaga).
- 43-
BAB VII
PENGELOLAAN DATA KINERJA
Pengelolaan data kinerja merupakan salah satu rangkaian dari
implementasi SAKIP di lingkungan kementerian/lembaga yang dilakukan
dengan cara mencatat, mengolah, dan melaporkan data kinerja. Pengelolaan
data kinerja mempertimbangkan kebutuhan informasi pada setiap tingkatan
organisasi, kebutuhan manajerial, data/laporan keuangan yang dihasilkan
dari sistem akuntansi dan statistik pemerintah.
Pengelolaan data kinerja mencakup:
1. Penetapan data dasar (baseline data);
2. Penyediaan instrumen perolehan data berupa pencatatan dan registrasi;
3. Penatausahaan dan penyimpanan data; dan
4. Pengkompilasian dan perangkuman.
Pengelolaan data kinerja dilakukan melalui instrumen aplikasi Balanced
Scorecard (BSC). BSC atau analisis penyeimbang pengukur nilai, adalah
instrumen pengukur kinerja yang menghubungkan antara strategi dengan
operasional dalam 4 (empat) aspek kinerja, yaitu: aspek keuangan,
pelanggan, proses bisnis internal dan pembelajaran serta pertumbuhan.
Catatan :
Pengelolaan Data Kinerja diatur tersendiri dengan Pedoman Pengelolaan
Data Kinerja di Lingkungan Perpustakaan Nasional RI.
- 44-
BAB VIII
PELAPORAN
Setiap unit organisasi di lingkungan kementerian/lembaga berkewajiban
menyusun dan menyajikan Laporan Kinerja atas prestasi kerja yang dicapai
berdasarkan penggunaan anggaran yang telah dialokasikan. Pelaporan ini
dimaksudkan untuk mengkomunikasikan capaian kinerja unit organisasi
dalam suatu tahun anggaran yang dikaitkan dengan proses pencapaian
tujuan/sasaran strategis organisasi. Berdasarkan informasi kinerja dari
masing-masing unit organisasi tersebut kemudian disusun Laporan
Akuntabilitas Kinerja tingkat kementerian/lembaga.
A. Penanggung Jawab Penyusunan Laporan Kinerja
1. Penanggungjawab penyusunan laporan kinerja di tingkat
Kementerian/Lembaga adalah Menteri/Kepala Lembaga;
2. Penanggungjawab penyusun laporan kinerja di unit kerja eselon I
adalah Sekretaris Utama/Kepala Deputi;
3. Penanggungjawab penyusun laporan kinerja di satuan kerja eselon II
adalah Kepala Biro/Kepala Pusat/Direktur;
4. Penanggungjawab penyusun laporan kinerja di subunit kerja
pelaksana teknis adalah Kepala UPT.
B. Prinsip-Prinsip Pelaporan
Laporan Kinerja menjadi salah satu dasar dan bahan masukan penilaian
atas kinerja setiap kementerian/lembaga dan akan menjadi
pertanggungjawaban kepada masyarakat (public accountability).
Penyusunan laporan kinerja harus mengikuti prinsip-prinsip kejujuran,
objektif, akurat dan transparan. Oleh sebab itu perlu diperhatikan
prinsip-prinsip seperti :
1. Prinsip lingkup pertanggungjawaban
Hal-hal yang dilaporkan harus proporsional dengan lingkup
kewenangan dan tanggung jawab masing-masing dan memuat baik
mengenai kegagalan maupun keberhasilan
2. Prinsip prioritas
Kinerja yang dilaporkan adalah hal-hal yang penting dan relevan bagi
pengambilan keputusan dan pertanggungjawaban instansi yang
diperlukan untuk upaya-upaya tindak lanjutnya
3. Prinsip manfaat
- 45-
Laporan harus mempunyai manfaat bagi peningkatan pencapaian
kinerja dan manfaat laporan harus lebih besar dari biaya
penyusunannya
4. Prinsip perbandingan
Laporan hendaknya dapat memberikan gambaran keadaaan periode
yang dilaporkan dibandingkan dengan periode lain atau organisasi
lain terhadap kasus-kasus sebanding sehingga dapat digunakan
sebagai benchmarking
Selanjutnya, isi laporan yang baik dalam penyusunan laporan kinerja
mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
1. Relevansi, yaitu laporan berisi informasi yang relevan dengan
pencapaian kinerja;
2. Akurasi, yaitu penyajian laporan kinerja memperhitungkan tingkat
keakuratan dan bebas dari kesalahan perhitungan
3. Konsistensi, yaitu menyajikan informasi-informasi yang konsisten
antara bagian satu dengan bagian lainnya;
4. Agregasi, yaitu menyajikan informasi secara seimbang, lengkap,
padat, dan ringkas;
5. Bahasa, susunan kalimat serta struktur yang mudah dimengerti;
6. Tepat waktu, yaitu laporan kinerja disampaikan tepat waktu sehingga
dapat digunakan untuk bahan pengambilan keputusan
C. Format dan Isi
Pada dasarnya laporan kinerja disusun oleh setiap tingkatan organisasi
yang menyusun perjanjian kinerja dan menyajikan informasi tentang:
1. Uraian singkat organisasi;
2. Rencana dan target kinerja yang ditetapkan;
3. Pengukuran kinerja;
4. Evaluasi dan analisis kinerja untuk setiap sasaran strategis atau hasil
program/kegiatan dan kondisi terakhir yang seharusnya terwujud.
Analisis ini juga mencakup atas efisiensi penggunaan sumber daya.
Sistematika laporan yang dianjurkan adalah sebagai berikut :
Kata Pengantar
Menjelaskan hal-hal yang terdapat dalam dokumen LAKIP secara umum
Daftar Isi
Menggambarkan sistematika/susunan dokumen LAKIP yang telah
disesuaikan dengan pedoman yang berlaku
Ikhtisar Eksekutif
Menguraikan tingkat capaian dari tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan dalam Renstra serta sejauh mana unit organisasi mencapai
- 46-
tujuan dan sasaran tersebut; kendala-kendala yang dihadapi dan
langkah-langkah yang telah dilakukan untuk mengatasi kendala
tersebut; langkah antisipatif apa yang akan dilakukan untuk
menanggulangi kendala yang mungkin terjadi pada tahun mendatang
dan besaran anggaran yang diterima serta realisasinya
Bab I Pendahuluan
Pada bab ini disajikan penjelasan umum organisasi, dengan
penekanan kepada aspek strategis organisasi serta
permasalahan utama (strategic issued) yang sedang dihadapi
organisasi.
Bab II Perencanaan Kinerja
Pada bab ini diuraikan ringkasan/ikhtisar perjanjian kinerja
tahun yang bersangkutan.
Bab III Akuntabilitas Kinerja
A. Capaian Kinerja Organisasi
Pada sub bab ini disajikan capaian kinerja organisasi untuk
setiap pernyataan kinerja sasaran strategis organisasi sesuai
dengan hasil pengukuran kinerja organisasi. Untuk setiap
pernyataan kinerja sasaran strategis tersebut dilakukan
analisis capaian kinerja sebagai berikut :
1. Membandingkan antara target dan realisasi kinerja tahun
ini;
2. Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian
kinerja tahun ini dengan tahun lalu dan beberapa tahun
terakhir;
3. Membandingkan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini
dengan target jangka menengah yang terdapat dalam
dokumen perencanaan strategis organisasi;
4. Membandingkan realisasi kinerja tahun ini dengan standar
nasional (jika ada);
5. Analisis penyebab keberhasilan/kegagalan atau
peningkatan/ penurunan kinerja serta alternatif solusi
yang telah dilakukan;
6. Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya;
7. Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan
ataupun kegagalan pencapaian pernyataan kinerja.
B. Realisasi Anggaran
Pada sub bab ini diuraikan realisasi anggaran yang
digunakan dan yang telah digunakan untuk mewujudkan
kinerja organisasi sesuai dengan dokumen Perjanjian Kinerja.
Bab IV Penutup
Pada sub bab ini diuraikan simpulan umum atas capaian kinerja
organisasi serta langkah di masa mendatang yang akan
dilakukan organisasi untuk meningkatkan kinerjanya.
Lampiran
Gambar 7 : Sistematika Laporan Kinerja
- 47-
D. Mekanisme Pelaporan
Laporan Akuntabilitas Kinerja disampaikan melalui mekanisme pelaporan
yang melibatkan pihak berwenang sebagai pembuat, penerima dan
pengguna.
Adapun mekanisme pelaporan sebagai berikut :
1. Laporan Kinerja Kementerian/Lembaga yang telah disusun dan
ditandatangani oleh menteri/pimpinan lembaga disampaikan kepada
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
paling lambat 2 (dua) bulan setelah tahun anggaran berakhir, untuk
selanjutnya dikompilasi dan disampaikan kepada presiden;
2. Laporan Kinerja Unit Eselon I yang telah disusun dan ditandatangani
oleh Pejabat Eselon I disampaikan kepada menteri/kepala lembaga;
3. Laporan Kinerja Unit Eselon II yang telah disusun dan ditandatangani
oleh Pejabat Eselon II disampaikan kepada Pimpinan Unit Kerja
Eselon I yang membawahi;
E. Pemanfaatan Pelaporan Kinerja
1. LAKIP berisikan informasi kinerja yang dapat digunakan sebagai
dasar untuk perbaikan dalam penyusunan dokumen perencanaan
kinerja tahun berikutnya
2. Informasi kinerja dalam LAKIP secara nyata digunakan sebagai dasar
untuk melakukan perbaikan secara berkelanjutan bagi peningkatan
kinerja organisasi yang berorientasi pada hasil (outcome)
3. LAKIP kementerian/lembaga bukan sekedar hanya merupakan
kumpulan dari LAKIP bidang-bidang dibawahnya, tetapi harus dapat
menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang keberhasilan/kegagalan
pencapaian sasaran strategis K/L
4. Sebagai dokumen pertanggungjawaban kinerja dan anggaran, LAKIP
diharapkan dapat menjadi alat kendali yang mampu menjelaskan
akuntabilitas organisasi kepada publik dalam pelaksanaan tugas dan
fungsi kementerian/lembaga
5. Dokumen LAKIP akan menjadi record capaian-capaian kinerja
organisasi yang akan dirujuk setiap saat menuju perbaikan dan
penyempurnaan pencapaian visi, misi, tujuan dan sasaran strategis
organisasi sepanjang periode tertentu
6. Mendorong unit organisasi untuk menyelenggarakan tugas umum
pemerintah dan pembangunan secara baik, sesuai ketentuan
peraturan perundangan yang berlaku, kebijakan yang transparan dan
dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat
- 48-
7. Menjadikan instansi pemerintah yang akuntabel, sehingga dapat
beroperasi secara efisien, efektif, dan responsif terhadap aspirasi
masyarakat dan lingkungannya.
Catatan :
Pelaporan Kinerja diatur tersendiri dengan Pedoman Penyusunan LAKIP
di Lingkungan Perpustakaan Nasional.
- 49-
BAB IX
REVIU DAN EVALUASI KINERJA
A. Reviu Laporan Kinerja
Reviu adalah penelaahan atas laporan kinerja untuk memastikan bahwa
laporan kinerja telah menyajikan informasi kinerja yang andal, akurat,
dan berkualitas. Reviu atas laporan kinerja hanya dilakukan pada tingkat
kementerian/lembaga. Reviu dilaksanakan secara paralel dengan
pelaksanaan manajemen kinerja dan penyusunan laporan kinerja dan
harus sudah selesai sebelum laporan kinerja ditandatangani oelh
menteri/kepala lembaga.
Tujuan reviu atas Laporan Kinerja adalah:
1. Membantu penyelenggaraan sistem akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah;
2. Memastikan kembali mengenai akurasi, keandalan dan keabsahan
data/informasi kinerja yang berkualitas..
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan reviu laporan
kinerja adalah :
1. Keseluruhan indikator kinerja yang telah dimasukkan dalam
pengukuran kinerja;
2. Data indikator kinerja program/kegiatan;
3. Lampiran yang diperlukan;
4. Laporang anggaran;
5. Sistematika laporan, komposisi narasi, tabel dan grafik.
B. Tata Cara Reviu
1. Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) pada
kementerian/lembaga melakukan reviu atas laporan kinerja dalam
rangka meyakinkan keandalan informasi yang disajikan sebelum
disampaikan oleh menteri/pimpinan lembaga;
2. Hasil reviu dituangkan dalam pernyataan telah direviu dan
ditandatangani oleh APIP;
3. Reviu dilaksanakan secara paralel dengan pelaksanaan manajemen
kinerja dan penyusunan laporan kinerja instansi pemerintah. Reviu
harus sudah selesai sebelum laporan ditandatangani menteri/kepala
lembaga;
4. Rangkaian aktivitas dalam pelaporan reviu dititikberatkan pada
pertanggungjawaban pelaksanaan reviu yang berisi prosedur reviu
yang dilakukan, kesalahan atau kelemahan yang ditemui, langkah
perbaikan yang disepakati, langkah perbaikan yang telah dilakukan,
dan saran perbaikan yang tidak atau belum dilaksanakan, laporan
tersebut merupakan dasar penyusunan pernyataan telah direviu.
- 50-
C. Sistematika Laporan Reviu Kinerja K/L sebagai berikut :
Kata Pengantar
Daftar Isi
Ringkasan Eksekutif
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Bab I Data Umum
A. Dasar Reviu
B. Tujuan Reviu
C. Ruang Lingkup Reviu
Bab II Perkembangan Implementasi SAKIP
Bab III Uraian Hasil Reviu
A. Format Laporan Kinerja
B. Mekanisme Penyusunan Laporan Kinerja
C. Substansi Laporan Kinerja
Bab IV Penutup
Lampiran :
1. Kertas Kerja Reviu
2. Penjelasan Kertas Kerja Reviu
Gambar 8 : Sistematika Laporan Reviu Kementerian/Lembaga
Hasil pelaporan reviu merupakan dasar bagi pereviu untuk membuat
pernyataan telah direviu, yang berisi:
1. Reviu telah dilakukan atas laporan kinerja;
2. Reviu telah dilaksanakan sesuai dengan pedoman reviu laporan
kinerja;
3. Semua informasi yang dimuat dalam laporan reviu adalah penyajian
manajemen;
4. Tujuan reviu adalah untuk memberikan keyakinan mengenai akurasi,
keandalan dan keabsahan informasi kinerja dalam laporan kinerja
kepada pimpinan instansi pemerintah;
5. Simpulan reviu yaitu apakah laporan kinerja telah menyajikan
informasi kinerja yang handal, akurat dan absah;
6. Paragraf penjelas (apabila diperlukan) menguraikan perbaikan
penyelenggaraan SAKIP dan koreksi penyajian laporan kinerja yang
belum selesai dilakukan oleh unit pengelola kerja.
D. Evaluasi Kinerja
Selain melakukan reviu atas laporan kinerja, Aparat Pengawasan Internal
Pemerintah (APIP) juga melakukan evaluasi atas implementasi SAKIP
dan/atau evaluasi kinerja pada kementerian/lembaga sesuai dengan
kebutuhan berdasarkan kewenangannya.
- 51-
Evaluasi kinerja merupakan salah satu perwujudan dari akuntabilitas
instansi pemerintah untuk mengetahui pencapaian hasil, kemajuan dan
kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan program dan kegiatan serta
perbaikan untuk masa mendatang.
Evaluasi atas implementasi SAKIP terdiri atas evaluasi penerapan
komponen manajemen kinerja yang meliputi: perencanaan kinerja,
pengukuran kinerja, pelaporan kinerja, evaluasi internal, dan capaian
kinerja. Evaluasi penerapan manajemen kinerja juga meliputi penerapan
kebijakan penyusunan dokumen perjanjian kinerja dan indikator kinerja
utama (IKU) sampai saat dilakukan evaluasi. Kriteria yang ditetapkan
dalam rangka evaluasi AKIP ini dituangkan dalam Lembar Kerja Evaluasi
(LKE). LKE ini menyajikan komponen, bobot, sub-komponen dan butir-
butir penilaian. LKE ini juga dilengkapi dengan seperangkat kriteria
penilaian untuk setiap butir penilaian.
Pada akhirnya evaluasi atas akuntabilitas kinerja instansi harus
menyimpulkan hasil penilaian atas fakta obyektif instansi pemerintah
dalam mengimplementasikan perencanaan kinerja, pengukuran kinerja,
pelaporan kinerja, evaluasi kinerja dan capaian kinerja sesuai dengan
kriteria masing-masing komponen yang ada dalam Laporan KE.
No Tingkatan
Organisasi
Pihak yang
melakukan reviu
Laporan Kinerja
Pihak yang
melakukan Evaluasi
SAKIP
1 Kementerian Inspektorat KemenPANRB
2 Unit Kerja
Eselon I
- Inspektorat
3 Unit Kerja
Eselon II
- Inspektorat
Tabel 12 : Pelaksanaan reviu laporan kinerja dan evaluasi SAKIP
E. Alur Evaluasi Kinerja
1. Laporan evaluasi SAKIP disampaikan oleh Aparat Pengawasan
Internal Pemerintah (APIP) kepada Menteri/Pimpinan Lembaga;
2. Menteri/Pimpinan Lembaga menyampaikan laporan evaluasi atas
implementasi SAKIP kepada Menteri Pendayagunaan Apratur Negara
dan Reformasi Birokrasi;
3. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi mengkoordinasikan penyelenggaraan evaluasi atas
implementasi SAKIP pada Kementerian/Lembaga.
- 52-
BAB X
PENUTUP
Perbaikan tata pemerintahan dan sistem manajemen merupakan agenda
penting dalam reformasi birokrasi yang sedang dijalankan oleh pemerintah
saat ini. Sistem manajemen pemerintahan diharapkan berfokus pada
peningkatan akuntabilitas serta sekaligus peningkatan kinerja yang
berorientasi pada hasil (outcome). Maka pemerintah melalui Kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi telah
mengagendakan reformasi birokrasi yang fokus pada peningkatan kinerja
yang berorientasi pada hasil (outcome). Untuk mengukur
pertanggungjawaban yang jelas dan terukur serta efektif, pemerintah telah
menerapkan SAKIP melalui Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014.
SAKIP ini juga perlu dievaluasi sesuai Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) Nomor 12 Tahun 2015
tentang Pedoman Umum Evaluasi atas Implementasi SAKIP. Dalam
PermenPANRB tersebut dinyatakan bahwa setiap pimpinan instansi
pemerintah melakukan evaluasi (self assesment) atas implementasi SAKIP
di lingkungannya setiap tahun dengan menugaskan Aparat Pengawasan
Intern Pemerintah (APIP) masing-masing dengan menggunakan Pedoman
Umum Evaluasi atas Implementasi SAKIP yang ditetapkan oleh pimpinan
instansi pemerintah sebagai acuan untuk melakukan evaluasi.
Akuntabilitas merupakan kata kunci dari sistem tersebut yang dapat
diartikan sebagai perwujudan dari kewajiban seseorang atau instansi
pemerintah untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya
dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepadanya, dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan melalui media
pertanggungjawaban dan berupa laporan akuntabilitas yang disusun
secara periodik/Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(LAKIP).
LAKIP bertujuan untuk memberikan informasi kinerja instansi pemerintah
dan mendorong instansi pemerintah untuk menyelenggarakan tugas
umum pemerintah dan pembangunan secara baik dan benar (good
governance) yang berdasarkan pada peraturan perundang-undangan yang
berlaku, kebijaksanaan yang transparan dan dapat
dipertanggungjawabkan pada masyarakat; menjadikan instansi pemerintah
yang akuntabel sehingga dapat beroperasi secara efisien, efektif dan
responsif terhadap aspirasi masyarakat dan lingkungannya; menjadi
masukan serta umpan balik bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam
- 53-
rangka meningkatkan kinerja instansi pemerintah; terpeliharanya
kepercayaan masyarakat pada pemerintah.
Dengan disusunnya pedoman SAKIP ini diharapkan dapat memperjelas
mekanisme dan tata cara penyusunan dokumen-dokumen perencanaan
kinerja seperti Rencana Strategis (Renstra), Perjanjian Kinerja (PK),
Indikator Kinerja Utama (IKU) serta Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (LAKIP) pada satuan kerja di Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia. Pedoman SAKIP ini juga menekankan perlunya pelaksanaan
monitoring dari tahap perencanaan, pelaksanaan hingga pelaporan agar
dokumen-dokumen SAKIP yang dihasilkan dapat merefleksikan penerapan
SAKIP yang baik dan benar. Hal ini guna meningkatkan pelaksanaan
pemerintahan yang lebih berdaya guna, berhasil guna, bersih dan
bertanggung jawab; dan untuk lebih memantapkan pelaksanaan
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah sebagai wujud
pertanggungjawaban dalam mencapai misi dan tujuan instansi
pemerintah.
KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA,
MUHAMMAD SYARIF BANDO