Permasalahan dan Potensi Pengembangan Teh di Indonesia...
Transcript of Permasalahan dan Potensi Pengembangan Teh di Indonesia...
Permasalahan dan Potensi
Pengembangan Teh
di Indonesia
Materi Kuliah BTPI
Setyono Yudo Tyasmoro
PENDAHULUAN
Teh (Camelia sinensis) merupakan salah satu minuman penyegar yang
dikonsumsi secara global.
Komoditas teh merupakan salah satu produk agribisnis Indonesia yang telah
lama diusahakan dan mempunyai prospek yang cukup baik untuk terus
dikembangkan sebagai sumber devisa.
Posisi produksi teh dunia hingga kini dipegang oleh China yang mencapai
1,03 juta ton, diikuti oleh India, Srilanka, Kenya, Turki, lalu Indonesia yang di
buntuti oleh Vietnam yang mencapai 133 ribu ton per tahun
Produktivitas dan kualitas teh yang dihasilkan perlu terus ditingkatkan
sehingga dapat bersaing di pasar global.
Ketatnya persaingan perdagangan teh di pasar dunia menyebabkan kondisi
industri teh di Indonesia semakin terancam karena rendahnya produktivitas
dan akses ke pasar internasional.
Harga teh Indonesia saat ini berkisar antara 90 - 100 sen dollar AS, jauh lebih
PERMASALAHAN
Industri teh Indonesia masih terkendala 2 masalah klasik yaitu sistem produksi
dan pemasaran. Dua akar permasalahan ini yang menyebabkan produk teh
Indonesia kalah dengan negara lain.
Persaingan harga jual komoditi teh menjadi salah satu faktor daya saing yang
menentukan kelangsungan industri teh di Indonesia (tingginya biaya produksi)
ndustri teh Indonesia memerlukan rehabilitasi lahan teh yang harus dilakukan
terutama untuk industri teh rakyat yang terkendala dana rehabilitasi.
ren konsumsi teh di Indoenesia masih dipandang sebagai minuman penyegar
saja, bukan sebagai minuman obat. Bahkan dari konsumsi teh Indonesia per
kapita hanya 300 gram per kapita sedangkan, di Inggris mencapai 2,5 kilogram
per tahun.
Faktor tempat penanaman. Di luar negeri, teh ditanam di ketinggian lebih dari
1.500 meter di atas permukaan laut (m dpl). Sedangkan di Indonesia, teh
Gambar 1. Perkembangan harga teh Internasional Agst-Des 2007
� Komoditas teh banyak diperdagangan di pasar internasional yakni di pelelangan Colombo, Kolkata dan Mombasa.
� Dari ketiga tempat pelelangan tersebut, harga teh tertinggi terjadi di pelelangan Colombo.
� Apabila dibandingkan dengan harga rata-rata tahun 2006, maka harga teh pada periode Agustus-Desember 2007 untuk pelelangan Colombo dan Kolkata terus mengalami peningkatan, sedangkan di pelelangan Mombasa mengalami penurunan
Gambar 2. Perkiraan harga teh pada tahun 2009 dan 2010
berdasarkan Model Teh Pasar
Keterangan :
Banyak faktor yang sangat mempengaruhi rendahnya konsumsi per kapita nasional tersebut antara lain; faktor internal konsumen seperti budaya, kelas sosial, karakteristik individu, dan faktor psikologis.
Faktor internal konsumen mencakup:
Jumlah konsumsi rata-rata per kapita per tahun nasional (350 gram). Dimana, perbedaan itu dirasakan cukup besar jika dibandingkan dengan konsumsi teh rata-rata per kapita dunia yang mencapai 933 gram. Rendahnya konsumsi tersebut, disebabkan responden rumah tangga relatif belum memperhatikan ketepatan jumlah dan ketepatan proses dalam penyajian serta minum teh relatif belum teratur.
(b) Perbedaan kelas sosial pada strata pendapatan, ternyata jumlah rata-rata konsumsi teh konsumen rumah tangga yang berpendapatan rendah dan sedang relatif sama sedangkan pada strata pendapatan tinggi kecenderungannya menurun.
(c) Perbedaan karakteristik individu menunjukkan, semakin besar jumlah anggota keluarga maka rata-rata konsumsi teh relatif tinggi. Dilihat dari gaya hidup (life style) pada umumnya konsumen rumah tangga yang minum teh belum mendapat penghargaan, artinya kedudukan minuman teh dalam keluarga masih rendah (inferior).
(d) Dorongan faktor psikologis konsumen rumah tangga memberikan keyakinan bahwa minum teh akan memberikan manfaat kesehatan, praktis dalam penyajian, pelepas dahaga, mudah diperoleh, dan memberikan manfaat kecantikan.
Contoh Kasus
Di sektor perkebunan, teh (Cammelia sinensis) merupakan komoditas unggulan
prioritas pertama di Jawa Barat, dengan luas areal tanam 107.040 hektar, Jawa
Barat merupakan penghasil teh terbesar di Indonesia.
Teh Perkebunan Rakyat merupakan yang terluas dibandingkan Perkebunan
Besar Swasta dan Perkebunan Besar Negara, akan tetapi produktivitasnya masih
rendah.
Masalah lain adalah mutu pucuk rendah, sehingga mengakibatkan posisi tawar
petani lemah.
Masalah-masalah tersebut disebabkan oleh teknologi budidaya kurang tepat,
penggunaan input produksi terbatas dan petani belum memiliki pengolahan
hasil yang baik.
Sebagian jawaban atas permasalahan diatas adalah mendorong dan mengajak
petani untuk mengelola kebunnya sebagai ladang usahatani melalui sistem dan
usaha berwawasan agribisnis, dimana petani diarahkan tidak hanya sebagai
pekebun saja (on-farm), tetapi juga sebagai pengolah hasil (off-farm) agar nilai
PEMECAHAN MASALAH
Dalam perkembangannya sebagai produsen teh, dewasa ini secara nasional
perusahaan perkebunan teh di Indonesia telah memanfaatkan kegiatan-
kegiatan promosi di luar negeri dan berusaha mencari daerah pasaran baru,
sebagai contohnya adalah negara-negara Timur Tengah, terutama negara di
kawasan Teluk Persia dan Arab Saudi.
Untuk menunjang tujuan jangka panjang, sebagai negara pengekspor teh,
Indonesia telah melaksanakan tindakan-tindakan perbaikan, baik dalam
pengelolaan budidaya, panen dan pasacapanen, prosesing, sistem pemasaran,
maupun usaha-usaha penelitian.
Untuk terus meningkatkan produksi yang dapat menunjang volume ekspor,
perlu ditempuh upaya-upaya khusus jangka pendek dan jangka panjang berupa
Pelaksanaan rehabilitasi tanaman tua, baik berupa penyulaman maupun peremajaan/penanaman baru dengan menggunakan bahan tanaman unggul yang lebih responsif terhadap pemupukan berat, dan memiliki kuantitas serta kualitas
PEMECAHAN MASALAH..........
Pemberian pupuk pada seluruh pertanaman dengan dosis optimal, tidak hanya pupuk N, P dan K, tetapi juga dengan pupuk yang mengandung unsur hara lainnya (Mg, Zn, dll)
Pengendalian hama, penyakit dan gulma secara lebih efektif dengan menggunakan pestisida dan herbisida yang cocok
Penerapan cara-cara pemangkasan dan pemetikan yang disesuaikan dengan tindakan-tindakan intensif tersebut di atas, sehingga diharapkan dapat diperoleh hasil optimal rata-rata tiap tahunnya
Pengusahaan bahan tanaman (klon dan bibit kultur jaringan) yang tinggi produktivitas dan kualitas produksinya
Pembinaan petani teh secara lebih terkoordinasi, agar mampu menghasilkan bahan olah yang baik
Semua usaha tersebut diharapkan dapat dimanfaatkan oleh semua produsen teh di indonesia, baik PT Perkebunan Negara (PTPN), Perkebunan Besar Swasta, maupun Perkebunan teh Rakyat.
Curah hujan 2000-2500
mm/tahun, dengan jumlah hujan
pada musim kemarau rata-rata
tidak kurang dari 100 mm
Suhu berkisar antara 130C-250C
Kelembaban relatif tidak kurang
dari 70%
Ketinggian tempat 400-1200 m dpl
Jenis tanah Andosol dengan pH
4.5 – 6 dengan kandungan BO
yang cukup
Syarat tumbuh :
Biji
Bibit : Biji teh masak ± 8 bulan setelah pembungaan.
Biji yang baik ditandakan dengan beberapa ciri :
� Kulit biji berwarna hitam/coklat dan mengkilap � Berisi penuh, dengan isi biji berwarna putih � Mempunyai berat jenis yang lebih besar dari air (bila
dimasukkan dalam air�tenggelam) � Mempunyai bentuk dan ukuran yang normal � Tidak terserang kepik biji (Poecilocoris harwickii)
atau cendawan
Bahan tanaman asal stek dapat menggunakan berbagai jenis klon
yang dianjurkan, antara lain :
Untuk dataran rendah (< 800 m dpl)
� Skala besar : TRI 2025, TRI 2024, SKM 118, PS 125, Cin 176, SKM 123
� Skala kecil : PG 18, Cin 143, PS 324, PS 354, PG 9, PS 1, SKM 116, Kiara 8
Untuk dataran sedang (800-1200 m dpl)
� Skala besar : TRI 2025, TRI 2024, PG 18, KP 4, Kiara 8, PS 1, Cin 143
� Skala kecil : PS 125, RB 3, PS 87, PS 354, SA 35, SKM 116, SKM 118, TRI
777
Untuk dataran tinggi (> 1200 m dpl)
� Skala besar : Cin 143, TRI 2025, TRI 2024, Kiara 8, PS 1
� Skala kecil : PG 18, PS 324, SA 35, KP 4, RB 3, SKM 118, SA 40, TRI 777,
PS 125
Stek
Okulasi
Penanaman teh dapat dilaksanakan dengan 2 cara :
Persiapan lahan penanaman baru (new planting)
� Survei dan pemetaan tanah
� Pembongkaran pohon dan tunggul
� Pembersihan semak belukar dan gulma
� Pengolahan tanah
� Pembuatan jalan dan saluran drainase
Persiapan lahan penanaman ulang (replanting)
� Pembongkaran pohon pelindung
� Pembongkaran perdu teh tua
� Sanitasi
� Pengolahan tanah
Jarak tanam
Jarak tanam teh yang optimal dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya sifat klon yang
Penanaman :
Tabel 1. Jarak tanam optimal teh berdasarkan kemiringan tanah
Kemiringan
tanah
Jarak tanam
(cm)
Jumlah
tanaman/ha Keterangan
Datar – 15% 120 x 90 9.260 Baris tunggal
lurus
15 – 30% 120 x 75 11.110 Baris tunggal
lurus
> 30% 120 x 60 13.888 Kontur
Batas tertentu 120 x 60 x 60 18.500 Baris berganda
Pemupukan dasar yang dianjurkan terdiri atas 12.5 g Urea, 5 g TSP, 5 g KCl
per lubang tanam.
Pemupukan :
Tabel 2. Dosis pemupukan untuk tanaman yang belum menghasilkan
(kg/ha/th)
Kadar bahan
organik
topsoil
Umur sejak
ditanam
(tahun ke)
Dosis pemupukan (kg/ha/th)
Andosol/Regosol Latosol/Podsolik
N P2O5 K2O MgO** N P2O5 K2O MgO**
5%
1 100 60 40 - 100 50 50 -
2 150 60 40 20 150 75 75 40
3 200 75 50 30 175 75 75 40
5%-8%
1 80 50 30 - 80 40 40 -
2 120 50 30 20 120 60 60 30
3 150 60 50 30 160 60 60 30
8%
1 70 50 20 - 70 30 30 -
2 100 50 30 20 100 50 50 25
3 130 60 40 20 140 50 50 25
Tabel 3. Dosis pemupukan untuk tanaman yang menghasilkan dengan
target produksi minimal 2000 kg/ha/th (kg/ha/th)
Keterangan : * : Untuk jenis tanah Andosol/Regosol ** : Untuk jenis tanah Latosol/Podsolik
Jenis Pupuk Hara Dosis Optimal Aplikasi setahun
Urea, ZA N 250-350 3-4 kali
TSP P2O5 60-120* 1-2 kali
15-40** 1-2 kali
KCl K2O 60-180 2-3 kali
Kiserit MgO 30-75 2-3 kali
Seng sulfat ZnO 5-10 7-10 kali
� Untuk memperoleh perdu yang produktif, tanaman teh muda (TBM) perlu dibentuk agar memiliki bentuk perdu dengan percabangan ideal dan bidang petik yang luas, sehingga dapat menghasilkan pucuk sebanyak-banyaknya.
� Untuk mencapai maksud tersebut, tanaman teh yang belum menghasilkan perlu dibentuk bidang petiknya dan pada tanaman teh yang telah menghasilkan perlu dilakukan pemangkasan.
Pembentukan bidang petik dan pangkasan :
Pembentukan bidang petik dan pangkasan :
Jenis petikan :
Permasalahan pemetikan :
Masalah yang sering dihadapi adalah : pucuk burung Mengapa terjadi pucuk burung? Bagaimana penanganannya? Apa upaya pencegahan terjadinya pucuk burung?
Tanaman pelindung atau pohon naungan pada tanaman teh terdiri atas :
1) Pohon pelindung sementara
� Pohon pelindung sementara seperti Theprosia sp atau Crotalaria sp. Yang ditanam di antara barisan tanaman teh dengan selang dua baris.
� Penanamannya dilakukan setelah penanaman teh selesai.
2) Pohon pelindung tetap
� Penanaman pohon pelindung tetap dianjurkan dari jenis Leguminoceae.
� Diutamakan untuk daerah dengan ketinggian < 1000 meter dpl.
� Sebaiknya ditanam 1 tahun sebelum penanaman teh, sehingga pada saat tanaman teh sudah berumur 2-3 tahun sudah dapat berfungsi dengan baik sebagai pelindung.
Penanaman tanaman pelindung :
Disebabkan oleh jamur Exobasidium vexans
Dapat menurunkan produksi pucuk basah sampai 50%
Menyerang daun atau ranting yang masih muda
Umumnya serangan terjadi pada pucuk peko, daun pertama, kedua dan ketiga.
Gejala awal terlihat bintik-bintik kecil tembus cahaya, kemudian bercak melebar dengan pusat tidak berwarna dibatasi oleh cincin berwarna hijau, lebih hijau dari sekelilingnya dan menonjol ke bawah. Pusat bercak menjadi coklat tua akhirnya mati sehingga terjadi lubang.
Pengendalian penyakit dilakukan dengan :
Pengaturan naungan agar sinar matahari dapat masuk ke kebun.
Pemangkasan teh di musim kemarau agar tanaman yang baru dipangkas dapat berkembang karena pada saat ini cacar teh sulit berkembang.
Pengaturan daur petik kurang dari 9 hari dapat mengurangi sumber penularan baru karena pucuk terserang sudah terpetik.
Cacar daun atau BLISTER BLIGHT
Penyakit akar yang penting pada tanaman teh yaitu:
Penyakit akar merah anggur;
Penyakit akar merah bata;
Penyakit akar hitam;
Penyakit leher akar;
Penyakit kanker belah.
Kelima penyakit ini menular melalui kontak akar sakit dengan akar sehat
Gejala pada tanaman terserang adalah daun menguning, layu, gugur dan akhirnya tanaman mati.
Pengendalian dilakukan dengan :
penanaman pohon pelindung yang tahan,
membongkar tanaman teh yang terserang dan menjaga kebersihan kebun.
pemberian Trichoderma sp. 200 gram per pohon pada lubang bekas tanaman yang dibongkar dan tanaman disekitarnya pada awal musim hujan, di ulang setiap 6 bulan sekali sampai tidak ditemukan
Penyakit akar atau ROOT FUNGUS
isebabkan oleh C. scoparium dan G. cingulata yang menyerang tanaman teh di pesemaian, dapat mengakibatkan matinya setek teh.
Pada bibit terserang, timbul bercak-bercak coklat pada daun induknya, dimulai dari bagian ujung atau dari ketiak daun.
Pada serangan lanjut, daun induk terlepas dari tangkai, akhirnya setek mengering /mati.
Serangan dimulai dari ujung tunas, kemudian meluas ke bawah akhirnya seluruh tunas mengering.
Pencegahan penyakit dilakukan dengan mengatur kelembaban di pesemaian dan membuat parit penyalur air untuk mencegah penggenangan (drainase).
Apabila ditemukan gejala, langsung dilakukan penyemprotan fungisida kontak yang telah direkomendasikan (misal yang berbahan aktif
Penyakit busuk daun
Pengolahan pascapanen Tahapan teknologi pengolahan teh :
Penyediaan pucuk daun segar
Pelayuan
Penggulungan, penggilingan dan sortasi basah
Fermentasi
Pengeringan
Sortasi kering
Pengemasan
Sistem pengolahan teh hitam di Indonesia dapat dibedakan menjadi dua yaitu sistem orthodox dan sistem CTC.
Uraian Teh Orthodox Teh CTC
Bentuk Agak pipih Butiran
Citarasa Kuat Kurang
Penyajian Lambat Cepat
Tabel 4. Perbedaan antara teh hitam orthodox dan teh CTC
KESIMPULAN
PERMASALAHAN
Sistem Produksi
Pemasaran
Teknik budidaya
Pengolahan
Pascapanen
Promosi
EKSPOR
• Kualitas
• Kuantitas
TERIMA KASIH