PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG...

109
i PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG DI BAGASI PESAWAT (Analisis Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Perkara Nomor 172/PDT.G/2009/PN.JKT.PST Antara Konsumen dan Maskapai Express Air/PT. Travel Express Aviation Services) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.) Oleh: Nur Khalida Zia 11140480000138 P R O G R A M S T U D I I L M U H U K U M FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1439H/2018M

Transcript of PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG...

Page 1: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

i

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG DI

BAGASI PESAWAT

(Analisis Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Perkara Nomor

172/PDT.G/2009/PN.JKT.PST Antara Konsumen dan Maskapai Express

Air/PT. Travel Express Aviation Services)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh:

Nur Khalida Zia

11140480000138

P R O G R A M S T U D I I L M U H U K U M

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1439H/2018M

Page 2: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut
Page 3: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut
Page 4: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut
Page 5: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

v

ABSTRAK

Nur Khalida Zia. NIM 11140480000138. PERLINDUNGAN HUKUM

TERHADAP HILANGNYA BARANG DI BAGASI PESAWAT (Analisis

Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Perkara Nomor

172/PDT.G/2009/PN.JKT.PST Antara Konsumen dan Maskapai Express Air

/ PT Travel Express Aviation Services). Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas

Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439

H/2018 M. Isi: ix + 69 halaman + 29 halaman lampiran + 3 halaman daftar

pustaka.

Studi ini bertujuan untuk mengetahui perlindungan hukum bagi konsumen

angkutan udara apabila terjadi kehilangan barang di bagasi pesawat dan untuk

mengetahui kesesuaian putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Perkara Nomor

172/PDT.G/2009/PN.JKT.PST dengan hukum perlindungan konsumen angkutan

udara atas hilangnya barang-barang di bagasi pesawat.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian yuridis normatif. Pendekatan

yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan perundang-undangan,

pendekatan konseptual, dan pendekatan kasus. Adapun sumber data yang

digunakan yaitu, bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum

non-hukum. dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data

secara library research (studi kepustakaan) dan menganalisis data secara deduktif

yakni menarik kesimpulan dari suatu permasalahan yang bersifat umum terhadap

permasalahan konkret yang dihadapi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam putusan majelis hakim pada

Perkara Nomor 172/PDT.G/2009/PN.JKT.PST dalam pertimbangannya hakim

tidak menerapkan dan tidak sesuai Undang-Undang Perlindungan Konsumen yang

dimana berlaku pada setiap pelaku usaha dan konsumen termasuk dalam sengketa

yang dialami Erwin Rengga dan PT Travel Express Aviation Services dan kurang

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai tanggung

jawab pengangkut udara. Putusan hakim tidak memberikan keadilan dan

keseimbangan hukum bagi konsumen yang dimana kerugian konsumen

merupakan tanggung jawab pelaku usaha.

Kata Kunci: Perlindungan Konsumen, Tanggung Jawab, Kehilangan Barang

Pembimbing : H. Syafrudin Makmur, S.H., M.H.

Achmad Bahtiar, M.Hum.

Daftar Pustaka : Tahun 1985 Sampai Tahun 2016

Page 6: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

vi

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kita panjatkan Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayahnya serta memberi segala petunjuk dan

kemudahan kepada peneliti. Sehingga atas karunia pertolongan-Nya lah peneliti

dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam kita panjatkan kepada Nabi

Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat dan para umat-Nya.

Skripsi ini saya persembahkan untuk motivator terbesar sepanjang

perjalanan hidup peneliti, terkhusus kedua orang tua tercinta, Ayahanda H. Rusli

Nasution dan Ibunda Hj. Siti Zainab beserta kakakku tersayang dan adik-adikku

terkasih, Rahmat Hidayat, M.Z. Arifin dan Siti Khadijah yang tiada lelah dan

bosan memberi motivasi, bimbingan, kasih sayangnya serta do’a, begitu juga

rahmat dan kasih sayang kepada mereka semua.

Dalam penulisan skripsi ini, sedikit banyaknya hambatan dan kesulitan

yang saya hadapi, akan tetapi syukur Alhamdulillah berkat rahmat dan inayah-

Nya, kesungguhan, serta dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, baik

langsung maupun tidak langsung segala hambatan yang dapat diatasi, sehingga

pada akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Dengan demikian,

sudah sepatutnya pada kesempatan kali ini peneliti mengucapkan terima kasih

yang sedalam-dalamnya kepada yang terhormat:

1. Dr. Asep Saepudin Jahar, MA. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Asep Syarifuddin Hidayat, SH., MH. Dan Drs. Abu Tamrin, SH.,

M.Hum. Ketua Program Studi dan Sekretaris Program Studi Ilmu Hukum

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Syafrudin Makmur, S.H., M.H. dan Achmad Bahtiar, M.Hum. Dosen

Pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran untuk

mengarahkan dan memotivasi selama membimbing skripsi.

Page 7: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

vii

4. Segenap Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta khususnya Program Studi Ilmu Hukum yang telah memberikan ilmu

pengetahuan dengan tulus dan ikhlas.

5. Segenap jajaran Staf dan Karyawan akademik Perpustakaan Fakultas Syariah

dan Hukum dan Perpustakaan Utama yang telah membantu penulis dalam

pengadaan referensi-referensi sebagai bahan rujukan skripsi.

6. Teman-teman Ilmu Hukum 2014, terutama teman-teman hukum bisnis,

Choirunisa, Maulidiah Maskat, Diana Yurika, Dewi Fatimah, Yuli Noviyarni,

Adella Farah, Siti Julaeha dan tak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terima

kasih telah sabar menjadi teman terbaik penulis dalam berdiskusi dan banyak

membantu kesulitan Penulis dalam menulis skripsi ini.

7. Keluarga Besar “KKN Berikatan 22”, terima kasih untuk pembelajaran yang

kalian berikan, sehingga penulis termotivasi atas kegigihan kalian atas sifat-

sifat positif yang kalian tularkan kepada penulis.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan nikmat dan kasih sayangnya

untuk membalas kebaikan seluruh pihak yang telah membantu dan menjadi

inspirasi bagi penulis. Besar harapan peneliti, karya tulis ini dapat memberikan

kontribusi nyata bagi perkembangan ilmu pengetahuan, terutama di bidang

Hukum Bisnis.

Jakarta, 5 Mei 2018

Penulis

Page 8: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ....................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................................... iv

ABSTRAK ................................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ................................................................................................ vi

DAFTAR ISI ............................................................................................................ viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1

B. Identifikasi, Batasan dan Perumusan Masalah .................................... 6

C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 7

D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 7

E. Metode Penelitian ................................................................................ 8

F. Sistematika Penulisan ........................................................................ 11

BAB II PERLINDUNGAN KONSUMEN ANGKUTAN UDARA

A. Hukum Perlindungan Konsumen ........................................................... 13

B. Hak dan Kewajiban Konsumen dan Pelaku Usaha ............................ 14

C. Asas dan Tujuan Perlindungan Konsumen ......................................... 21

D. Prinsip Tanggung Jawab Dalam Pengangkutan Udara ...................... 24

E. Penyelesaian Sengketa Konsumen ..................................................... 31

F. Tinjauan Kajian Review Studi Terdahulu ......................................... 38

BAB III KEDUDUKAN PT TRAVEL EXPRESS AVIATION SERVICES

DALAM PENGANGKUTAN UDARA

A. Profil PT Travel Express Aviation Services ....................................... 40

B. Peraturan Pengangkutan Udara di Indonesia ...................................... 41

C. Dokumen Pengangkutan Udara dan Pengangkutan Bagasi ............... 43

BAB IV ANALISIS YURIDIS PUTUSAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA

PUSAT PERKARA NOMOR 172/PDT.G/2009/PN.JKT.PST

A. Posisi Kasus ......................................................................................... 48

B. Pertimbangan dan Putusan Hakim ..................................................... 53

C. Analisis Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Nomor

Perkara 172/PDT.G/2009/PN.JKT.PST ............................................. 54

Page 9: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

ix

1. Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen ................................................................ 54

2. Menurut Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1992 Tentang

Penerbangan dan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1995 ... .60

D. Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Angkutan Udara ................... 64

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................................... 67

B. Rekomendasi ....................................................................................... 68

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 69

Page 10: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pengangkutan dewasa ini mempunyai peranan yang sangat penting

dalam memenuhi kebutuhan masyarakat di bidang jasa pengangkutan.

Seiring berjalannya waktu dan semakin kompleksnya mobilitas orang

maupun barang, maka pengangkutan udara merupakan satu-satunya

alternatif yang cepat, efisien dan ekonomis bagi pengangkutan antar pulau

dan antar daerah terutama antar daerah terpencil di pulau-pulau di luar

jawa.1 Pengangkutan berasal dari kata dasar “angkut” yang berarti angkat

dan bawa, muat dan bawa atau kirimkan.

Mengangkut artinya mengangkat dan membawa, memuat dan

membawa atau mengirimkan. Pengangkutan artinya pengangkatan dan

pembawaan barang atau orang, pemuatan dan pengiriman barang atau

orang, barang atau orang yang diangkut. Jadi, dalam pengertian

pengangkutan itu tersimpul suatu proses kegiatan atau gerakan dari satu

tempat ke tempat lain,2 apabila dirumuskan dalam definisi, maka

Pengangkutan adalah proses kegiatan memuat barang atau penumpang ke

dalam alat angkut, membawa barang atau penumpang dari tempat

pemuatan ke tempat tujuan, dan menurunkan barang atau penumpang dari

alat pengangkutan ke tempat yang ditentukan.

Di Indonesia sendiri tersedia berbagai macam alat

pengangkutan/alat transportasi, mulai transportasi darat, laut, dan udara.

Dulunya, untuk berpindah dari satu kota ke kota lainnya yang masih

berada satu pulau, maka orang akan menggunakan transportasi darat.

Transportasi darat yang digunakan pada jaman itu berupa kereta apabila

1 E. Saefullah Wiradipraja, Tanggung Jawab Pengangkut Dalam Hukum Pengangkutan

Udara Internasional Dan Nasional (Yogyakarta : Liberty Yogyakarta, 1989) h. 1

2 Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Darat, Laut, dan Udara (Bandung: PT

Citra Aditya Bakti, 1991) h. 19

Page 11: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

2

berpergian ke luar kota yang cukup jauh seperti Jakarta ke Bandung, atau

Jakarta ke Ciamis. Sedangkan untuk berpergian dari satu pulau ke pulau

lain yang melintasi laut seperti dari pulau Jawa menuju pulau Sumatera,

masyarakat dapat menggunakan transportasi laut seperti kapal.

Pengangkutan udara biasanya menggunakan alat transportasi yang sering

disebut dengan pesawat. Pesawat bisa mengangkut penumpang dari satu

negara ke negara lainnya.

Pesawat memiliki salah satu fasilitas yang dapat dipergunakan oleh

penumpang untuk menyimpan barang bawaan mereka yaitu bagasi. Bagasi

pesawat dibedakan menjadi dua macam, yaitu bagasi tercatat dan bagasi

kabin. Pada dasarnya semua barang dapat masuk ke dalam bagasi tercatat

pesawat. Namun beberapa maskapai penerbangan memberi batasan

mengenai barang penumpang yang dapat diangkut di bagasi pesawat untuk

kenyamanan dan keamanan para penumpang. Bagasi tercatat biasanya

dibatasi dalam satuan kilogram setiap penumpang untuk menggunakan

fasilitas bagasi tercatat ini. Hampir semua penumpang menggunakan jasa

bagasi tercatat apabila mereka berpergian dengan pesawat. Berarti

penumpang selaku konsumen pesawat telah memberi kepercayaan kepada

pihak maskapai penerbangan untuk mengamankan barang-barangnya

selama perjalanan di pesawat.

Pada dasarnya semua barang dapat masuk ke dalam bagasi tercatat

pesawat udara. Namun ada beberapa maskapai penerbangan memberi

batasan mengenai barang penumpang yang dapat diangkut di bagasi

pesawat untuk kenyanan dan kemanan para penumpang. Barang yang

dilarang untuk dibagasi tercatat adalah barang berharga tersebut dapat

dibawa oleh penumpang ke dalam bagasi tercatat jika dengan persetujuan

pihak maskapai penerbangan.

Bagasi tercatat biasanya dibatasi dalam satuan kilogram setiap

penumpang untuk menggunakan fasilitas bagasi tercatat ini. Hampir semua

penumpang menggunakan jasa bagasi tercatat apabila mereka berpergian

dengan pesawat. Itu artinya, penumpang selaku konsumen pesawat udara

Page 12: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

3

telah memberi kepercayaan kepada pihak maskapai penerbangan untuk

mengamankan barang-barangnya selama di pesawat. Untuk bagasi tercatat,

karena barang penumpang diserahkan kepada pihak maskapai penerbangan

maka menjadi tanggung jawab pihak maskapai penerbangan selaku pelaku

usaha. Sedangkan untuk bagasi kabin, karena barang penumpang termasuk

dalam bagasi kabin terletak dibawah pengawasan penumpang itu sendiri,

maka tanggung jawab berada pada penumpang selaku konsumen.

Pada dasarnya hubungan antara pelaku usaha dan konsumen

merupakan hubungan yang bersifat ketergantungan3. Hal ini dikarenakan

pada praktiknya konsumen sebaga penumpang membutuhkan jasa

transportasi udara untuk menunjang aktivitas mereka, sedangkan

penyelenggara jasa angkutan udara membutuhkan konsumen untuk

jalannya usaha mereka. Oleh karenanya penumpang yang menggunakan

jasa penerbangan perlu dilindungi haknya, seperti contohnya hak

memperoleh ganti rugi apabila penumpang mengalami kerusakan atau

kehilangan bagasi.

Pengaturan mengenai hak dan kewajiban pihak pengangkut dan

pihak pengguna jasa atau penumpang dituangkan dalam suatu dokumen

perjanjian pengangkutan, maka untuk dapat melindungi hak dan kewajiban

para pihak perjanjian yang dibuat haruslah memenuhi syarat-syarat seperti

yang tertuang dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

(untuk selanjutnya disingkat KUHPerdata) yakni untuk sahnya suatu

perjanjian diperlukan empat syarat :

a. kesepakatan mereka yang mengikatkan diri;

b. kecakapan untuk membuat suatu perikatan;

c. suatu pokok persoalan tertentu;

d. suatu sebab yang tidak terlarang.

Dalam pengangkutan udara, antara pengangkut dan pengguna jasa

penerbangan mengikatkan diri kedalam perjanjian pengangkutan yang

3 Sri Redjeki Hartono, Kapita Selekta Hukum Ekonomi (Bandung: Mandar Maju, 2000) h.

81

Page 13: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

4

berbentuk tiket pesawat. Jadi, ketika penumpang telah membeli tiket

pesawat yang digunakan untuk menggunakan jasa penerbangan, maka

sejak saat itu penumpang telah mengikatkan diri terhadap ketentuan-

ketentuan dan peraturan yang ada pada tiket pesawat dan mendapatkan

perlindungan dalam pemanfaatan jasa penerbangan. Tiket pesawat

merupakan dokumen berbentuk cetak, melalui proses elektronik, atau

bentuk lainnya, yang merupakan salah satu alat bukti adanya

perjanjian angkutan udara antara penumpang jasa penerbangan dengan

pengangkut, dan hak penumpang untuk menggunakan pesawat udara

atau diangkut dengan pesawat udara.

Pengaturan mengenai hak dan kewajiban pengangkut dan

penumpang yang membawa bagasi diatur dalam Bagian Ordonasi

Pengangkutan Udara II 1939. Kewajiban pengangkut dapat berupa

membayar ganti rugi apabila terjadi kehilangan atau kerusakan bagasi,

sedangkan hak penumpang adalah menerima pembayaran ganti rugi

apabila terjadi kerusakan atau kehilangan bagasi.

Terjadinya kerusakan dan kehilangan bagasi tidak dengan

sendirinya merupakan tanggung jawab dari pengangkut, tetapi harus

memenuhi persyaratan-persyaratan. Menurut Ordonansi Pengangkutan

Udara bahwasannya dokumen pengangkutan dalam pengangkutan udara

terdiri dari :

a. Tiket penumpang

b. Tiket bagasi

c. Surat muatan udara.

Seiring dengan peningkatan penggunaan jasa angkutan udara,

mucul masalah perihal keamanan, keselamatan, dan kenyamanan

pengguna jasa penerbangan sebagai konsumen yang merupakan akibat dari

kurangnya perhatian perusahaan penyedia jasa penerbangan terhadap

kualitas dari pelayanannya. Hal tersebut menimbulkan resiko-resiko dalam

menggunakan angkutan udara yang mungkin akan diterima oleh

konsumen. Kurangnya kejelasan informasi mengenai tanggung jawab

Page 14: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

5

perusahaan penerbangan sebagai pelaku usaha serta perihal ganti rugi

terhadap kerugian barang bawaan penumpang membuat konsumen

dirugikan.

Belakangan ini terdapat kejadian yang meresahkan konsumen

pengguna pesawat salah satunya yaitu kehilangan barang di bagasi yang

dialami oleh Erwin Rengga. Erwin Rengga seorang advokat yang

menggunakan jasa penerbangan yaitu PT Travel Express Aviation

Services pada tanggal 24 Desember 2008 dari Jakarta menuju ke

Manokwari. Pada saat itu Erwin Rengga menitipkan barangnya yang

berisikan pakaian-pakaian, tas pakaian, satu set sarung bantal, satu unit

telepon seluler beserta pengisi baterai telepon selulernya di bagasi

pesawat. Nilai total dari seluruh barang tersebut mencapai 6.799.000.

Setibanya, Erwin Rengga menuju tempat pengambilan bagasi

alangkah terkejutnya Erwin Rengga karena bagasi miliknya sebagaimana

tersebut tidak diketemukan di tempat pengambilan bagasi padahal pada

saat itu dalam tanggung jawab dan pengawasan maskapai. Erwin Rengga

mencoba menanyakan kepada petugas Express Air tentang keberadaan

bagasi barang miliknya dengan menunjukkan “tanda bukti pengenal

bagasi” yang dimilikinya, lalu Erwin Rengga diberitahukan bahwa

bagasinya ada dalam tumpukan bagasi penumpang lain dan sulit untuk

diambil, kemudian Erwin Rengga disarankan oleh petugas untuk

mengambilnya keesokan hari.

Ketika keesokan harinya Erwin kembali menanyakan barang

bagasi miliknya, akan tetapi tetap tidak diketahui keberadaan barang

bagasinya. Lalu pada tanggal 24, 29 Desember 2008 dan tanggal 3 Januari

2009 Erwin telah melaporkan kehilangan bagasi tersebut kepada Express

Air yang seharusnya menyerah terimakan bagasi tersebut kepada Erwin

setibanya di pelabuhan udara Manokwari

Bahwa dari kejadian tersebut Erwin Rengga telah berusaha

menghubungi pihak Express Air untuk meminta pertanggung jawabannya

melalui surat tertanggal 4 Januari 2009 dan tertanggal 13 Januari 2009

Page 15: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

6

terhadap hilangnya barang bagasi milik Erwin Rengga tersebut karena

pada saat selama berada dalam tanggung jawab Express Air lagi pula

sebagai pengguna jasa pihak Express Air harus menjamin keamanan milik

dari pengguna jasa sebagaimana juga yang diisyaratkan oleh Undang-

Undang Perlindungan Konsumen 1999 (Undang-Undang No.8 Tahun

1999) dan akibat Express Air tidak menyerahkan barang bagasi milik

Erwin Rengga pada saat tiba di tempat tujuan, maka Erwin Rengga pun

mengajukan sengketanya untuk diselesaikan di pengadilan.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk

mengkaji dalam bentuk skripsi yang berjudul: “Perlindungan Hukum

Terhadap Hilangnya Barang di Bagasi Pesawat (Analisis Putusan

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Perkara Nomor

172/PDT.G/2009/PN.JKT.PST Antara Konsumen dan Maskapai

Express Air / PT Travel Express Aviation Services)”

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah maka dapat

diidentifikasi permasalahan sebagai berikut:

a. Pengawasan barang di bagasi pesawat masih rendah.

b. Kurangnya (responsibility) tanggung jawab pihak maskapai

terhadap barang di bagasi pesawat.

c. Lambatnya dalam mengambil tindakan ketika ada masukan atau

tanggapan dari pihak konsumen.

d. Diabaikannya klaim konsumen mengenai kehilangan barang di

bagasi pesawat.

2. Pembatasan Masalah

Mengingat permasalahan mengenai perlindungan konsumen jasa

penerbangan sangat luas maka peneliti membatasi penelitian ini

dengan hanya membahas tentang perlindungan hukum bagi konsumen

maskapai penerbangan apabila kehilangan barang di bagasi pesawat.

Page 16: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

7

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang diperoleh permasalahan

yakni terjadinya kehilangan barang milik konsumen angkutan udara di

bagasi pesawat ketika setibanya di tujuan. Rumusan masalah tersebut

penulis rinci dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut:

a. Bagaimana perlindungan hukum terhadap konsumen angkutan

udara apabila terjadi kehilangan barang di bagasi pesawat?

b. Apakah Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Perkara Nomor

172/PDT.G/2009/PN.JKT.PST sudah sesuai dengan hukum

perlindungan konsumen terhadap hilangnya barang di bagasi

pesawat?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui perlindungan hukum bagi konsumen angkutan

udara apabila terjadi kehilangan barang di bagasi pesawat.

2. Untuk mengetahui kesesuaian Putusan Pengadilan Negeri Jakarta

Pusat Perkara Nomor 172/PDT.G/2009/PN.JKT.PST dengan hukum

perlindungan konsumen angkutan udara atas hilangnya barang-barang

di bagasi pesawat.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis, manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk

memberikan masukan atau sumbangan bagi bahan kajian yang

menyangkut hukum perlindungan konsumen atas bagasi dan

bagaimana tanggung jawab dari pihak pengangkut/maskapai atas

kehilangan bagasi milik penumpang.

2. Manfaat praktis, dapat bermanfaat bagi mahasiswa sebagai masukan

atau sumbangan pemikiran untuk ilmu pengetahuan dan bagi

Page 17: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

8

masyarakat atau penumpang pesawat selaku konsumen pada

umumnya.

E. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Metode pendekatan yang peneliti gunakan dalam penelitian ini

adalah yuridis normatif, yaitu suatu penelitian yang menekankan pada

ilmu hukum tetapi disamping itu juga mengacu pada peraturan

perundang-undangan dan menelaah kaidah-kaidah yang berlaku di

masyarakat.4 penelitian yang mempunyai maksud dan tujuan untuk

mengkaji peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan

penerapan hukumnya seperti keputusan pengadilan. Dalam penelitian

hukum memiliki beberapa pendekatan yaitu pendekatan perundang-

undangan (statue approach), pendekatan kasus (case approach),

pendekatan konsep (conseptual approach).5

Penelitian ini menggunakan 3 (tiga) pendekatan yang terkait

dengan penelitian ini, yaitu pertama, Pendekatan perundang-undangan

yang mana dilakukan dengan menelaah undang-undang dan regulasi

yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani.

Pendekatan perundang-undangan dilakukan untuk mengkaji semua

peraturan yang berkaitan dengan perlindungan hukum konsumen

maskapai penerbangan apabila terjadi kehilangan barang.

Kedua, Pendekatan kasus digunakan peneliti untuk menjadi

referensi saat menganalisis masalah perlindungan hukum konsumen

maskapai penerbangan dengan menelaah kasus yang telah diputus oleh

hakim dan mempunyai kekuatan hukum tetap.

4 Hanitijo Ronny Soemitro, Metodelogi Penelitian Hukum dan Jumetri (Jakarta: Ghalia

Indonesia, 1990) h. 106

5 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum (Jakarta: Kencana, 2010) h. 132

Page 18: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

9

Ketiga, menggunakan pendekatan konseptual dilakukan dengan

beranjak dari pandangan-pandangan doktrin-doktrin yang berkembang

dalam ilmu hukum. Dengan tujuan untuk menemukan ide-ide yang

melahirkan pengertian-pengertian hukum, konsep-konsep hukum dan

asas-asas hukum yang relevan dengan isu hukum.6 Pendekatan konsep

dilakukan untuk memahami konsep perlindungan konsumen agar tidak

menghasilkan kesimpulan yang salah dan peneliti mempunyai dasar

untuk membuat argumentasi hukum.

2. Jenis Penelitian

Peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif yang tidak

membutuhkan populasi dan sampel karena jenis penelitian ini

menekankan pada aspek pemahaman suatu norma-norma yang hidup

dan berkembang di masyarakat. Penelitian kualitatif menggunakan

lingkungan yang menjadi penelitiannya sebagai sumber data.7

Maksudnya adalah data dan informasi lapangan ditarik maknanya dan

konsepnya melalui pemaparan deskriptif analitik tanpa harus

menggunakan angka, sebab lebih mengutamakan proses terjadinya

suatu peristiwa dalam situasi alami.

3. Sumber data

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang mencakup

ketentuan-ketentuan perundang-undangan yang berlaku dan

mempunyai kekuatan hukum yang mengikat.8 Bahan-bahan hukum

primer meliputi perundang-undangan, catatan-catatan resmi, atau

risalah dalam pembuatan perundangan-undangan, dan putusan-

putusan hakim.

6 Soejono Soekanto dan Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif-suatu Tinjauan Singkat

(Jakarta: Rajawali Pers, 1985) h. 96

7 Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum (Jakarta: Sinar Grafika, 2010) h. 105

8 Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: Universitas Indonesia Pers,

1986) h. 52

Page 19: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

10

Sesuai dengan keterangan diatas penelitian ini termasuk

dalam bahan hukum primer karena bahan hukum yang digunakan

untuk penelitian ini adalah peraturan perundangan-undangan yang

terkait dalam judul penelitian ini. Bahan hukum primer yang

diguanakan dalam penelitian ini adalah:

1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen

2) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan

3) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

4) Ordonasi Pengangkutan Udara 1939

5) Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1995 Tentang

Angkutan Udara

6) Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Perkara Nomor

172/PDT.G/2009/PN.JKT.PST

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang

diperoleh dari penelusuran buku-buku dan artikel-artikel yang

berkaitan dengan penelitian ini, yang memberikan penjelasan

mengenai bahan hukum primer9 seperti kamus hukum, jurnal

hukum serta komentar-komentar atas putusan pengadilan.

c. Bahan Non Hukum

Merupakan bahan yang memberikan petunjuk atau

penjelasan bermakna terhadap adanya bahan hukum primer dan

bahan hukum sekunder, seperti Kamus Hukum, Kamus Besar

Bahasa Indonesia, ensiklopedia, dan lain-lain.

4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode

pengumpulan data melalui studi dokumen/kepustakaan (library

research) yaitu dengan melakukan penelitian terhadap berbagai sumber

9 Amiruddin dan H.Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum (Jakarta: PT

Grafindo Persada, 2004) h. 119

Page 20: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

11

bacaan seperti buku-buku yang berkaitan dengan perlindungan

konsumen, dan pendapat sarjana, surat kabar, artikel, kamus dan juga

berita yang peneliti peroleh dari internet. Serta studi dokumen dalam

penelitian ini juga dengan mempelajari berkas yang berbentuk putusan

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Perkara Nomor

172/PDT.G/2009/PN.JKT.PST yang telah berkekuatan hukum tetap.

5. Teknik Pengelolaan dan Analisis Data

Pengelolaan data baik berupa bahan hukum primer, bahan

hukum sekunder, serta bahan non-hukum dihubungkan sedemikian rupa

sehingga penyajian penulisan menjadi sistematis dan mudah dipahami

agar dapat menjawab setiap permasalahan yang dirumuskan. Penelitian

ini menggunakan metode analisis kualitatif, yaitu suatu metode analisis

data yang tidak menampilkan angka-angka sebagai hasil penelitiannya

melainkan disajikan dalam bentuk pembahasan dengan uraian kalimat-

kalimat dan dipaparkan dalam bentuk tulisan. Hasil dari analisis data ini

akan disimpulkan secara deduktif yaitu cara berfikir yang menarik suatu

kesimpulan dari suatu pertanyaan yang bersifat umum menjadi suatu

pertanyaan yang bersifat khusus, yang mana dari kesimpulan dapat

diajukan beberapa saran terhadap permasalahan.

6. Metode Penulisan

Dalam penyusunan penelitian ini peneliti menggunakan

metode penulisan sesuai dengan sistematika penulisan yang ada pada

Buku Pedoman Penulisan Skripsi, Fakultas Syariah dan Hukum,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2017.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dalam pembuatan dan gambaran umum

skripsi ini, peneliti menyajikan sitematika pembahasan yang dibagi

kedalam beberapa bab sebagai berikut:

BAB I: Bab ini merupakan pendahuluan yang berisi sekilas

pengantar untuk memahami garis besar dari seluruh

Page 21: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

12

pembahasan. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar

belakang masalah, dilanjutkan dengan identifikasi,

pembatasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, metode penelitian, dan sistematika penelitian.

BAB II: Bab ini akan membahas kerangka teoritis dan konseptual

dalam hukum perlindungan konsumen seperti hukum

perlindungan konsumen, hak dan kewajiban konsumen dan

pelaku usaha, asas dan tujuan perlindungan konsumen,

prinsip tanggung jawab dalam pengangkutan udara,

penyelesaian sengketa konsumen: non litigasi dan litigasi

dan tinjauan (review) kajian terdahulu.

BAB III: Bab ini akan menjelaskan tentang kedudukan PT Travel

Express Aviation Services dalam pengangkutan udara

seperti profil PT Travel Express Aviation Services,

peraturan pengangkutan udara di Indonesia dan dokumen

pengangkutan udara dan pengangkutan bagasi.

BAB IV: Bab ini menguraikan perkara dalam Putusan Pengadilan

Negeri Jakarta Pusat Perkara Nomor

172/PDT.G/2009/PN.JKT.PST serta analisis yang

dilakukan peneliti terhadap hak-hak konsumen dan

tanggung jawab pelaku usaha dalam putusan hakim

berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen, Undang-Undang Nomor 15

Tahun 1992 tentang Penerbangan dan Peraturan Pemerintah

Nomor 40 Tahun 1995 tentang Angkutan Udara.

BAB V: Bab ini merupakan bab terakhir dari penelitian skripsi ini,

untuk itu peneliti menarik beberapa kesimpulan dari hasil

penelitian, dan memberikan rekomendasi mengenai

permasalahan yang telah dibahas dalam penelitian ini.

Page 22: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

13

BAB II

PERLINDUNGAN KONSUMEN ANGKUTAN UDARA

A. Hukum Perlindungan Konsumen

Hukum konsumen terdiri dari rangkaian peraturan perundang-

undangan yang mengatur tentang perilaku orang dalam pergaulan hidup

untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Orang-orang tersebut terutama

terdiri dari (pengusaha) penyedia barang atau jasa yang merupakan

kebutuhan hidup manusia serta konsumen pengguna barang atau jasa

tersebut.

Batasan (definisi) selalu diperlukan untuk memperjelas ruang

lingkup dan pegangan dalam pembahasan pokok permasalahan. Sekalipun

tidak disadari akan terdapat kekurangan-kekurangan tertentu yang tidak

dihindarkan, maka dengan mengikuti batasan hukum internasional

sebagaimana dikemukakan Prof. Mochtar Kusumaatmadja, batasan hukum

konsumen adalah:

Keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah hukum yang mengatur

hubungan masalah antara berbagai pihak satu sama lain berkaitan dengan

barang dan atau jasa konsumen, di dalam pergaulan hidup.1 Hukum

Perlindungan Konsumen merupakan bagian dari hukum konsumen yang

memuat asas-asas atau kaidah-kaidah bersifat mengatur, dan juga

mengandung sifat yang melindungi kepentingan konsumen. Kedudukan

konsumen ini, baik yang bergabung dalam suatu organisasi apalagi secara

individu, tidak seimbang dibandingkan dengan kedudukan pengusaha.

Oleh sebab itu, untuk menyeimbangkan kedudukan tersebut dibutuhkan

perlindungan pada konsumen.

Sejalan dengan batasan hukum konsumen, maka hukum

perlindungan konsumen adalah keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah

hukum yang mengatur dan melindungi konsumen dalan hubungan dan

1 Mochtar Kusumaatmadja, Pengantar Hukum Internasional (Bandung: Binacipta, 1997)

h. 3

Page 23: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

14

masalahnya dengan para penyedia barang dan atau jasa konsumen. Begitu

juga dalam Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999

tentang Perlindungan Konsumen menyatakan bahwa, perlindungan

konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum

untuk memberi perlindungan kepada konsumen.

Dari dua batasan tersebut di atas, hendaknya tidak dilupakan bahwa

peran regulasi sendiri di kalangan pengusaha dan profesi, juga mempunyai

pengaruh pada konsumen dan perlindungan konsumen. Hukum

perlindungan konsumen dibutuhkan apabila kondisi pihak-pihak yang

mengadakan hubungan hukum atau bermasalah dalam masyarakat itu tidak

seimbang.2

B. Hak dan Kewajiban Konsumen dan Pelaku Usaha

Hak dan kewajiban konsumen dan pelaku usaha sendiri sudah

diatur dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun

1999, berikut dijelaskan dalam pasal-pasal berikut:

Bagian Pertama

Hak dan Kewajiban Konsumen

Pasal 4

"Hak konsumen adalah

a. hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam

mengonsumsi barang dan/atau jasa;

b. hak untuk memilih dan mendapatkan barang dan/atau jasa sesuai

dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;

c. hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan

jaminan barang dan/atau jasa;

d. hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa

yang digunakan;

e. hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya

penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut;

f. hak untuk mendapat pembinaaan dan pendidikan konsumen;

g. hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak

diskriminatif;

h. hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian,

apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya;

2 Az. Nasution, Konsumen dan Hukum: Tinjauan Sosial, ekonomi dan hukum pada

perlindungan konsumen Indonesia (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995) h. 67

Page 24: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

15

i. hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan

lainnya”

Penjelasan

Huruf g

“Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak

diskriminatif berdasarkan suku, agama, budaya, daerah, pendidikan, kaya,

miskin, dan status sosial lainnya.”

Selanjutnya masing-masing hak tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Hak atas keamanan dan keselamatan.

Hak atas keamanan dan keselamatan ini dimaksudkan untuk

menjamin keamanan dan keselamatan konsumen dalam penggunaan

barang atau jasa yang diperolehnya, sehingga konsumen dapat

terhindar dari kerugian (fisik maupun psikis) apabila mengonsumsi

suatu produk.

b. Hak untuk memperoleh informasi.

Hak atas informasi ini sangat penting, karena tidak memadainya

informasi yang disampaikan kepada konsumen ini dapat juga

merupakan salah satu bentuk cacat produk, yaitu yang dikenal dengan

cacat instruksi atau cacat karena informasi yang tidak memadai. Hak

atas informasi yang jelas dan benar dimaksudkan agar dapat memenuhi

perannya sebagai pelaku usaha yang bertanggung jawab. Sarananya,

meliputi hak atas informasi tentang diskripsi barang, menyangkut harga

dan kualitas/kandungan suatu produk.3

c. Hak untuk memilih.

Hak untuk memilih dimaksudkan untuk memberikan kebebasan

kepada konsumen untuk memilih produk-produk tertentu sesuai dengan

kebutuhannya, tanpa ada tekanan dari pihak luar. Berdasarkan hak

untuk memilih ini konsumen berhak memutuskan untuk membeli atau

3

Sudaryatmo, Liku-Liku Perjalanan Undang-Undang Perlindungan Konsumen (Yayasan

Lembaga Konsumen Indonesia : Jakarta, 2001), h. 8

Page 25: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

16

tidak terhadap suatu produk, demikian pula keputusan untuk memilih

baik kualitas maupun kuantitas jenis produk yang dipilihnya.

d. Hak untuk didengar.

Hak untuk didengar ini merupakan hak dari konsumen agar

tidak dirugikan lebih lanjut, atau hak untuk menghindarkan diri dari

kerugian. Hak ini dapat berupa pertanyaan tentang berbagai hal yang

berkaitan dengan produk-produk tertentu apabila informasi yang

diperoleh tentang produk tersebut kurang memadai, ataukah berupa

pengaduan atas adanya kerugian yang telah dialami akibat penggunaan

suatuproduk, atau yang berupa pernyataan/pendapat tentang suatu

kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan kepentingan konsumen.

Hak ini dapat disampaikan baik secara perorangan, maupun secara

kolektif, baik yang disampaikan secara langsung maupun diwakili oleh

suatu lembaga tertentu, misalnya melalui YLKI.

e. Hak untuk memperoleh kebutuhan hidup.

Hak ini merupakan hak yang sangat mendasar, karena

menyangkut hak untuk hidup. Dengan demikian, setiap orang

(konsumen) berhak untuk memperoleh kebutuhan dasar (barang atau

jasa) untuk mempertahankan hidupnya (secara layak). Hak-hak ini

terutama yang berupa hak atas pangan, sandang, papan, serta hak-hak

lainnya yang berupa hak untuk memperoleh pendidikan, kesehatan, dan

lain-lain.

f. Hak untuk memperoleh ganti kerugian.

Hak atas ganti kerugian ini dimaksudkan untuk memulihkan

yang telah menjadi rusak (tidak seimbang) akibat adanya penggunaan

barang atau jasa yang tidak memenuhi harapan konsumen. Hak ini

sangat terkait dengan penggunaan produk yang telah merugikan

konsumen, baik yang berupa kerugian materi, maupun kerugian yang

menyangkut diri (sakit, cacat, bahkan kematian) konsumen. Untuk

merealisasikan hak ini tentu saja harus melalui prosedur tertentu, baik

Page 26: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

17

yang diselesaikan secara damai (di luar pengadilan) maupun yang

diselesaikan melalui pengadilan.

g. Hak untuk memperoleh pendidikan konsumen.

Hak untuk memperoleh pendidikan konsumen ini dimaksudkan

agar konsumen pilan yang diperoleh pengetahuan maupun

keterampilan yang diperlukan agar dapat terhindar dari kerugian akibat

penggunaan produk, karena dengan pendidikan konsumen tersebut,

konsumen akan dapat menjadi lebih kritis dan teliti dalam memilih

suatu produk yang dibutuhkan.

h. Hak memperoleh lingkungan hidup yang bersih dan sehat.

Hak atas lingkungan yang bersih dan sehat ini sangat penting

bagi setiap konsumen dan lingkungan. Hak untuk memperoleh

lingkungan bersih dan sehat serta hak untuk memperoleh informasi

tentang lingkungan ini diatur dalam Pasal 5 Undang-Undang Nomor 23

Tahun 1997.

i. Hak untuk mendapatkan barang sesuai dengan nilai tukar yang

diberikannya.

Hak ini dimaksudkan untuk melindungi konsumen dari

kerugian akibat permainan harga secara tidak wajar. Karena dalam

keadaan tertentu konsumen dapat saja membayar harga suatu barang

yang jauh lebih tinggi daripada kegunaan atau kualitas dan kuantitas

barang atau jasa yang diperolehnya.

j. Hak untuk mendapatkan upaya penyelesaian hukum yang patut.

Hak ini tentu saja dimaksudkan untuk memulihkan keadaan

konsumen yang telah dirugikan akibat penggunaan produk dengan

melalui jalur hukum. Sepuluh hak konsumen yang merupakan

himpunan dari berbagai pendapat tersebut di atas hampir semuanya

sama dengan hak-hak konsumen yang dirumuskan dalam Pasal 4

Undang-Undang Perlindungan Konsumen, sebagimana dikutip

sebelumnya.

Page 27: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

18

Pasal 5

"kewajiban konsumen, adalah:

a. membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur demi

pemakaian atau pemanfaatan barang dan/atau jasa demi keamanan dan

keselamatan;

b. beriktikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau

jasa;

c. membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;

d. mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan

konsumen secara patut.”

Adanya kewajiban konsumen membaca atau mengikuti petunjuk

informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang dan/atau jasa

demi keamanan dan keselamatan, merupakan hal penting mendapat

pengaturan. Adapun pentingnya kewajiban ini karena sering pelaku usaha

telah menyampaikan peringatan secara jelas pada label suatu produk,

namun konsumen tidak membaca peringatan yang telah disampaikan

kepadanya. Dengan pengaturan kewajiban ini, memberikan konsekuensi

pelaku usaha tidak bertanggung jawab, jika konsumen yang bersangkutan

menderita kerugian akibat mengabaikan kewajiban tersebut.

Menyangkut kewajiban konsumen beritikad baik hanya tertuju pada

transaksi pembelian barang dan/atau jasa. Hal ini tentu saja disebabkan

karena bagi konsumen, kemungkinan untuk dapat merugikan produsen

mulai saat melakukan transaksi dengan produsen. Berbeda dengan pelaku

usaha kemungkinan terjadinya kerugian bagi konsumen dimulai sejak

barang dirancang /diproduksi oleh produsen (pelaku usaha).

Kewajiban konsumen membayar sesuai dengan nilai tukar yang

disepakati dengan pelaku usaha, adalah hal yang sudah biasa dan sudah

semestinya demikian. Kewajiban lain yang perlu mendapat penjelasan

lebih lanjut adalah kewajiban konsumen mengikuti upaya penyelesaian

hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut. Adanya kewajiban

seperti ini diatur dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen

dianggap tepat, sebab kewajiban ini adalah untuk mengimbangi hak

kosumen untuk mendapatkan upaya penyelesaian sengketa perlindungan

konsumen secara patut.

Page 28: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

19

Bagian Kedua

Hak dan kewajiban Pelaku Usaha

Pasal 6

"Hal pelaku usaha adalah:

a. hak untuk memerima pemihayaran yang sesuai dengan kesepakatan

mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang

diperdagangkan;

b. hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang

beriktikad tidak baik;

c. hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian

sengbeta konsumen;

d. hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa

kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang

diperdagangkan;

e. hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan

lainnya.”

Hak pelaku usaha untuk menerima pembayaran sesuai kondisi dan

nilai tukar barang dan/atau yang diperdagangkan, menunjukkan bahwa

pelaku usaha tidak dapat menuntut lebih banyak jika kondisi barang

dan/atau jasa jika yang diberikannya kepada konsumen tidak atau kurang

memadai menurut harga yang berlaku pada umumnya atas barang dan/atau

jasa yang sama. Dalam praktek yang biasa terjadi, suatu barang dan/atau

jasa yang kualitasnya lebih rendah daripada barang yang serupa, maka

pihak menyepakati harga yang lebih murah. Dengan demikian yang

dipentingkan dalam hal ini adalah harga yang wajar.

Menyangkut hak pelaku usaha yang tersebut pada huruf b, c dan d,

sesungguhnya merupakan hak-hak yang lebih banyak berhubungan dengan

pihak aparat pemerintah dan/atau Badan Penyelesaian Sengketa

Konsumen/ pengadilan dalam tugasnya melakukan penyelesaian sengketa.

Melalui hak-hak tersebut diharapkan perlindungan konsumen secara

berlebihan hingga mengabaikan kepentingan pelaku usaha dapat dihindari.

Satu-satunya yang berhubungan dengan kewajiban konsumen atas hak-hak

pelaku usaha yang disebutkan pada huruf b, c dan d tersebut adalah

kewajiban konsumen mengikuti upaya penyelesaian sengketa sebagaimana

diuraikan sebelumnya.

Page 29: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

20

Pasal 7

“Kewajiban pelaku usaha adalah:

a. beriktikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;

b. memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi

dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan

penggunaan, perbaikan, dan pemeliharaan;

c. memperlakukan atau melayani konsumen secara benar jujur serta

diskriminatif;

d. menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau

diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau

yang berlaku;

e. memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji dan/atau

mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau

garansi atas barang yang dibuat dan/atau diperdagangkan;

f. memberi kompensasi, ganti rugi, dan/atau penggantian apabila barang

dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan konsumen tidak sesuai

dengan perjanjian.”

Penjelasan

Huruf c

"Pelaku usaha dilarang membeda-bedakan konsumen dalam

memberikan pelayanan. Pelaku usaha dilarang membeda-bedakan

pelayanan kepada konsumen."

Huruf e

"Yang dimaksud dengan barang dan/atau jasa tertentu adalah

barang yang dapat diuji atau dicoba tanpa mengakibatkan kerusakan atau

kerugian.”

Dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen pelaku usaha

diwajibkan beriktikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya,

sedangkan bagi konsumen, diwajibkan beriktikad baik dalam melakukan

transaksi pembelian barang dan/atau jasa.4

Tentang kewajiban kedua pelaku usaha yaitu memberikan

informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang

dan/atau jasa serta memberi penjelasan, penggunaan, perbaikan, dan

4 Ahmad Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen (Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2007), h. 51

Page 30: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

21

pemeliharaan, disebabkan karena informasi disamping merupakan hak

konsumen, juga karena ketiadaan informasi atau informasi yang tidak

memadai dari pelaku usaha merupakan salah satu jenis cacat produk (cacat

informasi), yang akan sangat merugikan konsumen.

Pentingnya penyampaian informasi yang benar terhadap konsumen

mengenain satu produk, agar konsumen tidak salah terhadap gambaran

mengenai suatu produk tertentu. Penyampaian informasi terhadap

konsumen tersebut dapat berupa representasi, peringatan, maupun yang

berupa instruksi.

C. Asas dan Tujuan Perlindungan Konsumen

Pasal 2 Perlindungan konsumen diselenggarakan sebagai usaha

bersama berdasarkan 5 (lima) asas yang relevan dalam pembangunan

nasional yaitu5:

1. Asas manfaat dimaksudkan untuk mengamanatkan bahwa segala upaya

dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen harus memberikan

manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku

usaha secara keseluruhan.

2. Asas keadilan dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat dapat

diwujudkan secara maksimal dan memberikan kesempatan kepada

konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh haknya

dan melaksanakan kewajibannya secara adil.

3. Asas keseimbangan dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan

antara kepentingan konsumen, pelaku usaha dan pemerintah

dalam arti materiil ataupun spiritual.

4. Asas keamanan dan keselamatan konsumen dimaksudkan untuk

memberikan jaminanatas keamanan dan keselamatan kepada konsumen

dalam penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa

yang dikonsumsi atau digunakan.

5 Ahmad Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, h. 25

Page 31: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

22

5. Asas kepastian hukum dimaksudkan agar baik pelaku usaha maupun

konsumen menaati hukum dan memperoleh keadilan dalam

penyelenggaraan perlindungan konsumen, serta negara menjamin

kepastian hukum.

Kelima asas yang disebutkan dalam pasal tersebut, bila

diperhatikan substansinya, dapat dibagi menjadi 3 (tiga) asas yaitu:

1. asas kemanfaatan yang di dalamnya meliputi asas keamanan dan

keselamatan konsumen,

2. asas keadilan yang di dalamnya meliputi asas keseimbangan, dan

3. asas kepastian hukum.

Sebagai asas hukum, dengan sendirinya menempatkan asas ini yang

menjadi rujukan pertama baik dalam pengaturan perundangan-undangan

maupun dalam berbagai aktivitas yang berhubungan dengan gerakan

perlindungan konsumen oleh semua pihak yang terlibat di dalamnya.

Asas keseimbangan yang dikelompokkan ke dalam asas keadilan,

mengingat hakikat keseimbangan yang dimaksud adalah juga keadilan bagi

kepentingan masing-masing pihak, konsumen, pelaku usaha, dan

pemerintah. Keseimbangan perlindungan hukum terhadap pelaku usaha

dan konsumen tidak terlepas dari adanya pengaturan tentang hubungan-

hubungan hukum yang terjadi antara para pihak. Dengan prinsip atau asas

kebebasan, subyek hukum bebas melakukan apa yang diinginkannya

dengan dibatasi oleh keinginan orang lain dan memelihara akan ketertiban

sosial. Dengan prinsip atau asas kesamaan setiap individu mempunyai

kedudukan yang sama di dalam hukum untuk melaksanakan dan

meneguhkan hak-haknya. Dalam hal ini hukum memberikan perlakuan

yang sama setiap individu. Sedangkan prinsip atau asas solidaritas

sebenarnya merupakan sisi baik dari asas kebebasan.

Apabila dalam prinsip atau asas kebebasan yang menonjol adalah

hak, maka di dalam prinsip atau asas solidaritas yang menonjol adalah

kewajiban, dan seakan-akan setiap individu sepakat untuk tetap

mempertahankan kehidupan bermasyarakat yang merupakan modus

Page 32: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

23

survival bagi manusia. Melalui prinsip atau asas solidaritas dikembangkan

kemungkinan negara mencampuri urusan yang sebenarnya bersifat privat

dengan alasan tetap terpeliharanya kehidupan bersama.

Menyangkut asas keamanan dan keselamatan konsumen yang

dikelompokkan ke dalam asas manfaat oleh karena keamanan dan

keselamatan konsumen itu sendiri merupakan bagian dari manfaat

penyelenggaraan perlindungan yang diberikan kepada konsumen di

samping kepentingan pelaku uasaha secara keseluruhan.

Asas-asas hukum perlindungan konsumen yang dikelompokkan

dalam 3 (tiga) kelompok di atas yaitu asas keadilan, kemanfaatan, dan

kepastian hukum. Dalam hukum ekonomi keadilan disejajarkan dengan

asas keseimbangan, kemanfaatan dijajarkan dengan asa maksimalisasi, dan

kepastian hukum disejajarkan dengan asas efisiensi. Asas kepastian hukum

yang disejajarkan asas efisiensi karena menurut Himawan bahwa: “Hukum

yang berwibawa berarti hukum yang efisien, di bawah naungan mana

seseorang dapat melaksanakan hak-haknya tanpa ketakutan dan

melaksanakan kewajibannya tanpa penyimpangan.”

Pasal 3

"Perlindungan konsumen bertujuan:

a. meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan kemandirian konsumen

untuk melindungi diri

b. mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara

menghindarkannya dari ekses negatif pemakaian barang dan/atau jasa.

c. meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan,

dan menuntut hak-haknya sebegai konsumen.

d. menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur

kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk

mendapatkan informasi

e. memumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya

perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan

bertanggung dalam berusaha

f. meningkatkan kualitas barang dan atau jasa yang menjamin

kelangsungan usaha produksi barang dan/atau jasa kesehatan,

kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen.”

Keenam tujuan khusus perlindungan konsumen yang disebutkan di

atas bila hukum secara umum, ke dalam tiga tujuan maka tujuan hukum

Page 33: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

24

untuk mendapatkan keadilan terlihat dalam rumusan huruf c dan huruf e.

Sementara tujuan untuk memberikan kemanfaatan dapat terlihat dalam

rumusan huruf a dan b, termasuk huruf c, dan b serta huruf f. tujuan khusus

yang diarahkan untuk tujuan kepastian hukum terlihat dalam rumusan

huruf d. Pengelompokan ini tidak berlaku mutlak, oleh karena seperti yang

dapat dilihat dalam rumusan huruf a sampai dengan huruf f terdapat tujuan

yang dapat dikualifikasi sebagai tujuan ganda.

Kesulitan memenuhi ketiga tujuan hukum (umum) sekaligus

sebagaimana dikemukakan sebelumnya, menjadikan sejumlah khusus

dalam huruf a sampai dengan huruf f dari Pasal 3 tersebut hanya dapat

tercapai secara maksimal, apabila didukung oleh keseluruhan subsistem

perlindungan yang diatur dalam undang-undang ini, tanpa mengabaikan

fasilitas penunjang dan kondisi masyarakat.

D. Prinsip Tanggung Jawab Dalam Pengangkutan Udara

Dalam hukum udara perdata internasional maupun nasional

terdapat beberapa konsep tanggung jawab hukum perusahaan penerbangan

terhadap penumpang, pengirim barang maupun pihak ketiga. Menurut

ajaran yang berlaku di Common Law System maupun Continental Law

System, perusahaan penerbangan sebagai pengangkut yang menyediakan

jasa transportasi udara untuk umum bertanggung jawab atas kerugian yang

diderita oleh penumpang dan/atau pengirim barang. Menurut ajaran hukum

tersebut, terjadi suatu pergeseran tanggung jawab dari korban kepada

pelaku pengangkutan, karena itu perusahaan penerbangan secara yuridis

bertanggung jawab terhadap penumpang dan/atau pengirim barang.

Dalam pengangkutan udara terdapat 3 (tiga) macam konsep dasar

tanggung jawab hukum masing-masing konsep tanggung jawab atau dasar

kesalahan (based on fault liability), konsep tanggung jawab hukum atas

dasar praduga bersalah (presumption based liability), dan konsep tanggung

jawab hukum tanpa bersalah (liability without fault) atau tanggung jawab

Page 34: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

25

mutlak (absolute liability atau strict liability) sebagaimana diuraikan di

bawah ini.6

1. Tanggung jawab hukum atas dasar kesalahan (based on fault liability)

Tanggung jawab hukum atas dasar kesalahan (based on fault

liability) terdapat dalam Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata. Pasal tersebut yang dikenal sebagai tindakan melawan hukum

(onrechtsmatigdaad) berlaku umum terhadap siapa pun juga, termasuk

perusahaan penerbangan. Menurut pasal tersebut setiap perbuatan

melawan hukum yang menimbulkan kerugian terhadap orang lain

mewajibkan orang yang karena perbuatannya menimbulkan kerugian

itu mengganti kerugian. Berdasarkan ketentuan tersebut setiap orang

harus bertanggung jawab secara hukum atas perbuatan sendiri artinya

apabila karena perbuatannya mengakibatkan kerugian kepada orang

lain, maka orang tersebut harus bertanggung jawab untuk membayar

ganti rugi yang diderita oleh orang tersebut.

Pada prinsipnya, tanggung jawab hukum atas dasar kesalahan

(based on fault liability) berlaku terhadap semua perusahaan

pengangkutan. Tanggung jawab atas dasar kesalahan jumlah ganti rugi

tidak terbatas, korban sebagai pengangkut dengan perusahaan sebagai

tergugat mempunyai kedudukan yang sama dalam arti dapat saling

membuktikan.

a. Ada kesalahan (fault) dan kerugian (damages)

Sebagaimana disebutkan di atas, tanggung jawab

berdasarkan kesalahan harus ada kesalahan dan kerugian. Kerugian

tersebut harus ada hubungannya dengan kesalahan, ada kerugian

tetapi kesalahan, maka perusahaan penerbangan tidak bertanggung

jawab, demikian pula ada kesalahan tetapi tidak menimbulkan

kerugian, maka perusahaan penerbangan juga tidak bertanggung

jawab.

6 Martono dan Agus Pramono, Hukum Udara Perdata Nasional Dan Internasional

(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2016) h. 10

Page 35: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

26

b. Beban pembuktian dan besaran ganti rugi

Dalam konsep tanggung jawab atas dasar kesalahan (based

on fault liability) yang harus membuktikan adalah korban. Apabila

penumpang dan/atau pengirim barang sebagai korban yang

menderita kerugian mampu membuktikan adanya kesalahan

perusahaan penerbangan, ada kerugian dan kerugian tersebut akibat

dari kesalahan, maka perusahaan penerbangan harus membayar

seluruh kerugian yang diderita oleh penumpang dan/atau pengirim

barang. Perusahaan penerbangan bertanggung jawab tidak tebatas

(unlimited liability) dalam arti berapa pun kerugian yang diderita

oleh penumpang dan/atau pengirim barang harus dibayar penuh

oleh perusahaan penerbangan yang bersangkutan, kecuali atas dasar

kesepakatan kedua belah pihak.

c. Kedudukan para pihak

Dalam konsep tanggung jawab hukum berdasarkan

kesalahan (based on fault liability) kedudukan para pihak adalah

sama dalam arti mempunyai kemampuan saling membuktikan

kesalahan pihak yang lain. Konsep tanggung jawab hukum atas

dasar kesalahan dirasa adil apabila kedudukan kedua belah pihak

baik penumpang dan/atau pengirim barang dengan perusahaan

penerbangan mempunyai kemampuan yang sama sehingga mereka

dapat saling membuktikan kesalahan mereka. Dalam

perkembangannya, tanggung jawab hukum (legal liability)

berdasarkan kesalahan (based on fault liability) tidak dapat

diterapkan dalam pengangkutan udara mengingat kedudukan

perusahaan penerbangan dengan penumpang dan/atau pengirim

barang tidak seimbang, karena perusahaan penerbangan menguasai

teknologi tinggi, sementara itu penumpang dan/atau pengirim

barang tidak menguasai teknologi tinggi.

Page 36: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

27

2. Tanggung Jawab Praduga Bersalah (Presumption of Liability)

Sebagaimana disebutkan dimuka, dalam perkembangannya

tanggung jawab atas dasar kesalahan (based on fault liability) tidak dapat

diterapkan dalam pengangkutan udara, karena kedudukan antara

penumpang dan/atau pengirim barang dengan perusahaan penerbangan

tidak seimbang. Dalam pengangkutan udara, khususnya perusahaan

penerbangan menguasai teknologi tinggi, sementara itu penumpang

dan/atau pengirim barang tidak menguasai teknologi tinggi penerbangan,

sehingga apabila penumpang dan/atau pengirim barang harus

membuktikan kesalahan perusahaan penerbangan pasti tidak akan berhasil,

karena itu sejak tahun 1929 dikenalkan konsep tanggung jawab hukum

praduga bersalah (presumption of liability concept).

Konsep tanggung jawab hukum (legal liability concept) atas dasar

praduga bersalah (presumption of liability) mulai diterapkan sejak

Konvensi Warsawa 1929. Menurut konsep tanggung jawab hukum praduga

bersalah (presumption of liability concept), perusahaan penerbangan

dianggap (presumed) bersalah, sehingga perusahaan penerbangan demi

hukum harus membayar ganti rugi yang diderita oleh penumpang dan/atau

pengirim barang tanpa dibuktikan kesalahan lebih dahulu, kecuali

perusahaan penerbangan membuktikan tidak bersalah. Penumpang

dan/atau pengirim barang tidak perlu membuktikan kesalahan perusahaan

penerbangan, cukup memberi tahu adanya kerugian yang terjadi pada saat

kecelakaan, sehingga penumpang dan/atau pengirim barang tidak harus

membuktikan kesalahan perusahaan penerbangan. Sebagai imbalan,

perusahaan penerbangan berhak menikmati batas maksimum (limited

liability) ganti rugi yang telah diterapkan dalam konvensi atau regulasi

artinya berapa pun juga kerugian yang diderita oleh penumpang dan/atau

pengirim barang, perusahaan penerbangan tidak akan bertanggung jawab

membayar semua kerugian yang diderita oleh penumpang dan/atau

pengirim barang. Unsur-unsur konsep tanggung jawab praduga bersalah

(presumption of liability) adalah beban pembuktian terbalik, tanggung

Page 37: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

28

jawabnya terbatas (limited lialibility), perlindungan hukum (exoneration),

ikut bersalah (contributory neglience) kesalahan yang disengaja (wilfull

misconduct).

a. Beban pembuktian terbalik (burden of proof)

Konsep tanggung jawab praduga bersalah (presumption of

liability concept), penumpang dan/atau pengirim barang tidak perlu

membuktikan kesalahan perusahaan penerbangan, sebab perusahaan

penerbangan telah bersalah. Apabila penumpang dan/atau pengirim

barang harus membuktikan kesalahan perusahaan penerbangan, sudah

pasti tidak akan mungkin berhasil, karena penumpang dan/atau

pengirim barang tidak menguasai teknologi tinggi penerbangan. Dalam

konsep tanggung jawab hukum praduga bersalah (presumption of

liability concept) yang harus membuktikan adanya kesalahan adalah

perusahaan penerbangan yang sering disebut beban pembuktian

terbalik atau biasa disebut juga pembuktian negatif. Perusahaan

penerbangan harus membukukan tidak bersalah (pembuktian negatif).

Apabila perusahaan penerbangan, termasuk karyawan, pegawai, agen

atau perwakilannya dapat membuktikan tidak bersalah, maka

perusahaan penerbangan bebas tidak bertanggung jawab dalam arti

tidak akan membayar ganti rugi yang diderita oleh penumpang

dan/atau pengirim barang sedikitpun juga.

b. Tanggung jawab terbatas (limited liability)

Sebagai konsekuensi konsep tanggung jawab bukum praduga

bersalah (presumption of liability concept), maka perusahaan

penerbangan demi hukum bertanggung jawab, tanpa dibuktikan lebih

dahulu secara hukum terhadap kerugian yang diderita oleh penumpang

dan/atau pengirim barang, namun demikian tanggung jawab

perusahaan penerbangan terbatas sebesar jumlah kerugian yang

ditetapkan dalam konvensi internasional atau peraturan perundang-

undangan nasional yang berlaku, untuk setiap penumpang yang

meninggal dunia atau luka tetap atau sementara atau barang hilang,

Page 38: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

29

musnah, atau tidak dapat digunakan sebagian maupun seluruhnya.

Berapa pun juga kerugian yang diderita oleh penumpang tidak akan

memperoleh ganti rugi seluruhnya.

c. Perlindungan hukum (exoneration)

Sebagaimana disebutkan di muka bahwa dalam tanggung jawab

praduga bersalah (presumption of liability) perusahaan penerbangan

dianggap bersalah, tanpa dibuktikan lebih dahulu, namun demikian

perusahaan penerbangan juga mempunyai hak untuk melindungi diri

(exoneration). Apabila perusahaan penerbangan, termasuk pegawai,

karyawan, agen atau perwakilannya dapat membuktikan tidak bersalah,

maka perusahaan penerbangan bebas bertanggung jawab dan tidak

membayar kerugian yang diderita oleh penumpang dan/atau pengirim

barang.

d. Ikut bersalah (contributary negligence)

Perusahaan penerbangan tidak hanya dapat melindungi diri

(exoneration), tetapi perusahaan penerbangan juga dapat membuktikan

bahwa penumpang dan/atau pengirim barang juga ikut melakukan

kesalahan (contributory negligence). Apabila perusahaan penerbangan,

termasuk pegawai, karyawan, agen maupun perwakilannya dapat

membuktikan bahwa penumpang dan/atau pengirim barang ikut

bersalah (contribute), maka tanggung jawab tidak sepenuhnya

dibebankan kepada perusahaan penerbangan, melainkan dibebankan

pula kepada penumpang, misalnya sudah diperingatkan agar memasang

sabuk pengaman, tetapi penumpang tidak mematuhi pemasangan sabuk

pengaman.

e. Tanggung jawab tidak terbatas (unlimited liability)

Sebagaimana disebutkan di atas, tanggung jawab perusahaan

penerbangan terbatas sejumlah kerugian yang ditetapkan dalam

konvensi internasional atau peraturan perundang-undangan nasional

yang berlaku terhadap kerugian yang diderita oleh penumpang dan/atau

pengirim barang, namun demikian penumpang dan/atau pengirim

Page 39: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

30

barang masih terbuka untuk memperoleh ganti rugi yang lebih besar,

apabila penumpang dan/atau pengirim barang dapat membuktikan

bahwa perusahaan penerbangan termasuk pegawai, karyawan, agen

atau perwakilannya melakukan kesalahan yang disengaja (wilful

misconduct). Apabila penumpang dan/atau pengirim barang dapat

membuktikan perusahaan penerbangan termasuk pegawai, karyawan,

agen atau perwakilannya melakukan kesalahan yang disengaja (wilful

misconduct), maka tanggung jawab perusahaan penerbangan terbatas

(unlimited liability) dalam arti berapa pun juga kerugian yang diderita

oleh penumpang dan/atau pengirim barang harus diganti seluruhnya,

misalnya perusahaan tidak menyediakan jaket pelampung (life jacket),

karena jaket pelampung merupakan no go item dalam pengoperasian

pesawat udara.

3. Tanggung jawab hukum tanpa bersalah (liability without fault)

Konsep tanggung jawab hukum tanpa bersalah (legal liability

without fault concept) atau tanggung jawab hukum mutlak (absolute

liability atau strict liability) digunakan dalam Pasal 44 Tahun 1992,

Konvensi Roma 1952, Protokol Guatemala City 1971, the Liability

Convention of 1972 dan Aircraft Product Liability. Menurut konsep

tanggung jawab tanpa bersalah (legal liability without fault concept),

perusahaan penerbangan bertanggung jawab mutlak terhadap kerugian

yang diderita oleh pihak ketiga, yang timbul akibat kecelakaan pesawat

udara atau jatuhnya barang dan/atau orang dari pesawat udara, tanpa

memerlukan adanya pembuktian lebih dahulu.

Konsep strict liability pertama kali diintrodusir dalam hukum

Indonesia antara lain melalui Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997

tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Yang selanjutnya diubah dengan

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup (“UUPPLH”). Konsep tanggung jawab

hukum tanpa bersalah (legal liability without fault) atau tanggung jawab

mutlak (absolute liability) atau strict liability diterapkan terhadap tanggung

Page 40: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

31

jawab operator pesawat udara kepada pihak ketiga. Dalam konsep

tanggung jawab tanpa bersalah atau tanggung jawab mutlak operator tidak

dapat membebaskan diri kewajiban membayar ganti rugi. Perkataan

kerusakan atau kerugian dapat ditemui dalam Pasal 18, 19, dan 20

Konvensi Warsawa 1929, Konvensi Roma 1952, the Liability Convention

of 1972.

E. Prosedur Penyelesaian Sengketa Konsumen : Non Litigasi dan Litigasi

Sengketa Konsumen adalah sengketa antara konsumen dengan

pelaku usaha (publik atau privat) tentang produk konsumen, barang

dan/atau jasa konsumen tertentu.7 Penyelesaian Sengketa Konsumen

Menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 tahun 1999

membagi penyelesaian sengketa konsumen menjadi 2 bagian, yaitu:

a. penyelesaian sengketa di luar pengadilan

1. Penyelesaian sengketa secara damai oleh para pihak sendiri

Penyelesaian sengketa konsumen sebagaimana dimaksud

pada Pasal 43 Ayat (2) Undang-Undang Perlindungan Konsumen,

tidak menutup kemungkinan dilakukannya penyelesaian secara

damai oleh para pihak yang bersengketa, yaitu pelaku usaha dan

konsumen, tanpa melalui pengadilan atau badan penyelesaian

konsumen, dan sepanjang tidak bertentangan dengan undang-

undang perlindungan konsumen. Bahkan dalam penjelasan pasal

tersebut dikemukakan bahwa pada setiap tahap diusahakan untuk

menggunakan penyelesaian damai oleh kedua belah pihak yang

bersengketa. Dari penjelasan Pasal 45 Ayat (2) Undang-Undang

Perlindungan Konsumen dapat diketahui bahwa Undang-Undang

ini menghendaki agar penyelesaian damai, merupakan upaya

hukum yang justru harus terlebih dahulu diusahakan oleh para

pihak yang bersengketa, sebelum para pihak memilih untuk

7

Az. Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen (Jakarta: Diadit Media, 2002) h. 221

Page 41: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

32

menyelesaiakan sengketa mereka melalui Badan Penyelesaian

Sengketa Konsumen atau badan peradilan.

2. Penyelesaian sengketa melalui lembaga yang berwenang, yaitu

melalui Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen.

Pemerintah membentuk suatu badan baru, yaitu Badan

Penyelesaian Sengketa Konsumen/BPSK, untuk penyelesaian

sengketa konsumen di luar pengadilan. Dengan adanya Badan

Penyelesaian Sengketa Konsumen maka penyelesaian sengketa

konsumen dapat dilakukan secara cepat mudah, dan murah. Cepat

karena undang-undang menentukan dalam tenggang waktu 21 hari

kerja, Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen wajib memberikan

putusannya. Mudah karena prosedur administratif dan proses

pengambilan putusan yang sangat sederhana.8 Murah terletak pada

biaya perkara yang terjangkau.

Setiap konsumen yang merasa dirugikan oleh pelaku usaha

dengan mengadukan masalahnya kepada Badan Penyelesaian

Sengketa Konsumen, baik secara kuasanya maupun oleh ahli

warisnya. Pengaduan yang disampaikan oleh kuasanya atau ahli

warisnya hanya dapat dilakukan apabila konsumen yang

bersangkutan dalam keadaan sakit, meninggal dunia, lanjut usia,

belum dewasa atau warga negara asing.

Pengaduan tersebut dapat disampaikan secara lisan atau

tulisan kepada sekretariat Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen

di kota/kabupaten tempat domisili konsumen atau di

kota/kabupaten terdekat dengan domisili konsumen.

Penyelesaian sengketa konsumen di Badan Penyelesaian

Sengketa Konsumen diselenggarakan semata-mata untuk mencapai

kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya ganti kerugian dan/atau

mengenai tindakan tertentu untuk menjamin tidak akan terulang

8 Yusuf Shofie dan Somi Awan, Sosok Peradilan Konsumen Mengungkap Berbagai

Persoalan Mendasar BPSK (Jakarta: Piramedia, 2004) h. 17

Page 42: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

33

kembali kerugian yang diderita oleh konsumen. Ukuran kerugian

materi yang dialami konsumen ini didasarkan pada besarnya

dampak dari penggunaan produk barang/jasa tersebut terhadap

konsumen. Bentuk jaminan yang dimaksud adalah berupa

pernyataan tertulis yang menerangkan bahwa tidak akan terulang

kembali yang menerangkan bahwa tidak akan terulang perbuatan

yang telah merugikan konsumen tersebut.

Pada prinsipnya penyelesaian sengketa konsumen

diusahakan dapat dilakukan secara damai, sehingga dapat

memuaskan para pihak yang bersengketa (win-win solution).

Menurut Leo Kanowitz, penyelesaian sengketa di luar pengadilan

mempunyai kadar keterikatan kepada aturan main yang bervariasi,

dari yang paling kaku dalam menjalankan aturan main sampai

kepada yang paling relaks.

Selanjutnya, dikemukakan bahwa tidak semua model

penyelesaian sengketa di luar pengadilan/alternatif baik untuk para

yang bersengketa. Suatu penyelesaian sengketa alternatif yang baik

setidak-tidaknya haruslah memenuhi prinsip-prinsip sebagai

berikut:

a. haruslah efisien dari segi waktu;

b. haruslah hemat biaya;

c. haruslah dapat diakses oleh para pihak, misalnya tempatnya

jangan terlalu jauh;

d. haruslah melindungi hak-hak dari para pihak yang bersengketa;

e. haruslah dapat menghasilkan putusan yang adil dan jujur;

f. badan atau orang yang menyelesaikan sengketa haruslah

terpercaya di masyarakat dan para pihak yang bersengketa;

g. putusannya harus final dan mengikat;

h. putusannya haruslah dapat bahkan mudah dieksekusi;

i. putusannya haruslah sesuai dengan perasaan keadilan dari

komunitas di mana penyelesaian sengketa yang dilaksanakan.

Page 43: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

34

Tata cara penyelesaian sengketa konsumen oleh Badan

Penyelesaian Sengketa Konsumen diatur dalam Undang-Undang

No. 8 Tahun 1999 jo. Kepmenperindag No. 350/MPP/12/2001

tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Badan Penyelesaian

Sengketa Konsumen. Proses penyelesaiannya pun diatur sangat

sederhana dan sejauh mungkin dihindari suasana yang formal.

Undang-Undang Perlindungan Konsumen menentukan

apabila telah dipilih upaya penyelesaian sengketa konsumen di luar

pengadilan, gugatan melampaui pengadilan hanya dapat ditempuh

apabila upaya tersebut dinyatakan tidak berhasil oleh salah satu

pihak atau oleh para pihak yang bersengketa.

Dari sekian banyak cara penyelesaian sengketa di luar

pengadilan, Undang-Undang Perlindungan Konsumen hanya

memperkenalkan 3 (tiga) macam yaitu; arbitrase, konsiliasi dan

mediasi yang dibebankan menjadi tugas Badan Penyelesaian

Sengketa Konsumen.

Pasal 54 Ayat (3) Undang-Undang Perlindungan Konsumen

maupun Pasal 42 Ayat (1) Keputusan Menteri Perindustrian dan

Perdagangan Nomor 350/MPP/Kep/12/2001 menyebutkan bahwa

putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen merupakan

putusan yang final dan mempunyai kekuatan hukum yang tetap.

Terhadap putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen ini,

dapat dimintakan eksekusi oleh Badan Penyelesaian Sengketa

Konsumen kepada pengadilan negeri ditempat konsumen yang

dirugikan.

Mengacu pada ketentuan Pasal 54 Ayat (3) Undang-Undang

Perlindungan Konsumen maupun Pasal 42 Ayat (1) Keputusan

Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor

350/MPP/Kep/12/2001, putusan Badan Penyelesaian Sengketa

Konsumen adalah final dan mengikat, dan tidak dimungkinkan lagi

untuk mengajukan banding atau keberatan. Sebaliknya, dalam Pasal

Page 44: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

35

56 Ayat (2) Undang-Undang Perlindungan Konsumen, masih

dibuka peluang untuk mengajukan keberatan kepada pengadilan

negeri, dalam tenggang waktu 14 hari setelah putusan Badan

Penyelesaian Sengketa Konsumen diberitahukan. Permasalahan

timbul karena Undang-Undang Perlindungan Konsumen tidak

menegaskan secara limitatif luas lingkup adanya keberatan

terhadap putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen.

b. Penyelesaian sengketa Konsumen Melalui Proses Litigasi

Manakala upaya perdamaian telah gagal mencapai kata sepakat,

atau para pihak tidak mau lagi menempuh alternatif perdamaian, maka

para pihak dapat menempuh penyelesaian sengketanya melalui

pengadilan.9

Setiap konsumen yang dirugikan dapat menggugat pelaku usaha

melalui lembaga yang bertugas menyelesaikan sengketa antara

konsumen dan pelaku usaha atau melalui peradilan yang berada di

lingkungan peradilan umum. Dengan memerhatikan Pasal 48 Undang-

Undang Perlindungan Konsumen, penyelesaian sengketa konsumen

mengacu pada ketentuan tentang peradilan umum yang berlaku. Jadi

dengan demikian, proses penyelesaian sengketa melalui pengadilan

negeri, dilakukan seperti halnya mengajukan gugatan sengketa perdata

biasa, dengan mengajukan tuntutan ganti kerugian baik berdasarkan

perbuatan melawan hukum, gugatan ingkar janji/wanprestasi atau

kelalaian dari pelaku usaha/produsen yang menimbulkan cidera,

kematian atau kerugian bagi konsumen.

Gugatan perdata ini diajukan melalui pengadilan negeri di

tempat kedudukan konsumen. Dengan berlakunya Undang-Undang

Perlindungan Konsumen, maka konsumen yang akan mengajukan

gugatan kepada pelaku usaha, tidak mengajukan gugatan melalui

pengadilan negeri di tempat kedudukan pelaku usaha yang menjadi

9 Susanti Adi Nugraha, Proses Penyelesaian Sengketa Konsumen di Indonesia Ditinjau

Dari Hukum Acara Serta Kendalanya (Jakarta : Prenada Media Group, 2008) h. 126

Page 45: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

36

tergugat, sebagaimana yang diatur dalam Pasal 118 tetapi diajukan

kepada pengadilan negeri di tempat kedudukan konsumen sebagai

penggugat.

Dengan berlakunya Undang-Undang Perlindungan Konsumen,

ketentuan Pasal 23 jo. Pasal 45 Undang-Undang Perlindungan

Konsumen ini merupakan lex specialis terhadap HIR/Rbg. Sesuai

dengan adagium "lex specialis derogat lex generalis", yang berarti

ketentuan khusus menyimpangkan ketentuan umum, maka ketentuan

Pasal 23 jo. Pasal 45 Undang-Undang Perlindungan Konsumen adalah

ketentuan acara yang harus diterapkan dalam rangka pengajuan

gugatan oleh konsumen kepada pelaku usaha. Terhadap putusan

pengadilan negeri tersebut, dapat diajukan banding dan kemudian

kasasi, sebagaimana perkara perdata biasa.

Ketentuan mengenai prosedur mediasi dalam Peraturan

Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 berlaku dalam proses

berperkara di pengadilan baik dalam lingkungan peradilan umum

maupun peradilan niaga. Semua sengketa perdata yang diajukan ke

pengadilan termasuk perkara perlawanan (verzet) atas putusan verstek

dan perlawanan pihak berperkara (partij verzet) maupun pihak ketiga

(denden verzet) terhadap pelaksanaan putusan yang telah berkekuatan

hukum tetap, wajib terlebih dahulu diupayakan penyelesaian, kecuali

ditentukan lain berdasarkan Peraturan Mahkamah Agung ini.

Pada umumnya proses penyelesaian sengketa melalui litigasi

kurang disukai oleh konsumen karena:

a) Penyelesaian sengketa melalui litigasi pada umumnya lambat

(waste of time). Proses pemeriksaan bersifat sangat formal

(formalistic) dan teknis (technically). Sifat formal dan teknis pada

lembaga peradilan sering mengakibatkan penyelesaian sengketa

yang berlarut-larut, sehingga membutuhkan waktu lama. Apalagi

dalam sengketa bisnis, di tuntut suatu penyelesaian sengketa yang

cepat dan biaya serta bersifat informal procedure.

Page 46: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

37

b) Para pihak menganggap bahwa biaya perkara sangat mahal, apalagi

dikaitkan dengan lamanya penyelesaian sengketa. Semakin lama

penyelesaian suatu perkara akan semakin besar biaya yang akan

dikeluarkan. Orang berperkara di pengadilan harus mengerahkan

segala sumber daya, waktu dan pikiran.

c) Pengadilan sering dianggap kurang tanggap dan kurang responsif

dalam menyelesaikan perkara. Hal itu disebabkan, karena

pengadilan dianggap kurang tanggap membela dan melindungi

kepentingan serta kebutuhan para pihak yang berperkara dan

masyarakat menganggap pengadilan sering tidak berlaku secara

adil.

d) Sering putusan pengadilan tidak dapat menyelesaikan masalah dan

memuaskan para pihak. Hal itu di sebabkan karena dalam suatu

putusan ada pihak yang merasa menang dan kalah, di mana dengan

perasaan menang dan kalah tersebut tidak akan memberikan

kedamaian pada salah satu pihak, melainkan akan menumbuhkan

bibit dendam, permusuhan dan kebencian. Di samping itu, ada

putusan pengadilan yang membingungkan dan tidak memberi

kepastian hukum serta sulit untuk diprediksikan.

e) Kemampuan hakim yang bersifat generalis. Para hakim dianggap

hanya memiliki pengetahuan yang sangat terbatas, hanya

pengetahuan di bidang hukum saja, sehingga sangat mustahil akan

bisa menyelesaikan sengketa atau perkara yang mengandung

kompleksitas di berbagai bidang.

Masuknya sengketa konsumen ke pengadilan negeri

berdasarkan keaktifan salah satu pihak atau para pihak yang

bersengketa, dalam hal ini pelaku usaha atau konsumen. Konsumen

dapat berinisiatif mengajukan gugatan wanprestasi atau perbuatan

melawan hukum (onrechtmatigdaad) terhadap pelaku usaha atas

pelanggaran norma-norma Undang-Undang Perlindungan Konsumen.

Sebaliknya, pelaku usaha tidak diperkenankan menggugat atau

Page 47: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

38

mengajukan gugatan balik (rekonvensi) dengan merujuk pada

pelanggaran konsumen atas norma-norma Undang-Undang

Perlindungan Konsumen, kecuali menyangkut pelanggaran hak-hak

pelaku usaha sebagaimana dimaksud Pasal 6 Undang-Undang

Perlindungan Konsumen.

F. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

Penelitian ini memiliki tinjauan kajian terdahulu, yakni:

1. Skripsi disusun oleh Novia Andriani Program Studi Ilmu Hukum

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta Tahun 2016. Berjudul “Perlindungan Konsumen

Atas Kehilangan Barang (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor

3010 K/Pdt/2014 atas Perkara Konsumen D’Batoe Boutique Hotel)”,

Dalam skripsi ini peneliti memiliki kesamaan yaitu sama-sama

membahas mengenai perlidungan konsumen atas hilangnya barang

yang dimilikinya. akan tetapi yang menjadi perbedaan dalam penelitian

ini yaitu terkait kasus yang diteliti, dimana skripsi ini meneliti kasus

terkait putusan Pengadilan Mahkamah Agung Nomor 3010 K/Pdt/2014

yang membahas perlindungan konsumen dalam bisnis pariwisata usaha

perhotelan sedangkan peneliti meneliti kasus yang terkait Putusan

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Perkara Nomor

172/PDT.G/2009/PN.JKT.PST yang membahas perlindungan

konsumen dalam bisnis penerbangan terkait kehilangan barang.

2. Skripsi disusun oleh Katherine Ruth Ulibasa Hutasoit dari Fakultas

Hukum Universitas Lampung Tahun 2016. Berjudul “Tanggung Jawab

Maskapai Penerbangan Udara Terhadap Penumpang Yang Mengalami

Kehilangan Barang (Studi Pada PT Sriwijaya Airlines)”. Dalam skripsi

ini menerangkan mengenai bentuk tanggung jawab maskapai

penerbangan udara terhadap penumpang yang mengalami kehilangan

barang dan proses penyelesaian klaim terhadap kehilangan barang pada

PT Sriwijaya Airlines sedangkan penelitian peneliti lebih meneliti

Page 48: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

39

perlindungan hukum bagi konsumen angkutan udara apabila terjadi

kehilangan barang di bagasi pesawat dan menganalisis putusan yang

terjadi pada kasus Express Air (Putusan Pengadilan Negeri Jakarta

Pusat Perkara Nomor 172/PDT.G/2009/PN.JKT.PST).

3. Buku yang berjudul “Pertumbuhan Tanggung Jawab Hukum

Pengangkut Udara”, Pengarang Prof. DR. H. Priyatna Abdurrasyid,

SH., Ph.D. Penerbit PT. Fikahati Aneska pada tahun 2013. Buku ini

menjelaskan secara umum mengenai tanggung jawab hukum

pengangkut udara dan membahas lebih rinci mengenai peraturan

pengangkut udara yaitu konvensi warsawa tahun 1929 dan

pembaharuannya seperti Protocol Den Haag (1955), Konvensi

Guadalajara (1961), Protokol Gualatema City (1971), Protokol

Montreal (1975), dan juga membahas Perjanjian-perjanjian antara

perusahaan pengangkut dan peraturan nasional antara lain Perjanjian

Montreal (1966), Perjanjian Malta (1974), Pengadilan Konstitusi Italia

dan Undang-Undang No 274 (1988), Initiatif Jepang (1922), Perjajian

IATA Intercarrier (1955 – 1996) dan Peraturan European Union

2027/97.

4. Jurnal mengenai Perlidungan Konsumen Atas Kerusakan Dan

Kehilangan Bagasi Penumpang Pesawat Udara Oleh Maskapai

Penerbangan (Studi Kasus PT. Metro Batavia Cabang Medan) Oleh

Freddy Luth Putra dkk, Tahun 2013. Dalam jurnal ini menjelaskan

bagaimana bentuk perlindungan konsumen pada pengangkutan udara

dan bagaimana kedudukan pengangkut udara dalam pengangkutan

bagasi, kemudian bagaimana pertanggungjawaban PT. Metro Batavia

terhadap kerusakan dan kehilangan bagasi penumpang sedangkan

penelitian peneliti lebih menganalisis putusan yang terjadi pada kasus

Express Air (Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Perkara Nomor

172/PDT.G/2009/PN.JKT.PST).

Page 49: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

40

BAB III

KEDUDUKAN PT TRAVEL EXPRESS AVIATION SERVICES

DALAM PENGANGKUTAN UDARA

A. Profil PT Travel Express Aviation Services

Maskapai ini didirikan pada tahun 2003, meluncurkan penerbangan

komersil perdananya pada 23 Juni 2003 dengan rute Jakarta-Jayapura.

Tahun 2012 memulai sebuah perjalanan baru untuk Xpress Air dengan

nama merek baru (dari Express Air ke Xpress Air untuk mewakili

maskapai yang lebih modern dan ramah pelanggan), sebuah strategi baru

dan sebuah slogan baru "Terbanglah Indonesia", yang dekat dengan

hatinya memiliki budaya dan tradisi yang sama dengan maskapai ramah

dengan kemajuan dan motivasi modern yang baru.1

Di masa-masa awal operasinya, Express Air hanya menggunakan 2

armada pesawat Boeing 737-200, dan terbang ke kota-kota destinasi di

timur Indonesia, seperti Makassar, Sorong, Ternate, Jayapura dan

Manokwari. Kini, armada Express Air diperkuat dengan Boeing 737-200,

Boeing 737-300, Boeing 737-500, Dornier 328-100 dan Dornier 328-300

yang jumlah keseluruhannya sekitar 14 unit.

Sejak awal mula berdiri, Express Air sudah mempercayakan

perawatan armada pesawatnya kepada PT Aero Nusantara Indonesia

(ANI), yang juga merupakan salah satu pemegang saham dari Express Air.

Saat ini Express Air masuk dalam kategori 2 dalam hal kualitas keamanan

penerbangan oleh Otoritas Penerbangan Sipil Indonesia.

Express Air menjadi maskapai penghubung utama antara pulau

Jawa dengan kota-kota di timur Indonesia melalui Makassar. Kota-kota

utama destinasi Express Air antara lain adalah Sorong, Ternate,

Manokwari dan Jayapura. Walaupun kota-kota tersebut bukan destinasi

populer, namun daerah-daerah tersebut menyimpan kekayaan dan

keindahan yang layak untuk dijelajahi dan dikembangkan oleh para

1 http://www.xpressair.co.id/corporate_profile.php di akses pada Senin, 26 Februari 2018.

Page 50: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

41

penanam saham. Dari situlah Express Air menjalankan visi misi

operasionalnya.

Express Air mengutamakan beberapa nilai dalam layanannya.

Selain keramahan seluruh stafnya mulai dari proses check-in hingga

setelah pendaratan, Express Air juga menawarkan kenyamanan di dalam

armada pesawat kecilnya. Berawal dari maskapai rute domestik, Express

Air juga kemudian merambah ke rute internasional seperti dari Pontianak

ke Kuching, Malaysia.

Rencana ekspansi juga sedang dijalankan oleh maskapai berarmada

Boeing 737 dan Dornier 328 ini. Penambahan armada diharapkan dapat

mengoptimalkan perluasan jaringan ke daerah-daerah di Indonesia Timur,

seperti Papua dan Papua Barat, Maluku, Nusa Tenggara dan Sulawesi,

demikian juga ke wilayah di kepulauan terpencil.

Penumpang Express Air kelas Ekonomi memperoleh hak bagasi

gratis hingga 20 kg dan bawaan kabin seberat hingga 5 kg untuk pesawat

jet Boeing. Untuk pesawat jenis Dornier, penumpang memperoleh hak

bagasi gratis seberat 10 kg dan bawaan kabin hingga 2 kg. Di semua

penerbangan Express Air juga disediakan snacks dan minuman secara

gratis. Khusus penerbangan berdurasi di atas 90 menit, makanan utama

hangat (hot meal) juga disediakan secara gratis.2

B. Peraturan Pengangkutan Udara di Indonesia

1. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata)

Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata),

tanggung jawab hukum diatur dalam Pasal 1365 dan Pasal 1367 Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata. Menurut pasal 1365 dan Pasal 1367

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang biasa disebut perbuatan

melawan hukum (onrechtmatigdaad) setiap perbuatan melawan hukum

yang menimbulkan kerugian terhadap orang lain mewajibkan orang

yang karena perbuatannya menimbulkan kerugian itu mengganti

2 http://bintangmars.web.id/profil-xpress-air/ di akses pada Senin, 26 Februari 2017.

Page 51: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

42

kerugian. Berdasarkan ketentuan tersebut setiap orang harus

bertanggung jawab (liable) secara hukum atas perbuatan sendiri

artinya apabila karena perbuatannya mengakibatkan kerugian kepada

orang lain, maka orang tersebut harus bertanggung jawab (liable)

untuk membayar ganti kerugian yang diderita.3

Menurut Pasal 1367 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

(KUHPerdata), tanggung jawab hukum (legal liability) kepada orang

yang menderita kerugian tidak hanya terbatas perbuatan sendiri,

melainkan juga perbuatan karyawan, pegawai, agen, perwakilannya

yang bertindak untuk dan atas namanya apabila menimbulkan kerugian

kepada orang lain, sepanjang orang tersebut bertindak sesuai dengan

tugas dan kewajiban yang dibebankan kepada orang tersebut.

2. Ordonansi Pengangkutan Udara Stb. 1939-100

Stb.1939 Nomor 100 tentang Ordonansi Pengangkutan Udara

terdiri dari 5 Bab dan 40 Pasal mengatur tanggung jawab hukum

perusahaan penerbangan dalam negeri. Stb.1939 nomor 100 berlaku

sejak konvensi warsawa berlaku 1929 mulai berlaku di Indonesia

tahun 1933 tidak berlaku. Berdasarkan Stb.1939 Nomor 344, Stb.1939

Nomor 100 merupakan pelengkap konvensi Warsawa 1929 untuk

transportasi udara di Indonesia artinya konvensi Warsawa 1929

berlaku untuk penerbangan internasional, sedangkan Stb.1939 Nomor

100 tidak berlaku terhadap transportasi tanpa bayaran, transportasi

yang dimaksudkan untuk Pengangkutan Bagasi percobaan (inaugural

flight), penerbangan luar biasa yang menyimpang dari penerbangan

normal, transportasi pos melalui udara, transportasi dengan pesawat

udara militer, polisi, dan bea cukai.

3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1992 yang mulai berlaku

sejak 25 Mei yang terdiri atas 14 Bab dan 74 pasal tersebut pada

3 Martono, Pengantar Hukum Udara Nasional dan Internasional (Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2007) h. 208

Page 52: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

43

prinsipnya mengatur ketentuan umum, asas dan tujuan, kedaulatan atas

wilayah udara, pembinaan, pendaftaran dan kebangsaan pesawat udara

serta penggunannya sebagai jaminan, penggunaan pesawat udara,

keamanan dan keselamatan penerbangan, bandar udara, pencarian dan

pertolongan kecelakaan pesawat, angkutan udara, dampak lingkungan,

penyidikan dan ketentuan pidana, ketentuan peralihan dan ketentuan

penutup.

4. Peraturan Pemerintah Nomor 40 tahun 1995 tentang Angkutan Udara.

Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1995 tentang

Angkutan Udara diundangkan pada tanggal 17 Nopember 1995 dalam

lembaran Negara Nomor 68. Latar belakang dikeluarkannya produk

hukum ini adalah untuk menindaklanjuti ketentuan yang terdapat di

dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1992, Sebagaimana

dinyatakan dalam konsiderannya bahwa kelahiran Peraturan

Pemerintah Nomor 40 Tahun 1995 adalah untuk melaksanakan

ketentuan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1992 tentang

Penerbangan. Menurut teori perundang-undangan produk hukum ini

adalah bersifat peraturan teknis. Peraturan Pemerintah Nomor 40

Tahun 1995 terdiri dari 10 Bab 49 Pasal yang pada prinsipnya

mengatur ketentuan umum, penyelenggaraan angkutan udara, angkutan

udara niaga, angkutan udara bukan niaga, tarif, wajib angkut, tanggung

jawab pengangkut, pelayanan untuk penyandang cacat dan orang sakit,

ketentuan peralihan, dan ketentuan penutup.

C. Dokumen Pengangkutan Udara dan Pengangkutan Bagasi

Dalam Ordonansi Pengangkut Udara Tahun 1939, dinyatakan

dokumen pengangkutan udara, yaitu sebagai berikut:

1. Tiket Penumpang

Pasal 5 ordonansi penerbangan No 10 Tahun 1939, menyatakan

pengangkut udara untuk penumpang harus memberikan tiket kepada

penumpang, yang harus memuat:

Page 53: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

44

a. tempat dan tanggal pemberian;

b. tempat pemberangkatan dan tempat tujuan;

c. pendaratan-antara yang direncanakan di tempat-tempat di antara

tempat pemberangkatan dan tempat tujuan dengan tidak

mengurangi hak pengangkut udara untuk mengaiukan syarat,

bahwa bila perlu la dapat mengadakan perubahan-perubahan dalam

pendaratan pendaratan itu;

d. nama dan alamat pengangkut atau pengangkut-pengangkut;

e. pemberitahuan bahwa pengangkutan udara tunduk kepada

ketentuan-ketentuan mengenai tanggung-jawab yang diatur oleh

ordonansi ini atau traktat.

Selanjutnya tidak adanya tiket penumpang, kesalahan di

dalamnya atau hilangnya tiket tersebut, tidak mempengaruhi adanya

atau berlakunya perjanjian pengangkutan udara, yang tetap akan

tunduk kepada ketentuan-ketentuan dalam ordonansi ini. Akan tetapi

bila pengangkut udara menerima seorang penumpang tanpa

memberikan tiket penumpang, pengangkut tidak berhak untuk

menunjuk kepada ketentuan-ketentuan dalam ordonansi ini yang

menghapus atau membatasi tanggungjawabnya.

2. Tiket Bagasi (Baggage Claim Tag)

Dalam Pasal 6 Ordonansi Pengangkutan Udara 1939

dinyatakan pengertian bagasi, yaitu semua barang kepunyaan atau di

bawah kekuasaan seorang penumpang, yang olehnya atau atas

namanya diminta untuk diangkut melalui udara, sebelum ia memulai

perjalanan udaranya. Dari pengertian bagasi dikecualikan benda-

benda kecil untuk penggunaan pribadi yang ada pada penumpang atau

dibawa olehnya sendiri. Selanjutnya ditentukan Tiket bagasi dibuat

dalam rangkap dua, satu untuk penumpang, satu lagi untuk pengangkut

udara. Dalam tiket bagasi harus memuat:

a. tempat dan tanggal pemberian;

b. tempat pemberangkatan dan tempat tujuan;

Page 54: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

45

c. nama dan alamat pengangkut atau pengangkut-pengangkut;

d. nomer tiket penumpang;

e. pemberitahuan, bahwa bagasi akan diserahkan kepada pemegang

tiket bagasi;

f. jumlah dan berat barang-barang;

g. harga yang diberitahukan oleh penumpang sesuai dengan ketentuan

dalam pasal 30 ayat (2);

h. pemberitahuan, bahwa pengangkutan bagasi ini tunduk kepada

ketentuan-ketentuan mengenai tanggung jawab yang diatur dalam

ordonansi ini atau traktat.

Meskipun tiket bagasi merupakan salah satu alat bukti atau

dokumen perjanjian pengangkutan udara akan tetapi tidak adanya tiket

bagasi, suatu kesalahan di dalamnya atau hilangnya tiket bagasi, tidak

akan mempengaruhi adanya atau berlakunya perjanjian pengangkutan

udara yang tetap akan tunduk kepada ketentuan-ketentuan dalam

ordonansi ini. Akan tetapi bila pengangkut udara menerima bagasi

untuk diangkut tanpa memberikan tiket bagasi, atau bila tiket ini tidak

memuat keterangan yang dimaksud dalam ayat (4) huruf-huruf d, f dan

h, ia tidak berhak menunjuk kepada ketentuan-ketentuan ordonansi ini

yang menghapus atau membatasi tanggung jawabnya.

3. Surat Muatan Udara.

Selain tiket penumpang dan tiket bagasi, dalam pengangkutan

udara masih ada dokumen pengangkutan yang lain, yaitu surat muatan

udara. Menurut ketentuan Ordonasi Pengangkutan Udara Tahun 1939,

sebagaimana diatur dalam Pasal 7 yang menyatakan, Setiap

pengangkut barang berhak untuk meminta kepada pengirim untuk

membuat dan memberikan surat yang dinamakan "surat muatan

udara". Sedangkan mengenai isi dari surat muatan udara dapat dilihat

dalam ketentuan Pasal 10 Ordonansi Pengangkut Udara yang

menyatakan surat muatan udara harus berisi:

a. tempat dan tanggal surat muatan udara dibuat;

Page 55: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

46

b. tempat pemberangkatan dan tempat tujuan;

c. pendaratan-pendaratan antara yang direncanakan di tempat-tempat

antara kedua tempat tersebut, dengan tidak mengurangi hak

pengangkut udara untuk mengajukan syarat, bahwa bila perlu ia

dapat mengadakan perubahan dalam pendaratan-pendaratan itu;

d. nama dan alamat pengangkut pertama;

e. nama dan alamat pengirim;

f. nama dan alamat penerima, bila perlu;

g. jenis barang;

h. jumlah, cara pembungkusan, tanda-tanda khusus atau nomor

barang-barang, bila perlu;

i. berat juga jumlah atau besar atau ukuran barang-barang; (Lvervoer

II.)

j. keadaan luar barang-barang dan pembungkusnya;

k. biaya pengangkutan udara, bila ditetapkan dengan perjanjian,

tanggal dan tempat pembayaran dan orang-orang yang harus

membayar;

l. jika pengiriman dilakukan dengan jaminan pembayaran

(rembours), harga barang-barang dan jumlah biaya, bila ada;

m. jumlah nilai barang-barang yang dinyatakan sesuai dengan

ketentuan pasal 30 ayat (2);

n. dalam rangkap berapa surat muatan udara dibuat;

o. surat-surat yang diserahkan kepada pengangkut untuk menyertai

barang-barang;

p. lamanya pengangkutan udara dan petunjuk ringkas tentang jalur

penerbangan yang akan ditempuh, bila tentang hal ini telah

diadakan, perjanjian;

q. pemberitahuan bahwa pengangkutan ini tunduk kepada ketentuan-

ketentuan mengenai tanggung-jawab yang diatur dalam ordonansi

ini atau traktat.

Surat Muatan Udara dikenal juga dengan nama Surat Kargo

Udara (SKU), dokumen ini dalam kegiatan penerbangan komersil

memiliki fungsi sebagai prima facie adanya kontrak, penyerahan

kargo, dan penerimaan persyaratan perjanjian, juga merupakan

instruksi kepada pengangkut dimana dan kepada siapa kargo

diserahkan dan siapa yang akan membayar.4

Ketentuan-ketentuan barang yang tidak diperbolehkan

untuk dibawa oleh penumpang harus ditaati. Pemberitahuan tentang

4 Toto. Thohir Suriaatmadja, Pengangkutan Kargo Udara (Bandung: Pustaka Bani

Quraisy, 2005) h. 52

Page 56: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

47

barang ini bertujuan untuk keamanan bersama dalam setiap

penerbangan pihak penumpang dan awak pesawat dilarang

membawa barang-barang berbahaya dan barang-barang berharga ke

dalam pesawat baik sebagai barang tentengan ke dalam kabin ataupun

di dalam bagasi. Barang-barang berbahaya seperti senjata api, segala

benda runcing yang dapat melukai orang, dan benda yang mudah

terbakar.5 Sedangkan barang-barang berharga seperti uang, perhiasan,

serta dokumen penting. Barang-barang yang dibawa oleh

penumpang dalam perjanjian ada 2 (dua) macam, yaitu:6

a. Barang bawaan, ialah barang-barang kecil, yang dapat dibawa

serta oleh penumpang dalam tempat duduknya, misalnya koper

tangan (handback). Adanya barang-barang ini tidak perlu

dilaporkan kepada pengangkut dan terhadap barang-barang ini

tidak dipungut biaya.

b. Barang-barang bagasi ialah barang-barang yang dilaporkan kepada

pengangkut dan untuk itu penumpang mendapat tanda pengenal

bagasi. Sampai berat tertentu penumpang dapat melaporkan barang

bagasi tanpa biaya.

5 Desmond Hutagaol, Pengantar Penerbangan Perspektif Profesional (Jakarta: Penerbit

Erlangga, 2013) h. 123

6 H. M. N Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 3 Hukum

Pengangkutan (Jakarta: Penerbit Djambatan, 2003) h. 96

Page 57: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

48

BAB IV

ANALISIS YURIDIS PUTUSAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA

PUSAT PERKARA NOMOR 172/PDT.G/2009/PN.JKT.PST

A. Posisi Kasus

Perkara dalam Putusan Pengadilan Negeri Nomor

172/PDT.G/2009/PN.JKT.PST merupakan putusan mengenai sengketa

hilangnya bagasi tercatat di bagasi pesawat, dengan Penggugat yaitu Erwin

Rengga SH, seorang advokat beralamat di Jalan Tanjung Duren Timur No

4A, Jakarta Barat dan Tergugat yaitu PT Travel Express Aviation Services

yang bergerak di bidang jasa transportasi udara beralamat di Palazzo

Office Park, Jalan Benyamin Sueb Blok A No. A11, Kemayoran, Jakarta.

Peristiwa hilanganya bagasi tercatat milik Erwin Rengga yaitu ketika

Erwin Rengga menggunakan jasa penerbangan yaitu PT Travel Aviation

Services pada tanggal 24 Desember 2008 dari Jakarta menuju Manokwari.

Pada saat itu Erwin Rengga menitipkan barangnya yang berisikan pakaian-

pakaian, tas pakaian, satu set sarung bantal, satu unit telepon seluler

beserta pengisi baterai telepon selulernya di bagasi pesawat. Nilai total

dari seluruh barang tersebut mencapai Rp. 6.799.000.,- (enam juta tujuh

ratus sembilan puluh sembilan ribu rupiah).

Begitu sampainya di tujuan, Penggugat menuju tempat

pengambilan bagasi, alangkah terkejutnya Penggugat karena bagasi

miliknya sebagaimana tersebut tidak diketemukan di tempat pengambilan

bagasi milik Tergugat pada hal pada saat itu dalam tanggung jawab dan

pengawasan Tergugat. Penggugat mencoba menanyakan kepada petugas

Tergugat tentang keberadaan bagasi miliknya dengan menunjukkan “tanda

bukti pengenal bagasi” yang dimiliki oleh Penggugat, Bahwa oleh

Tergugat diberitahukan bagasi Penggugat ada dalam tumpukan bagasi

penumpang lain dan sulit untuk diambil, kemudian Penggugat disarankan

oleh petugas Tergugat untuk mengambilnya pada keesokan hari.

Page 58: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

49

Ketika kesesokan harinya Penggugat kembali menyanyakan barang

bagasi miliknya, akan tetapi tetap tidak diketahui barang bagasi tersebut

keberadaannya. Atas perbuatan Tergugat yang tidak menyerahkan barang

bagasi milik Penggugat sesampainya di tempat tujuan dengan alasan

dalam tumpukan bagasi penumpang lain dan sulit untuk diambil, maka

selayaknya Tergugat dinyatakan oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat

telah melakukan perbuatan melawan hukum [onrechtmatigedaad], yang

mengakibatkan hilangnya barang bagasi milik Pengugat.

Perbuatan Tergugat tersebut juga melanggar Pasal 4 Undang-

Undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, yang antara

lain berbunyi [1] hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam

mengkonsumsi barang dan/atau jasa; [2] hak untuk memilih barang

dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai

dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan; [3] hak atas

informasi yang benar, jelas, dan jujur mengani kondisi dan jaminan barang

dan/atau jas.

Penggugat pada tanggal 24, 29 Desember 2008 dan tanggal 3

Januari 2009 telah melaporkan kehilangan bagasi tersebut di atas kepada

Tergugat yang seharusnya menyerah terimakan bagasi tersebut kepada

Penggugat setibanya di pelabuhan udara Manokwari, akan tetapi sampai

gugatan ini diajukan barang bagasi milik Penggugat tersebut tidak juga

diketahui keberadaannya. Bahwa dari kejadian tersebut Penggugat telah

berusaha menghubungi pihak Tergugat untuk meminta pertanggung

jawaban Tergugat melalui surat tertanggal 4 Januari 2009 dan tertanggal

13 Januari 2009, terhadap hilangnya barang bagasi milik Penggugat

tersebut karena pada saat selama berada dalam tanggung jawab Tergugat

lagi pula sebagai pangguna jasa pihak Tergugat harus menjamin keamanan

milik dari pengguna jasa sebagaimana juga yang diisyaratkan oleh

Undang-Undang Perlindungan Konsumen 1999 (Undang-Undang No.8

Tahun 1999), dan akibat Tergugat tidak menyerahkan barang bagasi milik

Page 59: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

50

Penggugat pada saat Penggugat tiba di tempat tujuan, yang hingga saat

gugatan ini diajukan tidak pernah ditemukan jalan keluarnya.

Sebagaimana yang tertera didalam tiket Syarat-Syarat Peraturan

Dalam Negeri butir 6.c. yang menyebutkan “Semua tuntutan ganti

kerugian harus dapat dibuktikan besarnya yang di derita, tanggung jawab

terbatas untuk kehilangan dan kerusakan bagasi diterapkan sejumlah

maksimum Rp.20.000,- (dua puluh ribu) per kilogram;”. Bahwasannya

aturan tersebut tidak dapat dibenarkan karena bukan merupakan

kesepakatan atau perjanjian yang melibatkan persetujuan dari kedua belah

pihak melainkan hanya sepihak saja yang pada saat itu Penggugat mau

atau tidak mau harus menerimanya akibat keadaan terpaksa serta

dikarenakan kondisi dan keadaan yang ada. Jadi kesepakatan sebagaimana

tersebut diatas tidaklah dapat dibenarkan dan sangat bertentangan dengan

peraturan perundang-undangan (Kitab Undang-Undang Hukum Perdata),

sehingga kesepakatan tersebut mengadung cacat hukum sehingga tidak sah

dan akibatnya adalah batal demi hukum.

Dari kejadian tersebut diatas Penggugat sangat dirugikan baik

secara materiil dan imateriil baik yang dilakukan dengan sengaja ataupun

karena kelalaiannya pihak Tergugat. Di lain hal Penggugat sebagai

seorang penganut agama Kristen dan barang dalam bagasi tersebut

merupakan pendukung dalam kegiatan perayaan Hari Raya Natal Tahun

2008 dan Tahun Baru 2009, yang tidak mungkin akan kembali, maka

kerugian yang dialami oleh Penggugat berupa materiil maupun moriil/

immataeriil sepatutnya dibebankan kepada Tergugat.

Adapun kerugian materiil dari Penggugat adalah berupa :

1. 4 (empat) helai gaun wanita :Rp.1.200.000,

2. 6 (enam) helai kemeja wanita :Rp.1.500.000,

3. 7 (tujuh) helai kaus wanita :Rp.1.050.000,

4. 1 (satu) helai celana panjang jeans wanita :Rp. 189.000,

5. 1 (satu) helai kemeja kerja pria :Rp. 260.000,

6. 1 (satu) helai kaus pria :Rp. 200.000,

Page 60: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

51

7. 2 (dua) helai celana panjang jeans pria :Rp. 600.000,

8. 1 (satu) helai celana panjang bahan pria :Rp. 200.000,

9. 1 (satu) unit telepon selular :Rp.1.100.000,

10. 1 (satu) set sarung bantal :Rp. 100.000,

11. 1 (satu) unit pengisi baterai telepon selular :Rp. 100.000,

12. 1 (satu) buah tas pakaian : Rp. 300.000,

Total sebesar :Rp.6.799.000,

(enam juta tujuh ratus sembilan puluh sembilan ribu rupiah)

Adapun kerugian moriil/immateriil, jika diperhitungkan dengan

nilai materi yang harus juga dibayarkan dengan seketika secara tunai dan

kontan oleh Tergugat kepada Penggugat adalah sebesar

Rp.10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) yang nilai tersebut berupa

rasa kecemasan dari Penggugat yang hingga saat ini barang bagasi hak

miliknya belum ada kepastian tentang keberadaannya/tidak ditemukan dan

hilangnya kemanfaat dari isi bagasi tersebut yang akan Penggugat gunakan

dalam perayaan Hari Raya Natal 2008 dan Tahun Baru 2009.

Dengan demikian keseluruhan kerugian yang dialami oleh

Penggugat yang harus dibayar oleh Tergugat dengan seketika secara tunai

dan kontan, baik berupa materiil maupun moriil/immateril adalah

Rp.6.799.000,- (enam juta tujuh ratus sembilan puluh sembilan ribu

rupiah) + Rp.10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) =

Rp.10.006.799.000,- (sepuluh milyar enam juta tujuh ratus sembilan puluh

sembilan rupiah). Selain itu mohon kiranya Ketua Pengadilan Negeri

Jakarta Pusat di Jakarta untuk menetapkan uang paksa (dwangsom)

sebesar Rp.1.000.000,- (satu juta rupiah) setiap harinya yang harus

dibayarkan oleh Tergugat kepada Penggugat secara tunai dan kontan

waktu seketika, manakala Tergugat lalai atau terlambat menjalankan

kewajibannya setelah putusan dalam perkara ini mempunyai kekuatan

hukum yang tetap dan pasti (in kracht van gewijsde).

Page 61: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

52

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas Penggugat mohon kepada

Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Pusat cq. Majelis Hakim yang mengadili

perkara ini agar memberikan putusan sebagai berikut:

1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya.

2. Menyatakan secara hukum bahwa Tergugat telah melakukan perbuatan

melawan hukum sehingga merugikan Penggugat.

3. Menyatakan secara hukum bahwa selama barang bagasi milik

Penggugat dititipan dengan sah didalam penitipan yang dikelola oleh

Tergugat adalah merupakan tanggung jawab Tergugat sepenuhnya atas

telah terjadinya kehilangan.

4. Menyatakan secara hukum bahwa kesepakatan sebagaimana yang

tertera dalam tanda bukti tiket Syarat-Syarat Peraturan Dalam Negeri

butir 6.c. yang menyebutkan: “Semua tuntutan ganti kerugian harus

dapat dibuktikan besarnya yang di derita, tanggung jawab terbatas

untuk kehilangan dan kerusakan bagasi diterapkan sejumlah

maksimum Rp.20.000,- (dua puluh ribu) per kilogram.” adalah cacat

hukum sehingga tidak sah oleh karenanya batal demi hukum.

5. Menghukum Tergugat untuk membayar ganti rugi materiil kepada

Penggugat akibat kelalaian dari Tergugat karena tidak diserah

terimakan barang bagasi Penggugat setibanya di tempat tujuan,

sehingga hilangnya barang bagasi milik Penggugat sebesar (enam juta

tujuh ratus sembilan puluh sembilan ribu rupiah) dengan seketika

secara tunai dan kontan.

6. Menghukum pula Tergugat untuk membayar kerugian

moriil/immaterial kepada Penggugat sebesar Rp.10.000.000.000,-

(sepuluh milyar rupiah) dengan seketika secara tunai dan kontan.

7. Menetapkan dan menghukum Tergugat untuk membayar uang paksa

(dwangsom) sebesar Rp.1.000.000,- (satu juta rupiah) perharinya

kepada Penggugat dengan seketika secara tunai dan kontan menakala

Tergugat lalai atau terlambat menjalankan putusan dalam perkara ini

Page 62: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

53

setelah mempunyai kekuatan hukum yang tetap dan pasti (inkrach van

gewijsde).

8. Menghukum Tergugat untuk membayar biaya yang ditimbulkan dalam

perkara ini, Apabila pengadilan berpendapat lain, mohon putusan yang

seadil-adilnya.

B. Pertimbangan dan Putusan Hakim

Pertimbangan hakim merupakan salah satu aspek terpenting dalam

menentukan terwujudnya nilai dari suatu putusan hakim yang mengandung

keadilan (ex aequo et bono) dan mengandung kepastian hukum, di

samping itu juga mengandung manfaat bagi para pihak yang bersangkutan

sehingga pertimbangan hakim ini harus disikapi dengan teliti, baik, dan

cermat1. Pada kasus ini Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat

telah memberikan pertimbangan sebagai berikut:

1. bahwa setelah Majelis Hakim meneliti dengan seksama materi gugatan

a quo ternyata bahwa peristiwa yang menjadi dasar gugatan a quo

adalah kelalaian Tergugat menyerahkan kembali barang bagasi milik

Penggugat setibanya ditempat tujuan yang mengakibatkan hilangnya

bagasi milik Penggugat setelah mempergunakan jasa penerbangan

dengan rute Jakarta-Manokwari yang dikelola/dioperasionalkan oleh

Tergugat.

2. berdasarkan peristiwa yang menjadi dasar gugatan tersebut, maka dalil

Perbuatan Melawan Hukum dalam gugatan a quo adalah sudah tepat

dan benar, sedangkan pembelian tiket pesawat sebagaimana didalilkan

Tergugat dalam eksepsinya hanyalah merupakan rangkaian dari

Perbuatan Melawan Hukum sebagaimana didalilkan oleh Penggugat.

3. Terhadap petitum Penggugat No. 3 Majelis Hakim mempertimbangkan

bahwa petitum tersebut secara implisit sudah dipertimbangkan bahwa

bagasi penumpang (Penggugat) yang dititipkan kepada Tergugat (Vide

1 Mukri Arto, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2004) h. 140

Page 63: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

54

bukti P-2) adalah menjadi tanggung jawab Tergugat sepenuhnya,

termasuk hilangnya bagasi tersebut dan oleh karenanya petitum No. 3

juga harus dikabulkan.

4. Terhadap tuntutan ganti rugi materiil sebagaimana tertuang dalam

petitum Penggugat No. 5, Majelis Hakim mempertimbangkan bahwa

oleh karena tidak terdapat alat bukti yang dapat membuktikan rincian

barang yang hilang sebagaimana didalilkan oleh Penggugat, maka

dengan mengacu pada Syarat-syarat Perjanjian Peraturan Dalam

Negeri butir 6.c (bukti surat T-2, T-4a dan T-4b), ganti rugi terhadap

bagasi yang hilang tersebut diperhitungkan sebesar Rp. 20.000,- (Dua

Puluh Ribu Rupiah) per kilogram.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, Hakim Pengadilan Negeri

Jakarta Pusat dalam rapat musyawarah Majelis Hakim pada hari Selasa

tanggal 26 September 2009 oleh NANI INDRAWATI, SH, M.Hum selaku

Ketua Majelis. H. DASNIEL, S.H dan JUPRIYADI, S.H, M.Hum

masing-masing sebagai Hakim Anggota mengadili perkara tersebut dalam

Putusan Nomor 172/PDT.G/2009/PN.JKT.PST yaitu:

1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk sebagian.

2. Menyatakan Tergugat telah melakukan Perbuatan Melawan Hukum

yang merugikan Penggugat.

3. Menyatakan secara hukum bahwa selama bagasi milik Penggugat

berada dalam penitipan yang dikelola oleh Tergugat adalah merupakan

tanggungjawab Tergugat sepenuhnya atas telah terjadinya kehilangan.

4. Menghukum Tergugat untuk membayar ganti rugi materiil kepada

Penggugat sebesar Rp. 140.000,- (seratus empat puluh ribu rupiah).

5. Menghukum Tergugat untuk membayar ganti rugi moril/immateriil

kepada Penggugat sebesar Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah).

6. Menghukum Tergugat untuk membayar biaya perkara, yang hingga

kini diperhitungkan sebesar Rp.161.000,- (seratus enam puluh satu

ribu rupiah).

7. Menolak gugatan Penggugat selain dan selebihnya.

Page 64: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

55

C. Analisis Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Nomor

Perkara 172/PDT.G/2009/PN.JKT.PST

1. Menurut Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen

Bahwasannya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen dapat menjadi payung hukum bagi

masyarakat selaku konsumen. Berdasarkan putusan diatas, dengan

meninjau dari Undang-Undang Perlindungan Konsumen, seharusnya

gugatan perdata ini diajukan melalui pengadilan negeri di tempat

konsumen. Dengan berlakunya Undang-Undang Perlindungan

Konsumen, ketentuan pasal 23 jo. pasal 45 Undang-Undang

Perlindungan Konsumen ini merupakan lex specialis terhadap

HIR/Rbg. Sesuai dengan adagium “lex specialis derogat lex generalis”

yang berarti ketentuan khusus mengenyampingkan ketentuan umum,

maka ketentuan pasal 23 jo. pasal 45 Undang-Undang Perlindungan

Kosumen adalah ketentuan acara yang harus diterapkan dalam rangka

pengajuan gugatan oleh konsumen kepada pelaku usaha.

Bahwasannya hakim telah berusaha mendamaikan kedua belah

pihak yang berperkara melalui proses mediasi sesuai dengan ketentuan

dalam Peraturan Mahkamah Agung No. 1 Tahun 2008 jo. Peraturan

Mahkamah Agung No. 1 Tahun 2016 Tentang Prosedur Mediasi di

Pengadilan dengan menunjuk sdr. Bayu Isdiyatmoko, SH. Hakim

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat sebagai Mediator, akan tetapi usaha

itu tidak berhasil, oleh karenanya pemeriksaan perkara ini dilanjutkan

dengan membacakan surat gugatan Penggugat (Erwin Rengga)

tertanggal 07 Mei 2009 tersebut, yang isinya tetap dipertahankan oleh

Penggugat.

Begitu pun seharusnya hakim menerapkan Undang-Undang

Perlindungan Konsumen pada putusan ini seperti dalam posita

penggugat no.4 karena disini Erwin Rengga berhak mendapatkan ganti

Page 65: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

56

rugi selaku konsumen jasa angkutan udara telah dirugikan oleh pelaku

usaha (PT Travel Express Aviation Services) yaitu kehilangan bagasi

tercatatnya ketika tiba di bandara Manokwari. PT Travel Express

Aviation Services telah jelas melanggar Undang-Undang No.8 Tahun

1999 yaitu pada Pasal 4 yang berbunyi:

a. hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam

mengkonsumsi barang dan/atau jasa

b. hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang

dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta

jaminan yang dijanjikan

c. hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi

dan jaminan barang dan/atau jasa.

Dengan tercantumnya pasal di atas maka PT Travel Express

Aviation Services sebagai pelaku usaha telah menghilangkan bagasi

tercatat milik Erwin Rengga sebagai konsumen dan mengganggu

kenyamanan Erwin Rengga dalam berpergian. Atas hilangnya barang

bagasi milik Erwin Rengga tersebut, PT Travel Express Aviation

Services harus bertanggung jawab sesuai Undang-Undang No.8 Tahun

1999 Pasal 19 ayat (1) dan (2) yang berbunyi:

1. Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas

kerusakan, pencemaran, dan/atau kerugian konsumen akibat

mengkonsumsi barang dan/atau jasa yang dihasilkan atau

diperdagangkan.

2. Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa

pengembalian uang atau penggantian barang dan/atau jasa yang

sejenis atau setara nilainya, atau perawatan kesehatan dan/atau

pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Dengan begitu seharusnya pelaku usaha dihukum sesuai

dengan pasal di atas yaitu penggantian barang yang sejenis atau setara

nilainya akan tetapi pelaku usaha (PT Travel Express Aviation

Services) tidak menjalankan kewajibannya yaitu bertanggung jawab

atas barang yang dititipkan oleh Erwin Rengga. Padahal di dalam

putusan Erwin telah memenuhi syarat-syarat pembuktian dengan

lengkap dari P-1 sampai dengan P-11 dengan begitu memang sudah

Page 66: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

57

menjadi tanggung jawab PT Travel Aviation Services atas hilangnya

barang milik konsumen.

Sesuai dengan ketentuan di atas pula Erwin Rengga menuntut

PT Travel Express Aviation Services agar bertanggung jawab untuk

mengganti kerugian setara dengan nilai yang dirugikan. Dengan

demikian bila dilihat secara logika, seharusnya Erwin Rengga

mendapatkan penggantian sebesar Rp.6.799.000,- (enam juta tujuh

ratus sembilan puluh sembilan ribu rupiah) agar kondisinya sebagai

konsumen menjadi seperti semula.

Seharusnya hakim dalam lembaga peradilan dapat menekankan

kerugian yang dialami konsumen agar dapat memberikan perlindungan

terhadap kepentingan dari setiap individu dengan memaksa pelaku

usaha untuk menjalankan kewajibannya dengan cara menjatuhkan

putusan secara adil dan sesuai fungsi hukum.

Sesuai dengan, teori hukum utilitarianisme yang dipelopori

oleh Jeremy Bentham yang menggunakan prinsip “the greates

happiness to the greatest number of people” yang memberi arti kepada

keadilan sebagai pencapaian kesenangan/ manfaat yang sebesar-

besarnya dengan menekan sekuat mungkin unsur kerugian.2

Demikian pula disebutkan dalam firman Allah SWT dalam ayat

berikut:

1. QS. al-Maidah [5]:1:

“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu.

Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan

dibacakan kepadamu. (Yang demikian itu) dengan tidak

2 Munir Fuady, Dinamika Teori Hukum (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010) h. 98

Page 67: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

58

menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji.

Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang

dikehendaki-Nya.”

Dengan begitu seharusnya PT Travel Express Aviation

Services memenuhi akad-akad (perjanjian) sebagai pelaku usaha

untuk menjamin dan melindungi hak-hak konsumen seperti hak

atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam

mengkonsumsi barang dan/atau jasa (Pasal 4 Undang-Undang No.8

Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen).

2. QS. al-Isra' [17]: 34:

“Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali

dengan cara yang lebih baik (bermanfaat) sampai ia dewasa

dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta

pertanggungan jawabnya”

Seperti arti ayat yang tercantum di atas yaitu “penuhilah

janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan

jawabnya”. PT Travel Express Aviation Services harus memenuhi

janji atau kewajibannya yaitu mengembalikan bagasi tercatat milik

Erwin Rengga setibanya di bandara Manokwari akan tetapi ketika

Erwin Rengga sampai di tujuan, bagasi miliknya hilang. PT Travel

Express Aviation Services dengan jelas telah menghilangkan

bagasinya dan harus bertanggung jawab apa yang telah dialami

oleh Erwin Rengga.

3. Demikian pula disebutkan dalam hadits Anas Radhiyallahu anhu

mengenai ganti rugi dengan barang yang serupa:

Dari Anas Radhiyallahu anhu ia berkata, “Salah seorang

istri Nabi Shallallahu „alaihi wa sallam menghadiahkan kepada

Page 68: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

59

beliau makanan yang diletakkan di suatu wadah. Kemudian Aisyah

memukul wadah itu dengan tangannya dan menumpahkan isinya.

Maka Nabi Shallallahu „alaihi wa sallam bersabda, “Makanan

diganti dengan makanan, wadah diganti dengan wadah”.

Dalam Pasal 19 ayat (3) yang berbunyi “Pemberian ganti rugi

dilaksanakan dalam tenggang waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal

transaksi”, maka seharusnya PT Travel Express Aviation Services

mengganti kerugian yang dialami Erwin Rengga dalam waktu kurang

dari 7 hari akan tetapi yang terjadi lebih dari 7 hari PT Travel Express

Aviation Services belum mengganti kerugiannya sampai Erwin

Rengga menggugat sengketanya ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

Menurut Pasal 1365 KUHPerdata “tiap perbuatan melanggar

hukum, yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan

orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu mengganti

kerugian” yang dimana ketentuan ini menganut asas hukum bahwa

penggantian kerugian dalam hal yang terjadinya suatu perbuatan

hukum bersifat wajib. Dari bunyi pasal 1365 KUHPerdata tersebut

juga dapat ditarik unsur-unsur perbuatan melawan hukum sebagai

berikut:

1. Adanya perbuatan melawan hukum

Sangat jelas sekali bahwasannya PT Travel Express

Aviation Services telah melakukan perbuatan hukum dengan

melanggar Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen, Undang-Undang No. 15 Tahun 1992

tentang Penerbangan dan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor

40 Tahun 1995 tentang Angkutan Udara.

2. Adanya kesalahan

Kesalahan yang dilakukan oleh PT Travel Express Aviation

Services adalah menghilangkan barang bagasi tercatat milik Erwin

Rengga sebagai konsumen.

3. Adanya hubungan sebab akibat antara kerugian dan perbuatan

Page 69: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

60

Kelalaian yang dilakukan PT Travel Express Aviation

Services mengakibatkan hilangnya bagasi tercatat milik Erwin

Rengga.

4. Adanya kerugian

Atas kelalaian PT Travel Express Aviation Services dengan

menghilangkan bagasi tercatat milik konsumen, maka Erwin

Rengga mengalami kerugian sebesar Rp.6.799.000,- (enam juta

tujuh ratus sembilan puluh sembilan ribu rupiah).

Langkah yang diambil oleh Erwin Rengga sebagai konsumen

dalam menuntut PT Travel Express Aviation Services melalui litigasi

(Pengadilan Negeri Jakarta Pusat) sesuai dengan Pasal 45 Undang-

Undang Perlindungan Konsumen yang berbunyi:

1. Setiap konsumen yang dirugikan dapat menggugat pelaku usaha

melalui lembaga yang bertugas menyelesaikan sengketa

antara konsumen dan pelaku usaha atau melalui peradilan

yang berada di lingkungan peradilan umum.

2. Penyelesaian sengketa konsumen dapat ditempuh melalui

pengadilan atau berdasarkan pilihan sukarela para pihak yang

bersengketa.

Penulis tidak setuju dengan putusan hakim karena dalam

pertimbangannya hakim tidak menerapkan dan tidak sesuai dengan

Undang-Undang Perlindungan Konsumen yang dimana berlaku pada

setiap pelaku usaha dan konsumen termasuk dalam sengketa yang

dialami Erwin Rengga dan PT Travel Express Aviation Services. Di

samping itu, Undang­Undang Perlindungan Konsumen merupakan

payung yang mengintegrasikan dan memperkuat penegakan hukum di

bidang perlindungan konsumen.

2. Menurut Undang-Undang No. 15 Tahun 1992 tentang

Penerbangan dan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1995

tentang Angkutan Udara.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1995 Pasal 41

Ayat (2) dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1992 Pasal 42 yang

Page 70: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

61

berisikan mengenai pengangkut harus mengganti kerugian atas bagasi

atau barang yang hilang atau rusak yang dimiliki oleh penumpang.

Tidak hanya itu saja, di dalam Ordonansi Pengangkutan Udara 1939

juga mengatur hal tersebut pada pasal 25 yang berbunyi: ”Pengangkut

bertanggung jawab untuk kerugian yang timbul sebagai akibat dari

kehancuran, kehilangan atau kerusakan bagasi atau barang, bila

kejadian yang menyebabkan kerugian itu terjadi selama pengangkutan

udara.”

Padahal sudah tertera dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun

1992 Pasal 44 ayat (1) bahwa “Jumlah ganti rugi untuk kerugian

bagasi tercatat, termasuk kerugian karena kelambatan dibatasi setinggi-

tingginya Rp 100.000,00 (seratus ribu rupiah) untuk setiap kilogram.”

Dengan aturan di atas telah jelas bahwasannya hakim seharusnya

memutus perkara mengenai ganti kerugian penumpang dengan

mempertimbangkan jumlah harga ganti barang perkilogramnya dan

Penggugat tidak setuju dalam petitumnya bahwa untuk mengganti

kerugiannya dengan jumlah Rp. 20.000,00 perkilogamnya karena isi

dari bagasi milik Penggugat banyak berisikan pakaian-pakaian, tas

pakaian dan lain-lain. Di satu sisi pihak Tergugat pun merelakan untuk

diselesaikan permasalahan ganti rugi bagasi tercatat dengan Undang-

Undang Nomor 15 Tahun 1992 Pasal 44 ayat (1). Akan tetapi Tergugat

keliru dalam menentukan pasal untuk pengganti rugian bagasi tercatat

yang hilang yaitu bukan Pasal 44 ayat (2) tentang bagasi kabin

melainkan seharusnya Pasal 44 ayat (1).

Di dalam aturan baru untungnya telah merubah Undang-

Undang di atas yaitu Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 77 Tahun

2011 tentang tanggung jawab pengangkut angkutan udara mengatur

mengenai jumlah ganti kerugian terhadap penumpang kehilangan

bagasi tercatat atau isi bagasi tercatat atau bagasi tercatat musnah

diberikan ganti kerugian sebesar Rp. 200.000,00 (dua ratus ribu

Page 71: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

62

rupiah) per kg dan paling banyak Rp. 4.000.000,00 (empat juta rupiah)

per penumpang.

Hak konsumen/penumpang yang tertuang dalam Ordonansi

Penerbangan Udara 1939 adalah seorang penumpang dalam perjanjian

angkutan udara tentunya mempunyai hak untuk diangkut ke tempat

tujuan dengan pesawat udara yang telah ditunjuk atau dimaksudkan

dalam perjanjian angkutan udara yang bersangkutan. Di samping itu

juga penumpang atau ahli warisnya berhak untuk menuntut ganti rugi

atas kerugian yang dideritanya sebagai akibat adanya kecelakaan

penerbangan atas pesawat udara yang bersangkutan.

Selain itu hak-hak penumpang lainnya adalah menerima

dokumen yang menyatakannya sebagai penumpang, mendapatkan

pelayanan yang baik, memperoleh keamanan dan keselamatan selama

dalam proses pengangkutan dan lain-lain. Adapun kewajiban

konsumen/penumpang sebagai salah satu pihak dalam perjanjian

angkutan udara maka penumpang memiliki kewajiban-kewajiban

sebagai berikut:

a. Membayar uang angkutan, kecuali ditentukan sebaliknya

b. Mengindahkan petunjuk-petunjuk dari pengangkut udara atau dari

pegawai-pegawainya yang berwenang untuk itu

c. Menunjukan tiketnya kepada pegawai-pegawai pengakut udara

setiap saat apabila diminta

d. Tunduk kepada peraturan-peraturan pengangkut udara mengenai

syarat-syarat umum perjanjian angkutan muatan udara yang

disetujuinya

e. Memberitahukan kepada pengangkut udara tentang barang-barang

berbahaya atau barang-barang terlarang yang dibawa naik sebagai

bagasi tercatat atau sebagai bagasi tangan, termasuk pula barang-

barang terlarang yang ada pada dirinya.

Dalam Ordonansi Pengangkutan Udara Nomor 10 Tahun 1939

menyatakan dokumen pengangkutan udara yaitu tiket penumpang,

Page 72: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

63

tiket bagasi, dan surat muatan udara. Dikarenakan tiket menjadi salah

satu bukti adanya perjanjian angkutan udara antara penumpang dan

pengangkut maka PT Travel Express Aviation Services memiliki

kewajiban dan tanggung jawab kepada Erwin Rengga sebagai

konsumen. Karena ketika pembuktian di persidangan Erwin

menunjukkan tiket pesawat dan tiket bagasi miliknya.

Berdasarkan ketentuan Pasal 5 Ayat (2) Ordonansi

Pengangkutan Udara yang menyebutkan apabila pengangkut udara

menerima bagasi untuk diangkut tanpa memberikan suatu tiket bagasi

maka dia tidak berhak untuk mempergunakan ketentuan-ketentuan

Ordonansi Pengangkut Udara yang meniadakan atau membatasi

tanggung jawabnya, maka dalam pembuktian yang dilakukan Erwin

Rengga dalam menuntut PT Travel Express Aviation Services

(pengangkut udara) di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat sah karena

memiliki tiket bagasi untuk menunjukkan bahwa bagasi tercatat

miliknya telah hilang.

Tidak hanya dalam Undang-Undang Pelindungan Konsumen

saja yang mengatur tenggang waktu penggantian rugi, dalam Pasal 16

Ayat (3) Ordonansi Pengangkutan Udara juga mengatur hal tersebut

yaitu “Bila hilangnya barang-barang diakui oleh pengangkut, atau bila

barang-barang tidak datang setelah lewat waktu 7 hari setelah barang-

barang seharusnya tiba, maka penerima berhak menuntut pengangkut

atas apa yang menjadi haknya berdasarkan perjanjian pengangkutan

udara. Dengan undang-undang di atas, maka hal yang dilakukan Erwin

Rengga sangat tepat yaitu menuntut PT Travel Express Aviation

Services untuk mendapatkan hak yang seharusnya dimiliki Erwin

Rengga.

Berbeda dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1992 dan

Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1995 belum mengatur tentang

tenggang waktu penumpang untuk meminta ganti rugi, sedangkan

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 pasal 174 ayat (3) dan (4) dan

Page 73: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

64

Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 77 Tahun 2011 5 ayat (2) telah

mengatur mengenai tenggang waktu penumpang untuk meminta rugi

yaitu dalam waktu 14 hari kalender sejak tanggal dan kedatangan

penumpang di bandar udara tujuan.

Apabila ditinjau dari segi tanggung jawab, sangatlah jelas

bahwa ini merupakan tanggung jawab mutlak karena pengangkut harus

bertanggung jawab atas setiap kerugian yang timbul dalam

pengangkutan yang diselenggarakannya tanpa keharusan pembuktian

ada tidaknya kesalahan pengangkut. Prinsip ini tidak mengenal beban

pembuktian, unsur kesalahan tidak perlu disoalkan. Pengangkut tidak

mungkin bebas dari tanggung jawab dengan alasan apapun yang

menimbulkan kerugian itu. Prinsip ini dapat dirumuskan dengan

kalimat: “Pengangkut bertanggung jawab atas setiap kerugian yang

timbul karena peristiwa apapun dalam penyelenggaraan pengangkutan

ini”.

Mengenai tanggung jawab pun telah disebutkan dalam firman

Allah QS. Al-Mudatsir ayat 38:

Tiap-tiap diri bertanggungjawab atas apa yang telah diperbuatnya”

(QS. Al-Mudatstsir: 38)

D. Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Angkutan Udara

Dari analisis sengketa yang dialami Erwin Rengga di atas maka

bisa diketahui bentuk dan pelaksanaan perlindungan hukum bagi

konsumen angkutan udara apabila terjadi kehilangan barang di bagasi

pesawat. Pengangkutan barang yang disebut juga sebagai bagasi adalah

suatu bentuk pelayanan perusahaan penerbangan. Hampir semua

penumpang membawa barang atau bagasinya masing-masing baik itu

barang keperluan sehari-hari maupun barang yang akan dijual kembali.

Barang-barang tersebut bermacam-macam jenisnya baik itu pakaian, alat

Page 74: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

65

elektronik, perhiasan, furnitur, dan lain-lain. Semuanya bernilai ekonomis.

Barang atau bagasi ini dibedakan menjadi dua, yaitu bagasi kabin dan

bagasi tercatat. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya mengenai

bagasi kabin dan bagasi tercatat.

Di dalam pelayanan bagasi ini pada penerbangan tentu saja sering

terjadi sesuatu diluar yang diinginkan maskapai maupun penumpang, yaitu

misalnya terjadi kehilangan bagasi penumpang. Kerugian yang terjadi

pada penumpang tersebut dalam perspektif hukum merupakan salah satu

bentuk pelanggaran hukum dan itu adalah merupakan tanggung jawab

pengangkut dan sudah diatur dalam undang-undang yang berlaku saat ini.

Penumpang berhak menuntut ganti rugi atas kerugian yang di

dapatnya. Semua itu telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun

1999 tentang Perlindungan Konsumen, Peraturan Pemerintah Nomor 40

Tahun 1995 Tentang Angkutan Udara, Undang-Undang Nomor 15 Tahun

1992 Tentang Penerbangan dan Ordonasi Pengangkutan Udara 1939.

Mulai dari tanggung jawab pelaku usaha atau pengangkut, hak dan

kewajiban pelaku usaha atau pengangkut, ganti rugi kepada konsumen

atau penumpang dan lain-lain.

Apabila terjadi hilang atau rusaknya barang di bagasi pesawat

maka bisa melakukan prosedur untuk melakukan klaim barang bawaan

yang hilang, yaitu3:

1. Buat laporan kehilangan. Penumpang dapat langsung menemui pihak

maskapai dan menyatakan kehilangan. Jangan lupa berikan informasi

selengkap-lengkapnya mengenai waktu keberangkatan, kelas

penumpang dan sebagainya. Bawalah identitas dan boarding pass yang

masih ada sebagai bukti untuk memperkuat laporan.

2. Jangan lupa dengan rincian barang bawaan. Deskripsikan barang

tersebut mulai dari warna, desain, ukuran, fitur dan lain-lain.

3https://www.tiket2.com/blog/apa-yang-harus-dilakukan-saat-barang-bawaan-anda-

hilang-saat-penerbangan/ diakses pada tanggal 2 April 2018 pada pukul 18.00 WIB

Page 75: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

66

Deskripsikan secara detil untuk mempermudah pihak maskapai dalam

pencarian.

3. Urus klaim secepatnya. Segera lakukan klaim terhadap koper atau tas

agar maskapai dapat mengganti rugi barang-barang penting yang

hilang.

4. Klaim juga asuransi perjalanan bagi penumpang yang memilikinya dan

jika asuransi perjalanan yang dimiliki penumpang memberikan fitur

asuransi bagasi, segera lakukan klaim.

5. Apabila tidak ada respon positif terhadap laporan yang telah dibuat

maka dapat mengajukan laporan ke pengadilan atau melakukan upaya

hukum diluar pengadilan.

Diatas merupakan beberapa upaya langsung yang dapat dilakukan

oleh penumpang untuk menindak lanjuti bagasinya yang hilang atau rusak.

Penumpang sebagai konsumen maskapai penerbangan yang ingin

melakukan atau mengajukan gugatan atas bagasi yang hilang dapat

melalui proses pengadilan (litigasi) sesuai dengan pasal 48 Undang-

Undang Perlindungan Konsumen dan di luar pengadilan (non litigasi)

diatur dalam pasal 47 Undang-Undang Perlindungan Konsumen yaitu

melalui Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen yang dimana badan

hukum yang menyelesaikan permasalahan konsumen di luar pengadilan

secara murah, cepat dan sederhana.

Page 76: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

67

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian bab I sampai bab IV di atas, pada akhirnya

peneliti menyimpulkan bahwa:

1. Bahwa dalam hukum positif di Indonesia sudah terdapat beberapa

peraturan perundang-undangan yang mengatur dan memberikan

perlindungan hukum terhadap penumpang angkutan udara, peraturan

tersebut antara lain Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1992 Tentang

Penerbangan, Ordonasi Pengangkutan Udara 1939, Peraturan

Pemerintah Nomor 40 Tahun 1995 Tentang Angkutan Udara, dan

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2009 Tentang Perlindungan

Konsumen. Aturan tersebut telah dibuat untuk memberikan

perlindungan terhadap konsumen atau penumpang. Dalam Undang-

Undang Perlindungan Konsumen sudah tertera prosedur penyelesaian

sengketa antara pengangkut dan penumpang yaitu dengan cara

nonlitigasi (mediasi, konsiliasi dan arbitrase) dan litigasi (mengajukan

gugatan ke pengadilan).

2. Dalam putusan majelis hakim pada Perkara Nomor

172/PDT.G/2009/PN.JKT.PST dalam pertimbangannya hakim tidak

menerapkan dan tidak sesuai Undang-Undang Perlindungan

Konsumen yang dimana berlaku pada setiap pelaku usaha dan

konsumen termasuk dalam sengketa yang dialami Erwin Rengga dan

PT Travel Express Aviation Services dan kurang sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai tanggung jawab

pengangkut udara. Putusan hakim tidak memberikan keadilan dan

keseimbangan hukum bagi konsumen yang dimana kerugian

konsumen merupakan tanggung jawab pelaku usaha. Apabila dikaitkan

dengan teori tanggung jawab yang terjadi maka hal ini termasuk

tanggung jawab mutlak yang dimana apabila penumpang mengalami

Page 77: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

68

kerugian apabila terjadi kecelakaan yang berakibat kematian atau luka-

luka dan tanggung jawab terhadap barang bagasi tanpa adanya

pembuktian lebih dahulu dan pengangkut tidak dapat membebaskan

diri kewajiban membayar ganti rugi.

B. Rekomendasi

1. Sebaiknya pengangkut udara (pelaku usaha) memeriksa barang apa

saja yang ada di dalam koper, tas dan sebagainya milik konsumen

yang akan dimasukkan ke dalam bagasi tercatat pesawat agar bisa

dipertanggungjawabkan oleh pihak pengangkut udara maupun

konsumen apabila terjadi kehilangan barang di bagasi pesawat.

2. Sebaiknya semua sengketa yang terjadi antara pelaku usaha

(pengangkut udara) dan konsumen (penumpang) tidak diselesaikan

dengan penggantian rugi atas hilang barang penumpang di bagasi

pesawat dengan cara menghitung dalam satuan Kilogram (Kg)

karena tidak sebanding dengan kerugian asli yang terdapat dalam

bagasi tercatat penumpang.

3. Pengangkut udara dalam hal menangani kerugian berupa hilangnya

barang penumpang di bagasi pesawat diharapkan tidak mengulur

waktu dan langsung menanggapi keluhan penumpang sebagai

konsumen yang mengalami kerugian yang dideritanya. Penumpang

hendaknya mempunyai rasa kritis apabila mengalami kerugian atas

hilangnya barang dan menuntut haknya tersebut melalui Badan

Penyelesaian Sengketa Konsumen atau Pengadilan agar tidak

menganggap remeh penumpang selaku konsumen.

4. Pengangkut udara sebaiknya lebih meningkatkan pegawasan

terhadap barang-barang yang disimpan dalam bagasi mulai dari

penumpang memberikan barang ke pegawai maskapai, barang

disimpan dalam bagasi dan pada saat penumpang mengambil

barang di terminal kedatangan bandar udara yang dituju.

Page 78: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

69

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Ali, Zainuddin, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2010.

Amiruddin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT Grafindo Persada,

2004.

Arto, Mukri, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama, Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2004.

Fuady, Munir, Dinamika Teori Hukum, Bogor: Ghalia Indonesia, 2010.

Hartono, Sri Redjeki, Kapita Selekta Hukum Ekonomi, Bandung: Mandar Maju,

2000.

Hutagaol, Desmond, Pengantar Penerbangan Perspektif Profesional, Jakarta:

Penerbit Erlangga, 2013.

Kusumaatmadja, Mochtar, Pengantar Hukum Internasional, Bandung: Binacipta,

1997.

Martono, Hukum Udara Perdata Nasional Dan Internasional, Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2016.

Martono, Pengantar Hukum Udara Nasional dan Internasional, Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2007.

Marzuki, Peter Mahmud, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana, 2010.

Miru, Ahmad, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2007.

Muhammad, Abdulkadir, Hukum Pengangkutan Darat, Laut, dan Udara,

Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1991.

Nasution, Az, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta: Diadit Media, 2002.

Page 79: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

70

Nasution, Az, Konsumen dan Hukum: Tinjauan Sosial, Ekonomi dan Hukum pada

Perlindungan Konsumen Indonesia, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995.

Nugraha, Susanti Adi, Proses Penyelesaian Sengketa Konsumen di Indonesia

Ditinjau Dari Hukum Acara Serta Kendalanya, Jakarta: Prenada Media

Group, 2008.

Purwosutjipto, H. M. N, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 3 Hukum

Pengangkutan, Jakarta: Penerbit Djambatan, 2003.

Shofie, Yusuf, Sosok Peradilan Konsumen Mengungkap Berbagai Persoalan

Mendasar BPSK, Jakarta: Piramedia, 2004.

Soekanto, Soejono dan Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif-suatu Tinjauan

Singkat, Jakarta: Rajawali Pers, 1985.

Soekanto, Soejono, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Universitas Indonesia

Pers, 1986

Soemitro, Hanitijo Ronny, Metodelogi Penelitian Hukum dan Jumetri, Jakarta:

Ghalia Indonesia, 1990.

Sudaryatmo, Liku-Liku Perjalanan Undang-Undang Perlindungan Konsumen,

Jakarta: Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, 2001.

Suriaatmadja, Toto Thohir, Pengangkutan Kargo Udara, Bandung: Pustaka Bani

Quraisy, 2005.

Wiradipraja, E. Saefullah, Tanggung Jawab Pengangkut Dalam Hukum

Pengangkutan Udara Internasional Dan Nasional, Yogyakarta: Liberty

Yogyakarta, 1989.

Peraturan Perundang-Undangan :

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Ordonasi Pengangkutan Udara 1939

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1992 Tentang Penerbangan

Page 80: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

71

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1995 Tentang Angkutan Udara

Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 Tentang Prosedur Mediasi di

Pengadilan

Internet:

http://www.xpressair.co.id/corporate_profile.php di akses pada Senin, 26 Februari

2018.

http://bintangmars.web.id/profil-xpress-air/ di akses pada Senin, 26 Februari

2018.

https://www.tiket2.com/blog/apa-yang-harus-dilakukan-saat-barang-bawaan-

anda-hilang-saat-penerbangan/ diakses pada Senin, 2 April 2018.

Page 81: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

P U T U S A NNomor : 172/PDT.G/2009/PN.JKT.PST

“ DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA “

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang berwenang memeriksa dan mengadili perkara-

perkara perdata secara gugatan dalam peradilan tingkat pertama telah menjatuhkan putusan

sebagai berikut dalam perkara antara :

ERWIN RENGGA SH, Advokat, beralamat di Jalan Tanjung Duren Timur No.4A, Jakarta

Barat, dalam hal ini diwakili oleh kuasanya: Daniel Kusuma,

S.H, M.M., dan Yohannes Hadi Chandra, S.H. merupakan

Advokat dan Konsultan Hukum pada Kantor Hukum “DANIEL

KUSUMA & REKAN”, beralamat di Jl. Kyai Caringin Blok

A/15C, Jakarta Pusat, berdasarkan Surat Kuasa Khusus, tertanggal

15 April 2009, untuk selanjutnya disebut sebagai :

PENGGUGAT;

M e l a w a n :

PT. TRAVEL EXPRESS AVIATION SERVICES, yang bergerak dibidang jasa

transportasi udara, beralamat di Palazo Office Park, Jalan

Benyamin Sueb Blok A No. A11, Kemayoran, Jakarta, 10120,

untuk selanjutnya disebut sebagai : TERGUGAT;

Pengadilan Negeri tersebut;

Telah mempelajari surat-surat dalam perkara ini;

Telah mendengar kedua belah pihak dan para saksi di persidangan;

Telah memperhatikan kejadian-kejadian di persidangan;

TENTANG DUDUK PERKARA :

Menimbang, bahwa Penggugat dengan surat gugatannya tertanggal 07 Mei 2009

yang telah didaftarkan dalam register Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No.172/

Pdt/G/2009/PN.JKT.PST tanggal 13 Mei 2009 sebagaimana telah mengemukakan hal-hal

sebagai berikut :

I. FAKTA HUKUM

1

Halaman 1 dari halaman 29 Putusan No.172/Pdt.G/2009/PN.Jkt.Pst.

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1

Page 82: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

1 Bahwa Penggugat adalah salah satu pengguna jasa atau konsumen (penumpang)

pesawat yang dioperasionalkan oleh TERGUGAT, rute Jakarta – Manokwari dengan

Nomor Tiket: 626 1100 460 108 6, pada tanggal 24 Desember 2008;

2 Bahwa dalam mengoperasionalkan pesawat, Tergugat juga mengelola/

mengoperasionalkan jasa penitipan barang bagasi bagi penumpang (konsumen),

barang bagasi penumpang (konsumen) yang dititipkan tersebut harus diserahkan/

dikembalikan kepada penumpang setibanya di tempat tujuan

3 Bahwa dalam penerbangan tersebut Penggugat adalah pemilik barang bagasi dengan

tanda bukti pengenal bagasi Manokwari XA 06-72-22, yang dalam bagasi tersebut

berisikan:

1 4 (empat) helai gaun wanita;

2 6 (enam) helai kemeja wanita;

3 7 (tujuh) helai kaus wanita;

4 1 (satu) helai celana panjang jeans wanita;

5 1 (satu) helai kemeja kerja pria;

6 1 (satu) helai kaus pria;

7 2 (dua) helai celana panjang jeans pria;

8 1 (satu) helai celana panjang bahan pria

9 1 (satu) unit telepon selular ;

10 1 (satu) set sarung bantal;

11 1 (satu) unit pengisi baterai telepon selular;

12 1 (satu) buah tas pakaian

4 Bahwa dengan adanya jasa penitipan bagasi yang dikelola/dioperasikan oleh

Tergugat tersebut, maka sejak itu pula segala resiko terhadap barang bagasi

penumpang yang menggunakan jasa Tergugat adalah menjadi tanggung jawab dan

dilimpahkan sepenuhnya kepada yang menyediakan jasa dalam hal ini Tergugat ;

5 Bahwa sesampainya Penggugat tanggal 24 Desember 2008 di pelabuhan udara

Manokwari, dan Penggugat menuju tempat pengambilan bagasi, alangkah

terkejutnya Penggugat karena bagasi miliknya sebagaimana tersebut tidak

diketemukan di tempat pengambilan bagasi milik Tergugat pada hal pada saat itu

dalam tanggung jawab dan pengawasan Tergugat ;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2

Page 83: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.idII. PERBUATAN MELAWAN HUKUM TERGUGAT

6 Bahwa Penggugat mencoba menanyakan kepada petugas Tergugat tentang

keberadaan barang bagasi miliknya dengan menunjukkan “tanda bukti pengenal

bagasi” yang dimiliki oleh Penggugat, Bahwa oleh Tergugat diberitahukan bagasi

Penggugat ada dalam tumpukan bagasi penumpang lain dan sulit untuk diambil,

kemudian Penggugat disarankan oleh petugas Tergugat untuk mengambilnya pada

keesokan hari;

7 Bahwa kesesokan harinya Penggugat kembali menyanyakan barang bagaasi

miliknya, akan tetapi tetap tidak diketahui barang bagasi tersebut keberadaannya;

8 Bahwa atas perbuatan Tergugat yang tidak menyerahkan barang bagasi milik

Penggugat sesampainya di tempat tujuan dengan alasan dalam tumpukan bagasi

penumpang lain dan sulit untuk diambil, maka selayaknya Tergugat dinyatakan oleh

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat telah melakukan perbuatan melawan hukum

[onrechtmatigedaad], yang mengakibatkan hilangnya barang bagasi milik Pengugat;

9 Perbuatan TERGUGAT tersebut juga melanggar Pasal 4 UU No.8/1999, Tentang

Perlindungan Konsumen, yang antara lain berbunyi [1] hak atas kenyamanan,

keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa; [2] hak

untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut

sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan; [3] hak atas

informasi yang benar, jelas, dan jujur mengani kondisi dan jaminan barang dan/atau

jas;.

10 Penggugat pada tanggal 24, 29 Desember 2008 dan tanggal 3 Januari 2009 telah

melaporkan kehilangan bagasi tersebut di atas kepada Tergugat yang seharusnya

menyerah terimakan bagasi tersebut kepada Penggugat setibanya di pelabuhan udara

Manokwari, akan tetapi sampai gugatan ini diajukan barang bagasi milik Penggugat

tersebut tidak juga diketahui keberadaannya;

11 Bahwa dari kejadian tersebut Penggugat telah berusaha menghubungi pihak

Tergugat untuk meminta pertanggung jawaban Tergugat melalui surat tertanggal 4

Januari 2009 dan tertanggal 13 Januari 2009, terhadap hilangnya barang bagasi

milik Penggugat tersebut karena pada saat selama berada dalam tanggung jawab

Tergugat lagi pula sebagai pangguna jasa pihak Tergugat harus menjamin keamanan

milik dari pengguna jasa sebagaimana juga yang diisyaratkan oleh undang-undang

Perlindungan Konsumen 1999 (Undang-Undang No.8 Tahun 1999), dan akibat

Tergugat tidak menyerahkan barang bagasi milik Penggugat pada saat Penggugat

3

Halaman 3 dari halaman 29 Putusan No.172/Pdt.G/2009/PN.Jkt.Pst.

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3

Page 84: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

tiba di tempat tujuan, yang hingga saat gugatan ini diajukan tidak pernah ditemukan

jalan keluarnya;

12 Bahwa sebagaimana yang tertera didalam tiket Syarat-Syarat Peraturan Dalam

Negeri butir 6.c. yang menyebutkan “Semua tuntutan ganti kerugian harus dapat

dibuktikan besarnya yang di derita, tanggung jawab terbatas untuk kehilangan dan

kerusakan bagasi diterapkan sejumlah maksimum Rp.20.000,- (dua puluh ribu) per

kilogram;

Bahwa aturan tersebut tidak dapat dibenarkan karena bukan merupakan kesepakatan

atau perjanjian yang melibatkan persetujuan dari kedua belah pihak melainkan hanya

sepihak saja yang pada saat itu Penggugat mau atau tidak mau harus menerimanya

akibat keadaan terpaksa serta dikarenakan kondisi dan keadaan yang ada. Jadi

kesepakatan sebagaimana tersebut diatas tidaklah dapat dibenarkan dan sangat

bertentangan dengan peraturan perundang-undangan (kitab Undang-Undang Hukum

Perdata), sehingga kesepakatan tersebut mengadung cacat hukum sehingga tidak sah dan

akibatnya adalah batal demi hukum;

III. KERUGIAN PENGGUGAT

13 Bahwa dari kejadian tersebut diatas Penggugat sangat dirugikan baik secara materiil

dan imateriil baik yang dilakukan dengan sengaja ataupun karena kelalaiannya

pihak Tergugat. Dilain hal Penggugat sebagai seorang penganut agama Kristen dan

barang dalam bagasi tersebut merupakan pendukung dalam kegiatan perayaan Hari

Raya Natal Tahun 2008 dan Tahun Baru 2009, yang tidak mungkin akan kembali,

maka kerugian yang dialami oleh Penggugat berupa materiil maupun moriil/

immataeriil sepatutnya dibebankan kepada Tergugat;

Adapun kerugian materiil dari Penggugat adalah berupa :

1 4 (empat) helai gaun wanita; Rp.1.200.000,-

2 6 (enam) helai kemeja wanita; Rp.1.500.000,-

3 7 (tujuh) helai kaus wanita; Rp.1.050.000,-

4 1 (satu) helai celana panjang jeans wanita; Rp. 189.000,-

5 1 (satu) helai kemeja kerja pria; Rp. 260.000,-

6 1 (satu) helai kaus pria; Rp. 200.000,-

7 2 (dua) helai celana panjang jeans pria; Rp. 600.000,-

8 1 (satu) helai celana panjang bahan pria Rp. 200.000,-

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4

Page 85: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

9 1 (satu) unit telepon selular; Rp.1.100.000,-

10 1 (satu) set sarung bantal; Rp. 100.000,-

11 1 (satu) unit pengisi baterai telepon selular; Rp. 100.000,-

12 1 (satu) buah tas pakaian Rp. 300.000,- +

Total sebesar Rp. 6.799.000,-

(enam juta tujuh ratus sembilan puluh sembilan ribu rupiah)

Adapun kerugian moriil/immateriil, jika diperhitungkan dengan nilai materi yang

harus juga dibayarkan dengan seketika secara tunai dan kontan oleh Tergugat kepada

Penggugat adalah sebesar Rp.10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) yang nilai

tersebut berupa rasa kecemasan dari Penggugat yang hingga saat ini barang bagasi hak

miliknya belum ada kepastian tentang keberadaannya/tidak ditemukan dan hilangnya

kemanfaat dari isi bagasi tersebut yang akan Penggugat gunakan dalam perayaan Hari

Raya Natal 2008 dan Tahun Baru 2009;

14 Bahwa dengan demikian keseluruhan kerugian yang dialami oleh Penggugat yang

harus dibayar oleh Tergugat dengan seketika secara tunai dan kontan, baik berupa

materiil maupun moriil/immateril adalah Rp.6.799.000,- (enam juta tujuh ratus

sembilan puluh sembilan ribu rupiah) + Rp.10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah)

= Rp.10.006.799.000,- (sepuluh milyar enam juta tujuh ratus sembilan puluh

sembilan rupiah);

15 Bahwa selain itu mohon kiranya Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Pusat di Jakarta

untuk menetapkan uang paksa (dwangsom) sebesar Rp.1.000.000,- (satu juta

rupiah) setiap harinya yang harus dibayarkan oleh Tergugat kepada Penggugat

secara tunai dan kontan waktu seketika, manakala Tergugat lalai atau terlambat

menjalankan kewajibannya setelah putusan dalam perkara ini mempunyai kekuatan

hukum yang tetap dan pasti (in kracht van gewijsde);

16 Bahwa agar gugatan Penggugat tidak sia-sia dan untuk menjamin agar Tergugat

tidak ingkar terhadap apa yang harus menjadi kewajibannya, maka Penggugat

mohon kepada Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Pusat di Jakarta kiranya dapat

meletakkan sita jaminan (conservatoir beslag) terhadap tanah dan bangunan yang

berada diatasnya milik dari Tergugat yang terletak di Palazo Office Park, Jalan

Benyamin Sueb Blok A No. A11, Kemayoran, Jakarta, 10120;

5

Halaman 5 dari halaman 29 Putusan No.172/Pdt.G/2009/PN.Jkt.Pst.

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5

Page 86: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

17 Bahwa karena gugatan Penggugat telah didukung dengan alat bukti yang tertulis dan

kebenarannya tidak dapat disangkal lagi maka tidaklah terlalu berlebihan jika

Penggugat mohon kepada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat di Jakarta agar

menetapkan bahwa putusan dalam perkara ini dapat dijalankan terlebih dahulu/serta

merta (Uit Voerbaar bij vorraad) walaupun Tergugat mengajukan banding, verzet,

kasasi maupun upaya hukum lainnya;

IV. TUNTUTAN

Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut diatas Penggugat mohon kepada Ketua Pengadilan

Negeri Jakarta Pusat cq. Majelis Hakim yang mengadili perkara ini agar memberikan

putusan sebagai berikut :

1 Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya;

2 Menyatakan secara hukum bahwa Tergugat telah melakukan perbuatan melawan

hukum sehingga merugikan Penggugat;

3 Menyatakan secara hukum bahwa selama barang bagasi milik Penggugat diititipan

dengan sah didalam penitipan yang dikelola oleh Tergugat adalah merupakan

tanggung jawab Tergugat sepenuhnya atas telah terjadinya kehilangan;

4 Menyatakan secara hukum bahwa kesepakatan sebagaimana yang tertera dalam

tanda bukti tiket Syarat-Syarat Peraturan Dalam Negeri butir 6.c. yang

menyebutkan : “ Semua tuntutan ganti kerugian harus dapat dibuktikan besarnya

yang di derita, tanggung jawab terbatas untuk kehilangan dan kerusakan bagasi

diterapkan sejumlah maksimum Rp.20.000,- (dua puluh ribu) per kilogram.” adalah

cacat hukum sehingga tidak sah oleh karenanya batal demi hukum;

5 Menghukum Tergugat untuk membayar ganti rugi materiil kepada Penggugat akibat

kelalaian dari Tergugat karena tidak diserah terimakan barang bagasi Penggugat

setibanya di tempat tujuan, sehingga hilangnya barang bagasi milik Penggugat yang

terperinci :

1 4 (empat) helai gaun wanita; Rp.1.200.000,-

2 6 (enam) helai kemeja wanita; Rp.1.500.000,-

3 7 (tujuh) helai kaus wanita; Rp.1.050.000,-

4 1 (satu) helai celana panjang jeans wanita; Rp. 189.000,-

5 1 (satu) helai kemeja kerja pria; Rp. 260.000,-

6 1 (satu) helai kaus pria; Rp. 200.000,-

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6

Page 87: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

7 2 (dua) helai celana panjang jeans pria; Rp. 600.000,-

8 1 (satu) helai celana panjang bahan pria Rp. 200.000,-

9 1 (satu) unit telepon selular ; Rp.1.100.000,-

10 1 (satu) set sarung bantal; Rp. 100.000,-

11 1 (satu) unit pengisi baterai telepon selular; Rp. 100.000,-

12 1 (satu) buah tas pakaian Rp. 300.000,- +

Sebesar Rp. 6.799.000,-

(enam juta tujuh ratus sembilan puluh sembilan ribu rupiah) dengan seketika secara

tunai dan kontan;

6 Menghukum pula Tergugat untuk membayar kerugian moriil/immaterial kepada

Penggugat sebesar Rp.10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) dengan seketika

secara tunai dan kontan;

7 Menetapkan dan menghukum Tergugat untuk membayar uang paksa (dwangsom)

sebesar Rp.1.000.000,- (satu juta rupiah) perharinya kepada Penggugat dengan

seketika secara tunai dan kontan menakala Tergugat lalai atau terlambat menjalankan

putusan dalam perkara ini setelah mempunyai kekuatan hukum yang tetap dan pasti

(inkrach van gewijsde);

8 Menyatakan sah dan berharga sita jaminan (conservatoir beslag) terhadap tanah dan

bangunan yang berada diatasnya hak milik Tergugat berupa tanah dan bangunan yang

berada di Palazo Office Park, Jalan Benyamin Sueb Blok A No. A11, Kemayoran,

Jakarta, 10120;

9 Menetapkan secara hukum bahwa putusan perkara ini dapat dijalankan terlebih dahulu/

sertamerta (Uit Voerbaar bij vorraad) walaupun Tergugat mengajukan banding, verzet,

kasasi maupun upaya hukum lainnya;

10 Menghukum Tergugat untuk membayar biaya yang ditimbulkan dalam perkara ini;

Apabila pengadilan berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya;

Menimbang, bahwa pada hari sidang yang telah ditentukan pihak pihak Penggugat

datang menghadap kuasanya: Daniel Kusuma, SH.MM dan Yohanes Adi Chandra, SH,

sedangkan untuk pihak Tergugat datang menghadap kuasanya: Peter Kurniawan, SH., Dakili

E. Pattipeilohy, SH dan Llalu Bayu, SH, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal 03 Juni

2009;

7

Halaman 7 dari halaman 29 Putusan No.172/Pdt.G/2009/PN.Jkt.Pst.

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7

Page 88: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Menimbang, bahwa Majelis Hakim telah berusaha mendamaikan kedua belah pihak

yang berperkara melalui proses Mediasi sesuai dengan ketentuan dalam PERMA No. 1

Tahun 2008 dengan menunjuk sdr. Bayu Isdiyatmoko, SH. Hakim Pengadilan Negeri

Jakarta Pusat sebagai Mediator, akan tetapi usaha itu tidak berhasil, oleh karenanya

pemeriksaan perkara ini dilanjutkan dengan membacakan surat gugatan Penggugat

tertanggal 07 Mei 2009 tersebut, yang isinya tetap dipertahankan oleh Penggugat;

Menimbang, bahwa terhadap gugatan Penggugat tersebut, Tergugat melalui

kuasanya telah mengajukan jawaban secara tertulis tertanggal 01 Juli 2009 pada pokoknya

sebagai berikut :

Bahwa TERGUGAT menolak dengan tegas seluruh dalil-dalil PENGGUGAT dalam

Gugatan a quo, kecuali yang diakui secara tegas dalam Jawaban a quo.

Adapun alasan-alasan TERGUGAT dalam Jawaban a quo adalah sebagai berikut:

DALAM EKSEPSI :

GUGATAN A QUO KABUR (OBSCUUR LIBEL)

1 Bahwa pokok permasalahan dalam Gugatan a quo adalah mengenai hilangnya barang

bagasi milik PENGGUGAT pada saat PENGGUGAT menggunakan jasa angkutan udara

milik TERGUGAT dengan rute penerbangan dari Jakarta menuju Manokwari pada

tanggal 24 Desember 2008, yang mana menurut PENGGUGAT hal tersebut adalah

akibat perbuatan melawan hukum TERGUGAT (quod non), sehingga Gugatan a quo

yang diajukan oleh PENGGUGAT terhadap TERGUGAT adalah gugatan perbuatan

melawan hukum. Hal ini terlihat dari judul Gugatan a quo dan butir 2 Petitum Gugatan

a quo;

Kutipan butir 2 Petitum Gugatan a quo berbunyi :

“Menyatakan secara hukum bahwa Tergugat telah melakukan perbuatan melawan

hukum sehingga merugikan Penggugat”;

2 Bahwa TERGUGAT menolak dengan tegas dalil-dalil PENGGUGAT pada butir 2 dan

butir 4 halaman 1 dan 2 Gugatan a quo yang menyatakan bahwa TERGUGAT

mengelola/mengoperasionalkan jasa penitipan barang bagasi bagi penumpang, karena

hal tersebut tidak benar dan tidak berdasar hukum;

3 Bahwa hubungan hukum antara PENGGUGAT dan TERGUGAT bukan hubungan

perjanjian jasa penitipan barang bagasi, tetapi hubungan perjanjian pengangkutan udara,

dimana TERGUGAT selaku pihak pengangkut dan PENGGUGAT selaku penumpang

atau pengguna jasa angkutan udara milik TERGUGAT. Dengan demikian, hal-hal yang

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8

Page 89: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

berkaitan dengan penyelenggaraan pengangkutan udara tersebut tunduk pada perjanjian

angkutan udara in casu tiket pesawat. Hal ini sejalan dengan asas pacta sunt servanda

sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Acara

Perdata, yaitu suatu perjanjian yang ada diantara para pihak berlaku sebagai undang-

undang bagi mereka;

Pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Perdata, berbunyi:

“ Semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang

bagi mereka yang membuatnya.

Persetujuan-persetujuan itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat

kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang oleh undang-undang

dinyatakan cukup untuk itu.

Persetujuan-persetujuan harus dilaksanakan dengan itikad baik.”

4 Bahwa oleh karena hubungan hukum antara PENGGUGAT dan TERGUGAT adalah

berdasarkan suatu perjanjian, maka jika terdapat klausul-klausul yang tidak dipenuhi

oleh salah satu pihak, dalam hal demikian telah terjadi wanprestasi, bukan perbuatan

melawan hukum. Dengan demikian jelas petitum PENGGUGAT pada butir 2 dan 3

tidak berdasar hukum dan patut untuk ditolak;

5 Bahwa dalam Gugatan a quo, PENGGUGAT tidak jelas atau kabur (obscuur) dalam

menguraikan hubungan hukum antara PENGGUGAT dan TERGUGAT, karena di satu

sisi PENGGUGAT mengakui hubungan hukum antara PENGGUGAT dengan

TERGUGAT adalah berdasarkan suatu perjanjian in casu tiket pesawat (vide butir 1 dan

12 Posita Gugatan a quo dan butir 4 petitum Gugatan a quo), namun di sisi lain

PENGGUGAT mendalilkan bahwa TERGUGAT telah melakukan perbuatan melawan

hukum terhadap PENGGUGAT (quod non), seolah-olah tidak pernah terdapat suatu

perjanjian di antara PENGGUGAT dan TERGUGAT (vide butir 8 Posita Gugatan a quo

dan butir 2 petitum Gugatan a quo);

Kutipan butir 1 Posita Gugatan a quo:

“Bahwa Penggugat adalah salah satu pengguna jasa konsumen (penumpang) pesawat

yang dioperasionalkan oleh TERGUGAT, rute Jakarta – Manokwari dengan Nomor

Tiket: 626 1100 460 108 6, pada tanggal 24 Desember 2008”;

Kutipan butir 12 Posita Gugatan a quo:

9

Halaman 9 dari halaman 29 Putusan No.172/Pdt.G/2009/PN.Jkt.Pst.

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9

Page 90: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

“Bahwa sebagaimana yang tertera didalam tiket pesawat yang antara lain

menyebutkan:

6.c. Semua tuntutan ganti kerugian harus dapat dibuktikan besarnya yang di derita,

tanggung jawab terbatas untuk kehilangan dan kerusakan bagasi diterapkan

sejumlah maksimum Rp. 20.000,- (dua puluh ribu) per kilogram”.

Kutipan butir 4 petitum Gugatan a quo, adalah:

“Menyatakan secara hukum bahwa kesepakatan sebagaimana yang tertera dalam

tanda bukti tiket Syarat-Syarat Peraturan Dalam Negeri butir 6.c. yang menyebutkan :

“Semua tuntutan ganti kerugian harus dapat dibuktikan besarnya yang diderita, tanggung

jawab terbatas untuk kehilangan dan kerusakan bagasi diterapkan sejumlah maksimum

Rp. 20.000,- (dua puluh ribu) per kilogram ” adalah cacat hukum sehingga tidak sah oleh

karenanya batal demi hukum”

Kutipan butir 8 Posita Gugatan a quo, adalah:

“Bahwa atas perbuatan Tergugat yang tidak menyerahkan barang bagasi milik

Penggugat sesampainya ditempat tujuan dengan alasan dalam tumpukan bagasi

penumpang lain dan sulit untuk diambil, maka selayaknya Tergugat dinyatakan oleh

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat telah melakukan perbuatan melawan hukum

[onrechtmatigedaad], yang mengakibatkan hilangnya barang bagasi milik Penggugat”

Kutipan butir 2 petitum Gugatan a quo, adalah:

“Menyatakan secara hukum bahwa Tergugat telah melakukan perbuatan melawan

hukum hingga merugikan Penggugat”

6 Bahwa jika PENGGUGAT mendasarkan hubungan hukumnya dengan TERGUGAT

berdasarkan tiket pesawat, maka seharusnya Gugatan a quo adalah gugatan wanprestasi,

bukan gugatan perbuatan melawan hukum. Namun dalam Gugatan a quo,

PENGGUGAT malah merumuskan dalil-dalil perbuatan melawan hukum. Dengan

demikian, gugatan yang mencampuradukkan antara hubungan hukum yang didasari

dengan adanya suatu perjanjian dengan hubungan hukum yang terjadi karena adanya

suatu perbuatan melawan hukum, maka gugatan yang demikian adalah gugatan yang

kabur (obscuur) dan karenanya tidak dapat diterima. Hal ini sejalan dengan pendapat M.

Yahya Harahap, S.H. dalam bukunya yang berjudul “Hukum Acara Perdata”, pada

halaman 455 dan 456, yang menyatakan bahwa :

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10

Page 91: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

“... pada dasarnya tidak sama antara wanprestasi dengan PMH ditinjau dari

sumber, bentuk, maupun wujudnya. Oleh karena itu, dalam merumuskan posita

atau dalil gugatan:

• tidak dibenarkan mencampuradukkan wanprestasi dengan PMH

dalam gugatan;

• dianggap keliru merumuskan dalil PMH dalam gugatan jika yang

terjadi, in konkreto secara realistis adalah wanprestasi;”

Hal ini telah diakui sebagai Yurisprudensi Tetap Mahkamah Agung RI sebagaimana

yang terkandung dalam beberapa Putusan Mahkamah Agung RI, yaitu :

a Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 879 K/Pdt/1997 tanggal

29 Januari 2001, pada intinya menyatakan :

“penggabungan PMH dengan wanprestasi dalam satu gugatan, melanggar tata

tertib beracara, atas alasan keduanya harus diselesaikan sendiri. Dalam posita,

gugatan didasarkan atas perjanjian, namun dalam petitum dituntut agar

tergugat dinyatakan melakukan PMH, konstruksi gugatan seperti itu

mengandung kontradiksi, dan gugatan dikategorikan obscuur libel, sehingga

tidak dapat diterima.”

b Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 1875 K/Pdt/1984 tanggal

24 April 1986, pada intinya menyatakan :

“Penggabungan gugatan perbuatan melawan hukum dengan perbuatan ingkar

janji (wanprestasi) tidak dapat dibenarkan dalam tata tertib beracara dan

harus diselesaikan secara tersendiri pula.”

Oleh karena Gugatan a quo adalah gugatan yang kabur (obscuur), maka sangat berdasar

hukum apabila Gugatan a quo dinyatakan TIDAK DAPAT DITERIMA (niet ontvankelijk

verklaard);

DALAM POKOK PERKARA :

7 Bahwa hal-hal yang telah diuraikan TERGUGAT dalam bagian Dalam Eksepsi di atas

mohon dianggap sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan bagian Dalam

Pokok Perkara ini;

11

Halaman 11 dari halaman 29 Putusan No.172/Pdt.G/2009/PN.Jkt.Pst.

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11

Page 92: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id8 Bahwa TERGUGAT menolak dengan tegas dalil-dalil PENGGUGAT dalam Gugatan a

quo kecuali yang dengan tegas diakui kebenarannya oleh TERGUGAT dalam Jawaban

a quo;

UNSUR-UNSUR PERBUATAN MELAWAN HUKUM DALAM GUGATAN A QUO

TIDAK JELAS

9 Bahwa TERGUGAT menolak dengan tegas dalil-dalil PENGGUGAT yang menyatakan

bahwa hilangnya barang bagasi PENGGUGAT tersebut adalah karena perbuatan

melawan hukum TERGUGAT, karena dalil tersebut tidak benar dan tidak berdasar

hukum;

10 Bahwa pada dasarnya, suatu perbuatan melawan hukum adalah perbuatan yang karena

kesalahan, kelalaian atau kurang hati-hati, membawa kerugian bagi orang lain, sehingga

mewajibkan si pelaku mengganti kerugian tersebut (vide Pasal 1365 Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata). Berdasarkan hal tersebut, unsur-unsur perbuatan melawan

hukum antara lain :

• adanya suatu perbuatan;

• perbuatan tersebut melawan hukum;

• adanya kesalahan atau kelalaian atau kurang hati-hati dari si pelaku;

• adanya kerugian bagi korban;

• adanya hubungan kausal antara perbuatan dengan kerugian;

Kutipan Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata adalah:

“Tiap perbuatan yang melanggar hukum dan membawa kerugian kepada orang

lain, mewajibkan orang yang menimbulkan kerugian itu karena kesalahannya

untuk mengganti kerugian tersebut”;

11 Bahwa untuk dapat dikatakan suatu perbuatan melawan hukum, selain perbuatan yang

melawan undang-undang, maka perbuatan tersebut harus dapat dibuktikan :

a bertentangan dengan hak orang lain;

b bertentangan dengan kewajiban hukumnya sendiri;

c bertentangan dengan kesusilaan;

d bertentangan dengan kehati-hatian atau keharusan dalam pergaulan

masyarakat yang baik;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12

Page 93: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Hal tersebut sejalan dengan Putusan dalam perkara LINDEN BAUM vs COHEN,

dimana terdapat 4 (empat) kriteria perbuatan melawan hukum yang juga menjadi doktrin

dan dianut di Indonesia dalam praktek penegakan hukum sampai sekarang, yaitu :

• Bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku;

• Melanggar hak subyektif orang lain;

• Melanggar kaidah tata susila;

• Bertentangan dengan asas kepatutan, ketelitian serta sikap hati-hati yang

seharusnya dimiliki seseorang dalam pergaulan dengan sesama warga

masyarakat atau terhadap harta benda orang lain;

12 Bahwa ternyata dalam Gugatan a quo tidak diuraikan sama sekali unsur-unsur perbuatan

melawan hukum yang didalilkan oleh PENGGUGAT telah dilakukan oleh TERGUGAT

dan tidak jelas tindakan-tindakan apa yang dikategorikan sebagai perbuatan melawan

hukum, bertentangan dengan hak orang lain dan melanggar hak subyektif orang lain

ataupun tindakan-tindakan apa yang dapat dikategorikan sebagai kesalahan/kelalaian/

ketidakhati-hatian apa yang telah dilakukan oleh TERGUGAT. Dengan demikian dalil

PENGGUGAT tentang adanya perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh

TERGUGAT adalah dalil yang tidak bedasar hukum;

13 Bahwa selanjutnya TERGUGAT menolak dalil PENGGUGAT pada butir 3 dan 13

Gugatan a quo yang mendalilkan telah menderita kerugian atas hilangnya barang-barang

seperti diuraikan dalam Gugatan a quo, karena tidak ada bukti apakah barang-barang itu

memang benar-benar ada dan berada di dalam tas dan berada dalam pesawat

TERGUGAT, seperti yang didalilkan oleh PENGGUGAT. Dengan demikian, karena

tidak dapat dibuktikan adanya barang yang hilang, maka secara hukum kerugian

materiil PENGGUGAT tidak terbukti;

14 Bahwa untuk perbuatan melawan hukum, unsur kerugian adalah salah satu yang unsur

yang utama, sehingga harus tepat apa yang didalilkan agar unsur perbuatan melawan

hukum dapat terpenuhi;

15 Bahwa oleh karena dalam Gugatan a quo tidak dapat dibuktikan unsur-unsur perbuatan

melawan hukum, bertentangan dengan hak orang lain, melanggar hak subyektif orang

lain, serta PENGGUGAT juga tidak membuktikan adanya kerugian, maka secara hukum

tidak terbukti adanya perbuatan melawan hukum yang dituduhkan. Dengan demikian

jelas Gugatan a quo telah disusun dengan sangat tidak cermat;

13

Halaman 13 dari halaman 29 Putusan No.172/Pdt.G/2009/PN.Jkt.Pst.

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13

Page 94: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id16 Bahwa tidak pernah diuraikannya asas-asas dan unsur-unsur perbuatan melawan hukum

yang didalilkan oleh PENGGUGAT, hal tersebut menyebabkan Gugatan a quo sangat

tidak layak untuk diperiksa, karena pemeriksaan terhadap suatu gugatan yang kabur

akan mengakibatkan dalil yang mendasari gugatan tersebut tidak jelas, bias serta

intepretatif. Yang mana hal ini jelas akan menyulitkan bagi pihak lain dalam perkara

tersebut dalam memberikan tanggapannya dan pada akhirnya akan menyulitkan Majelis

Hakim Yang Terhormat untuk memeriksa dan memberikan pertimbangan, sehingga

dapat dipastikan hasil dari pemeriksaan atas perkara yang demikian tidak akan

memberikan kepastian hukum dan keadilan. Hal ini jelas telah melanggar asas hukum

dalam praktek beracara di Pengadilan, yaitu asas process doelmatigheid (demi

kepentingan bersama);

Dengan demikian, oleh karena TERGUGAT tidak terbukti telah melakukan perbuatan

melawan hukum terhadap PENGGUGAT, maka sangat berdasar hukum apabila Majelis

Hakim Yang Terhormat menolak Gugatan a quo;

NILAI TUNTUTAN YANG DIAJUKAN PENGGUGAT TIDAK PATUT DAN

TIDAK BERDASAR HUKUM

17 Bahwa sebagaimana telah diuraikan di atas, PENGGUGAT tidak dapat membuktikan

adanya barang yang hilang, sehingga kerugian yang didalilkan PENGGUGAT dalam

Gugatan a quo jelas tidak dapat dibuktikan kebenarannya secara hukum;

18 Namun kalaupun dianggap ada barang milik PENGGUGAT yang hilang (quod non),

nilai tuntutan ganti kerugian yang diminta oleh PENGGUGAT dalam Gugatan a quo

sangat TIDAK PATUT dan TIDAK BERDASAR HUKUM, karena hubungan hukum

antara TERGUGAT dengan PENGGUGAT bukan hubungan hukum jasa penitipan

barang, melainkan jasa pengangkutan udara, yang mana dalam Perjanjian Pengangkutan

Udara in casu tiket pesawat, telah diatur dengan jelas bahwa tuntutan ganti kerugian

kehilangan bagasi adalah sejumlah maksimum Rp. 20.000 (dua puluh ribu rupiah)

per kilogram untuk setiap penumpang (vide butir 6 huruf c syarat-syarat perjanjian

peraturan dalam negeri yang terdapat dalam tiket pesawat);

Kutipan butir 6 huruf c syarat-syarat perjanjian peraturan dalam negeri yang terdapat

dalam tiket pesawat, adalah :

“Semua tuntutan ganti kerugian harus dapat dibuktikan besarnya yang diderita.

Tanggung jawab terbatas untuk kehilangan dan kerusakan bagasi diterapkan

sejumlah maksimum Rp. 20.000,- (dua puluh ribu) per kilogram”.

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14

Page 95: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id19 Bahwa kalaupun PENGGUGAT tidak merasa tunduk pada ketentuan dalam perjanjian

pengangkutan udara in casu tiket pesawat, maka PENGGUGAT harus tunduk pada

Undang-Undang No. 15 Tahun 1992 Tentang Penerbangan jo. Peraturan Pemerintah No.

40 Tahun 1995 Tentang Angkutan Udara (“Undang-Undang Pengangkutan Udara”),

yang menjadi dasar ketentuan-ketentuan dalam perjanjian pengangkutan udara in casu

tiket pesawat tersebut, dimana telah dengan jelas diatur bahwa ganti rugi untuk

kerugian bagasi kabin karena kesalahan pengangkut dibatasi setinggi-tingginya

Rp.1.000.000,- (satu juta rupiah) untuk setiap penumpang (vide Pasal 44 ayat (2)

Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1995 Tentang Angkutan Udara);

Kutipan Pasal 44 ayat (2) Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1995, berbunyi:

“Jumlah ganti rugi untuk kerugian bagasi kabin karena kesalahan pengangkut

dibatasi setinggi-tingginya Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) untuk setiap

penumpang”

20 Bahwa dalil PENGGUGAT yang menyatakan bahwa klausul-klausul dalam tiket

pesawat tersebut cacat hukum karena dibuat secara sepihak oleh TERGUGAT, jelas

adalah dalil yang tidak berdasar hukum, karena pencantuman klausul tersebut telah

sesuai hukum dan dibuat tidak bertentangan dengan asas kepatutan dan mengedepankan

kesetaraan para pihak dalam menjalin hubungan hukum karena PENGGUGAT tidak

pernah dipaksa untuk membeli tiket pesawat pada maskapai penerbangan milik

TERGUGAT dan PENGGUGAT bebas untuk tidak membeli tiket pesawat

TERGUGAT. Oleh karena itu, dengan PENGGUGAT membeli tiket pesawat ini jelas

PENGGUGAT telah setuju untuk terikat pada klausul-klausul dalam tiket pesawat

tersebut, dan perlu menjadi perhatian bahwa klausul ini juga diakui dan dipergunakan

oleh seluruh maskapai penerbangan di Indonesia. Dengan demikian, sangat tidak

berdasar hukum PENGGUGAT mendalilkan bahwa klausul-klausul dalam tiket pesawat

tersebut cacat hukum;

21 Bahwa dalam Gugatan a quo, PENGGUGAT mendalilkan bahwa PENGGUGAT

mengalami kerugian materiil sebesar Rp. 6.799.000,- (enam juta tujuh ratus sembilan

puluh sembilan ribu rupiah), dengan perincian yang dibuat secara sepihak oleh

PENGGUGAT tanpa dapat dibuktikan kebenaran perincian tersebut. Oleh karena

kerugian materiil PENGGUGAT tersebut tidak dapat dibuktikan sama sekali, maka

tuntutan ganti rugi materiil tersebut sangat berdasar hukum untuk ditolak. Hal ini sejalan

dengan Yurisprudensi Tetap Mahkamah Agung Republik Indonesia sebagaimana

15

Halaman 15 dari halaman 29 Putusan No.172/Pdt.G/2009/PN.Jkt.Pst.

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 15

Page 96: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

tertuang dalam Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 1171 K/Sip/1971

tanggal 2 Juni 1971, yang pertimbangan hukumnya menyatakan:

“Tuntutan ganti rugi yang tidak dijelaskan secara sempurna, rinci, dan jelas, serta

tidak disertai dengan pembuktian yang meyakinkan mengenai jumlah kerugian

haruslah ditolak.”

22 Bahwa di samping tuntutan ganti rugi materiil yang diajukan oleh PENGGUGAT tidak

dapat dibuktikan sama sekali, PENGGUGAT secara tidak pantas dan tidak berdasar

hukum mengajukan tuntutan ganti kerugian imateriil sebesar Rp. 10.000.000.000,-

(sepuluh milyar rupiah) yang notabene tidak dapat dibuktikan kebenarannya. Jelas

tuntutan tersebut tidak didasari dengan itikad yang baik dan ini jelas menunjukkan

bahwa PENGGUGAT hanya beritikad buruk untuk mencari-cari cara untuk

mendapatkan keuntungan yang secara tidak pantas. Oleh karena itu, sangat berdasar

hukum apabila Majelis Hakim Yang Terhormat menolak tuntutan ganti rugi yang tidak

pantas dan tidak berdasar hukum tersebut;

Oleh karena nilai tuntutan PENGGUGAT tersebut tidak pantas dan tidak berdasar hukum,

maka sangat berdasar hukum apabila Majelis Hakim Yang Terhormat menolak butir 5 dan 6

petitum PENGGUGAT dalam Gugatan a quo;

TUNTUTAN PEMBAYARAN UANG PAKSA (DWANGSOM) TIDAK BERDASAR

HUKUM UNTUK DIKABULKAN

23 Bahwa selanjutnya TERGUGAT juga menolak dengan tegas tuntutan PENGGUGAT

sebagaimana pada butir 15 posita Gugatan a quo dan butir 7 petitum Gugatan a quo,

yang meminta agar TERGUGAT dihukum membayar uang paksa (dwangsom) sebesar

Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) per hari kepada PENGGUGAT, karena tuntutan

tersebut tidak berdasarkan hukum;

24 Bahwa Gugatan a quo berupa tuntutan pembayaran sejumlah uang, sehingga secara

hukum atas gugatan mengenai tuntutan pembayaran sejumlah uang tidak diperkenankan

adanya tuntutan pembayaran uang paksa (dwangsom). Hal ini sejalan dengan beberapa

Yurisprudensi Tetap Mahkamah Agung Republik Indonesia sebagaimana yang

terkandung dalam Putusan-Putusan sebagai berikut :

a Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 791 K/Sip/1972 tanggal

28 September 1965, menyatakan :

“Uang paksa (dwangsom) tidak berlaku terhadap tindakan untuk membayar

uang.”

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 16

Page 97: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

b Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 34 K/Sip/1954 tanggal

28 September 1965, menyatakan :

“Tuntutan pembayaran sejumlah uang paksa/dwangsom tidak dapat diterima

karena tidak dijelaskan dasar hukumnya.”;

Oleh karena itu sangat berdasar hukum apabila Majelis Hakim Yang Terhormat menolak

tuntutan pembayaran uang paksa (dwangsom) yang diajukan oleh PENGGUGAT dan

sekaligus menolak butir 7 Petitum Gugatan a quo;

PERMOHONAN SITA JAMINAN TIDAK BERDASAR HUKUM UNTUK

DIKABULKAN

25 Bahwa TERGUGAT menolak dengan tegas permohonan Sita Jaminan yang dimohonkan

oleh PENGGUGAT sebagaimana pada butir 16 posita Gugatan a quo dan butir 8 petitum

Gugatan a quo, karena permohonan Sita Jaminan tersebut tidak memenuhi persyaratan

sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 227 ayat (1) HIR, yaitu harus ada sangka

yang beralasan bahwa si tergugat sebelum putusan dijatuhkan atau dilaksanakan mencari

akal akan menggelapkan atau melarikan barang-barangnya;

Pasal 227 ayat (1) HIR, berbunyi :

“Jika ada persangkaan yang beralasan, bahwa seorang yang berhutang, selagi

belum dijatuhkan keputusan atasnya atau selagi putusan yang mengalahkannya

belum dapat dijalankan, mencari akal akan menggelapkan atau membawa

barangnya baik yang tidak tetap maupun yang tetap dengan maksud akan

menjauhkan barang itu dari penagihan hutang, maka atas surat orang yang

berkepentingan Ketua Pengadilan Negeri dapat memberi perintah, supaya disita

barang itu untuk menjaga hak orang yang memasukkan permintaan itu, dan

kepada peminta harus diberitahukan akan menghadap persidangan Pengadilan

Negeri yang pertama sesudah itu memajukan dan menguatkan gugatannya”;

26 Bahwa permintaan PENGGUGAT ini jelas sangat tidak masuk akal, karena bagaimana

mungkin dengan adanya tuntutan PENGGUGAT yang tidak berdasar seperti ini,

TERGUGAT akan mengasingkan barang-barangnya in casu tanah dan/atau bangunan

yang terletak di Palazzo Office Park, Jalan Benyamin Sueb Blok A No. A. 11

Kemayoran, yang mana merupakan kantor operasional TERGUGAT. Oleh karena dalam

Gugatan a quo PENGGUGAT tidak dapat menunjukkan adanya sangka/kekhawatiran

bahwa TERGUGAT akan mengasingkan barang-barangnya, maka Sita Jaminan tersebut

tidak berdasar hukum untuk dikabulkan;

17

Halaman 17 dari halaman 29 Putusan No.172/Pdt.G/2009/PN.Jkt.Pst.

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 17

Page 98: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id27 Oleh karena secara materiil Sita Jaminan yang dimohonkan oleh PENGGUGAT tersebut

tidak memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 227 ayat (1)

HIR, maka Sita Jaminan yang dimohonkan oleh PENGGUGAT tidak dapat dilakukan.

Hal ini sejalan dengan beberapa Yurisprudensi Tetap Mahkamah Agung RI yang

terdapat dalam:

a Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 121 K/Sip/1971 tanggal

15 April 1972, yang menyatakan:

“Apabila Penggugat tidak mempunyai bukti yang kuat bahwa adanya

kekhawatiran tergugat akan mengasingkan barang-barangnya, maka sita

jaminan tidak dapat dilakukan”;

b Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 597 K/Sip/1983 tanggal

8 Mei 1984, yang menyatakan:

“Sita Jaminan yang diadakan bukan atas dasar alasan-alasan yang disyaratkan

dalam Pasal 227 ayat (1) HIR tidak dibenarkan”;

Oleh karena itu sangat berdasar hukum apabila Majelis Hakim Yang Terhormat menolak

permohonan sita jaminan yang diajukan oleh PENGGUGAT dan sekaligus menolak butir 8

Petitum Gugatan a quo;

PERMOHONAN PUTUSAN SERTA MERTA SERTA TIDAK BERDASAR HUKUM

28 Bahwa demikian pula TERGUGAT menolak dengan tegas tuntutan PENGGUGAT

sebagaimana pada butir 17 posita Gugatan a quo dan butir 9 petitum Gugatan a quo,

yang meminta agar Putusan a quo dapat dilaksanakan terlebih dahulu (uitvoerbaar bij

voorraad), karena dalil-dalil PENGGUGAT tidak didasari atas bukti-bukti otentik yang

diakui kebenarannya, yang mana merupakan syarat utama dikabulkannya Putusan Serta

Merta. Hal ini telah diatur dengan tegas dalam Pasal 180 HIR ayat (1) dan butir 4 Surat

Edaran Mahkamah Agung RI No. 3 Tahun 2000 Tentang Putusan Serta Merta

(uitvoerbaar bij voorraad) dan Provisionil;

Pasal 180 HIR ayat (1) berbunyi :

“…maka pengadilan negeri itu boleh memerintahkan supaya putusan hakim itu

dijalankan dahulu, jika ada surat sah, suatu surat tulisan yang menurut peraturan

tentang hal itu boleh diterima sebagai bukti, atau jika ada keputusan hukuman

lebih dahulu dengan putusan hakim yang sudah menjadi tetap, demikian pula jika

dikabulkan tuntutan dahulu, lagipula di dalam perselisihan tentang hak milik”;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 18

Page 99: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Butir 4 Surat Edaran Mahkamah Agung RI No. 3 Tahun 2000 Tentang Putusan Serta

Merta (uitvoerbaar bij voorraad) dan Provisionil berbunyi sebagai berikut :

“Selanjutnya, Mahkamah Agung memberikan petunjuk, yaitu Ketua Pengadilan Negeri,

Ketua Pengadilan Agama, para Hakim Pengadilan Negeri dan Hakim Pengadilan Agama

tidak menjatuhkan Putusan Serta Merta, kecuali dalam hal-hal sebagai berikut :

a Gugatan didasarkan pada bukti autentik atau surat tulisan

tangan (handschrift) yang tidak dibantah kebenarannya

tentang isi dan tanda tangannya, yang menurut Undang-undang

tidak mempunyai kekuatan bukti;

b Gugatan tentang Hutang Piutang yang jumlahnya sudah pasti dan

tidak dibantah;

c Gugatan tentang sewa-menyewa tanah, rumah, gudang, dan lain-

lain, dimana hubungan sewa menyewa sudah habis/lampau, atau

Penyewa terbukti melalaikan kewajibannya sebagai Penyewa yang

beritikad baik;

d Pokok gugatan mengenai tuntutan pembagian harta perkawinan

(gono gini) setelah putusan mengenai gugatan cerai mempunyai

kekuatan hukum tetap;

e Dikabulkannya gugatan Provisionil, dengan pertimbangan hukum

yang tegas dan jelas serta memenuhi Pasal 332 Rv.;

f Gugatan berdasarkan putusan yang telah memperoleh kekuatan

hukum tetap (inkracht van gewijsde) dan mempunyai hubungan

dengan pokok gugatan yang diajukan;

g Pokok sengketa mengenai Bezitsrecht;”

29 Bahwa jelas Gugatan a quo tidak didasari pada bukti-bukti otentik yang diakui

kebenarannya, bahkan isi dari bagasi milik PENGGUGAT yang didalilkan oleh

PENGGUGAT dalam Gugatan a quo hanyalah merupakan dalil PENGGUGAT sepihak

saja dan tidak ada siapapun yang mengetahui kebenaran dari isi bagasi tersebut,

sehingga dalil PENGGUGAT mengenai isi dari bagasi milik PENGGUGAT tersebut

tidak dapat dibuktikan kebenarannya. Oleh karena itu jelas secara hukum permohonan

PENGGUGAT agar Putusan a quo dapat dilaksanakan terlebih dahulu (uitvoerbaar bij

voorraad) tidak dapat dikabulkan;

19

Halaman 19 dari halaman 29 Putusan No.172/Pdt.G/2009/PN.Jkt.Pst.

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 19

Page 100: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id30 Bahwa di samping Gugatan a quo tidak didasari oleh bukti-bukti otentik yang diakui

kebenarannya, dalam memohon Putusan Serta Merta PENGGUGAT juga tidak dapat

membuktikan adanya kesanggupan untuk memberikan jaminan yang cukup untuk

menjamin tidak timbulnya kerugian TERGUGAT apabila ternyata Putusan Serta Merta

tersebut dibatalkan oleh pengadilan yang lebih tinggi. Dengan demikian permohonan

Putusan Serta Merta tersebut tidak memenuhi ketentuan butir 7 Surat Edaran Mahkamah

Agung RI No. 3 Tahun 2000 Tentang Putusan Serta Merta (uitvoerbaar bij voorraad) dan

Provisionil jo. Surat Edaran Mahkamah Agung RI No. 4 Tahun 2001 Tentang

Permasalahan Putusan Serta Merta (uitvoerbaar bij voorraad) dan Provisionil;

Butir 7 Surat Edaran Mahkamah Agung RI No. 3 Tahun 2000 Tentang Putusan Serta

Merta (uitvoerbaar bij voorraad) dan Provisionil berbunyi sebagai berikut:

“Adanya pemberian jaminan yang nilainya sama dengan nilai barang/objek

eksekusi, sehingga tidak menimbulkan kerugian pada pihak lain, apabila ternyata

dikemudian hari dijatuhkan putusan yang membatalkan putusan Pengadilan

Tingkat Pertama.”

Kutipan Surat Edaran Mahkamah Agung RI No. 4 Tahun 2001 Tentang Permasalahan

Putusan Serta Merta (uitvoerbaar bij voorraad) dan Provisionil, berbunyi sebagai

berikut :

“ …, sekali lagi ditegaskan agar Majelis Hakim yang memutus perkara serta

merta hendaknya berhati-hati dan dengan sungguh-sungguh memperhatikan dan

berpedoman pada Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) No. 3 Tahun 2000

tentang Putusan Serta Merta (uitvoerbaar bij voorraad) dan Provisionil terutama

yang berkaitan dengan pelaksanaan putusan serta merta (uitvoerbaar bij

voorraad) tersebut;

Setiap kali akan melaksanakan putusan serta merta (uitvoerbaar bij voorraad)

harus disertai penetapan sebagaimana diatur dalam butir 7 SEMA No. 3 Tahun

2000 yang menyebutkan :

“Adanya pemberian jaminan yang nilainya sama dengan nilai barang/obyek

eksekusi sehingga tidak menimbulkan kerugian pada pihak lain apabila ternyata

dikemudian hari dijatuhkan putusan yang membatalkan putusan Pengadilan

Tingkat Pertama”

Tanpa jaminan tersebut, tidak boleh ada pelaksanaan putusan serta merta.”

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 20

Page 101: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.idOleh karena permohonan Putusan Serta Merta yang dimohonkan PENGGUGAT tersebut

tidak memenuhi ketentuan-ketentuan yang disyaratkan dalam Pasal 180 HIR ayat (1) dan

Surat Edaran Mahkamah Agung RI No. 3 Tahun 2000 Tentang Putusan Serta Merta

(uitvoerbaar bij voorraad) dan Provisionil jo. Surat Edaran Mahkamah Agung RI No. 4

Tahun 2001 Tentang Permasalahan Putusan Serta Merta (uitvoerbaar bij voorraad) dan

Provisionil, maka sangat berdasar hukum apabila permohonan Putusan Serta Merta yang

dimohonkan PENGGUGAT ditolak;

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, dengan ini TERGUGAT mohon kepada Yang

Terhormat Majelis Hakim yang mengadili perkara a quo agar berkenan memberikan Putusan

sebagai berikut :

DALAM EKSEPSI :

1 Mengabulkan Eksepsi TERGUGAT untuk seluruhnya;

2 Menyatakan Gugatan PENGGUGAT tidak dapat diterima;

DALAM POKOK PERKARA :

1 Menolak Gugatan PENGGUGAT untuk

seluruhnya;

2 Menghukum PENGGUGAT untuk

membayar biaya perkara;

Atau

Jika Majelis Hakim Yang Terhormat berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya

(ex aequo et bono);

Menimbang, bahwa terhadap Jawaban kuasa Tergugat tersebut, Penggugat telah

mengajukan Replik tertanggal 22 Juli 2009, dan atas Replik Penggugat tersebut, kuasa

Tergugat telah mengajukan Dupliknya tertanggal 05 Agustus;

Menimbang, bahwa Penggugat untuk membuktikan dalil gugatannya telah

mengajukan surat bukti berupa foto copy surat-surat yang telah diberi materai cukup, dan

selanjutnya diberi tanda sebagai berikut :

1. P – 1. : Fotocopy Tiket pesawat rute Jakarta - Manokwari, dengan nomor : 626

1100 460 108 6, tanggal 24 Desember 2008;

2. P – 2. : Fotocopy Tanda bukti pengenal bagasi Manokwari XA 06-72-22;

21

Halaman 21 dari halaman 29 Putusan No.172/Pdt.G/2009/PN.Jkt.Pst.

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 21

Page 102: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id3. P – 3. : Fotocopy sesuai dengan Aslinya Surat Tanda Penerimaan Laporan No. Pol

: STPL/06/01/2009/SPK III, Tanggal 27 Januari 2009;

4. P – 4. : Fotocopy sesuai dengan Aslinya Surat Tanda Penerimaan No. Pol :

STP/09/II/2009/Reskrim, tanggal 07 Pebruari 2009;

5. P – 5. : Fotocopy sesuai dengan fotocopy Surat Penggugat kepada Tergugat,

tanggal 13 Januari 2009, Hal : Somasi ;

6. P – 6. : Fotocopy sesuai Fax Surat jawaban Tergugat kepada Penggugat, tanggal 15

Januari 2009, Hal : Jawaban atas somasi;

7. P – 7. : Fotocopy sesuai dengan Aslinya Kliping koran harian “Cahaya Papua”,

tanggal 29 Januari 2009;

8. P – 8. : Fotocopy sesuai dengan Aslinya Kliping koran harian “Media Papua”,

tanggal 29 Januari 2009;

9. P – 9. : Fotocopy sesuai dengan Aslinya Kliping koran harian “Radar Sorong”,

tanggal 4 Maret 2009;

10. P – 10. : Fotocopy sesuai dengan Aslinya Kliping koran harian “Media Papua”,

tanggal 4 Maret 2009;

11. P – 11. : Fotocopy dari hasil print-out Undang-Undang R.I. No. 8 tahun 1999

Tentang Perlindungan Konsumen;

Menimbang, bahwa surat bukti P.3, P.4, P.5, P.7, P.8, P.9, P.10, di depan

persidangan telah dicocokan, ternyata sesuai dengan aslinya, sedangkan bukti P.1, P.2, P.5,

P.6, P.7, P.8, P.9 dan P.11 hanya berupa foto copy dan Penggugat tidak dapat menunjukkan

aslinya di depan persidangan;

Menimbang, bahwa untuk menguatkan dalil sangkalannya, kuasa Tergugat telah

mengajukan bukti berupa foto copy surat yang telah diberi materai cukup dan dicocokkan

sesuai dengan aslinya, selanjutnya diberi tanda sebagai berikut :

1. Bukti T – 1a : Fotocopy sesuai dengan Aslinya Akta Pendirian PT. TRAVEL

EXPRESS AVIATION SERVICES Nomor 1 tanggal 2 Oktober 2002,

dibuat di hadapan Ny. Pudji Redjeki Irawati, SH., Notaris di Jakarta;

Bukti T – 1b : Fotocopy sesuai dengan Aslinya Keputusan Menteri Kehakiman Dan

Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor: C-23065

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 22

Page 103: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

HT.01.01.TH.2002 Tentang Pengesahan Akta Pendirian Perseroan

Terbatas PT. TRAVEL EXPRESS AVIATION SERVICES;

Bukti T – 1c : Fotocopy sesuai dengan Aslinya Akta Risalah Rapat Umum Luar

Biasa Para Pemegang Saham PT. TRAVEL EXPRESS AVIATION

SERVICES Nomor 111 tanggal 22 Juli 2005, dibuat di hadapan Ny.

Pudji Redjeki Irawati, SH., Notaris di Jakarta;

Bukti T – 1d : Fotocopy sesuai dengan Aslinya Akta Risalah Rapat Umum Luar

Biasa Para Pemegang Saham PT. TRAVEL EXPRESS AVIATION

SERVICES Nomor 74 tanggal 30 April 2009, dibuat di hadapan Ny.

Pudji Redjeki Irawati, SH., Notaris di Jakarta;

Bukti T – 1e : Fotocopy sesuai dengan Aslinya Keputusan Menteri Hukum Dan Hak

Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor : AHU-30332.AH.01.02.

Tahun 2009 Tentang Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar

Perseroan PT. TRAVEL EXPRESS AVIATION SERVICES;

2. Bukti T – 2 : Fotocopy sesuai dengan Aslinya Tiket Pesawat PT. TRAVEL

EXPRESS AVIATION SERVICES;

3. Bukti T – 3a : Fotocopy Undang-Undang No. 15 Tahun 1992 Tentang Penerbangan;

Bukti T – 3b : Fotocopy sesuai dengan Aslinya Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun

1995 Tentang Angkutan Udara;

4. Bukti T – 4a : Fotocopy sesuai dengan Aslinya Tiket Pesawat Sriwijaya Air;

Bukti T – 4b : Fotocopy sesuai dengan Aslinya Tiket Pesawat Lion Air;

Menimbang, bahwa surat bukti T-1a s/d T.xxx di depan persidangan telah dicocokan,

ternyata sesuai dengan aslinya, sedangkan bukti T-3a hanya berupa foto copy dan Tergugat

tidak dapat menunjukkan aslinya di depan persidangan;

Menimbang, bahwa selanjutnya baik Penggugat maupun Tergugat telah mengajukan

Kesimpulan masing-masing tertanggal 16 September 2009;

Menimbang, bahwa segala sesuatu yang terjadi di persidangan telah tercatat secara

lengkap dalam berita acara sidang, untuk mempersingkat putusan ini segala yang termaktub

dalam berita acara sidang dianggap sebagai bagian dan menjadi dengan putusan ini;

Menimbang, bahwa setelah kedua belah pihak menyatakan sudah tidak akan

mengajukan sesuatu apapun lagi, selanjutnya mohon putusan;

23

Halaman 23 dari halaman 29 Putusan No.172/Pdt.G/2009/PN.Jkt.Pst.

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 23

Page 104: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

TENTANG PERTIMBANGAN HUKUMNYA :

DALAM EKSEPSI

Menimbang, bahwa atas gugatan a quo, Tergugat telah mengajukan eksepsi yang

pada pokoknya sebagaimana tersebut di atas;

Menimbang, bahwa oleh karena eksepsi Tergugat tidak menyangkut masalah

kompetensi/kewenangan mengadili, baik relatif maupun absolut, maka berdasarkan Pasal

136 HIR, eksepsi tersebut harus diputus bersama-sama pokok perkaranya;

Menimbang, bahwa setelah Majelis Hakim meneliti dengan seksama materi eksepsi

Tergugat, maka dapat diketahui bahwa eksepsi Tergugat tersebut adalah tentang Gugatan

Penggugat kabur (Obscuur Libel);

Menimbang, bahwa Penggugat dalam gugatan a quo telah mendasarkan hubungan

hukumnya dengan Tergugat berdasarkan tiket pesawat, oleh karena itu sudah seharusnya

gugatan a quo adalah gugatan wanprestasi, bukan Perbuatan Melawan Hukum, namun

demikian dalam gugatan a quo Penggugat telah merumuskannya dengan dalil-dalil

Perbuatan Melawan Hukum;

Menimbang, bahwa gugatan yang mencampuradukkan antara hubungan hukum yang

didasari dengan suatu perjanjian dengan hubungan hukum yang terjadi karena adanya

Perbuatan Melawan Hukum adalah merupakan gugatan yang kabur (obscuur) dan oleh

karenanya Tergugat mohon kepada Majelis Hakim agar gugatan a quo dinyatakan tidak

dapat diterima;

Menimbang, bahwa terhadap eksepsi Tergugat tersebut Majelis Hakim akan

mempertimbangkannya sebagai berikut;

Menimbang, bahwa setelah Majelis Hakim meneliti dengan seksama materi gugatan

a quo ternyata bahwa peristiwa yang menjadi dasar gugatan a quo adalah kelalaian Tergugat

menyerahkan kembali barang bagasi milik Penggugat setibanya ditempat tujuan yang

mengakibatkan hilangnya bagasi milik Penggugat setelah mempergunakan jasa penerbangan

dengan rute Jakarta-Manokwari yang dikelola/dioperasionalkan oleh Tergugat;

Menimbang, bahwa berdasarkan peristiwa yang menjadi dasar gugatan tersebut,

maka dalil Perbuatan Melawan Hukum dalam gugatan a quo adalah sudah tepat dan benar,

sedangkan pembelian tiket pesawat sebagaimana didalilkan Tergugat dalam eksepsinya

hanyalah merupakan rangkaian dari Perbuatan Melawan Hukum sebagaimana didalilkan

oleh Penggugat;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 24

Page 105: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut, maka eksepsi Tergugat

haruslah dinyatakan ditolak;

DALAM POKOK PERKARA

Menimbang, bahwa maksud dan tujuan gugatan Penggugat pada pokoknya adalah

sebagaimana terurai di atas;

Menimbang, bahwa setelah Majelis Hakim meneliti dengan seksama materi gugatan

a quo, maka dapat diketahui bahwa materi pokok gugatan a quo adalah berupa permohonon

Penggugat agar Tergugat dinyatakan telah melakukan Perbuatan Melawan Hukum, karena

kelalaiannya menyerahkan kembali barang bagasi milik Penggugat setibanya ditempat

tujuan yang menyebabkan hilangnya bagasi miliki Penggugat setelah mempergunakan jasa

penerbangan dengan rute Jakarta – Manokwari yang dikelola/dioperasionalkan oleh

Tergugat;

Menimbang, bahwa atas gugatan a quo, Tergugat memberikan jawaban/ sangkalan/

bantahan yang pada pokoknya adalah bahwa hilangnya bagasi milik Penggugat bukan

merupakan Perbuatan Melawan Hukum yang dilakukan oleh Tergugat;

Menimbang, bahwa oleh karena gugatan a quo dibantah oleh Tergugat, maka

Penggugat dibebani kewajiban pembuktian dan untuk keperluan itu telah diajukan bukti

surat bertanda P-1 sampai dengan P- 11, sedangkan untuk menguatkan dalil jawaban/

sangkalan/bantahannya, Tergugat telah mengajukan bukti surat bertanda T-1 sampai dengan

T-4;

Menimbang, bahwa berdasarkan dalil gugatan, jawaban, replik dan duplik serta bukti

surat yang diajukan oleh Penggugat maupun Tergugat, Majelis Hakim terlebih dahulu akan

membuktikan, apakah benar Penggugat adalah Penumpang sekaligus pemilik bagasi jasa

penerbangan dengan rute Jakarta-Manokwari yang dikelola/dioperasionalkan oleh

Tergugat ?

Menimbang, bahwa berdasarkan bukti surat P-1 dan P-2, yang berupa Tiket dengan

Nomor : 626 1100 460 108 6 tanggal 24 Desember 2009 dan tanda bukti pengenal bagasi

Nomor : XA 06-72-22, telah terbukti bahwa Penggugat adalah penumpang sekaligus pemilik

bagasi dalam penerbangan dengan rute Jakarta-Manokwari yang dikelola/dioperasionalkan

oleh Tergugat;

Menimbang, bahwa kemudian akan dipertimbangakan, apakah benar Tergugat tidak

dapat mengembalikan bagasi milik Penggugat setibanya ditempat tujuan hingga

menyebabkan hilangnya bagasi milik penggugat ?

25

Halaman 25 dari halaman 29 Putusan No.172/Pdt.G/2009/PN.Jkt.Pst.

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 25

Page 106: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Menimbang, bahwa oleh karena dalil gugatan a quo tidak dibantah kebenarannya

oleh Tergugat, maka perbuatan Tergugat yang tidak dapat menyerahkan bagasi milik

Penggugat dan menyebabkan hilangnya bagasi milik Penggugat adalah merupakan sebuah

fakta hukum;

Menimbang, bahwa selanjutnya akan dipertimbangkan, apakah benar Tergugat telah

melakukan Perbuatan Melawan Hukum sehubungan dengan hilangnya bagasi milik

Penggugat ?

Menimbang, bahwa Perbuatan Melawan Hukum pada awalnya didefinisikan sebagai

sebuah perbuatan yang bertentangan dengan ketentuan perundang-undangan saja, akan

tetapi sejak adanya Arrest 1919 dalam kasus Lindebaum VS Cohen, pengertian Perbuatan

Melawan Hukum mengalami pergeseran, yakni suatu perbuatan yang walaupun tidak

bertentangan dengan undang-undang sudah dianggap sebagai Perbuatan Melawan Hukum

apabila ternyata bertentangan dengan kepatutan dalam pergaulan masyarakat;

Menimbang, bahwa dalam perkembangannya menurut doktrin dan yurisprodensi,

suatu perbuatan dipandang sebagai Perbuatan Melawan Hukum sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 1365 KUH Perdata apabila memenuhi salah satu kriteria atau unsur sebagai

berikut :

1. Perbuatan tersebut melanggar hak subyektif orang lain; atau;

2. Bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku; atau;

3. Melanggar kesusilaan; atau;

4. Bertentangan dengan kepatutan, ketelitian, sikap hati-hati yang seharusnya dimiliki

seseorang dalam pergaulan sesama warga;

Menimbang, bahwa oleh karena bersifat alternatif, maka suatu perbuatan dapat

dikategorikan sebagai Perbuatan Melawan Hukum cukup apabila salah satu ktriteria

terpenuhi dalam perbuatan tersebut atau dengan kata lain tidak harus seluruh unsur

terpenuhi;

Menimbang, bahwa bertitik tolak dari doktrin dan yurisprodensi di atas, Majelis

Hakim berpendapat bahwa kelalaian Tergugat mengembalikan bagasi milik Penggugat

setibanya ditempat tujuan yang mengakibatkan hilangnya bagasi milik Penggugat tersebut

dapat dikategorikan sebagai Perbuatan Melawan Hukum karena bertentangan dengan

kewajiban hukum si pelaku (Tergugat), yakni sebagai pengelola jasa penerbangan harus

menjamin keberadaan bagasi serta mengembalikan bagasi kepada para penumpang tersebut

sesampainya di tempat tujuan;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 26

Page 107: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Menimbang, bahwa oleh karena Tergugat telah dinyatakan terbukti melakukan

Perbuatan Melawan Hukum, maka petitum Penggugat No. 2 dapat dikabulkan;

Menimbang, bahwa terhadap petitum Penggugat No. 3 Majelis Hakim

mempertimbangkan bahwa petitum tersebut secara implisit sudah dipertimbangkan bahwa

bagasi penumpang (Penggugat) yang dititipkan kepada Tergugat (Vide bukti P-2) adalah

menjadi tanggung jawab Tergugat sepenuhnya, termasuk hilangnya bagasi tersebut dan oleh

karenanya petitum No. 3 juga harus dikabulkan;

Menimbang, bahwa terhadap petitum Penggugat No. 4 Majelis Hakim

mempertimbangkan bahwa oleh kesepakatan dimaksud dibuat sesuai dengan ketentuan

peraturan pengangkutan udara serta telah disetujui kedua belah pihak, Tergugat (selaku

pengelola jasa penerbangan) dengan Penggugat (selaku penumpang), maka kesepakatan

sebagaimana tertuang dalam Syarat-syarat Perjanjian Peraturan Dalam Negeri butir 6.c tetap

sah menurut hukum dan oleh karenanya petitum Penggugat No. 4 harus dinyatakan ditolak;

Menimbang, bahwa terhadap tuntutan ganti rugi materiil sebagaimana tertuang

dalam petitum Penggugat No. 5, Majelis Hakim mempertimbangkan bahwa oleh karena

tidak terdapat alat bukti yang dapat membuktikan rincian barang yang hilang sebagaimana

didalilkan oleh Penggugat, maka dengan mengacu pada Syarat-syarat Perjanjian Peraturan

Dalam Negeri butir 6.c (bukti surat T-2, T-4a dan T-4b), ganti rugi terhadap bagasi yang

hilang tersebut diperhitungkan sebesar Rp. 20.000,- (Dua Puluh Ribu Rupiah) per kilogram;

Menimbang, bahwa berdasarkan bukti surat P-2, ternyata bahwa berat bagasi

Penggugat adalah 7 (Tujuh) kilogram, oleh karenanya ganti rugi terhadap bagasi milik

Penggugat yang hilang tersebut adalah 7 x Rp. 20.000,- (Dua Puluh Ribu Rupiah) = Rp.

140.000,- (Seratus Empat Puluh Ribu Rupiah) dan berdasarkan pertimbangan tersebut maka

petityum Penggugat No. 5 dapat dikabulkan sebagian;

Menimbang, bahwa terhadap tuntutan ganti rugi moriil/immaterial sebagaimana

tertuang dalam petitum Penggugat No. 6, Majelis Hakim mempertimbangkan bahwa sesuai

dengan status sosial Penggugat serta kepentingan Penggugat ketika mempergunakan jasa

penerbangan rute Jakarta-Manokwari yang dikelola/dioperasionalkan oleh Tergugat serta

kondisi perusahaan jasa penerbangan yang dikelola/dioperasionalkan oleh Tergugat, maka

adil kiranya ganti rugi tersebut ditetapkan sebesar Rp. 5.000.000,- (Lima Juta Rupiah) dan

dengan pertimbangan tersebut maka petitum Penggugat No. 6 dapat dikabulkan sebagian;

Menimbang, bahwa terhadap petitum Penggugat No. 7 yang berupa tuntutan

pembayaran uang paksa (dwangsom) dari Tergugat kepada Penggugat, Majelis Hakim

27

Halaman 27 dari halaman 29 Putusan No.172/Pdt.G/2009/PN.Jkt.Pst.

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 27

Page 108: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.idmempertimbangkan bahwa oleh karena tuntutan tersebut tidak berdasarkan hukum maka

harus dinyatakan ditolak;

Menimbang, bahwa terhadap petitum Penggugat No. 8, Majelis Hakim

mempertimbangkan bahwa oleh karena selama persidangan berlangsung tidak pernah

diletakkan sita jaminan (Conservatoir Beslag) terhadap harta benda milik Tergugat baik

bergerak maupun tidak bergerak, maka petitum tersebut juga harus dinyatakan ditolak;

Menimbang, bahwa terhadap petitum Penggugat No. 9, Majelis Hakim

mempertimbangkan bahwa oleh karena tidak ada alasan hukum untuk melaksanakan

putusan perkara ini dengan serta merta (Uit Voerbaar Bij Voraad), maka petitum tersebut

harus dinyatakan ditolak juga;

Menimbang, bahwa berdasarkan seluruh pertimbangan di atas, Penggugat berhasil

membuktikan sebagian besar/dalil pokok gugatannya dan berada pada pihak yang

dimenangkan perkaranya dan sebaliknya Tergugat berada pada pihak yang dikalahkan

perkaranya, sehingga Tergugat harus dibebani beaya yang timbul dalam perkara ini;

Menimbang, bahwa terhadap bukti surat yang tidak relevan dengan pembuktian

perkara ini, maka haruslah dikesampingkan;

Memperhatikan Pasal 1365 KUH Perdata serta peraturan lain yang bersangkutan

dengan perkara ini;

M E N G A D I L I :

DALAM EKSEPSI :

- Menolak eksepsi Tergugat ;

DALAM POKOK PERKARA :

1 Mengabulkan gugatan Penggugat untuk sebagian;

1 Menyatakan Tergugat telah melakukan Perbuatan Melawan Hukum yang merugikan

Penggugat;

2 Menyatakan secara hukum bahwa selama bagasi milik Penggugat berada dalam

penitipan yang dikelola oleh Tergugat adalah merupakan tanggungjawab Tergugat

sepenuhnya atas telah terjadinya kehilangan;

3 Menghukum Tergugat untuk membayar ganti rugi materiil kepada Penggugat

sebesar Rp. 140.000,- (seratus empat puluh ribu rupiah);

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 28

Page 109: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HILANGNYA BARANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44125/1/NUR KHALIDA ZIA-FSH.pdf · masyarakat dapat menggunakan transportasi laut

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

4 Menghukum Tergugat untuk membayar ganti rugi moril/immateriil kepada

Penggugat sebesar Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah);

5 Menghukum Tergugat untuk membayar biaya perkara, yang hingga kini

diperhitungkan sebesar Rp.161.000,- (seratus enam puluh satu ribu rupiah);

6 Menolak gugatan Penggugat selain dan selebihnya;

Demikian diputusan pada hari Senin, tanggal 26 September 2009 dalam Rapat

Permusyawaratan Majelis Hakim yang terdiri dari NANI INDRAWATI, SH, M.Hum

selaku Ketua Majelis. H. DASNIEL, S.H dan JUPRIYADI, S.H, M.Hum masing-

masing selaku Hakim Anggota Majelis. Putusan tersebut pada hari : RABU, Tanggal 30

SEPTEMBER 2009 diucapkan dalam persidangan yang terbuka untuk umum oleh Ketua

Majelis didampingi oleh Kedua Hakim Anggota Majelis tersebut, dengan dibantu oleh :

LUKMAN HAKIM, SH, Panitera Pengganti serta dihadiri oleh Kuasa Hukum Penggugat

dan Kuasa Hukum Tergugat.-

HAKIM – HAKIM ANGGOTA HAKIM KETUA MAJELIS tsb,

t.t.d t.t.d

H. D A S N I E L, SH NANI INDRAWATI, SH. M.Hum

t.t.d Panitera Pengganti tsb,

JUPRIYADI, SH. M.Hum t.t.d

LUKMAN HAKIM, SH

Biaya-biaya :PNBP……………… Rp. 30.000,-Redaksi…………… Rp. 5.000,-Materai……………. Rp. 6.000,-Panggilan…………. Rp.120.000,-J u m l a h,,,,,,,,,,,,,,. Rp.161.000,-

29

Halaman 29 dari halaman 29 Putusan No.172/Pdt.G/2009/PN.Jkt.Pst.

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 29