Perkembangan peserta didik2

29
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK GROUP 9 Anggota Kelompok: 1. Conny Anggraini 2. Mellisrawati 3. Susi Novita Dosen: Dra. Eldarni, M. Pd SEKOLAH TINGGI KEGURUAN & ILMU PENDIDIKAN YAYASAN DHARMA BAKTI LUBUK ALUNG 2013

Transcript of Perkembangan peserta didik2

Page 1: Perkembangan peserta didik2

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIKGROUP 9

Anggota Kelompok: 1. Conny Anggraini

2. Mellisrawati3. Susi Novita

Dosen: Dra. Eldarni, M. Pd

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN & ILMU PENDIDIKAN

YAYASAN DHARMA BAKTI LUBUK ALUNG2013

Page 2: Perkembangan peserta didik2

BAB IXPERKEMBANGAN MORAL REMAJA

A. Pengertian Moral B. Teori Perkembangan Moral

C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Moral Remaja

D. Usaha-usaha yang Dapat Dilakukan Orang Tua dan Guru untuk Mengembangkan Moral Remaja

Page 3: Perkembangan peserta didik2

Pengertian moral

• Kata moral berasal dari bahasa latin yaitu mos atau mores yang berarti kebiasaan.ss

Santrok dan Yunan (1977) mengemukakan bahwaa moral adalah kebiasaan atau aturan yang harus dipatuhi seseorang dalam berinteraksi dengan oraang lain.

Kolberg dan piaget (dalam Bezonky , 1981)mengemukakan bahwa moral itu meliputi tiga pengertian yang berebeda satu sama yang lainya |a. pandangan moralb. perassaan moralc. tingkah laku moral

Page 4: Perkembangan peserta didik2

• Pandangan moralmerupakan pendapat atau

pertimbangan seseorang tentang persoalan moral

• Perasaan moralmerupakan perasaan yaang terjadi

dalam diri remaja setelah ia mengambil keputusan untuk bertingkah laku bermoral atau tidak

• Tingkah laku moraltindakn yang sesuai dengan aturan-

aturan etika moral

Page 5: Perkembangan peserta didik2

Terori perkembangan moral

• Perkembangan menurut teori belajar sosialmenurut teori belajar sosial

perkembangan sosial merupakan proses yang dipelajari selama proses interaks sosial seseorang dengan orang lain

menurut bandura perkembangan moral berlangsung melalui interaksi seseorang denagn lingkungan yaang menyediakan konten moral

Page 6: Perkembangan peserta didik2

Perkembangan moral menurut teori kognitif

pelopor teori kognitif adalah jean piaget yang menekankan bahwa perkembangan kognitif erat kaitannya dengan perkembangan moral remaja. Piaget (furmann ,1990) berpendapat bahwa terapat hubungan yang sejajar antara perkembangan moral dengan kognitif

Page 7: Perkembangan peserta didik2

Tahap-tahap perkembangan moral menurut Kohlberg

1. Tingkat pramoralitasa.Periode 0 pada tingkat ini pemahaman anak tentang baik dan buruk,benar dan salah ditemukan oleh akibat fisik yang di timbulkan oleh tindakan itu seperti hukuman,ganjaran yang bersifat fisik atau materi yang diberikan oleh orang yang berkuasa terhadap anak.

Page 8: Perkembangan peserta didik2

b. Periode 1 suatu tingkah laku anak bermoral bagi anak kalau tinngkah laku itu patuh patuh mengikuti kemauan orang berkuasa seperti orangtua dan guru atau tingkah laku yang mendapat kan penghargaan fisik atau material,sedangkan tingkah laku tidak bermoral kalau membantah dan mendapat hukuman dari yang berkuasa terhadap anak.

Page 9: Perkembangan peserta didik2

c. Periode 2 Anak memahami bahwa tingkah laku benar,salah,baik pantas tergantung padatingkah laku itu memuaskan menimbulkan kenikmatan pada diri sendiri atau orang lain (hedonisme) .dalam melakukan tingkah laku sosial yang adil menurut anak ,apabila hubungan itu saling memberi ke untungan timbal balik.

Page 10: Perkembangan peserta didik2

2.Moralitas dianggap kesamaan peranan yang biasa

a.Periode 3 pada periode ini anak memahami bahwa tingkah

laku moral adalah mengakui dan mengikututi ataran –aturan yang telah ditentukan oleh ornang dewasa

b.Periode 4 priode perkembabgan moral tahap ini di tandai oleh

pemahamahaman anak bahwa tingkah laku yang baik dan benar adalah menaati aturan dan hukum-hukuman yang telah disepakati bersama dan menguasai kehidupan masyarakat.

Page 11: Perkembangan peserta didik2

Moralitas dengan penerimaan prinsip-prinsip Moral

a.Periode 5 pada tingkat perkembangan moral ini anak mulai

memahami nilai moral dan prinsip-prinsip moral merupakan standar kebenaran yang benar dan dapat terjadi pertentangan dengan apa saja yang terjadi atau di terima oleh masyarakat.

B Periode 6 periode ini pengakuan yang mendalam tentang

prinsip-prinsip kebenaran yang absrak dan universal.

Page 12: Perkembangan peserta didik2

4. Kekhasan tingkah laku moral remaja

Perkembangan moral remaja berbeda dengan perkembangan moral anak anak.

a.Meningkatnya kemampuan kognetif dari berpikir kongrit menjadi kemampuan abstrak/formal

b. Remaja memperoleh kemampuan untuk memahami bahwa peraturan itu dibuat atas persetujuan semua orang yang bersifat ideal(windmiller,1976)

Page 13: Perkembangan peserta didik2

Michel 1975 mencatat ada tiga perubahan penting dalam perkembanan moral selama remaja yaitu,:a. Remaja menyadari bahwa yang disebut benar

atau salah itu adalah atas pertimbangan ke adilan atau kebijaksanaan ,bukan atas kemauan yang kuasa.

b. Remaja paham tentang peraturan moral atau agama dan sosial karena telah di peroleh nya kemampuan memahami suatu dari sudut pandang tertentu.

c. Akibat perubahan di atas , remaja mengalami konflik tingkah laku moral dengan pikiran moral

Page 14: Perkembangan peserta didik2

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Moral Remaja

Page 15: Perkembangan peserta didik2

1. Orangtua/Guru sebagai Model

• Teori Psikoanalisis, moralitas atau kesusilaan adalah bagian dari kata hati atau superego seseorang.

• Freud (Dusek, 1977), baik remaja pria maupun wanita meniru tingkah laku orangtua (yang sejenis) adalah karena keinginan untuk menjadi seperti orangtua.

• Bronfenbrenner (1960), seorang remaja meniru seluruh atau sebagian aspek-aspek tingkah laku orang tua.

• Pendapat lain dari Psikoanalisa tentang terjadinya proses identifikasi adalah karena adanya perasaan bersalah, setiap remaja melakukan kesalahan atau tergoda untuk melakukan kesalahan.

Page 16: Perkembangan peserta didik2

2. Disiplin yang Diberikan Orang Tua

Penelitian Hoffman dan Saltztein (1970), Orang tua yang mempergunakan teknik disiplin induksi

cenderung menyebabkan perkembangan moral remaja yang sangat baik.

Penggunaan disiplin berkuasa atau otoriter cenderung menyebabkan perkembangan moral yang lemah.

Penggunaan teknik penarikan cinta (love withdrawl) tidak mendukung perkembangan moral remaja.

Pengaruh keberadaan orang tua laki-laki dalam keluarga terhadap perkembangan remaja. Remaja pria yang ayahnya tidak ada, skor moralnya lebih rendah dari remaja pria yang ayahnya bersama-sama dengannya.

Page 17: Perkembangan peserta didik2

Hal diatas dapat terjadi karena:Ayah dapat memberikan pengarahan

langsung cara bertingkah laku sesuai dengan standar moral, dalam situasi yang tidak disiplin

Peranan disiplin dari ayah menjadi terancam, kalau disiplin banyak diberikan oleh ibu.

Page 18: Perkembangan peserta didik2

Kesimpulan: Orang tua yang menonjolkan kekuasaan dalam mendisiplin

remaja dapat melemahkan perkembangan moral remaja. Orang tua yang menerapkan disiplin penarikan cinta,

menimbulkan pengaruh yang buruk atau agresif bagi perkembangan remaja.

Orang tua yang menerapkan disiplin induksi dalam mendisiplin remajanya meningkatkan perkembangan moral remaja

Disiplin yang dilakukan ayah jarang mempengaruhi perkembangan moral remaja.

Perasaan kasih sayang yang diberikan orang tua melalui tingkah laku yang ramah, hangat, dan sentuhan-sentuhan fisik sangat positif akibatnya terhadap perkembangan moral remaja.

Page 19: Perkembangan peserta didik2

3. Interaksi dengan Teman Sebaya

Menurut Pigaet, interaksi dengan teman sebaya dan kemampuan bermain peranan meningkatkan perkembangan moral remaja (Dusek 1977). Interaksi dengan teman sebaya dan kemampuan bermain peran terjadi karena telah dikuasainya kemampuan “role taking”, yaitu kemampuan memahami sesuatu atau peristiwa dari sudut pandang orang lain.

Page 20: Perkembangan peserta didik2

D. Usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh Orang tua dan Guru untuk mengembangkan

moral remaja

Page 21: Perkembangan peserta didik2

Individu yang sudah mencapai usia remaja diharapkan sudah mencapai tahap perkembangan moral tertinggi, yang disebut oleh Kohrlberg tahap postkonvensional. Ahli psikologoi perkebangan berpendapat bahwa perkembangan moral terjadi sepanjang rentang kehidupan. Usaha yang dilakukan untuk menanamkan nilai-nilai moral dilakukan melalui pendidikan. Teknik-teknik dan prosedur yang digunakan dalam pendidikan oral harus ditujukan pada dua asped, yaitu ditujukan untuk stimulus kognitif dan mengembangkan empati (Duska & Whelen, 1982:102).

Page 22: Perkembangan peserta didik2

• Menciptakan stimulus kognitif berarti mengguncang equiblirium seseorang dengan menciptakan situasi konflik sehingga seseorang menjadi sadar bahwa apa yang dimiliki selama ini belum cukup mampu untuk menyelesaikan konflik tentang nilai-nilai mral yang dihadapinya.

• Menurut Kohlberg, konflik kognitif hanya akan dirasakan bila pemikiran-pemikiran yang didoktrinasikan kepada satu tahap di atas tahap perkembangan moral anak, sehingga seseorang bisa melakukan penalaran moral.

Page 23: Perkembangan peserta didik2

• Menurut Pigaet dan Kohlberg mengembangkan empati sebagai unsur afeksi, sangat penting bagi perkembangan moral anak.

• Anak perlu dilatih dan diberi pengalaman untuk dapat merasakan sesuatu menurut pandangan orang lain (Duska & Whelen, 1982:105)

• Furhmann (1990:410) mengemukakan perkembangan moral dapat dibantu melalui usaha pendidikan.

Page 24: Perkembangan peserta didik2

• Ryan (Furhmann, 1990) mengatakan bahwa pendidikan moral di sekolah merupakan tanggung jawab guru.

• Wilcox (Furhmann, 1990:412) mengemukakan pendidikan moral yang diberikan sekolah harus dapat mendorong perkembangan moral yang mengarah pada level konvensional. Pendekatan-pendekatan yang dapat digunakan guru untuk membantu pengembangan moral

Page 25: Perkembangan peserta didik2

1.Pendidikan klarifikasi nilai

Penggunaan pendekatan ini dapat memberi pengalaman belajar kepada siswa melalui proses menganalisis secara mendalam dan hati-hati nilai-nilai yang dipilih dalam klarifikasi. Siswa akan tumbuh menjadi pribadi yang lebih positif, memiliki tujuan, dan menerapkan nilai-nilai dalam menjalani kehidupannya.Tingkah laku spesifik yang diharapkan dari pendekatan ini adalah kesadaran akan konsekuensi pemilikan nilai, dapat menyebarkan nilai-nilai, menghargai nilai-nilai, memberikan sesuatu sesuai dengan nilai, dan dapat mewujudkan dalam kehidupannya.

Page 26: Perkembangan peserta didik2

2. Pendekatan dilema moral

Kohlberg dan pengikutnya menemukan bahwa dilema berguna dalam pendidikan moral. Siswa tidak hanya belajar dilema untuk belajar, tapi juga belajar dilema nyata dari kehidupan sehari-hari. Diskusi-diskusi dilema moral dapat mendorong siswa pada perkembangan moral yang lebih tinggi. Turie (furhmann 1990:414) menemukan bahwa siswa cenderung memberikan respon satu tahap di atas perkembangan moralnya yang nyata.

Page 27: Perkembangan peserta didik2

Duskha & Whelen 1982:113 mengemukakan pedoman praktis yang dapat digunakan guru

Menciptakan kelas sebagai lingkungan yang membuat siswa dapat hidup dan belajar bersama dalam suasana aman

Beri siswa kesempatan untuk mengemukakan pendapat dalam menentukan aturan-aturan kelas.

Pilihlah hukuman yang ada hubungannya dengan pelanggaran, dan bila mungkin ,hukuman yang di berikan dapat memperlihatkan akibat dari perbuatan siswa terhadap kelompok.

Page 28: Perkembangan peserta didik2

Bedakan antara krtik terhadap pekerjaan yang berhubungan dengan pelajaran dan kritik terhadap tindak-tinduk, antara aturan tata tertib sekolah dengan aturan-aturan tentang keadilan dan hubungan antar manusia.

Beri kesempatan siswa bekerja dalam kelompok

Dalam bercerita dan berdiskusi pengalaman sehari-hari, bantulah anak-anak memikirkan perasaan orang lain, baik yang benar-benar terjadi maupun yang fiktif.

Page 29: Perkembangan peserta didik2

Buatlah permainan peran (role playing ) dalam kehidupan sehari-hari.

Adakah kesempatan untuk mendengar jawaban tiap siswa tentang pertimbangan moral dan pancinglah diskusi-diskusi yang menariknya kepenalaran moral yang lebih tinggi dengan menggunakan bahan bacaan, film dan pengalaman sehari-hari.

Janganlah memberi penilaian terhadap perkembangan moral atas dasar tingkah laku setiap orang.