Perkembangan Hukum Lingkungan

download Perkembangan Hukum Lingkungan

of 128

Transcript of Perkembangan Hukum Lingkungan

  • 8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan

    1/128

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang Masalah

    Pada hakikatnya tujuan adanya negara adalah untuk mewujudkan

    kesejahteraan rakyat negara yang bersangkutan. Agar kesejahteraan rakyat

    dapat terwujud perlu dilakukan pembangunan, namun praktek pembangunan

    yang tampak cendrung berupa pembangunan ekonomi dan fisik, sementara

    dampak dari pembangunan sering diabaikan. Pembangunan adalah

    rangkaian kegiatan yang dilakukan manusia untuk menciptakan keadaan

    hidup yang lebih baik. Pembangunan merupakan proses yang pada

    umumnya direncanakan dengan sengaja dalam masyarakat untuk menuju

    pada keadaan hidup yang lebih baik. 1

    Untuk merealisasikan pembangunan pasti memanfaatkan sumber

    daya alam sebagai bagian dari sumber daya lingkungan. Pemanfaatan atau

    eksploitasi terlihat ada yang berupa pemanfaatan sumber daya alam yang

    langsung, dan ada yang melalui proses pengolahan atau pengubahan bahan

    mentah menjadi bahan jadi serta menghasilkan benda-benda atau barang

    konsumsi yang bisa digunakan untuk pemenuhan kehidupan manusia yang

    mempunyai nilai ekonomis.

    Pembangunan ekonomi yang menghasilkan pertumbuhan ekonomi

    akan menimbulkan dua macam akibat yaitu disatu pihak memberikan

    1. Soerjono Soekanto. Permasalahan Dalam Kerangka Pembangunan di Indonesia,Yayasan Penerbit Universitas Indonesia Jakarta, 1976. hal. 1.

  • 8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan

    2/128

    dampak positif bagi kehidupan manusia berupa tersedianya barang dan jasa

    dalam perekonomian, dilain pihak terdapat dampak negatif bagi kehidupan

    manusia yang berupa pencemaran lingkungan dan menipisnya sumber daya

    alam. Pencemaran lingkungan menyebabkan timbulnya gangguan kesehatan

    dan kurang nyamannya kehidupan. Sedangkan berkurangnya persedian

    sumber daya alam akan mengurangi kemudahan dalam penyedian barang

    dan jasa bagi pemenuhan kebutuhan manusia.2

    Kemajuan pesat yang telah dicapai dalam pembangunan untuk

    meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat ternyata diiringi

    oleh kemunduran kemampuan sumber daya alam seperti air, tanah, hutan

    dan terkurasnya sumber daya alam seperti perikanan, tambang minyak dan

    mineral lainnya seperti air tanah.3 Pelaksanaan Pembangunan yang

    semangkin beragam juga menghasilkan produk sampingan seperti limbah,

    sampah dan buangan baik dalam wujud padat, cair, gas maupun tingkat

    tekanan dan kebisingan. Hasil sampingan tersebut perlu dijaga agar tidak

    melampaui ambang batas dan daya tampung lingkungannya dalam hal

    kemampuan lingkungan menerima, dan daya dukung bahan-bahan yang

    mencemari lingkungan dalam batas yang belum membahayakan

    ekosistemnya dan makhluk hidup. Jika daya tampung lingkungan di

    lampaui, struktur dan fungsi dasar ekosistem penunjang kehidupan akan

    rusak dan keberlanjutan fungsi lingkungan akan terganggu.4

    2 . M. Suparmoko. Ekonomi Sumber Daya Alam Dan Lingkungan. Suatu PendekatanTeoritis. Penerbit BPFE Yokyakarta. 1997. hal. 17.

    3 Aca Sugandhy. Penataan Ruang dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. PT. Gramedia

    Pustaka Utama. Jakarta. 1999. hal. 20.4 .Ibid. . hal. 21.

    2

  • 8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan

    3/128

  • 8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan

    4/128

    1. Dimensi ekonomi yang menghubungkan antara pengaruh-pengaruh

    unsur makroekonomi dan mikroekonomi pada lingkungan dan

    bagaimana sumberdaya alam diperlakukan dalam analisis ekonomi.2. Dimensi politik yang mencakup proses politik yang menentukan

    penampilan dan sosok pembangunan, pertumbuhan penduduk, dan

    degradasi lingkungan pada semua negara. Dimensi ini juga termasuk

    peranan agen masyarakat dan struktur sosial dan pengaruhnya terhadap

    lingkungan.

    3. Dimensi Sosial Budaya yang mengaitkan antara tradisi atau sejarah

    dengan dominasi ilmu pengetahuan barat, serta pola pemikiran dan

    tradisi agama. Ketiga dimensi ini berintegrasi satu sama lain untuk

    mendorong terciptanya pembangunan yang berwawasan lingkungan

    Indonesia sebagai salah satu negara yang ikut dalam konvensi

    Stockholm di Swedia 1972 telah menindaklanjuti komitmen pembangunan

    berwawasan lingkungan ke dalam peraturan perundang-undangan. Pasal 33

    Ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

    menjadi dasar hukum bagi penyelenggaraan lingkungan hidup dan bertujuan

    untuk melestarikan kemampuan lingkungan hidup agar tetap dapat

    menunjang kesejahteraan dan mutu hidup generasi mendatang.7 Penjabaran

    lebih lanjut tertuang dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 Tentang

    Ketentuan-ketentuan Pokok Lingkungan Hidup, dan diperbaharui dengan

    Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan

    Hidup (UUPLH). Dewasa ini pembangunan nasional diselenggarakan

    mengikuti prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan melalui visi, misi dan

    program pembangunan nasional yang tertuang dalam Rencana

    Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2004-2009 dan

    sekaligus merupakan program Presiden selama 5 (lima) tahun mendatang.

    RJPMN berisikan Strategi Pokok Penjabaran Agenda Pembangunan

    7 . Andi Hamzah (2005). Penegakan Hukum Lingkungan, Sinar Grafika. Jakarta, hal 30.

    4

  • 8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan

    5/128

    Nasional yang memuat sasaran pokok, arah kebijakan dan program-program

    pembangunan yang harus dicapai, termasuk persoalan mengenai lingkungan

    hidup.8

    Salah satu instrumen yang sangat penting dalam pencegahan

    perusakan dan pencemaran lingkungan adalah Analisis Mengenai Dampak

    Lingkungan. Pembangunan yang diperkirakan menimbulkan dampak besar

    dan penting bagi lingkungan wajib memiliki dokumen AMDAL, yang di

    dalamnya terdapat prosedur atau mekanisme yang wajib ditempuh oleh

    pemrakarsa/penanggung jawab usaha/kegiatan sebelum mendapat keputusan

    dari komisi AMDAL atau instansi yang bertanggung jawab dalam bentuk

    keputusan kelayakan lingkungan.

    Usaha dan/atau kegiatan kemungkinan dapat menimbulkan dampak

    besar dan penting terhadap lingkungan hidup meliputi : 9

    1. Pengubahan bentuk lahan dan bentang alam

    2. Eksploitasi sumber daya alam baik yang terbarui maupun yang tak

    terbarui

    3. Proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan

    pemborosan, pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup, serta

    kemerosotan sumber daya alamdalam pemanfaatan

    4. Proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi lingkungan

    alam, lingkungan buatan, serta lingkungan social dan budaya

    5. Proses dan kegiatan yang hasilnya akan dapat mempengaruhi pelestariankawasan konservasi sumber daya alam dan/atau perlindungan cagar

    budaya

    6. Introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, jenis hewan dan jasad renik

    7. Pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan non hayati

    8. Penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar untuk

    mempengaruhi lingkungan hidup

    9. Kegiatan yang mempunyai resiko tinggi, dan atau mempengaruhi

    8 Bapenas, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2004-

    2009, Sinar Grafika, Jakarta, hal. 9.

    9 Siswanto Sunarso. Hukum Pidana Lingkungan Hidup Dan Strategi PenyelesaianSengketa. Rineka Cipta. 2005. hal. 76.

    5

  • 8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan

    6/128

    pertahanan negara.

    Kriteria mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan atau

    kegiatan terhadap lingkungan hidup antara lain : 10

    1. Jumlah manusia yang akan terkena dampak

    2. Luas wilayah penyebaran dampak

    3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung

    4. Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang terkena dampak

    5. Sifat kulatif dampak

    6. Berbalik (reversible) atau tidak berberbaliknya (irrrever-sible) dampak

    Pusat perhatian dari penelitian ini adalah pembangunan fisik

    berupa Pembangunan Pusat Perdagangan/Pertokoan Modern. Pusat

    perdagangan/pertokoan modern oleh banyak anggota masyarakat dianggap

    sebagai simbol dari pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Pembangunan

    pusat perdagangan/pertokoan adalah pembangunan yang wajib AMDAL,

    baik sebelum dilakukan pra konstruksi, konstruksi maupun setelah

    beroperasi.

    Kualitas lingkungan hidup yang terus menurun ditunjukkan dengan

    meningkatnya pencemaran air, udara dan atmosfer. Penerapan prinsip-

    prinsip pembangunan berkelanjutan ke dalam sistem, organisasi, maupun

    program kerja pemerintah baik di pusat maupun di daerah masih belum

    berjalan dengan baik.11

    Gerakan lingkungan hidup yang didominasi oleh lembaga-lembaga

    non pemerintah di negara kita hampir selalu menumpuk pada persoalan

    penegakan hukum yang lemah, tidak konsisten, dan tidak strategis, sehingga

    10Ibid. hal. 77.11 RJPMN . Op. Cit. hal. 15.

    6

  • 8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan

    7/128

    merupakan penyebab penurunan kualitas lingkungan. 12 Deskripsi demikian

    memberi indikasi behwa penegakan hukum lingkungan di Indonesia

    menemui berbagai kendala.

    Kendala dalam penegakan hukum lingkungan dapat disebabkan

    oleh beberapa faktor, diantaranya materi hukum itu sendiri, keseriusan

    aparat penegak hukum yang ada, sarana dan fasilitas dalam penegakan

    hukum, serta tingkat kesadaran hukum masyarakat yang masih rendah.13

    Disamping beberapa faktor tersebut, kendala dalam penegakan hukum

    lingkungan juga terletak dalam persoalan ekonomi. Alasan ekonomi kerap

    jadi batu sandungan.14

    Penerapan instrumen hukum dalam pengelolaan lingkungan mutlak

    diperlukan. Salah satu instrumen hukum lingkungan yang berfungsi

    mencegah pencemaran adalah perizinan. 15 Izin merupakan syarat

    administratif dalam melakukan suatu pembangunan berskala besar dan

    berdampak penting bagi lingkungan, diharuskan memiliki dokumen Analisis

    Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), seperti yang diamanatkan dalam

    Pasal 15 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 dan Peraturan

    Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis mengenai Dampak

    Lingkungan Hidup, serta Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup

    Nomor 17 Tahun 2001 Tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan

    Yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

    12 Serasi (Media Informasi Lingkungan Hidup, edisi April 2004), Kebijakan

    Penegakan Hukum Lingkungan, Artikel, hal. 9.13Ibid, hal 53-56.

    14 Serasi, Op. cit. hal. 13.

    15 Siti Sundari Rangkuti,Hukum Lingkungan dan Kebijak sanaan Lingkungan Nasional.2000. Airlangga University Press. hal. 55.

    7

  • 8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan

    8/128

    Hidup.

    Pelanggaran terhadap ketentuan hukum mengenai pentingnya

    dokumen AMDAL seolah-olah telah menjadi suatu penyimpangan hukum

    yang biasa. Kasus demi kasus terjadi dibelahan bumi Indonesia, seperti

    pembangunan industri, perkebunan, kehutanan, pertambangan dan prasarana

    wilayah. Salah satu contoh pembangunan di bidang prasarana wilayah yang

    pada mulanya mengabaikan prosedural AMDAL, yakni pembukaan jalan

    Ladia Galaska di Aceh.16

    Menariknya, hal ini juga terjadi di kota Padang sebagai ibu kota

    Provinsi Sumatra Barat. Perubahan fungsi Terminal Lintas Andalas menjadi

    Plasa Andalas telah menimbulkan berbagai kecaman dari masyarakat. Hal

    ini disebabkan karena pembangunannya dilakukan sebelum dikeluarkannya

    dokumen AMDAL. Pembangunan Plasa Andalas yang telah beroperasi

    mulai bulan September 2005, jelas merupakan pelanggaran terhadap hukum

    lingkungan.17 Namun pelanggaran tersebut diulang kembali dengan

    dibangunnya Sentral Pasar Raya yang sebagiannya memanfaatkan lokasi

    bekas Terminal Goan Hoat (terjadi peralihan fungsi terminal menjadi

    bangunan pusat perdagangan) pada tanggal 3 Februari 2005, dan sekarang

    sudah mulai beroperasi.18 Selain itu, pembangunannya diduga tidak sesuai

    dengan Rencana Tata Ruang Kota Padang.

    Tanpa dokumen AMDAL, maka survei dan penilaian atas daerah

    16Ibid, hal, 26.

    17 WWW. Padangekspres.com. Kertas Posisi WALHI Sumatera Barat Terhadap

    Peletakan Batu Pertama Plasa Andalas di Eks T L A ,Artikel.

    18 LBH Padang (2005), Gugatan Perbuatan Melawan Hukum dengan Mekanisme

    Gugatan Perwakilan Kelompok (Class Action) Register Perdata No. 43/Pdt.9/2005 PN Padang. hal11.

    8

  • 8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan

    9/128

    yang terkena dampak pembangunan tidak dapat diperhitungkan. Akibatnya

    banyak kerugian yang ditimbulkan atas pembangunan itu. Kerugian tersebut

    antara lain berasal dari para pedagang yang sebelumnya telah menjalani

    aktivitas perdagangan tradisional di sekitar daerah (bekas) Terminal Goan

    Hoat untuk mencari nafkah. Mereka mederita secara materi, akibat terkena

    dampak pembebasan lahan. Disamping itu kemacetan, dan kesemrautan lalu

    lintas kota di sekitar lokasi juga menjadi permasalahan baru lainnya.

    Kerugian tersebut adalah kerugian yang telah nyata terjadi pada saat

    pembangunan pra konstruksi.

    Selain Kota Padang. Kota Bukittinggi juga melaksanakan

    pembangunan pusat pertokoan modern yaitu Pasar Banto yang dibangun

    kembali dengan nama Gedung Parkir dan Pusat Perbelanjaan Pasar Banto

    Kota Bukittinggi. Pembangunan pusat perbelanjaan ini memang diharapkan

    dapat memberi kontribusi bagi peningkatan pendapatan dan perekonomian

    daerah , namun disisi lain kekhawatiran akan timbulnya dampak lingkungan

    akibat pembangunan pusat perbelanjaan ini hendaknya juga menjadi

    perhatian yang serius bagi pemerintah daerah kota Bukittinggi, sebab sejak

    dibangunnya gedung parkir dan pusat perbelanjaan ini telah menimbukan

    kemacetan karena padatnya arus lalu lintas angkutan kota dari berbagai

    jurusan melalui pusat perbelanjaan ini. Hal ini kalau tidak segera dicarikan

    solusinya tentu akan menimbulkan persoalan lingkungan yang baru, seperti

    pencemaran udara akibat dari asap kendaraan angkutan kota yang yang

    mobilitasnya cukup padat.

    9

  • 8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan

    10/128

    Pembangunan Gedung Parkir dan Pusat Perbelanjaan Pasar Banto

    Kota Bukittinggi memang bukan kategori wajib AMDAL, kewajiban yang

    harus dipenuhi adalah Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya

    Pemantauan Lingkungan ( UPL). Meskipun demikian dampak lingkungan

    harus di perhitungkan untuk dikelola, sehingga kota Bukittinggi sebagai kota

    wisata di harapkan dapat memberikan kenyamanan bagi warga kota dan

    masyarakat pengunjung kota Bukittinggi.

    Berdasarkan Latar Belakang Permasalahan tersebut , maka penulis

    tertarik untuk melakukan penelitian tentang penegakan hukum lingkungan

    terhadap Pembanguan Pusat Perdagangan/Pertokoan modern yang

    dituangkan dalam bentuk tesis dengan judul :

    PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN TERHADAP PROYEK

    PEMBANGUNAN PUSAT PERDAGANGAN SENTRAL PASAR

    RAYA DI KOTA PADANG DAN PEMBANGUNAN GEDUNG

    PARKIR SERTA PUSAT PERBELANJAAN PASAR BANTO KOTA

    BUKITTINGGI

    Alasan penulis memilih judul ini adalah : adanya kecendrungan

    Pemerintah Daerah untuk membangun Pusat Perdagangan/Perbelanjaan di

    Pusat Kota seperti halnya di Kota Padang dan Kota Bukittinggi yaitu dengan

    dibangunnya Sentral Pasar Raya Kota Padang, Gedung Parkir dan Pusat

    Perbelanjaan Pasar Banto Kota Bukittinggi, dimana kedua pusat

    perdagangan/perbelanjaan ini dibangun persis di jantung Kota yang

    mobilitas masyarakatnya cukup tinggi. Dibangunnya pusat

    10

  • 8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan

    11/128

    pertokoan/perbelanjaan modern ini telah menimbulkan kemacetan dan

    kesemrautan Kota yang pada akhirnya menimbulkan masalah terhadap

    lingkungan

    1.2. Rumusan Permasalahan

    Berdasarkan uraian diatas, maka yang menjadi permasalahan

    dalam penulisan tesis ini adalah,

    1. Bagaimanakah pelaksanaan ketentuan AMDAL bagi Pembangunan

    Sentral Pasar Raya Padang dan ketentuan UKL, UPL bagi pembangunan

    Gedung Parkir dan Pusat Perbelanjaan Pasar Banto Kota Bukittinggi ?

    2. Bagaimanakah penegakan hukum lingkungan terhadap pembangunan

    pusat perdagangan/perbelanjaan Sentral Pasar Raya dan pembangunan

    Gedung Parkir dan Pusat Perbelanjaan Pasar Banto Kota Bukittnggi

    khususnya dalam pelaksanaan AMDAL, UPL dan UKL ?

    3. Hambatan-Hambatan apa sajakah yang dihadapi dalam rangka

    Penegakan Hukum Lingkungan terhadap pembangunan Sentral Pasar

    Raya Padang, pembangunan Gedung Parkir dan Pusat Perbelanjaan

    Pasar Banto Kota Bukittinggi khususnya dalam pelaksanaan AMDAL,

    UKL dan UPL ?

    1.3. Tujuan Penelitian

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

    a. Ketentuan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

    11

  • 8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan

    12/128

  • 8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan

    13/128

    AMDAL, UKL dan UPL di masa yang akan datang

    b. Bagi Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah

    (BAPEDALDA), diharapkan dapat menjadi dasar untuk

    melakukan monitor dan penindakan hukum secara

    administratif terhadap inkonsistensi penerapan Rencana

    Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana

    Pemantauan Lingkungan (RPL) dalam dokumen

    AMDAL yang dibuat oleh pemrakarsa.

    c. Bagi Pengelola Pusat perdagangan/perbelanjaan di Kota

    Padang dan Kota Bukittinggi kedepan diharapkan dapat

    menjadi pedoman untuk menjalankan ketentuan-

    ketentuan yang termuat dalam Rencana Pengelolaan

    Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan

    Lingkungan (RPL) sebagai syarat izin dalam

    menyelenggarakan usaha

    d. Bagi Masyarakat dan khalayak umum, diharapkan dapat

    meningkatkan kesadaran berpartisipasi dalam mengelola

    dan memantau dampak lingkungan dari pembangunan

    pusat perdagangan/perbelanjaan .

    1.5. Kerangka Teoritis dan Kerangka Konseptual

    1.5.1 Kerangka Teoritis

    1.5.1.1 Teori Penegakan Hukum

    Hukum merupakan sarana yang didalamnya

    13

  • 8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan

    14/128

    terkandung nilai-nilai atau konsep-konsep tentang keadilan,

    kebenaran, kemanfaatan sosial dan sebagainya. Kandungan

    hukum itu bersifat abstrak. Menurut Satjipto Raharjo

    sebagaimana dikutip oleh Ridwan HR, penegakan hukum

    pada hakikatnya merupakan penegakan ide-ide atau konsep-

    konsep yang abstrak itu. Penegakan hukum merupakan usaha

    untuk mewujudkan ide-ide tersebut menjadi kenyataan.19

    Menurut Soerjono Soekanto bahwa penegakan hukum

    itu terletak pada suatu kegiatan yang menyerasikan hubungan

    dari nilai-nilai yang terjabarkan di dalam kaidah-

    kaidah/pandangan-pandangan nilai yang mantap dan

    mengejewantah dan sikap tindak sebagai rangkaian

    penjabaran nilai tahap akhir untuk menciptakan (sebagai

    social engineering), memelihara dan mempertahankan

    (sebagaisocial control) kedamaian pergaulan hidup.20

    Menurut Soerjono Soekanto secara umum ada 5

    (lima) faktor yang mempenguruhi penegakan hukum yaitu : 21

    a. Faktor hukum itu sendiri;b. Faktor penegak hukum yaitu pihak-pihak yang membentuk

    maupun yang menerapkan hukum

    c. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan

    hukum

    d. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum

    tersebut berlaku atau diterapkan;

    e. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan

    19 . Ridwan HR.Hukum administrasi Negara. PT.RajaGrafindo. Jakarta. 2006. hal. 30620 . Soerjono Soekanto. Faktor-Faktor Yang Penegakan Hukum. Jakarta. Bina Cipta.

    1983. hal. 13.

    21 . Soerjono Soekanto.Faktor-faktor yang mempengaruhi Penegakan Hukum . RajawaliPress. 1983. Jakarta. hal. 4-5.

    14

  • 8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan

    15/128

    rasa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam

    pergaulan hidup.

    Kelima faktor tersebut diatas saling berkaitan dengan

    eratnya, karena merupakan esensi dari penegakan hukum serta

    merupakan tolok ukur dari pada efektifitas penegakan hukum.

    Menurut Mertokusumo sebagaimana dikutiop oleh

    Gatot. P. Soemartono Penegakan hukum mempunyai makna,

    bagaimana hukum itu harus dilaksanakan, sehingga dalam

    penegakan hukum tersebut harus diperhatikan unsur-unsur 1.

    kepastian hukum, 2. kemanfaatan, 3. keadilan. 22

    1. Kepastian hukum menghendaki bagaimana hukumnya

    dilaksanakan, tanpa peduli bagaimana pahitnya (fiat justitia

    et pereat mundus : meskipun dunia ini runtuh hukum harus

    ditegakkan). Hal ini dimaksudkan agar tercipta ketertiban

    dalam masyarakat. Misalnya Barang siapa mencemarkan

    lingkungan maka ia harus dihukum, ketentuan ini

    menghendaki agar siapapun (tidak peduli jabatannya)

    apabila melakukan perbuatan pencemaran lingkungan maka

    ia harus dihukum.

    2. Pelaksanaan penegakan hukum harus memberi manfaat

    kepada masyarakat. Artinya peraturan tersebut dibuat

    adalah untuk kepentingan masyarakat, sehingga jangan

    sampai terjadi bahwa karena dilaksanakannya peraturan

    tersebut, masyarakat justru menjadi resah. Contoh sebuah

    pabrik konveksi yang mempekerjakan ribuah orang ditutup

    karena ia telah mencemarkan lingkungan, hal ini tentu akanmenimbulkan keresahan baik masyarakat dunia usaha

    maupun para pekerjanya. Mengapa tidak dicari jalan

    keluarnya, misalnya menyeret pengelola perusahaan

    tersebut ke Pengadilan, mewajibkan membayar pemulihan

    lingkungan, tetapi kegiatan pabrik tetap berjalan dengan

    pengawasan ketat disertai pengurangan produksi. Inilah

    yang disebut dengan kemanfaatan dalam penegakan hukum

    lingkungan.

    3. Unsur ketiga adalah keadilan. Dalam penegakan hukum

    keadilan harus diperhatikan, namun demikian hukum tidak

    22 . Gatot. P. Soemartono. Hukum Lingkungan Indonesia. Jakarta. Sinar Grafika. hal. 65.

    15

  • 8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan

    16/128

    identik dengan keadilan, karena hukum sifatnya umum,

    mengikat setiap orang, dan menyamaratakan ; bunyi

    hukum: Barang siap mencemarkan lingkungan hidup harusdihukum, artinya setiap orang yang mencemarkan

    lingkumgan harus dihukum tanpa membeda-bedakan

    kedudukan atau jabatan siapa yang mencemarkan. Tetapi

    sebaliknya, keadilan bersifat subjektif, individualistis dan

    menyamaratakan, artinya adil bagi si A belum tentu adil

    bagi si B, pencemar yang dimenangkan akan mengatakan

    bahwa keputusan tersebut adil, tetapi hal itu tentu dirasakan

    tidak adil bagi si korban.

    Dari uraian tersebut dapat disimpulkan, bahwa tanpa

    kepastian orang tidak tahu apa yang harus diperbuatnya dan

    akhirnya timbul keresahan. Tetapi apabila kita terlalu mengejar

    kepastian hukum, terlalu ketat dalam mentaati peraturan hukum

    akibatnya akan menjadi kaku dan akan menimbulkan rasa tidak

    adil. Kalau dalam penegakan hukum hanya memperhatikan

    kepastian hukum, maka unsur-unsur lainnya akan dikorbankan.

    Demikian pula kalau yang diperhatikan hanyalah kemanfaatan,

    maka kepastian hukum dan keadilan dikorbankan, demikian

    seterusnya. Oleh karena itu dalam penegakan hukum

    lingkungan ketiga unsur tersebut, yaitu kepastian, kemanfaatan

    dan keadilan harus dikompromikan. Artinya ketiganya harus

    mendapat perhatian secara proposional seimbang dalam

    penanganannya, meskipun dalam praktek tidak selalu mudah

    melakukannya.

    1.5.1.2 Pembangunan Berwawasan Lingkungan

    16

  • 8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan

    17/128

    Lingkungan hidup Indonesia sebagai suatu ekosistem

    terdiri dari berbagai daerah, masing-masing sebagai

    subsistemyang meliputi aspek sosial budaya, ekonomi dan

    fisik, dengan corak ragam yang berbeda antara subsistem yang

    satu dengan yang lain, dan dengan daya dukung lingkungan

    yang berlainan. Pembinaan dan pengembangan yang

    didasarkan pada keadaan daya dukung lingkungan akan

    meningkatkan keselarasan dan keseimbangan subsistem yasng

    berarti juga menigkatkan ketahanan subsistem. 23

    Menurut Emil Salim, secara umum lingkungan hidup

    diartikan sebagai segala benda, kondisi, keadaan, dan

    pengaruh yang terdapat dalam ruangan yang kita tempati, dan

    mempengaruhi hal yang hidup termasuk kehidupan manusia.

    Sedangkan Soejono mengartikan lingkungan hidup sebagai

    lingkungan hidup fisik atau jasmani yang mencakup dan

    meliputi semua unsur dan faktor fisik jasmaniah yang

    terdapat dalam alam. 24

    Pengertian pembangunan berwawasan lingkungan

    menurut Pasal 1 butir 13 Undang-undang Nomor 23 Tahun

    1997 adalah upaya sadar dan berencana menggunakan dan

    mengelola sumber daya secara bijaksana dalam pembangunan

    yang berkesinambungan untuk meningkatkan mutu hidup.

    23. Harun M. Husein,Lingkungan Hidup, Pengelolaan dan Penegakan Hukumnya, Sinar

    Grafika, Jakarta,t, hal. 48 .24. Harun. M. Husein .Ibid, hal 7.

    17

  • 8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan

    18/128

    Mengacu pada The World Commission on

    Enveronmental and Development menyatakan bahwa

    pembangunan berwawasan lingkungan adalah proses

    pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan generasi masa

    sekarang tanpa mengesampingkan atau mengorbankan

    kemampuan generasi mendatang dalam memenuhi

    kebutuhannya. Selanjutnya Holdren dan Erlich dalam Zul

    Endria (2003) menyebutkan tentang pembangunan

    berkelanjutan dengan terpeliharanya Total Natural Capital

    Stock pada tingkat yang sama atau kalau bisa lebih tinggi

    dibanding dengan keadaan sekarang.

    Pembangunan berkelanjutan yang dikonsep oleh Stren,

    While, dan Whitney sebagai suatu interaksi antara tiga

    sistem : Sistem biologis dan sumber daya , sistem ekonomi

    dan sistem sosial, yang dikenal dengan konsep trilogi

    keberlanjutan; ekologi-ekonomi,sosial. Konsep keberlanjutan

    tersebut menjadi semangkin sulit dilaksanakan terutama di

    negara berkembang.

    Menurut Hariyadi sebagaimana dikutip oleh Zul

    Endria (2003) pembangunan berwawasan lingkungan

    memerlukan tatanan agar sumber daya alam dapat secara

    berlanjut menunjang pembangunan, pada masa kini dan

    mendatang, generasi demi generasi dan khususnya dalam

    18

  • 8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan

    19/128

    meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Prinsip

    pembangunan berkelanjutan mencakup pemikiran aspek

    lingkungan hidup sedini mungkin dan pada setiap tahapan

    pembangunan yang memperhitungkan daya dukung

    lingkungan dan pembangunan dibawah nilai ambang batas.

    Sejak dilaksanakannya Konferensi Stockholm 1972,

    masalah-masalah lingkungan hidup mendapat perhatian secara

    luas dari berbagai bangsa. Sebelumnya sekitar tahun 1950-an

    masalah-masalah lingkungan hidup hanya mendapat perhatian

    dari kalangan ilmuan. Sejak saat itu berbagai himbauan

    dilontarkan oleh pakar dari berbagai disiplin ilmu tentang

    adanya bahaya yang mengancam kehidupan, yang disebabkan

    oleh pencemaran dan perusakan lingkungan hidup.25 Masalah

    lingkungan timbul pada dasarnya karena :

    a. Dinamika penduduk

    b. Pemanfaatan dan pengelolaan

    sumber daya yang kurang bijaksana

    c. Kurang terkendalinya pemanfaatan

    akan ilmu pengetahuan dan teknologi

    maju

    d. Dampak negatif yang sering timbuldari kemajuan ekonomi yang

    seharusnya posistif

    e. Benturan tata ruang

    Dengan adanya Stockholm Declaration,

    perkembangan hukum lingkungan memperoleh dorongan yang

    kuat. Keuntungan yang tidak sedikit adalah mulai tumbuhnya

    25 . Harun. M. Husein,Ibid, hal. 1.

    19

  • 8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan

    20/128

    kesatuan pengertian dan bahasa diantara para ahli hukum

    dengan menggunakan Stockhlom Declaration sebagai referensi

    bersama. Perkembangan baru dalam pengembangan

    kebijaksanaan lingkungan hidup didorong oleh hasil kerja

    World Commission on the Enveronment and Development

    (WCED). 26

    WCED mendekati masalah lingkungan dan

    pembangunan dari enam sudut pandang, yaitu;27

    a. Keterkaitan (interdependency)

    Sifat perusakan yang kait mengkait (interdependent)

    diperlukan pendekatan lintas sektoral antar negara.

    b. Berkelanjutan (sustainability)

    Berbagai pengembangan sektoral memerlukan sumber daya

    alam yang harus dilesterikan kemampuannya untuk

    menunjang proses pembangunan secara berkelanjutan.

    Untuk itu perlu dikembangkan pula kebijaksanaan

    pembangunan berkelanjutan dengan wawasan lingkungan

    c. Pemerataan ( equity)

    Desakan kemiskinan bisa mengakibatkan eksploitasi

    sumber daya alam secara berlebihan, untuk itu perlu

    diusahakan kesempatan merata untuk memperoleh sumber

    daya alam bagi pemenuhan kebutuhan pokok

    d. Sekuriti dan resiko lingkungan (securiry and environmental

    risk)Cara-cara pembangunan tanpa memperhitungkan dampak

    negatif kepada lingkungan turut memperbesar resiko

    lingkungan. Hal ini perlu ditanggapi dalam pembangunanberwawasan lingkungan.

    e. Pendidikan dan komunikasi (education and

    communication)Penduduk dan komunikasi berwawasan lingkungan

    dibutuhkan untuk ditingkatkan di berbagai tingkatan

    penduduk dan lapisan masyarakat.

    f. Kerjasama Internasional (international cooperation)

    Pola kerjasama internasional dipengaruhi oleh pendekatan

    pengembangan sektoral, sedangkan pertimbangan

    26. Ibid27 . Ibid

    20

  • 8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan

    21/128

    lingkungan kurang diperhitungkan, karena itu perlu

    dikembangkan pula kerjasama yang lebih mampu

    menanggapi pembangunan yang berwawasan lingkungan.

    Untuk menganalisis berbagai kendala yang dihadapi

    dalam pembangunan yang berwawasan lingkungan, maka dapat

    digunakan keenam segi penglihatan tersebut di atas. masalah-

    masalah tersebut adalah sebagai berikut; (1) perspektif

    kependudukan, pembangunan ekonomi, teknologi dan

    lingkungan; (2) pengembangan energi berwawasan lingkungan,

    termasuk masalah C02,polusi udara, hujan asam, kayu bakar,

    dan konversi sumber energi yang bisa diperbaharui dan lain-

    lain; (3) pengembangan industri berwawasan lingkungan,

    termasuk di dalamnya masalah pencemaran kimia, pengelolaan

    limbah dan daur ulang; (4) pengembangan pertanian

    berwawasan lingkungan, termasuk erosi lahan, diversivikasi,

    hilangnya lahan pertanian, terdesaknya habitat wildlife, (5)

    kehutanan, pertanian dan lingkungan, termasuk hutan tropis

    dan diversitas biologi; (6) hubungan ekonomi internasional dan

    lingkungan, termasuk disini bantuan ekonomi, kebijaksanaan

    moneter, kebijaksanaan perdagangan, dan internasional

    externalities; dan (7) kerjasama internasional.28

    Selanjutnya dalam World Summit on sustainable

    Development (WSSD) yang diselenggarakan di Johannesburg,

    28 . R.M. Gatot P. Soemartono, Op. Cit, hal 35.

    21

  • 8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan

    22/128

    Afrika Selatan tanggal 26 Aguatus-4 Sepetember 2002

    ditegaskan kembali kesepakatan untuk mendukung

    pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development)

    dengan menetapkan The Johannesburg Declaration on

    Sustainable Development yang terdiri atas; 29

    a. From our Origin to the future

    b. From Stockholm to Rio de Janei to

    Johannesburg

    c. The Challenge we Faced. Our Commitment to Sustainable

    Development

    e. Making it Happen

    Sebagai tindak lanjut ditetapkan pula World Summit

    Sustainable Development, Plan of Implementation yang

    mengedepankan integrasi tiga komponen pembangunan

    berkelanjutan yaitu pembangunan ekonomi, pembangunan

    sosial dan perlindungan lingkungan sebagai tiga pilar kekuatan.

    Pada konfrensi Nasional Pembangunan Berkelanjutan yang

    dilaksanakan di Yokyakarta tanggal 21 Januari 2004,

    Kesepakatan Nasional dan Rencana Tindak Pembangunan

    Berkelanjutan diterima oleh Presiden RI dan menjadi dasar

    semua pihak untuk melaksanakannya.30

    Dalam kaitannya dengan hal diatas, menurut Emil

    Salim terdapat lima pokok ikhtiar yang perlu dikembangkan

    dengan sungguh-sungguh untuk melaksanakan pembangunan

    29. Siti Sundari Rangkuti, Hukum Lingkungan dan Kebijaksanaan Lingkungan Nsional,

    Edisi ketiga, Airlangga University Press, Surabaya, 2005. hal. 59.30. Ibid. hal. 60 .

    22

  • 8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan

    23/128

    yang berwawasan lingkungan, yaitu :31

    a. Menumbuhkan sikap kerja berdasarkan kesadaran saling

    membutuhkan antara satu dengan

    yang lain. Hakikat lingkungan

    hidup adalah memuat hubungan

    saling kait mengkait dan

    hubungan saling membutuhkan

    antara satu sektor dengan sektor

    lainnya, antara satu negara

    dengan negara lain, bahkan

    antara generasi sekarang dengan

    generasi mendatang. Oleh karenaitu diperlukan sikap kerjasama

    dengan semangat solidaritas

    b. Kemampuan menyerasikan

    kebutuhan dengan kemampuan

    sumber alam dalam

    menghasilkan barang dan jasa.

    Kebutuhan manusia yang terus

    menerus meningkat perlu

    dikendalikan untuk disesuaikan

    dengan pola penggunaan sumber

    alam secara bijaksana.

    c. Mengembangkan sumberdaya

    manusia agar mampu

    menanggapi tantangan

    pembangunan tanpa merusak

    lingkungan

    d. Mengembangkan kesadaran

    lingkungan di kalangan

    masyarakat sehingga tumbuh

    menjadi kesadaran berbuat.

    e. Menumbuhkan lembagalembaga-lembaga swadaya

    masyarakat yang dapat

    mendayagunakan dirinya untuk

    menggalakkan partisipasi

    masyarakat dalam mencapai

    tujuan pengelolaan lingkungan

    hidup.

    31. R.M. Gatot P. Soemartono, Op. Cit. hal 200.

    23

  • 8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan

    24/128

    1.5.1.3 Prinsip Pembangunan Berkelanjutan

    Pembangunan dilakukan dilakukan oleh setiap negara,

    baik negara maju maupun negara berkembang dengan maksud

    untuk mensejahterakan warganya. Tetapi yang menjadi

    keprihatinan sekarang adalah adanya desakan semakin keras

    untuk melanjutkan pola pembangunan konvensional, terutama

    di negara berkembang disebabkan oleh pertambahan

    penduduk yang semakin banyak dan keinginan mengatasi

    kemiskinan yang cukup parah.32

    Untuk mempertahankan fungsi keberlanjutan dalam

    meningkatkan kualitas hidup manusia maka ada beberapa

    prinsip kehidupan yang berkelanjutan yang seharusnya

    diadopsi kedalam pembangunan. Imam Supardi merinci

    prinsip tersebut sebagai berikut :

    a. Menghormati dan memelihara

    komunitas kehidupan.

    Prinsip ini mencerminkan kewajiban untuk peduli kepadaorang lain dan kepada bentuk-bentuk kehidupan lain,

    sekarang dan dimasa datang.

    b. Memperbaiki kualitas hidup

    manusia

    Tujuan pembangunan yang sesungguhnya adalah

    memperbanyak mutu hidup manusia. Ini sebuah proses

    yang memungkinkan manusia menyadari potensi mereka,

    membangun rasa percaya diri mereka dan masuk kehidupan

    yang bermanfaat dan berkecukupan

    c. Melestarikan daya hidup dan

    32. Imam Supardi.Lingkungan Hidup & Kelestariannya, Alumni Bandung 2003, hal.209

    24

  • 8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan

    25/128

    keanekaragaman bumi

    Prinsip ini menuntut kita untuk :

    1) Melesterikan sistem-sistem penunjang

    kehidupan

    2) Melestarikan

    keanekaragaman hayati

    3) Menjamin agar

    penggunaan sumber daya

    yang dapat diperbaharui

    berkelanjutan

    d. Menghindari sumber daya yang

    tidak terbarukan.

    Sumber daya yang tidak terbarukan adalah bahan-bahanyang tidak dapat digunakan secara berkelanjutan. Tetapi

    umur mereka dapat diperpanjang dengan cara daur ulang,

    penghematan atau dengan gaya pembuatan suatu produk

    pengganti bahan-bahan tersebut

    e. Berusaha untuk tidak melampaui

    kapasitas daya dukung bumi.

    Kapasitas daya dukung ekosistem bumi mempunyai batas-

    batas tertentu. Sampai tingkat tertentu ekosistem bumi dan

    biosfer masih bertahan terhadap gangguan atau beban tanpa

    mengalami kerusakan yang membahayakan

    f. Mengubah sikap dan gaya hidup

    orang perorang

    Guna menerapkan etika baru untuk hidup berkelanjutan,

    kita harus mengkaji ulang tata nilai mensyarakat dan

    merubah sikap mereka. Masyarakat harus memperkenalkan

    nilai-nilai yang mendukung etika baru ini dan

    meninggalkan nilai-nilai yang tidak sesuai dengan falsafah

    hidup berkelanjutan

    g. Mendukung kreatifitas masyarakat

    untuk memelihara lingkungan

    sendirih. Menyediakan kerangka kerja

    nasional untuk memadukan upaya

    pembangunan pelestarian. Dalam

    hal ini diperlukan suatu program

    nasional yang dimaksud untuk

    menciptakan kehidupan yang

    berkelanjutan

    i. Menciptakan kerjasama global

    Untuk mencapai keberlanjutan yang global, maka harus ada

    kerjasama yang kuat dari semua negara. Tingkat

    pembangunan di setiap negara tidak sama. Negara-negara

    25

  • 8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan

    26/128

    yang penghasilannya rendah harus dibantu agar bisa

    membangun secara berkelanjutan

    Kesembilan prinsip diatas, sebetulnya bukan

    merupakan hal yang baru. Prinsip-prinsip tersebut

    mencerminkan pertanyaan pertanyaan yang telah sering

    muncul dalam berbagai pemberitaan mengenai perlunya

    persamaan hak, pembangunan yang berkelanjutan, dan

    pelestarian alam.

    Selanjutnya Sudharto P. Hadi mengemukakan empat

    prinsip pembangunan berkelanjutan, yaitu:33

    a. Pemenuhan kebutuhan dasar baik

    materi maupun non-materi.

    Pemenuhan kebutuhan materi sangat penting karena

    kemiskinan dipandang baik sebagai penyebab maupun

    hasil dari penurunan kualitas lingkungan. Kerusakan

    lingkungan menyebabkan timbulnya kemiskinan dan

    penurunan kualitas hidup, karena masyarakat tidak lagi

    memiliki sumber daya alam yang bisa dijadikan aset untuk

    menopang kehidupan.

    Kebutuhan non-materi yang dicerminkan dalam suasana

    keterbukaan, bebas dari rasa tertekan, demokratis yang

    merupakan syarat penting bagi masyarakat untuk bisa

    mengambil bagian dalam pengambilan keputusan yang

    mempengaruhi kehidupan mereka. Keikutsertaan

    masyarakat akan mampu meningkatkan kualitas

    keputusan, karena sesungguhnya mayarakat adalah para pakar lokal dalam arti lebih memahami kondisi dan

    karakter lingkungan di sekitar tempat tinggal mereka,

    adanya kesempatan menyampaikan pendapat akan

    menumbuhkan perasaan sebagaipart of process.b. Pemeliharaan lingkungan.

    Berkaitan dengan pemeliharaan lingkungan, ada dua

    prinsip penting yaitu prinsip konservasi dan mengurangi

    konsumsi. Pemeliharaan lingkungan hidup sebenarnya

    sangat terkait dengan prinsip pemenuhan kebutuhan

    33. Sudharto P. Hadi, Dimensi Lingkungan Perencanaan Pembangunan, Gadjah Madauniversity Press, Yogyakarta, 2001 , hal . 44.

    26

  • 8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan

    27/128

    manusia. Bahkan jika kerusakan sudah sedemikian parah

    akan mengancam

    Eksistensi manusia itu sendiri. Tidak berlebihan jikadikatakan bahwa penyebab pencemaran dan kerusakan

    lingkungan adalah salah satu bentuk pelanggaran hak

    asasi manusia (HAM). Oleh karena itu konservasi

    dimaksudkan untuk perlindungan lingkungan. Sedangkan

    prinsip mengurangi konsumsi bermakna ganda. Pertama,

    mengurangi konsumsi ditujukan pada negara maju

    sehubungan dengan pola konsumsi energi yang besar,

    yang menyebabkan terjadinya polusi dan penurunan

    kualitas lingkungan. Kedua , perubahan pola konsumsi

    merupakan seruan yang ditujukan kepada siapa saja

    (sebagai individu) baik di negara maju maupun di negaraberkembang agar mengurangi beban bumi.

    c. Keadilan Sosial

    Berkaitan dengan keadilan , prinsip keadilan masa kini

    menunjukkan perlunya pemerataan dalam prinsip

    pembangunan. Keadilan masa kini berdimensi luas

    termasuk di dalamnya pengalokasian sumber daya alam

    antara daerah dan pusat. Sedangkan keadilan masa depan

    berarti perlunya solidaritas antar generasi. Hal ini

    menunjukkan perlunya pengakuan akan adanya

    keterbatasan (limitations) sumber daya alam yang harusdiatur penggunaannya agar tidak mengorbankan

    kepentingan generasi yang akan datang.

    d. Penentuan nasib sendiri

    Penentuan nasib sendiri meliputi prinsip terwujudnya

    masyarakat mandiri dan partisipatori demokrasi.

    Masyarakat mandiri ( self relient community) adalah

    masyarakat yang mampu mengambil keputusan sendiri

    atas hal-hal yang berkaitan dengan nasib dan masa

    depannya. Hal ini termasuk penentuan alokasi sumber-

    sumber daya alam. Sedangkan prinsip partisipasi

    demokrasi adalah adanya keterbukaan dan transparansi.Dengan memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk

    mengambil bagian dalam setiap proses pengambilan

    keputusan yang menyangkut nasib mereka, maka

    masyarakat akan merasa menjadi bagian dari proses

    sehingga tumbuh rasa memiliki dan pada gilirannya bisa

    memperoleh manfaat atas perubahan yang terjadi di

    sekitar mereka.

    Prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan di atas,

    akan bisa terwujud jika didukung oleh pemerintah yang baik

    27

  • 8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan

    28/128

    ( good governance). Dari uraian tentang prinsip-prinsip

    pembangunan berkelanjutan di atas, nampak bahwa konsep ini

    menghendaki suatu transformasi dalam pola kehidupan dan

    kelembagaan.

    Jika interpretasi tentang pembangunan berkelanjutan

    termasuk mengurangi konsumsi dari negara-negara industri,

    maka agendanya akan meliputi perubahan perilaku dan gaya

    hidup. Dalam hal ini berkaitan dengan bagaimana mendorong

    konsumsi barang-barang non material dan jasa dari pada

    energi dan barang-barang konsumtif.

    1.5.2 Kerangka Koseptual

    1.5.2.1 Istilah dan Pengertian Hukum Lingkungan

    St. Munadjat Danusaputro seperti dikutip oleh

    Supriadi menyebutkan beberapa peristilahan hukum

    lingkungan dalam beberapa bahasa asing adalah : bahasa

    Malaysia Hukum alam seputar bahasa Tagalok Batas nan

    kapaligiran bahasa Thailand Sin-ved-lom-kwahm, bahasa

    Jerman Umweltrecht bahasa Inggeris Environmental

    Law, bahasa Belanda Millieurecht, bahasa Arab Qanun

    Al Biah sedangkan Indonesia memakai istilah Hukum

    lingkungan.34

    Hukum lingkungan dalam pengertiannya yang

    34 . Supriadi.Hukum Lingkungan di Indonesia Sebuah Pengantar. Jakarta. 2006. hal. 169

    28

  • 8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan

    29/128

    sederhana dapat diterangkan sebagai hukum yang mengatur

    tatanan lingkungan (lingkungan hidup) dengan tujuan untuk

    memelihara dan melindungi lingkungan hidup agar dapat

    berlangsung secara teratur dan diikuti serta ditaati oleh semua

    pihak. Oleh karena itu tujuan tersebut dituangkan kedalam

    peraturan-peraturan hukum dengan demikian lahirlah apa

    yang disebut hukum lingkungan.

    Pasal 1 Undang-Undang No. 23 Tahun 1997

    menyebutkan bahwa hukum lingkungan (lingkungan hidup)

    adalah kesatuan ruang dan semua benda, daya dan keadaan,

    dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang

    mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan

    kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.

    St. Munadjat Danusaputro seperti yang dikutip oleh

    Mohammad Taufik Makarao membedakan antara hukum

    lingkungan modern yang berorientasi kepada lingkungan atau

    environment law dan hukum lingkungan klasik yang

    berorientasi pada penggunaan lingkungan use-oriented law.

    Hukum lingkungan modern menetapkan ketentuan dan

    norma-norma guna mengatur tindak perbuatan manusia

    dengan tujuan untuk melindungi lingkungan dari kerusakan

    dan kemerosotan mutunya demi untuk menjamin

    kelestariannya agar dapat secara langsung terus menerus

    29

  • 8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan

    30/128

    digunakan oleh generasi sekarang maupun generasi-generasi

    mendatang. Sebaliknya hukum klasik menetapkan ketentuan

    dan norma-norma dengan tujuan terutama sekali untuk

    menjamin penggunaan eksploitasi sumber-sumber daya

    lingkungan dengan berbagai akal dan kepandaian manusia

    guna mencapai hasil semaksimal mungkin, dan dalam jangka

    waktu yang sesingkat singkatnya. Hukum lingkungan modern

    berorientasi kepada lingkungan, sehingga sifat dan wataknya

    juga mengikuti sifat dan watak dari lingkungan dan dengan

    demikian lebih banyak berguru kepada ekologi. Dengan

    orientasi kepada lingkungan ini, maka hukum lingkungan

    modern memiliki sifat utuh menyeluruh atau komprehensif-

    integral, selalu berada dalam dinamika dengan sifat dan

    wataknya yang luwes, sedang sebaliknya hukum lingkungan

    klasik bersifat sektoral, serba kaku dan sukar berubah.35

    Indonesia mempunyai sejarah perkembangan

    Hukum Lingkungan ditinjau dari segi perangkat perundang-

    undangannya, baik dari zaman Hindia Belanda, zaman

    Jepang dan zaman Kemerdekaan. Pada zaman-zaman tersebut

    telah banyak terlahir peraturan perundang-undangan yang

    mengatur mengenai lingkungan, tapi sifatnya hukum

    lingkungan klasik. Namun semangkin berkembang teknologi

    35 Mohammad Taufik Makarao. Aspek-aspek Hukum Lingkungan. Pt. Indek KelompokGramedia. Jakarta. 2006. hal. 3

    30

  • 8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan

    31/128

    dan globalisasi mengharuskan Indonesia melakukan

    perubahan perubahan atau perbaikan-perbaikan mengenai

    peraturan lingkungan atau hukum lingkungan yang sifatnya

    modern.

    Setelah melalui periode yang cukup panjang, maka

    masalah lingkungan hidup di Indonesia diatur dalam UU

    Nomor 4 Tahun 1982 Tentang Ketentuan ketentuan Pokok

    Pengelolaan lingkungan hidup (UULH), yang memuat

    ketentuan-ketentuan pokok dan mempunyai ciri sebagai

    berikut :36

    a. Sederhana tapi mencakup

    kemungkinan perkembangan

    dimasa depan, sesuai dengan

    keadaan, waktu dan tempat

    b. Mengandung ketentuan-ketentuan

    pokok sebagai dasar bagi peraturan

    pelaksanaan lebih lanjut

    c. Mencakup semua segi di bidang

    lingkungan hidup agar dapat

    menjadi dasar bagi pengaturan lebih

    lanjut masing-masing segi yang

    akan dituangkan dalam bentuk

    36 . Niniek Suparni. Pelestarian, Pengelolaan, dan Penegakan Hukum Lingkungan. SinarGrafika. Jakarta. 1994. hal. 56

    31

  • 8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan

    32/128

    peraturan sendiri

    UU Nomor: 4 Tahun 1982 terdiri dari 10 Bab, 24

    Pasal yang di dalam memuat instrumen penegakan hukum

    lingkungan yaitu, administrasi, perdata dan pidana. Kemudian

    UU Nomor : 4 Tahun 1982 ini disempurnakan menjadi UU

    Nomor : 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan

    Hidup (UUPLH), yang terdiri dari 11 Bab, 52 Pasal yang

    memuat mengenai segala macam aspek mengenai hukum

    lingkungan termasuk Baku Mutu Lingkungan, Amdal, Izin,

    dan sebagainya. UU ini merupakan pembaharuan dan

    penyempurnaan dari pengaturan lingkungan Indonesia,

    sehingga pengelolaan lingkungan memiliki landasan yang

    pokok. UUPLH mendasari kebijaksanaan lingkungan di

    Indonesia dan memberi fokus dalam pengelolaan lingkungan

    1.5.2.2 Penegakan Hukum Lingkungan

    Penegakan hukum tidak hanya dapat diandalkan

    pada ketegasan atau kerasnya penegakan hukum tersebut,

    penegakan hukum yang dikendaki ialah penegakan hukum

    yang tegas, tetapi arif dan bijaksana. Dalam penegakan hukum

    lingkungan teknik pendekatan terhadap masalah pelanggaran

    ketentuan pengelolaan lingkungan harus menggunakan teknik

    pendekatan yang komprehensif integral. Dalam corak

    32

  • 8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan

    33/128

    pendekatan yang demikian itu penegakan hukum yang

    dilaksanakan guna menunjang terlanjutkannya pembangunan

    berwawasan lingkungan.

    Menurut Kleijs-Wijnnobel sebagaimana dikutip oleh

    Takdir Rahmadi merumuskan lingkup dan pengertian

    penegakan hukum lingkungan sebagai berikut :

    De handhaving van het millieurecht beweegt zich op

    verschillende rechtsgebieden. Zowel het bertuursrecht, hetstrafrecht als het priveetrech spellen daarbij een rol . . .Wordt handhaving omchreven als het door controle enhet

    toepassen . . . van administratiefrechtlijke, strafrechtelijke of

    privaatrechtlike middelen bereiken dat de algemeen enindividueel geldende rechtsregels en voorschriften worden

    nageleefd . ( Penegakan hukum lingkungan bergerakdalam berbagai bidang hukum. Baik hukum administrasi,

    hukum pidana maupun hukum perdata memainkan

    peranannya Penegakan hukum diartikan sebagai pengawasan dan penerapan sarana-sarana hukum

    administrasi, hukum pidana atau hukum perdata agaraturan-aturan hukum dan persyaratan-persyaratan yang

    berlaku umum dan individu dipatuhi )37

    Dari rumusan tersebut diatas dapat disimpulkan

    bahwa dalam penegakan hukum lingkungan disamping

    pelaksanaan pengawasan, juga mutlak diperlukan sarana

    hukum administrasi, hukum perdata dan hukum pidana.

    Dengan penggunaan sarana hukum tersebut berarti dalam

    penegakan hukum lingkungan hidup sifatnya mencegah

    terjadinya pencemaran dan perusakan lingkungan hidup serta

    menanggulani terjadinya pencemaran dan perusakan

    37 Takdir Rahmadi. Hukum Pengelolaan bahan Berbahaya dan Baracun. AirlanggaUniversity Press. 2003. hal. 23

    33

  • 8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan

    34/128

    lingkungan hidup.

    Menurut Benjamin Van Rooij sebagaimana di kutip

    oleh Lia Fajriani ada 6 (enam) faktor yang mempengaruhi

    penegakan hukum lingkungan yaitu ;38

    1. Macro-levee political, social and economic factors (the

    general contexs) factor-faktor social, ekonomi dan

    politik tingkat makro. Factor ini mecakup :

    a. Seberapa banyak sumber daya uang memang

    dipergunakan atau dialokasikan untuk upaya

    penegakan hukumb. Apakah negara tersebut dalam masa krisis

    c. Stabilitas sosial masyarakat atau negara yang

    stabilitasnya kacau, jelas penegakan hukum

    lingkungannya tidak berjalan

    d. Kesadaran masyarakat terhadap lingkungan hidup.

    Apabila kesadaran masyarakatnya tinggi, maka

    penegakan hukumnya akan berjalan pula.

    Faktor sosial ekonomi dan politik dapat

    mempengaruhi penegakan hukum lingkungan. Bila

    sosial ekonomi suatu negara tinggi, maka penegakan

    hukum terlaksna dengan cepat, karena untuk

    penegakan hukum lingkungan membutuhkan sarana

    yang besar dan biaya yang tinggi dalam kegiatannya.

    Negara membutuhkan dana yang tinggi untuk

    pelestarian dan pengelolaan lingkungan hidup. Faktor

    politik juga sangat mempengaruhi penegakan hukum

    lingkungan, bila negara dalam keadaan kacau

    bagaimana penegakan hukum dapat dilakukan, dan

    pengaruh-pengaruh politik dari luar juga sangat

    menentukan. Apabila negara hanya mementingkan

    keuntungan sekelompok orang atau merugikanmasyarakat banyak, maka penegakan hukum

    lingkungan sulit untuk dilaksanakan.

    2. Law (faktor Undang-undang yang berlaku)a. Apakah faktor hukumnya bebas dari pengaruh politik

    atau tidak

    b. Peraturan perundang-undangan. Apakah peraturan itu

    memuat perlindungan hukum atau tidak dan apakah

    cukup aspek perlindungannya

    38 Lia Fajriani. Kepatuhan dan Penegakan Hukum Yang Berkaitan Dengan AMDAL,UKL dan UPL di Kota Padang. .2005. Tesis.. hal. 13 - 18

    34

  • 8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan

    35/128

    c. Kejelasan dan kepastian hukum dari perundang-

    undangan itu sendiri

    d. Sanksi-sanksi dari hukum itu sendirie. Untuk menegakkan hukum lingkungan faktor yang

    sangat menentukan adalah peraturan yang mengatur

    hukum lingkungan itu sendiri. Apakah peraturan

    mengenai hukum lingkungan sudah memadai atau

    belum. Apakah dalam perundang-undangan tersebut

    juga memuat sanksi-sanksi yang tegas terhadap pelaku

    perusakan dan pencemaran lingkungan.

    3. Intern Institutional Factors (faktor-faktor antarkelembagaan)

    a. Kepemimpinan dari kelembagaan. Kepemimpinan ini

    sangat berpengaruh dalam suatu kelembagaan untuk penegakan hukum lingkungan. Apakah pemimpin

    tersebut mampu memberikan arahan kepada

    bawahannya untuk pengelolaan lingkungan hidup

    b. Institusi-institusi pelengkap (lembaga pendukung)

    misalnya dalam lingkungan Bapedal institusi

    pelengkpanya adalah pihak kepolisian, ada peran serta

    polisi dsan kejaksaan, dimana pihak-pihak tersebut

    harus saling mendukung

    c. Keputusan hukum untuk bertindak atau tidak terhadap

    keluhan mengenai masalah lingkungan. Hal ini

    tergantung pada keadaan dari si korban atau pengadu.

    Ini dapat dilihat apabila korbannya lemah atau dari

    golongan kurang mampu sering pengaduannya lamban

    untuk ditanggapi dan sebaliknya. Disini berarti hukum

    tergantung dari siapa pengadu yang mempunyai daya

    sumber yang kuat maka hukum tersebut akan tegak

    d. Si pelanggar, bagi si pelanggar berlaku hal yang sama

    seperti pengadu. Apabila si pelanggar kuat maka

    penegakan hukumnya lemah atau tidak berjalan dan

    begitu juga sebaliknya.

    e. Instansi sejenis. Seperti halnya Bapedal pusat danBapedal daerah yang mempunyai kewenangan di

    tempat yang berbeda. Dalam hal ini terdapat adanya

    kerjasama antara instansi tersebut dalam menangani

    masalah dan kasus-kasus lingkungan pada daerah

    masing-masing

    f. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) lingkungan.

    LSM diharapkan mampu membawa dan membantu

    masyarakat dalam menyelesaikan masalah lingkungan.

    g. Masyarakat setempat. Apabila tekanan dari

    masyarakat kuat maka semangkin kuat pula penegakan

    hukum lingkungannya.

    35

  • 8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan

    36/128

    4. Internal Institutional Factors (faktor-faktor internalkelembagaan).

    Suatu lembaga mempunyai suatu tujuan yang jelas untukmenegakkan hukum lingkungan. Sumber daya alam yang

    dimiliki baik itu berupa uang maupun peralatannya.

    Begitu pula dengan budaya organisasi seperti disiplin

    kerja dan semangat kerja. Hal tersebut sangat

    mempengaruhi pada penegakan hukum lingkungan.

    5. Case Ralated Factors (Faktor-faktor yang berhubungandengan kasus itu sendiri).

    Faktor kasus, terkait pada siapa korban dan siapa

    pelanggar. Apakah kasus tersebut sampai pada penegakan

    hukum atau tidak, hal tersebut dapat dilihat dari faktor

    keseriusan kasus tersebut.6. Factors Related To The Individual agent( faktor terkait

    dengan pelaku individual).

    Faktor ini menyangkut kinerja dari aparat hukum. Apakah

    aparat hukum tersebut mampu menyelesaikan segala

    permasalahan yang datang dari pengadu atau korban

    1.5.2.3 Pembangunan Dan Lingkungan Hidup

    Peningkatan usaha pembangunan sejalan dengan

    peningkatan penggunaan sumber daya untuk menyokong

    pembangunan dan timbulnya permasalahan-permasalahan

    dalam lingkungan manusia. Pembangunan merupakan proses

    dinamis yang terjadi pada salah satu bagian dalam ekosistem

    yang akan mempengaruhi seluruh bagian. Kita tahu bahwa

    pada era pembangunan dewasa ini, suber daya bumi harus di

    kembangkan semaksimal mungkin secara bijaksana dengan

    cara-cara yang baik dan seefisien mungkin. 39

    Dalam pembangunan, sumber alam merupakan

    komponen yang penting karena sumber alam ini memberikan

    39. Imam Supardi, Lingkungan Hidup dan Kelesteriannya. Alumni, Bandung 2003. hal.73

    36

  • 8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan

    37/128

    kebutuhan asasi manusia. Dalam pembangunan sumber alam

    tadi hendaknya keseimbangan ekosistem tetap terpelihara.

    Acapkali meningkatnya kebutuhan proyek pembangunan,

    keseimbangan ini bisa terganggu, yang kadang-kadang bisa

    membahayakan kehidupan umat. Kerugian-kerugian dan

    perubahan-perubahan terhadap lingkungan perlu

    diperhitungkan, dengan keuntungan yang diperkirakan akan

    diperoleh dari suatu pembangunan. Itulah sebabnya dalam

    setiap usaha pembangunan, ongkos-ongkos sosial untuk

    menjaga kelestarian lingkungan perlu diperhitungkan. Sedapat

    mungkin tidak memberatkan kepentingan umum masyarakat

    sebagai konsumen hasil pembangunan tersebut.

    Beberapa hal yang dapat dipertimbangkan dalam

    mengambil keputusan-keputusan demikian, antara lain adalah

    kualitas dan kuantitas sumber daya alam yang diketahui dan

    diperlukan ; akibat-akibat dari pengambilan sumber kekayaan

    alam termasuk kekayaan hayati dan habisnya deposito

    kekayaan alam tersebut. Bagaimana cara pengelolaannya,

    apakah secara tradisional atau memakai teknologi modern,

    termasuk pembiayaannya dan pengaruh proyek pada

    lingkungan, terhadap memburuknya lingkungan serta

    kemungkinnan menghentikan pengrusakan lingkungan dan

    menghitung biaya-biaya serta alternatifnya.

    37

  • 8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan

    38/128

    Hal-hal tersebut di atas hanya merupakan sebagian

    dari daftar persoalan, atau pertanyaan yang harus

    dipertimbangkan bertalian dengan setiap proyek pembagunan,

    juga sekedar menggambarkan masalah lingkungan yang masih

    harus dirumuskan kedalam pertanyaan-pertanyaan kongkrit

    yang harus dijawab. Setelah ditemukan jawaban-jawaban

    yang pasti atas pertanyaan-pertanyaan tadi, maka disusun

    pedoman-pedoman kerja yang jelas bagi pelbagai kegiatan

    pembangunan baik berupa industri atau bidang lain yang

    memperhatikan faktor perlindungan lingkungan hidup.

    Dalam rangka pembangunan dan pemanfaatan

    sumber-sumber alam yang dapat diperbaharui, hendaknya

    selalu diingat dan diperhatikan hal-hal sebagai berikut ; 40

    a. Generasi yang akan datang harus tetap mewarisi suatu

    alam yang masih penuh sumber kemakmuran untuk dapat

    memberi kehidupan kepada mereka

    b. Tetap adanya keseimbangan dinamis diantara unsur-unsur

    yang terdapat di alam

    c. Dalam penggalian sumber-sumber alam harus tetap

    dijamin adanya pelestarian alam, artinya pengambilan

    hasil tidak sampai merusak terjadinya autoregenerasi dari

    sumber alam tersebut.

    d. Perencanaan kehidupan manusia hendaknya tetap dengan

    40.Ibid. hal. 77

    38

  • 8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan

    39/128

  • 8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan

    40/128

    1.6.1 Lokasi Penelitian

    a. Penelitian lapangan (field research) dilakukan pada 2 (dua) daerah

    di Provinsi Sumatera Barat yaitu :

    1) Kota Padang, yaitu terhadap

    Pembangunan Sentral Pasar

    Raya, bekas Terminal Goan

    Hoat Padang. Dibangunnya

    bekas terminal ini sebagai

    pusat

    pertokoan/perbelanjaan

    telah menimbulkan

    kemacetan dan kesemrautan

    kota yang pada akhirnya

    menjadi masalah

    lingkungan.

    2) Kota Bukittinggi. Yaitu

    terhadap pembangunan

    Gedung Parkir dan Pusat

    Perbelanjaan Pasar Banto.

    Pembangunan kembali Pasar

    Banto ini juga menimbulkan

    kemacetan dan kesemrautan

    40

  • 8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan

    41/128

    kota Bukittinggi yang

    seyogianya harus indah dan

    asri mengingat Bukittinggi

    adalah Kota Wisata yang

    menjadi pusat perhatian bagi

    wisatawan baik dari dalam

    maupun luar negeri.

    Sebaiknya Pusat

    Perdagangan / Pertokoan ini

    dibangun kearah pinggiran

    kota, sehingga citra Kota

    Bukittinggi sebagai Kota

    Wisata dapat dipertahankan

    b. Penelitian Kepustakaan (library research) dilakukan :

    1) Perpustakaan Daerah Sumatera Barat

    2) Perpustakaan Universitas Andalas

    3) Perpustakaan Pascasarjana Universitas Andalas

    1.6.2 Pengumpulan data dan instrumen penelitian

    Pengumpulan data lapangan dilakukan dengan cara :

    a. Wawancara ( Interview)

    Yaitu dengan melakukan wawancara bebas dengan para

    41

  • 8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan

    42/128

    informan yaitu para pejabat yang membidangi AMDAL di

    Bapedalko Padang dan Bukittinggi serta pejabat yang

    membidangi masalah perizinan di Dinas Tata Kota , Kota Padang,

    dan Kota Bukittinggi dan juga melakukan wawancara dengan

    beberapa orang eks pedagang yang pernah berusaha di Teminal

    Goan Hoat Padang dan Pasar Banto Bukittinggi.

    b. Dokumen

    Maksudnya dengan melakukan pengambilan objek

    dokumen-dokumen hasil monitoring atau objek surat dan kliping

    Koran yang relevan dengan penelitian ini

    1.6.3 Jenis Data

    Jenis data terdiri dari :

    a. Data Primer

    Data primer merupakan sumber data yang diperoleh secara

    langsung dari informan. Di dalam penelitian ini yang akan

    menjadi informan adalah pejabat yang membidangi AMDAL di

    Bapedalda dan pejabat yang membidangi perizinan di Kantor

    Dinas Tata Kota

    b. Data Sekunder yang terdiri dari :

    1) Bahan Hukum Primer yaitu mempelajari peraturan perundang-

    undangan tentang pengelolaan lingkungan hidup dan

    peraturan-peraturan lainnya yang terkait dengan dokumen

    42

  • 8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan

    43/128

    AMDAL

    2) Bahan Hukum Sekunder, yaitu mempelajari berbagai literatur

    (buku-buku, makalah, laporan penelitian, jurnal) yang

    berkaitan dengan masalah penegakan hukum lingkungan.

    1.6.4 Pengolahan dan analisis data

    Setelah data dikumpulkan kemudian dicatat, dianalisis dan

    interpretasikan. Dalam menganalisa dihubungkan dengan peraturan

    perundang-undangan yang terkait dan teori yang mendukung

    penelitian ini. Setelah itu dirumuskan dalam bentuk uraian dan

    akhirnya ditarik suatu kesimpulan sesuai dengan permasalahan yang

    dikemukakan.

    43

  • 8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan

    44/128

    43BAB II

    ANALASIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL), UPAYA

    PENGELOLAAN LINGKUNGAN (UKL) DAN UPAYA PEMANTAUAN

    LINGKUNGAN (UPL)

    2.1 Pengertian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

    Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah suatu

    proses studi formal yang digunakan untuk memprediksi dampak lingkungan

    dari kegiatan pembangunan. AMDAL ini bertujuan untuk menjamin agar

    dampak potensial dapat diketahui lebih dini dan ditangani pada tahap awal

    rencana dan disain proyek. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa Analisis

    Mengenai Dampak Lingkungan bermanfaat untuk (1) memprediksi dampak

    setiap kegiatan terhadap lingkungan hidup, (2) mencari jalan untuk

    mengurangi dampak negatif dan mengembangkan dampak positifnya, dan (3)

    menyajikan hasil analisis serta alternatif bagi pengambilan keputusan

    berkaitan dengan persyaratan penataan lingkungan hidup.41

    AMDAL merupakan ketentuan yang penting dalam Undang-Undang

    Lingkungan Hidup. Khususnya dalam upaya pembangunan yang

    berkelanjutan (Sustainable Development). AMDAL dapat ditinjau dari

    pengertian yuridisnya, yaitu berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun

    1997 dan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999.

    Pasal 1 butir (21) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 dan Pasal 1

    butir (1) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 menyatakan :

    Analisis mengenai dampak lingkungan adalah kajian mengenai dampak

    41 . Moh. Askin. Op. Cit. hal. 47

  • 8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan

    45/128

  • 8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan

    46/128

    tersebut kepada komisi AMDAL untuk dinilai.

    3. Hasil penilaian dari komisi AMDAL disampaikan kembali kepada

    instansi yang bertanggung jawab untuk mengeluarkan keputusan dalam

    jangka waktu 75 hari. Apabila dalam jangka waktu yang telah

    disediakan, ternyata belum diputus oleh instansi yang bertanggung

    jawab, maka dokumen tersebut tidak layak lingkungan.

    4. Apabila dalam jangka waktu yang telah ditentukan, ternyata instansi

    yang bertanggung jawab mengeluarkan keputusan penolakan karena

    dinilai belum memenuhi pedoman teknis AMDAL yang ada, maka

    kepada pemrakarsa diberi kesempatan untuk memperbaikinya.

    5. Hasil perbaikan dokumen AMDAL oleh pemrakarsa diajukan kembali

    kepada instansi yang bertanggung jawab untuk diproses dalam memberi

    keputusan sesuai dengan Pasal 19 dan Pasal 20 Peraturan Pemerintah

    Nomor 27 Tahun 1999.

    6. Apabila dari dokumen AMDAL dapat disimpulkan bahwa dampak

    negatif tidak dapat ditanggulangi berdasarkan ilmu dan teknologi, atau

    biaya penanggulangan dampak negatif lebih besar dibanding dampak

    positifnya, maka instansi yang bertanggung jawab memutuskan bahwa

    rencana usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan tidak layak

    lingkungan.43

    Selanjutnya dalam prosedur/mekanisme AMDAL juga terdapat

    adanya peran serta masyarakat (inspraak), karena adanya asas terbuka bagi

    43 Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999, Bab III TentangTata Laksana, Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 59.

  • 8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan

    47/128

    masyarakat dalam memberikan masukan berupa saran, pendapat dan

    sebagainya mengenai dokumen AMDAL dari suatu rencana usaha/kegiatan.

    Hal ini dinyatakan secara tegas dalam Pasal 33 - Pasal 35 Peraturan

    Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999, kemudian penjabarannya diatur lebih

    lanjut oleh keputusan kepala Bapedal RI Nomor 8 tahun 2000 tentang

    Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi Dalam proses AMDAL.

    Pelaksanaan rencana usaha atau kegiatan, harus ditindak lanjuti

    dengan menempuh tahap perizinan. 44 Dengan demikian terlihat danya

    keterkaitan antara AMDAL dengan perizinan. Hal ini dinyatakan tegas dalam

    pasal 18 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 Yakni :

    Setiap Usaha dan/atau kegiatan yang menimbulkan dampak besar dan

    penting terhadap lingkungan hidup wajib memiliki analisis mengenai

    dampak lingkungan untuk memperoleh izin melakukan usaha dan/atau

    kegiatan.

    Perizinan dapat ditempuh oleh pemrakarsa jika dokumen AMDAL

    telah disetujui oleh instansi yang bertanggung jawab. Izin melakukan usaha

    dari rencana usaha atau kegiatan dapat diberikan oleh instansi yang

    berwenang dengan mencantumkan syarat dan kewajiban yang terdapat dalam

    RKL dan RPL. 45 Dokumen AMDAL berlaku seumur usaha atau kegiatan,

    oleh karena itu, hal-hal yang tertuang dalam dokumen AMDAL harus ditaati

    oleh pengelola, yang merupakan tindak lanjut pasca AMDAL akan

    dilaporkan secara berkala kepada instansi yang melakukan pemantauan

    lingkungan sesuai dengan tugas pokoknya dan instansi yang menangani

    44 Menteri Perindustrian dan Perdagangan, Keputusan Nomor 23/MPP/Kep/1998 tentang

    Lembaga-Lembaga Usaha Perdagangan.45 Frenadin Adegustara, op cit, hal 9

    47

  • 8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan

    48/128

    lingkungan hidup Provinsi dan Kabupaten/Kota. 46

    2.2 Peranan AMDAL Dalam Perencanaan Pembangunan

    Otto Soemarwoto menyatakan bahwa pembangunan diperlukan untuk

    mengatasi banyak masalah, termasuk masalah lingkungan. Namun

    pengalaman menunjukkan bahwa pembangunan dapat membawa dampak

    negatif terhadap lingkungan. Dampak negatif itu dapat berupa pencemaran

    dan kerusakan lingkungan hidup. Selanjutnya ia mengemukakan bahwa kita

    harus memperhitungkan dampak negatif dan berusaha untuk menekannya

    menjadi sekecil-kecilnya. Upaya yang dapat dilakukan untuk mewujudkan

    hal ini adalah dengan melakukan pembangunan yang berwawasan

    lingkungan yaitu lingkungan diperhatikan sejak mulai pembangunan itu

    direncanakan sampai pada operasi pembangunan itu. Dengan pemabngunan

    berwawasan lingkungan maka pembangunan dapat berkelanjutan.

    Makna Pembagunan Nasional bukan hanya untuk meningkatkan

    ekonomi tetapi pada dasarnya mempunyai arti yang lebih luas dari

    perkembangan ekonomi, yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan dalam arti

    luas dimana terkandung peningkatan mutu atau kualitas hidup. Untuk

    mencapai tujuan ini sumber daya manusia merupakan peran utama dalam

    memanfaatkan dan mengelola sumber daya alam untuk kepentingan manusia

    pula. Oleh karena itu untuk mengurangi kerusakan lebih lanjut, maka

    kebijaksanaan dalam mengelola sumber daya alam menjadi kunci utamanya.

    46 Ester Simon, Sigit Reliantoro dan Dadang Purnama (2004), Tanya Jawab AMDAL,Menjawab Berbagai Pertanyaan Umum Tentang AMDAL, Jakarta, hal 20

  • 8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan

    49/128

    Manusia dengan segala kemampuannya akan selalu berintegrasi

    dengan lingkungan hidupnya. Ia mempengaruhi dan dipengaruhi oleh

    lingkungan hidupnya. Makin besar perubahan itu makin besar pula pengaruh

    terhadap diri manusia. Untuk perubahan yang kecil manusia dengan mudah

    menyesuaikan dirinya dengan perubahan itu, tetapi dengan perubahan yang

    besar sering ada di luar kemampuan diri sehingga perubahan itu dalam hal-

    hal tertentu dapat mengancam kelangsungan hidup.47

    Makin maju teknologi, makin besar pula kemampuan manusia untuk

    merubah lingkungan. Pengaruh perubahan lingkungan akibat suatu kegiatan

    pembangunan terhadap masyarakat, ada yang memberikan keuntungan pada

    kehidupan sosial ekonomi, tetapi ada pula yang menimbulkan kerugian

    terhadap kesejahteraan rakyat sehingga menambah beban masyarakat dan

    mengurangi manfaat dari pembangunan itu.

    Uraian di atas dalam rangka pengelolaan sumber daya alam dan

    lingkungan hidup maka nampak gambaran bagi proyek-proyek yang akan

    dibangun atau yang telah berjalan, perlu diteliti sampai seberapa besar dapat

    meningkatkan kulitas lingkungan hidup setempat. Selain itu terkandung pula

    penegrtian seberapa besar dapat memaksimumkan manfaat (dampak positif)

    terhadap lingkungan yang mengandung makna harus dapat menciptakan

    kegiatan ekonomi baru dan penyedian fasilitas sosial ekonomi bagi

    masyarakat setempat. atau sebaliknya malah menurunkan kualitas ligkungan

    hidup dalam arti lebih banyak memberikan kerugian (dampak negatif) bagi

    47.. Soeryono Soekanto. Sosiologi Suatu Pengantar, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta2003.

    49

  • 8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan

    50/128

    masyarakat sekitar.

    Untuk mengatasi semua itu, analisa dampak lingkungan adalah salah

    satu cara pengendalian yang efektif untuk dikembangkan. AMDAL bertujuan

    untuk mengurangi atau meniadakan pengaruh-pengaruh buruk (negatif)

    terhadap lingkungan dan bukan menghambat ektifitas ekonomi. AMDAL

    pada hakekatnya merupakan penyempurnaan suatu proses perencanaan

    proyek pembangunan dimana tidak saja diperhatikan aspek sosial proyek itu,

    melainkan juga aspek pengaruh proyek itu terhadap sosial budaya, fisika,

    kimia dan lain-lain. 48

    Tujuan dan sasaran utama AMDAL adalah untuk menjamin agar

    suatu usaha atau kegiatan pembangunan dapat beroperasi secara

    berkelanjutan tanpa merusak dan mengorbankan lingkungan atau dengan

    kata lain usaha tau kegiatan tersebut layak dari segi aspek liongkungan.

    Sedangkan kegunaan AMDAL adalah sebagai bahan untuk mengambil

    kebijaksanaan (misalnya perizinan) maupun sebagai pedoman dalam

    membuat berbagai perlakuan penanggulangan dampak negatif.

    Secara umum kegunaan AMDAL adalah :49

    1. Memberikan informasi secara jelas mengenai suatu rencana usaha

    berikut dampak- dampak lingkungan yang akan ditimbulkannya.

    2. Menampung aspirasi, pengetahuan dan pendapat penduduk khusunya

    dalam masalah lignkungan sewaktu akan didirikannya suatu rencana

    proyek atau usaha

    48. S.P. Hadi, Aspek sosial Amdal Sejarah, Teori dan Metode, Gadjahmada University

    Press Yokyakarta, 199549. Ibid

  • 8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan

    51/128

  • 8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan

    52/128

    menghambat laju kerusakan lingkungan. Hasil KTT Bumi di Rio de Jeneiro

    telah membuktikan hal ini, dimana + dari 158 negara menyatakan berhasil

    menghambat laju kerusakan lingkungan. AMDAL sebagai bagian yang

    integral dari pembangunan berkelanjutan, memberi arti bahwa sekurang-

    kurangnya dengan adanya AMDAL mengingatkan pemrakarsa supaya

    memperhatikan kelestarian lingkungan. 50

    Membangun sebuah proyek, sebelumnya tentu harus dilakukan

    identifikasi masalah mengapa suatu proyek pembangunan ingin dilaksanakan

    dan tentu saja harus jelas tujuan dan keguaannya. Selanjutnya diadakan studi

    kelayakan secara teknik, ekonomis, dan lingkungan sebelum melangkah ke

    perencanaan dari pembangunan proyek.

    Pelaksanaan pembangunan proyek sebaiknya dimulai setelah hasil

    AMDAL diketahui sehingga dapat dilakukan optimasi untuk mendapatkan

    keadaan yang optimum bagi proyek tersebut. Dalam hal ini dampak

    lingkungan dapat dikendalikan melalui pendekatan teknik dan pengendalian

    limbah sehingga dapat menghasilkan biaya pengeluaran dampak yang murah

    dan kelestarian lingkungan dapat dipertahankan.

    Menurut Imam Supardi, pengelolaan lingkungan dalam usaha

    menghindari kerusakan akibat dari satu proyek pembangunan baru dapat

    dilakukan setelah diketahui dampak lingkungan yang akan terjadi akibat dari

    proyek-proyek pembangunan yang akan dibangun. Untuk menghindari

    terjadinya kegagalan dalam pengelolaan lungkungan, maka harus selalu

    50. Herneliza.Evaluasi Dokumen AMDAL, Tesis Program Pasca Sarjana Unand. Padang.2006

  • 8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan

    53/128

    dilakukan pemantauan sejak awal pembangunan secara berkala. Hasil

    pemantauan ini dapat dipakai untuk memperbaiki bahkan mengubah

    pengelolaan lingkungan, jika memang hasil pemantauan tidak sesuai dengan

    pendugaan pada AMDAL atau sebaliknya juga dapat dipakai untuk

    mengoreksi pendugaan AMDAL yang mungkin kurang mengena. 51

    Hasil AMDAL dapat diketahui apakah proyek pembangunan

    berpotensi menimbulkan dampak atau tidak. Bila berdampak besar terutama

    yang negatif, tentu saja proyek tersebut tidak boleh dibangun atau boleh

    dibangun dengan persyaratan tertentu agar dampak negatif tersebut dapat

    dikurangi sampai tidak membahayakan lingkungan. Dampak negatif yang

    perlu diperhatikan adalah:

    1. Apakah dampak negatif yang mungkin timbul itu melampaui atau tidak,

    batas toleransi pencemaran terhadap kualitas lingkungan

    2. Apakah dengan banyak yang akan dibangun ini atau tidak atau akan

    menimbulkan gejolak terhadap banyak pembangunan lain atau

    masyarakat

    3. Apakah dampak negatif ini dapat mempengaruhi kehidupana atau

    keselamatan masyarakat atau tidak

    4. Seberapa jauh perubahan ekosistem yang mungkin terjadi sebagai akibat

    pembangunan ini.

    Bila berdasarkan AMDAL tidak akan menimbulkan dampak yang

    berarti, maka proyek pembangunan dapat dilaksanakan sesuai usulan dengan

    tetap berpedoman agar tetap memperhatikan dampak-dampak negatif yang

    51. Imam Supardi,Lingkungan Hidup & Kelestariannya, Alumni, Bandung. 2003

    53

  • 8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan

    54/128

    mungkin timbul diluar perkiraan semula. Dalam hal ini, sebelum proyek

    dilaksanakan harus ditentukan dulu pedoman pengelolaan dan pemantauan

    lingkungan sebagai usaha menjaga kelestariannya. Perlu kiranya ditekankan

    AMDAL sebagai alat dalam perencanaan harus mempunyai peranan dalam

    pengambilan keputusan tentang proyek yang sedang direncanakan. Artinya

    AMDAL tidak banyak artinya apabila dilakukan setelah diambil keputusan

    untuk melaksanakan proyek tersebut. Pada lain pihak juga tidak benar untuk

    menganggap AMDAL sebagi satu-satunya faktor penentu dalam

    pengambilan keputusan tentang proyek itu. Yang Benar ialah AMDAL

    merupakan masukan tambahan untuk pengambilan keputusan, disamping

    masukan dari bidang teknis, ekonomi dan lain-lainnya. Misalnya dapat saja

    terjadi laporan AMDAL menyatakan bahwa suatu proyek diprakirakan akan

    mempunyai dampak lingkungan yang besar dan penting. Namun pemerintah

    berdasarkan atas pertimbangan politik atau keamanan yang mendesak

    memutuskan untuk melaksanakan proyek tersebut. Yang penting untuk

    dilihat dalam hal ini adalah keputusan tersebut diambil tidak dengan

    mengabaikan aspek lingkungan, melainkan setelah mempertimbangkan dan

    memperhitungkannya. Dengan ini keputusan tersebut diambil dengan

    menyadari sepenuhnya akan kemungkinan terjadinya dampak lingkungan

    yang negatif. Maka pemerintah dapat melakukan persiapan untuk

    menghadapi kemungkinan tersebut sehingga kelak tidak akan dihadapkan

    pada suatu kejutan yang tidak menyenangkan dan tidak terduga sebelumnya.

    Dengan persiapan ini dampak negatif dapat diusahakan menjadi sekecil-

  • 8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan

    55/128

  • 8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan

    56/128

    sebagai : 53

    a. Acuan dalam penyusunan Pedoman Teknis Upaya Pengelolaan

    Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan bagi

    Departemen/ Lembaga Pemerintah Non Departemen Sektoral.

    b. Acuan penyusunan Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya

    Pemantauan Lingkungan bagi pemrakarsa apabila Pedoman

    Teknis UKL dan UPL dari sektoral belum diterbitkan

    c. Instrumen pengikat bagi pemrakarsa untuk melaksanakan

    pengelolaan dan pemantauan lingkungan.

    Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan

    dalam penyusunannya harus memenuhi beberapa kriteria yaitu :

    1. Langsung mengemukakan informasi penting setiap jenis

    rencana usaha atau kegiatan yang merupakan sifat khas

    proyek tersebut, dan dapat menimbulkan dampak potensial

    terhadap lingkungannya;

    2. Informasi komponen lingkungan yang terkena dampak

    3. Upaya pengelolaan dan pemantauan Lingkungan hidup yang

    harus dilakukan oleh pemrakarsa pada tahap prakontruksi,

    kontruksi maupun pascakontruksi

    Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan

    mencakup hal-hal sebagai berikut :54

    A. Rencana Usaha atau kegiatan

    53. R.M. Gatot. P. Soemartono. Op. Cit. hal. 18054.Ibid. hal. 181 - 183

  • 8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan

    57/128

    Uraian secara singkat rencana usaha atau kegiatan yang akan

    dilaksanakan oleh pemrakarsa, yang mencakup antara lain :

    1. Jenis Usaha atau kegiatan

    2. Rencana lokasi yang tepat dari rencana usaha atau

    kegiatan, dan apakah telah sesuai dengan Rencana Umum

    Tata Ruang (RUTR) atau tidak

    3. Jarak rencana lokasi usahaatau kegiatan tersebut dengan

    sumber daya dan kegiatan lain disekitarnya, seperti hutan,

    sungai, pemukiman, industri dan lain-lain serta hubungan

    keterkaitannya

    4. Sarana/fasilitas yang direncanakan, yang mencakup

    antara lain :

    a. Luas areal yang digunakan untuk usaha atau

    kegiatan yang meliputi antara lain : bangunan

    utama, pemukiman tenaga kerja, panjang jalan

    dan tata letak

    b. Peralatan yang digunakan termasuk jenis dan

    kapasitasnya

    c. Jenis bahan baku serta bahan tambahan

    maupun bahan lain yang dipergunakan yang

    meliputi antara lain : jumlah, volume, sifat,

    asal pengambilan, sistem pengangkutan, cara

    penyimpanan dan sistem pembuangan akhir

    57

  • 8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan

    58/128

    bahan buangan;

    d. Sumber air dan penggunaannya

    e. sumber energi

    f. Tenaga kerja yang digunakan

    5. Proses produksi atau kegiatan yang

    digunakan/dilaksanakan

    B. Komponen Lingkungan

    Uraian secara rinci mengenai Upaya pengelolaan Lingkungan

    yang harus dilaksanakan oleh pemrakarsa

    C. Dampak-dampak

    Dampak-dampak yang akan muncul baik yang berupa limbah

    atau polusi maupun bentuk lain yang mencakup :

    a. Jenis dampak

    b. Janis dampak dan ukurannya

    c. Sifat dan tolok ukur dampak

    D. Upaya pengelolaan Lingkungan

    Uraian secara rinci mengenai Uapaya Pengelolaan Lingkungan

    yang akan dilaksanakan oleh pemrakarsa.

    E. Upaya Pemantauan Lingkungan

    Uraian secara rinci mengenai Upaya Pemantauan Lingkungan

    yang harus dilaksanakan oleh pemrakarsa, khususnya yang berkaitan

    langsung dengan sifat kegiatan utamanya atau khasnya yang mencakup

    antara lain

  • 8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan

    59/128

    a. jenis dampak yang dipantau

    b. lokasi pemantauan

    c. waktu pemantauan

    d. cara pemantauan

    F. Pelaporan

    Uraian secara rinci mengenai mekanisme pelaporan dari upaya

    peneglolaan dan upaya pemantauan lingkungan pada saat rencana usaha

    atau kegiatan dilaksanakan (instansi pembina, BAPEDAL, Pemda Tk I

    dan Tk II setempat)

    G. Pernyataan Pelaksanaan

    Pernyataan pemrakarsa untuk melaksanakan upaya pengelolaan

    lingkungan atas rencana usaha atau kegiatannya yang dilengkapi dengan

    tanda tangan pemrakarsa

    2.4 Instrumen Penegakan Hukum Lingkungan

    Penegakan hukum lingkungan tidak dapat hanya diandalkan pada

    ketegasan atau kerasnya penegakan hukum tersebut. Penegakan hukum yang

    dikehendaki ialah penegakan hukum yang tegas, tetapi arif dan bijaksana.

    Dalam penegakan hukum lingkungan teknik pendekatan terhadap masalah

    pelanggaran ketentuan pengelolaan lingkungan harus menggunakan teknik

    pendekatan yang komprehensif integral. Dalam corak pendekatan yang

    demikian itu penegakan hukum dilaksanakan guna menunjang terlanjutkan

    pembangunan berwawasan lingkungan.

    59

  • 8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan

    60/128

    Undang-undang No. 23 tahun 1997 memuat tiga macam penegakan

    dalam hukum lingkungan yaitu :

    a. Penegakan Hukum Administrasi

    b. Penegakan Hukum Perdata

    c. Penegakan Hukum Pidana

    Pada dasarnya setiap instrumen mempunyai jangkauan masing-

    masing dengan tujuan tergantung dari kepentingan yang ingin diselesaikan.

    Penegakan hukum tersebut akan diuraikan satu persatu pada bagian di

    bawah ini.

    2.4.1 Penegakan Hukum Administrasi

    Pengeloaan lingkungan hidup tidak hanya tugas dari orang

    perorangan, melainkan peran serta dari seluruh lapisan untuk

    melestarikan lingkungan hidup. Pengelolaan lingkungan hidup yang

    berkesinambungan terpelihara dan bersih merupakan kebutuhan para

    warga serta diusahakan terwujudnya oleh administrasi negara dalam

    pengelolaan lingkungan hidup. Lingkungan hidup mutlak diperlukan.

    Peran pemerintah dalam pengelolaan lingkungan hidup menjadi

    semangkin jelas, sehingga hukum administrasi negara mempunyai

    peran yang amat penting. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh SF.

    Marbun.55

    Semula hukum lingkungan sebagai hukum gangguan yang bersifat

    sederhana dan mengandung aspek keperdataan, lambat laun

    55 . SF. Marbun dkk.Dimensi-dimensi Pemikiran Hukum administrasi Negara. UIIPress. Yokya.2001. hal. 297

  • 8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan

    61/128

    perkembangannya bergeser kearah bidang hukum administrasi

    negara, sesuai dengan peningkatan peranan penguasa dalam bentuk

    campur tangan terhadap berbagai segi kehidupan dalam masyarakatyang semangkin komplek. Sebagai hukum lingkungan administrasi

    terutama muncul apabila petusan penguasa yang bersifat

    kebijaksanaan ditetapkan dalam bentuk ketetapan penguasa

    Penegakan hukum administrasi dalam penegakan hukum

    lingkungan mempunyai dua fungsi yaitu bersifat prefentif dan

    represif. Bersifat preventif yaitu berkaitan dengan izin yang

    diberikan oleh pejabat yang berwenang terhadap pelaku atau

    penanggung jawab kegiatan untuk mencegah dan mengakhiri

    terjadinya pelanggaran (Pasal 25 UUPLH).

    Sanksi merupakan suatu hal yang penting dalam hukum

    lingkungan begitu juga dalam hukum administrasi. Pentingnya

    sanksi dalam hukum administrasi dimana bagi pembuat peraturan

    tidak hanya melarang tindakan-tindakan yang bertentangan dengan

    peraturan perundang undangan yang dapat dikaitkan pada suatu izin.

    Pentingnya sanksi administrasi ini dalam UUPLH pun diatur sanksi

    yang bagaimana yang seharusnya diberikan terhadap pelaku kegiatan

    apabila telah diketahui telah terjadi pelanggaran. Dalam rangka

    penegakan hukum lingkungan administrasi ada beberapa macam

    sanksi administrasi yang biasa diberlakukan terhadap pelanggaran

    yang dilakukan oleh pelaku kegiatan yaitu :56

    a. Bestuursdwang (paksaan pemerintah)

    56 . Philipus M. Hajon. Pengantar Hukum administrasi Indonesia. Gajahmada UniversityPress. Yokyakarta.1994. hal. 245.

    61

  • 8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan

    62/128

  • 8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan

    63/128

    dalam memberlakukan sanksi dalam penegakan hukum lingkungan.57

    Pencabutan

    Izin

    Suspensi

    Paksaan Pemerintah

    Atau uang paksa

    Audit wajib

    Teguran III

    Teguran II

    Teguran I

    Konsultasi & Bantuan Teknis Bagi Peningkatan

    (pelanggaran karena ketidaktahuan)

    Penataan sukarela (Atur Diri Sendiri)

    Pemberlakuan sanksi administrasi sebagaimana tersebut

    diatas diberlakukan secara sistematis dan bertahap (dari mulai yang

    bersifat ringan, menengah sampai dengan yang berat)

    UUPLH mengatur penerapan tiga jenis sanksi

    administrasi yaitu :

    1. Paksaan pemerintah Pasal 25 Ayat (1)

    2. Pembayaran sejumlah uang tertentu Pasal 25 Ayat (5)

    3. Pencabutan izin usaha dan/atau kegiatan Pasal 27 (1)

    Penegakan hukum lingkungan di bidang lingkungan hidup

    57 . Mas Ahmad Santosa. Good Governance Dan Hukum Lingkungan, ICEL, Jakarta,2001. hal. 247

    63

  • 8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan

    64/128

    memiliki beberapa manfaat strategis dibandingkan dengan perangkat

    penegakan hukum lainnya (perdata dan pidana) manfaat tersebut

    adalah sbb:58

    a. Penegakan hukum administrasi di bidang

    lingkungan hidup dapat dioptimalkan sebagai

    perangkat pencegahan

    b. Penegakan hukum administrasi (yang bersifat

    pencegahan) dapat lebih efesien dari sudut

    pembiayaan dibandingkan penegakan hukum

    pidana dan perdata. Pembiayaan untuk

    penegakan hukum administrasi meliputi biaya

    pengawasan lapangan yang dilakukan secara

    rutin dan pengujian laboratorium lebih murah

    dibandingkan dengan upaya pengumpulan bukti,

    investigasi lapangan, mempekerjakan saksi ahli

    untuk membuktikan aspek kausalitas (sebab

    akibat) dalam kasus pidana dan perdata

    c. Penegakan hukum administrasi lebih memiliki

    kemampuan m