Tugas hukum lingkungan

26
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Alam sekitar merupakan anugrah yang indah yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa kepada kita selaku manusia, termasuk juga dengan lingkungan hidup dengan beraneka ragam keindahan yang ada disana. Lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan karunia Tuhan yang diberikan kepada seluruh umat manusia tanpa terkecuali. Karenanya hak untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat adalah sama bagi semua manusia bahkan mahluk hidup yang ada didunia. Dibalik kesamaan hak tersebut,tentunya adalah kewajiban semua manusia juga untuk menjaga dan melestarikan fungsi lingkungan hidup ini. Kewajiban disini menjurus kepada semua tindakan,usaha,dan kegiatan yang dilakukan oleh manusia baik secara individu maupun secara berkelompok guna menjaga dan melestarikan lingkungan hidup. Hal ini perlu dan wajib untuk dilaksanakan karena kondisi 1

Transcript of Tugas hukum lingkungan

Page 1: Tugas hukum lingkungan

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Alam sekitar merupakan anugrah yang indah yang diberikan oleh Tuhan

Yang Maha Esa kepada kita selaku manusia, termasuk juga dengan lingkungan

hidup dengan beraneka ragam keindahan yang ada disana. Lingkungan hidup yang

baik dan sehat merupakan karunia Tuhan yang diberikan kepada seluruh umat

manusia tanpa terkecuali. Karenanya hak untuk mendapatkan lingkungan hidup

yang baik dan sehat adalah sama bagi semua manusia bahkan mahluk hidup yang

ada didunia. Dibalik kesamaan hak tersebut,tentunya adalah kewajiban semua

manusia juga untuk menjaga dan melestarikan fungsi lingkungan hidup ini.

Kewajiban disini menjurus kepada semua tindakan,usaha,dan kegiatan yang

dilakukan oleh manusia baik secara individu maupun secara berkelompok guna

menjaga dan melestarikan lingkungan hidup. Hal ini perlu dan wajib untuk

dilaksanakan karena kondisi lingkungan hidup dari hari ke hari semakin

menunjukkan penurunan kualitas yang cukup signifikan.1

Kondisi lingkungan hidup terutama di negara industri (maju) dapat

digambarkan dengan kemajuan teknologi yang berarti kemajuan ekonominya

sendiri menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan, baik pencemaran di

darat, laut maupun udara. Hal ini akan mengganggu kelestarian alam sekitarnya

dan membawa pengaruh negatif terhadap lingkungan sosial. Berlainan halnya

1 Otto Soemarwoto,Analisis Dampak Lingkungan,Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 1998, hal 34

1

Page 2: Tugas hukum lingkungan

2

mengenai masalah lingkungan hidup di negara-negara yang sedang berkembang

dimana latar belakang yang mempengaruhinya adalah sebagai akibat

keterbelakangan, kemiskinan di satu sisi, sedang di sisi lain yaitu pertambahan

penduduk relatif tinggi, persediaan pangan terbatas dan sebagainya. Oleh sebab

itu jelaslah kita bahwa dasar pemikiran pentingnya lingkungan hidup adalah sbb :2

-.    Besarnya maupun jumlah bumi atau alam tempat kita tinggal tidak bertambah,

sementara jumlah penduduk dunia semakin bertambah banyak, bahkan laju

pertumbuhan penduduk relatif masih tinggi.

-.    Manusia ingin hidup lebih lama, sejahtera lahir dan batin dimana

kebutuhannya dapat terpenuhi oleh kekayaan sumber-sumber alam, sementara

banyak terjadi perusakan lingkungan dan pencemaran yang berakibat fatal bagi

kehidupan manusia.

-.    Untuk memperoleh hidup yang lebih baik serta berkesinambungan perlu

diciptakan keseimbangan dan keserasian hidup, sementara terjadi perusakan,

pencemaran dan pengurasan sumber-sumber alam, yang dapat merusak atau

terputusnya siklus kehidupan di dunia ini.

Adapun timbulnya berbagai kasus mengenai lingkungan hidup di berbagai

negara di belahan bumi ini, cenderung disebabkan oleh ulah manusia itu sendiri.

Padahal secara konsepsional atas dasar Konferensi PBB di Stockholm telah

digariskan agar manusia secara keseluruhan melindungi dan meningkatkan

lingkungan hidup dunia untuk generasi umat manusia sekarang dan untuk generasi

umat manusia yang akan datang. Itulah sebabnya betapa pentingnya dasar

2 Sukanda Husin, Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia, Sinar Grafika, Pekanbaru,2008, hal 86

Page 3: Tugas hukum lingkungan

3

pemikiran mengenai lingkungan hidup, dari penjelasan diatas dapat disimpulkan

bahwa manusia itu dapat bertindak sebagai subyek juga dapat pula sebagai obyek

lingkungan hidup. Sehingga dengan demikian diperlukan pula adanya aturan

hukum yang mengatur pengelolaan serta segala sesuatu yang berkaitan dengan

lingkungan hidup tersebut, adapun aturan hukum yang terkait dengan lingkungan

hidup yang mengatur tentang perlindungan, pengelolaan, pencegahan dan

penyelesaian atas pencemaran/perusakan lingkungan hidup tersebut yang telah

dibentuk oleh Pemerintah adalah UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan

Lingkungan Hidup dan sekarang telah diubah menjadi UU No. 32 Tahun 2009

tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.3

Sementara itu dalam rangka melaksanakan pembangunan lingkungan yang

berkelanjutan maka lingkungan itu sendiri perlu dijaga keserasian hubungannya

dengan berbagai usaha dan atau kegiatan. Sebagai salah satu instrumen

pencegahan pencemaran lingkungan, analisis mengenai dampak lingkungan

(AMDAL) yang dimaksud adalah kajian mengenai dampak penting suatu usaha

dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi

proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.4

Kegiatan pembangunan dalam hal adanya suatu usaha atau kegiatan selalu

menimbulkan dampak negatif dan dampak positif, sehingga sejak dini perlu

dipersiapkan langkah untuk menanggulangi dampak negatif dan mengembangkan

dampak positifnya. Tidak semua rencana kegiatan wajib dilengkapi dengan

analisis mengenai dampak lingkungan, karena hanya beberapa kegiatan tertentu

3 Ibid4 Pasal 1 angka 11 undang-undang nomor 32 tahun 2009

Page 4: Tugas hukum lingkungan

4

saja yang menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan. Dampak penting

adalah perubahan lingkungan yang sangat mendasar yang diakibatkan oleh suatu

kegiatan. Analisis mengenai dampak lingkungan merupakan bagian dari proses

perencanaan kegiatan yang menjadi pangkal tolak pengaturan dalam prosedur

perizinan lingkungan. Dalam upaya melestarikan lingkungan, analisis mengenai

dampak lingkungan bertujuan untuk menjaga agar kondisi lingkungan tetap

berada pada suatu derajat mutu tertentu demi menjamin kesinambungan

pembangunan. Namun ternyata tidak semua kegiatan atau usaha diwajibkan untuk

menyusun atau membuat AMDAL, bagi kegiatan atau usaha yang tidak

diwajibkan untuk menyusun atau membuat AMDAL maka tetap diwajibkan untuk

menyusun UKL dan UPL yaitu Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya

Pemantauan Lingkungan Hidup, hal ini sesuai dengan ketentuan Peraturan

Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 2010. Adapun kegiatan atau

usaha yang diwajibkan untuk menyusun UKL dan UPL ialah kegiatan atau usaha

yang dampaknya mudah dikelola dengan teknologi yang tersedia. UKL dan UPL

tersebut juga sama seperti AMDAL yaitu sebagai instrumen dalam hukum

lingkungan atau dalam pengelolaan lingkungan hidup untuk pengambilan

keputusan dan menjadi dasar untuk menerbitkan izin mendirikan kegiatan atau

usaha.5

Sedangkan penegakan hukum lingkungan itu sendiri berkaitan erat

dengan kemampuan aparatur dan kepatuhan warga masyarakat terhadap peraturan

5 Rangkuti,Siti Sundari.Hukum Lingkungan dan Kebijaksanaan Lingkungan Nasional.Airlangga University Press,Surabaya,1996,hal 88

Page 5: Tugas hukum lingkungan

5

yang berlaku, yang meliputi tiga bidang hukum, yaitu administratif, perdata dan

pidana. Penegakan hukum lingkungan merupakan upaya untuk mencapai ketaatan

terhadap peraturan dan persyaratan dalam ketentuan hukum yang berlaku secara

umum dan individual, melalui pengawasan dan penerapan sanksi administrasi,

keperdataan dan kepidanaan.6

Tetapi lingkungan yang sehat dan baik kadang-kadang susah diwujudkan

karena perbuatan satu atau lebih pihak yang menyebabkan rusaknya atau

terganggunya pelaksanaan hal tersebut. Pihak yang melakukan perusakan atau

yang menyebabkan terganggunya lingkungan menyebabkan timbulnya sengketa

dalam bidang lingkungan, yang perlu diselesaikan.

Karena atas dasar tersebut maka penulis merasa ingin membahas

permasalahan sengketa lingkungan dengan judul,”Penyelesaian Sengketa

Lingkungan Berdasarkan Undang-Undang No.32 Tahun 2009 melalui

Pengadilan dan Luar Pengadilan”.

B. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah dalam makalah ini adalah:

6 Ibid

Page 6: Tugas hukum lingkungan

6

1. Bagaimana Penyelesaian Sengketa Lingkungan diluar Pengadilan Menurut

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009?

2. Bagaimana Penyelesaian Sengketa Lingkungan melalui Pengadilan Menurut

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009?

C. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup dalam makalah ini adalah:

1. Penyelesaian Sengketa Lingkungan diluar Pengadilan Menurut UU.No.32

Tahun 2009.

2. Penyelesaian Sengketa Lingkungan melalui Pengadilan Menurut UU.No.32

Tahun 2009.

D. TUJUAN PENULISAN

Tujuan penulisan dalam makalah ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan Penyelesaian Sengketa Lingkungan diluar Pengadilan

Menurut UU.No.32 Tahun 2009.

2. Bagaimana Penyelesaian Sengketa Lingkungan melalui Pengadilan Menurut

UU.No.32 Tahun 2009.

BAB III

PEMBAHASAN

Page 7: Tugas hukum lingkungan

7

A. PENYELESAIAN SENGKETA LINGKUNGAN HIDUP DI LUAR

PENGADILAN MENURUT UU NO 32 TAHUN 2009.

Pengertian Sengketa Lingkungan menurut UU No.32 Tahun 2009 adalah

Sengketa lingkungan hidup adalah perselisihan antara dua pihak atau lebih yang

timbul dari kegiatan yang berpotensi dan/atau telah berdampak pada lingkungan

hidup.7

Sengketa lingkungan hidup di Indonesia dapat dikategorikan menjadi 3,

yaitu:8

1) sengketa yang berkaitan dengan perlindungan lingkungan;

2) sengketa yang berkaitan dengan pemanfaatan sumber daya alam; dan

3) sengketa yang muncul akibat pencemaran atau perusakan lingkungan.

Sengketa yang berkaitan dengan upaya perlindungan lingkungan pada

umumnya terjadi antara pihak yang ingin memanfaatkan sumber daya alam

untuk memenuhi kepentingan ekonomi di satu sisi dan pihak yang

berkepentingan atau berkewajiban untuk melindungi lingkungan dan suber

daya alam di sisi lain. Sengketa yang berkaitan dengan pemanfaatan sumber

daya alam pada umumnya terjadi karena ada pihak yang merasa akses mereka

terhadap sumber daya tersebut terhalangi, sedangkan sengketa akibat

pencemaran atau perusakan lingungan pada umumnya terjadi antara pihak

pencemar/perusak dengan pihak yang menjadi korban pencemaran/perusakan.

7 Pasal 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 20098 http:www. http://rizca-sugi.blogspot.com diakses tanggal 5 Februari 2013

Page 8: Tugas hukum lingkungan

8

Penyelesaian sengketa Lingkungan Hidup pada UU No 32 Tahun 2009

melengkapi dari undang-undang sebelumnya,sebagaimana yang tercantum pada

Bab XIII UU No 32 Tahun 2009 dikatakan bahwa Penyelesaian Sengketa

Lingkungan Hidup dapat ditempuh melalui pengadilan atau diluar pengadilan. 9

Pada bagian kedua tentang penyelesaian sengketa Lingkungan Hidup

diluar pengadilan,dikatakan bahwa :10

Penyelesaian sengketa lingkungan hidup diluar pengadilan dilakukan untuk

mencapai kesepakatan mengenai :

1. Bentuk dan besar nya ganti rugi;

2. Tindakan pemulihan akibat pencemaran dan/atau peruskan;

3. Tindakan tertentu untuk menjamin tidak akan terulangnya pencemaran dan/atau

perusakan; dan/atau

4. Tindakan untuk mencegah timbulnya dampak negatif terhadap lingkungan

hidup.

Penyelesaian sengketa diluar pengadilan ini tidak berlaku terhadap tindak

pidana yang diatur dalam UU.No32 Tahun 2009 tersebut11. Dalam penyelesaian

sengketa lingkungan hidup di luar pengadilan dapat digunakan jasa mediator dan

atau arbitrer yang berfungsi untuk membantu menyelesaikan sengketa lingkungan

hidup itu sendiri.12

Bentuk-bentuk penyelesaian lingkungan hidup diluar pengadilan ini

menganut konsep Alternative Dispute Resolution (ADR),yang dilakukan dalam

9 Pasal 84 ayat 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 200910 Pasal 85 ayat 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 200911 Pasal 85 ayat 2 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 12 Pasal 85 ayat 3 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009

Page 9: Tugas hukum lingkungan

9

wujud mediasi ataupun arbritasi. Dan pada bagian inilah peran Polri dapat masuk

dan ikut serta menjadi seorang mediator dalam pelaksanaan mediasi.Bentuk-

bentuk penyelesaian sengketa ini memang memperkenankan untuk hadirnya orang

ketiga sebagai penengah dan bukan penentu kebijakan.13

Masyarakat pun dapat turut campur dalam upaya penyelesaian sengketa

lingkungan ini dengan membentuk lembaga penyedia jasa penyelesaian sengketa

lingkungan hidup yang bersifat bebas dan tidak berpihak, dalam hal tersebut

pemerintah dan pemerintah daerah dapat memfasilitasi pembentukan lembaga

tersebut yang ketentuan lebih lanjutnya akan diatur dalam sebuah Peraturan

Pemerintah.

B. PENYELESAIAN SENGKETA LINGKUNGAN HIDUP MELALUI

PENGADILAN MENURUT UU.NO.32 TAHUN 2009.

Penyelesaian sengketa melalui peradilan merupakan ultimum remedium

atau upaya hukum terakhir karena tujuannya adalah untuk menghukum pelaku

dengan hukuman. Jadi, hal ini tidak berfungsi untuk memperbaiki lingkungan

yang tercemar. Akan tetapi, hal ini dapat menimbulkan faktor penjera (deterant

factor) yang sangat efektif. Oleh karena itu dalam praktiknya penegakan hukum

selalu diterapkan secara efektif.14

Penyelesaian sengketa melalui peradilan diatur pada bagian ketiga UU No

32 Tahun 2009 dan terdiri dari :

13 Abdurrahman,Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia,Citra Aditya Bakti,Bandung,1990, hal 4414 Hatrik,Hamzah, Azas Pertanggungjawaban Korporasi Dalam Hukum Pidana Indonesia (Strict Liability dan Vicarious Liability), Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1996, hal 46

Page 10: Tugas hukum lingkungan

10

1. Ganti Kerugian dan Pemulihan Lingkungan

Ganti kerugian dikenakan terhadap setiap penanggung jawab usaha dan

atau kegiatan yang melakukan perbuatan melanggar hukum berupa pencemaran

atau perusakan lingkungan yang menimbulkan kerugian pada orang lain atau

lingkungan hidup, setiap orang yang melakukan pemindahtanganan, pengubahan

sifat dan bentuk usaha, dan/atau kegiatan dari suatu badan usaha yang melanggar

hukum tidak melepaskan tanggung jawab hukum/dan atau kewajiban badan usaha

tersebut.15 Dalam hal ini pengadilan dapat mengenakan uang paksa terhadap

keterlambatan atas pelaksanaan putusan pengadilan, dimana uang paksa ini

didasarkan pada peraturan peraturan perundang-undangan.

2. Tanggung Jawab Mutlak

Terhadap setiap orang yang tindakannya atau usahanya dan kegiatannya

yang menggunakan B3( Bahan Berbahaya Beracun), menghasilkan dan/atau

mengelola limbah B3 dan/atau menimbulkan ancaman serius terhadap lingkungan

hidup bertanggung jawab mutlak atas kerugian yang terjadi tanpa perlu

pembuktian unsur kesalahan.

3. Hak Gugat Pemerintah dan Pemerintah daerah

Dilakukan oleh pemerintah dan pemerintah daerah yang bertanggung

jawab di bidang lingkungan hidup, berwenang untuk mengajukan gugatan ganti

15 Pasal 87 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009

Page 11: Tugas hukum lingkungan

11

rugi dan tindakan tertentu terhadap usaha dan atau kegiatan yang menyebabkan

kerusakan lingkungan hidup dan atau kegiatan yang menyebabkan pencemaran

dan atau kerusakan lingkungan hidup yang mengakibatkan kerugian lingkungan

hidup.16

4. Hak Gugat Masyarakat

Masyarakat berhak mengajukan gugatan perwakilan kelompok untuk

kepentingan dirinya sendiri dan/atau untuk kepentingan masyarakat apabila

mengalami kerugian akibat pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.

Gugatan dapat diajukan apabila terjadi kesamaan fakta atau peristiwa, dasar

hukum, serta jenis tuntutan di antara wakil kelompok dan anggota

kelompoknya.Ketentuan mengenai hak gugat ini masyarakat dilaksanakan sesuai

dengan peraturan perundang-undangan.

5. Hak gugat Organisasi Lingkungan Hidup

Dalam rangka pelaksanaan tanggung jawab perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup, organisasi lingkungan hidup berhak mengajukan gugatan untuk

kepentingan pelestarian fungsi lingkungan hidup. Hak mengajukan gugatan

terbatas pada tuntutan untuk melakukan tindakan tertentu tanpa adanya tuntutan

ganti rugi, kecuali biaya atau pengeluaran riil.

Organisasi lingkungan hidup dapat mengajukan gugatan apabila memnuhi

persyaratan sebagai berikut:17

a. Berbentuk badan hukum

16 Pasal 90 Ayat 2 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 200917 Muladi dan Barda Nawawi, Teori-teori dan Kebijakan Pidana, Alumni, Bandung, 1984, hal 89

Page 12: Tugas hukum lingkungan

12

b. Menegaskan di dalam anggaran dasarnya bahwa organisasi tersebut didirikan

untuk kepentingan pelestarian fungsi lingkungan hidup.

c. Telah melaksanakan kegiatan nyata sesuai dengan anggaran dasarnya paling

singkat 2 tahun.

6. Gugatan Administratif

Setiap orang dapat mengajukan gugatan terhadap keputusan tata usaha

Negara apabila:18

a. Badan atau pejabat tata usaha Negara menerbitkan izin lingkungan kepada

usaha dan/atau kegiatan yang wajib amdal tetapi tidak dilengkapi dengan

dokumen amdal.

b. Badan atau pejabat tata usaha Negara menerbitkan izin lingkungan kepada

kegiatan yang wajib UKL-UPL, tetapi tidak dilengkapi dengan dokumen UKL-

UPL

c. Badan atau pejabat tata usaha Negara yang menerbitkan izin usaha dan/atau

kegiatan yang tidak dilengkapi dengan izin lingkungan.

Tata cara pengajuan gugatan terhadap keputusan tata usaha Negara

mengacu pada Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara.

Kegiatan Penyidikan dilakukan oleh penyidik baik dari POLRI juga dari Pejabat

PNS yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup.19

Pembuktian berupa alat bukti yang sah dalam tuntutan tindak pidana

lingkungan terdiri atas:

18 Ibid19 Koewadji,Hermien Hadiati, Hukum Pidana Lingkungan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1993, hal 75

Page 13: Tugas hukum lingkungan

13

a. Keterangan saksi

b. Keterangan ahli

c. Surat

d. Petunjuk

e. Keterangan terdakwa

f. Alat bukti lain termasuk alat bukti yang diatur dengan peraturan perundang-

undangan.

Dalam rangka penegakan hukum terpadu pelaku tindak pidana lingkungan

hidup, dapat dilakukan antara penyidik pegawai negeri sipil, kepolisian dan

kejaksaan di bawah Koordinasi Menteri.

Akan tetapi dibalik ini semua,UU No 32 Tahun 2009 mengenal apa yang

dinamakan asas Ultimum Remedium,yakni mewajibkan penerapan penegakan

hukum pidana sebagai upaya terakhir setelah penegakan hukum administrasi

dianggap tidak berhasil.Yang mana penerapan asas ini,hanya berlaku bagi tindak

pidana formil tertentu,yaitu pemidanaan terhadap pelanggaran baku mutu air

limbah,emisi,dan gangguan.

Jika dilihat dari penerapan hukum secara perdata,Hak gugat pemerintah

dan pemerintah daerah,hak gugat masyarakat dan hak gugat organisasi lingkungan

hidup merupakan bentuk-bentuk pengamalan konsep axio popularis,class action

dan legal standing.Konsep-konsep ini merupakan terobosan hukum yang sangat

baik dalam penerapannya.Penerapan hukum perdata ini juga diikuti engan

berbagai persyaratan seperti pelaksanaan hak gugat oleh pemerintah bisa

dilakukan oleh Kejaksaan,pelaksanaan clas action yang dapat dilakukan oleh

Page 14: Tugas hukum lingkungan

14

orang atau sekelompok orang dan pelaksanaan hak gugat oleh organisasi

Lingkungan yang harus memenuhi persyaratan organisasi sesuai dengan apa yang

diatur dalam UU No 32 Tahun 2009 ini.Ancaman hukuman yang ditawarkan oleh

UU No 32 Tahun 2009 ini juga cukup komprehensif,misalkan mengenai pasal-

pasal yang mengatur tentang ketentuan pidana dan perdata yang mengancam

setiap pelanggaran peraturan dibidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan

hidup,baik perseorangan, korporasi, maupun pejabat. Contoh yang paling konkret

adalah porsi yang diberikan pada masalah AMDAL. Sekurangnya terdapat 23

pasal yang mengatur mengenai AMDAL,tetapi pengertian dari AMDAL itu

sendiri berbeda antara UU No 32/2009 dengan UU No 23/1997, yakni hilangnya

”dampak besar”.Hal-hal baru mengenai AMDAL yang termuat pada undang-

undang terbaru ini antara lain:20

1. AMDAL dan UKL/UPL merupakan salah satu instrumen pencegahan

pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup;

2. Penyusunan dokumen AMDAL wajib memiliki sertifikat kompetensi penyusun

dokumen AMDAL;

3. Komisi penilai AMDAL pusat,Provinsi,maupun Kab/Kota wajib memiliki

lisensi AMDAL;

4. AMDAL dan UKL/UPL merupakan persyaratan untuk penertiban izin

lingkungan;

5. Izin lingkungan diterbitkan oleh Menteri,Gubenur,Bupati/Walikota sesuai

kewenangannya.

20Soemarwoto,Otto. Analisis Dampak Lingkungan. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.1998, hal 20

Page 15: Tugas hukum lingkungan

15

Selain hal-hal yang disebutkan diatas,ada pengaturan yang tegas dan

tercantum dalam UU No 32 Tahun 2009 ini ,yaitu dikenakannya sanksi pidana

dan sanksi perdata terkait pelanggaran bidang AMDAL. Hal-hal yang terkait

dengan sanksi tersebut berupa :21

- Sanksi terhadap orang yang melakukan usaha/kegiatan tanpa memiliki izin

lingkungan;

- Sanksi terhadap orang yang menyusun dokumen AMDAL tanpa memiliki

sertifikat kompetensi;

- Sanksi terhadap pejabat yang memberikan izin lingkungan yang tanpa

dilengkapi dengan dokumen AMDAL atau UPL/UK

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Penyelesaian sengketa Lingkungan Hidup pada UU No 32 Tahun 2009

melengkapi dari undang-undang sebelumnya,sebagaimana yang tercantum

pada Bab XIII UU No 32 Tahun 2009 dikatakan bahwa Penyelesaian Sengketa

Lingkungan Hidup dapat ditempuh melalui pengadilan atau diluar pengadilan

21 Hardjasoemantri,Koesnadi.Hukum Tata Lingkungan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta,1989, hal 96

Page 16: Tugas hukum lingkungan

16

Penyelesaian sengketa lingkungan hidup diluar pengadilan dilakukan untuk

mencapai kesepakatan mengenai :

a. Bentuk dan besar nya ganti rugi;

b. Tindakan pemulihan akibat pencemaran dan/atau peruskan;

c. Tindakan tertentu untuk menjamin tidak akan terulangnya pencemaran

dan/atau perusakan; dan/atau

d. Tindakan untuk mencegah timbulnya dampak negatif terhadap lingkungan

hidup.

2. Sedangkan penyelesaian sengketa melalui peradilan diatur pada bagian ketiga

UU No 32 Tahun 2009 dan terdiri dari :

a. Ganti Kerugian dan Pemulihan Lingkungan

b. Tanggung Jawab Mutlak

c. Hak Gugat Pemerintah dan Pemerintah daerah

d. Hak Gugat Masyarakat

e. Hak gugat Organisasi Lingkungan Hidup

f. Gugatan Administratif

B. SARAN

1. Kepada pemerintah sebaiknya menerapkan peraturan yang tertuang dalam

UU.No.32 Tahun 2009 dalam hal Penyelesaian Sengketa lingkungan untuk

menyelesaikan masalah sengketa lingkungan. Pemerintah juga harus

menegakkan peraturan tersebut dalam menanganinya.

Page 17: Tugas hukum lingkungan

17

2. Kepada masyarakat harus memanfaatkan hak gugatnya apabila merasa

dirugikan oleh tindakan pihak-pihak yang menimbulkan kerusakan yang

berujung pada sengketa lingkungan

3. Kepada pihak yang harus bertanggung jawab terhadap kerusakan atau

pencemaran lingkungan yang berujung pada sengketa lingkungan harus

bertanggung jawab sesuai dengan peraturan yang ada pada UU. No.32 Tahun

2009 tentang Penyelesaian Sengketa baik melalui pengadilan atau di luar

pengadilan.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman,Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia,Citra Aditya

Bakti,Bandung,1990

Hatrik,Hamzah, Azas Pertanggungjawaban Korporasi Dalam Hukum Pidana

Indonesia (Strict Liability dan Vicarious Liability), Raja Grafindo Persada,

Jakarta, 1996

Page 18: Tugas hukum lingkungan

18

Hardjasoemantri,Koesnadi.Hukum Tata Lingkungan. Gadjah Mada University

Press. Yogyakarta,1989

Koewadji,Hermien Hadiati, Hukum Pidana Lingkungan, Citra Aditya Bakti,

Bandung, 1993

Muladi dan Barda Nawawi, Teori-teori dan Kebijakan Pidana, Alumni, Bandung,

1984

Otto Soemarwoto,Analisis Dampak Lingkungan,Gadjah Mada University Press,

Yogyakarta, 1998

Rangkuti,Siti Sundari.Hukum Lingkungan dan Kebijaksanaan Lingkungan

Nasional.Airlangga University Press,Surabaya,1996

Sukanda Husin, Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia, Sinar Grafika,

Pekanbaru,2008