Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia

of 28 /28
PERKEMBANGAN EJAAN DALAM BAHASA INDONESIA OLEH : KELOMPOK 5 FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI DAN MULTIMEDIA PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA 2014

Embed Size (px)

description

Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia

Transcript of Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia

  • PERKEMBANGAN EJAAN

    DALAM BAHASA INDONESIA

    OLEH :

    KELOMPOK 5

    FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI DAN MULTIMEDIA

    PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

    UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA

    2014

  • KATA PENGANTAR

    Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis dapat

    menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang berjudul Perkembangan Ejaan

    dalam Bahasa Indonesia dengan lancar.

    Dalam pembuatan makalah ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak,

    maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

    besarnya kepada seluruh anggota kelompok 5 yang memberi fasilitas dan turut

    membantu sehingga makalah ini dapat selesai dengan lancar. Dan pihak yang

    tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang membantu pembuatan makalah ini.

    Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan

    penulis pada khususnya untuk dapat meningkatkan kemampuannya dalam

    berbahasa Indonesia yang baik dan benar, sebagai wujud nyata dalam usaha

    melestarikan dan mengembangkan bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Penulis

    juga menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna

    untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi

    perbaikan kearah kesempurnaan. Akhir kata penulis, kami sampaikan terimakasih.

    Penulis,

  • PENDAHULUAN

    Ejaan merupakan hal yang sangat penting di dalam pemakaian bahasa

    terutama dalam ragam bahasa tulis. Yang dimaksudkan dengan ejaan sendiri

    adalah hal-hal yang mencakup penulisan huruf, penulisan kata, termasuk

    singkatan, akronim, angka dan lambang bilangan serta penggunaan tanda baca.

    Oleh karena itu, kita memerlukan ejaan untuk membantu memperjelas komunikasi

    yang di sampaikan secara tertulis.

    Dalam beberapa kurun waktu ini, Indonesia mengalami beberapa

    perubahan ejaan. Sebelum EYD diresmikan pada tanggal 16 Agustus 1972,

    Indonesia telah menggunakan beberapa ejaan. Awalnya menggunakan Ejaan Van

    Ophuysen, lalu Ejaan Republik (Ejaan Soewandi), Ejaan Melayu-Indonesia

    (Melindo), baru kemudian Ejaan Yang Disempurnakan diresmikan sampai

    sekarang ini.

    Dalam hubungannya dengan pembakuan bahasa, ejaan mempunyai fungsi

    yang penting yaitu: sebagai landasan pembakuan tata bahasa, kosa kata dan

    peristilahan, serta sebagai alat penyaring masuknya unsur-unsur bahasa lain

    kedalam bahasa Indonesia. Mengingat pentingnya fungsi itu pembakuan ejaan

    perlu di capai terlebih dahulu agar dapat menunjang pembakuan aspek aspek

    kebahasaan lain.

    Namun, bukan berarti kita harus menggunakan bahasa Indonesia sesuai

    dengan ejaan melainkan kita boleh menggunakan bahasa yang tidak baku/bahasa

    percakapan yang tidak formal. Karena sebenarnya penggunaan bahasa pada

    dasarnya digunakan sesuai dengan situasi pemakaian.

  • KAJIAN TEORI

    A. Pengertian Ejaan

    Dalam buku Cermat Berbahasa Indonesia, Prof. Dr. H. Zaenal Arifin,

    M.Hum. dan Drs. S. Amran Tasai, M.Hum. (2010), Ejaan adalah keseluruhan

    peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana

    antarhubungan antara lambang-lambang itu (pemisahan dan

    penggabungannya dalam suatu bahasa). Secara teknis, yang dimaksud dengan

    ejaan adalah penulisan huruf, kata, pemakaian tanda baca.

    B. Fungsi Ejaan dalam Bahasa Indonesia

    Dalam rangka menunjang pembakuan bahasa, baik yang menyangkut

    pembakuan tata bahasa maupun kosa kata da peristilahan, ejaan mempunyai

    fungsi yang cukup penting. Oleh karena itu, pembakuan ejaan perlu diberi

    prioritas lebih dahulu. Dalam hubungan itu, ejaan antara lain, berfungsi

    sebagai :

    1. Landasan pembakuan tata bahasa

    2. Landasan pebakuan kosakata dan peristilahan

    3. Alat penyaring masuknya unsur-unsur bahasa lain ke dalam bahasa

    Indonesia.

    Di samping ketiga fungsi yang telah disebutkan di atas, ejaan sebenarnya

    juga mempunyai fungsi yang lain. Secara praktis, ejaan berfungsi untuk

    membantu pemahaman pembaca di dalam mencerna informasi yang di

    sampaikan secara tertulis. Dalam hal ini fungsi praktis itu dapat di capai jika

    segala ketentuan yang terdapat di dalam kaidah telah diterapkan dengan baik.

  • PEMBAHASAN

    1. Van Ophusyen

    Pada tahun 1901 ditetapkan ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin, yang

    disebut Ejaan Van Ophuijsen. Van Ophuijsen merancang ejaan itu yang dibantu

    oleh Engku Nawawi Gelar Soetan Mamoer dan Moehammad Taib Soetan

    Ibrahim. Hal-hal yang menonjol dalam ejaan Van Ophuijsen adalah sebagai

    berikut.

    a. Huruf j dipakai untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, dan sajang.

    b. Huruf oe dipakai untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer.

    c. Tanda diakritik, seperti koma, ain dan tanda trema, dipakai untuk

    menuliskan kata-kata mamoer, akal, ta, pa. dinamai.

    2. Soewandi

    Ejaan Soewandi diresmikan pada tanggal 19 Maret 1947 untuk menggatikan

    Ejaan van Ophuijsen. Ejaan Soewandi dikenal juga dengan Ejaan Republik.

    Hal-hal yang perlu diketahui sehubungan dengan Ejaan Soewandi adalah sebagai

    berikut.

    a. Huruf oe digati dengan u. Seperti pada kata goeroe menjadi guru, itoe

    menjadi itu, oemoer menjadi umur.

    b. Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k, seperti pada kata-kata tak,

    pak, maklum, dan rakjat.

    c. Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2, seperti anak2, berjalan2, ke-barat2-

    an.

    d. Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis dengan kata yang

    mengikutinya, seperti kata depan di pada dirumah, dikebun, disamakan

    dengan imbuhan di- pada ditulis, dikarang.

  • 3. Melindo

    a. Apakah yang di maksud dengan ejaan melindo ?

    Melindo ialah akronim dari Melayu-Indonesia. Merupakan ejaan yang di

    susun atas kerja sama antara pihak Indonesia Slamet Muljana dan pihak

    Persekutuan Tanah Melayu (malaysia) di pimpin oleh Syed Nasir bin Ismail.

    Yang tergabung dalam Panitia Kerja Sama Bahasa Melayu-Bahasa Indonesia.

    Tahun 1959 berhasil merumuskan ejaan yaitu ejaan Melindo. Awalnya Ejaan

    Melindo di maksudkan untuk menyeragamkan ejaan yang di gunakan di

    kedua negara tersebut. Namun karena pada masa itu terjadi ketegangan politik

    antara Indonesia dan malaysia, Ejaan itupun akhirnya gagal diresmikan.

    Sebagai akibatnya pemberlakuaan ejaan itu tidak pernah di umumkan.

    b. Hal-hal apakah yang terdapat dalam konsep ejaan melindo?

    Dalam ejaan melindo tidak jauh beda dengan ejaan pembaharuan, karena

    ejaan itu sama-sama berusaha menyederhanakan ejaan dengan menggunakan

    sistem fonemis.

    Hal yang berbeda ialah dalam ejaan Melindo gabungan konsonan tj, seperti

    pada kata tjinta di ganti dengan c menjadi cinta. Juga gabungan konsonan nj,

    seperti pada kata njonja di ganti dengan huruf nc yang sama sekali masih

    baru.

    4. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan

    Pada tanggal 16 Agustus 1972, Presiden Republik Indonesia Soeharto

    meresmikan pemakaian Ejaan Bahasa Indonesia. Peresmian ejaan baru itu

    berdasarkan Putusan Presiden No. 57, Tahun 1972. Departemen Pendidikan dan

    Kebudayan menyebarkan buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa

    Indonesia yang Disempurnakan, sebagai patokan pemakaian ejaan itu.

    Karena penuntun itu perlu dilengkapi, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia,

    Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang dibentuk oleh Menteri Pendidikan

    dan Kebudayaan dengan surat putusannya tanggal 12 Oktober 1972,

  • No. 156/P/1972 (Amran Halim, Ketua), menyusun buku Pedoman Umum Ejaan

    Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang berupa pemaparan kaidah ejaan

    yang lebih luas. Setelah itu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan suray

    putusannya No. 0196/1975 memberlakukan Pedoman Umum Ejaan Bahasa

    Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah.

    Pada tahun 1987 kedua pedoman tersebut direvisi. Edisi revisi dikuatkan dengan

    surat Putusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0543a/U/1987, tanggal 9

    September 1987.

    Pedoman ejaan bahasa Indonesia di sebut pedoman umum, karena dasarnya hanya

    mengatur hal-hal yang bersifat umum. Namun ada hal-hal lain yang bersifat

    khusus, yang belum di atur dalam pedoman itu, yang di sesuaikan dengan bertitik

    tolak pada pedoman umum itu.

    Ejaan Yang Disempurnakan merupakan hasil penyempurnaan dari beberapa ejaan

    yang di susun sebelumnya, terutama ejaan republik yang di padukan pula dengan

    konsep konsep ejaan pembaharuan, ejaan melindo dan ejaan baru.

    Beberapa hal yang perlu dikemukakan sehubungan dengan Ejaan Bahasa

    Indonesia yang Disempurnakan adalah sebagai berikut.

    1. Perubahan Huruf

    Ejaan Soewandi Ejaan yang Disempurnakan

    dj djalan, djauh j jalan, jauh

    j pajung, laju y payung, layu

    nj njonja, bunji ny nyonya, bunyi

    sj isjarat, masjarakat sy isyarat, masyarakat

    tj tjukup. Tjutji c cukup, cuci

    ch tarich, achir kh tarikh, akhir

    1. Huruf- huruf dibawah ini, yang seebelumnya sudah terdapat dalam Ejaan

    Soewandi sebagai unsur pinjaman abjad asing, diresmikan pemakaiannya.

    f maaf, fakir v valuta, universitas z zeni, lezat

  • 2. Huruf-huruf q dan x yang lazim digunakan dalam ilmu eksakta atau ilmu

    pengetahuan tetap dipakai.

    a : b = p : q sinar-X

    3. Penulisan di- atau ke sebagai awalan dan di atau ke sebagai kata depan

    dibedakan, yaitu di- atau ke- sebagai awalan ditulis serangkai dengan kata

    yang mengikutinya, sedangkan di atau ke sebagai kata depan ditulis

    terpisah dengan kata yang mengikutinya.

    di- dan ke- (awalan) di dan ke (kata depan)

    Ditulis di kampus

    Ketua ke kampus

    4. Kata ulang ditulis penuh dengan huruf, tidak boleh digunakan angka 2.

    Contohnya : anak-anak, berjalan-jalan, meloncat-loncat

    5. Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.

    Contohnya : sang kancil, si pengirim, sang pahlawan, si buta

    Ejaan ini berbicara tentang (1) pemakaian huruf, (2) penulisan huruf, (3) penulisan

    kata, (4) penulisan unsur-unsur serapan, dan (5) pemakaian tanda baca.

    A.1. Pemakaian Huruf

    Dalam hubungan dengan pemakaian huruf, berikut ini disajikan pembahasan :

    1. Nama-nama huruf 3. Lafal singkatan dan kata

    2. Persukuan 4. Penulisan nama diri

    1. Nama-nama huruf

    Dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan

    disebutkan bahwa abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri

    atas huruf-huruf yang berikut. Nama tiap-tiap huruf disertakan disebelahnya.

    Di samping itu, dalam bahasa Indonesia terdapat pula diftong yang biasa dieja

    au, ai, dan oi yang dilafalkan sebagai vocal yang diikuti oleh bunyi konsonan

    luncuran w atau y. Dalam bahasa Indonesia terdapat juga konsonan yang

    terdiri atas gabungan huruf, seperti kh, ng, ny, dan sy.

  • Dalam hal-hal khusus terdapat juga gabungan huruf nk, misalnya dalam bank

    dan sanksi, sedangkan pemakaian gabungan huruf dl, dh, gh, dz, th, dan ts,

    seperti dalam kata hadlir, dharma, maghrib, adzan, lathin, dan hatsil tidak

    digunakan dalam bahasa Indonesia.

    2. Lafal Singkatan dan Kata

    Kadang-kadang kita merasa ragu-ragu bagaimaan melafalkan suatu singkatan

    atau suatu kata dalam bahasa Indonesia. Keraguan itu mungkin disebabkan

    oleh pengaruh lafal bahasa daerah atau lafal bahasa asing. Padahal, semua

    singkatan atau kata yang terdapat dalam bahasa Indonesia termasuk singkatan

    tang berasal dari bahasa asing harus dilafalkan secara lafal Indonesia.

    Singkatan/Kata Lafal Tidak Baku Lafal Baku

    AC [a se] [a ce]

    Pascasarjana [paskasarjana] [pascasarjana]

    Akronim bahasa asing (singkatan yang dieja seperti kata) yang bersifat

    internasional mempunyai kaidah tersendiri, yakni tidak dilafalkan seperti lafal

    Indonesia, tetapi singkatan itu tetap dilafalkan seperti lafal aslinya.

    Kata Lafal Tidak Baku Lafal Baku

    Unesco [u nes tjo] [yu nes ko]

    3. Persukuan

    Persukuan ini diperlukan, terutama pada saat kita harus memenggal sebuah

    kata dalam tulisan jika terjadi pergantian baris. Apabila memenggal atau

    menyukukan sebuah kata, kita harus membubuhkan tanda hubung (-) diantara

    suku-suku kata tanpa jarak/spasi. Pada pergantian baris, tanda hubung harus

    dibubuhkan di pinggir ujung baris. Jadi, tanda hubung yang dibubuhkan di

    bawah ujung baris hal yang keliru. Perlu juga diketahui bahwa suku kata atau

    imbuhan yang terdiri atas sebuah huruf tidak dipenggal agar tidak terdapat

    satu huruf pada ujung baris atau pada pangkal baris. Di samping itu, perlu

    pula diketahui bahwa sebuah persukuan ditandai oleh sebuah vokal.

  • 4. Penulisan Nama Diri

    Penulisan nama diri, nama sungai, gunung, jalan, dan sebagainya disesuaikan

    dengan kaidah yang berlaku. Penulisan nama orang, badan hokum, nama diri

    lain yang sudah lazim, disesuaikan dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang

    Disempurnakan, kecuali apabila ada pertimbangan khusus. Pertimbangan

    khusus itu menyangkut segi adat, hokum, atau kesejarahan, misalnya :

    Soepomo Poedjosoedarmo

    Dji Sam Soe

  • A.2. Penulisan Huruf

    Dalam Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, penulisan huruf

    menyangkut dua masalah, yaitu (1) Penulisan huruf besar atau huruf kapital dan

    (2) penulisan huruf miring.

    1. Penulisan Huruf Besar atau Huruf Kapital

    Penulisan huruf kapital yang kita jumpai dalam tulisan-tulisan resmi

    kadang-kadang menyimpang dari kaidah-kaidah yang berlaku. Kaidah

    penulisan huruf kapital itu adalah sebagai berikut.

    a. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada

    awal kalimat dan huruf pertama petikan langsung.

    Misalnya :

    Dia bertanya, Kapan kita pulang.

    Archimedes berkata, Setiap benda yang dimasukkan ke dalam zat

    cair akan mendapat tekanan ke atas sehingga beratnya berkurang

    seberat zat cair yang di pindahkannya.

    b. Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan

    yang berhubungan dengan hal-hal keagamaan, kitab suci, dan nama

    Tuhan, termasuk kata ganti-Nya. Huruf pertama pada kata ganti ku, mu,

    dan nya, sebagai kata ganti Tuhan, harus dituliskan dengan huruf

    kapital, dirangkaikan dengan kata hubung (-).

    Misalnya :

    Limpahkanlah rahmat-Mu, ya Allah.

    Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberkati usaha kita.

    c. Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar

    (kehormatan, keturunan, agama, jabatan, dan pangkat) yang diikuti nama

    orang. Misalnya :

    Pergerakan itu dipimpin oleh Haji Agus Salim.

    Ketua DPR RI Agung Laksono berpendapat bahwa peningkatan

    imbalan gaji pegawai negeri harus diimbangi oleh kualitas pegawai

    negeri itu sendiri.

  • Jika tidak diikuti oleh nama orang atau wilayah, nama gelar, jabatan, dan

    pangkat itu harus dituliskan dengan huruf kecil. Misalnya :

    Calon jemaah haji DKI tahun ini berjumlah 525 orang.

    Seorang presiden akan diperhatikan oleh rakyatnya.

    Akan tetapi, jika mengacu kepada orang tertentu, nama gelar, jabatan,

    dan pangkat itu dituliskan dengan huruf capital. Misalnya :

    Dalam seminar itu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono

    memberikan sambutan. Dalam sambutannya, Presiden

    mengharapkan agar para ilmuwan lebih ulet mengembangkan

    ilmunya untuk kepentingan bangsa dan negara.

    d. Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa,

    suku, dan bahasa. Misalnya : bahasa Sunda, bangsa Indonesia.

    e. Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun,

    bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah. Misalnya :

    hari Lebaran - Masehi

    f. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi. Misalnya :

    Asia Tenggara, Banyuwangi, Cirebon, Danau Toba, Dataran Tinggi

    Dieng, Gunung Semeru, Jalan Diponegoro, Jazirah Arab,

    Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang

    tidak menjadi unsur nama diri. Misalnya :berlayar ke teluk, mandi di

    kali, menyeberangi selat, pergi ke arah tenggara.

    g. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara,

    lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi,

    kecuali kata seperti dan. Misalnya :

    Republik Indonesia; Majelis Permusyawaratan Rakyat; Departemen

    Pendidikan dan Kebudayaan; Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak;

    Keputusan Presiden Republik Indonesia, Nomor 57, Tahun 1972

    Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama

    resmi negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama

    dokumen resmi. Misalnya :

    menjadi sebuah republik, beberapa badan hukum, kerja sama antara

    pemerintah dan rakyat, menurut undang-undang yang berlaku.

  • h. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang

    sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah, dan

    ketatanegaraan dan dokumen resmi. Misalnya :

    Perserikatan Bangsa-Bangsa, Undang-Undang Dasar Republik

    Indonesia, Rancangan Undang-Undang Kepegawaian.

    i. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk

    semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat

    kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang,

    untuk yang tidak terletak pada posisi awal. Misalnya :

    Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma;

    Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan;

    j. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar,

    pangkat, dan sapaan. Misalnya :

    Dr. Doktor Prof Professor

    M.A. Master of Art Tn. Tuan

    k. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan

    kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kaka, adik, dan paman yang

    dipakai dalam penyapaan dan pengacuan. Misalnya :

    Kapan Bapak berangkat? tanya Harto.

    Mereka pergi ke rumah Pak Camat.

    Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk

    hubungan kekerabatan yang tidak dipakai dalam penyapaan dan

    pengacuan. Misalnya :

    Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.

    Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.

    l. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda. Misalnya:

    Sudahkah Anda Tahu? - Surat Anda telah kami terima

    2. Penulisan Huruf Miring

    a. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menulis nama buku,

    majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan. Misalnya :

    majalah Bahasa dan Kesusastraan.

    buku Negarakeragama karangan Prapanca.

  • b. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau

    mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata. Misalnya:

    Huruf pertama kata abad ialah a.

    Dia bukan menipu, tetapi ditipu.

    c. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama

    ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.

    Misalnya :

    Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostama.

    Politik devide et impera pernah merajalela di negeri ini.

    A.3. Penulisan Kata

    Kita mengenal bentuk kata, dasar, kata turunan, atau kata beribuhan, kata ulang,

    dan gabungan kata. Kata dasar ditulis sebagai satu satuan yang berdiri sendiri,

    sedangkan pada kata turunan, imbuhan (awalan, sisipan, dan akhiran) dituliskan

    serangkai dengan kata dasarnya. Kalau gabungan kata hanya mendapat awalan

    atau akhiran, awalan atau akhiran itu dituliskan serangkai dengan kata yang

    bersangkutan saja.

    1. Kata Dasar

    Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Misalnya :

    Kantor pajak penuh sesak. - Buku itu sangat tebal

    2. Kata Turunan

    a. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.

    Misalnya :

    bergeletar, dikelola, penetapan, menengok, mempermainkan

    b. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau mendapat akhiran

    ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikutinya atau

    mendahuluinya. Misalnya :

    bertepuk tangan, garis bawahi, menganak sungai, sebar luaskan

    c. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran

    sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai. Misalnya :

    Menggarisbawahi, menyebarluaskan, dilipatgandakan,

    penghancurleburan

    d. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi,

    gabungan kata itu ditulis serangkai. Misalnya :

    adipati,aerodinamika,antarkota,audiogram,biokimia,dasawarsa,dsb.

  • Catatan :

    Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah huruf

    kapital, diantara kedua unsur itu dituliskan tanda hubung (-). Misalnya :

    non-Indonesia, pan-Afrikanisme

    Jika kata maha sebagai unsur gabungan diikuti oleh kata esa dan kata yang

    bukan kata dasar, gabungan itu ditulis terpisah. Misalnya :

    Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindung kita.

    3. Gabungan Kata

    a. Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus,

    unsur-unsurnya ditulis terpisah. Misalnya :

    duta besar, kambing hitam, kereta api cepat luar biasa, mata pelajaran,

    meja tulis, model linear, orang tua, persegi panjang, rumah sakit umum,

    b. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan

    kesalahan pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan

    pertalian unsur yang besangkutan. Misalnya :

    alat pandang-dengar, anak-istrisaya, buku sejarah-baru, mesin-hitung

    tangan, ibu-bapak kami.

    c. Gabungan kata berikut ditulis serangkai. Misalnya :

    acapkali, adakalanya, akhirulkalam, alhamdulillah, astagfirullah,

    bagaiman, bilamana, bismillah, beasiswa, belasungkawa, dsb.

    4. Partikel

    a. Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang

    mendahuluinya. Contohnya :

    betulkah, bacalah

    b. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. Contohnya :

    apa pun, satu kali pun

    c. Partikel pun ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

    Contohnya :

    adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendati

    pun, maupun,meskipun, sekalipun, sungguhpun, walaupun

    5. Singkatan dan akronim

    a. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti

    dengan tanda titik. Contohnya : A.S. Kramawijaya, M.B.A.

  • b. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau

    organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata

    ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik. Contohnya :

    DPR, SMA. c. Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda

    titik. Contohnya : dst., hlm. d. Singkatan umum yang terdiri atas dua huruf diikuti tanda titik pada setiap

    huruf. Contohnya : a.n., s.d. e. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata

    uang tidak diikuti tanda titik. Contohnya : cm, Cu f. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis

    seluruhnya dengan huruf kapital. Contohnya : ABRI, PASI g. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf

    dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.

    Contohnya : Akabri, Iwapi h. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata,

    ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis

    dengan huruf kecil. Contohnya :pemilu, tilang 6. Angka dan Lambang Bilangan

    Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor yang lazimnya

    ditulis dengan angka Arab atau angka Romawi.

    a. Fungsi

    menyatakan (i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi (ii) satuan waktu (iii)

    nilai uang, dan (iv) kuantitas,

    melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada

    alamat,

    menomori bagian karangan dan ayat kitab suci,

    b. Penulisan

    Lambang bilangan utuh dan pecahan dengan huruf

    Lambang bilangan tingkat

    Lambang bilangan yang mendapat akhiran an

    Ditulis dengan huruf jika dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata,

    kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan,

    seperti dalam perincian dan pemaparan

  • Ditulis dengan huruf jika terletak di awal kalimat. Jika perlu, susunan

    kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan

    satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat

    Dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca bagi bilangan utuh

    yang besar

    Tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali

    di dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi

    Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya

    harus tepat

    7. Kata Ganti

    a. Ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Contohnya :

    kusapa, kauberi b. Ku, mu, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

    Contohnya : bukuku, miliknya A.4. Penulisan Unsur Serapan

    Berdasarkan taraf integrasinya unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia dapat

    dibagi atasa dua golongan besar.

    Pertama, unsur yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia,

    seperti reshuffle, shuttle cock, lexploitation de lhomme par lhomme, unsur-

    unsur ini dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masing

    mengikuti cara asing.

    Kedua, unsur asing yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan

    kaidah bahasa Indonesia diusahakan agar ejaan asing hanya diubah seperlunya

    hingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.

    Di samping itu, akhiran yang berasal dari bahasa asing diserap sebagai bagian kata

    yang utuh. Kata seperti standarisasi, implementasi, dan objektif diserap secara

    utuh disamping kata standar, implement, dan objek.

    Berikut ini didaftarkan sebagian kata asing yang diserap ke dalam bahasa

    Indonesia, yang sering digunakanoleh pemakai bahasa.

    Kata Asing Penyerapan yang Salah Penyerapan yang Benar

    System sistim Sistem

    Effective efektip Efektif

  • A.5 Pemakaian Tanda Baca

    Pemakaian tanda baca dalam ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan

    mencakup peraturan (1) tanda titik, (2) tanda koma, (3) tanda titik koma, (4) tanda

    titik dua, (5) tanda hubung, (6) tanda pisah, (7) tanda elipsis, (8) tanda tanya, (9)

    tanda seru, (10) tanda kurung, (11) tanda kurung siku, (12) tanda petik, (13) tanda

    petik tunggal, (14) tanda garis miring, (15) tanda penyingkat (apostrof).

    1. Tanda Titik

    a. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau

    seruan. Contoh : Saya suka makan nasi.

    Apabila dilanjutkan dengan kalimat baru, harus diberi jarak satu

    ketukan.

    b. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.

    Contoh: Irwan S. Gatot, George W. Bush

    Apabila nama itu ditulis lengkap, tanda titik tidak dipergunakan.

    Contoh : Dwiki Halla

    c. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan

    sapaan. Contoh: Dr. (doktor), Kol. (kolonel)

    d. Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah

    sangat umum. Pada singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih

    hanya dipakai satu tanda titik. Contoh : dll. (dan lain-lain)

    e. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang

    menunjukkan waktu atau jangka waktu. Contoh : 0.20.30 jam (20

    menit, 30 detik)

    f. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau

    kelipatannya. Contoh : Kota kecil itu berpenduduk 51.156 orang.

    g. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau

    kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah. Contoh:

    Nama Ivan terdapat pada halaman 1210 dan dicetak tebal.

    Nomor Giro 033983 telah saya berikan kepada Mamat.

  • h. Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan nama resmi lembaga

    pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama

    dokumen resmi maupun di dalam akronim yang sudah diterima oleh

    masyarakat. Contoh: DPR (Dewan Perwakilan Rakyat).

    i. Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan lambang kimia, satuan

    ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang. Contoh : Cu (tembaga),

    Rp350,00

    j. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala

    karangan, atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya. Contoh : Latar

    Belakang Pembentukan, Sistem Acara, Lihat Pula.

    2. Tanda Koma

    a. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian

    atau pembilangan.

    Contoh : Saya menjual baju, celana, dan topi. [Catatan: dengan koma

    sebelum "dan"]

    Contoh penggunaan yang salah : Saya membeli udang, kepiting dan

    ikan. [Catatan: tanpa koma sebelum "dan"]

    b. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari

    kalimat setara yang berikutnya, yang didahului oleh kata seperti, tetapi,

    dan melainkan.

    Contoh : Saya bergabung dengan Wikipedia, tetapi tidak aktif.

    c. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk

    kalimat apabila anak kalimat tersebut mendahului induk kalimatnya.

    Contoh: Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.

    Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk

    kalimat apabila anak kalimat tersebut mengiringi induk kalimat.

    Contoh : Saya tidak akan datang kalau hari hujan.

    d. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antara

    kalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh

    karena itu, jadi, lagi pula,meskipun begitu, akan tetapi.

  • Contoh :

    Oleh karena itu, kamu harus datang.

    e. Tanda koma dipakai di belakang kata-kata seperti o, ya, wah, aduh,

    kasihan, yang terdapat pada awal kalimat. Contoh : Wah, bukan main.

    f. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian

    lain dalam kalimat. Contoh : Kata adik, "Saya sedih sekali".

    g. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian

    alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau

    negeri yang ditulis berurutan. Contoh : Medan, Indonesia.

    h. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik

    susunannya dalam daftar pustaka. Contoh : Lanin, Ivan, 1999. Cara

    Penggunaan Wikipedia. Jilid 5 dan 6. Jakarta: PT Wikipedia Indonesia.

    i. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.

    Contoh : I. Gatot, Bahasa Indonesia untuk Wikipedia. (Bandung: UP

    Indonesia, 1990), hlm. 22.

    j. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang

    mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri,

    keluarga, atau marga. Contoh : Rinto Jiang, S.E.

    k. Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah

    dan sen yang dinyatakan dengan angka. Contoh : 33,5 m, Rp10,50

    l. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang

    sifatnya tidak membatasi. Contoh : pengurus Wikipedia favorit saya,

    Borgx, pandai sekali.

    m. Tanda koma dipakai untuk menghindari salah baca di belakang

    keterangan yang terdapat pada awal kalimat. Contoh: Dalam pembinaan

    dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang bersungguh-

    sungguh. Bandingkan dengan : Kita memerlukan sikap yang

    bersungguh-sungguh dalam pembinaan dan pengembangan bahasa.

    n. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari

    bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu

  • berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru. Contoh: "Di mana Rex

    tinggal?" tanya Stepheen.

    3. Tanda Titik Koma

    a. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian

    kalimat yang sejenis dan setara. Contoh: Malam makin larut; kami

    belum selesai juga.

    b. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara

    di dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.

    Contoh: Ayah mengurus tanamannya di kebun; ibu sibuk bekerja di

    dapur; adik menghafalkan nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri

    asyik mendengarkan siaran pilihan pendengar.

    4. Tanda Titik Dua

    a. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti

    rangkaian atau pemerian. Contoh :

    Kita memerlukan perabotan rumah tangga: kursi, meja, lemari.

    b. Tanda titik dua tidak dipakai kalau rangkaian atau pemeriaan itu

    merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan. Contoh

    Perguruan Tinggi Nusantara mempunyai Sekolah Tinggi

    Teknik, Sekolah Tinggi Ekonomi, dan Sekolah Tinggi Hukum.

    5. Tanda Hubung

    a. Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-

    bagian ungkapan.

    Bandingkan: tiga-puluh dua-pertiga ( ) dan tiga-

    puluh-dua pertiga ( )

    mesin-potong tangan (mesin potong yang

    digunakan dengan tangan) mesin potong-

    tangan (mesin khusus untuk memotong

    tangan)

  • b. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (a) se dengan kata

    berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, (b) ke dengan angka, (c)

    angka dengan an, dan (d) singkatan huruf kapital dengan imbuhan atau

    kata. Contoh : Ke-315 orang berasal dari Mesir

    6. Tanda Pisah

    Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi

    penjelasan khusus diluar bangun kalimat, menegaskan adanya oposisi atau

    keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas, dan dipakai di

    antara dua bilangan atau tanggal yang berarti sampai dengan atau diantara

    dua nama kota yang berarti ke atau sampai, panajangnya dua ketukan.

    Contohnya :

    Pemerintahan Habibie tahun Mei 1998 Desember 1999.

    7. Tanda Elipsis

    a. Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus, misalnya

    untuk menuliskan naskah drama. Contoh: Kalau begitu ... ya, marilah

    kita bergerak.

    b. Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada

    bagian yang dihilangkan, misalnya dalam kutipan langsung.

    Contoh: Sebab-sebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.

    Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai

    empat buah titik; tiga buah untuk menandai penghilangan teks dan satu

    untuk menandai akhir kalimat. Contoh : Dalam tulisan, tanda baca harus

    digunakan dengan hati-hati ....

    8. Tanda Tanya

    a. Tanda tanya dipakai pada akhir tanya. Contoh: Kapan ia berangkat?

    Penggunaan kalimat tanya tidak lazim dalam tulisan ilmiah.

    b. Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian

    kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan

    kebenarannya. Contoh :

    Ia dilahirkan pada tahun 1683 (?).

  • 9. Tanda Seru

    Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan

    atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun

    rasa emosi yang kuat. Contoh :

    Bersihkan meja itu sekarang juga!

    Oleh karena itu, penggunaan tanda seru umumnya tidak digunakan di dalam

    tulisan ilmiah atau ensiklopedia. Hindari penggunaannya kecuali dalam

    kutipan atau transkripsi drama.

    10. Tanda Kurung

    a. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan. Contoh : Bagian

    Keuangan menyusun anggaran tahunan kantor yang kemudian dibahas

    dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) secara berkala.

    b. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian

    integral pokok pembicaraan. Contoh :

    Satelit Palapa (pernyataan sumpah yang dikemukakan Gajah

    Mada) membentuk sistem satelit domestik di Indonesia.

    c. Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam

    teks dapat dihilangkan.

    Contoh : Pembalap itu berasal dari (kota) Medan.

    d. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan

    keterangan. Contoh : Bauran Pemasaran menyangkut masalah (a)

    produk, (b) harga, (c) tempat, dan (c) promosi.

    Hindari penggunaan dua pasang atau lebih tanda kurung yang berturut-turut.

    Ganti tanda kurung dengan koma, atau tulis ulang kalimatnya. Contoh:

    Tidak tepat: Nikifor Grigoriev (c. 18851919) (dikenal juga sebagai

    Matviy Hryhoriyiv) merupakan seorang pemimpin Ukraina.

    Tepat: Nikifor Grigoriev (c. 18851919), dikenal juga sebagai

    Matviy Hryhoriyiv, merupakan seorang pemimpin Ukraina.

  • 11. Tanda Kurung Siku

    a. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai

    koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis

    orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu

    memang terdapat di dalam naskah asli. Contoh : Sang Sapurba

    men[d]engar bunyi gemerisik.

    b. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang

    sudah bertanda kurung. Contoh : Persamaan kedua proses ini

    (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman 3538])

    perlu dibentangkan di sini.

    12. Tanda Petik

    a. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan

    dan naskah atau bahan tertulis lain. Contoh :

    "Saya belum siap," kata Mira, "tunggu sebentar!"

    b. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai

    dalam kalimat. Contoh :

    Karangan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul "Rapor dan

    Nilai Prestasi di SMA" diterbitkan dalam Tempo.

    c. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang

    mempunyai arti khusus. Contoh :

    Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara "coba dan ralat" saja.

    d. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan

    langsung. Contoh : Kata Tono, "Saya juga minta satu."

    e. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di

    belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai

    dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat.

    Contoh:

    Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan "Si Hitam".

    13. Tanda Petik Tunggal

    a. Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan

    lain. Contoh :

  • Tanya Basri, "Kau dengar bunyi 'kring-kring' tadi?"

    "Waktu kubuka pintu depan, kudengar teriak anakku, 'Ibu,

    Bapak pulang', dan rasa letihku lenyap seketika," ujar Pak

    Hamdan.

    b. Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata

    atau ungkapan asing. Contoh : feed-back 'balikan'

    14. Tanda Garis Miring

    a. Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada

    alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun

    takwim. Contoh : No. 7/PK/1973

    b. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata tiap, per atau

    sebagai tanda bagi dalam pecahan dan rumus matematika. Contoh :

    harganya Rp125,00/lembar (harganya Rp125,00 tiap lembar)

    c. Tanda garis miring sebaiknya tidak dipakai untuk menuliskan tanda

    aritmetika dasar dalam prosa. Gunakan tanda bagi .

    Contoh : 10 2 = 5.

    Di dalam rumus matematika yang lebih rumit, tanda garis miring atau

    garis pembagi dapat dipakai. Contoh:

    d. Tanda garis miring sebaiknya tidak dipakai sebagai pengganti kata atau.

    15. Tanda Penyingkat (Apostrof)

    Tanda penyingkat digunakan untuk menyingkat kata atau penghilangan

    bagian kata dan bagian angka tahun. Tanda ini banyak digunakan dalam

    ragam satra. Contoh : 1 Januari 88 (88 = 1988)

    Sebaiknya bentuk ini tidak dipakai dalam teks prosa biasa.

  • PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Ejaan merupakan hal hal yang mencakup penulisan huruf ,penulisan kata,

    termasuk singkatan, akronim ,angka,dan lambang bilangan, serta penggunaan

    tanda baca. Selain itu juga tentang pelafalan dan peraturan dalam penyerapan

    unsur asing.

    Fungsi ejaan antara lain :

    Sebagai landasan pembakuan tata bahasa

    Sebagai landasan pembakuan kosa kata dan peristilahan

    Sebagai alat penyaring masuknya unsur-unsur bahasa lain kedalam

    bahasa Indonesia.

    B. Saran

    Dari uraian yang telah kami susun di atas,maka pembaca dalam menggunakan

    bahasa indonesia hendaknya sesuai dengan kaidah ejaan yang telah di

    tentukan yaitu sesuai dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.

  • DAFTAR PUSTAKA

    1. Waridah, Ernawati. 2008. EYD dan Seputar Kebahasa-Indonesiaan.

    Jakarta: Kawan Pustaka.

    2. Nasucha, Yakub H. 2009. Bahasa Indonesia untuk Penulisan Karya Tulis

    Ilmiah. Yogyakarta: Media Perkasa.

    3. Arifin, Zaenal. Tasai, Amran. 2010. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta:

    Akademia Pressindo.

    4. http://id.wikipedia.org/ [25 Maret, 2014, 19.30 WIB] .

  • DAFTAR KELOMPOK

    1. Azwar Ahmad (12071062)

    2. Rosyidah Cahyani (12071042)

    3. Maya Sitta Nurkartika (13071009)

    4. Vicky Zulfikar Adhi Putra (13071019)

    5. Eka Rahmawati (13071022)

    6. M. Zainun Naim (13071054)

    7. Rani Wahyu Permata (13071118)