Download - Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia

Transcript
Page 1: Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia

PERKEMBANGAN EJAAN

DALAM BAHASA INDONESIA

OLEH :

KELOMPOK 5

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI DAN MULTIMEDIA

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA

2014

Page 2: Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis dapat

menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang berjudul “Perkembangan Ejaan

dalam Bahasa Indonesia” dengan lancar.

Dalam pembuatan makalah ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak,

maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada seluruh anggota kelompok 5 yang memberi fasilitas dan turut

membantu sehingga makalah ini dapat selesai dengan lancar. Dan pihak yang

tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang membantu pembuatan makalah ini.

Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan

penulis pada khususnya untuk dapat meningkatkan kemampuannya dalam

berbahasa Indonesia yang baik dan benar, sebagai wujud nyata dalam usaha

melestarikan dan mengembangkan bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Penulis

juga menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna

untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi

perbaikan kearah kesempurnaan. Akhir kata penulis, kami sampaikan terimakasih.

Penulis,

Page 3: Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia

PENDAHULUAN

Ejaan merupakan hal yang sangat penting di dalam pemakaian bahasa

terutama dalam ragam bahasa tulis. Yang dimaksudkan dengan ejaan sendiri

adalah hal-hal yang mencakup penulisan huruf, penulisan kata, termasuk

singkatan, akronim, angka dan lambang bilangan serta penggunaan tanda baca.

Oleh karena itu, kita memerlukan ejaan untuk membantu memperjelas komunikasi

yang di sampaikan secara tertulis.

Dalam beberapa kurun waktu ini, Indonesia mengalami beberapa

perubahan ejaan. Sebelum EYD diresmikan pada tanggal 16 Agustus 1972,

Indonesia telah menggunakan beberapa ejaan. Awalnya menggunakan Ejaan Van

Ophuysen, lalu Ejaan Republik (Ejaan Soewandi), Ejaan Melayu-Indonesia

(Melindo), baru kemudian Ejaan Yang Disempurnakan diresmikan sampai

sekarang ini.

Dalam hubungannya dengan pembakuan bahasa, ejaan mempunyai fungsi

yang penting yaitu: sebagai landasan pembakuan tata bahasa, kosa kata dan

peristilahan, serta sebagai alat penyaring masuknya unsur-unsur bahasa lain

kedalam bahasa Indonesia. Mengingat pentingnya fungsi itu pembakuan ejaan

perlu di capai terlebih dahulu agar dapat menunjang pembakuan aspek aspek

kebahasaan lain.

Namun, bukan berarti kita harus menggunakan bahasa Indonesia sesuai

dengan ejaan melainkan kita boleh menggunakan bahasa yang tidak baku/bahasa

percakapan yang tidak formal. Karena sebenarnya penggunaan bahasa pada

dasarnya digunakan sesuai dengan situasi pemakaian.

Page 4: Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Ejaan

Dalam buku Cermat Berbahasa Indonesia, Prof. Dr. H. Zaenal Arifin,

M.Hum. dan Drs. S. Amran Tasai, M.Hum. (2010), Ejaan adalah keseluruhan

peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana

antarhubungan antara lambang-lambang itu (pemisahan dan

penggabungannya dalam suatu bahasa). Secara teknis, yang dimaksud dengan

ejaan adalah penulisan huruf, kata, pemakaian tanda baca.

B. Fungsi Ejaan dalam Bahasa Indonesia

Dalam rangka menunjang pembakuan bahasa, baik yang menyangkut

pembakuan tata bahasa maupun kosa kata da peristilahan, ejaan mempunyai

fungsi yang cukup penting. Oleh karena itu, pembakuan ejaan perlu diberi

prioritas lebih dahulu. Dalam hubungan itu, ejaan antara lain, berfungsi

sebagai :

1. Landasan pembakuan tata bahasa

2. Landasan pebakuan kosakata dan peristilahan

3. Alat penyaring masuknya unsur-unsur bahasa lain ke dalam bahasa

Indonesia.

Di samping ketiga fungsi yang telah disebutkan di atas, ejaan sebenarnya

juga mempunyai fungsi yang lain. Secara praktis, ejaan berfungsi untuk

membantu pemahaman pembaca di dalam mencerna informasi yang di

sampaikan secara tertulis. Dalam hal ini fungsi praktis itu dapat di capai jika

segala ketentuan yang terdapat di dalam kaidah telah diterapkan dengan baik.

Page 5: Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia

PEMBAHASAN

1. Van Ophusyen

Pada tahun 1901 ditetapkan ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin, yang

disebut Ejaan Van Ophuijsen. Van Ophuijsen merancang ejaan itu yang dibantu

oleh Engku Nawawi Gelar Soetan Ma‟moer dan Moehammad Taib Soetan

Ibrahim. Hal-hal yang menonjol dalam ejaan Van Ophuijsen adalah sebagai

berikut.

a. Huruf j dipakai untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, dan sajang.

b. Huruf oe dipakai untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer.

c. Tanda diakritik, seperti koma, ain dan tanda trema, dipakai untuk

menuliskan kata-kata ma‟moer, „akal, ta‟, pa‟. dinamai‟.

2. Soewandi

Ejaan Soewandi diresmikan pada tanggal 19 Maret 1947 untuk menggatikan

Ejaan van Ophuijsen. Ejaan Soewandi dikenal juga dengan Ejaan Republik.

Hal-hal yang perlu diketahui sehubungan dengan Ejaan Soewandi adalah sebagai

berikut.

a. Huruf oe digati dengan u. Seperti pada kata goeroe menjadi guru, itoe

menjadi itu, oemoer menjadi umur.

b. Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k, seperti pada kata-kata tak,

pak, maklum, dan rakjat.

c. Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2, seperti anak2, berjalan2, ke-barat2-

an.

d. Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis dengan kata yang

mengikutinya, seperti kata depan di pada dirumah, dikebun, disamakan

dengan imbuhan di- pada ditulis, dikarang.

Page 6: Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia

3. Melindo

a. Apakah yang di maksud dengan ejaan melindo ?

Melindo ialah akronim dari Melayu-Indonesia. Merupakan ejaan yang di

susun atas kerja sama antara pihak Indonesia Slamet Muljana dan pihak

Persekutuan Tanah Melayu (malaysia) di pimpin oleh Syed Nasir bin Ismail.

Yang tergabung dalam Panitia Kerja Sama Bahasa Melayu-Bahasa Indonesia.

Tahun 1959 berhasil merumuskan ejaan yaitu ejaan Melindo. Awalnya Ejaan

Melindo di maksudkan untuk menyeragamkan ejaan yang di gunakan di

kedua negara tersebut. Namun karena pada masa itu terjadi ketegangan politik

antara Indonesia dan malaysia, Ejaan itupun akhirnya gagal diresmikan.

Sebagai akibatnya pemberlakuaan ejaan itu tidak pernah di umumkan.

b. Hal-hal apakah yang terdapat dalam konsep ejaan melindo?

Dalam ejaan melindo tidak jauh beda dengan ejaan pembaharuan, karena

ejaan itu sama-sama berusaha menyederhanakan ejaan dengan menggunakan

sistem fonemis.

Hal yang berbeda ialah dalam ejaan Melindo gabungan konsonan tj, seperti

pada kata tjinta di ganti dengan c menjadi cinta. Juga gabungan konsonan nj,

seperti pada kata njonja di ganti dengan huruf nc yang sama sekali masih

baru.

4. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan

Pada tanggal 16 Agustus 1972, Presiden Republik Indonesia Soeharto

meresmikan pemakaian Ejaan Bahasa Indonesia. Peresmian ejaan baru itu

berdasarkan Putusan Presiden No. 57, Tahun 1972. Departemen Pendidikan dan

Kebudayan menyebarkan buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa

Indonesia yang Disempurnakan, sebagai patokan pemakaian ejaan itu.

Karena penuntun itu perlu dilengkapi, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia,

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang dibentuk oleh Menteri Pendidikan

dan Kebudayaan dengan surat putusannya tanggal 12 Oktober 1972,

Page 7: Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia

No. 156/P/1972 (Amran Halim, Ketua), menyusun buku Pedoman Umum Ejaan

Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang berupa pemaparan kaidah ejaan

yang lebih luas. Setelah itu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan suray

putusannya No. 0196/1975 memberlakukan Pedoman Umum Ejaan Bahasa

Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah.

Pada tahun 1987 kedua pedoman tersebut direvisi. Edisi revisi dikuatkan dengan

surat Putusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0543a/U/1987, tanggal 9

September 1987.

Pedoman ejaan bahasa Indonesia di sebut pedoman umum, karena dasarnya hanya

mengatur hal-hal yang bersifat umum. Namun ada hal-hal lain yang bersifat

khusus, yang belum di atur dalam pedoman itu, yang di sesuaikan dengan bertitik

tolak pada pedoman umum itu.

Ejaan Yang Disempurnakan merupakan hasil penyempurnaan dari beberapa ejaan

yang di susun sebelumnya, terutama ejaan republik yang di padukan pula dengan

konsep konsep ejaan pembaharuan, ejaan melindo dan ejaan baru.

Beberapa hal yang perlu dikemukakan sehubungan dengan Ejaan Bahasa

Indonesia yang Disempurnakan adalah sebagai berikut.

1. Perubahan Huruf

Ejaan Soewandi Ejaan yang Disempurnakan

dj djalan, djauh j jalan, jauh

j pajung, laju y payung, layu

nj njonja, bunji ny nyonya, bunyi

sj isjarat, masjarakat sy isyarat, masyarakat

tj tjukup. Tjutji c cukup, cuci

ch tarich, achir kh tarikh, akhir

1. Huruf- huruf dibawah ini, yang seebelumnya sudah terdapat dalam Ejaan

Soewandi sebagai unsur pinjaman abjad asing, diresmikan pemakaiannya.

f maaf, fakir v valuta, universitas z zeni, lezat

Page 8: Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia

2. Huruf-huruf q dan x yang lazim digunakan dalam ilmu eksakta atau ilmu

pengetahuan tetap dipakai.

a : b = p : q sinar-X

3. Penulisan di- atau ke sebagai awalan dan di atau ke sebagai kata depan

dibedakan, yaitu di- atau ke- sebagai awalan ditulis serangkai dengan kata

yang mengikutinya, sedangkan di atau ke sebagai kata depan ditulis

terpisah dengan kata yang mengikutinya.

di- dan ke- (awalan) di dan ke (kata depan)

Ditulis di kampus

Ketua ke kampus

4. Kata ulang ditulis penuh dengan huruf, tidak boleh digunakan angka 2.

Contohnya : anak-anak, berjalan-jalan, meloncat-loncat

5. Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.

Contohnya : sang kancil, si pengirim, sang pahlawan, si buta

Ejaan ini berbicara tentang (1) pemakaian huruf, (2) penulisan huruf, (3) penulisan

kata, (4) penulisan unsur-unsur serapan, dan (5) pemakaian tanda baca.

A.1. Pemakaian Huruf

Dalam hubungan dengan pemakaian huruf, berikut ini disajikan pembahasan :

1. Nama-nama huruf 3. Lafal singkatan dan kata

2. Persukuan 4. Penulisan nama diri

1. Nama-nama huruf

Dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan

disebutkan bahwa abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri

atas huruf-huruf yang berikut. Nama tiap-tiap huruf disertakan disebelahnya.

Di samping itu, dalam bahasa Indonesia terdapat pula diftong yang biasa dieja

au, ai, dan oi yang dilafalkan sebagai vocal yang diikuti oleh bunyi konsonan

luncuran w atau y. Dalam bahasa Indonesia terdapat juga konsonan yang

terdiri atas gabungan huruf, seperti kh, ng, ny, dan sy.

Page 9: Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia

Dalam hal-hal khusus terdapat juga gabungan huruf nk, misalnya dalam bank

dan sanksi, sedangkan pemakaian gabungan huruf dl, dh, gh, dz, th, dan ts,

seperti dalam kata hadlir, dharma, maghrib, adzan, lathin, dan hatsil tidak

digunakan dalam bahasa Indonesia.

2. Lafal Singkatan dan Kata

Kadang-kadang kita merasa ragu-ragu bagaimaan melafalkan suatu singkatan

atau suatu kata dalam bahasa Indonesia. Keraguan itu mungkin disebabkan

oleh pengaruh lafal bahasa daerah atau lafal bahasa asing. Padahal, semua

singkatan atau kata yang terdapat dalam bahasa Indonesia termasuk singkatan

tang berasal dari bahasa asing harus dilafalkan secara lafal Indonesia.

Singkatan/Kata Lafal Tidak Baku Lafal Baku

AC [a se] [a ce]

Pascasarjana [paskasarjana] [pascasarjana]

Akronim bahasa asing (singkatan yang dieja seperti kata) yang bersifat

internasional mempunyai kaidah tersendiri, yakni tidak dilafalkan seperti lafal

Indonesia, tetapi singkatan itu tetap dilafalkan seperti lafal aslinya.

Kata Lafal Tidak Baku Lafal Baku

Unesco [u nes tjo] [yu nes ko]

3. Persukuan

Persukuan ini diperlukan, terutama pada saat kita harus memenggal sebuah

kata dalam tulisan jika terjadi pergantian baris. Apabila memenggal atau

menyukukan sebuah kata, kita harus membubuhkan tanda hubung (-) diantara

suku-suku kata tanpa jarak/spasi. Pada pergantian baris, tanda hubung harus

dibubuhkan di pinggir ujung baris. Jadi, tanda hubung yang dibubuhkan di

bawah ujung baris hal yang keliru. Perlu juga diketahui bahwa suku kata atau

imbuhan yang terdiri atas sebuah huruf tidak dipenggal agar tidak terdapat

satu huruf pada ujung baris atau pada pangkal baris. Di samping itu, perlu

pula diketahui bahwa sebuah persukuan ditandai oleh sebuah vokal.

Page 10: Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia

4. Penulisan Nama Diri

Penulisan nama diri, nama sungai, gunung, jalan, dan sebagainya disesuaikan

dengan kaidah yang berlaku. Penulisan nama orang, badan hokum, nama diri

lain yang sudah lazim, disesuaikan dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang

Disempurnakan, kecuali apabila ada pertimbangan khusus. Pertimbangan

khusus itu menyangkut segi adat, hokum, atau kesejarahan, misalnya :

Soepomo Poedjosoedarmo

Dji Sam Soe

Page 11: Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia

A.2. Penulisan Huruf

Dalam Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, penulisan huruf

menyangkut dua masalah, yaitu (1) Penulisan huruf besar atau huruf kapital dan

(2) penulisan huruf miring.

1. Penulisan Huruf Besar atau Huruf Kapital

Penulisan huruf kapital yang kita jumpai dalam tulisan-tulisan resmi

kadang-kadang menyimpang dari kaidah-kaidah yang berlaku. Kaidah

penulisan huruf kapital itu adalah sebagai berikut.

a. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada

awal kalimat dan huruf pertama petikan langsung.

Misalnya :

Dia bertanya, “Kapan kita pulang.”

Archimedes berkata, “Setiap benda yang dimasukkan ke dalam zat

cair akan mendapat tekanan ke atas sehingga beratnya berkurang

seberat zat cair yang di pindahkannya.”

b. Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan

yang berhubungan dengan hal-hal keagamaan, kitab suci, dan nama

Tuhan, termasuk kata ganti-Nya. Huruf pertama pada kata ganti ku, mu,

dan nya, sebagai kata ganti Tuhan, harus dituliskan dengan huruf

kapital, dirangkaikan dengan kata hubung (-).

Misalnya :

Limpahkanlah rahmat-Mu, ya Allah.

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberkati usaha kita.

c. Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar

(kehormatan, keturunan, agama, jabatan, dan pangkat) yang diikuti nama

orang. Misalnya :

Pergerakan itu dipimpin oleh Haji Agus Salim.

Ketua DPR RI Agung Laksono berpendapat bahwa peningkatan

imbalan gaji pegawai negeri harus diimbangi oleh kualitas pegawai

negeri itu sendiri.

Page 12: Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia

Jika tidak diikuti oleh nama orang atau wilayah, nama gelar, jabatan, dan

pangkat itu harus dituliskan dengan huruf kecil. Misalnya :

Calon jemaah haji DKI tahun ini berjumlah 525 orang.

Seorang presiden akan diperhatikan oleh rakyatnya.

Akan tetapi, jika mengacu kepada orang tertentu, nama gelar, jabatan,

dan pangkat itu dituliskan dengan huruf capital. Misalnya :

Dalam seminar itu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono

memberikan sambutan. Dalam sambutannya, Presiden

mengharapkan agar para ilmuwan lebih ulet mengembangkan

ilmunya untuk kepentingan bangsa dan negara.

d. Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa,

suku, dan bahasa. Misalnya : bahasa Sunda, bangsa Indonesia.

e. Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun,

bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah. Misalnya :

hari Lebaran - Masehi

f. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi. Misalnya :

Asia Tenggara, Banyuwangi, Cirebon, Danau Toba, Dataran Tinggi

Dieng, Gunung Semeru, Jalan Diponegoro, Jazirah Arab,

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang

tidak menjadi unsur nama diri. Misalnya :berlayar ke teluk, mandi di

kali, menyeberangi selat, pergi ke arah tenggara.

g. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara,

lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi,

kecuali kata seperti “dan”. Misalnya :

Republik Indonesia; Majelis Permusyawaratan Rakyat; Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan; Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak;

Keputusan Presiden Republik Indonesia, Nomor 57, Tahun 1972

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama

resmi negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama

dokumen resmi. Misalnya :

menjadi sebuah republik, beberapa badan hukum, kerja sama antara

pemerintah dan rakyat, menurut undang-undang yang berlaku.

Page 13: Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia

h. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang

sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah, dan

ketatanegaraan dan dokumen resmi. Misalnya :

Perserikatan Bangsa-Bangsa, Undang-Undang Dasar Republik

Indonesia, Rancangan Undang-Undang Kepegawaian.

i. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk

semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat

kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang,

untuk yang tidak terletak pada posisi awal. Misalnya :

Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma;

Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan;

j. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar,

pangkat, dan sapaan. Misalnya :

Dr. Doktor Prof Professor

M.A. Master of Art Tn. Tuan

k. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan

kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kaka, adik, dan paman yang

dipakai dalam penyapaan dan pengacuan. Misalnya :

“Kapan Bapak berangkat?” tanya Harto.

Mereka pergi ke rumah Pak Camat.

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk

hubungan kekerabatan yang tidak dipakai dalam penyapaan dan

pengacuan. Misalnya :

Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.

Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.

l. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda. Misalnya:

Sudahkah Anda Tahu? - Surat Anda telah kami terima

2. Penulisan Huruf Miring

a. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menulis nama buku,

majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan. Misalnya :

majalah Bahasa dan Kesusastraan.

buku Negarakeragama karangan Prapanca.

Page 14: Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia

b. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau

mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata. Misalnya:

Huruf pertama kata abad ialah a.

Dia bukan menipu, tetapi ditipu.

c. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama

ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.

Misalnya :

Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostama.

Politik devide et impera pernah merajalela di negeri ini.

A.3. Penulisan Kata

Kita mengenal bentuk kata, dasar, kata turunan, atau kata beribuhan, kata ulang,

dan gabungan kata. Kata dasar ditulis sebagai satu satuan yang berdiri sendiri,

sedangkan pada kata turunan, imbuhan (awalan, sisipan, dan akhiran) dituliskan

serangkai dengan kata dasarnya. Kalau gabungan kata hanya mendapat awalan

atau akhiran, awalan atau akhiran itu dituliskan serangkai dengan kata yang

bersangkutan saja.

1. Kata Dasar

Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Misalnya :

Kantor pajak penuh sesak. - Buku itu sangat tebal

2. Kata Turunan

a. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.

Misalnya :

bergeletar, dikelola, penetapan, menengok, mempermainkan

b. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau mendapat akhiran

ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikutinya atau

mendahuluinya. Misalnya :

bertepuk tangan, garis bawahi, menganak sungai, sebar luaskan

c. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran

sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai. Misalnya :

Menggarisbawahi, menyebarluaskan, dilipatgandakan,

penghancurleburan

d. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi,

gabungan kata itu ditulis serangkai. Misalnya :

adipati,aerodinamika,antarkota,audiogram,biokimia,dasawarsa,dsb.

Page 15: Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia

Catatan :

Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah huruf

kapital, diantara kedua unsur itu dituliskan tanda hubung (-). Misalnya :

non-Indonesia, pan-Afrikanisme

Jika kata maha sebagai unsur gabungan diikuti oleh kata esa dan kata yang

bukan kata dasar, gabungan itu ditulis terpisah. Misalnya :

Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindung kita.

3. Gabungan Kata

a. Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus,

unsur-unsurnya ditulis terpisah. Misalnya :

duta besar, kambing hitam, kereta api cepat luar biasa, mata pelajaran,

meja tulis, model linear, orang tua, persegi panjang, rumah sakit umum,

b. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan

kesalahan pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan

pertalian unsur yang besangkutan. Misalnya :

alat pandang-dengar, anak-istrisaya, buku sejarah-baru, mesin-hitung

tangan, ibu-bapak kami.

c. Gabungan kata berikut ditulis serangkai. Misalnya :

acapkali, adakalanya, akhirulkalam, alhamdulillah, astagfirullah,

bagaiman, bilamana, bismillah, beasiswa, belasungkawa, dsb.

4. Partikel

a. Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang

mendahuluinya. Contohnya :

betulkah, bacalah

b. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. Contohnya :

apa pun, satu kali pun

c. Partikel pun ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

Contohnya :

adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendati

pun, maupun,meskipun, sekalipun, sungguhpun, walaupun

5. Singkatan dan akronim

a. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti

dengan tanda titik. Contohnya : A.S. Kramawijaya, M.B.A.

Page 16: Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia

b. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau

organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata

ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik. Contohnya :

DPR, SMA. c. Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda

titik. Contohnya : dst., hlm. d. Singkatan umum yang terdiri atas dua huruf diikuti tanda titik pada setiap

huruf. Contohnya : a.n., s.d. e. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata

uang tidak diikuti tanda titik. Contohnya : cm, Cu f. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis

seluruhnya dengan huruf kapital. Contohnya : ABRI, PASI g. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf

dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.

Contohnya : Akabri, Iwapi h. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata,

ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis

dengan huruf kecil. Contohnya :pemilu, tilang 6. Angka dan Lambang Bilangan

Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor yang lazimnya

ditulis dengan angka Arab atau angka Romawi.

a. Fungsi

menyatakan (i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi (ii) satuan waktu (iii)

nilai uang, dan (iv) kuantitas,

melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada

alamat,

menomori bagian karangan dan ayat kitab suci,

b. Penulisan

Lambang bilangan utuh dan pecahan dengan huruf

Lambang bilangan tingkat

Lambang bilangan yang mendapat akhiran –an

Ditulis dengan huruf jika dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata,

kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan,

seperti dalam perincian dan pemaparan

Page 17: Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia

Ditulis dengan huruf jika terletak di awal kalimat. Jika perlu, susunan

kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan

satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat

Dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca bagi bilangan utuh

yang besar

Tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali

di dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi

Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya

harus tepat

7. Kata Ganti

a. Ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Contohnya :

kusapa, kauberi b. Ku, mu, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

Contohnya : bukuku, miliknya A.4. Penulisan Unsur Serapan

Berdasarkan taraf integrasinya unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia dapat

dibagi atasa dua golongan besar.

Pertama, unsur yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia,

seperti reshuffle, shuttle cock, l‟exploitation de l‟homme par l‟homme, unsur-

unsur ini dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masing

mengikuti cara asing.

Kedua, unsur asing yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan

kaidah bahasa Indonesia diusahakan agar ejaan asing hanya diubah seperlunya

hingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.

Di samping itu, akhiran yang berasal dari bahasa asing diserap sebagai bagian kata

yang utuh. Kata seperti standarisasi, implementasi, dan objektif diserap secara

utuh disamping kata standar, implement, dan objek.

Berikut ini didaftarkan sebagian kata asing yang diserap ke dalam bahasa

Indonesia, yang sering digunakanoleh pemakai bahasa.

Kata Asing Penyerapan yang Salah Penyerapan yang Benar

System sistim Sistem

Effective efektip Efektif

Page 18: Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia

A.5 Pemakaian Tanda Baca

Pemakaian tanda baca dalam ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan

mencakup peraturan (1) tanda titik, (2) tanda koma, (3) tanda titik koma, (4) tanda

titik dua, (5) tanda hubung, (6) tanda pisah, (7) tanda elipsis, (8) tanda tanya, (9)

tanda seru, (10) tanda kurung, (11) tanda kurung siku, (12) tanda petik, (13) tanda

petik tunggal, (14) tanda garis miring, (15) tanda penyingkat (apostrof).

1. Tanda Titik

a. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau

seruan. Contoh : Saya suka makan nasi.

Apabila dilanjutkan dengan kalimat baru, harus diberi jarak satu

ketukan.

b. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.

Contoh: Irwan S. Gatot, George W. Bush

Apabila nama itu ditulis lengkap, tanda titik tidak dipergunakan.

Contoh : Dwiki Halla

c. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan

sapaan. Contoh: Dr. (doktor), Kol. (kolonel)

d. Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah

sangat umum. Pada singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih

hanya dipakai satu tanda titik. Contoh : dll. (dan lain-lain)

e. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang

menunjukkan waktu atau jangka waktu. Contoh : 0.20.30 jam (20

menit, 30 detik)

f. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau

kelipatannya. Contoh : Kota kecil itu berpenduduk 51.156 orang.

g. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau

kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah. Contoh:

Nama Ivan terdapat pada halaman 1210 dan dicetak tebal.

Nomor Giro 033983 telah saya berikan kepada Mamat.

Page 19: Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia

h. Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan nama resmi lembaga

pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama

dokumen resmi maupun di dalam akronim yang sudah diterima oleh

masyarakat. Contoh: DPR (Dewan Perwakilan Rakyat).

i. Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan lambang kimia, satuan

ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang. Contoh : Cu (tembaga),

Rp350,00

j. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala

karangan, atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya. Contoh : Latar

Belakang Pembentukan, Sistem Acara, Lihat Pula.

2. Tanda Koma

a. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian

atau pembilangan.

Contoh : Saya menjual baju, celana, dan topi. [Catatan: dengan koma

sebelum "dan"]

Contoh penggunaan yang salah : Saya membeli udang, kepiting dan

ikan. [Catatan: tanpa koma sebelum "dan"]

b. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari

kalimat setara yang berikutnya, yang didahului oleh kata seperti, tetapi,

dan melainkan.

Contoh : Saya bergabung dengan Wikipedia, tetapi tidak aktif.

c. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk

kalimat apabila anak kalimat tersebut mendahului induk kalimatnya.

Contoh: Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.

Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk

kalimat apabila anak kalimat tersebut mengiringi induk kalimat.

Contoh : Saya tidak akan datang kalau hari hujan.

d. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antara

kalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh

karena itu, jadi, lagi pula,meskipun begitu, akan tetapi.

Page 20: Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia

Contoh :

Oleh karena itu, kamu harus datang.

e. Tanda koma dipakai di belakang kata-kata seperti o, ya, wah, aduh,

kasihan, yang terdapat pada awal kalimat. Contoh : Wah, bukan main.

f. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian

lain dalam kalimat. Contoh : Kata adik, "Saya sedih sekali".

g. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian

alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau

negeri yang ditulis berurutan. Contoh : Medan, Indonesia.

h. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik

susunannya dalam daftar pustaka. Contoh : Lanin, Ivan, 1999. Cara

Penggunaan Wikipedia. Jilid 5 dan 6. Jakarta: PT Wikipedia Indonesia.

i. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.

Contoh : I. Gatot, Bahasa Indonesia untuk Wikipedia. (Bandung: UP

Indonesia, 1990), hlm. 22.

j. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang

mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri,

keluarga, atau marga. Contoh : Rinto Jiang, S.E.

k. Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah

dan sen yang dinyatakan dengan angka. Contoh : 33,5 m, Rp10,50

l. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang

sifatnya tidak membatasi. Contoh : pengurus Wikipedia favorit saya,

Borgx, pandai sekali.

m. Tanda koma dipakai untuk menghindari salah baca di belakang

keterangan yang terdapat pada awal kalimat. Contoh: Dalam pembinaan

dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang bersungguh-

sungguh. Bandingkan dengan : Kita memerlukan sikap yang

bersungguh-sungguh dalam pembinaan dan pengembangan bahasa.

n. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari

bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu

Page 21: Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia

berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru. Contoh: "Di mana Rex

tinggal?" tanya Stepheen.

3. Tanda Titik Koma

a. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian

kalimat yang sejenis dan setara. Contoh: Malam makin larut; kami

belum selesai juga.

b. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara

di dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.

Contoh: Ayah mengurus tanamannya di kebun; ibu sibuk bekerja di

dapur; adik menghafalkan nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri

asyik mendengarkan siaran pilihan pendengar.

4. Tanda Titik Dua

a. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti

rangkaian atau pemerian. Contoh :

Kita memerlukan perabotan rumah tangga: kursi, meja, lemari.

b. Tanda titik dua tidak dipakai kalau rangkaian atau pemeriaan itu

merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan. Contoh

Perguruan Tinggi Nusantara mempunyai Sekolah Tinggi

Teknik, Sekolah Tinggi Ekonomi, dan Sekolah Tinggi Hukum.

5. Tanda Hubung

a. Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-

bagian ungkapan.

Bandingkan: tiga-puluh dua-pertiga ( ) dan tiga-

puluh-dua pertiga ( )

mesin-potong tangan (mesin potong yang

digunakan dengan tangan) mesin potong-

tangan (mesin khusus untuk memotong

tangan)

Page 22: Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia

b. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (a) se dengan kata

berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, (b) ke dengan angka, (c)

angka dengan –an, dan (d) singkatan huruf kapital dengan imbuhan atau

kata. Contoh : Ke-315 orang berasal dari Mesir

6. Tanda Pisah

Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi

penjelasan khusus diluar bangun kalimat, menegaskan adanya oposisi atau

keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas, dan dipakai di

antara dua bilangan atau tanggal yang berarti „sampai dengan‟ atau diantara

dua nama kota yang berarti „ke‟ atau „sampai‟, panajangnya dua ketukan.

Contohnya :

Pemerintahan Habibie tahun Mei 1998 – Desember 1999.

7. Tanda Elipsis

a. Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus, misalnya

untuk menuliskan naskah drama. Contoh: Kalau begitu ... ya, marilah

kita bergerak.

b. Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada

bagian yang dihilangkan, misalnya dalam kutipan langsung.

Contoh: Sebab-sebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.

Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai

empat buah titik; tiga buah untuk menandai penghilangan teks dan satu

untuk menandai akhir kalimat. Contoh : Dalam tulisan, tanda baca harus

digunakan dengan hati-hati ....

8. Tanda Tanya

a. Tanda tanya dipakai pada akhir tanya. Contoh: Kapan ia berangkat?

Penggunaan kalimat tanya tidak lazim dalam tulisan ilmiah.

b. Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian

kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan

kebenarannya. Contoh :

Ia dilahirkan pada tahun 1683 (?).

Page 23: Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia

9. Tanda Seru

Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan

atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun

rasa emosi yang kuat. Contoh :

Bersihkan meja itu sekarang juga!

Oleh karena itu, penggunaan tanda seru umumnya tidak digunakan di dalam

tulisan ilmiah atau ensiklopedia. Hindari penggunaannya kecuali dalam

kutipan atau transkripsi drama.

10. Tanda Kurung

a. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan. Contoh : Bagian

Keuangan menyusun anggaran tahunan kantor yang kemudian dibahas

dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) secara berkala.

b. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian

integral pokok pembicaraan. Contoh :

Satelit Palapa (pernyataan sumpah yang dikemukakan Gajah

Mada) membentuk sistem satelit domestik di Indonesia.

c. Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam

teks dapat dihilangkan.

Contoh : Pembalap itu berasal dari (kota) Medan.

d. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan

keterangan. Contoh : Bauran Pemasaran menyangkut masalah (a)

produk, (b) harga, (c) tempat, dan (c) promosi.

Hindari penggunaan dua pasang atau lebih tanda kurung yang berturut-turut.

Ganti tanda kurung dengan koma, atau tulis ulang kalimatnya. Contoh:

Tidak tepat: Nikifor Grigoriev (c. 1885–1919) (dikenal juga sebagai

Matviy Hryhoriyiv) merupakan seorang pemimpin Ukraina.

Tepat: Nikifor Grigoriev (c. 1885–1919), dikenal juga sebagai

Matviy Hryhoriyiv, merupakan seorang pemimpin Ukraina.

Page 24: Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia

11. Tanda Kurung Siku

a. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai

koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis

orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu

memang terdapat di dalam naskah asli. Contoh : Sang Sapurba

men[d]engar bunyi gemerisik.

b. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang

sudah bertanda kurung. Contoh : Persamaan kedua proses ini

(perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman 35–38])

perlu dibentangkan di sini.

12. Tanda Petik

a. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan

dan naskah atau bahan tertulis lain. Contoh :

"Saya belum siap," kata Mira, "tunggu sebentar!"

b. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai

dalam kalimat. Contoh :

Karangan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul "Rapor dan

Nilai Prestasi di SMA" diterbitkan dalam Tempo.

c. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang

mempunyai arti khusus. Contoh :

Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara "coba dan ralat" saja.

d. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan

langsung. Contoh : Kata Tono, "Saya juga minta satu."

e. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di

belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai

dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat.

Contoh:

Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan "Si Hitam".

13. Tanda Petik Tunggal

a. Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan

lain. Contoh :

Page 25: Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia

Tanya Basri, "Kau dengar bunyi 'kring-kring' tadi?"

"Waktu kubuka pintu depan, kudengar teriak anakku, 'Ibu,

Bapak pulang', dan rasa letihku lenyap seketika," ujar Pak

Hamdan.

b. Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata

atau ungkapan asing. Contoh : feed-back 'balikan'

14. Tanda Garis Miring

a. Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada

alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun

takwim. Contoh : No. 7/PK/1973

b. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata tiap, per atau

sebagai tanda bagi dalam pecahan dan rumus matematika. Contoh :

harganya Rp125,00/lembar (harganya Rp125,00 tiap lembar)

c. Tanda garis miring sebaiknya tidak dipakai untuk menuliskan tanda

aritmetika dasar dalam prosa. Gunakan tanda bagi ÷ .

Contoh : 10 ÷ 2 = 5.

Di dalam rumus matematika yang lebih rumit, tanda garis miring atau

garis pembagi dapat dipakai. Contoh:

d. Tanda garis miring sebaiknya tidak dipakai sebagai pengganti kata atau.

15. Tanda Penyingkat (Apostrof)

Tanda penyingkat digunakan untuk menyingkat kata atau penghilangan

bagian kata dan bagian angka tahun. Tanda ini banyak digunakan dalam

ragam satra. Contoh : 1 Januari ‟88 (‟88 = 1988)

Sebaiknya bentuk ini tidak dipakai dalam teks prosa biasa.

Page 26: Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ejaan merupakan hal hal yang mencakup penulisan huruf ,penulisan kata,

termasuk singkatan, akronim ,angka,dan lambang bilangan, serta penggunaan

tanda baca. Selain itu juga tentang pelafalan dan peraturan dalam penyerapan

unsur asing.

Fungsi ejaan antara lain :

Sebagai landasan pembakuan tata bahasa

Sebagai landasan pembakuan kosa kata dan peristilahan

Sebagai alat penyaring masuknya unsur-unsur bahasa lain kedalam

bahasa Indonesia.

B. Saran

Dari uraian yang telah kami susun di atas,maka pembaca dalam menggunakan

bahasa indonesia hendaknya sesuai dengan kaidah ejaan yang telah di

tentukan yaitu sesuai dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.

Page 27: Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

1. Waridah, Ernawati. 2008. EYD dan Seputar Kebahasa-Indonesiaan.

Jakarta: Kawan Pustaka.

2. Nasucha, Yakub H. 2009. Bahasa Indonesia untuk Penulisan Karya Tulis

Ilmiah. Yogyakarta: Media Perkasa.

3. Arifin, Zaenal. Tasai, Amran. 2010. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta:

Akademia Pressindo.

4. http://id.wikipedia.org/ [25 Maret, 2014, 19.30 WIB] .

Page 28: Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia

DAFTAR KELOMPOK

1. Azwar Ahmad (12071062)

2. Rosyidah Cahyani (12071042)

3. Maya Sitta Nurkartika (13071009)

4. Vicky Zulfikar Adhi Putra (13071019)

5. Eka Rahmawati (13071022)

6. M. Zainun Na‟im (13071054)

7. Rani Wahyu Permata (13071118)