3. Tata Ejaan Bahasa Indonesia

25
pemahaman tentang ejaan yang disempurnakan dalam bahasa Indonesia mutlak diperlukan ketika seseorang akan menulis sebuah laporan. Aturan-aturan yang ada dalam EYD merupakan rambu-rambu untuk membuat tulisan yang baik dan meminimalkan terjadinya kesalahan penafsiran terhadap tulisan tersebut. 2.1 Pemakaian Huruf Besar atau Kapital Dalam khasanah penulisan sebagai sebuah proses kreatif, huruf besar atau kapital memiliki peran yang besar. Hal itu berkaitan dengan pemakaian huruf besar Bahasa Indonesia Kontekstual 20 TUJUAN Dalam subtopik ini dibahas tentang EYD yang terdiri atas sub-subtopik yang meliputi: (1) pemakaian huruf besar atau kapital, (2) pemakaian huruf miring, (3) pemakaian tanda baca, (4) pemenggalan kata, (5) singkatan dan akronim. Setelah mempelajari subtopik ini, diharapkan mahasiswa mampu: Mahasiswa memiliki kemampuan untuk memahami dan menerapkan pemakaian EYD dalam tulisan ilmiah, yang meliputi:. 1. Pemakaian Huruf Besar atau Kapital,

description

bahasa indonesia

Transcript of 3. Tata Ejaan Bahasa Indonesia

Page 1: 3. Tata Ejaan Bahasa Indonesia

pemahaman tentang ejaan yang disempurnakan dalam bahasa

Indonesia mutlak diperlukan ketika seseorang akan menulis sebuah laporan.

Aturan-aturan yang ada dalam EYD merupakan rambu-rambu untuk membuat

tulisan yang baik dan meminimalkan terjadinya kesalahan penafsiran terhadap

tulisan tersebut.

2.1 Pemakaian Huruf Besar atau Kapital

Dalam khasanah penulisan sebagai sebuah proses kreatif, huruf besar

atau kapital memiliki peran yang besar. Hal itu berkaitan dengan pemakaian

huruf besar atau kapital yang tidak dapat dilepaskan dalam kegiatan tulis-

menulis, khususnya dalam penulisan ilmiah. Oleh karena itu, sangat perlu bagi

mahasiswa untuk mengetahui kaidah-kaidah pemakaian huruf besar atau

kapital. Pemakaian huruf besar atau kapital mengacu pada hal-hal berikut.

Bahasa Indonesia Kontekstual 20

TUJUANDalam subtopik ini dibahas tentang EYD yang terdiri atas sub-subtopik yang meliputi: (1) pemakaian huruf besar atau kapital, (2) pemakaian huruf miring, (3) pemakaian tanda baca, (4) pemenggalan kata, (5) singkatan dan akronim.Setelah mempelajari subtopik ini, diharapkan mahasiswa mampu:Mahasiswa memiliki kemampuan untuk memahami dan menerapkan pemakaian EYD dalam tulisan ilmiah, yang meliputi:.

1. Pemakaian Huruf Besar atau Kapital, 2. Pemakaian Huruf Miring, 3. Pemakaian Tanda Baca, 4. Pemenggalan Kata, 5. Singkatan dan Akronim.

Page 2: 3. Tata Ejaan Bahasa Indonesia

1) Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama kata dalam sebuah

kalimat.

Contoh: Mahasiswa baru sedang mengikuti Ormaba. Ormaba dilaksanakan selama enam hari. Dalam Ormaba, mahasiswa baru dikenalkan kehidupan

kampus.

2) Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.

Contoh: Joni bertanya, “Kapan kita berangkat ke kampus?” “Setengah jam lagi,” jawab Tomi. “Kemarin kau terlambat,” sela Roni, “Ayo berangkat

sekarang!”

3) Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan

yang berhubungan dengan hal-hal keagamaan, kitab suci, dan nama Tuhan,

termasuk kata ganti untuk Tuhan.

Contoh: Allah Yang Mahakasih Yang Maha Pengasih Alquran atau Quran Islam Tuhan pasti memberi petunjuk kepada umat-Nya.

4) Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama gelar kehormatan,

keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.

Contoh: Haji Ahmad Ridwan (H. Ahmad Ridwan) Mahaputra Yamin Nabi Ibrahim Sultan Hasanudin

Akan tetapi, huruf besar atau kapital tidak dipakai apabila penulisan gelar

kehormatan, keturunan, dan keagamaan tidak diikuti nama orang.

Contoh: Para jamaah haji sedang berkumpul di bandara. Muhammad Yamin mendapatkan gelar mahaputra dari

presiden. Nabi Sulaiman dikenal sebagai nabi yang kaya raya dan

banyak ilmunya. Hasanudin diangkat menjadi sultan.

Bahasa Indonesia Kontekstual 21

Page 3: 3. Tata Ejaan Bahasa Indonesia

5) Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan

pangkat yang diikuti nama orang.

Contoh: Gubernur Imam Utomo Presiden Susilo Bambang Yudoyono Jenderal Ahmad Yani

Akan tetapi, huruf besar atau kapital tidak dipakai apabila penulisan nama

jabatan dan pangkat tidak diikuti nama orang.

Contoh: Presiden SBY sedang berdialog dengan para gubernur. Para petani dan nelayan mengadukan nasibnya kepada

presiden. Mayor Jenderal Ahmad Yani mendapatkan kenaikan

pangkat menjadi jenderal setelah peristiwa G30S/PKI.

6) Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama nama orang.

Contoh: Fauzin Nurus Zaman Priyono Tri Febrianto

7) Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku,

ras, dan bahasa.

Contoh: bangsa Indonesia suku Madura ras Cina bahasa Jawa

Akan tetapi, huruf besar atau kapital tidak dipakai apabila penulisannya

tidak menunjukkan nama bangsa, suku, dan bahasa.

Contoh: mengindonesiakan kata-kata asing kemadura-maduraan mebel cina gula jawa

8) Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan,

hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.

Contoh: tahun Masehi bulan Agustus hari Senin hari Lebaran Proklamasi Kemerdekaan,

Bahasa Indonesia Kontekstual 22

Page 4: 3. Tata Ejaan Bahasa Indonesia

Akan tetapi, perhatikan penulisan berikut.

memproklamasikan kemerdekaan

9) Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama nama khas dalam

geografi.

Contoh: Asia Tenggara Bukit Barisan Selat Madura Danau Toba Gunung Semeru Kali Mas Teluk Benggala

Akan tetapi, huruf besar atau kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama

istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama diri.

Contoh: Anak itu menunjuk ke arah tenggara. Daerah wisata itu berbukit-bukit. Para nelayan sedang menyeberangi selat yang ganas. Berdayung di danau sangat menyenangkan. Panorama gunung di Indonesia menakjubkan. Anak-anak sedang mandi di kali. Kapal asing itu sedang berlayar ke teluk.

10) Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama

negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama

dokumen resmi, kecuali konjungsi (kata hubung).

Contoh: Republik Indonesia Majelis Permusywaratan Rakyat Departemen Pendidikan Nasional Undang-Undang Dasar 1945 Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila

Akan tetapi, huruf besar atau kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama

kata yang bukan nama resmi negara, lembaga pemerintah dan

ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi.

Contoh: Negara Indonesia berbentuk republik. Kerjasama antara pemerintah dan rakyat harus selalu

ditumbuhkembangkan. Kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan nasional.

Bahasa Indonesia Kontekstual 23

Page 5: 3. Tata Ejaan Bahasa Indonesia

Peraturan itu didasarkan pada undang-undang yang berlaku.

11) Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap bentuk ulang

sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan

ketatanegaraan, serta dokumen resmi.

Contoh: Perserikatan Bangsa-Bangsa Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Rancangan Undang-Undang Guru dan Dosen

12) Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata

(termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku,

majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali konjungsi yang tidak

terletak pada posisi awal.

Contoh: Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.

Setiap pagi, ia membaca harian Jawa Pos. Para mahasiswa menyelesaikan makalah “Asas-Asas Hukum

Perdata”.

13) Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan,

nama gelar, pangkat, dan sapaan.

Contoh: Dr. doktor dr. dokter (sebagai bentuk perkecualian)

S.H. sarjana hukum S.Kom. sarjana komunikasi S.S. sarjana sastra S.E. sarjana ekonomi S.Pd. sarjana pendidikan M.H. master hukum M.Hum. master humaniora M.Pd. master pendidikan Prof. profesor Sdr. saudara

14) Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk

hubungan kekerabatan yang dipakai sebagai kata sapaan, acuan, dan kata

ganti.

Contoh: Kapan Bapak berangkat? Surat Saudara sudah saya baca. Para ibu mengunjungi Ibu Ahmadi.

Bahasa Indonesia Kontekstual 24

Page 6: 3. Tata Ejaan Bahasa Indonesia

Sudahkah Anda mengerti?

2.2 Pemakaian Huruf Miring

Sama halnya dengan huruf besar atau kapital, dalam penulisan ilmiah

keberadaan huruf miring juga memiliki peranan yang penting. Dalam penulisan

ilmiah, huruf miring digunakan pada hal-hal sebagai berikut.

1) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku,

majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.

Contoh: Buku Negarakertagama dikarang oleh Mpu Prapanca. Perkembangan majalah Bahasa dan Kesusastraan sangat

memprihatinkan. Setiap pagi ayah membaca surat kabar Republika.

2) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau

mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.

Contoh: Huruf pertama kata abad adalah a. Dalam pembahasan ini tidak dibicarakan masalah pelik-

pelik hukum di Indonesia Buatlah kalimat dengan geli hati.

3) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan judul buku

dalam penulisan daftar pustaka.

Contoh: Moeliono, Anton M (ed.). 1992. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

4) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama

ilmiah atau ungkapan asing, kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.

Contoh: Politik devide et impera pernah merajalela di negara kita. Weltanschauung antara lain diterjemahkan menjadi

‘pandangan dunia’. Negara itu telah mengalami empat kali kudeta.

Catatan:

Dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan

dicetak miring diberi satu garis di bawah kata tersebut.

Bahasa Indonesia Kontekstual 25

Page 7: 3. Tata Ejaan Bahasa Indonesia

2.3 Pemakaian Tanda Baca

Deretan huruf yang membentuk kata, deretan kata yang membentuk

frase, dan lebih luas akan membentuk klausa dan kalimat tidak akan berarti

tanpa adanya tanda baca. Kesatuan makna dalam kalimat dapat diwujudkan

apabila ada tanda baca. Tanpa tanda baca, tidak akan terbentuk kalimat.

Dengan demikian, kedudukan tanda baca juga merupakan unsur terpenting

dalam berbahasa, khususnya ragam tulis. Oleh karena itu, dalam pembahasan

ini akan dijelaskan hal-hal yang berkaitan dengan pemakaian tanda baca,

meliputi: (1) titik, (2) koma, (3) titik koma, (4) titik dua, (5) petik, dan (6) petik

tunggal. Pemilihan keenam tanda baca tersebut didasarkan pada keajegan

keenam tanda baca itu digunakan dalam penulisan ilmiah.

2.3.1 Tanda Titik (.)

a. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau

seruan, merupakan pernyataan.

Contoh: Setiap pagi aku pergi ke kampus UTM. Dosen-dosen UTM ramah-ramah. Perkuliahan dilaksanakan dengan tepat waktu.

b. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan,

ikhtisar, atau daftar.

Contoh: I. PendahuluanA. Latar BelakangB. Rumusan MasalahC. TujuanD. Manfaat

II. Kajian Pustaka2.1 Teori Jender

2.1.1 Jender dan Ketidakadilan2.1.2 Marginalisasi Perempuan2.1.3 Stereotip Perempuan

2.2 Konsep Feminisme2.2.1 Konsep Perempuan dan Pembangunan2.2.2 Konsep Perempuan dan Pemimpin

Bahasa Indonesia Kontekstual 26

Page 8: 3. Tata Ejaan Bahasa Indonesia

2.2.3 Konsep Perempuan dan Keluarga

Catatan: Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf

dalam suatu bagan atau ikhtisar jika angka atau itu

merupakan yang terakhir dalam deretan angka atau huruf.

c. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik

yang menunjukkan waktu.

Contoh: pukul 1.30.15 (pukul 1 lewat 30 menit 15 detik)

d. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik

yang menunjukkan rentang/jangka waktu.

Contoh: 1.30.15 jam (1 jam, 30 menit, 15 detik) 0.50.45 jam (50 menit, 45 detik)

e. Tanda titik dipakai di antara nama penulis, tahun, judul tulisan, yang

tidak berakhir dengan tanda tanya dan seru, dan tempat terbit dalam

daftar pustaka.

Contoh: Rendra. 1993. Blues untuk Bonnie. Jakarta: Pustaka Jaya

f. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau

kelipatannya.

Contoh: Ibu membeli gula seharga Rp 5.500,00 perkilogram. Pulau Madura dihuni tidak kurang 2.500.000 jiwa. Akibat Tsunami, diperkirakan 120.000 orang tewas.

Akan tetapi, tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan

ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.

Contoh: Bung Tohir lahir pada tahun 1971. Rekening tabungannya bernomor 9876543210.

g. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala

karangan atau kepala ilustrasi, table, dan sebagainya.

Contoh: Layar Terkembang (judul roman)

Bahasa Indonesia Kontekstual 27

Page 9: 3. Tata Ejaan Bahasa Indonesia

Bab III Metode Penelitian Romantisme dalam Sastra Indonesia Mutakhir

h. Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal

surat atau (2) nama dan alamat penerima surat.

Contoh: Jalan Raya Telang PO BOX 2 Kamal, Bangkalan 17 Agustus 2007 Yang terhormat

Saudara Ali HisyamJalan Raya Cendana 17 SurabayaatauUniversitas TrunojoyoJalan Raya Telang PO BOX 2 KamalBangkalan

2.3.2 Tanda Koma (,)

a. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau

pembilangan.

Contoh: Ani membeli kertas, pensil, pena, dan tinta. Dimulai dari aba-aba satu, dua, tiga, para pelari memulai

perlombaan.

b. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari

kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata tetapi atau

melainkan.

Contoh: Saya ingin datang, tetapi kau tidak mengundangku. Parto tidak bodoh, melainkan malas belajar.

c. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk

kalimat jika anak kalimat mendahului induk kalimat.

Contoh: Ketika hujan turun, adik kedinginan. Karena sibuk mengerjakan tugas, ia lupa akan janjinya.

Akan tetapi, tanda koma tidak dipakai apabila anak kalimat terletak

setelah induk kalimat.

Contoh: Adik kedinginan ketika hujan turun. Ia lupa akan janjinya karena sibuk mengerjakan tugas.

Bahasa Indonesia Kontekstual 28

Page 10: 3. Tata Ejaan Bahasa Indonesia

d. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan

penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat.

Contoh: ... Namun, kita belum berbuat maksimal. ... Akan tetapi, ia tetap menjalani hukuman kurungan. … Jadi, kemiskinan tetap menghantui masyarakat kita.

e. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari

bagian lain dalam kalimat.

Contoh: Ibu berkata, “Tadi pagi saya membeli beras dan ikan”. “Aminah tadi pagi membaca koran,” kata Ahmad.

Akan tetapi, tanda koma tidak dipakai apabila kalimat dalam petikan

langsung tersebut berakhir dengan tanda seru atau tanya.

Contoh: “Kau akan pergi kemana?” tanya ibu. “Jangan kau petik bunga itu!” kata ayah.

f. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seru dari kata lain

dalam kalimat.

Contoh: Aduh, kakiku sakit. O, begitu? Belajar yang rajin, ya, biar nilainya bagus.

g. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-

bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal surat, (iv) nama tempat dan

wilayah atau negara yang ditulis berurutan.

Contoh: Saudara Sholahuddin, Perum Giri Asri O-19, Gresik Surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas

Hukum, Universitas Trunojoyo, Jalan Raya Telang PO Box 2, Kamal, Bangkalan

Surabaya, 27 Agustus 2007 Jakarta, Indonesia

h. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang

dibalik susunannya dalam daftar pustaka.

Contoh: Badudu, Yus. 1985. Pelik-Pelik Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Prima.

Bahasa Indonesia Kontekstual 29

Page 11: 3. Tata Ejaan Bahasa Indonesia

i. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.

Contoh: W.J.S. Poerwadarminto, Bahasa Indonesia untuk Karang-mengarang (Yogyakarta: Indonesia, 1976), hlm. 4.

j. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik

yang mengikutinya.

Contoh: Muhammad Munir, S.H. Dr. Rahmat Hidayat, S.T., M.T.

k. Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara

rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.

Contoh: 75,25 Rp 1.500,00 Rp 15.000,50

l. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang

sifatnya tidak membatasi.

Contoh: Ani, gadis yang berbaju merah itu, manis sekali. Semua mahasiswa baru, laki-laki dan perempuan,

mengikuti Ormaba.

2.3.3 Tanda Titik Koma (;)

a. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat

yang sejenis atau setara.

Contoh: Malam semakin larut; pekerjaan belum selesai juga.

b. Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung

untuk memisahkan bagian kalimat yang setara dalam kalimat

majemuk.

Contoh: Ayah mengurus tanaman di kebun; ibu sedang memasak; adik asyik bermain di halaman.

Bahasa Indonesia Kontekstual 30

Page 12: 3. Tata Ejaan Bahasa Indonesia

2.3.4 Tanda Titik Dua (:)

a. Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika

diikuti rangakaian atau pemerian.

Contoh: Kita sekarang memerlukan alat-alat tulis kantor: kertas, pena, pensil, dan tinta.

Akan tetapi, tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian tersebut

merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.

Contoh: “Kau akan pergi kemana?” tanya ibu.

b. Tanda titik dua dapat dipakai sesudah kata atau ungkapan yang

memerlukan pemerian.

Contoh: Ketua: Ahmadun YosSekretaris: HandarbeniBendahara: Lasi

c. Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di

antara bab dan ayat dalam kitab suci, (iii) di antara judul dan anak judul

suatu karangan, serta (iv) nama kota dan penerbit buku acuan dalam

daftar pustaka.

Contoh: Jawa Pos, XXXVI (2007), 24:7 Surat Yasin:9 Karangan Abdul Chaer, Semantik Bahasa Indonesia:

Sebuah Pengantar Trimansyah, Bambang. 1998. Jurnalistik untuk Remaja.

Bandung: Grafindo

2.3.5 Tanda Petik (“)

a. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan

dan naskah atau bahan tertulis lain.

Contoh: Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, “Bahasa negara ialah bahasa Indonesia.”

Bahasa Indonesia Kontekstual 31

Page 13: 3. Tata Ejaan Bahasa Indonesia

b. Tanda petik mengapit judul syair, karangan atau bab buku yang

dipakai dalam kalimat.

Contoh: Bacalah “Bola Lampu” dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu Tempat.

Karangan Sulaiman yang berjudul “Stereotipe dan Kekerasan terhadap Perempuan dalam Novel Indonesia Mutakhir”.

Sajak “Aku” dikarang oleh Chairil Anwar.

c. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau

kata yang mempunyai arti khusus.

Contoh: Pekerjaan itu dilakukan dengan cara “coba dan ralat” saja.

Saya “geregetan” melihat tingkah anak itu.

d. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di

belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai

dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat.

Contoh: Karena hidungnya mancung, ia dijuluki “Si Beo”. Bung Karno dan Bung Hatta disebur “proklamator”

bangsa Indonesia.

2.3.6 Tanda Petik Tunggal (‘)

a. Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan

lain.

Contoh: Tanya Edi, ”Kau dengar bunyi ‘kring-kring’ tadi?”

b. Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata

atau ungkapan asing.

Contoh: feed-back ‘balikan’

2.4 Suku Kata (Pemenggalan kata)

Pemenggalan kata bersangkutan dengan penulisan kata yang belum selesai

dalam satu larik. Aturan-aturan suku kata tersebut, meliputi kata dasar, kata

berimbuhan, dan kata yang terdiri atas dua unsur.

Bahasa Indonesia Kontekstual 32

Page 14: 3. Tata Ejaan Bahasa Indonesia

2.4.1 Pemenggalan Kata Dasar

Pemenggalan kata dasar dilakukan dengan cara sebagai berikut.

1) Jika di tengah kata terdapat huruf konsonan di antara dua buah huruf

vokal, pemenggalan dilakukan sebelum konsonan.

Contoh: ba-pak, mu-ta-khir, ke-nang, ka-kek, de-ngan, ba-rang

2) Jika di tengah kata terdapat vokal berurutan, pemenggalan dilakukan di

antara dua vokal tersebut.

Contoh: ma-in, sa-at, bu-at, bu-ah, si-ap, ri-el

3) Jika di tengah kata terdapat konsonan berurutan, pemenggalan dilakukan di

antara dua konsonan tersebut.

Contoh: man-di, cap-lok, makh-luk, Ap-ril, pab-rik, bang-sa, swas-ta

4) Jika di tengah kata terdapat tiga buah konsonan atau lebih, pemenggalan

dilakukan di antara konsonan yang pertama dengan yang kedua.

Contoh: in-stru-men, ul-tra, in-fra, ben-trok, bang-krut, kom-pleks

2.4.2 Pemenggalan Kata Berimbuhan

Pemenggalan kata berimbuhan dilakukan dengan cara memisahkan

imbuhan, yaitu awalan dan akhiran, kemudian mengikuti aturan pemenggalan

kata dasar. Khusus sisipan diberlakukan aturan pemenggalan kata dasar.

Contoh: makan-an (ma-kan-an) me-rasa-kan (me-ra-sa-kan) me-laku-kan (me-la-ku-kan) ge-me-tar (bukan em-getar) ge-ri-gi (bukan er-gigi) ge-le-tar (bukan el-getar)

Jika suatu kata terdiri atas dua unsur atau lebih, pemenggalan dilakukan

dengan memisahkan dua kata tsb. kemudian mengikuti aturan pemenggalan

kata dasar.

Contoh: bio-grafi (bi-o-gra-fi) trans-migrasi (trans-mig-ra-si) foto-grafi (fo-to-gra-fi) intro-speksi (in-tro-spek-si)

bio-logi (bi-o-lo-gi).

Bahasa Indonesia Kontekstual 33

Page 15: 3. Tata Ejaan Bahasa Indonesia

2.5 Singkatan dan Akronim

2.5.1 Singkatan

Singkatan ialah bentuk bahasa yang dipendekkan yang terdiri atas satu

huruf atau lebih.

1) Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan, dan pangkat diikuti tanda titik.

Contoh: H.O.S. Cokoroaminoto Sukanto S.A. Bpk., Kol. Drs.

S.E.

2) Singkatan nama resmi lembaga, badan atau organisasi, dan nama dokumen

resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan

tidak diikuti tanda titik.

Contoh: DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) PT (perseroan terbatas) NIP (nomor induk pegawai)

GBHN (Garis-Garis Besar Haluan Negara)

3) Singkatan umum yang terdiri atas dua huruf diikuti dua titik, sedangkan

yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik.

Contoh: a.n. (atas nama) d.a. (dengan alamat) u.p. (untuk perhatian) dll. (dan lain-lain) sda. (sama dengan atas) dsb. (dan sebagainya) Yth. (yang terhormat)

4) Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata

uang tidak diikuti tanda titik.

Contoh: Cu (kuprum) TNT (trinitrotoluen) cm (centi meter) Rp (rupiah) kg (kilogram)

Bahasa Indonesia Kontekstual 34

Page 16: 3. Tata Ejaan Bahasa Indonesia

2.5.2 Akronim

Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan

kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan

sebagai kata.

1) Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis

seluruhnya dengan huruf kapital.

Contoh: ABRI SIM LAN KONI

2) Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf

dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.

Contoh: Depdagri Deplu Depkeu

3) Akronim bukan nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan

huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf kecil.

Contoh: pemilu rudal rapim

Bahasa Indonesia Kontekstual 35

Page 17: 3. Tata Ejaan Bahasa Indonesia

Latihan Soal Materi Ejaan Bahasa Indonesia

Sempurnakanlah kalimat-kalimat di bawah ini berkaitan dengan

penulisan huruf kapital, huruf miring, dan pemakaian tanda baca!

Akhir-akhir ini terjadi peningkatan impor mebel dari Cina. Faktor utama yang menyebabkan peningkatan impor terkait dengan kelangkaan bahan baku. Kelangkaan ini disebabkan oleh kebijakan pemerintah untuk membatasi jatah tebang dan maraknya penyelundupan kayu sebagai bahan baku industri mebel. Faktor kedua adalah harga mebel cina yang lebih murah 10 s.d. 20 persen jika dibandingkan dengan buatan Indonesia. Harga satu kursi rotan kita 50 dolar AS, tetapi harga mebel cina dapat 26 dolar AS. Faktor ketiga ialah desain mebel cina lebih menarik daripada mebel kita. Salah satu surat kabar terkemuka, Jawa Pos mengemukakan bahwa perkembangan yang tidak menguntungkan ini perlu dicari solusinya. Sikap bangga terhadap produksi dalam negeri harus ditumbuhkembangkan, terutama bagi kalangan muda. Di samping itu, diperlukan patriotisme dari pengusaha-pengusaha pribumi untuk berkorban menekan harga dan menciptakan desain yang lebih menarik.

Bahasa Indonesia Kontekstual 36

Page 18: 3. Tata Ejaan Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia Kontekstual 37