Peritonitis

11
I KOMANG GEDE WIDIATMIKA (08700172 ) KELOMPOK F PERITONITIS A. DEFINISI Peritonitis adalah peradangan yang disebabkan oleh infeksi pada selaput organ perut (peritonieum). Peritonieum adalah selaput tipis dan jernih yang membungkus organ perut dan dinding perut sebelah dalam. Lokasi peritonitis bisa terlokalisir atau difuse, riwayat akut atau kronik dan patogenesis disebabkan oleh infeksi atau aseptik. Peritonitis merupakan suatu kegawat daruratan yang biasanya disertai dengan bakterecemia atau sepsis. Akut peritonitis sering menular dan sering dikaitkan dengan perforasi viskus(secondary peritonitis). Apabila tidak ditemukan sumber infeksi pada intraabdominal, peritonitis diketagori sebagai primary peritonitis. B. ETIOLOGI Peritonitis bakterial mungkin disebabkan oleh masuknya bakteri dalam rongga peritoneum pada saluran makanan yang mengalami perforasi atau dari luka penetrasi ekternal. Penyebab terseringnya adalah apendisitis, perforasi pada divertikulitis, ulkus peptikum, kandung empedu gangrenosa, obstruksi gangrenosa usus halus akibat hernia inkarserata atau volvulus. Peritonitis kimiawi disebabkan oleh keluarnya enzim pancreas, asam lambung,

description

REFRAT

Transcript of Peritonitis

Page 1: Peritonitis

I KOMANG GEDE WIDIATMIKA (08700172 )

KELOMPOK F

PERITONITIS

A. DEFINISI

Peritonitis adalah peradangan yang disebabkan oleh infeksi pada selaput organ perut

(peritonieum). Peritonieum adalah selaput tipis dan jernih yang membungkus organ perut dan

dinding perut sebelah dalam. Lokasi peritonitis bisa terlokalisir atau difuse, riwayat akut atau

kronik dan patogenesis disebabkan oleh infeksi atau aseptik. Peritonitis merupakan suatu

kegawat daruratan  yang biasanya disertai dengan bakterecemia atau sepsis. Akut peritonitis

sering menular dan sering dikaitkan dengan perforasi viskus(secondary peritonitis). Apabila

tidak ditemukan sumber infeksi pada intraabdominal, peritonitis diketagori sebagai primary

peritonitis.

B. ETIOLOGI

Peritonitis bakterial mungkin disebabkan oleh masuknya bakteri dalam rongga

peritoneum pada saluran makanan yang mengalami perforasi atau dari luka penetrasi ekternal.

Penyebab terseringnya adalah apendisitis, perforasi pada divertikulitis, ulkus peptikum, kandung

empedu gangrenosa, obstruksi gangrenosa usus halus akibat hernia inkarserata atau volvulus.

Peritonitis kimiawi disebabkan oleh keluarnya enzim pancreas, asam lambung, atau empedu

sebagai akibat cedera atau perforasi usus atau saluran empedu. Peritonitis steril ditemukan pada

pasien dengan sistemik lupus eritematosus, porfiria, dan demam Mediterania familial selama

timbulnya serangan penyakit. Setiap kelainan yang mengakibatkan keluarnya bakteri usus

mungkin merupakan sumber peritonitis termasuk karsinoma perforasi, benda asing dan kolitis

ulseratif. Rongga peritoneum sangat resisten terhadap kontaminasi dan peritonitis tetap

terlokalisasi kecuali kontaminasi tersebut berkesinambungan.

Page 2: Peritonitis

C. .PATOFISIOLOGI

Reaksi awal peritoneum terhadap invasi bakteri adalah keluarnya eksudat fibrinosa.

Terbentuk kantong-kantong nanah(abses) diantara perlekatan fibrinosa, yang menempel menjadi

satu dengan permukaan sekitarnya sehingga membatasi infeksi. Perlekatan biasanya menghilang

bila infeksi menghilang, tetapi dapat menetap sebagai pita-pita fibrinosa, yang kelak dapat

menyebabkan terjadinya obstruksi usus. Bila bahan yang menginfeksi tersebar luas pada

permukaan peritoneum atau bila infeksi menyebar akan menyebabkan timbulnya peritonitis

generalisata. Dengan timbulnya peritonitis generalisata, aktivitas peristaltic berkurang sampai

timbul ileus paralitik ; usus kemudian menjadi atoni dan meregang. Cairan dan elektrolit hilang

kedalam lumen usus, menyebabkan terjadiya dehidrasi, gangguan sirkulasi, oliguuria, dan

mungkin syok. Perlekatan dapat terbentuk antara lengkung-lengkung usus yang meregang dan

dapat mengganggu pulihnya motilitas usus dan menyebabkan terjadinya obstruksi usus.

D. KLASIFIKASI

Berdasarkan patogenesis peritonitis dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Peritonitis bakterial primer

Merupakan peritonitis akibat kontaminasi bakterial secara hematogen pada cavum

peritoneum dan tidak ditemukan fokus infeksi dalam abdomen. Penyebabnya bersifat

monomikrobial, biasanya E. Coli, Sreptococus atau Pneumococus. Peritonitis

bakterial primer dibagi menjadi dua, yaitu:

Spesifik : misalnya Tuberculosis

Non spesifik: misalnya pneumonia non tuberculosis an Tonsilitis.

Faktor resiko yang berperan pada peritonitis ini adalah adanya malnutrisi, keganasan

intraabdomen, imunosupresi dan splenektomi.

Kelompok resiko tinggi adalah pasien dengan sindrom nefrotik, gagal ginjal kronik, lupus

eritematosus sistemik, dan sirosis hepatis dengan asites.

Page 3: Peritonitis

2. Peritonitis bakterial akut sekunder (supurativa)

Peritonitis yang mengikuti suatu infeksi akut atau perforasi tractusi gastrointestinal

atau tractus urinarius. Pada umumnya organisme tunggal tidak akan menyebabkan

peritonitis yang fatal. Sinergisme dari multipel organisme dapat memperberat

terjadinya infeksi ini. Bakterii anaerob, khususnya spesies Bacteroides, dapat

memperbesar pengaruh bakteri aerob dalam menimbulkan infeksi.

Selain itu luas dan lama kontaminasi suatu bakteri juga dapat memperberat suatu

peritonitis. Kuman dapat berasal dari:

Luka/trauma penetrasi, yang membawa kuman dari luar masuk ke dalam

cavum peritoneal.

Perforasi organ-organ dalam perut, contohnya peritonitis yang disebabkan

oleh bahan kimia, perforasi usus sehingga feces keluar dari usus.

Komplikasi dari proses inflamasi organ-organ intra abdominal, misalnya

appendisitis.

. 3. Peritonitis tersier, misalnya:

Peritonitis yang disebabkan oleh jamur

Peritonitis yang sumber kumannya tidak dapat ditemukan.

Merupakan peritonitis yang disebabkan oleh iritan langsung, sepertii misalnya empedu,

getah lambung, getah pankreas, dan urine.

4. Peritonitis Bentuk lain dari peritonitis:

Aseptik/steril peritonitis

Granulomatous peritonitis

Hiperlipidemik peritonitis

Talkum peritonitis

Page 4: Peritonitis

E. MANIFESTASI KLINIS

Adanya darah atau cairan dalam rongga peritonium akan memberikan tanda – tanda

rangsangan peritonium. Rangsangan peritonium menimbulkan nyeri tekan dan defans muskular,

pekak hati bisa menghilang akibat udara bebas di bawah diafragma. Peristaltik usus menurun

sampai hilang akibat kelumpuhan sementara usus.

Bila telah terjadi peritonitis bakterial, suhu badan penderita akan naik dan terjadi

takikardia, hipotensi dan penderita tampak letargik dan syok. Rangsangan ini menimbulkan nyeri

pada setiap gerakan yang menyebabkan pergeseran peritonium dengan peritonium. Nyeri

subjektif berupa nyeri waktu penderita bergerak seperti jalan, bernafas, batuk, atau mengejan.

Nyeri objektif berupa nyeri jika digerakkan seperti palpasi, nyeri tekan lepas, tes psoas, atau tes

lainnya.

F. DIAGNOSIS

Diagnosis dari peritonitis dapat ditegakkan dengan adanya gambaran klinis, pemeriksaan

laboratorium dan X-Ray.

Gambaran klinis

Gambaran klinisnya tergantung pada luas peritonitis, berat peritonitis dan jenis organisme

yang bertanggung jawab. Peritonitis dapat lokal, menyebar, atau umum.

Gambaran klinis yang biasa terjadi pada peritonitis bakterial primer yaitu adanya nyeri

abdomen, demam, nyeri lepas tekan dan bising usus yang menurun atau menghilang.

Sedangkan gambaran klinis pada peritonitis bakterial sekunder yaitu adanya nyeri

abdominal yang akut. Nyeri ini tiba-tiba, hebat, dan pada penderita perforasi (misal

perforasi ulkus), nyerinya menjadi menyebar keseluruh bagian abdomen. Pada keadaan

lain (misal apendisitis), nyerinya mula-mula dikarenakan penyebab utamanya, dan

kemudian menyebar secara gradual dari fokus infeksi. Selain nyeri, pasien biasanya

menunjukkan gejala dan tanda lain yaitu nausea, vomitus, syok (hipovolemik, septik, dan

Page 5: Peritonitis

neurogenik), demam, distensi abdominal, nyeri tekan abdomen dan rigiditas yang lokal,

difus atau umum, dan secara klasik bising usus melemah atau menghilang. Gambaran

klinis untuk peritonitis non bakterial akut sama dengan peritonitis bakterial.

Peritonitis bakterial kronik (tuberculous) memberikan gambaran klinis adanya keringat

malam, kelemahan, penurunan berat badan, dan distensi abdominal; sedang peritonitis

granulomatosa menunjukkan gambaran klinis nyeri abdomen yang hebat, demam dan

adanya tanda-tanda peritonitis lain yang muncul 2 minggu pasca bedah.

.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Test laboratorium

Leukositosis

Leukopeni

Hematokrit meningkat

Asidosis metabolik

2. X. Ray

Pemeriksaan radiologi pada kebanyakan kasus peritonitis hanya mencakup foto

thorak PA dan lateral serta foto polos abdomen 3 posisi yaitu :

a. .Posisi tidur, untuk melihat distribusi usus, preperitonial fat, ada tidaknya

penjalaran. Gambaran yang diperoleh yaitu pelebaran usus di proksimal daerah

obstruksi, penebalan dnding usus, gambaran seperti duri ikan (Herring bone

appearance)

b. Posisi LLD, untuk melihat air fluid level dan kemungkinan perforasi usus

c. Posisi setengah duduk atau berdiri. Gambaran radiologis diperoleh adanya air

fluid level dan step ladder appearance.

H. TERAPI

Prinsip umum terapi adalah penggantian cairan dan elektrolit yang hilang yang

dilakukan secara intravena, pemberian antibiotika yang sesuai, dekompresi saluran

cerna dengan penghisapan nasogastrik dan intestinal, pembuangan fokus septik

Page 6: Peritonitis

(apendiks, dsb) atau penyebab radang lainnya, bila mungkin mengalirkan nanah

keluar dan tindakan-tindakan menghilangkan nyeri.

Resusitasi hebat dengan larutan saline isotonik adalah penting. Pengembalian volume

intravaskular memperbaiki perfusi jaringan dan pengantaran oksigen, nutrisi, dan

mekanisme pertahanan. Keluaran urine tekanan vena sentral, dan tekanan darah harus

dipantau untuk menilai keadekuatan resusitasi.

Terapi antibiotika harus diberikan sesegera diagnosis peritonitis bakteri dibuat.

Antibiotik berspektrum luas diberikan secara empirik, dan kemudian dirubah jenisnya

setelah hasil kultur keluar. Pilihan antibiotika didasarkan pada organisme mana yang

dicurigai menjadi penyebab. Antibiotika berspektrum luas juga merupakan tambahan

drainase bedah. Harus tersedia dosis yang cukup pada saat pembedahan, karena

bakteremia akan berkembang selama operasi.

Pembuangan fokus septik atau penyebab radang lain dilakukan dengan operasi

laparotomi. Insisi yang dipilih adalah insisi vertikal digaris tengah yang menghasilkan

jalan masuk ke seluruh abdomen dan mudah dibuka serta ditutup. Jika peritonitis

terlokalisasi, insisi ditujukan diatas tempat inflamasi. Tehnik operasi yang digunakan

untuk mengendalikan kontaminasi tergantung pada lokasi dan sifat patologis dari

saluran gastrointestinal. Pada umumnya, kontaminasi peritoneum yang terus menerus

dapat dicegah dengan menutup, mengeksklusi, atau mereseksi viskus yang perforasi.

Lavase peritoneum dilakukan pada peritonitis yang difus, yaitu dengan menggunakan

larutan kristaloid (saline). Agar tidak terjadi penyebaran infeksi ketempat yang tidak

terkontaminasi maka dapat diberikan antibiotika ( misal sefalosporin ) atau antiseptik

(misal povidon iodine) pada cairan irigasi. Bila peritonitisnya terlokalisasi, sebaiknya

tidak dilakukan lavase peritoneum, karena tindakan ini akan dapat menyebabkan

bakteria menyebar ketempat lain.

Drainase (pengaliran) pada peritonitis umum tidak dianjurkan, karena pipa drain itu

dengan segera akan terisolasi/terpisah dari cavum peritoneum, dan dapat menjadi

tempat masuk bagi kontaminan eksogen. Drainase berguna pada keadaan dimana

terjadi kontaminasi yang terus-menerus (misal fistula) dan diindikasikan untuk

peritonitis terlokalisasi yang tidak dapat direseksi.

Page 7: Peritonitis

I. DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis banding dari peritonitis adalah apendisitis, pankreatitis, gastroenteritis,

kolesistitis, salpingitis, kehamilan ektopik terganggu.

J. KOMPLIKASI

Komplikasi dapat terjadi pada peritonitis bakterial akut sekunder, dimana komplikasi

tersebut dapat dibagi menjadi komplikasi dini dan lanjut, yaitu :

a.Komplikasi dini

- Septikemia dan syok septik

- Syok hipovolemik

- Sepsis intra abdomen rekuren yang tidak dapat dikontrol dengan kegagalan multi sistem

- Abses residual intraperitoneal

- Portal Pyemia (misal abses hepar)

b.Komplikasi lanjut

- Adhesi

- Obstruksi intestinal rekuren

K. PROGNOSIS

Prognosis untuk peritonitis lokal dan ringan adalah baik, sedangkan pada peritonitis umum

prognosisnya mematikan akibat organisme virulen.

DAFTAR PUSTAKA

1. http://mantrinews.blogspot.com/2012/01/laporan-pendahuluan-peritonitis.html

2.  Peritonitis,http://www.medikastore.com/med/peritonitis_pyk.php?dktg=7&UID 200705.

3. Subanada, Supadmi, Aryasa, dan Sudaryat. 2007. Beberapa Kelainan Gastrointestinal

yang Memerlukan Tindakan Bedah. Dalam: Kapita Selekta Gastroenterologi Anak.

Jakarta: CV Sagung Seto