PERILAKU PENGENDARA SEPEDA MOTOR …eprints.ums.ac.id/71501/13/Naskah Publikasi Triana.pdfnyakit...
Transcript of PERILAKU PENGENDARA SEPEDA MOTOR …eprints.ums.ac.id/71501/13/Naskah Publikasi Triana.pdfnyakit...
PERILAKU PENGENDARA SEPEDA MOTOR PADA REMAJA DI
SURAKARTA
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata
1 pada Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi
Oleh:
TRIANA NUR BAITY
F100136005
PROGRAM STUDI PSIKOLGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
1
PERILAKU PENGENDARA SEPEDA MOTOR PADA REMAJA DI
SURAKARTA
ABSTRAK
Pada tahun 2014 WHO menyatakan Indonesia menempati urutan pertama
peningkatan kecelakaan. Kecelakaan lalu lintas di Indonesia dinilai WHO sebagai
pembunuh nomor tiga dibawah penyakit jantung dan TBC. Data dari Operasi
Candi 2016 pelanggaran di Surakarta didominasi oleh pengendara sepeda motor
dan pelaku didominasi pelajar/remaja. Penelitian ini dilakukan untuk mengungkap
perilaku berkendara remaja di Surakarta beserta motif-motifnya. Penelitian ini
menggunakan metode kufantitatif deskriptif dengan alat pengumpul data berupa
kuesioner terbuka. Responden pada penelitian kali ini ditentukan dengan metode
purposive sampling dengan syarat: remaja dengan rentang usia 15-17 tahun dan
bisa mengendarai sepeda motor. Responden penelitian didapatkan dari salah satu
sekolah swasta di Surakarta yang mengijinkan siswanya mengendarai sepeda
motor ke sekolah. Terdapat 4 kelas yang diteliti dengan jumlah total 154 siswadan
hanya 107 siswa yang memenuhi persyaratan. Data yang terkumpul kemudian
dikategorisasikan dan disajikan berupa data prosentase kemudian dianalisis. Hasil
dari penelitian ini mengungkapkan bahwa lebih banyak responden melakukan
dangerous driving daripada yang melakukan safety riding. Motif yang paling
banyak diungkapkan mengapa seseorang melakukan dangerous driving adalah
tergesa-gesa, pelampiasan emosi dan mencari sensasi. Responden yang
melakukan safety ridingmengungkapkan motifnya untuk menghindar dari
berbagai resiko kecelakaan.
Kata Kunci:perilaku berkendara, dangerous driving, safety riding, remaja
ABSTRACT
In 2014 WHO stated Indonesia was the first ranking in increase of accidents.
WHO told traffic accidents in Indonesia as third killer after heart disease and
tuberculosis. Data from Operasi Candi 2016 violations in Surakarta was
dominated by motorcycle riders and dominated by student/teenager.This study
uses descriptive quantitative method with a data collection tool in the form of an
open questionnaire. Respondents in this study were determined by purposive
sampling method with conditions: teenager ranging in age from 15-17 years old
and can ride motorcycle. The research respondents were obtained from one of the
private schools in Surakarta that allowed their students ride motorcycle to school.
There were 4 classes studied with a total of 154 students and only 107 students
met the requirements. The collected data is then categorized and presented as
percentage data and then analyzed. The results of this study revealed that more
respondents did dangerous driving than those who did safety riding. The most
expressed motive for why someone does dangerous driving is haste, emotional
release and sensation. Respondents who did safety riding revealed their motives to
avoid various risk of accidents.
Keyword:driving behaviour, dangerous driving, safety riding, teenager
2
1. PENDAHULUAN
Di era modern seperti ini perkembangan sains dan teknologi meningkat pesat,
salah satunya di bidang otomotif. Hasil sensus yang dilakukan oleh Dinas
Pendapatan dan Pengelolaan Aset Daerah Sukoharjo, pada tahun 2013 dengan
jumlah penduduk 857.421 jiwa, jumlah kendaraan bermotor mencapai 425.965
unit. Menurut Wesli (2015) meningkatnya kepemilikan sepeda motortidak
diimbangi dengan meningkatnya kesadaran akan keselamatan lalu lintas. Hal ini
membuat peningkatan jumlah sepeda motor berbanding lurus dengan tingkat
kecelakaan di jalan raya. Shaker, Eldesouky, Hasan dan Bayomy (2014)
menyatakan bahwa kecelakaan sepeda motor merupakan permasalahan yang
paling rentan terjadi di seluruh dunia.
Menurut Evans (dalam Mashuri & Zaduqisti, 2009) kecelakaan lalu lintas
dipengaruhi oleh sejumlah faktor, yaitu faktor manusia, faktor kendaraan, faktor
jalan, dan faktor lingkungan. Di antara keempat jenis faktor tersebut, faktor
manusia berperan sebanyak 92–94% dalam memantik terjadinya kecelakaan lalu
lintas.
Dari hasil Operasi Candi yang dilakukan bulan Juli 2013 di dapatkan data
dari 5.122 pelanggar yang ditilang, sejumlah 4.471 dilakukan oleh pengendara
sepeda motor. Dikutip dari berita online Solopos.com, Kaur Bin Ops (KBO)
Satlantas Polresta Solo, Iptu Bambang, mewakili Kasatlantas Polresta Solo,
Kompol Imam Safi’i bahwa pengendara roda dua yang terkena tilang paling
banyak dari kalangan pelajar. Bahkan menurut Chrussiawanti (dalam Rusti dan
Falaah, 2016) remaja merupakan salah satu segmen terbesar penyumbang
kecelakaan lalu lintas. Perkembangan emosional remaja yang mulai ingin terlepas
dari aturan orangtua dan mulai ingin menunjukkan dirinya diantara teman
sebayanya terkadang ditunjukkan dengan cara yang salah, salah satunya adalah
arogan dalam berkendara.
Adanya fenomena pelanggaran yang didominasi oleh pengendara sepeda
motor dan pelaku yang mendominasi adalah remaja, maka peneliti melakukan
3
observasi awal. Observasi ini dilakukan untuk melihat pelanggaran yang
dilakukan oleh remaja, khususnya pelajar.Ada dua macam pelanggaran, yang
pertama adalah pelanggaran yang dapat dilihat secara langsung seperti helm,
spion, pelanggaran lampu merah dan sebagainya. Pelangaran keduaadalah yang
tidak dapat di observasi adalah adanya SIM dan STNK yang harus dibawa setiap
berkendara.Observasi ini dilakukan di Pertigaan Pasar Kleco pada tanggal 13 Mei
2017 dalam waktu ±60 menit. Observasi tersebut mendapatkan hasil sebagai
berikut:
Gambar 1. Hasil Observasi Pelanggaran yang dilakukan oleh Remaja
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Safitri dan Rahman (dalam
Prasada & Herdiana, 2015) bentuk pelanggaran yang sering dilakukan remaja
antara lain adalah tidak memiliki surat-surat mengemudi, pelanggaran marka, dan
pelanggaran rambu lalu lintas. Hal ini sesuai dengan data di lapangan bahwa
pelanggaran yang cukup tinggi adalah pelanggaran rambu lalu lintas dan
pelanggaran marka jalan.
Data diatas lebih banyak memaparkan mengenai pelanggaran yang
dilakukan remaja, dalam artian tidak semua remaja (pelajar) melakukan
pelanggaran. Dikutip dari hasil penelitian (Ridho, 2016) sebagaian besar
pengendara berkendara dengan hati-hati karena untuk menjaga keselamatan dan
menaati lalu lintas. Selain itu sebagian besar responden penelitian Ridho (2016)
mengungkapkan selalu waspada ketika berkendara sebagai antisipasi agar selamat.
4
Adanya fenomena pelanggaran yang dilakukan oleh remaja di surakarta,
tetapi juga masih ada yang menerapkan perilaku berkendara secara aman, maka
munculah pertanyaan bagaiaman perilaku berkendara pada remaja di Surakarta?
Menurut Skinner (dalam Azwar, 2011) perilaku merupakan respon atau
reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Menurut undang-
undang lalu lintas UU No. 22 Tahun 2009 pengemudi adalah orang yang
mengemudikan kendaraan bermotor di jalan yang telah memiliki surat izin
mengemudi (Wesli, 2015). Menurut Lulie (dalam Wesli, 2015) perilaku
berkendara didefinisikan sebagai tingkah laku pemilik atau pengguna kendaraan
dalam mengemudi dan merawat kendaraannya.
Dalam berkendara terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi. Menurut
Petridou dan Moustaki (dalam Rusti & Falaah, 2016) menyatakan bahwa faktor
yang mempengaruhi perilaku berlalu lintas diantaranya:
a. Faktor lingkungan seperti jalan yang berlubang dan kecelakaan lalu lintas
b. Faktor yang kedua adalah faktor internal yang beresiko
mempengaruhiperilaku pengemudi, seperti faktor perilaku, pengambilan
resiko, stress,gangguan, kelelahan, pengalaman, usia, alkohol, narkoba,
obat-obatan dan penyakit.
Perilaku berkendara terbagi menjadi dua jenis, yaitu perilaku berkendara
secara aman (safety riding) dan berkendara secara berbahaya (dangerous driving).
1.1 Perilaku Berkendara Aman (Safety Riding)
Safety riding menurut Sumiyanto dkk (2014) adalah perilaku mengemudi
secara selamat yang bisa membantu untuk menghindari terjadinya
kecelakaan lalu lintas.Menrut Rusti dan Falaah (2016) safety riding adalah
perilaku mengemudi secara selamat yang bisa membantu untuk menghindari
terjadinya kecelakaan lalu lintas mencakup tatacara berkendara yang aman,
perlengkapan dan kendaraan yang memungkinkan untuk digunakan. Dari
paparan tersebut dapat disimpulkan bahwa safety riding adalah perilaku
mengemudi secara selamat untuk menghindari kecelakaan dan cidera
mencakup perawatan kendaraan serta kelengkapan pengendara.
5
Perilaku safety riding meliputi tiga hal yaitu sebelum, saat dan
sesudah mengendarai.
a) Sebelum berkendara
Sebelum berkendara disarankan melakukan stretching untuk
melakukan otot-otot, pengecekan fungsi kendaraan dan perlengkapan
b) Pada saat berkendara
Salah satu perilaku safety riding yang ditunjukkan adalah
menggunakan safety apparels seperti helm ber-SNI, sarung tangan,
masker, sepatu, jaket dan jas hujan. Selain itu setiap pengendara wajib
membawa kelengkapan surat berupa SIM C dan STNK.
c) Setelah berkendara
Perilaku setelah berkendara yang dapat dilakukan adalah servis
kendaraaan secara rutin sesuai jadwal yang telah di tentukan oleh
pihak dealer.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan
safety riding. Hasil penelitian dari Prima dan Ekawati (2015) teman sebaya
berperan sebesar 58% dalam perilaku safety riding. Keikutsertaan seseroang
dalam pelatihan safety riding juga mempengaruhi perilaku safety riding.
Siswa yang memilliki SIM C lebih banyak melakukan safety riding
dibandingkan yang tidak memiliki (Colle, Asfian & Andisiri, 2016). Selain
itu, persepsi positif juga mempengaruhi seseorang dalam penerapan praktik
safety riding (Rusti & Falaah, 2016). Peran keluarga juga memberikan
pengaruh terhadap seseorang dalam penerapan praktik safety riding
dibandingkan keluarga yang tidak mendukung.
1.2 Perilaku Berkendara Berbahaya (Dangerous Driving)
Perilaku berkendara terbagi menjadi dua jenis. Yaitu, perilaku berkendara
secara aman (safety riding) dan berkendara secara berbahaya (dangerous
driving). Safety riding menurut Sumiyanto dkk (2014) adalah perilaku
mengemudi secara selamat yang bisa membantu untuk menghindari
terjadinya kecelakaan lalu lintas. Aarti dangerous driving menurut Dula
&Geller (2003) yaitu perilaku pengendara dalam berkendara yang
6
membahayakan atau berpotensi membahayakan pengendara lain,
penumpang dan juga penyeberang jalan.
Dula dan Geller (2003) membagi dangerous driving menjadi tiga
aspek, yaitu:
1) Aggressive Driving
Merupakan aksi yang dilakukan dengan sengaja untuk menyerang
ataupunmeyakiti secara fisik maupun psikis pengendara lain,
penumpangdan penyeberang jalan.
2) Negative Emotion While Driving
Merupakan emosi-emosi tertentu seperti frustasi, marah, sedih dan
sebaginya termasuk irihati yang dialami saat berkendara.Semua emosi
seperti itu, ketika dirasakan sangat dalam, cenderung memiliki efek buruk
pada tingkat perhatian pengemudi (Dula, 2003).
3) Risky Driving
Merupakanperilaku berkendaraanyang membahayakan akan tetapi
tidak ditujukan secara sengaja untuk menyakiti diri sendiridan pengendara
lain.
1.3 Remaja
Masa remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak menjadi dewasa yang
ditandai dengan perubahan secara fisik maupun psikologis, baik kognitif
maupun sosial emosional. Monks (2009) menyatakan remaja secara global
berlangsung antara umur 12-21 tahun. Stanley Hall (dalam Mansur &
Budiarti, 2014)menganggap masa remaja sebagai masa topan-badai dan stress
(storm and stress) karena mereka telah menginginkan kebebasan dalam
menentukan nasib mereka sendiri. Selaras dengan Stanley Hall, Hurlock
(2003) berpendapat para remaja menginginkan dan menuntut kebebasan,
tetapi sering takut bertanggung jawab akan akibatnya dan meragukan
kemampuannya dalam mengatasi tanggungjawabnya.
Menurut Astuti dan Suwanda (2014) ciri-ciri perkembangan
psikomotor remaja awal antara lain gerak gerik yang tampak canggung
karena kurang dikoordinasi, aktif dalam berbagai jenis permainan. Deery dkk
7
(dalam Maryam, 2014) mengemukakan bahwa pengemudi pemula usia 16-19
tahun beresiko menyimpang ditandai dengan agresi yang tinggi, kecepatan
yang berlebih, mencari sensasi, mengemgudi untuk mengurangi ketegangan,
adanya persaingan, mudah marah dan tersinggung.
Pemaparan diatas dapat ditarik kesimpulan masa remaja adalah masa
transisi dari anak-anak menjadi dewasa dan mengalami banyak perubahan
baik di sisi emosi, kognitif maupun motorik. Adanya rasa ingin bebas
menentukan nasib sendiri tetapi juga belum berani bertanggung jawab atas
apa yang dilakukannya.
2 METODE
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif. Penelitian
kuantitatif deskriptif kali ini menggunakan metode survei. Rancangan survei
adalah prosedur dalam penelitian kuantitatif yang digunakan peneliti untuk
mengadministrasikan suatu survei atau kuisioner ke sekelompok kecil orang (yang
di sebut sampel) untuk mengidentifikasi tren dalam sikap, pendapat, perilaku atau
ciri khusus sekelompok besar orang (populasi) (Cresswell, 2013).
Alat pegumpulan data yang digunakan adalah kuisioner terbuka. Kuisioner
terbuka daftar pertanyaan yang diberikan kepada subjek penelitian yang telah
bersedia memberikan respon berupa jawaban. Kuisioner ini disusun dari dari hasil
penelitian Dula dan Geller (2003) tentang dangerous driving. Kuisioner terbuka
diberikan kepada siswa di jenjang sekolah menengah atas di Surakarta yang sesuai
dengan kriteria. Kuisioner terdiri dari 19 pertanyaan yang digunakan diambil dari
hasil penelitian Dula dan Geller tentangdangerous driving. Terdapat tiga aspek
dalam dangerous driving yaitu aggressive driving, negative emotion while driving
dan risky driving. Penelitian kali ini diharapkan juga mampu mengungkapkan
motif remaja melakukan safety riding maupun dangerousdriving.
Pemilihan responden pada penelitian kali ini dengan metode purposive
sampling.Purposive sampling dilakukan dengan mengambil orang-orang yang
memiliki ciri-ciri spesifik yang telah ditentukan oleh peneliti (Creswell,2015).
Kriteria atau ciri-ciri spesifik responden adalah remaja yang berusia 15 tahun
8
sampai 17 tahun dan bisa mengendarai sepeda motor. Pada penelitian kali ini
peneliti memilih salah satu sekolah di Surakarta yang membolehkan siswanya
mengendarai sepeda motor ke sekolah sebagai responden penelitian. Terdapat 4
kelas dengan jumlah siswa 154, tetapi hanya 107 (51 laki-laki dan 56 perempuan)
siswa yang memenuhi kriteria. Penelitian dilakukan pada tanggal 22 Januari 2018.
Langkah pertama setelah kuisioner diisi oleh responden dan dikumpulkan
kembali menurut Effendi dan Tukiran (2012) adalah mengode data. Setelah
mengode data, langkah berikutnya adalah editing data. Editing data dilakukan
dengan tabel frekuensi dan penyajian data berbentuk tabel dengan kategori yang
telah ditentutakn beserta jumlah dan prosentase.
3 HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Perilaku Berkendara
Dula dan Geller (2003) menjelaskan bahwa aggressive driving adalah suatu
aksi yang bersifat fisikal seperti memukul pengendara lain dan merusak
kendaraannya, bersifat gestural seperti mengacungkan jari tangan secara
tertentu untuk merendahkan dan menghina pengendara lain, maupun bersifat
verbal seperti meneriakkan kata-kata umpatan. Dilihat dari aggressive
driving yang ditunjukkan dengan respon agresif lebih banyak dilakukan
laki-laki (70%) daripada perempuan (59%). Pengalaman pelanggaran juga
lebih banyak dilakukan laki-laki (80%) daripada perempuan (66%). Data
hasil penelitian ini selaras dengan stereotip mengenai perbedaan sikap laki-
laki dan perempuan sudah menyebar di berbagai budaya. William dan Best
(dalam Santrock, 2007) berpendapat laki-laki secara luas dianggap sebagai
sosok yang dominan, mandiri, agresif, berorientasi pada prestasi dangigih,
sementara perempuan pada umumnya dianggap sebagai sosok yang
mengasuh, gemar berkumpul, kurang percaya diri, dan lebih banyak
menolong orang lain yang sedang berada mengalami kesulitan.
Pada pertanyaan kedua tentang pengalaman berkendara saat sedang
sedih didominasi perempuan (32%) daripada laki-laki (29%). Pada saat
sedih, lebih banyak responden yang melakukan safety riding daripada
9
dangerous driving. Data dari hasil penelitian menunjukkan 71% laki-laki
melakukan safety riding pada saat sedang sedih dan perempuan sebesar
68%. Semua emosi ketika dirasakan sangat dalam, cenderung memiliki efek
buruk pada tingkat perhatian pengemudi (Dula, 2003).
Pertanyaan terakhir dari aspek ini adalah pengalaman para
responden yang mengalami perubahaan perasaan menjadi buruk pada saat
berkendara. Dalam aspek negative emotions while driving hal yang paling
banyak dialami oleh para responden adalah perubahan perasaan menjadi
lebih buruk. Responden perempuan menyatakan 100% pernah mengalami
perubahaan perasaan, sedangkan laki-laki sekitar 96%. Dari aspek negative
emotions while driving ini masih didominasi oleh responden yang
melakukan dangerous driving di bandingkan safety riding. Responden yang
melakukan negative emotions while driving didominasi oleh perempuan.
Selaras dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Shields (dalam
Santrock, 2003) mengungkapkan wanita lebih emosional dan penuh
perasaan sedangkan laki-laki lebih rasional dan menggunakan logika.
Sebagaimana data yang didapatkan safety riding pada aspek negative
emotions while driving ini lebih banyak dilakukan oleh laki-laki.
Aspek yang terakhir atau ketiga dari dangerous driving adalah risky
driving. Merupakan perilaku berkendaraan yang membahayakan akan tetapi
tidak ditujukan secara sengaja untuk menyakiti diri sendiri dan pengendara
lain (Dula & Geller, 2003). Penelitian in mendapatkan hasil perempuan
memilih resiko untuk melanjutkan perjalanan atau bahkan tertidur di jalan
sebesar 7% dibandingkan pria yang 4%. Para responden menyadari bahaya
mengendarai sepeda motor pada saat mengantuk, ditunjukkan dengan lebih
besar jumlah responden yang melakukan safety riding mencapai 92% (laki-
laki) dan 88% (perempuan). Hampir sama dengan data perilaku responden
pada saat sedang sakit, mayoritas memilih berkendara dengan safety riding.
Perilaku safety riding sakit lebih banyak laki-laki (86%) yang melakukan
daripada perempuan (68%).
10
Pada saat mengendarai sepeda motor tidak jarang pengendara ikut
memperhatikan penampilan orang lain. Jumlah orang yang memperhatikan
penampilan orang lain tidak ada perbedaan yang signifikan antara laki-laki
69% dan perempuan 70%. Pada saat berkendara 49% laki-laki dan 55%
perempuan memilih tidak makan ataupun minum pada saat berkendara
karena sebagai bentuk safety riding. Fakta yang diungkapkan oleh
University of Leeds, menemukan bahwa pengendara melakukan aktivitas
mengendarai sekaligus makan, waktu reaksinya melambat sampai 44% dari
biasanya. Pengendara sepeda motor memerlukan reaksi yang cepat dalam
menghadapi berbagai kemungkinan di jalan raya.
Dalam UU No. 22 Tahun 2009 Pasal 112 ayat satu disebutkan
pengemudi kendaraan yang akan berbelok atau berbalik arah wajib
mengamati situasi lalu lintas di depan, di samping, dan di belakang
kendaraan serta memberikan isyarat dengan lampu penunjuk arah atau
isyarat tangan. Berdasarkan data hasil penelitian laki-laki lebih sering lupa
menyalakan lampu sign dengan prosentase 73% daripada perempuan 59%.
Dalam UU No. 22 Tahun 2009 Pasal 294Setiap orang yang mengemudikan
kendaraan bermotor yang akan membelok atau berbalik arah, tanpa
memberikan isyarat dengan lampu penunjuk arah atau isyarat tangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 112 ayat (1) dipidana dengan pidana
kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak
Rp250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah).
Sering berpindah jalur atau zigzag merupakan salah satu perilaku
berbahaya pada saat berkendara. Data dari hasil penenlitian menunjukkan
86% laki-laki dan 80% perempuan pernah melakukannya. Hal beresiko lain
yang dilakukan adalah mendahului bus atau truk dan sebagian besar
responden melakukannya.
Menerobos lampu merah atau palang kereta api, 43% laki-laki dan
59% perempuan memilih untuk tidak mencobanya dan memilh safety
riding. Menerobos lampu merah dan palang kereta api merupakan salah satu
perilaku berkendara yang beresiko kecelakaan.
11
Dalam penelitian Mahawati & Prasetya (2013) disebutkan menurut
Dewan Keselamatan Nasional (NSC) AS , diperkirakan bahwa setidaknya
28% dari semua kecelakaan lalu lintas atau setidaknya 1,6 juta kecelakaan
lalu lintas setiap tahun melibatkan pengemudi menggunakan yang telepon
genggam.Penggunaan telepon genggam selama berkendara dapat
mempengaruhi kondisi kognitif pengendara. Fokus perhatian akan terpecah
dari memperhatikan jalan menjadi memperhatikan layar telepon genggam.
Data dilapangan menunjukkan 63% laki-laki dan 43% perempuan memilih
tidak menggunakan telepon genggam pada saat berkendara (safety riding).
Tetapi ada pula yang melakukan dangerous driving degan prosentase 37%
responden laki-laki ada yang menggunakan telepon genggam pada saat
berkendara untuk membuka maps dan 57% perempuan membuka telepon
genggam untuk membalas chat.
Perilaku berkendara responden diungkapkan 32% laki-laki dan 36%
perempuan berkendara dengan kecepatan diatas 60km/jam pada saat
tergesa-gesa. Pada saat sedang santai 15% laki-laki dan 9% perempuan
berkendara dengan kecepatan diatas 60km/jam.
Salah satu fakta menarik yang terungkap dari penelitian kali ini
adalah dari 107 total responden hanya 6 responden yang sudah memiliki
SIM, 3 orang sedang dalam proses dan 98 responden belum mempunyai
SIM. Selain itu 11% laki-laki dan 17% perempuan mulai mengendarai
sepeda motor di usia anak-anak (9-11 tahun). Mayoritas responden (laki-laki
35% dan 33%) mulai mengendarai sepeda motor pada usia 12-15 tahun
(remaja awal) dan yang lain memulai berkendara di usia 16 tahun (2% laki-
laki dan 3% perempuan).
Hasil dari lapangan menunjukkan sebagaian besar responden
melakukan dangerous driving dan hanya sedikit yang melakukan safety
riding. Perilaku yang paling banyak dilakukan adalah aggressive driving
yang ditunjukkan dengan respon agresif maupun pelanggaran.
12
3.2 Bentuk-bentuk Perilaku Berkendara
Hasil penelitian ini menunjukkan hal-hal yang termasuk kategoriaggressive
driving adalah mengklakson berkali-kali, berkata kasar dan bermain gas
(blayer) dan mengacungkan jari tengah.Terdapat perbedaan perilaku agresif
antara hasil penelitian Dula (penelitian dilakukan di Virginia, Amerika) dan
penelitian yang dilakukan di Indonesia. Jika perilaku agresif di Virginia
ditunjukkan dengan memukul pengendara lain dan merusak kendaraannya,
maka di Indonesia ditunjukkan dengan mengklakson berkali-kali dan
bermain gas (blayer).Perilaku safety riding yang paling banyak dilakukan
oleh responden adalah besabar dan diam saja. Perilaku ini di pilih sebagai
salah satu upaya untuk menjaga keselamatan dan terhindar dari hal-hal yang
beresiko.
Selain respon agresif, penelitian ini mendapatkan fakta pelanggaran
yang paling tinggi dilakukan adalah melanggar rambu lalu lintas. Urutan
kedua pelanggaran terbanyak yang pernah dilakukan adalah tidak
menggunakan helm.
Aspek kedua mengenai negative emotions while driving. Perilaku
berkendara saat sedang marah paling banyak ditunjukkan dengan cara
berkendara dengan kecepatan tinggi. Selain itu, perilaku yang ditunjukkan
dengan berteraik sepanjang jalan, berkhayal atau melamun dan laju
kendaraan tidak stabil. Tidak semua respoden yang berkendara saat sedang
marah melakukan dangerous driving. Cukup banyak responden yang
memilih berkendara dengan pelan-pelan sambil istighfar sebagai upaya
untuk berkendara dengan aman (safety riding).
Sebagian besar responden memilih berkendara dengan aman (safety
riding) saat sedang sedih. Perilaku yang paling banyak dilakukan adalah
berkendara dengan pelan-pelan
Dari 107 responden, hanya dua orang yang merasa belum pernah
megalami perubahan perasaaan menjadi buruk dan keduanya adalah laki-
laki, Perubahan perasaaan menjadi buruk paling tinggi disebabkan oleh
macet.Faktor kedua yang mempengaruhi seseorang berubah perasaannya
13
ketika berkendara adalah faktor perubahan cuaca, suasana yang sangat panas
atau hujan deras.Selaras denga penelitian yang dilakukan olehNurdjanah
dan Puspitasari (2017) kondisi cuaca yang paling berpengaruh terhadap
gangguan konsentrasi pengemudi adalah hujan dan berkabut.
Sejumlah 92% responden laki-laki dan 88% responden perempuan
memilih untuk safety riding pada sat berkendara. Responden melakukan hal
yang sama pada saat mengendarai saat sedang sakit memilih untuk
berkendara secara aman. Sebagian besar responden pernah melihat
penampilan orang lain pada saat berkendara meskipun tidak selalu
memperhatikan pada saat berkendara. Ada sebagian responden yang melihat
penampilan orang lain pada saat lampu merah saja. Bahkan ada yang tidak
pernah meihat penampilan orang lain. Responden yang lain memilih untuk
berkendara secara aman jumlahnya hampir sama dengan responden yang
berkendara dengan beresiko. Sebagian besar responden yang lupa
menyalakan lampu sign adalah laki-laki.
Dari penelitian ini mendapatkan fakta bahwa sebagian besar
responden melakukan dangerous driving dengan sering berpindah jalur
(zigzag) daripada berkendara secara aman. Sebagian besar respon
mendahului truk atau bus apabila dari lawan arah sepi, sebagian yang lain
ingin mendahului karena tidak sabar. Jumlah responden yang melakukan
berkendara dengan berbahaya dan berkendara secara aman hampir sama.
Terdapat perbedaan antara responden laki-laki dan perempuan.
Responden perempuan menggunakan telepon genggam untuk membalas
chat, sedangkan responden laki-laki menggunakan untuk membuka maps.
Sebagian responden memilih untuk tidak menggunakan telepon genggam
pada saat berkendara untuk menjaga konsentrasi dan mengutamakan
keamanan pada saat berkendara.
3.3 Motif Remaja melakukan dangerous driving dan safety riding
Motif para responden berperilaku agresif adalah mengungkapkan
kekesalannya dan mengaggapnya sebagai peringatan kepada orang lain
bahwa yang dilakukannya dapat membahayakan orang lain. Responden
14
yang memilih safety riding pun mengungkapkan motifnya memilih bersabar
dan diam saja disaat ada stimulus yang mendadak. Para responden merasa
beruntung tidak terjadi kecelakaan dan jika berteriak atau mengklakson
berkali-kali akan membuat para pengendara lain jengkel dan menganggu.
Responden melakukan pelanggaran dengan alasan tergesa-gesa dan
ingin segera sampai di tempat tujuan. Hanya sebagain kecil responden yang
melakukan berkendara dengan aman dan tidak pernah melanggar aturan lalu
lintas untuk mengurangi resiko kecelakaan.
Responden yang berkendara saat sedang marah cenderung
berkendara dengan kecepatan tinggi bertujuan untuk melampiaskan emosi
kemarahannya. Saat sedang sedih sebagian besar responden memilih
berkendara dengan pelan-pelan karena berusaha lebih banyak yang memilih
safety riding dengan bentuk perilaku pelan-pelan saat berkendara karena
menghayati suasana dan berusaha menenangkan hati agar bisa fokus
berkendara.
Aspek ketiga adalah berkendara dengan resiko. Perilaku berkendara
berbahaya yang dilakukan para remaja pada saat mengantuk adalah
berkendara dengan kecepatan tinggi agar segera sampai di tempat tujuan
dan berisitirahat.Sebagian besar responden yang mengendarai ketika sakit
memilih untuk beristirahat karena terlalu berbahaya untuk melanjutkan
perjalanan.
Beberapa responden di lampu merah memperhatikan orang lain
dianggap salah satu hal menyenangkan ketika mengendarai sepeda motor.
Sebagian responden mengungkapkan tidak pernah makan atau minum pada
saat berkendara dengan tujuan agar tetap fokus. Beberapa responden
mengaku hanya menyalakan lampu sign jika berkendara di jalan raya saja.
Sebagian besar responden yang lain memilih untuk menyalakan lampu sign
sebagai salah satu bentuk taat aturan dan mengurangi resiko.
Sebagian besar responden memilih mendahului truk karena tidak
tahan dengan asap yang ditimbulkan oleh kendaraan, menghidari truk
ngerem mendadak dan lebih lama untuk sampai ditujuan. Responden laki-
15
laki yang memilih untuk menggunakan telepon genggam karena
membutuhkan petunjuk jalan, sedangkan perempuan mengaku
menggunakan telepon genggam untuk membalas chat.
Sebagian responden mengaku berkendara dengan kecepatan diatas
60km/jam pada saat sedang santai karena mencari sensasi. Sebagian
responden yang lain berkendara dengan tergesa-gesa dengan kecepatan
diatas 60km/jam dalam pikiran kacau karena fokus kepada apa yang terjadi
jika terlambat sampai tempat tujuan. Hal yang biasa dilakukan para
responden ketika berkendara santai adalah bernyanyi, memperhatikan
jalanan maupun monolog. Sedangkan bila tergesa-gesa berusaha untuk tetap
tenang agar selamat sampai tujuan.
4 PENUTUP
Responden dari penelitian ini lebih banyak yang melakukan dangerous driving
daripada safety riding. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan
perempuan yang melakukan dangerous driving maupun safety riding. Namun ada
perbedaan bentuk dangerousdriving yang dilakukan antara laki-laki dan
perempuan. Meskipun sebagian besar melakukan dangerous driving, bukan
berarti tidak ada yang melakukan safetyriding. Ada beberapa responden yang
memilih untuk tetap berkendara secara aman untuk menghindari resiko
kecelakaan.
Bentuk-bentuk dangerousdriving yang dilakukan diantaranya adalah
mengklakson berkali-kali atau berteriak marah saat ada stimulus yang mendadak,
berkendara dengan kecepatan tinggi, berkendara dengan melamun, melakukan
pelanggaran, mendahului kendaraan dengan zigzag dan bermain telepon genggam
saat berkendara. Sedangkan bentuk-bentuk safety riding yang dilakukan
diantaraya adalah berkendara dengan pelan-pelan, bersabar dan diam saja,
berisitighfar jika ada hal yang membahayakan, tidak melanggar rambu lalu lintas
untuk mengurangi resiko kecelakaan, menggunakan helm serta menyalakan lampu
sign untuk menjaga keselamatan.
16
Motif-motif para remaja melakukan dangerous driving diantaranya adalah
tergesa-gesa, memberikan respon agresif sebagai bentuk kekesalan, mencari
sensasi, kondisi tubuh tidak fit, kondisi emosi buruk dan berkendara dengan
kecepatan tinggi sebagai upaya untuk melampiaskan emosi. Responden yang
melakukan safety riding bertujuan untuk menghindarkan diri dari resiko
kecelakaan karena rasa takut mengalami kecelakaan dan melakukan upaya
menggunakan perlengkapan untuk menjaga keselamatan.
Dari hasil penelitian ini maka ada beberapa saran untuk pihak-pihak yang
terkait dari penelitian ini. Saran dari peneliti sebagai berikut:
a) Siswa diharapakan lebih berhati-hati dalam berkendara
b) Orangtua diharapkan memberikan edukasi sebelum memberikan ijin
menggunakan sepeda motor
c) Pihak kepolisian hendaknya segera menegakkan kebijakan mengenai
siswa yang mengendarai motor ke sekolah dan mebuat program kebijakan
yang bekerja sama dengan sekolah.
d) Pihak sekolah diharapkan menegakkan kebijakan mengenai siswa yang
membawa sepeda motor ke sekolah dan menerapkan sanksi-sanksi bagi
siswa yang melanggar.
18
DAFTAR PUSTAKA
Arnau-Sabatés, L., Sala-Roca, J. i Jariot-Garcia, M.(2012). Emotional abilities as
predictors of risky driving behaviour among a cohort of middle aged
drivers. Accident Analysis & Prevention, 45, 818-825. doi:
10.1016/j.aap.2011.07.021 pages 818-825
Agystina, W. V. (2012) Regulasi Emosi pada Remaja Awal(Skrispsi tidak
dipublikasikan). Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta,
Surakarta.
Amanda,G.(2014, November 4). Indonesia Urutan Pertama Peningkatan
Kecelakaan Lalu Lintas. Republika.co.id. Diunduh dari
http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/4/11/06/nem9nc-
indonesia-urutan-pertama-peningkatan-kecelakaan-lalu-lintas
Astuti, R. F., & Suwanda, I. M. (2015).Disiplin berlalu lintas di jalan raya pada
remaja di desa Petak, Pacet, Mojokerto.Kajian Moral dan
Kewarganegaraan, 02(03), 831-845
Azwar, S. (2011).Sikap dan Perilaku. Dalam: Sikap Manusia Teori dan
Pengukurannya (2nd ed). Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Creswell, J. (2015). Riset Pendidikan Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi
Riset Kualitataif dan Kuantitatif. Yogayakarta: Pustaka Pelajar
Dula, S. C. 2003. Validity and Reliability Assessment of a Dangerous Driving
Self-Report Measure(Disertasi tidak dipublikasikan). Virginia
Polytechnic Institute and State University, Virginia.
Dula, S. C.,& E. S. Geller.(2003). Risky, aggressive, or emotional driving:
addressing the need for consistent communication in research. Journal of
Safety Research, 34(5), 559-566
Effendi, S. & Tukiran.(2012). Metode Penelitian Survei. Jakarta. LP3ES.
Hakim, L., & Nuqul, F. L. (2011).Analisa sikap terhadap aturan lalu-lintas pada
komunitas bermotor.Jurnal Psikologi Indonesia 2011, VIII(2), 93-103
ISSN. 0853-3098.
Badan Intelijen Negara. (2013, Maret 21).Kecelakaan Lalu Lintas Menjadi
Pembunuh Terbesar Ketiga. Bin.go.id. Diunduh dari
http://www.bin.go.id/awas/detil/197/4/21/03/2013/kecelakaan-lalu-lintas-
pembunuh-terbesar-ketiga
Irina, F. (2017). Metode Penelitian Terapan. Yogyakarta. Dua Satria Offet.
19
Ismail, M. (2016, Oktober 29). Pelanggaran Lalu Lintas Bertambah. Solopos.com.
Diunduh darihttp://www.solopos.com/2016/10/29/lalu-lintas-solo-
pelanggaran-lalu-lintas-bertambah-600-kasus-764584
Jatiputro, A. H. (2014).Pemahaman Pelajar SMA Pengguna Sepeda Motor
Terhadap Rambu, Marka, Peraturan Lalu Lintas dan Safety Riding (Studi
Kasus di SMA Batik 3 Surakarta) (Skripsi tidak dipublikasikan). Program
Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta,
Surakarta.
Kurniasari, N. D. (2013) Perbedaan Sikap Disiplin Berlalu Lintas Ditinjau dari
Jenis Kelamin(Skripsi tidak dipublikasikan). Universitas Muhammadiyah
Surakarta, Surakarta.
Lukmato, G. (2013, Juli 26). Solo, Kota dengan Pelanggar Lalulintas Terbanyak.
Kompasiana.com. Diunduh dari http://www.kompasiana.com/girilu/solo-
kota-dengan-pelanggar-lalulintas-terbanyak_5520c85da333115e4946ce12
Maryam. (2014). Sikap Disiplin Berlalu Lintas pada Remaja Jawa (Pendekatan
Konteks Budaya Jawa dan Agama) (Skripsi tidak dipublikasikan). Fakultas
Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
Mashuri, A., & Zaduqisti, E. (2009).Dangerous driving, prediktor dan
mediatornya.PSYCHO IDEA, 7(1),ISSN 1693-1076
Papalia, D. E.,& Ruth D. F. (2015) Menyelami Perkembangan Manusia, Edisi 12
Buku 2. Jakarta: Salemba Humanika
Prasada, G., & Herdiana, A. I. (2015) Hubungan antara kontrol diri dengan
kepatuhan berlalu lintas pada remaja pengendara sepeda motor di
Surabaya.Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial, 04(02). Hal 101-114
Prima, D. W., Kurniawan, B., &Ekawati. (2015). Faktor-faktor yang berhubungan
dengan perilaku safety riding pada mahasiswa fakultas X Universitas
Diponegoro. Journal Kesehatan Masyarakat, 3(3),diunduh dari
http://journal-s1.undip.ac.id/index.php.jkm
Ridho, H. (2016). Disiplin Lalu Lintas pada Remaja Pengendara Sepeda
Motor,(Skrispi tidak dipublikasikan). Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
Rusti, S., Falaah, R. M. (2016). Praktik Safety Riding Pada Pelajar di Wilayah
Kerja Polres Padang Panjang. Jurnal HumanCare, 3(3).
Santrock, J.W. (2007a). Life SpanDevelopment: Perkembangan Masa Hidup Jilid
2. Jakarta: Erlangga.
Santrock, J.W. (2007b) Remaja(edisi kesebelas). Jakarta:Erlangga.
20
Sarwono, S, W. (2015). Psikologi Remaja (ed: revisi). Depok : PT Rajagrafindo
Persada
Setiawan, J. (2014). Latar belakang prilaku remaja dalam mengemudikan sepeda
motor tanpa surat izin mengemudi (studi kasus pelajar SMPN 11 kota
Samarinda). eJournal Ilmu Sosiatri, ISSN 0000-0000, diunduh dari
ejournal.sos.fisip-unmul.org
Shaker, R. H., Eldesouky, R. S., Hasan, O. M., & Bayomy, H. (2014). Motorcycle
crashes: Attitudes of the motorcyclists regarding riders’ experience and
safety measures. J Community Health (39),ISSN: 1222–1230,DOI
10.1007/s10900-014-9883-1
Straus, A., &Corbin, J. (2003) Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif: TataLangkah
Dan Teknik Teknik Teoritisasi Data. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Sugiarto., Siagian, D., Sunaryanto, L. T., &Oetomo, D. S. (2001) Teknik
Sampling. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka utama
Skaar,N. R., & Williams, J. E. (2005).Gender differences in predicting unsafe
driving behaviors in young adults.Proceedings of the Third International
Driving Symposium on Human Factors in Driver Assessment, Training
and Vehicle Design.Maine.DOI 10.17077/drivingassessment.1185
Sumiyanto, A., Mahawati, E., & Hartini, E. (2014) Pengaruh sikap individu dan
perilaku teman sebaya terhadap praktik safety riding pada remaja (studi
kasus siswa SMA negeri 1 Semarang).JURNAL VISIKES 13(2), 150-
156.ISSN1412-
3746Diunduhdarihttp://download.portalgaruda.org/article.php
Tasca, L. (2000). A Riview of The Literature on Aggressive Driving
Research.Ontario Ministry of Transportation, Ontario.Diunduh dari
https://www.stopandgo.org/research/aggressive/tasca.pdf
Wesli. (2015). Pengaruh pengetahuan berkendaraan terhadap perilaku pengendara
sepeda motor menggunakan stuctural equation model (SEM). Teras
Jurnal, 5(1), Hal. 43-50 ISSN 2088-056