Perencanaan Sarpras SLB courtesty : google

21
Perencanaan Sistem PAI (Sarana dan Prasarana SLB) http://prawestita.blogspot.com/2013/07/perencanaan-sistem-pai- sarana-dan.html PERENCANAAN SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN DI MTs-LB/A YAYASAN KESEJAHTERAAN TUNANETRA ISLAM (YAKETUNIS) YOGYAKARTA Disusun Untuk Memenuhi Tugas Makalah Individu Mata Kuliah Perencanaan Sistem PAI Dosen Pengampu : Drs. Nur Munajat, M. Si. Disusun Oleh : Tita Prawesti (10411034) VI-PAI A Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta 2013

Transcript of Perencanaan Sarpras SLB courtesty : google

Page 1: Perencanaan Sarpras SLB  courtesty : google

Perencanaan Sistem PAI (Sarana dan Prasarana SLB)

http://prawestita.blogspot.com/2013/07/perencanaan-sistem-pai-sarana-dan.html

PERENCANAAN SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN

DI MTs-LB/A YAYASAN KESEJAHTERAAN TUNANETRA ISLAM (YAKETUNIS) YOGYAKARTA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Makalah IndividuMata Kuliah Perencanaan Sistem PAI

Dosen Pengampu : Drs. Nur Munajat, M. Si.

Disusun Oleh :

Tita Prawesti (10411034)VI-PAI A

Pendidikan Agama IslamFakultas Ilmu Tarbiyah dan KeguruanUniversitas Islam Negeri Sunan KalijagaYogyakarta2013

Page 2: Perencanaan Sarpras SLB  courtesty : google

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan yang berkualitas perlu diselenggarakan dengan pengelolaan secara menyeluruh dan profesional terhadap sumber daya yang ada dalam sebuah lembaga pendidikan. Salah satu sumber daya yang perlu dikelola dengan baik dalam menunjang terselenggaranya pendidikan yang berkualitas adalah sarana dan prasarana. Kelengkapan sarana prasarana pendidikan akan berimplikasi pada prestasi siswa dan juga mempermudah guru dalam mengajar.

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Bab XII pasal 45 ayat 1 menjelaskan bahwa:

Setiap satuan pendidikan formal dan nonformal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik.[1]

Sarana prasarana yang memadai harus memenuhi ketentuan standar minimum yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan mengenai standar sarana dan prasarana pendidikan. Implementasi undang-undang tersebut tentu tidak hanya untuk peserta didik dalam ranah sekolah umum saja,[2] peserta didik yang mempunyai kebutuhan khusus pun tentu memiliki hak yang sama. Perencanaan sarana prasarana tersebut ditambah dengan kriteria khusus yang diperlukan untuk menunjang keterbatasan fisik mereka dan untuk menopang kelebihan yang mereka miliki agar dapat mengenyam pendidikan yang layak serta berkualitas. Maka dari itu, standar sarana prasarana di SLB penting untuk diketahui lebih lanjut.

Pemilihan latar penelitian di MTs-LB/A Yaketunis selain bertujuan untuk memperluas pengetahuan dalam bidang pelaksanaan perencanaan sarana prasarana di Sekolah Luar Biasa (SLB), penelitian ini juga penting dilakukan sebagai alat untuk memecahkan permasalahan pendidikan khususnya di bidang sarana dan prasarana, serta lebih jauh mengambil manfaat nilai-nilai spiritual Islam dan kemanusiaan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana perencanaan sarana dan prasarana pendidikan di Sekolah Luar Biasa (SLB)?

2. Bagaimana permasalahan yang timbul dalam perencanaan sarana dan prasarana pendidikan di Sekolah Luar Biasa (SLB)?

3. Bagaimana pelaksanaan perencanaan sarana dan prasarana pendidikan di MTs-LB/A Yaketunis Yogyakarta?

C. Tujuan

1. Mengetahui perencanaan sarana dan prasarana pendidikan di Sekolah Luar Biasa (SLB).

Page 3: Perencanaan Sarpras SLB  courtesty : google

2. Mengetahui permasalahan yang timbul dalam perencanaan sarana dan prasarana pendidikan di Sekolah Luar Biasa (SLB).

3. Mengetahui pelaksanaan perencanaan sarana dan prasarana pendidikan di MTs-LB/A Yaketunis Yogyakarta.

Page 4: Perencanaan Sarpras SLB  courtesty : google

BAB II

PERENCANAAN SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN

A. Perencanaan Sarana dan Prasarana

1. Pengertian Sarana dan Prasarana

Sarana pendidikan adalah perangkat peralatan dan perlengkapan yang secara langsung digunakan dalam proses belajar mengajar, seperti geedung, ruang kelas, meja, kursi, serta media pembelajaran. Adapun prasarana pendidikan adalah fasilitas yang tidak langsung menunjang jalnnya proses pembelajaran seperti halaman, kebun, taman sekolah, dan jalan menuju sekolah.[3]

Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 20005 Tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 42 menyebutkan:

a. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.

b. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.[4]

2. Landasan Hukum Perencanaan Sarana dan Prasarana

Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab XII pasal 45 ayat 1 dijelaskan: “Setiap satuan pendidikan formal dan nonformal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik”.

Pasal ini menekankan pentingnya sarana dan prasarana dalam satuan pendidikan, sebab tanpa didukung adanya sarana dan prasarana yang relevan, maka pendidikan tidak akan berjalan secara efektif. Pendayagunaan sarana dan prasarana (hardware) tidak hanya secara fungsional membuat lembaga pendidikan Islam bersifat efektif, efisien, melainkan lebih dari itu akan memunculkan citra di mata publik sebagai lembaga yang bergengsi. Namun disini yang lebih ditekankan adalah sarana dan prasaranayang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan semua potensi peserta didik, dan disesuaikan dengan kondisi daerah dimana satuan pendidikan itu diselenggarakan, serta kemampuan pengelola dalam menggunakannya.[5]

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia yang berkaitan dengan Standar Sarana dan Prasarana, meliputi:

a. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah

Page 5: Perencanaan Sarpras SLB  courtesty : google

Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA).

b. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 40 Tahun 2008 tentang Standar Sarana Prasarana untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK).

c. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 33 Tahun 2008 tentang Standar Sarana Prasarana untuk Sekolah Luar Biasa

3. Prinsip Perencanaan Sarana dan Prasarana Pendidikan

Dalam mewujudkan suatu perencanaan sarana dan prasarana yang baik, sebaiknya menerapkan beberapa prinsip perencanaan sarana dan prasarana itu sendiri, di antaranya:

a. Prinsip pencapaian tujuan

Perencanaan sarana dan prasarana di satu sekolah dikatakan berhasil apabila fasilitas yang tersedia di sekolah itu selalu siap pakai.

b. Prinsip efisiensi

Pemakaian semua fasilitas sekolah hendaknya dilakukan dengan sebaik-baiknya, sehingga dapat mengurangi pemborosan.

c. Prinsip administratif

Semua pengelola perlengkapan pendidikan di sekolah hendaknya selalu memperhatikan undang-undang, peraturan, instruksi, dan pedoman yang telah diberlakukan oleh pemerintah.

d. Prinsip kejelasan tanggung jawab

Tugas dan tanggung jawab semua anggota organisasi terhadap pengelolaan sarana dan prasarana sekolah harus dideskripsikan secara jelas.

4. Fungsi perencanaan sarana dan prasarana

Subagio Atmodiwirio dalam bukunya menjelaskan bahwa pengelolaan perlengkapan meliputi fungsi-fungsi sebagai berikut:

a. Fungsi Perencanaan dan Penentuan Kebutuhan

Perencanaan sarana dan prasarana pendidikan merupakan suatu proses analisis dan penetapan kebutuhan yang diperlukan dalam proses pembelajaran sehingga muncullah istilah kebutuhan yang diperlukan (primer) dan kebutuhan yang menunjang. Dalam proses perencanaan ini harus dilakukan dengan cermat dan teliti baik berkaitan dengan karakteristik sarana dan prasarana yang dibutuhkan, jumlahnya, jenisnya dan kendalanya (manfaat yang didapatkan), beserta harganya. Berkaiatan

Page 6: Perencanaan Sarpras SLB  courtesty : google

dengan ini Jones menjelaskan bahwa perencanaan pengadaan perlengkapan pendidikan di sekolah harus diawali dengan analisis jenis pengalaman pendidikan yang diprogaramkan di sekolah.

b. Fungsi Penganggaran

Fungsi ini terdiri atas kegiatan-kegiatan dan usaha-usaha untuk merumuskan perincian penentuan kebutuhan dalam suatu skala standar, yaitu skala mata uang dan jumlah biaya dengan memperhatikan pengarahan dan pembatasan yang berlaku. Anggaran sarana dan prasarana meliputi: anggaran pembelian, anggaran perbaikan dan pemeliharaan, anggaran penyimpanan dan penyaluran, anggaran penelitian, dan pengembangan barang.

c. Fungsi Pengadaan

Pengadaan merupakan segala kegiatan untuk menyediakan semua keperluan barang, benda dan jasa bagi keperluan pelaksanaan tugas. Dengan kata lain merupakan upaya merealisasikan rencana kebutuhan pengadaan perlengkapan yang telah disusun sebelumnya. Pengadaan dapat dilakukan dengan cara: pembelian, penyewaan, peminjaman, pemberian (hibah), penukaran, pembuatan, dan perbaikan.[6]

Tatang menambahkan dalam bukunya bahwa pengadaan barang tersebut bisa beberapa macam, antara lain:

1) Pengadaan tanah dapat dilakukan dengan cara membeli, menerima hibah, menerima hak pakai, dan menukar.

2) Pengadaan bangunan bisa dilakukan dengan membangun bangunan baru, membeli bangunan, menyewa bangunan atau pun menerima hibah bangunan.

3) Pengadaan perabot, Pengadaan sarana pendidikan, alat-alat kantor dan Alat Tulis Kantor (ATK) bisa dilakukan dengan cara membeli, menerbitkan sendiri, dan menerima bantuan/ hadiah/ hibah.

4) Pengadaan kendaraan atau alat transportasi bisa dilakukan dengan membeli, menerima bantuan dan lain lain. [7]

d. Fungsi Penyimpanan

Setelah pengadaan barang terealisasi, maka kegiatan selanjutnya yang dilakukan adalah penyimpanan hasil pengadaan barang-barang tersebut.Penyimpanan merupakan suatu kegiatan dan usaha melakukan pengurusan penyelenggaraan dan pengaturan barang persediaan di dalam ruang penyimpanan.Fungi penyimpanan meliputi penyiapan ruang-ruang penyimpanan, tatalaksana penyimpanan, tindakan keamanan dan keselamatan. Untuk keperluan penyimpanan barang biasanya digunakan gudang.

e. Fungsi penyaluran

Penyaluran merupakan kegiatan dan usaha untuk melakukan pengurusan, penyelarnggaraan dan pengaturan pemindahan barang dari suatu temapat ke tempat lain, yaitu dari tempat penyimpanan ke tempat pemakaiain. Kegiatan penyaluran barang meliputi tiga bagian yaitu :

1) Penyusunan Alokasi

Page 7: Perencanaan Sarpras SLB  courtesty : google

Untuk menghindari pemborosan dalam pembagian/ pendistribusian barang sehingga merata dan seimbang dengan kebutuhan pemakainya masing-masing, maka perlu disusun alokasi kuantitas dan frekuensi pendistribusiannya, sehingga sungguh-sungguh dapat menunjang kegiatan instruksional

2) Pengiriman Barang

Pengiriman barang dari pusat penyalur barang perlu memperhatikan beberapa hal sebagai berikut: cara pengiriman, pengemasan, pemuatan, pengangkutan dan pembongkarang.

3) Penyerahan Barang

Dalam penyerahan barang hendaklah tidak dilupakan untuk mengisi daftar penyerahan barang, surat pengantar, faktur, tanda terima peyerahan barang, biaya pengiriman dan sebagainya.

f. Fungsi Pemeliharaan

Pemeliharaan adalah suatu proses kegiatan untuk mempetahankan kondisi teknis dan daya guna suatu alat produksi atau fasilitas kerja (sarana dan prasarana) dengan jalan merawatnya, memperbaiki, merehabilitasi dan menyempurnakannya.

Kegiatan pemeliharaan dapat dilakukan menurut ukuran waktu dan ukuran keadaan barang (setiap hari, secara berkala atau jangka waktu tertentu sesuai dengan petunjuk penggunaan). Pemeliharaan dapat dilakukan oleh pemegangnya/ penanggungjawabnya. Pemeliharaan bisa juga dengan memanggil tukang/ ahli servis. Prinsipnya, kegiatan pemeliharaan dilakukan agar setiap sarana dan prasarana itu senantiasa siap pakai dalam prosem belajar mengajar.

g. Fungsi Penghapusan

Bila besarnya biaya rehabilitasi sesuatu barang inventaris telah tidak sesuai dengan daya pakainya, artinya bila biaya rehabilitasinya terlalu besar sedang daya pakainya terlalu singkat, maka barang tersebut lebih baik tidak dipakai lagi dan dikeluarkan dari daftar inventaris.

Proses kegiatan yang bertujuan untuk mengeluarkan/ menghilangkan barang-barang milik negara dari daftar inventaris negara berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku disebut penghapusan.

h. Fungsi Pengendalian

Fungsi pengendalian adalah fungsi yang mengatur dan mengarahkan cara pelaksanaan dari suatu rencana, program, proyek dan kegiatan, baik dengan pengaturan dalam bentuk tatalaksana yaitu: manual, standar, kriteria, norma, instruksi dan prosedur ataupun melalui tindakan turun tangan untuk memungkinkan optimasi dalam penyelenggaran suatu rencana, program, proyek dan kegiatan oleh unsur dan unit pelaksana.

Fungsi pengendalian adalah fungsi yang mengatur dan mengarahkan cara pelaksanaan dari suatu rencana, program, proyek, dan kegiatan baik dengan pengaturan dalam bentuk tatalaksana yaitu manual, standar, kriteria, norma, instruksi, dan prosedur maupun melalui tindakan turun

Page 8: Perencanaan Sarpras SLB  courtesty : google

tangan untuk memungkinkan optimalisasi dalam penyelenggaraan suatu rencana, program proyek, dan kegiatan oleh unsur dan unit pelaksana.

5. Perencanaan Sarana dan Prasarana di Sekolah Luar Biasa (SLB)

Pembahasan mengenai sarana dan prasarana dalam makalah ini berfokus pada standar sarana prasarana untuk sekolah luar biasa, dikarenakan pada bagian selanjutnya dijelaskan mengenai latar penelitian di sekolah luar biasa, SLB/A, MTs-LB/A Yaketunis (Yayasan Kesejahteraan Tuna Netra Islam). Sesuai dengan Permendiknas No. 33 Tahun 2008 tentang Standar Sarana Prasarana untuk Sekolah Luar Biasa. Dijelaskan bahwa:

a. Satuan pendidikan SMP-LB memiliki sarana dan prasarana yang dapat melayani minimum 3 rombongan belajar peserta didik dengan satu atau beberapa ketunaan.

b. Lahan SMPLB memenuhi ketentuan luas lahan minimum

No Banyak rombongan belajar

Jenis

ketunaan

Luas lahan minimum (m2)

Bangunan satu lantai

Bangunan dua lantai

1 3 1 1170 640

2 6 1 - 2 1500 800

3 9 1 - 3 1840 970

4 12 1 - 4 2100 1100

c. Bangunan memenuhi ketentuan tata bangunan, prasayaratan keselamatan, prasyaratan kesehatan, persyaratan aksesibilitas seperti menyediakan fasilitas dan aksesibilitas yang mudah, aman, dan nyaman untuk penyandang cacat yang memiliki kesulitan mobilitas termasuk pengguna kursi roda. Dilengkapi dengan fasilitas pengarah jalan (guiding block) untuk tunanetra.

Lantai Guiding Block di MTs-LB Yaketunis

d. Kelengkapan sarana prasarana sekurang-kurangnya memiliki ruang pembelajaran umum, ruang pembelajaran khusus dan ruang penunjang sesuai dengan jenjang pendidikan dan jenis ketunaan peserta didik yang dilayani. Untuk kelengkapan sarana prasarana SMPLB/A meliputi: ruang kelas, ruang perpustakaan, ruang OM[8], ruang keterampilan, ruang pimpinan, ruang guru, TU, ruang ibadah, UKS, ruang konseling/asesmen, ruang organisasi kesiswaan, jamban, gudang, ruang sirkulasi[9], tempat bermain/berolahraga.[10]

Ruangan kelas dan perpustakaan

Page 9: Perencanaan Sarpras SLB  courtesty : google

Mushola dan tempat wudlu

B. Pelaksanaan Standar Sarana dan Prasarana MTs-LB Yaketunis Yogyakarta

1. Gambaran Umum MTs-LB Yaketunis Yogyakarta

MTs-LB Yaketunis Yogyakarta (Yayasan Kesejahteraan Tunanetra Islam) terletak di bagian selatan kota Yogyakarta yaitu terletak di kampong Danunegaran, kelurahan Mantrijeron, kecamatan Mantrijeron, kota Yogyakarta. Adapun alamat lengkapnya adalah di Jalan Parangtritis No. 46 Yogyakarta, Telp. 0274-377 430.

MTs-LB Yaketunis Yogyakarta berdiri di bawah Yayasan Kesejahteraan Tunanetra Islam (Yaketunis). Yayasan yaketunis didirikan dengan dasar firman Allah SWT dalam surat ‘Abasa ayat 3 dan 4 yang menjelaskan bahwa tunanetra mempunyai potensi untuk memberikan pendidikan dan pengajaran di bidang mental, spiritual, agama, dan keterampilan, kecerdasan serta ilmu pengetahuan sehingga perlu didirikan lembaga sebagai sarana atau wadah untuk melaksanakan dan mengamalkan ayat tersebut.[11]

Berdirinya Yaketunis merupakan ide dari seorang tunanetra bernama Supardi Abdussomat. Pada saat itu, beliau berkunjung ke perpustakaan Islam di jalan Mangkubumi No. 38 menemui Bapak H. Moch Solichin selaku wakil kepala perpustakaan Islam. Kedatangan beliau bermaksud untuk berbagi pengalaman cara mengangkat harkat martabat warga tunanetra. Akhirnya disepakati mendirikan yayasan yang diberi nama Yayasan Kesejahteraan Tunanetra Islam Yogyakarta pada tanggal 12 Mei 1964.[12]

Page 10: Perencanaan Sarpras SLB  courtesty : google

2. Struktur Organisasi MTs-LB Yaketunis Yogyakarta

a. Visi, Misi, dan Tujuan

1) Visi

Menciptakan warga tunanetra yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, berkehidupan mandiri dan mampu berperan dalam kehidupan berbangsa dan bermasyarakat.

2) Misi

a) Pemberdayaan personalia yayasan dengan berpedoman pada visi.

b) Pembekalan ajaran yang Qur’ani menurut ajaran Islam.

c) Pendidikan dan pelatihan kelayakan

d) Memberikan bimbingan bermasyarakat

3) Tujuan

Memberikan bekal pengetahuan bagi tunanetra agar bisa hidup percaya diri dan mandiri sehingga dapat berkarya dan mengembangkan potensi yang dimiliki oleh tunanetra.[13]

b. Susunan Pengurus Yaketunis Yogyakarta

Ketua : Drs. H. Subowo, MM.

Wakil Ketua : Drs. H. Khoirul Fuadi

Sekretaris : Wiyoto

Bendahara : H. Hadjid Busyairi

Anggota : 1. Hidayat Sukri

2. Agus Suryanto, S.Ag. M.Pd.I

3. Tugiman, S.Pd

4. Afton Rouf

Page 11: Perencanaan Sarpras SLB  courtesty : google

c. Struktur Organisasi MTs-LB/A Yaketunis Yogyakarta

Bagan Struktur Organisasi MTs-LB/A Yaketunis Yogyakarta

Kepala Sekolah

Bapak Agus Suryanto, S.Ag. M.Pd.I

Kepala Tata Usaha

Bendahara Komite Sekolah

Wakil Kepala Urusan / Waka Urusan

Kurikulum Kesiswaan Sarpras Humas

Bpk. Masruri Ibu Yantik Ibu Wahyu Ibu Melani

Wali Kelas VII Wali Kelas VIII Wali Kelas IX BK

Ibu Dania, M.SE Ibu Supriyatun 1. Ibu Yantik

2. Ibu Wahyu

Ibu Siti Sa’adah, S.Pd

OSIS

SISWA

: Garis Komando

: Garis Konsultasi

3. Sarana dan Prasarana MTs-LB/A Yaketunis Yogyakarta (PAI)

No Nama Barang Jumlah

Asal

Ket.Bantuan Beli

Sumbang

Prasarana

1. Gedung 1964 m2 Waqaf

Page 12: Perencanaan Sarpras SLB  courtesty : google

a. Ruang kelas 3 (6x4)

b. Ruang guru 1

c. Ruang UKS 1

d. Aula 1

e. WC Guru 1

f. WC Siswa 4

g. Ruang Perpustakaan 1

h. Mushola 1

i. Ruang Kesenian 1

j. Dapur/Kantin 1

2. Fasilitas air Yayasan

a. PAM

b. Air sumur

3. Fasilitas telefon Yayasan

4. Fasilitas istrik Yayasan

Sarana

a. Alat perabot/mabel

b. Meja guru 7 ü ü Depsos

c. Meja siswa 8 ü ü Depsos

d. Papan jadwal mata pelajaran 1 ü KKN

e. Buku bacaan 67 ü ü ü KKN Kemenag

f. Buku bacaan umum 10

g. Buku referensi 50 ü

h. Komputer 1 Unit

i. Buku agama 245 ü

j. Buku agama besar 26 ü

Page 13: Perencanaan Sarpras SLB  courtesty : google

k. Al-Qur’an Braille 3 Set

l. Peta timbul dunia 1 Swadaya

m. Buku penunjang 68

n. Buku pelajaran 172 ü

o. model manusia (thorshow) 1 ü

p. Papan acara siswa 1 ü

Buku agama umum 50 ü Kemenag

q. Rebana 2 Set ü

Dan masih banyak lagi

4. Problematika Sarana dan Prasarana MTs-LB/A Yaketunis Yogyakarta

Berdasarkan observasi yang penulis lakukan selama 3 hari mulai dari hari Rabu sampai Jumat 22-24 Mei 2013 di MTs-LB/A Yaketunis Yogyakarta, penulis mengamati kondisi sekolah mulai dari keadaan lingkungan sekitar sekolah, keadaan ruang kelas, ruang guru, asrama, mushola, perpustakaan dan lain-lain serta melakukan wawancara dengan beberapa guru dan siswa di antaranya Bapak Agus Suryanto, S.Ag. M.Pd.I selaku kepala sekolah, Ibu Siti Sa’adah, S.Pd dan Ibu Dania, M.SE serta siswa Pendi selaku Ketua OSIS.

Berdasarkan observasi tersebut, penulis menemukan beberapa permasalahan terkait dengan sarana dan prasarana pendidikan di MTs-LB/A Yaketunis Yogyakarta yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi proses pembelajaran di sekolah. Beberapa permasalhan tersebut di antaranya adalah:

a. Keterbatasan buku-buku pokok dan penunjang mata pelajaran yang menggunakan hurufBraille

MTs-LB/A Yaketunis merupakan sekolah khusus bagi penyandang tunanetra sehingga dalam proses pelajarannya sangat membutuhkan buku-buku dengan huruf Braille. Namun berdasarkan pengamatan dan wawancara, penulis mendapati bahwa sekolah ini masih kekurangan buku-buku tersebut. Selama ini pengadaan buku dilakukan oleh pihak sekolah maupun yayasan. Meski dari Kementerian Agama juga membantu tapi telah lama permohonan pengadaan buku tersebut belum mendapat respon dari Kemenag. Dari beberapa buku yang tersedia di perpustakaan sekolah, koleksi Al-Qur’an Braille penulis rasa yang paling banyak. Sehingga tidak mengherankan jika banyak siswa-siswanya yang hafal ayat-ayat Al-Qur’an meski belum 30 Juz. Walaupun dengan kondisi demikian, siswa-siswa sangat rajin belajar dan terlihat benar-benar menuntut ilmu.

b. Keterbatasan media ajar guna penunjang mata pelajaran

Media ajar juga sangat terbatas, sebagai contoh untuk pelajaran IPS dalam mempelajari wilayah-wilayah di suatu Negara sekolah sangat membutuhkan ketersediaan peta dan globe khusus bagi

Page 14: Perencanaan Sarpras SLB  courtesty : google

tunanetra, akan tetapi menurut Ibu Dania, M.SE selaku guru IPS di sana hanya ada satu peta khusus itupun terbatas hanya peta Indonesia. Untuk Negara-negara lain dan globe khusus untuk tunanetra selama ini belum bisa disediakan meski dari pihak sekolah sudah meminta bantuan dari pihak luar seperti dari Kemenag.

c. Keterbatasan biaya guna pengadaan sarana dan prasarana

Keterbatasan biaya merupakan permasalahan pokok yang menurut penulis rasa dalam permasalahan sarana dan prasarana di MTS-LB/A Yaketunis. Hal ini dikarenakan selain sebagai sekolah, sekolah ini juga merupakan panti asuhan sehingga biaya pendidikan tidak bisa dibebankan semuanya pada orangtua siswa. Selain itu yayasan juga belum bisa menanggung lebih banyak biaya untuk pengadaan sarana dan prasarana di sekolah karena yayasan juga menanggung biaya untuk MI dan SMK Yaketunis.

d. Keterbatasan ruangan untuk guru dan siswa

Ruang guru dan kelas merupakan salah satu bagian dari prasarana pendidikan yang sangat vital. Terkait dengan dua hal ini MTs-LB/A Yaketunis terkendala dengan terbatasnya ruang yang dapat digunakan dengan efektif. Hal ini dapat terlihat dengan dipakainya ruang kepala sekolah juga untuk ruangan bimbingan dan konseling. Selain itu ukuran ruangan baik untuk ruang guru maupun kelas menurut penulis masih sempit meskipun untuk jumlah guru dan siswa yang relatif tidak terlalu banyak. Jumlah guru secara keseluruhan hanya 15 orang dan kelas VII, VIII, dan IX hanya terdiri dari satu kelas dengan jumlah siswa masing-masing kelasnya terdiri dari 5 siswa untuk kelas 7, 7 siswa untuk kelas VIII dan 7 siswa untuk kelas IX. Jadi secara keseluruhan jumlah siswa hanya 22 siswa.

e. Kebersihan lingkunganyang masih kurang

Berdasarkan hasil observasi, dapat dilihat lingkungan sekolah terbilang kurang terawat. Buku-buku di perpustakaan yang kurang tertata rapi, banyaknya piala-piala yang berdebu dan tidak terurus, toilet yang menimbulkan bau tidak sedap, dan masih banyak sampah dimana-mana. Tidak adanya pegawai kebersihan tetap menjadi salah satu kendalanya. Menurut informasi yang didapatkan, pembersihan lingkungan sekolah dilakukan oleh masyarakat sekitar dengan suka rela, sehingga tidak selalu dapat terkontrol.

Page 15: Perencanaan Sarpras SLB  courtesty : google

5. Solusi Penyelesaian Problematika Sarana dan Prasarana MTs-LB/A Yaketunis Yogyakarta

a. Pemerintah daerah dan Kemenag membantu pembangunan dan pemugaran bangunan MTs-LB/A Yaketunis beserta fasilitas yang dapat memperlancar kegiatan pembelajran, seperti komputer, internet, dan fasilitas pendukung lainnya.

b. Pemerintah daerah dan Kemenag diharapkan mengupayakan pemerataan pemberian sarana dan prasarana agar MTs-LB/A Yaketunis dapat mengembangkan pembelajaran melalui sarana dan prasarana yang lebih memadai.

c. Yayasan dan madrasah diupayakan memenuhi kelengkapan buku khususnya buku-buku dengan huruf Braille di perpustakaan dan kelas.

d. Penyediaan tenaga pendidik dan kependidikan yang berprestasi agar mutu sekolah SLB bisa lebih baik lagi.

e. Pemeliharaan lingkungan sekolah yang lebih optimal dengan menyediakan pegawai kebersihan yang dapat mengntrol kebersihan lingkungan sekolah.

f. Pemerintah daerah dan Kemenag seharusnya lebih memperhatikan sekolah-sekolah dengan siswa berkebutuhan khusus karena pada kenyataannya sebenarnya mereka belajar dua kali lipat dibandingkan dengan orang-orang normal sehingga pemerintah dan Kemenag perlu memberikan perhatian yang lebih besar salah satunya dengan cara memberikan guru-guru dengan kemampuan khusus untuk sekolah-sekolah itu.

Page 16: Perencanaan Sarpras SLB  courtesty : google

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sarana pendidikan adalah perangkat peralatan dan perlengkapan yang secara langsung digunakan dalam proses belajar mengajar, seperti geedung, ruang kelas, meja, kursi, serta media pembelajaran. Adapun prasarana pendidikan adalah fasilitas yang tidak langsung menunjang jalnnya proses pembelajaran seperti halaman, kebun, taman sekolah, dan jalan menuju sekolah.

Dalam mewujudkan suatu perencanaan sarana dan prasarana yang baik, sebaiknya menerapkan beberapa prinsip perencanaan sarana dan prasarana itu sendiri, di antaranya prinsip pencapaian tujuan, prinsip efisiensi, prinsip administrative, prinsip kejelasan tanggung jawab.

Menurut Subagio Atmodiwirio, pengelolaan perlengkapan meliputi fungsi-fungsi di antaranya fungsi perencanaan dan penentuan kebutuhan, fungsi penganggaran, fungsi pengadaan, fungsi penyimpanan, fungsi penyaluran, fungsi pemeliharaan, fungsi penghapusan, dan fungsi pengendalian.

Berdasarkan observasi yang penulis lakukan, pelaksanaan perencanaan sarana dan prasarana di MTs-LB Yaketunis Yogyakarta mengalami beberapa kendala dan permasalahan yang menghambat di antaranya keterbatasan buku-buku pokok dan penunjang mata pelajaran yang menggunakan huruf Braille, keterbatasan media ajar guna penunjang mata pelajaran, keterbatasan biaya guna pengadaan sarana dan prasarana, dsn keterbatasan ruangan untuk guru dan siswa.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, menurut hemat penulis ada beberapa cara yang bisa ditawarkan di antaranya pemerintah pusat, daerah, Kemenag, pihak yayasan dan sekolah saling berkoordinasi dan mengupayakan pengadaan sarana-dan prasarana yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Amirin, Tatang M, dkk., Manajemen Pendidikan, Yogyakarta: UNY Press, 2011.

Badan Standar Nasional Pendidikan, “Standar Sarana Prasarana”, Diakses pada situshttp://bsnp-indonesia.org/id/?page_id=109/

Dokumen MTs-LB/A Yayasan Kesejahteraan Tunanetra Islam Yogyakarta (Yaketunis).

Gunawan, Ari H, Administrasi Sekolah: Administrasi Pendidikan Mikro), Jakarta: Rineka Cipta, 1996.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2008 Tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk SDLB, SMPLB, dan SMALB.

Qomar, Mujamil, Manajemen Pendidikan Islam, Jakarta: Erlangga.

Page 17: Perencanaan Sarpras SLB  courtesty : google

Siregar, Maragustam, “Handout Kebijakan Pendidikan”, Handout, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2013.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab XII pasal 45 ayat 1.

[1] Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab XII pasal 45 ayat 1.

[2] Pendidikan Umum di sini berarti dalam lingkup jenjang pendidikan dasar dan menengah yaitu SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK.

[3] Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam, (Jakarta: Erlangga, 2007), hal. 170-171.

[4] Badan Standar Nasional Pendidikan, “Standar Sarana Prasarana”, Diakses tanggal 28 Maret 2013 pukul 15.19 WIB pada situs http://bsnp-indonesia.org/id/?page_id=109/

[5] Maragustam Siregar, “Handout Kebijakan Pendidikan”, Handout, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2013.

[6] Ari H. Gunawan, Administrasi Sekolah (Administrasi Pendidikan Mikro), (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), hal. 117-152.

[7] Tatang M. Amirin dkk, Manajemen Pendidikan, (Yogyakarta: UNY Press, 2011), hal. 79.

[8] Ruang OM adalah ruang Orientasi dan Mobilitas yakni ruang untuk latihan keterampilan gerak, pembentukan postur tubuh, gaya jalan dan olahraga bagi peserta didik tunanetra.

[9] Ruang sirkulasi adalah ruang penghubung antar bagian bangunan SDLB, SMPLB dan/atau SMALB.

[10] Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2008 Tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk SDLB, SMPLB, dan SMALB.

[11] Wawancara dengan Kepala MTs-LB/A Yaketunis Yogyakarta Bapak Agus Suryanto, S. Ag. M.Pd.I

[12] Wawancara dengan Guru Bimbingan Konseling Ibu Siti Sa’adah, S. Pd

[13] Dokumentasi sekolah