Perencanaan Program Pencegahan
description
Transcript of Perencanaan Program Pencegahan
Universitas Gadjah Mada
BAB VIII
PERENCANAAN PROGRAM PENCEGAHAN
Dalam buku Planning of Oral Health Services, WHO (1980), memberikan
gambaran langkah-langkah yang harus dilakukan dalam membuat perencanaan
kesehatan gigi secara umum. Langkah-langkah pereneanaan tersebut oleh WHO
(1987) dapat sebagai acuan dalam membuat perencanaan program pencegahan,
yaitu:
A. Identifikasi masalah
B. Menetapkan tujuan
C. Memilih tindakan (altematifmetode) pencegahan
D. Perencanaan pelaksanaan program
E. Evaluasi program pencegahan
A. IDENTIFIKASI MASALAH
Sebelum suatu program pencegahan dapat didesain untuk suatu penyakit
mulut atau kondisi tertentu, maka masalah harus diketahui dan dimengerti dengan
jelas. Untuk itu, maka sejumlah data harus dikumpulkan, antara lain mengenai
variabel demografi dan dinamika populasi, kondisi lingkungan, sumber tenaga dan
sumber daya yang tersedia, serta status kesehatan gigi.
Untuk perencanaan program pencegahan tingkat nasional, selain data
demografi, maka perlu mengumpulkan data penting lainnya, antara lain data
income percapita penduduk, prevalensi penyakit lain di masyarakat, angka
kesakitan dan kematian, jumlah kecenderungan dalam standar kehidupan, dll.
Data-data tersebut tidak hanya penting untuk menentukan masalah dan efeknya di
masyarakat, namun juga perlu dalam menyusun perencanaan sumber tenaga
yang dibutuhkan untuk program pencegahan.
B. MENETAPKAN TUJUAN
Setelah mendapatkan data yang diperlukan seperti tersebut di atas, data
lalu dianalisis (sering disebut dengan analisis situasi), sehingga akan dapat
diidentifikasi masalah-masalah yang ada. Tujuan program harus diseleksi secara
hati-hati, setelah mempertimbangkan hasil analisis situasi. Tujuan program
pencegahan harus realis dan berdasarkan sumber yang tersedia serta selaras
dengan tujuan lain dan sektor pelayanan kesehatan.
Universitas Gadjah Mada
Dalam mengembangkan program dan memilih tindakan pencegahan pada
semua tahapan pencegahan, beberapa pertanyaan di bawah ini perlu dijawab:
1. Masalah-masalah kesehatan mulut mana yang perlu dicegah?
2. Masalah kesehatan mulut mana yang dapat dicegah secara efektif?
3. Kelompok mana yang menjadi sasaran untuk perencanaan program
pencegahan?
4. Seberapa cepat tujuan dapat dicapai?
5. Sumber apa (dana, daya, tenaga) yang tersedia atau dapat dibuat untuk
program?
Tujuan harus didefinisikan dalam bentuk yang dapat terukur. Contoh untuk
tujuan umum jangka panjang, misalnya yang berhubungan dengan:
1. Meningkatnya rata-rata jumlah gigi yang ada dimulut untuk umur tertentu.
2. Menurunnya persentase populasi yang tak bergigi pada umur tertentu
Tujuan yang spesifik harus dibuat untuk pencegahan penyakit karies gigi,
periodontal, dan penyakit mulut lainnya. Pencapaian tujuan pencegahan harus
dipertimbangkan untuk dapat mencapai tingkat penyakit yang rendah dan
mempertahankannya tetap rendah seperti yang ditetapkan dalam tujuan.
C. MEMILIH TINDAKAN (ALTERNAHF METODE) PENCEGAHAN
Pemilihan metode tindakan pencegahan yang spesifik tergantung pada
identifikasi masalah kesehatan mulut, penetapan tujuan yang akan dicapai, dan
analisis keuntungan dan kerugian alternatif metode pencegahan yang akan dipilih.
Dalam proses perencanan program pencegahan ini, sebaiknya melibatkan para
pekerja kesehatan dan anggota masyarakat yang mewakili komunitas yang
mempunyai masalah kesehatan mulut.
Pada tingkat nasional, pertama-tama yang harus dipertimbangkan adalah
data yang relevan dan penetapan tujuan kesehatan mulut secara nasional. Kedua,
strategi pencegahan secara luas harus sudah diidentifikasi dan supaya selalu
konsisten dengan tujuan yang akan dicapai. Ketiga, semua tenaga kesehatan dan
perencana kesehatan harus diberi informasi tentang tujuan dan strategi serta harus
mengerti bagaimana tujuan dan strategi tersebut berasal. Semua tujuan dan
strategi pada tingkat nasional harus konsisten dengan perkembangan inisiatif
pencegahan kesehatan mulut tingkat lokal. Pada tingkat nasional, semua kebijakan
sedapat mungkin dapat meningkatkan inisiatif tingkat lokal, terutama mengenai
alokasi sumber dana dan materi.
Universitas Gadjah Mada
Pada tingkat lokal, tenaga kesehatan harus bekerja thiam lingkungan
masyarakat tingkat lokal untuk membantu mereka mengidentifikasi masalah
kesehatan tertentu mereka. Masyarakat dapat ikut berpartisipasi dalam
menetapkan tujuan yang realistis untuk program pencegahan dan dapat ikut
mengidentifikasi metode yang tepat untuk mencapai tujuan, dengan mengingat
sumber yang tersedi Harus selalu diingat, bahwa tujuan kesehatan mulut tingkat
lokal dan program pencegahan yang dipilih, sedapat mungkin harus selalu
konsisten dengan tujuan nasional dan strategi yang telah ditetapkan.
Di bawah ini adalah faktor-faktor yang biasanya mungkin mempengaruhi
cara dalam memilih tindakan program pencegahan:
1. Prevalensi penyakit mulut dan status kesehatan mulut
2. Tipe sumber tenaga yang akan terlibat dalam program pencegahan
3. Dana (yang tersedia dan alokasi anggaran yang diharapkan)
4. Sistem pemeliharaan kesehatan mulut
5. Kebutuhan yang dirasakan untuk menurunkan penyakit dan kondisinya
6. Kesehataan umum masyarakat termasuk status nutrisi
7. Diet, terutama konsumsi gula
Tindakan pencegahan yang paling direkomendasikan oleh WHO dapat
dikelompokkan dalam ruang lingkup seperti di bawah ini:
1. kontrol diet
2. instruksi kebersihan mulut
3. pemakaian fluor secara sistemik
4. aplikasi fluor secara topikal atau permukaan, sealants, dan varnih
5. pencegahan sekunder
Pendidikan kesehatan dan promosi kesehatan, harus didampingi
pengenalan tindakan peneegahan dalam semua ruang lingkup seperti tersebut di
atas. Pada waktu memilih tindakan pencegahan, harus memeprtimbangan biaya
dan sumber tenaga yang tersedia.
D. MELAKSANAKAN PROGRAM PENCEGAHAN
Melaksanakan program pencegahan merupakan langkah yang penting
dalam perencanaan program pencegahan. Langkah ini termasuk: perencanaan
pendahuluan, pengorganisasian dan administrasi, memilih kelompok sasaran,
estimasi kebutuhan sumber tenaga dan biaya.
Universitas Gadjah Mada
1. Perencanaan pendahuluan
Perencanaan pendahuluan ini didasarkan pada hasil analisis situasi
masalah kesehatan mulut dan data yang berhubungan, serta sumber yang
tersedia. Mungkin terjadi, pada tahapan ini terlihat sumber dana dan tenaga titik
cukup untuk pelaksanaan perencanaan pendahuluan. Apabila hal ini terjadi
maka:
a. pertimbangkan kembali strategi dan buat keputusan baru yang kompatibel
(selaras) dengan sumber yang tersedia dari perkembangan sumber tenaga.
b. disain perencanaan secara mendetil
2. Organisasi dan Administrasi
Perencanaan dan pelaksanaan program pencegahan merupakan
tanggung jawab administrator kesehatan (kepala bidang pergigian tingkat
nasional, propinsi dst.), biasanya seorang dokter gigi yang telah
berpengalaman dalam bidang administrasi. Setiap prosedur perencanaan,
sebaiknya juga selaras dengan kebijakan pemerintah, menteri kesehatan atau
menteri lain yang relevan, misalnya menteri pendidikan, dan juga penguasa
lokal. Penyelenggara pelayanan kesehatan lokal, ahli perencanaan, ahli
ekonomi, ahli statistik sebaiknya diajak bekerjasama dalam menyusun
perencanaan.
Seorang administrator harus mencantumkan dalam cheklistnya sejumlah
kegiatannya, antara lain:
1. persetujuan program untuk pencegahan penyakit mulut oleh penguasa lokal
2. ketersedian dana
3. penjadwalan pelatihan pada stafbila diperlukan
4. mengidentifikasi aktivitas masyarakat
5. perkembangan jadwal program
6. penyelenggaraan prosedur pencegahan
7. monitoring dan evaluasi program
3. Kelompok sasaran
Kelompok sasaran supaya dipertimbangkan yaitu mereka yang
mempunyai risiko tinggi untuk perkembangan penyakit gigi dan mulut, misalnya
kelompok dengan indeks umur 5-6, 12, 18, 35-44, dan lebih 65 tahun. Di
negara berkembang, kemungkinan kelompok umur 15 tahun dapat
Universitas Gadjah Mada
menggantikan kelompok umur 18 tahun, karena remaja meninggalkan sekolah
lebih awal daripada di negara maju. Pada kasus tertentu, kelompok umur lebih
muda yaitu 3 tahun dapat sebagai sasaran. Apabila program pencegahan tidak
mungkin mencakup semua kelompok anak-anak, maka upaya harus
dikonsentrasikan pada anak usia 6-7 tahun, karena usia tersebut molar tetap
pertama baru tumbuh dan akan membutuhkan perlindungan. Untuk negara
yang luas seperti Indonesia, dan terdapat perbedaan prevalensi karies atau
penyakit mulut lainnya yang nyata antar daerah, maka keloinpok sasaran
adalah mereka yang yang mempunyai prevalensi paling tinggi atau yang
mempunyai risiko paling tinggi.
4. Kebutuhan sumber tenaga
Pelaksanaan program pencegahan di masyarakat dapat dilakukan oleh
orang yang sama yang terlibat dalam penyelenggaraan pelayanan kehatan gigi,
misalnya dokter gigi, perawat gigi. Tenaga non-kesehatan gigi, misalnya guru,
perawat umum sebaiknya juga dilibatkan. Macam dan jumlah tenaga yang
terlibat untuk melaksanakan progam pencegahan, tergantung pada struktur dan
skala prioritasnya.
5. Esitimasi biaya
Biaya yang dibutuhkan tergantung pada macam dan skala prioritas
program pencegahan. Termasuk didalam pembiayaan adalah gaji staf,
peralatan dan material, transpor dan biaya peijalanan. Diantara tindakan-
tindakan pencegahan, prosedur yang paling mahal adalah pada tindakan
pencegahan oleh tenaga profesional.
Di bawah ini adalah informasi yang akan diperlukan oleh seorang
perencana untuk menghitung semua biaya program perencanaan:
1. Jumlah orang yang akan mendapat program pencegahan
2. Prosedur cara pencegahan
3. Harga material yang terpilih untuk pencegahan
4. Gaji personil
5. Transpor
6. Biaya lain-lain
Universitas Gadjah Mada
E. EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN
1. Gambaran Umum
Proses evaluasi harus sudah direncanakan pada waktu membuat
perencanaan, jelas, dan tujuan yang dapat diukur, dan harus melibatkan
masyarakat yang dikenai program. Evaluasi dapat dilakukan pada tahapan apa
saja selama program berjalan, dengan membandingkan tujuan yang dapat di
ukur (objektif) dengan hasil sesungguhnya yang telah dicapai.
Semua tujuan (objektif) metode-metode pencegahan yang dipergunakan
dalam program pencegahan harus dievaluasi. Evaluasi ini tidak hanya
mengukur seberapa besar penurunan penyakit thpat dicapai, tetapi juga
mengevaluasi apakah macam metode yang dipakai untuk mencapai tujuan
telah secara sukses melibatkan dan memotivasi masyarakat yang dikenai
program pencegahan. Untuk proses evaluasi dan re-evaluasi, perlu memakai
kriteria dan indeks yang sama yang dipakai pada waktu melakukan survei untuk
awal perencanaan program.
Untuk membandingkan tujuan program dengan pencapaian yang
sesungguhnya, harus dilakukan survei epidemiologi. Penting untuk
diperhatikan:
1. Memeriksa kelompok umur yang sama pada awal survei dengan pada
waktu evaluasi
2. Bila mungkin, memakai kelompok kontrol, untuk dibadingkan dengan
kelompok yang dikenai program
3. Memakai tim yang sama
4. Memakai indeks yang sama
5. Mengulang aktivitas evaluasi tidak lebih dalam interval 5 tahun
2. Edukasi Kesehatan Mulut
Karena aktivitas edukasi kesehatan mulut makin mengembang, kompleks
dan komprehensif, yang melibatkan berbagai sektor dan perkumpulan/
organisasi, maka edukasi kesehatan mulut ini akan lebih sulit untuk dimonitor
dan dievaluasi. Namun, bagaimanapunjuga, harus dibuat komponen edukasi
yang spesifik dan memadai untuk primary health care, sehingga sumber dan
aktivitas-aktivitas edukasi dapat dimonitor dan dampaknya dapat dievaluasi.
Hal ini akan memuaskan pengambil keputusan sehingga alokasi dapat
diberikan dan kebijakan yang baru akan sukses.
Universitas Gadjah Mada
Untuk evaluasi tersebut, maka indikator kualitatif dan kuantitatif sama
pentingnya. Dalam hal ini maka evaluasi harus termasuk 3 kriteria di bawah ini:
1. Materi (validitas dan kelayakan). Apakah materi edukasi konsisten dengan
bukti ilmiah yang ada dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat?
2. Proses (dapat diterima oleh penyelenggara dan kelompok sasaran). Apakah
masyarakat menggunakan tindakan pencegahan yang tersedia bagi
mereka?
3. Hasil (perubahan perilaku dan perubahan Iainnya). Hasil suatu edukasi
kesehatan mulut yang terbaik adalah adanya perbaikan tingkat kesehatan
mulut, dan yang buruk adalah tidak menjadi makin buruknya kesehatan
mulut kelompok sasaran (stabil, tetap). Tingkat kesehatan mulut dapat
ditentukan oleh indeks dental misalnya untuk karies, gusi dan lain-lainnya.
Namun perubahan kesehatan mulut hash pengukuran dengan indeks dental
tadi, tidak hanya mencerminkan keberhasilan edukasi kesehatan mulut
saja, tetapi juga tindakan pencegahan yang langsung meningkatkan
kesehatan mulut masyarakat, maka hasil ini bukan merupakan hal/sesuatu
hasil spesifik seperti yang diharapkan.
Maka, contoh-contoh di bawah ini dapat merupakan evaluasi yang
spesifik untuk edukasi kesehatan mulut.
a. Konseling diet
a. 1. Membandingkan pola konsumsi makanan (mis. gula) di masyarakat
sebelum dan sesudah dilaksanakan program
a.2. Menetapkan adanya perubahan positifdalam komposisi dan kualitas
makanan
a.3. Mengukur penurunan penyakit mulut
a.4. Membandingkan biaya/ pemakaian yang terkait dengan peningkatkan
penyediaan bahan makanan dengan keuntungan ekonomi dan
penurunan tingkatan penyakit
b. Instruksi kebersihan mulut
Kemajuan didalam praktek kebersihan mulut yang layak di suatu
masyarakat dievaluasi dalam waktu singkat dengan memakai indikator yang
sederhana. Indikator yang dapat digunakan untuk mengukur hasil dan
dampak kegitan praktek mulut adalah indeks plak dan debris, yang
Universitas Gadjah Mada
dipergunakan sebelum dan sesudah kegiatan praktek kebersihan mulut.
Indikator tambahan lainnya yang dapat dipergunakan 1 seperti di bawah ini:
1. Data statistik yang menunjukkan berapa banyak edukasi (ceramah),
booklets dan materi edukasi lainnya yang tersedia untuk masyarakat
2. Data yang menunjukkan berapa banyak orang, kelompok orang yang
terlibat dalam program kebersihan mulut dalam tingkatan yang berbeda
3. Jumlah sikat gigi, pasta gigi dsb. yang dipergunakan tiap orang dalam
suatu komunitas
4. Kecenderungan dalam kesehatan mulut atau penyakit mulut dalam
hubungannya untuk peningkatan kebersihan mulut
3. Karies Gigi
Evaluasi spesifik untuk mengetahui efektivitas program pencegahan untuk
karies gigi dapat dengan mengukur nilai DMF untuk tiap kelompok umur, atau
menghitung prosentase populasi yang bebas karies. Selanjutnya, evaluasi
efektivitas intervensi pencegahan dapat dibuat dengan:
3.1. mengukur kadar fluor didalam suplai air minum
3.2. memonitor konsentrasi fluor dalam air seni bagi orang yang memakai
fluor secara sistemik
3.3. menilai retensi sealants
Tipe evaluasi tersebut dapat dilakukan setiap saat, namun dianjurkan
untuk mengevaluasi dampak program terhadap suatu penyakit sebaiknya
dilakukan setiap 5 tahun sekali dimulai sejak program dilaksanakan.
4. Penyakit Periodontal
Efek program pencegahan untuk penyakit periodontal dapat dihitung
dengan menggunakan jumlah rerata sekstan yang terkena penyakit, dengan
memakai indeks CPITN. Evaluasi pendahuluan untuk anak sekolah atau suatu
kelompok berdasarkan pada program kebersihan mulut, dapat dilakukan 4-6
minggu setelah praktek kebersihan mulut dengan menggunakanjumlah rerata
sekstan yang terdapat plak per orang.
Penurunan prosentase gigi yang hilang dan perubahan penyakit
periodontal dapat dipergunakan sebagai evaluasi secara umum. Hasil yang
tepat akan didapatkan hanya setelah evaluasi jangka lama dan berkelanjutan.
Efektivitas edukasi kesehatan mulut dan instruksi kebersihan mulut dapat
Universitas Gadjah Mada
dievaluasi dengan menggunakan evaluasi jangka pendek dan jangka
menengah.
5. Penyakit Mulut Lain
Untuk mengevaluasi hasil pendahuluan atau akhir, harus dilakukan survei
epidemiologi 2-3 kali dengan tujuan mendapatkan prevalensi suatu kebiasaan
buruk (yang merusak), dan tingkatan hubungan penyakit mulut atau trauma.
Untuk hal ini, formulir penilaian dan kuesioner sederhana dapat dipergunakan,
atau informasi yang relevan sering dapat diperoleh dan biro statistik.
Sebagai contoh, misalnya untuk kebiasaan merokok, data tersebut di
bawah ini kiranya sudah cukup untuk proses evaluasi:
a. prosentase perokok dalam populasi
b. prosentase pasien dengan penyakit mukosa oral atau penyakit yang
berhubungan dengan kebiasaan buruk
c. prosentase orang dengan gigi ataujaringan gigi yang mendapatkan akibat
kebiasaan buruk
Evaluasi hasil dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan
prosentase orang yang mempunyai kebiasaan buruk, pada awal program
dilaksanakan. Namun hasil yang paling baik adalah setelah program berjalan 5-
10 tahun, dengan melakukan penilaian terhadap kelompok yang representatif.
Lebih spesifik lagi, misalnya metode penilaian efektivitas program untuk
menghilangkan kebiasaan buruk dengan menginvestigasi efek intervensi pada
prevalensi kanker mulut atau penyakit mulut lainnya. Dalam jangka panjang,
setiap terdapat penurunan klinis yang signifikan dalam prevalensi penyakit tadi,
dapat sebagai bukti adanya kesuksesan program.
6. Jadwal Evaluasi
Evaluasi secara periodik sangat penting. Dianjurkan bahwa indeks plak
dipergunakan untuk evaluasi jangka pendek (maksimum sampai dengan 2
tahun), DMFT/DMFS dan indeks CPITN untuk evaluasi jangka panjang (lebih
dan 2 tahun). Evaluasi pendahuluan harus termasuk penilaian mengenai
penenmaan publik terdapat program pencegahan juga tingkat partisipasi
masyarakat yang terlibat dalam program.
Evaluasi tengah program mungkin akan didapatkan adanya hambatan
yang tak terduga misalnya masalah keuangan dan sumber daya manusia.
Universitas Gadjah Mada
Dalam tahapan ini maka bila didapatkan adanya masalah atau hambatan, maka
program dapat dimodifikasi atau dapat menetapkan tujuan baru.
Evaluasi akhir program pencegahan mungkin hanya setelah jangka waktu
5-10 tahun atau lebih. Program harus selalu dimonitor, untuk segera dilakukan
koreksi bila terdapat hambatan atau penyimpangan. Agar supaya dapat
melakukan perubahan yang dibutuhkan terhadap program yang berjalan,
beberapa komponen program memerlukan evaluasi setiap tahunnya. Evaluasi
akhir harus termasuk cost-effectiveness analysis. Cost/effectiveness ratio dapat
didefinisikan sebagai biaya pelaksanaan program dibagi dengan penghematan
yang didapatkan untuk biaya perawatan.
7. Revisi Program
Pada program yang sukses, seperti yang ditentukan oleh indikator
penyakit yang spesifik, bukti partisipasi masyarakat, biaya, ketersediaan dana,
sumber daya dan sumber dana yang diidentifikasi dalam proses evaluasi,
masih mungkin diperlukan revisi atau dilakukan modifikasi projek. Proses
perencanaan ulang akan melibatkan elemen yang sama dengan tahap
perencanaan yang asli, perbedaannya hanyalah perencana sekarang sudah
mendapat data yang lebih akurat untuk dipergunakan dalam proses
perencanaan dan dalam mendifinisikan tujuan.