PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

116
PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI NOSOKOMIAL DI RSUD H. ABDUL MANAN SIMATUPANG KISARAN KABUPATEN ASAHAN TAHUN 2018 SKRIPSI Oleh ARINDA AGUSTINA NIM. 141000193 PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2019

Transcript of PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

Page 1: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI

NOSOKOMIAL DI RSUD H. ABDUL MANAN SIMATUPANG

KISARAN KABUPATEN ASAHAN TAHUN 2018

SKRIPSI

Oleh

ARINDA AGUSTINA

NIM. 141000193

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2019

Page 2: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI

NOSOKOMIAL DI RSUD H. ABDUL MANAN SIMATUPANG

KISARAN KABUPATEN ASAHAN TAHUN 2018

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

ARINDA AGUSTINA

NIM. 141000193

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2019

Page 3: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

i

Page 4: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

ii

Telah diuji dan dipertahankan

Pada tanggal: 10 Januari 2019

TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua : dr. Fauzi, S.K.M.

Anggota : 1. dr. Rusmalawaty, M.Kes.

2. Puteri Citra Cinta Asyura Nasution, S.K.M., M.P.H.

Page 5: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

iii

Page 6: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

iv

Abstrak

Pelaksanaan program pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial

merupakan upaya kegiatan untuk mengurangi atau mencegah terjadinya infeksi

pada pasien, petugas, pengunjung dan masyarakat sekitar. Program Pencegahan

dan Pengendalian Infeksi di RSUD H. Abdul Manan Simatupang Kisaran sudah

ada namun belum terlaksana baik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui ketersediaan dukungan manajemen, pemenuhan struktur organisasi,

pelaksanaan uraian tugas, ketersediaan fasilitas dan pelaksanaan cuci tangan oleh

petugas kesehatan untuk mendukung program tersebut. Jenis penelitian yang

digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriftif. Pengumpulan

data dilakukan melalui wawancara, telaah dokumen dan observasi. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa dukungan manajemen belum maksimal,

pendidikan dan pelatihan PPI belum dilaksanakan di luar rumah sakit, masih ada

petugas dengan tugas dan peran ganda menyebabkan hambatan dalam pelaporan,

ketersediaan fasilitas, sarana dan prasaran belum lengkap, sabun tidak tersedia di

kamar mandi, serta belum semua petugas kesehatan melaksanakan cuci tangan

dengan baik. Disarankan kepada RSUD H. Abdul Manan Simatupang Kisaran

perlu meningkatkan dukungan pimpinan untuk melaksanakan kegiatan

perencanaan, pengawasan dan pelaksanaan program PPI khusunya program

infeksi nosokomial, menyediakan dana untuk pelatihan, melengkapi fasilitas

untuk komite PPI, serta meningkatkan pengawasan pelaksanaan cuci tangan oleh

petugas kesehatan di setiap ruangan dan setiap waktu.

Kata kunci: Program pencegahan dan pengendalian, infeksi nosokomial

Page 7: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

v

Abstract

The implementation of a nosocomial infection prevention and control program is

an effort to reduce or prevent infection in patients, officers, visitors and the

surrounding community. The Infection Control and Prevention Program in H.

Abdul Manan Simatupang Kisaran Hospital is available but has not been

implemented well. The purpose of this study is to find out the availability of

management support, fulfillment of organizational structure, implementation of

job descriptions, availability of facilities and implementation of hand washing by

health workers to support the program. The type of research used is qualitative

research with descriptive approach. Data collection is done through interviews,

document review and observation. The results showed that management support

was not maximal, PPI education and training had not been implemented outside

the hospital, there were still officers with multiple tasks and roles causing

obstacles in reporting, the availability of facilities, facilities and infrastructure

were incomplete, soap was not available in the bathroom, and not all health

workers carry out handwashing properly. It is recommended that H. Abdul

Manan Simatupang Kisaran Hospital need to increase leadership support to

carry out planning, supervision and implementation of PPI programs especially

nosocomial infection programs, provide funding for training, complete facilities

for PPI committees, and improve supervision of hand washing by health workers

at each room and every time.

Keywords: Prevention and control program, nosocomial infection

Page 8: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

vi

Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala berkah

yang telah diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Nosokomial di

RSUD H. Abdul Manan Kisaran Kabupaten Asahan Tahun 2018”. Skripsi ini

adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana

Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan

bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Pada

kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya

kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum., selaku Rektor Universitas Sumatera

Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes., selaku Ketua Departemen Administrasi dan

Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara.

4. dr. Fauzi, S.K.M., selaku Dosen Pembimbing penulis yang telah meluangkan

waktu dan memberikan bimbingan, masukkan dan arahan selama proses

pembuatan skripsi.

Page 9: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

vii

5. dr. Rusmalawaty, M.Kes., selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan

bimbingan, kritik dan saran selama pembuatan skripsi.

6. Puteri Citra Cinta Asyura Nasution, S.K.M., M.P.H., selaku Dosen Penguji II

yang telah memberikan bimbingan, kritik dan saran selama pembuatan

skripsi.

7. Seluruh dosen dan staf di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara.

8. dr. Hari Sapna, selaku Direktur yang telah memberikan izin meneliti dan

seluruh staf di RSUD H. Abdul Manan Simatupang Kisaran yang telah

berkenan berpartisipasi selama pelaksanaan penelitian.

9. Teristimewa kepada kedua orangtua tercinta, Prawoto dan Sismiwati serta

kakak dan abang saya, Novi Ariyanti dan Sofian yang senantiasa memberikan

kasih sayang, semangat, perhatian, motivasi serta doa yang tiada henti kepada

penulis.

10. Sahabat-sahabat saya yang tersayang, Yuliana Rosa, Ayunda, Yusty

Chairunnisa, Mustika Wenny dan orang yang special bagi penulis Rizky Dwi,

terimaksih telah menjadi sahabat bagi penulis yang selalu memberikan

dukungan semangat, motivasi serta doa hingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan baik.

11. Teman-teman seperjuangan KKN Batubara Pematang Kuing, PBL Deli Muda

Hulu, dan LKP Puskesmas Medan Labuhan yang telah memberikan masukan

dan dukungan kepada penulis.

Page 10: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

viii

Page 11: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

ix

Daftar Isi

Halaman

Halaman Persetujuan i

Halaman Penetapan Tim Penguji ii

Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii

Abstrak iv

Abstract v

Kata Pengantar vi

Daftar Isi viii

Daftar Tabel x

Daftar Gambar xi

Daftar Lampiran xii

Daftar Istilah xiii

Riwayat Hidup xiv

Pendahuluan 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 6

Tujuan Penelitian 7

Tujuan umum 7

Tujuan khusus 7

Manfaat Penelitian 8

Tinjauan Pustaka 9

Infeksi Nosokomial 9

Pengertian infeksi nosokomial 9

Penyebab infeksi nosokomial 9

Cara penularan infeksi nosokomial 10

Jenis-jenis infeksi nosokomial 11

Dampak infeksi nosokomial 11

Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit 12

Gambaran pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial

dirumah sakit 12

Pengendalian dan pencegahan infeksi nosokomial 13

Strategi pencegahan dan pengendalian infeksi 13

Pelaksanaan pencegahan dan pengendalian infeksi 15

Dukungan Manajemen 17

Pendidikan dan Pelatihan 19

Struktur Organisasi 21

Uraian Tugas 23

Fasilitas Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi 30

Cuci Tangan 31

Page 12: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

x

Program kerja 33

Kerangka Berpikir 35

Metode Penelitian 38

Jenis Penelitian 38

Lokasi dan Waktu Penelitian 38

Populasi dan Sampel 38

Definisi Konsep 38

Metode Pengumpulan Data 39

Metode Analisis Data 40

Hasil Penelitian dan Pembahasan 41

Profil Rumah Sakit H. Abdul Manan Simatupang Kisaran 41

Visi dan Misi RSUD H. Abdul Manan Simatupang Kisaran 44

Struktur Organisasi RSUD H. Abdul Manan Simatupang Kisaran 45

Karakteristik Informan 46 Hasil Wawancara 47

Dukungan manajemen 47

Pendidikan dan pelatihan 53

Uraian tugas 58

Fasilitas 65

Pelaksanaan cuci tangan 72

Kesimpulan dan Saran 78

Kesimpulan 78

Saran 79

Daftar Pustaka 83

Lampiran 86

Page 13: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

xi

Daftar Tabel

No Judul Halaman

1 Nama-nama yang pernah menjabat direktur di RSUD H. Abdul

Manan Simatupang Kisaran 42

2 Jumlah SDM di RSUD H. Abdul Manan Simatupang Kisaran 42

3 Karakteristik informan 47

4 Komite PPI yang sudah pernah mengikuti program pendidkan dan

pelatihan diluar Rumah Sakit serta memiliki sertifikat PPI 56

5 Hasil observasi pelaksanaan cuci tangan petugas kesehatan 73

Page 14: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

xii

Daftar Gambar

No Judul Halaman

1 Skema rantai penularan infeksi 10

2 Kewaspadaan standar 14

3 Kewaspadaan berdasarkan transmisi 15

4 Struktur organisasi komite PPIRS 22

5 Struktur organisasi komite PPIRS RSUD H. Abdul Manan

Simatupang Kisaran 22

6 Program PPI 34

7 Kerangka pikir penelitian 35

8 Struktur organisasi RSUD H. Abdul Manan Simatupang Kisaran 46

Page 15: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

xiii

Daftar Lampiran

Lampiran Judul Halaman

1 Panduan Wawancara 83

2 Dokumentasi 91

3 Surat Permohonan Izin Penelitian 96

4 Surat Izin Penelitian 97

5 Surat Keterangan Selesai Penelitian 98

Page 16: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

xiv

Daftar Istilah

APD Alat Pelindung Diri

Diklat Pendidikan dan Pelatihan

HAIs Healthcare Associated Infections

ICU Intesive Care Unit

Inos Infeksi Nosokomial

IPCLN Infection Prevention and Control Link Nurse

IPCN Infection Prevention and Control Nurse

IPCO Infection Prevention and Control Officer

Pokja Kelompok kerja

PPI Pengendalian dan Pencegahan Infeksi

PPIRS Pengendalian dan Pencegahan Infeksi Rumah Sakit

RSUD Rumah Sakit Umum Daerah

SDM Sumber Daya Manusia

SK Surat Keputusan

SOP Standar Operasional Prosedur

SPM Standar Pelayanan Minimal

STOR Struktur Organisasi

Page 17: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

xv

Riwayat Hidup

Penulis bernama Arinda Agustina berumur 22 tahun, dilahirkan di Desa

Manis pada tanggal 12 Agustus 1996. Penulis beragama Islam, anak kedua dari

dua bersaudara dari pasangan Bapak Prawoto dan Ibu Sismiwati.

Pendidikan formal dimulai di TK Tunas Buana Kebun Pulu Raja Tahun

2001. Pendidikan sekolah dasar di SDN 013828 Manis Tahun 2002-2008, sekolah

menengah pertama di SMPN 1 Pulau Rakyat Tahun 2009-2011, sekolah

menengah atas di SMAN 1 Pulau Rakyat Tahun 2012-2014, selanjutnya penulis

melanjutkan di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Medan, Januari 2019

Arinda Agustina

Page 18: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

1

Pendahuluan

Latar Belakang

Menurut Permenkes RI No 27 tahun 2017 infeksi nosokomial merupakan

infeksi yang terjadi pada pasien selama perawatan di rumah sakit dan fasilitas

pelayanan kesehatan lainnya dimana ketika masuk tidak ada infeksi dan tidak

dalam masa inkubasi, termasuk infeksi dalam rumah sakit tapi muncul setelah

pasien pulang, juga infeksi karena pekerjaan pada petugas rumah sakit dan tenaga

kesehatan terkait proses pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan.

Saat ini angka kejadian infeksi nosokomial telah dijadikan salah satu tolak

ukur mutu pelayanan rumah sakit. Izin operasional sebuah rumah sakit bisa

dicabut karena tingginya infeksi nosokomial. Bahkan pihak ansuransi tidak mau

membayar biaya yang ditimbulkan oleh infeksi ini. Hampir dipastikan semua

rumah sakit besar di Indonesia telah membentuk dan memiliki panitia medik

pengendalian infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial tidak hanya merugikan

penderita, tetapi juga merugikan pihak rumah sakit serta perusahaan atau

pemerintah dimana penderita bekerja (Darmadi, 2008).

Dalam forum Asian Pasific Economic Comitte (APEC) atau Global health

Security Agenda (GHSA) penyakit infeksi terkait pelayanan kesehatan telah

menjadi agenda yang di bahas. Hal ini menunjukkan bahwa HAIs (Healthcare

Associated Infections) yang ditimbulkan berdampak secara langsung sebagai

beban ekonomi negara (Permenkes RI No 27, 2017).

Menurut Depkes RI (2009) bahwa jumlah kasus HAIs (Healthcare

Associated Infections) menjadi salah satu tolak ukur akreditasi rumah sakit di

Page 19: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

2

indonesia. Kemudian angka kejadian infeksi nosokomial juga dijadikan indikator

mutu pelayanan rumah sakit. Salah satu indikator keberhasilan dalam pelayanan

rumah sakit yaitu rendahnya angka infeksi nosokomial (HAIs) di rumah sakit.

Mutu asuhan pelayanan rumah sakit dapat dikaji dengan tingkat pemanfaatan

sarana pelayanan oleh masyarakat, mutu pelayanan dan tingkat efisiensi rumah

sakit (Muninjaya, 2004).

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 tentang

Standar Pelayanan Minimal (SPM) mencantumkan beberapa indikator tentang

pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit. Indikator- indikator tersebut

menjadi penilaian dalam akreditasi. Indikator pencegahan dan pengendalian

infeksi yang harus dilakukan yaitu ada anggota komite PPI yang terlatih sebanyak

75%, tersedia APD (Alat Perlindungan Diri) di setiap instalasi/ departemen

sebanyak 60%, adanya kegiatan pencatatan dan pelaporan infeksi nosokomial/

HAIs (Healthcare Associeted Infections) di rumah sakit minimal 1 parameter

yaitu ILO (Infeksi Luka Operasi), Infeksi Aliran Darah (IAD) / Phlebitis,

Ventilator Associated Pneumonia (VAP), ISK (Infeksi Saluran Kemih) 75%.

Berdasarkan Permenkes RI No 27 tahun 2017 mengeluarkan pedoman

manajemen program pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit dan

fasilitas kesehatan lainnya untuk meminimalkan risiko terjadinya infeksi HAIs.

Pencegahan dan Pengendalian Infeksi merupakan upaya untuk mencegah dan

meminimalkan terjadinya infeksi pada pasien, petugas, pengunjung dan

masyarakat sekitar pelayanan kesehatan. Setiap pelayanan kesehatan wajib

melaksanakan pencegahan dan penegndalian infeksi (PPI).

Page 20: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

3

Program pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) dirumah sakit atau

fasilitas lainnya merupakan salah satu tujuan untuk mewujudkan sasaran ke-5

keselamatan pasien (patient safety) untuk mengurangi risiko infeksi akibat

perawatan kesehatan (Permenkes RI No 27, 2017). Pencegahan dan pengendalian

(PPI) merupakan salah satu upaya dalam keselamatan pasien. Poin ke-9 solusi

keselamatan pasien dirumah sakit adalah meningkatkan kebersihan tangan (hand

higiene) untuk pencegahan infeksi terkait pelayanan kesehatan (Kemenkes RI,

2015).

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) studi dari tahun

1995-2008 menunjukan prevalensi infeksi nosokomial dinegara maju berkisar

5,1% dan 11,6%. Di negara-negara Eropa dilaporkan rata-rata prevalensi infeksi

nosokomial 7,1%. Penelitian yang dilakukan dinegara sedang berkembang

menunjukkan tingkat infeksi Rumah Sakit yang tinggi (5-19%) dan rata-rata

diatas 10% (WHO, 2012).

Data infeksi nosokomial di Indonesia dapat dilihat dari hasil survey point

prevalensi dari 11 Rumah Sakit di DKI Jakarta yang dilakukan oleh Perdalin Jaya

dan Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso Jakarta pada tahun

2003 didapatkan angka infeksi nosokomial untuk ILO (Infeksi Luka Operasi)

18,9%, ISK (Infeksi Saluran Kemih) 15,1%, IADP (Infeksi Aliran Darah Primer)

26,4%, Pneumonia 24,5% dan Infeksi Saluran Napas lain 15,1%, serta Infeksi lain

32,1% (Depkes RI,2008).

Dapat dilihat pada RSUP H. Adam Malik pada tahun 2015 dari RSUP H.

Adam Malik bahwa angka infeksi nosokomial sebesar 0,0765% sudah mengikuti

Page 21: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

4

standar pelayanan minimal yang ditetapkan Permenkes RI yaitu ≤ 1,5% dan

dapat dikatakan bahwa sudah infeksi nosokomial di rumah sakit tersebut sudah

jarang terjadi. (Komite PPIRS RSUP H. Adam Malik, 2015).

Berdasarkan hasil surveilans yang dilakukan Program PPI 2017 kejadian

infeksi nosokomial di RSUD Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran pada

triwulan satu (Agustus-November) mencakup angka kejadian Phlebitis sebesar

19,15%; Infeksi Saluran Kemih (ISK) sebesar 0% (tidak ada), Infeksi Daerah

Operasi (IDO) sebesar 0.3%. Angka tersebut melebihi dari standar pelayanan

minimal yang ditetapkan Permenkes RI nomor 27 tahun 2017 yaitu ≤ 1,5 %

(Komite PPIRS H. Abdul Manan Simatupang Kisaran, 2017).

Berdasarkan hasil survey awal yang telah dilakukan peneliti pada bulan

Mei 2018 tingginya angka kejadian infeksi nosokomial di RSUD H. Abdul Manan

Simatupang Kisaran diasumsikan karena masih dijumpai petugas kesehatan di

lapangan yaitu perawat yang belum mempunyai kesadaran untuk mencuci tangan

sebelum dan sesudah kontak dengan pasien, mencuci tangan dengan

menggunakan air tetapi tidak sesuai dengan SPO ( Standar Prosedur Operasi)

yaitu tidak mengikuti langkah-langkah cuci tangan yang benar, tidak

menggunakan menggunakan APD seperti sarung tangan saat melakukan tindakan

keperawatan. Alasan perawat tidak mencuci tangan dengan baik yaitu malas,

kebiasaan, terburu-buru sehingga tidak sempat cuci tangan.

Salah satu hambatan dalam pelaksanaan cuci tangan karena terbatasnya

ketersediaan sarana dan prasarana di setiap unit rumah sakit belum mendukung,

seperti beberapa wastafel yang ada di ruangan dan kamar mandi tidak disediakan

Page 22: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

5

sabun dan terbatasnya antiseptik membuat perawat tidak mencuci tangan sesuai

SPO sehingga menjadi penghambat terlaksananya program pencegahan infeksi.

Selain itu poster cara mencuci tangan dengan benar sudah ada di tempel di

dinding tetapi ada beberapa yang sudah lepas dan warnanya mulai pudar.

Solusi yang tepat mengatasi masalah pelaksanaan cuci tangan perawat

adalah dengan pendidikan dan pelatihan PPI. Kegiatan pendidikan dan pelatihan

dasar PPI sudah dilakukan di RSUD H. Abdul Manan Simatupang Kisaran.

Kegiatan ini seharusnya diikuti oleh perawat minimal tiga kali dalam setahun,

tetapi karena kurangngnya dukungan manajemen kegiatan pendidikan dan

pelatihan lanjutan belum dilaksanakan.

Fasilitas dalam pelaksanaan PPI juga belum mendukung seperti sarana

kesekretariatan / ruang komite PPI yang belum ada, prasarana pendukung lainnya

juga belum tersedia seperti komputer, printer, alat tulis kantor belum tersedia

sehingga menghambat program PPI khususnya dalam pembuatan laporan data

surveilans infeksi nosokomial.

Berdasarkan hasil penelitian Nugrahaeni dkk (2012) di RSUD Setjonegoro

Kabupaten Wonosobo tingginya angka infeksi nosokomial karena praktik teknik

aseptik petugas kesehatan dan pengunjung masih kurang, seperti petugas

kesehatan yang kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum mengobati, merawat

ataupun memegang pasien, penggunaan APD juga belum patuh seperti masker, jas

khusus, alas kaki dan sarungh tangan bagi pengunjung untuk masuk ruangan

khusus seperti ICU masih kurang, pembatasan pengunjung dan jam besuk yang

masih sering diabaikan.

Page 23: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

6

Hasil penelitian Mustariningrum (2015) ditemukan penyebab rendahnya

kinerja tim PPI di RSUD Dr. Iskak Tulungagung karena kurangnya sosialisasi

program kepada tim PPI ( IPCN dan IPCLN) sebagai pelaksana surveilans infeksi

nosokomial di lapangan, meskipun sudah di tetapkan SK penunjukkan dari

direktur namun sebagian besar belum tahu tugas dan tanggungjawabnya. Hal ini

terjadi karena jarangnya diadakan sosialisasi program pendidikan dan pelatihan

yang berkaitan dengan bimbingan teknis dan administrasi program surveilanss

infeksi nosokomial.

Berdasarkan hasil penelitian Molina (2012) di Rumkital Dr. Mintohardjo

Jakarta ditemukan ketidakmampuan personil/individu dalam menjalankan uraian

tugas dan kekurangan dana untuk mendukung ketersediaan prasarana dalam

pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial seperti sabun, desinfektan atau

perangkat sekali pakai juga dapat menghambat keberhasilan program pencegahan

dan pengendalian infeksi.

Berdasarkan latar belakang dan survei yang dilakukan, penulis tertarik

untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang Program Pencegahan dan

pengendalian Infeksi Nosokomial di RSUD Haji Abdul Manan Simatupang

Kisaran.

Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan

permasalahan dalam penelitian ini adalah “bagaimana program pencegahan dan

pengendalian infeksi nosokomial di RSUD H. Abdul Manan Simatupang Kisaran

Kabupaten Asahan Tahun 2018”.

Page 24: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

7

Tujuan Penelitian

Tujuan umum. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

program pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial di RSUD H. Abdul

Manan Simatupang Kisaran Kabupaten Asahan Tahun 2018.

Tujuan khusus. Mengenai tujuan khusus dalam penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengidentifikasi ketersediaan dukungan manajemen dalam

program pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial di RSUD Haji

Abdul Manan Simatupang Kisaran Kabupaten Asahan Tahun 2018.

2. Untuk mengidentifikasi gambaran pendidikan dan pelatihan yang telah

dilaksanakan untuk program pencegahan dan pengendalian infeksi

nosokomial di RSUD Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran Kabupaten

Asahan Tahun 2018.

3. Untuk mengidentifikasi pelaksanaan uraian tugas direktur, IPCO / ketua

komite, IPCN, IPCLN dan tim PPI dalam program pencegahan dan

pengendalian infeksi nosokomial di RSUD Haji Abdul Manan Simatupang

Kisaran Kabupaten Asahan Tahun 2018.

4. Untuk mengidentifikasi ketersediaan fasilitas dalam program pencegahan

dan pengendalian infeksi nosokomial di RSUD Haji Abdul Manan

Simatupang Kisaran Kabupaten Asahan Tahun 2018.

5. Untuk mengidentifikasi pelaksanaan cuci tangan dalam program

pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial di RSUD Haji Abdul

Manan Simatupang Kisaran Kabupaten Asahan Tahun 2018.

Page 25: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

8

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini yakni:

1. Bagi rumah sakit yaitu hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi

masukan pelaksanaan upaya pencegahan dan pengendalian infeksi

nosokomial serta meningkatkan kualitas pelayanan dengan

mengoptimalkan pelaksanaan upaya pencegahan dan pengendalian di

RSUD Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran Kabupaten Asahan.

2. Bagi peneliti yaitu penulisan skripsi ini menjadi pengalaman yang

berharga dalam menetapkan ilmu yang diperoleh di pendidikan dalam

program studi administrasi kebijakan kesehatan dan tambahan informasi

tentang program pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial.

3. Bagi peneliti lain hasil penelitian ini dapat dijadikan refrensi dalam

mengembangkan penelitian lebih lanjut mengenai infeksi nosokomial.

Page 26: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

9

Tinjauan Putaka

Infeksi Nosokomial

Pengertian infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial atau disebut juga

Hospital Acquired Infections (HAIs) adalah infeksi yang didapatkan dan

berkembang selama pasien di rawat di rumah sakit (WHO, 2002). Menurut

Depkes RI (2003) infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat seseorang

dalam waktu 3x24 jam sejak mereka masuk rumah sakit.

Nosokomial berasal dari bahasa Yunani, dari kata nosos yang artinya

penyakit dan komeo yang artinya merawat. Nosokomion berarti tempat untuk

merawat/rumah sakit. Jadi infeksi nosokomial dapat diartikan sebagai infeksi yang

diperoleh atau terjadi di rumah sakit (Darmadi, 2008).

Penyebab infeksi nosokomial. Menurut Soedarto (2016) bakteria

penyebab infeksi nosokomial dapat diperoleh melalui berbagai jalan yaitu :

1. Infeksi endogen. Bakteri Gram-negatif yang terdapat di dalam usus sering

menyebabkan infeksi di tempat operasi abdomen atau infeksi di saluran

kencing pada penderita yang sedang menggunakan kateter.

2. Infeksi eksogen. Bakteri yang ditularkan dari penderita lain ditularkan melalui:

1) Sentuhan langsung antar penderita melalui tangan, percikan air liur atau

cairan tubuh, atau cara lainnya.

2) Terhirup melalui titik ludah atau debu yang tercemar bakteri penderita.

3) Melalui benda yang terpapar oleh penderita (termasuk alat-alat

perawatan), tangan staf, pengunjung atau sumber lingkungan lainnya

(misalnya air, larutan lainnya, makanan).

Page 27: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

10

Cara penularan infeksi nosokomial. Menurut Kemenkes RI, 2011 untuk

melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi perlu mengetahui rantai

penularan. Apabila suatu rantai dihilangkan atau dirusak, maka infeksi dapat

dicegah atau dihentikan.

Komponen yang diperlukan sehingga terjadi penularan tersebut adalah :

1. Agen Infeksi (infectious agent) adalah mikroorganisme yang dapat

menyebabkan infeksi. Pada manusia, agen infeksi dapat berupa bakteri,

virus, riketsia, jamur dan parasit.

2. Reservoir atau tempat dimana agen infeksi dapat hidup, tumbuh,

berkembang biak dan siap ditularkan kepada orang.

3. Pintu keluar (portal of exit) adalah jalan darimana agen infeksi

meninggalkan reservoir.

4. Transmisi (cara penularan) adalah mekanisme bagaimana transport agen

infeksi dari reservoir ke penderita.

5. Pintu masuk (portal of entry) adalah tempat agen infeksi menuju host.

6. Pejamu (host) yang suseptibel adalah orang yang tidak memiliki daya

tahan tubuh yang cukup untuk melawan agen infeksi serta mencegah

terjadinya infeksi atau penyakit.

Gambar 1. Skema rantai penularan infeksi

Page 28: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

11

Jenis – jenis infeksi nosokomial. Jenis infeksi nosokomial yang paling

sering terjadi di fasilitas pelayanan kesehatan, terutama rumah sakit mencakup

sebagai berikut :

1. Ventilator associated pneumonia (VAP)

Nosokomial Pneumonia adalah infeksi saluran napas bagian bawah

yang didapat penderita selama penderita dirawat dirumah sakit.

2. Infeksi Aliran Darah (IAD) / Phlebitis

Infeksi aliran darah adalah infeksi yang terjadi sewaktu dilakukan

tindakan pemasangan infus pada pasien rawat inap di rumah sakit.

3. Infeksi Saluran Kemih (ISK)

Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang pada saat pasien masuk

rumah sakit belum ada atau tidak dalam masa inkubasi dan didapat sewaktu

atau sesudah di rawat.

4. Infeksi Daerah Operasi (IDO)

Infeksi daerah operasi adalah infeksi yang terjadi pada daerah insisi dalam

waktu 30 hari atau sampai satu tahun pasca bedah meliputi jaringan lunak yang

dalam insisi (Septiari, 2012).

Dampak infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial dapat memberikan

dampak sebagai berikut :

1. Menyebabkan cacat fungsional, serta stres emosional, dan dapat menyebabkan

cacat yang permanen serta kematian.

2. Dampak tertinggi pada negara berkembang dengan prevalensi HIV/AIDS yang

tinggi.

Page 29: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

12

3. Meningkatkan biaya kesehatan di berbagai negara yang tidak mampu, dengan

meningkatkan lama perawatan di rumah sakit, pengobatan dengan obat-obatan

mual, dan penggunaan pelayanan lainnya.

4. Morbiditas dan mortalitas semakin tinggi.

5. Adanya tuntutan secara hukum.

6. Penurunan citra rumah sakit (Septiari, 2012).

Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit

Gambaran pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial di

rumah sakit. Untuk mencegah penularan infeksi nosokomial di rumah sakit harus

dilakukan berbagai upaya. Pada prinsipnya harus selalu dijaga higiene perorangan,

baik higiene petugas perawatan, penderita, dan pengunjung rumah sakit.

Penularan infeksi dari orang ke orang harus dicegah dengan selalu melakukan

dekontaminasi tangan sesudah melakukan pemeriksaan penderita. Setiap kali

melakukan pemeriksaan dan perawatan penderita, petugas kesehatan harus

menggunakan pakaian pelindung, masker dan sarung tangan.

Setiap kali melakukan tindakan medis, harus dilakukan sesuai prosedur

yang aman, misalnya pada waktu melakukan penyuntikan dan pemasangan kateter

atau respirator. Karena lingkungan di dalam rumah sakit dapat menjadi sumber

penularan patogen nosokomial, harus dicegah terjadinya paparan patogen atau

mikroorganisme dari lingkungan, misalnya melakukan sterilisasi alat-alat

perawatan menggunakan air panas atau air mendidih, melakukan disinfeksi

perlengkapan penderita, dan selalu menjaga kebersihan di lingkungan rumah sakit

atau di luar rumah sakit (Soedarto, 2016).

Page 30: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

13

Program pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial adalah kegiatan

yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan serta pembinaan dalam

upaya menurunkan angka kejadian infeksi nosokomial di rumah sakit (Depkes

RI, 2001).

Pengendalian dan pencegahan infeksi nosokomial. Ada tiga hal yang

perlu ada dalam program pengendalian dan pencegahan infeksi nosokomial di

rumah sakit, diantaranya:

1. Adanya sistem surveilan yang menetap adalah tindakan pengamatan yang

sistematik, dan dilakukan terus-menerus terhadap penyakit tersebut yang

terjadi pada suatu populasi tertentu. Jadi tujuan dari surveilan adalah untuk

menurunkan resiko terjadinya infeksi nosokomial.

2. Adanya peraturan yang jelas dan tegas.

3. Adanya program pendidikan yang terus-menerus bagi semua petugas rumah

sakit.

Strategi pencegahan dan pengendalian infeksi. Strategi pencegahan dan

pengendalian infeksi menurut Kemenkes RI (2011) yaitu:

1. Peningkatan daya tahan penjamu. Daya tahan pejamu dapat meningkat

dengan pemberian imunisasi aktif.

2. Memutus rantai penularan. Hal ini merupakan cara yang paling mudah

mencegah penularan penyakit infeksi, tetapi hasilnya sangat bergantung

kepada ketaatan petugas dalam melaksanakan prosedur yang telah

ditetapkan.

Tindakan pencegahan ini telah disusun dalam suatu Isolation Pecautions

Page 31: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

14

(Kewaspadaan Isolasi) yang terdiri dari 2 (dua) tingkatan yaitu :

1. Standar Precautions (Kewaspadaan Standar)

Kewaspadaan standar dirancang untuk mengurangi resiko penularan

mikroorganisme di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan baik dari

sumber infeksi yang diketahui maupun yang tidak diketahui. Diterapkan rutin

dalam perawatan seluruh pasien dalam rumah sakit baik terdiagnosis infeksi,

diduga terinfeksi atau kolonisasi. Strategi utama untuk Pencegahan dan

Pengendalian Infeksi (PPI) yaitu mengurangi resiko terinfeksi patogen yang

berbahaya melalui darah dan cairan tubuh lainnya serta mengurangi resiko

penularan patogen yang berada dalam bahan yang berasal dari tubuh pasien

tanpa memandang infeksi atau tidak terinfeksi.

Gambar 2. Kewaspadaan standar

2. Transmission-based Precautions (Kewaspadaan berdasarkan cara

penularan).

Menurut Depkes RI (2004) pada semua kasus secara sendiri atau bersama-

sama pencegahan berdasarkan penularan harus digunakan dalam hubungan

dengan kewaspadaan standar. Petugas kesehatan harus menerapkan kewaspadaan

Page 32: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

15

standar (cuci tangan), kewaspadaan berdasarkan penularan melalui udara (alat

perlindungan pernafasan dengan efisiensi penyaringan sama atau lebih dari 95%)

dan kewaspadaan berdasarkan penularan melalui kontak (sarung tangan, gaun dan

perlindungan mata) ketika melakukan tindakan yang menghasilkan aerosol

dilakukan pada pasien dengan penyakit menular melalui udara (airborne).

Gambar 3. Kewaspadaan berdasarkan transmisi

Pelaksanaan pencegahan dan pengendalian infeksi. Pelaksanaan

pencegahan dan pengendalian infeksi yang wajib dilaksanakan oleh semua

petugas kesehatan di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya

menurut Kemenkes (2011) yaitu :

1. Kebersihan Tangan

Kebersihan tangan dilakukan dengan mencuci tangan menggunakan sabun

dan air mengalir bila tangan jelas kotor atau terkena cairan tubuh, atau

menggunakan alkohol (alcohol-based handrubs) bila tangan tidak tampak kotor.

Kuku petugas harus selalu bersih dan terpotong pendek, tanpa kuku palsu, tanpa

memakai perhiasan cincin. Cuci tangan dengan sabun biasa/antimikroba dan bilas

dengan air mengalir, dilakukan pada saat:

1) Bila tangan tampak kotor, terkena kontak cairan tubuh pasien yaitu

Page 33: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

16

darah, cairan tubuh sekresi, ekskresi, kulit yang tidak utuh, ganti

verband, walaupun telah memakai sarung tangan.

2) Bila tangan beralih dari area tubuh yang terkontaminasi ke area lainnya

yang bersih, walaupun pada pasien yang sama.

2. Alat Pelindung Diri (APD)

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam APD sebagai berikut:

1) Alat pelindung diri adalah pakaian khusus atau peralatan yang di pakai

petugas untuk memproteksi diri dari bahaya fisik, kimia, biologi/bahan

infeksius.

2) APD terdiri dari sarung tangan, masker/Respirator Partikulat,

pelindung mata (goggle), perisai/pelindung wajah, kap penutup kepala,

gaun pelindung/apron, sandal/sepatu tertutup (Sepatu Boot).

3) Tujuan Pemakaian APD adalah melindungi kulit dan membran mukosa

dari resiko pajanan darah, cairan tubuh, sekret, ekskreta, kulit yang

tidak utuh dan selaput lendir dari pasien ke petugas dan sebaliknya.

4) Indikasi penggunaan APD adalah jika melakukan tindakan yang

memungkinkan tubuh atau membran mukosa terkena atau terpercik

darah atau cairan tubuh atau kemungkinan pasien terkontaminasi dari

petugas.

3. Dekontaminasi Peralatan Perawatan Pasien

Dalam dekontaminasi peralatan perawatan pasien dilakukan

penatakasana peralatan bekas pakai perawatan pasien yang terkontaminasi

darah atau cairan tubuh (pre-cleaning, cleaning, disinfeksi, dan sterilisasi)

Page 34: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

17

sesuai Standar Prosedur Operasional (SPO).

4. Pengendalian Lingkungan

Pengendalian lingkungan di fasilitas pelayanan kesehatan, antara lain

berupa upaya perbaikan kualitas udara, kualitas air, dan permukaan

lingkungan, serta desain dan konstruksi bangunan, dilakukan untuk

mencegah transmisi mikroorganisme kepada pasien, petugas dan

pengunjung.

5. Penatalaksanaan Linen

Linen terbagi menjadi linen kotor dan linen terkontaminasi. Linen

terkontaminasi adalah linen yang terkena darah atau cairan tubuh lainnya,

termasuk juga benda tajam. Penatalaksanaan linen yang sudah digunakan

harus dilakukan dengan hati-hati. Kehatian-hatian ini mencakup penggunaan

perlengkapan APD yang sesuai dan membersihkan tangan secara teratur

sesuai pedoman kewaspadaan standar.

6. Perlindungan Kesehatan Petugas

Melakukan pemeriksaan kesehatan berkala terhadap semua petugas

baik tenaga kesehatan maupun tenaga non kesehatan.

Dukungan Manajemen

Manajemen di dalam pelaksanaan program pencegahan dan pengendalian

infeksi merupakan kegiatan untuk mengendalikan infeksi terkait dengan

pelayanan kesehatan meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pembinaan,

monitoring evaluasi serta pelaporan (Perdalin, 2011). Pendekatan manajemen

dapat digunakan dalam menilai keberhasilan pelaksanaan program pengendalian

Page 35: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

18

infeksi nosokomial mengingat sistematikanya sesuai dengan langkah – langkah

kegiatan pengendalian infeksi nosokomial.

Menurut Kurniadi (2013) menyatakan tahapan umum suatu manajemen

yaitu :

1. Perencanaan (planning). Perencanaan yaitu kegiatan menentukan tujuan

jangka panjang atau pendek yang berhubungan tindakan yang harus

dilakukan untuk mencapai tujuan. Perencanaan menyediakan cara

mempersatukan kegiatan dari seluruh peserta organisasi ke arah tujuan

bersama. Hasil perencanaan yang diharapkan seharusnya dipahami

bersama oleh seluruh anggota organisasi, khususnya kearah mana

perencanaan organisasi dan bagaimana cara mencapainya.

2. Pengorganisasian (organizing). Pengorganisasian yaitu menggerakkan

sumber daya manusia dan sumber daya yang dimiliki institusi untuk

mencapai tujuan organisasi. Pengorganisasian adalah kegiatan

mengintegrasikan semua sumber daya, semua bertujuan agar kelompok

mau bekerjasama. Adapun hasil pengorganisasian adalah menetapkan

siapa, melakukan apa dan dengan siapa bekerja.

3. Pengarahan (directing)

Fungsi pengarahan adalah untuk personal dan interpersonal, sehingga bila

tidak menguasai keterampilan interpersonal akan gagal. Termasuk

kegiatan pengarahan yaitu interaksi atasan-bawahan, kerja individu,

permainan (rule of the game), komunikasi, persaingan, penerimaan,

penolakan pihak lain, bergabung atau meninggalkan kelompok, menerima

Page 36: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

19

imbalan jasa atau kompensasi dan mengatasi stress.

4. Pengendalian (controlling)

Pengendalian adalah kegiatan menilai hasil kerja secara periodik yang ada

dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan sehingga

menghasilkan umpan balik untuk ditindaklanjuti.

Depkes RI (2008) dukungan yang diberikan manajemen untuk

keberhasilan pelaksanaan pencegahan dan pengendalian infeksi berupa :

1. Penerbitan Surat Keputusan untuk Komite dan Tim PPIRS.

Manajemen sebagai pengelola rumah sakit memilih ketua komite dan tim

PPIRS dengan surat keputusan.

2. Anggaran atau dana untuk:

a. Kegiatan pendidikan dan pelatihan (diklat).

b. Pengadaan fasilitas pelayanan penunjang.

c. Untuk pelaksanaan program, monitoring, evaluasi, laporan dan rapat

rutin.

d. Remunerasi/ insentif/ tunjangan/ reward untuk komite PPI.

Pendidikan dan Pelatihan

Pendidikan dan pelatihan merupakan sebuah proses dimana orang

mendapatkan kapabilitas untuk membantu pencapaian tujuan organisasi. Dengan

adanya pengetahuan dan keterampilan diharapkan agar seseorang dapat

melakukan pekerjaan atau tugas yang yang menjadi tanggung jawabnya dengan

menggunakan sumber daya yang maksimal untuk mencapai hasil yang diingkan

sesuai waktu yang ditentukan dalam organisasi (Surbagus, 2014).

Page 37: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

20

Berdasarkan Permenkes No 27 Tahun 2017 untuk dapat melakukan

program PPI dibutuhkan pendidikan dan pelatihan baik kepada seluruh petugas

kesehatan maupun pengunjung dan keluarga pasien. Bentuk kegiatan pendidikan

dan pelatihan PPI terdiri dari komunikasi, informasi, edukasi dan pelatihan PPI.

Pendidikan dan pelatihan PPI diberikan oleh pemerintah, pemerintah

daerah, dan/atau organisasi profesi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan, serta petugas fasilitas pelayanan kesehatan yang memiliki kompetensi

di bidang PPI. Pendidikan dan pelatihan bagi komite atau tim PPI dengan

ketentuan sebagai berikut:

1. Wajib mengikuti pendidikan dan pelatihan dasar dan lanjutan serta

pengembangan pengetahuan PPI lainnya.

2. Memiliki sertifikat yang dikeluarkan oleh lembaga pe;atihan sesuai

ketentuan peraturan perundang-undangan.

3. Mengembangkan diri dengan mengikuti seminar lokakarya dan sejenisnya.

4. Mengikuti bimbingan teknis secara berkesinambungan.

5. Infection Prevention and Control Nurse (IPCN) harus mendapatkan

tambahan pelatihan khusus IPCN pelatihan tingkat lanjut.

6. Infection Prevention and Control Link Nurse (IPCLN) harus mendapatkan

tambahan pelatihan PPI tingkat lanjut.

Pendidikan dan pelatihan bagi staf fasilitas pelayanan kesehatan dengan

ketentuan sebagai berikut:

1. Semua staf pelayanan di fasilitas pelayan kesehatan harus mengetahui

prinsip-prinsip pada PPI yaitu melalui pelatihan PPI tingkat dasar.

Page 38: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

21

2. Semua staf non pelayanan di fasilitas pelayanan kesehatan harus dilatih

dan mampu melakukan upaya pencegahan infeksi yaitu meliputi hand

hygiene, etika batuk, penanganan limbah, penggunaan APD yang sesuai.

3. Semua karyawan baru, mahasiswa magang, PPDS (Program Pendidikan

Dokter Spealisis) harus mendapatkan orientasi PPI. Pendidikan bagi

pengunjung dan keluarga pasien berupa komunikasi, informasi, dan

tentang PPI terkait penyakit yang dapat menular (Permenkes No. 27 Tahun

2017).

Struktur Organisasi

Menurut Robbins dan Judge (2007), struktur organisasi adalah sebagai

penentuan bagaimana pekerjaan dibagi dan dikelompokkan secara formal.

Sedangkan organisasi merupakan unit sosial yang dikoordinasikan secara sadar,

terdiri dari dua orang atau lebih dan berfungsi dalam suatu dasar yang relatif

terus-menerus guna mencapai serangkaian tujuan bersama.

Struktur organisasi merupakan wadah atau wahana interaksi dimana para

petugas, birokrasi, atau pejabat yang berwenang mengolah implementasikebijakan

dengan berbagai kegiatannya serta kapasitas organisasi sebagai suatu kesatuan

unsur organisasi yang melibatkan:

1. Struktur

2. Mekanisme kerja atau koordinasi antar unit yang terlibat dalam

implementasi

3. Sumber daya manusia yang ada dalam organisasi

4. Dukungan finansial serta sumber daya yang dibutuhkan organisasi tersebut

Page 39: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

22

untuk bekerja (Purwanto dan Sulistyastuti, 2012)

Organisasi PPI disusun agar dapat mencapai visi, misi dan tujuan dari

penyelenggaraan program pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit.

Program pencegahan dan pengendalian infeksi dibentuk berdasarkan kaidah

organisasi yang miskin struktur dan kaya fungsi dan dapat menyelenggarakan

tugas, wewenang dan tanggung jawab secara efektif dan efisien.

Stuktur organisasi komite pencegahan dan pengendalian infeksi

nosokomial di rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya.

Gambar 4. Struktur organisasi komite PPIRS

Gambar 5. Struktur organisasi komite PPIRS RSUD H. Abdul Manan Simatupang

Kisaran

Sumber : Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit Umum

Daerah H. Abdul Manan Simatupang Kisaran (Komite PPIRS H. Abdul

Manan Simatupang Kisaran, 2017.)

DIREKTUR

UTAMA

DIREKTORA

T

DIREKTORA

T

DIREKTORA

T

DIREKTORA

T KOMITE PPI

KOMITE PPI

DIREKTUR

KA. KOMITE

PPI/IPCO

IPCLN

ANGGOTA KOMITE

PPI

SEKRETARIS (IPCN)

Page 40: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

23

Struktur organisasi komite pencegahan dan pengendalian infeksi

nosokomial bervariasi dan sangat bergantun pada situasi dan kondisi rumah sakit.

Prinsipnya ada dua tingkatan organisasi yaitu tingkat penentu atau penyusun

kebijakan dan tingkat pelaksanaan kebijakan pencegahan dan pengendalian

infeksi nosokomial. Direktur dan komite PPI merupakan tingkat penentu atau

penyusun kebijakan sedang tim PPI merupakan pelaksana kebijakan.

Uraian Tugas

Uraian tugas merupakan uraian tertulis tentang apa yang menjadi

kontribusi tiap pemegang jabatan kepada organisasi. Kata kunci dari pengetian ini

adalah kontribusi. Ini berarti bahwa uraian tugas haruslah memuat hal-hal apa saja

yang merupakan kontribusi dari sebuah jabatan. Adapun uraian tugas Komite

PPIRS adalah sebagai berikut menurut Depkes RI, 2008.

1. Direktur

Direktur adalah pimpinan tertinggi yang ada di dalam organisasi rumah

sakit (Perpres No 77, 2015). Adapun tugas direktur sebagai berikut :

a. Membentuk Komite dan Tim PPIRS dengan Surat Keputusan.

b. Bertanggungjawab dan memiliki komitmen yang tinggi terhadap

penyelenggaraan upaya pencegahan dan pengendalian infeksi

nosokomial.

c. Bertanggungjawab terhadap tersedianya fasilitas sarana dan

prasarana termasuk anggaran yang dibutuhkan.

d. Menetukan kebijakan pencegahan dan pengendalian infeksi

nosokomial.

Page 41: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

24

e. Mengadakan evaluasi kebijakan pencegahan dan pengendalian

berdasarkan saran dari Komite PPIRS.

f. Mengadakan evaluasi kebijakan pemakaian antibiotika yang

rasional dan desinfektan di rumah sakit berdasarkan saran dari

Komite PPIRS.

g. Dapat menutup suatu unit perawatan atau instalasi yang dianggap

potensial menularkan penyakit untuk beberapawaktu sesuai

kebutuhan berdasarkan saran dari Komite PPIRS.

h. Mengesahkan Standar Prosedur Operasional (SPO) untuk PPIRS.

2. Komite PPI

Komite PPI adalah unsur organisasi yang mempunyai tanggungjawab

untuk menerapkan tata kelola dalam melaksanakan tugasnya di dalam PPI

yang baik (good governance) (Perpres No 77, 2015).

a. Kriteria anggota Komite PPI

1) Mempunyai minat dalam PPI.

2) Pernah mengikuti pendidikan dan pelatihan dasar PPI.

b. Tugas dan tanggungjawab Komite PPI :

1) Menyusun dan menetapkan serta mengevaluasi kebijakan PPI.

2) Melaksanakan sosialisasi kebijakan PPIRS agar kebijakan dapat

dipahami dan dilaksanakan oleh petugas kesehatan rumah sakit.

3) Membuat SPO PPI.

4) Menyusun program PPI dan mengevaluasi pelaksanaan program

tersebut.

Page 42: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

25

5) Bekerjasama dengan Tim PPI dalam melakukan investigasi

masalah atau KLB infeksi nosokomial.

6) Memberi usulan untuk mengembangkan dan meningkatkan cara

pencegahan dan pengendalian infeksi.

7) Memberikan konsultasi pada petugas kesehatan rumah sakit dan

fasilitas pelayanan kesehatan lainnya dalam PPI.

8) Mengusulkan pengadaan alat dan bahan yang sesuai dengan prinsip

PPI dan aman bagi yang menggunakan.

9) Mengidentifikasi temuan di lapangan dan mengusulkan pelatihan

untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia (SDM)

rumah sakit dalam PPI.

10) Melakukan pertemuan berkala, termasuk evaluasi kebijakan.

11) Menerima laporan dari Tim PPI dan membuat laporan kepada

Direktur dan berkoordinasi dengan unit terkait lain.

12) Memberikan usulan kepada direktur untuk pemakaian antibiotika

yang rasional di rumah sakit berdasarkan hasil pantauan kuman dan

resistensinya terhadap antibiotika dan menyebarluaskan data

resistensi antibiotika.

13) Menyusun kebijakan kesehatan dan keselamatan kerja (K3).

14) Turut menyusun kebijakan clinical governance dan patient safety.

15) Mengembangkan, mengimplemntasikan dan secara periodik

mengkaji kembali rencana manajemen PPI apakah telah sesuai

kebijakan manajemen rumah sakit.

Page 43: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

26

16) Memberikan masukan yang menyangkut kontruksi bangunan dan

pengadaan alat dan bahan kesehatan, renovasi ruangan, cara

pemrosesan alat, penyimpanan alat dan linen sesuai dengan prinsip

PPI.

17) Menentukan sikap penutupan ruangan rawat bila diperlukan karena

potensial menyebarkan infeksi.

18) Melakukan pengawasan terhadap tindakan-tindakan yang

menyimpang dari standar prosedur / monitoring surveilans proses.

19) Melakukan investigasi, menetapkan dan melaksanakan

penanggulangan infeksi bila ada KLB di rumah sakit dan fasilitas

pelayanan kesehatan lainnya.

3. IPCO / Infection Prevention and Control Officer

a. Kriteria IPCO :

1) Ahli atau dokter yang mempunyai minat dalam PPI.

2) Mengikuti pendidikan dan pelatihan dasar PPI.

3) Memiliki kemampuan leadership.

b. Tugas IPCO :

1) Berkontribusi dalam diagnosis dan terapi infeksi yang benar.

2) Turut menyusun pedoman penulisan resep antibiotika dan

surveilans

3) Mengidentifikasi dan melaporkan kuman patogen dan pola

resistensi antibiotika.

4) Bekerjasama dengan perawat PPI memonitor kegiatan suveilans

Page 44: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

27

infeksi dan mendeteksi serta menyelidiki KLB.

5) Membimbing dan mengajarkan praktek dan prosedur PPI yang

berhubungan dengan prosedur terapi.

6) Turut memonitor cara kerja tenaga kesehatan dalam merawat

pasien.

7) Turut membantu semua petugas kesehatan untuk memahami

pencegahan dan pengendalian infeksi.

4. IPCN (Infection Prevention and Control Nurse)

a. Kriteria IPCN :

1) Perawat dengan pendidikan min D3 dan memiliki sertifikasi PPI.

2) Memiliki komitmen di bidang pencegahan dan pengendalian

infeksi.

3) Memiliki pengalaman sebagai Kepala Ruangan atau setara.

4) Memiliki kemampuan leadership, inovatif dan convident.

5) Bekerja purna waktu.

b. Tugas dan Tanggungjawab IPCN :

1) Mengunjungi ruangan setiap hari untuk memonitor kejadian infeksi

yang terjadi di lingkungan kerjanya, baik rumah sakit dan fasilitas

pelayanan kesehatan lainnya.

2) Memonitor pelaksanaan PPI, penerapan SPO, kewaspadaan isolasi.

3) Melaksanakan surveilans infeksi dan melaporkan kepada komite

PPI.

4) Bersama Komite PPI melakukan pelatihan petugas kesehatan

Page 45: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

28

tentang PPI di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan

lainnya.

5) Melakukan investigasi terhadap KLB dan bersama-sama Komite

PPI memperbaiki kesalahan yang terjadi.

6) Memonitor kesehatan petugas kesehatan untuk mencegah

penularan infeksi dari petugas kesehatan ke pasien atau sebaliknya.

7) Bersama Komite menganjurkan prosedur isolasi dan memberi

konsultasi tentang pencegahan dan pengendalian infeksi yang

diperlukan pada kasus yang terjadi di rumah sakit,

8) Audit pencegahan dan pengendalian infeksi termasuk terhadap

limbah, laundry, gizi dan lain-lain dengan menggunakan daftar

tilik.

9) Memonitor kesehatan lingkungan.

10) Memonitor terhadap pengendalian pengunaan antibiotik yang

rasional.

11) Mendesain, melaksanakan, memonitor dan mengevaluasi

surveilans infeksi yang terjadi di rumah sakit dan fasilitas

pelayanan kesehatan lainnya.

12) Membuat laporan surveilans dan melaporkan ke Komite PPI.

13) Memberikan motivasi dan teguran tentang pelaksanaan kepatuhan

PPI.

14) Memberikan saran desain ruangan rumah sakit agar sesuai dengan

prinsip PPI.

Page 46: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

29

15) Meningkatkan kesadaran pasien dan pengunjung rumah sakit

tentang PPIRS.

16) Memprakarsai penyuluhan bagi petugas kesehatan, pengunjung dan

keluarga tentang topik infeksi yang sedang berkembang di

masyarakat serta infeksi dengan insiden tinggi.

17) Sebagai koordinator anatar departemen / unit dalam mendeteksi,

mencegah dan mengendalikan infeksi di rumah sakit.

5. IPCLN (Infection Prevention and Control Link Nurse)

a. Kriteria IPCLN :

1) Perawat dengan pendidikan min D3 dan memiliki sertifikasi PPI.

2) Memliki komitmen di bidang pencegahan dan pengendalian

infeksi.

3) Memilki kemampuan leadership.

b. Tugas IPCLN :

IPCLN sebagai perawat pelaksana harian / penghubung bertugas :

a. Mengisi dan mengumpulkan formulir surveilans setiap pasien di

unit rawat inap masing-masing, kemudian menyerahkan kepada

IPCN ketika pasien pulang.

b. Memberikan motivasi dan teguran tentang pelaksanaan kepatuhan

pencegahan dan pengendalian infeksi pada setiap personil ruangan

di unit rawatnya masing-masing.

c. Memberitahukan kepada IPCN apabila ada kecurigaan adanya

infeksi nosokomial pada pasien.

Page 47: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

30

d. Berkoordinasi dengan IPCN saat terjadi infeksi potensial KLB,

penyuluhan bagi pengunjung di ruang rawat masing-masing,

konsultasi prosedur yang harus dijalankan bila belum faham.

e. Memonitor kepatuhan petugas kesehatan yang lain dalam

menjalankan standar isolasi.

Fasilitas Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi

Fasilitas merupakan hal penting yang perlu diperhatikan. Keberadaan

sarana dan prasarana ini akan menunjang kegiatan program pencegahan dan

pengendalian infeksi di rumah sakit serta mendukung proses terwujudnya tujuan

organisasi untuk mencegah infeksi. Sarana dan fasilitas penunjang (supporting

system) menurut Depkes RI, 2008 yaitu :

1. Tersedia ruangan sekretaris dan tenaga sekretaris yang full time.

2. Alat tulis kantor, komputer, printer dan internet, telepon dan faksimili.

Dalam hubungannya dengan pencegahan infeksi, sarana dan prasarana

kerja yang dapat digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi, seperti sarana dan

peralatan yang dibutuhkan untuk mencuci tangan, melaksanakan dekontaminasi

alat-alat kesehatan, dan untuk mengelola limbah padat yang ada di ruang rawat

inap. Menurut Kemenkes RI (2011) bahan dan alat untuk pelaksanaan pencegahan

infeksi yaitu :

1. Cuci tangan : sabun cair, sikat halus, larutan antiseptik, tissu.

2. Alat pelindung : sarung tangan bersih, sarung tangan steril, sarung tangan

rumah tangga, masker sekali pakai, masker cuci ulang (bahan linen), gaun

pelindung, visor.

Page 48: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

31

3. Dekontaminasi : larutan clorin 0,5 %, larutan clorin 0,05 %, ember plastik,

wadah untuk CSSD.

4. Pengelolaan alat tajam : wadah tahan tusuk (safety box).

5. Pengelolan sampah : wadah sampah “No Touch”, kantong sampah warna

kuning.

6. Antiseptik : alkohol dan bethadine.

Menurut Darmadi (2008) sebagai bagian dari upaya pencegahan dan

pengendalian infeksi di ruangan/ bangsal perawatan, keberadaan fasilitas sanitasi

penting sekali antara lain : kamar mandi dan WC penderita, kamar mandi dan WC

petugas/ keluarga penderita (penunggu), tempat cuci tangan/ wastafel, gudang

tempat menyimpan alat-alat sanitasi, wadah/kontainer sampah dan limbah, air

bersih.

Cuci Tangan

Cuci tangan dimaksudkan untuk mencegah infeksi yang ditularkan melalui

tangan dengan menyingkirkan kototran dan debu serta menghambat atau

membunuh mikroorganisme pada kulit. Langkah pertama pada proses ini adalah

dengan mendidik petugas kesehatan mengenai pentingnya kebersihan tangan,

bagaimana melakukan langkah cuci tangan, dan menggosok tangan dengan benar.

Untuk mendorong cuci tangan, pengelola program harus melakukan segala upaya

dengan menyediakan sabun dan suplai air bersih terus menerus, baik dari kran

atau ember dan lap pribadi (Tietjen dkk, 2004).

Kuku petugas harus selalu bersih dan terpotong pendek, tanpa kuku palsu,

tanpa memakai perhiasan cincin. Kebersihan tangan dilakukan pada saat sebelum

Page 49: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

32

kontak pasien, sebelum tindakan aseptik, setelah kontak darah dan cairan tubuh,

setelah kontak pasien dan dan setekah dengan lingkungan sekitar pasien

(Permenkes RI No 27, Tahun 2017)

Ada dua cara mencuci tangan yaitu :

1. Cara mencuci tangan dengan sabun dan air menurut WHO (2009)

1) Basahi tangan dengan air bersih yang mengalir.

2) Tuangkan sabun cair 3-5 cc, untuk menyabuni seluruh permukaan

tangan sebatas pergelangan.

3) Gosok kedua telapak tangan hingga merata.

4) Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan kanan

dan sebaliknya.

5) Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari.

6) Jari-jari sisi dalam darikedua tangan mengunci.

7) Gosok ibu jari kiri berputar kearah bawah dalam genggaman tangan

kanan dan sebaliknya.

8) Gosokkan dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan di telapak

tangan kiri dan sebaliknya.

9) Bilas kedua tangan dengan air mengalir.

10) Keringkan tangan dengan menggunakan handuk / kertas tisu sekali

pakai.

11) Gunakan handuk / kertas tisu tersebut untuk menutup kran

sewaktu-waktu mematikan air.

12) Sekarang tangan sudah bersih, lama waktu yang dibutuhkan selama

Page 50: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

33

40-60 detik.

2. Cara mencuci tangan dengan aseptik berbasis alkohol menurut WHO

(2009).

1) Tuangkan 2-3 cc antiseptik berbasis alkohol ke telapak tangan

kemudian ratakan ke seluruh permukaan tangan.

2) Gosokkan kedua telapak tangan.

3) Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan telapak

tangan kanan dan sebaliknya.

4) Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari tangan.

5) Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci.

6) Gososk berputar ibu jari tangan kiri dalam genggamanan tangan

kanan dan sebaliknya.

7) Gosokkan dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan di telapak

tangan kiri dan sebaliknya.

8) Sesudah kering, tangan sudah bersih. Lama waktu yang dibutuhkan

selama 20-30 detik.

Hasil yang dicapai dalam kebersihan tangan adalah mencegah agar tidak

terjadi infeksi, kolonisasi pada pasien dan mencegah kontaminasi dari pasien ke

lingkungan termasuk lingkungan kerja petugas ( Pemenkes No 27 , Tahun 2017)

Program Kerja

Program pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial adalah kegiatan

yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan serta pembinaan dalam

upaya menurunkan angka kejadian infeksi nosokomial di rumah sakit (Depkes RI,

Page 51: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

34

2008). Prosedur baku perlu dibuat untuk setiap tindakan-tindakan yang berkaitan

dengan pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial karena kegiatan ini

melibatkan berbagai disiplin ilmu dan tingkatan personil di rumah sakit.

Tujuan program pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial adalah

untuk melindungi pasien, petugas dan pengunjung. Program pencegahan dan

pengendalian infeksi nosokomial dicapai melalui kegiatan suveilans, menerapkan

kewaspadaan isolasi, pendidikan dan pelatihan, pengembangan kewajiban

kebijakan atau prosedur (Depkes RI, 2008).

Gambar 6. Program PPI

Page 52: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

35

Kerangka Berpikir

Kerangka pikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 7 berikut ini :

Gambar 7. Kerangka pikir penelitian

Kerangka pikir dalam penelitian ini mengacu pada format desain grounded

research (GR), dimana format ini dipengaruhi oleh pandangan bahwa penelitian

kualitatif tidak membutuhkan pengetahuan dan teori tentang objek penelitian

untuk mensterilkan subjektivitas peneliti, maka format desain grounded research

(GR) dikontruksikan agar peneliti dapat mengembangkan semua pengetahuan dan

teorinya setelah mengetahui data di lapangan (Bungin, 2007).

Berdasarkan gambar diatas, dapat dirumuskan sebagai berikut yaitu

Program Pencegahan dan

Pengendalian Infeksi

(PPI) Nosokomial

Fasilitas

Menyediakan sarana

dan

prasarana

Uraian Tugas

Pelaksanaan uraian

direktur, ketua komite

PPI, IPCN, IPCLN

Dukungan Manajemen

1. Memberikan SK

kepada anggota PPI

2. Menyediakan dana

Cuci Tangan

Pelaksanaan

cuci tangan

Pendidikan dan

Pelatihan

Pelaksanaan

pendidikan dan

pelatihan lanjutan

Page 53: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

36

program pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial yaitu program yang

ditujukan pada pencegahan penyebaran dan penularan penyakit infeksi

nosokomial di pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk mengurangi angka

infeksi nosokomial di rumah sakit.

Untuk menjalankan pelaksanaan program pencegahan dan pengendalian

dengan baik diperlukan adanya dukungan manajemen yaitu peran serta dari

pemimpin rumah sakit dalam perencanaan pembentukan komite PPI dan

memberikan SK kepada anggota PPI serta menyediakan anggaran dana untuk

kegiatan PPI. Anggaran dana dibutuhkan untuk melakukan kegiatan pendidikan

dan pelatihan dasar oleh komite PPI dan petugas kesehatan dan lanjutan oleh tim

PPI yang bertujuan untuk menambah wawasan dan keterampilan petugas

kesehatan dalam pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial.

Anggota PPI mempunyai uraian tugas yang harus dijalankan dengan

bertanggungjawab atas tugas yang diemban, direktur sebagai pimpinan tertinggi

yang bertanggungjawab penuh dalam penyelenggaraan PPI dan pembuat

kebijakan, IPCO mempunyai tugas yaitu membuat pedoman dan kebijakan SPO

PPI, memberikan sosialisasi mengenai kebijakan PPI, uraian tugas sebagai IPCN

yaitu mengunjungi setiap unit/ruangan setiap hari, membuat dan mengumpulkan

laporan data kejadian infeksi nosokomial, melihat dan menilai kepatuhan petugas

kesehatan terhadap SPO pelaksanaan program pencegahan dan pengendalian

infeksi, uraian tugas sebagai IPCLN yaitu mencatat laporan surveilans infeksi,

penyuluhan atau mensosialisasikan kepada pengunjung di ruang rawat masing-

masing dan memonitor kepatuhan petugas kesehatan.

Page 54: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

37

Fasilitas yaitu sarana dan prasarana yang disediakan rumah sakit untuk

menunjang program pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial seperti

menyediakan ruang komite PPI, komputer dan printer, masker, handscoon, tisu

serta failitas penunjang pelaksanaan cuci tangan seperti penyediaan wastafel,

handsoap dan handrub penyediaan sabun di setiap kamar mandi. Pelaksanaan

cuci tangan yang dilakukan petugas kesehatan dimaksudkan untuk mencegah

infeksi yang ditularkan melalui tangan dengan menyingkirkan kototran dan debu

serta menghambat atau membunuh mikroorganisme pada kulit.

Page 55: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

38

Metode Penelitan

Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan secara

deskriptif untuk mengidentifikasi pelaksanaan program pencegahan dan

pengendalian infeksi nosokomial di RSUD H. Abdul Manan Simatupang Kisaran.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUD H. Abdul Manan Simatupang Kisaran.

Alasan dipilih lokasi ini didasarkan atas pertimbangan belum pernah dilakukan

penelitian yang sama dan dijumpai petugas yang belum patuh menggunakan APD.

Dengan penelitian ini diharapkan program pencegahan dan pengendalian infeksi

di rumah sakit dapat dilaksanakan dan waktu penelitian dilaksanakan pada bulan

Mei 2018 sampai bulan Desember 2018.

Informan Penelitian

Informan yang dianggap berkompeten memberikan informasi internal

rumah sakit adalah :

1. Direktur Rumah Sakit

2. Ketua Komite PPI Rumah Sakit

3. Perawat Pencegahan dan Pengendalian dan Infeksi (IPCN)

4. Petugas Perawat Pelaksana Harian atau Perawat Penghubung Pencegahan

dan Pengendalian Infeksi (IPCLN)

5. Tim PPI

Definisi Konsep

1. Dukungan manajemen, dapat diartikan sebagai peran serta direktur sebagai

Page 56: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

39

pemimpin tertinggi manajemen rumah sakit dalam suatu rencana kegiatan

dari suatu organisasi yang terarah, terpadu dan sistematis. Perencanaan

akan menjadi pegangan bagi organisasi dalam menjalankan rutinitas

organisasi untuk mewujudkan tujuan organisasi.

2. Pendidikan dan pelatihan PPI adalah kegiatan memberikan pengetahuan

dan informasi serta membiasakan petugas kesehatan untuk meningkatkan

keterampilan tentang pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial.

3. Uraian tugas, diartikan pernyataan tertulis yang menjelaskan tugas dan

tanggung jawab yang sudah ditetapkan PPI RSUD H. Abdul Manan

Simatupang Kisaran.

4. Fasilitas adalah sarana dan prasarana yang diberikan pimpinan rumah sakit

untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan program pencegahan dan

pengendalian infeksi di rumah sakit.

5. Pelaksanaan cuci tangan adalah kegiatan untuk mensterilkan,

menyingkirkan kotoran dan debu serta menghambat atau membunuh

mikroorganisme pada kulit dari siku sampai ke ujung jari atau dari

pergelangan sampai ujung jari.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan data

primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung

dari sumbernya dan dicatat untuk pertama kalinya. Teknik pengumpulan data

primer dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam yang dilakukan oleh

peneliti sendiri dengan menggunakan panduan wawancara. Adapun alat yang

Page 57: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

40

digunakan pada saat wawancara adalah tape recorder, HP, buku catatan dan

kamera. Data sekunder merupakan data yang bukan diusahakan sendiri

pengumpulannya oleh peneliti. Data untuk penelitian ini berasal dari laporan-

laporan yang berasal dari RSUD H. Abdul Manan Simatupang Kisaran.

Metode Analisa Data

Metode analisa data dilakukan dengan fakta yang ditemukan tentang

pelaksanaan program pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial di RSUD

H. Abdul Manan Simatupang Kisaran dilihat dari sistem sesuai dengan kerangka

konsep. Dalam menganalisa data, data yang diperoleh dideskripsikan terlebih

dahulu sesuai dengan hasil yang ditemukan dilapangan. Dengan menggunakan

matriks data dikelompokkan untuk kelompok yang sama. Setelah itu data

dievaluasi, untuk melihat adanya kesesuaian dengan kerangka konsep yang telah

dibuat dengan kondisi sebenarnya yang ditemukan di lapangan.

Page 58: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

41

Hasil dan Pembahasan

Profil Rumah Sakit H. Abdul Manan Simatupang Kisaran

Rumah Sakit H. Abdul Manan Simatupang Kisaran adalah rumah sakit

Kelas C satu-satunya milik Pemerintah Daerah Kabupaten Asahan yang

merupakan pusat rujukan untuk Kabupaten Asahan. Rumah Sakit ini terletak di Jl.

Sisimangaraja No. 310 Kisaran, Kelurahan Kisaran Barat, Kecamatan Kota

Kisaran Barat, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara, terletak diatas tanah seluas ±

2,82 Ha, dengan tahap awal dibangun gedung induk yang berfungsi untuk

pelayanan pasien rawat jalan dan P3K beserta 2 (dua) unit bangunan rawat inap

pasien umum untuk laki-laki dan perempuan, dan beroperasi secara definitif pada

tahun 1972 yang dipimpin dr. TM Panjaitan.

Rumah Sakit Umum Daerah H. Abdul Manan Simatupang Kisaran

memberikan pelayanan rawat jalan dan juga pelayanan rawat inap. Didukung

dokter spesialis serta dilengkapi fasilitas pelayanan lainnya relatif cukup baik.

Sebagai salah satu institusi pemerintah di bidang kesehatan, Rumah Sakit Umum

Daerah H. Abdul Manan Simatupang Kisaran terus proaktif dalam mengelola dan

menjabarkan tugas pokok dan fungsinya dengan berbagai upaya meningkatkan

kualitas pelayanannya terutama dalam mendukung visi, misi dan kebijakan

pemerintah Kabupaten Asahan.

Banyaknya perkembangan dan kemajuan dari RSUD H. Abdul Manan

Simatupang Kisaran mengalami pergantian pimpinan sebanyak 11 (sebelas) orang

direktur :

Page 59: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

42

Tabel 1

Nama-nama yang Pernah Menjadi Direktur di RSUD H. Abdul Manan

Simatupang Kisaran

Nama Masa Jabatan

dr. TM. Panjaitan 1972-1973

dr. Darmansyah Harahap 1973-1985

dr. H. Najamuddin Ritonga 1985-1994

dr. Rusdi Zain, Sp. THT 1994-1996

dr. Armansyah Siregar 1996-2002

dr. H. Djufristar 2002-2004

dr. H. Bambang Wahyudi 2004-2008

dr. Herwanto, SpB 2008-2012

dr. Nilwan Arif 2012-2016

dr. Edi Iskandar 2017- 2018

dr. Hari Sapna 2018 – Sekarang

Sumber : Profil RSUD H. Abdul Manan Simatupang Kisaran Tahun 2018

Seiring dengan perkembangan zaman dari tahun ke tahun sampai sekarang

RSUD H. Abdul Manan Simatupang Kisaran terus melakukan pembenahan diri

dan pembangunan infrastruktur seperti penambahan bangunan untuk rawat inap,

ruang rapat, ruang administrasi, selain itu dibangun juga untuk unit linen laundry,

unit gizi, dan gudang logistik. Rumah Sakit Umum Daerah H. Abdul Manan

Simatupang Kisaran memiliki sumber daya manusia yang terbagi dalam 3

golongan yaitu PNS (pegawai negeri sipil), honor, dan kontrak yang dapat dilihat

dalam tabel berikut.

Tabel 2

Jumlah Sumber Daya Manusia RSUD H. Abdul Manan Simatupang Kisaran

Tahun 2017

Sumber Daya Manusia Jumlah

Dokter Spesialis 26

Dokter Umum 17

Dokter Gigi 2

Perawat 198

(Bersambung)

Page 60: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

43

Tabel 2

Jumlah Sumber Daya Manusia RSUD H. Abdul Manan Simatupang Kisaran

Tahun 2017

Sumber Daya Manusia Jumlah

Bidan 76

Tenaga Kefarmasian 15

Tenaga Kesehatan Masyarakat 5

Tenaga Gizi 7

Tenaga Keterapian Fisik 6

Tenaga Keteknisan Medis 26

Admistrasi 36

Penunjang 66

Total 480

Sumber : Profil RSUD H. Abdul Manan Simatupang Kisaran Tahun 2018

Pelayanan yang tersedia di RSUD H. Abdul Manan Simatupang Kisaran

adalah pelayanan rawat jalan (poliklinik), rawat inap, pelayanan bedah, pelayanan

gawat darurat, pelayanan bersalin, pelayanan medik gigi dan mulut, pelayanan

hemodialisa (HD). Untuk mendukung pelayanan tersebut perlu fasilitas penunjang

klinik dan non klinik. Fasilitas penunjang klinik yaitu unit pemeriksaan radiologi,

unit pemeriksaan endoscopy dan broncoscopy, unit pemeriksaan USG, unit

pelayanan insentif ICU , unit pemeriksaan EKG, EEG dan TCD, unit pelayanan

rehabilitasi medik, unit anestesiologi, unit farmasi, unit gizi, unit patologi klinik,

unit laboratorium, unit transfusi darah rumah sakit (UTDRS). Adapun fasilitas

penunjang non klinik adalah unit pelayanan rekam medik, unit loundry, unit

ambulance, unit pemulasaraan jenazah, sarana ibadah / mesjid, rumah dinas

dokter, unit parkiran roda dua dan roda empat, dan unit security.

Selain penambahan fasilitas, sarana dan prasarana, program

pengembangan sumber daya manusia di RSUD H. Abdul Manan Simatupang

Kisaran juga telah melaksanakan program pendidikan dan pelatihan (diklat) baik

Page 61: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

44

internal maupun eksternal secara berkala kepada tenaga medis dan non medis.

Adapun tujuan dari program diklat itu adalah bertujuan untuk pengembangan

pengetahuan dan ketrampilan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan

kualitas pelayan kesehatan yang bermutu.

Salah satu wujud pembenahan diri dalam upaya peningkatan mutu di

rumah sakit yaitu telah terlaksananya akreditasi versi 2012 pada bulan November

2017 dengan predikat lulus tingkat perdana sesuai dengan Sertifikat Akreditasi

Rumah Sakit No. KARS-SERT/516/XII/2017 dari Komisi Akreditasi Rumah

Sakit.

Visi, Misi dan Motto RSUD H. Abdul Manan Simatupang Kisaran.

Dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit umum daerah

(RSUD) H. Abdul Manan Simatupang Kisaran terhadap masyarakat maka

ditetapkan Visi Rumah Sakit Umum Daerah Haji Abdul Manan Simatupang

Kisaran adalah terselenggaranya pelayanan kesehatan yang berkualitas, cepat,

tepat, profesional dan memuaskan. Visi dijabarkan lebih lanjut ke dalam misi

yang menjadi tangungjawab RSUD H. Abdul Manan Simatupang Kisaran. Misi

RSUD H. Abdul Manan Simatupang Kisaran yaitu :

1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu secara profesional

dengan dilandasi kebutuhan manusiawi serta terjangkau dan menjangkau

masyarakat Kabupaten Asahan.

2. Menyelenggarakan Pelayanan Dokter Jaga 24 jam.

3. Menyelenggarakan pelayanan prima dan cepat tanggap kepada pasien gawat

darurat dengan tersedianya obat-obatan emergency.

Page 62: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

45

4. Menyelenggarakan pelatihan untuk meningkatkan kompetensi SDM sesuai

bidang masing-masing secara berkelanjutan.

5. Meningkatkan kesejahteraan SDM rumah sakit.

Adapun motto dari RSUD H. Abdul Manan Simatupang Kisaran yaitu :

Cepat, Tepat, Memuaskan, Profesional dan Terjangkau

Sruktur Organisasi RSUD H. Abdul Manan Simatupang Kisaran.

Sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Asahan Nomor : 7 Tahun

2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Tekhnis Daerah Kabupaten

Asahan, struktur organisasi RSUD Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran

sebagai berikut:

Page 63: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

46

Gambar 8. Struktur organisasi RSUD H. Abdul Manan Simatupang Kisaran

Karakteristik Informan

Dalam penelitian ini informan yang dipilih adalah orang-orang yang

terlibat langsung dalam program pencegahan dan pengendalian infeksi di RSUD

KABAG TU

MHD. ARSAD,S.Sos NIP.196210301989031001

KSB REKAM MEDIS &

HUKUM

DALEL NIP. 19601225 198307 1

001

KSB KEUANGAN & PROGRAM

MARIANI, SH NIP. 19690311 200212 2

001

KSB UMUM & KEPEGWAIAN

YASHANARA NIP.196906251988031002

KABID PELAYANAN

dr.LOBIANNA NADEAK NIP.196210301989031001

KABID PERAWATAN

dr.ELFINA BR TRG,MKT NIP. 197012192006042003

KABID DALWAS

ZAILANI,SH NIP. 19620412 198203 1 007

Kasubbid Pelayanan

Keperawatan

ROSMAIDA PANJAITAN,S.Kep

NIP. 19730220 199703 2 002

Kasubbid Pembinaan

Etika Mutu Kep. & Diklat

DELFITA MEGAWATI,S.Kep

NIP. 197209111997032001

Kasubbid Pelayanan Medis

NILAWATI

NIP. 19600810 1981012001

Kasubbid Penunjang

Medis

KABIT

NIP. 19621022 1986031001

Kasubbid Dalwas Pasien

MISLAMAH,SE

NIP. 196212311984032041

Kasubbid Penyuluhan

Kesehatan

SITI RUBANIAH,S.Kep

NIP19791212 200604 2 007.

DIREKTUR

dr. HARI SAPNA NIP.198401282009031009

Komite PPI

Komite K3RS

Satuan Pengawas Internal

Kelompok Satuan Medis

Komite Medis

Komite Keperawatan

Komite Tenaga Kesehatan Lain

Hemodialisa

Farmasi

Radiologi

GIZI

Rawat Jalan

Rawat Inap

IGD

Hygiene Sanitasi

KBU

KBK

Kamar Jenazah

Laboratorium

IPSRS

Rehab Medis

INSTALASI

Page 64: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

47

H. Abdul Manan Simatupang Kisaran yaitu direktur, akan tetapi dikarenakan

direktur memiliki kesibukan maka dialihkan kepada kepala bidang pelayanan,

Ketua komite, IPCN dan IPCLN.

Tabel 3

Karakteristik Informan Penelitian

Jabatan Usia (Tahun) Pendidikan Keterangan

Kepala Bidang Pelayanan 48 S1 Kedokteran Informan 1

IPCO 44 S2 Kedokteran Informan 2

IPCN 39 DIII Keperawatan Informan 3

IPCLN 38 DIII Keperawatan Informan 4

IPCLN 47 S1 Keperawatan Informan 5

IPCLN 40 DIII Keperawatan Informan 6

Tim PPI 36 S1 Keperawatan Informan 7

Tim PPI 40 S1 Keperawatan Informan 8

Sumber : Profil RSUD H. Abdul Manan Simatupang Kisaran Tahun 2018

Hasil Wawancara

Dalam penelitian ini dapat dilihat hasil wawancara tentang program

penanggulangan infeksi nosokomial di RSUD H. Abdul Manan Simatupang

Kisaran dilihat dari dukungan manamen, pemenuhan struktur organisasi,

pelaksanaan uraian tugas, ketersediaan fasilitas, sarana dan prasarana, serta

adanya kebijakan di rumah sakit.

Dukungan manajemen. Implementasi program pencegahan dan

pengendalian infeksi nosokomial agar terlaksana dengan baik diperlukan adanya

dukungan manajemen khususnya dari direktur sebagai pemimpin tertinggi

sekaligus penanggungjawab di rumah sakit Dukungan awalnya yaitu dengan

membentuk komite, berikut hasil wawancara dengan beberapa informan yang

memberikan jawaban yang sama :

“ya dukungan manajemen sudah dilihat dari pembentukan PPI ini

Page 65: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

48

sendiri tahun semalam lah tahun 2017 , dukungan dari rumah sakit

sudah mendukunglah terutama dari direktur lama, semenjak

pergantian direkturkan sepertinya masih didukung udah gitu apalagi

mau masuk akreditasi ya. Kami diundang rapat waktu itu terus kami

yang datang di kasih SK oleh direktur untuk bergabung dalam PPI.”

(informan 4)

“kalau saya lihat dukungan manajemen dari rumah sakit sudah

terlihat ya, bisa dilihat dari adanya organisasi PPI di rumah sakit

ini yang sudah terbentuk. Baru setahunnya ini dibentuk dek, kami

dipanggil untuk menghadiri rapat membahas PPI dan kami semua

dikasih SK dari direktur yang lama untuk membantu program PPI di

rumah sakit inilah.” (Informan 5)

“saya melihat dukungan manajemen sampai saat ini yaitu sudah

dibentuknya PPI bulan november 2017 dibentuknya ini karena

kemarin akreditasi jadi untuk menunjang akreditasi tersebut

dibutuhkanlah komite PPI untuk menjadi salah satu penilaian dalam

akre tersebut dan yang di nilai untuk PPI itu ya angka infeksi

nosokomialnya. Waktu bulan november kami membentuk Komite

PPI itu kami mengadakan rapat dan atas saran dari direktur kepada

manajemen rumah sakit untuk memilih beberapa orang sebagai

Komite PPI dan orang-orang yang terlibat dalam organisasi PPI

ini. Setelah itu orang-orang yang sudah terpilih diundang direktur

untuk penyerahan SK.” (Informan 3).

Selain dukungan awal dari pihak rumah sakit pembuatan Komite PPI harus

dibentuk berdasarkan panduan yang sudah tertera di Surat Keputusan (SK).

Berikut ini pernyataan dari informan mengenai hal ini :

“iyalah uda berdasarkan panduan, panduannya kan ada itu dari

Permenkes tapi kakak lupalah nomor berapa, pokoknya

pembentukkan PPI ini sudah berdasarkan panduan.” (Informan 6)

“sudah terbentuklah, pedoman yang dipake itu pedomannya tetap

dari akreditasi, berdasarkan dari akreditasi itu udahan baik dia

pengeluaran SKnya maupun panduannya kan, itukan tuntutan dari

Permenkes juga.” (Informan 7)

“iya sudah pasti berdasarkan panduan yang telah ditetapkan. Kita

disini bersama direktur dan jajarannya membentuk Komite PPI

berdasarkan pedoman dari Permenkes no 27 tahun 2017, kami

menggunakan itu sekaligus untuk menunjang keberhasilan dalam

masa akreditasi rumah sakit kemarin.” (Informan 2)

Page 66: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

49

Untuk mendukung program pencegahan dan pengendalian infeksi

nosokomial di RSUD H. Abdul Manan Simatupang Kisaran perlu pembuatan

rencana kerja anggaran kegiatan pada komite PPI dan diantaranya ada beberapa

informan yang tidak mengetahui gambaran anggaran dana untuk Komite PPI yang

mereka tahu hanya kegiatannya saja seperti yang disampaikan oleh beberapa

informan berikut ini :

“kalo rencana kerja anggaran kegiatan itu seperti kami IPCLN, ya

kalo saya pribadi kurang tau dek karnakan rencananya anggaran itu

mungkin IPCNnya lah yang tau dia lah yang memegangnya dek,

kamipun gak pernah tau berapa-berapa anggaran dana untuk PPI

ini.” (Informan 6)

“anggaran ini gak bisalah abang jawab karenakan bukan abang

IPCN nya. Tapi kalo rencana kegiatan adalah kegiatannya yang

dibuat diantaranya itu ada pemilahan sampah, limbah medis non

medis kalo ini berjalan aktif.” (Informan 4)

“untuk anggarannya gak tau lah kakak, itukan cuma IPCN yang tau.

Kalo rencana kegiatannya adalah beberapa yang kakak taunya dek

kayak 5 momen cuci tangan sama 6 langkah cuci tangan.”

(Informan 7)

“kalo untuk rencana anggaran kerja mungkin udah tersedia, cuma

saya gak pernah tau itu anggarannya berapa dan itu kayaknya kami

gak ada yang tau ya karnakan itu sama IPCN nya belum pernah sih

saya lihat itu seperti apa, kalau kegiatannya yang ada diruangan

saya ya itulah ada poster-poster itu dek apa ya namanya banner

kalo gak salah saya, itu ada diruangan saya kan itu tentang etika

batuk, terus ada juga pemilihan sampah medis non medis sama 5

momen cuci tangan 6 langkah cuci tangan.” (Informan 8)

Dukungan manajemen lainnnya yaitu direktur turut serta dalam melakukan

perencanaan program PPI, mengadakan dan menghadiri rapat rutin dan menerima

laporan dari komite PPI. Adapun beberapa informan yang menyatakan mengenai

hal tersebut adalah :

“perencanaan program PPI sudah di susun bersama direktur yang

lama tetapi setelah berakhir masa akreditasi di akhir tahun berakhir

Page 67: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

50

pula jabatan direktur lama, jadi direktur yang baru hanya ikut

memantau perkembangan program PPI saja dan karena kesibukan

beliau banyak jadi tidak terlalu sering mengikuti rapat selain itu

juga pokja yang dibahas sewaktu rapat bukan pokja PPI aja.”

(Informan 6)

“dalam membuat perencanaan program PPI dulu saya tiduk ikut

dalam rapat itu, sekarang kalau mengadakan rapat-rapat sering

hadir sih saya cuma ada juga beberapa kawan yang lain tidak hadir

gak tau kenapa, kalo direktur saya lihat sering juga hadir di dalam

rapat tapi kalo rapat mengenai PPI direktur jarang ikutlah karna

pak direktur sibuk untuk akreditasi ini teruspun kami kalo mau rapat

ataupun diklat itu cuma di ruangan sendiri.” (Informan 7)

Dari penjelasan diatas dapat dilihat direktur jarang terlibat dalam

melakukan perencanaan program PPI, perencanaan program PPI dilakukan

sepenuhnya oleh tim PPI. Tetapi dalam pelaksanaanya dilapangan direktur jarang

ikut serta dalam melakukan monitoring pelaksanaan program untuk melihat

kepatuhan perawat dalam melaksanaan kebijakan dari Standar Prosedur

Operasional (SOP) yang telah ditetapkan. Dari dokumen kegiatan rapat dapat

dilihat bahwa rapat yang dilakukan direktur kepada seluruh petugas adalah

membahas pokja-pokja akreditasi untuk mengetahui perkembangan pokja-pokja

tersebut sesuai dengan penilaian akreditasi.

Dukungan manajemen dalam suatu program harus diikuti dengan

manajemen yang baik. Pimpinan bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan

upaya pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit. Pimpinan RSUD H.

Abdul Manan Simatupang Kisaran bersama jajaran struktural mengetahui

pentingnya penerapan program pencegahan infeksi di rumah sakit. Keberhasilan

pencegahan dan pengendalian infeksi dapat meningkatkan mutu pelayanan rumah

sakit, selain itu penting sebagai persiapan akreditasi.

Page 68: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

51

Pimpinan RSUD H. Abdul Manan Simatupang Kisaran sudah membentuk

komite dan tim PPI yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan pengendalian

infeksi di rumah sakit. Masing-masing komite sudah memiliki ketua, sekretaris

dan anggota komite. Sebagai bentuk keterikatan dan komitmen pimpinan

memberikan surat keputusan yang sah kepada komite dan tim yang sudah terpilih.

Berdasarkan surat Keputusan Direktur RSUD H. Abdul Manan Simatupang

Kisaran menyatakan bahwa direktur sudah menyusun pengurus komite PPI RSUD

H. Abdul Manan Simatupang Kisaran dan Nomor 800/22/2017 menyatakan

bahwa direktur sudah melakukan penyusunan PPIRS. Pimpinan bertanggung

jawab atas perencanaan program PPIRS (Nursalam, 2011).

Manajemen didalam pelaksanaan program pencegahan dan pengendalian

infeksi merupakan kegiatan untuk mengendalikan infeksi meliputi perencanaan,

pelaksanaan, pengawasan, pembinaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan

(Perdalin, 2011).

Komite PPIRS membuat program kerja setiap tahun. Ini sesuai dengan

kepustakaan yang menyatakan bahwa kegiatan PPI perlu ditunjang oleh

perencanaan rinci dalam strategi dan langkah yang memerlukan koordinasi dari

banyak pihak, baik individu, bagian ataupun unit-unit pelayanan di rumah sakit.

Program tersebut haruslah dijabarkan secara tertulis dan menjadi dasar

perencanaan pengendalian infeksi di rumah sakit, serta memuat unsur standar

yang dipersyaratkan oleh Panitia Akreditasi Rumah Sakit dan juga ketentuan

pemerintah yang berlaku. Program PPI adalah kegiatan yang meliputi

perencanaan, pelaksanaan, pengawasan serta pembinaan dalam upaya

Page 69: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

52

menurunkan angka kejadian infeksi di rumah sakit (Kemenkes RI, 2011).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pimpinan RSUD H. Abdul Manan

Simatupang Kisaran belum memahami kegiatan manajerial PPI, yang harus

dimulai dari perencanaan yang matang. Dimana perencanaan dilakukan untuk

menentukan tujuan jangka panjang dan jangka pendek penerapan program.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan menyatakan bahwa

pimpinan RSUD H. Abdul Manan Simatupang Kisaran jarang terlibat dalam

perencanaan program PPIRS, dikarenakan direktur yang masih baru menjabat di

rumah sakit tersebut menyerahkan perencanaan program PPI kepada komite PPI.

Kendala pimpinan jarang terlibat dalam perencanaan program PPIRS dikarenakan

direktur sekarang lebih difokuskan pada tupoksi sebagai pimpinan tertinggi RS

yang harus memperhatikan proses pelayanan rumah sakit sehingga tidak

mempunyai waktu untuk melakukan pertemuan dengan seluruh anggota komite

organisasi dan mempertahankan penilaian akreditasi untuk di uji lagi yang akan

dilakukan akreditasi lagi di akhir tahun 2018.

Penggunaan dukungan manajemen sebagai keberhasilan pelaksanaan

program PPIRS juga dipakai pada penelitian Wilma (2013) tentang faktor-faktor

yang berhubungan dengan pelaksanaan pencegahan infeksi nosokomial oleh

perawat pelaksana di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Makassar diperoleh hasil

penelitian menggunakan uji Fisher's Exact Test didapatkan nilai p = 0.000, maka

dapat disimpulkan bahwa ada hubungan bermakna secara signifikan antara

dukungan manajemen dengan pelaksanaan pencegahan infeksi nosokomial oleh

perawat pelaksana.

Page 70: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

53

Pendidikan dan Pelatihan PPI. Salah satu upaya untuk dapat melakukan

pencegahan dan pengendalian infeksi dibutuhkan kegiatan pendidikan dan

pelatihan untuk petugas kesehatan, pengunjung dan keluarga pasien. Bentuk

pendidikan dan pelatihan pncegahan dan pengendalian infeksi terdiri dari

komunikasi, informasi, edukasi serta pelatihan PPI. Kegiatan pendidikan dan

pelatihan ini dilaksanakan didalam dan diluar rumah sakit. Berdasarkan hasil

wawancara dengan informan yaitu sebagai berikut:

“kegiatan pendidikan dan pelatihan tentang PPI kepada pegawai

sudah kami lakukan dengan sosialisasi, kami lakukan sosialisasi itu

diruang rapat terus selain diruang rapat sering dilakukan juga

sosialisasi di setiap ruangan masing-masing dan yang sering kami

beri sosialisasi yaitu materi tentang praktek cuc tangan yang baik

seperti 5 moment cuci tangan dan 6 langkah cuci tangah,

pembuangan sampah medis non medis, pengelolaan limbah, etika

batuk.” (Informan 1)

“pernah ada juga program diklat ini dibuatnya disini di rumah sakit

ini, ya kami dipanggil dilatih dikasih apa namanya seperti modul

gitu yaa, suruh praktek langsung kayak praktek cuci tangan gitu,

kalau yang dibuat di luar rumah sakit ada juga tapi dari kami belum

ada yang dikirim untuk diklat keluar.” (Informan 5)

“untuk program diklat sudah dilaksanakan, kalo yang diluar juga

ada terus yang di rumah sakit juga uda ada dibuat biasanya dibuat

rapatnya itu pertama kepala ruangan diruang rapat baru ke

ruangan masing-masing sosialisasi lagi lah kepala ruangan ke

anggota-anggotanya yang diruangan , terkadang IPCN nya juga

datang ke ruangan untuk mensosialisasikan lagi biasanya yang

dibahas itu tentang pencegahan infeksi, cara pembuangan sampah

medis non medis, cara pemakaian masker,cara penggunaan infus

banyak lagi lah dek.” (Informan 6)

“program diklatnya sudah ada, di dalam rumah sakit pun sudah ada

kalo diklat IPCN nya dilakukan diluar terus IPCN yang memberikan

pengarahan sama kami di dalam rumah sakit setelah mereka

pelatihan. Untuk pelatihan di dalam rumah sakit ya semua kepala

ruangan ikut. Nah untuk materi yang dikasih itu tentang kepatuhan

cuci tangan, udah gitu hmm pemilahan sampah selanjutnya

pengisian formulir. Terus yang sering ngasih materi itu ya IPCN nya

Page 71: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

54

lah kalo ketua komitenya hanya pada saat diruang rapat saja.”

(Informan 5)

Kegiatan pendidikan dan pelatihan ini memiliki dampak yang bagus untuk

pegawai rumah sakit karena bertujuan untuk menambah ilmu pengetahuan dan

keterampilan petugas dalam mencegah infeksi khususnya infeksi nosokomial. Hal

ini disampaikan oleh beberapa informan berikut ini :

“program pendidikan dan pelatihan oleh pegawai di rumah sakit

lebih sering kami buat kayak sosialisasi gitu, saya buat diklat ini di

lapangan seperti ruangan masing-masing saya mendatangi ruangan

mereka untuk sosialisasi kembali mengenai PPI , SOP tentang cuci

tangan seperti 5 moment cuci tangan dan 6 langkah cuci tangan,

pemilahan sampah medis dan non medis, etika batuk, cara

menyuntik yang benar, memberitahu tentang pencegahan infeksi

seperti infeksi nosokomial ini kayak pemasangan kateter yang benar,

pemasangan infus yang benar, terus tentang luka operasi pada

pasien, selain itu saya juga memberitahu kepada setiap kepala

ruangan untuk memberikan teguran kepada anggotanya yang tidak

patuh terhadap SOP yang berlaku, memperingatkan kepada kepada

kepala ruangan untuk terus mengontrol laporan formulir surveilans

setiap bulannya.” (Informan 3)

“kalau program diklat di rumah sakit biasanya IPCN nya

mendatangi, tapi dia langsung aja datang ke ruangan abis itu ada

beberapa orang kami yang jaga ya dikasihnya arahan, materinya ya

menjelaskan seperti etika batuk udah gitu cuci tangannya 5

momentnya 6 langkahnya itukan, udah gitu mengenai apa? Sampah

medis lah.” (Informan 8)

“program diklat ini pernah dilakukan di dalam rumah sakit waktu

itu IPCN nya datang ke ruangan saya disitu dia sosialisasi lah

mengenai apa-apa saja mengenai PPI terus SOP cuci tangan, etika

batuk terus dia mengingatkan pembuatan laporan infeksi nosokomial

kalo ada dicurigai kasus HAIS.” (Informan 7)

Selain program pendidikan dan pelatihan kepada kepada seluruh petugas

rumah sakit, direktur juga harus membuat perencanaan pendidikan dan pelatihan

kepada Komite PPI dan anggotanya agar memiliki sertifikat tentang PPI dasar dan

lanjutan melalui seminar, lokakarya serta bimbingan teknis secara

Page 72: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

55

berkesinambungan. Tujuan dilakukannya pendidikan dan pelatihan kepada komite

PPI yaitu menambah wawasan pengetahuan tentang PPIRS agar dapat

melaksanakan program pendidikan dan pelatihan kembali kepada seluruh pegawai

rumah sakit baik pegawai medis dan non medis, pasien, keluarga pasien maupun

pengunjung di rumah sakit. Komite dan tim PPI belum semua pernah

mendapatkan pendidikan dan pelatihan di luar rumah sakit. Hal ini berdasarkan

pernyataan dari beberapa informan yaitu sebagai berikut :

“kalau diklat di luar belum pernah ikut saya, cuma IPCN lah yang

baru keluar terus sama dokter (ketua komite) lah yang uda bolak

balik pelatihan diluar. Semalam ada yang mau dilatih keluar cuma

gak jadi batal karena gak ada yang mau waktunya juga mendadak

karena mau di latih di bogor udah gitu waktunya Cuma 2 hari jadi

dalam 2 hari mencarikan orang itu payah juga.” (Informan 5)

“kalau saya pribadi belum pernah ikut diklat diluar dek tapi kalo

yang di dalam saya sering ikut kalo gak di ruang rapat ya di

ruangan saya sendiri dek.” (Informan 7)

“saya belum pernah ikut untuk diklat yang diluar karna yang ikut itu

baru IPCN nya saja, IPCN yang dilatih keluar barulah nanti kami

dikasih ilmunya terus dia terapkan di rumah sakit ini.” (Informan 8)

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa tim PPI dan

anggota-anggotanya belum pernah mendapatkan pendidikan dan pelatihan dari

luar rumah sakit tentang PPI dasar maupun lanjutan. Pendidikan dan pelatihan

yang sudah dilakukan di luar hanya kepada ketua komite yaitu tentang PPI dan

berhubungan dengan jabatan dia sebagai IPCO sekaligus ketua komite. Sedangkan

kepada tim yang lain hanya mendapatkan pendidikan dan pelatihan dari dalam

rumah sakit saja. Hal ini disampaikan juga oleh informan 1 sebagai berikut :

“sekarang ini komite PPI dan tim PPI yang sudah mengikuti

pendidikan dan pelatihan diluar yaitu ketua komitenya sama IPCN

nya saja, kemarin ada juga yang mau di berangkatkan pendidikan

dan pelatihan diluar cuma pada gak bisa karna waktunya

Page 73: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

56

mendadak, mungkin juga karena pada sibuk juga pegawai disini

untuk persiapan akreditasi bulan ini jadi mereka gak ada yang mau.

Kalau untuk memberangkatkan semua anggota PPI ya belum

bisalah karenakan biayanya mahal sekali jadi cuma petugas-petugas

inti lah yang baru diberangkatkan keluar. Kalau sekarang ini kita

adakan pendidikan dan pelatihan didalam saja dan yang memberi

materinya itu ketua komite sama IPCN, terkadang sekali-sekali

pematerinya didatangkan juga dari luar.” (Informan 1)

Berdasarkan beberapa pernyataan diatas dapat diketahui bahwa program

pendidikan dan pelatihan kepada seluruh petugas sudah terlaksanakan tetapi

terbatas untuk melakukan pendidikan dan pelatihan diluar rumah sakit. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4

Komite PPI yang Sudah Pernah Mengikuti Program Pendidkan dan Pelatihan

Diluar Rumah Sakit serta Memiliki Sertifikat PPI

Pendidikan dan Pelatihan Jumlah Persentase (%)

Pernah dan memiliki sertifikat 2 25

Belum pernah 6 75

Total 8 100

Dari data diatas dapat dilihat bahwa informan yang belum pernah

mendapatkan pendidikan dan pelatihan diluar rumah sakit serta belum memiliki

sertifikat PPI sebanyak 6 orang (75%) dan 2 orang (25%) informan yang sudah

pernah dan memiliki sertifikat PPI.

Menurut Depkes RI (2008) untuk keberhasilan pelaksanaan pencegahan

dan pengendalian infeksi yaitu adanya anggaran atau dana untuk kegiatan

pendidikan dan pelatihan. Tim pencegahan dan pengendalian infeksi wajib

mengikuti pendidikan dan pelatihan dasar dan lanjut PPI, memiliki sertifikat PPI

serta mengembangkan diri dengan mengikuti seminar, lokakarya serta mendapat

bimbingan teknis berkesinambungan. Sehingga kriteria sebagai ketua, sekretaris,

Page 74: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

57

anggota dapat terpenuhi.

Pendidikan dan pelatihan kepada tim PPI harus dilakukan terlebih dahulu

dengan tujuan untuk menambah pengetahuan serta keterampilan tim agar dapat

melaksanakan salah satu program pendidikan dan pelatihan PPIRS kepada seluruh

petugas di rumah sakit. Pendidikan dan pelatihan dilakukan didalam rumah sakit

itu sendiri atau diluar luar rumah sakit.

Sejalan dengan kebijakan pemerintah juga membuat standar pelayanan

minimal melalui Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK/II/2008

tentang SPM mencantumkan bahwa ada anggota tim PPI yang terlatih yaitu

sebesar 75% dari keseluruhan anggota, ini menjadi indikator penilaian dalam

akreditasi. Pada penelitian ini tim PPI yang sudah menerima pendidikan dan

pelatihan adalah ketua komite dan IPCN. Sehingga SPM untuk anggota tim PPI

yang terlatih hanya sebesar 25%.

Pendidikan dan pelatihan tim yang berkaitan dengan PPI pimpinan

mendatangkan pembina akreditasi untuk membantu tim PPI meningkatkan

pengetahuan sehingga tim PPI memahami pencegahan dan pengendalian infeksi.

Berdasarkan pengetahuan yang diperoleh dari pembina dan literatur yang memuat

pedoman dari Depkes, komite PPI RSUD H. Abdul Manan Simatupang Kisaran

melaksanakan program pendidikan dan pelatihan kepada petugas, pasien, keluarga

pasien dan pengunjung.

Diharapkan setelah pelatihan setiap petugas mengalami perubahan

perilaku dan meningkatkan kesadaran petugas untuk terlibat dalam program

pencegahan infeksi. Hal ini sesuai dengan penelitian Mustariningrum, dkk (2015)

Page 75: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

58

pelatihan berhubungan cukup kuat serta berpengaruh signifikan terhadap kinerja

IPCLN.

Uraian tugas. Uraian tugas merupakan uraian tertulis tentang apa yang

menjadi konstribusi tiap pemegang jabatan kepada organisasi yang harus memuat

hal-hal apa saja yang merupakan konstribusi dari komite PPI. Berdasarkan hasil

observasi dan wawancara dengan para informan didapatkan hasil tentang uraian

tugas.

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan tentang uraian

tugas sesuai dengan jabatan yang di pegang sebagaimana informasi yang

diperoleh dari informan berikut ini :

“ ya kalo uraian tugas kakak sebagai kepala ruangan atau IPCLN

ya tau apa-apa saja, tugasnya itu membuat laporan tentang

surveilans itu yang diserahkan sama IPCN, terus apalagi ya? Inilah

mensosialisasikan tentang PPI sama petugas di ruangankan, ngasih

tau petugas kalo petugas ada yang gak patuh kayaknya itu ajalah

dek, lagiankan uraian tugasnya itu uda dilampirkan sekalian sama

SK itu dek.” (Informan 7)

“uraian tugasnya ya ngerti gak ngerti lah ya, ya diminta laporan

mencatat, mengasih tau pasien dan keluarga tentang program PPI,

nengok patuh gak patuhnya juga, itu ajalah kurasa tugasku terus

apalagi ya, awak ngasih teguran juga ke petugas cuma ya kadang-

kadang pun awak tak cuci tangan hahaha tapi ya inikan tugas saya

ya niat sendirilah tanpa di suruh.” (Informan 5)

Berdasarkan hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa uraian tugas

informan sudah dijalankan dan laksanakan sesuai dengan uraian tugas yang

tertulis dan informan menjalankan tugasnya sebagai IPCLN yaitu mencatat

laporan surveilans infeksi dan menyerahkan ke IPCN setiap bulannya,

memberikan teguran tentang pelaksanaan kepatuhan pencegahan dan

pengendalian infeksi pada anggota di unit rawatnya masing-masing, penyuluhan

Page 76: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

59

atau mensosialisasikan kepada pengunjung di ruang rawat masing-masing dan

memonitor kepatuhan petugas kesehatan dengan niat sendiri karena itu sudah

tanggungjawab yang harus dipegang tanpa harus disuruh melakukan tugas

tersebut.

Demikian juga informasi yang didapatkan dari informan ketiga tentang

uraian tugas berikut ini:

“ tugas ibu ya sebagai IPCN di rumah sakit ini juga lumayan

banyak, tugas saya itu biasanya ibu mengumpulkan semua laporan

surveilans infeksi dari setiap unit, IPCLN nya mengantarkan sama

ibu setiap bulan tapi terkadang orang itu juga keseringan lupa ibu

lah sekalian keruangan orang itu setiap hari untuk memonitor

kejadian infeksi, uda itu ibu juga mengumpulkan data inos harian,

data kejadian infeksi pasien rawat inap, terus ibu juga ngasih

penyuluhan sama petugas kesehatan, pengunjung, keluarga tentang

infeksi yang lagi berkembang di masyarakat kan, terus kadang jadi

pembicara juga sama-sama komite lah waktu ada diklat di rumah

sakit, ibu juga mengontrol kesling di rumah sakit ini biar bersih.

Terus ibu memonitor pelaksanaan PPI ini sama komite buat SPO

sama kewaspadaan isolasi. Aduh banyak lagilah tugas ibu sama ibu

juga memantau kepatuhan tugas untuk ngelaksanain SPO untuk

tindakan pencegahan infeks, ada lagi nda ibu juga buat laporan

kejadian infeksikan nantinya ibu kasih ke dr (ketua komite PPI)

untuk dibahas sama-sama tim dan juga komite PPI baru diserahkan

ke direktur. (Informan 3)

Berdasarkan pernyataan dari informan tersebut menunjukkan bahwa

informan mampu menjelaskan uraian tugas sebagai IPCN yaitu mengunjungi

setiap unit/ruangan setiap hari, membuat dan mengumpulkan laporan data

kejadian infeksi, memonitor pelaksanaan program PPI, memberikan motivasi dan

teguran kepada petugas kesehatan, melihat dan menilai kepatuhan petugas

kesehatan terhadap SPO pelaksanaan program pencegahan dan pengendalian

infeksi serta membuat laporan akhir yang ditujukan kepada ketua komite dan

direktur.

Page 77: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

60

Secara umum para informan menyatakan bahwa keseluruhan informan

mengetahui uraian tugas masing-masing dan itu menunjukkan bahwa mempunyai

pengetahuan yang baik tentang uraian tugasnya. Demikian juga yang disampaikan

oleh informan berikut ini :

“ uraian tugas saya ya disini sebagai ketua komite PPI dan biasa

juga saya disebut IPCD disini ya, ya kalau tugas saya sendiri itu ya

bekerjasama dengan tim dan anggota komite dalam menyusun

pedoman penulisan surveilans, udah itu memberikan sosialisasi

kebijakan PPI Rumah Sakit kepada petugas kesehatan,

mengkoordinasikan pelatihan kewaspadaan universal ini sama juga

ke seluruh petugas kesehatan, teeus ada juga tugas saya itu

mengevaluasi program PPI, berkoordinasi juga dengan uni-unit

terkait PPI tentang kebijakan SPO, saya juga menerima laporan

dari anggota komite PPI terkadang saya juga menerima laporan

dari IPCN dan membuat laporan kepada Direktur setelah itu kami

mengevaluasi lagi mana yang akan dirubah dan ditingkatkan lagi

kinerja PPI. adapun tugas saya selain di PPI ya saya sebagai ketua

komite farmasi, lalu saya di rumah sakit ini juga sebagai ketua unit

DOTS, kemudian saya koordinator CST/VCT itu program HIV di

rumah sakit. Dengan tugas sebanyak itu ya itu mengganggu-

mengganggu sedikit lah.” (Informan 2)

Dari hasil wawancara diatas informan menyatakan bahwa informan

mampu menjelaskan uraian tugas sebagai ketua komite atau IPCO yaitu membuat

pedoman dan kebijakan SPO PPI, memberikan sosialisasi mengenai kebijakan

PPI, menerima laporan dari anggota komite dan IPCN, kemudian melaporkan

kepada direktur untuk disahkan agar bisa di sosialisasikan kebijakan SPO PPI

kepada petugas kesehatan di rumah sakit.

Dalam melaksanakan peran dan tanggung jawab IPCN dibantu oleh

IPCLN untuk melaksanakan program pencegahan dan pengedalian infeksi hal ini

berdasarkan dengan pernyataan dari informan berikut ini :

“ ..formulir surveilans harian infeksi itu diisi sama kami lah sebagai

IPCLN, formulir itu kami isi dari pasien yang dirawat inap

Page 78: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

61

diruangan masing-masing dan itu disinya setiap hari lah dek, kalau

misalnya ada kejadian infeksi kami harus lapor ke IPCN nya, setelah

itu formulir dikumpulkan lagi ke IPCN.” (Informan 8)

“ kami bantu IPCN dek ngerjain formulir surveilans ini dek, nanti

IPCN nya yang mengumpulkan semua data dari setiap ruangan baru

itu dia buat laporan untuk ditujukan sama dr (ketua komite).”

(Informan 6)

Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa para informan menyatakan

bahwa laporan yang dilakukan oleh IPCN mengenai kasus infeksi karena di dalam

formulir itu laporan mengenai surveilans infeksi rumah sakit. Ada pun hambatan

yang dihadapi adalah tidak semua IPCLN dapat melaksanakan tugasnya karena

adanya peran ganda. Berikut pernyataan dari beberapa informan :

“tugas ibu itu mengumpulkan data HAIs harian,terus ada juga data

kejadian infeksi pasien yang lagi dirawat. Ya kadang-kadang ibu

sendiri lah mengumpulkan data infeksi harian sekalian ibu

memantau secara langsung seperti keadaan pasien di setiap

ruangan rawat inap, terkadang juga ya ibu dibantu jugalah sama

IPCLN nya tetapi lebih sering ibu yang mendatangi orang itu untuk

ngambil datanya nanti ada juga itu ruangan mana gitukan jarang

ngumpulkan formulirnya nanti ibu minta adalah alasan orang itu

lupa mengerjakan, iya nanti diantarkan sendiri lah, ada lah macem-

macem alasan orang itu lama mengumpulkan tugasnya, uda gitu

karena orang itu masih masuk shift malam jadi mereka libur ga bisa

membantu kadang juga kalau masuk shift pagi banyak pasien juga

keteter kerjaannya jadi belum sempat ngerjain formulir ini, tapi ada

juga kok IPCLN yang lain yang mengerjakan tepat waktu.”

(Informan 3)

“ iya tugas kami itu ada ngerjain laporan infeksi itu lah kayak

formulir harian gitu, iya kami yang mengisi nanti kalo ada infeksi

kami lapor lah ke IPCN nya, terkadang karena kesibukan saya juga

sebagai kepala ruangan, petugas program TB, TB HIV, TB MDR

jadi terkadang saya agak kewalahan juga tapi untungnya dibantu

sama Ka Tim kalau tidak ada Ka Tim mungkin yaa bakalan repot

haha, ya tapi kayak manapun juga ya harus dikerjakan ya pokoknya

sambil-sambil dikerjakan semuanya, kadang-kadang juga disuruh

juga mantau petugas di ruangan untuk ngasih teguran ke petugas

cuma ya kadang di bilang kadang juga enggak, ya itu semua kan

kesadaran masing-masing lah terkadang pun awak tak cuci tangan

Page 79: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

62

hahaha.”( Informan 5)

“ yaa kakak ngerjain juga formulir surveilans infeksi itukan tapi

lebih sering juga dibantu Ka Tim karenakan ssebagai perawat

pelaksana juga kan harus merawat pasien dulu, ga sempat keliling.

Terus nanti datanya kami kasih ke IPCN nanti IPCN nya datang

mantau pasien disini kalo misalnya ada pasin yang terinfeksi. Tapi

diruangan ini jarang ada dijumpai kasus infeksi apalagi infeksi

nosokomial, tapi kalau dulu ada lah sebelum akreditas tapi datanya

kan gak ada terkumpul, iya kakak juga disuruh sama kakak itu

(IPCN) untuk menegurkan petugas sini buat ngerjain SPO, ngingatin

lah awak kalo orang itu gak patuh, kalo gak patuh kakak kasih

teguran lah, ya namanya manusia juga banyak khilafnya dek hahaha

kadang pun gak dikerjakan orang itu.” (Informan 7)

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari dapat diketahui bahwa IPCLN

adalah perawat yang berasal dari unit rawat inap yang masih terikat shift. Selain

itu juga IPCLN bertugas merawat pasien sehingga tugas memantau kepatuhan

petugas masih belum terlaksana baik. Serta masih dijumpai banyak petugas

kesehatan tidak patuh dalam melakukan SOP setiap tindakan.

Dari hasil pengamatan pelaksanaan uraian tugas masing-masing anggota

lebih memfokuskan pada kegiatan surveilans karena IPCN bila datang ke ruangan

lebih kepada pengumpulan data infeksi.

Uraian tugas merupakan uraian tertulis tentang apa yang menjadi

konstribusi tiap pemegang jabatan kepada organisasi. Kata kunci dari pengertian

ini adalah kontribusi. Ini berarti bahwa uraian tugas haruslah memuat hal-hal apa

saja yang merupakan konstribusi dari sebuah jabatan dalam tugas Komite PPIRS

(Depkes RI, 2008).

Uraian tugas harus ditetapkan secara jelas untuk setiap jabatan, agar

pejabat tersebut bertanggungjawab atas tugas yang dilakukan. Uraian tugas harus

dapat memberikan ketegasan dan standar tugas yang harus dicapai oleh seorang

Page 80: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

63

pejabat yang memengang jabatan tersebut. Uraian tugas ini menjadi dasar untuk

menetapkan spesifikasi pekerjaan dan evaluasi pekerjaaan bagi pejabat yang

memegang jabatan itu.

Uraian tugas masing-masing jabatan didalam komite PPI ada tercantum

didalam pedoman pengorganisasian pencegahan dan pengendalian infeksi RSUD

H. Abdul Manan Simatupang Kisaran. Dalam penelitian dapat dilihat bahwa

sebagaian besar anggota komite yang menjadi informan mengetahui dengan baik

uraian tugas dalam jabatan di komite PPIRS.

Uraian tugas IPCLN yaitu mengisi formulir surveilans infeksi harian di

dalam unit rawat inap masing-masing, kemudian menyerahkan kepada IPCN

ketika pasien pulang , melakukan penyuluhan bagi pengunjung di ruang rawat

inap belum terlaksana baik. Selain itu IPCLN juga harus melaksanakan tupoksi

sebagai perawat pelaksana di unit rawat inap masing-masing untuk melaksanakan

perawatan kepada pasien hal ini mengakibatkan perawat IPCN tidak dapat

memonitor kepatuhan petugas kesehatan dalam menjalankan SPO serta tidak

dapat memberikan motivasi dan teguran tentang pelaksanan kepatuhan PPI pada

setiap personil ruangan.

Hal ini sesuai yang dilakukan penelitan oleh Ulfa dan Adhyaksafitri

(2015) tentang Pelaksanaan standar prosedur operasional (SPO) pemasangan

ventilator di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta oleh perawat dapat

dikatakan belum maksimal karena hanya 80% perawat yang patuh mengunakan

SOP pada saat melakukan tindakan dikarenakan banyaknya pekerjaan yang harus

di lakukan.

Page 81: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

64

Perawat IPCLN menyatakan bahwa pelaksanaan uraian tugas yang rutin

dilaksanakan adalah mengumpulkan formulir surveilans infeksi yang sudah diisi,

hal ini dilakukan apabila terkena shift pagi dan bisa berkoordinasi dengan IPCN.

Pernyataan IPCN tentang uraian tugas dalam pelaksanaan monitoring kepatuhan

petugas dalam menjalankan kewaspadaan isolasi yaitu masih kurang kesadaran

petugas. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesadaran dan kepatuhan

petugas setiap ruangan rumah sakit di buat brosur, leaflet tentang cuci tangan,

etika batuk serta menyediakan sampah medis dan non medis. Upaya ini juga

mengharapkan dapat menambah informasi dan kepatuhan pasien, keluarga dan

pengunjung rumah sakit untuk menghindari infeksi di rumah sakit salah satunya

infeksi nosokomial.

Salah satu hambatan dalam pelaksanaan program pencegahan dan

pengendalian infeksi nosokomial yaitu ketidak patuhan petugas rumah sakit

terhadap kebijakan dan standar operasional prosedur tentang pencegahan dan

pengendalian infeksi. Ketidakpatuhan petugas juga disebabkan tidak adanya

sanksi tegas bagi petugas yang melanggar atau tidak melaksanakan kebijakan

serta kurangnya pengawasan perawat IPCLN untuk mengontrol petugas di luar

shift dinas. Untuk mengatasi hambatan tersebut perawat IPCN harus

melaksanakan kegiatan pengawasan ketat kepada petugas.

Hal ini perlu menjadi perhatian komite PPI karena baik buruknya

pelaksanaan PPI tergantung kepada kemauan, pengetahuan dan pemahaman

seseorang menjalankan tugasnya seuai dengan ketetapan yang berlaku. Ketidak

patuhan petugas dapat menjadi dampak kepada kejadian infeksi di rumah sakit.

Page 82: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

65

Petugas IPCN RSUD H. Abdul Manan Simatupang Kisaran sudah

melaksanakan kegiatan surveilans dan membuat laporan kepada tim PPI. Laporan

surveilans infeksi sudah dibuat dalam bentuk triwulan. Hambatan yang sering

dihadapi perawat IPCN yaitu laporan sering terlambat dikarenakan dalam

mengumpulkan data di lapangan IPCN sering tidak dibantu IPCLN, IPCLN hanya

melakukan pengumpulan data pada saat shift dinas saja sehingga IPCN harus

bekerja sendiri. Petugas IPCN harus memeriksa setiap ruangan rumah sakit,

memeriksa kebersihan rumah sakit. Pengendalian lingkungan rumah sakit juga

merupakan hal penting dalam pelaksanaan PPI tujuannya yaitu untuk menciptakan

lingkungan yang bersih, aman dan nyaman sehingga dapat meminimalkan dan

mencegah terjadinya transmisi mikroorganisme dari lingkungan kepada pasien,

petugas dan pengunjung.

Untuk mengatasi keterlambatan pelaporan tersebut, tim PPI membantu

IPCN melakukan pengolahan data infeksi. Data infeksi harus diolah dan

diinterpretasikan dengan baik dan jujur sehingga bisa menjadi acuan dalam

melaksanakan program PPI lainnya. Serta keteraturan dalam pelaporan juga harus

diharus ditingkatkan agar survei yang dilakukan adekuat dan pelaporannya

berjalan baik.

Fasilitas. Tersedianya fasilitas merupakan pendukung dalam program

pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial di rumah sakit. Selain itu

dengan adanya fasilitas yang lengkap dapat meningkatkan kepatuhan perawat

dalam melaksanakan pencegahan infeksi. Berikut kutipan wawancara :

“fasilitas sudah tersedia kok, contohnya uda ada tempat cuci tangan

kayak wastafelnya uda ada dari lama terus ada handsoap, hand rub

Page 83: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

66

tong sampah juga ada, itu ada tong sampah medis non medis juga

uda ada.” (Informan 8)

“sudah tersedia, fasilitas nya itu fasilitas cuci tangannya uda ada

kayak wastafel tiap ruangan juga sudah ada, handsoap hand rub

masker hands scoon tempat sampah medis dan medis.” (Informan 7)

“ya udah tersedia lah disini, wastafel untuk cuci tangan uda ada di

setiap ruangan ya, terus untuk handsoap handrub juga uda tersedia

ya walaupun terbatas ya, gak terpenuhi seutuhnya, terus ada masker

juga, ada hands scoon tissu juga ada tapi ya kadang abang taruh di

kantor karena kalo taruh diruangan pasien tissu nya cepat abis

diambil sama pengunjung, terus ada juga tempat sampah medis non

medis ada safety box nya.” (informan 4)

Berdasarkan informasi dari informan dapat diketahui penyediaan fasilitas

untuk mencuci tangan sudah ada. Fasilitas yang selalu disediakan di RSUD H.

Abdul Manan Simatupang Kisaran adalah kebutuhan bahan mencuci tangan

seperti handsoap dan handrub. Dari hasil pengamatan tampak sudah tersedianya

handrub pada setiap pintu ruangan di rumah sakit dan di dalam setiap ruangan

rawat inap. Namun penyediaan handsoap hanya terdapat pada wastafel saja dan

tidak semua kamar mandi dilengkapi dengan wastafel dan sabun. Demikian juga

informasi yang diperoleh dari informan 5 menyatakan bahwa masih belum

standar tong sampah yang di ruangannya berikut pernyataannya:

“tempat sampah udah ada cuma gitulah kurang standart tempatnya kan

tengok aja diluar udah ancur-ancur gitu, kalo sekarang udah ada

barangnya cuma belum di bagi-bagikan, kalo yang itu gak standartnya

itu kecil-kecil kali kan masa tempat sampahnya disini seperti itu kan

udah gak layak.” (Informan 5)

Berdasarkan pernyataan informan tersebut diketahui bahwa masih ada

ruangan yang belum mendapatkan tempat sampah yang layak seperti ruangan-

ruangan lainnya yang sudah mendapatkan tempat sampah medis dan non medis.

Tempat sampah yang tidak memenuhi standart dapat menggangu kenyamanan dan

Page 84: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

67

estetika sehingga menjadi kurang sedap di pandang selain itu dapat menjadi

tempat perkembangbiakan bagi vektor penyakit seperti lalat dan tikus yang bisa

menyebabkan infeksi bagi pasien.

Penyediaan fasilitas pendukung untuk kerja komite juga perlu disediakan,

dimana penyediaan fasilitas penunjang belum memadai yaitu tidak tersedianya

ruangan khusus untuk komite PPI, peralatan elektronik yang belum mencukupi.

Berikut hasil wawancara dengan informan ketiga :

“kalau untuk ruangan khusus PPI sendiri belum ada, selama ini

kami bekerja dan rapat itu diruangan lain, untuk media

elektroniknya kayak printer komputer itu juga gak ada, belum ada di

sediakan dari rumah sakit untuk PPI ini. Itu semua punya ibu dan

dokter (ketua komite) sehabis rapat ataupun bekerja kami langsung

bawa pulang masing-masing komputer sama printernya. Fasilitas

yang disediakan rumah sakit untuk mendukung program PPI bisa

dibilang sudah tersedia tapi belum lengkap mungkin karena

menyangkut dana juga, kan dananya terbatas jugakan, tapi katanya

mau diusahakan untuk membuat ruangan komite PPI. Selain itu juga

perlu disediakan alat pemeriksaan kultur untuk pemeriksaan infeksi

dan resistensi agar dapat diuji kultur untuk kasus ISK” (Informan 3)

Fasilitas lain sudah tersedia namun masih dibatasi dikarenakan belum

menjadi prioritas rumah sakit dan masih terbatasnya anggaran dana, diperkuat

oleh jawaban informan :

“untuk sekarang ini ya fasilitas untuk PPI sendiri masih terbatas,

belum semua bisa di sediakan. Penyediaan fasilitas cuci tangan

sudah disediakan di semua unit,di ruang rawat inap sudah, di kamar

mandi pasien sudah,di kantor-kantornya juiga sudah, selain itu ada

wastafel, ada kamar mandi khusus untuk pasien untuk petugas juga

ada terus kamar mandi umum, kita juga memaksimal kan lah

fasilitas lainnya seperti handsoap, handrub, handscoon, masker,

safety box, tempah sampah medis dan non medis, tong sampah injak,

tissu, masih ada lagi yang lainlah cuma ya gitu kadang juga cepat

habis dan kita gak punya stok sebanyak yang diminta.. untuk

fasilitas penunjang kerja memang belum ada, ini kita lagi

rencanakan untuk buat ruang khusus untuk PPI belum tau letaknya

nanti mau dibuat dimana ya, terus untuk penyediaan komputer baru

Page 85: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

68

dan printer untuk kerja juga bakal kita usahain. Saat ini anggaran

dana rumah sakit masih diutamakan untuk pengadaan peralatan

rumah sakit dan penambahan infrastruktur untuk bangunan baru

karena itu pengadaan fasilitas PPI belum menjadi prioritas rumah

sakit tapi akan kita adakan semua itu sesuai dengan kebutuhan.”

(Informan1)

Masih ada dijumpai petugas yang tidak memakai APD seperti petugas

yang tidak menggunakan masker saat memasuki unit isolasi. Selain itu petugas

juga tidak menggunakan sarung tangan saat melakukan tindakan memasang infus

kepada pasien. Berikut ini hasil pernyataan dari beberapa informan :

“kita sudah melengkapi di semua unit di laundry di dapur di gizi

juga sudah tapi di pakai gaknya itu tergantung mereka lah.

seharusnya petugas sampah atau cleanning service semua pake

sapu yang seperti pel itu dek, males mereka makenya enakan pake

yang biasa yang tradisional itu, ada juga tukang sampah sore

mereka gak pake masker saat pengambilan sampah, padahal alat

sudah disiapkan tapi SOP nya tidak dikerjakan juga dan belum

berjalan dengan baik. Tapi ada juga petugas kita yang patuh

terhadap APD nya. Kayak ginilah kita di poli paru seharusnya

sesuai standar PPI harus memakai masker terkadang megap jadi

males pake, jadi sebagian sudah sebagian belum yang sesuai dengan

SOP nya.” (Informan 2)

“kalau untuk ketersediaan sarana dan prasarana di PPI ini sudah

sesuai dengan SOP nya, semua sudah mulai dilengkapi ya walaupun

kenyataanya belum lengkap semuanya, walaupun diruangan saya

sudah dilengkapi APD tapi ada juga petugas yang gak pake masker

udah itu terkadang orang itu lupa buat cuci tangan karna banyak

kerjaan sampe lupa gitu, padahal kan itu pentingkan jadi ya mau

gimana lagi dibuat padahal udah sering juga saya tegur tapi

namanya suka khilaf jadi ya saya biarkan sekali-kali lah, terkadang

pun juga saya juga sering lupa make masker waktu meriksa pasien

kadang juga petugas itu gak pake hands scoon hahah.” (Informan 6)

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa penyediaan APD di RSUD H.

Abdul Manan Simatupang Kisaran masih belum lengkap. Walaupun sudah

beberapa unit yang sudah dilengkapi tetapi masih saja petugas belum

melakasanakannya sesuai SOP yang tersedia.

Page 86: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

69

Fasilitas merupakan hal penting yang perlu diperhatikan. Keberadaan

sarana dan prasarana ini akan menunjang kegiatan program pencegahan dan

pengendalian infeksi di rumah sakit serta mendukung proses terwujudnya tujuan

organisasi untuk mencegah infeksi. Diperlukan dukungan manajemen dalam

penyediaan (pengadaan) fasilitas penunjang tersebut (Depkes RI, 2008).

Notoatmodjo (2010) mengemukakan bahwa mewujudkan sikap menjadi

suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau kondisi yang

memungkinkan antara lain adalah fasilitas. Kurangnya faktor pendukung

ketersediaan sarana mencuci tangan menjadi salah satu kendala responden dalam

mewujudkan sikap positif yang mereka miliki menjadi perilaku yang patuh

terhadap prosedur mencuci tangan antara lain sebelum dan setelah melakukan

prosedur invasif.

Fasilitas alat dan bahan untuk pelaksanaan mencuci tangan di RSUD H.

Abdul Manan Simatupang Kisaran terlihat sudah ada disediakan handrub disetiap

ruangan pasien dan perkantoran namun penyediaan handsoap hanya disediakan

pada wastafel saja. Kendala yang dihadapi penyediaan handsoap hanya terdapat

pada wastafel saja dan tidak semua kamar mandi dilengkapi dengan wastafel dan

sabun. Berdasarkan hasil pengamatan dijumpai kamar mandi pengunjung yang

tidak ada sama sekali wastafel di dalam nya serta tidak adanya handsoap dan tidak

adanya penerangan seperti lampu di dalam kamar mandi tersebut dan membuat

ruangan disitu tampak sesak tanpa adanya cahaya didalamnya dan tidak ada sabun

cuci tangan di kamar mandi tersebut. Pelaksanaan mencuci tangan yang baik

diharapkan bukan hanya kepada petugas saja melainkan harus dilakukan pasien,

Page 87: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

70

keluarga dan pengunjung.

Upaya pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial di unit /ruangan

yaitu adanya ketersediaan fasilitas sanitasi penting sekali, antara lain : kamar

mandi dan WC penderita, kamar mandi dan WC untuk petugas/keluarga

penderita (penunggu), tempat cuci tangan/wastafel, wadah/kontainer sampah dan

limbah, air bersih dan gudang. Pemisahan kamar mandi antara petugas, pasien dan

keluarga perlu menjadi perhatian agar penggunaan kamar mandi tidak bercampur

antara penderita dan yang sehat sehingga dapat menjadi pemutus transmisi

organisme.

Penyediaan fasilitas perlu menjadi perhatian komite PPI, hal ini dapat

menjadi pengusulan kepada manajemen rumah sakit untuk melakukan

ketersediaan fasilitas. Fasilitas yang lengkap dapat menjadi penyebab

meningkatnya kepatuhan petugas dalam melaksanakan kebijakan SPO.

Hasil penelitian oleh Astuti (2004) mengungkapkan bahwa variabel

ketersediaan fasilitas merupakan faktor yang paling dominan berhubungan dengan

perilaku pencegahan infeksi nosokomial pada tindakan medik/ keperawatan.

Keberadaan sarana dan prasaran ini akan menunjang kegiatan program PPI di

rumah sakit serta mendukung proses terwujudnya tujuan organisasi untuk

mencegah infeksi. Penyediaan sarana dan prasarana penunjang (supporting

system) di RSUD H. Abdul Manan Simatupang Kisaran seperti ruangan sekretaris

belum ada dan masih bergabung dengan ruangan kerja lainnya, penyediaan

peralatan komputer dan printer juga belum ada, serta fasilitas internet dan telepon

belum juga belum tersedia.

Page 88: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

71

Hasil wawancara kepada beberapa informan meyatakan bahwa penyediaan

fasilitas bahan dan peralatan sebagai pelaksanaan program PPI di RSUD H. Abdul

Manan Simatupang Kisaran masih kurang dan terbatas penyediaanya. Sedangkan

penyediaan fasilitas penunjang untuk kerja komite dan tim PPI juga masih kurang

disebabkan belum ada ruangan khusus tersendiri untuk ruang sekretaris, selain itu

perlu penambahan peralatan komputer, printer, alat tulis kantor dan telepon.

Adapun kendala yang dihadapi rumah sakit yaitu belum menyediakan fasilitas

yang lengkap disemua unit dan penyediaan fasilitas tersebut belum menjadi

prioritas rumah sakit, dan saat ini anggaran rumah sakit diprioritaskan kepada

perbaikan gedung, ruangan rawat inap dan pengadaan peralatan medis. Sebaiknya

manajemen rumah sakit perlu juga memberikan perhatian kepada kelengkapan

penyediaan fasilitas sebagai upaya pencegahan pengendalian infeksi rumah sakit.

Hasil penelitian oleh Duerink dkk (2006) di salah satu rumah sakit

pendidikan di Indonesia menemukan bahwa mencuci tangan yang sesuai dengan

prosedur meningkat secara signifikan dengan proyek intervensi yang berfokus

pada pendidikan dan perbaikan fasilitas rumah sakit

Penyediaan fasilitas alat perlindungan diri perlu dilakukan untuk

mencegah terjadinya transmisi mikroorganisme dari pasien kepada petugas,

fasilitas APD yang paling utama yaitu sarung tangan. Sarung tangan merupakan

penghalang (barier) fisik paling penting untuk mencegah infeksi. Sarung tangan

harus diganti antara setiap kontak dengan satu pasien ke pasien lainnya untuk

menghindari kontaminasi silang. Keterbatasan penyediaan sarung tangan di

RSUD H. Abdul Manan Simatupang Kisaran mengakibatkan petugas tidak

Page 89: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

72

menggunakan sarung tangan dalam melakukan prosedur medis seperti memasang

infus selain itu petugas juga masih malas dan lupa untuk menggunakan sarung

tangan. Hal ini mempunyai dampak terhadap tingginya angka kejadian phlebitis di

RSUD H. Abdul Manan Simatupang Kisaran.

Penyediaan APD sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan antara lain :

APD harus tersedia dimana pasien dirawat atau diutamakan pada ruangan yang

terdapat sumber infeksius tinggi, penempatan APD sesuai dengan transmisi

penyakit dimana pasien dirawat, APD mudah dijangkau, pengadaan APD

berkoordinasi dengan bagian farmasi rumah sakit.

Ruang isolasi RSUD H. Abdul Manan Simatupang Kisaran tidak

dilengkapi fasilitas APD yang lengkap seperti sarung tangan, masker, gaun

pelindung dimana pada ruangan tidak tersedia fasilitas khusus tersebut, ruangan

hanya dilengkapi handrub dan handsoap sehingga petugas dalam melaksanakan

tindakan tidak menggunakan APD. Antiseptik untuk alkohol dan bethadine sudah

tersedia di semua unit rawatan. Tempat pembuangan sampah masih ditemukan

belum bertutup dan tidak berkantong plastik serta sudah hancur. Pengolahan

limbah yang baik merupakan upaya pencegahan infeksi dimana pengolahan

limbah memerlukan alat, bahan dan wadah serta ruangan khusus untuk

menghindari perlukaan atau tertusuk jarum, mencegah bau busuk, serta mencegah

datangnya hewan penyebar penyakit lainnya.

Pelaksanaan cuci tangan. Kebersihan tangan dilakukan dengan mencuci

tangan menggunakan sabun dan air mengalir bila tangan jelas kotor atau terkena

cairan tubuh, atau menggunakan alkohol (alcohol-based handrubs) bila tangan

Page 90: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

73

tidak tampak kotor. Setiap hari ketika apel pagi di RSUD H. Abdul Manan

Simatupang Kisaran dilakukan sosialisasi pelaksanaan cuci tangan.

Pada umumnya dalam tahapan pelaksanaan cuci tangan sebagian besar

petugas kesehatan sudah mengetahui 6 langkah cuci tangan dan 5 moment cuci

tangan sesuai rekomendasi WHO. Enam langkah cuci tangan dilakukan dengan

membersihkan area telapak tangan, punggung tangan, sela-sela jari, diikuti dengan

gerakan mengunci dan membersihkan ibu jari serta ujung-ujung jari yang

dilakukan pada saat 5 waktu yaitu : sebelum kontak dengan pasien, sebelum

tindakan aseptik, setelah terkena cairan tubuh pasien, setelah kontak dengan

pasien, dan setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien.

Hasil obserbasi pelaksanaan cuci tangan petugas kesehatan di RSUD H.

Abdul Manan Simatupang Kisaran sebagai berikut :

Tabel 5

Hasil Observasi Pelaksanaan Cuci Tangan Petugas Kesehatan

Ruangan Jumlah Tempat

Tidur

Jumlah Petugas

Kesehatan

Persentase

Pelaksanaan Cuci

Tangan (%)

Anak Kelas III 10 11 45

VIP 6

Kelas I 12 15 40

Kelas II 16

Kelas III 18 16 37.5 Total 60 42 40,4

Berdasarkan hasil observasi terhadap seluruh petugas kesehatan di ruang

rawat inap RSUD H. Abdul Manan Simatupang Kisaran dalam hal pelaksanaan

cuci tangan dengan air, sabun atau handrub, ternyata hanya 17 dar 42 petugas

kesehatan yang melakukan cuci tangan dengan prosedur yang benar. Walaupun

Page 91: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

74

hasil fari observasi dokumen terlihat bahwa pedoman dan SPO terkait kebersihan

tangan sebenarnya telah tersedia di setiap unit, termasuk gambar cuci tangan

sesuai WHO telah ditempelkan di setiap tempat mencuci tangan. pelaksanaan cuci

tangan paling rendah yaitu di ruang rawat inap kelas III, penyebabnya yaitu

karena pasien paling banyak di ruang rawat inap kelas III.

Hasil observasi tersebut di dukung oleh hasil wawancara tentang

pelaksanaan langkah-langkah cuci tangan yang dilakukan petugas sesaui dengan

SPO di rumah sakit sebagai berikut :

“ kalau ibu tengok petugas sudah sesuai SPO dalam

melaksanakan cuci tangan ya walaupun masih ada juga petugas

yang belum patuh sama SPO, tapi lebih banyak kok petugas yang

sudah sesuai SPO. Ada juga belum melakukan langkah-langkah

cuci tangan itu karena masih ada yang pakai cincin waktu kerja,

seharusnya kan itu gak boleh, kan itu bisa menghalangi langkah-

langkah cuci tangan itu sendiri.” (Informan 3)

“ iyaa, saya udah sesuai SPO kok dek, tapi kadang buru-

buru ada kerjaan lain kan jadi ada langkah yang gak saya kerjakan,

tapikan kita semua disini uda mengusahakan untuk mematuhi SPO

itu dek.” (Informan 8)

Hasil dari wawancara dari kedua informan dapat dinyatakan masih ada

petugas kesehatan yang belum melaksanakan langkah-langkah sesuai dengan SOP

dan masih ada juga petugas yang memakai cincin pada saat kerja dan memeriksa

pasien. Adapun beberapa hambatan yang dialami petugas kesehatan dalam

pelaksanaan kebersihan tangan adalah :

“..kalau enam langkah cuci tangan itu udah bisa lah kami

kerjakan cuma ya kadang-kadang juga kakak buru-buru karna ada

pasien banyak yang datang jadi cuci tangannya ya sekedarnya aja

gak lengkap lah enam langkah itu..” (Informan7)

“enam langkah cuci tangan 5 momen cuci tangan itu juga

iya uda kami kerjakan, tapi ya gitu kadang-kadang pun saya gak

mengerjakannya juga karena males pernah terus rame pasien jadi

Page 92: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

75

terkadang waktu mau meriksa pasien karna terburu-buru jadi saya

gak cuci tangan” (Informan 6)

Berdasarkan informasi diatas diperoleh informasi bahwa salah satu

hambatan dalam pelaksanaan cuci tangan adalah kesibukan petugas kesehatan

selain itu perilaku petugas yang kurang baik yaitu masih adanya sifat malas untuk

kesadaran diri dalam hand hygiene. Disamping itu hambatan lain yang dihadapi

petugas kesehatan dalam melaksanakan cuci tangan adalah sebagai berikut :

“..kan menurut abang nihya fasilitas untuk cuci tangan itu

udah tersedia cuma belum lengkap lah, kadang cepat habis itu

handsoap hand rub nya karena orang rumah sakit ngasihnya itu gak

full kadang cuma setengah aja isi nya, terus tisu juga sering cepat

habis karna kan gak Cuma petugas yang ambil kadang keluarga

pasien juga ambil tisu nya, ya itulah jadi mau cuci tangan nanti

ngelapnya bingung mau pake apa kadang dikibas-kibaskan gitu aja

biar cepet kering.” (Informan 4)

“hand soap, hand rub juga cepat abis jadi kadang buat cuci

tangan males karna gak ada sabun-sabunnya, males juga kalau ke

kamar mandi kadang juga gak ada sabun dikamar mandi ruangan.”

(Informan 5)

Informasi dari beberapa informan diatas menunjukkan bahwa fasilitas

kebersihan tangan juga belum mencukupi kebutuhan, khususnya bahan untuk

mencuci tangan.

Berdasarkan informasi diatas diperoleh informasi bahwa hambatan petugas

kesehatan dalam pelaksanaan kebersihan tangan adalah kesibukan petugas

kesehatan. Hasil observasi penelitian di RSUD H. Abdul Manan Simatupang

Kisaran petugas kesehatan paling sering tidak mencuci tangan sebelum kontak

dengan pasien.

Penyebab belum tercapai nya sasaran kepatuhan petugas dalam

melaksanakan cuci tangan yaitu belum melaksanakan langkah-langkah cuci

Page 93: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

76

tangan sesuai dengan SOP dan masih ada petugas kesehatan yang tidak patuh

terhadap kebersihan tangan.

Pelaksanaan cuci tangan dengan enam langkah cuci tangan masih ada

petugas yang tidak melakukan dengan baik dan benar, karena dalam melakukan

cuci tangan masih ada petugas yang tidak melepaskan perhiasan seperti masih

menggunakan cincin, sehingga dalam melakukan cuci tangan menggosok

punggung dan sela-sela jari tangan kanan dan sebaliknya, menggosok kedua

telapak tangan dan sela-sela jari, menggosok jari-jari sisi dalam kedua tangan

saling mengunci tidak dilaksanakan baik. cincin yang ada pada petugas kesehatan

akan menghalangi proses untuk menghilangkan mikroorganisme yang ada

ditangan pada saat melakukan hand hygiene.

Penelitian sebelumnya melaporkan penerapan cuci tangan pada perawat

juga harus didukung oleh kesadaran perwat itu sendiri dalam melindungi diri dan

pasien dari bahan infeksius serta kesadaran dalam menjalankan SPO yang benar.

Kebiasaan mencuci tangan di rumah sakit, merupakan perilaku mendasar dalam

pencegahan infeksi silang. Pengetahuan merupakan elemen yang sangat penting

untuk terbentuknya tindakan seseorang. Rendahnya ketepatan langkah-langkah

kegiatan hand hygiene mungkin disebabkan oleh kurangnya pengetahuan petugas

kesehatan terkait langkah-langkah kegiatan hand hygiene (Susilo, 2017).

Untuk meningkatkan pelaksanaan kepatuhan cuci tangan dengan

meningkatkan kesadaran petugas kesehatan dengan cara saling mengawasi dan

saling mengingatkan pelaksanaan cuci tangan sesama petugas kesehatan di RSUD

Page 94: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

77

H. Abdul Manan Simatupang Kisaran untuk menurunkan angka infeksi

nosokomial.

Salah satu cara untuk meningkatkan komitmen petugas kesehatan dalam

melakukan cuci tangan perlu dilakukan sistem reward dan punishment yang

memiliki indikator jelas dan tertulis. Reward berupa insentif kepada para petugas

kesehatan agar memiliki komitmen dan motivasi dalam melaksanaan kebersihan

tangan dalam upaya pencegahan dan pencegahan infeksi nosokomial. Pemberian

reward itu dapat diberikan kepada petugas kesehatan yang benar-benar selalu

melakukan cuci tangan dengan lima waktu dan enam langkah cuci tangan.

Punishment atau hukuman dapat berupa teguran atau tambahan pekerjaan yang

menyebabkan perasaan tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama.

Page 95: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

78

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Program pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial di RSUD H.

Abdul Manan Simatupang Kisaran belum maksimal, dalam pelaksanaannya masih

belum sesuai hal ini dilihat dari :

1. Pelaksanaan program pencegahan dan pengendalian infeksi belum berjalan

optimal karena program belum di sosialisasikan secara menyeluruh kepada

petugas kesehatan serta menemui berbagai kendala seperti kurang adanya

peran langsung dari pihak pimpinan, keikutsertaan anggota komite dalam

pendidikan dan pelatihan, anggota komite memiliki doublejob,

kelengkapan pengadaan fasilitas, dan kegiatan cuci tangan.

2. Dukungan manajemen sudah tersedia dan dukungan awal dari pimpinan

yaitu pembentukan komite PPI serta penyerahan SK kepada anggota

komite PPI. Dukungan dana dan anggaran sudah baik karena kebutuhan

program PPI telah dimasukkan dalam Rencana Kerja dan Anggaran.

3. Pelaksanaan kegiatan pendidikan dan pelatihan terkait program PPI masih

kurang karena anggota komite belum sepenuhnya diikutsertakan dalam

pelatihan PPI dasar maupun pelatihan PPI lanjutan.

4. Uraian tugas pengawasan oleh IPCLN dan IPCN belum optimal akibat

peran ganda, banyaknya tugas dan tanggung jawab yang harus

dilaksanakan sehingga hambatan dalam pelaporan berjalan dengan baik.

5. Fasilitas yang disediakan rumah sakit sudah tersedia tetapi belum lengkap

ketersediaanya. Dapat dilihat dari belum tersedianya sarana dan prasarana

Page 96: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

79

dibeberapa unit serta prasarana penunjang yang belum ada untuk

mendukung kerja komite PPI seperti ruangan khusus PPI serta media

penunjang kerja komite.

6. Pelaksanaan cuci tangan oleh petugas kesehatan belum seluruhnya

mematuhi SOP yang tersedia, dan masih kurangnya persediaan fasilitas

cuci tangan seperti bahan untuk kebersihan tangan.

Saran

1. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan kepada RSUD H. Abdul Manan Simatupang Kisaran agar :

1. Pemenuhan fasilitas sarana dan prasarana pencegahan infeksi seperti

kebutuhan cuci tangan dan sarana penunjang kerja komite seperti ruangan

khusus untuk mendukung pelaksanaan serta meningkatkan kepatuhan

petugas.

2. Bagi Komite PPI

Diharapkan kepada Komite PPI RSUD H. Abdul Manan Simatupang Kisaran

agar :

1. Mengadakan kegiatan pendidikan pelatihan dasar dan lanjutan untuk

petugas kesehatan dengan tujuan menambah pengetahuan dan ketrampilan

petugas dalam pelaksanaan program PPI.

2. Sebaiknya IPCLN dapat membagi tugas pokok dan tugas PPI dengan Ka

Tim untuk membantu IPCN meningkatkan kinerja dalam pelaporan data

infeksi ke ketua komite berjalan teratur tanpa ada hambatan.

3. Mengawasi pelaksanaan kebersihan tangan petugas kesehatan di setiap

Page 97: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

80

ruangan dan saling mengingatkan setiap waktu cuci tangan. memberikan

reward dan punishment kepada petugas kesehatan.

Page 98: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

83

Daftar Pustaka

Astuti, Y. (2004). Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku petugas

kesehatan dalam pencegahan infeksi nosokomial di ruang rawat intensif

rumah sakit Medistra (Tesis, Universitas Indonesia). Diakses dari http://

lib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=77406&lokasi=lokal.

Burhan & Bungin. (2007). Penelitian kualitatif: komunikasi, ekonomi, kebijakan

publik dan ilmu sosial lainnya. Jakarta: Putra Grafik.

Darmadi. (2008). Infeksi nosokomial problematika dan pengendalian. Jakarta :

Salemba Medika.

Departemen Kesehatan RI. (2001). Direktorat jendral pelayanan medik :

petunjuk pelaksanaan indikator mutu pelayanan rumah sakit. Diakses dari

https:// download/dirjen-yanmed-tahun-2001-petunjuk-pelaksanaan-indik

ator-mutu-pelayananrumahsakit_5a0cf497e2b6f5a826a1260d_ pdf.

Departemen Kesehatan RI. (2003). Pedoman pelaksanaan kewaspadaan

universal di pelayanan kesehatan. Diakses dari https://Depkes

/doc/267917913/pedoman-pelaksanaan-kewaspadaan-universal-di-pelay

anan-kesehatan-1-doc.

Departemen Kesehatan RI. (2004). Panduan pencegahan infeksi untuk fasilitas

pelayanan kesehatan dengan sumber daya terbatas. Diakses dari

http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2017/bn857-2017.pdf

Departemen Kesehatan RI. (2008). Pedoman manajerial pencegahan dan

pengendalian infeksi di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan.

Diakses dari http://www.depkes.go.id/resources/download/puskes-haji/5-

pedoman-pencegahan-dan-pengendalian-infeksi-mers-cov.

Departemen Kesehatan RI. (2009). Pedoman pencegahan dan pengendalian

infeksi di rumah sakit dan fasiltas pelayanan kesehatan lainnya.

Diakses dari http://www.depkes.go.id/resources/download/puskes-haji/5-

pedoman-pencegahan-dan-pengendalian-infeksi-mers-cov.

Duerink, O., Farida, H., Nagelkerke, N., Wahyono, H., Keuter, M., Lestari, E.S.,

Hadi, U., Broek, P. V. D. (2006). Preventing nosocomial infections :

improving compliance with standard precautions in an Indonesian

Teaching Hospital. Journal of Hospital Infection,64(1), 36-43.

Kementerian Kesehatan RI. (2011). Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan:

pedoman surveilance infeksi rumah sakit. Diakses dari

http://www.dokternida.rekansejawat.com/Pedoman-Teknis-PPI- 2011.

Page 99: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

84

Kementerian Kesehatan RI. (2015). Pedoman nasional keselamatan pasien

rumah sakit. Diakses dari https://kupdf.net/download/pedoman-nasional-

keselamatan-pasien-rumah-sakit_58d33835dc0d604f7ac346aa_pdf.

Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi RSUP H. Adam Malik Medan

(2015). Data Infeksi Nosokomial di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun

2015.Diakses dari http://rsham.co.id/wp-content/uploads/2015/05/LAKIP-

RSUP-H.-Adam-Malik-Tahun-2015.pdf.

Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi RSUD H. Abdul Manan

Simatupang Kisaran. (2017). Data infeksi nosokomial di RSUD H. Abdul

Manan Simatupang Kisaran. Diakses dari https://ojs.stikesrshajimdn.

ac.id /index.php/jsh/article/view/76/0.

Kurniadi, A. (2013). Manajemen keperawatan dan prospektifnya: teori,

konsep dan aplikasi (Edisi ke-1). Jakarta: Universitas Indonesia.

Molina, V. F. (2012). Analisis pelaksanaan program pencegahan dan

pengendalian infeksi nosokomial di RUMKITAL Dr. Mintohardjo Jakarta.

(Tesis, Universitas Indonesia). Diakses dari lib.ui.ac.id//20313802-

T31746-Analisispelaksanaan-full.pdf.

Muninjaya, G. A. (2004). Manajemen kesehatan (Edisi ke-2). Jakarta: EGC.

Mustariningrum, D. L. T., Koeswo, M., & Ahsan. (2015). Kinerja IPCLN dalam

pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit : peran pelatihan,

motivasi kerja dan supervisi. Jurnal Aplikasi Manajemen,13(4), 643-652.

Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu perilaku kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Nugraheni, R., Suhartono, & Winarni, S. (2012). Infeksi nosokomial di RSUD

Setjonegoro Kabupaten Wonosobo. Media Kesehatan Masyarakat

Indonesia,11(1), 94-100.

Nursalam. (2011). Manajemen keperawatan: aplikasi dalam praktik

keperawatan profesional (Edisi ke-3). Jakarta : Salemba Medika.

Perdalin (Bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan RI). (2011).Pedoman

pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit dan fasilitas

pelayanan kesehatan lainnya. Diakses dari https://www.persi.or.id

/images/regulasi/permenkes/pmk272017.pdf

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pedoman

Pelayan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan

Kesehatan.

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 129 Tahun 2008 tentang Standar

Pelayanan Minimal Rumah Sakit.

Page 100: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

85

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 77 Tahun 2015 tentang Pedoman

Organisasi Rumah Sakit.

Purwanto, A. E., & Sulistyastuti, R. D. (2012). Implementasi kebijakan publik

konsep dan aplikasi di Indonesia. Yogyakarta: Gava Media.

Robbins., & Judge. (2007). Perilaku organisasi (Edisi ke-2). Jakarta: Salemba.

Septiari, B. B. (2012). Infeksi nosokomial. Yogyakarta: Nuha Medika.

Soedarto. (2016). Infeksi nosokomial di rumah sakit. Jakarta: Sugang Seto.

Sugiyono. (2010). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Surbagus, A. (2014). Manajemen pendidikan dan pelatihan kesehatan.

Yogyakarta: Fitramaya.

Susilo, D. B. (2017). Kepatuhan pelaksanaan kegiatan hand hygiene pada

tenaga kesehatan di Rumah Sakit X Surabaya. Jurnal Wiyata Penelit

Sains dan Kesehatan,2(2): 200-204.

Tietjen, L., Bossemeyer, D., & Mclntosh, N. (2004). Panduan pencegahan infeksi

untuk fasilitas pelayanan kesehatan dengan sumber daya terbatas.

Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Ulfa, M., & Adhyaksafitri, F., (2015). Analisis kepatuhan perawat dalam

melaksanakan standar prosedur operasional pemasangan ventilator di

rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Jurnal Berkala Ilmiah

Kedokteran dan Kesehatan,1(2): 117-126.

WHO. (2002). Prevention of hospital-aquired infection. Diakses dari https://www.

nejm.org/doi/full/10.1056/Nejmra0904124.

WHO, (2009). Guidelines of hospital-acquired infections a practical guide 2nd

edition. Departement of communicable disease, surveilance and

response. Diakses dari https://www.cambridge.org/core/ /infection-

control-and-hospital-epidemiology/qualitative-exploration-of-reasons-for-

poor-hand-hygiene- / 63546710967B8E9A3F28036996BE6CF6.

WHO, (2012). Prevention of hospital-aquired infection : A practical guide 2nd

edition. Diakses dari https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/

10665/67350/WHO_CDS_CSR_EPH_2002.12.pdf.

Wilma, (2013). Faktor-faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan

pencegahan infeksi nosokomial oleh perawat pelaksana di RSUD Kota

Makasar (Tesis, Universitas Hasanuddin Makasar). Diakses dari http:// digilib.unhas.ac.id/opac/detail-opac?id=2584.

Page 101: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

86

Lampiran 1. Panduan Wawancara

PANDUAN WAWANCARA

PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI

NOSOKOMIAL DI RSUD H. ABDUL MANAN SIMATUPANG

KISARAN TAHUN 2018

(untuk Direktur)

I. Data Umum informan

Informan :

Jabatan Informan :

Kode Informasi :

Pendidikan Terakhir :

Usia :

Tanggal Wawancara :

II. Pertanyaan

a. Dukungan Manajemen

1. Apakah komite PPI rumah sakit sudah terbentuk berdasarkan panduan?

2. Apakah sudah ada membuat rencana kegiatan dan adakah anggaran

yang tersedia untuk pelaksanaan ini?

3. Apakah ada program pendidikan dan pelatihan sumber daya dalam

program PPI yang dilakukan di rumah sakit?

b. Struktur Organisasi

1. Apakah saudara/i mengetahui struktur organisasi komite PPIRS dan

siapa saja yang ada di dalam komite PPIRS?

2. Apakah semua unit terlibat dalam keanggotaan komite PPIRS?

c. Uraian Tugas

1. Apakah saudara/i sudah mengetahui uraian tugas sesuai dengan jabatan

Page 102: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

87

anda PPI?

2. Apakah saudara/i bertanggungjawab penuh dalam penyelenggaraan

PPI ?

d. Fasilitas

1. Apakah fasilitas untuk pelaksanaan program PPI sudah tersedia di

rumah sakit?

2. Apakah sarana dan prasrana pada komite PPI sudah sesuai dengan

SOP yang tersedia?

3. Apakah APD di setiap unit sudah tersedia?

4. Apakah anggaran untuk fasilitas sudah disediakan?

e. Cuci tangan

1. Bagaimana menurut saudara/i tentang ketersediaan fasilitas kebersihan

tangan?

Page 103: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

88

PANDUAN WAWANCARA

PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI

NOSOKOMIAL DI RSUD H. ABDUL MANAN SIMATUPANG

KISARAN TAHUN 2018

(untuk Ketua Komite PPI)

I. Data Umum informan

Informan :

Jabatan Informan :

Kode Informasi :

Pendidikan Terakhir :

Usia :

Tanggal Wawancara :

II. Pertanyaan

a. Dukungan Manajemen

1. Apakah dukungan manajemen sudah terlaksana untuk pelaksanaan

program PPI? Kapan pelaksanaan program PPI?

2. Apakah komite PPI rumah sakit sudah terbentuk berdasarkan panduan?

3. Apakah sudah ada membuat rencana kegiatan dan adakah anggaran

yang tersedia untuk pelaksanaan ini? Apakah saudara/i sudah pernah

mengikutinya?

4. Apakah ada program pendidikan dan pelatihan sumber daya dalam

program PPI yang dilakukan di rumah sakit?

b. Struktur Organisasi

1. Apakah saudara/i mengetahui struktur organisasi komite PPIRS dan

siapa saja yang ada di dalam komite PPIRS?

2. Apakah semua unit terlibat dalam keanggotaan komite PPIRS?

Page 104: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

89

c. Uraian Tugas

1. Apakah saudara/i sudah mengetahui uraian tugas sesuai dengan jabatan

anda di Komite PPIRS atau Tim PPI?

2. Selain menjadi ketua komite PPI saudara/i mempunyai tugas lain?

Apakah tidak menggangu tugas tersebut? Bagaimana mengatur tugas

tersebut?

3. Berdasarkan uraian tugas tersebut, apakah dalam pelaporan ada

hambatan ? laporan apa saja yang dilaporkan kepada direktur?

d. Fasilitas

1. Apakah fasilitas untuk pelaksanaan program PPI sudah tersedia di

rumah sakit?

2. Apakah sarana dan prasrana pada komite PPI sudah sesuai dengan

SOP yang tersedia?

3. Apakah APD di setiap unit sudah tersedia?

e. Cuci tangan

1. Bagaimana menurut saudara/i tentang ketersediaan fasilitas kebersihan

tangan?

2. Bagaimana pelaksanaan kebersihan tangan yang saudara/i lakukan?

Page 105: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

90

PANDUAN WAWANCARA

PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI

NOSOKOMIAL DI RSUD H. ABDUL MANAN SIMATUPANG

KISARAN TAHUN 2018

(untuk IPCN)

I. Data Umum informan

Informan :

Jabatan Informan :

Kode Informasi :

Pendidikan Terakhir :

Usia :

Tanggal Wawancara :

II. Pertanyaan

a. Dukungan Manajemen

1. Apakah dukungan manajemen sudah terlaksana untuk pelaksanaan

program PPI?

2. Apakah komite PPI rumah sakit sudah terbentuk berdasarkan panduan?

3. Apakah sudah ada membuat rencana kegiatan dan adakah anggaran

yang tersedia untuk pelaksanaan ini?

4. Apakah ada program pendidikan dan pelatihan sumber daya dalam

program PPI yang dilakukan di rumah sakit? Bagaimana pelaksanaan

untuk petugas dan staf pelayanan kesehatan dalam mendukung

program PPI?

b. Struktur Organisasi

1. Apakah saudara/i mengetahui struktur organisasi komite PPIRS dan

siapa saja yang ada di dalam komite PPIRS?

Page 106: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

91

2. Apakah semua unit terlibat dalam keanggotaan komite PPIRS?

3. Dalam membahas laporan tim PPI apakah semua komite PPIRS hadir

di dalam rapat/pertemuan?

c. Uraian Tugas

1. Apakah saudara/i sudah mengetahui uraian tugas sesuai dengan jabatan

anda di Komite PPIRS atau Tim PPI?

2. Apakah ada tugas pokok dari masing-masing petugas sesuai dengan

struktur dalam pelaksanaan program penanggulangan PPI?

3. Selain menjadi IPCN apakah saudara/i mempunyai tugas lain? Apakah

tidak menggangu tugas tersebut? Bagaimana mengatur tugas tersebut?

4. Berdasarkan uraian tugas tersebut apakah dalam pelaporan ada

hambatan? Dan laporan apa saja yang dilaporkan kepada Komite PPI?

d. Fasilitas

1. Apakah fasilitas untuk pelaksanaan program PPI sudah tersedia di

rumah sakit?

2. Apakah sarana dan prasrana pada komite PPI sudah sesuai dengan

SOP yang tersedia?

3. Apakah APD di setiap unit sudah tersedia?

e. Cuci tangan

1. Bagaimana menurut saudara/i tentang ketersediaan fasilitas kebersihan

tangan?

2. Bagaimana pelaksanaan kebersihan tangan yang saudara/i lakukan?

Page 107: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

92

PANDUAN WAWANCARA

PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI

NOSOKOMIAL DI RSUD H. ABDUL MANAN SIMATUPANG

KISARAN TAHUN 2018

(untuk IPCLN)

I. Data Umum informan

Informan :

Jabatan Informan :

Kode Informasi :

Pendidikan Terakhir :

Usia :

Tanggal Wawancara :

II. Pertanyaan

a. Dukungan Manajemen

1. Apakah dukungan manajemen sudah terlaksana untuk pelaksanaan

program PPI?

2. Apakah komite PPI rumah sakit sudah terbentuk berdasarkan panduan?

3. Apakah sudah ada membuat rencana kegiatan dan adakah anggaran

yang tersedia untuk pelaksanaan ini?

4. Apakah ada program pendidikan dan pelatihan sumber daya dalam

program PPI yang dilakukan di rumah sakit?

b. Struktur Organisasi

1. Apakah saudara/i mengetahui struktur organisasi komite PPIRS dan

siapa saja yang ada di dalam komite PPIRS?

2. Apakah semua unit terlibat dalam keanggotaan komite PPIRS?

3. Dalam membahas laporan tim PPI apakah semua komite PPIRS hadir

Page 108: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

93

di dalam rapat/pertemuan?

c. Uraian Tugas

1. Apakah saudara/i sudah mengetahui uraian tugas sesuai dengan jabatan

anda di Komite PPIRS atau Tim PPI?

2. Apakah ada tugas pokok dari masing-masing petugas sesuai dengan

struktur dalam pelaksanaan program penanggulangan PPI?

3. Apakah saudara/i mempunyai tugas lain selain menjadi anggota PPI?

Apakah tidak menggangu tugas tersebut? Bagaimana mengatur tugas

tersebut?

4. Berdasarkan uraian tugas tersebut apakah dalam pelaporan ada

hambatan? Dan laporan apa saja yang dilaporkan kepada Komite PPI?

d. Fasilitas

1. Apakah fasilitas untuk pelaksanaan program PPI sudah tersedia di

rumah sakit?

2. Apakah sarana dan prasrana pada komite PPI sudah sesuai dengan

SOP yang tersedia?

3. Apakah APD di setiap unit sudah tersedia?

e. Cuci tangan

1. Bagaimana menurut saudara/i tentang ketersediaan fasilitas kebersihan

tangan?

2. Bagaimana pelaksanaan kebersihan tangan yang saudara/i lakukan?

Page 109: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

94

Lampiran 2. Dokumentasi Penelitian

Gambar 9. Wawancara dengan Responden

Gambar 10. Wawancara dengan Responden

Page 110: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

95

Gambar 11. Wawancara dengan Responden

Gambar 12. Wawancara dengan Responden

Page 111: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

96

Gambar 13. Wawancara dengan Responden

Gambar 14. Wawancara dengan Responden

Page 112: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

97

Gambar 15. Wawancara dengan Responden

Gambar 16. Tempat Limbah Non Infeksius

Page 113: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

98

Gambar 17. Hand Sanitizer

Gambar 18. Kondisi Wastafel

Page 114: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

99

Lampiran 3. Surat Permohonan Izin Penelitian dari Fakultas

Page 115: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

100

Lampiran 4. Surat Permohonan Izin Penelitian dari Rumah Sakit

Page 116: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI …

101

Lampiran 5. Surat Selesai Izin Penelitian dari Rumah Sakit