Perc. 2

16
PERCOBAAN 2 SIFAT-SIFAT KELARUTAN SENYAWA ORGANIK A. Tujuan 1. Mempelajari sifat-sifat kelarutan senyawa-senyawa organik 2. Membandingkan tingkat kelarutan suatu senyawa terhadap beberapa pelarut B. Landasan Teori Senyawa organik pada awalnya dianggap hanya melibatkan senyawa yang diturunkan dari makhluk hidup. Makhluk hidup dianggap mempunyai “tenaga gaib” dalam proses sintesis senyawa-senyawa tersebut. Pada tahun 1828, seorang kimiawan Jerman, Frederich Wohler memanaskan ammonium sianat (senyawa anorganik) dan diperoleh senyawa urea yang merupakan senyawa organik (Petrucci, 1987). Senyawa organik berdasarkan ikatan rantainya dibagi menjadi 2, yaitu zat organik aromatis yang merupakan senyawa organik beraroma, secara kimia senyawa ini mempunyai ikatan rantai yang melingkar, misalnya benzene, toluene, dan zat organik non-aromatis merupakan senyawa organik yang tidak beraroma dan secara kimia tidak mempunyai ikatan rantai yang melingkar, misalnya etana, etanol dan formalin (M. Hidayati dan Yusrin, 2010). Kelarutan adalah kadar jenuh solute dalam sejumlah solven pada suhu tertentu yang menunjukkan bahwa interaksi spontan satu atau lebih solute atau solven telah terjadi dan membentuk dispersi yang homogeni. Kelarutan suatu zat (solute) dalam solven tertentu digambarkan sebagai like dissolves like senyawa atau zat yang strukturnya menyerupai akan saling melarutkan, yang penjabarannya didasarkan atas polaritas antara solven dan solute yang dinyatakan dengan tetapan dielektrikum, atau momen dipol, ikatan hidrogen, ikatan van der waals (London) atau ikatan elektrostatik yang lain (Martin, 1993).

Transcript of Perc. 2

Page 1: Perc. 2

PERCOBAAN 2

SIFAT-SIFAT KELARUTAN SENYAWA ORGANIK

A. Tujuan

1. Mempelajari sifat-sifat kelarutan senyawa-senyawa organik

2. Membandingkan tingkat kelarutan suatu senyawa terhadap beberapa

pelarut

B. Landasan Teori

Senyawa organik pada awalnya dianggap hanya melibatkan senyawa

yang diturunkan dari makhluk hidup. Makhluk hidup dianggap mempunyai

“tenaga gaib” dalam proses sintesis senyawa-senyawa tersebut. Pada tahun

1828, seorang kimiawan Jerman, Frederich Wohler memanaskan ammonium

sianat (senyawa anorganik) dan diperoleh senyawa urea yang merupakan

senyawa organik (Petrucci, 1987).

Senyawa organik berdasarkan ikatan rantainya dibagi menjadi 2, yaitu

zat organik aromatis yang merupakan senyawa organik beraroma, secara

kimia senyawa ini mempunyai ikatan rantai yang melingkar, misalnya

benzene, toluene, dan zat organik non-aromatis merupakan senyawa organik

yang tidak beraroma dan secara kimia tidak mempunyai ikatan rantai yang

melingkar, misalnya etana, etanol dan formalin (M. Hidayati dan Yusrin,

2010).

Kelarutan adalah kadar jenuh solute dalam sejumlah solven pada

suhu tertentu yang menunjukkan bahwa interaksi spontan satu atau lebih

solute atau solven telah terjadi dan membentuk dispersi yang homogeni.

Kelarutan suatu zat (solute) dalam solven tertentu digambarkan sebagai like

dissolves like senyawa atau zat yang strukturnya menyerupai akan saling

melarutkan, yang penjabarannya didasarkan atas polaritas antara solven dan

solute yang dinyatakan dengan tetapan dielektrikum, atau momen dipol,

ikatan hidrogen, ikatan van der waals (London) atau ikatan elektrostatik yang

lain (Martin, 1993).

Page 2: Perc. 2

Bagian hidrokarbon suatu alkohol bersifat hidrofob (hydrophobic),

yakni menolak molekul-molekul air. Makin panjang bagian hidrokarbon ini

akan makin rendah kelarutan alkohol dalam air. Bila rantai hidrokarbon cukup

panjang, sifat hidrofob ini dapat mengalahkan sifat hidrofil (menyukai air)

gugus hidroksil. Sedangkan eter tak dapat membentuk ikatan hidrogen

antara molekul-molekulnya, karena tak mempunyai hidrogen yang terikat

pada oksigen. Tetapi eter dapat membentuk ikatan hidrogen dengan air,

alkohol atau fenol (Fessenden, 1982).

Ekstraksi dengan menggunakan pelarut seperti metanol, etil asetat,

dan heksana mampu memisahkan senyawa-senyawa yang penting dalam

suatu bahan. Pemilihan pelarut yang akan dipakai dalam proses ekstraksi

harus memperhatikan sifat kandungan senyawa yang akan diisolasi. Sifat

yang penting adalah polaritas dan gugus polar dari suatu senyawa. Pada

prinsipnya suatu bahan akan mudah larut dalam pelarut yang sama

polaritasnya (Aisyah dan Asnani, 2012).

Secara kimia, bahan pestisida tergolong bahan organik berbahaya dan

beracun yang perlu dikendalikan keberadaannya dalam lingkungan. Suatu

pestisida memiliki parameter fisika yang spesifik berkaitan dengan data

keamanan bahan kimia. Pameter spesifik tersebut berkaitan erat dengan sifat

keberadaannya di lingkungan meliputi kelarutan dalam air (water solubility),

koefisien distribusi oktanol air (Kow), tekanan uap dan stabilitas (Fatimah dan

Nugraha, 2007). 134

Pencemaran di perairan dapat disebabkan karena limbah organik

maupun anorganik. Kitosan merupakan polimer dengan kelimpahan terbesar

kedua setelah selulosa. Pada umumnya kitosan dapat diperoleh dari

cangkang kepiting atau udang. Pemanfaatan kitosan yang cukup luas dalam

proses adsorpsi disebabkan karena adanya gugus amina dan hidroksil, yang

menyebabkan kitosan mempunyai reaktifitas kimia yang tinggi dan

menyebabkan sifat polielektrolit kation sehingga berperan sebagai penukar

ion (ion exchange) dan dapat berperan sebagai adsorben untuk

mengadsorpsi logam berat ataupun limbah organik dalam air limbah

(Permanasari et al., 2010).

Page 3: Perc. 2

Bahan organik adalah bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem

kompleks dan dinamis, yang bersumber dari sisa tanaman dan atau binatang

yang terdapat di dalam tanah yang terus menerus mengalami perubahan

bentuk, karena dipengaruhi oleh faktor biologi, fisika, dan kimia. Bahan

organik tanah dapat diartikan sebagai semua jenis senyawa organik yang

terdapat di dalam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan organik ringan,

biomassa mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam air, dan bahan

organik yang stabil atau humus (Tompodung, 2009).

Page 4: Perc. 2

C. Alat dan Bahan

1. Alat

- Tabung reaksi

- Pipet tetes

2. Bahan

- Solar

- Bensin

- Minyak tanah

- Minyak goreng

- n-heksana

- Etil asetat

- Metanol

- Eter

Page 5: Perc. 2

D. Prosedur Kerja

1. Kelarutan dalam Solar

- Diambil sebanyak 1 pipet tetes

- Dimasukkan dalam tabung reaksi

- Ditambahkan tetes demi tetes solar

- Dikocok

- Diamati kelarutannya

- Diulangi prosedur untuk penambahan

bensin, minyak tanah, minyak goreng, n-

heksana, etil asetat, metanol dan eter

Semua larut, kecuali metanol

2. Kelarutan dalam Bensin

- Diambil sebanyak 1 pipet tetes

- Dimasukkan dalam tabung reaksi

- Ditambahkan tetes demi tetes solar

- Dikocok

- Diamati kelarutannya

- Diulangi prosedur untuk penambahan

bensin, minyak tanah, minyak goreng, n-

heksana, etil asetat, metanol dan eter

Semua solut terlarut

Solar

Bensin

Page 6: Perc. 2

3. Kelarutan dalam Minyak tanah

- Diambil sebanyak 1 pipet tetes

- Dimasukkan dalam tabung reaksi

- Ditambahkan tetes demi tetes solar

- Dikocok

- Diamati kelarutannya

- Diulangi prosedur untuk penambahan

bensin, minyak tanah, minyak goreng, n-

heksana, etil asetat, metanol dan eter

Semua terlarut, kecuali metanol

4. Kelarutan dalam Minyak goreng

- Diambil sebanyak 1 pipet tetes

- Dimasukkan dalam tabung reaksi

- Ditambahkan tetes demi tetes solar

- Dikocok

- Diamati kelarutannya

- Diulangi prosedur untuk penambahan

bensin, minyak tanah, minyak goreng, n-

heksana, etil asetat, metanol dan eter

Semua terlarut, kecuali metanol

Minyak tanah

Minyak goreng

Page 7: Perc. 2

5. Kelarutan dalam n-heksana

-

- Diambil sebanyak 1 pipet tetes

- Dimasukkan dalam tabung reaksi

- Ditambahkan tetes demi tetes solar

- Dikocok

- Diamati kelarutannya

- Diulangi prosedur untuk penambahan

bensin, minyak tanah, minyak goreng, n-

heksana, etil asetat, metanol dan eter

Semua solut terlarut

6. Kelarutan dalam Etil asetat

- Diambil sebanyak 1 pipet tetes

- Dimasukkan dalam tabung reaksi

- Ditambahkan tetes demi tetes solar

- Dikocok

- Diamati kelarutannya

- Diulangi prosedur untuk penambahan

bensin, minyak tanah, minyak goreng, n-

heksana, etil asetat, metanol dan eter

Semua solut terlarut

n-heksana

Etil asetat

Page 8: Perc. 2

7. Kelarutan dalam Metanol

- Diambil sebanyak 1 pipet tetes

- Dimasukkan dalam tabung reaksi

- Ditambahkan tetes demi tetes solar

- Dikocok

- Diamati kelarutannya

- Diulangi prosedur untuk penambahan bensin,

minyak tanah, minyak goreng, n-heksana, etil

asetat, metanol dan eter

Tidak terlarut pada solar, minyak tanah dan minyak goreng

8. Kelarutan dalam Eter

- Diambil sebanyak 1 pipet tetes

- Dimasukkan dalam tabung reaksi

- Ditambahkan tetes demi tetes solar

- Dikocok

- Diamati kelarutannya

- Diulangi prosedur untuk penambahan bensin,

minyak tanah, minyak goreng, n-heksana, etil

asetat, metanol dan eter

Semua solut terlarut

Metanol

Eter

Page 9: Perc. 2

E. Hasil Pengamatan

Tabel Hasil Pengamatan

No. Senyawa Solar Bensin Minyak

tanah

Minyak

goreng

n-heksana Etil

asetat

Metanol Eter

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Solar

Bensin

Minyak tanah

Minyak goreng

n-heksana

Etil asetat

Metanol

Eter

X

X

X

X

X

X

Ket: √ = Terlarut

X = Tidak terlarut

Page 10: Perc. 2

F. Pembahasan

Penggunaan senyawa organik telah banyak digunakan laboratorium

dan kehidupan sehari-hari pun kerap dipakai untuk keperluan manusia.

Senyawa organik banyak digunakan dalam bentuk larutan, yaitu campuran

pelarut dan terlarut. Namun, tidak semua senyawa organik dapat larut dalam

1 jenis pelarut yang sama, ada beberapa sifat kelarutan yang berbeda pada

setiap senyawa organik, maka pada praktikum ini dilakukan uji sifat-sifat

kelarutan senyawa organik untuk membedakan sifat kelarutan masing-

masing senyawa organik.

Kelarutan didefinisikan dalam besaran kuantitatif sebagai konsentrasi

zat terlarut dalam larutan jenuh pada temperatur tertentu, sedangkan secara

kualitatif didefinisikan sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk

membentuk dispersi molekuler homogen. Kelarutan dinyatakan dalam satuan

millimeter pelarut yang dapat melarutkan satu gram zat. Suatu kelarutan juga

dapat dinyatakan dalam satuan molalitas, molaritas dan persen.

Pada praktikum ini, sampel yang digunakan adalah solar, bensin,

minyak tanah, minyak goreng, n-heksana, etil asetat, metanol dan eter.

Sampel awal yang diuji kelarutannya adalah solar. Hasil pengamatan

kelarutan pada solar, minyak tanah, minyak goreng dan metanol tidak dapat

larut pada beberapa pelarut, hal ini dapat disebabkan selain mungkin karena

strukturnya yang tidak mirip dapat juga karena kesalahan praktikan dalam

mencampur bahan. Sedangkan hasil pengamatan etil asetat, bensin, n-

heksana dan eter sebagai senyawa non polar menunjukkan bahwa etil asetat

dapat larut pada semua jenis pelarut yang merupakan pelarut non polar

seperti telah disebutkan di atas. Kelarutan suatu solute dalam sejumlah

solven selain dipengaruhi oleh kepolaran, juga dipengaruhi oleh kemampuan

untuk membentuk ikatan hidrogen dengan molekul pelarut. Kecenderungan

suatu zat untuk larut sempurna dalam pelarutnya dipengaruhi oleh kesamaan

polaritas, kesamaan zat tersebut untuk berubah menjadi kutub-kutub yang

berupa kation dan anion dan membentuk suatu zat baru dengan melakukan

ikatan antar kutub.

Page 11: Perc. 2

Disini n-heksan adalah merupakan pelarut organik, dan berdasarkan

kepolarannya n-heksana bersifat non-polar. Berdasarkan pada prinsip

kelarutan like dissolves like, maka senyawa yang bersifat polar akan larut

dalam pelarut yang polar, begitupun untuk senyawa yang bersifat non polar

akan larut dalam pelarut non polar, walaupun masih harus

mempertimbangkan hal lainnya misalkan suatu zat sangat larut dalam suatu

pelarut jika mempunyai struktur yang sangat mirip. Senyawa non polar juga

hanya dapat berikatan antar alkil, sehingga ketika dicampurkan, senyawa

polar pada umumnya tidak memiliki rantai alkil tidak dapat diikat oleh

senyawa non polar.

Alkohol adalah kelompok senyawa yang mengandung satu atau lebih

gugus fungsi hidroksil (-OH) pada suatu senyawa alkana. Alkohol merupakan

salah satu zat yang penting dalam kimia organik karena dapat diubah dari

dan ke banyak tipe senyawa lainnya. Reaksi dengan alkohol akan

menghasilkan 2 senyawa. Reaksi bisa menghasilkan senyawa yang

mengandung ikatan R-O atau dapat juga menghasilkan senyawa

mengandung ikatan O-H. Alkohol termasuk asam lemah, karena perbedaan

keelektronegatifan antara oksigen dan hidrogen pada gugus hidroksil, yang

memampukan hidrogen lepas dengan mudah.

Turunan alkohol yaitu metanol, berdasarkan hasil percobaan ini

diperoleh data yang menunjukkan tidak larut pada beberapa pelarut yang

disediakan. Dalam prinsip like dissolves like telah disebutkan diatas bahwa

kelarutan dapat dipengaruhi oleh kesamaan struktur yang membentuk

molekulnya. Alkohol memiliki polaritas yang hampir sama dengan polaritas

air. Namun kepolaritasan yang dimiliki oleh senyawa-senyawa turunan

alkohol tidak akan sebanding dengan polaritas air, hal ini dipengaruhi oleh

kehadiran gugus alkil pada molekulnya. Seperti yang diketahui gugus alkil

merupakan gugus non polar, semakin panjang alkil yang dimiliki oleh suatu

senyawa maka semakin besar sifat non polarnya. Metanol ini memiliki gugus

alkil yang tidak begitu panjang dan tidak merubah tingkat keelektronegatifan

sehingga juga dapat larut dalam pelarut polar.

Page 12: Perc. 2

Manfaat dari percobaan ini dalam bidang farmasi misalnya adalah

dengan mengetahui sifat kelarutan dari senyawa organik, baik senyawa itu

bersifat polar maupun non polar yang diketahui melalui berbagai uji kelarutan

berguna untuk mengetahui kompatibel atau inkompatibelnya suatu bahan

obat dengan pelarutnya jika dalam pembuatannya memerlukan pelarut.

Page 13: Perc. 2

G. Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut :

1. Senyawa organik dapat larut dalam pelarut polar dan non polar. Kelarutan

senyawa organik tergantung pada kemampuan senyawa organik untuk

membentuk ikatan hidrogen dengan atom-atom elektronegatif sehingga

dapat larut dalam senyawa polar.

2. Tingkat kelarutan senyawa organik yaitu bensin, n-heksana, etil asetat dan

eter dapat larut pada semua pelarut sedangkan solar, minyak tanah, minyak

goreng dan metanol tidak dapat larut pada sebagian pelarut.

Page 14: Perc. 2

Daftar Pustaka

Fatimah, I., Nugraha, J. 2007. Analisis Hubungan Kuantitatif Struktur danKelarutan Senyawa Aktif Pestisida Organofosfat: Pendekatan Model Lineardan Metode Kluster. Jurnal Ilmu Dasar, Vol. 8 No. 1: 91-102.

Fessenden, Fessenden. 1982. Kimia Organik. Edisi ketiga Jilid 1, Erlangga.Jakarta.

M., Ana Hidayati dan Yusrin. 2010. Pegaruh Lama Waktu Simpan Pada SuhuRuang (27-29ºC) Terhadap Kadar Zat Organik Pada Air Minum Isi Ulang.Prosiding Seminar Nasional UNIMUS. 2010, Semarang, Indonesia. Hal. 49-54.

Martin, Alfred. 1993. Farmasi Fisik Dasar-dasar Kimia Fisik dalam IlmuFarmasetik. Edisi Ketiga Jilid 1, UI Press. Jakarta.

Permanasari, A., Siswaningsih, W., Wulandari, I. 2010. Uji Kinerja AdsorbenKitosan Bentonit Terhadap Logam Berat Dan Diazinon Secara Simultan. JurnalSains dan Teknologi Kimia, Vol. 1 No. 2: 121-134.

Petrucci, Ralph. 1987. Kimia Dasar. Erlangga. Jakarta.

Septiana, A. T., Asnani, Sri. 2012. Kajian Sifat Fisikokimia Ekstrak Rumput LautCoklat Sargassum duplicatum Menggunakan Berbagai Pelarut Dan MetodeEkstraksi. Agrointek, Vol. 6 No. 1: 22-28.

Tompodung, H. M. 2009. Pengaruh Bahan Organik Terhadap PertumbuhanTanaman. Adiwidia. Edisi Desember 2009, No. 2: 12-17.

Page 15: Perc. 2

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

PERCOBAAN 2

SIFAT-SIFAT KELARUTAN SENYAWA ORGANIK

OLEH

NAMA : AYU MERIAH REZKI

NIM : F1F1 11083

KELOMPOK : IV

KELAS : FARMASI C

ASISTEN : MUHAMMAD ADHA

LABORATORIUM FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2013

Page 16: Perc. 2