Perc. 2
-
Upload
ayu-meriah-rezki -
Category
Documents
-
view
30 -
download
0
Transcript of Perc. 2
PERCOBAAN 2
SIFAT-SIFAT KELARUTAN SENYAWA ORGANIK
A. Tujuan
1. Mempelajari sifat-sifat kelarutan senyawa-senyawa organik
2. Membandingkan tingkat kelarutan suatu senyawa terhadap beberapa
pelarut
B. Landasan Teori
Senyawa organik pada awalnya dianggap hanya melibatkan senyawa
yang diturunkan dari makhluk hidup. Makhluk hidup dianggap mempunyai
“tenaga gaib” dalam proses sintesis senyawa-senyawa tersebut. Pada tahun
1828, seorang kimiawan Jerman, Frederich Wohler memanaskan ammonium
sianat (senyawa anorganik) dan diperoleh senyawa urea yang merupakan
senyawa organik (Petrucci, 1987).
Senyawa organik berdasarkan ikatan rantainya dibagi menjadi 2, yaitu
zat organik aromatis yang merupakan senyawa organik beraroma, secara
kimia senyawa ini mempunyai ikatan rantai yang melingkar, misalnya
benzene, toluene, dan zat organik non-aromatis merupakan senyawa organik
yang tidak beraroma dan secara kimia tidak mempunyai ikatan rantai yang
melingkar, misalnya etana, etanol dan formalin (M. Hidayati dan Yusrin,
2010).
Kelarutan adalah kadar jenuh solute dalam sejumlah solven pada
suhu tertentu yang menunjukkan bahwa interaksi spontan satu atau lebih
solute atau solven telah terjadi dan membentuk dispersi yang homogeni.
Kelarutan suatu zat (solute) dalam solven tertentu digambarkan sebagai like
dissolves like senyawa atau zat yang strukturnya menyerupai akan saling
melarutkan, yang penjabarannya didasarkan atas polaritas antara solven dan
solute yang dinyatakan dengan tetapan dielektrikum, atau momen dipol,
ikatan hidrogen, ikatan van der waals (London) atau ikatan elektrostatik yang
lain (Martin, 1993).
Bagian hidrokarbon suatu alkohol bersifat hidrofob (hydrophobic),
yakni menolak molekul-molekul air. Makin panjang bagian hidrokarbon ini
akan makin rendah kelarutan alkohol dalam air. Bila rantai hidrokarbon cukup
panjang, sifat hidrofob ini dapat mengalahkan sifat hidrofil (menyukai air)
gugus hidroksil. Sedangkan eter tak dapat membentuk ikatan hidrogen
antara molekul-molekulnya, karena tak mempunyai hidrogen yang terikat
pada oksigen. Tetapi eter dapat membentuk ikatan hidrogen dengan air,
alkohol atau fenol (Fessenden, 1982).
Ekstraksi dengan menggunakan pelarut seperti metanol, etil asetat,
dan heksana mampu memisahkan senyawa-senyawa yang penting dalam
suatu bahan. Pemilihan pelarut yang akan dipakai dalam proses ekstraksi
harus memperhatikan sifat kandungan senyawa yang akan diisolasi. Sifat
yang penting adalah polaritas dan gugus polar dari suatu senyawa. Pada
prinsipnya suatu bahan akan mudah larut dalam pelarut yang sama
polaritasnya (Aisyah dan Asnani, 2012).
Secara kimia, bahan pestisida tergolong bahan organik berbahaya dan
beracun yang perlu dikendalikan keberadaannya dalam lingkungan. Suatu
pestisida memiliki parameter fisika yang spesifik berkaitan dengan data
keamanan bahan kimia. Pameter spesifik tersebut berkaitan erat dengan sifat
keberadaannya di lingkungan meliputi kelarutan dalam air (water solubility),
koefisien distribusi oktanol air (Kow), tekanan uap dan stabilitas (Fatimah dan
Nugraha, 2007). 134
Pencemaran di perairan dapat disebabkan karena limbah organik
maupun anorganik. Kitosan merupakan polimer dengan kelimpahan terbesar
kedua setelah selulosa. Pada umumnya kitosan dapat diperoleh dari
cangkang kepiting atau udang. Pemanfaatan kitosan yang cukup luas dalam
proses adsorpsi disebabkan karena adanya gugus amina dan hidroksil, yang
menyebabkan kitosan mempunyai reaktifitas kimia yang tinggi dan
menyebabkan sifat polielektrolit kation sehingga berperan sebagai penukar
ion (ion exchange) dan dapat berperan sebagai adsorben untuk
mengadsorpsi logam berat ataupun limbah organik dalam air limbah
(Permanasari et al., 2010).
Bahan organik adalah bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem
kompleks dan dinamis, yang bersumber dari sisa tanaman dan atau binatang
yang terdapat di dalam tanah yang terus menerus mengalami perubahan
bentuk, karena dipengaruhi oleh faktor biologi, fisika, dan kimia. Bahan
organik tanah dapat diartikan sebagai semua jenis senyawa organik yang
terdapat di dalam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan organik ringan,
biomassa mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam air, dan bahan
organik yang stabil atau humus (Tompodung, 2009).
C. Alat dan Bahan
1. Alat
- Tabung reaksi
- Pipet tetes
2. Bahan
- Solar
- Bensin
- Minyak tanah
- Minyak goreng
- n-heksana
- Etil asetat
- Metanol
- Eter
D. Prosedur Kerja
1. Kelarutan dalam Solar
- Diambil sebanyak 1 pipet tetes
- Dimasukkan dalam tabung reaksi
- Ditambahkan tetes demi tetes solar
- Dikocok
- Diamati kelarutannya
- Diulangi prosedur untuk penambahan
bensin, minyak tanah, minyak goreng, n-
heksana, etil asetat, metanol dan eter
Semua larut, kecuali metanol
2. Kelarutan dalam Bensin
- Diambil sebanyak 1 pipet tetes
- Dimasukkan dalam tabung reaksi
- Ditambahkan tetes demi tetes solar
- Dikocok
- Diamati kelarutannya
- Diulangi prosedur untuk penambahan
bensin, minyak tanah, minyak goreng, n-
heksana, etil asetat, metanol dan eter
Semua solut terlarut
Solar
Bensin
3. Kelarutan dalam Minyak tanah
- Diambil sebanyak 1 pipet tetes
- Dimasukkan dalam tabung reaksi
- Ditambahkan tetes demi tetes solar
- Dikocok
- Diamati kelarutannya
- Diulangi prosedur untuk penambahan
bensin, minyak tanah, minyak goreng, n-
heksana, etil asetat, metanol dan eter
Semua terlarut, kecuali metanol
4. Kelarutan dalam Minyak goreng
- Diambil sebanyak 1 pipet tetes
- Dimasukkan dalam tabung reaksi
- Ditambahkan tetes demi tetes solar
- Dikocok
- Diamati kelarutannya
- Diulangi prosedur untuk penambahan
bensin, minyak tanah, minyak goreng, n-
heksana, etil asetat, metanol dan eter
Semua terlarut, kecuali metanol
Minyak tanah
Minyak goreng
5. Kelarutan dalam n-heksana
-
- Diambil sebanyak 1 pipet tetes
- Dimasukkan dalam tabung reaksi
- Ditambahkan tetes demi tetes solar
- Dikocok
- Diamati kelarutannya
- Diulangi prosedur untuk penambahan
bensin, minyak tanah, minyak goreng, n-
heksana, etil asetat, metanol dan eter
Semua solut terlarut
6. Kelarutan dalam Etil asetat
- Diambil sebanyak 1 pipet tetes
- Dimasukkan dalam tabung reaksi
- Ditambahkan tetes demi tetes solar
- Dikocok
- Diamati kelarutannya
- Diulangi prosedur untuk penambahan
bensin, minyak tanah, minyak goreng, n-
heksana, etil asetat, metanol dan eter
Semua solut terlarut
n-heksana
Etil asetat
7. Kelarutan dalam Metanol
- Diambil sebanyak 1 pipet tetes
- Dimasukkan dalam tabung reaksi
- Ditambahkan tetes demi tetes solar
- Dikocok
- Diamati kelarutannya
- Diulangi prosedur untuk penambahan bensin,
minyak tanah, minyak goreng, n-heksana, etil
asetat, metanol dan eter
Tidak terlarut pada solar, minyak tanah dan minyak goreng
8. Kelarutan dalam Eter
- Diambil sebanyak 1 pipet tetes
- Dimasukkan dalam tabung reaksi
- Ditambahkan tetes demi tetes solar
- Dikocok
- Diamati kelarutannya
- Diulangi prosedur untuk penambahan bensin,
minyak tanah, minyak goreng, n-heksana, etil
asetat, metanol dan eter
Semua solut terlarut
Metanol
Eter
E. Hasil Pengamatan
Tabel Hasil Pengamatan
No. Senyawa Solar Bensin Minyak
tanah
Minyak
goreng
n-heksana Etil
asetat
Metanol Eter
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Solar
Bensin
Minyak tanah
Minyak goreng
n-heksana
Etil asetat
Metanol
Eter
√
√
√
√
√
√
X
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
X
√
√
√
√
√
√
√
X
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
X
√
X
X
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Ket: √ = Terlarut
X = Tidak terlarut
F. Pembahasan
Penggunaan senyawa organik telah banyak digunakan laboratorium
dan kehidupan sehari-hari pun kerap dipakai untuk keperluan manusia.
Senyawa organik banyak digunakan dalam bentuk larutan, yaitu campuran
pelarut dan terlarut. Namun, tidak semua senyawa organik dapat larut dalam
1 jenis pelarut yang sama, ada beberapa sifat kelarutan yang berbeda pada
setiap senyawa organik, maka pada praktikum ini dilakukan uji sifat-sifat
kelarutan senyawa organik untuk membedakan sifat kelarutan masing-
masing senyawa organik.
Kelarutan didefinisikan dalam besaran kuantitatif sebagai konsentrasi
zat terlarut dalam larutan jenuh pada temperatur tertentu, sedangkan secara
kualitatif didefinisikan sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk
membentuk dispersi molekuler homogen. Kelarutan dinyatakan dalam satuan
millimeter pelarut yang dapat melarutkan satu gram zat. Suatu kelarutan juga
dapat dinyatakan dalam satuan molalitas, molaritas dan persen.
Pada praktikum ini, sampel yang digunakan adalah solar, bensin,
minyak tanah, minyak goreng, n-heksana, etil asetat, metanol dan eter.
Sampel awal yang diuji kelarutannya adalah solar. Hasil pengamatan
kelarutan pada solar, minyak tanah, minyak goreng dan metanol tidak dapat
larut pada beberapa pelarut, hal ini dapat disebabkan selain mungkin karena
strukturnya yang tidak mirip dapat juga karena kesalahan praktikan dalam
mencampur bahan. Sedangkan hasil pengamatan etil asetat, bensin, n-
heksana dan eter sebagai senyawa non polar menunjukkan bahwa etil asetat
dapat larut pada semua jenis pelarut yang merupakan pelarut non polar
seperti telah disebutkan di atas. Kelarutan suatu solute dalam sejumlah
solven selain dipengaruhi oleh kepolaran, juga dipengaruhi oleh kemampuan
untuk membentuk ikatan hidrogen dengan molekul pelarut. Kecenderungan
suatu zat untuk larut sempurna dalam pelarutnya dipengaruhi oleh kesamaan
polaritas, kesamaan zat tersebut untuk berubah menjadi kutub-kutub yang
berupa kation dan anion dan membentuk suatu zat baru dengan melakukan
ikatan antar kutub.
Disini n-heksan adalah merupakan pelarut organik, dan berdasarkan
kepolarannya n-heksana bersifat non-polar. Berdasarkan pada prinsip
kelarutan like dissolves like, maka senyawa yang bersifat polar akan larut
dalam pelarut yang polar, begitupun untuk senyawa yang bersifat non polar
akan larut dalam pelarut non polar, walaupun masih harus
mempertimbangkan hal lainnya misalkan suatu zat sangat larut dalam suatu
pelarut jika mempunyai struktur yang sangat mirip. Senyawa non polar juga
hanya dapat berikatan antar alkil, sehingga ketika dicampurkan, senyawa
polar pada umumnya tidak memiliki rantai alkil tidak dapat diikat oleh
senyawa non polar.
Alkohol adalah kelompok senyawa yang mengandung satu atau lebih
gugus fungsi hidroksil (-OH) pada suatu senyawa alkana. Alkohol merupakan
salah satu zat yang penting dalam kimia organik karena dapat diubah dari
dan ke banyak tipe senyawa lainnya. Reaksi dengan alkohol akan
menghasilkan 2 senyawa. Reaksi bisa menghasilkan senyawa yang
mengandung ikatan R-O atau dapat juga menghasilkan senyawa
mengandung ikatan O-H. Alkohol termasuk asam lemah, karena perbedaan
keelektronegatifan antara oksigen dan hidrogen pada gugus hidroksil, yang
memampukan hidrogen lepas dengan mudah.
Turunan alkohol yaitu metanol, berdasarkan hasil percobaan ini
diperoleh data yang menunjukkan tidak larut pada beberapa pelarut yang
disediakan. Dalam prinsip like dissolves like telah disebutkan diatas bahwa
kelarutan dapat dipengaruhi oleh kesamaan struktur yang membentuk
molekulnya. Alkohol memiliki polaritas yang hampir sama dengan polaritas
air. Namun kepolaritasan yang dimiliki oleh senyawa-senyawa turunan
alkohol tidak akan sebanding dengan polaritas air, hal ini dipengaruhi oleh
kehadiran gugus alkil pada molekulnya. Seperti yang diketahui gugus alkil
merupakan gugus non polar, semakin panjang alkil yang dimiliki oleh suatu
senyawa maka semakin besar sifat non polarnya. Metanol ini memiliki gugus
alkil yang tidak begitu panjang dan tidak merubah tingkat keelektronegatifan
sehingga juga dapat larut dalam pelarut polar.
Manfaat dari percobaan ini dalam bidang farmasi misalnya adalah
dengan mengetahui sifat kelarutan dari senyawa organik, baik senyawa itu
bersifat polar maupun non polar yang diketahui melalui berbagai uji kelarutan
berguna untuk mengetahui kompatibel atau inkompatibelnya suatu bahan
obat dengan pelarutnya jika dalam pembuatannya memerlukan pelarut.
G. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Senyawa organik dapat larut dalam pelarut polar dan non polar. Kelarutan
senyawa organik tergantung pada kemampuan senyawa organik untuk
membentuk ikatan hidrogen dengan atom-atom elektronegatif sehingga
dapat larut dalam senyawa polar.
2. Tingkat kelarutan senyawa organik yaitu bensin, n-heksana, etil asetat dan
eter dapat larut pada semua pelarut sedangkan solar, minyak tanah, minyak
goreng dan metanol tidak dapat larut pada sebagian pelarut.
Daftar Pustaka
Fatimah, I., Nugraha, J. 2007. Analisis Hubungan Kuantitatif Struktur danKelarutan Senyawa Aktif Pestisida Organofosfat: Pendekatan Model Lineardan Metode Kluster. Jurnal Ilmu Dasar, Vol. 8 No. 1: 91-102.
Fessenden, Fessenden. 1982. Kimia Organik. Edisi ketiga Jilid 1, Erlangga.Jakarta.
M., Ana Hidayati dan Yusrin. 2010. Pegaruh Lama Waktu Simpan Pada SuhuRuang (27-29ºC) Terhadap Kadar Zat Organik Pada Air Minum Isi Ulang.Prosiding Seminar Nasional UNIMUS. 2010, Semarang, Indonesia. Hal. 49-54.
Martin, Alfred. 1993. Farmasi Fisik Dasar-dasar Kimia Fisik dalam IlmuFarmasetik. Edisi Ketiga Jilid 1, UI Press. Jakarta.
Permanasari, A., Siswaningsih, W., Wulandari, I. 2010. Uji Kinerja AdsorbenKitosan Bentonit Terhadap Logam Berat Dan Diazinon Secara Simultan. JurnalSains dan Teknologi Kimia, Vol. 1 No. 2: 121-134.
Petrucci, Ralph. 1987. Kimia Dasar. Erlangga. Jakarta.
Septiana, A. T., Asnani, Sri. 2012. Kajian Sifat Fisikokimia Ekstrak Rumput LautCoklat Sargassum duplicatum Menggunakan Berbagai Pelarut Dan MetodeEkstraksi. Agrointek, Vol. 6 No. 1: 22-28.
Tompodung, H. M. 2009. Pengaruh Bahan Organik Terhadap PertumbuhanTanaman. Adiwidia. Edisi Desember 2009, No. 2: 12-17.
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK
PERCOBAAN 2
SIFAT-SIFAT KELARUTAN SENYAWA ORGANIK
OLEH
NAMA : AYU MERIAH REZKI
NIM : F1F1 11083
KELOMPOK : IV
KELAS : FARMASI C
ASISTEN : MUHAMMAD ADHA
LABORATORIUM FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2013