PERBEDAAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN STROKE ISKEMIK DAN STROKE …

19
PERBEDAAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN STROKE ISKEMIK DAN STROKE HEMORAGIK PADA PASIEN STROKE RAWAT INAP RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH HARAPAN KITA TAHUN 2012 Taruli Tua Pane 1 , Krisnawati Bantas 2 1 Program Sarjana, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia. 2 Departemen Epidemiologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Depok 16424, Indonesia ABSTRAK Stroke merupakan penyakit nomor 3 terbesar dan paling sering menyebabkan kematian di Indonesia. Prevalensi kejadian stroke di Indonesia menurut riskesdas 2007 adalah sebesar 8,3 per 1000 penduduk. Di Jakarta sendiri prevalensi kejadian stroke masih berada di atas prevalensi nasional yaitu 12,5 per 1000 penduduk dan menimbulkan banyak problem baik dari sisi sosial maupun ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan faktor risiko kejadian stroke iskemik dan stroke hemoragik pada pasien stroke di RS Harapan Kita Tahun 2012. Penelitian dilakukan dengan menganalisis data sekunder berupa status rekam medis pasien menggunakan desain studi cross sectional. Hasil menunjukkan terdapat pasien penderita stroke iskemik (10,4%) dan hemoragik (89,6%) dengan karakteristik umur 62 tahun (51,5%), berjenis kelamin laki-laki (62%), pendidikan rendah (17,8%), memiliki perilaku merokok (37,4%), mengidap hipertensi (81,6%) dan DM (50,3%). Berdasarkan analisis bivariat tidak ditemukan adanya perbedaan yang secara statistik bermakna antara faktor risiko dengan kejadian stroke, namun perbedaan proporsi faktor risiko pada stroke iskemik selalu lebih besar dibandingkan stroke hemoragik. Kata kunci : stroke, faktor risiko, rs jantung harapan kita ABSTRACT Stroke is the third disease which often cause death in Indonesia. Prevalence of stroke in Indonesia from Riskesdas 2007 is 8,3 per 1000 person. Prevalence of stroke in Jakarta is still higher then national prevalence that is 12,5 per 1000 person and cause a lot of problems both in terms of social and economic. This research aims to identify different risk factors of ischemic and hemorragic stroke in inpatient of stroke at National Cardiovascular Center Harapan Kita 2012. The study was conducted by analyzing secondary data from patient medical record by using cross sectional study. Results showed that there were patients with ischemic stroke (10,4%) and hemorrhagic (89,6) with a characteristic age 62 years (51,5%), male (62%), low education (17,8%), smoking behaviour (37,4%), hypertension (81,6%) and diabetes (50,3%). Based on Perbedaan Faktor..., Taruli Tua Pane, FKM UI, 2013

Transcript of PERBEDAAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN STROKE ISKEMIK DAN STROKE …

Page 1: PERBEDAAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN STROKE ISKEMIK DAN STROKE …

PERBEDAAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN STROKE ISKEMIK DAN STROKE HEMORAGIK PADA PASIEN STROKE RAWAT INAP RUMAH

SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH HARAPAN KITA TAHUN 2012

Taruli Tua Pane1, Krisnawati Bantas2 1Program Sarjana, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok

16424, Indonesia. 2Departemen Epidemiologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Depok 16424, Indonesia

ABSTRAK

Stroke merupakan penyakit nomor 3 terbesar dan paling sering menyebabkan kematian di Indonesia. Prevalensi kejadian stroke di Indonesia menurut riskesdas 2007 adalah sebesar 8,3 per 1000 penduduk. Di Jakarta sendiri prevalensi kejadian stroke masih berada di atas prevalensi nasional yaitu 12,5 per 1000 penduduk dan menimbulkan banyak problem baik dari sisi sosial maupun ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan faktor risiko kejadian stroke iskemik dan stroke hemoragik pada pasien stroke di RS Harapan Kita Tahun 2012. Penelitian dilakukan dengan menganalisis data sekunder berupa status rekam medis pasien menggunakan desain studi cross sectional. Hasil menunjukkan terdapat pasien penderita stroke iskemik (10,4%) dan hemoragik (89,6%) dengan karakteristik umur ≥62 tahun (51,5%), berjenis kelamin laki-laki (62%), pendidikan rendah (17,8%), memiliki perilaku merokok (37,4%), mengidap hipertensi (81,6%) dan DM (50,3%). Berdasarkan analisis bivariat tidak ditemukan adanya perbedaan yang secara statistik bermakna antara faktor risiko dengan kejadian stroke, namun perbedaan proporsi faktor risiko pada stroke iskemik selalu lebih besar dibandingkan stroke hemoragik. Kata kunci : stroke, faktor risiko, rs jantung harapan kita

ABSTRACT

Stroke is the third disease which often cause death in Indonesia. Prevalence of stroke in Indonesia from Riskesdas 2007 is 8,3 per 1000 person. Prevalence of stroke in Jakarta is still higher then national prevalence that is 12,5 per 1000 person and cause a lot of problems both in terms of social and economic. This research aims to identify different risk factors of ischemic and hemorragic stroke in inpatient of stroke at National Cardiovascular Center Harapan Kita 2012. The study was conducted by analyzing secondary data from patient medical record by using cross sectional study. Results showed that there were patients with ischemic stroke (10,4%) and hemorrhagic (89,6) with a characteristic age ≥62 years (51,5%), male (62%), low education (17,8%), smoking behaviour (37,4%), hypertension (81,6%) and diabetes (50,3%). Based on

Perbedaan Faktor..., Taruli Tua Pane, FKM UI, 2013

Page 2: PERBEDAAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN STROKE ISKEMIK DAN STROKE …

bivariate analysis, result shows that there is no statistical difference between risk factors and incidence of stroke, but the difference proportion of risk factors in ischemic stroke always greater than hemorrhagic stroke. Keywords : stroke, risk factor, cardiovascular center harapan kita

PENDAHULUAN

Profil kesehatan masyarakat di negara-negara industri juga telah berubah secara dramatis

dalam setengah abad terakhir, dimana penyakit degeneratif kronik seperti jantung dan stroke,

adalah yang paling tinggi prevalensinya dalam masyarakat umum maupun masyarakat pekerja

dan berperan amat besar (36,5%) bagi kematian, kesakitan dan ketidak-mampuan kerja. Jika

digabungkan dengan penyakit kanker, penyakit paru obstruktif kronik dan diabetes mellitus,

maka 66,8% atau 2/3 kematian pada masyarakat industri disebabkan oleh penyakit degeneratif

kronik dan ini tentunya akan mempengaruhi produktifitas kerja dunia industri Indonesia

(Depkes, 2007).

Perubahan pola struktur masyarakat indonesia menjadi masyarakat industri banyak

memberi andil terhadap perubahan pola fertilitas, gaya hidup dan sosial ekonomi, yang pada

gilirannya dapat memicu peningkatan penyakit tidak menular (PTM). Perubahan pola dari

penyakit menular ke penyakit tidak menular ini dikenal dengan sebutan transisi epidemiologi

(Bustan 2007). Adanya perubahan gaya hidup akibat pengaruh globalisasi yang juga dibarengi

dengan ketidaktahuan akan faktor risiko penyebab yang harusnya dapat dicegah, mengakibatkan

penyakit tidak menular dan disabilitas kronis akan mengalami peningkatan seiring pula dengan

meningkatnya umur harapan hidup (Julianty dkk, 2005).

Dari berbagai jenis penyakit tidak menular yang ada, baik pada negara maju maupun

negara berkembang, penyakit jantung dan stroke menduduki jajaran teratas sebagai penyakit

kronis yang menyebabkan kematian tertinggi di seluruh dunia. Stroke merupakan suatu

terminologi klinis untuk gangguan sirkulasi darah yang terjadi pada suatu fokal area di otak, yang

berakibat pada terjadinya keadaan iskemia dan gangguan fungsi neurologis fokal maupun global

yang berlangsung lebih dari 24 jam atau langsung menyebabkan kematian. Secara tipikal stroke

bermanifestasi sebagai munculnya defisit neurologis secara tiba-tiba seperti kelumpuhan, defisit

sensorik maupun gangguan berbahasa (Wahjoepramono, 2005).

Stroke merupakan penyakit nomor 3 terbesar yang paling sering menyebabkan kematian

diseluruh dunia setelah penyakit jantung dan kanker, dan merupakan penyakit yang paling

Perbedaan Faktor..., Taruli Tua Pane, FKM UI, 2013

Page 3: PERBEDAAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN STROKE ISKEMIK DAN STROKE …

berpengaruh pada tingginya angka disabilitas diseluruh dunia. Setiap tahunnya ditemukan

setengah juta penduduk amerika yang mengalami serangan stroke. Ditahun 1990 penyakit

pembuluh darah menyebabkan 14juta kematian pada 5,3 miliar penduduk dunia dimana 4,4 juta

diantaranya disebabkan oleh penyakit stroke (Khan, 2006).

Di Indonesia sendiri menurut laporan Riskesdas tahun 2007, ditemukan prevalensi

penyakit stroke sebesar 8,3 per 1000 penduduk. Prevalensi stroke tertinggi ditemui di NAD (16,6

per 1000 penduduk) dan terendah di Papua (3,8 per 1000 penduduk). Terdapat 13 provinsi

dengan prevalensi stroke lebih tinggi dari angka nasional. Menurut karakteristik responden,

prevalensi ini cenderung meningkat sesuai dengan peningkatan umur responden (meningkat pada

kelompok umur 45 tahun keatas), dan jenis kelamin (laki-laki). Prevalensi penyakit stroke juga

cenderung tinggi pada responden yang memiliki tingkat pendidikan rendah serta kelompok

responden yang tidak bekerja. Dalam laporan Riskesdas juga disebutkan bahwa stroke

menempati urutan pertama sebagai penyakit tidak menular dengan proporsi tertinggi pada semua

umur yaitu 26,9%, dan diikuti oleh penyakit hipertensi (12,3%) dan diabetes mellitus (10,2 %)

pada urutan selanjutnya (Depkes, 2008).

Secara garis besar berdasarkan kelainan patologis yang terjadi, stroke dibagi menjadi 2

golongan besar yaitu stroke iskemik dan hemoragik. Stroke iskemik merupakan dua per tiga dari

total seluruh kasus stroke dan dapat terjadi karena berbagai sebab seperti trombosis, emboli, atau

hipoperfusi. Sedangkan stroke hemoragik yang merupakan sepertiga dari seluruh kasus stroke,

dapat disebabkan oleh adanya perdarahan intraparenkim/intraserebral, maupun perdarahan

subarakhnoid yang sifatnya spontan dan non-traumatik (Wahjoepramono, 2005). Di negara-

negara berkembang seperti Asia, kejadian stroke hemoragik sebesar 30% dan stroke iskemik

sebesar 70% (Junaidi, 2004). Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa kejadian stroke iskemik

memiliki angka kejadian yang lebih besar dibandingkan stroke hemoragik. Meskipun begitu,

kejadian stroke hemoragik juga tidak dapat diabaikan begitu saja, Rudd dkk (2005) menyatakan

bahwa kejadian stroke hemoragik dapat menyebabkan kematian dengan cepat apabila perdarahan

tidak dapat berhenti. Dampak dari stroke hemoragik adalah menyebabkan kematian pada jaringan

otak dan akan menimbulkan efek yang sangat buruk dimasa depan bagi penderitanya.

Hingga saat ini belum ada pengobatan yang efektif dan efisien untuk stroke karena

sifatnya yang multikausal (disebabkan banyak faktor), Upaya pencegahan merupakan salah satu

cara yang paling efektif dan efisien untuk mengurangi angka kejadian stroke. Oleh karena itu,

Perbedaan Faktor..., Taruli Tua Pane, FKM UI, 2013

Page 4: PERBEDAAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN STROKE ISKEMIK DAN STROKE …

pengetahuan seputar faktor risiko dan gambaran epidemiologis mengenai penyakit stroke sangat

dibutuhkan untuk dapat merumuskan pencegahan yang efektif. Melihat besarnya dampak yang

ditimbulkan akibat penyakit ini baik dari segi ekonomi maupun sosial, mendorong untuk

dilakukannya penelitian agar dapat melihat perbedaan faktor risiko pada stroke iskemik dan

stroke hemoragik pada pasien stroke rawat inap di RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan

Kita tahun 2012.

 

TINJAUAN TEORITIS

Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stroke berupa faktor sosiodemografi

seperti umur, jenis kelamin dan tingkat pendidikan. Umur merupakan salah satu faktor risiko

penting dalam kejadian stroke, Sacco dkk (1997) menjelaskan bahwa setiap pertambahan umur

10 tahun sesudah umur 55 tahun yakni usia diatas 65 tahun, maka rata-rata risiko kejadian stroke

akan meningkat lebih dari dua kali lipat baik pada laki-laki maupun pada perempuan. Faktor jenis

kelamin juga merupakan faktor yang penting untuk diteliti karena dalam banyak literatur

menyatakan bahwa risiko kejadian kematian akibat stroke yang paling banyak dilaporkan terjadi

adalah pada kelompok laki-laki yang berumur kurang dari 85 tahun dan pada kelompok

perempuan biasanya banyak terjadi pada kelompok umur diatas 85tahun (Alexander 2011). Dan

tingkat pendidikan juga berpengaruh terhadap kejadian stroke dimana dinyatakan oleh Honjo dkk

(2008) bahwa tingkat pendidikan yang rendah berasosiasi dengan insiden penyakit jantung

koroner dan stroke pada kelompok perempuan Eropa dan Amerika, hal ini membuktikan bahwa

faktor sosiodemografi memiliki kaitan yang erat dengan kejadian stroke.

Selain itu ada juga faktor predisposisi seperti perilaku merokok. Kebiasaan merokok

merupakan faktor penting yang masih dapat dirubah, dikatakan dalam Sacco dkk (1997) bahwa

perilaku merokok sangat berpengaruh dengan kejadian stroke khususnya stroke hemoragik

bahkan hubungannya lebih kuat daripada variabel hipertensi, dan ketika seseorang berhenti

merokok maka risiko untuk mengalami stroke seseorang juga akan ikut menurun. Kemudian

status hipertensi, faktor ini telah dikenal sebagai faktor risiko utama bagi sebagian besar

mortalitas karena penyakit ini berkaitan erat dengan faktor risiko penyerta bagi banyak penyakit

kardioserebrovaskuler, salah satunya adalah penyakit stroke. Hipertensi diperkirakan

berpengaruh pada sekitar 25% hingga 50% kasus stroke (Basjiruddin 2012). Dan faktor

predisposisi yang lain adalah status diabetes mellitus, sejak lama diabetes mellitus dikatakan

Perbedaan Faktor..., Taruli Tua Pane, FKM UI, 2013

Page 5: PERBEDAAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN STROKE ISKEMIK DAN STROKE …

sebagai faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian stroke dan memiliki asosiasi dengan

tingginya tingkat kematian (Megherbi dkk 2002). Orang yang memiliki riwayat diabetes mellitus

akan meningkatkan kerentanan dengan kejadian aterosklerosis yang akan membawa pada

peningkatan risiko stroke (Sacco dkk. 1997).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Juni 2013. Subjek dalam penelitian ini

adalah seluruh pasien stroke baik itu stroke iskemik maupun stroke hemoragik, yang menjalani

pengobatan di bagian rawat inap RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita pada periode

Januari hingga Desember tahun 2012 yang memenuhi kriteria inklusi penelitian. Penelitian

dilakukan dengan menggunakan desain studi cross sectional yang bersifat analitik. Pengumpulan

data dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari catatan rekam medis

pasien stroke yang menjalani pengobatan di bagian rawat inap RS Jantung dan Pembuluh Darah

Harapan Kita pada periode Januari hingga Desember 2012. Pengambilan sampel dilakukan

dengan metode total sampling pada tiap data rekam medis yang memenuhi kriteria inklusi dan

yang tidak mengalami kesulitan dalam penyediaan datanya. Variabel yang diukur adalah variabel

sosiodemografi (umur, jenis kelamin dan tingkat pendidikan) dan faktor predisposisi (perilaku

merokok, status hipertensi dan diabetes mellitus). Instrumen yang digunakan dalam penelitian

adalah kuesioner pengumpulan data yang dibuat oleh peneliti dengan menyesuaikan pada

variabel-variabel yang tersedia pada satus rekam medis pasien. Data kemudian dianalisis dengan

menggunakan software SPSS versi 13.0 secara univariat dan bivariat.

HASIL PENELITIAN

1. Analisis Univariat

Tabel 1 Distribusi dan Frekuensi Karakteristik Penderita Stroke

Variabel Jumlah (N)

Persentase (%)

Jenis Stroke

-­‐ Iskemik -­‐ Hemoragik

Jenis kelamin

-­‐ Laki-laki -­‐ Perempuan

17 146

101 62

10,4 89,6

62,0 38,0

Perbedaan Faktor..., Taruli Tua Pane, FKM UI, 2013

Page 6: PERBEDAAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN STROKE ISKEMIK DAN STROKE …

Pendidikan

-­‐ Rendah -­‐ Tinggi

Merokok

-­‐ Ya -­‐ Tidak

Hipertensi

-­‐ Ya -­‐ Tidak

Diabetes Mellitus

-­‐ Ya -­‐ Tidak

29 134

61 102

133 30

82 81

17,8 82,2

37,4 62,6

81,6 18,4

50,3 49,7

Tabel 1 menunjukkan distribusi dan frekuensi dari sampel penelitian, yaitu sebesar 163 sampel

penderita stroke di RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita. Dari 163 sampel penelitian,

diketahui bahwa 10,4% pasien mengalami kejadian stroke iskemik sedangkan 89,6% sisanya

mengalami stroke hemoragik. Hal ini menggambarkan bahwa sebagian besar pasien stroke yang

berobat merupakan penderita stroke hemoragik.

Umur sampel penelitian berkisar antara rentang 14 hingga 91 tahun dengan rata-rata umur

sampel adalah 60,91 tahun. Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa persentase pasien stroke terbanyak

ada pada kelompok umur ≥ 62 yaitu sebesar 51,5% (84 orang) sedangkan persentase pasien

stroke yang berumur < 62 tahun ada sebesar 48,5% (79 orang), dan kebanyakan pasien yang

mengalami stroke dan menjalani pengobatan di unit rawat inap adalah berjenis kelamin laki-laki

yaitu sebesar 62% atau sebanyak 101 orang sedangkan sisanya merupakan pasien berjenis

kelamin perempuan sebesar 38%. Tingkat pendidikan sampel dikelompokan menjadi 2 yaitu

pendidikan rendah dan tinggi dimana pendidikan rendah terdiri dari pasien yang tidak pernah

sekolah sampai pasien dengan tingkat pendidikan SMP, sedang kelompok pendidikan tinggi

terdiri dari pasien dengan tingkat pendidikan SMA hingga perguruan tinggi. Dari tabel distribusi

dan frekuensi sampel penelitian dapat dilihat bahwa pasien dengan tingkat pendidikan rendah

Variabel Jumlah (N)

Persentase (%) Mean Median Min Maks

Umur -­‐ ≥ 62 -­‐ < 62

84 79

51,5 48,5

60,91

62,00

14

91

Perbedaan Faktor..., Taruli Tua Pane, FKM UI, 2013

Page 7: PERBEDAAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN STROKE ISKEMIK DAN STROKE …

lebih kecil persentasenya yaitu 17,8% atau sebanyak 39 orang dibandingkan dengan pasien

dengan latar belakang pendidikan tinggi yaitu sebesar 82,2% atau sebanyak 134 orang. Dari

antara pasien stroke ada sebesar 37,4% atau sebanyak 61orang pasien yang merupakan perokok,

sedangkan 62,6% lainnya atau sebanyak 102 pasien adalah bukan perokok. Yang masuk dalam

kategori perokok di sini adalah orang yang masih ataupun pernah menjadi perokok dan tercatat

dalam riwayat rekam medis pasien.

Dari tabel distribusi dan frekuensi sampel penelitian dapat terlihat bahwa sebagian besar

pasien stroke memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu sebesar 81,6% atau sebanyak 133

orang. Sedangkan 18,4 % lainnya tidak memiliki tekanan darah tinggi. Yang dimaksud dengan

penderita hipertensi di sini adalah orang yang memiliki tekanan darah sistolik sebesar 140mmHg

dan/atau diastolik sebesar 90mmHg. Dari tabel distribusi dan frekuensi sampel penelitian dapat

dilihat bahwa pasien stroke yang juga mengidap diabetes mellitus ada sebesar 50,3% atau 82

orang sedangkan pasien lain yang tidak mengidap diabetes mellitus ada sebesar 49,7% atau

sebanyak 81 orang.

2. Analisis Bivariat

Tabel 2 perbedaan faktor sosial demografi pada kejadian stroke iskemik dan stroke hemoragik

Faktor Risiko Jenis Stroke

p-value OR (95% CI) Iskemik

(%) Hemoragik

(%) Total (%)

Umur ≥ 62 < 62

9 (52,9) 8 (47,1)

75 (51,4) 71 (48,6)

84 (51,5) 79 (48,5) 0,902 1,065

(0,389-2,913) Total 17 (100) 146 (100) 163 (100)

Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan

13 (76,5) 4 (23,5)

88 (60,3) 58 (39,7)

101 (62,0) 62 (38,0) 0,193 2,142

(0,666-6,892) Total 17 (100) 146 (100) 163 (100)

Pendidikan Rendah Tinggi

4 (23,5) 13 (76,5)

25 (17,1) 121 (82,9)

29 (17,8) 134 (82,2) 0,508 1,489

(0,448-4,947) Total 17 (100) 146 (100) 163 (100)

Tabel 2 menunjukkan proporsi pasien dengan stroke iskemik yang berumur ≥62 tahun ada

sebesar 52,9% sedangkan pasien stroke iskemik yang berumur <62 tahun ada sebesar 47,1%.

Perbedaan Faktor..., Taruli Tua Pane, FKM UI, 2013

Page 8: PERBEDAAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN STROKE ISKEMIK DAN STROKE …

Kemudian, proporsi pasien yang menderita stroke hemorgik berumur ≥62 tahun ada sebesar

51,4% sedangkan yang berumur <62 tahun sebesar 48,6 %. Berdasarkan hasil uji statistik

didapatkan nilai p sebesar 1,065 (nilai p > 0,05). Hal ini menunjukan bahwa tidak ada perbedaan

yang bermakna secara statistik antara pasien yang berumur ≥62 tahun dengan kejadian stroke

iskemik.

Pasien yang berjenis kelamin laki-laki memiliki persentase sebesar 76,5% sedangkan

pasien yang berjenis kelamin perempuan ada sebesar 23,5%. Pada kelompok pasien dengan

stroke hemoragik didapatkan proporsi laki-laki sebesar 60,3% dan perempuan sebesar 39,7%.

Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai p sebesar 0,193 (nilai p > 0,05). Hal ini

menunjukan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna secara statistik antara pasien yang

berjenis kelamin laki-laki dengan kejadian stroke iskemik.

Proporsi kejadian stroke iskemik yang dialami oleh pasien dengan tingkat pendidikan

rendah yaitu sebesar 23,5% sedangkan proporsi kejadian stroke iskemik pada pasien yang

berpendidikan tinggi ada sebesar 76,5%. Pada kelompok stroke hemoragik, proporsi pasien yang

berpendidikan rendah ada sebesar 17,1% sedangkan proporsi pasien stroke hemoragik yang

berpendidikan tinggi ada sebesar 82,9%. Berdasarkan hasil uji statistik, diperoleh nilai p sebesar

0,508 (nilai p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak adanya perbedaan yang bermakna secara

statistik antara pasien yang berpendidikan rendah dengan kejadian stroke iskemik.

Tabel 3 perbedaan faktor predisposisi pada kejadian stroke iskemik dan stroke hemoragik

Faktor Risiko Jenis Stroke

p-value OR (95% CI) Iskemik

(%) Hemoragik

(%) Total (%)

Merokok Ya Tidak

8 (47,1) 9 (52,9)

53 (36,3) 93 (63,7)

61 (37,4) 102 (62,6) 0,386 1,560

(0,568-4,284) Total 17 (100) 146 (100) 163 (100)

Hipertensi Ya Tidak

15 (88,2) 2 (11,8)

118 (80,8) 28 (19,2)

133 (81,6) 30 (18,4) 0,741 1,780

(0,385-8,234) Total 17 (100) 146 (100) 163 (100)

DM Ya Tidak

10 (58,8) 7 (41,2)

72 (49,3) 74 (50,7)

82 (50,3) 81 (49,7) 0,458 1,468

(0,530-4,067) Total 17 (100) 146 (100) 163 (100)

Perbedaan Faktor..., Taruli Tua Pane, FKM UI, 2013

Page 9: PERBEDAAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN STROKE ISKEMIK DAN STROKE …

Kejadian stroke iskemik yang dialami oleh pasien yang memiliki kebiasaan merokok

memiliki proporsi sebesar 47,1% sedangkan pasien stroke iskemik yang tidak memiliki

kebiasaan merokok memiliki proporsi sebesar 52,9%. Pada kelompok stroke hemoragik, proporsi

pasien yang memiliki kebiasaan merokok ada sebesar 36,3%, sedangkan yang tidak memiliki

kebiasaan merokok ada sebesar 63,7%. Berdasarkan hasil uji statistik, diperoleh nilai p sebesar

0,386 (nilai p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak adanya perbedaan yang bermakna secara

statistik antara pasien yang memiliki kebiasaan merokok dengan kejadian stroke iskemik.

Pasien stroke iskemik yang mengidap hipertensi memiliki proporsi sebesar 88,2%

sedangkan pasien stroke iskemik yang tidak mengidap hipertensi ada sebesar 11,8%. Pada

kelompok pasien yang menderita stroke hemoragik, proporsi pasien yang mengidap hipertensi

yaitu sebesar 80,8%, sedangkan yang tidak mengidap hipertensi ada sebesar 19,2%. Berdasarkan

hasil uji statistik didapatkan nilai p sebesar 0,741 (nilai p > 0,05). Hal ini menunjukan bahwa

tidak ada perbedaan yang bermakna secara statistik antara pasien yang mengidap hipertensi

dengan kejadian stroke iskemik.    

Pada tabel 3, kejadian stroke iskemik yang dialami oleh pasien dengan riwayat mengidap

diabetes mellitus cenderung lebih tinggi proporsinya yaitu sebesar 58,8% jika dibandingkan

dengan pasien yang tidak memiliki riwayat diabetes mellitus dengan proporsi sebesar 41,2%.

Sedangkan pada kelompok pasien yang mengidap stroke hemoragik, yang juga memiliki riwayat

diabetes mellitus mempunyai proporsi sebesar 49,3%, sedangkan proporsi pasien stroke

hemoragik yang tidak memiliki riwayat diabetes mellitus ada sebesar 50,7%. Berdasarkan hasil

uji statistik, diperoleh nilai p sebesar 0,458 (nilai p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak

adanya perbedaan yang bermakna secara statistik antara pasien yang memiliki riwayat penyakit

diabetes mellitus dengan kejadian stroke iskemik.

PEMBAHASAN

Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional sehingga hanya bisa menjelaskan

ada tidaknya perbedaan antara variabel penelitian dengan kejadian penyakit tanpa dapat

menjelaskan hubungan sebab akibatnya. Perolehan data dengan menggunakan data sekunder

berupa status rekam medis pasien juga berpotensi untuk menyebabkan bias informasi dan sampel

Perbedaan Faktor..., Taruli Tua Pane, FKM UI, 2013

Page 10: PERBEDAAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN STROKE ISKEMIK DAN STROKE …

pada penelitian ini. Serta jumlah sampel yang tidak adekuat untuk membuktikan perbedaan faktor

risiko sehingga didapatkan perbedaan yang tidak bermakna secara statistik dalam penelitian ini.

Proporsi Kejadian Stroke

Dari penelitian ini ditemukan terdapat sebesar 10,4% pasien yang mengalami stroke

iskemik dan 89,6% pasien mengalami stroke hemoragik. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian

Agustina (2008) yang menemukan bahwa persentase kejadian stroke iskemik pada pasien rawat

inap RS Fatmawati Jakarta lebih kecil dibandingkan persentase kejadian stroke hemoragik yakni

sebesar 31,2%.

Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian Kusuma dkk (2009) yang menemukan bahwa

prevalensi kejadian stroke di Indonesia yaitu sebesar 0,8%. Menurut distribusinya 1,4% pasien

dari kejadian tersebut merupakan penderita perdarahan subarakhnoid kemudian 18,5% menderita

perdarahan intraserebral dan 42,9% merupakan penderita stroke iskemik. Dari sini terlihat bahwa

kejadian stroke iskemik sebenarnya masih mendominasi dari jumlah kejadian stroke jenis

lainnya. Demikan juga halnya yang terjadi dengan negara-negara lain. O’donnell dkk (2010)

yang melakukan penelitian multi-center di 22 negara sejak tahun 2007 hingga 2010 menemukan

bahwa persentase kejadian stroke iskemik jauh lebih tinggi yaitu sebesar 78% dibandingkan

dengan stroke jenis hemoragik.

Hasil ini bisa disebabkan oleh banyak faktor seperti rendahnya kepatuhan pasien yang

mengidap stroke iskemik untuk melakukan pengobatan. Dapat juga dipengaruhi oleh kondisi

sosial ekonomi pasien stroke iskemik, sehingga kesulitan untuk memperoleh pelayanan kesehatan

di RS.

Perbedaan Umur pada Kejadian Stroke iskemik dan Stroke Hemoragik

Umur merupakan salah satu faktor yang berperan penting sebagai indikator untuk menilai

status kesehatan seseorang. Peningkatan umur memiliki potensi untuk meningkatkan kerentanan

seseorang untuk menderita penyakit, khususnya penyakit degeneratif. Hal ini berhubungan erat

dengan penurunan fungsi organ tubuh akibat penuaan.

Dari hasil penelitian menunjukan adanya perbedaan proporsi pasien yang berumur ≥ 62

tahun pada penderita stroke iskemik (52,9%) dan penderita stroke hemoragik (51,4%). Hasil

Perbedaan Faktor..., Taruli Tua Pane, FKM UI, 2013

Page 11: PERBEDAAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN STROKE ISKEMIK DAN STROKE …

tersebut menunjukkan bahwa proporsi faktor risiko umur ≥62 tahun lebih besar terjadi pada

penderita stroke iskemik dibandingkan penderita stroke hemoragik

Perbedaan antara umur dengan kejadian stroke iskemik memperlihatkan bahwa penderita

stroke iskemik yang berumur ≥ 62 tahun memiliki proporsi yang lebih besar jika dibandingkan

dengan yang berumur < 62 tahun, namun secara statistik tidak memiliki perbedaan yang

signifikan (p value > 0,05).

Hasil tersebut tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sugioka dkk (2002)

yang menyatakan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara orang yang berumur ≥ 55 tahun

dengan kejadian stroke iskemik (p value <0,05). Palm dkk (2011) menyatakan bahwa umur yang

semakin tua akan meningkatkan peluang terjadinya stroke iskemik pada seseorang, dari hasil

penelitiannya juga diperoleh bahwa peningkatan umur yang semakin tua berasosiasi dengan

kelemahan fisik dalam menghadapi kejadian stroke iskemik baik pada laki-laki maupun

perempuan (p <0,0001).

Distribusi umur sampel penelitian di RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita

menunjukkan bahwa mayoritas sampel berada pada kelompok umur ≥62 tahun baik pada

kelompok stroke iskemik maupun stroke hemoragik, data tersebut sesuai dengan pernyataan

Alexander (2011) bahwa kejadian stroke akan semakin tinggi angka kejadiannya dan

kemungkinan kerusakan yang ditimbulkan oleh berbagai faktor risiko lain akan meningkat dua

kali lipat setelah melewati umur 55 tahun. Stroke iskemik menyebabkan terjadinya demensia

serta disfungsi neurologis lainnya sebesar 11% pada individu yang berumur antara 55-64 tahun,

dan prevalensinya meningkat hingga 40% pada umur 80 tahun. Umur juga menjadi salah satu

faktor risiko penting dalam meningkatnya angka keparahan dan kematian akibat stroke

hemoragik ,Cayuela dkk (2002) menemukan bahwa angka kematian cenderung meningkat seiring

dengan pertambahan umur, penelitian kohort yang dilakukannya sepanjang periode 1975 hingga

1999 di Andalusia menemukan bahwa angka kematian akibat stroke meningkat hingga mencapai

lebih dari 3000 per 100.000 penduduk terjadi pada orang yang berumur ≥85 tahun.

Perbedaan Jenis Kelamin pada Kejadian Stroke iskemik dan Stroke Hemoragik

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan adanya perbedaan proporsi pasien yang

berjenis kelamin laki-laki pada penderita stroke iskemik (76,5%) dan penderita stroke hemoragik

(60,3%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa proporsi faktor risiko jenis kelamin laki-laki lebih

besar terjadi pada penderita stroke iskemik dibandingkan penderita stroke hemoragik

Perbedaan Faktor..., Taruli Tua Pane, FKM UI, 2013

Page 12: PERBEDAAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN STROKE ISKEMIK DAN STROKE …

Dalam penelitian ini, perbedaan antara jenis kelamin dengan kejadian stroke iskemik

menunjukkan bahwa penderita stroke iskemik yang berjenis kelamin laki-laki memiliki proporsi

lebih besar jika dibandingkan dengan penderita stroke iskemik yang berjenis kelamin perempuan.

Meskipun variabel ini secara statistik tidak memiliki perbedaan yang signifikan (p value > 0,05),

namun ada kecenderungan bahwa orang yang berjenis kelamin laki-laki lebih berpotensi untuk

mengalami stroke baik iskemik maupun hemoragik daripada orang yang berjenis kelamin

perempuan.

Hasil ini bertentangan dengan penelitian Palm dkk (2011) yang menemukan adanya

hubungan yang signifikan secara statistik antara orang yang berjenis kelamin laki-laki dengan

kejadian stroke iskemik (p value 0,04). Dalam penelitiannya juga Palm dkk (2011) menyatakan

bahwa kejadian stroke iskemik cenderung lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan pada

perempuan.

Stroke merupakan tiga besar penyebab utama kematian baik pada laki-laki maupun

perempuan, dan bahkan Oh Mi-Sun (2009) dalam penelitiannya menyatakan bahwa perempuan

menanggung beban yang lebih berat daripada laki-laki karena umur harapan hidup perempuan

yang cenderung lebih panjang sehingga menyebabkan perempuan biasanya harus berjuang

dengan keadaan stroke lebih lama ditengah umur yang juga sudah tua. Meskipun begitu,

kontroversi mengenai perbedaan jenis kelamin dengan kejadian stroke masih terjadi hingga

sekarang. Seperti dalam penelitian yang dilakukan oleh Caso Valeria dkk (2010) didapatkan hasil

yang bertolak belakang dengan penelitian-penelitian yang menyatakan bahwa jenis kelamin laki-

laki memiliki hubungan yang kuat dengan kejadian stroke. Dalam penelitiannya ditemukan

bahwa justru orang yang berjenis kelamin perempuan menunjukkan hubungan yang signifikan

dengan kejadian stroke dibandingkan dengan laki-laki dengan nilai p 0,001, dan kemudian

setelah dilakukan analisis multivariat diperoleh hasil bahwa jenis kelamin tidak berasosiasi secara

signifikan dengan kejadian stroke baik iskemik maupun hemoragik. Hasil ini membuktikan

bahwa hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian stroke iskemik masih tetap belum jelas.

Perbedaan Tingkat Pendidikan pada Kejadian Stroke iskemik dan Stroke Hemoragik

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan adanya perbedaan proporsi pasien dengan

tingkat pendidikan rendah pada penderita stroke iskemik (23,5%) dan penderita stroke hemoragik

(17,1%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa proporsi faktor risiko tingkat pendidikan rendah

lebih besar terjadi pada penderita stroke iskemik dibandingkan penderita stroke hemoragik

Perbedaan Faktor..., Taruli Tua Pane, FKM UI, 2013

Page 13: PERBEDAAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN STROKE ISKEMIK DAN STROKE …

Dalam penelitian ini, perbedaan antara tingkat pendidikan dengan kejadian stroke iskemik

menunjukkan bahwa penderita stroke iskemik dengan tingkat pendidikan rendah memiliki

proporsi yang lebih kecil jika dibandingkan pada penderita stroke iskemik dengan tingkat

pendidikan tinggi. Dari perhitungan terlihat bahwa variabel ini secara statistik tidak memiliki

perbedaan yang signifikan (p value > 0,05), meskipun demikian, ada kecenderungan bahwa orang

yang memiliki tingkat pendidikan rendah akan lebih berpotensi untuk mengalami kejadian stroke.

Hasil analisis terhadap nilai p diatas tidak sejalan dengan penelitian Honjo dkk (2008)

yang menemukan adanya hubungan yang bermakna secara statistik antara tingkat pendidikan

rendah (SMP) dengan kejadian stroke iskemik dengan p value 0,019. Dalam penelitiannya

diperoleh pula nilai hazard ratio untuk kelompok pendidikan rendah sebesar 1,9 (95% CI:1,30-

2,76) dan untuk kelompok pendidikan tinggi sebesar 1,6 (95% CI: 0,87-2,93) dan kejadian stroke

iskemik tertinggi terdapat pada kelompok responden yang memiliki tingkat pendidikan SMP

dibandingkan responden dengan tingkat pendidikan SMA. Hasil juga tidak sejalan dengan

penelitian Avendano dkk (2003) yang menemukan adanya hubungan yang bermakna antara

tingkat pendidikan rendah dengan kejadian stroke iskemik baik itu pada kelompok laki-laki

maupun perempuan dengan Rate Ratio 1,27 (95% CI: 1,24-1,30) pada laki-laki dan RR 1,29

(95% CI: 1,27-1,32) pada perempuan.

Banyak penelitian menyatakan bahwa individu dengan status sosial ekonomi yang rendah

akan menghadapi risiko yang besar untuk mengalami kejadian stroke baik itu iskemik maupun

hemoragik. Status sosial ekonomi tersebut kebanyakan diukur dari tingkat pendidikan,

dibandingkan menggunakan indikator lain seperti jabatan pekerjaan maupun pendapatan karena

lebih reliabel dan stabil dari waktu ke waktu. Dari rendahnya tingkat pendidikan maka akan

cenderung meningkatkan mortality rate seseorang (Avendano dkk, 2003).

Perbedaan Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Stroke iskemik dan Stroke Hemoragik

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan adanya perbedaan proporsi pasien yang

memiliki kebiasaan merokok pada penderita stroke iskemik (47,1%) dan penderita stroke

hemoragik (36,3%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa proporsi faktor risiko kebiasaan merokok

lebih besar terjadi pada penderita stroke iskemik dibandingkan penderita stroke hemoragik

Dalam penelitian ini, perbedaan antara kebiasaan merokok dengan kejadian stroke

iskemik menunjukkan bahwa penderita stroke iskemik yang memiliki kebiasaan merokok

memiliki proporsi yang lebih besar jika dibandingkan dengan penderita stroke iskemik yang tidak

Perbedaan Faktor..., Taruli Tua Pane, FKM UI, 2013

Page 14: PERBEDAAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN STROKE ISKEMIK DAN STROKE …

memliki kebiasaan merokok. Berdasarkan perhitungan nilai p, variabel ini secara statistik tidak

memiliki perbedaan yang signifikan (p value > 0,05), namun dari banyak penelitian menunjukkan

ada kecenderungan orang yang memiliki kebiasaan merokok memiliki kemungkinan untuk

mengalami kejadian stroke baik itu iskemik maupun stroke hemoragik .

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Palm dkk (2011)

yang menyatakan adanya hubungan yang bermakna secara statistik antara riwayat merokok

maupun status perokok aktif dengan kejadian stroke iskemik dengan p value < 0,001 untuk

riwayat merokok dan p value 0,008 untuk status perokok aktif. Begitu pula dengan penelitian

yang dilakukan oleh Auriel dkk (2011) yang juga memperoleh hubungan yang signifikan untuk

kelompok orang yang memiliki status sebagai perokok dengan p value 0,002. Pada penelitian

lainnya yang dilakukan oleh Banerjee dkk (2012) juga menunjukkan adanya hubungan yang

bermakna secara statistik antara riwayat merokok dengan kejadian stroke iskemik (p value 0,09)

tapi lain halnya dengan perokok yang masih aktif, dalam penelitian ini ditemukan hubungan yang

tidak bermakna dengan p value 0,42.

Merokok merupakan salah satu faktor risiko bagi kejadian stroke baik iskemik maupun

hemoragik yang berperan cukup besar dan bisa dicegah. Dikatakan bahwa seperempat dari

seluruh kejadian stroke di Amerika bisa dikaitkan dengan perilaku merokok. Perilaku merokok

berasosiasi dengan hiperkoagulasi dalam tubuh, yang mengarah pada pembentukan trombus dan

produksi plak. Hal ini bermula dari proses pembakaran produk rokok dan komponen

penyusunnya yang membawa pada pembentukan tromboemboli yang kemudian mengalami

translokasi ke bagian otak dan kemudian dapat menyebabkan terjadinya stroke (Hawkins dkk,

2002).

Perbedaan Hipertensi dengan Kejadian Stroke iskemik dan Stroke Hemoragik

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan adanya perbedaan proporsi pasien yang

mengidap hipertensi pada penderita stroke iskemik (88,2%) dan penderita stroke hemoragik

(80,8%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa proporsi faktor risiko hipertensi lebih besar terjadi

pada penderita stroke iskemik dibandingkan penderita stroke hemoragik

Dalam penelitian ini, perbedaan antara hipertensi dengan kejadian stroke iskemik

menunjukkan bahwa penderita stroke iskemik yang mengidap hipertensi memiliki proporsi yang

lebih besar jika dibandingkan dengan penderita stroke iskemik yang tidak mengidap hipertensi.

Meskipun dari perhitungan nilai p, variabel ini secara statistik tidak memiliki perbedaan yang

Perbedaan Faktor..., Taruli Tua Pane, FKM UI, 2013

Page 15: PERBEDAAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN STROKE ISKEMIK DAN STROKE …

signifikan (p value > 0,05), namun ada kecenderungan bahwa orang yang memiliki status

hipertensi akan berpotensi untuk mengalami kejadian stroke baik jenis iskemik maupun

hemoragik.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Palm dkk (2011)

dimana ditemukan hasil pengukuran tekanan darah yang tidak berhubungan secara statistik

dengan kejadian stroke iskemik dengan p value 0,17. Hasil tersebut didukung pula oleh penelitian

Caso, Valeria dkk (2010) yang juga menemukan tidak adanya hubungan yang bermakna antara

kenaikan tekanan darah terhadap kejadian stroke iskemik dengan nilai p yang tidak signifikan.

Namun hasil tersebut bertentangan dengan penelitian Megherbi dkk (2002) yang menyatakan

adanya hubungan yang bermakna antara hipertensi dengan kejadian stroke iskemik (p value

<0,001).

Hipertensi mungkin merupakan faktor risiko yang paling signifikan untuk kejadian stroke

terutama jenis hemoragik, karena risiko akan semakin meningkat seiring dengan peningkatan

tekanan darah. Alexander (2011) menyatakan bahwa 28% individu yang menderita hipertensi di

Amerika tidak menyadari bahwa mereka mengalami kondisi tersebut, 39% penderita hipertensi

lainnya tidak mendapatkan pengobatan terhadap kondisinya. Basjiruddin (2012) mendapatkan

bahwa hipertensi berpengaruh terhadap 49% kasus stroke. Risiko terjadinya stroke pada penderita

hipertensi 2-3 kali dibandingkan bukan penderita, dan sedangkan risiko pre-hipertensi sekitar

1,5kali lipat. Heitsch (2007) menyatakan bahwa peningkatan tekanan darah penderita stroke

iskemik berasosiasi dengan kondisi neurologi dan outcome yang buruk, dapat berupa kematian

maupun kelemahan kondisi fisik yang sangat buruk. Hubungan antara tekanan darah dan kejadian

stroke ini cenderung timbul sebagai efek berkelanjutan dibanding nilai efek ambang batas. Telah

banyak juga dilaporkan bahwa stroke juga banyak terjadi pada penderita hipertensi ringan

(Basjiruddin,A 2012).

Perbedaan Diabetes Mellitus pada Kejadian Stroke iskemik dan Stroke Hemoragik

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan adanya perbedaan proporsi pasien yang

memiliki riwayat diabetes mellitus pada penderita stroke iskemik (58,8%) dan penderita stroke

hemoragik (49,3%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa proporsi faktor risiko riwayat diabetes

mellitus lebih besar terjadi pada penderita stroke iskemik dibandingkan penderita stroke

hemoragik

Perbedaan Faktor..., Taruli Tua Pane, FKM UI, 2013

Page 16: PERBEDAAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN STROKE ISKEMIK DAN STROKE …

Dalam penelitian ini, perbedaan antara diabetes mellitus dengan kejadian stroke iskemik

menunjukkan bahwa penderita stroke iskemik yang mengidap diabetes mellitus memiliki

proporsi yang lebih besar jika dibandingkan dengan penderita stroke iskemik yang tidak

mengidap diabetes mellitus. Dari perhitungan nilai p, variabel ini secara statistik tidak memiliki

perbedaan yang signifikan (p value > 0,05), meskipun begitu, dari berbagai literatur dinyatakan

bahwa diabetes mellitus memiliki kecenderungan sebagai faktor risiko penyebab kejadian stroke

iskemik maupun hemoragik.

Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Palm (2011) yang menemukan

tidak adanya hubungan yang signifikan antara faktor risiko diabetes mellitus baik pada kelompok

jenis kelamin perempuan maupun laki-laki dengan kejadian stroke iskemik (p value 0,36). Tetapi

hasil tersebut bertentangan dengan beberapa penelitian yang menyatakan sebaliknya. Seperti

penelitian Megherbi dkk (2002) yang justru menemukan adanya hubungan yang signifikan antara

diabetes mellitus dengan kejadian stroke iskemik dengan p value 0,031. Kemudian penelitian

O’donnell dkk (2010) yang juga menemukan adanya hubungan yang bermakna antara faktor

diabetes mellitus dengan kejadian stroke iskemik dengan nilai p yang signifikan secara statistik.

Dalam penelitiannya Megherbi dkk (2002) menyatakan bahwa, pasien yang mengidap

diabetes mellitus lebih banyak yang menderita stroke iskemik dibandingkan pasien non diabetes

(77,5% versus 71,9%) dan pasien diabetes juga cenderung untuk mengalami stroke iskemik

daripada stroke hemoragik. Dalam penelitian O’donnell dkk (2010) diperoleh nilai OR sebesar

1,60 (CI 99%: 1,29-1,99) yang menyatakan bahwa orang yang mengidap diabetes mellitus

mempunyai risiko 1,6 kali lebih besar untuk menderita stroke iskemik dibandingkan dengan

orang yang tidak menderita diabetes mellitus. Selain ada tidaknya diabetes, kejadian stroke baik

iskemik maupun hemoragik juga dipengaruhi oleh durasi seseorang menderita diabetes mellitus.

Dalam Banerjee dkk (2012) dinyatakan bahwa setiap pertambahan satu tahun, seseorang yang

menderita diabetes akan semakin meningkatkan risikonya untuk menderita stroke iskemik

sebesar 3%, dan dinyatakan bahwa lamanya seseorang menderita diabetes mellitus memiliki

hubungan asosiasi dengan kejadian stroke iskemik.

KESIMPULAN

Proporsi kejadian stroke iskemik sebesar 10,4% sedangkan yang mengalami stroke hemoragik

sebesar 89,6%. Distribusi pasien berdasarkan karakteristik sosial demografi menunjukkan

Perbedaan Faktor..., Taruli Tua Pane, FKM UI, 2013

Page 17: PERBEDAAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN STROKE ISKEMIK DAN STROKE …

kebanyakan pasien berumur ≥ 62 tahun (51,5%) dan berjenis kelamin laki-laki (62%), dan

sebagian besar pasien memiliki tingkat pendidikan tinggi (82,2%). Distribusi pasien berdasarkan

faktor predisposisi menunjukkan pasien yang merupakan perokok sebesar 37,4%. Sebagian besar

pasien merupakan penderita hipertensi (81,6%) dan terdapat sebesar 50,3% pasien yang

menderita diabetes mellitus. Dari hasil analisis bivariat tidak ditemukan adanya faktor yang

secara statistik bermakna terhadap kejadian stroke iskemik pada pasien di RS Jantung dan

Pembuluh Darah Harapan Kita. Terdapat perbedaan proporsi faktor risiko pada kejadian stroke

iskemik dan stroke hemoragik, dari hasil analisis ditemukan bahwa orang yang menderita stroke

iskemik cenderung memiliki proporsi yang lebih tinggi pada tiap faktor-faktor risiko (umur, jenis

kelamin, tingkat pendidikan, status merokok, status hipertensi dan diabetes mellitus) yang diteliti

dibandingkan pada pasien dengan stroke hemoragik

SARAN

Meski dari penelitian tidak ditemukan adanya perbedaan yang bermakna secara statistik, bukan

berarti faktor-faktor yang diteliti tidak memiliki peran dalam menimbulkan penyakit stroke, oleh

karena itu program intervensi untuk penyehatan pasien dan mencegah kejadian stroke pada

masyarakat perlu tetap dilakukan. Faktor risiko seperti hipertensi, diabetes, dan perilaku merokok

masih menjadi problem yang paling sering ditemui pada penderita stroke. Oleh karena itu

diperlukan adanya program intervensi berupa KIE (komunikasi, informasi dan edukasi) pola

hidup sehat untuk meningkatkan kondisi kesehatan serta untuk memperlambat progresivitas

penyakit stroke. Penyuluhan kesehatan terkait faktor risiko dan pencegahan stroke juga bisa

dilakukan di masyarakat agar dapat mencegah meningkatnya angka kejadian stroke.

Daftar Referensi

Agustina, Eka Evia. (2008). Prevalensi Stroke Iskemik Pada Pasien Rawat Inap RSUP

Fatmawati Jakarta Selatan Tahun 2008. Jakarta : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Alexander, Lori.L. (2011). Ischemic Stroke. California : CME Resource, Sacramento

Avendano, Mauricio, dkk. (2003). Educational Level and Stroke Mortality. Netherlands :

Department of Public Health, Erasmus Medical Center, Rotterdam.

Perbedaan Faktor..., Taruli Tua Pane, FKM UI, 2013

Page 18: PERBEDAAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN STROKE ISKEMIK DAN STROKE …

Banerjee, Chirantan, dkk. (2012). Duration of Diabetes and Risk of Ischemic Stroke. New York :

Mailman School of Public Health, Columbia University

Basjiruddin A. (2012). The Management of Hypertension to Prevent Stroke. Department of

Neurology Medical Faculty University of Andalas

Bustan, M.N. (2007). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta : Rineka Cipta.

Caso, Valeria, dkk. (2010). Gender Difference in Patients With Acute Ischaemic Stroke. Italy :

Division of Cardiovascular Medicine, University of Perugia

Cayuela, Aurelio, dkk. (2002). Stroke Mortality in Andalusia (Spain) from 1975 to 1999: Effect

of Age, Birth Cohort and Period of Death. Neuroepidemiology 2002; 21: 142-147

Departemen Kesehatan RI. (2007).Pedoman Surveilans Epidemiologi Penyakit Jantung dan

Pembuluh Darah. Jakarta: Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan

Lingkungan Departemen Kesehatan RI.

--------------------------------(2008). Riset Kesehatan Dasar 2007. Jakarta : Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI

Hawkins, Brian.T, dkk. (2002). Smoking and Ischemic Stroke : a Role of Nicotine. TRENDS in

Pharmacological Science Vol.23 No2 February 2002

Heitsch, Laura and Jauch, Edward.C. (2007). Management of Hypertension in the Setting of

Acute Ischemic Stroke. Current Hypertension Report 2007, 9:506-511

Honjo, Kaori, dkk. (2008). Education, Social Roles, and the Risk of Cardiovascular Disease

Among Middle-Aged Japanese Women. Japan : Department of Social and Environmental

Health, Osaka University Graduate School of Medicine, Osaka

Julianty, dkk. (2005). Transisi Kesehatan di Indonesia. Jurnal Ekologi Kesehatan vol.4 no.3

Junaidi, Iskandar. (2004). Panduan Praktis Pencegahan dan Pengobatan Stroke. Jakarta: PT

Bhuana Ilmu Populer

Khan, M. G.(2006). Encyclopedia of Heart Disease. UK: Elsevier Academic Press

Kusuma Y, Venketasubramanian N, dkk. (2009). Burden of Stroke in Indonesia. Int J

Stroke.2009 Ocy ;4(5): 379-80

Megherbi, E.S. (2002). Association Between Diabetes and Stroke Subtype on Survival and

Functional Outcome 3 Month After Stroke. France : Faculty of Medicine Burgundy

University, Dijon.

Perbedaan Faktor..., Taruli Tua Pane, FKM UI, 2013

Page 19: PERBEDAAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN STROKE ISKEMIK DAN STROKE …

O’donnell, Martin, dkk. (2010). Risk Factor for Ischaemic and Intracerebral Haemorragic

Stroke in 22 Countries (the INTERSTROKE Study): a Case Control Study. Canada :

Population Health Research Institute, McMaster University

Oh, Mi-Sun, dkk. (2009). Gender Differences in the Mortality and Outcome of Stroke Patients in

Korea. South Korea : Department of Neurology, Hallym University Sacred Heart Hospital

Palm, F, dkk (2011). Etiology, Risk Factor and Sex Differences in Ischemic Stroke in the

Ludwigshafen Stroke Study, a Population-Based Stroke Registry. Germany : Department of

Neurology, Stadisches Klinikum Ludwigshafen

Rudd, Anthony, dkk. (2005). Stroke – at Your Fingertips. London : Class Publishing (london)

Ltd

Sacco R.L, dkk. (1997). Risk Factor. American Heart Association : Stroke.1997;28:1507-1517

Sugioka, Kenichi, dkk (2002). Impact of Aortic Stiffness on Ischemic Stroke in Elderly Patients.

American Heart Association : Stroke.2002;33:2077-2081

Wahjoepramono E. J. (2005). Stroke Tata Laksana Fase Akut. Jakarta: Fakultas Kedokteran

Universitas Pelita Harapan.

Perbedaan Faktor..., Taruli Tua Pane, FKM UI, 2013