PERBEDAAN DIAGNOSIS KLINIS, JENIS INFEKSI, JUMLAH ...digilib.unila.ac.id/56223/3/SKRIPSI TANPA BAB...

51
PERBEDAAN DIAGNOSIS KLINIS, JENIS INFEKSI, JUMLAH TROMBOSIT, NILAI HEMATOKRIT PADA PASIEN INFEKSI DENGUE USIA ANAK DAN DEWASA DI RUMAH SAKIT URIP SUMOHARJO BANDAR LAMPUNG (Skripsi) Oleh Wasiatul Ilma FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2019

Transcript of PERBEDAAN DIAGNOSIS KLINIS, JENIS INFEKSI, JUMLAH ...digilib.unila.ac.id/56223/3/SKRIPSI TANPA BAB...

PERBEDAAN DIAGNOSIS KLINIS, JENIS INFEKSI, JUMLAH

TROMBOSIT, NILAI HEMATOKRIT PADA PASIEN INFEKSI

DENGUE USIA ANAK DAN DEWASA DI RUMAH SAKIT

URIP SUMOHARJO BANDAR LAMPUNG

(Skripsi)

Oleh

Wasiatul Ilma

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2019

PERBEDAAN DIAGNOSIS KLINIS, JENIS INFEKSI, JUMLAH

TROMBOSIT, NILAI HEMATOKRIT PADA PASIEN INFEKSI

DENGUE USIA ANAK DAN DEWASA DI RUMAH SAKIT

URIP SUMOHARJO BANDAR LAMPUNG

Oleh

Wasiatul Ilma

(Skripsi)

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

SARJANA KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2019

ABSTRACT

DIFFERENCES IN CLINICAL DIAGNOSIS, TYPES OF INFECTION, PLATELET

COUNT, HEMATOCRIT VALUE IN PATIENTS WITH DENGUE INFECTION

IN CHILDREN AND ADULTS AT URIP SUMOHARJO HOSPITAL

BANDAR LAMPUNG

By

WASIATUL ILMA

Background. Dengue infection is still one of the health problems in Indonesia. The

clinical manifestations are different, from dengue fever, dengue hemorrhagic fever, and

dengue shock syndrome. The diagnosis of dengue infection through a history and

laboratory examination (platelet count and hematocrit value), and serological examination

of IgM and IgG whose overall results are greatly influenced by age. This study was

conducted to see whether there were differences in clinical diagnosis, type of infection,

platelet count, and hematocrit value in patients with dengue infection in children and

adults at Urip Sumoharjo Hospital (RSUS) Bandar Lampung.

Methods. This study used an observational analytic method with a cross sectional

approach with 30 samples of secondary data in the Medical Record Urip Sumoharjo

Hospital. Statistic analysis used Chi-Square test or alternativeKolmogorov-Smirnova Z

test.

Result. There was no differences in clinical diagnosis in child’s and the adults (p

value=0.141). There was no differences in types of infection (primary/ secondary) in

child’s and the adults (p value=0.461). The age of child more infected with primary

infection by dengue fever for clinical diagnosis. There was no differences in platelet

count (p value=0.660) and hematocrit value (p value=1.000) among child’s and the

adults. Severe thrombocytopenia is experienced by the age of the child and increasing of

hematocrit values more affected the adults.

Conclusion. There were no differences in clinical diagnosis, type of infection, platelet

count, hematocrit value in patients with dengue infection in children and adults at Urip

Sumoharjo Hospital, Bandar Lampung.

Keywords: Dengue, dengue infection, hematocrit, trombosit.

ABSTRAK

PERBEDAAN DIAGNOSIS KLINIS, JENIS INFEKSI, JUMLAH TROMBOSIT,

NILAI HEMATOKRIT PADA PASIEN INFEKSI DENGUE USIA ANAK DAN

DEWASA DI RUMAH SAKIT URIP SUMOHARJO BANDAR LAMPUNG

Oleh

WASIATUL ILMA

Latar Belakang. Infeksi dengue masih menjadi salah satu masalah kesehatan di

Indonesia. Manifestasi klinisnya berbeda, dari dengue fever, dengue hemorrhagic fever,

dan dengue shock syndrome. Penegakan diagnosis infeksi dengue adalah melalui

anamnesis dan pemeriksaan laboratorium (jumlah trombosit dan nilai hematokrit), dan

pemeriksaan serologis IgM dan IgG yang hasil keseluruhannya sangat dipengaruhi oleh

usia. Penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah terdapat perbedaan diagnosis klinis,

jenis infeksi, jumlah trombosit, dan nilai hematokrit pada pasien infeksi dengue usia anak dan dewasa di Rumah Sakit Urip Sumoharjo (RSUS) Bandar Lampung.

Metode Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan

pendekatan cross sectional. Sampel penelitian berjumlah 30 sampel, berupa data

sekunder yang berasal dari rekam medik Rumah Sakit Urip Sumoharjo. Analisis statistik

menggunkanan Uji Chi-Square atau alternatif Kolmogorov-Smirnova Z.

Hasil Penelitian. Tidak terdapat perbedaan diagnosis klinis usia anak dan dewasa (nilai

p= 0.141). Tidak terdapat perbedaan jenis infeksi (primer/ sekunder) pada usia anak dan

dewasa (nilai p= 0.461). Usia anak lebih banyak terserang infeksi primer dengan

diagnosis klinis dengue fever. Tidak terdapat perbedaan jumlah trombosit (nilai p= 0.660)

dan nilai hematokrit (nilai p= 0.1.000) pada usia anak dan dewasa. Trombositopenia berat

lebih banyak dialami pada pasien usia anak dan peningkatan nilai hematokrit lebih tinggi

dialami pada pasien usia dewasa.

Simpulan. Tidak terdapat perbedaan diagnosis klinis, jenis infeksi, jumlah trombosit,

nilai hematokrit pada pasien infeksi dengue usia anak dan dewasa di Rumah Sakit Urip

Sumoharjo Bandar Lampung.

Kata Kunci : Dengue, hematokrit, infeksi dengue, trombosit.

Judul Skripsi

N"ma Mahasiswa

No. Pokok Mahasiswa

Program Studi

Fakultas

Dr. dr.

PERBEDAAIT DIAGNOSIS KLIIUS, JEI\IISINFEKST, JUMLAH TROMBOSTT, nm,ArIIEMATOKRIT PADA PASIEN INT'EKSI DENGTIEUSIA ANAK DAN DEWASA DI RTJMAH SAKITURIP ST]MOHARJO BAI\TDAR LAMPT]NG

Wasiatul llma

151801 l0l0

Pendidikan Dokter

Kedoktemn

MEIIYETUJUI

Komisi Pembimbing

S.Ked., M.BiomedNIP 19760903 200501 2 001NIP 197 2002122002

MENGETAHI]I

t.

MENGESAHKAI\

Tim Penguji

Ketua : Dr. dr. EtyApriliana, S.Ked., M.Biomed

: dr. Tri Umiana.Soleha, S.Ked., M.Kes

PengujiBukan Pembimbing : Dr. dr. Jhons Fatriyadi Suwrndi' S.Kod.,lfl.Kes Jt./-l

1208 200112 I 001

Tanggal Lulus UjianSkripsi : 06 Februafi20l9

LEMBAR PERNIYATAAN

Dengan ini saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa:

l. Skripsi dengan judul *PERBEDAAN DIAGNOSIS KLINIS, JENIS INFEKSI,

JUMLAH TROMBOSIT, NILAI TIEMATOKRIT PADA PASIEN INFEKSI

DENGUE USIA ANAK DAN DEWASA DI RUMAH SAKIT URIP

SUMOHARJO BANDAR LAMPUNG" adalah hasil karya sendiri dan tidak

melakukan penjiplakan atau pengutipan atas karya penulis lain dengan cara

tidak sesuai tata cara etika ilrniah yang berlaku dalam masyarakat akademik

atau yang disebut plagiarisme.

2. Hak intelektual dan karya ilmiah ini diserahkan sepenuhnya kepada Universitas

Lampung.

Atas pernyataan ini apabila dikemudian hari ditemukan adanyaketidakbenaran,

saya bersedia menanggung akibat dan sanksi yang diberikan kepada saya.

Bandar Lampung, 08 Maret 2019

NPM. 1518011010

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Metro pada tanggal 06 Desember 1996, sebagai anak kedua

dari tujuh bersaudara. Penulis merupakan putri dari pasangan Bapak Agus Salim

dan Ibu Dewi Syernaliza. Kakak penulis bernama Zikri Akbar. 5 adik dari penulis

bernama Muhammad Syarif, Fadel Muhammad, Muhammad Fauza Ikhsan,

Fatimah Az-Zahra, dan Hasna Nabila.

Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) ditempuh di TK Masjid Istiqlal dan TK

Jami’atul Khair Jakarta Pusat selama 4 tahun dan diselesaikan pada tahun 2003.

Pendidikan Sekolah Dasar (SD) penulis dijalani di SD Muhammadiyah Kota

Metro dan diselesaikan tahun 2009. Pendidikan dilanjutkan di Madrasah

Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Husnul Khotimah Kuningan

Jawa Barat dan dapat diselesaikan hingga tahun 2015.

Pada tahun 2015, penulis terdaftar sebagai mahasiswi Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung. Selama aktif menjadi mahasiswi, penulis juga aktif dalam

mengikuti organisasi dalam kampus. Penulis tercatat sebagai Sekretaris Bidang

Medis LK FSI Ibnu Sina Periode 2016/2017 serta Sekretaris BEM FK Unila

Kabinet Atyasa Periode 2017/2018.

SANWACANA

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang telah memberikan

rahmat serta karunia-Nya selama pelaksanaan penyusunan skripsi dengan judul

“Perbedaan Diagnosis Klinis, Jenis Infeksi, Jumlah Trombosit, Nilai Hematokrit

pada Pasien Infeksi Dengue di Rumah Sakit Urip Sumoharjo Bandar Lampung”

dapat diselesaikan.

Selama proses penulisan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bantuan, saran,

bimbingan, masukan serta kritikan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini

dengan segenap kerendahan hati, penulis ingin meyampaikan rasa terimakasih

yang mendalam kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., selaku rektor Universitas Lampung.

2. Dr. dr. Muhartono, S.Ked., M.Kes., Sp.PA., selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Lampung.

3. Dr. dr. Ety Apriliana, S.Ked., M.Biomed., selaku Pembimbing Utama yang

telah bersedia meluangkan waktu, memberikan bimbingan, nasihat, saran dan

kritik yang membangun serta motivasi selama penyusunan skripsi ini.

4. dr. Tri Umiana Soleha, S.Ked., M.Kes., selaku Pembimbing Kedua yang telah

bersedia meluangkan waktu, memberikan bimbingan, nasihat, saran dan kritik

yang membangun serta motivasi selama penyusunan skripsi ini.

5. Dr. dr. Jhons Fatriyadi Suwandi, S.Ked., M.Kes., selaku Penguji Utama

(Pembahas) yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan ilmu dan

nasihat yang membangun kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

6. Dr. Dyah Wulan SRW, SKM., M.Kes., selaku Pembimbing Akademik yang

telah memberikan bimbingan dan nasihat kepada penulis selama ini.

7. Seluruh staff dosen dan karyawan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

atas ilmu, waktu dan bimbingan yang telah diberikan selama proses

perkuliahan.

8. Kepada Ayah (Agus Salim) dan Ibu (Dewi Syernaliza), terimakasih atas

segala sesuatu yang telah diberikan selama ini, kasih sayang, perhatian,

dukungan, nasihat serta doa yang telah dipanjatkan selama ini.

9. Kepada Kakak (Zikri Akbar) dan Adik (Muhammad Syarif, Fadel

Muhammad, Muhammad Fauza Ikhsan, Fatimah Az-Zahra, dan Hasna

Nabila) penulis yang tercinta, terimakasih atas segala kasih sayang, perhatian,

nasihat serta doa yang selama ini diberikan kepada penulis.

10. Terimakasih kepada Rumah Sakit Urip Sumoharjo Bandar Lampung bagian

Rekam Medik atas segala ilmu dan kesempatan yang telah diberikan kepada

penulis selama mengerjakan penelitian ini.

11. Terimakasih kepada sahabat penulis, Karimah Khitami Aziz, Dianti Sevina

dan Zihan Zetira atas dukungan, motivasi, saran dan doa yang telah diberikan

kepada penulis selama perkuliahaan dan penyusunan skripsi ini.

12. Terimakasih kepada sahabat seperjuangan selama menjalani kehidupan di

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung: Nisirina Aulia Amira, Dita

Mauliana Prabiwi, dan Tasya Khalis Ilmiani atas dukungan, motivasi, saran

dan doa yang telah diberikan kepada penulis selama perkuliahan dan

penyusunan skripsi ini.

13. Terimakasih kepada seluruh teman-teman angkatan 2015 atas dukungan, doa,

motivasi dan kebersamaannya selama ini.

14. Semua yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini yang tidak bisa penulis

sebutkan satu per satu, penulis ucapkan terima kasih atas dukungan dan doa

selama ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi

ini. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan pengetahuan

atau informasi untuk pembaca. Akhir kata, penulis mohon maaf atas segala

kesalahan dan kekurangan. Terimakasih.

Bandar Lampung, 06 Februari 2019

Penulis

Wasiatul Ilma

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI .......................................................................................................... i

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iii

DAFTAR TABEL ................................................................................................ iv

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah .............................................................................. 5

1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................... 6

1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................. 7

1.4.1. Bagi Praktisi ........................................................................... 7

1.4.2. Bagi Peneliti ........................................................................... 7

1.4.3. Bagi Institusi .......................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 8

2.1 Infeksi Dengue ................................................................................... 8

2.1.1 Definisi ................................................................................... 8

2.1.2 Etiologi ................................................................................... 8

2.1.3 Epidemiologi .......................................................................... 9

2.1.4 Patogenesis dan Patofisiologi............................................... 10

2.1.5 Manifestasi Klinis ................................................................ 14

2.1.6 Diagnosis .............................................................................. 14

2.1.7 Pemeriksaan Laboratorium .................................................. 15

2.2 Pemeriksaan Laboratorium Infeksi Dengue .................................... 17

2.2.1 Pemeriksaan Trombosit........................................................ 17

2.2.2 Pemeriksaan Hematokrit ...................................................... 19

2.2.3 Pemeriksaan Jenis Infeksi .................................................... 20

2.3 Kerangka Teori ................................................................................ 21

2.4 Kerangka Konsep ............................................................................. 22

2.5 Hipotesis .......................................................................................... 22

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 24

3.1. Jenis Penelitian ................................................................................ 24

3.2. Tempat dan Waktu ........................................................................... 24

3.2.1. Tempat ................................................................................. 24

3.2.2. Waktu ................................................................................... 24

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ....................................................... 25

3.3.1. Populasi ................................................................................ 25

3.3.2. Sampel .................................................................................. 25

3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi ........................................................... 26

3.4.1. Kriteria Inklusi ..................................................................... 26

3.4.2. Kriteria Eksklusi .................................................................. 26

3.5. Variabel Penelitian ........................................................................... 27

3.6. Definisi Operasional ........................................................................ 27

3.7. Prosedur Penelitian .......................................................................... 28

3.8. Alur Penelitian ................................................................................. 29

3.9. Pengolahan dan Analisis data .......................................................... 30

3.9.1. Pengolahan Data .................................................................. 30

3.9.2. Analisis Data ........................................................................ 30

3.10. Etika Penelitian ................................................................................ 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 33

4.1. Hasil Penelitian ................................................................................ 33

4.1.1. Karakteristik Sampel Penelitian ........................................... 33

4.1.2. Perbedaan Diagnosis Klinis Infeksi Dengue pada Pasien

Infeksi Dengue Usia Anak dan Dewasa ............................... 35

4.1.3. Perbedaan Jenis Infeksi pada Pasien Infeksi Dengue Usia

Anak dan Dewasa................................................................. 36

4.1.4. Perbedaan Jumlah Trombosit pada Pasien Infeksi Dengue

Usia Anak dan Dewasa ........................................................ 37

4.1.5. Perbedaan Nilai Hematokrit pada Pasien Infeksi Dengue

Usia Anak dan Dewasa ........................................................ 38

4.2. Pembahasan ..................................................................................... 38

4.2.1. Karakteristik Sampel Penelitian ........................................... 38

4.2.2. Perbedaan Diagnosis Klinis Infeksi Dengue pada Pasien

Infeksi Dengue Usia Anak dan Dewasa ............................... 40

4.2.3. Perbedaan Jenis Infeksi pada Pasien Infeksi Dengue Usia

Anak dan Dewasa................................................................. 41

4.2.4. Perbedaan Jumlah Trombosit pada Pasien Infeksi Dengue

Usia Anak dan Dewasa ........................................................ 42

4.2.5. Perbedaan Nilai Hematokrit pada Pasien Infeksi Dengue

Usia Anak dan Dewasa ........................................................ 44

BAB V SIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 47

5.1. Simpulan .......................................................................................... 47

5.2. Saran ................................................................................................ 48

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................49

LAMPIRAN..........................................................................................................52

DAFTAR GAMBAR

Gambar ..................................................................................................... Halaman 1. Kerangka teori ......................................................................................... 21

2. Kerangka konsep ..................................................................................... 22

3. Alur penelitian ....................................................................................... 29

DAFTAR TABEL

Tabel ...................................................................................................... Halaman

1. Diagnosis klinis dan derajat keparahan infeksi dengue ........................... 15

2. Definisi operasional .................................................................................. 27

3. Karakteristik sampel penelitian ................................................................ 33

4. Karakteristik sampel berdasarkan jumlah trombosit ................................ 34

5. Karakteristik sampel berdasarkan nilai hematokrit .................................. 35

6. Analisis perbedaan diagnosis klinis infeksi dengue usia

anak dan dewasa ........................................................................................ 36

7. Analisis perbedaan jenis infeksi dengue usia anak dan dewasa ................ 36

8. Analisis perbedaan jumlah trombosit usia anak dan dewasa .................... 37

9. Analisis perbedaan nilai hematokrit usia anak dan dewasa ...................... 38

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Infeksi dengue adalah salah satu penyakit yang sampai saat ini masih

menjadi fokus masalah kesehatan menurut World Health Organization

(WHO). Sampai saat ini, infeksi dengue diperkirakan telah mencapai angka

390 juta kasus per tahun yang mana 96 juta kasusnya menunjukkan

manifestasi klinis yang berarti. Penyakit ini termasuk penyakit endemis dan

biasanya muncul di negara tropis maupun sub-tropis, sehingga masyarakat

yang berada dalam negara tersebut berisiko tinggi terkena infeksi dengue

(Bhatt S, Gething PW, Brady OJ et al., 2013).

Infeksi ini terus meningkat secara drastis dalam 3 dekade terakhir.

Peningkatan ini terjadi di wilayah tropis dan sub-tropis, khususnya di

daerah-daerah yang mengalami perpindahan penduduk. Penyakit ini

disebabkan oleh virus yang termasuk dalam famili Flaviviridae untuk

selanjutnya ditularkan oleh nyamuk Aedes sp. Tidak ada penanganan khusus

yang dibutuhkan dalam kasus ini, namun pelayanan yang tepat biasanya

dapat menyelamatkan hidup pasien yang mengalami infeksi dengue dengan

2

gejala serius. Berdasarkan data WHO Regional Asia Tenggara, beberapa

negara di Regional Asia Tenggara dan Asia Selatan termasuk dalam daerah

endemis infeksi dengue serta positif memiliki keseluruhan dari 4 jenis

serotipe virus infeksinya. Penetapan daerah endemis infeksi dengue di suatu

negara didasarkan pada beberapa variabel, yaitu masalah kesehatan utama,

penyebab utama kesakitan dan kematian anak-anak, keadaan hiperendemis

dan menyebarnya 4 serotipe virus dengue di daerah perpindahan penduduk,

serta menyebarnya penyakit tersebut di daerah pedesaan setempat. Negara

yang termasuk endemis infeksi dengue Kategori A menurut WHO Regional

Asia Tenggara adalah Bangladesh, India, Timor-Leste, Maldives, Srilanka,

Thailand, Myanmar, dan Indonesia (World Health Organization, 2011).

Sebagai salah satu negara tropis, Indonesia termasuk negara yang memiliki

angka kejadian infeksi dengue yang tinggi. Selama 47 tahun sejak pertama

kali ditemukannya penyakit tersebut sampai tahun 2015 lalu tercatat adanya

peningkatan persebaran infeksi penyakit ini, dari 2 provinsi dan 2

kabupaten/kota menjadi 34 provinsi dan 436 kabupaten/kota. Hal ini diikuti

oleh peningkatan kasus, dari 58 kasus menjadi 126.675 kasus. Selain angka

kejadian yang tinggi pada awal munculnya kasus infeksi dengue, angka

kematian juga ikut tinggi. Tetapi seiring terlaksananya pengendalian dan

penanganan yang memadai, angka kematian akibat infeksi dengue dapat

diturunkan. Sampai saat ini, angka kematian penyakit ini masih berfluktuasi

(Kementerian Kesehatan RI, 2016).

3

Di Provinsi Lampung sendiri, penyakit infeksi dengue berada di urutan ke-8

dari 34 provinsi lainnya yang memiliki kasus yang sama di Indonesia. Data

dari Dinas Kesehatan Provinsi Lampung tahun 2015 menyebutkan bahwa

jumlah penderita infeksi dengue di Provinsi Lampung mencapai 2.996

dengan 31 orang meninggal dunia. Data tersebut juga menyebutkan bahwa

kabupaten/ kota yang memiliki angka kejadian tertinggi di Provinsi

Lampung pada tahun 2015 lalu adalah Kota Bandar Lampung, dengan 582

kasus dan 12 angka kematian (Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, 2016).

Infeksi dengue diawali oleh masuknya virus dari genus Flavivirus sesuai

dengan karakteristik khas biologisnya. Berdasarkan antigennya, ada 4 jenis

serotipe untuk virus dengue ini, yaitu DENV-1, DENV-2, DENV-3, dan

DENV-4 yang memiliki manifestasi berbeda sesuai jenisnya. Infeksi

terhadap salah satu serotipe tersebut dapat menyebabkan munculnya

imunitas tubuh yang permanen sesuai serotipe yang menginfeksi. Tetapi

apabila tubuh mengalami infeksi sekunder oleh jenis serotipe yang lain,

maka akan muncul gejala dengue yang lebih berat dari gejala sebelumnya

(World Health Organization, 2011).

Manifestasi klinis infeksi virus dengue dapat bersifat asimtomatik atau dapat

berupa demam yang tidak khas, dengue fever, dengue hemorrhagic fever

atau dengue shock syndrome (DSS). Pada umumnya pasien mengalami fase

demam selama 2-7 hari diikuti oleh fase kritis selama 2-3 hari. Pada fase

4

kritis pasien sudah tidak demam akan tetapi mempunyai risiko untuk terjadi

renjatan jika tidak mendapat pengobatan adekuat. Demam yang tidak khas

sering terjadi pada bayi, anak-anak dan dewasa, terutama pada infeksi

pertama (infeksi primer) sehingga sulit dibedakan dengan infeksi virus

lainnya (World Health Organization, 2011).

Dengue fever sering terjadi pada anak-anak, remaja dan dewasa. Gejalanya

berupa demam akut selama 2-7 hari ditambah 2 atau lebih manifestasi klinis

yaitu nyeri kepala, nyeri retro-orbital, mialgia/ arthralgia, ruam kulit,

manifestasi perdarahan (petekie atau uji bendung positif), dan pemeriksaan

serologi dengue positif. Dengue hemorrhagic fever (DHF) sering terjadi

pada anak-anak dibawah 15 tahun dan biasanya merupakan infeksi dengue

berulang. Pada DHF terjadi pembesaran plasma yang ditandai dengan

hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di

rongga tubuh. Dengue shock syndrome adalah DHF yang ditandai oleh

renjatan/ syok. DSS disertai kegagalan sirkulasi dengan manifestasi nadi

yang cepat dan lemah, tekanan darah turun, kulit dingin dan lembab, serta

gelisah. Perbedaan utama antara dengue fever dan DHF adalah

ditemukannya tanda kebocoran plasma pada DHF (Suhendro, Nainggoland

L, Chen K et al., 2015).

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada infeksi dengue meliputi

pemeriksaan nilai hemoglobin, nilai hematokrit, jumlah trombosit, serta

5

leukosit dan dapat dilakukan pemeriksaan darah tepi untuk melihat

gambaran limfosit (Suhendro, Nainggoland L, Chen K et al., 2015).

Penatalaksanaan kasus infeksi dengue rawat inap di rumah sakit biasanya

menggunakan nilai hematokrit dan jumlah trombosit sebagai indikator

perkembangan penyakit selain kondisi klinis pasien (Valentino, 2012).

Oleh karena masih tingginya kasus infeksi dengue di Bandar Lampung yang

dapat menyerang pasien usia anak dan dewasa, serta adanya perbedaan

diagnosis klinis, jenis infeksi, jumlah trombosit, nilai hematokrit yang

didapatkan pada pasien infeksi dengue tersebut, maka perlu dilakukan

penelitian mengenai perbedaan diagnosis klinis, jenis infeksi, jumlah

trombosit, nilai hematokrit pada pasien infeksi dengue usia anak dan

dewasa. Penelitian ini akan dilakukan di Rumah Sakit Urip Sumoharjo

Bandar Lampung.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, rumusan masalah pada penelitian

ini yaitu :

1. Apakah terdapat perbedaan diagnosis klinis pada pasien infeksi dengue

usia anak dan dewasa di Rumah Sakit Urip Sumoharjo Bandar

Lampung.

2. Apakah terdapat perbedaan jenis infeksi pada pasien infeksi dengue usia

anak dan dewasa di Rumah Sakit Urip Sumoharjo Bandar Lampung

6

3. Apakah terdapat perbedaan jumlah trombosit pada pasien infeksi dengue

usia anak dan dewasa di Rumah Sakit Urip Sumoharjo Bandar

Lampung.

4. Apakah terdapat perbedaan nilai hematokrit pada pasien infeksi dengue

usia anak dan dewasa di Rumah Sakit Urip Sumoharjo Bandar

Lampung.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini yaitu :

1. Mengetahui perbedaan diagnosis klinis pada pasien infeksi dengue usia

anak dan dewasa di Rumah Sakit Urip Sumoharjo Bandar Lampung.

2. Mengetahui perbedaan jenis infeksi pada pasien infeksi dengue usia

anak dan dewasa di Rumah Sakit Urip Sumoharjo Bandar Lampung

3. Mengetahui perbedaan jumlah trombosit pada pasien infeksi dengue usia

anak dan dewasa di Rumah Sakit Urip Sumoharjo Bandar Lampung.

4. Mengetahui perbedaan nilai hematokrit pada pasien infeksi dengue usia

anak dan dewasa di Rumah Sakit Urip Sumoharjo Bandar Lampung.

7

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi Praktisi

Manfaat penelitian ini bagi praktisi adalah sebagai sumber

informasi bagi para praktisi kesehatan mengenai penyakit infeksi

dengue, sehingga timbul kepedulian untuk bekerja sama dalam

menuntaskan permasalahan penyakit ini di masa yang akan datang.

1.4.2. Bagi Peneliti

Manfaat bagi peneliti yaitu dapat dijadikan sebagai wujud

pengaplikasian disiplin ilmu yang telah dipelajari sehingga dapat

mengembangkan wawasan keilmuan peneliti dan untuk mengetahui

perbedaan diagnosis klinis, jenis infeksi, jumlah trombosit, nilai

hematokrit pada pasien usia anak dan dewasa di Rumah Sakit Urip

Sumoharjo Bandar Lampung.

1.4.3. Bagi Institusi

Manfaat bagi institusi yaitu dapat memberikan kontribusi terhadap

institusi untuk bahan informasi dan pertimbangan dalam

pemecahan masalah dan program pencegahan penyakit infeksi

dengue.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Infeksi Dengue

2.1.1 Definisi

Infeksi dengue adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh

salah satu dari 4 serotipe virus dengue yang berbeda dan merupakan

infeksi akut yang bermanifestasi klinis berupa perdarahan yang jika

tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan syok yang pada

akhirnya akan berujung pada kematian pasien (Kementerian Kesehatan

RI, 2016).

2.1.2 Etiologi

Infeksi dengue disebabkan oleh salah satu dari 4 jenis serotipe virus

dengue yang berbeda, yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3, dan DEN 4. Virus

ini adalah kelompok group B Artrhopod-Borne Virus (Arboviruses).

Virus dengue termasuk genus Flavivirus dan famili Flaviviridae.

Masing-masing jenis serotipe virus dengue ini berbeda, sehingga tidak

ada proteksi silang dan mungkin saja dapat terjadi hiperendemisitas

(wabah oleh beberapa jenis serotipe). Virus dengue ini dapat

9

menginfeksi manusia melalui vektor nyamuk yang spesifik, yaitu

nyamuk Aedes aegypty dan Aedes albopictus. Baik virus dengue dan

nyamuk vektor ini hidup di seluruh pelosok Indonesia kecuali pada

dataran dengan ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut.

Untuk itu, penduduk yang tinggal di seluruh dataran di Indonesia

sesungguhnya memiliki risiko untuk dapat terinfeksi penyakit ini

(World Health Organization, 2011).

2.1.3 Epidemiologi

Sebagai salah satu negara tropis, Indonesia termasuk negara yang

memiliki angka kejadian infeksi dengue yang tinggi. Selama 47 tahun

sejak pertama kali ditemukannya infeksi dengue sampai tahun 2015 lalu

tercatat adanya peningkatan persebaran infeksi penyakit ini, dari 2

provinsi dan 2 kabupaten/kota menjadi 34 provinsi dan 436

kabupaten/kota. Hal ini diikuti oleh peningkatan kasus, dari 58 kasus

menjadi 126.675 kasus. Selain angka kejadian yang tinggi pada awal

munculnya kasus ini, angka kematian juga ikut tinggi. Tetapi seiring

terlaksananya pengendalian dan penanganan yang memadai, angka

kematian akibat infeksi ini dapat diturunkan. Sampai saat ini, angka

kematian infeksi dengue masih berfluktuasi (Kementerian Kesehatan

RI, 2016).

10

Di Provinsi Lampung sendiri, kasus infeksi dengue berada di urutan ke-

8 dari 34 provinsi lainnya yang memiliki kasus yang sama di Indonesia.

Data dari Dinas Kesehatan Provinsi Lampung tahun 2015 menyebutkan

bahwa jumlah penderita infeksi dengue di Provinsi Lampung mencapai

2.996 dengan 31 orang meninggal dunia. Data tersebut juga

menyebutkan bahwa kabupaten/ kota yang memiliki angka kejadian

infeksi dengue tertinggi di Provinsi Lampung pada tahun 2015 lalu

adalah Kota Bandar Lampung, dengan 582 kasus dan 12 angka

kematian (Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, 2016).

2.1.4 Patogenesis dan Patofisiologi

Patogenesis infeksi dengue disebutkan dalam beberapa teori masih

beragam. Sampai saat ini sebenarnya masih belum diketahui secara

pasti, tetapi pendapat yang sampai saat ini dianut adalah teori infeksi

sekunder. Teori ini menyebutkan bahwa jika seseorang terinfeksi virus

dengue yang berbeda dengan infeksi virus dengue sebelumnya, akan

muncul respon inflamasi yang lebih tinggi dibandingkan pada saat

infeksi pertama (World Health Organization, 2011).

Proses virus dengue bila sudah masuk dalam tubuh manusia, akan

mengalami perkembangbiakan dalam sel retikuloendotelial yang

selanjutnya diikuti dengan viremia yang berlangsung selama 5-7 hari.

Akibat infeksi ini, muncul respon imun baik humoral maupun selular,

11

antara lain anti netralisasi, anti-hemaglutinin dan anti komplemen. Pada

infeksi pertama, antibodi yang memiliki aktivitas netralisasi akan

mengenali protein E, NS1, protein M, dan NS3 dari virus penyebab

infeksi. Akibatnya terjadi lisis pada sel yang telah terinfeksi virus

melalui proses netralisasi atau aktivasi sistem komplemen, yang pada

akhirnya banyak virus dilenyapkan dan pasien mengalami

penyembuhan untuk selanjutnya pasien mendapatkan kekebalan seumur

hidup terhadap serotipe virus yang sama. Tetapi apabila terjadi infeksi

kedua dengan serotipe virus berbeda, keadaan pasien akan menjadi

lebih parah karena epitop virus yang masuk tidak sesuai dengan

antibodi yang tersedia pada penderita dan virus akan berperan sebagai

super antigen setelah difagosit oleh limfosit atau makrofag. Saat itu

pula virus dalam limfosit dan makrofag akan replikasi sehingga akan

bertambah banyaknya virus, yang akhirnya akan membentuk kompleks

antigen-antibodi sebagai tahap awal aktivasi komplemen (World Health

Organization, 2011).

Antibodi yang muncul pada umumnya adalah IgG dan IgM. Pada

infeksi dengue primer antibodi mulai terbentuk dan pada infeksi

sekunder kadar antibodi yang telah ada jadi meningkat. Antibodi

terhadap virus dengue dapat ditemukan di dalam darah sekitar demam

hari ke-5, meningkat pada minggu pertama sampai minggu ketiga, dan

menghilang setelah 9-13 minggu. Kadar IgG berbeda dengan kadar IgM

pada infeksi virus dengue, oleh karena itu antibodi IgG harus dibedakan

12

pada infeksi primer dan sekunder. Pada infeksi primer antibodi IgG

meningkat sekitar demam hari ke-14 sedang pada infeksi sekunder

antibodi IgG meningkat pada hari kedua. Oleh karena itu diagnosa dini

infeksi primer hanya dapat ditegakkan dengan mendeteksi antibodi IgM

setelah hari sakit kelima, sedangkan diagnosis infeksi sekunder dapat

ditegakkan lebih dini dengan adanya peningkatan antibodi IgG dan IgM

yang cepat (Candra, 2010).

Patofisiologi yang akan muncul pada infeksi dengue sesuai patogenesis

yang terjadi. Proses infeksi yang menimbulkan munculnya kompleks

antigen-antibodi akan mengaktivasi sistem komplemen. Efek aktivasi

komplemen ini adalah teraktivasinya C3 dan C5 yang akan

mengaktivasi C3a dan C5a yang memiliki efek penting pada

patogenesis infeksi dengue, yaitu dapat meningkatkan permeabilitas

dinding kapiler pembuluh darah sehingga plasma dalam pembuluh

darah bisa saja merembes dari ruang intravaskular menuju ruang

ekstravaskular. Kompleks antigen-antibodi juga dapat menyebebkan

agregasi trombosit bila berhubungan dengan kerusakan membran

endotel. Puncak agregasi trombosit adalah terdapatnya trombus yang

akhirnya akan dihancurkan oleh salah satu organ Retikulo-Endothelial

System (RES), yaitu hati. Tidak hanya agregasi trombosit, tetapi faktor

koagulasi akan turut serta muncul sebagai kompensasi rusaknya endotel

pembuluh darah. Apabila proses koagulasi ini terus-menerus dilakukan,

pada akhirnya faktor-faktor pembekuan yang berperan akan mengalami

13

penurunan. Munculnya faktor koagulasi ini akan mengaktivasi kinin

yang akan lebih meningkatkan permeabilitas kapiler pembuluh darah

(World Health Organization, 2011).

Permeabilitas kapiler yang meningkat akibat teraktivasinya C3a dan

C5a atau teraktivasinya kinin akan dapat menyebabkan perembesan

plasma yang dapat dibuktikan dengan adanya perdarahan pada pasien.

Perdarahan biasanya terjadi bertahap, dari ringan seperti munculnya

petechiae pada kulit pasien hingga perdarahan berat hingga dapat

memungkinkan terjadinya syok pada pasien. Ini dapat dibuktikan

melalui tanda khas pada pemeriksaan laboratorium pasien dengan

infeksi dengue. Nilai hematokrit pasien akan meningkat dan

terakumulasinya cairan pada rongga-rongga serosa. Manifestasi lain

yang terjadi pada pasien infeksi dengue adalah trombositopenia, akibat

pemecahan trombosit oleh sistem RES yang memang khas pada pasien

infeksi dengue. Pada akhirnya, pasien dapat mengalami perdarahan

masif yang dapat dibuktikan dengan pemeriksaan yang berhubungan

dengan Fibrin Degradation Product (FDP), yang apabila kadar FDP

meningkat mengartikan bahwa terjadi perdarahan pada pasien. Apabila

perdarahan ini tetap berlanjut, akan terjadi syok pada pasien yang pada

akhirnya dapat menimbulkan kematian (World Health Organization,

2011).

14

2.1.5 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis pada anak berupa demam tinggi selama 2-7 hari

secara terus menerus disertai pendarahan. Minimal pada uji tourniquet

didapatkan hasil positif dan salah satu bentuk pendarahan lain yang

dapat ditemukan misalnya, petekie, purpura, ekimosis, epitaksis,

pendarahan gusi, hematemesis, dan melena. Pada anak juga kerap kali

ditemukan heptomegali atau pembesaran hati. Bagi pasien dewasa,

manifestasi klinis infeksi dengue dapat bersifat asimtomatik atau berupa

demam yang tidak khas, demam dengue, demam berdarah dengue dan

dengue syok syndrome yang secara teori tidak memiliki ciri khas

demam tersediri. Umumnya demam yang dialami pasien berkisaran

antara 2-7 hari. Pada umumnya pasien menglami 3 fase. Fase demam

selama 2-7 hari, fase kritis seama 2-3 hari. Biasanya pada fase ini

pasien tidak mengalami demam, tetapi pasien memiliki resiko untuk

mengalami renjatan apabila pengobatan yang dilakukan tidak adekuat

(Suhendro, Nainggoland L, Chen K et al., 2015).

2.1.6 Diagnosis

Infeksi dengue memiliki derajat keparahan yang berbeda antar satu

dengan yang lainnya, mulai dari demam dengue hingga dengue shock

syndrome (DSS). Penjelasan lebih lanjut dapat dilihat pada Tabel 1.

15

Tabel 1. Diagnosis klinis dan derajat keparahan infeksi dengue

Sumber: (World Health Organization, 2011)

2.1.7 Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang dapat diperiksa terkait infeksi dengue

antara lain :

1. Leukosit: Dapat normal atau menurun. Mulai hari ke-3 dapat

ditemui limfositosis relatif (> 45% dari total leukosit) disertai

DD/

DBD

Tanda dan Gejala Laboratorium

DD Demam disertai minimal dengan 2

gejala

- Nyeri kepala.

- Nyeri retro-orbital.

- Nyeri otot.

- Nyeri sendi/ tulang.

- Ruam kulit makulopapular.

- Manifestasi perdarahan.

- Tidak ada tanda perembesan

plasma.

- Leukopenia (≤ 4000

sel/mm3).

- Trombositopenia (<100.000

sel/mm3).

- Peningkatan hematokrit (5%-

10%).

- Tidak ada bukti perembesan

plasma.

DBD I Demam dan manifestasi perdarahan

(uji bendung positif) dan tanda

perembesan plasma.

- Trombositopenia (<100.000

sel/mm3).

- Peningkatan hematokrit

(≥20%).

DBD II Seperti derajat I ditambah

perdarahan spontan.

- Trombositopenia (<100.000

sel/mm3).

- Peningkatan hematokrit

(≥20%).

DBD III

(DSS)

Seperti derajat I atau II ditambah

kegagalan sirkulasi (nadi lemah,

tekanan nadi ≤ 20 mmHg, gelisah,

hipotensi, dan diuresis menurun.

- Trombositopenia (<100.000

sel/mm3).

- Peningkatan hematokrit

(≥20%).

DBD IV

(DSS)

Syok hebat dengan tekanan darah

dan nadi yang tidak terdeteksi.

- Trombositopenia (<100.000

sel/mm3).

- Peningkatan hematokrit

(≥20%).

Diagnosis infeksi dengue: Diagnosis klinis + trombositopenia + hemokonsentrasi,

dikonfirmasi dengan deteksi antigen virus dengue (NS-1) atau dan uji serologi anti

dengue positif (IgM anti dengue atau IgM/IgG anti dengue positif).

16

adanya limfosit plasma biru (LPB) > l5% dari jumlah total leukosit

yang pada fase syok akan meningkat.

2. Trombosit: Umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke 3-8.

3. Hematokrit: Menandakan kebocoran plasma dibuktikan dengan

ditemukannya peningkatan hematokrit >20% dari hematokrit awal,

umumnya dimulai pada hari ke-3 demam.

4. Hemostasis: Dilakukan pemeriksaan PT, APTT, Fibrinogen, D-

Dimer, atau FDP pada keadaan yang dicurigai tejadi perdarahan

atau kelainan pembekuan darah.

5. Protein/ albumin: Dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran

plasma.

6. SGOT/SGPT dapat meningkat.

7. Ureum/ kreatinin: Dapat meningkat bila didapatkan gangguan

fungsi ginjal.

8. Elektrolit: Sebagai parameter pemantauan pemberian cairan.

9. Golongan darah dan cross match (uji cocok serasi): bila akan

diberikan transfusi darah atau komponen darah.

10. Imunoserologi dilakukan pemeriksaan IgM dan IgG terhadap

dengue.

IgM: Terdeteksi mulai hari ke 3-5, meningkat sampai minggu ke-3,

menghilang setelah 60-90 hari.

IgG: Pada infeksi primer, IgG mulai terdeteksi pada hari ke-1-4,

pada infeksi sekunder IgG mulai terdeksi hari ke-2 .

17

11. NS 1: Antigen NSl dapat dideteksi pada awal demam hari pertama

sampai hari ke delapan. Sensitivitas antigen NS 1 berkisar 63% -

93,4% dengan spesifisitas 100%, sama tingginya dengan spesifisitas

gold standar kultur virus. Hasil negatif antigen NSI tidak

menyingkirkan adanya infeksi virus dengue (Suhendro,

Nainggoland L, Chen K et al., 2015).

2.2 Pemeriksaan Laboratorium Infeksi Dengue

Untuk menegakan diagnosis infeksi dengue maka dilakukan pemeriksaan

darah lengkap. Pemeriksaan darah lengkap tidak dapat di anggap remeh

karena pemeriksaan darah lengkap merupakan prosedur untuk skrining dan

sangat membantu dalam penegakan diagnosis dari berbagai penyakit. Dalam

penegakan diagnosa infeksi dengue pemeriksaan darah yang biasanya

digunakan adalah jumlah trombosit, jumlah hematokrit, jumlah leukosit,

hemoglobin dan hapusan darah tepi untuk melihat adanya limfositosis relatif

disertai gambaraan limfosit plasma biru (LPB) (Suhendro, Nainggoland L,

Chen K et al., 2015).

2.2.1 Pemeriksaan Trombosit

Trombosit merupakan komponen pada sel darah yang dihasilkan oleh

jaringan hemopoetik dan berfungsi dalam proses pembekuan darah,

dimana jika terjadi penurunan trombosit dapat menimbulkan perdarahan

dan adanya gangguan hambatan darah. Trombositopenia yang terjadi

18

pada infeksi dengue merupakan mekanisme supresi sumsung tulang dan

destruksi serta pemendekan masa hidup trombosit. Gambaran sumsum

tulang pada fase awal infeksi menunjukkan keadaan hiposelular dan

supresi megakariosit. Setelah keadaan tercapai akan terjadi peningkatan

proses hematopoiesis termasuk megakariopoiesis, kadar trombopoetin

dalam darah pada saat terjadi trombositopenia justru menunjukkan

kenaikan, hal ini menunjukkan terjadinya stimulasi trombopoiesis

sebagai mekanisme kompensasi terhadap keadaan trombositopenia

(Hadinegoro SR, Soegijanto S, Wuryadi S et al., 2006).

Hitung jumlah trombosit dapat digunakan sebagai alat bantu untuk

diagnosis infeksi dengue karena menunjukkan sensitivitas yang tinggi

mulai dari hari ke-4 demam sebesar 67.7%, bahkan pada hari ke-5

sampai ke-7 menunjukkan angka 100%. Spesifitas yang sangat tinggi

pada penggunaan trombositopenia sebagai parameter disebabkan karena

jarangnya penyakit infeksi yang disertai dengan penurunan hitung

trombosit sampai di bawah 150.000 sel/mm3. Bahkan jika digunakan

kriteria trombosit dibawah 100.000 sel/mm3, spesifitas hampir

mencapai 100% sejak hari pertama. Dengan demikian pemeriksaan

trombosit akan sangat membantu diagnosis infeksi dengue karena

sensitivitas dan spesifitasnya. Nilai rujukan jumlah trombosit normal

dalam darah adalah 150.000–400.000 sel/mm3. Jumlah trombosit akan

normal selama fase awal demam. Penurunan ringan dapat terjadi

selanjutnya. Penurunan jumlah trombosit secara tiba-tiba hingga di

19

bawah 100.000 sel/mm3 dapat terjadi di akhir fase demam sebelum

onset syok ataupun sebelum demam turun. Jumlah trombosit

berkorelasi dengan keparahan DHF. Selain itu, bisa juga terdapat

kerusakan pada fungsi trombosit. Perubahan ini terjadi secara singkat

dan kembali normal selama fase pemulihan (Suwandono A, 2011).

2.2.2 Pemeriksaan Hematokrit

Nilai hematokrit merupakan nilai besarnya volume sel-sel eritrosit

seluruhnya didalam 100 mm3 darah yang dinyatakan dalam %.

Peningkatan nilai hematokrit menggambarkan hemokonsentrasi pada

penyakit infeksi dengue. Nilai hematrokrit merupakan indikator yang

peka akan terjadinya kebocoran plasma, sehingga harus dilakukan

pemeriksaan hematokrit secara berkala pada pasien infeksi dengue.

Pada umumnya penurunan trombosit mendahului peningkatan

hematokrit. Hemokonsentrasi dengan peningkatan hematokrit ≥20%

menggambarkan peningkatan permeabilitas kapiler dan perembesan

plasma. Perlu diperhatian bahwa nilai hematokrit dipengaruhi oleh

penggantian cairan atau resiko adanya perdarahan. Nilai rujukan nilai

hematokrit normal untuk pria adalah 40-48% dan untuk wanita adalah

37-43%. Sedangkan nilai hematokrit normal pada anak 33–38%.

Hematokrit akan normal pada fase awal demam. Peningkatan

hematokrit secara tiba-tiba terlihat setelah jumlah trombosit berkurang.

Hemokonsentrasi atau naiknya hematokrit sebesar 20% dari batas

20

normal, merupakan bukti obyektif adanya kebocoran plasma (World

Health Organization, 2011).

2.2.3 Pemeriksaan Jenis Infeksi

Pemeriksaan jenis infeksi dengue dilakukan melalui pemeriksaan

serologis. Pemeriksaan serologis dilakukan selama hari 3-7 setelah

tubuh mengalami infeksi virus dengue. Hal ini disebabkan karena tubuh

akan mengalami viremia yang menyebabkan terbentuknya

imunoglobulin anti dengue. Respon antibodi berbeda sesuai status

kekebalan dari penderita. Antibodi IgM adalah imunoglobulin yang

pertama muncul yang terdeteksi pada 50% pasien selama hari ke 3-5

setelah onset penyakit, meningkat menjadi 80% pada hari ke-5 dan 99%

pada hari ke 10. Tingkat IgM mencapai puncaknya sekitar dua minggu

setelah timbulnya gejala dan kemudian menurun umumnya ke tingkat

tidak terdeteksi selama 2-3 bulan. Serum anti dengue IgG umumnya

terdeteksi pada titer rendah pada akhir minggu pertama penyakit,

meningkat perlahan-lahan setelahnya dengan serum IgG masih

terdeteksi setelah beberapa bulan dan mungkin bahkan seumur hidup

(Guzman MG, Halstead SB, Artsob H et al., 2015).

21

2.3 Kerangka Teori

Berikut pada Gambar 1. Dijabarkan kerangka teori yang menjelaskan tentang

etiologi, patogenesis, patofisiologi, penegakan diagnosis serta pemeriksaan

laboratorium yang dibutuhkan.

Gambar 1. Kerangka Teori (World Health Organization, 2011)

Aktivasi

koagulasi

Aktivasi

komplemenn

Kerusakan

endotel

Antibodi

IgM/IgG

Kompleks

antigen-antibodi

Virulensi

Faktor

Virus Serotipe

DEN 1

DEN 2

DEN 3

DEN 4

Faktor Host

Usia

Imunitas

Gizi

Faktor

Lingkungan

Infeksi Virus Dengue

Replikasi Virus

Respon Imun

Agregasi

trombosit

Manifestasi klinis

Diagnosis infeksi dengue:

1. Gejala Klinik

2. Pemeriksaan Laboratorium

3. Pemeriksaan Serologis

Variabel Penelitian

Keterangan :

Variabel yang tidak diteliti

22

2.4 Kerangka Konsep

Berikut ini pada Gambar 2. dijabarkan kerangka konsep yang berisi

penjabaran variabel bebas dan variabel terikat yang termasuk dalam

penelitian kali ini.

Gambar 2. Kerangka Konsep.

2.5 Hipotesis

Adapun hipotesis dalam penelitian ini yaitu :

1. Terdapat perbedaan diagnosis klinis pada pasien infeksi dengue usia anak

dan dewasa di Rumah Sakit Urip Sumoharjo Bandar Lampung.

2. Terdapat perbedaan jenis infeksi pada pasien infeksi dengue usia anak dan

dewasa di Rumah Sakit Urip Sumoharjo Bandar Lampung.

3. Terdapat perbedaan jumlah trombosit pada pasien infeksi dengue usia

anak dan dewasa di Rumah Sakit Urip Sumoharjo Bandar Lampung.

Variabel bebas Variabel terikat

Pasien infeksi

dengue usia anak

dan dewasa Jumlah Trombosit

Diagnosis Klinis

Nilai Hematokrit

Jenis Infeksi

23

4. Terdapat perbedaan nilai hematokrit pada pasien infeksi dengue usia anak

dan dewasa di Rumah Sakit Urip Sumoharjo Bandar Lampung.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah analitik observasional dengan desain

penelitian cross sectional.

3.2. Tempat dan Waktu

3.2.1. Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Urip Sumoharjo Bandar

Lampung dibagian Rekam Medik Rumah Sakit Urip Sumoharjo.

3.2.2. Waktu

Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2018 hingga Januari

2019.

25

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita infeksi

dengue usia anak dan dewasa yang tercatat di Rekam Medik Rumah

Sakit Urip Sumoharjo Bandar Lampung pada bulan November

hingga Desember 2018.

3.3.2. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah semua penderita dalam populasi

yang datanya dapat ditemukan saat penelitian berlangsung. Teknik

pengumpulan sampel pada penelitian ini yaitu purposive sampling

yaitu semua data subjek yang ada dan memenuhi kriteria pemilihan

dimasukkan dalam penelitian. Adapun jumlah sampel yang akan

diambil adalah menggunakan rumus Lameshow:

n ≥ z2 p.q

d2

Keterangan:

n : ukuran sampel

z : 0,5 – α/2 = 1,64

p : proporsi = 0,95 (diambil dari kepustakaan sebelumnya) (Paisal,

Herman R, Arifin AY et al., 2015).

q : 1-p = 0,05

d : α = 10%

26

n ≥ (1,64)2.0,95.0,05

(0,1)2

n ≥ 2,6896.0,0475

0,01

n ≥ 0,137756

0,01

n ≥ 13,7756

Berdasarkan rumus tersebut, jumlah sampel yang akan diteliti

sebesar 14 sampel, ditambah 10% dari sampel awal menjadi 15

sampel per kelompok usia.

3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

3.4.1. Kriteria Inklusi

a. Pasien infeksi dengue usia 0-70 tahun.

b. Pasien infeksi dengue yang telah didiagnosis secara klinik dan

laboratorium.

3.4.2. Kriteria Eksklusi

a. Pasien dengan penyakit kongenital dan infeksi lain yang bukan

disebabkan infeksi dengue.

b. Data rekam medik yang tidak tercantum pemeriksaan serologi

antidengue.

27

3.5. Variabel Penelitian

a. Variabel bebas : Pasien infeksi dengue usia anak dan dewasa.

b. Variabel terikat : Diagnosis klinis, jenis infeksi, jumlah trombosit, dan

nilai hematokrit.

3.6. Definisi Operasional

Definisi operasional menguraikan variabel bebas maupun variabel

terikat, alat ukur, cara ukur, hasil ukur dan skala ukur.

Tabel 2. Definisi Operasional.

No Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur

1. Diagnosis

klinis

Diagnosis klinis berupa

DF dan DHF.

DF bila tanpa tanda

perembesan plasma dan

DHF bila dengan tanda

perembesan plasma

Berdasarkan

anamnesis,

pemeriksaan

fisik dan

laboratorium,

serta diagnosis

oleh dokter

yang

menangani

pasien (pada

rekam medik)

1: DF

2: DHF

Nominal.

2. Jenis

infeksi

Jenis infeksi berupa

infeksi primer dan

infeksi sekunder.

SD Bioline

Dengue kit

IgG/IgM (data

rekam medik)

1 = Infeksi

primer, bila IgM

positif. 2 = Infeksi

sekunder, bila

IgG positif atau

IgG dan IgM

positif.

Nominal.

3. Jumlah

Trombosit

Jumlah trombosit berupa

trombositopenia ringan

(100.000-150.000

sel/mm3),

trombositopenia sedang

(50.000-100.000

sel/mm3), dan

trombositopenia berat

(<50.000 sel/mm3)

Data rekam

medik pasien

infeksi dengue.

1:

trombositopenia

ringan

2:

trombositopenia

sedang

3:

trombositopenia

berat

Nominal.

4. Nilai

Hematokrit

Nilai hematokrit berupa

nilai normal dan

meningkat

Data rekam

medik pasien

infeksi dengue.

1: normal

2: meningkat

Nominal.

28

3.7. Prosedur Penelitian

Peneliti meminta surat izin penelitian ke bagian akademik Fakultas

Kedokteran Universitas Lampung kemudian ditujukan ke bagian diklat dan

direktur Rumah Sakit Urip Sumoharjo Bandar Lampung. Setelah mendapat

izin, peneliti mendapatkan surat pengantar dari bagian diklat ke bagian

rekam medik. Data berupa hasil pemeriksaan laboratorium dari rekam

medik pasien berupa diagnosis klinis, pemeriksaan serologi IgM dan IgG

dan pemeriksaan jumlah trombosit dan nilai hematokrit. Pasien yang tidak

memenuhi kriteria ekslusi dan memenuhi kriteria inklusi akan menjadi

subjek penelitian.

29

Rekam medik pasien Rumah Sakit Urip

Sumoharjo Bandar Lampung. Kriteria ekslusi

Kriteria inklusi

Pengambilan data

1. Identitas Pasien.

2. Diagnosis klinis dan pemeriksaan hematologi (jumlah trombosit

dan hematokrit).

3. Pemeriksaan Serologi IgM dan IgG pada hasil laboratorium

Rumah Sakit Urip Sumoharjo.

Pengolahan dan analisa data

3.8. Alur Penelitian

Penelitian ini dimulai dari pengambilan data rekam medis pasien infeksi

dengue di Rumah Sakit Urip Sumoharjo Bandar Lampung. Data yang

memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi diambil

menjadi sampel penelitian untuk kemudian dilakukan pengolahan dan

analisa data. Secara singkat, alur penelitian dijelaskan pada Gambar 3.

Gambar 3. Alur Penelitian

30

3.9. Pengolahan dan Analisis data

3.9.1. Pengolahan Data

Data yang telah diperoleh akan diubah kedalam bentuk tabel.

Data diolah menggunakan program statistik komputer. Proses

pengolahan data menggunakan program ini terdiri dari beberapa

langkah berikut :

a. Coding, yaitu mengkonversikan (menejermahkan) data yang

telah diperoleh ke dalam simbol yang cocok untuk dianalisis.

b. Data entry, memasukkan data yang telah dikumpulkan ke

dalam komputer.

c. Verifikasi, pengecekan data secara visual terhadap data yang

telah dimasukkan ke dalam komputer.

d. Output komputer, hasil yang telah dianalisis oleh komputer

kemudian dicetak.

3.9.2. Analisis Data

3.9.2.1. Analisis Univariat

Melihat penyebaran data variabel bebas dan variabel

terikat termasuk normal atau tidak normal dalam

bentuk tabel menggunakan uji Shapiro wilk. Jika data

tidak terdistribusi normal maka dilakukan metode

logaritma. Selain melakukan uji normalitas analisis

31

univariat juga menentukan menentukan data deskriptif

pada setiap variabel yang diuji.

3.9.2.2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat yang digunakan pada penelitian ini

menggunakan uji Chi-Square. Bila memenuhi syarat,

pembacaan hasil pada tabel 2x2 dibaca pada Continuity

Correction, bila tidak memenuhi syarat, pembacaan

hasil pada tabel 2xk dibaca pada Fisher’s Exact Test,

dan bila memenuhi syarat, pembacaan hasil pada tabel

lebih dari 2x2 dibaca pada Pearson Chi-Square. Bila

tabel 2xk dan tidak memenuhi syarat, maka dilanjutkan

ke uji alternatif lain, yaitu uji Kolmogorof-Smirnofa

(Notoadmojo, 2012).

3.10. Etika Penelitian

Pada penelitian ini telah lolos uji kaji Komite Etik Penelitian Kesehatan

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dengan nomor persetujuan etik

penelitian yaitu No. 3527/UN26.18/PP.05.02.00/2018.

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data penelitian dan pembahasan yang telah

dilakukan dalam penelitian ini, maka dapat diambil simpulan berupa:

1. Tidak terdapat perbedaan diagnosis klinis pada pasien infeksi dengue

usia anak dan dewasa di Rumah Sakit Urip Sumoharjo Bandar

Lampung.

2. Tidak terdapat perbedaan jenis infeksi pada pasien infeksi dengue usia

anak dan dewasa di Rumah Sakit Urip Sumoharjo Bandar Lampung.

3. Tidak terdapat perbedaan jumlah trombosit pada pasien infeksi dengue

usia anak dan dewasa di Rumah Sakit Urip Sumoharjo Bandar

Lampung.

4. Tidak terdapat perbedaan nilai hematokrit pada pasien infeksi dengue

usia anak dan dewasa di Rumah Sakit Urip Sumoharjo Bandar

Lampung.

48

5.2. Saran

1. Bagi penelitian selanjutnya

Disarankan bagi penelitian terkait yang dapat dilakukan selanjutnya

adalah meningkatkan jumlah sampel penelitian agar mendapatkan

hasil yang lebih representatif terhadap populasi yang ada, serta

melengkapi karakteristik hasil penelitian seperti lamanya demam pada

infeksi dengue yang dilakukan pemeriksaan serologi pasien dan

melakukan perbandingan hasil pemeriksaan serologi IgM dan IgG

dengan metode pemeriksaan lainnya.

2. Bagi Rumah Sakit Urip Sumoharjo Bandar Lampung

Kepada pihak dokter Rumah Sakit Urip Sumoharjo diharapkan untuk

dapat melengkapi data yang ada pada rekam medik.

DAFTAR PUSTAKA

Ayunani A dan Tuntun M. 2012. Hubungan tingkat keparahan demam berdarah

dengan kadar hemoglobin, hematokrit dan trombosit di Puskesmas Rawat

Inap Way Kandis Bandar Lampung. Jurnal Analis Kesehatan. 6 (1): 616–24.

Tersedia dari: http://dx.doi.org/10.26630/jak.v6i2.787.

Bashir AB, Mohammed BA, Saeed OK, Ageep AK. 2015. Thrombocytopenia and

bleeding manifestations among patients with dengue virus infection in Port

Sudan, Red Sea State of Sudan. Journal of Infectious Diseases and Immunity.

7 (2): 7–13. Tersedia dari: https://doi.org/10.5897/JIDI2014.0143.

Bhatt S, Gething PW, Brady OJ, Messina JP, Farlow AW, Moyes CL et al., 2013.

The global distribution and burden of dengue. NIH-PA Author Manuscript

Nature. 496 (7446): 504–7. https://doi.org/10.1038/nature12060.

Candra A. 2010. Demam berdarah dengue: epidemiologi, patogenesis , dan faktor

risiko penularan. Aspirator. 2 (2): 110–9. Tersedia dari:

https://media.neliti.com/media/publications/53636-ID-demam-berdarah-

dengue-epidemiologi-patog.pdf.

Dinas Kesehatan Provinsi Lampung. 2016. Profil kesehatan Provinsi Lampung

tahun 2015.

Divyashree BN dan Gayathri BR. 2018. Hematocrit spectrum in dengue: a

prospective study. International Journal of Scientific Study. 5 (202): 33–7.

Tersedia dari: https://doi.org/10.17354/ijss/2018/8.

Guzman MG, Halstead SB, Artsob H, Buchy P, Farrar J, Nathan MB et al., 2015.

Dengue: a continuing global threat. International Journal of Scientific Study:

8 (120): 1-26.

Hadinegoro SR, Soegijanto S, Wuryadi S, Suroso T. 2006. Tatalaksana demam

berdarah dengue di Indonesia. Jakarta: Direktorat Jenderal Pemberantasan

Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan.

Hartoyo E. 2008. Spektrum klinis demam berdarah dengue pada anak. Sari

Pediatri 2008. 10:145-50.

50

Henilayati NP, Hapsari MD, Farhanah N. 2015. Perbedaan profil laboratorium

penyakit demam berdarah dengue anak dan dewasa pada fase kritis. Jurnal

Media Medika Muda. 4 (4): 1305-14.

Kementerian Kesehatan RI. 2011. Petunjuk teknis: penggunaan rapid diagnostic

test (RDT) untuk penunjang diagnosis dini dbd, 1-11.

https://www.pppl.depkes.go.id/petunjukteknisRDTdengue.

Kementerian Kesehatan RI. 2016. Situasi DBD di Indonesia. InfoDATIN.

https://doi.org/ISSN 2442-7659.

Lorenza A, Arkhaesi N, Large P, Ratio C. 2018. Perbandingan platelet large cell

ratio (P-Lcr) pada anak dengan demam dengue dan demam berdarah dengue.

Jurnal Kedokteran Diponegoro. 7 (2): 826–39. Tersedia dari:

https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico/article/viewFile/20743/19458

Mishra S, Ramanathan R, Agarwalla SK. 2016. Clinical profile of dengue fever in

children: a study from Southern Odisha, India. Hindwari Publishing

Corporation Scientifica. 1-6.

Notoadmodjo S. 2012. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Paisal, Herman R, Arifin AY, Ardiansyah A, Hanum S, Khairiah et al., 2015.

Serotipe virus dengue di Provinsi Aceh. 7 (1): 7–12.

Pangestu WH. 2019. Perbedaan profil hematologi rutin pada penderita demam

berdarah dengue anak dan dewasa di RSUD. Dr. Harjono Ponorogo [skripsi].

Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Safari WJ dan Lisyani Suromo ED. 2017. IgM-RF pada anak terinfeksi virus

dengue tidak berkorelasi dengan jumlah trombosit dan hematokrit. Jurnal

Kedokteran Brawijaya. 29 (4): 306–11. Tersedia dari:

http://jkb.ub.ac.id/index.php/jkb/article/view/1914.

Setiati TE dan Soemantri AG 2009. Demam berdarah dengue pada anak:

patofisiologi, resusitasi mikrovaskuler dan terapi komponen darah.

Semarang: Pelita Insani.

Souza LJ, Pessanha LB, Mansur. LC, Souza LA, Ribeiro MB, Silveira MV, et al.,

2013. Comparison of clinical and laboratory characteristics between children

and adults with dengue. Brazilian Journal Infectious Disease. 17 (1): 27–31.

Sudaryono. Perbedaan manifestasi klinis dan laboratorium berdasarkan jenis

imunoglobulin pada penderita demam berdarah dengue. Universitas Sebelas

Maret Surakarta: 2011.

51

Suhendro, Nainggoland L, Chen K, Pohan HT. 2015. Demam berdarah dengue.

Dalam: Setiati A, Alwi I, Sudoyo AW, K MS, Setiyohadi B, Syam AF,

penyunting. Buku ajar ilmu penyakit dalam Edisi ke-6. Jakarta: Interna

Publisher. hlm. 539-48.

Suwandono A. 2011. Perbandingan nilai diagnostic trombosit, leukosit, antigen

NS1, dan antibodi IgM antidengue. J Indon Med Assoc. 61 (8): 326-32.

Tobing GM. 2018. Karakteristik penderita demam berdarah dengue yang dirawat

inap di RSUD Dr . Pirngadi Kota Medan Tahun 2016 [skripsi]. Medan:

Universiras Sumatera Utara.

Utari FP, Efrida, Kadris H. 2018. Perbandingan nilai hematokrit dan jumlah

trombosit antara infeksi dengue primer dan dengue sekunder pada anak di

RSUP. Dr. M. Djamil. Jurnal Kesehatan Andalas. 7(1): 118-23.

Valentino B. 2012. Hubungan antara hasil pemeriksaan darah lengkap dengan

derajat klinik infeksi dengue pada pasien dewasa di RSUP Dr. Kariadi

Semarang. Semarang: Eprints.

Velasco JMS, Alera MTP, Chardenas AAY, Dimaano EM, Jarman RG,

Chinnawirotpisan P, et al., 2014. Demographic, clinical and laboratory

findings among adult and pediatric patients hospitalized with dengue in the

philippines. Southeast Asian J Trop MedPublic Health. 45 (2): 337-45.

Weissenbock H, Hubalek Z, Bakonyi T, Nowotny N. 2010. Zoonotic mosquito-

borne flaviviruses: Worldwide presence of agents with proven pathogenicity

and potential candidates of future emerging diseases. Veterinary

Microbiology. 140 (34): 271–80.

Tersedia dari: https://doi.org/10.1016/j.vetmic.2009.08.025.

World Health Organization. 2011. Prevention and control of dengue and dengue

haemorrhagic fever. Geneva: WHO Press.