PERBEDAAN DIAGNOSIS KLINIS, JENIS INFEKSI, JUMLAH
TROMBOSIT, NILAI HEMATOKRIT PADA PASIEN INFEKSI
DENGUE USIA ANAK DAN DEWASA DI RUMAH SAKIT
URIP SUMOHARJO BANDAR LAMPUNG
(Skripsi)
Oleh
Wasiatul Ilma
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
PERBEDAAN DIAGNOSIS KLINIS, JENIS INFEKSI, JUMLAH
TROMBOSIT, NILAI HEMATOKRIT PADA PASIEN INFEKSI
DENGUE USIA ANAK DAN DEWASA DI RUMAH SAKIT
URIP SUMOHARJO BANDAR LAMPUNG
Oleh
Wasiatul Ilma
(Skripsi)
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
SARJANA KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
ABSTRACT
DIFFERENCES IN CLINICAL DIAGNOSIS, TYPES OF INFECTION, PLATELET
COUNT, HEMATOCRIT VALUE IN PATIENTS WITH DENGUE INFECTION
IN CHILDREN AND ADULTS AT URIP SUMOHARJO HOSPITAL
BANDAR LAMPUNG
By
WASIATUL ILMA
Background. Dengue infection is still one of the health problems in Indonesia. The
clinical manifestations are different, from dengue fever, dengue hemorrhagic fever, and
dengue shock syndrome. The diagnosis of dengue infection through a history and
laboratory examination (platelet count and hematocrit value), and serological examination
of IgM and IgG whose overall results are greatly influenced by age. This study was
conducted to see whether there were differences in clinical diagnosis, type of infection,
platelet count, and hematocrit value in patients with dengue infection in children and
adults at Urip Sumoharjo Hospital (RSUS) Bandar Lampung.
Methods. This study used an observational analytic method with a cross sectional
approach with 30 samples of secondary data in the Medical Record Urip Sumoharjo
Hospital. Statistic analysis used Chi-Square test or alternativeKolmogorov-Smirnova Z
test.
Result. There was no differences in clinical diagnosis in child’s and the adults (p
value=0.141). There was no differences in types of infection (primary/ secondary) in
child’s and the adults (p value=0.461). The age of child more infected with primary
infection by dengue fever for clinical diagnosis. There was no differences in platelet
count (p value=0.660) and hematocrit value (p value=1.000) among child’s and the
adults. Severe thrombocytopenia is experienced by the age of the child and increasing of
hematocrit values more affected the adults.
Conclusion. There were no differences in clinical diagnosis, type of infection, platelet
count, hematocrit value in patients with dengue infection in children and adults at Urip
Sumoharjo Hospital, Bandar Lampung.
Keywords: Dengue, dengue infection, hematocrit, trombosit.
ABSTRAK
PERBEDAAN DIAGNOSIS KLINIS, JENIS INFEKSI, JUMLAH TROMBOSIT,
NILAI HEMATOKRIT PADA PASIEN INFEKSI DENGUE USIA ANAK DAN
DEWASA DI RUMAH SAKIT URIP SUMOHARJO BANDAR LAMPUNG
Oleh
WASIATUL ILMA
Latar Belakang. Infeksi dengue masih menjadi salah satu masalah kesehatan di
Indonesia. Manifestasi klinisnya berbeda, dari dengue fever, dengue hemorrhagic fever,
dan dengue shock syndrome. Penegakan diagnosis infeksi dengue adalah melalui
anamnesis dan pemeriksaan laboratorium (jumlah trombosit dan nilai hematokrit), dan
pemeriksaan serologis IgM dan IgG yang hasil keseluruhannya sangat dipengaruhi oleh
usia. Penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah terdapat perbedaan diagnosis klinis,
jenis infeksi, jumlah trombosit, dan nilai hematokrit pada pasien infeksi dengue usia anak dan dewasa di Rumah Sakit Urip Sumoharjo (RSUS) Bandar Lampung.
Metode Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan
pendekatan cross sectional. Sampel penelitian berjumlah 30 sampel, berupa data
sekunder yang berasal dari rekam medik Rumah Sakit Urip Sumoharjo. Analisis statistik
menggunkanan Uji Chi-Square atau alternatif Kolmogorov-Smirnova Z.
Hasil Penelitian. Tidak terdapat perbedaan diagnosis klinis usia anak dan dewasa (nilai
p= 0.141). Tidak terdapat perbedaan jenis infeksi (primer/ sekunder) pada usia anak dan
dewasa (nilai p= 0.461). Usia anak lebih banyak terserang infeksi primer dengan
diagnosis klinis dengue fever. Tidak terdapat perbedaan jumlah trombosit (nilai p= 0.660)
dan nilai hematokrit (nilai p= 0.1.000) pada usia anak dan dewasa. Trombositopenia berat
lebih banyak dialami pada pasien usia anak dan peningkatan nilai hematokrit lebih tinggi
dialami pada pasien usia dewasa.
Simpulan. Tidak terdapat perbedaan diagnosis klinis, jenis infeksi, jumlah trombosit,
nilai hematokrit pada pasien infeksi dengue usia anak dan dewasa di Rumah Sakit Urip
Sumoharjo Bandar Lampung.
Kata Kunci : Dengue, hematokrit, infeksi dengue, trombosit.
Judul Skripsi
N"ma Mahasiswa
No. Pokok Mahasiswa
Program Studi
Fakultas
Dr. dr.
PERBEDAAIT DIAGNOSIS KLIIUS, JEI\IISINFEKST, JUMLAH TROMBOSTT, nm,ArIIEMATOKRIT PADA PASIEN INT'EKSI DENGTIEUSIA ANAK DAN DEWASA DI RTJMAH SAKITURIP ST]MOHARJO BAI\TDAR LAMPT]NG
Wasiatul llma
151801 l0l0
Pendidikan Dokter
Kedoktemn
MEIIYETUJUI
Komisi Pembimbing
S.Ked., M.BiomedNIP 19760903 200501 2 001NIP 197 2002122002
MENGETAHI]I
t.
MENGESAHKAI\
Tim Penguji
Ketua : Dr. dr. EtyApriliana, S.Ked., M.Biomed
: dr. Tri Umiana.Soleha, S.Ked., M.Kes
PengujiBukan Pembimbing : Dr. dr. Jhons Fatriyadi Suwrndi' S.Kod.,lfl.Kes Jt./-l
1208 200112 I 001
Tanggal Lulus UjianSkripsi : 06 Februafi20l9
LEMBAR PERNIYATAAN
Dengan ini saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa:
l. Skripsi dengan judul *PERBEDAAN DIAGNOSIS KLINIS, JENIS INFEKSI,
JUMLAH TROMBOSIT, NILAI TIEMATOKRIT PADA PASIEN INFEKSI
DENGUE USIA ANAK DAN DEWASA DI RUMAH SAKIT URIP
SUMOHARJO BANDAR LAMPUNG" adalah hasil karya sendiri dan tidak
melakukan penjiplakan atau pengutipan atas karya penulis lain dengan cara
tidak sesuai tata cara etika ilrniah yang berlaku dalam masyarakat akademik
atau yang disebut plagiarisme.
2. Hak intelektual dan karya ilmiah ini diserahkan sepenuhnya kepada Universitas
Lampung.
Atas pernyataan ini apabila dikemudian hari ditemukan adanyaketidakbenaran,
saya bersedia menanggung akibat dan sanksi yang diberikan kepada saya.
Bandar Lampung, 08 Maret 2019
NPM. 1518011010
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Metro pada tanggal 06 Desember 1996, sebagai anak kedua
dari tujuh bersaudara. Penulis merupakan putri dari pasangan Bapak Agus Salim
dan Ibu Dewi Syernaliza. Kakak penulis bernama Zikri Akbar. 5 adik dari penulis
bernama Muhammad Syarif, Fadel Muhammad, Muhammad Fauza Ikhsan,
Fatimah Az-Zahra, dan Hasna Nabila.
Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) ditempuh di TK Masjid Istiqlal dan TK
Jami’atul Khair Jakarta Pusat selama 4 tahun dan diselesaikan pada tahun 2003.
Pendidikan Sekolah Dasar (SD) penulis dijalani di SD Muhammadiyah Kota
Metro dan diselesaikan tahun 2009. Pendidikan dilanjutkan di Madrasah
Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Husnul Khotimah Kuningan
Jawa Barat dan dapat diselesaikan hingga tahun 2015.
Pada tahun 2015, penulis terdaftar sebagai mahasiswi Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung. Selama aktif menjadi mahasiswi, penulis juga aktif dalam
mengikuti organisasi dalam kampus. Penulis tercatat sebagai Sekretaris Bidang
Medis LK FSI Ibnu Sina Periode 2016/2017 serta Sekretaris BEM FK Unila
Kabinet Atyasa Periode 2017/2018.
SANWACANA
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya selama pelaksanaan penyusunan skripsi dengan judul
“Perbedaan Diagnosis Klinis, Jenis Infeksi, Jumlah Trombosit, Nilai Hematokrit
pada Pasien Infeksi Dengue di Rumah Sakit Urip Sumoharjo Bandar Lampung”
dapat diselesaikan.
Selama proses penulisan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bantuan, saran,
bimbingan, masukan serta kritikan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini
dengan segenap kerendahan hati, penulis ingin meyampaikan rasa terimakasih
yang mendalam kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., selaku rektor Universitas Lampung.
2. Dr. dr. Muhartono, S.Ked., M.Kes., Sp.PA., selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung.
3. Dr. dr. Ety Apriliana, S.Ked., M.Biomed., selaku Pembimbing Utama yang
telah bersedia meluangkan waktu, memberikan bimbingan, nasihat, saran dan
kritik yang membangun serta motivasi selama penyusunan skripsi ini.
4. dr. Tri Umiana Soleha, S.Ked., M.Kes., selaku Pembimbing Kedua yang telah
bersedia meluangkan waktu, memberikan bimbingan, nasihat, saran dan kritik
yang membangun serta motivasi selama penyusunan skripsi ini.
5. Dr. dr. Jhons Fatriyadi Suwandi, S.Ked., M.Kes., selaku Penguji Utama
(Pembahas) yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan ilmu dan
nasihat yang membangun kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.
6. Dr. Dyah Wulan SRW, SKM., M.Kes., selaku Pembimbing Akademik yang
telah memberikan bimbingan dan nasihat kepada penulis selama ini.
7. Seluruh staff dosen dan karyawan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
atas ilmu, waktu dan bimbingan yang telah diberikan selama proses
perkuliahan.
8. Kepada Ayah (Agus Salim) dan Ibu (Dewi Syernaliza), terimakasih atas
segala sesuatu yang telah diberikan selama ini, kasih sayang, perhatian,
dukungan, nasihat serta doa yang telah dipanjatkan selama ini.
9. Kepada Kakak (Zikri Akbar) dan Adik (Muhammad Syarif, Fadel
Muhammad, Muhammad Fauza Ikhsan, Fatimah Az-Zahra, dan Hasna
Nabila) penulis yang tercinta, terimakasih atas segala kasih sayang, perhatian,
nasihat serta doa yang selama ini diberikan kepada penulis.
10. Terimakasih kepada Rumah Sakit Urip Sumoharjo Bandar Lampung bagian
Rekam Medik atas segala ilmu dan kesempatan yang telah diberikan kepada
penulis selama mengerjakan penelitian ini.
11. Terimakasih kepada sahabat penulis, Karimah Khitami Aziz, Dianti Sevina
dan Zihan Zetira atas dukungan, motivasi, saran dan doa yang telah diberikan
kepada penulis selama perkuliahaan dan penyusunan skripsi ini.
12. Terimakasih kepada sahabat seperjuangan selama menjalani kehidupan di
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung: Nisirina Aulia Amira, Dita
Mauliana Prabiwi, dan Tasya Khalis Ilmiani atas dukungan, motivasi, saran
dan doa yang telah diberikan kepada penulis selama perkuliahan dan
penyusunan skripsi ini.
13. Terimakasih kepada seluruh teman-teman angkatan 2015 atas dukungan, doa,
motivasi dan kebersamaannya selama ini.
14. Semua yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini yang tidak bisa penulis
sebutkan satu per satu, penulis ucapkan terima kasih atas dukungan dan doa
selama ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi
ini. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan pengetahuan
atau informasi untuk pembaca. Akhir kata, penulis mohon maaf atas segala
kesalahan dan kekurangan. Terimakasih.
Bandar Lampung, 06 Februari 2019
Penulis
Wasiatul Ilma
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI .......................................................................................................... i
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .............................................................................. 5
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................... 6
1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................. 7
1.4.1. Bagi Praktisi ........................................................................... 7
1.4.2. Bagi Peneliti ........................................................................... 7
1.4.3. Bagi Institusi .......................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 8
2.1 Infeksi Dengue ................................................................................... 8
2.1.1 Definisi ................................................................................... 8
2.1.2 Etiologi ................................................................................... 8
2.1.3 Epidemiologi .......................................................................... 9
2.1.4 Patogenesis dan Patofisiologi............................................... 10
2.1.5 Manifestasi Klinis ................................................................ 14
2.1.6 Diagnosis .............................................................................. 14
2.1.7 Pemeriksaan Laboratorium .................................................. 15
2.2 Pemeriksaan Laboratorium Infeksi Dengue .................................... 17
2.2.1 Pemeriksaan Trombosit........................................................ 17
2.2.2 Pemeriksaan Hematokrit ...................................................... 19
2.2.3 Pemeriksaan Jenis Infeksi .................................................... 20
2.3 Kerangka Teori ................................................................................ 21
2.4 Kerangka Konsep ............................................................................. 22
2.5 Hipotesis .......................................................................................... 22
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 24
3.1. Jenis Penelitian ................................................................................ 24
3.2. Tempat dan Waktu ........................................................................... 24
3.2.1. Tempat ................................................................................. 24
3.2.2. Waktu ................................................................................... 24
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ....................................................... 25
3.3.1. Populasi ................................................................................ 25
3.3.2. Sampel .................................................................................. 25
3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi ........................................................... 26
3.4.1. Kriteria Inklusi ..................................................................... 26
3.4.2. Kriteria Eksklusi .................................................................. 26
3.5. Variabel Penelitian ........................................................................... 27
3.6. Definisi Operasional ........................................................................ 27
3.7. Prosedur Penelitian .......................................................................... 28
3.8. Alur Penelitian ................................................................................. 29
3.9. Pengolahan dan Analisis data .......................................................... 30
3.9.1. Pengolahan Data .................................................................. 30
3.9.2. Analisis Data ........................................................................ 30
3.10. Etika Penelitian ................................................................................ 31
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 33
4.1. Hasil Penelitian ................................................................................ 33
4.1.1. Karakteristik Sampel Penelitian ........................................... 33
4.1.2. Perbedaan Diagnosis Klinis Infeksi Dengue pada Pasien
Infeksi Dengue Usia Anak dan Dewasa ............................... 35
4.1.3. Perbedaan Jenis Infeksi pada Pasien Infeksi Dengue Usia
Anak dan Dewasa................................................................. 36
4.1.4. Perbedaan Jumlah Trombosit pada Pasien Infeksi Dengue
Usia Anak dan Dewasa ........................................................ 37
4.1.5. Perbedaan Nilai Hematokrit pada Pasien Infeksi Dengue
Usia Anak dan Dewasa ........................................................ 38
4.2. Pembahasan ..................................................................................... 38
4.2.1. Karakteristik Sampel Penelitian ........................................... 38
4.2.2. Perbedaan Diagnosis Klinis Infeksi Dengue pada Pasien
Infeksi Dengue Usia Anak dan Dewasa ............................... 40
4.2.3. Perbedaan Jenis Infeksi pada Pasien Infeksi Dengue Usia
Anak dan Dewasa................................................................. 41
4.2.4. Perbedaan Jumlah Trombosit pada Pasien Infeksi Dengue
Usia Anak dan Dewasa ........................................................ 42
4.2.5. Perbedaan Nilai Hematokrit pada Pasien Infeksi Dengue
Usia Anak dan Dewasa ........................................................ 44
BAB V SIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 47
5.1. Simpulan .......................................................................................... 47
5.2. Saran ................................................................................................ 48
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................49
LAMPIRAN..........................................................................................................52
DAFTAR GAMBAR
Gambar ..................................................................................................... Halaman 1. Kerangka teori ......................................................................................... 21
2. Kerangka konsep ..................................................................................... 22
3. Alur penelitian ....................................................................................... 29
DAFTAR TABEL
Tabel ...................................................................................................... Halaman
1. Diagnosis klinis dan derajat keparahan infeksi dengue ........................... 15
2. Definisi operasional .................................................................................. 27
3. Karakteristik sampel penelitian ................................................................ 33
4. Karakteristik sampel berdasarkan jumlah trombosit ................................ 34
5. Karakteristik sampel berdasarkan nilai hematokrit .................................. 35
6. Analisis perbedaan diagnosis klinis infeksi dengue usia
anak dan dewasa ........................................................................................ 36
7. Analisis perbedaan jenis infeksi dengue usia anak dan dewasa ................ 36
8. Analisis perbedaan jumlah trombosit usia anak dan dewasa .................... 37
9. Analisis perbedaan nilai hematokrit usia anak dan dewasa ...................... 38
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Infeksi dengue adalah salah satu penyakit yang sampai saat ini masih
menjadi fokus masalah kesehatan menurut World Health Organization
(WHO). Sampai saat ini, infeksi dengue diperkirakan telah mencapai angka
390 juta kasus per tahun yang mana 96 juta kasusnya menunjukkan
manifestasi klinis yang berarti. Penyakit ini termasuk penyakit endemis dan
biasanya muncul di negara tropis maupun sub-tropis, sehingga masyarakat
yang berada dalam negara tersebut berisiko tinggi terkena infeksi dengue
(Bhatt S, Gething PW, Brady OJ et al., 2013).
Infeksi ini terus meningkat secara drastis dalam 3 dekade terakhir.
Peningkatan ini terjadi di wilayah tropis dan sub-tropis, khususnya di
daerah-daerah yang mengalami perpindahan penduduk. Penyakit ini
disebabkan oleh virus yang termasuk dalam famili Flaviviridae untuk
selanjutnya ditularkan oleh nyamuk Aedes sp. Tidak ada penanganan khusus
yang dibutuhkan dalam kasus ini, namun pelayanan yang tepat biasanya
dapat menyelamatkan hidup pasien yang mengalami infeksi dengue dengan
2
gejala serius. Berdasarkan data WHO Regional Asia Tenggara, beberapa
negara di Regional Asia Tenggara dan Asia Selatan termasuk dalam daerah
endemis infeksi dengue serta positif memiliki keseluruhan dari 4 jenis
serotipe virus infeksinya. Penetapan daerah endemis infeksi dengue di suatu
negara didasarkan pada beberapa variabel, yaitu masalah kesehatan utama,
penyebab utama kesakitan dan kematian anak-anak, keadaan hiperendemis
dan menyebarnya 4 serotipe virus dengue di daerah perpindahan penduduk,
serta menyebarnya penyakit tersebut di daerah pedesaan setempat. Negara
yang termasuk endemis infeksi dengue Kategori A menurut WHO Regional
Asia Tenggara adalah Bangladesh, India, Timor-Leste, Maldives, Srilanka,
Thailand, Myanmar, dan Indonesia (World Health Organization, 2011).
Sebagai salah satu negara tropis, Indonesia termasuk negara yang memiliki
angka kejadian infeksi dengue yang tinggi. Selama 47 tahun sejak pertama
kali ditemukannya penyakit tersebut sampai tahun 2015 lalu tercatat adanya
peningkatan persebaran infeksi penyakit ini, dari 2 provinsi dan 2
kabupaten/kota menjadi 34 provinsi dan 436 kabupaten/kota. Hal ini diikuti
oleh peningkatan kasus, dari 58 kasus menjadi 126.675 kasus. Selain angka
kejadian yang tinggi pada awal munculnya kasus infeksi dengue, angka
kematian juga ikut tinggi. Tetapi seiring terlaksananya pengendalian dan
penanganan yang memadai, angka kematian akibat infeksi dengue dapat
diturunkan. Sampai saat ini, angka kematian penyakit ini masih berfluktuasi
(Kementerian Kesehatan RI, 2016).
3
Di Provinsi Lampung sendiri, penyakit infeksi dengue berada di urutan ke-8
dari 34 provinsi lainnya yang memiliki kasus yang sama di Indonesia. Data
dari Dinas Kesehatan Provinsi Lampung tahun 2015 menyebutkan bahwa
jumlah penderita infeksi dengue di Provinsi Lampung mencapai 2.996
dengan 31 orang meninggal dunia. Data tersebut juga menyebutkan bahwa
kabupaten/ kota yang memiliki angka kejadian tertinggi di Provinsi
Lampung pada tahun 2015 lalu adalah Kota Bandar Lampung, dengan 582
kasus dan 12 angka kematian (Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, 2016).
Infeksi dengue diawali oleh masuknya virus dari genus Flavivirus sesuai
dengan karakteristik khas biologisnya. Berdasarkan antigennya, ada 4 jenis
serotipe untuk virus dengue ini, yaitu DENV-1, DENV-2, DENV-3, dan
DENV-4 yang memiliki manifestasi berbeda sesuai jenisnya. Infeksi
terhadap salah satu serotipe tersebut dapat menyebabkan munculnya
imunitas tubuh yang permanen sesuai serotipe yang menginfeksi. Tetapi
apabila tubuh mengalami infeksi sekunder oleh jenis serotipe yang lain,
maka akan muncul gejala dengue yang lebih berat dari gejala sebelumnya
(World Health Organization, 2011).
Manifestasi klinis infeksi virus dengue dapat bersifat asimtomatik atau dapat
berupa demam yang tidak khas, dengue fever, dengue hemorrhagic fever
atau dengue shock syndrome (DSS). Pada umumnya pasien mengalami fase
demam selama 2-7 hari diikuti oleh fase kritis selama 2-3 hari. Pada fase
4
kritis pasien sudah tidak demam akan tetapi mempunyai risiko untuk terjadi
renjatan jika tidak mendapat pengobatan adekuat. Demam yang tidak khas
sering terjadi pada bayi, anak-anak dan dewasa, terutama pada infeksi
pertama (infeksi primer) sehingga sulit dibedakan dengan infeksi virus
lainnya (World Health Organization, 2011).
Dengue fever sering terjadi pada anak-anak, remaja dan dewasa. Gejalanya
berupa demam akut selama 2-7 hari ditambah 2 atau lebih manifestasi klinis
yaitu nyeri kepala, nyeri retro-orbital, mialgia/ arthralgia, ruam kulit,
manifestasi perdarahan (petekie atau uji bendung positif), dan pemeriksaan
serologi dengue positif. Dengue hemorrhagic fever (DHF) sering terjadi
pada anak-anak dibawah 15 tahun dan biasanya merupakan infeksi dengue
berulang. Pada DHF terjadi pembesaran plasma yang ditandai dengan
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di
rongga tubuh. Dengue shock syndrome adalah DHF yang ditandai oleh
renjatan/ syok. DSS disertai kegagalan sirkulasi dengan manifestasi nadi
yang cepat dan lemah, tekanan darah turun, kulit dingin dan lembab, serta
gelisah. Perbedaan utama antara dengue fever dan DHF adalah
ditemukannya tanda kebocoran plasma pada DHF (Suhendro, Nainggoland
L, Chen K et al., 2015).
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada infeksi dengue meliputi
pemeriksaan nilai hemoglobin, nilai hematokrit, jumlah trombosit, serta
5
leukosit dan dapat dilakukan pemeriksaan darah tepi untuk melihat
gambaran limfosit (Suhendro, Nainggoland L, Chen K et al., 2015).
Penatalaksanaan kasus infeksi dengue rawat inap di rumah sakit biasanya
menggunakan nilai hematokrit dan jumlah trombosit sebagai indikator
perkembangan penyakit selain kondisi klinis pasien (Valentino, 2012).
Oleh karena masih tingginya kasus infeksi dengue di Bandar Lampung yang
dapat menyerang pasien usia anak dan dewasa, serta adanya perbedaan
diagnosis klinis, jenis infeksi, jumlah trombosit, nilai hematokrit yang
didapatkan pada pasien infeksi dengue tersebut, maka perlu dilakukan
penelitian mengenai perbedaan diagnosis klinis, jenis infeksi, jumlah
trombosit, nilai hematokrit pada pasien infeksi dengue usia anak dan
dewasa. Penelitian ini akan dilakukan di Rumah Sakit Urip Sumoharjo
Bandar Lampung.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, rumusan masalah pada penelitian
ini yaitu :
1. Apakah terdapat perbedaan diagnosis klinis pada pasien infeksi dengue
usia anak dan dewasa di Rumah Sakit Urip Sumoharjo Bandar
Lampung.
2. Apakah terdapat perbedaan jenis infeksi pada pasien infeksi dengue usia
anak dan dewasa di Rumah Sakit Urip Sumoharjo Bandar Lampung
6
3. Apakah terdapat perbedaan jumlah trombosit pada pasien infeksi dengue
usia anak dan dewasa di Rumah Sakit Urip Sumoharjo Bandar
Lampung.
4. Apakah terdapat perbedaan nilai hematokrit pada pasien infeksi dengue
usia anak dan dewasa di Rumah Sakit Urip Sumoharjo Bandar
Lampung.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini yaitu :
1. Mengetahui perbedaan diagnosis klinis pada pasien infeksi dengue usia
anak dan dewasa di Rumah Sakit Urip Sumoharjo Bandar Lampung.
2. Mengetahui perbedaan jenis infeksi pada pasien infeksi dengue usia
anak dan dewasa di Rumah Sakit Urip Sumoharjo Bandar Lampung
3. Mengetahui perbedaan jumlah trombosit pada pasien infeksi dengue usia
anak dan dewasa di Rumah Sakit Urip Sumoharjo Bandar Lampung.
4. Mengetahui perbedaan nilai hematokrit pada pasien infeksi dengue usia
anak dan dewasa di Rumah Sakit Urip Sumoharjo Bandar Lampung.
7
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Bagi Praktisi
Manfaat penelitian ini bagi praktisi adalah sebagai sumber
informasi bagi para praktisi kesehatan mengenai penyakit infeksi
dengue, sehingga timbul kepedulian untuk bekerja sama dalam
menuntaskan permasalahan penyakit ini di masa yang akan datang.
1.4.2. Bagi Peneliti
Manfaat bagi peneliti yaitu dapat dijadikan sebagai wujud
pengaplikasian disiplin ilmu yang telah dipelajari sehingga dapat
mengembangkan wawasan keilmuan peneliti dan untuk mengetahui
perbedaan diagnosis klinis, jenis infeksi, jumlah trombosit, nilai
hematokrit pada pasien usia anak dan dewasa di Rumah Sakit Urip
Sumoharjo Bandar Lampung.
1.4.3. Bagi Institusi
Manfaat bagi institusi yaitu dapat memberikan kontribusi terhadap
institusi untuk bahan informasi dan pertimbangan dalam
pemecahan masalah dan program pencegahan penyakit infeksi
dengue.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Infeksi Dengue
2.1.1 Definisi
Infeksi dengue adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh
salah satu dari 4 serotipe virus dengue yang berbeda dan merupakan
infeksi akut yang bermanifestasi klinis berupa perdarahan yang jika
tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan syok yang pada
akhirnya akan berujung pada kematian pasien (Kementerian Kesehatan
RI, 2016).
2.1.2 Etiologi
Infeksi dengue disebabkan oleh salah satu dari 4 jenis serotipe virus
dengue yang berbeda, yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3, dan DEN 4. Virus
ini adalah kelompok group B Artrhopod-Borne Virus (Arboviruses).
Virus dengue termasuk genus Flavivirus dan famili Flaviviridae.
Masing-masing jenis serotipe virus dengue ini berbeda, sehingga tidak
ada proteksi silang dan mungkin saja dapat terjadi hiperendemisitas
(wabah oleh beberapa jenis serotipe). Virus dengue ini dapat
9
menginfeksi manusia melalui vektor nyamuk yang spesifik, yaitu
nyamuk Aedes aegypty dan Aedes albopictus. Baik virus dengue dan
nyamuk vektor ini hidup di seluruh pelosok Indonesia kecuali pada
dataran dengan ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut.
Untuk itu, penduduk yang tinggal di seluruh dataran di Indonesia
sesungguhnya memiliki risiko untuk dapat terinfeksi penyakit ini
(World Health Organization, 2011).
2.1.3 Epidemiologi
Sebagai salah satu negara tropis, Indonesia termasuk negara yang
memiliki angka kejadian infeksi dengue yang tinggi. Selama 47 tahun
sejak pertama kali ditemukannya infeksi dengue sampai tahun 2015 lalu
tercatat adanya peningkatan persebaran infeksi penyakit ini, dari 2
provinsi dan 2 kabupaten/kota menjadi 34 provinsi dan 436
kabupaten/kota. Hal ini diikuti oleh peningkatan kasus, dari 58 kasus
menjadi 126.675 kasus. Selain angka kejadian yang tinggi pada awal
munculnya kasus ini, angka kematian juga ikut tinggi. Tetapi seiring
terlaksananya pengendalian dan penanganan yang memadai, angka
kematian akibat infeksi ini dapat diturunkan. Sampai saat ini, angka
kematian infeksi dengue masih berfluktuasi (Kementerian Kesehatan
RI, 2016).
10
Di Provinsi Lampung sendiri, kasus infeksi dengue berada di urutan ke-
8 dari 34 provinsi lainnya yang memiliki kasus yang sama di Indonesia.
Data dari Dinas Kesehatan Provinsi Lampung tahun 2015 menyebutkan
bahwa jumlah penderita infeksi dengue di Provinsi Lampung mencapai
2.996 dengan 31 orang meninggal dunia. Data tersebut juga
menyebutkan bahwa kabupaten/ kota yang memiliki angka kejadian
infeksi dengue tertinggi di Provinsi Lampung pada tahun 2015 lalu
adalah Kota Bandar Lampung, dengan 582 kasus dan 12 angka
kematian (Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, 2016).
2.1.4 Patogenesis dan Patofisiologi
Patogenesis infeksi dengue disebutkan dalam beberapa teori masih
beragam. Sampai saat ini sebenarnya masih belum diketahui secara
pasti, tetapi pendapat yang sampai saat ini dianut adalah teori infeksi
sekunder. Teori ini menyebutkan bahwa jika seseorang terinfeksi virus
dengue yang berbeda dengan infeksi virus dengue sebelumnya, akan
muncul respon inflamasi yang lebih tinggi dibandingkan pada saat
infeksi pertama (World Health Organization, 2011).
Proses virus dengue bila sudah masuk dalam tubuh manusia, akan
mengalami perkembangbiakan dalam sel retikuloendotelial yang
selanjutnya diikuti dengan viremia yang berlangsung selama 5-7 hari.
Akibat infeksi ini, muncul respon imun baik humoral maupun selular,
11
antara lain anti netralisasi, anti-hemaglutinin dan anti komplemen. Pada
infeksi pertama, antibodi yang memiliki aktivitas netralisasi akan
mengenali protein E, NS1, protein M, dan NS3 dari virus penyebab
infeksi. Akibatnya terjadi lisis pada sel yang telah terinfeksi virus
melalui proses netralisasi atau aktivasi sistem komplemen, yang pada
akhirnya banyak virus dilenyapkan dan pasien mengalami
penyembuhan untuk selanjutnya pasien mendapatkan kekebalan seumur
hidup terhadap serotipe virus yang sama. Tetapi apabila terjadi infeksi
kedua dengan serotipe virus berbeda, keadaan pasien akan menjadi
lebih parah karena epitop virus yang masuk tidak sesuai dengan
antibodi yang tersedia pada penderita dan virus akan berperan sebagai
super antigen setelah difagosit oleh limfosit atau makrofag. Saat itu
pula virus dalam limfosit dan makrofag akan replikasi sehingga akan
bertambah banyaknya virus, yang akhirnya akan membentuk kompleks
antigen-antibodi sebagai tahap awal aktivasi komplemen (World Health
Organization, 2011).
Antibodi yang muncul pada umumnya adalah IgG dan IgM. Pada
infeksi dengue primer antibodi mulai terbentuk dan pada infeksi
sekunder kadar antibodi yang telah ada jadi meningkat. Antibodi
terhadap virus dengue dapat ditemukan di dalam darah sekitar demam
hari ke-5, meningkat pada minggu pertama sampai minggu ketiga, dan
menghilang setelah 9-13 minggu. Kadar IgG berbeda dengan kadar IgM
pada infeksi virus dengue, oleh karena itu antibodi IgG harus dibedakan
12
pada infeksi primer dan sekunder. Pada infeksi primer antibodi IgG
meningkat sekitar demam hari ke-14 sedang pada infeksi sekunder
antibodi IgG meningkat pada hari kedua. Oleh karena itu diagnosa dini
infeksi primer hanya dapat ditegakkan dengan mendeteksi antibodi IgM
setelah hari sakit kelima, sedangkan diagnosis infeksi sekunder dapat
ditegakkan lebih dini dengan adanya peningkatan antibodi IgG dan IgM
yang cepat (Candra, 2010).
Patofisiologi yang akan muncul pada infeksi dengue sesuai patogenesis
yang terjadi. Proses infeksi yang menimbulkan munculnya kompleks
antigen-antibodi akan mengaktivasi sistem komplemen. Efek aktivasi
komplemen ini adalah teraktivasinya C3 dan C5 yang akan
mengaktivasi C3a dan C5a yang memiliki efek penting pada
patogenesis infeksi dengue, yaitu dapat meningkatkan permeabilitas
dinding kapiler pembuluh darah sehingga plasma dalam pembuluh
darah bisa saja merembes dari ruang intravaskular menuju ruang
ekstravaskular. Kompleks antigen-antibodi juga dapat menyebebkan
agregasi trombosit bila berhubungan dengan kerusakan membran
endotel. Puncak agregasi trombosit adalah terdapatnya trombus yang
akhirnya akan dihancurkan oleh salah satu organ Retikulo-Endothelial
System (RES), yaitu hati. Tidak hanya agregasi trombosit, tetapi faktor
koagulasi akan turut serta muncul sebagai kompensasi rusaknya endotel
pembuluh darah. Apabila proses koagulasi ini terus-menerus dilakukan,
pada akhirnya faktor-faktor pembekuan yang berperan akan mengalami
13
penurunan. Munculnya faktor koagulasi ini akan mengaktivasi kinin
yang akan lebih meningkatkan permeabilitas kapiler pembuluh darah
(World Health Organization, 2011).
Permeabilitas kapiler yang meningkat akibat teraktivasinya C3a dan
C5a atau teraktivasinya kinin akan dapat menyebabkan perembesan
plasma yang dapat dibuktikan dengan adanya perdarahan pada pasien.
Perdarahan biasanya terjadi bertahap, dari ringan seperti munculnya
petechiae pada kulit pasien hingga perdarahan berat hingga dapat
memungkinkan terjadinya syok pada pasien. Ini dapat dibuktikan
melalui tanda khas pada pemeriksaan laboratorium pasien dengan
infeksi dengue. Nilai hematokrit pasien akan meningkat dan
terakumulasinya cairan pada rongga-rongga serosa. Manifestasi lain
yang terjadi pada pasien infeksi dengue adalah trombositopenia, akibat
pemecahan trombosit oleh sistem RES yang memang khas pada pasien
infeksi dengue. Pada akhirnya, pasien dapat mengalami perdarahan
masif yang dapat dibuktikan dengan pemeriksaan yang berhubungan
dengan Fibrin Degradation Product (FDP), yang apabila kadar FDP
meningkat mengartikan bahwa terjadi perdarahan pada pasien. Apabila
perdarahan ini tetap berlanjut, akan terjadi syok pada pasien yang pada
akhirnya dapat menimbulkan kematian (World Health Organization,
2011).
14
2.1.5 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada anak berupa demam tinggi selama 2-7 hari
secara terus menerus disertai pendarahan. Minimal pada uji tourniquet
didapatkan hasil positif dan salah satu bentuk pendarahan lain yang
dapat ditemukan misalnya, petekie, purpura, ekimosis, epitaksis,
pendarahan gusi, hematemesis, dan melena. Pada anak juga kerap kali
ditemukan heptomegali atau pembesaran hati. Bagi pasien dewasa,
manifestasi klinis infeksi dengue dapat bersifat asimtomatik atau berupa
demam yang tidak khas, demam dengue, demam berdarah dengue dan
dengue syok syndrome yang secara teori tidak memiliki ciri khas
demam tersediri. Umumnya demam yang dialami pasien berkisaran
antara 2-7 hari. Pada umumnya pasien menglami 3 fase. Fase demam
selama 2-7 hari, fase kritis seama 2-3 hari. Biasanya pada fase ini
pasien tidak mengalami demam, tetapi pasien memiliki resiko untuk
mengalami renjatan apabila pengobatan yang dilakukan tidak adekuat
(Suhendro, Nainggoland L, Chen K et al., 2015).
2.1.6 Diagnosis
Infeksi dengue memiliki derajat keparahan yang berbeda antar satu
dengan yang lainnya, mulai dari demam dengue hingga dengue shock
syndrome (DSS). Penjelasan lebih lanjut dapat dilihat pada Tabel 1.
15
Tabel 1. Diagnosis klinis dan derajat keparahan infeksi dengue
Sumber: (World Health Organization, 2011)
2.1.7 Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dapat diperiksa terkait infeksi dengue
antara lain :
1. Leukosit: Dapat normal atau menurun. Mulai hari ke-3 dapat
ditemui limfositosis relatif (> 45% dari total leukosit) disertai
DD/
DBD
Tanda dan Gejala Laboratorium
DD Demam disertai minimal dengan 2
gejala
- Nyeri kepala.
- Nyeri retro-orbital.
- Nyeri otot.
- Nyeri sendi/ tulang.
- Ruam kulit makulopapular.
- Manifestasi perdarahan.
- Tidak ada tanda perembesan
plasma.
- Leukopenia (≤ 4000
sel/mm3).
- Trombositopenia (<100.000
sel/mm3).
- Peningkatan hematokrit (5%-
10%).
- Tidak ada bukti perembesan
plasma.
DBD I Demam dan manifestasi perdarahan
(uji bendung positif) dan tanda
perembesan plasma.
- Trombositopenia (<100.000
sel/mm3).
- Peningkatan hematokrit
(≥20%).
DBD II Seperti derajat I ditambah
perdarahan spontan.
- Trombositopenia (<100.000
sel/mm3).
- Peningkatan hematokrit
(≥20%).
DBD III
(DSS)
Seperti derajat I atau II ditambah
kegagalan sirkulasi (nadi lemah,
tekanan nadi ≤ 20 mmHg, gelisah,
hipotensi, dan diuresis menurun.
- Trombositopenia (<100.000
sel/mm3).
- Peningkatan hematokrit
(≥20%).
DBD IV
(DSS)
Syok hebat dengan tekanan darah
dan nadi yang tidak terdeteksi.
- Trombositopenia (<100.000
sel/mm3).
- Peningkatan hematokrit
(≥20%).
Diagnosis infeksi dengue: Diagnosis klinis + trombositopenia + hemokonsentrasi,
dikonfirmasi dengan deteksi antigen virus dengue (NS-1) atau dan uji serologi anti
dengue positif (IgM anti dengue atau IgM/IgG anti dengue positif).
16
adanya limfosit plasma biru (LPB) > l5% dari jumlah total leukosit
yang pada fase syok akan meningkat.
2. Trombosit: Umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke 3-8.
3. Hematokrit: Menandakan kebocoran plasma dibuktikan dengan
ditemukannya peningkatan hematokrit >20% dari hematokrit awal,
umumnya dimulai pada hari ke-3 demam.
4. Hemostasis: Dilakukan pemeriksaan PT, APTT, Fibrinogen, D-
Dimer, atau FDP pada keadaan yang dicurigai tejadi perdarahan
atau kelainan pembekuan darah.
5. Protein/ albumin: Dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran
plasma.
6. SGOT/SGPT dapat meningkat.
7. Ureum/ kreatinin: Dapat meningkat bila didapatkan gangguan
fungsi ginjal.
8. Elektrolit: Sebagai parameter pemantauan pemberian cairan.
9. Golongan darah dan cross match (uji cocok serasi): bila akan
diberikan transfusi darah atau komponen darah.
10. Imunoserologi dilakukan pemeriksaan IgM dan IgG terhadap
dengue.
IgM: Terdeteksi mulai hari ke 3-5, meningkat sampai minggu ke-3,
menghilang setelah 60-90 hari.
IgG: Pada infeksi primer, IgG mulai terdeteksi pada hari ke-1-4,
pada infeksi sekunder IgG mulai terdeksi hari ke-2 .
17
11. NS 1: Antigen NSl dapat dideteksi pada awal demam hari pertama
sampai hari ke delapan. Sensitivitas antigen NS 1 berkisar 63% -
93,4% dengan spesifisitas 100%, sama tingginya dengan spesifisitas
gold standar kultur virus. Hasil negatif antigen NSI tidak
menyingkirkan adanya infeksi virus dengue (Suhendro,
Nainggoland L, Chen K et al., 2015).
2.2 Pemeriksaan Laboratorium Infeksi Dengue
Untuk menegakan diagnosis infeksi dengue maka dilakukan pemeriksaan
darah lengkap. Pemeriksaan darah lengkap tidak dapat di anggap remeh
karena pemeriksaan darah lengkap merupakan prosedur untuk skrining dan
sangat membantu dalam penegakan diagnosis dari berbagai penyakit. Dalam
penegakan diagnosa infeksi dengue pemeriksaan darah yang biasanya
digunakan adalah jumlah trombosit, jumlah hematokrit, jumlah leukosit,
hemoglobin dan hapusan darah tepi untuk melihat adanya limfositosis relatif
disertai gambaraan limfosit plasma biru (LPB) (Suhendro, Nainggoland L,
Chen K et al., 2015).
2.2.1 Pemeriksaan Trombosit
Trombosit merupakan komponen pada sel darah yang dihasilkan oleh
jaringan hemopoetik dan berfungsi dalam proses pembekuan darah,
dimana jika terjadi penurunan trombosit dapat menimbulkan perdarahan
dan adanya gangguan hambatan darah. Trombositopenia yang terjadi
18
pada infeksi dengue merupakan mekanisme supresi sumsung tulang dan
destruksi serta pemendekan masa hidup trombosit. Gambaran sumsum
tulang pada fase awal infeksi menunjukkan keadaan hiposelular dan
supresi megakariosit. Setelah keadaan tercapai akan terjadi peningkatan
proses hematopoiesis termasuk megakariopoiesis, kadar trombopoetin
dalam darah pada saat terjadi trombositopenia justru menunjukkan
kenaikan, hal ini menunjukkan terjadinya stimulasi trombopoiesis
sebagai mekanisme kompensasi terhadap keadaan trombositopenia
(Hadinegoro SR, Soegijanto S, Wuryadi S et al., 2006).
Hitung jumlah trombosit dapat digunakan sebagai alat bantu untuk
diagnosis infeksi dengue karena menunjukkan sensitivitas yang tinggi
mulai dari hari ke-4 demam sebesar 67.7%, bahkan pada hari ke-5
sampai ke-7 menunjukkan angka 100%. Spesifitas yang sangat tinggi
pada penggunaan trombositopenia sebagai parameter disebabkan karena
jarangnya penyakit infeksi yang disertai dengan penurunan hitung
trombosit sampai di bawah 150.000 sel/mm3. Bahkan jika digunakan
kriteria trombosit dibawah 100.000 sel/mm3, spesifitas hampir
mencapai 100% sejak hari pertama. Dengan demikian pemeriksaan
trombosit akan sangat membantu diagnosis infeksi dengue karena
sensitivitas dan spesifitasnya. Nilai rujukan jumlah trombosit normal
dalam darah adalah 150.000–400.000 sel/mm3. Jumlah trombosit akan
normal selama fase awal demam. Penurunan ringan dapat terjadi
selanjutnya. Penurunan jumlah trombosit secara tiba-tiba hingga di
19
bawah 100.000 sel/mm3 dapat terjadi di akhir fase demam sebelum
onset syok ataupun sebelum demam turun. Jumlah trombosit
berkorelasi dengan keparahan DHF. Selain itu, bisa juga terdapat
kerusakan pada fungsi trombosit. Perubahan ini terjadi secara singkat
dan kembali normal selama fase pemulihan (Suwandono A, 2011).
2.2.2 Pemeriksaan Hematokrit
Nilai hematokrit merupakan nilai besarnya volume sel-sel eritrosit
seluruhnya didalam 100 mm3 darah yang dinyatakan dalam %.
Peningkatan nilai hematokrit menggambarkan hemokonsentrasi pada
penyakit infeksi dengue. Nilai hematrokrit merupakan indikator yang
peka akan terjadinya kebocoran plasma, sehingga harus dilakukan
pemeriksaan hematokrit secara berkala pada pasien infeksi dengue.
Pada umumnya penurunan trombosit mendahului peningkatan
hematokrit. Hemokonsentrasi dengan peningkatan hematokrit ≥20%
menggambarkan peningkatan permeabilitas kapiler dan perembesan
plasma. Perlu diperhatian bahwa nilai hematokrit dipengaruhi oleh
penggantian cairan atau resiko adanya perdarahan. Nilai rujukan nilai
hematokrit normal untuk pria adalah 40-48% dan untuk wanita adalah
37-43%. Sedangkan nilai hematokrit normal pada anak 33–38%.
Hematokrit akan normal pada fase awal demam. Peningkatan
hematokrit secara tiba-tiba terlihat setelah jumlah trombosit berkurang.
Hemokonsentrasi atau naiknya hematokrit sebesar 20% dari batas
20
normal, merupakan bukti obyektif adanya kebocoran plasma (World
Health Organization, 2011).
2.2.3 Pemeriksaan Jenis Infeksi
Pemeriksaan jenis infeksi dengue dilakukan melalui pemeriksaan
serologis. Pemeriksaan serologis dilakukan selama hari 3-7 setelah
tubuh mengalami infeksi virus dengue. Hal ini disebabkan karena tubuh
akan mengalami viremia yang menyebabkan terbentuknya
imunoglobulin anti dengue. Respon antibodi berbeda sesuai status
kekebalan dari penderita. Antibodi IgM adalah imunoglobulin yang
pertama muncul yang terdeteksi pada 50% pasien selama hari ke 3-5
setelah onset penyakit, meningkat menjadi 80% pada hari ke-5 dan 99%
pada hari ke 10. Tingkat IgM mencapai puncaknya sekitar dua minggu
setelah timbulnya gejala dan kemudian menurun umumnya ke tingkat
tidak terdeteksi selama 2-3 bulan. Serum anti dengue IgG umumnya
terdeteksi pada titer rendah pada akhir minggu pertama penyakit,
meningkat perlahan-lahan setelahnya dengan serum IgG masih
terdeteksi setelah beberapa bulan dan mungkin bahkan seumur hidup
(Guzman MG, Halstead SB, Artsob H et al., 2015).
21
2.3 Kerangka Teori
Berikut pada Gambar 1. Dijabarkan kerangka teori yang menjelaskan tentang
etiologi, patogenesis, patofisiologi, penegakan diagnosis serta pemeriksaan
laboratorium yang dibutuhkan.
Gambar 1. Kerangka Teori (World Health Organization, 2011)
Aktivasi
koagulasi
Aktivasi
komplemenn
Kerusakan
endotel
Antibodi
IgM/IgG
Kompleks
antigen-antibodi
Virulensi
Faktor
Virus Serotipe
DEN 1
DEN 2
DEN 3
DEN 4
Faktor Host
Usia
Imunitas
Gizi
Faktor
Lingkungan
Infeksi Virus Dengue
Replikasi Virus
Respon Imun
Agregasi
trombosit
Manifestasi klinis
Diagnosis infeksi dengue:
1. Gejala Klinik
2. Pemeriksaan Laboratorium
3. Pemeriksaan Serologis
Variabel Penelitian
Keterangan :
Variabel yang tidak diteliti
22
2.4 Kerangka Konsep
Berikut ini pada Gambar 2. dijabarkan kerangka konsep yang berisi
penjabaran variabel bebas dan variabel terikat yang termasuk dalam
penelitian kali ini.
Gambar 2. Kerangka Konsep.
2.5 Hipotesis
Adapun hipotesis dalam penelitian ini yaitu :
1. Terdapat perbedaan diagnosis klinis pada pasien infeksi dengue usia anak
dan dewasa di Rumah Sakit Urip Sumoharjo Bandar Lampung.
2. Terdapat perbedaan jenis infeksi pada pasien infeksi dengue usia anak dan
dewasa di Rumah Sakit Urip Sumoharjo Bandar Lampung.
3. Terdapat perbedaan jumlah trombosit pada pasien infeksi dengue usia
anak dan dewasa di Rumah Sakit Urip Sumoharjo Bandar Lampung.
Variabel bebas Variabel terikat
Pasien infeksi
dengue usia anak
dan dewasa Jumlah Trombosit
Diagnosis Klinis
Nilai Hematokrit
Jenis Infeksi
23
4. Terdapat perbedaan nilai hematokrit pada pasien infeksi dengue usia anak
dan dewasa di Rumah Sakit Urip Sumoharjo Bandar Lampung.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah analitik observasional dengan desain
penelitian cross sectional.
3.2. Tempat dan Waktu
3.2.1. Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Urip Sumoharjo Bandar
Lampung dibagian Rekam Medik Rumah Sakit Urip Sumoharjo.
3.2.2. Waktu
Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2018 hingga Januari
2019.
25
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita infeksi
dengue usia anak dan dewasa yang tercatat di Rekam Medik Rumah
Sakit Urip Sumoharjo Bandar Lampung pada bulan November
hingga Desember 2018.
3.3.2. Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah semua penderita dalam populasi
yang datanya dapat ditemukan saat penelitian berlangsung. Teknik
pengumpulan sampel pada penelitian ini yaitu purposive sampling
yaitu semua data subjek yang ada dan memenuhi kriteria pemilihan
dimasukkan dalam penelitian. Adapun jumlah sampel yang akan
diambil adalah menggunakan rumus Lameshow:
n ≥ z2 p.q
d2
Keterangan:
n : ukuran sampel
z : 0,5 – α/2 = 1,64
p : proporsi = 0,95 (diambil dari kepustakaan sebelumnya) (Paisal,
Herman R, Arifin AY et al., 2015).
q : 1-p = 0,05
d : α = 10%
26
n ≥ (1,64)2.0,95.0,05
(0,1)2
n ≥ 2,6896.0,0475
0,01
n ≥ 0,137756
0,01
n ≥ 13,7756
Berdasarkan rumus tersebut, jumlah sampel yang akan diteliti
sebesar 14 sampel, ditambah 10% dari sampel awal menjadi 15
sampel per kelompok usia.
3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
3.4.1. Kriteria Inklusi
a. Pasien infeksi dengue usia 0-70 tahun.
b. Pasien infeksi dengue yang telah didiagnosis secara klinik dan
laboratorium.
3.4.2. Kriteria Eksklusi
a. Pasien dengan penyakit kongenital dan infeksi lain yang bukan
disebabkan infeksi dengue.
b. Data rekam medik yang tidak tercantum pemeriksaan serologi
antidengue.
27
3.5. Variabel Penelitian
a. Variabel bebas : Pasien infeksi dengue usia anak dan dewasa.
b. Variabel terikat : Diagnosis klinis, jenis infeksi, jumlah trombosit, dan
nilai hematokrit.
3.6. Definisi Operasional
Definisi operasional menguraikan variabel bebas maupun variabel
terikat, alat ukur, cara ukur, hasil ukur dan skala ukur.
Tabel 2. Definisi Operasional.
No Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
1. Diagnosis
klinis
Diagnosis klinis berupa
DF dan DHF.
DF bila tanpa tanda
perembesan plasma dan
DHF bila dengan tanda
perembesan plasma
Berdasarkan
anamnesis,
pemeriksaan
fisik dan
laboratorium,
serta diagnosis
oleh dokter
yang
menangani
pasien (pada
rekam medik)
1: DF
2: DHF
Nominal.
2. Jenis
infeksi
Jenis infeksi berupa
infeksi primer dan
infeksi sekunder.
SD Bioline
Dengue kit
IgG/IgM (data
rekam medik)
1 = Infeksi
primer, bila IgM
positif. 2 = Infeksi
sekunder, bila
IgG positif atau
IgG dan IgM
positif.
Nominal.
3. Jumlah
Trombosit
Jumlah trombosit berupa
trombositopenia ringan
(100.000-150.000
sel/mm3),
trombositopenia sedang
(50.000-100.000
sel/mm3), dan
trombositopenia berat
(<50.000 sel/mm3)
Data rekam
medik pasien
infeksi dengue.
1:
trombositopenia
ringan
2:
trombositopenia
sedang
3:
trombositopenia
berat
Nominal.
4. Nilai
Hematokrit
Nilai hematokrit berupa
nilai normal dan
meningkat
Data rekam
medik pasien
infeksi dengue.
1: normal
2: meningkat
Nominal.
28
3.7. Prosedur Penelitian
Peneliti meminta surat izin penelitian ke bagian akademik Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung kemudian ditujukan ke bagian diklat dan
direktur Rumah Sakit Urip Sumoharjo Bandar Lampung. Setelah mendapat
izin, peneliti mendapatkan surat pengantar dari bagian diklat ke bagian
rekam medik. Data berupa hasil pemeriksaan laboratorium dari rekam
medik pasien berupa diagnosis klinis, pemeriksaan serologi IgM dan IgG
dan pemeriksaan jumlah trombosit dan nilai hematokrit. Pasien yang tidak
memenuhi kriteria ekslusi dan memenuhi kriteria inklusi akan menjadi
subjek penelitian.
29
Rekam medik pasien Rumah Sakit Urip
Sumoharjo Bandar Lampung. Kriteria ekslusi
Kriteria inklusi
Pengambilan data
1. Identitas Pasien.
2. Diagnosis klinis dan pemeriksaan hematologi (jumlah trombosit
dan hematokrit).
3. Pemeriksaan Serologi IgM dan IgG pada hasil laboratorium
Rumah Sakit Urip Sumoharjo.
Pengolahan dan analisa data
3.8. Alur Penelitian
Penelitian ini dimulai dari pengambilan data rekam medis pasien infeksi
dengue di Rumah Sakit Urip Sumoharjo Bandar Lampung. Data yang
memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi diambil
menjadi sampel penelitian untuk kemudian dilakukan pengolahan dan
analisa data. Secara singkat, alur penelitian dijelaskan pada Gambar 3.
Gambar 3. Alur Penelitian
30
3.9. Pengolahan dan Analisis data
3.9.1. Pengolahan Data
Data yang telah diperoleh akan diubah kedalam bentuk tabel.
Data diolah menggunakan program statistik komputer. Proses
pengolahan data menggunakan program ini terdiri dari beberapa
langkah berikut :
a. Coding, yaitu mengkonversikan (menejermahkan) data yang
telah diperoleh ke dalam simbol yang cocok untuk dianalisis.
b. Data entry, memasukkan data yang telah dikumpulkan ke
dalam komputer.
c. Verifikasi, pengecekan data secara visual terhadap data yang
telah dimasukkan ke dalam komputer.
d. Output komputer, hasil yang telah dianalisis oleh komputer
kemudian dicetak.
3.9.2. Analisis Data
3.9.2.1. Analisis Univariat
Melihat penyebaran data variabel bebas dan variabel
terikat termasuk normal atau tidak normal dalam
bentuk tabel menggunakan uji Shapiro wilk. Jika data
tidak terdistribusi normal maka dilakukan metode
logaritma. Selain melakukan uji normalitas analisis
31
univariat juga menentukan menentukan data deskriptif
pada setiap variabel yang diuji.
3.9.2.2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat yang digunakan pada penelitian ini
menggunakan uji Chi-Square. Bila memenuhi syarat,
pembacaan hasil pada tabel 2x2 dibaca pada Continuity
Correction, bila tidak memenuhi syarat, pembacaan
hasil pada tabel 2xk dibaca pada Fisher’s Exact Test,
dan bila memenuhi syarat, pembacaan hasil pada tabel
lebih dari 2x2 dibaca pada Pearson Chi-Square. Bila
tabel 2xk dan tidak memenuhi syarat, maka dilanjutkan
ke uji alternatif lain, yaitu uji Kolmogorof-Smirnofa
(Notoadmojo, 2012).
3.10. Etika Penelitian
Pada penelitian ini telah lolos uji kaji Komite Etik Penelitian Kesehatan
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dengan nomor persetujuan etik
penelitian yaitu No. 3527/UN26.18/PP.05.02.00/2018.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data penelitian dan pembahasan yang telah
dilakukan dalam penelitian ini, maka dapat diambil simpulan berupa:
1. Tidak terdapat perbedaan diagnosis klinis pada pasien infeksi dengue
usia anak dan dewasa di Rumah Sakit Urip Sumoharjo Bandar
Lampung.
2. Tidak terdapat perbedaan jenis infeksi pada pasien infeksi dengue usia
anak dan dewasa di Rumah Sakit Urip Sumoharjo Bandar Lampung.
3. Tidak terdapat perbedaan jumlah trombosit pada pasien infeksi dengue
usia anak dan dewasa di Rumah Sakit Urip Sumoharjo Bandar
Lampung.
4. Tidak terdapat perbedaan nilai hematokrit pada pasien infeksi dengue
usia anak dan dewasa di Rumah Sakit Urip Sumoharjo Bandar
Lampung.
48
5.2. Saran
1. Bagi penelitian selanjutnya
Disarankan bagi penelitian terkait yang dapat dilakukan selanjutnya
adalah meningkatkan jumlah sampel penelitian agar mendapatkan
hasil yang lebih representatif terhadap populasi yang ada, serta
melengkapi karakteristik hasil penelitian seperti lamanya demam pada
infeksi dengue yang dilakukan pemeriksaan serologi pasien dan
melakukan perbandingan hasil pemeriksaan serologi IgM dan IgG
dengan metode pemeriksaan lainnya.
2. Bagi Rumah Sakit Urip Sumoharjo Bandar Lampung
Kepada pihak dokter Rumah Sakit Urip Sumoharjo diharapkan untuk
dapat melengkapi data yang ada pada rekam medik.
DAFTAR PUSTAKA
Ayunani A dan Tuntun M. 2012. Hubungan tingkat keparahan demam berdarah
dengan kadar hemoglobin, hematokrit dan trombosit di Puskesmas Rawat
Inap Way Kandis Bandar Lampung. Jurnal Analis Kesehatan. 6 (1): 616–24.
Tersedia dari: http://dx.doi.org/10.26630/jak.v6i2.787.
Bashir AB, Mohammed BA, Saeed OK, Ageep AK. 2015. Thrombocytopenia and
bleeding manifestations among patients with dengue virus infection in Port
Sudan, Red Sea State of Sudan. Journal of Infectious Diseases and Immunity.
7 (2): 7–13. Tersedia dari: https://doi.org/10.5897/JIDI2014.0143.
Bhatt S, Gething PW, Brady OJ, Messina JP, Farlow AW, Moyes CL et al., 2013.
The global distribution and burden of dengue. NIH-PA Author Manuscript
Nature. 496 (7446): 504–7. https://doi.org/10.1038/nature12060.
Candra A. 2010. Demam berdarah dengue: epidemiologi, patogenesis , dan faktor
risiko penularan. Aspirator. 2 (2): 110–9. Tersedia dari:
https://media.neliti.com/media/publications/53636-ID-demam-berdarah-
dengue-epidemiologi-patog.pdf.
Dinas Kesehatan Provinsi Lampung. 2016. Profil kesehatan Provinsi Lampung
tahun 2015.
Divyashree BN dan Gayathri BR. 2018. Hematocrit spectrum in dengue: a
prospective study. International Journal of Scientific Study. 5 (202): 33–7.
Tersedia dari: https://doi.org/10.17354/ijss/2018/8.
Guzman MG, Halstead SB, Artsob H, Buchy P, Farrar J, Nathan MB et al., 2015.
Dengue: a continuing global threat. International Journal of Scientific Study:
8 (120): 1-26.
Hadinegoro SR, Soegijanto S, Wuryadi S, Suroso T. 2006. Tatalaksana demam
berdarah dengue di Indonesia. Jakarta: Direktorat Jenderal Pemberantasan
Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan.
Hartoyo E. 2008. Spektrum klinis demam berdarah dengue pada anak. Sari
Pediatri 2008. 10:145-50.
50
Henilayati NP, Hapsari MD, Farhanah N. 2015. Perbedaan profil laboratorium
penyakit demam berdarah dengue anak dan dewasa pada fase kritis. Jurnal
Media Medika Muda. 4 (4): 1305-14.
Kementerian Kesehatan RI. 2011. Petunjuk teknis: penggunaan rapid diagnostic
test (RDT) untuk penunjang diagnosis dini dbd, 1-11.
https://www.pppl.depkes.go.id/petunjukteknisRDTdengue.
Kementerian Kesehatan RI. 2016. Situasi DBD di Indonesia. InfoDATIN.
https://doi.org/ISSN 2442-7659.
Lorenza A, Arkhaesi N, Large P, Ratio C. 2018. Perbandingan platelet large cell
ratio (P-Lcr) pada anak dengan demam dengue dan demam berdarah dengue.
Jurnal Kedokteran Diponegoro. 7 (2): 826–39. Tersedia dari:
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico/article/viewFile/20743/19458
Mishra S, Ramanathan R, Agarwalla SK. 2016. Clinical profile of dengue fever in
children: a study from Southern Odisha, India. Hindwari Publishing
Corporation Scientifica. 1-6.
Notoadmodjo S. 2012. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Paisal, Herman R, Arifin AY, Ardiansyah A, Hanum S, Khairiah et al., 2015.
Serotipe virus dengue di Provinsi Aceh. 7 (1): 7–12.
Pangestu WH. 2019. Perbedaan profil hematologi rutin pada penderita demam
berdarah dengue anak dan dewasa di RSUD. Dr. Harjono Ponorogo [skripsi].
Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Safari WJ dan Lisyani Suromo ED. 2017. IgM-RF pada anak terinfeksi virus
dengue tidak berkorelasi dengan jumlah trombosit dan hematokrit. Jurnal
Kedokteran Brawijaya. 29 (4): 306–11. Tersedia dari:
http://jkb.ub.ac.id/index.php/jkb/article/view/1914.
Setiati TE dan Soemantri AG 2009. Demam berdarah dengue pada anak:
patofisiologi, resusitasi mikrovaskuler dan terapi komponen darah.
Semarang: Pelita Insani.
Souza LJ, Pessanha LB, Mansur. LC, Souza LA, Ribeiro MB, Silveira MV, et al.,
2013. Comparison of clinical and laboratory characteristics between children
and adults with dengue. Brazilian Journal Infectious Disease. 17 (1): 27–31.
Sudaryono. Perbedaan manifestasi klinis dan laboratorium berdasarkan jenis
imunoglobulin pada penderita demam berdarah dengue. Universitas Sebelas
Maret Surakarta: 2011.
51
Suhendro, Nainggoland L, Chen K, Pohan HT. 2015. Demam berdarah dengue.
Dalam: Setiati A, Alwi I, Sudoyo AW, K MS, Setiyohadi B, Syam AF,
penyunting. Buku ajar ilmu penyakit dalam Edisi ke-6. Jakarta: Interna
Publisher. hlm. 539-48.
Suwandono A. 2011. Perbandingan nilai diagnostic trombosit, leukosit, antigen
NS1, dan antibodi IgM antidengue. J Indon Med Assoc. 61 (8): 326-32.
Tobing GM. 2018. Karakteristik penderita demam berdarah dengue yang dirawat
inap di RSUD Dr . Pirngadi Kota Medan Tahun 2016 [skripsi]. Medan:
Universiras Sumatera Utara.
Utari FP, Efrida, Kadris H. 2018. Perbandingan nilai hematokrit dan jumlah
trombosit antara infeksi dengue primer dan dengue sekunder pada anak di
RSUP. Dr. M. Djamil. Jurnal Kesehatan Andalas. 7(1): 118-23.
Valentino B. 2012. Hubungan antara hasil pemeriksaan darah lengkap dengan
derajat klinik infeksi dengue pada pasien dewasa di RSUP Dr. Kariadi
Semarang. Semarang: Eprints.
Velasco JMS, Alera MTP, Chardenas AAY, Dimaano EM, Jarman RG,
Chinnawirotpisan P, et al., 2014. Demographic, clinical and laboratory
findings among adult and pediatric patients hospitalized with dengue in the
philippines. Southeast Asian J Trop MedPublic Health. 45 (2): 337-45.
Weissenbock H, Hubalek Z, Bakonyi T, Nowotny N. 2010. Zoonotic mosquito-
borne flaviviruses: Worldwide presence of agents with proven pathogenicity
and potential candidates of future emerging diseases. Veterinary
Microbiology. 140 (34): 271–80.
Tersedia dari: https://doi.org/10.1016/j.vetmic.2009.08.025.
World Health Organization. 2011. Prevention and control of dengue and dengue
haemorrhagic fever. Geneva: WHO Press.
Top Related