PERBEDAAN BENTUK, MAKNA LEKSIKON DALAM VARIASI BAHASA...

2
PERBEDAAN BENTUK, MAKNA LEKSIKON DALAM VARIASI BAHASA JAWA Author : siswono Publish : 21-09-2011 11:42:16 PERBEDAAN BENTUK, MAKNA LEKSIKON DALAM VARIASI BAHASA JAWA Oleh: Siswono, S.S Tulisan ini dimulai dari satu kejadian nyata yang dialami sendiri oleh penulis, ketika awal bersosialisasi dengan masyarakat sekitar tempat peneliti tinggal yaitu di Kelurahan Kentingan Kecamatan Jebres Surakarta yang masih masuk dalam Propinsi Jawa Tengah. Penulis merupakan penduduka asli dari Kabupaten Lamongan Propinsi Jawa Timur yang sedang kuliah di Universitas Sebelas Maret Surakarta, suatu keharusan sebagai anggota masyarakat baru untuk bersosialisasi dengan masyarakat, lingkungan dan budaya setempat. Dalam proses bersosialisasi ini, penulis mengalami suatu kejadian tuturan yang bagi kami cukup menggelikan dan lucu, penyebabnya adalah adanya kesalahan pemahaman makna lesikon tuturan bahasa Jawa. Secara umum, memang bahasa Jawa menjadi salah satu bahasa tuturan asli (native language) masyarakat jawa yang hidup di tiga propinsi yaitu Propinsi Jawa Tengah, Propinsi Daerah Istimewah Yogyakarta (DIY) dan Propinsi Jawa Timur sedangkan masyarakat jawa di Propinsi Jawa Barat memiliki bahasa ibu (daerah) sendiri yaitu bahasa Sunda yang sama sekali berbeda dengan bahasa Jawa pada masyarakat di tiga propinsi tersebut. Propinsi Jawa Timur juga terdapat daerah (kabupaten) yang memiliki bahasa daerah sendiri selain bahasa Jawa yaitu pulau Madura memiliki tiga kabupaten diantaranya Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Pamekasan dan Kabupaten Sampang, masyarakatnya memiliki bahasa daerah yang disebut dengan bahasa Madura sedangkan variasi bahasa Jawa pada tataran dialek, terdapat di Kabuapten Banyuwangi yang disebut dengan dialek Osing. Sama halnya dengan Propinsi Jawa Timur yang juga memiliki dialek, di Propinsi Jawa Tengah juga terdapat dialek banyumasan yang dituturkan oleh masyarakat tutur (speech community) di Kabupaten Banyumas dan sekitarnya. Bahasa Jawa yang ada dan hidup di ketiga propinsi itu tidak serta merta memiliki bentuk dan makna leksikon yang sama, artinya meskipun dalam satu bahasa (bahasa Jawa) masih terdapat perbedaan-perbedaan (variasi) bentuk dan makna leksikonnya. Perbedaan-perbedaan bahasa pada tataran bentuk dan makna dalam istilah sosiolingustik disebut dengan variasi bahasa. Variasi bahasa Jawa sangat terlihat dalam tuturan (speech) masyarakat Jawa Tengah dan masyarakat Jawa Timur tetapi bahasa Jawa yang digunakan oleh masyaraat tutur di propinsi DIY dan Jawa Tengah tidak berbeda, karena secara geografis dan historis kedua propinsi ini sebenarnya menjadi satu. Variasi tuturan bahasa Jawa dalam masyarakat tutur di Jawa Tengah (DIY) dan Jawa Timur dapat dikategorikan menjadi tiga aspek linguistic, yaitu: aspek morfologis, aspek sintaksis (leksikon), aspek semantic dan aspek fonologis. Bentuk aspek sintaksis (leksikon) dapat dilihat pada contoh sample berikut ini, misalnya kata lodhok [lOdhO?], kata ini biasa dipakai oleh masyarakat tutur Jawa Timur yang memiliki makna longgar (dalam konteks ukuran benda yang kebesaran misalya ukuran baju dll.), sedangkan pada masyarakat tutur Jawa Tengah dan DIY menyebutnya dengan kata logroh [logroh]. Perbedaan pada aspek semantic dapat dilihat pada contoh kata mari [mari], masyarakat tutur di Jawa Timur memaknai kata mari adalah menerangkan sudah selesai dalam pekerjaannya sedangkan pada masyarakat tutur Jawa Tengah memaknai kata mari sangat berbeda yaitu sudah sembuh dari penyakit. Masyarakat tutur Jawa Timur menuturkan he’e [hЗ?З] sebagai lambing jawaban yang bermaksud mengiyakan sedangkan pada masyarakat tutur Jawa Tengah menuturkan ha’a [hO?O] dengan maksud yang sama, perbedaan ini dalam linguistic disebut dengan perbedaan fonologi. Selanjutnya, bentuk perbedaan aspek morfologi terlihat pada kata jupukna [jupU?nO] yang sudah biasa dituturkan oleh masyarakat tutur Jawa Timur sedangkan tuturan masyarakat Jawa Tengah adalah dengan jupukake [jupU?ake], analisis morfologinya sebagai berikut: jupukna =jupuk+na, penjelasanya sebagai berikut: kata jupukna berkata dasar jupuk termasuk dalam kelas kata kerja mendapat akhiran (-na), dan kata jupukake = jupuk+ake, berkata dasar jupuk kemudian mendapat akhiran (-ake). Page 1

Transcript of PERBEDAAN BENTUK, MAKNA LEKSIKON DALAM VARIASI BAHASA...

Page 1: PERBEDAAN BENTUK, MAKNA LEKSIKON DALAM VARIASI BAHASA …skp.unair.ac.id/repository/Guru-Indonesia/PERBEDAANBENTUK,MA... · yaitu bahasa Sunda yang sama sekali berbeda dengan bahasa

PERBEDAAN BENTUK, MAKNA LEKSIKON DALAM VARIASI BAHASA JAWA

Author : siswono

Publish : 21-09-2011 11:42:16

PERBEDAAN BENTUK, MAKNA LEKSIKONDALAM VARIASI BAHASA JAWAOleh: Siswono, S.S Tulisan ini dimulai dari satu kejadian nyata yang dialami sendiri oleh penulis, ketika awal bersosialisasidengan masyarakat sekitar tempat peneliti tinggal yaitu di Kelurahan Kentingan Kecamatan Jebres Surakartayang masih masuk dalam Propinsi Jawa Tengah. Penulis merupakan penduduka asli dari KabupatenLamongan Propinsi Jawa Timur yang sedang kuliah di Universitas Sebelas Maret Surakarta, suatu keharusansebagai anggota masyarakat baru untuk bersosialisasi dengan masyarakat, lingkungan dan budaya setempat.Dalam proses bersosialisasi ini, penulis mengalami suatu kejadian tuturan yang bagi kami cukup menggelikandan lucu, penyebabnya adalah adanya kesalahan pemahaman makna lesikon tuturan bahasa Jawa.Secara umum, memang bahasa Jawa menjadi salah satu bahasa tuturan asli (native language) masyarakat jawayang hidup di tiga propinsi yaitu Propinsi Jawa Tengah, Propinsi Daerah Istimewah Yogyakarta (DIY) danPropinsi Jawa Timur sedangkan masyarakat jawa di Propinsi Jawa Barat memiliki bahasa ibu (daerah) sendiriyaitu bahasa Sunda yang sama sekali berbeda dengan bahasa Jawa pada masyarakat di tiga propinsi tersebut.Propinsi Jawa Timur juga terdapat daerah (kabupaten) yang memiliki bahasa daerah sendiri selain bahasaJawa yaitu pulau Madura memiliki tiga kabupaten diantaranya Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Pamekasandan Kabupaten Sampang, masyarakatnya memiliki bahasa daerah yang disebut dengan bahasa Madurasedangkan variasi bahasa Jawa pada tataran dialek, terdapat di Kabuapten Banyuwangi yang disebut dengandialek Osing. Sama halnya dengan Propinsi Jawa Timur yang juga memiliki dialek, di Propinsi Jawa Tengahjuga terdapat dialek banyumasan yang dituturkan oleh masyarakat tutur (speech community) di KabupatenBanyumas dan sekitarnya.Bahasa Jawa yang ada dan hidup di ketiga propinsi itu tidak serta merta memiliki bentuk dan makna leksikonyang sama, artinya meskipun dalam satu bahasa (bahasa Jawa) masih terdapat perbedaan-perbedaan (variasi)bentuk dan makna leksikonnya. Perbedaan-perbedaan bahasa pada tataran bentuk dan makna dalam istilahsosiolingustik disebut dengan variasi bahasa. Variasi bahasa Jawa sangat terlihat dalam tuturan (speech)masyarakat Jawa Tengah dan masyarakat Jawa Timur tetapi bahasa Jawa yang digunakan oleh masyaraat tuturdi propinsi DIY dan Jawa Tengah tidak berbeda, karena secara geografis dan historis kedua propinsi inisebenarnya menjadi satu.Variasi tuturan bahasa Jawa dalam masyarakat tutur di Jawa Tengah (DIY) dan Jawa Timur dapatdikategorikan menjadi tiga aspek linguistic, yaitu: aspek morfologis, aspek sintaksis (leksikon), aspeksemantic dan aspek fonologis. Bentuk aspek sintaksis (leksikon) dapat dilihat pada contoh sample berikut ini,misalnya kata lodhok [lOdhO?], kata ini biasa dipakai oleh masyarakat tutur Jawa Timur yang memilikimakna longgar (dalam konteks ukuran benda yang kebesaran misalya ukuran baju dll.), sedangkan padamasyarakat tutur Jawa Tengah dan DIY menyebutnya dengan kata logroh [logroh]. Perbedaan pada aspeksemantic dapat dilihat pada contoh kata mari [mari], masyarakat tutur di Jawa Timur memaknai kata mariadalah menerangkan sudah selesai dalam pekerjaannya sedangkan pada masyarakat tutur Jawa Tengahmemaknai kata mari sangat berbeda yaitu sudah sembuh dari penyakit. Masyarakat tutur Jawa Timurmenuturkan he’e [hЗ?З] sebagai lambing jawaban yang bermaksud mengiyakan sedangkan padamasyarakat tutur Jawa Tengah menuturkan ha’a [hO?O] dengan maksud yang sama, perbedaan inidalam linguistic disebut dengan perbedaan fonologi. Selanjutnya, bentuk perbedaan aspek morfologi terlihatpada kata jupukna [jupU?nO] yang sudah biasa dituturkan oleh masyarakat tutur Jawa Timur sedangkantuturan masyarakat Jawa Tengah adalah dengan jupukake [jupU?ake], analisis morfologinya sebagai berikut:jupukna =jupuk+na, penjelasanya sebagai berikut: kata jupukna berkata dasar jupuk termasuk dalam kelas katakerja mendapat akhiran (-na), dan kata jupukake = jupuk+ake, berkata dasar jupuk kemudian mendapatakhiran (-ake).

Page 1

Page 2: PERBEDAAN BENTUK, MAKNA LEKSIKON DALAM VARIASI BAHASA …skp.unair.ac.id/repository/Guru-Indonesia/PERBEDAANBENTUK,MA... · yaitu bahasa Sunda yang sama sekali berbeda dengan bahasa

PERBEDAAN BENTUK, MAKNA LEKSIKON DALAM VARIASI BAHASA JAWA

Berdasar pada pembahasan sample data-data yang disajikan oleh penulis di atas, telah membutikan adanyavariasi bahasa Jawa dalam masyarakat tutur di Jawa Timur dan Jawa Tengah, baik yang berbentuk aspekmorfologis, fonologis, semantik dan sinaksis (leksikon). Selain sample-sampel data diatas, apabila dilakukanpenelitian yang lebih mendalam akan banyak ditemukan data-data sejenis berupa data-data tuturan yang bisakita kumpulkan dari lapangan.Penelitian ini bertujuan untuk menyajikan bentuk-bentuk leksikon yang berbeda beserta maknanya yangdisebabkan oleh adanya variasi bahasa jawa dalam tuturan masyarakat jawa di Kab. Lamongan sekitarnyadengan masyarakat jawa di eks-Karisidenan Surakarta

Page 2