PERBANDINGAN Plasmodium sp ANTARA ...Untuk pemeriksaan mikroskopik terdapat dua bentuk sediaan yang...

74
PERBANDINGAN Plasmodium sp ANTARA PEMERIKSAAN RAPID DIAGNOSTIC TEST (RDT) DAN PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS PADA SUSPEK MALARIA DI PUSKESMAS JATI RAYA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari Oleh : NINI RAHAYUNI P00341015028 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEDARI JURUSAN ANALIS KESEHATAN 2018

Transcript of PERBANDINGAN Plasmodium sp ANTARA ...Untuk pemeriksaan mikroskopik terdapat dua bentuk sediaan yang...

Page 1: PERBANDINGAN Plasmodium sp ANTARA ...Untuk pemeriksaan mikroskopik terdapat dua bentuk sediaan yang digunakan yakni hapusan darah tebal dan hapusan darah tipis. Hapusan darah tipis

viii

PERBANDINGAN Plasmodium sp ANTARA PEMERIKSAAN RAPID

DIAGNOSTIC TEST (RDT) DAN PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS

PADA SUSPEK MALARIA DI PUSKESMAS JATI RAYA

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan

Pendidikan Diploma III Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan

Kemenkes Kendari

Oleh :

NINI RAHAYUNI

P00341015028

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEDARI

JURUSAN ANALIS KESEHATAN

2018

Page 2: PERBANDINGAN Plasmodium sp ANTARA ...Untuk pemeriksaan mikroskopik terdapat dua bentuk sediaan yang digunakan yakni hapusan darah tebal dan hapusan darah tipis. Hapusan darah tipis

ix

ii

Page 3: PERBANDINGAN Plasmodium sp ANTARA ...Untuk pemeriksaan mikroskopik terdapat dua bentuk sediaan yang digunakan yakni hapusan darah tebal dan hapusan darah tipis. Hapusan darah tipis

x

Page 4: PERBANDINGAN Plasmodium sp ANTARA ...Untuk pemeriksaan mikroskopik terdapat dua bentuk sediaan yang digunakan yakni hapusan darah tebal dan hapusan darah tipis. Hapusan darah tipis

xi

Page 5: PERBANDINGAN Plasmodium sp ANTARA ...Untuk pemeriksaan mikroskopik terdapat dua bentuk sediaan yang digunakan yakni hapusan darah tebal dan hapusan darah tipis. Hapusan darah tipis

xii

RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Diri

Nama : Nini Rahayuni

NIM : P00341015028

Tempat dan Tanggal Lahir : Lereh, 26 Juni 1995

Suku / Bangsa : Ereke, Lombok / Indonesia

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

B. Pendidikan

1. SD N 1 HAMADI, tamat pada tahun 2007.

2. SMP N 3 KAUREH, tamat pada tahun 2010.

3. SMA NEGERI KAUREH, tamat pada tahun 2013.

4. Sejak tahun 2015 melanjutkan pendidikan di Politeknik Kesehatan

Kendari Jurusan Analis Kesehatan.

v

Page 6: PERBANDINGAN Plasmodium sp ANTARA ...Untuk pemeriksaan mikroskopik terdapat dua bentuk sediaan yang digunakan yakni hapusan darah tebal dan hapusan darah tipis. Hapusan darah tipis

xiii

MOTTO

Sukses adalah tentang usahamu, doa kedua orang tuamu dan restu dari sang

Pencipta (Allah SWT)

Manusia bisa mengatakan kau takkan sukses namun dirimulah penentu batas

suksesmu dan usahamulah yang menjembatani suksesmu

Bumi dapat menjanjikan melebarkan jalan bagi suksesmu namun tak ada yang

sebaik doa dan ridho kedua orang tuamu

Dan meski seisi dunia mengatakan tak mungkin bagimu namun tak ada yang tak

mungkin ketika Rabb-mu telah mengatakan “Kun Fayakun”

“Jadilah!” maka terjadilah.”

QS Yasin ayat 82 :

Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata

kepadanya :”Jadilah!” maka terjadilah”.

Kupersembahkan Karya Tulis Ini Untuk

Kedua Orang Tuaku Yang Kucintai

Saudara-Saudaraku

Seluruh Keluargaku

Sahabat-Sahabatku

Agama dan Bangsaku

Serta Almamaterku

vi

Page 7: PERBANDINGAN Plasmodium sp ANTARA ...Untuk pemeriksaan mikroskopik terdapat dua bentuk sediaan yang digunakan yakni hapusan darah tebal dan hapusan darah tipis. Hapusan darah tipis

xiv

ABSTRAK

Nini Rahayuni (P00341015028) Perbandingan Plasmodium Sp Antara

Pemeriksaan Rapid Diagnostic Test (RDT) Dan Pemeriksaan

Mikroskopis Pada Suspek Malaria Di Puskesmas Jati Raya yang

dibimbing oleh Askrening sebagai pembimbing I dan Reni Yunus selaku

pembimbing II (xiv + 41 Halaman 8 tabel + 9 lampiran). Salah satu cara untuk

mendiagnosis penderita malaria adalah dengan melakukan pemeriksaan

dilaboratorium. Terdapat dua cara untuk mengetahui penderita positif malaria

yaitu dengan menggunakan Mikroskopis dan Rapid Diagnostic Test (RDT).

Dalam beberapa penelitian yang pernah dilakukan didapatkan hasil yang berbeda

antara pemeriksaan RDT dan pemeriksaan Mikroskopis. Tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui perbandingan antara pemeriksaan RDT dan pemeriksaan

Mikroskopis. Metode Penelitian ini bersifat deskriptif analitik untuk mengamati

perbandingan pemeriksaan RDT dan pemeriksaan Mikroskopis dengan teknik

pengambilan sampel secara kebetulan (accindetal sampling). Hasil penelitian

yang dilakukan di Puskesmas Jati Raya pada tanggal 21 Maret – 30 Mei 2018

didapatkan hasil negatif antara pemeriksaan RDT dan pemeriksaan Mikroskopis

dengan total jumlah sampel yaitu 12 sampel. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu

tidak didapatkan perbedaan dari pemeriksaan RDT dan pemeriksaan Mikroskopis

pada pasien suspek malaria di Puskesmas Jati Raya .

Kata Kunci : Plasmodium Sp, Rapid Diagnostic Test

(RDT),Mikroskopis

Daftar Pustaka : 20 buah (1991-2018)

vii

Page 8: PERBANDINGAN Plasmodium sp ANTARA ...Untuk pemeriksaan mikroskopik terdapat dua bentuk sediaan yang digunakan yakni hapusan darah tebal dan hapusan darah tipis. Hapusan darah tipis

xv

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, hidayah

dan kemudahan yang selalu diberikan kepada hamba-Nya, sehingga karya tulis

ilmiah dengan judul “Perbandingan Plasmodium sp antara pemeriksaan Rapid

Diagnostic Test (RDT) dan pemeriksaan Mikroskopis pada suspek malaria di

Puskesmas Jati Raya”. Penelitian ini disusun dalam rangka melengkapi salah satu

syarat untuk menyelesaikan pendidikan program Diploma III (DIII) pada

Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari Jurusan Analis Kesehatan.

Proses penulisan karya tulis ilmiah ini banyak mendapatkan petunjuk dan

bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis juga

menghaturkan rasa terima kasih kepada Askrening, SKM., M.Kes selaku

pembimbing I dan Reni Yunus, S.Si.,M.Sc selaku pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan, kesabaran dalam membimbing dan atas segala

pengorbanan waktu dan pikiran selama menyusun karya tulis ini. Ucapan terima

kasih penulis juga tujukan kepada:

1. Askrening, SKM., M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Kendari

2. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sulawesi Tenggara

yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis dalam penelitian ini.

3. Anita Rosanty, SST., M.Kes selaku Ketua Jurusan Analis Kesehatan.

4. Kepada Dewan Penguji Anita Rosanty, SST., M.Kes dan Satya Darmayani,

S.Si.,M.Eng yang telah memberikan arahan perbaikan demi kesempurnaan

Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Analis Kesehatan

serta Seluruh Staf dan Karyawan atas segala fasilitas dan pelayanan akademik

yang diberikan selama penulis menuntut ilmu.

6. Terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Kepala

Puskesmas, tenaga Laboratorium Fitri Arbianti Amd.AK dan Staf Puskesmas

Jati Raya.

7. Rasa hormat, terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya

kuucapkan kepada kedua orang tuaku, Halim dan Rini Suhandayani atas

semua bantuan moril maupun materil, motivasi, dukungan dan kasih sayang

viii

Page 9: PERBANDINGAN Plasmodium sp ANTARA ...Untuk pemeriksaan mikroskopik terdapat dua bentuk sediaan yang digunakan yakni hapusan darah tebal dan hapusan darah tipis. Hapusan darah tipis

xvi

yang tulus serta doa yang tak pernah henti demi kesuksesan studi yang

penulis jalani selama menuntut ilmu sampai selesainya karya tulis ini serta

kedua adik hebat Dian Aldarini dan Muhammad Yusuf Alfan yang selalu

memberi kekuatan pada penulis.

8. Teristimewa yang tak terhingga penulis ucapkan kepada Sawariah, Wa Sanu,

Kak Juli, Kak Edi, Akmal Hasan, Hijriyani dan seluruh keluarga besar atas

kasih sayangnya, bantuan moril maupun materil serta doa demi kesuksesan

studi yang penulis jalani.

9. Sahabat-sahabatku Kak sule, Kak Syarief, Kak Asirudin, Kak Yanwar,

Ainun, Anggra, Siti, Sisil, Ikhwangi, Epran, Ayu, Richardo, Lulun, Fera,

Yulianti, Amsar, Asfian, Ifan, Gita, Deviliya, Nova, Riska dan sahabat-

sahabat yang tak bisa kusebutkan satu persatu. Kepada seluruh relawan PMI

kota kendari terimakasih untuk setiap pengertian dan kasih sayangnya.

10. Terima kasih juga kepada Seluruh Teman-Teman Seperjuanganku Mahasiswa

Jurusan Analis Kesehatan yang dari awal kita bersama hingga saat ini yang

tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Terimakasih atas dukungan serta

fasilitas yang kalian berikan.

Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat membawa manfaat untuk menambah

khasanah ilmu khususnya bagi ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya.

Penulis menyadari Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan dan

masih terdapat kekeliruan dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat

mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak demi

kesempurnaan Karya Tulis ini.

Kendari, 13 Juli 2018

Penulis

ix

Page 10: PERBANDINGAN Plasmodium sp ANTARA ...Untuk pemeriksaan mikroskopik terdapat dua bentuk sediaan yang digunakan yakni hapusan darah tebal dan hapusan darah tipis. Hapusan darah tipis

17

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

HALAMAN ORISINILITAS ............................................................................ ii

HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................ iii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iv

RIWAYAT HIDUP ............................................................................................ v

MOTTO .............................................................................................................. vi

ABSTRAK …………………………………..………..……………………………………….vii

KATA PENGANTAR…………………………………...………………………………...viii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii

DAFTAR TABEL………………………………………………………...………………...xiii

DAFTAR LAMPIRAN……………..………………………...…………………………...xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 3

C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3

D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Malaria ............................................................. 5

B. Tinjauan Umum Tentang Plasmodium sp ................................................. 12

C. Tinjauan Umum Tentang Diagnosis Malaria ............................................ 15

BAB III KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran ........................................................................................ 18

B. Kerangka Pikir .......................................................................................... 19

C. Variabel Penelitian .................................................................................... 20

D. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif .............................................. 20

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian .......................................................................................... 22

x

Page 11: PERBANDINGAN Plasmodium sp ANTARA ...Untuk pemeriksaan mikroskopik terdapat dua bentuk sediaan yang digunakan yakni hapusan darah tebal dan hapusan darah tipis. Hapusan darah tipis

18

B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................. 22

C. Populasi dan Sampel ................................................................................. 22

D. Prosedur Pengumpulan Data ..................................................................... 23

E. Instrumen Penelitian.................................................................................. 23

F. Jenis Data .................................................................................................. 28

G. Pengolahan Data........................................................................................ 29

H. Analisis Data ............................................................................................. 29

I. Penyajian Data .......................................................................................... 30

J. Etika Penelitian ........................................................................................ 30

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

K. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................................ 31

L. Hasil Penelitian ........................................................................................ 33

M. Pembahasan ............................................................................................. 37

BAB VI PENUTUP

N. Kesimpulan .............................................................................................. 41

O. Saran .......................................................................................................... 41

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xi

Page 12: PERBANDINGAN Plasmodium sp ANTARA ...Untuk pemeriksaan mikroskopik terdapat dua bentuk sediaan yang digunakan yakni hapusan darah tebal dan hapusan darah tipis. Hapusan darah tipis

19

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Siklus Plasmodium .......................................................................... 6

xii

Page 13: PERBANDINGAN Plasmodium sp ANTARA ...Untuk pemeriksaan mikroskopik terdapat dua bentuk sediaan yang digunakan yakni hapusan darah tebal dan hapusan darah tipis. Hapusan darah tipis

20

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 : Lamanya stadium hati (exoeritrositik schizogoni) ............................. 10

Tabel 2.2 : Lamanya daur dalam eritrosit ............................................................. 10

Tabel 5.1 : Jumlah penduduk pada wilayah kerja Puskesmas Jati Raya pada tahun

2017 .................................................................................................... 32

Tabel 5.2 : Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin .................................................... 34

Tabel 5.3 : Distribusi Frekuensi Karakteristik Jenis Pasien .................................. 34

Tabel 5.4 : Hasil Analisis Rapid Diagnostic Test (RDT) .................................... 35

Tabel 5.5 : Hasil Analisis Mikroskop ................................................................... 35

Tabel 5.6 : Hasil Analisis RDT dan Mikroskop .................................................... 36

xiii

Page 14: PERBANDINGAN Plasmodium sp ANTARA ...Untuk pemeriksaan mikroskopik terdapat dua bentuk sediaan yang digunakan yakni hapusan darah tebal dan hapusan darah tipis. Hapusan darah tipis

21

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Pengambilan Data

Lampiran 2 Surat Permohonan Izin Penelitian dari Poltekkes Kemenkes

Kendari

Lampiran 3 Surat Permohonan Izin Penelitian dari Badan Riset

Lampiran 4 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

Lampiran 5 Lembar Hasil Penelitian

Lampiran 6 Tabulasi Data

Lampiran 7 Master Data

Lampiran 8 Surat Keterangan Bebas Pustaka

Lampiran 9 Dokumentasi Penelitian

xiv

Page 15: PERBANDINGAN Plasmodium sp ANTARA ...Untuk pemeriksaan mikroskopik terdapat dua bentuk sediaan yang digunakan yakni hapusan darah tebal dan hapusan darah tipis. Hapusan darah tipis

11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hingga saat ini, malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat

yang serius khususnya bagi daerah tropis dan subtropis. World Malaria Report

2015 menyebutkan bahwa malaria telah menyerang 106 negara didunia.

(Kemenkes RI, 2016). Laporan WHO tahun 2005 menyebutkan, di seluruh

dunia jumlah kasus baru malaria berjumlah 300-500 juta orang dengan

kematian 2,7 juta orang/tahun dengan jumlah negara endemis malaria pada

tahun 2004 sebanyak 107 negara (WHO, 2005).

Di Indonesia, berdasarkan laporan Riskesdas 2010, selama tahun

2009/2010 terdapat lima Provinsi dengan kasus malaria tertinggi yaitu

Papua (261,5%), Papua Barat (253,4%), Nusa Tenggara Timur (117,5%),

Maluku Utara (103,2%) dan kepulauan Bangka Belitung (91,9%),

sedangkan Provinsi dengan kasus malaria terendah adalah Bali (3,4%)

(Depkes RI, 2010).

Di Sulawesi Tenggara sendiri tercatat kasus positif malaria pada

tahun 2016 sebanyak 1.202 dengan Angka Kesakitan (Annual Parasite

Incidence/API) per 1000 penduduk beresiko sebesar 0,46, keadaan ini

sedikit meningkat dibanding tahun 2015 (Dinkes SULTRA, 2017).

Adapun di Puskesmas yang berada di daerah kendari, tercatat pada tahun

2017 pasien yang melakukan pemeriksaan terbanyak dalam jumlah dan

hasil positif terdapat di Puskesmas Jati Raya dengan jumlah 198 pasien

suspek malaria yang datang serta melakukan pemeriksaan Rapid

Diagnostic Test (RDT) dan mendapatkan hasil 10 pasien positif malaria

yang kemudian melakukan pemeriksaan mikroskopis untuk mengetahui

jenis plasmodium yang menginfeksi (Puskesmas Jati Raya, 2018).

Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa obligat intrasel

dari genus plasmodium yang dapat menyerang siapa saja terutama penduduk

yang tinggal di daerah dimana tempat tersebut merupakan tempat yang sesuai

1

Page 16: PERBANDINGAN Plasmodium sp ANTARA ...Untuk pemeriksaan mikroskopik terdapat dua bentuk sediaan yang digunakan yakni hapusan darah tebal dan hapusan darah tipis. Hapusan darah tipis

2

dengan kebutuhan nyamuk berkembang (Lasena et.al, 2016). Sampai saat

ini dikenal 4 spesies yang dapat menginfeksi manusia yaitu plasmodium

falciparum, plasmodium vivax, plasmodium malariae dan plasmodium ovale.

(sandjaja, 2006). Dari keempat spesies yang biasa menginfeksi manusia 95%

disebabkan oleh Plasmodium vivax dan Plasmodium falciparum (Handayani

et.al, 2008).

Salah satu cara untuk mendiagnosis penderita malaria adalah dengan

melakukan pemeriksaan dilaboratorium. Terdapat dua cara untuk mengetahui

penderita positif malaria yaitu dengan menggunakan mikroskopis dan Rapid

Diagnostic Test (RDT) (Mtove et.al, 2011). Untuk pemeriksaan mikroskopik

terdapat dua bentuk sediaan yang digunakan yakni hapusan darah tebal dan

hapusan darah tipis. Hapusan darah tipis digunakan untuk identifikasi jenis

plasmodium, bila dengan preparat darah tebal sulit ditentukan (Lasena et.al,

2016). RDT ialah alat yang mendeteksi antigen malaria pada sampel darah

yang sedikit dengan tes imunokromatografi (Lasena et.al, 2016). RDT

merupakan uji yang lebih cepat, mudah dilakukan dan tidak memerlukan

laboratorium khusus, seperti peralatan centrifuge dan mikroskop (Desrinawati,

2002). Namun, diagnosis malaria klinis harus di konfirmasi dengan hasil

pemeriksaan apusan darah (mikroskopis) yang masih menjadi gold standard

dalam diagnosis malaria (WHO, 1999) karena tingkat sensitivitas dan

spesifisitas pemeriksaan RDT yang bervariasi di berbagai tempat (Moody,

2002).

Lasena et.al pada tahun 2016 melakukan penelitian dimana hasilnya

didapatkan 14 sampel yang dinyatakan negatif mikroskopis dan RDT. Juga

terdapat sampel yang dinyatakan positif pada pemeriksaan mikroskopis dan

negatif pada pemeriksaan RDT dengan nilai prediktif positif dan negatif

ditemukan 100% dan 87,5%. Sedangkan penelitian dari Desrinawati tahun

2003 mendapatkan nilai sensitivitas 76,5%, nilai spesifisitas 68,9%, nilai

prediksi positif 73,6%, dan nilai prediksi negatif 72,1%. Lambok pada tahun

2011 mendapatkan sensitivitas 63,8%, spesifisitas 100%, positive predictive

value (PPV) 100%, dan negatif predictive value (NPV) 93,5%. Masanja et al

Page 17: PERBANDINGAN Plasmodium sp ANTARA ...Untuk pemeriksaan mikroskopik terdapat dua bentuk sediaan yang digunakan yakni hapusan darah tebal dan hapusan darah tipis. Hapusan darah tipis

3

tahun 2015 di Tanzania mendapatkan sensitivitas RDT mencapai 85,3% dan

spesifitas mencapai 95,8%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dimana hasil

yang didapatkan dari pemeriksaan RDT berbeda validitasnya antara penelitian

satu dan penelitian yang lainnyalah yang melatarbelakangi peneliti sehingga

tertarik mengambil sebuah penelitian tentang “Perbandingan Plasmodium sp

antara pemeriksaan Rapid Diagnostic Test (RDT) dan pemeriksaan

Mikroskopis pada suspek malaria di Puskesmas Jati Raya”.

B. Rumusan Masalah

Apakah ada perbedaan identifikasi Plasmodium sp dengan

menggunakan pemeriksaan Rapid Diagnostic Test (RDT) dan pemeriksaan

mikroskopis pada suspek malaria di Puskesmas Jati Raya.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui perbandingan pemeriksaan RDT dan

pemeriksaan Mikroskopis pada pasien suspek malaria.

2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui adanya Plasmodium sp melalui pemeriksaan RDT

berdasarkan metode imunokromatografi.

2. Untuk mengamati adanya Plasmodium sp secara mikroskopis dengan

pewarnaan giemsa

3. Untuk mengetahui perbandingan dari pemeriksaan RDT dan

Mikroskopis terhadap Plasmodium sp pada pasien suspek malaria.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

1. Untuk memberikan sumbangsih ilmiah untuk almamater tercinta

berdasarkan hasil penelitian tentang perbandingan hasil identifikasi

Plasmodium sp dengan menggunakan pemeriksaan RDT dan

Pemeriksaan Mikroskopis pada suspek malaria di Puskesmas

Kemaraya.

Page 18: PERBANDINGAN Plasmodium sp ANTARA ...Untuk pemeriksaan mikroskopik terdapat dua bentuk sediaan yang digunakan yakni hapusan darah tebal dan hapusan darah tipis. Hapusan darah tipis

4

2. Memberikan sumbangsih sumber pustaka sekaligus menambah koleksi

perpustakaan Jurusan Analis Kesehatan untuk menjadi bahan bacaan

dan pembelajaran.

2. Manfaat Praktisi

1. Bagi peneliti, dapat dijadikan sebagai media pembelajaran untuk

mengaplikasikan kembali teori serta praktik yang pernah dipelajari

selama mengikuti perkuliahan dan dapat menambah wawasan berfikir

mengenai perbandingan pemeriksaan Plasmodium sp dengan

menggunakan pemeriksaan RDT dan Pemeriksaan Mikroskopis terhadap

suspek malaria sehingga penelitian ini dapat digunakan dan diaplikasikan

didaerah tempat tinggal dari peneliti.

2. Bagi jurusan analis kesehatan, dapat dijadikan referensi dan bahan

bacaan mahasiswa agar menambah wawasan terkhusus pada bidang ajar

Parasitologi.

3. Bagi tenaga laboratorium di tempat meneliti, dapat memberikan

informasi atau masukan dan pertimbangan bagi tenaga laboratorium/ para

klinisi tentang pemeriksaan plasmodium dengan metode mikroskopis dan

RDT.

4. Memberikan dasar bagi peneliti selanjutnya terkait perbandingan hasil

pemeriksaan RDT dan pemeriksaan Mikroskopis.

Page 19: PERBANDINGAN Plasmodium sp ANTARA ...Untuk pemeriksaan mikroskopik terdapat dua bentuk sediaan yang digunakan yakni hapusan darah tebal dan hapusan darah tipis. Hapusan darah tipis

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Malaria

1. Pengertian Malaria

Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit

plasmodium yang hidup dan berkembang biak di dalam sel darah manusia,

ditularkan oleh nyamuk malaria (Anopheles) betina, dan dapat menyerang

semua orang baik laki-laki maupun perempuan pada semua kelompok umur

(Dinkes SULTRA, 2017).

Istilah malaria diambil dari dua kata bahasa italia yaitu mal(buruk)

dan area(udara) atau udara buruk karena dahulu banyak terdapat didaerah

rawa-rawa yang mengeluarkan bau busuk. Penyakit ini juga mempunyai

nama lain, seperti demam roma, demam rawa, demam tropik, demam

pantai, demam charges, demam kura dan paludisme (Prabowo, 2008).

2. Penyebab Penyakit Malaria

Pada manusia terdapat empat spesies plasmodium yaitu Plasmodium

vivax, plasmodium falciparum, Plasmodium malariae, dan Plasmodium

ovale (Gandahusada, 2002).

a. Plasmodium vivax penyebab penyakit malaria tertiana, masa

sporulasinya setiap 2 x 24 jam

b. Plasmodium falciparum penyebab penyakit malaria tropika, masa

sporulasinya 1-2 x 24 jam

c. Plasmodium malariae penyebab penyakit malaria kuartana, masa

sporulasinya setiap 3 x 24 jam

d. Plasmodium ovale penyebab penyakit limpa, masa sporulasinya setiap

48 jam, tidak terdapat di Indonesia (Irianto, 2013).

3. Siklus Hidup Plasmodium sp

Daur hidup keempat spesies malaria pada manusia umumnya sama.

Proses ini terdiri dari fase seksual eksogen (sporogoni) dalam badan

nyamuk Anopheles dan fase aseksual (skizogoni) dalam badan hospes

vertebrata. (Gandahusada et al, 2002).

5

Page 20: PERBANDINGAN Plasmodium sp ANTARA ...Untuk pemeriksaan mikroskopik terdapat dua bentuk sediaan yang digunakan yakni hapusan darah tebal dan hapusan darah tipis. Hapusan darah tipis

6

Gambar 2.1 Sikus Plasmodium (Setiani, 2014)

a. Schizogoni

Siklus hidup yang terjadi pada manusia secara garis besar

dibedakan menjadi dua tahap yaitu tahap dalam sel hati atau tahap ekstra

eritrositer dan tahap dalam eritrosit atau tahap eritrositer (Sandjaja,

2006).

1. Tahap ekstra eritrositer

Tahap ini dimulai dengan masuknya sporozoite kedalam

pembuluh darah kapiler manusia melalui proboscis nyamuk. Dalam

waktu satu jam setelah masuk kedalam peredaran darah, sporozoite

memasuki sel-sel hati (hepatocyte). Di dalam sel hati sporozoite ini

berubah bentuk menjadi bulat dan disebut schizont. Pada saat ini

dimulailah tahap ekstra eritrositer atau exo erytrocytic schizogony

yang sering pula disebut sebagai primary erytrocytic schizogony

(Nama terakhir ini diberikan untuk membedakannya dengan siklus

yang dinamakan secondary exo erytrocytic yang hanya terjadi pada

Page 21: PERBANDINGAN Plasmodium sp ANTARA ...Untuk pemeriksaan mikroskopik terdapat dua bentuk sediaan yang digunakan yakni hapusan darah tebal dan hapusan darah tipis. Hapusan darah tipis

7

Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale). Pada saat terjadi

schizogoni, nampak schizont membesar diikuti dengan pembelahan

sel, nucleus dan sitoplasmanya. Dengan demikian dari satu schizont

dapat terbentuk beribu-ribu merozoite. Dengan terbentuknya

merozoite tadi, maka hepatocyte ikut pula membesar, terkadang

sampai 60 µ, dan akhirnya sel hati tadi pecah. Pecahnya hepatocyte

tadi diiringi dengan keluarnya merozoite dari sel hati. Jumlah

merozoite yang keluar dari sel hati tergantung dari spesies

Plasmodium. Satu schizont dari Plasmodium falciparum dapat

menghasilkan lebih dari 40.000 merozoite, sedangkan dari schizont

Plasmodium vivax dihasilkan lebih dari 10.000 merozoite. Schizont

Plasmodium malariae dan Plasmodium ovale masing-masing

menghasilkan 2.000 dan 15.000 merozoite. Lama tahap ekstra

eritrositer ini berbeda-beda pula tergantung dari spesies Plasmodium.

Plasmodium falciparum misalnya membutuhkan waktu selama 5 – 6

hari, sedangkan Plasmodium malariae membutuhkan waktu 13 – 16

hari.

Pada beberapa spesies seperti Plasmodium vivax dan

Plasmodium ovale, merozoite yang keluar dari sel hati dapat

menginfeksi sel hati yang lain di samping ada pula yang menginfeksi

eritrosit. Merozoite yang menginfeksi sel hati lagi ini kemudian

dinamakan hypnozoite dan terjadi dalam suatu siklus yang dinamakan

secondary exo erytrocytic. Kejadian ini rupanya tidak pernah

ditemukan pada Plasmodium falciparum dan Plasmodium malariae.

Hypnozoite pada Plasmodium vivax dapat hidup sampai 5 tahun,

sedangkan hypnozoite Plasmodium ovale hidup antara 3 – 5 tahun,

keadaan ini dapat menimbulkan kejadian yang dinamakan relapse

(Sandjaja, 2006).

2. Tahap eritrositer

Dengan keluarnya merozoite dari sel hati, dimulailah tahap

eritrositer, karena merozoite mulai menginfeksi eritrosit. Pada tahap

Page 22: PERBANDINGAN Plasmodium sp ANTARA ...Untuk pemeriksaan mikroskopik terdapat dua bentuk sediaan yang digunakan yakni hapusan darah tebal dan hapusan darah tipis. Hapusan darah tipis

8

eritrositer ini dikenal beberapa stadia parasit seperti trophozoite muda,

trophozoite tua, schizont muda dan schizont tua.

Selama tahap eritrositer, merozoite secara aktif memasuki

eritrosit. Jenis eritrosit yang disukai Protozoa ini tergantung dari

spesiesnya, misalnya Plasmodium vivax lebih menyukai retikulosit,

Plasmodium falciparum menyukai semua stadia pertumbuhan

eritrosit, sedangkan Plasmodium malariae hanya menyukai eritrosit

yang telah tua. Di dalam eritrosit ini merozoite menjadi bervakuola.

Vakuola tadi makin lama makin besar hingga terbentuk bangunan

seperti cincin atau ring form dan amoeboid form. Bentuk seperti

cincin atau moeboid tadi adalah stadium trophozoite muda dari

Plasmodium sp. Trophozoite muda ini tumbuh terus menjadi

trophozoite tua yang ditandai dengan pembesaran nucleus dan mulai

nampak adanya pembelahan nucleus tersebut.

Stadium dengan nucleus yang telah membelah diri tadi

dinamakan schizont muda. Pada stadium ini mulai nampak adanya

butir-butir chromatin. Schizont muda tersebut mulai terbelah

sitoplasmanya yang diikuti terbentuknya membran diantara

sitoplasma. pada saat itulah Plasmodium masuk kedalam kedalam

stadium yang dinamakan schizont tua. Pada tahap akhir dari stadium

ini dihasilkan merozoite. Merozoite ini kemudian keluar dari eritrosit

dan siap menginfeksi eritrosit lain. Pecahnya eritrosit dan keluarnya

merozoite dari eritrosit tersebut merupakan peristiwa yang dianggap

bertanggung jawab terhadap terjadinya demam pada malaria.

Tidak jarang ditemukan adanya pigment malaria yang tertinggal

setelah terbentuknya merozoite. Pigment ini biasanya difagositosis

oleh sel polymorphonuclear dan monosit. Setelah dua sampai tiga

generasi tahap eritrositer biasanya terjadi gametogenesis. Dalam hal

ini beberapa merozoite tidak lagi menjadi trophozoite melainkan

berdiferensiasi menjadi gametocyte jantan atau microgametocyte dan

gametocyte betina macrogametocyte (Sandjaja, 2006).

Page 23: PERBANDINGAN Plasmodium sp ANTARA ...Untuk pemeriksaan mikroskopik terdapat dua bentuk sediaan yang digunakan yakni hapusan darah tebal dan hapusan darah tipis. Hapusan darah tipis

9

b. Sporogoni

Siklus sporogoni atau siklus seksual terjadi ditubuh nyamuk. Pada

siklus ini gametocyte yang terbentuk dalam eritrosit manusia ikut terisap

oleh nyamuk pada saat menghisap darah manusia. Dalam waktu 15 menit

microgametocyte yang terisap bersama eritrosit tadi keluar dari eritrosit

dan berubah menjadi 6-8 microgamet yang berbentuk seperti cambuk dan

bergerak aktif, proses ini dinamakan eksflagelasi. Macrogametocyte yang

ikut terisap oleh nyamuk akan berdiferensiasi menjadi macrogamet yang

memiliki nucleus yang besar terletak di dekat dinding sel.

Umur rata – rata gametocyte dalalm tubuh manusia adalah 8-20

hari. Microgamet dan flage lanya mulai bergerak mencari macrogamet

dan melakukan penetrasi kedalam macrogamet untuk melakukan

pembuahan. Hasil pembuahan tersebut adalah zygote. Dalam waktu 20

menit zygote membentuk pseudopodi dan tubuhnya berubah menjadi

fusiformis serta bergerak aktif. Pada saat itulah zygote masuk kedalam

stadium ookinet. Ookinet kemudian membesar dan mulai memasuki sel

epitel lambung nyamuk diikuti pembentukan dinding tebal dan diberi

nama oocyst yang berukuran 50 µ. Tergantung pada suhu udara, biasanya

oocyst menjadi masak dalam waktu 4-15 hari setelah masuknya

gametocyte dalam tubuh nyamuk. Di dalam oocyst yang telah masak

terjadi pembelahan nucleus dan terbentuklah sekitar 1000-10000

sporozoite yang kemudian memasuki hemocoel nyamuk dan menyebar

keseluruh tubuh nyamuk, antara lain kekelenjar ludahnya. Sporozoite

merupakan stadium yang berbentuk seperti jarum berukuran 12 µ dengan

nucleus terletak sentral. Sporozoite yang telah berada dalam kelenjar

ludah nyamuk siap diinfeksikan ketubuh manusia lagi (Sandjaja, 2006).

Page 24: PERBANDINGAN Plasmodium sp ANTARA ...Untuk pemeriksaan mikroskopik terdapat dua bentuk sediaan yang digunakan yakni hapusan darah tebal dan hapusan darah tipis. Hapusan darah tipis

10

Tabel 2.1 Lamanya stadium hati (exoeritrositik schizogoni) (Irianto, 2013)

Spesies Lamanya

stadium pre

eritrositik (hari)

Diameter sizon

matur pre

eritrositik (µm)

Jumlah merozoit

di dalam sizon

pre eritrositik

Plasmodium

falciparum

5 -7 60 30.000

Plasmodium Vivax 6 – 8 45 10.000

Plasmodium

malariae

14 – 16 55 15.000

Plasmodium Ovale 9 60 15.000

Tabel 2.2 Lamanya daur dalam eritrosit (Irianto, 2013)

Lamanya

Daur

Plasmodium

Falciparum

Plasmodium

vivax

Plasmodium

malariae

Plasmodium

ovale

Masa

Prepaten

9 – 10 hari 11 – 13 hari 15 – 16 hari 10 – 14 hari

Masa

Inkubasi

9- 14 hari 12 – 17 hari 18 – 40 hari 16 – 18 hari

Daur

eritrositik

48 jam 48 jam 72 jam 50 jam

Merozoit

schizont

20 – 30 hari 18 – 24 jam 8 – 10 hari 8 – 14 jam

4. Morfologi

Morfologi dari parasit malaria dipelajari dengan jalan membuat

sediaan darah tipis dan tetes darah tebal pada waktu siklus schizogoni.

Dalam mempelajari morfiologi ini ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu

perubahan pada eritrosit yang terinfeksi dan bentuk setiap stadium dari

parasitnya sendiri (Sandjaja, 2006).

Page 25: PERBANDINGAN Plasmodium sp ANTARA ...Untuk pemeriksaan mikroskopik terdapat dua bentuk sediaan yang digunakan yakni hapusan darah tebal dan hapusan darah tipis. Hapusan darah tipis

11

a. Perubahan pada eritrosit

Bentuk dan ukuran eritrosit yang terinfeksi oleh Plasmodium

falciparum dan Plasmodium malariae tidak mengalami perubahan,

sedangkan eritrosit yang diinfeksi oleh Plasmodium vivax akan

mengalami pembesaran , bahkan eritrosit yang diinfeksi oleh

Plasmodium ovale selain membesar juga mengalami distorsi berupa

pemanjangan hingga berbentuk oval. Hal lain yang ditemukan dalam

eritrosit yang terinfeksi adalah inclusion bodies. Pada Plasmodium vivax

dan Plasmodium ovale, inclusion tadi berbentuk butiran-butiran yang

berukuran sama dan berwarna merah muda pada pewarnaan Giemsa.

Inclusion ini paling jelas terlihat pada stadium trophozoite muda atau

ring form. Inclusion pada Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale

dinamakan Schuffer’s dot. Pada Plasmodium falciparum, inclusionnya

dinamakan Maurer’s cleft yang berbentuk seperti bintang berwarna

jingga dalam jumlah 5 sampai 10 butir. Pada pewarnaan secara khusus

atau pewarnaan haematoxylin eosin pada PH 7,4 – 7,6 dapat dilihat

adanya inclusion pada erotrosit yang terinfeksi Plasmodium malariae.

Inclusion ini serupa dengan Schuffner’s dot hanya saja lebih halus dan

dinamakan Ziemann’s stippling.

Satu hal lagi yang perlu diperhatikan sewaktu mengamati

perubahan eritrosit yang terifeksi yaitu adanya infeksi ganda pada satu

eritrosit. Rupanya Plasmodium vivax sering menimbulkan infeksi ganda

yang terlihat sebagai adanya lebih dari satu parasit dalam satu sel

eritrosit. Plasmodium falciparum merupakan parasit malaria yang paling

sering menimbulkan infeksi ganda, hingga tidak jarang ditemukan satu

eritrosit yang diinfeksi lebih dari dua parasit. Parasit yang banyak

jumlahnya dalam satu eritrosit tadi menampakkan diri sebagai bentuk-

bentuk yang menempel di sepanjang dinding eritrosit dan bentuk ini

dinamakan acole. Plasmodium ovale jarang menimbulkan infeksi ganda

dan Plasmodium malariae paling jarang menimbbulkan infeksi ganda.

Seperti telah disebutkan di atas bahwa Plasmodium vivax lebih suka

Page 26: PERBANDINGAN Plasmodium sp ANTARA ...Untuk pemeriksaan mikroskopik terdapat dua bentuk sediaan yang digunakan yakni hapusan darah tebal dan hapusan darah tipis. Hapusan darah tipis

12

menginfeksi eritrosit muda atau retikulosit demikian juga Plasmodium

ovale, sebaliknya Plasmodium malariae hanya menyukai eritrosit yang

telah tua, sedangkan Plasmodium falciparum dapat menginfeksi ssemua

umur eritrosit. Target sel yang berbeda – beda dari Plasmodium sp

bersama – sama dengan cirri – cirri khas yang dikemukakan di atas

menjadi penting artinya untuk mengidentifikasi Plasmodium sp

(Sandjaja, 2006).

B. Tinjauan Umum Tentang Plasmodium sp

a. Plasmodium falciarum

Tidak semua stadia dari parasit dapat ditemukan di darah tepi.

Kebanyakan stadia yang dapat ditemukan oleh ring form dan gametocyte.

Namaun pada infeksi berat semua stadia dapat dapat ditemukan di darah

tepi. Infeksi dengan Plasmodium falciparum tidak menyebabkan perubahan

bentuk entrosit. Walaupun ada infeksi ganda dalam satu eritrosit diinfeksi

oleh lebih dari satu parasit, atau satu ring form dengan dua buah chromatin.

Sehubungan dengan infeksi ganda tadi dikenal adanya bentuk acole yaitu

parasit yang menempel di sepanjang dinding eritrosit.

Ring form pada spesies ini kecil saja ukurannya yaitu sekitar 1,25 -

1,5 µ. Karakteristik pada spesies ini adalah sering ditemukannya infeksi

ganda. Yang dimaksud dengna infeksi ganda adalah satu eritrosit diinfeksi

oleh lebih dari satu parasite, atau satu ring form dengan dua buah

chromatin. Sehubungan dengan infeksi ganda tadi dekenal dengan adanya

bentuk acole yaitu parasit yang menempel di sepanjang dinding eritrosit.

Pada stadium lebih lanjut, mulai nampak adanya inclusion bodies

yang dinamakan Maurer’s cleft yang berbentuk seperti bintang dengan

jumlah antara 5 – 10 buah. Stadium selanjutnya jarang sekali nampak di

darah tepi, kalaupun dapat ditemukan akan nampak sebagai bentuk amoebid

dengan pigment malarianya berupa gumpalan coklat dalam sitoplasma yang

berwarna biru. Trophozoite muda yang mulai melakukan pembelahan

chromatin menjadi dua dinamakan schizont muda. Pada pembelahan

chromatin selanjutnya terjadi lebih banyak lagi chromatin sampai akhirnya

Page 27: PERBANDINGAN Plasmodium sp ANTARA ...Untuk pemeriksaan mikroskopik terdapat dua bentuk sediaan yang digunakan yakni hapusan darah tebal dan hapusan darah tipis. Hapusan darah tipis

13

terbentuk bangunan seperti buah anggur pada stadium schizont tua. Stadium

schizont tua biasanya berukuran 4,5 - 5 µ dan mengisi hamper 2/3 bagian

eritrosit. Jumlah merozoite biasanya digunakan untuk identifikasi. kalau

pada Plasmodium vivax jumlah merozoite per schizont tua sekitar 12 – 24

buah, maka pada Plasmodium falciparum jumlah merozoite per schizont

adalah 18 – 24 buah (Sandjaja, 2006).

b. Plasmodium vivax

Semua stadia dari Plasmodium vivax dapat dilihat pada sediaan darah

tepi. Bentuk termuda adalah trophozoite muda yang biasanya disebut ring

form. Pada pewarnaan Giemsa, Nampak ring form ini memiliki sitoplasma

bewarna biru dengan chromatin berwarna merah. Ukuran ring form ini

sekitar 2,5 µ. Dengan bertambahnya usia, ring form ini bertambah besar

diikuti dengan pembesaran eritrosit tanpa perubahan bentuk eritrosit itu

sendiri. Di samping itu Schuffner’s dot mulai nampak pula. Sering

ditemukan satu eritrosit yang berisi lebih dari satu ring form.

Pada stadium selanjutnya, ring form kehilangan vakuolanya dan

menjadi berbentuk amoeboid. Pada bentuk ini mulai nampak adanya

pigment malaria berupa granula berwarna coklat tersebar di beberapa tempat

dalam sitoplasma. Bentuk amoeboid akan berkembang menjadi lebih

dewasa dan disebut sebagai trophozoite tua. Dalam keadaan ini parasit

mulai mengisi 2/3 bagian eritrosit. Schuffner’s dot, yang berbentuk butiran

berukuran homogen berwarna merah muda, dan pigment malaria masih

nampak jelas pada stadium ini.

Selanjutnya mulai nampak chromatin membelah menjadi dua.

Stadium ini dinamakan stadium schizont muda yang kemudian diikuti

dengan pembelahan chromatin lebih lanjut. Akhirnya lengkaplah

pembelahan chromatin dan sitoplasmanya. Pada saat ini parasit nampak

sebagai kumpulan sel yang dinamakan merozoite dan mengelilingi pigment

malaria dan disebut schizont tua yang berukuran 9 – 10 µ. Jumlah merozoite

dalam kumpulan sel tadi pada Plasmodium vivax antara 12 sampai 24 buah

atau dengan kata lain jumlah merozoite yang terbentuk dalam satu schizont

Page 28: PERBANDINGAN Plasmodium sp ANTARA ...Untuk pemeriksaan mikroskopik terdapat dua bentuk sediaan yang digunakan yakni hapusan darah tebal dan hapusan darah tipis. Hapusan darah tipis

14

adalah 12 – 24 buah. Jumlah merozoite ini biasanya digunakan orang untuk

mengidentifikasi spesies Plasmodium.

Macrogametocyte Plasmodium vivax berbentuk bulat besar dan

mengisi hampir seluruh eritrosit. Stadium ini memiliki satu chromatin yang

kompak dan terletak eksentris dengan sitoplasma berwarna biru. Pigment

malaria nampak tersebar di seluruh sitoplasma. Gambar umum dari

microgametocyte menyerupai macrogametocyte, namun ukurannya yang

lebih kecil dengan chromatin difus terletak sentral serta sitoplasma berwarna

biru jingga (Sandjaja, 2006).

c. Plasmodium malariae

Semua stadia dari parasite ini dapat ditemukan dalam darah tepi.

Bentuk termudanya adalah ring form dengan ukuran 2,5 µ. Berbeda dengan

Plasmpodium vivax, maka pada spesies ini eritrosit yang terinfeksi tidak

mengalami perubahan bentuk dan ukuran. Selain itu pada spesies ini jarang

ditemukan adanya infeksi ganda.

Ada 2 bentuk karakteristik pada spesies ini yang terjadi pada stadium

trophozoite dewasa atau growing irophozoite. Bentuk karakteristik pertama

yaitu bentuk amoebid dengan pigment malaria berwarna coklat yang

terkonsentrasi di tepi parasit dan vakuola yang hamper tidak terlihat. Bentuk

karakteristik ke dua dinamakan band form, karena parasit berbentuk seperti

pita melingkari ekuator eritrosit dengan pigment malaria terletak di tepi

parasite berhadapan dengan chromatin di sisi lain.

Ciri khas dari Plasmodium malariae adalah inclusion bodiesnya.

Dengan pewarnaan khusus dapat dilihat adanya Ziemann’s stippling pada

scadium trophozoite muda. Inclusion bodies ini nampak seperti Schuffner’s

dot namun lebih halus. Stadium schizont muda hampir sama bentuknya

dengan schizont dari Plasmodium falciparum, tetapi schizont tuanya

mempunya bentuk khas yang dinamakan bentuk rosette dengan ukuran 6,5 -

7 µ. Dalam stadium ini parasite berbentuk seperti bunga mawar yang terdiri

dari 6 – 12 (biasanya 8) sel (merozoite) besar yang mengelilingi pigment

malaria. Macrogametocyte dan microgametocytenya berbentuk seperti pada

Page 29: PERBANDINGAN Plasmodium sp ANTARA ...Untuk pemeriksaan mikroskopik terdapat dua bentuk sediaan yang digunakan yakni hapusan darah tebal dan hapusan darah tipis. Hapusan darah tipis

15

Plasmodium vivax. Untuk membedakannya dengan Plasmodium vivax

hanya melalui ukuran eritrosit yang terinfeksi (Sandjaja, 2006).

d. Plasmodium ovale

Semua stadia dari parasit ini dapat ditemukan di darah tepi. Yang

menarik perhatian adalah eritrosit yang terinfeksi selain mengalami

pembesaran juga mengalami perubahan bentuk (distorsi). Bentuk eritrosit

menjadi lonjong atau oval agak pucat. Di samping itu Schuffber’s dot

nampak lebih dominan. Infeksi ganda jarang terjadi pada spesies ini.

Bentuk trophozoite tua tidak amoebid seperti kebanyakan

Plasmodium, vakuolanya juga tidak jelas dan pigment malarianya kasar.

Pada stadium schizont muda terlihat jumlah chromatin yang hanya sedikit,

sedangkan pada schizont tua nampak merozoite yang besar membentuk

bangunan rosette yang tidak teratur. Ukuran schizont tua sekitar 6,2 µ dan

mengisi hamper 3/4 bagian eritrosit. Jumlah merozoite terhitung sekitar 6 –

12 buah atau biasanya 8 buah per schizont. Macrogametocyte dan

microgametocytenya seperti pada Plasmodium vivax, tetapi lebih kecil

ukurannya (Sandjaja, 2006).

C. Tinjauan Umum Tentang Diagnosis Malaria

a. Manifestasi klinis

Dengan melakukan anamnesa yang terarah dan mengamati gambaran

demam penderita,terkadang dapat di tegakan diagnosa malaria.namun

demikian harus diakui akan adanya kesulitan dalam melakukan pengamatan

ini misalnya pada adanya perubahan imunologis pada penderita yang tinggal

di daerah endemis,adanya infeksi campuran atau adanya penyakit lain yang

manifestasi klinisnya menyerupai malaria (Sandjaja, 2006).

b. Pemeriksaan Mikroskopis

1. Pembuatan apusan darah tepi

Cara ini merupakan cara yang paling sering dilakukan dalam

pekerjaan sehari-hari.perbuatan sediaan hapus darah tipis dan tetes darah

tebal yang kemudian diwarnai dengan giemsa atau filed stain sangat

populer.

Page 30: PERBANDINGAN Plasmodium sp ANTARA ...Untuk pemeriksaan mikroskopik terdapat dua bentuk sediaan yang digunakan yakni hapusan darah tebal dan hapusan darah tipis. Hapusan darah tipis

16

2. Quantitative Buffy Coat (QBC,Becton dickinson)

Untuk menggunakan cara ini perlu digunakan peralatan khusus

buatan Becton dickinson.pada cara ini darah dikumpulkan pada sebuah

tabung hematokrit yang mengandung acridine orange dan

antikoagulant.setelah tabung tadi dipusingkan dengan hematokrit

sentrifuge,diperiksa dengan fluorescence microscope dengan adaptor

khusus.parasit malaria akan terkonsentrasi di lapisan bawah di bawah

lapisan granulosit dalam tabung dan mudah diamati berdasarkan

warnanya.cara ini mulai digunakan pula untuk menegakkan diagnosa

trypanosomiasis,filariasis babesiosis.

3. Metode Kawamoto

Metode yang baru dikembangkan ini mempergunakan sediaan

hapus darah tipis yang diwarnai dengan acridine orange kemudian

diamati dengan fluorescence microscope atau dengan mikroskop biasa

dengan mempergunakan filter khusus.nucleus parasit malaria akan

terlihat berwarna hijau dengan sitoplasma yang berwarnah merah

(Sandjaja, 2006).

c. Rapid Diagnostik Test (RDT)

Test ini berdasarkan deteksi antigen dari parasit malaria yang lisis

dalam darah dengan metode imunokromatografi. Prinsip uji

imunokromatografi adalah cairan akan bermigrasi pada permukaan

membran nitroselulosa. Uji ini berdasarkan pengikatan antigen di daerah

perifer oleh antibodi monoklonal yang dikonjugasikan dengan zat pewarna

atau gold particles pada fase mobile. Antibodi monoklonal kedua/ketiga

diaplikasikan pada strip nitroselulosa sebagai fase immobile. Bila darah

penderita mengandung antigen tertentu, maka kompleksantigen antibodi

akan bermigrasi pada fase mobile sepanjang strip nitroselulosa dan akan

diikat dengan antibodi monoklonal pada fase “immobile” sehingga terlihat

sebagai garis yang berwarna.

Page 31: PERBANDINGAN Plasmodium sp ANTARA ...Untuk pemeriksaan mikroskopik terdapat dua bentuk sediaan yang digunakan yakni hapusan darah tebal dan hapusan darah tipis. Hapusan darah tipis

17

Jenis RDT dapat berupa dipstik ataupun strip. Test ini biasanya

memerlukan waktu sekitar 15 menit (untuk jenis tertentu sampai 30 menit).

Ada 3 jenis antigen yang dipakai sebagai target :

1. HRP-2 (Histidine Rich Protein-2), adalah antigen yang di sekresi ke

sirkulasi darah penderita oleh stadium trofozoit dan gametosit muda

P.falciparum.

2. pLDH (pan Lactate Dehydrogenase), enzim yang dihasilkan stadium

seksual dan aseksual parasit malaria dari keempat spesies plasmodium

yang menginfeksi manusia. Isomer enzim ini dapat membedakan

spesies P.falciparum dan P.vivax.

3. Pan aldose, adalah enzim yang dihasilkan ke empat spesies

Plasmodium yang menginfeksi manusia.

Adapun kelebihan dari pemeriksaan Rapid Diagnostik Test (RDT) yaitu :

1. Lebih sederhana dan mudah diinterpretasikan, tidak memerlukan

pelatihan khusus seperti pada pemeriksaan mikroskopis.

2. Variasi interpretasinya kecil antara pembaca yang satu dan yang lain.

3. Rapid Test dapat mendeteksi P.falciparum pada waktu parasit

bersekuestrasi pada kapiler darah. Hal yang sama dapat ditemukan juga

pada placenta ibu hamil dengan infeksi P.falciparum(KEMENKES,

2011).

Page 32: PERBANDINGAN Plasmodium sp ANTARA ...Untuk pemeriksaan mikroskopik terdapat dua bentuk sediaan yang digunakan yakni hapusan darah tebal dan hapusan darah tipis. Hapusan darah tipis

18

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran

Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit plasmodium

yang hidup dan berkembang biak di dalam sel darah manusia, penyakit malaria

ini ditularkan oleh nyamuk malaria (Anopheles) betina, dan dapat menyerang

semua orang baik laki-laki maupun perempuan pada semua kelompok umur.

Pada manusia terdapat empat spesies plasmodium yaitu Plasmodium vivax,

Plasmodium falciparum, Plasmodium malariae, dan Plasmodium ovale.

Plasmodium vivax adalah penyebab penyakit malaria tertiana, Plasmodium

falciparum penyebab penyakit malaria tropika, Plasmodium malariae penyebab

malaria kuartana, dan Plasmodium ovale adalah penyebab penyakit limpa.

Dalam melakukan diagnosa terhadap malaria bisa dilakukan dengan dua

cara yakni dengan menggunakan pemeriksaan mikroskopis dan pemeriksaan

Rapid Diagnostic Test (RDT). Masing – masing pemeriksaan memiliki

sensitifitas berbeda dalam memberikan hasil pemeriksaan serta waktu yang

berbeda dalam memberikan hasil pemeriksaan. Untuk pemeriksaan Rapid

Diagnostic Test (RDT), memiliki keunggulan waktu dalam memberikan hasil

pemeriksaan yaitu sekitar 15 menit sedangkan untuk pemeriksaan mikroskopis

terkesan memakan waktu lebih banyak dalam memberikan hasil pemeriksaan

yakni bisa mencapai kurang lebih 1 jam. Dari segi kepraktisan dan efisiensi

waktu, pemeriksaan Rapid Diagnostic Test (RDT) memiliki keunggulan

dibandingkan dengan pemeriksaan mikroskopis yang merupakan gold standard

pemeriksaan Plasmodium sp namun perbedaan sensitifitas dan spesifisitas di

berbagai tempat dari alat ini serta tidak bisa menentukan seberapa berat infeksi

dari Plasmodium sp membuat peneliti terfikir untuk melakukan perbandingan

pemeriksaan. Diharapkan hasil penelitian dari perbandingan kedua pemeriksaan

ini dapat memberikan manfaat bagi pekerja laboratorium dalam menangani

pemeriksaan Plasmodium.

18

Page 33: PERBANDINGAN Plasmodium sp ANTARA ...Untuk pemeriksaan mikroskopik terdapat dua bentuk sediaan yang digunakan yakni hapusan darah tebal dan hapusan darah tipis. Hapusan darah tipis

19

B. Kerangka Pikir

Terbentuknya 2 garis Merah pada tes dan kontrol

Z

Ket :

: Variabel yang di teliti

: Variabel tidak teliti

Pasien Suspek Malaria

Terbentuk

nya 1

garis

merah

pada test

Pem. RDT

Tes Imunokromatografi

Pemeriksaan

Lab

Pem. Mikroskopis

Terbentukn

ya 2 atau 3

garis

merah pada

daerah test

dan control

Terbentukn

ya 1 garis

merah pada

daerah

control

Pewarnaan Giemsa

Sediaan

Darah Tipis

Sediaan

Darah Tebal

Positif (ada

plasmodium)

Negatif

(tidak ada

plasmodium)

Invalid

Terdapat

Plasmodium

Tidak

terdapat

Plasmodium

(+)

(++)

(+++)

(++++) Menganalisa

perbedaan

Page 34: PERBANDINGAN Plasmodium sp ANTARA ...Untuk pemeriksaan mikroskopik terdapat dua bentuk sediaan yang digunakan yakni hapusan darah tebal dan hapusan darah tipis. Hapusan darah tipis

20

C. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas (independent variable), adalah variabel yang menjadi sebab

timbulnya atau berubahnya variabel dependen (variable terikat). Variabel

bebas dalam penelitian ini Plasmodium sp pada suspek malaria.

2. Variabel terikat (dependent variable) merupakan variabel yang dipengaruhi

atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variable terikat

dalam penelitian ini adalah hasil pemeriksaan RDT dan hasil pemeriksaan

Mikroskopis.

D. Definisi Operasional Dan Kriteria Objektif

a. Definisi Operasional

1. Pemeriksaan mikroskopis yang dimaksud pada penelitian ini adalah

pemeriksaan plasmodium dengan pengamatan menggunakan mikroskop,

dimana pemeriksaan ini menggunakan apusan darah tepi yang diwarnai

oleh pewarna giemsa untuk kemudian diamati dibawah mikroskop

apakah terdapat Plasmodium sp atau tidak pada sediaan drah tepi yang

telah diwarnai oleh pewarna giemsa.

2. Pemeriksaan Rapid Diagnostic Test (RDT) yang dimaksud pada

penelitian ini adalah suatu pemeriksaan dengan metode

imunokromatografi yang memberikan hasil yaitu terbentuknya garis

merah pada alat.

3. Pasien suspek malaria yang dimaksud pada penelitian ini adalah pasien

yang didiagnosa oleh dokter dan direkomendasikan untuk melakukan

pemeriksaan laboratorium untuk menunjang diagnosa tersebut.

b. Kriteria Objectif

1. Pemeriksaan Mikroskopis

a) Positif : terdapat Plasmodium sp pada apusan darah berdasarkan

morfologi.

b) Negatif : tidak terdapat Plasmodium sp pada apusan darah

berdasarkan morfologi.

Page 35: PERBANDINGAN Plasmodium sp ANTARA ...Untuk pemeriksaan mikroskopik terdapat dua bentuk sediaan yang digunakan yakni hapusan darah tebal dan hapusan darah tipis. Hapusan darah tipis

21

2. Pemeriksaan RDT

a) Positif : terdapat Plasmodium sp yang membuat terbentuknya garis

merah pada daerah control dan daerah test.

b) Negatif : tidak terdapat Plasmodium sp yang membuat terbentuknya

garis merah pada daerah control.

Page 36: PERBANDINGAN Plasmodium sp ANTARA ...Untuk pemeriksaan mikroskopik terdapat dua bentuk sediaan yang digunakan yakni hapusan darah tebal dan hapusan darah tipis. Hapusan darah tipis

22

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan

observasional untuk mengamati perbandingan antara hasil pemeriksaan

Rapid Diagnostik Test (RDT) dan Pemeriksaan Mikroskopis pada

Plasmodium sp terhadap pasien suspek malaria di Puskesmas Jati Raya.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di Puskesmas Jati Raya pada tanggal

21 Maret – 30 Mei 2018.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah pasien yang datang

melakukan pemeriksaan dan merupakan pasien suspek malaria serta ibu

hamil yang melakukan pemeriksaan screaning di Puskesmas Jati Raya

dengan jumlah 198 orang.

2. Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan

teknik accidental sampling dengan mengumpulkan data dari subjek yang

ditemui dalam jumlah secukupnya.

a. Kriteria Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah pasien yang berkunjung di

Puskesmas Jati Raya dan telah didiagnosa dokter sebagai suspek

malaria yang kemudian direkomendasikan untuk melakukan

pemeriksaan laboratorium sebagai penegak diagnosa serta pasien

ibu hamil yang melakukan screaning test malaria.

b. Besar Sampel

Jumlah sampel pada penelitian ini berjumlah 12 yang diperoleh

dengan teknik accidental sampling.

22

Page 37: PERBANDINGAN Plasmodium sp ANTARA ...Untuk pemeriksaan mikroskopik terdapat dua bentuk sediaan yang digunakan yakni hapusan darah tebal dan hapusan darah tipis. Hapusan darah tipis

23

D. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini dikumpulkan mulai dari

pengumpulan jurnal, studi literatur hingga pencatatan hasil pemeriksaan RDT

dan Pewarnaan Giemsa.

E. Instrumen Penelitian

1. Instrumen Penelitian di Laboratorium

Instrumen penelitian yang dipergunakan di laboratorium terdiri atas

alat dan bahan sebagai berikut:

1. Alat

a) Mikroskop

b) Objek glas

c) Jembatan pewarnaan

d) Pipet tetes

e) Tabung

f) Botol semprot

2. Bahan

a) Giemsa

b) Metanol

c) Buffer plasmodium

d) Aquades

e) RDT

f) Darah

g) Kapas alkohol

h) Lancet

2. Prosedur Kerja

a. Pemeriksaan Rapid Diagnostic Test (RDT)

1. Pra Analitik

a) Metode : Imunokromatografi

b) Prinsip :

Page 38: PERBANDINGAN Plasmodium sp ANTARA ...Untuk pemeriksaan mikroskopik terdapat dua bentuk sediaan yang digunakan yakni hapusan darah tebal dan hapusan darah tipis. Hapusan darah tipis

24

Cairan akan bermigrasi pada permukaan membran

snitroselulosa. Uji ini berdasarkan pengikatan antigen di darah

perifer oleh antibodi monoklonal yang dikonjugasi dengan zat

pewarna atau gold particles pada fase mobile. Antibodi

monoklonal kedua/ketiga diaplikasikan pada strip nitroselulosa

sebagai fase immobile. Bila darah penderita mengandung antigen

tertentu, maka kompleks antigen antibodi akan bermigrasi pada

fase mobile sepanjang strip nitroselulosa dan akan diikat dengan

antibodi monoklonal pada fase immobile sehingga terlihat sebagai

garis berwarna merah.

c) Persiapan Pasien :

Lakukan penjelasan pada pasien tentang apa yang dilakukan

terhadap pasien, kerjasama pasien, dan sensasi yang akan

dirasakan pasien untuk mengurangi rasa cemas dan meningkatkan

kerjasama.

d) Persiapan alat dan bahan :

Alat :

1. Alat pemeriksaan RDT

2. Tabung mikro kapiler

Bahan :

1. Lancet

2. Kapas alkohol

3. Buffer Plasmodium

2. Analitik

a) Cara kerja dilakukan dengan petunjuk kit RDT.

b) Ambil 2-5 µl darah ujung jari dengan tabung mikro kapiler dan

teteskan pada kotak sampel yang terdapat pada dipstik. Tidak

dianjurkan meneteskan darah secara langsung ke kotak sampel.

Pada beberapa jenis kit RDT dapat juga digunakan darah dengan

antikoagulan/plasma.

Page 39: PERBANDINGAN Plasmodium sp ANTARA ...Untuk pemeriksaan mikroskopik terdapat dua bentuk sediaan yang digunakan yakni hapusan darah tebal dan hapusan darah tipis. Hapusan darah tipis

25

c) Teteskan larutan buffer pada tempatyang sudah ditentukan sesuai

dengan petunjuk kit RDT. Buffer berisi komponen hemolisis dan

antibodi spesifik yang sudah dilabel dengan Gold Koloid.

d) Jika darah berisi Antigen Malaria, maka kompleks antigen antibodi

akan terbentuk dan terlihat sebagai garis sesuai dengan jenis

antibodi yang ada pada strip tersebut. Sedangkan garis kontrol akan

terlihat, walaupun darah tersebut tidak mengandung antigen

Malaria. Hal ini menunjukkan bahwa kit/strip tersebut masih

mmmenuhi syarat (berfungsi dengan baik).

e) Waktu yang diperlukan untuk membaca hasil RDT berkisar antara

5-15 menit.

f) Interpretasi hasil sesuai petunjuk KIT.

3. Pasca Analitik

a) Bila terdapat 1 garis berwarna pada jendela test Pf atau Pv dan 1

garis pada jendela kontrol (C) menunjukkan hasil positif terinfeksi

plasmodium.

b) Bila terdapat 1 garis berwarna pada jendela Pf, 1 garis pada

jendela Pv dan 1 garis pada jendela kontrol (C) menunjukan hasil

positif dan infeksi ganda plasmodium.

c) Bila terdapat 1 garis berwarna pada jendela kontrol (C)

menunjukkan hasil negatif terinfeksi plasmodium.

d) Bila tidak terdapat garis berwarna pada jendela kontrol (C)

menunjukan kesalahan pada RDT (test harus diulang/invalid).

b. Pemeriksaan Pewarnaan Giemsa

1. Pra Analitik

a) Metode : Mikroskopik

b) Prinsip :

Prinsip pemeriksaan sediaan apus ini adalah dengan

meneteskan darah lalu dipaparkan di atas objek glass, kemudian

dilakukan pengecatan dan diperiksa dibawah mikroskop.

c) Persiapan Pasien :

Page 40: PERBANDINGAN Plasmodium sp ANTARA ...Untuk pemeriksaan mikroskopik terdapat dua bentuk sediaan yang digunakan yakni hapusan darah tebal dan hapusan darah tipis. Hapusan darah tipis

26

Lakukan penjelasan pada pasien tentang apa yang dilakukan

terhadap pasien, kerjasama pasien, dan sensasi yang akan dirasakan

pasien untuk mengurangi rasa cemas dan meningkatkan kerjasama.

d) Persiapan alat dan bahan :

Alat :

1. Mikroskop

2. Jembatan pewarnaan

3. Objek glass

4. Pipet tetes

5. Botol semprot

Bahan :

1. Pewarnaan giemsa

2. Aquades

3. Methanol

4. Kapas alkohol

5. Lancets

2. Analitik

a) Pembuatan sediaan darah

1. Siapkan alat dan bahan.

2. Pegang tangan kiri pasien dengan posisi telapak tangan

menghadap ke atas.

3. Pilih jari tengah atau jari manis (pada bayi usia 6-12 bulan

darah diambil dari ujung ibu jari kaki dan bayi <6 bulan darah

diambil dari tumit).

4. Bersihkan jari dengan kapas alkohol untuk menghilangkan

kotoran dan minyak yang menempel pada jari tersebut.

5. Setelah kering, jari ditekan agar darah banyak terkumpul

diujung jari.

6. Tusuk bagian ujung jari (agak di pinggir, dekat kuku) secara

cepat dengan menggunakan lancet.

Page 41: PERBANDINGAN Plasmodium sp ANTARA ...Untuk pemeriksaan mikroskopik terdapat dua bentuk sediaan yang digunakan yakni hapusan darah tebal dan hapusan darah tipis. Hapusan darah tipis

27

7. Tetesan darah pertama yang keluar dibersihkan dengan kapas

kering, untuk menghilangkan bekuan darah dan sisa alkohol.

8. Tekan kembali ujung jari sampai darah keluar, ambil object

glass bersih (pegang object glass dibagian tepinya). Posisi

object glass berada dibawah jari tersebut.

9. Teteskan 1 tetes kecil darah (± 2µl) dibagian tengah object

glass untuk sediaan darah tipis. Selanjutnya 2-3 tetes kecil

darah (± 6µl) dibagian ujung untuk sediaan darah tebal.

10. Bersihkan sisa darah di ujung jari dengan kapas.

11. Letakkan object glass yang berisi tetesan darah diatas meja

atau permukaan yang rata.

12. Untuk membuat sediaan darah tipis, ambil object glass baru

(object glass kedua) tetapi bukan cover glass. Tempelkan

ujungnya pada tetes darah kecil sampai darah tersebut

menyebar sepanjang object glass.

13. Dengan sudut 450 geser object glass tersebut dengan cepat

kearah yang berlawanan dengan tetes darah tebal, sehingga

didapatkan sediaan hapus (seperti bentuk lidah).

14. Untuk sediaan darah tebal, ujung object glass kedua

ditempelkan pada ke tiga tetes darah tebal. Darah dibuat

homogen dengan cara memutar ujung object glass searah

jarum jam, sehingga terbentuk bulatan dengan diameter 1 cm.

15. Pemberian label/etiket pada bagian ujung object glass dekat

sediaan darah tebal, bisa menggunakan kertas label atau object

glass frosted. Pada label dituliskan kode/inisial nama/tanggal

pembuatan.

16. Proses pengeringan sediaan darah harus dilakukan secara

perlahan-lahan di tempat yang datar. Tidak dianjurkan

menggunakan lampu (termasuk lampu mikroskop), hair dryer.

Hal ini dapat menyebabkan sediaan darah menjadi retak-retak

Page 42: PERBANDINGAN Plasmodium sp ANTARA ...Untuk pemeriksaan mikroskopik terdapat dua bentuk sediaan yang digunakan yakni hapusan darah tebal dan hapusan darah tipis. Hapusan darah tipis

28

sehingga mempengaruhi hasil pemeriksaan. Kipas angin dapat

digunakan untuk mengeringkan sediaan darah.

17. Selama proses pengeringan, sediaan darah harus dihindari dari

gangguan serangga (semut, lalat, kecoa, dll), debu, panas,

kelembaban yang tinggi dan getaran.

18. Setelah kering, darah tersebut harus segera diwarnai (Pada

keadaan tidak memungkinkan selambat-lambatnya dalam

waktu 24 jam sediaan darah harus sudah diwarnai).

b) Pewarnaan sediaan darah

1. Sediaan darah tipis yang sudah kering difiksasi dengan

methanol. Jangan sampai terkena sediaan darah tebal.

2. Letakkan object glass pada jembatan pewarnaan/rak pewarna

dengan posisi darah berada di atas

3. Tuang larutan Giemsa dari tepi hingga menutupi seluruh

permukaan object glass. Biarkan selama 30-45 menit

4. Tuangkan aquades atau air bersih secara perlahan-lahan dari

tepi object glass sampai larutan Giemsa yang terbuang menjadi

jernih. Angkat dan keringkan sediaan darah. Setelah kering

sediaan darah siap diperiksa

5. Sediaan darah ditetesi dengan oil imersi sebelum diperiksa

dibawah mikroskop, hal ini bertujuan untuk memperjelas

object dan melindungi lensa objectif

3. Pasca Analitik

+ : 1 - 10 parasit dalam 100 lapang pandang sediaan darah tebal

++ : 11 – 100 parasit dalam 100 lapang pandang sediaan darah

tebal

+++ : 1 – 10 parasit dalam 1 lapang pandang sediaan darah tebal

++++ : >10 parasit dalam 1 lapang pandang sediaan darah tebal

Page 43: PERBANDINGAN Plasmodium sp ANTARA ...Untuk pemeriksaan mikroskopik terdapat dua bentuk sediaan yang digunakan yakni hapusan darah tebal dan hapusan darah tipis. Hapusan darah tipis

29

F. Jenis Data

1. Data Primer

Data primer adalah darah kapiler dari pasien suspek malaria yang

melakukan pemeriksaan di Puskesmas Kemaraya.

2. Data Sekunder

Data dikumpulkan dari jurnal dan buku-buku yang dipublikasikan

kemudian dijadikan landasan teoritis dalam penulisa karya tulis ilmiah ini.

G. Pengolahan data

Data yang dikumpulkan berupa data primer yang diperoleh dari hasil

pemeriksaan Rapid Diagnostik Test (RDT) dan Pewarnaan Giemsa yaitu

apusan darah tebal terhadap pasien suspek malaria kemudian pengolahan data

melalui tahap-tahap berikut :

1. Editing, yaitu meneliti data hasil pemeriksaan sampel darah yang

diperoleh meliputi kelengkapan dan pengisian lembar hasil pemeriksaan.

2. Coding, yaitu kegiatan untuk mengklasifikasikan data menurut kategori

masing-masing.

3. Scoring, yaitu tahap pemberian skor pada masing-masing sampel yang

digunakan dalam bentuk angka

4. Tabulating, yaitu tahap melakukan penyajian data melalui tabel agar

mempermudah untuk dianalisis.

H. Analisis Data

Data yang telah didapatkan dianalisis dengan menggunakan rumus

sebagai berikut :

X = f/n . k

Keterangan :

X : Jumlah persentase variabel yang diteliti

f : Jumlah persentase berdasarkan variabel

n : Jumlah sampel penelitian

k : Konstanta (100%)

Page 44: PERBANDINGAN Plasmodium sp ANTARA ...Untuk pemeriksaan mikroskopik terdapat dua bentuk sediaan yang digunakan yakni hapusan darah tebal dan hapusan darah tipis. Hapusan darah tipis

30

I. Penyajian data

Data yang diperoleh dari hasil pengamatan selanjutnya disajikan dalam

bentuk tabel kemudian dijelaskan dalam bentuk narasi.

J. Etika Penelitian

Etika penelitian bertujuan untuk melindungi hak- hak subyek. Dalam

penelitian ini menekankan masalah etika yang meliputi antara lain:

1) Anoniminty (tanpa nama)

Dilakukan dengan tidak memberikan nama responden pada lembar alat

ukur, hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data.

2) Confidentiality (kerahasiaan)

Dilakukan dengan menjamin kerahasiaan hasil penelitian baik informasi

maupun masalah- masalah lainnya. Informasi yang dikumpulkan dijamin

kerahasiaannya oleh peneliti.

Page 45: PERBANDINGAN Plasmodium sp ANTARA ...Untuk pemeriksaan mikroskopik terdapat dua bentuk sediaan yang digunakan yakni hapusan darah tebal dan hapusan darah tipis. Hapusan darah tipis

31

BAB V

HASIL PENELETIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Letak Geografis

Puskesmas Jati Raya terletak di dalam Kota Kendari yaitu di Jalan

Rambutan Kelurahan Wowawanggu Kecamatan Kadia, dengan titik

koordinat lintang 3°59'41.5"S dan bujur 122°30'32.8"E. Wilayah kerja 3

kelurahan yaitu : Kelurahan Wowawanggu , Kelurahan Anaiwoi, dan

Kelurahan Bonggoeya, yang merupakan administratif kecamatan Kadia

dan kecamatan Wua- wua Kota Kendari.

Adapun batas-batas Puskesmas Jati Raya adalah :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Bende (Kec.Kadia )

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Wundudopi ( Kec.

Baruga)

c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Lalolara (Kec. Poasia)

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Mataiwoi (Kec. Wua-

wua)

2. Luas Wilayah

Luas wilayah kerja Puskesmas Jati Raya secara keseluruhan yaitu

3,42 km2, dengan rincian luas wilayah setiap Kelurahan sebagai berikut :

a. Kelurahan Wowawanggu : 0,70km2

b. Kelurahan Anaiwoi : 0,42 km2

c. Kelurahan Bonggoeya : 2,30 km2

3. Demografi

Jumlah Penduduk dalam wilayah kerja Puskesmas Jati Raya dari

data tahun 2017 adalah sebagai berikut :

31

Page 46: PERBANDINGAN Plasmodium sp ANTARA ...Untuk pemeriksaan mikroskopik terdapat dua bentuk sediaan yang digunakan yakni hapusan darah tebal dan hapusan darah tipis. Hapusan darah tipis

32

Tabel 5.1 Jumlah penduduk pada wilayah kerja Puskesmas Jati Raya pada

tahun 2017

No. Desa/Kelurahan

Jumlah Penduduk Jumlah

Rumah

Tangga Laki-laki Perempuan

Total

Penduduk

1. Bonggoeya 3140 3269 6409 1412

2. Wowawanggu 1956 1888 3844 819

3. Anaiwoi 1068 1136 2204 469

Jumlah 6164 6293 12457 2700

Sumber : profil Puskesmas Jati Raya

Jumlah penduduk pada wilayah kerja Puskesmas Jati Raya pada

tahun 2017 adalah sebanyak 12.457jiwa , dengan rincian 6.164 jiwa

berjenis kelamin laki-laki dan 6.293 jiwa berjenis kelamin perempuan.

4. Sejarah berdirinya Puskesmas

Puskesmas Jati Raya pertama kali adalah sebuah Puskesmas

Pembantu (PUSTU) dari Puskesmas Perumnas. Oleh karena permintaan

kebutuhan masyarakat sekitar jati raya, pada tanggal 28 Juni tahun 2008

berdasarkan surat keputusan Kepala Dinas Kota Kendari No.820/985.A

Puskesmas Pembantu (PUSTU) Jati Raya akhirnya ditetapkan sebagai

Puskesmas Induk Jati Raya.

5. Visi dan Misi Puskesmas Jati raya

a. Visi Puskesmas Jati Raya

Terwujudnya Puskesmas Jati Raya Sebagai Pusat Pelayanan

Kesehatan Yang Profesional, Berkualitas, Mandiri dan Menghasilkan

Layanan Yang Memuaskan Secara Merata Kepada Masyarakat Pada

Tahun 2022.

b. Misi Puskesmas Jati Raya

1. Meningkatkan SDM yang berkualitas dan berkomitmen tinggi;

Page 47: PERBANDINGAN Plasmodium sp ANTARA ...Untuk pemeriksaan mikroskopik terdapat dua bentuk sediaan yang digunakan yakni hapusan darah tebal dan hapusan darah tipis. Hapusan darah tipis

33

2. Memberikan pelayanan kesehatan sesuai standar dan berkualitas

kepada masyarakat;

3. Mendorong kemandirian masyarakat untuk berperilaku hidup

bersih dan sehat;

4. Berupaya untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana

pelayanan kesehatan;

5. Meningkatkan peran serta masyarakat dan lintas sektor dalam

pembangunan yang berwawasan kesehatan.

6. Sarana dan Prasarana Laboratorium Puskesmas Jati Raya

Laboratorium Puskesmas Jati Raya terdiri atas 1 ruangan, dimana

didalam ruangan tersebut telah mencakup tempat registrasi, peletakan alat

dan bahan maupun tempat pemeriksaan sampel pasien.

Pelayanan kesehatan yang dimiliki Puskesmas Jati Raya yaitu meliputi

pemeriksaan Hematologi (meliputi pemeriksaan DR menggunakan alat

hematologi analyzer dan pemeriksaan Hb menggunakan alat nesco),

Bakteriologi (yaitu pemeriksaan Mycobacterium tuberculosis),

Parasitologi(meliputi pemeriksaan RDT malaria dan DDR malaria) dan

Kimia Klinik (meliputi pemeriksaan asam urat, glukosa dan cholesterol

yang menggunakan alat nesco).

7. Tenaga Laboratorium

Tenaga laboratorium yang dimiliki oleh Puskesmas Jati Raya yaitu

berjumlah 2 orang dengan standar jumlah tenaga laboratorium untuk

puskesmas yaitu berjumlah 1orang.

B. Hasil Penelitian

Telah dilakukan penelitian perbandingan Plasmodium sp antara

pemeriksaan Rapid Diagnostic Test (RDT) dan pemeriksaan Mikroskopis pada

suspek malaria di Puskesmas Jati Raya pada tanggal 21 Maret – 30 Mei 2018

Page 48: PERBANDINGAN Plasmodium sp ANTARA ...Untuk pemeriksaan mikroskopik terdapat dua bentuk sediaan yang digunakan yakni hapusan darah tebal dan hapusan darah tipis. Hapusan darah tipis

34

di Laboratorium Puskesmas Jati Raya dengan menggunakan sampel yang

berjumlah 12 sampel sebagai berikut :

1. Karakteristik Responden

a. Jenis Kelamin

Jenis kelamin dari sampel yang diteliti adalah sebagai berikut :

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Frekuensi (f) Persentase (%)

1. Laki-laki 6 50

2. Perempuan 6 50

Jumlah 12 100

Sumber : Data Primer 2018

Pada tabel diatas dapat dilihat distribusi sampel berdasarkan jenis

kelamin dari total 12 orang sampel didapatkan jumlah sampel dengan

jenis kelamin laki-laki yaitu berjumlah 6 orang dan jenis kelamin

perempuan berjumlah 6 orang. Sehingga dapat di simpulkan bahwa dari

tabel distribusi jenis kelamin diatas, menunjukan hasil yang seimbang

antara jenis kelamin laki-laki dan jenis kelamin perempuan.

b. Jenis Pasien

Jenis pasien dari sampel yang diteliti adalah sebagai berikut :

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Jenis Pasien

No Jenis Pasien Frekuensi (f) Persentase (%)

1. Suspek 8 67

2. Screaning 4 33

Jumlah 12 100

Sumber : Data Primer 2018

Pada tabel diatas dapat dilihat distribusi sampel berdasarkan jenis

pasien dari total 12 orang sampel didapatkan jumlah sampel dengan jenis

pasien suspek yaitu berjumlah 8 orang dan jenis pasien screaning

berjumlah 4 orang. Sehingga dapat di simpulkan bahwa dari tabel

Page 49: PERBANDINGAN Plasmodium sp ANTARA ...Untuk pemeriksaan mikroskopik terdapat dua bentuk sediaan yang digunakan yakni hapusan darah tebal dan hapusan darah tipis. Hapusan darah tipis

35

distribusi jenis pasien diatas, menunjukan hasil pasien suspek yanglebih

banyak dibanding pasien screaning.

2. Variabel Yang Di Teliti

a. Hasil Analisis Plasmodium sp menggunakan Rapid Diagnostic Test

(RDT)

Hasil yang di peroleh dari penelitian menggunakan pemeriksaan

RDT adalah sebagai berikut :

Tabel 5.4 Hasil Analisis Rapid Diagnostic Test (RDT)

No Hasil Pemeriksaan

Menggunakan Rapid

Diagnostic Test (RDT)

Rapid Diagnostic Test (RDT)

Frekuensi (f) Persentase (%)

1 Positif 0 0

2 Negatif 12 100

Jumlah 12 100

Sumber : Data Primer 2018

Pada tabel diatas dapat dilihat hasil analisis Plasmodium sp

menggunakan Rapid Diagnstic Test (RDT) didapatkan hasil negatif dari

semua sampel dengan total sampel berjumlah 12 sampel.

b. Hasil Analisis Plasmodium sp menggunakan Mikroskop

Hasil yang di peroleh dari penelitian menggunakan pemeriksaan

mikroskopis adalah sebagai berikut :

Tabel 5.5 Hasil Analisis Mikroskop

No Hasil Pemeriksaan

Menggunakan Mikroskop

Mikroskopis

Frekuensi (f) Persentase (%)

1 Positif 0 0

2 Negatif 12 100

Jumlah 12 100

Sumber : Data Primer 2018

Pada tabel diatas dapat dilihat hasil analisis Plasmodium sp

menggunakan Mikroskop didapatkan hasil negatif dari semua sampel

dengan total sampel berjumlah 12 sampel.

Page 50: PERBANDINGAN Plasmodium sp ANTARA ...Untuk pemeriksaan mikroskopik terdapat dua bentuk sediaan yang digunakan yakni hapusan darah tebal dan hapusan darah tipis. Hapusan darah tipis

36

c. Tabel hasil analisis Plasmodium sp menggunakan RDT dan Mikroskop

Hasil yang di peroleh dari penelitian menggunakan pemeriksaan

RDT dan pemeriksaan mikroskop adalah sebagai berikut :

Tabel 5.6 Hasil Analisis RDT dan Mikroskop

No Sampel

Hasil Pemeriksaan

RDT Mikroskopis

Positif Negatif Positif Negatif

1. A - √ - √

2. B - √ - √

3. C - √ - √

4. D - √ - √

5. E - √ - √

6. F - √ - √

7. G - √ - √

8. H - √ - √

9. I - √ - √

10 J - √ - √

11. K - √ - √

12 L - √ - √

Jumlah 0 12 0 12

Persentase (%) 0 100 0 100

Sumber : Data Primer 2018

Pada tabel diatas dapat dilihat hasil analisis Plasmodium sp

menggunakan RDT dan Mikroskop didapatkan hasil negatif dari semua

sampel dengan total sampel berjumlah 12 sampel pada masing-masing

pemeriksaan.

Page 51: PERBANDINGAN Plasmodium sp ANTARA ...Untuk pemeriksaan mikroskopik terdapat dua bentuk sediaan yang digunakan yakni hapusan darah tebal dan hapusan darah tipis. Hapusan darah tipis

37

C. Pembahasan

1. Pemeriksaan RDT

Pemeriksaan RDT adalah pemeriksaan berdasarkan deteksi antigen

dari parasit malaria yang lisis dalam darah dengan metode

imunokromatografi. Uji ini berdasarkan pengikatan antigen di daerah perifer

oleh antibodi monoklonal yang dikonjugasikan dengan zat pewarna atau

gold particles pada fase mobile. Antibodi monoklonal kedua/ketiga

diaplikasikan pada strip nitroselulosa sebagai fase immobile. Bila darah

penderita mengandung antigen tertentu, maka kompleks antigen antibodi

akan bermigrasi pada fase mobile sepanjang strip nitroselulosa dan akan

diikat dengan antibodi monoklonal pada fase “immobile” sehingga terlihat

sebagai garis yang berwarna.

Adapun hasil penelitian yang diperoleh dari pemeriksaan ini yaitu

negatif dengan total sampel berjumlah 12 sampel. Hasil ini diketahui dari

terbentuknya 1 garis merah pada daerah kontrol yang menandakan bahwa

sampel yang di periksa adalah sampel yang negatif. Apabila sampel positif

maka garis merah yang terbentuk lebih dari 1 garis yaitu 2 atau 3 garis dan

apabila satu garis yang terbentuk namun tidak pada daerah kontrol

menandakan hasil pemeriksaan yang valid.

Hasil ini sangat berbeda dari hasil penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Lasena et.al pada tahun 2016 dimana hasil yang diperoleh

dari penelitian tersebut pada pemeriksaan RDT adalah positif meski

beberapa sampel ada yang di peroleh negatif namun lebih banyak sampel

yang diperoleh adalah positif. Hal ini berbanding terbalik dengan penelitian

yang di lakukan saat ini dimana hasil yang diperoleh dari kedua belas

sampel yaitu negatif.

Page 52: PERBANDINGAN Plasmodium sp ANTARA ...Untuk pemeriksaan mikroskopik terdapat dua bentuk sediaan yang digunakan yakni hapusan darah tebal dan hapusan darah tipis. Hapusan darah tipis

38

2. Pemeriksaan Mikroskop

Pemeriksaan mikroskopik dengan pewarnaan Giemsa sampai saat ini

masih merupakan gold standard pemeriksaan malaria. Melalui pemeriksaan

mikroskop Plasmodium sp penyebab malaria pada manusia dapat dibedakan

berdasarkan stadium parasit yang ada di dalam darah, gambaran eritrosit

yang terinfeksi parasit dan gambaran morfologi parasit yang ada di dalam

sel eritrosit. Morfologi parasit yang optimal dapat dilihat dengan membuat

sediaan darah yang diwarnai Giemsa yang di ambil dari ujung jari yaitu

darah kapiler..

Adapun hasil penelitian dari pemeriksaan mikroskop sama dengan

pemeriksaan RDT yaitu didapatkan hasil yang negatif dari semua jenis

sampel dengan total sampel berjumlah 12 sampel. Hal ini ditandai dengan

tidak ditemukannya morfologi Plasmodium sp pada apusan darah tebal dan

apusan darah tipis di bawah mikroskop dengan perbesaran 100x.

Hasil penelitian ini sangat berbeda dari hasil penelitian sebelumnya

yang dilakukan oleh Lasena et.al pada tahun 2016 dimana hasil yang

diperoleh dari penelitian tersebut pada pemeriksaan mikroskop adalah

positif. Hal ini berbanding terbalik dengan penelitian yang di lakukan saat

ini dimana hasil yang diperoleh dari kedua belas sampel yaitu negatif.

3. Perbandingan Pemeriksaan RDT dan Pemeriksaan Mikroskop

Penelitian perbandingan antara pemeriksaan RDT dan Mikroskop

pada suspek malaria ini memperoleh hasil negatif dari kedua pemeriksaan.

Dimana pada total 12 sampel yang di periksa tidak ditemukan morfologi

Plasmodium sp pada pemeriksaan Mikroskopis dan terbentuknya garis

merah pada daerah kontrol untuk pemeriksaan RDT yang menandakan hasil

negatif. Hasil penelitian ini sangat berbeda dengan penelitian sebelumnya

yang dilakukan oleh Lasena et.al pada tahun 2016. Pada penelitian yang

dilakukan oleh Lasena didapatkan hasil 14 sampel yang dinyatakan negatif

pada pemeriksaan mikroskopis dan pemeriksaan RDT serta didapatkan pula

Page 53: PERBANDINGAN Plasmodium sp ANTARA ...Untuk pemeriksaan mikroskopik terdapat dua bentuk sediaan yang digunakan yakni hapusan darah tebal dan hapusan darah tipis. Hapusan darah tipis

39

hasil positif pada pemeriksaan mikroskopis dan negatif pada pemeriksaan

RDT.

Melihat perbedaan dari kedua penelitian sangat berbeda jauh, dapat

disimpulkan bahwa beberapa faktor menjadi pengaruh perbedaan hasil dari

kedua penelitian ini, dimana faktor-faktor yang membedakan diantarananya

pertama perbedaan sampel, dimana sampel yang digunakan pada penelitian

kali ini adalah sampel dari pasien suspek malaria atau pasien yang baru

diduga menderita malaria sementara pada penelitian sebelumnya sampel

yang digunakan adalah sampel yang berasal dari pasien positif malaria atau

pasien yang telah menerima perawatan di rumah sakit akibat menderita

penyakit malaria. Kedua perbedaan tempat penelitian, dimana penelitian kali

ini mengambil tempat penelitian di puskesmas sedangkan puskesmas

memiliki jumlah pasien yang sangat sedikit dan kebanyakan pasien adalah

pasien yang belum positif sementara penelitian sebelumnya menggunakan

rumah sakit dan BLK sebagai tempat pengambilan sampel dimana kita

ketahui jumlah sampel yang dimiliki sebuah rumah sakit dan BLK melebihi

kuota sampel yang dimiliki oleh puskesmas dan kebanyakan pasien rumah

sakit dan pasien BLK adalah pasien rujukan dari puskesmas. Ketiga

perbedaan daerah, dimana penelitian kali ini dilakukan pada daerah non

endemik malaria sehingga sangat sulit mendapatkan pasien yang positif

malaria sedangkan penelitian sebelumnya di lakukan pada daerah endemik

malaria sehingga sampel yang di peroleh banyak yang positif.

Penelitian ini masih memiliki beberapa kekurangan dari segi tempat

penelitian dan sampel. Namun kedua pemeriksaan tetap dapat dipergunakan

dengan perhitungan keunggulan dan kelemahan pada masing masing

pemeriksaan. Dimana pada pemeriksaan RDT memiliki keunggulan pada

segi waktu yaitu 5-15 menit dan alat ini memiliki kepraktisan dalam

melakukan pemeriksaan dimana pemeriksaanya hanya meletakkan sampel

pada sumur sampel dan ditambahkan buffer malaria pada sumur buffer

kemudian menunggu alat mengeluarkan hasil, namun kelemahan pada alat

Page 54: PERBANDINGAN Plasmodium sp ANTARA ...Untuk pemeriksaan mikroskopik terdapat dua bentuk sediaan yang digunakan yakni hapusan darah tebal dan hapusan darah tipis. Hapusan darah tipis

40

ini yaitu hanya melakukan pemeriksaan kualitatif dimana pameriksaan ini

hanya untuk menentukan sampel terinfeksi oleh Plasmodium atau tidak dan

tidak bisa menentukan seberapa parah terinfeksinya dikarenakan tidak dapat

memberitahukan jumlah Plasmodium yang terdapat dalam darah sampel.

Sedangkan pemeriksaan mikroskopis yang merupakan gold standar

memiliki keunggulan dalam menentukan seberapa parah Plasmodium

menginfeksi karena pemeriksaan ini bersifat kuantitatif dimana pemeriksaan

ini dapat melihat morfologi dan jumlah dari morfologi Plasmodium yang

ditemukan pada apusan darah dibawah mikroskop, namun kelemahan

pemeriksaan ini terletak pada lamanya waktu yang dibutuhkan untuk

mendapatkan hasil pemeriksaan yaitu membutuhkan waktu hingga 1 jam.

Pemeriksaan RDT memiliki keunggulan apabila digunakan di UGD

pada saat terjadi KLB malaria, pemeriksaan screaning ibu hamil dan

pemeriksaan screaning pada orang yang telah bepergian di daerah endemik

malaria maupun pemeriksaan di daerah terpencil yang tidak tersedia sarana

laboratorium atau untuk melakukan survei tertentu. Pemeriksaan RDT juga

dapat di pakai di sebuah puskesmas maupun rumah sakit dan apabila telah

didapatkan hasil positif dilanjutkan menggunakan pemeriksaan mikroskopis

untuk menentukan seberapa parah Plasmodium telah menginfeksi dalam

tubuh.

Page 55: PERBANDINGAN Plasmodium sp ANTARA ...Untuk pemeriksaan mikroskopik terdapat dua bentuk sediaan yang digunakan yakni hapusan darah tebal dan hapusan darah tipis. Hapusan darah tipis

41

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian tentang Perbandingan Plasmodium sp antara

pemeriksaan Rapid Diagnostic Test (RDT) dan pemeriksaan Mikroskopis

pada suspek malaria di Puskesmas Jati Raya dengan jumlah sampel yang di

teliti sebanyak 12 sampel didapatkan hasil yaitu tidak terdapat perbandingan

antara kedua jenis pemeriksaan, yang disimpulkan dari :

1. Tidak didapatkan Plasmodium sp pada pemeriksaan RDT.

2. Tidak ditemukannya morfologi Plasmodium sp pada pemeriksaan

Mikroskopis.

3. Tidak ada perbandingan antara kedua pemeriksaan dikarenakan hasil

pemeriksaan yang diperoleh adalah negatif dari pemeriksaan RDT dan

pemeriksaan mikroskopis.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan berdasarkan hasil

penelitian maka disarankan :

1. Bagi peneliti selanjutnya, disarankan untuk melakukan penelitian

perbandingan terhadap RDT malaria yang di subsidi oleh pemerintah di

puskesmas dan rumah sakit dengan RDT yang di perjual belikan di toko.

2. Bagi peneliti selanjutnya, disarankan untuk melakukan penelitian

terhadap pasien yang telah positif malaria atau positif terinfeksi

Plasmodium sp serta untuk pengambilan sampelnya tidak lagi di

puskesmas melainkan pasien yang berada di rumah sakit.

41

Page 56: PERBANDINGAN Plasmodium sp ANTARA ...Untuk pemeriksaan mikroskopik terdapat dua bentuk sediaan yang digunakan yakni hapusan darah tebal dan hapusan darah tipis. Hapusan darah tipis

42

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik indonesia. Riset Kesehatan Dasar 2010.

https://www.kesga.kemkes.go.id/images/pedoman/RiskesdasNasional.pdf

(diakses pada tanggal 9 februari 2018)

Desrinawati. 2002. Rapid Manual Test sebagai Alat Diagnostik Malaria

falciparum.Sari pediatri 4 (1) : 147

Dinas kesehatan sulawesi tenggara. 2017. Profil Kesehatan Sulawesi Tenggara

Tahun 2017.http://www.depkes.go.id/resource/download/profil/PROFIL_

KES_PROVINSI_2016/28_Sultra_2016. pdf (diakses 20 desember 2017)

Gandahusada Srisari ; H. Herry D. Ilahule; dan Wita Pribadi.2002. Parasitologi

Kedokteran. Jakarta : Gaya Baru

Handayani lina; Pebrorizal; dan Soeyoko.2008. Faktor Risiko Penularan Malaria

Vivak. Jurnal Kesehatan Masyarakat 24 (1) :1-38

Irianto, Koes. 2013. Parasitologi Medis. Bandung : Alfabeta

KEMENKES RI. 2011. Pedoman Teknis Pemeriksaan Parasit Malaria Kemenkes

RI. 2016. Infodatin : Malaria. http://www.depkes.go.id/Download/pustadin

/infodatin/InfoDatin-Malaria-2016.pdf (diakses pada tanggal 21 desember

2017)

Lasena Nur.M; Victor D. Pijoh; dan Janno B. Bernadus 2016. Perbandingan

deteksi Plasmodium spp. dengan cara pemeriksaan rapid diagnostic test

dan pemeriksaan mikroskopis. Jurnal e-Biomedik (EBM) 4 (2) : 1,2

Moody, A. 2002. Rapid diagnostic test for malaria parasites. Clinical

Microbiology Reviews.15 (1) : 66 – 78

Mtove G, Amos B, Mrema H, et al. 2011. Treatment guided by rapid diagnostic

tests for malaria in tanzakian Children : safety and alternative bacterial

diagnoses. Malaria Journal 10 : 290

Notoatmojo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka cipta.

Prabowo,A. Malaria. 2008. Mencegah dan Mengatasinya. Jakarta : Puspa Swara

Puskesmas Jati Raya. 2018. Data pemeriksaan Rapid Diagnostik Test pada suspek

malaria dan pemeriksaan DDR pada pasien positif malaria di Puskesmas

Jati Raya.

Sandjaja, Bernardus. 2007. Parasitologi Kedokteran : Protozoologi Kedokteran.

Jayapura: Prestasi Pustaka

Page 57: PERBANDINGAN Plasmodium sp ANTARA ...Untuk pemeriksaan mikroskopik terdapat dua bentuk sediaan yang digunakan yakni hapusan darah tebal dan hapusan darah tipis. Hapusan darah tipis

43

Setiani, Nur Rochmah Wahyu. 2014. Gambaran Klinis Dan Tata Laksana Pasien

Rawat Inap Malaria Falciparum Di Rsup Dr Kariadi Semarang Periode

2009 – 2013. Diponegoro : Universitas Kedokteran Diponegoro

WHO. 2005. World Malaria Report 2005.: Geneva. RBM/WHO/UNICEF

Widoyono.2005. Penyakit Tropis: Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan

Pemberantasannya. Semarang : Erlangga.

World Health Organization. 1991. New perspectives malaria diagnosis.

Page 58: PERBANDINGAN Plasmodium sp ANTARA ...Untuk pemeriksaan mikroskopik terdapat dua bentuk sediaan yang digunakan yakni hapusan darah tebal dan hapusan darah tipis. Hapusan darah tipis

44

LAMPIRAN

Page 59: PERBANDINGAN Plasmodium sp ANTARA ...Untuk pemeriksaan mikroskopik terdapat dua bentuk sediaan yang digunakan yakni hapusan darah tebal dan hapusan darah tipis. Hapusan darah tipis

45

LAMPIRAN

1. Pra Analitik

Persiapan Alat Dan Bahan

Gambar Keterangan

Masker, handscoon, kapas

kering, alcohol swab,

autoclick holder, lancet, dan

objek glass,

Alat rapid diagnostic test

(RDT)

Metanol dan Oil imersi

Page 60: PERBANDINGAN Plasmodium sp ANTARA ...Untuk pemeriksaan mikroskopik terdapat dua bentuk sediaan yang digunakan yakni hapusan darah tebal dan hapusan darah tipis. Hapusan darah tipis

46

Larutan giemsa

2. Analitik

Pemeriksaan Sampel

Gambar Keterangan

Penusukkan ujung jari pasien

menggunakan autclick holder

Pembuatan apusan darah tebal

Page 61: PERBANDINGAN Plasmodium sp ANTARA ...Untuk pemeriksaan mikroskopik terdapat dua bentuk sediaan yang digunakan yakni hapusan darah tebal dan hapusan darah tipis. Hapusan darah tipis

47

Pewarnaan apusan darah tepi

dan darah tebal

Pewarnaan giemsa

Fiksasi apusan darah tepi

menggunakan metanol

Page 62: PERBANDINGAN Plasmodium sp ANTARA ...Untuk pemeriksaan mikroskopik terdapat dua bentuk sediaan yang digunakan yakni hapusan darah tebal dan hapusan darah tipis. Hapusan darah tipis

48

Preparat apusan darah tebal dan

apusan darah tepi

Pengamatan preparat malaria di

bawah mikroskop perbesaran

100x

3. Pasca Analitik

Interpretasi Hasil

Gambar Keterangan

Hasil pemeriksaan RDT

Page 63: PERBANDINGAN Plasmodium sp ANTARA ...Untuk pemeriksaan mikroskopik terdapat dua bentuk sediaan yang digunakan yakni hapusan darah tebal dan hapusan darah tipis. Hapusan darah tipis

49

Hasil pemeriksaan RDT

Hasil pemeriksaan RDT

Hasil pemeriksaan RDT

Hasil pemeriksaan RDT

Page 64: PERBANDINGAN Plasmodium sp ANTARA ...Untuk pemeriksaan mikroskopik terdapat dua bentuk sediaan yang digunakan yakni hapusan darah tebal dan hapusan darah tipis. Hapusan darah tipis

50

Hasil pemeriksaan RDT

Hasil pemeriksaan RDT

Hasil pemeriksaan RDT

Hasil pemeriksaan RDT

Hasil pemeriksaan RDT

Page 65: PERBANDINGAN Plasmodium sp ANTARA ...Untuk pemeriksaan mikroskopik terdapat dua bentuk sediaan yang digunakan yakni hapusan darah tebal dan hapusan darah tipis. Hapusan darah tipis

51

Preparat malaria apusan darah

tebal perbesaran 100x

Preparat malaria apusan darah

tepi perbesaran 100x

Page 66: PERBANDINGAN Plasmodium sp ANTARA ...Untuk pemeriksaan mikroskopik terdapat dua bentuk sediaan yang digunakan yakni hapusan darah tebal dan hapusan darah tipis. Hapusan darah tipis

52

Lampiran 6

TABULASI DATA

PERBANDINGAN Plasmodium sp ANTARA PEMERIKSAAN RAPID DIAGNOSTIC TEST (RDT) DAN

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS PADA SUSPEK MALARIA

DI PUSKESMAS JATI RAYA

No Kode

Sampel

Jenis

Pasien

Umur

Jenis

Kelamin

Hasil Pemeriksaan

RDT Mikroskop

Positif

(+)

Negatif

(-) % Kategori

Positif

(+)

Negatif

(-)

%

Kategori

1 A Suspek 32 Thn L

- √ 0 Negatif - √ 0 Negatif

2 B Screaning 22 Thn p

- √ 0 Negatif - √ 0 Negatif

3 C Suspek 24 Thn L

- √ 0 Negatif - √ 0 Negatif

4 D Suspek 21 Thn L

- √ 0 Negatif - √ 0 Negatif

5 E Suspek 34 Thn p

- √ 0 Negatif - √ 0 Negatif

6 F Screaning 23 Thn P

- √ 0 Negatif - √ 0 Negatif

7 G Screaning 21 Thn P

- √ 0 Negatif - √ 0 Negatif

Page 67: PERBANDINGAN Plasmodium sp ANTARA ...Untuk pemeriksaan mikroskopik terdapat dua bentuk sediaan yang digunakan yakni hapusan darah tebal dan hapusan darah tipis. Hapusan darah tipis

53

8 H Screaning 27 Thn P

- √ 0 Negatif - √ 0 Negatif

9 I Suspek 26 Thn L

- √ 0 Negatif - √ 0 Negatif

10 J Suspek 33 Thn P

- √ 0 Negatif - √ 0 Negatif

11 K Suspek 20 Thn L

- √ 0 Negatif - √ 0 Negatif

12 L Suspek 19 Thn L

- √ 0 Negatif - √ 0 Negatif

Kendari, 02 Juli 2018

Peneliti

Nini Rahayuni

Page 68: PERBANDINGAN Plasmodium sp ANTARA ...Untuk pemeriksaan mikroskopik terdapat dua bentuk sediaan yang digunakan yakni hapusan darah tebal dan hapusan darah tipis. Hapusan darah tipis

54

LEMBAR HASIL PENELITIAN

Judul Penelitian : Perbandingan Plasmodium Spp antara Pemeriksaan Rapid

Diagnostic Test (RDT) dan Pemeriksaan Mikroskopis

pada Suspek Malaria di Puskesmas Jati Raya.

Tanggal Penelitian : 21 Maret – 30 Mei 2018

Nama Peneliti : Nini Rahayuni

Nim : P00341015028

No Kode

Sampel

Tanggal

Pemeriksa

an Umur

Jenis

Kelamin

Hasil Pemeriksaan

RDT Mikroskopis

Positif

(+)

Negatif

(-)

Positif

(+)

Negatif

(-)

1. A

21/03/18 32 Thn

L

- √ - √

2. B

24/03/18 22 Thn

P

- √ - √

3. C

28/03/18 24 Thn L - √ - √

4. D

30/03/18 21 Thn L - √ - √

5. E

01/05/18 34 Thn P - √ - √

6. F

03/05/18 23 Thn P - √ - √

7. G

05/05/18 21 Thn P - √ - √

8. H

05/05/18 27 Thn P - √ - √

9. I

20/05/18 26 Thn L - √ - √

10. J

25/05/18 33 Thn

P

- √ - √

11. K

28/05/18 20 Thn L - √ - √

12. L

31/05/18 19 Thn L - √ - √

Kendari, 02 Juli 2018

Page 69: PERBANDINGAN Plasmodium sp ANTARA ...Untuk pemeriksaan mikroskopik terdapat dua bentuk sediaan yang digunakan yakni hapusan darah tebal dan hapusan darah tipis. Hapusan darah tipis

55

Mengetahui,

Instruktur Penelitian Peneliti

Fitri Arbianti Amd.AK Nini Rahayuni

Page 70: PERBANDINGAN Plasmodium sp ANTARA ...Untuk pemeriksaan mikroskopik terdapat dua bentuk sediaan yang digunakan yakni hapusan darah tebal dan hapusan darah tipis. Hapusan darah tipis

56

Page 71: PERBANDINGAN Plasmodium sp ANTARA ...Untuk pemeriksaan mikroskopik terdapat dua bentuk sediaan yang digunakan yakni hapusan darah tebal dan hapusan darah tipis. Hapusan darah tipis

57

Page 72: PERBANDINGAN Plasmodium sp ANTARA ...Untuk pemeriksaan mikroskopik terdapat dua bentuk sediaan yang digunakan yakni hapusan darah tebal dan hapusan darah tipis. Hapusan darah tipis

58

Page 73: PERBANDINGAN Plasmodium sp ANTARA ...Untuk pemeriksaan mikroskopik terdapat dua bentuk sediaan yang digunakan yakni hapusan darah tebal dan hapusan darah tipis. Hapusan darah tipis

59

Page 74: PERBANDINGAN Plasmodium sp ANTARA ...Untuk pemeriksaan mikroskopik terdapat dua bentuk sediaan yang digunakan yakni hapusan darah tebal dan hapusan darah tipis. Hapusan darah tipis

60