PERBANDINGAN Plasmodium sp ANTARA ...Untuk pemeriksaan mikroskopik terdapat dua bentuk sediaan yang...
Transcript of PERBANDINGAN Plasmodium sp ANTARA ...Untuk pemeriksaan mikroskopik terdapat dua bentuk sediaan yang...
viii
PERBANDINGAN Plasmodium sp ANTARA PEMERIKSAAN RAPID
DIAGNOSTIC TEST (RDT) DAN PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS
PADA SUSPEK MALARIA DI PUSKESMAS JATI RAYA
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan
Pendidikan Diploma III Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan
Kemenkes Kendari
Oleh :
NINI RAHAYUNI
P00341015028
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEDARI
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
2018
ix
ii
x
xi
xii
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri
Nama : Nini Rahayuni
NIM : P00341015028
Tempat dan Tanggal Lahir : Lereh, 26 Juni 1995
Suku / Bangsa : Ereke, Lombok / Indonesia
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
B. Pendidikan
1. SD N 1 HAMADI, tamat pada tahun 2007.
2. SMP N 3 KAUREH, tamat pada tahun 2010.
3. SMA NEGERI KAUREH, tamat pada tahun 2013.
4. Sejak tahun 2015 melanjutkan pendidikan di Politeknik Kesehatan
Kendari Jurusan Analis Kesehatan.
v
xiii
MOTTO
Sukses adalah tentang usahamu, doa kedua orang tuamu dan restu dari sang
Pencipta (Allah SWT)
Manusia bisa mengatakan kau takkan sukses namun dirimulah penentu batas
suksesmu dan usahamulah yang menjembatani suksesmu
Bumi dapat menjanjikan melebarkan jalan bagi suksesmu namun tak ada yang
sebaik doa dan ridho kedua orang tuamu
Dan meski seisi dunia mengatakan tak mungkin bagimu namun tak ada yang tak
mungkin ketika Rabb-mu telah mengatakan “Kun Fayakun”
“Jadilah!” maka terjadilah.”
QS Yasin ayat 82 :
Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata
kepadanya :”Jadilah!” maka terjadilah”.
Kupersembahkan Karya Tulis Ini Untuk
Kedua Orang Tuaku Yang Kucintai
Saudara-Saudaraku
Seluruh Keluargaku
Sahabat-Sahabatku
Agama dan Bangsaku
Serta Almamaterku
vi
xiv
ABSTRAK
Nini Rahayuni (P00341015028) Perbandingan Plasmodium Sp Antara
Pemeriksaan Rapid Diagnostic Test (RDT) Dan Pemeriksaan
Mikroskopis Pada Suspek Malaria Di Puskesmas Jati Raya yang
dibimbing oleh Askrening sebagai pembimbing I dan Reni Yunus selaku
pembimbing II (xiv + 41 Halaman 8 tabel + 9 lampiran). Salah satu cara untuk
mendiagnosis penderita malaria adalah dengan melakukan pemeriksaan
dilaboratorium. Terdapat dua cara untuk mengetahui penderita positif malaria
yaitu dengan menggunakan Mikroskopis dan Rapid Diagnostic Test (RDT).
Dalam beberapa penelitian yang pernah dilakukan didapatkan hasil yang berbeda
antara pemeriksaan RDT dan pemeriksaan Mikroskopis. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui perbandingan antara pemeriksaan RDT dan pemeriksaan
Mikroskopis. Metode Penelitian ini bersifat deskriptif analitik untuk mengamati
perbandingan pemeriksaan RDT dan pemeriksaan Mikroskopis dengan teknik
pengambilan sampel secara kebetulan (accindetal sampling). Hasil penelitian
yang dilakukan di Puskesmas Jati Raya pada tanggal 21 Maret – 30 Mei 2018
didapatkan hasil negatif antara pemeriksaan RDT dan pemeriksaan Mikroskopis
dengan total jumlah sampel yaitu 12 sampel. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu
tidak didapatkan perbedaan dari pemeriksaan RDT dan pemeriksaan Mikroskopis
pada pasien suspek malaria di Puskesmas Jati Raya .
Kata Kunci : Plasmodium Sp, Rapid Diagnostic Test
(RDT),Mikroskopis
Daftar Pustaka : 20 buah (1991-2018)
vii
xv
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, hidayah
dan kemudahan yang selalu diberikan kepada hamba-Nya, sehingga karya tulis
ilmiah dengan judul “Perbandingan Plasmodium sp antara pemeriksaan Rapid
Diagnostic Test (RDT) dan pemeriksaan Mikroskopis pada suspek malaria di
Puskesmas Jati Raya”. Penelitian ini disusun dalam rangka melengkapi salah satu
syarat untuk menyelesaikan pendidikan program Diploma III (DIII) pada
Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari Jurusan Analis Kesehatan.
Proses penulisan karya tulis ilmiah ini banyak mendapatkan petunjuk dan
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis juga
menghaturkan rasa terima kasih kepada Askrening, SKM., M.Kes selaku
pembimbing I dan Reni Yunus, S.Si.,M.Sc selaku pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan, kesabaran dalam membimbing dan atas segala
pengorbanan waktu dan pikiran selama menyusun karya tulis ini. Ucapan terima
kasih penulis juga tujukan kepada:
1. Askrening, SKM., M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Kendari
2. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sulawesi Tenggara
yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis dalam penelitian ini.
3. Anita Rosanty, SST., M.Kes selaku Ketua Jurusan Analis Kesehatan.
4. Kepada Dewan Penguji Anita Rosanty, SST., M.Kes dan Satya Darmayani,
S.Si.,M.Eng yang telah memberikan arahan perbaikan demi kesempurnaan
Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Analis Kesehatan
serta Seluruh Staf dan Karyawan atas segala fasilitas dan pelayanan akademik
yang diberikan selama penulis menuntut ilmu.
6. Terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Kepala
Puskesmas, tenaga Laboratorium Fitri Arbianti Amd.AK dan Staf Puskesmas
Jati Raya.
7. Rasa hormat, terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya
kuucapkan kepada kedua orang tuaku, Halim dan Rini Suhandayani atas
semua bantuan moril maupun materil, motivasi, dukungan dan kasih sayang
viii
xvi
yang tulus serta doa yang tak pernah henti demi kesuksesan studi yang
penulis jalani selama menuntut ilmu sampai selesainya karya tulis ini serta
kedua adik hebat Dian Aldarini dan Muhammad Yusuf Alfan yang selalu
memberi kekuatan pada penulis.
8. Teristimewa yang tak terhingga penulis ucapkan kepada Sawariah, Wa Sanu,
Kak Juli, Kak Edi, Akmal Hasan, Hijriyani dan seluruh keluarga besar atas
kasih sayangnya, bantuan moril maupun materil serta doa demi kesuksesan
studi yang penulis jalani.
9. Sahabat-sahabatku Kak sule, Kak Syarief, Kak Asirudin, Kak Yanwar,
Ainun, Anggra, Siti, Sisil, Ikhwangi, Epran, Ayu, Richardo, Lulun, Fera,
Yulianti, Amsar, Asfian, Ifan, Gita, Deviliya, Nova, Riska dan sahabat-
sahabat yang tak bisa kusebutkan satu persatu. Kepada seluruh relawan PMI
kota kendari terimakasih untuk setiap pengertian dan kasih sayangnya.
10. Terima kasih juga kepada Seluruh Teman-Teman Seperjuanganku Mahasiswa
Jurusan Analis Kesehatan yang dari awal kita bersama hingga saat ini yang
tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Terimakasih atas dukungan serta
fasilitas yang kalian berikan.
Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat membawa manfaat untuk menambah
khasanah ilmu khususnya bagi ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya.
Penulis menyadari Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan dan
masih terdapat kekeliruan dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak demi
kesempurnaan Karya Tulis ini.
Kendari, 13 Juli 2018
Penulis
ix
17
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
HALAMAN ORISINILITAS ............................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iv
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................ v
MOTTO .............................................................................................................. vi
ABSTRAK …………………………………..………..……………………………………….vii
KATA PENGANTAR…………………………………...………………………………...viii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
DAFTAR TABEL………………………………………………………...………………...xiii
DAFTAR LAMPIRAN……………..………………………...…………………………...xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Malaria ............................................................. 5
B. Tinjauan Umum Tentang Plasmodium sp ................................................. 12
C. Tinjauan Umum Tentang Diagnosis Malaria ............................................ 15
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran ........................................................................................ 18
B. Kerangka Pikir .......................................................................................... 19
C. Variabel Penelitian .................................................................................... 20
D. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif .............................................. 20
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .......................................................................................... 22
x
18
B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................. 22
C. Populasi dan Sampel ................................................................................. 22
D. Prosedur Pengumpulan Data ..................................................................... 23
E. Instrumen Penelitian.................................................................................. 23
F. Jenis Data .................................................................................................. 28
G. Pengolahan Data........................................................................................ 29
H. Analisis Data ............................................................................................. 29
I. Penyajian Data .......................................................................................... 30
J. Etika Penelitian ........................................................................................ 30
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
K. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................................ 31
L. Hasil Penelitian ........................................................................................ 33
M. Pembahasan ............................................................................................. 37
BAB VI PENUTUP
N. Kesimpulan .............................................................................................. 41
O. Saran .......................................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
19
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 : Siklus Plasmodium .......................................................................... 6
xii
20
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 : Lamanya stadium hati (exoeritrositik schizogoni) ............................. 10
Tabel 2.2 : Lamanya daur dalam eritrosit ............................................................. 10
Tabel 5.1 : Jumlah penduduk pada wilayah kerja Puskesmas Jati Raya pada tahun
2017 .................................................................................................... 32
Tabel 5.2 : Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin .................................................... 34
Tabel 5.3 : Distribusi Frekuensi Karakteristik Jenis Pasien .................................. 34
Tabel 5.4 : Hasil Analisis Rapid Diagnostic Test (RDT) .................................... 35
Tabel 5.5 : Hasil Analisis Mikroskop ................................................................... 35
Tabel 5.6 : Hasil Analisis RDT dan Mikroskop .................................................... 36
xiii
21
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Izin Pengambilan Data
Lampiran 2 Surat Permohonan Izin Penelitian dari Poltekkes Kemenkes
Kendari
Lampiran 3 Surat Permohonan Izin Penelitian dari Badan Riset
Lampiran 4 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
Lampiran 5 Lembar Hasil Penelitian
Lampiran 6 Tabulasi Data
Lampiran 7 Master Data
Lampiran 8 Surat Keterangan Bebas Pustaka
Lampiran 9 Dokumentasi Penelitian
xiv
11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hingga saat ini, malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat
yang serius khususnya bagi daerah tropis dan subtropis. World Malaria Report
2015 menyebutkan bahwa malaria telah menyerang 106 negara didunia.
(Kemenkes RI, 2016). Laporan WHO tahun 2005 menyebutkan, di seluruh
dunia jumlah kasus baru malaria berjumlah 300-500 juta orang dengan
kematian 2,7 juta orang/tahun dengan jumlah negara endemis malaria pada
tahun 2004 sebanyak 107 negara (WHO, 2005).
Di Indonesia, berdasarkan laporan Riskesdas 2010, selama tahun
2009/2010 terdapat lima Provinsi dengan kasus malaria tertinggi yaitu
Papua (261,5%), Papua Barat (253,4%), Nusa Tenggara Timur (117,5%),
Maluku Utara (103,2%) dan kepulauan Bangka Belitung (91,9%),
sedangkan Provinsi dengan kasus malaria terendah adalah Bali (3,4%)
(Depkes RI, 2010).
Di Sulawesi Tenggara sendiri tercatat kasus positif malaria pada
tahun 2016 sebanyak 1.202 dengan Angka Kesakitan (Annual Parasite
Incidence/API) per 1000 penduduk beresiko sebesar 0,46, keadaan ini
sedikit meningkat dibanding tahun 2015 (Dinkes SULTRA, 2017).
Adapun di Puskesmas yang berada di daerah kendari, tercatat pada tahun
2017 pasien yang melakukan pemeriksaan terbanyak dalam jumlah dan
hasil positif terdapat di Puskesmas Jati Raya dengan jumlah 198 pasien
suspek malaria yang datang serta melakukan pemeriksaan Rapid
Diagnostic Test (RDT) dan mendapatkan hasil 10 pasien positif malaria
yang kemudian melakukan pemeriksaan mikroskopis untuk mengetahui
jenis plasmodium yang menginfeksi (Puskesmas Jati Raya, 2018).
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa obligat intrasel
dari genus plasmodium yang dapat menyerang siapa saja terutama penduduk
yang tinggal di daerah dimana tempat tersebut merupakan tempat yang sesuai
1
2
dengan kebutuhan nyamuk berkembang (Lasena et.al, 2016). Sampai saat
ini dikenal 4 spesies yang dapat menginfeksi manusia yaitu plasmodium
falciparum, plasmodium vivax, plasmodium malariae dan plasmodium ovale.
(sandjaja, 2006). Dari keempat spesies yang biasa menginfeksi manusia 95%
disebabkan oleh Plasmodium vivax dan Plasmodium falciparum (Handayani
et.al, 2008).
Salah satu cara untuk mendiagnosis penderita malaria adalah dengan
melakukan pemeriksaan dilaboratorium. Terdapat dua cara untuk mengetahui
penderita positif malaria yaitu dengan menggunakan mikroskopis dan Rapid
Diagnostic Test (RDT) (Mtove et.al, 2011). Untuk pemeriksaan mikroskopik
terdapat dua bentuk sediaan yang digunakan yakni hapusan darah tebal dan
hapusan darah tipis. Hapusan darah tipis digunakan untuk identifikasi jenis
plasmodium, bila dengan preparat darah tebal sulit ditentukan (Lasena et.al,
2016). RDT ialah alat yang mendeteksi antigen malaria pada sampel darah
yang sedikit dengan tes imunokromatografi (Lasena et.al, 2016). RDT
merupakan uji yang lebih cepat, mudah dilakukan dan tidak memerlukan
laboratorium khusus, seperti peralatan centrifuge dan mikroskop (Desrinawati,
2002). Namun, diagnosis malaria klinis harus di konfirmasi dengan hasil
pemeriksaan apusan darah (mikroskopis) yang masih menjadi gold standard
dalam diagnosis malaria (WHO, 1999) karena tingkat sensitivitas dan
spesifisitas pemeriksaan RDT yang bervariasi di berbagai tempat (Moody,
2002).
Lasena et.al pada tahun 2016 melakukan penelitian dimana hasilnya
didapatkan 14 sampel yang dinyatakan negatif mikroskopis dan RDT. Juga
terdapat sampel yang dinyatakan positif pada pemeriksaan mikroskopis dan
negatif pada pemeriksaan RDT dengan nilai prediktif positif dan negatif
ditemukan 100% dan 87,5%. Sedangkan penelitian dari Desrinawati tahun
2003 mendapatkan nilai sensitivitas 76,5%, nilai spesifisitas 68,9%, nilai
prediksi positif 73,6%, dan nilai prediksi negatif 72,1%. Lambok pada tahun
2011 mendapatkan sensitivitas 63,8%, spesifisitas 100%, positive predictive
value (PPV) 100%, dan negatif predictive value (NPV) 93,5%. Masanja et al
3
tahun 2015 di Tanzania mendapatkan sensitivitas RDT mencapai 85,3% dan
spesifitas mencapai 95,8%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dimana hasil
yang didapatkan dari pemeriksaan RDT berbeda validitasnya antara penelitian
satu dan penelitian yang lainnyalah yang melatarbelakangi peneliti sehingga
tertarik mengambil sebuah penelitian tentang “Perbandingan Plasmodium sp
antara pemeriksaan Rapid Diagnostic Test (RDT) dan pemeriksaan
Mikroskopis pada suspek malaria di Puskesmas Jati Raya”.
B. Rumusan Masalah
Apakah ada perbedaan identifikasi Plasmodium sp dengan
menggunakan pemeriksaan Rapid Diagnostic Test (RDT) dan pemeriksaan
mikroskopis pada suspek malaria di Puskesmas Jati Raya.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui perbandingan pemeriksaan RDT dan
pemeriksaan Mikroskopis pada pasien suspek malaria.
2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui adanya Plasmodium sp melalui pemeriksaan RDT
berdasarkan metode imunokromatografi.
2. Untuk mengamati adanya Plasmodium sp secara mikroskopis dengan
pewarnaan giemsa
3. Untuk mengetahui perbandingan dari pemeriksaan RDT dan
Mikroskopis terhadap Plasmodium sp pada pasien suspek malaria.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
1. Untuk memberikan sumbangsih ilmiah untuk almamater tercinta
berdasarkan hasil penelitian tentang perbandingan hasil identifikasi
Plasmodium sp dengan menggunakan pemeriksaan RDT dan
Pemeriksaan Mikroskopis pada suspek malaria di Puskesmas
Kemaraya.
4
2. Memberikan sumbangsih sumber pustaka sekaligus menambah koleksi
perpustakaan Jurusan Analis Kesehatan untuk menjadi bahan bacaan
dan pembelajaran.
2. Manfaat Praktisi
1. Bagi peneliti, dapat dijadikan sebagai media pembelajaran untuk
mengaplikasikan kembali teori serta praktik yang pernah dipelajari
selama mengikuti perkuliahan dan dapat menambah wawasan berfikir
mengenai perbandingan pemeriksaan Plasmodium sp dengan
menggunakan pemeriksaan RDT dan Pemeriksaan Mikroskopis terhadap
suspek malaria sehingga penelitian ini dapat digunakan dan diaplikasikan
didaerah tempat tinggal dari peneliti.
2. Bagi jurusan analis kesehatan, dapat dijadikan referensi dan bahan
bacaan mahasiswa agar menambah wawasan terkhusus pada bidang ajar
Parasitologi.
3. Bagi tenaga laboratorium di tempat meneliti, dapat memberikan
informasi atau masukan dan pertimbangan bagi tenaga laboratorium/ para
klinisi tentang pemeriksaan plasmodium dengan metode mikroskopis dan
RDT.
4. Memberikan dasar bagi peneliti selanjutnya terkait perbandingan hasil
pemeriksaan RDT dan pemeriksaan Mikroskopis.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Malaria
1. Pengertian Malaria
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit
plasmodium yang hidup dan berkembang biak di dalam sel darah manusia,
ditularkan oleh nyamuk malaria (Anopheles) betina, dan dapat menyerang
semua orang baik laki-laki maupun perempuan pada semua kelompok umur
(Dinkes SULTRA, 2017).
Istilah malaria diambil dari dua kata bahasa italia yaitu mal(buruk)
dan area(udara) atau udara buruk karena dahulu banyak terdapat didaerah
rawa-rawa yang mengeluarkan bau busuk. Penyakit ini juga mempunyai
nama lain, seperti demam roma, demam rawa, demam tropik, demam
pantai, demam charges, demam kura dan paludisme (Prabowo, 2008).
2. Penyebab Penyakit Malaria
Pada manusia terdapat empat spesies plasmodium yaitu Plasmodium
vivax, plasmodium falciparum, Plasmodium malariae, dan Plasmodium
ovale (Gandahusada, 2002).
a. Plasmodium vivax penyebab penyakit malaria tertiana, masa
sporulasinya setiap 2 x 24 jam
b. Plasmodium falciparum penyebab penyakit malaria tropika, masa
sporulasinya 1-2 x 24 jam
c. Plasmodium malariae penyebab penyakit malaria kuartana, masa
sporulasinya setiap 3 x 24 jam
d. Plasmodium ovale penyebab penyakit limpa, masa sporulasinya setiap
48 jam, tidak terdapat di Indonesia (Irianto, 2013).
3. Siklus Hidup Plasmodium sp
Daur hidup keempat spesies malaria pada manusia umumnya sama.
Proses ini terdiri dari fase seksual eksogen (sporogoni) dalam badan
nyamuk Anopheles dan fase aseksual (skizogoni) dalam badan hospes
vertebrata. (Gandahusada et al, 2002).
5
6
Gambar 2.1 Sikus Plasmodium (Setiani, 2014)
a. Schizogoni
Siklus hidup yang terjadi pada manusia secara garis besar
dibedakan menjadi dua tahap yaitu tahap dalam sel hati atau tahap ekstra
eritrositer dan tahap dalam eritrosit atau tahap eritrositer (Sandjaja,
2006).
1. Tahap ekstra eritrositer
Tahap ini dimulai dengan masuknya sporozoite kedalam
pembuluh darah kapiler manusia melalui proboscis nyamuk. Dalam
waktu satu jam setelah masuk kedalam peredaran darah, sporozoite
memasuki sel-sel hati (hepatocyte). Di dalam sel hati sporozoite ini
berubah bentuk menjadi bulat dan disebut schizont. Pada saat ini
dimulailah tahap ekstra eritrositer atau exo erytrocytic schizogony
yang sering pula disebut sebagai primary erytrocytic schizogony
(Nama terakhir ini diberikan untuk membedakannya dengan siklus
yang dinamakan secondary exo erytrocytic yang hanya terjadi pada
7
Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale). Pada saat terjadi
schizogoni, nampak schizont membesar diikuti dengan pembelahan
sel, nucleus dan sitoplasmanya. Dengan demikian dari satu schizont
dapat terbentuk beribu-ribu merozoite. Dengan terbentuknya
merozoite tadi, maka hepatocyte ikut pula membesar, terkadang
sampai 60 µ, dan akhirnya sel hati tadi pecah. Pecahnya hepatocyte
tadi diiringi dengan keluarnya merozoite dari sel hati. Jumlah
merozoite yang keluar dari sel hati tergantung dari spesies
Plasmodium. Satu schizont dari Plasmodium falciparum dapat
menghasilkan lebih dari 40.000 merozoite, sedangkan dari schizont
Plasmodium vivax dihasilkan lebih dari 10.000 merozoite. Schizont
Plasmodium malariae dan Plasmodium ovale masing-masing
menghasilkan 2.000 dan 15.000 merozoite. Lama tahap ekstra
eritrositer ini berbeda-beda pula tergantung dari spesies Plasmodium.
Plasmodium falciparum misalnya membutuhkan waktu selama 5 – 6
hari, sedangkan Plasmodium malariae membutuhkan waktu 13 – 16
hari.
Pada beberapa spesies seperti Plasmodium vivax dan
Plasmodium ovale, merozoite yang keluar dari sel hati dapat
menginfeksi sel hati yang lain di samping ada pula yang menginfeksi
eritrosit. Merozoite yang menginfeksi sel hati lagi ini kemudian
dinamakan hypnozoite dan terjadi dalam suatu siklus yang dinamakan
secondary exo erytrocytic. Kejadian ini rupanya tidak pernah
ditemukan pada Plasmodium falciparum dan Plasmodium malariae.
Hypnozoite pada Plasmodium vivax dapat hidup sampai 5 tahun,
sedangkan hypnozoite Plasmodium ovale hidup antara 3 – 5 tahun,
keadaan ini dapat menimbulkan kejadian yang dinamakan relapse
(Sandjaja, 2006).
2. Tahap eritrositer
Dengan keluarnya merozoite dari sel hati, dimulailah tahap
eritrositer, karena merozoite mulai menginfeksi eritrosit. Pada tahap
8
eritrositer ini dikenal beberapa stadia parasit seperti trophozoite muda,
trophozoite tua, schizont muda dan schizont tua.
Selama tahap eritrositer, merozoite secara aktif memasuki
eritrosit. Jenis eritrosit yang disukai Protozoa ini tergantung dari
spesiesnya, misalnya Plasmodium vivax lebih menyukai retikulosit,
Plasmodium falciparum menyukai semua stadia pertumbuhan
eritrosit, sedangkan Plasmodium malariae hanya menyukai eritrosit
yang telah tua. Di dalam eritrosit ini merozoite menjadi bervakuola.
Vakuola tadi makin lama makin besar hingga terbentuk bangunan
seperti cincin atau ring form dan amoeboid form. Bentuk seperti
cincin atau moeboid tadi adalah stadium trophozoite muda dari
Plasmodium sp. Trophozoite muda ini tumbuh terus menjadi
trophozoite tua yang ditandai dengan pembesaran nucleus dan mulai
nampak adanya pembelahan nucleus tersebut.
Stadium dengan nucleus yang telah membelah diri tadi
dinamakan schizont muda. Pada stadium ini mulai nampak adanya
butir-butir chromatin. Schizont muda tersebut mulai terbelah
sitoplasmanya yang diikuti terbentuknya membran diantara
sitoplasma. pada saat itulah Plasmodium masuk kedalam kedalam
stadium yang dinamakan schizont tua. Pada tahap akhir dari stadium
ini dihasilkan merozoite. Merozoite ini kemudian keluar dari eritrosit
dan siap menginfeksi eritrosit lain. Pecahnya eritrosit dan keluarnya
merozoite dari eritrosit tersebut merupakan peristiwa yang dianggap
bertanggung jawab terhadap terjadinya demam pada malaria.
Tidak jarang ditemukan adanya pigment malaria yang tertinggal
setelah terbentuknya merozoite. Pigment ini biasanya difagositosis
oleh sel polymorphonuclear dan monosit. Setelah dua sampai tiga
generasi tahap eritrositer biasanya terjadi gametogenesis. Dalam hal
ini beberapa merozoite tidak lagi menjadi trophozoite melainkan
berdiferensiasi menjadi gametocyte jantan atau microgametocyte dan
gametocyte betina macrogametocyte (Sandjaja, 2006).
9
b. Sporogoni
Siklus sporogoni atau siklus seksual terjadi ditubuh nyamuk. Pada
siklus ini gametocyte yang terbentuk dalam eritrosit manusia ikut terisap
oleh nyamuk pada saat menghisap darah manusia. Dalam waktu 15 menit
microgametocyte yang terisap bersama eritrosit tadi keluar dari eritrosit
dan berubah menjadi 6-8 microgamet yang berbentuk seperti cambuk dan
bergerak aktif, proses ini dinamakan eksflagelasi. Macrogametocyte yang
ikut terisap oleh nyamuk akan berdiferensiasi menjadi macrogamet yang
memiliki nucleus yang besar terletak di dekat dinding sel.
Umur rata – rata gametocyte dalalm tubuh manusia adalah 8-20
hari. Microgamet dan flage lanya mulai bergerak mencari macrogamet
dan melakukan penetrasi kedalam macrogamet untuk melakukan
pembuahan. Hasil pembuahan tersebut adalah zygote. Dalam waktu 20
menit zygote membentuk pseudopodi dan tubuhnya berubah menjadi
fusiformis serta bergerak aktif. Pada saat itulah zygote masuk kedalam
stadium ookinet. Ookinet kemudian membesar dan mulai memasuki sel
epitel lambung nyamuk diikuti pembentukan dinding tebal dan diberi
nama oocyst yang berukuran 50 µ. Tergantung pada suhu udara, biasanya
oocyst menjadi masak dalam waktu 4-15 hari setelah masuknya
gametocyte dalam tubuh nyamuk. Di dalam oocyst yang telah masak
terjadi pembelahan nucleus dan terbentuklah sekitar 1000-10000
sporozoite yang kemudian memasuki hemocoel nyamuk dan menyebar
keseluruh tubuh nyamuk, antara lain kekelenjar ludahnya. Sporozoite
merupakan stadium yang berbentuk seperti jarum berukuran 12 µ dengan
nucleus terletak sentral. Sporozoite yang telah berada dalam kelenjar
ludah nyamuk siap diinfeksikan ketubuh manusia lagi (Sandjaja, 2006).
10
Tabel 2.1 Lamanya stadium hati (exoeritrositik schizogoni) (Irianto, 2013)
Spesies Lamanya
stadium pre
eritrositik (hari)
Diameter sizon
matur pre
eritrositik (µm)
Jumlah merozoit
di dalam sizon
pre eritrositik
Plasmodium
falciparum
5 -7 60 30.000
Plasmodium Vivax 6 – 8 45 10.000
Plasmodium
malariae
14 – 16 55 15.000
Plasmodium Ovale 9 60 15.000
Tabel 2.2 Lamanya daur dalam eritrosit (Irianto, 2013)
Lamanya
Daur
Plasmodium
Falciparum
Plasmodium
vivax
Plasmodium
malariae
Plasmodium
ovale
Masa
Prepaten
9 – 10 hari 11 – 13 hari 15 – 16 hari 10 – 14 hari
Masa
Inkubasi
9- 14 hari 12 – 17 hari 18 – 40 hari 16 – 18 hari
Daur
eritrositik
48 jam 48 jam 72 jam 50 jam
Merozoit
schizont
20 – 30 hari 18 – 24 jam 8 – 10 hari 8 – 14 jam
4. Morfologi
Morfologi dari parasit malaria dipelajari dengan jalan membuat
sediaan darah tipis dan tetes darah tebal pada waktu siklus schizogoni.
Dalam mempelajari morfiologi ini ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu
perubahan pada eritrosit yang terinfeksi dan bentuk setiap stadium dari
parasitnya sendiri (Sandjaja, 2006).
11
a. Perubahan pada eritrosit
Bentuk dan ukuran eritrosit yang terinfeksi oleh Plasmodium
falciparum dan Plasmodium malariae tidak mengalami perubahan,
sedangkan eritrosit yang diinfeksi oleh Plasmodium vivax akan
mengalami pembesaran , bahkan eritrosit yang diinfeksi oleh
Plasmodium ovale selain membesar juga mengalami distorsi berupa
pemanjangan hingga berbentuk oval. Hal lain yang ditemukan dalam
eritrosit yang terinfeksi adalah inclusion bodies. Pada Plasmodium vivax
dan Plasmodium ovale, inclusion tadi berbentuk butiran-butiran yang
berukuran sama dan berwarna merah muda pada pewarnaan Giemsa.
Inclusion ini paling jelas terlihat pada stadium trophozoite muda atau
ring form. Inclusion pada Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale
dinamakan Schuffer’s dot. Pada Plasmodium falciparum, inclusionnya
dinamakan Maurer’s cleft yang berbentuk seperti bintang berwarna
jingga dalam jumlah 5 sampai 10 butir. Pada pewarnaan secara khusus
atau pewarnaan haematoxylin eosin pada PH 7,4 – 7,6 dapat dilihat
adanya inclusion pada erotrosit yang terinfeksi Plasmodium malariae.
Inclusion ini serupa dengan Schuffner’s dot hanya saja lebih halus dan
dinamakan Ziemann’s stippling.
Satu hal lagi yang perlu diperhatikan sewaktu mengamati
perubahan eritrosit yang terifeksi yaitu adanya infeksi ganda pada satu
eritrosit. Rupanya Plasmodium vivax sering menimbulkan infeksi ganda
yang terlihat sebagai adanya lebih dari satu parasit dalam satu sel
eritrosit. Plasmodium falciparum merupakan parasit malaria yang paling
sering menimbulkan infeksi ganda, hingga tidak jarang ditemukan satu
eritrosit yang diinfeksi lebih dari dua parasit. Parasit yang banyak
jumlahnya dalam satu eritrosit tadi menampakkan diri sebagai bentuk-
bentuk yang menempel di sepanjang dinding eritrosit dan bentuk ini
dinamakan acole. Plasmodium ovale jarang menimbulkan infeksi ganda
dan Plasmodium malariae paling jarang menimbbulkan infeksi ganda.
Seperti telah disebutkan di atas bahwa Plasmodium vivax lebih suka
12
menginfeksi eritrosit muda atau retikulosit demikian juga Plasmodium
ovale, sebaliknya Plasmodium malariae hanya menyukai eritrosit yang
telah tua, sedangkan Plasmodium falciparum dapat menginfeksi ssemua
umur eritrosit. Target sel yang berbeda – beda dari Plasmodium sp
bersama – sama dengan cirri – cirri khas yang dikemukakan di atas
menjadi penting artinya untuk mengidentifikasi Plasmodium sp
(Sandjaja, 2006).
B. Tinjauan Umum Tentang Plasmodium sp
a. Plasmodium falciarum
Tidak semua stadia dari parasit dapat ditemukan di darah tepi.
Kebanyakan stadia yang dapat ditemukan oleh ring form dan gametocyte.
Namaun pada infeksi berat semua stadia dapat dapat ditemukan di darah
tepi. Infeksi dengan Plasmodium falciparum tidak menyebabkan perubahan
bentuk entrosit. Walaupun ada infeksi ganda dalam satu eritrosit diinfeksi
oleh lebih dari satu parasit, atau satu ring form dengan dua buah chromatin.
Sehubungan dengan infeksi ganda tadi dikenal adanya bentuk acole yaitu
parasit yang menempel di sepanjang dinding eritrosit.
Ring form pada spesies ini kecil saja ukurannya yaitu sekitar 1,25 -
1,5 µ. Karakteristik pada spesies ini adalah sering ditemukannya infeksi
ganda. Yang dimaksud dengna infeksi ganda adalah satu eritrosit diinfeksi
oleh lebih dari satu parasite, atau satu ring form dengan dua buah
chromatin. Sehubungan dengan infeksi ganda tadi dekenal dengan adanya
bentuk acole yaitu parasit yang menempel di sepanjang dinding eritrosit.
Pada stadium lebih lanjut, mulai nampak adanya inclusion bodies
yang dinamakan Maurer’s cleft yang berbentuk seperti bintang dengan
jumlah antara 5 – 10 buah. Stadium selanjutnya jarang sekali nampak di
darah tepi, kalaupun dapat ditemukan akan nampak sebagai bentuk amoebid
dengan pigment malarianya berupa gumpalan coklat dalam sitoplasma yang
berwarna biru. Trophozoite muda yang mulai melakukan pembelahan
chromatin menjadi dua dinamakan schizont muda. Pada pembelahan
chromatin selanjutnya terjadi lebih banyak lagi chromatin sampai akhirnya
13
terbentuk bangunan seperti buah anggur pada stadium schizont tua. Stadium
schizont tua biasanya berukuran 4,5 - 5 µ dan mengisi hamper 2/3 bagian
eritrosit. Jumlah merozoite biasanya digunakan untuk identifikasi. kalau
pada Plasmodium vivax jumlah merozoite per schizont tua sekitar 12 – 24
buah, maka pada Plasmodium falciparum jumlah merozoite per schizont
adalah 18 – 24 buah (Sandjaja, 2006).
b. Plasmodium vivax
Semua stadia dari Plasmodium vivax dapat dilihat pada sediaan darah
tepi. Bentuk termuda adalah trophozoite muda yang biasanya disebut ring
form. Pada pewarnaan Giemsa, Nampak ring form ini memiliki sitoplasma
bewarna biru dengan chromatin berwarna merah. Ukuran ring form ini
sekitar 2,5 µ. Dengan bertambahnya usia, ring form ini bertambah besar
diikuti dengan pembesaran eritrosit tanpa perubahan bentuk eritrosit itu
sendiri. Di samping itu Schuffner’s dot mulai nampak pula. Sering
ditemukan satu eritrosit yang berisi lebih dari satu ring form.
Pada stadium selanjutnya, ring form kehilangan vakuolanya dan
menjadi berbentuk amoeboid. Pada bentuk ini mulai nampak adanya
pigment malaria berupa granula berwarna coklat tersebar di beberapa tempat
dalam sitoplasma. Bentuk amoeboid akan berkembang menjadi lebih
dewasa dan disebut sebagai trophozoite tua. Dalam keadaan ini parasit
mulai mengisi 2/3 bagian eritrosit. Schuffner’s dot, yang berbentuk butiran
berukuran homogen berwarna merah muda, dan pigment malaria masih
nampak jelas pada stadium ini.
Selanjutnya mulai nampak chromatin membelah menjadi dua.
Stadium ini dinamakan stadium schizont muda yang kemudian diikuti
dengan pembelahan chromatin lebih lanjut. Akhirnya lengkaplah
pembelahan chromatin dan sitoplasmanya. Pada saat ini parasit nampak
sebagai kumpulan sel yang dinamakan merozoite dan mengelilingi pigment
malaria dan disebut schizont tua yang berukuran 9 – 10 µ. Jumlah merozoite
dalam kumpulan sel tadi pada Plasmodium vivax antara 12 sampai 24 buah
atau dengan kata lain jumlah merozoite yang terbentuk dalam satu schizont
14
adalah 12 – 24 buah. Jumlah merozoite ini biasanya digunakan orang untuk
mengidentifikasi spesies Plasmodium.
Macrogametocyte Plasmodium vivax berbentuk bulat besar dan
mengisi hampir seluruh eritrosit. Stadium ini memiliki satu chromatin yang
kompak dan terletak eksentris dengan sitoplasma berwarna biru. Pigment
malaria nampak tersebar di seluruh sitoplasma. Gambar umum dari
microgametocyte menyerupai macrogametocyte, namun ukurannya yang
lebih kecil dengan chromatin difus terletak sentral serta sitoplasma berwarna
biru jingga (Sandjaja, 2006).
c. Plasmodium malariae
Semua stadia dari parasite ini dapat ditemukan dalam darah tepi.
Bentuk termudanya adalah ring form dengan ukuran 2,5 µ. Berbeda dengan
Plasmpodium vivax, maka pada spesies ini eritrosit yang terinfeksi tidak
mengalami perubahan bentuk dan ukuran. Selain itu pada spesies ini jarang
ditemukan adanya infeksi ganda.
Ada 2 bentuk karakteristik pada spesies ini yang terjadi pada stadium
trophozoite dewasa atau growing irophozoite. Bentuk karakteristik pertama
yaitu bentuk amoebid dengan pigment malaria berwarna coklat yang
terkonsentrasi di tepi parasit dan vakuola yang hamper tidak terlihat. Bentuk
karakteristik ke dua dinamakan band form, karena parasit berbentuk seperti
pita melingkari ekuator eritrosit dengan pigment malaria terletak di tepi
parasite berhadapan dengan chromatin di sisi lain.
Ciri khas dari Plasmodium malariae adalah inclusion bodiesnya.
Dengan pewarnaan khusus dapat dilihat adanya Ziemann’s stippling pada
scadium trophozoite muda. Inclusion bodies ini nampak seperti Schuffner’s
dot namun lebih halus. Stadium schizont muda hampir sama bentuknya
dengan schizont dari Plasmodium falciparum, tetapi schizont tuanya
mempunya bentuk khas yang dinamakan bentuk rosette dengan ukuran 6,5 -
7 µ. Dalam stadium ini parasite berbentuk seperti bunga mawar yang terdiri
dari 6 – 12 (biasanya 8) sel (merozoite) besar yang mengelilingi pigment
malaria. Macrogametocyte dan microgametocytenya berbentuk seperti pada
15
Plasmodium vivax. Untuk membedakannya dengan Plasmodium vivax
hanya melalui ukuran eritrosit yang terinfeksi (Sandjaja, 2006).
d. Plasmodium ovale
Semua stadia dari parasit ini dapat ditemukan di darah tepi. Yang
menarik perhatian adalah eritrosit yang terinfeksi selain mengalami
pembesaran juga mengalami perubahan bentuk (distorsi). Bentuk eritrosit
menjadi lonjong atau oval agak pucat. Di samping itu Schuffber’s dot
nampak lebih dominan. Infeksi ganda jarang terjadi pada spesies ini.
Bentuk trophozoite tua tidak amoebid seperti kebanyakan
Plasmodium, vakuolanya juga tidak jelas dan pigment malarianya kasar.
Pada stadium schizont muda terlihat jumlah chromatin yang hanya sedikit,
sedangkan pada schizont tua nampak merozoite yang besar membentuk
bangunan rosette yang tidak teratur. Ukuran schizont tua sekitar 6,2 µ dan
mengisi hamper 3/4 bagian eritrosit. Jumlah merozoite terhitung sekitar 6 –
12 buah atau biasanya 8 buah per schizont. Macrogametocyte dan
microgametocytenya seperti pada Plasmodium vivax, tetapi lebih kecil
ukurannya (Sandjaja, 2006).
C. Tinjauan Umum Tentang Diagnosis Malaria
a. Manifestasi klinis
Dengan melakukan anamnesa yang terarah dan mengamati gambaran
demam penderita,terkadang dapat di tegakan diagnosa malaria.namun
demikian harus diakui akan adanya kesulitan dalam melakukan pengamatan
ini misalnya pada adanya perubahan imunologis pada penderita yang tinggal
di daerah endemis,adanya infeksi campuran atau adanya penyakit lain yang
manifestasi klinisnya menyerupai malaria (Sandjaja, 2006).
b. Pemeriksaan Mikroskopis
1. Pembuatan apusan darah tepi
Cara ini merupakan cara yang paling sering dilakukan dalam
pekerjaan sehari-hari.perbuatan sediaan hapus darah tipis dan tetes darah
tebal yang kemudian diwarnai dengan giemsa atau filed stain sangat
populer.
16
2. Quantitative Buffy Coat (QBC,Becton dickinson)
Untuk menggunakan cara ini perlu digunakan peralatan khusus
buatan Becton dickinson.pada cara ini darah dikumpulkan pada sebuah
tabung hematokrit yang mengandung acridine orange dan
antikoagulant.setelah tabung tadi dipusingkan dengan hematokrit
sentrifuge,diperiksa dengan fluorescence microscope dengan adaptor
khusus.parasit malaria akan terkonsentrasi di lapisan bawah di bawah
lapisan granulosit dalam tabung dan mudah diamati berdasarkan
warnanya.cara ini mulai digunakan pula untuk menegakkan diagnosa
trypanosomiasis,filariasis babesiosis.
3. Metode Kawamoto
Metode yang baru dikembangkan ini mempergunakan sediaan
hapus darah tipis yang diwarnai dengan acridine orange kemudian
diamati dengan fluorescence microscope atau dengan mikroskop biasa
dengan mempergunakan filter khusus.nucleus parasit malaria akan
terlihat berwarna hijau dengan sitoplasma yang berwarnah merah
(Sandjaja, 2006).
c. Rapid Diagnostik Test (RDT)
Test ini berdasarkan deteksi antigen dari parasit malaria yang lisis
dalam darah dengan metode imunokromatografi. Prinsip uji
imunokromatografi adalah cairan akan bermigrasi pada permukaan
membran nitroselulosa. Uji ini berdasarkan pengikatan antigen di daerah
perifer oleh antibodi monoklonal yang dikonjugasikan dengan zat pewarna
atau gold particles pada fase mobile. Antibodi monoklonal kedua/ketiga
diaplikasikan pada strip nitroselulosa sebagai fase immobile. Bila darah
penderita mengandung antigen tertentu, maka kompleksantigen antibodi
akan bermigrasi pada fase mobile sepanjang strip nitroselulosa dan akan
diikat dengan antibodi monoklonal pada fase “immobile” sehingga terlihat
sebagai garis yang berwarna.
17
Jenis RDT dapat berupa dipstik ataupun strip. Test ini biasanya
memerlukan waktu sekitar 15 menit (untuk jenis tertentu sampai 30 menit).
Ada 3 jenis antigen yang dipakai sebagai target :
1. HRP-2 (Histidine Rich Protein-2), adalah antigen yang di sekresi ke
sirkulasi darah penderita oleh stadium trofozoit dan gametosit muda
P.falciparum.
2. pLDH (pan Lactate Dehydrogenase), enzim yang dihasilkan stadium
seksual dan aseksual parasit malaria dari keempat spesies plasmodium
yang menginfeksi manusia. Isomer enzim ini dapat membedakan
spesies P.falciparum dan P.vivax.
3. Pan aldose, adalah enzim yang dihasilkan ke empat spesies
Plasmodium yang menginfeksi manusia.
Adapun kelebihan dari pemeriksaan Rapid Diagnostik Test (RDT) yaitu :
1. Lebih sederhana dan mudah diinterpretasikan, tidak memerlukan
pelatihan khusus seperti pada pemeriksaan mikroskopis.
2. Variasi interpretasinya kecil antara pembaca yang satu dan yang lain.
3. Rapid Test dapat mendeteksi P.falciparum pada waktu parasit
bersekuestrasi pada kapiler darah. Hal yang sama dapat ditemukan juga
pada placenta ibu hamil dengan infeksi P.falciparum(KEMENKES,
2011).
18
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit plasmodium
yang hidup dan berkembang biak di dalam sel darah manusia, penyakit malaria
ini ditularkan oleh nyamuk malaria (Anopheles) betina, dan dapat menyerang
semua orang baik laki-laki maupun perempuan pada semua kelompok umur.
Pada manusia terdapat empat spesies plasmodium yaitu Plasmodium vivax,
Plasmodium falciparum, Plasmodium malariae, dan Plasmodium ovale.
Plasmodium vivax adalah penyebab penyakit malaria tertiana, Plasmodium
falciparum penyebab penyakit malaria tropika, Plasmodium malariae penyebab
malaria kuartana, dan Plasmodium ovale adalah penyebab penyakit limpa.
Dalam melakukan diagnosa terhadap malaria bisa dilakukan dengan dua
cara yakni dengan menggunakan pemeriksaan mikroskopis dan pemeriksaan
Rapid Diagnostic Test (RDT). Masing – masing pemeriksaan memiliki
sensitifitas berbeda dalam memberikan hasil pemeriksaan serta waktu yang
berbeda dalam memberikan hasil pemeriksaan. Untuk pemeriksaan Rapid
Diagnostic Test (RDT), memiliki keunggulan waktu dalam memberikan hasil
pemeriksaan yaitu sekitar 15 menit sedangkan untuk pemeriksaan mikroskopis
terkesan memakan waktu lebih banyak dalam memberikan hasil pemeriksaan
yakni bisa mencapai kurang lebih 1 jam. Dari segi kepraktisan dan efisiensi
waktu, pemeriksaan Rapid Diagnostic Test (RDT) memiliki keunggulan
dibandingkan dengan pemeriksaan mikroskopis yang merupakan gold standard
pemeriksaan Plasmodium sp namun perbedaan sensitifitas dan spesifisitas di
berbagai tempat dari alat ini serta tidak bisa menentukan seberapa berat infeksi
dari Plasmodium sp membuat peneliti terfikir untuk melakukan perbandingan
pemeriksaan. Diharapkan hasil penelitian dari perbandingan kedua pemeriksaan
ini dapat memberikan manfaat bagi pekerja laboratorium dalam menangani
pemeriksaan Plasmodium.
18
19
B. Kerangka Pikir
Terbentuknya 2 garis Merah pada tes dan kontrol
Z
Ket :
: Variabel yang di teliti
: Variabel tidak teliti
Pasien Suspek Malaria
Terbentuk
nya 1
garis
merah
pada test
Pem. RDT
Tes Imunokromatografi
Pemeriksaan
Lab
Pem. Mikroskopis
Terbentukn
ya 2 atau 3
garis
merah pada
daerah test
dan control
Terbentukn
ya 1 garis
merah pada
daerah
control
Pewarnaan Giemsa
Sediaan
Darah Tipis
Sediaan
Darah Tebal
Positif (ada
plasmodium)
Negatif
(tidak ada
plasmodium)
Invalid
Terdapat
Plasmodium
Tidak
terdapat
Plasmodium
(+)
(++)
(+++)
(++++) Menganalisa
perbedaan
20
C. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas (independent variable), adalah variabel yang menjadi sebab
timbulnya atau berubahnya variabel dependen (variable terikat). Variabel
bebas dalam penelitian ini Plasmodium sp pada suspek malaria.
2. Variabel terikat (dependent variable) merupakan variabel yang dipengaruhi
atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variable terikat
dalam penelitian ini adalah hasil pemeriksaan RDT dan hasil pemeriksaan
Mikroskopis.
D. Definisi Operasional Dan Kriteria Objektif
a. Definisi Operasional
1. Pemeriksaan mikroskopis yang dimaksud pada penelitian ini adalah
pemeriksaan plasmodium dengan pengamatan menggunakan mikroskop,
dimana pemeriksaan ini menggunakan apusan darah tepi yang diwarnai
oleh pewarna giemsa untuk kemudian diamati dibawah mikroskop
apakah terdapat Plasmodium sp atau tidak pada sediaan drah tepi yang
telah diwarnai oleh pewarna giemsa.
2. Pemeriksaan Rapid Diagnostic Test (RDT) yang dimaksud pada
penelitian ini adalah suatu pemeriksaan dengan metode
imunokromatografi yang memberikan hasil yaitu terbentuknya garis
merah pada alat.
3. Pasien suspek malaria yang dimaksud pada penelitian ini adalah pasien
yang didiagnosa oleh dokter dan direkomendasikan untuk melakukan
pemeriksaan laboratorium untuk menunjang diagnosa tersebut.
b. Kriteria Objectif
1. Pemeriksaan Mikroskopis
a) Positif : terdapat Plasmodium sp pada apusan darah berdasarkan
morfologi.
b) Negatif : tidak terdapat Plasmodium sp pada apusan darah
berdasarkan morfologi.
21
2. Pemeriksaan RDT
a) Positif : terdapat Plasmodium sp yang membuat terbentuknya garis
merah pada daerah control dan daerah test.
b) Negatif : tidak terdapat Plasmodium sp yang membuat terbentuknya
garis merah pada daerah control.
22
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan
observasional untuk mengamati perbandingan antara hasil pemeriksaan
Rapid Diagnostik Test (RDT) dan Pemeriksaan Mikroskopis pada
Plasmodium sp terhadap pasien suspek malaria di Puskesmas Jati Raya.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di Puskesmas Jati Raya pada tanggal
21 Maret – 30 Mei 2018.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien yang datang
melakukan pemeriksaan dan merupakan pasien suspek malaria serta ibu
hamil yang melakukan pemeriksaan screaning di Puskesmas Jati Raya
dengan jumlah 198 orang.
2. Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan
teknik accidental sampling dengan mengumpulkan data dari subjek yang
ditemui dalam jumlah secukupnya.
a. Kriteria Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah pasien yang berkunjung di
Puskesmas Jati Raya dan telah didiagnosa dokter sebagai suspek
malaria yang kemudian direkomendasikan untuk melakukan
pemeriksaan laboratorium sebagai penegak diagnosa serta pasien
ibu hamil yang melakukan screaning test malaria.
b. Besar Sampel
Jumlah sampel pada penelitian ini berjumlah 12 yang diperoleh
dengan teknik accidental sampling.
22
23
D. Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini dikumpulkan mulai dari
pengumpulan jurnal, studi literatur hingga pencatatan hasil pemeriksaan RDT
dan Pewarnaan Giemsa.
E. Instrumen Penelitian
1. Instrumen Penelitian di Laboratorium
Instrumen penelitian yang dipergunakan di laboratorium terdiri atas
alat dan bahan sebagai berikut:
1. Alat
a) Mikroskop
b) Objek glas
c) Jembatan pewarnaan
d) Pipet tetes
e) Tabung
f) Botol semprot
2. Bahan
a) Giemsa
b) Metanol
c) Buffer plasmodium
d) Aquades
e) RDT
f) Darah
g) Kapas alkohol
h) Lancet
2. Prosedur Kerja
a. Pemeriksaan Rapid Diagnostic Test (RDT)
1. Pra Analitik
a) Metode : Imunokromatografi
b) Prinsip :
24
Cairan akan bermigrasi pada permukaan membran
snitroselulosa. Uji ini berdasarkan pengikatan antigen di darah
perifer oleh antibodi monoklonal yang dikonjugasi dengan zat
pewarna atau gold particles pada fase mobile. Antibodi
monoklonal kedua/ketiga diaplikasikan pada strip nitroselulosa
sebagai fase immobile. Bila darah penderita mengandung antigen
tertentu, maka kompleks antigen antibodi akan bermigrasi pada
fase mobile sepanjang strip nitroselulosa dan akan diikat dengan
antibodi monoklonal pada fase immobile sehingga terlihat sebagai
garis berwarna merah.
c) Persiapan Pasien :
Lakukan penjelasan pada pasien tentang apa yang dilakukan
terhadap pasien, kerjasama pasien, dan sensasi yang akan
dirasakan pasien untuk mengurangi rasa cemas dan meningkatkan
kerjasama.
d) Persiapan alat dan bahan :
Alat :
1. Alat pemeriksaan RDT
2. Tabung mikro kapiler
Bahan :
1. Lancet
2. Kapas alkohol
3. Buffer Plasmodium
2. Analitik
a) Cara kerja dilakukan dengan petunjuk kit RDT.
b) Ambil 2-5 µl darah ujung jari dengan tabung mikro kapiler dan
teteskan pada kotak sampel yang terdapat pada dipstik. Tidak
dianjurkan meneteskan darah secara langsung ke kotak sampel.
Pada beberapa jenis kit RDT dapat juga digunakan darah dengan
antikoagulan/plasma.
25
c) Teteskan larutan buffer pada tempatyang sudah ditentukan sesuai
dengan petunjuk kit RDT. Buffer berisi komponen hemolisis dan
antibodi spesifik yang sudah dilabel dengan Gold Koloid.
d) Jika darah berisi Antigen Malaria, maka kompleks antigen antibodi
akan terbentuk dan terlihat sebagai garis sesuai dengan jenis
antibodi yang ada pada strip tersebut. Sedangkan garis kontrol akan
terlihat, walaupun darah tersebut tidak mengandung antigen
Malaria. Hal ini menunjukkan bahwa kit/strip tersebut masih
mmmenuhi syarat (berfungsi dengan baik).
e) Waktu yang diperlukan untuk membaca hasil RDT berkisar antara
5-15 menit.
f) Interpretasi hasil sesuai petunjuk KIT.
3. Pasca Analitik
a) Bila terdapat 1 garis berwarna pada jendela test Pf atau Pv dan 1
garis pada jendela kontrol (C) menunjukkan hasil positif terinfeksi
plasmodium.
b) Bila terdapat 1 garis berwarna pada jendela Pf, 1 garis pada
jendela Pv dan 1 garis pada jendela kontrol (C) menunjukan hasil
positif dan infeksi ganda plasmodium.
c) Bila terdapat 1 garis berwarna pada jendela kontrol (C)
menunjukkan hasil negatif terinfeksi plasmodium.
d) Bila tidak terdapat garis berwarna pada jendela kontrol (C)
menunjukan kesalahan pada RDT (test harus diulang/invalid).
b. Pemeriksaan Pewarnaan Giemsa
1. Pra Analitik
a) Metode : Mikroskopik
b) Prinsip :
Prinsip pemeriksaan sediaan apus ini adalah dengan
meneteskan darah lalu dipaparkan di atas objek glass, kemudian
dilakukan pengecatan dan diperiksa dibawah mikroskop.
c) Persiapan Pasien :
26
Lakukan penjelasan pada pasien tentang apa yang dilakukan
terhadap pasien, kerjasama pasien, dan sensasi yang akan dirasakan
pasien untuk mengurangi rasa cemas dan meningkatkan kerjasama.
d) Persiapan alat dan bahan :
Alat :
1. Mikroskop
2. Jembatan pewarnaan
3. Objek glass
4. Pipet tetes
5. Botol semprot
Bahan :
1. Pewarnaan giemsa
2. Aquades
3. Methanol
4. Kapas alkohol
5. Lancets
2. Analitik
a) Pembuatan sediaan darah
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Pegang tangan kiri pasien dengan posisi telapak tangan
menghadap ke atas.
3. Pilih jari tengah atau jari manis (pada bayi usia 6-12 bulan
darah diambil dari ujung ibu jari kaki dan bayi <6 bulan darah
diambil dari tumit).
4. Bersihkan jari dengan kapas alkohol untuk menghilangkan
kotoran dan minyak yang menempel pada jari tersebut.
5. Setelah kering, jari ditekan agar darah banyak terkumpul
diujung jari.
6. Tusuk bagian ujung jari (agak di pinggir, dekat kuku) secara
cepat dengan menggunakan lancet.
27
7. Tetesan darah pertama yang keluar dibersihkan dengan kapas
kering, untuk menghilangkan bekuan darah dan sisa alkohol.
8. Tekan kembali ujung jari sampai darah keluar, ambil object
glass bersih (pegang object glass dibagian tepinya). Posisi
object glass berada dibawah jari tersebut.
9. Teteskan 1 tetes kecil darah (± 2µl) dibagian tengah object
glass untuk sediaan darah tipis. Selanjutnya 2-3 tetes kecil
darah (± 6µl) dibagian ujung untuk sediaan darah tebal.
10. Bersihkan sisa darah di ujung jari dengan kapas.
11. Letakkan object glass yang berisi tetesan darah diatas meja
atau permukaan yang rata.
12. Untuk membuat sediaan darah tipis, ambil object glass baru
(object glass kedua) tetapi bukan cover glass. Tempelkan
ujungnya pada tetes darah kecil sampai darah tersebut
menyebar sepanjang object glass.
13. Dengan sudut 450 geser object glass tersebut dengan cepat
kearah yang berlawanan dengan tetes darah tebal, sehingga
didapatkan sediaan hapus (seperti bentuk lidah).
14. Untuk sediaan darah tebal, ujung object glass kedua
ditempelkan pada ke tiga tetes darah tebal. Darah dibuat
homogen dengan cara memutar ujung object glass searah
jarum jam, sehingga terbentuk bulatan dengan diameter 1 cm.
15. Pemberian label/etiket pada bagian ujung object glass dekat
sediaan darah tebal, bisa menggunakan kertas label atau object
glass frosted. Pada label dituliskan kode/inisial nama/tanggal
pembuatan.
16. Proses pengeringan sediaan darah harus dilakukan secara
perlahan-lahan di tempat yang datar. Tidak dianjurkan
menggunakan lampu (termasuk lampu mikroskop), hair dryer.
Hal ini dapat menyebabkan sediaan darah menjadi retak-retak
28
sehingga mempengaruhi hasil pemeriksaan. Kipas angin dapat
digunakan untuk mengeringkan sediaan darah.
17. Selama proses pengeringan, sediaan darah harus dihindari dari
gangguan serangga (semut, lalat, kecoa, dll), debu, panas,
kelembaban yang tinggi dan getaran.
18. Setelah kering, darah tersebut harus segera diwarnai (Pada
keadaan tidak memungkinkan selambat-lambatnya dalam
waktu 24 jam sediaan darah harus sudah diwarnai).
b) Pewarnaan sediaan darah
1. Sediaan darah tipis yang sudah kering difiksasi dengan
methanol. Jangan sampai terkena sediaan darah tebal.
2. Letakkan object glass pada jembatan pewarnaan/rak pewarna
dengan posisi darah berada di atas
3. Tuang larutan Giemsa dari tepi hingga menutupi seluruh
permukaan object glass. Biarkan selama 30-45 menit
4. Tuangkan aquades atau air bersih secara perlahan-lahan dari
tepi object glass sampai larutan Giemsa yang terbuang menjadi
jernih. Angkat dan keringkan sediaan darah. Setelah kering
sediaan darah siap diperiksa
5. Sediaan darah ditetesi dengan oil imersi sebelum diperiksa
dibawah mikroskop, hal ini bertujuan untuk memperjelas
object dan melindungi lensa objectif
3. Pasca Analitik
+ : 1 - 10 parasit dalam 100 lapang pandang sediaan darah tebal
++ : 11 – 100 parasit dalam 100 lapang pandang sediaan darah
tebal
+++ : 1 – 10 parasit dalam 1 lapang pandang sediaan darah tebal
++++ : >10 parasit dalam 1 lapang pandang sediaan darah tebal
29
F. Jenis Data
1. Data Primer
Data primer adalah darah kapiler dari pasien suspek malaria yang
melakukan pemeriksaan di Puskesmas Kemaraya.
2. Data Sekunder
Data dikumpulkan dari jurnal dan buku-buku yang dipublikasikan
kemudian dijadikan landasan teoritis dalam penulisa karya tulis ilmiah ini.
G. Pengolahan data
Data yang dikumpulkan berupa data primer yang diperoleh dari hasil
pemeriksaan Rapid Diagnostik Test (RDT) dan Pewarnaan Giemsa yaitu
apusan darah tebal terhadap pasien suspek malaria kemudian pengolahan data
melalui tahap-tahap berikut :
1. Editing, yaitu meneliti data hasil pemeriksaan sampel darah yang
diperoleh meliputi kelengkapan dan pengisian lembar hasil pemeriksaan.
2. Coding, yaitu kegiatan untuk mengklasifikasikan data menurut kategori
masing-masing.
3. Scoring, yaitu tahap pemberian skor pada masing-masing sampel yang
digunakan dalam bentuk angka
4. Tabulating, yaitu tahap melakukan penyajian data melalui tabel agar
mempermudah untuk dianalisis.
H. Analisis Data
Data yang telah didapatkan dianalisis dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
X = f/n . k
Keterangan :
X : Jumlah persentase variabel yang diteliti
f : Jumlah persentase berdasarkan variabel
n : Jumlah sampel penelitian
k : Konstanta (100%)
30
I. Penyajian data
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan selanjutnya disajikan dalam
bentuk tabel kemudian dijelaskan dalam bentuk narasi.
J. Etika Penelitian
Etika penelitian bertujuan untuk melindungi hak- hak subyek. Dalam
penelitian ini menekankan masalah etika yang meliputi antara lain:
1) Anoniminty (tanpa nama)
Dilakukan dengan tidak memberikan nama responden pada lembar alat
ukur, hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data.
2) Confidentiality (kerahasiaan)
Dilakukan dengan menjamin kerahasiaan hasil penelitian baik informasi
maupun masalah- masalah lainnya. Informasi yang dikumpulkan dijamin
kerahasiaannya oleh peneliti.
31
BAB V
HASIL PENELETIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Letak Geografis
Puskesmas Jati Raya terletak di dalam Kota Kendari yaitu di Jalan
Rambutan Kelurahan Wowawanggu Kecamatan Kadia, dengan titik
koordinat lintang 3°59'41.5"S dan bujur 122°30'32.8"E. Wilayah kerja 3
kelurahan yaitu : Kelurahan Wowawanggu , Kelurahan Anaiwoi, dan
Kelurahan Bonggoeya, yang merupakan administratif kecamatan Kadia
dan kecamatan Wua- wua Kota Kendari.
Adapun batas-batas Puskesmas Jati Raya adalah :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Bende (Kec.Kadia )
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Wundudopi ( Kec.
Baruga)
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Lalolara (Kec. Poasia)
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Mataiwoi (Kec. Wua-
wua)
2. Luas Wilayah
Luas wilayah kerja Puskesmas Jati Raya secara keseluruhan yaitu
3,42 km2, dengan rincian luas wilayah setiap Kelurahan sebagai berikut :
a. Kelurahan Wowawanggu : 0,70km2
b. Kelurahan Anaiwoi : 0,42 km2
c. Kelurahan Bonggoeya : 2,30 km2
3. Demografi
Jumlah Penduduk dalam wilayah kerja Puskesmas Jati Raya dari
data tahun 2017 adalah sebagai berikut :
31
32
Tabel 5.1 Jumlah penduduk pada wilayah kerja Puskesmas Jati Raya pada
tahun 2017
No. Desa/Kelurahan
Jumlah Penduduk Jumlah
Rumah
Tangga Laki-laki Perempuan
Total
Penduduk
1. Bonggoeya 3140 3269 6409 1412
2. Wowawanggu 1956 1888 3844 819
3. Anaiwoi 1068 1136 2204 469
Jumlah 6164 6293 12457 2700
Sumber : profil Puskesmas Jati Raya
Jumlah penduduk pada wilayah kerja Puskesmas Jati Raya pada
tahun 2017 adalah sebanyak 12.457jiwa , dengan rincian 6.164 jiwa
berjenis kelamin laki-laki dan 6.293 jiwa berjenis kelamin perempuan.
4. Sejarah berdirinya Puskesmas
Puskesmas Jati Raya pertama kali adalah sebuah Puskesmas
Pembantu (PUSTU) dari Puskesmas Perumnas. Oleh karena permintaan
kebutuhan masyarakat sekitar jati raya, pada tanggal 28 Juni tahun 2008
berdasarkan surat keputusan Kepala Dinas Kota Kendari No.820/985.A
Puskesmas Pembantu (PUSTU) Jati Raya akhirnya ditetapkan sebagai
Puskesmas Induk Jati Raya.
5. Visi dan Misi Puskesmas Jati raya
a. Visi Puskesmas Jati Raya
Terwujudnya Puskesmas Jati Raya Sebagai Pusat Pelayanan
Kesehatan Yang Profesional, Berkualitas, Mandiri dan Menghasilkan
Layanan Yang Memuaskan Secara Merata Kepada Masyarakat Pada
Tahun 2022.
b. Misi Puskesmas Jati Raya
1. Meningkatkan SDM yang berkualitas dan berkomitmen tinggi;
33
2. Memberikan pelayanan kesehatan sesuai standar dan berkualitas
kepada masyarakat;
3. Mendorong kemandirian masyarakat untuk berperilaku hidup
bersih dan sehat;
4. Berupaya untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana
pelayanan kesehatan;
5. Meningkatkan peran serta masyarakat dan lintas sektor dalam
pembangunan yang berwawasan kesehatan.
6. Sarana dan Prasarana Laboratorium Puskesmas Jati Raya
Laboratorium Puskesmas Jati Raya terdiri atas 1 ruangan, dimana
didalam ruangan tersebut telah mencakup tempat registrasi, peletakan alat
dan bahan maupun tempat pemeriksaan sampel pasien.
Pelayanan kesehatan yang dimiliki Puskesmas Jati Raya yaitu meliputi
pemeriksaan Hematologi (meliputi pemeriksaan DR menggunakan alat
hematologi analyzer dan pemeriksaan Hb menggunakan alat nesco),
Bakteriologi (yaitu pemeriksaan Mycobacterium tuberculosis),
Parasitologi(meliputi pemeriksaan RDT malaria dan DDR malaria) dan
Kimia Klinik (meliputi pemeriksaan asam urat, glukosa dan cholesterol
yang menggunakan alat nesco).
7. Tenaga Laboratorium
Tenaga laboratorium yang dimiliki oleh Puskesmas Jati Raya yaitu
berjumlah 2 orang dengan standar jumlah tenaga laboratorium untuk
puskesmas yaitu berjumlah 1orang.
B. Hasil Penelitian
Telah dilakukan penelitian perbandingan Plasmodium sp antara
pemeriksaan Rapid Diagnostic Test (RDT) dan pemeriksaan Mikroskopis pada
suspek malaria di Puskesmas Jati Raya pada tanggal 21 Maret – 30 Mei 2018
34
di Laboratorium Puskesmas Jati Raya dengan menggunakan sampel yang
berjumlah 12 sampel sebagai berikut :
1. Karakteristik Responden
a. Jenis Kelamin
Jenis kelamin dari sampel yang diteliti adalah sebagai berikut :
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Frekuensi (f) Persentase (%)
1. Laki-laki 6 50
2. Perempuan 6 50
Jumlah 12 100
Sumber : Data Primer 2018
Pada tabel diatas dapat dilihat distribusi sampel berdasarkan jenis
kelamin dari total 12 orang sampel didapatkan jumlah sampel dengan
jenis kelamin laki-laki yaitu berjumlah 6 orang dan jenis kelamin
perempuan berjumlah 6 orang. Sehingga dapat di simpulkan bahwa dari
tabel distribusi jenis kelamin diatas, menunjukan hasil yang seimbang
antara jenis kelamin laki-laki dan jenis kelamin perempuan.
b. Jenis Pasien
Jenis pasien dari sampel yang diteliti adalah sebagai berikut :
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Jenis Pasien
No Jenis Pasien Frekuensi (f) Persentase (%)
1. Suspek 8 67
2. Screaning 4 33
Jumlah 12 100
Sumber : Data Primer 2018
Pada tabel diatas dapat dilihat distribusi sampel berdasarkan jenis
pasien dari total 12 orang sampel didapatkan jumlah sampel dengan jenis
pasien suspek yaitu berjumlah 8 orang dan jenis pasien screaning
berjumlah 4 orang. Sehingga dapat di simpulkan bahwa dari tabel
35
distribusi jenis pasien diatas, menunjukan hasil pasien suspek yanglebih
banyak dibanding pasien screaning.
2. Variabel Yang Di Teliti
a. Hasil Analisis Plasmodium sp menggunakan Rapid Diagnostic Test
(RDT)
Hasil yang di peroleh dari penelitian menggunakan pemeriksaan
RDT adalah sebagai berikut :
Tabel 5.4 Hasil Analisis Rapid Diagnostic Test (RDT)
No Hasil Pemeriksaan
Menggunakan Rapid
Diagnostic Test (RDT)
Rapid Diagnostic Test (RDT)
Frekuensi (f) Persentase (%)
1 Positif 0 0
2 Negatif 12 100
Jumlah 12 100
Sumber : Data Primer 2018
Pada tabel diatas dapat dilihat hasil analisis Plasmodium sp
menggunakan Rapid Diagnstic Test (RDT) didapatkan hasil negatif dari
semua sampel dengan total sampel berjumlah 12 sampel.
b. Hasil Analisis Plasmodium sp menggunakan Mikroskop
Hasil yang di peroleh dari penelitian menggunakan pemeriksaan
mikroskopis adalah sebagai berikut :
Tabel 5.5 Hasil Analisis Mikroskop
No Hasil Pemeriksaan
Menggunakan Mikroskop
Mikroskopis
Frekuensi (f) Persentase (%)
1 Positif 0 0
2 Negatif 12 100
Jumlah 12 100
Sumber : Data Primer 2018
Pada tabel diatas dapat dilihat hasil analisis Plasmodium sp
menggunakan Mikroskop didapatkan hasil negatif dari semua sampel
dengan total sampel berjumlah 12 sampel.
36
c. Tabel hasil analisis Plasmodium sp menggunakan RDT dan Mikroskop
Hasil yang di peroleh dari penelitian menggunakan pemeriksaan
RDT dan pemeriksaan mikroskop adalah sebagai berikut :
Tabel 5.6 Hasil Analisis RDT dan Mikroskop
No Sampel
Hasil Pemeriksaan
RDT Mikroskopis
Positif Negatif Positif Negatif
1. A - √ - √
2. B - √ - √
3. C - √ - √
4. D - √ - √
5. E - √ - √
6. F - √ - √
7. G - √ - √
8. H - √ - √
9. I - √ - √
10 J - √ - √
11. K - √ - √
12 L - √ - √
Jumlah 0 12 0 12
Persentase (%) 0 100 0 100
Sumber : Data Primer 2018
Pada tabel diatas dapat dilihat hasil analisis Plasmodium sp
menggunakan RDT dan Mikroskop didapatkan hasil negatif dari semua
sampel dengan total sampel berjumlah 12 sampel pada masing-masing
pemeriksaan.
37
C. Pembahasan
1. Pemeriksaan RDT
Pemeriksaan RDT adalah pemeriksaan berdasarkan deteksi antigen
dari parasit malaria yang lisis dalam darah dengan metode
imunokromatografi. Uji ini berdasarkan pengikatan antigen di daerah perifer
oleh antibodi monoklonal yang dikonjugasikan dengan zat pewarna atau
gold particles pada fase mobile. Antibodi monoklonal kedua/ketiga
diaplikasikan pada strip nitroselulosa sebagai fase immobile. Bila darah
penderita mengandung antigen tertentu, maka kompleks antigen antibodi
akan bermigrasi pada fase mobile sepanjang strip nitroselulosa dan akan
diikat dengan antibodi monoklonal pada fase “immobile” sehingga terlihat
sebagai garis yang berwarna.
Adapun hasil penelitian yang diperoleh dari pemeriksaan ini yaitu
negatif dengan total sampel berjumlah 12 sampel. Hasil ini diketahui dari
terbentuknya 1 garis merah pada daerah kontrol yang menandakan bahwa
sampel yang di periksa adalah sampel yang negatif. Apabila sampel positif
maka garis merah yang terbentuk lebih dari 1 garis yaitu 2 atau 3 garis dan
apabila satu garis yang terbentuk namun tidak pada daerah kontrol
menandakan hasil pemeriksaan yang valid.
Hasil ini sangat berbeda dari hasil penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Lasena et.al pada tahun 2016 dimana hasil yang diperoleh
dari penelitian tersebut pada pemeriksaan RDT adalah positif meski
beberapa sampel ada yang di peroleh negatif namun lebih banyak sampel
yang diperoleh adalah positif. Hal ini berbanding terbalik dengan penelitian
yang di lakukan saat ini dimana hasil yang diperoleh dari kedua belas
sampel yaitu negatif.
38
2. Pemeriksaan Mikroskop
Pemeriksaan mikroskopik dengan pewarnaan Giemsa sampai saat ini
masih merupakan gold standard pemeriksaan malaria. Melalui pemeriksaan
mikroskop Plasmodium sp penyebab malaria pada manusia dapat dibedakan
berdasarkan stadium parasit yang ada di dalam darah, gambaran eritrosit
yang terinfeksi parasit dan gambaran morfologi parasit yang ada di dalam
sel eritrosit. Morfologi parasit yang optimal dapat dilihat dengan membuat
sediaan darah yang diwarnai Giemsa yang di ambil dari ujung jari yaitu
darah kapiler..
Adapun hasil penelitian dari pemeriksaan mikroskop sama dengan
pemeriksaan RDT yaitu didapatkan hasil yang negatif dari semua jenis
sampel dengan total sampel berjumlah 12 sampel. Hal ini ditandai dengan
tidak ditemukannya morfologi Plasmodium sp pada apusan darah tebal dan
apusan darah tipis di bawah mikroskop dengan perbesaran 100x.
Hasil penelitian ini sangat berbeda dari hasil penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh Lasena et.al pada tahun 2016 dimana hasil yang
diperoleh dari penelitian tersebut pada pemeriksaan mikroskop adalah
positif. Hal ini berbanding terbalik dengan penelitian yang di lakukan saat
ini dimana hasil yang diperoleh dari kedua belas sampel yaitu negatif.
3. Perbandingan Pemeriksaan RDT dan Pemeriksaan Mikroskop
Penelitian perbandingan antara pemeriksaan RDT dan Mikroskop
pada suspek malaria ini memperoleh hasil negatif dari kedua pemeriksaan.
Dimana pada total 12 sampel yang di periksa tidak ditemukan morfologi
Plasmodium sp pada pemeriksaan Mikroskopis dan terbentuknya garis
merah pada daerah kontrol untuk pemeriksaan RDT yang menandakan hasil
negatif. Hasil penelitian ini sangat berbeda dengan penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh Lasena et.al pada tahun 2016. Pada penelitian yang
dilakukan oleh Lasena didapatkan hasil 14 sampel yang dinyatakan negatif
pada pemeriksaan mikroskopis dan pemeriksaan RDT serta didapatkan pula
39
hasil positif pada pemeriksaan mikroskopis dan negatif pada pemeriksaan
RDT.
Melihat perbedaan dari kedua penelitian sangat berbeda jauh, dapat
disimpulkan bahwa beberapa faktor menjadi pengaruh perbedaan hasil dari
kedua penelitian ini, dimana faktor-faktor yang membedakan diantarananya
pertama perbedaan sampel, dimana sampel yang digunakan pada penelitian
kali ini adalah sampel dari pasien suspek malaria atau pasien yang baru
diduga menderita malaria sementara pada penelitian sebelumnya sampel
yang digunakan adalah sampel yang berasal dari pasien positif malaria atau
pasien yang telah menerima perawatan di rumah sakit akibat menderita
penyakit malaria. Kedua perbedaan tempat penelitian, dimana penelitian kali
ini mengambil tempat penelitian di puskesmas sedangkan puskesmas
memiliki jumlah pasien yang sangat sedikit dan kebanyakan pasien adalah
pasien yang belum positif sementara penelitian sebelumnya menggunakan
rumah sakit dan BLK sebagai tempat pengambilan sampel dimana kita
ketahui jumlah sampel yang dimiliki sebuah rumah sakit dan BLK melebihi
kuota sampel yang dimiliki oleh puskesmas dan kebanyakan pasien rumah
sakit dan pasien BLK adalah pasien rujukan dari puskesmas. Ketiga
perbedaan daerah, dimana penelitian kali ini dilakukan pada daerah non
endemik malaria sehingga sangat sulit mendapatkan pasien yang positif
malaria sedangkan penelitian sebelumnya di lakukan pada daerah endemik
malaria sehingga sampel yang di peroleh banyak yang positif.
Penelitian ini masih memiliki beberapa kekurangan dari segi tempat
penelitian dan sampel. Namun kedua pemeriksaan tetap dapat dipergunakan
dengan perhitungan keunggulan dan kelemahan pada masing masing
pemeriksaan. Dimana pada pemeriksaan RDT memiliki keunggulan pada
segi waktu yaitu 5-15 menit dan alat ini memiliki kepraktisan dalam
melakukan pemeriksaan dimana pemeriksaanya hanya meletakkan sampel
pada sumur sampel dan ditambahkan buffer malaria pada sumur buffer
kemudian menunggu alat mengeluarkan hasil, namun kelemahan pada alat
40
ini yaitu hanya melakukan pemeriksaan kualitatif dimana pameriksaan ini
hanya untuk menentukan sampel terinfeksi oleh Plasmodium atau tidak dan
tidak bisa menentukan seberapa parah terinfeksinya dikarenakan tidak dapat
memberitahukan jumlah Plasmodium yang terdapat dalam darah sampel.
Sedangkan pemeriksaan mikroskopis yang merupakan gold standar
memiliki keunggulan dalam menentukan seberapa parah Plasmodium
menginfeksi karena pemeriksaan ini bersifat kuantitatif dimana pemeriksaan
ini dapat melihat morfologi dan jumlah dari morfologi Plasmodium yang
ditemukan pada apusan darah dibawah mikroskop, namun kelemahan
pemeriksaan ini terletak pada lamanya waktu yang dibutuhkan untuk
mendapatkan hasil pemeriksaan yaitu membutuhkan waktu hingga 1 jam.
Pemeriksaan RDT memiliki keunggulan apabila digunakan di UGD
pada saat terjadi KLB malaria, pemeriksaan screaning ibu hamil dan
pemeriksaan screaning pada orang yang telah bepergian di daerah endemik
malaria maupun pemeriksaan di daerah terpencil yang tidak tersedia sarana
laboratorium atau untuk melakukan survei tertentu. Pemeriksaan RDT juga
dapat di pakai di sebuah puskesmas maupun rumah sakit dan apabila telah
didapatkan hasil positif dilanjutkan menggunakan pemeriksaan mikroskopis
untuk menentukan seberapa parah Plasmodium telah menginfeksi dalam
tubuh.
41
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian tentang Perbandingan Plasmodium sp antara
pemeriksaan Rapid Diagnostic Test (RDT) dan pemeriksaan Mikroskopis
pada suspek malaria di Puskesmas Jati Raya dengan jumlah sampel yang di
teliti sebanyak 12 sampel didapatkan hasil yaitu tidak terdapat perbandingan
antara kedua jenis pemeriksaan, yang disimpulkan dari :
1. Tidak didapatkan Plasmodium sp pada pemeriksaan RDT.
2. Tidak ditemukannya morfologi Plasmodium sp pada pemeriksaan
Mikroskopis.
3. Tidak ada perbandingan antara kedua pemeriksaan dikarenakan hasil
pemeriksaan yang diperoleh adalah negatif dari pemeriksaan RDT dan
pemeriksaan mikroskopis.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan berdasarkan hasil
penelitian maka disarankan :
1. Bagi peneliti selanjutnya, disarankan untuk melakukan penelitian
perbandingan terhadap RDT malaria yang di subsidi oleh pemerintah di
puskesmas dan rumah sakit dengan RDT yang di perjual belikan di toko.
2. Bagi peneliti selanjutnya, disarankan untuk melakukan penelitian
terhadap pasien yang telah positif malaria atau positif terinfeksi
Plasmodium sp serta untuk pengambilan sampelnya tidak lagi di
puskesmas melainkan pasien yang berada di rumah sakit.
41
42
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan Republik indonesia. Riset Kesehatan Dasar 2010.
https://www.kesga.kemkes.go.id/images/pedoman/RiskesdasNasional.pdf
(diakses pada tanggal 9 februari 2018)
Desrinawati. 2002. Rapid Manual Test sebagai Alat Diagnostik Malaria
falciparum.Sari pediatri 4 (1) : 147
Dinas kesehatan sulawesi tenggara. 2017. Profil Kesehatan Sulawesi Tenggara
Tahun 2017.http://www.depkes.go.id/resource/download/profil/PROFIL_
KES_PROVINSI_2016/28_Sultra_2016. pdf (diakses 20 desember 2017)
Gandahusada Srisari ; H. Herry D. Ilahule; dan Wita Pribadi.2002. Parasitologi
Kedokteran. Jakarta : Gaya Baru
Handayani lina; Pebrorizal; dan Soeyoko.2008. Faktor Risiko Penularan Malaria
Vivak. Jurnal Kesehatan Masyarakat 24 (1) :1-38
Irianto, Koes. 2013. Parasitologi Medis. Bandung : Alfabeta
KEMENKES RI. 2011. Pedoman Teknis Pemeriksaan Parasit Malaria Kemenkes
RI. 2016. Infodatin : Malaria. http://www.depkes.go.id/Download/pustadin
/infodatin/InfoDatin-Malaria-2016.pdf (diakses pada tanggal 21 desember
2017)
Lasena Nur.M; Victor D. Pijoh; dan Janno B. Bernadus 2016. Perbandingan
deteksi Plasmodium spp. dengan cara pemeriksaan rapid diagnostic test
dan pemeriksaan mikroskopis. Jurnal e-Biomedik (EBM) 4 (2) : 1,2
Moody, A. 2002. Rapid diagnostic test for malaria parasites. Clinical
Microbiology Reviews.15 (1) : 66 – 78
Mtove G, Amos B, Mrema H, et al. 2011. Treatment guided by rapid diagnostic
tests for malaria in tanzakian Children : safety and alternative bacterial
diagnoses. Malaria Journal 10 : 290
Notoatmojo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka cipta.
Prabowo,A. Malaria. 2008. Mencegah dan Mengatasinya. Jakarta : Puspa Swara
Puskesmas Jati Raya. 2018. Data pemeriksaan Rapid Diagnostik Test pada suspek
malaria dan pemeriksaan DDR pada pasien positif malaria di Puskesmas
Jati Raya.
Sandjaja, Bernardus. 2007. Parasitologi Kedokteran : Protozoologi Kedokteran.
Jayapura: Prestasi Pustaka
43
Setiani, Nur Rochmah Wahyu. 2014. Gambaran Klinis Dan Tata Laksana Pasien
Rawat Inap Malaria Falciparum Di Rsup Dr Kariadi Semarang Periode
2009 – 2013. Diponegoro : Universitas Kedokteran Diponegoro
WHO. 2005. World Malaria Report 2005.: Geneva. RBM/WHO/UNICEF
Widoyono.2005. Penyakit Tropis: Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan
Pemberantasannya. Semarang : Erlangga.
World Health Organization. 1991. New perspectives malaria diagnosis.
44
LAMPIRAN
45
LAMPIRAN
1. Pra Analitik
Persiapan Alat Dan Bahan
Gambar Keterangan
Masker, handscoon, kapas
kering, alcohol swab,
autoclick holder, lancet, dan
objek glass,
Alat rapid diagnostic test
(RDT)
Metanol dan Oil imersi
46
Larutan giemsa
2. Analitik
Pemeriksaan Sampel
Gambar Keterangan
Penusukkan ujung jari pasien
menggunakan autclick holder
Pembuatan apusan darah tebal
47
Pewarnaan apusan darah tepi
dan darah tebal
Pewarnaan giemsa
Fiksasi apusan darah tepi
menggunakan metanol
48
Preparat apusan darah tebal dan
apusan darah tepi
Pengamatan preparat malaria di
bawah mikroskop perbesaran
100x
3. Pasca Analitik
Interpretasi Hasil
Gambar Keterangan
Hasil pemeriksaan RDT
49
Hasil pemeriksaan RDT
Hasil pemeriksaan RDT
Hasil pemeriksaan RDT
Hasil pemeriksaan RDT
50
Hasil pemeriksaan RDT
Hasil pemeriksaan RDT
Hasil pemeriksaan RDT
Hasil pemeriksaan RDT
Hasil pemeriksaan RDT
51
Preparat malaria apusan darah
tebal perbesaran 100x
Preparat malaria apusan darah
tepi perbesaran 100x
52
Lampiran 6
TABULASI DATA
PERBANDINGAN Plasmodium sp ANTARA PEMERIKSAAN RAPID DIAGNOSTIC TEST (RDT) DAN
PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS PADA SUSPEK MALARIA
DI PUSKESMAS JATI RAYA
No Kode
Sampel
Jenis
Pasien
Umur
Jenis
Kelamin
Hasil Pemeriksaan
RDT Mikroskop
Positif
(+)
Negatif
(-) % Kategori
Positif
(+)
Negatif
(-)
%
Kategori
1 A Suspek 32 Thn L
- √ 0 Negatif - √ 0 Negatif
2 B Screaning 22 Thn p
- √ 0 Negatif - √ 0 Negatif
3 C Suspek 24 Thn L
- √ 0 Negatif - √ 0 Negatif
4 D Suspek 21 Thn L
- √ 0 Negatif - √ 0 Negatif
5 E Suspek 34 Thn p
- √ 0 Negatif - √ 0 Negatif
6 F Screaning 23 Thn P
- √ 0 Negatif - √ 0 Negatif
7 G Screaning 21 Thn P
- √ 0 Negatif - √ 0 Negatif
53
8 H Screaning 27 Thn P
- √ 0 Negatif - √ 0 Negatif
9 I Suspek 26 Thn L
- √ 0 Negatif - √ 0 Negatif
10 J Suspek 33 Thn P
- √ 0 Negatif - √ 0 Negatif
11 K Suspek 20 Thn L
- √ 0 Negatif - √ 0 Negatif
12 L Suspek 19 Thn L
- √ 0 Negatif - √ 0 Negatif
Kendari, 02 Juli 2018
Peneliti
Nini Rahayuni
54
LEMBAR HASIL PENELITIAN
Judul Penelitian : Perbandingan Plasmodium Spp antara Pemeriksaan Rapid
Diagnostic Test (RDT) dan Pemeriksaan Mikroskopis
pada Suspek Malaria di Puskesmas Jati Raya.
Tanggal Penelitian : 21 Maret – 30 Mei 2018
Nama Peneliti : Nini Rahayuni
Nim : P00341015028
No Kode
Sampel
Tanggal
Pemeriksa
an Umur
Jenis
Kelamin
Hasil Pemeriksaan
RDT Mikroskopis
Positif
(+)
Negatif
(-)
Positif
(+)
Negatif
(-)
1. A
21/03/18 32 Thn
L
- √ - √
2. B
24/03/18 22 Thn
P
- √ - √
3. C
28/03/18 24 Thn L - √ - √
4. D
30/03/18 21 Thn L - √ - √
5. E
01/05/18 34 Thn P - √ - √
6. F
03/05/18 23 Thn P - √ - √
7. G
05/05/18 21 Thn P - √ - √
8. H
05/05/18 27 Thn P - √ - √
9. I
20/05/18 26 Thn L - √ - √
10. J
25/05/18 33 Thn
P
- √ - √
11. K
28/05/18 20 Thn L - √ - √
12. L
31/05/18 19 Thn L - √ - √
Kendari, 02 Juli 2018
55
Mengetahui,
Instruktur Penelitian Peneliti
Fitri Arbianti Amd.AK Nini Rahayuni
56
57
58
59
60