88370605 Sediaan Plasmodium Tebal Dan Tipis

26

Click here to load reader

description

copas

Transcript of 88370605 Sediaan Plasmodium Tebal Dan Tipis

Page 1: 88370605 Sediaan Plasmodium Tebal Dan Tipis

TUGAS PARASITOLOGI

DISUSUN OLEH :

Agus Dwi Setiawan ( P27820310001)

Fransiska Rosdiana (P27820310009)

Dwi Oktaviana (P27820310045)

Dwi Susilowati (P27820310046)

Luluk Anggarani (P27820310013)

Luthfiyyah (P27820310014)

Nova Arlisa Ningsih (P27820310019)

Nyoman Sathya Wardani DS (P27820310024)

Wahyu Tri Utami (P27820310036)

Widiyas Ulfia Rahma (P27820310038)

Windah Kurniawati (P27820310039)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA

PROGRAM STUDI DIII PRODI KEPERAWATAN SUTOPO SURABAYA

TAHUN AKADEMIK 2010 – 2011

i

Page 2: 88370605 Sediaan Plasmodium Tebal Dan Tipis

KATA PENGANTAR Puji syukur atas kehadirat allah swt , atas berkah , rahmat , taufik , dan hidayahnya

sehingga tugas Makalah Parasitologi dengan judul “ Tetesan tebal dan Tetesan tipis “

dapat selesai tepat pada waktunya , kedua kalinya shalawat dan salam tetap

tercurahkan kepada nabi besar Muhammad SAW yang telah membimbing kita dari

jalan yang gelap menuju jalan yang terang , tidak lupa kami ucapkaan terima kasih

kepada bapak dan ibu pembimbing di program Keperawatan Sutopo Poltekes

Surabaya , khususnya pada mata kuliah keperawatan medikal bedah . Kami sadari

bahwa masih banyak kekurangan dan memerlukan perbaikan , maka dari itu kami

mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak demi memberikan yang terbaik bagi

kita semua , semoga tugas makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua.

SURABAYA, 26 April 2011

PENULIS

ii

Page 3: 88370605 Sediaan Plasmodium Tebal Dan Tipis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................................... ii

DAFTAR ISI........................................................................................................................................ iii

PROSEDUR PENGAMBILAN PLASMODIUM.................................................................................1

PROSEDUR PEMBUATAN SEDIAAN TETES TEBAL....................................................................2

PROSEDUR PEMBUATAN SEDIAAN TETES TIPIS.......................................................................3

PENGAMBILAN SAMPEL MALARIA, PEMBUATAN, PEWARNAAN DAN PEMERIKSAAN SEDIAAN MALARIA..........................................................................................................................4

I. Tujuan............................................................................................................................................4

VII. Cara pemeriksaan sediaan darah tebal........................................................................................6

VII. Cara pemeriksaan sediaan darah tipis.........................................................................................6

Pewarnaan Glemsa Untuk Protozoa Dalam Darah...............................................................................13

PLASMODIUM VIVAX....................................................................................................................15

PLASMODIUM FALCIPARUM........................................................................................................15

PLASMODIUM MALARIAE............................................................................................................16

PLASMODIUM OVALE....................................................................................................................16

iii

Page 4: 88370605 Sediaan Plasmodium Tebal Dan Tipis

PROSEDUR PENGAMBILAN PLASMODIUM

Alat dan Bahan :

1. Mikroskop Binokuler

2. Tissue lens

3. Tissue

4. Obyek Glass

5. Ether-Alkohol

6. Lidi

Langkah Kerja :

1. Siapkan mikroskop binokuler2. Letakkan preparat awetan tersebut pada mikroskop3. Amati preparat tersebut dengan menggunakan perbesaran lensa obyektif 10x dan

45x4. Catat morfologi :

1. Stadium kista2. Stadium protozoit

Sampel :

Preparat awetan :

1. Entamoeba histolytica2. Entamoeba coli3. Giardia lambia4. Balantidium coli5. Trichomonas vaginalis

Metode : Direct/Langsung

Catatan :

Lihat perbedaan ciri-ciri morfologi Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax

1

Page 5: 88370605 Sediaan Plasmodium Tebal Dan Tipis

PROSEDUR PEMBUATAN SEDIAAN TETES TEBAL

Obyek Gelas ke-1 yang telah ditetesi dengan sample darah pasien dibuat bulatan dengan cara diratakan dengan cover glass. Cara meratakan darah adalah dengan cara mengaduk dengan rata pada obyek glass. Setelah diratakan, dibiarkan kering. Setelah kering dihemolisa dengan aquadest selama 15-45 menit. Tujuan hemolisa dengan aquadest adalah untuk melisiskn sel eritrosit. Tidak perlu difiksasi dengan Methanol/Alkohol 70 %. Setelah proses pelisisan selesai, buang aquadest kemudin dicat Giemsa selama 15-20 menit. Buang cat Giemsa kemudiaan sediaan tetesan tebal dialiri dengan air kran.

Sediaan dikeringkan kemudian diperiksa dibawah mikroskop dengan perbesaran lensa 100x dengan oil imersi. Sediaan tetes tebal digunakan sebagai Screening test yaitu hanya untuk mengetahui ada tidaknya parasit plasmodium didalam sample darah pasien. Yang terlihat didalam sediaan tetes tebal adalah sel leukosit. Sel trombosit dan parasit plasmodium berdiri sendiri karena sel eritrosit sudah lisis.

2

Page 6: 88370605 Sediaan Plasmodium Tebal Dan Tipis

PROSEDUR PEMBUATAN SEDIAAN TETES TIPIS

Obyek glass ke-2 yang telah berisi sample darah pasien dibuat hapusan darah. Kemudian dikeringkan, setelah kering, sediaan difiksasi dengn Methanol/Alkohol 96% selama 1-2 menit. Kemudin dialiri dengan air kran. Genangi sediaan dengan cat Giemsa selam 15-20 menit. Aliri sediaan dengan air kran, keringkan. Setelah kering, diperiksa dibawah mikroskop dengan perbesaran lens obyektif 100x dengan oil imersi,.

Sediaan tetes tipis/hapusan darah digunakan untuk mengetahui spesies dan bentuk stadium dari parasit Plasmodium didalam sample darah pasien. Yang terlihat didalam sediaan tetes tipis/ lapisan hapusan darah adalah sel eritrosit, sel leukosit, sel trombositdan parasit. Plasmodim yang berada didalam sel eritrosit jika ditemukan.

3

Page 7: 88370605 Sediaan Plasmodium Tebal Dan Tipis

PENGAMBILAN SAMPEL MALARIA, PEMBUATAN, PEWARNAAN DAN PEMERIKSAAN SEDIAAN MALARIA

I. Tujuan

a. Pengambilan sampel bertujuan untuk memperoleh sampel darah pasien

b. Pembuatan hapusan bertujuan untuk mempermudah pemeriksaan dibwah mikroskop

c. Pewarnaan bertujuan untuk memperjelas jenis-jenis sel darah yang terlihat pada mikroskop

d. Pemeriksaan bertujuan untuk melihat ada tidaknya malaria pada pasien

II. Metode

a. Pada pengambilan sampel digunakan alat otomatis

b. Pada pembuatan hapusan dengan hapusan basah

c. Pada pewarnaan dengan menggunakan pewarna giemsa

d. Pada pemeriksaan menggunakan hapusan kering (hapusan yang telah disediakan)

III. Prinsip

a. Pada pengambilan sampel dan pembuatan hapusan

Alat dilengkapi dengan jarum steril, alat ditempelkan pada jari tengah pasien, ketika ditekan

tombol pada alat, alat akan menusuk sendiri dan lepas sediri dari tangan pasien, tetesan darah

pertama dibersihkan dengan tissue, 3 tetes selanjutnya digunakan untuk membuat hapusan

tebal, tetesan selanjutnya digunakan untuk hapusan tipis.

b. Pewarnaan Giemsa

Giemsa memberikan warna ungu pada sel darah

c. Pemeriksaan

Degan perbesaran 10x untuk memeriksa lapang pandang dan 100x untuk melihat sel-sel yang

dicurigai malaria

4

Page 8: 88370605 Sediaan Plasmodium Tebal Dan Tipis

IV. Dasar Teori

Malaria cerebral adalah suatu komplikasi berat dari infeksi Plasmodium falciparum yang

ditandai demam yang sangat tinggi, gangguan kesadaran, kejang yang terutama terjadi pada

anak, hemiplegi dan berakhir pada kematian jika tidak secepatnya mendapatkan perawatan

yang tepat (anonym.2010).

V. Etiologi (anonym.2010)

Malaria serebral merupakan malaria berat yang umumnya disebabkan oleh Plasmodium

falciparum. Namun, dalam kejadiannya juga dipengaruhi oleh beberapa penyebab yang

menjadi factor yang penting dan kejadian tersebut berbeda-beda pada tiap daerah satu dengan

daerah yang lain, karena:

1. Faktor manusia (rasial).

2. Faktor vektor (nyamuk Anopheles).

Di Indonesia terdapat beberapa vektor yang penting (spesies Anopheles) yaitu : A. aeonitus,

A. maeulatus, A, subpictus, yang terdapat di Jawa dan Bali; A. sundaicus dan A. aconitus

diSumatera; A. sundaicus, A. subpictus di Sulawesi; A. balabacensis di Kalimantan; A.

farauti dan A. punctulatus di Irian Jaya.

3. Parasit.

Umumnya adalah Plasmodium falciparum.

4. Faktor lingkungan yang mempengaruhi siklus biologi nyamuk

VI. Manifestasi Klinis Serebral Malaria (anonim.2010)

Manifestasi klinis pada serebral malaria dibagi menjadi dua fase sebagai berikut :

a. Fase prodromal :

1. Gejala yang timbul tidak spesifik, penderita mengeluh sakit pinggang, mialgia, demam

yang hilang timbul serta kadang-kadang menggigil, dan sakit kepala.

2. 2. Fase akut :

3. Gejala yang timbul menjadi bertambah berat dengan timbulnya komplikasi seperti sakit

kepala yang sangat hebat, mual, muntah, diare, batuk berdarah, gangguan kesadaran, pingsan,

kejang, hemiplegi dan dapat berakhir dengan kematian. Pada fase akut ini dalam pemeriksaan

fisik akan ditemukan cornea mata divergen, anemia, ikterik, purpura, akan tetapi tidak

ditemukan adanya tanda rangsang meningeal.

Diagnosis (Anonim.2010)

5

Page 9: 88370605 Sediaan Plasmodium Tebal Dan Tipis

Diagnosis ditegakkan dengan menemukan parasit malaria dengan pemeriksaan mikroskopi.

Pemeriksaan mikroskopis dengan sediaan darah tebal dan tipis merupakan pemeriksaan yang

terpenting. Interpretasi pemeriksaan mikroskopis yang terbaik adalah berdasarkan hitung

kepadatan parasit dan indentifikasi parasit yang tepat. Pemeriksaan mikroskopis satu kali

yang memberi hasil negatif tidak menyingkirkan diagnosa demam malaria dan untuk itu

diperlukan pemeriksaan serial dengan interval pemeriksaan diantara satu hari. Dalam hal ini

waktu pengambilan sampel darah sebaiknya pada akhir perode demam. Periode ini tropozoit

dalam sirkulasi mencapai jumlah maksimal dan cukup matur sehingga memudahkan

indentifikasi spesies parasit. Pemeriksaan miroskopis dapat dilakukan dengan menggunakan

sediaan darah tebal dan tipis. Pemeriksaan miroskopis adalah merupakan standard baku dan

apabila dilakukan dengan cara yang benar mempunyai nilai sensitivitas dan spesifitas hampir

100%.33

VII. Cara pemeriksaan sediaan darah tebal

Untuk melihat adanya parasit aseksual dari plasmodium malaria dapat dilakukan dengan

mengambil darah dari jari tangan penderita kemudian diletakkan pada dek gelas dan biarkan

kering, kemudian selama 5 –10 menit diwarnai dengan pewarnaan giemsa yaitu cairan

giemsa 10 % dalam larutan buffer PH 7,1. Setelah selesai diwarnai maka sediaan darah dicuci

dengan hati- hati selama 1-2 detik lalu biarkan kering dan siap untuk diperiksa. Pemeriksaan

dengan hapusan darah tebal diperlukan untuk menghitung kepadatan parasit.

VII. Cara pemeriksaan sediaan darah tipis

Sediaan darah tipis berguna untuk mengindentifikasi jenis parasit malaria. Cara pengecatan

sama dengan pemeriksaan darah tebal namun sebelum di cat sedian darah difiksasi dulu

dengan metanol murni.

Cara menghitung kepadatan parasit

Jumlah parasit aseksual dalam 1 mm3 = (X . Jumlah lekosit /mm3)/200

X = jumlah parasit aseksual per 200 lekosit.

Manajemen Penanganan (anonim.2010)

1. Manajemen terapi atau penanggulangan malaria serebral meliputi:

a. Penanganan Umum

6

Page 10: 88370605 Sediaan Plasmodium Tebal Dan Tipis

1. Penderita sebaiknya dirawat di ruang perawatan intensif (ICU).

2. Untuk di daerah endemis, terapi diberikan sesegera mungkin, kadang-kadang sebelum

konfirmasi parasitologik.

3. Penderita harus ditimbang untuk menghitung dosis obat antimalaria.

4. Pemberian cairan infus untuk pemeliharaan cairan dan kebutuhan kalori. Semua intake

harus direkam secara hati-hati.

5. Pasang kateter urin untuk mengukur pengeluaran urin seperti halnya mengukur

pengeluaran yang lain.

6. Penderita harus diawasi dari muntah dan pencegahan jatuhnya penderita dari tempat tidur.

7. Penderita harus dibolak-balik untuk menghindari decubitus.

b. Terapi Antimalaria

1. Obat-obat terpilih:

a. Kinin dihidroklorida 10 mg/kg BB i.v. dalam NaCl 0,9% (10 cc/kg BB) diberi dalam 4

jam, diulang setiap 12 jam sampai sadar.

b. Hidrokortison 2 X 100 mg/hari i.v.

2. Obat-obat pengganti:

a. Khlorokuin sulfat 250 mg i.v. perlahan-lahan disusul dengan 250 mg dalam 500 cc NaCl

0,9% dalam 12 jam (2 kali).

b. Dexametason 10 mg i.v. (dosis inisial), dilanjutkan dengan 4 mg i.v. tiap 1 jam.

c. Terapi Antikonvulsi

Bila kejang berikan diazepam 0,2 mg /kg BB i.iv atau i.m. dan dapat diulang setiap 5 – 10

menit sampai kejang-kejangnya terkendali.

IX. Alat dan Bahan

A. Alat

1. Alat penusuk otomatis

2. Lancet steril

3. Gelas objek

4. Sediaan kering

5. Pipet ukur 10 ml

6. Ball pipet

7. Gelas beaker

8. Rak pewarna

7

Page 11: 88370605 Sediaan Plasmodium Tebal Dan Tipis

B. Bahan

1. Oil imersi

2. Aquadest

3. Giemsa

X. Cara Kerja

1. Pengambilan sampel darah dan pembuaan hapusan

a. Pastikan lancet steril telah terpasang pada alat

b. Ditarik sekali ujung alat

c. Dipilih jari yang akan diambil (jari tengah atau jari manis)

d. Didesinfeksi dengan alcohol 70%

e. Ditempelkan pada jari tengah

f. Ditekan tombol untuk menussukan jarum pada tangan

g. Darah yang keluar pertama dibersihkan dengan tissue

h. 3 tetes darah selanjutnya digunakan untuk membuat hapusan tebal

i. Jari ditekan kembali digunakan untuk membuat hapusan tipis

j. 3 tetes darah diaduk agar menjadi hapusan bulat dan tebal

k. Hapusan tipis dibuat dengan mendorong darah ke depan dengan bantuan gelas obyek yang

lain

l. Bekas tusukan pada jari pasien ditutup dengan kapas

2. Pewarnaan

a. Hapusan darah yang kering diwarnai dengan giems

1. Pembuatan giemsa 5%

a) Dipipet 0,5 ml giemsa 5%

b) Diencerkan dengan akuadest 9,5 ml

c) Diaduk sampai merata

b. Hapusan darah diletakkan pada rak pewarna

c. Hapusan darah tipis tidak difiksasi dengan metonal tetapi dengan mencelupkan pada gelas

beaker yang berisi air

d. Hapusan darah tebal ditetesi air

e. Ditunggu ± 10 menit

8

Page 12: 88370605 Sediaan Plasmodium Tebal Dan Tipis

f. Ditetesi giemsa hingga penuh

g. Ditunggu ± 30 menit

3. Pemeriksaan

a. Dihidupkan mikroskop

b. Ditaruh hapusan pada meja sediaan

c. Diperiksa dengan perbesaran 10x

d. Diperiksa dengan perbesaran 100x untuk memeriksa sel-sel darah yag dicurigai parasit

malaria

XI. Data Hasil Praktikum

1. Didapatkan sampel darah yang langsung dibuat hapusan

2. Hapusan berwarna ungu

3. Hasil pemeriksaan

a. No. Kode 1147

Trofozoit muda falciparum

Bentuk cincin

b. No Kode 1147

Trofozoit falciparum

Trofozoit muda

c. Sediaan Tebal

No. Kode 1147

Trofozoit plasmodium falciparum

XII. Pembahasan

9

Page 13: 88370605 Sediaan Plasmodium Tebal Dan Tipis

a. Pengambilan sampel darah

Pengambilan darah kapiler dilakukan pada ujung jari tengah atau jari manis, hal ini karena

pada ujung-ujung jari banyak terdapat pembuluh darah yang kecil-kecil sehingga ketika

ditusuk akan mengeluarkan lebih banyak darah daripada di tempat lain pada tubuh.

Praktikum ini menggunakan lancet karena darah yang diperlukan kurang dari 1 ml, jadi tidak

perlu dilakukan pengambilan darah vena dengan spait atau vacuntainer.

b. Pembuatan Hapusan

Darah yang pertama kali keluar tidak digunakan karena tetesan darah pertama masih terdapat

sisa-sisa alcohol.

Pembuatan hapusan ini dibuat dalam dua jenis yaitu hapusan tebal dan hapusan tipis.

Hapusan tebal digunakan karena sediaanya lebih tebal sehingga parasit lebih mudah

ditemukan. Hapusan tipis digunakan untuk identifikasi sel-sel yang terserang parasit

(Raihannuri.2010).

c. Pewarnaan Hapusan

Pada hapusan tipis difiksasi dengan methanol, ini bertujuan agar morfologi sel yang ada

menjadi lebih tipis (lebih baik) dibandingkan sediaan darah tebal, jika ditetesi air, hapusan

darah akan lisis.

Pada hapusan darah tebal, hanya menggunakan air dan tidak difiksasi dengan metanol,

sehingga eritrosit akan lisis, sel lekosit menjadi tidak khas sehingga akan berpengaruh pada

morfologi parasit. Hal ini menyebabkan sediaan hanya digunakan untuk menemukan parasit.

d. Pemeriksaan

Pada emeriksaan ini, ditemukan trofozoit plasmodium falciparum.

1. Trofozoit Muda

Cirri-cirinya:

a. Eritrosit tidak membesar

b. Satu sel terdapat lebih dari 1 palcifarum

2. Trofozoit muda (bentuk cincin)

Sediaan darah tipis pulasan giemsa

Ciri-cirinya:

a. Eritrosit tampak membesar

10

Page 14: 88370605 Sediaan Plasmodium Tebal Dan Tipis

b. Tampak titik maurer

c. Cincin agak bear

d. Sitoplasma lebih tebal

Plamodium falciparum

Inti halus dan sitoplasma berbentuk coma da halus. Bila bentuk ring ini baru menginfeksi

eritrosit, belum tampak titik-titik maurernya. Pada ring sedang dan ring besar tampat titik-

titik maurernya dan sitoplasma tebal. Titik-titik maurenya ini lebih besar atau kasar

dibandingkan titik-titik schufler. Biasanya jumlah titik maurer berkisar sampai 12 titik saja.

Gejala klinis yang ditimbulkan oleh infeksi malaria ini beragam mulai dari ringan berupa

demam dan sakit kepala berat berupa penurunan kesadaran, gagal ginjal dan multiple organ

failure yang dpat berakhir pada kematian (anonim.2010)

Siklus hidup parasit malaria dimulai bila seseorang digigit nyamuk Anopheles (betina) yang

mengandung sporozoit. Sporozoit-sporozoit yang masuk bersama ludah nyamuk masuk ke

peredaran darah. Dalam waktu yang sangat singkat (30 menit) semua sporozoit menghilang

dari peredaran darah, masuk ke sel-sel parenkim hati. Dalam sel-sel hati (hepatosit) sporozoit

membelah diri secara aseksual, dan berubah menjadi skizon hati (skizon kriptozoik). Seluruh

proses tersebut merupakan fase ekso-eritrositer primer (fase pre-eritrositik). Siklus tersebut

memerlukan waktu antara 6-12 hari untuk menjadi lengkap, tergantung dari spesies parasit

malaria yang menginfeksi. Sesudah skizon kriptozoik dalam sel hati menjadi matang, bentuk

ini bersama sel hati yang terinfeksi pecah dan mengeluarkan antara 5.000-30.000 merozoit,

tergantung dari spesiesnya, yang segera masuk ke peredaran darah tepi dan menyerang/masuk

ke sel-sel darah merah. Tenggang waktu antara saat pertama sporozoit masuk ke tubuh

manusia sampai saat parasit malaria bisa ditemukan di dalam darah tepi disebut masa pre-

paten.

Dalam sel darah, merozoit-merozoit yang dilepas dari sel hati tadi berubah menjadi trofozoit

muda (bentuk cincin). Trofozoit muda tumbuh menjadi trofozoit dewasa, dan selanjutnya

membelah diri menjadi skizon. Skizon yang sudah matang, dengan merozoit- merozoit di

dalamnya dalam jumlah maksimal tertentu tergantung dari spesiesnya, pecah bersama sel

darah merah yang diinfeksi, dan merozoit- merozoit yang dilepas itu kembali menginfeksi

sel-sel darah merah lain untuk mengulang siklus tadi. Keseluruhan siklus yang terjadi

berulang dalam sel darah merah disebut siklus erirositik aseksual atau skizogoni darah.

Peristiwa pecahnya skizon-skizon bersama sel-sel darah merah yang diinfeksinya disebut

proses sporulasi, dan ini berkorelasi dengan munculnya gejala-gejala malaria, yang ditandai

11

Page 15: 88370605 Sediaan Plasmodium Tebal Dan Tipis

dengan demam dan menggigil secara periodik. Satu siklus skizogoni darah berlangsung

lengkap antara 24-49 jam untuk P.falciparum, 48 jam untuk P.vivax dan P.ovale,

menyebabkan pola periodisitas tertiana (tiap hari ketiga), dan 72 jam untuk P.malariae,

menyebabkan pola kuartana (tiap hari keempat). Tenggang waktu sejak saat masuknya

sporozoit ke tubuh manusia sampai timbulnya gejala-gejala penyakit malaria disebut masa

inkubasi (masa tunas) dengan waktu yang berbeda tergantung jenis Plasmodium yang

menginfeksi dan status imunitas penderita.

Setelah siklus skizogoni darah berulang beberapa kali, beberapa merozoit tidak lagi menjadi

skizon, tetapi berubah menjadi gametosit dalam sel darah merah, yang terdiri dari gametosit

jantan (mikrogametosit) dan gametosit betina (makrogametosit). Siklus terakhir ini disebut

siklus eritrositik seksual atau gametogoni. Jika gametosit yang matang diisap oleh nyamuk

Anopheles, di dalam lambung nyamuk terjadi proses eksflagelasi pada gametosit jantan, yaitu

dikeluarkannya 8 sel gamet jantan (mikrogamet) yang bergerak aktif mencari sel gamet

betina (makrogamet). Selanjutnya pembuahan terjadi antara satu sel gamet jantan dan satu sel

gamet betina, menghasilkan zigot dengan bentuknya yang memanjang, lalu berubah menjadi

ookinet yang bentuknya vermiformis dan bergerak aktif menembus mukosa lambung. Di

dalam dinding lambung paling luar ookinet mengalami pembelahan inti menghasilkan sel-sel

yang memenuhi kista yang membungkusnya, disebut ookista. Di dalam ookista dihasilkan

puluhan ribu sporozoit, menyebabkan ookista pecah dan menyebarkan sporozoit-sporozoit

yang berbentuk seperti rambut ke seluruh bagian rongga badan nyamuk (hemosel), dan dalam

beberapa jam saja menumpuk di dalam kelenjar ludah nyamuk. Sporozoit bersifat infektif

bagi manusia jika masuk ke peredaran darah. Seluruh fase perubahan yang dialami

P.falciparum dalam tubuh nyamuk vektornya berlangsung antara 11-14 hari, 9-12 hari untuk

P.vivax, 14-15 hari untuk P.ovale, dan 15-21 hari untuk P.malariae.

IX. Kesimpulan

Setelah melakukan praktikum, dapat disimpulkan bahwa:

1. Pengambilan sampel darah dilakukan pada jari manis atau jari tengah

2. Pembuatan hapusan dibuat dalam 2 jenis yaitu sediaan tebal dan sediaan tipis

3. Pewarnaan dilakukan dengan menggunakan perwarna giemsa, sediaan tipis difiksasi

dengan methanol dan yang tebal hanya menggunakan air

4. Pmemeriksaan mendapat hasil ditemukannya trofozoit muda plasmodium falciparum

12

Page 16: 88370605 Sediaan Plasmodium Tebal Dan Tipis

Pewarnaan Glemsa Untuk Protozoa Dalam Darah

o Larutan Stock Giemsa

o Serbuk Giemssa 1,0 gr

o Gliserin 66,0 cc

o Metil Alkohol Absolut 66,0 cc

Cara Membuatnya :

Gerus bubuk giemsa dalam Gliserin. Setelah tercampur baik, tambahkan gliserin sampai

66,0 cc dicampur dalam water bath 55o – 60oC. Setelah dingin, tambahkan 66,0 cc metil

alkohol absolut. Diamkan selam 2 – 3 minggu. Saring dan simpan di dalam botol

berwarna coklat ditempat sejuk dan tidak terkena sinar matahari.

o Larutan Buffer

Larutan buffer terdiri atas 2 stok larutan yaitu :

o Dinatrium phospate, anhydrous (Na2HPO4) 9,5 gram/ Liter

o Natrium asam phosphat (NaH2PO4. H2O) 9,2 gram / Liter

Dari stok larutan ini dibuat larutan buffer dalam air untuk pewarnaan dan pencucuian

sediaan . Sebelum digunakan stok, larutan harus disaring terlebih dahulu.

Larutan buffer dalam air disimpan dalam botol dan selalu diperbarui setiap

minggu.Larutan buffer dalam air dibuat sebagai berikut :

Formula untuk satu Liter

Ph NaH2PO4 NaH2PO4. H2O Aquadest

6,8 49,6 cc 50,4 cc 900 cc

7,0 61,1 cc 38,9 cc 900 cc

7,2 72,0 cc 28,0 cc 900 cc

7,4 80,3 cc 900 cc

13

Page 17: 88370605 Sediaan Plasmodium Tebal Dan Tipis

Prosedur Pewarnaan

a. Sediaan darah tipis1) Sediaan darah tipis yang sudah difiksasi, direndam Etil Alkohol absolut / Metil

Alkohol absolut selama 2 -3 menit 2) Rendam sediaan dalam larutan campuran 1 cc stok giemsa dengan 50 cc larutan

buffer air Ph 7,0 selama 10 – 45 menit 3) Cuci dengan Aquadest dan biarkan mengering 4) Bila sediaan terlalu merah, pakailah larutan buffer air, yang lebih basah (Ph>7)

bila terlalu gelap, pakailah larutan buffer air yang lebih asam (Ph<7) b. Sediaan darah tebal

Pada sediaan darah tebal, tidak dilakukan perendaman dengan Etil Alkohol Absolut(Metil Alkohol Absolut) tetapi langsung dengan perwarnaan. Kemudian cuci dengan aquades dengan hati-hati selama 2 menit. Bila sediaan darah tebal dan sediaan darah tipis terdapat pada satu slide, Lakukan seperti pewarnaan untuk persediaan darah tebal.

14

Page 18: 88370605 Sediaan Plasmodium Tebal Dan Tipis

PLASMODIUM VIVAX

PLASMODIUM FALCIPARUM

15

Page 19: 88370605 Sediaan Plasmodium Tebal Dan Tipis

PLASMODIUM MALARIAE

PLASMODIUM OVALE

16