PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP...

108
PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP TERKAIT PENGLIHATAN PADA PASIEN GLAUKOMA DISERTAI KATARAK YANG DILAKUKAN FAKOTRABEKULEKTOMI DENGAN YANG DILAKUKAN FAKOEMULSIFIKASI SEKUENSIAL SETELAH TRABEKULEKTOMI Oleh : Levandi Mulja NPM : 131221160003 TESIS Untuk memenuhi salah satu syarat ujian Guna memperoleh gelar Dokter Spesialis Program Pendidikan Dokter Spesialis I Bagian Kajian Utama Ilmu Kesehatan Mata DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN PUSAT MATA NASIONAL RUMAH SAKIT MATA CICENDO BANDUNG 2020

Transcript of PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP...

Page 1: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP

TERKAIT PENGLIHATAN PADA PASIEN GLAUKOMA

DISERTAI KATARAK YANG DILAKUKAN

FAKOTRABEKULEKTOMI DENGAN YANG DILAKUKAN

FAKOEMULSIFIKASI SEKUENSIAL SETELAH

TRABEKULEKTOMI

Oleh :

Levandi Mulja

NPM : 131221160003

TESIS

Untuk memenuhi salah satu syarat ujian

Guna memperoleh gelar Dokter Spesialis

Program Pendidikan Dokter Spesialis I

Bagian Kajian Utama Ilmu Kesehatan Mata

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

PUSAT MATA NASIONAL RUMAH SAKIT MATA CICENDO

BANDUNG

2020

Page 2: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP

TERKAIT PENGLIHATAN PADA PASIEN GLAUKOMA

DISERTAI KATARAK YANG DILAKUKAN

FAKOTRABEKULEKTOMI DENGAN YANG DILAKUKAN

FAKOEMULSIFIKASI SEKUENSIAL SETELAH

TRABEKULEKTOMI

Oleh :

Levandi Mulja

NPM : 131221160003

TESIS

Untuk memenuhi salah satu syarat ujian

Guna memperoleh gelar Dokter Spesialis

Program Pendidikan Dokter Spesialis I

Bagian Kajian Utama Ilmu Kesehatan Mata

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

PUSAT MATA NASIONAL RUMAH SAKIT MATA CICENDO

BANDUNG

2020

Page 3: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP

TERKAIT PENGLIHATAN PADA PASIEN GLAUKOMA

DISERTAI KATARAK YANG DILAKUKAN

FAKOTRABEKULEKTOMI DENGAN YANG DILAKUKAN

FAKOEMULSIFIKASI SEKUENSIAL SETELAH

TRABEKULEKTOMI

Oleh :

Levandi Mulja

NPM : 131221160003

TESIS

Untuk memenuhi salah satu syarat ujian

Guna memperoleh gelar Dokter Spesialis

Program Pendidikan Dokter Spesialis I

Bagian Kajian Utama Ilmu Kesehatan Mata

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing

pada tanggal seperti tertera di bawah ini

Bandung, 2 Juli 2020

Mayang Rini, dr., SpM(K), MSc. DR. Andika Prahasta, dr., Sp.M(K), MKes.

Pembimbing I Pembimbing II

Page 4: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Karya tulis saya, tesis ini, adalah asli dan belum pernah diajukan untuk

mendapatkan gelar akademik (sarjana, magister dan/atau doktor), baik dari

Universitas Padjadjaran maupun di perguruan tinggi lain.

2. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, penelitian saya sendiri, tanpa

bantuan dari pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing.

3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau

dipublikasikan orang lain kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan

sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

dicantumkan dalam daftar pustaka.

4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari

terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya

bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah

diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang

berlaku di perguruan tinggi.

Bandung, Juli 2020

Yang membuat pernyataan,

Materai

Rp 6.000,0

Levandi Mulja, dr.

NPM : 131221160003

Page 5: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

iv

ABSTRAK

Latar belakang: Tujuan tatalaksana pasien glaukoma adalah untuk

mempertahankan fungsi visual dan kualitas hidup (QoL). Bedah katarak pada

pasien glaukoma tahap lanjut dapat meningkatkan QoL. Pilihan tatalaksana yang

dapat dilakukan adalah prosedur kombinasi (fakotrabekulektomi) atau prosedur

sekuensial (fakoemulsifikasi sekuensial setelah trabekulektomi). Namun, belum

ada konsensus yang dapat menentukan prosedur yang lebih baik di antara kedua

prosedur tersebut. Penelitian yang dilakukan selama ini hanya berfokus pada

penilaian parameter objektif untuk mengukur keberhasilan terapi. Penilaian QoL

dapat digunakan untuk menentukan tatalaksana mana yang lebih baik.

Tujuan: untuk mengetahui perbedaan peningkatan QoL terkait penglihatan pada

pasien glaukoma disertai katarak yang dilakukan prosedur kombinasi dibandingkan

dengan yang dilakukan prosedur sekuensial.

Metode: Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif observasi analitik potong

lintang yang membandingkan delta skor peningkatan QoL 1 bulan pascabedah

dengan kuesioner NEI-VFQ-25. Subjek dibagi menjadi 2 kelompok yaitu pasien

dengan glaukoma sudut terbuka primer atau glaukoma sudut tertutup primer derajat

lanjut (VFI<50%) pada mata yang lebih baik yang disertai katarak yang mempunyai

riwayat dilakukan prosedur kombinasi atau sekuensial.

Hasil: Penelitian ini dilakukan pada 38 orang (19 orang tiap kelompok) yang

memiliki karakteristik demografi yang homogen. Peningkatan tajam penglihatan

terbaik dengan koreksi (BCVA) terjadi pada kedua kelompok dan berkorelasi

terhadap peningkatan QoL. Namun, delta skor total peningkatan QoL 1 bulan

pascabedah pada kelompok kombinasi 22.33±16.89 tidak berbeda dengan

kelompok sekuensial (19.07±12.41; p=0.502) walaupun peningkatan BCVA

kelompok sekuensial (0.38±0.22) lebih besar dibandingkan kelompok kombinasi

(0.21±0.25; p<0.05).

Simpulan: Tidak terdapat perbedaan peningkatan QoL 1 bulan pascabedah pada

pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang

dilakukan fakoemulsifikasi sekuensial setelah trabekulektomi.

Kata kunci: kualitas hidup, glaukoma, katarak, fakotrabekulektomi,

fakoemuelsifikasi sekuensial

Page 6: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

v

ABSTRACT

Introduction: The goal of glaucoma treatment is to maintain the patient’s visual

function and related quality of life (QoL). Cataract surgery can improve QoL in

patients with advanced glaucoma. Treatment for patients experiencing concurrent

cataract and glaucoma includes both combined procedure (phacotrabeculectomy)

and sequential surgery (phacoemulsification was further performed on the

trabeculectomized eye). However, there is lack of consensus on the best approach

to surgical management of such cases. The majority of studies focus their attention

only on objective clinical measures as an assessment of the success of the

intervention. Measurement of QoL can help us make decisions about the best

treatments for the patient.

Purpose: to compare the QoL improvement 1 month after surgery between

combined procedure and sequential procedure.

Method: This was a retrospective cross-sectional study that compared the QoL

improvement 1 month after surgery using NEI-VFQ-25. Subjects were divided into

2 groups: patient with advanced stage (VFI<50%) primary open angle glaucoma

or primary close angle glaucoma on their better eye who had underwent combined

procedure or sequential procedure.

Results: This study conducted in 38 persons (19 persons each groups) who had

homogenous demographic characteristics. The improvement of best-corrected

visual acuity (BCVA) occurred in both groups and positively-correlated with the

improvement of QoL. However, the QoL improvements in combined group

(22.33±16.89) did not significantly differ from sequential group (19.07±12.41;

p=0.502) even though the BCVA improvement in sequential group (0.38±0.22) was

greater significantly than combined group (0.21±0.25; p<0.05).

Conclusion: There were no significant QoL improvement differences between

combined group and sequential group.

Keyword: quality of life, glaucoma, cataract, phacotrabeculectomy,

phacoemulsification, sequential surgery

Page 7: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus dan Bunda

Perawan Maria atas segala pimpinan dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan tesis ini. Tesis ini disusun untuk memenuhi syarat guna memperoleh

gelar dokter spesialis Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Ilmu

Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Pusat Mata

Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada Rektor Universitas Padjadjaran,

Prof. Dr. Rina Indiastuti, S.E., M.SIE dan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas

Padjadjaran Dr. Med. Setiawan, dr, AIFM. yang telah memberikan kesempatan

kepada penulis untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis di bagian

Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran.

Perkenankan pula penulis menghaturkan rasa terima kasih kepada (alm) Prof

Sugana Tjakrasudjatma, dr, Sp.M, Prof. Dr. Gantira Natadisastra,dr, Sp. M(K),

(alm) Prof Dr. Farida Sirlan, dr, Sp. M(K) dan Prof. Arief S. Kartasasmita, dr,

Sp.M(K), MM, M.Kes, PhD selaku guru besar Ilmu Kesehatan Mata Fakultas

Kedokteran Universitas Padjajaran yang telah meluangkan waktu untuk

memberikan dukungan, bimbingan dan suri tauladan yang tidak ternilai bagi penulis

selama mengikuti pendidikan spesialis mata hingga selesainya tesis ini.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada jajaran direksi Pusat Mata

Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung, Irayanti,dr., Sp.M(K),MARS

selaku Direktur Utama dan Dr. Feti Karfiati Memed, dr., Sp.M(K) selaku Direktur

Page 8: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

vii

Medik dan Keperawatan, dan Pendidikan yang telah memberikan kesempatan

untuk dapat belajar, bekerja, dan menggunakan sarana dan prasarana di Rumah

Sakit Mata Cicendo.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dr. Budiman, dr, Sp.M(K),

M.Kes selaku Kepala Departemen Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran

Universitas Padjadjaran dan Dr. Irawati Irfani, dr, Sp.M(K), M.Kes selaku Ketua

Program Studi Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran.

Penghargaan dan rasa terima kasih sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada

Mayang Rini, dr, Sp.M(K), MSc selaku pembimbing I dan Dr. Andika Prahasta,

dr., SpM(K), M.Kes selaku pembimbing II yang telah sabar membimbing, memberi

masukan dan arahan selama penelitian berlangsung sehingga penelitian ini berjalan

lancar sampai tahap akhir penyelesaian tesis ini. Penulis juga menyampaikan terima

kasih kepada Dr. Elsa Gustianty, dr, Sp.M(K),M.Kes, dr. Nina Ratnaningsih,

S.M(K), MSc, dan dr. Primawita O. Amiruddin, Sp.M(K), M.Kes yang telah

memberikan masukan dan gagasan sehingga pada akhirnya tesis ini dapat

diselesaikan dengan baik. Penulis ucapkan terima kasih pula kepada Antonia

Kartika, dr, Sp.M(K), M.Kes sebagai mentor penulis selama pendidikan yang telah

memberikan dukungan, saran dan bimbingan selama penulis menjalani pendidikan.

Ucapan terima kasih kepada seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Kesehatan

Mata yang telah senantiasa membimbing dan menjadi teladan yang baik bagi

penulis selama masa pendidikan.

Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada Nurvita Trianasari, S. Si, M. Stat

atas bantuan analisis data statistik. Terima kasih kepada Ibu Sri Ambarwati, Ibu

Page 9: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

viii

Mumbaryatun, Bapak Ajat Sudrajat, dan Kang Ludfi selaku staf sekretariat dan

pustakawan Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran

yang banyak membantu penulis selama masa pendidikan. Kepada seluruh perawat

dan karyawan Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung, penulis

mengucapkan terima kasih atas segala bantuan, kerjasama yang telah terjalin

selama ini dan terlebih kepada pasien-pasien sebagai sumber ilmu penulis selama

belajar.

Penghargaan tertinggi untuk kedua orang tua penulis, Papa tercinta drg. Irwan

Mulya dan Mama tersayang drg. Lisa Irwandiani Jusup, tiada kata yang dapat

mengungkapkan betapa besar rasa syukur dan cinta penulis kepada mereka. Terima

kasih atas cinta, kasih sayang, dukungan dan kesabaran yang telah diberikan dalam

membesarkan, mendidik, membimbing dan memberikan teladan dalam menjalani

kehidupan, semangat dan doa yang tidak pernah putus untuk keberhasilan penulis.

Semoga Tuhan senantiasa melimpahkan berkat dan kesehatan kepada kedua

orangtua penulis. Rasa terima kasih yang tulus penulis ucapkan kepada kakak

tersayang drg. Levina Mulya, Sp. Perio atas perhatian, doa dan pengertiannya dalam

mendukung penulis selama mengikuti pendidikan. Tak lupa penulis ucapkan terima

kasih kepada Tante Novi dan Om Yus yang selalu setia mendoakan dan mendukung

penulis dalam setiap proses pendidikan penulis hingga akhirnya mampu

menyelesaikan tesis ini.

Kepada seluruh sahabat, teman sejawat residen Ilmu Kesehatan Mata Fakultas

Kedokteran Universitas Padjajaran, khususnya Angkatan September 2016 yaitu

Degi, Medissa, Lohita, Fatrin, Mia, Astri, Dina dan Uni. Terima kasih atas

Page 10: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

ix

persahabatan, kebersamaan, kerjasama dan suka duka yang telah dilalui bersama

selama menempuh pendidikan.

Terima kasih untuk semua pihak yang telah membantu dimana penulis tidak

dapat menyebutkan satu persatu. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa membalas

seluruh kebaikan, kesabaran dan keikhlasan yang telah Bapak/ Ibu/ Saudara berikan

kepada penulis selama ini.

Bandung, Juli 2020

Penulis,

Levandi Mulja

Page 11: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

x

DAFTAR ISI

PERNYATAAN .................................................................................................... iii

ABSTRAK ............................................................................................................ iv

ABSTRACT ............................................................................................................. v

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi

DAFTAR ISI ........................................................................................................... x

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv

DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 4

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................ 5

1.4 Kegunaan Penelitian........................................................................................ 5

1.4.1 Kegunaan Ilmiah .................................................................................... 5

1.4.2 Kegunaan Praktis ................................................................................... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka ................................................................................................. 6

2.1.1 Glaukoma dan Katarak ........................................................................... 6

2.1.2 Tatalaksana Glaukoma yang Disertai Katarak ....................................... 7

2.1.3 Kualitas Hidup Pasien Glaukoma dengan Katarak .............................. 11

Page 12: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

xi

2.1.4 Manfaat Penilaian Kualitas Hidup ....................................................... 17

2.1.5 Instrumen Penilaian Hidup Terkait Penglihatan dengan National Eye

Institute-Visual Function Questionnaire-25 ....................................... 18

2.2 Kerangka Pemikiran ...................................................................................... 20

2.3 Bagan Kerangka Pemikiran........................................................................... 21

2.4 Premis ............................................................................................................ 22

2.5 Hipotesis ........................................................................................................ 23

BAB III SUBJEK DAN METODE PENELITIAN ........................................... 24

3.1 Subjek Penelitian ........................................................................................... 24

3.1.1 Kriteria Inklusi ..................................................................................... 24

3.1.2 Kriteria Eksklusi................................................................................... 25

3.1.3 Pemilihan Sampel ................................................................................ 26

3.1.3.1 Cara pemilihan Sampel ............................................................ 26

3.1.3.2 Penentuan Ukuran Sampel ....................................................... 26

3.2 Metode Penelitian.......................................................................................... 27

3.2.1 Rancangan Penelitian ........................................................................... 27

3.2.2 Identifikasi Variabel ............................................................................. 28

3.2.3 Definisi Operasional............................................................................. 28

3.2.4 Alat dan Bahan Penelitian .................................................................... 31

3.2.4.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner .................................. 31

3.2.5 Cara Kerja dan Teknik Pengumpulan Data .......................................... 35

3.2.6 Analisis Data ........................................................................................ 37

3.2.7 Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 39

Page 13: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

xii

3.3 Implikasi/ Aspek Etik Penelitian ................................................................... 39

3.4 Alur Penelitian .............................................................................................. 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... 42

4.1 Hasil Penelitian ............................................................................................. 42

4.1.1 Karakteristik Subjek Penelitian ............................................................ 42

4.1.2 Hasil Penilaian Kualitas Hidup Prabedah dan Pascabedah .................. 47

4.1.3 Hasil Penilaian Peningkatan Kualitas Hidup Pascabedah .................... 49

4.2 Pengujian Hipotesis ....................................................................................... 51

4.3. Pembahasan .................................................................................................. 51

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 62

5.1 Simpulan ....................................................................................................... 62

5.2 Saran .............................................................................................................. 62

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 63

LAMPIRAN ........................................................................................................... 68

Page 14: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas Kuesioner NEI-VFQ-25 .......................................... 33

Tabel 3.2 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner NEI-VFQ-25 ...................................... 34

Tabel 4.1 Karakteristik Demografi Subjek Penelitian Kedua Kelompok .............. 43

Tabel 4.2 Karakteristik Klinis Subjek Penelitian Kedua Kelompok...................... 45

Tabel 4.3 Perbandingan Skor Total Kualitas Hidup Prabedah dan Pascabedah

Kedua Kelompok ................................................................................... 47

Tabel 4.4 Perbandingan Tiap Skor Subskala Kualitas Hidup Prabedah dan

Pascabedah pada Kelompok Kombinasi ................................................ 48

Tabel 4.5 Perbandingan Tiap Skor Subskala Kualitas Hidup Prabedah dan

Pascabedah pada Kelompok Sekuensial ................................................ 49

Tabel 4.6 Perbandingan Peningkatan (Delta Skor) Kualitas Hidup Pascabedah

pada Kedua Kelompok .......................................................................... 50

Page 15: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Persetujuan Etik ................................................................................. 68

Lampiran 2. Informasi Penelitian ........................................................................... 69

Lampiran 3. Kuesioner NEI-VFQ-25 .................................................................... 74

Lampiran 4. Manual Skoring Kuesioner NEI-VFQ-25.......................................... 82

Lampiran 5. Subskala Kuesioner NEI-VFQ-25 ..................................................... 83

Lampiran 6. Data Penelitian ................................................................................... 84

Lampiran 7. Perhitungan Analisis Statistik ............................................................ 89

Lampiran 8. Daftar Riwayat Hidup ........................................................................ 91

Page 16: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

xv

DAFTAR SINGKATAN

AGIS : Advanced Glaucoma Intervention study

CIGTS : Collaborative Initial Glaucoma Treatment Study

PROMs : Patient-reported Outcomes Measures

NEI-VFQ-25 : National Eye Institute-Visual Function Questionnaire-25

HRQoL : Health-related Quality of Life

VRQoL : Vision-related Quality of Life

VFI : Visual Field Index

MD : Mean Deviation

LOCS III : Lens Opacity Classification System III

BCVA : Best Corrected Visual Acuity

TIO : Tekanan Intraokular

POAG : Primary Open Angle Glaucoma

PACG : Primary Angle Closure Glaucoma

Page 17: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Glaukoma merupakan penyebab ketiga kebutaan secara global, setelah katarak

dan kelainan refraksi. Menurut data yang dipublikasikan oleh International Agency

for the prevention of Blindness (IAPB) pada tahun 2015, diketahui terdapat 253 juta

orang yang mengalami gangguan penglihatan, 36 juta orang diantaranya mengalami

kebutaan dan 217 juta orang menderita low vision derajat sedang dan berat.

Berdasarkan data tersebut, glaukoma dilaporkan menyebabkan gangguan

penglihatan sebesar 2,78 % dan kebutaan sebesar 1,91%, sedangkan katarak

dilaporkan menyebabkan gangguan penglihatan sebesar 25,81% dan kebutaan

sebesar 24,05%. Jumlah ini diperkirakan akan meningkat seiring dengan

bertambahnya jumlah populasi usia lanjut. Berdasarkan analisis ekstrapolasi Rapid

Assesment of Avoidable Blindness (RAAB) nasional tahun 2014-2016 didapatkan

hasil bahwa 2,8 % penduduk Indonesia mengalami kebutaan dengan prevalensi

kebutaan akibat katarak sebesar 77,7% dan akibat glaukoma sebesar 2,9 %.1–5

Katarak dan glaukoma seringkali terjadi bersamaan. Prevalensi katarak pada

pasien glaukoma semakin meningkat terutama pada glaukoma tahap lanjut, yang

dapat mencapai 59,2%. Data dari Advanced Glaucoma Intervention Study (AGIS)

menunjukkan bahwa terapi bedah seperti trabekulektomi atau setelah penggunaan

medikamentosa, dapat meningkatkan risiko terbentuknya katarak secara signifikan

Page 18: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

2

sebesar 78% dalam 7 tahun. Namun, bila terjadi komplikasi pascatrabekulektomi

dapat meningkatkan risiko terbentuknya katarak sebesar 104% dalam 7 tahun.6–9

Tatalaksana pasien glaukoma yang disertai katarak adalah dengan prosedur

kombinasi fakotrabekulektomi atau bedah katarak sekuensial setelah dilakukan

trabekulektomi. Belum ada konsensus yang menyatakan manajemen bedah mana

yang paling baik dilakukan. Beberapa penelitian telah dilakukan, dengan

memberikan hasil yang bervariasi dari segi tajam penglihatan, tekanan intraokular

(TIO), jumlah medikasi yang digunakan, serta komplikasi intra dan pascabedah.8,10–

16

Keberhasilan kedua manajemen tersebut umumnya dinilai secara objektif

dengan pemeriksaan tajam penglihatan, lapang pandang, dan TIO. Namun, hal

tersebut belum dapat menggambarkan dampak gangguan penglihatan dan efek

terapi secara menyeluruh terhadap kehidupan pasien. Walaupun banyak penelitian

yang menilai dampak glaukoma terhadap kualitas hidup dan fungsi sehari-hari,

namun masih sedikit informasi mengenai efek terapi glaukoma terhadap kualitas

hidup. Collaborative Initial Glaucoma Treatment Study (CIGTS) dan Quality of life

in Tube versus Trabeculectomy Study (TvT study) merupakan studi multisenter

yang menilai dampak suatu intervensi terapi terhadap kualitas hidup pasien

glaukoma. Berdasarkan kedua studi tersebut, penting untuk menilai dan

menginterpretasikan relevansi Patient-reported Outcome Measures (PROMs)

berdasarkan penilaian kualitas hidup untuk menentukan pilihan intervensi terapi

mana yang paling baik untuk pasien.17–20

Page 19: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

3

Kualitas hidup dapat mencakup berbagai aspek kehidupan seperti aspek

kesehatan, aspek ekonomi, aspek sosial, aspek fungsional, serta aspek psikologis

dan emosional. Berbagai instrumen telah banyak dikembangkan untuk menilai

kualitas hidup penderita gangguan penglihatan. Instrumen yang banyak digunakan

di seluruh dunia adalah Visual Function Questionnaire (VFQ) yang dikembangkan

oleh National Eye Institute (NEI-VFQ-25). Penilaian yang dilakukan adalah

kesehatan umum, penglihatan umum, nyeri pada mata, aktivitas dengan penglihatan

dekat, aktivitas dengan penglihatan jauh, fungsi sosial, kesehatan mental, kesulitan

berperan dalam masyarakat, ketergantungan, berkendaraan, penglihatan warna, dan

penglihatan perifer. Gangguan penglihatan dan efek intervensi terapi dapat

mempengaruhi kualitas hidup.21–24

Pasien glaukoma memiliki skor kualitas hidup yang lebih rendah dibanding

pasien katarak dan kelainan refraktif. Berdasarkan Barbados Eye Study, pasien

dengan glaukoma memiliki skor kualitas hidup yang secara umum lebih rendah,

terutama subskala NEI-VFQ-25 untuk penglihatan jauh dan dekat, fungsi sosial,

kesehatan mental, penglihatan warna dan penglihatan perifer. McKean-Cowdin R,

dkk menyatakan pasien glaukoma dengan gangguan lapang pandang memiliki

kesulitan terbesar untuk mengendari kendaraan. Hal tersebut berkaitan dengan

keterbatasan dalam adaptasi gelap dan glare. Dengan adanya katarak pada pasien

glaukoma, kualitas hidup pasien glaukoma semakin menurun. Katarak dapat

mengurangi kualitas visual pasien glaukoma dengan mengganggu penglihatan

sentral, meningkatkan glare, menyebabkan diplopia monokular, menggangu

persepsi warna dan sensitivitas kontras.25–28

Page 20: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

4

Skalicky, dkk menyatakan bahwa bedah katarak pada pasien glaukoma tahap

lanjut dapat meningkatkan kualitas hidup pasien tersebut, walaupun tidak terjadi

perbedaan tajam penglihatan. Hal ini juga didukung oleh studi yang dilakukan

Hirooka dkk yang menunjukkan adanya peningkatan kualitas hidup pada pasien

glaukoma yang dilakukan fakotrabekulektomi maupun bedah katarak saja dalam

waktu tiga bulan pascabedah, sedangkan tidak ada perbedaan kualitas hidup baik

pra- dan pascatrabekulektomi saja. Namun, belum ada penelitian terkait penilaian

kualitas hidup antara pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan

fakotrabekulektomi dan fakoemulsifikasi sekuensial setelah trabekulektomi.26,29,30

Berdasarkan uraian di atas maka disusunlah tema sentral penelitian ini sebagai

berikut:

Glaukoma merupakan penyebab ketiga kebutaan secara global, setelah katarak dan

kelainan refraksi. Glaukoma dan katarak seringkali terjadi bersamaan seiring

dengan bertambahnya usia, adanya penggunaan obat-obatan antiglaukoma, dan

pascatrabekulektomi. Manajemen yang dapat dilakukan adalah prosedur kombinasi

fakotrabekulektomi atau fakoemulsifikasi dilakukan sekuensial setelah

trabekulektomi. Belum ada konsensus yang menyatakan manajemen bedah mana

yang paling baik dilakukan. Berbagai penelitian hanya menilai keberhasilan kedua

terapi berdasarkan pengukuran objektif dengan hasil yang bervariasi. Penilaian

kualitas hidup dapat digunakan untuk menentukan intervensi terapi mana yang

paling baik untuk pasien. Dampak gangguan penglihatan dan efek suatu terapi dapat

mempengaruhi kualitas hidup. Bedah katarak pada pasien glaukoma dapat

meningkatkan kualitas hidup pasien. Namun, belum ada penelitian terkait

perbandingan kualitas hidup antara pasien glaukoma yang dilakukan

fakotrabekulektomi dan fakoemulsifikasi sekuensial setelah trabekulektomi. Pada

penelitian ini, penulis akan menilai perbandingan peningkatan kualitas hidup

setelah satu bulan pascabedah antara pasien glaukoma disertai katarak yang

dilakukan fakotrabekulektomi dan fakoemulsifikasi sekuensial setelah

trabekulektomi.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah peningkatan kualitas hidup terkait penglihatan pada pasien glaukoma

disertai katarak yang dilakukan prosedur kombinasi (fakotrabekulektomi) lebih

Page 21: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

5

baik daripada yang dilakukan fakoemulsifikasi sekuensial setelah tindakan

trabekulektomi ?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah peningkatan kualitas hidup

terkait penglihatan pada pasien glaukoma disertai katarak yang dilakukan prosedur

kombinasi (fakotrabekulektomi) lebih baik daripada yang dilakukan

fakoemulsifikasi sekuensial setelah tindakan trabekulektomi.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Ilmiah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap ilmu

pengetahuan khususnya mengenai penatalaksanaan glaukoma disertai katarak.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk melakukan tindakan

prosedur kombinasi atau bedah katarak sekuensial setelah trabekulektomi pada

pasien glaukoma disertai katarak.

Page 22: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Glaukoma dan Katarak

Glaukoma menjadi penyebab utama kebutaan yang irreversibel, diestimasikan

dapat terjadi pada 60,5 juta orang di seluruh dunia, yang dapat meningkat mencapai

79,6 juta pada tahun 2020. Menurut data yang dipublikasikan oleh IAPB pada tahun

2015, diketahui terdapat 253 juta orang yang mengalami gangguan penglihatan, 36

juta orang diantaranya mengalami kebutaan dan 217 juta orang menderita low

vision derajat sedang dan berat. Berdasarkan data tersebut, glaukoma dilaporkan

menyebabkan gangguan penglihatan sebesar 2,78 % dan kebutaan sebesar 1,91%,

sedangkan katarak dilaporkan menyebabkan gangguan penglihatan sebesar 25,81%

dan kebutaan sebesar 24,05%. Jumlah ini diperkirakan akan meningkat seiring

dengan bertambahnya jumlah populasi usia lanjut. Berdasarkan analisis

ekstrapolasi RAAB nasional tahun 2014-2016 didapatkan hasil bahwa 2,8 %

penduduk Indonesia mengalami kebutaan dengan prevalensi kebutaan akibat

katarak sebesar 77,7% dan akibat glaukoma sebesar 2,9%.1–5

Katarak dan glaukoma mempunyai prevalensi tinggi pada populasi usia lanjut

dan seringkali kedua kondisi tersebut terjadi bersamaan. Glaukoma dapat bersifat

kataraktogenik, sedangkan katarak dapat meningkatkan TIO. Glaukoma dan

katarak juga mempunyai gejala yang saling tumpang tindih, yaitu penurunan

Page 23: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

7

kontras, meningkatkan blur dan glare. Katarak dapat mengganggu kejernihan

media dalam pemeriksaan funduskopi untuk mengevaluasi diskus optikus dan

menganggu pemeriksaan lapang pandang. Jenis katarak yang paling sering muncul

adalah katarak yang terkait usia, yang dikarakteristikan dengan sklerosis nuklear,

kekeruhan kortikal, dan kekeruhan subkapsular posterior.11,14,21

Prevalensi katarak pada pasien glaukoma semakin meningkat terutama pada

glaukoma tahap lanjut, yang dapat mencapai 59,2%. Data dari AGIS menunjukkan

bahwa terapi bedah seperti trabekulektomi atau setelah penggunaan

medikamentosa, dapat meningkatkan risiko terbentuknya katarak secara signifikan

sebesar 78% dalam 7 tahun. Faktor paling penting yang dapat berperan dalam

pembentukan katarak adalah keadaan pascabedah. Bilik mata depan yang dangkal

dan inflamasi pascabedah merupakan faktor utama yang dapat meningkatkan risiko

terbentuknya katarak sebesar 104% dalam 7 tahun. Risiko terbentuknya katarak

pada kelompok trabekulektomi lebih besar tiga kali lipat dibandingkan kelompok

medikamentosa. Survei yang dilakukan oleh American Glaucoma Society

membuktikan bahwa operasi katarak fakoemulsifikasi menjadi tindakan operasi

awal yang dilakukan pada 44% ± 32% pasien dengan glaukoma sudut terbuka

primer yang disertai dengan katarak. 6,11,13,14,31

2.1.2 Tatalaksana Glaukoma yang Disertai Katarak

Tujuan terapi glaukoma menurut European Glaucoma Society (EGS) adalah

untuk mempertahankan fungsi visual dan kualitas hidup. Penurunan tekanan

intraokular merupakan cara untuk mencegah kerusakan diskus optikus lebih lanjut.

Page 24: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

8

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan terapi untuk menurunkan

tekanan intraokular adalah target TIO yang ingin dicapai, efek samping terapi,

dampak terhadap kualitas hidup pasien, dan biaya yang dibutuhkan untuk terapi

tersebut. Target penurunan TIO dapat dicapai dengan medikamentosa, bedah atau

keduanya.21,32

Pasien glaukoma dengan katarak membutuhkan

tatalaksana patient-centered. Ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam

menentukan tatalaksana pasien glaukoma dengan katarak yaitu derajat keparahan

glaukoma (berdasarkan kerusakan neuropati optik dan gangguan lapang pandang

yang terjadi), subtipe glaukoma (konfigurasi bilik mata depan, primer atau

sekunder), kesulitan untuk mengontrol TIO, jumlah penggunaan obat-obatan

antiglaukoma, derajat kekeruhan katarak, kesulitan intrabedah yang dapat

diantisipasi, kemampuan dan kompetensi operator, usia dan kondisi kesehatan

pasien, preferensi pasien terhadap pengobatan yang dilakukan.11,13,14

Bedah katarak saat ini relatif cepat dan aman sehingga banyak yang

berpendapat bila bedah katarak memberikan hasil yang memuaskan. Bedah katarak

juga merupakan one-off event, bila hal tersebut dilakukan tanpa komplikasi, kecil

kemungkinan terjadi kesulitan atau morbiditas ke depannya. Studi prospektif pada

pasien hipertensi okular dan glaukoma tahap awal, menunjukkan bahwa bedah

katarak saja dapat menurunkan TIO sebesar 8,5 ± 4,3 mmHg pada bulan ke-12

pascabedah. Namun, sebanyak 35% mata harus kembali menggunakan obat

antiglaukoma setelah bulan ke-12.11,31,33

Page 25: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

9

Berbeda dengan bedah katarak, bedah glaukoma terutama trabekulektomi,

walaupun dilakukan tanpa komplikasi, kemungkinan terjadi morbiditas di

kemudian hari masih dapat terjadi. Paling sering kemungkinan yang terjadi adalah

kehilangan kontrol TIO atau kegagalan bleb. Tingkat kegagalan trabekulektomi

bervariasi diantara studi populasi yang telah dilakukan dan berbagai definisi

kegagalan, namun bisa mencapai 84% dalam 3 tahun. Ada beberapa studi

menyatakan TIO dapat lebih tinggi setelah terjadi kegagalan trabekulektomi bila

dibandingkan dengan TIO sebelum dilakukan trabekulektomi. Oleh karena itu

banyak hal yang harus dipertimbangkan, untuk meninimalkan terjadinya kegagalan

bleb di kemudian hari.13,14,26,30

Saat ini belum ada konsensus yang menentukan tatalaksana pasien glaukoma

dengan katarak. Dokter spesialis mata harus menentukan yang terbaik untuk pasien,

dapat berupa prosedur kombinasi atau sekuensial, tergantung tingkat keparahan

glaukoma dan gangguan penglihatan akibat katarak. Beberapa penelitian

memberikan hasil yang bervariasi antara grup kombinasi fakotrabekulektomi

dengan grup ekstraksi katarak sekuensial setelah trabekulektomi sebelumnya.

Belum ada studi Randomized Control Trial (RCT) yang dilakukan untuk

membandingkan kedua prosedur tersebut.8,12,14

Trabekulektomi dilakukan untuk menurunkan TIO bila tidak terkontrol dengan

medikamentosa dan progresivitas glaukoma masih terjadi. Bila terjadi bersamaan

dengan katarak, esktraksi katarak dapat dilakukan bersamaan dengan

trabekulektomi. Namun, hal tersebut dapat berefek terhadap penurunan TIO dari

Page 26: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

10

trabekulektomi. Saikumar dkk, menyatakan lebih baik dilakukan prosedur

fakotrabekulektomi walaupun kekeruhan katarak masih pada tahap awal.11,12,16

Studi yang dilakukan oleh Li dkk, bedah katarak yang dilakukan kurang dari 4-

6 bulan setelah trabekulektomi dapat meningkatkan risiko terjadi kegagalan bleb.

Walaupun fungsi bleb memang akan berkurang seiring bertambahnya waktu akibat

vaksularisasi yang terjadi bertahap, inflamasi yang diakibatkan ekstraksi katarak

dapat meningkatkan vaskularisasi pada bleb. Inflamasi setelah fakoemulsifikasi

mengalami perbaikan setelah 30 hari pascabedah. Demikian pula, inflamasi yang

terjadi pascatrabekulektomi mengalami perbaikan setelah 4 minggu. Faktor lain

yang berpengaruh terhadap kegagalan bleb adalah faktor usia, ras,dan penggunaan

obat-obatan topikal sebelumnya. Risiko kegagalan bleb pascabedah katarak dapat

berkurang bila jarak antara waktu dilakukan bedah katarak dengan trabekulektomi

semakin lama. Husain dkk, Arimura dkk, dan Longo dkk menyatakan waktu yang

optimal antara bedah katarak dengan trabekulektomi minimal 6 bulan. Li dkk

menyatakan bahwa kejadian uveitis anterior lebih sering terjadi pada grup

fakotrabekulektomi (36,7%) bila dibandingkan dengan grup fakoemulsifikasi yang

telah dilakukan trabekulektomi sebelumnya (14,6%) dan grup yang dilakukan

trabekulektomi saja (8,0%). Hal ini merupakan kekurangan prosedur kombinasi bila

dibandingkan dengan prosedur sekuensial yang diakibatkan durasi bedah yang lebih

lama dan adanya kerusakan sawar darah-okular.11,12,16,34,35

Li HJ, dkk menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan secara statistik

penurunan TIO dan penggunaan medikamentosa antara kelompok prosedur

kombinasi dengan kelompok sekuensial pada 1-2 tahun pascabedah. Studi yang

Page 27: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

11

dilakukan Jampel HD, dkk menyatakan bahwa prosedur sekuensial memiliki

penurunan TIO yang lebih besar pada awal pascabedah. Namun, dalam observasi

selama 1 tahun, TIO yang dihasilkan sama dengan prosedur kombinasi. bahkan

cenderung meningkat sebesar ± 2 mmHg setelah 1 tahun. Prosedur sekuensial

membutuhkan tambahan jumlah medikamentosa pascabedah. Namun, prosedur

kombinasi memiliki risiko komplikasi yang lebih besar baik intra- dan pascabedah.

Komplikasi yang terjadi juga dapat menurunkan kualitas hidup pasien. Adanya

perspektif penurunan TIO yang lebih baik, jumlah operasi yang lebih sedikit dan

pengurangan penggunaan medikamentosa setelah prosedur kombinasi harus

diseimbangkan dengan risiko komplikasi pascabedah yang lebih tinggi. Pada

prosedur sekuensial, periode gangguan penglihatan akibat katarak yang lebih lama

dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien glaukoma.12,15,21,31,36

2.1.3 Kualitas Hidup Pasien Glaukoma dengan Katarak

Kualitas hidup menurut WHO adalah suatu persepsi individu terhadap

keberadaan atau posisinya dalam kehidupan. Kualitas hidup mempunyai lima aspek

yang saling mempengaruhi yaitu aspek kesehatan (gejala suatu penyakit), aspek

ekonomi (financial dan non-financial costs), aspek sosial, (kontak sosial dan

hubungan interpersonal), aspek fungsional (self-care, mobilitas, tingkat aktivitas,

aktivitas hidup sehari-hari), serta aspek psikologis dan emosional (fungsi kognitif

dan kesejahteraan emosi). Kualitas hidup terkait kesehatan atau Health-related

Quality of Life (HRQoL) berkaitan dengan tingkat fungsi fisik, psikologis dan sosial

Page 28: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

12

termasuk kecakapan (ability), hubungan intra dan interpersonal (relationship),

persepsi, kepuasan hidup dan kesejahteraan.21,37

Gangguan penglihatan dan kebutaan dapat mengakibatkan menurunnya kualitas

hidup yang dapat dinilai dari berkurangnya kemampuan seseorang untuk

melakukan pekerjaan, mengisi waktu luang atau melakukan aktivitas harian.

Glaukoma akan mengakibatkan penurunan kualitas hidup dari berbagai hal yaitu

efek psikologis sejak terdiagnosis glaukoma (ketakutan akan kebutaan, ketakutan

akan pendapat orang disekitarnya, kecemasan dan depresi), efek visual dari

glaukoma (penurunan lapang pandang dan tajam penglihatan), efek samping terapi

yang digunakan (medikamentosa dan pembedahan), dan efek finansial (biaya yang

dibutuhkan setiap kunjungan dan terapi, kehilangan pekerjaan akibat gangguan

penglihatan yang dialami).21,28,37–39

Beberapa penelitian menilai respon pasien glaukoma sejak pertama kali

terdiagnosis. Odberg dkk menunjukkan bahwa 80% pasien melaporkan perasaan

atau emosi negatif terhadap diagnosis dan penurunan dini kualitas hidup. Odberg

dkk menyarankan untuk hanya memberikan informasi diagnosis glaukoma kepada

pasien bila telah dikonfirmasi betul kebenarannya. Satu dari tiga pasien merasa

takut menjadi buta, walaupun 50% pasien tidak mengeluhkan gangguan

penglihatan. Tujuh puluh persen pasien berpikir bahwa mereka akan menjadi buta

tanpa terapi, walaupun 44% diantaranya tidak mengeluhkan gangguan lapang

pandang dan hanya 4% yang memang memiliki defek lapang pandang bilateral

yang luas.19,21

Page 29: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

13

Pasien dengan jenis penyakit yang sama, termasuk kehilangan penglihatan

akibat derajat glaukoma yang sama, mungkin memiliki kualitas hidup yang

berbeda. Hal itu menunjukkan kualitas hidup dapat bervariasi antar individu,

berdasarkan pengalaman hidup dan perubahan ekspektasi tiap individu. Kualitas

hidup seringkali dideskripsikan dalam Patient-reported Outcomes (PROs). Patient-

reported Outcomes merupakan penilaian berbagai aspek status kesehatan pasien

yang dilaporkan secara langsung oleh pasien, terbebas dari interpretasi oleh dokter,

peneliti atau orang lain. Patient-centered care menunjukkan bahwa kebutuhan dan

keinginan pasien menjadi salah satu faktor utama yang menentukan bagaimana

suatu penatalaksaan suatu penyakit dilakukan. Saat ini, PROs sudah dipakai pada

penelitian uji coba untuk mengevaluasi obat-obatan atau alat-alat diagnosis

medis.21,32,38,40

Penelitian oleh Nirmalan T, dkk menemukan hubungan skor kualitas hidup

dengan tingkat tajam penglihatan, penyakit mata yang mendasari, dan faktor

demografi. Katarak, glaukoma, dan kelainan refraksi berkaitan secara independen

terhadap penurunan skor kualitas hidup. Peneliti juga menemukan bahwa usia,

tingkat pendidikan, dan pekerjaan berkaitan dengan skor kualitas hidup, namun

jenis kelamin dan hipertensi tidak berkaitan dengan skor kualitas hidup. Pasien

glaukoma menunjukkan penurunan skor di subskala penglihatan umum bila

dibandingkan pasien katarak. Di sisi lain, semakin meningkatnya usia akan

menurunkan skor kualitas hidup. Selain itu, peningkatan kualitas hidup ditemukan

pada golongan dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi dan yang memiliki

pekerjaan.38,41,42

Page 30: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

14

Berdasarkan Barbados Eye Study, pasien dengan glaukoma memiliki skor

kualitas hidup yang secara umum lebih rendah dibanding populasi normal, terutama

subskala NEI-VFQ-25 untuk penglihatan jauh dan dekat, fungsi sosial, kesehatan

mental, penglihatan warna dan penglihatan perifer. McKean-Cowdin R, dkk

menyatakan pasien glaukoma dengan gangguan lapang pandang memiliki kesulitan

terbesar untuk mengendari kendaraan. Hal tersebut berkaitan dengan keterbatasan

dalam adaptasi gelap dan glare. Dengan adanya katarak pada pasien glaukoma,

kualitas hidup pasien glaukoma semakin menurun. Katarak dapat mengurangi

kualitas visual pasien glaukoma dengan mengganggu penglihatan sentral,

meningkatkan glare, menyebabkan diplopia monokular, menggangu persepsi

warna dan sensitivitas kontras.26,38,41,42

Studi meta-analisis oleh Wang dkk, menyatakan bahwa glaukoma derajat awal

memiliki skor kualitas hidup yang tidak berbeda secara signifikan dibandingkan

orang tanpa glaukoma dari aspek penglihatan sentral, penglihatan dekat,

penglihatan perifer, mobilitas diluar ruangan, adaptasi gelap dan glare. Pada pasien

glaukoma derajat sedang dan berat memiliki skor kualitas hidup yang lebih rendah

secara signifikan dari seluruh aspek bila dibandingkan dengan orang tanpa

glaukoma. Namun, tidak ada perbedaan kualitas hidup antara kelompok glaukoma

derajat sedang dengan glaukoma derajat berat. Studi yang dilakukan oleh Cheng

HC, dkk menyatakan tidak ada perbedaan kualitas hidup antara glaukoma sudut

terbuka primer dengan sudut tertutup primer pada derajat keparahan yang sama.41–

43

Page 31: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

15

Studi yang dilakukan oleh Peters D, dkk dan Sawada H, dkk menyatakan

bahwa derajat glaukoma berdasarkan Visual Field Index (VFI) lebih berhubungan

dengan skor kualitas hidup NEI-VFQ-25 dibandingkan derajat glaukoma

berdasarkan Mean Deviation (MD). Penilaian gangguan lapang pandang atau tajam

penglihatan dari mata yang lebih baik lebih berhubungan terhadap kualitas hidup

dibandingkan penilaian lapang pandang dan tajam penglihatan pada mata yang

lebih buruk. Peters D dkk, Kulkarni dkk, dan Saunders dkk menyatakan penilaian

lapang pandang pada mata yang lebih baik memberikan informasi yang setara

dengan informasi yang diberikan penilaian lapang pandang binokular. Visual Field

Index kurang dari 50% pada mata yang lebih baik mempunyai kualitas hidup yang

lebih rendah, sedangkan pasien glaukoma dengan VFI >50% atau MD < -18 dB

pada mata yang lebih baik mempunyai kualitas hidup yang hampir sama dengan

pasien tanpa gangguan lapang pandang.44–47

Pada praktiknya, dokter spesialis mata seringkali pesimis dengan hasil bedah

katarak pada pasien glaukoma tahap lanjut yang memiliki tajam penglihatan yang

buruk prabedah. Namun, studi yang dilakukan oleh Xu dkk menyatakan bahwa

setelah dilakukan bedah katarak pada pasien glaukoma tahap lanjut, terjadi

peningkatan tajam penglihatan. Evaluasi efek bedah katarak yang hanya

berdasarkan tajam penglihatan saja belum cukup. Hal itu disebabkan karena tajam

penglihatan hanya menggambarkan fungsi makula saja, bukan fungsi visual secara

keseluruhan. Pengukuran kualitas hidup berdasarkan kuesioner Vision Related

Quality of Life (VRQoL) digunakan untuk mengkonfirmasi efek bedah, yaitu

berhubungan dengan peningkatan penglihatan perifer, sensitivitas kontras, dan

Page 32: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

16

status psikologis. Secara teori, penglihatan perifer tidak dapat terjadi peningkatan

pada pasien dengan glaukoma tahap lanjut yang dilakukan operasi katarak. Namun,

studi yang dilakukan oleh Skalicky dkk, menunjukkan terjadi perbaikan lapang

pandang secara keseluruhan setelah dilakukan bedah katarak. Perbaikan

penglihatan saat malam hari, perbaikan kemampuan untuk membaca penanda jalan

dan objek bergerak menunjukkan adanya peningkatan sensitivitas kontras. Efek

perbaikan pada status psikologis ditunjukkan pascabedah katarak, dengan

berkurangnya keterbatasan dalam melakukan aktivitas sosial dan berkurangnya

ketergantungan terhadap orang lain dalam melakukan kegiatan sehari-hari.26,30

Katarak merupakan penyebab gangguan penglihatan reversibel pada pasien

glaukoma pada berbagai derajat keparahan dan sebaiknya ditatalaksana dengan

tepat untuk mengoptimalkan fungsi visual. Pada studi oleh Skalicky dkk, katarak

yang mengganggu visual secara signifikan berhubungan dengan derajat kekeruhan

katarak yang dinilai dengan Lens Opacity Classification System III (LOCS III).

Derajat kekeruhan katarak berdasarkan LOCS III lebih berguna dibandingkan tajam

penglihatan dalam menentukan waktu yang tepat untuk ekstraksi katarak pada

pasien glaukoma.26,29,30

Studi yang dilakukan oleh Hirooka dkk, menunjukkan terjadinya peningkatan

Best Corrected Visual Acuity (BCVA) pascabedah bila dibandingkan sebelum

operasi (dari 0,2239 ± 0,336 menjadi 0,151 ± 0,256 LogMar; p = 0,026) pada pasien

yang dilakukan prosedur kombinasi fakotrabekulektomi maupun bedah katarak

saja. Namun terjadi penurunan BCVA pascabedah (dari 0,109 ± 0,286 menjadi

0,206 ± 0,332; p = 0,001) pada pasien yang dilakukan trabekulektomi saja. Pasien

Page 33: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

17

glaukoma yang telah dilakukan trabekulektomi mengeluhkan penurunan kualitas

visual, walaupun tajam penglihatannya telah kembali seperti sebelum dilakukan

trabekulektomi. Hal itu disebabkan karena adanya perubahan kontur permukaan

kornea, kedalaman bilik mata depan, dan panjang aksial bola mata. Studi tersebut

menunjukkan bahwa kualitas hidup pasien glaukoma yang dilakukan

fakotrabekulektomi maupun bedah katarak saja mengalami peningkatan kualitas

hidup yang signifikan pascabedah bila dibandingkan dengan pasien glaukoma yang

dilakukan trabekulektomi saja. Hirooka dkk menyatakan bahwa peningkatan tajam

penglihatan lebih berperan dalam peningkatan kualitas hidup pasien

glaukoma.26,29,30

2.1.4 Manfaat Penilaian Kualitas Hidup

Penilaian kualitas hidup bermanfaat untuk melihat dampak dan besaran masalah

yang terkait gangguan penglihatan dan kebutaan. Penilaian kualitas hidup juga

berguna untuk melihat pengaruh rehabilitasi penglihatan sesuai dengan penyebab

gangguan penglihatan itu sendiri. Berbagai penelitian juga menggunakan indikator

kualitas hidup untuk menilai dampak program rehabilitasi terhadap peningkatan

kualitas hidup termasuk kepuasan pasien. Oleh karena itu, intervensi yang spesifik

terhadap suatu penyakit penting dilakukan dalam rangka menurunkan dampak

negatif pada kehidupan sehari-hari.21,25,37

Pemahaman dampak glaukoma terhadap kualitas hidup pasien pada berbagai

derajat keparahan, dapat digunakan untuk merencanakan terapi yang lebih

komprehensif dan melayani pasien dengan lebih baik. Penilaian kualitas hidup pada

Page 34: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

18

pasien glaukoma juga dibutuhkan untuk memperhitungkan dan menentukan

efektivitas biaya suatu intervensi medikamentosa dan bedah.21,25,37

2.1.5 Instrumen Penilaian Kualitas Hidup Terkait Penglihatan dengan

National Eye Institute-Visual Function Questionnaire-25

National Eye Institute Visual Function Questionnaire 25 adalah salah satu

kuesioner tentang kualitas hidup terkait fungsi visual yang paling banyak digunakan

saat ini. Kuesioner ini telah digunakan dalam survei mata berbasis populasi yang

besar (seperti TvT study) dan telah divalidasi dalam beberapa bahasa. Severn P, dkk

menyatakan bahwa sampai saat ini belum ada kuesioner yang paling ideal dan

paling baik untuk menilai kualitas hidup pasien glaukoma. National Eye Institute

Visual Function Questionnaire 25 masih menjadi benchmark dalam setiap

pembuatan kuesioner baru mengenai kualitas hidup pasien glaukoma. Salah satu

contoh kuesioner lain yang dibuat dengan tujuan lebih spesifik terhadap glaukoma

adalah Glaucoma Quality of Life-15 (GQL-15). Namun, menurut Dhawan M, dkk,

GQL-15 hanya fokus terhadap efek fisik dari suatu proses penyakit dan tidak

mempertimbangkan faktor lain yang terkait kualitas hidup seperti aspek psikologis,

sosial dan personal pasien bila dibandingkan dengan NEI-VFQ-25.20,23,42,48

Pengukuran kualitas hidup terkait penglihatan harus dilakukan sesingkat

mungkin karena waktu pelaksanaan penelitian akan mempengaruhi tingkat

partisipasi responden yang rendah. Sebelum NEI-VFQ-25 diperkenalkan, pada

awalnya digunakan VFQ-51 yang berjumlah 51 pertanyaan. Beberapa umpan balik

dari pengguna menyatakan bahwa versi yang lebih singkat sangat diperlukan untuk

Page 35: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

19

riset dan klinis. National Eye Institute Visual Function Questionnaire-25 memiliki

item yang multidimensi, reliabilitas, dan validitas yang baik dan dapat diselesaikan

dalam waktu yang singkat.22,23,24

National Eye Institute Visual Function Questionnaire 25 terdiri dari dua bagian

besar. Bagian pertama menilai skala fungsi visual yang meliputi penglihatan dekat,

penglihatan jauh, penglihatan warna, penglihatan perifer, dan fungsi sosial. Bagian

kedua menilai skala sosio-emosional yang meliputi kesehatan mental dan

ketergantungan terhadap orang lain dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Dua

puluh lima pertanyaan dalam NEI VFQ dikelompokkan dalam 12 subskala

(kesehatan umum, penglihatan umum, nyeri pada mata, aktivitas dekat, aktivitas

jauh, fungsi sosial, kesehatan mental, kesulitan peran, ketergantungan, mengemudi,

penglihatan warna, dan lapang pandang perifer). Tiap subskala dihitung

berdasarkan metode yang telah dijelaskan oleh pengembang NEI-VFQ dan dapat

berkisar dari 0 sampai 100, dimana 0 adalah paling buruk dan 100 menunjukkan

tidak ada ketidakmampuan yang berhubungan dengan gangguan penglihatan.22,23,24

Studi yang dilakukan oleh Mangione dkk menunjukkan pengukuran kualitas

hidup dengan menggunakan kuesioner NEI-VFQ-25 memberikan data yang

reliabel dan sahih, terutama jika digunakan pada berbagai kondisi dengan berbagai

derajat keparahan kelainan mata. Kuesioner NEI-VFQ-25 sensitif terhadap katarak,

degenerasi makula, kehilangan lapang pandang seperti glaukoma dan low vision

dengan berbagai sebab.22,23,24

Page 36: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

20

2.2 Kerangka Pemikiran

Glaukoma merupakan penyakit kronis yang akan menyebabkan gangguan

penglihatan yang irreversibel, menurunnya fungsi penglihatan secara progresif, dan

rendahnya kualitas hidup dibandingkan dengan individu yang sehat. Katarak dapat

terjadi bersamaan dengan glaukoma seiring dengan bertambahnya usia,

penggunaan obat-obatan antiglaukoma dan setelah tindakan trabekulektomi.

Katarak dapat semakin menurunkan kualitas hidup pasien glaukoma, terutama

dengan mengganggu penglihatan sentral dan sensitivitas kontras.21,28,37,39

Ekstraksi katarak pada pasien glaukoma dapat meningkatkan tajam penglihatan

dan kualitas hidup pasien glaukoma tahap lanjut. Namun, tindakan ekstraksi katarak

pada pasien glaukoma merupakan suatu tindakan yang kompleks karena harus

mempertimbangkan efek ekstraksi katarak tersebut terhadap TIO dan fungsi bleb

bila pasien tersebut telah dilakukan trabekulektomi sebelumnya. Ekstraksi katarak

dapat dilakukan bersamaan dengan trabekulektomi atau dilakukan sekuensial

beberapa lama setelah trabekulektomi.8,11,26,30

Berbagai penelitian hanya menilai keberhasilan kedua terapi berdasarkan

pengukuran objektif (tajam penglihatan, TIO dan komplikasi yang terjadi) dengan

hasil yang bervariasi. Penilaian kualitas hidup dapat digunakan untuk menentukan

intervensi terapi mana yang paling baik untuk pasien. Namun, belum ada penelitian

terkait penilaian kualitas hidup antara pasien glaukoma disertai katarak yang

dilakukan fakotrabekulektomi dan fakoemulsifikasi sekuensial setelah

trabekulektomi.8,12,37

Page 37: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

21

2.3 Bagan Kerangka Pemikiran

Katarak pada pasien

glaukoma

Ekstraksi katarak pada

pasien glaukoma

fakoemulsifikasi sekuensial

setelah trabekulektomi

Meningkatkan kualitas hidup

• Peningkatan tajam penglihatan

• Peningkatan penglihatan perifer

• Peningkatan status psikologis

fakotrabekulektomi

• Perbaikan visual lebih cepat

• Tindakan bedah dilakukan

bersamaan

• Penggunaan medikamentosa lebih

sedikit pascabedah

• Penurunan TIO lebih stabil setelah

1 tahun

• Durasi tindakan bedah lebih lama

• Komplikasi lebih besar

• Perbaikan visual lebih lama

• Tindakan bedah dilakukan terpisah

• Penggunaan medikamentosa lebih

banyak pascabedah

• Terjadi peningkatan TIO setelah 1

tahun

• Durasi masing-masing tindakan

bedah lebih singkat

• Komplikasi lebih sedikit

Apakah peningkatan kualitas hidup terkait penglihatan

pada pasien glaukoma disertai katarak yang dilakukan

fakotrabekulektomi lebih baik daripada yang dilakukan

fakoemulsifikasi sekuensial setelah trabekulektomi?

Page 38: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

22

2.4 Premis

Berdasarkan hal tersebut diatas maka premis-premis pada penelitian ini adalah:

Premis 1: Glaukoma yang terjadi bersamaan dengan katarak dapat menurunkan

seluruh aspek kualitas hidup. 21,28,37,39

Premis 2: Terapi yang dipilih pada pasien glaukoma adalah terapi yang dapat

memberikan target TIO yang ingin dicapai, efek samping atau

komplikasi terapi yang paling minimal, dan dapat meningkatkan

kualitas hidup pasien. 8,11,26,30

Premis 3: Ekstraksi katarak pada pasien glaukoma dapat meningkatkan tajam

penglihatan dan kualitas hidup. Ekstraksi katarak pada pasien

glaukoma dapat dilakukan bersamaan dengan trabekulektomi

(fakotrabekulektomi) atau dilakukan sekuensial setelah

trabekulektomi. Belum ada konsensus yang menentukan manajemen

operatif mana yang lebih baik. 8,11,26,30

Premis 4: Fakotrabekulektomi memberikan hasil perbaikan visual yang lebih

cepat, operasi dilakukan sekaligus bersamaan, penurunan TIO yang

lebih stabil, dan penggunaan medikamentosa yang lebih sedikit

pascabedah. Namun, memiliki risiko komplikasi operasi yang lebih

besar. 8,12,37

Premis 5: Prosedur fakoemulsifikasi sekuensial setelah trabekulektomi

memberikan penurunan TIO lebih besar dalam 1 tahun pertama

pascabedah, tetapi cenderung meningkat setelah 1 tahun, penggunaan

medikamentosa lebih banyak pascabedah, dan rehabilitasi visual lebih

Page 39: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

23

lama. Namun, prosedur ini mempunyai risiko komplikasi yang lebih

rendah. 8,12,37

2.5 Hipotesis

Dari premis-premis diatas dapat dideduksi hipotesis sebagai berikut:

Peningkatan kualitas hidup terkait penglihatan pada pasien glaukoma disertai

katarak yang dilakukan prosedur fakotrabekulektomi lebih baik dibandingkan

dengan fakoemulsifikasi sekuensial setelah trabekulektomi.

Page 40: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

24

BAB III

SUBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Subjek Penelitian

Populasi target adalah pasien glaukoma sudut terbuka dan tertutup primer

dengan katarak di masyarakat. Populasi terjangkau adalah pasien glaukoma sudut

terbuka (POAG) dan sudut tertutup primer (PACG) disertai katarak yang dilakukan

fakotrabekulektomi dan fakoemuksifikasi sekuensial setelah trabekulektomi pada

periode Januari 2016 hingga Maret 2020 di Unit Glaukoma Pusat Mata Nasional

(PMN) Rumah Sakit Mata Cicendo (RSMC) Bandung yang memenuhi kriteria

inklusi dan eksklusi serta bersedia mengikuti penelitian.

3.1.1 Kriteria Inklusi

1) Pasien berusia 50-75 tahun

2) Pasien yang terdiagnosis glaukoma sudut terbuka atau tertutup primer dan

katarak senilis imatur

3) Pasien dengan VFI < 50% pada mata yang lebih baik

4) Riwayat dilakukan fakotrabekulektomi atau fakoemulsifikasi sekuensial

setelah trabekulektomi pada mata yang lebih baik pada periode Januari 2016

hingga Maret 2020

5) Pada kelompok sekuensial, pasien mempunyai riwayat trabekulektomi

minimal 6 bulan sebelum dilakukan fakoemulsifikasi.

Page 41: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

25

3.1.2 Kriteria Eksklusi

1) Pasien yang mengalami komplikasi intra dan pascabedah (ruptur kapsul

posterior, ablasio retina, infeksi (blebitis atau endoftalmitis), pendangkalan

bilik mata depan, makulopati terkait hipotoni, aqueous misdirection, cystoid

macular edema, efusi koroid, perdarahan suprakoroidal)

2) Pasien yang memiliki kelainan mata lain yang dapat menyebabkan

gangguan penglihatan (sikatrik kornea, keratopati, distrofi kornea,

retinopati diabetik, oklusi vena dan arteri sentral, degenerasi makula terkait

usia)

3) Riwayat trabekulektomi lebih dari 1 kali

4) Riwayat bedah intraokular lain (kecuali trabekulektomi pada kelompok

ekstraksi katarak sekuensial setelah trabekulektomi)

5) Pasien yang tidak mampu memahami dan mengerti bahasa Indonesia.

6) Kelainan sistemik yang diketahui (diabetes mellitus yang tidak terkontrol,

gagal ginjal kronik, kelainan jantung, penyakit paru obstruksi kronik)

7) Pasien yang mempunyai riwayat gangguan neurologis yang dapat

mempengaruhi daya ingat (seperti Alzheimer disease, demensia, stroke)

yang telah terdiagnosis oleh dokter spesialis saraf sebelumnya.

8) Pasien yang mempunyai riwayat gangguan mobilitas karena gangguan sendi

anggota gerak seperti artritis atau kelumpuhan anggota gerak akibat

gangguan neurologis atau karena sebab lain.

9) Pasien yang mengalami gangguan wicara atau gangguan pendengaran

10) Pasien yang tidak dapat dihubungi via telepon

Page 42: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

26

11) Pasien yang menolak berpartisipasi dalam penelitian

3.1.3 Pemilihan Sampel

3.1.3.1 Cara Pemilihan Sampel

Cara penarikan sampel adalah dengan consecutive sampling dengan

mengambil pasien untuk setiap kategori.

3.1.3.2 Penentuan Ukuran Sampel

Penentuan ukuran sampel sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk

membuktikan hipotesis bahwa apakah terdapat perbedaan peningkatan kualitas

hidup pasien glaukoma disertai katarak yang dilakukan prosedur kombinasi

fakotrabekulektomi dibandingkan dengan ekstraksi katarak sekuensial setelah

trabekulektomi.

Penentuan besar sampel, dilakukan berdasarkan perhitungan statistik dengan

menetapkan taraf kepercayaan 95% dan kuasa uji (power test) 90%. Dengan

menggunakan rumus penentuan besar sampel untuk penelitian analitis kategorik

numerik tidak berpasangan maka digunakan rumus besar sampel sebagai berikut:

( )2

1 2

1 2

2Z Z S

n nX X

+ = = −

Di mana:

Z = deviat baku alfa

Z= deviat baku beta

S = simpangan baku gabungan.

X1-X2 = selisih minimal rata-rata yang dianggap bermakna

Page 43: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

27

Kesalahan tipe 1 ditetapkan sebesar 5%, hipotesisnya satu arah sehingga 𝑍𝛼 =

1,64. Kesalahan tipe 2 ditetapkan sebesar 10%, maka didapat nilai 𝑍𝛽 = 1,28.

Berdasarkan nilai tersebut dimasukkan kedalam rumus ukuran sampel sebagai

berikut:

( )2

1 2

1 2

2Z Z S

n nX X

+ = = −

𝑛1 = 𝑛2 = 2 ((1,64 + 1,28) ∗ 20

20)

2

= 2(8,52) = 17,05 ≈ 17

Keterangan:

Zα, Zβ = nilai deviat Z yang diperoleh dari tabel distribusi normal/standar untuk

taraf kepercayaan dan parameter yang dipilih

s = standard deviasi berdasarkan jurnal sebesar 20

d = X1-X2 yaitu besarnya perbedaan rata-rata berdasarkan jurnal sebesar 20

Kemudian dengan ditambah drop out 10% maka sampel minimal perkelompok

sebesar 17+1,7) = 18,7 ≈ 19. Dengan demikian jumlah sampel minimal untuk

masing-masing kelompok adalah 19 orang. Sehingga total jumlah sampelnya

adalah 38 orang.

3.2 Metode Penelitian

3.2.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan rancangan

analitik observasional retrospektif cross-sectional. Seluruh sampel yang telah

Page 44: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

28

memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dimasukkan sebagai subjek penelitian.

Konsep metode potong lintang adalah untuk mengukur variabel independen dan

dependen pada waktu bersamaan. Jenis penelitian ini berusaha mempelajari

dinamika hubungan antara faktor-faktor risiko dengan dampak atau efeknya. Faktor

risiko dan dampak atau efeknya diobservasi pada saat yang sama. Setiap subjek

penelitian diobservasi hanya satu kali saja dan faktor risiko serta dampak diukur

menurut keadaan atau status pada saat observasi.49

3.2.2. Identifikasi Variabel

Variabel bebas pada penelitian ini adalah operasi fakotrabekulektomi dan

fakoemulsifikasi sekuensial setelah trabekulektomi pada pasien glaukoma yang

disertai katarak. Variabel tergantung adalah kualitas hidup. Variabel perancu adalah

derajat keparahan glaukoma, kondisi mata sebelahnya yang tidak dioperasi, durasi

glaukoma, usia, tingkat pendidikan, penghasilan, pekerjaan, status menikah,

kelainan sistemik yang tidak teridentifikasi.

3.2.3 Definisi Operasional

1. Kelompok kombinasi: subjek penelitian dengan glaukoma disertai katarak

yang dilakukan tindakan fakotrabekulektomi.

2. Kelompok sekuensial: subjek penelitian dengan glaukoma disertai katarak

yang dilakukan fakoemulsifikasi sekuensial setelah trabekulektomi

3. Mata yang lebih baik: mata yang memiliki nilai VFI (%) lebih baik daripada

mata sebelahnya. Bila kedua mata memiliki nilai VFI yang sama, maka mata

yang lebih baik dinilai berdasarkan tajam penglihatan terbaik dengan

Page 45: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

29

koreksi (BCVA) yang lebih baik. Bila subjek tidak dapat diperiksa lapang

pandang, mata yang lebih baik adalah mata yang mempunyai BCVA lebih

baik.

4. Durasi glaukoma adalah berapa lama glaukoma yang dialami responden

sejak didiagnosis glaukoma pertama kali oleh dokter spesialis mata yang

dinyatakan dalam bulan.

5. Tekanan intraokular prabedah: tekanan intraokular yang dinilai satu hari

sebelum dilakukan tindakan fakotrabekulektomi (kelompok kombinasi)

atau sebelum dilakukan fakoemulsifikasi (kelompok sekuensial).

6. Tekanan intraokular pascabedah: tekanan intraokular yang dinilai satu bulan

setelah dilakukan tindakan fakotrabekulektomi (kelompok kombinasi) atau

setelah dilakukan fakoemulsifikasi (kelompok sekuensial).

7. Tajam penglihatan terbaik dengan koreksi (BCVA) dinilai dengan Snellen

chart dan dinyatakan dalam bentuk desimal. Berdasarkan tabel konversi

Holladay, BCVA 1/300 atau hand movement = 0,001; Counting Finger =

0,01

8. Tajam penglihatan terbaik dengan koreksi (BCVA) prabedah: BCVA yang

dinilai satu hari sebelum dilakukan fakotrabekulektomi (kelompok

kombinasi) atau sebelum dilakukan fakoemulsifikasi (kelompok

sekuensial).

9. Tajam penglihatan terbaik (BCVA) pascabedah: BCVA yang dinilai pada 1

bulan pascabedah tiap subjek penelitian pada masing-masing kelompok.

10. Status pendidikan dinyatakan:

Page 46: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

30

a. Rendah bila tidak sekolah atau tidak tamat SD atau yang sederajat

b. Sedang bila tamat sekolah dasar atau tamat sekolah menengah

pertama atau atas atau yang sederajat

c. Tinggi bila tamat sekolah tinggi (diploma, akademi, atau

universitas)

11. Jenis pekerjaan dikelompokkan ke dalam 7 kelompok yaitu tidak bekerja

(termasuk ibu rumah tangga), pegawai (meliputi pegawai negeri sipil dan

swasta), POLRI/TNI, pelajar, wirasawasta, nelayan/buruh/petani, dan

lainnya.

12. Berdasarkan penggolongannya, BPS membedakan pendapatan penduduk

menjadi 4 golongan, yaitu:

• Golongan pendapatan sangat tinggi adalah jika pendapatan rata-rata

≥ Rp. 3.500.000,00 per bulan

• Golongan pendapatan tinggi adalah jika pendapatan rata-rata antara

≥ Rp 2.500.000,00 - < Rp. 3.500.000,00 per bulan

• Golongan pendapatan sedang adalah jika pendapatan rata-rata antara

≥ Rp 1.500.000,00 - < Rp. 2.500.000,00 per bulan

• Golongan pendapatan rendah adalah jika pendapatan rata-rata <

1.500.000,00 per bulan

13. Kuesioner NEI-VFQ-25: kuesioner penilaian kualitas hidup dalam Bahasa

Indonesia yang terdiri dari 25 pertanyaan. Kuesioner tersebut menyajikan

hasil berupa data kuantitatif (skoring). Nilai skor tiap pertanyaan

dicantumkan pada lampiran. Semakin tinggi skor total dari kuesioner

Page 47: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

31

tersebut menunjukkan semakin tinggi kualitas hidup. Skor antar kelompok

yang dianggap berbeda bermakna (point of difference) pada studi ini adalah

20 poin.

3.2.4 Alat dan Bahan Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: kuesioner NEI-VFQ-

25

3.2.4.1 Uji Validitas dan Reabilitas Kuesioner

Adaptasi bahasa Indonesia dari NEI – VFQ – 25 dikembangkan sesuai dengan

metode standar yang diakui secara internasional. Proses penerjemahan dilakukan

dengan metode forward backward translation dan dilakukan oleh dua orang

penerjemah bilingual (dengan bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu) yang memiliki

sertifikat Cambridge English for Speakers of Other Languages (ESOL). Kuesioner

ini diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh salah satu orang penerjemah

(forward translation), lalu versi bahasa Indonesia diterjemahkan kembali ke dalam

bahasa Inggris oleh satu orang penerjemah yang lain tanpa mengetahui versi asli

kuesioner tersebut (backward translation). Kemudian hasil terjemahan kembali ke

dalam Bahasa Inggris dibandingkan dengan versi kuesioner tersebut. Tahap

selanjutnya, dilakukan pilot test pada 30 pasien untuk menilai respon dan

pengertian dari tiap pertanyaan pada kuesioner NEI – VFQ – 25 versi Indonesia.

Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya suatu kuesioner.

Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang

Page 48: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

32

akan diukur. Pengujian validitas tiap butir digunakan analisis item, yaitu

mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor

butir. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan

data (mengukur) itu valid. Suatu alat ukur yang tinggi validitasnya akan memiliki

kesalahan pengukuran yang kecil, artinya skor setiap subjek yang diperoleh oleh

alat ukur tersebut tidak jauh berbeda dari skor yang sesungguhnya.

Langkah dalam menguji validitas butir pertanyaan pada kuesioner yaitu mencari

r hitung (angka korelasi Pearson) dengan rumus sebagai berikut:

𝓇𝑥𝑦 = 𝑛(∑𝑋𝑌)−(∑𝑋)(∑𝑌)

√𝑛(∑𝑋2)−(∑𝑋)2√𝑛(∑𝑌2)−(∑𝑌)2

Keterangan:

r : Pearson Product MomentCorrelation

n : Jumlah sampel (responden penelitian)

X : Skor tiap item

Y : Skor total

Nilai r tabel untuk n = 30 responden dengan taraf signifikansi 5% (α = 0,05)

adalah 0,361. Kuesioner dianggap valid apabilia nilai korelasi hitung lebih besar

daripada nilai korelasi tabel (Valid = r hitung > r tabel).

Syarat minimal untuk dikatakan memenuhi syarat adalah kalau r sama dengan

0,3. Jika korelasi antara butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka butir instrumen

tersebut dinyatakan tidak valid. Oleh karena itu, untuk menentukan validitas item-

item pada kuesioner maka dilakukan uji korelasi Pearson Product Moment. Jumlah

responden yang diambil dalam uji coba kuesioner disarankan 30 orang.50,51

Page 49: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

33

Hasil uji validitas kuesioner NEI-VFQ-25 dapat dilihat pada tabel 3.1. Dari

tabel tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa semua instrumen pertanyaan

pada variabel NEI-VFQ-25 valid karena r-hitung > 0,3.

Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas Kuesioner NEI-VFQ-25

Variabel Butir

Pernyataan

Korelasi Item

Total (r-hitung)

Tingkat Persepsi

Taraf

Signifikan Kesimpulan

General Health

and vision

1 0,503 0,361 Valid

2 0,804 0,361 Valid

3 0,466 0,361 Valid

4 0,322 0,361 Valid

Difficulty with

activities

5 0,538 0,361 Valid

6 0,761 0,361 Valid

7 0,941 0,361 Valid

8 0,780 0,361 Valid

9 0,646 0,361 Valid

10 0,899 0,361 Valid

11 0,826 0,361 Valid

12 0,717 0,361 Valid

13 0,582 0,361 Valid

14 0,480 0,361 Valid

15 0,453 0,361 Valid

16 0,426 0,361 Valid

16a 0,480 0,361 Valid

17 0,705 0,361 Valid

Responses to

vision problems

18 0,842 0,361 Valid

19 0,319 0,361 Valid

20 0,898 0,361 Valid

21 0,867 0,361 Valid

22 0,810 0,361 Valid

23 0,895 0,361 Valid

24 0,876 0,361 Valid

25 0,832 0,361 Valid

Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan

indikator dari variabel. Suatu kuesioner dikatakan reliabel apabila jawaban seorang

sampel terhadap pernyataan bersifat konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.

Dengan demikian reliabel adalah suatu keadaan di mana instrumen penelitian

Page 50: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

34

tersebut akan tetap menghasilkan data yang sama meskipun disebarkan pada sampel

yang berbeda dan pada waktu yang berbeda.

Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan teknik Alfa Cronbach

yang digunakan untuk jenis data interval, berikut adalah persamaannya:

Keterangan:

11r = Reliabilitas instrumen

k = Banyaknya butir pernyataan

2

tS = Jumlah varians butir

tS 2 = Varians total

Metode Alpha Cronbach sangat sesuai digunakan pada skor berbentuk skala

(misal 1-4, 1-5) atau skor rentangan (misal 1-10, 0-30). Untuk penentuan apakah

instrumen reliable atau tidak, bisa digunakan batasan tertentu seperti 0,6. Uji

Reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan Alpha Cronbach dengan bantuan

SPSS 24.0 for window. Reliabilitas kurang dari 0,6 adalah kurang baik, sedangkan

0,7 dapat diterima dan di atas 0,8 adalah baik.50,51

Tabel 3.2 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner NEI-VFQ-25

Variabel Cronbach's

Alpha

Cronbach's

Alpha Based

on

Standardized

Items

N Kesimpulan

NEI-VFQ-25 0,954 0,700 26 Reliabel

−=

2

2

11 t

ti

s

s

k

kr

Page 51: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

35

Berdasarkan tabel 3.2, dapat ditarik kesimpulan bahwa seluruh instrumen

variabel NEI VFQ-25 reliabel karena nilai r > 0,7.

3.2.5 Cara Kerja dan Teknik Pengumpulan Data

1. Rancangan penelitian diajukan ke Komite Etik Penelitian Kesehatan

(ethical clearence).

2. Pencarian data rekam medis pasien berdasarkan kode 10th Revision of the

International Statistical Classification of Disease and Related Health

Problems (ICD-10) H40.1 (glaukoma sudut terbuka primer) dan H40.2

(glaukoma sudut tertutup primer) yang dilakukan tindakan

fakotrabekulektomi atau fakoemulsifikasi saja dari Januari 2016 hingga

Maret 2020. Pengambilan sampel dilakukan berdasarkan urutan waktu

operasi terkini dari Januari 2016 hingga Maret 2020 yang memenuhi kriteria

inklusi dan eksklusi hingga tercapai jumlah sampel yang diperlukan.

3. Data-data subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dicatat nomor

telepon yang tercantum pada data rekam medis tersebut.

4. Peneliti memberikan penjelasan secara lisan melalui media telepon

mengenai maksud, tujuan penelitian dan isi lembar persetujuan (inform

consent). Seluruh isi pembicaraan antara peneliti dan subjek akan direkam.

Rekaman suara tersebut akan dipakai sebagai ganti bukti lembar persetujuan

yang ditandatangani bila surat persetujuan tidak memungkinkan untuk

dikirim melalui media elektronik ke subjek penelitian untuk ditandatangani.

Page 52: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

36

5. Dilakukan pengisian kuesioner oleh 1 orang pewawancara dengan metode

wawancara melalui telepon untuk menilai kualitas hidup terkait penglihatan

prabedah dan 1 bulan pascabedah dalam satu kali wawancara.

6. Pasien yang masuk dalam kriteria inklusi dicatat identitas yang meliputi

nama, usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, penghasilan, status menikah,

status penghuni rumah dan alamat.

7. Data mengenai glaukoma prabedah dan pascabedah yang dicatat meliputi

diagnosis dan tipe glaukoma, durasi terdiagnosis glaukoma, jumlah obat-

obatan glaukoma yang digunakan, durasi trabekulektomi sebelumnya (pada

kelompok operasi katarak sekuensial setelah trabekulektomi), waktu antara

wawancara dengan operasi, kelainan sistemik yang diketahui, BCVA dalam

desimal, pemeriksaan segmen anterior, pengukuran tekanan intraokular

dengan tonometer aplanasi Goldmann, dan pemeriksaan lapang pandang

Humphrey Visual Field 30-2 SITA standard.

Wawancara dilakukan oleh 1 orang dokter umum yang mempunyai ketrampilan

komunikasi dengan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Pewawancara tidak

mengetahui hipotesis penelitian dan tidak mengetahui responden yang

diwawancara termasuk dalam kelompok 1 atau kelompok 2.

Pengisian skor kuesioner dilakukan melalui tiga langkah. Langkah pertama,

pewawancara membacakan dan menjelaskan maksud dari masing-masing

pertanyaan pada kuesioner. Subjek menjawab pertanyaan dan pewawancara

menuliskan jawaban yang tertera pada kuesioner. Metode wawancara dipilih untuk

menyamakan persepsi dari tiap pertanyaan. Langkah kedua adalah pemberian skor

Page 53: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

37

dari masing-masing jawaban. Langkah ketiga adalah menjumlahkan dan

menghitung nilai rerata hasil skoring yaitu skor dari tiap-tiap pertanyaan yang tidak

berupa missing value, dijumlahkan kemudian dibagi jumlah pertanyaannya.

3.2.6 Analisis Data

Data yang dikumpulkan dilakukan pengolahan dengan tahap-tahap sebagai

berikut:

1) Editing (mengedit data)

Peneliti memeriksa daftar kuesioner yang telah diisi, dilakukan proses

editing dengan memastikan bahwa data yang dikumpulkan sudah lengkap,

sesuai dan dapat dibaca dengan baik

2) Coding (mengkode data)

Peneliti melakukan pengkodean pada data yang sudah diedit, dengan

tujuan untuk mempermudah pengolahan data.

3) Entry (memasukkan data)

Data yang sudah diedit dan dikode kemudian melalui proses entry dengan

bantuan program komputer.

4) Cleaning (cek data)

Peneliti melakukan pengecekan data yang sudah dimasukkan ke dalam

komputer untuk mengetahui apakah ada kesalahan atau tidak. Hal ini

dilakukan untuk mengetahui data missing, relevansi data dengan tujuan

penelitian.

Analisis yang dilakukan selanjutnya bertujuan untuk mendiskripsikan variabel-

variabel dependen dan independen sehingga dapat membantu analisis selanjutnya

Page 54: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

38

secara lebih mendalam. Selain itu, analisis secara deskriptif ini juga digunakan

untuk mengetahui karakteristik subjek penelitian yang menjadi sampel penelitian.

Analisis data untuk melihat gambaran proporsi masing - masing variabel yang akan

disajikan secara deskriptif dapat diuraikan menjadi analisis deskriptif dan uji

hipotesis. Data yang berskala numerik seperti umur sampel dipresentasikan dengan

rerata, standar deviasi, median dan rentang. Kemudian untuk data karakteristik

sampel berupa data kategorik seperti jenis kelamin, pekerjaan, pendapatan, tingkat

pendidikan, maka diberikan koding dan dipresentasikan sebagai distribusi frekuensi

dan persentase.49–51

Analisis yang dilakukan harus sesuai dengan jenis masalah penelitian dan data

yang digunakan. Kemudian untuk data numerik, sebelum dilakukan uji statistika

data numerik tersebut dinilai dengan uji normalitas dengan menggunakan Shapiro-

Wilk test. 49–51

Selanjutnya analisis statistik sesuai tujuan penelitian dan hipotesis. Uji

kemaknaan untuk membandingkan karakteristik dua kelompok penelitian

digunakan uji t tidak berpasangan jika data berdistribusi normal dan uji Mann

Whitney sebagai alternatifnya jika data tidak berdistribusi normal. Sedangkan

analisis statistik untuk data kategorik diuji dengan uji chi-square apabila syarat Chi-

Square terpenuhi sedangkan jika tidak terpenuhi maka digunakan uji Exact Fisher

untuk tabel 2 x 2 dan Kolmogorov Smirnov untuk tabel selain 2 x 2. Syarat Chi

Square adalah tidak ada nilai expected value yang kurang dari 5 sebanyak 20% dari

tabel.49–51

Page 55: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

39

Sedangkan uji kemaknaan untuk membandingkan karakteristik dua kelompok

penelitian sebelum dan sesudah perlakuan digunakan uji t berpasangan jika data

berdistribusi normal dan uji Wilcoxon sebagai alternatifnya jika data tidak

berdistribusi normal. Sedangkan analisis statistik untuk data kategorik sebelum dan

sesudah perlakuan diuji dengan uji Mc Nemar Test.

Selanjutnya dilakukan analisis korelasi Spearman’s untuk mencari hubungan

antar dua variable numerik tanpa menyimpukan hubungan sebab-akibat. Sedangkan

untuk menganalisis beberapa faktor risiko sekaligus dengan variabel

independennya berskala nominal, ordinal dan numerik dan variabel dependennya

nominal digunakan analisis multivariat regresi logistik. Adapun kriteria kemaknaan

yang digunakan adalah nilai p, apabila p < 0,05 signifikan atau bermakna secara

statistika, dan p ≥ 0,05 tidak signifikan atau tidak bermakna secara statistik. Data

yang diperoleh dicatat dalam formulir khusus kemudian diolah melalui program

SPSS versi 24.0 for Windows.

3.2.7 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Unit Glaukoma PMN RSMC Bandung sampai jumlah

sampel minimal terpenuhi. Penelitian dilakukan pada bulan April sampai Mei 2020

setelah mendapat persetujuan dari Komite Etik Penelitian Kedokteran dan Bagian

Mata Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran.

3.3 Implikasi/Aspek Etik Penelitian

Penelitian ini berpedoman pada 3 prinsip dasar penelitian manusia dengan

memperhatikan hal-hal yang diantaranya mencakup:

Page 56: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

40

A. Prinsip menghormati harkat dan martabat manusia (respect for person)

1. Pemeriksa, subjek peneliti, dan saksi memiliki hak untuk bertanya dan

berkonsultasi mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan penelitian

secara jelas.

2. Keikutsertaan subjek dalam penelitian dilakukan secara sukarela dan sadar,

dan sewaktu-waktu dapat mempergunakan haknya untuk menghentikan

keikutsertaan dalam penelitian tanpa paksaan.

B. Prinsip bermanfaat dan tidak merugikan (beneficience and non-

maleficience)

1. Penelitian yang dilakukan akan memberikan manfaat pada subjek

berupa pemahaman dan pengetahuan terhadap pasien dan keluarga

tentang pentingnya operasi katarak dan trabekulektomi pada penderita

glaukoma dan pengaruhnya terhadap peningkatan kualitas hidup.

2. Subjek penelitian mungkin akan mengalami sedikit ketidaknyamanan

karena harus meluangkan waktu untuk menjalani wawancara kuesioner

selama ± 15 menit.

C. Prinsip keadilan (justice)

Perlakuan terhadap subjek pada penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan cara dan alat terstandar.

Pemeriksaan pasien pada penelitian ini merupakan tanggung jawab peneliti

dengan supervisi dari dokter spesialis mata. Pencatatan hasil penelitian akan dijaga

kerahasiaannya.

Page 57: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

41

3.4 Alur Penelitian

Pencarian data sekunder dari rekam medis pasien glaukoma yang sesuai

dengan kriteria inklusi dan eksklusi

Pengisian kuesioner dengan metode wawancara melalui telepon untuk

menilai kualitas hidup terkait penglihatan prabedah dan pascabedah dalam

satu kali wawancara

KELOMPOK

KOMBINASI

Fakotrabekulektomi

KELOMPOK

SEKUENSIAL

Fakoemulsifikasi

sekuensial setelah

trabekulektomi

Uji statistik

Kesimpulan

Page 58: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

42

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini telah dilakukan di RSMC Bandung dan wawancara kuesioner NEI-

VFQ-25 dilakukan kepada 38 subjek penelitian via telepon pada bulan April hingga

Mei 2020. Data rekam medis yang sesuai kode ICD-10 H40.1 atau H40.2 yang

dilakukan fakotrabekulektomi yaitu sebanyak 143 data dari Oktober 2019 hingga

Maret 2020 dan didapatkan 31 subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi,

namun dari 31 subjek, terdapat 12 subjek yang tidak dapat dihubungi via telepon. Data

rekam medis yang sesuai kode H40.1 atau H40.2 yang dilakukan fakoemulsifikasi dan

mempunyai riwayat trabekulektomi sebelumnya yaitu sebanyak 273 data dari Januari

2016 hingga Maret 2020 dan didapatkan 36 subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan

eksklusi, namun tedapat 15 subjek tidak dapat dihubungi dan 2 subjek telah meninggal

dunia.

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Karakteristik Subjek Penelitian

Karakteristik subjek penelitian terdiri dari karakteristik demografi dan klinis.

Karakteristik demografi subjek penelitian meliputi usia, jenis kelamin, tingkat

pendidikan, jenis pekerjaan, penghasilan, status menikah, dan status penghuni

rumah dapat dilihat pada table 4.1. Karakteristik klinis subjek penelitian meliputi

tipe glaukoma, durasi terdiagnosis glaukoma, waktu antara wawancara dengan

operasi, kelainan sistemik yang diketahui, jumlah penggunaan obat-obatan anti-

Page 59: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

43

glaukoma, BCVA prabedah dan pascabedah, TIO pra dan pascabedah dapat dilihat

pada table 4.2

Tabel 4.1 Karakteristik Demografi Subjek Penelitian Kedua Kelompok

Variabel

Kelompok

Nilai P Kombinasi Sekuensial

N=19 N=19

Usia (tahun) 0.086

Rerata±Std 66.37±5.63 62.74±6.98

Median 67.00 62.00

Rentang (min-maks) 56.00-75.00 50.00-74.00

Jenis Kelamin 0.740

Laki-laki 8(42.1%) 7(36.8%)

Perempuan 11(57.9%) 12(63.2%)

Tingkat Pendidikan 1.000

Rendah

(Tidak Sekolah)

0(0.0%) 0(0.0%)

Sedang

(SD/SMP/SMA)

16(84.2%) 15(78.9%)

Tinggi

(Diploma/akademi/universitas)

3(15.8%) 4(21.1%)

Jenis Pekerjaan 1.000

Tidak bekerja 13(68.4%) 11(57.9%)

Pegawai (PNS/swasta) 1(5.3%) 1(5.3%)

TNI/POLRI 0 (0%) 0 (0%)

Pelajar 0 (0%) 0 (0%)

Wiraswasta 1(5.3%) 3(15.8%)

Nelayan/buruh/

Petani

2(10.5%) 1(5.3%)

Lainnya 2(10.5%) 3(15.8%)

Penghasilan 1.000

Rendah 14(73.7%) 12(63.2%)

Sedang 2(10.5%) 3(15.8%)

Tinggi 1(5.3%) 3(15.8%)

Sangat tinggi 2(10.5%) 1(5.3%)

Status Menikah 0.740

Tidak menikah 0 (0%) 0 (0%)

Menikah 11(57.9%) 12(63.2%)

Duda/Janda 8(42.1%) 7(36.8%)

Tinggal di rumah 0.486

Sebatang kara 0(0.0%) 2(10.5%)

Ada anggota keluarga lain/teman 19(100.0)%) 17(89.5%)

Keterangan: PNS = Pegawai Negeri Sipil. Untuk data numerik nilai p diuji dengan uji T tidak berpasangan bila

data berdistribusi normal, uji Mann Whitney bila data tidak berdistribusi normal. Data kategorik nilai p dihitung

berdasarkan uji Chi-Square dengan alternative uji Kolmogorov Smirnov dan Exact Fisher apabila syarat dari

Chi-Square tidak terpenuhi..Tanda* menunjukkan nilai p<0,05 artinya signifkan atau bermakna secara statistik.

Karakteristik demografi kedua kelompok didapatkan hasil yang tidak berbeda

bermakna secara statistik, sehingga pada kedua kelompok dapat dianggap

Page 60: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

44

homogen. Demikian pula dengan karakteristik klinis seperti kelainan sistemik yang

diketahui, jumlah penggunaan obat anti-glaukoma, TIO pascabedah, dan BCVA

prabedah (p≥0.05). Durasi antara trabekulektomi sebelumnya dengan

fakoemulsifikasi sekuensial pada kelompok sekuensial yaitu 25,8 ± 27,9 bulan.

Empat subjek pada kelompok sekuensial telah dilakukan trabekulektomi

sebelumnya di rumah sakit lain.

Walaupun karakteristik klinis seperti tipe glaukoma, durasi terdiagnosis

glaukoma, waktu antara wawancara dengan operasi, TIO prabedah dan BCVA

pascabedah berbeda bermakna di antara kedua kelompok, namun setelah dilakukan

analisis covariate dengan menggunakan analisis multivariat regresi logistik pada

seluruh karakteristik klinis menunjukan secara simultan terlihat bahwa nilai p ≥

0.05. Berdasarkan hasil analisis tersebut, dapat disimpulkan bahwa kedua

kelompok sama sehingga layak di bandingkan dan dilakukan pengujian hipotesis

statistik lebih lanjut.

Rerata durasi terdiagnosis dan waktu antara wawancara dengan operasi pada

kelompok kombinasi yaitu 15.2 ±15.3 bulan dan 4.2 ± 1.8 bulan. Hal tersebut

berbeda secara bermakna pada kelompok sekuensial yaitu 56.9±34.2 dan 24.1±

13.1 bulan dengan nilai p<0,05. Hal tersebut diakibatkan data rekam medis

kelompok sekuensial diambil dalam rentang waktu Januari 2016 hingga Maret 2020

untuk memenuhi kebutuhan jumlah sampel minimal. Berbeda dengan kelompok

sekuensial, pada kelompok kombinasi sudah dapat memenuhi jumlah sampel

minimal dengan rentang pengambilan data dari Oktober 2019 hingga Maret 2020.

Page 61: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

45

Tabel 4.2 Karakteristik Klinis Subjek Penelitian Kedua Kelompok

Variabel

Kelompok

Nilai P Variabel

Kelompok

Nilai P Kombinasi Sekuensial Kombinasi Sekuensial

N=19 N=19 N=19 N=19

Tipe Glaukoma 0.001* TIO prabedah 0.0001*

POAG 14(73.7%) 4(21.1%) Rerata±Std 24.79±6.47 16.16±4.60

PACG 5(26.3%) 15(78.9%) Median 25.00 16.00

Durasi terdiagnosis

glaukoma (Bulan)

0.0001* Rentang (min-maks) 15.00-37.00 8.00-26.00

Rerata±Std 15.21±15.32 56.95±34.28 TIO pascabedah 0.751

Median 8.00 48.00 Mean±Std 15.58±6.22 14.16±3.45

Rentang (min-maks) 1.00-60.00 12.00-156.00 Median 13.00 14.00

Waktu Antara

Wawancara dengan

Operasi (Bulan)

0.0001* Rentang (min-maks) 10.00-36.00 8.00-20.00

Rerata±Std 4.16±1.86 24.05±13.08 BCVA prabedah 0.624

Median 4.00 26.00 Rerata±Std 0.17±0.15 0.24±0.25

Rentang (min-maks) 1.00-7.00 6.00-43.00 Median 0.15 0.13

Kelainan Sistemik Yang

Diketahui

1.000 Rentang (min-maks) 0.01-0.50 0.00-0.70

Tidak ada 11(57.9%) 12(63.2%) BCVA pascabedah 0.010*

Hipertensi 6(31.6%) 4(21.1%) Rerata±Std 0.38±0.23 0.62±0.31

DM 0(0.0%) 3(15.8%) Median 0.40 0.63

Hipertensi dan DM 2(10.5%) 0(0.0%) Rentang (min-maks) 0.01-1.00 0.05-1.00

Jumlah penggunaan obat

anti-glaukoma

0.130

Rerata±Std 2.00±0.47 1.63±0.76

Median 2.00 2.00

Rentang (min-maks) 1.00-3.00 0.00-3.00 Keterangan : POAG = glaukoma sudut terbuka primer, PACG = glaukoma sudut tertutup primer, DM = Diabetes Mellitus, BCVA = tajam penglihatan terbaik dengan koreksi, TIO

= tekanan intraokular. Untuk data numerik nilai p diuji dengan uji T tidak berpasangan apabila data berdistribusi normal dengan alternatif uji Mann Whitney apabila data tidak

berdistribusi normal. Data kategorik nilai p dihitung berdasarkan uji Chi-Square dengan alternative uji Kolmogorov Smirnov dan Exact Fisher apabila syarat dari Chi-Square tidak

terpenuhi. Tanda* menunjukkan nilai p<0,05 artinya signifkan atau bermakna secara statistik.

Page 62: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

46

Rerata VFI pada kelompok kombinasi adalah 18.36±16.5%, dengan rentang 0-

43%, dan pada kelompok sekuensial adalah 19.31±20.54%, dengan rentang 0-48%

(p=0.95). Namun, tidak semua subjek dapat dilakukan pemeriksaan lapang pandang

karena tajam penglihatan lebih buruk dari 3/60 yaitu 8 (42.1%) subjek pada

kelompok kombinasi dan 6 (31.6%) subjek pada kelompok sekuensial (p=0.50).

Rerata TIO prabedah pada kelompok sekuensial lebih rendah (16.16±4.6

mmHg) dibandingkan kelompok kombinasi yang belum mendapatkan intervensi

bedah sebelumnya yaitu sebesar 24.79±6.5 mmHg. Tekanan intraokular prabedah

pada kelompok sekuensial dinilai setelah tindakan trabekulektomi dan sebelum

fakoemulsifikasi. Pada kelompok sekuensial, 4 (21%) subjek dilakukan

trabekulektomi sebelumnya di luar RSMC dan 2 (10,5%) subjek dilakukan

trabekulektomi lebih dari 5 tahun sebelumnya di RSMC sehingga tidak terdapat

data TIO prabedah sebelum trabekulektomi pada rekam medis pasien.

Penurunan TIO pascabedah pada kelompok kombinasi lebih besar secara

bermakna (p=0.003) yaitu sebesar 9.21±8.5 mmHg bila dibandingkan dengan

penurunan TIO pada kelompok sekuensial yaitu sebesar 2.00±4.7 mmHg.

Walaupun demikian, rerata TIO pascabedah kedua grup tidak berbeda bermakna

dengan jumlah obat-obatan anti-glaukoma pascabedah yang tidak berbeda pula.

Pada kedua kelompok, BCVA pascabedah lebih baik secara bermakna

dibandingkan BCVA prabedah (p<0.05). Peningkatan BCVA sebesar 0.38±0.22

pada kelompok sekuensial lebih besar secara signifikan dibandingkan peningkatan

BCVA sebesar 0.21±0.25 pada kelompok kombinasi (p<0.05).

Page 63: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

47

4.1.2 Hasil Penilaian Kualitas Hidup Prabedah dan Pascabedah

Perbandingan skor kualitas hidup prabedah dan pascabedah antara kedua

kelompok dapat dilihat pada table 4.3. Pada tabel tersebut menunjukkan masing-

masing kelompok mengalami peningkatan skor kualitas hidup pascabedah yang

bermakna secara signfikan (p<0.05).

Tabel 4.3 Perbandingan Skor Total Kualitas Hidup Prabedah dan PascaBedah Kedua

Kelompok

Variabel

Kelompok

Nilai P Kombinasi Sekuensial

N=19 N=19

Skor Kualitas Hidup prabedah 0.295

Rerata±Std 44.93±22.534 51.87±17.379

Median 44.13 57.31

Rentang (min-maks) 15.87-86.30 9.38-74.35

Skor Kualitas Hidup pascabedah 0.258

Rerata±Std 67.20±15.130 70.83±20.359

Median 68.91 78.70

Rentang (min-maks) 36.52-92.61 25.63-92.61

Nilai P 0.0001* 0.0001*

Keterangan : Nilai p diuji dengan uji T tidak berpasangan. Nilai kemaknaan berdasarkan nilai p<0,05 .Tanda*

menunjukkan nilai p<0,05 artinya signifkan atau bermakna secara statistik.

Tabel 4.4 dan tabel 4.5 menunjukkan perbandingan skor prabedah dan

pascabedah tiap subskala kuesioner NEI-VFQ-25 pada masing-masing kelompok,

dimana terdapat perbedaan yang bermakna pada skor prabedah dan pascabedah

subskala penglihatan umum, penglihatan dekat, penglihatan jauh, fungsi sosial,

kesehatan mental, keterbatasan peran, ketergantungan terhadap orang lain,

penglihatan warna dan penglihatan perifer. Namun, tidak terdapat perbedaan skor

kualitas hidup pada subskala kesehatan umum pada masing-masing kelompok.

Page 64: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

48

Pada kelompok kombinasi, terjadi peningkatan skor kualitas hidup subskala nyeri

pada mata, sedangkan hal tersebut tidak terjadi pada kelompok sekuensial.

Tabel 4.4 Perbandingan Tiap Skor Subskala Kualitas Hidup Prabedah dan

Pascabedah pada Kelompok Kombinasi

Variabel

Kelompok Kombinasi Nilai P

Prabedah Pascabedah

n Rerata± SD N Rerata ± SD

Kesehatan Umum 19 47.37±7.88 19 48.68±5.74 0.317

Penglihatan umum 19 44.21±15.75 19 64.21±10.71 0.0001**

Nyeri pada mata 19 82.24±16.31 19 90.79±11.67 0.033**

Penglihatan dekat 19 39.47±27.76 19 68.42±16.10 0.0001**

Penglihatan jauh 19 35.53±30.03 19 65.57±22.56 0.0001**

Fungsi Sosial 19 44.08±33.95 19 71.71±25.63 0.001**

Kesehatan mental 19 41.45±25.36 19 66.45±17.21 0.0001**

Keterbatasan peran 19 40.79±33.29 19 61.84±23.74 0.004**

Ketergantungan

Terhadap orang lain 19 38.16±33.94 19 66.67±23.24 0.001**

Penglihatan Warna 19 63.16±33.72 19 84.21±19.02 0.002**

Penglihatan Perifer 19 38.16±35.72 19 67.11±27.71 0.001**

Keterangan : Untuk data numerik nilai p diuji dengan uji T berpasangan apabila data berdistribusi normal

dengan alternatif uji Wilcoxon apabila data tidak berdistribusi normal. Nilai kemaknaan berdasarkan nilai

p<0,05 .Tanda* menunjukkan nilai p<0,05 artinya signifkan atau bermakna secara statistik.

Skor subskala berkendara pada kelompok kombinasi yaitu 2.08±5.89 prabedah

dan 7.29 ± 15.06 pascabedah, sedangkan pada kelompok sekuensial yaitu

20.83±17.25 prabedah dan 32.29±21.56 pascabedah. Namun, subskala berkendara

tidak dapat dianalisis secara statistik karena tingginya missing value pada subskala

ini (8 dari 19 subjek, 50% subjek yang tidak mempunyai pengalaman berkendara

pada masing-masing kelompok).

Page 65: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

49

Tabel 4.5 Perbandingan Tiap Skor Subskala Kualitas Hidup Prabedah dan

Pascabedah pada Kelompok Sekuensial

Variabel

Kelompok Sekuensial

Nilai P Prabedah PascaBedah

n Mean ± SD N Mean ± SD

Kesehatan Umum 19 43.42±14.05 19 48.68±10.12 0.194

Penglihatan umum 19 49.47±16.82 19 67.37±13.68 0.001**

Nyeri pada mata 19 78.29±15.05 19 82.89±13.95 0.070

Penglihatan dekat 19 47.81±18.18 19 73.68±21.74 0.0001**

Penglihatan jauh 19 46.49±20.85 19 70.83±27.39 0.0001**

Fungsi Sosial 19 57.89±27.07 19 76.32±27.92 0.001**

Kesehatan mental 19 49.67±25.56 19 69.41±22.33 0.0001**

Keterbatasan peran 19 45.39±29.82 19 76.76±28.05 0.002**

Ketergantungan

Terhadap orang lain 19 54.82±24.89 19 78.51±26.83 0.0001**

Penglihatan Warna 19 71.05±29.18 19 85.53±20.94 0.005**

Penglihatan Perifer 19 47.37±29.92 19 61.84±30.47 0.016**

Keterangan : Untuk data numerik nilai p diuji dengan uji T berpasangan apabila data berdistribusi normal

dengan alternatif uji Wilcoxon apabila data tidak berdistribusi normal. Nilai kemaknaan berdasarkan nilai

p<0,05 .Tanda* menunjukkan nilai p<0,05 artinya signifkan atau bermakna secara statistik.

4.1.3 Hasil Penilaian Peningkatan Kualitas Hidup Pascabedah

Peningkatan kualitas hidup pascabedah didapatkan dari delta skor pra- dan

pascabedah masing-masing kelompok. Peningkatan kualitas hidup pascabedah

pada kelompok kombinasi rerata sebesar 22.33±16.9, sedangkan pada kelompok

sekuensial sebesar 19.07±12.4. Hal tersebut tidak berbeda secara signifikan antara

kedua kelompok (p=0.502). Perbandingan peningkatan kualitas hidup tiap subskala

pascabedah pada pasien glaukoma dengan katarak yang datang ke poli Glaukoma

RSMC dapat dilihat pada table 4.6.

Berdasarkan analisis statistika uji korelasi Spearman’s antara peningkatan skor

total kualitas hidup kedua kelompok dengan peningkatan BCVA menunjukkan

Page 66: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

50

korelasi yang signifikan atau bermakna secara statistika (p=0.01). Demikian pula

dengan peningkatan skor tiap subkskala (kecuali subskala kesehatan umum, nyeri

pada mata, dan penglihatan perifer) mempunyai korelasi yang signifikan dengan

peningkatan BCVA (p<0.05). Sedangkan hasil analisis statistika uji korelasi

Spearman’s antara total skor dan tiap subskala kualitas hidup kedua kelompok

dengan penurunan TIO, durasi terdiagnosis glaukoma, dan waktu antara wawancara

dengan operasi, menunjukkan korelasi yang tidak signifikan (p≥0.05).

Tabel 4.6 Perbandingan Peningkatan (Delta Skor) Kualitas Hidup Pascabedah pada

Kedua Kelompok

Variabel

Kelompok

Nilai P Kombinasi Sekuensial

n Mean ± SD n Mean ± SD

Kesehatan umum 19 1.32±5.74 19 5.26±9.19 0.795

Penglihatan umum 19 20.00±14.91 19 17.89±14.75 0.773

Nyeri pada mata 19 8.55±14.47 19 5.92±11.31 0.544

Penglihatan dekat 19 29.82±21.57 19 25.88±14.67 0.514

Penglihatan jauh 19 29.17±22.45 19 24.34±18.02 0.482

Fungsi sosial 19 25.66±26.83 19 18.42±19.71 0.583

Kesehatan mental 19 19.08±16.20 19 19.74±17.46 0.729

Keterbatasan peran 19 21.05±23.96 19 22.37±22.28 0.795

Ketergantungan

terhadap orang lain 19 28.51±25.05 19 23.68±19.30 0.686

Penglihatan warna 19 21.05±23.96 19 14.47±17.31 0.506

Penglihatan perifer 19 28.95±27.97 19 14.47±17.31 0.116

TOTAL 19 22.33±16.89 19 19.07±12.41 0.502

Keterangan : Untuk data numerik nilai p diuji dengan uji T tidak berpasangan apabila data berdistribusi normal

dengan alternatif uji Mann Whitney apabila data tidak berdistribusi normal. Nilai kemaknaan berdasarkan nilai

p<0,05 .Tanda* menunjukkan nilai p<0,05 artinya signifkan atau bermakna secara statistik.

Page 67: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

51

4.2 Pengujian Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini yaitu: peningkatan kualitas hidup terkait

penglihatan pada pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan prosedur

kombinasi fakotrabekulektomi lebih baik dibandingkan dengan fakoemulsifikasi

sekuensial setelah trabekulektomi.

Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji T tidak berpasangan

didapatkan bahwa peningkatan kualitas hidup pasien glaukoma dengan katarak

yang dilakukan prosedur kombinasi tidak berbeda dibandingkan dengan

fakoemulsifikasi sekuensial setelah trabekulektomi, dengan nilai p=0,502.

Berdasarkan hasil pengujian diatas, maka hipotesis peneliti ditolak.

4.3 Pembahasan

Tatalaksana glaukoma tidak hanya bertujuan untuk menurunkan TIO saja,

namun juga untuk mempertahankan fungsi visual, khususnya lapang pandang dan

tajam penglihatan, serta meningkatkan kualitas hidup pasien dan kemandirian

dalam melakukan aktivitas sehari-harinya. Studi-studi yang menilai kualitas hidup

pasien dengan glaukoma sudah banyak yang dipublikasikan. Penilaian kualitas

hidup dan kepuasan pasien dapat menjadi faktor penting untuk menentukan pilihan

yang terbaik untuk pasien tersebut dari berbagai pilihan prosedur terapi 8,21,52,53,54

Mosteller F dkk dan Magacho L dkk menyatakan bahwa ada beberapa hal yang

dapat mempengaruhi penilaian kualitas hidup pasien glaukoma yaitu faktor

penglihatan (derajat keparahan glaukoma, luas lapang pandang, tajam penglihatan),

faktor ekonomi (penghasilan), faktor sosial, psikologi, dan emosional (usia, jenis

kelamin, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan). Hal tersebut didukung pula penelitian

Page 68: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

52

oleh Villa-Boas S dkk dan Netuveli G dkk yang menyatakan kualitas hidup pada

kelompok usia dewasa muda (usia 18-45 tahun) mempunyai kualitas hidup yang

lebih baik dibandingkan usia di atas 50 tahun ke atas dan mulai menurun pada

kelompok usia > 75 tahun. 37,52, 55-58

Penelitian ini dilakukan pada 38 orang dengan glaukoma sudut terbuka primer

dan glaukoma sudut tertutup primer (19 orang dilakukan fakotrabekulektomi, 19

orang dilakukan fakoemulsifikasi sekuensial setelah trabekulektomi) dengan

derajat glaukoma tahap lanjut hingga akhir. Pada penelitian ini, untuk mengurangi

faktor perancu dan bias, seleksi subjek pasien dibatasi hanya pada pasien dengan

glaukoma derajat lanjut hingga akhir (VFI <50%) dengan BCVA prabedah yang

tidak berbeda secara bermakna pada kedua kelompok (p=0,624) serta mempunyai

karakteristik demografi yang cukup homogen yaitu usia (rentang usia 50-75 tahun),

jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan yang tidak berbeda

secara signifikan antara kedua kelompok. Demikian pula pada karakteristik klinis

kedua kelompok setelah dilakukan analisis multivariat regresi logistik

menunjukkan kedua kelompok homogen.

Tatalaksana pasien glaukoma yang disertai katarak di RSMC mengikuti

rekomendasi Canadian Ophthalmological Society yaitu bila terdapat katarak yang

mengganggu visual secara signifikan dengan TIO tidak terkontrol (> 21 mmHg atau

masih jauh dari target TIO yang ingin dicapai) walaupun dengan medikamentosa,

dapat dilakukan trabekulektomi dahulu diikuti fakoemulsifikasi beberapa bulan

kemudian untuk menghindari komplikasi intraoperasi seperti perdarahan

suprakoroidal. Hal tersebut dapat menjelaskan bahwa pada kelompok sekuensial

Page 69: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

53

lebih banyak subjek dengan diagnosis PACG (78,9%) yang umumnya datang

dengan TIO yang lebih tinggi. Studi oleh Ngo CSF, dkk yang dilakukan pada 98

pasien dengan POAG dan PACG dengan derajat glaukoma yang sama di Singapura

menunjukkan bahwa pasien dengan PACG cenderung mempunyai TIO yang lebih

tinggi (26.9 ± 6.9 mmHg vs. 24.5 ± 3.3 mmHg; p = 0.03) pada saat pertama kali

datang berobat. Walaupun demikian, berdasarkan studi yang dilakukan oleh Cheng

HC, dkk menyatakan tidak ada perbedaan kualitas hidup antara glaukoma sudut

terbuka primer dengan sudut tertutup primer pada derajat keparahan yang sama.

43,54,59

Tekanan intraokular 1 bulan pascabedah kedua kelompok tidak berbeda secara

signifikan dengan penggunaan jumlah obat-obatan antiglaukoma yang tidak

berbeda secara signifikan pula. Hal tersebut berbeda dengan studi oleh Jampel, HD

dkk yang menyatakan TIO kelompok sekuensial cenderung meningkat 1 tahun

pascabedah sehingga membutuhkan tambahan jumlah medikamentosa pascabedah.

Oleh karena itu penelitian ini membutuhkan evaluasi lebih lanjut untuk penilaian

TIO setelah 1 tahun pascabedah. 12,15,16,36

Janz NK, dkk menyatakan adanya hubungan antara durasi terdiagnosis

glaukoma dengan penurunan kualitas hidup yang diakibatkan perburukan derajat

glaukoma dan tajam penglihatan serta adanya efek samping terapi yang digunakan

pasien. Hal berbeda dinyatakan oleh Riva I, dkk, Wu N dkk, dan Gupta V dkk

bahwa tidak ada korelasi antara durasi glaukoma dengan skor kualitas hidup bila

derajat glaukoma serta tajam penglihatan stabil. walaupun seiring bertambahnya

waktu jumlah medikamentosa bisa saja bertambah. Hal itu disebabkan karena

Page 70: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

54

pasien tersebut mampu beradaptasi dengan kondisi penglihatannya sejak

terdiagnosis dan pemahaman pasien pun meningkat terhadap penyakit yang

dideritanya. Walaupun rerata durasi terdiagnosis glaukoma lebih lama pada

kelompok sekuensial (56.95 ± 34,28 bulan) dibandingkan kelompok sekuensial

(15.21 ± 15.32 bulan), namun derajat glaukoma dan tajam penglihatan prabedah

kedua kelompok tidak berbeda sehingga durasi terdiagnosis tidak mempengaruhi

penilaian kualitas hidup pada penelitian ini.19,60-2

Pada penelitian ini, peningkatan BCVA pada kelompok sekuensial lebih besar

secara signifikan bila dibandingkan dengan peningkatan BCVA pada kelompok

kombinasi. Menurut Jampel HD dkk, masih belum cukup bukti penelitian berupa

systematic review atau RCT untuk membuktikan prosedur yang lebih baik antara

kombinasi dan sekuensial, terutama dalam hal peningkatan tajam penglihatan

pascabedah. Hasil penelitian ini berbeda dengan studi oleh Li HJ dkk yang

menunjukkan BCVA pascabedah yang sama di antara kedua kelompok. Namun,

studi oleh Ong C, dkk menunjukkan hasil yang serupa dengan penelitian ini yaitu

peningkatan BCVA pada kelompok sekuensial lebih besar dibandingkan kelompok

kombinasi (-0.32±0.21 logMar vs -0.19±0.22 LogMar, P=0.001). Ong C, dkk juga

menyatakan bahwa dibutuhkan waktu 3-12 bulan pascatrabekulektomi supaya

panjang aksial dan kurvatura kornea dalam keadaan lebih stabil. Durasi

trabekulektomi sebelumnya dengan fakoemulsifikasi pada penelitian ini yaitu 25,8

± 27,9 bulan sehingga sudah dalam keadaan stabil untuk dilakukan pemeriksaan

biometri. Zhang N, dkk menyatakan bahwa hasil tajam penglihatan pascabedah

pada grup kombinasi lebih tidak dapat diprediksi dan lebih tidak akurat. Namun,

Page 71: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

55

dibutuhkan penelitian lebih lanjut pada penelitian ini untuk membuktikan hal

tersebut karena pada penelitian ini tidak menilai kelainan refraksi sebelum dan

sesudah tindakan bedah.12,63-5

Glaukoma merupakan kelainan optik neuropati progresif yang bersifat

ireversibel yang diawali dari gangguan lapang pandang perifer. Oleh karena itu,

penglihatan sentral menjadi hal yang sangat penting pada pasien glaukoma tahap

lanjut. Studi yang dilakukan oleh Xu X dkk, Hirooka K dkk, dan Skalicky dkk

menyatakan bahwa ekstraksi katarak mampu meningkatkan tajam penglihatan pada

pasien glaukoma tahap lanjut yang diikuti peningkatan kualitas hidup. Studi-studi

tersebut juga menunjukkan bahwa penilaian tajam penglihatan dan lapang pandang

pada mata yang lebih baik lebih berkorelasi terhadap penilaian kualitas hidup

seperti yang dilakukan pula pada penelitian ini. Pada penelitian ini, terjadi

peningkatan BCVA pascabedah secara signifikan dibandingkan BCVA prabedah

pada kedua kelompok. 8,26,29,30,63

Pada penelitian ini, peningkatan BCVA pasca bedah mempunyai korelasi positif

terhadap peningkatan kualitas hidup pada kedua kelompok. Hal tersebut sesuai

dengan studi oleh Musch DC dkk yang menyatakan peningkatan tajam penglihatan

berkorelasi terhadap peningkatan kualitas hidup dan hal tersebut konsisten

ditunjukkan juga pada beberapa penelitian sebelumnya. Sedangkan korelasi TIO

dan luas lapang pandang terhadap kualitas hidup menunjukkan hasil yang tidak

konsisten dari berbagai penelitian.29,30,63

Penelitian ini menggunakan kuesioner NEI-VFQ-25 untuk menilai kualitas

hidup. Magacho L, dkk, Severn P dkk Hirooka dkk, dan Guedes RAP dkk

Page 72: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

56

menyatakan kuesioner NEI-VFQ-25 sensitif dan spesifik untuk gejala okular

sekaligus mampu menilai kesehatan umum pasien. Kuesioner ini juga merupakan

instrumen yang mampu menilai kualitas hidup pada berbagai populasi dengan

berbagai perbedaan sosio-kultural dan telah diterjemahkan ke dalam berbagai

bahasa. Namun, sampai saat ini belum ada instrumen kuesioner paling ideal yang

mampu menilai kualitas hidup. Hirooka K dkk, kuesioner NEI-VFQ-25 tidak

mampu menilai ketidaknyamanan (inconvenience) atau kesulitan yang dialami

akibat biaya yang dikeluarkan untuk pengobatan (jumlah medikamentosa atau

jumlah operasi yang dialami pasien). Oleh karena itu, penelitian ini tidak mampu

untuk menilai inconvenience yang dialami pasien akibat prosedur operasi 2 tahap

pada kelompok sekuensial bila dibandingkan dengan operasi 1 tahap pada

kelompok kombinasi. Klink T, dkk menyatakan bisa saja digunakan lebih dari 1

instrumen kuesioner untuk menilai kualitas hidup untuk saling melengkapi

kekurangan antar kuesioner. Namun, durasi pengisian kuesioner-kuesioner tersebut

lebih lama untuk menilai kualitas hidup yang berakibat tingkat partisipasi pasien

yang lebih rendah 29,48,52,55,58

Rerata total skor kualitas hidup prabedah kelompok kombinasi (44.93±22.53)

tidak berbeda secara signifikan (p ≥ 0.05) bila dibandingkan dengan rerata total skor

kualitas hidup prabedah kelompok sekuensial (51.87±17.37). Hal tersebut karena

kedua kelompok memiliki karakteristik demografi dan karakteristik klinis yang

hampir sama baik dari tajam penglihatan dan luas lapang pandangnya. Demikian

pula dengan rerata total skor kualitas hidup pascabedah kelompok kombinasi (67.20

± 15.13) tidak berbeda secara signifikan (p≥0.05) bila dibandingkan dengan rerata

Page 73: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

57

total skor kualitas hidup pascabedah kelompok sekuensial (70.83±20.36). Skor

kualitas hidup pascabedah pada penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang

dilakukan oleh Wu N dkk pada pasien glaukoma dengan derajat berat di Cina

(66.8±16.47) dan penelitian yang dilakukan di Jepang oleh Hirooka K dkk (67.7 ±

17.8).29,60,66

Pada penelitian ini terjadi peningkatan kualitas hidup pascabedah yang

bermakna secara signifikan pada masing-masing kelompok. Peningkatan terjadi

terutama pada subskala penglihatan umum, penglihatan dekat, penglihatan jauh,

penglihatan warna dan penglihatan perifer. Studi oleh Musch DC dkk dan Xu dkk

pada pasien glaukoma tahap lanjut yang dilakukan ekstraksi katarak juga

menunjukkan hal yang serupa yaitu terjadi peningkatan kualitas hidup pada

subskala penglihatan umum, mobilitas, penglihatan dekat dan kemampuan

melakukan aktivitas sehari-hari, bahkan mampu mengalami peningkatan

penglihatan perifer dan sensitivitas kontras. Peningkatan penglihatan pada malam

hari dan kemampuan melihat rambu-rambu lalu lintas dapat disebabkan

peningkatan penglihatan jauh dan sensitivitas kontras setelah ekstraksi

katarak.29,30,63

Pada penelitian ini, terjadi peningkatan fungsi sosial, kesehatan mental,

keterbatasan peran, ketergantungan terhadap orang lain pascabedah pada masing-

masing kelompok. Menurut Xu X dkk, peningkatan faktor psikologis dapat terjadi

karena dengan adanya peningkatan tajam penglihatan dan proses adaptasi untuk

dapat mengurangi keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari dan

mengurangi ketergantungan terhadap orang lain. Pada penelitian ini, sebagian besar

Page 74: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

58

subjek tidak bekerja dan tinggal bersama anggota keluarga lainnya sehingga

demand terhadap fungsi penglihatan yang baik tidak sebesar subjek yang masih

bekerja dan hidup sendiri untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Skor subkala

nyeri pada mata berkurang lebih bermakna pada kelompok kombinasi dibandingkan

kelompok sekuensial. Hal tersebut dapat diakibatkan karena nyeri akibat TIO

prabedah yang lebih tinggi pada kelompok kombinasi kemudian TIO pascabedah

sudah lebih terkontrol, sedangkan TIO prabedah kelompok sekuensial sudah lebih

terkontrol akibat trabekulektomi sebelumnya.29,30,63

Skor subskala berkendara pada kedua kelompok rendah pada penelitian ini

(pada kelompok kombinasi yaitu 2.08±5.89 prabedah dan 7.29 ± 15.06; pada

kelompok sekuensial yaitu 20.83±17.25 prabedah dan 32.29±21.56 pascabedah).

Hal tersebut disebabkan karena tingginya missing value pada kedua kelompok (8

dari 19 subjek pada tiap kelompok) dan menunjukkan subjek pada penelitian ini

sebagian besar tidak mempunyai pengalaman berkendara. Tingginya missing value

pada subskala berkendara juga ditunjukkan studi di Jepang dan Cina. Berdasarkan

saran studi tersebut, subskala berkendara tidak dimasukkan dalam perhitungan skor

total kualitas hidup pada kedua kelompok.60

Peningkatan kualitas hidup pascabedah pada kelompok kombinasi sebesar

22.33±16.9 tidak berbeda bermakna dibandingkan pada kelompok sekuensial yaitu

sebesar 19.07±12.4 (p=0.502). Pada penelitian ini, faktor-faktor yang dapat

membuat perbedaan peningkatan kualitas hidup kelompok kombinasi dibandingkan

kelompok sekuensial atau sebaliknya (seperti TIO pascabedah dan penggunaan

jumlah medikamentosa) menunjukkan hasil yang tidak berbeda diantara kedua

Page 75: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

59

kelompok. Kedua kelompok pun mengalami peningkatan tajam penglihatan

pascabedah.

Belum ada studi yang serupa dengan penelitian ini sehingga hasil penelitian ini

tidak dapat dibandingkan dengan studi lainnya. Walaupun tidak membandingkan

variabel yang sama dengan penelitian ini, Kotecha A dkk membandingkan

perbedaan kualitas hidup di antara dua prosedur yang berbeda yaitu Glaucoma

Drainage Device dengan trabekulektomi pada pasien glaukoma tahap lanjut dengan

kuesioner NEI-VFQ-25. Studi tersebut menyatakan tidak ada perbedaan kualitas

hidup pascabedah diantara kedua kelompok tersebut dan peningkatan tajam

penglihatan mempunyai efek yang besar pada kualitas hidup walaupun pada pasien

glaukoma tahap lanjut. Hal yang serupa dinyatakan pada studi yang dilakukan Janz

NK dkk yang menilai kualitas hidup pasien yang diikutsertakan dalam studi CIGTS.

Studi tersebut menunjukkan bahwa perbedaan jenis terapi (medikamentosa dan

bedah) tidak menunjukkan adanya perbedaan kualitas hidup. Hirooka K dkk

membandingkan kualitas hidup pasien yang dilakukan trabekulektomi, Ex-Press

Mini Glaucoma Shunt dan fakotrabekulektomi. Studi tersebut menunjukkan tidak

ada perbedaan kualitas hidup terkait penglihatan antara kelompok trabekulektomi

dan Ex-Press Mini Glaucoma Shunt karena kedua prosedur tersebut tidak

meningkatkan BCVA pascabedah. Namun, pada kelompok fakotrabekulektomi

mengalami peningkatan kualitas hidup yang berkorelasi kuat dengan peningkatan

tajam penglihatan pascabedah. Berbagai studi tersebut menunjukkan prosedur

terapi yang berbeda tidak berdampak terhadap perbedaan peningkatan kualitas

Page 76: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

60

hidup, melainkan hasil akhir atau efek terapi tersebut terhadap peningkatan tajam

penglihatan yang lebih berpengaruh terhadap peningkatan kualitas hidup.19,20,29

Nilai perbedaan skor kuesioner NEI-VFQ-25 yang dianggap bermakna antara

kedua kelompok dapat bervariasi yaitu 2 poin, 5 poin, 10 poin, dan 20 poin.

Semakin kecil nilai perbedaan skor yang dianggap bermakna, maka semakin besar

jumlah sampel penelitian yang dibutuhkan. Pada penelitian ini, nilai perbedaan skor

yang dianggap bermakna antara kedua kelompok adalah sebesar 20 poin. Perbedaan

nilai skor total peningkatan kualitas hidup kedua kelompok yaitu 3.26 poin lebih

besar pada kelompok kombinasi. Oleh karena itu, dibutuhkan penelitian lebih lanjut

dengan jumlah sampel yang lebih besar supaya dapat menilai perbedaan skor

sekecil mungkin yang dapat dianggap bermakna antara kedua kelompok.

Peneliti memutuskan untuk mengubah rancangan penelitian menjadi studi

potong lintang secara retrospektif karena kondisi pandemik COVID-19 pada waktu

pengambilan data yang tidak memungkinkan dilakukan studi potong lintang secara

prospektif. Pengambilan data dan penilaian kuesioner kualitas hidup yang

dilakukan pada satu waktu secara retrospektif dengan jumlah sampel yang sedikit

pada penelitian ini, memungkinkan hasil yang didapatkan belum dapat

menggambarkan pengaruh jenis prosedur bedah yang berbeda terhadap perbedaan

kualitas hidup. Janz NK dkk dan Kotecha A dkk yang menyatakan penilaian

kualitas hidup yang dilakukan secara berkala lebih dapat memberikan gambaran

korelasi parameter klinis dengan perspektif pasien secara subjektif terhadap

penyakit yang dideritanya. Penilaian kualitas hidup dalam satu waktu berakibat

tidak dapat diketahui apakah perbaikan fungsi visual yang lebih lama akibat katarak

Page 77: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

61

yang belum diesktraksi pada kelompok sekuensial dapat mempengaruhi kualitas

hidup bila dibandingkan dengan kelompok kombinasi yang dilakukan ekstraksi

katarak bersamaan dengan trabekulektomi.19,20

Skalicky dkk menyatakan penilaian derajat kekeruhan katarak berdasarkan

LOCS III lebih berguna dibandingkan penilaian tajam penglihatan saja dalam

menentukan waktu yang tepat untuk ekstraksi katarak pada pasien glaukoma dan

dampaknya terhadap kualitas hidup. Katarak tidak hanya mengganggu tajam

penglihatan, namun juga dapat mengganggu fungsi visual yang dapat berdampak

pada kualitas hidup. Pada penelitian ini tidak menilai derajat kekeruhan katarak

karena tidak terdapat data derajat kekeruhan katarak pada rekam medis.19,20

Keterbatasan lain dari penelitian ini adalah adanya recall bias karena wawancara

kuesioner baik prabedah maupun pascabedah dilakukan sekaligus dalam satu kali

wawancara dan mempunyai rentang waktu yang jauh dengan waktu operasi

dilakukan (4.16±1.8 bulan pada kelompok kombinasi dan 24.05±13.1 bulan pada

kelompok sekuensial). Kemudian adanya kemungkinan kesalahan responden

berupa non-response error yaitu apabila responden tidak mau menjawab atau tidak

memahami pertanyaan dan response bias yaitu kesalahan yang terjadi apabila

kemungkinan kuesioner dipahami secara berbeda oleh responden. Namun,

kuesioner yang digunakan merupakan kuesioner yang sudah dilakukan uji

pendahuluan serta uji validitas dan reliabilitas terhadap kuesioner tersebut sehingga

dapat dipahami oleh responden. Selain itu, prosedur bedah pada kedua kelompok

dilakukan oleh lebih dari satu operator bedah sehingga dapat menimbulkan bias

pada hasil pascabedah kedua kelompok.

Page 78: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

62

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Peningkatan kualitas hidup terkait penglihatan pada pasien glaukoma disertai

katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi tidak berbeda dibandingkan dengan

yang dilakukan fakoemulsifikasi sekuensial setelah trabekulektomi.

5.2 Saran

1) Dilakukan penelitian lanjutan secara prospektif dengan jumlah sampel yang

lebih besar untuk menilai kualitas hidup pasien glaukoma disertai katarak

dengan derajat kekeruhan katarak yang sama antara yang dilakukan

prosedur kombinasi dengan prosedur sekuensial.

2) Dilakukan penilaian objektif seperti pemeriksaan sensitivitas kontras,

sensitivitas warna, dan pemeriksaan lapang pandang pascabedah supaya

dapat dibandingkan hasilnya dengan penilaian subjektif pasien berdasarkan

skor kuesioner kualitas hidup.

3) Karena glaukoma merupakan penyakit kronis progresif, penelitian

mengenai penilaian kualitas hidup sebaiknya dilakukan secara berkala

dalam beberapa periode tertentu, yaitu 6 bulan, 1 tahun, sampai 2 tahun

pascabedah.

Page 79: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

63

DAFTAR PUSTAKA

1. IAPB Vision Atlas {Internet}. International Agency for the Prevention of

Blindness. 2019 [cited 2019 November]. Diunduh dari: http:/atlas.iapb.org/.

2. Bourne RRA, Flaxman SR, Braithwaite T, Cicinelli M V., Das A, Jonas JB,

dkk. Magnitude, temporal trends, and projections of the global prevalence of

blindness and distance and near vision impairment: a systematic review and

meta-analysis. Lancet Glob Heal. 2017;5(9):e888–97

3. Tham Y, Xiang L, Tien Y, Harry A, Tin A, Ching-yu C. Global Prevalence

of glaucoma and projections of glaucoma burden through 2040: A systematic

review and meta-analysis. Ophthalmology. 2014;121:2081–90.

4. Flaxman SR, Bourne RRA, Resnikoff S, Ackland P, Braithwaite T, Cicinelli

M V., dkk. Global causes of blindness and distance vision impairment 1990–

2020: a systematic review and meta-analysis. Lancet Glob Heal.

2017;5(12):e1221–34.

5. Syumarti, Rini M, Ratnaningsih N, Halim A, Limburgh H. Prevalence and

causes of blindness in people age 50 years and above. J Ophthalmol Clin

Res. 2017;1(1):1–4.

6. Gaasterland DE, Van Veldhuisen PC. The advanced glaucoma intervention

study, 8: Risk of cataract formation after trabeculectomy. Arch Ophthalmol.

2001;119(12):1771–80.

7. Kung JS, Choi DY, Cheema AS, Singh K. Cataract surgery in the glaucoma

patient. Middle East Afr J Ophthalmol. 2015;22(1):10–7.

8. Zhang ML, Hirunyachote P, Jampel H. Combined surgery versus cataract

surgery alone for eyes with cataract and glaucoma ( Review ). Cochrane

Database of systematic review 2015;7:1-66

9. Jiménez-Román J, Prado-Larrea C, Laneri-Pusineri L, Gonzalez-Salinas R.

Combined Glaucoma and Cataract: An Overview. Difficulties Cataract Surg.

2018;4: 67-89

10. Dada T, Bhartiya S, Baig NB. Cataract surgery in eyes with previous

glaucoma surgery: Pearls and Pitfalls. J Curr Glaucoma Pract. 2013;7(3):99–

105.

11. Saikumar SJ, Anup M, Nair A, Matthew NR. Coexistent cataract and

glaucoma-causes and management. Journal of ophthalmic science and

research. 2019;57(2): 132-138

12. Li HJ, Xuan J, Zhu XM, Xie L. Comparison of phacotrabeculectomy and

sequential surgery in the treatment of chronic angle-closure glaucoma

coexisted with cataract. Int J ophthalmol 2016; 9(5): 687-692.

13. Law SK, Riddle J. Management of Cataracts in Patients With Glaucoma.

International Ophthamology Clinics 2011; 51(3):1–18.

Page 80: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

64

14. Marchini G, Vizzari G. Management of Concomitant Cataract and

Glaucoma. 2012;50:146–56.

15. Song BJ, Ramanathan M, Morales E, Law SK, Giaconi JA, Coleman AL,

dkk. Trabeculectomy and Combined Phacoemulsification- Trabeculectomy :

Outcomes and Risk Factors for Failure in Primary Angle Closure Glaucoma.

2016;25(9):763–9.

16. Arimura S, Iwasaki K, Gozawa M, Takamura Y. Trabeculectomy followed

by phacoemulsification versus trabeculectomy alone : The Collaborative

Bleb-Related Infection Incidence and Treatment Study. Plos ONE

2019;14(10)1–9.

17. Goldberg I, Clement CI, Chiang TH, Walt JG, Lee LJ, Graham S, dkk.

Assessing Quality of Life in Patients With Glaucoma Using the Glaucoma

Quality of Life-15 ( GQL-15 ) Questionnaire. J Glaucoma 2009;18(1):6–12.

18. Yang L, Shi X. Associations of subjective and objective clinical outcomes

of visual functions with quality of life in Chinese glaucoma patients : a cross-

sectional study. BMC Ophthalmology 2019;1–10.

19. Janz NK, Wren PA, Lichter PR, Musch DC, Gillespie BW, Guire KE, dkk.

The collaborative initial glaucoma treatment study: Interim quality of life

findings after initial medical or surgical treatment of glaucoma.

Ophthalmology. 2001;108(11):1954–65.

20. Kotecha A, Feuer WJ, Barton K, Gedde SJ. Quality of Life in the Tube

Versus Trabeculectomy Study. Am J Ophthalmol 2017;176:228–35.

21. Shaarawy TM, Sherwood MB, Hitchings RA, Crowston JG. Glaucoma:

Medical diagnosis & therapy. Edisi ke-2. Vol 1. Oxford: Elsevier; 2015.

22. Mangione CM, Lee PP, Gutierrez PR, Spritzer K, Coleman AL.

Development of the 25-item National Eye Institute visual function

questionnaire. Evidence-Based Eye Care. 2002;3(1):58–9.

23. Mangione C, Berry S, Spritzer K. Identifying the content area for 51-item

National Eye Institute Visual Function Questionnaire: result from focus

groups with visually impaired persons. Arch Ophthalmol. 1998;116:227–33.

24. Mangione C, Lee P, Pitts J, Gutierrez P, Berry S, Hays R. Psychometric

properties of the National Eye Institute Visual Function Questionnaire (NEI-

VFQ). NEI-VFQ Field Test Investigators. Arch Ophthalmol.

1998;116:1496–504.

25. Wu SY, Hennis A, Nemesure B, CristinaLeske M. Impact of glaucoma, lens

opacities, and ataract surgery on visual functioning and related quality of life:

The Barbados Eye Studies. Investig Ophthalmol Vis Sci. 2008;49(4):1333–

8.

26. Skalicky SE, Martin KR, Fenwick E, Crowston JG, Goldberg I, McCluskey

P. Cataract and quality of life in patients with glaucoma. Clin Exp

Page 81: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

65

Ophthalmol. 2015;43(4):335–41.

27. McKean-Cowdin R, Wang Y, Wu J, Azen SP, Varma R. Impact of Visual

Field Loss on Health-Related Quality of Life in Glaucoma. The Los Angeles

Latino Eye Study. Ophthalmology. 2008;115(6):941–9.

28. Jr AP, Prata TS, Gracitelli CPB. Factors associated with vision-related

quality of life in Brazilian patients with glaucoma. Arquivos Braileiros de

oftalmologia 2019;82(6):463–70.

29. Hirooka K, Nitta E, Ukegawa K, Tsujikawa A. Vision-related quality of life

following glaucoma filtration surgery. BMC Ophthalmol. 2017;17(1):1–7.

30. Xu X, Sun Q, Ma YY, Zou HD. Vision-related quality of life outcomes of

cataract surgery in advanced Glaucoma patients. J Glaucoma.

2016;25(1):e5–11.

31. Ling, JD, Bell NP. Role of cataract surgery in the management of glaucoma.

2018; 58(3): 87-100.

32. European Glaucoma Society. Terminology Guidelines. European Glaucoma

Society Foundation. 2017. 1–72 p.

33. Tham CCY, Kwong YYY, Leung DYL, Lam SW, Li FCH, Chiu TYH, et al.

Phacoemulsification versus Combined Phacotrabeculectomy in Medically

Uncontrolled Chronic Angle Closure. OPHTHA 2008;116(4):725-731.e3.

34. Longo A, Uva MG, Reibaldi A, Avitabile T, Reibaldi M. Long-term effect

of phacoemulsification on trabeculectomy function. Eye. 2015;29(10):1347–

52.

35. Husain R, Liang S, Foster PJ, Gazzard G, Bunce C, Chew PT, dkk. Cataract

surgery after trabeculectomy. Ophthalmic Surg Lasers. 2012; 130(2): 165-

170.

36. Jampel HD, Friedman DS,Lubomski LH, Kempen JH, Quigley H, Condon

N, dkk. Effect of technique on intraouclar pressure after combined cataract

and glaucoma surgery: an evidence-based review. Ophthalmology 2002;

109:2215-2224.

37. Mosteller F, Falotico-Taylor J. Quality of life and technology assessment:

monograph of the council on health care technology. Washington DC:

National Academy Press; 2015.

38. Dempster M, McCorry NK, Donnelly M, Barton K, Azuara-Blanco A.

Individualisation of glaucoma quality of life measures: A way forward? Br J

Ophthalmol. 2019;103(3):293–5.

39. Kumari N, Singh Pandav S, Gupta PC, Basu D, Kaushik S, Raj S, et al.

Quality of Life and Burden of Care in Glaucoma Patients and Their Families

in a South Asian Population. J Clin Exp Ophthalmol. 2017;08(04):8–13.

40. Runjic T, Laus KN, Vatavuk Z. Effect of different visual impairment levels

on the quality of life in glaucoma patients. Acta Clin Croat 2018; 57:243–

Page 82: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

66

50.

41. Nirmalan P, Tielsch J, J K, Thulasirsaj R, Krishnadas R, Ramakrishnan R.

Relationship between vision impairment and eye disease to Vision-Specific

Quality of Life and function in rural India: The Aravind Comprehensive Eye

Survey. Invest Ophthalmol Vis Sci. 2005;46:2308–12.

42. Dhawan M, Hans T, Sandhu PS. Evaluation of Vision-related Quality of Life

in Patients with Glaucoma : A Hospital-based Study. Journal of current

glaucoma practice 2019; 13(1): 9-15.

43. Cheng HC, Guo CY, Chen YJ, Chen MJ, Ko YC, Huang N, dkk. Patient-

reported vision-related quality-of-life differences between primary angle-

closure glaucoma and primary open-angle glaucoma. PLoS One.

2016;11(9):1–12.

44. Peters D, Heijl A, Brenner L, Bengtsson B. Visual impairment and vision-

related quality of life in the Early Manifest Glaucoma Trial after 20 years of

follow-up. Acta Ophthalmol. 2015;93(8):745–52.

45. Sawada H, Fukuchi T, Abe H. Evaluation of the relationship between quality

of vision and the visual function index in Japanese glaucoma patients.

Graefe’s Arch Clin Exp Ophthalmol. 2011;249(11):1721–7.

46. Kulkarni KM, Mayer JR, Lorenzana LL, Myers JS, Spaeth GL. Visual field

staging systems in glaucoma and the activities of daily living. Am J

Ophthalmol 2012;154(3):445-451.e3.

47. Saunders LJ, Russell RA, Crabb DP. Practical landmarks for visual field

disability in glaucoma. Br J Ophthalmol. 2012;96(9):1185–9.

48. Severn P, Fraser S, Finch T, May C. Which quality of life score is best for

glaucoma patients and why? BMC Ophthalmol. 2008;8:1–4.

49. Sudigdo S. Dasar-dasar metodelogi penelitian klinis. Edisi ke-4. Jakarta:

Sagung Seto; 2011.

50. Sopiyudin D. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. 5th ed. Jakarta:

Salemba Medika; 2010.

51. Field A. Discovering statistics using SPSS. London: SAGE publication Ltd;

2011.

52. Klink T, Sauer J, Korber NJ, Grehn F, Much MM, Thederan L, dkk. Quality

of life following glaucoma surgery: canaloplasty versus

trabeculectomy.Clinical ophthalmology. 2015; 9:7-16.

53. Kaur D, Gupta A, Singh G. Perspective on quality of life in glaucoma.

Journal of current glaucoma practice. 2012; 6(1):9-12

54. Canadian Ophthalmological Society. Guidelines for the management of

glaucoma in the adult eye. Canadian journal of ophthalmology. 2009;40(1):

s1-s93

55. Magacho L, Lima FE, Nery AC, Sagawa A, Magacho B, Avila MP. Quality

Page 83: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

67

of life in glaucoma patients: regression analysis and correlation with possible

modifiers. Ophthalmic epidemiology. 2004; 11(4): 262-270.

56. Villa-Boas S, Oliveira AL, Ramos N, Montero I. Predictors of quality of life

in different age groups across adulthood. Journal of intergenerational

relationship. 2018; 17(1):42-57.

57. Netuveli G, Wiggins RD, Hildon Z, Montgomery SM, Blane D. Quality of

life at older ages: evidence from the English longitudinal study of aging

(wave 1). J Epidemiol Community Health 2006; 60:357-363

58. Guedes RAP, Guedes VMP, Freitas SM, Chaoubah A. Quality of life of

medically versus surgically treated glaucoma patients. J Glaucoma 2013;

22:369-373

59. Ngo CSF, Aquino MC, Noor S, Loon SC, Sng CCA, Gazzard G, dkk. A

prospective comparison of chronic primary angle closure glaucoma versus

primary open angle glaucoma in Singapore. Singapore Med J 2013; 54(3):

140-145.

60. Wu N, Kong X, Gao J, Sun X. Vision-related quality of life in glaucoma

patients and its correlations with psychological disturbances and visual

function indices. J Glaucoma 2019; 28:207-215.

61. Riva I, Legramandi L, Rulli E, Konstas AG, Katsanos A, Oddone F, dkk.

Vision-related quality of life and symptom perception change over time in

newly-diagnosed primary open angle glaucoma patients. Scientific reports

2019; 9:1-11.

62. Gupta V, Srinivasan G, Mei SS, Sihota R, Kapoor KS. Utility values among

glaucoma patients: am impact on quality of life. Br J Ophthalmol 2005; 89:

1241-1244.

63. Musch DC, Gillespie BW, Niziol LM, Janz NK, Wren PA, Rockwood EJ,

dkk. Cataract extraction in the Collaborative Initial Glaucoma Treatment

Study: incidence, risk factors, and the effect of cataract progression and

extraction on clinical and quality of life outcomes. Arch ophthalmol 2006;

124: 1694-1700.

64. Ong C, Nongpiur M, Peter L, Perera SA. Combined approach to

phacoemulsification and trabeculectomy results in less ideal refractive

outcomes compared with the sequential approach. J Glaucoma 2016; 25:

e873-e878.

65. Zhang N, Tsai PL, Catoira-Boyle YP, Morgan LS, Hoop JS,Cantor LB, dkk.

The effect of prior trabeculectomy on refractive outcomes of cataract

surgery. Am J Ophthalmol 2013; 155: 858-863.

66. Onakoya AO, Mbadugha CA, Aribaba OT, Ibidapo OO. Quality of life of

primary open angle glaucoma patients in Lago, Nigeria: Clinical and

sociodemographic correlates. J Glaucoma 2012; 21;287-295.

Page 84: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

68

LAMPIRAN 1. PERSETUJUAN ETIK

Page 85: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

69 KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS PADJADJARAN KOMISI ETIK PENELITIAN

RESEARCH ETHICS COMMITTEE Jl. Prof. Eijkman No. 38 Bandung 40161

Telp. & Fax. 022-2038697, website: kep.unpad.ac.id, email-sekretariat: [email protected] email-sistem: [email protected] atau [email protected]

LAMPIRAN 2. INFORMASI PENELITIAN

INFORMASI

“PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP TERKAIT

PENGLIHATAN PADA PASIEN GLAUKOMA DISERTAI KATARAK

YANG DILAKUKAN FAKOTRABEKULEKTOMI DENGAN YANG

DILAKUKAN FAKOEMULSIFIKASI SEKUENSIAL SETELAH

TRABEKULEKTOMI”

Saya dr. Levandi Mulja dari Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo

sedang melakukan penelitian untuk membandingkan peningkatan kualitas hidup

terkait penglihatan pada pasien glaukoma disertai katarak yang dilakukan

fakotrabekulektomi (operasi pembuatan saluran untuk menurunkan tekanan bola

mata dengan teknik trabekulektomi yang dilakukan bersamaan dengan operasi

katarak dengan teknik fakoemulsifikasi) dengan yang dilakukan fakoemulsifikasi

sekuensial setelah trabekulektomi (operasi katarak dengan teknik fakoemulsifikasi

yang dilakukan terpisah dengan operasi bedah pembuatan saluran dengan teknik

trabekulektomi yang telah dilakukan sebelumnya) mengundang Anda untuk

berpartisipasi dalam penelitian ini, keikutsertaan Anda dalam penelitian ini bersifat

sukarela, jadi Anda dapat memutuskan untuk berpartisipasi atau sebaliknya.

Tujuan Penelitian:

Untuk mengetahui apakah peningkatan kualitas hidup pada pasien glaukoma

disertai katarak yang dilakukan prosedur operasi bedah pembuatan saluran dengan

teknik trabekulektomi untuk menurunkan tekanan bola mata yang dilakukan

bersamaan dengan operasi bedah katarak dengan teknik fakoemulsifikasi lebih baik

daripada yang dilakukan operasi bedah katarak dengan teknik fakoemulsifikasi

yang dilakukan terpisah dengan operasi bedah pembuatan saluran dengan teknik

trabekulektomi yang telah dilakukan sebelumnya.

Mengapa Subjek terpilih:

Anda terpilih menjadi subjek penelitian karena anda berusia 50-75 tahun, mampu

memahami dan mengerti bahasa Indonesia. Anda juga terdiagnosis glaukoma sudut

terbuka atau tertutup primer dan katarak yang memiliki indeks lapang pandang

Page 86: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

70 KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS PADJADJARAN KOMISI ETIK PENELITIAN

RESEARCH ETHICS COMMITTEE Jl. Prof. Eijkman No. 38 Bandung 40161

Telp. & Fax. 022-2038697, website: kep.unpad.ac.id, email-sekretariat: [email protected] email-sistem: [email protected] atau [email protected]

<50% pada pemeriksaan lapang pandang pada mata yang lebih baik dan akan

menjalani tindakan bedah pada mata yang lebih baik. Anda juga tidak memiliki

kelainan mata lain yang dapat menyebabkan gangguan penglihatan, riwayat operasi

bedah pembuatan saluran untuk menurunkan tekanan bola mata dengan teknik

trabekulektomi lebih dari 1 kali, kelainan sistemik yang diketahui (diabetes mellitus

yang tidak terkontrol, gagal ginjal kronik, kelainan jantung, penyakit paru obstruksi

kronik), riwayat gangguan neurologis yang dapat mempengaruhi daya ingat yang

telah terdiagnosis oleh dokter spesialis saraf sebelumnya, riwayat gangguan

mobilitas karena gangguan sendi anggota gerak atau kelumpuhan anggota gerak

akibat gangguan neurologis atau karena sebab lain, dan gangguan wicara atau

gangguan pendengaran.

Tata Cara/Prosedur:

Setelah dilakukan seleksi data rekam medis yang sesuai dengan kriteria

penelitian yaitu berupa tajam penglihatan dengan dan tanpa koreksi kacamata,

tekanan bola mata, pemeriksaan lampu celah biomikroskopi, pemeriksaan saraf

mata dan pemeriksaan lapang pandang; Anda yang pernah dilakukan

fakotrabekulektomi (operasi bedah pembuatan saluran untuk menurunkan tekanan

bola mata dengan teknik trabekulektomi bersamaan dengan operasi bedah katarak

dengan teknik fakoemulsifikasi) ATAU fakoemulsifikasi sekuensial (operasi bedah

katarak dengan teknik fakoemulsifikasi saja karena Anda mempunyai riwayat

operasi bedah pembuatan saluran dengan teknik trabekulektomi sebelumnya) akan

dihubungi via telepon berdasarkan data nomor telepon yang tertera di rekam medis

Anda.

Bila Anda bersedia untuk ikut berpartisipasi dalam penelitian ini, Anda

dipersilahkan untuk menyatakan persetujuan (inform consent) secara lisan.

Persetujuan lisan Anda akan kami rekam dan Anda akan diikusertakan dalam

penelitian. Anda akan ditanyakan mengenai data diri anda meliputi nama, usia, jenis

kelamin, tingkat pendidikan, penghasilan, status menikah, riwayat keluarga dengan

glaukoma, alamat, durasi terdiagnosis glaukoma, durasi trabekulektomi

sebelumnya dan kelainan sistemik yang diketahui. Kemudian anda akan

diwawancara oleh pewawancara mengenai kuesioner kualitas hidup terkait

penglihatan menggunakan National Eye Health Visual Function Questionnaire-25

(NEI-VFQ-25) versi Bahasa Indonesia

Kuesioner kualitas hidup NEI-VFQ-25 merupakan kuesioner penilaian

kualitas hidup terkait penglihatan yang berisi 25 pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan

Page 87: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

71 KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS PADJADJARAN KOMISI ETIK PENELITIAN

RESEARCH ETHICS COMMITTEE Jl. Prof. Eijkman No. 38 Bandung 40161

Telp. & Fax. 022-2038697, website: kep.unpad.ac.id, email-sekretariat: [email protected] email-sistem: [email protected] atau [email protected]

tersebut terkait dengan pendapat Anda mengenai kondisi penglihatan Anda dan

bagaimana aktivitas sehari-hari Anda dengan kondisi penglihatan saat ini.

Kuesioner tersebut diharapkan mampu menggambarkan kualitas hidup Anda terkait

kondisi penglihatan Anda saat ini. Kuesioner tersebut meliputi aspek kesehatan

umum, penglihatan secara umum, ada atau tidaknya nyeri pada mata, penglihatan

dekat dan jauh, fungsi sosial, kesehatan mental, ketergantungan terhadap orang lain,

mengemudi, penglihatan warna, dan lapang pandang. Wawancara dengan kuesioner

kualitas hidup NEI-VFQ-25 akan menilai kondisi penglihatan Anda sebelum bedah

dan 1 bulan setelah bedah, dengan lama wawancara pada masing-masing pertemuan

adalah 15 menit. Seluruh prosedur di atas dilakukan via telepon.

Risiko dan ketidaknyamanan:

Wawancara dilakukan via telepon dengan kuesioner kualitas hidup NEI-VFQ-25

membutuhkan waktu 15 menit. Wawancara via telepon akan dilakukan pada pukul

10.00-17.00 WIB.

Manfaat (langsung untuk subjek dan umum):

Manfaat langsung untuk Anda adalah anda dapat mengetahui peningkatan kualitas

hidup yang dapat anda alami setelah dilakukan tindakan fakotrabekulektomi atau

fakoemulsifikasi sekuensial setelah trabekulektomi.

Manfaat umum adalah penelitian ini memberikan kontribusi terhadap ilmu

pengetahuan dalam bidang kesehatan mata khususnya mengenai penatalaksanaan

glaukoma yang disertai dengan katarak dan pengaruhnya terhadap kualitas hidup

pasien glaukoma.

Kerahasiaan data:

Seluruh data dan informasi mengenai anda akan dijamin kerahasiaannya sehingga

tidak akan diketahui oleh orang yang tidak berkepentingan dalam penelitian ini.

Perkiraan jumlah subjek yang akan diikut sertakan: 38 orang

Kesukarelaan:

Keikutsertaan anda bersifat sukarela. Anda dapat setuju maupun tidak setuju untuk

mengikuti penelitian.

Periode Keikutsertaan Subjek:

Page 88: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

72 KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS PADJADJARAN KOMISI ETIK PENELITIAN

RESEARCH ETHICS COMMITTEE Jl. Prof. Eijkman No. 38 Bandung 40161

Telp. & Fax. 022-2038697, website: kep.unpad.ac.id, email-sekretariat: [email protected] email-sistem: [email protected] atau [email protected]

Anda mengikuti wawancara ini kurang lebih 15 menit, pada pukul 10.00-17.00

WIB

Subjek dapat dikeluarkan/mengundurkan diri dari penelitian:

Anda dapat mengundurkan diri kapanpun saat proses penelitian sedang berlangsung

dengan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.

Kemungkinan timbulnya pembiayaan dari perusahaan asuransi kesehatan

atau peneliti:

Tidak ada asuransi yang diberikan kepada Anda dalam penelitian ini.

Pertanyaan:

Jika ada pertanyaan yang berhubungan dengan penelitian ini, harap menghubungi:

dr. Levandi Mulja

Departemen Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran/

Rumah Sakit Mata Cicendo di Jalan Cicendo No.4, Bandung

Telp 022-4210883

HP 08571172898

Page 89: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

73 KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS PADJADJARAN KOMISI ETIK PENELITIAN

RESEARCH ETHICS COMMITTEE Jl. Prof. Eijkman No. 38 Bandung 40161

Telp. & Fax. 022-2038697, website: kep.unpad.ac.id, email-sekretariat: [email protected] email-sistem: [email protected] atau [email protected]

PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)

UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN

(INFORMED CONSENT)

Saya telah membaca atau memperoleh penjelasan, sepenuhnya menyadari,

mengerti, dan memahami tentang tujuan, manfaat, dan risiko yang mungkin timbul

dalam penelitian, serta telah diberi kesempatan untuk bertanya dan telah dijawab

dengan memuaskan, juga sewaktu-waktu dapat mengundurkan diri dari keikut

sertaannya, maka saya setuju/tidak setuju*) ikut dalam penelitian ini, yang

berjudul:

”PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP TERKAIT

PENGLIHATAN PADA PASIEN GLAUKOMA DISERTAI KATARAK

YANG DILAKUKAN FAKOTRABEKULEKTOMI DENGAN YANG

DILAKUKAN FAKOEMULSIFIKASI SEKUENSIAL SETELAH

TRABEKULEKTOMI”

Saya dengan sukarela memilih untuk ikut serta dalam penelitian ini tanpa

tekanan/paksaan siapapun. Saya akan diberikan salinan lembar penjelasan dan

formulir persetujuan yang telah saya tandatangani untuk arsip saya.

Saya setuju:

Ya/Tidak*)

Tgl.:

Tanda tangan (bila tidak bisa

dapat digunakan cap jempol)

Nama Peserta:

Usia:

Alamat:

Nama Peneliti:

dr. Levandi Mulja

Nama Saksi:

*) coret yang tidak perlu

Page 90: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

74

LAMPIRAN 3.

KUESIONER NEI-VFQ- 25

BAGIAN 1 - KONDISI KESEHATAN UMUM DAN KONDISI PENGLIHATAN

1. Secara umum, menurut Anda kesehatan Anda secara keseluruhan :

(Lingkari Satu)

Sangat baik .................. 1

Baik sekali . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2

Baik... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3

Cukup .................................. 4

Buruk . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5

2. Saat ini, apakah menurut Anda kondisi penglihatan kedua mata Anda

(dengan kaca mata maupun lensa kotak bila Anda menggunakannya)

termasuk sangat baik, baik, cukup, buruk, sangat buruk atau apakah

Anda mengalami kebutaan total?

(Lingkari Satu)

Sangat baik .................. 1

Baik... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2

Cukup .................................. 3

Buruk . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4

Sangat buruk . . . . . . . . . . . . . . . 5

Buta total ..................... 6

3. Seberapa sering Anda khawatir mengenai kondisi penglihatan Anda?

(Lingkari Satu)

Tidak pernah .................... 1

Jarang .................................... 2

Kadang-kadang ............. 3

Sering ................................. 4

Sepanjang waktu ..................... 5

4. Seberapa besar Anda merasakan sakit atau ketidaknyamanan

di daerah mata dan sekitar mata Anda (seperti rasa terbakar,

gatal, atau nyeri)? Apakah menurut Anda rasa itu:

(Lingkari Satu)

Page 91: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

75

Tidak ada ................... 1

Ringan .....................................2

Sedang ......................... 3

Parah, atau ................... 4

Sangat parah? ................. 5

BAGIAN 2 - KESULITAN DALAM MELAKUKAN AKTIVITAS HARIAN

Pertanyaan-pertanyaan selanjutnya adalah tentang tingkat kesulitan (bila

ada) dalam melakukan aktivitas harian tertentu dengan menggunakan

kacamata atau lensa kontak bila Anda menggunakannya

5. Seberapa besar kesulitan yang Anda rasakan ketika membaca koran

dengan huruf berukuran standar? Apakah Anda merasa (Lingkari

satu)

Tidak ada kesulitan sama sekali ........................................ ......... 1

Sedikit kesulitan ................................................................. ......... 2

Agak kesulitan ............................................................... 3

Sangat kesulitan ............................................................. 4

Berhenti melakukan ini karena kondisi penglihatan .. . . . 5

Berhenti melakukan ini karena alasan lain atau tidak tertarik ...... 6

6. Seberapa besar kesulitan yang Anda rasakan ketika A n d a m e l ak u k an

p ek e r j aa n a t a u h o b i y an g m e m b u t u h k an k em a m p u an u n t u k

mengamati benda dalam jarak dekat s e p e r t i m e m a s a k , m e n j a h i t ,

m e m p e r b a i k i b e n d a - b e n d a d i s e k i t a r r u m a h , a t a u

m e n g g u n a k a n a l a t - a l a t p e r t u k a n g a n . A p a k a h A n d a

m e r a s a : ( L i n g k a r i s a t u )

Tidak ada kesulitan sama sekali ........................................ ......... 1

Sedikit kesulitan ................................................................. ......... 2

Agak kesulitan ............................................................... 3

Sangat kesulitan ............................................................. 4

Berhenti melakukan ini karena kondisi penglihatan .. . . . 5

Berhenti melakukan ini karena alasan lain atau tidak tertarik ...... 6

7. Karena kondisi penglihatan Anda, seberapa besar kesulitan yang

Anda rasakan dalam mencari/menemukan sesuatu di rak yang penuh

sesak? (Lingkari satu)

Page 92: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

76

Tidak ada kesulitan sama sekali ................................................... 1

Sedikit kesulitan ............................................................... ........ 2

Agak kesulitan ................................................................ ........ 3

Sangat kesulitan ............................................................. 4

Berhenti melakukan ini karena kondisi penglihatan .. . . . 5

Berhenti melakukan ini karena alasan lain atau tidak tertarik ...... 6

8. Seberapa besar kesulitan yang Anda rasakan ketika membaca

rambu lalu lintas atau plang nama toko ?

(Lingkari Satu)

Tidak ada kesulitan sama sekali ........................................ ......... 1

Sedikit kesulitan ................................................................. ......... 2

Agak kesulitan ............................................................... 3

Sangat kesulitan ............................................................. 4

Berhenti melakukan ini karena kondisi pengli hatan .. . . . 5

Berhenti melakukan ini karena alasan lain atau tidak tertarik ...... 6

9. Karena kondisi penglihatan Anda, seberapa besar kesulitan yang

Anda rasakan ketika berjalan menuruni tangga atau trotoar saat

kondisi cahaya redup atau pada malam hari? (Lingkari satu)

Tidak ada kesulitan sama sekali ........................................ ......... 1

Sedikit kesulitan ................................................................. ......... 2

Agak kesulitan ............................................................... 3

Sangat kesulitan ............................................................. 4

Berhenti melakukan ini karena kondisi penglihatan .. . . . 5

Berhenti melakukan ini karena alasan lain atau tidak tertarik ...... 6

10. Karena kondisi penglihatan Anda, seberapa besar kesulitan yang

Anda rasakan dalam mengenali benda-benda di tepi jalan saat Anda

berjalan melintasinya ?

(Lingkari Satu)

Tidak ada kesulitan sama sekali ........................................ ......... 1

Sedikit kesulitan ................................................................. ......... 2

Agak kesulitan ............................................................... 3

Sangat kesulitan ............................................................. 4

Berhenti melakukan ini karena kondisi penglihatan .. . . . 5

Berhenti melakukan ini karena alasan lain atau tidak tertarik ...... 6

Page 93: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

77

11. Karena kondisi penglihatan Anda, seberapa besar kesulitan yang

Anda rasakan dalam melihat reaksi orang terhadap perkataan yang Anda

lontarkan?(Lingkari Satu)

Tidak ada kesulitan sama sekali ........................................ ......... 1

Sedikit kesulitan .................................................................. ........ 2

Agak kesulitan ............................................................... 3

Sangat kesulitan ............................................................. 4

Berhenti melakukan ini karena kondisi penglihatan .. . . . 5

Berhenti melakukan ini karena alasan lain atau tidak tertarik ....... 6

12. Karena kondisi penglihatan Anda, seberapa besar kesulitan yang

Anda rasakan dalam memilih dan memadukan pakaian yang Anda

kenakan ? (Lingkari Satu)

Tidak ada kesulitan sama sekali ........................................ ......... 1

Sedikit kesulitan ................................................................. ......... 2

Agak kesulitan ............................................................... 3

Sangat kesulitan ............................................................. 4

Berhenti melakukan ini karena kondisi penglihatan .. . . . 5

Berhenti melakukan ini karena alasan lain atau tidak tertarik ...... 6

13. Karena kondisi penglihatan Anda, seberapa besar kesulitan yang

Anda rasakan saat mengunjungi orang lain baik di rumah mereka, di

pesta atau di restoran? (Lingkari Satu) Tidak ada kesulitan sama sekali ......................................... ......... 1

Sedikit kesulitan .................................................................. ......... 2

Agak kesulitan ............................................................... 3

Sangat kesulitan ............................................................. 4

Berhenti melakukan ini karena kondisi penglihatan .. . . . 5

Berhenti melakukan ini karena alasan lain atau tidak tertarik ....... 6

14. Karena kondisi penglihatan Anda, seberapa besar kesulitan yang

Anda rasakan ketika bepergian keluar rumah untuk menonton

bioskop, pertunjukan atau pertandingan olahraga ? (Lingkari Satu)

Tidak ada kesulitan sama sekali ........................................ ......... 1

Sedikit kesulitan ................................................................. ......... 2

Agak kesulitan ............................................................... 3

Sangat kesulitan ............................................................. 4

Berhenti melakukan ini karena kondisi penglihatan .. . . . 5

Berhenti melakukan ini karena alasan lain atau tidak tertarik ...... 6

Page 94: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

78

15. Apakah Anda saat ini aktif menyetir kendaraan, setidaknya sekali-

kali? (Tandai Satu)

Ya . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1 Lanjut ke no 15c

Tidak ........................... 2

15a. Bila Anda menjawab TIDAK: Apakah Anda tidak

pernah menyetir mobil atau berhenti menyetir

mobil?

(Lingkari Satu)

Tidak pernah ...... 1 Lanjut ke

bagian 3, no 17

Berhenti .............. 2

15b. Bila Anda saat ini telah BERHENTI MENYETIR: A p a k a h penyebab

utamanya karena kondisi penglihatan, karena alasan lain, atau

karena gabungan kedua alasan tersebut (kondisi penglihatan dan

alasan lain)?

(Lingkari Satu)

Terutama karena kondisi penglihatan 1 Lanjut ke bag 3, no 17

Terutama karena alasan lain 2 Lanjut ke bag 3, no 17

Karena kondisi penglihatan dan alasan

lain

3 Lanjut ke bag 3, no 17

15c. Bila Anda saat ini AKTIF MENYETIR: Seberapa besar kesulitan

yang Anda rasakan saat menyetir pada siang hari di tempat yang tidak

asing? Apakah Anda merasa:

(Lingkari Satu)

Tidak ada kesulitan sama sekali ........................................ 1

Sedikit kesulitan ............................................................... 2

Agak kesulitan ................................................................ 3

Sangat kesulitan ............................................................. 4

Page 95: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

79

16. Seberapa besar kesulitan yang Anda rasakan saat menyetir

pada malam hari? Apakah Anda merasa:

(Lingkari Satu)

Tidak ada kesulitan sama sekali ........................................ ......... 1

Sedikit kesulitan ................................................................. ......... 2

Agak kesulitan ............................................................... 3

Sangat kesulitan ............................................................. 4

Berhenti melakukan ini karena kondisi penglihatan .. . . . 5

Berhenti melakukan ini karena alasan lain atau tidak tertarik ...... 6

16A. Seberapa besar kesulitan yang Anda rasakan ketika

menyetir pada kondisi sulit seperti saat cuaca buruk, jam sibuk, di

jalan bebas hambatan, atau kondisi jalan macet ? Apakah Anda

merasa: (Lingkari Satu)

Tidak ada kesulitan sama sekali ................................................... 1

Sedikit kesulitan ............................................................... ........ 2

Agak kesulitan ................................................................ ........ 3

Sangat kesulitan ............................................................. ........ 4

Berhenti melakukan ini karena kondisi penglihatan .. . . . 5

Berhenti melakukan ini karena alasan lain atau tidak tertarik ...... 6

Page 96: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

80

BAGIAN 3: TANGGAPAN TERHADAP MASALAH PENGLIHATAN

Pertanyaan-pertanyaan selanjutnya adalah tentang bagaimana hal-hal

yang Anda lakukan dipengaruhi oleh kondisi penglihatan Anda. Untuk

setiap pertanyaan, lingkari salah satu pilihan untuk menunjukkan apakah

pernyataan tersebut tepat untuk Anda sepanjang waktu, hampir selalu,

kadang-kadang, jarang, atau tidak pernah.

(Lingkari salah satu untuk tiap baris)

KATEGORI : Sepanjang waktu

Hampir selalu

Kadang-kadang

Jarang Tidak pernah

17.Apakah pencapaian/prestasi

yang Anda raih kurang daripada yang Anda harapkan karena kondisi penglihatan Anda?

1

2

3

4

5

18. Apakah Anda memiliki keterbatasan waktu saat bekerja atau melakukan aktivitas lain karena kondisi penglihatan Anda?.

1

2

3

4

5

19. Seberapa besar rasa sakit atau ketidaknyamanan di

mata atau daerah sekitar mata, seperti sensasi

terbakar, gatal , atau nyeri, mencegah Anda melakukan apa yang Anda inginkan?

Apakah Anda rasa:

1

2

3

4

5

Page 97: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

81

Untuk setiap pertanyaan, lingkari salah satu pilihan untuk menunjukkan

apakah pernyataan tersebut selalu benar, hampir selalu benar, hampir selalu

salah, atau selalu salah untuk Anda atau Anda tidak yakin.

(Lingkari salah satu untuk tiap baris)

Selalu Hampir

selalu Tidak yakin

Hampir selalu

Selalu

benar benar salah salah

20. Saya tinggal di rumah hampir

sepanjang waktu karena

kondisi penglihatan saya.

1

2

3

4

5

21. Saya seringkali merasa frustrasi karena kondisi penglihatan saya.

1

2

3

4

5

22. Saya memiliki daya kontrol

terbatas terhadap apa yang saya

lalukan karena kondisi

penglihatan saya.

1

2

3

4

5

23. Karena kondisi penglihatan saya, saya memiliki ketergantungan yang besar terhadap apa yang orang katakan kepada saya

1

2

3

4

5

24. Saya membutuhkan banyak

pertolongan dari orang lain

karena kondisi penglihatan

saya.

1

2

3

4

5

25. Saya khawatir akan melakukan sesuatu yang bisa mempermalukan saya atau orang lain karena kondisi penglihatan saya .

1

2

3

4

5

Page 98: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

82

LAMPIRAN 4. Manual Skoring Kuesioner NEI-VFQ-25

Item Numbers Change original

response

category:

To recoded value

of:

1,3,4,15c 1 100

2 75

3 50

4 25

5 0

2 1 100

2 80

3 60

4 40

5 20

6 0

5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 16,

16a

1 100

2 75

3 50

4 25

5 0

6 *

17,18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25 1 0

2 25

3 50

4 75

5 100

Page 99: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

83

LAMPIRAN 5. Subskala Kuesioner NEI-VFQ-25

Subskala Jumlah item Items to be averaged

Kesehatan Umum 1 1

Penglihatan umum 1 2

Nyeri pada mata 2 4,19

Penglihatan dekat 3 5,6,7

Penglihatan jauh 3 8,9,14

Vision specific

Fungsi sosial 2 11,13

Kesehatan mental 4 3,21,22,25

Keterbatasan peran 2 17,18

Ketergantungan

terhadap orang lain

3 20,23,24

Berkendara 3 15c,16,16a

Penglihatan warna 1 12

Penglihatan perifer 1 10

Page 100: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

84

LAMPIRAN 6 DATA PENELITIAN

Page 101: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

85

Page 102: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

86

Page 103: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

87

Page 104: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

88

Page 105: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

89

LAMPIRAN 7

PERHITUNGAN ANALISIS STATISTIK

Uji T Tidak berpasangan

Independent Samples Test

Levene's Test for

Equality of Variances

t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig. (2-

tailed)

Mean

Difference

Std. Error

Difference

95% Confidence Interval

of the Difference

Lower Upper

Skor Kualitas Hidup

Sebelum operasi

Equal variances

assumed

1.240 .273 -1.063 36 .295 -6.93889 6.52852 -20.17934 6.30156

Equal variances not

assumed

-1.063 33.816 .295 -6.93889 6.52852 -20.20909 6.33131

Delta Skor Kualitas

Hidup

Equal variances

assumed

2.035 .162 .678 36 .502 3.25918 4.80794 -6.49178 13.01013

Equal variances not

assumed

.678 33.047 .503 3.25918 4.80794 -6.52212 13.04048

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1

Skor Kualitas Hidup Sebelum

operasi & Skor Kualitas Hidup

Setelah Operasi

19 .671 .002

Paired Samples Test

Paired Differences t df Sig. (2-tailed)

Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair 1

Skor Kualitas Hidup Sebelum

operasi - Skor Kualitas Hidup

Setelah Operasi

-22.26443 16.70213 3.83173 -30.31460 -14.21426 -5.811 18 .000

Page 106: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

90

Uji Multivariat Regresi Logistik Karakteristik Klinis

Uji Nonparametrik Mann Whitney U untuk Rerata VFI(%)

Uji Korelasi Peningkatan BCVA dengan Peningkatan Skor Kualitas hidup

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) 95% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

Step 1a

diagnosis 28.025 12560.948 .000 1 .998 1483342084917.

476

.000 .

Durasigalukomabulan 1.026 390.009 .000 1 .998 2.790 .000 .

waktuantarawawancara 1.491 1831.987 .000 1 .999 4.442 .000 .

kelainansistemik 4.484 7417.941 .000 1 1.000 88.626 .000 .

jumlahobat -10.868 8158.934 .000 1 .999 .000 .000 .

matalebihbaikdioperasi -5.653 9105.672 .000 1 1.000 .004 .000 .

TIOPreop -3.186 1311.186 .000 1 .998 .041 .000 .

TIOPostop -.290 1178.066 .000 1 1.000 .748 .000 .

BCVAPreop -43.360 36754.748 .000 1 .999 .000 .000 .

BCVAPostop

76.875 40607.233 .000 1 .998 24353270689311

24200000000000

000000.000

.000 .

Constant -15.274 31146.914 .000 1 1.000 .000

a. Variable(s) entered on step 1: diagnosis, Durasigalukomabulan, waktuantarawawancara, kelainansistemik, jumlahobat, matalebihbaikdioperasi, TIOPreop,

TIOPostop, BCVAPreop, BCVAPostop.

Page 107: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

91

LAMPIRAN 8

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap : Levandi Mulja

NIP / NPM : 131221160003

Tempat/tgl. lahir : Bogor, 28 Oktober 1988

Alamat & No. Telp. : Jl. Dumeling No. 8, Vila Duta, Bogor

HP : 085711728986

Nama Orang Tua : drg. Irwan Mulya

drg. Lisa Irwandiani Jusup

Pendidikan Formal

1. SD Regina Pacis Bogor (1995-2001)

2. SMP Regina Pacis Bogor (2001-2004)

3. SMA Regina Pacis Bogor (2004-2007)

4. Program Studi Sarjana Kedokteran, Fakultas Kedokteran Universitas

Katolik Atma Jaya, Jakarta (2007-2011)

5. Program Studi Profesi Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Katolik

Atma Jaya, Jakarta (2011-2013)

6. Program Pendidikan Dokter Spesialis I Ilmu Kesehatan Mata Fakultas

Kedokteran Universitas Padjajaran/ RS Mata Cicendo Bandung (2016-

2020)

Riwayat Pekerjaan

1. Dokter Internship di RSUD I.A. Moeis dan Puskesmas Karang Asam,

Samarinda Sebrang, Kalimantan Timur (2013-2014)

2. Dokter umum di RS Melania, Bogor (2014-2016)

Page 108: PERBANDINGAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ...perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/07/...pasien glaukoma dengan katarak yang dilakukan fakotrabekulektomi dan yang dilakukan

92

Pengalaman Penelitian

1. Gambaran Klinis dan Penatalaksanaan Aniridia Kongenital di Pusat Mata

Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo (2019)

Seminar/Kongres/Pertemua Ilmiah Nasional/Internasional

2019 Peserta Pertemuan Ilmiah Tahunan Persatuan Dokter Mata Indonesia ke

44, Makasar (presentasi free paper dan poster ilmiah)

2019 Peserta seminar 7th Indonesian Ocular Infection and Immunology Society

(INOIIS), Yogyakarta

2019 Panitia 1st Cicendo International Ophthalmology Meeting (CIOM),

Bandung

2018 Peserta Pertemuan Ilmiah Tahunan Persatuan Dokter Mata Indonesia ke

43, Padang (presentasi poster ilmiah)

2016 Peserta Seminar 1st Indonesian Pediatric Ophthalmology and Strabismus

Society (INAPOSS), Bandung

2015 Peserta Seminar Jakarta Ophthalmology Summit 2015

2015 Peserta Seminar Internasional Updates in Ocular Trauma Diagnostics

and Management, Bali

2015 Peserta Seminar Young Ophthalmologist Program 2015

2015 Peserta Pertemuan Ilmiah Tahunan Persatuan Dokter Mata Indonesia ke

40, Bandung