PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA BERBASIS INKUIRI …

17
Jurnal IPA dan Pembelajaran IPA (JIPI), 1(1): 81-97, Juni 2017 p-ISSN: 2614-0500 www. jurnal.unsyiah.ac.id/jipi 81 PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA BERBASIS INKUIRI TERBIMBING DENGAN TUGAS PROYEK MATERI SISTEM EKSKRESI UNTUK MENUNTASKAN HASIL BELAJAR SISWA SMP Baharuddin 1 , Sifak Indana 2 , dan Toeti Koestiari 3 1 Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Surabaya 2 Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Surabaya 3 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya *Corresponding Author: [email protected] Abstract. This research purposed to produce science learning materials that eligible to complete student learning achievement at junior high school of the System of Excretion materials. The development of this learning tool based on Dick and Carey model and the using test based One Group Pretest-Posttest Design. The test conducted in eighth grade student of SMP Negeri 16 Poleang Tengah. This research consisted of two stages: 1) Developing the learning materials consisted of lesson plan, student’s book, and student’s worksheet, and learning achievement test validated by experts. 2) Implementation of the validated learning materials which instrument that used in this research are validation sheet, observational sheet of learning accomplishment, the learning constraints, observational sheet of student’s activity, and Student’s response questionnaire. The result showed that: 1) The learning materials were valid; 2) the lesson plan accomplishment was categorized as good; 3) The student activities indicated that they learn to actively build their own knowledge through a process of inquiry; 4) The students responded positively to the learning process; 5) The student’s learning achievements of attitude, knowledge, and skill aspects were accomplished. Based on the following results can be concluded that the science learning materials based on guided inquiry with a project task on Excretion of System were valid, practical, and effective. Thus the science learning materials can be used on the learning process and proofed to be effective to complete student’s learning achievement. Keywords: Guided inquiry, project task, completeness of student’s, excretion system. Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran IPA yang layak untuk menuntaskan hasil belajar siswa SMP pada materi Sistem Ekskresi. Pengembangan perangkat pembelajaran mengikuti model Dick and Carey dengan ujicoba menggunakan rancangan one group pretest-posttest design. Ujicoba telah dilaksanakan pada siswa Kelas VIII SMP Negeri 16 Poleang Tengah. Penelitian terdiri dari dua tahap yaitu: 1) pengembangan perangkat pembelajaran meliputi RPP, buku ajar, lembar kegiatan siswa, tes hasil belajar yang telah divalidasi oleh para pakar; 2) perangkat pembelajaran yang telah divalidasi, kemudian diimplementasikan. Instrumen yang digunakan antara lain lembar validasi, lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran, lembar observasi kendala dalam pembelajaran, lembar observasi aktivitas siswa, dan angket respons siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) validitas perangkat pembelajaran yang dikembangkan berkategori valid; 2) keterlaksanaan RPP berkategori baik; 3) aktivitas siswa menunjukkan ke arah pembelajaran siswa aktif membangun pengetahuannya sendiri melalui proses inkuiri; 4) siswa memberikan respon positif terhadap proses pembelajaran; 5) hasil belajar siswa baik dari aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan mencapai ketuntasan. Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran IPA berbasis pembelajaran inkuiri terbimbing dengan tugas proyek pada materi sistem ekskresi sudah valid, praktis dan efektif sehingga layak digunakan dalam pembelajaran dan terbukti efektif untuk menuntaskan hasil belajar siswa. Kata Kunci: Inkuiri terbimbing, tugas proyek, hasil belajar siswa SMP, sistem ekskresi

Transcript of PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA BERBASIS INKUIRI …

Page 1: PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA BERBASIS INKUIRI …

Jurnal IPA dan Pembelajaran IPA (JIPI), 1(1): 81-97, Juni 2017 p-ISSN: 2614-0500

www. jurnal.unsyiah.ac.id/jipi

81

PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA BERBASIS INKUIRI TERBIMBING

DENGAN TUGAS PROYEK MATERI SISTEM EKSKRESI

UNTUK MENUNTASKAN HASIL BELAJAR SISWA SMP

Baharuddin1, Sifak Indana2, dan Toeti Koestiari3

1Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Surabaya

2Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Surabaya 3Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya

*Corresponding Author: [email protected]

Abstract. This research purposed to produce science learning materials that eligible to complete student learning achievement at junior high school of the System of Excretion materials. The

development of this learning tool based on Dick and Carey model and the using test based One

Group Pretest-Posttest Design. The test conducted in eighth grade student of SMP Negeri 16

Poleang Tengah. This research consisted of two stages: 1) Developing the learning materials consisted of lesson plan, student’s book, and student’s worksheet, and learning achievement test

validated by experts. 2) Implementation of the validated learning materials which instrument that

used in this research are validation sheet, observational sheet of learning accomplishment, the learning constraints, observational sheet of student’s activity, and Student’s response

questionnaire. The result showed that: 1) The learning materials were valid; 2) the lesson plan

accomplishment was categorized as good; 3) The student activities indicated that they learn to actively build their own knowledge through a process of inquiry; 4) The students responded

positively to the learning process; 5) The student’s learning achievements of attitude, knowledge,

and skill aspects were accomplished. Based on the following results can be concluded that the science learning materials based on guided inquiry with a project task on Excretion of System were

valid, practical, and effective. Thus the science learning materials can be used on the learning

process and proofed to be effective to complete student’s learning achievement.

Keywords: Guided inquiry, project task, completeness of student’s, excretion system.

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran IPA yang layak

untuk menuntaskan hasil belajar siswa SMP pada materi Sistem Ekskresi. Pengembangan perangkat pembelajaran mengikuti model Dick and Carey dengan ujicoba menggunakan rancangan

one group pretest-posttest design. Ujicoba telah dilaksanakan pada siswa Kelas VIII SMP Negeri 16

Poleang Tengah. Penelitian terdiri dari dua tahap yaitu: 1) pengembangan perangkat pembelajaran meliputi RPP, buku ajar, lembar kegiatan siswa, tes hasil belajar yang telah divalidasi oleh para

pakar; 2) perangkat pembelajaran yang telah divalidasi, kemudian diimplementasikan. Instrumen

yang digunakan antara lain lembar validasi, lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran, lembar observasi kendala dalam pembelajaran, lembar observasi aktivitas siswa, dan angket

respons siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) validitas perangkat pembelajaran yang

dikembangkan berkategori valid; 2) keterlaksanaan RPP berkategori baik; 3) aktivitas siswa menunjukkan ke arah pembelajaran siswa aktif membangun pengetahuannya sendiri melalui

proses inkuiri; 4) siswa memberikan respon positif terhadap proses pembelajaran; 5) hasil belajar

siswa baik dari aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan mencapai ketuntasan. Berdasarkan

hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran IPA berbasis pembelajaran inkuiri terbimbing dengan tugas proyek pada materi sistem ekskresi sudah valid,

praktis dan efektif sehingga layak digunakan dalam pembelajaran dan terbukti efektif untuk

menuntaskan hasil belajar siswa. Kata Kunci: Inkuiri terbimbing, tugas proyek, hasil belajar siswa SMP, sistem ekskresi

Page 2: PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA BERBASIS INKUIRI …

Jurnal IPA dan Pembelajaran IPA (JIPI), 1(1): 81-97, Juni 2017 p-ISSN: 2614-0500

www. jurnal.unsyiah.ac.id/jipi

82

PENDAHULUAN

Pembelajaran merupakan proses interaksi antar peserta didik, peserta didik

dengan tenaga pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar

(Permendikbud No. 103, 2014). Proses pembelajaran menuntut siswa menjadi manusia

berkualitas yang mampu dan proaktif dalam menjawab tantangan zaman, sebagai wujud manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan bertanggungjawab (Depdiknas, 2008). Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang memberikan akses

bagi siswa untuk dapat berkembang menjadi manusia berkualitas yang mampu proaktif

dalam menjawab tantangan zaman. IPA merupakan suatu disiplin ilmu yang mencari tahu tentang alam secara

sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa fakta-

fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan cara kerja, cara

berpikir dan cara memecahkan masalah. Pembelajaran IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri, alam sekitar dan mampu

menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan IPA juga diarahkan untuk

proses inkuiri dan berbuat, sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh

pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar (Mulyasa, 2013). Pembelajaran inkuiri memungkinkan siswa untuk dapat menjawab masalah-masalah dan mencari

penjelasan-penjelasan yang memungkinkan untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Inkuiri dapat dipandang sebagai suatu proses untuk menjawab pertanyaan dan

memecahkan masalah berdasarkan fakta dan observasi. Pembelajaran inkuiri

membimbing siswa bagaimana meneliti masalah dan pertanyaan berdasarkan fakta, melibatkan siswa dalam kegiatan inkuri merupakan salah satu cara yang efektif untuk

membantu siswa memahami struktur atau ide kunci dari suatu disiplin ilmu (Kardi,

2013).

Menurut Piaget, inkuiri merupakan pembelajaran yang mempersiapkan siswa pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang

terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan mencari

jawabannya sendiri, serta menghubungkan jawaban yang satu dengan yang lain,

membandingkan apa yang ditemukan antar siswa (Slavin, 2011). Proses inkuiri adalah menemukan masalah, menyusun hipotesis, merencanakan eksperimen, melaksanakan

eksperimen untuk menguji hipotesis, mensintesis pengetahuan mengembangkan

beberapa sikap yaitu sikap objektif, ingin tahu, terbuka dan bertanggung jawab

(Sanjaya, 2006). Pembelajaran inkuiri merupakan proses pembelajaran yang menekankan pada pengembangan kemampuan siswa untuk memecahkan suatu masalah

berdasarkan eksperimen, sedangkan guru membantu mengembangkan keterampilan

dan sikap percaya diri dalam memecahkan masalah yang dihadapi siswa, sehingga

berguna untuk membelajarkan siswa dalam menemukan masalahnya sendiri dan

sekaligus memecahkannya. Berdasarkan hasil survei yang dilaksanakan di SMP Negeri 16 Poleang Tengah,

pembelajaran IPA pada kenyataannya tidak memfasilitasi siswa untuk aktif membangun

pengetahuannya sendiri. Siswa hanya duduk mendengarkan guru, mencatat dan

mengerjakan latihan. Proses pembelajaran hanya sebatas pada konsep-konsep yang tertuang dalam buku pelajaran, tanpa ada upaya untuk menerapkan konsep-konsep

tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Siswa lebih dituntut untuk menghafal pelajaran,

tanpa diminta untuk memahami dan mengaplikasikan pengetahuan tersebut dalam

kehidupan sehari-hari sehingga kemampuan sikap, pengetahuan dan keterampilan tidak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Siswa hanya mampu menjawab

pertanyaan tanpa tahu bagaimana menerapkan konsep dan prinsipnya dalam kehidupan

sehari-hari.

Sistem pembelajaran yang cenderung monoton, tidak bervariasi dan kurangnya

upaya guru untuk mengaplikasikan konsep dan prinsip yang diterima siswa, menjadikan mata pelajaran IPA menjadi mata pelajaran yang membosankan dan sulit untuk

dipahami. Fakta ini terlihat dari rendahnya persentase ketuntasan hasil belajar siswa

Page 3: PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA BERBASIS INKUIRI …

Jurnal IPA dan Pembelajaran IPA (JIPI), 1(1): 81-97, Juni 2017 p-ISSN: 2614-0500

www. jurnal.unsyiah.ac.id/jipi

83

Kelas VIII tahun pelajaran 2014/2015 pada semester ganjil. Ketuntasan hasil belajar siswa Kelas VIII tahun pelajaran 2014/2015 semester ganjil SMP Negeri 16 Poleang

Tengah pada mata pelajaran IPA hanya mencapai 42% sedangkan 58% siswa

dinyatakan tidak tuntas. Hasil wawancara dari beberapa siswa Kelas VIII, menunjukkan

bahwa mata pelajaran IPA kurang menarik bagi para siswa. Pelajaran IPA merupakan pelajaran yang membosankan karena guru hanya memberi informasi kepada siswa dan

kemudian memberi beban kepada siswa dengan hafalan materi yang sangat banyak.

Pengetahuan yang diperoleh siswa hanya sebatas pengetahuan konseptual, sehingga

pembelajaran menjadi tidak bermakna.

Model pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk mendapatkan pemahaman tentang metode ilmiah guna mengembangkan kemampuan

berpikir, pengaturan diri dan pemahaman tentang topik-topik spesifik adalah model

pembelajaran inkuiri. Pembelajaran inkuiri adalah model pembelajaran yang dirancang

untuk memberi siswa pengalaman metode ilmiah. Metode ilmiah adalah pola pemikiran yang menekankan pada pengajuan pertanyaan, mengembangkan hipotesis untuk

menjawab pertanyaan-pertanyaan dan menguji hipotesis dengan data (Eggen dan

Kauchak, 2012). Proses inkuiri merupakan kegiatan menjawab permasalahan dengan

cara membuat prediksi dan mengujinya dengan data sehingga siswa mendapatkan pengalaman memecahkan masalah dan melakukan penyelidikan. Proses mengumpulkan

data dan analisis hipotesis yang rumit memerlukan bimbingan guru untuk membantu

siswa melalui proses inkuiri terbimbing (Banchi, 2008).

Peneliti menggunakan model inkuiri terbimbing yang dipadukan dengan tugas

proyek. Tugas proyek tersebut berupa rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian data, pengolahan dan penyajian data, serta

pelaporan (Kemendikbud, 2015). Pembelajaran model inkuiri terbimbing merupakan

salah satu model pembelajaran IPA yang memberi pengalaman bagi siswa untuk mampu

menyelesaikan masalah yang sulit untuk dipecahkan dan membangun keterampilan yang diperlukan dalam kehidupan. Kelebihan dari pembelajaran inkuiri adalah siswa

dibimbing untuk membangun pengetahuannya secara aktif dalam memecahkan masalah

pembelajaran berbasis penyelidikan (Khalid & Azeem, 2012), sehingga pada akhirnya

siswa akan terbantu dalam meningkatkan aktivitas penalaran mereka dan meningkatkan pemahaman mereka tentang konsep-konsep ilmiah (Smyrnaiou, 2012). Pembelajaran

model inkuiri dengan tugas proyek memberi dampak besar bagi perkembangan mental

positif siswa melalui keterlibatan aktif siswa dalam menyelesaikan masalah dan

membangun keterampilan sehingga mampu memecahkan masalah dan mengaplikasikan prinsip dan konsep yang diterima dalam kehidupan sehari-hari (Alberta, 2004).

Pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing diimplementasikan pada materi sistem

ekskresi. Materi pelajaran sistem ekskresi merupakan materi IPA di Kelas VIII yang

mempelajari sistem kerja pada tubuh makhluk hidup khususnya pada manusia yang

berkaitan dengan struktur dan fungsi organ sistem ekskresi, cara kerja organ sistem ekskresi, kandungan zat yang dikeluarkan oleh organ sistem ekskresi, serta kelainan dan

penyakit yang terjadi pada organ sistem ekskresi pada manusia sangat sulit untuk

dipahami. Materi sistem ekskresi pada manusia sangat sarat dengan konsep-konsep dan

prinsip-prinsip yang berhubungan dengan sistem kerja organ tubuh manusia sehingga diperlukan proses pendekatan inkuiri untuk memberikan pemahaman yang lebih

bermakna dan mudah dipahami. Pembelajaran akan lebih bermakna jika melalui proses

inkuiri ilmiah yang dipadukan dengan tugas proyek guna menumbuhkan kemampuan

berpikir, bekerja dan kecakapan hidup yang memberi pengalaman belajar langsung melalui tugas keterampilan dalam bentuk tugas proyek (Kemendikbud, 2015).

Tugas proyek pada materi sistem ekskresi diwujudkan dalam bentuk karya tulis

sehingga siswa mampu mengembangkan konsep-konsep, prinsip-prinsip dan fakta-fakta

dalam bentuk sebuah karya tulis ilmiah. Karya ilmiah mengambil tema pentingnya

menjaga kesehatan organ sistem ekskresi guna memenuhi tuntutan kompetensi keterampilan dalam bentuk sebuah karya tentang sistem eksresi pada manusia dan

penerapannya dalam menjaga kesehatan diri dengan indikator membuat tugas proyek

berupa karya tulis ilmiah tentang penyakit dan upaya menjaga kesehatan organ sistem

Page 4: PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA BERBASIS INKUIRI …

Jurnal IPA dan Pembelajaran IPA (JIPI), 1(1): 81-97, Juni 2017 p-ISSN: 2614-0500

www. jurnal.unsyiah.ac.id/jipi

84

eksresi pada manusia sehingga siswa dapat menuangkan ide-ide dalam bentuk konsep, fakta dan prinsip tentang kelainan dan penyakit pada sistem ekskresi serta bagaimana

cara menjaga kesehatan organ sistem eksresi dalam kehidupan sehari-hari. Tugas

proyek memberikan kesempatan pada siswa untuk bekerja lebih otonom, dalam

mengembangkan pembelajaran mandiri, menjadi lebih realistik dan menghasilkan suatu produk (Sastrika, 2013).

Tugas proyek memiliki potensi yang sangat besar untuk menuntaskan hasil

belajar siswa. Tugas ini menuntun siswa berlatih dan memahami berfikir kompleks dan

mengetahui bagaimana mengintegrasikan bentuk keterampilan dengan kehidupan nyata

sehingga terbiasa aktif dan kreatif dalam mengaplikasikan prinsip-prinsip yang diterima (Widiyatmiko, 2012). Tugas proyek menghasilkan produk pembelajaran, sehingga siswa

mampu dan terampil dalam menerapkan konsep yang diperoleh serta dapat

meningkatkan hasil belajarnya. Tugas proyek sangat penting dalam rangka mendukung

proses belajar dan memberikan penekanan pada aspek proses dan produk sains, sehingga meningkatkan kemampuan berpikir sistematis, objektif dan kreatif dalam

segala hal (Roessingh, 2012).

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis ingin mencoba melakukan

penelitian dengan judul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Berbasis Inkuiri Terbimbing dengan Tugas Proyek materi Sistem Ekskresi untuk Menuntaskan hasil

belajar Siswa SMP”. Perangkat pembelajaran IPA yang dikembangkan terdiri dari

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan Siswa (LKS), Buku Ajar

Siswa (BAS), dan Instrumen Penilaian Sikap, Pengetahuan dan keterampilan (Tugas

Proyek).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (development research) yang

bertujuan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran meliputi: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Buku Ajar Siswa (BAS), Lembar Kegiatan Siswa (LKS), dan Lembar

Penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan, dengan menggunakan pembelajaran

berbasis inkuiri terbimbing dengan tugas proyek materi sistem ekskresi. Tahap

Pengembangan perangkat pembelajaran yang digunakan mengacu pada model Dick and Carey yang terdiri atas (1) mengidentifikasi tujuan pembelajaran (2) melakukan analisis

instruksional (3) menganalisis karakteristik siswa dan konteks pembelajaran (4)

merumuskan tujuan pembelajaran khusus (5) mengembangkan instrumen penilaian (6)

mengembangkan strategi pembelajaran (7) mengembangkan dan memilih bahan ajar (8) merancang dan mengembangkan evaluasi formatif (9) melakukan revisi terhadap

program pembelajaran, dan (10) merancang dan mengembangkan evaluasi sumatif.

Subjek dalam penelitian ini adalah perangkat pembelajaran IPA berbasis inkuiri

terbimbing dengan tugas proyek untuk menuntaskan hasil belajar siswa SMP yang

dikembangkan peneliti dan subjek ujicoba adalah siswa SMP Negeri 16 Poleang Tengah kelas VIII semester ganjil Tahun Pelajaran 2016/ 2017. Variabel-variabel dalam

penelitian ini adalah: (1) validitas perangkat pembelajaran meliputi RPP, BAS, LKS, dan

lembar penilaian; (2) kepraktisan perangkat pembelajaran meliputi keterlaksanaan RPP,

aktivitas siswa, serta kendala-kendala yang dihadapi selama proses pembelajaran; dan (3) keefektifan perangkat mengacu pada hasil tes pengetahuan dan tugas proyek dan

respon siswa terhadap pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing dengan tugas proyek.

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan validasi, dokumentasi, pengamatan,

pemberian tes, dan pemberian angket. Instrumen penelitian dikembangkan berdasarkan instrumen-instrumen peneliti sebelumnya yang diadaptasi dan disesuaikan dengan

kebutuhan peneliti serta dilakukan validasi oleh para ahli untuk memperoleh masukan

dan saran sebelum instrumen digunakan. Teknik analisis data menggunakan teknik

analisis deskriptif kualitatif.

Page 5: PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA BERBASIS INKUIRI …

Jurnal IPA dan Pembelajaran IPA (JIPI), 1(1): 81-97, Juni 2017 p-ISSN: 2614-0500

www. jurnal.unsyiah.ac.id/jipi

85

Validitas Perangkat Pembelajaran

Validitas perangkat pembelajaran model inkuiri terbimbing yang dikembangkan

ditentukan berdasarkan hasil penilaian ahli dengan kriteria seperti pada Tabel 1.

Tabel 1. Kriteria Pengkategorian Lembar Penilaian

Interval skor Kategori Keterangan

1,00 ≤ SVP ≤ 1,59 Tidak valid Tidak dapat digunakan dan masih memerlukan

konsultasi

1,60 ≤ SVP ≤ 2,59 Kurang valid Dapat digunakan dengan banyak revisi

2,60 ≤ SVP ≤ 3,59 Valid Dapat digunakan dengan sedikit revisi

3,60 ≤ SVP ≤ 3,59 Sangat valid Dapat digunakan tanpa revisi

(Sumber: Ratumanan dan Laurens, 2011)

Hasil penilaian tiga orang validator selanjutnya dianalisis menggunakan analisis

statistik precentage of agreementsebagai berikut:

𝑃𝑒𝑟𝑐𝑒𝑛𝑡𝑎𝑔𝑒 𝑜𝑓 𝐴𝑔𝑟𝑒𝑒𝑚𝑒𝑛𝑡𝑠 =𝐴

𝐴 + 𝐷 𝑥 100%

Keterangan:

A = Frekuensi kecocokan antar penilai (Agreement).

D = Frekuensi ketidakcocokan antar penilai (Disagreement).

Instrumen dikatakan cocok apabila memiliki Percentage of agreement > 75% (Borich, 1994).

Kepraktisan Perangkat Pembelajaran

1) Analisis Keterlaksanaan RPP

Analisis Keterlaksanaan RPP dihitung menggunakan rumus:

P = jumlah tahap pembelajaran yang dilaksanakan

jumlah seluruh tahap pembelajaran x 100%

Persentase keterlaksanaan RPP setiap pertemuan akan dikonversikan dalam

kategori seperti pada Tabel 2.

Tabel 2. Kategori Persentase Keterlaksanaan RPP

Interval (%) Kategori

0 - 24 Tidak terlaksana

25 - 49 Terlaksana kurang baik

50 - 74 Terlaksana baik

75 - 100 Terlaksana sangat baik

Penilaian keterlaksanaan RPP ditentukan dengan membandingkan rata-rata penilaian yang diberikan kedua pengamat dengan kriteria penilaian seperti pada Tabel 3.

Tabel 3. Deskripsi Skor Keterlaksanaan Pembelajaran

Interval Skor Rata-rata Kategori

1,00 – 1,49 Kurang

1,50 – 2,49 Cukup

2,50 – 3,49 Baik

3,50 – 4,00 Baik sekali

(Sumber: Riduwan, 2012)

Page 6: PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA BERBASIS INKUIRI …

Jurnal IPA dan Pembelajaran IPA (JIPI), 1(1): 81-97, Juni 2017 p-ISSN: 2614-0500

www. jurnal.unsyiah.ac.id/jipi

86

Skor Keterlaksanaan RPP dihitung dengan menggunakan rumus percentage of

agreement (Borich, 1994) sebagai berikut:

R = [1 − 𝐴−𝐵

𝐴+𝐵] 𝑥 100%

Keterangan:

R = Percentage of Agreement.

A = Skor aspek keterlaksanaan yang teramati dengan skor tinggi. B = Skor aspek keterlaksanaan yang teramati dengan skor rendah.

Instrumen dikatakan cocok apabila memiliki tingkat kecocokan antar pengamat >

75% (Borich, 1994:385).

2) Analisis Aktivitas Siswa

Aktivitas yang dilakukan siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung dinilai

oleh dua pengamat dengan menggunakan instrumen lembar aktivitas siswa. Data yang

diperoleh selanjutnya dipersentasekan menggunakan rumus Arifin (2012) sebagai

berikut:

P = ∑ R

∑ N x 100%

Keterangan:

P = Persentase aktivitas siswa

ΣR = Frekuensi aktivitas yang muncul dalam menit ΣN = Frekuensi keseluruhan siswa dalam menit

Perhitungan reliabilitas aktivitas siswa menggunakan persamaan Borich (1994)

sebagai berikut:

R = (1 −A − B

A + B) x 100%

Keterangan:

R = Pesentase reliabilitas instrumen (percentage of agreement)

A = Skor tertinggi yang diberikan olah pengamat

B = Skor terendah yang diberikan olah pengamat

Instrumen penilaian perangkat digolongkan reliabel, jika memiliki nilai reliabilitas

≥ 75% (Borich, 1994).

3) Analisis Kendala Pembelajaran Kendala-kendala dalam kegiatan pembelajaran dianalisis dengan menggunakan

analisis deskriptif kualitatif yaitu pengamat dan peneliti memberikan catatan-catatan

tentang hambatan yang terjadi sepanjang kegiatan belajar mengajar serta alternatif

pemecahan masalah yang dapat dilakukan.

Keefektifan Perangkat Pembelajaran

1) Analisis Tes Hasil Belajar

Analisis tes hasil belajar menurut lampiran yang terdapat dalam Permendikbud RI No 53 (2015) tentang panduan penilaian aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan

di SMP menggunakan skala 0 – 100 dengan ketentuan predikat sebagai berikut:

Page 7: PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA BERBASIS INKUIRI …

Jurnal IPA dan Pembelajaran IPA (JIPI), 1(1): 81-97, Juni 2017 p-ISSN: 2614-0500

www. jurnal.unsyiah.ac.id/jipi

87

Tabel 4. Konversi Skor dan Predikat Hasil Belajar

Nilai Kompetensi Predikat

Sikap Pengetahuan Keterampilan

(Sangat Baik) 86-100 86-100 A

(Baik) 71-85 71-85 B

(Cukup) 56-70 56-70 C

(Kurang) ≤ 55 ≤ 55 D

(Sumber: Kemendikbud No. 53, 2015)

Kompetensi Dasar (KD) pada Kompetensi Inti (KI) 3 dan KI 4 hasil belajar,

dikatakan mencapai ketuntasan secara individu apabila memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum yang ditetapkan yaitu sebesar 71 dan memiliki predikat minimal B (Baik).

Efektivitas perangkat pembelajaran yang dikembangkan didasarkan pada data hasil

pretest dan posttest untuk mengetahui peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa.

Data tes tersebut dianalisis secara deskriptif kuantitatif menggunakan rumus N-gain. Besarnya peningkatan atau gain dianalisis dengan menggunakan rumus Hake (1999)

sebagai berikut:

⟨𝑔⟩ = ⟨𝑆𝑝𝑜𝑠𝑡⟩ − ⟨𝑆𝑝𝑟𝑒⟩

⟨𝑆𝑚𝑎𝑥⟩ − ⟨𝑆𝑝𝑟𝑒⟩

Keterangan : Nilai gain

Spost : Nilai posttest

Spre : Nilai pretest

Smax : Nilai maksimal

Hasil perhitungan N-gain tersebut kemudian dikonversikan dengan kriteria seperti

pada Tabel 5.

Tabel 5. Kriteria Normalized Gain

Skor Normalized Gain Kriteria Normalized Gain

0,7 <N-Gain Tinggi

0,3 ≤ N-Gain ≤ 0,70 Sedang

N-Gain < 0,30 Rendah

(Sumber: Hake, 1999)

Penilaian keterampilan berupa tugas proyek yang dilakukan pada pertemuan 1

sampai pertemua 4. Penilaian tugas proyek ditentukan berdasarkan instrument penilaian tugas proyek, kemudian skor yang diperoleh dikonversi. Siswa dikatakan tuntas untuk

aspek ketarampilan (tugas proyek) apabila mendapatkan nilai ≥ 71 dengan predikat B

(Baik). Aspek keterampilan menggunakan rumus sebagai berikut:

Nilai Siswa = 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ

𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 x 100%

2) Analisis Respons Siswa

Angket respon siswa digunakan untuk mengetahui pendapat siswa terhadap

penerapan perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Respon siswa dianalsis secara deskriptif menggunakan persamaan sebagai berikut:

g

Page 8: PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA BERBASIS INKUIRI …

Jurnal IPA dan Pembelajaran IPA (JIPI), 1(1): 81-97, Juni 2017 p-ISSN: 2614-0500

www. jurnal.unsyiah.ac.id/jipi

88

P = ∑ K

∑ N x 100%

Keterangan: P = Persentase respon siswa

ΣK = Jumlah siswa yang memilih jawaban dengan kategori pilihan yang ada

ΣN = Jumlah siswa yang mengisi angket

Persentase respon siswa yang didapat, selanjutnya dikonversi sesuai Riduwan (2012) dengan kriteria sebagai berikut:

Angka 0 - 20% : Negatif (Sangat lemah)

Angka 21 - 40% : Negatif (Lemah)

Angka 41 – 60% : Cukup Angka 61 – 80% : Positif (Kuat)

Angka 81 – 100% : Positif (Sangat Kuat)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini merupakan pengembangan dan penerapan perangkat pembelajaran

berbasis inkuiri terbimbing dengan tugas proyek pada materi sistem ekskresi untuk

ketuntasan hasil belajar siswa SMP. Pengembangan perangkat pembelajaran

menggunakan Kurikulum 2013 meliputi: 1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP); 2) Lembar Kegiatan Siswa (LKS); 3) Buku Ajar Siswa (BAS); dan 4) Instrumen penilaian

hasil belajar yang terdiri dari: instrumen penilaian sikap, instrumen penilaian hasil

belajar aspek pengetahuan, dan instrumen penilaian hasil belajar siswa pada aspek

keterampilan dalam hal ini tugas proyek. Proses pengembangan perangkat pembelajaran mengacu pada model pengembangan Dick & Carey (2009). Pemilihan model

pengembangan perangkat dengan model Dick & Carey dikarenakan memiliki tahapan-

tahapan yang lebih terperinci dan sistematis, ini terlihat dari masing-masing tahap yang

harus dilakukan pada penyusunan perencanaan proses pembelajaran. Penelitian ini mengembangkan perangkat dengan menggunakan Kurikulum 2013 dan secara ringkas

hasil pengembangan perangkat pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing dengan tugas

proyek disajikan sebagai berikut:

Validasi Perangkat Pembelajaran 1. Hasil Validasi RPP

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) diartikan sebagai persiapan mengajar

yang oprasional, rinci, dan siap untuk diimplementasikan (Kardi, 2012). Hasil validasi

RPP yang dilakukan oleh tiga orang validator ahli didapatkan rata-rata hasil validasi dari

semua aspek sebesar 3,53 sehingga dikategorikan valid, (Ratumanan & Laurens, 2011)., sedangkan rata-rata percentage of agreement antar tiga validator sebesar 86,24 %

(Borich, 1994). Hasil tersebut menunjukkan bahwa RPP yang dikembangkan secara

umum masuk kategori valid dan layak digunakan dalam pembelajaran setelah melalui

tahap revisi sesuai saran dari validator ahli. RPP yang dikembangkan masuk kategori layak atau valid, karena penyusunannya mengacu pada Permendikbud No. 103 Tahun

2014 yang di dalamnya memuat beberapa komponen RPP antara lain: identitas sekolah,

mata pelajaran, kelas/semester, alokasi waktu, Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar

(KD), indikator pencapaian kompetensi, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, dan media/ alat, bahan, serta sumber belajar. Kegiatan pembelajaran yang

terdapat dalam RPP disesuaikan dengan fase-fase inkuiri terbimbing dengan tugas

proyek. Perpaduan ini diharapkan dapat menjadi pembelajaran yang dapat

mengintegrasikan sikap, pengetahuan, dan keterampilan sehingga dapat membekali

siswa dengan kompetensi IPA yang utuh.

Page 9: PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA BERBASIS INKUIRI …

Jurnal IPA dan Pembelajaran IPA (JIPI), 1(1): 81-97, Juni 2017 p-ISSN: 2614-0500

www. jurnal.unsyiah.ac.id/jipi

89

2. Hasil Validasi Lembar Kerja Siswa Lembar kerja siswa adalah suatu bahan ajar cetak berupa lembar-lembar kertas

yang berisi materi, ringkasan dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran

yang harus dikerjakan oleh peserta didik, yang mengacu pada kompetensi dasar yang

harus dicapai (Prastowo, 2012). Pada penelitian ini disusun tiga LKS untuk tiga kegiatan inkuiri terbimbing yaitu LKS 3.10.1 (percobaan tentang ginjal), LKS 3.10.2 (percobaan

tentang kulit), LKS 3.10.3 (percobaan tentang paru-paru). Validasi LKS dilakukan pada

aspek-aspek antara lain; format, isi, dan bahasa. Hasil penilaian dari tiga validator yang

terdiri dari semua aspek penilaian dengan masing-masing aspek didapatkan rata-rata

hasil validasi sebesar 3,42 dinyatakan valid (Ratumanan & Laurens, 2011). Rata-rata percentage of agreement antar tiga validator sebesar 78,52% sehingga dikategorikan

cocok karena ≥ 75% (Borich, 1994). Hasil tersebut secara umum menunjukkan bahwa

LKS yang dikembangkan peneliti layak digunakan pada proses pembelajaran.

3. Hasil Validasi Buku Ajar Siswa Bahan ajar merupakan seperangkat materi atau substansi pembelajaran

(teaching material) yang disusun secara sistematis dan menampilkan sosok utuh dari

kompetensi secara runtut dan sistematis (Prastowo, 2013). Buku ajar siswa merupakan

salah satu bentuk media cetak, pengembangan buku siswa dilakukan dengan mengikuti tahapan tertentu, yaitu penentuan Kompetensi Dasar, pemilihan materi, format, bahasa

dan tampilan fisik. Buku siswa digunakan sebagai sumber pengembangan konsep pada

materi sistem ekskresi dalam proses pembelajaran. Hasil validasi BAS dari ketiga

validator dapat diketahui bahwa rata-rata hasil validasi pada semua aspek memperoleh

skor sebesar 3,21 sehingga dikategorikan valid (Ratumanan & Laurens, 2011). Rata-rata percentage of agreement antar tiga validator sebesar 79,46% sehingga dikategorikan

cocok karena ≥ 75% (Borich, 1994). Hasil validasi tersebut menunjukkan bahwa buku

ajar siswa yang telah dikembangkan layak untuk dijadikan panduan siswa maupun guru

dalam proses pembelajaran setelah direvisi sesuai dengan saran validator ahli. Perbaikan yang disarankan meliputi: perbaikan kalimat yang disesuaikan dengan ejaan yang baik

dan benar, perubahan susunan penyampaian dan penambahan beberapa materi, serta

perbaikan beberapa gambar dalam BAS. BAS yang disusun dapat dikategorikan layak

karena telah disesuaikan dengan panduan penyusunan bahan ajar oleh Depdiknas (2008) dengan komponen BAS yang meliputi meliputi kesesuaian uraian materi dengan

kompetensi yang akan dicapai, keakuratan materi, teknik penyajian, dan pendukung

penyajian.

Hasil Validasi Instrumen Penilaian

1) Hasil Validasi Penilaian sikap

Instrumen penilaian sikap siswa adalah instrumen penilaian dengan lembar

pengamatan sikap selama proses pembelajaran dengan menggunakan perangkat

pembelajaran berbasis ingkuiri terbimbing dengan tugas proyek. Instrumen penilaian

sikap digunakan untuk mendata sikap siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Instrumen penilaian sikap dikembangkan oleh peneliti dengan mangadaptasi dan

mengacu pada instrumen penilaian permendikbud No.53 tahun 2015. Hasil validasi

penilaian aspek sikap dapat diketahui bahwa rata-rata skor validasi isi dan bahasa

masing-masing 3,92 dan 3,83 dengan kategori sangat valid (Ratumanan & Laurens, 2011). Sedangkan rata-rata percentage of agreement antar tiga validator sebesar

87,50% sehingga dikategorikan cocok karena ≥ 75% (Borich, 1994). Instrumen

penilaian ini masuk kategori valid karena dalam penyusunannya didasarkan pada

Permendikbud No. 53 Tahun 2015. Instrumen penilaian aspek sikap yang dikembangkan berupa jurnal. Perilaku yang baik atau kurang baik dideskripsikan dalam jurnal tersebut

tidak terbatas pada butir-butir nilai sikap yang hendak ditanamkan melalui pembelajaran

yang saat itu sedang berlangsung sebagaimana dirancang dalam RPP. Predikat penilaian

sikap terdiri dari empat skala yaitu: SB= sangat baik, B= baik, C= cukup dan K=

kurang.

Page 10: PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA BERBASIS INKUIRI …

Jurnal IPA dan Pembelajaran IPA (JIPI), 1(1): 81-97, Juni 2017 p-ISSN: 2614-0500

www. jurnal.unsyiah.ac.id/jipi

90

2) Hasil Validasi Penilaian pengetahuan Tes hasil belajar yang dikembangkan oleh peneliti digunakan untuk mengukur

aspek pengetahuan (penguasaan konsep) siswa. Butir soal disusun berdasarkan pada

Permendikbud No. 53 tahun 2015 dan berpedoman pada aspek pengetahuan taksonomi

Bloom revisi (Anderson & Krathwohl dalam Manuhutu, 2001) yang meliputi kemampuan memahami (C2), menerapkan (C3), menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan

menciptakan (C6) pada materi sistem ekskresi. Soal tes dibuat sebanyak 25 soal yang

terdiri dari 20 butir soal pilihan ganda dan 5 butir soal uraian yang merujuk pada

indikator. Hasil validasi instrumen penilaian aspek pengetahuan dari aspek isi

mendapatkan rata-rata hasil validasi sebesar 3,59 dan dikategorikan valid, dan rata-rata hasil validasi aspek bahasa sebesar 3,60 dan dikategorikan sangat valid (Ratumanan &

Laurens, 2011). Rata-rata percentage of agreement antar tiga validator sebesar 86,67%

sehingga dikategorikan cocok karena ≥ 75% (Borich, 1994). Hasil tersebut menunjukkan

bahwa tes pengetahuan yang dikembangkan layak digunakan sebagai alat ukur tingkat penguasaan pengetahuan pada materi sistem ekskresi pada siswa, karena penyusunan

tes pengetahuan telah mengacu pada indikator dan sesuai dengan saran dari validator.

Saran dari validator ahli terkait perbaikan butir soal meliputi kata operasional dari soal

disesuaikan dengan tingkat kognitif revisi Bloom, perbaikan redaksi bunyi soal, gambar soal diperjelas dan penyempurnaan pilihan jawaban pada soal pilihan ganda. Setelah

direvisi sesuai dengan saran validator, instrumen tes aspek pengetahuan dapat

digunakan dalam proses pembelajaran.

3) Hasil Validasi penilaian tugas proyek

Penyusunan lembar penilaian tugas proyek didasarkan atas sembilan tahapan yang merujuk pada teknik penilaian proyek Permendikbud Nomor 53 Tahun 2015 yang

meliputi persiapan, perumusan judul, sistematika penulisan, keakuratan sumber

data/informasi, kuantitas sumber data, penarikan kesimpulan, performan,

presentasi/penguasaan materi, dan produk sedangkan kriteria penilaian dikembangkan sendiri oleh peneliti. Validasi instrumen penilaian tugas proyek meliputi isi dan bahasa.

Berdasakan hasil validasi aspek isi memperoleh rata-rata skor 3,52 dengan kategori

valid dan aspek bahasa sebesar 3,41 dengan kategori valid (Ratumanan & Laurens,

2011). Sedangkan rata-rata percentage of agreement antar tiga validator sebesar 85,19% sehingga dikategorikan cocok karena ≥ 75% (Borich, 1994). Instrumen

penilaian tugas proyek ini dikategorikan layak digunakan sebagai panduan penilaian.

Data Hasil Uji Coba 1) Analisis Keterlaksanaan RPP

Analisis data hasil pengamatan keterlaksanaan pembelajaran diketahui bahwa

persentase keterlaksanaan tahapan pembelajaran pada pertemuan ke-1dan pertemuan

ke-3 sebesar 95%, sedangkan pertemuan ke-2 dan pertemuan ke-4 masing-masing

sebesar 100% dengan kategori keterlaksanaan sangat baik. Hasil persentase tersebut menunjukkan bahwa seluruh tahap pembelajaran yang dilaksanakan masuk kategori

sangat baik dengan rentang rata-rata skor setiap tahap antara 3,63 – 4,0. Rata-rata

kecocokan pengamat (Percentage of agreement) sebesar 95,85% dengan kategori

sangat baik (Borich, 1994). Hasil penilaian keterlaksanaan pembelajaran disajikan dalam bentuk Gambar 1.

Page 11: PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA BERBASIS INKUIRI …

Jurnal IPA dan Pembelajaran IPA (JIPI), 1(1): 81-97, Juni 2017 p-ISSN: 2614-0500

www. jurnal.unsyiah.ac.id/jipi

91

Gambar 1. Diagram Penilaian Keterlaksanan Pembelajaran

2) Analisis Aktivitas Siswa

Aktivitas siswa merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan siswa selama mengikuti pembelajaran meliputi: (1) memperhatikan penjelasan guru, (2), menjawab

pertanyaan guru, (3) meminta bimbingan kepada guru, (4) merumuskan masalah, (5)

merumuskan hipotesis, (6) menentukan variabel percobaan, (7) menyiapkan alat dan

bahan sesuai dengan rancangan percobaan, (8) merancang dan melakukan percobaan,

(9) menganalisis data hasil percobaan, (10) mencari dan membaca informasi yang sesuai dengan percobaan dan hasil tugas proyek, (11) mempresentasikan hasil

percobaan dan hasil tugas proyek, (12) menjawab dan menanggapi pertanyaan (13)

menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran, dan (14) tindakan yang kurang relevan

dengan pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis data pengamatan aktivitas siswa yang memiliki

persentase aktivitas yang tinggi dan mengalami peningkatan persentase setiap

pertemuannya yaitu aktivitas proses inkuiri terbimbing dengan tugas proyek yaitu

merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, menentukan hipotesis, merancang dan melakukan percobaan, menganalisis data percobaan, mencari dan membaca informasi

yang sesuai dengan hasil percobaan dan tugas proyek, mempersentasikan hasil

percobaan dan hasil tugas proyek, menjawab dan menanggapi pertanyaan serta

menyimpulkan pembelajaran. Aktivitas tersebut merupakan aktivitas yang berpusat kepada siswa, hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing

merupakan pembelajaran yang mengedepankan peran aktif siswa, siswa membangun

sendiri. Peningkatan aktivitas siswa terjadi akibat adanya bantuan (scaffolding) yang

dilakukan oleh guru seperti memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami

kesulitan dalam memahami pertanyaan, memberikan informasi kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan, dan membimbing siswa dalam menarik suatu kesimpulan, pada

akhirnya siswa akan terlatih untuk menyelesaikan tugas-tugas dengan sedikit atau tanpa

bantuan dari guru, hal ini dapat dilihat persentase bimbingan guru mengalami

penurunan dari setiap pertemuannya dari rentang nilai 8,05% turun menjadi 5,11%. Hal ini menunjukkan bahwa guru memberikan bantuan kepada siswa dikurangi tahap demi

tahap, sehingga siswa pada akhirnya terbiasa dengan sendirinya. Ide bantuan

(scaffolding) didasarkan atas teori Brunner, bahwa anak-anak menggunakan bantuan

sebagai dukungan sementara membangun pemahaman yang kuat yang pada akhirnya memungkinkan untuk mengatasi masalahnya (Wolfolk, 2009).

Aktivitas siswa yang mengalami penurunan dalam setiap pertemuan yaitu

memperhatikan penjelasan guru, mengurangi bimbingan kepada siswa, dan tindakan

yang tidak relevan. Hal ini memberi gambaran bahwa pada pertemuan pertama siswa

memerlukan banyak bimbingan dari guru dalam proses inkuiri, karena siswa tidak terbiasa melakukan proses inkuiri, pada pertemuan pertama guru berusaha memberi

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

4

pendahuluan kegiatan inti penutup pengelolaanwaktu

suasana kelas

pertemuan 1 pertemuan 2 pertemuan 3 pertemuan 4

Page 12: PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA BERBASIS INKUIRI …

Jurnal IPA dan Pembelajaran IPA (JIPI), 1(1): 81-97, Juni 2017 p-ISSN: 2614-0500

www. jurnal.unsyiah.ac.id/jipi

92

motivasi dan menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, memberi masukan pada siswa bahwa proses ini akan sangat bermanfaat dalam menyelesaikan

masalah. Pada pertemuan selanjutnya secara berkala guru mengurangi bimbingan pada

siswa, karena siswa sudah mulai terbiasa dengan pembelajaran inkuiri, dan pada

pertemuan terakhir peran guru sepenuhnya hanya sebagai fasilitator. Hal ini sesuai dengan proses pembelajaran inkuiri terbimbing dimana sedikit demi sedikit bimbingan

terhadap siswa dikurangi, namun pada pertemuan ke-4 proses inkuiri terbimbing

menunjukkan persentase aktivitas siswa 0%, hal ini disebabkan karena tidak ada proses

inkuiri melainkan presentasi hasil tugas proyek.

Persentase aktivitas siswa yang tidak relevan dengan pembelajaran mengalami penurunan dari setiap pertemuan yaitu dari 1,41% menjadi 0,28%. Hal ini menunjukkan

suasana belajar yang diciptakan dapat menarik antusiasme siswa sehingga siswa fokus

pada kegiatan pembelajaran. Ketika siswa tertarik pada pembelajaran dan melibatkan

diri secara aktif dalam kegiatan pembelajaran maka siswa cenderung tidak akan melakukan akivitas yang kurang relevan (Aydin dan Yilmaz, 2010).

Gambar 2. Diagram Aktivitas siswa

Aktivitas yang tidak relevan ini adalah aktivitas yang tidak diinginkan selama proses

pembelajaran berlangsung yaitu seperti tidak dapat bekerja sama dengan teman satu

kelompok, tidak dapat menyatakan pendapat dengan bahasa yang baik dan kurang

disiplin. Aktivitas siswa yang tidak relevan seperti tidak dapat bekerjasama dengan teman satu kelompok maka pada pertemuan berikutnya siswa tersebut diberi tugas yang

lebih mudah dalam melakukan percobaan agar dapat bertanggung jawab dan

berinteraksi dengan teman satu kelompok. Keseluruhan aktivitas siswa dapat

ditunjukkan pada Gambar 2.

3) Analisis Kendala Pembelajaran

Kendala-kendala yang dihadapi selama proses pembelajaran berbasis inkuiri

terbimbing dengan tugas proyek disajikan pada Tabel 6.

0

5

10

15

20

25

30

A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10 A11 A12 A13 A14

Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3 Pertemuan 4

Page 13: PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA BERBASIS INKUIRI …

Jurnal IPA dan Pembelajaran IPA (JIPI), 1(1): 81-97, Juni 2017 p-ISSN: 2614-0500

www. jurnal.unsyiah.ac.id/jipi

93

Tabel 6. Kendala-kendala Selama Proses Pembelajaran.

No Hambatan yang ditemukan Alternatif Solusi

1

Waktu yang kurang sesuai

(melebihi) dengan alokasi waktu

yang direncanakankan dalam RPP.

Mengorganisir kembali alokasi waktu yang diperlukan

sehingga semua kegiatan pembelajaran terlaksana dan menginformasikan kepada siswa waktu pelaksanaan tiap

kegiatan pembelajaran.

2

Siswa kurang aktif membaca dan

menggunakan buku siswa sebagai

sumber belajar yang mendukung.

Guru harus sering mengingatkan untuk membaca BAS

yang dapat mendukung dalam menyelesaikan masalah

dalam LKS.

3 Kurangnya fasilitas sarana dan alat-

alat di sekolah

Guru mencari alternatif solusi media, sarana dan alat-lat percobaan yang relevan dengan pengembangan

perangkat pembelajaran yang sudah disusun

4) Ketuntasan hasil belajar

a. Sikap

Hasil belajar aspek sikap diperoleh melalui data hasil pengamatan terhadap

perilaku yang baik dan kurang baik yang muncul pada siswa selama pembelajaran berlangsung dan dideskripsikan didalam jurnal pengamatan sikap. Guru memberikan

bimbingan kepada siswa dalam bentuk inkuri terbimbing harapannya aga siswa tepat

waktu (melatih disiplin) dalam mempersiapkan, merangkai dan melaksanakan percobaan

dengan jujur, dan tanggung jawab. Sikap spiritual yang diamati meliputi rasa syukur dan sikap sosial yang meliputi disiplin, jujur dan tanggung jawab. Berdasarkan hasil

pengamatan dapat diketahui bahwa sikap spritual siswa yaitu rasa syukur dari 22 siswa

menunjukkan perilaku rasa syukur yang sangat baik, dan sikap sosial (tanggung jawab,

jujur, dan disiplin) menunjukkan sangat baik, baik dan meningkat (Kemendikbud No. 53, 2015).

b. Pengetahuan

Tes hasil belajar aspek pengetahuan dilakukan untuk mengukur ketercapain

kompetensi siswa sesuai indikator pembelajaran. Tes aspek pengetahuan dilakukan

sebelum (pretest) dan sesudah (posttest) proses pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing dengan tugas proyek. Pretest dimaksudkan

untuk menyiapkan siswa dalam proses belajar, mengetahui tingkat kemajuan siswa

sehubungan dengan proses pembelajaran yang dilakukan, mengetahui kemampuan awal

siswa, dan mengetahui tujuan pembelajaran yang perlu mendapatkan penekanan dan perhatian khusus (Mulyasa, 2013).

Berdasarkan analisis hasil tes aspek pengetahuan, dapat diketahui bahwa

persentase ketuntasan siswa pada saat pre-test sebesar 0% yang artinya semua siswa

belum mencapai ketuntasan. Hal ini terjadi karena siswa belum mengikuti pembelajaran pada materi sistem ekskresi yang diujikan sehingga jawaban mereka hanya berdasarkan

pengetahuan awal atau bahkan perkiraan siswa. Hasil pre-test siswa berkebalikan

dengan hasil post-test yang menunjukkan persentase ketuntasan hasil belajar siswa

siswa sebesar 100% baik secara individual maupun klasikal. Seluruh siswa yang

mengikuti pembelajaran dengan pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing dengan tugas proyek dapat mencapai ataupun melebihi skor minimal yang ditetapkan sekolah yaitu

71, karena seorang siswa dikatakan tuntas belajarnya jika nilainya telah mencapai ≥ 71

(Kemendikbud No. 53, 2015). Ketuntasan seluruh siswa ini sangat berkaitan dengan

keaktifan siswa untuk terlibat dalam proses pembelajaran. Siswa dapat belajar dan menyerap ilmu dengan baik jika mereka dapat terlibat aktif dalam proses pembelajaran

(Bruner dalam Slavin, 2011).

Data ketuntasan pre-test dan post-test yang telah dipaparkan di atas

menunjukkan adanya peningkatan pemahaman dan pengetahuan siswa tentang materi sistem ekskresi. Peningkatan tersebut juga dapat diketahui melalui hasil penghitungan

rata-rata N-gain yaitu sebesar 0,79 dengan kategori tinggi (Hake, 1999). Meningkatnya

hasil belajar berarti ini menandakan bahwa siswa telah mengikuti pembelajaran inkuiri

terbimbing dengan tugas proyek yang dibuktikan dengan adanya perubahan hasil belajar

Page 14: PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA BERBASIS INKUIRI …

Jurnal IPA dan Pembelajaran IPA (JIPI), 1(1): 81-97, Juni 2017 p-ISSN: 2614-0500

www. jurnal.unsyiah.ac.id/jipi

94

siswa kearah yang lebih baik. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran inkuiri terbimbing dengan tugas proyek yang

dikembangkan efektif dalam peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa. Hasil yang

sama juga ditunjukkan oleh hasil penelitian Deta (2013) dan Utami (2014), yang

menyatakan bahwa pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing dengan tugas proyek meningkatkan prestasi belajar siswa dan dapat melatihkan kemampuan berpikir kreatif

serta meningkatkan ketuntasan hasil belajar siswa.

Berdasarkan data pada Tabel 4.10 menunjukkan bahwa semua siswa yang

diberikan pre-test tidak mencapai ketuntasan hasil belajar siswa, hal ini dilihat dari rata-

rata nilai pre-test sebesar 34,16 dengan predikat kurang. Setelah diberikan perlakuan dengan melalui pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing dengan tugas proyek kemudian

diberikan post-test maka semua nilai siswa tuntas, hal ini dapat dilihat rata-rata nilai

post-test siswa sebesar 85,71 dengan predikat baik (Permendikbud No 53 Tahun 2015).

Ketuntasan hasil belajar siswa disajikan dalam bentuk grafik pada Gambar 3.

Gambar 3. Diagram Ketuntasan Hasil Belajar Pada Aspek Pengetahuan

c. Tugas Proyek

Penilaian tugas proyek merupakan suatu kegiatan untuk mengetahui kemampuan

siswa dalam mengaplikasikan pengetahuannya melalui penyelesaian tugas dalam

periode waktu tertentu (Permendikbud No. 53 Tahun 2015. Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan

penyelidikan dan kemampuan menginformasikan siswa pada mata pelajaran tertentu

secara jelas (Kemendikbud, 2013). Penilaian keterampilan tugas proyek diambil pada

saat siswa melakukan kegiatan proyek pada pertemuan 1-4 yang meliputi persiapan,

rumusan judul, sistematika penulisan, keakuratan sumber data/informasi, kuantitas sumber data, penarikan kesimpulan, performan, presentasi/penguasaan materi dan

produk. Penilaian persiapan dan rumusan judul dinilai pada saat pertemuan kedua dan

ketiga, sedangkan sistematika penulisan, keakuratan sumber data/informasi, kuantitas

sumber data, penarikan kesimpulan dinilai dari makalah yang dikumpulkan oleh siswa pada saat pertemuan keempat, penilaian performan dan presentasi/penguasaan

dilakukan serta produk juga pada pertemuan keempat.

Berdasarkan hasil analisis data tugas proyek menunjukkan bahwa rata-rata nilai

tugas proyek sebesar 86 dengan predikat A. Keseluruhan siswa mendapatkan nilai diatas 71 maka dinyatakan tuntas (Permendikbud No.5 Tahun 2015). Menurut Educational

Technology Division (2006), pembelajaran dengan tugas proyek akan membantu peserta

didik untuk dapat berpikir abstrak, tugas berpikir (intelektual) untuk mengeksplorasi

permasalahan kompleks. Hal tersebut akan mendorong pemahaman, yaitu pengetahuan

sejati. Siswa akan mengeksplorasi, membuat keputusan, menafsirkan, dan mensintesis informasi secara bermakna. Melalui penerapan tugas proyek, siswa akan dibawa

langsung ke dalam dunia yang konkret tentang penanaman konsep pembelajaran,

sehingga siswa tidak hanya bisa menghayalkan materi dan pada akhirnya akan

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10 A11 A12 A13 A14 A15 A16 A17 A18 A19 A20 A21 A22

Pre-test Post-test

Page 15: PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA BERBASIS INKUIRI …

Jurnal IPA dan Pembelajaran IPA (JIPI), 1(1): 81-97, Juni 2017 p-ISSN: 2614-0500

www. jurnal.unsyiah.ac.id/jipi

95

meningkatkan hasil belajar (Uno & Mohamad, 2012). Tugas Proyek disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4. Diagram Ketuntasan Tugas Proyek

5) Respon Siswa Terhadap Model Inkuiri Terbimbing

Data respon siswa terhadap komponen-komponen kegiatan pembelajaran

berbasis inkuiri terbimbing dengan tugas proyek dikumpulkan melalui angket. Berdasarkan hasil analisis respon siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan

perangkat pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing dengan tugas proyek yang

dikembangkan diperoleh rata-rata keseluruhan 97,66% siswa memberikan respon yang

positif dengan kategori sangat kuat, dan 2,34 % siswa memberikan respon yang kurang baik terhadap pembelajaran dengan kategori sangat lemah (Riduwan, 2010). Hal ini

menunjukkan bahwa siswa memiliki minat, senang, dan mendukung pelaksanaan

pembelajaran menggunakan perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan. Siswa

yang memberikan respon kurang baik kurang terlibat aktif dan antusias dalam pembelajaran.

Sebanyak 98,05% siswa merasa senang pada saat mengikuti proses

pembelajaran dengan kategori respon yang sangat kuat dan sebanyak 1,95% siswa

merasa tidak senang pada saat mengikuti proses pembelajaran dengan kategori sangat lemah (Riduwan, 2012). Rasa senang ini dapat mendorong siswa untuk dapat lebih

terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Siswa yang memberikan respon tentang

pembelajaran yang merupakan hal baru bagi mereka sebanyak 99,35% dengan kategori

sangat kuat, dan 0,65% siswa menyatakan bahwa pembelajaran yang telah

dilaksanakan bukanlah hal baru dengan kategori sangat lemah (Riduwan, 2012). Sebagian besar siswa merasa bahwa buku siswa yang digunakan, cara guru mengajar,

dan suasana belajar yang dilatihkan guru merupakan sesuatu yang baru sehingga

memotivsi mereka untuk lebih antusias dalam pembelajaran. Siswa yang menyatakan

bahwa pembelajaran yang dilaksanakan bukan hal baru disebabkan siswa tersebut telah mendapatkan materi pelajaran dan media yang serupa ketika mereka masih berada

dijenjang pendidikan sebelumnya.

Respon siswa terhadap buku ajar dan LKS yang digunakan menunjukkan 96,21%

siswa memberikan respon menarik dengan kategori respon yang sangat kuat, dan 3,79% siswa memberikan respon tidak menarik yang masuk kategori respon sangat

lemah (Riduwan, 2012). Sebagian besar siswa berpendapat bahwa buku ajar dan LKS

yang diberikan menarik karena didalamnya terdapat banyak gambar, disajikan dengan

berbagai warna dan hiasan, serta bahasa yang digunakan sesuai dengan tingkat

pemahaman siswa SMP. Respon siswa terhadap penjelasan dan bimbingan guru pada saat pembelajaran sebanyak 94,70% siswa menyatakan mudah dengan kategori respon

sangat kuat, sedangkan 5,30% siswa menyatakan sulit dengan kategori respon sangat

lemah (Riduwan, 2012). Aspek yang dirasa sulit oleh sebagian kecil siswa adalah

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10 A11 A12 A13 A14 A15 A16 A17 A18 A19 A20 A21 A22

Nila

i

Inisial siswa

Page 16: PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA BERBASIS INKUIRI …

Jurnal IPA dan Pembelajaran IPA (JIPI), 1(1): 81-97, Juni 2017 p-ISSN: 2614-0500

www. jurnal.unsyiah.ac.id/jipi

96

mengerjakan tugas proyek yang dilaksanakan. Hal ini disebabkan siswa merasa tugas proyek yang dilaksanakan merupakan hal baru sehingga mereka belum terbiasa

mengerjakan hal tersebut. Guru memberikan bimbingan yang sesuai kepada siswa

maupun kelompok yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran.

Hasil analisis respon siswa yang berminat terhadap kegiatan pembelajaran sebanyak 100% dengan kategori sangat kuat (Riduwan, 2012). Hal ini menunjukkan

bahwa siswa mendukung pelaksanaan pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing dengan

tugas proyek yang telah dilakukan. Siswa juga berpendapat agar pada pembelajaran

berikutnya dapat dilaksanakan pembelajaran dengan cara yang sama. Respon positif

dari siswa ini diperkuat dengan hasil penelitian dari Utami (2014) yang menyatakan bahwa siswa memberikan respon positif terhadap pelaksanaan pembelajaran berbasis

inkuiri terbimbing dengan tugas proyek yang telah dilakukan.

KESIMPULAN

Berdasasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan telah diuraikan pada Bab

V, maka dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing

dengan tugas proyek yang dikembangkan dinyatakan layak digunakan untuk menuntaskan hasil belajar siswa SMP pada materi Sistem Ekskresi.

DAFTAR PUSTAKA

Alberta. (2004). Focus Inquiry. A Teacher’s Guide to Implemeting Inquiry- Based

Learning. Canada: Edmonton Alberta.

Anderson, L.W. & Krathwol, D.R. (2001) . A Taxonomy for Learning , Teaching and Assesing. United States :Addison Wesley Longman.

Arifin, Zaenal. (2012). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Aydin, N., & Yilmaz, A. (2010). The Effect of Constructivist Approach in Chemistry

Education on Students' Higher Order Cognitive Skills. H. U. Journal of Education, 39: 57-68.

Banchi., Heather., & Bell, R. (2008). The many Levels of Inquiry, Inquiry Comes in

Various Forms. Dalam Science and Children, diunduh pada tanggal 23 Februari

2016. Borich, G.D. (1994). Observation Skills for Effective Teaching. United State of America:

Macmillan Publishing Company.

Depdiknas. (2008). Panduan Pengembangan Silabus. Jakarta: Depdiknas Dirjen

Pendidikan Dasar dan Menengah. Deta, U.A., Suparmi, & Widha, S. (2013). Pengaruh Metode Inkuiri Terbimbing dan

Proyek, Kreativitas, Serta Keterampilan Proses Sains Terhadap Prestasi Hasil

Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia. UNNES Semarang JPFI. ISSN:

1693-1246.

Dick, W., Carey, L., & Carey, J.O. (2009), The Systematic Design of Instruction. 7th Editions. London: Pearson Education Ltd.

Eggen, P. & Kauchak, D. (2012). Strategi dan Model Pembelajaran. Edisi Keenam.

Jakarta: PT. Indeks.

Gronlund, N.E. (1995). Constructing Achievement Test. USA: Prentice-Hall Inc. Hake. 1999. Analyzing change/gain scores. (Online). Tersedia http://www.physicsindiana-

edu/sdi/Analyzing-change-gain. pdf.

Kardi, Soeparman.(2013). Model Pembelajaran Langsung Inkuiri Sains Teknologi dan

Masyarakat. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2014). PP No 103 Tahun 2014 Tentang

Pembelajaran Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Jakarta :

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2015). Permendikbud Nomor 53 Tahun 2015

Tentang Panduan Penilaian Untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP). Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Page 17: PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA BERBASIS INKUIRI …

Jurnal IPA dan Pembelajaran IPA (JIPI), 1(1): 81-97, Juni 2017 p-ISSN: 2614-0500

www. jurnal.unsyiah.ac.id/jipi

97

Khalid, A. & Azeem, M. (2012). “Constructivist Vs Traditional: Effective Instructional Approach in Teacher Education”. International Journal of Humanities and Social

Science, 2(5): 170-177.

Mulyasa, E. (2013). Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya. Ratumanan, T.G. dan Laurens. T., (2011). Penilaian Hasil Belajar pada Tingkat Satuan

Pendidikan edisi 2. Surabaya: Unesa University Press.

Riduwan. (2012). Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Roessingh, H. (2012). Service Learning and student Engagement: a Dua Language Book

Project. Canadian Journal of Education, 35(4): 286-293. Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.

Jakarta: Kencana.

Sastrika, I.A.K., Sadia, I.W,. & Muderawan, I.W. (2013). Pengaruh Model Pembelajaran

Berbasis Proyek Terhadap Pemahaman Konsep Kimia dan Keterampilan Berpikir Kritis. E-journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program

Studi IPA. Volume 3.

Slavin, R.E. (2011). Psikologi Pendidikan: Teori dan Praktik. Jilid 1. Edisi Kesembilan.

Jakarta: PT. Indeks. Smyrnaiou, Z., Moustaki, F., & Chronis, K. (2012). Students’ Constructionist Game

Modelling Activities as Part of Inquiry Learning Processes. Electronic Journal of e-

Learning. 10(2): 235-248.

Uno, H.B. & Mohamad, N. (2012). Belajar dengan pendekatan PAIKEM: Pembelajaran

Aktif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif, Efektif, Menarik. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Utami, U.A. (2014). Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Model Inkuiri

Terbimbing Dengan Tugas Proyek Untuk Melatihkan Keterampilan Berpikir Kreatif.

Tesis. Program Studi Pendidikan Sains Pascasarjana UNESA Surabaya.

Widiyatmiko. (2012). Pembelajaran Berbasis Proyek untuk Mengembangkan Alat Peraga IPA dengan Memanfaatkan Bahan Bekas Pakai. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia,

1(1): 51-56.

Wolfolk, A. (2009). Educational Psychology Active Learning Edition. Edisi Kesepuluh.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.