PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN...

86
PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM, PLURALISME DAN DEMOKRASI DI INDONESIA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas Akhir Mencapai Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) Disusun Oleh: MOH. JAZULI NIM. 103051028501 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULAH JAKARTA 1429 H/2008 M

Transcript of PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN...

Page 1: PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17545/1/MOH JAZULI-FDK.pdfPERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM,

PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN

PEMIKIRAN ISLAM, PLURALISME DAN DEMOKRASI

DI INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Akhir Mencapai Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Disusun Oleh:

MOH. JAZULI NIM. 103051028501

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULAH JAKARTA

1429 H/2008 M

Page 2: PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17545/1/MOH JAZULI-FDK.pdfPERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM,

PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM,

PLURALISME DAN DEMOKRASI DI INDONESIA

Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh :

MOH. JAZULI NIM. 103051028501

Di Bawah Bimbingan

Dr. Wahyu Prasetyawan M. A NIP : 150 271 946

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A

1429 H/2008 M

Page 3: PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17545/1/MOH JAZULI-FDK.pdfPERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM,

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang dilakukan untuk memenuhi salah

satu persyaratan mempeloreh gelar SI di Universitas Islam Negeri Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia diberikan

sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis

Page 4: PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17545/1/MOH JAZULI-FDK.pdfPERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM,

ABSTRAK

PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM PLURALISME DAN DEMOKRASI

Pemikiran Islam Pluralisme dan Demokrasi merupakan tiga komponen yang saling mengisi dalam demokratisasi, namun dalam proses tersebut tidak selamanya berjalan dengan mulus. Diperlukan sebuah usaha untuk mewujudkan kehidupan negara yang damai dan menjunjung tinggi norma masyarakat maupun hukum negara baik oleh perseorangan, kelompok aktivis atau lembaga yang konsisten dalam mewujudkan misi itu. Diantara lembaga yang berusaha mewujudkan tujuan diatas ialah Lembaga Wahid Institut, yang bergerak sebagai lembaga riset dan pengembangan kebudayaan Islam. Hampir lima tahun Wahid Institut ikut andil dalam demokratisasi di Indonesia yang tentunya sebagai lembaga yang konsisten dan aktif, telah banyak merealiasikan peran lembaga kepada negara maupun masyarakat sesuai dengan ruang lingkup programnya Sehingga, berkaitan dengan aktivitas lembaga Wahid Institut, yang perlu untuk di jawab dalam penelitian ini ialah apa peran Wahid Institut dalam mengkampanyekan pemikiran Islam, pluralisme dan demokrasi, sebagai salah satu program lembaga dan bagaimana lembaga mewujudkannya? Dalam menjawab pertanyaan diatas penulis menggunakan pendekatan Gross, Mason, dan A.W. Mc. Eachem sebagaimana dikutip oleh David Berry, dalam teorinya, mendefinisikan peran sebagai seperangkat harapan-harapan yang di kenakan pada individu yang menempati kedudukan sosial tertentu. Menurutnya, dalam peran terdapat dua macam harapan yaitu: pertama, harapan-harapan masyarakat terhadap pemegang peran. Kedua, harapan-harapan yang dimiliki oleh pemegang peran atau kewajiban-kewajiban dari pemegang peran terhadap orang-orang yang berhubungan dengannya dalam menjalankan peranannya atau kewajiban-kewajibannya. Lebih lanjut, Biddle dan Thomas membagi peristilahan teori peran dalam empat golongan yaitu istilah yang menyangkut orang yang mengambil bagian dalam interaksi, perilaku yang muncul dalam interaksi, kedudukan orang dalam perilaku interaksi dan kaitan antara orang dan perilaku interaksi perilaku tersebut. Sebagai sebuah lembaga gerakan Wahid Institut ingin berperan dan berkontribusi untuk mewujudkan kehidupan masyarakat yang damai, mencoba memberikan alternatif-alternatif melalui pemikiran progresif dalam nuansa demokratis dan sadar hukum tanpa ada pembedaan terhadap segala perbedaan yang ada. Setelah melakukan penelitian, Penulis menilai bahwa Yayasan lembaga the Wahid Institut telah berhasil menjalankan perannya dalam mengkampanyekan pemikiran Islam, pluralisme dan demokrasi di Indonesia. Melalui beberapa realisasi program, advokasi, pemantauan langsung serta turun ke dalam akar rumput (grass root).

Page 5: PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17545/1/MOH JAZULI-FDK.pdfPERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM,

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah yang karena kasih dan

sayang serta ridhanya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat serta salam semoga Allah sampaikan kepada Nabi Muhammad saw,

dan semoga penulis dapat menempuh jalan tauladan dan mendapatkan tempat

dihatinya.

Selanjutnya terimakasih penulis sampaikan kepada Ibu dan Ayahanda yang

selalu memberikan ketulusan cinta serta keikhlasan do'anya semoga penulis

mendapatkan tempat di dunia ini.

Penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna dan kepada berbagai pihak

yang telah membantu penulisan ini penulis sampaikan banyak terimakasih kepada:

1. Dr. Murodi MA. Selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Drs. Wahidin Saputra, M.Ag dan Umi Musyarofah, MA. Selaku ketua dan

sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Wahyu Prasetyawan. Selaku dosen pembimbing yang telah memberikan

bantuannya atas penulisan skripsi ini.

4. Dosen dan staf pengajar Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Seluruh pengurus lembaga Wahid Institut yang telah membantu penyelesaian

skripsi penulis

6. Segenap staf Perpustakaan Utama dan Fakultas yang telah memberikan

pelayanan yang baik kepada penulis.

ii ii

Page 6: PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17545/1/MOH JAZULI-FDK.pdfPERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM,

7. Seluruh keluarga yang selalu mendoakan, mendukung dan memberikan

motivasi kepada penulis

8. Sahabat-sahabatku yang kusayangi semoga kita akan mendapatkan kasih

sayang dari Allah dan mendapatkan syafaatnya diakhirat nanti, sahabat ini

berharap kita tidak akan berpisah selamanya dalam esensi persahabatan kita,

dan,

9. Kepada teman-teman yang saya banggakan ku berucap dan perpesan salam.

Terimakasih semuanya.

Jakarta, 23 Februari 2008

Penulis

iii

Page 7: PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17545/1/MOH JAZULI-FDK.pdfPERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM,

DAFTAR ISI

ABSTRAK ......................................................................................................... i KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii DAFTAR ISI ...................................................................................................... iv BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1 B. Perumusan dan Pembatasan Masalah ........................................... 2 C. Metodologi Penelitian ................................................................... 3 D. Tujuan Penulisan ........................................................................... 3 E. Tinjauan Pustaka ........................................................................... 4 F. Sistematika Penulisan ................................................................... 5

BAB II LANDASAN TEORI

A. Teori Peran ................................................................................... 6 B. Teori Kampanye ........................................................................... 7 C. Teori Pemikiran Islam, Pluralisme dan Demokrasi ..................... 8

BAB III SEKILAS TENTANG WAHID INSTITUTE

A. Latar belakang Lembaga Wahid Institut ....................................... 22 B. Visi dan Misi Wahid Institut ......................................................... 23 C. Program – Program Wahid Institut ................................................ 24 D. Struktur Organisasi Wahid Institut, Garis Besar Aktivitas,

Program dan Managemen Wahid Institut, ..................................... 26 BAB IV PEMBAHASAN KAMPANYE PEMIKIRAN ISLAM, PLURALISME DAN DEMOKRASI DI INDONESIA

A. Upaya yang dilakukan Wahid Institut dalam mengkampanyekan Pemikiran Islam, Pluralisme dan Demokrasi di Indonesia …………………………….………...….. 62

B. Faktor Pendukung dan Penghambat Kampanye Pemikiran Islam, Pluralisme dan Demokrasi……………………...……………………………….… 62

C. Analisa ………………………………………………………........ 68 BAB V PENUTUP

Kesimpulan .......................................................................................... 93 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

Page 8: PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17545/1/MOH JAZULI-FDK.pdfPERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM,

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebelum menjadi presiden dan membentuk partai, Gus Dur selalu bercita-cita

bagaimana di Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam ini mempunyai

sumbangan yang lebih kongkrit terhadap kepemimpinan di dunia di dalam proses

dialog peradaban yang di katakan olehnya sebagai sebuah pusat study Asia Tenggara.

Pusat study inilah yang dicita-citakan oleh Gus Dur bahwa disanalah nanti tokoh-

tokoh Islam yang kemudian punya pemikiran masa depan bisa bertemu,

berkumpuldan kemudian membuat Indonesia sebagai sebagai simpul dinamika agama

di Asia Tenggara.

Perkembagan warga NU dalam sangatlah luar biasa dan tatkala Gus Dur

bilang NU harus kembali ke khittah, yang paling berhasil di letakan olehnya adalah

tradisi pemikiran yang terbuka itu. Selain tradisi bahwa NU memiliki subkultur Islam

yang damai karena berasal dari pedesaan, tetapi juga subkultur Islam yang terbuka

dan fleksibel untuk perubahan. Dan itulah kira-kira sumbangan Gus Dur yang

terbesar, selain juga Cak Nur dengan Paramadina-nya dan juga M. Syafi'i Maarif

dalam Muhammadiyah dengan ( Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah) JIMM-

nya. Walau pun tidak sebesar NU1.

Loyalitas serta konsistensi dalam membela pluralisme, demokrasi dan dalam

memperjuangkan masyarakat dengan nilai Islami mendorong berbagai pihak untuk

membentuk lembaga yang bertujuan untuk mewujudkan prinsip-prinsip Gus Dus

1 Dr. Muslim Abdurrahman, www.wahidinstitut.org

iv

Page 9: PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17545/1/MOH JAZULI-FDK.pdfPERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM,

yakni membangun lembaga dengan pemikiran Islam yang moderat agar tercipta

demokrasi, pluralisme agama-agama, multikulturalisme dan toleransi dikalangan

kaum muslim di Indonesia maupun dunia. Untuk itu maka, diluncurkanlah Wahid

Institut yang dihadiri oleh tokoh dari dalam maupun luar negeri.

Dari penjelasan diatas, penulis ingin membahas dan meneliti tentang Wahid

Institut lebih mendalam untuk mendapatkan informasi yang mencukupi tentangnya.

Sehingga penulis mengajukan sebuah skripsi yang berjudul : Peran Wahid Institut

dalam Mengampanyekan Pemikiran Islam, Demokrasi dan Pluralisme di Indonesia.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Bertolak dari uraian diatas, untuk mempermudahkan pembahasan dan

pemfokusan penelitian penulis mendasarkan pada tema program kampanye Pemikiran

Islam, Pluralisme dan Demokrasi serta aktivitas Wahid Institut secara umum.

Dari pembahasan di atas, masalah yang dapat dirumuskan adalah: Apa Peran

Wahid Institut dalam Mengkampanyekan Pemikiran Islam, Pluralisme dan Demokrasi

Wahid Institut di Indonesia?

Pilihan ini didasarkan pada isu-isu yang memang menjadi kajian dan model

utama kampanye Wahid Institut dalam masyarakat, sehingga dengan demikian dapat

menjadi pembatasan dan menghindari melebarnya bahasan penelitian ini.

C. Metodologi Penelitian

1. Metode pengumpulan data

Untuk menjawab persoalan di atas, sebagai landasan operasional penulis

melakukan observasi, mencari dan mengumpulkan buku-buku, tulisan-tulisan atau

dokumen-dokumen maupun situs mereka (http.//www.wahidintitute.org.) serta

Page 10: PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17545/1/MOH JAZULI-FDK.pdfPERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM,

wawancara sebagai sumber primer, juga dokumentasi-dokumentasi lain seperti buku-

buku dan artikel yang berkaitan dengannya sebagai sumber sekunder.

2. Metode pembahasan

Adapun pembahasannya, penulis menggunakan :

- Pendekatan deskriptif yaitu pendekatan dengan cara mengumpulkan data-

data yang berkaitan dengan masalah yang diteliti kemudian dideskripsikan

secara aktual akurat dan sistematis untuk memperoleh kejelasan masalah

yang diteliti dan dapat menjawab permasalahan-permasalahan tersebut.

- Tekhnik Analisis Isi (content Analisis) yaitu menurut R. Holsti yang

mendefinisikan analisis isi sebagai tekhnik apapun yang di gunakan untuk

menarik kesimpulan melalui usaha menemukan karakteristik pesan dan

dilakukan secara obyektif dan sistematis2.

3. Tehnik penulisan

Sedangkan tekhnik penulisan, penulis menggunakan buku pedoman penulisan

Skripsi, Tesis, dan disertasi yang diterbitkan oleh UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta

2007 dan metode penelitian dakwah.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini ialah:

1. Untuk mengetahui metode-metode yang dikembangkan oleh yayasan Wahid

Institut dalam mengampanyekan pluralisme di Indonesia

2. Untuk mengetahui profile dan aktivitas yayasan lembaga Wahid Institut

2 Suejono Dan Abdurrahman, Metode Penelitian (Jakarta, PT.Rhineka Cipta, 1999) Cet 1, h.13

Page 11: PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17545/1/MOH JAZULI-FDK.pdfPERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM,

3. Secara akademis diharapkan dapat mampu membahas kajian gerakan

kontemporer dalam rangka pengembangan kajian Islamiah bagi para praktisi

dan aktivis di Indonesia

4. Penulisan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi tugas akademik yang

merupakan syarat dan kewajiban bagi setiap mahasiswa dalam rangka

menyelesaikan studi tingkat sarjana program strata satu (SI) di Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Dakwah dan Komunikasi,

Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam

E. Tinjauan Pustaka

Dalam menulis skripsi ini penulis terinspirasi saat penulis membaca harian

kompas saat mengetengahkan launcing Wahid Institut yang di dalamnya

mengemukakan visi-misi serta program lembaga.

Terdapat dua alasan ketertarikan dari penulis untuk menelitinya; pertama,

lembaga ini bervisi mewujudkan prinsip-prinsip Gus Dur, di mana tokoh ini memiliki

sejarah fenomena yang unik dan kontroversial; kedua, bermisi mengemban komitmen

menyebarkan gagasan muslim progresif yang mengedepankan toleransi dansaling

pengertian di masyarakat dunia Islam dan barat dengan mengusung isu pemikiran

Islam, pluralisme dan demokrasi.

Saat penulis melihat skripsi-skripsi di perpustakaan utama menulis

menemukan beberapa skripsi tentang Gus Dur dan hanya pada pemikiran dan isu

demokrasi serta plurlitas yang menjadi bagian perjuangannya. Data ilmiah dari

gagasan maupun isu tersebut penulis sesuaikan dengan buku yang berjudul symbol of

system, dan penulis berinisiatif melengkapi pustaka tentang ide pemikiran serta Gus

Dur dengan meneliti lembaga yang menjadi pengemban komitmen tokoh tersebut.

Page 12: PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17545/1/MOH JAZULI-FDK.pdfPERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM,

F. Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan skripsi ini penulis bagi kedalam lima bab, masing-masing

bab terdiri atas beberapa sub, untuk memperoleh gambaran yang jelas penulis uraikan

sistematika sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan: pendahuluan ini berisikan latar belakang masalah,

perumusan dan pembatasan masalah, tujuan penelitian, metodologi

penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.

BAB II : Landasan teori: teori peran, kampanye, pemikiran Islam, pluralisme dan

demokrasi

BAB III : Sekilas tentang yayasan lembaga Wahid Institut: latar belakang, visi-

misi, program-program serta struktur organisasi lembaga Wahid

Institut serta garis besar program, manajemen dan aktivitas Wahid

Institut.

BAB IV : Pembahasan tentang kampanye pemikiran Islam, pluralisme dan

demokrasi: upaya-upaya yang di lakukan, pendukung dan penghambat

serta analisa penulis tentang peran Wahid Institut dalam

mengkampanyekan pemikiran Islam, pluralisme dan demokrasi di

Indonesia

BAB V : Penutup: Penulis mencoba membuat suatu kesimpulan dari bab-bab di

atas dan yang terakhir adalah daftar pustaka.

Page 13: PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17545/1/MOH JAZULI-FDK.pdfPERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM,

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Teori Peran

Secara bahasa, peran dalam kamus besar bahasa Indonesia ialah beberapa

tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dimasyarakat

dan harus dilaksanakan. Dengan kata lain seseorang dapat dikatakan memainkan

perannya apabila memiliki status di masyarakat.

Teori peran (role theory) adalah teori yang merupakan sebuah perpaduan

berbagai teori orientasi maupun disiplin ilmu pada dasarnya peran tidak bisa

dipisahkan dengan status kedudukan, walaupun keduanya berbeda, akan tetapi saling

berhubungan erat antara satu dengan yang lainnya, karenanya peran diibaratkan dua

sisi mata uang yang berbeda.3

Jadi peran adalah seperangkat tindakan atau perbuatan, pekerjaan yang

dilakukan oleh seseorang yang berkedudukan di masyarakat dalam suatu peristiwa

atau keadaan yang sedang terjadi untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Dalam teorinya, Biddle dan Thomas seperti dikutip Sarlito membagi

peristilahan dalam teori peran dalam empat golongan yaitu istilah yang menyangkut :

a) Orang yang mengambil bagian dalam interaksi tersebut.

b) Perilaku yang muncul dalam interaksi tersebut

c) Kedudukan orang dalam perilaku.

d) Kaitan antara orang dan perilaku4.

Tidak hanya sekedar memiliki status, namun ia harus dapat menjalankan

harapan-harapan masyarakat. Seperti yang dikatakan oleh Gross, Mason, dan A.W.

3 Sarlito Wirawan Sarwono, Teori Psikologi Sosial, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003), Cet. Ke-8, h. 214 2. Ibid. h. 215. 6

Page 14: PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17545/1/MOH JAZULI-FDK.pdfPERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM,

Mc. Eachem sebagaimana dikutip oleh David Berry mendefinisikan peran sebagai

seperangkat harapan-harapan yang di kenakan pada individu yang menempati

kedudukan sosial tertentu. Menurutnya pula bahwa harapan-harapan tersebut

merupakan imbangan-imbangan dari norma-norma sosial. Berdasarkan hal tersebut

maka norma-norma dan harapan-harapan yang ditentukan oleh masyarakat.

Di dalam peran terdapat dua macam harapan yaitu: pertama, harapan-harapan

masyarakat terhadap pemegang peran. Kedua, harapan-harapan yang dimiliki oleh

pemegang peran atau kewajiban-kewajiban dari pemegang peran terhadap orang-

orang yang berhubungan dengannya dalam menjalankan peranannya atau kewajiban-

kewajibannya.

Dari penjelasan-penjelasan di atas, dapat dikatakan seseorang berperan apabila

telah memiliki status. Di dalam status tersebut terdapat tugas-tugas yang sebelumnya

disusun berdasarkan harapan-harapannya, namun, harus sesuai pula dengan harapan

masyarakat. Sehingga, apabila dalam tugas-tugasnya yang semula disesuaikan dengan

harapan orang atau lembaga yang berperan kemudian tidak sesuai harapan

masyarakat, maka dapat dikatakan belum berhasil.

B. Teori Kampanye

Menurut pakar komunikasi Rice dan Paisley, dikatakan bahwa kampanye ialah

keinginan seseorang untuk mempengaruhi opini individu dan publik, keperdayaan,

tingkah laku, minat atau keinginan audiensi dengan daya tarik komunikator sekaligus

komunikatif.

Wiliam Albig mendefinisikan komunikiasi dalam kampanye merupakan

proses pengoperan lambang-lambang yang bernama antar individu, Suatu lambang

yang sama-sama dimengerti.

Page 15: PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17545/1/MOH JAZULI-FDK.pdfPERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM,

Unsur-unsur kampanye:

- Ada kegiatan atau proses komunikasi yang berlangsung dalam suatu

kampanye. Berisikan rencana, tema/topik/isu, budget (dana), dan fasilitas

- Komunikator, merupakan orang yang menyampaikan suatu pesan yang hendak

disampaikan kepada pihak lain

Jika ditarik sebuah kesimpulan dari uraian di atas, bahwa kampanye adalah

menyangkut kepentingan organisasi, lembaga, perusahaan, peluncuran produk suatu

barang atau jasa hingga bidang poitik, sosial, dan seni budaya, olahraga,

pembangunan nasional dan sebagainya. Kegiatan kampanye dilakukan tertentu pada

jangka waktu yang tertentu dan dirancang sedemikian rupa, aktraktif, kreatif, dan

dinamis dalam rangka untuk mempengaruhi pihak lain5.

C. Teori Pemikiran Islam, Pluralisme dan Demokrasi

Pemikiran Islam

Pemikiran Islam di Indonesia berkembang dengan cepat pada permulaan abad

ke-20 dengan tumbuhnya modernisme. Dalam seajarah Islam, Mulanya berkembang

pemikiran rasional, tetapi kemudian berkembang pemikiran tradisional. Pemikiran

rasional berkembang pada zaman klasik Islam (650-1250 M), sedang pemikiran

tradisional berkembang pada zaman pertengahan Islam (1250-1800 M)6.

Periode sekitar dua abad setelah wafatnya Nabi Muhammad saw, pada

hakikatnya merupakan periode formatif7. Ajaran-ajaran Islam mengalami kristalisasi

dan bentuk yang komprehensif dan universal. Jadi masalah pembaharuan pemikiran

5 Ruslan Rosady, Kiat Dan Publc Relation,( Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2005), cet Ke-1, h. 64.

6 Harun Nasution, Islam Rasional Gagasan dan Pemikiran, (Bandung, Mizan 1996). Cet Ke-1, h. 157

7 M Amin Rais, Kata Pengantar dalam John L. Dorhne dan John L. Esposito, Islam dan Pembaharuan Ensiklopedi Masalah-Masalah, (Jakarta, Rajawali 1984), Cet Ke-1, h. v.

Page 16: PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17545/1/MOH JAZULI-FDK.pdfPERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM,

Islam muncul setelah periode formatif, terutama setelah Islam sebagai agama dan

sekaligus "great tradition" berhadapan dengan berbagai budaya lokal, berbagai paham

non Islam dan aneka bentuk pemerintahan yang ada, baik di dunia timur sendiri

maupun dunia barat.

Periode formatif pasca-Nabi bukanlah suatu periode sejarah yang tanpa

konflik. Justru pada periode inilah telah muncul konflik tajam antara berbagai aliran

dalam masyarkat Islam pada waktu itu, mengenai masalah ideologi, politik, sosial,

moral, spiritual8. Ortodoksi Islam yang kemudian melembaga dan mengkristal setelah

dua abad setelah wafatnya Nabi Muhammad saw, adalah hasil pertarungan berbagai

macam gagasan dan pemikiran di kalangan umat Islam yang meliputi hampir segala

bidang kehidupan9.

Arkoun, seorang tokoh besar Islam membagi epistema dalam sejarah Islam

dalam beberapa penggalan untuk menjelaskan terma-terma "yang terpikirkan" (le

pensable/ thinkable) yang "yang tak terpikirkan" (L 'impense/ Inthinkable) dan "yang

belum terpikirkan" (L Impensable/ not yet though)10.

Terpikirkan maksudnya ialah hal-hal yang mungkin umat Islam

memikirkannya, yang demikian bisa difikirkan, karena merupakan yang jelas dan

boleh memikirkannya. Sedang “yang tak terpikirkan" atau “mustahil

memikirkannya” atau belum terpikrkan (unthinkable) adalah hal-hal yang yang tidak

mempunyai hubungan dan tidak saling terikatnya antara ajaran agama dengan praktek

kehidupan sehari-hari, atau jauhnya aplikasi agama dengan norma transenden yang

semestinya seperti tak terikatnya apa yang dilakukan para ilmuwan dan apa yang

8 Ahmad Hanafi, Pengantar Theologi Islam, (Jakarta, Pustaka Al Husna 1989), Cet Ke-2,

h.19. 9 Nurhidayat Muh Said, Pembaruan Pemikiran Islam Di Indonesia, (Jakarta, Media

Aktualisasi Pemikiran 2006), Cet ke-1 h. 37. 10 Ibid, Harun Nasution., ....

Page 17: PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17545/1/MOH JAZULI-FDK.pdfPERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM,

dikerjakan para ulama, meskipun keduanya masih memiliki keterlibatan intelektual

(intelektual link).

Adalah kebijakan kerasulan yang sangat tinggi bahwa nabi menegaskan tidak

adanya kerugian dalam kegiatan berijtihad dan ijtihad hanya akan membawa kebaikan

ganda atau tunggal. Maka tidak ada yang salah dengan berijtihad. Kesalahan satu-

satunya ialah adanya rasa takut salah itu sendiri yang menjadikan manusia jadi statis

dan tidak kreatif. Bias dari adanya rasa takut salah akan berdampak pada sumber

taklid.

Seharusnya, kita mempunyai kemantapan kepercayaan bahwa semua bentuk

pikiran dan ide, betapapun aneh kedengarannya harus mendapatkan jalan untuk

dinyatakan. Tidak mustahil dari pikiran-pikiran dan ide-ide yang umumnya semula

dianggap salah ternyata kemudian benar. Kenyaataan ini merupakan pengalaman

setiap gerakan pembaruan, baik perorangan maupun organisasi dalam sejarah manusia

di bumi ini. Dalam pertentangan pikiran dan ide, kesalahan sekalipun memberikan

kegunaan yang kecil, ia akan mendorong untuk menyatakan dirinya dan tumbuh

menjadi kuat.

Karena tiadanya pikiran-pikiran yang segar, kita telah kehilangan apa yang

dinamakan psycological striking force (daya tonjok psikologis) untuk membikin ide-

ide yang sejalan dengan kenyataan-kenyataan zaman sekarang. Sejalan dengan

intelectual freedom, kita harus bersedia mendengarkan perkembangan ide-ide

kemanusiaan dengan spectrum seluas mungkin, kemudian memilih mana yang

menurut ukuran-ukuran objektif mengandung kebenaran, sulit dimengerti justru umat

Islam lebih banyak bersifat tertutup dalam sikapnya padahal kitab suci al qur'an

menegaskan semangat inklusivisme.11

11 Ibid, Harun Nasution., h. 45

Page 18: PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17545/1/MOH JAZULI-FDK.pdfPERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM,

Pembaharuan mempunyai pengertian pikiran gerakan untuk menyesuaikan

paham-paham keagamaan Islam dengan perkembagan baru yang ditimbulkan oleh

kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi modern.

Arti pembaharuan dan modernisasi hampir identik dengan rasionalisasi yaitu

hasil perombakan pola pikir dan tata kerja tema yang tidak akilah (rasional) menjadi

pola berpikir rasional dan tata kerja yang akilah. Kegunaannya adalah untuk

memperoleh daya guna dan efisiensi yang maksimal.

Tujuan dari pembaharuan Islam adalah

a. Untuk menyebarkan, menafsirkan dan mensistematisasi ajaran-ajaran Islam

yang sifatnya global dan universal, sehingga dapat difahami masyarakat sesuai

zamannya.

b. Untuk menafsirkan ulang ajaran-ajaran yang sudah dianggap lama, sehingga

menjadi pemahaman baru yang sesuai dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan tekhnologi baru.

c. Menjadi bukti agama Islam adalah agama yang paling sempurna yang sesuai

dengan segala bangsa dan zaman

d. Menunjukan bahwa agama Islam adalah agama rasional yang menempatkan

rasio berkedudukan tinggi, sehingga Islam tidak pernah bertentangan dengan

kemajuan zaman

e. Menunjukan bahwa agama Islam yang ajarannya bersumber dari qur'an dan

hadist dan yang sifatnya qot'iyu dilalah, dan dzoniyyu dilalah sekarang masih

asli tidak ada perubahan, sedang yang dzaniyyu dilalah penafsirannya

disesuaikan dengan perkembangan zaman sehingga tidak ketinggalan zaman.

Pembaruan Islam menurut Harun Nasution mengharuskan umat Islam untuk

menerima pluralitas keagamaan, dan perlunyas seruan yang di lakukan yaitu

Page 19: PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17545/1/MOH JAZULI-FDK.pdfPERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM,

1 Agama rasional, sebagai landasan bagi pandangan dunia dan moral Islam.

Maksudnya adalah bahwa pilihan moral tidak selamanya mengasaskan pada

wahyu, akan tetapi juga pada akal agamis yang berdaya yang mampu

membedakan mana yang baik dan mana yang buruk;

2 Budaya rasional sebagai landasan bagi pengembangan pendidikan dan ilmu

pengetahuan, yaitu dalam pengembangan pendidikan dan ilmu pengetahuan

harus dilandaskan pada kerja budaya yang di topang oleh nalar sehat;

3 Teologi rasional, sebagai landasan bagi pembaruan dan pembaruan umat yaitu

dimaksudkan untuk mengajak umat Islam agar selalu kritis tatkala hendak

memulai membangun suatu langkah reformatif sekaligus menggagas upaya

pembangunan bangsa;

4 Masyarakat rasional, sebagai landasan bagi aspirasi sosial, politik dan

hubungan antar agama, yaitu dalam hubungan berbangsa hendaklah bersama-

sama memfungsikan nalar untuk duduk bersama saling menghargai baik antar

sesama agama maupun beda agama12.

Lepas dari keadaan yang ada sekarang di dunia Islam, terdapat sejumlah

pemikir muslim di pelbgai negara Islam yang berusaha mengembangkan konsep Islam

yang berbeda yaitu Islam yang tercerahkan, mereka percaya bahwa ideologi Islam

yang ditentukan dari atas tidak mewakili konsep Islam yang sejati, melainkan sesuatu

yang lebih baik jika disebut dengan "ideologi Islam politis".

Para pemikir Islam yang tercerahkan tersebut sedang bekerja membuat metode

baru dan ilmiah dalam menafsirtkan ayat-ayat al Qur'an yang di dasarkan pada prinsip

atau keyakinan bahwa ayat-ayat tersebut pertama-tama harus dibaca dan di tafsirkan

berdasarkan konteks historisnya.

12 Achmad Ghalib, Rekonstruksi Pemikiran Islam, (Jakarta: UIN Jakarta Press,2000) Cet Ke-I, h.52.

Page 20: PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17545/1/MOH JAZULI-FDK.pdfPERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM,

Dengan demikian mereka akan menyadari dan memahami bahwa politik

bukanlah doktrin yang tetap maupun metode yang pasti dalam Islam, selain itu

mereka akan menyadari bahwa peristiwa-peristiwa politik hanyalah peristiwa-

peristiwa manusia karena itu tidak bisa dianggap sebagai sesuatu yang ilahiah.

Sebelumnya peristiwa-peristiwa politik tersebut harus dilihat dan dinilai oleh

masyarakat sipil berdasarkan hak-hak asasi manusia.

Kita berharap bahwa lewat pemikiran yang tercerahkan tersebut demokrasi

akan menjadi tuntutan semua orang Islam dan dengan demikian mereka akan

menyadari bahwa demokrasi merupakan satu-satunya jalan bagi perkembangan dan

kemajuan mereka, dan hanya hanya melalui demokrasi mereka akan menjadi mampu

untuk memerintah dan mengatur diri mereka sendiri13.

Pluralisme

Secara etimologis istilah ini berasal dari dua kata yaitu plural dan isme. Plural

berarti jamak, lebih dari satu, pluralitas dapat berarti keanekaragaman, sehingga

pluralitas merupakan kondisi obyek dalam suatu masyarakat yang terdapat sejumlah

group saling berbeda, baik strata ekonomi, ideologi, keimanan maupun latar belakang

etnis. Sedang isme artinya paham, pemahaman atau memahami.

Dari pengertian ini dapat dipahami bahwa pluralisme adalah paham yang

menyadari suatu kenyataan tentang adanya kemajemukan, keragaman sebagai sebuah

keniscayaan sekaligus ikut secara aktif memberikan makna signifikansinya dalam

konteks pembinaan dan perwujudan kehidupan berbangsa dan bernegara serta

beragama14. Dalam kamus umum bahasa Indonesia, karangan Prof. Dr. Js. Badudu

13 Islam & Barat, Demokrasi dalam Masyarakat Islam, (Jakarta: Fredrich-Naumann-Stiftung (FNS) Indonesia dan Pusat Studi Paramadina, 2002).cet 1, h. 11. 14 Ensklopedi Akidah Islam, (Jakarta: Prenada Media 2003), Cet Ke-1, h. 320.

Page 21: PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17545/1/MOH JAZULI-FDK.pdfPERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM,

dan Prof. Dr. Sultan moh Zain, pluralisme ialah sifat yang menyatakan jamak, seperti

kebudayaan yang tampak pada bangsa Indonesia .

Sedang pluralisme agama berasal dari dua kata pluralisme dan agama. Dalam

bahasa arab, pluralisme diterjemahkan dengan al-ta’addudiyyah al-diniyah dan dalam

bahasa Inggris “religious pluralism”. Oleh karena pluralisme agama ini berasal dari

bahasa Inggris maka untuk mendefinisikannya secara akurat harus menggunakan

kamus bahasa tersebut.

Pluralisme dalam kamus bahasa Inggris mempunyai tiga pengertian. Pertama,

pengertian kegerejaan yaitu orang yang memegang lebih dari satu jabatan dalam

struktur kegerejaan, memegang satu atau lebih secara bersamaan baik bersifat

kegerejaan maupun nonkegerejaan. Kedua, pengertian filosofis berarti sistem

pemikiran yang mengakui adanya landasan pemikiran mendasar yang lebih dari satu.

Sedangkan ketiga, pengertian sosiopolitis ialah suatu sistem yang mengakui

koeksistensi keragaman kelompok baik yang bercorak ras, suku, aliran maupun partai

dengan tetap menjunjung tinggi aspek-aspek perbedaan yang sangat karakteristik

diantara kelompok-kelompok tersebut.

Ketiga pengertian tersebut dapat disederhanakan dalam satu makna yaitu,

koeksistensinya berbagai kelompok atau keyakinan disatu waktu dengan tetap

terpeliharanya perbedaan-perbedaan dan karakteristik masing-masing.

Dalam the encyclopedia of religion, Jhon Hick menjelaskan bahwa, pluralisme

adalah sikap keagamaan antitesa dari eksklusivisme. Eksklusivisme ialah suatu

pandangan bahwa hanya keyakinananya saja yang paling benar, yang lainnya tidak.

Page 22: PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17545/1/MOH JAZULI-FDK.pdfPERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM,

Misalnya doktrin gereja katolik yang berbunyi extra eccesia nulla salus yang artinya

diluar gereja tidak ada keselamatan15.

Sedang eksklusifisme ialah suatu pandangan bahwa agama saya dan agama

anda benar walaupun berbeda formalitasnya. Agama lain dianggap baik dalam

kategori kebenaran dalam agama saya, misalnya pandangan Karl Rahner bahwa setiap

kristiani adalah muslim universal16. Sebagaimana eksklusivisme pluralisme ialah

suatu pandangan bahwa agama ajaran apapun yang mengajarkan kebenaran yang

sejati dianggap sama dengan jalan keselamatan17. Jadi pluralisme adalah suatu cara

untuk melihat dan memberikan nilai p bositif dan oktimis terhadap kemajemukan itu

sendiri, menerima perbedaan sebagai sebuah realitas yang tak dipungkiri18.

Pluralisme tidak dapat difahami hanya dengan mengatakan bahwa masyarakat

kita majemuk, beraneka ragam, terdiri dari berbagai suku dan agama yang justru

hanya menggambarkan kesan fregmentasi bukan pluralisme, pluralisme juga tidak

boleh difahami sekedar sebagai “kebaikan negatif” (negatif good) hanya ditilik dari

kegunaanya untuk menyingkirkan fanatisme (to keep fanaticm at bay). Pluralisme

harus difahami sebagai pertalian sejati kebinekaan dalam ikatan-ikatan keadaban

(genuine engagement of difertices within the bond of civility). Bahkan pluralisme

adalah juga suatu keharusan bagi keselamatan umat manusia antara lain melalui

mekanisme pengawasan dan merupakan salah satu wujud kemurahan tuhan yang

melimpah kepada umat manusia19.

15 Mercia Eliade (ed), The Encyclopedia or Religion, (New York: Macmillan Library Reference USA,1993), h. 331. 16 Ibid. h. 331-332 17 Ibid. h. 332 18 Nur Cholish Madjid, Islam Doktrin dan Agama, h. 296 19 Budy Munawar Rachman, Islam Pluralis, Wacana Kesetaraan Kaum Beriman, (Jakarta, Paramadina, 2002) Cet Ke-1, h. 31

Page 23: PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17545/1/MOH JAZULI-FDK.pdfPERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM,

Menurut Alwi Shihab sikap pluralisme sangat mendorong dalam rangka

berdialog untuk terciptanya kerukunan antar umat beragama, ada beberapa konsep

pluralisme yang dikemukakan oleh Alwi Shihab:

Pertama, pluralisme bukan hanya kemajemukan semata, namun melibatkan

diri (keterlibatan aktif) terhadap kemajemukan itu sendiri, kemajemukan bisa dilihat

diberbagai macam tempat, pasar, kantor, sekolah dan lainnya.

Kedua, pluralisme harus dibedakan dengan kosmopolitanisme.

Kosmopolitanisme merujuk kepada suatu realita di mana aneka ragam agama, ras,

hidup berdampingan disuatu lokasi, ialah suatu contoh kota new york, dikota ini

terdapat umat yahudi, Kristen, muslim hindu, budha, sampai orang yang tak

beragamapun ada, karena kota ini kosmopolit seakan seluruh penduduk dunia

terwakili disini, namun interaksi antar agama sangat minim, itupun kalau ada.

Ketiga, konsep pluralisme harus dibedakan dengan relativisme, seorang

relativis akan beranggapan bahwa hal-hal yang berkaitan dengan kebenaran atau nilai-

nilai ditentukan oleh pola pikir mereka. Sebagai contoh, kebenaran dan keyakinan

yang di yakini oleh bangsa Eropa bahwa Colombus menemukan Amerika adalah

sama benarnya dengan keyakinan penduduk asli benua tersebut, bahwa Colombus

mencaplok Amerika.

Keempat, pluralisme bukan sinkretisme, yakni memedukan dua ajaran atau

lebih menjadi satu. Karena kita sudah menjumpai dari dulu hingga sekarang

perapaduan keyakinan atau agama. Contoh, New Age Religion (agama masa kini)

perpaduan yoga Hindu, meditasi Budha, tasawuf Islam dan mistik Kristen20.

Dari beberapa bahasan diatas maka terdapat kesimpulan; pertama, bahwa

pluralisme merupakan sebuah pemahaman keberbedaan sekaligus dalam arti

20 Alwi Shihab, Islam Inklusif (Menuju Sikap Terbuka dalam Beragama), (Bandung; Mizan, 1999), h. 41

Page 24: PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17545/1/MOH JAZULI-FDK.pdfPERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM,

kemajemukan, menjalani kehidupan bersama dalam kesadaran akan sikap saling

menghargai, menghormati dan memahami berbagai perbedaan baik suku, ras agama

bahkan kehidupan sosial politik.

Kedua, pluralisme sedikitnya memiliki tiga unsur yang menjadi bagian

adanya berjalannya pluralisme yaitu

1 Adanya dialog, yaitu dialog antar agama, aliran dan keyakinan yang berbeda;

2 Penilaian positif. yaitu menilai baik terhadap berbagai kemajemukan yang ada,

dan

3 Menerima perbedaan.

Demokrasi

Pengertian demokrasi. Secara etimologis demokrasi terdiri dari dua kata yang

berasal dari bahasa yunani yaitu “demos“ yang berarti rakyat atau penduduk suatu

tempat dan “cratein” atau ”cratos” yang berarti kekuasaan atau kedaulatan. Jadi

secara bahasa demokrasi berarti keadaan negara dimana dalam sistem

pemerintahannya kedaulatan berada ditangan rakyat, kekuasaan tinggi berada di

tangan rakyat dan di jalankan oleh rakyat yang bertujuan untuk melindungi hak

maupun kedaulatan rakyat itu sendiri

Sementara itu pengertian demokrasi secara istilah yang dikemukakan para ahli

sebagai berikut

a. Menurut Joseph A. Schmitter, demokrasi merupakan suatu perencanaan

institusional untuk mencapai keputusan politik dimana individu-individu

memperoleh kekuasaan untuk memutuskan cara perjuangan kompetitif atas

suara rakyat.

Page 25: PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17545/1/MOH JAZULI-FDK.pdfPERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM,

b. Sidney Hook berpendapat demokrasi ialah bentuk pemerintahan dimana

keputusan-keputussan pemerintah yang penting secara langsung maupun tidak

langsung didasarkan pada kesepakatan mayoritas yang diberikan secara bebas

dari rakyat dewasa.

c. Pilippe C. Schmitter dan Terry Lynn Karl menyatakan demokrasi sebagai

suatu sistem pemerintahan dimana pemerintah dimintai tanggung jawab atas

tindakan-tindakan mereka di wilayah publik oleh warga negara yang bertindak

secara tidak langsung melalui kompetisi dan kerjasama dengan para wakil

mereka yang telah terpilih.

d. Hendry B. Moyp menyatakan demokrasi sebagai suatu sistem yang

menunjukan bahwa kebijakan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh

wakil-wakil yang diawasi secara aktif oleh rakyat pada pemilihan-pemilihan

berkala yang didasarkan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi

oleh masyarakat oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan berkala yang

didasarkan pada persamaan prinsip persamaan politik dan diselenggarakan

dalam susasana terjaminnya kebebasan politik. Affan Gaffar (2000) memaknai

demokrasi dalam dua bentuk, yaitu pemaknaan secara normatif (demokrasi

normatif) yaitu demokrasi yang secara ideal hendak dilakukan oleh sebuah

negara. Dan secara empirik (demokrasi empirik) yaitu demokrasi dalam

perwujudannya pada politik praktis21.

Dalam hubungannya dengan Islam, perdebatan (diskursus) dan wacana antara

hubungan antara Islam dan demokrasi sebagaima diakui oleh Mun’im A. Sirry masih

menjadi perdebatan dan wacana yang menarik dan belum tuntas. Berdasarkan

pemetaan yang dikembangkan oleh John L. Esposito dan James P. Picatory (Sukron

21 Tim ICCE UIN Jakarta, Pendidikan Kewarganegaraan (Civic society) demokrasi, Hak Asasi Manusia & Masayrakat Madani, (Jakarta, ICCE UIN Jakarta, 2003), Cet Ke-1

Page 26: PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17545/1/MOH JAZULI-FDK.pdfPERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM,

Kamil, 2002) secara umum dapat dikelompokan dalam tiga kelompok pemikiran

(Mun’im A.Sirry):

a) Pertama, Islam dan demokrasi ialah dua sistem politik yang berbeda. Islam

tidak bisa disubordinatkan dengan demokrasi. Islam adalah sistem politik yang

self sufficient. Hubungan keduanya bersifat mutually exclusive. Islam

dipandang sebagai sistem politik alternatif terhadap demokrasi. Islam berbeda

dengan demokrasi, apabila demokrasi didefinisikan secara prosedural seperti

difahami dan dipraktikan dinegara-negara maju (barat), sedang Islam

merupakan sistem politik demokratis. Kalau demokrasi didefinisikan secara

substantif, yaitu keaulatan berada ditangan rakyat dan negara merupakan

terjemahan dari kedaulatan rakyat.

b) Ketiga, Islam adalah sistem nilai yang membenarkan dan mendukung sistem

politik demokrasi seperti yang dipraktikan negara-negara maju. Di Indonesia

pandangan yang ketiga tampaknya lebih dominan karena demokrasi sudah

menjadi bagian integral sistem pemerintahan Indonesia dan negara-negara

muslim lainnya. Di antara tokoh dalam kelompok ini Fahmi Huwaidi, al-

Aqqad, M.Husain Haikal, Zakaria Abdul Mun’im, Robert N. Bellah dan

sebagainya. Di Indonesia diwakili oleh Nurcholish Madjid (Cak Nur), Amin

Rais, Munawir Syadali, A. Syafii Maarif dan Abdurrahman Wahid.

Ada beberapa alasan teoritis yang bisa menjelaskan tentang lambannya

pertumbuhan dan perkembangan demokrasi (demokratisasi) di dunia Islam:

a) Pertama, pemahaman doktrinal menghambat praktek demokrasi, teori ini

dikembangkan oleh Elie Khudorie bahwa gagasan demokrasi masih cukup

asing dalam mind-set Islam. Hal ini dikarenakan kebanyakan kaum muslim

Page 27: PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17545/1/MOH JAZULI-FDK.pdfPERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM,

yang cenderung memahami demokrasi sebagai sesuatu yang bertentangan

dengan Islam.

b) Kedua, persoalan kultur, demokrasi sebenarnya telah dicoba di negara-negara

muslim sejak paruh pertama abad duapuluh tapi gagal, tampaknya ia tidak

akan sukses pada masa-masa mendatang, karena warisan kultural masyarakat

(komunitas) muslim sudah terbiasa dengan otokritasi dan ketaatan pasif, teori

ini dikembangkan oleh Bernard Lewis dan ‘Ajami. Karena itu langkah yang

harus ditempuh adalah penjelasan cultural mengapa demokrasi tumbuh subur

di Eropa, tetapi didunia Islam malah otoritarianisme yang tumbuh dan

berkembang.

c) Ketiga, lambannya pertumbuhan demokrasi di dunia Islam tak ada hubungan

dengan teologi maupun kultur, melainkan terkait dengan sifat alamiah

demokrasi itu sendiri. Untuk membangun demokrasi diperlukan kesungguhan,

kesabaran dan diatas segalanya adalah waktu. John L. Esposito dan O. Voll

adalah tokoh yang tetap optimis terhadap massa depan demokrasi.22

Masalahnya, seperti dikatakan oleh Munawir Sadzali, apakah Islam

memberikan pedoman mengenai negara dan pemerintahan? Soal pemilihan dan

suksesi kepala negara, tidak ada petunjuknya dalam Al Quran maupun sunah Nabi.

Bahkan, menurut Dr Qomaruddin Khan, tidak ada istilah dalam al-Qur’an yang

merupakan padanan “negara” atau “pemerintah”.

Kata al daulah, yang biasa dikutip sebagai istilah untuk negara, bukan istilah

al-Quran, melainkan para ahli fikih. Yang ada hanya petunjuk-petunjuk normatif yang

bisa saja dijadikan landasan teoretis mengenai negara, misalnya keadilan, prinsip

amanah, musyawarah, dan semacamnya.

22 Ibid.

Page 28: PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17545/1/MOH JAZULI-FDK.pdfPERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM,

Kehidupan demokrasi tidak akan lepas dari terpenuhinya unsur-unsur

demokrasi sendiri yang diantaranya adalah HAM, di mana di dalamnya terdapat

jaminan kebebasan berfikir, berargumen serta mengemukakan pendapat seperti halnya

jaminan akan kebebasan berkeyakinan. Secara lahiriah kebebasan ini dapat

meminimalisir hegemoni kekuasaan dan tekanan-tekanan situasional maupun

kondisional, yang dapat mengurangi kenyamanan individu dan kelompok dalam

dominasi mayoritas.

Bila membahas demokrasi maka akan ditemukan infrastruktur demokrasi,

adapun infrastruktur tersebut ada tiga macam yaitu:

1 Kedaulatan rakyat

2 Kepastian dan keadilan hukum

3 Budaya demokrasi.

Budaya demokrasi menempati posisi yang strategis bagi infrastruktur

demokrasi yang normal tentunya disamping kedaulatan rakyat dan kepastian keadilan

hukum. 23.

Dalam kehidupan bermasyarakat, seringkali kelompok mayoritas tidak

menghomati perbedaan yang mengkibatkan pemasunganhak-hak warga negara,

mungkin dapat dikarenakan kekhawatiran perubahan kemapanan yang ada pada dan

menguntungkan pihak mayoritas, bahkan gejala ini akan berlanjut pada pencegahan

atas berbagai perbedaan yang dan akan muncul.

Karena itu kebebasan berfikir, berargumen serta mengemukaan pendapat

berkaitan erat dan tidak terpisahkan dengan konsep pluralisme sebagai konsekwensi

logis sistem demokrasi.

23 Azwir Dainy Tara, Peran Pengusaha Dalam Membangun Demokrasi, (Jakarta: Nuansa Madani, 2002), Cet Ke-1, h. 114.

Page 29: PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17545/1/MOH JAZULI-FDK.pdfPERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM,

Pada pemikiran seperti inilah kita dapat melihat pentingnya sesuatu atau

seseorang atau sebuah lembaga untuk mengawal proses demokrasi yang menjunjung

kebebasan berfikir dan pluralisme sebagai bagian penting kehidupan bermasyarakat

maupun bernegara.

Page 30: PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17545/1/MOH JAZULI-FDK.pdfPERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM,

BAB III

SEKILAS TENTANG WAHID INSTITUT

A. LATAR BELAKANG LEMBAGA WAHID INSTITUT

Nama lengkap Lembaga adalah Yayasan Lembaga Wahid Institut atau sering

disebut dengan The Wahid Institute yang secara resmi diluncurkan pada 7 September

2004 di Ballroom Hotel Four Seasons, Kuningan, Jakarta. Sedang alamat kantor

lembaga tepatnya berada di Jl. Taman Amir Hamzah No 8 Matraman Jakarta Timur.

Meski demikian pergulatan ide, penyelenggaraan kegiatan dan pengurusan legalitas

formal untuk pendirian The Wahid Intitute telah dirintis satu tahun sebelumnya yang

digagas oleh:

a. K.H. Abdurrahman Wahid

b. Dr. Gregorius Barton

c. Yenny Zanuba Wahid, dan

d. Ahmad Suaedy

Situasi dunia yang terus menerus diwarnai kekerasan dan ketegangan serta

fenomena terorisme dengan apapun alasan belakangnya, dari hal ini mengharuskan

diupayakannya usaha-usaha bersama berupa dialog dan kerjasama antar bangsa dan

kelompok tanpa membedakan suku bangsa, agama, etnis dan sebagainya.

The Wahid Institut lahir di inspirasi oleh kebutuhan semua komponen

masyarakat khususnya Islam untuk terlibat dalam upaya mencari jalan keluar bagi

persoalan tentang situasi dunia yang terus menerus diwarnai kekerasan dan

ketegangan serta fenomena terorisme dengan berbagai alasan di belakangnya, dari hal

ini mengharuskan diupayakannya usaha-usaha bersama diantaranya berupa dialog dan

23

Page 31: PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17545/1/MOH JAZULI-FDK.pdfPERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM,

kerjasama antar bangsa serta kelompok tanpa membedakan suku bangsa, agama, etnis

dan sebagainya.

Sejak sebelum menjadi presiden dan membentuk partai, Gus Dur selalu

bercita-cita bagaimana di Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam ini

mempunyai sumbangan yang lebih kongkrit terhadap kepemimpinan di dunia di

dalam proses dialog peradaban. Seperti yang di ungkapkan Ketua PP Muhamadiyah

dan Ketua Yayasan Al-Mauun apa yang di sampaikan Gus Dur saat itu, "kang nanti

saya di Ciganjur ini akan buat pusat study Asia Tenggara, sampeyan, mas Habib

Chirzin tinggal di sini, nanti kita beli tanah di sini dan kita tinggal bersama".

Pusat study Asia Tenggara itulah yang di cita-citakan Gus Dur bahwa

disanalah nanti tokoh-tokoh Islam yang kemudian punya pemikiran masa depan bisa

bertemu, berkumpul kemudian membuat Indonesia sebagai simpul dinamika agama di

Asia Tenggara.

Dari hal di atas kami menemukan sebuah landasan yang kokoh dalam cita-cita

komitmen dan prisip-prinsip intelektual dari K.H. Abdurrahman Wahid diantaranya

untuk mencapai tujuan tersebut, yaitu sebuah tatanan masyarakat yang adil dan

demokratis serta memperlakukan seseorang secara setara.

Semua itu tantangan yang besar dan berat dan Wahid Institut ingin mengambil

peran untuk memperkuat civil Islam dalam mewujudkan perubahan sosial,

pembaharuan dan pemikiran keagamaan, tentunya tanpa meninggalkan warisan

(turats) pemikiran dan kebudayaan, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

B. VISI DAN MISI

Berdirinya Wahid Institut bertujuan mewujudkan prinsip-prinsip dan cita-cita

intelektual Gus Dur untuk membangun pemikiran Islam moderat, Yang mendorong

Page 32: PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17545/1/MOH JAZULI-FDK.pdfPERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM,

terciptanya demokrasi, pluralisme agama, multikulturalisme dan toleransi dikalangan

kaum muslim di Indonesia dan seluruh dunia.

Wahid Institut mengemban komitmen menyebarkan gagasan Islam progresif

yang mengedepankan toleransi dan saling pengertian dalam masyarakat dunia Islam

maupun barat. Wahid Institut juga membangun dialog di antara pemimpin agama-

agama dan tokoh-tokoh politik di dunia Islam dan barat.

C. PROGRAM-PROGRAM WAHID INSTITUT

a. Kampanye Pemikiran Islam, Demokrasi dan Pluralisme

Dengan jalan memfasilitasi komunikasi dan kerjasama antara intelektual

muslim dengan non muslim yang berminat terhadap perkembangan Islam masyarakat

muslim, agama-agama dan kepercayaan, Wahid Institut membuat penerbitan website,

menyelenggarakan diskusi dan konferensi, serta merilis briefing tentang Islam dan

isu-isu strategis secara berkala dengan bertujuan memberikan kontribusi lembaga

terhadap isu-isu maupun wacana yang berkembang dalam masyarakat.

Dan dalam realisasinya lembaga melakukan beberapa kegiatan berupa:

b. Capacity-Building untuk Perkembangan Islam Progresif di Indonesia.

Setelah melakukan pemetaan gerakan Islam untuk mendapatkan gambaran

yang lengkap mengenai unsur-unsur terpenting civil Islam di Indonesia, Wahid

Institut telah memiliki database tentang person, kelompok dan gerakan yang

komprehensif. Dan saat ini telah tercipta jaringan para pelaku gerakan, organisasi

maupun individu Islam progresif di sejumlah daerah di Indonesia antara lain, Jakarta,

Cirebon, Yogyakarta, Makasar, Lombok, Padang, Aceh, Salatiga, Solo, Banjarmasin

dan sulawesi Selatan.

Page 33: PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17545/1/MOH JAZULI-FDK.pdfPERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM,

Untuk merealisasikan program ini lembaga menyelenggarakan tindak lanjut

berupa:

1. Forum Refleksi bersama jaringan muslim progresif Indonesia

Program ini dimaksudkan untuk memperkuat komunitas masyarakat

muslim yang menginginkan demokrasi, perdamaian dan keadilan. Melalui

pertemuan antar aktivis dan pemimpin agama Islam di beberapa daerah di

Indonesia. Dengan membangun jaringan-jaringan di seluruh Indonesia.

2. Pendidikan

Dalam program ini Wahid Institut memberi kesempatan kepada generasi muda diseluruh Indonesia yang memiliki pengetahuan cukup mengenai Islam untuk mengikuti belajar bersama selama 5-6 bulan setiap tahun tentang pemikiran dan gerakan muslim progresif. Program ini diadakan melalaui kelas usul fiqih progresif yang dilaksanakan setiap hari jum,at di kantor Wahid Institut

c. Advokasi dan Penguatan Masyarakat Akar Rumput

Sebagai lembaga studi riset dan sekaligus gerakan, maka Wahid Institut tidak membiarkan problem-problem mendasar yang menjadi perhatian banyak masyarakat dan publik tanpa adanya tindak lanjut. Atas dasar program tersebut lembaga mencoba memberikan solusi terhadap peristiwa maupun problem yang terjadi dengan melihat dan terjun langsung dalam masyarakat. Disamping melakukan hal-hal yang terencana dalam jangka panjang yang berkesinambungan lembaga juga tidak melupakan masalah-masalah darurat yang harus dilakukan, sejauh yang bisa dijangkau.24

D. STRUKTUR LEMBAGA WAHID INSTITUT

Lembaga Wahid Institut memiliki susunan struktur pengurus dan SDM

sebagai berikut:

Direktur : Yenny Zannuba Wahid

Direktur eksekutif : Ahmad Suaedy

Manager (general secretary) : Ainun

Program officer publikasi dan media relasi : Gamal ferdhi

Asisten program officer CB,

pendidikan & pemberdayaan masyarakat : M. Subhi

Editor sekaligus reporter : Nurul Huda

Editor English (outsorcs) : Cris Holm

24 Sumber Informasi Dokumen, Lembaga Wahid Institut

Page 34: PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17545/1/MOH JAZULI-FDK.pdfPERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM,

Staf dokumentasi dan IT : Cahya

Staf keuangan dan akaunting : Farid Laily S

Staff administrasi dan sekretaris : Linda Ruyana

Selain susunan yang tersebut diatas, Wahid Institut memiliki SDM non

struktural dalam memenuhi tuntutan kerjanya. Adapun SDM nonstruktural

tersebut adalah:

Advisor : Rumadi dan Muqsith

Ghazali

Translator : Aref Hakim Budiawan

Staff program khusus, Satpam dan Officeboy Outsorces program dan proposal dan

Staff operasional kafe25

E. GARIS BESAR AKTIVITAS, PROGRAM DAN MANAGEMENT WAHID

INSTITUT

1. Aktivitas

Secara garis besar, aktivitas di lembaga Wahid Institut terbagi dalam empat

kegiatan yaitu:

1. Program/ kegiatan

2. Managemet/ kinerja

3. Pengembangan SDM

4. Sarana dan prasarana

2. Program

Dalam aktivitasnya, secara umum lembaga ini menjalankan dua kategori

program, yaitu:

25 Ibid

Page 35: PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17545/1/MOH JAZULI-FDK.pdfPERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM,

1. Program Kerja

Pada kategori ini dalam pelaksanaannya terbagi menjadi 2 divisi yaitu:

a. Divisi publikasi dan media relasi

b. Divisi capacity building, pendidikan dan pemberdayaan,

2. Program Charity.

Program-program charity meliputi dua hal yaitu

a. Kunjungan-kunjungan ke daerah-daerah

b. Memberikan bantuan untuk berbagai lembaga dan relawan-relawan.

2. Manajemen

Dalam mangementnya, Wahid Institut melakukan beberapa kinerja yang

selanjutnya adalah menciptakan profesonalisme kerja di lingkungan Wahid Institut itu

sendiri diantaranya dengan berusaha memberikan job description dan mengadakan

perbaikan serta peningkatan kinerja baik ditingkat managerial, tingkat staf maupun

karyawan.

4. Sarana dan prasarana

Sarana dan prasarana pendukung dalam lembaga ini diantaranya:

a. Kantor permanen, dengan semua fasilitasnya

b. Perlengkapan IT

c. Perlengkapan dokumentasi

d. Internet

e. Indovision

f. Alat-alat peliputan

g. Alat transportasi

h. Ruang training dengan fasilitasnya

i. Kafe dan toko buku dengan perlengkapannya

Page 36: PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17545/1/MOH JAZULI-FDK.pdfPERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM,

j. Mesin fotokopi

k. Ruang file dan perpustakaan

l. Dan lainnya26.

26 Ibid

Page 37: PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17545/1/MOH JAZULI-FDK.pdfPERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM,

BAB IV

A. UPAYA-UPAYA YANG DILAKUKAN WAHID INSTITUT DALAM

MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM, PLURALISME DAN

DEMOKRASI DI INDONESIA

1. Kampanye Pemikiran Islam Progresif dan Pluralisme.

Dalam rangka mendukung sekaligus mengkampanyekan pemikiran Islam

progresif dan pluralisme Wahid Institut mengadakan berbagai kegiatan sebagai

realisasi nyata dalam bingkai perjuangan lembaga yang berwawasan kebangsaan

dengan menjunjung tinggi demokrasi berupa pemberian hak bicara kepada setiap

warganegara, mendorong terciptannya toleransi, kesadaran pentingnya pluralisme

agama-agama dan multikulturalisme. Untuk memperjuangkan hal-hal tersebut

lembaga melakukan gerakan sosial agama dengan gerakan-gerakan nyata secara

konsisten demi terlaksananya visi dan misi program yang di usung Wahid Institut

sendiri. Adapun upaya yang dilakukan lembaga antara lain

a. Peluncuran Website

Sebagai upaya membangun media jaringan komunikasi, Wahid Institut

mengelola dua website dan masing-masing situs tersebut disajikan dalam dua bahasa

yaitu berbahasa Inggris dan Indonesia yang di up-date setiap hari, proses up-date

dimulai pada bulan Januari sampai Desember yaitu http//www.wahidinstitute.org/ dan

http://www.gusdur.net/ dengan beragam rubrik, adapun rincian rubrik tersebut adalah:

a. Home

Merupakan tampilan alamat situs lembaga yang berisi pilihan

pengguanaan situs dengan bahasa Indonesia atau bahasa inggris.

30

Page 38: PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17545/1/MOH JAZULI-FDK.pdfPERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM,

b. Tentang Kami

Dalam rubrik ini di deskripsikan secara singkat tentang lembaga

Wahid Insitut, bagaimana seminar dan peluncuran lembaga yang dapat di

klik didalamnya, latar belakang sejarah, visi-misi, program-program,

pengurus organisasi, termasuk juga alamat dan rekening lembaga.

Keberadaan rubrik ini memberikan perkenalan awal bagi pengguna

web dalam mengakses situs tersebut, sehingga pengunjung secara umum

mengetahui garis besar keberadaan maupun gambaran aktivitas serta

program lembaga

c. Berita dan Agenda

Rubrik berita dan agenda merupakan bagian penting bagi para

pengunjung situs lembaga, di mana pengguna dapat membaca dan

mengetahui berbagai aktivitas maupun kegiatan-kegiatan apa saja yang

telah dan sedang di lakukan oleh lemabaga.

Rubrik ini berguna bagi peneliti maupun kolega yang ingin

mengetahiu detail perjuangan, gerakan dan upaya-upaya berkaitan dengan

program lembaga, yang menitik beratkan perjuangan tersebut pada berita-

berita dan apa yang terjadi di sekitar lembaga.

d. Aktivitas

Berkenaan dengan aktivitas lembaga dalam rubrik ini, penggunjung

dapat mengetahui informasi-informasi penting pada lembaga, di mana

diantara aktivitas-aktivitas tersebut tersirat apa garis besar kegiatan

lembaga, sehingga penguna, peneliti maupun kolega dapat melihat dan

dapat menilai peran apa yang dilakukan oleh lembaga dalam rangka

menerjemahkan komitmen Gus Dur di Indonesia maupun dunia

Page 39: PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17545/1/MOH JAZULI-FDK.pdfPERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM,

internasional. Bagaimana sepak terjang yang telah dilakukan dan gigihnya

lembaga membela komitmen tersebut

e. Opini

Pada rubrik ini pengguna dapat membaca opini-opini yang berkaitan

dengan pemikiran Islam, pluralisme dan demokrasi yang sedang di usung

Wahid Institut, diharapkan penguna dapat mengetahui bagaimana

masyarakat harus memahami masalah dan isu-isu yang tumbuh di tengah

mereka..

Masyarakat kadang melihat sebuah masalah pada kondisi yang dhahir

saja, sehingga esensi masalah sesungguhnya menjadi kabur.. Penyebaran

infirmasi opini ini dapat memberikan arti dan alternatif-alternatif baru

terhadap isu-isu yang sedang berkembang.

Serta bagaimana opini versi lembaga menanggapi berbagai hal maupun

wacana yang muncul. Seperti opini tentang bagaimana Solusi terhadap

Masalah Jamaah Ahmadiyah oleh Johan Effendi yang di tulis di Tempo,

12 januari 2008.

f. Buku

Rubrik buku ini memberikan informasi buku-buku yang di terbitkan

oleh lembaga sendiri maupun hasil kerjasama dengan penerbit lain lengkap

dengan resensinya. Lembaga berhasil menerbitkan beberapa buku

diantaranya buku Islamku, Islam anda dan Islam semua, karya

Abdurrahman Wahid, Gus Dur Memilih Kebenaran daripada Kekuasaan,

Wawancara dengan KH. Syarif Utsman yahya, Islam Kosmopolitan, karya

KH. Abdurrahman Wahid, Dua Wajah Islam: Moderatisme Vs

Page 40: PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17545/1/MOH JAZULI-FDK.pdfPERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM,

Fundamentalisme dalam Wacana Global, Karya Stephen Sualaiman

Schwartz.dan buku-buku lainnya.

Juga buku berjudul Politisasi Agama dan Konflik Komunal: Beberapa

Isu Penting di Indonesia, Karya Ahamad Suaedy dkk.

Adapun buku yang ditulis Suaedy dkk menginformasikan bahwa

keterbukaan dan kebebasan berekspresi tak selamanya menjadi garansi

bagi terwujudnya sikap saling menghormati. Ancaman kebebasaan

beragama atau berkeyakinannya, terus hadir hilir mudik di depan mata.

Gelombag penyesatan atas kelompok agama atau keyakinan yang

dianggap berbeda, terus terjadi tiada henti. Konflik komunal terus

berlangsung . isu kristenisasi juga tak kunjung pudar.

g. Jaringan

Pada rubrik ini lembaga menampilkan beberapa jaringan dari lembaga

dalam melaksanakan aktivitas dan merealisasikan visi dan misi lembaga

masing-masing. Pada rubrik ini terdaftar LSM serta organisasi tersebut

lengkap dengan alamat dan yang berkaitan dengannya.

Di antara jaringan lembaga tersebut ialah Lembaga Kajian untuk

Transformasi Sosial (LKTS), Lemabaga Studi Kemanusiaan (LenSA),

Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LkiS ), Desantara-Institut For Cultural

Studies dan lembaga-lembaga lainnya.

h. gusdur.net.

Rubrik ini merupakan akses khusus bagi para pengguna

http://www.wahidinstitute.org/ yang ingin melihat situs kedua lembaga

yaitu http://www.gusdur.net/.

Page 41: PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17545/1/MOH JAZULI-FDK.pdfPERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM,

Misi pendirian lembaga diantaranya ialah mengimplementasikan

komitmen-komitmen Gus Dur, oleh karenanya penting kiranya penguna

situs, maupun para kolega mengetahui secara utuh program, isu maupun

wacana yang diangkat oleh lembaga dan pemikiran-pemikiran dari Gus

Dur.

Adapun situs http;//www.gusdur.net/ berisi rubrik: Editorial, Kolom,

Pemikiran Gus Gur, Biografi Gus dur, Gus Dur yang saya kenal, Anekdot,

dan Alamat klik situs Wahid Institut27.

Dari monitoring yang dilakukan keredaksian situs-situs ini di peroleh

kesimpulan bahwa ada indikasi peningkatan minat yang cukup signifikan terhadap

perkembangan wacana dan program yang ada dalam wahid Institut informasi dan

berita Gus Dur, hal ini terlihat dari data yang ada pada lembaga periode Januari-

Desember 2005, tercatat pengunjung situs www.gusdur.net sebanyak 180.691 unit pc,

sedang www.wahidinstitut.org tercatat 16.01428. Dari jumlah rubrik yang di minati

dapat dijadikan parameter karakteristik pengunjung masing-masing situs ini. Pada 10

Desember 2007 penulis mencoba membuka situs www. Gusdur.net dan tercatat

sebagai pengunjung situs yang ke 999.999. Dari data-data ini terdapat Indikasi yang

membuktikan keberhasilan penggunaan media situs ini terhadap visi dan misi yang

ada.

b. Suplemen di Majalah

Wahid Institut bekerjasama dengan majalah GATRA, menerbitkan suplemen-

suplemen. Suplemen ini diterbitkan dalam kolom-kolom majalah seperti GATRA

yang diterbitkan secara berkala di akhir bulan pada setiap penerbitan suplemen

dengan tema-tema pilihan pada tahun 2005.

27 http : / / www.wahidinstitut.org/ 28 Arsip The Wahid Institut, laporan tahunan periode 2005

Page 42: PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17545/1/MOH JAZULI-FDK.pdfPERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM,

Kerjasama dalam penerbitan suplemen Wahid Institut pada tahun berikutnya

yaitu 2006 di fokuskan di majalah TEMPO yang beroplah 120.000 eks. Tema berkisar

pada misi Wahid Institut menyebarkan Islam yang damai dan plural dengan isinya

seputar bagaimana masyarakat menjalani kehidupan dalam pluralitas melalui atau

mencoba alternatif-alternatif yang efektif dalam rangka kehidupan yang damai jauh

dari tindak-tindak kekerasan. Tercermin tersebut terlihat seperti petikan penerbitan

suplemen Wahid Institut IV/ Tempo, edisi 29 Januari - 4 Februari 2007 bertema

Hijrah dari Kekerasan.

Kekerasan atas nama agama belum juga reda.namun banyak fakta, para pelakunya kini hijrah menjadi penyeru perdamaian dan Islam toleran, bukan hanya di Indonesia tapi juga di dunia Arab. Dan karena respon pembaca yang luar biasa, setelah menerbitkan 12 edisi,

suplemen diperpanjang enam edisi. Kini, pada edisi ke-13 menampilkan dakwah

Islam yang damai melalui radio swasta dan radio komunitas29 dari gejala ini

setidaknya kita dapat melihat indikasi dan sedikit dari keberhasilan penggunaan media

tersebut oleh lembaga.

Kebutuhan pengetahuan walaupun ringan apabila kemas dengan apik akan

menghasilkan pengetahuan yang bermanfaat bahkan dapat sama dan lebih mengena

dibandingkan dengan suguhan wacana-wacana aktual dan berat. Kadang sebuah

pengetahuan terlewati begitu saja karena di pandang soal mudah padahal anggapan

mudah ini bisa menjerumuskan orang itu sendiri. Keberadaan suplemen

mengetengahkan nilai bantu pengetahuan-pengetahuan umum yang dapat dinikmati

dan di cermati sebagai informasi-informasi baru.

29 Wahid Institut, Nawala, The Wahid Institut seeding Plural and Peaceful Islam. No 3, Juli-Oktober 2007, h.8

Page 43: PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17545/1/MOH JAZULI-FDK.pdfPERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM,

c. Buletin

Manajemen Wahid Institut menerbitkan kajian-kajian dan tema-tema yang

berkaitan dengan programnya dalam bentuk media cetak berupa bulletin. Penerbitan

ini disosialisaikan berkala setiap bulan untuk memberikan wawasan kepada

masyarakat akan pentingnya pengetahuan pada berbagai isu yang sedang berkembang

Buletin bertema Agama dan Keyakinan dalam R-KUHP yang dari awal terbit

bulan Mei sampai Februari mengulas Jaminan Kebebasan Beragama di Indonesia

pada pasal 28e ayat 1dan pasal 29 ayat 1 UUD 1945, pasal 8 dan 22 UU No. 39 Tahun

1999 Tentang HAM, terutama 156a KUHP yang selengkapnya berbunyi : "Di pidana

dengan pidanan penjara selama-lamanya lima tahun barang siapa dengan sengaja

dimuka umum mengeluarkan perasaaan atau melakukan perbuatan: a. yang

pokoknya bersifat permusuhan, penyalahgunaan atau penodaan terhadap suatu

agama yang dianut di Indonesia; b. dengan maksud agar supaya orang tidak

menganut agama apapun juga, yang bersendikan ketuhanan Yang Maha Esa."

Pasal 156a, dalam praktiknya memang menjadi semacam peluru yang

mengancam daripada melindungi warga negara. Ancaman itu terutama bila digunakan

oleh kekuatan yang anti demokrasi dan pluralisme, sehingga orang dengan mudah

menuduh orang lain telah melakukan penodaan agama30.

Bentuk peran media ini berupa manivestasi-manivestasi dengan berbagai

variasi-variasi pemikiran bagi para pembaca terhadap wacana yang di perlukan untuk

membangun pluralisme dan demokrasi yang sudah terlampai oleh tindakan maupun

pemahaman yang tergejala doktrin konservatisme dan inkonstitutsionalisasi

kelembagaan negara. Sehingga dari tulisan-tulisan ini terdapat harapan akan adanya

30 Tim Wahid Institut, Buletin The Wahid institute, Agama dan Keyakinan dalam R-KUHP, .(jakarta: Penerbit Wahid Institut No 2/ Juni 2006).h. 2

Page 44: PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17545/1/MOH JAZULI-FDK.pdfPERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM,

pemahaman-pemahaman dan perilaku-perilaku baru dalam masyarakat secara umum

maupun khusus.

d. Newsletter

Selain bulletin, Wahid Institut menerbitkan newsletter, kegiatan ini bertujuan

untuk membahas berbagai masalah dalam masyarakat yang berkaitan dengan program

Wahid Institut berupa wacana demokrasi, pluralisme maupun pemikiran Islam.

Ada dua Newsletter yang diterbitkan lembaga yaitu Nawala yang terbit empat

bulanan sebanuya enam edisi dengan tema seputara Legislasai,. Pluralisme dan

pilkada, nawala yang terbit terakhir menyoal FKUB yang "direkayasa" untuk

merukunkan umat beragama. Sedang majalah Warta terbit tiap bulan edisi 1 sampai 4

dari bulan Juni sampai desember. Termasuk yang menjadi tujuan penerbitan

newsletter ini adalah menyebarkan isu dan program pemantauan pluralisme terebut.

Penerbitan ini bersifat aksidental, dalam artian kegiatan ini merupakan upaya

untuk menanggapi beberapa hal-hal, isu-isu, maupun problem yang terjadi dan

berkembang di masyarakat atau hal yang berkaitan dengan program lembaga Wahid

Institut.

e. Indeks pelanggaran pluralisme

Indeks pelanggaran pluralisme ini diadakan berkenaan dengan berbagai

masalah-masalah yang terjadi di Indonesia dengan tujuan meminimalisir pengaruh

negatif berbagai isu-isu, memberikan kritik, pesan-pesan, maupun saran-saran

terhadap masyarakat serta ikut menawarkan solusi-solusi alternatif yang dapat

digunakan dalam rangka menanggapi berbagai perkembangan suatu kejadian berupa

kegiatan memberikan penjelasan secara langsung kepada khalayak semisal program

pemantauan plurlisme dan legislasi (pluralism and legislation watch program) yang

Page 45: PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17545/1/MOH JAZULI-FDK.pdfPERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM,

diselenggarakan Wahid Institut bekerjasama dengan the Asia Fondation dari Mei

2006 sampai Oktober 2007.

Dalam rangka pemanauan tersebut Wahid Institut dan mitra selama tahun

terakhir itu melakukan serangkaian kegiatan konsultasi publik di enam daerah, yakni

NAD, Jawa Timur, Makasar, DIY, Jawa Barat, dan Jakarta.

f. Penerbitan buku

Dalam upaya meningkatkan pengetahuan wawasan masyarakat, Wahid Institut

ikut andil dalam perkembangan khazanah wacana di Indonesia. Hal tersebut

dilakukan dengan kegiatan dalam bentuk penerbitkan buku-buku ilmiah khususnya

dari karya tulis KH. Abdurrahman Wahid seperti buku yang berjudul Islam

Kosmopolitan yang tampaknya Gus Dur hendak mengatakan berbagai peristiwa

sosial, politik dan budaya yang menyisakan konflik harus didekati dengan kacamata

sosiologis dan pengertian yang bijak. Bukan malah memeposisikan agama sebagai

alternatif yang justru akan melemahkan fungsi agama dalam ranah sosial. Islam

haruslah tetap berperan dalam penegakan msalah-masalah kemanusiaan. Islam pernah

mencapai titik twertinggi dalam peradaban manusia, justru ketika ia memberikan

kebebasan kepada semua orang untuk berekspresi dan berkreasi. Hanya dengan cara

yang sama, menulis, berargumentasi ,orang boleh berbeda tapi tidak boleh dengan

kekerasan apalagi penindasan.

Buku karya lain Abdurrahman Wahid seperti buku Islam ku, Islam anda, dan

Islam kita yang mengulas berbagai dinamika sosial politik Indonesia dan dunia Islam

mutakhir juga penulis-penulis lain; seperti kala MUI jadi penjara yang

mengetengahkan kumpulan tokoh muslim Indonesia dalam menyikapi fatwa-fatwa

yang dikeluarkan MUI tentang haramnya pluralisme, liberalisme dan sekulerisme,

Page 46: PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17545/1/MOH JAZULI-FDK.pdfPERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM,

serta mendirikan penerbitan buku dari hasil kerjasama dengan penerbit lain seperti

Lib Forall, Blantika, LKiS, majalah GATRA, Asia Fondation, dll.

Contoh Kasus Aliran Sesat

Dalam beberapa tahun ini masyarakat Indonesia diramaikan dengan fenomena

fatwa penyesatan terhadap berbagai aliran dan kelompok terutama oleh MUI sebagai

organisasi yang mengatasnamakan diri sebagai lembaga atau representasi dari

masyarakat Indonesia, sehingga MUI baik pusat dan daerah muncul seolah-olah ingin

menunjukan dirinya sebagai kekuatan yang dianggap paling otoritatif untuk

menentukan sesat tidaknya sebuah aliran keagamaan. Hal ini di perparah dengan

keikutsertaan berbagai kelompok fundamentalis yang dengan mudah mengklaim sesat

terhadap berbagai kelompok ajaran Islam lain. Fatwa penyesatan dan pengharaman

terhadap beberapa aliran pemikiran ini menjadi polemik yang semakin ramai karena

berimbas pada terjadinya tindak anarkis di mana-mana dengan pembakaran masjid,

mushalla, rumah, mobil bahkan jatuhnya korban jiwa tanpa ada tindakan nyata dari

pemerintah atau aparat yang berwajib.

Tindakan anarkis yang marak, relatif lama dan selalu ramai di Indonesia

adalah penyesatan terhadap aliran Ahmadiyah

Pada 6 November 2007 MUI merilis sepuluh pedoman untuk mendeteksi

aliran sesat. Seseorang atau sekelompok orang akan dapat dengan mudah dianggap

sesat jika mengingkari salah satu poin tersebut. Sepuluh pedoman itu yaitu; pertama,

mengingkari salah satu rukun iman yag enam; kedua, meyakini dan atau mengingkari

akidah yag tidak sesuai dengan al-Quran dan sunnah; ketiga, meyakini turunnya

wahyu setelah al-Quran; keempat, mengingkari otentisistas dan atau kebenaran al-

Quran; kelima, melakukan penafsiran al-Quran yang tak berdasarkan kaidah-kaidah

Page 47: PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17545/1/MOH JAZULI-FDK.pdfPERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM,

tafsir; keenam, mengingkari kedudukan hadist nabi sebagai sumber ajaran Islam;

ketujuh, meghina, melecehkan dan atau merendahkanpara nabi dan rasul; kedelapan,

mengingkari nabi Muhammad sebagai nabi dan rasul terakhir; kesembilan, mengubah,

menambah atau mengurangi pokok-pokok ibadah yag telah di tetapkan oleh syariah,

seperti haji tidak baitullah, shalat wajib tidak lima waktu; kesepuluh, mengkafirkan

sesame muslim tanpa dalil syar'i seperti mengkafirkan muslim karena bukan

kelompoknya31.

Seperti di kemukakan dalam Montly report on Religious Issus, pedoman ini

dihasilkan dalam Rapat Kerja Nasional MUI 2007, yang digelar di hotel Sari Pan

Pasific di Jln. Thamrin Jakarta selama tiga hari, mulai 4 sampai 6 November dan di

hadiri seluruh pengurus MUI, ketua dan sekretaris MUI provinsi se-Indonesia. Pada

pertmuan itu juga menghasilkan tigabelas rekomendasi terkait situasi terakhir.

Pihak MUI beralasan, 10 kriteria aliran sesat itu menjadi menjadi kebutuhan

mendesak bagi masyarakat, yang konsekwensinya MUI meminta tambahan anggaran

sebesar 13% untuk proyek penyesatan ini dari Rp 16 triliyun menjadi 18 triliyun

pertahun (Detik.Com, 3/11/2007) dan ketika membuka Rakernas MUI di istana

Negara, presiden dengan tegas menyatakan akan mengikuti dan mengamini langkah

MUI. Kapolripun berjanji akan menindak tegas penganut dan aktor intelektual aliran

sesat32.

Langkah MUI ini di khawatirkan akan memicu anarkis seperti kasus terhadap

Ahmadiyah yang telah terjadi belakangan, karena fakta yang terjadi setiap fatwa dan

pelarangan terhadap paham keagamaan selalu menimbulkan masalah baru. Sehingga

perlu di rumuskan kembali bagaimana menyelesaikan isu tersebut tanpa menimbulkan

31 Tim Wahid Institut, Monthly Report on Religious Issues. (Jakarta: Penerbit Wahid Institut, edisi 4 Tahun 2007), Cet Ke-1, h. 2 32 Ibid…h. 1

Page 48: PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17545/1/MOH JAZULI-FDK.pdfPERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM,

hal-hal yang tidak di inginkan. Kasus Ahmadiyah merupakan contoh kasus yang

terjadi di Indonesia dengn persoalan yang relatif lama.

Jamaah Ahmadiyah merupakan gerakan Islam yang didirikan oleh Mirza

Ghulam Ahmad pada tahun 1889 M/1306 H. Kelahiran Ahmadiyah sendiri

beriorientasi pada pembaruan pemikiran yang bertujuan memperbaiki kehidupan

agama Islam yang mempersatukan ummat Islam

Menjelang sejarah lahir dan berdirinya Ahmadiyah, keadaan dunia diliputi

oleh berbagai masalah pelik yang hampir sulit dicarikan solusinya bahkan masyarakat

waktu itu sudah mulai melepaskan agama sebagai pondasi dan pegangan hidup.

Pada tahun 1914 M. akibat perbedaan prinsipil tentang kenabian Mirza Gulam

Ahmad aliran Ahmadiyah terpecah menjadi dua aliran; pertama, aliran qodian, yang

meyakini Mirza Gulam Ahmad sebagai nabi sebagai penutup kenabian; kedua,

Ahmadiyah Lahore yaitu aliran Ahmadiyah yang meyakini bahwa pintu kenabian

telah tertutup dan Mirza Gulam Ahmad hanya sebagai mujadid, al Mahdi dan Masih

Masud sama seperti khalifah I.

Perlu kita catat bahwa Jamaah Ahmadiyah Indonesia sudah hadir di bumi

Nusantara ini sejak 82 tahun yang lalu. Mubalig Ahmadiyah pertama datang ke

Indonesia pada 1925 M. Kedatangan Ahmadiyah sendiri di dahului dengan perginya

beberapa orang Indonesia untuk belajar ke Qodian di India. Dikatakan oleh Hamka

masuknya informsi Ahmadiyah adalah melalui majalah-majalah yang datang ke

Indonesia seperti majalah Islamic Review edisi melayu yang terbit di Singapura.

Sejak awal kedatangan aliran ini telah timbul reaksi dari kalangan ulama Islam

sampai terjadi perdebatan dan polemik. Hal ini terjadi di Minangkabau dan Jakarta

yang dilakukan dengan adu argumentasi. Saat itu tidak ada tuntutan pelarangan, tidak

Page 49: PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17545/1/MOH JAZULI-FDK.pdfPERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM,

ada berita perusakan. Kedua belah pihak saling menghormati pendirian masing-

masing.

Persoalan Ahmadiyah kembali menjadi hangat setelah Rabithah Alam Islami

memfatwakan bahwa Ahmadiyah nonmuslim, dan meminta negeri-negeri Islam

melakukan tindakan terhadap Ahmadiyah. Karena itu, pemerintah Arab Saudi,

misalnya, tidak memperkenankan penganut Ahmadiyah masuk ke tanah haram untuk

melaksanakan ibadah haji atau umrah.

Adapun lembaga legislatif Republik Islam Pakistan menerbitkan amendemen

konstitusi Pakistan dan menetapkan bahwa penganut paham Ahmadiyah minoritas

nonmuslim, namun Pemerintah Pakistan tidak melarang organisasi Ahmadiyah

bahkan, sesuai dengan konstitusi, menyediakan kursi dalam parlemen Pakistan selaku

kelompok minoritas.

Masalah yang timbul di Indonesia bukan pada fatwa sesat, karena fatwa

semacam itu bukan hal baru, bahkan muncul sejak awal kehadiran jemaah tersebut di

negeri kita. Fatwa sesat-menyesatkan adalah masalah yang terjadi di semua agama

sejak mula. Semua paham keagamaan mengklaim bahwa paham keagamaannyalah

yang benar dan yang lain salah, bahkan sesat. Sebab, kehadiran sebuah paham baru

justru karena menganggap paham-paham keagamaan yang lain tidak benar.

Seperti bagi semua aliran seperti halnya kaum salaf mereka akan mengatakan

bahwa yang dianut merekalah yang paling benar dan yang lain salah atau

menyimpang

Muhammadiyah tidak akan muncul sekiranya mereka menganggap paham dan

praktek keagamaan yang dianut dan dilakukan oleh kaum Nahdliyin itu benar. Justru

karena kalangan Muhammadiyah dan organisasi sealiran dengannya menganggap

banyak praktek di kalangan Nahdliyin yang merupakan bidah, setiap bidah adalah

Page 50: PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17545/1/MOH JAZULI-FDK.pdfPERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM,

sesat dan setiap kesesatan dalam neraka, mereka mengajarkan dan melakukan praktek

keagamaan berbeda yang mereka anggap benar33.

Sehubungan dengan pelarangan dan penyesatan terhadap suatu paham

keagamaan atau kepercayaan, Johan Effendi menuliskan opini tentang bagaimana

Solusi terhadap Masalah Jamaah Ahmadiyah di Tempo, 12 januari 2008. opini

tersebut penulis kutip karena sesuai dengan sikap yang di berikan lembaga Wahid

Institut sesuai hasil wawancara yang di lakukan penulis dengan staff Pendidikan dan

Pemberdayaan M. Subhi.

"Menanggapi wacana pelarangan suatu paham keagamaan atau kepercayaan saya ingin mengajukan beberapa pertanyaan yang perlu direnungkan, terutama oleh aparatur pemerintah. Pertama, kalau tindak pelarangan itu didasarkan atas fatwa sebuah lembaga keagamaan, di manakah tempat lembaga keagamaan itu dalam struktur kenegaraan Republik Indonesia? Apakah ia berada dalam struktur kenegaraan atau bahkan berada di atas struktur kenegaraan, sehingga setiap fatwa lembaga tersebut mengikat dan karena itu harus ditaati dan dilaksanakan oleh negara dalam ini pemerintah RI? Kedua, kalau sebuah paham keagamaan dilarang, apakah hak sipil para penganutnya sebagai warga negara RI hilang, terutama dalam kaitan kebebasan berkeyakinan? Kalau para penganut paham tersebut berkukuh tetap meyakini paham yang dilarang itu, apakah mereka akan dianggap sebagai pelaku tindak kriminal dan karena itu harus dikenai sanksi hukum pidana? Ketiga, kebebasan beragama tegas-tegas dijamin oleh konstitusi. Begitu juga Piagam Hak Asasi Manusia dan dokumen-dokumen pelengkapnya telah diratifikasi oleh negara kita. Dengan demikian, bukankah pelarangan dan kriminalisasi penganutan suatu paham keagamaan merupakan sebuah pelanggaran terhadap hak asasi manusia?

Mengingat hal-hal di atas, saya kira tak ada alternatif lain kecuali melaksanakan ketentuan yang ditegaskan dalam konstitusi dan karena itu tidaklah selayaknya negara ikut campur dalam fenomena sesat-menyesatkan kemudian mengambil tindakan melanggar konstitusi dengan mengurangi, apalagi menafikan, kebebasan berkeyakinan warga negara. Jaminan konstitusi atas kebebasan berkeyakinan adalah jaminan bagi warga negara untuk menganut keyakinannya, entah agama, entah paham keagamaan atau kepercayaan secara tulus tanpa paksaan dari siapa pun dan golongan apa pun. Apabila negara ikut campur atau memihak suatu kelompok dalam fenomena kontroversi pemahaman agama, rasa aman dan berkeyakinan akan terganggu. Penganutan suatu paham keagamaan atau kepercayaan, betapapun anehnya

33 Effendi, Johan, Solusi terhadap Masalah Jamaah Ahmadiyah, http :// www.wahidinstitut.org/

Page 51: PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17545/1/MOH JAZULI-FDK.pdfPERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM,

paham tersebut, tidak boleh dikriminalisasikan selama tidak melanggar ketertiban masyarakat dan kesopanan umum. Berbeda atau menyimpang dari paham anutan mayoritas tidak bisa menjadi alasan pelarangan sebuah paham. Kalau Tuhan Al-Khaliq sendiri memberikan kebebasan kepada manusia ciptaan-Nya untuk beriman atau tidak kepada-Nya, bagaimana mungkin sebuah negara bertindak melebihi Tuhan sendiri?"34.

Adapun, untuk merespon beberapa tindakan anarkis akibat penyesatan oleh

MUI dan menteri agama kepada Jamaah Ahmadiyah, maka Wahid Institut melakukan

beberapa hal, diantara kegiatan yang dilakukan lembaga yaitu mengelar pertemuan

tokoh lintas agama yang digelar dikantor Wahid Institut, tempatnya pada 16 Mei 2006

yang bertujuan mensomasi menteri agama soal kasus Ahmadiyah tersebut

Di tempat yang sama dengan peserta 80 orang diantaranya tokoh agama dan

pro demokrasi mengadakan jumpa pers yaitu pada tanggal 23 mei 2006 guna

mengecam tindakan kelompok preman berjubah yang kerap melakukan tindakan

kekerasan atas nama agama.

Juga mendiskusikan buku berjudul kala fatwa jadi penjara terbitan Wahid

Institut di gedung PBNU pada l6 Juni 2006. di mana buku tersebut berisi kumpulan

artikel tentang Ahmadiyah yang terpenjara karena fatwa MUI35.

34 Ibid…, http : www.wahidinstitut.org 35 35 Ibid…, Nawala, No. 3, h. 8

Page 52: PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17545/1/MOH JAZULI-FDK.pdfPERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM,

B. FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT WAHID INSTITUT

DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM, PLURALISME

DAN DEMOKRASI

Pada dasarnya semua upaya memiliki berbagai macam faktor pendukung dan

penghambat sebagai konsekwensi alami sebuah tindakan, karenanya penulis akan

mencoba mengemukakan beberapa faktor pendukung dan penghambat yang

serkiranya dapat mewakili kedua faktor tersebut yang diantara ialah :

a. Faktor pendukung

Penulis mencoba melihat faktor pendukung kampanye lembaga ini dari dua

sisi yaitu: dari faktor internal, pertama adanya kepercayaan dan ketertarikan dari

masyarakat pada tokoh sentral lembaga yaitu Gus Dur, diakui oleh beberapa

pemerhati maupun peneliti seperti disebutkan dalam sebuah buku bahwa tokoh

tersebut dapat di sebut sebagai symbol of system dalam masyarakat yang dapat

menyedot khalayak dalam berbagai hal tentangnya..

Tokoh kharismatik atau apapun namanya yang sering disebut sebagai kyai

nyleneh sekaligus kontrofersial ini sangat kental dalam kancah politik maupun agama

sehingga seolah-olah berita darinya tidak akan ada habisnya, hal tersebut terlihat bila

kita mengetahui biografi tentang sepak terjang bapak bangsa ini yang notabenenya

pernah menjabat ketua tanfidziah PBNU dan sebagai mantan orang nomor satu di

negara Indonesia. Apabila orang mendengar nama Gus Dur mereka akan faham dan

pada gilirannya bila di hubungkan dengan lembaga Wahid Institut akan berefek pada

sisi kelembagaan minimal membatu realisasi aktivitas program lembaga yang boleh

dikatakan sebagai pengemban dan agen realisasi pemikirannya.

Diantara efek faktor ini pertama, mudah diterimanya keberadaan Wahid

Institut sebagai sebuah organisasi sosial agama yang ditangani secara profesional

Page 53: PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17545/1/MOH JAZULI-FDK.pdfPERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM,

dalam menterjemahkan program maupun aktivitas-aktifitasnya dan efek kedua

mudahnya lembaga memperoleh simpati masyarakat yang ingin mengetahui dan

membantu program lembaga, hal ini terlihat dari kegiatan banyaknya sowan ke

berbagai pesantren dan kyai di berbagai daerah yang di jadikan bentuk program

regular lembaga, efek ini juga dapat dilihat dari banyaknya kegiatan ilmiah pada

berbagai seminar nasional serta diskusi keagamaan di berbagai kalangan masyarakat

mulai dari akademisi hingga santri maupun pelajar. Kekentalan dan keharmonisan

hubungan beberapa lembaga ini memperlihatkan simbiosis mutualism antar agen

masyarakat untuk membantu pelaksanaan program Wahid Institut.

Kedua adalah faktor sarana dan prasarana dan alat pendukung. Lembaga

mempunyai keuntungan secara fisik sehubungan berbagai aktivitasasnya berkenaan

dengan pembenahan dan pengembangan prasarana lembaga. Dalam beberapa hal, dari

adanya kedua faktor ini menjadikan kegiatan lebih efektif berupa dukungan cukupnya

media komunikasi, dukungan alat transportasi dan sumber daya yang berkualitas.

Meskipun tidak dapat dianggap sempurna, setidaknya dari faktor ini berbagai kegiatan

dan aktivitas program dapat dilaksanakan dengan baik

Faktor tersebut diatas merupakan nilai positif yang sangat membantu

pelaksanaan program lembaga. Singkronisasi situasi dengan program lembaga

mempengaruhi kinerja lembaga sebagai basis lembaga riset dan pengembangan

kebudayaan Islam yang tercermin dalam penyebaran gagasan Muslim progresif yang

mengedepankan toleransi dan saling pengertian di masyarakat dunia Islam dan barat,

serta membangun dialog diantara pemimpin agama-agama dan tokoh-tokoh politik di

dunia Islam dan barat.

Ketiga adalah faktor finansial, di lihat dari sisi ini lembaga memiliki

keuntungan dengan cukupnya alur kas lembaga, hal tersebut tidak lepas dari

Page 54: PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17545/1/MOH JAZULI-FDK.pdfPERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM,

manegement accounting yang baik terhadap input dan output yang harus di lakukan

dalam setiap kegiatan. Baiknya situasi ini sehingga tidak mengganggu aktivitas

bahkan menjadi faktor pendukung yang cukup urgen (meskipun terdapat beberapa

kekurangan dalam pemenuhan ekonomis pada berbagai aktivitas, penulis melihat ini

sebagai pendukung karena baiknya alur kas dan manjemen keuangan yang telah

penulis sebutkan diatas).

Sedang dari faktor eksternal yang mendukung operasional lembaga

diantaranya pertama, kondisi sosial budaya baik formal maupun non formal yang

mendukung adanya lembaga sejenis. Dengan UUD Negara yang berpancasila, berasas

demokrasi dan berketuhanan yang maha esa sebuah lembaga seperti Wahid Institut

dapat lebih leluasa dalam menjalankan aktivitasnya.

Lembaga Wahid Institut sebagai lembaga sosial agama yang mencoba

membangun pemikiran moderat yang mendorong terciptanya demokrasi, pluralisme

agama-agama, multikulturlisme dan toleransi dikalangan kaum muslim Indonesia dan

seluruh dunia mendapatkan tempat dalam sosiokultur keislaman sedemikian tinggi

sehingga memungkinkan lembaga seperti wahid Institut mengembangkan kreatifitas

kerjanya dan hal ini berdampak positif bagi kelangsungan program lembaga baik

secara moril maupun materil.

Keberadaan situasi seperti diatas memberikan kontribusi yang cukup besar

terhadap keberlangsungan suksesnya program dan merupakan bagian kendala

penanganan lembaga kepada sebagian orang yang masih belum menyadari isu-isu

yang menjadi program Wahid Institut, hal tersebut boleh jadi karena kurangnya

pemahaman atas pluralisme dan pemikiran Islam yang di tuangkan dalam keragaman

masyarakat atas berbagai variasi budaya dan agama (pluralitas).

Page 55: PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17545/1/MOH JAZULI-FDK.pdfPERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM,

Faktor kedua berupa sistem jaringan komunikasi yang saling mendukung.

jaringan komunikasi menjadi hal yang penting bagi lembaga manakala lembaga ingin

mengembangkan programnya, disadari dari hal demikian Wahid Institut membangun

jaringan komunikasi dengan berbagai kalangan baik lembaga formal maupun non

formal dan terbukti dari demikian ini menjadi pendukung yang tidak sedikit nilainya

terhadap perjuangan lembaga selanjutnya..

Secara non formal salah satu dukungan adalah dari pesantren dan kiyai,

dukungan ini menjadi salah satu pondasi kekuatan Wahid Institut yang lahir dari visi

dan misi tokoh PBNU, jaringan komunikasi antara lembaga dengan pesantren dan

kiyai yang dibangun ini merupakan media utama sebagai tempat bernaung dan

berkonsultasi. Sistem komunikasi yang intensif antara lembaga dengan pesantren

maupun kiyai memberikan nilai plus dalam pengembangan misi lembaga, walaupun

dengan perjuangan yang berwawasan pluralisme demokratis yang oleh sebagian

masyarakat masih sulit diterima namun dalam operasiolisasi program masih lekat

dasar religiusitasnya dengan kaidah-kaidah fikih ala NU yang dikenal toleran dan

inklusif.

Selain membangun jaringan komunikasi dengan kaum nahdliyin lembaga

akrab dengan dewan gereja Indonesia. Dari berbagai kerjasama dalam berbagai hal,

nilai lebih dari kerjasama ini terutama terdapat pada program pluralisme. Masyarakat

melihat, dari kerjasaama ini aplikasi terhadap program benar-benar kompleks dan

berefek pada dukungan yang lebih luas pada masyarakat Indonesia, bukan lagi dari

satu agama saja, namun dari berbagai agama setidaknya anggapan tersebut keluar dari

kaum kristiani dan para agamawan dan cendikiawan muslim yang berhaluan

nasionalis, pluralis, liberalis dan akademisi yang berwawasan inklusif

Page 56: PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17545/1/MOH JAZULI-FDK.pdfPERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM,

b. Faktor penghambat

Faktor penghambat bagi Wahid Institut dalam mengampanyekan programnya

pun dapat dilihat dari dua sisi yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Diantara faktor

intern tersebut adalah; pertama, masih kurangnya sosialisasi keberadaan lembaga

Wahid Institut sendiri. Kurangnya pengetahuan masyarakat akan keberadaan lembaga

berakibat pada kurang maksimalnya realisasi program yang sedang di jalankan

mengingat program pluralisme, demokrasi dan pemikiran islam merupakan problem

sosial, dalam artian masalah ini bukanlah tanggung jawab seseorang atau sekelompok

orang, lembaga atau oleh satu komunitas saja namun perlu difahami, disadari dan

dilakukan bersama seluruh komponen masyarakat yang ada.

Usaha yang dilakukan lembaga dalam sosialisai atas lembaga diantaranya

dengan melakukan louncing Wahid Institut di hotel season kuningan Jakarta yang

mengundang tokoh dalam maupun luar negeri, meluncurkan website yaitu www.

www.wahidinstitut.org dan www.gudur.net, juga melakukan event-event diskusi,

seminar dan penggunaan media cetak seperti menerbitkan bulletin maupun suplemen

sehingga dari adanya media-media ini akan bertambah pengetahuan masyarakat

tentang keberadaan Wahid Institut.

Usaha yang lain yang dilakukan dalam mensosialisasikan lembaga ini

sebenarnya telah terbantu atas keberadaan Gus Dur sendiri minimal apabila ada

seseorang yang ingin lebih jauh mengetahui tentang tokoh ini akan mengetahui

keberadaan Wahid Institut seperti halnya posisi penulis sekarang ini, untuk

mengetahui bagaimana wahid Institut maka penulis harus mengetahui bagaimana Gus

Dur, begitu pula sebaliknya siapa yang ingin mengetahui lebih jauh tentang Gus Dur

maka Perlu menggalinya dari Wahid Institut karena pada lembaga inilah peneliti

Page 57: PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17545/1/MOH JAZULI-FDK.pdfPERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM,

maupun siapa yang ingin mengetahui Gus Dur mendapatkan data dan berbagai

kegiatannya.

Kedua adalah faktor penerimaan masyarakat terhadap lembaga berkaitan

dengan programnya yang mengedepankan pemikiran Islam, pluralisme dan

demokrasi. Hal ini menjadi penghambat karena mengakibatkan kurangnya respon

terhadap apa yang akan menjadi realisasi semua program Wahid Institut sendiri.

Faktor ini bisa dilihat dari dua hal :

1. Kekontroversialan tokoh dan pemikiran Gus Dur yang kadang-kadang

dianggap sering nggampangin masalah, membuat hal-hal nyleneh dan ngawur.

Hal ini tentunya berimbas pada sinisme masyarakat yang kurang setuju

terhadap pemikiran dan tindakan tokoh ini dengan begitu mengganggu

stabilitas program kerja lembaga.

2. Belum diterimanya secara penuh program yang diusung dalam lembaga

seperti pluralisme dan pemikiran Islam bahkan asas demokrasi negara oleh

sebagian kelompok masyarakat yang menginginkan ideologi lain. Hal ini

menjadi kendala tersendiri mengingat pemahaman masyarakat terhadap

beberapa program tersebut masih sangat kurang bahkan dari hal tersebut ada

sebagian masyarakat cenderung menolak dan melawannya.

Page 58: PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17545/1/MOH JAZULI-FDK.pdfPERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM,

C. ANALISA

1. Analisa Peran Wahid Institut dalam Mengkampanyekan Pemikiran

Islam

Program kampanye terhadap pemikiran Islam yang demokrat dirancang agar

dapat memiliki dampak positif terhadap kelangsungan berbangsa. Dari program ini

masyarakat diajak untuk bersama mengetahui dan memahami pemikiran-pemikiran

Islam yang merepresentasikan Indonesia sebagai negara berpenduduk mayoritas

Islam yang selalu mencirikan dakwah menggunakan metode hikmah dan contoh yang

baik. Di negara yang berbhineka tunggal ika dan berasas Pancasila, negara menjamin

keragaman suku ras dan agama terhadap ajaran keyakinannya masing-masing

bersama catatan akan menghormati agama lain. Dari programnya lembaga mencoba

memperjuangkan komitmen Gus Dur akan pemikiran moderat dalam Islam yang

mendorong terciptanya demokrasi, pluralisme agama-agama, multikulturalisme dan

toleransi di Indonesia maupun di seluruh dunia.

Apabila dilihat lebih lanjut apa yang dilakukan Wahid Institut merupakan

upaya sebuah lembaga yang mencoba mengakses, membuka wacana-wacana dan

memberikan alternatif yang bersesuaian dengan jiwa pancasila dan demokrasi pada

pemikiran Islam yang dianggap masih kurang diterima dalam masyarakat. Pemikiran

yang tersebut diatas kadang terkesan tabu bahkan masih dalam pro kontra sehingga

perlu kiranya melakukan tindakan-tindakan nyata agar pemahaman sosial dari

pemikiran tersebut dikenal dan disadari, karena dalam pemikiran tersebut kadang

masih di lihat sepotong-sepotong, dalam artian masyarakat dihadapkan pada sebuah

pemikiran ditingkat penggenalan dan tidak diberikan wacana alternatif, sehingga

masyarakat seolah hanya disuguhkan satu jalan di jalan bebas.

Page 59: PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17545/1/MOH JAZULI-FDK.pdfPERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM,

Dalam kerangka seperti inilah yang coba di berikan oleh Wahid Institut yaitu

membangun kesadaran akan adanya hak manusia dalam wacana keagamaan untuk

berfikir dan menemukan nilai-nilai positif dalam masyarakat meskipun secara tidak

langsung kerangka ini masih harus di dilihat dalam bingakai madzhab mayoritas

berupa pemikiran ke NU an aliran Sunni dari Asy 'ariyah sehingga bersesuaian

dengan jiwa agama bangsa.

Tantangan besar bagi agama dewasa ini adalah globalisasi, karena berperan

dalam peningkatan jumlah orang miskin di dunia. Dalam Islam kemiskinan itu bisa

menghantarkan seseorang pada sikap tidak lagi dekat dengan agama. Untuk itu

Direktur The Wahid Institute Yenny Zannuba Wahid menyampaikan penghargaan

yang tinggi terhadap upaya membangun dialog antar agama, iman, dan kepercayaan.

"Di harapkan dialog semacam itu tidak hanya berhenti pada pencarian titik temu dalam hal pemikiran dan ajaran, "tetapi berangkat Dari ajaran agama masing-masing dan harus mencoba memecahkn persoalan kongkrit bangsa ini, Ke depan perlu ada upaya-upaya yang lebih sistematis dan kongkrit terhadap adanya inisiatif semacam ini akan ada jawaban karena yang paling utama bagi menemukan solusi ialah adanya niatan untuk bergerak kearah hal ini", tuturnya36.

Pebedaan merupakan sunatullah yang tidak akan bisa di rubah sampai

kapanpun sepanjang zaman dunia ada. Kemajuan umat maupun rakyat sekarang ini

adalah apabila setiap orang mampu untuk melihat perbedaan sebagai keniscayaan

sehingga di sadari bahwa perbedaan bukanlah masalah sebenarnya namun bagaimana

mengelola perbedaan itu sehingga pasal itu bukan lagi di pandang sebagai aspek

mutlak yang negatif bahkan bagaimana dapat menjadikannya sesuatu yang lebih

bermanfaat bagi orang lain.

36 Tim Wahid Institut, Warta The Wahid Institut, Seeding Plural and Peaceful Islam.(jakarta: Penerbit Wahid Institut, No. 4/ Th 1/ November-Desember 2007), h.5.

Page 60: PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17545/1/MOH JAZULI-FDK.pdfPERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM,

Sebuah teladan bagus dan merupakan kemajuan yang cukup bagus dalam

bingkai proses pluralisme seperti dilakukan oleh Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama

(PCNU) Bandung, Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) kota Bandung dan

para tokoh agama lainnya yaitu penandatanganan Deklarasi Sancang di bandung, 10

November 2007.

Dinamakan deklarasi sancang karena komitmen umat beragama di bandung

untuk menjaga tali persaudaraan. Deklarasi sancang ini berisi :

1. Kami umat beragama kota Bandung adalah bagian dari bangsa Indonesia yang senantiasa menjunjung tinggi kesatuan dan persatuan.

2. Kami umat beragama kota Bandung menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

3. Kami umat beragama kota Bandung selalu berjuang untuk tegaknya hukum dalam mewujudkan kesejahteraan, keadilan, dan kerukunan hidup demi mencapai kebahagiaan bersama.

4. Kami umat beragama kota Bandung selalu mengembangkan sikap toleransi, tenggang rasa dan saling menghormati.

5. Kami umat beragama kota Bandung selalu bekerjasama untuk berperan dalam mengatasi masalah-masalah sosial dan lingkungan37.

Menurut ketua tanfidziah PCNU kota Bandung KH. Maftuh Khalil terinspirasi

oleh Piagam Madinah yang dibuat oleh Rasulallah Muhammad saw ketika datang ke

Madinah38.

"Menghadapi realitas keragaman suku bangsa, agama dan keyakinan,

Rasulallah membuat deklarasi, yang disebut Shahifah Madinah. Inti Shahifah

madinah menyatakan nahnu ummatun wahidah, kami satu bangsa, maka harus

membangun kerjasama untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada". Jelas

Maftuh.

Menutut kyai Maftuh, Qs.Ali Imran: 64 menamakan pemeluk agama luar

Islam sebagai ahlul kitab.

37 Ibid, Warta No 4, h. 2 38 Ibid…, h. 2

Page 61: PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17545/1/MOH JAZULI-FDK.pdfPERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM,

"Penghargaan seperti ini yang dijadikan inspirasi untuk direalisasikan dengan mencari titik-titik persamaan sepanjang sama-sama umat beriman yang mengesakan tuhan. Lebih dari itu niatan ini adalah untuk membumikan kerukunan umat beragama,"tambah kyai Maftuh39.

Adapun media yang di gunakan oleh lembaga dalam program ini diantaranya

berupa penerbitan buku-buku karangan Abdurrahman Wahid dan penulis lain,

penerbitan buletin setiap bulan, pengiriman opini Gus Dur pada berbagai media

nasional maupun Internasional, suplemen-suplemen di majalah seperti GATRA dan

sebagainya, pengadaan seminar-seminar terhadap isu-isu dalam masyarakat maupun

diskusi ilmiah yang diadakan di seluruh wilayah Indonesia dan penggunaan media

pers maupun internet untuk sosialisasi program pemikiran-pemikiran Islam yang

sesuai dengan program.

Berkaitan dengan diadakannya kegiatan ini Wahid Institut berharap agar

masyarakat lebih mengetahui perkembangan wacana yang ada sehingga dampak

negatifnya dapat di minimalisir, begitu juga apabila terdapat dampak yang positif

dapat lebih di ketahui dan dipahami lebih lanjut.

2. Analisa Peran Wahid Institut dalam Mengkampanyekan Pluralisme.

Ide pluralisme yang diklaim berasal dari dunia barat sering masih dianggap

tidak sesuai dengan nilai-nilai Islami, santernya anggapan ini berasal dari orang-orang

atau terutama lembaga agama berhaluan fundamentalis konservatif dengan

penekananan di terapkannya syariat Islam sebagaimana doktrin keagamaan mereka.

padahal boleh jadi hal tersebut malah akan menutup ruang gerak bagi pemikiran

keagamaan yang lain

Kurangnya toleransi masyarakat maupun pemahaman atas penerimaan

kemajukan penafsiran keagamaan seringakali menimbulkan kesenjangan antar 39 Ibid, Warta, No. 4, h. 2

Page 62: PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17545/1/MOH JAZULI-FDK.pdfPERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM,

kelompok lapisan masyarakat dan berdampak pada terganggunya harmonisasi yang

telah ada, terlebih gejala kekerasan bahkan sering mengemuka dalam kancah publik

atas nama agama di Indonesia pada dewasa-dewasa ini yang seharusnya dapat

dihindari. Berbagai penangganan atas persoalan kekerasan dan vonis-vonis tertentu

justru akan menyudutkan Islam sendiri40. dan hal demikian oleh Wahid Institut

dianggap kurang mencerminkan nilai budaya keagamaan negara Indonesia.

Kepentingan Wahid Institut adalah untuk mempersiapkan masyarakat dalam

memasuki era penuh keragaman, dan pluralitas. Pluralitas merupakan sebuah idiom

atau istilah yang yang bisa dipahami berbeda-beda. Sebagaimana MUI yang

mengharamkan pluralisme sebagai bahwa semua agama adalah benar. Hal demikian

adalah kekeliruan dari pemahaman MUI akan pluralisme secara salah secara definitif.

Pluralisme bukanlah menyamakan semua agama atau menganggap semua

agama sama atau benar, namun pluralisme adalah menghormati orang lain karena

perbedaan keyakinan dan agama, atau sepakat untuk berbeda. Karena bila kita tidak

melakukan hal demikian berarti Islam di Amerika maupun Eropa dan negara-negara

non-Islam itu akan dibiarkan untuk tidak dihormati.

Muslim harus bisa menghormati orang lain agar muslim di manapun dapat di

hormati, sebagaimana menghormati tetangga yang non-Islam, berkulit hitam atau

putih supaya kita juga di hormati, yang dalam prinsip HAM namanya prinsip

resiprositas, sedang dalam al Qur'an jelas "Li ta'arufu. Inna akromakum 'inda Allah

atqa kum".

Jadi persisnya semua agama adalah baik dan benar menurut pemeluknya dan

siapapun harus menghormati keyakinan masing-masing. bukan menganggap bahwa

semua benar dan sama. Hal ini persis dengan tuntutan dalil inna diina 'inda Allah al-

40 Tim Wahid Institut, The Wahid Institut, Seeding Plural and Peaceful Islam. (Jakarta:Penerbit Wahid Institut, Tahun 2006), Cet Ke-1, h. 3

Page 63: PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17545/1/MOH JAZULI-FDK.pdfPERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM,

Islam. Bahwa bagi kita orang muslim, Islam adalah agama yang paling benar dan

terbaik bagi kita tetapi tidak berarti kita boleh memaksakan Islam sebagai agama

kepada mereka yang beragama lain.

Seperti juga tugas Rasulallah saw yang tidak diwajibkan untuk memaksakan

mengislamkan orang lain kalau mereka tidak mau, sebagaimana yang telah digariskan

Allah, "wama arsalnaka illa rahmatan lil 'alamin". Bagaimana kita sebagai orang

Islam bisa menjadi payung besar pengayom di muka bumi41.

Seperti yang di ungkapkan direktur Wahid Institut Yenny Zannuba Wahid

dalam ulang tahun ke tiga lembaga tersebut pada tahun 2005 bahwa:

"Kecenderungan kekerasan dan konservatisme tidak semakin berkurang melainkan semakin meningakat dari tahun ke tahun, (sehingga) kelompok moderat perlu bersatu lebih erat dan berteriak lebih keras dan Wahid Institut akan berusaha untuk terus melibatkan diri dalam isu tersebut bersama dengan yang lain demi terwujudnya dunia yang damai, harmonis dan toleran yang diinspirasi oleh keyakinan agama Islam"42.

Pernyataan direktur lembaga Wahid Institut diatas mengisyaratkan

implementasi dari komitmen-komitmen yang hendak di wujudkan oleh lembaga,

karena meskipun situasi demokrasi di Indonesia semakin menggembirakan, tetapi

tidak dapat dipungkiri dalam kenyataan fenomena kekerasan terus berlanjut,

intoleransi dan ketidakadilan belum berkurang.

Dari tantangan pluralisme diatas Wahid Institut berusaha tidak putus asa

untuk terus melewati rintangan dengan melakukan berbagai advokasi dan penguatan

masyarakat akar rumput, mengadakan halaqah, workshop dan seminar rancangan

kitab undang-undang hukum pidana tentang misi dan pasal-pasal penodaan agama,

mengadakan group discussion tentang pluralisme maupun melakukan indeks

41 Ibid.Warta, Gus Yusuf dan A. Suaedy, Pesantren Harus Menjadi Bagian Bagian Proses Demokrsi, edisi Juni-Juli 2007, h. 4-5. 42 Ibid, seeding Plural….., h. 1

Page 64: PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17545/1/MOH JAZULI-FDK.pdfPERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM,

pelanggaran pluralisme di Indonesia. Dari agenda dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan

tersebut di harapkan akan mengurangi pro kontra terhadap pluralisme43.

3. Analisa Peran Wahid Institut dalam Mengampanyekan Demokrasi di

Indonesia.

Infrastruktur Demokrasi

Dalam kaitan ini, yang menjadi obyek pembicaraan hanya infrastrukturnya

bukan suprastrukturnya. Pasalnya sebagai sebuah sistem, infrastruktur adalah fondasi

bagi tegaknya demokrasi. Maksimal dan tidaknya demokrasi mau tidak mau harus

berurusan dengan infrastruktur tersebut.

Adapun yang termasuk infrastruktur adalah pertama, kedaulatan rakyat.

Kedaulatan rakyat adalah inti dari pelaksanaan demokrasi itu sendiri. Tanpa

kedaulatan atau kedaulatan di kurangi, berarti demokrasi telah cacat.

Kedua, kepastian dan keadilan hukum. Alasannya sangat sederhana.sebagai

negara hukum (rule of law), hukum adalah panglima bagi penyelenggaraan bernegara.

Tanpa hukum, penyelenggaraan kenegaraan dapat dilaksanakan secara semena-mena

menurut selera penguasa, dan pada gilirannya yang rugi adalah rakyat lagi.

Ketiga, budaya demokrasi. Budaya demokrasi menempati posisi yang strategis

bagi infrastruktur demokrasi yang normal tentunya disamping kedaulatan rakyat dan

kepastian keadilan hukum. 44.

Kehidupan demokrasi saat ini masih dalam perjuangan yang sangat berat

setidaknya hal ini di katakan oleh Yenny Zannuba Wahid dalam sambutan ulang

tahun Wahid Institut yang ketiga. Kehidupan demokrasi yang lakukan oleh Indonesia

ini telah mengalami perkembangan pasca reformasi. Kungkungan demokrasi seakan

43 Ibid, seeding Plural….., h. 1 44 Azwir Dainy Tara, Peran Pengusaha Dalam Membangun Demokrasi, (Jakarta: Nuansa Madani, 2002), cet 1, h. 114.

Page 65: PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17545/1/MOH JAZULI-FDK.pdfPERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM,

pudar dari belenggunya bahkan proses dramatis ini begitu semaraknya terutama dalam

praktek politik praktis dengan munculnya puluhan partai baru yang pada masa orde

baru hanya ada tiga partai.

Perkembangan demokrasi di Indonesia berjalan sangat cepat meninggalkan

negara-negara lain. Sebagai bangsa yang memiliki wilayah geografis cukup luas dan

penduduk yang cukup banyak dengan mayoritas muslim membuat dunia internasional

mengakui keberhasilan demokrasi Indonesia. Penilaian tersebut dapat dibilang masih

dini, walaupun demikian kacamata dunia Internasional melihat terutama pada

perjalanan demokrasi pasca reformasi mereka cenderung mengangakat citra Indonesia

menjadi negara demokrasi terbesar setelah Amerika Serikat45.

Proses perjuangan demokrasi hingga seperti saat ini tidaklah mudah dan masih

perlu pembenahan-pembenahan lebih lanjut untuk menyempurnakan proses tersebut,

penilaian umum terhadap asas demokrasi tersebut perlu di pertahankan, dan

masyarakat perlu terus menambah pemahaman terhadap kesadaran demokrasi.

Dengan upaya tersebut diharapkan akan tercipta kehidupan berbangsa yang

lebih kondusif dalam kesetabilan proses demokrasi di tingkat legislatif, eksekutif

maupun yudikatif termasuk rakyat biasa sebagai tolak ukur dari asas tersebut.

Adapun peran Wahid Institut dalam kaitannya dengan demokrasi mencoba

mengawal proses demokrasi sebagaimana Gus Dur, sebagai bapak demokrasi

mencoba menegakan demokrasi tanpa melihat latar belakang ras, suku, agama

maupun latar belakang budayanya.

Dalam kaitannya penegakan kedaulatan rakyat, Wahid Institut dapat

berpartisipasi dalam menyuarakan suara-suara masyarakat terhadap setiap kondisi

yang terjadi sehingga lembaga mencoba mengingatkan semua pihak terutama

45 Ibid, Seeding ……,Tahun 2007, Cet Ke-1, h. 3

Page 66: PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17545/1/MOH JAZULI-FDK.pdfPERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM,

pemerintah dan pengambil kebijakan bahwa aspirasi rakyat merupakan opini

kedaulatan yang harus di tindak lanjuti.

Hal inipun dapat kita lihat dalam tataran ideologis yaitu hak warga negara

dalam berkeyakinan dan menjalankan aqidah sesuai dengan apa yang di yakininya.

Hal ini tidak dapat di tolak oleh siapapun karena Indonesia memiliki hukum yang

cukup untuk hal ini terutama pancasila butir pertama, dan apabila ada orang atau

lembaga yang ingin memaksakan keyakinan mayoritas sebagai sebuah aqidah yang

dapat di jalankan berarti akan menodai jiwa pancasila dan bertentangan dengan hak

asasi manusia.

Padahal perlu dingat bahwa para pencetus ideologi negara adalah para

negarawan dan para ulama. Sehingga apabila mereka ingin melakukan tindak-tindak

diskriminatif diatas, mereka akan mencederai ideologi negara dan menghianati para

fathers founding kemerdekaan yaitu yang dengan sangat bijaksana mengedepankan

toleransi dalam kesadaran pluralitas yang tinggi terhadap realitas yang ada dan harus

dihadapi.

Di kisahkan berkenaan dengan mantapnya para pendahulu bangsa membela

ideologi negara, KH. Rd. Imam Sonhaji dengan suara tercekat, mengisahkan pendiri

NU Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy'ari yang dengan tegas membela Pancasila

sebagai dasar negara Indonesia. Mama Sonhaji-panggilan akrab KH. Imam Sonhaji-

menuturkan suasana deklarasi negara berdasar Pancasila di Jogjakarta yang dihadiri

ribuan tokoh agama bagi seluruh nusantara. Dan saat forum terbelah dalam dua

pendirian antara Islam dan bukan Islam sebagai dasar negara.

Mendengar ketegangan itu, Hadratusyaikh yang hadir dalam acara itu pun naik

ke mimbar, walau keadaan sakit dan tertatih-tatih dipapah para pembantunya. Di

mimbar Hadratusyaikh berseru, untuk menyelamatkan Negara Kesatuan Republik

Page 67: PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17545/1/MOH JAZULI-FDK.pdfPERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM,

Indonesia (NKRI) adalah dar'ul mafasid muqoddam ala jalbi al mashalih (menolak

kerusakan didahulukan daripada menarik kemaslahatan). Maka dia setuju Pancasila

sebagai dasar negara.

"Beliau ingin NKRI utuh. Sebab jika dipaksakan negara Islam, maka yang terjadi bukan negara kesatuan, tapi negara perseteruan, jelas Mama Sonhaji"46.

Sejatinya setiap negara yang memiliki bermacam perbedaan harus menerima

setiap perbedaan itu sendiri dan perlunya bertindak dengan penuh kedewasaan dalam

menyikapi setiap masalah yang akan timbul di kemudian hari sehingga tidak

menganggu proses kemasyarakatan yang ada.

Masalah yang sangat krusial dalam demokratisasi adalah penegakan hukum.

Hal ini sangatlah rasional, karena tanpa adanya kepastian bagi penegakan dan

tindakan hukum yang adil, masyarakat akan kehilangan haknya sebagai warga negara

yang harus dilindungi yang menjadi tanggungjawab dari negara.

Pada kasus aliran Ahmadiyah misalnya. Aliran ini di vonis dengan fatwa

sebagai aliran sesat oleh MUI, hal ini merupakan diskriminasi terhadap keyakinan

karena perbedaan penafsiran yang kemudian dimasukan dalam kasus penodaan

terhadap agama, sehingga dampak dari fatwa ini terjadi teror di mana-mana terhadap

penganut aliran tersebut, serta perusakan fasilitas-fasilitas yang di milikinya, hal ini

merupakan tindak kriminalitas terhadap penduduk warga negara serta jelas melanggar

hak asasi manusia yang seharusnya perlu ada peran dari pemerintah, dalam hal ini

adalah aparat berwajib untuk melindungi setiap warga negara.

Dan juga seperti tentang jaminan kebebasan agama, pasal-pasal penodaan

agama dalam KUHP dan praktik peradilan yang terjadi di Indonesia. Dari peristiwa

46Ibid, Warta, No. 4, h. 1 & 2

Page 68: PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17545/1/MOH JAZULI-FDK.pdfPERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM,

ini terdapat catatan yang memberikan persepektif kepada pembaca bahwa

pelanggararan peradilan perundangan tentang penodaan agama sangat di tentukan

oleh pembacaan penguasa, di satu sisi ada upaya merinci jenis tindak pidana itu agar

terhindar dari pasal karet, namun disisi lain tetap saja memiliki potensi kesewenang-

wenangan.

Salah satu analisis atas berbagai kasus penodaan agama oleh lembaga dalam

berbagai kasus berupa adanya kecenderungan, orang yang diadili dengan tuduhan

penodaan agama sulit untuk di vonis bebas. Namun jelas belakangan ada fenomena

lain tentang kasus yang terjadi pada Muhammad Abdul Rahman sebagai orang ke-2

komunitas Lia Eden dan Teguh Santoso, pemimpin redaksi media rakyat merdeka

online yang menayangkan kartun Jyllands Posten yang dianggap menghina Nabi di

putus bebas

Hal seperti ini setidaknya terjadi karena enam hal; pertama, kasus-kasus

penodaan agama senantiasa terkait dengan agama apa, siapa yang dinodai; kedua,

suara mainstream seringkali diambil sebagai referensi kebenaran; ketiga, kasus

peradilan agama selalu melibatkan massa; keempat, bila seseorang telah masuk dalam

proses peradilan sulit untuk bebas, apalagi jika tekanan kuat seperti pada kasus

Yusman Roy yang di tuduh melakukan penodaan agama karena melakukan praktek

shalat dwi bahasa; kelima, khusus kasus Lia Eden, perlu di jawab agama apa yang

dinodai?; keenam, kasus-kasus yang telah di vonis sebagai penodaan agama hampir

seluruhnya merupakan wilayah perbedaan tafsir atas agama47.

Tindak-kekerasan yang dilakukan oleh sebagian masyarakat merupakan

tindakan pelanggaran hukum baik itu atas nama agama atau faktor-faktor yang lain.

Ukuran yang yang dapat dipakai untuk menilai kriminalisasi dan dekrimininalisasi

47 Ibid , Buletin, No. 5

Page 69: PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17545/1/MOH JAZULI-FDK.pdfPERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM,

secara doktrinal harus berpedoman pada hal-hal sebagai berikut: a. Kriminalisasi tidak

boleh berkesan menimbulkan "overcriminalization" yang masuk kategori " the misues

of criminal sanction"; b. Kriminalisasi harus tidak bersifat "ad hoc"; c. Kriminalisasi

harus mengandung unsur korban baik secara aktual maupun potensial; d.

Kriminalisasi harus mempertimbangkan analisa biaya dan hasil (cost benefit

principle); e. Kriminalisasi harus memperoleh dukungan publik (public support); f.

Kriminalisasinharus menghasilkan peraturan yang "enforceable". g. Kriminalisasi

harus bersifat subsosialitet (mengakibatkan bahaya bagi masyarakat meskipun kecil

sekali); h. Kriminalisasi harus memperhatikan peringatan bahwa setiap peraturan

pidana membatasi kebebasan rakyat dan memberikan kemungkinan kepada aparat

penegak hukum untuk mengekang kebebasan itu.48

Di Indonesia, kesadaran akan nilai-nilai penegakan hukum dan tingkat

kriminalitas terhadap keyakinan masih sangat tinggi, hal inipun masih bertambah

panjang bila kita melihat fenomena belakangan seperti kasus shalat dwi bahasa M.

Yusman Roy, kasus komunitas Lia Eden, formalisasi agama di Maros, dan lain

sebagainya.

Disadari Penegakan keadilaan tidak akan terjadi dengan sendirinya tanpa kerja

keras dari semua pihak baik dari pemerintah, dewan rakyat, aparat maupun lembaga

yudikatif dan rakyat sendiri, Karena tanpa kerjasama dari berbagai elemen negara ini

demokrasi tidak akan terasa dan vakum sehingga simbol-simbolnya hanya ada dalam

pelajaran sekolah, perpustakaan, seminar-seminar dan diskusi saja tanpa ada bukti

nyata bagi kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.

Peran kedua yang dapat dilakukan Wahid Institut bersama dengan pihak,

lembaga, instansi dan yang lain yaitu mendorong terlaksananya negara demokratis

48 Rumadi, Delik Penodaan Agama dan Kehidupan Beragama dalam RUU KUHP, (Jakarta: Yayasan Tifa dan The Wahid Institut, 2007), Cet Ke-1,h. 70.

Page 70: PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17545/1/MOH JAZULI-FDK.pdfPERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM,

yang sesuai dengan jiwa bangsa Indonesia sendiri. Meskipun tidak mudah namun hal

ini akan memberikan efek yang cukup urgen dalam perkembangan demokrasi

selanjutnya, demikian ini karena, sebagai lembaga potensi tersebut cukup besar

sebagaimana organisasi yang di ketuai Gus Dur dalam membela demokrasi yaitu

Fordem (forum demokrasi).

Adapun dalam dorongan suksesnya demokrasi perlu diupayakan oleh Wahid

Institut, rakyat dan negara (pemerintah) secara bersama-sama yaitu terhadap beberapa

indikator; pertama; dibentuknya kekuatan politik oleh rakyat dan berfungsi sebagai

instrument yang menyuarakan aspirasi mereka. Kekuatan ini biasannya dalam bentuk

partai (political party), kelompok kepentingan (interst group). Kedua;

diselenggarakannya pemilu secara berkala dan demokratis sebagi simbol adanya

posisi tawar menawar (bargaining position) dan posisi kekuatanyang sejajar (equality

of acced) antara pemerintah dan rakyat. Ketiga; ada kekuatan mayoritas yang

memerintah, namun tetap mengharagai kelompok-kelompok minoritas (majority rule

with respect tominority rights). Keempat; ada mekanisme keseimbangan (check and

balance) antar kekuatan-kekuatan politik, yang tercermin dalam hubungan tata kerja

lembaga negara. Kelima; ada ruang dan wacana publik yang tidak diintervensi oleh

pemerintah (unintervented) (Riswanda Imawan: 2000)49.

Selain itu dalam tataran individual, juga harus dipenuhi beberapa indikator

berikut, pertama; positive freedom. Setiap orang bebas nenentukan sikap dan

pilihannya tanpa diintervensi oleh kekuatan di luar dirinya. Prakteknya, ada jaminan

perlindungan hukum atas pilihan tersebut dan pilihan ini diakui sebagai hak asasinya.

Kedua; adanya keseimbangan antara rakyat sebgai subordinate dapat mempengaruhi

negara sebagai superior (Riswanda Imawan: 2000)

49 Azwir Dainy Tara, Peran Pengusaha Dalam Membangun Demokrasi, (Jakarta: Nuansa Madani, 2002), cet 1, h. 114

Page 71: PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17545/1/MOH JAZULI-FDK.pdfPERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM,

Peran ketiga yang dapat diambil lembaga yaitu ikut serta mengontrol aturan

main (the rules of games) proses demokrasi itu sendiri. Dalam kerangka demokrasi,

aturan main juga sangat mutlak di butuhkan. Tanpa aturan main yang jelas, demokrasi

yang berinti dasar kebebasan menyuarakan pendapat dan kebebasan berkehendak

akan menimbulkan suatu petaka tersendiri jika tidak ada pranata yang jelas.

Kebebasan menyuarakan pendapat yang berlebihan misalnya, dapat

berimplikasi negatif dengan adanya motivasi yang buruk dibalik penyuaraan pendapat

tersebut, boleh jadi karena ada dendam dimasa lalu, kebencian terhadap orang yang

dikritik atau sekedar eforia politik. Harus diingat apa yang kita suarakan belum tentu

di terima sebagai kebenaran bagi orang lain. Begitu juga dalam kebebasan

berkehendak, apa yang kita tempuh sedikit banyak akan bersentuhan atau malahan

akan melanggar hak-hak orang lain. Oleh karena itu aturan main adalah jawabannya.

Adapun yang layak dan sangat mungkin dijadikan sebagai aturan main adalah

penegakan hukum (law enforcement). Hukum yang dimaksud tentunya hukum yang

menjunjung prinsip-prinsip umum sebagai aturan hukum. Meminjam kategori R. S.

Downie dalam bukunya, Roles and Voles: An Introduction to Social Ethics, prinsip

umum hukum ada empat macam. Pertama, prinsip persamaan di muka hukum

(Rechtsgleichheit) dan undang-undang (Gleichheit vor dem Gesetsz), kedua

kebebasan, ketiga. Solidaritas dan keempat asas manfaat50.

Kondisi masyarakat kita masih sangat jauh dari kesadaran akan aturan main

bernegara. Hal ini terlihat dari banyaknya indeks pelangaran hukum yang terjadi

dalam masyarakat. Dapat diakui selain hukum formal masih ada dalam dalam tatanan

kehidupan masyarakat dalam kaitannya penertiban masyarakat yaitu norma-norma

baik norma budaya (adat-istiadat) maupun norma agama sesamanya baik formal

50 Ibid, Azwir Dainy Tara, h. 86.

Page 72: PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17545/1/MOH JAZULI-FDK.pdfPERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM,

maupun non formal saling membantu, namun dalam prakteknya prilaku

penyimpangan-penyimpangan hukum selalu terjadi dan bahkan menjadi gejala yang

terbiasa karena terlalu seringnya hal demikian terjadi padahal jelas jelas melangar

hukum yang ada.

Masih kita ingat peristiwa pembakaran dan pengerusakan gereja-gereja pada

kasus Saleh di Situbondo hanya karena masalah yang bisa dianggap sepele namun

berdampak sangat mengerikan. Dalam faktanya beberapa orang tewas dan luka luka

bahkan dari insiden ini tercatat gereja yang dirusak sebanyak 24 gereja51. Hal ini

menunjukan belum adanya kedewasaan dalam memahami aturan-aturan hukum yang

ada karena dalam keadan seperti apapun tindakan menteror, merusak, membakar, dan

main hakim sendiri tidaklah dapat di benarkan menurut hukum.

Pesantren dalam Proses Demokrasi

Selain hal diatas apa yang sedang dilakukan Wahid Institut adalah berupaya

membangun demokrasi dari basis lembaga sendiri yaitu pesantren. Pada pesantren

inilah seperti dikatakan Suaedy bahwa lembaga yang dipimpinnya berkomitmen

untuk senantiasa memberikan kontribusinya kepada pesantren, salah satu caranya

adalah dengan membuat berbagai kegiatan di pesantren dan memunculkan tokoh-

tokoh dari pesantren di ranah publik52.

Demokrasi adalah alat untuk mencapai keadilan dan juga menjadi tujuan

Islam. Oleh karena itu pesantren sebagai bagian dari Islam harus berpartisipasi dalam

perubahan dan pembangunan masyarakat. Pada intinya demokrasi bukanlah ghayah

(tujuan) melainkan wasilah (sarana) terbaik untuk mewujudkan keadilan. Karena itu

51 Ibid. Rumadi, h. 31. 52 Ibid, Warta, No. 1, h. 2

Page 73: PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17545/1/MOH JAZULI-FDK.pdfPERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM,

demokrasi dan Islam sangatlah dekat atau bahkan sama ghayahnya. Demokrasi

mungkin wasilah terbaik untuk mewujudkan keadilan53.

Pesantren memiliki potensi yang luar biasa untuk mendukung demokratisasi

dalam kerangka mewujudkan keadilan. salah satu contoh hal ini adalah Gus Dur,

sebagai produk pesantren sekarang dianggap sebagai ikon, kampium atau pelopor

demokrasi. Bahkan pelopor pluralisme, toleransi dalam membina hubungan baik

dengan semua kelompok dan agama, tidak hanya di Indonesia tapi di seluruh dunia.

Agar ide dan tujuan terdistribusi dengan baik, lembaga menggelar halaqah.

Melalui halaqah lembaga mendiskusikan tentang toleransi, penguatan demokrasi, dan

penegakan hak asasi serta wacana dan praktik-praktik pengembangan demokrasi

melelui pengembangan ekonomi dan pendidikan, karena demokrasi akan sulit bersemi

tanpa penguatan ekonomi dan pendidikan ekonomi.

Dikatakannya juga bahwa tujuan Wahid Institut melakukan halaqah di

pesantren adalah agar dapat mendorong lembaga-lembaga pesantren terlibat dan

berperan aktif dalam pergumulan atau proses demokrasi dan bagi generasi muda

podok pesantren untuk memperluas cakrawala dan kehidupan yang semakin

berkembang. "Pesantren harus juga mengambil peran perubahan di Indonesia sesuai

kapasitasnya, dan The Wahid Institut sendiri tidak bisa lepas dari pesantren dan

tradisi-tradisinya"54.

Pemuda adalah pemegang tampuk kepemimpinan dimasa yang akan datang.

Aksioma itu disadari oleh Wahid Institut sepenuhnya. karena itu lembaga

mengadakan diskusi demokrasi, Islam, dan penegakan keadilan dengan peserta dan

pra pemimpin pesantren muda, baik perempuan maupun laki-laki dan aktivis sosial

daerah.

53 Ibid, Warta, No. 4 54 Ibid, Warta, No. 1, h.1

Page 74: PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17545/1/MOH JAZULI-FDK.pdfPERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM,

Pertimbangan kesesuaian demokrasi sebagai nilai-nilai yang bersesuaian

dengan Islam adalah dasar partisipasi peran pesantren dalm proses demokratisasi

tersebut. Menurut Imdadun Rahmat, dalam demokrasi terdapat ajaran Islam antara

lain tentang mementingkan musyawarah, menjunjung tinggi amanah, kejujuran,

solidarits sesama manusia, kedudukan persamaan kedudukan di depan hukum,

perlindungan pada kaum lemah (mustadzafin) dan kaum minoritas, penghargaan pada

perbedaaan keyakinan, pendapat, keragaman budaya dan pandangan dunia (world

view)

Adapun tantangan bagi umat Islam saat ini adalah memberikan spirit Islam

dalam pelaksanaan demokrasi yang mengacu kepada ajaran kemaslahatan bersama

(mashalih amah) dan keadilan (al-adalah) bagi semua. Dalam alam demokrasi semua

orang berhak mendapat pendidikan "jadi, pesantren Indonesia sebenarnya bisa

dibilang pionir tradisi demokrasi. Dulu masuk pesantren tidak perlu bayar mahal,

semuanya dengan keikhlasan" kata Ahmad Bahruddin, namun sekarang sebaliknya

pesantren justru ingin meniru model persekolahan yang di gagas barat55.

Menurut Kyai Maftuh Khalil substansi demokrasi sangat qur'ani. Sedikitnya

tiga hal diungkap al-Qur'an dalam menjelaskan demokrasi; Pertama, kebebasan

berbicara, berekspresi serta berkeyakinan (QS. Quraisy:3). "Dulu umat Islam

berupaya mendapatkan kebebasan beribadah. Sekarang juga jangan kita melarang

orang melaksanakan ibadahnya. Kita bertanggung jawab memberi kebebasan kepada

siapapun untuk melakukan ibadah menurut ibadahnya masing-masing".

Kedua, menjamin kompetisi dan persaingan yang sehat (QS. Al-Baqarah:

148). "Realitasnya Allah tidak menginginkan manusia menjadi satu umat, agar

manusia ber-fastabiqul khairat (berlomba berbuat kebajikan). Karenanya, perbedaan

55 Ibid, Warta, No. 1, h. 2 & 3

Page 75: PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17545/1/MOH JAZULI-FDK.pdfPERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM,

harus disikapi secara positif karena agama bukanlah sumber konflik, namun hal itu

adalah akibat nafsu manusia. Ketiga, terwujudnya keadilan sosial (QS. Quraisy: 4)

keadilan dalam Islam bukan hanya di bibir tapi harus diaplikasikan dalam kehidupan

nyata di bumi.

Intinya proses demokrasi harus memuat nilai-nilai keadilan, karena dalam al

Quran ditegaskan bahwa keragaman dan perbedaan merupakan sunatullah. Dari

perbedaan itulah harus muncul cita penghargaan, tsamuh atau toleran dan ghayah

dari demokrasi itu sendiri yaitu al 'adl (keadilan) 56.

Demokrasi juga sebuah nilai penghormatan terhadap nilai-nilai kemanusiaan

yang menuntut adanya kohesivitas sosial, tenggang rasa, dan ketulusan. Tanpa itu,

prosedur demokrasi tidak bisa menjamin tercapainya cita cita yang dijanjikan oleh

demokrasi itu sendiri. Karena itu, tanpa basis nilai yang memadai untuk terbangunnya

demokrasi, cita-cita itu sulit tercapai. Dengan demikian, moralitas sama pentingnya

dengan prosedur dalam demokrasi.

"Sayangnya, di satu pihak selama ini proses demokrasi di negeri ini terlalu menekankan pada membangun prosedur ketimbang mendorong dan memperkuat nilai-nilai dalam masyarakat. Kita telah menghabiskan triliunan rupiah untuk pemilu, baik pemilu presiden maupun pemilu legislatif, serta pemilu daerah atau pilkada. Namun kita kurang memperhatikan bangunan budaya yang menjamin dan menopang prosedur tersebut" Ungkap Gus Dur57.

Demokrasi di Indonesia

Di Indonesia demokratisasi merupakan sebuah alternatif. Pakar ilmu politik

berkata "there is no road to democracy, democracy is the road, tidak ada jalan untuk

mencapai demokrasi, demokrasi adalah jalan itu sendiri". Namun fakta dilapangan tak

seindah yang dibayangkan. Perjalanan demokrasi di Indonesia menemukan berbagai

kendala. Pertama, adanya budaya dan perilaku dari kalangan elite strategis yang

56. Ibid. h.5. 57 Ahmad Suaedy, Moralitas Publik dalam Demokasi, www.gusdur.net.

Page 76: PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17545/1/MOH JAZULI-FDK.pdfPERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM,

kurang kondusif bagi demokratisasi. Sebagian elite memiliki budaya dan sikap

monopolistik. Hampir selalu ada yang berbeda dari yang dikhotbahkan dan yang

dilakukan. Ketika para elite berpidato mengenai urgensi penegakan demokrasi, pada

saat yang sama mereka tengah mengerus prinsip-prinsip demokrasi. Banyak elite

menggunakan cara tak demokratis dalam menyelesaikan problem dan demokrasi

hanya sebagai pemanis bibir.

Kedua masih lekatnya kultur paternalistik dengan pola hubungan patron-klien.

Kepemimpinan karismatis-paternalistik, baik steruktural maupun kultural masih

dalam puncak pola-pola kepemimpinan di Indonesia. Kultur dan struktur paternalistik

ini memposisiskan hubungan antar manusia secara vertikal. Interaksi antar manusia

bergerak dari atas kebawah.

Belum kuat dan meratanya sikap taat asas dan tunduk pada aturan main (rule

of the game). Konflik di internal partai politik belakangan adalah etalase yang

mempertontonkan tidak dipatuhinya mekanisme internal dalam bentuk AD/ ART.

Orang-orang partai terfragmentasi kedalam berbagai kelompok yang hanya

berorientasi kekuasaan.

Keempat, idealisasi tentang penyatuan agama-agama yang berlanjut pada cita-

cita pendirian negara Islam dan khilafah masih menguat dalam memori kolektif

agamawan dan funamentalis. Isu yang kerap diusung adalah diakomodasikannya

syariat Islam (fikih) dalam perundang-undangan negara. Mereka menuntut agar

negara menjadi polisi dalam penegakan syari'at di tengah masyarakat. Padahal, dalam

berbagai eksperimen gagasan kesatuan agama-agama mengalami kegagalan dan tidak

menjanjikan apa-apa buat kesejahteraan dan kebahagiaan masyarakat. System

khilafah yang pernah diuji coba dalam pemerintahan dawlah Umaiyah dan dawlah

Page 77: PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17545/1/MOH JAZULI-FDK.pdfPERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM,

Abbasiyah justru melahirkan sejarah kelabu yang menyengsarakan rakyat. Atas nama

syariat, tindakan represif berupa minhah (inkuisisi) dijalankan58.

Perubahan politik menuju demokrasi disatu pihak memberikan harapan bagi

terjadinya proses sosial dan politik yang lebih transparan dan redistribusi ekonomi

yang lebih adil. Namun di sisi lain perubahan itu juga memberikan agenda

mencemaskan jika tidak ditangani dengan baik dan dihadapi dengan bijaksana.

Pada dasarnya demokrasi bukanlah tujuan melainkan sarana menuju suatu

tujuan yang lebih hakiki dan luhur, yaitu keadilan. Demokrasi prosedural yang sedang

dicoba di Indonesia sekarang ini seperti pemilihan presiden langsung dan sebagainya

belum menunjukan dampaknya bagi tujuan yang sedang dituju yaitu keadilan. Yang

terjadi justru terbangunnya raja-raja kecil yang memonopoli sumber-sumber daya

ekonomi, politik dan sosial.

Dengan kata lain, demokrasi prosedural di Indonesia sekarang ini belum

cukup untuk mengantarkan cita-cita luhur tersebut yaitu Indonesia yang adil dan

makmur atau baldatun toyyibatun wa rabbun ghofur. Demokrasi bisa mengantarkan

sebuah masyarakat kearah tercapainya cita-cita tersebut jika ada infrastruktur sosial

dan budaya yang mendukungnya.

Proses demokrasi tidak bisa diserahkan kepada lembaga-lembaga demokrasi

melainkan mensyaratkan adanya partisipasi penuh dari masyarakat. Di Amerika

sendiri demokrasi membutuhkan apa yang oleh Robert D. Putnam dalam bowling

alone (2000) disebut sebagai social capital (modal sosial). Ketika modal sosial ini

tidak berjalan, maka demokrasi terancam atau dengan kata lain modal sosial inilah

yang membuat demokrasi bisa bekerja atau berjalan

58 Ibid, Azwir Dainy Tara, h. 86.

Page 78: PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17545/1/MOH JAZULI-FDK.pdfPERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM,

Modal sosial membutuhkan adanya saling percaya (trust) antara kelompok

yang satu dengan kelompok yang lainnya, disamping itu dalam modal sosial juga juga

harus ada aturan-aturan moral yang disepakati bersama, diluar aturan formal yang

menjadi tanggung jawab negara atau pemerintah, baik diantara kelompok itu sendiri

maupun antar kelompok59.

Kita belum banyak beranjak dari demokrasi ‘ala’ pemerintahan Orde Baru,

yang mempunyai ciri adanya lembaga-lembaga demokrasi, namun tidak berfungsi

sebenarnya. Dalam keadaan demikian, “tradisi demokrasi” dilupakan.

Jika “demokrasi kelembagaan” di masa Orde Baru tidak membawa

pemerintahan yang benar-benar demokratis, maka “demokrasi prosedural” kita

dewasa ini juga tidak menunjukkan adanya demokrasi yang sesungguhnya. Karenanya

kita masih harus menunggu sekali lagi tindakan bersama, untuk mengakhiri keadaan

"asal-asalan" itu untuk menjadi demokrasi yang sebenarnya. Jalan untuk itu adalah

pemilihan umum yang jujur dan bebas untuk memilih caleg-caleg dan Presiden/Wakil

Presiden yang akan datang60.

Dasar dari demokrasi adalah kedaulatan hukum, dan perlakuan sama bagi

semua warga negara di hadapan undang-undang, yang seluruhnya bertumpu pada

kemauan kuat untuk melaksanakan peraturan-peraturan dengan konsisten. Dari

parpol-parpol yang ada, melalui lembaga-lembaga Perwakilan Rakyat di pusat dan

daerah, sehingga diharapkan akan muncul aturan main yang jelas di masa depan. Hal

itu belum terwujud pada saat ini, karena keinginan-keinginan baik itu memang belum

ada secara kongkret pada saat ini. Kita baru sampai pada tahap memimpikan sesuatu,

yang dalam kenyataan hidup memang belum ada. Kita baru sampai ke tahap

59 Ahmad Suaedy, Warta, No. 2, h.6

60 Abdurrhman Wahid, Demokratisasi hidup Bangsa, (Jakarta: www.gusdur.net. 24 Februari 2004).

Page 79: PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17545/1/MOH JAZULI-FDK.pdfPERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM,

menghitung-hitung kekuatan sebagai bangsa, apakah upaya memulai proses

demokratisasi secara benar, ataukah hanya melamun saja tentang hal itu.

Di sini kita harus dapat membedakan antara lembaga-lembaga politik

demokrasi, tetapi tidak memiliki tradisi demokrasi dalam kenyataan sejarah, yang

terhampar dihadapan mata kita. Karena kita memang adalah bangsa yang cepat

berpuas diri, maka kita tidak memiliki sikap nekat untuk memenuhi persyaratan-

persyaratan yang diperlukan untuk mendirikan masyarakat demokratis yang benar-

benar sesuai antara kata dan kenyataan61.

Membaca pelbagai faktor yang menghambat pertumbuhan demokrasi itu,

maka tantangan Wahid Institut akan demokratisasi di Indonesia tidak sederhana.

Karenanya Direktur Wahid Institut Ahmad Suaedy mengungkapkan:

"Terbentuknya Indonesia demokratis adalah perjalanan panjang yang penuh liku. Oleh karena itu diperlukan kerja-kerja "militant" dari berbagai kelompok pro demokrasi. Jika tidak, maka yang dihasilkan bukah tegaknya kultur demokrasi melainkan justru otoritarianisme"62

Media komunikasi

Media komunikasi merupakan media yang sangat efektif dalam rangka

memantapkan dan mensukseskan program sebuah instansi, lembaga maupun tujuan

seseorang .

Hal yang disadari lembaga dalam penyebaran ide demokratisasi adalah

pendayagunaan media komunikasi dan sosialisasi yang memadai sehingga apa yang di

lakukan dapat di manfaatkan secara maksimal, selanjutnya berkaitan dengan ini

adalah bagimana membentuk komunikasi dan kampanye ide tersebut termasuk di

61 Abdurrhman Wahid, Pandangan Politik dan Tradisinya, (Jakarta: www.gusdur.net. 14 Oktober 2004).

62 Abd Muqsith Ghazali, Warta, No. 1, h. 3

Page 80: PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17545/1/MOH JAZULI-FDK.pdfPERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM,

dalamnya pemberdayaan jaringan. Tidak dapat dihindari oleh siapapun dan lembaga

manapun bahwa diantaranya komunikasilah yang mempengaruhi serta membentuk

citra dan paradigma masyarakat pada dewasa ini.

Pengunaan media begitu penting, seperti penggunaan media elektronik berupa

siaran- siaran, media massa dan penerbitan buku, opini-opini, majalah, jurnal, buletin

dan sebagainya. juga penggunaan event-event dan kegiatan tertentu seperti jalur

budaya dan lainnya merupakan hal yang tidak dapat di kesampingkan dalam

pengimbangan tujuan dengan arus modernisasi yang berjalan dengan cepat.

Pemanfaatan dari media elektronik maupun massa yang baik berdampak hasil

tidak kecil bagi suksesnya sebuah sosialisasi ide dan informasi. Hal demikian menjadi

alternatif cukup baik dalam realisasi program yang membutuhkan jangkauan

informasi cukup luas dan kompleks seperti program Wahid Institut tentunya.

Sedang untuk jalur diskusi, seminar, maupun bedah buku yaitu yang bersifat

bil hal tentunya menjadi bagian dari media kampanye dan propaganda yang efektif

dalam membangun pemahaman dalam jalur komunikasi langsung, diharapkan tingkat

pemahaman dan transfer pengetahuan akan dapat di terima langsung oleh subyek

yang di butuhkan serta meminimalisasi noise yang memungkinkan, terlepas apakah

komunikan melakukan feedback atau hanya akan diserap langsung untuk diri mereka

sendiri. Dan diakui penggunaan media sangat bermanfaat bagi Wahid Institut, dan

lembaga berusaha menggunakan media yang memungkinkan dalam rangka

memaksimalkan realisasi visi-misi lembaga.

Ekonomi dan Pengetahuan dalam Proses Demokrasi

Tantangan Indonesia kedepan sangatlah berat, yaitu saat bersamaan harus

dapat memulihkan perekonomian dan mengembangkan demokrasi. Demokrasi yang

Page 81: PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17545/1/MOH JAZULI-FDK.pdfPERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM,

kurang dipersiapkan dan terjadi sangat mendadak akan membuka berbagai

kesempatan bagi setiap masyarakat, entah atas nama agama, etnisitas, kedaerahan,

pekerja atau siapapun, berhak menyuarakan kepentingan masing-masing yang selama

ini merasa kurang diperhatikan.

Akibatnya demokratisasi menampilkan wajah ketidakaturan dan

ketidakpastian yang berimplikasi negatif terhadap pemulihan ekonomi. Sekalipun

tidak semuanya demikian, saat ini arah demokrasi sering bertentangan dengan

ketertiban dan kepastian yang menjadi prasyarat pemulihan ekonomi. Bagi

pemerintah, mendamaikan dua hal tersebut sekaligus mensinergiskannya sangatlah

sulit. Pengalaman belakangan ini hanyalah retorika demokrasi, demi kepentingan

rakyat, mengorbankan langkah-langkah yang sebenarnya ditempuh untukmemulihkan

perekonomian63.

Adapun untuk mengukur kesejahteraan masyarakat dapat kita lihat dalam

beberapa item; pertama, kekayaan rata-rata; kedua, pemertaan; ketiga, kualitas

kehidupan; keempat, kerusakan lingkungan; dan kelima, keadilan sosial dan

berkelanjutan64.

Gejala-gejala semacam ini sangatlah berkaitan erat dengan apa yang kita

sering sebut sebagai problem kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan masyarakat

secara umum dengan kuantitas ekonomi tidak akan menjamin kemakmuran

masyarakat sehingga yang di butuhkan adalah bagaimana kondisi-kondisi yang

mendesaklah sebenarnya yang perlu ditangani dalam rangka memberikan

pengayoman rakyat tanpa mengesampingkan tindakan-tindakan nyata peningkatan

ekonomi dalam sekala yang lebih luas.

63Azwir Dainy Tara, Peran……, h. 139 64 Azwir Dainy Tara, Peran……,h. 75

Page 82: PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17545/1/MOH JAZULI-FDK.pdfPERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM,

Terdapat langkah strategis yang dapat dilakukan dalam hal ini yaitu

memulihkan kehidupan ekonomi bagi masyarakat yang terkena dan terimbas atas

terjadinya sebuah insiden maupun gejala alam yang menimpa masyarakat. Hal ini

memerlukan tidakan kongkrit dari berbagai pihak untuk mengurangi penderitaan yang

terjadi.

Dalam hal ini seperti yang sedang dan telah di kerjakan dan akan terus di

kembangkan oleh Wahid Institut dalam programnya advokasi dan penguatan akar

rumput dimana sebagai lembaga riset tidak membiarkan problem sosial terjadi tanpa

ada tindak lanjut nyata, sehingga mengundang lembaga membantu melakukan

gerakan dan kegiatan yang di perlukan seperti melalui posko Gus Dur untuk

kemanusiaan dengan membangun 220 rumah transisi untuk korban gempa Jogjakarta

dan jawa tengah.

Langkah strategis lain dapat dilakukan yaitu memberdayakan problem-

problem sosial yang mendasar di masyarakat seperti program kualitas dan kuantitas

pendidikan. Pengetahuan (knowledge) adalah jembatan semua kesuksesan baik dunia

maupun akhirat dan dapat merupakan duta kebenaran.

Demokrasi membutuhkan kawalan pengetahuan yang cukup untuk

memberikan sumbangsih dari efek demokratisasi yang ada. Tanpa pemahaman yang

cukup terhadap ide tersebut dan ide-ide pendukungnya demokrasi akan vakum

Karenanyalah dalam hal ini Wahid Institut mengadakan program pendidikan terutama

dalam mendukung pluralisme.

Diantara pendidikan yang sukses diadakan yaitu seperti kelas Islam dan

pluralisme yang dilakukan delapan kali pertemuan dan di hadiri oleh pembicara

Wahid Intitut dan di pelajari oleh aggota pendidikan dari barbagai agama yang

diantaranya bertujuan untuk mempererat solidaritas maupun toleransi keagamaan.

Page 83: PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17545/1/MOH JAZULI-FDK.pdfPERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM,

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1 Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Wahid Institut

merupakan lembaga riset dan pengembangan kebudayaan Islam yang menitik

beratkan perjuangan lembaga untuk masyarakat Indonesia khususnya dan dunia

secara umum. Peran itu berbentuk pengaplikasian pemikiran Gus Dur dalam

berbagai aspek kehidupan masyarakat dalam keberagamaan yaitu pemikiran Islam

yang moderat, kesadaran pluralisme agama-agama dan demokratisasi.

2 Berkaitan dengan peran lembaga terhadap pemikiran Islam, lembaga mencoba

memberikan wacana dan mengikuti perkembangan pemikiran yang ada di

masyarakat yang selanjutnya diharapkan dapat memperkaya khazanah pemikiran

keislaman dalam memberikan alternatif masalah-masalah yang akan dan sedang

terjadi sekaligus memberikan pengetahuan maupun pemahaman pada masyarakat

bahwa pemikiran Islam merupakan bentuk ijtihad yang harus di hormati

keberadaannya.

3 Wahid Institut mencoba memberikan suport dan jalan pemahaman bagi

masyarakat atas kesadaran kemajemukan keberagamaan maupun dalam

perikehidupan masyarakat. Pemahaman yang baik terhadap pluralisme akan

menjadikan adanya stabilitas serta menumbuhkan sikap toleransi terhadap

pelaksanaan keyakinan masing-masing agama yang mencerminkan konsep akhlak

keberagamaan Islam, sehingga pandangan masyarakat dunia terutama barat yang

menganggap bahwa Islam adalah agama radikal dapat diminimalisir dan pada

93

Page 84: PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17545/1/MOH JAZULI-FDK.pdfPERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM,

gilirannya mereka memahami bahwa Islam adalah agama terbaik dalam realisasi

keberagamaan yang cinta damai.

4 Sedang Program demokrasi lembaga adalah realisasi bentuk misi Gus Dur pada

perjuangan demokratisasinya sebagai bentuk konsekwensi kemanusiaan dan

kepluralitanian Indonesia. Di fahamkan pada masyarakat bahwa demokrasi

walaupun di kenal berasal dari konsep barat khususnya Amerika Serikat sebagai

kampium demokrasi, ide tersebut sesuai dengan jiwa Islam atas pemahaman

idealisasi kehidupan yang penuh dengan persamaan sekaligus perbedaan dan

berbagai keseimbagan-keseimbangan lainya.

Page 85: PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17545/1/MOH JAZULI-FDK.pdfPERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM,

DAFTAR PUSTAKA

Drajat, Zakiah, Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan, 1991, Cet. Ke-8.

Eliade, Mercia, The Encyclopedia or Religion. New York: Macmillan Library Reference USA,1993, Cet Ke-1

Ensklopedi Akidah Islam. Jakarta: Prenada Media 2003, Cet Ke-1

Hanafi, Ahmad, Pengantar Theologi Islam, Pustaka Al Husna, Jakarta, 1989, Cet.2. Hidayati Nurul, Metodologi Penelitian Dakwah, Jakarta, 2006, UIN Jakarta Press.

Cet. Ke-1 Madjid, Nur Cholish, Islam Doktrin dan Agama, Jakarta: Paramadina, Cet Ke-1 Nasution, Harun, Islam Rasional Gagasan dan Pemikiran. Bandung: Mizan, 1996. Cet

Ke-1. Nawala, The Wahid Institut, Seeding Plural and Peaceful Islam.jakarta: Penerbit

Wahid Institut, No. 1-4/ Th 1/ 2007. Rachman, Budy Munawar, Islam Pluralis, Wacana Kesetaraan Kaum Beriman,

Jakarta: Paramadina, 2002, Cet Ke-1. Rahardjo, Dawam, (Ed), Pesantren dan Pembaharuan. Jakarta: LP3S, 1985. Cet 1 Rais, M Amin, Kata Pengantar dalam John L. dorhne dan John L. Esposito, Islam

dan Pembaharuan Ensiklopedi Masalah-masalah. Jakarta: Rajawali, 1984, Cet Ke- 1

Rosady, Ruslan, Kampanye dan Public Relation. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2005, Cet Ke-1 Rumadi, Delik Penodaan Agama dan Kehidupan Beragama dalam RUU KUHP, Jakarta: Yayasan Tifa dan The Wahid Institut, 2007, Cet Ke-1 Said, Nurhidayat Muh, Pembaruan Pemikiran Islam Di Indonesia. Jakarta: Media-

Aktualisasi Pemikiran, 2006, Cet ke 1 Sarwono, Sarlito Wirawan, Teori Psikologi Sosial, (Jakarta : PT. Raja Grafindo

Persada, 2003), Cet. Ke-8. Shihab Alwi, Islam Inklusif (Menuju Sikap Terbuka dalam Beragama), Bandung, Mizan, 1999 Thaha, Anis Malik, Tren Pluralisme Agama, Tinjauan Kritis,. Jakarta, 2005, Cet Ke-

I.

Page 86: PERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17545/1/MOH JAZULI-FDK.pdfPERAN WAHID INSTITUT DALAM MENGKAMPANYEKAN PEMIKIRAN ISLAM,

Tara, Azwir Dainy, Peran Pengusaha Dalam Membangun Demokrasi, Jakarta: Nuansa Madani, 2002, Cet-1

Tim ICCE UIN Jakarta, Pendidikan Kewarganegaraan (Civic society) demokrasi,

Hak Asasi Manusia & Masayrakat Madani, Jakarta, 2003 Tim INCReS, Beyond The Symbols. Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 2000, Cet. Ke-1 Tim Wahid Institut, Buletin The Wahid institute, Agama dan Keyakinan dalam R-

KUHP, No 1-10/ Mei 2006-Februari 2007. Tim Wahid Institut, The Wahid Institut, Seeding Plural and Peaceful Islam. Jakarta:

Penerbit Wahid Institut, Tahun 2005, 2006 dan 2007, Cet Ke-1 Tim Wahid Institut, Monthly Report on Religious Issues. Jakarta: Penerbit Wahid

Institut, edisi 1-5 Tahun 2007-2008, Cet Ke-1 Warta The Wahid Institut, Seeding Plural and Peaceful Islam.jakarta: Penerbit Wahid

Institut, No. 1-4/ Th 1/ 2007. http : / / www.wahidinstitut.org http : / /www.gusdur.net