Jurnal Wahid Togean_Rev

13
Uji Aktivitas Ekstrak Alga Bornetella oligospora Solms-Laubach Sebagai Larvasida Pada Nyamuk Aedes aegypti Oleh: Abd. Wahid 1) ABSTRACT Dengue disease represent the contagion which its spreading through vektor of mosquito of Aedes aegypti. Abate represent one of prevention effort to kill the larva of Aedes aegypti. But this powder use continually will generate the resistance to larva of negative impact and mosquito to environment. This research aim to to test the activity of larvasida of mosquito of Aedes aegypti from extract of dissolve metanolik Bornetella oligospora Solms-Laubach faction and obtained that is faction of acetate ethyl, hexane and chloroform with the concentration 10, 100 and 1000 ppm. The others prepared by water Pam as negative control and abate as positive control. Examination use of larva Aedes aegypti instar III. Result of examination of extract of metanolik of alga of Bornetella oligospora saw that metanolik extract of three different concentration have the respon of mortalities equal to 100%. While at dissolve faction, dissolve faction of chloroform of best activity larvasida from other catalyst liquid. that Bornetella oligospora Solms-Laubach contain the compound with the highest activity larvasida there are dissolve faction of chloroform by job larvasida pertained by a stomach poison. 1 Penulis adalah Staf Pengajar Fakultas Pertanian Untad; Staf PPLH Untad Palu 1

description

Jurnal tentang Kesehatan Lingkungan terutama penularan virus oleh agensia nyamuk.

Transcript of Jurnal Wahid Togean_Rev

Page 1: Jurnal Wahid Togean_Rev

Uji Aktivitas Ekstrak Alga Bornetella oligospora Solms-LaubachSebagai Larvasida Pada Nyamuk Aedes aegypti

Oleh:Abd. Wahid 1)

ABSTRACT

Dengue disease represent the contagion which its spreading through vektor of mosquito of Aedes

aegypti. Abate represent one of prevention effort to kill the larva of Aedes aegypti. But this powder use

continually will generate the resistance to larva of negative impact and mosquito to environment. This

research aim to to test the activity of larvasida of mosquito of Aedes aegypti from extract of dissolve

metanolik Bornetella oligospora Solms-Laubach faction and obtained that is faction of acetate ethyl,

hexane and chloroform with the concentration 10, 100 and 1000 ppm. The others prepared by water Pam

as negative control and abate as positive control. Examination use of larva Aedes aegypti instar III.

Result of examination of extract of metanolik of alga of Bornetella oligospora saw that metanolik

extract of three different concentration have the respon of mortalities equal to 100%. While at dissolve

faction, dissolve faction of chloroform of best activity larvasida from other catalyst liquid. that

Bornetella oligospora Solms-Laubach contain the compound with the highest activity larvasida there are

dissolve faction of chloroform by job larvasida pertained by a stomach poison.

1 Penulis adalah Staf Pengajar Fakultas Pertanian Untad; Staf PPLH Untad Palu

1

Page 2: Jurnal Wahid Togean_Rev

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Penyakit demam berdarah merupakan salah satu jenis penyakit menular yang menjadi perhatian utama

pemerintah dalam penanggulangannya. Penyakit ini disebabkan oleh virus denque yang menyebabkan

gangguan pada pembuluh darah kapiler dan pada sistem pembekuan darah, sehingga mengakibatkan

pendarahan (Sudradjat 2000). Vektor yang berperan dalam penularan penyakit ini adalah nyamuk Aedes

aegypti. Penyebaran dan penularan penyakit ini terus meningkat dari waktu ke waktu.

Berbagai upaya pencegahan telah dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat. Salah satu usaha yang

dilakukan adalah penyemprotan asap obat (fogging) dengan menggunakan pestisida berbahan aktif

malathion untuk membunuh Aedes aegypti dewasa dan menaburkan bubuk Abate yang merupakan

pestisida berbahan aktif temephos untuk membunuh larva nyamuk. Abate termasuk insektisida golongan

organofosfat nonsystemic yang mengandung sedikit senyawa-senyawa toxic (EPA toxicity class III)

(Extoxnet, 1996).

Abate merupakan jenis sediaan pembasmi nyamuk yang selama ini digunakan oleh masyarakat luas.

Bubuk ini menunjukkan aktifitas pembasmi larva nyamuk yang potensial. Namun demikian ada

beberapa keluhan yang muncul dalam pengunaannya, seperti timbulnya keratan dalam drum penampung

air. Di samping itu jika dilakukan penggunaan abate terus menerus akan menimbulkan resistensi

terhadap larva nyamuk dan dampak negatif terhadap lingkungan karena abate merupakan insektisida

sintetik yang tidak dapat terurai di alam.

Menurut Extoxnet (1996) penggunaan abate secara terus menerus akan menimbulkan pengaruh ekologi.

Pengaruh ekologi yang ditimbulkan antara lain bersifat racun pada beberapa spesies burung,

berpengaruh pada organisme akuatik misalnya bersifat racun pada udang (LC50 = 0,005 mg/L) dan

lobster (LC50 = 0,019 mg/L) selain itu bersifat racun terhadap lebah. Database program Resistent Pest

Management dari Michigan State University, Amerika Serikat melaporkan bahwa sampai tahun 2003

Aedes aegypti resisten terhadap 16 kelompok pestisida di 44 negara. Sekian banyak kasus yang

dilaporkan, resistensi A. aegypti terhadap malathion dan temephos terjadi di 24 negara seperti di

Malaysia, A. aegypti resisten terhadap malathion pada tahun 1972 dan temephos pada tahun 1976

(Untung, 2004).

Kondisi ini mendorong para peneliti melakukan penelitian-penelitian untuk memperoleh senyawa aktif

yang berasal dari bahan alam dan ramah lingkungan. Eksplorasi senyawa aktif dan ramah lingkungan

terhadap larva nyamuk A. aegypti terus-menerus dilakukan. Berdasarkan hal tersebut di atas maka

penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk memperoleh senyawa larvasida nyamuk Aedes aegypti yang

berasal dari bahan alam yakni alga Bornetella oligospora Solms-laubach yang ramah lingkungan.

1.2. Perumusan masalah

Penggunaan insektisida sintetik seperti bubuk abate secara terus-menerus akan menimbulkan resistensi

terhadap Aedes aegypti. Abate mampu memberikan efek pada aktifitas enzim dalam darah manusia dan

efek samping pada tikus, anjing, kucing serta dampak negatif terhadap lingkungan karena tidak dapat

terurai. Oleh karena itu diperlukan insektisida alamiah yang berasal dari bahan alam yang bersifat ramah

lingkungan.

2

Page 3: Jurnal Wahid Togean_Rev

Penelitian tentang larvasida alami yang sudah dilakukan menunjukan bahwa bahan alam tertentu

memiliki zat beracun bagi serangga khususnya pada tahap/stadium larva. Alga merupakan bahan alam

yang banyak mengandung substans bioaktif. Melihat peran dan substans bioaktif yang dimiliki alga

maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui aktifitas larvasida yang dikandungnya. Penelitian ini

merupakan tahap awal untuk menemukan potensi bahan alam yang memiliki senyawa larvasida dari

produk laut yang ada di sekitar kita yaitu alga Bornetella oligospora Solms-laubach.

1.3. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui apakah alga Bornetella oligospora Solms-laubach mengandung senyawa-senyawa

larvasida nyamuk Aedes aegypti.

2. Menelusuri senyawa larvasida pada fraksi-fraksi larut etil asetat, heksan dan kloroform.

2. METODOLOGI

2.1. Tempat dan waktu

Sampel alga diambil dari Perairan Teluk Kilat Kepulauan Togean Kabupaten Tojo Una-una, sedangkan

larva nyamuk Aedes aegypti yang diuji diambil dari genangan air pada ban-ban bekas dan penampungan

air jernih kemudian dipelihara di Laboratorium Proteksi Tanaman UNTAD untuk memperoleh larva

Aedes aegypti instar III yang seragam. Ekstraksi, partisi dan pengujian aktifitas larvasida dari alga

dilakukan di Laboratorium Proteksi Tanaman UNTAD selama 3 (tiga) bulan.

2.2. Pengambilan sampel

Sampel alga diambil dari Perairan Teluk Kilat Kepulauan Togean pada kedalaman 1 m pada saat surut.

Sampel alga diambil kemudian dibersihkan dan disortir lalu dimasukkan ke dalam kantong-kantong

plastik dan dibawa ke Laboratorium Proteksi Tanaman UNTAD kemudian difoto/dokumentasi,

diidentifikasi dan diekstraksi.

2.3. Ekstraksi Bornetella oligospora Solms-laubach

Sampel alga Bornetella oligospora Solms-laubach ditimbang kemudian dimaserasi dengan metanol

selama 3x24 jam dengan perbandingan 1:2 (w/v) dan disaring sehingga diperoleh debris I dan filtrat I.

Filtrat I dikumpulkan dalam wadah sedangkan debris I dimaserasi lagi dengan metanol selama 24 jam

lalu disaring sehingga diperoleh debris II dan filtrat II. Debris II diberikan perlakuan yang sama dengan

sebelumnya hingga diperoleh debris III dan filtrat III. Filtrat I, II dan III yang diperoleh disaring dengan

menggunakan kertas saring Whatman No. 42 lalu diuapkan dalam Vacum Rotari Evaporator pada

temperatur 400C hingga diperoleh ekstrak metanolik. Ekstrak metanolik dikering-anginkan, ditimbang

lalu disimpan.

2.4. Partisi

Ekstrak metanolik yang diperoleh selanjutnya dipartisi dengan etil asetat perbandingan 1:3 (v/v).

Tahapan partisi yang dilakukan adalah sebagaimana yang tertera pada Gambar 1.

3

Page 4: Jurnal Wahid Togean_Rev

Ekstrak Metanolik

Lapisan Air Fraksi Etil Asetat

Lapisan Air Metanol

Fraksi Heksan

Lapisan Air Metanol Air

Fraksi Kloroform

Gambar 1. Skema Partisi Terhadap Sampel Alga Bornetella oligospora Solms-laubach

2.5. Penyiapan Hewan Uji

Larva nyamuk Aedes aegypti diambil dari wadah penampungan air dan dipindahkan ke dalam wadah

plastik berisi air, selanjutnya ditutupi dengan kain kasa dan dibawa ke laboratorium Proteksi Tanaman

UNTAD untuk dipelihara. Larva kemudian dipisahkan digelas piala menurut ukuran instar larva.

Pada perkembangan larva diberikan makanan berupa pellet ikan yang dihaluskan dan ditaburi 2 hari

sekali pada permukaan air. Larva akan mengalami perubahan instar sampai menjadi pupa. Dalam

pengujian disiapkan kotak kaca, di dalamnya terdapat labu erlenmeyer berisi larutan glukosa 10% yang

diberi sumbu. Pada sudut-sudut dan bagian bawah kotak kaca diletakkan kertas saring. Larva yang telah

menjadi pupa akan dipindahkan kedalam kotak kaca dan akan dipelihara menjadi imago.

Imago nyamuk Aedes aegypti betina diberi makan darah kelinci sedangkan nyamuk jantan

memanfaatkan larutan glukosa 10% yang ada dalam kotak kaca. Setelah berkopulasi, nyamuk Aedes

aegypti akan bereproduksi dan nyamuk betina akan menempelkan telur pada sumbu dan kertas saring

yang tersedia dalam kotak kaca. Sumbu dan kertas saring diambil dan direndam dalam wadah berisi air

bersih untuk mendapatkan larva nyamuk. Dengan demikian diperoleh larva instar III yang seragam

untuk digunakan dalam pengujian.

2.6. Penyiapan Bahan Uji

Dalam pengujian aktifitas larvasida digunakan ekstrak metanolik alga Bornetella oligospora sebagai uji

awal dengan konsentrasi 10, 100 dan 1000 ppm. Setiap konsentrasi dilakukan tiga kali penggulangan.

Abate digunakan sebagai kontrol positif dengan konsentrasi 10, 100 dan 1000 ppm, sedangkan air

PDAM sebagai kontrol negatif.

Pengujian selanjutnya digunakan fraksi larut etil asetat, heksan dan kloroform dengan konsentrasi 10,

100 dan 1000 ppm dengan tiga kali ulangan untuk tiap perlakuan. Konsentrasi abate pada pengujian

fraksi larut adalah sama dengan pengujian ekstrak kasar Bornetella oligospora. Dalam pembuatan

ekstrak dan fraksi-fraksi larut yang diperoleh ditimbang sesuai dengan konsentrasi yang digunakan

kemudian dilarutkan dalam 50 ml air lalu divortex sampai tercampur.

4

Page 5: Jurnal Wahid Togean_Rev

2.7. Pengujian Aktifitas Larvasida

Pengujian awal mengunakan ekstrak metanolik Bornetella oligospora untuk mengetahui aktifitas

larvasida dari ekstrak terhadap larva Aedes aegypti. Pengujian aktivitas larvasida terhadap larva Aedes

aegypti mengunakan metode larvasida menurut Atta dkk., (2001). Larva nyamuk yang digunakan dalam

penelitian ini adalah larva instar III. Dipilihnya instar III karena larva berada pada kondisi yang paling

kuat dibandingkan dengan fase lainnya (Wibowo dkk., 1997).

Pengamatan dilakukan pada jangka waktu 1 jam, 2, 4, 6, 12, 14, 16, 18, 20, 22 dan 24 jam pada setiap

gelas piala yang berisi ekstrak dengan konsentrasi berbeda. Waktu pengamatan dihitung setelah larva

dipindahkan ke dalam gelas piala. Aktivitas larvasida yang diamati adalah efek kematian larva. Efek

kematian yang dimaksud yaitu larva uji mengalami mortalitas akibat adanya aktifitas ekstrak Bornetella

oligospora.

Pengujian larvasida selanjutnya mengunakan fraksi larut etil asetat, heksan dan kloroform hasil partisi

yang dilakukan pada konsentrasi 10, 100 dan 1000 ppm. Prosedur pengujian, periode pengamatan dan

parameter yang diamati sama seperti uji ekstrak metanolik.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Respon Mortalitas Larva Uji A. aegypti pada Ekstrak Metanolik B. oligospora

Gambar 2. Respon Mortalitas Larva Uji Aedes aegypti pada Konsentrasi 10, 100 dan 1000 ppm Ekstrak Metanolik Bornetella oligospora Solms-laubach Selama Pengamatan (Jam).

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

1 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24

Waktu Pengamatan (Jam)

Res

po

n M

ort

alit

as L

arva

Uji

(%)

Air Pam Abate (10 ppm)Ekstrak Metanolik (10 ppm) Abate (100 ppm)Ekstrak Metanolik (100 ppm) Abate (1000 ppm)Ekstrak Metanolik (1000 ppm)

5

Page 6: Jurnal Wahid Togean_Rev

Respon mortalitas ekstrak metanolik Bornetella oligospora pada konsentrasi 10, 100 dan 1000 ppm

(Gambar 2). Dapat diamati bahwa terjadi peningkatan waktu respon mortalitas ekstrak metanolik pada

konsentrasi 100 dan 1000 ppm. Hal ini mengindikasikan bahwa pada konsentrasi 10 ppm, kandungan

senyawa aktif larvasida dalam ekstrak Metanolik B. oligospora sangat sedikit sehingga memerlukan

waktu yang relatif lama untuk membunuh semua larva uji.

3.2 Respon Mortalitas Larva Uji A. aegypti pada Fraksi Larut Etil Asetat, Heksan & Kloroform

Hasil pengujian aktifitas larvasida B. oligospora dari ketiga fraksi larut dengan konsentrasi 10 ppm

(Gambar 3), 100 ppm (Gambar 4), dan 1000 ppm (Gambar 5) menunjukan bahwa hampir semua fraksi

larut dapat membunuh larva uji sebesar 100% sebelum 24 jam, kecuali fraksi larut kloroform pada

konsentrasi 10 ppm hanya membunuh larva uji sebesar 96,7% (Gambar 3), namun pada konsentrasi 100

dan 1000 ppm terjadi peningkatan waktu respon mortalitas. Secara keseluruhan perlakuan ekstrak

metanolik, fraksi larut etil asetat, fraksi larut heksan dan fraksi larut kloroform dengan tiga konsentrasi

yang berbeda memiliki kemampuan dalam membunuh larva uji.

Gambar 3. Respon Mortalitas Larva Uji Aedes aegypti Fraksi Larut Etil asetat, Heksan dan Kloroform pada Konsentrasi 10 ppm Selama Pengamatan (Jam)

Gambar 4. Respon Mortalitas Larva Uji Aedes aegypti Fraksi Larut Etil asetat, Heksan dan Kloroform pada Konsentrasi 100 ppm Selama Pengamatan (Jam)

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

0 1 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24

Waktu Pengamatan (Jam)

Res

po

n M

ort

alit

as L

arva

Uji

(%

)

Air P am

Abate

Etil Asetat

Heksan

Kloroform

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

0 1 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24

Waktu Pengamatan (Jam)

Res

po

n M

ort

alit

as L

arva

Uji

(%

)

Air P amAbateEtil AsetatHeksanKloroform

6

Page 7: Jurnal Wahid Togean_Rev

Gambar 5. Respon Mortalitas Larva Uji Aedes aegypti Fraksi Larut Etil asetat, Heksan dan Kloroform pada Konsentrasi 1000 ppm Selama Pengamatan (Jam)

Data yang diperoleh terlihat bahwa abate mempunyai nilai persentase mortalitas larva uji yang

meningkat tajam. Extoxnet (1996) menyatakan bahwa abate mampu menghambat atau menurunkan

aktivitas enzim cholinesterases dalam darah dan otak mamalia selama periode waktu yang lama, dapat

menyebabkan mutasi, serta bersifat racun pada organ tubuh yaitu sistem saraf dan hati.

Hasil pengujian aktivitas larvasida B. oligospora pada tiga fraksi larut dengan konsentrasi 10 ppm

(Gambar 3), 100 ppm (Gambar 4), dan 1000 ppm (Gambar 5) menunjukan bahwa fraksi larut kloroform

mempunyai aktivitas larvasida tertinggi terhadap Aedes aegypti.

Menurut Przybytek (1984), indeks polaritas kloroform adalah 4,1. Berdasarkan indeks polaritas

kloroform berfungsi menarik senyawa-senyawa yang bersifat semipolar artinya senyawa-senyawa yang

dapat larut dalam air. Lobban & Wynne (1981), mengatakan bahwa pelarut kloroform berfungi menarik

senyawa-senyawa alkaloid. Senyawa alkaloid biasanya terdapat dalam tumbuhan sebagai garam dari

berbagai asam organik.

Berdasarkan prinsip kerja atau cara masuk kedalam tubuh larva, Rozendaal (1997) mengatakan bahwa

sebagian besar larvasida digolongkan sebagai racun perut yang masuk kedalam tubuh larva melalui

organ pencernaan. Menurut Matsumura (1976), berdasarkan cara kerja larvasida, insektisida golongan

organofosfat seperti abate digolongkan sebagai racun perut dan kontak. Mortalitas larva uji pada

perlakuan abate terlihat adanya gejala pembengkakan pada seluruh permukaan tubuh larva berupa

selaput tipis berwarna putih terutama bagian abdomen, sedangkan bagian toraks sampai abdomen

berwarna hitam (Gambar 6e).

Berdasarkan hasil pengujian aktivitas larvasida dari ekstrak metanolik dan fraksi larut B. oligospora

telah diperoleh nilai LC50 seperti yang disajikan pada Tabel 1, sebagai berikut:

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

0 1 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24

Waktu Pengamatan (Jam)

Res

po

n M

ort

alit

as L

arva

Uji

(%

) Air P am

Abate

Etil Asetat

Heksan

Kloroform

7

Page 8: Jurnal Wahid Togean_Rev

a. Ekstrak Metanolik b. Etil Asetat c. Heksan

d. Kloroform e. Abate f. Air PDAM

Tabel 1. Perolehan Nilai LC50 terhadap Hasil Pengujian Aktivitas Larvasida dari Ekstrak Metanolik dan Fraksi Larut B. oligospora Selama Periode Pengamatan (1 s/d 24 Jam).

Waktu Pengamatan (Jam)

AbateEkstrak

MetanolikEtil Asetat Heksan Kloroform

1 - - - - -

2 - - - - -

4 - - - - -

6 120,692 - 970,880 - -

8 21,342 - 118,960 - -

10 11,264 1000 32,221 115,580 1000

12 6,723 500,038 15,561 17,501 120,259

14 4,353 120,023 9,622 8,887 55,834

16 1,945 10,956 5,825 5,029 13,520

18 1,945 7,779 4,951 4,154 7,349

20 1,945 6,006 3,317 2,685 3,476

22 1,945 4,255 1,942 2,004 2,896

24 1,945 3,272 1,942 2,004 2,836

Hal ini menunjukkan bahwa fraksi larut dari B. oligospora memiliki aktivitas larvasida yang baik.

Berdasarkan hasil pengujian aktivitas larvasida dari B. oligospora pada tiga fraksi larut dengan

konsentrasi 10, 100, 1000 ppm fraksi larut kloroform menunjukkan aktivitas larvasida terbaik terhadap

A. aegypti dibandingkan fraksi larut lainnya dan tidak jauh berbeda.

Gambar 6. Kondisi Mortalitas Larva Uji Nyamuk A. aegypti Pada Uji Ekstrak Metanolik, Uji Fraksi Larut, Abate dan Air PDAM.

8

Page 9: Jurnal Wahid Togean_Rev

4. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan pengujian yang dilakukan, telah diperoleh suatu senyawa yang berasal dari bahan alam alga Bornetella oligospora dengan aktifitas larvasida terhadap larva nyamuk Aedes aegypti. Aktivitas larvasida tertinggi dari ketiga fraksi larut terdapat pada fraksi larut kloroform, walaupun pada konsentrasi 10 ppm fraksi larut kloroform hanya mempunyai respon mortalitas sebesar 96,7% namun terjadi peningkatan respon mortalitas pada konsentrasi 100 dan 1000 ppm bila dibandingkan dengan fraksi larut lainnya.

4.2. Saran

Perlu dilakukan pemurnian terhadap fraksi larut etil asetat, heksan dan kloroform alga Bornetella oligopora untuk mengetahui jenis senyawa dengan aktivitas larvasidanya, perlu dilakukan uji toksisitas terhadap organisme non target dan waktu peluruhan di alam.

DAFTAR PUSTAKA

Atta, R.V, M. I. Chundary dan W. J. Thompson. 2001. Bioassay Technigues for Drug Development. Harvard Academic Publishers. Singapura. Hal 51-52.

Extoxnet.1996. Pesticide Information Profiles. (Http://ace.orst.edu/cgi-bin/mfs/01/pips/temephos.htm). Kunjungan 02 Juni 2007.

Lobban,C.S dan Wynne, M.T. 1981. The Biology of Seaweeds. Botanical Monographs.Volume 17. University of California Press.Berkeley dan Los Angeles. 553 Hal.

Matsumura, F. 1976. Toxicology of Insecticides. Plenum Press.New York dan London. 480 Hal.

Przybytek, J.T. 1984. Solvent Guide. Second Edition. Burdick dan Jakson Laboratories, Inc. 153 Hal.

Rozendaal, J.A.1997. Vector Control, Method For Use By Individuals and Communities. World Health Organization. Geneva. 412 Hal.

Sudradjat. 2000. Demam Berdarah Dengue (DBD). (http://www.geocities.com/mitra-sejati-2000/ dbd.html). Kunjungan 26 Mei 2007.

Untung,K. 2004. Ketahanan Aedes aegypti Terhadap Pestisida di Indonesia. (http://www.kompas.com/kompas-cetak/0404/06/humaniora /95/294.htm-43k). Kunjungan 26 Mei 2007.

Wibowo, A.E., W. Sumaryono dan Minaldi. 1997. Uji Aktifitas Larvasida Dan Identifikasi Senyawa Ekstrak Rimpang Temulawak Terhadap Larva Nyamuk Aedes aegypti. Seminar Nasional Hasil Dalam Bidang Farmasi. Hal 641-649.

9