PERAN RAPAT DEWAN KOMISARIS DAN KOMPENSASI...
Transcript of PERAN RAPAT DEWAN KOMISARIS DAN KOMPENSASI...
PERAN RAPAT DEWAN KOMISARIS DAN KOMPENSASI
EKSEKUTIF DALAM TATA KELOLA PERUSAHAAN
OLEH
Agung Dharmawan Buchdadi
I Gusti Ketut Agung Ulupui
Sholatia Dalimunthe
i
Kata Pengantar
Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa , kami
ucapkan atas selesainya karya ilmiah ini. Kami menyadari beberapa
ketidaksempurnaan masih terjadi disana sini. Untuk itu kami
menyatakan penyesalan dan membuka diri untuk segala kritik yang
membangun demi perbaikan dimasa mendatang. Selain itu kami
perlu mengungkapkan terima kasih kepada pihak pihak yang
mendukung pelaksanaan kegiatan ini, yaitu:
1. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta
2. Rekan rekan dosen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta.
3. Rekan rekan mahasiswa yang membantu dalam pengambilan
data dan pengolahan data penelitian ini
Demikian yang kami sampaikan , semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi seluruh bangsa Indonesia.
Jakarta, 20 Juni 2019
Tim Penyusun
ii
Daftar isi PERAN RAPAT DEWAN KOMISARIS DAN
KOMPENSASI EKSEKUTIF DALAM TATA KELOLA
PERUSAHAAN .................................................................... 1
Kata Pengantar ........................................................................ i
PENDAHULUAN .................................................................. 1
KEGIATAN PENGAWASAN DALAM GOOD
CORPORATE GOVERNANCE ......................................... 3
Pengaruh dewan komisaris independen
(Independent Board) terhadap kinerja perusahaan
............................................................................................ 4
Pengaruh rapat dewan komisaris terhadap kinerja
perusahaan ...................................................................... 5
Kinerja perusahaan dan kompensasi eksekutif ..... 6
PERAN RAPAT DEWAN KOMISARIS DAN
KOMPENSASI EKSEKUTIF PERUSAHAAN ............... 12
Rapat dewan komisaris meningkatkan kinerja
perusahaan .................................................................... 14
Kompensasi eksekutif meningkatkan kinerja
perusahaan .................................................................... 15
Daftar Pustaka................................................................... 16
Pengakuan ......................................................................... 21
1
PENDAHULUAN
Alasan utama untuk menerapkan tata kelola perusahaan
(good corporate governance -GCG) adalah masalah agensi
yang merupakan pemisahan antara kontrol dan kepemilikan
(John & Senbet, 1998). Para pemegang saham ingin para
manajer untuk mengambil tindakan yang tepat atas nama
kepentingan para pemegang saham untuk memaksimalkan
kekayaan mereka. Itulah yang pemegang saham bayar
kepada manajemen sehingga mereka selalu bertindak demi
kepentingan pemegang saham. Bahkan para pemegang
saham tidak ragu untuk memberikan kompensasi jika
perusahaan meningkatkan laba. Semakin baik kinerja
perusahaan, semakin besar kompensasi yang akan diterima
oleh eksekutif.
Perbincangan berkaitan dengan GCG akan tidak lepas
dengan teori keagenan (Agency Theory). Masalahnya timbul
terkait pemisahan kepemilikan dan kontrol di perusahaan.
Pemilik sebagai prinsipal membuat kontrak kepada manajer
2
sebagai agen untuk bertindak atas nama pemiliknya.
Kemudian, masalahnya adalah agen tidak selalu dapat
dijamin untuk bertindak demi kepentingan terbaik kepala
sekolah. Untuk menjaga agen melakukan kepentingan terbaik
dari prinsipal, pemegang saham perlu mengeluarkan biaya
agensi. Ada tiga komponen biaya agensi: biaya pemantauan
(monitoring cost) oleh prinsipal untuk membatasi tindakan
tidak baik oleh agen, biaya ikatan (bonding cost) untuk
menjamin agen tidak akan melakukan tindakan yang
merugikan prinsipal, dan biaya sisa (residual cost) karena
beberapa perbedaan antara keputusan yang dibuat oleh agen
dengan keputusan terbaik yang akan memaksimalkan yang
lebih kaya dari prinsipal (Jensen & Meckling, 1976).
Selanjutnya, teori keagenan juga berpendapat bahwa
akan sangat dibutuhkan aktivitas pemantauan yang memadai
serta insentif yang sesuai bagi agen untuk mencapai nilai
maksimal perusahaan (Madison, Holt, Kellermanns, & Ranft,
2015). Namun, faktanya,hal ini akan sulit dilakukan. Ada
perbedaan preferensi pada aktivitas perusahaan antara
3
pelaku dan agen. Hal ini berkaitan dengan perbedaan sikap
risiko antara pelaku dan agen dalam mengambil keputusan
dalam bisnis (Tan, 2014)
Dengan demikian, apabila perusahaan menerapkan
GCG yang kurang baik, manajer dapat mengambil keputusan
dalam mengelola perusahaan sesuai dengan kepentingan
pribadinya. Sementara, apakah perusahaan menerapkan
GCG yang baik, keputusan tersebut akan dipantau dan
dikendalikan oleh dewan komisaris. Kemudian, keputusan
dan strategi yang diambil akan sesuai dengan tujuan yang
dibuat oleh pemegang saham. Dalam teori agensi,
mekanisme GCG akan meliputi pemantauan (monitoring),
pemberian insentif (Incentive), dan struktur kepemilikan
(ownership structure) di perusahaan (Coles, McWilliams, &
Sen, 2001).
KEGIATAN PENGAWASAN DALAM GOOD CORPORATE
GOVERNANCE
Selanjutnya akan disajikan beberapa kajian terdahulu
berkaitan dengan tema sentral yang terkait dengan kegiatan
4
pengawasan dalam tata kelola perusahaan yaitu berkaitan
dengan dewan komisaris independent, rapat dewan
komisaris, insentif buat eksekutif, dan struktur kepemilikan
Pengaruh dewan komisaris independen (Independent
Board) terhadap kinerja perusahaan
Disebutkan di Al-Najjar (2014) bahwa dewan
komisaris independen akan memiliki peran pengawasan yang
baik di perusahaan akan memberi dampak positif bagi kinerja
perusahaan. Selain itu, dewan komisaris independen akan
membawa koneksi dan keahlian mereka untuk membuat
perusahaan memiliki capaian kerja yang lebih baik. Hal ini
sejalan dengan beberapa penelitian yang menemukan
hubungan positif antara independensi dewan komisaris dan
kinerja perusahaan(Duru, Iyengar, & Zampelli, 2015;
Mashayekhi & Bazaz, 2008; Müller, 2014). Duru, Iyengar, dan
Zampelli (2015) juga menemukan bahwa variabel
independensi dewan komisaris memiliki peran moderat pada
hubungan negatif antara dualitas dewan dan kinerja
perusahaan yaitu dengan melemahkan hubungan sebagai
5
akibat dari proporsi dewan meningkat secara independen.
Selain itu, diketahui dua penelitian mencatat bahwa
independensi dewan dan jumlah variabel pertemuan dewan
berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja
perusahaan(Liang, Xu, & Jiraporn, 2013; Liu, Miletkov, Wei, &
Yang, 2015; Zhu, Ye, Tucker, & Chan, 2016)
Meskipun demikian, ditemukan juga satu studi
(Cavaco, Crifo, Rebérioux, & Roudaut, 2017) berpendapat
bahwa dewan komisaris independen berkorelasi negatif
dengan kinerja operasi. Dewan komisaris dianggap tidak
memiliki pengetahuan yang lengkap mengenai bisnis yang
dijalankan perusahaan bahkan menjadi beban perusahaan.
Pengaruh rapat dewan komisaris terhadap kinerja
perusahaan
Salah satu cara termudah untuk mengevaluasi kinerja
dewankomisaris adalah dengan menghitung kehadiran
mereka dalam rapat dewan. Jumlah pertemuan yang dihadiri
menunjukkan mereka lebih intens melakukan peran mereka
untuk memantau perusahaan. Selain itu, dari penelitian
6
sebelumnya dicatat dari H. I. Chou, Chung, & Yin (2013)
bahwa pertemuan dewan memiliki dampak positif terhadap
kinerja perusahaan. Namun, disebutkan bahwa dewan harus
rapat sendiri bukan oleh wakilnya.
Chou, Chung, dan Yin (2013) memeriksa variabel
pertemuan dewan dengan menggunakan dua proxy. Proxy
pertama adalah persentase rapat dewan yang dihadiri oleh
seorang direktur dan yang kedua adalah persentase rapat
dewan yang dihadiri oleh perwakilan yang diberi wewenang
oleh seorang direktur
Kinerja perusahaan dan kompensasi eksekutif
Saat ini masih terjadi perdebatan dalam studi
hubungan antara kinerja perusahaan terhadap kompensasi
eksekutif juga sebaliknya pengaruh kompensasi eksekutif
terhadap kinerja perusahaan berkaitan dua pendapat
dipenelitian terdahulu.
Pengaruh kinerja perusahaan pada kompensasi eksekutif
7
Disebutkan bahwa teori keagenan menunjukkan
hubungan kinerja pada kompensasi eksekutif. Dalam hal ini
kompensasi adalah penghargaan atas kinerja
sebelumnya(Devers, Cannella, Reilly, & Yoder, 2007). Ada
beberapa penelitian yang menemukan korelasi positif antara
kinerja perusahaan dan kompensasi eksekutif. Penelitian di
perusahaan Inggris, ditemukan bahwa kompensasi direktur
dan pengembalian pemegang saham saat ini berkorelasi
positif. Namun, makalah ini menemukan sedikit bukti adanya
hubungan antara gaji direksi (gaji dan bonus) dan imbal hasil
pemegang saham (Conyon, 1997) . Selain itu, dalam studi
yang meneliti perusahaan Jepang, hasilnya menunjukkan
bahwa kinerja berbasis akuntansi saat ini memiliki dampak
positif terhadap kompensasi saat ini. Namun, kinerja berbasis
pasar tidak dapat memiliki efek signifikan terhadap
kompensasi (Basu, Hwang, Mitsudome, & Weintrop, 2007).
Selain itu, di China sebuah penelitian menemukan korelasi
positif antara kompensasi eksekutif dan kinerja perusahaan.
Definisi kompensasi didefinisikan sebagai logaritmik natural
8
dari jumlah gaji, bonus, tunjangan, dan tunjangan lainnya
(Conyon & He, 2011).
Pengaruh kompensasi eksekutif terhadap kinerja
Perlu dicatat bahwa para ilmuwan meneliti pengaruh
gaji terhadap kinerja yang mengkonseptualisasikan
kompensasi sebagai alat motivasi. Kemudian, studi tersebut
akan menggunakan kompensasi sebagai variable determinat
dari kinerja (Devers et al., 2007).
Kajian terdahulu terkait tata kelola perusahaan
Mungkinkah dewan komisaris independen, rapat dewan
komisaris, komite audit, dan komite risiko memperbaiki
kualitas aset dan kinerja operasional. sebuah studi
terhadap bank-bank yang terdaftar di Indonesia (Buchdadi
& Chou, 2017)
Tujuan-Studi ini menguji dampak dewan komisaris
independen, rapat dewan komisaris, komite audit, dan komite
risiko praktik bank di Indonesia. Metodologi - Kualitas aset
diukur dengan kredit bermasalah (non performing loan / NPL),
9
dan kinerja operasional diukur dengan rasio biaya operasional
(BOPO). Sedangkan sebagai variabel independen, kami
menggunakan beberapa variabel tata kelola perusahaan yang
baik termasuk dewan independen (IB), rapat dewan tahunan
(annual board meeting / BM), persentase rapat dewan direksi
tahunan, rapat dewan eksekutif tahunan (BEM), persentase
kehadiran rapat dewan komisaris tahunan, Komite Audit (AC),
Rapat Komite Audit (ACM), persentase kehadiran rapat
komite audit tahunan, Komite Risiko (RC), Rapat Komite
Risiko (RCM), dan persentase rapat komite risiko tahunan
kehadiran. Data tersebut tercatat di Pasar Modal Indonesia
selama 2013-2015 dengan menggunakan data panel tidak
seimbang dua tahap least square (2SLS) regresi. Temuan-
Temuan mengungkapkan bahwa dewan independen akan
memperbaiki prinsip kehati-hatian bank tersebut. Sedangkan
rapat dewan direksi akan meningkatkan kinerja operasional
bank. Selain itu, jumlah komite audit akan membuat kinerja
operasional lebih baik, sementara jumlah rapat akan
memperbaiki kredit bermasalah. Kesimpulan-Mengenai hasil
ini bank sentral dan juga pemangku kepentingan lainnya
10
dapat mempertahankan peran dewan direksi independen
serta banyaknya rapat tahunan berkualitas tinggi. Selain itu,
penelitian ini juga mengungkapkan peran komite audit dalam
bisnis perbankan. Studi ini mendukung teori agensi bahwa
aktivitas pemantauan akan membuat kinerja perusahaan
semakin baik.
Dewan Komisaris Independen, Komite Audit, Komite
Risiko, Tingkat Kehadiran Rapat dan Dampaknya
terhadap Kinerja: Kajian Bank Umum di
Indonesia(T.-K. Chou & Buchdadi, 2017)
Studi ini menentukan pengaruh good corporate
governance terhadap kinerja bank di Indonesia. Variabel yang
digunakan adalah dewan independen (IB), rapat dewan
tahunan (annual board meeting / BM), persentase rapat
dewan direksi tahunan, rapat dewan eksekutif tahunan
(BEM), persentase kehadiran rapat dewan eksekutif, komite
audit (AC), rapat komite audit (ACM), persentase kehadiran
rapat komite audit tahunan, komite risiko (RC), rapat komite
risiko (RCM), dan persentase kehadiran rapat komite risiko
11
tahunan. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah regresi data panel dua tahap least square (2SLS)
menggunakan return on asset (ROA), net interest margin ratio
(NIM), dan Tobin's Q sebagai proxy kinerja bank. Data yang
digunakan adalah bank yang terdaftar di Pasar Modal
Indonesia antara tahun 2013 dan 2015. Temuan tersebut
mengungkapkan bahwa dewan independen memiliki dampak
positif terhadap net interest margin di antara bank berskala
besar. Namun, di antara bank skala kecil dewan direksi
independen memiliki dampak positif terhadap nilai pasar,
namun mereka akan memiliki kekurangan informasi yang
dapat menghambat perolehan laba berdasarkan akuntansi
bank. Selain itu, temuan dari penelitian ini juga menjelaskan
peran penting pertemuan kehadiran untuk akuntansi
berdasarkan profitabilitas bank. Studi ini juga menemukan
peran penting komite audit di industri perbankan.
12
PERAN RAPAT DEWAN KOMISARIS DAN KOMPENSASI
EKSEKUTIF PERUSAHAAN
Pada bagian ini akan disajikan kondisi rapat dewan
komisaris dan kompensasi eksekutif perusahaan dalam
rangka melaksanakan peran pengawasan dalam tata kelola
perusahaan
Tabel 1. Rerata rapat dewan komisaris dan kompensasi
eksekutif perusahaan
Item N Rerata St.Dev Maximum Minimum
Kinerja Perusahaan
Tobin’s Q 5
4
0
1,93 2,67 24,43 0,06
ROA 5
4
0
0,04 0,12 0,80 -1,28
Variabel Good Corporate Governance
Kompensasi
Eksekutif
5
2
8
Rp
28.871
Juta
Rp
4.752
Juta
Rp
1.100.000
Juta
0
Rapat Dewan
Komisaris (BM)
4
2
2
6,19 5,22 32 1
13
Item N Rerata St.Dev Maximum Minimum
Kehadiran Rapat
Dewan Komisaris
(BMA)
4
2
2
23,49 21,01 181 2
Rapat Gabungan
Dewan Komisaris
(BEM)
2
7
6
5,46 3,63 28 1
Kehadiran Rapat
Gabungan Dewan
Komisaris
(BEMA)
2
7
6
45,78 45,05 478 7
Sumber: Data diolah
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 135
perusahaan selama 2013 – 2016. Beberapa catatan
mengenai data maksimum dalam penelitian ini. PT. Astra
Internasional yang bergerak dibidang otomotif memberikan
kompensasi terbesar di tahun 2014 yaitu sebesar Rp 1,1
Trilyun. Perusahaan perusahaan di industri metal seperti
Alumindo Light Metal Industry, Tbk., Indal Alumunium
14
Industry, Tbk., dan Krakatau Steel, Tbk. melaksanakan rapat
komisaris yang cukup intens yaitu diatas 30 kali. Sementara
beberapa perusahaan mencatat hanya 1 kali pertemuan
dewan komisaris seperti PT Mandom Indonesia, Tbk.; PT
Centex, Tbk.; PT Indopoly Swakarsa Industry, Tbk.; PT Darya
Varia Laboratoria, Tbk.; PT Delta Djakarta, Tbk.; PT Supreme
Cable Manufacturing and Commerce, Tbk.; dan PT Keramika
Indonesia Assosiasi, Tbk. Sementara itu rapat gabungan
dewan komisaris paling banyak dilakukan oleh PT Mandom
Indonesia pada tahun 2014, sedangkan paling sedikit oleh PT
Darya Varia Laboratoria, Tbk
Selain itu kinerja perusahaan yang terbaik adalah PT Akasha
Wira International Tbk (ADES) pada tahun 2014 berdasarkan
Tobins’s Q dan PT Multi Bintang Indonesia Tbk pada tahun
2013 berdasarkan ROA. Sebaliknya PT Centex, Tbk dan PT
Karwell Indonesia, Tbk merupakan perusahaan berkinerja
buruk berdasarkan Tobin’s Q dan ROA.
Rapat dewan komisaris meningkatkan kinerja perusahaan
Hasil karya ilmiah ini berkontribusi dalam menemukan peran
penting pertemuan dewan komisaris terhadap kinerja
15
perusahaan. Jumlah rapat dewan komisaris (BM) secara
signifikan akan meningkatkan kinerja perusahaan
berdasarkan nilai pasar. Sedangkan tingkat kehadiran rapat
dewan komisaris (BMA) secara signifikan meningkatkan
kinerja perusahaan berdasarkan rasio akuntansi. Sebaliknya
rapat gabungan dewan komisaris dan dewan eksekutif (BEM)
maupun tingkat kehadiran rapat gabungan dewan komisaris
dan dewan eksekutif (BEMA) tidak memberikan efek yang
signifikan terhadap kinerja perusahaan. Dengan demikian
argumen H. I. Chou, Chung, & Yin (2013) dan Chou &
Buchdadi (2017) yang menyatakan pertemuan dewan dan
tingkat kehadirannya memiliki dampak positif terhadap kinerja
perusahaan adalah benar. Lebih luas lagi, penelitian ini
menjadi konfirmasi pentingnya fungsi kontrol dalam teori
keagenan.
Kompensasi eksekutif meningkatkan kinerja perusahaan
Karya ini mengungkapkan hubungan yang signifikan dan
konsisten pada pengaruh positif kompensasi terhadap kinerja
perusahaan. Kompensasi akan meningkatkan kinerja
perusahaan yang diukur dengan nilai pasar maupun nilai
16
akuntansi perusahaan. Sementara, hanya kinerja perusahaan
berdasarkan nilai akuntansi yang kompensasi perusahaan.
Dengan demikian, penelitian ini mendukung penelitian
sebelumnya yaitu Basu, Hwang, Mitsudome, & Weintrop
(2007) yang menyatakan kompensasi berpengaruh positif
terhadap kinerja perusahaan. Begitu juga, penelitian dalam
negeri disektor perbankan Chou & Buchdadi (2018) yang
menemukan pengaruh positif antara kinerja dan kompensasi
dan sebaliknya pengaruh kompensasi terhadap kinerja.
Dengan demikian teori keagenan dan Stewardship theory
masih valid dalam hubungan kompensasi dan kinerja
perusahaan.
Daftar Pustaka
Al-Najjar, B. (2014). Corporate governance, tourism growth
and firm performance: Evidence from publicly listed
tourism firms in five Middle Eastern countries. Tourism
Management, 42, 342–351.
https://doi.org/10.1016/j.tourman.2013.09.008
Basu, S., Hwang, L. S., Mitsudome, T., & Weintrop, J. (2007).
17
Corporate governance, top executive compensation and
firm performance in Japan. Pacific Basin Finance
Journal, 15(1), 56–79.
https://doi.org/10.1016/j.pacfin.2006.05.002
Buchdadi, A. D., & Chou, T.-K. (2017). Could independent
board, board meeting, audit committee, and risk
committee improve the asset quality and operational
performance a study of listed banks in Indonesia.
Pressacademia, 4(3), 247–254.
https://doi.org/10.17261/Pressacademia.2017.702
Cavaco, S., Crifo, P., Rebérioux, A., & Roudaut, G. (2017).
Independent directors: Less informed but better selected
than affiliated board members? Journal of Corporate
Finance. https://doi.org/10.1016/j.jcorpfin.2017.01.004
Chou, H. I., Chung, H., & Yin, X. (2013). Attendance of board
meetings and company performance: Evidence from
Taiwan. Journal of Banking and Finance, 37(11), 4157–
4171. https://doi.org/10.1016/j.jbankfin.2013.07.028
Chou, T.-K., & Buchdadi, A. D. (2017). Independent Board,
Audit Committee, Risk Committee, the Meeting
18
Attendance level and Its Impact on the Performance: A
Study of Listed Banks in Indonesia. International Journal
of Business Administration, 8(3), 24.
https://doi.org/10.5430/ijba.v8n3p24
Coles, J. W., McWilliams, V. B., & Sen, N. (2001). An
examination of the relationship of governance
machanisms to performance. Journal of Management,
27(1), 23–50. https://doi.org/10.1016/S0149-
2063(00)00085-4
Conyon, M. J. (1997). Corporate governance and executive
compensation. International Journal of Industrial
Organization, 15(4), 493–509.
https://doi.org/10.1016/S0167-7187(96)01032-6
Conyon, M. J., & He, L. (2011). Executive compensation and
corporate governance in China. Journal of Corporate
Finance, 17(4), 1158–1175.
https://doi.org/10.1016/j.jcorpfin.2011.04.006
Devers, C. E., Cannella, A. A., Reilly, G. P., & Yoder, M. E.
(2007). Executive Compensation: A Multidisciplinary
Review of Recent Developments. Journal of
19
Management, 33(6), 1016–1072.
https://doi.org/10.1177/0149206307308588
Duru, A., Iyengar, R. J., & Zampelli, E. M. (2015). The
dynamic relationship between CEO duality and firm
performance: The moderating role of board
independence. Journal of Business Research, 69(10),
4269–4277.
https://doi.org/10.1016/j.jbusres.2016.04.001
Jensen, M. C., & Meckling, W. H. (1976). Theory of the Firm:
Managerial. Journal of Financial Economics, 3, 305–
360. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.1016/0304-
405X(76)90026-X
John, K., & Senbet, L. L. W. (1998). Corporate governance
and board effectiveness. Journal of Banking & Finance,
22, 371–403. https://doi.org/10.1016/S0378-
4266(98)00005-3
Liang, Q., Xu, P., & Jiraporn, P. (2013). Board characteristics
and Chinese bank performance. Journal of Banking and
Finance, 37(8), 2953–2968.
https://doi.org/10.1016/j.jbankfin.2013.04.018
20
Liu, Y., Miletkov, M. K., Wei, Z., & Yang, T. (2015). Board
independence and firm performance in China. Journal of
Corporate Finance, 30, 223–244.
https://doi.org/10.1016/j.jcorpfin.2014.12.004
Madison, K., Holt, D. T., Kellermanns, F. W., & Ranft, A. L.
(2015). Viewing Family Firm Behavior and Governance
Through the Lens of Agency and Stewardship Theories.
Family Business Review, 29(1), 65–93.
https://doi.org/10.1177/0894486515594292
Mashayekhi, B., & Bazaz, M. S. (2008). Corporate
Governance and Firm Performance in Iran. Journal of
Contemporary Accounting & Economics, 4(2), 156–172.
https://doi.org/10.1016/S1815-5669(10)70033-3
Müller, V.-O. (2014). The Impact of Board Composition on the
Financial Performance of FTSE100 Constituents.
Procedia - Social and Behavioral Sciences, 109, 969–
975. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2013.12.573
Tan, Y. (2014). Corporate governance in the banking sector.
In Performance, Risk and Competition in the Chinese
Banking Industry (pp. 39–64). Elsevier.
21
https://doi.org/10.1533/9781780634463.39
Zhu, J., Ye, K., Tucker, J. W., & Chan, K. (Johnny) C. (2016).
Board hierarchy, independent directors, and firm value:
Evidence from China. Journal of Corporate Finance, 41,
262–279. https://doi.org/10.1016/j.jcorpfin.2016.09.009
Pengakuan
Karya Ilmiah ini disarikan dari penelitian dengan judul
“Good Corporate Governance dan Kinerja Perusahaan di
Indonesia” yang dibiayai oleh Dana DIPA BLU SP-DIPA
042.01.2.400893/2018 revisi 04 Tanggal 26 Juli 2018 Sesuai
dengan Keputusan Pejabat Pembuat Komitmen FE UNJ No
454/SP/2018 Tanggal 18 Mei 2018