Case Sulit Mirae Cataract Senilis

37
KEPANITERAAN KLINIK STATUS ILMU PENYAKIT MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA Hari/Tanggal Ujian Presentasi Kasus : Jumat, 14 September 2013 SMF ILMU PENYAKIT MATA Rumah Sakit Mata“Dr. Yap” Nama : Amirah Bt Dahalan NIM : 11.2011.151 Dr. Pembimbing : dr. Enni Cahyani P, SpM, M.Kes Fak. Kedokteran : UKRIDA No. Rekam Medis : 38 78 53 Nama dokter merawat : dr Tatang Talka Gani Sp.M Tanggal masuk RS : 9 September 2013 I. IDENTITAS Nama : Ny.S Umur : 50 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Pekerjaan : Pedagang Alamat : Ngudi Mulyo, Sragen Tanggal Pemeriksaan: 10-11 September 2013 II. ANAMNESIS Dilakukan autoanamnesis pada tanggal 10 September 2013. Keluhan Utama : Pandangan kedua mata kabur kabur sejak 1 tahun yang lalu

description

case

Transcript of Case Sulit Mirae Cataract Senilis

Page 1: Case Sulit Mirae Cataract Senilis

KEPANITERAAN KLINIK

STATUS ILMU PENYAKIT MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

Hari/Tanggal Ujian Presentasi Kasus : Jumat, 14 September 2013

SMF ILMU PENYAKIT MATA

Rumah Sakit Mata“Dr. Yap”

Nama : Amirah Bt Dahalan

NIM : 11.2011.151

Dr. Pembimbing : dr. Enni Cahyani P, SpM, M.Kes

Fak. Kedokteran : UKRIDA

No. Rekam Medis : 38 78 53

Nama dokter merawat : dr Tatang Talka Gani Sp.M

Tanggal masuk RS : 9 September 2013

I. IDENTITAS

Nama : Ny.S

Umur : 50 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pekerjaan : Pedagang

Alamat : Ngudi Mulyo, Sragen

Tanggal Pemeriksaan : 10-11 September 2013

II. ANAMNESIS

Dilakukan autoanamnesis pada tanggal 10 September 2013.

Keluhan Utama :

Pandangan kedua mata kabur kabur sejak 1 tahun yang lalu

Keluhan Tambahan :

Gatal- gatal di kedua mata

Page 2: Case Sulit Mirae Cataract Senilis

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang dengan keluhan pandangan mata kanan dan kiri kabur sejak 1 tahun yang

lalu. Pasien mengatakan keluhan mata kabur berlangsung perlahan-lahan dan mata kiri dirasakan

lebih kabur sejak 5 bulan yang lalu. Kira-kira 5 bulan yang lalu pasien memeriksakan mata di rumah

sakit di Solo dan dan dikatakan katarak. Pada awalnya pasien merasakan hanya terasa gatal, lama

kelamaan pasien mengeluh penglihatan mata kiri kabur dan sulit melihat. Pasien mengeluh kalau

mata kiri jika melihat jauh maupun dekat kabur seperti ada bayangan putih dan merasa silau

terutama saat siang hari dan jika malam hari penglihatan terasa sedikit lebih jelas untuk melihat

dibandingkan dengan siang hari sedangkan pada mata kanan tidak ada keluhan. Pasien merasakan

lebih enak melihat dekat berbanding jauh. Pasien juga mengatakan bila melihat benda seperti

bergelombang pada tepi benda tersebut. Keluhan penglihatan dobel, melihat lingkaran pelangi yang

terlihat disekeliling sumber cahaya terang disangkal oleh pasien.

Pasien mengatakan keluhan mata kabur tidak disertai mata merah, mata berair, keluar

belekan, sakit kepala, mual atau muntah. Pasien tidak pernah menggunakan kaca mata.

Riwayat pernah trauma setengah tahun yang lalu akibat tertusuk kardus pada mata kiri dan

telah diobati di rumah sakit di Solo.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Pasien memiliki riwayat penyakit Diabetes Mellitus, didiagnosis sejak ± 1 tahun yang lalu.

hipertensi (-), asma (-), alergi (-), gastritis (+), trauma mata (+)

Riwayat Operasi :

Operasi batu ginjal kanan 3 tahun yang lalu

Riwayat Penyakit Keluarga :

Diabetes mellitus (+), hipertensi (+) pada ibu

Hipertensi (+) pada adik

Page 3: Case Sulit Mirae Cataract Senilis

III. PEMERIKSAAN FISIK

STATUS GENERALIS

Keadaan umum : Tampak sakit ringan

Kesadaran : Compos mentis

Tanda Vital : Tekanan Darah : 130/80 mmHg

Nadi : 80 x/menit

Respirasi : 20 x/menit

Suhu : 36,20C

Kepala : Normocephali, wajah simetris

THT : Membran timpani intak, serumen ada minimal, sekret tidak ada

Thorax, Paru-paru : Suara nafas vesikuler +/+, ronki -/-, wheezing -/-

Jantung : BJ I dan BJ II reguler, murmur dan gallop tidak ada

Abdomen : Supel, datar, bising usus positif normal, tidak ada nyeri tekan

Ekstremitas : Atas : Udema tidak ada, hangat

Bawah : Udema tidak ada, hangat

KGB : Tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening

IV. STATUS OFTALMOLOGIS

KETERANGAN OD OS

1. VISUS

Tajam penglihatan 5/60 1/60

Koreksi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Addisi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Distansia pupil 60 mm 60 mm

Kacamata lama Tidak ada Tidak ada

2. KEDUDUKAN BOLA MATA

Eksoftalmos Tidak ada Tidak ada

Enoftalmos Tidak ada Tidak ada

Deviasi Tidak ada Tidak ada

Gerakan bola mata Baik ke segala arah Baik ke segala arah

Page 4: Case Sulit Mirae Cataract Senilis

3. SUPERSILIA

Warna Hitam Hitam

Simetris Simetris Simetris

4. PALPEBRA SUPERIOR DAN INFERIOR

Edema Tidak ada Tidak ada

Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada

Ektropion Tidak ada Tidak ada

Entropion Tidak ada Tidak ada

Blefarospasme Tidak ada Tidak ada

Trikiasis Tidak ada Tidak ada

Sikatriks Tidak ada Tidak ada

Fissura palpebra Normal Normal

Ptosis Tidak ada Tidak ada

Hordeolum Tidak ada Tidak ada

Kalazion Tidak ada Tidak ada

Palpebra superior lateral

terdapat naevus di

perbatasan bulu mata,

menonjol berwarna hitam

kecoklatan, ukuran 2mm x

2mm

5. KONJUNGTIVA TARSALIS SUPERIOR DAN INFERIOR

Hiperemis Tidak ada Tidak ada

Folikel Tidak ada Tidak ada

Papil Tidak ada Tidak ada

Sikatriks Tidak ada Tidak ada

Anemis Tidak ada Tidak ada

Kemosis Tidak ada Tidak ada

Page 5: Case Sulit Mirae Cataract Senilis

6. KONJUNGTIVA BULBI

Sekret Tidak ada Tidak ada

Injeksi konjungtiva Tidak ada Tidak ada

Injeksi siliar Tidak ada Tidak ada

Injeksi subkonjungtiva Tidak ada Tidak ada

Pterigium Tidak ada Tidak ada

Pinguekula Tidak ada Tidak ada

Nevus pigmentosus Tidak ada Tidak ada

Kista dermoid Tidak ada Tidak ada

7. SISTEM LAKRIMALIS

Punctum Lakrimalis Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Tes Anel Tidak dilakukan Tidak dilakukan

8. SKLERA

Warna Putih Putih

Ikterik Tidak Ada Tidak ada

Nyeri Tekan Tidak Ada Tidak Ada

9. KORNEA

Kejernihan Jernih Jernih

Permukaan Licin Licin

Ukuran 12 mm 12 mm

Sensibilitas Normal Normal

Infiltrat Tidak ada Tidak ada

Keratik Presipitat Tidak ada Tidak ada

Sikatriks Tidak ada Tidak ada

Ulkus Tidak ada Tidak ada

Perforasi Tidak ada Tidak ada

Arkus Senilis Ada Ada

Edema Tidak ada Tidak ada

Tes Placido Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Page 6: Case Sulit Mirae Cataract Senilis

10. BILIK MATA DEPAN

Kedalaman Dalam Dalam

Kejernihan Jernih Jernih

Hifema Tidak ada Tidak ada

Hipopion Tidak ada Tidak ada

Efek Tyndall Tidak dilakukan Tidak dilakukan

11. IRIS

Warna Coklat Coklat

Kripte Jelas Jelas

Sinekia Tidak ada Tidak ada

Koloboma Tidak ada Tidak ada

12. PUPIL

Letak Ditengah Ditengah

Bentuk Bulat Bulat

Ukuran 3 mm 3 mm

Refleks Cahaya Langsung Positif Positif

Refleks Cahaya Tak Langsung Positif Positif

13. LENSA

Kejernihan Keruh Keruh padat

Letak Di tengah Di tengah

Shadow Test Positif Negatif

14. BADAN KACA

Kejernihan Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai

15. FUNDUS OKULI

Batas Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Warna Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Page 7: Case Sulit Mirae Cataract Senilis

Ekskavasio Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Rasio Arteri: Vena Tidak dilakukan Tidak dilakukan

C/D Ratio Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Makula lutea Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Retina Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Eksudat Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Perdarahan Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Sikatriks Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Ablasio Tidak dilakukan Tidak dilakukan

16. PALPASI

Nyeri Tekan Tidak ada Tida ada

Massa Tumor Tidak ada Tidak ada

Tensi Okuli Normal perpalpasi Normal perpalpasi

Tonometri Schiotz Tidak dilakukan Tidak dilakukan

17. KAMPUS VISI

Tes Konfrontasi Lapang pandang baik Lapang pandang baik

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tanggal (9 september 2013)

1. Tonometri : OD : 16 mmHg OS : 18 mmHg

2. Funduskopi : dalam batas normal tidak dapat dinilai

3. Keratometer :

4. USG biometri : Axial : 22,99 mm

ACD : 3,53 mm

Lens : 4,08 mm

Page 8: Case Sulit Mirae Cataract Senilis

5. Laboratorium (tanggal 10 September 2013)

Pemeriksaan Hasil

Darah lengkap

Leukosit (WBC) 6,90 103/mm3

Eritrosit (RBC) 4,60 106/mm3

Trombosit 239 103/mm3

Hemoglobin (Hb) 13,6 g/dL

Hematokrit (Hct) 42,9 %

MCV 93 µm3

MCH 29,5 pg

MCHC 31,7 g.dL

RDW 12,7 %

MPV 7,8 µm3

Pemeriksaan kimia darah

Kreatinin 0,99 mg/dL

Ureum 25,4 mg/dL

Gula darah puasa 163mg/dL

Gula darah sewaktu 2 jam PP 254 mg/dL

HbsAg Negatif

VI. RESUME

Pasien perempuan berumur 50 tahun datang dengan keluhan pandangan mata kanan dan kiri

kabur sejak 1 tahun yang lalu. Pasien mengatakan keluhan mata kabur berlangsung perlahan-

lahan dan mata kiri dirasakan lebih kabur sejak 5 bulan yang lalu. Kira-kira 5 bulan yang lalu

pasien memeriksakan mata di rumah sakit di Solo dan dan dikatakan katarak. Pada awalnya

pasien merasakan hanya terasa gatal, lama kelamaan pasien mengeluh penglihatan mata kiri

kabur dan sulit melihat. Pasien mengeluh kalau mata kiri jika melihat jauh maupun dekat kabur

seperti ada kabut, merasa silau terutama saat siang hari dan jika malam hari penglihatan terasa

sedikit lebih jelas untuk melihat dibandingkan dengan siang hari sedangkan pada mata kanan

tidak ada keluhan. Pasien merasakan lebih enak melihat dekat berbanding jauh. Pasien juga

mengatakan bila melihat benda seperti bergelombang pada tepi benda tersebut. Riwayat

pernah trauma setengah tahun yang lalu akibat tertusuk kardus pada mata kiri dan telah diobati

Page 9: Case Sulit Mirae Cataract Senilis

di rumah sakit di Solo. Riwayat menderita penyakit diabetes mellitus sejak 1 tahun yang lalu

dan rutin minum obat.

Dari pemeriksaan fisik mata ditemukan lensa mata kanan keruh dan lensa mata kiri keruh

padat. Pada lensa mata kiri terdapat seperti kepingan berwarna putih di bagian tengah mata.

Tajam penglihatan mata kanan 5/60, pada mata kiri dengan pemeriksaan visus 1/60 dan

Shadow test mata kanan positif dan mata kanan negatif.

VII. DIAGNOSIS KERJA

a) Okuli Dekstra (OD): Katarak Senilis Immatur

Dasar:

Anamnesis : Mata kanan kabur sejak 1 tahun yang lalu. Semakin lama penglihatan semakin

kabur sehingga tidak bisa melihat dengan baik. Mata berkabut dan merasa silau saat siang

hari dan sedikit lebih jelas saat malam hari. Keluhan disertai melihat benda seperti

bergelombang. Keluhan tidak disertai mata merah, nyeri pada mata, ada kotoran pada mata,

dan sakit kepala. Pasien tidak pernah menggunakan kacamata sebelumnya dan tidak pernah

mengalami trauma.

Pemeriksaan fisik mata : Lensa pada mata kanan keruh, visus 5/60 dan Shadow test positif

b) Okuli Sinistra (OS) : Katarak Senilis Matur

Dasar:

Anamnesis : Pasien mengeluh penglihatan mata kirinya lebih kabur bila untuk melihat jauh

dan dekat berbanding mata kanan. Semakin lama penglihatan semakin kabur sehingga tidak

bisa melihat dengan baik. Penglihatan seperti berkabut dan merasa silau saat siang hari dan

sedikit lebih jelas saat malam hari. Keluhan disertai melihat benda seperti bergelombang.

Keluhan tidak disertai mata merah, nyeri pada mata, ada kotoran pada mata, dan sakit

kepala. Pasien tidak pernah menggunakan kacamata sebelumnya dan pernah mengalami

trauma.

Pemeriksaan fisik mata: Lensa mata kiri keruh dengan visus 1/60. Shadow test negatif.

c) Diabetes mellitus tipe 2

Dasar

Pasien menderita diabetes sejak 1 tahun yang lalu dan rutin berobat serta mempunyai ri-

wayat keluarga yang menderita diabetes yakni ibu pasien.

Page 10: Case Sulit Mirae Cataract Senilis
Page 11: Case Sulit Mirae Cataract Senilis

VIII. DIAGNOSIS BANDING

1. Katarak komplikata

2. Katarak traumatika

IX. PEMERIKSAAN ANJURAN

1. Perimetri Goldman untuk memeriksa lapang pandang

2. Retinometri untuk menilai potensi ketajaman visual pasien dengan katarak dan kekeruhan

lainnya

X. PENATALAKSANAAN

Non-Bedah :

Tatalaksana non-bedah hanya efektif dalam memperbaiki fungsi visual untuk sementara waktu dan

memperlambat pertumbuhan katarak :

1) Penurunan kadar sorbitol

2) Pemberian aspirin

3) Antioksidan vitamin C dan E

Bedah :

Pro Operasi Fakoemulsifikasi + intraocular lens (IOL)

Preoperasi :

1) Edukasi pasien tentang prosedur operasi

2) Baju bedah dan inform consent

3) Midriatil 1 tetes OS/jam

4) Antibiotik profilaksis preoperasi : ofloxacin 1 tetes OS/jam

Postoperasi :

1) Ofloxacin tetes mata 4 x 1 tetes OS

2) Dexamethason tetes mata 6 x 1 tetes OS

3) Ciprofloxacin tab 2 x 500mg

4) Dexamethason tab 4 mg 2-2-0

5) Metformin tab 3 x 500mg

6) Vildagliptin tab 1 x 50mg

7) Edukasi pasien agar mata yang dioperasi tidak terkena air ±3minggu, tidak boleh

membungkuk kurang lebih 3 minggu, memakai Dop/pelindung mata berlubang selama 3

minggu saat tidur, jika ingin berpergian bisa menggunakan kacamata netral.

Page 12: Case Sulit Mirae Cataract Senilis

8) Kontrol ke poli setelah seminggu untuk menilai perbaikan luka, pemeriksaan visus dan

komplikasi pasca operasi.

XI. PROGNOSIS

OKULO DEXTRA (OD) OKULO SINISTRA (OS)

Ad Vitam : Dubia ad bonam Dubia ad bonam

Ad Fungsionam : Dubia ad bonam Dubia ad bonam

Ad Sanationam : Dubia ad bonam Dubia ad bonam

Page 13: Case Sulit Mirae Cataract Senilis

TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN

Katarak adalah keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa di dalam

kapsul lensa atau juga suatu keadaan patologik lensa di mana lensa menjadi keruh akibat hidrasi

cairan lensa atau denaturasi protein lensa. Katarak senilis atau biasa juga disebut ‘age-related

cataract’ merupakan katarak dapatan yang paling sering, mengenai umur lebih dari 50 tahun.

Setelah umur 70 tahun, lebih dari 90% individu mengalami katarak senilis. Kondisi ini biasanya

bilateral, tetapi pada tahap awal hampir selalu satu mata yang terlibat.

Secara morfologi katarak senilis terjadi dalam dua bentuk, yaitu kortikal (katarak lunak)

dan nuklear (katarak keras). Katarak senil kortikal dapat berawal dari katarak kuneiformis atau

kupuliformis.

ANATOMI DAN FISIOLOGI LENSA

Lensa bersifat transparen, bikonveks, dan berstruktur kristalin. Lensa terletak di antara iris dan

vitreus humor. Diameter lensa berkisar 9-10 mm dan ketebalan bervariasi dari 3,5 mm saat lahir

sampai 5 mm saat dewasa.

Kelengkungan lensa berbeda antara segmen anterior dan posteriornya. Segmen posterior lensa

lebih konveks/melengkung dari segmen anteriornya. Kedua segmen bertemu di ekuator.

Struktur-struktur lensa adalah sebagai berikut :

1. Lens capsule. Meruakan membran hialin tipis dan transparan yang melindungi lensa. Kapsul

lebih tebal di daerah anterior dibanding di posterior, paling tebal di daerah pre ekuator

anterior, paling tipis di daah kutub posterior.

2. Epitel anterior. Merupakan selapis sel kuboid di bawah lapisan kapsul anterior. Di bagian

ekuator sel ini menjadi kolumnar, dan aktif membelah untuk membentuk serat lensa yang

baru selama kehidupan. Tidak ada yang namanya epitel posterior.

3. Lens fibers. Sel epitel memanjang untuk membentuk serat serat lensa yang mempunyai

bentuk yang complicated. Serat lensa yang sudah matur merupakan sel yang sudah tidak

mempunyai inti. Serat-serat lensa yang terbentuk selam kehidupan membentuk nukleus dan

korteks.

Nukleus. Merupakan bagian tengah yang mengandung serat yang tertua. Nukleus sendiri

mempunyai bagian-bagian, dengan yang tertua ada di bagian paling tengah.

Korteks. Mrupakan serat lensaa di sekitar nukleus yang berusia muda.

4. Ligamentum suspensorium (zonulla zinii). Strukturnya terdiri dari kumpulan serat yang

Page 14: Case Sulit Mirae Cataract Senilis

menghubungkan lensa ke badan silier. Ligamentum ini memungkinkan lensa berada di

posisi yang tetap dan bergerak sesuai dengan kontraksi otot siliar.

Untuk menjalankan fungsinya sebagai media refraksi, lensa harus mempunyai 3 fisiologi untuk

mempertahankan strukturnya :

a. Transparan. Lensa dapat menjadi trasnparan karena faktor-faktor sebagai berikut:

b. Avaskular.

c. Sel-sel yang rapat dan sesuai pengaturannya

d. Kapsul lensa yang semipermeabel.

e. Mekanisme pompa oleh membran serat lensa yang mengatur keseimbangan elektrolit dan

air dan menjaga agar dehidrasi

f. Auto oksidasi dan konsentrasi glutation yang tinggi menjaga agar protein lensa berada

tereduksi dan menjaga pompa integrits dari pompa membran.

g. Metabolisme. Lensa memerlukan ATP untuk transpor aktif ion dan asam amino,

maintenance dehidrasi lensa, dan sintesis protein. Eergi yang dihasilkan sebagian besar

dialihkan ke epitel yang merupakan tempat transpor aktif, hanya 10-20 persen untuk

sintesis protein. Sumber energinya didapatkan dari aqueous humour. Glukosa merupakan

sumber energi yang utama. Aktivitas metabolik paling banyak terdapat di epitel dan korteks,

sedangkan untuk nukleus biasanya tidak begitu banyak. Metabolisme dapat terjadi melalui

glikolisis anaerob, HMP shunt, dan sikous Krebs. Pada pasien dengan DM dapat terjadi jalur

sorbitol.

Gambar 1. Anatomi Lensa

Page 15: Case Sulit Mirae Cataract Senilis

EPIDEMIOLOGI

Katarak merupakan penyebab utama (51%) kebutaan di dunia. Hampir 20 juta jiwa

mengalami kebutaan karena katarak, dan jumlah ini diproyeksikan akan menjadi 40 juta jiwa pada

tahun 2020. Di negara berkembang, katarak terkait usia dapat muncul lebih cepat. Penelitian di

India menunjukkan katarak dapat muncul 14 tahun lebih awal dibandingkan di Amerika Serikat.

Sebagai perbandingan, prevalensi katarak yang sudah mengganggu visus (<=6/9) pada populasi

berusia 75-83 tahun di India adalah sebesar 82% dibandingkan 46% di Amerika Serikat. Katarak

dapat ditemukan lebih sering pada wanita dibanding pria dengan rasio 1:8.

Di Indonesia, katarak adalah penyebab kebutaan terbanyak (1,02%) dari total angka

kebutaan 1,47%. Peningkatan penduduk usia lanjut yang diproyeksikan pada tahun 2025

meningkat sebesar 400% akan menjadi ancaman peningkatan prevalensi katarak. Meningkatknya

angka kejadian penyakit kronis seperti DM dan hipertensi juga memiliki faktor terhadap

peningkatan angka kejadian tersebut.

ETIOLOGI

Katarak senilis berkembang seiring dengan proses bertambahnya usia. Etiopatogenesis yang pasti

belum jelas, beberapa faktor yang berperan dalam terjadinya katarak senilis adalah: Faktor yang

berpengaruh terhadap onset umur, jenis, dan maturitas katarak senilis

1. Herediter; berperan dalam insiden, onset umur, dan maturasi katarak senilis pada keluaraga

yang berbeda.

2. Iradiasi ultraviolet; banyak studi epidemiologi menunjukkan peranan paparan sinar

ultraviolet terhadap lebih awalnya onset dan maturitas dari katarak senilis.

3. Faktor diet; defisiensi protein tertentu, asam amino, vitamin (riboflavin, vitamin E, vitamin

C), dan elemen esensial diduga mempercepat onset dan maturitas katarak senilis.

4. Krisis dehidrasi; adanya episode dehidrasi sebelumnya (misalnya diare, kolera) juga

dihubungkan dengan cepatnya onset dan maturitas katarak.

5. Merokok; mengaikabtkan akumulasi molekul 3 hidroksikinurinin berpigmen dan kromofor

yang dapat menyebabkan warna kekuningan. Sianat pada rokok menyebabkan karabamilasi dan

denaturasi protein lensa.

Page 16: Case Sulit Mirae Cataract Senilis

PATOFISIOLOGI

Dalam keadaan normal transparansi lensa terjadi karena adanya keseimbangan antara protein yang

dapat larut dalam protein yang tidak dapat larut dalam membran semipermiabel. Apabila terjadi

peningkatan jumlah protein yang tidak dapat diserap dapat mengakibatkan penurunan sintesa

protein, perubahan biokimiawi dan fisik dan protein tersebut mengakibatkan jumlah protein dalam

lensa melebihi jumlah protein dalam bagian yang lain sehingga membentuk suatu kapsul yang

dikenal dengan nama katarak. Terjadinya penumpukan cairan/degenerasi dan desintegrasi pada

serabut tersebut menyebabkan jalannya cahaya terhambat dan mengakibatkan gangguan

penglihatan. Dengan bertambah lanjut usia seseorang maka nucleus lensa mata akan menjadi lebih

padat dan berkurang kandungan airnya, lensa akan menjadi keras pada bagian tengahnya (optic

zone) sehingga kemampuan memfokuskan benda berkurang.

Perubahan lensa pada usia lanjut menurut Ilyas (2005):

1. Kapsul

Menebal dan kurang elastis (1/4 dibanding anak)

Mulai presbiopia

Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur

Terlihat bahan granular

2. Epitel → makin tipis

Sel epitel (germinatif) pada ekuator bertambah besar dan berat

Bengkak dan fakuolisasi mitokondria yang nyata

3. Serat lensa:

Lebih iregular

Pada korteks jelas kerusakan serat sel

Brown sclerotic nucleus, sinar ultraviolet lama kelamaan merubah protein nukleus (histidin,

triptofan, metionin, sistein dan tirosin) lensa, sedang warna coklet protein lensa nukleus

mengandung histidin dan triptofan dibanding normal

Korteks tidak berwarna karena:

Kadar asam askorbat tinggi dan menghalangi fotooksidasi.

Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda.

Kekeruhan lensa dengan nukleus yang mengeras akibat usia lanjut biasanya mulai terjadi

pada usia lebih dari 60 tahun.

MANIFESTASI KLINIS

Pengambilan anamnesa yang hati–hati sangat penting untuk menggambarkan progresifitas

Page 17: Case Sulit Mirae Cataract Senilis

dan kerusakan fungsional dari penglihatan yang disebabkan oleh katarak dan identifikasi penyebab

lain  yang mungkin menyebabkan opasitas lensa. Seorang pasien dengan katarak juvenile biasanya

memiliki riwayat kemunduran penglihatan progresif dan bertahap.

Katarak didiagnosa melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang

lengkap.

Keluhan yang membawa pasien datang antara lain:

1. Pandangan kabur

Kekeruhan lensa mengakibatkan penurunan penglihatan yang progresif atau berang-

sur-angsur dan tanpa nyeri, serta tidak mengalami kemajuan dengan pin-hole.

2. Penglihatan silau

Penderita katarak sering kali mengeluhkan penglihatan yang silau, dimana tingkat

kesilauannya berbeda-beda mulai dari sensitifitas kontras yang menurun dengan latar

belakang yang terang hingga merasa silau di siang hari atau merasa silau terhadap

lampu mobil yang berlawanan arah atau sumber cahaya lain yang mirip pada malam

hari. Keluhan ini sering kali muncul pada penderita katarak kortikal.

3. Sensitifitas terhadap kontras

Sensitifitas terhadap kontras menentukan kemampuan pasien dalam mengetahui

perbedaan-perbedaan tipis dari gambar-gambar yang berbeda warna, penerangan dan

tempat. Cara ini akan lebih menjelaskan fungsi mata sebagai optik dan uji ini diketahui

lebih bagus daripada menggunakan bagan Snellen untuk mengetahui kepastuian fungsi

penglihatan; namun uji ini bukanlah indikator spesifik hilangnya penglihatan yang

disebabkan oleh adanya katarak.

4. Miopisasi

Perkembangan katarak pada awalnya dapat meningkatkan kekuatan dioptri lensa,

biasanya menyebabkan derajat miopia yang ringan hingga sedang. Namun setelah

sekian waktu bersamaan dengan memburuknya kualitas lensa,rasa nyaman ini

berangsur menghilang dan diikuti dengan terjadinya katarak sklerotik nuklear.

Perkembangan miopisasi yang asimetris pada kedua mata bisa menyebabkan

anisometropia yang tidak dapat dikoreksi lagi, dan cenderung untuk diatasi dengan

ekstraksi katarak.

5. Variasi Diurnal Penglihatan

Pada katarak sentral, kadang-kadang penderita mengeluhkan penglihatan menurun

pada siang hari atau keadaan terang dan membaik pada senja hari, sebaliknya

Page 18: Case Sulit Mirae Cataract Senilis

paenderita katarak kortikal perifer kadang-kadang mengeluhkan pengelihatan lebih

baik pada sinar terang dibanding pada sinar redup.

6. Distorsi

Katarak dapat menimbulkan keluhan benda bersudut tajam menjadi tampak tumpul

atau bergelombang.

7. Halo

Penderita dapat mengeluh adanya lingkaran berwarna pelangi yang terlihat disekeliling

sumber cahaya terang, yang harus dibedakan dengan halo pada penderita glaucoma.

8. Diplopia monokuler

Gambaran ganda dapat terbentuk pada retina akibat refraksi ireguler dari lensa yang

keruh, menimbulkan diplopia monocular, yang dibedakan dengan diplopia binocular

dengan cover test dan pin hole.

9. Perubahan persepsi warna

Perubahan warna inti nucleus menjadi kekuningan menyebabkan perubahan persepsi

warna, yang akan digambarkan menjadi lebih kekuningan atau kecoklatan dibanding

warna sebenarnya.

10. Bintik hitam

Penderita dapat mengeluhkan timbulnya bintik hitam yang tidak bergerak-gerak pada

lapang pandangnya. Dibedakan dengan keluhan pada retina atau badan vitreous yang

sering bergerak-gerak.

Pemeriksaan Oftalmologis K atarak

Pemeriksaan mata lengkap dimulai dari pemeriksaan visus. Jika pasien mengeluhkan glare,

visus juga harus diperiksa di ruangan yang sangat terang. Pemeriksaan sensitivitas terhadap

kontras juga harus dilakukan, terutama jika ada keluhan. Tes shadow akan menunjukkan hasil

positif .

Pemeriksaan slit lamp tidak hanya dikonsentrasikan untuk melihat kekeruhan lensa, namun juga

menilai struktur okular lainnya seperti konjungtiva, kornea, iris dan bilik mata depan.

1. Visus dasar dan visus koreksi terbaik

Pada katarak, visus dapat menurun yang tidak akan diperbaiki dengan pemakaian kacamata.

2. Refleks pupil

Pada katarak juvenile, reflex pupil positive karena cahaya masih dapat masuk ke dalam mata.

Dengan oftalmoskop pada mata tanpa adanya katarak akan terlihat refleks merah pada pupil

Page 19: Case Sulit Mirae Cataract Senilis

yang merupakan refleks retina yang terlihat melalui pupil. Bila terdapat katarak maka refleks

merah ini tidak akan terlihat.

3. Tekanan intra ocular

Memeriksa adanya komplikasi glaucoma pada penderita katarak

4. Pemeriksaan fundus, fundus reflex

5. Fundus okuli menjadi semakin sulit dilihat seiring dengan semakin padatnya kekeruhan lensa,

sampai reaksi fundus sama sekali hilang. Pada stadium ini katarak biasanya telah matang dan

pupil mungkin tampak putih.

6. Keadaan umum

7. pemeriksaan fungsi macula dan USG (biometri pengukuran power IOL)

untuk mengetahui prognosis dan pemakaian lensa setelah operasi ekstraksi katarak.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium diperlukan sebagai bagian skrining preoperative untuk mendeteksi

penyakit penyerta (misalnya diabetes mellitus, hipertensi dan kelainan jantung). Pemeriksaan

radiologis seperti USG, CT Scan dan MRI diperlukan jika dicurigai adanya kelainan di daerah

posterior dan kurangnya gambaran pada bagian belakang mata karena katarak yang sudah sangat

padat. Pemeriksaan ini membantu dalam perencanaan tatalaksana bedah.

DIAGNOSIS

Pemeriksaan fisik oftalmologi adalah visus dasar yang nantinya dibedakan dengan kelainan

refraksi atau kelainan media lensa, dan pinhole sangatlah penting dalam menentukan ketebalan

kekeruhan lensa dan jenis katarak tersebut. Selain itu perlu juga dilakukan pemeriksaan

oftalmoskopi dan shadow test.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan oftalmologi. Tujuan

anamnesis adalah untuk memperoleh riwayat katarak serta memperkirakan semua hal yang

berhubungan dengan katarak, seperti sudah berapa lama katarak diderita, faktor-faktor

predisposisi yang mendasari, gejala yang berhubungan dan lain-lain. Pemeriksaan oftalmologi

bertujuan mengkonfirmasi kemungkinan diagnosis seperti derajat katarak, lamanya katarak,

kelainan lain yang timbul bersama-sama katarak dan tindakan yang akan dilakukan.

Tanda yang didapat ketika pemeriksaan visus yaitu penurunan visus. Pemeriksaan katarak

dengan menggunakan oftalmoskop direk terlihat fundus yang keruh. Kekeruhan keabu-abuan

terlihat pada pemeriksaan Shadow test. Kekeruhan ini terlihat sebagai area gelap seperti bayangan

yang dibayangi dengan reflek merah di pupil ketika dilihat dengan oftalmoskop pada jarak 15 cm.

Page 20: Case Sulit Mirae Cataract Senilis

Pemeriksaan slit lamp memungkinkan identifikasi lokasi kekeruhan dengan tepat. Pada katarak

yang terletak sentral, pemeriksaan visus di ruangan gelap akan lebih baik daripada pemeriksaan di

ruangan dengan penerangan cukup. Pemeriksaan pupil yang paling baik adalah ketika pupil

dilatasi.

DIAGNOSIS BANDING

1. Katarak Komplikata

Katarak komplikata merupakan katarak akibat penyakit mata lain seperti radang, dan

proses degenerasi seperti ablasi retina, retinitis pigmentosa, glaucoma, tumor intraocular,

iskemia ocular, nekrosis anterior segmen, buftalmos,akibat suatu trauma dan pasca bedah mata.

Katarak komplikata dapat juga disebabkan oleh penyakit sistemik endokrin(diabetes meli-

tus, hipoparatiroid,galaktosemia,dan miotonia distrofi) dan keracunan obat (tiotepa intravena,

steroid local lama, steroid sistemik, oral kontraseptik dan miotika antikolinesterase). Katarak

komplikata memberikan tanda khusus dimana mulai katarak selamanya didaerah bawah kapsul

atau pada lapis korteks, kekeruhan dapay difus, pungtata, linear, rosete, reticulum dan biasanya

terlihat vakuol. 

Dikenal 2 bentuk yaitu bentuk yang disebabkan kelainan pada polus posterior mata dan aki-

bat kelainan pada polus anterior bola mata. Katarak pada polus posterior terjadi akibat penyakit

koroiditis, retinitis pigmentosa, ablasi retina, kontusio retina dan myopia tinggi yang mengaki-

batkan kelainan badan kaca. Biasanya kelainan ini berjalan aksial dan tidak berjalan cepat di-

dalam nucleus, sehingga sering terlihat nucleus lensa tetap jernih. Katarak akibat miopia tinggi

dan ablasi retina memberikan gambaran agak berlainan. Katarak akibat kelainan polus anterior

bola mata biasanya diakibatkan oleh kelainan kornea berat, iridoksiklitis, kelainan neoplasma

dan glaukoma. Pada iridoksiklitis akan mengakibatkan katarak subkapsularis anterior. Pada

katarak akibat glaucoma akan terlihat katarak disiminata pungtata subkapsular anterior

(katarak Vogt). Katarak komplikata akibat hipokalsemia berkaitan dengan tetani infantile,

hipoparatiroidisma. Pada lensa terlihat kekeruhan titik subkapsular yang sewaktu – waktu men-

jadi katarak lamellar. Pada pemeriksaan darah terlihat kadar kalsium turun. 

2. Katarak traumatik

Katarak traumatik paling sering disebabkan oleh cedera benda asing di lensa atau

trauma tumpul terhadap bola mata. Sebagian besar katarak traumatik dapat dicegah.

Lensa menjadi putih segera setelah masuknya benda asing, karena lubang pada kapsul lensa

menyebabkan humor aqueus dan kadang-kadang korpus vitreum masuk dalam struktur

lensa. Pasien mengeluh penglihatan kabur secara mendadak. Mata jadi merah, lensa opak,

Page 21: Case Sulit Mirae Cataract Senilis

dan mungkin disertai terjadinya perdarahan intraokular. Apabila humor aqueus atau korpus

vitreum keluar dari mata, mata menjadi sangat lunak. Penyulit adalah infeksi, uveitis, abla-

sio retina dan glaukoma.

PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan pada katarak dapat dilakukan dengan tindakan non bedah dan bedah.

Non-Bedah

Hanya efektif dalam memperbaiki fungsi visual untuk sementara waktu. Di samping itu,walaupun

banyak penelitian mengenai tatalaksana medikamentosa bagi penderita katarak, hingga saat ini

belum ditemukan obat-obatan yang mampu memperlambat atau menghilangkan pembentukan

katarak pada manusia. Beberapa agent yang mungkin dapat memperlambat pertumbuhan katarak

adalah penurunan kadar sorbitol, pemberian aspirin, antioksidan vitamin C dan E.

Bedah

Tindakan pembedahan dilakukan dengan indikasi:

1. Indikasi umum:  Meningkatkan fungsi penglihatan merupakan indikasi paling umum

untuk ekstraksi katarak, walaupun kepentingannya bersifat individual.

2. Indikasi optik : pasien mengeluh gangguan penglihatan yang mengganggu kehidupan sehari-

hari, dapat dilakukan operasi katarak. Dengan pengkoreksian visus maksimal 20/50 (6/15)

dan kelemahan visus secara subyektif yang menghalangi aktivitas sehari-hari (seperti

mengemudi, membaca, dan aktivitas lainnya).

3. Indikasi medis : Kondisi katarak harus dioperasi diantaranya katarak juvenile, lensa yang

menginduksi glaukoma, lensa yang menginduksi uveitis, dislokasi/subluksasi lensa, benda asing

intraretikuler, retinopati diabetik, ablasio retina atau patologi segmen posterior lainnya.

Pandangan berbayang dapat merupakan indikasi untuk pembedahan dan paling umum dengan

katarak subkapsular posterior. Indikasi yang jarang adalah penyakit lensa (seperti glaukoma

phocolytic, uveitis) atau kebutuhan untuk menampilkan fundus pada penatalaksanaan penyakit

seperti retinopati diabetik atau glaukoma.

4. Indikasi kosmetik : mengangkat katarak juvenil pada mata yang buta untuk menunjukkan

kembali pupil yang hitam.

Refraksi optimal pasca operasi tergantung pada kebutuhan pasien akan koreksi monookular atau

binokular. Bila pasien membutuhkan koreksi monookular dengan keadaan sebelah mata memiliki

visus yang buruk karena katarak pekat atau amblyopia. Refraksi pasca operasi yang terbaik pada

keadaan ini adalah -1D. Koreksi ini cukup bagi pasien untuk mengerjakan pekerjaan sehari-hari

tanpa menggunakan kacamata dan bila perlu penglihatan lebih jelas dapat menggunakan kacamata

Page 22: Case Sulit Mirae Cataract Senilis

bifokal. Beberapa pasien yang tidak puas adalah pasien miopia yang menjadi hipermetrop setelah

implantasi IOL. Apabila diperlukan koreksi binokular, perbedaan refraksi kedua mata tidak boleh

lebih dari 3D. hal ini karena pasien dapat mengalami penglihatan ganda ketika melihat keatas dan

ke bawah. Apabila pasien memiliki penglihatan dengan visus normal di mata yang tidak dioperasi

refraksi pasca operasi di mata yang diopersasi seharusnya berada dalam perbedaan antara 1-2 D

dengan mata yang tidak dioperasi.

Evaluasi Preoperatif

Selain pemeriksaan secara umum, pasien yang akan dioperasi katarak memerlukan

pemeriksaan oftalmikus yang lengkap, yaitu:

1. Ketajaman Visus

2. Cover test

Heterotrophia dapat mengindikasikan adanya suatu ambliopia yang dapat mempengaruhi

prognosis penglihatan setelah operasi, atau kemungkinan timbulnya diplopia bila visus

telah diperbaiki.

3. Refleks pupil

Karena katarak tidak pernah mengakibatkan suatu defek pada saraf aferen. Adanya defek

tersebut dapat mempengaruhi hasil akhir penglihatan setelah operasi.

4. Adneksa Okular

Dacryocystitis, blepharitis, konjungtivitis kronis, lagophtalmus, ektropion, entropion dapat

menjadi predisposisi timbulnya endophtalmitis, maka perlu perawatan yang efektif sebelum

pembedahan.

5. Kornea

6. Segmen anterior

COA yang dangkal dapat membuat kesulitan pada operasi katarak.

7. Lensa

8. Funduskopi

Melihat ada-tidaknya degenerasi makula yang akan mempengaruhi visus nantinya. Bila

lensa sangat keruh, dapat diperiksa dengan USG.

Persiapan Pre-Operasi

1. Pasien sebaiknya dirawat di rumah sakit semalam sebelum operasi

2. Pemberian informed consent

3. Bulu mata dipotong dan mata dibersihkan dengan larutan Povidone-Iodine 5%

Page 23: Case Sulit Mirae Cataract Senilis

4. Pemberian tetes antibiotik tiap 6 jam

5. Pada hari operasi, pasien dipuasakan.

6. Pupil dilebarkan dengan midriatika tetes sekitar 2 jam sebelum operasi. Tetesan diberikan

tiap 15 menit

7. Obat-obat yang diperlukan dapat diberikan, misalnya obat asma, antihipertensi, atau anti

glaukoma. Tetapi untuk pemberian obat antidiabetik sebaiknya tidak diberikan pada hari op-

erasi untuk mencegah hipoglikemia, dan obat antidiabetik dapat diteruskan sehari setelah op-

erasi.

Anestesi

1. Anestesi Umum

2. Anestesi Lokal :

Peribulbar block

Subtenon Block

Topical-intracameral anesthesia

Jenis Tindakan Pembedahan pada Katarak

Pengobatan pada katarak adalah pembedahan. Untuk menentukan waktu kapan katarak dapat

dibedah ditentukan oleh keadaan tajam penglihatan dan bukan oleh hasil pemeriksaan. Digunakan

nama insipien, imatur, dan hipermatur didasarkan atas kemungkinan terjadinya penyulit yang

dapat terjadi. Bila pada stadium imatur terjadi glaukoma maka secepatnya dilakukan pengeluaran

lensa walaupun kekruhan lensa belum total. Demikian pula pada katarak matur dimana bila masuk

ke dalam stadium lanjut hipermtur maka penyulit mungkin akan tambah berat dan sebaiknya pada

stadium matur sudah dilakukan tindakan pembedahan.

Pembedahan yang dilakukan adalah ekstraksi lensa. Ekstraksi lensa sebenarnya suatu tindakan

yang sederhana, namun resikonya berat. Kesalahan pada tindakan pembedahan atau terjadinya

infeksi akan mengakibatkan hilangnya penglihatan tanpa dapat diperbaiki lagi. Pembedahan

dapatdilakukan dengan anestesi lokalmaupunanestesi umum.

Pembedahan katarak senil dikenal 2 bentuk yaitu intrakapsular atau ekstrakapsular.

1. Ekstraksi katarak intrakapsular (ICCE) merupakan tindakan umum pada katarak senil

karena bersamaan dengan proses degenerasi lensa juga terjadi degenerasi zonula Zinn se-

hingga dengan memutuskan zonula ini dengan menarik lensa, maka lensa dapat keluar

bersama-sama dengan kapsul lensa. Melalui prosedur ini seluruh lensa katarak dengan kap-

Page 24: Case Sulit Mirae Cataract Senilis

sul intak diangkat. Saat ini ICCE sudah jarang dilakukan sejak adanya ECCE, namun ICCE

masih dilakukan dengan indikasi adanya lensa sublukasi dan dislokasi.

Gambar 2. ICCE

2. Ekstraksikatarak ekstrakapsular (ECCE) dilakukan dengan merobek kapsul anterior lensa

dan mengeluarkan epitel, nukleus, dan korteks, tetapi kapsul posterior dipertahankan in-

tak.Ekstrakapsular sering dianjurkan pada katarak dengan miopia tinggi untuk mencegah

mengalirnya badan kaca yang cair keluar, dengan meninggalkan kapsul posterior untuk

menahannya. Pada saat ini ekstrakapsular sangatdianjurkan pada katarak senil untuk

mencegah degenerasi makula pasca bedah. Cara lain mengeluarkan lensa yang keruh adalah

yang keruh adalah dengan terlebih dahulu menghancurkan masa lensa dengan gelombang

suara frekuensi tinggi (40.000 MHz), dan masa lensa yang sudah seperti bubur dihisap

melalui sayatan yang lebarnya cukup 3.2 mm. Untuk memasukkan lensa intraokular yang

dapat dilipat (foldable IOL) lubang sayatan tidak selebar sayatan pada ekstraksi katarak ek-

strakapsulat. Keuntungan bedah dengan sayatan kecil ini adalah penyembuhan yang lebih

cepat dan induksi terjadinya astigmatismat akan lebih kecil.Teknik pembedahan pada ECCE

antara lain:

a. Conventional extracapsular cataract extraction (ECCE),

b. Manual small incision cataract surgery (SICS),

c. Phacoemulsification

Page 25: Case Sulit Mirae Cataract Senilis

Gambar 3. ECCE

P ROGNOSIS

Saat operasi tidak disertai dengan penyakit mata lain sebelumnya, yang akan

mempengaruhi hasil secara signifikan seperti degenerasi makula atau atropi saraf optik, standar

ECCE yang berhasil tanpa komplikasi atau fakoemulsifikasi memberikan prognosis penglihatan

yang sangat menjanjikan mencapai sekurang-kurangnya 2 baris snellen chart. Penyebab. Faktor

risiko utama yang mempengaruhi prognosis visual adalah adanya diabetes melitus dan retinopati

diabetik.

KESIMPULAN

Katarak senilis merupakan katarak yang terjadi pada orang tua, yang mulai terbentuknya

pada usia lebih dari 50 tahun. Pengobatan untuk katarak adalah pembedahan. Pembedahan

dilakukan jika penderita tidak dapat melihat dengan baik dengan bantuan kaca mata untuk

melakukan kegitannya sehari-hari. Beberapa penderita mungkin merasa penglihatannya lebih baik

hanya dengan mengganti kaca matanya, menggunakan kaca mata bifokus yang lebih kuat atau

menggunakan lensa pembesar.

Page 26: Case Sulit Mirae Cataract Senilis

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit FK UI; Edisi ke-3;2010; 200-11.

2. Widyaningtyas. E. Operasi Katarak Tidak Lagi Menakutkan. Solo Pos Edisi 07 November 2009.7

3. Suhardjo, SU, Hartono. Ilmu Kesehatan Mata, Yogyakarta; Bagian Ilmu Penyakit Mata, fakultas

Kedokteran Universitas Gadjah Mada; 2007

4. American Academy Of Ophtalmology. Basic And Clinical Science Course. Section 11, Lens And

Cataract. San Fransisco: Aao; 2003-2004.

5. Harper, A et all. Lensa. Oftalmologi Umum. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2010. Hal:

169-177