Case Sulit Strabismus

28
STATUS PASIEN KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA RS MATA dr. YAP – YOGYAKARTA A. Identitas pasien Nama : Tn. Rahman Jenis kelamin : Laki-laki Umur : 32 tahun Agama : Islam Alamat : Pugung Lol - Blok A No. 167 – Sleman B. Anamnesis Autoanamnesis : 16 April 2012 Keluhan utama : Bola mata kiri terlihat bergulir ke arah luar (juling) dan penglihatan menjadi kabur dan tidak fokus sejak 1 tahun terakhir. Keluhan tambahan : Sering pusing bila lama membaca dan menonton televisi, melihat benda seperti double. Riwayat penyakit sekarang : Pasien datang dengan keluhan bola mata kiri terlihat bergulir ke arah luar sejak kurang lebih 10 tahun (usia 20 tahun). Pasien mulai menyadari kedua matanya tidak simetris dari pengakuan teman-temannya. Keluhan ini tidak dialami pasien sejak ia kecil, pasien mengatakan kedua bola matanya masih simetris saat ia Ilmu Penyakit Mata/Strabismus Page 1

Transcript of Case Sulit Strabismus

Page 1: Case Sulit Strabismus

STATUS PASIEN

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA

RS MATA dr. YAP – YOGYAKARTA

A. Identitas pasien

Nama : Tn. Rahman

Jenis kelamin : Laki-laki

Umur : 32 tahun

Agama : Islam

Alamat : Pugung Lol - Blok A No. 167 – Sleman

B. Anamnesis

Autoanamnesis : 16 April 2012

Keluhan utama : Bola mata kiri terlihat bergulir ke arah luar

(juling) dan penglihatan menjadi kabur dan

tidak fokus sejak 1 tahun terakhir.

Keluhan tambahan : Sering pusing bila lama membaca dan

menonton televisi, melihat benda seperti

double.

Riwayat penyakit sekarang :

Pasien datang dengan keluhan bola mata kiri terlihat bergulir ke arah luar

sejak kurang lebih 10 tahun (usia 20 tahun). Pasien mulai menyadari kedua

matanya tidak simetris dari pengakuan teman-temannya. Keluhan ini tidak dialami

pasien sejak ia kecil, pasien mengatakan kedua bola matanya masih simetris saat

ia kecil dan menjelang remaja, menjelang dewasa ia baru menyadari bahwa kedua

matanya tidak simetris. Karena merasa tidak ada keluhan pada mata kirinya pasien

membiarkannya saja dan tidak pernah mencoba berobat dan mengobati mata

kirinya. Namun kurang lebih 3 tahun pasien mulai merasakan keluhan pada mata

kirinya, mula-mula ia mengatakan mata kirinya bila digunakan untuk melihan

menjadi kurang fokus, benda yang dilihat seperti menjadi double dan mata kiri

menjadi sedikit kabur bila digunakan untuk menonton atau membaca lama.

1 tahun terakhir pasien mengatakan keluhan pada mata kirinya menjadi

semakin memberat, mata kiri semakin tidak fokus untuk melihat, benda yang

dilihat menjadi double dan menjadi semakin kabur sehingga sangat menggangu

Ilmu Penyakit Mata/Strabismus Page 1

Page 2: Case Sulit Strabismus

pasien dalam melakukan aktifitas kesehariannya, pasien juga mengeluh menjadi

sering pusing setelah lama membaca atau menonton televisi. Keluhan ini hanya

dialami mata kiri saja, mata kanan tidak ada keluhan. Keluhan tidak disertai

dengan mata merah, nyeri, mengganjal dan berair. Pasien menyangkal keluhan

yang dialami terjadi didahului oleh penyakit mata lainnya. Pasien juga

mengatakan mata tidak pernah terbentur atau terpukul. Karena keluhan dirasakan

semakin memberat akhirnya pasien memutuskan untuk berobat ke Poliklinik Mata

RS Mata dr. YAP, Yogyakarta.

Riwayat penyakit dahulu

-

Riwayat penyakit keluarga

Di keluarga tidak ada yang menderita juling atau pun keluhan yang sama

dengan pasien.

C. Pemeriksaan fisik

1. Status generalis

Kondisi umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Tanda-tanda vital :

• Tekanan darah: 110/70 mmHg

• Nadi : 80 x/menit

• Suhu : 36,5° C

• Pernafasan : 20 x/menit

Kepala : Normocephal

THT : Tidak diperiksa

Leher : Tidak diperiksa

Jantung/paru : Tidak diperiksa

Abdomen : Tidak diperiksa

2. Status ofthalmologikus

Keterangan OD OS

Ilmu Penyakit Mata/Strabismus Page 2

Page 3: Case Sulit Strabismus

Visus

Tajam penglihatan 6/6 6/36 f

Koreksi Tidak ada S + 1,37 C 1,5 aksis 176

Addisi Tidak ada Tidak ada

Distansia pupil 38 mm

Kaca mata Tidak ada

Kedudukan bola mata

Eksoftalmus Tidak ada Tidak ada

Enoftalmus Tidak ada Tidak ada

Deviasi Tidak ada Eksotropia

Gerakan bola mata Baik ke segala arah Keterlambatan gerak ke

arah temporal, atas, dan

bawah

Tes Hirschberg Normal 400 XT

Uji tutup buka mata

bergantian

Eksotropia

Uji tutup mata Normal Eksotropia

Uji buka mata Normal Eksotropia

Super silia

Warna Hitam Hitam

Letak Simetris Simetris

Palpebra superior

Edema Tidak ada Tidak ada

Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada

Ektropion Tidak ada Tidak ada

Entropión Tidak ada Tidak ada

Blefaropasme Tidak ada Tidak ada

Trikiasis Tidak ada Tidak ada

Sikatriks Tidak ada Tidak ada

Fisura palpebra 12 mm 12 mm

Ilmu Penyakit Mata/Strabismus Page 3

Page 4: Case Sulit Strabismus

Ptosis Tidak ada Tidak ada

Hordeolum Tidak ada Tidak ada

Kalazion Tidak ada Tidak ada

Palpebra inferior

Edema Tidak ada Tidak ada

Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada

Ektropion Tidak ada Tidak ada

Entropión Tidak ada Tidak ada

Blefaropasme Tidak ada Tidak ada

Trikiasis Tidak ada Tidak ada

Keterangan OD OS

Sikatriks Tidak ada Tidak ada

Fisura palpebra 12 mm 12 mm

Ptosis Tidak ada Tidak ada

Hordeolum Tidak ada Tidak ada

Kalazion Tidak ada Tidak ada

Konjungtiva tarsalis superior/inferior

Hiperemis Tidak ada Tidak ada

Folikel Tidak ada Tidak ada

Papil Tidak ada Tidak ada

Sikatriks Tidak ada Tidak ada

Anemia Tidak ada Tidak ada

Konjungtiva bulbi

Injeksi konjungtiva Tidak ada Tidak ada

Injeksi siliar Tidak ada Tidak ada

Perdarahan subkonjungtiva Tidak ada Tidak ada

Pterigium Tidak ada Tidak ada

Pinguekula Tidak ada Tidak ada

Ilmu Penyakit Mata/Strabismus Page 4

Page 5: Case Sulit Strabismus

Nevus pigmentosus Tidak ada Tidak ada

Kemosis Tidak ada Tidak ada

Sistem lakrimalis

Punctum lakrimalis Terbuka Terbuka

Tes Anel Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Skelra

Warna Putih Putih

Ikterik Tidak ada Tidak ada

Kornea

Kejernihan Jernih Jernih

Permukaan Licin Licin

Ukuran 12 mm 12 mm

Sensibilitas Baik Baik

Infiltrat Tidak ada Tidak ada

Ulkus Tidak ada Tidak ada

Perforasi Tidak ada Tidak ada

Arcus seniles Ada Ada

Edema Tidak ada Tidak ada

Tes Placido Konsentris Konsentris

Bilik mata depan

Kedalaman Cukup dalam Cukup dalam

Kejernihan Jernih Jernih

Hifema Tidak ada Tidak ada

Hipopion Tidak ada Tidak ada

Efek Tyndall Negatif Negatif

Iris

Ilmu Penyakit Mata/Strabismus Page 5

Page 6: Case Sulit Strabismus

Warna Coklat kehitaman Coklat kehitaman

Kriptae Jelas Jelas

Bentuk Bulat Bulat

Sinekia Tidak ada Tidak ada

Koloboma Tidak ada Tidak ada

Pupil

Letak Di tengah Di tengah

Bentuk Bulat Bulat

Ukuran 3 mm 3 mm

Keterangan OD OS

Refleks cahaya langsung Positif Positif

Refleks cahaya tidak

langsung

Positif Positif

Lensa

Kejernihan Jernih Jernih

Letak Di tengah Di tengah

Shadow test Negatif Negatif

Badan kaca

Kejernihan Jernih Jernih

Fundus okuli

- Papil

Bentuk Bulat Bulat

Batas Tegas Tegas

Warna Kuning kemerahan Kuning kemerahan

- Makula lutea

Refleks Positif Positif

Ilmu Penyakit Mata/Strabismus Page 6

Page 7: Case Sulit Strabismus

Edema Tidak ada Tidak ada

- Retina

Perdarahan Tidak ada Tidak ada

CD ratio 0,3 0,3

Ratio AV 2:3 2:3

Sikatriks Tidak ada Tidak ada

Palpasi

Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada

Massa tumor Tidak ada Tidak ada

Tensi okuli 20 16

Tonometri Schiotz Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Keterangan OD OS

Kampus visi

Tes konfrontasi Sama dengan pemeriksa Sama dengan pemeriksa

D. Resume

Pasien laki-laki usia 32 tahun, datang dengan keluhan bola mata kiri

terlihat bergulir ke arah luar sejak kurang lebih 10 tahun. Awalnya tidak ada

keluhan, teteapi 3 tahun terakhir pasien mulai merasakan keluhan pada mata

kirinya, mula-mula ia mengatakan mata kirinya bila digunakan untuk melihan

menjadi kurang fokus, benda yang dilihat seperti menjadi double dan mata kiri

menjadi sedikit kabur bila digunakan untuk menonton atau membaca lama.

Keluhan semakin memberat dalam 1 tahun terakhir. Keluhan tidak ada saat pasien

anak-anak sampai remaja, mulai muncul saat dewasa.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan tajam penglihatan okuli dekstra 6/6, dan

okuli sinistra 6/36 f (S + 1,37 C 1,5 aksis 176). Pergerakan bola mata, terdapat

keterlambatan gerak ke arah temporal, atas dan bawah pada okuli sinistra. Tes

Hirschberg, okular sinistra 40º eksotropia. Uji tutup buka mata bergantian :

eksotropia. Uji tutup mata eksotropia pada okuli sinistra.

E. Diagnosa kerja

Ilmu Penyakit Mata/Strabismus Page 7

Page 8: Case Sulit Strabismus

OD : Emetrop

OS : Eksotropia

F. Diagnosa banding

Tidak ada

G. Anjuran pemeriksaan

Maddox test.

Uji krimsky.

Uji prisma vertikal

H. Penatalaksanaan

OS Rencana Operasi : Resesi RL 10, Reseksi RM +/- 8 (GA)

Cek Laboratorium pre OP

Pre OP : LFX 4 x ODS

Tobroson 4 x ODS

Injeksi Adona 1 ampul

Konsul dokter retina

TINJAUAN PUSTAKA

STRABISMUS

Ilmu Penyakit Mata/Strabismus Page 8

Page 9: Case Sulit Strabismus

A. Definisi

Strabismus (Mata juling) adalah suatu keadaan yang ditandai dengan

penyimpangan abnormal dari letak satu mata terhadap mata yang lainnya,

sehingga garis penglihatan tidak paralel dan pada waktu yang sama, kedua mata

tidak tertuju pada benda yang sama.

B. Etiologi

Strabismus disebabkan oleh kurangnya koordinasi antara otot-otot mata. Hal ini

dapat terjadi berkaitan dengan:

• Masalah, ketidakseimbangan, atau trauma pada otot-otot penggerak mata

• Kelainan refraksi yang tidak terkoreksi

• Kelainan saraf

C. Klasifikasi deviasi mata

1. Menurut manifestasi

Berdasarkan manifestasinya, deviasi mata terbagi menjadi deviasi mata

bermanifestasi (heterotropia) dan laten (heteroforia). Heterotropia adalah suatu

keadaan penyimpangan sumbu bola mata yang nyata di mana kedua

penglihatan tidak berpotong pada titik fiksasi. Sedangkan heteroforia adalah

penyimpangan sumbu penglihatan yang tersembunyi yang masih dapat diatasi

dengan reflek fusi. Berikut ini akan dibahas satu persatu.

a. Heterotropia

1). Esotropia

Esotropia adalah keadaan dimana satu mata berfiksasi pada objek yang

menjadi pusat perhatian sedangkan mata yang lain menuju arah yang

lain, yaitu hidung. Strabismus jenis ini dibagi menjadi dua bagian,

yaitu paretik (akibat paresis satu atau lebih otot ekstraokular) dan non

paretik.

Gambar 1. Esotropia

Ilmu Penyakit Mata/Strabismus Page 9

Page 10: Case Sulit Strabismus

(Diunduh dari http://images.emedicinehealth.com)

Nonparetik

a) Nonakomodatif

Infantilis

Pada sebagian besar kasus, penyebabnya tidak jelas. Deviasi

konvergen telah bermanifestasi pada usia 6 bulan. Deviasinya

bersifat comitant yaitu sudut deviasi kira-kira sama dalam

semua arah pandangan dan biasanya tidak dipengaruhi oleh

akomodasi. Dengan demikian, penyebab tidak berkaitan dengan

kesalahan refraksi atau bergantung pada parese otot

ekstraokular.

Didapat

Jenis esotropia ini timbul pada anak, biasanya setelah usia 2

tahun.

b) Akomodatif

Esotropia ekomodatif terjadi apabila terjadi mekanisme akomodasi

fisiologis normal disertai respon konvergensi berlebihan tetapi

divergensi fusional yang relatif insufisien untuk menahan mata

tetap lurus.

c) Akomodatif parsial

Dapat terjadi mekanisme campuran yakni sebagian

ketidakseimbangan otot dan sebagian ketidakseimbangan

akomodasi.

Paretik ( incomitant )

Pada strabismus incomitant selalu terdapat satu atau lebih otot

ekstraokular yang paretik. Paresis biasanya mengenai satu atau kedua

otot rektus lateralis, biasanya akibat kelumpuhan saraf abdusen.

Strabismus Konvergens Nonparalitik Akomodatif (Konkomitan Akomodatif)

Ilmu Penyakit Mata/Strabismus Page 10

Page 11: Case Sulit Strabismus

Dinamakan juga esotropia, dimana mata berdeviasi kearah nasal. Kelainan ini

berhubungan dengan hipermetropia atau hipermetropia yang disertai astigmat.

Tampak pada umur muda, antara 1- 4 tahun, dimana anak mulai

mempergunakan akomodasinya untuk melihat benda-benda dekat seperti

mainan atau gambar-gambar. Mula-mula timbul periodik, pada waktu

penglihatan dekat atau bila keadaan umumnya terganggu, kemudian menjadi

tetap, baik pada penglihatan jauh ataupun dekat.

Kadang-kadang dapat menghilang pada usia pubertas. Anak yang hipermetrop,

mempergunakan akomodasi pada waktu penglihatan jauh, pada penglihatan

dekat akomodasi yang dibutuhkan lebih banyak lagi. Akomodasi dan

konvergensi erat hubungannya dengan penambahan akomodasi

konvergensinya pun bertambah pula. Pada anak dengan hipermetrop ini, mulai

terlihat esoforia periodik pada penglihatan dekat, disebabkan rangsangan

berlebihan untuk konvergensi. Lambat laun kelainan deviasi ini bertambah

sampai fiksasi binokuler untuk penglihatan dekat tak dapat dipertahankan lagi,

dan terjadilah strabismus konvergens untuk dekat. Kemudian terjadi pula

esotropia pada penglihatan jauh.

Gejala dan tanda esotropia

• Juling ke dalam

• Kelainan refraksi biasanya sphere

positif, namun dapat sphere negatif bahkan emetropia.

2). Eksotropia

Eksotropia adalah keadaan dimana satu mata berfiksasi pada objek

yang menjadi pusat perhatian sedangkan mata yang lain menuju ke

arah lain yaitu ke arah luar (eksodeviasi). Anak-anak tertentu

mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk terjadinya eksotropia.

Adapun yang mempunyai resiko tersebut diantaranya anak yang

mengalami gangguan perkembangan saraf, prematur atau berat lahir

rendah dan anak dengan riwayat keluarga juling serta adanya anomaly

ocular atau sistemik.

Ilmu Penyakit Mata/Strabismus Page 11

Page 12: Case Sulit Strabismus

Etiologi :

1. Herediter : autosomal dominan

2. Didapat : kelainan refraksi, kekeruhan pada media mata,

abnormalitas retina, kelainan saraf (nervus 3, 4, 6)

Strabismus Divergen Nonparalitik Akomodatif

(Eksotropi Konkomitan Akomodatif)

Mata berdeviasi kearah temporal. Hubungannya dengan miopia. Sering

juga didapat, bila satu mata kehilangan penglihatannya sedang mata

yang lain penglihatannya tetap baik, sehingga rangsangan untuk

konvergensi tak ada, maka mata yang sakit berdeviasi keluar.

Strabismus divergens biasanya mulai timbul pada waktu masa remaja

atau dewasa muda, lebih jarang terjadi. Dapat dimulai dengan :

1. Kelebihan divergensi

2. Kelemahan konvergensi.

Pada miopia mulai dengan kelemahan akomodasi pada jarak dekat,

orang miop hanya sedikit atau tidak memerlukan akomodasi, sehingga

menimbulkan kelemahan konvergensi dan timbulah kelainan

eksotropia untuk penglihatan dekat sedang untuk penglihatan jauhnya

normal, tetapi pada keadaan yang lebih lanjut, timbul juga eksotropia

pada jarak jauh. Bila penyebabnya divergens yang berlebihan, yang

biasanya merupakan kelainan primer, mulai tampak sebagai eksotropia

untuk jarak jauh. Tetapi lama kelamaan kekuatan konvergensi

melemah, sehingga menjadi kelainan yang menetap, baik untuk jauh

maupun dekat.

Gejala dan tanda

Ilmu Penyakit Mata/Strabismus Page 12

Gambar 2. eksotropia (emedicine)(Diunduh dari http://images.emedicinehealth.com)

Page 13: Case Sulit Strabismus

• Pada kebanyakan kasus awalnya

bersifat intermiten dengan onset umumnya pada usia di bawah 3

tahun

• Deviasi menjadi manifest, terutama

saat lelah, melamun, atau sakit

• Pasien dapat menutup satu mata bila

terpapar cahaya terang sekali

• Bila bersifat intermiten jarang

ditemukan ambliopia

• Kelainan refraksi biasanya sphere

negatif

• Penglihatan ganda kadang-kadang

dikeluhkan penderita yang juling intermiten.

3). Hipertropia

Deviasi vertikal lazimnya diberi nama sesuai mata yang tinggi, tanpa

memandang mata mana yang memiliki penglihatan lebih baik dan yang

diugunakan untuk fiksasi. Hipertropia lebih jarang dijumpai daripada

deviasi horizontal dan biasanya didapat setelah lewat masa anak-anak.

b. Heteroforia

Heteroforia merupakan kelainan deviasi yang laten, mata mempunyai

kecenderungan untuk berdeviasi ke salah satu arah, yang dapat diatasi oleh

usaha otot untuk mempertahankan penglihatan binokular. Contoh:

eksoforia dan esoforia. Penyebab heteroforia dibagi menjadi penyebab

refraktif dan nonrefraktif. Penyebab refraktif, misalnya pada hipermetropia

dan miopia. Sedangkan penyebab non refraktif, foria tampak pada keadaan

neurastenia, anemia, penderita debil, infeksi lokal.

Ilmu Penyakit Mata/Strabismus Page 13

Gambar 3. Hipertropia(Diunduh dari http://images.emedicinehealth.com)

Page 14: Case Sulit Strabismus

Temuan klinis

Gejala klinis dapat berupa diplopia atau astenopia (kelelahan mata). Gejala

yang timbul pada astenopia memiliki bermacam bentuk. Dapat timbul rasa

berat, lelah atau tidak enak pada mata. Mudah lelah, penglihatan kabur,

dan diplopia, terutama setelah pemakaian mata berkepanjangan, dapat juga

terjadi.

Pemeriksaan:

Cover and uncover test untuk membedakan foria dari tropia.

Kekuatan duksi untuk mengetahui letak kelainan otot.

Pemeriksaan refraksi.

2. Menurut sudut deviasi

a. Inkomitan (Paralitik)

Sudut deviasi tidak sama, pada kebanyakan kasus disebabkan oleh

kelumpuhan otot penggerak bola mata. Kelumpuhan otot dapat mengenai

satu otot atau beberapa otot.

Tanda-tanda:

Gerak mata terbatas pada daerah di mana otot yang

lumpuh bekerja.

Deviasi.

Jika mata digerakkan ke arah otot yang lumpuh bekerja, mata yang

sehat akan menjurus ke arah ini dengan baik, sedangkan mata yang

sakit tertinggal.

Diplopia terjadi pada otot yang lumpuh.

Vertigo, mual-mual.

Diagnosa berdasarkan:

- Keterbatasan gerak

- Deviasi

- Diplopia

1). Abdusen palcy

Sering terdapat pada orang dewasa yang mendapat trauma kepala,

tumor, atau peradangan dari susunan saraf serebral.

Tanda-tanda:

- Gangguan pergerakkan bola mata ke arah luar

Ilmu Penyakit Mata/Strabismus Page 14

Page 15: Case Sulit Strabismus

- Diplopia homonim, yang menjadi lebih hebat bila mata digerakkan

ke arah luar.

2). Kelumpuhan N. III

Tanda-tanda

- Ptosis

- Bola mata hampir tidak dapat bergerak atau terdapat keterbatasan

bergerak ke atas, nasal, dan sedikit ke arah bawah.

- Mata berdeviasi ke temporal, sedikit ke bawah

- Sedikit eksoftalmus

- Crossed diplopia.

Penyebab:

Kelainan dapat terjadi pada setiap tempat dari korteks serebri ke otot.

Kelainan dapat berupa eksudat, perdarahan, periostitis, tumor, trauma,

perubahan pembuluh darah. Pada umunya disebabkan oleh lues yang

dapat menyebabkan tabes, ensafelitis, infeksi akut, diabetes melitus,

penyakit sinus. Terjadinya dapat secara tiba-tiba, tetapi perjalanan

penyakitnya selalu menahun.

b. Nonkomitan (Non paralitik)

Sudut deviasi tetap konstan pada berbagai posisi, mengikuti gerak mata

yang sebelahnya pada semua arah dan selalu berdeviasi dengan kekuatan

yang sama. Deviasi primer (deviasi pada mata yang sakit) sama dengan

deviasi sekunder (deviasi pada mata yang sehat).

D. Pemeriksaan

1. Anamnesa

Dalam mendiagnosis strabismus diperlukan anamnesis yang cermat, perlu

ditanyakan usia pasien saat ini dan usia pada saat onset strabismus, jenis

onsetnya, jenis deviasi, fiksasi dan yang tidak kalah penting yakni adanya

riwayat strabismus dalam keluarga.

2. Ketajaman penglihatan

Pemeriksaan tajam penglihatan dengan menggunakan kartu Snellen.

3. Penentuan kelainan refraksi

Ilmu Penyakit Mata/Strabismus Page 15

Page 16: Case Sulit Strabismus

Perlu dilakukan penentuan kesalahan refraksi sikloplegik dengan retinoslopi.

Obat standar untuk menghasilkan sikloplegia total pada anak berusia kurang

dari dua tahun adalah atropin yang dapat diberikan sebagai tetes atau salep

mata 0,5% atau 1% dua kali sehari selama 3 hari.

4. Inspeksi

Dapat memperlihatkan apakah strabismus yang terjadi konstan atau intermitan,

bervariasi atau konstan. Adanya ptosis dan posisi kepala yang abnormal juga

dapat diketahui.

5. Uji strabismus

a. Uji Hirschberg

Pasien melakukan fiksasi terhadap suatu cahaya dengan jarak sekitar 33

cm, maka akan terlihat refleks sinar pada permukaan kornea. Pada mata

yang normal, refleks sinar terletak pada kedua mata sama-sama di tengah

pupil. Bila refleks cahaya terletak di pinggir pupil, maka deviasinya 15°.

Bila di antara pinggir pupil dan limbus, deviasinya 30°. Bila letaknya di

limbus, deviasinya 45°.

Gambar 4. Uji Hirschberg

(Diunduh dari http://www.vision-training.com)

Ilmu Penyakit Mata/Strabismus Page 16

Page 17: Case Sulit Strabismus

b. Uji Krimsky

Pasien melakukan fiksasi terhadap suatu cahaya. Sebuah prisma yang

ditempatkan didepan mata yang berdeviasi dan kekuatan prisma yang

diperlukan untuk membuat refleks cahaya terletak di tengah merupakan

ukuran sudut deviasi.

c. Uji tutup mata

Uji ini dilakukan untuk pemeriksaan jauh dan dekat, dan dilakukan dengan

menyuruh mata berfiksasi pada satu objek. Bila telah terjadi fiksasi, mata

kiri ditutup dengan lempeng penutup. Dalam keadaan ini mungkin terjadi:

• Mata kanan bergerak berarti mata tersebut mempunyai juling yang

manifest. Bila mata kanan bergulir ke nasal berarti terjadi eksotropia.

Dan sebaliknya, bila bergulir ke temporal berarti terjadi esotropia.

• Mata kanan bergoyang, mungkin terjadi ambliopia.

• Mata kanan tidak bergerak, mata dalam kondisi terfiksasi.

d. Uji tutup mata berganti

Bila satu mata ditutup dan kemudian mata yang lain maka bila kedua mata

berfiksai normal maka matayang dibuka tidak bergerak. Bila terjadi

pergerakan pada mata yang baru dibuka berarti terdapat foria atau tropia.

e. Uji tutup buka mata

Uji ini sama dengan uji tutup mata, dimana yang dilihat adalah mata yang

ditutup. Mata yang ditutup dan diganggu fusinya sehingga mata yang

berbakat juling akan menggulir.

E. Penatalaksanaan

Tujuan penatalaksanaan terapi adalah pemulihan efek sensori yang merugikan

(misal: ambliopia), memperbaiki kedudukan bola mata, dan mendapatkan

penglihatan binokuler yang dapat dicapai dengan terapi medis atau bedah.

1. Terapi medis

• Terapi oklusi

Merupakan terapi ambliopia yang utama. Mata yang baik ditutup untuk

merangsang mata yang mengalami ambliopia.

Ilmu Penyakit Mata/Strabismus Page 17

Page 18: Case Sulit Strabismus

• Alat optik

Kacamata yang diresepkan secara akurat merupakan alat optil terpenting

dalam pengobatan strabismus. Klarifikasi citra retina yang dihasilkan oleh

kacamata memungkinkan mata menggunakan fusi alamiah sebesar-

besarnya.

• Ortoptik

2. Terapi bedah

Prinsip operasi adalah melakukan reseksi pada otot yang terlalu lemah atau

melakukan resesi otot yang terlalu kuat.

Hubungan Hipermetropia dengan Strabismus (eksotropia)

Sampai sekarang belum diketahui pasti adanya hubungan yang bermakna

antara eksotropia dan kelainan refraksi hipermetropia, namun diperkirakan

akibat perbedaan derajat hyperopia pada satu mata lebih tinggi dari yang

lainnya, dan mata yang pertama tidak dipergunakan sehingga mata cenderung

menggulir kearah tempora (eksotropia).

Namun dalam penelitian deskriptif non eksperimental yang dilakukan pada

pasien strabismus Rumah Sakit Mata “DR. YAP” Yogyakarta dari tahun 2003

sampai dengan 2004. Jumlah penderita strabismus di bagian Rawat Jalan VI

Rumah Sakit Mata “DR. YAP” Yogyakarta pada 1 Januari tahun 2003 sampai

dengan 31 Desember 2004 adalah 84 kasus, dengan jumlah kasus Strabismus

Tipe Esotropia sebanyak 31 orang, jumlah kasus Strabismus Tipe Eksotropia

sebanyak 40 orang dan jumlah Strabismus tipe lain-lain sebanyak 13 orang.

Berdasarkan diagnosis kelainan refraksi, pada Strabismus Tipe Esotropia,

frekuensi kasus tertinggi terdapat pada kelainan refraksi Hipermetropia yaitu

sebanyak 18 orang (58%), sedangkan pada Strabismus Tipe Eksotropia,

frekuensi kasus tertinggi terdapat pada kelainan refraksi Miopia dan

Hipermetropia dengan jumlah yang sama, yatu masing-masing sebanyak 15

orang (38%). Berdasarkan jenis kelamin, pada Strabismus Tipe Esotropia,

jumlah penderita laki-laki lebih banyak daripada jumlah penderita perempuan

yaitu sebanyak 17 orang (54,84%) sedangkan pada Strabismus Tipe

Eksotropia, jumlah penderita perempuan lebih banyak daripada jumlah

Ilmu Penyakit Mata/Strabismus Page 18

Page 19: Case Sulit Strabismus

penderita laki-laki yaitu sebanyak 22 orang (55%). Berdasarkan umur, pada

Strabismus Tipe Esotropia, jumlah penderita terbanyak terdapat pada golongan

umur 1-4 tahun berjumlah 10 orang (33%) sedangkan pada Strabismus Tipe

Eksotropia, jumlah penderita terbanyak terdapat pada golongan umur 5-14

tahun sebanyak 14 orang (34%).

Ilmu Penyakit Mata/Strabismus Page 19

Page 20: Case Sulit Strabismus

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata. 3rd edition. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.2009.

2. Gunawan, Wasisdi dkk. Strabismus. Ilmu Kesehatan Mata. Bagian Ilmu Mata Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.2007.

3. James, Bruce dkk. Lecture Notes Oftalmologi. 9th edition. Erlangga. Jakarta. 2006.

4. V-Pattern Esotropia and Exotropia.

Diunduh dari : http://emedicine.medscape.com/article/1199825-overview.

Diakses tanggal 18 April 2012

5. Acquired Exotropia.

Diunduh dari : http://emedicine.medscape.com/article/1199004-overview.

Diakses tanggal 18 April 2012

Ilmu Penyakit Mata/Strabismus Page 20