PERAN KPU TERHADAP PARTISIPASI CALON LEGISLATIF...

79
PERAN KPU TERHADAP PARTISIPASI CALON LEGISLATIF PEREMPUAN DALAM MENGHADAPI TAHUN POLITIK PERIODE 2019 KOTA JAMBI SKRIPSI Oleh: ISTIQOMAH SIP. 141735 PEMBIMBING: Dr. A. A. Miftah, M. Ag Ulya Fuhaidah, S. Hum, M. Si PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2019

Transcript of PERAN KPU TERHADAP PARTISIPASI CALON LEGISLATIF...

Page 1: PERAN KPU TERHADAP PARTISIPASI CALON LEGISLATIF …repository.uinjambi.ac.id/1803/1/SIP141735_ISTIQOMAH_IP... · 2020. 4. 17. · peran kpu terhadap partisipasi calon legislatif perempuan

PERAN KPU TERHADAP PARTISIPASI CALON LEGISLATIF

PEREMPUAN DALAM MENGHADAPI TAHUN POLITIK

PERIODE 2019 KOTA JAMBI

SKRIPSI

Oleh:

ISTIQOMAH

SIP. 141735

PEMBIMBING:

Dr. A. A. Miftah, M. Ag

Ulya Fuhaidah, S. Hum, M. Si

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS SYARI’AH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

2019

Page 2: PERAN KPU TERHADAP PARTISIPASI CALON LEGISLATIF …repository.uinjambi.ac.id/1803/1/SIP141735_ISTIQOMAH_IP... · 2020. 4. 17. · peran kpu terhadap partisipasi calon legislatif perempuan

ii

Page 3: PERAN KPU TERHADAP PARTISIPASI CALON LEGISLATIF …repository.uinjambi.ac.id/1803/1/SIP141735_ISTIQOMAH_IP... · 2020. 4. 17. · peran kpu terhadap partisipasi calon legislatif perempuan

iii

Page 4: PERAN KPU TERHADAP PARTISIPASI CALON LEGISLATIF …repository.uinjambi.ac.id/1803/1/SIP141735_ISTIQOMAH_IP... · 2020. 4. 17. · peran kpu terhadap partisipasi calon legislatif perempuan

iv

Page 5: PERAN KPU TERHADAP PARTISIPASI CALON LEGISLATIF …repository.uinjambi.ac.id/1803/1/SIP141735_ISTIQOMAH_IP... · 2020. 4. 17. · peran kpu terhadap partisipasi calon legislatif perempuan

v

MOTTO

الر حيم الر حم ن الل ه بسم

Artinya : “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun

perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami

berikan kepadanya kehidupan yang baik[839] dan Sesungguhnya akan

Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari

apa yang telah mereka kerjakan.” (Q.S. An-Nahl Ayat 97).

Page 6: PERAN KPU TERHADAP PARTISIPASI CALON LEGISLATIF …repository.uinjambi.ac.id/1803/1/SIP141735_ISTIQOMAH_IP... · 2020. 4. 17. · peran kpu terhadap partisipasi calon legislatif perempuan

vi

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbil „alamin

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah memberi nikmat kesehatan

sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini guna memperoleh strata 1 (S1)

Shalawat beserta salam tidak lupa pula kukirimkan kepada junjunganku

Muhammad Rasullah Saw.

Alhamdulilla sebagai ucapan terima kasih dan rasa syukur, cinta dan kasih

sayang yang tulus, kupersembahkan Skripsi ini kepada orang-orang tercinta yaitu

Ayahanda Ali Imran tercinta dan Ibunda Nurmalasari Tersayang yang selalu

memberikan kasih sayang, dukungan, serta doa. Adikku Qomariah dan Akbar

Muslim yang telah memberi dukungan beserta motivasi dan semangat yang selalu

tercurahkan selama melewati proses hidup terutama dalam penyelesaian skripsi

ini.

Terima kasih juga saya ucapkan pada teman-teman yang sudah

memotivasi dan memberi semangat kepada saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

Dan untuk sahabat seperjuanganku yaitu Mahasiswa Jurusan Ilmu Pemerintahan

angkatan 2014.

Page 7: PERAN KPU TERHADAP PARTISIPASI CALON LEGISLATIF …repository.uinjambi.ac.id/1803/1/SIP141735_ISTIQOMAH_IP... · 2020. 4. 17. · peran kpu terhadap partisipasi calon legislatif perempuan

vii

ABSTRAK

Istiqomah; SIP. 141735; Peran KPU Terhadap Partisipasi Calon Legislatif

Perempuan Dalam Menghadapi Tahun Politik Periode 2019 Kota Jambi.

Skripsi ini berjudul “Partisipasi Caleg Perempuan dalam Menghadapi Tahun

Politik Periode 2018-2021 Kota Jambi”. Penelitian tersebut dilandasi oleh adanya

ketentuan yang meminta terpenuhinya kuota perempuan dalam legislatif sebanyak

30%.Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk: (1) mendeskripsikan upaya

yang telah dilakukan oleh KPU Kota Jambi sehingga kuota keterwakilan

perempuan dalam politik terpenuhi dan (2) mendeskripsikan faktor-faktor yang

ikut berperan dalam upaya KPU Kota Jambi mendorong partai politik memenuhi

keterwakilan perempuan dalam politik.

Skripsi ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode pengumpulan data

melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Berdasarkan penelitian yang

dilakukan, diperoleh hasil dan kesimpulan bahwa KPU mendorong dengan

maksimal para perempuan di Kota Jambi dalam pencalonan anggota legislatif di

Kota Jambi. Upaya-upaya yang dilakukan KPU berupa upaya yang bermaksud

mempermudah urusan dan persyaratan dalam pencalonan anggota legislatif

perempuan di Kota Jambi. Selain itu, KPU juga meminta kepada semua partai

politik untuk mengirimkan sebanyak-banyaknya calon perempuan ke dalam

pencalonan legislatif di Kota Jambi. Usaha tersebut dibuktikan dengan adanya

wawancara kepada berbagai pihak, yaitu KPU, partai politik, dan para perempuan

yang mencalonkan diri sebagai anggota legistlatif di Kota Jambi.

Kata Kunci: Partisipasi, Caleg Perempuan, Legislatif

Page 8: PERAN KPU TERHADAP PARTISIPASI CALON LEGISLATIF …repository.uinjambi.ac.id/1803/1/SIP141735_ISTIQOMAH_IP... · 2020. 4. 17. · peran kpu terhadap partisipasi calon legislatif perempuan

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-nya serta anugerah yang tiada terkira, shalawat dan salam

selalu tercurahkan kepada junjungan kita Rasullah SAW yang telah mengajarkan

suri tauladan, dan yang telah membawa kita dari jaman jahiliyah ke jaman modern

seperti yang kita rasakan sekarang sekarang dengan kemudahannya sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Peran KPU Terhadap

Partisipasi Calon Legislatif Perempuan Dalam Menghadapi Tahun Politik Periode

2019 Kota Jambi..”

Skripsi ini disusun guna melengkapi persyaratan dalam menyelesaikan

kelulusan studi pada Program Sarjana (S1) Fakultas Syariah Universitas Islam

Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Oleh karena itu, hal yang pantas penulis

ucapkan adalah kata terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu

penyelesaian skripsi ini, terutama sekali kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. H. Su‟aidi Asy‟ari, MA., Ph.D selaku Rektor UIN STS Jambi.

2. Bapak Dr. A. A. Miftah, M. Ag selaku Dekan Fakultas Syariah UIN STS

Jambi.

3. Bapak H. Hermanto Harun, Lc, M. HI. Ph. D, selaku Wakil Dekan I

4. Ibu Dr. Rahmi Hidayat, MH., selaku Wakil Dekan II Fakultas Syariah UIN

STS Jambi.

5. Ibu Yuliatin, MH., selaku Wakil Dekan III Fakultas Syariah UIN STS Jambi.

6. Ibu Mustiah, S.Ag. M.Sy, selaku Ketua JurusanIlmu Pemerintahan Fakultas

Syariah UIN STS Jambi.

Page 9: PERAN KPU TERHADAP PARTISIPASI CALON LEGISLATIF …repository.uinjambi.ac.id/1803/1/SIP141735_ISTIQOMAH_IP... · 2020. 4. 17. · peran kpu terhadap partisipasi calon legislatif perempuan

ix

7. Ibu Tri Endah Karya Lestiyani, S.IP, M.IP., selaku Sekretaris Fakultas

Syariah UIN STS Jambi.

8. Dr. A.A. Miftah, M.Ag. dan Ulya Fuhaidah S. Hum, M.Si selaku

Pembimbing I dan Pembimbing II skripsi ini.

9. Bapak dan Ibu Dosen, Asisten Dosen, dan seluruh Karyawan/Karyawati di

lingkungan Fakultas Syariah UIN STS Jambi.

10. Teman-teman, sahabat seperjuangan saya yang tidak mungkin disebutkan

satu-persatu.

11. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini, baik langsung

maupun tidak langsung.

Di samping itu, disadari juga bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan dan sangat dibutuhkan kontribusi pemikiran demi perbaikan skripsi

ini. Kepada Allah SWT kita mohon ampunan-Nya, dan kepada manusia kita

memohon kemaafannya. Semoga amal kebajikan kita dinilai seimbang oleh Allah

SWT. Aamiin.

Jambi, November 2019

Penulis

Istiqomah

SIP. 141735

Page 10: PERAN KPU TERHADAP PARTISIPASI CALON LEGISLATIF …repository.uinjambi.ac.id/1803/1/SIP141735_ISTIQOMAH_IP... · 2020. 4. 17. · peran kpu terhadap partisipasi calon legislatif perempuan

x

DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN .................................................................................... i

PERNYATAAN KEASLIAN ...................................................................... ii

NOTA DINAS ............................................................................................... iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN ............................................................. iv

MOTTO ........................................................................................................ v

PERSEMBAHAN ......................................................................................... vi

ABSTRAK .................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR .................................................................................. viii

DAFTAR ISI ................................................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................. 8

C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian ...................................... 8

D. Kerangka Teori................................................................................... 9

E. Tinjauan Pustaka ................................................................................ 27

BAB II METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian ........................................................................ 30

B. Jenis Penelitian ................................................................................... 30

C. Sumber Data ....................................................................................... 30

D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 31

E. Teknik Analisis Data .......................................................................... 32

F. Triangulasi Data ................................................................................. 33

G. Sistematika Penulisan......................................................................... 34

BAB III BIOGRAFI

A. Latar Belakang KPU .......................................................................... 36

B. Visi dan Misi KPU ............................................................................. 40

C. Tugas dan Wewenang KPU ............................................................... 41

Page 11: PERAN KPU TERHADAP PARTISIPASI CALON LEGISLATIF …repository.uinjambi.ac.id/1803/1/SIP141735_ISTIQOMAH_IP... · 2020. 4. 17. · peran kpu terhadap partisipasi calon legislatif perempuan

xi

D. Daftar Biro, Bagian, dan Subbagian Sekretariat Jenderal Komisi Pemilihan

Umum Republik Indonesia ................................................................. 43

E. KPU Kota Jambi ................................................................................. 49

BAB IV PEMBAHASAN

A. Upaya KPU Kota Jambi untuk Memenuhi Kuota Keterwakilan

Perempuan dalam Politik ................................................................... 51

B. Faktor-faktor yang Berperan dalam Upaya KPU Kota Jambi

untuk Memenuhi Kuota Keterwakilan Perempuan dalam Politik...... 61

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................ 65

B. Saran ................................................................................................... 66

DAFTAR PUSTAKA

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Page 12: PERAN KPU TERHADAP PARTISIPASI CALON LEGISLATIF …repository.uinjambi.ac.id/1803/1/SIP141735_ISTIQOMAH_IP... · 2020. 4. 17. · peran kpu terhadap partisipasi calon legislatif perempuan

xii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam dekade terakhir ini, masalah keterwakilan perempuan dalam

perpolitikan di Indonesia menjadi wacana yang penting dalam upaya

meningkatkan peran politik perempuan. Keterwakilan politik (political

representative), diartikan sebagai terwakilinya kepentingan anggota

masyarakat (termasuk perempuan) oleh wakil-wakilnya di institusi-institusi

perwakilan (DPR, DPRD, DPD) melalui proses politik.1

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik, dan

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 mengamanatkan perlunya

pendidikan politik dengan memperhatikan keadilan dan kesetaraan gender.

Hal demikian ditujukan untuk meningkatkan kesadaran akan hak dan

kewajiban setiap warga negara Indonesia.2 Sehubungan dengan kesetaraan

gender tersebut, pada Undang-Undang Nomor2 Tahun 2008 telah

ditentukan secara tegas mengenai porsi keterwakilan perempuan dalam

kepengurusan suatu parpol. Prinsip kesetaraan gender, di dalam Undang-

Undang Nomor 31 Tahun 2002, maupun Undang-Undang yang sama yang

mengatur sebelumnya tidak menyebutkan hal kesetaraan gender. Sementara

1

Ana Maria Gadi Djou. Partisipasi Perempuan Dalam Partai Politik Dan Pemilu

Serempak. Jurnal Volume 4 Nomor 3, Fakultas Hukum Universitas Flores, 2018.

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh, diakses pada 10 Juli 2019. 2

Astrid Anugrah, Keterwakilan Perempuan Dalam Politik, (Jakarta: Pancuran Alam,

2009), cetak. II, hal. 1.

Page 13: PERAN KPU TERHADAP PARTISIPASI CALON LEGISLATIF …repository.uinjambi.ac.id/1803/1/SIP141735_ISTIQOMAH_IP... · 2020. 4. 17. · peran kpu terhadap partisipasi calon legislatif perempuan

xiii

pada Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 memiliki prinsip yang sama,

di mana minimal harus terdapat 30% perempuan di DPR. Dengan demikian,

dapat dikatakan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 dan Undang-Undang

Nomor 10 Tahun 2008 merupakan media hukum yang revolusioner

dibidang kepartai politikan di negeri ini. Lahirnya prinsip keterwakilan

perempuan atau juga disebut sistem kuota perempuan,bersumber dari

ketidakpuasan beberapa kalangan. Hal itu khususnya dari kelompok feminis,

yang melihat betapa “memperihatinkan” porsi atau presentasi kalangan

perempuan di lingkungan parpol-parpol yang ada. Kalangan perempuan

dilingkungan parpol, atau mungkin bisa diistilahkan dengan feminis parpol

terdiri dariaktivis partai, pengurus, calon legislatif (caleg) dan anggota

legislatif (parlemen) dari kaum perempuan.3

Isu keterwakilan perempuan di bidang politik sebenarnya pada pemilu

2009 diharapkan dapat menjadi titik awal untuk mewujudkan kesetaraan dan

keadilan bagi perempuan di bidang politik dengan menerapkan kebijakan

affimative action baik di dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008

tentang Partai Politik4

dan Undang-Undang Nomor 10 Tahun tentang

Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan

Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah5 yang memberikan perlakuan

3 Ibid, hal. 10.

4 Terutama Pasal 2 ayat (2) yang menyatakan bahwa “Pendirian dan pembentukan Partai

Politik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyertakan 30% (tiga puluh perseratus)

keterwakilan perempuan” 5 Diantaranya Pasal 53 yang isinya “Daftar bakal calon sebagaimana dimaksud dalam Pasal

52 memuat paling sedikit 30% (tiga puluh perseratus) keterwakilan perempuan”, Pasal 55 ayat (2)

yang isinya “Di dalam daftar bakal calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dalam setiap 3

(tiga) orang bakal calon terdapat sekurang-kurangnya 1 (satu) orang perempuan bakal calon.”

Page 14: PERAN KPU TERHADAP PARTISIPASI CALON LEGISLATIF …repository.uinjambi.ac.id/1803/1/SIP141735_ISTIQOMAH_IP... · 2020. 4. 17. · peran kpu terhadap partisipasi calon legislatif perempuan

xiv

khusus dengan kuota 30% bagi perempuan sebagai langkah awal untuk

mendorong keterwakilan perempuan di bidang politik menuju arah

yangsetara dan berkeadilan. Namun sangat disayangkan pada perjalanannya

kebijakan affirmative action ini “dianulir” secara tidak langsung melalui

putusan Mahkamah Konstitusi Keputusan Nomor 22-24/PUU-VI/2008 yang

membatalkan berlakunyaPasal 214 Huruf a,b,c,d, dan e di mana ketentuan

Pasal 214 Huruf a,b,c,d, dan e ini yang pada intinya adalah membatalkan

penggunaan nomor urut dalam penentuan calon legislatif terpilih melainkan

dengan berdasarkan suara terbanyak sehingga dengan pembatalan tersebut

secara otomatis zipper system yang berdasarkan nomorurut untuk

menentukan posisi perempuan tidak dapat dijalankan.

Masalah selanjutnya adalah keterwakilan perempuan di parlemen akan

berkurang dengan ditutupnya kesempatan untuk melaksanakan affirmative

action dalam Pemilu 2009 lalu, perlu diketahui bersama bahwa ada

beberapa alasan kenapa kuota perempuan dirasakan penting untuk dilakukan

perlakuan yang khusus dalam Pemilu 2009 yang lalu.

Alasan yang dikemukakan oleh Maria Farida Indrati dalam kutipannya

dari Hanna Pitkin, The Concept of Representation, 1967, sebagai berikut:

1)Perempuan mewakili setengah dari populasi dan punya hak untuk

setengah darikursi (”justice argument”); 2) Perempuan mempunyai

(namun pada prakteknya sistem yang dikenal dengan zipper system atau zig-zag tidak dapat

dijalankan karena hasil putusan Mahkamah Keputusan Nomor 22-24/PUU-VI/2008 yang

membatalkan berlakunya Pasal 214 Huruf a,b,c,d, dan e dimana ketentuan Pasal 214 Huruf a,b,c,d,

dan e ini yang pada intinya adalah menggunakan sistem nomor urut, maka karena dibatalkan

secara otomatis zipper system tidak dapat dijalankan walaupun tidak membatalkan Pasal 55).

Page 15: PERAN KPU TERHADAP PARTISIPASI CALON LEGISLATIF …repository.uinjambi.ac.id/1803/1/SIP141735_ISTIQOMAH_IP... · 2020. 4. 17. · peran kpu terhadap partisipasi calon legislatif perempuan

xv

pengalaman yang berbeda dari laki-laki (biologis maupun sosial) yang

diwakili (”experience argument”).

Sejalan dengan argumen ini, perempuan dapat memasuki posisi

kekuasaan karena merekaakan terikat dalam politik yang berbeda; 3).

Perempuan dan laki-laki mempunyai pertentangan kepentingan sehingga

laki-laki tidak dapat mewakili perempuan(”interest group argument”); 4).

Politisi perempuan mewakili model peran penting mendorong perempuan

lain untuk mengikuti. Inti ide di belakang kouta gender pemilihan adalah

merekrut perempuan ke dalam institusi politik dan memastikan bahwa

perempuan tidak terisolasi dalam kehidupan politik.6

Dari empat alasan tersebut sebenarnya jika kita ingin mengakui dan

menyadari bahwa keberadaan kuota perempuan menjadi hal yang wajib

untuk mewujudkan kesetaraan dan perlakuan khusus tersebut sebenarnya

juga telah diakomodir olehkonstitusi. Selain tunduk kepada konstitusi kita,

Indonesia sebagai state parties yang telah meratifikasi CEDAW mempunyai

kewajiban untuk menjalankan segala prinsip-prinsip yang tercantum dalam

konvensi tersebut ke dalam hukum nasional. Salah satu prinsip yang

menjadi alasan untuk melegalkan tindakan khusus dalam pemberian kuota

kepada perempuan adalah dengan melihat ketentuan Pasal 4 CEDAW, yang

isinya adalah:

”Penggunaan langkah sementara yang dilakukan pemerintah untuk

memacu kesetaraan laki-laki dan perempuan secara de facto tidak dianggap

6Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 22-24/PUU-VI/2008

Page 16: PERAN KPU TERHADAP PARTISIPASI CALON LEGISLATIF …repository.uinjambi.ac.id/1803/1/SIP141735_ISTIQOMAH_IP... · 2020. 4. 17. · peran kpu terhadap partisipasi calon legislatif perempuan

xvi

sebagai diskriminasi. Tetapi hal itu tidak boleh dilanggengkan karena sama

dengan memelihara ketidaksetaraan dan standar yang berbeda. Langkah itu

harus segera dihentikan ketika tujuan dari kesetaraan kesempatan dan

tindakan telah tercapai.”

Prinsip pada pasal itu memang hanya bersifat sementara sampai

kondisi dari perempuan mencapai kesetaraan dengan laki-laki atau dengan

kata lain hal ini disebut dengan diskriminasi positif untuk mendorong

perempuan setara dengan laki-laki di dunia politik.7

Mereka menginginkan adanya sebuah perlindungan secara legal yang

terformulasikan berupa aturan dalam suatu undang-undang. Partisipasi

perempuan dibidang politik pada masa reformasi kini mengalami perluasan

peran menjadi anggota parlemen. Partisipasi perempuan dalam pemilu

legislatif menunjukan adanya kemajuan bagi proses demokrasi yang

berbudaya partisipatoris dan tentu saja hal ini membuat kaum perempuan

lebihkaya akan pemenuhan haknya. Dengan adanya keterwakilan

perempuan di Parlemen diharapkan berbagai aspirasi yang berkaitan tentang

masalah-masalah perempuan bisa “terinstitusionalisasikan” melalui berbagai

produk politik yangdibuat.

Untuk dapat terlibat dalam segala aspek kegiatan politik bagi

perempuan tidaklah mudah. Kondisi perempuan Indonesia yang dicapai

sekarang ini terbentuk oleh adanya kendala yang menghambat partisipasi

politiknya. Kendala pokok yang sering sekali dipergunakan sebagai alasan

7 Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 22-24/PUU-VI/2008, hal. 110

Page 17: PERAN KPU TERHADAP PARTISIPASI CALON LEGISLATIF …repository.uinjambi.ac.id/1803/1/SIP141735_ISTIQOMAH_IP... · 2020. 4. 17. · peran kpu terhadap partisipasi calon legislatif perempuan

xvii

lemahnya partisipasi politik perempuan, dapat dikelompokkan menjadi dua,

yakni hambatan internal dan hambatan eksternal.

Hambatan internal berupa keengganan besar perempuan untuk terlibat

dalam kegiatan politik. Keengganan ini dikarenakan sosiokultural mereka

yang belum memungkinkan bisa aktif menyuarakan dan menyampaikan

keinginan serta aspirasinya di bidang politik. Aktivitas dianggap tidak layak

bagi perempuan, karena sifat-sifatnya yang jauh dari citra perempuan. Dunia

politik dianggap“keras”, “kotor”, dan penuh dengan muslihat sehingga

dianggap tidak cocok untuk citra perempuan. Lingkungan sosial budaya

yang kurang mendukung pengembangan potensi perempuan, antara lain

wawasan orangtua, adat, penafsiran terhadap ajaran agama yang tidak tepat,

tingkat pendapatan keluarga, dan system pendidikan yang diskriminatif.

Masih lekatnya budaya tradisional dan kecilnya akses wanita pada

penguasaan faktor sosial ekonomi menyebabkan terbentuknya image dalam

diri perempuan bahwa memang sewajarnya mereka berada dibelakang pria.

Kendala eksternal antara lain dari birokrasi yang paternalistik, pola

pembangunan ekonomi dan politik yang kurang seimbang dan kurang

berfungsinya partai politik. Kendala pokok lemahnya partisipasi politik

perempuan antara lain berada pada lingkungan sosial budaya yang kurang

mendukung pengembangan potensi perempuan. Selain itu dapat pula

bersumber dari kebijaksanaan pembangunan politik yang kurang memadai

Page 18: PERAN KPU TERHADAP PARTISIPASI CALON LEGISLATIF …repository.uinjambi.ac.id/1803/1/SIP141735_ISTIQOMAH_IP... · 2020. 4. 17. · peran kpu terhadap partisipasi calon legislatif perempuan

xviii

serta kurang berfungsinya partai politik.8 Peningkatan partisipasi politik

perempuan dapat diupayakan antara lain dengan melalui pendidikan politik

yang mampu menciptakan kemampuan dan kesadaran perempuan akan hak

dan kewajibannya di bidang politik. Dalam hal ini memang tidak terlepas

dari keberadaan laki-laki yang secara luas mendominasi arena politik, laki-

laki sangat dominan dalam memformulasikan aturan-aturan permainan

politik; dan laki-laki lah yang sering mendefinisikan standar untuk evaluasi.

Adapun jumlah keseluruhan caleg yang didaftarkan dari 16 partai dan

enam daerah pemilihan yakni Daerah Pemilihan 1 (DP1) Kota Jambi 91

(laki-laki) 42 (perempuan). Daftar caleg perempuan perpartai dapat dilihat

pada tabel dibawah ini.

No Nama Partai Jumlah

1 Partai Kebangkitan Bangsa 3

2 Partai Gerakan Indondesia Raya 3

3 Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan 3

4 Partai Golongan Karya 3

5 Partai Nasdem 1

6 Partai Garuda 3

7 Partai Berkarya 3

8 Partai Keadilan Sejahtera 3

9 Partai Persatuan Indonesia 3

10 Partai Persatuan Pembangunan 3

11 Partai Solidaritas Indonesia 2

12 Partai Amanat Nasional 3

13 Partai Hati Nurani Rakyat 2

14 Partai Demokrat 3

15 Partai Bulan Bintang 3

16 Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia 1

8 Vandyk Lumiu. 2014. Partisipasi Politik Perempuan dalam Pemilu Legislatif Tahun 2014

di Kecamatan Siau Barat Selatan. Skripsi. Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIP UNSRAT

Page 19: PERAN KPU TERHADAP PARTISIPASI CALON LEGISLATIF …repository.uinjambi.ac.id/1803/1/SIP141735_ISTIQOMAH_IP... · 2020. 4. 17. · peran kpu terhadap partisipasi calon legislatif perempuan

xix

Sumber: KPU Prov. Jambi 20199

Berdasarkan latar belakang masalah diatas peneliti tertarik meneliti

tentang Partisipasi Perempuan Dalam Menghadapi Tahun Politik Periode

2018-2021 Kota Jambi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, perumusan masalah dalam

penelitian ini adalah: bagaimana implementasi kebijakan pemerintah dalam

mendorong Partisipasi Perempuan dalam berpolitik di Kota Jambi yaitu :

1. Apa upaya yang telah dilakukan oleh KPU Kota Jambi sehingga kuota

keterwakilan perempuan dalam politik terpenuhi?

2. Apa faktor-faktor yang berperan dalam upaya KPU Kota Jambi untuk

memenuhi keterwakilan perempuan dalam politik?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan diadakannya penelitian adalah untuk menganalisis partisipasi

perempuan dalam menghadapi tahun politik periode 2018-2021.

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat kepada pihak-pihak

yang terkait, terutama bagi :

1. Bagi aspek praktis

Memberikan masukan bagi perempuan untuk dapat berguna sebagai

bahan pertimbangan dan pedomandalam pengambilan kebijaksanaan

yang berhubungan dengan keputusan politik.

2. Bagi aspek keilmuan

9 Informasi didapat dari web KPU, https://pemilu2019.kpu.go.id/#/ppwp/hitung-suara/ ,

diakses pada 9 Juli 2019.

Page 20: PERAN KPU TERHADAP PARTISIPASI CALON LEGISLATIF …repository.uinjambi.ac.id/1803/1/SIP141735_ISTIQOMAH_IP... · 2020. 4. 17. · peran kpu terhadap partisipasi calon legislatif perempuan

xx

Sebagai pengetahuan mengenai partisipasi perempuan dalam menghadapi

dan sebagai acuan referensi serta sebagai bahan penunjang untuk

penelitian selanjutnya. Bagi penulis sendiri disamping menambah

pengalaman dan menjadi pembanding antara ilmu yang diperoleh di

bangku kuliah dalam aplikasi nyata di dunia kerja dan publik

(masyarakat) juga sebagai syarat untuk mencapai gelar sarjana.

D. Kerangka Teori

1. Kebijakan dan Partisipasi Politik

Partisipasi politik adalah salah satu aspek penting suatu demokrasi.

Partisipasi politik merupakan ciri khas dari modernisasi politik. Adanya

keputusan politik yang dibuat dan dilaksanakan oleh pemerintah

menyangkut dan mempengaruhi kehidupan warga negara, maka warga

negara berhak ikut serta menentukan isi keputusan politik. Oleh karena itu

yang dimaksud dengan partisipasi politik menurut Hutington dan Nelson

adalah kegiatan warga Negara yang bertindak sebagai pribadi-pribadi yang

dimaksud untuk mempengaruhi pembuatan keputusan oleh pemerintah.10

Di negara demokrasi seperti Indonesia setiap warga negara

berkewajiban ikut serta dalam menentukan kebijakan yang akan mengatur

kehidupanya, karena pemerintah hanya sebagai pelaksana dan mengevaluasi

setiap keinginan masyarakat dan pada hakikatnya masyarakat itu sendiri

yang mengatur kehidupanya. Karena arti demokrasi itu sendiri adalah

10

Cholisin, dkk. Dasar-Dasar Ilmu Politik. ( Yogyakarta: UNY Press, 2007).

Page 21: PERAN KPU TERHADAP PARTISIPASI CALON LEGISLATIF …repository.uinjambi.ac.id/1803/1/SIP141735_ISTIQOMAH_IP... · 2020. 4. 17. · peran kpu terhadap partisipasi calon legislatif perempuan

xxi

peraturan yang datangnya dari rakyat dilaksanakan oleh rakyat dan untuk

kehidupan yang baik dalam bermasyarakat.

Di bawah ini bentuk piramida partisipasi politik yang

menggambarkan hierarki partisipasi politik.11

Berdasarkan gambar di atas, dapat diketahui bahwa partisipasi

politik merupakan suatu kegiatan seseorang atau sekelompok orang yang

turut serta secara aktif dalam kehidupan politik dengan jalanmemilih

pimpinan negara dan secara langsung atau tidak langsung memengaruhi

kebijakan nasional. Kegiatan partisipasi politik secara konvensional

mencakup tindakan berikut ini.

a. Memberikan suara dalam pemilihan umum (voting);

11

Roth dan Wilson. The Comparative Study of Politic. (New York: Prencite Hall Inc,

1980).

Page 22: PERAN KPU TERHADAP PARTISIPASI CALON LEGISLATIF …repository.uinjambi.ac.id/1803/1/SIP141735_ISTIQOMAH_IP... · 2020. 4. 17. · peran kpu terhadap partisipasi calon legislatif perempuan

xxii

b. Menghadiri rapat umum (campaign);

c. Menjadi anggota suatu partai atau kelompokkepentingan;

d. Mengadakan komunikasi dengan pejabat pemerintah, atau anggota

parlemen.

Sedangkan kegiatan partisipasi politik yang berbentuk non-

konvensional, berupa:

a. Pengajuan petisi (tuntutan);

b. Melakukan demonstrasi (seruan bersama dijalanan);

c. Melakukan konfrontasi (perlawanan);

d. Melakukan mogok (non action).

Bentuk partisipasi politik adalah sebagai berikut.12

a. Menduduki jabatan politik atau administrasi;

b. Mencari jabatan politik atau administrasi;

c. Keanggotaan aktif suatu organisasi politik;

d. Keanggotaan pasif suatu organisasi politik;

e. Keanggotaan aktif suatu organisasi semu politik;

f. Keanggotaan pasif suatu organisasi semupolitik;

g. Partisipasi dalam rapat umum, demonstrasi, dan lain sebagainya;

h. Partisipasi dalam diskusi politik informal;

i. Voting (pemberian suara)

j. Apathis total.

2. Kebijakan Afirmatif dalam Undang-Undang Pemilu

12

Rush dan Althoff. Pengantar Sosial dan Politik. Jakarta: Raja Grafindo, 1997.

Page 23: PERAN KPU TERHADAP PARTISIPASI CALON LEGISLATIF …repository.uinjambi.ac.id/1803/1/SIP141735_ISTIQOMAH_IP... · 2020. 4. 17. · peran kpu terhadap partisipasi calon legislatif perempuan

xxiii

Kebijakan afirmatif adalah kebijakan yang diambil bertujuan agar

kelompok/golongan tertentu (gender ataupun profesi) memperoleh peluang

yang setara dengan kelompok/golongan lain dalam bidang yang sama.

Kebijakan afirmatif juga dapat diartikan sebagai kebijakan yang memberike

istimewaan pada kelompok tertentu. Dalam konteks politik, tindakan

afirmatif dilakukan untuk mendorong agar jumlah perempuan di Lembaga

Legislatif lebih representatif.

Gender sebagai alat analisis umumnya digunakan oleh penganut

aliran ilmu sosial konflik yang memusatkan perhatian pada ketidakadilan

structural dan sistem yang disebabkan oleh gender. Perbedaan gender yang

selanjutnya melahirkan peran gender sesungguhnya tidak menimbulkan

masalah sehingga tidak perlu digugat.13

Perjuangan kesetaraan gender

adalah salah satu upaya mewujudkan demokratisasi karena dengan adanya

kesetaraan gender maka seluruh masyarakat baik laki-laki maupun

perempuan mempunyai akses untuk melakukan proses demokratisasi itu

sendiri. Dalam kaitannya dengan lembaga legislatif.

Pemilu 2004 merupakan tonggak peningkatan keterwakilan

perempuan di lembaga legislatif. Peningkatan tersebut memang sangat kecil

dibandingkan dengan perjuangan para aktivis perempuan sejak proses

Rancangan Undang-Undang sampai Undang-Undang Pemilu 2003 yang

mencantumkan kuota perempuan 30%, tetapi patut disyukuri karena

memang mengubah paradigma berpikir yang patriarkis menjadi cara berpikir

13

Puspitawati, H., Gender dan Keluarga: Konsep dan Realita di Indonesia. (PT IPB

Press. Bogor, 2012)

Page 24: PERAN KPU TERHADAP PARTISIPASI CALON LEGISLATIF …repository.uinjambi.ac.id/1803/1/SIP141735_ISTIQOMAH_IP... · 2020. 4. 17. · peran kpu terhadap partisipasi calon legislatif perempuan

xxiv

kesetaraan gender. Pasal 65 ayat (1) UU Nomor 12 Tahun 2003 tentang

Pemilu DPR, DPD, dan DPRD menyatakan bahwa "Setiap partai politik

peserta pemilu dapat mengajukan calon anggota DPR, DPRD Provinsi, dan

DPRD Kabupaten Kota untuk setiap daerah Pemilihan dengan

memperhatikan keterwakilan perempuan sekurang-kurangnya 30%."

Secara umum kebijakan afirmatif tersebut semakin disempurnakan.

Hal tersebut dapat kita lihat pada UU No. 22 Tahun 2007 tentang

penyelenggaraan pemilu yang kini UU No. 15 Tahun 2011 tentang

Penyelenggaraan Pemilu dan UU No. 8 Tahun 2012 tentang Pemilu Anggota

DPR, DPD, dan DPRD (UU Pemilu Legislatif). Pada pasal 6 ayat (5) UU

No.22 Tahun 2007 dan UU No. 15 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan

Pemilu dinyatakan bahwa:"komposisi keanggotaan KPU, KPU Provinsi dan

KPU Kabupaten/Kota memperhatikan keterwakilan perempuan sekurang-

kurangnya 30% (tiga puluh perseratus)".

Keterwakilan perempuan dalam kepengurusan Partai politik juga

telah secara tegas dicantumkan dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 2012

tentang Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD (UU Pemilu Legislatif) telah

menjamin keterwakilan perempuan sebagai calon anggota legislatif. Karena

telah memberikan perlakuan khusus (kebijakan afirmatif) kepada perempuan

dan sejalan dengan konstitusi, menyebutkan partai politik wajib mengajukan

minimal 30% perempuan sebagai calon anggota legislatif. Undang-undang

Page 25: PERAN KPU TERHADAP PARTISIPASI CALON LEGISLATIF …repository.uinjambi.ac.id/1803/1/SIP141735_ISTIQOMAH_IP... · 2020. 4. 17. · peran kpu terhadap partisipasi calon legislatif perempuan

xxv

tersebut juga diperkuat dengan Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor.

7 Tahun 2003 tentang Pencalonan Anggota Legislatif.14

3. Peran Partai Politik dalam Affirmative Action

Partai politik merupakan wadah untuk menciptakan kesetaraan dan

keadilan gender. Dalam berbagai aspek kehidupan bernegara dan berbangsa.

Partai politik telah pula diberi kepercayaan dalam affirmative action, yaitu

menguatnya pemberdayaan politik perenpuan dengan mendapat perwakilan

sebesar 30%. Munculnya affirmative action merupakan peluang bagi kaum

perempuan untuk dapat berpartisipasi di bidang politik.

Sebagai wadah untuk berpartisipasi dalam bidang politik, partai

politik merupakan tempat yang tepat, karena di dalam partai politik kaum

perempuan mendapat pendidikan politik dan etika politik. Partai politik

adalah wadah bagi kaum perempuan untuk mendapat pendidikan berpolitik,

sarana partisipasi politik, komunikasi, dan menyiapkan kader-kader

pemimpin bangsa. Banyaknya partai politik yang muncul di era reformasi

merupakan peluang besar bagi kaum perempuan untuk berpartisipasi di

sektor ini. Sebab adanya partisipasi perempuan dalam partai politik

dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas demokrasi kita, bahkan untuk

meningkatkan kepercayaan public atas hasil politik.15

Perempuan dan politik merupakan rangkaian kata yang sering kali

dijadikan slogan oleh partai politik menjelang pemilu. Slogan tersebut

14

http://theglobejournal.com, diakses tanggal 6-11-2018. 15

Siti Hariati Sastriyani, Gender and Politic, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2009.)

Page 26: PERAN KPU TERHADAP PARTISIPASI CALON LEGISLATIF …repository.uinjambi.ac.id/1803/1/SIP141735_ISTIQOMAH_IP... · 2020. 4. 17. · peran kpu terhadap partisipasi calon legislatif perempuan

xxvi

dimaksudkan sebagai kampanye agar perempuan tertarik menyumbangkan

suaranya pada partai politik. Namun hal tersebut sepertinya hanya sebatas

slogan karena saat pemilu berakhir partai politik lupa akan janjinya. Seperti

yang dikutip dalam buku Mulia dan Anik Farida16

, ada berbagai alasan

dikemukakan oleh para pemimpin partai politik perihal penurunan

keterwakilan perempuan di DPR, yaitu:

a. Partai politik kesulitan dalam merekrut anggota legislatif perempuan.

Persoalan mengadang tidak hanya pada kuantitas tetapi juga kualitas

calon.

b. Parpol mengaku sulit mengajak perempuan terlibat dalam wacana

politik, apalagi mengajaknya terlibat dalam politik praktis.

Ada empat faktor dalam eksistensi partai politik yang signifikan

dalam menentukan tingkat keterwakilan perempuan di parlemen, sebagai

berikut.17

a. struktur organisasi politik,

b. kerangka kerja lembaga,

c. ideologi partai (ideologi yang bersifat progresif),

d. aktivis partai politik, perempuan.

Gagasan mengenai kuota bagi perempuan yang telah ditawarkan

kepada partai politik untuk menciptakan representasi yang lebih adil,

kenyataannya sampai sekarang memang masih merupakan sebuah

16

Siti Musdah Mulia dan Anik Farida, Perempuan Dan Politik, (Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama, 2005). 17

Ayu Putu Nantri, Perempuan dan Politik. (Bali: Unud, 2009)

Page 27: PERAN KPU TERHADAP PARTISIPASI CALON LEGISLATIF …repository.uinjambi.ac.id/1803/1/SIP141735_ISTIQOMAH_IP... · 2020. 4. 17. · peran kpu terhadap partisipasi calon legislatif perempuan

xxvii

perjuangan yang sangat panjang. Tampaknya belum ada political will dan

apalagi political action dari politisi dan tokoh partai yang kebanyakan laki-

laki untuk mengubah keadaan ini.18

4. Konsep Partisipasi

Banyak definisi yang dikemukakan para ahli tentang partisipasi.

Namun secara harfiah, partisipasi berarti “turut berperan serta dalam suatu

kegiatan”, “keikutsertaan atau peran serta dalam suatu kegiatan”, “peran

serta aktif atau proaktif dalam suatu kegiatan”. Partisipasi dapat

didefinisikan secara luas sebagai “bentuk keterlibatan dan keikutsertaan

masyarakat secara aktif dan sukarela, baik karena alasan-alasan dari dalam

dirinya (interinsik) maupun dari luar dirinya (ekstrinsik) dalam keseluruhan

proses kegiatan yang bersangkutan.

Secara umum, partisipasi menurut Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan19

merupakan perihal turut berperan serta dalam suatu kegiatan,

keikutsertaan dan peran serta. Menurut Bryant dan White20

partisipasi

diartikan sebagai pemungutan suara, keanggotaan dalam partai, kegiatan

dalam perkumpulan sukarela, gerakan protes, dan sebagainya.

Partisipasi lebih menitikberatkan pada keterlibatan masyarakat secara

aktif, berdasarkan pendapat MS. Wahyu (2005: 225) yang menyatakan:

“Partisipasi adalah pengikut sertaan seluruh anggota masyarakat di dalam

18

Soetjipto. 2005. Pengujian Konstruk Kriteria Kecanduan Interner. Jurnal Psikologi, vol

32, no.2. Fakultas Psikologi UGM 19

Alwi. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Departemen Pendidikan

Kebudayaan, 1997. 20

Khairul Muluk, Desentralisasi pemerintahan Daerah, Bayumedia Publishing, Malang,

2006.

Page 28: PERAN KPU TERHADAP PARTISIPASI CALON LEGISLATIF …repository.uinjambi.ac.id/1803/1/SIP141735_ISTIQOMAH_IP... · 2020. 4. 17. · peran kpu terhadap partisipasi calon legislatif perempuan

xxviii

seluruh kegiatan pembangunan yang mencakup perencanaan,pelaksanaan,

evaluasi, dan pemanfaatan hasil tanpa berarti mengorbankan kepentingan

diri sendiri.”

Berdasarkan deskripsi di atas menitikberatkan kepada keterlibatan

secara aktif masyarakat baik dalam proses perencanaan sampai dengan

pemanfaatannya. Akan tetapi adanya bentuk partisipasi tersebut tidaklah

mencederai hak-hak sosial masyarakat, tidak merugikan serta mengorbankan

kepentingan masyarakat itu sendiri.

5. Partisipasi Perempuan dalam Politik

Berbicara tentang perempuan dan politik,merupakan bahasan yang

menarik. Sebab, peranpolitik perempuan dari perspektif kalangan feminism

radikal adalah dimana terjadinya transformal total, peran perempuan di

ranah domestik ke ranah publik atau dalam bahasa populernya, kesetaraan

gender.21

Keterlibatan wanita dikancah politik bukan hal yang baru. Dalam

sejarah perjuangan kaum wanita, partisipasi wanita dalam pembangunan,

telah banyak kemajuan yang telah dicapai terutama di bidang pendidikan,

ekonomi, sosial, budaya dan bidang pemerintahan. Keterwakilan perempuan

sangatlah penting dengan alasan sebagai berikut: (1) Nilai sosial budaya

yang lebih mengutamakan laki-laki, (2) Pembagian kerja berdasarkan gender

dalam masyarakat agraristradisional, (3) Citra perempuan sebagai kaum

yang lemah lembut, ( 4). Ajaran agama yang ditafsirkan secara sempit dan

21

Samuel P dan Joan Nelson Huntington, Partisipasi Politik di Negara Berkembang.

Jakarta:Rineka Cipta. 1994.

Page 29: PERAN KPU TERHADAP PARTISIPASI CALON LEGISLATIF …repository.uinjambi.ac.id/1803/1/SIP141735_ISTIQOMAH_IP... · 2020. 4. 17. · peran kpu terhadap partisipasi calon legislatif perempuan

xxix

parsial, (5). Kurangnya political will Pemerintah, (6). Kekurangan dalam

kualitas individu dan kaderisasi politik.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tidak

membedakan jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan dan menjamin

bagi warga negaranya dalam persamaan hak dan kewajiban di bidang politik

dan lainnya. Pada tahun 1978 persamaan hak, tanggung jawab, dan

kesempatan tersebut ditekankan secara eksplisit di dalam Garis Besar

Haluan Negara (GBHN). Kepedulian Indonesia terhadap persamaan hak ini

juga tercermin dengan ikut sertanya menandatangani konvensi mengenai

penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan pada tahun

1980 dan diratifikasi pada tahun 1984 melalui Undang-Undang Nomor 7

Tahun 198422

. Dari segi ideologi dan Hak Asasi Manusia, perempuan

mempunyai kedudukan yang sama dengan laki-laki. Perempuan dan laki-

laki mempunyai hak, kedudukan dan kesempatan yang sama untuk

memperoleh kesehatan, pendidikan, pekerjaan, hak untuk hidup, hak

kemerdekaan pikiran, hak untuk tidak disiksa, hak untuk diakui sebagai

pribadi dihadapan hukum, hak untuk berserikat, berorganisasi, berpolitik,

dan berbagai hak universal yang dilindungi oleh hukum.

Perempuan dan laki-laki mempunyai kedudukan yang sama, yang

dijamin dan dilindungi oleh Negara. Untuk itu urgensi keterlibatan

perempuan dalam penyelengaraan pemerintah yang demokratis adalah

sebagai manusia dan perempuan. KPU mencatat jumlah pemilih pada

22

Ibid.,

Page 30: PERAN KPU TERHADAP PARTISIPASI CALON LEGISLATIF …repository.uinjambi.ac.id/1803/1/SIP141735_ISTIQOMAH_IP... · 2020. 4. 17. · peran kpu terhadap partisipasi calon legislatif perempuan

xxx

pemilihanumum tahun 2019 dengan pemilih dalam negeri 185.092.310

orang dan pemilih diluar negeri 1.281.597 orang dan diantaranya pemilih

perempuan sejumlah 93.166.615 orang. Pada pemilu tahun 2019 perempuan

yang tergabung kedalam daftar calon tetap sejumlah 3.194 orang (Surat

Keputusan KPU Nomor 1129/PL.01.4-Kpt/06/IX/2018) tentu hal ini telah

sejalan dengan amanat Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 Tentang

Pemilu mengharuskan keterwakilan perempuan 30 Persen perempuan

didalam daftar calon legislatif dipenuhi kontestan pemilu 2019 keterwakilan

perempuan mencapai 40 Persen.

Pemilu sebelumnya keterwakilan perempuan dalam penerapan

kebijakan afirmasi dalam tiga pemilu terakhir pada tahun 2004, 2009 dan

2014. Keterwakilan perempuan yang duduk di parlemen pada tahun 2004

sebanyak 11,8 Persen dengan jumlah 65orang perempuan dari 550 total

anggota DPR, lalu pada tahun 2009 dilakukan kebijakan afirmasi plus yaitu

30 Persen perempuan dan penempatan 1 dari 3 orang, ternyata memberi

hasil yang lebih baik yaitu 18Persen dengan jumlah 101 dari 560 anggota

DPR.23

Pada pemilu tahun 2014 afirmasi plus yang sama memberi hasil yang

menurun dari pemilu sebelumnya yaitu 97 orang dengan persentase 17,3

Persen. Naik dan menurunnya keterwakilan perempuan didalam parlemen

dapat dipicu karena kebijakan yang sama, karena pada dasarnya gairah kaum

perempuan dalam dunia politik jika tidak ditompang dengan upaya upaya

23

https://news.detik.com/adv-todaynews-detiknews/d-1527041/kebijakan-peningkatan-

keterwakilan-perempuan-pemilu-2004-dan-2009, diakses pada 9 September 2019

Page 31: PERAN KPU TERHADAP PARTISIPASI CALON LEGISLATIF …repository.uinjambi.ac.id/1803/1/SIP141735_ISTIQOMAH_IP... · 2020. 4. 17. · peran kpu terhadap partisipasi calon legislatif perempuan

xxxi

serta kebijakan yang lebih memacu jumlah keterwakilan akan berakibat

menurun, hal ini dapatdilihat dari penggunakan kebijakan yang sama dari

pemilu 2009 dan 2014. Kekuatiran keterwakilan perempuan menurun itu

bukan berarti hilang pada 2019 meski 40 Persen perempuan masuk kedalam

daftar pencalonan legislatif dipemilihan umum 2019, karena terkadang

partai politik mengikut sertakan perempuan kedalam busaran pemilihan

hanya sebagai pemenuhan syarat saja, masih banyak partai politik yang

belum peka terhadap isu jender.

Melihat tinggi rendahnya kesadaran politik dan kepercayaan

terhadap pemerintah, partisipasi politik perempuan bisa dibagi ke dalam

empat tipe, yaitu sebagai berikut.24

a. Aktif, yaitu apabila seseorang memiliki kesadaran politik, dan

kepercayaan kepada pemerintah tinggi;

b. Apatis (pasif-tertekan), yaitu apabila kesadaran politik dan kepercayaan

kepada pemerintah rendah;

c. Militan radikal, yaitu apabila kesadaran politik tinggi, kepercayaan

kepada pemerintah sangat rendah;

d. Pasif, yaitu apabila kesadaran politik rendah, dan kepercayaan kepada

pemerintah sangat tinggi.

Dalam menjalankan partisipasinya perempuan mendapatkan banyak

kendala. Terdapat empat kendala bagi perempuan dalam berpartisipasi di

bidang politik, yaitu alasan berikut ini.25

24

Zaenal Mukarom, 2008. Perempuan dan Politik: Studi Komunikasi Politik tentang

Keterwakilan Perempuan di Legislatif. Jurnal Mediator, Volume 9, No. 2., hal. 260.

Page 32: PERAN KPU TERHADAP PARTISIPASI CALON LEGISLATIF …repository.uinjambi.ac.id/1803/1/SIP141735_ISTIQOMAH_IP... · 2020. 4. 17. · peran kpu terhadap partisipasi calon legislatif perempuan

xxxii

a. Perempuan menjalankan dua peran sekaligus, yaitu peran reproduktif

dan peran produktif, di dalam maupun di luar rumah;

b. Perempuan relatif memiliki pendidikan yang rendah dibanding dengan

laki-laki karena perbedaan kesempatan yang diperoleh;

c. Adanya hambatan budaya yang terkait dengan pembagian kerja secara

seksual dan pola interaksi perempuan dengan laki-laki yang membatasi

gerak perempuan;

d. Adanya hambatan legal bagi perempuan,seperti larangan kepemilikan

tanah, larangan berpartisipasi dalam pendidikan atau program Keluarga

Berencana tanpa persetujuan dari suami atau ayahnya.

Menurut hasil penelitian tentang partisipasi politik perempuan di

negara-negara berkembang, ada kecenderungan rendah dibandingkan laki-

laki. Pasalnya, mereka lebih banyak terlibat dalam urusan rumah tangga

atau domestik. Memang diakui bahwa ada beberapa keterbatasan bagi

perempuan untuk berkiprah dalam dunia politik. Tiga di antaranya yang

menonjol yaitu sebagai berikut.26

a. Pertama, aspek supply and demand.

Supply berkaitan dengan faktor-faktor prinsipal yang menentukan

kemampuan politik perempuan. Demand merupakan faktor institusional

dan politis yang berkaitan dengan masalah rekruitmen politik bagi

perempuan. Antara supply dan demand ini tidak saling bergantung

karena perempuan bisa saja mengantisipasi kesulitan-kesulitan praktis

25

ibid. 26

Ibid.

Page 33: PERAN KPU TERHADAP PARTISIPASI CALON LEGISLATIF …repository.uinjambi.ac.id/1803/1/SIP141735_ISTIQOMAH_IP... · 2020. 4. 17. · peran kpu terhadap partisipasi calon legislatif perempuan

xxxiii

dalam mengombinasikan peran-peran domestiknya dengan jabatan-

jabatan politik.

b. Kedua, keterbatasan kemampuan perempuan dalam dunia politik erat

kaitannya dengan masalah sosialisasi politik. Sosialisasi politik

cenderung menggiring perempuan untuk mendapatkan status tertentu

tanpa usahanya sendiri (ascribe status). Githesen and Prestage

mengatakan bahwa masalah yang dihadapi perempuan dalam dunia

politik mencakup ketegangan antara ascribe status dan achieved status

yang merupakan akibat proses sosialisasi politik.

c. Ketiga, faktor yang bersifat situasional yang meliputi masalah yang

bersifat keibuan. Tanggung jawab pada anak-anak di rumah, tampaknya

merupakan rintangan paling serius bagi perempuan untuk membuka

akses dalam meraih jabatan-jabatan politis dan pemerintahan. Selain itu,

masalah krusial lain adalah perempuan bekerja tidak memiliki banyak

waktu yang tersisa, sehingga ada ketidakmungkinan menerima jabatan

politik tertentu. Keadaan itu menyebabkan bentuk partisipasi politik

perempuan menjadi non institusional.

Di antara bentuk partisipasi nyata perempuan adalah dengan melihat

keterwakilan mereka dipanggung politik dan lembaga politik formal. Secara

realitas, ternyata di Indonesia jumlah perwakilan perempuan masih sangat

Page 34: PERAN KPU TERHADAP PARTISIPASI CALON LEGISLATIF …repository.uinjambi.ac.id/1803/1/SIP141735_ISTIQOMAH_IP... · 2020. 4. 17. · peran kpu terhadap partisipasi calon legislatif perempuan

xxxiv

rendah dibandingkan laki-laki. Dalam lembaga legislatif, keterwakilan

perempuan amat kecil, tidak seimbang dengan jumlah mereka.27

Minimnya keterwakilan perempuan, pada dasarnya didorong oleh

upaya-upaya sistematis atau kesengajaan dari berbagai pihak. Para pengurus

partai politik mungkin sengaja menempatkan perempuan pada urutan

tertentu, sehingga mengecilkan kemungkinan calon legislatif perempuan

untuk dapat duduk di lembaga legislatif.28

Di samping itu, juga masih

minimnya perempuan yang terjun di dunia politik, baik secara kuantitas

maupun kualitas, menyebabkan kemungkinan calon legislatif perempuan

untuk duduk di lembaga legislative semakin mengecil. Minimnya calon

legislatif dari perempuan merupakan fenomena yang telah lama terjadi di

Indonesia.

Demikian pula dalam masalah partisipasi politik perempuan. Sebuah

pengamatan mengungkapkan bahwa perempuan yang terjun ke dalam

kegiatan politik dan mendapat jabatan politik dapat diklasifikasikan menjadi

tiga kelompok, yaitu sebagai berikut.

a. Kelompok pertama adalah perempuan yangmemeroleh jabatan politik

karena mereka memiliki hubungan dengan laki-laki tertentu. Misalnya,

suaminya eksekutif, sang istri duduk di dewan.Ayahnya duduk di

legislatif, putrinya dikader untuk duduk di legislatif. Ayahnya memiliki

reputasi social politik, sehingga putrinya dianggap dan diposisikan

cukup mampu menjadi anggota dewan.

27

Jurnal Perempuan, 2003 28

Ibid.

Page 35: PERAN KPU TERHADAP PARTISIPASI CALON LEGISLATIF …repository.uinjambi.ac.id/1803/1/SIP141735_ISTIQOMAH_IP... · 2020. 4. 17. · peran kpu terhadap partisipasi calon legislatif perempuan

xxxv

b. Kelompok kedua adalah perempuan yang terjun ke dunia politik setelah

bebas tugas dalam membesarkan anak-anaknya. Hal itu menyebabkan

usia karier politiknya menjadi lebih pendek.

c. Kelompok ketiga adalah perempuan yang dalam usia muda 30-an terjun

dalam politik. Biasanya, mereka telah cukup lama aktif dalam dunia

ormas,LSM, atau organisasi ekstra kampus. Mereka inilah yang

termasuk jenis politisi perempuan professional karier yang jumlahnya

paling sedikit akibat proses sosialisasi, pendidikan, dan rekruitmen

politik perempuan yang tidak berakar dan berjalan secara sistematis.

Kecilnya keterwakilan perempuan ini bisa dilihat di DPRD Kota

Bandung di mana anggota legislatif perempuan masa kerja 2004-2009,

hanya 6 orang dari total 45 orang (13,3%). Padahal, penduduk kota Bandung

berdasarkan hasilSusenas tahun 2003 adalah 2.228.268 jiwa, dengan jumlah

perempuan 1.113.267 jiwa, atau 49,96%, dan penduduk laki-laki 1.115.001

jiwa, atau 50,04% .29

Ini menunjukkan bahwa jumlah perempuan yang besar

dari penduduk tidak tampak dalam jumlah keterwakilan di lembaga

legislatif.

Ketimpangan perwakilan perempuan ini bukanhanya terjadi di

daerah, tetapi juga di tingkat nasional. Kalau ditelusuri semenjak tahun 1950

sampai pemilu 2004, tidak ada perubahan yang signifikan. Peningkatan

muncul pada periode 1987-1992, sebanyak 13%, tetapi justru setelah periode

29

BPS, 2003

Page 36: PERAN KPU TERHADAP PARTISIPASI CALON LEGISLATIF …repository.uinjambi.ac.id/1803/1/SIP141735_ISTIQOMAH_IP... · 2020. 4. 17. · peran kpu terhadap partisipasi calon legislatif perempuan

xxxvi

tersebut terus mengalami penurunan sampai dengan periode 2004-2009

menjadi 11,8%.

6. Peran dan Posisi KPU dalam Politik di Indonesia

Peran KPU dalam sosialisasi politik ditegaskan dalam UU Pemilu

No. 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum pada pasal 8

ayat (1) huruf q: melaksanakan sosialisasi mengenai penyelenggaraan

pemilu dan atau yang berkenaan dengan tugas dan wewenang KPU kepada

masyarakat. Khusus untuk KPUD kabupaten/kota, perannya dalam

sosialisasi ditegaskan dalam pasal 10 huruf o: melaksanakan sosialisasi

mengenai penyelenggaraan pemilu dan atau yang berkenaan dengan tugas

dan wewenang KPU kapubaten/kota kepada masyarakat.

Peran KPU dalam menyosialisasikan kegiatan Pemilu kepada

masyarakat bertujuan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat agar

bersedia memberikan suaranya pada saat pemungutan suara. Hal ini sangat

penting mengingat dalam setiap pelaksanaan pemungutan suara, masih

banyak masyarakat yang memilih golput. Bahkan dalam Pilkada di berbagai

daerah, persentase golput relatif besar yaitu sekitar 25 – 35% dari total

jumlah pemilih. Walaupun golput juga bagian dari pilihan demokratis yaitu

pilihan antara memilih dan tidak memilih, tetapi sikap golput berpotensi

memandulkan pemilu sebagai ajang penjaringan aspirasi masyarakat.

Mereka yang golput tentu tidak diketahui bagaimana aspirasi mereka.30

30

Yusuf, A.R. M. 2010. Peran Komisi Pemilihan Umum (Kpu) Dalam Pendidikan

Politik. GaneÇ Swara Vol.4 No.1

Page 37: PERAN KPU TERHADAP PARTISIPASI CALON LEGISLATIF …repository.uinjambi.ac.id/1803/1/SIP141735_ISTIQOMAH_IP... · 2020. 4. 17. · peran kpu terhadap partisipasi calon legislatif perempuan

xxxvii

Berkenaan dengan teknis penyelenggaraan pemilu, tugas dan

wewenang tersebut dapat disederhanakan ke dalam delapan tahapan pemilu

yang harus dikawal KPU agar terlaksana sesuai dengan jadwal yang

ditetapkan. Kedelapan tahapan itu adalah:

2) Pendaftaran dan/atau pemuktahiran daftar pemilih,

3) Pendaftaran, penelitian dan penetapan peserta pemilu,

4) Pembentukan dan/atau perubahan daerah pemilihan,

5) Pendaftaran, penelitian dan penetapan calon atau daftar calon,

6) Pelaksanaan kampanye, dan pelaporan penerimaan dan pengeluaran dana

kampanye,

7) Pemungutan dan penghitungan suara di tempat pemungutan suara, dan

rekapitulasi hasil perhitungan suara pada berbagai tingkat di atas tempat

pemungutan suara,

8) Pembagian kursi dan/atau penetapan calon terpilih, dan

9) Penyelesaian perselisihan hasil pemungutan suara.31

Selain bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kedelapan tahapan

proses pemilu tersebut beserta tugas-tugas dan wewenang lainnya, KPU juga

dituntut untuk melaksanakan pemilu secara aman dan damai. Dalam kaitan

ini, KPU harus benar-benar bekerja secara transparan, mandiri dan

independen (non partisan). Independensi dan profesionalitas petugas

penyelenggara pemilu merupakan salah satu faktor utama dalam

menciptakan pemilu yang demokratis dan damai. Keberpihakan

31

Ramlan Surbakti, Perekayasaan Sistem Pemilu untuk Pembangunan Tata Politik

Demokratis (Jakarta: Kemitraan, 2008), hal. 16

Page 38: PERAN KPU TERHADAP PARTISIPASI CALON LEGISLATIF …repository.uinjambi.ac.id/1803/1/SIP141735_ISTIQOMAH_IP... · 2020. 4. 17. · peran kpu terhadap partisipasi calon legislatif perempuan

xxxviii

penyelenggara pemilu kepada salah satu kontestan tertentu akan mendorong

munculnya kecurangan-kecurangan yang pada akhirnya dapat menimbulkan

konflik dan tindak kekerasan di tengah-tengah masyarakat. KPU harus

menjadi wasit yang baik dalam mengawal seluruh proses kompetisi

demokrasi yang diselenggarakan.

E. Tinjauan Pustaka

Penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan

oleh Oktaviani Adhi Suciptaningsih yang berjudul Partisipasi Perempuan

Dalam Lembaga Legislatif Di Kabupaten Kendal.32

Metode penelitian

menggunakan pendekatan kualitatif, pengumpulan data dilakukan dengan

observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa partisipasi perempuan dalam Lembaga Legislatif di Kabupaten

Kendal masih sangat rendah, dari 45 orang anggota dewan legislatif, hanya

4 orang saja yang perempuan. Rendahnya partisipasi perempuan ini

disebabkan karena banyaknya kendala yang menghambat perempuan untuk

maju berpartisipasi dalam lembaga legislatif, diantaranya kendala

psikologis, ekonomi, politik, dan sosial budaya.

Selain itu pada penelitian yang dilakukan Liky Faizal yang berjudul

Perempuan dalam Politik (menurut perspektif Al-Quran) dengan Sebagian

besar masyarakat memandang bahwa seorang perempuan yang menjadi

pemimpin tidak layak karena mendahului kaum laki-laki, dan di lain pihak

juga banyak yang juga menentang karena permasalahan gender. Menurut

32

Oktaviani Adhi Suciptaningsih. Partisipasi Perempuan Dalam Lembaga Legislatif Di

Kabupaten Kendal. Jurnal Komunitas, Volume 2 No. 2, 2010.

Page 39: PERAN KPU TERHADAP PARTISIPASI CALON LEGISLATIF …repository.uinjambi.ac.id/1803/1/SIP141735_ISTIQOMAH_IP... · 2020. 4. 17. · peran kpu terhadap partisipasi calon legislatif perempuan

xxxix

salah satu pelaku politik, kaum perempuan tidak mendapat tempat yang

berarti, bahkan termaginalkan. Persoalan kepemimpinan adalah persoalan

yang sangat penting dan strategis, karena sangat menentukan sebuah

keluarga, masyarakat, dan bangsa. Oleh karena itu masalah ini menarik

untuk dikaji lagi menurut perpektif Alqur‟an. Maka dalam hal ini kita harus

memahami duduk persoalan kepemimpinan perempuan di dalam ajaran

Islam, yang didukung oleh fakta-fakta peradaban manusia sejak dahulu

hingga sekarang, dan tidak ada kitab fiqh yang mengatakan perempuan tidak

boleh menjadi pemimpin didalam rumah tangga. 33

Selanjutnya penelitian dari Ani Purwanti yang berjudul Partisipasi

Perempuan Pada Lembaga Legislatif Tahun 2014-2019 di Provinsi Jawa

Timur. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adallah pendekatan

sosio legal research. Hasil penelitian menunjukkan di DPRD di Provinsi

Jawa Timur terdapat 15 perempuan dari 100 anggota, laki-laki 85, sehingga

representasi perempuan sebesar 15%. Kota Surabaya mempunyai rep

resentasi 34% (17 dari 50), Madiun 33,3 %, Kediri 33,3%, Probolinggo

33,3%, Sampang 2,2%, Pasuruan 3,3% (1 dari 30) serta Bangkalan 0%.

Faktor utama rendahnya representasi adalah budaya putri akhi yang

berkelindan di antara stakholder, yaitu partai Politik, perempuan dan

masyarakat pemilih. 34

33

Liky Faizal. Perempuan Dalam Politik (Kepemimpinan Perempuan Perspektif Al-

Qur’an). Jurnal TAPIs, Volume 12 No. 1, 2016. 34

Ani Purwanti, Partisipasi Perempuan Pada Lembaga Legislatif Tahun 2014-2019 di

Provinsi Jawa Timur, Jurnal Jilid 44 No. 2, (Universitas Diponegoro, 2015), hal. 18

Page 40: PERAN KPU TERHADAP PARTISIPASI CALON LEGISLATIF …repository.uinjambi.ac.id/1803/1/SIP141735_ISTIQOMAH_IP... · 2020. 4. 17. · peran kpu terhadap partisipasi calon legislatif perempuan

xl

Dari beberapa penelitian terdahulu diatas, penulis menganalisis

perbedaan dalam penelitian ini yaitu dari segi tahun peneliti mengambil

tahun 2019, dari segi tempat penelitian ini dilakukan di Kota Jambi.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitiaan ini yaitu pendekatan

kualitatif dengan metode pengumpulan data melalui observasi, wawancara

dan dokumentasi. Hasil dari penelitian ini yaitu KPU mendorong dengan

maksimal para perempuan dalam pencalonan anggota legislatif di Kota

Jambi. Upaya-upaya yang dilakukan KPU berupa upaya yang bermaksud

mempermudah urusan dan persyaratan dalam pencalonan anggota legislatif

perempuan di Kota Jambi. Selainitu, KPU juga meminta kepada semua

partai politik untuk mengirimkan sebanyak-banyaknya calon perempuan ke

dalam pencalonan legislatif di Kota Jambi.

Page 41: PERAN KPU TERHADAP PARTISIPASI CALON LEGISLATIF …repository.uinjambi.ac.id/1803/1/SIP141735_ISTIQOMAH_IP... · 2020. 4. 17. · peran kpu terhadap partisipasi calon legislatif perempuan

xli

BAB II

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

yurisdis empiris, yaitu pendekatan yuridis (hukum dilihat sebagai norma

atau das sollen), karena dalam membahas permasalahan penelitian ini

menggunakan bahan-bahan hukum (baik hukum yang tertulis maupun

hukum yang tidak tertulis atau baik bahan hukum primer maupun bahan

hukum sekunder). Pendekatan empiris (hukum sebagai kenyataan sosial,

kultural atau das sein), karena dalam penelitian ini digunakan data primer

yang diperoleh dari lapangan..

B. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis kualitatif. Menurut

Dr. Catherine Dawson yang dikutip dari bukunya yang berjudul Metodologi

Penelitian Praktis, mengatakan “Penelitian kualitatif itu mengeksplorasi

sikap, perilaku dan pengalaman melalui metode wawancara”35

C. Sumber Data

a. Data Primer

Yaitu data yang diperoleh dari hasil observasi, literature,

wawancara dengan pihak-pihak tertentu yang berkaitan dengan

35 Chaterine Dawson, Metodologi Penelitian Praktis. (Yogyakarta, 1997), hal. 14.

Page 42: PERAN KPU TERHADAP PARTISIPASI CALON LEGISLATIF …repository.uinjambi.ac.id/1803/1/SIP141735_ISTIQOMAH_IP... · 2020. 4. 17. · peran kpu terhadap partisipasi calon legislatif perempuan

xlii

penelitian ini. Data primer merupakan data yang diambil langsung dari

peneliti kesumbernya yang berupa benda-benda dan manusia.36

Adapun data primer yang akan diambil dalam penelitian ini meliputi :

1. Hj. Evi Julianty calon tetap anggota DPRD Provinsi Jambi

2. Lismarita calon tetap anggota DPRD Provinsi Jambi

3. Rice Yogina S.E calon anggota DPRD Provinsi Jambi

4. Weni Gemasih Mico SH kader pengurus DPW PAN Provinsi Jambi

5. Mhd. Anwar sadat, SE. Kepala Subbagian Teknis Pemilu dan Humas

KPU.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari bacaan atau

literature-literatur serta sumber-sumber lain yang mempunyai hubungan

dengan penelitian ini.37

Data sekunder digunakan sebagai data

pelengkap atau data pendukung dari data primer. Adapun data sekunder

yaitu yang diambil dalam penelitian ini adalah dalam penetapan Daftar

calon tetap (DCT) anggota DPRD Provinsi Jambi tahun 2019 dari KPU.

D. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi dilakukan untuk melacak secara sistematis dan langsung

gejala-gejala komunikasi terkait persoalan dengan penelitian.

b. Wawancara

36

Suhasimi Arikunto. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. (Jakarta: Rineka

Cipta, 2010), hal. 17. 37

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,

2009), Cet. Ke 8, hal. 137.

Page 43: PERAN KPU TERHADAP PARTISIPASI CALON LEGISLATIF …repository.uinjambi.ac.id/1803/1/SIP141735_ISTIQOMAH_IP... · 2020. 4. 17. · peran kpu terhadap partisipasi calon legislatif perempuan

xliii

Wawancara merupakan alat pengumpulan data yang sangat penting

dalam penelitian untuk mendapatkan topic dari situasi terhadap apa yang

dikaji. Sebelum melakukan wawancara, peneliti menyiapkan pertanyaan

yang akan diajukan sesuai dengan data yang dibutuhkan.

c. Dokumentasi

Dokumentasi berasal dari data dokumen yang artinya metode

mencari data mengenai hal-hal berupa catatan, benda-benda, tertulis,

buku, dokumen dan peraturan-peraturan.

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dengan cara penganalisaan ilmiah yang

dimulai dari persoalan-persoalan yang bersifat umum. Mengingat

penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif, maka analisis data

menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Setelah data terkumpul maka

dilakukan suatu analisis melalui data kualitatif dengan menggunakan

analisis sebagai berikut.38

1. Analisis Domain

Analisis domain digunakan untuk memperoleh gambaran objek

penelitian sccara umum atau ditingkat pemukan, namun relatif utuh

tentang objek penelitian tersebut. Analisis domain ini penulis gunakan

untuk menganalis data yang diperoleh dari lapangan penelitian.

2. Analisis Taksonomi

38

Ibid.,

Page 44: PERAN KPU TERHADAP PARTISIPASI CALON LEGISLATIF …repository.uinjambi.ac.id/1803/1/SIP141735_ISTIQOMAH_IP... · 2020. 4. 17. · peran kpu terhadap partisipasi calon legislatif perempuan

xliv

Analisis taksonomi terfokus pada domain-domain tertentu,

kemudian memilih domain tersebut menjadi sub-sub domain serta bagian-

bagian yang lebih khusus dan terperinci yang umumnya memiliki rumpun

yang memiliki kesamaan, dengan demikian teknis taksonomi akan

menghasilkan analisis yang terbatas pada suatu domain tertentu dan hanya

berlaku pada satu domain tersebut pula. Analisis ini diperlukan dalam

mendeskripsikan atau menjelaskan fenomena atau fokus yang menjadi

sasaran permasalahan yang diteliti.

3. Analisis Kompenensial

Analisis komponensial baru layak dilakukan oleh peneliti kalau

seluruh kegiatan observasi dan wawancara yang berulang-ulang telah

memperolch hasil yang maksimal sesuai dengan yang diharapkan dalam

penelitian. Analisis ini diperlukan setelah adanya analisis domain dan

analisis taksonomi yang merupakan jawaban dari permasalahan yang

diteliti, serta analisis ini digunakan untuk mengambil suatu kesimpulan

terhadap permasalahan yang ditemukan pada analisis sebclumnya yaitu

analisis domain dan taksonomi.

F. Triangulasi Data

Triangulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau

sebagai perbandingan terhadap data itu.39

Teknik triangulasi yang sering

digunakan adalah pemeriksaan melalui sumber lainnya." Triangulasi dengan

39

Ibid.,

Page 45: PERAN KPU TERHADAP PARTISIPASI CALON LEGISLATIF …repository.uinjambi.ac.id/1803/1/SIP141735_ISTIQOMAH_IP... · 2020. 4. 17. · peran kpu terhadap partisipasi calon legislatif perempuan

xlv

sumber dalam penelitian ini peneliti gunakan untuk membandingkan dan

mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui

waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Hal ini peneliti

terapkan dalam bentuk:

1) Membandingkan data hasil pengamatan yang peneliti peroleh dalam

observasi dengan data hasil wawancara.

2) Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa

yang dikatakan secara pribadi.

3) Membanding data hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang

berkaitan.

4) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi

penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu

5) Membandingkan kedudukan dan perspektif orang seseorang dengan

berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang

berpendidikan rendah, menengah atau tinggi, orang berada dan orang-

orang pemerintahan.40

G. Sistematika Penulisan

Penelitian ini menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan dan manfaat penelitian, Kerangka Pemikiran, Metodelogi dan

sistematika penulisan.

40

Suhasimi Arikunto, Loc.Cit.

Page 46: PERAN KPU TERHADAP PARTISIPASI CALON LEGISLATIF …repository.uinjambi.ac.id/1803/1/SIP141735_ISTIQOMAH_IP... · 2020. 4. 17. · peran kpu terhadap partisipasi calon legislatif perempuan

xlvi

BAB II METODE PENELITIAN

Bab ini menguraikan metode penelitian yang digunakan dalam penulisan

skripsi ini meliputi: jenis penelitian, jenis dan sumber data, populasi dan

sample, tehnik pengumpulan data, variable penelitian dan pengukuran serta

teknik analisis data.

BAB III OBYEK PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang obyek penelitian.

BAB IV PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan tentang deskripsi objek penelitian, analisis data, dan

interpretasi hasil.

BAB V PENUTUP

Merupakan bab terakhir sekaligus menjadi penutup dalam skripsi ini. Bab

ini berisi kesimpulan dari hasil dan pembahasan penelitian, keterbatasan

penelitian, dan saran-saran terhadap pengembangan teori maupun aplikasi.

Page 47: PERAN KPU TERHADAP PARTISIPASI CALON LEGISLATIF …repository.uinjambi.ac.id/1803/1/SIP141735_ISTIQOMAH_IP... · 2020. 4. 17. · peran kpu terhadap partisipasi calon legislatif perempuan

xlvii

BAB III

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Latar Belakang KPU

KPU yang ada sekarang merupakan KPU keempat yang dibentuk sejak

era Reformasi 1998. KPU pertama (1999-2001) dibentuk dengan Keppres No 16

Tahun 1999, beranggotakan 53 orang anggota, dari unsur pemerintah dan Partai

Politik. KPU pertama dilantik Presiden BJ Habibie.KPU kedua (2001-2007)

dibentuk dengan Keppres No 10 Tahun 2001, beranggotakan 11 orang, dari unsur

akademis dan LSM.KPU kedua dilantik oleh Presiden Abdurrahman Wahid (Gus

Dur) pada tanggal 11 April 2001.41

KPU ketiga (2007-2012) dibentuk berdasarkan Keppres No 101/P/2007

yang berisikan tujuh orang anggota yang berasal dari anggota KPU Provinsi,

akademisi, peneliti dan birokrat dilantik tanggal 23 Oktober 2007 minus

Syamsulbahri yang urung dilantik Presiden karena masalah hukum. Untuk

menghadapi pelaksanaan Pemilihan Umum 2009, image KPU harus diubah

sehingga KPU dapat berfungsi secara efektif dan mampu memfasilitasi

pelaksanaan Pemilu yang jujur dan adil.Terlaksananya Pemilu yang jujur dan adil

tersebut merupakan faktor penting bagi terpilihnya wakil rakyat yang lebih

berkualitas, dan mampu menyuarakan aspirasi rakyat.Sebagai anggota KPU,

integritas moral sebagai pelaksana pemilu sangat penting, selain menjadi motor

41

https://www.kpu.go.id/index.php/home, diakses pada tanggal 9 September 2019

Page 48: PERAN KPU TERHADAP PARTISIPASI CALON LEGISLATIF …repository.uinjambi.ac.id/1803/1/SIP141735_ISTIQOMAH_IP... · 2020. 4. 17. · peran kpu terhadap partisipasi calon legislatif perempuan

xlviii

penggerak KPU juga membuat KPU lebih kredibel di mata masyarakat karena

didukung oleh personal yang jujur dan adil.

Tepat tiga tahun setelah berakhirnya penyelenggaraan Pemilu 2004,

muncul pemikiran di kalangan pemerintah dan DPR untuk meningkatkan kualitas

pemilihan umum, salah satunya kualitas penyelenggara Pemilu.Sebagai

penyelenggara pemilu, KPU dituntut independen dan non-partisan.Untuk itu atas

usul insiatif DPR-RI menyusun dan bersama pemerintah mensyahkan Undang-

undang Nomor 22 Tahun 2007 Tentang Penyelenggara Pemilu. Sebelumnya

keberadaan penyelenggara Pemilu terdapat dalam Pasal 22-E Undang-undang

Dasar Tahun 1945 dan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2003 Tentang

Pemilu DPR, DPD dan DPRD, Undang-undang Nomor 23 Tahun 2003 Tentang

Pemilu Presiden dan Wakil Presiden.42

Dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 2007 Tentang Penyelenggara

Pemilu diatur mengenai penyelenggara Pemilihan Umum yang dilaksanakan oleh

suatu Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang bersifat nasional, tetap, dan

mandiri.Sifat nasional mencerminkan bahwa wilayah kerja dan tanggung jawab

KPU sebagai penyelenggara Pemilihan Umum mencakup seluruh wilayah Negara

Kesatuan Republik Indonesia.Sifat tetap menunjukkan KPU sebagai lembaga

yang menjalankan tugas secara berkesinambungan meskipun dibatasi oleh masa

jabatan tertentu. Sifat mandiri menegaskan KPU dalam menyelenggarakan

Pemilihan Umum bebas dari pengaruh pihak mana pun.43

42

https://id.wikipedia.org/wiki/Komisi_Pemilihan_Umum, diakses pada 10 September

2019 43

https://www.kpu.go.id/index.php/home, diakses pada 10 September 2019

Page 49: PERAN KPU TERHADAP PARTISIPASI CALON LEGISLATIF …repository.uinjambi.ac.id/1803/1/SIP141735_ISTIQOMAH_IP... · 2020. 4. 17. · peran kpu terhadap partisipasi calon legislatif perempuan

xlix

Perubahan penting dalam undang-undang Nomor 22 Tahun 2007 Tentang

Penyelenggara Pemilu, meliputi pengaturan mengenai lembaga penyelenggara

Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan

Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah; Pemilihan Umum Presiden dan

Wakil Presiden; serta Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah

yang sebelumnya diatur dalam beberapa peraturan perundang-undangan kemudian

disempurnakan dalam 1 (satu) undang-undang secara lebih komprehensif.

Dalam undang-undang Nomor 22 Tahun 2007 Tentang Penyelenggara

Pemilu diatur mengenai KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota sebagai

lembaga penyelenggara pemilihan umum yang permanen dan Bawaslu sebagai

lembaga pengawas Pemilu. KPU dalam menjalankan tugasnya bertanggung jawab

sesuai dengan peraturan perundang-undangan serta dalam hal penyelenggaraan

seluruh tahapan pemilihan umum dan tugas lainnya.KPU memberikan laporan

Presiden kepada Dewan Perwakilan Rakyat.44

Undang-undang Nomor 22 Tahun 2007 Tentang Penyelenggara Pemilu

juga mengatur kedudukan panitia pemilihan yang meliputi PPK, PPS, KPPS dan

PPLN serta KPPSLN yang merupakan penyelenggara Pemilihan Umum yang

bersifat ad hoc. Panitia tersebut mempunyai peranan penting dalam pelaksanaan

semua tahapan penyelenggaraan Pemilihan Umum dalam rangka mengawal

terwujudnya Pemilihan Umum secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan

adil.

44

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 Tentang Penyelenggara Pemilu diatur

mengenai KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota sebagai lembaga penyelenggara

pemilihan umum yang permanen dan Bawaslu sebagai lembaga pengawas Pemilu.

Page 50: PERAN KPU TERHADAP PARTISIPASI CALON LEGISLATIF …repository.uinjambi.ac.id/1803/1/SIP141735_ISTIQOMAH_IP... · 2020. 4. 17. · peran kpu terhadap partisipasi calon legislatif perempuan

l

Dalam rangka mewujudkan KPU dan Bawaslu yang memiliki integritas

dan kredibilitas sebagai Penyelenggara Pemilu, disusun dan ditetapkan Kode Etik

Penyelenggara Pemilu.Agar Kode Etik Penyelenggara Pemilu dapat diterapkan

dalam penyelenggaraan Pemilihan Umum, dibentuk Dewan Kehormatan KPU,

KPU Provinsi, dan Bawaslu.

Di dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 2003 Tentang Pemilu DPR,

DPD dan DPRD, jumlah anggota KPU adalah 11 orang. Dengan diundangkannya

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 Tentang Penyelenggara Pemilu, jumlah

anggota KPU berkurang menjadi 7 orang. Pengurangan jumlah anggota KPU dari

11 orang menjadi 7 orang tidak mengubah secara mendasar pembagian tugas,

fungsi, wewenang dan kewajiban KPU dalam merencanakan dan melaksanakan

tahap-tahap, jadwal dan mekanisme Pemilu DPR, DPD, DPRD, Pemilu

Presiden/Wakil Presiden dan Pemilu Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah.

Menurut Undang-undang Nomor 22 Tahun 2007 Tentang Penyelenggara

Pemilu, komposisi keanggotaan KPU harus memperhatikan keterwakilan

perempuan sekurang-kurangnya 30% (tiga puluh persen). Masa keanggotaan KPU

5 (lima) tahun terhitung sejak pengucapan sumpah/janji. Penyelenggara Pemilu

berpedoman kepada asas: mandiri; jujur; adil; kepastian hukum; tertib

penyelenggara Pemilu; kepentingan umum; keterbukaan; proporsionalitas;

profesionalitas; akuntabilitas; efisiensi dan efektivitas.45

Cara pemilihan calon anggota KPU-menurut Undang-Undang Nomor 22

Tahun 2007 Tentang Penyelenggara Pemilu-adalah Presiden membentuk Panitia

45

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2007 Tentang Penyelenggara

Pemilihan Umum

Page 51: PERAN KPU TERHADAP PARTISIPASI CALON LEGISLATIF …repository.uinjambi.ac.id/1803/1/SIP141735_ISTIQOMAH_IP... · 2020. 4. 17. · peran kpu terhadap partisipasi calon legislatif perempuan

li

Tim Seleksi calon anggota KPU tanggal 25 Mei 2007 yang terdiri dari lima orang

yang membantu Presiden menetapkan calon anggota KPU yang kemudian

diajukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat untuk mengikuti fit and proper test.

Sesuai dengan bunyi Pasal 13 ayat (3) Undang-undang N0 22 Tahun 2007

Tentang Penyelenggara Pemilu, Tim Seleksi Calon Anggota KPU pada tanggal 9

Juli 2007 telah menerima 545 orang pendaftar yang berminat menjadi calon

anggota KPU. Dari 545 orang pendaftar, 270 orang lolos seleksi administratif

untuk mengikuti tes tertulis.Dari 270 orang calon yang lolos tes administratif, 45

orang bakal calon anggota KPU lolos tes tertulis dan rekam jejak yang

diumumkan tanggal 31 Juli 2007.

B. Visi dan Misi KPU

1. Visi

Terwujudnya Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai penyelenggara

Pemilihan Umum yang memiliki integritas, profesional, mandiri, transparan dan

akuntabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas berdasarkan

Pancasila dan UUD 1945 dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.46

2. Misi

a. Membangun lembaga penyelenggara Pemilihan Umum yang memiliki

kompetensi, kredibilitas dan kapabilitas dalam menyelenggarakan Pemilihan

Umum;

46

http://www.kpu-jambikota.go.id/, diakses 10 September 2019.

Page 52: PERAN KPU TERHADAP PARTISIPASI CALON LEGISLATIF …repository.uinjambi.ac.id/1803/1/SIP141735_ISTIQOMAH_IP... · 2020. 4. 17. · peran kpu terhadap partisipasi calon legislatif perempuan

lii

b. Menyelenggarakan Pemilihan Umum untuk memilih Anggota Dewan

Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah, Presiden dan Wakil Presiden serta Kepala Daerah dan Wakil Kepala

Daerah secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, adil, akuntabel, edukatif

dan beradab;

c. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan Pemilihan Umum yang bersih, efisien

dan efektif;

d. Melayani dan memperlakukan setiap peserta Pemilihan Umum secara adil dan

setara, serta menegakkan peraturan Pemilihan Umum secara konsisten sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

e. Meningkatkan kesadaran politik rakyat untuk berpartisipasi aktif dalam

Pemilihan Umum demi terwujudnya cita-cita masyarakat Indonesia yang

demokratis.

C. Tugas dan Wewenang KPU

Dalam Pasal 10 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pemilihan

Umum dan Pasal 2 Keputusan Presiden Nomor 16 Tahun 1999 tentang

Pembentukan Komisi Pemilihan Umum dan Penetapan Organisasi dan Tata Kerja

Sekretariat Umum Komisi Pemilihan Umum dijelaskan bahwa untuk

melaksanakan Pemilihan Umum, KPU mempunyai tugas kewenangan sebagai

berikut.47

47

https://www.kpu.go.id/index.php/home, diakses 10 September 2019.

Page 53: PERAN KPU TERHADAP PARTISIPASI CALON LEGISLATIF …repository.uinjambi.ac.id/1803/1/SIP141735_ISTIQOMAH_IP... · 2020. 4. 17. · peran kpu terhadap partisipasi calon legislatif perempuan

liii

1. Merencanakan dan mempersiapkan pelaksanaan Pemilihan Umum;

2. Menerima, meneliti dan menetapkan Partai-partai Politik yang berhak sebagai

peserta Pemilihan Umum;

3. Membentuk Panitia Pemilihan Indonesia yang selanjutnya disebut PPI dan

mengkoordinasikan kegiatan Pemilihan Umum mulai dari tingkat pusat

sampai di Tempat Pemungutan Suara yang selanjutnya disebut TPS;

4. Menetapkan jumlah kursi anggota DPR, DPRD I dan DPRD II untuk setiap

daerah pemilihan;

5. Menetapkan keseluruhan hasil Pemilihan Umum di semua daerah pemilihan

untuk DPR, DPRD I dan DPRD II;

6. Mengumpulkan dan mensistemasikan bahan-bahan serta data hasil Pemilihan

Umum;

7. memimpin tahapan kegiatan Pemilihan Umum.

Dalam Pasal 2 Keputusan Presiden Nomor 16 Tahun 1999 terdapat

tambahan huruf:48

1. Tugas dan kewenangan lainnya yang ditetapkan dalam Undang-undang

Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pemilihan Umum.

Sedangkan dalam Pasal 11 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1999 tersebut juga

ditambahkan, bahwa selain tugas dan kewenangan KPU sebagai dimaksud dalam

Pasal 10, selambat-lambatnya 3 (tiga) tahun setelah Pemilihan Umum

dilaksanakan, KPU mengevaluasi sistem Pemilihan Umum.

48

http://kpu-padanglawasutarakab.go.id/index.php/profil/tugas-dan-kewenangan

Page 54: PERAN KPU TERHADAP PARTISIPASI CALON LEGISLATIF …repository.uinjambi.ac.id/1803/1/SIP141735_ISTIQOMAH_IP... · 2020. 4. 17. · peran kpu terhadap partisipasi calon legislatif perempuan

liv

D. Daftar Biro, Bagian, dan Subbagian Sekretariat Jenderal Komisi

Pemilihan Umum Republik Indonesia

Biro merupakan bagian induk dari bagian dan subbagian.Berikut ini

rincian biro beserta bawahannya.

1. Biro Perencanaan dan Data49

a. Bagian Program dan Anggaran

1) Subbagian Penyusunan Program dan Anggaran Wilayah I

2) Subbagian Penyusunan Program dan Anggaran Wilayah II

3) Subbagian Penyusunan Program dan Anggaran Wilayah III

b. Bagian Kerjasama Antar Lembaga, Penelitian, dan Pengembangan

1) Subbagian Kerjasama Antar Lembaga

2) Subbagian Penelitian dan Pengembangan Organisasi dan Sitem Pemilu

3) Subbagian Norma, Desain, dan Standar Kebutuhan Pemilu

c. Bagian Pengolahan Data dan Informasi

1) Subbagian Pemutakhiran Data dan Informasi

2) Subbagian Pengembangan Teknologi Informasi dan Program Aplikasi

3) Subbagian Pengembangan Jaringan Komunikasi Data

d. Bagian Monitoring dan Evaluasi

1) Subbagian Monitoring dan Supervisi

2) Subbagian Evaluasi dan Dokumentasi

3) Subbagian Tata Usaha Biro

49

https://www.kpu.go.id/index.php/home, di akses pada 10 September 2019.

Page 55: PERAN KPU TERHADAP PARTISIPASI CALON LEGISLATIF …repository.uinjambi.ac.id/1803/1/SIP141735_ISTIQOMAH_IP... · 2020. 4. 17. · peran kpu terhadap partisipasi calon legislatif perempuan

lv

2. Biro Keuangan

a. Bagian Penglolaan Keuangan

1) Subbagian Pengelolaan Keuangan di Wilayah I

2) Subbagian Pengelolaan Keuangan di Wilayah II

3) Subbagian Pengelolaan Keuangab di Wilayah III

b. Bagian Verifikasi Pelaksanaan Anggaran

1) Subbagian Verifikasi Pelaksanaan Anggaran Wilayah I

2) Subbagian Verifikasi Pelaksanaan Anggaran Wilayah II

3) Subbagian Verifikasi Pelaksanaan Anggaran Wilayah III

c. Bagian Akuntansi dan Pelaporan Keuangan

1) Subbagian Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Wilayah I

2) Subbagian Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Wilayah II

3) Subbagian Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Wilayah III

d. Bagian Perbendaharaan

1) Subbagian perbendaharaan dan Gaji

2) Subbagian Perbendaharaan Barang dan Jasa

3) Subbagian Tata Usaha Biro

3. Biro Hukum

a. Bagian Perundang-undangan

1) Subbagian Kajian Naskah Pengaturan Pemilu

2) Subbagian Penyusunan Peraturan dan Keputusan KPU

Page 56: PERAN KPU TERHADAP PARTISIPASI CALON LEGISLATIF …repository.uinjambi.ac.id/1803/1/SIP141735_ISTIQOMAH_IP... · 2020. 4. 17. · peran kpu terhadap partisipasi calon legislatif perempuan

lvi

3) SUbbagian Penyuluhan Peraturan Perundang-undangan50

b. Bagian Advokasi dan Penyelesaian Sengketa Hukum

1) Subbagian Advokasi Hukum

2) Subbagian Penyelesaian Sengketa Hukum

3) Subbagian Legalisasi Produk Hukum

c. Bagian Administrasi Hukum

1) Subbagian Verifikasi Partai Politik Peserta Pemilu

2) Subbagian Verifikasi Perseorangan Perserta Pemilu

3) Subbagian Administrasi Keuangan dan Dana Kampanye Peserte

Pemilu

d. Bagian Dokumentasi dan Informasi Hukum

1) Subbagian Dokumentasi Peraturan Perundang-undangan

2) Subbagian Informasi Peraturan Perundang-undangan

3) Subbagian Tata Usaha Biro

4. Biro Umum

a. Bagian Tata Usaha

1) Subbagian Kearsipan dan Tata Persuratan

2) Subbagian Tata Usaha Pimpinan

3) Subbagian Tata Usaha Biro

b. Bagian Persidangan dan Protokol

1) Subbagian Protokol

2) Subbagian Dokumentasi Persidangan

50

Ibid.,

Page 57: PERAN KPU TERHADAP PARTISIPASI CALON LEGISLATIF …repository.uinjambi.ac.id/1803/1/SIP141735_ISTIQOMAH_IP... · 2020. 4. 17. · peran kpu terhadap partisipasi calon legislatif perempuan

lvii

3) Subbagian Perpustakaan dan Media Center51

c. Bagian Rumah Tangga

1) Subbagian Inventaris

2) Subbagian Perjalanan Dinas

3) Subbagian Urusan Dalam dan Telekomunikasi

d. Bagian Keamanan

1) Subbagian Pengaman Lingkungan Kantor dan Rumah Dinas

2) Subbagian Pengaman Pejabat dan Personel

3) Subbagian Keamanan Dalam

5. Biro Sumber Daya Manusia

a. Bagian Perencanaan dan Pangadaan Sumber Daya Manusia

1) Subbagian Analisis Kebutuhan, Sumber Daya Manusia dan Kesra

2) Subbagian Pengadaan dan Penempatan Sumber Daya Manusia

3) Subbagian Pengelolaan Data Informasi Sumber Daya Manusia

b. Bagian Mutasi dan Disiplin

1) Subbagian Mutasi dan Disiplinan Wilayah I

2) Subbagian Mutasi dan Disiplinan Wilayah II

3) Subbagian Mutasi dan Disiplinan Wilayah III

c. Bagian Pendidikan dan Pelatihan

1) Subbagian Pendidikan dan Pelatihan Teknis

2) Subbagian Pendidikan dan Pelatihan Jabatan

3) Subbagian Tata Usaha Biro52

51

Ibid.,

Page 58: PERAN KPU TERHADAP PARTISIPASI CALON LEGISLATIF …repository.uinjambi.ac.id/1803/1/SIP141735_ISTIQOMAH_IP... · 2020. 4. 17. · peran kpu terhadap partisipasi calon legislatif perempuan

lviii

d. Bagian Tata Laksana Sumber Daya Manusia

1) Subbagian Evaluasi dan Pelaporan

2) Subbagian Penyusunan Uraian Tugas Staf Pelaksana

3) Subbagian Pengembangan Karier

6. Biro Teknis dan Hubungan Partisipasi Masyarakat

a. Bagian Teknis Pemilu

1) Subbagian Pemetaan Daerah Pemilihan dan Alokasi Kursi

2) Subbagian Pencalonan dan Penetapan Calon Terpilih

3) Subbagian Pemungutan, Penghitungan Suara, dan Penetapan Hasil

Pemilu

b. Bagian PAW Anggota DPR, DPD, dan DPRD

1) Subbagian PAW Anggota DPR, DPD, dan DPRD Wilayah I

2) Subbagian PAW Anggota DPR, DPD, dan DPRD Wilayah II

c. Bagian Publikasi dan Sosialisasi Informasi Pemilu

1) Subbagian Pemberitaan dan Penerbitan Informasi Pemilu

2) Subbagian Sosialisasi dan Kampanye

3) Subbagian Tata Usaha Biro

d. Bagian Bina Partisipasi Masyarakat

1) Subbagian Bina Partisipasi Masyarakat Wilayah I

2) Subbagian Bina Partisipasi Masyarakat Wilayah II

52

https://jdih.kpu.go.id/data/data_kepkpu/KPT%20929%20THN%202019, di akses pada

10 Oktober 2019.

Page 59: PERAN KPU TERHADAP PARTISIPASI CALON LEGISLATIF …repository.uinjambi.ac.id/1803/1/SIP141735_ISTIQOMAH_IP... · 2020. 4. 17. · peran kpu terhadap partisipasi calon legislatif perempuan

lix

3) Subbagian Bina Partisipasi Masyarakat Wilayah III53

7. Biro Logistik

a. Bagian Pengelolaan Data dan Dokumentasi Kebutuhan Sarana Pemilu

1) Subbagian Penyusunan, Pengelohan Data, Dokumentasi Kebutuhan

Sarana Pemilu

2) Subbagian Alokasi dan Pelaporan

3) Subbagian Tata Usaha Biro

b. Bagian Pengadaan Saran dan Prasarana Pemilu

1) Subbagian Standar Barang dan Jasa

2) Subbagian Administrasi Pengadaan Barang dan Jasa

3) Subbagian Dokumentasi Pengadaan Barang dan Jasa

c. Bagian Distribusi Sarana dan Prasarana Pemilu

1) Subbagian Distribusi Angkutan Reguler

2) Subbagian Distribusi Angkutan Non Reguler

3) Subbagian Dokumentasi Distribusi

d. Bagian Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Pemilu serta Inventarisasi

1) Subbagian Penerimaan Sarana Pemilu

2) Subbagian Penyimpanan dan Pemeliharaan Sarana Pemilu serta

Inventarisasi

3) Subbagian Penyaluran Sarana Pemilu54

53

Ibid., 54

https://jdih.kpu.go.id/data/data_kepkpu/KPT%20929%20THN%202019., diakses pada

10 September 2019.

Page 60: PERAN KPU TERHADAP PARTISIPASI CALON LEGISLATIF …repository.uinjambi.ac.id/1803/1/SIP141735_ISTIQOMAH_IP... · 2020. 4. 17. · peran kpu terhadap partisipasi calon legislatif perempuan

lx

E. KPU Kota Jambi

KPU Kota Jambi beralamatkan di Jalan Manado Samping GOR Kota

Baru Jambi.Email yang dapat dihubungi adalah [email protected]

dengan nomor telpon (0741) 445958. Berikut ini informasi tambahan

mengenai KPU Kota Jambi.

1. Komisioner KPU Kota Jambi55

a. Ketua KPU : Yatno, S.Pd.I.

b. Anggota : Hazairin, S.H., M.H.

H. Abdul Rahim, S.P.

Deni Rahmat, S.Sos.

Adithiya Diar, M.H.

2. Sekretariat KPU56

a. Kepala Subbagian Hukum : Salma Dahlan, SH.

b. Kepala Subbagian Program dan Data : Syamsul Ardi, SE.

c. Kepala Subbagian Teknis Pemilu dan Hupmas :

Mhd.. Anwar Sadat, SE.

d. Staf Umum dan Logistik :

Efranika Septiani Senja, A.Md.

55

http://www.kpu-jambikota.go.id/komisioner, diakses pada 11 Septmber 2019 56

http://www.kpu-jambikota.go.id/pegawai, diakses pada 11 Septmber 2019

Page 61: PERAN KPU TERHADAP PARTISIPASI CALON LEGISLATIF …repository.uinjambi.ac.id/1803/1/SIP141735_ISTIQOMAH_IP... · 2020. 4. 17. · peran kpu terhadap partisipasi calon legislatif perempuan

lxi

Heni Herawati

Umbaran

Eni Sartika

Hermayanto, A.Md.

Lutfi Faturochman

e. Staf Hukum : Henny Magdalena, SH.

f. Staf Teknis dan Hupmas : Yessi Afriyani, SE.

g. Staf Program dan Data :

Linawati

Suwage Yulianto, S.Kom.

Lenmiyerti, SE.

Page 62: PERAN KPU TERHADAP PARTISIPASI CALON LEGISLATIF …repository.uinjambi.ac.id/1803/1/SIP141735_ISTIQOMAH_IP... · 2020. 4. 17. · peran kpu terhadap partisipasi calon legislatif perempuan

lxii

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Upaya KPU Kota Jambi untuk Memenuhi Kuota Keterwakilan

Perempuan dalam Politik

Komisi Pemilihan Umum (KPU) melalui beberapa UU, yaitu UU

No. 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik, UU No. 12 Tahun 2003 tentang

Pemilihan Umum, UU No. 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik dan UU No.

10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR-DPRD menetapkan

aturan terkait keterwakilan perempuan yaitu sebesar 30 persen dalam

Pemilu 2024. Aturan tersebut berdampak positif kepada meningkatnya

persentase jumlah keterpilihan caleg perempuan di DPR. Untuk mendorong

keterlibatan perempuan pada politik, KPU melakukan beberapa upaya, yaitu

(1) mendukung penuh seluruh proses pendaftaran dan (2) meminta partai

politik untuk memperbanyak politisi perempuan.57

1. KPU Mempermudah Pencalon Perempuan dalam Seluruh Proses

Pendaftaran

KPU, Kaukus Perempuan Parlemen RI (KPPRI), Kaukus Perempuan

Politik Indonesia (KPPI) dan Maju Perempuan Indonesia (MPI) sepakat,

mendorong partisipasi perempuan baik di perwakilan partai politik, maupun

dalam setiap agenda sosialisasi KPU yang akan dilaksanakan, baik di tingkat

57 Komisi Pemilihan Umum, https://id.wikipedia.org/wiki/Komisi, diakses pada 13

September 2019

Page 63: PERAN KPU TERHADAP PARTISIPASI CALON LEGISLATIF …repository.uinjambi.ac.id/1803/1/SIP141735_ISTIQOMAH_IP... · 2020. 4. 17. · peran kpu terhadap partisipasi calon legislatif perempuan

lxiii

pusat dan kabupaten/ kota. Keterwakilan perempuan adalah suatu hal yang

sangat penting. Hal tersebut tertuang dalam UU Nomor 7 tahun 2017 tentang

Pemilu, disebutkan bahwa keterwakilan 30 persen perempuan di parlemen

tidak hanya sebatas tingkat kepengurusan parpol di pusat, tetapi juga

keterwakilan 30 persen diperluas hingga kabupaten/ kota lantaran pada pemilu

2014 lalu.

Keterwakilan perempuan sangtlah penting, dan aturan tersebut tentu

akan diakomodir melalui PKPU 2018 terkait pencalonan legislatif. Perempuan

harus ada di semua unsur, untuk menjaga proses demokrasi yang dibangun di

atas praktek dan prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik dan

berkelanjutan.

Pada saat Pemilu 2014, perolehan suara terhadap keterwakilan

perempuan mengalami penurunan. Oleh karena itu, KPPRI meminta KPU

melakukan pengawalan terhadap keterwakilan 30 persen perempuan, tidak

hanya di pusat tetapi juga di kabupaten/kota. KPU tidak hanya menagkomodir

30 persen keterwakilan perempuan saja, tetapi juga memberikan jaminan

untuk perempuan bisa dapat menempati posisi-posisi strategis, baik di parpol

maupun di institusi.58

KPU mendukung dan menjamin perjuangan perempuan agar bisa

menempati posisi strategis baik di parpol maupun pemerintahan. KPU

berkomitmen akan mendukung secara penuh keterlibatan perempuan dalam

pemilu dimulai dari proses rekrutmen tim seleksi calon anggota KPU Provinsi

58 Ibid.,

Page 64: PERAN KPU TERHADAP PARTISIPASI CALON LEGISLATIF …repository.uinjambi.ac.id/1803/1/SIP141735_ISTIQOMAH_IP... · 2020. 4. 17. · peran kpu terhadap partisipasi calon legislatif perempuan

lxiv

melalui pembentukan tim seleksi. Ketentuan 30 persen keterwakilan

perempuan dalam daftar calon memang termuat dalam UU Pemilu, tetapi

komitmen pemaknaannya harus dilakukan di setiap daerah pemilihan.

Mengenai persyaratan pendaftaran calon anggota legislatif, Undang-

Undang telah mengatur persyaratan bagi setiap warga negara yang ingin

menjadi calon legislatif (caleg) baik di DPR, DPD, maupun DPRD. Dalam

peraturan perundang-undangan, tidak terdapat perbedaan persyaratan sebagai

calon anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten Kota antara

perempuan dan laki-laki sebagaimana yang ditegaskan dalam pasal 60

Undang-Undang 12 Tahun 2003 Tentang calon anggota DPR DPD DPRD

Provinsi dan DPRD Kabupaten kota harus memenuhi syarat dalam

pencalonan.59

a. Warga negara Indonesia yang telah berumur 21 (dua puluh satu) tahun

atau lebih.

b. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

c. Bertempat tinggal di Negara Kesatuan Republik Indonesia.

d. Cakap berbicara, membaca dan menulis dalam Bahasa Indonesia.

e. Berpendidikan paling rendah tamat Sekolah Menengah Atas (SMA) atau

sederajat.

59 Sumber KPU tentang data syarat menjadi Caleg menurut Undang-Undang 12 Tahun

2003

Page 65: PERAN KPU TERHADAP PARTISIPASI CALON LEGISLATIF …repository.uinjambi.ac.id/1803/1/SIP141735_ISTIQOMAH_IP... · 2020. 4. 17. · peran kpu terhadap partisipasi calon legislatif perempuan

lxv

f. Setia kepada Pancasila sebagai dasar negara, Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan cita-cita proklamasi 17

Agustus 1945.

g. Tidak pernah dijatuhi hukuman pidana penjara berdasarkan putusan

pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap

karenamelakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5

tahun atau lebih.

h. Sehat jasmani dan rohani.

i. Terdaftar sebagai pemilih.

j. Bersedia bekerja penuh waktu.

k. Mengundurkan diri sebagai pegawai negeri sipil.

l. Bersedia untuk tidak berpraktik sebagai akuntan publik.

m. Bersedia untuk tidak merangkap jabatan sebagai pejabat negara lainnya.

n. Menjadi anggota partai politik peserta pemilu.

o. Dicalonkan hanya di 1 (satu) lembaga perwakilan.

p. Dicalonkan hanya di 1 (satu) daerah pemilihan.60

Sejak lama Indonesia mengupayakan pemberdayaan perempuan dalam

peta perpolitikan. Undang-Undang dasar 1945, secara formal telah menjamin

partisipasi perempuan dalam bidang politik. Pada tahun 1952 misalnya,

Indonesia meratifikasi konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai hak

perempuan (Universal Convention on Political Right of Women) melalui UU

Nomor 68 tahun 1958 Tentang Persetujuan konpensi hak-hak politik kaum

60 Ibid.,

Page 66: PERAN KPU TERHADAP PARTISIPASI CALON LEGISLATIF …repository.uinjambi.ac.id/1803/1/SIP141735_ISTIQOMAH_IP... · 2020. 4. 17. · peran kpu terhadap partisipasi calon legislatif perempuan

lxvi

wanita, dibawah kepemimpinan Presiden Soekarno saat itu. Undang-Undang

ini memberikan perempuan hak untuk memilih dan dipilih dalam lembaga

legislatif negara. Keterlibatan perempuan dalam politik dapat memperbaiki

masalah-masalah yang seringkali menghambat pembangunan.61

Informan Rice Yogina, salah satu caleg dari dapil Kota Baru-Jambi

menyatakan:

“Saya mengabdikan diri melayani ABK sejak tahun 2009 sampai

sekarang. Saya sempat menjadi Ketua Komunitas Peduli Autis Unggul

Sakti pada tahun 2009-2014. Selain itu, organisasi juga diikuti

diantaranya : Sekretaris HMC Jambi 2012-2014, ketua bidang

ekonomi KKB BNI 46 2017 - sekarang, wakil bendahara IKA SMPN 7

Jambi 2018 - sekarang, wakil bendahara Dewan Pimpinan Wilayah

Partai Amanat Nasional (DPW PAN) Provinsi Jambi 2017 - sekarang,

serta Sekretaris wilayah Ikatan Pengusaha Muslimah Indonesia

Provinsi Jambi 2016 - sekarang & Wakil Ketua I PUAN 2018 - skrg.

Berbekal rasa keprihatinan terhadap ABK dan korban kekerasan, saya

akhirnya memantapkan diri untuk maju menjadi anggota legislatif

diusung oleh partai PAN”. (wawancara tgl 10 September 2019).62

Sistem politik Indonesia yang memberi kelonggaran jalan bagi kaum

perempuan yang ingin terjun ke kancah perpolitikan, belum sepenuhnya

mendapatkan respon dari masyarakat luas khususnya di tingkat lokal (desa).

Ketentuan yang seharusnya dapat memberi semangat dan kemauan bagi elit-

elit politik untuk memberi kesempatan bagi perempuan untuk tampil lebih

banyak, pada realitasnya belum terwujud. Partisipasi perempuan dalam

kegiatan “lobbying” sebagai keterlibatan perempuan dalam upaya baik

perorangan atau kelompok untuk menghubungi pejabat-pejabat pemerintah

61 Novi Yanthy Adelina. 2014. Keterwakilan Perempuan di Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah Provinsi Sumatera Utara Periode 2009-2014. ADIL: Jurnal Hukum Vol. 7 No.2 62 Wawancara dengan Rice Yogina, tanggal 10 September 2019.

Page 67: PERAN KPU TERHADAP PARTISIPASI CALON LEGISLATIF …repository.uinjambi.ac.id/1803/1/SIP141735_ISTIQOMAH_IP... · 2020. 4. 17. · peran kpu terhadap partisipasi calon legislatif perempuan

lxvii

dan pemimpin-pemimpin politik maupun elit-elit lokal mempengaruhi

keputusan-keputusan mereka agar mendukung pencalonannya sebagai anggota

legislatif. Informan Rice Yogina SE, calon legislatif DPRD dari Partai Amanat

Nasional Jambi, menyatakan:

“Saya sudah berupaya melobi para elit-elit politik baik ditingkat

kabupaten, kecamatan maupun ditingkat desa dan pejabat-pejabat

pemerintah agar membantu mengamankan pencalonan kaum

perempuan dari partai Amanat Nasional, mengingat kurangnya

keterwakilan perempuan pada pemilihan legislatif.” (wawancara tgl.

10 September 2019).63

Selain itu informan Hj. Evi Yulianty, salah seorang caleg dari daerah

pemilihan (Dapil) Jambi Timur, Jambi, menyatakan:

“Saya ikut bergabung menjadi salah satu calon legislatif dari PAN atas

dasar kepedulian saya terhadap hak hak perempuan terutama di

Jambi,saya berpartisipasi dan terjun langsung dikancah politik ini adalah

karena keinginan saya untuk menyampaikan suara rakyat jambi sangat

besar” (wawancara 9 September 2019).64

Dari pernyataan para narasumber, penulis dapat menyimpulkan bahwa

perempuan di Jambi turut berpartisipasi dalam pencalonan anggota legislatif

didasari berbagai macam alasan. KPU membuka kesempatan yang besar

kepada para perempuan. KPU mendukung dengan maksimal pemenuhan

kuota. Tersebut dengan cara mempermudah pendaftaran.

2. KPU Meminta Partai Politik untuk Memperbanyak Politisi Perempuan

Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara penulis dengan salah satu

informan yaitu anggota KPU yang mengatakan bahwa pendaftaran para

63 Wawancara dengan Rice Yogina, tanggal 10 September 2019. 64 Wawanca dengan Hj. Evi Yulianty, tanggal 9 September 2019

Page 68: PERAN KPU TERHADAP PARTISIPASI CALON LEGISLATIF …repository.uinjambi.ac.id/1803/1/SIP141735_ISTIQOMAH_IP... · 2020. 4. 17. · peran kpu terhadap partisipasi calon legislatif perempuan

lxviii

perempuan sebagai calon legislatif sangat diharapkan di Kota Jambi. KPU

meminta semua parta politik untuk mengirimkan lebih banyak calon

perempuan agar semakin banyak pula yang lolos mejadi anggota legislatif.

Berikut ini hasil wawancara dengan anggota KPU.

Kami sangat senang jika banyak perempuan yang mendaftar menjadi

calon legislatif.Kami sudah meminta tiap partai politik untuk mengirimkan

banyak calon legislatif dari pihak ibu-ibu.Kita harus meningkatkan

emansipasi wanita di Kota Jambi.Semakin banyak calon perempuan dari

tiap parpol, semakin banyak pula kemungkinan menangnya.Jika kita

mengirimkan sedikit perempuan, bisa-bisa tidak ada yang menang.Paling

tidak tiap partai politik memiliki anggota legislatif perempuan.”

(wawancara 10 September 2019).65

Gambar 4.1 Dokumentasi dengan Anggota KPU

66

Selanjutnya, informan Lismarita, Caleg Dapil Alam Barajo, Jambi,

menyatakan hal yang serupa mengenai permintaan KPU tersebut.

“Saya akui ikut dalam proses pencalonan anggota legislatif kali ini atas

dasar permintaan partai untuk duduk mewakili PAN di daerah pemilihan

saya, namun saya sendiri punya visi dan misi yang jelas jika saya berhasil

duduk di kursi DPRD” (wawancara tgl.4 September 2019).67

65 Wawancara dengan anggota KPU, tanggal 10 September 2019 66 Dokumentasi dengan Anggota KPU 67 Wawancara dengan Lismarita, Caleg Dapil Alam Barajo, Jambi , tanggal 4 September

2019

Page 69: PERAN KPU TERHADAP PARTISIPASI CALON LEGISLATIF …repository.uinjambi.ac.id/1803/1/SIP141735_ISTIQOMAH_IP... · 2020. 4. 17. · peran kpu terhadap partisipasi calon legislatif perempuan

lxix

Partai politik mengakui cukup kesulitan memiliki banyak calon

pendaftar perempuan seperti yang diperintahkan oleh KPU kepada semua

anggota partai politik.

“Kami mengalami kesulitan menjalankan amanat undang-undang yang

mensyaratkan 30% keterwakilan perempuan, bukan saja dalam

kepengurusan, tetapi juga untuk mencari suara terbanyak. KPU meminta

kami mengirimkan banyak calon perempuan. Sebetulnya tidak mudah

mencari pencalon perempuan.Tapi kami tetap optimis mengingat

semuanya demi kebaikan partai dan juga kemajuan politik di Jambi.”

(wawancara tgl. 10 September 2019).

Dari beberapa wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa KPU

sudah meminta semua partai politik untuk mengirimkan banyak calon

perempuan. Hal tersebut diakui langsung oleh pihak KPU, partai politik, dan

perempuan yang mencalonkan diri.

Gambar 5.1 Dokumentasi dengan anggota KPU68

Upaya untuk meningkatkan partisipasi perempuan dalam berpolitik

yaitu dengan variabel teknis langsung terhadap keterpilihan calon-calon

perempuan antara lain sebagai berikut:69

68 Dokumentasi dengan anggota KPU 69 Ramlan Surbakti,dkk. 2011. Meningkatkan Keterwakilan Perempuan. Jakarta:

Kemitraan bagi Pembaruan Tata Pemerintahan.hlm 6-7.

Page 70: PERAN KPU TERHADAP PARTISIPASI CALON LEGISLATIF …repository.uinjambi.ac.id/1803/1/SIP141735_ISTIQOMAH_IP... · 2020. 4. 17. · peran kpu terhadap partisipasi calon legislatif perempuan

lxx

1. Pembentukan daerah pemilihan (dapil). Dalam sistem

proporsional, jumlah kursinya selalu banyak (multi-member

constituency). Berdasarkan jumlah kursi di setiap dapil, terdapat

tiga tipe dapil, yaitu: pertama, kursi kecil (2-5 kursi); kedua, kursi

menengah (6-10 kursi); dan kursi besar (lebih dari 11 kursi).

Menurut Matland, jumlah kursi besar memang menguntungkan

perempuan karena kian banyak perempuan yang bisa dicalonkan.

Namun apabila dilihat dari calon terpilih, jumlah kursi besar

merugikan perempuan karena perolehan kursi tersebar, padahal

calon utama setiap parpol biasanya laki-laki.

2. Metode pencalonan. Metode pencalonan dalam sistem proporsional

dibedakan atas daftar tertutup (close List PR) dan daftar terbuka

(open List PR), serta MPP dan STV. Matland menyimpulkan,

metode pencalonan tertutup justru menguntungkan perempuan,

lebih-lebih bila daftar calon disusun secara selang-seling atau zig-

zag: calon laki-laki–calon perempuan atau calon perempuan–calon

laki-laki. Karena dengan daftar calon tertutup pemilih hanya

memilih parpol dan calon terpilih ditentukan berdasarkan nomor

urut; jika parpol meraih sedikitnya dua kursi, bisa dipastikan

terdapat perempuan di dalamnya.70

3. Metode pemberian suara, yang terkait langsung dengan metode

pencalonan. Jika metode pencalonan menggunakan Close List PR,

70 Ibid.,

Page 71: PERAN KPU TERHADAP PARTISIPASI CALON LEGISLATIF …repository.uinjambi.ac.id/1803/1/SIP141735_ISTIQOMAH_IP... · 2020. 4. 17. · peran kpu terhadap partisipasi calon legislatif perempuan

lxxi

pemilih cukup memilih parpol saat memberikan suaranya.

Sebaliknya pada daftar terbuka, pemilih bisa memilih parpol dan

calon, atau calon saja. Bagaimanapun metodenya, berdasarkan

pengalaman di banyak negara, metode memberikan suara kepada

parpol adalah yang paling menguntungkan calon perempuan.

4. Formula perolehan kursi. Para ahli pemilu membedakan dua jenis

formula perolehan kursi, yaitu: pertama, metode kuota, di

antaranya yang banyak dipakai adalah varian Hamilton/Hare/

Niemeyer; dan kedua, metode divisor dengan varian metode

d‟Hondt dan metode Webster/St Lague. Dengan melihat berapa

banyak parpol yang memperoleh kursi di setiap dapil, metode

d‟Hondt menguntungkan calon perempuan.

5. Formula calon terpilih. Penetapan calon terpilih sangat

menguntungkan calon perempuan apabila dilakukan berdasarkan

nomor urut sebagaimana metode pencalonan List PR.

Memainkan variabel teknis langsung maupun tidak langsung dalam

sistem pemilu tersebut bisa dimanfaatkan gerakan keterwakilan

perempuan untuk meningkatkan jumlah perempuan di parlemen

melalui pemilu yang demokratis. Pada titik inilah berbagai model

kebijakan afirmasi (affirmative action) mendapat ruang untuk diadopsi

dalam pengaturan sistem pemilu melalui undang-undang pemilu.71

71 Ibid.,

Page 72: PERAN KPU TERHADAP PARTISIPASI CALON LEGISLATIF …repository.uinjambi.ac.id/1803/1/SIP141735_ISTIQOMAH_IP... · 2020. 4. 17. · peran kpu terhadap partisipasi calon legislatif perempuan

lxxii

B. Faktor-faktor yang Berperan dalam Upaya KPU Kota Jambi untuk

Memenuhi Kuota Keterwakilan Perempuan dalam Politik

Berdasarkan hasil penelitian poin 1 di atas tentang peran KPU dalam

mendorong para perempuan Kota Jambi untuk mendaftarkan diri sebagai

calon anggota legislatif, tampak bahwa upaya-upaya tersebut cukup

memberikan hasil yang baik ditunjukkan dengan banyaknya perempuan dalam

politik.

Dalam pemilihan umum, jumlah perolehan suara partai maupun

perolehan suara perorangan dari calon legislatif akan menentukan seberapa

banyak kursi yang diraih oleh suatu partai maupun calon legislatif yang akan

menduduki kursi tersebut. Untuk menentukan seseorang/ partai menduduki

satu kursi di DPRD maka setidaknya dia membutuhkan perolehan suara

hingga mencapai ambang batas jumlah BPP. Biasanya untuk DPRD dengan

populasi pemilih sekitar 4000-an lebih, maka seorang calon legislatif

setidaknya mengantongi suara sebanyak 1800 – 2000 suara untuk duduk

sebagai anggota DPRD.72

Faktor yang berperan dalam upaya KPU Jambi untuk memenuhi

kuota 30 persen tersebut, yaitu kebijakan afirmatif yang telah dibuat sehingga

mampu mendorong tingkat partisipasi politik dari kaum perempuan.

Kebijakan tersebut mengharuskan partai yang ingin ikut pemilu harus

72 KPU Kota Jambi, http://www.kpu-jambikota.go.id, diakses pada 13 September 2019.

Page 73: PERAN KPU TERHADAP PARTISIPASI CALON LEGISLATIF …repository.uinjambi.ac.id/1803/1/SIP141735_ISTIQOMAH_IP... · 2020. 4. 17. · peran kpu terhadap partisipasi calon legislatif perempuan

lxxiii

memenuhi kuota perempuan sebesar 30%. Oleh karena itu partai politik

berlomba-lomba memenuhi kuota minimal perempuan agar bisa ikut dalam

pemilu.

Partisipasi politik perempuan di Kota Jambi terbentuk melalui soalisasi

dan berbagai informasi yang diterima dan dikelola dalam lingkungan sosial

pemilih perempuan. Informasi informasi yang ada akan membentuk bangunan

Kognitif pemilih perempuan dan yang nantinya akan mendorongnya untuk

memberikan informasi pada pilihan politiknya.

Walaupun sistem pemilu khususnya pada Pemilu 2019, merupakan

gambaran realitas demokrasi yang mulai terwujud yang ditunjukkan dimana

pihak-pihak luar ikut berpartisipasi dalam mengevaluasi dan memonitor

penghitungan suara.Upaya memberi kesempatan luas kepada seluruh lapisan

masyarakat khususnya kaum perempuan yang berada di tingkat bawah

(desa/kelurahan), perlu dilakukan suatu kegiatan untuk mencari dukungan

sebelum pemilihan.

Informan Hj. Evi Yulianty, salah seorang caleg dari daerah pemilihan

(Dapil) Jambi Timur, Jambi, menyatakan:

“Dalam kegiatan pemilihan calon legislatif 2019 ini, sebelumnya saya

sudah mempunyai aktivitas sosial di luar. Mungkin dasar itu sehingga

saya didatangi oleh salah seorang pengurus partai agar

mempersiapkan diri mengikuti pemilihan sebagai calon anggota

legislatif dari Partai Amanat Nasional. Sejak itu pula saya semakin

intens melakukan aktivitas dalam rangka pemilihan umum agar saya

memperoleh suaru terbanyak dan duduk sebagai anggota legilatif.

Kegiatan yang saya lakukan selama kampanye di daerah pemilihan

saya antara lain mengikuti kegiatan sosial dan memberikan bantuan

Page 74: PERAN KPU TERHADAP PARTISIPASI CALON LEGISLATIF …repository.uinjambi.ac.id/1803/1/SIP141735_ISTIQOMAH_IP... · 2020. 4. 17. · peran kpu terhadap partisipasi calon legislatif perempuan

lxxiv

sumbangan ke rumah-rumah ibadah” (wawancara tgl. 9 September

2019).73

Keterlibatan perempuan dalam pemilihan dalam kegiatan mencari

dukungan baik melalui kampanye maupun dalam bentuk aktivitas lain

memberikan bantuan sumbangan dan berdialog langsung dengan masyarakat

pemilih, hanya dilakukan oleh calon perempuan yang sudah aktif dalam

organisasi-organisasi sosial di desa. Hal ini membuat calon lain sulit

memperoleh dukungan suara terbanyak. Informan Lismarita, Caleg Dapil

Alam Barajo, Jambi, menyatakan:

“Saya akui tidak maksimal terlibat dalam kegiatan pemilihan untuk

memperoleh suara di pemilihan legislatif karena saya hanya diminta

untuk mencalonkan saja, sementara saya tidak memiliki kemampuan

materi yang cukup untuk melakukan kegiatan sosialisasi, kampanye

dan kegiatan lainnya.Akibatnya, saya pesimis dapat mengumpul suara

banyak pada pemilihan legislatif 2019 ini” (wawancara tgl.4

September 2019).74

Hasil wawancara dengan informan Weni Gemasih Mico SH, Pengurus

Harian Partai Amanat Nasional Jambi, menyatakan:

“Pada kegiatan pemilihan calon legislatif 2019, calon kaum

perempuan yang mewakili partai kami kesulitan melakukan

kegiatan.Walaupun secara normatif, tidak ada peraturan perundang-

undangan dalam bidang politik yang mendiskriminasi perempuan

namun, kami mengakui kesulitan bagi calon perempuan karena

kurangnya aktivitas sosial yang mereka lakukan di daerah pemilihan

(Dapil) sehingga kurang dikenal oleh masyarakat pemilih”

(wawancara tgl. 3 September 2019).75

73 Wawancara dengan Hj. Evi Yulianty,tanggal 9 September 2019

74 Wawancara dengan Lismarita, Caleg Dapil Alam Barajo, Jambi, tanggal 4 September 2019.

75 Wawancara dengan Weni Gemasih Mico SH, Pengurus Harian Partai Amanat Nasional Jambi, tanggal 3 September 2019.

Page 75: PERAN KPU TERHADAP PARTISIPASI CALON LEGISLATIF …repository.uinjambi.ac.id/1803/1/SIP141735_ISTIQOMAH_IP... · 2020. 4. 17. · peran kpu terhadap partisipasi calon legislatif perempuan

lxxv

Peraturan yang dijadikan sebagai instrumen politik dan hukum,

walaupun tidak secara eksplisit menunjukkan diskriminasi terhadap

perempuan namun tidak pula memberikan pembelaan dan kemudahan bagi

perempuan dalam berbagai bidang, termasuk politik. Menrut Moore, 76

salah

satu ciri yang penting dan kedudukan perempuan dalam masyarakat ialah

mereka adakalanya mempunyai kekuasaan politik tetapi tidak mempunyai

kekuatan, legitimasi, dan otoritas.

Adapun faktor penghambat dalam keterwakian pemilihan umum ini

adalah minimnya keterwakilan perempuan di dalam lembaga-lembaga

pengambilan keputusan di Indonesia menjadi persoalan ketika transisi menuju

demokrasi menuntut kesetaraan dan keadilan perempuan. Kondisi sosiokultur

bangsa yang pekat dengan budaya patriarki menjadi salah satu faktor

penghalang untuk aktualisasi perempuan sebagai pengambil kebijakan

pembangunan bangsa ini. Budaya patriarki menggambarkan tingginya

dominasi laki-laki yang tidak memberikan kesampatan pada perempuan.

Budaya ini menganggap perempuan lemah dan lebih memposisikan

perempuan sebagai ibu rumah tangga.

Adapun beberapa faktor yang mendorong perempuan terjun di dunia

politik diantaranya adalah adanya kebijakan yang mengharuskan partai politik

untuk menyertakan peremuan dalam dunia perpolrikan tanah air khususnya

melalui pemilu legislatif. Contoh yang terakhir tentu UU No. 5 tahun 2012

tentang Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD, dimana pada pasal 55

76 Armayanti, 2007, hal. 48.

Page 76: PERAN KPU TERHADAP PARTISIPASI CALON LEGISLATIF …repository.uinjambi.ac.id/1803/1/SIP141735_ISTIQOMAH_IP... · 2020. 4. 17. · peran kpu terhadap partisipasi calon legislatif perempuan

lxxvi

menyebutkan kuota minimal 30% perempuan bagi partai politik. Hal itulah

yang kemudian endorong semakin banyaknya perempuan yang ikut dalam

pesta demokrasi 5 tahunan.

Page 77: PERAN KPU TERHADAP PARTISIPASI CALON LEGISLATIF …repository.uinjambi.ac.id/1803/1/SIP141735_ISTIQOMAH_IP... · 2020. 4. 17. · peran kpu terhadap partisipasi calon legislatif perempuan

lxxvii

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang dilaksanakan, mengenai

Partisipasi Perempuan dalam Menghadapi Tahun Politik Periode 2018-2021 Kota

Jambi diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. KPU sangat berperan besar dalam meningkatkan partisipasi perempuan di

kancah politik. Berlandaskan beberapa UU, yaitu UU No. 31 Tahun 2002 tentang

Partai Politik, UU No. 12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum, UU No. 2 Tahun

2008 tentang Partai Politik dan UU No. 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum

Anggota DPR-DPRD menetapkan aturan terkait keterwakilan perempuan yaitu

sebesar 30 persen.

2. Faktor yang berperan dalam upaya KPU Jambi untuk memenuhi kuota 30

persen tersebut, yaitu kebijakan afirmatif yang telah dibuat sehingga mampu

mendorong tingkat partisipasi politik dari kaum perempuan. Kebijakan tersebut

mengharuskan partai yang ingin ikut pemilu harus memenuhi kuota perempuan

sebesar 30%. Oleh karena itu partai politik berlomba-lomba memenuhi kuota

minimal perempuan agar bisa ikut dalam pemilu.

Page 78: PERAN KPU TERHADAP PARTISIPASI CALON LEGISLATIF …repository.uinjambi.ac.id/1803/1/SIP141735_ISTIQOMAH_IP... · 2020. 4. 17. · peran kpu terhadap partisipasi calon legislatif perempuan

lxxviii

B. Saran

Dari hasil penelitian yang sudah diperoleh, maka penulis mengemukakan

beberapa saran sebagai berikut:

1. Untuk memaksimalkan partisipasi politik perempuan dalam menghadapi

pemilu mendatang, perlunya pengurus partai politik mempersiapkan kader-

kader perempuan melalui pendidikan politik untuk memberi pemahaman

tentang akivitas yang berkaitan dengan kegiatan pemilihan, lobbying,

kegiatan organisasi, mencari koneksi, dan melakukan tindakan kekerasan.

2. Mengingat pemilih perempuan berasal dari kondisi sosial yang berbeda-beda,

dengan tingkat pendidikan yang tidak sama dan hal ini sangat berkorelasi

dengan akses informasi terhadap proses politik, maka seyogyanya pemerintah

maupun pihak-pihak seperti LSM dapat memberikan bentuk pendidikan politik

yang bersifat menyeluruh dan persuasif, sehingga pemilih perempuan dapat

mengetahui proses politik dengan lebih jelas.

Page 79: PERAN KPU TERHADAP PARTISIPASI CALON LEGISLATIF …repository.uinjambi.ac.id/1803/1/SIP141735_ISTIQOMAH_IP... · 2020. 4. 17. · peran kpu terhadap partisipasi calon legislatif perempuan

lxxix

DAFTAR PUSTAKA

Hasan Alwi. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Departemen

Pendidikan Kebudayaan, 1997.

Astrid Anugrah. Keterwakilan Perempuan Dalam Politik. Jakarta: Pancuran

Alam, 2009.

Cholisin, dkk. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Yogyakarta: UNY Press, 2007.

Chaterine Dawson. Metodologi Penelitian Praktis. Yogyakarta, 1997.

Ana Maria Gadi Djou. Partisipasi Perempuan Dalam Partai Politik Dan Pemilu

Serempak, 2018.

Liky Faizal. Perempuan Dalam Politik (Kepemimpinan Perempuan Perspektif Al-

Qur’an). Jurnal TAPIs, 12 (1), 2016.

Siti Musdah Mulia dan Anik Farida. Perempuan dan Politik, Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama, 2005.

Khairul Muluk. Desentralisasi pemerintahan Daerah. Malang: Bayumedia

Publishing, 2006.

Ramlan Surbakti. Perekayasaan Sistem Pemilu untuk Pembangunan Tata Politik

Demokratis. Jakarta: Kemitraan, 2006.

Siti Hariati Sastriyani. Gender and Politik, Yogyakarta: Tiara Wacana.

Soetjipto. Pengujian Konstruk Kriteria Kecanduan Interner.Jurnal Psikologi, vol

32, no.2. Fakultas Psikologi UGM, 2005.

Oktaviani Adhi Suciptaningsih. Partisipasi Perempuan Dalam Lembaga

Legislatif di Kabupaten Kendal. Jurnal Komunitas, 2 (2), 2010.

Yusuf, A.R. M. Peran Komisi Pemilihan Umum (KPU) dalam Pendidikan

Politik.Gane Ç Swara Vol.4 No.1, 2010.