STRATEGI KAMPANYE CALON LEGISLATIF PEMULA...
Transcript of STRATEGI KAMPANYE CALON LEGISLATIF PEMULA...
1
STRATEGI KAMPANYE CALON LEGISLATIF PEMULA DPR
RI DARI PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN (PPP)
(Studi Kasus : Strategi Kampanye Caleg Pemula DPR RI dari Partai PPP DapilJABAR Dalam Memenangkan Pemilihan Umum 2014)
Ana Fitriana1
Universitas Padjadjaran
ABSTRACT
For legislative candidates, the campaign is very important and crucial, becausewrong campaign strategy could lead to defeat in the ballot.
This research examines group of communication strategies, interpersonalcommunication strategies and outdoor media strategies candidate of the PPP party towin the election.
The conclusion is before doing the group communication, the PPP candidatesdetermined the group by "proximity". The principle of proximity is consideredeffective because candidates can directly lead to the groups were considered aspotential voters at election time. Form of group communication is silaturahmi,socialization, family communication, communication through community leaders andreunion. In interpersonal communication strategy use the proper language became onestrategy. While outdoor media placement strategy is different every candidates,including boarding schools, area residents, homes of relatives, family and coordinatorof each region.
ABSTRAK
Bagi para calon legislative, kampanye merupakan hal yang sangat penting dansangat menentukan, karena salah strategi kampanye bisa mengakibatkan kekalahandalam pemilihan suara.
Dalam penelitian ini, dikaji strategi komunikasi kelompok, strategikomunikasi antar pribadi dan strategi media luar ruang calon legislatif pemula daripartai PPP dalam memenangkan pemilihan.
Kesimpulannya adalah sebelum melakukan komunikasi kelompok, para calegPPP ini melakukan penentuan kelompok dengan cara “kedekatan”. Prinsip kedekatandianggap efektif karena caleg bisa langsung mengarah pada kelompok yang dianggappotensial menjadi pemilih pada saat pemilu. Bentuk komunikasi kelompok yangdilakukan yakni dengan cara silaturahmi, sosialisasi, melakukan bentuk komunikasikelompok yang bersifat kekeluargaan, dengan berkomunikasi melalui tokohmasyarakat dan reuni Dalam strategi komunikasi antar pribadi penggunaan bahasayang tepat menjadi salah satu strategi. Sedangkan strategi penempatan media luarruang berbeda-beda setiap Caleg, diantaranya pesantren, tempat atau wilayah yangbanyak didiami oleh keluarga, rumah kerabat, keluarga dan coordinator masing-masing wilayah.
1 Program Magister Ilmu Komunikasie-mail: [email protected]
2
1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang Penelitian
Menjelang pemilu 2014, dinamika politik di Indonesia semakin hari semakin
tinggi, mengingat jadwal pemilihan umum 2014 tinggal sesaat lagi. Tidak hanya calon
Presiden dan Wakil Presiden yang meramaikan pesta politik tahun ini tetapi juga para
calon legislative (Caleg). Berbagai strategi dilakukan untuk memenangkan pemilihan,
diantaranya menggerakan seluruh tim sukses untuk mempersiapkan para calon
legislative ini, serta merancang strategi kampanye. Menurut Rogers dan Storey (1987)
yang dikutip oleh Venus (2007:7) kampanye adalah serangkaian tindakan komunikasi
yang terencana dengan tujuan menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar
khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu. Venus juga
menjelaskan salah satu jenis kampanye adalah candidate-oriented campaigns atau
disebut juga dengan political campaigns (kampanye politik). Tujuannya antara lain
adalah untuk memenangkan dukungan masyarakat terhadap kandidat-kandidat yang
diajukan partai politik agar dapat menduduki jabatan-jabatan politik yang
diperebutkan lewat proses pemilihan umum (Venus, 2007: 11). Sementara Firmanzah,
dalam bukunya Marketing Politik menyebutkan bahwa ada dua jenis kampanye, yaitu
kampanye Pemilu yang hanya dilakukan menjelang Pemilu dan kampanye politik
yang sifatnya jangka panjang dan terus menerus (2008: 275).
Bagi para calon legislative, kampanye merupakan hal yang sangat penting dan
sangat menentukan, karena salah strategi kampanye bisa mengakibatkan kekalahan
dalam pemilihan suara. Seiring dengan yang dikatakan Mulyana (2013:103) bahwa
banyak cara digunakan untuk mengkonstruksi kampanye dan pemilu dalam
masyarakat demokratis, sehingga para calon legislative “dibentuk” sedemikian rupa
sehingga bisa menumbuhkan citra yang positif baik bagi dirinya maupun bagi partai.
3
Apalagi menghadapi pemilihan umum kali ini banyak bermunculan para calon-calon
legislative dari pekerja seni atau sering kita kenal dengan istilah “artis.”
Munculnya artis-artis ini tentu saja semakin meramaikan situasi kampanye di
Indonesia. Bagi para artis, sosok mereka menjadi daya tarik tersendiri unutk
masyarakat, karena sosoknya dikenal banyak orang, sehingga mempermudah jalan
mereka untuk memenangkan pemilihan. Namun bagi calon legislative lain yang tidak
dikenal masyarakat, ini menjadi satu hambatan tersendiri karena mereka
membutuhkan strategi kampanye yang lebih tepat untuk bisa “mempromosikan”
dirinya sendiri, apalagi bagi para calon legislative pemula.
Para calon-calon legislative pemula ini berasal dari berbagai latar belakang
yang berbeda, sosok mereka yang masih fresh dan muda dianggap oleh partai
pengusung sebagai sosok yang bisa merepresentasikan visi dan misi partai dalam
memenangkan pemilihan. Tentu saja ini tidak mudah, karena caleg pemula ini harus
mencari strategi yang jitu dalam memenangkan suara. Dan ini menjadi “pekerjaan
rumah” tim sukses dalam menjalankan strategi kampanye yang tepat.
Selain strategi pencitraan, partai politik dan calon legislatif juga seringkali
melakukan pendekatan kepada masyarakat dengan cara melakukan kampanye
komunikasi juga kampanye melalui media.
Kampanye komunikasi adalah tindakan komunikasi yang terorganisasi yang
diarahkan pada khalayak tertentu, pada periode tertentu guna mencapai tujuan tertentu
(Gudykunts & Mody, 2002 dalam Venus, 2007: 8). Melalui media, kampanye adalah
alat partai untuk mencapai tujuannya memenangkan Pemilu, dengan meraih simpati
masyarakat.
Sebagai partai senior PPP terdiri dari berbagai golongan dan diharapkan
bersinergi untuk membesarkan PPP. Partai Persatuan Pembagunan (PPP) didirikan
4
tanggal 5 Januari 1973, sebagai hasil fusi politik empat partai Islam, yaitu Partai
Nadhlatul Ulama, Partai Muslimin Indonesia (Parmusi), Partai Syarikat Islam
Indonesia (PSII), dan Partai Islam Perti. Fusi ini menjadi simbol kekuatan PPP, yaitu
partai yang mampu mempersatukan berbagai faksi dan kelompok dalam Islam. Untuk
itulah wajar jika PPP kini memproklamirkan diri sebagai “Rumah Besar Umat Islam.”
Dengan mengusung slogan Rumah Islam. PPP memiliki strategi yang cukup
brilian, karena ceruk pemilih Islam yang ditinggalkan PKS, PAN, PKB ‘diambil alih’
oleh PPP dengan jargon partai Islam. Partai yang sudah merakyat karena punya
riwayat panjang sebagai fusi dari partai-partai yang berbasis Islam dijaman orde baru
(orba). Kekuatan PPP adalah tokoh-tokoh senior yang ternostalgia oleh satu partai
islam dijaman orba. (Hasan, Peta Kekuatan Partai 2014 dalam
politik.kompasiana.com, dikutip tanggal 7 Februari 2014 pukul 03.45 wib).
Namun menghadapi pemilihan umum 2014 ini tidak dipungkiri bahwa partai-
partai Islam mengalami penurunan termasuk PPP. Banyak faktor yang
menyebabkannya tetapi hal yang paling mendasar terus merosotnya suara PPP adalah
tidak adanya figur kuat dan corak khas partai, yang membedakannya dengan Partai
Islam lain.
Oleh karena itu, PPP mendorong figur caleg yang merupakan tokoh
masyarakat dan memiliki tanggung jawab kepada konstituennya sehingga diharapkan
nantinya masyarakat akan memilih caleg yang bermanfaat bagi wilayahnya. Selain itu
PPP juga memiliki keunikan dalam strategi kampanyenya yaitu mengedepankan
silaturahmi dan pendekatan bagi pemilih per wilayah pemilihan.
Dalam kampanye pemilihan calon legislatif 2014 ini PPP banyak mengusung
tidak hanya calon laki-laki, tetapi juga perempuan. Selain karena memang perempuan
memiliki kuota 30 persen dalam kancah politik, keberadaan perempuan dalam politik
5
dilegislatif juga merupakan modal untuk tampil dan menunjukkan keahliannya.
Sehingga PPP bisa mendapatkan suara di seluruh wilayah Indonesia, dan juga
memenangkan pemilihan, terutama di wilayah atau daerah yang paling kuat
persaingannya.
Salah satu daerah yang paling kuat dalam persaingan pemilihan adalah Jawa
Barat. Pertarungan calon anggota legislatif (caleg) DPR di daerah pemilihan (dapil)
Jawa Barat pada Pemilihan Legislatif 2014 sangat ketat, sehingga untuk wilayah ini
PPP harus memiliki strategi yang jitu untuk mendapatkan pemilih. Selain diisi para
politisi senior dan orang-orang top, tantangan terberat yang harus dihadapi para caleg
adalah tingkat pemikiran dan pendidikan masyarakat yang lebih maju. Terlebih,
mayoritas caleg yang bertarung di dapil tersebut sudah memiliki nama di bidang
pekerjaannya masing-masing.
Untuk bertahan pada kondisi ini, salah satu strategi kampanye komunikasi
yang dilakukan oleh PPP adalah strategi komunikasi kelompok. komunikasi
kelompok biasanya merujuk pada komunikasi yang dilakukan kelompok kecil (small-
group communication). Komunikasi kelompok dengan sendirinya melibatkan
komunikasi antar pribadi, karena itu kebanyakan teori komunikasi antarpribadi
berlaku juga bagi komunikasi kelompok (Mulyana, 2005: 74).
Mengenai penggunaan media dalam pemilu kali ini PPP banyak menggunakan
media luar ruang sebagai alat untuk mempromosikan calon legislatifnya, diantara
media luar yang banyak dipergunakan adalah baliho, yang dianggap sebagai salah
satu media luar ruang yang paling mudah digunakan untuk “mengenalkan” caleg-
caleg-nya. Sejalan dengan yang dikatakan oleh Suryadi bahwa kemunculan baliho
caleg bukan saja mewadahi kebebasan berekspresi, tetapi diyakini sebagai cara instan
6
untuk memperkenalkan diri, mempersuasi calon pemilih, sekaligus ijtihad baru dalam
mengisi komposisi lembaga legislative secara lebih terbuka. (Suryadi, 2009: ix)
1.1.1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Untuk mengkaji strategi komunikasi kelompok calon legislatif pemula dari
partai PPP dalam memenangkan pemilihan.
2. Untuk mengkaji strategi komunikasi antar pribadi calon legislatif pemula dari
partai PPP dalam memenangkan pemilihan.
3. Untuk mengkaji strategi media luar ruang calon legislatif pemula dari partai
PPP dalam memenangkan pemilihan.
1.1.2. Kegunaan Penelitian
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi salah satu acuan
secara akademis menyangkut ilmu komunikasi, khususnya komunikasi politik
mengenai strategi kampanye. Dan pada akhirnya penelitian ini diharapkan mampu
menjadi bahan rujukan ilmiah atau referensi untuk penelitian selanjutnya.
Secara praktis, hasil penelitian ini akan memperlihatkan bagaimana strategi
kampanye calon legislatif pemula, sehingga nantinya dapat memberikan gambaran
pelaksaan strategi kampanye dalam memenangkan pemilihan calon legislative,
khusunya calon pemula.
1.2. Fokus Penelitian dan Pernyataan Masalah
1.2.1. Fokus Penelitian
Bagaimana strategi kampanye calon legislative pemula dari partai PPP dalam
memenangkan pemilihan
1.2.2. Pertanyaan Penelitian
Adapun pertanyaan penelitiannya adalah :
7
1. Bagaimana strategi komunikasi kelompok calon legislatif pemula dari partai
PPP dalam memenangkan pemilihan?
2. Bagaimana strategi komunikasi antarpribadi calon legislatif pemula dari partai
PPP dalam memenangkan pemilihan?
3. Bagaimana strategi media luar ruang calon legislative pemula dari partai PPP
dalam memenangkan pemilihan?
1.3. Metodologi
1.3.1. Paradigma Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan bentuk studi kasus.
Menurut Creswell Case Study, atau diterjemahkan sebagai studi kasus, adalah suatu
eksplorasi atas sebuah “bounded system” atau sebuah kasus (bisa juga beragam kasus)
pada kurun waktu tertentu melalui pengumpulan data mendalam secara teperinci,
melibatkan sumber-sumber informasi yang kaya dalam konteks kegunaan. (Creswell,
2007: 73).
1.3.2. Sumber dan jenis Data
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitiannya adalah informan yang
terkait dengan kampanye calon legislative pemula dari partai PPP dalam
memenangkan pemilihan, alasan pemilihan sumber karena dianggap memiliki
keterkaitan langsung maupun tak langsung dengan pelaksanaan kampanye calon
legislative dari partai PPP, diantaranya yaitu; Tim sukses caleg 2 orang dan para caleg
pemula DPR RI Pada partai PPP Dapil Jabar, sebagai kader baru yang dianggap
memiliki kualitas oleh partai PPP, sebanyak 4 orang Caleg. Sedangkan objek
penelitiannya yaitu strategi strategi komunikasi kelompok dan strategi media luar
ruang yang dilakukan para calon legislatif dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
8
Berdasarkan sumber data, penelitian ini menggunakan data primer berupa kata-kata
dan perilaku data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian. Data primer dalam
penelitian ini dilakukan dengan cara mewawancarai tim sukses kampanye masing-
masing kandidat dan juga Caleg partai PPP, serta melakukan observasi partisipan.
Peneliti ikut serta selama kampanye dilakukan. Sedangkan data sekunder dilakukan
melalui studi kepustakaan.
1.3.3. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang sumber datanya utamanya
adalah berupa data-data hasil wawancara, observasi dan studi kepustakaan.
1.3.4. Teknik Analisis data
Teknik analisa data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data
ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan
dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Moleong,
2006:280).
Data diperoleh dari lapangan dianalisis melalui tahap-tahap sebagai berikut :
1. Tahap Pertama, kategorisasi dan mereduksi data, yaitu melakukan pengumpulan
terhadap informasi penting yang terkait dengan masalah penelitian.
2. Tahap Kedua, data yang dikelompokkan selanjutnya disusun dalam bentuk narasi-
narasi, sehingga berbentuk rangkaian informasi yang bermakna sesuai dengan
masalah penelitian.
3. Tahap Ketiga, melakukan interpretasi data yaitu menginterpretasikan apa yang
telah diinterpretasikan nara sumber terhadap masalah yang diteliti.
4. Tahap Keempat, pengambilan kesimpulan berdasarkan susunan narasi yang telah
disusun pada tahap ketiga, sehingga dapat memberi jawaban atas masalah
penelitian.
9
5. Tahap Kelima, melakukan verifikasi hasil analisis data dengan informan, yang
didasarkan pada simpul tahap empat. Tahap ini dimaksudkan untuk menghindari
kesalahan interpretasi dari hasil wawancara dengan sejumlah informan yang dapat
mengaburkan makna persoalan sebenarnya dari fokus penelitian.
1.3.5. Teknik Validitas Data
Untuk mendapatkan keabsahan data, diperlukan teknik pemeriksaan dengan
memanfaatkan triangulasi penelitia.
Pengukuran tingkat kredibilitas dilakukan melalui :
a. Perpanjangan keikutsertaan, yaitu peneliti dalam penelitian kualitatif adalah
instrument. Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data.
b. Triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu
yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding
data itu. Teknik ini memanfaatkan penggunaan sumber (data), metode, dan teori.
c. Pemeriksaan sejawat (peer review) melalui diskusi, yaitu kegiatan dilakukan
dengan cara mengekspose hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam
bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat dan orang yang ahli
dibidangnya. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kekeliruan dalam
menginterpretasikan data, sehingga penelitian ini mendapat keabsahan data yang
tinggi dan dapat menjawab permasalahan yang diteliti (Moleong, 2006 :327-324).
1.3.6. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan didDaerah pemilih Jawa Barat, khususnya Dapil Jabar
2, dapil Jabar 4, Dapil 9, dan Dapil Jabar 10. Dimulai dari bulan Januari 2014 sampai
dengan 8 April 2014.
10
1.4. Landasan Teoretis
1.4.1. Teori Konstruktivis
Penelitian kualitatif berlandaskan paradigma konstruktivisme yang
berpandangan bahwa pengetahuan itu bukan hanya merupakan hasil pengalaman
terhadap fakta, tetapi juga merupakan hasil konstruksi pemikiran subjek yang diteliti.
Pengenalan manusia terhadap realitas sosial berpusat pada subjek dan bukan pada
objek, hal ini berarti bahwa ilmu pengetahuan bukan hasil pengalaman semata, tetapi
merupakan juga hasil konstruksi oleh pemikiran. (Arifin, 2012: 140)
Konstruktivisme, dalam artian yang paling luas, menyatakan bahwa realitas
dikonstruksi dalam pikiran individu. Tiap individu memaknai pengalaman yang sama
secara berbeda, tergantung pengetahuan dan pengalaman sebelumnya. Karena
dimaknai secara subjektif, realitas masih dapat berubah seiring dengan berjalannya
proses ekstraksi pengetahuan dari responden oleh peneliti.
1.5. Landasan Konseptual
1.5.2. Komunikasi Politik
Komunikasi politik merupakan jalan mengalirnya informasi melalui
masyarakat dan melalui berbagai struktur yang ada dalam sistem politik (Mas’oed dan
Andrew, 1990:130).
Tujuan komunikasi politik sangat terkait dengan pesan politik yang
disampaikan komunikator politik. Sesuai dengan tujuan komunikasi, maka tujuan
komunikasi politik itu adakalanya sekedar penyampaian informasi politik,
pembentukan citra politik, pembentukan publik opinion (pendapat umum).
Selanjutnya komunikasi politik bertujuan menarik simpatik khalayak dalam rangka
meningkatkan partisipasi politik saat menjelang pemilihan umum atau pemilihan
kepala daerah (PILKADA).
11
Citra politik komunikasi politik bertujuan untuk membentuk dan membina
opini publik (pendapat umum) serta mendorong partisipasi politik.
1.5.3. Pengertian Strategi
Kata strategi adalah turunan dari kata dalam bahasa Yunani, strategos.
Adapun strategos dapat diterjemahkan sebagai 'komandan militer' pada zaman
demokrasi Athena. Menurut Mintzberg (2007), konsep strategi itu sekurang-
kurangnya mencakup lima arti yang saling terkait, dimana strategi adalah suatu:
1) Perencanaan untuk semakin memperjelas arah yang ditempuh organisasi
secara rasional dalam mewujudkan tujuan-tujuan jangka panjangnya.
2) Acuan yang berkenaan dengan penilaian konsistensi ataupun inkonsistensi
perilaku serta tindakan yang dilakukan oleh organisasi.
3) Sudut yang diposisikan oleh organisasi saat memunculkan aktivitasnya.
4) Suatu perspektif yang menyangkut visi yang terintegrasi antara organisasi
dengan lingkungannya yang menjadi batas bagi aktivitasnya.
5) Rincian langkah taktis organisasi yang berisi informasi untuk mengelabui para
pesaing.
(Dikutip dalam : http://perkuliahankomunikasi.blogspot.com/2013/12/strategi-
kampanye-politik.html tanggal 12 Maret, pukul 23.00 WIB)
1.5.4. Kampanye
Kampanye adalah tindakan mempengaruhi dengan cara apapun untuk
membuat komunikan berpihak kepada komunikator. Setiap aktivitas kampanye
komunikasi setidaknya harus mengandung 4 hal yakni: (1) tidakan kampanye yang
12
ditujukan untuk menciptakan efek atau dampak tertentu, (2) jumlah khalayak sasaran
yang besar (3) biasanya dipusatkan dalam kurun waktu dan (4) melalui serangkaian
tindakan komunikasi yang terorganisir. Disamping keempat hal tersebut kampanye
juga memiliki karakter yaitu sumber yang jelas yang menjadi penggagas, perancang,
penyampai sekaligus penanggungjawab suatu produk kampanye, sehingga setiap
individu yang menerima pesan kampanye dapat mengindetifikasi bahkan
mengevaluasi kredibilitas sumber pesan tersebut setiap saat. (Venus, 2007:7).
1.5.5. Pesan Kampanye
Menurut Venus (2007 : 70), Kampanye pada dasarnya adalah penyampaian
pesan-pesan dari pengirim kepada khalayak. Pesan-pesan tersebut dapat disampaikan
dalam bentuk mulai dari poster, spanduk, baligo (billboard), pidato, diskusi, iklan
hingga selebaran. Apapun bentuknya pesan-pesan selalu menggunakan simbol, baik
verbal maupun non verbal yang diharapkan dapat memancing respon khalayak.
Melalui simbol-simbol, pesan kampanye dirancang secara sistematis agar
memunculkan respon tertentu dalam pikiran khalayak. Agar respon tersebut muncul
maka prasayarat yang harus dipenuhi adalah adanya kesamaan pengertian tentang
symbol-simbol yang digunakan antara pelaku dan penerima.
1.5.6. Jenis Kampanye
Kampanye dibedakan menjadi kampanye informatif dan persuasive. Dalam
konteks ini suatu kampanye disebut informative apabila bertujuan memberikan
informasi, melakukan perubahan pada tataran kognitif, menggugah kesadaran
khalayak tentang isu tertentu. Bila dalam jangka panjang terjadi perubahan sikap atau
perilaku akibat informasi, maka hal itu diluar “tujuan langsung” kampanye tersebut.
Sementara kampanye persuasive ditandai oleh tujuannya yang bersifat mengajak dan
menganjurkan perubahan pada tataran afektif dan behavior. (Venus, 2007: 28).
13
1.5.7. Saluran Kampanye
Secara umum Schramm (1973) mengartikan saluran (kampanye) sebagai
“perantara apapun yang memungkinkan pesan-pesan sampai kepada penerima.
Sementara Klingemann dan Rommele (2002) secara lebih spesifik mengartikan
saluran kampanye sebagai segala bentuk media yang digunakan untuk menyampaikan
pesan kepada khalayak. Bentuknya dapat berupa kertas yang digunakan untuk
menulis pesan, telepon, internet, radio bahkan televise . Venus (2007:84).
1.5.8. Sasaran Kampanye
McQuail dan Windahl (1993) dalam Venus (2007:98) mendefinisikan
khalayak sasaran sebagai sejumlah besar orang yang berpengetahuan, sikap dan
perilakunya akan diubah melalui kegiatan kampanye. Besarnya jumlah khalayak
sasaran ini mengindikasikan bahwa mereka memiliki karakteristik yang beragam.
Akibatnya cara mereka merespon pesan-pesan kampanye akan berbeda-beda. (Venus,
2007 :98).
1.5.9. Komunikasi Kelompok
Dalam kegiatan kampanye, para calon-calon legislatif benyak melakukan
kegiatan komunikasi dengan kelompok-kelompok masyarakat sebagai strategi dalam
memenangkan hati para konstituen.
Komunikasi dalam kelompok itu disebut sebagai komunikasi kelompok,
komunikasi kelompok biasanya merujuk pada komunikasi yang dilakukan kelompok
kecil (small-group communication). Komunikasi kelompok dengan sendirinya
melibatkan komunikasi antar pribadi, karena itu kebanyakan teori komunikasi
antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok (Mulyana, 2005: 74).
1.5.10. Teori Pertukaran Sosial Dalam Komunikasi Kelompok
14
Salah satu teori psikologi social yang ada dalam komunikasi kelompok adalah
teori pertukaran social. Menurut Thibaut dan Kelley (dalam Goldber & Larson,
1985:54), usaha memahami tingkah laku yang kompleks dari kelompok-kelompok
besar mungkin dapat diperoleh dengan cara menggali hubungan diadis (2 orang).
Meskipun penjelasan mereka tentang pola tingkah laku diadis bukan sekedar suatu
pemnahasan tentang proses komunikasi dalam kelompok dua-anggota, beberapa
rumusan mereka mempunyai relevansi langsung dengan studi tentang komunikasi
kelompok.
1.5.11. Pengertian Komunikasi Antarpribadi
Dalam kampanye politik, komunikasi antarpribadi dilakukan untuk lebih
mendekatkan calon legislati dengan konstituen. Komunikasi antarpribadi adalah
bentuk khusus dari komunikasi manusia yang mendeskripsikan bagaimana kita
berinteraksi secara terus menerus dan saling mempengaruhi satu sama lain. (Suminar,
2013:1).
Keberhasilan komunikasi antarpribadi menjadi tanggungjawab para peserta
komunikasi. Sehingga para caleg memiliki peranan yang sangat penting dalam
melakukan komunikasi antarpribadi, tidak hanya dalam berbicara tetapi juga
penggunaan bahasa non verbal lainnya, karena kedekatan hubungan pihak-pihak yang
berkomunikasi akan tercermin dari jenis-jenis pesan atau respons non verbal mereka,
seperti sentuhan, tatapan mata yang ekspresif dan jarak fisik yang sangat dekat
(Mulyana, 2005:73 dalam Suminar, 2013:15).
1.5.12. Media Luar Ruang
Menurut Santosa (2009:168) Media Luar ruangan adalah media yang
berukuran besar dipasang ditempat-tempat terbuka seperti dipinggir jalan, dipusat
15
keramaian atau tempat-tempat khusus lainnya, seperti di dalam bus kota, gedung,
pagar tembok dan sebagainya.
Dalam kegiatan politik, para caleg juga berlomba memasang iklan-iklan
melalui media luar ruang, diantaranya adalah baliho sebagai media untuk menarik
dukungan dari calon pemilih. (Suryadi, 2009:111).
1.5.13. Pengertian Calon Legislatif
Calon Legislatif adalah orang-orang yang berdasarkan per-timbangan,
aspirasi, kemampuan atau adanya dukungan masyarakat, dan dinyatakan telah
memenuhi syarat oleh peraturan diajukan partai untuk menjadi anggota legislatif
(DPR) dengan mengikuti pemilihan umum yang sebelumnya ditetapkan KPU sebagai
caleg tetap. (dikutip dalam http://www.pemiluindonesia.com. Tanggal 20 Februari
pukul 10.55 wib).
1.5.3. Kerangka Pemikiran
Dinamika politik banyak dipengaruhi oleh berbagai macam factor, diantaranya
adalah factor budaya yang ada dalam masyarakat, yang memainkan peranan dalam
nilai, norma dan symbol politik. Namun semuanya itu adalah suatu bentukan atau
konstruk yang sengaja di buat oleh kaum-kaum kapitalis yang memiliki kepentingan
tertentu. Demikian juga dalam kehidupan politik. Apa yang disuguhkan merupakan
hasil dari konstruksi atau representasi dari realitas yang tidak ditampilkan secara utuh,
termasuk dalam kegiatan kampanye para caleg pemula, yang melakukan strategi
kampanye.
Strategi kampanye yang biasa dilakukan oleh para celag ini adalah kampanye
politik, meliputi kampanye komunikasi dan kampanye melalui media. Kampanye
komunikasi adalah tindakan komunikasi yang terorganisasi yang diarahkan pada
khalayak tertentu, pada periode tertentu guna mencapai tujuan tertentu (Gudykunts &
16
Mody, 2002 dalam Venus, 2007: 8). Melalui media, kampanye adalah alat partai
untuk mencapai tujuannya memenangkan Pemilu, dengan meraih simpati masyarakat.
2. Hasil dan Pembahasan2.1. Gambaran Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP)2.1.1. Sejarah Partai Persatuan Pembangunan (PPP)
Partai Persatuan Pembagunan (PPP) didirikan tanggal 5 Januari 1973, sebagai
hasil fusi politik empat partai Islam, yaitu Partai Nadhlatul Ulama, Partai Muslimin
Indonesia (Parmusi), Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII), dan Partai Islam Perti.
Fusi ini menjadi simbol kekuatan PPP, yaitu partai yang mampu mempersatukan
berbagai faksi dan kelompok dalam Islam. Untuk itulah wajar jika PPP kini
memproklamirkan diri sebagai “Rumah Besar Umat Islam.”
PPP didirikan oleh lima deklarator yang merupakan pimpinan empat Partai
Islam peserta Pemilu 1971 dan seorang ketua kelompok persatuan pembangunan,
semacam fraksi empat partai Islam di DPR.
PPP berasaskan Islam dan berlambangkan Ka'bah. Akan tetapi dalam
perjalanannya, akibat tekanan politik kekuasaan Orde Baru, PPP pernah
menanggalkan asas Islam dan menggunakan asas Negara Pancasila sesuai dengan
sistem politik dan peratururan perundangan yang berlaku sejak tahun 1984. Pada
Muktamar I PPP tahun 1984 PPP secara resmi menggunakan asas Pancasila dan
lambang partai berupa bintang dalam segi lima. Setelah tumbangnya Orde Baru, PPP
kembali menggunakan asas Islam dan lambang Ka'bah. Secara resmi hal itu dilakukan
melalui Muktamar IV akhir tahun 1998. Walau PPP kembali menjadikan Islam
sebagai asas, PPP tetap berkomitemen untuk mendukung keutuhan NKRI berdasarkan
Pancasila. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 5 AD PPP yang ditetapkan dalam
Muktamar VII Bandung 2011 bahwa: “Tujuan PPP adalah terwujudnya masyarakat
17
madani yang adil, makmur, sejahtera lahir batin, dan demokratis dalam wadah Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila di bawah rida Allah
Subhanahu Wata’ala.”
2.1.2. Visi PPP
Visi PPP adalah “Terwujudnya masyarakat yang bertaqwa kepada Allah SWT
dan negara Indonesia yang adil, makmur, sejahtera, bermoral, demokratis, tegaknya
supremasi hukum, penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia (HAM), serta
menjunjung tinggi harkat-martabat kemanusiaan dan keadilan sosial yang
berlandaskan kepada nilai-nilai keislaman”.
2.1.3. Misi PPP (Khidmat Perjuangan)
PPP berkhidmat untuk berjuang dalam mewujudkan dan membina manusia
dan masyarakat yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, meningkatkan mutu
kehidupan beragama, mengembangkan ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesama
muslim). Dengan demikian PPP mencegah berkembangnya faham-faham atheisme,
komunisme/marxisme/leninisme, serta sekularisme, dan pendangkalan agama dalam
kehidupan bangsa Indonesia.
2.2. Strategi komunikasi kelompok calon legislatif pemula dari partai PPP
dalam memenangkan pemilihan.
Untuk mempengaruhi khalayak, salah satu strategi kampanye yang dilakukan
oleh caleg dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP), adalah menggunakan strategi
komunikasi kelompok.
Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang
berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama
lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut (Deddy
18
Mulyana, 2005). Kelompok ini misalnya adalah keluarga, kelompok diskusi,
kelompok pemecahan masalah, atau suatu komite yang tengah berapat untuk
mengambil suatu keputusan. Dalam komunikasi kelompok, juga melibatkan
komunikasi antarpribadi. Karena itu kebanyakan teori komunikasi antarpribadi
berlaku juga bagi komunikasi kelompok.
Sebelum melakukan komunikasi kelompok, para caleg PPP ini melakukan
penentuan kelompok dengan cara “kedekatan”. Salah satu Caleg, Bapak Zaki
menyatakan bahwa dalam menentukan kelompok “Intinya yang terdekat yang
dijadikan prioritas, orang-orang terdekat yang dijadikan prioritas” (Wawancara
dengan Bapak Zaki, 13 April 2014). Jadi kelompok yang menjadi sasaran adalah
keluarga, teman dan lingkungan tempat tinggal caleg. Tidak jauh berbeda dengan
Bapak Zak, caleg lainnya juga mengatakan bahwa dalam penentuan kelompok sudah
dilakukan sejak awal, dimana penentuan dimulai dari lingkungan terdekat terlebih
dahulu, diawali dari keluarga, saudara-saudara, teman sekolah, teman kerja dan
komunitas, karena dianggap lebih mudah untuk dihubungi baik oleh telepon atau pun
melalui media social.
Sedangkan caleg lain, sedikit berbeda dalam penentuan kelompoknya,
meskipun sama-sama berangkat dari kedekatan. Penentuan kelompok dilakukan
dengan cara penelusuran alumni-alumni tempat Caleg meniti ilmu di pesantren, dan
juga tokoh-tokoh masyarakat yang paling sering bersentuhan dengan masyarakat
umum, namun juga memiliki hubungan dengan pesantren. Pesantren memang
dijadikan acuan dalam menentukan kelompok sasaran, karena di wilayah Caleg ini
pesantren memiliki peranan penting bagi masyarakat termasuk petani. Oleh karena itu
kelompok masyarakat ditentukan dari kedekatan pesantren.
19
Prinsip kedekatan dianggap efektif karena caleg bisa langsung mengarah pada
kelompok yang dianggap potensial menjadi pemilih pada saat pemilu. Salah satu
caleg mengatakan bahwa dengan memilih kedekatan maka tidak adakan ada suara
yang terbuang sia-sia karena kelompok lebih mudah untuk didekati dan diberikan
sosialisasi mengenai caleg, baik dari profilnya maupun program-programnya .
Tujuan dari penentuan kelompok tentu saja untuk mempermudah para caleg
memenuhi tujuan yang diinginkan, di pilih orang-orang yang dianggap dekat tentu
saja juga dengan harapan bahwa orang-orang tersebut bisa mempengaruhi anggota
kelompok yang lain sehingga bisa mendukung pencalonan Caleg menuju kursi DPR
RI.
Namun tentu saja ketika kelompok sudah ditentukan, maka para caleg ini
harus menentukan bentuk komunikasi kelompok yang sesuai dengan karakteristik
kelompok ataupun sesuai dengan budaya di daerah sasaran kelompok pemilih.
Beberapa caleg melakukan komunikasi kelompok dengan cara silaturahmi sekaligus
sosialisasi, “kebanyakan dilakukan secara langsung tatap muka dengan cara
silaturahim dan sosialisasi” (Wawancara, 13 April 2014).
Sedangkan caleg lain melakukan bentuk komunikasi kelompok yang bersifat
kekeluargaan, dengan bekomunikasi melalui tokoh masyarakat atau pun langsung
mengimbangi rumah-rumah warga, tidak mengumpulkan massa dalam jumlah yang
besar.
Tokoh masyarakat sebagai opinion leader dalam masyarakat, dianggap efektif
karena tokoh masyarakat bisa mempengaruhi warga secara langsung. peranan tokoh
masyarakat baik formal maupun non-formal sangat penting terutama dalam
mempengaruhi, memberi contoh, dan menggerakkan keterlibatan seluruh warga
masyarakat di lingkungannya guna mendukung keberhasilan program. Apalagi di
20
masyarakat pedesaan, peran tersebut menjadi faktor determinan karena kedudukan
para tokoh masyarakat masih sangat kuat pengaruhnya, bahkan sering menjadi tokoh
panutan dalam segala kegiatan hidup sehari-hari warga masyarakat. Persepsi warga
masyarakat terhadap program tertentu merupakan landasan atau dasar utama bagi
timbulnya kesediaan untuk ikut terlibat dan berperan aktif dalam setiap kegiatan
program tersebut. (Lestari, dkk. 2007 : 2)
Sementara caleg lain memanfaatkan kegiatan atau moment yang berkaitan
dengan acara-acara reuni sehingga di harapkan dengan bentuk komunikasi kelompok
melalui kegiatan alumni ini bisa membantu caleg supaya dikenalkan pada lingkungan
teman-teman yang lain, di luar lingkungan dirinya. Diharapkan teman atau kerabat
yang dekat dan mengenai dirinya menjadi agen sosialisaisi efektif untuk mengenalkan
dan mensosialisasikan dirinya di masyarakat.
Selain itu bentuk komunikasi kelompok diselenggarakan dalam bentuk
pertemuan arisan atau pun komunitas melalui pelantara orang yang dikenal.“Biasanya
kalo ada arisan atau pertemuan komunitas dan ada temen yang kenal ya saya diajak
untuk ikut, nanti kan dikenalin jadi bisa menjadi ajang untuk memperkenalkan diri
juga” (Wawancara, 3 April 2014)
Bentuk-bentuk komunikasi lain sebetulnya sudah dirancang oleh tim sukses
dari partai, dimana para caleg diharuskan memberikan ceramah, pencerahan dalam
bentuk diskusi di berbagai wilayah sesuai dengan daerah pemilihannya masing-
masing, Para caleg ini ada kalanya di tandem-kan dengan caleg-caleg yang lain
namun dalam naungan partai yang sama. Ini dikarenakan batas waktu kampanye yang
sangat terbatas, sehingga diharapkan dengan system tandem seperti ini akan lebih
mempersingkat waktu dan efektif. Selain itu tim sebetulnya sudah membuat
kelompok-kelompok sendiri dari tiap-tiap daerah, muali dari pembentukan kelompok
21
setingkat desa, RW bahkan sampai RT, namun tingkat koordinasi dan ke-solid-an tim
minim sehingga pembentukan kelompok ini dianggap kuarng efektif dalam
mengenalkan para caleg. Sehingga akhirnya caleg membentuk sendiri kelompoknya
dengan pendekatan yang berbeda-beda. (Wawancara dengan Tim Sukses, 23 April
2014).
2.3. Strategi komunikasi antar pribadi calon legislatif pemula dari partai PPP
dalam memenangkan pemilihan.
Diungkapkan oleh Tabroni (2012 : 41-42) dalam kajian komunikasi,
komunikasi interpersonal (tatap muka) tergolong komunikasi yang tradisional. Namun
sampai saat ini, sesungguhnya tidak ada yang dapat menggantikan fungsi komunikasi
manusia yang selalu dinamis dan memiliki kelebihan aspek pendekatan
humanitasnya. Ditengah perkembangan teknologi yang sangat canggih sekalipun,
sentuhan komunikasi secara langsung memiliki tingkat efektifitas tersendiri.
Dalam kampanye nya, para caleg juga melakukan strategi komunikasi antar
pribadi untuk lebih mendekatkan diri dengan masyarakat atau calon pemilih, sehingga
pemilih simpati terhadap caleg. Seiring dengan itu menurut E. Sidik salah satu
Koordinator Desa yang menjadi bagian dari tim suskses menyatakan, “Tatap muka
dalam memasarkan caleg pada prinsipnya dapat mempengaruhi pemilih, yang pada
akhirnya akan melahirkan simpati dari kelompok masyarakat, namun bila tidak
dilakukan sekalipun oleh caleg, maka dianggap cukup oleh delegator atau timses
sebagai perwakilan komunikasi/” (Wawancara 25 April 2014).
Namun tentu saja diperlukan cara berkomunikasi yang tepat sehingga apa
yang ingin disampaikan bisa diterima baik oleh masyarakat atau calon pemilih.
Karena komunikasi inter personal dipengaruhi oleh persepsi interpersonal, konsep
diri, atraksi interpersonal dan hubungan interpersonal.
22
Penggunaan bahasa yang tepat menjadi salah satu trategi komunikasi inter
personal yang dilakukan oleh para caleg. Bahasa yang dipergunakan untuk
berkomunikasi disesuaikan denga kelompok yang menjadi sasaran komunikasi.
Hamper semua caleg mengatakan bahwa penggunaan bahasa berbeda-beda tergantung
dari situasi yang dihadapi, salah satu caleg menyatakan, “kalau misalkan yang sudah
dekat mah bahasa sehari-hari, kalo kelompok yang baru langsung pada intinya
program apa yang mau dijual” (Wawancara, 13 April 2014).
Sedangkan caleg yang lain menyatakan bahasa yang digunakan tergantung
situasi dan kondisi, ketika yang menjadi sasaran komunikasi adalah ibu-ibu atau
orang tua maka bahasa yang dipergunakan seperti layaknya anak berbicara kepada
orangtua, tidak terlalu formal namun sopan dan bersifat santai. Sama halnya ketika
berinteraksi dengan teman-teman atau lingkungan kerabat yang sudah dikenal maka
digunakan bahasa non formal namun sopan. Berbeda ketika Caleg menghadapi
kelompok masyarakat yang baru dikenal, biasanya menggunakan bahasa yang sedikit
formal tapi tetap bersifat santai, dengan tujuan agar mempermudah interaksi.
Seiring dengan itu caleg yang lain juga menyatakan bahwa dalam melakukan
komunikasi antar pribadi, bahasa yang digunakan sesuai dengan kondisi, “biasanya
menyesuaikan diri dengan datang hanya sebagai pribadi, dengan gaya bahasa ya kalo
ke orangtua saya akan menggunakan gaya bahasa ya seperti anaknya” (Wawancara 1
April 2014).
Caleg yang lain juga menyatakan bahwa penggunaan bahasa non formal
dalam komunikasi antar pribadi dianggap lebih menyentuh perasaan komunikan
dibandingkan dengan komunikasi formal. Komunikan akan merasakan kedekatan
secara personal ketika diajak berbicara dengan menggunakan bahasa sehari-harinya
atau bahasa yang biasa dipergunakan oleh kelompoknya, berbeda jika menggunakan
23
bahasa formal, biasanya masyarakat juga sungkan atau enggan untuk terlibat secara
mendalam dalam diskusi yang dilakukan.
Strategi dalam melaksanakan komunikasi antarpribadi menjadi salah satu
strategi unggulan yang diharapkan bisa mempengaruhi para pemilih memilih caleg
dari partai PPP. Oleh para tim sukses biasanya para caleg dibekali dulu mengenai
pengenalan karakter-karakter kelompok dan masyarakat sehingga ketika melakukan
komunikasi antar pribadi, para caleg sudah memahami betul bagaimana pilihan
bahasa yang tepat dalam menjelaskan berbagai macam program ataupun mengenalkan
dirinya secara pribadi. (Observasi, 23 April 2014).
2.1.2. Strategi media luar ruang calon legislatif pemula dari partai PPP dalam
memenangkan pemilihan.
Media luar ruang adalah media yang berukuran besar yang dipasang ditempat-
tempat terbuka seperti dipinggir jalan, dipusat keramaian, atau tempat-tempat khusus
lainnya, seperti didalam bus kota, gedung, pagar tembok dan sebagainya. (Santosa,
2009 : 168). Media luar ruang bersifat situasional, artinya dapat ditunjukkan untuk
orang spesifik pada waktu yang paling nyaman dan menarik.
Media luar ruang ini menjadi salah satu media yang banyak dipergunakan oleh
para calon legislative untuk memperkenalkan dirinya. Masa kampanye yang
berlangsung kurang lebih 2 bulan ini, dimanfaatkan secara maksimal oleh para caleg
untuk mensosialisasikan dirinya, salah satunya melalui penggunaan media luar ruang.
Demikian juga caleg dari partai PPP banyak memanfaatkan media luar ruang.
Namun tidak semua media luar ruang dipergunakan. Beberapa media luar ruang yang
dipergunakan diantaranya adalah spanduk, baligho, banner, dan poster. Selain itu
dibantu dengan penyebaran kartu nama, salah satu caleg mengenai penggunaan media
luar ruang menyatakan “hanya spanduk, baligho, banner, kartu nama sama stiker..oo
24
kalender” yang dijadikan media sebagai alat bantu memperkenalkan dirinya.
(Wawancara, 1 April 2014). Sedangkan caleg yang lain ada yang hanya menggunakan
banner dan poster, mengingat dana kampanye yang terbatas. Namun penempatan
banner dan poster yang tepat dan langsung kepada masyarakat menjadi strategi utama.
Strategi penempatan media luar ruang juga berbeda-beda, salah satu caleg dapi
Cimahi menyatakan bahwa penempatan media luar ruang disesuaikan dengan partai
PPP yang beraldaskan Islam, jadi pempatannya pun dekat dengan ruang yang banyak
dipergunakan untuk kegiatan keagamaan, seperti pesantren. Namun selain itu juga
memanfaatkan tempat atau wilayah yang banyak didiami oleh keluarga, diantaranya
di kabupaten.
Namun salah satu caleg menyatakan bahwa penempelan media luar ruang,
tidak cukup mengenalkan caleg secara mendalam, diperlukan kemampuan dari orang
yang memasang banner untuk juga menjelaskan dan mensosialisasikan caleg yang
dipromosikan dalam media tersebut.
Penempatan media luar ruang oleh tim suskes partai PPP, dilakukan
berdasarkan aturan dari KPU sendiri. Selain itu penggunaan media luar ruang seperti
baligho atau banner hanya 20% saja dari media-media lain, diantra media lain adalah
kartu nama dan stiker.
Media luar ruang ditempatkan di semua tempat dapil, dengan titik-titik yang
berbeda tergantung wilayah dapil, diantaranya di rumah kerabat, keluarga dan
coordinator masing-masing wilayah. Sedangkan menurut Koordinator Desa,
penempatan media luar ruang dipilih berdasarkan focus garapan massa yang akan
dijadikan taget sasaran. Pemilihan tempat juga disesuaikan dengan aktivitas para
konstituen.
25
Pada masa sebelum kampanye, penempatan media luar ruang sudah banyak
dilakukan oleh para partai politik. Hal ini ditujukan untuk lebih awal
memperkenalkan calonnya. Namun tentu saja pemilihan angel yang tepat juga
menjadi salah satu dasar ketertarikan masyarakat terhadap media luar ruang yang
ditempatkan.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. 2012. Penelitian Pendidikan. Bandung. PT Remaja RosdakaryaCreswell, John W. 2007. Qualitative Inquiry and Research Design, Second Edition.
California: Sage PublicationCreswell, John W. 2007. Qualitative Inquiry and Research Design, Second Edition.
California: Sage PublicationFirmanzah. 2008. Marketing Politik: Antara Pemahaman dan Realitas. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia.Goldberg, Alvin dan Carl. E. Larson, Terjemahan Koesdarini, Soemiati dan Gary R.
Yusuf. 1985. Komunikasi Kelompok; Proses-proses Diskusi danPenerapannya. Jakarta. UI-Press.
Mas'oed, Mochtar & Andrews, Collin. 1990. Perbandingan Sistem Politik,Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT RemajaRosdakarya
Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung : RemajaRosdakarya
Tabroni, Roni. 2012. Komunikasi Politik Pada Era Multimedia. Bandung : SimbiosaRekatama Media.
Venus, Antar. 2007. Manajemen Kampanye. Bandung: Simbiosa Rekatama.
Sumber Lain :ppp.or.id, dalam lintasan sejarahHasan, Peta Kekuatan Partai 2014 dalam politik.kompasiana.comWahyudi, Caleg perempuan dan Marketing Politik, dalam unair.ac.idhttp://www.pemiluindonesia.com.Suryadi (2009). Tesis. Analisis Pengaruh Persepsi Mutu Layanan Antenatal Care(ANC) Terhadap Kepuasan Ibu hamil di Puskesmas Lamepayung KabupatenKuningan Provinsi Jawa Barat.http://perkuliahankomunikasi.blogspot.com/