PERILAKU PEMBELIAN TIDAK TERENCANA (IMPULSE BUYING) DI PUSAT PERBENJAAN MODERN DI SURABAYA
Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir...
-
Upload
canang-bagus-prahara-umpu -
Category
Education
-
view
46 -
download
6
Transcript of Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir...
LAPORAN PENELITIAN
PARTISIPASI POLITIK DAN POLITIK UANG (VOTE BUYING)
DALAM PEMILU LEGISLATIF 2014 DI KABUPATEN PESISIR SELATAN
TIM PENELITI:
Dr. Aidinil Zetra, SIP, MA
Drs.Bakaruddin Rosyidi, MS
Dr. Ferra Yanuar, SSi,MSc
Canang Bagus Prahara Umpu, S.IP
Kerjasama: Komisi Pemilihan Umum
Kabupaten Pesisir Selatan dengan Pusat Studi Politik Lokal dan Otonomi Daerah
Universitas Andalas
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 i
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
Hanya kepada Allah SWT tempat kita bersyukur atas rahmat dan hidayahNya sehingga
Laporan Riset tentang Politik Uang dalam Pemilihan Umum di Kabupaten Pesisir Selatan
dapat diselesasikan. Risetnya sendiri telah memakan waktu tidak kurang dari tiga bulan
karena lokasi penelitiannya begitu luas yang membentang dari utara hingga ke selatan
mengikuti geografi dan topografi Kabupaten Pesisir Selatan — dari kawasan Kecamatan
Tarusan hingga Kecamatan Lunang.
Fenomena politik uang — dalam khazanah ilmu politik dikenali sebagai vote buying
— memang telah meruyak ke tengah-tengah masyarakat luas di Indonesia dan juga tak
terkecuali di Kabupaten Pesisir Selatan. Bagaimanapun fenomena politik uang ini telah
dan akan menjadi ancaman bagi demokrasi. Jika pemilihan umum menjadi ukuran nyata
bagi demokrasi prosedural maka tentu saja politik uang akan mencetuskan perilaku
memilih yang tidak lagi rasional. Artinya perilaku memilih masyarakat tidak lagi
didasarkan pada misalnya, ikatan kedaerahan, identifikasi partai, agama dan ketaatan
beribadah, kualitas calon, evaluasi terhadap kemajuan ekonomi, sosial dan politik, dan
sebagainya. Uang telah menggerakkan pemilih untuk menggunakan hak pilihnya pada hari
pemilihan.
Laporan riset ini merupakan hasil rekam proses atas fenomena politik uang yang
terjadi di Kabupaten Pesisir Selatan. Politik uang telah melanda para pihak seperti partai
politik dan calon, penyandang dana partai politik dan calon, masyarakat pemilih, dan
pihak-pihak lainnya yang terlibat dalam penyelenggaraan pemilihan umum.
Akhirnya, kepada semua pihak yang telah terlibat dalam riset ini seperti KPU, PPK,
PPS, dalam lingkup Kabupaten Pesisir Selatan dan para pewawancara, sehingga
terlaksananya riset ini, kami menyampaikan terimakasih yang tak terhingga, semoga semua
jerih-payah Saudara-Saudara mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT.
Aamiin Ya Robbal’alamiin.
Painan, 30 November 2 015
Ketua Peneliti
Dr. Aidinil Zetra, S.IP, MA
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 ii
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
dd
DAFTAR ISI Hal
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah 1
1.2. Perumusan Masalah 8
1.3. Tujuan Penelitian 8
1.4. Manfaat Penelitian 9
BAB 2 KERANGKA KONSEPSUAL
2.1 Konsep dan Pengertian Partisipasi Pemilu
10
2.2 Konsep Perilaku Memilih 11
2.3 14
2.4 19
BAB 3 METODOLOGI
3.1 Pendekatan Penelitian 22
3.2 Sumber Data
3.2.1 Data Sekunder
3.2.2 Data Primer
23
3.3
Teknik Pengumpulan Data
3.3.1 Teknik Kuesioner
3.3.2 Teknik FGD
3.3.3 Teknik Dokumenter
24
3.4 Lokasi Penelitian, Responden, dan Informan 25
3.5 Sampel 25
3.6 Teknik Pengolahan
3.6.1 Metode Pengolahan Data
3.6.2 Perangkat Pengolahan Data
3.6.3 Analisis Data
27
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 iii
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
3.7 Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
3.7.1 Mendeskripsikan, menginterpretasi, dan mengecek ulang hasil
penelitaian
3.7.2 Memisahkan secara tegas antara deskriptif, interpretasi dan
penilaian hasil penelitian
3.7.3 Memberikan umpan balik (feedback)
28
BAB 4 DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN
4.1 Profil Kabupaten Pesisir Selatan
4.1.1 Peta dan Sejarah Kabupaten Pesisir Selatan
4.1.2 Kondisi Geografis, Topografi, dan Iklim
4.1.3 Kecamatan dan Nagari
4.1.4 Kondisi Demografi
31
4.2 Peta DAPIL Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan 44
4.3 Jumlah Pemilih Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan 45
4.4 Jumlah Voter Turnout Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir
Selatan
46
4.5 Jumlah Pemilih Pemilu Presiden 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan 47
4.6 Jumlah Voter Turnout Pemilu Presiden 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan 48
4.7 Jumlah Perolehan Kursi Partai Politik Dalam Pileg DPRD Kabupaten
Pesisir Selatan 2014
49
4.8 Jumlah DPT Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Barat
serta Bupati dan Wakil Bupati Pesisir Selatan 2015
49
BAB 5 PEMETAAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMILU 2014
5.1 Identitas Responden 51
5.1.1 Komposisi Responden Berdasarkan Kelompok Umur
51
5.1.2 Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
52
5.1.3 Komposisi Responden Berdasarkan Asal Kecamatan 52
5.1.4 Komposisi Responden Berdasarkan Agama
53
5.1.5 Komposisi Responden Berdasarkan Suku Bangsa 54
5.1.6 Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan 54
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 iv
Partisipasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 Kabupaten Pesisir Selatan
5.1.7 Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan 55
5.1.8 Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan 56
5.2 Pemetaan Partisipasi Masyarakat Dalam Pemilu 2014
56
5.2.1 Perbedaan Partisipasi Masyarakat Dalam Pemilu Menurut Umur 57
5.2.2 Perbedaan Partisipai Masyarakat Dalam Pemilu Menurut Jenis
Kelamin
58
5.2.3 Perbedaan Partisipasi Masyarakat Dalam Pemilu Menurut Agama
59
5.2.4 Perbedaan Partisipasi Masyarakat Dalam Pemilu Menurut Suku
Bangsa
59
5.2.5 Perbedaan Partisipasi Masyarakat Dalam Pemilu Menurut
Kecamatan
60
5.2.6 Perbedaaan Partisipasi Masyarakat Dalam Pemilu Menurut
Tingkat Pendidikan
61
5.2.7 Perbedaan Partisipasi Pemilih Menurut Jenis Pekerjaan
62
5.2.8 Perbedaan Partisipasi Pemilih Menurut Tingkat Pendapatan
63
5.2.9 Perbedaan Partisipasi Pemilih Menurut Kondisi Ekonomi Keluarga
64
5.3 Motivasi Pemilih Pada Pemilu 2014 65
5.4 Alasan Golput Pada Pemilu 2014 70
5.5 Penilaian Masyarakat Terhadap Pelaksanaan Pemilu 2014
72
5.6 Penilaian Masyarakat Terhadap Yang Masih Kurang Dalam Pemilu
2014
73
5.7 Program Sosialisasi Pemilu Yang Diharapkan ke Depan 73
5.8 Pemahaman Masyarakat Tentang Pemilukada (Gubernur dan Bupati)
2015
76
5.9 Masalah-masalah utama yang sedang dihadapi Masyarakat di
Kabupaten Pesisir Selatan Saat Ini
90
BAB 6 POLITIK UANG (VOTE BUYING) DALAM PEMILU LEGISLATIF 2014 93
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 v
Partisipasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 Kabupaten Pesisir Selatan
6.1 Pengantar
93
62. Temuan Umum 94
6.2.1 Pengetahuan Masyarakat Tentang Politik Uang di Kabupaten
Pesisir Selatan
94
6.2.2 Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang
96
6.2.3 Sikap Calon/Tim Sukses Terhadap Politik Uang
98
6.2.4 Sikap Penyelenggara Pemilu Terhadap Politik Uang
100
6.3 Pengujian Hipotesis
6.3.1 Perbedaan Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang Menurut
Kelompok Umur
101
6.3.2 Perbedaan Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang Menurut
Jenis Kelamin
6.3.3 Perbedaan Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang Menurut Asal
Kecamatan
6.3.4 Perbedaan Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang Menurut
Suku Bangsa
6.3.5 Perbedaan Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang Menurut
Tingkat Pendidikan
6.3.6 Perbedaan Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang Menurut
Jenis Pekerjaan
6.3.7 Perbedaan Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang Menurut
Pendapatan
102
103
104
106
108
109
6.3.8 Pengaruh Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang Terhadap
Partisipasi Memilih
110
BAB 7 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 111
7.3
7.4
Kesimpulan
Rekomendasi
111
114
DAFTAR PUSTAKA 118
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 vi
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
Tabel 4.1
DAFTAR TABEL
Nama Nagari Menurut Kecamatan di Kabupaten Pesisir Selatan
Tabel 4.1 Nama Kecamatan dan Nagari di Kabupaten Pesisir Selatan
Tabel 4.2 Luas Area Per Kecamatan di Kabupaten Pesisir Selatan
Tabel 4.3 Jumlah Nagari, Penduduk dan Kepadatan Penduduk
Kabupaten Pesisir Selatan Per Kecamatan 2013
Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Kabupaten Pesisir Selatan Menurut
Kelompok Umur dan Jenis Kelamin 2013
Tabel 4.5 Proyeksi Penduduk Kabupaten Pesisir Selatan Menurut
Kelompok Umur dan Jenis Kelamin 2010-2020
Tabel 4.6 Jumlah Pemilih dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten
Pesisir Selatan
Tabel 4.7 Jumlah Voter Turnout dalam Pemilu Legislatif 2014 di
Kabupaten Pesisir Selatan
Tabel 4.8 Jumlah Pemilih dalam Pemilu Presiden 2014 di Kabupaten
Pesisir Selatan
Tabel 4.9 Jumlah Voter Turnout Pemilu Presiden 2014 di Kabupaten
Pesisir Selatan
Tabel 4.10 Jumlah Perolehan Kursi Partai Politik di DPRD Kabupaten
Pesisir Selatan dalam Pemilu Legislatif 2014
Tabel 4.11 Jumlah DPT Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur
Sumatera Barat serta Bupati dan Wakil Bupati Pesisir Selatan
Tahun 2015
Tabel 5.1 Komposisi Responden Berdasarkan Kelompok Umur
Tabel 5.2 Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 5.3 Komposisi Responden Berdasarkan Asal Kecamatan
Tabel 5.4 Komposisi Responden Berdasarkan Agama
Tabel 5.5 Komposisi Responden Berdasarkan Suku Bangsa
Tabel 5.6 Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tabel 5.7 Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Tabel 5.8 Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan
Tabel 5.9 Perbedaan Partisipasi Dalam Pemilu 2014 Menurut Kelompok
Umur
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 vii
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
Tabel 5.10 Perbedaan Partisipasi Dalam Pemilu 2014 Menurut Jenis
Kelamin
Tabel 5.11 Perbedaan Partisipasi Dalam Pemilu 2014 Menurut Suku
Agama
Tabel 5.12 Perbedaan Partisipasi Dalam Pemilu 2014 Menurut Suku
Bangsa
Tabel 5.13 Perbedaan Partisipasi Dalam Pemilu 2014 Menurut Kecamatan
Tabel 5.14 Perbandingan Sebaran Jumlah Responden Survei dengan DPT
dan Voter Turnout Pemilu Legislatif 2014 Per Kecamatan
Tabel 5.15 Perbedaan Partisipasi Dalam Pemilu 2014 Menurut Tingkat
Pendidikan
Tabel 5.16 Perbedaan Partisipasi Dalam Pemilu 2014 Menurut Jenis
Pekerjaan
Tabel 5.17 Perbedaan Partisipasi Dalam Pemilu 2014 Menurut Tingkat
Pendapatan
Tabel 5.18 Perbedaan Partisipasi Dalam Pemilu 2014 Menurut Kondisi
Ekonomi Keluarga Responden Saat Ini
Tabel 5.19 Motivasi Partisipasi dalam Pemilu 2014
Tabel 5.20 Motivasi Partisipasi dalam Pemilu 2014 Menurut Kecamatan
Tabel 5.21 Alasan Golput Pada Pemilu 2014
Tabel 5.22 Penilaian Masyarakat Terhadap Pelaksanaan Pemilu 2014
Tabel 5.23 Penilaian Masyarakat Terhadap Yang Masih Kurang Dalam
Pemilu 2014
Tabel 5.24 Penilaian Masyarakat terhadap Pelaksanaan Sosialisasi Pemilu
2014
Tabel 5.25 Program Sosialisasi Pemilu Ke Depan yang diharapkan
Masyarakat
Tabel 5.26 Program Sosialisasi Ke Depan Yang Perlu Diperbaiki Menurut
Kelompok Umur
Tabel 5.27 Program Sosialisasi Ke Depan Yang Perlu Diperbaiki Menurut
Jenis Kelamin
Tabel 5.28 Pengetahuan Masyarakat Tentang Pelaksanaan Pemilihan
Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Barat 2015-2020
Tabel 5.29 Pengetahuan Masyarakat Tentang Pelaksanaan Pemilihan
Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Barat 2015-2020
Menurut Kelompok Umur
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 viii
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
Tabel 5.30 Pengetahuan Masyarakat Tentang Pelaksanaan Pemilihan
Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Barat 2015-2020
Menurut Jenis Kelamin
Tabel 5.31 Sumber Informasi Tentang Pemilihan Gubernur & Wakil
Gubernur Sumatera Barat 2015-2020
Tabel 5.32 Pengenalan Masyarakat Terhadap Calon Gubernur & Wakil
Gubernur Sumatera Barat 2015-2020
Tabel 5.33 Pengenalan Masyarakat Terhadap Calon Gubernur & Wakil
Gubernur Sumatera Barat 2015-2020 Menurut Kelompok
Umur
Tabel 5.34 Pengenalan Masyarakat Terhadap Calon Gubernur & Wakil
Gubernur Sumatera Barat 2015-2020 Menurut Jenis Kelamin
Tabel 5.35 Pengetahuan Masyarakat Tentang Pelaksanaan Pemilihan
Bupati dan Wakil Bupati Pesisir Selatan 2015-2020
Tabel 5.36 Pengetahuan Masyarakat Tentang Pelaksanaan Pemilihan
Bupati dan Wakil Bupati Pesisir Selatan 2015-2020 Menurut
Kelompok Umur
Tabel 5.37 Pengetahuan Masyarakat Tentang Pelaksanaan Pemilihan
Bupati dan Wakil Bupati Pesisir Selatan 2015-2020 Menurut
Jenis Kelamin
Tabel 5.38 Pengenalan Masyarakat Terhadap Calon Bupati & Wakil
Bupati Pesisir Selatan 2015-2020
Tabel 5.39 Pengenalan Masyarakat Terhadap Calon Bupati & Wakil
Bupati Pesisir Selatan 2015-2020 Menurut Kelompok Umur
Tabel 5.40 Pengenalan Masyarakat Terhadap Calon Bupati & Wakil
Bupati Pesisir Selatan 2015-2020 Jenis Kelamin
Tabel 5.41 Sumber Informasi Tentang Pilkada Sumbar 2015
Tabel 5.42 Penilaian Masyarakat Tentang Pelaksanaan Sosialisasi Pilkada
di Kabupaten Pesisir Selatan 2015
Tabel 5.43 Model Pemilihan Gubernur dan Bupati Ke Depan Yang
Diharapkan Masyarakat
Tabel 5.44 Masalah Sosial Ekonomi Yang Sedang Dihadapi Masyarakat
di Kabupaten Pesisir Selatan
Tabel 5.45 Masalah Langkanya Lapangan Pekerjaan Di Kabupaten Pesisir
Selatan Menurut Kelompok Umur
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 ix
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Peta Wilayah Kabupaten Pesisir Selatan
Gambar 4.2 Peta DAPIL Pileg & Pilpres 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 1
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
1.1 Latar Belakang Masalah
Semenjak runtuhnya kekuasaan Orde Baru di bawah kepemimpinan Soeharto
dan kemudian diikuti oleh era reformasi, Indonesia telah berhasil melaksanakan empat
kali pemilihan umum legislatif yaitu 1999, 2004, 2009, dan 2014. Keempat pemilu ini
dinilai oleh banyak pengamat sebagai pemilu yang demokrartis yang dilaksanakan secara
lebih jujur, adil, bebas dan kompetitif. Namun jika dilihat dari sudut partisipasi
masyarakat secara nasional dalam keempat pemilu tersebut nampak terjadi penurunan,
meskipun naik kembali pada pemilu 2014 yang berada pada posisi 75,11%, sementara
angka golput cenderung mengalami fluktuasi seperti nampak pada Tabel 1.1 di bawah ini.
Tabel 1.1: Jumlah Partisipasi Masyarakat dalam Pemilu Legislatif 1955-2014
Pemilu 1955 1971
1977 &
1982 1987
1992 1997
1999 2004 2009 2014
Partisipasi
pemilih
91,4% 96,6% 96,5% 96,4% 95,1% 93,6% 92,6% 84,1% 70,9% 75,11%
“Golput” 8,6% 3,4% 3,5% 3,6% 4,9% 6,4% 7,4% 15,9% 29,1% 24,89%
Total 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Pilpres
Partisipasi Pilpres Putaran I 78,2% 71,7% 70%
Partisipasi Pilpres Putaran II 76,6%
“Golput”
“Golput” Pilpres Putaran I 21,8% 28,3% 30%
“Golput” Pilpres Putaran II 23,4%
Sumber: diolah dari KPU 2015
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 2
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
Dalam pemilu-pemilu Orde Baru, partisipasi pemilih nampak relatif tinggi di
atas rata-rata 90% meskipun terjadi penurunan sepanjang pemilu seperti 96,6% pada
pemilu 1971 hingga menjadi 93,6% pada pemilu 1997. Partisipasi yang tinggi dalam
pemilu-pemilu Orde Baru itu terjadi karena sudah jamak diketahui ada mobilisasi dan
tekanan yang besar dan kuat dari rezim sepanjang tiga dekade lebih.
Naik atau turunnya jumlah partisipasi pemilih dalam pemilu sekaligus diikuti
oleh oleh naik atau turunnya jumlah pemilih yang tidak menggunakan hak pilihnya atau
yang lazim disebut “golput”. Dalam pemilu-pemilu Orde Baru, angka “golput” relatif
rendah karena adanya mobilisasi dari rezim yang mencapai angka 3,4% pada pemilu
1971, dan naik menjadi 3,5% pada pemilu 1977 dan 1982, dan semakin naik menjadi
3,6% pada pemilu 1987 dan 4,9% pada pemilu 1992, hingga menjadi 6,4% pada pemilu
1997. Sedangkan pada pemilu-pemilu Era Reformasi, pada 1999 angka “golput” berada
pada posisi 7,4%, tetapi kemudian naik dua kali lipat lebih pada pemilu 2004 menjadi
15,9%, dan semakin meninggi pada pemilu 2009 yaitu 29,1%, namun menurun pada
pemilu 2014 menjadi 24,8% seiring dengan naiknya jumlah partisipasi pemilih yang
mencapai 75,11% yang relatif lebih tinggi dari pemilu 2009 yakni 70,9% sebagai
partisipasi pemilih terendah selama empat pemilu dalam Era Reformasi. Namun kenaikan
jumlah partisipasi pemilih pada pemilu 2014 tersebut masih tetap jauh lebh rendah dari
pemilu 2004 yaitu 84,1% dan 92,6% pada pemilu 1999.
Pertanyaannya sekarang adalah mengapa partisipasi pemilih menjadi penting
dalam suatu pemilu? Jawabannya adalah karena partisipasi pemilih berhubungan
langsung dengan masalah legitimasi kekuasaan seseorang atau partai yang terpilih dalam
pemilu. Artinya, semakin tinggi partisipasi pemilih dalam pemilu semakin besar
legitimasi kekuasaan seseorang atau partai yang terpilih untuk berkuasa. Sekaligus
memperlihatkan seberapa besar kedaulatan rakyat atau mandat rakyat telah diberikan oleh
rakyat pemilih kepada mereka atau partai terpilih untuk mengelola pemerintahan dalam
rangka mewujudkan kesejahteraan bersama. Inilah makna sesungguhnya dari apa yang
disebut dengan kedaulatan berada di tangan rakyat dan potret pelaksanaan demokrasi
yang berkualitas.
Bagaimana pentingnya partisipasi pemilih dalam pemilu dalam konteks kualitas
demokrasi telah terekam dalam Indeks Demokrasi Indonesia yang menunjukkan angka
indeks yang cenderung masih rendah. Dalam Indeks Demokrasi Indonesia 2013
misalnya, yang mengukur pelaksanaan hak-hak politik — di dalamnya terkait hak
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 3
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
memilih dan dipilih dalam pemilu — cenderung memperlihatkan indeks yang masih
rendah atau lebih buruk dibandingkan dengan dua aspek yang lainnya, yaitu kebebasan
sipil dan lembaga demokrasi. Kecenderungan penurunan indeks hak-hak politik ini
misalnya tergambar dalam Indeks Demokrasi tahun 2013, yang turun tipis menjadi
46,26 dari yang sebelumnya tercatat bernilai sebesar 46,33 pada tahun 2012. Sementara
nilai kebebasan sipil tercatat 79,00 naik dari tahun 2012 yang hanya b e r n i l a i 7 7 ,9 4 ,
s ed an gk an aspek lembaga demokrasi, juga mengalami peningkatan dari 69,28 di
2012 menjadi 72,11 di 2013.
Lemahnya pemenuhan hak-hak politik, terutama yang terkait dengan hak pilih
tergambar dalam catatan pemilu di Indonesia. Hal ini terlihat dari kecenderungan
penurunan angka partisipasi pemilih dalam empat pemilu seiring dengan peningkatan
jumlah “golput”seperti sudah diuraikan di atas. Jadi, tingkat partisipasi pemilih dalam
pemilihan umum merupakan salah satu faktor untuk menilai sejauh mana
penyelenggaraan pemilu itu dilaksanakan secara berkualitas. Dengan begitu, tingkat
partisipasi pemilih mestinya menjadi entitas penting yang mesti dijaga dan
ditingkatkan di dalam penyelenggaraan pemilu. Sekaligus meningkatkan pemahaman
pemilih bahwa partisipasi bukan sekedar persoalan hanya menggunakan hak pilihnya di
bilik suara, tetapi juga bagaimana penggunaan hak pilih tersebut dilakukan secara
sukarela atau atas kesadaran pemilih.
Namun persoalannya sekarang adalah ternyata partisipasi memilih sebagaimana
banyak diungkap oleh media massa lebih-lebih media sosial, telah diwarnai oleh politik
uang. Banyak caleg mendulang suara melalui cara-cara transaksi politik uang dengan
variasi jenis-jenisnya seperti pembagian bahan makanan berupa telor dua mobil bak
terbuka keliling kampung, mie instant, sembako; bahan pakaian seperti sejadah dan
jilbab; pembagian uang tunai dengan nominal Rp. 20.000 hingga Rp. 50.000 kepada
masyarakat; pembagian alat-alat olah raga berupa bola sepak dan bola voli serta net
kepada pemuda; bantuan transportasi dan konsumsi ketika mengikuti kampanye, dan
sebagainya. Atau seperti pernah diberitakan oleh Kompas, 12 Januari 2010: “Dari atas
mobil terbuka, dia bersama tim suksesnya menggenggam bergepok-gepok uang pecahan
Rp.50.000 dan Rp.20.000 dan membagi-bagikan uang kepada banyak orang. Aksi itu
dilakukan di ... (nama-nama kota sengaja dihapus—pen). Ia membidik tempat-tempat
keramaian, antara lain pasar, terminal, dan warung kopi”.
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 4
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
Politik uang (money politics) atau dalam khazanah kajian perilaku memilih
dalam ilmu politik disebut sebagai vote buying telah menjadi fakta yang tak terbantahkan.
Tidak heran, Jimly Asshidiqie, Ketua Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP)
menggambarkan bahwa praktik politik uang atau vote buying dalam Pileg 2014 adalah
paling ‘massif’ dalam sejarah pemilu di Indonesia1. Penelitian Ali Nurdin (2014) juga
menyimpulkan bahwa praktik politik uang telah terjadi antara lain karena adanya
persaingan yang sengit di antara kandidat dan pengawwasan pemilu yang sangat lemah.
Selain itu politik uang terjadi karena sikap masyarakat yang relatif permisif terhadap
politik uang dan pengertian politik uang yang multi tafsir ikut menyumbang mengapa
politik uang semakin marak terjadi di Indonesia. Akiibatnya politik uang cenderung
dianggap sebagai hal yang biasa baik oleh kandidat maupun oleh masyarakat pemilih2.
Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Indonesia Corruption Watch (ICW) di
15 provinsi terkait dengan praktik politik uang yang dilakukan caleg untuk mendulang
suara pada pemilu legislatif 9 April 2014 lalu, juga menyimpulkan masih maraknya
praktek politik uang ini3. Kasus terbanyak terjadi di provinsi Banten yaitu 36 kasus
kemudian disusul oleh provinsi Riau dan Bengkulu dengan 31 kasus, Sumatera Barat 31
kasus dan Sumatera Utara 29 kasus4 Di Jawa Barat, Badan Pengawas Pemilu
menemukan 22 kasus dugaan pelanggaran politik uang yang dilakukan dalam rentang
waktu 16 Maret hingga 27 Maret 2014. Kasus dugaan politik uang itu terjadi di 13
kabupaten/kota di Jabar. Kasus terbanyak ditemukan di Kabupaten Ciamis (tujuh kasus),
disusul Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Bandung, dan Kota Bekasi dengan masing
masing dua kasus. Sisanya terjadi di Kabupaten Karawang, Kabupaten Bandung Barat,
Kabupaten Cianjur, Kota Sukabumi, dan Kabupaten Cirebon5 Di Bandung Barat,
1 Detiknews, Kamis 17 April 2014.
2 Ali Nurdin, Nurdin, Ali (2014), Vote buying and Voting Behavior in Indonesian Local Election : A Case
in Pandeglang District, Global Journal of Political Science and Administration Vol.2,No.3,pp.33-42,
Published by European Centre for Research Training and Development UK (www.eajournals.org), ISSN
2054-6335(Print), ISSN 2054-6343(Online).
3 Lihat Laporan Hasil Penelitian Praktik Politik Uang Pada Pemilu Legislatif 2014: Studi Kasus di
Kabupaten Bandung Barat. Tim Peneliti KPU Bandung Barat. Bandung: Komisi Pemilihan Umum
Bandung Barat, 2014, berbagai halaman.
4 ICW: Banten, Kasus Politik Uang Terbanyak, http://www.pemilu.com/berita/2014/04/icw- banten-kasus-
politik-uang-terbanyak/
5 Kompas, Minggu 6 April, “Ampuhkah Politik Uang?”
http://indonesiasatu.kompas.com/read/2014/04/06/1014170/Ampuhkah.Politik.Uang.
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 5
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
praktek politik uang sesungguhnya banyak terjadi di hampir seluruh daerah. Menurut
Laporan Panwas Bandung Barat, ditemukan sekurang-kurangnya puluhan praktek politik
uang dalam pemilu legislatif yang dilakukan oleh partai politik, para kandidat
maupun tim sukses masing-masing kandidat. Namun hanya sekitar 5 kasus yang secara
resmi dilaporkan ke Panitia Pengawas6
Survei lainnya terkait praktik politik uang dalam pemilu juga dilakukan oleh
Lembaga Survei Nasional. Hasil survei menunjukkan bahwa sebanyak 69,1 persen
responden mengaku bersedia menerima pemberian uang dari caleg atau parpol dalam
Pemilu 2014, dengan alasan berbeda-beda. Padahal pada Pemilu 2009, survei LSN
mengenai politik uang menunjukkan masih kurang dari 40 persen publik yang bersedia
menerima pemberian uang dari caleg atau parpol. Besarnya persentase responden yang
bersedia menerima pemberian uang merupakan indikator nyata bahwa potensi politik
uang dalam Pemilu 2014 sangat tinggi. Memang, sebanyak 41,5 persen responden
menyatakan, meskipun bersedia menerima uang, tetapi tidak akan memengaruhi
pilihannya. Dengan sikap seperti ini, sama saja mereka sudah membuka pintu lebar-lebar
bagi berkembangnya politik uang7.
Apa yang didiskusikan di atas memperlihatkan bahwa di satu sisi partisipasi
pemilih yang tinggi dalam suatu pemilu sangat penting untuk diupayakan dan dipelihara
sebagai penanda kuatnya legitimasi kekuasaan bagi kandidat atau partai yang terpilih dan
indikator kualitas demokrasi, tetapi di sisi lain partisipasi pemilih yang tinggi itu telah
terancam oleh politik uang. Inilah salah satu dilema bagi pelaksanaan pemilu dan
pembangunan demokrasi Indonesia yang berkualitas saat ini.
Bagaimana gambaran partisipasi pemilih dalam pemilu-pemilu di atas secara
nasional juga berlaku dalam penyelenggaraan pemilu di Kabupaten Pesisir Selatan.
Partisipasi pemilih yang terekam sekurang-kurangnya dalam tiga pemilu di Kabupaten
Pesisir Selatan, yaitu 2004, 2009, dan 2014 nampak juga mengalami fluktuasi naik-turun.
Sebaran angka fluktuasi partisipasi pemilih dan “golput” dalam tiga pemilu tersebut dapat
dilihat pada Tabel 1.2 berikut ini.
6 http://jabar.tribunnews.com/2014/04/14/panwaslu-terima-5-pengaduan-money-politics
7 Lihat Laporan Hasil Penelitian Praktik Politik Uang oleh Tim Peneliti KPU Bandung Barat, Op.Cit.,
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 6
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
Tabel 1.2: Partisipasi Masyarakat dalam Pemilu Legislatif 2004-2014
di Kabupaten Pesisir Selatan
Pemilu Legislatif 2004 2009 2014
Partisipasi 164.485
63,53%
206.504
74,29% 238.193
73,71%
Golput 94.443
36,47%
71.459
25,71%
84.956
26,29%
Total 100% 100% 100%
Partisipasi Pilpres 214.216
72%
206.888
63%
“Golput” 83.578
28%
119.109 37%
Sumber: KPU Kabupaten Pesisir Selatan 2014
Pada pemilu 2004 partisipasi pemilih nampak hanya mencapai angka 63,53%
dengan angka “golput” 36,47%, sedangkan pada pemilu 2009 naik menjadi 74,29%
dengan angka “golput” yang menurun menjadi 25,71%, tetapi pada pemilu 2014 kembali
menurun tipis menjadi 73,71% dengan angka “golput” kembali naik menjadi 26,29%.
Fluktuasi partisipasi pemilih juga terjadi pada Pemilu Presiden seperti partisipasi pilpres
2009 tercatat 72% dengan angka “golput” 28%, kemudian menurun pada pilpres 2014 di
mana partisipasi pemilih menjadi 63% dengan angka “golput” naik menjadi 37%.
Kenyataan fluktuasi partisipasi pemilih dan “golput” ini barangkali berhubungan
dengan sejumlah faktor seperti kondisi demografi antara lain umur, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, jenis pekerjaan, pendapatan, asal kecamatan, agama, suku bangsa (mengingat
daerah ini tidak hanya dihuni oleh etnik Minangkabau tetapi juga etnik Jawa yang
mengikuti program transmigrasi), dan sebagainya. Faktor-faktor ini mungkin berpengaruh
terhadap motivasi masyarakat Kabupaten Pesisir Selatan dalam mengikuti pemilu, dan
alasan-alasan masyarakat menjadi “golput”.
Di samping itu, berbeda dengan sebagian besar daerah lain di Sumatera Barat,
Kabupaten Pesisir Selatan baru saja lepas dari status “daerah miskin dan tertinggal” pada
tahun 2013 dengan topografi daerah memanjang dari utara ke selatan sepanjang pantai
barat Sumatera Barat, dan dengan mata pencaharian pokok pertanian dan nelayan.
Dengan topografi ini, sering kali membuat kesulitan bagi KPU Kabupaten Pesisir Selatan
untuk melakukan sosialisasi pemilu karena jauhnya jarak yang harus ditempuh dari ibu
kota kabupaten, yaitu Painan ke 15 Kecamatan dan 182 Nagari hingga ke perbatasan
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 7
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
Provinsi Bengkulu di Selatan. Karena kenyataan ini ada kemungkinan para pemilih
sebelum memilih tidak memiliki informasi yang memadai baik tentang partai, calon
maupun isu-isu yang diangkat oleh calon dan partai peserta pemilu. Apakah minimnya
pengetahuan masyarakat tentang calon dan partai mempengaruhi partisipasi masyarakat
untuk mengikuti pemilu di Kabupaten Pesisir Selatan?
Selain itu, sebagaimana penelitian-penelitian yang pernah dilakukan oleh
Schaffer (2007) dan Kramon (2009), menunjukkan bahwa daerah-daerah miskin dan
relatif tertinggal adalah rentan terhadap politik uang. Schaffer (2007) misalnya dalam
penelitiannya di Filipina menyimpulkan bahwa sebanyak 29 persen dari kelompok miskin
mengaku menerima politik uang karena mereka membutuhkannya8. Sementara Eric
Kramon (2009) dalam penelitiannya di Kenya menunjukkan bahwa partai atau kandidat
pemilu yang melakukan praktik politik uang atau vote-buying cenderung bergerak di
wilayah-wilayah yang secara sosial-ekonomi relatif lebih tertinggal dibandingkan wilayah
lainnya. “Pemilih yang lebih miskin kemungkinan lebih rentan terhadap vote-buying
karena transfer dalam jumlah kecil saja sangat berharga bagi mereka 9. Oleh karena itu
Aspinall et.al (2015) yang melakukan penelitian tentang politik uang dalam pemilu di
Indonesia — dari Aceh sampai Papua — menunjukkan bahwa politik uang dalam Pemilu
Legislatif 2014 dengan beragam jenisnya, yang dibagikan kandidat baik kepada pemilih
ataupun penyelenggara pemilu telah mencapai taraf yang sebelumnya tidak pernah terjadi
sepanjang sejarah pemilu di Indonesia10 Pertanyaannya adalah bagaimana sikap
masyarakat Kabupaten Pesisir Selatan terhadap politik uang dan apakah berpengaruh
terhadap partisipasi mereka dalam pemilu 2014?
Berdasarkan pemikiran-pemikiran di atas, maka penelitian ini sangat penting
dilakukan untuk mengetahui secara pasti partisipasi masyarakat Kabupaten Pesisir
Selatan dalam Pemilu Legislatif 2014 dan hubungannya dengan politik uang. Hasil riset
dapat digunakan untuk memastikan program kebijakan kepemiluan di Kabupaten Pesisir
Selatan tidak spekulatif, tetapi didasarkan pada data-data empirik dari lapangan. Dengan
8 Schaffer, Frederic Charles (ed). 2007. Elections for Sale: The Causes and Consequences of Vote
Buying. Manila: Ateneo De Manila University Press, hlm. 173.
9 Kramon, Eric. 2009. “Vote-Buying and Political Behavior: Estimating and Explaining Vote-Buying’s
Effect on Turnout in Kenya”, Working Paper. No. 114, Afro Baromater, hlm. 7
10 Lihat Aspinall, Edward & Mada Sukmajati et al., 2015. Politik Uang di Indonesia. Patronase dann
Klientelisme pada Pemilu Legislatif 2014. Yogyakarta: Penerbit PolGov. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Universitas Gadjah Mada.
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 8
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
demikian, diharapkan ke depan partisipasi masyarakat atau perilaku memilih masyarakat
Kabupaten Pesisir Selatan dapat diarahkan kepada perilaku memilih yang rasional.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini akan memfokuskan perhatian
pada lima pertanyaan pokok, yaitu:
1. Bagaimana peta partisipasi masyarakat Kabupaten Pesisir Selatan dalam Pemilu
Legislatif 2014 berdasarkan latar belakang sosial-ekonomi seperti umur, jenis
kelamin, asal kecamatan, agama, suku bangsa, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan,
tingkat pendapatan, termasuk motivasi pemilih, dan alasan “golput”?
2. Bagaimana pengetahuan dan sikap masyarakat termasuk sikap kandidat dan
penyelenggara pemilu terhadap politik uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di
Kabupaten Pesisir Selatan?
3. Apakah politik uang terjadi di Kabupaten Pesisir Selatan, dan bagaimana bentuk atau
jenisnya serta prosesnya?
4. Bagaimana pengaruh sikap masyarakat Kabupaten Pesisir Selatan terhadap politik
uang terhadap partisipasi memilih?
5. Kebijakan apa yang dapat diambil untuk meningkatkan partisipasi masyarakat
Kabupaten Pesisir Selatan dalam pemilu ke depan yang rasional dan menghilangkan
politik uang?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penilitian adalah:
1. Untuk memetakan partisipasi masyarakat Kabupaten Pesisir Selatan dalam Pemilu
Legislatif 2014 berdasarkan latar belakang sosial-ekonomi seperti umur, jenis
kelamin, asal kecamatan, agama, suku bangsa, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan,
tingkat pendapatan, termasuk motivasi pemilih, dan alasan “golput”?
2. Untuk mengetahui pengetahuan dan sikap masyarakat Kabupaten Pesisir Selatan
terhadap politik uang dalam Pemilu Legislatif 2014
3. Untuk mengetahui bentuk atau jenis serta proses politik uang dalam Pemilu Legislatif
2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 9
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
4. Untuk menjelaskan pengaruh sikap masyarakat Kabupaten Pesisir Selatan terhadap
politik uang terhadap partisipasi memilih
5. Untuk merumuskan rekomendasi kebijakan yang dapat diambil untuk meningkatkan
partisipasi masyarakat Kabupaten Pesisir Selatan dalam pemilu ke depan yang
rasional dan menghilangkan politik uang.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian tentang partisipasi masyarakat dalam Pemilu Legislatif 2014 dan sikap
masyarakat terhadap politik uang di Kabupaten Pesisir Selatan diharapkan dapat
bermanfaat dalam dua hal:
1. Memberikan masukan bagi perkembangan ilmu politik khususnya terhadap teori
perilaku memilih (voting behavior) dan konsep politik uang (vote buying).
2. Menjadi bahan rekomendasi kebijakan bagi KPU dan statekeholder pemilu dalam
meningkatkan partisipasi politik dan menciptakan perilaku memilih yang rasional
serta terhindar dari politik uang
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 10
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
2.1 Konsep Partisipasi Pemilu
Konsep penting dan utama yang dipakai dalam penelitian ini adalah konsep
partisipasi pemilu atau dalam arti yang lebih luas konsep partisipasi politik, konsep
perilaku memilih, dan konsep politik uang. Tiga konsep ini akan dijelaskan secara
berurutan berikut ini. Pertama, konsep partisipasi pemilu. Pada dasarnya konsep
partisipasi dalam pemilu merupakan turunan atau bagian dari konsep partisipasi politik.
Herbert McClossky misalnya memberikan pengertian bahwa “partisipasi politik adalah
kegiatan-kegiatan sukarela dari warga masyarakat melalui mana mereka mengambil
bagian dalam proses pemilihan penguasa, baik secara langsung ataupun tidak langsung,
dalam proses pembentukan kebijakan umum”11. Sedangkan Gabriel A. Almond membagi
partisipasi politik menjadi dua pola, yaitu pola konvensiaonal dan pola non-konvensional.
Pola konvensional merupakan bentuk-bentuk partisipasi yang umum dan lazim ditemui,
yaitu berupa pemberian suara, diskusi politik, kegiatan kampanye, bergabung dengan
kelompok kepentingan, berkomunikasi secara individual dengan pejabat-pejabat politik
maupun adminisitratif. Sedangkan pola non-konvensional merupakan bentuk-bentuk
partisipasi yang tidak umum dan tidak lazim ditemui berupa pengajuan petisi,
demonstrasi, konfrontasi, mogok, tindak kekerasan, perang grilya, makar, dan revolusi12.
11 Herbert McClosky sebagaimana dikutip Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia,
2008, hlm. 367
12 Gabriel A. Almond dalam Miriam Budiardjo, Ibid.,
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 11
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
Sementara itu Michael Rush dan PhillipAlthoff menggambarkan partisipasi
politik sebagai sebuah piramida dengan sepuluh tingkat bentuk partisipasi politik. Bentuk
paling rendah dari partisipasi politik adalah apatis, kemudian tingkat kedua adalah voting
atau pemberian suara, tingkat ketiga adalah partisipasi dalam diskusi politik informal
(minat umum dalam politik); tingkat keempat adalah partisipasi dalam rapat umum,
demonstrasi, dan lain-lain; tingkat kelima adalah keanggotaan pasif dalam organisasi
semu politik seperti kelompok penekan dan kelompok kepentingan; tingkat keenam
adalah keanggotan aktif dalam organisasi semu politik; tingkat ketujuh adalah
keanggotaan pasif dalam organisasi politik seperti partai politik; tingkat kedelapan adalah
keanggoataan aktif dalam organisasi politik; tingkat kesembilan adalah mencari jabatan
politik atau administratif; dan tingkat kesepuluh adalah menduduki jabatan politik atau
administratif13
Berdasarkan pendapat McClosky, Almond, Rush dan Althoff di atas dapat
difahami bahwa partisipasi politik pada tingkat yang paling rendah adalah keikutsertaan
seseorang dalam proses pemberian suara dalam suatu pemilihan umum. Dan dalam
konteks partisipasi dalam pemilihan umum ini terdapat pula bentuk-bentuknya yang lain
yaitu keikutsertaan dalam kampanye, memberikan sumbangan untuk kegiatan kampanye,
bekerja sebagai penyelenggara pemilu, mencari dukungan bagi seorang calon atau
menjadi tim sukses, dan melakukan tindakan yang bertujuan untuk mempengaruhi hasil
proses pemilu, dan sebagainya.
2.2 Konsep Perilaku Memilih
Konsep perilaku memilih yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk
mengungkap pertanyaan penelitian tentang bagaimana peta partisipasi masyarakat
Kabupaten Pesisir Selatan dalam Pemilu Legislatif 2014 dapat digambarkan. Perilaku
memilih adalah bentuk dari partisipasi pemilu atau partisipasi politik dan merupakan
bentuk partisipasi yang paling elementer dari demokrasi. Pertanyaan penting mengenai
partisipasi politik dalam pemilu adalah mengapa seseorang memilih partai politik atau
calon tertentu dan bukan partai atau calon yang lain. Dalam kajian-kajian perilaku
13 Lihat Michael Rush dan Phillip Althoff. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: Rajawali Press, 2009.
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 12
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
memilih yang dikenal selama ini, mengikuti Evans (2004)14, Bartels (2008)15, dan
Antunes (2010)16 telah dibentuk oleh tiga mazhab (school of thought) utama, yaitu
mazhab sosiologi, mazhab psikologi, dan mazhab ekonomi atau rasional. Mazhab
soiologi kerap diidentifikasikan sebagai School of Columbia yang bersumber pada hasil-
hasil penelitian Lazarsfeld, Berelson, dan Gaudet yang dibukukan di bawah judul The
People’s Choice (1944), yang berfokus pada pengaruh faktor-faktor sosial terhadap
perilaku memilih. Disebut School of Columbia karena peneliti-peneliti dalam mazhab ini
seperti Lazarsfeld, Berelson, dan Gaudet berasal dari Universitas Columbia, Amerika
Serikat.
Mazhab kedua disebut mazhab psikologi yang diidentifikasikan sebagai School
of Michigan dengan rujukan utama karya-karya Campbell, Coverse, Miller dan Stokes
yang berjudul The American Voter (1960, yang mengasumsikan bahwa identifikasi partai
merupakan faktor utama dibalik perilaku memilih. Disebut School of Michigan karena
para peneliti yang berhimpun dalam mazhab ini berasal dari Universitas Michigan,
Amerika Serikat. Mazhab ketiga adalah mazhab ekonomi atau rasional yang merujuk
kepada model memilih ekonomi (model of economic voting) yang dikenali sebagai School
of Rochester yang didasarkan pada karya besar Anthony Downs yang berjudul An
Economic Theory of Democracy (1957), yang menekankan pada variabel-variabel seperti
rasionalitas, pilihan, ketidakpastian dan informasi sebagaimana dikembangkan dalam
teori-teori ekonomi mengenai pasar. Disebut School of Rochester karena para peneliti
dalam mazhab ini berasal dari Universitas Rochester, Amerika Serikat.
Para sarjana lain ada yang menambahkan mazhab keempat, yaitu model ideologi
dominan (the dominat ideology model) yang digagas oleh Heywood (2007). Tetapi model
keempat ini yang percaya bahwa proses manipulasi dan kontrol ideologi akan sangat
berpengaruh terhadap preferensi pemilih dalam pemilu, relatif kurang berkembang
dibandingkan dengan tiga mazhab atau model terdahulu. Model ini berasal dari negara-
14 Joselyn A.J. Evans. 2004. Voters and Voting. An Introduction. London: SAGE Publications Ltd.,
15 Bartels, Larry M. “The Study of Electoral Behavior” dalam Leighley, Jan E. (ed). 2009. The Oxford
Handbook of American Elections and Political Behavior. Oxford: Oxford University Press.
16 Rui Antunes. 2010. “Theoritical models of voting behaviour”, Exedra. No. 4. 2010.
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 13
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
negara sosialis yang memiliki jumlah pilihan yang sangat terbatas (Heywood dalam Ali
Nurdin, 2014)17.
Mazhab sosiologi — tapi sebetulnya ketiga mazhab — memandang perilaku
memilih masyarakat dalam pemilu dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial-ekonomi atau
sosio-demografi pemilih seperti umur, jenis kelamin atau gender, pendidikan, pekerjaan,
pendapatan, status perkawinan, etnik atau suku bangsa, agama, tempat tinggal, sejarah,
dan bahasa, tujuan kelompok, tipe kepemimpinan, komunikasi internal, dan sebagainya.
Pandangan model sosiologi ini sebagai pemikiran utama yang dirujuk dalam penelitian ini
untuk memetakan bagaimana perilaku memilih — atau untuk kepentingan penelitian ini
disebut partisipasi pemilih dalam pemilu — masyarakat Kabupaten Pesisir Selatan dalam
Pemilu Legislatif 2014. Melalui mazhab atau model sosiologi ini akan dipetakan
partisipasi masyarakat dalam Pemilu Legislatif 2014 berdasarkan umur, jenis kelamin,
asal kecamatan, agama, suku bangsa, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat
pendapatan, motivasi memilih, termasuk alasan masyarakat tidak memilih atau “golput”.
Meskipun sangat disadari bahwa model sosiologi banyak menuai kritik terutama
dari mazhab psikologi dan model ekonomi karena model sosiologi dianggap terbatas
dalam menjelaskan perilaku memilih. Menurut dua mazhab yang disebut belakangan,
model sosiologi terbatas dalam menjelaskan variasi yang terjadi dalam perilaku memilih
karena faktor-faktor ekonomi yang khas yang berlaku dalam setiap pemilihan. Faktor-
faktor sosial, menurut kedua mazhab tersebut, mungkin dapat menjelaskan stabilitas
jangka panjang (long-term stability) dalam perilaku memilih, tetapi ia tidak dapat
menjelaskan variasi-variasi yang terjadi dalam perilaku memilih dalam pemilu yang
berbeda, misalnya mengapa seseorang yang tergolong dalam golongan sosial tertentu
memilih sesuai dengan apa yang diharapkan oleh individu-individu atau kandidat-
kandidat atau partai dari golongan sosial yang berbeda.
Menurut pengkritik model sosiologi itu perilaku memilih tidak mesti dilakukan
dari perspektif pemilih, tetapi boleh dilakukan dengan menilai faktor-faktor kontekstual
seperti program partai politik, peran media, struktur ekonomi negara, dan konteks di
mana hubungan antara pemilih dan partai politik menjadi lebih kuat. Tetapi, penelitian ini
tidak berurusan atau ambisius untuk menggunakan ketiga mazhab sekaligus seperti
17 Ali Nurdin, Op.Cit.,
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 14
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
pernah digambarkan oleh Evans (2004)18, yakni menggunakan pendekatan the “full”
voting model, yang pernah dilakukan oleh Mujani et.al (2012)19. Jadi, penelitian ini hanya
terbatas pada faktor-faktor sosial-ekonomi yang mempengaruhi perilaku memilih seperti
sudah diuraikan di atas.
2.3 Konsep Politik Uang
Perilaku memilih yang telah didiskusikan di atas belakangan ini telah
mendapat ancaman dengan apa yang marak disebut dengan politik uang. Sebagaimana
sudah disinggung pada bagian latar belakang di atas, politik uang telah menjadi fakta
yang tak terbantahkan dalam Pemilu Legislatif 2014 dan terjadi secara ‘massif” yang tak
pernah terbayangkan sepanjang sejarah pemilu di Indonesia. Meskipun diskusi dan
penelitian politik uang dalam khazanah ilmu politik sebetulnya telah muncul sekitar
tahun 1990-an. Misalnya dalam tulisan tulisan-tulisan yang berjudul “Vote-buying in
Thailand’s Northeast” (Callahan dan Duncan 1996, 2002); “Buying Votes in
Japan”(Cox and Thies 2000); “The Ideology of Vote-Buying dan “Comparative Politics
of Vote Buying” (Callahan 2002), “The Effects of Vote-Buying in Taiwan” (Rigger
2002), “What is Vote Buying?“ (Schedler 2002); “Vote-Buying in Argentina” (Brusco et
al. 2004); “Vote-Buying in East Asia” (Schaffer 2004); “Vote Buying and Voter
Education in the Philippines (Schaffer 2005); “What is Vote Buying?” (Schaffer and
Schedler 2005); “Elections for Sale: the Causes and Consequences of Vote Buying”
(Schaffer 2007); “Vote Buying”(Dekel et al. 2005); “How to Buy Votes” (Wang &
Kuzman 2007); “Is Vote Buying Effective?: Evidence from a Field Experiment in West
Africa” (Vicente 2007); “Vote Buying and Violence in Nigeria” (Bratton 2008);
“Clientelism and Vote Buying: Lessons from Filed Experiment in Africa” (Vicente and
Wantchekon 2009); “Vote Buying and Political Behavior in Kenya” (Kramon 2009);
“Violence, Bribery, and Fraud: the Political Economy of Elections in Africa” (Collier
and Vicente 2009); dan sebagainya.
Menurut Schaffer (2007) sebagaimana dikutip oleh Ali Nurdin (2014)
misalnya vote buying atau jual beli suara telah terjadi di hampir semua kawasan di dunia,
mulai dari Asia (India, Taiwan, Jepang,Thailand, Malaysia, Kamboja, Indonesia,
18 Evans, Op.Cit., hlm. 195-197
19 Mujani, Liddle, Ambardi. 2012. Kuasa Rakyat: Analisis tentang Perilaku Memilih dalam Pemilihan
Legislatif dan Presiden Indonesia Pasca-Orde Baru, Penerbit Mizan Publika Jakarta.
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 15
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
Filipina, Korea Selatan), Afrika (Benin, Nigeria, Kenya,Zambia, Senegal, Maroko,
Zimbabwe), Eropa dan negara-negara pecahan Uni Soviet (Rusia, Ukraina, Armenia),
kawasan Timur Tengah (Yaman, Kuwait, Lebanon), Amerika Tengah dan Selatan (Peru,
Brazil, Chili, Panama, Guatemala, Kolumbia, Venezuela, Argentina), dan kawasan
Amerika Utara (Meksiko dan Amerika Serikat). Selanjutnya menurut Schaffer (2007),
dalam politik uang itu terdapat berbagai jenis material yang biasa dipertukarkan dengan
dukungan politik pemilih dalam rangka vote buying. Selain uang tunai dan jasa, materi
yang ditawarkan kepada pemilih dapat berupa: sabun, ban, kursi, sarung, jam tangan,
ayam, semen, wiski, kopi, gula, mie instan, rokok, pemotong rambut, kemeja, telepon
genggam, kue ulang tahun, kipas angin, minyak goreng, beras, pagar kawat, penggiling
jagung, kantung plastik, mesin cuci, pasta gigi, dan sebagainya20. Sementara di Nigeria,
menurut peneliti lain yaitu Bratton (2008), bentuk politik uang yang ditawarkan pada
umumnya berupa uang tunai (68%), komoditi pakaian dan makanan (26%), juga peluang
kerja (6%).21
Sedangkan untuk kasus Indonesia, politik uang mulai dibincangkan di tahun
2000-an oleh beberapa penulis sejalan dengan praktik politik uang yang marak terjadi
dalam pemilihan umum. Tetapi dalam konteks penelitian ia masih terbatas. Untuk
menyebut beberapa diantaranya, misalnya dalam tulisan-tulisan yang berjudul:”Politik
Uang dalam Pilkada di Indonesia” (Amzulian Rifai 2003); “Antara Uang dan
Ketokohan: Kasus Kota Medan dan Kabupaten Simalungun” (Sri Nuryanti 2005);
“Politik Uang dalam Pilkada” (Tedy Lesmana 2007); “Politik Uang dan Pengaturan
Dana Politik di Era Reformasi” (Bima Arya Sugiarto 2009); dan “Politik Uang dan
Perilaku Memilih dalam Pemilihan Gubernur Banten 2011 di Kabupaten Pandeglang”
(Ali Nurdin 2014). Dan penelitian yang relatif terbaru mengenai politik uang telah
dilakukan oleh Aspinall et al (2015) yang dibukukan menjadi Politik Uang di Indonesia.
Patronase dan Klientelisme pada Pemilu Legislatif 2014.
Penelitian Ali Nurdin (2014) misalnya menunjukkan bahwa: : (1) status sosial
ekonomi pemilih tidak berpengaruh terhadap praktik politik uang; (2) pengetahuan politik
uang memberi pengaruh negatif terhadap praktik politik wang; (3) sedangkan praktik
20 Schaffer sebagaimana dikutip Ali Nurdin, Op.Cit.,
21 Bratton, Michael. 2008. “Vote Buying and Violence in Nigerian Election Campaigns”.Working
Paper No. 99. AfroBarometer, June 2008, hlm. 4
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 16
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
politik uang berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku memilih; (4) politik uang
tidak terkait dengan model perilaku memilih tertentu, baik model sosiologis, sosial-
psikologis, maupun rasional; dan (5) politik uang terjadi bukan semata-mata karena
pemilih mengharapkan kuntungan materi dari kandidat. Hasil penelitian ini pula
menemukan bahwa politik uang dipengaruhi oleh persaingan antar-kandidat,
kemampuan materi kandidat, tradisi politik yang sudah membudaya di Banten, serta
pengawasan dan penegakan hukum yang relatif lemah dari penyelenggara pemilu22.
Sementara itu, Aspinall dan Sukmajati (2015) menunjukkan bahwa politik uang
yang terjadi di Indonesia begitu beragam baik bentuk ataupun jenisnya. Menurut mereka,
politik uang (vote-buying) terjadi dalam Pemilu Legislatif 2014 di Indonesia sejak
Bireuen (Aceh) hingga Jayapura Utara (Papua). Menurut Aspinall dan Sukmajati, istilah
politik uang digunakan untuk menggambarkan tindakan para kandidat yang membagikan
uang kepada para pemilih, memberikan barang serta menyuap para penyelenggara pemilu
(KPU dan BAWASLU) dalam taraf yang sebelumnya tidak pernah terjadi dalam sejarah
pemilu di Indonesia.
Karena istilah politik uang itu beragam maka untuk menghindari kekaburan arti
mengenai istilah ini, Aspinall dan Sukmajati (2015) mendefinsikan istilah politik uang
sesuai dengan standar-standar yang ada dalam berbagai kajian komparatif politik elektoral
di berbagai negara. Mereka mendefinisikan istilah politik uang dengan fokus pada konsep
patronase dan klientelisme. Dengan merujuk pada Shefter (1994) mereka mendefinisikan
patronase sebagai “sebuah pembagian keuntungan di antara politisi untuk
mendistribusikan sesuatu secara individual kepada pemilih, para pekerja atau pegiat
kampanye, dalam rangka mendapatkan dukungan politik dari para pemilih” (Shefter
dalam Aspinall dan Sukmati 2015)23. Jadi patronase adalah pemberian uang tunai,
barang, jasa, dan keuntungan ekonomi lainnya (seperti pekerjaan atau kontrak proyek)
yang didistribusikan oleh politisi, termasuk keuntungan yang ditujukan untuk individu
(misalnya, amplop berisi uang tunai) dan kepada kelompok pemuda (misalnya, lapangan
sepak bola baru untuk para pemuda di sebuah kampuang). Patronase dapat juga berupa
uang tunai atau barang yang didistribusikan kepada pemilih yang berasal dari uang
22 Ali Nurdin, Op.Cit.,
23 Aspinall dan Sukmajati, Politik Uang...hlm. 2
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 17
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
pribadi (misalnya, dalam pembelian suara) atau dari uang publik (misalnya, proyek-
proyek pork barrel yang dibiayai pemerintah).
Aspinall dan Sukmajati selanjutnya mengelaborasi perbedaan antara patronase
dan klientelisme sebagai berikut: “patronase merujuk pada materi atau keuntungan lain
yang didistribusikan oleh politisi kepada pemilih atau pendukung”, sedangkan
“kelientelisme” merujuk pada “karakter relasi antara politisi dan pemilih atau
pendukung”. Mereka secara konsisten menggunakan istilah patronase yang terwujud
dalam bentuk-bentuk politik uang seperti: “pembelian suara” (vote-buying), “pemberian-
pemberian pribadi (individual gifts), “pelayanan dan aktiviti” (services and activities),
”barang-barang kelompok” (club goods), “proyek-proyek gentong babi” atau “proyek-
proyek pemerintah yang ditujukan untuk wilayah geografis tertentu” (pork barrel
projects). Bentuk lain dari politik uang model Aspinall dan Sukmajati selain bentuk-
bentuk tadi ialah: “kandidat memberikan pembayaran kepada anggota-anggota tim sukses
dan menyediakan keuntungan-keuntungan lain yang sifatnya lebih klientelistik dan lebih
berkesinambungan, seperti memberikan pekerjaan atau bantuan untuk mendapatkan
alokasi proyek-proyek pemerintah.
Selain itu, Aspinall dan Sukmajati pula menjelaskan istilah politik uang (vote-
buying) dengan istilah yang lebih luas yaitu retail vote buying (“kandidat
menginvestasikan uang mereka untuk membeli suara kepada pemilih secara individual).
Atau membeli suara dari anggota penyelenggara pemilu, misalnya dengan menukar
perolehan suara kandidat dari partai politik yang sama (kulakan suara atau wholesale vote
buying).
Berdasarkan dengan kenyataan di atas, maka konsep ketiga yang dirujuk dalam
penelitian ini adalah konsep politik uang (money politics) yang sering dikacaukan dengan
konsep uang politik (political money) atau pembiayaan politik (political finance) seperti
pernah dibahas oleh Ward (2003)24. Uang politik atau pembiayaan politik berkaitan
dengan biaya-biaya yang dibutuhkan untuk misalnya membiayai kegiatan kampanye,
24 Ward, Gene, et al. 2003. Money in Politics Handbook: A Guide to Increasing Transparency in
Emerging Democracies. Technical Publication Series. Washington: USAID.
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 18
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
operasional partai, sosialisasi melalui media massa, dan pengeluaran yang bersifat legal
berdasarkan peraturan yang ada (Dagan 200825; Ohman dan Zainulbhai 200926).
Sebetulnya istilah politik uang (money politics) tidak dikenal dalam khazanah
ilmu politik. Politik uang adalah istilah khas Indonesia untuk menggambarkan gejala
politik serba uang dalam pelaksanaan pemilihan umum. Menurut Ali Nurdin (2014)27,
politik uang mengacu kepada perilaku para pemilih yang diduga lebih
mempertimbangkan tawaran uang kontan atau materi lainnya agar bersedia memilih
calon tertentu, ketimbang melihat indikator-indikator lain seperti kredibilitas kandidat,
kepribadian, serta pengalamannya dalam menduduki jabatan politik. Istilah politik uang
sering diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi money politics, suatu istilah yang
sebenarnya tidak dikenal dalam pustaka politik di luar Indonesia.
Konsep yang biasa digunakan dalam khazanah ilmu politik di barat untuk
menjelaskan gejalan politik uang seperti terjadi di Indonesia adalah vote buying yang
berarti pembelian suara. Istilah lain yang biasa digunakan untuk vote buying adalah
compra de votos (Spanyol), achat de voix (Perancis), dan stimmenkauf (Jerman)28.
Dalam konteks Indonesia, Supriyanto (2005)29 misalnya memberikan dua
pengertian mengenai politik uang. Pengertian yang pertama mengacu kepada praktik
politik uang secara umum, yang disebutnya sebagai “pertukaran uang dengan posisi atau
kebijakan atau keputusan politik”. Pengertian yang kedua mengacu kepada praktik
politik uang yang lebih khusus, yaitu “pembelian suara langsung kepada pemilih,
bentuknya berupa pemberian ongkos transpostasi kampanye, janji membagi uang/barang,
pembagian sembako atau semen untuk membangun tempat ibadah, ‘serangan fajar’, dan
lain-lain”. Dari pengertian ini dapat dikategorisasikan bahwa vote buying sekurang-
25 Dagan, Hanoch. 2008. “Political Money”. Tel-Aviv University, Agustus 2008.
http://works.bepress.com/hanoch_dagan/1/ download tanggal 24 Mei 2011, hlm. 17
26 Ohman dan Zainulbhai sebagaimana dikutip oleh Ali Nurdin, Op.Cit.,
27 Ali Nurdin, Ibid.,
28 Schaffer sebagaimana dikutip Ali Nurdin, Ibid.,
29 Didik Supriyanto. 2005. Politik Uang dalam Pilkada. Makalah dalam Diskusi Publik tentang politik
uang. Jakarta, 5 Juni 2005.
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 19
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
kurangnya mencakup pelaku (aktor), jenis-jenis vote buying berupa barang atau jasa yang
dipertukarkan, dan spektrum persebarannya apakah luas atau terbatas. Dalam konteks
pemilu, pelaku politik uang atau vote buying dapat melibatkan sedikitnya lima pihak
yang memiliki kepentingan berbeda, yaitu pemilih, kandidat pemilu, partai politik,
penyelenggara pemilu, dan penyandang dana (pengusaha atau donor).
Tetapi bagaimanapun sejauh ini belum ada kesepakatan di antara para ilmuwan
politik mengenai hubungan politik uang dengan perilaku memilih. Menurut Kramon
(2009: 1) seperti dikutip Nurdin (2014) sejauh ini belum ada kesimpulan yang
meyakinkan bahwa vote-buying memiliki pengaruh nyata terhadap perilaku memilih.
Menurut Nurdin penelitian fenomena vote buying di Kenya, mempertanyakan apakah
politik uang mempengaruhi perilaku politik, terutama dalam konteks pemilihan umum
yang rahasia dan bersifat sukarela, mengingat hanya sedikit teori yang memiliki
pandangan sama tentang hal tersebut. Nurdin mengutip Kramon yang mengatakan
bahwa:
“There is little theoretical convergence regarding the relationship of vote
buying to voting behavior, partaicularly in the context of the secret ballot and voluntary
voting. Does vote buying influence the political behavior of potential voters? And if so,
why?” (Kramon, 2009: 1).
Dalam penelitian di Afrika Barat tersebut, pendidikan politik diduga sebagai
faktor yang menentukan terhadap efektif tidaknya politik uang dalam mempengaruhi
preferensi pemilih. Semakin gencar kampanye sipil untuk meningkatkan kesadaran
politik pemilih, maka tingkat efektivitas politik uang untuk mengubah perilaku
memilih akan semakin lemah. Sebaliknya di tempat kesadaran politik masyarakatnya
masih rendah, politik uang dapat menjadi alat yang efektif untuk mengubah preferensi
dan pilihan politik pemilih.
2.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis utama dalam penyelidikan ini adalah bahwa :
H1 Terdapat hubungan yang signifikan antara Faktor Sosio Demografi dengan
sikap terhadap politik uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten
Pesisir Selatan.
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 20
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
H1.1 Terdapat hubungan yang signifikan antara umur responden dengan
sikap terhadap politik uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di
Kabupaten Pesisir Selatan
H1.2 Terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin responden
dengan sikap terhadap politik uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di
Kabupaten Pesisir Selatan
H1.3 Terdapat hubungan yang signifikan antara asal kecamatan responden
dengan sikap terhadap politik uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di
Kabupaten Pesisir Selatan
H1.4 Terdapat hubungan yang signifikan antara suku bangsa responden
dengan sikap terhadap politik uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di
Kabupaten Pesisir Selatan
H1.5 Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan
responden dengan sikap terhadap politik uang dalam Pemilu
Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
H1.6 Terdapat hubungan yang signifikan antara jenis pekerjaan responden
dengan sikap terhadap politik uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di
Kabupaten Pesisir Selatan
H1.7 Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendapatan
responden dengan sikap terhadap politik uang dalam Pemilu
Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
H2 Terdapat hubungan yang signifikan antara sikap masyarakat terhadap
politik uang dengan partisipasi masyarakat dalam Pemilu Legislatif 2014 di
Kabupaten Pesisir Selatan.
Hipotesis tersebut dapat digambarkan dalam bentuk hipotesis geometrik pada
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 21
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
Partisipasi Memilih
Dalam Pileg 2014
Gambar 1 sebagai berikut:
Faktor Sosio Demografi
Sikap Masyarakat Terhadap Politik
Uang
Sikap Terhadap
Politik Uang
Gambar 1: Model Hipotesis Geometri
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 22
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
3.1nPendekatan Penelitian
Penelitian ini mau mengungkap persoalan partisipasi masyarakat dalam pemilihan
umum (Pemilu) yang berhubungan dengan fenomena politik uang (vote buying). Untuk
mengungkap misalnya identitas responden, pemetaan partisipasi pemilih, motivasi pemilih,
alasan melakukan Golput, penilaian masyarakat terhadap pelaksanaan pemilu, pemilukada,
penilaian masyarakat terhadap model sosialisasi, persepsi dan sikap terhadap politik uang,
faktor-faktor yang mempengaruhi politik uang, digunakan pendekatan kuantitatif. Sedangkan
untuk mengungkap “gejala-gejala yang bersifat laten”, seperti praktik politik uang termasuk
modusnya, yang biasanya responden tidak mau berterus terang dalam memberikan jawaban,
digunakan pendekatan kualitatif. Jadi, metode penelitian yang digunakan adalah gabungan
pendekatan kuantitatif dan kualitatif.
Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan metode deskriptif survey, sedangkan
pendekatan kualitatif dilakukan dengan metode deskriptif-interpretafif. Pemilihan salah satu
pendekatan yakni kuantitatif atau kualitatif saja dan memposisikan kedua pendekatan
tersebut secara dikotomis dalam penelitian ini tampaknya tidak memadai untuk mengungkap
persoalan praktik politik uang yang begitu kompleks dan multi dimensional.
Menurut Dedi Supriadi metode penelitian lebih merupakan alat, bukan tujuan dalam
suatu penelitian. Karena itu menurutnya metode mana yang digunakan tergantung sifat
masalah yang diteliti. Sementara masalah penelitian ini mencakup dua sifat yang berbeda. Di
satu sisi masalah penelitian ini berada pada level analisis individual, sedangkan di sisi lain
berada pada level analisis organisasi/lembaga. Meminjam pendapat Erna Widodo dan
Mukhtar (2000) penggabungan dua pendekatan ini merupakan prosedur pemecahan masalah
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 23
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
yang paling tepat karena dapat mengungkapkan masalah yang diselidiki dengan
menggambarkan fenomena sosial yang lengkap dengan berbagai faktor yang
melataribelakanginya berdasarkan fakta-fakta yang nampak di lapangan.
3.2 Sumber Data
Sumber data dalam riset ini terdiri dari:
3.2.1 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diambil tidak langsung kepada sumbernya. Rincian data
sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah:
1. Dokumen-dokumen yang terkait profil daerah penelitian yaitu Kabupaten Pesisir
Selatan seperti:
1) Sejarah Kabupaten Pesisir Selatan
2) Dokumen Kabupaten Pesisir Selatan Dalam Angka
3) Laporan Evaluasi Hasil Pemilu 2014.
3.2.2 Data Primer
Data primer adalah data yang diambil langsung oleh peneliti kepada sumbernya tanpa
ada perantara. Rincian data primer yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:
1. Informasi tentang identitas responden
2. Informasi tentang partisipasi memilih masyarakat dalam Pemilu 2014
3. Informasi tentang pemetaan partisipasi pemilih dalam pemilu 2014, motivasi pemilih
dalam mengikuti pemilu, alasan Golput dalam Pemilu 2014, kendala-kendala dalam
penggunaan hak pilih, dan yang perlu diperbaiki dalam Pemilu ke depan.
4. Informasi tentang penilaian masyarakat terhadap pelaksanaan Pemilu 2014, penilaian
masyarakat terhadap sosialisasi oleh KPU Kabupaten Pesisir Selatan, model sosialisasi
pemilu yang diharapkan masyaraakat ke depan, pemahaman masyarakat tentang
Pemilukada, bentuk-bentuk partisipasi politik masyarakat dalam Pemilu dan Pemilukada
di Kabupaten Pesisir Selatan, dan masalah-masalah utama yang sedang dihadapi oleh
Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan.
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 24
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
5. Informasi tentang persepsi dan sikap masyarakat tentang politik uang dan praktik politik
uang baik menurut masyarakat pemilih maupun menurut calon/tim sukses, dan
penyelenggara pemilu.
6. Informasi yang terkait dengan jenis-jenis praktik politik uang, modus praktik politik
uang, dan aktor-aktor dalam praktik politik uang, serta faktor-faktor yang mempengaruhi
praktik politik uang.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Oleh karena pendekatan penelitian ini merupakan gabungan antara penelitian
kuantitatif dan kualitatif maka teknik pengumpulan data penelitian ini adalah sebagai
berikut:
3.3.1 Teknik Kuesioner
Kuesioner bertujuan untuk mendapatkan data tentang partisipasi masyarakat dalam
Pemilihan Umum 2014, serta persepsi dan sikap masyarakat pemilih terhadap praktik politik
uang dan sebagainya.
3.3.2 Teknik FGD
FGD bertujuan untuk mendapatkan informasi tambahan dan pendalaman terhadap
temuan yang menonjol dari deskripsi hasil kuesioner. Melalui FGD dikumpulkan juga
informasi tentang pendapat peserta tentang pejelasan yang dapat diberikan secara kualitatif
terhadap hasil penelitian. Selain itu juga dikumpulan pendapat peserta yang merupakan
tokoh masyarakat, penyelenggara pemilu (KPU dan jajarannya dan Panwaslu dan
jajarannya), calon/tim sukses atau politisi, anggota DPRD, terhadap persepsi dan sikap
terhadap praktik politik uang.
3.3.3 Teknik Dokumenter
Teknik dokumenter yaitu teknik pengumpulan informasi dengan mempelajari sumber
data tertulis untuk memperoleh data sekunder yang terkait dengan partisipasi masyarakat
dalam pemilu, data-data agregat Kabupaten Pesisir Selatan seperti data jumlah penduduk,
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 25
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
data jumlah pemilih, jumlah kecamatan dan nagari, letak dan kondisi georafis dan
sebagainya.
3.4 Lokasi Penelitian, Informan dan Responden
Mengingat banyaknya aspek yang dikaji dan untuk menjangkau kedalaman masalah
yang dikaji, maka dibutuhkan kesungguhan dalam proses penelitian mulai dari pengumpulan
data sekunder sampai data primer. Oleh sebab itu riset ini hanya dibatasi di satu lokasi
penelitian yaitu Kabupaten Pesisir Selatan, Propinsi Sumatera Barat.
3.5 Sampel
Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini teknik probability sampling.
Maksud daripada metode probability sampling adalah bahwa seluruh unsur populasi
memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel. Dalam penelitian ini cara
pemilihan sampel dilakukan secara acak (random). Demikian pula dengan jumlah sampel
minimum, dihitung secara matematis berdasarkan probabilitas sehingga hasil penelitian ini
dapat menggambarkan kondisi populasi sesungguhnya yang akurat. Teknik yang digunakan
adalah dengan metode Slovin (Sevilla et. al., 1960:182), sebagai berikut:
Dimana: n: jumlah sampel
N: jumlah populasi
e: batas toleransi kesalahan (error tolerance)
Berdasarkan metode Slovin ini diketahui jumlah polulasi berdasarkan DPT akhir Pemilu
Legislatif 2014 sebanyak 325,99730 orang dan batas tolerasi 0,05%, maka diperoleh jumlah
sampel sebanyak 398orang atau dibulatkan mejadi 400 orang.
30 Berdasarkan dokumen KPU Kabupaten Pesisir Selatan, jumlah DPT pada Pileg 2014 adalah 323,149 orang,
sedangkan untuk Pilpres 2014 adalah 325,997 orang. Jumlah voter turnout Pileg 2014 adalah 238,193 orang
(73,71%) dan jumlah pemilih yang tidak menggunakan hak pilih dalam Pileg 2014 adalah 84,196 (26,29%),
sedangkan jumlah voter turnout dalam Pilpres 2014 adalah 206,888 orang (63%) dan jumlah pemilih yang tidak
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 26
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
Karena penelitian ini akan memetakan kesukarelaan masyarakat di semua Kecamatan
dan Nagari maka ditetapkan semua Kecamatan dan Nagari sebagai desa/kelurahan sampel.
Pada masing-masing Desa/Kelurahan kemudian ditetapkan jumlah responden dengan
menggunakan teknik sampel acak bersistem (systematic random sampling) secara
proporsional berdasarkan jumlah penduduk di Kecamatan dan Nagari. Melalui metode di
atas maka diperoleh kerangka sampel Kabupaten Pesisir Selatan.
Untuk menetapkan Rumah Tangga Sampel maka jumlah sampel yang telah ditetapkan
untuk tiap-tiap Kecamatan/Nagari dibagi dengan jumlah Jorong yang terpilih secara acak
sistematik.
Untuk menentukan responden yang akan diwawancarai di dalam rumah tangga
dilakukan proses pemilihan secara obyektif dengan mengacu Kish Grid yang ada pada
kuesioner. Kuesioner sebelumnya sudah diberi kode oleh peneliti menurut pembagian
berdasarkan jenis kelamin. Karena jumlah pemilih Kabupaten Pesisir Selatan terdiri dari
161,375 laki-laki dan perempuan 164,622 maka jumlah kuesioner juga dibagi berdasarkan
proporsi jenis kelamin tersebut. Kuesioner berkode L untuk responden laki-laki dan kode P
untuk perempuan. Enumerator pertama kali membuat daftar nama anggota keluarga
berdasarkan kode kuesioner. Jika enumerator mendapatkan kuesioner ber-kode L maka
urutan dibuat dari laki-laki yang termuda sampai yang tertua. Sedangkan jika kuesioner ber-
kode P maka urutan dibuat dari perempuan yang termuda sampai yang tertua. Tidak semua
anggota keluarga memenuhi syarat. Syarat umum yang harus dipenuhi adalah berusia di atas
17 tahun atau sudah menikah (syarat peserta pemilu).
Untuk menentukan siapa yang terpilih menjadi responden, enumerator menarik garis
mendatar sejajar dengan nama anggota keluarga yamg tertulis paling akhir ke kanan.
Kemudian ditarik garis tegak dari angka yang telah diberi tanda pada tabel Kish Grid.
Pertemuan antara garis mendatar dan garis tegak menunjukkan nomor urut anggota keluarga
yang akan menjadi responden.
Contoh Tabel Kish Grid
No Nama Umur 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2 1 2 2 1 2 1 1 2 1 2
menggunakan hak pilih dalam Pilpres 2014 adalah 119,109 orang (37%). Berdasarkan data ini yang dijadikan
populasi adalah jumlah DPT Piplres mengingat data ini merupakan data terbaru dari KPU Kabupaten Pesisir
Selatan.
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 27
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
3 2 3 1 2 2 3 3 1 1 2
4 3 4 3 1 2 3 2 4 1 3
5 2 3 5 4 1 2 3 1 5 3
6 5 4 2 1 6 3 2 1 6 3
7 4 6 3 7 5 7 2 1 3 5
8 1 4 3 2 7 5 1 2 6 8
3.6 Teknik Pengolahan Data
Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan dua tahapan waktu, pertama, pada saat
bersamaan dengan kegiatan pengumpulan data berlangsung; dan kedua, dilakukan setelah
pengumpulan data berakhir (Bogdan & Biklen, 1992). Tahapan pertama dilakukan untuk
mencari fokus dan untuk memperoleh data-data awal dalam pengajuan pertanyaan-
pertanyaan selama di lapangan. Sedangkan analisis yang kedua berfungsi untuk
mengantisipasi berbagai temuan yang layak dieksplorasi lebih mendalam setelah data
terkumpul. Rangkaian alur ini ditempuh agar analisis data dapat dilakukan secara
komprehensif serta mampu mengaktualisasikan antara tujuan dan sasaran penelitian dengan
berbagai kenyataan yang berkembang di lapangan.
3.6.1 Metode Pengolahan Data
Data kuantitatif yang sudah terkumpul melalui survey diperiksa terlebih dahulu untuk
memastikan data tidak ada yang tercecer atau tidak lengkap sehingga proses analisis data
dapat dilakukan. Data dianalisis secara deskriptif analitik. Analisis data adalah proses
pengolahan, penyajian, interpretasi dan analisis data yang diperoleh dari lapangan, dengan
tujuan agar data yang disajikan mempunyai makna, sehingga pembaca dapat mengetahui
hasil penelitian (Martono,2010). Terdapat beberapa tahap yang peneliti lakukan untuk
melakukan analisis data, yaitu :
1) Data coding atau pemberian kode, merupakan suatu proses penyusunan data mentah
secara sistematis ke dalam bentuk yang mudah dibaca oleh mesin komputer. Dalam
proses ini perlu membuat kode.
2) Data entering atau memasukkan data, merupakan proses pemindahan data yang telah
diubah ke dalam kode angka ke dalam komputer.
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 28
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
3) Data cleaning atau pembersihan data, merupakan proses pengecekan untuk memastikan
bahwa seluruh data yang telah dimasukkan ke komputer sudah sesuai dengan informasi
yang sebenarnya.
4) Data Output atau penyajian data, merupakan tahap menyajikan hasil pengolahan data
dengan bentuk yang mudah dibaca dan menarik.
5) Data analyzing atau analisis data, merupakan tahap akhir dalam penelitian. Tahap ini
mengharuskan peneliti untuk menginterpretasikan data yang sudah diperoleh selama
pengumpulan data di lapangan.
3.6.2 Perangkat Pengolahan Data
Data entry dan penghitungan hasil survei dilakukan dengan program SPSS 21.0.
3.6.3 Analisis Data
Analisa data menggunakan metode analisis statistik deskripsi dan analisis statistik
inferensi serta melibatkan beberapa analisis univariat seperti sebaran frekuensi, baik secara
angka-angka mutlak maupun secara persentase, disertai dengan analisis multivariat, seperti
analisis korelasi.
Analisis statistik yang digunakan adalah analisa statistik deskriptif seperti modus,
median, rata-rata yang disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase. Kemudian
hasil analisis dijabarkan melalui penjelasan kalimat secara rinci. Teknik analisis data untuk
data kualitatif yakni data yang diperoleh dari hasil FGD dan dokumentasi digunakan teknik
deskriptif kualitatif. Melalui teknik ini data yang telah dikumpulkan dalam bentuk transkrip
FGD dan catatan lapangan, komentar peneliti, dokumen berupa Pesisir Selatan Dalam
Angka, dan sebagainya kemudian diatur, diurutkan, diorganisasikan, dikode dan
dikategorikan ke dalam satu pola, secara sistematik dan kemudian dinterpretasikan.
3.7 Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Beberapa hal yang peneliti lakukan untuk menjaga keabsahan data:
3.7.1 Mendeskripsikan, menginterpretasi, dan mengecek ulang hasil penelitian
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 29
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
Mencatat semua kejadian yang penting secara deskriptif. Kejadian penting di sini
maksudnya adalah semua kejadian yang menggambarkan partisipasi memilih dan sikap
terhadap politik uang, yang sesuai dengan kerangka konseptual. Untuk membantu membuat
deskripsi kejadian-kejadian yang ditemui, peneliti dapat membuat gambar, foto, atau video
yang menggambarkan kejadian penting tersebut.
Ketika menemui kejadian yang penting, peneliti mencari berbagai informasi yang
dapat menjelaskan fenomena partisipasi memilih dan sikap terhadap politik uang dari
berbagai prespektif yang ada. Pandangan dari tokoh masyarakat yang beragam sangat
penting dalam rangka untuk memperoleh informasi yang holistik dan mencari interpretasi
yang tepat terhadap fakta yang ditemui.
3.7.2 Memisahkan secara tegas antara deskriptif, interpretasi dan penilaian hasil
penelitian
Peneliti memisahkan dengan tegas mana yang merupakan fakta dan interpretasi
terhadap fakta. Peneliti juga mencatat tanggapan, masukan dan saran yang diperoleh dari
tokoh masyarakat, anggota dan staf KPU dalam FGD sebagaimana adanya sesuai dengan
bahasa dan kata-kata mereka sendiri. Sehingga peneliti dapat menangkap nuansa dan konteks
yang tepat dari pernyataan informan. Pemisahan seperti ini penting dan perlu dilakukan agar
interpretasi dan kesimpulan yang dihasilkan dapat diverifikasi.
3.7.3 Memberikan Umpan Balik (feedback)
Peneliti memberikan umpan balik (feedback) kepada tokoh masyarakat dan
komisioner KPU serta staf mengenai temuan dan interpretasi yang dihasilkan dari
serangkaian kegiatan penelitian lapangan yang dilakukan. Feedback ini penting untuk
diberikan di samping sebagai suatu bentuk laporan dan pertanggungjawaban peneliti
terhadap KPU yang memberikan pekerjaan juga sebagai salah satu cara untuk melakukan
klarifikasi dan verifikasi terhadap temuan, interpretasi, dan kesimpulan yang dimiliki.
Tentunya tidak semua temuan dapat dan perlu disampaikan kepada mereka. Namun
setidaknya temuan awal yang sudah diverifikasi dapat disampaikan agar mereka dapat
memahami apa yang menjadi perhatian peneliti dan bagaimana mereka dapat memanfaatkan
temuan itu untuk memperbaiki tata kelola pemilu.
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 30
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 31
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
4.1 Profil Kabupaten Pesisir Selatan31
4.1.1 Peta Wilayah dan Sejarah Kabupaten Pesisir Selatan
Gambar 4.1 Peta Wilayah Kabupaten Pesisir Selaatan
31 Ulasan dalam bagian ini adalah bersumber pada data-data dan narasi dalam Kabupaten Pesisir Selatan Dalam
Angka 2015. Painan: BPS Kabupaten Pesisir Selatan.
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 32
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
Kabupaten Pesisir Selatan merupakan salah satu dari 19 kabupaten/kota di Propinsi
Sumatra Barat, dengan luas wilayah 5.749,89 Km2. Ibu Kota Kabupaten Pesisir Selatan
adalah Painan. Tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa kabupaten ini merupakan salah satu
kabupaten yang indah yang terletak di bagian selatan Propinsi Sumatra Barat, terbentang
memanjang dari utara ke selatan dengan panjang garis pantai 234 Km. Pantainya landai dan
indah dengan ombak yang sedang dan susul-menyusul menerpa bibir pantai.
Menurut sejarahnya, nama Pesisir Selatan berasal dari nama daerah ini pada masa
penjajahan Belanda, yang disebut sebagai afdeling zuid beneden landen (dataran rendah
bagian selatan). Ketika itu pada tahun 1903 wilayah Bandar Sepuluh Inderapura dan Kerinci
menjadi afdeling yang dipimpin oleh seorang asisten residen yang berkedudukan di
Inderapura sebagai pusat pemerintahan. Sampai saat ini belum ditemukan data apakah nama
Pesisir Selatan itu lebih dulu ada (orang Minang menyebut daerah ini sebagai daerah rantau
pasisie) sebelum Belanda menamakannya sebagai afedling zuid beneden landen (dataran
rendah bagian selatan).
Sebelum abad ke-15, wilayah Pesisir Selatan merupakan daerah sepanjang pesisir
Sumatera Barat yang terdiri dari rawa-rawa dataran rendah dan perbukitan yang belum
berpenghuni. Kalaupun ada penghuni jumlahnya sangat sedikit dan besar kemungkinan
mereka adalah orang-orang yang dikenal sebagai Orang Rupit pelarian dari daerah Sungai
Pagu Muara Labuh dan sekitarnya. Banyak orang Minang percaya bahwa sebelum abad 15
banyak terjadi ekspansi dan migrasi dari masyarakat Darek (Luhak Nan Tigo, yakni Luhak
Tanah Datar, Luhak Agam, dan Luhak Limo Puluah Koto) ke berbagai daerah yang disebut
rantau. Diduga kuat wilayah Pesisir Selatan seperti Koto XI Tarusan, Bayang dan Bandar
Sepuluh sudah didiami oleh masyarakat dari Inderapura karena kerajaan Teluk Air Pura
sudah eksis semenjak abad 8 Masehi, sementara kerajaan Sungai Pagu baru berdiri pada abad
16 Masehi, begitu pula kerajaan Pagaruyung yang baru berdiri pada abad 14.
Wilayah Pesisir Selatan menurut negeri asalnya dibagi menjadi tiga wilayah, yaitu
Tarusan-Bayang-IV Jurai; Bandar Sepuluh (Batang Kapas-Sutera-Lengayang-Ranah
Pesisir-Linggo Sari Baganti); dan Renah Indo Jati (Inderapura-Tapan-Lunang-Silaut).
Diceritakan bahwa nenek moyang orang-orang Tarusan pada umumnya berasal dari Nagari
Guguak (dalam wilayah Kubuang Tigo Baleh, yakni Solok sekarang) dan sebagian kecil
merupakan ekspansi dari orang-orang Bayang. Sedangkan nenek moyang orang Bayang Nan
Tujuah dan Koto Nan Salapan (Bayang Utara) berasal dari 3 (tiga nagari) di Kubuang Tigo
Baleh, yakni Muaro Paneh, Kinari, dan Koto Anau.
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 33
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
Sementara itu, Nenek moyang orang IV Jurai (Lumpo, Sago, Salido dan Painan)
sebagian merupakan ekspansi dari Bayang (Lumpo, Sago dan Salido) dan sebagian
merupakan ekspansi dari Batang Kapeh (Bandar Sepuluh) yaitu Salido dan Painan. Namun
Painan merupakan daerah yang dihuni oleh berbagai pendatang dari berbagai daerah, dari
utara maupun selatan.
Nenek moyang orang Bandar Sepuluh umumnya dipercaya merupakan perantau dari
Sungai Pagu (Solok Selatan) pada abad 15. Tapi tidak tertutup kemungkinan sebelum
kedatangan mereka, Bandar Sepuluh sudah didatangi dan dihuni oleh masyarakat dari
Inderapura dan sekitarnya. Disebut Bandar Sepuluh karena pada masa jaya-jayanya di
wilayah ini terdapat sepuluh bandar atau dermaga ("Labuhan" dalam istilah setempat).
Masing-masing nagari mempunyai dua dermaga yang terdapat di muara sungai-sungai besar
di wilayah Bandar Sepuluh.
Wilayah Renah Indojati terdiri dari Inderapura, Tapan, Lunang, dan Silaut. Konon
menurut sejarahnya, Inderapura berkedudukan sebagi sebuah kerajaan maritim terbesar di
pantai barat Sumatera dari abad ke 8 sampai abad ke 18 yaitu Kerajaan Inderapura yang
sultannya masih ada sampai sekarang. Inderapura terkenal dengan dua puluh penghulunya
yang merupakan perwakilan dari 3 (tiga) nenek moyang mereka (6 di hilie, 6 di mudiak dan
8 dari daerah lain). Inderapura merupakan daerah yang sudah tua, dan sudah dihuni semenjak
abad ke-8 Masehi. Sementara Tapan terkenal dengan 4 penghulu sukunya sehingga disebut
Basa Ampek Balai. Sedangkan, masyarakat Lunang dipercaya eksis semenjak era kesultanan
Inderapura dan diduga nenek moyang mereka ekpansi dari masyarakat Inderapura sendiri,
atau Sungai Pagu dan daerah sekitarnya. Sementara Lunang juga mulai eksis setelah era
kesultanan Inderapura. Lunang mempunyai 8 orang penghulu suku yang berperan dan
berkonsultasi kepada Mande Rubiah (keturunan Bundo Kanduang) sebagai yang dituakan
dan dihormati di Lunang dan sekitarnya.
Sejak tahun 2003, masyarakat di tiga kecamatan paling selatan di kabupaten ini telah
memperjuangkan berdirinya kabupaten pemekaran, yaitu sebuah kabupaten baru yang
meliputi daerah Renah Indojati yaitu Inderapura, Tapan, Lunang dan Silaut. Usaha
pemekaran ini pada awalnya tidak direspon Pemerintah Daerah Pesisir Selatan, namun saat
ini perjuangan tersebut telah membuahkan hasil. Pada tahun 2012 telah dilaksanakan
pemekaran tiga kecamatan di Renah Indojati menyusul pemekaran nagari yang telah
dilaksanakan untuk memenuhi persyaratan administratif sebuah kabupaten baru.
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 34
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
Semula kabupaten baru ini ditargetkan akan dibentuk pada tahun 2013 dengan nama
Kabupaten Renah Indojati, tetapi karena kebijakan pemerintah pusat mulai tahun 2013
tersebut telah mengeluarkan kebijakan moratorium untuk pemekaran daerah kabupaten dan
daerah provinsi, maka hingga tahun 2015 ini kabupaten baru tersebut belum lagi terbentuk.
Rencana Kabupaten Renah Indojati akan terdiri atas 6 kecamatan yaitu:
1. Lunang, perubahan nama dari Kecamatan Lunang Silaut
2. Silaut, pemekaran dari Kecamatan Lunang Silaut
3. Basa Ampek Balai Tapan
4. Ranah Ampek Hulu Tapan , Pemekaran dari Kecamatan Basa Ampek Balai
5. Pancung Soal
6. Air Pura, Pemekaran dari Kecamatan Pancung Soal
Dengan kebijakan baru tersebut Kabupaten Pesisir Selatan sampai saat ini telah
memiliki 15 Kecamatan dan 82 Nagari.
Selama ini Kabupaten Pesisir Selatan dikenal sebagai kabupaten daerah tertinggal,
terutama karena penduduk miskinnya mencapai angka 50% dari jumlah penduduknya pada
tahun 2007 dan pada tahun 2008 mengalami penurun 16%,. Oleh karena itu, pada
pemerintahan Nasrul Abit pada periode yang kedua 2010-2015 yang berpasangan dengan
Editiawarman bertekad mengatasi kemiskinan ini dengan Visi “Terwujudnya Masyarakat
Pesisir Selatan Yang Sejahtera”. Dan tekad ini telah dibuktikan karena sejak akhir tahun
2014, Kabupaten Pesisir Selatan telah keluar dari kriteria daerah “miskin dan tertinggal”.
4.1.2 Kondisi Geografis, Topografi, dan Iklim
Secara geografis luas daerah Kabupaten Pesisir Selatan ± 5.794,95 Km² atau
13,70 persen dari luas total wilayah Provinsi Sumatera Barat, yang terletak antara
0°59’- 2°28,6’ Lintang Selatan dan 100°19’-101°18’ Bujur Timur yang memanjang dari
Utara ke Selatan dengan panjang garis pantai 234 Km. Kabupaten ini dibentuk berdasarkan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonomi Kabupaten
dalam Lingkungan Daerah Provinsi Sumatera Tengah.
Posisi geografis daerah ini, sebelah Utara berbatasan dengan Kota Padang,
sebelah Selatan dengan Kabupaten Muko-Muko (Provinsi Bengkulu), sebelah Timur
dengan Kabupaten Solok, Solok Selatan dan Kerinci (Provinsi Jambi) dan sebelah Barat
dengan Samudera Indonesia.
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 35
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
Kabupaten Pesisir Selatan memiliki topografi wilayah berbukit-bukit dengan
ketinggian berkisar 0-1000 m dari permukaan laut, memiliki 57 buah pulau serta dialiri oleh
19 sungai yang mencakup 12 sungai besar dan 7 sungai kecil. Sungai terpanjang adalah
Batang Inderapura dan sungai terpendek adalah Batang Painan.
Secara umum Kabupaten Pesisir Selatan beriklim tropis dengan temperatur yang
bervariasi. Suhu minimum terjadi antara bulan April sampai dengan Juni dan suhu
maksimum terjadi antara bulan Januari dan Oktober dengan temperatur suhu udara berkisar
antara 22º C–28º C dan 23º C–32º C serta kelembaban rata-rata 80 %. Hujan terjadi
hampir sepanjang tahun tanpa ada bulan-bulan kering dengan jumlah hari hujan berkisar
antara 13-15 hari perbulan. Curah hujan tahunan rata-rata 299,6 mm/tahun. Puncak curah
hujan maksimum terjadi sekitar bulan Januari dan Desember. Sedangkan curah hujan
minimum terjadi pada bulan Mei.
4.1.3 Kecamatan dan Nagari di Kabupaten Pesisir Selatan
Tabel 4.1: Nama Kecamatan dan Nagari di Kabupaten Pesisir Selatan
No Kecamatan No Nagari No Kecamatan No Nagari
1 Silaut 1 Silaut 2 Lunang 1 Lunang
2 Sungai Sirah 2 Lunang Utara
3 Sungai Sarik 3 Lunang Selatan
4 Sungai Pulai 4 Lunang Barat
5 Pasir Binjai 5 Lunang Tengah
6 Talang Binjai 6 Pondok Parian
Lunang
7 Durian Seribu 7 Sindang Lunang
8 Lubuk Bunta 8 Lunang Satu
9 Air Hitam 9 Lunang Dua
10 Sambungo 10 Lunang Tiga
3 Basa Ampek
Balai Tapan
1 Ampang Tulak
Tapan 4 Ranah
Ampek Hulu
Tapan
1 Sungai Gambir
Sako Tapan
2 Batang Arah Tapan 2 Talang Koto Pulai
Tapan
3 Batang Betung
Tapan
3 Kubu Tapan
4 Bukit Buai Tapan 4 Limau Purut
Tapan
5 Dusun Baru Tapan 5 Talanmg Balarik
Tapan
6 Koto Anau Tapan 6 Tebing Tinggi
Tapan
7 Pasar Tapan 7 Binjai Tapan
8 Raiak Danau Tapan 8 Sungai Pinang
Tapan
9 Tanjung Pondok 9 Kampung Tengah
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 36
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
Tapan Tapan
10 Tapan 10 Simpang Gunung
Tapan
5 Pancung Soal 1 Inderapura 6 Airpura 1 Inderapura Timur
2 Inderapura Barat 2 Inderapura Utara
3 Inderapura Selatan 3 Pulau Rajo
Inderapura
4 Inderapura Tengah 4 Tanah Bakali
Inderapura
5 Kudo-Kudo
Inderapura
5 Tluk Kualo
Inderapura
6 Muaro Sakai
Inderapura
6 Palokan
Inderapura
7 Simpang Lama
Inderapura
7 Lubuk Betung
Inderapura
8 Tiga Sepakat
Inderapura
8 Muara Inderapura
9 Tigo Sungai
Inderapura
9 Lalang Panjang
Inderapura
10 Tluk Ampalo
Inderapura
10 Damar Lapan
Batang Inderapura
No Kecamatan No Nagari No Kecamatan No Nagari
7 Linggo Sari
Baganti
1 Air Haji 8 Ranah
Pasisia
1 Koto VIII
Pelangai
2 Air Haji Barat 2 Nyiur Melambai
Pelangai
3 Air Haji Tengah 3 Pasia Pelangai
4 Air Haji Tenggara 4 Pelangai
5 Lagan Hilir
Punggasan
5 Pelangai Gadang
6 Lagan Mudiak
Punggasan
6 Pelangai Kaciak
7 Muaro Gadang Air
Haji
7 Sungai Liku
Pelangai
8 Muara Kandis
Punggasan
8 Sungai Tunu
9 Padang XI Punggasan 9 Sungai Tunu
Barat
10 Pasar Bukit Air Haji 10 Sungai Tunu
Utara
11 Pasar Lama Muara
Air Haji
12 Punggasan
13 Punggasan Timur
14 Punggasan Utara
15 Rantau Simalenang
Air Haji
16 Sungai Sirah Air Haji
9 Lengayang 1 Lakitan Tengah 10 Sutera 1 Amping Parak
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 37
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
2 Lakitan 2 Amping Parak
Timur
3 Lakitan Timur 3 Aur Duri
Surantih
4 Lakitan Selatan 9 Ganting
Mudiak
Selatan
Surantih
5 Lakitan Utara 5 Ganting
Mudiak Utara
Surantih
6 Kambang Barat 6 Koto Nan Tigo
Selatan
Surantih
7 Kambang 7 Koto Nan Tigo
Utara Surantih
8 Kambang Timur 8 Koto Taratak
9 Kambang Utara 9 Lansano
Taratak
10 Rawang
Gunung
Malelo
Surantih
11 Surantih
12 Taratak
No Kecamatan No Nagari No Kecamatan No Nagari
11 Batang Kapas 1 IV Koto Hilie 12 IV Jurai 1 Ampang Tareh
Lumpo
2 IV Koto Mudiek 2 Ampuan Lumpo
3 Koto Nan Duo IV
Koto Hilie
3 Balai Sinayan
Lumpo
4 Koto Nan Tigo IV
Koto Hilie
4 Baru Kunik Lumpo
5 Sungai Nyalo IV
Koto Mudiek
5 Bungo Pasang
Salido
6 Taluak 6 Gunung Bungkuak
Lumpo
7 Taluk Tigo Sakato 7 Koto Rawang
8 Taratak Tempatih
IV Koto Mudiek
8 Limau Gadang
Lumpo
9 Tuik IV Koto
Mudiek
9 Lumpo
10 Painan
11 Painan Selatan
Painan
12 Painan Timur
Painan
13 Sago Salido
14 Salido
15 Salido Sari Bulan
16 Sangai Bukik
Kaciak Lumpo
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 38
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
17 Sungai Gayo Lamo
18 Sungai Lumpo
19 Tambang
20 Taratak Tangah
Lumpo
13 Bayang 1 Api-Api Pasar
Baru 14 IV Nagari
Bayang Utara
1 Koto Ranah
2 Asam Kamba
Pasa Baru
2 Limau Gadang
Pancung Taba
3 Aur Begalung
Talaok
3 Muaro Aie
4 Gurun Panjang 4 Pancung Taba
5 Gurun Panjang
Barat
5 Puluik-Puluik
6 Gurun Panjang
Selatan
6 Puluik-Puluik Salatan
7 Gurun Panjang
Selatan
8 Kapeh Panji Jaya
Talaok
9 Kapelgam Koto
Berapak
10 Kapujan Koto
Berapak
11 Koto Baru Koto
Berapak
12 Koto Berapak
13 Kubang Koto
Berapak
14 Pasar Baru
15 Sawah Lawe
Pasar Baru
16 Talaok
17 Tanjung Durian
Pasar Baru
No
Kecamatan
No
Nagari
No
Sebaran Jumlah Nagari
Berdasarkan Kecamatan
15 Koto XI Tarusan 1 Ampang Pulai 1 Silaut 10
2 Barung-Barung Balantai 2 Lunang 10
3 Barung-Barung Balantai Selatan 3 Basa Ampek Balai
Tapan
10
4 Barung-Barung Balantai Tengah 4 Ranah Ampek
Hulu Tapan
10
5 Barung-Barung Timur 5 Pancung Soal 10
6 Batu Hampar 6 Airpura 10
7 Batu Hampar Selatan 7 Linggo Sari
Baganti
16
8 Cerocok Anau Ampang Pulai 8 Ranah Pesisir 10
9 Duku 9 Lengayang 9
10 Duku Utara 10 Sutera 12
11 Jinang Kampung Pansur Ampang
Pulai
11 Batang Kapas 9
12 Kampung Baru Korong Nan 12 IV Jurai 20
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 39
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
Ampek
13 Kapuh 13 Bayang 17
14 Kapuh Utara 14 IV Nagari Bayang
Utara
6
15 Mande 15 Koto XI Tarusan 23
16 Nanggalo 182
17 Pulau Karam Ampang Pulai 426.10
18
Setara Nanggalo
19
Siguntur
20
Siguntur Tuo
21 Sungai Nyalo Mudiek Aie
22 Sungai Pinang
23 Taratak Sungai Lundang
Sumber: Kabupaten Pesisir Selatan Dalam Angka 2014
Sementara itu, jika dilihat dari Luas Area Per Kecamatan (Km Persegi) pada tahun
2014 maka masing-masing kecamatan di Kabupaten Pesisir Selatan memiliki masing-masing
luas seperti kecamatan Silaut adalah 365.50 Km2, Lunang 564.00 Km2, Basa Ampek Balai
Tapan 365.28 Km2, 3 Ranah Ampek Hulu Tapan 65312.22 Km2, Pancung Soal 426.10
Km2, Airpura 314.00 Km2, Linggo Sari Baganti 315.41 Km2, Ranah Pesisir 564.39 Km2,
Lengayang 590.60 Km2, Sutera 445.65 Km2, Batang Kapas 359.07, IV Jurai 373.80 Km2,
Bayang 77.50 Km2, IV Nagari Bayang Utara 250.74 Km2, Koto IX Tarusan 425.63 Km2.
Dengan begitu, luas Kabupaten Pesisir Selatan secara keseluruhan adalah 5.749.89 Km2.
Secara jelasnya luas area per kecamatan dapat dilihat pada Tabel 4.2 di bawah ini.
Tabel 4.2: Luas Area Per Kecamatan di Kabupaten Pesisir Selatan
Kecamatan
Silaut
Lunang
Basa Ampek Balai Tapan
Ranah Ampek Hulu Tapan
Pancung Soal
Airpura
Linggo Sari Baganti
Luas Area Per Kecamatan (Km Persegi)
2011 2012 2013 2014
- 365.50 365.50 365.50
- 564.00 564.00 564.00
682.65 365.28 365.28 365.28
- 312.22 312.22 312.22
745.81 426.10 426.10 426.10
- 314.00 314.00 314.00
318.14 315.41 315.41 315.41
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 40
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
Ranah Pesisir
Lengayang
Sutera
Batang Kapas
IV Jurai
Bayang
IV Nagari Bayang Utara
Koto XI Tarusan
Pesisir Selatan
569.06 564.39 564.39 564.39
595.14 590.60 590.60 590.60
449.11 445.65 445.65 445.65
361.60 359.07 359.07 359.07
376.67 373.80 373.80 373.80
78.82 77.50 77.50 77.50
252.08 250.74 250.74 250.74
428.83 425.63 425.63 425.63
5 749.89 5 749.89 5 749.89 5 749.89
Sumber: Kabupaten Pesisir Selatan Dalam Angka 2014
4.1.4 Kondisi Demografi
Kabupaten Pesisir Selatan memiliki luas wilayah 5.749,89 km² dengan jumlah
penduduk ± 451.553 jiwa (2014). Ibu kotanya adalah Painan. Jarak Painan ke Padang ( Ibu
Kota Provinsi Sumatera Barat) adalah 77 Km.
Kecamatan yang terbanyak jumlah penduduknya adalah Kecamatan Lengayang, yaitu
52,041 jiwa, sedangkan yang paling sedikit jumlah penduduknya adalah Kecamatan IV Jurai.
Kecamatan yang kepadatan penduduknya tertinggi adalah Kecamatan Bayang, yaitu 474
jiwa/Km2, sedangkan yang paling rendah kepadatannya adalah Kecamatan IV Nagari
Bayang Utara, yaitu 29 jiwa/Km2.
Sedangkan, jumlah penduduk dan kepadatan penduduk, serta jumlah penduduk
menurut kelompok umur dan jenis kelamin dapat dilihat sebarannya pada Tabel 4.3 dan
Tabel 4.4 di bawah ini.
Tabel 4.3: Jumlah Nagari, Penduduk dan Kepadatan Penduduk
Kabupaten Pesisir Selatan Per Kecamatan 2013
No Kecamatan
Jumlah
Nagari Penduduk Luas Daerah
Kepadatan
Per Nagari
Per
Km2
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Silaut 10 13,284 365,50 1,328,40 36,34
2 Lunang 10 19,622 564,00 1,962,20 34,79
3 Basa Ampek
Balai Tapan
10 13,112 365,28 1,311,20 35,90
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 41
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
4 Ranah
Ampek
Hulu Tapan
10 13,935 312,22 1,393,50 44,63
5 Pancung
Soal
10 24,428 426,10 2,442,80 57,33
6 Airpura 10 14,803 314,00 1,480,30 47,14
7 Linggo Sari
Baganti
16 43,509 325,41 2,719,31 137,94
8 Ranah
Pesisir
10 30,191 564,39 3,019,10 53,49
9 Lengayang 9 52,041 590,60 5,782,33 88,12
10 Sutera 12 47,867 445,65 3,988,92 107,41
11 Batang
Kapas
9 31,111 359,07 3,456,78 86,64
12 IV Jurai 20 44,629 373,80 2,231,45 119,39
13 Bayang 17 36,743 77,50 2,161,35 474,10
14 IV Nagari
Bayang
Utara
6 7,279 250,74 1,213,17 29,03
15 Koto XI
Tarusan
23 48,186 425,63 2,095,04 113,21
Total 2013 182 440,740 5,749,89 2,421,65 76,65
Sumber: Kabupaten Pesisir Selatan Dalam Angka 2014
Tabel 4.4: Jumlah Penduduk Kabupaten Pesisir Selatan
Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin 2103
Kelompok Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah
(1) (2) (3) (4)
0-4 24,116 23,140 47,526
5-9 23,759 22,529 46,228
10-14 22,830 21,937 44,767
15-19 20,233 19,313 39,546
20-24 15,968 15,531 31,449
25-29 16,243 16,674 32,917
30-34 15,397 16,609 32,006
35-39 14,929 15,412 30,341
40-44 13,790 14,183 27,973
45-49 11,690 13,033 24,723
50-54 11,370 12,834 24,204
55-59 10,356 10,175 20,531
60-64 7,656 7,424 15,080
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 42
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
65-69 3,882 4,574 8,456
70 + 5,882 9,001 14,883
2103 218,101 222,639 440,740
Sumber: Kabupaten Pesisir Selatan Dalam Angka 2014
Menurut proyeksi Penduduk 2010-2020 menurut jenis kelamin, Kabupaten Pesisir
Selatan sampai dengan Tahun 2019 diperkirakan akan mencapai jumlah penduduk
230.308.00 (Laki-laki) dan 463.923.00 (Perempuan). Sebarannya menurut kelompok umur
dan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut ini.
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 43
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
Tabel 4.5: Proyeksi Penduduk Kabupaten Pesisir Selatan Menurut Kelompok Umur 2010-2020
Sumber: Diolah dari Kabupaten Pesisir Selatan Dalam Angka 2015
Kelompok
Umur
Proyeksi Penduduk 2010-2020 Menurut Jenis Kelamin (Jiwa)
Laki-LakiLaki-laki Perempuan
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2015 2016 2017 2018 2019 2020
0-4 23956.00 23747.00 23516.00 23309.00 23076.00 22855.00 47310.00 46877.00 46436.00 45998.00 45540.00 45080.00
05-Sep 24232.00 24370.00 24437.00 24441.00 24426.00 24263.00 47250.00 47559.00 47727.00 47792.00 47770.00 47478.00
Okt-14 23128.00 23321.00 23473.00 23681.00 23878.00 24096.00 45210.00 45554.00 45891.00 46300.00 46684.00 47124.00
15-19 20701.00 20783.00 20826.00 20843.00 20892.00 21025.00 40340.00 40443.00 40488.00 40481.00 40519.00 40716.00
20-24 15914.00 16006.00 16143.00 16310.00 16481.00 16618.00 31380.00 31548.00 31783.00 32045.00 32306.00 32540.00
25-29 16536.00 16381.00 16243.00 16124.00 16044.00 16035.00 33396.00 33229.00 33095.00 32918.00 32757.00 32700.00
30-34 15728.00 16039.00 16265.00 16499.00 16692.00 16747.00 32463.00 32808.00 33075.00 33419.00 33723.00 33797.00
35-39 14927.00 14840.00 14797.00 14745.00 14842.00 15004.00 30613.00 30567.00 30563.00 30521.00 30640.00 30852.00
40-44 14305.00 14546.00 14731.00 14899.00 14882.00 14868.00 28912.00 29353.00 29715.00 30056.00 30137.00 30244.00
45-49 12095.00 12324.00 12557.00 12801.00 13030.00 13238.00 25446.00 25845.00 26278.00 26727.00 27153.00 27545.00
50-54 11631.00 11737.00 11859.00 12028.00 12216.00 12424.00 24736.00 24929.00 25161.00 25447.00 25767.00 26126.00
55-59 10925.00 11118.00 11247.00 11347.00 11453.00 11582.00 21868.00 22364.00 22688.00 22921.00 23130.00 23375.00
60-64 8669.00 9125.00 9541.00 9900.00 10195.00 10440.00 17109.00 18019.00 18930.00 19768.00 20469.00 21017.00
65-69 4252.00 4521.00 4857.00 5221.00 5584.00 5914.00 9019.00 9538.00 10158.00 10845.00 11569.00 12293.00
70-75 3115.00 3141.00 3174.00 3238.00 3363.00 3565.00 7256.00 7235.00 7251.00 7341.00 7526.00 7842.00
75+ 2979.00 3041.00 3117.00 3185.00 3254.00 3324.00 7878.00 7954.00 8046.00 8137.00 8233.00 8333.00
Total 223093.00 225040.00 226783.00 228571.00 230308.00 - 450186.00 453822.00 457285.00 460716.00 463923.00 -
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 44
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
4.2 Peta DAPIL Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden 2014 di Kabupaten Pesisir
Selatan
Berikut ini adalah gambaran atau Peta DAPIL Pemilu Legislatif 2014 dan Pemilu
Presiden 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan yang dibagi menjadi 5 DAPIL, yaitu Pesisir
Selatan 1 yang meliputi Kecamatan Koto XI Tarusan Kecamatan Bayang, dan Kecamatan
IV Nagari Bayang Utara dengan alokasi 10 kursi untuk diperebutkan oleh kontestan;
Pesisir Selatan 2 meliputi Kecamatan Batang Kapas dengan alokasi 10 kursi; Pesisir
Selatan 3 yang meliputi Kecamatan Sutera dan Kecamatan Lengayang dengan alokasi 11
kursi; Pesisir Selatan 4 yang meliputi Kecamatan Ranah Pesisir, Kecamatan Linggo Sari
Baganti dengan alokasi 7 kursi; sedangkan Pesisir Selatan 5 yang meliputi Kecamatan
Airpura, Kecamatan Pancung Soal, Kecamatan Basa Ampek Balai Tapan,, Kecamatan
Ranah Ampek Hulu Tapan, Kecamatan Lunang, dan Kecamatan Silaut dengan alokasi 9
kursi.
Gambar 4.2: Peta DAPIL Pileg & Pilpres 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
Sumber: KPU Kabupaten Pesisir Selatan 2014
Selain itu, dapat dilihat pula jumlah pemilih pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten
Pesisir Selatan seperti pada Tabel 4.6 yaitu 323.149 orang yang terdiri dari 155.605 laki-
laki dan 159.037 perempuan.
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 45
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
4.3 Jumlah Pemilih Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
Tabel 4.6: Jumlah Pemilih Dalam Pemilu Legislatif 2014
di Kabupaten Pesisir Selatan
Sumber: KPU Kabupaten Pesisir Selatan 2014
No Kecamatan Laki-laki Perempuan Total
1 Koto XI Tarusan 16,731 16,950
33,681
2 Bayang 13,764 14,791
28,555
3 IV Nagari Bayang Utara 2,760 3,039
5,799
4 IV Jurai 15,247 16,056
31,303
5 Batang Kapas 11,181 11,700
22,881
6 Sutera 16,414 16,296
32,710
7 Lengayang 19,560 20,363
39,923
8 Ranah Pesisir 10,404 11,375
21,779
9 Linggo Sari Baganti 15,644 15,644
31,288
10 Pancung Soal 7,709 7,537
15,246
11 Air Pura 5,024 4,950
9,974
12 Basa Ampek Balai Tapan 4,741 4,750
9,491
13 Ranah Ampek Hulu Tapan 4,871 4,817
9,688
14 Lunang 6,808 6,463
13,271
15 Silaut 4,747 4,306
9,053
TOTAL 155,605 159,037
323,149
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 46
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
Selanjutnya dari 323,149 jumlah pemilih terdaftar pada Pemilu Legislatif 2014
tersebut terdapat jumlah voter turnout 238,193 orang yang terdiri dari 110,479 laki-laki
dan 127,714 perempuan. Voter turnout perempuan sedikit lebih tinggi daripada voter
turnouut laki-laki. Sebaran jumlah voter turnout pada masing-masing kecamatan terlihat
pada Tabel 4.7 berikut ini.
4.4 Jumlah Voter Turnout Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
Tabel 4.7: Jumlah Voter Turnout Dalam Pemilu Legislatif 2014
Di Kabupaten Pesisir Selatan
Sumber: KPU Kabupaten Pesisir Selatan 2014
Sementara itu, jumlah pemilih dan jumlah voter turn out Pemilu Presiden 2014 di
Kabupaten Pesisir Selatan dapat dilihat pula pada Tabel 4.8 dan Tabel 4.9 berikut ini.
Jumlah pemilih Pemilu Presiden 2014 adalah 325,997 orang yang terdiri dari 161,375
laki-laki dan 164,622 perempuan. Sedangkan jumlah voter turnout Pemilu Presiden 2014
di Kabupaten Pesisir Selatan adalah 206,888 orang yang terdiri dari laki-laki 93,087
orang dan 113,801 orang perempuan. Tabel 4.8 dan tabel 4.9 memperlihat dengan jelas
No Kecamatan Laki-laki Perempuan Total
1 Koto XI Tarusan 12,443 14,161 26,604
2 Bayang 9,826 12,107 21,933
3 IV Nagari Bayang Utara 2,018 2,380 4,398
4 IV Jurai 11,627 13,620 25,247
5 Batang Kapas 7,715 9,224 16,939
6 Sutera 11,694 13,256 24,950
7 Lengayang 12,795 15,490 28,285
8 Ranah Pesisir 7,413 9,123 16,536
9 Linggo Sari Baganti 10,190 11,919 22,109
10 Pancung Soal 5,180 5,693 10,873
11 Air Pura 3,465 3,745 7,210
12 Basa Ampek Balai Tapan 3,328 3,875 7,203
13 Ranah Ampek Hulu Tapan 3,493 3,870 7,363
14 Lunang 5,328 5,542 10,870
15 Silaut 3,964 3,709 7,673
TOTAL 110,479 127,714 238,193
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 47
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
jumlah pemilih dan jumlah voter turnout Pemilu Presiden 2014 di Kabupaten Pesisir
Selatan tersebut.
4.5 Jumlah Pemilih Pemilu Presiden 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
Tabel 4.8: Jumlah Pemilih Dalam Pemilu Presiden 2014
di Kabupaten Pesisir Selatan
Sumber: KPU Kabupaten Pesisir Selatan 2014
No Kecamatan Laki-laki Perempuan Total
1 Koto XI Tarusan 17,493 17,781 35,274
2 Bayang 14,094 15,152 29,246
3 IV Nagari Bayang Utara 2,610 2,964 5,574
4 IV Jurai 16,016 16,754 32,770
5 Batang Kapas 11,670 12,109 23,779
6 Sutera 17,299 17,081 34,380
7 Lengayang 20,291 21,141 41,432
8 Ranah Pesisir 10,724 11,634 22,358
9 Linggo Sari Baganti 16,011 15,975 31,986
10 Pancung Soal 8,105 7,962 16,067
11 Air Pura 5,306 5,205 10,511
12 Basa Ampek Balai Tapan 4,847 4,882 9,729
13 Ranah Ampek Hulu Tapan 4,980 4,893 9,873
14 Lunang 7,052 6,678 13,730
15 Silaut 4,877 4,411 9,288
TOTAL 161,375 164,622 325,997
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 48
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
4.6 Jumlah Voter Turnout Pemilu Presiden 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
Tabel 4.9: Jumlah Voter Turnout Pemilu Presiden 2014
di Kabupaten Pesisir Selatan
Sumber: KPU Kabupaten Pesisir Selatan 2014
4.7 Jumlah Perolehan Kursi Partai Politik di DPRD Kabupaten Pesisir Selatan 2014
Tabel 4.10 berikut ini menggambarkan jumlah perolehan kursi bagi masing-
masing partai politik peserta Pemilu Legislatif 2014 di DPRD Kabupaten Pesisir Selatan.
Peraih jumlah kursi terbanyak adalah Partai Golongan Karya dengan 6 kursi dari 45 kursi
yang dipertandingkan berdasarkan jumlah suara sah 13,33%. Disusul kemudian oleh
Partai NASDEM, PKS, Partai GERINDRA, Partai DEMOKRAT, PAN, dan Partai
HANURA yang masing-masing memperoleh 5 kursi dengan jumlah suara sah masing-
masing partai tersebut 11,11%. Sedangkan PPP memperoleh 4 kursi atau 8,89%, serta
No Kecamatan Laki-laki Perempuan Total
1 Koto XI Tarusan 9,857 12,141 21,998
2 Bayang 8,364 10,966 19,330
3 IV Nagari Bayang Utara 1,962 2,324 4,286
4 IV Jurai 10,212 12,628 22,840
5 Batang Kapas 6,037 7,752 13,789
6 Sutera 9,476 12,193 21,669
7 Lengayang 10,311 13,484 23,795
8 Ranah Pesisir 6,312 7,955 14,267
9 Linggo Sari Baganti 8,833 10,734 19,567
10 Pancung Soal 4,929 5,250 10,179
11 Air Pura 3,046 3,282 6,328
12 Basa Ampek Balai Tapan 2,477 3,115 5,592
13 Ranah Ampek Hulu Tapan 2,713 3,326 6,039
14 Lunang 4,814 5,081 9,895
15 Silaut 3,744 3,570 7,314
TOTAL 93,087 113,801 206,888
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 49
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
PDIP dan PBB masing-masing hanya memperoleh 2 kursi atau masing-masing 4,42%.
jumlah suara sah.
Tabel 4.10: Jumlah Perolehan Kursi Partai Politik di DPRD
Kabupaten Pesisir Selatan Dalam Pemilu Legislatif 2014
NO NAMA PARTAI KURSI SUARA
SAH
%
1 PARTAI NASDEM 5 26,653 11.11%
2 PARTAI KEBANGKITAN BANGSA 1 10,367 2.22%
3 PARTAI KEADILAN SEJAHTERA 5 16,533 11.11%
4 PARATI DEMOKRASI INDONESIA
PERJUANGAN 2 12,782
4.44%
5 PARTAI GOLONGAN KARYA 6 28,892 13.33%
6 PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA 5 27,057 11.11%
7 PARTAI DEMOKRAT 5 19,708 11.11%
8 PARTAI AMANAT NASIONAL 5 24,743 11.11%
9 PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN 4 22,403 8,89%
10 PARTAI HATI NURANI RAKYAT 5 24,234 11.11%
11 PARTAI BULAN BINTANG 2 12,971 4.44%
12 PARTAI KEADILAN DAN PERSATUAN
INDONESIA - 4,301
0.00%
TOTAL 45 230,644 100%
Sumber: KPU Kabupaten Pesisir Selatan 2015
4.8 Jumlah DPT Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Barat serta
Bupati dan Wakil Bupati Pesisir Selatan Tahun 2015
Tabel 4.11: Jumlah DPT Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur
Sumatera Barat serta Bupati dan Wakil Bupati Pesisir Selatan Tahun 2015
NO.
NAMA
KECAMATAN
JUMLAH
DESA/KEL
JUMLAH
TPS
JUMLAH PEMILIH KETERAN
GAN L P L + P
1. AIRPURA 10 40 5.025 5.020 10.045
2. BASA AMPEK BALAI
TAPAN
10 36 4.579 4.700 9.279
3. BATANG KAPAS 9 70 10.808 11.510 22.318
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 50
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
4. BAYANG 17 120 13.219 14.401 27.620
5. IV JURAI 20 105 14.945 15.966 30.911
6. IV NAGARI BAYANG
UTARA
6 33 2.593 2.888 5.481
7. KOTO XI TARUSAN 23 130 16.304 16.984 33.288
8. LENGAYANG 9 135 19.252 20.176 39.428
9. LINGGO SARI BAGANTI 16 108 15.197 15.545 30.742
10. LUNANG 10 44 6.798 6.549 13.347
11. PANCUNG SOAL 10 57 7.165 7.253 14.418
12. RANAH AMPEK HULU
TAPAN
10 41 4.820 4.849 9.669
13. RANAH PESISIR 10 91 10.214 11.305 21.519
14. SILAUT 10 39 4.731 4.383 9.114
15. SUTERA 12 133 16.684 16.685 33.369
TOTAL 182 1.182 152.334 158.214 310.548
Sumber: KPU Kabupaten Pesisir Selatan 2015
Dari Tabel 4.11 di atas memperlihatkan bahwa Jumlah Daftar Pemilih Tetap
Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Barat serta Bupati dan Wakil Bupati
Pesisir Selatan 2015 adalah 310,548 orang yang terdiri dari 152,334 orang pemilih laki-
laki dan 158,214 pemilih perempuan. Ini berarti ada penurunan dari jumlah DPT Pemilu
Legislatif 2014 yaitu 325,997 yang terdiri dari 161,375 laki-laki dan 164,622 pemilih
perempuan. Atau ada penambahan dari jumlah DPT Pemilihan Presiden 2014 yaitu
206,888 yang terdiri dari 93,087 laki-laki dan 113,801 pemilih perempuan.
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 51
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
5.1 Identitas Responden
Pada bagian ini secara berturut-turut akan dijelaskan tentang identitas responden
yang dikategorikan ke dalam kelompok umur, jenis kelamin, suku bangsa, agama, sebaran
tempat tinggal berbasis kecamatan, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan rata-rata
tingkat pendapatan responden. Bagian ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran
umum tentang responden dan mewakili masyarakat Kabupaten Pesisir Selatan secara
keseluruhan berdasarkan pembagian sampel dari populasi.
5.1.1 Komposisi Responden Berdasarkan Kelompok Umur
Tabel: 5.1 Komposisi Responden Berdasarkan Kelompok Umur
Kelompok
Umur
Jumlah Persentase Persentase Kumulatif
17 - 29 156 39,0 39,0
30 - 42 123 30,8 69,8
43 - 55 82 20,5 90,3
56 - 68 30 7,5 97,8
69 - 81 8 2,0 99,8
82 - 94 1 ,3 100,0
Total 400 100,0
Sumber: Data Primer 2015
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 52
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
Berdasarkan survei partisipasi masyarakat Kabupaten Pesisir Selatan dan sikap
masyarakat terhadap politik uang pada Pemilu 2014, responden yang menjawab
pertanyaan adalah 400 orang. Sebanyak 156 orang atau 39,0% adalah yang terbanyak
dalam kelompok umur antara 17-29 tahun Disusul kemudian pada posisi kedua dan
ketiga yaitu responden yang berumur 30-42 tahun yaitu 123 orang atau 30,8% dan
mereka yang berumur antara 43-55 tahun yaitu 82 orang atau 20,5%. Ini memperlihatkan
bahwa rentang umur responden adalah didominasi oleh responden yang berumur antara
17-42 tahun atau 69,8%.
5.1.2 Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel: 5.2 Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis
Kelamin
Jumlah Persentase Persentase Kumulatif
Laki-laki 207 51,8 51,8
Perempuan 193 48,3 100,0
Total 400 100,0
Sumber: Data Primer 2015
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa survei ini telah diikuti oleh sebanyak 207
orang berjenis kelamin laki-laki atau 51,8% dan 193 orang atau 48,3% berjenis kelamin
perempuan. Berdasarkan data ini terdapat pemerataan antara responden laki-laki dan
perempuan dengan selisih perbedaan hanya 14 responden atau 5,5%.
5.1.3 Komposisi Responden Berdasarkan Asal Kecamatan
Dalam survei patisipasi masyarakat dan sikap masyarakat terhadap politik uang
dalam Pemilu 2014 ini terdapat 400 responden yang semuanya menjawab pertanyaan
yang tersebar pada lima belas kecamatan. Sebaran responden tertinggi adalah berada pada
kecamatan IV Nagari Bayang Utara yaitu 60 responden, kemudian disusul oleh kecamatan
Batang Kapas yang terdapat 57 responden dan 49 responden berada di kecamatan Bayang.
Sedangkan responden terendah yang mau menjawab pertanyaan dalam wawancara adalah
pada kecamatan Koto XI Tarusan dan kecamatan Ranah Pesisir, yaitu masing-masing
hanya 13 dan 14 responden.
Tabel 5.3 di bawah ini memperlihatkan persebaran kompoisisi responden
berdasarkan kecamatan tersebut.
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 53
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
Tabel: 5.3 Komposisi Responden Berdasarkan Kecamatan
Kecamatan Jumlah Persentase Persentase
Kumulatif
Airpura 20 5,0 5,0
Basa Ampek Balai Tapan 20 5,0 10,0
Batang Kapas 57 14,3 24,3
Bayang 49 12,3 36,5
IV Jurai 13 3,3 39,8
IV Nagari Bayang Utara 60 15,0 54,8
Koto XI Tarusan 13 3,3 58,0
Lengayang 23 5,8 63,8
Linggo Sari Baganti 24 6,0 69,8
Lunang 20 5,0 74,8
Pancung Soal 19 4,8 79,5
Ranah Ampek Hulu Tapan 20 5,0 84,5
Ranah Pesisir 14 3,5 88,0
Silaut 19 4,8 92,8
Sutera 29 7,3 100,0
Total 400 100,0
Sumber: Data Primer 2015
5.1.4 Komposisi Responden Berdasarkan Agama
Tabel: 5.4 Komposisi Responden Berdasarkan Agama
Kategori Agama Jumlah Persentase Persentase Kumulatif
Islam 399 99,8 99,8
Kristen Protestan 1 ,3 100,0
Total 400 100,0
Sumber: Data Primer 2015
Tabel 5.4 di atas memperlihatkan bahwa responden nyaris semua beragama Islam,
hanya satu orang atau 0,3% responden dari sampel terpilih yang menganut agama bukan
Islam, yaitu Kristen Protestan. Ini dapat disimpulkan mengapa komposisi responden
berdasarkan agama hanya terdapat satu orang bukan beragama Islam, karena mayoritas
populasi penelitian ini adalah penganut agama Islam dan bersuku bangsa Minang seperti
terlihat pada Tabel 5.5 berikut ini.
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 54
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
5.1.5 Komposisi Responden Berdasarkan Suku Bangsa
Tabel: 5.5 Komposisi Responden Berdasarkan Suku Bangsa
Suku Bangsa Jumlah Persentase Persentase
Kumulatif
Minangkabau 372 93,0 93,0
Jawa 24 6,0 99,0
Melayu 3 ,8 99,8
Lainnya 1 ,3 100,0
Total 400 100,0
Sumber: Data Primer 2015
Data pada tabel di atas memperlihatkan bahwa komposisi responden berdasarkan
suku bangsa adalah dominan bersuku bangsa Minangkabau yakni sebesar 93,0%, diikuti
oleh posisi kedua yaitu 6,0% bersuku bangsa Jawa. Selebihnya adalah bersuku bangsa
Melayu yakni 0,8% dan lainnya 0,3% dari jumlah sampel dan populasi yang telah
ditetapkan semula pada penelitian ini.
5.1.6 Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tabel: 5.6 Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat
Pendidikan
Jumlah Persentase Persentase Kumulatif
SD 49 12,3 12,3
SLTP 56 14,0 26,3
SLTA 217 54,3 80,5
D1, D3, D4 31 7,8 88,3
S1 46 11,5 99,8
S2 ke atas 1 ,3 100,0
Total 400 100,0
Sumber: Data Primer 2015
Berdasarkan komposisi responden menurut tingkat pendidikan, mayoritas tingkat
pendidikan adalah SLTA yakni sebesar 54,3% atau 217 orang dari total 400 responden
secara keseluruhan. Selebihnya adalah berpendidikan SLTP yakni 14,0%, SD 12,3%, S1
11,5%, dan D1, D3, D4 adalah 7,8%. Tingkat pendidikan responden yang tertingggi
adalah S2 meskipun hanya satu orang atau 0,3%.
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 55
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
5.1.7 Komposisi Responden berdasarkan Jenis Pekerjaan
Tabel: 5.7 Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Jenis Pekerjaan Jumlah Persentase Persentase
Kumulatif
Guru/Dosen 20 5,0 5,0
Pegawai Pemda 14 3,5 8,5
Pegawai Swasta 16 4,0 12,5
Wiraswasta Kecil2an 38 9,5 22,0
Pensiunan 3 ,8 22,8
Bengkel/Jasa Service 95 23,8 46,5
Petani/Peternak 2 ,5 47,0
Buruh kasar/Pembantu 68 17,0 64,0
Pedagang warung/kaki lima 5 1,3 65,3
Sopir 15 3,8 69,0
Pengusaha/Kontraktor Besar 3 ,8 69,8
Kerja tidak tetap 121 30,3 100,0
Total 400 100,0
Sumber: Data Primer 2015
Dari data di atas dapat diketahui bahwa terdapat sebaran yang bervariasi menurut
jenis pekerjaan responden. Mayoritas jenis pekerjaan responden adalah kerja tidak tetap
yakni 30,3%. Jawaban jenis pekerjaan tidak tetap ini terjadi karena responden mengaku
jenis pekerjaan mereka tidak termasuk ke dalam kategori jenis pekerjaan yang telah
ditetapkan oleh peneliti seperti yang tercantum dalam kuesioner. Jadi mereka mengaku
bahwa jenis pekerjaan mereka bukan guru/dosen atau pegawai pemda, bukan pula
pegawai swasta, wiraswasta kecil-kecilan, pensiunan, bengkel/jasa service,
petani/peternak, buruh kasar/pembantu, pedagang warung/kaki lima, sopir, atau
pengusaha/kontrak besar. Sebagian daripada mereka adalah tukang ojek, pengangguran,
“kerja serabutan”, tukang bersih kebun, dan lain sebagainya yang tidak termasuk ke dalam
sebelas kategori lainnya dalam alternatif jawaban. Dengan demikian jawaban yang
mereka pilih adalah jenis pekerjaan “tidak tetap”.
Jenis pekerjaan peringkat kedua adalah bengkel/jasa service yakni 23,8% atau 95
responden. Buruh kasar/pembantu yakni 68 responden atau17,0%, wiraswasta kecil-
kecilan 38 responden atau 9,5%, guru/dosen 20 responden 5,0%, pegawai swasta 16
responden atau 4,0%, sopir 15 responden atau 3,8%, pegawai pemda 16 responden atau
3,5%. Selebihnya adalah pedagang warung/kaki lima 5 responden atau 1,3%, pensiunan 3
responden atau 0,8%, yang sama jumlahnya dengan pengusaha besar/kontraktor yakni
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 56
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
0,8% pula, kemudian petani/peternak yakni dua orang atau 0,5%. dari jumlah total
responden yakni 400 responden.
5.1.8 Komposisi Responden berdasarkan Tingkat Pendapatan
Tabel: 5.8 Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan
Tingkat Pendapatan Jumlah Persentase Persentase
Kumulatif
Di bawah 500 ribu 73 18,3 18,3
500 rb - 999 ribu 137 34,3 52,5
1 juta - 1,499 juta 104 26,0 78,5
1,5 juta - 1,999 juta 40 10,0 88,5
2 juta - 2,499 juta 16 4,0 92,5
2,5 juta - 5 juta 30 7,5 100,0
Total 400 100,0
Sumber: Data Primer 2015
Berkaitan dengan kondisi ekonomi atau komposisi responden menurut tingkat
pendapatan, terdapat 34,3 % atau 137 responden yang berpendapatan atau berpenghasilan
antara 500-999 ribu rupiah dan 26,0% atau 104 responden direntang 1 juta-1,499 juta.
Sedangkan responden yang memiliki tingkat pendapatan antara 1,5 juta-1,999 juta
terdapat 40 responden atau 10,0%, kemudian terdapat 16 responden atau 4,0% yang
memperoleh tingkat pendapatan antara 2 juta-2,4999 juta. Sementara itu, responden yang
memperoleh tingkat pendapatan tertinggi, yakni antara 2,5 juta-5 juta terdapat 30
responden atau 7,5%.
Jika dikategorikan menurut tingkat pendapatan rendah-sedang-tingggi maka
terdapat responden dalam kategori pendapatan rendah yaitu antara 500 ribu-1,499 juta ada
314 reponden atau 78,6%. Sedangkan responden yang tingkat pendapatannya dalam
kategori sedang atau menengah, yakni antara 1,5 juta-2,499 juta adalah 56 responden atau
14,0%. Kategori terakhir adalah responden yang tingkat pendapatannya tinggi, yaitu
antara 2,5 juta-5 juta adalah 30 responden atau 7,5%.
5.2 Pemetaan Partisipasi Masyarakat Dalam Pemilu 2014
Dalam bagian ini akan ditampilkan data temuan lapangan yang berkaitan dengan
partisipasi masyarakat dalam pemilu 2014. Tampilan data dalam bagian ini akan
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 57
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
dikomparisikan antara identitas responden yang meliputi indikator umur, jenis kelamin,
desa/kelurahan responden, tingkat pendidikan, agama dan pendapatan dengan indikator
keikutsertaan responden dalam pemilu.
5.2.1 Perbedaan Partisipasi Masyarakat Dalam Pemilu Menurut Kelompok Umur
Survei partisipasi masyarakat dalam pemilu 2014 ini menemukan bahwa ada
perbedaan partisipasi masyarakat menurut kelompok umur. Ini dibuktikan bahwa dari
hasil analisis diperoleh nilai α= 0,045 lebih kecil dari 0,05 yang berarti terdapat perbedaan
partisipasi masyarakat dalam pemilu berdasarkan kelompok umur responden. Jumlah
responden yang terbanyak berpartisipasi adalah kelompok umur 17–29 tahun yaitu 146
orang atau 93,6% dari total 156 responden. Partisipasi tertinggi kedua adalah mereka
dalam kategori kelompok umur 30-32 tahun yaitu 123 orang atau 100%, diikuti oleh
rentang umur 43-55 tahun pada posisi ketiga yaitu 80 orang atau 97,6% dari 82
responden, dan kelompok umur 56-68 tahun pada posisi keempat yaitu 30 orang atau
100%. Sedangkan persentase pertisipasi dalam pemilu terendah berada pada kelompok
umur tua yaitu 69-81 yaitu 8 orang atau 100%, dan kelompok umur 82-94 tahun yaitu 1
orang atau 100%.
Data-data di atas memperlihatkan bahwa partisipasi yang tinggi lebih didominasi
oleh responden dari kalangan muda yaitu 17-32 tahun dan kalangan paruh baya yaitu
mereka yang berumur dalam rentang 43-55 tahun. Ini menginformasikan kenyataan yang
menggembirakan karena kalangan muda ternyata mempunyai partisipasi yang tinggi,
tidak seperti di daerah lain yang pemilih mudanya cenderung rendah, sehingga
menyumbang kepada angka golput yang tinggi, misalnya di Kota Bukittinggi yang golput
pemilih mudanya mencapai 66,29% atau 59 responden dari total 375 responden32. Di
Kabupaten Pesisir Selatan hanya terdapat angka golput atau mereka yang tidak ikut
memilih dari kalangan muda yaitu mereka yang berumur 17-32 tahun, yaitu 10 responden
atau 6,4% dari 156 responden dalam kelompok umur yang sama. Jika dilihat pada
keseluruhan total 400 responden maka persentase partisipasi masyarakat Kabupaten
Pesisir Selatan yang ikut dalam pemilu 2014 adalah 97%, sisanya yakni yang tidak ikut
32 Lihat Aidinil Zetra, dkk., 2015. Perilaku Memilih Masyarakat Kota Bukittinggi Pada Pemilu Legislatif
Tahun 2014. Padang: Laporan Riset Partisipasi Masyarakat dalam Pemilu 2014. Kerjasama Komisi
Pemilihan Umum Kota Bukittinggi dan Pusat Studi Politik Lokal & Otonomi Daerah Universitas Andalas,
hlm. 59.
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 58
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
pemilu atau golput adalah 3,0%. Sebaran persentase ini dapat dilihat pada Tabel 5.9
berikut ini:
Tabel 5.9 Perbedaan Partisipasi dalam Pemilu 2014
Menurut Kelompok Umur
Kelompok
Umur
Apakah ikut dalam Pemilu 2014
Total
Ya Tidak
17 - 29 146 10 156
93,6% 6,4% 100,0%
30 - 42 123 0 123
100,0% 0,0% 100,0%
43 - 55 80 2 82
97,6% 2,4% 100,0%
56 - 68 30 0 30
100,0% 0,0% 100,0%
69 - 81 8 0 8
100,0% 0,0% 100,0%
82 - 94 1 0 1
100,0% 0,0% 100,0%
Total 388 12 400
97,0% 3,0% 100,0%
Sumber : Data Primer 2015
5.2.2 Perbedaan Partisipasi Masyarakat dalam Pemilu Menurut Jenis Kelamin
Tabel 5.10 Perbedaan Partisipasi dalam Pemilu 2014 Menurut Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Apakah ikut dalam Pemilu 2014 Total
Ya Tidak
Laki-laki 199 8 207
96,1% 3,9% 100,0%
Perempuan 189 4 193
97,9% 2,1% 100%
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 59
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
Total 388 12 400
97,0% 3,0% 100,0%
Sumber : Data Primer 2015
Sementara itu, partisipasi masyarakat dalam pemilu menurut jenis kelamin juga
memperlihatkan tidak adanya perbedaan partisipasi antara responden laki-laki dan
perempuan di Kabupaten Pesisir Selatan. Hal ini terbukti bahwa nilai α= 0,294 lebih
besar dari 0,05. Tabel 5.10 di atas menginformasikan bahwa antara responden perempuan
dan responden laki-laki memiliki partisipasi politik yang sama dalam pemilihan umum
legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan. Dengan kata lain, tingkat partisipasi dalam
pemilihan umum tidak dipengaruhi oleh faktor jenis kelamin.
5.2.3 Perbedaan Partisipasi Masyarakat Dalam Pemilu Menurut Agama
Selanjutnya, mengenai partisipasi masyarakat dalam pemilu, survei ini juga
menemukan bahwa tidak ada perbedaan partisipasi menurut agama. Hal itu dibuktikan
dengan nilai α= 0,860 lebih besar dari 0,05. Dan, hubungan kedua variabel juga sangat
lemah terbukti dari Nilai Koefisien Kontigensinya hanya 0,009, yaitu lebih kecil dari 0,5.
Untuk melihat denga jelas tidak adanya perbedaan partisipasi masyarakat dalam
pemilu menurut agama ini, dapat dilihat pada Tabel 5.11 berikut ini:
Tabel 5.11 Perbedaan Partisipasi dalam Pemilu 2014 Menurut Agama
Agama Responden Apakah ikut dalam Pemilu 2014 Total
Ya Tidak
Islam 387 12 399
97,0% 3,0% 100,0%
Kristen Protestan 1 0 1
100,0% 0,0% 100,0%
Total 388 12 400
97,0% 3,0% 100,0%
Sumber: Data Primer 2015
5.2.4 Perbedaan Partisipasi Masyarakat Dalam Pemilu Menurut Suku Bangsa
Survei ini juga menemukan bahwa ternyata tidak ada perbedaan partisipasi
responden dalam pemilihan umum menurut suku bangsa Minangkabau, Jawa, Melayu dan
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 60
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
lainnya di Kabupaten Pesisir Selatan. Hal ini terbukti bahwa nilai α= 0,827 lebih besar
dari 0,05. Dan, hubungan kedua variabel juga lemah terbukti dari Nilai Koefisien
Kontingensinya hanya 0,047 yang lebih kecil dari 0,5.
Untuk melihat lebih jelas tidak adanya perbedaan partisipasi responden dalam
pemilihan umum menurut suku bangsa ini dapat dilihat pada Tabel 5.12 berikut ini.
Tabel 5.12 Perbedaan Partisipasi dalam Pemilu 2014 Menurut Suku Bangsa
Suku Bangsa Apakah ikut dalam Pemilu 2014 Total
Ya Tidak
Minangkabau 361 12 373
96,8% 3,2% 100,0%
Jawa 23 0 23
100,0% 0,0% 100,0%
Melayu 3 0 3
100,0% 0,0% 100,0%
Lainnya 1 0 1
100,0% 0,0% 100,0%
Total 388 12 400
97,0% 3,0% 100,0%
Sumber: Data Primer 2015
5.2.5 Perbedaan Partisipasi Masyarakat Dalam Pemilu Menurut Kecamatan
Tabel 5.13 Perbedaan Partisipasi dalam Pemilu 2014 Menurut Kecamatan
Kecamatan Apakah ikut dalam Pemilu 2014
Total Ya % Tidak %
Air Pura 20 100,0% 0 0,0% 20 100,0%
Basa Ampek Balai
Tapan 20
100,0% 0
0,0% 20
100,0%
Batang Kapas 55 96,5% 2 3,5% 57 100,0%
Bayang 46 91,8% 3 8,2% 49 100,0%
Bayang Utara 57 96,7% 3 3,3% 60 100,0%
IV Jurai 13 100,0% 0 0,0% 13 100,0%
Koto XI Tarusan 12 92,3% 1 7,7% 13 100,0%
Lengayang 23 100,0% 0 0,0% 23 100,0%
Linggo Sari Baganti 24 100,0% 0 0,0% 24 100,0%
Lunang 19 95,0% 1 5,0% 20 100,0%
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 61
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
Pancung Soal 19 100,0% 0 0,0% 19 100,0%
Rahul Tapan 20 100,0% 0 0,0% 20 100,0%
Ranah Pesisir 14 100,0% 0 0,0% 14 100,0%
Silaut 19 100,0% 0 0,0% 19 100,0%
Sutera 27 93,1% 2 6,9% 29 100,0%
Total 388
97,0% 12
3,0% 400
100,0%
Sumber : Data Primer 2015
Temuan lain dari penelitian ini adalah ternyata juga menginformasikan tidak
terdapat perbedaan partisipasi dalam pemilu 2014 menurut kecamatan. Ini dibuktikan
dengan nilai α= 0,716 lebih besar dari 0,05 dengan koefisien kontigensinya (C) hanya
0,161 yaitu lebih kecil dari 0,5. Semua kecamatan rata-rata memiliki angka partisipasi
memilih yang tinggi yaitu antara 91,8% hingga 100% dari total 400 responden.
Kecamatan Bayang (91,8%), Kecamatan Koto XI Tarusan (92,3%) dan Kecamatan Sutera
(93,1%). Sedangkan sembilan kecamatan yang lain mencapai tingkat partisipasi 100%.
5.2.6 Perbedaan Partisipasi Dalam Pemilu Menurut Tingkat Pendidikan
Tabel 5.15 Perbedaan Partisipasi Dalam Pemilu 2014
Menurut Tingkat Pendidikan
Pendidikan Apakah ikut dalam Pemilu 2014
Total Ya Tidak
SD 48 1 49
98,0% 2,0% 100,0%
SLTP 56 0 56
100,0% 0,0% 100,0%
SLTA 206 11 217
94,9% 5,1% 100,0%
D1, D3, D4 31 0 31
100,0% 0,0% 100,0%
S1 46 0 46
100,0% 0,0% 100,0%
S2 ke atas 1 0 1
100,0% 0,0% 100,0%
Total 388 12 400
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 62
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
97,0% 3,0% 100,0%
Sumber : Data Primer 2015
Berdasarkan data-data pada Tabel 5.15 di atas, survei ini juga menemukan bahwa
tidak terdapat perbedaan partisipasi memilih berdasarkan Tingkat Pendidikan. Ini
dibuktikan dengan nilai α= 0,187 lebih besar dari 0,05. Hubungan kedua variabel juga
lemah terbukti dari Nilai Koefisien Kontigensinya (C) hanya 0,136 yang lebih kecil dari
0,5.
Dari tabel 5.15 terlihat bahwa kelompok responden dengan tingkat pendidikan
SLTA penyumbang terbesar pemilih di Kabupaten Pesisir Selatan, dengan angka
partisipasi 94,9% lebih tinggi daripada mereka yang berpendidikan SD dan SLTP, serta
D1, D3, D4, serta S1 dan S2. Namun demikian di Kabupaten Pesisir Selatan tingkat
pendidikan seseorang bukanlah faktor penentu dari tinggi rendahnya tingkat partisipasi
memilih masyarakat.
5.2.7 Perbedaan Partisipasi Masyarakat Dalam Pemilu Menurut Jenis Pekerjaan
Berdasarkan data hasil penelitian, juga terlihat bahwa tidak terdapat perbedaan
partisipasi masyarakat dalam pemilu responden berdasarkan Jenis Pekerjaan. Ini
dibuktikan dengan nilai α= 0,321 (>0,05) namun hubungannya tidak signifikan karena
Nilai Koefisien Kontigensinya hanya 0,175 (<0,5). Dengan kata lain, partisipasi
masyarakat dalam pemilu di Kabupaten Pesisir Selatan tidak signifikan dipengaruhi oleh
jenis pekerjaan seseorang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.16 berikut:
Tabel 5.16: Perbedaan Partisipasi dalam Pemilu 2014
Menurut Jenis Pekerjaan
Pekerjaan Apakah ikut dalam Pemilu 2014
Total Ya % Tidak %
Guru/Dosen 20 100,0% 0 0,0% 20 100,0%
Pegawai Pemda 14 100,0% 0 0,0% 14 100,0%
Pegawai Swasta 16 100,0% 0 0,0% 16 100,0%
Wiraswasta Kecil2an 38 100,0% 0 0,0% 38 100,0%
Pensiunan 3 100,0% 0 0,0% 3 100,0%
Bengkel/Jasa Service 93 97,9% 2 2,1% 95 100,0%
Petani/Peternak 2 100,0% 0 0,0% 2 100,0%
Buruh kasar/Pembantu 67 98,5% 1 1,5% 68 100,0%
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 63
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
Pedagang warung/kaki lima 5 100,0% 0 0,0% 5 100,0%
Sopir 15 100,0% 0 0,0% 15 100,0%
Pengusaha/Kontraktor Besar 3 100,0% 0 0,0% 3 100,0%
Kerja tidak tetap 112 92,6% 9 7,4% 121 100,0%
Total 388
97,0% 12
3.0% 400
100,0%
Sumber : Data Primer 2015
5.2.8 Perbedaan Partisipasi Dalam Pemilu Menurut Tingkat Pendapatan
Survei ini juga menemukan bahwa Tingkat Pendapatan seseorang ternyata tidak
mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pemilu 2014. Jadi, tidak ada perbedaan yang
signifikan antara satu jenis pekerjaan tertentu dengan pekerjaan lain dalam partisipasi
pada pemilu 2014. Hal ini terlihat dari hasil analisis diperoleh nilai α = 0,892 (>0,05)
berarti tidak terdapat perbedaan partisipasi dalam pemilu berdasarkan tingkat pendapatan.
Dan, hubungannya juga tidak signifikan karena Nilai Koefisien Kontingensinya hanya
0,065 (<0,5). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.17 berikut ini:
Tabel 5.17 Perbedaan Partisipasi dalam Pemilu 2014
Menurut Tingkat Pendapatan
Pendapatan
Rumah Tangga
Apakah ikut dalam
Pemilu 2014 Total
Ya Tidak
Di bawah 500 ribu 70 3 73
95,9% 4,1% 100,0%
500 rb - 999 ribu 134 3 137
97,8% 2,2% 100,0%
1 juta - 1,499 juta 101 3 104
97,1% 2,9% 100,0%
1,5 juta - 1,999 juta 38 2 40
95,0% 5,0% 100,0%
2 juta - 2,499 juta 16 0 16
100,0% 0,0% 100,0%
2.5 juta - 5 juta 29 1 30
96,7% 3,3% 100,0%
Total 388 12 400
97,0% 3,0% 100,0%
Sumber : Data Primer 2015
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 64
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
5.2.9 Perbedaan Partisipasi Dalam Pemilu Berdasarkan Kondisi Ekonomi Keluarga
Survei ini juga menemukan bahwa tidak terdapat perbedaan partisipasi dalam
pemilu menurut kondisi ekonomi keluarga, yang disusun ke dalam enam kategori, yakni
sangat baik (berpendapatan 2,5 hingga 5 juta), baik (dengan pendapatan 2 juta hingga
2.499 juta), sedang (dengan pendapatan 1 juta hingga 1,999 juta), buruk (dengan
pendapatan 500 hingga 999 ribu), dan sangat buruk (dengan pendapatan di bawah 500
ribu).
Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa kondisi ekonomi seseorang ternyata
tidak mempengaruhi partisipasi mereka dalam dalam pemilu. Tidak ada perbedaan yang
signifikan antara satu jenis pekerjaan tertentu dengan pekerjaan lain dalam partisipasi
pemilu 2014. Hal ini terlihat dari hasil analisis diperoleh nilai α = 0,808 (>0,05) berarti
tidak terdapat perbedaan partisipasi pemilu berdasarkan kondisi ekonomi seseorang. Dan,
hubungannya juga tidak signifikan karena Nilai Koefisien Kontigensinya hanya 0,063
(<0,5). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.18 berikut ini:
Tabel 5.18 Perbedaan Partisipasi dalam Pemilu 2014
Menurut Kondisi Ekonomi Keluarga Responden Saat Ini
Kondisi Ekonomi Keluarga saat ini
Apakah ikut dalam Pemilu
2014
Total
Ya Tidak
Sangat Baik (2,5-5 juta) 12 0 12
100,0% 0,0% 100,0%
Baik (2 juta-2,499 juta) 115 5 119
95,8% 4,2% 100,0%
Sedang (1 juta-1,999 juta) 240 7 247
97,2% 2,8% 100,0%
Buruk (500 ribu-999 ribu) 17 0 17
100,0% 0,0% 100,0%
Sangat Buruk (dibawah 500 ribu) 4 0 4
100,0% 0,0% 100,0%
Total 388 12 400
97,0% 3,0% 100%
Sumber: Data Primer 2015
Perlu dijelaskan di sini bahwa pada bagian 5.2 ini atau Pemetaan Partisipasi
Memilih Pada Pemilu 2014 terdapat beberapa indikator yang digunakan dimana indikator
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 65
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
tersebut dikomparasikan dengan indikator partisipasi atau keikutsertaan responden dalam
pemilihan umum 2014. Indikator-indikator yang dipakai tersebut ialah kelompok umur,
jenis kelamin, kecamatan, agama, suku bangssa, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan
pendapatan, serta kondisi ekonomi keluarga responden. Dalam temuan di atas dapat
digeneralisasikan beberapa hal yang berkaitan dengan indikator-indikator tersebut.
Hanya terdapat satu indikator yang mempunyai perbedaan atau pengaruh dalam
keikutsertaan responden dalam pemilu yakni indikator umur. Sedangkan delapan
indikator lainnya tidak memiliki perbedaan atau pengaruh yakni jenis kelamin,
kecamatan, agama, suku bangsa, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan tingkat
pendapatan, serta kondisi ekonomi keluarga responden.
Asumsi yang dapat diutarakan ialah indikator umur memiliki perbedaan di dalam
setiap tingkatannya terhadap partisipasi dalam pemilihan umum di Kabupaten Pesisir
Selatan. Masing-masing kelompok umur memiliki pandangan sendiri terkait dengan
pilihannya untuk ikut atau tidak dalam pemilihan umum.
Indikator umur tentunya dapat dijadikan dasar dalam mengambil kebijakan oleh
pihak terkait untuk meningkatkan partisipasi di Kabupaten Pesisir Selatan karena
indikator ini memiliki perbedaan dalam setiap tingkatan dan pengaruh terhadap partisipasi
masyarakat dalam pemilu. Hal ini tentunya juga tidak mengabaikan indikator-indikator
lainnya yang dalam penelitian ini tidak memiliki perbedaan/pengaruh.
5.3 Motivasi Memilih dalam Pemilu 2014
Tabel 5.19: Motivasi Partisipasi dalam Pemilu 2014
Alasan Ikut Pemilu Frekuensi % Persentase
Komulatif
Mengubah Keadaan Negara 38 9,5 9,5
Kewajiban sebagai Warga Negara 180 45,0 54,5
Hak Warga Negara 130 32,5 87,0
Karena Ingin Mendukung Calon
Tertentu 16 4,0 91,0
Ikatan Organisasi Kemasyarakatan 3 0,8 91,8
Ikatan Kekeluargaan 1 0,3 92,0
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 66
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
Ikatan Kedaerahan 2 0,5 92,5
Saran kepada Peserta Pemilu agar
rakyat mau berpartisipasi dalam
Pemilu
12 3,0 95,5
Karena ada bantuan dana 1 0,3 95,8
Berkaca pada pengalaman pemilu
sebelumnya yang efektif mengubah
nasib rakyat
13 3,3 99,0
Karena tidak efektifnya
pemerintahan saat ini 3 0,8 99,8
Ingin mencatat sejarah 1 0,3 100,0
Total 400 100,0
Sumber : Data Primer 2015
Banyak alasan/motivasi masyarakat untuk ikut berpartisipasi — ikut memilih—
dalam pemilu 2014. Seperti terlihat pada Tabel 5.19 di atas, jawaban responden tentang
motivasi tertinggi disebabkan oleh rasa kewajiban sebagai warga negara (45,0%), diikuti
oleh karena pemilu merupakan hak warga negara (32,5%) dan diikuti selanjutnya karena
ingin mengubah keadaan negara/daerah (9,5%). Kemudian 4,0% karena ingin mendukung
calon tertentu, selebihnya karena ikatan organisasi kemasyarakatan 0,8%, karena ikatan
kedaerahan 0,5%, dan karena ikatan kekeluargaan 0,3%.
Setiap orang tentunya memiliki motivasi yang berbeda-beda didalam diri pemilih.
Motivasi berkaitan dengan hal psikologi dalam setiap diri manusia, hal-hal ini mempunyai
korelasi nantinya dengan wujud tindakan yang dapat diartikan sebagai perilaku. Perilaku
dalam masing-masing individu nantinya yang akan menentukan partisipasinya dalam
segala hal termasuk pemilu. Apa yang ditemukan di Kabupaten Pesisir Selatan tentunya
dapat memberikan gambaran secara umum terkait dengan motivasi yang melatarbelakangi
partisipasi responden dalam pemilu tersebut.
Dari hasil analisis diperoleh fakta bahwa pada tingkat kepercayaan 95% tidak
terdapat perbedaan motivasi untuk ikut berpartisipasi dalam pemilu berdasarkan
kelompok umur (α hitung = 0,433), jenis kelamin (α hitung = 0,247), agama (α hitung =
1,000), jenis pekerjaan (α hitung = 0,227), tingkat pendapatan (α hitung = 0,288), dan
kondisi ekonomi keluarga (0,444). Tapi yang menarik adalah perbedaan motivasi memilih
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 67
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
ditentukan oleh suku bangsa (α hitung = 0,014<0,05), namun perbedaan motivasinya
lemah karena Koefisien Kontingensinya (C) 0,343<0,5, yakni perbedaannya lemah.
Sedangkan perbedaan motivasi ikut memilih berdasarkan asal kecamatan ditunjukkan
dengan (α hitung = 0,000<0,05), dengan Koefisien Kontingensi (C)=0,635>0,5, jadi
perbedaan motivasinya adalah kuat. Demikian juga perbedaan motivasi ikut memilih
berdasarkan tingkat pendidikan ditunjukkan dengan (α hitung = 0,006<0,05), tetapi
perbedaan motivasi ini tidak kuat karena Koefisien Kontingensi (C)=0,418<0,5.
Berdasarkan fakta diatas yang perlu dicermati adalah perbedaan motivasi ikut
memilih berdasarkan kecamatan. Data-data pada Tabel 5.20 di bawah ini memperlihatkan
bahwa motivasi masyarakat tertinggi mengikuti pemilu adalah sebagai “kewajiban warga
negara” yakni sebanyak 180 responden (45,0%). Diikuti oleh motivasi untuk
“menjalankan hak warga negara” sebanyak 130 responden (32,5%), seterusnya dengan
motivasi untuk “mengubah keadaan negara” sebanyak 38 responden (9,5%). Kemudian
dengan motivasi untuk “mendukung calon tertentu” sebanyak 16 responden (4,0%).
Selebihnya dengan motivasi karena “berkaca pada pemilu sebelumnya yang efektif
mengubah nasib rakyat” sebanyak 13 responden (3,3%). Seterusnya dengan motivasi
sebagai “saran kepada peserta pemilu agar rakyat mau berpartisipasi dalam pemilu”
sebanyak 12 responden (3,0%). Selebihnya hanya ada 1 responden (0,3%) karena ada
bantuan dana dan juga 1 responden (0,3%) karena ingin mencatat sejarah.
180 responden (45,0%) dengan motivasi “kewajiban warga negara” tersebar di
semua kecamatan dengan jumlah responden tertinggi berada di Kecamatan IV Nagari
Bayang Utara sebanyak 41 responden atau 22,8%, dan yang terendah adalah Kecamatan
Pancung Soal yakni 20 responden atau 1,1%. Sedangkan motivasi tertinggi ikut pemilu
yang kedua adalah “hak warga negara” yaitu sebanyak 130 responden. Mereka tersebar di
semua kecamatan dengan responden tertinggi di Kecamatan Batang Kapas yaitu sebanyak
23 responden atau 17,7% dan yang terendah berada di Kecamatan Airpura yakni 3
responden atau 2,3%. Sebaran motivasi kategori ini secara rinci dapat dilihat pada Tabel
5.20 di bawah ini.
Dua kategori motivasi dalam mengikuti pemilu ini, yakni “kewajiban warga
negara” dan “hak warga negara” mengindikasikan atau malahan mencerminkan tingkat
kesadaran politik yang tinggi dari masyarakat untuk berpartisipasi dalam pemilu. Ini akan
menjadi modal bagus bagi penyelenggara pemilu untuk meningkatkan sosialisasi dan
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 68
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
mendesain model sosialisasi yang tepat untuk meningkatkan kesadaran masyarakat untuk
berpartisipasi dalam pemilu pada masa-masa yang akan datang.
Persentase sebaran motivasi dalam mengikuti Pemilu Legislatif 2014 yang
tersebar ke dalam semua kecamatan secara rinci dapat dilihat pada Tabel 5.20 di
bawah ini:
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 69
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
Motivasi Ikut Pemilu
Tabel 5.20: Motivasi Partisipasi Dalam Pemilu 2014 Menurut Kecamatan
Airpura Basa
Ampek
Balai
Tapan
Batang
Kapas
Bayang IV
Jurai
IV
Nagari
Bayang
Utara
Koto XI
Tarusan
Lengay
ang
Linggo
Sari
Baganti
Lunang Pancung
Soal
Ranah
Ampek
Hulu
Tapan
Ranah
Pesisir
Silaut Sutera
Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)
Mengubah Keadaan
Negara
0 4 8 4 0 1 1 1 3 2 4 3 0 5 2 38
0,0% 10,5% 21,1% 10,5% 0,0% 2,6% 2,6% 2,6% 7,9% 5,3% 10,5% 7,9% 0,0% 13,2% 5,3% 100,0%
Kewajiban sebagai
Warga Negara
12 4 18 33 7 41 4 8 10 8 2 4 9 3 17 180
6,7% 2,2% 10,0% 18,3% 3,9% 22,8% 2,2% 4,4% 5,6% 4,4% 1,1% 2,2% 5,0% 1,7% 9,4% 100,0%
Hak Warga Negara 3 8 23 12 6 15 8 8 10 4 6 6 5 6 10 130
2,3% 6,2% 17,7% 9,2% 4,6% 11,5% 6,2% 6,2% 7,7% 3,1% 4,6% 4,6% 3,8% 4,6% 7,7% 100,0%
Karena Ingin
Mendukung Calon
Tertentu
1 1 2 0 0 0 0 2 0 3 6 0 0 1 0 16
6,3% 6,3% 12,5% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 12,5% 0,0% 18,8% 37,5% 0,0% 0,0% 6,3% 0,0% 100,0%
Ikatan Organisasi
Kemasyarakatan
0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 3
0,0% 0,0% 33,3% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 33,3% 0,0% 0,0% 0,0% 33,3% 0,0% 0,0% 0,0% 100,0%
Ikatan kekeluargaan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1
0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 100,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 100,0%
Ikatan Kedaerahan 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 2
0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 50,0% 0,0% 50,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 100,0%
Saran Kepada Peserta
Pemilu Agar rakyat mau
berpartisipasi dalam
pemilu
3 0 2 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 3 0 12
25,0% 0,0% 16,7% 0,0% 0,0% 8,3% 0,0% 0,0% 8,3% 8,3% 0,0% 8,3% 0,0% 25,0% 0,0% 100,0%
Karena ada bantuan
Dana
0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
0,0% 0,0% 100,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 100,0%
Berkaca pada
pengalaman pemilu
sebelumnya yang efektif
mengubah nasib rakyat
1 2 2 0 0 1 0 0 0 2 0 4 0 1 0 13
7,7% 15,4% 15,4% 0,0% 0,0% 7,7% 0,0% 0,0% 0,0% 15,4% 0,0% 30,8% 0,0% 7,7% 0,0% 100,0%
Karena tidak efektifnya
pemerintahan saat ini
0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 1 0 0 0 3
0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 66,7% 0,0% 0,0% 0,0% 33,3% 0,0% 0,0% 0,0% 100,0%
Ingin mencatat sejarah 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
0,0% 100,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 100,0%
Total 20 20 57 49 13 60 13 23 24 20 19 20 14 19 29 400
5,0% 5,0% 14,3% 12,3% 3,3% 15,0% 3,3% 5,8% 6,0% 5,0% 4,8% 5,0% 3,5% 4,8% 7,3% 100,0%
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 70
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
5.4 Alasan Golput pada Pemilu 2014
Golongan putih (Golput) merupakan salah satu indikator dalam survei ini. Dalam hal
ini akan dilihat tentang apa alasan yang melatarbelakangi responden mengambil keputusan
untuk golput. Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.21 terlihat bahwa terdapat 1,5%
atau 6 responden yang Golput karena tidak terdaftar dalam Pemilu 2014. 0,8% atau 3
responden menjawab “tidak tahu kualitas calon”; 0,8% atau 3 responden memilih jawaban
“tidak percaya dengan calon/partai”.
Tabel 5.21: Alasan Golput Pada Pemilu 2014
Alasan Tidak Ikut Memilih
Jumlah
Persentase
Persentase
Kumulatif
Tdk percaya dg calon/partai 3 0,8 25,0
Tidak tahu kualitas calon 3 0,8 50,0
Tidak terdaftar dlm Pemilu
2014
6 1,5 100,0
Tidak menjawab 388 97,0
Total 400 100,0 100,0
Sumber : Data Primer 2015
Data di atas memperlihatkan bahwa Golput di Kabupaten Pesisir Selatan sangat kecil
jumlahnya, yakni hanya 12 responden atau 3,0%. Ini menginformasikan sesuatu wajar saja
dan tidak perlu dirisaukan benar.
5.5 Penilaian Masyarakat Terhadap Pelaksanaan Pemilu 2014
Berdasarkan survei yang telah dilakukan dapat diketahui penilaian masyarakat
terhadap pelaksanaan pemilu 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan. Pada Tabel 5.22 di bawah
ini ditemukan bahwa mayoritas masyarakat yakni sebanyak 236 responden atau 59,0%
menilai bahwa pelaksanaan Pemilu 2014 berjalan secara jujur dan adil. Tetapi walaupun
demikian Pemilu 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan telah diwarnai oleh politik uang dalam
bentuk atau jenis yang bervariasi.
Jumlah responden yang menilai Pemilu 2014 diwarnai politik uang dengan bentuk
atau jenis politik uang yang bevariasi adalah dalam bentuk “uang tunai” (11,5%), “kerudung,
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 71
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
sejadah, helm, dan pakaian” (9,8%), “sembako, mie, ikan” (4,3%), “ pakaian dan sarung”
(3,0%), “door price”(2,8%), “pengobatan gratis, sunatan massal, operasi katarak mata”
(2,0%), “alat pertanian” (1,8%), “traktir makan massal” (1,5%), “konsumsi dan transportasi”
(0,8%), dan “bibit tanaman” (0,5%).
Sebaran indikator dan persentase penilaian terhadap pelaksanaan Pemilu 2014 dapat
dilihat secara rinci pada Tabel 5.22 di bawah ini:
Tabel 5.22: Penilaian Masyarakat terhadap Pelaksanaan Pemilu 2014
Indikator Penilaian Masyarakat
terhadap Pelaksanaan
Pemilu 2014
Jumlah Persentase Persentase
Kumulatif
Jujur dan adil 236 59,0 59,0
Ada tim sukses membagikan uang
secara langsung
46 11,5 70,5
Ada tim sukses membagikan
sembako, mie, ikan
17 4,3 74,8
Ada tim sukses membagikan alat
pertanian
7 1,8 76,5
Ada tim sukses membagikan
kerudung sajadah helm & bentuk
pakaian lainnya
39 9,8 86,3
Ada tim sukses membagikan bibit
tanaman
2 ,5 86,8
Ada tim sukses memberikan janji
door price
11 2,8 89,5
Ada tim sukses memberikan
bantuan jasa (pengobatan gratis,
sunatan masal, operasi katarak,
dll)
8 2,0 91,5
Ada tim sukses memberi bantuan
uang untuk walinagari, ketua
pemuda, dan pengurus mesjid
11 2,8 94,3
Ada politisi memberi uang
pengganti konsumsi &
transportasi kampanye
3 ,8 95,0
Ada tim sukses membagikan
pakaian dan sarung
12 3,0 98,0
Ada tim sukses memberi insentif
untuk tokoh masyarakat & agama
2 ,5 98,5
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 72
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
Ada timsukses mentraktir makan
secara masal warga
6 1,5 100,0
Total 400 100,0
Sumber : Data Primer 2015
5.6 Penilaian Masyarakat terhadap Yang Masih Kurang dari Pemilu 2014
Berdasarkan data pada Tabel 5.23 di bawah ini, dapat diketahui mengenai penilaian
masyarakat terhadap hal-hal yang masih kurang dari pelaksanaan Pemilu 2014. Jawaban
tertinggi dalam penilaian adalah 216 responden atau 54,0% dari sampel survei menilai bahwa
sosialisasi masih kurang, selanjutnya posisi kedua 21% adalah pendataan pemilih. Ini
menunjukkan bahwa dalam penyelenggaraan pemilu, aspek yang perlu ditingkatkan dan yang
paling dirasakan masyarakat adalah sosialisasi. Bukan berarti aspek lain lain dapat
diketepikan.
Tabel 5.23: Penilaian Masyarakat Terhadap
Yang Masih Kurang DalamPemilu 2014
Yang masih kurang dari
Pemilu 2014
Frequency Percent Cumulative
Percent
Sosialisasi 216 54,0 54,0
Pendataan pemilih 84 21,0 75,0
Pembentukan badan
penyelenggara
(PPS/KPPS/PPL/Panwascam
13 3,3 78,3
Pendaftaran calon 9 2,3 80,5
Kampanye 49 12,3 92,8
Lainnya 29 7,3 100,0
Total 400 100,0
Sumber: Data Primer 2015
Sedangkan khusus penilaian mengenai pelaksanaan sosialisasi dengan beberapa
indikator, umumnya dinilai dalam derajad sedang yakni bergerak dari nilai 3,24 hingga 3,38.
Beberapa indikator penilaiannya adalah seperti “informasi mengenai tahapan dan program
pemilu”, “tema dan materi tentang penyelenggaraan pemilu”, “pemahaman dan pengetahuan
tentang pentingnya pemilu meningkat”, “pemahaman dan pengetahuan tentang tahapan dan
program pemilu meningkat”, “pemahaman dan pengetahuan tentang tata cara penggunaan
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 73
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
hak politik”, “meningkatnya kesadaran masyarakat khususnya pemilih untuk berpartisipasi
dalam setiap tahapan pemilu”, dan “meningkatnya kesadaran dan partisipasi pemilih dalam
menggunakan hak pilihnya”. Sebaran nilai dan derajat penilaian dari masing-masing
indikator ini secara rinci dapat dilihat pada Tabel 5.24 berikut ini:
Tabel 5.24: Penilaian Masayarakat terhadap Pelaksanaan Sosialisasi Pemilu 2014
No Indikator Nilai Derajat
1 Informasi mengenai tahapan dan program Pemilu
3,38 Sedang
2 Tema dan materi tentang penyelenggaraan Pemilu
3,35 Sedang
3 Meningkatnya Pemahaman dan pengetahuan tentang pentingnya Pemilu
3,28 Sedang
4 Meningkatnya Pemahaman & pengetahuan tentang tahapan & program Pemilu
3,24 Sedang
5
Meningkatnya Pemahaman & pengetahuan tentang tata cara penggunaan hak politik & hak pilih
3,25 Sedang
6
Meningkatnya kesadaran masyarakat khususnya pemilih untuk berpartisipasi dalam setiap tahapan pemilu
3,29 Sedang
7 Meningkatnya kesadaran dan partisipasi pemilih dalam menggunakan hak pilihnya
3,44 Sedang
Sumber : Data Primer 2015
5.7 Program Sosialisasi Pemilu Yang Diharapkan ke Depan
Dalam kaitannya dengan pertanyaan kuesioner “seperti apa program sosialisasi yang
anda harapkan?”, jawaban responden yang tertinggi adalah sosialisasi melalui “tatap muka”,
yakni 47,5%, kemudian “melibatkan tokoh masyarakat”, 27,5%, “memperbanyak baliho”,
10,3%, “melalui kesenian”, 9,0%, dan “melalui program nagari”, 5,8%.
Tabel 5.25: Program Sosialisasi Pemilu ke Depan Yang Diharapkan Masyarakat
Program sosialisasi
yang diharapkan Jumlah Persentase Persentase
Kumulatif
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 74
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
Melibatkan tokoh masyarakat 110 27,5 27,5
Melalui kesenian 36 9,0 36,5
Memperbanyak baliho/poster 41 10,3 46,8
Melalui program nagari 23 5,8 52,5
Tatap muka 190 47,5 100,0
Total 400 100,0
Sumber : Data Primer 2015
Ketika dikomparasikan dengan kelompok umur maka yang paling menginginkan
perbaikan sosialisasi pemilu adalah kelompok umur muda, yaitu mereka yang berumur 17-42
tahun sebanyak 279 responden. Selanjutnya kelompok umur paruh baya yakni 43-55 tahun
sebanyak 82 responden, kelompok umur tua 56-68 tahun sebanyak 30 responden. Sedangkan
kelompok umur usia lanjut yakni 69-94 tahun terdapat 9 responden yang masih
menginginkan perbaikan sosialisasi ke dapan.
Dari kelompok umur muda 17-42 tahun, yakni 48,2% sosialisasi ke depan yang
paling banyak diharapkan adalah dengan cara “melibatkan tokoh masyarakat”, kemudian
kelompok umur 43-55 tahun sebanyak 29,3% mengharapkan perbaikan melalui hal yang
sama. Tabel 5.26 di bawah ini memperlihatkan hal tersebut.
Tabel 5.26: Program Sosialisasi Ke Depan Yang Perlu Diperbaiki
Menurut Kelompok Umur
Kelompok Umur
Program sosialisasi yang diharapkan ke depan
Total Melibatkan
tokoh
masyarakat
Melalui
kesenian
Memperban
yak
baliho/poste
r
Melalui
program
nagari
Tatap
muka
17 - 29
40 17 20 8 71 156
25,6% 10,9% 12,8% 5,1% 45,5% 100,0%
30 - 42 34 11 12 5 61 123
27,6% 8,9% 9,8% 4,1% 49,6% 100,0%
43 - 55 24 4 6 7 41 82
29,3% 4,9% 7,3% 8,5% 50,0% 100,0%
56 - 68 9 0 3 2 16 30
30,0% 0,0% 10,0% 6,7% 53,3% 100,0%
69 - 81 3 3 0 1 1 8
37,5% 37,5% 0,0% 12,5% 12,5% 100,0%
82 - 94 0 1 0 0 0 1
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 75
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
0,0% 100,0% 0,0% 0,0% 0,0% 100,0%
Sumber: Data Primer 2015
Berdasarkan hasil analisis ternyata nilai hitung (α= 0,062 (>0,05) ini berarti terdapat
perbedaan terhadap program sosialisasi yang diharapkan menurut kelompok umur responden.
Artinya masing-masing kelompok umur mempunyai harapan yang berbeda terhadap
program-program sosialisasi ke depan. Tetapi hubungan antara kelompok umur dengan
program-program sosialisasi yang diharapkan ke depan adalah lemah atau tidak kuat. Ini
dibuktikan melaui nilai Koefisien Kontingensi (C) 0,266<0,5 yang berarti hubungannya
lemah atau tidak ada hubungan.
Tabel 5.27: Program Sosialisasi Ke Depan Yang Perlu Diperbaiki
Menurut Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Program Sosialisasi yang diharapkan ke depan
Total
Melibatkan
tokoh
masyarakat
Melalui
kesenian
Memperba
nyak
baliho/
poster
Melalui
program
nagari
Tatap muka
Laki-laki
59 16 22 10 100 207
28,5% 7,7% 10,6% 4,8% 48,3% 100,0%
Perempuan
51 20 19 13 90 193
26,4% 10,4% 9,8% 6,7% 46,6% 100,0%
Total 110 36 41 23 190 400
27,5% 9,0% 10,3% 5,8% 47,5% 100,0%
Sumber: Data Primer 2015
Ketika dikomparasikan dengan jenis kelamin maka survei ini menemukan bahwa
tidak ada perbedaan harapan antara responden laki-laki dan perempuan terhadap program
sosialisasi yang perlu diperbaiki ke depan. Ini dibuktikan dengan analisis nilai hitung (α=
0,795 (>0,05) yang berarti tidak ada perbedaan harapan antara responden laki-laki dan
perempuan. Ini juga dibuktikan melaui nilai Koefisien Kontingensi (C) 0,065<0,5 yang
berarti hubungannya lemah atau tidak ada hubungan antara harapan responden laki-laki dan
perempuan terhadap program sosialisasi yang perlu diperbaiki ke depan.
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 76
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
Fakta ini menginformasikan bahwa antara responden laki-laki dan perempuan relatif
sama-sama mengharapkan perbaikan sosialisasi ke depan melalui program-program seperti
“melibatkan tokoh masyarakat”, “melalui kesenian”, “memperbanyak baliho/poster”,
“melalui program nagari”, dan “melalui tatap muka”. Kedua jenis kelamin ini juga sama-
sama tinggi mengharapakn agar program sosialisasi ke depan lebih banyak menggunakan
“tatap muka”, 100 responden atau 48,3% laki-laki dan 90 responden perempuan atau 46,6%
sama-sama kuat mengharapkan program sosialisasi pemilu melalui “tatap muka” ini.
Demikian juga mereka sama-sama tinggi mengharapkan program sosialisasi ke dapan melalui
“melibatkan tokoh masyarakat”, yaitu 28,5% untuk responden laki-laki dan 26,4% untuk
responden perempuan.
5.8 Pemahaman Masyarakat tentang Pemilukada (Gubernur dan Bupati) 2015
5.8.1 Pengetahuan Masyarakat Tentang Pelaksanaan Pemilihan Gubernur dan Wakil
Gubernur Sumatera Barat 2015-2020
Tabel 5.28: Pengetahuan Masyarakat Tentang Pelaksanaan
Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Barat 2015-2020
Pengetahuan masyarakat
tentang Pelaksanaan
Pemilihan Gubernur dan
Wakil Gubernur Sumatera
Barat 2015-2020
Jumlah Persentase Persentase
Kumulatif
Tahu 387 96,8 96,8
Tidak tahu 13 3,3 100,0
Total 400 100,0
Sumber: Data Primer 2015
Berdasarkan data di atas survei ini menemukan bahwa masyarakat sudah tahu
tentang akan dilaksanakannya pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Barat pada
tahun 2015. Responden yang menjawab “tahu” sebanyak 387 orang atau 96,8%, sedangkan
yang menjawab “tidak tahu” relatif sangat sedikit yaitu sebanyak 13 responden atau 3,3%.
Fakta ini tentu saja menggembirakan semua pihak, terutama para penyelenggara pemilukada.
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 77
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
Tabel 5.29: Pengetahuan Masyarakat Tentang Pelaksanaan Pemilihan Gubernur
dan Wakil Gubernur Sumatera Barat 2015-2020 Menurut Kelompok Umur
Kelumpok Umur Jumlah Persentase Persentase
Kumulatif
17 - 29 151 5 156
96,8% 3,2% 100,0%
30 - 42 120 3 123
97,6% 2,4% 100,0%
43 - 55 79 3 82
96,3% 3,7% 100,0%
56 - 68 29 1 30
96,7% 3,3% 100,0%
69 - 81 7 1 8
87,5% 12,5% 100,0%
82 - 94 1 0 1
100,0% 0,0% 100,0%
Total 387 13 400
96,8% 3,3% 100,0%
Sumber: Data Primer 2015
Survei ini juga menemukan bahwa pengetahuan masyarakat tentang pelaksanaan
pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Barat 2015-2020 jika dilihat dari
kelompok umur persentase yang tertinggi adalah kelompok umur 17-29 tahun, yakni 96,8%
atau 151 responden. Diikuti kemudian oleh kelompok umur 30-42 tahun, yaitu 97,6% atau
120 responden dan kelompok umur 43-55 tahun, yaitu 96,3% atau sebanyak 79 responden.
Sementara hampir semua mereka yang kelompok umurnya 56-68 tahun atau 29 responden
atau 96,7% telah tahu ketika ditanyakan “Apakah Anda mengetahui bahwa tahun 2015 akan
dilaksanakan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Barat?”. Hanya satu
responden yang menjawab “tidak tahu”. Demikian juga dengan kelompok umur 69-81 tahun,
87,5% atau 7 (tujuh) responden menjawab “tahu” dan hanya 1 (satu) responden yang
menjawab “tidak tahu”. Sedangkan satu-satunya responden kelompok umur 82-94 tahun
menjawab “tahu”.
Selanjutnya survei ini juga menemukan bahwa pengetahuan masyarakat tentang
Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Barat 2015-2020 menurut jenis kelamin
terdapat 97,6% atau 202 responden laki-laki yang “tahu” dan hanya 5 reponden laki-laki dari
207 tota responden laki-laki yang menjawab “tidak tahu”. Sedangkan responden perempuan
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 78
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
yang menjawab “tahu” adalah 95,9% atau 185 responden dan hanya 4,1% atau 8 responden
dari 193 total responden perempuan.
Tabel 5.30: Pengetahuan Masyarakat Tentang Pelaksanaan Pemilihan Gubernur
dan Wakil Gubernur Sumatera Barat 2015-2020 Menurut Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Apakah anda mengetahui tahun 2015 akan
dilaksanakan Pemilihan Gubernur SB?
Total
Tahu Tidak tahu
Laki-laki 202 5 207
97,6% 2,4% 100,0%
Perempuan 185 8 193
95,9% 4,1% 100,0%
Total 387 13 400
96,8% 3,3% 100,0%
Sumber: Data Primer 2015
Berdasarkan analisis Chi-Square nilai hitung (α= 0,330) adalah lebih besar dari nilai
pembandingnya 0,05. Ini berarti tidak terdapat perbedaan terhadap pengetahuan masyarakat
tentang pelaksanaan pilkada 2015 menurut jenis kelamin. Artinya masing-masing jenis
kelamin mempunyai pengetahuan yang relatif sama terhadap pelaksanaan pilkada Gubernur
dan Wakil Gubernur Sumatera Barat 2015. Fakta ini juga dibuktikan dengan nilai Koefisien
Kontingensi (C) 0,049 yang lebih kecil dari 0,5 yang berarti hubungannya lemah atau tidak
ada hubungan.
5.8.2 Sumber Informasi Tentang Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera
Barat 2015-2020
Pertanyaan selanjutnya yang diajukan kepada responden adalah mengenai “dari
manakah Anda mengetahui informasi tentang Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur
Sumatera Barat tahun 2015?”. Persentase tertinggi jawaban responden terhadap alternatif
jawaban yang tersedia adalah ternyata dari “spanduk/baliho”, yakni 50,0% atau 200
responden. Kemudian diikuti oleh 13,0% atau 53 responden yang menjawab mendapat
informasi dari “sosialisasi oleh KPU Pesisir Selatan”, dan dari “teman/tetangga/saudara”
sebanyak 13,0% atau 52 responden., sedangkan dari “TV” adalah sebesar 11,8% atau 47
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 79
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
responden. Sementara sumber informasi yang lain seperti “Koran”, “Pemerintah Kabupaten
Pesisir Selatan”, “radio”, dan “website” hanya di bawah 5,0% atau di bawah 20 reponden.
Fakta ini menunjukkan bahwa “spanduk/baliho” merupakan sumber informasi yang
utama tentang pengetahuan masyarakat tentang Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur
Sumatera Barat tahun 2015. Untuk melihat sebaran persentase sumber informasi tentang
pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur tersebut secara rinci dapat dilihat pada Tabel 5.31
di bawah ini.
Tabel 5.31: Sumber Informasi Tentang Pemilihan Gubernur
& Wakil Gubernur Sumatera Barat 2015-2020
Sumber Informasi
Jumlah Persentase Persentase
Kumulatif
Radio 2 ,5 ,5
Koran 20 5,0 5,5
TV 47 11,8 17,3
Spanduk/baliho 200 50,0 67,3
Website 2 ,5 67,8
Pemerintah Kabupaten Pesisir
Selatan
20 5,0 72,8
Sosialisasi oleh KPU Pesisir
Selatan
53 13,3 86,0
Teman/tetangga/saudara 52 13,0 99,0
Lainnya 4 1,0 100,0
Total 400 100,0
Sumber: Data Primer 2015
5.8.3 Pengenalan Masyarakat Terhadap Calon Gubernur dan Wakil Gubernur
Sumatera Barat 2015
Jika Tabel 5.31 di atas memperlihatkan “pengetahuan” masyarakat tentang akan
dilaksanakannya Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Barat tahun 2015, maka
Tabel 5.32 di bawah ini menunjukkan fakta bahwa “pengenalan” masyarakat terhadap calon
Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Barat 2015 relatif jawaban responden tidak
menunjukkan perbedaan yang mencolok. Pertanyaan yang diajukan kepada responden
tentang pengenalan ini adalah “Apakah Anda telah mengenal bakal calon Gubernur dan
Wakil Gubernur Sumatera Barat 2015?”, dengan alternatif jawaban “tidak kenal”, “kenal
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 80
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
nama”, “kenal wajah”, dan “kenal rekam jejak”. Ternyata persentase jawaban tertinggi
responden adalah “kenal nama”, yakni 44,3% atau 177 orang dari total 400 responden.
Berikutnya di peringkat kedua adalah “kenal wajah” yaitu 32,0% atau 128 responden, serta di
peringkat ketiga adalah “tidak kenal” yaitu 21,3% atau 85 responden, dan hanya 2,5% atau 10
responden yang menjawab “kenal rekam jejak”.
Tabel 5.32: Pengenalan Masyarakat Terhadap Calon Gubernur
dan Wakil Gubernur Sumatera Barat 2015-2020
Kategori Pengenalan Jumlah Persentase Persentase
Kumulatif
Tidak kenal 85 21,3 21,3
Kenal nama 177 44,3 65,5
Kenal wajah 128 32,0 97,5
Kenal rekam jejak 10 2,5 100,0
Total 400 100,0
Sumber: Data Primer 2015
Sementara itu ketika pengenalan masyarakat terhadap Calon Gubernur dan Wakil
Gubernur Sumatera Barat 2015 ini dikonfirmasi menurut kelompok umur, maka ditemukan
bahwa tidak ada perbedaan “pengenalan” menurut kelompok umur ini, baik dalam kategori
“tidak kenal”, “kenal nama”, “kenal wajah”, dan “kenal rekam jejak”. Ini dibuktikan dengan
hasil analisis Chi-Square di mana nilai hitung (α= 0,343 lebih besar dari 0,05) yang berarti
relatif tidak ada perbedaan “pengenalan” responden terhadap Calon Gubernur dan Wakil
Gubernur Sumatera Barat 2015 tersebut. Fakta ini juga dibuktikan dengan perhitungan
Koefisien Kontingensi (C) 0,200 lebih kecil dari 0,5 yang berarti tidak ada hubungan antara
kelompok umur ini.
Meskipun demikian, yang patut dicatat dalam Tabel 5.33 ini adalah bahwa
persentase yang tertinggi jawaban responden dalam masing-masing kelompok umur adalah
yang menjawab “kenal nama”, yaitu 44,3% atau 177 responden. Sedangkan semua kelompok
umur yang menjawab “kenal wajah” adalah 32,0% atau 128 responden, diikuti oleh jawaban
“tidak kenal” sebanyak 21,3% atau 85 responden, dan hanya 2,5% atau 10 responden yang
“kenal rekam jejak”. Ini berarti bahwa persentase tertinggi “pengenalan” responden terhadap
Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Barat 2015 adalah hanya “kenal nama”.
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 81
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
Sebaran jawaban responden terhadap “pengenalan” ini secara rinci dapat dilihat pada Tabel
5.33 di bawah ini.
Tabel 5.33: Pengenalan Masyarakat Terhadap Calon Gubernur dan
Wakil Gubernur Sumatera Barat 2015 Menurut Kelompok Umur
Kelompok
Umur
Apakah Anda telah mengenal Calon Gubernur dan
Wakil Gubernur Anda?
Total
Tidak Kenal Kenal Nama Kenal
Wajah
Kenal
Rekam
Jejak
17 – 29 33 60 59 4 156
21,2% 38,5% 37,8% 2,6% 100,0%
30 – 42 26 56 40 1 123
21,1% 45,5% 32,5% 0,8% 100,0%
43 – 55 14 45 19 4 82
17,1% 54,9% 23,2% 4,9% 100,0%
56 – 68 9 12 8 1 30
30,0% 40,0% 26,7% 3,3% 100,0%
69 – 81 2 4 2 0 8
25,0% 50,0% 25,0% 0,0% 100,0%
82 – 94 1 0 0 0 1
100,0% 0,0% 0,0% 0,0% 100,0%
Total 85 177 128 10 400
21,3% 44,3% 32,0% 2,5% 100,0%
Sumber: Data Primer 2015
Sementara itu ketika dikonfirmasi menurut jenis kelamin mengenai pengenalan
calon ini maka terdapat perbedaan pengenalan meskipun relatif kecil perbedaannya. Fakta ini
ditunjukkan melalui hasil analisis Chi-Square dengan nilai hitung (α= 0,040 lebih kecil dari
0,05) yang berarti ada perbedaan pengenalan menurut jenis kelamin ini meskipun
perbedaannya relatif kecil. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.34 di bawah ini, yaitu
responden laki-laki yang “kenal nama” adalah 45,9% atau 95 responden, sedangkan
responden perempuan adalah 42,5% atau 82 responden; sementara responden laki-laki yang
menjawab “kenal wajah” adalah 34,8% atau 72 responden, sedangkan responden perempuan
yang “kenal wajah” adalah 29,0% atau 56 responden. Responden laki-laki yang “kenal rekam
jejak” adalah 3,4% dan responden perempuan yang “kenal wajah” calon Gubernur dan Wakil
Gubernur hanya 1,6% atau 3 responden.Tetapi jawaban dengan kategori “tidak kenal”,
persentase jawaban responden perempuan adalah lebih tinggi dari jawaban responden laki-
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 82
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
laki, yaitu 26,9% atau 52 orang untuk responden perempuan dan 15,9% atau 33 orang untuk
responden laki-laki.
Jadi, relatif memang terdapat perbedaan jawaban responden menurut jenis kelamin
tentang pengenalan responden terhadap calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Barat
2015 tersebut. Untuk jelasnya, perbedaan sebaran jawaban tersebut dapat dilihat secara rinci
pada Tabel 5.34 di bawah ini.
Tabel 5.34: Pengenalan Masyarakat Terhadap Calon Gubernur dan
Wakil Gubernur Sumatera Barat 2015 Menurut Jenis Kelamin
Jenis
Kelamin
Apakah Anda telah mengenal Calon Gubernur dan Wakil
Gubernur Anda?
Total
Tidak Kenal Kenal Nama Kenal Wajah Kenal
Rekam Jejak
Laki-laki 33 95 72 7 207
15,9% 45,9% 34,8% 3,4% 100,0%
Perempuan 52 82 56 3 193
26,9% 42,5% 29,0% 1,6% 100,0%
Total 85 177 128 10 400
21,3% 44,3% 32,0% 2,5% 100,0%
Sumber: Data Primer 2015
5.8.4 Pengetahuan Masyarakat Tentang Pelaksanaan Pemilihan Bupati dan Wakil
Bupati Pesisir Selatan 2015
Lain daripada itu, pengetahuan responden tentang pelaksanaan pemilihan Bupati dan
Wakil Bupati Pesisir Selatan 2015 juga menunjukkan jawaban yang relatif sama dengan
jawaban tentang pengetahuan terhadap pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera
Barat 2015. Pertanyaan yang diajukan kepada responden adalah “ Apakah Anda mengetahui
tahun 2015 akan dilaksanakan pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Pesisir Selatan?”.
Alternatif jawaban yang disediakan adalah “tahu” dan “tidak tahu”.
Survei ini menemukan bahwa responden yang menjawab “tahu” adalah 95,5% atau
382 responden (pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Barat adalah 96,8% atau
387 responden) dan “tidak tahu” adalah 4,5% atau 18 responden (pemilihan Gubernur dan
Wakil Gubernur Sumatera Barat 2015 adalah 3,3% atau 13 responden). Jadi, relatif sama
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 83
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
sebaran jawabannya tentang pengetahuan antara pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur
Sumatera Barat 2015 dan pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Pesisir Selatan 2015 ini.
Tabel 5.35: Pengetahuan Masyarakat Tentang Pelaksanaan Pemilihan
Bupati dan Wakil Bupati Pesisir Selatan 2015-2020
Apakah Anda mengetahui tahun 2015
akan dilaksanakan Pemilihan
Bupati&Wakil Bupati Pesisir Selatan?
Jumlah Persentase Persentase
Kumulatif
Tahu 382 95,5 95,5
Tidak Tahu 18 4,5 100,0
Total 400 100,0
Sumber: Data Primer 2015
Fakta ini juga dibuktikan melalui analisis Chi-Square dengan nilai hitung (α= 0,134
lebih besar dari 0,05) yang berarti tidak ada perbedaan pengetahuan tentang pelaksanaan
pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Pesisir Selatan 2015 menurut kelompok umur ini. Ini
juga dibuktikan dengan nilai Koefisien Kontingensi (C) 0,144 lebih kecil dari 0,5 yang
berarti tidak ada hubungan kelompok umur responden dengan pengetahuan tentang pemilihan
Bupati dan Wakil Bupati Pesisir Selatan 2015 ini.
Pada Tabel 5.36 di bawah ini memperlihatkan bahwa semua kategori kelompok
umur seperti 17-29 tahun, 30-42 tahun, 43-55 tahun, 56-68 tahun, 69-81 tahun, dan 82-94
tahun menunjukkan persentase yang sama-sama tingginya. Kelompok umur 17-29 tahun
terdapat 95,5% atau 149 responden yang “tahu” akan ada pemilihan Bupati dan Wakil Bupati
Pesisir Selatan 2015. Demikian juga terdapat 96,7% atau 119 responden dari kelompok umur
30-42 tahun, 95,1% atau 78 responden dari kelompok umur 43-55 tahun, 96,7% atau 29
responden dari kelompok umur 56-68 tahun, 75,0% atau 6 reponden dari kelompok umur 69-
81tahun, serta 100% atau 1 responden dari kelompok umur 82-94 tahun. Sebaran persentase
tentang pengetahuan pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Pesisir Selatan 2015 menurut
kelompok ini dapat dilihat pada Tabel 5.36 di bawah ini:
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 84
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
Tabel 5.36: Pengetahuan Masyarakat Terhadap Calon Bupati dan
Wakil Bupati Pesisir Selatan 2015-2020 Menurut Kelompok Umur
Kelompok
Umur
Apakah anda mengetahui tahun 2015 akan
dilaksanakan Pemilihan Bupati Pessel?
Total
Tahu Tidak Tahu
17 - 29 149 7 156
95,5% 4,5% 100,0%
30 - 42 119 4 123
96,7% 3,3% 100,0%
43 - 55 78 4 82
95,1% 4,9% 100,0%
56 - 68 29 1 30
96,7% 3,3% 100,0%
69 - 81 6 2 8
75,0% 25,0% 100,0%
82 - 94 1 0 1
100,0% 0,0% 100,0%
Total 382 18 400
95,5% 4,5% 100,0%
Sumber: Data Primer 2015
Demikian halnya bahwa pengetahuan responden tentang akan adanya pelaksanaan
pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Pesisir Selatan 2015 juga menemukan tidak adanya
perbedaan jika dilihat menurut jenis kelamin. Antara responden laki-laki dan perempuan
menunjukkan persentase yang relatif sama tingginya ketika diajukan pertanyaan “Apakah
Anda mengetahui tahun 2015 akan dilaksanakan pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Pesisir
Selatan?”, dengan alternatif jawaban “tahu” dan “tidak tahu”.
Responden berjenis kelamin laki-laki yang menjawab “tahu” ada 96,1% atau 199
responden, sedangkan yang menjawab “tidak tahu” ada 3,9% atau 8 responden. Sementara itu
responden berjenis kelamin perempuan yang menjawab “tahu” ada 95,3% atau 183
responden, sedangkan yang menjawab “tidak tahu” ada 4,7% atau 10 responden.
Berdasarkan data-data tersebut nampak bahwa tidak ada perbedaan pengetahuan
responden mengenai akan adanya pelaksanaan pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Pesisir
Selatan 2015 menurut kelompok umur ini. Ini dibuktikan melalui analisis Chi-Square dengan
nilai hitung α= 0,526 yang berarti pengetahuan tentang akan adanya pelaksanaan pemilihan
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 85
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
Bupati dan Wakil Bupati Pesisir Selatan 2015 menyebar secara merata pada kelompok umur
responden. Tabel 5.37 berikut ini memperlihatkan fakta tersebut.
Tabel 5.37: Pengetahuan Masyarakat Terhadap Calon Bupati dan
Wakil Bupati Pesisir Selatan 2015-2020 Menurut Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Apakah anda mengetahui tahun 2015 akan
dilaksanakan Pemilihan Bupati Pessel?
Total
Tahu Tidak Tahu
Laki-laki 199 8 207
96,1% 3,9% 100,0%
Perempuan 183 10 193
95,3% 4,7% 100,0%
Total 382 18 400
95,5% 4,5% 100,0%
Sumber: Data Primer 2015
5.8.5 Pengenalan Masyarakat Terhadap Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesisir
Selatan 2015
Pengetahuan masyarakat yang tidak berbeda menurut kelompok umur dan jenis
kelamin tentang akan adanya pelaksanaan pemilihan Bupati dan wakil Bupati Pesisir Selatan
2015 juga sama hasilnya dengan pengenalan masyarakat terhadap calon Bupati dan Wakil
Bupati tersebut. Pertanyaan yang diajukan kepada responden adalah “Apakah Anda telah
mengenal calon Bupati dan Wakil Bupati Pesisir Selatan 2015-2020?” dengan alternatif
kategori jawaban “tidak kenal”, “kenal nama”, “kenal wajah”, dan “kenal rekam jejak”. Jadi,
ini untuk melihat apakah ada konsistensi responden antara “tahu” dan “kenal” terhadap calon
Bupati dan Wakil Bupati dimaksud. Tabel 5.38, 5.39, dan 5.40 memperlihatkan fakta-fakta
tersebut.
Tabel 5.38: Pengenalan Masyarakat Terhadap Calon Bupati
dan Wakil Bupati Pesisir Selatan 2015-2020
Apakah Anda telah mengenal
calon Bupati & Wakil Bupati
Pesisir Selatan?
Frequency Percent Cumulative
Percent
Tidak kenal 77 19,3 19,3
Kenal nama 175 43,8 63,0
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 86
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
Kenal wajah 139 34,8 97,8
Kenal rekam jejak 9 2,3 100,0
Total 400 100,0
Sumber: Data Primer 2015
Tabel 5.39: Pengenalan Masyarakat Terhadap Calon Bupati dan
Wakil Bupati Pesisir Selatan 2015-2020 Menurut Kelompok Umur
Kelompok Umur
Apakah Anda sudah mengenal calon Bupati & Wakil
Bupati Pesisir Selatan 2015-2020?
Total
Tidak Kenal Kenal Nama Kenal Wajah Kenal
Rekam Jejak
17 - 29 28 63 62 3 156
17,9% 40,4% 39,7% 1,9% 100,0%
30 - 42 25 56 40 2 123
20,3% 45,5% 32,5% 1,6% 100,0%
43 - 55 14 39 26 3 82
17,1% 47,6% 31,7% 3,7% 100,0%
56 - 68 8 14 7 1 30
26,7% 46,7% 23,3% 3,3% 100,0%
69 - 81 1 3 4 0 8
12,5% 37,5% 50,0% 0,0% 100,0%
82 - 94 1 0 0 0 1
100,0% 0,0% 0,0% 0,0% 100,0%
Total 77 175 139 9 400
19,3% 43,8% 34,8% 2,3% 100,0%
Sumber: Data Primer 2015
Tabel 5.40: Pengenalan Masyarakat Terhadap Calon Bupati dan
Wakil Bupati Pesisir Selatan 2015-2020 Menurut Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Apakah Anda sudah mengenal Calon Bupati dan
Wakil Bupati Pesisir Selatan 2015-2020?
Total Tidak Kenal Kenal Nama Kenal Wajah Kenal Rekam
Jejak
Laki-laki 29 93 79 6 207
14,0% 44,9% 38,2% 2,9% 100,0%
Perempuan 48 82 60 3 193
24,9% 42,5% 31,1% 1,6% 100,0%
Total 77 175 139 9 400
19,3% 43,8% 34,8% 2,3% 100,0%
Sumber:Data Primer 2015
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 87
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
Berdasarkan data-data yang disajikan pada Tabel 5.38, 5.39, dan 5.40 terlihat bahwa
43,8% atau 175 reponden menjawab “kenal nama”, 34,8% atau 139 responden menjawab
“kenal wajah”, 19,3% atau 77 responden mengatakan “tidak kenal”, dan hanya 2,3% atau 9
responden yang mengatakan “kenal rekam jejak”.
Berdasarkan analisis Chi-Square tidak terdapat perbedaan pengenalan terhadap calon
Bupati dan Wakil Bupati Pesisir Selatan 2015 berdasarkan kelompok umur (α= 0,748) dan
jenis kelamin (α= 0,037) dengan Koefisien Kontingensi (C) 0,164<0,5 dan (C) 0,144<0,5,
yang memperlihatkan tidak adanya hubungan atau tidak adanya perbedaan tentang
pengenalan tersebut.
5.8.6 Sumber Informasi tentang Penyelenggaraan Pilkada Sumbar 2015
Selanjutnya survei ini juga telah menemukan bahwa sumber informasi tentang
pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Pesisir Selatan 2015 adalah tidak jauh berbeda dengan
sumber informasi tentang pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Barat 2015.
Tabel 5.42 berikut ini memperlihatkan fakta-fakta terebut.
Tabel 5.41: Sumber Informasi tentang Pilkada Sumbar 2015
Sumber informasi tentang Pilkada
2015
Bupati & Wakil
Bupati
Gubernur &
Wakil Gubernur
Radio 1 (0,3%) 2 (0,5%)
Koran 24 (6,0%) 20 (5,0%)
TV 46 (11,5%) 47 (11,8%)
Spanduk/baliho 197 (49,3%) 200 (50,0%)
Website 2 (0,5%) 2 (0,5%)
Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan 26 (6,5%) 20 (5,0%)
Sosialisasi oleh KPU Kabupaten
Pesisir Selatan
48 (12,0%) 53 (13,3%)
Teman/tetangga/saudara 51 (12,8%) 52 (13,0%)
Lainnya 7 (1,8%) 4 (1,0%)
Total 400 (100,0%) 400 (100,0%)
Sumber: Data Primer 2015
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 88
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
Berdasarkan data diatas, dapat diketahui bahwa sebanyak 49,3% atau 197 responden
mendapat informasi mengenai pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Pesisir Selatan 2015
adalah dari spanduk atau baliho, posisi kedua dari teman/tetangga/saudara yakni 12,8% atau
51 responden, dan 12,0% atau 48 orang dari sosialisasi oleh KPU Kabupaten Pesisir Selatan,
11,5% atau 46 responden dari TV, dan 6,0% atau 24 orang dari koran. Inilah media informasi
bagi warga dalam mendapat informasi terkait penyelenggaraan pemilihan Bupati dan Wakil
Bupati Pesisir Selatan 2015. Dari temuan tersebut jelas bahwa masyarakat hanya mengetahui
informasi tentang Pilkada Sumbar dari spanduk atau baliho yang notabene sangat minim
memberikan informasi kecuali hanya sebatas gambar, dan tagline calon. Sedangkan informasi
yang lebih penting dan mendalam seperti rekam jejak calon, partai pendukung, tata cara
pilkada, dinamika yang sedang berlangsung tidak mungkin disampaikan melalui baliho.
5.8.7 Penilaian Masyarakat tentang Pelaksanaan Sosialisasi Pilkada 2015 di
Kabupaten Pesisir Selatan 2015
Selanjutnya survei ini juga menemukan bahwa penilaian masyarakat tentang
pelaksanaan Pilkada 2015 di Kabupaten Pesisir Selatan 2015 adalah tidak jauh berbeda antara
sosialisasi dari calon Bupati dan Wakil Bupati Pesisir Selatan 2015 dan Gubernur dan Wakil
Gubernur Sumatera Barat 2015 di Kabupaten Pesisir Selatan. Kedua-dua pasangan calon
dinilai masyarakat seperti tergambar pada Tabel 5.43 di bawah ini.
Tabel 5.42: Penilaian Masyarakat tentang Pelaksanaan Sosialisasi
Pilkada di Kabupaten Pesisir Selatan 2015
Apakah calon Bupati dan Wakil Bupati Pessel
dan Gubernur dan Wakil Gubernur telah
melakukan sosialisasi?
Calon Bupati dan
Wakil Bupati
Pesisir Selatan
2015-2020
Calon Gubernur
dan Wakil
Gubernur
Sumatera Barat
2015
Sudah 83 (20,8%) 78 (19,5%)
Belum 222 (55,5%) 222 (5,5%)
Tidak tahu 95 (23,8%) 100 (25,0%)
Total 400 (100,0%) 400 (100,0%)
Sumber: Data Primer 2015
Data di atas menunjukkan bahwa baik calon Bupati dan Wakil Bupati Pesisir Selatan
2015-2020 dan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Barat 2015-2020 sama-sama
dinilai responden, yaitu 55,5% atau 222 responden yang mengatakan bahwa kedua-dua
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 89
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
pasangan calon “belum” melaksanakan sosialisasi kepada masyarakat di Kabupaten Pesisir
Selatan. Sedangkan yang mengatakan “sudah” hanya 20,8% atau 83 responden dan 23,8%
atau 95 responden mengatakan “tidak tahu”. Ini memperlihatkan bahwa dalam
penyelenggaraan Pilkada 2015 di Kabupaten Pesisir Selatan yang paling dirasakan
masyarakat adalah kurangnya sosialisasi yang dilakukan oleh kedua-dua pasangan calon baik
pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Pesisir Selatan maupun calon Gubernur dan Wakil
Gubernur Sumatera Barat.
5.8.8 Model Pilkada Yang Diinginkan Masyarakat Ke Depan
Baru-baru ini muncul keinginan pemerintah untuk mengembalikan pilkada kepada
mekanisme pemilihan oleh DPRD. Tetapi survei ini menemukan bahwa masyarakat
Kabupaten Pesisir Selatan yang diwakili rasponden penelitian ini ternyata masih mendukung
pelaksanaan pemlihan kepala daerah secara langsung dibandingkan dengan dipilih oleh
DPRD. Hasil survei menunjukkan bahwa sebanyak 371 responden atau 92,8 % menyatakan
setuju dengan pemilukada yang dipilih langsung oleh masyarakat dan hanya 2,0 % yang
setuju kepala daerah dipilih oleh DPRD serta 5,3% menyatakan tidak tahu. Fakta ini dapat
dilihat pada Tabel 5.49 di bawah ini:
Tabel 5.43: Model Pemilihan Gubernur dan Bupati ke Depan
Yang Diharapkan Masyarakat
Model Pemilihan Gubernur
dan Bupati ke depan
Jumlah
Persentase
Persentase
Kumulatif
Dipilih langsung oleh rakyat
seperti skrg
371 92,8 92,8
Dipilih oleh DPRD 8 2,0 94,8
Tidak tahu 21 5,3 100,0
Total 400 100,0
Sumber: Data Primer 2015
Ketika dikonfirmasi kepada peserta FGD ternyata semua peserta FGD menyatakan
bahwa mekanisme pemilihan secara langsung oleh rakyat harus tetap dipertahankan
meskipun ada beberapa kelemahan yang perlu diperbaiki dalam proses
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 90
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
penyelengggaraannya. Menurut peserta FGD, beberapa kelemahan yang perlu diperbaiki
dalam pemilihan langsung itu adalah bagaimana biaya tinggi dalam penyelenggaraan pilkada
langsung itu dapat dihemat atau ditekan, politik uang dapat dihilangkan karena telah terbukti
mencederai pembangunan demokrasi. Selain itu, sistem rekrutmen calon kepala daerah harus
terbuka dan seleksinya diperketat dengan persyaratan tambahan seperti setiap calon kepala
daerah harus memiliki standar kompetensi dan standar moral serta integritas yang diuji oleh
lembaga yang benar-benar kredibel. Dengan beberapa peryaratan tambahan itu diharapkan
pemilihan kepala daerah ke depan dapat menghasilkan kepala daerah yang benar-benar
kredibel dan diinginkan masyarakat.
5.9 Masalah-masalah Utama yang sedang dihadapi Masyarakat di Kabupaten Pesisir
Selatan
5.9.1 Masalah Sosial Ekonomi
Keadaan sosial ekonomi masyarakat mempengaruhi tingkat partisipasi dalam
pemilihan umum. Masyarakat yang sedang mengalami masalah sosial dan ekonomi yang
hebat tentu berakibat pada partisipasi yang rendah. Survei ini menemukan sebanyak 58,0%
atau 232 responden menyatakan bahwa mereka sedang mempunyai masalah sosial ekonomi
yang berat yaitu susahnya mendapatkan lapangan pekerjaan. Masalah ini banyak
dihadapai oleh kalangan muda dan usia produktif.
Selanjutnya masalah sosial ekonomi yang lain yang sedang dihadapi masyarakat
Kabupaten Pesisir Selatan menurut persentasenya dari yang tinggi hingga yang rendah adalah
“mahalnya harga sembako”, 23,8%, “kurangnya kepercayaan masyarakat kepada pimpinan
daerah” sebanyak 17,8%, “mahalnya harga obat” 17,8%, “mahalnya biaya pendidikan”
14,5%, dan “masalah KKN” yang masih terus berlangsung yaitu 13,8%.
Selain itu masyarakat juga mengeluhkan masalah “tidak tegaknya hukum dengan
adil”, yaitu 12,5% dan masalah kelangkaan pupuk yaitu sebesar 12,3%, “kurangnya rasa
aman dan rendahnya ketertiban” sebesar 12,0%, “kurangnya sarana dan prasarana
transportasi” 8,8%, dan “terjadinya ancaman banjir” sebesar 7,8%. Fakta ini jelas menjadi
kendala yang signifikan dalam menumbuhkembangkan partisipasi masyarakat dalam pemilu.
Tabel 5.44 di bawah ini secara rinci memperlihatkan masalah-masalah sosial ekonomi
yang sedang dihadapi oleh masyarakat Kabupaten Pesisir Selatan, sekurang-kurangnya ketika
survei ini sedang dilaksanakan.
Tabel 5.44: Masalah Sosial Ekonomi Yang Sedang Dihadapi
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 91
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
Masyarakat Di Kabupaten Pesisir Selatan
Masalah Utama Frekuensi % Persentase
Kumulatif
Kelangkaan pupuk 49 12,3 12,3
Mahalnya biaya berobat 71 17,8 17,8
Susahnya lapangan pekerjaan 232 58,0 58,0
Masalah korupsi/KKN 55 13,8 13,8
Kurangnya kepercayaan kepada
pimpinan daerah 71 17,8 17,8
Kurangnya rasa aman & rendahnya
ketertiban 48 12,0 12,0
Kelangkaan air bersih 16 4,0 4,0
Terjadinya/ancaman banjir 31 7,8 7,8
Sarana/prasarana transportasi 35 8,8 8,8
Mahalnya harga sembako 95 23,8 23,8
Mahalnya biaya pendidikan 58 14,5 14,5
Tidak tegaknya hukum dengan adil 50 12,5 12,5
Masalah listrik 1 0,3 0,3
Kemacetan lalu lintas 1 0,3 0,3
Lainnya 1 0,3 0,3
Total 356 100,0
Sumber : Data Primer 2015
5.9.2 Masalah Langkanya Lapangan Pekerjaan Menurut Kelompok Umur
Masalah langkanya lapangan pekerjaan yang menjadi masalah utama di Kabupaten
Pesisir Selatan ketika survei ini dilaksanakan adalah paling banyak dirasakan oleh mereka
dalam kategori kelompok umur muda dan produktif, yaitu mereka yang berumur 17-29 tahun,
30-42 tahun, dan 43-55 tahun. Tabel 5.45 berikut ini menunjukkan sebaran jawaban
responden mengenai langkanya lapangan pekerjaan tersebut.
Tabel 5.45: Masalah Langkanya Lapangan Pekerjaan
Di Kabupaten Pesisir Selatan Menurut Kelompok Umur
Kelompok Umur
Responden
Masalah utama Kabupaten Pesisir
Selatan : susahnya lapangan pekerjaan
Total
Ya Tidak
17 – 29 108 48 156
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 92
Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
69,2% 30,8% 100,0%
30 – 42 63 60 123
51,2% 48,8% 100,0%
43 – 55 47 35 82
57,3% 42,7% 100,0%
56 – 68 9 21 30
30,0% 70,0% 100,0%
69 – 81 5 3 8
62,5% 37,5% 100,0%
82 – 94 0 1 1
0,0% 100,0% 100,0%
Total 232 168 400
58,0% 42,0% 100,0%
Sumber: Data Primer 2015
Berdasarkan Tabel 5.45 di atas terdapat sebanyak 69,2% atau 108 reponden dari
mereka yang beumur 17-29 tahun yang mengatakan masalah langkanya lapangan pekerjaan
ini, diikuti sebanyak 51,2% atau 63 responden dari mereka yang beumur 30-42 tahun, dan
57,3% atau 47 responden dari mereka yang berumur 43-55 tahun.
Survei Partisipasi Dalam Pemilu dan Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 93
Partisipasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 Kabupaten Pesisir Selatan
6.1 Pengantar
Politik uang atau vote buying adalah suatu bentuk pembelian suara atau janji menyuap
seseorang baik supaya orang itu tidak menjalankan haknya untuk memilih maupun supaya ia
menjalankan haknya dengan cara tertentu pada saat pemilihan umum. Pembelian suara bisa
dilakukan menggunakan uang atau barang. Politik uang umumnya dilakukan oleh simpatisan,
kader atau bahkan pengurus partai politik menjelang hari H pemilihan umum. Praktik politik
uang dilakukan dengan cara pemberian dalam berbagai berbentuk seperti: bahan makanan,
bahan pakaian, bahan pertanian, bahan olahraga, janji pekerjaan, transportasi dan konsumsi
ketika ikut kampanye, pengobatan gratis, sunatan masal, mentraktir makan warga, bahan-
bahan lainnya seperti pemberian helm dan ikan, serta uang tunai, dengan tujuan untuk menarik
simpati masyarakat agar mereka memberikan suaranya untuk partai yang bersangkutan.
Pada bab ini akan dipaparkan secara berurutan tentang temuan umum dan temuan
khusus penelitian. Temuan umum berupa pengetahuan masyarakat mengenai politik uang
yang terdiri dari “pengetahuan tentang jenis politik uang”, “pengetahuan tentang waktu
pembagian politik uang”, dan “pengetahuan tentang aktor yang membagikan politik uang”;
kemudian “sikap masyarakat terhadap politik uang”, “sikap calon/tim sukses terhadap politik
uang”, dan “sikap penyelenggara pemilu terhadap politik uang”.
Survei Partisipasi Dalam Pemilu dan Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 94
Partisipasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 Kabupaten Pesisir Selatan
Selanjutnya akan digambarkan temuan khusus penelitian berupa perbedaan masyarakat
terhadap politik uang menurut kelompok umur, jenis kelamin, asal kecamatan, suku bangsa,
tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, dan kondisi ekonomi keluarga
responden saat ini. Terakhir akan dijelaskan pengaruh sikap masyarakat terhadap politik uang
terhadap partisipasi memilih.
6.2 Temuan Umum
6.2.1 Pengetahuan masyarakat tentang Politik Uang di Kabupaten Pesisir Selatan
6.2.1.1 Pengetahuan tentang jenis-jenis Politik Uang
Survei ini telah menemukan pengetahuan responden mengenai jenis-jenis politik uang.
Pada Tabel 6.1 berikut ini nampak variasi jenis politik uang, namun persentase jawaban
tertinggi adalah berupa bahan makanan yakni 45,8% atau 183 responden, kemudian diikuti
berupa uang tunai 15,0% atau 60 responden, dan 12,5% atau 50 responden.
Tabel 6.1: Pengetahuan Masyarakat Tentang Jenis-jenis
Politik Uang Dalam Pemilu 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
Jenis-jenis Politik Uang Jumlah Persentase Persentase
Kumulatif
Bahan makanan 183 45,8 45,8
Bahan pakaian 50 12,5 58,3
Bahan atau alat-alat pertanian pertanian 19 4,8 63,0
Alat-alat olah raga 7 1,8 64,8
Transportasi & konsumsi ketika ikut
kampanye
39 9,8 74,5
Pengobatan katarak gratis 2 ,5 75,0
Sunatan masal 11 2,8 77,8
Traktir makan warga 16 4,0 81,8
Bahan2 lainnya seperti helm dan ikan 13 3,3 85,0
Uang tunai 60 15,0 100,0
Total 400 100,0
Sumber: Data Primer 2015
Survei Partisipasi Dalam Pemilu dan Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 95
Partisipasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 Kabupaten Pesisir Selatan
Selanjutnya dari data di atas juga terlihat bahwa jenis-jenis politik uang yang lain yang
diketahui oleh responden adalah berupa “transportasi dan konsumsi ketika ikut kampanye”,
yaitu 9,8% atau 39 responden, kemudian berupa “bahan pertanian” 4,8% atau 19 responden,
“mentraktir makan warga” 4,0% atau 16 responden. Jenis politik uang yang lain yang telah
umum menjadi pengetahuan masyarakat adalah berupa “bahan lainnya seperti helm dan ikan”
sebesar 3,3% atau 13 responden, serta berupa “sunatan masal” sebesar 2,8% atau 11
responden, dan berupa “bahan olah raga” sebesar 1,8% atau 7 responden, dan yang paling
kecil persentasenya adalah 0,5% atau 2 responden, yakni berupa “pengobatan katarak gratis”.
6.2.1.2 Pengetahuan Tentang Waktu Pembagian Politik Uang pada Pemilu 2014 di
Kabupaten Pesisir Selatan
Pengetahuan lain yang dimiliki oleh masyarakat yang diwakili responden adalah
mengenai waktu pembagian politik uang sebagai terlihat pada Tabel 6.2, dengan persentase
jawaban tertinggi adalah “pada saat kampanye” yaitu 82,8% atau 331 responden ketika
diajukan pertanyaan “kapan Anda pernah melihat politisi membagikan hadiah kepada
warga?”. Selanjutnya pada pagi hari menjelang pemilihan di peringkat kedua yaitu sebesar
12,8% atau 51 responden, dan setelah pemilihan berlangsung sebesar 3,8% atau 15 responden
serta 0,8% atau 3 responden pada peringkat ketiga dan keempat. Sebaran persentase mengenai
waktu pembagian politik uang ini dapat dilihat pada tabel 6.2 beikur ini.
Tabel 6.2: Pengetahuan Masyarakat Tentang Waktu Pembagian
Politik Uang Dalam Pemilu 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
Kapan Politisi Membagikan
Politik Uang
Jumlah Persentase Persentase
Kumulatif
Pada saat kampanye 331 82,8 82,8
Pagi menjelang pemilihan 51 12,8 95,5
Sebelum pemilihan
berlangsung
3 ,8 96,3
Setelah pemilihan
berlangsung
15 3,8 100,0
Total 400 100,0
Sumber:Data Primer 2015
Survei Partisipasi Dalam Pemilu dan Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 96
Partisipasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 Kabupaten Pesisir Selatan
6.2.1.3 Pengetahuan Tentang Aktor Yang Membagikan Politik Uang
Pengetahuan masyarakat tentang politik uang yang terungkap dalam survei ini adalah
mengenai aktor atau siapa yang membagikan politik uang tersebut. Pertanyaan yang diajukan
kepada responden adalah “jika Anda pernah melihat pembagian hadiah, siapa yang
membagikannya?”. Persentase jawaban responden yang tertinggi adalah “tim sukses dan
simpatisan” yakni sebesar 61,0% atau 244 responden, diikuti kemudian oleh “istri, anak,
kerabat calon” sebesar 15,3% atau 70 responden, dan 16,3% atau 65 responden oleh “anggota
partai”, 4,8% atau 19 responden oleh “calon”, dan persentase jawaban terendah adalah oleh
“anggota DPRD” dan “aparatur pemerintah” yang masing-masing 0,3% atau 1 orang
responden. Sebaran jawaban responden mengenai aktor yang membagikan politik uang ini
dapat dilihat pada Tabel 6.3 berikut ini:
Tabel 6.3: Pengetahuan Masyarakat Tentang Aktor Yang Membagikan
Politik Uang Dalam Pemilu 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
Aktor yang membagikan
politik uang
Jumlah Persentase Persentase
Kumulatif
Tim sukses & simpatisan 244 61,0 61,0
Anggota partai 65 16,3 77,3
Anggota DPRD 1 ,3 77,5
Calon 19 4,8 82,3
Aparatur pemerintahan
(Bupati, Camat, Wali Nagari,
Wali Jorong, PNS)
1 ,3 82,5
Istri, anak, kerabat calon 70 15,3 97,8
Total 400 100,0
Sumber:Data Primer 2015
6.2.2 Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang
Sudah umum diketahui bahwa sikap masyarakat terhadap politik uang adalah cukup
sulit untuk diungkapkan, karena pada umumnya masyarakat cukup enggan untuk
Survei Partisipasi Dalam Pemilu dan Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 97
Partisipasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 Kabupaten Pesisir Selatan
mengungkapkan sikapnya secara terbuka ataupun tertulis. Masyarakat umumnya bersikap
tertutup jika diajak berdiskusi atau diwawancarai secara resmi mengenai politik uang.
Meskipun demikian penelitian ini menemukan berbagai variasi sikap masyarakat terhadap
politik uang tersebut. Pada Tabel 6.4 berikut ini terdapat jawaban sikap yang cukup
mengagetkan, yaitu 224 responden atau 56,0% menjawab “terima dulu, soal pilihan urusan
nanti”, ketika ditanyakan “bagaimana sikap Anda jika diberi uang atau jasa dari calon?”.
Selanjutnya, 122 responden atau 30,5% yang bersikap “menolak karena haram”, kemudian
37 responden atau 9,3% menjawab “terima tapi tidak pilih oraangnua”. Jawaban selebihnya
adalah 12 responden atau 3,0% “terima dan akan saya pilih orangnya”, dan yang terakhir
adalah “bersedia ikut membagi-bagikan uang atau barang, yakni 5 responden atau 1,3%.
Tabel 6.4 Sikap Masyarakat terhadap politik Uang
Sikap Anda jika diberi uang
atau jasa dari calon?
Jumlah
Persentase
Persentase
Kumulatif
Menolak karena haram 122 30,5 30,5
Terima tapi tidak pilih orangnya 37 9,3 39,8
Terima dan akan saya pilih orangnya 12 3,0 42,8
Terima dulu, soal pilihan urusan nanti 224 56,0 98,8
Bersedia ikut membagi2kan
uang/barang
5 1,3 100,0
Total 400 100,0
Sumber: Data Primer 2015
Dari data di atas memperlihatkan meskipun terdapat cukup banyak yang menolak
politik uang dengan jawaban “menolak karena haram”, yakni 30,5% atau 122 responden
namun masalah politik uang tetap memprihatinkan karena adanya fakta “terima dulu, soal
pilihan urusan nanti”, menunjukkan persentase yang tertinggi yaitu 56,0% atau 224 responden.
Kenyataan ini jika dibiarkan tentu saja akan merusak nilai-nilai demokrasi.
Survei Partisipasi Dalam Pemilu dan Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 98
Partisipasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 Kabupaten Pesisir Selatan
Meskipun tanpa disadari persoalan politik uang ini memang sangat meresahkan bagi
mereka yang masih berniat membangun demokrasi secara baik dan benar. Keresahan tersebut
dapat dimaklumi karena praktik politik uang memang sudah menggejala di mana-mana dalam
konteks kontestasi kekuasaan atau pencarian jabatan politik. Bahkan politisi sekalipun juga
melakukan politik uang dengan mengganti modus operandi-nya berdasarkan perkembangan
sikap dan perilaku masyarakat terhadap politik uang. Dalam FGD dengan tokoh masyarakat,
politisi, anggota DPRD, tim sukses, dan penyelenggara pemilu semakin mengungkapkan
perilaku politik uang yang semakin menggejala ini. Dalam dua bagian berikut ini akan
dipaparkan bagaimana sikap calon/tim sukses, dan penyelenggara pemilu mengenai sikap
terhadap politik uang ini.
6.2.3 Sikap Calon/Tim Sukses terhadap Politik Uang
Bagaimana sikap calon/tim sukses terhadap politik uang terungkap dalam FGD yang
dilakukan oleh peneliti dengan tokoh masyarakat, calon/tim sukses, anggota DPRD, politisi,
wartawan, dan penyelenggara pemilu (anggota KPU dan anggota PPK serta PPS) di
lingkungan Kabupaten Pesisir Selatan, semakin memperlihatkan masalah keprihatinan
terhadap politik uang ini. Meskipun pandangan para peserta FGD menunjukkan variasi sikap
tetapi pada umumnya membernarkan bahwa praktik politik uang memang terjadi di Kabupaten
Pesisir Selatan.
Para peserta membenarkan sikap masyarakat terhadap politik uang ketika dikonfirmasi
mengenai temuan survei sebagimana disajikan dalam Tabel 6.1, 6.2, 6.3, dan 6.4 di atas.
Seorang politisi yang enggan disebutkan namanya menambahkan bahwa “siapa yang memulai
praktik uang ini tidak dapat ditelusuri secara pasti karena praktik politik uang ini tidak berdiri
sendiri. Semua mempunyai andil menurut kapasitas mereka masing-masing. Artinya
menyalahkan politisi atau calon agaknya tidak adil juga karena masyarakat sendiri tanpa sadar
menuntut politik uang”. Peserta yang lain juga menambahkan bahwa agaknya sebagian
masyarakat “menjadi pintar” karena selama ini mereka hanya diberi janji-jani oleh calon di
mana ketika calon tersebut terpilih, calon tersebut segera lupa dengan janji-janjinya. Oleh
karena itu, masyarakat lalu menuntut sesuatu lebih kongkrit daripada sekedar janji-jani.
Sesuatu yang lebih kongkrit itu adalah politik uang dengan jenis-jenis yang bervariasi seperti
Survei Partisipasi Dalam Pemilu dan Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 99
Partisipasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 Kabupaten Pesisir Selatan
uang tunai, bahan makanan, bahan pakaian, bahan atau alat-alat pertanian, alat-alat olah raga,
dan sebagainya.
Seorang politisi lain peserta anggota FGD tersebut juga menambahkan bahwa hampir
semua calon baik secara sadar ataupun secara terpaksa terjebak dalam masalah politik uang
tersebut, karena banyak dari anggota masyarakat menuntut sesuatu yang kongkrit dan bukan
hanya janji-janji dari para calon. “Inilah salah satu penyebab mengapa politik uang marak
terjadi di tengah masyarakat setiap kali pemilu dan pilkada diselenggarakan”, katanya
menambahkan.
Seorang politisi lain menceritakan bahwa dia sudah dua kali ikut mencalonkan diri
untuk menjadi anggota DPRD di Kabupaten Pesisir Selatan. Pada kali pertama dia
menghabiskan biaya hampir 100 juta tetapi hasilnya dia tidak terpilih. Biaya sebesar tersebut
sebagian memang dapat dikategorikan sebagai “biaya politik” (political cost), yaitu biaya pasti
atau obyektif yang harus dikeluarkan oleh seorang politisi ketika dia mencalonkan diri seperti
biaya untuk mencetak dan membagikan atribut kampanye berupa spanduk, baliho, stiker, dan
sejenisnya, serta biaya transportasi dan konsumsi baik untuk dirinya maupun tim suksesnya,
termasuk uang saku untuk tim suksesnya. Biaya ini adalah biaya riil yang harus dikeluarkan
oleh seorang calon karena ketika seorang calon maju untuk berkompetisi untuk meraih jabatan
politik, di situ berlaku pepatah: “tidak ada makan siang gratis” dalam kompetisi jabatan
politik. Biaya lain di luar “political cost”, menurutnya, mungkin dapat disebut sebagai “politik
uang” (money politics) karena seorang calon juga harus mengeluarkan biaya misalnya berupa
“berupa biaya negosiasi” atau sering disebut sebagai “biaya adminsitrasi” yang harus
dikeluarkan untuk partai di mana dia mencalonkan diri. Bahkan, tambahnya, seorang calon
harus mengeluarkan “biaya negosiasi” kepada partai pengusungnya agar dia mendapat nomor
urut calon yang stragegis. Selain itu, dalam pencalonan kali pertama tersebut dia banyak
mempercayakan jalan kesuksesannya kepada tim sukses.
Meskipun biaya yang sudah dikeluarkan cukup besar tetapi ternyata tidak ada jaminan
bahwa seseorang calon akan terpilih, karena faktor penentu terpilihnya seorang calon adalah di
tangan para pemilih. Jadi, tim sukses bukanlah penentu terpilihnya seseorang calon.
Menyadari pengalaman yang berharga tersebut maka dalam pencalonan yang kedua, dia
mengubah modusnya yaitu dia tidak lagi percaya kepada tim sukses, tetapi langsung “turun
lapangan” sendiri. Di sinilah kemudian, menurutnya, seorang calon mengalami dilema moral
Survei Partisipasi Dalam Pemilu dan Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 100
Partisipasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 Kabupaten Pesisir Selatan
antara menyerahkan keterpilihannya kepada “dinamika pemilihan” atau melakukan “politik
uang” kepada para pemilih. Ia menambahkan, karena dinamika para pemilih dan juga para tim
sukses pada umumnya sudah terjebak ke dalam pusaran “politik uang”, maka pada pencalon
kedua, yaitu pada Pemilu Legislatif 2014, dia mengganti modusnya menjadi suatu modus yang
menurutnya juga dilakukan oleh hampir semua calon yang lain, yaitu apa yang disebutnya
sebagai “direct selling”(“jual beli langsung”) kepada para pemilih. Itu dilakukan sebagian
pada masa-masa kampanye dan sebagian pada masa-masa menjelang beberapa hari sebelum
hari H pemilihan. Hasilnya dia terpilih menjadi salah seorang anggota DPRD terpilih pada
Pemilu Legislatif 2014 yang lalu. Tapi, sayangnya ketika ditanya berapa nilai nominal uang
tunai yang diberikan pada para pemilih orang peorangnya dengan modus “direct selling”
tersebut, dia sama sekali keberatan untuk menyebutkannya.
Apa yang dapat disimpulkan dari informasi yang didapatkan pada FGD di atas adalah
bahwa informasi sebagaimana disajikan dalam data-data pada Tabel 6.1, 6.2, 6.3, dan 6.4 di
atas mendapatkan bukti penguatannya. Namun demikian, satu hal yang tidak dapat dibuktikan
adalah “apakah keterpilihan calon tersebut berhubungan langsung dengan politik uang?”.
Apakah tidak mungkin ada faktor lain yang bekerja misalnya “faktor keberuntungan”. Dengan
kata lain, sampai saat ini belum ada seorang peneliti pun yang meneliti tentang politik uang
dapat membuktikan bahwa para pemilih memang telah memilih calon yang telah memberinya
uang. Tidak seorang pun tahu “apa yang dipilih oleh seorang pemilih di bilik suara”, hanya
pemilih dan Allah swt yang tahu pasti mengenai ini.
6.2.4 Sikap Penyelenggara Pemilu terhadap Politik Uang
Tidak banyak data yang dapat diambil dalam FGD khususnya mengenai sikap
penyelenggara pemilu terhadap politik uang. Pada umumnya baik anggota KPU maupun
anggota PPK dan PPS yang hadir dalam FGD berpendapat bahwa politik uang adalah haram
dan mencederai nilai-nilai demokrasi. Mereka prihatin dengan sikap masyarakat “terima dulu,
soal pilihan urusan nanti” yang menunjukkan persentase tertinggi dalam sikap masyarakat
terhadap politik uang, yaitu 56,0% sebagaimana terungkap dalam Tabel 6.4 di atas. Meskipun
demikian mereka juga bergembira karena masih ada 30,5% masyarakat yang diwakili oleh 122
responden yang bersikap “menolak politik uang karena haram”.
Survei Partisipasi Dalam Pemilu dan Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 101
Partisipasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 Kabupaten Pesisir Selatan
Ini merupakan peluang bagi penyelenggara pemilu untuk lebih giat lagi dalam
melakukan pendidikan politik kepada masyarakat pada umumnya dan para pemilih di masa-
masa yang akan datang bahwa “politik uang adalah haram” dan akan mencederai nilai-nilai
demokrasi. Ke depan perlu dipikirkan suatu model pendidikan politik yang tepat agar politik
uang ini dapat dihilangkan. Salah satunya adalah mengarahkan perilaku memilih masyarakat
menjadi pemilih yang rasional.
6.3 Pengujian Hipotesis
6.3.1 Perbedaan Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang Menurut Umur
H1.1 : Terdapat perbedaan sikap terhadap politik uang dalam Pemilu
Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan berdasarkan kelompok
umur Dari hasil analisis khi kuadrad pada tingkat kepercayaan 95% didapatkan bahwa H1.1
ditolak. Artinya tidak terdapat perbedaan sikap masyarakat terhadap politik uang
berdasarkan umur (α hitung = 0,257). Jadi antara pemilih muda dan pemilih tua tidak
memiliki perbedaan sikap terhadap politik uang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel
tabulasi silang berikut:
Tabel 6.5: Perbedaan Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang
di Kabupaten Pesisir Selatan Menurut Kelompok Umur
Kelompok Umur
Responden
Bagaimana sikap anda jika diberi uang, barang,atau jasa dari calon?
Total Menolak
karena
haram
Terima tapi
tidak pilih
orangnya
Terima dan
akan saya
pilih
orangnya
Terima
dulu, soal
pilihan
urusan nanti
Bersedia ikut
membagi2kan
uang/barang
17 - 29 40 10 3 101 2 156
25,6% 6,4% 1,9% 64,7% 1,3% 100,0%
30 - 42 41 9 6 65 2 123
33,3% 7,3% 4,9% 52,8% 1,6% 100,0%
43 - 55 31 11 3 36 1 82
37,8% 13,4% 3,7% 43,9% 1,2% 100,0%
56 - 68 8 7 0 15 0 30
26,7% 23,3% 0,0% 50,0% 0,0% 100,0%
69 - 81 2 0 0 6 0 8
25,0% 0,0% 0,0% 75,0% 0,0% 100,0%
82 - 94 0 0 0 1 0 1
0,0% 0,0% 0,0% 100,0% 0,0% 100,0%
Survei Partisipasi Dalam Pemilu dan Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 102
Partisipasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 Kabupaten Pesisir Selatan
Total 122 37 12 224 5 400
30,5% 9,3% 3,0% 56,0% 1,3% 100,0%
Sumber: Data Primer 2015
α= 0,257 Koefisien Kontingensi (C) 0,236
Dari jawaban responden terlihat bahwa jawaban mereka terhadap lima pilihan jawaban
tersebar secara merata ke semua golongan umur, mulai umur muda (di bawah 40
tahun) sampai umur tua (di atas 56 tahun)
6.3.2 Perbedaan Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang Menurut Jenis Kelamin
H1.2 Terdapat perbedaan sikap terhadap politik uang dalam Pemilu
Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan berdasarkan Jenis
Kelamin
Dari hasil analisis khi kuadrad pada tingkat kepercayaan 95% didapatkan bahwa H1.2
ditolak. Artinya tidak terdapat perbedaan sikap masyarakat terhadap politik uang
berdasarkan jenis kelamin (α hitung = 0,427). Jadi antara masyarakat berjenis kelamin
laki-laki dan perempuan tidak memiliki perbedaan sikap terhadap politik uang. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat tabel tabulasi silang berikut:
Tabel 6.6: Perbedaan Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang
di Kabupaten Pesisir Selatan Menurut Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Responden
Bagaimana sikap anda jika diberi uang, barang,atau
jasa dari calon?
Total
Survei Partisipasi Dalam Pemilu dan Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 103
Partisipasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 Kabupaten Pesisir Selatan
Menolak
karena
haram
Terima
tapi tidak
pilih
orangnya
Terima
dan
akan
saya
pilih
orangn
ya
Terima
dulu,
soal
pilihan
urusan
nanti
Bersedia
ikut
membag
i2kan
uang/bar
ang
Laki-laki 64 19 4 119 1 207
30,9% 9,2% 1,9% 57,5% 0,5% 100,0%
Perempuan 58 18 8 105 4 193
30,1% 9,3% 4,1% 54,4% 2,1% 100,0%
Total 122 37 12 224 5 400
30,5% 9,3% 3,0% 56,0% 1,3% 100,0%
Sumber: Data Primer 2015
Dari jawaban responden terlihat bahwa jawaban mereka terhadap lima pilihan jawaban
tersebar secara merata ke semua jenis kelamin baik laki-laki maupun perempuan.
6.3.3 Perbedaan Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang Menurut Kecamatan
H1.3 Terdapat perbedaan sikap terhadap politik uang dalam Pemilu
Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan berdasarkan
Kecamatan tempat tinggal Dari hasil analisis khi kuadrad pada tingkat kepercayaan 95% didapatkan bahwa 95%
H1.3 diterima. Artinya terdapat perbedaan sikap masyarakat terhadap politik uang
berdasarkan kecamatan tempat tinggal (α hitung = 0,000), dengan kadar hubungan yang
kuat (C= 0,565). Jadi antara masyarakat di berbagai Kecamatan di Kabupaten pesisir
Selatan memiliki perbedaan sikap terhadap politik uang. Terdapat beberapa kecamatan
yang kebanyakan masyarakatnya secara tegas menolak politik uang karena diyakini
hukumnya haram, seperti Kecamatan Lengayang, Silaut dan Batang Kapas. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat tabel berikut:
Tabel 6.7: Perbedaan Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang
di Kabupaten Pesisir Selatan Menurut Asal Kecamatan
Kecamatan Bagaimana sikap anda jika diberi uang, barang, atau
jasa dari calon?
Total
Survei Partisipasi Dalam Pemilu dan Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 104
Partisipasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 Kabupaten Pesisir Selatan
Menolak
karena
haram
Terima
tapi tidak
pilih
orangnya
Terima
dan akan
saya pilih
orangnya
Terima
dulu, soal
pilihan
urusan
nanti
Bersedia
ikut
membagi
2kan
uang/bara
ng
Airpura 6 3 0 11 0 20
30,0% 15,0% 0,0% 55,0% 0,0% 100,0%
Basa Ampek Balai
Tapan
8 0 0 12 0 20
40,0% 0,0% 0,0% 60,0% 0,0% 100,0%
Batang Kapas 27 5 2 23 0 57
47,4% 8,8% 3,5% 40,4% 0,0% 100,0%
Bayang 1 3 0 45 0 49
2,0% 6,1% 0,0% 91,8% 0,0% 100,0%
IV Jurai 3 4 0 5 1 13
23,1% 30,8% 0,0% 38,5% 7,7% 100,0%
IV Nagari Bayang Utara 12 4 0 44 0 60
20,0% 6,7% 0,0% 73,3% 0,0% 100,0%
Koto XI Tarusan 6 0 0 7 0 13
46,2% 0,0% 0,0% 53,8% 0,0% 100,0%
Lengayang 15 2 0 6 0 23
65,2% 8,7% 0,0% 26,1% 0,0% 100,0%
Linggo Sari Baganti 8 4 0 12 0 24
33,3% 16,7% 0,0% 50,0% 0,0% 100,0%
Lunang 8 2 0 10 0 20
40,0% 10,0% 0,0% 50,0% 0,0% 100,0%
Pancung Soal 0 0 5 14 0 19
0,0% 0,0% 26,3% 73,7% 0,0% 100,0%
Ranah Ampek Hulu
Tapan
3 5 3 7 2 20
15,0% 25,0% 15,0% 35,0% 10,0% 100,0%
Ranah Pesisir 4 0 0 8 2 14
28,6% 0,0% 0,0% 57,1% 14,3% 100,0%
Silaut 11 0 1 7 0 19
57,9% 0,0% 5,3% 36,8% 0,0% 100,0%
Sutera 10 5 1 13 0 29
34,5% 17,2% 3,4% 44,8% 0,0% 100,0%
Total 122 37 12 224 5 400
30,5% 9,3% 3,0% 56,0% 1,3% 100,0%
Sumber: Data Primer 2015
6.3.4 Perbedaan Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang Menurut Suku Bangsa
H1.4 Terdapat perbedaan sikap terhadap politik uang dalam Pemilu
Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan berdasarkan Suku
Bangsa
Survei Partisipasi Dalam Pemilu dan Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 105
Partisipasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 Kabupaten Pesisir Selatan
Dari hasil analisis khi kuadrad pada tingkat kepercayaan 95% didapatkan bahwa H1.4
diterima. Artinya terdapat perbedaan sikap masyarakat terhadap politik uang
berdasarkan suku bangsa (α hitung = 0,000), dengan kadar hubungan yang lemah (C=
0,458). Jadi antara masyarakat dari berbagai suku bangsa yang ada di Kabupaten Pesisir
Selatan memiliki perbedaan sikap terhadap politik uang. Orang Minang, Jawa dan Melayu
serta suku lainnya yang ada di pesisir Selatan memiliki perbedaan pandangan terhadap
politik uang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel berikut:
Tabel 6.8: Perbedaan Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang
di Kabupaten Pesisir Selatan Menurut Suku Bangsa
Sikap Terhadap Politik Uang
Suku Bangsa
Total Minang Jawa Melayu Lainnya
Menolak karena haram
112 9 1 0 122
91,8% 7,4% 0,8% 0,0% 100,0
%
Terima tapi tidak pilih orangnya
35 2 0 0 37
94,6% 5,4% 0,0% 0,0% 100,0
%
Terima dan akan saya pilih
orangnya
11 1 0 0 12
91,7% 8,3% 0,0% 0,0% 100,0
%
Terima dulu, soal pilihan urusan
nanti
211 12 1 0 224
94,2% 5,4% 0,4% 0,0% 100,0
%
Bersedia ikut membagi2kan
uang/barang
3 0 1 1 5
60,0% 0,0% 20,0% 20,0% 100,0
%
Total
372 24 3 1 400
93,0% 6,0% 0,8% 0,3% 100,0
%
Sumber: Data Primer 2015
Survei Partisipasi Dalam Pemilu dan Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 106
Partisipasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 Kabupaten Pesisir Selatan
6.3.5 Perbedaaan Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang Menurut Tingkat
Pendidikan
H1.5 Terdapat perbedaan sikap terhadap politik uang dalam Pemilu
Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan berdasarkan Tingkat
Pendidikan Dari hasil analisis khi kuadrad pada tingkat kepercayaan 95% didapatkan bahwa H1.5
ditolak. Artinya tidak terdapat perbedaan sikap masyarakat terhadap politik uang
berdasarkan tingkat pendidikan (α hitung = 0,111). Jadi antara masyarakat dengan
tingkat pendidikan tinggi, menengah dan rendah yang ada di Kabupaten pesisir Selatan
tidak memiliki perbedaan sikap terhadap politik uang. Kau terpelajar dan kaum tidak
terpelajar memiliki kesamaan pandangan terhadap politik uang. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat tabel berikut:
Tabel 6.9: Perbedaan Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang
di Kabupaten Pesisir Selatan Menurut Tingkat Pendidikan
Tingkat
Pendidikan
Bagaimana sikap anda jika diberi uang, barang,atau jasa
dari calon?
Total Menolak
karena
haram
Terima
tapi tidak
pilih
orangnya
Terima
dan akan
saya pilih
orangnya
Terima
dulu, soal
pilihan
urusan
nanti
Bersedia
ikut
membagi
2kan
uang/bar
ang
SD 13 7 0 28 1 49
26,5% 14,3% 0,0% 57,1% 2,0% 100,0%
SLTP 22 8 1 25 0 56
39,3% 14,3% 1,8% 44,6% 0,0% 100,0%
SLTA 56 14 7 138 2 217
25,8% 6,5% 3,2% 63,6% 0,9% 100,0%
D1, D3, D4 13 3 0 14 1 31
41,9% 9,7% 0,0% 45,2% 3,2% 100,0%
S1 18 5 4 18 1 46
39,1% 10,9% 8,7% 39,1% 2,2% 100,0%
S2 ke atas 0 0 0 1 0 1
Survei Partisipasi Dalam Pemilu dan Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 107
Partisipasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 Kabupaten Pesisir Selatan
0,0% 0,0% 0,0% 100,0% 0,0% 100,0%
Total 122 37 12 224 5 400
30,5% 9,3% 3,0% 56,0% 1,3% 100,0%
Sumber: Data Primer 2015
Survei Partisipasi Dalam Pemilu dan Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 108
Partisipasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 Kabupaten Pesisir Selatan
6.3.6 Perbedaan Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang Menurut Jenis Pekerjaan
H1.6 Terdapat perbedaan sikap terhadap politik uang dalam Pemilu
Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan berdasarkan Jenis
Pekerjaan
Dari hasil analisis khi kuadrad pada tingkat kepercayaan 95% didapatkan bahwa H1.6
ditolak. Artinya tidak terdapat perbedaan sikap masyarakat terhadap politik uang
berdasarkan Jenis Pekerjaan (α hitung = 0,482). Jadi antara masyarakat dengan berbagai
jenis pekerjaan di Kabupaten Pesisir Selatan tidak memiliki perbedaan sikap terhadap
politik uang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel berikut:
Tabel 6.10: Perbedaan Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang
di Kabupaten Pesisir Selatan Menurut Jenis Pekerjaan
Pekerjaan
Bagaimana sikap anda jika diberi uang, barang,
atau jasa dari calon?
Total
Menolak
karena
haram
Terima
tapi
tidak
pilih
orangnya
Terima
dan akan
saya pilih
orangnya
Terima
dulu,
soal
pilihan
urusan
nanti
Bersedia ikut
membagi2kan
uang/barang
Guru/Dosen 8 1 1 9 1 20
40,0% 5,0% 5,0% 45,0% 5,0% 100,0%
Pegawai Pemda 4 3 0 7 0 14
28,6% 21,4% 0,0% 50,0% 0,0% 100,0%
Pegawai Swasta 6 0 0 10 0 16
37,5% 0,0% 0,0% 62,5% 0,0% 100,0%
Wiraswasta Kecil2an 16 3 0 18 1 38
42,1% 7,9% 0,0% 47,4% 2,6% 100,0%
Pensiunan 1 1 0 1 0 3
33,3% 33,3% 0,0% 33,3% 0,0% 100,0%
Bengkel/Jasa Service 32 8 3 50 2 95
33,7% 8,4% 3,2% 52,6% 2,1% 100,0%
Petani/Peternak 1 0 0 1 0 2
50,0% 0,0% 0,0% 50,0% 0,0% 100,0%
Buruh kasar/Pembantu 24 7 2 35 0 68
35,3% 10,3% 2,9% 51,5% 0,0% 100,0%
Survei Partisipasi Dalam Pemilu dan Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 109
Partisipasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 Kabupaten Pesisir Selatan
Pedagang warung/kaki
lima
1 0 1 3 0 5
20,0% 0,0% 20,0% 60,0% 0,0% 100,0%
Sopir 7 1 0 7 0 15
46,7% 6,7% 0,0% 46,7% 0,0% 100,0%
Pengusaha/Kontraktor
Besar
2 1 0 0 0 3
66,7% 33,3% 0,0% 0,0% 0,0% 100,0%
Kerja tidak tetap 20 12 5 83 1 121
16,5% 9,9% 4,1% 68,6% 0,8% 100,0%
Total 122 37 12 224 5 400
30,5% 9,3% 3,0% 56,0% 1,3% 100,0%
Sumber: Data Primer 2015
6.3.7 Perbedaan Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang Menurut Tingkat
Pendapatan
H1.7 Terdapat perbedaan sikap terhadap politik uang dalam Pemilu
Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan berdasarkan Tingkat
Pendapatan
Dari hasil analisis khi kuadrad pada tingkat kepercayaan 95% didapatkan bahwa H1.7
diterima. Artinya terdapat perbedaan sikap masyarakat terhadap politik uang
berdasarkan tingkat pendapatan (α hitung = 0,004) dengan kekuatan hubungan sedang
(C=0,3). Jadi tingkat pendapatan seseorang mempengaruhi sikap mereka terhadap
politik uang. Semakin rendah tingkat pendapatan seseorang semakin menerima
terhadap politik uang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel berikut:
Tabel 6.11: Perbedaan Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang
di Kabupaten Pesisir Selatan Menurut Tingkat Pendapatan
Tingkat Pendapatan
Responden
Bagaimana sikap anda jika diberi uang, barang,
atau jasa dari calon?
Survei Partisipasi Dalam Pemilu dan Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 110
Partisipasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 Kabupaten Pesisir Selatan
Menolak
karena
haram
Terima
tapi tidak
pilih
orangnya
Terima
dan akan
saya pilih
orangnya
Terima
dulu,
soal
pilihan
urusan
nanti
Bersedia
ikut
membagi2
kan
uang/bara
ng
Total
Di bawah 500 ribu 23 7 4 34 5 73
31,5% 9,6% 5,5% 46,6% 6,8% 100,0%
500 rb - 999 ribu 41 14 6 76 0 137
29,9% 10,2% 4,4% 55,5% 0,0% 100,0%
1 juta - 1,499 juta 29 7 0 68 0 104
27,9% 6,7% 0,0% 65,4% 0,0% 100,0%
1,5 juta- 1,999 juta 8 5 1 26 0 40
20,0% 12,5% 2,5% 65,0% 0,0% 100,0%
2 juta - 2,499 juta 6 1 0 9 0 16
37,5% 6,3% 0,0% 56,3% 0,0% 100,0%
2.5 juta - 5 juta 15 3 1 11 0 30
50,0% 10,0% 3,3% 36,7% 0,0% 100,0%
Total 122 37 12 224 5 400
30,5% 9,3% 3,0% 56,0% 1,3% 100,0%
Sumber: Data Primer 2015
6.3.8 Pengaruh Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang Terhadap Partisipasi
Memilih
H2 Terdapat hubungan yang signifikan antara sikap masyarakat terhadap politik
uang dengan partisipasi masyarakat dalam Pemilu Legislatif 2014 di
Kabupaten Pesisir Selatan.
Dari hasil analisis korelasi pada tingkat kepercayaan 95% H1.8 diterima. Artinya
terdapat hubungan yang dignifikan antara sikap masyarakat terhadap politik uang
dengan partisipasi memilih (α hitung = 0,001) dengan kekuatan hubungan kuat. Jadi
dapat disimpulkan bahwa sikap terhadap politik uang akan mempengaruhi perilaku
masyarakat terhadap politik uang dan perilaku masyarakat dalam menerima bantuan
baik berupa barang, jasa maupun uang tunai dari calon, tim sukses atu keluarga.
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 111
Partisipasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 Kabupaten Pesisir Selatan
7.1 Kesimpulan
Dalam Laporan Penelitian Partisipasi Masyarakat dan Sikap Terhadap Politik
Uang (Vote Buying) dalam Pemilu Legislatif 2014 Di Kabpuaten Pesisir Selatan ini
terdapat beberapa hal yang dapat disimpukan ;
Pertama, dari sisi partisipasi masyarakat. Dari hasil survei ini, ditemukan
bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam pemilu tergolong tinggi yakni 97% atau
388 orang dari 400 responden yang menjawab. Terdapat perbedaan partisipasi
memilih berdasarkan umur responden. Jumlah responden terbanyak adalah kelompok
umur 17–29 tahun yaitu 146 orang atau 93,6% dari total responden. Partisipasi yang
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 112
Partisipasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 Kabupaten Pesisir Selatan
tertinggi adalah responden dengan golongan umur 30-42. Pemilih muda adalah
penyumbang angka golput tertinggi yaitu mencapai 6,4 % atau 10 orang
responden yang golput. Terdapat tiga variabel yang mempunyai perbedaan atau
pengaruh dalam keikutsertaan pemilih dalam pemilu yakni variabel suku bangsa,
kecamatan, dan tingkat pendidikan. Sedangkan keenam indikator lainnya tidak
memiliki perbedaan atau pengaruh yakni kelompok umur, jenis kelamin, agama, jenis
pekerjaan, tingkat pendapatan, dan kondisi ekonomi keluarga. Terdapat
hubungan antara faktor sosio demografi dengan sub variabel jenis kelamin, negeri
asal, agama, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan dengan perilaku Politik Uang (Vote
Buying) terhadap masyarakat Kabupaten Pesisir Selatan dalam pemilu Legislatif
2014.
Kedua, Motivasi masyarakat berpartisipasi dalam pemilu adalah karena
adanya rasa kewajiban sebagai warga negara (45,0%), anggapan bahwa pemilu
merupakan hak warga negara (32,5%) dan karena ingin mengubah keadaan
negara/daerah (9,5%). Tidak terdapat perbedaan motivasi memilih berdasarkan
kelompok umur, jenis kelamin, agama, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan
seseorang, dan kondisi ekonomi keluarga. Terdapat perbedaan motivasi memilih
berdasarkan lokasi tempat tinggal (kecamatan), suku bangsa, dan tingkat pendidikan.
Ketiga, Golongan putih (Golput) merupakan salah satu indikator kesukarelaan
politik. Kebanyakan alasan masyarakat memilih golput adalah “Tidak Terdaftar
dalam Pemilu 2014”, “Tidak Percaya dengan Calon/Partai” dan “Tidak Tahu
Kualitas Calon”, dan selebihnya memilih untuk “Tidak Menjawab”.
Keempat, dalam segi penilaian masyarakat dalam terhadap pelaksanaan
sosialisasi pemilu 2014 secara merata memiliki tingkatan “Sedang”. penilaian
berdasarkan indikator “informasi mengenai tahapan dan program pemilu” dengan
nilai 3,38, “tema dan materi penyelenggaraan pemilu” dengan nilai 3,35,
“meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang pentingnya pemilu” dengan
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 113
Partisipasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 Kabupaten Pesisir Selatan
nilai 3,28, “ meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang tahapan dan
program pemilu” dengan nilai 3,24, “meningkatkan pemahaman dan pengetahuan
tentang tata cara penggunaan hak politik dan hak pilih” dengan nilai 3,25,
“meningkatkan kesadaran masyarakat khususunya pemilih untuk berpartisipasi dalam
setiap tahapan pemilu” dengan nilai 3,29, dan “ meningkatkan kesadaran dan
partisipasi pemilih dalam menggunakan hak pilihnya” dengan nilai 3,44.
Kelima, penilaian masyarakat yang masih kurang pada pemilu 2014 lebih
kepada masih kurangnya “sosialisasi” oleh pihak KPU kepada
masyarakat,”pendataan pemilih” yang harus lebih di tingkatkan, dan “kampanye”
oleh pihak KPU terhadap masyarakat juga harus ditingkatkan lagi kedepannya.
Keenam, Jenis Politik uang yang paling banyak terjadi di Kabupaten Pesisir
Selatan adalah pemberian bantuan bahan makanan dan pakaian serta pemberian uang
tunai. Pemberian uang ataupun barang sering dilakukan pada saat kampanye dan
sebagiannya pada saat pagi menjelang pemungutan suara. Sedangkan aktor yang
sering terlibat dalam membagi-bagikan barang atau uang adalah tim sukses,
simpatisan dan pengurus partai pendukung. Lebih dari setengah responden
bersikap menerima politik uang yaitu 69,6%, dengan variasi jawaban yaitu pertama
menerima uangnya, soal pilihan urusan nanti, kedua menerima uangnya dan akan
memilih orangnya dan terima uangnya tetapi tidak pilih orangnya. Kenyataan ini
sangat memprihatinkan karena dapat merusak sendi-sendi demokrasi.Namun tidak
ada jaminan bahwa politik uang akan mempengaruhi prilaku memilih masyarakat,
karena kebanyakan masyarakat yang menerima politik mengatakan belum tentu akan
memilih orang yang membagi-bagikan uang pada saat sebelum pemungutan suara.
Terdapat beberapa variabel yang membedakan sikap masyarakat terhadap poltik
uang yaitu Kecamatan tempat tinggal, suku bangsa dan Tingkat pendapatan.
Sedangkan faktor lain yang turut diuji seperti faktor umur, Jenis kelamin, Tingkat
pendidikan, Jenis Pekerjaan, tidak memiliki hubungan dengan sikap masyarakat
terhadap politik uang.
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 114
Partisipasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 Kabupaten Pesisir Selatan
Ketujuh, penilaian masyarakat terhadap pelaksanaan pemilu 2014 mayoritas positif
59,0%. Walau begitu, pemilu masih diwarnai oleh politik uang, adanya kecurangan
dan kurangnya sosialisasi. Ini menjadi perhatian bagi calon dan parpol yang menjadi
peserta pemilu. Hal-hal yang perlu diperbaiki terkait pelaksanaan pemilu adalah
sosialisasi, pendataan pemilih. Sedangkan aspek-aspek sosialisasi itu sendiri yang
perlu ditingkatkan adalah semua sosialisasi yaitu: informasi mengenai tahapan dan
program Pemilu, tema dan materi tentang penyelenggaraan Pemilu, pemahaman dan
pengetahuan tentang Pemilu, pemahaman & pengetahuan tentang tahapan & program
pemilu, pemahaman & pengetahuan tentang tata cara penggunaan hak politik & hak
pilih, kesadaran untuk berperan serta dalam setiap tahapan pemilu dan kesadaran
untuk ikut Pemilu. Terdapat hubungan yang signifikan antara sikap masyarakat
terhadap politik uang dengan partisipasi masyarakat dalam Pemilu Legislatif 2014 di
Kabupaten Pesisir Selatan.
Kedelapan, masyarakat Kabupaten Pesisir Selatan mendukung pelaksanaan
pemilihan Bupati/Wakil Bupati secara langsung dibandingkan dengan pemilihan
melalui DPRD. Mekanisme pemilihan secara langsung oleh rakyat harus tetap
dipertahankan meskipun ada beberapa catatan yang harus diperbaiki dari proses
penyelenggaraannya. Dalam pemahaman masyarakat tentang pemilukada
Berdasarkan survei ini menemukan bahwa masyarakat sudah tahu tentang akan
dilaksanakannya pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Barat pada
tahun 2015, hal ini terlihat dari tingkat pengetahuan masyarakat yang mencapai
96,8%.
7.2 Rekomendasi Penelitian
Berdasarkan kesimpulan di atas maka penelitian ini merumuskan rekomendasi
sebagai berikut:
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 115
Partisipasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 Kabupaten Pesisir Selatan
Pertama, karena tingginya tingkat golput di kalangan pemilih pemula maka
peneliti merekomendasikan bahwa perlu dilakukan pendidikan politik (civic
education) yang terstruktur dan kontinu bagi kaum muda. Pendidikan politik dapat
meningkatkan pengetahuan dan kesadaran politik serta kebanggaan kaum muda
terhadap bangsanya. Dengan demikian diharapkan terjadi peningkatan partisipasi
memilih kaum muda. Selam ini pendidikan politik bagi kaum muda cendrung
diperoleh dari media massa atau media sosial. Sementara media ini sering hanya
menampilkan sisi buruk dari perilaku elite politik. Hali ini tentu berpengaruh negatif
terhadap minat pemilih pemula terhadap pemilu. Beberapa program yang dapat
dibuat adalah lomba karya tulis tentang pemilu, lomba membuat poster pemilu atau
lomba debat politik yang dilakukan di kalangan pelajar untuk menggali ekspresi
mereka tentang pemilu dan politik. Pemilih pemula sebagian besar saat ini gemar
menggunakan teknologi informasi, misalnya internet ataupun telepon genggam, dll.
Media TI dapat dimanfaatkan untuk menarik atau memengaruhi mereka agar lebih
responsif atau proaktif mengikuti proses pemilihan. Melalui media ini diharapkan
para pemilih pemula dapat mengetahui apa, siapa, bagaimana, kapan dan dimana
pemilihan akan dilaksanakan.
Kedua, Karena terdapat perbedaan motivasi memilih masyarakat berdasarkan
tingkat hidup, tingkat pendidikan sesorang, umur jenis kelamin, Lokasi tempat
tinggal (Kecamatan), maka disarankan program sosialisasi pemilu harus
disesuaikan dengan target audien sosialisasi itu sendiri. Oleh karena kegiatan
sosialisasi merupakan tanggungjawab semua pihak dalam konteks kesukarelaan
politik maka KPU perlu membangun lebih banyak lagi jaringan dan kerjasama
dengan berbagai pihak untuk melaksanakan kegiatan sosialisasi sehingga kegiatan ini
semakin luas. Di antara institusi yang perlu diajak bekerjasama adalah partai politik,
sekolah, perguruan tinggi, lembaga kursus, LSM, organisasi pemuda, pemerintah
daerah dan jajarannya sampai ke kelurahan, media massa, tokoh masyarakat seperti
ninik mamak, alim ulama, cerdik pandai, bundo kanduang, pemuda dan sebagainya
Ketiga, untuk mengurangi angka golongan putih (Golput) hasil kajian ini
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 116
Partisipasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 Kabupaten Pesisir Selatan
menunjukkan bahwa persoalan golput bukan persoalan yang sederhana hanya
sekedar persoalan teknis atau kurangnya sosialisasi tetapi lebih dari itu, ia
menyangkut peroalan ideologi. Untuk mengurangi golput para politisi dan pemimpin
yang dipilih melalui pemilu harus mampu meyakinkan pemilih bahwa mereka
adalah pemimpin pilihan rakyat yang amanah dan mampu merubah keadaan
negara dan daerah. Karena alasan golput adalah masyarakat tidak yakin pemilu
mampu merubah keadaan. Selain itu alasan golput adalah masyarakat merasa urusan
mereka lebih penting, ini perlu pendidikan politik untuk menumbuhkan
kesadaran masyarat.
Keempat, Karena mayoritas responden menghalalkan politik uang maka ini
jelas membutuhkan pendidikan, sosialisasi dan penyadaran tidak hanya mengangkut
aspek pengetahuan tentang pemilu tetapi juga menyangkut aspek afektif yaitu
keyakinan tentang resiko dan dampak negatif politik uang. Untuk itu diperlukan
peran semua pihak sepert pemimpin agama pemimpin adat, pendidik, pemimpin
pemerintahan dan lain-lain dalm memberikan teladan kepada masyarakat.
Ketiga, untuk mengurangi angka golongan putih (Golput) hasil
kajian ini menunjukkan bahwa persoalan golput bukan persoalan yang
sederhana hanya sekedar persoalan teknis atau kurangnya sosialisasi tetapi lebih
dari itu, ia menyangkut peroalan ideologi. Untuk mengurangi golput para politisi dan
pemimpin yang dipilih melalui pemilu harus mampu meyakinkan pemilih bahwa
mereka adalah pemimpin pilihan rakyat yang amanah dan mampu merubah
keadaan negara dan daerah. Karena alasan golput adalah masyarakat tidak yakin
pemilu mampu merubah keadaan. Selain itu alasan golput adalah masyarakat merasa
urusan mereka lebih penting, ini perlu pendidikan politik untuk menumbuhkan
kesadaran masyarat.
Keempat, Karena mayoritas responden menghalalkan politik uang maka ini jelas
membutuhkan pendidikan, sosialisasi dan penyadaran tidak hanya mengangkut aspek
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 117
Partisipasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 Kabupaten Pesisir Selatan
pengetahuan tentang pemilu tetapi juga menyangkut aspek afektif yaitu keyakinan
tentang resiko dan dampak negatif politik uang. Untuk itu diperlukan peran semua
pihak sepert pemimpin agama pemimpin adat, pendidik, pemimpin pemerintahan
dan lain-lain dalm memberikan teladan kepada masyarakat.
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 118
Partisipasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 Kabupaten Pesisir Selatan
DAFTAR RUJUKAN
Buku
Ali Nurdin, Nurdin, Ali (2014), “Vote buying and Voting Behavior in Indonesian
Local Election : A Case in Pandeglang District”, Global Journal of Political
Science and Administration Vol.2, No.3, pp.33-42, Published by European
Centre for Research Training and Development UK
Antunes, Rui. 2010. “Theoritical models of voting behaviour”, Exedra. No. 4. 2010.
Aspinall, Edward dan Mada Sukmajati (Eds.,). 2015. Politik Uang di Indonesia.
Patronase dan Klientelisme pada Pemilu Legislatif 2014. Yogyakarta:
PolGov-UGM.
Ahsan Jamet Hamidi et al. 2008. Pemilu Tidak Bebas Politik Uang. Jakarta:
Transparancy International Indonesia.
Amzulian Rifai. 2003. Pola Politik Uang dalam Pemilihan Kepala Daerah. Jakarta:
Graha Indonesia.
Bartels, Larry M. “The Study of Electoral Behavior” dalam Leighley, Jan E. (ed).
2009. The Oxford Handbook of American Elections and Political
Behavior. Oxford: Oxford University Press.
Bratton, Michael. 2008. “Vote Buying and Violence in Nigerian
Election Campaigns”.Working Paper No. 99. AfroBarometer, June 2008,
hlm. 4
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 119
Partisipasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 Kabupaten Pesisir Selatan
Evans, Joselyn A.J., 2004. Voters and Voting. An Introduction. London: SAGE
Publications Ltd.,
Mohammad Najib. 2015. “Keterlibatan Penyelenggara Pemilu dalam Vote Trading”.
Dalam Aspinall, Edward dan Mada Sukmajati (Eds.,). 2015. Politik Uang di
Indonesia. Patronase dan Klientelisme pada Pemilu Legislatif 2014.
Yogyakarta: PolGov- UGM.Hlm. 511-536.
Mujani, Liddle, Ambardi. 2012. Kuasa Rakyat: Analisis tentang Perilaku Memilih
dalam Pemilihan Legislatif dan Presiden Indonesia Pasca-Orde Baru,
Penerbit Mizan Publika Jakarta.
Rush, Michael dan Phillip Althoff. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: Rajawali
Press, 2009.
Miriam Budiardjo, 2008. Dasar-dasar Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia
Schaffer, Frederic Charles (ed). 2007. Elections for Sale: The Causes and
Consequences of Vote Buying. Manila: Ateneo De Manila University
Press.
Kramon, Eric. 2009. “Vote-Buying and Political Behavior: Estimating and
Explaining Vote- Buying’s Effect on Turnout in Kenya”, Working Paper.
No. 114, Afro Baromater.
Ward, Gene, et al. 2003. Money in Politics Handbook: A Guide to
Increasing Transparency in Emerging Democracies. Technical
Publication Series. Washington: USAID.
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 120
Partisipasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 Kabupaten Pesisir Selatan
Laporan Penelitian
Aidinil Zetra, dkk., 2015. Perilaku Memilih Masyarakat Kota Bukittinggi Pada
Pemilu Legislatif Tahun 2014. Padang: Laporan Riset Partisipasi
Masyarakat dalam Pemilu 2014. Kerjasama Komisi Pemilihan Umum Kota
Bukittinggi dan Pusat Studi Politik Lokal & Otonomi Daerah Universitas
Andalas
Ida Ayu Putu Sri Widnyani. Laporan Hasil Penelitian Analisis Dugaan Money
Politics Terhadap Partisipasi Pemilih. Studi Penelitian Pemilihan Umum
Tahun 2014 di Kabupaten Gianyar Provinsi Bali. Denpasar: Universitas
Ngurah Rai
Laporan Hasil Penelitian Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Integritas Pemilu,
2013. Jakarta: Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK, 2014
Lihat Laporan Hasil Penelitian Praktik Politik Uang Pada Pemilu Legislatif 2014:
Studi Kasus di Kabupaten Bandung Barat. Tim Peneliti KPU Bandung
Barat. Bandung: Komisi Pemilihan Umum Bandung Barat, 2014
Internet
Ali Sahab.Vote Buying dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada); Studi Kasus
Pilkada Surabaya dan Pilkada Kabupaten Blitar Tahun 2010.
(http://alisahab09- fisip.web.unair.ac.id/artikel_detail-41933:(diakses 21-5-
2015).
Dagan, Hanoch. 2008. “Political Money”. Tel-Aviv University, Agustus
2008. http://works.bepress.com/hanoch_dagan/1/ download tanggal 24 Mei
2011, hlm. 17
KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 121
Partisipasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 Kabupaten Pesisir Selatan
Didik Supriyanto.2008. Transkrip Diskusi Publik
Terbatas. (ijrsh.files.wordpress.com/2008/06/politik-uang-dalam-
pilkada.pdf. diakses 6 Mei 2015)
ICW: Banten, Kasus Politik Uang terbanyak, http://www.pemilu.com/berita/
2014/04/icw- banten-kasus-politik-uang-terbanyak. Diakses 30 Oktober
2015
TeddyLesmana.PolitikUangdalamPilkada.(elib.pdii.lipi.go.id.katalog/index/.php/sear
chkatal og/.../9009.pdf). Diakses 6 Mei 2015
http://www.indikator. co.id /news/details/1/41/Laporan-Konpers-Rilis-Survei-Sikap-
dan- Perilaku-Pemilih-terhadap-Money-Politics- diakases 6 Mei 2015
http://www.indikator.co.id/news/details/1/41/Laporan-Konpers-Rilis-Survei-Sikap-
dan- Perilaku-Pemilih-terhadap-Money-Politics- (diakases 6 Mei 2015)