Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir...

132

Transcript of Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir...

Page 1: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan
Page 2: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

LAPORAN PENELITIAN

PARTISIPASI POLITIK DAN POLITIK UANG (VOTE BUYING)

DALAM PEMILU LEGISLATIF 2014 DI KABUPATEN PESISIR SELATAN

TIM PENELITI:

Dr. Aidinil Zetra, SIP, MA

Drs.Bakaruddin Rosyidi, MS

Dr. Ferra Yanuar, SSi,MSc

Canang Bagus Prahara Umpu, S.IP

Kerjasama: Komisi Pemilihan Umum

Kabupaten Pesisir Selatan dengan Pusat Studi Politik Lokal dan Otonomi Daerah

Universitas Andalas

Page 3: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 i

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

Hanya kepada Allah SWT tempat kita bersyukur atas rahmat dan hidayahNya sehingga

Laporan Riset tentang Politik Uang dalam Pemilihan Umum di Kabupaten Pesisir Selatan

dapat diselesasikan. Risetnya sendiri telah memakan waktu tidak kurang dari tiga bulan

karena lokasi penelitiannya begitu luas yang membentang dari utara hingga ke selatan

mengikuti geografi dan topografi Kabupaten Pesisir Selatan — dari kawasan Kecamatan

Tarusan hingga Kecamatan Lunang.

Fenomena politik uang — dalam khazanah ilmu politik dikenali sebagai vote buying

— memang telah meruyak ke tengah-tengah masyarakat luas di Indonesia dan juga tak

terkecuali di Kabupaten Pesisir Selatan. Bagaimanapun fenomena politik uang ini telah

dan akan menjadi ancaman bagi demokrasi. Jika pemilihan umum menjadi ukuran nyata

bagi demokrasi prosedural maka tentu saja politik uang akan mencetuskan perilaku

memilih yang tidak lagi rasional. Artinya perilaku memilih masyarakat tidak lagi

didasarkan pada misalnya, ikatan kedaerahan, identifikasi partai, agama dan ketaatan

beribadah, kualitas calon, evaluasi terhadap kemajuan ekonomi, sosial dan politik, dan

sebagainya. Uang telah menggerakkan pemilih untuk menggunakan hak pilihnya pada hari

pemilihan.

Laporan riset ini merupakan hasil rekam proses atas fenomena politik uang yang

terjadi di Kabupaten Pesisir Selatan. Politik uang telah melanda para pihak seperti partai

politik dan calon, penyandang dana partai politik dan calon, masyarakat pemilih, dan

pihak-pihak lainnya yang terlibat dalam penyelenggaraan pemilihan umum.

Akhirnya, kepada semua pihak yang telah terlibat dalam riset ini seperti KPU, PPK,

PPS, dalam lingkup Kabupaten Pesisir Selatan dan para pewawancara, sehingga

terlaksananya riset ini, kami menyampaikan terimakasih yang tak terhingga, semoga semua

jerih-payah Saudara-Saudara mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT.

Aamiin Ya Robbal’alamiin.

Painan, 30 November 2 015

Ketua Peneliti

Dr. Aidinil Zetra, S.IP, MA

Page 4: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 ii

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

Daftar Tabel

Daftar Gambar

dd

DAFTAR ISI Hal

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah 1

1.2. Perumusan Masalah 8

1.3. Tujuan Penelitian 8

1.4. Manfaat Penelitian 9

BAB 2 KERANGKA KONSEPSUAL

2.1 Konsep dan Pengertian Partisipasi Pemilu

10

2.2 Konsep Perilaku Memilih 11

2.3 14

2.4 19

BAB 3 METODOLOGI

3.1 Pendekatan Penelitian 22

3.2 Sumber Data

3.2.1 Data Sekunder

3.2.2 Data Primer

23

3.3

Teknik Pengumpulan Data

3.3.1 Teknik Kuesioner

3.3.2 Teknik FGD

3.3.3 Teknik Dokumenter

24

3.4 Lokasi Penelitian, Responden, dan Informan 25

3.5 Sampel 25

3.6 Teknik Pengolahan

3.6.1 Metode Pengolahan Data

3.6.2 Perangkat Pengolahan Data

3.6.3 Analisis Data

27

Fast Computer
Typewritten text
Konsep Politik Uang
Fast Computer
Typewritten text
Hipotesis Penelitian
Page 5: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 iii

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

3.7 Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

3.7.1 Mendeskripsikan, menginterpretasi, dan mengecek ulang hasil

penelitaian

3.7.2 Memisahkan secara tegas antara deskriptif, interpretasi dan

penilaian hasil penelitian

3.7.3 Memberikan umpan balik (feedback)

28

BAB 4 DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

4.1 Profil Kabupaten Pesisir Selatan

4.1.1 Peta dan Sejarah Kabupaten Pesisir Selatan

4.1.2 Kondisi Geografis, Topografi, dan Iklim

4.1.3 Kecamatan dan Nagari

4.1.4 Kondisi Demografi

31

4.2 Peta DAPIL Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan 44

4.3 Jumlah Pemilih Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan 45

4.4 Jumlah Voter Turnout Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir

Selatan

46

4.5 Jumlah Pemilih Pemilu Presiden 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan 47

4.6 Jumlah Voter Turnout Pemilu Presiden 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan 48

4.7 Jumlah Perolehan Kursi Partai Politik Dalam Pileg DPRD Kabupaten

Pesisir Selatan 2014

49

4.8 Jumlah DPT Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Barat

serta Bupati dan Wakil Bupati Pesisir Selatan 2015

49

BAB 5 PEMETAAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMILU 2014

5.1 Identitas Responden 51

5.1.1 Komposisi Responden Berdasarkan Kelompok Umur

51

5.1.2 Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

52

5.1.3 Komposisi Responden Berdasarkan Asal Kecamatan 52

5.1.4 Komposisi Responden Berdasarkan Agama

53

5.1.5 Komposisi Responden Berdasarkan Suku Bangsa 54

5.1.6 Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan 54

Page 6: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 iv

Partisipasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 Kabupaten Pesisir Selatan

5.1.7 Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan 55

5.1.8 Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan 56

5.2 Pemetaan Partisipasi Masyarakat Dalam Pemilu 2014

56

5.2.1 Perbedaan Partisipasi Masyarakat Dalam Pemilu Menurut Umur 57

5.2.2 Perbedaan Partisipai Masyarakat Dalam Pemilu Menurut Jenis

Kelamin

58

5.2.3 Perbedaan Partisipasi Masyarakat Dalam Pemilu Menurut Agama

59

5.2.4 Perbedaan Partisipasi Masyarakat Dalam Pemilu Menurut Suku

Bangsa

59

5.2.5 Perbedaan Partisipasi Masyarakat Dalam Pemilu Menurut

Kecamatan

60

5.2.6 Perbedaaan Partisipasi Masyarakat Dalam Pemilu Menurut

Tingkat Pendidikan

61

5.2.7 Perbedaan Partisipasi Pemilih Menurut Jenis Pekerjaan

62

5.2.8 Perbedaan Partisipasi Pemilih Menurut Tingkat Pendapatan

63

5.2.9 Perbedaan Partisipasi Pemilih Menurut Kondisi Ekonomi Keluarga

64

5.3 Motivasi Pemilih Pada Pemilu 2014 65

5.4 Alasan Golput Pada Pemilu 2014 70

5.5 Penilaian Masyarakat Terhadap Pelaksanaan Pemilu 2014

72

5.6 Penilaian Masyarakat Terhadap Yang Masih Kurang Dalam Pemilu

2014

73

5.7 Program Sosialisasi Pemilu Yang Diharapkan ke Depan 73

5.8 Pemahaman Masyarakat Tentang Pemilukada (Gubernur dan Bupati)

2015

76

5.9 Masalah-masalah utama yang sedang dihadapi Masyarakat di

Kabupaten Pesisir Selatan Saat Ini

90

BAB 6 POLITIK UANG (VOTE BUYING) DALAM PEMILU LEGISLATIF 2014 93

Page 7: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 v

Partisipasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 Kabupaten Pesisir Selatan

6.1 Pengantar

93

62. Temuan Umum 94

6.2.1 Pengetahuan Masyarakat Tentang Politik Uang di Kabupaten

Pesisir Selatan

94

6.2.2 Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang

96

6.2.3 Sikap Calon/Tim Sukses Terhadap Politik Uang

98

6.2.4 Sikap Penyelenggara Pemilu Terhadap Politik Uang

100

6.3 Pengujian Hipotesis

6.3.1 Perbedaan Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang Menurut

Kelompok Umur

101

6.3.2 Perbedaan Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang Menurut

Jenis Kelamin

6.3.3 Perbedaan Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang Menurut Asal

Kecamatan

6.3.4 Perbedaan Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang Menurut

Suku Bangsa

6.3.5 Perbedaan Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang Menurut

Tingkat Pendidikan

6.3.6 Perbedaan Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang Menurut

Jenis Pekerjaan

6.3.7 Perbedaan Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang Menurut

Pendapatan

102

103

104

106

108

109

6.3.8 Pengaruh Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang Terhadap

Partisipasi Memilih

110

BAB 7 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 111

7.3

7.4

Kesimpulan

Rekomendasi

111

114

DAFTAR PUSTAKA 118

Page 8: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 vi

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

Tabel 4.1

DAFTAR TABEL

Nama Nagari Menurut Kecamatan di Kabupaten Pesisir Selatan

Tabel 4.1 Nama Kecamatan dan Nagari di Kabupaten Pesisir Selatan

Tabel 4.2 Luas Area Per Kecamatan di Kabupaten Pesisir Selatan

Tabel 4.3 Jumlah Nagari, Penduduk dan Kepadatan Penduduk

Kabupaten Pesisir Selatan Per Kecamatan 2013

Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Kabupaten Pesisir Selatan Menurut

Kelompok Umur dan Jenis Kelamin 2013

Tabel 4.5 Proyeksi Penduduk Kabupaten Pesisir Selatan Menurut

Kelompok Umur dan Jenis Kelamin 2010-2020

Tabel 4.6 Jumlah Pemilih dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten

Pesisir Selatan

Tabel 4.7 Jumlah Voter Turnout dalam Pemilu Legislatif 2014 di

Kabupaten Pesisir Selatan

Tabel 4.8 Jumlah Pemilih dalam Pemilu Presiden 2014 di Kabupaten

Pesisir Selatan

Tabel 4.9 Jumlah Voter Turnout Pemilu Presiden 2014 di Kabupaten

Pesisir Selatan

Tabel 4.10 Jumlah Perolehan Kursi Partai Politik di DPRD Kabupaten

Pesisir Selatan dalam Pemilu Legislatif 2014

Tabel 4.11 Jumlah DPT Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur

Sumatera Barat serta Bupati dan Wakil Bupati Pesisir Selatan

Tahun 2015

Tabel 5.1 Komposisi Responden Berdasarkan Kelompok Umur

Tabel 5.2 Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 5.3 Komposisi Responden Berdasarkan Asal Kecamatan

Tabel 5.4 Komposisi Responden Berdasarkan Agama

Tabel 5.5 Komposisi Responden Berdasarkan Suku Bangsa

Tabel 5.6 Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tabel 5.7 Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Tabel 5.8 Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan

Tabel 5.9 Perbedaan Partisipasi Dalam Pemilu 2014 Menurut Kelompok

Umur

Page 9: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 vii

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

Tabel 5.10 Perbedaan Partisipasi Dalam Pemilu 2014 Menurut Jenis

Kelamin

Tabel 5.11 Perbedaan Partisipasi Dalam Pemilu 2014 Menurut Suku

Agama

Tabel 5.12 Perbedaan Partisipasi Dalam Pemilu 2014 Menurut Suku

Bangsa

Tabel 5.13 Perbedaan Partisipasi Dalam Pemilu 2014 Menurut Kecamatan

Tabel 5.14 Perbandingan Sebaran Jumlah Responden Survei dengan DPT

dan Voter Turnout Pemilu Legislatif 2014 Per Kecamatan

Tabel 5.15 Perbedaan Partisipasi Dalam Pemilu 2014 Menurut Tingkat

Pendidikan

Tabel 5.16 Perbedaan Partisipasi Dalam Pemilu 2014 Menurut Jenis

Pekerjaan

Tabel 5.17 Perbedaan Partisipasi Dalam Pemilu 2014 Menurut Tingkat

Pendapatan

Tabel 5.18 Perbedaan Partisipasi Dalam Pemilu 2014 Menurut Kondisi

Ekonomi Keluarga Responden Saat Ini

Tabel 5.19 Motivasi Partisipasi dalam Pemilu 2014

Tabel 5.20 Motivasi Partisipasi dalam Pemilu 2014 Menurut Kecamatan

Tabel 5.21 Alasan Golput Pada Pemilu 2014

Tabel 5.22 Penilaian Masyarakat Terhadap Pelaksanaan Pemilu 2014

Tabel 5.23 Penilaian Masyarakat Terhadap Yang Masih Kurang Dalam

Pemilu 2014

Tabel 5.24 Penilaian Masyarakat terhadap Pelaksanaan Sosialisasi Pemilu

2014

Tabel 5.25 Program Sosialisasi Pemilu Ke Depan yang diharapkan

Masyarakat

Tabel 5.26 Program Sosialisasi Ke Depan Yang Perlu Diperbaiki Menurut

Kelompok Umur

Tabel 5.27 Program Sosialisasi Ke Depan Yang Perlu Diperbaiki Menurut

Jenis Kelamin

Tabel 5.28 Pengetahuan Masyarakat Tentang Pelaksanaan Pemilihan

Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Barat 2015-2020

Tabel 5.29 Pengetahuan Masyarakat Tentang Pelaksanaan Pemilihan

Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Barat 2015-2020

Menurut Kelompok Umur

Page 10: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 viii

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

Tabel 5.30 Pengetahuan Masyarakat Tentang Pelaksanaan Pemilihan

Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Barat 2015-2020

Menurut Jenis Kelamin

Tabel 5.31 Sumber Informasi Tentang Pemilihan Gubernur & Wakil

Gubernur Sumatera Barat 2015-2020

Tabel 5.32 Pengenalan Masyarakat Terhadap Calon Gubernur & Wakil

Gubernur Sumatera Barat 2015-2020

Tabel 5.33 Pengenalan Masyarakat Terhadap Calon Gubernur & Wakil

Gubernur Sumatera Barat 2015-2020 Menurut Kelompok

Umur

Tabel 5.34 Pengenalan Masyarakat Terhadap Calon Gubernur & Wakil

Gubernur Sumatera Barat 2015-2020 Menurut Jenis Kelamin

Tabel 5.35 Pengetahuan Masyarakat Tentang Pelaksanaan Pemilihan

Bupati dan Wakil Bupati Pesisir Selatan 2015-2020

Tabel 5.36 Pengetahuan Masyarakat Tentang Pelaksanaan Pemilihan

Bupati dan Wakil Bupati Pesisir Selatan 2015-2020 Menurut

Kelompok Umur

Tabel 5.37 Pengetahuan Masyarakat Tentang Pelaksanaan Pemilihan

Bupati dan Wakil Bupati Pesisir Selatan 2015-2020 Menurut

Jenis Kelamin

Tabel 5.38 Pengenalan Masyarakat Terhadap Calon Bupati & Wakil

Bupati Pesisir Selatan 2015-2020

Tabel 5.39 Pengenalan Masyarakat Terhadap Calon Bupati & Wakil

Bupati Pesisir Selatan 2015-2020 Menurut Kelompok Umur

Tabel 5.40 Pengenalan Masyarakat Terhadap Calon Bupati & Wakil

Bupati Pesisir Selatan 2015-2020 Jenis Kelamin

Tabel 5.41 Sumber Informasi Tentang Pilkada Sumbar 2015

Tabel 5.42 Penilaian Masyarakat Tentang Pelaksanaan Sosialisasi Pilkada

di Kabupaten Pesisir Selatan 2015

Tabel 5.43 Model Pemilihan Gubernur dan Bupati Ke Depan Yang

Diharapkan Masyarakat

Tabel 5.44 Masalah Sosial Ekonomi Yang Sedang Dihadapi Masyarakat

di Kabupaten Pesisir Selatan

Tabel 5.45 Masalah Langkanya Lapangan Pekerjaan Di Kabupaten Pesisir

Selatan Menurut Kelompok Umur

Page 11: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 ix

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Peta Wilayah Kabupaten Pesisir Selatan

Gambar 4.2 Peta DAPIL Pileg & Pilpres 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

Page 12: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 1

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

1.1 Latar Belakang Masalah

Semenjak runtuhnya kekuasaan Orde Baru di bawah kepemimpinan Soeharto

dan kemudian diikuti oleh era reformasi, Indonesia telah berhasil melaksanakan empat

kali pemilihan umum legislatif yaitu 1999, 2004, 2009, dan 2014. Keempat pemilu ini

dinilai oleh banyak pengamat sebagai pemilu yang demokrartis yang dilaksanakan secara

lebih jujur, adil, bebas dan kompetitif. Namun jika dilihat dari sudut partisipasi

masyarakat secara nasional dalam keempat pemilu tersebut nampak terjadi penurunan,

meskipun naik kembali pada pemilu 2014 yang berada pada posisi 75,11%, sementara

angka golput cenderung mengalami fluktuasi seperti nampak pada Tabel 1.1 di bawah ini.

Tabel 1.1: Jumlah Partisipasi Masyarakat dalam Pemilu Legislatif 1955-2014

Pemilu 1955 1971

1977 &

1982 1987

1992 1997

1999 2004 2009 2014

Partisipasi

pemilih

91,4% 96,6% 96,5% 96,4% 95,1% 93,6% 92,6% 84,1% 70,9% 75,11%

“Golput” 8,6% 3,4% 3,5% 3,6% 4,9% 6,4% 7,4% 15,9% 29,1% 24,89%

Total 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%

Pilpres

Partisipasi Pilpres Putaran I 78,2% 71,7% 70%

Partisipasi Pilpres Putaran II 76,6%

“Golput”

“Golput” Pilpres Putaran I 21,8% 28,3% 30%

“Golput” Pilpres Putaran II 23,4%

Sumber: diolah dari KPU 2015

Page 13: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 2

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

Dalam pemilu-pemilu Orde Baru, partisipasi pemilih nampak relatif tinggi di

atas rata-rata 90% meskipun terjadi penurunan sepanjang pemilu seperti 96,6% pada

pemilu 1971 hingga menjadi 93,6% pada pemilu 1997. Partisipasi yang tinggi dalam

pemilu-pemilu Orde Baru itu terjadi karena sudah jamak diketahui ada mobilisasi dan

tekanan yang besar dan kuat dari rezim sepanjang tiga dekade lebih.

Naik atau turunnya jumlah partisipasi pemilih dalam pemilu sekaligus diikuti

oleh oleh naik atau turunnya jumlah pemilih yang tidak menggunakan hak pilihnya atau

yang lazim disebut “golput”. Dalam pemilu-pemilu Orde Baru, angka “golput” relatif

rendah karena adanya mobilisasi dari rezim yang mencapai angka 3,4% pada pemilu

1971, dan naik menjadi 3,5% pada pemilu 1977 dan 1982, dan semakin naik menjadi

3,6% pada pemilu 1987 dan 4,9% pada pemilu 1992, hingga menjadi 6,4% pada pemilu

1997. Sedangkan pada pemilu-pemilu Era Reformasi, pada 1999 angka “golput” berada

pada posisi 7,4%, tetapi kemudian naik dua kali lipat lebih pada pemilu 2004 menjadi

15,9%, dan semakin meninggi pada pemilu 2009 yaitu 29,1%, namun menurun pada

pemilu 2014 menjadi 24,8% seiring dengan naiknya jumlah partisipasi pemilih yang

mencapai 75,11% yang relatif lebih tinggi dari pemilu 2009 yakni 70,9% sebagai

partisipasi pemilih terendah selama empat pemilu dalam Era Reformasi. Namun kenaikan

jumlah partisipasi pemilih pada pemilu 2014 tersebut masih tetap jauh lebh rendah dari

pemilu 2004 yaitu 84,1% dan 92,6% pada pemilu 1999.

Pertanyaannya sekarang adalah mengapa partisipasi pemilih menjadi penting

dalam suatu pemilu? Jawabannya adalah karena partisipasi pemilih berhubungan

langsung dengan masalah legitimasi kekuasaan seseorang atau partai yang terpilih dalam

pemilu. Artinya, semakin tinggi partisipasi pemilih dalam pemilu semakin besar

legitimasi kekuasaan seseorang atau partai yang terpilih untuk berkuasa. Sekaligus

memperlihatkan seberapa besar kedaulatan rakyat atau mandat rakyat telah diberikan oleh

rakyat pemilih kepada mereka atau partai terpilih untuk mengelola pemerintahan dalam

rangka mewujudkan kesejahteraan bersama. Inilah makna sesungguhnya dari apa yang

disebut dengan kedaulatan berada di tangan rakyat dan potret pelaksanaan demokrasi

yang berkualitas.

Bagaimana pentingnya partisipasi pemilih dalam pemilu dalam konteks kualitas

demokrasi telah terekam dalam Indeks Demokrasi Indonesia yang menunjukkan angka

indeks yang cenderung masih rendah. Dalam Indeks Demokrasi Indonesia 2013

misalnya, yang mengukur pelaksanaan hak-hak politik — di dalamnya terkait hak

Page 14: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 3

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

memilih dan dipilih dalam pemilu — cenderung memperlihatkan indeks yang masih

rendah atau lebih buruk dibandingkan dengan dua aspek yang lainnya, yaitu kebebasan

sipil dan lembaga demokrasi. Kecenderungan penurunan indeks hak-hak politik ini

misalnya tergambar dalam Indeks Demokrasi tahun 2013, yang turun tipis menjadi

46,26 dari yang sebelumnya tercatat bernilai sebesar 46,33 pada tahun 2012. Sementara

nilai kebebasan sipil tercatat 79,00 naik dari tahun 2012 yang hanya b e r n i l a i 7 7 ,9 4 ,

s ed an gk an aspek lembaga demokrasi, juga mengalami peningkatan dari 69,28 di

2012 menjadi 72,11 di 2013.

Lemahnya pemenuhan hak-hak politik, terutama yang terkait dengan hak pilih

tergambar dalam catatan pemilu di Indonesia. Hal ini terlihat dari kecenderungan

penurunan angka partisipasi pemilih dalam empat pemilu seiring dengan peningkatan

jumlah “golput”seperti sudah diuraikan di atas. Jadi, tingkat partisipasi pemilih dalam

pemilihan umum merupakan salah satu faktor untuk menilai sejauh mana

penyelenggaraan pemilu itu dilaksanakan secara berkualitas. Dengan begitu, tingkat

partisipasi pemilih mestinya menjadi entitas penting yang mesti dijaga dan

ditingkatkan di dalam penyelenggaraan pemilu. Sekaligus meningkatkan pemahaman

pemilih bahwa partisipasi bukan sekedar persoalan hanya menggunakan hak pilihnya di

bilik suara, tetapi juga bagaimana penggunaan hak pilih tersebut dilakukan secara

sukarela atau atas kesadaran pemilih.

Namun persoalannya sekarang adalah ternyata partisipasi memilih sebagaimana

banyak diungkap oleh media massa lebih-lebih media sosial, telah diwarnai oleh politik

uang. Banyak caleg mendulang suara melalui cara-cara transaksi politik uang dengan

variasi jenis-jenisnya seperti pembagian bahan makanan berupa telor dua mobil bak

terbuka keliling kampung, mie instant, sembako; bahan pakaian seperti sejadah dan

jilbab; pembagian uang tunai dengan nominal Rp. 20.000 hingga Rp. 50.000 kepada

masyarakat; pembagian alat-alat olah raga berupa bola sepak dan bola voli serta net

kepada pemuda; bantuan transportasi dan konsumsi ketika mengikuti kampanye, dan

sebagainya. Atau seperti pernah diberitakan oleh Kompas, 12 Januari 2010: “Dari atas

mobil terbuka, dia bersama tim suksesnya menggenggam bergepok-gepok uang pecahan

Rp.50.000 dan Rp.20.000 dan membagi-bagikan uang kepada banyak orang. Aksi itu

dilakukan di ... (nama-nama kota sengaja dihapus—pen). Ia membidik tempat-tempat

keramaian, antara lain pasar, terminal, dan warung kopi”.

Page 15: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 4

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

Politik uang (money politics) atau dalam khazanah kajian perilaku memilih

dalam ilmu politik disebut sebagai vote buying telah menjadi fakta yang tak terbantahkan.

Tidak heran, Jimly Asshidiqie, Ketua Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP)

menggambarkan bahwa praktik politik uang atau vote buying dalam Pileg 2014 adalah

paling ‘massif’ dalam sejarah pemilu di Indonesia1. Penelitian Ali Nurdin (2014) juga

menyimpulkan bahwa praktik politik uang telah terjadi antara lain karena adanya

persaingan yang sengit di antara kandidat dan pengawwasan pemilu yang sangat lemah.

Selain itu politik uang terjadi karena sikap masyarakat yang relatif permisif terhadap

politik uang dan pengertian politik uang yang multi tafsir ikut menyumbang mengapa

politik uang semakin marak terjadi di Indonesia. Akiibatnya politik uang cenderung

dianggap sebagai hal yang biasa baik oleh kandidat maupun oleh masyarakat pemilih2.

Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Indonesia Corruption Watch (ICW) di

15 provinsi terkait dengan praktik politik uang yang dilakukan caleg untuk mendulang

suara pada pemilu legislatif 9 April 2014 lalu, juga menyimpulkan masih maraknya

praktek politik uang ini3. Kasus terbanyak terjadi di provinsi Banten yaitu 36 kasus

kemudian disusul oleh provinsi Riau dan Bengkulu dengan 31 kasus, Sumatera Barat 31

kasus dan Sumatera Utara 29 kasus4 Di Jawa Barat, Badan Pengawas Pemilu

menemukan 22 kasus dugaan pelanggaran politik uang yang dilakukan dalam rentang

waktu 16 Maret hingga 27 Maret 2014. Kasus dugaan politik uang itu terjadi di 13

kabupaten/kota di Jabar. Kasus terbanyak ditemukan di Kabupaten Ciamis (tujuh kasus),

disusul Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Bandung, dan Kota Bekasi dengan masing

masing dua kasus. Sisanya terjadi di Kabupaten Karawang, Kabupaten Bandung Barat,

Kabupaten Cianjur, Kota Sukabumi, dan Kabupaten Cirebon5 Di Bandung Barat,

1 Detiknews, Kamis 17 April 2014.

2 Ali Nurdin, Nurdin, Ali (2014), Vote buying and Voting Behavior in Indonesian Local Election : A Case

in Pandeglang District, Global Journal of Political Science and Administration Vol.2,No.3,pp.33-42,

Published by European Centre for Research Training and Development UK (www.eajournals.org), ISSN

2054-6335(Print), ISSN 2054-6343(Online).

3 Lihat Laporan Hasil Penelitian Praktik Politik Uang Pada Pemilu Legislatif 2014: Studi Kasus di

Kabupaten Bandung Barat. Tim Peneliti KPU Bandung Barat. Bandung: Komisi Pemilihan Umum

Bandung Barat, 2014, berbagai halaman.

4 ICW: Banten, Kasus Politik Uang Terbanyak, http://www.pemilu.com/berita/2014/04/icw- banten-kasus-

politik-uang-terbanyak/

5 Kompas, Minggu 6 April, “Ampuhkah Politik Uang?”

http://indonesiasatu.kompas.com/read/2014/04/06/1014170/Ampuhkah.Politik.Uang.

Page 16: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 5

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

praktek politik uang sesungguhnya banyak terjadi di hampir seluruh daerah. Menurut

Laporan Panwas Bandung Barat, ditemukan sekurang-kurangnya puluhan praktek politik

uang dalam pemilu legislatif yang dilakukan oleh partai politik, para kandidat

maupun tim sukses masing-masing kandidat. Namun hanya sekitar 5 kasus yang secara

resmi dilaporkan ke Panitia Pengawas6

Survei lainnya terkait praktik politik uang dalam pemilu juga dilakukan oleh

Lembaga Survei Nasional. Hasil survei menunjukkan bahwa sebanyak 69,1 persen

responden mengaku bersedia menerima pemberian uang dari caleg atau parpol dalam

Pemilu 2014, dengan alasan berbeda-beda. Padahal pada Pemilu 2009, survei LSN

mengenai politik uang menunjukkan masih kurang dari 40 persen publik yang bersedia

menerima pemberian uang dari caleg atau parpol. Besarnya persentase responden yang

bersedia menerima pemberian uang merupakan indikator nyata bahwa potensi politik

uang dalam Pemilu 2014 sangat tinggi. Memang, sebanyak 41,5 persen responden

menyatakan, meskipun bersedia menerima uang, tetapi tidak akan memengaruhi

pilihannya. Dengan sikap seperti ini, sama saja mereka sudah membuka pintu lebar-lebar

bagi berkembangnya politik uang7.

Apa yang didiskusikan di atas memperlihatkan bahwa di satu sisi partisipasi

pemilih yang tinggi dalam suatu pemilu sangat penting untuk diupayakan dan dipelihara

sebagai penanda kuatnya legitimasi kekuasaan bagi kandidat atau partai yang terpilih dan

indikator kualitas demokrasi, tetapi di sisi lain partisipasi pemilih yang tinggi itu telah

terancam oleh politik uang. Inilah salah satu dilema bagi pelaksanaan pemilu dan

pembangunan demokrasi Indonesia yang berkualitas saat ini.

Bagaimana gambaran partisipasi pemilih dalam pemilu-pemilu di atas secara

nasional juga berlaku dalam penyelenggaraan pemilu di Kabupaten Pesisir Selatan.

Partisipasi pemilih yang terekam sekurang-kurangnya dalam tiga pemilu di Kabupaten

Pesisir Selatan, yaitu 2004, 2009, dan 2014 nampak juga mengalami fluktuasi naik-turun.

Sebaran angka fluktuasi partisipasi pemilih dan “golput” dalam tiga pemilu tersebut dapat

dilihat pada Tabel 1.2 berikut ini.

6 http://jabar.tribunnews.com/2014/04/14/panwaslu-terima-5-pengaduan-money-politics

7 Lihat Laporan Hasil Penelitian Praktik Politik Uang oleh Tim Peneliti KPU Bandung Barat, Op.Cit.,

Page 17: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 6

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

Tabel 1.2: Partisipasi Masyarakat dalam Pemilu Legislatif 2004-2014

di Kabupaten Pesisir Selatan

Pemilu Legislatif 2004 2009 2014

Partisipasi 164.485

63,53%

206.504

74,29% 238.193

73,71%

Golput 94.443

36,47%

71.459

25,71%

84.956

26,29%

Total 100% 100% 100%

Partisipasi Pilpres 214.216

72%

206.888

63%

“Golput” 83.578

28%

119.109 37%

Sumber: KPU Kabupaten Pesisir Selatan 2014

Pada pemilu 2004 partisipasi pemilih nampak hanya mencapai angka 63,53%

dengan angka “golput” 36,47%, sedangkan pada pemilu 2009 naik menjadi 74,29%

dengan angka “golput” yang menurun menjadi 25,71%, tetapi pada pemilu 2014 kembali

menurun tipis menjadi 73,71% dengan angka “golput” kembali naik menjadi 26,29%.

Fluktuasi partisipasi pemilih juga terjadi pada Pemilu Presiden seperti partisipasi pilpres

2009 tercatat 72% dengan angka “golput” 28%, kemudian menurun pada pilpres 2014 di

mana partisipasi pemilih menjadi 63% dengan angka “golput” naik menjadi 37%.

Kenyataan fluktuasi partisipasi pemilih dan “golput” ini barangkali berhubungan

dengan sejumlah faktor seperti kondisi demografi antara lain umur, jenis kelamin, tingkat

pendidikan, jenis pekerjaan, pendapatan, asal kecamatan, agama, suku bangsa (mengingat

daerah ini tidak hanya dihuni oleh etnik Minangkabau tetapi juga etnik Jawa yang

mengikuti program transmigrasi), dan sebagainya. Faktor-faktor ini mungkin berpengaruh

terhadap motivasi masyarakat Kabupaten Pesisir Selatan dalam mengikuti pemilu, dan

alasan-alasan masyarakat menjadi “golput”.

Di samping itu, berbeda dengan sebagian besar daerah lain di Sumatera Barat,

Kabupaten Pesisir Selatan baru saja lepas dari status “daerah miskin dan tertinggal” pada

tahun 2013 dengan topografi daerah memanjang dari utara ke selatan sepanjang pantai

barat Sumatera Barat, dan dengan mata pencaharian pokok pertanian dan nelayan.

Dengan topografi ini, sering kali membuat kesulitan bagi KPU Kabupaten Pesisir Selatan

untuk melakukan sosialisasi pemilu karena jauhnya jarak yang harus ditempuh dari ibu

kota kabupaten, yaitu Painan ke 15 Kecamatan dan 182 Nagari hingga ke perbatasan

Page 18: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 7

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

Provinsi Bengkulu di Selatan. Karena kenyataan ini ada kemungkinan para pemilih

sebelum memilih tidak memiliki informasi yang memadai baik tentang partai, calon

maupun isu-isu yang diangkat oleh calon dan partai peserta pemilu. Apakah minimnya

pengetahuan masyarakat tentang calon dan partai mempengaruhi partisipasi masyarakat

untuk mengikuti pemilu di Kabupaten Pesisir Selatan?

Selain itu, sebagaimana penelitian-penelitian yang pernah dilakukan oleh

Schaffer (2007) dan Kramon (2009), menunjukkan bahwa daerah-daerah miskin dan

relatif tertinggal adalah rentan terhadap politik uang. Schaffer (2007) misalnya dalam

penelitiannya di Filipina menyimpulkan bahwa sebanyak 29 persen dari kelompok miskin

mengaku menerima politik uang karena mereka membutuhkannya8. Sementara Eric

Kramon (2009) dalam penelitiannya di Kenya menunjukkan bahwa partai atau kandidat

pemilu yang melakukan praktik politik uang atau vote-buying cenderung bergerak di

wilayah-wilayah yang secara sosial-ekonomi relatif lebih tertinggal dibandingkan wilayah

lainnya. “Pemilih yang lebih miskin kemungkinan lebih rentan terhadap vote-buying

karena transfer dalam jumlah kecil saja sangat berharga bagi mereka 9. Oleh karena itu

Aspinall et.al (2015) yang melakukan penelitian tentang politik uang dalam pemilu di

Indonesia — dari Aceh sampai Papua — menunjukkan bahwa politik uang dalam Pemilu

Legislatif 2014 dengan beragam jenisnya, yang dibagikan kandidat baik kepada pemilih

ataupun penyelenggara pemilu telah mencapai taraf yang sebelumnya tidak pernah terjadi

sepanjang sejarah pemilu di Indonesia10 Pertanyaannya adalah bagaimana sikap

masyarakat Kabupaten Pesisir Selatan terhadap politik uang dan apakah berpengaruh

terhadap partisipasi mereka dalam pemilu 2014?

Berdasarkan pemikiran-pemikiran di atas, maka penelitian ini sangat penting

dilakukan untuk mengetahui secara pasti partisipasi masyarakat Kabupaten Pesisir

Selatan dalam Pemilu Legislatif 2014 dan hubungannya dengan politik uang. Hasil riset

dapat digunakan untuk memastikan program kebijakan kepemiluan di Kabupaten Pesisir

Selatan tidak spekulatif, tetapi didasarkan pada data-data empirik dari lapangan. Dengan

8 Schaffer, Frederic Charles (ed). 2007. Elections for Sale: The Causes and Consequences of Vote

Buying. Manila: Ateneo De Manila University Press, hlm. 173.

9 Kramon, Eric. 2009. “Vote-Buying and Political Behavior: Estimating and Explaining Vote-Buying’s

Effect on Turnout in Kenya”, Working Paper. No. 114, Afro Baromater, hlm. 7

10 Lihat Aspinall, Edward & Mada Sukmajati et al., 2015. Politik Uang di Indonesia. Patronase dann

Klientelisme pada Pemilu Legislatif 2014. Yogyakarta: Penerbit PolGov. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik, Universitas Gadjah Mada.

Page 19: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 8

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

demikian, diharapkan ke depan partisipasi masyarakat atau perilaku memilih masyarakat

Kabupaten Pesisir Selatan dapat diarahkan kepada perilaku memilih yang rasional.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini akan memfokuskan perhatian

pada lima pertanyaan pokok, yaitu:

1. Bagaimana peta partisipasi masyarakat Kabupaten Pesisir Selatan dalam Pemilu

Legislatif 2014 berdasarkan latar belakang sosial-ekonomi seperti umur, jenis

kelamin, asal kecamatan, agama, suku bangsa, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan,

tingkat pendapatan, termasuk motivasi pemilih, dan alasan “golput”?

2. Bagaimana pengetahuan dan sikap masyarakat termasuk sikap kandidat dan

penyelenggara pemilu terhadap politik uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di

Kabupaten Pesisir Selatan?

3. Apakah politik uang terjadi di Kabupaten Pesisir Selatan, dan bagaimana bentuk atau

jenisnya serta prosesnya?

4. Bagaimana pengaruh sikap masyarakat Kabupaten Pesisir Selatan terhadap politik

uang terhadap partisipasi memilih?

5. Kebijakan apa yang dapat diambil untuk meningkatkan partisipasi masyarakat

Kabupaten Pesisir Selatan dalam pemilu ke depan yang rasional dan menghilangkan

politik uang?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penilitian adalah:

1. Untuk memetakan partisipasi masyarakat Kabupaten Pesisir Selatan dalam Pemilu

Legislatif 2014 berdasarkan latar belakang sosial-ekonomi seperti umur, jenis

kelamin, asal kecamatan, agama, suku bangsa, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan,

tingkat pendapatan, termasuk motivasi pemilih, dan alasan “golput”?

2. Untuk mengetahui pengetahuan dan sikap masyarakat Kabupaten Pesisir Selatan

terhadap politik uang dalam Pemilu Legislatif 2014

3. Untuk mengetahui bentuk atau jenis serta proses politik uang dalam Pemilu Legislatif

2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

Page 20: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 9

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

4. Untuk menjelaskan pengaruh sikap masyarakat Kabupaten Pesisir Selatan terhadap

politik uang terhadap partisipasi memilih

5. Untuk merumuskan rekomendasi kebijakan yang dapat diambil untuk meningkatkan

partisipasi masyarakat Kabupaten Pesisir Selatan dalam pemilu ke depan yang

rasional dan menghilangkan politik uang.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian tentang partisipasi masyarakat dalam Pemilu Legislatif 2014 dan sikap

masyarakat terhadap politik uang di Kabupaten Pesisir Selatan diharapkan dapat

bermanfaat dalam dua hal:

1. Memberikan masukan bagi perkembangan ilmu politik khususnya terhadap teori

perilaku memilih (voting behavior) dan konsep politik uang (vote buying).

2. Menjadi bahan rekomendasi kebijakan bagi KPU dan statekeholder pemilu dalam

meningkatkan partisipasi politik dan menciptakan perilaku memilih yang rasional

serta terhindar dari politik uang

Page 21: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 10

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

2.1 Konsep Partisipasi Pemilu

Konsep penting dan utama yang dipakai dalam penelitian ini adalah konsep

partisipasi pemilu atau dalam arti yang lebih luas konsep partisipasi politik, konsep

perilaku memilih, dan konsep politik uang. Tiga konsep ini akan dijelaskan secara

berurutan berikut ini. Pertama, konsep partisipasi pemilu. Pada dasarnya konsep

partisipasi dalam pemilu merupakan turunan atau bagian dari konsep partisipasi politik.

Herbert McClossky misalnya memberikan pengertian bahwa “partisipasi politik adalah

kegiatan-kegiatan sukarela dari warga masyarakat melalui mana mereka mengambil

bagian dalam proses pemilihan penguasa, baik secara langsung ataupun tidak langsung,

dalam proses pembentukan kebijakan umum”11. Sedangkan Gabriel A. Almond membagi

partisipasi politik menjadi dua pola, yaitu pola konvensiaonal dan pola non-konvensional.

Pola konvensional merupakan bentuk-bentuk partisipasi yang umum dan lazim ditemui,

yaitu berupa pemberian suara, diskusi politik, kegiatan kampanye, bergabung dengan

kelompok kepentingan, berkomunikasi secara individual dengan pejabat-pejabat politik

maupun adminisitratif. Sedangkan pola non-konvensional merupakan bentuk-bentuk

partisipasi yang tidak umum dan tidak lazim ditemui berupa pengajuan petisi,

demonstrasi, konfrontasi, mogok, tindak kekerasan, perang grilya, makar, dan revolusi12.

11 Herbert McClosky sebagaimana dikutip Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia,

2008, hlm. 367

12 Gabriel A. Almond dalam Miriam Budiardjo, Ibid.,

Page 22: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 11

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

Sementara itu Michael Rush dan PhillipAlthoff menggambarkan partisipasi

politik sebagai sebuah piramida dengan sepuluh tingkat bentuk partisipasi politik. Bentuk

paling rendah dari partisipasi politik adalah apatis, kemudian tingkat kedua adalah voting

atau pemberian suara, tingkat ketiga adalah partisipasi dalam diskusi politik informal

(minat umum dalam politik); tingkat keempat adalah partisipasi dalam rapat umum,

demonstrasi, dan lain-lain; tingkat kelima adalah keanggotaan pasif dalam organisasi

semu politik seperti kelompok penekan dan kelompok kepentingan; tingkat keenam

adalah keanggotan aktif dalam organisasi semu politik; tingkat ketujuh adalah

keanggotaan pasif dalam organisasi politik seperti partai politik; tingkat kedelapan adalah

keanggoataan aktif dalam organisasi politik; tingkat kesembilan adalah mencari jabatan

politik atau administratif; dan tingkat kesepuluh adalah menduduki jabatan politik atau

administratif13

Berdasarkan pendapat McClosky, Almond, Rush dan Althoff di atas dapat

difahami bahwa partisipasi politik pada tingkat yang paling rendah adalah keikutsertaan

seseorang dalam proses pemberian suara dalam suatu pemilihan umum. Dan dalam

konteks partisipasi dalam pemilihan umum ini terdapat pula bentuk-bentuknya yang lain

yaitu keikutsertaan dalam kampanye, memberikan sumbangan untuk kegiatan kampanye,

bekerja sebagai penyelenggara pemilu, mencari dukungan bagi seorang calon atau

menjadi tim sukses, dan melakukan tindakan yang bertujuan untuk mempengaruhi hasil

proses pemilu, dan sebagainya.

2.2 Konsep Perilaku Memilih

Konsep perilaku memilih yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk

mengungkap pertanyaan penelitian tentang bagaimana peta partisipasi masyarakat

Kabupaten Pesisir Selatan dalam Pemilu Legislatif 2014 dapat digambarkan. Perilaku

memilih adalah bentuk dari partisipasi pemilu atau partisipasi politik dan merupakan

bentuk partisipasi yang paling elementer dari demokrasi. Pertanyaan penting mengenai

partisipasi politik dalam pemilu adalah mengapa seseorang memilih partai politik atau

calon tertentu dan bukan partai atau calon yang lain. Dalam kajian-kajian perilaku

13 Lihat Michael Rush dan Phillip Althoff. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: Rajawali Press, 2009.

Page 23: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 12

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

memilih yang dikenal selama ini, mengikuti Evans (2004)14, Bartels (2008)15, dan

Antunes (2010)16 telah dibentuk oleh tiga mazhab (school of thought) utama, yaitu

mazhab sosiologi, mazhab psikologi, dan mazhab ekonomi atau rasional. Mazhab

soiologi kerap diidentifikasikan sebagai School of Columbia yang bersumber pada hasil-

hasil penelitian Lazarsfeld, Berelson, dan Gaudet yang dibukukan di bawah judul The

People’s Choice (1944), yang berfokus pada pengaruh faktor-faktor sosial terhadap

perilaku memilih. Disebut School of Columbia karena peneliti-peneliti dalam mazhab ini

seperti Lazarsfeld, Berelson, dan Gaudet berasal dari Universitas Columbia, Amerika

Serikat.

Mazhab kedua disebut mazhab psikologi yang diidentifikasikan sebagai School

of Michigan dengan rujukan utama karya-karya Campbell, Coverse, Miller dan Stokes

yang berjudul The American Voter (1960, yang mengasumsikan bahwa identifikasi partai

merupakan faktor utama dibalik perilaku memilih. Disebut School of Michigan karena

para peneliti yang berhimpun dalam mazhab ini berasal dari Universitas Michigan,

Amerika Serikat. Mazhab ketiga adalah mazhab ekonomi atau rasional yang merujuk

kepada model memilih ekonomi (model of economic voting) yang dikenali sebagai School

of Rochester yang didasarkan pada karya besar Anthony Downs yang berjudul An

Economic Theory of Democracy (1957), yang menekankan pada variabel-variabel seperti

rasionalitas, pilihan, ketidakpastian dan informasi sebagaimana dikembangkan dalam

teori-teori ekonomi mengenai pasar. Disebut School of Rochester karena para peneliti

dalam mazhab ini berasal dari Universitas Rochester, Amerika Serikat.

Para sarjana lain ada yang menambahkan mazhab keempat, yaitu model ideologi

dominan (the dominat ideology model) yang digagas oleh Heywood (2007). Tetapi model

keempat ini yang percaya bahwa proses manipulasi dan kontrol ideologi akan sangat

berpengaruh terhadap preferensi pemilih dalam pemilu, relatif kurang berkembang

dibandingkan dengan tiga mazhab atau model terdahulu. Model ini berasal dari negara-

14 Joselyn A.J. Evans. 2004. Voters and Voting. An Introduction. London: SAGE Publications Ltd.,

15 Bartels, Larry M. “The Study of Electoral Behavior” dalam Leighley, Jan E. (ed). 2009. The Oxford

Handbook of American Elections and Political Behavior. Oxford: Oxford University Press.

16 Rui Antunes. 2010. “Theoritical models of voting behaviour”, Exedra. No. 4. 2010.

Page 24: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 13

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

negara sosialis yang memiliki jumlah pilihan yang sangat terbatas (Heywood dalam Ali

Nurdin, 2014)17.

Mazhab sosiologi — tapi sebetulnya ketiga mazhab — memandang perilaku

memilih masyarakat dalam pemilu dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial-ekonomi atau

sosio-demografi pemilih seperti umur, jenis kelamin atau gender, pendidikan, pekerjaan,

pendapatan, status perkawinan, etnik atau suku bangsa, agama, tempat tinggal, sejarah,

dan bahasa, tujuan kelompok, tipe kepemimpinan, komunikasi internal, dan sebagainya.

Pandangan model sosiologi ini sebagai pemikiran utama yang dirujuk dalam penelitian ini

untuk memetakan bagaimana perilaku memilih — atau untuk kepentingan penelitian ini

disebut partisipasi pemilih dalam pemilu — masyarakat Kabupaten Pesisir Selatan dalam

Pemilu Legislatif 2014. Melalui mazhab atau model sosiologi ini akan dipetakan

partisipasi masyarakat dalam Pemilu Legislatif 2014 berdasarkan umur, jenis kelamin,

asal kecamatan, agama, suku bangsa, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat

pendapatan, motivasi memilih, termasuk alasan masyarakat tidak memilih atau “golput”.

Meskipun sangat disadari bahwa model sosiologi banyak menuai kritik terutama

dari mazhab psikologi dan model ekonomi karena model sosiologi dianggap terbatas

dalam menjelaskan perilaku memilih. Menurut dua mazhab yang disebut belakangan,

model sosiologi terbatas dalam menjelaskan variasi yang terjadi dalam perilaku memilih

karena faktor-faktor ekonomi yang khas yang berlaku dalam setiap pemilihan. Faktor-

faktor sosial, menurut kedua mazhab tersebut, mungkin dapat menjelaskan stabilitas

jangka panjang (long-term stability) dalam perilaku memilih, tetapi ia tidak dapat

menjelaskan variasi-variasi yang terjadi dalam perilaku memilih dalam pemilu yang

berbeda, misalnya mengapa seseorang yang tergolong dalam golongan sosial tertentu

memilih sesuai dengan apa yang diharapkan oleh individu-individu atau kandidat-

kandidat atau partai dari golongan sosial yang berbeda.

Menurut pengkritik model sosiologi itu perilaku memilih tidak mesti dilakukan

dari perspektif pemilih, tetapi boleh dilakukan dengan menilai faktor-faktor kontekstual

seperti program partai politik, peran media, struktur ekonomi negara, dan konteks di

mana hubungan antara pemilih dan partai politik menjadi lebih kuat. Tetapi, penelitian ini

tidak berurusan atau ambisius untuk menggunakan ketiga mazhab sekaligus seperti

17 Ali Nurdin, Op.Cit.,

Page 25: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 14

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

pernah digambarkan oleh Evans (2004)18, yakni menggunakan pendekatan the “full”

voting model, yang pernah dilakukan oleh Mujani et.al (2012)19. Jadi, penelitian ini hanya

terbatas pada faktor-faktor sosial-ekonomi yang mempengaruhi perilaku memilih seperti

sudah diuraikan di atas.

2.3 Konsep Politik Uang

Perilaku memilih yang telah didiskusikan di atas belakangan ini telah

mendapat ancaman dengan apa yang marak disebut dengan politik uang. Sebagaimana

sudah disinggung pada bagian latar belakang di atas, politik uang telah menjadi fakta

yang tak terbantahkan dalam Pemilu Legislatif 2014 dan terjadi secara ‘massif” yang tak

pernah terbayangkan sepanjang sejarah pemilu di Indonesia. Meskipun diskusi dan

penelitian politik uang dalam khazanah ilmu politik sebetulnya telah muncul sekitar

tahun 1990-an. Misalnya dalam tulisan tulisan-tulisan yang berjudul “Vote-buying in

Thailand’s Northeast” (Callahan dan Duncan 1996, 2002); “Buying Votes in

Japan”(Cox and Thies 2000); “The Ideology of Vote-Buying dan “Comparative Politics

of Vote Buying” (Callahan 2002), “The Effects of Vote-Buying in Taiwan” (Rigger

2002), “What is Vote Buying?“ (Schedler 2002); “Vote-Buying in Argentina” (Brusco et

al. 2004); “Vote-Buying in East Asia” (Schaffer 2004); “Vote Buying and Voter

Education in the Philippines (Schaffer 2005); “What is Vote Buying?” (Schaffer and

Schedler 2005); “Elections for Sale: the Causes and Consequences of Vote Buying”

(Schaffer 2007); “Vote Buying”(Dekel et al. 2005); “How to Buy Votes” (Wang &

Kuzman 2007); “Is Vote Buying Effective?: Evidence from a Field Experiment in West

Africa” (Vicente 2007); “Vote Buying and Violence in Nigeria” (Bratton 2008);

“Clientelism and Vote Buying: Lessons from Filed Experiment in Africa” (Vicente and

Wantchekon 2009); “Vote Buying and Political Behavior in Kenya” (Kramon 2009);

“Violence, Bribery, and Fraud: the Political Economy of Elections in Africa” (Collier

and Vicente 2009); dan sebagainya.

Menurut Schaffer (2007) sebagaimana dikutip oleh Ali Nurdin (2014)

misalnya vote buying atau jual beli suara telah terjadi di hampir semua kawasan di dunia,

mulai dari Asia (India, Taiwan, Jepang,Thailand, Malaysia, Kamboja, Indonesia,

18 Evans, Op.Cit., hlm. 195-197

19 Mujani, Liddle, Ambardi. 2012. Kuasa Rakyat: Analisis tentang Perilaku Memilih dalam Pemilihan

Legislatif dan Presiden Indonesia Pasca-Orde Baru, Penerbit Mizan Publika Jakarta.

Page 26: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 15

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

Filipina, Korea Selatan), Afrika (Benin, Nigeria, Kenya,Zambia, Senegal, Maroko,

Zimbabwe), Eropa dan negara-negara pecahan Uni Soviet (Rusia, Ukraina, Armenia),

kawasan Timur Tengah (Yaman, Kuwait, Lebanon), Amerika Tengah dan Selatan (Peru,

Brazil, Chili, Panama, Guatemala, Kolumbia, Venezuela, Argentina), dan kawasan

Amerika Utara (Meksiko dan Amerika Serikat). Selanjutnya menurut Schaffer (2007),

dalam politik uang itu terdapat berbagai jenis material yang biasa dipertukarkan dengan

dukungan politik pemilih dalam rangka vote buying. Selain uang tunai dan jasa, materi

yang ditawarkan kepada pemilih dapat berupa: sabun, ban, kursi, sarung, jam tangan,

ayam, semen, wiski, kopi, gula, mie instan, rokok, pemotong rambut, kemeja, telepon

genggam, kue ulang tahun, kipas angin, minyak goreng, beras, pagar kawat, penggiling

jagung, kantung plastik, mesin cuci, pasta gigi, dan sebagainya20. Sementara di Nigeria,

menurut peneliti lain yaitu Bratton (2008), bentuk politik uang yang ditawarkan pada

umumnya berupa uang tunai (68%), komoditi pakaian dan makanan (26%), juga peluang

kerja (6%).21

Sedangkan untuk kasus Indonesia, politik uang mulai dibincangkan di tahun

2000-an oleh beberapa penulis sejalan dengan praktik politik uang yang marak terjadi

dalam pemilihan umum. Tetapi dalam konteks penelitian ia masih terbatas. Untuk

menyebut beberapa diantaranya, misalnya dalam tulisan-tulisan yang berjudul:”Politik

Uang dalam Pilkada di Indonesia” (Amzulian Rifai 2003); “Antara Uang dan

Ketokohan: Kasus Kota Medan dan Kabupaten Simalungun” (Sri Nuryanti 2005);

“Politik Uang dalam Pilkada” (Tedy Lesmana 2007); “Politik Uang dan Pengaturan

Dana Politik di Era Reformasi” (Bima Arya Sugiarto 2009); dan “Politik Uang dan

Perilaku Memilih dalam Pemilihan Gubernur Banten 2011 di Kabupaten Pandeglang”

(Ali Nurdin 2014). Dan penelitian yang relatif terbaru mengenai politik uang telah

dilakukan oleh Aspinall et al (2015) yang dibukukan menjadi Politik Uang di Indonesia.

Patronase dan Klientelisme pada Pemilu Legislatif 2014.

Penelitian Ali Nurdin (2014) misalnya menunjukkan bahwa: : (1) status sosial

ekonomi pemilih tidak berpengaruh terhadap praktik politik uang; (2) pengetahuan politik

uang memberi pengaruh negatif terhadap praktik politik wang; (3) sedangkan praktik

20 Schaffer sebagaimana dikutip Ali Nurdin, Op.Cit.,

21 Bratton, Michael. 2008. “Vote Buying and Violence in Nigerian Election Campaigns”.Working

Paper No. 99. AfroBarometer, June 2008, hlm. 4

Page 27: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 16

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

politik uang berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku memilih; (4) politik uang

tidak terkait dengan model perilaku memilih tertentu, baik model sosiologis, sosial-

psikologis, maupun rasional; dan (5) politik uang terjadi bukan semata-mata karena

pemilih mengharapkan kuntungan materi dari kandidat. Hasil penelitian ini pula

menemukan bahwa politik uang dipengaruhi oleh persaingan antar-kandidat,

kemampuan materi kandidat, tradisi politik yang sudah membudaya di Banten, serta

pengawasan dan penegakan hukum yang relatif lemah dari penyelenggara pemilu22.

Sementara itu, Aspinall dan Sukmajati (2015) menunjukkan bahwa politik uang

yang terjadi di Indonesia begitu beragam baik bentuk ataupun jenisnya. Menurut mereka,

politik uang (vote-buying) terjadi dalam Pemilu Legislatif 2014 di Indonesia sejak

Bireuen (Aceh) hingga Jayapura Utara (Papua). Menurut Aspinall dan Sukmajati, istilah

politik uang digunakan untuk menggambarkan tindakan para kandidat yang membagikan

uang kepada para pemilih, memberikan barang serta menyuap para penyelenggara pemilu

(KPU dan BAWASLU) dalam taraf yang sebelumnya tidak pernah terjadi dalam sejarah

pemilu di Indonesia.

Karena istilah politik uang itu beragam maka untuk menghindari kekaburan arti

mengenai istilah ini, Aspinall dan Sukmajati (2015) mendefinsikan istilah politik uang

sesuai dengan standar-standar yang ada dalam berbagai kajian komparatif politik elektoral

di berbagai negara. Mereka mendefinisikan istilah politik uang dengan fokus pada konsep

patronase dan klientelisme. Dengan merujuk pada Shefter (1994) mereka mendefinisikan

patronase sebagai “sebuah pembagian keuntungan di antara politisi untuk

mendistribusikan sesuatu secara individual kepada pemilih, para pekerja atau pegiat

kampanye, dalam rangka mendapatkan dukungan politik dari para pemilih” (Shefter

dalam Aspinall dan Sukmati 2015)23. Jadi patronase adalah pemberian uang tunai,

barang, jasa, dan keuntungan ekonomi lainnya (seperti pekerjaan atau kontrak proyek)

yang didistribusikan oleh politisi, termasuk keuntungan yang ditujukan untuk individu

(misalnya, amplop berisi uang tunai) dan kepada kelompok pemuda (misalnya, lapangan

sepak bola baru untuk para pemuda di sebuah kampuang). Patronase dapat juga berupa

uang tunai atau barang yang didistribusikan kepada pemilih yang berasal dari uang

22 Ali Nurdin, Op.Cit.,

23 Aspinall dan Sukmajati, Politik Uang...hlm. 2

Page 28: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 17

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

pribadi (misalnya, dalam pembelian suara) atau dari uang publik (misalnya, proyek-

proyek pork barrel yang dibiayai pemerintah).

Aspinall dan Sukmajati selanjutnya mengelaborasi perbedaan antara patronase

dan klientelisme sebagai berikut: “patronase merujuk pada materi atau keuntungan lain

yang didistribusikan oleh politisi kepada pemilih atau pendukung”, sedangkan

“kelientelisme” merujuk pada “karakter relasi antara politisi dan pemilih atau

pendukung”. Mereka secara konsisten menggunakan istilah patronase yang terwujud

dalam bentuk-bentuk politik uang seperti: “pembelian suara” (vote-buying), “pemberian-

pemberian pribadi (individual gifts), “pelayanan dan aktiviti” (services and activities),

”barang-barang kelompok” (club goods), “proyek-proyek gentong babi” atau “proyek-

proyek pemerintah yang ditujukan untuk wilayah geografis tertentu” (pork barrel

projects). Bentuk lain dari politik uang model Aspinall dan Sukmajati selain bentuk-

bentuk tadi ialah: “kandidat memberikan pembayaran kepada anggota-anggota tim sukses

dan menyediakan keuntungan-keuntungan lain yang sifatnya lebih klientelistik dan lebih

berkesinambungan, seperti memberikan pekerjaan atau bantuan untuk mendapatkan

alokasi proyek-proyek pemerintah.

Selain itu, Aspinall dan Sukmajati pula menjelaskan istilah politik uang (vote-

buying) dengan istilah yang lebih luas yaitu retail vote buying (“kandidat

menginvestasikan uang mereka untuk membeli suara kepada pemilih secara individual).

Atau membeli suara dari anggota penyelenggara pemilu, misalnya dengan menukar

perolehan suara kandidat dari partai politik yang sama (kulakan suara atau wholesale vote

buying).

Berdasarkan dengan kenyataan di atas, maka konsep ketiga yang dirujuk dalam

penelitian ini adalah konsep politik uang (money politics) yang sering dikacaukan dengan

konsep uang politik (political money) atau pembiayaan politik (political finance) seperti

pernah dibahas oleh Ward (2003)24. Uang politik atau pembiayaan politik berkaitan

dengan biaya-biaya yang dibutuhkan untuk misalnya membiayai kegiatan kampanye,

24 Ward, Gene, et al. 2003. Money in Politics Handbook: A Guide to Increasing Transparency in

Emerging Democracies. Technical Publication Series. Washington: USAID.

Page 29: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 18

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

operasional partai, sosialisasi melalui media massa, dan pengeluaran yang bersifat legal

berdasarkan peraturan yang ada (Dagan 200825; Ohman dan Zainulbhai 200926).

Sebetulnya istilah politik uang (money politics) tidak dikenal dalam khazanah

ilmu politik. Politik uang adalah istilah khas Indonesia untuk menggambarkan gejala

politik serba uang dalam pelaksanaan pemilihan umum. Menurut Ali Nurdin (2014)27,

politik uang mengacu kepada perilaku para pemilih yang diduga lebih

mempertimbangkan tawaran uang kontan atau materi lainnya agar bersedia memilih

calon tertentu, ketimbang melihat indikator-indikator lain seperti kredibilitas kandidat,

kepribadian, serta pengalamannya dalam menduduki jabatan politik. Istilah politik uang

sering diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi money politics, suatu istilah yang

sebenarnya tidak dikenal dalam pustaka politik di luar Indonesia.

Konsep yang biasa digunakan dalam khazanah ilmu politik di barat untuk

menjelaskan gejalan politik uang seperti terjadi di Indonesia adalah vote buying yang

berarti pembelian suara. Istilah lain yang biasa digunakan untuk vote buying adalah

compra de votos (Spanyol), achat de voix (Perancis), dan stimmenkauf (Jerman)28.

Dalam konteks Indonesia, Supriyanto (2005)29 misalnya memberikan dua

pengertian mengenai politik uang. Pengertian yang pertama mengacu kepada praktik

politik uang secara umum, yang disebutnya sebagai “pertukaran uang dengan posisi atau

kebijakan atau keputusan politik”. Pengertian yang kedua mengacu kepada praktik

politik uang yang lebih khusus, yaitu “pembelian suara langsung kepada pemilih,

bentuknya berupa pemberian ongkos transpostasi kampanye, janji membagi uang/barang,

pembagian sembako atau semen untuk membangun tempat ibadah, ‘serangan fajar’, dan

lain-lain”. Dari pengertian ini dapat dikategorisasikan bahwa vote buying sekurang-

25 Dagan, Hanoch. 2008. “Political Money”. Tel-Aviv University, Agustus 2008.

http://works.bepress.com/hanoch_dagan/1/ download tanggal 24 Mei 2011, hlm. 17

26 Ohman dan Zainulbhai sebagaimana dikutip oleh Ali Nurdin, Op.Cit.,

27 Ali Nurdin, Ibid.,

28 Schaffer sebagaimana dikutip Ali Nurdin, Ibid.,

29 Didik Supriyanto. 2005. Politik Uang dalam Pilkada. Makalah dalam Diskusi Publik tentang politik

uang. Jakarta, 5 Juni 2005.

Page 30: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 19

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

kurangnya mencakup pelaku (aktor), jenis-jenis vote buying berupa barang atau jasa yang

dipertukarkan, dan spektrum persebarannya apakah luas atau terbatas. Dalam konteks

pemilu, pelaku politik uang atau vote buying dapat melibatkan sedikitnya lima pihak

yang memiliki kepentingan berbeda, yaitu pemilih, kandidat pemilu, partai politik,

penyelenggara pemilu, dan penyandang dana (pengusaha atau donor).

Tetapi bagaimanapun sejauh ini belum ada kesepakatan di antara para ilmuwan

politik mengenai hubungan politik uang dengan perilaku memilih. Menurut Kramon

(2009: 1) seperti dikutip Nurdin (2014) sejauh ini belum ada kesimpulan yang

meyakinkan bahwa vote-buying memiliki pengaruh nyata terhadap perilaku memilih.

Menurut Nurdin penelitian fenomena vote buying di Kenya, mempertanyakan apakah

politik uang mempengaruhi perilaku politik, terutama dalam konteks pemilihan umum

yang rahasia dan bersifat sukarela, mengingat hanya sedikit teori yang memiliki

pandangan sama tentang hal tersebut. Nurdin mengutip Kramon yang mengatakan

bahwa:

“There is little theoretical convergence regarding the relationship of vote

buying to voting behavior, partaicularly in the context of the secret ballot and voluntary

voting. Does vote buying influence the political behavior of potential voters? And if so,

why?” (Kramon, 2009: 1).

Dalam penelitian di Afrika Barat tersebut, pendidikan politik diduga sebagai

faktor yang menentukan terhadap efektif tidaknya politik uang dalam mempengaruhi

preferensi pemilih. Semakin gencar kampanye sipil untuk meningkatkan kesadaran

politik pemilih, maka tingkat efektivitas politik uang untuk mengubah perilaku

memilih akan semakin lemah. Sebaliknya di tempat kesadaran politik masyarakatnya

masih rendah, politik uang dapat menjadi alat yang efektif untuk mengubah preferensi

dan pilihan politik pemilih.

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis utama dalam penyelidikan ini adalah bahwa :

H1 Terdapat hubungan yang signifikan antara Faktor Sosio Demografi dengan

sikap terhadap politik uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten

Pesisir Selatan.

Page 31: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 20

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

H1.1 Terdapat hubungan yang signifikan antara umur responden dengan

sikap terhadap politik uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di

Kabupaten Pesisir Selatan

H1.2 Terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin responden

dengan sikap terhadap politik uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di

Kabupaten Pesisir Selatan

H1.3 Terdapat hubungan yang signifikan antara asal kecamatan responden

dengan sikap terhadap politik uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di

Kabupaten Pesisir Selatan

H1.4 Terdapat hubungan yang signifikan antara suku bangsa responden

dengan sikap terhadap politik uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di

Kabupaten Pesisir Selatan

H1.5 Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan

responden dengan sikap terhadap politik uang dalam Pemilu

Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

H1.6 Terdapat hubungan yang signifikan antara jenis pekerjaan responden

dengan sikap terhadap politik uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di

Kabupaten Pesisir Selatan

H1.7 Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendapatan

responden dengan sikap terhadap politik uang dalam Pemilu

Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

H2 Terdapat hubungan yang signifikan antara sikap masyarakat terhadap

politik uang dengan partisipasi masyarakat dalam Pemilu Legislatif 2014 di

Kabupaten Pesisir Selatan.

Hipotesis tersebut dapat digambarkan dalam bentuk hipotesis geometrik pada

Page 32: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 21

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

Partisipasi Memilih

Dalam Pileg 2014

Gambar 1 sebagai berikut:

Faktor Sosio Demografi

Sikap Masyarakat Terhadap Politik

Uang

Sikap Terhadap

Politik Uang

Gambar 1: Model Hipotesis Geometri

Page 33: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 22

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

3.1nPendekatan Penelitian

Penelitian ini mau mengungkap persoalan partisipasi masyarakat dalam pemilihan

umum (Pemilu) yang berhubungan dengan fenomena politik uang (vote buying). Untuk

mengungkap misalnya identitas responden, pemetaan partisipasi pemilih, motivasi pemilih,

alasan melakukan Golput, penilaian masyarakat terhadap pelaksanaan pemilu, pemilukada,

penilaian masyarakat terhadap model sosialisasi, persepsi dan sikap terhadap politik uang,

faktor-faktor yang mempengaruhi politik uang, digunakan pendekatan kuantitatif. Sedangkan

untuk mengungkap “gejala-gejala yang bersifat laten”, seperti praktik politik uang termasuk

modusnya, yang biasanya responden tidak mau berterus terang dalam memberikan jawaban,

digunakan pendekatan kualitatif. Jadi, metode penelitian yang digunakan adalah gabungan

pendekatan kuantitatif dan kualitatif.

Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan metode deskriptif survey, sedangkan

pendekatan kualitatif dilakukan dengan metode deskriptif-interpretafif. Pemilihan salah satu

pendekatan yakni kuantitatif atau kualitatif saja dan memposisikan kedua pendekatan

tersebut secara dikotomis dalam penelitian ini tampaknya tidak memadai untuk mengungkap

persoalan praktik politik uang yang begitu kompleks dan multi dimensional.

Menurut Dedi Supriadi metode penelitian lebih merupakan alat, bukan tujuan dalam

suatu penelitian. Karena itu menurutnya metode mana yang digunakan tergantung sifat

masalah yang diteliti. Sementara masalah penelitian ini mencakup dua sifat yang berbeda. Di

satu sisi masalah penelitian ini berada pada level analisis individual, sedangkan di sisi lain

berada pada level analisis organisasi/lembaga. Meminjam pendapat Erna Widodo dan

Mukhtar (2000) penggabungan dua pendekatan ini merupakan prosedur pemecahan masalah

Page 34: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 23

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

yang paling tepat karena dapat mengungkapkan masalah yang diselidiki dengan

menggambarkan fenomena sosial yang lengkap dengan berbagai faktor yang

melataribelakanginya berdasarkan fakta-fakta yang nampak di lapangan.

3.2 Sumber Data

Sumber data dalam riset ini terdiri dari:

3.2.1 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diambil tidak langsung kepada sumbernya. Rincian data

sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah:

1. Dokumen-dokumen yang terkait profil daerah penelitian yaitu Kabupaten Pesisir

Selatan seperti:

1) Sejarah Kabupaten Pesisir Selatan

2) Dokumen Kabupaten Pesisir Selatan Dalam Angka

3) Laporan Evaluasi Hasil Pemilu 2014.

3.2.2 Data Primer

Data primer adalah data yang diambil langsung oleh peneliti kepada sumbernya tanpa

ada perantara. Rincian data primer yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:

1. Informasi tentang identitas responden

2. Informasi tentang partisipasi memilih masyarakat dalam Pemilu 2014

3. Informasi tentang pemetaan partisipasi pemilih dalam pemilu 2014, motivasi pemilih

dalam mengikuti pemilu, alasan Golput dalam Pemilu 2014, kendala-kendala dalam

penggunaan hak pilih, dan yang perlu diperbaiki dalam Pemilu ke depan.

4. Informasi tentang penilaian masyarakat terhadap pelaksanaan Pemilu 2014, penilaian

masyarakat terhadap sosialisasi oleh KPU Kabupaten Pesisir Selatan, model sosialisasi

pemilu yang diharapkan masyaraakat ke depan, pemahaman masyarakat tentang

Pemilukada, bentuk-bentuk partisipasi politik masyarakat dalam Pemilu dan Pemilukada

di Kabupaten Pesisir Selatan, dan masalah-masalah utama yang sedang dihadapi oleh

Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan.

Page 35: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 24

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

5. Informasi tentang persepsi dan sikap masyarakat tentang politik uang dan praktik politik

uang baik menurut masyarakat pemilih maupun menurut calon/tim sukses, dan

penyelenggara pemilu.

6. Informasi yang terkait dengan jenis-jenis praktik politik uang, modus praktik politik

uang, dan aktor-aktor dalam praktik politik uang, serta faktor-faktor yang mempengaruhi

praktik politik uang.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Oleh karena pendekatan penelitian ini merupakan gabungan antara penelitian

kuantitatif dan kualitatif maka teknik pengumpulan data penelitian ini adalah sebagai

berikut:

3.3.1 Teknik Kuesioner

Kuesioner bertujuan untuk mendapatkan data tentang partisipasi masyarakat dalam

Pemilihan Umum 2014, serta persepsi dan sikap masyarakat pemilih terhadap praktik politik

uang dan sebagainya.

3.3.2 Teknik FGD

FGD bertujuan untuk mendapatkan informasi tambahan dan pendalaman terhadap

temuan yang menonjol dari deskripsi hasil kuesioner. Melalui FGD dikumpulkan juga

informasi tentang pendapat peserta tentang pejelasan yang dapat diberikan secara kualitatif

terhadap hasil penelitian. Selain itu juga dikumpulan pendapat peserta yang merupakan

tokoh masyarakat, penyelenggara pemilu (KPU dan jajarannya dan Panwaslu dan

jajarannya), calon/tim sukses atau politisi, anggota DPRD, terhadap persepsi dan sikap

terhadap praktik politik uang.

3.3.3 Teknik Dokumenter

Teknik dokumenter yaitu teknik pengumpulan informasi dengan mempelajari sumber

data tertulis untuk memperoleh data sekunder yang terkait dengan partisipasi masyarakat

dalam pemilu, data-data agregat Kabupaten Pesisir Selatan seperti data jumlah penduduk,

Page 36: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 25

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

data jumlah pemilih, jumlah kecamatan dan nagari, letak dan kondisi georafis dan

sebagainya.

3.4 Lokasi Penelitian, Informan dan Responden

Mengingat banyaknya aspek yang dikaji dan untuk menjangkau kedalaman masalah

yang dikaji, maka dibutuhkan kesungguhan dalam proses penelitian mulai dari pengumpulan

data sekunder sampai data primer. Oleh sebab itu riset ini hanya dibatasi di satu lokasi

penelitian yaitu Kabupaten Pesisir Selatan, Propinsi Sumatera Barat.

3.5 Sampel

Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini teknik probability sampling.

Maksud daripada metode probability sampling adalah bahwa seluruh unsur populasi

memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel. Dalam penelitian ini cara

pemilihan sampel dilakukan secara acak (random). Demikian pula dengan jumlah sampel

minimum, dihitung secara matematis berdasarkan probabilitas sehingga hasil penelitian ini

dapat menggambarkan kondisi populasi sesungguhnya yang akurat. Teknik yang digunakan

adalah dengan metode Slovin (Sevilla et. al., 1960:182), sebagai berikut:

Dimana: n: jumlah sampel

N: jumlah populasi

e: batas toleransi kesalahan (error tolerance)

Berdasarkan metode Slovin ini diketahui jumlah polulasi berdasarkan DPT akhir Pemilu

Legislatif 2014 sebanyak 325,99730 orang dan batas tolerasi 0,05%, maka diperoleh jumlah

sampel sebanyak 398orang atau dibulatkan mejadi 400 orang.

30 Berdasarkan dokumen KPU Kabupaten Pesisir Selatan, jumlah DPT pada Pileg 2014 adalah 323,149 orang,

sedangkan untuk Pilpres 2014 adalah 325,997 orang. Jumlah voter turnout Pileg 2014 adalah 238,193 orang

(73,71%) dan jumlah pemilih yang tidak menggunakan hak pilih dalam Pileg 2014 adalah 84,196 (26,29%),

sedangkan jumlah voter turnout dalam Pilpres 2014 adalah 206,888 orang (63%) dan jumlah pemilih yang tidak

Page 37: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 26

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

Karena penelitian ini akan memetakan kesukarelaan masyarakat di semua Kecamatan

dan Nagari maka ditetapkan semua Kecamatan dan Nagari sebagai desa/kelurahan sampel.

Pada masing-masing Desa/Kelurahan kemudian ditetapkan jumlah responden dengan

menggunakan teknik sampel acak bersistem (systematic random sampling) secara

proporsional berdasarkan jumlah penduduk di Kecamatan dan Nagari. Melalui metode di

atas maka diperoleh kerangka sampel Kabupaten Pesisir Selatan.

Untuk menetapkan Rumah Tangga Sampel maka jumlah sampel yang telah ditetapkan

untuk tiap-tiap Kecamatan/Nagari dibagi dengan jumlah Jorong yang terpilih secara acak

sistematik.

Untuk menentukan responden yang akan diwawancarai di dalam rumah tangga

dilakukan proses pemilihan secara obyektif dengan mengacu Kish Grid yang ada pada

kuesioner. Kuesioner sebelumnya sudah diberi kode oleh peneliti menurut pembagian

berdasarkan jenis kelamin. Karena jumlah pemilih Kabupaten Pesisir Selatan terdiri dari

161,375 laki-laki dan perempuan 164,622 maka jumlah kuesioner juga dibagi berdasarkan

proporsi jenis kelamin tersebut. Kuesioner berkode L untuk responden laki-laki dan kode P

untuk perempuan. Enumerator pertama kali membuat daftar nama anggota keluarga

berdasarkan kode kuesioner. Jika enumerator mendapatkan kuesioner ber-kode L maka

urutan dibuat dari laki-laki yang termuda sampai yang tertua. Sedangkan jika kuesioner ber-

kode P maka urutan dibuat dari perempuan yang termuda sampai yang tertua. Tidak semua

anggota keluarga memenuhi syarat. Syarat umum yang harus dipenuhi adalah berusia di atas

17 tahun atau sudah menikah (syarat peserta pemilu).

Untuk menentukan siapa yang terpilih menjadi responden, enumerator menarik garis

mendatar sejajar dengan nama anggota keluarga yamg tertulis paling akhir ke kanan.

Kemudian ditarik garis tegak dari angka yang telah diberi tanda pada tabel Kish Grid.

Pertemuan antara garis mendatar dan garis tegak menunjukkan nomor urut anggota keluarga

yang akan menjadi responden.

Contoh Tabel Kish Grid

No Nama Umur 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

2 1 2 2 1 2 1 1 2 1 2

menggunakan hak pilih dalam Pilpres 2014 adalah 119,109 orang (37%). Berdasarkan data ini yang dijadikan

populasi adalah jumlah DPT Piplres mengingat data ini merupakan data terbaru dari KPU Kabupaten Pesisir

Selatan.

Page 38: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 27

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

3 2 3 1 2 2 3 3 1 1 2

4 3 4 3 1 2 3 2 4 1 3

5 2 3 5 4 1 2 3 1 5 3

6 5 4 2 1 6 3 2 1 6 3

7 4 6 3 7 5 7 2 1 3 5

8 1 4 3 2 7 5 1 2 6 8

3.6 Teknik Pengolahan Data

Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan dua tahapan waktu, pertama, pada saat

bersamaan dengan kegiatan pengumpulan data berlangsung; dan kedua, dilakukan setelah

pengumpulan data berakhir (Bogdan & Biklen, 1992). Tahapan pertama dilakukan untuk

mencari fokus dan untuk memperoleh data-data awal dalam pengajuan pertanyaan-

pertanyaan selama di lapangan. Sedangkan analisis yang kedua berfungsi untuk

mengantisipasi berbagai temuan yang layak dieksplorasi lebih mendalam setelah data

terkumpul. Rangkaian alur ini ditempuh agar analisis data dapat dilakukan secara

komprehensif serta mampu mengaktualisasikan antara tujuan dan sasaran penelitian dengan

berbagai kenyataan yang berkembang di lapangan.

3.6.1 Metode Pengolahan Data

Data kuantitatif yang sudah terkumpul melalui survey diperiksa terlebih dahulu untuk

memastikan data tidak ada yang tercecer atau tidak lengkap sehingga proses analisis data

dapat dilakukan. Data dianalisis secara deskriptif analitik. Analisis data adalah proses

pengolahan, penyajian, interpretasi dan analisis data yang diperoleh dari lapangan, dengan

tujuan agar data yang disajikan mempunyai makna, sehingga pembaca dapat mengetahui

hasil penelitian (Martono,2010). Terdapat beberapa tahap yang peneliti lakukan untuk

melakukan analisis data, yaitu :

1) Data coding atau pemberian kode, merupakan suatu proses penyusunan data mentah

secara sistematis ke dalam bentuk yang mudah dibaca oleh mesin komputer. Dalam

proses ini perlu membuat kode.

2) Data entering atau memasukkan data, merupakan proses pemindahan data yang telah

diubah ke dalam kode angka ke dalam komputer.

Page 39: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 28

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

3) Data cleaning atau pembersihan data, merupakan proses pengecekan untuk memastikan

bahwa seluruh data yang telah dimasukkan ke komputer sudah sesuai dengan informasi

yang sebenarnya.

4) Data Output atau penyajian data, merupakan tahap menyajikan hasil pengolahan data

dengan bentuk yang mudah dibaca dan menarik.

5) Data analyzing atau analisis data, merupakan tahap akhir dalam penelitian. Tahap ini

mengharuskan peneliti untuk menginterpretasikan data yang sudah diperoleh selama

pengumpulan data di lapangan.

3.6.2 Perangkat Pengolahan Data

Data entry dan penghitungan hasil survei dilakukan dengan program SPSS 21.0.

3.6.3 Analisis Data

Analisa data menggunakan metode analisis statistik deskripsi dan analisis statistik

inferensi serta melibatkan beberapa analisis univariat seperti sebaran frekuensi, baik secara

angka-angka mutlak maupun secara persentase, disertai dengan analisis multivariat, seperti

analisis korelasi.

Analisis statistik yang digunakan adalah analisa statistik deskriptif seperti modus,

median, rata-rata yang disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase. Kemudian

hasil analisis dijabarkan melalui penjelasan kalimat secara rinci. Teknik analisis data untuk

data kualitatif yakni data yang diperoleh dari hasil FGD dan dokumentasi digunakan teknik

deskriptif kualitatif. Melalui teknik ini data yang telah dikumpulkan dalam bentuk transkrip

FGD dan catatan lapangan, komentar peneliti, dokumen berupa Pesisir Selatan Dalam

Angka, dan sebagainya kemudian diatur, diurutkan, diorganisasikan, dikode dan

dikategorikan ke dalam satu pola, secara sistematik dan kemudian dinterpretasikan.

3.7 Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Beberapa hal yang peneliti lakukan untuk menjaga keabsahan data:

3.7.1 Mendeskripsikan, menginterpretasi, dan mengecek ulang hasil penelitian

Page 40: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 29

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

Mencatat semua kejadian yang penting secara deskriptif. Kejadian penting di sini

maksudnya adalah semua kejadian yang menggambarkan partisipasi memilih dan sikap

terhadap politik uang, yang sesuai dengan kerangka konseptual. Untuk membantu membuat

deskripsi kejadian-kejadian yang ditemui, peneliti dapat membuat gambar, foto, atau video

yang menggambarkan kejadian penting tersebut.

Ketika menemui kejadian yang penting, peneliti mencari berbagai informasi yang

dapat menjelaskan fenomena partisipasi memilih dan sikap terhadap politik uang dari

berbagai prespektif yang ada. Pandangan dari tokoh masyarakat yang beragam sangat

penting dalam rangka untuk memperoleh informasi yang holistik dan mencari interpretasi

yang tepat terhadap fakta yang ditemui.

3.7.2 Memisahkan secara tegas antara deskriptif, interpretasi dan penilaian hasil

penelitian

Peneliti memisahkan dengan tegas mana yang merupakan fakta dan interpretasi

terhadap fakta. Peneliti juga mencatat tanggapan, masukan dan saran yang diperoleh dari

tokoh masyarakat, anggota dan staf KPU dalam FGD sebagaimana adanya sesuai dengan

bahasa dan kata-kata mereka sendiri. Sehingga peneliti dapat menangkap nuansa dan konteks

yang tepat dari pernyataan informan. Pemisahan seperti ini penting dan perlu dilakukan agar

interpretasi dan kesimpulan yang dihasilkan dapat diverifikasi.

3.7.3 Memberikan Umpan Balik (feedback)

Peneliti memberikan umpan balik (feedback) kepada tokoh masyarakat dan

komisioner KPU serta staf mengenai temuan dan interpretasi yang dihasilkan dari

serangkaian kegiatan penelitian lapangan yang dilakukan. Feedback ini penting untuk

diberikan di samping sebagai suatu bentuk laporan dan pertanggungjawaban peneliti

terhadap KPU yang memberikan pekerjaan juga sebagai salah satu cara untuk melakukan

klarifikasi dan verifikasi terhadap temuan, interpretasi, dan kesimpulan yang dimiliki.

Tentunya tidak semua temuan dapat dan perlu disampaikan kepada mereka. Namun

setidaknya temuan awal yang sudah diverifikasi dapat disampaikan agar mereka dapat

memahami apa yang menjadi perhatian peneliti dan bagaimana mereka dapat memanfaatkan

temuan itu untuk memperbaiki tata kelola pemilu.

Page 41: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 30

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

Page 42: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 31

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

4.1 Profil Kabupaten Pesisir Selatan31

4.1.1 Peta Wilayah dan Sejarah Kabupaten Pesisir Selatan

Gambar 4.1 Peta Wilayah Kabupaten Pesisir Selaatan

31 Ulasan dalam bagian ini adalah bersumber pada data-data dan narasi dalam Kabupaten Pesisir Selatan Dalam

Angka 2015. Painan: BPS Kabupaten Pesisir Selatan.

Page 43: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 32

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

Kabupaten Pesisir Selatan merupakan salah satu dari 19 kabupaten/kota di Propinsi

Sumatra Barat, dengan luas wilayah 5.749,89 Km2. Ibu Kota Kabupaten Pesisir Selatan

adalah Painan. Tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa kabupaten ini merupakan salah satu

kabupaten yang indah yang terletak di bagian selatan Propinsi Sumatra Barat, terbentang

memanjang dari utara ke selatan dengan panjang garis pantai 234 Km. Pantainya landai dan

indah dengan ombak yang sedang dan susul-menyusul menerpa bibir pantai.

Menurut sejarahnya, nama Pesisir Selatan berasal dari nama daerah ini pada masa

penjajahan Belanda, yang disebut sebagai afdeling zuid beneden landen (dataran rendah

bagian selatan). Ketika itu pada tahun 1903 wilayah Bandar Sepuluh Inderapura dan Kerinci

menjadi afdeling yang dipimpin oleh seorang asisten residen yang berkedudukan di

Inderapura sebagai pusat pemerintahan. Sampai saat ini belum ditemukan data apakah nama

Pesisir Selatan itu lebih dulu ada (orang Minang menyebut daerah ini sebagai daerah rantau

pasisie) sebelum Belanda menamakannya sebagai afedling zuid beneden landen (dataran

rendah bagian selatan).

Sebelum abad ke-15, wilayah Pesisir Selatan merupakan daerah sepanjang pesisir

Sumatera Barat yang terdiri dari rawa-rawa dataran rendah dan perbukitan yang belum

berpenghuni. Kalaupun ada penghuni jumlahnya sangat sedikit dan besar kemungkinan

mereka adalah orang-orang yang dikenal sebagai Orang Rupit pelarian dari daerah Sungai

Pagu Muara Labuh dan sekitarnya. Banyak orang Minang percaya bahwa sebelum abad 15

banyak terjadi ekspansi dan migrasi dari masyarakat Darek (Luhak Nan Tigo, yakni Luhak

Tanah Datar, Luhak Agam, dan Luhak Limo Puluah Koto) ke berbagai daerah yang disebut

rantau. Diduga kuat wilayah Pesisir Selatan seperti Koto XI Tarusan, Bayang dan Bandar

Sepuluh sudah didiami oleh masyarakat dari Inderapura karena kerajaan Teluk Air Pura

sudah eksis semenjak abad 8 Masehi, sementara kerajaan Sungai Pagu baru berdiri pada abad

16 Masehi, begitu pula kerajaan Pagaruyung yang baru berdiri pada abad 14.

Wilayah Pesisir Selatan menurut negeri asalnya dibagi menjadi tiga wilayah, yaitu

Tarusan-Bayang-IV Jurai; Bandar Sepuluh (Batang Kapas-Sutera-Lengayang-Ranah

Pesisir-Linggo Sari Baganti); dan Renah Indo Jati (Inderapura-Tapan-Lunang-Silaut).

Diceritakan bahwa nenek moyang orang-orang Tarusan pada umumnya berasal dari Nagari

Guguak (dalam wilayah Kubuang Tigo Baleh, yakni Solok sekarang) dan sebagian kecil

merupakan ekspansi dari orang-orang Bayang. Sedangkan nenek moyang orang Bayang Nan

Tujuah dan Koto Nan Salapan (Bayang Utara) berasal dari 3 (tiga nagari) di Kubuang Tigo

Baleh, yakni Muaro Paneh, Kinari, dan Koto Anau.

Page 44: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 33

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

Sementara itu, Nenek moyang orang IV Jurai (Lumpo, Sago, Salido dan Painan)

sebagian merupakan ekspansi dari Bayang (Lumpo, Sago dan Salido) dan sebagian

merupakan ekspansi dari Batang Kapeh (Bandar Sepuluh) yaitu Salido dan Painan. Namun

Painan merupakan daerah yang dihuni oleh berbagai pendatang dari berbagai daerah, dari

utara maupun selatan.

Nenek moyang orang Bandar Sepuluh umumnya dipercaya merupakan perantau dari

Sungai Pagu (Solok Selatan) pada abad 15. Tapi tidak tertutup kemungkinan sebelum

kedatangan mereka, Bandar Sepuluh sudah didatangi dan dihuni oleh masyarakat dari

Inderapura dan sekitarnya. Disebut Bandar Sepuluh karena pada masa jaya-jayanya di

wilayah ini terdapat sepuluh bandar atau dermaga ("Labuhan" dalam istilah setempat).

Masing-masing nagari mempunyai dua dermaga yang terdapat di muara sungai-sungai besar

di wilayah Bandar Sepuluh.

Wilayah Renah Indojati terdiri dari Inderapura, Tapan, Lunang, dan Silaut. Konon

menurut sejarahnya, Inderapura berkedudukan sebagi sebuah kerajaan maritim terbesar di

pantai barat Sumatera dari abad ke 8 sampai abad ke 18 yaitu Kerajaan Inderapura yang

sultannya masih ada sampai sekarang. Inderapura terkenal dengan dua puluh penghulunya

yang merupakan perwakilan dari 3 (tiga) nenek moyang mereka (6 di hilie, 6 di mudiak dan

8 dari daerah lain). Inderapura merupakan daerah yang sudah tua, dan sudah dihuni semenjak

abad ke-8 Masehi. Sementara Tapan terkenal dengan 4 penghulu sukunya sehingga disebut

Basa Ampek Balai. Sedangkan, masyarakat Lunang dipercaya eksis semenjak era kesultanan

Inderapura dan diduga nenek moyang mereka ekpansi dari masyarakat Inderapura sendiri,

atau Sungai Pagu dan daerah sekitarnya. Sementara Lunang juga mulai eksis setelah era

kesultanan Inderapura. Lunang mempunyai 8 orang penghulu suku yang berperan dan

berkonsultasi kepada Mande Rubiah (keturunan Bundo Kanduang) sebagai yang dituakan

dan dihormati di Lunang dan sekitarnya.

Sejak tahun 2003, masyarakat di tiga kecamatan paling selatan di kabupaten ini telah

memperjuangkan berdirinya kabupaten pemekaran, yaitu sebuah kabupaten baru yang

meliputi daerah Renah Indojati yaitu Inderapura, Tapan, Lunang dan Silaut. Usaha

pemekaran ini pada awalnya tidak direspon Pemerintah Daerah Pesisir Selatan, namun saat

ini perjuangan tersebut telah membuahkan hasil. Pada tahun 2012 telah dilaksanakan

pemekaran tiga kecamatan di Renah Indojati menyusul pemekaran nagari yang telah

dilaksanakan untuk memenuhi persyaratan administratif sebuah kabupaten baru.

Page 45: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 34

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

Semula kabupaten baru ini ditargetkan akan dibentuk pada tahun 2013 dengan nama

Kabupaten Renah Indojati, tetapi karena kebijakan pemerintah pusat mulai tahun 2013

tersebut telah mengeluarkan kebijakan moratorium untuk pemekaran daerah kabupaten dan

daerah provinsi, maka hingga tahun 2015 ini kabupaten baru tersebut belum lagi terbentuk.

Rencana Kabupaten Renah Indojati akan terdiri atas 6 kecamatan yaitu:

1. Lunang, perubahan nama dari Kecamatan Lunang Silaut

2. Silaut, pemekaran dari Kecamatan Lunang Silaut

3. Basa Ampek Balai Tapan

4. Ranah Ampek Hulu Tapan , Pemekaran dari Kecamatan Basa Ampek Balai

5. Pancung Soal

6. Air Pura, Pemekaran dari Kecamatan Pancung Soal

Dengan kebijakan baru tersebut Kabupaten Pesisir Selatan sampai saat ini telah

memiliki 15 Kecamatan dan 82 Nagari.

Selama ini Kabupaten Pesisir Selatan dikenal sebagai kabupaten daerah tertinggal,

terutama karena penduduk miskinnya mencapai angka 50% dari jumlah penduduknya pada

tahun 2007 dan pada tahun 2008 mengalami penurun 16%,. Oleh karena itu, pada

pemerintahan Nasrul Abit pada periode yang kedua 2010-2015 yang berpasangan dengan

Editiawarman bertekad mengatasi kemiskinan ini dengan Visi “Terwujudnya Masyarakat

Pesisir Selatan Yang Sejahtera”. Dan tekad ini telah dibuktikan karena sejak akhir tahun

2014, Kabupaten Pesisir Selatan telah keluar dari kriteria daerah “miskin dan tertinggal”.

4.1.2 Kondisi Geografis, Topografi, dan Iklim

Secara geografis luas daerah Kabupaten Pesisir Selatan ± 5.794,95 Km² atau

13,70 persen dari luas total wilayah Provinsi Sumatera Barat, yang terletak antara

0°59’- 2°28,6’ Lintang Selatan dan 100°19’-101°18’ Bujur Timur yang memanjang dari

Utara ke Selatan dengan panjang garis pantai 234 Km. Kabupaten ini dibentuk berdasarkan

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonomi Kabupaten

dalam Lingkungan Daerah Provinsi Sumatera Tengah.

Posisi geografis daerah ini, sebelah Utara berbatasan dengan Kota Padang,

sebelah Selatan dengan Kabupaten Muko-Muko (Provinsi Bengkulu), sebelah Timur

dengan Kabupaten Solok, Solok Selatan dan Kerinci (Provinsi Jambi) dan sebelah Barat

dengan Samudera Indonesia.

Page 46: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 35

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

Kabupaten Pesisir Selatan memiliki topografi wilayah berbukit-bukit dengan

ketinggian berkisar 0-1000 m dari permukaan laut, memiliki 57 buah pulau serta dialiri oleh

19 sungai yang mencakup 12 sungai besar dan 7 sungai kecil. Sungai terpanjang adalah

Batang Inderapura dan sungai terpendek adalah Batang Painan.

Secara umum Kabupaten Pesisir Selatan beriklim tropis dengan temperatur yang

bervariasi. Suhu minimum terjadi antara bulan April sampai dengan Juni dan suhu

maksimum terjadi antara bulan Januari dan Oktober dengan temperatur suhu udara berkisar

antara 22º C–28º C dan 23º C–32º C serta kelembaban rata-rata 80 %. Hujan terjadi

hampir sepanjang tahun tanpa ada bulan-bulan kering dengan jumlah hari hujan berkisar

antara 13-15 hari perbulan. Curah hujan tahunan rata-rata 299,6 mm/tahun. Puncak curah

hujan maksimum terjadi sekitar bulan Januari dan Desember. Sedangkan curah hujan

minimum terjadi pada bulan Mei.

4.1.3 Kecamatan dan Nagari di Kabupaten Pesisir Selatan

Tabel 4.1: Nama Kecamatan dan Nagari di Kabupaten Pesisir Selatan

No Kecamatan No Nagari No Kecamatan No Nagari

1 Silaut 1 Silaut 2 Lunang 1 Lunang

2 Sungai Sirah 2 Lunang Utara

3 Sungai Sarik 3 Lunang Selatan

4 Sungai Pulai 4 Lunang Barat

5 Pasir Binjai 5 Lunang Tengah

6 Talang Binjai 6 Pondok Parian

Lunang

7 Durian Seribu 7 Sindang Lunang

8 Lubuk Bunta 8 Lunang Satu

9 Air Hitam 9 Lunang Dua

10 Sambungo 10 Lunang Tiga

3 Basa Ampek

Balai Tapan

1 Ampang Tulak

Tapan 4 Ranah

Ampek Hulu

Tapan

1 Sungai Gambir

Sako Tapan

2 Batang Arah Tapan 2 Talang Koto Pulai

Tapan

3 Batang Betung

Tapan

3 Kubu Tapan

4 Bukit Buai Tapan 4 Limau Purut

Tapan

5 Dusun Baru Tapan 5 Talanmg Balarik

Tapan

6 Koto Anau Tapan 6 Tebing Tinggi

Tapan

7 Pasar Tapan 7 Binjai Tapan

8 Raiak Danau Tapan 8 Sungai Pinang

Tapan

9 Tanjung Pondok 9 Kampung Tengah

Page 47: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 36

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

Tapan Tapan

10 Tapan 10 Simpang Gunung

Tapan

5 Pancung Soal 1 Inderapura 6 Airpura 1 Inderapura Timur

2 Inderapura Barat 2 Inderapura Utara

3 Inderapura Selatan 3 Pulau Rajo

Inderapura

4 Inderapura Tengah 4 Tanah Bakali

Inderapura

5 Kudo-Kudo

Inderapura

5 Tluk Kualo

Inderapura

6 Muaro Sakai

Inderapura

6 Palokan

Inderapura

7 Simpang Lama

Inderapura

7 Lubuk Betung

Inderapura

8 Tiga Sepakat

Inderapura

8 Muara Inderapura

9 Tigo Sungai

Inderapura

9 Lalang Panjang

Inderapura

10 Tluk Ampalo

Inderapura

10 Damar Lapan

Batang Inderapura

No Kecamatan No Nagari No Kecamatan No Nagari

7 Linggo Sari

Baganti

1 Air Haji 8 Ranah

Pasisia

1 Koto VIII

Pelangai

2 Air Haji Barat 2 Nyiur Melambai

Pelangai

3 Air Haji Tengah 3 Pasia Pelangai

4 Air Haji Tenggara 4 Pelangai

5 Lagan Hilir

Punggasan

5 Pelangai Gadang

6 Lagan Mudiak

Punggasan

6 Pelangai Kaciak

7 Muaro Gadang Air

Haji

7 Sungai Liku

Pelangai

8 Muara Kandis

Punggasan

8 Sungai Tunu

9 Padang XI Punggasan 9 Sungai Tunu

Barat

10 Pasar Bukit Air Haji 10 Sungai Tunu

Utara

11 Pasar Lama Muara

Air Haji

12 Punggasan

13 Punggasan Timur

14 Punggasan Utara

15 Rantau Simalenang

Air Haji

16 Sungai Sirah Air Haji

9 Lengayang 1 Lakitan Tengah 10 Sutera 1 Amping Parak

Page 48: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 37

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

2 Lakitan 2 Amping Parak

Timur

3 Lakitan Timur 3 Aur Duri

Surantih

4 Lakitan Selatan 9 Ganting

Mudiak

Selatan

Surantih

5 Lakitan Utara 5 Ganting

Mudiak Utara

Surantih

6 Kambang Barat 6 Koto Nan Tigo

Selatan

Surantih

7 Kambang 7 Koto Nan Tigo

Utara Surantih

8 Kambang Timur 8 Koto Taratak

9 Kambang Utara 9 Lansano

Taratak

10 Rawang

Gunung

Malelo

Surantih

11 Surantih

12 Taratak

No Kecamatan No Nagari No Kecamatan No Nagari

11 Batang Kapas 1 IV Koto Hilie 12 IV Jurai 1 Ampang Tareh

Lumpo

2 IV Koto Mudiek 2 Ampuan Lumpo

3 Koto Nan Duo IV

Koto Hilie

3 Balai Sinayan

Lumpo

4 Koto Nan Tigo IV

Koto Hilie

4 Baru Kunik Lumpo

5 Sungai Nyalo IV

Koto Mudiek

5 Bungo Pasang

Salido

6 Taluak 6 Gunung Bungkuak

Lumpo

7 Taluk Tigo Sakato 7 Koto Rawang

8 Taratak Tempatih

IV Koto Mudiek

8 Limau Gadang

Lumpo

9 Tuik IV Koto

Mudiek

9 Lumpo

10 Painan

11 Painan Selatan

Painan

12 Painan Timur

Painan

13 Sago Salido

14 Salido

15 Salido Sari Bulan

16 Sangai Bukik

Kaciak Lumpo

Page 49: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 38

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

17 Sungai Gayo Lamo

18 Sungai Lumpo

19 Tambang

20 Taratak Tangah

Lumpo

13 Bayang 1 Api-Api Pasar

Baru 14 IV Nagari

Bayang Utara

1 Koto Ranah

2 Asam Kamba

Pasa Baru

2 Limau Gadang

Pancung Taba

3 Aur Begalung

Talaok

3 Muaro Aie

4 Gurun Panjang 4 Pancung Taba

5 Gurun Panjang

Barat

5 Puluik-Puluik

6 Gurun Panjang

Selatan

6 Puluik-Puluik Salatan

7 Gurun Panjang

Selatan

8 Kapeh Panji Jaya

Talaok

9 Kapelgam Koto

Berapak

10 Kapujan Koto

Berapak

11 Koto Baru Koto

Berapak

12 Koto Berapak

13 Kubang Koto

Berapak

14 Pasar Baru

15 Sawah Lawe

Pasar Baru

16 Talaok

17 Tanjung Durian

Pasar Baru

No

Kecamatan

No

Nagari

No

Sebaran Jumlah Nagari

Berdasarkan Kecamatan

15 Koto XI Tarusan 1 Ampang Pulai 1 Silaut 10

2 Barung-Barung Balantai 2 Lunang 10

3 Barung-Barung Balantai Selatan 3 Basa Ampek Balai

Tapan

10

4 Barung-Barung Balantai Tengah 4 Ranah Ampek

Hulu Tapan

10

5 Barung-Barung Timur 5 Pancung Soal 10

6 Batu Hampar 6 Airpura 10

7 Batu Hampar Selatan 7 Linggo Sari

Baganti

16

8 Cerocok Anau Ampang Pulai 8 Ranah Pesisir 10

9 Duku 9 Lengayang 9

10 Duku Utara 10 Sutera 12

11 Jinang Kampung Pansur Ampang

Pulai

11 Batang Kapas 9

12 Kampung Baru Korong Nan 12 IV Jurai 20

Page 50: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 39

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

Ampek

13 Kapuh 13 Bayang 17

14 Kapuh Utara 14 IV Nagari Bayang

Utara

6

15 Mande 15 Koto XI Tarusan 23

16 Nanggalo 182

17 Pulau Karam Ampang Pulai 426.10

18

Setara Nanggalo

19

Siguntur

20

Siguntur Tuo

21 Sungai Nyalo Mudiek Aie

22 Sungai Pinang

23 Taratak Sungai Lundang

Sumber: Kabupaten Pesisir Selatan Dalam Angka 2014

Sementara itu, jika dilihat dari Luas Area Per Kecamatan (Km Persegi) pada tahun

2014 maka masing-masing kecamatan di Kabupaten Pesisir Selatan memiliki masing-masing

luas seperti kecamatan Silaut adalah 365.50 Km2, Lunang 564.00 Km2, Basa Ampek Balai

Tapan 365.28 Km2, 3 Ranah Ampek Hulu Tapan 65312.22 Km2, Pancung Soal 426.10

Km2, Airpura 314.00 Km2, Linggo Sari Baganti 315.41 Km2, Ranah Pesisir 564.39 Km2,

Lengayang 590.60 Km2, Sutera 445.65 Km2, Batang Kapas 359.07, IV Jurai 373.80 Km2,

Bayang 77.50 Km2, IV Nagari Bayang Utara 250.74 Km2, Koto IX Tarusan 425.63 Km2.

Dengan begitu, luas Kabupaten Pesisir Selatan secara keseluruhan adalah 5.749.89 Km2.

Secara jelasnya luas area per kecamatan dapat dilihat pada Tabel 4.2 di bawah ini.

Tabel 4.2: Luas Area Per Kecamatan di Kabupaten Pesisir Selatan

Kecamatan

Silaut

Lunang

Basa Ampek Balai Tapan

Ranah Ampek Hulu Tapan

Pancung Soal

Airpura

Linggo Sari Baganti

Luas Area Per Kecamatan (Km Persegi)

2011 2012 2013 2014

- 365.50 365.50 365.50

- 564.00 564.00 564.00

682.65 365.28 365.28 365.28

- 312.22 312.22 312.22

745.81 426.10 426.10 426.10

- 314.00 314.00 314.00

318.14 315.41 315.41 315.41

Page 51: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 40

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

Ranah Pesisir

Lengayang

Sutera

Batang Kapas

IV Jurai

Bayang

IV Nagari Bayang Utara

Koto XI Tarusan

Pesisir Selatan

569.06 564.39 564.39 564.39

595.14 590.60 590.60 590.60

449.11 445.65 445.65 445.65

361.60 359.07 359.07 359.07

376.67 373.80 373.80 373.80

78.82 77.50 77.50 77.50

252.08 250.74 250.74 250.74

428.83 425.63 425.63 425.63

5 749.89 5 749.89 5 749.89 5 749.89

Sumber: Kabupaten Pesisir Selatan Dalam Angka 2014

4.1.4 Kondisi Demografi

Kabupaten Pesisir Selatan memiliki luas wilayah 5.749,89 km² dengan jumlah

penduduk ± 451.553 jiwa (2014). Ibu kotanya adalah Painan. Jarak Painan ke Padang ( Ibu

Kota Provinsi Sumatera Barat) adalah 77 Km.

Kecamatan yang terbanyak jumlah penduduknya adalah Kecamatan Lengayang, yaitu

52,041 jiwa, sedangkan yang paling sedikit jumlah penduduknya adalah Kecamatan IV Jurai.

Kecamatan yang kepadatan penduduknya tertinggi adalah Kecamatan Bayang, yaitu 474

jiwa/Km2, sedangkan yang paling rendah kepadatannya adalah Kecamatan IV Nagari

Bayang Utara, yaitu 29 jiwa/Km2.

Sedangkan, jumlah penduduk dan kepadatan penduduk, serta jumlah penduduk

menurut kelompok umur dan jenis kelamin dapat dilihat sebarannya pada Tabel 4.3 dan

Tabel 4.4 di bawah ini.

Tabel 4.3: Jumlah Nagari, Penduduk dan Kepadatan Penduduk

Kabupaten Pesisir Selatan Per Kecamatan 2013

No Kecamatan

Jumlah

Nagari Penduduk Luas Daerah

Kepadatan

Per Nagari

Per

Km2

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Silaut 10 13,284 365,50 1,328,40 36,34

2 Lunang 10 19,622 564,00 1,962,20 34,79

3 Basa Ampek

Balai Tapan

10 13,112 365,28 1,311,20 35,90

Page 52: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 41

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

4 Ranah

Ampek

Hulu Tapan

10 13,935 312,22 1,393,50 44,63

5 Pancung

Soal

10 24,428 426,10 2,442,80 57,33

6 Airpura 10 14,803 314,00 1,480,30 47,14

7 Linggo Sari

Baganti

16 43,509 325,41 2,719,31 137,94

8 Ranah

Pesisir

10 30,191 564,39 3,019,10 53,49

9 Lengayang 9 52,041 590,60 5,782,33 88,12

10 Sutera 12 47,867 445,65 3,988,92 107,41

11 Batang

Kapas

9 31,111 359,07 3,456,78 86,64

12 IV Jurai 20 44,629 373,80 2,231,45 119,39

13 Bayang 17 36,743 77,50 2,161,35 474,10

14 IV Nagari

Bayang

Utara

6 7,279 250,74 1,213,17 29,03

15 Koto XI

Tarusan

23 48,186 425,63 2,095,04 113,21

Total 2013 182 440,740 5,749,89 2,421,65 76,65

Sumber: Kabupaten Pesisir Selatan Dalam Angka 2014

Tabel 4.4: Jumlah Penduduk Kabupaten Pesisir Selatan

Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin 2103

Kelompok Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah

(1) (2) (3) (4)

0-4 24,116 23,140 47,526

5-9 23,759 22,529 46,228

10-14 22,830 21,937 44,767

15-19 20,233 19,313 39,546

20-24 15,968 15,531 31,449

25-29 16,243 16,674 32,917

30-34 15,397 16,609 32,006

35-39 14,929 15,412 30,341

40-44 13,790 14,183 27,973

45-49 11,690 13,033 24,723

50-54 11,370 12,834 24,204

55-59 10,356 10,175 20,531

60-64 7,656 7,424 15,080

Page 53: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 42

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

65-69 3,882 4,574 8,456

70 + 5,882 9,001 14,883

2103 218,101 222,639 440,740

Sumber: Kabupaten Pesisir Selatan Dalam Angka 2014

Menurut proyeksi Penduduk 2010-2020 menurut jenis kelamin, Kabupaten Pesisir

Selatan sampai dengan Tahun 2019 diperkirakan akan mencapai jumlah penduduk

230.308.00 (Laki-laki) dan 463.923.00 (Perempuan). Sebarannya menurut kelompok umur

dan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut ini.

Page 54: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 43

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

Tabel 4.5: Proyeksi Penduduk Kabupaten Pesisir Selatan Menurut Kelompok Umur 2010-2020

Sumber: Diolah dari Kabupaten Pesisir Selatan Dalam Angka 2015

Kelompok

Umur

Proyeksi Penduduk 2010-2020 Menurut Jenis Kelamin (Jiwa)

Laki-LakiLaki-laki Perempuan

2015 2016 2017 2018 2019 2020 2015 2016 2017 2018 2019 2020

0-4 23956.00 23747.00 23516.00 23309.00 23076.00 22855.00 47310.00 46877.00 46436.00 45998.00 45540.00 45080.00

05-Sep 24232.00 24370.00 24437.00 24441.00 24426.00 24263.00 47250.00 47559.00 47727.00 47792.00 47770.00 47478.00

Okt-14 23128.00 23321.00 23473.00 23681.00 23878.00 24096.00 45210.00 45554.00 45891.00 46300.00 46684.00 47124.00

15-19 20701.00 20783.00 20826.00 20843.00 20892.00 21025.00 40340.00 40443.00 40488.00 40481.00 40519.00 40716.00

20-24 15914.00 16006.00 16143.00 16310.00 16481.00 16618.00 31380.00 31548.00 31783.00 32045.00 32306.00 32540.00

25-29 16536.00 16381.00 16243.00 16124.00 16044.00 16035.00 33396.00 33229.00 33095.00 32918.00 32757.00 32700.00

30-34 15728.00 16039.00 16265.00 16499.00 16692.00 16747.00 32463.00 32808.00 33075.00 33419.00 33723.00 33797.00

35-39 14927.00 14840.00 14797.00 14745.00 14842.00 15004.00 30613.00 30567.00 30563.00 30521.00 30640.00 30852.00

40-44 14305.00 14546.00 14731.00 14899.00 14882.00 14868.00 28912.00 29353.00 29715.00 30056.00 30137.00 30244.00

45-49 12095.00 12324.00 12557.00 12801.00 13030.00 13238.00 25446.00 25845.00 26278.00 26727.00 27153.00 27545.00

50-54 11631.00 11737.00 11859.00 12028.00 12216.00 12424.00 24736.00 24929.00 25161.00 25447.00 25767.00 26126.00

55-59 10925.00 11118.00 11247.00 11347.00 11453.00 11582.00 21868.00 22364.00 22688.00 22921.00 23130.00 23375.00

60-64 8669.00 9125.00 9541.00 9900.00 10195.00 10440.00 17109.00 18019.00 18930.00 19768.00 20469.00 21017.00

65-69 4252.00 4521.00 4857.00 5221.00 5584.00 5914.00 9019.00 9538.00 10158.00 10845.00 11569.00 12293.00

70-75 3115.00 3141.00 3174.00 3238.00 3363.00 3565.00 7256.00 7235.00 7251.00 7341.00 7526.00 7842.00

75+ 2979.00 3041.00 3117.00 3185.00 3254.00 3324.00 7878.00 7954.00 8046.00 8137.00 8233.00 8333.00

Total 223093.00 225040.00 226783.00 228571.00 230308.00 - 450186.00 453822.00 457285.00 460716.00 463923.00 -

Page 55: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 44

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

4.2 Peta DAPIL Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden 2014 di Kabupaten Pesisir

Selatan

Berikut ini adalah gambaran atau Peta DAPIL Pemilu Legislatif 2014 dan Pemilu

Presiden 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan yang dibagi menjadi 5 DAPIL, yaitu Pesisir

Selatan 1 yang meliputi Kecamatan Koto XI Tarusan Kecamatan Bayang, dan Kecamatan

IV Nagari Bayang Utara dengan alokasi 10 kursi untuk diperebutkan oleh kontestan;

Pesisir Selatan 2 meliputi Kecamatan Batang Kapas dengan alokasi 10 kursi; Pesisir

Selatan 3 yang meliputi Kecamatan Sutera dan Kecamatan Lengayang dengan alokasi 11

kursi; Pesisir Selatan 4 yang meliputi Kecamatan Ranah Pesisir, Kecamatan Linggo Sari

Baganti dengan alokasi 7 kursi; sedangkan Pesisir Selatan 5 yang meliputi Kecamatan

Airpura, Kecamatan Pancung Soal, Kecamatan Basa Ampek Balai Tapan,, Kecamatan

Ranah Ampek Hulu Tapan, Kecamatan Lunang, dan Kecamatan Silaut dengan alokasi 9

kursi.

Gambar 4.2: Peta DAPIL Pileg & Pilpres 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

Sumber: KPU Kabupaten Pesisir Selatan 2014

Selain itu, dapat dilihat pula jumlah pemilih pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten

Pesisir Selatan seperti pada Tabel 4.6 yaitu 323.149 orang yang terdiri dari 155.605 laki-

laki dan 159.037 perempuan.

Page 56: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 45

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

4.3 Jumlah Pemilih Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

Tabel 4.6: Jumlah Pemilih Dalam Pemilu Legislatif 2014

di Kabupaten Pesisir Selatan

Sumber: KPU Kabupaten Pesisir Selatan 2014

No Kecamatan Laki-laki Perempuan Total

1 Koto XI Tarusan 16,731 16,950

33,681

2 Bayang 13,764 14,791

28,555

3 IV Nagari Bayang Utara 2,760 3,039

5,799

4 IV Jurai 15,247 16,056

31,303

5 Batang Kapas 11,181 11,700

22,881

6 Sutera 16,414 16,296

32,710

7 Lengayang 19,560 20,363

39,923

8 Ranah Pesisir 10,404 11,375

21,779

9 Linggo Sari Baganti 15,644 15,644

31,288

10 Pancung Soal 7,709 7,537

15,246

11 Air Pura 5,024 4,950

9,974

12 Basa Ampek Balai Tapan 4,741 4,750

9,491

13 Ranah Ampek Hulu Tapan 4,871 4,817

9,688

14 Lunang 6,808 6,463

13,271

15 Silaut 4,747 4,306

9,053

TOTAL 155,605 159,037

323,149

Page 57: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 46

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

Selanjutnya dari 323,149 jumlah pemilih terdaftar pada Pemilu Legislatif 2014

tersebut terdapat jumlah voter turnout 238,193 orang yang terdiri dari 110,479 laki-laki

dan 127,714 perempuan. Voter turnout perempuan sedikit lebih tinggi daripada voter

turnouut laki-laki. Sebaran jumlah voter turnout pada masing-masing kecamatan terlihat

pada Tabel 4.7 berikut ini.

4.4 Jumlah Voter Turnout Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

Tabel 4.7: Jumlah Voter Turnout Dalam Pemilu Legislatif 2014

Di Kabupaten Pesisir Selatan

Sumber: KPU Kabupaten Pesisir Selatan 2014

Sementara itu, jumlah pemilih dan jumlah voter turn out Pemilu Presiden 2014 di

Kabupaten Pesisir Selatan dapat dilihat pula pada Tabel 4.8 dan Tabel 4.9 berikut ini.

Jumlah pemilih Pemilu Presiden 2014 adalah 325,997 orang yang terdiri dari 161,375

laki-laki dan 164,622 perempuan. Sedangkan jumlah voter turnout Pemilu Presiden 2014

di Kabupaten Pesisir Selatan adalah 206,888 orang yang terdiri dari laki-laki 93,087

orang dan 113,801 orang perempuan. Tabel 4.8 dan tabel 4.9 memperlihat dengan jelas

No Kecamatan Laki-laki Perempuan Total

1 Koto XI Tarusan 12,443 14,161 26,604

2 Bayang 9,826 12,107 21,933

3 IV Nagari Bayang Utara 2,018 2,380 4,398

4 IV Jurai 11,627 13,620 25,247

5 Batang Kapas 7,715 9,224 16,939

6 Sutera 11,694 13,256 24,950

7 Lengayang 12,795 15,490 28,285

8 Ranah Pesisir 7,413 9,123 16,536

9 Linggo Sari Baganti 10,190 11,919 22,109

10 Pancung Soal 5,180 5,693 10,873

11 Air Pura 3,465 3,745 7,210

12 Basa Ampek Balai Tapan 3,328 3,875 7,203

13 Ranah Ampek Hulu Tapan 3,493 3,870 7,363

14 Lunang 5,328 5,542 10,870

15 Silaut 3,964 3,709 7,673

TOTAL 110,479 127,714 238,193

Page 58: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 47

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

jumlah pemilih dan jumlah voter turnout Pemilu Presiden 2014 di Kabupaten Pesisir

Selatan tersebut.

4.5 Jumlah Pemilih Pemilu Presiden 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

Tabel 4.8: Jumlah Pemilih Dalam Pemilu Presiden 2014

di Kabupaten Pesisir Selatan

Sumber: KPU Kabupaten Pesisir Selatan 2014

No Kecamatan Laki-laki Perempuan Total

1 Koto XI Tarusan 17,493 17,781 35,274

2 Bayang 14,094 15,152 29,246

3 IV Nagari Bayang Utara 2,610 2,964 5,574

4 IV Jurai 16,016 16,754 32,770

5 Batang Kapas 11,670 12,109 23,779

6 Sutera 17,299 17,081 34,380

7 Lengayang 20,291 21,141 41,432

8 Ranah Pesisir 10,724 11,634 22,358

9 Linggo Sari Baganti 16,011 15,975 31,986

10 Pancung Soal 8,105 7,962 16,067

11 Air Pura 5,306 5,205 10,511

12 Basa Ampek Balai Tapan 4,847 4,882 9,729

13 Ranah Ampek Hulu Tapan 4,980 4,893 9,873

14 Lunang 7,052 6,678 13,730

15 Silaut 4,877 4,411 9,288

TOTAL 161,375 164,622 325,997

Page 59: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 48

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

4.6 Jumlah Voter Turnout Pemilu Presiden 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

Tabel 4.9: Jumlah Voter Turnout Pemilu Presiden 2014

di Kabupaten Pesisir Selatan

Sumber: KPU Kabupaten Pesisir Selatan 2014

4.7 Jumlah Perolehan Kursi Partai Politik di DPRD Kabupaten Pesisir Selatan 2014

Tabel 4.10 berikut ini menggambarkan jumlah perolehan kursi bagi masing-

masing partai politik peserta Pemilu Legislatif 2014 di DPRD Kabupaten Pesisir Selatan.

Peraih jumlah kursi terbanyak adalah Partai Golongan Karya dengan 6 kursi dari 45 kursi

yang dipertandingkan berdasarkan jumlah suara sah 13,33%. Disusul kemudian oleh

Partai NASDEM, PKS, Partai GERINDRA, Partai DEMOKRAT, PAN, dan Partai

HANURA yang masing-masing memperoleh 5 kursi dengan jumlah suara sah masing-

masing partai tersebut 11,11%. Sedangkan PPP memperoleh 4 kursi atau 8,89%, serta

No Kecamatan Laki-laki Perempuan Total

1 Koto XI Tarusan 9,857 12,141 21,998

2 Bayang 8,364 10,966 19,330

3 IV Nagari Bayang Utara 1,962 2,324 4,286

4 IV Jurai 10,212 12,628 22,840

5 Batang Kapas 6,037 7,752 13,789

6 Sutera 9,476 12,193 21,669

7 Lengayang 10,311 13,484 23,795

8 Ranah Pesisir 6,312 7,955 14,267

9 Linggo Sari Baganti 8,833 10,734 19,567

10 Pancung Soal 4,929 5,250 10,179

11 Air Pura 3,046 3,282 6,328

12 Basa Ampek Balai Tapan 2,477 3,115 5,592

13 Ranah Ampek Hulu Tapan 2,713 3,326 6,039

14 Lunang 4,814 5,081 9,895

15 Silaut 3,744 3,570 7,314

TOTAL 93,087 113,801 206,888

Page 60: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 49

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

PDIP dan PBB masing-masing hanya memperoleh 2 kursi atau masing-masing 4,42%.

jumlah suara sah.

Tabel 4.10: Jumlah Perolehan Kursi Partai Politik di DPRD

Kabupaten Pesisir Selatan Dalam Pemilu Legislatif 2014

NO NAMA PARTAI KURSI SUARA

SAH

%

1 PARTAI NASDEM 5 26,653 11.11%

2 PARTAI KEBANGKITAN BANGSA 1 10,367 2.22%

3 PARTAI KEADILAN SEJAHTERA 5 16,533 11.11%

4 PARATI DEMOKRASI INDONESIA

PERJUANGAN 2 12,782

4.44%

5 PARTAI GOLONGAN KARYA 6 28,892 13.33%

6 PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA 5 27,057 11.11%

7 PARTAI DEMOKRAT 5 19,708 11.11%

8 PARTAI AMANAT NASIONAL 5 24,743 11.11%

9 PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN 4 22,403 8,89%

10 PARTAI HATI NURANI RAKYAT 5 24,234 11.11%

11 PARTAI BULAN BINTANG 2 12,971 4.44%

12 PARTAI KEADILAN DAN PERSATUAN

INDONESIA - 4,301

0.00%

TOTAL 45 230,644 100%

Sumber: KPU Kabupaten Pesisir Selatan 2015

4.8 Jumlah DPT Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Barat serta

Bupati dan Wakil Bupati Pesisir Selatan Tahun 2015

Tabel 4.11: Jumlah DPT Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur

Sumatera Barat serta Bupati dan Wakil Bupati Pesisir Selatan Tahun 2015

NO.

NAMA

KECAMATAN

JUMLAH

DESA/KEL

JUMLAH

TPS

JUMLAH PEMILIH KETERAN

GAN L P L + P

1. AIRPURA 10 40 5.025 5.020 10.045

2. BASA AMPEK BALAI

TAPAN

10 36 4.579 4.700 9.279

3. BATANG KAPAS 9 70 10.808 11.510 22.318

Page 61: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 50

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

4. BAYANG 17 120 13.219 14.401 27.620

5. IV JURAI 20 105 14.945 15.966 30.911

6. IV NAGARI BAYANG

UTARA

6 33 2.593 2.888 5.481

7. KOTO XI TARUSAN 23 130 16.304 16.984 33.288

8. LENGAYANG 9 135 19.252 20.176 39.428

9. LINGGO SARI BAGANTI 16 108 15.197 15.545 30.742

10. LUNANG 10 44 6.798 6.549 13.347

11. PANCUNG SOAL 10 57 7.165 7.253 14.418

12. RANAH AMPEK HULU

TAPAN

10 41 4.820 4.849 9.669

13. RANAH PESISIR 10 91 10.214 11.305 21.519

14. SILAUT 10 39 4.731 4.383 9.114

15. SUTERA 12 133 16.684 16.685 33.369

TOTAL 182 1.182 152.334 158.214 310.548

Sumber: KPU Kabupaten Pesisir Selatan 2015

Dari Tabel 4.11 di atas memperlihatkan bahwa Jumlah Daftar Pemilih Tetap

Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Barat serta Bupati dan Wakil Bupati

Pesisir Selatan 2015 adalah 310,548 orang yang terdiri dari 152,334 orang pemilih laki-

laki dan 158,214 pemilih perempuan. Ini berarti ada penurunan dari jumlah DPT Pemilu

Legislatif 2014 yaitu 325,997 yang terdiri dari 161,375 laki-laki dan 164,622 pemilih

perempuan. Atau ada penambahan dari jumlah DPT Pemilihan Presiden 2014 yaitu

206,888 yang terdiri dari 93,087 laki-laki dan 113,801 pemilih perempuan.

Page 62: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 51

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

5.1 Identitas Responden

Pada bagian ini secara berturut-turut akan dijelaskan tentang identitas responden

yang dikategorikan ke dalam kelompok umur, jenis kelamin, suku bangsa, agama, sebaran

tempat tinggal berbasis kecamatan, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan rata-rata

tingkat pendapatan responden. Bagian ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran

umum tentang responden dan mewakili masyarakat Kabupaten Pesisir Selatan secara

keseluruhan berdasarkan pembagian sampel dari populasi.

5.1.1 Komposisi Responden Berdasarkan Kelompok Umur

Tabel: 5.1 Komposisi Responden Berdasarkan Kelompok Umur

Kelompok

Umur

Jumlah Persentase Persentase Kumulatif

17 - 29 156 39,0 39,0

30 - 42 123 30,8 69,8

43 - 55 82 20,5 90,3

56 - 68 30 7,5 97,8

69 - 81 8 2,0 99,8

82 - 94 1 ,3 100,0

Total 400 100,0

Sumber: Data Primer 2015

Page 63: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 52

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

Berdasarkan survei partisipasi masyarakat Kabupaten Pesisir Selatan dan sikap

masyarakat terhadap politik uang pada Pemilu 2014, responden yang menjawab

pertanyaan adalah 400 orang. Sebanyak 156 orang atau 39,0% adalah yang terbanyak

dalam kelompok umur antara 17-29 tahun Disusul kemudian pada posisi kedua dan

ketiga yaitu responden yang berumur 30-42 tahun yaitu 123 orang atau 30,8% dan

mereka yang berumur antara 43-55 tahun yaitu 82 orang atau 20,5%. Ini memperlihatkan

bahwa rentang umur responden adalah didominasi oleh responden yang berumur antara

17-42 tahun atau 69,8%.

5.1.2 Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel: 5.2 Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis

Kelamin

Jumlah Persentase Persentase Kumulatif

Laki-laki 207 51,8 51,8

Perempuan 193 48,3 100,0

Total 400 100,0

Sumber: Data Primer 2015

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa survei ini telah diikuti oleh sebanyak 207

orang berjenis kelamin laki-laki atau 51,8% dan 193 orang atau 48,3% berjenis kelamin

perempuan. Berdasarkan data ini terdapat pemerataan antara responden laki-laki dan

perempuan dengan selisih perbedaan hanya 14 responden atau 5,5%.

5.1.3 Komposisi Responden Berdasarkan Asal Kecamatan

Dalam survei patisipasi masyarakat dan sikap masyarakat terhadap politik uang

dalam Pemilu 2014 ini terdapat 400 responden yang semuanya menjawab pertanyaan

yang tersebar pada lima belas kecamatan. Sebaran responden tertinggi adalah berada pada

kecamatan IV Nagari Bayang Utara yaitu 60 responden, kemudian disusul oleh kecamatan

Batang Kapas yang terdapat 57 responden dan 49 responden berada di kecamatan Bayang.

Sedangkan responden terendah yang mau menjawab pertanyaan dalam wawancara adalah

pada kecamatan Koto XI Tarusan dan kecamatan Ranah Pesisir, yaitu masing-masing

hanya 13 dan 14 responden.

Tabel 5.3 di bawah ini memperlihatkan persebaran kompoisisi responden

berdasarkan kecamatan tersebut.

Page 64: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 53

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

Tabel: 5.3 Komposisi Responden Berdasarkan Kecamatan

Kecamatan Jumlah Persentase Persentase

Kumulatif

Airpura 20 5,0 5,0

Basa Ampek Balai Tapan 20 5,0 10,0

Batang Kapas 57 14,3 24,3

Bayang 49 12,3 36,5

IV Jurai 13 3,3 39,8

IV Nagari Bayang Utara 60 15,0 54,8

Koto XI Tarusan 13 3,3 58,0

Lengayang 23 5,8 63,8

Linggo Sari Baganti 24 6,0 69,8

Lunang 20 5,0 74,8

Pancung Soal 19 4,8 79,5

Ranah Ampek Hulu Tapan 20 5,0 84,5

Ranah Pesisir 14 3,5 88,0

Silaut 19 4,8 92,8

Sutera 29 7,3 100,0

Total 400 100,0

Sumber: Data Primer 2015

5.1.4 Komposisi Responden Berdasarkan Agama

Tabel: 5.4 Komposisi Responden Berdasarkan Agama

Kategori Agama Jumlah Persentase Persentase Kumulatif

Islam 399 99,8 99,8

Kristen Protestan 1 ,3 100,0

Total 400 100,0

Sumber: Data Primer 2015

Tabel 5.4 di atas memperlihatkan bahwa responden nyaris semua beragama Islam,

hanya satu orang atau 0,3% responden dari sampel terpilih yang menganut agama bukan

Islam, yaitu Kristen Protestan. Ini dapat disimpulkan mengapa komposisi responden

berdasarkan agama hanya terdapat satu orang bukan beragama Islam, karena mayoritas

populasi penelitian ini adalah penganut agama Islam dan bersuku bangsa Minang seperti

terlihat pada Tabel 5.5 berikut ini.

Page 65: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 54

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

5.1.5 Komposisi Responden Berdasarkan Suku Bangsa

Tabel: 5.5 Komposisi Responden Berdasarkan Suku Bangsa

Suku Bangsa Jumlah Persentase Persentase

Kumulatif

Minangkabau 372 93,0 93,0

Jawa 24 6,0 99,0

Melayu 3 ,8 99,8

Lainnya 1 ,3 100,0

Total 400 100,0

Sumber: Data Primer 2015

Data pada tabel di atas memperlihatkan bahwa komposisi responden berdasarkan

suku bangsa adalah dominan bersuku bangsa Minangkabau yakni sebesar 93,0%, diikuti

oleh posisi kedua yaitu 6,0% bersuku bangsa Jawa. Selebihnya adalah bersuku bangsa

Melayu yakni 0,8% dan lainnya 0,3% dari jumlah sampel dan populasi yang telah

ditetapkan semula pada penelitian ini.

5.1.6 Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tabel: 5.6 Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat

Pendidikan

Jumlah Persentase Persentase Kumulatif

SD 49 12,3 12,3

SLTP 56 14,0 26,3

SLTA 217 54,3 80,5

D1, D3, D4 31 7,8 88,3

S1 46 11,5 99,8

S2 ke atas 1 ,3 100,0

Total 400 100,0

Sumber: Data Primer 2015

Berdasarkan komposisi responden menurut tingkat pendidikan, mayoritas tingkat

pendidikan adalah SLTA yakni sebesar 54,3% atau 217 orang dari total 400 responden

secara keseluruhan. Selebihnya adalah berpendidikan SLTP yakni 14,0%, SD 12,3%, S1

11,5%, dan D1, D3, D4 adalah 7,8%. Tingkat pendidikan responden yang tertingggi

adalah S2 meskipun hanya satu orang atau 0,3%.

Page 66: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 55

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

5.1.7 Komposisi Responden berdasarkan Jenis Pekerjaan

Tabel: 5.7 Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Jenis Pekerjaan Jumlah Persentase Persentase

Kumulatif

Guru/Dosen 20 5,0 5,0

Pegawai Pemda 14 3,5 8,5

Pegawai Swasta 16 4,0 12,5

Wiraswasta Kecil2an 38 9,5 22,0

Pensiunan 3 ,8 22,8

Bengkel/Jasa Service 95 23,8 46,5

Petani/Peternak 2 ,5 47,0

Buruh kasar/Pembantu 68 17,0 64,0

Pedagang warung/kaki lima 5 1,3 65,3

Sopir 15 3,8 69,0

Pengusaha/Kontraktor Besar 3 ,8 69,8

Kerja tidak tetap 121 30,3 100,0

Total 400 100,0

Sumber: Data Primer 2015

Dari data di atas dapat diketahui bahwa terdapat sebaran yang bervariasi menurut

jenis pekerjaan responden. Mayoritas jenis pekerjaan responden adalah kerja tidak tetap

yakni 30,3%. Jawaban jenis pekerjaan tidak tetap ini terjadi karena responden mengaku

jenis pekerjaan mereka tidak termasuk ke dalam kategori jenis pekerjaan yang telah

ditetapkan oleh peneliti seperti yang tercantum dalam kuesioner. Jadi mereka mengaku

bahwa jenis pekerjaan mereka bukan guru/dosen atau pegawai pemda, bukan pula

pegawai swasta, wiraswasta kecil-kecilan, pensiunan, bengkel/jasa service,

petani/peternak, buruh kasar/pembantu, pedagang warung/kaki lima, sopir, atau

pengusaha/kontrak besar. Sebagian daripada mereka adalah tukang ojek, pengangguran,

“kerja serabutan”, tukang bersih kebun, dan lain sebagainya yang tidak termasuk ke dalam

sebelas kategori lainnya dalam alternatif jawaban. Dengan demikian jawaban yang

mereka pilih adalah jenis pekerjaan “tidak tetap”.

Jenis pekerjaan peringkat kedua adalah bengkel/jasa service yakni 23,8% atau 95

responden. Buruh kasar/pembantu yakni 68 responden atau17,0%, wiraswasta kecil-

kecilan 38 responden atau 9,5%, guru/dosen 20 responden 5,0%, pegawai swasta 16

responden atau 4,0%, sopir 15 responden atau 3,8%, pegawai pemda 16 responden atau

3,5%. Selebihnya adalah pedagang warung/kaki lima 5 responden atau 1,3%, pensiunan 3

responden atau 0,8%, yang sama jumlahnya dengan pengusaha besar/kontraktor yakni

Page 67: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 56

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

0,8% pula, kemudian petani/peternak yakni dua orang atau 0,5%. dari jumlah total

responden yakni 400 responden.

5.1.8 Komposisi Responden berdasarkan Tingkat Pendapatan

Tabel: 5.8 Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan

Tingkat Pendapatan Jumlah Persentase Persentase

Kumulatif

Di bawah 500 ribu 73 18,3 18,3

500 rb - 999 ribu 137 34,3 52,5

1 juta - 1,499 juta 104 26,0 78,5

1,5 juta - 1,999 juta 40 10,0 88,5

2 juta - 2,499 juta 16 4,0 92,5

2,5 juta - 5 juta 30 7,5 100,0

Total 400 100,0

Sumber: Data Primer 2015

Berkaitan dengan kondisi ekonomi atau komposisi responden menurut tingkat

pendapatan, terdapat 34,3 % atau 137 responden yang berpendapatan atau berpenghasilan

antara 500-999 ribu rupiah dan 26,0% atau 104 responden direntang 1 juta-1,499 juta.

Sedangkan responden yang memiliki tingkat pendapatan antara 1,5 juta-1,999 juta

terdapat 40 responden atau 10,0%, kemudian terdapat 16 responden atau 4,0% yang

memperoleh tingkat pendapatan antara 2 juta-2,4999 juta. Sementara itu, responden yang

memperoleh tingkat pendapatan tertinggi, yakni antara 2,5 juta-5 juta terdapat 30

responden atau 7,5%.

Jika dikategorikan menurut tingkat pendapatan rendah-sedang-tingggi maka

terdapat responden dalam kategori pendapatan rendah yaitu antara 500 ribu-1,499 juta ada

314 reponden atau 78,6%. Sedangkan responden yang tingkat pendapatannya dalam

kategori sedang atau menengah, yakni antara 1,5 juta-2,499 juta adalah 56 responden atau

14,0%. Kategori terakhir adalah responden yang tingkat pendapatannya tinggi, yaitu

antara 2,5 juta-5 juta adalah 30 responden atau 7,5%.

5.2 Pemetaan Partisipasi Masyarakat Dalam Pemilu 2014

Dalam bagian ini akan ditampilkan data temuan lapangan yang berkaitan dengan

partisipasi masyarakat dalam pemilu 2014. Tampilan data dalam bagian ini akan

Page 68: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 57

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

dikomparisikan antara identitas responden yang meliputi indikator umur, jenis kelamin,

desa/kelurahan responden, tingkat pendidikan, agama dan pendapatan dengan indikator

keikutsertaan responden dalam pemilu.

5.2.1 Perbedaan Partisipasi Masyarakat Dalam Pemilu Menurut Kelompok Umur

Survei partisipasi masyarakat dalam pemilu 2014 ini menemukan bahwa ada

perbedaan partisipasi masyarakat menurut kelompok umur. Ini dibuktikan bahwa dari

hasil analisis diperoleh nilai α= 0,045 lebih kecil dari 0,05 yang berarti terdapat perbedaan

partisipasi masyarakat dalam pemilu berdasarkan kelompok umur responden. Jumlah

responden yang terbanyak berpartisipasi adalah kelompok umur 17–29 tahun yaitu 146

orang atau 93,6% dari total 156 responden. Partisipasi tertinggi kedua adalah mereka

dalam kategori kelompok umur 30-32 tahun yaitu 123 orang atau 100%, diikuti oleh

rentang umur 43-55 tahun pada posisi ketiga yaitu 80 orang atau 97,6% dari 82

responden, dan kelompok umur 56-68 tahun pada posisi keempat yaitu 30 orang atau

100%. Sedangkan persentase pertisipasi dalam pemilu terendah berada pada kelompok

umur tua yaitu 69-81 yaitu 8 orang atau 100%, dan kelompok umur 82-94 tahun yaitu 1

orang atau 100%.

Data-data di atas memperlihatkan bahwa partisipasi yang tinggi lebih didominasi

oleh responden dari kalangan muda yaitu 17-32 tahun dan kalangan paruh baya yaitu

mereka yang berumur dalam rentang 43-55 tahun. Ini menginformasikan kenyataan yang

menggembirakan karena kalangan muda ternyata mempunyai partisipasi yang tinggi,

tidak seperti di daerah lain yang pemilih mudanya cenderung rendah, sehingga

menyumbang kepada angka golput yang tinggi, misalnya di Kota Bukittinggi yang golput

pemilih mudanya mencapai 66,29% atau 59 responden dari total 375 responden32. Di

Kabupaten Pesisir Selatan hanya terdapat angka golput atau mereka yang tidak ikut

memilih dari kalangan muda yaitu mereka yang berumur 17-32 tahun, yaitu 10 responden

atau 6,4% dari 156 responden dalam kelompok umur yang sama. Jika dilihat pada

keseluruhan total 400 responden maka persentase partisipasi masyarakat Kabupaten

Pesisir Selatan yang ikut dalam pemilu 2014 adalah 97%, sisanya yakni yang tidak ikut

32 Lihat Aidinil Zetra, dkk., 2015. Perilaku Memilih Masyarakat Kota Bukittinggi Pada Pemilu Legislatif

Tahun 2014. Padang: Laporan Riset Partisipasi Masyarakat dalam Pemilu 2014. Kerjasama Komisi

Pemilihan Umum Kota Bukittinggi dan Pusat Studi Politik Lokal & Otonomi Daerah Universitas Andalas,

hlm. 59.

Page 69: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 58

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

pemilu atau golput adalah 3,0%. Sebaran persentase ini dapat dilihat pada Tabel 5.9

berikut ini:

Tabel 5.9 Perbedaan Partisipasi dalam Pemilu 2014

Menurut Kelompok Umur

Kelompok

Umur

Apakah ikut dalam Pemilu 2014

Total

Ya Tidak

17 - 29 146 10 156

93,6% 6,4% 100,0%

30 - 42 123 0 123

100,0% 0,0% 100,0%

43 - 55 80 2 82

97,6% 2,4% 100,0%

56 - 68 30 0 30

100,0% 0,0% 100,0%

69 - 81 8 0 8

100,0% 0,0% 100,0%

82 - 94 1 0 1

100,0% 0,0% 100,0%

Total 388 12 400

97,0% 3,0% 100,0%

Sumber : Data Primer 2015

5.2.2 Perbedaan Partisipasi Masyarakat dalam Pemilu Menurut Jenis Kelamin

Tabel 5.10 Perbedaan Partisipasi dalam Pemilu 2014 Menurut Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Apakah ikut dalam Pemilu 2014 Total

Ya Tidak

Laki-laki 199 8 207

96,1% 3,9% 100,0%

Perempuan 189 4 193

97,9% 2,1% 100%

Page 70: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 59

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

Total 388 12 400

97,0% 3,0% 100,0%

Sumber : Data Primer 2015

Sementara itu, partisipasi masyarakat dalam pemilu menurut jenis kelamin juga

memperlihatkan tidak adanya perbedaan partisipasi antara responden laki-laki dan

perempuan di Kabupaten Pesisir Selatan. Hal ini terbukti bahwa nilai α= 0,294 lebih

besar dari 0,05. Tabel 5.10 di atas menginformasikan bahwa antara responden perempuan

dan responden laki-laki memiliki partisipasi politik yang sama dalam pemilihan umum

legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan. Dengan kata lain, tingkat partisipasi dalam

pemilihan umum tidak dipengaruhi oleh faktor jenis kelamin.

5.2.3 Perbedaan Partisipasi Masyarakat Dalam Pemilu Menurut Agama

Selanjutnya, mengenai partisipasi masyarakat dalam pemilu, survei ini juga

menemukan bahwa tidak ada perbedaan partisipasi menurut agama. Hal itu dibuktikan

dengan nilai α= 0,860 lebih besar dari 0,05. Dan, hubungan kedua variabel juga sangat

lemah terbukti dari Nilai Koefisien Kontigensinya hanya 0,009, yaitu lebih kecil dari 0,5.

Untuk melihat denga jelas tidak adanya perbedaan partisipasi masyarakat dalam

pemilu menurut agama ini, dapat dilihat pada Tabel 5.11 berikut ini:

Tabel 5.11 Perbedaan Partisipasi dalam Pemilu 2014 Menurut Agama

Agama Responden Apakah ikut dalam Pemilu 2014 Total

Ya Tidak

Islam 387 12 399

97,0% 3,0% 100,0%

Kristen Protestan 1 0 1

100,0% 0,0% 100,0%

Total 388 12 400

97,0% 3,0% 100,0%

Sumber: Data Primer 2015

5.2.4 Perbedaan Partisipasi Masyarakat Dalam Pemilu Menurut Suku Bangsa

Survei ini juga menemukan bahwa ternyata tidak ada perbedaan partisipasi

responden dalam pemilihan umum menurut suku bangsa Minangkabau, Jawa, Melayu dan

Page 71: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 60

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

lainnya di Kabupaten Pesisir Selatan. Hal ini terbukti bahwa nilai α= 0,827 lebih besar

dari 0,05. Dan, hubungan kedua variabel juga lemah terbukti dari Nilai Koefisien

Kontingensinya hanya 0,047 yang lebih kecil dari 0,5.

Untuk melihat lebih jelas tidak adanya perbedaan partisipasi responden dalam

pemilihan umum menurut suku bangsa ini dapat dilihat pada Tabel 5.12 berikut ini.

Tabel 5.12 Perbedaan Partisipasi dalam Pemilu 2014 Menurut Suku Bangsa

Suku Bangsa Apakah ikut dalam Pemilu 2014 Total

Ya Tidak

Minangkabau 361 12 373

96,8% 3,2% 100,0%

Jawa 23 0 23

100,0% 0,0% 100,0%

Melayu 3 0 3

100,0% 0,0% 100,0%

Lainnya 1 0 1

100,0% 0,0% 100,0%

Total 388 12 400

97,0% 3,0% 100,0%

Sumber: Data Primer 2015

5.2.5 Perbedaan Partisipasi Masyarakat Dalam Pemilu Menurut Kecamatan

Tabel 5.13 Perbedaan Partisipasi dalam Pemilu 2014 Menurut Kecamatan

Kecamatan Apakah ikut dalam Pemilu 2014

Total Ya % Tidak %

Air Pura 20 100,0% 0 0,0% 20 100,0%

Basa Ampek Balai

Tapan 20

100,0% 0

0,0% 20

100,0%

Batang Kapas 55 96,5% 2 3,5% 57 100,0%

Bayang 46 91,8% 3 8,2% 49 100,0%

Bayang Utara 57 96,7% 3 3,3% 60 100,0%

IV Jurai 13 100,0% 0 0,0% 13 100,0%

Koto XI Tarusan 12 92,3% 1 7,7% 13 100,0%

Lengayang 23 100,0% 0 0,0% 23 100,0%

Linggo Sari Baganti 24 100,0% 0 0,0% 24 100,0%

Lunang 19 95,0% 1 5,0% 20 100,0%

Page 72: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 61

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

Pancung Soal 19 100,0% 0 0,0% 19 100,0%

Rahul Tapan 20 100,0% 0 0,0% 20 100,0%

Ranah Pesisir 14 100,0% 0 0,0% 14 100,0%

Silaut 19 100,0% 0 0,0% 19 100,0%

Sutera 27 93,1% 2 6,9% 29 100,0%

Total 388

97,0% 12

3,0% 400

100,0%

Sumber : Data Primer 2015

Temuan lain dari penelitian ini adalah ternyata juga menginformasikan tidak

terdapat perbedaan partisipasi dalam pemilu 2014 menurut kecamatan. Ini dibuktikan

dengan nilai α= 0,716 lebih besar dari 0,05 dengan koefisien kontigensinya (C) hanya

0,161 yaitu lebih kecil dari 0,5. Semua kecamatan rata-rata memiliki angka partisipasi

memilih yang tinggi yaitu antara 91,8% hingga 100% dari total 400 responden.

Kecamatan Bayang (91,8%), Kecamatan Koto XI Tarusan (92,3%) dan Kecamatan Sutera

(93,1%). Sedangkan sembilan kecamatan yang lain mencapai tingkat partisipasi 100%.

5.2.6 Perbedaan Partisipasi Dalam Pemilu Menurut Tingkat Pendidikan

Tabel 5.15 Perbedaan Partisipasi Dalam Pemilu 2014

Menurut Tingkat Pendidikan

Pendidikan Apakah ikut dalam Pemilu 2014

Total Ya Tidak

SD 48 1 49

98,0% 2,0% 100,0%

SLTP 56 0 56

100,0% 0,0% 100,0%

SLTA 206 11 217

94,9% 5,1% 100,0%

D1, D3, D4 31 0 31

100,0% 0,0% 100,0%

S1 46 0 46

100,0% 0,0% 100,0%

S2 ke atas 1 0 1

100,0% 0,0% 100,0%

Total 388 12 400

Page 73: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 62

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

97,0% 3,0% 100,0%

Sumber : Data Primer 2015

Berdasarkan data-data pada Tabel 5.15 di atas, survei ini juga menemukan bahwa

tidak terdapat perbedaan partisipasi memilih berdasarkan Tingkat Pendidikan. Ini

dibuktikan dengan nilai α= 0,187 lebih besar dari 0,05. Hubungan kedua variabel juga

lemah terbukti dari Nilai Koefisien Kontigensinya (C) hanya 0,136 yang lebih kecil dari

0,5.

Dari tabel 5.15 terlihat bahwa kelompok responden dengan tingkat pendidikan

SLTA penyumbang terbesar pemilih di Kabupaten Pesisir Selatan, dengan angka

partisipasi 94,9% lebih tinggi daripada mereka yang berpendidikan SD dan SLTP, serta

D1, D3, D4, serta S1 dan S2. Namun demikian di Kabupaten Pesisir Selatan tingkat

pendidikan seseorang bukanlah faktor penentu dari tinggi rendahnya tingkat partisipasi

memilih masyarakat.

5.2.7 Perbedaan Partisipasi Masyarakat Dalam Pemilu Menurut Jenis Pekerjaan

Berdasarkan data hasil penelitian, juga terlihat bahwa tidak terdapat perbedaan

partisipasi masyarakat dalam pemilu responden berdasarkan Jenis Pekerjaan. Ini

dibuktikan dengan nilai α= 0,321 (>0,05) namun hubungannya tidak signifikan karena

Nilai Koefisien Kontigensinya hanya 0,175 (<0,5). Dengan kata lain, partisipasi

masyarakat dalam pemilu di Kabupaten Pesisir Selatan tidak signifikan dipengaruhi oleh

jenis pekerjaan seseorang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.16 berikut:

Tabel 5.16: Perbedaan Partisipasi dalam Pemilu 2014

Menurut Jenis Pekerjaan

Pekerjaan Apakah ikut dalam Pemilu 2014

Total Ya % Tidak %

Guru/Dosen 20 100,0% 0 0,0% 20 100,0%

Pegawai Pemda 14 100,0% 0 0,0% 14 100,0%

Pegawai Swasta 16 100,0% 0 0,0% 16 100,0%

Wiraswasta Kecil2an 38 100,0% 0 0,0% 38 100,0%

Pensiunan 3 100,0% 0 0,0% 3 100,0%

Bengkel/Jasa Service 93 97,9% 2 2,1% 95 100,0%

Petani/Peternak 2 100,0% 0 0,0% 2 100,0%

Buruh kasar/Pembantu 67 98,5% 1 1,5% 68 100,0%

Page 74: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 63

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

Pedagang warung/kaki lima 5 100,0% 0 0,0% 5 100,0%

Sopir 15 100,0% 0 0,0% 15 100,0%

Pengusaha/Kontraktor Besar 3 100,0% 0 0,0% 3 100,0%

Kerja tidak tetap 112 92,6% 9 7,4% 121 100,0%

Total 388

97,0% 12

3.0% 400

100,0%

Sumber : Data Primer 2015

5.2.8 Perbedaan Partisipasi Dalam Pemilu Menurut Tingkat Pendapatan

Survei ini juga menemukan bahwa Tingkat Pendapatan seseorang ternyata tidak

mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pemilu 2014. Jadi, tidak ada perbedaan yang

signifikan antara satu jenis pekerjaan tertentu dengan pekerjaan lain dalam partisipasi

pada pemilu 2014. Hal ini terlihat dari hasil analisis diperoleh nilai α = 0,892 (>0,05)

berarti tidak terdapat perbedaan partisipasi dalam pemilu berdasarkan tingkat pendapatan.

Dan, hubungannya juga tidak signifikan karena Nilai Koefisien Kontingensinya hanya

0,065 (<0,5). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.17 berikut ini:

Tabel 5.17 Perbedaan Partisipasi dalam Pemilu 2014

Menurut Tingkat Pendapatan

Pendapatan

Rumah Tangga

Apakah ikut dalam

Pemilu 2014 Total

Ya Tidak

Di bawah 500 ribu 70 3 73

95,9% 4,1% 100,0%

500 rb - 999 ribu 134 3 137

97,8% 2,2% 100,0%

1 juta - 1,499 juta 101 3 104

97,1% 2,9% 100,0%

1,5 juta - 1,999 juta 38 2 40

95,0% 5,0% 100,0%

2 juta - 2,499 juta 16 0 16

100,0% 0,0% 100,0%

2.5 juta - 5 juta 29 1 30

96,7% 3,3% 100,0%

Total 388 12 400

97,0% 3,0% 100,0%

Sumber : Data Primer 2015

Page 75: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 64

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

5.2.9 Perbedaan Partisipasi Dalam Pemilu Berdasarkan Kondisi Ekonomi Keluarga

Survei ini juga menemukan bahwa tidak terdapat perbedaan partisipasi dalam

pemilu menurut kondisi ekonomi keluarga, yang disusun ke dalam enam kategori, yakni

sangat baik (berpendapatan 2,5 hingga 5 juta), baik (dengan pendapatan 2 juta hingga

2.499 juta), sedang (dengan pendapatan 1 juta hingga 1,999 juta), buruk (dengan

pendapatan 500 hingga 999 ribu), dan sangat buruk (dengan pendapatan di bawah 500

ribu).

Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa kondisi ekonomi seseorang ternyata

tidak mempengaruhi partisipasi mereka dalam dalam pemilu. Tidak ada perbedaan yang

signifikan antara satu jenis pekerjaan tertentu dengan pekerjaan lain dalam partisipasi

pemilu 2014. Hal ini terlihat dari hasil analisis diperoleh nilai α = 0,808 (>0,05) berarti

tidak terdapat perbedaan partisipasi pemilu berdasarkan kondisi ekonomi seseorang. Dan,

hubungannya juga tidak signifikan karena Nilai Koefisien Kontigensinya hanya 0,063

(<0,5). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.18 berikut ini:

Tabel 5.18 Perbedaan Partisipasi dalam Pemilu 2014

Menurut Kondisi Ekonomi Keluarga Responden Saat Ini

Kondisi Ekonomi Keluarga saat ini

Apakah ikut dalam Pemilu

2014

Total

Ya Tidak

Sangat Baik (2,5-5 juta) 12 0 12

100,0% 0,0% 100,0%

Baik (2 juta-2,499 juta) 115 5 119

95,8% 4,2% 100,0%

Sedang (1 juta-1,999 juta) 240 7 247

97,2% 2,8% 100,0%

Buruk (500 ribu-999 ribu) 17 0 17

100,0% 0,0% 100,0%

Sangat Buruk (dibawah 500 ribu) 4 0 4

100,0% 0,0% 100,0%

Total 388 12 400

97,0% 3,0% 100%

Sumber: Data Primer 2015

Perlu dijelaskan di sini bahwa pada bagian 5.2 ini atau Pemetaan Partisipasi

Memilih Pada Pemilu 2014 terdapat beberapa indikator yang digunakan dimana indikator

Page 76: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 65

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

tersebut dikomparasikan dengan indikator partisipasi atau keikutsertaan responden dalam

pemilihan umum 2014. Indikator-indikator yang dipakai tersebut ialah kelompok umur,

jenis kelamin, kecamatan, agama, suku bangssa, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan

pendapatan, serta kondisi ekonomi keluarga responden. Dalam temuan di atas dapat

digeneralisasikan beberapa hal yang berkaitan dengan indikator-indikator tersebut.

Hanya terdapat satu indikator yang mempunyai perbedaan atau pengaruh dalam

keikutsertaan responden dalam pemilu yakni indikator umur. Sedangkan delapan

indikator lainnya tidak memiliki perbedaan atau pengaruh yakni jenis kelamin,

kecamatan, agama, suku bangsa, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan tingkat

pendapatan, serta kondisi ekonomi keluarga responden.

Asumsi yang dapat diutarakan ialah indikator umur memiliki perbedaan di dalam

setiap tingkatannya terhadap partisipasi dalam pemilihan umum di Kabupaten Pesisir

Selatan. Masing-masing kelompok umur memiliki pandangan sendiri terkait dengan

pilihannya untuk ikut atau tidak dalam pemilihan umum.

Indikator umur tentunya dapat dijadikan dasar dalam mengambil kebijakan oleh

pihak terkait untuk meningkatkan partisipasi di Kabupaten Pesisir Selatan karena

indikator ini memiliki perbedaan dalam setiap tingkatan dan pengaruh terhadap partisipasi

masyarakat dalam pemilu. Hal ini tentunya juga tidak mengabaikan indikator-indikator

lainnya yang dalam penelitian ini tidak memiliki perbedaan/pengaruh.

5.3 Motivasi Memilih dalam Pemilu 2014

Tabel 5.19: Motivasi Partisipasi dalam Pemilu 2014

Alasan Ikut Pemilu Frekuensi % Persentase

Komulatif

Mengubah Keadaan Negara 38 9,5 9,5

Kewajiban sebagai Warga Negara 180 45,0 54,5

Hak Warga Negara 130 32,5 87,0

Karena Ingin Mendukung Calon

Tertentu 16 4,0 91,0

Ikatan Organisasi Kemasyarakatan 3 0,8 91,8

Ikatan Kekeluargaan 1 0,3 92,0

Page 77: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 66

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

Ikatan Kedaerahan 2 0,5 92,5

Saran kepada Peserta Pemilu agar

rakyat mau berpartisipasi dalam

Pemilu

12 3,0 95,5

Karena ada bantuan dana 1 0,3 95,8

Berkaca pada pengalaman pemilu

sebelumnya yang efektif mengubah

nasib rakyat

13 3,3 99,0

Karena tidak efektifnya

pemerintahan saat ini 3 0,8 99,8

Ingin mencatat sejarah 1 0,3 100,0

Total 400 100,0

Sumber : Data Primer 2015

Banyak alasan/motivasi masyarakat untuk ikut berpartisipasi — ikut memilih—

dalam pemilu 2014. Seperti terlihat pada Tabel 5.19 di atas, jawaban responden tentang

motivasi tertinggi disebabkan oleh rasa kewajiban sebagai warga negara (45,0%), diikuti

oleh karena pemilu merupakan hak warga negara (32,5%) dan diikuti selanjutnya karena

ingin mengubah keadaan negara/daerah (9,5%). Kemudian 4,0% karena ingin mendukung

calon tertentu, selebihnya karena ikatan organisasi kemasyarakatan 0,8%, karena ikatan

kedaerahan 0,5%, dan karena ikatan kekeluargaan 0,3%.

Setiap orang tentunya memiliki motivasi yang berbeda-beda didalam diri pemilih.

Motivasi berkaitan dengan hal psikologi dalam setiap diri manusia, hal-hal ini mempunyai

korelasi nantinya dengan wujud tindakan yang dapat diartikan sebagai perilaku. Perilaku

dalam masing-masing individu nantinya yang akan menentukan partisipasinya dalam

segala hal termasuk pemilu. Apa yang ditemukan di Kabupaten Pesisir Selatan tentunya

dapat memberikan gambaran secara umum terkait dengan motivasi yang melatarbelakangi

partisipasi responden dalam pemilu tersebut.

Dari hasil analisis diperoleh fakta bahwa pada tingkat kepercayaan 95% tidak

terdapat perbedaan motivasi untuk ikut berpartisipasi dalam pemilu berdasarkan

kelompok umur (α hitung = 0,433), jenis kelamin (α hitung = 0,247), agama (α hitung =

1,000), jenis pekerjaan (α hitung = 0,227), tingkat pendapatan (α hitung = 0,288), dan

kondisi ekonomi keluarga (0,444). Tapi yang menarik adalah perbedaan motivasi memilih

Page 78: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 67

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

ditentukan oleh suku bangsa (α hitung = 0,014<0,05), namun perbedaan motivasinya

lemah karena Koefisien Kontingensinya (C) 0,343<0,5, yakni perbedaannya lemah.

Sedangkan perbedaan motivasi ikut memilih berdasarkan asal kecamatan ditunjukkan

dengan (α hitung = 0,000<0,05), dengan Koefisien Kontingensi (C)=0,635>0,5, jadi

perbedaan motivasinya adalah kuat. Demikian juga perbedaan motivasi ikut memilih

berdasarkan tingkat pendidikan ditunjukkan dengan (α hitung = 0,006<0,05), tetapi

perbedaan motivasi ini tidak kuat karena Koefisien Kontingensi (C)=0,418<0,5.

Berdasarkan fakta diatas yang perlu dicermati adalah perbedaan motivasi ikut

memilih berdasarkan kecamatan. Data-data pada Tabel 5.20 di bawah ini memperlihatkan

bahwa motivasi masyarakat tertinggi mengikuti pemilu adalah sebagai “kewajiban warga

negara” yakni sebanyak 180 responden (45,0%). Diikuti oleh motivasi untuk

“menjalankan hak warga negara” sebanyak 130 responden (32,5%), seterusnya dengan

motivasi untuk “mengubah keadaan negara” sebanyak 38 responden (9,5%). Kemudian

dengan motivasi untuk “mendukung calon tertentu” sebanyak 16 responden (4,0%).

Selebihnya dengan motivasi karena “berkaca pada pemilu sebelumnya yang efektif

mengubah nasib rakyat” sebanyak 13 responden (3,3%). Seterusnya dengan motivasi

sebagai “saran kepada peserta pemilu agar rakyat mau berpartisipasi dalam pemilu”

sebanyak 12 responden (3,0%). Selebihnya hanya ada 1 responden (0,3%) karena ada

bantuan dana dan juga 1 responden (0,3%) karena ingin mencatat sejarah.

180 responden (45,0%) dengan motivasi “kewajiban warga negara” tersebar di

semua kecamatan dengan jumlah responden tertinggi berada di Kecamatan IV Nagari

Bayang Utara sebanyak 41 responden atau 22,8%, dan yang terendah adalah Kecamatan

Pancung Soal yakni 20 responden atau 1,1%. Sedangkan motivasi tertinggi ikut pemilu

yang kedua adalah “hak warga negara” yaitu sebanyak 130 responden. Mereka tersebar di

semua kecamatan dengan responden tertinggi di Kecamatan Batang Kapas yaitu sebanyak

23 responden atau 17,7% dan yang terendah berada di Kecamatan Airpura yakni 3

responden atau 2,3%. Sebaran motivasi kategori ini secara rinci dapat dilihat pada Tabel

5.20 di bawah ini.

Dua kategori motivasi dalam mengikuti pemilu ini, yakni “kewajiban warga

negara” dan “hak warga negara” mengindikasikan atau malahan mencerminkan tingkat

kesadaran politik yang tinggi dari masyarakat untuk berpartisipasi dalam pemilu. Ini akan

menjadi modal bagus bagi penyelenggara pemilu untuk meningkatkan sosialisasi dan

Page 79: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 68

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

mendesain model sosialisasi yang tepat untuk meningkatkan kesadaran masyarakat untuk

berpartisipasi dalam pemilu pada masa-masa yang akan datang.

Persentase sebaran motivasi dalam mengikuti Pemilu Legislatif 2014 yang

tersebar ke dalam semua kecamatan secara rinci dapat dilihat pada Tabel 5.20 di

bawah ini:

Page 80: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 69

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

Motivasi Ikut Pemilu

Tabel 5.20: Motivasi Partisipasi Dalam Pemilu 2014 Menurut Kecamatan

Airpura Basa

Ampek

Balai

Tapan

Batang

Kapas

Bayang IV

Jurai

IV

Nagari

Bayang

Utara

Koto XI

Tarusan

Lengay

ang

Linggo

Sari

Baganti

Lunang Pancung

Soal

Ranah

Ampek

Hulu

Tapan

Ranah

Pesisir

Silaut Sutera

Total

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)

Mengubah Keadaan

Negara

0 4 8 4 0 1 1 1 3 2 4 3 0 5 2 38

0,0% 10,5% 21,1% 10,5% 0,0% 2,6% 2,6% 2,6% 7,9% 5,3% 10,5% 7,9% 0,0% 13,2% 5,3% 100,0%

Kewajiban sebagai

Warga Negara

12 4 18 33 7 41 4 8 10 8 2 4 9 3 17 180

6,7% 2,2% 10,0% 18,3% 3,9% 22,8% 2,2% 4,4% 5,6% 4,4% 1,1% 2,2% 5,0% 1,7% 9,4% 100,0%

Hak Warga Negara 3 8 23 12 6 15 8 8 10 4 6 6 5 6 10 130

2,3% 6,2% 17,7% 9,2% 4,6% 11,5% 6,2% 6,2% 7,7% 3,1% 4,6% 4,6% 3,8% 4,6% 7,7% 100,0%

Karena Ingin

Mendukung Calon

Tertentu

1 1 2 0 0 0 0 2 0 3 6 0 0 1 0 16

6,3% 6,3% 12,5% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 12,5% 0,0% 18,8% 37,5% 0,0% 0,0% 6,3% 0,0% 100,0%

Ikatan Organisasi

Kemasyarakatan

0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 3

0,0% 0,0% 33,3% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 33,3% 0,0% 0,0% 0,0% 33,3% 0,0% 0,0% 0,0% 100,0%

Ikatan kekeluargaan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1

0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 100,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 100,0%

Ikatan Kedaerahan 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 2

0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 50,0% 0,0% 50,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 100,0%

Saran Kepada Peserta

Pemilu Agar rakyat mau

berpartisipasi dalam

pemilu

3 0 2 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 3 0 12

25,0% 0,0% 16,7% 0,0% 0,0% 8,3% 0,0% 0,0% 8,3% 8,3% 0,0% 8,3% 0,0% 25,0% 0,0% 100,0%

Karena ada bantuan

Dana

0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1

0,0% 0,0% 100,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 100,0%

Berkaca pada

pengalaman pemilu

sebelumnya yang efektif

mengubah nasib rakyat

1 2 2 0 0 1 0 0 0 2 0 4 0 1 0 13

7,7% 15,4% 15,4% 0,0% 0,0% 7,7% 0,0% 0,0% 0,0% 15,4% 0,0% 30,8% 0,0% 7,7% 0,0% 100,0%

Karena tidak efektifnya

pemerintahan saat ini

0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 1 0 0 0 3

0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 66,7% 0,0% 0,0% 0,0% 33,3% 0,0% 0,0% 0,0% 100,0%

Ingin mencatat sejarah 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1

0,0% 100,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 100,0%

Total 20 20 57 49 13 60 13 23 24 20 19 20 14 19 29 400

5,0% 5,0% 14,3% 12,3% 3,3% 15,0% 3,3% 5,8% 6,0% 5,0% 4,8% 5,0% 3,5% 4,8% 7,3% 100,0%

Page 81: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 70

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

5.4 Alasan Golput pada Pemilu 2014

Golongan putih (Golput) merupakan salah satu indikator dalam survei ini. Dalam hal

ini akan dilihat tentang apa alasan yang melatarbelakangi responden mengambil keputusan

untuk golput. Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.21 terlihat bahwa terdapat 1,5%

atau 6 responden yang Golput karena tidak terdaftar dalam Pemilu 2014. 0,8% atau 3

responden menjawab “tidak tahu kualitas calon”; 0,8% atau 3 responden memilih jawaban

“tidak percaya dengan calon/partai”.

Tabel 5.21: Alasan Golput Pada Pemilu 2014

Alasan Tidak Ikut Memilih

Jumlah

Persentase

Persentase

Kumulatif

Tdk percaya dg calon/partai 3 0,8 25,0

Tidak tahu kualitas calon 3 0,8 50,0

Tidak terdaftar dlm Pemilu

2014

6 1,5 100,0

Tidak menjawab 388 97,0

Total 400 100,0 100,0

Sumber : Data Primer 2015

Data di atas memperlihatkan bahwa Golput di Kabupaten Pesisir Selatan sangat kecil

jumlahnya, yakni hanya 12 responden atau 3,0%. Ini menginformasikan sesuatu wajar saja

dan tidak perlu dirisaukan benar.

5.5 Penilaian Masyarakat Terhadap Pelaksanaan Pemilu 2014

Berdasarkan survei yang telah dilakukan dapat diketahui penilaian masyarakat

terhadap pelaksanaan pemilu 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan. Pada Tabel 5.22 di bawah

ini ditemukan bahwa mayoritas masyarakat yakni sebanyak 236 responden atau 59,0%

menilai bahwa pelaksanaan Pemilu 2014 berjalan secara jujur dan adil. Tetapi walaupun

demikian Pemilu 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan telah diwarnai oleh politik uang dalam

bentuk atau jenis yang bervariasi.

Jumlah responden yang menilai Pemilu 2014 diwarnai politik uang dengan bentuk

atau jenis politik uang yang bevariasi adalah dalam bentuk “uang tunai” (11,5%), “kerudung,

Page 82: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 71

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

sejadah, helm, dan pakaian” (9,8%), “sembako, mie, ikan” (4,3%), “ pakaian dan sarung”

(3,0%), “door price”(2,8%), “pengobatan gratis, sunatan massal, operasi katarak mata”

(2,0%), “alat pertanian” (1,8%), “traktir makan massal” (1,5%), “konsumsi dan transportasi”

(0,8%), dan “bibit tanaman” (0,5%).

Sebaran indikator dan persentase penilaian terhadap pelaksanaan Pemilu 2014 dapat

dilihat secara rinci pada Tabel 5.22 di bawah ini:

Tabel 5.22: Penilaian Masyarakat terhadap Pelaksanaan Pemilu 2014

Indikator Penilaian Masyarakat

terhadap Pelaksanaan

Pemilu 2014

Jumlah Persentase Persentase

Kumulatif

Jujur dan adil 236 59,0 59,0

Ada tim sukses membagikan uang

secara langsung

46 11,5 70,5

Ada tim sukses membagikan

sembako, mie, ikan

17 4,3 74,8

Ada tim sukses membagikan alat

pertanian

7 1,8 76,5

Ada tim sukses membagikan

kerudung sajadah helm & bentuk

pakaian lainnya

39 9,8 86,3

Ada tim sukses membagikan bibit

tanaman

2 ,5 86,8

Ada tim sukses memberikan janji

door price

11 2,8 89,5

Ada tim sukses memberikan

bantuan jasa (pengobatan gratis,

sunatan masal, operasi katarak,

dll)

8 2,0 91,5

Ada tim sukses memberi bantuan

uang untuk walinagari, ketua

pemuda, dan pengurus mesjid

11 2,8 94,3

Ada politisi memberi uang

pengganti konsumsi &

transportasi kampanye

3 ,8 95,0

Ada tim sukses membagikan

pakaian dan sarung

12 3,0 98,0

Ada tim sukses memberi insentif

untuk tokoh masyarakat & agama

2 ,5 98,5

Page 83: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 72

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

Ada timsukses mentraktir makan

secara masal warga

6 1,5 100,0

Total 400 100,0

Sumber : Data Primer 2015

5.6 Penilaian Masyarakat terhadap Yang Masih Kurang dari Pemilu 2014

Berdasarkan data pada Tabel 5.23 di bawah ini, dapat diketahui mengenai penilaian

masyarakat terhadap hal-hal yang masih kurang dari pelaksanaan Pemilu 2014. Jawaban

tertinggi dalam penilaian adalah 216 responden atau 54,0% dari sampel survei menilai bahwa

sosialisasi masih kurang, selanjutnya posisi kedua 21% adalah pendataan pemilih. Ini

menunjukkan bahwa dalam penyelenggaraan pemilu, aspek yang perlu ditingkatkan dan yang

paling dirasakan masyarakat adalah sosialisasi. Bukan berarti aspek lain lain dapat

diketepikan.

Tabel 5.23: Penilaian Masyarakat Terhadap

Yang Masih Kurang DalamPemilu 2014

Yang masih kurang dari

Pemilu 2014

Frequency Percent Cumulative

Percent

Sosialisasi 216 54,0 54,0

Pendataan pemilih 84 21,0 75,0

Pembentukan badan

penyelenggara

(PPS/KPPS/PPL/Panwascam

13 3,3 78,3

Pendaftaran calon 9 2,3 80,5

Kampanye 49 12,3 92,8

Lainnya 29 7,3 100,0

Total 400 100,0

Sumber: Data Primer 2015

Sedangkan khusus penilaian mengenai pelaksanaan sosialisasi dengan beberapa

indikator, umumnya dinilai dalam derajad sedang yakni bergerak dari nilai 3,24 hingga 3,38.

Beberapa indikator penilaiannya adalah seperti “informasi mengenai tahapan dan program

pemilu”, “tema dan materi tentang penyelenggaraan pemilu”, “pemahaman dan pengetahuan

tentang pentingnya pemilu meningkat”, “pemahaman dan pengetahuan tentang tahapan dan

program pemilu meningkat”, “pemahaman dan pengetahuan tentang tata cara penggunaan

Page 84: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 73

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

hak politik”, “meningkatnya kesadaran masyarakat khususnya pemilih untuk berpartisipasi

dalam setiap tahapan pemilu”, dan “meningkatnya kesadaran dan partisipasi pemilih dalam

menggunakan hak pilihnya”. Sebaran nilai dan derajat penilaian dari masing-masing

indikator ini secara rinci dapat dilihat pada Tabel 5.24 berikut ini:

Tabel 5.24: Penilaian Masayarakat terhadap Pelaksanaan Sosialisasi Pemilu 2014

No Indikator Nilai Derajat

1 Informasi mengenai tahapan dan program Pemilu

3,38 Sedang

2 Tema dan materi tentang penyelenggaraan Pemilu

3,35 Sedang

3 Meningkatnya Pemahaman dan pengetahuan tentang pentingnya Pemilu

3,28 Sedang

4 Meningkatnya Pemahaman & pengetahuan tentang tahapan & program Pemilu

3,24 Sedang

5

Meningkatnya Pemahaman & pengetahuan tentang tata cara penggunaan hak politik & hak pilih

3,25 Sedang

6

Meningkatnya kesadaran masyarakat khususnya pemilih untuk berpartisipasi dalam setiap tahapan pemilu

3,29 Sedang

7 Meningkatnya kesadaran dan partisipasi pemilih dalam menggunakan hak pilihnya

3,44 Sedang

Sumber : Data Primer 2015

5.7 Program Sosialisasi Pemilu Yang Diharapkan ke Depan

Dalam kaitannya dengan pertanyaan kuesioner “seperti apa program sosialisasi yang

anda harapkan?”, jawaban responden yang tertinggi adalah sosialisasi melalui “tatap muka”,

yakni 47,5%, kemudian “melibatkan tokoh masyarakat”, 27,5%, “memperbanyak baliho”,

10,3%, “melalui kesenian”, 9,0%, dan “melalui program nagari”, 5,8%.

Tabel 5.25: Program Sosialisasi Pemilu ke Depan Yang Diharapkan Masyarakat

Program sosialisasi

yang diharapkan Jumlah Persentase Persentase

Kumulatif

Page 85: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 74

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

Melibatkan tokoh masyarakat 110 27,5 27,5

Melalui kesenian 36 9,0 36,5

Memperbanyak baliho/poster 41 10,3 46,8

Melalui program nagari 23 5,8 52,5

Tatap muka 190 47,5 100,0

Total 400 100,0

Sumber : Data Primer 2015

Ketika dikomparasikan dengan kelompok umur maka yang paling menginginkan

perbaikan sosialisasi pemilu adalah kelompok umur muda, yaitu mereka yang berumur 17-42

tahun sebanyak 279 responden. Selanjutnya kelompok umur paruh baya yakni 43-55 tahun

sebanyak 82 responden, kelompok umur tua 56-68 tahun sebanyak 30 responden. Sedangkan

kelompok umur usia lanjut yakni 69-94 tahun terdapat 9 responden yang masih

menginginkan perbaikan sosialisasi ke dapan.

Dari kelompok umur muda 17-42 tahun, yakni 48,2% sosialisasi ke depan yang

paling banyak diharapkan adalah dengan cara “melibatkan tokoh masyarakat”, kemudian

kelompok umur 43-55 tahun sebanyak 29,3% mengharapkan perbaikan melalui hal yang

sama. Tabel 5.26 di bawah ini memperlihatkan hal tersebut.

Tabel 5.26: Program Sosialisasi Ke Depan Yang Perlu Diperbaiki

Menurut Kelompok Umur

Kelompok Umur

Program sosialisasi yang diharapkan ke depan

Total Melibatkan

tokoh

masyarakat

Melalui

kesenian

Memperban

yak

baliho/poste

r

Melalui

program

nagari

Tatap

muka

17 - 29

40 17 20 8 71 156

25,6% 10,9% 12,8% 5,1% 45,5% 100,0%

30 - 42 34 11 12 5 61 123

27,6% 8,9% 9,8% 4,1% 49,6% 100,0%

43 - 55 24 4 6 7 41 82

29,3% 4,9% 7,3% 8,5% 50,0% 100,0%

56 - 68 9 0 3 2 16 30

30,0% 0,0% 10,0% 6,7% 53,3% 100,0%

69 - 81 3 3 0 1 1 8

37,5% 37,5% 0,0% 12,5% 12,5% 100,0%

82 - 94 0 1 0 0 0 1

Page 86: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 75

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

0,0% 100,0% 0,0% 0,0% 0,0% 100,0%

Sumber: Data Primer 2015

Berdasarkan hasil analisis ternyata nilai hitung (α= 0,062 (>0,05) ini berarti terdapat

perbedaan terhadap program sosialisasi yang diharapkan menurut kelompok umur responden.

Artinya masing-masing kelompok umur mempunyai harapan yang berbeda terhadap

program-program sosialisasi ke depan. Tetapi hubungan antara kelompok umur dengan

program-program sosialisasi yang diharapkan ke depan adalah lemah atau tidak kuat. Ini

dibuktikan melaui nilai Koefisien Kontingensi (C) 0,266<0,5 yang berarti hubungannya

lemah atau tidak ada hubungan.

Tabel 5.27: Program Sosialisasi Ke Depan Yang Perlu Diperbaiki

Menurut Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

Program Sosialisasi yang diharapkan ke depan

Total

Melibatkan

tokoh

masyarakat

Melalui

kesenian

Memperba

nyak

baliho/

poster

Melalui

program

nagari

Tatap muka

Laki-laki

59 16 22 10 100 207

28,5% 7,7% 10,6% 4,8% 48,3% 100,0%

Perempuan

51 20 19 13 90 193

26,4% 10,4% 9,8% 6,7% 46,6% 100,0%

Total 110 36 41 23 190 400

27,5% 9,0% 10,3% 5,8% 47,5% 100,0%

Sumber: Data Primer 2015

Ketika dikomparasikan dengan jenis kelamin maka survei ini menemukan bahwa

tidak ada perbedaan harapan antara responden laki-laki dan perempuan terhadap program

sosialisasi yang perlu diperbaiki ke depan. Ini dibuktikan dengan analisis nilai hitung (α=

0,795 (>0,05) yang berarti tidak ada perbedaan harapan antara responden laki-laki dan

perempuan. Ini juga dibuktikan melaui nilai Koefisien Kontingensi (C) 0,065<0,5 yang

berarti hubungannya lemah atau tidak ada hubungan antara harapan responden laki-laki dan

perempuan terhadap program sosialisasi yang perlu diperbaiki ke depan.

Page 87: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 76

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

Fakta ini menginformasikan bahwa antara responden laki-laki dan perempuan relatif

sama-sama mengharapkan perbaikan sosialisasi ke depan melalui program-program seperti

“melibatkan tokoh masyarakat”, “melalui kesenian”, “memperbanyak baliho/poster”,

“melalui program nagari”, dan “melalui tatap muka”. Kedua jenis kelamin ini juga sama-

sama tinggi mengharapakn agar program sosialisasi ke depan lebih banyak menggunakan

“tatap muka”, 100 responden atau 48,3% laki-laki dan 90 responden perempuan atau 46,6%

sama-sama kuat mengharapkan program sosialisasi pemilu melalui “tatap muka” ini.

Demikian juga mereka sama-sama tinggi mengharapkan program sosialisasi ke dapan melalui

“melibatkan tokoh masyarakat”, yaitu 28,5% untuk responden laki-laki dan 26,4% untuk

responden perempuan.

5.8 Pemahaman Masyarakat tentang Pemilukada (Gubernur dan Bupati) 2015

5.8.1 Pengetahuan Masyarakat Tentang Pelaksanaan Pemilihan Gubernur dan Wakil

Gubernur Sumatera Barat 2015-2020

Tabel 5.28: Pengetahuan Masyarakat Tentang Pelaksanaan

Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Barat 2015-2020

Pengetahuan masyarakat

tentang Pelaksanaan

Pemilihan Gubernur dan

Wakil Gubernur Sumatera

Barat 2015-2020

Jumlah Persentase Persentase

Kumulatif

Tahu 387 96,8 96,8

Tidak tahu 13 3,3 100,0

Total 400 100,0

Sumber: Data Primer 2015

Berdasarkan data di atas survei ini menemukan bahwa masyarakat sudah tahu

tentang akan dilaksanakannya pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Barat pada

tahun 2015. Responden yang menjawab “tahu” sebanyak 387 orang atau 96,8%, sedangkan

yang menjawab “tidak tahu” relatif sangat sedikit yaitu sebanyak 13 responden atau 3,3%.

Fakta ini tentu saja menggembirakan semua pihak, terutama para penyelenggara pemilukada.

Page 88: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 77

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

Tabel 5.29: Pengetahuan Masyarakat Tentang Pelaksanaan Pemilihan Gubernur

dan Wakil Gubernur Sumatera Barat 2015-2020 Menurut Kelompok Umur

Kelumpok Umur Jumlah Persentase Persentase

Kumulatif

17 - 29 151 5 156

96,8% 3,2% 100,0%

30 - 42 120 3 123

97,6% 2,4% 100,0%

43 - 55 79 3 82

96,3% 3,7% 100,0%

56 - 68 29 1 30

96,7% 3,3% 100,0%

69 - 81 7 1 8

87,5% 12,5% 100,0%

82 - 94 1 0 1

100,0% 0,0% 100,0%

Total 387 13 400

96,8% 3,3% 100,0%

Sumber: Data Primer 2015

Survei ini juga menemukan bahwa pengetahuan masyarakat tentang pelaksanaan

pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Barat 2015-2020 jika dilihat dari

kelompok umur persentase yang tertinggi adalah kelompok umur 17-29 tahun, yakni 96,8%

atau 151 responden. Diikuti kemudian oleh kelompok umur 30-42 tahun, yaitu 97,6% atau

120 responden dan kelompok umur 43-55 tahun, yaitu 96,3% atau sebanyak 79 responden.

Sementara hampir semua mereka yang kelompok umurnya 56-68 tahun atau 29 responden

atau 96,7% telah tahu ketika ditanyakan “Apakah Anda mengetahui bahwa tahun 2015 akan

dilaksanakan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Barat?”. Hanya satu

responden yang menjawab “tidak tahu”. Demikian juga dengan kelompok umur 69-81 tahun,

87,5% atau 7 (tujuh) responden menjawab “tahu” dan hanya 1 (satu) responden yang

menjawab “tidak tahu”. Sedangkan satu-satunya responden kelompok umur 82-94 tahun

menjawab “tahu”.

Selanjutnya survei ini juga menemukan bahwa pengetahuan masyarakat tentang

Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Barat 2015-2020 menurut jenis kelamin

terdapat 97,6% atau 202 responden laki-laki yang “tahu” dan hanya 5 reponden laki-laki dari

207 tota responden laki-laki yang menjawab “tidak tahu”. Sedangkan responden perempuan

Page 89: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 78

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

yang menjawab “tahu” adalah 95,9% atau 185 responden dan hanya 4,1% atau 8 responden

dari 193 total responden perempuan.

Tabel 5.30: Pengetahuan Masyarakat Tentang Pelaksanaan Pemilihan Gubernur

dan Wakil Gubernur Sumatera Barat 2015-2020 Menurut Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

Apakah anda mengetahui tahun 2015 akan

dilaksanakan Pemilihan Gubernur SB?

Total

Tahu Tidak tahu

Laki-laki 202 5 207

97,6% 2,4% 100,0%

Perempuan 185 8 193

95,9% 4,1% 100,0%

Total 387 13 400

96,8% 3,3% 100,0%

Sumber: Data Primer 2015

Berdasarkan analisis Chi-Square nilai hitung (α= 0,330) adalah lebih besar dari nilai

pembandingnya 0,05. Ini berarti tidak terdapat perbedaan terhadap pengetahuan masyarakat

tentang pelaksanaan pilkada 2015 menurut jenis kelamin. Artinya masing-masing jenis

kelamin mempunyai pengetahuan yang relatif sama terhadap pelaksanaan pilkada Gubernur

dan Wakil Gubernur Sumatera Barat 2015. Fakta ini juga dibuktikan dengan nilai Koefisien

Kontingensi (C) 0,049 yang lebih kecil dari 0,5 yang berarti hubungannya lemah atau tidak

ada hubungan.

5.8.2 Sumber Informasi Tentang Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera

Barat 2015-2020

Pertanyaan selanjutnya yang diajukan kepada responden adalah mengenai “dari

manakah Anda mengetahui informasi tentang Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur

Sumatera Barat tahun 2015?”. Persentase tertinggi jawaban responden terhadap alternatif

jawaban yang tersedia adalah ternyata dari “spanduk/baliho”, yakni 50,0% atau 200

responden. Kemudian diikuti oleh 13,0% atau 53 responden yang menjawab mendapat

informasi dari “sosialisasi oleh KPU Pesisir Selatan”, dan dari “teman/tetangga/saudara”

sebanyak 13,0% atau 52 responden., sedangkan dari “TV” adalah sebesar 11,8% atau 47

Page 90: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 79

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

responden. Sementara sumber informasi yang lain seperti “Koran”, “Pemerintah Kabupaten

Pesisir Selatan”, “radio”, dan “website” hanya di bawah 5,0% atau di bawah 20 reponden.

Fakta ini menunjukkan bahwa “spanduk/baliho” merupakan sumber informasi yang

utama tentang pengetahuan masyarakat tentang Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur

Sumatera Barat tahun 2015. Untuk melihat sebaran persentase sumber informasi tentang

pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur tersebut secara rinci dapat dilihat pada Tabel 5.31

di bawah ini.

Tabel 5.31: Sumber Informasi Tentang Pemilihan Gubernur

& Wakil Gubernur Sumatera Barat 2015-2020

Sumber Informasi

Jumlah Persentase Persentase

Kumulatif

Radio 2 ,5 ,5

Koran 20 5,0 5,5

TV 47 11,8 17,3

Spanduk/baliho 200 50,0 67,3

Website 2 ,5 67,8

Pemerintah Kabupaten Pesisir

Selatan

20 5,0 72,8

Sosialisasi oleh KPU Pesisir

Selatan

53 13,3 86,0

Teman/tetangga/saudara 52 13,0 99,0

Lainnya 4 1,0 100,0

Total 400 100,0

Sumber: Data Primer 2015

5.8.3 Pengenalan Masyarakat Terhadap Calon Gubernur dan Wakil Gubernur

Sumatera Barat 2015

Jika Tabel 5.31 di atas memperlihatkan “pengetahuan” masyarakat tentang akan

dilaksanakannya Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Barat tahun 2015, maka

Tabel 5.32 di bawah ini menunjukkan fakta bahwa “pengenalan” masyarakat terhadap calon

Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Barat 2015 relatif jawaban responden tidak

menunjukkan perbedaan yang mencolok. Pertanyaan yang diajukan kepada responden

tentang pengenalan ini adalah “Apakah Anda telah mengenal bakal calon Gubernur dan

Wakil Gubernur Sumatera Barat 2015?”, dengan alternatif jawaban “tidak kenal”, “kenal

Page 91: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 80

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

nama”, “kenal wajah”, dan “kenal rekam jejak”. Ternyata persentase jawaban tertinggi

responden adalah “kenal nama”, yakni 44,3% atau 177 orang dari total 400 responden.

Berikutnya di peringkat kedua adalah “kenal wajah” yaitu 32,0% atau 128 responden, serta di

peringkat ketiga adalah “tidak kenal” yaitu 21,3% atau 85 responden, dan hanya 2,5% atau 10

responden yang menjawab “kenal rekam jejak”.

Tabel 5.32: Pengenalan Masyarakat Terhadap Calon Gubernur

dan Wakil Gubernur Sumatera Barat 2015-2020

Kategori Pengenalan Jumlah Persentase Persentase

Kumulatif

Tidak kenal 85 21,3 21,3

Kenal nama 177 44,3 65,5

Kenal wajah 128 32,0 97,5

Kenal rekam jejak 10 2,5 100,0

Total 400 100,0

Sumber: Data Primer 2015

Sementara itu ketika pengenalan masyarakat terhadap Calon Gubernur dan Wakil

Gubernur Sumatera Barat 2015 ini dikonfirmasi menurut kelompok umur, maka ditemukan

bahwa tidak ada perbedaan “pengenalan” menurut kelompok umur ini, baik dalam kategori

“tidak kenal”, “kenal nama”, “kenal wajah”, dan “kenal rekam jejak”. Ini dibuktikan dengan

hasil analisis Chi-Square di mana nilai hitung (α= 0,343 lebih besar dari 0,05) yang berarti

relatif tidak ada perbedaan “pengenalan” responden terhadap Calon Gubernur dan Wakil

Gubernur Sumatera Barat 2015 tersebut. Fakta ini juga dibuktikan dengan perhitungan

Koefisien Kontingensi (C) 0,200 lebih kecil dari 0,5 yang berarti tidak ada hubungan antara

kelompok umur ini.

Meskipun demikian, yang patut dicatat dalam Tabel 5.33 ini adalah bahwa

persentase yang tertinggi jawaban responden dalam masing-masing kelompok umur adalah

yang menjawab “kenal nama”, yaitu 44,3% atau 177 responden. Sedangkan semua kelompok

umur yang menjawab “kenal wajah” adalah 32,0% atau 128 responden, diikuti oleh jawaban

“tidak kenal” sebanyak 21,3% atau 85 responden, dan hanya 2,5% atau 10 responden yang

“kenal rekam jejak”. Ini berarti bahwa persentase tertinggi “pengenalan” responden terhadap

Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Barat 2015 adalah hanya “kenal nama”.

Page 92: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 81

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

Sebaran jawaban responden terhadap “pengenalan” ini secara rinci dapat dilihat pada Tabel

5.33 di bawah ini.

Tabel 5.33: Pengenalan Masyarakat Terhadap Calon Gubernur dan

Wakil Gubernur Sumatera Barat 2015 Menurut Kelompok Umur

Kelompok

Umur

Apakah Anda telah mengenal Calon Gubernur dan

Wakil Gubernur Anda?

Total

Tidak Kenal Kenal Nama Kenal

Wajah

Kenal

Rekam

Jejak

17 – 29 33 60 59 4 156

21,2% 38,5% 37,8% 2,6% 100,0%

30 – 42 26 56 40 1 123

21,1% 45,5% 32,5% 0,8% 100,0%

43 – 55 14 45 19 4 82

17,1% 54,9% 23,2% 4,9% 100,0%

56 – 68 9 12 8 1 30

30,0% 40,0% 26,7% 3,3% 100,0%

69 – 81 2 4 2 0 8

25,0% 50,0% 25,0% 0,0% 100,0%

82 – 94 1 0 0 0 1

100,0% 0,0% 0,0% 0,0% 100,0%

Total 85 177 128 10 400

21,3% 44,3% 32,0% 2,5% 100,0%

Sumber: Data Primer 2015

Sementara itu ketika dikonfirmasi menurut jenis kelamin mengenai pengenalan

calon ini maka terdapat perbedaan pengenalan meskipun relatif kecil perbedaannya. Fakta ini

ditunjukkan melalui hasil analisis Chi-Square dengan nilai hitung (α= 0,040 lebih kecil dari

0,05) yang berarti ada perbedaan pengenalan menurut jenis kelamin ini meskipun

perbedaannya relatif kecil. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.34 di bawah ini, yaitu

responden laki-laki yang “kenal nama” adalah 45,9% atau 95 responden, sedangkan

responden perempuan adalah 42,5% atau 82 responden; sementara responden laki-laki yang

menjawab “kenal wajah” adalah 34,8% atau 72 responden, sedangkan responden perempuan

yang “kenal wajah” adalah 29,0% atau 56 responden. Responden laki-laki yang “kenal rekam

jejak” adalah 3,4% dan responden perempuan yang “kenal wajah” calon Gubernur dan Wakil

Gubernur hanya 1,6% atau 3 responden.Tetapi jawaban dengan kategori “tidak kenal”,

persentase jawaban responden perempuan adalah lebih tinggi dari jawaban responden laki-

Page 93: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 82

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

laki, yaitu 26,9% atau 52 orang untuk responden perempuan dan 15,9% atau 33 orang untuk

responden laki-laki.

Jadi, relatif memang terdapat perbedaan jawaban responden menurut jenis kelamin

tentang pengenalan responden terhadap calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Barat

2015 tersebut. Untuk jelasnya, perbedaan sebaran jawaban tersebut dapat dilihat secara rinci

pada Tabel 5.34 di bawah ini.

Tabel 5.34: Pengenalan Masyarakat Terhadap Calon Gubernur dan

Wakil Gubernur Sumatera Barat 2015 Menurut Jenis Kelamin

Jenis

Kelamin

Apakah Anda telah mengenal Calon Gubernur dan Wakil

Gubernur Anda?

Total

Tidak Kenal Kenal Nama Kenal Wajah Kenal

Rekam Jejak

Laki-laki 33 95 72 7 207

15,9% 45,9% 34,8% 3,4% 100,0%

Perempuan 52 82 56 3 193

26,9% 42,5% 29,0% 1,6% 100,0%

Total 85 177 128 10 400

21,3% 44,3% 32,0% 2,5% 100,0%

Sumber: Data Primer 2015

5.8.4 Pengetahuan Masyarakat Tentang Pelaksanaan Pemilihan Bupati dan Wakil

Bupati Pesisir Selatan 2015

Lain daripada itu, pengetahuan responden tentang pelaksanaan pemilihan Bupati dan

Wakil Bupati Pesisir Selatan 2015 juga menunjukkan jawaban yang relatif sama dengan

jawaban tentang pengetahuan terhadap pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera

Barat 2015. Pertanyaan yang diajukan kepada responden adalah “ Apakah Anda mengetahui

tahun 2015 akan dilaksanakan pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Pesisir Selatan?”.

Alternatif jawaban yang disediakan adalah “tahu” dan “tidak tahu”.

Survei ini menemukan bahwa responden yang menjawab “tahu” adalah 95,5% atau

382 responden (pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Barat adalah 96,8% atau

387 responden) dan “tidak tahu” adalah 4,5% atau 18 responden (pemilihan Gubernur dan

Wakil Gubernur Sumatera Barat 2015 adalah 3,3% atau 13 responden). Jadi, relatif sama

Page 94: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 83

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

sebaran jawabannya tentang pengetahuan antara pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur

Sumatera Barat 2015 dan pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Pesisir Selatan 2015 ini.

Tabel 5.35: Pengetahuan Masyarakat Tentang Pelaksanaan Pemilihan

Bupati dan Wakil Bupati Pesisir Selatan 2015-2020

Apakah Anda mengetahui tahun 2015

akan dilaksanakan Pemilihan

Bupati&Wakil Bupati Pesisir Selatan?

Jumlah Persentase Persentase

Kumulatif

Tahu 382 95,5 95,5

Tidak Tahu 18 4,5 100,0

Total 400 100,0

Sumber: Data Primer 2015

Fakta ini juga dibuktikan melalui analisis Chi-Square dengan nilai hitung (α= 0,134

lebih besar dari 0,05) yang berarti tidak ada perbedaan pengetahuan tentang pelaksanaan

pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Pesisir Selatan 2015 menurut kelompok umur ini. Ini

juga dibuktikan dengan nilai Koefisien Kontingensi (C) 0,144 lebih kecil dari 0,5 yang

berarti tidak ada hubungan kelompok umur responden dengan pengetahuan tentang pemilihan

Bupati dan Wakil Bupati Pesisir Selatan 2015 ini.

Pada Tabel 5.36 di bawah ini memperlihatkan bahwa semua kategori kelompok

umur seperti 17-29 tahun, 30-42 tahun, 43-55 tahun, 56-68 tahun, 69-81 tahun, dan 82-94

tahun menunjukkan persentase yang sama-sama tingginya. Kelompok umur 17-29 tahun

terdapat 95,5% atau 149 responden yang “tahu” akan ada pemilihan Bupati dan Wakil Bupati

Pesisir Selatan 2015. Demikian juga terdapat 96,7% atau 119 responden dari kelompok umur

30-42 tahun, 95,1% atau 78 responden dari kelompok umur 43-55 tahun, 96,7% atau 29

responden dari kelompok umur 56-68 tahun, 75,0% atau 6 reponden dari kelompok umur 69-

81tahun, serta 100% atau 1 responden dari kelompok umur 82-94 tahun. Sebaran persentase

tentang pengetahuan pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Pesisir Selatan 2015 menurut

kelompok ini dapat dilihat pada Tabel 5.36 di bawah ini:

Page 95: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 84

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

Tabel 5.36: Pengetahuan Masyarakat Terhadap Calon Bupati dan

Wakil Bupati Pesisir Selatan 2015-2020 Menurut Kelompok Umur

Kelompok

Umur

Apakah anda mengetahui tahun 2015 akan

dilaksanakan Pemilihan Bupati Pessel?

Total

Tahu Tidak Tahu

17 - 29 149 7 156

95,5% 4,5% 100,0%

30 - 42 119 4 123

96,7% 3,3% 100,0%

43 - 55 78 4 82

95,1% 4,9% 100,0%

56 - 68 29 1 30

96,7% 3,3% 100,0%

69 - 81 6 2 8

75,0% 25,0% 100,0%

82 - 94 1 0 1

100,0% 0,0% 100,0%

Total 382 18 400

95,5% 4,5% 100,0%

Sumber: Data Primer 2015

Demikian halnya bahwa pengetahuan responden tentang akan adanya pelaksanaan

pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Pesisir Selatan 2015 juga menemukan tidak adanya

perbedaan jika dilihat menurut jenis kelamin. Antara responden laki-laki dan perempuan

menunjukkan persentase yang relatif sama tingginya ketika diajukan pertanyaan “Apakah

Anda mengetahui tahun 2015 akan dilaksanakan pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Pesisir

Selatan?”, dengan alternatif jawaban “tahu” dan “tidak tahu”.

Responden berjenis kelamin laki-laki yang menjawab “tahu” ada 96,1% atau 199

responden, sedangkan yang menjawab “tidak tahu” ada 3,9% atau 8 responden. Sementara itu

responden berjenis kelamin perempuan yang menjawab “tahu” ada 95,3% atau 183

responden, sedangkan yang menjawab “tidak tahu” ada 4,7% atau 10 responden.

Berdasarkan data-data tersebut nampak bahwa tidak ada perbedaan pengetahuan

responden mengenai akan adanya pelaksanaan pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Pesisir

Selatan 2015 menurut kelompok umur ini. Ini dibuktikan melalui analisis Chi-Square dengan

nilai hitung α= 0,526 yang berarti pengetahuan tentang akan adanya pelaksanaan pemilihan

Page 96: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 85

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

Bupati dan Wakil Bupati Pesisir Selatan 2015 menyebar secara merata pada kelompok umur

responden. Tabel 5.37 berikut ini memperlihatkan fakta tersebut.

Tabel 5.37: Pengetahuan Masyarakat Terhadap Calon Bupati dan

Wakil Bupati Pesisir Selatan 2015-2020 Menurut Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

Apakah anda mengetahui tahun 2015 akan

dilaksanakan Pemilihan Bupati Pessel?

Total

Tahu Tidak Tahu

Laki-laki 199 8 207

96,1% 3,9% 100,0%

Perempuan 183 10 193

95,3% 4,7% 100,0%

Total 382 18 400

95,5% 4,5% 100,0%

Sumber: Data Primer 2015

5.8.5 Pengenalan Masyarakat Terhadap Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesisir

Selatan 2015

Pengetahuan masyarakat yang tidak berbeda menurut kelompok umur dan jenis

kelamin tentang akan adanya pelaksanaan pemilihan Bupati dan wakil Bupati Pesisir Selatan

2015 juga sama hasilnya dengan pengenalan masyarakat terhadap calon Bupati dan Wakil

Bupati tersebut. Pertanyaan yang diajukan kepada responden adalah “Apakah Anda telah

mengenal calon Bupati dan Wakil Bupati Pesisir Selatan 2015-2020?” dengan alternatif

kategori jawaban “tidak kenal”, “kenal nama”, “kenal wajah”, dan “kenal rekam jejak”. Jadi,

ini untuk melihat apakah ada konsistensi responden antara “tahu” dan “kenal” terhadap calon

Bupati dan Wakil Bupati dimaksud. Tabel 5.38, 5.39, dan 5.40 memperlihatkan fakta-fakta

tersebut.

Tabel 5.38: Pengenalan Masyarakat Terhadap Calon Bupati

dan Wakil Bupati Pesisir Selatan 2015-2020

Apakah Anda telah mengenal

calon Bupati & Wakil Bupati

Pesisir Selatan?

Frequency Percent Cumulative

Percent

Tidak kenal 77 19,3 19,3

Kenal nama 175 43,8 63,0

Page 97: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 86

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

Kenal wajah 139 34,8 97,8

Kenal rekam jejak 9 2,3 100,0

Total 400 100,0

Sumber: Data Primer 2015

Tabel 5.39: Pengenalan Masyarakat Terhadap Calon Bupati dan

Wakil Bupati Pesisir Selatan 2015-2020 Menurut Kelompok Umur

Kelompok Umur

Apakah Anda sudah mengenal calon Bupati & Wakil

Bupati Pesisir Selatan 2015-2020?

Total

Tidak Kenal Kenal Nama Kenal Wajah Kenal

Rekam Jejak

17 - 29 28 63 62 3 156

17,9% 40,4% 39,7% 1,9% 100,0%

30 - 42 25 56 40 2 123

20,3% 45,5% 32,5% 1,6% 100,0%

43 - 55 14 39 26 3 82

17,1% 47,6% 31,7% 3,7% 100,0%

56 - 68 8 14 7 1 30

26,7% 46,7% 23,3% 3,3% 100,0%

69 - 81 1 3 4 0 8

12,5% 37,5% 50,0% 0,0% 100,0%

82 - 94 1 0 0 0 1

100,0% 0,0% 0,0% 0,0% 100,0%

Total 77 175 139 9 400

19,3% 43,8% 34,8% 2,3% 100,0%

Sumber: Data Primer 2015

Tabel 5.40: Pengenalan Masyarakat Terhadap Calon Bupati dan

Wakil Bupati Pesisir Selatan 2015-2020 Menurut Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

Apakah Anda sudah mengenal Calon Bupati dan

Wakil Bupati Pesisir Selatan 2015-2020?

Total Tidak Kenal Kenal Nama Kenal Wajah Kenal Rekam

Jejak

Laki-laki 29 93 79 6 207

14,0% 44,9% 38,2% 2,9% 100,0%

Perempuan 48 82 60 3 193

24,9% 42,5% 31,1% 1,6% 100,0%

Total 77 175 139 9 400

19,3% 43,8% 34,8% 2,3% 100,0%

Sumber:Data Primer 2015

Page 98: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 87

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

Berdasarkan data-data yang disajikan pada Tabel 5.38, 5.39, dan 5.40 terlihat bahwa

43,8% atau 175 reponden menjawab “kenal nama”, 34,8% atau 139 responden menjawab

“kenal wajah”, 19,3% atau 77 responden mengatakan “tidak kenal”, dan hanya 2,3% atau 9

responden yang mengatakan “kenal rekam jejak”.

Berdasarkan analisis Chi-Square tidak terdapat perbedaan pengenalan terhadap calon

Bupati dan Wakil Bupati Pesisir Selatan 2015 berdasarkan kelompok umur (α= 0,748) dan

jenis kelamin (α= 0,037) dengan Koefisien Kontingensi (C) 0,164<0,5 dan (C) 0,144<0,5,

yang memperlihatkan tidak adanya hubungan atau tidak adanya perbedaan tentang

pengenalan tersebut.

5.8.6 Sumber Informasi tentang Penyelenggaraan Pilkada Sumbar 2015

Selanjutnya survei ini juga telah menemukan bahwa sumber informasi tentang

pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Pesisir Selatan 2015 adalah tidak jauh berbeda dengan

sumber informasi tentang pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Barat 2015.

Tabel 5.42 berikut ini memperlihatkan fakta-fakta terebut.

Tabel 5.41: Sumber Informasi tentang Pilkada Sumbar 2015

Sumber informasi tentang Pilkada

2015

Bupati & Wakil

Bupati

Gubernur &

Wakil Gubernur

Radio 1 (0,3%) 2 (0,5%)

Koran 24 (6,0%) 20 (5,0%)

TV 46 (11,5%) 47 (11,8%)

Spanduk/baliho 197 (49,3%) 200 (50,0%)

Website 2 (0,5%) 2 (0,5%)

Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan 26 (6,5%) 20 (5,0%)

Sosialisasi oleh KPU Kabupaten

Pesisir Selatan

48 (12,0%) 53 (13,3%)

Teman/tetangga/saudara 51 (12,8%) 52 (13,0%)

Lainnya 7 (1,8%) 4 (1,0%)

Total 400 (100,0%) 400 (100,0%)

Sumber: Data Primer 2015

Page 99: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 88

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

Berdasarkan data diatas, dapat diketahui bahwa sebanyak 49,3% atau 197 responden

mendapat informasi mengenai pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Pesisir Selatan 2015

adalah dari spanduk atau baliho, posisi kedua dari teman/tetangga/saudara yakni 12,8% atau

51 responden, dan 12,0% atau 48 orang dari sosialisasi oleh KPU Kabupaten Pesisir Selatan,

11,5% atau 46 responden dari TV, dan 6,0% atau 24 orang dari koran. Inilah media informasi

bagi warga dalam mendapat informasi terkait penyelenggaraan pemilihan Bupati dan Wakil

Bupati Pesisir Selatan 2015. Dari temuan tersebut jelas bahwa masyarakat hanya mengetahui

informasi tentang Pilkada Sumbar dari spanduk atau baliho yang notabene sangat minim

memberikan informasi kecuali hanya sebatas gambar, dan tagline calon. Sedangkan informasi

yang lebih penting dan mendalam seperti rekam jejak calon, partai pendukung, tata cara

pilkada, dinamika yang sedang berlangsung tidak mungkin disampaikan melalui baliho.

5.8.7 Penilaian Masyarakat tentang Pelaksanaan Sosialisasi Pilkada 2015 di

Kabupaten Pesisir Selatan 2015

Selanjutnya survei ini juga menemukan bahwa penilaian masyarakat tentang

pelaksanaan Pilkada 2015 di Kabupaten Pesisir Selatan 2015 adalah tidak jauh berbeda antara

sosialisasi dari calon Bupati dan Wakil Bupati Pesisir Selatan 2015 dan Gubernur dan Wakil

Gubernur Sumatera Barat 2015 di Kabupaten Pesisir Selatan. Kedua-dua pasangan calon

dinilai masyarakat seperti tergambar pada Tabel 5.43 di bawah ini.

Tabel 5.42: Penilaian Masyarakat tentang Pelaksanaan Sosialisasi

Pilkada di Kabupaten Pesisir Selatan 2015

Apakah calon Bupati dan Wakil Bupati Pessel

dan Gubernur dan Wakil Gubernur telah

melakukan sosialisasi?

Calon Bupati dan

Wakil Bupati

Pesisir Selatan

2015-2020

Calon Gubernur

dan Wakil

Gubernur

Sumatera Barat

2015

Sudah 83 (20,8%) 78 (19,5%)

Belum 222 (55,5%) 222 (5,5%)

Tidak tahu 95 (23,8%) 100 (25,0%)

Total 400 (100,0%) 400 (100,0%)

Sumber: Data Primer 2015

Data di atas menunjukkan bahwa baik calon Bupati dan Wakil Bupati Pesisir Selatan

2015-2020 dan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Barat 2015-2020 sama-sama

dinilai responden, yaitu 55,5% atau 222 responden yang mengatakan bahwa kedua-dua

Page 100: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 89

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

pasangan calon “belum” melaksanakan sosialisasi kepada masyarakat di Kabupaten Pesisir

Selatan. Sedangkan yang mengatakan “sudah” hanya 20,8% atau 83 responden dan 23,8%

atau 95 responden mengatakan “tidak tahu”. Ini memperlihatkan bahwa dalam

penyelenggaraan Pilkada 2015 di Kabupaten Pesisir Selatan yang paling dirasakan

masyarakat adalah kurangnya sosialisasi yang dilakukan oleh kedua-dua pasangan calon baik

pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Pesisir Selatan maupun calon Gubernur dan Wakil

Gubernur Sumatera Barat.

5.8.8 Model Pilkada Yang Diinginkan Masyarakat Ke Depan

Baru-baru ini muncul keinginan pemerintah untuk mengembalikan pilkada kepada

mekanisme pemilihan oleh DPRD. Tetapi survei ini menemukan bahwa masyarakat

Kabupaten Pesisir Selatan yang diwakili rasponden penelitian ini ternyata masih mendukung

pelaksanaan pemlihan kepala daerah secara langsung dibandingkan dengan dipilih oleh

DPRD. Hasil survei menunjukkan bahwa sebanyak 371 responden atau 92,8 % menyatakan

setuju dengan pemilukada yang dipilih langsung oleh masyarakat dan hanya 2,0 % yang

setuju kepala daerah dipilih oleh DPRD serta 5,3% menyatakan tidak tahu. Fakta ini dapat

dilihat pada Tabel 5.49 di bawah ini:

Tabel 5.43: Model Pemilihan Gubernur dan Bupati ke Depan

Yang Diharapkan Masyarakat

Model Pemilihan Gubernur

dan Bupati ke depan

Jumlah

Persentase

Persentase

Kumulatif

Dipilih langsung oleh rakyat

seperti skrg

371 92,8 92,8

Dipilih oleh DPRD 8 2,0 94,8

Tidak tahu 21 5,3 100,0

Total 400 100,0

Sumber: Data Primer 2015

Ketika dikonfirmasi kepada peserta FGD ternyata semua peserta FGD menyatakan

bahwa mekanisme pemilihan secara langsung oleh rakyat harus tetap dipertahankan

meskipun ada beberapa kelemahan yang perlu diperbaiki dalam proses

Page 101: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 90

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

penyelengggaraannya. Menurut peserta FGD, beberapa kelemahan yang perlu diperbaiki

dalam pemilihan langsung itu adalah bagaimana biaya tinggi dalam penyelenggaraan pilkada

langsung itu dapat dihemat atau ditekan, politik uang dapat dihilangkan karena telah terbukti

mencederai pembangunan demokrasi. Selain itu, sistem rekrutmen calon kepala daerah harus

terbuka dan seleksinya diperketat dengan persyaratan tambahan seperti setiap calon kepala

daerah harus memiliki standar kompetensi dan standar moral serta integritas yang diuji oleh

lembaga yang benar-benar kredibel. Dengan beberapa peryaratan tambahan itu diharapkan

pemilihan kepala daerah ke depan dapat menghasilkan kepala daerah yang benar-benar

kredibel dan diinginkan masyarakat.

5.9 Masalah-masalah Utama yang sedang dihadapi Masyarakat di Kabupaten Pesisir

Selatan

5.9.1 Masalah Sosial Ekonomi

Keadaan sosial ekonomi masyarakat mempengaruhi tingkat partisipasi dalam

pemilihan umum. Masyarakat yang sedang mengalami masalah sosial dan ekonomi yang

hebat tentu berakibat pada partisipasi yang rendah. Survei ini menemukan sebanyak 58,0%

atau 232 responden menyatakan bahwa mereka sedang mempunyai masalah sosial ekonomi

yang berat yaitu susahnya mendapatkan lapangan pekerjaan. Masalah ini banyak

dihadapai oleh kalangan muda dan usia produktif.

Selanjutnya masalah sosial ekonomi yang lain yang sedang dihadapi masyarakat

Kabupaten Pesisir Selatan menurut persentasenya dari yang tinggi hingga yang rendah adalah

“mahalnya harga sembako”, 23,8%, “kurangnya kepercayaan masyarakat kepada pimpinan

daerah” sebanyak 17,8%, “mahalnya harga obat” 17,8%, “mahalnya biaya pendidikan”

14,5%, dan “masalah KKN” yang masih terus berlangsung yaitu 13,8%.

Selain itu masyarakat juga mengeluhkan masalah “tidak tegaknya hukum dengan

adil”, yaitu 12,5% dan masalah kelangkaan pupuk yaitu sebesar 12,3%, “kurangnya rasa

aman dan rendahnya ketertiban” sebesar 12,0%, “kurangnya sarana dan prasarana

transportasi” 8,8%, dan “terjadinya ancaman banjir” sebesar 7,8%. Fakta ini jelas menjadi

kendala yang signifikan dalam menumbuhkembangkan partisipasi masyarakat dalam pemilu.

Tabel 5.44 di bawah ini secara rinci memperlihatkan masalah-masalah sosial ekonomi

yang sedang dihadapi oleh masyarakat Kabupaten Pesisir Selatan, sekurang-kurangnya ketika

survei ini sedang dilaksanakan.

Tabel 5.44: Masalah Sosial Ekonomi Yang Sedang Dihadapi

Page 102: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 91

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

Masyarakat Di Kabupaten Pesisir Selatan

Masalah Utama Frekuensi % Persentase

Kumulatif

Kelangkaan pupuk 49 12,3 12,3

Mahalnya biaya berobat 71 17,8 17,8

Susahnya lapangan pekerjaan 232 58,0 58,0

Masalah korupsi/KKN 55 13,8 13,8

Kurangnya kepercayaan kepada

pimpinan daerah 71 17,8 17,8

Kurangnya rasa aman & rendahnya

ketertiban 48 12,0 12,0

Kelangkaan air bersih 16 4,0 4,0

Terjadinya/ancaman banjir 31 7,8 7,8

Sarana/prasarana transportasi 35 8,8 8,8

Mahalnya harga sembako 95 23,8 23,8

Mahalnya biaya pendidikan 58 14,5 14,5

Tidak tegaknya hukum dengan adil 50 12,5 12,5

Masalah listrik 1 0,3 0,3

Kemacetan lalu lintas 1 0,3 0,3

Lainnya 1 0,3 0,3

Total 356 100,0

Sumber : Data Primer 2015

5.9.2 Masalah Langkanya Lapangan Pekerjaan Menurut Kelompok Umur

Masalah langkanya lapangan pekerjaan yang menjadi masalah utama di Kabupaten

Pesisir Selatan ketika survei ini dilaksanakan adalah paling banyak dirasakan oleh mereka

dalam kategori kelompok umur muda dan produktif, yaitu mereka yang berumur 17-29 tahun,

30-42 tahun, dan 43-55 tahun. Tabel 5.45 berikut ini menunjukkan sebaran jawaban

responden mengenai langkanya lapangan pekerjaan tersebut.

Tabel 5.45: Masalah Langkanya Lapangan Pekerjaan

Di Kabupaten Pesisir Selatan Menurut Kelompok Umur

Kelompok Umur

Responden

Masalah utama Kabupaten Pesisir

Selatan : susahnya lapangan pekerjaan

Total

Ya Tidak

17 – 29 108 48 156

Page 103: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 92

Partispasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

69,2% 30,8% 100,0%

30 – 42 63 60 123

51,2% 48,8% 100,0%

43 – 55 47 35 82

57,3% 42,7% 100,0%

56 – 68 9 21 30

30,0% 70,0% 100,0%

69 – 81 5 3 8

62,5% 37,5% 100,0%

82 – 94 0 1 1

0,0% 100,0% 100,0%

Total 232 168 400

58,0% 42,0% 100,0%

Sumber: Data Primer 2015

Berdasarkan Tabel 5.45 di atas terdapat sebanyak 69,2% atau 108 reponden dari

mereka yang beumur 17-29 tahun yang mengatakan masalah langkanya lapangan pekerjaan

ini, diikuti sebanyak 51,2% atau 63 responden dari mereka yang beumur 30-42 tahun, dan

57,3% atau 47 responden dari mereka yang berumur 43-55 tahun.

Page 104: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

Survei Partisipasi Dalam Pemilu dan Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 93

Partisipasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 Kabupaten Pesisir Selatan

6.1 Pengantar

Politik uang atau vote buying adalah suatu bentuk pembelian suara atau janji menyuap

seseorang baik supaya orang itu tidak menjalankan haknya untuk memilih maupun supaya ia

menjalankan haknya dengan cara tertentu pada saat pemilihan umum. Pembelian suara bisa

dilakukan menggunakan uang atau barang. Politik uang umumnya dilakukan oleh simpatisan,

kader atau bahkan pengurus partai politik menjelang hari H pemilihan umum. Praktik politik

uang dilakukan dengan cara pemberian dalam berbagai berbentuk seperti: bahan makanan,

bahan pakaian, bahan pertanian, bahan olahraga, janji pekerjaan, transportasi dan konsumsi

ketika ikut kampanye, pengobatan gratis, sunatan masal, mentraktir makan warga, bahan-

bahan lainnya seperti pemberian helm dan ikan, serta uang tunai, dengan tujuan untuk menarik

simpati masyarakat agar mereka memberikan suaranya untuk partai yang bersangkutan.

Pada bab ini akan dipaparkan secara berurutan tentang temuan umum dan temuan

khusus penelitian. Temuan umum berupa pengetahuan masyarakat mengenai politik uang

yang terdiri dari “pengetahuan tentang jenis politik uang”, “pengetahuan tentang waktu

pembagian politik uang”, dan “pengetahuan tentang aktor yang membagikan politik uang”;

kemudian “sikap masyarakat terhadap politik uang”, “sikap calon/tim sukses terhadap politik

uang”, dan “sikap penyelenggara pemilu terhadap politik uang”.

Page 105: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

Survei Partisipasi Dalam Pemilu dan Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 94

Partisipasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 Kabupaten Pesisir Selatan

Selanjutnya akan digambarkan temuan khusus penelitian berupa perbedaan masyarakat

terhadap politik uang menurut kelompok umur, jenis kelamin, asal kecamatan, suku bangsa,

tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, dan kondisi ekonomi keluarga

responden saat ini. Terakhir akan dijelaskan pengaruh sikap masyarakat terhadap politik uang

terhadap partisipasi memilih.

6.2 Temuan Umum

6.2.1 Pengetahuan masyarakat tentang Politik Uang di Kabupaten Pesisir Selatan

6.2.1.1 Pengetahuan tentang jenis-jenis Politik Uang

Survei ini telah menemukan pengetahuan responden mengenai jenis-jenis politik uang.

Pada Tabel 6.1 berikut ini nampak variasi jenis politik uang, namun persentase jawaban

tertinggi adalah berupa bahan makanan yakni 45,8% atau 183 responden, kemudian diikuti

berupa uang tunai 15,0% atau 60 responden, dan 12,5% atau 50 responden.

Tabel 6.1: Pengetahuan Masyarakat Tentang Jenis-jenis

Politik Uang Dalam Pemilu 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

Jenis-jenis Politik Uang Jumlah Persentase Persentase

Kumulatif

Bahan makanan 183 45,8 45,8

Bahan pakaian 50 12,5 58,3

Bahan atau alat-alat pertanian pertanian 19 4,8 63,0

Alat-alat olah raga 7 1,8 64,8

Transportasi & konsumsi ketika ikut

kampanye

39 9,8 74,5

Pengobatan katarak gratis 2 ,5 75,0

Sunatan masal 11 2,8 77,8

Traktir makan warga 16 4,0 81,8

Bahan2 lainnya seperti helm dan ikan 13 3,3 85,0

Uang tunai 60 15,0 100,0

Total 400 100,0

Sumber: Data Primer 2015

Page 106: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

Survei Partisipasi Dalam Pemilu dan Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 95

Partisipasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 Kabupaten Pesisir Selatan

Selanjutnya dari data di atas juga terlihat bahwa jenis-jenis politik uang yang lain yang

diketahui oleh responden adalah berupa “transportasi dan konsumsi ketika ikut kampanye”,

yaitu 9,8% atau 39 responden, kemudian berupa “bahan pertanian” 4,8% atau 19 responden,

“mentraktir makan warga” 4,0% atau 16 responden. Jenis politik uang yang lain yang telah

umum menjadi pengetahuan masyarakat adalah berupa “bahan lainnya seperti helm dan ikan”

sebesar 3,3% atau 13 responden, serta berupa “sunatan masal” sebesar 2,8% atau 11

responden, dan berupa “bahan olah raga” sebesar 1,8% atau 7 responden, dan yang paling

kecil persentasenya adalah 0,5% atau 2 responden, yakni berupa “pengobatan katarak gratis”.

6.2.1.2 Pengetahuan Tentang Waktu Pembagian Politik Uang pada Pemilu 2014 di

Kabupaten Pesisir Selatan

Pengetahuan lain yang dimiliki oleh masyarakat yang diwakili responden adalah

mengenai waktu pembagian politik uang sebagai terlihat pada Tabel 6.2, dengan persentase

jawaban tertinggi adalah “pada saat kampanye” yaitu 82,8% atau 331 responden ketika

diajukan pertanyaan “kapan Anda pernah melihat politisi membagikan hadiah kepada

warga?”. Selanjutnya pada pagi hari menjelang pemilihan di peringkat kedua yaitu sebesar

12,8% atau 51 responden, dan setelah pemilihan berlangsung sebesar 3,8% atau 15 responden

serta 0,8% atau 3 responden pada peringkat ketiga dan keempat. Sebaran persentase mengenai

waktu pembagian politik uang ini dapat dilihat pada tabel 6.2 beikur ini.

Tabel 6.2: Pengetahuan Masyarakat Tentang Waktu Pembagian

Politik Uang Dalam Pemilu 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

Kapan Politisi Membagikan

Politik Uang

Jumlah Persentase Persentase

Kumulatif

Pada saat kampanye 331 82,8 82,8

Pagi menjelang pemilihan 51 12,8 95,5

Sebelum pemilihan

berlangsung

3 ,8 96,3

Setelah pemilihan

berlangsung

15 3,8 100,0

Total 400 100,0

Sumber:Data Primer 2015

Page 107: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

Survei Partisipasi Dalam Pemilu dan Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 96

Partisipasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 Kabupaten Pesisir Selatan

6.2.1.3 Pengetahuan Tentang Aktor Yang Membagikan Politik Uang

Pengetahuan masyarakat tentang politik uang yang terungkap dalam survei ini adalah

mengenai aktor atau siapa yang membagikan politik uang tersebut. Pertanyaan yang diajukan

kepada responden adalah “jika Anda pernah melihat pembagian hadiah, siapa yang

membagikannya?”. Persentase jawaban responden yang tertinggi adalah “tim sukses dan

simpatisan” yakni sebesar 61,0% atau 244 responden, diikuti kemudian oleh “istri, anak,

kerabat calon” sebesar 15,3% atau 70 responden, dan 16,3% atau 65 responden oleh “anggota

partai”, 4,8% atau 19 responden oleh “calon”, dan persentase jawaban terendah adalah oleh

“anggota DPRD” dan “aparatur pemerintah” yang masing-masing 0,3% atau 1 orang

responden. Sebaran jawaban responden mengenai aktor yang membagikan politik uang ini

dapat dilihat pada Tabel 6.3 berikut ini:

Tabel 6.3: Pengetahuan Masyarakat Tentang Aktor Yang Membagikan

Politik Uang Dalam Pemilu 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

Aktor yang membagikan

politik uang

Jumlah Persentase Persentase

Kumulatif

Tim sukses & simpatisan 244 61,0 61,0

Anggota partai 65 16,3 77,3

Anggota DPRD 1 ,3 77,5

Calon 19 4,8 82,3

Aparatur pemerintahan

(Bupati, Camat, Wali Nagari,

Wali Jorong, PNS)

1 ,3 82,5

Istri, anak, kerabat calon 70 15,3 97,8

Total 400 100,0

Sumber:Data Primer 2015

6.2.2 Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang

Sudah umum diketahui bahwa sikap masyarakat terhadap politik uang adalah cukup

sulit untuk diungkapkan, karena pada umumnya masyarakat cukup enggan untuk

Page 108: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

Survei Partisipasi Dalam Pemilu dan Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 97

Partisipasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 Kabupaten Pesisir Selatan

mengungkapkan sikapnya secara terbuka ataupun tertulis. Masyarakat umumnya bersikap

tertutup jika diajak berdiskusi atau diwawancarai secara resmi mengenai politik uang.

Meskipun demikian penelitian ini menemukan berbagai variasi sikap masyarakat terhadap

politik uang tersebut. Pada Tabel 6.4 berikut ini terdapat jawaban sikap yang cukup

mengagetkan, yaitu 224 responden atau 56,0% menjawab “terima dulu, soal pilihan urusan

nanti”, ketika ditanyakan “bagaimana sikap Anda jika diberi uang atau jasa dari calon?”.

Selanjutnya, 122 responden atau 30,5% yang bersikap “menolak karena haram”, kemudian

37 responden atau 9,3% menjawab “terima tapi tidak pilih oraangnua”. Jawaban selebihnya

adalah 12 responden atau 3,0% “terima dan akan saya pilih orangnya”, dan yang terakhir

adalah “bersedia ikut membagi-bagikan uang atau barang, yakni 5 responden atau 1,3%.

Tabel 6.4 Sikap Masyarakat terhadap politik Uang

Sikap Anda jika diberi uang

atau jasa dari calon?

Jumlah

Persentase

Persentase

Kumulatif

Menolak karena haram 122 30,5 30,5

Terima tapi tidak pilih orangnya 37 9,3 39,8

Terima dan akan saya pilih orangnya 12 3,0 42,8

Terima dulu, soal pilihan urusan nanti 224 56,0 98,8

Bersedia ikut membagi2kan

uang/barang

5 1,3 100,0

Total 400 100,0

Sumber: Data Primer 2015

Dari data di atas memperlihatkan meskipun terdapat cukup banyak yang menolak

politik uang dengan jawaban “menolak karena haram”, yakni 30,5% atau 122 responden

namun masalah politik uang tetap memprihatinkan karena adanya fakta “terima dulu, soal

pilihan urusan nanti”, menunjukkan persentase yang tertinggi yaitu 56,0% atau 224 responden.

Kenyataan ini jika dibiarkan tentu saja akan merusak nilai-nilai demokrasi.

Page 109: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

Survei Partisipasi Dalam Pemilu dan Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 98

Partisipasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 Kabupaten Pesisir Selatan

Meskipun tanpa disadari persoalan politik uang ini memang sangat meresahkan bagi

mereka yang masih berniat membangun demokrasi secara baik dan benar. Keresahan tersebut

dapat dimaklumi karena praktik politik uang memang sudah menggejala di mana-mana dalam

konteks kontestasi kekuasaan atau pencarian jabatan politik. Bahkan politisi sekalipun juga

melakukan politik uang dengan mengganti modus operandi-nya berdasarkan perkembangan

sikap dan perilaku masyarakat terhadap politik uang. Dalam FGD dengan tokoh masyarakat,

politisi, anggota DPRD, tim sukses, dan penyelenggara pemilu semakin mengungkapkan

perilaku politik uang yang semakin menggejala ini. Dalam dua bagian berikut ini akan

dipaparkan bagaimana sikap calon/tim sukses, dan penyelenggara pemilu mengenai sikap

terhadap politik uang ini.

6.2.3 Sikap Calon/Tim Sukses terhadap Politik Uang

Bagaimana sikap calon/tim sukses terhadap politik uang terungkap dalam FGD yang

dilakukan oleh peneliti dengan tokoh masyarakat, calon/tim sukses, anggota DPRD, politisi,

wartawan, dan penyelenggara pemilu (anggota KPU dan anggota PPK serta PPS) di

lingkungan Kabupaten Pesisir Selatan, semakin memperlihatkan masalah keprihatinan

terhadap politik uang ini. Meskipun pandangan para peserta FGD menunjukkan variasi sikap

tetapi pada umumnya membernarkan bahwa praktik politik uang memang terjadi di Kabupaten

Pesisir Selatan.

Para peserta membenarkan sikap masyarakat terhadap politik uang ketika dikonfirmasi

mengenai temuan survei sebagimana disajikan dalam Tabel 6.1, 6.2, 6.3, dan 6.4 di atas.

Seorang politisi yang enggan disebutkan namanya menambahkan bahwa “siapa yang memulai

praktik uang ini tidak dapat ditelusuri secara pasti karena praktik politik uang ini tidak berdiri

sendiri. Semua mempunyai andil menurut kapasitas mereka masing-masing. Artinya

menyalahkan politisi atau calon agaknya tidak adil juga karena masyarakat sendiri tanpa sadar

menuntut politik uang”. Peserta yang lain juga menambahkan bahwa agaknya sebagian

masyarakat “menjadi pintar” karena selama ini mereka hanya diberi janji-jani oleh calon di

mana ketika calon tersebut terpilih, calon tersebut segera lupa dengan janji-janjinya. Oleh

karena itu, masyarakat lalu menuntut sesuatu lebih kongkrit daripada sekedar janji-jani.

Sesuatu yang lebih kongkrit itu adalah politik uang dengan jenis-jenis yang bervariasi seperti

Page 110: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

Survei Partisipasi Dalam Pemilu dan Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 99

Partisipasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 Kabupaten Pesisir Selatan

uang tunai, bahan makanan, bahan pakaian, bahan atau alat-alat pertanian, alat-alat olah raga,

dan sebagainya.

Seorang politisi lain peserta anggota FGD tersebut juga menambahkan bahwa hampir

semua calon baik secara sadar ataupun secara terpaksa terjebak dalam masalah politik uang

tersebut, karena banyak dari anggota masyarakat menuntut sesuatu yang kongkrit dan bukan

hanya janji-janji dari para calon. “Inilah salah satu penyebab mengapa politik uang marak

terjadi di tengah masyarakat setiap kali pemilu dan pilkada diselenggarakan”, katanya

menambahkan.

Seorang politisi lain menceritakan bahwa dia sudah dua kali ikut mencalonkan diri

untuk menjadi anggota DPRD di Kabupaten Pesisir Selatan. Pada kali pertama dia

menghabiskan biaya hampir 100 juta tetapi hasilnya dia tidak terpilih. Biaya sebesar tersebut

sebagian memang dapat dikategorikan sebagai “biaya politik” (political cost), yaitu biaya pasti

atau obyektif yang harus dikeluarkan oleh seorang politisi ketika dia mencalonkan diri seperti

biaya untuk mencetak dan membagikan atribut kampanye berupa spanduk, baliho, stiker, dan

sejenisnya, serta biaya transportasi dan konsumsi baik untuk dirinya maupun tim suksesnya,

termasuk uang saku untuk tim suksesnya. Biaya ini adalah biaya riil yang harus dikeluarkan

oleh seorang calon karena ketika seorang calon maju untuk berkompetisi untuk meraih jabatan

politik, di situ berlaku pepatah: “tidak ada makan siang gratis” dalam kompetisi jabatan

politik. Biaya lain di luar “political cost”, menurutnya, mungkin dapat disebut sebagai “politik

uang” (money politics) karena seorang calon juga harus mengeluarkan biaya misalnya berupa

“berupa biaya negosiasi” atau sering disebut sebagai “biaya adminsitrasi” yang harus

dikeluarkan untuk partai di mana dia mencalonkan diri. Bahkan, tambahnya, seorang calon

harus mengeluarkan “biaya negosiasi” kepada partai pengusungnya agar dia mendapat nomor

urut calon yang stragegis. Selain itu, dalam pencalonan kali pertama tersebut dia banyak

mempercayakan jalan kesuksesannya kepada tim sukses.

Meskipun biaya yang sudah dikeluarkan cukup besar tetapi ternyata tidak ada jaminan

bahwa seseorang calon akan terpilih, karena faktor penentu terpilihnya seorang calon adalah di

tangan para pemilih. Jadi, tim sukses bukanlah penentu terpilihnya seseorang calon.

Menyadari pengalaman yang berharga tersebut maka dalam pencalonan yang kedua, dia

mengubah modusnya yaitu dia tidak lagi percaya kepada tim sukses, tetapi langsung “turun

lapangan” sendiri. Di sinilah kemudian, menurutnya, seorang calon mengalami dilema moral

Page 111: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

Survei Partisipasi Dalam Pemilu dan Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 100

Partisipasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 Kabupaten Pesisir Selatan

antara menyerahkan keterpilihannya kepada “dinamika pemilihan” atau melakukan “politik

uang” kepada para pemilih. Ia menambahkan, karena dinamika para pemilih dan juga para tim

sukses pada umumnya sudah terjebak ke dalam pusaran “politik uang”, maka pada pencalon

kedua, yaitu pada Pemilu Legislatif 2014, dia mengganti modusnya menjadi suatu modus yang

menurutnya juga dilakukan oleh hampir semua calon yang lain, yaitu apa yang disebutnya

sebagai “direct selling”(“jual beli langsung”) kepada para pemilih. Itu dilakukan sebagian

pada masa-masa kampanye dan sebagian pada masa-masa menjelang beberapa hari sebelum

hari H pemilihan. Hasilnya dia terpilih menjadi salah seorang anggota DPRD terpilih pada

Pemilu Legislatif 2014 yang lalu. Tapi, sayangnya ketika ditanya berapa nilai nominal uang

tunai yang diberikan pada para pemilih orang peorangnya dengan modus “direct selling”

tersebut, dia sama sekali keberatan untuk menyebutkannya.

Apa yang dapat disimpulkan dari informasi yang didapatkan pada FGD di atas adalah

bahwa informasi sebagaimana disajikan dalam data-data pada Tabel 6.1, 6.2, 6.3, dan 6.4 di

atas mendapatkan bukti penguatannya. Namun demikian, satu hal yang tidak dapat dibuktikan

adalah “apakah keterpilihan calon tersebut berhubungan langsung dengan politik uang?”.

Apakah tidak mungkin ada faktor lain yang bekerja misalnya “faktor keberuntungan”. Dengan

kata lain, sampai saat ini belum ada seorang peneliti pun yang meneliti tentang politik uang

dapat membuktikan bahwa para pemilih memang telah memilih calon yang telah memberinya

uang. Tidak seorang pun tahu “apa yang dipilih oleh seorang pemilih di bilik suara”, hanya

pemilih dan Allah swt yang tahu pasti mengenai ini.

6.2.4 Sikap Penyelenggara Pemilu terhadap Politik Uang

Tidak banyak data yang dapat diambil dalam FGD khususnya mengenai sikap

penyelenggara pemilu terhadap politik uang. Pada umumnya baik anggota KPU maupun

anggota PPK dan PPS yang hadir dalam FGD berpendapat bahwa politik uang adalah haram

dan mencederai nilai-nilai demokrasi. Mereka prihatin dengan sikap masyarakat “terima dulu,

soal pilihan urusan nanti” yang menunjukkan persentase tertinggi dalam sikap masyarakat

terhadap politik uang, yaitu 56,0% sebagaimana terungkap dalam Tabel 6.4 di atas. Meskipun

demikian mereka juga bergembira karena masih ada 30,5% masyarakat yang diwakili oleh 122

responden yang bersikap “menolak politik uang karena haram”.

Page 112: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

Survei Partisipasi Dalam Pemilu dan Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 101

Partisipasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 Kabupaten Pesisir Selatan

Ini merupakan peluang bagi penyelenggara pemilu untuk lebih giat lagi dalam

melakukan pendidikan politik kepada masyarakat pada umumnya dan para pemilih di masa-

masa yang akan datang bahwa “politik uang adalah haram” dan akan mencederai nilai-nilai

demokrasi. Ke depan perlu dipikirkan suatu model pendidikan politik yang tepat agar politik

uang ini dapat dihilangkan. Salah satunya adalah mengarahkan perilaku memilih masyarakat

menjadi pemilih yang rasional.

6.3 Pengujian Hipotesis

6.3.1 Perbedaan Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang Menurut Umur

H1.1 : Terdapat perbedaan sikap terhadap politik uang dalam Pemilu

Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan berdasarkan kelompok

umur Dari hasil analisis khi kuadrad pada tingkat kepercayaan 95% didapatkan bahwa H1.1

ditolak. Artinya tidak terdapat perbedaan sikap masyarakat terhadap politik uang

berdasarkan umur (α hitung = 0,257). Jadi antara pemilih muda dan pemilih tua tidak

memiliki perbedaan sikap terhadap politik uang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel

tabulasi silang berikut:

Tabel 6.5: Perbedaan Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang

di Kabupaten Pesisir Selatan Menurut Kelompok Umur

Kelompok Umur

Responden

Bagaimana sikap anda jika diberi uang, barang,atau jasa dari calon?

Total Menolak

karena

haram

Terima tapi

tidak pilih

orangnya

Terima dan

akan saya

pilih

orangnya

Terima

dulu, soal

pilihan

urusan nanti

Bersedia ikut

membagi2kan

uang/barang

17 - 29 40 10 3 101 2 156

25,6% 6,4% 1,9% 64,7% 1,3% 100,0%

30 - 42 41 9 6 65 2 123

33,3% 7,3% 4,9% 52,8% 1,6% 100,0%

43 - 55 31 11 3 36 1 82

37,8% 13,4% 3,7% 43,9% 1,2% 100,0%

56 - 68 8 7 0 15 0 30

26,7% 23,3% 0,0% 50,0% 0,0% 100,0%

69 - 81 2 0 0 6 0 8

25,0% 0,0% 0,0% 75,0% 0,0% 100,0%

82 - 94 0 0 0 1 0 1

0,0% 0,0% 0,0% 100,0% 0,0% 100,0%

Page 113: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

Survei Partisipasi Dalam Pemilu dan Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 102

Partisipasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 Kabupaten Pesisir Selatan

Total 122 37 12 224 5 400

30,5% 9,3% 3,0% 56,0% 1,3% 100,0%

Sumber: Data Primer 2015

α= 0,257 Koefisien Kontingensi (C) 0,236

Dari jawaban responden terlihat bahwa jawaban mereka terhadap lima pilihan jawaban

tersebar secara merata ke semua golongan umur, mulai umur muda (di bawah 40

tahun) sampai umur tua (di atas 56 tahun)

6.3.2 Perbedaan Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang Menurut Jenis Kelamin

H1.2 Terdapat perbedaan sikap terhadap politik uang dalam Pemilu

Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan berdasarkan Jenis

Kelamin

Dari hasil analisis khi kuadrad pada tingkat kepercayaan 95% didapatkan bahwa H1.2

ditolak. Artinya tidak terdapat perbedaan sikap masyarakat terhadap politik uang

berdasarkan jenis kelamin (α hitung = 0,427). Jadi antara masyarakat berjenis kelamin

laki-laki dan perempuan tidak memiliki perbedaan sikap terhadap politik uang. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat tabel tabulasi silang berikut:

Tabel 6.6: Perbedaan Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang

di Kabupaten Pesisir Selatan Menurut Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

Responden

Bagaimana sikap anda jika diberi uang, barang,atau

jasa dari calon?

Total

Page 114: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

Survei Partisipasi Dalam Pemilu dan Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 103

Partisipasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 Kabupaten Pesisir Selatan

Menolak

karena

haram

Terima

tapi tidak

pilih

orangnya

Terima

dan

akan

saya

pilih

orangn

ya

Terima

dulu,

soal

pilihan

urusan

nanti

Bersedia

ikut

membag

i2kan

uang/bar

ang

Laki-laki 64 19 4 119 1 207

30,9% 9,2% 1,9% 57,5% 0,5% 100,0%

Perempuan 58 18 8 105 4 193

30,1% 9,3% 4,1% 54,4% 2,1% 100,0%

Total 122 37 12 224 5 400

30,5% 9,3% 3,0% 56,0% 1,3% 100,0%

Sumber: Data Primer 2015

Dari jawaban responden terlihat bahwa jawaban mereka terhadap lima pilihan jawaban

tersebar secara merata ke semua jenis kelamin baik laki-laki maupun perempuan.

6.3.3 Perbedaan Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang Menurut Kecamatan

H1.3 Terdapat perbedaan sikap terhadap politik uang dalam Pemilu

Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan berdasarkan

Kecamatan tempat tinggal Dari hasil analisis khi kuadrad pada tingkat kepercayaan 95% didapatkan bahwa 95%

H1.3 diterima. Artinya terdapat perbedaan sikap masyarakat terhadap politik uang

berdasarkan kecamatan tempat tinggal (α hitung = 0,000), dengan kadar hubungan yang

kuat (C= 0,565). Jadi antara masyarakat di berbagai Kecamatan di Kabupaten pesisir

Selatan memiliki perbedaan sikap terhadap politik uang. Terdapat beberapa kecamatan

yang kebanyakan masyarakatnya secara tegas menolak politik uang karena diyakini

hukumnya haram, seperti Kecamatan Lengayang, Silaut dan Batang Kapas. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat tabel berikut:

Tabel 6.7: Perbedaan Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang

di Kabupaten Pesisir Selatan Menurut Asal Kecamatan

Kecamatan Bagaimana sikap anda jika diberi uang, barang, atau

jasa dari calon?

Total

Page 115: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

Survei Partisipasi Dalam Pemilu dan Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 104

Partisipasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 Kabupaten Pesisir Selatan

Menolak

karena

haram

Terima

tapi tidak

pilih

orangnya

Terima

dan akan

saya pilih

orangnya

Terima

dulu, soal

pilihan

urusan

nanti

Bersedia

ikut

membagi

2kan

uang/bara

ng

Airpura 6 3 0 11 0 20

30,0% 15,0% 0,0% 55,0% 0,0% 100,0%

Basa Ampek Balai

Tapan

8 0 0 12 0 20

40,0% 0,0% 0,0% 60,0% 0,0% 100,0%

Batang Kapas 27 5 2 23 0 57

47,4% 8,8% 3,5% 40,4% 0,0% 100,0%

Bayang 1 3 0 45 0 49

2,0% 6,1% 0,0% 91,8% 0,0% 100,0%

IV Jurai 3 4 0 5 1 13

23,1% 30,8% 0,0% 38,5% 7,7% 100,0%

IV Nagari Bayang Utara 12 4 0 44 0 60

20,0% 6,7% 0,0% 73,3% 0,0% 100,0%

Koto XI Tarusan 6 0 0 7 0 13

46,2% 0,0% 0,0% 53,8% 0,0% 100,0%

Lengayang 15 2 0 6 0 23

65,2% 8,7% 0,0% 26,1% 0,0% 100,0%

Linggo Sari Baganti 8 4 0 12 0 24

33,3% 16,7% 0,0% 50,0% 0,0% 100,0%

Lunang 8 2 0 10 0 20

40,0% 10,0% 0,0% 50,0% 0,0% 100,0%

Pancung Soal 0 0 5 14 0 19

0,0% 0,0% 26,3% 73,7% 0,0% 100,0%

Ranah Ampek Hulu

Tapan

3 5 3 7 2 20

15,0% 25,0% 15,0% 35,0% 10,0% 100,0%

Ranah Pesisir 4 0 0 8 2 14

28,6% 0,0% 0,0% 57,1% 14,3% 100,0%

Silaut 11 0 1 7 0 19

57,9% 0,0% 5,3% 36,8% 0,0% 100,0%

Sutera 10 5 1 13 0 29

34,5% 17,2% 3,4% 44,8% 0,0% 100,0%

Total 122 37 12 224 5 400

30,5% 9,3% 3,0% 56,0% 1,3% 100,0%

Sumber: Data Primer 2015

6.3.4 Perbedaan Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang Menurut Suku Bangsa

H1.4 Terdapat perbedaan sikap terhadap politik uang dalam Pemilu

Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan berdasarkan Suku

Bangsa

Page 116: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

Survei Partisipasi Dalam Pemilu dan Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 105

Partisipasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 Kabupaten Pesisir Selatan

Dari hasil analisis khi kuadrad pada tingkat kepercayaan 95% didapatkan bahwa H1.4

diterima. Artinya terdapat perbedaan sikap masyarakat terhadap politik uang

berdasarkan suku bangsa (α hitung = 0,000), dengan kadar hubungan yang lemah (C=

0,458). Jadi antara masyarakat dari berbagai suku bangsa yang ada di Kabupaten Pesisir

Selatan memiliki perbedaan sikap terhadap politik uang. Orang Minang, Jawa dan Melayu

serta suku lainnya yang ada di pesisir Selatan memiliki perbedaan pandangan terhadap

politik uang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel berikut:

Tabel 6.8: Perbedaan Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang

di Kabupaten Pesisir Selatan Menurut Suku Bangsa

Sikap Terhadap Politik Uang

Suku Bangsa

Total Minang Jawa Melayu Lainnya

Menolak karena haram

112 9 1 0 122

91,8% 7,4% 0,8% 0,0% 100,0

%

Terima tapi tidak pilih orangnya

35 2 0 0 37

94,6% 5,4% 0,0% 0,0% 100,0

%

Terima dan akan saya pilih

orangnya

11 1 0 0 12

91,7% 8,3% 0,0% 0,0% 100,0

%

Terima dulu, soal pilihan urusan

nanti

211 12 1 0 224

94,2% 5,4% 0,4% 0,0% 100,0

%

Bersedia ikut membagi2kan

uang/barang

3 0 1 1 5

60,0% 0,0% 20,0% 20,0% 100,0

%

Total

372 24 3 1 400

93,0% 6,0% 0,8% 0,3% 100,0

%

Sumber: Data Primer 2015

Page 117: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

Survei Partisipasi Dalam Pemilu dan Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 106

Partisipasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 Kabupaten Pesisir Selatan

6.3.5 Perbedaaan Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang Menurut Tingkat

Pendidikan

H1.5 Terdapat perbedaan sikap terhadap politik uang dalam Pemilu

Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan berdasarkan Tingkat

Pendidikan Dari hasil analisis khi kuadrad pada tingkat kepercayaan 95% didapatkan bahwa H1.5

ditolak. Artinya tidak terdapat perbedaan sikap masyarakat terhadap politik uang

berdasarkan tingkat pendidikan (α hitung = 0,111). Jadi antara masyarakat dengan

tingkat pendidikan tinggi, menengah dan rendah yang ada di Kabupaten pesisir Selatan

tidak memiliki perbedaan sikap terhadap politik uang. Kau terpelajar dan kaum tidak

terpelajar memiliki kesamaan pandangan terhadap politik uang. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat tabel berikut:

Tabel 6.9: Perbedaan Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang

di Kabupaten Pesisir Selatan Menurut Tingkat Pendidikan

Tingkat

Pendidikan

Bagaimana sikap anda jika diberi uang, barang,atau jasa

dari calon?

Total Menolak

karena

haram

Terima

tapi tidak

pilih

orangnya

Terima

dan akan

saya pilih

orangnya

Terima

dulu, soal

pilihan

urusan

nanti

Bersedia

ikut

membagi

2kan

uang/bar

ang

SD 13 7 0 28 1 49

26,5% 14,3% 0,0% 57,1% 2,0% 100,0%

SLTP 22 8 1 25 0 56

39,3% 14,3% 1,8% 44,6% 0,0% 100,0%

SLTA 56 14 7 138 2 217

25,8% 6,5% 3,2% 63,6% 0,9% 100,0%

D1, D3, D4 13 3 0 14 1 31

41,9% 9,7% 0,0% 45,2% 3,2% 100,0%

S1 18 5 4 18 1 46

39,1% 10,9% 8,7% 39,1% 2,2% 100,0%

S2 ke atas 0 0 0 1 0 1

Page 118: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

Survei Partisipasi Dalam Pemilu dan Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 107

Partisipasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 Kabupaten Pesisir Selatan

0,0% 0,0% 0,0% 100,0% 0,0% 100,0%

Total 122 37 12 224 5 400

30,5% 9,3% 3,0% 56,0% 1,3% 100,0%

Sumber: Data Primer 2015

Page 119: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

Survei Partisipasi Dalam Pemilu dan Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 108

Partisipasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 Kabupaten Pesisir Selatan

6.3.6 Perbedaan Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang Menurut Jenis Pekerjaan

H1.6 Terdapat perbedaan sikap terhadap politik uang dalam Pemilu

Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan berdasarkan Jenis

Pekerjaan

Dari hasil analisis khi kuadrad pada tingkat kepercayaan 95% didapatkan bahwa H1.6

ditolak. Artinya tidak terdapat perbedaan sikap masyarakat terhadap politik uang

berdasarkan Jenis Pekerjaan (α hitung = 0,482). Jadi antara masyarakat dengan berbagai

jenis pekerjaan di Kabupaten Pesisir Selatan tidak memiliki perbedaan sikap terhadap

politik uang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel berikut:

Tabel 6.10: Perbedaan Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang

di Kabupaten Pesisir Selatan Menurut Jenis Pekerjaan

Pekerjaan

Bagaimana sikap anda jika diberi uang, barang,

atau jasa dari calon?

Total

Menolak

karena

haram

Terima

tapi

tidak

pilih

orangnya

Terima

dan akan

saya pilih

orangnya

Terima

dulu,

soal

pilihan

urusan

nanti

Bersedia ikut

membagi2kan

uang/barang

Guru/Dosen 8 1 1 9 1 20

40,0% 5,0% 5,0% 45,0% 5,0% 100,0%

Pegawai Pemda 4 3 0 7 0 14

28,6% 21,4% 0,0% 50,0% 0,0% 100,0%

Pegawai Swasta 6 0 0 10 0 16

37,5% 0,0% 0,0% 62,5% 0,0% 100,0%

Wiraswasta Kecil2an 16 3 0 18 1 38

42,1% 7,9% 0,0% 47,4% 2,6% 100,0%

Pensiunan 1 1 0 1 0 3

33,3% 33,3% 0,0% 33,3% 0,0% 100,0%

Bengkel/Jasa Service 32 8 3 50 2 95

33,7% 8,4% 3,2% 52,6% 2,1% 100,0%

Petani/Peternak 1 0 0 1 0 2

50,0% 0,0% 0,0% 50,0% 0,0% 100,0%

Buruh kasar/Pembantu 24 7 2 35 0 68

35,3% 10,3% 2,9% 51,5% 0,0% 100,0%

Page 120: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

Survei Partisipasi Dalam Pemilu dan Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 109

Partisipasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 Kabupaten Pesisir Selatan

Pedagang warung/kaki

lima

1 0 1 3 0 5

20,0% 0,0% 20,0% 60,0% 0,0% 100,0%

Sopir 7 1 0 7 0 15

46,7% 6,7% 0,0% 46,7% 0,0% 100,0%

Pengusaha/Kontraktor

Besar

2 1 0 0 0 3

66,7% 33,3% 0,0% 0,0% 0,0% 100,0%

Kerja tidak tetap 20 12 5 83 1 121

16,5% 9,9% 4,1% 68,6% 0,8% 100,0%

Total 122 37 12 224 5 400

30,5% 9,3% 3,0% 56,0% 1,3% 100,0%

Sumber: Data Primer 2015

6.3.7 Perbedaan Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang Menurut Tingkat

Pendapatan

H1.7 Terdapat perbedaan sikap terhadap politik uang dalam Pemilu

Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan berdasarkan Tingkat

Pendapatan

Dari hasil analisis khi kuadrad pada tingkat kepercayaan 95% didapatkan bahwa H1.7

diterima. Artinya terdapat perbedaan sikap masyarakat terhadap politik uang

berdasarkan tingkat pendapatan (α hitung = 0,004) dengan kekuatan hubungan sedang

(C=0,3). Jadi tingkat pendapatan seseorang mempengaruhi sikap mereka terhadap

politik uang. Semakin rendah tingkat pendapatan seseorang semakin menerima

terhadap politik uang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel berikut:

Tabel 6.11: Perbedaan Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang

di Kabupaten Pesisir Selatan Menurut Tingkat Pendapatan

Tingkat Pendapatan

Responden

Bagaimana sikap anda jika diberi uang, barang,

atau jasa dari calon?

Page 121: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

Survei Partisipasi Dalam Pemilu dan Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 110

Partisipasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 Kabupaten Pesisir Selatan

Menolak

karena

haram

Terima

tapi tidak

pilih

orangnya

Terima

dan akan

saya pilih

orangnya

Terima

dulu,

soal

pilihan

urusan

nanti

Bersedia

ikut

membagi2

kan

uang/bara

ng

Total

Di bawah 500 ribu 23 7 4 34 5 73

31,5% 9,6% 5,5% 46,6% 6,8% 100,0%

500 rb - 999 ribu 41 14 6 76 0 137

29,9% 10,2% 4,4% 55,5% 0,0% 100,0%

1 juta - 1,499 juta 29 7 0 68 0 104

27,9% 6,7% 0,0% 65,4% 0,0% 100,0%

1,5 juta- 1,999 juta 8 5 1 26 0 40

20,0% 12,5% 2,5% 65,0% 0,0% 100,0%

2 juta - 2,499 juta 6 1 0 9 0 16

37,5% 6,3% 0,0% 56,3% 0,0% 100,0%

2.5 juta - 5 juta 15 3 1 11 0 30

50,0% 10,0% 3,3% 36,7% 0,0% 100,0%

Total 122 37 12 224 5 400

30,5% 9,3% 3,0% 56,0% 1,3% 100,0%

Sumber: Data Primer 2015

6.3.8 Pengaruh Sikap Masyarakat Terhadap Politik Uang Terhadap Partisipasi

Memilih

H2 Terdapat hubungan yang signifikan antara sikap masyarakat terhadap politik

uang dengan partisipasi masyarakat dalam Pemilu Legislatif 2014 di

Kabupaten Pesisir Selatan.

Dari hasil analisis korelasi pada tingkat kepercayaan 95% H1.8 diterima. Artinya

terdapat hubungan yang dignifikan antara sikap masyarakat terhadap politik uang

dengan partisipasi memilih (α hitung = 0,001) dengan kekuatan hubungan kuat. Jadi

dapat disimpulkan bahwa sikap terhadap politik uang akan mempengaruhi perilaku

masyarakat terhadap politik uang dan perilaku masyarakat dalam menerima bantuan

baik berupa barang, jasa maupun uang tunai dari calon, tim sukses atu keluarga.

Page 122: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 111

Partisipasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 Kabupaten Pesisir Selatan

7.1 Kesimpulan

Dalam Laporan Penelitian Partisipasi Masyarakat dan Sikap Terhadap Politik

Uang (Vote Buying) dalam Pemilu Legislatif 2014 Di Kabpuaten Pesisir Selatan ini

terdapat beberapa hal yang dapat disimpukan ;

Pertama, dari sisi partisipasi masyarakat. Dari hasil survei ini, ditemukan

bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam pemilu tergolong tinggi yakni 97% atau

388 orang dari 400 responden yang menjawab. Terdapat perbedaan partisipasi

memilih berdasarkan umur responden. Jumlah responden terbanyak adalah kelompok

umur 17–29 tahun yaitu 146 orang atau 93,6% dari total responden. Partisipasi yang

Page 123: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 112

Partisipasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 Kabupaten Pesisir Selatan

tertinggi adalah responden dengan golongan umur 30-42. Pemilih muda adalah

penyumbang angka golput tertinggi yaitu mencapai 6,4 % atau 10 orang

responden yang golput. Terdapat tiga variabel yang mempunyai perbedaan atau

pengaruh dalam keikutsertaan pemilih dalam pemilu yakni variabel suku bangsa,

kecamatan, dan tingkat pendidikan. Sedangkan keenam indikator lainnya tidak

memiliki perbedaan atau pengaruh yakni kelompok umur, jenis kelamin, agama, jenis

pekerjaan, tingkat pendapatan, dan kondisi ekonomi keluarga. Terdapat

hubungan antara faktor sosio demografi dengan sub variabel jenis kelamin, negeri

asal, agama, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan dengan perilaku Politik Uang (Vote

Buying) terhadap masyarakat Kabupaten Pesisir Selatan dalam pemilu Legislatif

2014.

Kedua, Motivasi masyarakat berpartisipasi dalam pemilu adalah karena

adanya rasa kewajiban sebagai warga negara (45,0%), anggapan bahwa pemilu

merupakan hak warga negara (32,5%) dan karena ingin mengubah keadaan

negara/daerah (9,5%). Tidak terdapat perbedaan motivasi memilih berdasarkan

kelompok umur, jenis kelamin, agama, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan

seseorang, dan kondisi ekonomi keluarga. Terdapat perbedaan motivasi memilih

berdasarkan lokasi tempat tinggal (kecamatan), suku bangsa, dan tingkat pendidikan.

Ketiga, Golongan putih (Golput) merupakan salah satu indikator kesukarelaan

politik. Kebanyakan alasan masyarakat memilih golput adalah “Tidak Terdaftar

dalam Pemilu 2014”, “Tidak Percaya dengan Calon/Partai” dan “Tidak Tahu

Kualitas Calon”, dan selebihnya memilih untuk “Tidak Menjawab”.

Keempat, dalam segi penilaian masyarakat dalam terhadap pelaksanaan

sosialisasi pemilu 2014 secara merata memiliki tingkatan “Sedang”. penilaian

berdasarkan indikator “informasi mengenai tahapan dan program pemilu” dengan

nilai 3,38, “tema dan materi penyelenggaraan pemilu” dengan nilai 3,35,

“meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang pentingnya pemilu” dengan

Page 124: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 113

Partisipasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 Kabupaten Pesisir Selatan

nilai 3,28, “ meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang tahapan dan

program pemilu” dengan nilai 3,24, “meningkatkan pemahaman dan pengetahuan

tentang tata cara penggunaan hak politik dan hak pilih” dengan nilai 3,25,

“meningkatkan kesadaran masyarakat khususunya pemilih untuk berpartisipasi dalam

setiap tahapan pemilu” dengan nilai 3,29, dan “ meningkatkan kesadaran dan

partisipasi pemilih dalam menggunakan hak pilihnya” dengan nilai 3,44.

Kelima, penilaian masyarakat yang masih kurang pada pemilu 2014 lebih

kepada masih kurangnya “sosialisasi” oleh pihak KPU kepada

masyarakat,”pendataan pemilih” yang harus lebih di tingkatkan, dan “kampanye”

oleh pihak KPU terhadap masyarakat juga harus ditingkatkan lagi kedepannya.

Keenam, Jenis Politik uang yang paling banyak terjadi di Kabupaten Pesisir

Selatan adalah pemberian bantuan bahan makanan dan pakaian serta pemberian uang

tunai. Pemberian uang ataupun barang sering dilakukan pada saat kampanye dan

sebagiannya pada saat pagi menjelang pemungutan suara. Sedangkan aktor yang

sering terlibat dalam membagi-bagikan barang atau uang adalah tim sukses,

simpatisan dan pengurus partai pendukung. Lebih dari setengah responden

bersikap menerima politik uang yaitu 69,6%, dengan variasi jawaban yaitu pertama

menerima uangnya, soal pilihan urusan nanti, kedua menerima uangnya dan akan

memilih orangnya dan terima uangnya tetapi tidak pilih orangnya. Kenyataan ini

sangat memprihatinkan karena dapat merusak sendi-sendi demokrasi.Namun tidak

ada jaminan bahwa politik uang akan mempengaruhi prilaku memilih masyarakat,

karena kebanyakan masyarakat yang menerima politik mengatakan belum tentu akan

memilih orang yang membagi-bagikan uang pada saat sebelum pemungutan suara.

Terdapat beberapa variabel yang membedakan sikap masyarakat terhadap poltik

uang yaitu Kecamatan tempat tinggal, suku bangsa dan Tingkat pendapatan.

Sedangkan faktor lain yang turut diuji seperti faktor umur, Jenis kelamin, Tingkat

pendidikan, Jenis Pekerjaan, tidak memiliki hubungan dengan sikap masyarakat

terhadap politik uang.

Page 125: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 114

Partisipasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 Kabupaten Pesisir Selatan

Ketujuh, penilaian masyarakat terhadap pelaksanaan pemilu 2014 mayoritas positif

59,0%. Walau begitu, pemilu masih diwarnai oleh politik uang, adanya kecurangan

dan kurangnya sosialisasi. Ini menjadi perhatian bagi calon dan parpol yang menjadi

peserta pemilu. Hal-hal yang perlu diperbaiki terkait pelaksanaan pemilu adalah

sosialisasi, pendataan pemilih. Sedangkan aspek-aspek sosialisasi itu sendiri yang

perlu ditingkatkan adalah semua sosialisasi yaitu: informasi mengenai tahapan dan

program Pemilu, tema dan materi tentang penyelenggaraan Pemilu, pemahaman dan

pengetahuan tentang Pemilu, pemahaman & pengetahuan tentang tahapan & program

pemilu, pemahaman & pengetahuan tentang tata cara penggunaan hak politik & hak

pilih, kesadaran untuk berperan serta dalam setiap tahapan pemilu dan kesadaran

untuk ikut Pemilu. Terdapat hubungan yang signifikan antara sikap masyarakat

terhadap politik uang dengan partisipasi masyarakat dalam Pemilu Legislatif 2014 di

Kabupaten Pesisir Selatan.

Kedelapan, masyarakat Kabupaten Pesisir Selatan mendukung pelaksanaan

pemilihan Bupati/Wakil Bupati secara langsung dibandingkan dengan pemilihan

melalui DPRD. Mekanisme pemilihan secara langsung oleh rakyat harus tetap

dipertahankan meskipun ada beberapa catatan yang harus diperbaiki dari proses

penyelenggaraannya. Dalam pemahaman masyarakat tentang pemilukada

Berdasarkan survei ini menemukan bahwa masyarakat sudah tahu tentang akan

dilaksanakannya pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Barat pada

tahun 2015, hal ini terlihat dari tingkat pengetahuan masyarakat yang mencapai

96,8%.

7.2 Rekomendasi Penelitian

Berdasarkan kesimpulan di atas maka penelitian ini merumuskan rekomendasi

sebagai berikut:

Page 126: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 115

Partisipasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 Kabupaten Pesisir Selatan

Pertama, karena tingginya tingkat golput di kalangan pemilih pemula maka

peneliti merekomendasikan bahwa perlu dilakukan pendidikan politik (civic

education) yang terstruktur dan kontinu bagi kaum muda. Pendidikan politik dapat

meningkatkan pengetahuan dan kesadaran politik serta kebanggaan kaum muda

terhadap bangsanya. Dengan demikian diharapkan terjadi peningkatan partisipasi

memilih kaum muda. Selam ini pendidikan politik bagi kaum muda cendrung

diperoleh dari media massa atau media sosial. Sementara media ini sering hanya

menampilkan sisi buruk dari perilaku elite politik. Hali ini tentu berpengaruh negatif

terhadap minat pemilih pemula terhadap pemilu. Beberapa program yang dapat

dibuat adalah lomba karya tulis tentang pemilu, lomba membuat poster pemilu atau

lomba debat politik yang dilakukan di kalangan pelajar untuk menggali ekspresi

mereka tentang pemilu dan politik. Pemilih pemula sebagian besar saat ini gemar

menggunakan teknologi informasi, misalnya internet ataupun telepon genggam, dll.

Media TI dapat dimanfaatkan untuk menarik atau memengaruhi mereka agar lebih

responsif atau proaktif mengikuti proses pemilihan. Melalui media ini diharapkan

para pemilih pemula dapat mengetahui apa, siapa, bagaimana, kapan dan dimana

pemilihan akan dilaksanakan.

Kedua, Karena terdapat perbedaan motivasi memilih masyarakat berdasarkan

tingkat hidup, tingkat pendidikan sesorang, umur jenis kelamin, Lokasi tempat

tinggal (Kecamatan), maka disarankan program sosialisasi pemilu harus

disesuaikan dengan target audien sosialisasi itu sendiri. Oleh karena kegiatan

sosialisasi merupakan tanggungjawab semua pihak dalam konteks kesukarelaan

politik maka KPU perlu membangun lebih banyak lagi jaringan dan kerjasama

dengan berbagai pihak untuk melaksanakan kegiatan sosialisasi sehingga kegiatan ini

semakin luas. Di antara institusi yang perlu diajak bekerjasama adalah partai politik,

sekolah, perguruan tinggi, lembaga kursus, LSM, organisasi pemuda, pemerintah

daerah dan jajarannya sampai ke kelurahan, media massa, tokoh masyarakat seperti

ninik mamak, alim ulama, cerdik pandai, bundo kanduang, pemuda dan sebagainya

Ketiga, untuk mengurangi angka golongan putih (Golput) hasil kajian ini

Page 127: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 116

Partisipasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 Kabupaten Pesisir Selatan

menunjukkan bahwa persoalan golput bukan persoalan yang sederhana hanya

sekedar persoalan teknis atau kurangnya sosialisasi tetapi lebih dari itu, ia

menyangkut peroalan ideologi. Untuk mengurangi golput para politisi dan pemimpin

yang dipilih melalui pemilu harus mampu meyakinkan pemilih bahwa mereka

adalah pemimpin pilihan rakyat yang amanah dan mampu merubah keadaan

negara dan daerah. Karena alasan golput adalah masyarakat tidak yakin pemilu

mampu merubah keadaan. Selain itu alasan golput adalah masyarakat merasa urusan

mereka lebih penting, ini perlu pendidikan politik untuk menumbuhkan

kesadaran masyarat.

Keempat, Karena mayoritas responden menghalalkan politik uang maka ini

jelas membutuhkan pendidikan, sosialisasi dan penyadaran tidak hanya mengangkut

aspek pengetahuan tentang pemilu tetapi juga menyangkut aspek afektif yaitu

keyakinan tentang resiko dan dampak negatif politik uang. Untuk itu diperlukan

peran semua pihak sepert pemimpin agama pemimpin adat, pendidik, pemimpin

pemerintahan dan lain-lain dalm memberikan teladan kepada masyarakat.

Ketiga, untuk mengurangi angka golongan putih (Golput) hasil

kajian ini menunjukkan bahwa persoalan golput bukan persoalan yang

sederhana hanya sekedar persoalan teknis atau kurangnya sosialisasi tetapi lebih

dari itu, ia menyangkut peroalan ideologi. Untuk mengurangi golput para politisi dan

pemimpin yang dipilih melalui pemilu harus mampu meyakinkan pemilih bahwa

mereka adalah pemimpin pilihan rakyat yang amanah dan mampu merubah

keadaan negara dan daerah. Karena alasan golput adalah masyarakat tidak yakin

pemilu mampu merubah keadaan. Selain itu alasan golput adalah masyarakat merasa

urusan mereka lebih penting, ini perlu pendidikan politik untuk menumbuhkan

kesadaran masyarat.

Keempat, Karena mayoritas responden menghalalkan politik uang maka ini jelas

membutuhkan pendidikan, sosialisasi dan penyadaran tidak hanya mengangkut aspek

Page 128: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 117

Partisipasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 Kabupaten Pesisir Selatan

pengetahuan tentang pemilu tetapi juga menyangkut aspek afektif yaitu keyakinan

tentang resiko dan dampak negatif politik uang. Untuk itu diperlukan peran semua

pihak sepert pemimpin agama pemimpin adat, pendidik, pemimpin pemerintahan

dan lain-lain dalm memberikan teladan kepada masyarakat.

Page 129: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 118

Partisipasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 Kabupaten Pesisir Selatan

DAFTAR RUJUKAN

Buku

Ali Nurdin, Nurdin, Ali (2014), “Vote buying and Voting Behavior in Indonesian

Local Election : A Case in Pandeglang District”, Global Journal of Political

Science and Administration Vol.2, No.3, pp.33-42, Published by European

Centre for Research Training and Development UK

Antunes, Rui. 2010. “Theoritical models of voting behaviour”, Exedra. No. 4. 2010.

Aspinall, Edward dan Mada Sukmajati (Eds.,). 2015. Politik Uang di Indonesia.

Patronase dan Klientelisme pada Pemilu Legislatif 2014. Yogyakarta:

PolGov-UGM.

Ahsan Jamet Hamidi et al. 2008. Pemilu Tidak Bebas Politik Uang. Jakarta:

Transparancy International Indonesia.

Amzulian Rifai. 2003. Pola Politik Uang dalam Pemilihan Kepala Daerah. Jakarta:

Graha Indonesia.

Bartels, Larry M. “The Study of Electoral Behavior” dalam Leighley, Jan E. (ed).

2009. The Oxford Handbook of American Elections and Political

Behavior. Oxford: Oxford University Press.

Bratton, Michael. 2008. “Vote Buying and Violence in Nigerian

Election Campaigns”.Working Paper No. 99. AfroBarometer, June 2008,

hlm. 4

Page 130: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 119

Partisipasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 Kabupaten Pesisir Selatan

Evans, Joselyn A.J., 2004. Voters and Voting. An Introduction. London: SAGE

Publications Ltd.,

Mohammad Najib. 2015. “Keterlibatan Penyelenggara Pemilu dalam Vote Trading”.

Dalam Aspinall, Edward dan Mada Sukmajati (Eds.,). 2015. Politik Uang di

Indonesia. Patronase dan Klientelisme pada Pemilu Legislatif 2014.

Yogyakarta: PolGov- UGM.Hlm. 511-536.

Mujani, Liddle, Ambardi. 2012. Kuasa Rakyat: Analisis tentang Perilaku Memilih

dalam Pemilihan Legislatif dan Presiden Indonesia Pasca-Orde Baru,

Penerbit Mizan Publika Jakarta.

Rush, Michael dan Phillip Althoff. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: Rajawali

Press, 2009.

Miriam Budiardjo, 2008. Dasar-dasar Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia

Schaffer, Frederic Charles (ed). 2007. Elections for Sale: The Causes and

Consequences of Vote Buying. Manila: Ateneo De Manila University

Press.

Kramon, Eric. 2009. “Vote-Buying and Political Behavior: Estimating and

Explaining Vote- Buying’s Effect on Turnout in Kenya”, Working Paper.

No. 114, Afro Baromater.

Ward, Gene, et al. 2003. Money in Politics Handbook: A Guide to

Increasing Transparency in Emerging Democracies. Technical

Publication Series. Washington: USAID.

Page 131: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 120

Partisipasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 Kabupaten Pesisir Selatan

Laporan Penelitian

Aidinil Zetra, dkk., 2015. Perilaku Memilih Masyarakat Kota Bukittinggi Pada

Pemilu Legislatif Tahun 2014. Padang: Laporan Riset Partisipasi

Masyarakat dalam Pemilu 2014. Kerjasama Komisi Pemilihan Umum Kota

Bukittinggi dan Pusat Studi Politik Lokal & Otonomi Daerah Universitas

Andalas

Ida Ayu Putu Sri Widnyani. Laporan Hasil Penelitian Analisis Dugaan Money

Politics Terhadap Partisipasi Pemilih. Studi Penelitian Pemilihan Umum

Tahun 2014 di Kabupaten Gianyar Provinsi Bali. Denpasar: Universitas

Ngurah Rai

Laporan Hasil Penelitian Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Integritas Pemilu,

2013. Jakarta: Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK, 2014

Lihat Laporan Hasil Penelitian Praktik Politik Uang Pada Pemilu Legislatif 2014:

Studi Kasus di Kabupaten Bandung Barat. Tim Peneliti KPU Bandung

Barat. Bandung: Komisi Pemilihan Umum Bandung Barat, 2014

Internet

Ali Sahab.Vote Buying dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada); Studi Kasus

Pilkada Surabaya dan Pilkada Kabupaten Blitar Tahun 2010.

(http://alisahab09- fisip.web.unair.ac.id/artikel_detail-41933:(diakses 21-5-

2015).

Dagan, Hanoch. 2008. “Political Money”. Tel-Aviv University, Agustus

2008. http://works.bepress.com/hanoch_dagan/1/ download tanggal 24 Mei

2011, hlm. 17

Page 132: Partisipasi Politik Dan Politik Uang (Vote Buying) Dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan

KPU Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 121

Partisipasi Politik & Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 Kabupaten Pesisir Selatan

Didik Supriyanto.2008. Transkrip Diskusi Publik

Terbatas. (ijrsh.files.wordpress.com/2008/06/politik-uang-dalam-

pilkada.pdf. diakses 6 Mei 2015)

ICW: Banten, Kasus Politik Uang terbanyak, http://www.pemilu.com/berita/

2014/04/icw- banten-kasus-politik-uang-terbanyak. Diakses 30 Oktober

2015

TeddyLesmana.PolitikUangdalamPilkada.(elib.pdii.lipi.go.id.katalog/index/.php/sear

chkatal og/.../9009.pdf). Diakses 6 Mei 2015

http://www.indikator. co.id /news/details/1/41/Laporan-Konpers-Rilis-Survei-Sikap-

dan- Perilaku-Pemilih-terhadap-Money-Politics- diakases 6 Mei 2015

http://www.indikator.co.id/news/details/1/41/Laporan-Konpers-Rilis-Survei-Sikap-

dan- Perilaku-Pemilih-terhadap-Money-Politics- (diakases 6 Mei 2015)